Kajian Mandiri: Indonesia dan Asia Tengah: Sebuah Upaya Penguatan Diplomasi Ekonomi Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia 2016
186
Embed
Kajian Mandiri - Beranda Mandiri Diplomasi Ekonomi Asia... · Kementerian Luar Negeri, seperti situasi geopolitik kawasan, akan tetap dibahas sebagai bahan pendukung. Adapun pemilihan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kajian Mandiri: Indonesia dan Asia Tengah: Sebuah Upaya Penguatan
Diplomasi Ekonomi
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
2016
Kajian Mandiri: Indonesia dan Asia Tengah: Sebuah Upaya Penguatan Diplomasi Ekonomi
Pertama diterbitkan di Indonesia Tahun 2016 oleh:
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika
B.2. JANGKA MENENGAH ................................................................ 129
B.3. JANGKA PANJANG .................................................................... 130
C. CATATAN PENUTUP ........................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 132
LAMPIRAN I. KEGIATAN PELAKSANAAN KAJIAN ........................................................... 137
LAMPIRAN II. INFORMASI DASAR NEGARA-NEGARA ASIA TENGAH ............................. 145
LAMPIRAN III. TIM PENYUSUN ..................................................................................... 163
LAMPIRAN IV. FOTO PELAKSANAAN KAJIAN ................................................................ 170
iv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Peta Negara-negara Asia Tengah 2
Grafik 2. Danau Issyk-Kul, Kyrgyzstan 7
Grafik 3. Peta Negara Anggota EAEU 16
Grafik 4. Jaringan Jalan dan Kereta Api Negara Angota EAEU 18
Grafik 5. Peta Negara Anggota ECO 19
Grafik 6. Peta Negara Anggota SCO 23
Grafik 7. Daftar 34 Negara Anggota ACD 24
Grafik 8. Koridor Ekonomi 6 Negara Anggota CAREC 28
Grafik 9. Peta Trans-Asian Railway Network 31
Grafik 10. Peta Asian Highway 33
Grafik 11. Jumlah Penumpang di Bandara Internasional Asia Tengah 34
Grafik 12. Profil Penumpang Penerbangan Indonesia-Asia Tengah 35
Grafik 13. Rute Reguler Perdagangan Laut 37
Grafik 14. Kejuaraan Pencak Silat se-Azerbaijan ke-10 tahun 2016 57
Grafik 15. Negara Eksportir ke Asia Tengah 58
Grafik 16. Prosentase Ekspor Asean Ke Asia Tengah 59
Grafik 17. Cadangan Minyak dan Gas Bumi Dunia dan Asia Tengah 87
Grafik 18. Peta Rencana Jaringan Kereta dalam Eurasia Initiative 102
Grafik 19. Nilai perdagangan Iran dan Tiga Negara Asia Tengah 116
Grafik 20. Jalur Kereta Penghubung Iran-Turkmenistan-Kazakhstan 118
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Profil Negara-negara Asia Tengah (2015) 9
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Asia Tengah 10
Tabel 3. Statistik Ekonomi Makro Negara ECO 20
Tabel 4. Tabel Inisiatif Kerjasama ACD dan Negara Sponsor 25
Tabel 5. Kekayaan Mineral Negara-negara Asia Tengah 42
Tabel 6. Sumber Uranium Yang Diketahui Tahun 2013 43
Tabel 7. Potensi Perdagangan Negara-negara Asia Tengah 44
Tabel 8. Data Nilai Perdagangan negara Asia Tengah (dalam USD juta) 45
Tabel 9. Daftar 10 Besar Import Products Asia Tengah 45
Tabel 10. Penanaman Modal Asing Di Asia Tengah 47
Tabel 11. Jumlah wisatawan masuk dan keluar Asia Tengah (2014) 47
Tabel 12. Data Perdagangan Bilateral RI-Asia Tengah Tahun 2014 59
Tabel 13. Data Perdagangan Bilateral RI-Asia Tengah Tahun 2015 60
Tabel 14. Neraca Perdagangan Indonesia - Azerbaijan 61
Tabel 15. Neraca Perdagangan Indonesia – Kazakhstan 64
Tabel 16. Neraca Perdagangan Indonesia – Uzbekistan 67
Tabel 17. Neraca Perdagangan Indonesia – Turkmenistan 70
Tabel 18. Neraca Perdagangan Indonesia – Tajikistan 72
Tabel 19. Neraca Perdagangan Indonesia – Kyrgyzstan 73
Tabel 20. Daftar Kerja Sama Penanaman Modal dengan Negara Asia Tengah 75
Tabel 21. Nilai Perdagangan Korea Selatan - Asia Tengah Tahun 2014 99
Tabel 22. Daftar Perjanjian FTA Korea Selatan 100
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
(P3K2 Aspasaf) Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri dapat
menyelesaikan Kajian Mandiri, yang bertemakan “Indonesia
dan Asia Tengah: Sebuah Upaya Penguatan Diplomasi
Ekonomi”.
Pemilihan tema Kajian Mandiri kali ini diambil guna mendukung 9 program
prioritas (Nawa Cita) dari Presiden Joko Widodo, terutama dari sisi peningkatan
daya saing di pasar internasional (poin ketujuh). Hal ini juga sesuai prioritas
politik luar negeri Kemlu yang salah satunya menitikberatkan pada peningkatan
diplomasi ekonomi.
Berbicara mengenai masalah ekonomi, maka isu-isu yang berkembang tidak
hanya berpusat pada peran antar Pemerintah semata (G-to-G) namun juga
melibatkan stakeholders yang lebih luas, seperti kalangan pengusaha dan investor.
Oleh karena itu, penyusunan kajian ini diarahkan sebagai referensi bagi para
pelaku diplomasi ekonomi untuk mengenal lebih dalam tentang Asia Tengah.
Kajian mandiri kali ini lebih banyak berbicara mengenai data, angka, serta peluang
ekonomi bagi kalangan pebisnis, serta masukan untuk instansi pemerintah
terkait. Sementara, tema-tema yang secara tradisional menjadi domain
Kementerian Luar Negeri, seperti situasi geopolitik kawasan, akan tetap dibahas
sebagai bahan pendukung.
Adapun pemilihan kawasan Asia Tengah sebagai fokus kajian disebabkan
oleh dua fenomena utama. Pertama, Asia Tengah memiliki potensi ekonomi dengan
tingginya pendapatan perkapita di masing-masing negara dan jumlah populasi
penduduk yang cukup besar. Di sisi lain, data perdagangan dan investasi
Indonesia menunjukkan masih kecilnya penetrasi ekonomi ke kawasan Asia
Tengah. Kedua hal ini menjadikan Asia Tengah sebagai kawasan yang ideal dalam
rangka meningkatkan aktivitas ekonomi di pasar non-tradisional Indonesia dan
pilot project bagi upaya penguatan diplomasi ekonomi.
Untuk memperkuat hasil kajian, Tim penulis melakukan pemantauan tidak
hanya dengan mengunjungi beberapa negara Asia Tengah (Azerbaijan, Kazakhstan
dan Uzbekistan), namun juga dengan melihat dan mempelajari success story dari
negara-negara lain yang mempunyai hubungan ekonomi cukup baik dengan Asia
Tengah, baik dengan negara-negara yang secara geografis cukup dekat dengan
Asia Tengah (Iran, India, dan Korea Selatan), maupun dengan negara-negara Asia
Tenggara (Vietnam dan Malaysia). Dengan demikian, diharapkan Kajian Mandiri
dapat disusun secara komprehensif dengan memasukkan berbagai informasi
vii
terkait di negara tujuan di Asia Tengah maupun lesson learned dari negara-negara
lain.
Penghargaan yang setinggi-tingginya juga kami sampaikan kepada para
narasumber dan peserta aktif dari berbagai kalangan pemangku kepentingan yang
telah berkontribusi menyampaikan informasi dan masukan selama proses
pelaksanaan kajian. Demikian halnya para Kepala Perwakilan RI yang telah
memfasilitasi tim pelaksana kajian dalam melakukan pertemuan dengan institusi
mitra di negara-negara sahabat.
Akhir kata, kami selaku pimpinan tim penyusun mengharapkan agar Kajian
Mandiri ini dapat berguna bagi segenap bangsa Indonesia. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah meluangkan
waktunya demi terwujudnya kemajuan Diplomasi Ekonomi Indonesia.
Kami menyakini bahwa dalam pembuatan Kajian Mandiri ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan dan saran
dari para pemangku kepentingan guna penyempurnaan kajian ini di masa yang
akan datang.
Jakarta, Desember 2016,
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan,
Dr. Siswo Pramono
viii
Pengarah: Dr. Siswo Pramono Tim Peneliti: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2 Aspasaf) Ketua: Mohamad Hery Saripudin, M.A. Anggota:
Moh. Hanifa
Arifi Saiman
Suargana Pringganu
M. Zakaria Al-Anshori
Iwa Mulyana
Harya K. Sidharta
Mangantar Hutagalung
Marviana D.B. Siregar
Muhammad Iqbal Maulana
Sigit Aris Prasetyo
Arindya Anindita
Cecillia Axel Toumahu
Eva K. Situmorang
Faramela Azania
Haidi Nur Hashfi
Dwiatna Widinugraha
Dimas Muhammad
Budi Kurniawan Supangat
Winandriyo Kun Anggianto
Staf Teknis: Suryani Narasumber:
H.E. Mr.Shavkat Jamolov, Duta Besar Republik Uzbekistan untuk Republik Indonesia
Mr. Valiollah Mohammadi, Duta Besar Republik Islam Iran untuk Republik Indonesia
Mr. Ashkat T. Orazbay, Duta Besar Republik Kazakhstan untuk Republik Indonesia)
Mr. Ruslan Nasibov, DCM Kedutaan Besar Republik Azerbaijan di Jakarta
Bapak Mohamad Asruchin, Duta Besar Republik Indonesia untuk Uzbekistan (Periode 2010-2014)
Bapak Dian Wirengjurit, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Islam Iran merangkap Republik Turkmenistan (Periode 2012-2016)
Bapak Prayono Atiyanto, Duta Besar RI untuk Republik Azerbaijan (Periode 2012-2016)
ix
Bapak Husnan Bey Fananie Duta Besar RI untuk Republik Azerbaijan (Periode 2016-sekarang)
Duta Besar Ngurah Swajaya, Ketua Pelaksana Harian Pokja Diplomasi Ekonomi Kementerian Luar Negeri
Ridwan Hassan, Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi
Amalia Adininggar Widyasanti, Direktur Perdagangan, Investasi dan Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
Listyowati, Direktur Asia Selatan dan Tengah Kementerian Luar Negeri
Natalia Retna Kentjana SH.,LLM., Direktur Pengembangan Promosi Investasi Badan Koordinasi dan Penanaman Modal
Dra. Tuti Prahastuti, M.Si., Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kementerian Perdagangan
Triyono, Advisor Dewan Komisioner, Otoritas Jasa Keuangan
Budi Harjanti., Kepala Bidang Strategi Pemasaran Asia Pasifik, Kementerian Pariwisata
Yan Triono, Kasubdit Pembiayaan Perdagangan, Dit. Fasilitasi Ekspor-Impor Kementerian Perdagangan
Hendro Gunawan, Kepala Subbagian Kerja Sama Bilateral Kementerian ESDM
Ade Chandra, Kasie Kerja Sama Bilateral dan Perusahaan Angkutan Udara, Kementerian Perhubungan
Dr. Suparman, Kabid Kajian Infrastrutur Energi Nuklir, BATAN
Toto Sugiharto, Phd. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Ucok Siagian, Peneliti Senior, Kepala Pusat Kebijakan Keenergian ITB
Ida Yusmiati, Direktur Hulu Pertamina
Basuki Setyadjid, Direktur Pelaksana III, Indonesia Eximbank
Wardoyo Santosa, Senior Business Development Manager PT. Wijaya Karya
Sudarmono, Direktur PT. Istana Karang Laut
Heidy Ruswita Sari, Kepala Unit Kajian dan Analisis Ekonomi Bursa Efek Indonesia
Puji Nur Handayani, Vice President Strategi dan Pengembangan Bisnis, PT Garuda Indonesia
Asep Anjasmara, Ketua II Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia
Fasilitator:
Y.M Bapak Husnan Bey Fananie, Duta Besar RI untuk Azerbaijan
Y.M Bapak Octaviano Alimudin, Duta Besar RI untuk Iran
Y.M Bapak Rizali Wilmar Indrakesuma, Duta Besar RI untuk India
Y.M Bapak John A. Prasetio, Duta Besar RI untuk Korea Selatan
Y.M Bapak Herman Prayitno, Duta Besar RI untuk Malaysia
Y.M Bapak Foster Gultom, Duta Besar RI untuk Kazakshtan
Y.M Bapak A.A Gde Alit Santhika, Duta Besar RI untuk Uzbekistan
Y.M Bapak Ibnu Hadi, Duta Besar RI untuk Vietnam
Yth. Bapak Saut Siringoringo, Konsul Jenderal RI di Mumbai
x
RINGKASAN EKSEKUTIF
Asia Tengah, kawasan yang terdiri dari enam negara pecahan Uni Soviet,
yakni Azerbaijan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan
Uzbekistan, merupakan kawasan yang mempunyai cadangan kekayaan energi dan
mineral yang melimpah. Kawasan ini memiliki sejumlah cadangan minyak, gas
alam, batu bara, dan uranium serta mempunyai potensi ekonomi yang dapat
dimanfaatkan. Hal ini menjadikan Asia Tengah merupakan pasar non tradisional
yang cukup menarik, ditambah dengan pertumbuhan rata-rata ekonomi negara-
negara di kawasan tersebut yang menunjukkan tren yang cukup positif, yaitu 6,5
persen pada tahun 2010-2015.
Terdapat dua sektor utama yang menjadi tujuan FDI di kawasan Asia Tengah
yang keduanya erat berkaitan dengan sumber daya alam, yaitu sektor terkait
sumber daya alam (ekstraksi minyak dan gas, eksplorasi geologi) serta sektor jasa
pendukungnya (pertambangan, pengolahan minyak dan gas, serta transportasi
energi). Selain itu, negara tersebut juga sedang aktif melakukan pembangunan
infrastruktur, sehingga sektor ini menjadi potensi yang juga perlu dimanfaatkan.
Menyadari letaknya yang land-locked dan melihat segala potensi dan
kerangka kerja sama perdagangan yang dimiliki, Asia Tengah berupaya
membangun jaringan konektivitas yang memadai dan sampai saat ini sedang terus
dikembangkan. Di antara jaringan konektivitas Asia Tengah adalah Trans-Asian
Railway Network yang akan menghubungkan Vladivostok di Rusia sampai dengan
Malaysia, Great Asian Highway, serta keberadaan 20 bandara internasional di
enam negara Asia Tengah yang terkoneksi dengan kota-kota besar dunia.
Melihat potensi ekonomi yang sangat besar di Asia Tengah serta
perkembangan infrastruktur yang cukup maju, kawasan ini diprediksi akan
menjadi kawasan ekonomi masa depan, membangkitkan kembali kejayaan masa
lalu sebagai silk road. Dengan melihat perkembangan dan potensi ekonomi di Asia
Tengah tersebut, Indonesia dinilai perlu untuk semakin aktif menggarap potensi
negara-negara Asia Tengah sebagai pasar yang potensial.
Oleh karena itu, Indonesia mempunyai kepentingan meningkatkan kerja
sama ekonomi dengan Asia Tengah dan tidak boleh tertinggal dengan negara-
negara lain dalam mengeksplorasi dan mengeksploitasi keuntungan ekonomi Asia
Tengah. Indonesia mempunyai kepentingan ekonomi antara lain untuk
meningkatkan nilai ekspor produk Indonesia, menarik penanaman modal asing
dari Asia Tengah maupun mendorong investasi Indonesia di Asia Tengah, menarik
lebih banyak wisatawan asing dari Asia Tengah, serta mendorong lebih banyak
pengiriman tenaga kerja Indonesia yang profesional ke Asia Tengah.
Dalam hal ini, diperlukan strategi yang matang dan efektif untuk
melakukan diplomasi ekonomi ke Asia Tengah sehingga Indonesia dapat turut
memanfaatkan potensi yang dimiliki kawasan Asia Tengah. Indonesia tidak boleh
tertinggal dalam kompetisi mengotimalkan potensi ekonomi Asia Tengah.
Jakarta, Desember 2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
“It's not a secret that after the Soviet collapse and especially in recent years, Central Asia has become the focus of interest of major nations because of its geographic location and rich mineral resources.”
Islam Karimov – President of Uzbekistan
A. LATAR BELAKANG
Asia Tengah merupakan salah satu kawasan yang mempunyai arti penting
bagi dunia internasional. Kawasan yang terdiri dari enam negara pecahan Uni
Soviet,1 yakni Azerbaijan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan
Uzbekistan, mempunyai cadangan kekayaan energi dan mineral yang melimpah.
Azerbaijan diperkirakan memiliki cadangan minyak mencapai 7 miliar barel yang
merupakan terbesar ke-20 dunia dan 1,1 triliun meter kubik cadangan gas alam
yang merupakan terbesar ke-27 dunia. Kazakhstan memiliki cadangan minyak
mencapai 30 miliar barel yang merupakan terbesar ke-12 dunia dan cadangan
batu bara mencapai 33,6 miliar ton yang merupakan terbesar ke-8 dunia.
Turkmenistan diperkirakan memiliki cadangan gas alam mencapai 17,5 triliun
meter kubik yang merupakan terbesar ke-4 dunia.2 Dalam hal cadangan Uranium,
Kazakhstan dan Uzbekistan masing-masing mempunyai 679,300 ton dan 91,300
ton uranium yang merupakan terbesar ke-2 dan ke-13 dunia.3
Selain energi, Asia Tengah juga mempunyai potensi ekonomi yang dapat
dimanfaatkan. Dengan jumlah populasi yang mencapai sekitar 77,3 juta jiwa dan
GDP total mencapai USD 353.7 miliar,4 Asia Tengah merupakan pasar non
tradisional yang cukup menarik. Pertumbuhan rata-rata ekonomi negara-negara di
kawasan tersebut juga menunjukkan tren yang cukup positif, yaitu 6,5 persen
pada periode tahun 2010-2015.
1 Kategorisasi yang lebih sering digunakan untuk Kawasan Asia Tengah hanya mencakup
Kazakhstan, Kyrgyztan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Azerbaijan dalam kajian ini
dikategorikan sebagai Asia Tengah karena mempunyai kedekatan geografis dan karakteristik yang
mirip dengan Asia Tengah, di antaranya merupakan negara pecahan Uni Soviet, kaya akan sumber
daya energi dan mineral, mayoritas penduduknya beragama Muslim serta masih termasuk dalam
rumpun suku bangsa Turki. Selain itu, sesuai dengan praktek di lingkup Kementerian Luar Negeri,
Azerbaijan termasuk dalam Direktorat Asia Selatan dan Tengah bersama dengan Kazakhstan,
Kyrgyztan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.
2 BP Statistical Review of World Energy June 2016, British Petroleum.
3 http://www.world-nuclear.org/information-library/nuclear-fuel-cycle/uranium-resources/supply-of-uranium.aspx. Diakses pada tanggal 1 September 2016
4 World economy outlook 2016, International Monetary Fund.
milyar menjadi USD 8,988 milyar.6 Terdapat dua sektor utama yang menjadi
tujuan FDI, yaitu sektor terkait sumber daya alam, termasuk ekstraksi minyak
dan gas serta eksplorasi geologi, serta sektor jasa pendukungnya, misalnya
pertambangan, pengolahan minyak dan gas, serta transportasi energi (pipa minyak
dan gas).7
Asia Tengah juga semakin terintegrasi dengan perekonomian internasional.
Di kawasan tersebut telah terbentuk berbagai organisasi regional untuk mewadahi
kerja sama ekonomi negara Asia Tengah dengan negara-negara di sekitarnya.
Beberapa di antaranya adalah Commonwealth of Independent States (CIS), Central
Asia Regional Economic Cooperation (CAREC), The Shanghai Cooperation
Organisation (SCO), The EurAsian Economic Community (EurAsEC), Free Trade Area
of Independent States (FTAIS), serta Economic Cooperation Organization (ECO).
Dengan melihat perkembangan dan potensi ekonomi di Asia Tengah
tersebut, Indonesia dinilai perlu untuk semakin aktif menggarap potensi negara-
negara Asia Tengah sebagai pasar yang potensial. Dilihat dari kepentingan
ekonomi, Asia Tengah dapat menjadi pangsa pasar produk ekspor Indonesia yang
cukup potensial. Selain itu, Asia Tengah yang memiliki kekayaan alam (minyak
dan gas) dapat menjadi sumber alternatif kebutuhan energi selain dari Timur
Tengah.
Nilai perdagangan Indonesia dengan negara-negara Asia Tengah belum
mencerminkan besarnya potensi yang ada. Pada tahun 2015, total nilai
perdagangan luar negeri Indonesia mencapai USD 293 milyar. Namun nilai
perdagangan Indonesia dengan negara Asia Tengah relatif kecil, yakni dengan
Azerbaijan sebesar 1,28 milyar, dengan Kazakhstan sebesar USD 16,9 juta, dengan
Kyrgyzstan sebesar USD 1,8 juta, dengan Tajikistan sebesar USD 69.800, dengan
Turkmenistan sebesar USD 14 juta, dan dengan Uzbekistan sebesar USD 12,8
juta. Dari nilai perdagangan tersebut, terdapat kecenderungan stagnasi dan
bahkan penurunan nilai perdagangan selama lima tahun terakhir sejak tahun
2011, yaitu 0,22 persen dengan Azerbaijan, minus 17,21 persen dengan
Kazakhstan, minus 22,22 persen dengan Kyrgyzstan, dan minus 67,37 dengan
Tajikistan. Sementara tren perdagangan dalam lima tahun terakhir dengan
Turkmenistan meningkat sebesar 33,81 persen dan Uzbekistan meningkat 0,71
persen.8
Indonesia perlu lebih mengoptimalkan kerja sama ekonomi dengan Asia
Tengah. Dibandingkan negara ASEAN lainnya, share ekspor Indonesia ke Asia
Tengah pada tahun 2014 hanya 8 persen dan berada di urutan ke-5 setelah
Vietnam (29 persen), Malaysia (24 persen), Thailand (20 persen) dan Singapura (17
persen). Lima produk utama yang diekspor ASEAN ke Asia Tengah adalah
6 Connecting Central Asia with Economic Centers 2015, Asian Development Bank Institute. Halaman
44. Angka belum termasuk investasi ke Azerbaijan.
7 Connecting Central Asia with Economic Centers 2015, Asian Development Bank Institute. Halaman 47. Angka belum termasuk investasi ke Azerbaijan.
8 http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/balance-of-trade-with-trade-partner-country. Diakses pada tanggal 19 Juli 2016.
triliun atau 37 persen dari seluruh FDI merupakan negara penerima FDI terbesar.
Kazakhstan dengan USD 9,7 triliun merupakan penerima FDI terbesar kedua
dengan share 28 persen. Penerima FDI terendah adalah Afghanistan senilai USD
60 juta. Rasio FDI terhadap GDP masing-masing negara bervariasi, mulai dari
Kyrgyzstan yang tertinggi mencapai 10,5 persen sampai dengan Afghanistan yang
mencapai 0,3 persen. Rasio total FDI terhadap total GDP mencapai 1,9 persen.
Pemimpin negara-negara ECO dalam pertemuan ECO Summit 2012 di Baku,
Azerbaijan, sepakat untuk memperluas area pembahasan pada sektor
transportasi, infrastruktur energi, pemanfaatan sumber air dan energi,
pembentukan zona perdagangan bebas, serta mobilitas orang dan barang.
Penanganan terhadap terhadap isu-isu prioritas di atas akan mentransformasi
forum ECO menjadi wahana yang efektif untuk membangun interaksi ekonomi
antar negara-negara anggota.
Berikut beberapa pencapaian penting ECO di bidang ekonomi
Perdagangan dan Investasi
Trade Agreement ECO (ECOTA) sejak tahun 2003;
Persetujuan Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal telah selesai dan akan dilaksanakan setelah diratifikasi oleh empat negara anggota;
Bank Pembangunan dan Perdagangan ECO telah dibentuk dan dijalankan di Istanbul dengan modal US $ 465 juta;
ECO Kamar Dagang dan Industri telah diaktifkan kembali;
Forum ECO Bisnis telah didirikan dan dilembagakan;
ECO telah menyetujui pembentukan ECO Single Window (ESW).
