KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan
makalah ini. Adapun judul makalah ini yaitu Pendekatan dalam kajian
Fiksi.
Penulis megucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Kajian
Apresiai Fiksi yaitu, Asis Nojeng s.pd. yang telah memberikan
kepercayaan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini
dan kepada Saudara/i yang telah menuntun penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, mengingat kurangnya pengetahuan penulis dan bahan
yang kurang memadai. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Makassar, 06 April 2015
Penyusun
Kelompok 4BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra berfungsi untuk mengembangkan perasaan yang tajam
terhadap nilai-nilai pada subjek yang mencapai keintiman terhadap
susastra. Karya sastra banyak mengungkapkan kepada para penikmatnya
dengan seluruh rentangan kehidupan manusia. Istilah fiksi merupakan
karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah
tetapi suatu yang benar ada dan terjadi di dunia nyata sehingga
kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris. Yang
membedakan karya fiksi dengan karya nonfiksi yaitu tokoh, peristiwa
dan tempat yang disebut-sebut dalam karya fiksi bersifat imajinatif
sedangkan pada karya nonfiksi bersifat faktual ( Abrams, 1981 : 61
).
Pendekatan adakalanya disamakan dengan metode Lebih lanjut,
Ratna menguraikan bahwa secara etimologis, pendekatan berasal dari
kata appropio, approach, yang diartikan sebagai jalan dan
penghampiran. Pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara
menghampiri objek,sedangkan metode adalah cara-cara mengumpulkan,
menganalisis, dan menyajikan data. Dengan dasar pertimbangan bahwa
sebuah penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang tersusun secara
sistematis dan metodis, maka perlu dibedakan antara metode dengan
pendekatan.Pendekatan pada dasarnya memiliki tingkat abstraksi yang
lebih tinggi baik dengan metode maupun teori. Dalam sebuah
pendekatan dimungkinkan untuk mengoperasikan sejumlah teori dan
metode. Dalam hubungan inilah, pendekatan disejajarkan dengan
bidang ilmu tertentu, seperti pendekatan sosiologi sastra,
mitopoik, intrinsik dan ekstrinsik, pendekatan seometika,
stasltika, religi, Psikoanalistik ,dan sebagainya. Definisi
tersebut bersifat relatif sebab yang jauh lebih penting adalah
tujuan yang hendak dicapai sehingga sebuah pendekatan pada tahap
tertentu bisa menjadi metode.Pendekatan adalah pengakuan terhadap
hakikat ilmiah objek ilmu pengetahuan itu sendiri. Pendekatan
mengimplikasikan cara-cara memahami hakikat keilmuan
tertentu.Penelitian secara keseluruhan ditentukan oleh
tujuan.Pendekatan merupakan langkah pertama dalam mewujudkan tujuan
penelitian.Pada dasarnya, dalam rangka melaksanakan suatu
penelitian, pendekatan mendahului teori dan metode.Artinya,
pemahaman mengenai pendekatanlah yang seharusnya diselesaikan
terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan penentuan masalah, teori,
metode, dan tekniknya.B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang dapat
diambil dalam latarbelakang diatas yaitu :1. Apa Itu pendekatan
seomotika, pendekatan Stalastika, pendekatan religi , dan
pendekatan Psikoanalistik?2. Dapat mengetahui apa apa yang terdapat
di dalam pendekatan tersebut ?C. Tujuan makalah ini bertujuan untuk
:1. Bertujuan untuk mengetahui pengertian dan pembahasan tentang
pendekatan Pendekatan dalam sastra kajian Fiksi.2. Bertujuan untuk
mengetahui langkah-langkah atau ciri umum yang terdapat di setiap
pendekatan.
BAB IIPEMBAHASAN1. Pendekatakan semiotik
Aart Van Zoest mengatakan bahwa semiotika adalah ilmu tentang
tanda-tanda dan segala yang berhubungan dengannya.
