PEMERINTAH KOTA TEGAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH (BP4D) KOTA TEGAL Jalan Ki Gede Sebayu No. 3 Tegal Telp / Faks. (0283) 351452 Kode Pos 52123 LAPORAN AKHIR Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi LOKASI KOTA TEGAL TAHUN ANGGARAN 2017 CV. CITRA VASTU VIDYA Jl. Dr. Cipto II No. 24 RT 01/I Kaligangsa – Kota Tegal Telp (0283) 310677, 081548029123 & 087830032400 E-mail : [email protected]
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMERINTAH KOTA TEGAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN DAERAH (BP4D) KOTA TEGAL Jalan Ki Gede Sebayu No. 3 Tegal
Telp / Faks. (0283) 351452 Kode Pos 52123
LAPORAN AKHIR
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi
LOKASI KOTA TEGAL
TAHUN ANGGARAN 2017
CV. CITRA VASTU VIDYA
Jl. Dr. Cipto II No. 24 RT 01/I Kaligangsa – Kota Tegal
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
i
KATA PENGANTAR
Laporan Akhir Kajian Revitalisasi Mesin Dapur Induksi di Kota Tegal ini
disusun oleh CV. Citra Vastu Vidya bekerjasama dengan Badan Perencanaan
Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) Kota Tegal dalam
mewujudkan dokumen kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial sebagai
bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan terhadap rencana revitalisasi mesin
dapur induksi di Kota Tegal.
. Dalam Laporan Akhir ini telah dapat digambarkan kondisi umum pelaku
usaha Industri Kecil Menengah (IKM) logam di Kota Tegal dan kondisi eksisting
mesin dapur induksi. Hasil analisis kelayakan yang menyangkut aspek lokasi,
teknis, sosial juga ditampilkan untuk menilai kelayakan revitalisasi mesin dapur
induksi.
Untuk melengkapi dokumen kelayakan ini juga telah dihasilkan analisis
penerimaan masyarakat (stakeholder) terhadap kemungkinan dampak yang terjadi
dari keberadaan mesin dapur induksi di Kota Tegal. Dan pada bagian akhir dari
kajian ini telah dirumuskan strategi revitalisasi dan rekomendasi yang dapat
diimplementasikan seluruh stakeholder yang terlibat.
Kepada semua pihak dari dinas maupun instansi terkait yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan buku Laporan Akhir ini, diucapkan terima kasih
atas perhatian dan kerjasamanya.
Tegal, Agustus 2017
CV. CITRA VASTU VIDYA
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
ii
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
BAB 1 PENDAHULUAN I – 1
1.1. Latar Belakang I – 1
1.2. Maksud I – 3
1.3. Tujuan dan Sasaran I – 3
1.4. Ruang Lingkup I – 3
1.5. Dasar Hukum Operasional I – 4
1.6. Sistematika I – 5
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS II – 1
2.1. Pembangunan Berkelanjutan II – 1
2.2. Pembangunan Industri II – 3
2.3. Mesin Dapur Induksi dan Tanur Busur Api
Pada Industri Pengecoran Logam II – 3
2.3.1. Metode Penggunaan Tanur Busur Api II – 4
2.3.1.1. Prinsip Dasar Pemanasan Dengan
Tanur Busur Api II – 4
2.3.1.2. Proses Peleburan Dengan Tanur Busur
Api II – 6
2.3.1.3. Peralatan Pendukung Pada Tanur Busur
Api II – 8
2.3.2. Metode Penggunaan Tanur/Dapur Induksi II – 9
2.3.2.1. Prinsip Dasar Pemanasan Dengan Tanur
Induksi II – 10
2.3.2.2. Proses Peleburan Dengan Tanur Induksi II – 12
2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Tanur Induksi
dibandingkan Tanur Busur Api II – 12
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
iii
BAB 3 METODOLOGI III – 1
3.1. Pendekatan Umum III – 1
3.1.1. Identifikasi Pekerjaan III – 2
3.1.2. Alur Pikir Proses Penyelesaian Pekerjaan III – 2
3.2. Metode Pengumpulan Data III – 5
3.2.1. Jenis dan Sumber Data III – 5
3.2.2. Variabel Data III – 5
3.2.3. Jenis Dan Jumlah Sampel III – 6
3.3. Pengolahan Data III – 7
3.3.1. Analisis Lokasi Dapur Induksi III – 7
3.3.2. Analisis Teknis III – 8
3.3.2.1. Analisis Sarana dan Prasarana III – 8
3.3.2.2. Sistem Peralatan III -10
3.3.2.3. Sistem Pengelolaan III – 10
3.3.3. Analisis Kelayakan Finansial III – 11
3.3.4. Analisis Perbandingan Model III – 13
BAB 4 GAMBARAN UMUM IV – 1
4.1. Gambaran Umum Kota Tegal IV – 1
4.1.1. Kondisi Fisik Kota Tegal IV – 1
4.1.1.1. Letak Geografis dan Administratif IV – 1
4.1.1.2. Topografi IV – 2
4.1.1.3. Klimatologi IV – 2
4.1.1.4. Penggunaan Lahan IV – 3
4.1.2. Kondisi Makro Ekonomi IV – 4
4.1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi IV – 4
4.1.2.2. Struktur Ekonomi IV – 5
4.1.3. Kondisi Demografi IV – 6
4.2. Gambaran Umum Industri Logam Kota Tegal IV – 6
4.2.1. Deskripsi Produk IV – 6
4.2.2. Produksi IV – 8
4.2.2.1. Jenis Produksi IV – 8
4.2.2.2. Bahan Produksi IV – 8
4.2.2.3. Mesin Peralatan IV – 9
4.2.3. Sentra Industri Logam IV – 10
4.2.4. Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Logam IV – 12
4.3. Gambaran Umum Mesin Dapur Induksi Kota Tegal IV – 14
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
iv
4.3.1. Sejarah Mesin Dapur Induksi IV – 14
4.3.2. Lokasi Mesin Dapur Induksi IV – 20
4.3.3. Tata Guna Lahan dan Bangunan IV – 21
4.3.4. Kondisi Lahan dan Bangunan IV – 22
4.3.5. Peralatan Tersedia IV – 23
4.3.6. Kondisi Konstruksi Mesin Dapur Induksi IV – 24
BAB 5 ANALISIS KELAYAKAN MESIN DAPUR INDUKSI V – 1
5.1 Kelayakan Lokasi V – 1
5.1.1. Analisis Kesesuaian Lokasi dengan RTRW Kota
Tegal V – 1
5.1.2. Analisis Dampak Operasionalisasi Mesin Dapur
Induksi V – 3
5.1.3. Analisis Pengelolaan Lingkungan Hidup V – 5
5.2. Kelayakan Teknis V – 8
5.2.1. Kelengkapan Sarana dan Prasarana V – 8
5.2.1.1. Kegiatan Utama/Proses Produksi V – 8
5.2.1.2. Kegiatan Penunjang V – 10
5.2.1.3. Kegiatan Lainnya V – 11
5.2.2. Manajemen Pengelolaan V – 11
5.2.2.1. Tenaga Kerja V – 11
5.2.2.2. Pengelolaan V – 11
5.3. Kelayakan Ekonomi V – 15
5.3.1. Aspek Pasar V – 15
5.3.2. Aspek Finansial V – 15
5.3.2.1. Perkiraan Pendapatan V – 16
5.3.2.2. Perkiraan Biaya V – 17
5.3.2.2.1. Biaya Revitalisasi Mesin Dapur
Induksi V – 17
5.3.2.2.2. Biaya Rekonstruksi Mesin Dapur
Induksi V – 17
5.3.2.2.3. Biaya Sarana dan Prasarana V – 18
5.3.2.2.4. Biaya Operasional V – 18
5.3.3. Kelayakan Finansial V – 19
5.3.3.1. Proyeksi Arus Kas V – 19
5.3.3.2. Kelayakan Finansial Mesin Dapur Induksi V – 27
5.4. Kelayakan Sosial V – 29
5.5. Penerimaan Masyarakat Terhadap Dampak V – 30
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
v
BAB 6 STRATEGI REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI VI – 1
6.1. Strategi Pengembangan Produksi VI – 1
6.1.1. Pengujian Kembali Mesin Dapur Induksi VI – 1
6.1.2. Pengembangan Produksi Massal VI – 2
6.2. Strategi Pengembangan Pasar VI – 3
6.2.1. Pengembangan Kemitraan Pasar VI – 3
6.2.2. Pengembangan Promosi Produk/Jasa VI – 4
6.3. Strategi Pengembangan Permodalan VI – 5
6.4. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia VI – 5
6.5. Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup VI – 6
BAB 7 PENUTUP VII – 1
7.1. Kesimpulan VII – 1
7.2. Rekomendasi VII – 2
LAMPIRAN
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
vi
DAFTAR TABEL
Keterangan Halaman
3.1. Variabel Data III – 6
3.2. Jumlah Sampel III – 7
4.1. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan IV – 3
4.2. Luas Penggunaan Lahan menurut Kecamatan IV – 3
4.3. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha (ADHK) IV – 4
4.4. Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha IV – 5
4.5. Banyaknya Penduduk dan Kepadatan IV – 6
4.6. Jenis Produk Logam di Kota Tegal IV – 8
4.7. Bahan Baku Industri Logam Tegal IV – 9
4.8. Mesin dan Peralatan Industri Logam Kota Tegal IV – 10
4.9. Sentra Industri Kecil dan Menengah Logam Kota Tegal IV – 11
4.10. Rincian Tata Guna Bangunan IV – 22
4.11. Peralatan Tersedia IV – 23
5.1. Kesesuaian Lokasi Mesin Dapur Induksi dengan Peraturan Zonasi V – 2
5.2. Dampak Kualitas Udara dan Kebisingan V – 3
5.3. Dampak Kualitas Air Permukaan V – 4
5.4. Dampak Limbah Padat V – 4
5.5. Dampak Lingkungan Biologi V – 5
5.6. Dampak Gangguan Lalu Lintas V – 5
5.7. Pengelolaan Lingkungan Hidup V – 6
5.8. Sarana dan Prasarana Proses Produksi V – 9
5.9. Sarana dan Prasarana Penunjang V – 10
5.10. Kebutuhan Tenaga Kerja V – 11
5.11. Kelebihan dan Kekurangan Pengelola mesin Dapur Induksi V – 14
5.12. Harga Produk Industri Logam V – 16
5.13. Biaya Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi V – 17
5.14. Biaya Sarana dan Prasarana Revitalisasi Mesin Dapur Induksi V – 18
5.15. Biaya Produksi Mesin Dapur Induksi V – 19
5.16. Biaya Non Produksi Mesin Dapur Induksi V – 19
5.17. Proyeksi Arus Kas (Produksi Optimis) V – 21
5.18. Proyeksi Arus Kas (Produksi Moderat) V – 23
5.19. Proyeksi Arus Kas (Produksi Pesimis) V – 25
5.20. Tingkat Kelayakan Finansial Revitalisasi Mesin Dapur Induksi V – 26
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
vii
5.21. Dampak Peningkatan Sarana dan Prasarana Sosial V – 29
5.22. Dampak Peningkatan Pesempatan Kerja dan Peluang Berusaha V – 30
5.23. Penerimaan Masyarakat Terhadap Dampak V – 31
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
viii
DAFTAR GAMBAR
Keterangan Halaman
2.1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan II – 2
2.2. Tanur Induksi II – 11
3.1. Alur Proses Penyelesaian Pekerjaan III – 4
3.2. Gap Analysis III – 15
4.1. Peta Administratif IV – 2
4.2. Jumlah IKM Kecamatan Tegal Timur IV – 12
4.2. Jumlah IKM Kecamatan Margadana IV – 12
4.4. Jumlah IKM Kecamatan Selatan IV – 13
4.5. Jumlah IKM Kecamatan Tegal Selatan IV – 13
4.6. Lokasi Mesin Dapur Induksi IV – 21
4.7. Bangunan Mesin Dapur Induksi IV – 22
4.8. Peralatan Tersedia IV – 24
5.1. Rencana Pola Ruang Kota Tegal V – 2
5.2. Proses Produksi Mesin Dapur Induksi V – 9
5.3. Pangsa Pasar Mesin Dapur Induksi V – 15
5.4. Tingkat Kesenjangan Penerimaan Masyarakat V – 32
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
I - 1
PENDAHULUAN
Globalisasi dan terbukanya pasar global membuat kondisi persaingan
usaha semakin ketat. Hal ini karena globalisasi dan perdagangan bebas menuntut
pelaku usaha untuk memproduksi barang ke tingkat efisiensi dan produktivitas
yang paling tinggi dalam mendapatkan daya saing untuk masuk ke pasar global.
