Top Banner
Obat antiepilepsi untuk Pengobatan Severe Myoclonic Epilepsy in Infancy (SMEI) (Review) Brigo F, Storti M. Antiepileptic drugs for the treatment of severe myoclonic epilepsy in infancy (Review). Cochrane Database of Systematic Reviews 2013, Issue 11. Art. No.: CD010483. DOI: 10.1002/14651858.CD010483.pub2. Dipresentasikan Oleh: Listya E. Wulandari
62

Kajian Kritis Jurnal Metaanalisis Listya SMEI Minggu

Feb 19, 2016

Download

Documents

KAJIAN KRITIS
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Systematic Review Terhadap Manfaat dan Risiko Metformin dalam Penatalaksanaan Obesitas Pada Anak Usia 18 Tahun Ke Bawah

Obat antiepilepsi untuk Pengobatan Severe Myoclonic Epilepsy in Infancy (SMEI) (Review)Brigo F, Storti M. Antiepileptic drugs for the treatment of severe myoclonic epilepsy in infancy (Review). Cochrane Database of Systematic Reviews 2013, Issue 11. Art. No.: CD010483. DOI: 10.1002/14651858.CD010483.pub2.

Dipresentasikan Oleh:Listya E. Wulandari1Ilustrasi KasusSeorang ibu membawa anaknya yang berusia 18 bulan yang sudah didiagnosis dengan severe myoclonic epilepsy in infancy (SMEI) ke praktek dokter spesialis anak. Anak telah mendapat terapi asam valproat, karbamazepin, topiramat dan dengan diet ketogenik, tetapi kejang masih sering terjadi. Ibu menanyakan apakah ada obat lain yang perlu diberikan supaya frekuensi kejang berkurang atau anak bisa sembuh dari kejang? Dokter kemudian mencari referensi tentang terapi severe myoclonic epilepsy

2Pertanyaan KlinisApakah penggunaan stiripentol (STP) bisa mengurangi frekuensi kejang atau membuat bebas kejang pada pasien SMEI?Analisis PICOSMEI /Dravet syndrome (ILAE 1989)LATAR BELAKANGAs asthma becomes more persistent and inflammation more progressive, other factors further limit airflow. These include edema, inflammation, mucus hypersecretion and the formation of inspissated mucus plugs, as well as structural changes including hypertrophy and hyperplasia of the airway smooth muscle. These latter changes may not respond to usual treatment.Airflow limitation in asthma is recurrent and caused by a variety of changes in the airway. These include:Bronchoconstriction - bronchial smooth muscle contraction causing the airways to narrow in response to exposure to a variety of stimuli including allergens or irritants; the dominant physiological event leading to clinical symptoms.Airway edema swelling (an abnormal infiltration and excess accumulation of fluid)Airway remodeling - Permanent structural changes that occur in the airway; associated with a progressive loss of lung function that is not prevented by or fully reversible by current therapy5SMEI /Dravet syndrome LATAR BELAKANGAs asthma becomes more persistent and inflammation more progressive, other factors further limit airflow. These include edema, inflammation, mucus hypersecretion and the formation of inspissated mucus plugs, as well as structural changes including hypertrophy and hyperplasia of the airway smooth muscle. These latter changes may not respond to usual treatment.Airflow limitation in asthma is recurrent and caused by a variety of changes in the airway. These include:Bronchoconstriction - bronchial smooth muscle contraction causing the airways to narrow in response to exposure to a variety of stimuli including allergens or irritants; the dominant physiological event leading to clinical symptoms.Airway edema swelling (an abnormal infiltration and excess accumulation of fluid)Airway remodeling - Permanent structural changes that occur in the airway; associated with a progressive loss of lung function that is not prevented by or fully reversible by current therapy6Mengapa penting ?METODEPenelusuran literaturKoleksi data dan AnalisisKarakteristik yang dievaluasiPengukuran efek terapiHasil

HasilPasien dinilai setiap bulan selama periode 2 bulan buta ganda dan terapi terbuka selanjutnya minimal selama 1 bulanResponders : pengurangan 50% atau lebih frekuensi kejang klonik selama bulan kedua buta ganda dibandingkan dengan baselineDiskusi Kajian Kritis JurnalApakah hasil dari systematic review ini valid?Apakah ini merupakan systematic review dari penelitian uji acak terkendali?Ya.2 uji acak terkendali (RCT)

Kajian Kritis JurnalApakah penelusuran artikel penelitian yang terkait dijelaskan secara komprehensif?Ya.. Penelusuran literatur dilakukan melalui The Cochrane Epilepsy Group Specialised Register , The Cochrane Central Register of Controlled Trials (CENTRAL, Issue 4, The Cochrane Library, April 2013),MEDLINE (Ovid, 1946 sampai15/05/2013), SCOPUS (1823 sampai 15/05/2013), ClinicalTrials.gov,The WHO International Clinical Trials Registry Platform(ICTRP)

kata kunci: severe myoclonic epilepsy, SMEI, Dravet syndrome, randomized control trial, (randomized or placebo or randomly), clinical trials as topic,trial, exp animals/ not humans, severe myoclonic epilepsyKajian Kritis JurnalApakah dilakukan penilaian validitas pada masing-masing penelitian?Ya.Dilakukan oleh 2 pengkaji (reviewer) (Hal. 5: Data Extraction and management).Mengekstraksi secara independen karakteristik masing-masing penelitian dari laporan yang dipublikasikanSetiap bentuk ketidaksepakatan diselesaikan dengan kesepakatan bersama. Data yang hilang atau tidak lengkap menghubungi peneliti utama penelitian untuk meinta tambahan informasi. Pada risiko bias untuk setiap studi menggunakan kriteria yang digariskan dalam Cochrane Handbook for Systematic Reviews of Interventions (Higgins 2011)bias rendah, tinggi atau bias tidak jelas. Evaluasi karakteristik sbb : Urutan acak(bias seleksiPenyembunyiaan alokasi /Allocation concealment ( bias seleksi)Buta ganda/ Blinding of participants and personnel ( bias tampilan)Pembutaan penilaian hasil /Blinding of outcome assessment (bias deteksi)Incomplete outcome data addressedLaporan selektif ( bias laporan),Bias laporan hasil The Cochrane Handbook forSystematic Reviews of Interventions (Higgins 2011).Loss to follow up : analisis intention to treat hanya untuk menilai hasil yang berkaitan dengan efikasi (50% pengurangan frekuensi kejang dan bebs a kejang)