Karyasastradengan keutuhannya secara semiotik dapat dipandang
sebagai sebuah tanda. Sebagai suatu bentuk, karya sastra secara
tertulis akan memiliki sifat kerungan. Dimensi ruang dan waktu
dalam sebuah cerita rekaan mengandung tabiat tanda menanda yang
menyiaratkan makna semiotik. Dari dua tataran (level) antara
mimetik dan semiotik (atau tataran kebahasaan dan mistis) sebuah
karya sastra menemukan keutuhannya untuk dipahami dan
dihayati.Secara etimologis istilah semiotika berasal dari bahasa
Yunani semeion yang berarti tanda(Sudjiman dan van Zoest, 1996:
vii) atau seme,yang berarti penafsir tanda (Cobley dan Jansz, 1999:
4) (dalam Sobur, .2004: 16). Semiotika kemudian didefinisikan
sebagai studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja.Adapun
nama lain dari semiotika adalah semiologi. Jadi sesunguhnya kedua
istilah ini mengandung pengertian yang persis sama, walaupun
penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya
menunjukkan pemikiran pemakainya; mereka yang bergabung dengan
Peirce menggunakan kata semiotika,dan mereka yang bergabung dengan
Saussure menggunakan kata semiologi.Namun yang terakhir, jika
dibandingkan dengan yang pertama, kian jarang dipakai (van Zoest,
1993:2).Pokok perhatian semiotika adalah tanda. Tanda itu sendiri
adalah sebagai sesuatu yang memiliki ciri khusus yang penting.
Pertama, tanda harus dapat diamati, dalam arti tanda itu dapat
ditangkap. Kedua, tanda harus menunjuk pada sesuatu yang lain.
Artinya bisa menggantikan, mewakili dan menyajikanA. Macam-macam
SemiotikAda 9 macam semiotik yang kita ketahui :1. Semiotik
AnalitikSemiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem
tanda.2. Semiotik DeskriptifSemiotik deskriptif adalah semiotk yang
memeperhatikan sistem tanda yang adapat kita alami sekarang,
meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksiskan
sekarang.3. Semiotik Faunal (Zoo semiotic)Semiotik Faunal adalah
semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan
oleh hewan4. Semiotik KulturalSemiotik kultural adalah semiotik
yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan
masyarakat tertentu.5. Semiotik NaratifSemiotik Naratif adalah
semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud
mitos dan cerita lisan (Folkkore)6. Semiotik NaturalSemiotik
natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam.7. Semiotik NormatifSemiotik normatif adalah
semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang di buat oleh
manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu
lintas.8. Semiotik SosialSemiotik sosial adalah semiotik yang
khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang
berupa lambing.
9. Semiotik Struktural10. Semiotik struktural adalah semiotik
yang khusus menelaah sistem tanda yag dimanifestasikan melalui
struktur bahasa.B. Semiotik terbagi atas tiga konsep, yaitu :1.
Semiotik pragmatik, berkaitan dengan asal - usul tanda, kegunaan
tanda dalam penerapan, dan efek tanda bagi yang
menginterpretasikannya. Semiotik pragmatik ini dalam batas perilaku
objek.2. Semiotik sintaktik, adalah kombinasi tanda tanpa
memperhatikan maknanya ataupun hubungannya terhadap perilaku
subjek.3. Semiotik semantik, adalah tanda dalam " arti " yang
disampaikan.
Wawasan semiotik dalam studi sastra ( Amminudin ) :1. Karya
sastra merupakan gejala konsumsi yang berkaitan dengan pengarang,
wujud sastra sebagai sistem tanda, dan pembaca.2. Karya sastra
merupakan salah satu bentuk penggunaan sistem tanda yang memiliki
struktur dalam tata tingkat tertentu.3. Karya sastra merupakan
fakta yang harus direkrontruksikan pembaca sejalan dengan dunia
pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya.
C. Teori semiotik
Charles Sander Pierce ( 1839 - 1913 ), mengemukakan tentang
teori segitiga makna :a. Tanda( sign ), adalah sesuatu yang
berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan
meripakan sesuatu yang merujuk ( merepresentasi ) hal lain di luar
tanda itu sendiri. Tanda terbagi menjadi tiga yaitu simbol, ikon,
dan indeks. Simbol adalah tanda yang muncul dari kesepakatan atau
konvensi - konvensi bahasa. Ikon adalah tanda - tanda yang muncul
dari perwakilan fisik. Indeks adalah tanda yang muncul dari
hubungan sebab akibat.Dalam penelitian sastra dengan menggunakan
pendekatan semiotik, tanda berupa indeks yang paling banyak dicari,
yaitu berupa tanda-tanda yang menunjukan hubungan sebab - akibat.b.
Interpretantatau penggunaan tanda, adalah konsep pemikiran dari
orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna
tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek
yang dirujuk sebuah tanda.c. Objek, adalah konteks sosial yang
menjdi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
Ferdinad De Sausure, mengemukakan pembagian tanda menjadi :1.