Kondisi ini tentunya membawa konsekuensi pada upaya meningkatkan
produktivitas agar pelaku industri ini mampu mengelola sistem produksi dengan
baik, meningkatkan efisiensi sumber daya yang digunakan, meningkatkan kualitas
produk dan memenuhi target permintaan konsumen.Secara positif, peluang yang
timbul dari perdagangan bebas tersebut adalah makin terbukanya pasar
internasional bagi hasil-hasil produksi dalam negeri, terutama produk yang
memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.
Dampak globalisasi nyatanya tidak hanya berpengaruh pada industri-
industri besar yang ada di kota-kota besar saja, namun terasa juga di kota-kota
kecil. Seperti yang terjadi di Kota Tegal, banyak industri di Kota Tegal yang
akhirnya mau tak mau harus siap berhadapan dengan tantangan adanya
perdagangan bebas sebagai dampak globalisasi tersebut.
Salah satu produk industri andalan Kota Tegal adalah produk kerajinan
logam, khususnya pembuatan barang-barang yang terbuat dari logam, baik
alumunium, kuningan, tembaga, maupun besi. Potensi Industri Kecil Menengah
(IKM) logam di Kota Tegal ini terbilang sangat besar, hal ini bisa dilihat dari
banyaknya jumlah IKM logam yang ada kurang lebih 126 unit usaha dengan
penyerapan tenaga kerja mencapai 535 orang. Kerajinan logam di Kota Tegal
yang telah mengalami masa kejayaan di tahun 1982 dengan diresmikannya
Lingkungan Industri Kecil (LIK) Talang Cempaka Baru (Takaru) dalam
BAB
1
1.1. LATAR BELAKANG
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
I - 2
perkembangannya semakin tergeser. Hal ini karena teknologi yang digunakan
masih menggunakan teknologi kuno, sudah tidak sesuai dengan perkembangan
zaman. Barang-barang yang dihasilkan pun bermutu rendah, mudah keropos dan
mudah patah.
Melihat kenyataan diatas, pada tahun 2007 melalui Departemen
Perindustrian, Pemerintah Kota Tegal mendapatkan bantuan peralatan Dapur
Induksi. Penggunaan dapur induksi pada industri pengecoran logam memiliki
beberapa kelebihan antara lain hasil peleburan yang bersih, mudah dalam
mengatur dan mengendalikan temperature/suhu, komposisi cairan homogen, dan
dapat digunakan untuk melebur berbagai jenis material.Sebagai pendampingan
bantuan tersebut, Pemerintah Kota Tegal juga menyediakan gedung, Generator
set kapasitas 350 kva, Travo 460 v, hois crane yang konstruksinya berkapasitas
1000 kg.
Pada tahun 2012 dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah No : 4/2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, maka kegiatan industri harus dialihkan ke
wilayah peruntukan industri. Selanjutnya agar tidak menyalahi aturan maka pada
tahun 2013 melalui APBD Kota Tegal, Pemerintah Kota Tegal membangun
kembali gedung Dapur Induksi seluas ± 400 m dengan dana sebesar Rp
539.000.000 dan semua peralatan Dapur Induksi pun dipindahkan ke lokasi baru
yang berada di Jalan Mataram Kelurahan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat.
Sejak dibangun gedung Dapur Induksi yang baru dari yang semula
berlokasi di Jalan Cempaka Nomor 17 oleh Pemerintah Kota Tegal sekaligus
pemindahan Dapur Induksi dan peralatan lain, sampai saat ini Dapur Induksi
belum bisa dioperasikan. Padahal jika Dapur Induksi sudah beroperasi akan
sangat membantu IKM logam, mengingat sebagian besar IKM logam di Kota
Tegal masih menggunakan Dapur Tradisional.
Melalui Kajian Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal merupakan
bentuk upaya Pemerintah Kota Tegal dalam merencanakan revitalisasi mesin
dapur induksi yang layak berdasarkan kebijakan lokasi dan teknis yang ada,
mampu memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
I - 3
Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal ini
dimaksudkan untuk menyediakan dokumen kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi
dan sosial sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan terhadap
rencana revitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal.
Tujuan Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal ini
adalah :
a. Mengidentifikasikan kondisi riil dan permasalahan mesin dapur indusksi di
Kota Tegal.
b. Menganalisis kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial dalam
merevitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal.
c. Merumuskan strategi revitalisasi mesin dapur induksi dalam jangka pendek,
menengah, dan panjang.
Sedangkan sasaran yang hendak dicapai adalah :
a. Teridentifikasinya informasi tentang isu-isu strategis bagi berlangsungnya
operasionalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal.
b. Meningkatnya pengelolaan lingkungan hidup sebagai dampak dari
keberadaan mesin dapur induksi di lokasi yang baru.
c. Meningkatnya produksi dan produktivitas industri logam yang memiliki
keunggulan kompetitif dan komparatif.
d. Sebagai bahan pengambilan kebijakan bagi Pemerintah Daerah Kota Tegal
terkait revitalisasi mesin dapur induksi yang berkelanjutan.
Ruang lingkup Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota
Tegal dibatasi pada beberapa pokok bahasan, antara lain :
a. Lingkup Lokasi
1) Lingkup lokasi dan teknis dibatasi pada komponen lingkungan di sekitar
lokasi kegiatan yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan.
1.2. MAKSUD
1.3. TUJUAN DAN SASARAN
1.4. RUANG LINGKUP
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
I - 4
2) Lingkup ekonomi meliputi seluruh sentra Industri Kecil Menengah (IKM)
Logam sebagai pelaku usaha yang terkena dampak ekonomi atas
keberadaan mesin dapur induksi Kota Tegal
3) Lingkup sosial meliputi seluruh masyarakat Kota Tegal yang secara
langsung maupun tidak langsung terkena dampak sosial atas keberadaan
mesin dapur induksi Kota Tegal
b. Lingkup Materi
Sedangkan lingkup materi dalam Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur
Induksi Kota Tegal dibatasi pada :
1) Kelayakan Lokasi dan Teknis
Menyangkut variabel demand and supplay penggunaan lahan existing
yang ada dengan didasarkan pada kebijakan rencana tata ruang wilayah
pengelolaan lingkungan hidup Kota Tegal.
2) Kelayakan Ekonomi
Menyangkut variabel manfaat ekonomi dari kegiatan operasional mesin
dapur induksi Kota Tegal bagi pelaku usaha logam di Kota Tegal.
3) Kelayakan Sosial
Menyangkut variabel manfaat sosial dari kegiatan operasional mesin
dapur induksi Kota Tegal bagi masyarakat di Kota Tegal.
a. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan
Nasional
c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025
d. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
e. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah
f. Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1.5. DASAR HUKUM OPERASIONAL
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
I - 5
g. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
h. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
i. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
j. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
k. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Rencana
Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035
l. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 78/M-IND/PER/9/2007 tentang
Peningkatan Efektivitas Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Melalui
Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One Village One Product – OVOP) di
Sentra
n. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2025.
o. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 18 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tegal Tahun 2005 – 2025;
p. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011 – 2031;
q. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tegal Tahun 2013 – 2018;
Sistematika Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
ini disusun berdasarkan pokok bahasan dari rencana penyelesaian pekerjaan
yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup pekerjaan, dasar hukum operasional serta sistematika
penyusunan.
1.6. SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
I - 6
BAB II. KEBIJAKAN DAN KONSEP
Berisi tentang kebijakan pembangunan industri yang berkelanjutan baik
dari sisi teknis, ekonomi maupun sosial, serta konsep pengecoran
logam dengan metode induksi.
BAB III. METODOLOGI
Berisi tentang identifikasi pekerjaan, alur pikir proses penyelesaian
pekerjaan, metode pengumpulan dan jenis data serta perencanaan
metode analisis yang digunakan.
BAB IV. GAMBARAN UMUM
Berisi tentang gambaran umum lokasi dan mesin dapur induksi, sentra
Industri Kecil Menengah (IKM) Logam serta kondisi sosial masyarakat
Kota Tegal.
BAB V. ANALISIS KELAYAKAN MESIN DAPUR INDUSKSI
Berisi tentang analisis kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial
dalam revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal.
BAB VI. STRATEGI REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI KOTA TEGAL
Berisi tentang strategi dan kebijakan revitalisasi mesin dapur induksi
dalam rangka pengembangan sentra logam Kota Tegal.