Sejak tahun 2013, nilai Foreign Direct Investment ECO naik dari periode sebelumnya;
Transportasi dan Komunikasi
Kereta Kontainer ECO yang melalui rute Islamabad-Teheran-Istanbul telah beroperasi reguler sejak Agustus 2010;
ECO saat ini sedang memperluas rute Kereta Kontainer ECO di jalur Kazakhstan-Turkmenistan-Iran;
The ECO / IRU Silk Road Caravan, yang terdiri dari truk dari delapan negara
anggota, berhasil menyelesaikan rute di seluruh Pakistan, Iran, Turkmenistan, Afghanistan, Tajikistan, Azerbaijan, dan Turki;
ECO sedang mempersiapkan prosedur penerbitan stiker Visa untuk pengemudi kontainer antar negara.
Energi, Mineral dan Lingkungan
Studi kelayakan ECO Geosciences database telah dibuat;
Proyek Mineral Distribusi Peta ECO Region telah dilaksanakan;
Lembaga Ilmu Pengetahuan Lingkungan dan Teknologi ECO (ECO-IEST) telah didirikan pada Februari 2011 di Karaj, Iran;
Studi Kelayakan Pembangunan dan Harmonisasi Standar Lingkungan di ECO Region sudah diterapkan.
22
Pertanian, Industri dan Pariwisata
Program Regional ECO untuk Ketahanan Pangan (ECO-RPFS) dipersiapkan dengan bekerjasama dengan FAO;
Tahap 1 Program Kerjasama Teknis ECO-FAO (TCP) Penguatan Pasokan Benih berhasil dilaksanakan dan ECO Seed Association (ECOSA) didirikan di Ankara, Turki pada awal 2009;
Situs ECO-NANO diluncurkan pada Mei 2009 sebagai area baru kerja sama;
Statuta Regional ECO untuk Standardisasi, Penilaian Kesesuaian, Akreditasi, dan Metrologi (RISCAM) telah diselesaikan dan ditandatangani oleh beberapa negara anggota;
ECO telah menerbitkan Tourist Guidebook dan mendirikan Lembaga Pendanaan
Promosi Pariwisata ECO.
ECO mempunyai kerja sama dengan ASEAN melalui penandatanganan MoU
yang ditandatangani Sekretaris Jenderal ASEAN dan ECO pada tanggal 8 Januari
2006. Pertemuan reguler ASEAN dan ECO dilaksanakan dalam The ASEAN-ECO
Ministerial Meeting setiap tahun. The 14th ASEAN-ECO Ministerial Meeting
dilaksanakan pada tanggal 25 September 2014 di sela-sela Sidang Umum PBB ke-
69 di New York. Pertemuan sepakat bahwa komitmen kerja sama antara ASEAN
dan ECO akan terus berlangsung secara intensif. Kedua forum menekankan
perlunya melakukan implementasi MoU antara ASEAN-ECO secara konkrit antara
lain dengan mendorong interaksi antar pebisnis dari kedua kawasan untuk
meningkatkan perdagangan dan investasi.
C.3. SHANGHAI COOPERATION ORGANISATION (SCO)
SCO resmi berdiri pada tahun 2001 menggantikan mekanisme Shanghai
Five (SF). SCO beranggotakan Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tiongkok, Rusia,
Tajikistan, dan Uzbekistan. Selain negara anggota, saat ini SCO mengakui
keberadaan negara-negara observer dan mitra dialog. Enam negara telah diterima
sebagai observer, yakni Afganistan, Belarus, India, Iran, Mongolia, dan Pakistan.
Sementara lima negara mitra dialog adalah Azerbaijan, Turki, Kamboja, Nepal, dan
Sri Lanka.
Dasar berdirinya SCO dapat dilihat pada SCO Charter yang ditandatangani
pada tanggal 7 Juni, 2002. Dokumen dimaksud menyebutkan tujuan utama
didirikannya SCO adalah untuk memperkuat hubungan persahabatan, rasa saling
percaya, dan mendorong kerja sama yang efektif di bidang politik, ekonomi, ilmiah,
budaya, pendidikan, listrik, transportasi, dan ekologi antar negara anggota. SCO
juga menyebutkan sifat keanggotaan yang terbuka, sehingga memungkinkan
terjadinya penambahan negara anggota.
SCO merupakan evolusi dari organisasi Shanghai Five yang berdiri tanggal
26 April 1996 dengan ditanda-tanganinya Treaty on Deepening Military Trust in
Border Regions di Shanghai oleh para kepala negara Kazakhstan, Tiongkok,
Kyrgyzstan, Rusia, dan Tajikistan. Pada tanggal 24 April 1997 para negara
tersebut juga menandatangani Treaty on Reduction of Military Forces in Border
Berkaitan dengan Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme (2013), Kerja
Sama Pariwisata (2013), Kerja Sama Kebudayaan (2013), Pembentukan
Komisi Bersama Kerja Sama Ekonomi (2013), serta perjanjian mengenai
Konsultasi Bilateral antar Kementerian Luar negeri (2014).
4. Indonesia dengan Tajikistan telah memiliki 12 perjanjian kerja sama. Empat
di antaranya ditandatangani dalam kunjungan Presiden Tajikistan ke
Indonesia pada Agustus 2016, meliputi kerja sama Pembebasan Visa bagi
Pemegang Paspor Diplomatik dan Dinas, Penanggulangan Terorisme,
Pertukaran Informasi Intelijen Keuangan terkait dengan Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme dan Kerja Sama Pendidikan dan Pelatihan Diplomatik.
Selain itu terdapat beberapa perjanjian yang ditandatangani dalam
kunjungan Presiden Tajikistan ke Indonesia pada bulan Oktober 2003, antara
lain Kerja Sama Perdagangan, Kerja Sama Pariwisata, Kerja Sama Pendidikan,
Kerja Sama Ekonomi Dan Teknik, Penghindaran Pajak Berganda dan
Pencegahan Pengelakan Pajak atas Pendapatan serta Perjanjian Peningkatan
dan Perlindungan atas Penanaman Modal, serta Pembentukan Komisi
Bersama untuk Kerja Sama Bilateral pada tahun 2003.
5. Indonesia dengan Kyrgyzstan telah memiliki 12 perjanjian kerja sama, antara
lain Kerja Sama Peningkatan dan Perlindungan atas Penanaman Modal
(1995), Kerja Sama antar Bank Sentral (1995), Kerja Sama Ekonomi dan
Teknik (1995), Persetujuan Angkutan Udara (1995), dan Kerja Sama
Pariwisata (1995), Kerjasama Peningkatan Pemberdayaan Perempuan
(1997), Pembentukan Konsultasi Bilateral (2011), Pembebasan Visa bagi
Pemegang Paspor Diplomatik dan Dinas (2011), Peningkatan Hubungan Kerja
Sama antar parlemen (2011), kerja sama Pendidikan dan Pelatihan
Diplomatik (2015).
6. Indonesia dengan Turkmenistan telah memiliki 5 perjanjian kerja sama,
yaitu Pembentukan Konsultasi Bilateral (2016), Deklarasi Bersama tentang
Prinsip-prinsip Hubungan dan Kerjasama antara Republik Indonesia dan
Turkmenistan (1995), Peningkatan dan Perlindungan Atas Penanaman Modal
(1994), Kerjasama Ekonomi dan Teknik (1994), serta
Pengaturan Perbankan antara Bank Indonesia dan Bank Sentral
Turkmenistan
Hubungan sosial budaya Indonesia dengan negara-negara Asia Tengah yang
memiliki kedekatan latar belakang sejarah dan sosial keagamaan masyarakatnya
perlu untuk terus ditingkatkan. Hal ini dilakukan dalam bentuk people to people
contact dan people-driven activities. Dengan semakin meningkatnya hubungan
sosial budaya, Indonesia semakin dikenal di negara-negara tersebut. Secara
langsung maupun tidak langsung, kerja sama sosial budaya dapat mendukung
dan memperkuat kerja sama politik dan ekonomi.
Peningkatan kerja sama sosial budaya dilakukan Indonesia antara lain
dengan menyediakan beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) dan
Darmasiswa serta BSBI kepada warga negara-negara Asia Tengah untuk belajar
dan mengenal budaya Indonesia. Dalam skema beasiswa KNB dan Darmasiswa,
56
dari Uzbekistan terdapat 90 pelajar pada periode 2005-2014 yang belajar di
Indonesia. Sementara dari Tajikistan pada periode 2010-2016 terdapat 6 orang
peserta Beasiswa Darmasiswa. Dari Azerbaijan, pada tahun 2011-2014 terdapat 4
orang peserta Program beasiswa Darmasiswa dan 2 orang peserta beasiswa KNB
pada periode periode 2010-2014.
Sementara untuk BSBI, terakhir kali dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus
2016. Pada saat itu terdapat peserta dari Azerbaijan dan Kazakhstan di antara 48
orang peserta dari berbagai negara sahabat. Tema yang diangkat pada BSBI 2016
adalah "Thousand Islands Made in Heaven". Kurikulum yang diajarkan dalam
program BSBI utamanya adalah Bahasa Indonesia, seni budaya dan agama,
kegiatan sosial, serta kearifan lokal.55
Selain itu, Indonesia juga menyediakan program pelatihan teknis untuk
negara-negara Asia Tengah. Di antaranya adalah program International Training
Course for Mid-Career Diplomats di Pusdiklat Kemlu yang diikuti oleh seorang
peserta Tajikistan pada tahun 2009 dan tahun 2011 serta program capacity
buliding for diplomats of NAASP’s members yang diselenggarakan Pusdiklat Kemlu
pada bulan November 2016 yang diikuti seorang peserta dari Azerbaijan.
Dengan berbagai promosi budaya dan kedekatan sejarah tersebut, Indonesia
cukup dikenal dengan baik di negara-negara Asia Tengah, khususnya di
Azerbaijan dan Uzbekistan. Di Azerbaijan terdapat Pusat Studi Indonesia di
Azerbaijan University of Languages di Kota Baku yang sejak tahun 2010 menerima
sekitar 10 orang mahasiswa setiap tahunnya. Sedangkan di Uzbekistan, Bahasa
Indonesia diajarkan di dua perguruan tinggi di Tashkent, yaitu Tashkent University
of World Languages (TSUWL) sejak tahun 2002 dan Tashkent Institute of Oriental
Studies (TIOS) sejak tahun 2004.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian beasiswa oleh
pemerintah Indonesia memberikan manfaat yang positif dan diharapkan dapat
terus ditingkatkan. Pemberian beasiswa kepada kalangan pemuda dapat
mendekatkan Indonesia dan Asia Tengah yang akan dirasakan manfaatkanya
dalam 10-20 tahun ke depan, terutama pada saat para penerima beasiswa menjadi
pemimpin di negara masing-masing. Mereka akan mempunyai kedekatan
emosional dengan Indonesia.
Popularitas Indonesia juga nampak pada perkembangan olahraga Silat di
Asia Tengah. Di Azerbaijan, setiap tahun diselenggarakan Kejuaraan Pencak Silat
se-Azerbaijan yang diikuti sekitar 38 perguruan pencak silat. Pada tahun ini
diselenggarakan Kejuaraan yang ke-10 pada tanggal 30 April hingga 1 Mei 2016 di
Baku. Federasi Pencak Silat Azerbaijan didirikan tahun 2005 dan pada saat ini
55 Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) merupakan kegiatan Kemlu RI yang telah dilaksanakan selama 14 (empat belas) tahun sejak tahun 2003. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan berbagai ragam identitas dan kepribadian bangsa Indonesia yang khas seperti sikap menghargai keberagaman/kebhinekaan, kekeluargaan, kesantunan, toleransi, dan keterbukaan. Peserta BSBI diharapkan menjadi friends of Indonesia di masa mendatang. Selama 14 tahun pelaksanaan, kegiatan BSBI telah menghasilkan 658 lulusan dari 60 negara.
57
tercatat anggotanya mencapai sekitar 10.000 orang.56 Di Uzbekistan, olahraga
pencak silat juga cukup yang populer. Saat ini terdapat tujuh cabang federasi
pencak silat di Uzbekistan.
Grafik 14. Kejuaraan Pencak Silat se-Azerbaijan ke-10 tahun 2016 57
People to people contact antara Indonesia dan Asia Tengah selama ini juga
dilakukan oleh kalangan perguruan tinggi, salah satunya adalah kerja sama
antara Universitas Gunadarma dan Universitas di Asia Tengah dalam bentuk:
a. Pelaksanaan turnamen catur di Tashkent pada tahun 2010, pertukaran
mahasiswa dan dosen, seminar dan workshop bersama, penelitian bersama,
penerbitan buku bersama, penyelenggaraan hari besar Uzbekistan di
Indonesia, dan Indonesia Corner.
b. Pelaksanaan Indonesia-Uzbekistan International Joint Conference yang telah
dilaksanakan lima kali secara bergantian di Indonesia dan Uzbekistan sejak
tahun 2011.58 Konferensi ini dihadiri oleh kalangan akademisi tidak hanya
56 Pencak Silat Azerbaijan telah mengukir banyak prestasi. Di antaranya, peringkat ke-2 pada London Open Championship tahun 2006, peringkat ke-2 Malaysia World Championship tahun 2007, 1 (satu) medali emas dalam European Championship di Zurich tahun 2008, serta 6 (enam) emas, 2 perak, dan 1 perunggu di France European Championship tahun 2013. Pencak Silat akan ditampilkan pada pembukaan Islamic Solidarity Games ke-4 yang akan digelar di Baku pada bulan Mei 2017.
Pada Pemerintahan Presiden Jokowi, BKPM akan melakukan pemasaran
secara aktif dan terfokus untuk menarik investasi asing dari 19 negara di lima
kawasan, yaitu Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Taiwan, Hongkong, India (Asia
Timur); Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand (Asia Tenggara); Inggris, Belanda,
Jerman, Italia (Eropa); Amerika Serikat dan Kanada, Timur Tengah, Australia dan
Rusia. Meskipun negara-negara Asia Tengah belum menjadi fokus utama,
pemasaran tetap dilakukan dengan memanfaatkan keberadaan Perwakilan RI di
luar negeri. Perwakilan RI juga aktif mencari peluang investasi di luar negeri dan
memfasilitasi perusahaan Indonesia yang ingin berinvestasi ke luar negeri.
Investasi dipandang berperan penting sebagai pembuka jalan penetrasi ekonomi
Indonesia.
Indonesia merupakan negara terbesar ke-29 sumber investasi yang masuk
ke Asia Tengah. Nilai total investasi Indonesia di Asia Tengah mencapai USD 81,7
juta, masih berada di bawah Malaysia yang berada di peringkat 15 dengan nilai
mencapai USD 583 juta. Berdasarkan data BKPM, perusahaan Indonesia yang
telah melakukan investasi di Asia Tengah. Indonesia telah mempunyai kerja sama
Perjanjian Promosi Dan Perlindungan Penanaman Modal (P4M) dengan hampir
seluruh negara Asia Tengah, kecuali dengan Kazakhstan dan Azerbaijan. Namun
demikian, Pemerintah Indonesia saat ini sedang mengevaluasi perjanjian P4M
tersebut, karena pada prinsipnya ada atau tidak adanya instrumen tersebut
semua investasi harus dilindungi. Hal ini menyebabkan pembahasan MoU P4M
dengan Kazakhstan dan Azerbaijan untuk sementara dihentikan.
Tabel 20. Daftar Kerja Sama Penanaman Modal dengan Negara Asia Tengah71
71
Presentasi Ibu Natalia Retna Kentjana SH.,LL.M., Direktur Pengembangan Promosi Investasi BKPM
dalam FGD Penyusunan TOR Kajian Mandiri 2016, Bogor, 26-27 Januari 2016.
76
AZERBAIJAN
Menarik investasi asing di bidang non migas menjadi salah prioritas ekonomi
pemerintah Azerbaijan. Beberapa sektor yang diprioritaskan adalah pertanian dan
pemrosesan makanan, industri kimia dan farmasi, industri ringan (tekstil, produk
kulit, furniture), permesinan, dan Informasi Teknologi.
Pada tahun 2014, Azerbaijan menerima investasi asing sebesar AZN 4,8
miliar. Lima negara investor terbesar di Azerbaijan adalah Inggris sebesar AZN 1,5
miliar (32,4 persen), Norwegia sebesar AZN 902 juta (18,5 persen), Turki sebesar
AZN 418 juta (8,6 persen), Amerika Serikat sebesar AZN 380 juta (7,8 persen), dan
Perancis sebesar AZN 329 juta (6,7 persen). Pada tahun 2015, sampai dengan
bulan April, nilai investasi asing mencapai AZN 811 juta, meningkat 31,06 persen
dibanding periode yang sama pada tahun 2014.
Untuk menarik investor, Azerbaijan menawarkan stabilitas politik dan
keamanan dalam negeri, infrastruktur fisik (darat, laut dan udara) yang
menghubungkan negara tersebut dengan kawasan di sekitarnya, serta fasilitas dan
prosedur kemudahan dalam berinvestasi. Berdasarkan peringkat World Bank,
pada tahun 2015 dan 2016 kemudahan berbisnis (ease of doing business) di
Azerbaijan menempati peringkat ke-63 (jauh di atas Indonesia yang menempati
urutan ke 109).
Sejauh ini belum tercatat foreign direct investment (FDI) dari Indonesia ke
Azerbaijan dan sebaliknya. Meskipun tidak tertutup kemungkinan ada investasi
dalam skala kecil yang tidak tercatat, misalnya dalam pertemuan dengan Kadin
Azerbaijan, terdapat pebisnis Azerbaijan yang mengaku telah berinvestasi di
bidang pemasaran produk pewangi ruangan di Depok.
Adanya minat pebisnis Azerbaijan untuk berinvestasi di Indonesia, antara
lain karena potensi ekonomi Indonesia yang sangat besar, biaya produksi yang
masih relatif murah dibanding negara tetangga Azerbaijan, serta ketersediaan
bahan baku. Misalnya terdapat keinginan pebisnis Indonesia untuk membuka
pabrik furniture di Indonesia, namun masih menemui kendala adanya peraturan
yang melarang WNA memiliki tanah di Indonesia. Selain itu, yang bersangkutan
belum menemukan mitra bisnis yang tepat karena kurangnya trust terhadap
pebisnis Indonesia.
Merujuk keinginan Indonesia untuk menjadikan Azerbaijan sebagai negara
yang mendukung ketahanan energi Indonesia, ditawarkan agar Pertamina dapat
berinvestasi di sektor energi di Azerbaijan. Sebagai pembanding, Petronas pada
April 2015 telah berinvestasi di beberapa proyek di Azerbaijan dengan nilai total
USD 2,25 miliar.
Potensi kerja sama investasi yang sedang dijajaki adalah di bidang energi, di
antaranya adalah investasi Pertamina di Azerbaijan dan investasi pembangunan
kilang minyak di Indonesia, serta kerja sama sektor energi baru terbarukan dan
ketenagalistrikan, termasuk partisipasi dalam proyek 35.000 MW bagi investor
Azerbaijan di Indonesia.
77
KAZAKHSTAN
Pemerintah Kazakhstan terus berupaya menciptakan iklim investasi yang
kondusif bagi para investor. Hal ini dilakukan untuk dapat menarik investasi
sebanyak mungkin ke Kazakhstan terutama di bidang infrastruktur, permesinan,
dan industri berat. Hal ini selaras dengan target Pemerintah Kazakhstan untuk
dapat menarik investasi sebesar USD 10 miliar tiap tahunnya untuk sepuluh
tahun ke depan yang diharapkan akan menciptakan lebih dari 60 ribu pekerjaan
baru. Investor Indonesia disambut baik apabila ingin berinvestasi di Kazakhstan.
Investor yang ingin berinvestasi ke Kazakhstan sebaiknya fokus pada
sektor-sektor yang menjadi prioritas pemerintah, di antaranya Infrastruktur,
permesinan, kimia, pengolahan makanan, metalurgi, dan pertanian. Pada sektor-
sektor tersebut Pemerintah Kazakhstan memberikan banyak insentif seperti tax
holiday, kemudahan pengurusan ijin kerja bagi pekerja asing, dan bebas bea cukai
impor sehingga membuat investasi lebih profitable.
Kazakhstan menajdi negara di Asia Tengah yang cukup menjanjikan karena
berdasarkan Index Ease of Doing Business 2016, Kazakhstan menempati peringkat
ke-41 di Dunia, jauh lebih baik apabila dibandingkan negara-negara lain di Asia
Tengah. Kazakhstan juga menempati peringkat ke-25 dari 189 negara yang di
survei oleh World Bank untuk kriteria perlindungan terhadap investor.
Guna menarik investor asing, Kazakhstan berencana membangun ‘Astana
International Financial Centre’ pada tahun 2017 yang akan dijadikan hub bagi
sektor perbankan konvensional, Islami, dan reasuransi guna menopang sumber
pendanaan proyek-proyek investasi besar. Selain itu, guna meningkatkan iklim
investasi agar sesuai dengan standar internasional, Pemerintah Kazakhstan telah
melakukan kerjasama dengan European Union, OECD dan institusi keuangan
internasional. Institusi keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan ADB
sangat mendukung program reformasi iklim usaha di Kazakhstan serta
memberikan kucuran pinjaman sebesar USD 9 miliar.
Kazakhstan juga menekankan pentingnya pelatihan tenaga kerja professional
dan terampil untuk mendukung program investasinya. Untuk itu, Kazakhstan
sedang melirik kerja sama pendidikan kejuruan (vocational) dengan Jerman,
Kanada, Australia, dan Singapura. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi Indonesia
untuk menjajaki kerjasama pendirian sekolah tinggi kejuruan mengingat Indonesia
juga telah memiliki beberapa institusi pendidikan tinggi kejuruan ternama.
Untuk mendukung pemerataan investasi dan pembangunan, Pemerintah
Kazakhstan juga berupaya menciptakan mesin-mesin pertumbuhan di daerah.
Rencana tersebut tertuang di dalam dokumen ‘Busines Road Map 2020’ yang akan
menstimulasi tumbuhnya usaha kecil dan menengah di sekitar proyek-proyek
besar yang ada di daerah. Selain itu, Pemerintah Kazakhstan juga berupaya
meningkatkan konektivitas antar daerah di Kazakhstan agar arus perdagangan
barang dan jasa dapat berjalan lancar.
78
UZBEKISTAN
Kebijakan pemerintahan Uzbekistan dalam beberapa tahun terakhir berhasil
mewujudkan stabilitas politik dan keamanan serta mendorong pertumbuhan
ekonomi dan capaian lainnya. Pendapatan negara semakin meningkat, terciptanya
lapangan pekerjaan baru, dan menurunnya angka penganguran. Pemerintah
Uzbekistan juga berhasil mendorong investasi asing melalui berbagai kebijakan
yang pro pasar dan good governance. Pada tahun 2015, Uzbekistan berhasil
menarik investasi senilai US$ 16 milyar, meningkat dibandingkan tahun 2014
yang mencapai US$ 14,6 milyar.
Uzbekistan mendorong investasi asing, terutama di sektor produksi nasional
yang menggunakan bahan baku dalam negeri. Kebijakan ini dilakukan guna
mendorong pertumbuhan industri nasional, transfer teknologi dan tumbuhnya
lapangan kerja baru. Terkait kebijakan ini, Uzbekistan cenderung membatasi
ekspor raw material seperti minyak, kapas, hasil tambang, dll.
Hubungan investasi antara RI dan Uzbekistan berlangsung dua arah. Di
tahun 2013, total investasi Uzbekistan di Indonesia tercatat USD 51,45 juta. Pada
periode Januari 2010-September 2013, Uzbekistan telah melakukan investasi di
Indonesia pada dua proyek migas dengan nilai realisasi investasi sebesar USD 1,2
juta. Selain itu, investasi Uzbekistan lainnya adalah di bidang batu bara (PT.
Kaltrans Resources) sebesar USD 50 juta dan di bidang pariwisata sebesar USD
250 ribu.
Nilai investasi Indonesia di Uzbekistan masih tergolong kecil dibandingkan
dengan negara-negara dari Asia Tenggara. Sejumlah investasi asing Indonesia
yaitu sektor perhotelan (Hotel Le Grande) mencapai USD 38 juta dan Uzi Telekom
Joint Venture senilai USD 218 juta. Sementara itu, investasi produksi tekstil
Indorama (Indorama Kokand Textiles) di Uzbekistan bernilai USD 42 juta namun
tercatat sebagai investasi dari Singapura.