Penanda( Signifer ) adalah tanda yang dapat dilihat dari bentuk
fisik2. Pertanda( Signifed ) adalah makna yang terungkap melalui
konsep fungsi atau nilai - nilai yang terkandung.
Rolan Barthes, membagi tanda menjadi dua yaitu :1. Denotasi,
yaitu tingkat pertanda yang menjelaskan hubungan penanda dan
pertanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan
pasti.2. Konotasi, yaitu tingkat pertanda menjelaskan hubungan
penanda dan pertanda yang didalamnya beroperasi makna yang tidak
eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.
D. Kelebihan semiotik dalam menelaah karya sastra :1.
Memperindah karya sastra2. Mengetahui keindahan karya sastra3.
Dalam penelitian analisisnya lebih spesifik dan komperhensif4.
Memberikan pemahaman makna dari simbolik baru dalam membaca karya
sastra.
5. Kita pembaca minimal mengetahui dua makna yaitu makna bahasa
secara literlag dan maksna simbolik ( global ).
E. Kelemahan semiotik dalam menelaah karya sastra :1. Kurang
memperhatikan struktur, mengabaikan unsur intrinsik2. Memerlukan
banyak dukungan ilmu bantu lain seperti linguistik, sosiologi,
psikologi, dll3. Perlu kematangan konsep luas tentang sastra
wawasan luas, dan teorinya4. Peranan peneliti sangat penting, ia
harus jeli, teliti, dan menguasai materi yang akan diteliti secara
totalitas, karena kalau tidak itu tidak terpenuhi maka makna yang
ada dalam teks cenderung kurang tereksplor untuk diketahui oleh
pembaca, justru cenderung menggunakan subjektifitasnya yang
menampilkan itu semua dan itu sangat risjan untuk meneliti dengan
teori ini
2.Pendekatan StalastikaPendekatan stilistika di dalam kritik
sastra bertolak dari pandangan bahwa isi pokok karya sastra itu ada
dua, yang pertama adalah bahasa dan kedua adalah isi yang berupa
tema, pemikiran, dan falsafah. Pendekatan stilistika menganut paham
bahwa unsur pokok sastra adalah bahasa. Bahasa yang digunakan dalam
karya sastra itu mempunyai kaitan pula dengan sastrawan. Sastrawan
mengerahkan kemampuan dan kreativitas masing-masing dalam
menciptakan karya mereka. Dengan kata lain, pendekatan stilistika
berarti asumsi dasar yang digunakan oleh kritikus dalam menilai
suatu karya sastra ditinjau dari segi kebahasaannya.
Stilistikadalam konteks bahasa dan sastra mengarah pada pengertian
studi tentang style (gaya bahasa), kajian terhadap wujud performasi
kebahasaan (Nugrgiyantoro, 1998:2179). Menurut Roland Barthes
(dalam Aminuddin, 1995: 1-38) style is a historical concept.
Seiring pengertian itu, konsep bidang kajian dan metode stilistika
tentunya terus mengalami perkembangan yang beragam/ berbeda-beda
dalam setiap disiplin ilmu, tetapidapat saling melengkapi.Dengan
memahami gaya dalam perspektif kesejarahan, dapat diketahui bahwa
studi stilistika dalam konteks kajian sastra secara rasional dapat
memanfaatkan berbagai wawasan untuk menentukan sudut pandang maupun
sikap dan sifat kajian. Studi stilistika seakan-akan hanya
perpanjangan tangan kajian linguistic. Sedangkan dalam
kenyataannya, studi stilistika tersebut ditinjau dari sejarah
perkembangannya dapat dihubungkan dengan sejumlah disiplin
keilmuan, baik retorika, semiotika, linguistic, maupun teori sastra
(Aminuddin,1995:2
Melalui pendekatan stilistika dapat dijelaskan interaksi yang
rumit antara bentuk dan makna yang sering luput dari perhatian dan
pengamatan para kritikus sastra (Panuti Sudjiman, 1993:vii). Sebab,
kajian stilistika dalam sastra melihat bagaimana unsure-unsur
bahasa digunakan untuk melahirkan peasan-pesan dalam karya sastra.
Atau dengan kata lain, kajian stilistika berhubungan dengan
pengkajian pola-pola bahasa dan bagaimana bahasa digunakan dalam
teks sastra secara khas. Analisis bahasa yang dipolakan secara khas
tersebut kita tuntut untuk dapat menunjukkan kekompleksitasan dan
kedalaman bahasa teks sastra tersebut dan juga menjawab bagaimana
bahasa tersebut memiliki kekuatan yang menakjubkan, kekuatan
kreatifitas karyaa sastra (Cummings dan Simmons, 1986:vii).