BAB VII. PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi Kajian Kelayakan
Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 1
KEBIJAKAN DAN KONSEP
Konsep pembangunan berkelanjutan pada dasarnya menekankan pada
konsep pembangunan ekonomi, kualitas lingkungan dan kesetaraan sosial. Jadi
pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang akan
memenuhi kebutuhan generasi sekarang dengan tetap mempertimbangan
kebutuhan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Ketiga
dimensi dari pembangunan berkelanjutan ini disebut sebagai the triple
bottom line. Ketiga dimensi ini harus mendapatkan perhatian yang sama dan tidak
akan berguna jika dilaksanakan sendiri-sendiri.
Oleh karena itu pembangunan atau pemanfaatan sumberdaya alam yang
lestari yang dapat dirasakan tidak hanya generasi sekarang tapi juga generasi
yang akan datang menjadi sangat penting. Ide utama dari kelestarian adalah
keputusan penggunaan sumberdaya alam sekarang tidak menyebabkan
perusakan terhadap kualitas hidup generasi yang datang. Ide di atas menekankan
pada konsep ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk
pembangunan yang lestari atau berkelanjutan. Pendekatan ekologi berarti
menjaga ketahanan dan kekokohan sistem biologi dan fisika. Pembangunan
berkelanjutan berarti menjaga proses ekologi yang penting dan sistem pendukung
kehidupan, seperti menjaga keaneka-ragaman genetik dan pemanfaatan
ekosistem yang berkelanjutan.
Tiga pendekatan untuk pembangunan berkelanjutan, yaitu (1) ekonomi –
memaksimumkan pendapatan dengan tetap menjaga atau meningkatkan
sumberdaya; (2) ekologi – menjaga perusakan dan gangguan terhadap sistem
BAB
2
2.1. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 2
biologi dan fisik lingkungan; dan (3) sosial buadaya – menjaga stabilitas sistem
sosial dan budaya.
Dalam pendekatan ekonomi, selalu diusahakan peningkatan efisiensi, agar
pemanfaatan sehemat-hematnya sumberdaya akan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya dengan tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan. Dalam
pendekatan ekologi stabilitas, keaneka-ragaman dan gangguan lingkungan harus
terus dipantau sehingga kerusakan lingkungan akan terus dapat diminimalkan.
Pendekatan sosial budaya dengan melakukan pemberdayaan terhadap
masyarakat, selalu menjaga kesetaraan dan mengurangi kesenjangan dalam
masyarakat dan akhirnya menjaga stabilitas kondisi sosial budaya dalam
masyarakat.
Gambar 2.1.
Konsep Pembangungan Berkelanjutan
Produktif
Ramah Lingkungan Menguntungkan Secara
Sosial Ekonomi
ASPEK TEKNOLOGI
PRODUKSI
ASPEK SOSIAL DAN
EKONOMI
ASPEK SDA DAN
LINGKUNGAN
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 3
Untuk kriteria yang dapat digunakan untuk melihat keberlanjutan suatu
kegiatan industri dapat menggunakan 5 kriteria keberlanjutan. Kriteria tersebut
adalah produktifitas sumberdaya radikal, investasi pada sumberdaya alam, desain
yang berwawasan lingkungan, jasa dan arus ekonomi dan konsumsi yang
bertanggung-jawab.
Kriteria yang pertama menunjukkan penggunaan sumberdaya alam yang
diusahakan agar semakin efisien, sehingga sumberdaya lebih maksimal
digunakan dan laju penggunaan sumberdaya dapat ditekan walaupun tetap
memenuhi kebutuhan manusia.
Kriteria kedua menunjukkan bahwa industri menggunakan, memelihara dan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Kriteria ketiga, industri terus mengusahakan untuk meminimalkan membuang
limbahnya ke lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
pengolahan limbah dan penggunaan kembali limbah.
Kriteria keempat menunjukkan industri akhirnya akan meningkatkan jasanya,
tidak hanya memproduksi barang. Jika produk dari industri sudah tidak
digunakan, maka industri akan mengumpulkannya kembali untuk didaur ulang
dan dikembalikan ke proses produksi.
Dan kriteria kelima menyangkut konsumsi, industri mempunyai tanggung
jawab untuk memberikan informasi kepada konsumen untuk memanfaatkan
produknya dengan baik dan bertanggungjawab terhadap produk yang sudah
dapat dimanfaatkan kembali agar tidak hanya menambah limbah padat yang
dibuang ke lingkungan.
Pembuatan baja dalam dapur listrik merupakan cara yang paling baik dan
menguntungkan dibandingkan dengan cara-cara lainnya. Prinsip kerja dapur listrik
adalah energi listrik diubah dengan bermacam-macam cara menjadi energi panas
untuk memanaskan dan mencairkan logam.
2.2. PEMBANGUNAN INDUSTRI
2.3. MESIN DAPUR INDUKSI DAN TANUR BUSUR API PADA INDUSTRI
PELEBURAN LOGAM
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 4
Pembuatan baja dalam dapur listrik mempunyai banyak keunggulan yaitu :
Temperatur yang dicapai cukup tinggi (dapat mencapai 2000oC) sehingga
mampu untuk mencairkan logam-logam paduan yang titik cairnya tinggi,
misalnya paduan chrom, molybdenum, nikel, tungsten dan lain-lain.
Bekerja dengan menghasilkan terak yang banyak (sampai 55 - 60% CaO),
lagi pula dapat menghilangkan unsur-unsur yang merugikan terhadap sifat-
sifat baja seperti Phosfor (P) dan Sulfur (S).
Terutama pada induction furnace akan diperoleh deoksidasi dan degasifikasi
dari pada baja.
Menghasilkan cairan dengan kualitas tinggi dan efisiensi yang tinggi dengan
material yang hilang terbakar yang minimum serta kemudahan dalam
pengendalian temperatur cairan logam
Sedangkan kekurangan pembuatan baja dari dapur induksi antara lain :
Harga pengadaan tanur yang mahal (investasi yang besar)
Biaya energi yang tinggi merupakan kekurangan dalam penggunaan tanur
listrik.
2.3.1. Metode Penggunaan Tanur Busur Api
2.3.1.1. Prinsip Dasar Pemanasan Dengan Tanur Busur Api
Tanur ini digunakan untuk proses peleburan, pemurnian dan untuk proses
penahanan cairan logam pada temperatur tertentu (holding furnace). Tanur ini
biasanya memiliki kapasitas untuk menampung cairan logam sebanyak 5 – 25
ton. Keuntungan dari penggunaan tanur busur api adalah:
Busur api yang terbentuk merupakan sumber panas tanpa resiko terkena
kontaminasi, sehingga kemurnian cairan logam dapat terjaga.
Penggunan panas dapat dikendalikan dengan mudah
Efisiensi panas sangat baik sekitar 70%, disamping muncul biaya yang tinggi
akibat kebutuhan listrik merupakan kerugian dari penggunaan tanur jenis ini.
Lapisan udara diatas cairan logam mudah untuk dikendalikan
Kehilangan (losses) bahan paduan seperti crom, nikel, dan tungsten yang
rendah.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 5
Material logam dapat mencair karena adanya elektroda yang dihubungkan
dengan rangkaian listrik (electrical circuit) yang akan membentuk suatu busur api
yang akan mencairkan logam. Tanur busur api menggunakan tiga buah elektrode
yaitu sesuai dengan jumlah phase dari aliran listrik yang digunakan. Arus yang
digunakan adalah arus bolak-balik 3 phase ( 3 alternating current). Pada tanur
busur api ini bahan isian akan dipanaskan dan dicairkan oleh adanya radiasi dari
busur listrik (electric arc) yang terjadi antara electrode-electrode yang digunakan.
Pada instalasi tanur busur api ini digunakan step-down transformer yang berguna
menurunkan tegangan (voltage) aliran listrik yang tinggi yang akan digunakan
memanaskan dan mencairkan bahan isian.
Tanur busur api memiliki lapisan baja berbentuk silinder dengan landasan
berbentuk lengkung atau datar yang ditopang rol penahan yang memungkinkan
tanur untuk dimiringkan. Sebagai gambaran, tanur busur api yang memiliki
kapasitas 10 ton memiliki diameter luar sebesar 3 meter, diameter dalam bahan
tahan api sebesar 2,4 meter, tinggi 2,25 meter dan memiliki lapisan baja setebal
25 mm , sedangkan power input sebesar 850 kva sampai dengan 30.000 kva.
Prinsip dasar pemanasan material pada tanur busur api adalah panas
timbul akibat adanya tahanan (resistansi) saat arus listrik mengalir. Dalam hal ini,
logam yang dimuatkan dalam tanur yang akan memberikan tahanan terhadap
arus listrik. Saat logam mencair, terak akan memberikan tahanan pada aliran arus
listrik. Untuk mempertahankan pemberian panas saat logam telah mencair,
elektroda harus diangkat sehinnga elektroda tersebut hanya menyentuh
permukaan lapisan terak.
Panas dihasilkan oleh loncatan electron (busur api) dengan aliran listrik
dengan adanya aliran listrik ini maka, akan menimbulkan aliran induksi dalam
cairan yang akan menyebabkan terjadinya gerak cairan,sehingga homogenisasi
cairan dapat terjadi. Elektodenya dibuat dari bahan Carbon atau grafit dimana
elektrode dari bahan grafit lebih menguntungkan sebab lebih tahan terhadap
temperatur tinggi. Ketiga elektrode yang digunakan, semakin lama akan semakin
pendek di bagian ujung bawahnya disebabkan panas yang terjadi pada ujung
tersebut. Pada saat operasi/bekerja, ketiga elektrode diturunkan secara bersama
sama hingga menyinggung bahan isian. Agar terbentuk busur api, tiga elektroda
dipasang secara vertical dalam formasi segitiga.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 6
Elektroda dikelilingi pendingin dan penutup untuk mendinginkan dan
mengurangi gas yang keluar lewat elektroda. Ketiga elektroda yang digunakan
dapat dinaikan atau diturunkan secara otomatis dengan menggunakan perangkat
pengendali listrik atau hidrolik. Sistem kendali manual dan otomatis digunakan
untuk menaikkan, menurunkan, dan menggeser elektroda saat proses peleburan
berlangsung. Jika elektrode tersebut sudah pendek, perlu diganti yang baru.