Uzbekistan dalam menarik investasi asing melakukan sejumlah kebijakan
ekonomi, antara lain yaitu perlindungan investor asing, pengurangan intervensi
pemerintah di sektor swasta, kemudahan investasi asing serta pemberian insentif
lainnya. Uzbekistan berupaya menjadi hub internasional untuk kawasan Asia
Tengah. Beberapa modalitas yang dimiliki Uzbekistan sebagai hub yang potensial
di kawasan yaitu, i). telah memiliki jalur logistik (railways, jalan raya), antara lain
jalan yang menghubungkan Uzbek dengan Afghanistan; ii). SDM yang terdidik; iii).
Ketercukupan energi dalam negeri (self sufficient of energy).
Hingga tahun 2016, Uzbekistan telah membentuk 3 (tiga) zona ekonomi dan
industri khusus, yaitu i). Free Industrial Economic Zone (FIEZ) di Navoi; ii). Special
Industrial Zone (SIZ) di Angren; dan iii). Special Industrial Zone (SIZ) di Djizak.
Beberapa kemudahan/fasilitasi diberikan kepada investor asing untuk
mengembangkan ketiga zona ekonomi tersebut, seperti pembebasan pajak dalam
kurun waktu tertentu, penangguhan bea cukai impor mesin produksi, bahan
mentah (raw material) serta komponen produksi lainnya.
79
Dengan berinvestasi di Uzbekistan, pebisnis Indonesia dapat memanfaatkan
Free Trade Agreement (FTA) antara anggota CIS dan Georgia. Produk-produk yang
dihasilkan oleh negara-negara tersebut mendapatkan beberapa fasilitas, seperti
duty-free access atau tanpa dikenakan tarif. Potensi pasar Asia Tengah (90 juta
penduduk) dan negara-negara anggota CIS (300 juta penduduk) merupakan pasar
potensial bagi kalangan investor Indonesia.
Dengan Uzbekistan, pengusaha Indonesia mempunyai banyak peluang untuk
menjalin kerja sama dengan pengusaha negara tersebut antara lain dalam produk
cotton fiber dan cotton yarn, buah dan sayur olahan, kabel listrik, mineral
fertilizers, energi dan tekstil. Lebih jauh lagi, Uzbekistan juga mengundang
pengusaha Indonesia untuk berinvestasi di Uzbekistan untuk produksi bersama:
produk pertanian, makanan dan sayuran yang diawetkan, daging dan susu,
sepatu, mesin pabrik, furniture, alat komunikasi, peralatan rumah tangga, materi
konstruksi dan perlengkapan komputer.
Kedua negara juga berpeluang untuk menjalin kerja sama dalam Industri
tekstil karena Indonesia mempunyai industri tekstil yang maju, sementara
Uzbekistan merupakan salah satu negara penghasil utama cotton di Indonesia.
Selain itu adalah industri ban mobil Indonesia di pasar Uzbekistan. Kebutuhan
Uzbekistan akan ban mobil saat ini cukup tinggi, sementara ban produksi
Indonesia dianggap durable. Namun hanya dapat digunakan pada musim panas,
sehingga ada potensi kerja sama industri ban Indonesia yang all season untuk
pasar Uzbekistan. Sejalan dengan sasaran promosi perdagangan tahun 2016 ke
negara-negara non-tradisonal, Uzbekistan merupakan pasar yang baru bagi
Indonesia. Produk yang berpotensi dipasarkan adalah elektronik, otomotif, dan
produk tekstil.
Selain itu, kalangan pelaku usaha Indonesia dapat bekerja sama dan
melakukan joint venture dengan mitra usaha setempat di bidang pariwisata. Sektor
pariwisata sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata ziarah
alternatif. Uzbekistan dengan kekayaan situs peninggalan peradaban Islam beserta
karya-karya peninggalan cendekiawan muslim legendaris seperti Al-Bukhari, Ibnu
Tarmizi, dan Ibnu Sina menjadi salah satu daya destinasi bagi wisatawan
Indonesia, terutama dari kalangan Jemaah umroh. Hal penting yang patut dicatat
terkait mekanisme profit sharing dalam kerja sama usaha patungan (joint venture),
terutama mengenai konversi nilai tukar mata uang yang disepakati bersama kedua
pihak terkait.
Peran dan dukungan pemerintah Indonesia sangat diperlukan bagi kalangan
bisnis Indonesia yang akan melakukan hubungan ekonomi
(perdagangan/investasi) di Uzbekistan. Sistem pemerintahan yang masih
sentralistik (presiden) masih sangat dominan walaupun Uzbekistan telah
menyatakan diri sebagai negara demokrasi. Peranan pemerintah melalui
pertukaran kunjungan tingkat tinggi (high level visit) sangat membantu penetrasi
bisnis pelaku usana nasional yang hendak melakukan kegiatan usaha di
Uzbekistan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kunjungan high level visit
dilakukan oleh sejumlah negara seperti Tiongkok, Korsel, Jepang, India, dan
80
Vietnam untuk membuka peluang dan konsesi kerja sama ekonomi dengan
Uzbekistan.
Meskipun Uzbekistan mempunyai potensi investasi yang cukup besar, namun
pengalaman investasi Petronas di Uzbekistan dapat menjadi pelajaran berharga
bagi Indonesia. Petronas mengalami kegagalan karena inkonsistensi peraturan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Petronas dikenakan pajak
berganda) sehingga investasi Petronas menjadi tidak menguntungkan. Setelah
beroperasi selama 1 tahun, Petronas akhirnya menarik diri dari Uzbekistan.
Petronas pada akhirnya juga tidak bisa membawa keluar aset yang tersisa dari
Uzbekistan.
Namun nasib Petronas tidak perlu membuat pebisnis Indonesia berkecil hati.
Terdapat success story perusahaan Indonesia yang berinvestasi di Asia Tengah,
yaitu Indorama yang mempunyai perusahaan pemintalan kapas di Uzbekistan.
Mereka bisa mengatasi hambatan di lapangan, misalnya kesulitan devisa diatasi
dengan membawa mata uang asing langsung dari luar negeri ke Uzbekistan. Bagi
Uzbekistan hal ini menguntungkan karena sebagai sumber devisa. Pengalaman ini
bisa menjadi rujukan bagi pebisnis Indonesia.
Iklim bisnis di Uzbekistan diharapkan dapat semakin membaik di bawah
Presiden Shavkat Mirziyoyev yang baru terpilih dalam Pemilihan Presiden pada
tanggal 4 Desember 2016. Presiden Mirziyoyev diprediksi akan melanjutkan
kebijakan politik dan keamanan almarhum Presiden Islam Karimov, namun dalam
hal kebijakan ekonomi akan lebih fleksibel dan terbuka, karena Uzbekistan
memerlukan banyak investasi asing.
TAJIKISTAN
Pemerintah Tajikistan menjadikan sektor PMA sebagai prioritas utama untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Tajikistan. Dengan
demikian, Pemerintah memberikan dukungan penuh dengan pemberian izin
kepemilikan 100 persen sahan untuk perusahaan asing yang menanamkan
modalnya. Pada tahun 2014, investasi asing di Tajikistan mencapai USD 377,4
juta. Negara-negara utama sumber investasi di Tajikistan adalah Tiongkok sebesar
USD 105,3 juta, Inggris sebesar USD 78,8 juta, Iran sebesar USD 77,3 juta, Rusia
sebesar USD 47 juta, dan Qatar sebesar USD 16,9 juta. Dari negara-negara lain
tercatat sebesar USD 37,4 juta.
Pada tahun 2015, angka investasi asing ke Tajikistan meningkat menjadi
USD 470,86 juta. Tiongkok masih menjadi negara sumber investasi asing terbesar
senilai USD 272,5 juta, Uni Eropa sebesar USD 108,4 juta, Rusia sebesar USD
34,8 juta, Turki sebesar USD 19,3 juta, dan Amerika Serikat sebesar USD 10,7
juta. Faktor utama yang mendorong peningkatan investasi tersebut adalah lokasi
geografis yang strategis, politik dan stabilitas ekonomi, dinamika reformasi yang
positif, sistem jaminan dan preferensi bagi investor, ketersediaan sumber daya
alam, komitmen politik pemerintah yang tinggi, serta peluang investasi yang
beragam.
81
Jaminan kepada investor diberikan dengan adanya peraturan pemerintah
yang memastikan antara lain kesamaan hak bagi investor di dalam dan luar
negeri, jaminan tidak adanya gangguan dari pemerintah dalam berbisnis, hak
menggunakan dan mentransfer pendapatan ke luar negeri, hak atas kekayaann
intelektual, hak menggunakan sumber daya alam, adanya perjanjian konsesi
pembebasan pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan bea impor untuk
proyek yang menjadi prioritas pemerintah. Proyek tersebut di antaranya adalah
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), pertambangan, konstruksi,
pengolahan serat kapas, pengembangan pertanian, pembangunan Usaha Kecil dan
Menengah serta industri pariwisata dan jasa.
Dalam pertemuan Presiden Indonesia dengan Presiden Tajikistan pada
tanggal 1 Agustus 2016, disepakati untuk meningkatkan kerja sama investasi
kedua negara. Pemerintah Tajikistan mengharapkan partisipasi pengusaha
Indonesia dalam pembangunan ekonomi Tajikistan melalui investasi di berbagai
sektor, antara lain:
a. Industri tekstil yang diharapkan pengusaha Indonesia dapat membangun
pabrik tekstil atau bekerjasama dengan industri setempat untuk mengelola
hasil pertanian kapas di Tajikistan. Pemerintah Tajikistan mengharapkan
dapat dikembangkan industri tekstil di negaranya dengan menggunakan
teknologi Indonesia.
b. Industri peternakan, khususnya pengembangan ternak sebagaimana yang
telah dikembangkan oleh Indonesia melalui Program Inseminasi Buatan.
c. Industri pengelolaan hasil pertanian berupa teknologi pengalengan dan
pengepakan.
d. Industri pertambangan untuk eksplorasi tambang perak, aluminium dan
batu bara
e. Industri pariwisata baik dalam bentuk investasi jasa manajemen maupun
pembangunan perhotelan. Tajikistan yang terdiri dari 93% wilayah
pegunungan berpotensi untuk pengembangan eco-tourism dan travelling yang
belum digarap dengan baik.
f. Investasi di sektor pembangunan jalan raya dan jalur kereta api.
Meskipun potensi kerja sama investasi kedua negara cukup besar, sejauh
ini belum tercatat investasi asing yang dilakukan Indonesia di Tajikistan dan
sebaliknya. PT. Data Ina, perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang
komunikasi, pernah melakukan pembicaraan dengan Kementerian Komunikasi
Tajikistan untuk investasi senilai USD 1 juta dalam pembangunan satellite data
communication untuk membangun infrastruktur layanan jasa komunikasi melalui
fasilitas VSAT (Very Small Aperture Terminal). Namun hingga saat ini belum ada
perkembangan.
82
KYRGYZSTAN
Di antara negara-negara Asia Tengah lainnya, Kyrgyzstan merupakan negara
yang paling liberal dalam menjalankan sistem perekonomiannya. Negara tersebut
telah masuk menjadi anggota WTO ke-133 pada 20 Desember 1998 dan Eurasian
Economic Union (EAEU) sejak tahun 2014. Upaya liberalisasi ekonomi dilakukan
Pemerintah Kyrgyz dengan membangun sejumlah kawasan berikat, kawasan
pariwisata, deregulasi sektor telekomunikasi, perbankan serta privatisasi sejumlah
perusahaan negara dengan meningkatkan investasi asing.
Kondisi geografis Kyrgyzstan yang berupa pegunungan cocok dimanfaatkan
untuk peternakan dan pertanian. Komoditas pertanian utama Kyrgyzstan
mencakup gandum, kapas, tembakau, sayur mayur, buah, dan bit gula.
Komoditas utama lainnya berupa wol, daging, dan produk olahan susu. Pada
tahun 2015, sektor pertanian menyumbang 55% GDP Kyrgyzstan dan 32% tenaga
kerja Kyrgyzstan bekerja di sektor ini.
Republik Kyrgyz memiliki cadangan mineral yang kaya seperti batu bara,
emas, uranium, antimony, dan material rare-earth lainnya. Pemerintah Kyrgyz
mengharapkan investasi asing di bidang pertambangan dan metalurgi, namun
kondisi dalam negerinya kurang mendukung. Kyrgyzstan juga memiliki sumber air
yang melimpah dan kondisinya yang bergunung-gunung membuat negara ini
dapat memproduksi dan mengekspor listrik dari PLTA dalam jumlah yang besar.
Potensi investasi di Kyrgyzstan mencakup tambang, kesehatan, infrastruktur.
Beberapa potensi pertambangan yang ada di Kyrgyz:
1. Tambang emas Taldybulak. Pemerintah Kyrgyz mulai mengoperasikan
tambang emas Taldybulak Levoberezhny yang terletak 120 km di sebelah
Timur dari kota Bishkek. Eksplorasi tambang emas tersebut dilakukan oleh
Perusahaan Altynken LLC yang merupakan gabungan dari perusahaan
tambang China dan Kyrgyz. Tambang emas ini diperkirakan memiliki
cadangan emas sebanyak 65 ton dan masih mendapat tambahan cadangan
sebanyak 10-20 ton. Tambang emas tersebut diperkirakan akan menambah
pendapatan Kyrgyz sebesar US$ 282 Juta dalam waktu 19 tahun mendatang.
2. Tambang emas di wilayah Sredniy Chanach, Kuylyu dan Echkilitash dan
tambang pasir dan batu di wilayah Ak-Suu serta Grigor.
3. Tambang emas Akbaltyrkanskoye di wilayah Jalal Abad.
4. Tambang pasir dan kerikil Bazarkorgonskiy, Djai Aryk, Sahydan say dan
tambang batu bara Kok Yangak.
Kedua negara telah mempunyai Perjanjian Peningkatan dan Perlindungan
Penanaman Modal (P4M) yang ditandatangani pada tanggal 18 Juli 1995, namun
sudah diakhiri sejak tanggal 24 Februari 2014. Meskipun potensial, sejauh ini
kerja sama kedua negara di bidang investasi belum banyak berkembang. Belum
tercatat adanya investasi Indonesia di Kyrgyzstan. Sebaliknya, Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) mencatat pada triwulan II tahun 2015 terdapat
investasi dari Kyrgyz di Indonesia sebanyak 1 proyek namun tidak tercantum nilai
investasinya.
83
TURKMENISTAN
Kerja sama di bidang investasi antara kedua masih belum ada, meskipun
kedua negara telah memiliki Perjanjian kerja sama Peningkatan dan Perlindungan
Atas Penanaman Modal yang ditandatangani pada tanggal 2 Juni 1994 di Jakarta.
Kedua negara sempat menjajaki kerja sama untuk membangun rel kereta api di
Turkmenistan. Pada Februari 1993, sempat ditandatangani MoU antara PT. Wijaya
Karya dan PT. Proma Comexindo dengan Pemerintah Turkmenistan (yang diwakili
Menteri Industri Bangunan Material Turkmenistan, Khalmaoukhamed
Orazsakhatov) untuk membangun Railway Concrete Sleeper Plant, Electricity
Concrete Pile Plant dan Solar Energy Product Factory. Pembangunan rel kereta api
di Turkmenistan direncanakan sepanjang 2.000 km. Sebagai imbalannya
Turkmenistan bermaksud membayar dengan kapas dan hasil komoditi lainnya.
Namun sayangnya rencana tersebut belum dapat terealisasi.
B.3. KERJA SAMA PARIWISATA
Sektor kerja sama lainnya yang perlu digiatkan antara Indonesia dan Asia
Tengah adalah pariwisata.72 Tidak hanya penting untuk mendatangkan devisa
negara, sektor pariwisata mempunyai multiplier effect yang besar untuk mendorong
peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi, khususnya di pasar non
tradisional yang belum banyak dikenal.
Pada saat ini, jumlah populasi Asia Tengah mencapai lebih dari 77 juta jiwa
dengan GDP total mencapai USD 353,776 miliar dan rata-rata GDP Perkapita Asia
Tengah mencapai USD 4.497,6. Dengan jumlah populasi yang cukup besar,
pendapatan yang cukup tinggi, Asia Tengah merupakan pasar yang potensial bagi
Indonesia. Apalagi dengan kondisi alam Asia Tengah yang landlocked dan beriklim
dingin, menyebabkan warganya sangat mnyukai kondisi alam Indonesia yang
beriklim tropis dan banyak terdapat pantai.
Dari keenam negara Asia Tengah, Kazakhstan yang mempunyai populasi
sebesar 17 juta jiwa dan GDP perkapita yang mencapai USD 6.500,- merupakan
pasar yang paling menarik karena mempunyai kelas menengah yang paling
banyak dan daya beli tinggi. Demikian halnya dengan Turkmenistan yang
meskipun populasinya hanya 5,5 juta jiwa namun GDP perkapita cukup tinggi
sebesar USD 6.500,- juga cukup prospektif. Selain itu terdapat Azerbaijan dengan
penduduk lebih dari 9,7 juta dengan perekonomian termaju dan pendapatan per
kapita sebesar US$ 5.700 yang masyarakatnya (kelas menengah dan atas) gemar
berwisata pada saat liburan musim panas. Setiap tahun terdapat 4,3 juta turis
dari Azerbaijan bepergian ke luar negeri, hal ini merupakan potensi yang perlu
digarap lebih lanjut oleh Indonesia.
Faktor utama yang mempengaruhi pertimbangan wisatawan Azerbaijan
dalam memilih tujuan wisata adalah potensi dan ketersediaan infrastruktur
wisata, tingkat kemahalan, kemudahan penerbangan (jika memungkinkan
72 Saat ini Indonesia telah mempunyai perjanjian kerja sama di bidang pariwisata dengan Kyrgyzstan
(18 Juli 1995), Uzbekistan (8 April 1995) dan Tajikistan (28 Oktober 2003).
84
maksimal penerbangan 6 jam) serta kemudahan visa. Sejauh ini negara-negara
Eropa dan negara-negara di sekitarnya masih menjadi tujuan utama turis
Azerbaijan. Minat utama wisatawan Azerbaijan adalah relaxing tourism di kawasan
pantai dan pegunungan serta spa. Wisatawan umumnya adalah kelompok kecil
yaitu satu keluarga yang memanfaatkan liburan musim dingin (Desember-Januari
serta libur panjang Novruz). Dalam hal ini Bali masih menjadi tujuan utama
mereka di Indonesia. Bali dipandang sebagai alternatif Maladewa yang harganya
jauh lebih tinggi. Selain itu, pembebasan visa oleh Indonesia yang diterapkan sejak
tahun lalu dipandang sangat membantu.
Dengan adanya kemiripan budaya antara Azerbaijan dan negara-negara
Asia Tengah lainnya, karakteristik wisatawan Azerbaijan boleh jadi mempunyai
kesamaan dengan wisatawan negara Asia Tengah lainnya. Oleh karena itu,
infomasi ini dapat menjadi pijakan awal dalam melaksanakan promosi pariwisata
ke Asia Tengah.
Meskipun Indonesia sudah cukup dikenal oleh masyarakat Asia Tengah
sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, namun masyarakat
disana masih kurang aware dengan potensi wisata Indonesia. Kunjungan
wisatawan Asia Tengah ke Indonesia akan jauh meningkat sekiranya awareness
mereka tentang Indonesia semakin meningkat. Public awareness campaign ini
perlu dengan pelaksanaan promosi pariwisata, di antaranya dengan
memanfaatkan media massa, pameran TTI Indonesia dalam skala besar di tempat
umum, serta familiarization trip.
Media promosi pariwisata Indonesia di Asia Tengah, baik yang berbentuk
cetak, visual, ataupun digital, sebaiknya menggunakan bahasa setempat untuk
mempermudah penerimaan informasi yang lebih efektif. Ketersediaan pemandu
wisata yang berbahasa Rusia di destinasi-destinasi wisata populer juga dirasa
cukup penting untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan asal Asia Tengah.
Seperti halnya wisatawan mancanegara lainnya, pelayanan, fasilitas, dan akses
yang baik menjadi kebutuhan dasar wisatawan Asia Tengah yang harus menjadi
perhatian stakeholder pariwisata di Indonesia.
Selain itu, perlu diprioritaskan pembangunan infrastrukturnya, termasuk
upaya merintis penerbangan langsung dan pemberian kemudahan visa. Semakin
banyak penerbangan langsung akan mendukung upaya mencapai target Indonesia
menarik wisatawan Asia Tengah. Karenanya perjanjian kerja sama angkutan udara
(Air Service Agreement) antara Indonesia dengan sebagian besar negara Asia
Tengah perlu untuk diimplementasikan dengan pembukaan penerbangan
langsung antara Indonesia dengan negara-negara Asia Tengah, terutama
Kazakhstan dan Azerbaijan. Di samping pariwisata, pembukaan jalur penerbangan
langsung juga dapat mengatasi tantangan pengiriman logistik produk-produk
komoditi ekspor yang dapat semakin memperkenalkan budaya dan potensi yang
dimiliki Indonesia.
Saat ini tidak terdapat penerbangan langsung antara Indonesia dan Asia
Tengah. Jumlah lalu lintas penumpang antara Indonesia dan Asia Tengah tercatat
sebanyak 3.858 penumpang, meningkat 131 persen di banding tahun 2013 yang
85
hanya 1.669 penumpang. Meskipun terdapat kenaikan signifikan, jumlah tersebut
dipandang belum menguntungkan secara bisnis karena jumlah Passenger per Day
Each Way (PEDW) hanya sebanyak 5 orang per hari. Atas alasan tersebut, Garuda
Indonesia belum mempertimbangkan untuk membuka penerbangan langsung ke
Asia Tengah. Namun demikian, Garuda Indonesia sudah berupaya merintis
penerbangan ke kawasan Asia Tengah dengan menjalin codeshare partnership
dengan Etihad yang mempunyai jaringan kuat di Timur Tengah dan Asia Tengah.
Dari jumlah lalu lintas penumpang antara Indonesia dan Asia Tengah,
jumlah terbanyak adalah dengan Kazakhstan, yang mencapai 3.254 penumpang
pada tahun 2015. Hal ini tidak terlepas dari kondisi Kazakhstan yang mempunyai
GDP perkapita tertinggi dan jumlah penumpang di bandar udara yang tertinggi
(6,4 juta penumpang) dibanding negara Asia tengah lainnya. Oleh karena itu,
Kazakhstan merupakan entry point yang paling potensial untuk masuk ke
kawasan Asia Tengah. Dalam hal ini, Garuda dan Air Astana telah mempunyai
kerja sama SPA (Special Prorate Agreement) yang dapat dijadikan katalis untuk
ekspansi jaringan kedua pihak.
Sampai saat ini indonesia telah mempunyai perjanjian hubungan udara
dengan 76 negara. Khusus Asia Tengah, Indonesia telah memiliki perjanjian Air
Services Agreement dengan Kazakhstan pada tahun 2014, Kyrgyzstan pada tahun
1995, Uzbekistan pada tahun 1995, dan Turkmenistan pada tahun 2003 (dengan
Tajikistan dan Azerbaijan belum ada). Namun demikian belum, ada maskapai dari
Indonesia dan beberapa negara tersebut yang beroperasi. Uzbekistan Airways
pernah beroperasi ke Indonesia namun akhirnya dipindah ke Malaysia. Iran Air
dan Mahan Air serta Garuda Indonesia juga pernah merencanakan beroperasi
untuk rute kedua negara namun belum terealiasi.
Saat ini target utama promosi pariwisata Indonesia oleh Kementerian
Pariwisata belum termasuk negara-negara di kawasan Asia Tengah. Meski
demikian bukan berarti potensi wisatawan dari Asia Tengah tidak digarap.
Kementerian Pariwisata akan terus bekerja sama dengan kementerian/lembaga
terkait untuk menyasar potensi wisatawan dari Uzbekistan dan beberapa negara
Asia Tengah yang telah memperoleh bebas visa kunjungan ke Indonesia, yaitu
Kazakhstan, Azerbaijan, dan Kyrgyzstan. Beberapa kegiatan yang telah
direncanakan untuk tahun 2016 oleh Kementerian Pariwisata adalah Kazakhtan
International Travel Fair pada tanggal 20 – 22 April 2016, Sales Mission 2016 di
Uzbekistan pada tanggal 18 – 19 Oktober 2016, serta Sales Mission 2016 di
Kazakhtan pada tanggal 22 – 23 November 2016.