Langkah pertama yang lazim diambil dalam analisis stalistika
adalah mengamati deviasi-deviasi seperti pengulangan bunyi, inverse
susunan kata, susunan hierarki klausa, yang semuanya mempunyai
fungsi estetis seperti penekanan, atau membuat kejelasan atau
justru kebalikannya: usaha estetis untuk mengaburkan dan membuat
makna menjadi tidak jelas (Wellek dan Waren, 1993: 226).
A. Prinsip Pendekatan StilistikaSeorang peneliti yang ingin
menggunakan pendekatan stilistika dalam menguraikan sebuah karya
sastra, harus menguasai dengan baik konsep-konsep linguistik.
Konsepsi dan kriteria pendekatan stilistika dalam kritik sastra
adalah sebagai berikut:
Pendekatan stilistika memberikan perhatian utama terhadap
tampilan bahasa di dalam karya sastra. Hal-hal yang terkait,
yaitu:
a. Bentuk dan variasi kalimat, klausa, frase, kata, bunyi, dan
majas.b. Bentuk-bentuk penyimpangan dari struktur bahasa natural.c.
Manipulasi bunyi, kata, ungkapan, frase, kalimat, dan wacana dalam
penciptaan gaya.d. Pilihan kata yang tepat.e. Pencampuran berbagai
gaya dalam suatu karya sastra.f. Analisis pemakaian kata dalam
kalimat, kalimat dalam paragraf, dan paragraf dalam wacana.g.
Pemakaian dialek daerah atau ragam bahasa nonformal.h. Aspek
makna.i. Pendekatan stilistika memberikan perhatian penuh kepada
kemampuan dan kreativitas pengarang. Hal-hal yang harus
diperhatikan, yaitu sebagai berikut:a. Memperhatikan ciri khas atau
gaya personal pengarang.b. Memperhatikan corak dan pancaran bakat
kepengarangan.c. Analisis ciri khas kepengarangan tersebut kemudian
dikaitkan dengan kelompok pengarang pada periode tertentu.d.
Analisis tersebut juga dapat dilakukan untuk melihat kemungkinan
terjadinya perubahan gaya pada seseorang yang menjalankan profesi
dalam jangka waktu yang panjangB. Pendekatan stilistika juga
memberikan perhatian terhadap analisis wacana.Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:a. Dalam menganalisisnya, cukup
yang hanya terkait dengan aspek pemakaian bahasa.b. Cara
pengembangan narasi dalam fiksic. Cara pengembangan pola deskriptif
dalam fiksi.d. Cara pengembangan baris dalam larik, larik dalam
puisi.
e. Hubungan antarkalimat dalam wacana.Pendekatan stilistika juga
dikaitkan dengan analisis perwatakan. Hal ini penting, karena
bahasa mempunyai kaitan dengan karakter tokoh. Selain itu,
perwatakan atau perilaku pengarang juga senantiasa tercermin dari
bahasa yang digunakan.Pendekatan stilistika juga terkait dengan
pemahaman pembaca. Hal itu disebabkan adanya pandangan bahwa
keberhasilan sebuah komunikasi tidak diukur dari segi pembicara
(sastrawan), tetapi diukur dari penerimaan khalayak pembaca. Bila
terjadi kesukaran pemahaman pada pembaca, maka harus dicari faktor
penyebabnya. Resepsi pembaca yang terganggu mungkin disebabkan
kelemahan pembaca itu sendiri atau mungkin terjadi karena kesalahan
penulis dengan karyanya.C.Hal-hal yang Dianalisis dengan Pendekatan
StilistikaKaitannya dengan kritik sastra, kajian stilistika
digunakan sebagai metode untuk menghindari kritik sastra yang
bersifat impresionisdan subyektif. Melalui kajian stilistika ini,
diharapkan dapat memperoleh hasil yang memenuhi kriteria
obyektifitas dan keilmiahan. Pada kritik sastra, prosedur analisis
yang digunakan dalam kajian stilistika, diantaranya: analisis aspek
dalam gaya bahasa, analisis aspek-aspek kebahasaan, serta analisis
gagasan makna yang dipaparkan dalam karya sastra.Hal-hal yang
dianalisis dengan pendekatan stilistika, antara lain:1Analisi aspek
bunyi dan fonem, hal tersebut biasa dilakukan terhadap puisi yang
banyak memanfaatkan bunyi-bunyi untuk mencapai keindahannya, serta
dalam fiksi yang menggunakan permainan bunyi.2.Analisis pilihan
kata. Pilihan kata yang tepat dengan pemakaian yang tepat memberi
pengaruh yang besar terhadap penciptaan gaya dan keindahan
gaya.3.Analisi aspek kalimat. Dalam kaitan dengan kalimat, yang
harus diperhatikan adalah penggunaan berbagai variasi kalimat
dengan menyesuaikannya dengan suasana dan kondisi peristiwa. Begitu
pula dengan aspek deviasi atau penyimpangan di dalamnya.4.Analisi
aspek wacana. Sebelum menganalisis dari aspek wacana, perlu
pemisahan antara wacana fiksi, wacana puisi, serta wacana drama.