Proses Pemuatan Saat proses pemuatan penutup tanur dibuka, dan
setelah material dimuatkan kedalam tanur, kemudian penutup ditutup kembali,
elektroda diturunkan , dan aliran listrik diberikan. Elektroda diturunkan sampai
dasar sampai cairan logam mulai terkumpul dan mulai naik. Elektroda kemudian
dinaikan secara bertahap seiring dengan kenaikan permukaan cairan logam.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari proses peleburan dengan
menggunakan tanur busur api dapat dicapai dengan melakukan proses
perencanaan dan pengendalian pemuatan yang baik. Secara umum komposisi
pemuatan adalah sebagai berikut :
Bahan baku dengan ukuran besar/tebal sebanyak 40%
Bahan baku dengan ukuran medium sebanyak 40%
Bahan baku dengan ukuran kecil sebanyak 20%
Penggunaan sistem saluran dengan ukuran yang besar ( tebal ) akan
mengakibatkan proses peleburan menjadi semakin lama. Pemuatan bahan baku
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Distribusikan bahan baku pada seluruh permukaan tanur
Hindari bahan baku yang terkumpul dibawah elektroda
Akan lebih mudah apabila bahan baku dengan ukuran kecil diletakan diatas
bahan baku yang besar/tebal.
2.3.1.2. Proses Peleburan Dengan Tanur Busur Api
Proses peleburan baja dengan tanur busur api terbagi menjadi dua proses,
yaitu proses terak asam dan proses terak basa. Terak asam pada dasarnya
mengandung Silika yang terdapat dalam ikatan ikatan kimia FeMnS (iron
manganese silicate).Terak ini terbentuk akibat reaksi oksidasi. Pada tahapan ini
terjadi proses pemurnian dari cairan logam yang dilakukan dengan pengendalian
dalam penghilangan (reduksi) beberapa unsur seperti carbon, mangan dan silicon
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 7
melalui proses oksidasi. Proses penghilangan phosphor dan sulfur sulit dilakukan.
Pengontrolan kandungan kedua unsur tersebut hanya dapat dilakukan dengan
pemilihan secara ketat bahan yang dimuat, dimana bahan yang dimuat harus
memiliki kandungan rendah dari kedua unsur tersebut.
Pada proses terak basa, perhatian pada kandungan sulfur dan phosphor
tidak perlu dilakukan selama kedua unsur tersebut dapat dikurangi/dihilangkan
dengan pemilihan material yang tepat. Pada peleburan baja paduan, dapat
dilakukan dengan melakukan pemuatan menggunakan bahan baku dengan
kandungan karbon yang rendah, dan untuk mencapai kandungan kimia akhir
dilakukan dengan menambahkan bahan paduan.
Pada tahap ini untuk pengikatan terak dilakukan dengan penambahan bijih
besi dan batu kapur yang ditambahkan pada saat pemuatan awal atau pada saat
bahan baku telah mencair. Penambahan bijih besi dan batu kapur saat awal
proses peleburan dapat mengakibatkan hilangnya unsur phosphor. Yang harus
diperhatikan pada pemberian bijih besi dan batu kapur adalah :
Kedua bahan tersebut dapat memperlambat proses peleburan
Hindari saat pemasukan kedua bahan tersebut dibawah busur api yang juga
akan merusak elektroda.
Pemberian bijih besi tergantung dari kebersihan skrap yang digunakan
Pemberian batu kapur bervariasi, berkisar antara 2% - 5 % dari total bahan
baku yang digunakan, tergantung dari kandungan sulphur dan phosphor yang
akan dihilangkan. Komposisi aktual dari terak yang terbentuk pada saat
pendidihan tergantung dari kandungan carbon pada cairan logam serta
proses desulphurisasi dan dephosporisasi.
a. Tahap Pencarian
Yaitu tahap pertama peleburan dimana bahan baku pada diubah menjadi
material cair hingga temperature 15500C – 16000C. Disini reaksi-reaksi dalam
terhadap elemen-elemen yang dikandungnya (C, Mn, S, Si, P, Cr) mulai
berlangsung dengan pembubuhan besi oksid , sebagai pereaksi.
Fe3O4 -----------> 4 FeO
Fe2O3 -----------> 3 FeO
Perhatikan persamaan-persamaan reaksi berikut ini :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 8
• C + FeO -----------> Fe + CO ( belum terjadi pendidihan )
• Si + 2 FeO -----------> SiO2 + 2 Fe
• Mn + FeO -----------> MnO + Fe ( terjadi pada temperatur relative rendah )
• 2 P + 5 FeO -----------> 5 Fe + P2O5
• 2 Cr + 3 FeO -----------> Cr2O3 + 3 Fe
Tahap ini berlangsung selama 1,5 jam dan diakhiri dengan pembuangan
terak.
b. Tahap Pembersihan
Dilakukan dengan pembubuhan bahan pembawa CaO dan FeO sebanyak 3%
- 4% dari seluruh berat bahan baku. Pada temperatur tinggi, reaksi C + FeO --
--> Fe + CO akan mengakibatkan terjadi pendidihan. Penambahan CaO akan
terjadi pengikatan elemen Cr, V, Ni, W, Al, Zn dan B menjadi terak. Lama dari
tahap ini sekitar 30 menit setelah pembersihan ini akan menghasilkan :C turun
sampai 0,5%, Si < 0,1%, Mn < 0,1%, P = 0,02 %, S = 0,04 %, Cairan
mengandung O2 yang tidak mengambil kotoran ( tidak ada yang dioksidasi ).
c. Tahap Penyelesaian
Tujuan tahap ini adalah untuk :
• Menyingkirkan O2 dari cairan
• Penataan susunan komposisi
• Desulfurisasi akhir
• Pencapaian temperature ideal untuk penuangan
• Penyingkiran sisa-sisa deoksidasi
• Deoksidasi akhir
Pada tahap ini temperature dinaikan hingga 16500C – 17000C, dan
membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
2.3.1.3. Peralatan Pendukung Pada Tanur Busur Api
Peralatan pendukung pada tanur busur api antara lain :
a. Pendingin air, digunakan pada tanur busur api untuk mendinginkan bagian-
bagian penting dari tanur, yaitu: pemegang, lengan dan penjepit elektroda,
bagian penutup tanur, aerah sekitar pintu
b. Peralatan preheating (pemanasan awal) material yang akan dilebur, dilakukan
dengan menggunakan gas alam atau bahan bakan cair lainnya, akan
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 9
mengurangi penggunaan energi listrik saat proses peleburan. Dengan
dilakukan pemanasan awal akan mengurangi waktu peleburan serta akan
mengurangi oksida – oksida dari bahan baku yang kemudian akan
memperpanjang usia bahan pelapis tanur dan elektroda.
c. Penghisap debu dan asap, sebagai peralatan pendukung pada tanur busur
api:
Ventilasi (saluran udara) digunakan untuk memisahkan debu dan asap
Pengisap debu dan asap yang di pasang langsung diatas tanur
Penghisap debu dan asap yang menutupi permukaan tanur
Penghisap debu dan asap berbentuk canopy
2.3.2. Metode Penggunaan Tanur Induksi
Secara umum tanur induksi digolongkan sebagai tanur peleburan (melting
furnace) dengan frekuensi kerja jala-jala (50 Hz) sampai frekuensi tinggi (10000
Hz) dan tanur penahan panas (holding furnace) yang bekerja pada frekuensi jala-
jala. Prinsip kerja induction furnace hampir sama dengan kerja transformator,
dimana ada lilitan litsrik berfrekuensi tinggi, maka akan didapatkan/timbul arus
induksi dalam lilitan sekunder yang terdiri dari crucible dan isian logam cair.
Arus induksi memanaskan dan mencairkan bahan isian. Pemilihan
frekuensi kerja tanur peleburan sangat erat hubungannya dengan material yang
dilebur maupun kapasitas peleburan, mengingat frekuensi kerja tersebut akan
mengakibatkan terjadinya gejolak cairan (stiring) selama proses peleburan
dengan tinggi puncak yang berbeda-beda. Sedangkan semakin tinggi frekuensi
kerja maka akan naik pula kapasitas peleburan. Dengan demikian kompromi
antara kebutuhan kapasitas dengan akibat yang akan ditimbulkan oleh gejolak
cairan terhadap material perlu dilakukan.
Tanur penahan panas berfungsi sebagai tempat penyimpanan cairan,
sehingga memerlukan daya yang relative kecil namun memiliki kapasitas yang
sangat besar. Proses peleburan dengan menggunakan tanur jenis ini dapat
dilakukan, namun harus selalu diawali dengan bahan cair dan pemasukan bahan
padat yang dihitung sedemikian rupa agar tidak terjadi pembekuan didalam tanur.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 10
2.3.2.1. Prinsip Dasar Pemanasan Dengan Tanur Induksi
Prinsip pemanasan pada benda yang diletakkan diantara medan
electromagnetic arus bolak-balik akan ditembus oleh medan listrik induksi
mengakibatkan naiknya temperatur bahan. Laju kenaikkan temperature akan
berbeda-beda untuk setiap jenis maupun ukuran bahan sebab resistansi dari
setiap bahan tersebut berbeda.
Sebatang silinder logam diletakan pada sebuah kumparan yang dialiri arus
bolak-balik, maka medan magnet yang terbentuk oleh kumparan akan
menimbulkan arus induksi pada silinder logam. Silinder logam menjadi panas oleh
energi panas joule yang timbul akibat lompatan electron dari arus induksi yang
terhambat oleh resistansi dari logam.
Pada pemanasan dengan induksi gelombang magnetis dipancarkan dari
kumparan kepermukaan benda serta menembus benda tersebut hingga
kedalaman tertentu, maka sepanjang penampang medan magnit ini akan timbul
arus induksi.
Dilihat dari prinsip kerjanya maka tanur induksi dikategorikan menjadi :
• Tanur induksi saluran
• Tanur induksi krus
Pada umumnya tanur induksi saluran digunakan sebagai alat penahan
panas cairan (holding furnace), sedangkan untuk keperluan peleburan tanur
induksi yang digunakan adalah jenis krus. Krus terbuat dari bahan refractory yang
dipadatkan dan disinter di dalam tanur tersebut.
Diameter krus yang terlalu besar mengakibatkan panas akan terserap
terlalu banyak oleh bagian cairan yang tidak terjangkau induksi. Sehingga laju
pemanasan cairan akan menjadi terlalu lambat. Sebaliknya bila diameter krus
terlalu kecil, akan terjadi overheat pada cairan karena laju pemanasannya terlalu
tinggi.
Pemanasan tanur induksi efisiensi akan semakin tinggi pada bahan baku
yang lebih besar tanpa dipengaruhi oleh frekuensi kerjanya. Pada awal proses
peleburan selalu dipilih bahan baku dengan dimensi mendekati diameter dalam
krus. Muatan awal ini minimum harus dapat mengisi 20% dari kapasitas tanur.