Kajian Kritis JurnalApakah data pasien secara individu digunakan dalam analisis?Ya.Umur, jenis kelamin, jenis kejang epilepsi, etiologi epilepsi, durasi epilepsi, riwayat keluarga dengan epilepsi, jumlah kejang atau frekuensi kejang sebelum randomisasi, adanya status epileptikus, jumlah dan tipe obat antiepilepsi (OAE) yang digunakan sebelumnya, OAE konkomitan, adanya defisit neurologis, status neuropsikologis, hasil EEG dan neuroradiologis (CT Scan dan MRI)Simpulan : Jurnal ini VALIDKajian Kritis JurnalApakah hasil yang valid ini penting?Apakah hasil penelitian konsisten dari penelitian yang satu ke yang lain?Ya.Visual inspection of forest plots mencari kemungkinan heterogenitas statistik. Evaluasi homogenitas hasil penelitian standar tes Chi2 , dimana hipotesa homogenitas ditolak bila nilai P kurang dari 0,10. Penilaian heterogenitas statistik ditambahkan dengan menggunakan statistik I2 ,prosentase variabilitas untuk heterogenitas dibanding kesalahan sampling (Higgins 2003).Interpretasi I 2 untuk heterogenitas meliputi 0% to 40%: bisa tidak penting, 30% to 60%: menunjukkkan heterogenitas sedang, 50% to 90%: menunjukkan heterogenitas substansial, 75% to 100%: menunjukkan heterogenitas besar. Tidak ditemukan heterogenitas pada penelitian ini (P=0,63). Hasil uji coba digabungkan untuk mendapatkan perkiraan ringkasanefek ( dan interval kepercayaan yang sesuai ( CI ) ) menggunakan Fixed-Effect Model , kecuali heterogenitas signifikan tercatat ( yaitu I2 > 75 % ) . Ketetapan kesimpulan diuji dengann analisis sensitivitas.

Kajian Kritis JurnalSeberapa besar kekuatan efek terapi?Luaran primer: penurunan frekuensi kejang sebesar 50% atau lebih dan kejadian bebas kejangLuaran sekunder: efek samping, proporsi dropouts/withdrawal karena efek samping, kurang efikasi atau alasan lain dan perbaikan kualitas hidup yang dinilai dengan validated reliable scaling scales

Kajian Kritis JurnalLuaran primer 1: penurunan 50% atau lebih frekuensi kejangMeta-analisis dari 2 uji yang melibatkan 64 anak tidak menunjukkan adanya heterogenitas statistik yang bermakna. Proporsi partisipan dengan penurunan frekuensi kejang 50% atau lebih bermakana secara statistik didapat dari periode dasar pre randomisasi pada kelompok STP dibandingkan dengan kelompok plasebo (22/33 vs 2/31;RR10,46, 95% IK 2,64 sampai 40,87 p = 0,00080).Luaran primer 2: bebas kejangDua penelitian yang melibatkan 64 anak tidak menunjukkan adanya heterogenitas statistik yang bermakna. Proporsi partisipan bebas kejang bermakna secara statistik pada kelompok STP dibandingkan dengan kelompok plasebo (12/33 vs 1/31;RR7,93, 95% IK 1,52 sampai 41,21 p = 0,014).

Luaran sekunder: Efek samping obat Hanya satu studi (Chiron 2000) secara eksplisit melaporkan terjadinya efek samping, maka mencegah dari hasil pooling dimeta-analisis. Efek samping yang berkaitan dengan obat dikenali pada 21/21 (100%) partisipan pada STP dibandingkan 5/20 (25%) pada plasebo (RR 3.73, 95% CI 1.81 to 7.67). Paling banyak diamati pada STP adalah drowsiness (19/21, 90% partipan;RR 18.10 95% CI 2.67 to 122.86) dan kehilangan nafsu makan (7/21, 33%; RR 14.32, 95% CI 0.87 to 235.36) yang bisa menimbulkan penurunan berat badan (6/21, 29%; RR 12.41, 95% CI 0.74 to 206.86) , sedangkan kenaikan berat badan yang sama dilaporkan pada kelompok STP (5/21,24%) dan plasebo (4/20, 25%) (RR 1.19, 95% CI 0.37 to 3.81) (analisa 1.8-1.12)

Kajian Kritis JurnalSeberapa tepat estimasi dari efek terapi? Pada luaran primer dan luaran sekunder, 95% IK memiliki rentang cukup lebar sehingga memiliki presisi estimasi yang kurang baik.Simpulan : Jurnal ini PENTINGKajian Kritis JurnalApakah hasil systematic review ini dapat diterapkan pada pasien kita?Apakah pasien kita berbeda dengan subjek penelitian ini sehingga tidak bisa diterapkan?Tidak.Karakteristik pasien kita serupa dengan subjek pada penelitian-penelitian tersebut, yaitu anak usia