Sebab, ketiganya mempunyai struktur fisik yang berbeda.5.Aspek
semantik. Aspek semantik juga perlu dianalisis menggunakan
pendekatan stilistika, sebab terkadang penggunaan bahasa di dalam
karya sastra sukar dipahami atau ditangkap maknanya.6.Analisis
unsur dramatisasi bahasa. Bahasa yang didramatisasi biasa disebut
bahasa figuratif, bahasa kias, atau majas.7.Gaya personal pengarang
atau penyair. Pengarang atau penyair merupakan pelaku utama
terciptanya sebuah karya sastra. Apapun yang tampak dalam sebuah
karya sastra, baik bentuk maupun isi, adalah buah tangan sastrawan.
Bila sebuah karya sastra dinilai baik atau buruk, maka penilaian
itu akan membias pada penulisnya.Dengan kata lain, hal-hal yang
dianalisis menggunakan pendekatan stilistika dapat bersifat
fonologis (pola bunyi bahasa, mantra, rima), sintaksis (tipe
struktur kalimat), leksikal (diksi, frekuensi penggunaan kelas kata
tertentu), atau retoris (majas, citraan).3. Pendekatan Religi
/relegius Hubungan sastra dengan religiusitas Religi atau
religiusitas merupakan segala perasaan batin yang ada hubungannya
dengan Tuhan dan sesama makhluk. Akan tetapi religiusitas itu
sendiri lebih luas dari agama. Sebagai salah satu aspek yang
menopang atau yang turut mempengaruhi penciptanya sebuah karya
sastra, utamanya masalah Novel, maka religi atau religiusitas
dengan segala aspek yang terdapat di dalamnya.sebagai tolak ukur
dalam rangka memahami Novel atau karya sastra yang lain dari segi
religiusitas.A. Hubungan antara sastra dan religiuitas, utamanya
hubungan antara Novel dan religiusitas tercakup dalam tiga bidang
garapan (tiga ruang lingkup) antara lain :1. telaah religiusitas
yang berkaitan dengan ajaran-ajaran agama yang tercermin dalam
Novel2. Telaah religiusitas yang berkaitan dengan masalah-masalah
religi yang diungkapkan oleh pengarang dalam karya Novelnya3.
Telaah religiusitas yang berkaitan dengan masalah-masalah religi
yang dijadikan sebagai latar penciptaan sebuah NovelAkan tetapi,
karena unsur pengarang juga miliki pengaruh yang sangat besar
terhadap masalah-masalah tertentu yang dituangkan dalam karya, maka
dalam hubungan ini peneliti juga dapat meneliti hubungan timbal
balik yang terjadi antara latar belakang pengarang, dan pandangan
pengarang dengan karya sastra. Oleh sebab itu dalam penelitian ini
juga dianalisis mengenai hubungan pengarang dengan masalah
religiusitas yang di tampilkan dalam karya novel.
Mangunwijaya (dalam Lathief, 2008: 175) mengemukakan bahwa
segala sastra adalah religius. Religius diambil dari bahasa Latin
relego, dimaksudkan dengan menimbang kembali atau prihatin tentang
(sesuatu hal). Seorang yang religius dapat diartikan sebagai
manusia yang berarti, yang berhati nurani serius, saleh, teliti,
dan penuh dengan pertimbangan spiritual. (Lathief, 2008:
175)Religiusitas lebih melihat aspek yang di dalam lubuk hati,
moving in the deep hart, riak getaran hati nurani pribadi, sikap
personal yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain.
Dengan demikian sikap religius ini lebih mengajuk pada pribadi
seseorang dengan Khaliqnya, bertata laku sesuai dengan karsa Tuhan.