Penggunaan tanur induksi frekuensi jala-jala, untuk peleburan dari bahan padat
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 11
hanya dapat dimulai dengan muatan awal yang dibuat sebagai balok yang massif
(starting block). Untuk menghindari pemakaian starting block harus disisakan
sebanyak 1/3 dari kapasitas tanur sebagai muatan awal. Hal ini disebabkan oleh
besarnya kedalaman penetrasi sehingga membutuhkan bahan baku berukuran
besar. Tanur dengan frekuensi lebih tinggi (frekuensi medium) diawali dengan
bahan baku berukuran kecil. Selama bahan belum mencair, setiap potongan
bahan akan terjadi arus induksi yang mengakibatkan naiknya temperatur
potongan bahan tersebut. Laju kenaikan temperatur lebih tinggi pada potongan
bahan yang paling dekat dengan kumparan. Bahan baku yang telah mencair
dipanaskan terus hingga mencapai temperatur ideal proses peleburan. Pada saat
ini akan terjadi gejolak cairan (steering) akibat adanya gaya yang timbul dari
medan induksi dan bergerak secara pheryperal.
Gejolak cairan ini pada proses peleburan menjadi hal yang
menguntungkan, dimana akan terjadi distribusi temperature maupun
homogenisasi paduan yang baik didalam cairan terutama pada saat dilakukan
rekarburisasi. Namun demikian gejolak yang besar juga akan meningkatkan laju
oksidasi serta erosi pada lining. Oleh karena itu rancangan tanur induksi untuk
peleburan bahan tertentu harus memperhatikan fenomena tersebut.
Gambar 2.2.
Tanur Induksi
Keterangan :
1. Melt
2. Water Cooled Coil
3. Yokes
4. Crucible
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 12
2.3.2.2. Proses Peleburan Dengan Tanur Induksi
Berikut diuraikan langkah operasi peleburan induksi beserta ilustrasinya :
a. Memasukan bahan dasar
b. Pemanasan awal kurang lebih selama 15 menit dengan pemberian beban 10
kW.
c. Pemberian beban 60 – 120 kW
d. Setelah bahan mulai mencair, masukan bahan selanjutnya
e. Penambahan beban 120 – 190 kW (full power), hingga seluruh bahan
mencair.
f. Masukan bahan paduan
g. Ukur temperatur cairan sebelum pengambilan sampel
h. Pengambilan sampel pada temperatur kesetimbangan, kemudian periksa
komposisi dari sampel ke laboratorium.
9. Penahanan temperatur sedikit diatas temperatur didih dengan pembebanan
60 kW.
10. Lakukan koreksi, bila komposisi belum mencapai target yang diinginkan.
Naikan temperatur sampai temperatur taping yang diinginkan, periksa
temperatur
11. Tapping
2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Tanur Induksi dibandingkan Tanur Busur
Api
Kelebihan penggunaan tanur induksi dibandingkan dengan tanur busur api
adalah :
a. Tidak menggunakan elektrode sehingga mengurangi karburasi yaitu
masuknya karbon ke dalam baja.
b. Pengontrolan selama operasi lebih mudah.
c. Terjadi sirkulasi logam cair sehingga mempercepat reaksi kimia yang terjadi.
d. Baja yang dihasilkan lebih homogen.
Sedangkan kekurangan penggunaan tanur induksi dibandingkan dengan
tanur busur api adalah :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 13
a. Daya yang diperlukan dari frekuensi arus yang disediakan pada kumparan
induktor tergantung pada kapasitas crucible (diameternya) dan jenis bahan
isiannya.
b. Inductioan furnace biasanya beroperasi pada arus dengan frekuensi 500 -
2500 Cps (dapur kapasitas besar beroperasi pada fkrekuensi rendah). Rating
generator yang digunakan bervariasi dari 0,4 - 1 KW/kg bahan isian.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 1
METODOLOGI
Pembangunan industri dan upaya pelestarian lingkungan masih sering
dilihat seperti dua sisi koin yang bertentangan. Padahal apabila mau disadari,
aspek industri dan lingkungan hidup bisa berjalan secara sinergis maupun
sinkronis untuk mencapai suatu tujuan. Peningkatan kualitas lingkungan, akan
sangat membantu sektor industri dalam membangun daya saingnya, begitu juga
sebaliknya. Sehingga, untuk bisa terus berkelanjutan, industri harus memasukkan
aspek lingkungan hidup ke dalam hitungan atau analisis pembangunan dan
pengembangan industri tersebut.
Pembangunan industri berkelanjutan pada dasarnya merupakan upaya
memadukan tujuan sosial, ekonomi dan ekologi yang muncul dari kesadaran
lingkungan karena kecemasan akan makin merosotnya kemampuan
lingkungan.Dengan demikian maka dalam pengoperasiannya, mulai dari rantai
awal produksinya sampai pada ketika produk tersebut dipasarkan tidak dapat
dipisahkan dari tiga dimensi unsur yang sama penting dan terhubung, yaitu aspek
lingkungan, aspek sosial dan aspek ekonomi dari sistem pengelolaan yang
dilakukan.
Berdasarkan hal tersebut maka pendekatan yang dilakukan dalam
penyelesaian Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi di Kota Tegal
dimulai dari kebijakan lokasi mesin dapur industri yang telah ada sebelumnya.
Kebijakan yang telah ada dan diimplementasikan di lapangan harus dilihat
bagaimana kondisi eksistingnya. Dari kondisi eksisting akan terlihat potensi yang
terdapat di lapangan, isu yang sedang berkembang dan permasalahan yang
terjadi. Antara kondisi riil di lapangan dan kondisi yang diharapkan akan terlihat
kesenjangan. Kesenjangan inilah yang perlu diketahui untuk membuat perumusan
3.1. PENDEKATAN UMUM
BAB
3
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 2
strategi revitalisasi mesin dapur induksi dalam jangka pendek, menengah, dan
panjang dalam rangka mengembangkan sentra IKM logam Kota Tegal.
3.1.1. Identifikasi Pekerjaan
Berdasarkan pendekatan umum tersebut, maka perlu diidentifikasikan
terlebih dahulu pekerjaan yang diperlukan untuk kepentingan Kajian Kelayakan
Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal, yang meliputi :
a. Proses Pendataan
Proses pendataan merupakan kegiatan identifikasi dan pengumpulan data
tentang isu strategis dan permasalahan revitalisasi mesin dapur induksi Kota
Tegal, menyangkut :
1) Isu dan permasalahan aspek lokasi dan teknis.
2) Isu dan permasalahan aspek ekonomi.
3) Isu dan permasalahan aspek sosial.
b. Proses Analisis
Proses analisis merupakan kegiatan mengolah data-data menjadi suatu
informasi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan permasalahan yang
dirunut secara terperinci dengan mencakup pandangan tertentu
terhadap situasi masalah sesuai dengan perspektif yang relevan dari
pelaku usaha dan masyarakat terkait rencana revitalisasi mesin dapur
induksi.
c. Perumusan kebijakan dan strategi
Proses ini dilakukan untuk merumuskan strategi revitalisasi mesin dapur
induksi dalam jangka pendek, menengah, dan panjang secara tepat dan
efektif dalam rangka mengembangkan sentra Industri Kecil Menengah (IKM)
logam Kota Tegal.
3.1.2. Alur Proses Penyelesaian Pekerjaan
Dalam rangka penyelesaian pekerjaan Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin
Dapur Induksi Kota Tegal, alur proses penyelesaian pekerjaan yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 3
Tahap 1. Identifikasi Kondisi/Situasi dan Permasalahan Revitalisasi Mesin Dapur
Induksi Kota tegal
Pada tahap ini dilakukan kegiatan identifikasi dan pengumpulan data
pada masing-masing aspek (lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial) dari
rencana revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal.
Tahap 2. Analisis Kelayakan Lokasi dan Teknis
Pada tahap ini dilakukan analisis kelayakan lokasi dan teknis terhadap
rencana revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang meliputi :
1) Kelayakan Lokasi, merupakan kegiatan penilaian lokasi mesin
dapur induksi eksisting yang meliputi :
Kesesuaian dengan rencana tata ruang pengelolaan
lingkungan hidup
Dampak operasionalisasi mesin dapur induksi
Rencana pengelolaan lingkungan
2) Kelayakan Teknis, merupakan kegiatan penilaian teknis revitalisasi
mesin dapur induksi yang meliputi :
Kelengkapan sarana dan prasarana operasionalisasi mesin
dapur induksi (peralatan, perlengkapan, sumber air, sumber
listrik dan lain-lain)
Sistem pengelolaan mesin dapur induksi Kota Tegal.
Tahap 3. Analisis Kelayakan Ekonomi
Analisis kelayakan ekonomi merupakan kegiatan penilaian kelayakan
keuangan dan ekonomidari rencana revitalisasi mesin dapur induksi
dengan mempertimbangkan :
1) Biaya investasi kebutuhan sarana dan prasarana revitalisasi mesin
dapur induksi.
2) Pendapatan jasa (retribusi) atas penggunaan mesin dapur induksi.
3) Proyeksi arus kas dari operasionalisasi mesin dapur induksi.
Tahap 4. Analisis Kelayakan Sosial
Analisis kelayakan sosial merupakan kegiatan penilaian dampak sosial
bagi masyarakat yang meliputi :
1) Dampak peningkatan sarana dan prasarana publik
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 4
2) Dampak penyerapan tenaga kerja
3) Dampak penerimaan masyarakat
Tahap 4. Perumusan Strategi Revitalisasi Mesin Dapur Induksi
Perumusan strategi revitalisasi mesin dapur induksi dilakukan untuk
mewujudkan pengembangan sentra IKM logam Kota Tegal dengan
mempertimbangkan kemapuan dan skala prioritas pelaksanaan
revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal.
Gambar 3.1.
Alur Proses Penyelesaian Pekerjaan
IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN REVITALISASI
MESIN DAPUR INDUKSI
ASPEK LOKASI DAN TEKNIS ASPEK SOSIAL ASPEK EKONOMI
ANALISIS
PENELUSURAN MASALAH
ANALISIS
PERBANDINGAN MODEL
KINERJA YANG
DIHARAPKAN
FORMULASI STRATEGI
DAN KEBIJAKAN
KINERJA
EKSISTING
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 5
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam pekerjaan Kajian Kelayakan Revitalisasi
Mesin Dapur Induksi Kota Tegal adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer lebih difokuskan pada permasalahan yang menyangkut aspek
lokasi dan teknis, ekonomi maupun sosial budaya yang dihadapi. Metode
yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah :
1) Survei/Wawancara, dilakukan pada saat survei di lapangan untuk
menangkap informasi dan persepsi secara akurat dengan
menggunakan kuesioner yang telah disiapkan untuk para stakeholder
yang terkait dengan rencana revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal.