Upaya promosi pariwisata Indonesia yang telah dilakukan antara lain
melalui pengiriman beberapa travel agent dan travel writer dari Azerbaijan untuk
mengikuti program familiarization trip (fam trip) di Indonesia. Selain itu, KBRI Baku
juga telah berpartisipasi mewakili Indonesia untuk ketiga kalinya pada 13th
Azerbaijan International Travel and Tourism Fair (AITF) yang diadakan di Baku,
tanggal 5-7 April 2014. Saat ini diperlukan dukungan industri pariwisata
Indonesia untuk penyelenggaraan temu bisnis antara travel agent kedua negara
86
baik di Indonesia maupun di Azerbaijan. Kerja sama sektor pariwisata yang juga
dapat dijajaki adalah antar lembaga pendidikan kepariwisataan.
Promosi terpadu Perdagangan, Pariwisata dan Investasi perlu dilaksanakan
secara kontinu dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Selain itu, perlu dilakukan market survei secara
berkala dan komprehensif sehingga promosi yang dilakukan akan lebih efektif dan
efisien.
B.4. KERJA SAMA ENERGI
Situasi energi Indonesia saat ini masih belum maksimal untuk menciptakan
ketahanan energi nasional, di antaranya cadangan bahan bakar minyak (BBM)
yang terbatas, subsidi BBM masih besar, menurunnya cadangan sumber energi
(batubara, minyak dan gas bumi), sebagian besar sistem kelistrikan yang masih
defisit dan kritis, serta bauran energi yang masih didominasi sumber daya fosil.
Padahal permintaan akan energi, material, air, dan sumber daya utama yang lain
akan terus meningkat dengan cepat di masa depan.73
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan
Energi Nasional, Kemandirian Energi dan Ketahanan Energi Nasional dicapai
dengan mewujudkan Sumber Daya Energi yang tidak dijadikan sebagai komoditas
ekspor semata tetapi sebagai modal pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Dalam hal ini energi harus menunjang upaya Indonesia untuk berubah dari
struktur ekonomi berbasis sumber daya alam menjadi berbasis industri dan jasa.
Prioritas pengembangan energi nasional didasarkan pada prinsip: (i)
Memaksimalkan penggunaan energi terbarukan dengan memperhatikan tingkat
keekonomian; (ii) Mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi dan energi baru;74 (iii)
Meminimalkan penggunaan minyak bumi; (iv) Menggunakan batubara sebagai
andalan pasokan energi nasional; (v) Serta menggunakan energi nuklir sebagai
pilihan terakhir.
Kerja Sama Internasional di sektor energi hanya dapat dilakukan untuk tiga
hal, yaitu: menjamin ketahanan energi nasional; Menjamin ketersediaan energi
dalam negeri; dan Meningkatkan perekonomian nasional. Kerja sama internasional
dilaksanakan dalam empat bentuk, yaitu: bussiness & investment; transfer of
technology; capacity building; dan energy supply.
Terdapat perbedaan motif kerja sama internasional di bidang energi antara
negara maju dan negara berkembang. Negara maju mempunyai motif: 1.
Mendapatkan jaminan suplai bahan baku untuk industri di negaranya; 2.
Mendapatkan suplai energi untuk menjamin keberlangsungan industri di
negaranya; 3. Mendapatkan akses pasar yang besar untuk produk barang, jasa
73 Presentasi Bapak Hendro Gunawan, Kepala Subbagian Kerja Sama Bilateral Kementerian ESDM, dalam Focis Group Discussion Penyusunan TOR Kajian Mandiri, Bogor, 26 Januari 2016.
74 Dengan perubahan iklim dan komitmen internasional Indonesia untuk mengurangi emisi
karbonnya, maka pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi sebuah keharusan. Kerja
sama energi internasional Indonesia seyogianya juga lebih diarahkah kepada pemanfaatan energi
baru dan terbarukan tersebut.
87
dan tenaga kerja; 4. Mendapatkan return yang tinggi dan jaminan keamanan atas
investasi mereka di Indonesia. Sementara negara berkembang mempunyai motif: 1. Bertukar pengalaman dalam pengelolaan sektor ESDM; 2. Mendapatkan teknologi
tepat guna; 3. Menarik investasi langsung; 4. Menjalin hubungan baik mengingat
sejarah, peran dan pengaruh Indonesia di dunia Internasional.
Diperlukan sinergi yang kuat antara pemerintah, BUMN (Pertamina) dan
kalangan bisnis dalam negeri untuk menggarap potensi energi di Asia Tengah.
“Indonesia incorporated” menjadi kata kuncinya.
Saat ini kebutuhan migas Indonesia sudah tidak dapat dipenuhi oleh
produksi dalam negeri, sehingga perlu dilakukan impor atau eksplorasi migas di
luar negeri. Indonesia melakukan impor minyak mentah dari negara-negara seperti
Arab Saudi, Azerbaijan, Nigeria, Algeria, Libya, Angola, Rusia, dan Brunei.
Sedangkan impor BBM dilakukan dari Singapura, Korea Selatan, Malaysia,
Kuwait, China, dan India. Adapun eksplorasi migas dilakukan Pertamina di tiga
negara, yakni Malaysia, Aljazair, dan Irak.75
Untuk ekspansi operasi di luar negeri, PT. Pertamina saat ini telah
menargetkan beberapa kawasan, yakni Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika dan
Amerika Utara (khususnya shale oil). Sedangkan negara / kawasan yang dalam
watch list Pertamina adalah Rusia, Meksiko, dan Asia Tengah.
Grafik 17. Cadangan Minyak dan Gas Bumi Dunia dan Asia Tengah76
75 Presentasi Ibu Ida Yusmiati, Direktur PT Pertamina Hulu Mahakam, dalam Focus Group Discussion
Penyusunan TOR Kajian Mandiri, Bogor, 26 Januari 2016.
76 Ibid
88
Dari cadangan minyak bumi dunia sebesar 1,656 milyar barel, sebanyak 276
milyar barel (17 persen) dikuasai oleh empat negara Asia Tengah dengan masing-
masing presentasi Iran (57 persen), Rusia (29 persen), Kazakhstan (11 persen) dan
Azerbaijan (3 persen). Sedangkan dari 6.973 TCF cadangan gas dunia, sebanyak
3.370 TCF (48 persen) dimiliki oleh Rusia (50 persen), Iran (35 persen),
Turkmenistan (8 persen), Kazakhstan (3 persen), Uzbekistan (2 persen), Azerbaijan
dan Ukraina (masing-masing 1 persen).
Dari potensi tersebut, level produksi migas negara-negara tersebut masih
berada jauh di bawah level cadangan energinya, sehingga potensi pengembangan
migas di kawasan Asia Tengah masih relatif besar. Oleh karena itu, tidak heran
apabila Indonesia berkepentingan mendapat pasokan energi dari kawasan Asia
Tengah. Komitmen kerja sama di bidang energi menjadi salah satu sektor yang
selalu ditekankan Indonesia dalam hubungan bilateralnya dengan masing-masing
negara di kawasan tersebut.
Terdapat empat negara Asia Tengah yang potensial untuk kerja sama energi,
yaitu Kazakhstan, Azerbaijan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Selama ini sudah
ada upaya melaksanakan kerja sama energi antara pelaku bisnis migas antara
Indonesia dan negara-negara tersebut, namun beberapa di antaranya masih
mengalami kendala. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah RI telah
mengupayakan kerja sama G to G di antaranya melalui penandatanganan MoU,
6. Situasi ekonomi negara-negara Asia Tengah lebih banyak bergantung pada
sektor minyak dan gas. Hal ini menyebabkan negara-negara tersebut
mengalami perlambatan ekonomi pada saat harga migas dunia mengalami
penurunan. Apabila terjadi perlambatan ekonomi, kondisi ini secara
langsung akan mempengaruhi hubungan ekonomi mereka dengan
Indonesia.
D. KESIMPULAN
Indonesia dan Asia Tengah mempunyai hubungan politik dan sosial budaya
yang cukup dekat yang telah lama terjalin dengan baik. Adapun hubungan
ekonomi dan perdagangan, selama ini sudah berjalan dengan cukup baik namun
belum mencerminkan nilai potensi riil yang dimiliki. Terdapat berbagai kendala
yang dihadapi, terutama karena faktor geografis yang cukup jauh, kondisi Asia
Tengah yang landlocked sehingga membatasi pilihan transportasi barang, serta
kurang dikenalnya potensi maupun produk masing-masing negara oleh pebisnis.
Melihat potensi ekonomi yang sangat besar di Asia Tengah serta
perkembangan infrastruktur yang cukup maju, kawasan yang terletak di tengah-
tengah Asia dan Eropa ini diprediksi akan menjadi kawasan ekonomi masa depan,
membangkitkan kembali kejayaan masa lalu sebagai silk road.
Oleh karena itu, Indonesia yang mempunyai kepentingan meningkatkan
kerja sama ekonomi dengan Asia Tengah, khususnya sebagai pasar non
tradisional, tidak boleh tertinggal dengan negara-negara lain dalam
mengeksplorasi dan mengeksploitasi keuntungan ekonomi Asia Tengah, terutama
dari negara-negara ASEAN yang telah terlebih dahulu masuk ke Asia Tengah.
Dalam hal ini, diperlukan strategi yang matang dan efektif untuk melakukan
diplomasi ekonomi ke Asia Tengah sebagaimana akan dibahas dalam bab-bab
berikutnya.
95
B A B V
LESSONS LEARNED DARI NEGARA-NEGARA ROLE MODEL
“And today what we want to see is not a struggle between China and Russia and
the United States in a zero-sum game. What we want to see is a Central Asia that
claims its place as an engine of growth at the heart of a modern and dynamic Asia.
And when we invest in each other, all our societies benefit.”
John Kerry- Secretary of the State
Bab ini membahas capaian dan lessons learned yang dapat diambil negara
role model yang telah mempunyai hubungan ekonomi yang kuat dengan Asia
Tengah, yakni Korea Selatan, 2 (dua) negara ASEAN yang telah lebih maju dalam
mengembangkan kerja sama ekonomi Malaysia dan Vietnam, serta Iran sebagai
negara yang bertetangga langsung dengan Asia Tengah. Langkah yang telah
dilaksanakan oleh negara-negara tersebut dapat menjadi rujukan bagi Indonesia
untuk masuk ke Asia Tengah. Sementara Iran berpotensi menjadi pintu gerbang
masuknya produk Indonesia ke Asia Tengah.
A. KOREA SELATAN
A.1. HUBUNGAN KOREA SELATAN DAN ASIA TENGAH
Hubungan antara bangsa Korea dan negara-negara Asia Tengah sudah
terjalin sejak sebelum masa kemerdekaan Korea Selatan tahun 1945. Hal ini
bermula pada pertengahan abad ke-19 saat sebagian bangsa Korea mulai
bermigrasi ke wilayah Volgograd, Uni Soviet (sekarang Rusia) karena mencari
penghidupan yang lebih baik. Migrasi ini terus berlanjut hingga awal periode 1930-
an bertepatan dengan pendudukan kolonial Jepang di semenanjung Korea. Pada
tahun 1937, Uni Soviet mengeluarkan kebijakan deportasi bagi etnis Korea yang
menyebabkan sekitar 180 ribu penduduk bermigrasi ke wilayah selatan Uni Soviet
(sekarang Asia Tengah).
Di era milenium, hubungan antara Korea Selatan dengan negara di kawasan
Asia Tengah terus meningkat, terutama dengan Uzbekistan dan Kazakhstan. Di
kedua negara tersebut, faktor yang membuat Korea Selatan aktif meningkatkan
hubungan luar negerinya, selain dilandasi faktor ekonomi, juga terdapat faktor
ikatan sosial dan budaya yang kuat antara kedua negara. Popularitas yang amat
besar dari korean wave telah melanda negeri tersebut, serta Uzbekistan
merupakan ‘rumah’ dengan jumlah populasi diaspora Korea Selatan terbesar ke-
empat setelah Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Dengan lebih dari 173,000
etnis Korea yang tinggal disana, jumlah remitansi dari etnis Korea atau Koryu
Saram di Uzbekistan yang dikirim ke Korea Selatan sebesar lebih dari 100 juta US
Dollar di tahun 2010. Sementara di Kazakhstan, jumlah Koryo Saram diperkirakan
mencapai 107,000 orang, sekarang menyatu dengan masyarakat Kazakhstan dan
96
mendapat reputasi terhormat sebagai orang yang rajin dan pekerja keras, yang
berkontribusi membuat Kazakhstan yang modern dan penghormatan akan
kebudayaan Korea.
Secara umum, perkembangan hubungan Korea Selatan-Asia Tengah dapat
dibagi pada tiga periode, yang pembagiannya sebagai berikut:
Periode Pertama: Pembukaan Hubungan Diplomatik
Periode pertama berlangsung pada tahun 1970-an hingga tahun 2006. Pada
periode ini, Korea Selatan dan negara-negara Asia Tengah banyak menandatangani
perjanjian kerjasama berupa Memorandum of Undertanding (MoU) di berbagai
bidang, terutama bidang energi dan perdagangan. Periode ini juga ditandai dengan
pembukaan perwakilan diplomatik kedua belah pihak di masing-masing negara
akreditasi. Saat ini, Korea Selatan telah memiliki perwakilan setingkat kedutaan
besar di seluruh negara Asia Tengah, dan begitu pula sebaliknya.
Periode Kedua: Korea-Central Asia Cooperation Forum
Selanjutnya, periode kedua hubungan Korea Selatan-Asia Tengah dimulai
sejak tahun 2007. Periode ini ditandai dengan inisiatif Pemerintah Korea Selatan
untuk mengadakan Korea-Central Asia Cooperation Forum. Kegiatan ini rutin
dilakukan setiap tahun dan diikuti oleh segenap pemangku kepentingan
hubungan luar negeri, baik dari unsur pemerintah, pengusaha, dan akademisi.
Hingga saat ini forum tersebut telah 10 kali diadakan dan diikuti oleh delegasi dari
Korea Selatan dan lima negara Asia Tengah, yakni: Kazakhstan, Uzbekistan,
Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Turkmenistan. Dengan adanya payung kerja sama
yang berkesinambungan, sejak tahun 2009 Korea Selatan berhasil menjadi mitra
terbesar dari Asia bagi negara-negara Asia Tengah, di luar Tiongkok yang
merupakan negara tetangga Asia Tengah. Keberhasilan Korea Selatan dapat dilihat
terutama pada bidang ekonomi, seperti perdagangan, investasi, energi, dan
pariwisata.
Periode Ketiga: Eurasia Initiative
Melihat kerja sama yang semakin erat antara Korea Selatan dan kawasan
Asia Tengah dan potensi besar yang dimiliki kawasan Asia Tengah, Presiden Korea
Selatan mengumumkan diterapkannya Eurasia Initiative pada tahun 2013
sekaligus menandai dimulainya era periode ketiga kerja sama Korea Selatan-Asia
Tengah. Eurasia Initiative diharapkan dapat menghasilkan banyak kesepakatan
antara Korea Selatan dengan negara Asia Tengah yang bersifat konkrit. Kebijakan
ini dilakukan dalam bentuk pembangunan jaringan transportasi, energi, dan
perdagangan.
Sebagai negara yang memiliki hubungan erat dengan negara di kawasan Asia
Tengah, kebijakan ini dilakukan untuk mengimbangi upaya negara-negara besar
lainnya yang telah menerapkan strategi khusus di kawasan tersebut, seperti
Tiongkok dengan program One Belt One Road (OBOR), Rusia dengan EurAsian
Economic Union (EAEU), dan Amerika Serikat dengan proyek New Silk Road.
Eurasian Initiatives berlandaskan pada 3 konsep utama, yaitu “one continent,
creative continent, and peaceful continent”. Konsep One continent (satu kontinen
97
terpadu) berlandaskan faktor geografis dari negara-negara pecahan Uni Soviet
yang strategis dan kaya akan sumber energi, seperti minyak dan gas bumi.
Kontinen terpadu juga diyakini dapat menghubungkan kawasan Eropa dan
kawasan Asia.
Di tengah tingginya tingkat ekonomi kawasan Asia tengah, pembangunan
industri yang berkelanjutan harus juga dilakukan dengan mengembangkan
industri yang mengandung nilai tambah (creative continent). Hal ini didasarkan
pada keyakinan Korea Selatan bahwa dunia akan memasuki era revolusi industri
ke-4 yang menjadikan creative content sebagai basis industri.
Sementara perdamaian, keamanan dan kestabilan di Semenanjung Korea dan
Eurasia juga merupakan hal yang penting bagi keberhasilan pembangunan
Eurasia (peaceful continent). Posisi geografis kawasan Asia Tengah yang landlocked
menyebabkan sulitnya akses mencapai kawasan Asia Tengah melalui laut. Dalam
kaitan ini, perdamaian dan rekonsiliasi dengan Korea Utara menjadi sangat
krusial. Tanpa kerja sama yang baik dari pihak Korea Utara dan Rusia, maka
pembangunan infrastruktur dalam proyeksi Eurasia Initiatives akan sulit terwujud.
Hal ini masih ditambah sikap dan kebijakan luar negeri Korea Utara yang tidak
dapat diprediksi dan hostile terhadap Korea Selatan, mengakibatkan
perkembangan inisiatif ini terhambat.
Untuk meningkatkan efektivitas Eurasia Initiative, Pemerintah Korea Selatan
telah mengajukan proposal pendirian kantor sekretariat bersama Korea-Central
Asia Cooperation Forum. Rencananya kantor tersebut akan berlokasi di Tashkent,
Uzbekistan. Namun rencana ini sedikit terhambat dengan adanya gejolak politik di
Asia Tengah akhir-akhir ini, termasuk wafatnya Presiden Uzbekistan Islam
Karimov pada awal September 2016.
A.2. ENERGI
Kebutuhan pemenuhan energi merupakan faktor pendorong utama diplomasi
ekonomi Korea Selatan dalam melakukan ekspansi bisnis ke kawasan Asia
Tengah78. Pemerintah Korea Selatan menilai bahwa kawasan Asia Tengah
merupakan kawasan yang penting dan strategis dengan potensi sumber energi
yang sangat besar. Hal tersebut sangat vital bagi Korea Selatan mengingat 97
persen konsumsi energi domestik Korea Selatan berasal dari impor.
Periode krusial dalam bidang energi terjadi pada Maret 2006, ditandai dengan
kunjungan kenegaraan Presiden Uzbekistan Islam Karimov ke Korea Selatan.
Ditandatanganinya Joint Declaration on Strategic Partnership membuka babak baru
pembangunan industri pada sektor sumber daya energi. Bersamaan dengan itu,
Korean National Oil Cooperation (KNOC), Korea Gas Cooperation, dan perusahaan
gas nasional Uzbekistan Uzbekneftegaz menandatangani MOU yang memberikan
hak eksplorasi dan eksploitasi eksklusif pada dua lapangan minyak dan gas,
Chust Pap dan Namangan Terachi kepada perusahaan Korea.
78 Policy Research Meeting Tim Kajian Mandiri dengan Korea Institute for Industrial Economic and
Trade, Seoul, 06 September 2016.
98
Sementara pada tahun 2008, Korean Gas Company (KOGAS) dan
Uzbekneftegaz setuju melakukan joint exploration and exploitation di dataran tinggi
Ustyurt, dengan total estimasi biaya mencapai USD 1,84 milliar dollar. Daewoo
International juga menandatangani perjanjian untuk mengeksplorasi dan
eksploitasi Kushkuduk dan Ashibulok, dua blok yang lain di dataran tinggi itu.
Saat ini Korea Selatan mulai mengurangi ketergantungannya pada energi fosil
dan mengalihkannya pada energi nuklir. Di tahun 2015 tercatat sekitar 40 persen
konsumsi energi domestik Korea Selatan disuplai oleh 20 reaktor yang telah
beroperasi. Korea Selatan berencana untuk menambah enam reaktor lagi, yang
artinya adanya peningkatan kepentingan untuk mengamankan suplai uranium.
Korea Electric Power Corporation (KEPCO) juga telah menandatangani perjanjian
dengan pemeritah Uzbekistan untuk pembelian 2.600 ton uranium seharga 400
juta dollar AS (setara sembilan persen dari konsumsi tahunan Korea Selatan) di
tahun 2008. Di samping itu, Korea Reseources Corporation juga mendapatkan
kontrak eksplorasi untuk lapangan Zhantuar di Uzbekistan.
Sementara di Kazakhstan, Pemerintah Korea Selatan telah mencapai
kesepakatan untuk mengimpor lebih dari 2000 ton uranium antara tahun 2011
dan 2017. Kazakhstan telah menjadi penghasil terbesar uranium di dunia setelah
berganti urutan dari nomor lima di tahun 2004 menjadi yang pertama di tahun
2011. Dalam Eurasia Initiative, kebijakan bidang energi didorong untuk
membangun jaringan energi seperti pipeline minyak dan gas, dan juga jaringan
listrik dari Korea Selatan untuk mencapai Asia Tengah, dengan melewati Korea
utara dan Rusia.
A.3. PERDAGANGAN DAN INDUSTRI
Memasuki abad ke-21, Pemerintah Korea Selatan melihat potensi yang besar
dari tingginya GDP negara-negara di kawasan Asia Tengah, sehingga menjadikan
kawasan tersebut sebagai prioritas mitra dagang Korea Selatan. Pasca krisis
moneter di Korea Selatan pada akhir tahun 1990-an, perkembangan industri di
Korea Selatan difokuskan pada export-driven industry, terutama industri
manufaktur berat (ship building dan industri otomotif). Hal tersebut menyebabkan
perusahaan-perusahaan/industri Korea Selatan, seperti Samsung, Hyundai, LG
dan KIA, berkembang sangat pesat. Perusahan-perusahaan ini, yang dikenal di
Korea Selatan sebagai chaebols, kemudian menjadi mesin penggerak utama
ekonomi Korea Selatan.
Di kawasan Asia Tengah, Korea Selatan merupakan salah satu negara
eksportir utama dengan nilai ekspor terbesar dari produk manufaktur. Nilai
perdagangan Korea Selatan dapat dilihat pada tabel berikut:
99
Tabel 21. Nilai Perdagangan Korea Selatan - Asia Tengah Tahun 2014
(dalam juta USD)
No. Countries Export Import Total
1. Kazakhstan 454,7 305,1 759,8
2. Uzbekistan 1284,2 16,1 1300,3
3. Turkmenistan 182,1 0,03 182,103
4. Tajikistan 20,2 3,9 24,1
5. Kyrgyzstan 80,4 1,1 81,5
6. Azerbaijan 122,9 3,4 126,3
Sumber: trademap.org
Dewasa ini, pemerintah Korea Selatan tidak lagi mengambil peran utama
dalam menopang kebijakan industri bagi chaebols, namun hanya mengarahkan
industri Korea Selatan agar dapat lebih bersaing di pasar internasional. Selain
melibatkan chaebols, Korea Selatan juga mulai melihat pentingnya UKM sebagai
upaya diversifikasi produk dan menjaga pertumbuhan lapangan pekerjaan.
Sejak tahun 2000, kinerja ekspor Korea Selatan ke kawasan Asia Tengah
terus mengalami peningkatan hingga mencapai puncaknya pada tahun 2014
dengan nilai ekspor lebih dari USD 2 milyar. Terjadinya krisis geo-politik di
kawasan, yang ditandai dengan penjatuhan sanksi dari Amerika Serikat kepada
Rusia, menyebabkan nilai ekspor Korea Selatan ke Asia Tengah menurun drastis.
Hal tersebut juga diperparah dengan menurunnya kinerja industri manufaktur
Korea Selatan, yang disebabkan antara lain:
(1) Pesatnya kemajuan industri manufaktur Tiongkok, sehingga hubungan ekonomi dengan Tiongkok tidak lagi komplementer melainkan menjadi kompetitif;
(2) Margin keunggulan produk manufaktur Korea Selatan dengan negara pesaing semakin kecil.
Stagnasi industri manufaktur menyebabkan pemerintah Korea Selatan
menginisiasi diversifikasi industri Korea Selatan yang mencakup creative economy.
Dalam hal ini, Pemerintah Korea Selatan berusaha mencari new engine of growth
sebagai penggerak ekonomi Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan kemudian
melakukan transisi kebijakan, yang sebelumnya difokuskan ke export-driven
manufacture ke innovation-driven economy yang disebut sebagai creative economy.
Dalam hal ini, Korea Selatan mengedepankan inovasi dalam berbagai sektor
seperti teknologi, budaya dan seni. Dengan kata lain, Korea Selatan sedang
mempersiapkan diri menuju 4th industrial revolutions yang berfokus pada creative
economy.
100
Meskipun demikian, think tanks di Korea Selatan79 masih meragukan transisi
ekonomi Korea Selatan menuju creative economy dan kelanjutannya di masa
mendatang. Hal tersebut disebabkan creative industry di Korea Selatan yang masih
mencari model bisnis yang tepat sehingga saat ini belum dapat menggantikan
industri manufaktur sebagai penggerak ekonomi Korea Selatan.