(Lathief, 2008: 175)B. Konsep Religiusitas menurut Atmosuwitoa.
Religiustas merupakan perasaan yang lebih luas dari agamab.
Religiusitas merupakan perasaan keagamaan yang berfungsi mengikat
diri (pengikat diri)c. Religiusitas merupakan sikap keagamaan yang
lebih dinamis dan lebih menonjolkan eksistensi manusia sebagai
manusia yang hakikid. Religiusitas merupakan perasaan keagamaan
yang mencakup segala perasaan batin yang ada hubungannya dengan
Tuhan. Perasaan yang dimaksud adalah:(a) perasaan doa, (b) persaan
tukut, (c) persaan rindu pada Tuhan, dan (d) perasaan dan pengakuan
akan kebesaran Tuhan.C. Contoh hubungannya dengan telaah atau
analisis masalah religiusitas dalam novelDalam novel Cogito Allah
Sum karya Lalu Mohammad Zaenudin ini, lebih difokuskan pada masalah
sikap religiusitas yang di gambarkan oleh Lalu Mohammad Zauenudin
dalam novel Cogito Alah Sum melalui:
a. Masalah hubungan religiusitas manusia dengan Tuhan dalam
novel Cogito Allah Sum karya Lalau Mohammad Zaenudin.b. Masalah
hubungan religiusitas manusia dengan manusia dalam novel Cogito
Allah Sum karya Lalau Mohammad Zaenudinc. Masalah hubungan
religiusitas manusia dengan alam dalam novel Cogito Allah Sum karya
Lalu Mohammad Zaenudin.Dengan diketahuinya hal-hal diatas, maka
upaya untuk melihat masalah religiuitas tertentu dalam novel Cogito
Allah Sum akan dapat diketahui dengan baik. Untuk mengetahui
tentang adanya nilai-nilai religius dalam sebuah karya sastra
memang bukan perkara mudah. Oleh karenanya diperlukan kemampuan
mengetahui konsep religi itu sendiri. Menurut Mustopo (2000:31)
pada prinsipnya religi adalah penyerahan diri pada Tuhan, dalam
keyakinan bahwa manusia tergantung pada Tuhan, bahwa manusia itu
tidak mampu memperoleh keselamatan dengan kekuatannya sendiri,
karena itulah manusia menyerahkan diri pada Tuhan. Sebagai objek
dalam penelitian ini, nilai-nilai religius dalam novel Bulan
Terbelah di Langit Amerika menunjukkan adanya pandangan penulis
dalam memetik ayat-ayat Al-Quran dan Al-Hadits yang di gambarkan
melalui perjalanan spiritual tokoh di balik malapetaka yang
mengguncang kemanusiaan. Hingga tokoh-tokoh Tinggi) bagi-Nya dan
mensucikan- Nya dari kekurangan dan cacat.4. Pendekatan
Psikoanalistik Analisis psikologi dalam uraian ini mengacu dari
psikoanalisis dalam strukturalisme (Ferdinand Lacan). Tamhan
analisis ini dikutip dari uraian Darma dalam bukunyaPengantar Teori
Sastra. psikoanalisis dipergunakan dalam kritik sastra,
psikoanalisi juga berkembang mengikuti perkembangan sastra.
Perkembangan psikoanalisis dalam sastra yang paling penting adalah
psikoanalisis dalam strukturalisme, Ferdinan Lacan, mempelajari
psikoanalisis Freud bukan melalui psikologi, namun melalui
strukturalisme. Sebagaimana halnya Freud, Lacan adalah dokter,
kemudian mengambil spesialisasi psikiatri. Selaku psikiatris, Lacan
berhubungan ndengan para penderitaparanoia. Hubungannya dengan
salah seorang pasiennya, Aimee, kemudian dikembangkan menjadin
disertasi. Dalam perkembangan perjalanan hidupnya Lacan merasa
kecewa terhadap pengembangan psikoanalisis Freud yang dilakukan
oleh para psikolog. Karena itu dia bertekad untuk kembali ke dasar
, yaitu ke psikoanalisis Freud.A. Psikoanalisis dan SastraTeori
psikoanalisis pertama kali dikemukakan oleh Freud pada tahun 1890.
Ia adalah orang pertama yang memetakan alam bawah sadar manusia
berdasarkan pengalaman-pengalamnannya dalam merawat pasien-pasien
neurotik. Ia mengetahui bahwa banyak sikap dan perasaan yang
diungkapkan oleh pasien-pasiennya tidak mungkin berasal dari alam
sadar, melainkan dari alam bawah sadar. Pengalaman-pengalaman Freud
dalam terapi memberi keyakinan bahwa ketidaksadaran merupakan
faktor penentu tingkah laku yang penting dan dinamik (Semium, 2006:
55).