2) Observasi, dilakukan untuk mendapatkan informasi dan fakta
primer/Iangsung tentang potensi dan permasalahan revitalisasi mesin
dapur induksi Kota Tegal.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data dan informasi yang berasal dari penelusuran
laporan-laporan atau dokumen-dokumen dan peraturan serta kebijakan
yang terkait dengan pembangunan industri Kota Tegal.
Pengumpulan data sekunder mulai dilakukan sebelum turun ke lapangan
berupa kajian desk study untuk mengumpulkan informasi mengenai
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maupun perkembangan
terkini mengenai mesin dapur induksi secara umum. Selain itu pada saat
turun ke lapangan juga dilakukan pengambilan data-data sekunder yang
terkait dengan kajian yang dilakukan.
3.2.2. Variabel Data
Variable data yang digunakan dalam Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin
Dapur Induksi Kota Tegal merupakan pengembangan dari aspek-aspek kelayakan
revitalisasi mesin dapur induksi yang berkelanjutan yaitu aspek lokasi dan teknis,
aspek ekonomi dan aspek sosial yang sama penting dan saling terhubung.
Variabel data tersebut selengkapnya dapat di lihat pada tabel berikut ini :
3.2. PENGUMPULAN DATA
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 6
Tabel 3.1.
Variabel Data
ASPEK VARIABEL SUBVARIABEL
Lokasi Kesesuain RTRW
Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Daya dukung lingkungan hidup
Daya tampung lingkungan hidup
Dampak operasionalisasi
mesin dapur induksi
Dampak kualitas udara dan
kebisingan
Dampak kualitas air permukaan
Dampak Limbah padat
Dampak Lingkungan Biologi
Dampak Gangguan lalu lintas
Pengelolaan lingkungan
hidup
Pengelolaan kualitas udara dan
kebisingan
Pengelolaan kualitas dan
kuantitas air
Pengelolaan Limbah padat
Pengelolaan Lingkungan Biologi
Teknis Kelengkapan sarana dan
prasarana
Peralatan
Perlengkapan
Sumber air
Sumber listrik
Sistem Pengelolaan Alur proses produksi
Manjemen pengelolaan
Ekonomi Kelayakan finansial Biaya investasi
Biaya operasional
Pendapatan operasional
Proyeksi arus kas Laba/rugi
Akumulasi laba/rugi
Sosial Peningkatan sarana dan
prasarana pelayanan publik
Sarana dan prasarana dasar
Kesempatan kerja dan
peluang berusaha
Penyerapan tenaga kerja
Sumber : Analisis Data
3.2.3. Jenis dan Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang digunakan dalam pekerjaan Kajian Kelayakan
Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal adalah sebanyak 72 responden yang
merupakan stakeholder yang berkepentingan dengan operasionalisasi mesin
dapur induksi Kota Tegal. Sampel atau responden dikelompokan berdasarkan
tingkat kepentingannya, terdiri dari :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 7
Tabel 3.2.
Jumlah Sampel
KomoditasResponden Jumlah Sampel
Pemerintah 4
Pelaku Usaha IKM Logam 57
Masyarakat Umum 11
Jumlah 72
Sumber : Analisis Data
3.3.1 Analisis Lokasi Dapur Induksi
Analisis lokasi dapur induksi ini dibatasi pada komponen lingkungan di
sekitar lokasi kegiatan yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan. Adapun
yang diuraikan meliputi kesesuaian RTRW pengelolaan lingkungan hidup,
dampak operasionalisasi mesin dapur induksi dan pengelolaan lingkungan hidup.
a. Kesesuaian RTRW Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kesesuaian RTRW Pengelolaan Lingkungan Hidup menyangkut analisis daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup yaitu kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.
Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakuikan dengan cara
mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung
kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan
hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan
dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang
bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi
faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.
b. Dampak Operasionalisasi Mesin Dapur Induksi
Analisis ini berkaitan dengan dampak operasional mesin dapur induksi, dalam
yang menyangkut komponen lingkungan fisika kimia yang meliputi kualitas
udara dan tingkat kebisingan, kualitas air, timbulan sampah dan limbah padat
yang ada di sekitar dapur Induksi. Komponen lingkungan fisika dan kimia ini
3.3. PENGOLAHAN DATA
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 8
perlu diuraikan karena diperkirakan akan terkena dampak langsung dan tidak
langsung akibat operasional Dapur Induksi.
Sementara itu untuk kegiatan operasionalisasi mesin dapur Induksi yang
berdampak pada komponen lingkungan biologi berkaitan terganggunya
keanegaragaman hayati di sekitar lokasi menjadi hal yang perlu mendapatkan
perhatian. Sedangkan dampak gangguan lalu lintas menyangkut
terganggunnya kelancaran lalu lintas dari operasionalisasi mesin dapur
induksi.
c. Pengelolaan Lingkungan Hidup
Analisis pengelolaan lingkungan hidup adalah analisis yang menekankan
pada upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan,
pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup
atas keberadaan mesin dapur induksi.
3.3.2. Analisis Teknis
3.3.2.1. Analisis Sarana dan Prasarana
Analisis sarana dan prasarana dilakukan dengan pendekatan sistem
produksi untuk merencanakan kebutuhan konstruksi mesin dapur induksi
sehingga dapat dioperasionalkan. Ditinjau dari sifat kegiatannya sistem produksi
mesin dapur induksi terdiri dari 3 Kegiatan yaitu :
a. Kegiatan Utama/proses produksi.
Kegiatan utama yang dimaksud dalam hal ini mencakup kegiatan pengecoran
dan dapur induksi. Kegiatan ini meliputi peleburan logam, pencetakan dan
pengecoran logam, pembongkaran hasil cor/finishing, pengepakan, dan
pengiriman.
Proses produksi pengecoran dan industri logam sangat bervariatif bergantung
pada spesifikasi produk yang dipesan oleh konsumen. Namun secara garis
besar proses produksi tersebut terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
pengadaan bahan baku, peleburan, pencetakan dan pengecoran,
pembongkaran hasil dan packing serta pengiriman.
Tahap pertama proses produksi diawali dengan pengadaan bahan baku yang
berasal dari dalam negeri berupa ferro mangan. Tahap selanjutnya adalah
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 9
peleburan logam/ baja. Ferro mangan yang dilebur dengan cara pemanasan,
setelah dilebur/melting dilakukan uji kualitas komposisi terhadap logam yang
sudah dilebur. Bahan ferro mangan yang telah dilebur selanjutnya digunakan
sebagai bahan dalam proses pencetakan. Sebelum dilakukan proses
pencetakan atau pengecoran, terlebih dahulu disiapkan cetakan yang berasal
dari bahan baku pasir silica, water glass dan gas CO untuk pencetakan atau
pengecoran baja dari bahan ferro mangan.
Adapun pengecoran dari bahan besi biasa biasanya menggunakan cetakan
yang berasal dari pasir biasa. Produk yang dighasilkan berupa produk casting,
dan beberapa komponen mesin.
Proses selanjutnya adalah pembongkaran hasil pengecoran logam yang
selanjutnya akan diuji kualitas dimensi dan bentuk sesuai dengan permintaan
konsumen. Setelah diuji proses selanjutnya adalah finishing. Pada tahap ini
produk logam yang telah dicor dihaluskan kemudian dilakukan pengecatan
sesuai dengan permintaan konsumen.
b. Kegiatan Penunjang
Kegiatan pengecoran dan industri logam Dapur Induksi didukung beberapa
kegiatan penunjang yang terdiri dari kegiatan perbengkelan, utilitas,
penyediaan material dan alat perlengkapan, perkantoran. Kegiatan
perbengkelan berupa bengkel struktural untuk mendesain mesin produksi
sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh konsumen.
Utilitas yang menopang kegiatan pengecoran dan industri logam adalah listrik,
kompresor dan sumber air sumur. Untuk kegiatan ini didukung dengan
fasilitas yang berupa gudang logistik, gudang material operasi dan gudang
penyimpanan barang jadi sebelum dikirim ke konsumen.
Perkantoran merupakan kegiatan penunjang lainnya yang sangat berperan
meliputi administrasi, organisasi dan pengaturan tenaga kerja.
c. Kegiatan Lainnya
Selain kegiatan utama dan kegiatan penunjang, kegiatan dapur induksi juga
mempunyai kegiatan lain seperti kegiatan lain untuk kegiatan pendidikan dan
sosial lainnya. Dalam dunia pendidikan Dapur Induksi akan menyediakan
fasilitas praktek bagi siswa SMK yang ada di Wilayah Kota Tegal dan
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 10
bekerjasama dengan Diskoperindag Kota Tegal sebagai lokasi penelitian
produksi alat-alat yang akan diperagakan untuk masyarakat.
3.3.2.2. Sistem Peralatan
Analisis sistem peralatan merupakan penilaian terhadap kebutuhan
peralatan agar mesin dapur Induksi dapat dioperasikan. Sistem peralatan tersebut
antara lain sebagai berikut: .
a. Sistem peralatan kelistrikan
b. Sistem peralatan air
c. Sistem peralatan pengangkutan
d. Sistem peralatan pergudangan
3.3.2.3. Sistem Pengelolaan
Untuk mengoperasikan Dapur Induksi tentu dibutuhkan tenaga yang cakap
dan terampil. Untuk itu dibutuhkan manajemen pengelolaan yang menyangkut
analisis lembaga pengelola mesin dapur induksi. Lembaga pengelola yang
dianalisis dalam operasionalisasi mesin dapur induksi ini meliputi :
a. Koperasi Kerajinan Tegalindo
Kopinkra Tegalindo merupakan lembaga berbadan hukum yang
beranggotakan pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM) logam di Kota
Tegal. Koperasi ini juga merupakan salah satu inisiator yang mengusulkan
bantuan mesin dapur induksi.
b. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah Kota Tegal dapat membentuk Unit Pelaksana Teknis
(UPT) dalam mengelola mesin dapur induksi. Selain itu, Unit Pelaksana
Teknis (UPT) ini dapat diberi kewenangan pula untuk memasarkan hasil
produksi untuk memperoleh pendapatan daerah.
c. Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan
Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan dapat berperan dalam
mengoperasional mesin dapur induksi untuk tujuan pendidikan dan pelatihan
dalam menyiapkan sumberdaya manusia yang memiliki keahlian di bidang
pengecoran logam.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 11
3.3.3. Analisis Kelayakan Finansial
Untuk dapat memutuskan layak atau tidaknya revitalisasi mesin dapur
induksi Kota Tegal perlu dipertimbangkan juga aspek finansial. Aspek finansial
dalam kajian kelayakan bukan hanya mempertimbangkan jumlah modal/investasi
yang diperlukan, tetapi pertimbangan lainnya seperti tingkat rentabilitas, jangka
waktu pengembalian modal dan lain sebagainya, juga perlu diperhatikan.