A.4. FREE TRADE AGREEMENT
Keberhasilan Korea Selatan di bidang perdagangan juga merupakan hasil dari
upaya Korea Selatan dalam mendorong liberalisasi perdagangan. Korea Selatan
tercatat mengupayakan perjanjian FTA dengan 25 negara dan masyarakat
ekonomi.
Tabel 22. Daftar Perjanjian FTA Korea Selatan
No. Negara/ Masyrakat Ekonomi Sebagai Pihak Dalam FTA Status
1. Korea Selatan-Jepang Negosiasi
2. Korea Selatan – Jepang-Tiongkok Negosiasi
3. RCEP Negosiasi
4. Korea Selatan -Ekuador Negosiasi
5. Korea Selatan- Amerika Tengah Negosiasi
6. Korea Selatan-Gulf Cooperation Council Negosiasi
7. Korea Selatan – Indonesia Negosiasi
8. Korea Selatan – Israel Negosiasi
9. Korea Selatan – Meksiko Negosiasi
10. Korea Selatan – ASEAN Signed
11. Korea Selatan – Tiongkok – Bangladesh – Sri Lanka – India – Laos
(APTA) Signed
12. Korea Selatan – Australia Signed
13. Korea Selatan – India Signed
14. Korea Selatan – New Zealand Signed
15. Korea Selatan – Tiongkok Signed
16. Korea Selatan – Kanada Signed
17. Korea Selatan – Chile Signed
79 Policy Research Meeting tim Kajian Mandiri dengan Korea Institute of Economic Policy, Seoul, 06
September 2016.
101
18. Korea Selatan - Kolombia Signed
19. Korea Selatan – European Union Signed
20. Korea Selatan – Peru Signed
21. Korea Selatan – Singapore Signed
22. Korea Selatan – Turkey Signed
23. Korea Selatan – Amerika Serikat Signed
24. Korea Selatan – Vietnam Signed
25. Korea Selatan – European Free Trade Association Signed
(Sumber: ADB)
Think tanks di Korea Selatan meyakini kebijakan diplomasi ekonomi Korea
Selatan dalam membujuk negara lain untuk melakukan liberalisasi perdagangan
dengan Korea Selatan berhasil mendukung perkembangan industri dan
perdagangan Korea Selatan.80 Untuk mendorong perdagangan di kawasan Asia
Tengah, Pemerintah Korea Selatan sedang mengupayakan Free Trade Agreement
(FTA) antara Korea Selatan dan negara-negara Asia Tengah. Demi menuju
kesepakatan tersebut, Korea Selatan bersama negara di kawasan Asia Tengah
telah mengadakan joint feasibility studies. Dalam perkembangan terakhir, Korea
Selatan telah mencapai kesepakatan dengan Rusia untuk memfinalisasi Free Trade
Agreement (FTA) dengan EurAsia Economic Union (EAEU). FTA Korea Selatan-EAEU
diyakini akan membuat peran Korea Selatan semakin besar di Asia Tengah.
A.5. INVESTASI
Korea Selatan banyak melakukan investasi berupa foreign direct investment
(FDI) di kawasan Asia Tengah. Bahkan sejak tahun 1992, Korea Selatan telah
memimpin investasi asing di perekonomian Uzbekistan dengan nilai lebih dari USD
satu miliar, terutama di bidang manufaktur dan automobile. Beberapa perusahaan
Korea Selatan yang menjadi pionir di Asia Tengah antara lain Daewoo, Unitel, dan
Kabool Textile.
Dalam perkembangannya, nilai investasi Korea Selatan di Uzbekistan terus
meningkat. Tercatat pada tahun 2008, Bank Korea Selatan Kookmin membeli 30
persen saham Bank Kredit Kazakhstan sebesar USD 634 Juta, hal itu merupakan
tambahan dana terbesar dalam hampir selama setengah dekade. Kookmin adalah
bank terbesar di korea selatan yang mencoba melakukan ekspansi ke luar negeri.
Perjalanan Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak ke wilayah itu pada 2011
menandai babak baru untuk investasi dalam skala yang besar, termasuk dua
perjanjian konstruksi senilai masing-masing USD 4 miliar. Hal ini merupakan
perjanjian terbesar semenjak kedua negara membuka hubungan diplomatiknya
80 Policy Research Meeting, diskusi antara tim Kajian Mandiri dengan Korea Institute for Industrial
Economic and Trade, Seoul, 06 September 2016.
102
pada tahun 1992. LG Chem, perusahaan bahan kimia terbesar di Korea Selatan
akan menjalankan Industri Petrokimia Kazakhstan yang membangun komplek
petrokimia berskala besar di Atyarau di muara Laut Kaspia. Selain itu terdapat
proyek pembangkit listrik tenaga batu bara 1,320 megawatt yang berada di sebelah
selatan kota Balkash. KEPCO dan Samsung C&T akan menjamin 70 persen modal
pada proyek ini, yang mana diharapkan untuk memproduksi tujuh persen dari
listrik Kazakhstan. Di tahun yang sama, Korea Selatan kembali berkomitmen
untuk melaksanakan proyek sebesar USD 4,16 miliar demi pembangunan
kompleks UzKorGas Chemical di Surgil, dan proyek modernisasi stock exchange
system. Berjalannya proyek investasi ini membuat Korea Selatan berada di posisi
teratas sebagai investor industri di kawasan Asia Tengah.
A.6. TRANSPORTASI
Transportasi merupakan salah satu pilar penting dalam Eurasia Initiative.
Dalam hal ini, Korea Selatan ingin menghubungkan wilayah kawasan Asia Tengah
dengan Korea Selatan melalui jalur logistik berupa jaringan rel kereta api.
Grafik 18. Peta Rencana Jaringan Kereta dalam Eurasia Initiative
(sumber: MoFA Republic of Korea)
Saat ini Rusia telah menerima dan setuju dengan proposal yang diajukan
dalam Eurasia Initiative, meskipun demikian belum adanya sinyal positif dari
Korea Utara membuat proyek ini diperkirakan belum dapat terealisasi dalam
waktu dekat81.
81 Policy Research Meeting, diskusi antara tim Kajian Mandiri dengan Korea Institute of Economic
Policy, Seoul, 06 September 2016.
103
Di sisi lain, Korea Selatan berpartisipasi aktif dalam memajukan transportasi
udara di Asia Tengah. Perluasan bandara Navoi, Uzbekistan, merupakan proyek
yang dikerjakan oleh perusahaan Korea Selatan untuk mengubah bandara Navoi
menjadi pusat logistik regional dan membangun free economic zone. Sebagaimana
diketahui, Navoi berlokasi di dekat fasilitas pertambangan yang amat besar tempat
proses ekstraksi emas serta uranium. Perluasan bandara Navoi telah
mengakibatkan efek transformatif karena menjadi suatu critical transportation hub
bagi Uzbekistan. Semenjak perluasan proyek bandara Navoi di tahun 2009,
penerbangan internasional meningkat menjadi 18 penerbangan perminggu dari
Eropa dan Asia. Sekarang bandara tersebut merupakan terminal kargo udara
terbesar di Asia Tengah yang mampu menampung 100.000 ton kargo setiap tahun
dan telah menggunakan peralatan modern.
A.7. RESEARCH AND DEVELOPMENT (R&D)
Pemerintah Korea Selatan sangat mendukung kegiatan R&D sebagai engine of
innovation. Porsi pendanaan R&D Korea Selatan sebesar 4,29 % dari total GDP
(atau senilai USD 60,5 miliar) saat ini merupakan yang terbesar di dunia.
Perumusan kebijakan, termasuk kebijakan luar negeri Korea Selatan, melibatkan
unsur R&D sebagai bagian integral dalam proses penetapan kebijakan.
Dalam hal hubungan luar negeri, Korea Selatan banyak melakukan feasibility
studies yang melibatkan think tanks yang terafiliasi dengan Pemerintah Korea
Selatan, seperti Korea Institute of Economic Policy (KIEP), Korea Institute of
Economic and Trade (KIET), Korea Economic Institute (KEI), dan Korea Development
Institute (KDI). Sebagai ilustrasi, Korea Selatan menunjuk KIEP untuk melakukan
joint feasibility studies dengan Rusia saat menjajaki pemberlakuan FTA Korea
Selatan-EAEU pada tahun 2015-2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EAEU
akan bersedia menandatangani FTA namun dengan syarat tertentu (FTA plus
alpha). Sehingga terdapat indikasi bahwa joint feasibility studies yang merupakan
2nd track dapat menjadi instrumen negosiasi awal bagi negara-negara yang terlibat
dalam negosiasi FTA.
B. MALAYSIA
B.1. HUBUNGAN MALAYSIA DAN ASIA TENGAH
Hubungan antara Malaysia dan negara-negara Asia Tengah sudah terjalin
sejak kemerdekaan negara-negara tersebut dari Uni Soviet pada tahun 1990an.
Kesamaan mayoritas penduduk yang beragama Islam dan perasaan sebagai bagian
dari satu ummah berperan penting pada tahap awal terjadinya interaksi. Malaysia
dipandang oleh negara-negara Asia Tengah sebagai negara muslim di luar kawasan
yang stabil baik dari segi politik maupun ekonomi.
Pendekatan pertama kali dilakukan oleh Uzbekistan dan diikuti oleh negara-
negara Asia Tengah lainnya, yaitu Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan
Turkmenistan. Bentuk kerja sama di masa awal ini adalah knowledge sharing
104
seperti Kyrgyzstan yang meminta advise dari Malaysia tentang bagaimana
membangun economic plan.
Peningkatan kerja sama ekonomi Malaysia-Kazakhstan tidak dapat
dilepaskan dari hubungan kekeluargaan melalui pernikahan antara puteri Perdana
Menteri Malaysia dengan keponakan Presiden Kazakhstan pada April 2015. Sejak
saat itu terdapat setidaknya 23 komitmen kerja sama yang dibuat, meski dalam
implementasinya belum banyak menunjukkan kemajuan berarti. Salah satu
komitmen utama yang dibuat adalah membangun kerja sama untuk menjadi green
technology center of the world. Hal ini sejalan dengan kebutuhan Kazakhstan
untuk melakukan diversifikasi sumber energi.
Malaysia memiliki perwakilan di empat negara di Asia Tengah, yakni di
Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Sebaliknya, seluruh
negara di Asia Tengah tersebut telah memiliki perwakilan di Malaysia. Hal ini
dilakukan utamanya untuk memberikan layanan kekonsuleran seiring dengan
bertambahnya jumlah warga negara dari kawasan Asia Tengah yang tinggal di
ataupun melakukan perjalanan ke Malaysia. Banyak dari warga negara Asia
Tengah yang datang ke Malaysia untuk pendidikan, utamanya karena bahasa
pengantarnya adalah Bahasa Inggris.
Membangun kerja sama ekonomi dengan negara-negara Asia Tengah penting
bagi Malaysia karena Malaysia memiliki ambisi besar di dalam tataran global.
Malaysia aktif mendorong keanggotaan di Dewan Keamanan PBB, ingin menjadi
kekuatan yang diperhitungkan di OKI, dan lain sebagainya. Malaysia ingin menjadi
global middle power. Untuk itu, penting bagi Malaysia untuk membangun kerja
sama yang dapat meningkatkan profilnya di tataran global.
Kerja sama pendukung yang penting adalah sektor pendidikan, produk halal,
dan services. Satu hal yang membuat banyak pelajar dari Asia Tengah belajar di
Malaysia selain faktor awareness dan pengantar bahasa Inggris adalah
kemudahan yang diberikan di dalam sistem pendidikan di Malaysia bagi
mahasiswa asing, termasuk untuk memperoleh pinjaman dari dana zakat di dalam
universitas untuk keperluan studi. Tidak ada beasiswa yang diberikan khusus
untuk mahasiswa dari Asia Tengah.
Pendekatan kerja sama Malaysia dan negara-negara Asia Tengah dilakukan
utamanya secara bilateral. Sektor minyak dan gas merupakan sektor utama kerja
sama ekonomi Malaysia di kawasan tersebut. Perusahaan minyak dan gas
Malaysia, Petronas, telah melakukan penetrasi di Uzbekistan dan Turkmenistan
dan saat ini sedang melakukan penjajakan dengan Kazakhstan. Sementara itu,
impor negara-negara Asia Tengah dari Malaysia utamanya meliputi metal
(termasuk precious metal), iron, dan chemical materials.
Saat ini Malaysia tidak memiliki perjanjian kerja sama perdagangan bebas
dengan negara manapun di kawasan tersebut. Partner dagang utama Malaysia di
kawasan tersebut adalah Uzbekistan dan diikuti oleh Kazakhstan. Sementara itu
terkait people-to-people connectivity, salah satu faktor pendukungnya adalah
banyaknya pelajar dari negara-negara Asia Tengah yang datang ke Petronas
University untuk menjadi petroleum engineers.
105
Dalam menjawab tantangan jarak geografis yang jauh dengan Asia Tengah,
Malaysia juga terus mengembangkan kerja sama dalam bentuk penyediaan
konsultansi, salah satunya melalui pembangunan kerja sama halal business
venture. Kerja sama ini meliputi Islamic banking di mana Kazakhstan
menunjukkan minat yang besar, dan knowledge sharing melalui pertukaran expert
dalam membangun infrastruktur yang diperlukan.
B.2. PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Malaysia adalah negara yang ekonominya berorientasi ekspor. Sekitar 60%
ekonomi Malaysia adalah ekspor, dengan fokus pada produk-produk manufaktur.
Dengan visi untuk meningkat dari status middle income country ke status yang
lebih tinggi seperti Korea Selatan, strategi Malaysia dalam hal investasi dan
perdagangan adalah mendorong investasi dan perdagangan bernilai tambah tinggi.
Pada tahun 2015, perdagangan internasional Malaysia tumbuh 1,2% dan
merupakan salah satu pencapaian pertumbuhan tertinggi. Partner dagang utama
adalah China, diikuti oleh ASEAN dengan 27% dari total perdagangan. Produk
ekspor utama Malaysia (2015) adalah machinery, appliances and parts (32%), palm
oil and palm-based products (24%) dan electrical and electronics products (10%).
Di antara negara-negara Asia Tengah, Kazakhstan menjadi hub bagi Malaysia
untuk mengembangkan kerja sama ekonominya. Hal ini selain karena faktor
kekeluargaan seperti yang disebutkan di atas, Kazakhstan dinilai sebagai negara
yang paling berpengaruh di kawasan karena beberapa faktor, seperti situasi politik
dan ekonomi yang relatif paling stabil, negara dengan wilayah paling besar, dan
memiliki hubungan dekat dengan Rusia.
Kerja sama ekonomi antara Malaysia dan negara-negara Asia Tengah saat ini
tidak dapat dilepaskan dari hubungan yang telah terjalin sejak awal berdirinya
negara-negara di kawasan tersebut. Pada tahap awal, sebagai katalisator,
hubungan keduanya sangat dipengaruhi oleh kesamaan keyakinan yang dianut
oleh masyarakat yang sama-sama mayoritas beragama Islam. Faktor penting
lainnya adalah pada masa-masa awal tersebut, di mata negara-negara Asia Tengah
yang baru merdeka dari Uni Soviet, Malaysia dikenal sebagai negara yang netral,
dalam arti memiliki hubungan yang baik dengan Uni Soviet maupun Amerika
Serikat dan Eropa. Adapun saat ini, Malaysia berupaya meningkatkan kerja sama
dengan negara-negara Asia Tengah karena Malaysia perlu mendapatkan pasar
baru.
Angka perdagangan dengan negara-negara Asia Tengah terus mengalami
peningkatan, meski persentase peningkatannya terlihat menurun82. Tahun 2011,
perdagangan meningkat 16,2% dari tahun sebelumnya, sementara pada tahun
2012, 2013, 2014 dan 2015 masing-masing peningkatannya sebesar 3,1%, 2,3%,
0,4% dan -14,5%. Partner dagang utama Malaysia adalah Uzbekistan dengan nilai
perdagangan sebesar USD 104,4 juta (2015), meski Kazakhstan pernah menjadi
82 Policy reseacrh meeting Tim Kajian Mandiri dengan Kementerian Perdagangan Malaysia (MITI), Kuala Lumpur, 25 April 2016.
106
partner utama di tahun 2010 dengan nilai USD 102,8 juta. Di tahun 2015, hanya
perdagangan dengan Uzbekistan yang mengalami pertumbuhan positif.
Besarnya nilai perdagangan Malaysia dan Azerbaijan sangat dipengaruhi oleh
ada tidaknya ekspor minyak dari Azerbaijan ke Malaysia. Pada tahun 2012, nilai
perdagangan kedua negara mencapai USD 390 juta, di mana USD 371 juta
diantaranya adalah ekspor Azerbaijan ke Malaysia yang hampir seluruhnya adalah
minyak. Sementara itu, ekspor Malaysia ke Azerbaijan di tahun yang sama hanya
berkisar USD 19 juta. Meski total perdagangan mengalami penurunan tajam di
tahun 2013 (ditengarai karena tidak adanya impor minyak oleh Malaysia dari
Azerbaijan), ekspor Malaysia ke Azerbaijan di tahun 2013 meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya, menjadi USD 30,26 juta.83
Perdagangan Malaysia dan negara-negara Asia Tengah banyak yang muncul
dari upaya untuk memenuhi kebutuhan terkait aktivitas investasi Petronas di Asia
Tengah, khususnya Uzbekistan, Turkmenistan dan Azerbaijan. Malaysia juga
membuka MATRADE di kawasan tersebut dengan menggandeng orang setempat
sebagai advisor. Neraca Perdagangan Malaysia dan negara-negara Asia Tengah
secara signifikan memberikan surplus untuk Malaysia. Sementara itu impor
negara-negara Asia Tengah dari Malaysia utamanya meliputi metal (termasuk
precious metal), iron, dan chemical materials.
Dalam konteks tersebut, investasi lebih banyak dilakukan dari Malaysia ke
negara-negara Asia Tengah daripada sebaliknya. Hal ini tercermin dari tidak
adanya perwakilan Malaysia Investment Development Authority (MIDA) di kawasan
Asia Tengah. Sektor investasi yang menjadi prioritas bagi Malaysia disebut 3+2 (3
cathalitic sector dan 2 growth sector)84. Cathalitic sector meliputi electrical and
electronics, chemical, dan manufacture equipment. Sementara growth sector
meliputi medical devices dan aerospace. Contoh perusahaan Malaysia yang
didorong untuk mengembangkan investasi adalah Globatronics, yaitu perusahaan
di bidang IT yang mensuplai kebutuhan Intel.
Bagi Malaysia, kawasan Asia Tengah merupakan new emerging market. Hal
pertama yang dilakukan Malaysia di negara-negara kawasan tersebut adalah
membangun real awareness tentang Malaysia, yang berarti tidak saja ditargetkan
kepada para pejabat pemerintah tetapi juga masyarakat secara umum. Kedua
adalah membangun konektivitas. Ketiga, membangun local partners. Keempat,
melakukan riset terkait produk dan layanan yang dapat diterima oleh pasar Asia
Tengah, termasuk riset mengenai local regulations.
Upaya Malaysia membangun awareness di antaranya dilakukan melalui
pembukaan Malaysia External Trade Development Corporation (MATRADE) di
Uzbekistan dan Kazakhstan, selain juga dilakukan melalui perwakilan diplomatik.
Selain memberikan fasilitasi dalam menghubungkan pelaku usaha Malaysia
dengan kedua negara tersebut, MATRADE aktif berpartisipasi di dalam berbagai
83 http://www.mfa.gov.az/files/file/Azerbaijan_-_Malaysia_relations_25.07.2014.pdf, diakses pada 24 November 2016 84 Policy reseacrh meeting Tim Kajian Mandiri dengan Malaysian Investment Development Authority,
negara sahabat serta bergabung dengan economic grouping baik intrakawasan
maupun interkawasan seperti Trans Pacific Partnership (TPP) dan bergabung dalam
free trade agreement Vietnam-Eurasia Economic Union (EAEU).
Terkait hubungan dengan kawasan Asia Tengah, negara-negara Asia Tengah
merupakan partner tradisional Vietnam karena kedekatan Vietnam dengan Uni
Soviet. Paska runtuhnya Uni Soviet, Vietnam tetap menjaga hubungan baik
dengan negara-negara di kawasan Asia Tengah serta meningkatkan hubungan
tersebut ke ranah ekonomi dengan berbagai kesepakatan ekonomi. Hal ini
didukung dengan peran diaspora Vietnam di Asia Tengah yang bekerja di
perusahaan besar di Asia Tengah seperti perusaahaan minyak yang telah memiliki
jaringan luas dengan berbagai pihak negara-negara tersebut. Hingga saat ini
tercatat 100.000-150.000 diaspora Vietnam yang tinggal dan bekerja di Asia
Tengah. Para diaspora ini sebagian besar adalah para alumni mahasiswa yang
pernah menuntut ilmu di negara-negara bekas Uni Soviet.
Vietnam telah memiliki perwakilan asing di Kazakhstan dan Uzbekistan, dan
negara Asia Tengah lainnya dirangkap dari Moskow (Turkmenistan, Azerbaijan).
Sebaliknya, Kazakhstan dan Azerbaijan telah memiliki perwakilan di Hanoi,
sementara perwakilan Uzbekistan untuk Vietnam dirangkap dari Jakarta dan
Turkmenistan dari Beijing.
C.2. PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Bagi Vietnam, hubungan dengan Asia Tengah khususnya di bidang
perdagangan terkendala kondisi geografis kawasan Asia Tengah yang land-locked.
Sejauh ini, barang Vietnam masuk ke kawasan melalui negara ketiga, salah
satunya Rusia. Meskipun demikian, di antara negara-negara ASEAN, Vietnam
merupakan eksportir terbesar ke kawasan Asia Tengah.
Pada tahun 2014, Vietnam memimpin ekspor ASEAN ke Asia Tengah dengan
pangsa 29%88. Ekspor utama Vietnam ke kawasan Asia Tengah termasuk tekstil,
garmen, produk pertanian dan sea product. Sementara dari negara-negara Asia
Tengah, Vietnam mengimpor mesin, minyak, peralatan mekanik, peralatan
pertanian dan pakan ternak. Pada tahun 2014, mitra dagang utama Vietnam
untuk kawasan Asia Tengah adalah Azerbaijan dengan nilai total perdagangan
mencapai USD 400 juta,89 Kazakhstan dengan nilai perdagangan mencapai
USD247 juta90, Uzbekistan mencapai USD23,9 juta91, dan Kyrgyzstan sebesar USD
4,18 juta.
88 Paparan Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional pada Focus group discussion penyusunan TOR Kajian Mandiri 2016, Bogor, 26 Januari 2016
89http://english.vov.vn/politics/azerbaijan-vietnam-seek-to-advance-economic-trade-links-292525.vov. Diakses pada tanggal 2 September 2016.
90 Kazakhstan and Vietnam to boost transportation cooperation for two way trade promotion
http://www.vietrade.gov.vn/en/index.php?option=com_content&view=article&id=2490:kazakhstan-and-vietnam-to-boost-transportation-cooperation-for-two-way-trade-promotion&catid=20:news&Itemid=287. Diakses pada tanggal 2 September 2016 .
91 Promoting Cooperation with Kyrgyzstan Businesses http://vccinews.com/news_detail.asp?news_id=31869. Diakses pada tanggal 2 September 2016
bermaksud meningkatkan perdagangannya dengan negara Asia Tengah melalui
FTA dengan Eurasia Economic Union (EAEU).
C.3. ENERGI
Di sektor energi, Vietnam memiliki cadangan besar batu bara, minyak, gas
dan air (untuk pembangkit hydropower). Pembangkit listrik dan bahan bakar
industri merupakan konsumen terbesar batu bara Vietnam. Pada tahun 2013
produksi batu bara mencapai 42,6 juta ton (millions ton, MT) dan diharapkan
92 Policy Dialogue and Discussion Tim Kajian Mandiri dengan Nguyen Nguyen Dzung, Deputy Director, Ministry of Planning and Investment Vietnam, Hanoi, 28 April 2016
112
meningkat menjadi 56,0 MT pada tahun 2020 dan 65,0 MT pada 203093.
Cadangan gas alam Vietnam diperkirakan mencapai 600 milyar meter kubik (bcm),
sementara cadangan minyak mentah mencapai 600 MT, atau yang kedua terbesar
di Asia Timur setelah RRT. Cadangan minyak dan gas ini umumnya terletak
offshore.