Psikoanalisis dalam pengertian modern yaitu pengetahuan
psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang
menentukan perilaku manusia serta pentingnya masa kanak-kanak dalam
membentuk masa dewasa.B. Dalam sastra, psikoanalisis ini diterapkan
dalam menemukan aspek-aspek kejiwaan pada sebuah karya. Ada tiga
cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi
dengan sastra,a) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai
penulis.
b) memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam
karya sastra, dan
c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca. Akan tetapi, Ratna
(2004: 343) berpendapat bahwa pada dasarnya psikologi sastra
memberikan perhatian pada masalah yang kedua, yaitu pembicaraan
dalam kaitannya dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional
yang terkandung dalam karya.
C. teori psikoanalisis FreudDalam teori psikoanalisis Freud, ia
memperkenalkan model struktural yang menggambarkan pikiran manusia
sebagai campuran atau gabungan dari kekuatan-kekuatan di mana
bagian-bagian dari kepribadian sadar juga dapat mengandung isi tak
sadar. Menurutnya bagian terpenting dari kejiwaan manusia dibagi
menjadi tiga, yakni id, ego, dan super ego. Ketiga aspek itu
masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja,
dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan
rapatnya sehingga sukar (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan
pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia; tingkah laku selalu
merupakan hasil sama dari ketiga aspek itu (Suryabrata, 1982: 125).
Maka dari itu, ketiga aspek ini akan dijadikan landasan dasar dalam
mengkaji tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra.
Secara umum psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia atau gejala-gejala jiwa manusia. Bila dapat
diambil kesimpulan, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana
individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya
(Ahmadi, 2009: 3-4). Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena
psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui
tokoh-tokoh dalam karya sastra tersebut. Jatman dalam Endraswara
(2003: 97) menyatakan bahwa karya sastra dan psikologi memiliki
pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional. Dikatakan
pertautan tak langsung karena baik sastra maupun psikologi memiliki
objek yang sama, yaitu manusia. Psikologi dan sastra memiliki
hubungan Universitas Sumatera Utara ungsional karena sama-sama
untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam
psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat
imajinatif. Namun, sifat-sifat manusia dalam psikologi maupun
sastra sering menunjukkan kemiripan, sehingga psikologi sastra
memang tepat dilakukan. Psikoanalisa adalah wilayah kajian
psikologi sastra. Teori psikoanalisa ini pertama kali dimunculkan
oleh Sigmund Freud. Dalam kajian psikologi sastra akan berusaha
diungkapkan psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga
unsur kejiwaan, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga sistem
kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk
totalitas, dan tingkah laku manusia yang tidak lain merupakan
produk interaksi ketiganya (Endraswara, 2003: 101).
Freud (lahir di Freiberg pada tahun 1856 dan meninggal di
Londontahun1939)memulaikarirpsikoanalitisnyapadatahun1896,setelahbeberapa
tahun Freud buka praktik dokter. Karena setelah beberapa tahun
iamenjadi dokter Freud tidak pernah merasa puas dengan cara ia
mengobatipasien,Freudberpikiruntukmerubahcarapengobatanpasien.Jikaselamamenjadidokteriamencobamelakukanterapimedis,Freudberpikir
melakukan semacam upaya psikoterapeutik untuk sebagian besar
pasienyayang ternyata lebih banyak mengalami tekanan jiwa. Terapi
itu disebutnyasebagai psikoanalisis.Prinsip terapi yang dilakukan
Freud adalah dengan cara mengajakpasien bercakap-cakap, melakukan
dialog secaraterbuka danprisipasosiasibebas (free association), dan
itu mau tidak mau sepenuhnya dilakukan lewatdan dalam bahasa. Dalam
hal ini, yang dimaksud
denganprinsipasosiasibebasadalahteknikmemberikanbeberapakatarangsangankepadapasiendan
pasien diharapkan memberikan reaksi spontas secara bebas
terhadapkata-kata rangsangan tersebut. Misalnya, kata "pintu" akan
menimbulkankata reaksi "kunci", kata "ayah" akan menimbulkan kata
reaksi "jahat"
dansebagainya.Denganmemperlajaribeberapakatareaksitersebut,dapatdiketahuimasalahpasienyangbarangkaliolehsipasiensendiritidakdisadari.