Beberapa analisis finansial yang perlu dipertimbangkan dalam rencana revitalisasi
mesin dapur induksi Kota Tegal antara lain :
a. Analisis Net Present Value (NPV)
Digunakan untuk melihat selisih dari investasi nilai sekarang dari penerimaan-
penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di
masa yang akan datang.
Dengan formulasi yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
NPV : Nilai sekarang dari proyek investasi
CFt : Aliran kas per tahun pada periode t
I0 : Investasi awal pada tahun pengamatan
K : Suku bunga (discount rate)
b. Analisis Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan
kas, dengan mengeluarkan investasi awal.
Dengan formulasi yang digunakan sebagai berikut :
n CFt
NPV = - lo
t=1 (1 + K)t
n CFt
lo =
t=1 (1 + IRR)t
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 12
Keterangan :
t : tahun ke
n : jumlah tahun pengamatan
lo : nilai investasi awal tahun pengamatan
CF : arus kas bersih tiap tahunnya
IRR : tingkat bunga yang dicari harganya
c. Analisis Average Rate of Return atau Return of Investment (ROI)
Average Rate of Return atau Return of Investment (ROI) merupakan rasio
antara laba setelah pajak terhadap investasi. Rasio ini membandingkan hasil
usaha yang diperoleh dari operasi (net operating income) dengan jumlah
investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
tersebut. Dengan demikian, ROI berhubungan dengan penjualan dan
investasi. Metode analisis yang digunakan adalah menghitung rasio laba
tahunan dengan aset. Rasio ini sangat berguna untuk mengukur kinerja pada
satu periode. Model analisis yang digunakan dapat didefinisikan sebagai
berikut :
Atau
d. Benefit Cost Ratio
Benefit Cost Ratio merupakan rasio antara laba setelah pajak tehadap biaya.
Rasio ini membandingkan usaha yang diperoleh dengan jumlah biaya yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut. Formulasi yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Pendapatan bersih ROI =
Total aset
Pendapatan bersih ROI = Penjualan X (penjualan/aset total)
Pendapatan bersih B/C = Total biaya
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 13
e. Analisis Payback Period (PB)
Digunakan untuk mengetahui sampai sejauhmana kemampuan suatu proyek
investasi, untuk mengembalikan nilai investasi yang ditanamkan.
Formulasi yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
PB : Tahun Payback Periode
n(NPVi) : Awal tahun dimana nilai NPV mengalami perubahan dari negatif
ke NPV positif
Proceeds : Seluruh penerimaan tiap tahunnya
Cost : Seluruh nilai investasi dan biaya tiap tahunnya
NPV (+) : Nilai sekarang awal NPV positif
NPV (-) : Nilai sekarang akhir NPV negatif
3.3.4. Analisis Perbandingan Model
Analisis perbandingan model merupakan analisis yang membandingkan
antara model yang diinginkan yang sudah ditentukan dengan kondisi riil atau
kondisi eksisting di lapangan. Hal ini dilakukan untuk menemukan
kesenjangan (gap) dimana selanjutnya akan dihasilkan penilaian terhadap
perubahan yang dianggap menguntungkan.
Untuk dapat mengetahui tingkat kesenjangan antara kondisi harapan
dengan kondisi riil yang dihadapi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi
digunakan rumus sebagai berikut :
a. Tingkat Kesesuaian
Xi Tki = ------- x 100%
Yi
PB = n(NPVi) + x 12 bulan (proceeds - cost)
NPV (+) - NPV (-)
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 14
Keterangan :
Tki : Tingkat kesesuaian responden
Xi : Skor penilaian kondisi riil operasionalisasi mesin dapur induksi
Yi : Skor penilaian kondisi harapan operasionalisasi mesin dapur induksi
b. Skor Rata-rata
Keterangan :
_ X : Skor rata-rata kondisi riil operasionalisasi mesin dapur induksi _ Y : Skor rata-rata kondisi harapan operasionalisasi mesin dapur induksi N : Jumlah Responden
c. Rata-rata dari rata-rata skor
Keterangan :
= X : Rata-rata dari rata-rata skor kondisi riil operasionalisasi mesin
dapur induksi = Y : Rata-rata dari rata-rata skor kondisi harapan operasionalisasi
mesin dapur induksi K : Banyaknya variabel penilaian
_ ∑ Xi X = -------
n
_ ∑ Yi Y = -------
n
N _ = ∑i = 1Xi X = ------------
K
N _ = ∑i = 1Yi Y = ------------
K
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 15
Gambar 3.3.
Gap Analysis
Kinerja Yang
Diharapkan
Kinerja Eksisting
Kin
erja
Aspek/Variabel
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 1
GAMBARAN UMUM
4.1.1. Kondisi Fisik Kota Tegal
4.1.1.1. Letak Geografis dan Administratif
Kota Tegal terletak diantara 1090 08” – 1090 10” Bujur Timur serta 60 50”
300 – 60 53” Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah Kota Tegal adalah :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Tegal
Sebelah Barat : Kabupaten Brebes
Sebelah Timur : Kabupaten Tegal
Secara administratif, Kota Tegal terbagi ke dalam 4 kecamatan yang
meliputi 27 kelurahan. Yaitu :
a. Tegal Selatan, terdiri dari 8 kelurahan yaitu Kalinyamat Wetan, Bandung,
Debong Kidul, Tunon, Keturen, Debong Kulon, Debong Tengah dan
Randugunting.
b. Tegal Timur, terdiri dari 5 kelurahan yaitu Kejambon, Slerok, Panggung,
Mangkukusuman dan Mintaragen.
c. Tegal Barat, terdiri dari 7 kelurahan yaitu Pesurungan Kidul, Debong Lor,
Kemandungan, Pekauman, Kraton, Tegalsari dan Muarareja.
d. Margadana, terbagi menjadi 7 kelurahan yaitu Kaligangsa, Krandon,
Cabawan, Margadana, Kalinyamat Kulon, Sumurpanggang dan
Pesurungan Lor.
4.1. GAMBARAN UMUM KOTA TEGAL
BAB
4
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 2
Gambar 4.1.
Peta Administatif
4.1.1.2. Topografi
Berdasarkan topografinya Kota Tegal memiliki ketinggian dari permukaan
air laut 1 – 3 meter , dengan struktur tanah didominasi oleh tanah pasir dan tanah
liat. Topografi wilayah ini merupakan dataran rendah dengan hulu sungai ke Laut
Jawa. Tidak ada satupun kelurahan yang berada di lereng/puncak maupun
lembah. Sedangkan untuk keberadaan sungai, Kota Tegal dialiri empat sungai
yang melewati 16 kelurahan (59,26 persen). Empat sungai tersebut adalah
Ketiwon, Kaligangsa, Gung dan Kemiri.
4.1.1.3. Klimatologi
Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar
344,60 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada Bulan Juni dan
September dengan tidak ada hari hujan. Temperatur di sekitar ibukota Kota Tegal
antara siang dan malam, maupun antara kemarau dan penghujan tidak banyak
berbeda, berkisar 300 C.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 3
Tabel 4.1.
Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kota Tegal
No Bulan
Curah Hujan
(mm3)
Hari Hujan
1 Januari 344,60 21
2 Februari 384,70 17
3 Maret 232,00 15
4 April 114,10 15
5 Mei 72,50 8
6 Juni Ttu 0
7 Juli 10,10 4
8 Agustus 47,50 3
9 September Ttu 0
10 Oktober 1,50 1
11 November 14,20 1
12 Desember 227,60 17
Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2016
4.1.1.4. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Kota tegal pada tahun 2015 didominasi oleh
kegiatan pertanian baik pertanian lahan sawah sebesar 733,30 km2 dan pertanian
lahan bukan sawah sebesar 3224,70 km2. Secara keseluruhan penggunaan lahan
di Kota tegal dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2.
Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan
No Kecamatan Lahan
Sawah
Lahan
Bukan
Sawah
Jumlah
Persentase
1 Tegal Selatan 134,30 508,70 643,00 16,20
2 Tegal Timur 19,00 612,00 631,00 16,03
3 Tegal Barat 49,00 1459,00 1508,00 38,13
4 Margadana 531,00 645,00 1176,00 29,64
Jumlah 733,30 3224,70 3958,00 100,00
Sumber : Kota Tegal Tegal Dalam Angka 2016
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 4
4.1.2. Kondisi Makro Ekonomi
4.1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Kota Tegal terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Hal ini ditunjukan dengan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan
Kota tegal pada tahun 2015 sebesar Rp 8,95 triliun atau tumbuh sebesar 5,43 %
dibandingkan tahun 2014 yang hanya sebesar 5,03%.
Tabel 4.3.
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK
Lapangan Usaha Tahun
2014 2015
Pertanian, Kehutanan dan perikanan -1,87 2,68
Pertambangan dan penggalian 0,00 0,00
Industri pengolahan 7,48 6,15
Pengadaan listrik dan gas 3,18 -2,20
Pengadaan air, pengolahan sampah,
limbah dan daur ulang 3,03 1,63
Konstruksi 3,46 6,00
Perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan motor 4,43 4,14
Transportasi dan pergudangan 16,73 8,81
Akomodasi makanan dan minum 7,56 7,08
Informasi dan telekomunikasi 6,60 6,53
Jasa keuangan dan asuransi 2,08 5,64
Real Estate 5,43 6,10
Jasa Perusahaan 9,69 8,01
Administrasi pemerintah, pertahanan,
jaminan sosial wajib -1,61 4,56
Jasa pendidikan 9,75 7,08
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 13,29 7,05
Jasa lainnya 8,36 3,21
PDRB 5,03 5,43
Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2016
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 5
4.1.2.2. Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh besarnya
sumbangan atau peranan masing-masing sektor ekonomi dalam membentuk nilai
tambah PDRB. Dari struktur perekonomian tersebut dapat diketahui corak
perekonomian suatu daerah. Dalam tahun 2015 sektor perdagangan besar dan
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor mampu memberikan sumbangan nilai
tambah yang cukup besar bagi perekonomian Kota Tegal sebesar 28,34%.