Namun demikian, tingginya permintaan dalam negeri untuk pembangkit
listrik dan industri manufaktur menuntut Vietnam untuk mengimpor sumber-
sumber energi dari negara lain. Untuk batu bara, Australia, RRT, dan Indonesia
merupakan penyedia batu bara terbesar bagi Vietnam94. Sementara itu, dengan
negara di Asia Tengah, perusahaan minyak dan gas negara Vietnam, PetroVietnam
telah memiliki kesepakatan kerja sama dengan SOCAR (perusahaan minyak dan
gas Azerbaijan) dan dengan KazMunaiGas (Kazakhstan). Namun demikian dalam
memenuhi pasokan energinya, Vietnam condong berpartner dengan Rusia, Timur
Tengah dan pada produksi dalam negerinya sendiri. Dalam beberapa tahun
terakhir, Vietnam juga telah mengembangkan sumber daya energi nuklir bekerja
sama dengan Rusia dan Jepang.
C.4. PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA
Sesuai dengan kesepakatan antara Kementerian Perhubungan dan
Komunikasi Kazakshtan dan Kementerian Perhubungan Vietnam, saat ini
maskapai penerbangan Air Astana beroperasi melayani penerbangan langsung
Almaty-Ho Chi Minh City. Setiap tahunnya pemerintah mencanangkan “Vietnam
Tourism Year” yang difokuskan untuk mempromosikan satu propinsi di Vietnam.
Dengan program ini, instansi dan pemerintah daerah terkait menyelenggarakan
event-event kebudayaan berskala nasional dan internasional untuk
mempromosikan kebudayaan Vietnam dan menarik wisatawan asing. Program ini
juga ditujukan untuk membiasakan masyarakat Vietnam di propinsi tersebut
untuk berinteraksi dengan wisatawan asing dan mendorong pemerintah daerah
memiliki kemampuan dan standar nasional dalam pengembangan pariwisata di
daerahnya. Program ini didukung dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan
raya dan fasilitas umum di daerah tersebut.
Vietnam National Administration of Tourism (VNAT) kini tengah mengajukan
usulan pembebasan visa unilateral untuk beberapa negara potensial termasuk
negara kawasan Asia Tengah, kepada pemerintah pusat. Dalam skema ini,
wisatawan dari negara-negara tertentu dibebaskan visa kunjungan melalui
pengaturan dengan agen perjalanan yang telah diakreditasi oleh pemerintah
Vietnam.
Vietnam juga telah memiliki kesepakatan/MoU di bidang pariwisata dengan
Kazakhstan (2011) dan Uzbekistan (1996). Poin-poin dari kesepakatan ini antara
lain pertukaran dan program peningkatan SDM pariwisata, pertukaran informasi
93 Vietnam Energy Sector: Strategy, Assessment and Roadmap, Asian Development Bank, December 2015,https://www.adb.org/sites/default/files/institutional-document/178616/vie-energy-road-map.pdf. Diakses 24 Oktober 2016
94http://www.platts.com/latest-news/coal/hanoi/vietnams-july-coal-imports-surge-141-on-year-27647964. Diakses tanggal 24 Oktober 2016.
Saat ini Vietnam tengah aktif memperluas kerjasama politik dan ekonomi
dengan negara mitra melalui integrasi dalam economic grouping intra dan inter-
regional serta kesepakatan perdagangan bebas (FTA) bilteral dengan Jepang, Korea
Selatan serta dalam kerangka ASEAN dan mitra wicara. Di kawasan Asia Tengah,
meskipun bukan dengan semua negara kawasan tersebut, Vietnam memiliki
perjanjian kerja sama ekonomi dalam kerangka free trade agreement Vietnam-
Eurasia Economic Union (EAEU) yang terdiri dari Rusia, Kazakhstan, Belarusia,
Armenia, dan Kyrgyzstan.
Dengan menjadi pihak dalam FTA ini, Vietnam merupakan negara mitra
internasional pertama di luar kawasan EAEU yang akan mendapat keuntungan
bebas pajak atas produknya yang memasuki kelima negara tersebut. FTA ini akan
mulai berlaku pada 6 Oktober 2016 dan ditargetkan perdagangan dengan anggota
EAEU mencapai USD 10-12 milyar pada tahun 2020, naik signifikan dari USD 4
pada tahun 2014. Ekspor Vietnam ke negara EAEU diperkirakan akan meningkat
18-20% per tahunnya96.
FTA juga akan mendorong perekonomian Vietnam karena terbukanya
kesempatan bagi pebisnis Vietnam untuk mempromosikan produknya dan
mempercepat ekspor ke lima negara tersebut. Di lain pihak, keberadaan FTA
tersebut dapat dimaknai bahwa negara-negara Asia Tengah menjadikan Vietnam
sebagai hub untuk menginisasi kerja sama dengan negara-negara di Asia
Tenggara. FTA ini merupakan kesepakatan yang komprehensif, meliputi hampir
semua bidang perdagangan dan investasi, trade in goods, services, keuangan dan
perbankan, IT, e-commerce, hak kekayaan intelektual, perlindungan lingkungan
dan belanja negara.
Hal penting dari FTA tersebut adalah terbukanya pasar dan peluang
investasi. Komoditas eskpor unggulan Vietnam adalah produk pertanian, hasil
laut/seafood, garmen/tekstil, alas kaki dan processed foods. Sementara EAEU,
terutama Rusia dan Belarusia memiliki teknologi, sumber daya mineral dan
produk mekanikal. Bagi Vietnam, kerja sama ini merupakan kesempatan baik
untuk mendapat akses teknologi modern dan sekaligus mendorong proyek
investasi Vietnam di tingkat global. Hal ini sesuai dengan harapan EAEU yang
memerlukan ekspor ikan, tekstil dan garmen serta produk alas kaki dari Vietnam.
Mereka mengharapkan Vietnam untuk membuka pabrik-pabrik di negara EAEU
guna memproduksi dan mengekspor produk ke negara tetangga di Eropa.
95 Policy Dialogue and Discussion Tim Kajian Mandiri dengan Tran Puong Cuong, Deputy Director General Vietnam National Administration for Tourism, Hanoi, 27 April 2016.
96 http://wtocenter.vn/other-agreement/vietnam-eurasia-economic-union-sign-free-trade-agreement, diakses tanggal 12 Agustus 2016.
negara-negara besar. Walau demikian, secara umum tetap terjadi peningkatan
angka perdagangan antara Iran dengan negara-negara Asia Tengah terlebih sejak
kesepakatan interim Joint Plan of Action tahun 2013 dan Joint Comprehensive Plan
of Action (JCPOA) yang ditandatangani tahun 2015 dan mulai berlaku tahun 2016.
Terlepas dari sanksi terkait program nuklir Iran, penting kiranya untuk
disadari bahwa potensi kerja sama ekonomi Iran dan Asia Tengah sangatlah besar.
Hal ini ditunjukan oleh fakta bahwa pada tahun 2010 sebelum sanksi diperluas
sehingga mencakup migas, Iran merupakan eksportir terbesar ke-8 ke Asia
Tengah. Dengan dicabutnya sanksi terhadap Iran melalui implementasi JCPOA,
diharapkan kerja sama ekonomi antara Iran dan Asia Tengah akan melampaui
level yang telah dicapai selama ini bahkan sebelum adanya sanksi.
Grafik 19 menunjukan peningkatan pola dinamika perdagangan yang
berbeda antara Iran dengan tiga negara di Asia Tengah. Pertama, terdapat
penurunan nilai perdagangan antara Iran dengan Uzbekistan. Nilai perdagangan
antara Iran dan Kazakhstan mengalami peningkatan namun tidak signifikan.
Peningkatan perdagangan yang paling mencengangkan terjadi antara Iran dan
Turkmenistan yang dalam kurun waktu lima belas tahun berhasil meningkat pesat
lebih dari 10 kali lipat.
Grafik 19. Nilai perdagangan Iran dan Tiga Negara Asia Tengah
Mengingat kawasan Asia Tengah memiliki kekayaan alam yang melimpah
termasuk migas, maka migas yang merupakan komoditas unggulan Iran tidak
terlalu dilirik oleh Asia Tengah. Sebagai salah satu negara yang berhasil
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
2001 2011 2015
Grafik Perkembangan Nilai Perdagangan Iran dan Negara Asia Tengah
Iran-Kazakhstan Iran-Uzbekistan Iran-Turkmenistan
117
mendiversifikasi perekonomiannya, Iran berhasil mengekspor beragam produk
industrinya ke Asia Tengah.
Kendati demikian, migas tetap menjadi salah satu komoditas penting dalam
perdagangan antara Iran dan Asia Tengah. Hal ini di antaranya terlihat dalam
perdagangan antara Turkmenistan dan Iran. Sepertiga ekspor gas Turkmenistan
dibeli oleh Iran, terutama oleh masyarakat di kawasan utara Iran yang terletak
jauh dari sumber migas Iran di Selatan dan lebih berdekatan dengan
Turkmenistan.
Selain kerja sama ekonomi bilateral, Iran dan negara-negara di Asia Tengah
juga tergabung dalam organisasi regional yang sama dengan fokus pada
peningkatan kerja sama ekonomi yaitu Economic Cooperation Organization (ECO).
Peran Iran dalam ECO cukup penting, hal tersebut tercermin diantaranya oleh
fakta bahwa Sekretariat ECO berkedudukan di Tehran. Kerja sama ECO yang baik
tidak hanya akan mendorong kerja sama ekonomi yang kuat antara negara
anggotanya namun juga akan membuka peluang Iran sebagai pintu gerbang bagi
negara di luar kawasan termasuk Indonesia untuk melakukan penetrasi terhadap
kawasan Asia Tengah.
Sayangnya hingga kini, program kerja ECO masih belum nyata terlihat
terutama jika dibandingkan dengan organisasi kawasan lainnya. Preferential Trade
Agreement yang sudah direncanakan sampai sekarang belum disepakati oleh ECO.
Menurut keterangan pejabat Sekretariat ECO, perjanjian Preferential Trade
Agreement ini sampai sekarang masih digodok dan diperkirakan membutuhkan
waktu hingga 5 tahun ke depan untuk difinalisasi. Sampai perjanjian tersebut
disepakati, sulit menelaah manfaat nyata dari kerja sama ekonomi termasuk
perdagangan dalam kerangka ECO.
Walau demikian, kini telah terdapat upaya untuk memperkuat kerja sama
ekonomi melalui penguatan ECO. Hal ini tidak terlepas dari pencabutan sanksi
terhadap Iran sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di antara negara
anggota ECO. Tekad untuk memperkuat kerja sama ECO diantaranya terlihat dari
upaya organisasi tersebut yang kini tengah menyusun ECO 2025 Vision.
D.3. KONEKTIVITAS
Saat ini Iran dan Asia Tengah telah dihubungkan oleh Tejen-Sarahs-Mashad
railway line. Konektivitas tersebut sangat vital untuk mendukung kerja sama
ekonomi Iran dan Asia Tengah mengingat kawasan Asia Tengah adalah kawasan
yang landlocked sehingga notabene sulit untuk dijangkau. Dengan rel kereta
tersebut, maka lalu lintas berbagai barang antara Iran dan Asia Tengah dapat
dilakukan dengan relatif mudah.
118
Grafik 20. Jalur Kereta Penghubung Iran-Turkmenistan-Kazakhstan
Konektivitas tersebut dapat menekan biaya produksi, sehingga harga produk
yang diperdagangkan lintas batas menjadi lebih kompetitif dan pada akhirnya
perdagangan lintas negara dapat berkembang secara dinamis. Jalur Kereta
tersebut terbentang sepanjang lebih dari 900 kilometer dan diperkirakan
mengangkut kargo barang sebesar 3.5 juta ton per tahunnya. 10 tahun mendatang
volume kargo yang menggunakan jalur kereta tersebut diprediksi akan meningkat
hingga 12 juta ton per tahunnya.
Salah satu hambatan bagi perdagangan antara Iran dan Asia Tengah adalah
kesulitan perbankan. Di satu sisi, Iran selama bertahun-tahun dijatuhi sanksi
terkait program nuklirnya, sehingga pihak perbankan tidak mau memfasilitasi
transaksi dengan Iran, bahkan kini setelah sanksi dicabut dengan implementasi
JCPOA tidak sedikit dari pelaku perbankan nasional yang berpikir dua kali untuk
membiayai transaksi perdagangan dengan Iran. Hambatan tidak hanya datang dari
Iran, beberapa negara Asia Tengah pun memiliki kendala perbankan diakibatkan
belum memadainya integrasi perbankan kawasan tersebut dengan sistem global.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Iran dan beberapa negara Asia Tengah
berhasil menyepakati dan mengimplementasikan sistem transaksi perdagangan
yang tidak begitu lazim yakni dengan barter. Sistem transaksi menggunakan
barter mungkin memang tampak tidak sesuai dengan perkembangan zaman
namun mekanisme tersebut telah memungkinkan perdagangan antara Iran dan
Turkmenistan untuk melonjak tajam hingga puluhan kali lipat dalam dua dekade
terakhir. Pada tahun 2001, nilai perdagangan total antara Iran dan Turkmenistan
baru mencapai USD 84 juta, pada tahun 2015 angka tersebut sudah melampaui
USD 3.5 milyar. Hal tersebut dimungkinkan karena kedua negara menggunakan
sistem barter untuk menyiasati kendala perbankan yang ada. Di satu pihak Iran
membutuhkan gas Turkmenistan sebagaimana yang sudah disinggung di atas, di
sisi lain Turkmenistan membutuhkan produk industri dan jasa dari Iran. Dengan
kondisi seperti itu, Turkmenistan mengirimkan gas ke Iran utara senilai produk
119
industri dan jasa yang Iran suplai ke Turkmenistan. Sistem transaksi
menggunakan barter dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengakali
hambatan perbankan dalam mendorong transaksi perdagangan.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan ulasan kerja sama negara-negara role model di atas dengan
negara-negara Asia Tengah, dapat dirumuskan beberapa poin lesson-learned yang
dapat menjadi rujukan bagi Indonesia dalam meningkatkan diplomasi
ekonominya, yaitu:
1. Komitmen kerja sama dari level tertinggi. Komitmen ini menjadi modal
dasar untuk kesepakatan dan implementasi kerja sama di berbagai bidang.
Komitmen politik yang ditunjukkan dari saling kunjung antar kepala
pemerintahan akan mendorong kelancaran kerja sama lainnya di bidang
ekonomi. Hal ini dilakukan oleh negara-negara role model tersebut di atas
dengan negara-negara Asia Tengah. Oleh karena itu, penting kiranya
Pemimpin dan Pejabat Indonesia di negara-negara Asia Tengah untuk
meningkatkan saling kunjung dalam rangka mempererat hubungan.
2. Memaksimalkan peran Perwakilan di negara akreditasi. Negara-negara role
model berupaya untuk menjangkau negara Asia Tengah dimulai dengan
pembukaan kantor misi diplomatik di negara-negara tersebut. Misi diplomatik
akan memudahkan langkah penetrasi ekonomi selanjutnya. Misalnya Korea
Selatan dan Iran telah mempunyai kedutaan besar di seluruh negara Asia
Tengah. Sedangkan Malaysia memiliki perwakilan di empat negara di Asia
Tengah, yakni di Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan.
Apabila Indonesia ingin meningkatkan diplomasi ekonomi ke Asia Tengah,
pembukaan misi diplomatik menjadi suatu keniscayaan.
3. Konektivitas. Kondisi geografis Asia Tengah yang landlocked menuntut
strategi khusus namun juga efisien untuk penetrasi kawasan. Korea Selatan,
Malaysia dan Iran telah memiliki konektivitas ke Asia Tengah yang
mendukung lalu lintas perdagangan dan mobilitas manusia. Di antaranya
dengan membangun infrastruktur melalui jalur udara maupun darat.
4. Bergabung dalam kelompok ekonomi kawasan yang strategis. Keputusan
Vietnam untuk bergabung (dan keputusan EAEU menerima Vietnam) dalam
FTA EAEU sangat strategis untuk merengkuh kawasan dan pasar EAEU.
Sebaliknya, bagi EAEU, Vietnam adalah partner internasional yang strategis
bagi investasi, pemasaran produk dan sekaligus sebagai gerbang masuk ke
Asia Tenggara. Indonesia dapat mempertimbangkan membangun kerja sama
ekonomi dengan EAEU, mengingat negara ASEAN lainnya (Singapura,
Kamboja, Thailand) dan Korea Selatan saat ini tengah menjajaki memiliki FTA
dengan EAEU. Vietnam melihat peluang FTA EAEU untuk keleluasaan
produk Vietnam masuk ke kawasan, perusahaan manufaktur Vietnam juga
akan mendapat akses yang lebih besar atas sumber-sumber daya alam yang
strategis (migas, besi dan baja).
120
5. Membangun awareness dan nation branding. Korea Selatan, Malaysia dan
Vietnam telah memiliki branding position yang baik atas produk-produk
unggulan mereka, baik di lingkup regional dan global. Korea Selatan dengan
produk elektronik, Vietnam dengan kopi dan tekstilnya sementara Malaysia
menjadikan pariwisata sebagai salah satu program unggulannya. Hal ini
adalah modalitas untuk penetrasi pasar Asia Tengah.
6. Program kerja sama sosial budaya dapat menjadi motor utama membangun
awareness di kawasan Asia Tengah. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai
festival budaya, pengiriman mahasiswa/pemberian beasiswa yang dilakukan
negara-negara role model.
7. Pemberdayaan diaspora. Sebagaimana yang dilakukan Korea Selatan,
diaspora mereka di Asia Tengah berperan penting dalam mendukung promosi
dan penetrasi pasar yang dilakukan oleh negara-negara tersebut.
8. Strategi ekspor. Salah satu kunci keberhasilan Korea Selatan dalam bidang
perdagangan luar negeri terletak pada kebijakan ekonomi yang berlandaskan
export policy dan open competition. Korea Selatan meyakini bahwa liberalisasi
perdagangan yang dimulai dari persaingan terbuka di level domestik akan
meningkatkan kualitas industri dalam negeri. Hal ini juga sejalan dengan
upaya Korea Selatan guna mematuhi peraturan perdagangan di WTO.
9. Pengembangan kegiatan riset dan pengembangan (R&D). Melakukan
feasibility studies atas suatu isu strategis yang melibatkan think tank
Indonesia yang terafiliasi dengan Pemerintah atau yang dinilai memiliki SDM
dan fasilitas yang maju dan memadai.
10. Outward investment. Ketiga negara (terutama korea Selatan) memiliki
investasi di negara-negara Asia Selatan, dan Indonesia dalam hal ini juga
tidak tertinggal. Namun demikian, dengan mengenyampingkan Korea Selatan,
Indonesia perlu mencermati langkah investasi Malaysia dan Vietnam di
kawasan. Hubungan ekonomi Indonesia dengan kedua negara ini, khususnya
Vietnam, akan menjadi kompetitif dan tidak lagi komplementer.
11. Mengedepankan kesamaan latar belakang. Program wisata halal dapat
menarik minat warga Asia Tengah. Sebagaimana yang dilakukan Malaysia
yang kini giat mengupayakan Islamic tourism. Hal ini tentu dapat
diimplementasikan di Indonesia yang mempunyai kesamaan latar belakang
sebagai negara dengan mayoritas muslim
121
B A B VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
“Saya sudah tugaskan ke Menteri Perdagangan, ke Dubes, pasar-pasar non
tradisional itu yang harus dikejar. Jangan kita hanya pasar-pasar lama, pasar
tradisional terus yang harus kita tuju. Karena seluruh pasar di negara-negara
sekecil apapun itu potensinya ada. Produk kita ini macam-macam sehingga itu
menjadi sebuah potensi yang terus harus didorong.”
Presiden Joko Widodo, 21 Oktober 2015
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjabaran mengenai gambaran umum kawasan Asia Tengah
di bab 2, potensi kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Asia Tengah di bab 3,
evaluasi kerja sama Indonesia dan Asia Tengah di bab 4, serta lessons learned dari
negara-negara role model di bab 5, dapat disimpulkan poin-poin penting sebagai
berikut:
1. Diplomasi ekonomi merupakan salah satu prioritas kebijakan luar negeri RI
di bawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo, di mana Pemerintah
menargetkan pada tahun 2019 nilai ekspor dapat ditingkatkan hingga 300
persen menjadi USD 458,8 miliar, peningkatan jumlah wisatawan asing
hingga 200 persen menjadi 20 juta, dan peningkatan investasi asing hingga
15 persen menjadi USD 72,46 miliar.
2. Situasi perekonomian dunia masih diliputi ketidakpastian dan cenderung
melambat. Hal ini menyebabkan banyak negara harus mengoreksi
pertumbuhan ekonominya, termasuk Indonesia yang pada tahun 2015
hanya tumbuh 4,73 persen, lebih rendah dari target sebelumnya 5,7 persen.
Untuk itu, performa ekonomi Indonesia harus terus ditingkatkan pada masa
mendatang, di antaranya dengan meningkatkan nilai ekspor ke pasar non
tradisional, termasuk Asia Tengah, yang mempunyai potensi ekonomi cukup
signifikan.
3. Asia Tengah merupakan suatu kawasan yang mempunyai arti strategis
secara politis maupun ekonomis bagi dunia internasional. Hal ini ditandai
dengan perlombaan negara-negara adidaya dan negara utama di kawasan
untuk menancapkan pengaruhnya dan mengambil manfaat ekonomi bagi
kepentingan masing-masing.
4. Di kawasan Asia Tengah terdapat berbagai skema kerja sama ekonomi
organisasi regional yang pada dasarnya ingin menjadikan Asia Tengah dan
negara di sekitarnya sebagai kawasan ekonomi yang terintegrasi, di
antaranya EAEU, SCO, ECO, ACD dan CAREC. Keberadaan berbagai kerja
sama tersebut telah menjadikan kawasan Asia Tengah semakin penting
secara politik, serta menimbulkan peluang ekonomi yang besar.
122
5. Melihat potensi ekonomi yang sangat besar di Asia Tengah serta
perkembangan infrastruktur yang cukup maju, kawasan yang terletak di
tengah-tengah Asia dan Eropa ini diprediksi akan menjadi kawasan
ekonomi masa depan, membangkitkan kembali kejayaan masa lalu sebagai
silk road. Oleh karena itu, Indonesia yang mempunyai kepentingan
meningkatkan kerja sama ekonomi dengan Asia Tengah, khususnya sebagai
pasar non tradisional, tidak boleh tertinggal dengan negara-negara lain
dalam mengeksplorasi dan mengeksploitasi keuntungan ekonomi Asia
Tengah.
6. Indonesia dan Asia Tengah mempunyai hubungan politik dan sosial budaya
yang cukup dekat yang telah lama terjalin dengan baik. Adapun hubungan
ekonomi dan perdagangan, selama ini sudah berjalan dengan cukup baik
namun belum mencerminkan nilai potensi riil yang dimiliki. Oleh karena
itu, kedekatan politik, sejarah dan sosial budaya antara Indonesia dan Asia
Tengah sebagai sebuah political and social investment perlu
dimanifestasikan sebagai economic devident.
7. Kepentingan ekonomi Indonesia terhadap Asia Tengah antara lain sebagai
pasar non-tradisional baru untuk ekspor Indonesia; sumber energi alternatif
(migas) untuk ketahanan energi nasional, sumber bahan makanan (gandum
dan daging) untuk ketahanan pangan dan sumber bahan baku kapas untuk
ketahanan sandang; negara sumber investasi sekaligus negara tujuan
investasi, negara sumber wisatawan asing, serta pasar tujuan pekerja
profesional Indonesia antara lain tapi tidak terbatas pada bidang migas,
petrokimia dan manajemen industri.
8. Adapun tantangan peningkatan kerja sama ekonomi dengan Asia Tengah
antara lain adalah:
a. Kondisi geografis Asia Tengah yang jauh dan merupakan land-locked
countries serta belum adanya penerbangan langsung dari Indonesia ke
Asia Tengah menyebabkan biaya logistik dan transportasi yang terbatas
pilihannya, mahal dan memerlukan waktu yang lama;
b. Beberapa negara di Kawasan Asia Tengah (Uzbekistan, Turkmenistan
dan Azerbaijan) belum menjadi anggota World Trade Organization (WTO)
sehingga kebijakan ekonomi mereka cenderung protektif (menetapkan
tarif yang cukup tinggi dan hambatan non tarif untuk melindungi
produk dalam negeri mereka), berubah-ubah dan tidak kompatibel
dengan sistem perdagangan internasional;
c. Rendahnya pemahaman pengusaha Asia Tengah dan pengusaha
Indonesia terhadap potensi produk masing-masing menyebabkan
keengganan untuk menjajaki kerja sama bisnis;
d. Sulitnya menembus dominasi produk negara di sekitar Asia Tengah
(Tiongkok, Rusia, Turki dan Iran mempunyai pangsa ekspor yang
terbesar di Asia Tengah) dan persaingan produk yang sama dari negara
ASEAN yang memiliki produk serupa dengan Indonesia;
123
e. Kebijakan sistem mata uang setempat yang cenderung tertutup dan
kaku menyebabkan kesulitan penukaran dengan valuta asing
internasional;
f. Sistem perbankan yang belum terintegrasi dengan baik dengan
perbankan internasional.