Akan tetapi, dalam beberapa hal cara ini belum memuaskan
Freudkarenabanyakaspekketidaksadaranyangtidakterkoreksehinggapenyembuhannyapunkurangmemuaskan.Daricaraasosiasibebas,Freudmencobacarahipnotisyaitutekniktertentuuntukmenjadikanpasiensetengah
sadar atau berkurang kesadarannya sehingga lebih mudah untukmelihat
alam ketidaksadaran pasien. Untuk cara ini Freud belajar
kepadaCharcot di Paris selama satu tahun. Dala kesempatan itu Freud
juga bergurukepada Joseph Breuer, yang kebetulan juga guru Charcot.
Akan tetapi,
carahipnotispunternyatatidakmemuaskanFreudkarenaeksplorasiketidaksadaran
pasien tidak maksimal sehingga diagnosis yang diberikanjuga tidak
memuaskannya.DalamproseslebihlanjutdaripenelitiannyaitulahFreudmulaimempelajari
mimpi, yaitu sesuatu yang secara naluriah terjadi karena
adayangditekandalamkehidupansehari-hari.Halyangditekantersebutmembutuhkanpenyaluransecara"alami"sehinggaFreudmerasayakinmimpi
pasti mewakili atau menandakan sesuatu. Berdasarkan kajian
Freudtentang mimpi ia menulis bukuThe InterpretationofDreams
(1890), yangmana buku tersebut pada akhirnya diterbitkan pada
tahun 1900.Dalam buku tersebut, Freudmemperkenalkan beberapa
istilah sepertikompleks Oidipus,insting
seksual,resistensi,sehinggabanyakpembacayang mempelajari secara
serius sering salah paham dengan penjelasan
yangditawarkanFreudtersebut.Itulahsebabnya,padamulanyateoripsikoanalisisyangdikembangkanFreudsamasekalitidakmenarikperhatian,
bahkan secara relatif tidak banyak yang membicarakannya. Freudtidak
pernah berputus asa, iaterus meneliti dan menulis.Pengalaman Freud
berhadapan dengan para pasiennya, yang sebagian besaradalah
pasien-pasien neorotis, menyebabkan Freud mengembangkan
suatupendekatanyangberpusatpadasubjek.Pendekataninimenekankanpadasuatuinterpretasitentangmanusia.Dengandemikian,terjadipergeseranbesar
dalam diriFreud yang sebelumnyacenderung positif-objektif
menjadihermeneutis-subjektif. Pendekatan interpretatif inilah yang
sekarang seringdinamakan dengan hermeneutik. Sayang, waktu itu jika
Freud menuliskanpemikirannya lebih dianggap seagai fiksi daripada
sebuah tulisan
ilmiah.Berdasarkanrenungan,penelitian,danpemikirannyaberhadapandenganmanusia(pasien)maupunmasyarakat,padaakhirnyaFreudmencoba
merumuskan apa yang dimaksud dengan pribadi manusia.
SalahsatupenemuanFreudyangterbesaradalahkonsepketidaksadaran.Memang,bukanberartikonsepketaksadaranyangdikembangkanolehFreudsepertijatuhdarilangit.Karenajauhsebelumnyaduniailmupengetahuansesungguhnyasudahmengenalapaitukesadaranyaitusuatukehidupanpsikismanusia.Akantetapi,ditanganFreudpengertianitumenjadi
berubah ketika ia mengatakan bahwa ketidaksadaran dalam dirimanusia
seperti gunung es yang justru sebagian terbesarnya ada di
bawahpermukaanlautyangtidakdapatditangkapdenganindera.Dalamhalini
tampaknya namanya mengandung sesuatu yang negatif, tetapi
realitasnyasungguhpositif.KonsepFreudtentangketakdaraninilahmerubah
pandangankitatentangmanusia.Namunbegitu,Freudbukanberartiseorang
yang steril dari wacana keilmuan yang sedang berkembang
padaabadke-19itu.Sebagaiseorangyangdibesarkandalamtradisipositif-objektif
dengan sejumlah prasangka ilmiah, psikoanalisis Freud semakin
menambahkayakinanbahwatidakadaperbuatan-perbuatanyang
tidakmempunyai
penyebab,semuaprilakuyangmempengaruhimanusiaadapenyebabnya(theprincipleofpsychicdeterminism)meskipunmungkindilakukan
secara tak sadar, segala sesuatunya ada diterminasinya
(Strean,1979: 17).
1