Disusul sektor kontruksi dan industri pengolahan masing masing sebesar 16,84%
dan 15,06%. Peranan ketiga sektor ini sangat besar pengaruhnya dalam
penciptaan nilai tambah PDRB Kota Tegal.
Tabel 4.4.
Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen)
Lapangan Usaha Tahun
2014 2015
Pertanian, Kehutanan dan perikanan 5,34 5,25
Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan 14,71 15,06
Pengadaan listrik dan gas 0,15 0,14
Pengadaan air, pengolahan sampah,
limbah dan daur ulang 0,06 0,06
Konstruksi 16,74 16,84
Perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan motor 28,92 28,34
Transportasi dan pergudangan 4,02 4,17
Akomodasi makanan dan minum 5,54 5,59
Informasi dan telekomunikasi 4,96 4,90
Jasa keuangan dan asuransi 4,68 4,75
Real Estate 2,08 2,06
Jasa Perusahaan 0.36 0,38
Administrasi pemerintah, pertahanan,
jaminan sosial wajib 5,91 5,91
Jasa pendidikan 3,79 3,80
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1,45 1,47
Jasa lainnya 1,29 1,27
PDRB 100,00 100,00
Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2016
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 6
4.1.3. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kota Tegal pada tahun 2015 tercatat sebesar 246.119
jiwa. Kecamatan Tegal Timur adalah kecamatan dengan jumlah penduduk
terbesar yaitu sebesar 77.456 jiwa atau sekitar 31,47 persen dari total penduduk
Kota Tegal. Pada kecamatan ini juga memiliki kepatadatan penduduk tertinggi
dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu sebesar 12.179 jiwa setiap 1 km2 .
Tabel 4.5.
Banyaknya Penduduk dan Kepadatan
No Kecamatan Luas (Km2)
Banyaknya Penduduk
Kepadatan Per Km2
1 Tegal Selatan 6,43 59.115 9.194
2 Tegal Timur 6,36 77.456 12.179
3 Tegal Barat 15,13 63.634 4.206
4 Margadana 11,76 45.915 3.904
Jumlah 39,68 246.119 6.203
Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2016
4.2.1. Deskripsi Produk
Tegal sempat dijuluki sebagai Jepangnya Indonesia, Tegal mempunyai
beberapa industri pengecoran dan pengerjaan logam yang sengaja dibangun
pada Tahun 1940 untuk mencukupi kebutuhan peralatan perang bagi tentara
Jepang. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat mulai mendapat ketrampilan untuk
mengerjakan logam.
Industri perlogaman Kota Tegal memliki beberapa keunggulan komparatif
yang mendukung tetap eksisnya kegiatan usaha ini. Fleksibilitas diterapkan dalam
hal pelayanan yang berkaitan dengan permintaan diferensiasi dan produk
subtitusi yang dikehendaki konsumen.
Industri logam merupakan potensi unggulan Kota Tegal. Pengusaha
industri logam berskala menengah maupun yang berskala kecil mengelompok di
Kecamatan Tegal Timur, Tegal Barat dan Tegal Selatan. Melihat peluang pasar
yang semakin besar. Saat ini aktivitas usaha industri logam ini dibedakan atas
industri pengerjaan logam, industri pengecoran logam serta dok dan galangan
kapal.
4.2. GAMBARAN UMUM INDUSTRI LOGAM KOTA TEGAL
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 7
a. Industri Pengerjaan Logam
Industri pengerjaan logam menggunakan bahan baku dari berbagai macam
dari logam, aktivitas usaha industri kecil pengerjaan logam ini mampu
memproduksi berbagai macam produk dari mesin industri dan komponen
mesin hingga produk mur. Aktivitas usaha ini digerakkan oleh pengusaha
yang ulet dalam berusaha, kreatif dan inovatif sehingga mampu menciptakan
aneka rekayasa produk logam yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
diantaranya hand traktor , mesin pres hidraulic, mesin pengemas air mineral,
ranjang besi serta aksesoris interior atau eksterior bangunan. Produk industri
pengerjaan logam Kota Tegal mempunyai kulaitas yang mampu bersaing,
diproduksi untuk memenuhi kebutuhan regional maupun nasional.
b. Industri Pengecoran Logam
Industri pengecoran logam menggunakan bahan baku besi, aluminium,
kuningan, tembaga dan emas. Pengusaha industri pengecoran logam mampu
membuat berbagai macam produk berupa water pump, komponen mesin
industri, komponen kendaraan, komponen kapal, meja kursi taman dan juga
perhiasan dari emas untuk memnuhi kebutuhan lokal dan regional maupun
nasional. Dengan mengadakan kemitraan usaha dengan perusahaan di
Cirebon dan Semarang yang mempunyai ekspor ke beberapa negara di Asia
dan Eropa.
c. Dok dan Galangan Kapal
Aktivitas industri dok dan galangan kapal Kota Tegal mampu membuat aneka
jenis kapal baja berbagai ukuran, namun saat ini yang dibuat terbatas pada
kapal baja ukuran kecil (2000 DWT), lebih dari ukuran tersebut belum dapat
dilakukan mengingat kedalaman air laut di alur pelabuhan kurang memadai.
Kapal baja yang telah dibuat oleh perusahaan galangan kapal Kota Tegal
antara lain jenis Kapal Fery dan Kapal Keruk. Selain kapal baja, dibuat pula
kapal kayu dan jenis sopek, semi purseseine dan purseseine untuk keperluan
penangkapan ikan lepas pantai. Kesibukan dok dan galangan kapal sehari-
hari diramaikan oleh kegiatan perbaikan kapal baja atau kapal kayu. Adanya
dok dan galangan kapal ini sangat menunjang kelancaran operasional
kegiatan penangkapan ikan maupun kegiatan pengangkutan penumpang atau
barang perdagangan antar pulau di wilayah nusantara.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 8
4.2.2. Produksi
4.2.2.1. Jenis Produksi
Berikut jenis produksi logam di Kota Tegal dengan lokasi sentra industri
logam di Kecamatan Tegal Timur.
Tabel 4.6 Jenis Produksi Logam di Kota Tegal
No Nama Kelompok
Produk Nama Produk Lokasi Sentra
1 Komponen Otomotif Filter oil, knalpot, footstep Kelurahan kejambon,
mangkukusuman
2 Komponen Kapal Jendela kapal, pintu kapal, anchor, clamph
Kelurahan kejambon,
mangkukusuman
3 Komponen Pabrik Gula Komponen mesin giling Kelurahan kejambon
4 Komponen Traktor Tangan
Komponen dan mesin traktor tangan
Kelurahan kejambon
5 Komponen Listrik Box listrik
6 Komponen Aksesoris Rumah
Engsel, handle pintu, ornamen, pagar dll
Kelurahan kejambon dan Slerok
7 Peralatan Aksesoris Mesin rice mill, mesin pemotong bahan kerupuk, mesin pakan ikan (pelet), mesin penggiling tepung,
yang cukup besar mencapai Rp. 1,439 milyar. Anggaran ini juga untuk
pengadaan sarana dan prasaran proses produksi yang belum tersedia seperti
spectrometer, optical thermometer dan water cooling.
Hal ini juga sesuai dengan apa yang direkomendasikan oleh tenaga ahli (PT.
Prima Logam) yaitu :
7.2. REKOMENDASI
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VII - 3
a. Pembersihan seluruh peralatan
b. Pengetesan dan service seluruh komponen
c. Perangkaian kembali instalasi
2. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung
Selain upaya pengujian kembali, rencana revitalisasi mesin dapur induksi juga
perlu didukung dengan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat
memperlancar kegiatan operasionalisasi mesin dapur induksi maupun
pengelolaan limbah. Pemerintah daerah juga dapat menfasilitasi
pembangunan sarana dan prasarana pendukung yang mencapai Rp 2,49
milyar.
3. Penyusunan draft Kerjasama Pengelolaan
Draft kerjasama pengelolaan mesin dapur induksi (apabila dikelola oleh
Koperasi maupun Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan) perlu disusun
kembali yang dapat mengadopsi kepentingan dan kemampuan semua pihak
termasuk kewenangan dan tanggungjawab pengelola.
4. Fasilitasi permodalan
Biaya operasionalisasi mesin dapur induksi yang cukup besar yaitu Rp. 7,712
milyar perlu dicarikan alternatif pendanaan kepada pihak ketiga dalam hal ini
Lembaga Keuangan Bank maupun Non Bank atau dana-dana CSR dari
BUMN maupun BUMS untuk menutup kebutuhan biaya operasional.
5. Pengelolaan lingkungan hidup
Upaya pengelolaan lingkungan hidup perlu difokuskan pada pengelolaan
dampak kebisingan dan penanganan limbah padat sebagaimana harapan
masyarakat atas kemungkinan dampak operasionalisasi mesin dapur induksi
di Kota Tegal
KUESIONER
KAJIAN KELAYAKAN REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI
KOTA TEGAL
Kuisioner ini digunakan untuk mengkaji kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial terhadap rencana revitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal. Kuesioner ini disusun oleh CV. CITRA VASTU VIDYA bekerjasama dengan BAPPEDA Kota Tegal
DATA UMUM
Nama Responden
Instansi/Perusahaan/IKM/Masyarakat
Alamat RT/RW
Desa/Kel
Kecamatan
Tanda Tangan
KAJIAN KELAYAKAN REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI
KOTA TEGAL
( Lingkari kode huruf sesuai jawaban masyarakat / responden )
Nilai
LOKASI
1.1. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak kebisingan
dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Tidak ada
1.2. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak kualitas air
permukaan dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Tidak ada
1.3. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak limbah
padat dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Tidak ada
1.4. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak lingkungan
biologi dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Tidak ada
1.5. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak gangguan
lalu lintas dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Tidak ada
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
TEKNIS
2.1. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemudahan produksi logam
dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat sulit
b. Sulit
1
2
c. Cukup
d. Mudah
e. Sangat Mudah
3
4
5
EKONOMI
3.1. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi logam dengan keberadaan mesin dapur
induksi :
a. Sangat Sulit
b. Sulit
b. Cukup
c. Mudah
d. Sangat Mudah
3.2. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan peningkatan
efisiensi produksi logam dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat Kurang mendukung
b. Kurang Mendukung
c. Cukup Mendukung
d. Mendukung
e. Sangat Mendukung
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
SOSIAL
4.1. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan peningkatan
sarana dan prasarana soaial dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat Kurang mendukung
b. Kurang Mendukung
c. Cukup Mendukung
d. Mendukung
e. Sangat Mendukung
4.2. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan peningkatan
penyerapan tenaga kerja dengan keberadaan mesin dapur induksi :