9. Terkait dengan konektivitas di Asia Tengah, selama ini kondisi negara-
negara di kawasan tersebut yang landlocked menjadi halangan utama bagi
Indonesia untuk melakukan penetrasi pasar ke wilayah tersebut. Namun
demikian, persepsi itu saat ini tidak lagi relevan. Keberadaan serta
pembangunan infrastruktur darat, laut dan udara, yang menghubungkan
Asia Tengah ke negara-negara di sekitarnya tersebut tentunya membuat
kondisi landlocked bukan lagi menjadi hambatan. Asia Tengah kini menjadi
kawasan landlinked yang terhubung dengan dunia luar.
10. Yang menjadi pertanyaan adalah memilih rute yang paling efektif untuk
jalur logistik. Pengiriman barang dari Indonesia ke Asia Tengah dapat
dilakukan melalui rute udara maupun rute laut yang dilanjutkan dengan
rute darat. Terdapat banyak alternatif pelabuhan laut yang dapat
digunakan, terutama melalui bandar Abbas di Iran maupun Lianyungang di
Tiongkok. Kedua pelabuhan tersebut telah terhubung melalui jalur darat
(jalan raya dan rel kereta api) ke negara-negara Asia Tengah.
11. Sejauh ini nilai ekspor Indonesia ke Asia Tengah masih rendah. Di antara
negara ASEAN, Indonesia hanya menduduki peringkat eksportir terbesar ke-
5 di Asia Tengah. Komoditas ekspor utama Indonesia selama ini ke kawasan
Asia tengah adalah kelapa sawit dan produk turunannya. Beberapa produk
yang diutamakan yaitu produk elektronik, otomotif dan produk karet, serta
produk lainnya, di antaranya perhiasan, produk makanan olahan terutama
sea food, komponen pesawat dan otomotif.
12. Poin penting lesson-learned negara-negara role model yang dapat menjadi
rujukan bagi Indonesia dalam meningkatkan diplomasi ekonominya, yaitu:
a. Komitmen kerja sama dari level tertinggi. Komitmen ini menjadi
modal dasar untuk kesepakatan dan implementasi kerja sama di
berbagai bidang. Komitmen politik yang ditunjukkan dari saling
kunjung antar kepala pemerintahan akan mendorong kelancaran
kerja sama lainnya di bidang ekonomi.
b. Memaksimalkan peran Perwakilan di negara akreditasi. Negara-
negara role model berupaya untuk menjangkau negara Asia Tengah
dimulai dengan pembukaan kantor misi diplomatik di negara-negara
tersebut. Misi diplomatik akan memudahkan langkah penetrasi
ekonomi selanjutnya. Apabila Indonesia ingin meningkatkan
diplomasi ekonomi ke Asia Tengah, pembukaan misi diplomatik
menjadi suatu keniscayaan. Selain itu, Perwakilan RI harus
memaksimalkan peran mereka sebagai ujung tombak diplomasi
ekonomi di Asia Tengah.
124
c. Konektivitas. Kondisi geografis Asia Tengah yang landlocked
menuntut strategi khusus namun juga efisien untuk penetrasi
kawasan. Korea Selatan, Malaysia dan Iran telah memiliki
konektivitas ke Asia Tengah baik melalui jalur udarat, darat maupun
laut yang mendukung lalu lintas perdagangan dan mobilitas manusia
yang efektif dan efisien sehingga produk mereka lebih kompetitif.
d. Bergabung dalam kelompok ekonomi kawasan yang strategis.
Keputusan Vietnam untuk bergabung dalam FTA EAEU sangat
strategis untuk merengkuh kawasan dan pasar EAEU. Sebaliknya,
bagi EAEU, Vietnam adalah partner internasional yang strategis bagi
investasi, pemasaran produk dan sekaligus sebagai gerbang masuk
ke Asia Tenggara. Indonesia dapat mempertimbangkan membangun
kerja sama ekonomi dengan EAEU, mengingat negara ASEAN lainnya
(Singapura, Kamboja, Thailand) dan Korea Selatan saat ini tengah
menjajaki memiliki FTA dengan EAEU.
e. Membangun awareness dan nation branding. Korea Selatan,
Malaysia dan Vietnam telah memiliki branding position yang baik atas
produk-produk unggulan mereka, baik di lingkup regional dan global.
f. Program kerja sama sosial budaya dapat menjadi motor utama
membangun awareness di kawasan Asia Tengah. Hal ini dapat
dilakukan melalui berbagai festival budaya, pengiriman mahasiswa
dan pemberian beasiswa yang dilakukan negara-negara role model.
g. Pengembangan kegiatan riset dan pengembangan (R&D).
Pentingnya melakukan feasibility studies atas pengambilan kebijakan
terhadap suatu isu strategis yang melibatkan think tank yang
memiliki SDM dan fasilitas yang maju dan memadai.
h. Pemberdayaan diaspora. Sebagaimana yang dilakukan Korea
Selatan, diaspora mereka di Asia Tengah berperan penting dalam
mendukung promosi dan penetrasi pasar yang dilakukan oleh
negara-negara tersebut.
i. Mengedepankan kesamaan latar belakang. Program wisata halal
dapat menarik minat warga Asia Tengah. Sebagaiamana yang
dilakukan Malaysia yang kini giat mengupayakan Islamic tourism. Hal
ini tentu dapat diimplementasikan di Indonesia yang mempunyai
kesamaan latar belakang sebagai negara dengan mayoritas muslim.
B. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, secara umum tujuan Diplomasi Ekonomi
Indonesia ke Asia Tengah adalah untuk mengoptimalkan peluang ekonomi yang
ada di kawasan tersebut, yang diimplementasikan terutama dengan meningkatkan
nilai ekspor produk Indonesia, menarik penanaman modal asing dari Asia Tengah
maupun mendorong investasi Indonesia di Asia Tengah, menarik lebih banyak
wisatawan asing dari Asia Tengah, mendorong lebih banyak pengiriman tenaga
kerja Indonesia yang profesional ke Asia Tengah.
125
Untuk meraih tujuan ini, tim penyusun telah merumuskan beberapa butir
rekomendasi dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang sebagai
berikut:
B.1. JANGKA PENDEK
1. Meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan di Indonesia akan
potensi ekonomi Asia Tengah.
Bagi para pemangku kepentingan di Indonesia, terutama instansi
pemerintah dan kalangan swasta, selama ini Asia Tengah belum menjadi
prioritas, padahal potensi ekonomi yang dimiliki cukup besar. Hal ini dapat
dimaklumi karena secara geografis Indonesia dan Asia Tengah dipisahkan
jarak yang cukup jauh. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai kegiatan
diseminasi informasi untuk memperkenalkan potensi ekonomi Asia Tengah
kepada instansi pemerintah di bidang TTI dan pebisnis Indonesia. Sasaran
dari hal ini adalah untuk menjadikan kawasan Asia Tengah sebagai salah
satu prioritas target pasar tradisional. Kegiatan sosialisasi yang selama ini
telah dilaksanakan Direktorat Asia Selatan dan Tengah Kementerian Luar
Negeri perlu terus dilaksanakan dalam intensitas yang lebih banyak. Untuk
meningkatkan efektivitasnya, kegiatan dapat dilaksanakan melalui
peningkatan kerja sama dengan Kedutaan Besar negara Asia Tengah di
Indonesia maupun Perwakilan Indonesia di Asia Tengah.
2. Meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan di Indonesia
dalam pelaksanaan diplomasi ekonomi khususnya ke Asia Tengah.
Dengan adanya sinergi antara instansi pemerintah dan swasta di Indonesia,
(Indonesia Incorporated), pelaksanaan diplomasi ekonomi akan lebih
komprehensif, efektif dan efisien. Koordinasi perlu dilaksanakan mulai dari
tahap perencanaan, hingga pelaksanaan dan evaluasi. Misalnya,
pelaksanaan promosi di Asia Tengah akan lebih efektif dan efisien apabila
dilaksanakan secara terpadu di bidang TTI dengan melibatkan instansi
teknis terkait. Direktorat Asia Selatan dan Tengah Kementerian Luar Negeri
dapat meningkatkan peran sentral dalam pelaksanaan koordinasi ini.
3. Mempertajam Market Intelligence. Hal ini perlu dilakukan untuk
mendeskripsikan karakteristik target pasar secara rinci guna menyusun
segmentasi pasar dilihat dari beragam aspek, baik aspek sosial, ekonomi
maupun budaya, karena keenam negara tersebut memiliki karakteristik
masing-masing. Oleh karena itu perlu dikembangkan prinsip “one mission,
multiple location with location-specific marketing and promotion strategies.”
Dalam hal ini, peran strategis Perwakilan RI dalam pelaksanaan market
intelligence yang selama ini telah berjalan dengan baik perlu terus
ditingkatkan.
4. Identifikasi komoditi unggulan. Berdasarkan market intelligence yang
telah dibuat, dapat ditentukan komoditi unggulan Indonesia yang tepat
untuk melakukan penetrasi pasar Asia Tengah. Beberapa produk yang telah
teridentifikasi di antaranya adalah minyak kelapa sawit, kertas, furniture,
tekstil dan garmen, produk elektronik, perhiasan, komponen pesawat and
126
otomotif, produk karet/ban mobil, makanan olahan, dan sea food. Produk
unggulan ini selanjutnya perlu diupayakan untuk dapat masuk dengan baik
di Asia Tengah. Selain komoditi tersebut di atas, perlu dijajaki kemungkinan
pemasaran produk industri strategis Indonesia, di antaranya pesawat
terbang buatan PT. Dirgantara Indonesia, senjata buatan PT. Pindad dan
kereta api buatan PT. Kereta Api Indonesia.
5. Pelaksanaan public awareness campaign secara berkelanjutan kepada
pemangku kepentingan di negara-negara Asia Tengah. Hal ini penting
agar masyarakat di Asia Tengah semakin mengenal Indonesia dan lebih
jauh menyukai produk-produk unggulan Indonesia. Public awareness
campaign dapat dilakukan melalui kegiatan promosi konvensional yang
selama ini dilakukan oleh Perwakilan RI dan instansi teknis terkait,
maupun melalui pendekatan budaya. Belajar dari Korea Selatan, negara
tersebut telah memiliki branding position yang baik atas negara mereka
berkat drama korea Halyu yang popular di dunia dan didukung produk
unggulan yang berkualitas.
Dalam hal ini, public awareness campaign dapat dilakukan dengan
menggunakan diplomasi sosial budaya. Indonesia dapat memanfaatkan
adanya Pusat Studi Indonesia yang telah ada di Azerbaijan dan Uzbekistan
dan mengupayakan pembukaan hal serupa di negara Asia Tengah lainnya.
Indonesia juga dapat lebih berupaya mempromosikan Pencak Silat yang
telah popular di Azerbaijan dan Uzbekistan ke negara Asia Tengah lainnya.
Peran diaspora Indonesia di negara-negara Asia Tengah juga perlu lebih
dioptimalkan.
6. Mendorong aktivitas pebisnis Indonesia di Asia Tengah melalui:
a. Mendorong partisipasi instansi pemerintah dan pebisnis Indonesia,
termasuk BUMN, dalam berbagai kegiatan pameran berskala
internasional di Asia Tengah. Hal ini bermanfaat guna
memperkenalkan dan mempromosikan produk Indonesia ke Asia Tengah
dan secara bersamaan juga memberi kesempatan pemangku
kepentingan Indonesia untuk lebih mengenal Asia Tengah. Keikutsertaan
dalam kegiatan ini juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
business matchmaking. Dalam hal ini, instansi pemerintah terkait,
khususnya Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata,
Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN, serta BKPM, perlu
duduk bersama dengan kalangan swasata.
b. Mendorong mekanisme usaha patungan (joint venture/profit
sharing) antara pengusaha Indonesia dengan pengusaha setempat.
Hal ini akan memudahkan upaya penetrasi pasar di negara-negara di
kawasan Asia Tengah. Sebaliknya, joint venture dalam bentuk investasi
bisnis di Indonesia akan menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kerja
sama antar pebisnis dapat dimulai dengan business matchmaking antara
pengusaha yang tergabung dalam Kamar dagang dan Industri di
Indonesia dan di Asia Tengah. Lesson learned dari pebisnis Indonesia
127
yang telah berhasil membangun bisnis di Asia Tengah menjadi suatu
keniscayaan.
c. Memanfaatkan negara-negara utama di sekitar Asia Tengah. Kerja
sama dengan negara di sekitar Asia Tengah dapat menjadi batu loncatan
dalam penetrasi ke pasar Asia Tengah. Misalnya dengan melakukan
investasi di Rusia yang telah mempunyai perjanjian perdagangan bebas
dengan negara-negara Asia Tengah. Produk yang dibuat di Rusia dapat
dipasarkan dengan mudah dan dengan tarif murah ke Asia Tengah. Hal
ini dilakukan pebisnis Vietnam yang berinvestasi pabrik mi instan di
Rusia untuk diekspor ke Asia Tengah.
d. Mendorong pengembangan kerjasama di sektor Bisnis Halal dan
Bank Syariah dengan negara-negara Asia Tengah. Masyarakat Asia
Tengah yang mayoritas beragama Islam merupakan peluang bagi
Indonesia dalam konteks ini. Dalam implementasinya Indonesia dapat
bekerja sama dengan Malaysia sebagai negara Muslim yang cukup maju
dalam hubungan kerjasama ekonomi termasuk di sektor Bisnis Halal
dengan dengan negara-negara Asia Tengah. Indonesia mempunyai
industri perbankan syariah yang cukup maju dan dapat bersaing untuk
masuk di pasar Asia Tengah.
e. Mendorong BUMN dan perusahaan Indonesia untuk mengerjakan
proyek infrastruktur dan migas di Asia Tengah. Investasi di luar
negeri selain menguntungkan secara finansial juga berperan sebagai
pembuka jalan penetrasi ekonomi Indonesia. Sejauh ini prospek
investasi di Asia Tengah berada di sektor pembangunan infrastruktur
(jalan raya, rel kereta api, jembatan dll) dan industri minyak dan gas
bumi. Perusahaan BUMN maupun swasta Indonesia yang telah
mempunyai pengalaman berinvestasi infrastruktur di luar negeri,
misalnya Wijaya Karya dengan proyek jalan raya di Aljazair, serta
Pertamina yang telah mempunyai proyek eksplorasi minyak bumi di luar
negeri, perlu didorong untuk menjajaki pasar Asia Tengah.
Indonesia dapat belajar dari skema investasi pembangunan infrastruktur
melalui kerja sama dengan pihak ketiga yang dilakukan negara lain.
Misalnya pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Bandar Abbas
dan Pelabuhan Chabahar di Iran oleh India serta Pelabuhan
Liyayungang di Tiongkok yang merupakan patungan antara Tiongkok
dan Kazakhstan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa iklim investasi di Asia Tengah pada saat
ini masih kurang bersahabat. Dalam hal ini, Indonesia perlu segera
berinvestasi masuk ke Asia Tengah sebagai basis usaha, meskipun iklim
bisnis masih sulit. Hal ini penting agar saat iklim bisnis sudah baik,
Indonesia tidak tertinggal dari negara lainnya.
7. Optimalisasi perjanjian kerja sama ekonomi antar pemerintah.
Perjanjian kerja sama ekonomi merupakan political will dari kedua pihak
untuk mendorong kerja sama ekonomi. Perjanjian kerja sama ekonomi di
128
bidang TTI sangat penting dan strategis terutama bagi negara-negara Asia
Tengah yang mempunyai iklim bisnis yang cenderung tertutup, dan
mengantisipasi peraturan cenderung tidak konsisten/sering berubah.
Dengan adanya perjanjian tersebut, diharapkan kerja sama ekonomi
khususnya untuk memudahkan ekspor produk Indonesia dan perlindungan
atas investasi Indonesia dapat terealisasi. Perjanjian yang belum ada
kiranya dapat segera direalisasikan, sementara perjanjian yang sudah ada
namun belum efektif kiranya dapat dievaluasi. Perwakilan perlu lebih aktif
memastikan pelaksanaan MoU tersebut.
Perjanjian yang perlu mendapat prioritas adalah preferential trade
agreement agar produk Indonesia mendapat tarif khusus, serta kerja sama
perbankan yang vital untuk mendukung kelancaran perdagangan.
Dukungan sektor perbankan yang baik akan meningkatkan kerja sama
perdagangan dan ekonomi. Bank Eskpor-Impor Indonesia dapat dijadikan
sebagai sebagai lembaga pemerintah untuk membantu memfasilitasi
penetrasi pasar ke Asia Tengah.
8. Mendorong peningkatan people to people contact (p to p). People to
people contact secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan
kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Asia Tengah. Hal ini bisa
dilakukan melalui:
a. Pemberian beasiswa. Pemberian beasiswa kepada kalangan pemuda
dapat mendekatkan Indonesia dan Asia Tengah yang akan dirasakan
manfaatnya dalam 10-20 tahun ke depan, terutama pada saat para
penerima beasiswa menjadi pemimpin di negara masing-masing. Mereka
akan mempunyai kedekatan emosional dengan Indonesia. Pemberian
beasiswa juga menjadi insentif bagi mahasiwa jurusan Studi Indonesia
yang telah berkembang di Uzbekistan dan Azerbaijan. Oleh karena itu,
kiranya negara-negara Asia Tengah mendapat prioritas dan alokasi yang
lebih besar sebagai penerima beasiswa dalam berbagai skema yang
ditawarkan pemerintah Indonesia.
b. Mendorong peningkatan kerja sama antar institusi pendidikan di
Indonesia dan Asia Tengah. Salah satu contoh kerja sama yang telah
berjalan adalah kerja sama antara Universitas Gunadarma dan
Universitas di Asia Tengah. Mereka telah melakukan kerja sama dalam
bentuk antara lain pelaksanaan turnamen catur di Tashkent pada tahun
2010, pertukaran mahasiswa dan dosen, serta pelaksanan pelaksanaan
Indonesia-Uzbekistan International Joint Conference yang telah
dilaksanakan lima kali sejak tahun 2011. Guna mendukung diplomasi
ekonomi Indonesia, dalam pertemuan keenam di Tashkent pada tahun
2017 akan lebih dibahas mengenai kerja sama market intelligence, sesuai
bidang kepakaran mereka.
c. Mengembangkan Pusat Studi Indonesia di negara-negara Asia
Tengah. Hal ini akan membawa dampak positif untuk menciptakan
kalangan pecinta Indonesia di antara masyarakat negara-negara Asia
129
Tengah. Pusat Studi Indonesia telah terbentuk di Azerbaijan dan
Uzbekistan. Kiranya dapat dikembangkan ke negara-negara Asia Tengah
lainnya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian
Ristek Dikti perlu dilibatkan untuk dapat membina pusat studi
Indonesia di Asia Tengah. Sementara Perwakilan RI perlu terus secara
aktif memantau dan membina pusat studi tersebut.
d. Mendorong pembentukan Pusat Studi Asia Tengah di berbagai
universitas di Indonesia. Isu Asia Tengah selama ini belum banyak
menjadi perhatian bagi berbagai universitas di Indonesia. Oleh karena
itu, perlu didorong pembentukan pusat studi Asia Tengah di berbagai
universitas di Indonesia yang berminat. Kerja sama yang telah dilakukan
oleh Universitas Gunadarma menjadi salah satu contoh baik yang dapat
diaplikasikan ke institusi lainnya, khususnya yang mempunyai bidang
studi hubungan internasional. Kedutaan Besar negara Asia Tengah
dapat digandeng dalam melaksanakan hal ini.
B.2. JANGKA MENENGAH
9. Mengupayakan kunjungan Presiden RI ke Asia Tengah. Peran dan
dukungan Pemerintah RI sangat diperlukan bagi kalangan bisnis Indonesia
yang akan melakukan hubungan ekonomi di Asia Tengah. Dalam hal ini,
kunjungan Presiden Joko Widodo ke negara-negara Asia Tengah
diharapkan dapat memberikan dukungan politik dan moral untuk
melancarkan kerja sama ekonomi kedua negara. Dalam kunjungan tersebut
diharapkan dapat dicapai deliverables strategis di bidang ekonomi, yang
ditindaklanjuti dengan kerja sama riil antar pengusaha. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa kunjungan tingkat tinggi dilakukan oleh sejumlah
negara seperti Tiongkok, Korsel, Jepang, India, dan Vietnam sangat efektif
untuk membuka peluang dan konsesi kerja sama ekonomi negara-negara di
Asia Tengah.
10. Pembuatan national single window (NWS) berisi informasi potensi
ekonomi dari berbagai negara di Asia Tengah. Termasuk di antaranya
adalah komoditi impor yang diperlukan suatu negara dan berbagai peluang
proyek investasi. Informasi ini dapat dikumpulkan dari market intelligence
yang dilakukan Perwakilan RI di Asia Tengah. NSW tersebut akan sangat
bermanfaat bagi pebisnis Indonesia. NSW dapat memanfaatkan website
Kementerian Luar Negeri RI yang telah eksis dan terkoneksi dengan website
perwakilan RI maupun instansi teknis lainnya.
11. Mendorong keanggotaan Indonesia dalam berbagai kerja sama regional
di Asia Tengah. Hal ini tidak hanya akan memberikan memanfaatkan
politis, namun juga manfaat ekonomi yang besar. Manfaat politis di
antaranya adalah untuk meminta dukungan atas posisi dan kebijakan luar
negeri Indonesia. Adapun keuntungan ekonomi adalah peluang penetrasi
akses pasar bagi produk RI. Dengan jumlah populasi dan wilayah yang
cukup besar, kawasan Asia Tengah menjanjikan pasar yang baik sebagai
alternatif tujuan berbisnis bagi perusahaan asal Indonesia. Hal ini yang
130
telah dirintis oleh Vietnam dengan menandatangani perjanjian perdagangan
bebas dengan EAEU yang mulai berlaku sejak awal tahun 2016. Dalam hal
ini Indonesia perlu mempertimbangkan mengikuti langkah negara tersebut.
12. Membangun jalur logistik dan transportasi yang paling efisien bagi
kegiatan ekspor dan impor antara Indonesia dan Asia Tengah.
Transportasi menjadi salah satu faktor penting dalam melakukan penetrasi
ke Asia Tengah, mengingat Asia Tengah secara geografis adalah landlocked
dan berjarak jauh dari Indonesia. Dalam hal ini moda transportasi laut
menjadi alternatif yang paling terjangkau dibandingkan transportasi udara.
Pelabuhan Bandar Abbas dan Chabahar di Iran serta Pelabuhan
Lianyungang di Tiongkok sejauh ini merupakan pintu masuk yang paling
efektif ke Kawasan Asia Tengah. Namun demikian, pemerintah dan
pengusaha di sektor logistik perlu terus mencari alternatif lain guna
meningkatkan efisiensi pengiriman logistik untuk mempersingkat waktu
dan menurunkan biaya transportasi agar produk Indonesia semakin
bersaing di pasar Asia Tengah.
B.3. JANGKA PANJANG
13. Pembukaan kantor Perwakilan RI di negara-negara Asia Tengah yang
belum terdapat perwakilan RI. Saat ini Indonesia hanya memiliki kantor
perwakilan di Uzbekistan, Kazakhstan, dan Azerbaijan. Perlu diupayakan
pembukaan perwakilan Indonesia di Kyrgyzstan, Tajikistan dan
Turkmenistan. Pembukaan kantor perwakilan akan membantu
mempermudah Indonesia dalam melakukan diplomasi ekonomi dengan
negara-negara tersebut. Perwakilan merupakan perintis dalam membangun
jembatan kerja sama ekonomi. Praktek ini yang telah dilaksanakan oleh
negara-negara lain yang telah mempunyai kerja sama ekonomi yang cukup
maju dengan Asia Tengah.
14. Mengupayakan adanya penerbangan langsung antara Indonesia dan Asia
Tengah. Penerbangan langsung dipandang memainkan peran penting
untuk mendukung diplomasi ekonomi. Adanya penerbangan langsung akan
memudahkan mobilitas penumpang yang merupakan pebisnis, pejabat
pemerintah maupun wisawatan. Transportasi udara juga menjadi salah
satu alternatif bagi logistik pengiriman barang komoditas perdagangan.
Dengan adanya realisasi jalur penerbangan langsung ke Asia Tengah,
Indonesia dapat memanfaatkan potensi ekonomi yang cukup besar.
Meskipun saat ini penerbangan langsung belum terealisasi karena jumlah
penumpang yang masih sedikit, di masa mendatang jumlah penumpang
akan terus semakin meningkat dengan semakin intensifnya hubungan
ekonomi dan budaya antara Indonesia dan Asia Tengah.
C. CATATAN PENUTUP
Kajian Mandiri ini merupakan kontribusi Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (Pusat P2K2 Aspasaf), Kementerian
Luar Negeri, dalam mendukung pelaksanaan diplomasi ekonomi yang saat ini
131
menjadi prioritas kebijakan luar negeri Pemerintah Republik Indonesia. Buku hasil
Kajian Mandiri ini akan didistribusikan sebanyak mungkin kepada pemangku
kepentingan di Indonesia, khususnya instansi pemerintah terkait dan kalangan
pebisnis potensial.
Sebagai tindak lanjut dari kajian ini, Pusat P2K2 Aspasaf akan
menyelenggarakan informative dinner/lunch pada triwulan pertama tahun 2017.
Acara ini akan menghadirkan pebisnis potensial yang akan melakukan penetrasi
pasar Asia Tengah. Dalam acara tersebut rencananya akan dihadirkan Duta Besar
dari negara-negara Asia Tengah dan negara role model. Hal ini tidak hanya
bermanfaat untuk networking dengan kalangan pebisnis potensial yang berminat
masuk ke Asia Tengah, namun sekaligus untuk bertukar pikiran secara langsung
apabila pihak pebisnis masih mempunyai pertanyaan terkait Asia Tengah.
Kami berharap kajian ini dan inisiatif kegiatan informative dinner/lunch yang
dilaksanakan oleh Pusat P2K2 Aspasaf dapat menjadi informasi awal dan pintu
masuk peningkatan diplomasi ekonomi Indonesia di Asia Tengah. Berbagai butir
rekomendasi yang telah diformulasikan tersebut diharapkan dapat ditindaklanjuti
dan direalisasikan. Dalam hal ini, peran aktif para pemangku kepentingan akan
sangat menentukan keberhasilannya di masa mendatang.
132
DAFTAR PUSTAKA
Buku
1. BP Statistical Review of World Energy June 2016, London: Pureprint Group Limited
2. CAREC 2020: A strategic framework for the Central Asia Regional Economic Cooperation Program 2011–2020, Mandaluyong City, Philippines: Asian Development Bank, 2012
3. Connecting Central Asia with Economic Centers 2015, Tokyo: Asian Development Bank Institute
5. Oliphant, Craig, 2013, Russia’s role and interests in Central Asia, London: Saferworld
6. Regional Connectivity for Shared Prosperity 2014, Bangkok: UNESCAP
7. World Economy Outlook 2016, Washington: International Monetary Fund
Presentasi
1. Paparan Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional pada Focus group discussion penyusunan TOR Kajian Mandiri 2016, Bogor, tanggal 26 Januari 2016
2. Paparan Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional pada Focus group discussion penyusunan TOR Kajian Mandiri 2016, Bogor, tanggal 26 Januari 2016
3. Paparan Ibu Puji Nur Handayani, Vice President Business Strategy and Development PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., disampaikan dalam Focus Group Discussion Perhubungan dan Logistik di BPPK, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, tanggal 10 Mei 2016
4. Pertemuan Tim Pusat Aspasaf dengan Wakil Menteri Energi Azerbaijan dalam rangka Policy Dialogue and Discussion, Baku, tanggal 28 Maret 2016
5. Policy Dialogue and Discussion Tim Kajian Mandiri dengan Nguyen Nguyen Dzung, Deputy Director, Ministry of Planning and Investment Vietnam, Hanoi, tanggal 28 April 2016
6. Policy Dialogue and Discussion Tim Kajian Mandiri dengan Tran Puong Cuong, Deputy Director General Vietnam National Administration for Tourism, Hanoi, tanggal 27 April 2016
7. Policy reseacrh meeting Tim Kajian Mandiri dengan Kementerian Perdagangan Malaysia (MITI), Kuala Lumpur, tanggal 25 April 2016
8. Policy Research Meeting Tim Kajian Mandiri dengan Institute of Malaysian and International Studies (IKMAS), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Kuala Lumpur, 24-28 April 2016
9. Policy Research Meeting Tim Kajian Mandiri dengan Korea Institute for Industrial Economic and Trade, Seoul, tanggal 06 September 2016.
10. Policy Research Meeting tim Kajian Mandiri dengan Korea Institute of Economic Policy, Seoul, tanggal 06 September 2016.
11. Presentasi Bapak Hendro Gunawan, Kepala Subbagian Kerja Sama Bilateral Kementerian ESDM, dalam Focus Group Discussion Penyusunan TOR Kajian Mandiri, Bogor, tanggal 26 Januari 2016
133
12. Presentasi Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kementerian Perdagangan Kementerian Perdagangan dalam Focus Group Discussion (FGD) “Grand Strategy Pelaksanaan Diplomasi Ekonomi Indonesia di Asia Tengah”, Bogor, tanggal 26 Januari 2016
13. Presentasi Ibu Ida Yusmiati, Direktur PT Pertamina Hulu Mahakam, dalam Focus Group Discussion Penyusunan TOR Kajian Mandiri, Bogor, tanggal 26 Januari 2016
14. Presentasi Ibu Natalia Retna Kentjana SH.,LL.M., Direktur Pengembangan Promosi Investasi BKPM, FGD Penyusunan TOR Kajian Mandiri 2016, Bogor, tanggal 26-27 Januari 2016
Artikel dan Jurnal
1. Baktybek Beshimov & Ryskeldi Satke 2014, “The struggle for Central Asia: Russia vs China”, <http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2014/02/struggle-central-asia-russia-vs-201422585652677510.html>
4. Areva, “20 Years of Tajikistan and Thailand Relations”, <https://thailandnewsworth.wordpress.com>
5. Casey Michel, “China Edging Russia out of Central Asia”, diakses pada 21 November 2016, <http://thediplomat.com/2014/11/china-edging-russia-out-of-central-asia/>
6. Diakses 2 September 2016, <http://www.rmol.co/read/2016/06/21/250724 /Menpora:-Pencak-Silat-Berkembang-Di-Azerbaijan->
7. Diakses 21 Juli 2016, <http://www.unescap.org/our-work/transport/asian-highway/about>
8. Diakses pada 21 Juli 2016, < http://www.unescap.org/our-work/ transport/ asian-highway/database>
9. Diakses pada 27 tanggal Juli 2016, <http://www.2wglobal.com/global-network/route-maps/route-maps-list/#.V5hATFR94dU>
10. Diakses pada tanggal 19 Juli 2016, <http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/balance-of-trade-with-trade-partner-country>
11. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2016,<http://www.gold.org/gold-mining /global - gold-facts-map>
12. Diakses pada tanggal 2 Desember 2016, <www.bisnis.com/ kalimantan/ read /20161019/ 15/ 594010/ indonesia- kyrgyzstan- tingkatkan- kerjasama-bilateral/>
13. Diakses pada tanggal 2 Desember 2016,<www.kemlu.go.id/ id/ berita / beritaperwakilan/pages/upayakan%20Peningkatan%20Perdagangan,%20Dubes%20RI%20Bertemu%20Para%20Pengusaha%20Kyrgyzstan.aspx>
14. Diakses pada tanggal 2 Desember 2016, <www.kemlu.go.id/id/ berita/Pages/ Indonesia-Tajikistan-Perkuat-Kerja-Sama-Penanggulangan-Terorisme-dan-Industri-Tekstil.aspx>
15. Diakses pada tanggal 27 Juli 2016, <http://mumbaiport.gov.in/>
16. Diakses pada tanggal 28 Juli 2016, <http://kpt.gov.pk/pages/Default.aspx?id=32#page-heading>
17. Diakses pada tanggal 28 Juli 2016, <http://www.gwadarport.gov.pk/about%20us.html>
18. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2016, <http://www.everipedia.com/ Trans-Asian_Railway /#ixzz4GGO5dJlV>
19. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2016,<https://en.tengrinews.kz/opinion/75/>
20. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2016, < http:// www.eurasiancommission.org/en/ nae/ news/ Pages /22-05-2014-1. aspx>
21. Diakses pada tanggal 6 Desember 2016, <http://www.carecprogram.org/index.php?page=carec-corridors>
22. Diakses tanggal 12 Agustus 2016, <http://wtocenter.vn/other-agreement/vietnam-eurasia-economic-union-sign-free-trade-agreement>
23. Diakses tanggal 24 Oktober 2016, <http://www.platts.com/latest-news/coal/hanoi/vietnams-july-coal-imports-surge-141-on-year-27647964>
24. Eugene Rumer, Richard Sokolsky, Paul Stronski, “US Policy Toward Central Asia 3.0”, diakses pada tanggal 21 November 2016, <http://carnegieendowment.org/2016/01/25/u.s.-policy-toward-central-asia-3.0-pub-62556>
25. Joshua Kucera, Tiongkok's relations in the Asia-Pacific: Central Asia, <http://thediplomat.com/2011/02/central-asia/>
26. Kazakhstan and Vietnam to boost transportation cooperation for two way trade promotion, diakses pada tanggal 2 September 2016, <http://www.vietrade.gov.vn/en/index.php?option=com_content&view=article&id=2490:kazakhstan-and-vietnam-to-boost-transportation-cooperation-for-two-way-trade-promotion&catid=20:news&Itemid=287>
27. Mukthi 2016, Sukarno: Uzbekistan Jauh di Mata Dekat di Hati, diakses pada tanggal 22 November 2016, <http://historia.id/modern/sukarno-uzbekistan-jauh-di-mata-dekat-di-hati>
28. Orazgaliyea , Kazakh President’s Visit to Iran Results in $2 Billion in Agreements, diakses pada tanggal 2 November 2016, <http://astanatimes.com/2016/04/kazakh-presidents-visit-to-iran-results-in-2-billion-in-agreements/
29. Pantucci 2016, The Great Bargain Between Russia and China for Central Asia, diakses pada tanggal 6 Desember 2016, <http://chinaincentralasia.com/2016/11/06/the-great-bargain-between-russia-and-china-for-central-asia/.>
30. Peretz Partensky, diakses pada tanggal 2 Agustus 2016, <https://en.wikipedia.org/wiki/Kyrgyzstan>
31. Promoting Cooperation with Kyrgyzstan Businesses, diakses pada tanggal 2 September 2016, <http://vccinews.com/news_detail.asp?news_id=31869>
32. Sihombing 2016, diakses pada tanggal 1 Desember 2016, <http://m.bisnis.com/kabar24/read/20160926/19/586873/menlu-retno-marsudi-indonesia-turkmenistan-cari-potensi-ekonomi>
33. Vietnam Energy Sector: Strategy, Assessment and Roadmap, Asian Development Bank 2015, diakses 24 Oktober 2016, <https://www.adb.org/sites/default/files/institutional-document/178616/vie-energy-road-map.pdf>
34. Diakses pada tanggal 1 September 2016, <http://www.inform.kz / eng /article /2933992>
35. Diakses pada tanggal 1 September 2016, <http://www.sitesatlas.com/Maps/Maps/802.htm>
36. Diakses pada tanggal 1 September 2016, <http://www.world-nuclear.org/information-library/nuclear-fuel-cycle/uranium-resources/supply-of-uranium.aspx>
37. Diakses 2 September 2016, <http://www.kemlu.go.id/baku/id/berita-agenda/ berita-perwakilan /Pages/AITF-2016.aspx>
38. Diakses pada tanggal 2 September 2016, <http://english.vov.vn/ politics/ azerbaijan-vietnam-seek-to-advance-economic-trade-links-292525.vov..>
39. Diakses pada tanggal 2 November 2016, <http://www.mfa.gov.tm/en/news-en/3773-official-visit-of-the-president-of-turkmenistan-to-the-islamic-republic-of-iran>
40. Diakses pada tanggal 21 November 2016, <http://thediplomat.com/2016/08/5-central-asian-foreign-ministers-convene-in-washington/>
41. Diakses pada tanggal 21 November 2016, <https://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2016/08/260805.htm>
42. Diakses pada tanggal 23 November 2016, < http://www.nst.com.my/news/ 2016/03/133348/mab-kargo-partners-azerbaijan-carrier-expand-cargo-network>
43. Diakses pada 24 November 2016, <http:// www.mfa.gov.az /files file/Azerbaijan_-_Malaysia_relations_25.07.2014.pdf>
44. Diakses pada 24 November 2016, <http://www.petronas.com.my/media-relations/media-releases/Pages/article/PETRONAS-SIGNS-AGREEMENT-FOR-UZBEK-GTL-PROJECT-WITH-UNG-AND-SASOL.aspx>
45. Diakses pada tanggal 24 November 2016, <http://treaty.kemlu.go.id/>
46. Diakses pada tanggal 24 November 2016, <http:// www.kemlu.go.id/baku/id/
47. Diakses pada tanggal 28 November 2016, <http://www.kemendag.go.id/id /economic-profile/indonesia-export-import/balance-of-trade-with-trade-partner-country>
Brafaks dan Nota Dinas
1. Berita faksimili KBRI Baku mengenai Laporan Pelaksanaan Festival Indonesia di Baku pada tanggal 17-23 November 2016
2. Berita Faksimili Laporan Policy Dialogue and Discussion Tim P3K2 Aspasaf ke Azerbaijan pada tanggal 27 Maret – 1 April 2016
3. Berita Faksimili Laporan Policy Dialogue and Discussion Tim P3K2 Aspasaf ke Kazakhstan pada 28-31 Maret 2016
Jabatan : Konsul Jenderal RI-Jeddah (Oktober 2016-sekarang)
Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (Mei 2013 – Oktober 2016)
Pendidikan : M.A dalam bidang Studi Pembangunan Internasional (Universitas Saint Mary, Halifax, Canada);
Sarjana Hubungan Internasional (Universitas Gadjah Mada)
Pelatihan : Short Course Hukum Internasional, Universitas UN dan Ignatious, New york (2008)
Sesparlu, Jakarta (2005)
Sesdilu, Jakarta (1999)
Sekdilu, Jakarta (1989)
Penugasan Luar Negeri
: PTRI New York (2008-2012)
KJRI Vancouver (2001-2005)
KBRI Pretoria (1994-1998)
Arifi Saiman (Minister Counsellor)
Jabatan : Kepala Bidang Afrika (2015-Sekarang)
Pendidikan : Doktor Ilmu Komunikasi, (Universitas Padjadjaran)
Master of International Politics (Flinders University of South Australia, Adelaide, Australia).
Pelatihan : Sekdilu (1990-1991)
Sesdilu (2003)
Sesparlu (2010)
Penugasan Luar Negeri
: KJRI Toronto (1996-2000)
KBRI Dakkar (2004-2008)
KBRI Paris (2011-2015)
164
Mohamad Hanifa (Counsellor)
Jabatan : Kepala Bidang Timur Tengah
(2013 – Sekarang)
Pendidikan : M.Si (Universitas Indonesia)
Sarjana Hubungan Internasional (Universitas Parahyangan)
Pelatihan : Sesparlu, Jakarta (2014)
Sesdilu, Jakarta (2007)
Sekdilu, Jakarta (1998)
Penugasan
Luar Negeri
: KBRI Riyadh (2009-2013)
KBRI Damascus (2002-2006)
Suargana Pringganu (Counsellor)
Jabatan : Counsellor, KBRI Beijing (September 2016-sekarang)
Kepala Bidang Asia Pasifik (Februari 2014 – Agustus 2016)
Pendidikan : Master dalam bidang Hubungan Internasional (Universitas Indonesia)
Pelatihan : Sesparlu (2015)
Sesdilu (2007)
Sekdilu (1999)
Penugasan Luar Negeri
: KBRI Bangkok
KJRI Vancouver
KBRI Port Moresby
M.Zakaria Al-Anshori (Counsellor)
Jabatan : Kepala Bidang Asia Pasifik (2016-sekarang)
Pendidikan : PhD in Political Science and International Relations (Victoria University of Wellington)
MA in International Politics (De La Salle University of Manila)
MM in International Management (University of Indonesia).
Pelatihan : Sesdilu, Jakarta (2010); Sekdilu, Jakarta (2001)
Penugasan Luar Negeri
: KBRI Manila (2005-2009)
165
Iwa Mulyana (Minister Counsellor)
Jabatan : Pejabat Fungsional Diplomat P3K2 Aspasaf (2016-sekarang)
Pendidikan : Master in International Legal Studies (Washington College of Law, American University);
Sarjana Hukum (Universitas Padjadjaran)
Pelatihan : Sesparlu, Jakarta (2010)
Sesdilu, Jakarta (2003)
Sekdilu, Jakarta, (1991)
Penugasan Luar Negeri
: KJRI Johor Bahru (2012-2016)
KJRI Perth (2005-2009)
KBRI Colombo (1999-2002)
Harya K.Sidharta (Minister Counsellor)
Jabatan : Pejabat Fungsional Diplomat P3K2 Asapsaf (2016 – sekarang)
Pendidikan : Sarjana Ilmu Politik (Universitas Katolik Parahyangan)
Pelatihan : Sesparlu, Jakarta (2011)
Sesdilu, Jakarta (2002)
Sekdilu, Jakarta, (1994)
Penugasan Luar Negeri
: KJRI Marseille (2011-2015)
KBRI Bangkok (2004 - 2008)
KBRI Caracas (1997 -2001)
Mangantar Simon Hutagalung (Counsellor)
Jabatan : Pejabat Fungsional Diplomat (2009-
sekarang)
Pendidikan : M.A. (City University of New York)
Pelatihan : Sesdilu, Jakarta (2004)
Sekdilu, Jakarta (1990)
Penugasan Luar Negeri
: KBRI Berlin (2005-2009)
KBRI Roma (1998-2002)
KBRI Pretoria (1997-1998)
166
Marviana Sendi D.B. Siregar (Sekretaris Pertama)
Jabatan : Sekretaris I, PTRI New York (Oktober 2016-sekarang)
Kepala Sub Bidang Kerja Sama ASEAN dan Intra Kawasan (2013 - 2016)
Pendidikan : M.M. (Universitas Gadjah Mada);
S.Si (Universitas Gadjah Mada)
Pelatihan : Sesdilu, Jakarta (2014)
Sekdilu, Jakarta (2005)
Penugasan Luar Negeri
: PTRI New York (Oktober 2016-sekarang)
KJRI Sydney (2009-2013)
Muhammad Iqbal Maulana (Sekretaris Pertama)
Jabatan : Kepala Sub Bidang Asia Barat dan Arab Maghribi (2014 – sekarang)
Pendidikan : M.A. International Economic Development (Korea University, Seoul)
Sarjana Ilmu Politik Hubungan Internasional (Universitas Gadjah Mada)
Pelatihan : Sesdilu (2015)
President’s Speech Writing, Washington D.C. (2014)
Sekdilu (2005)
Penugasan Luar Negeri
: KBRI Kuala Lumpur (2010-2013)
Sigit Aris Prasetyo (Sekretaris Kedua)
Jabatan : Kepala Sub Bidang Negara Arab Kawasan Teluk (2014 – sekarang)
Pendidikan : M. Hum. American Studies (Universitas Gadjah Mada Yogyakarta)
Pelatihan : Sesdilu (2015)
Sekdilu(2006)
Penugasan Luar Negeri
: KJRI Los Angeles (2010-2013)
167
Arindya Anindita (Sekretaris Kedua)
Jabatan : Kepala Sub Bidang Asia Timur dan Pasifik (Januari 2015– sekarang)
Pendidikan : Master of Peace Keeping and Security Studies (Universita degli studi Roma Tre)
Sarjana Ilmu Politik (Universitas Padjadjaran)
Pelatihan : Sesdilu(2016)
Sekdilu (2006)
Penugasan
Luar Negeri
: KBRI Roma (2011-2014)
Cecillia Axel Toumahu (Sekretaris Kedua)
Jabatan : Kepala Sub Bidang Asia Selatan dan Tengah (September 2016– sekarang)
Pendidikan : Master of Peace and Conflict Studies (University of Sydney)
Sarjana Ilmu Politik (Universitas Padjadjaran)
Pelatihan : Sekdilu (2006)
Penugasan Luar Negeri
: KBRI Hanoi (2012-2015)
Eva K.Situmorang (Sekretaris Kedua)
Jabatan : Kepala Sub Bidang ASEAN Kerjasama Intrakawasan Lainnya (November 2016– sekarang)
Pendidikan : Sarjana Ilmu Humaniora (Universitas Indonesia)
Pelatihan : Sekdilu, Jakarta (2008)
Penugasan Luar Negeri
: KJRI Guangzhou (2013-2016)
168
Faramela Azania (Sekretaris Ketiga)
Jabatan : Sekretaris Ketiga, KBRI Beijing (September 2016-sekarang)
Pejabat Fungsional Diplomat Pertama P3K2 Aspasaf (2009 – 2016)
Pendidikan : Master of Crosscultural Communication (University of Sydney, Sydney, Australia)
Sarjana Ilmu Humaniora (Universitas Indonesia)
Pelatihan : Sekdilu, Jakarta (2009)
Penugasan Luar Negeri
: KBRI Beijing (September 2016-sekarang)
Haidi Nur Hashfi (Sekretaris Ketiga)
Jabatan : Sekretaris Ketiga, KBRI Astana (2016-sekarang)
Pejabat Fungsional Diplomat Pertama P3K2 Aspasaf (2011 – 2016)
Pendidikan : Master of Diplomacy and Trade (Monash University, Australia)
Sarjana Ekonomi (Universitas Gadjah Mada)
Pelatihan : Sekdilu, Jakarta (2010)
Penugasan Luar Negeri
: KBRI Astana (September 2016-sekarang)
Dwiyatna Widinugaraha (Sekretaris Ketiga)
Jabatan : Pejabat Fungsional Diplomat Pertama P3K2 Aspasaf (Juli 2016– sekarang)
Pendidikan : Doctor of Philosophy (Ph.D.) in
Communication, Rhetoric, and Digital Media (North Carolina State University); Master of Arts (M.A.) in Communication Arts (New York Institute of Technology); Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) bidang Hubungan Masyarakat (Universitas Padjadjaran)
Pelatihan : Sekdilu, Jakarta (2011)
Penugasan Luar Negeri
: Staf Magang KBRI Abu Dhabi (2011)
169
Budi Kurniawan Supangat (Atase)
Jabatan : Pejabat Fungsional Diplomat Pertama Pusat P2K2 Aspasaf (2014 – sekarang)
Pendidikan : Sarjana Ilmu Politik (Universitas Padjajaran)
Pelatihan : Sekdilu, Jakarta (2014)
Penugasan Luar Negeri
: Staf Magang KBRI Yangon (2014)
Dimas Muhamad (Atase)
Jabatan : Pejabat Fungsional Diplomat Pertama Pusat P2K2 Aspasaf (2014 – sekarang)
Pendidikan : Sarjana Ilmu Politik (Universitas Katolik Parahyangan)
Pelatihan : Sekdilu, Jakarta (2014)
Penugasan Luar Negeri
: Staf Magang KJRI Jeddah (2014)
Winandriyo Kun Anggianto
Jabatan : Pejabat Fungsional Diplomat Pertama Pusat P2K2 Aspasaf (2014 – sekarang)
Pendidikan : Sarjana Ilmu Politik (Universitas Gadjah Mada)
Pelatihan : Sekdilu, Jakarta (2015)
Penugasan Luar Negeri
: Staf Magang KBRI Pnom Penh (2015)
170
LAMPIRAN IV. FOTO PELAKSANAAN KAJIAN
Policy Dialogue and Discussion dengan India Council of World Affairs (ICWA)
Policy Dialogue and Discussion dengan General Department of Energy, Vietnam
171
Policy Dialogue and Discussion dengan Korea Institute For Economic Policy (KIEP)
Policy Dialogue and Discussion dengan Ministry of National Economy, Kazakhstan
172
Policy Dialogue and Discussion dengan Mahasiswa dan Pengajar Pusat Studi
Indonesia, Azerbaijan University of Language
Policy Dialogue and Discussion dengan Uzinfoinvest Agency, Uzbekistan
173
Policy Dialogue and Discussion dengan Faculty of World Studies, University of
Tehran, Iran
Policy Dialogue and Discussion dengan Universiti Kebangsaan Malaysia