Top Banner
PEMERINTAH KOTA TEGAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH (BP4D) KOTA TEGAL Jalan Ki Gede Sebayu No. 3 Tegal Telp / Faks. (0283) 351452 Kode Pos 52123 LAPORAN AKHIR Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi LOKASI KOTA TEGAL TAHUN ANGGARAN 2017 CV. CITRA VASTU VIDYA Jl. Dr. Cipto II No. 24 RT 01/I Kaligangsa – Kota Tegal Telp (0283) 310677, 081548029123 & 087830032400 E-mail : [email protected]
128

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Nov 11, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

PEMERINTAH KOTA TEGAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN DAERAH (BP4D) KOTA TEGAL Jalan Ki Gede Sebayu No. 3 Tegal

Telp / Faks. (0283) 351452 Kode Pos 52123

LAPORAN AKHIR

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

LOKASI KOTA TEGAL

TAHUN ANGGARAN 2017

CV. CITRA VASTU VIDYA

Jl. Dr. Cipto II No. 24 RT 01/I Kaligangsa – Kota Tegal

Telp (0283) 310677, 081548029123 & 087830032400

E-mail : [email protected]

Page 2: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

i

KATA PENGANTAR

Laporan Akhir Kajian Revitalisasi Mesin Dapur Induksi di Kota Tegal ini

disusun oleh CV. Citra Vastu Vidya bekerjasama dengan Badan Perencanaan

Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) Kota Tegal dalam

mewujudkan dokumen kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial sebagai

bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan terhadap rencana revitalisasi mesin

dapur induksi di Kota Tegal.

. Dalam Laporan Akhir ini telah dapat digambarkan kondisi umum pelaku

usaha Industri Kecil Menengah (IKM) logam di Kota Tegal dan kondisi eksisting

mesin dapur induksi. Hasil analisis kelayakan yang menyangkut aspek lokasi,

teknis, sosial juga ditampilkan untuk menilai kelayakan revitalisasi mesin dapur

induksi.

Untuk melengkapi dokumen kelayakan ini juga telah dihasilkan analisis

penerimaan masyarakat (stakeholder) terhadap kemungkinan dampak yang terjadi

dari keberadaan mesin dapur induksi di Kota Tegal. Dan pada bagian akhir dari

kajian ini telah dirumuskan strategi revitalisasi dan rekomendasi yang dapat

diimplementasikan seluruh stakeholder yang terlibat.

Kepada semua pihak dari dinas maupun instansi terkait yang telah

berpartisipasi dalam penyusunan buku Laporan Akhir ini, diucapkan terima kasih

atas perhatian dan kerjasamanya.

Tegal, Agustus 2017

CV. CITRA VASTU VIDYA

Page 3: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

ii

DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel vi

Daftar Gambar vii

BAB 1 PENDAHULUAN I – 1

1.1. Latar Belakang I – 1

1.2. Maksud I – 3

1.3. Tujuan dan Sasaran I – 3

1.4. Ruang Lingkup I – 3

1.5. Dasar Hukum Operasional I – 4

1.6. Sistematika I – 5

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS II – 1

2.1. Pembangunan Berkelanjutan II – 1

2.2. Pembangunan Industri II – 3

2.3. Mesin Dapur Induksi dan Tanur Busur Api

Pada Industri Pengecoran Logam II – 3

2.3.1. Metode Penggunaan Tanur Busur Api II – 4

2.3.1.1. Prinsip Dasar Pemanasan Dengan

Tanur Busur Api II – 4

2.3.1.2. Proses Peleburan Dengan Tanur Busur

Api II – 6

2.3.1.3. Peralatan Pendukung Pada Tanur Busur

Api II – 8

2.3.2. Metode Penggunaan Tanur/Dapur Induksi II – 9

2.3.2.1. Prinsip Dasar Pemanasan Dengan Tanur

Induksi II – 10

2.3.2.2. Proses Peleburan Dengan Tanur Induksi II – 12

2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Tanur Induksi

dibandingkan Tanur Busur Api II – 12

Page 4: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

iii

BAB 3 METODOLOGI III – 1

3.1. Pendekatan Umum III – 1

3.1.1. Identifikasi Pekerjaan III – 2

3.1.2. Alur Pikir Proses Penyelesaian Pekerjaan III – 2

3.2. Metode Pengumpulan Data III – 5

3.2.1. Jenis dan Sumber Data III – 5

3.2.2. Variabel Data III – 5

3.2.3. Jenis Dan Jumlah Sampel III – 6

3.3. Pengolahan Data III – 7

3.3.1. Analisis Lokasi Dapur Induksi III – 7

3.3.2. Analisis Teknis III – 8

3.3.2.1. Analisis Sarana dan Prasarana III – 8

3.3.2.2. Sistem Peralatan III -10

3.3.2.3. Sistem Pengelolaan III – 10

3.3.3. Analisis Kelayakan Finansial III – 11

3.3.4. Analisis Perbandingan Model III – 13

BAB 4 GAMBARAN UMUM IV – 1

4.1. Gambaran Umum Kota Tegal IV – 1

4.1.1. Kondisi Fisik Kota Tegal IV – 1

4.1.1.1. Letak Geografis dan Administratif IV – 1

4.1.1.2. Topografi IV – 2

4.1.1.3. Klimatologi IV – 2

4.1.1.4. Penggunaan Lahan IV – 3

4.1.2. Kondisi Makro Ekonomi IV – 4

4.1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi IV – 4

4.1.2.2. Struktur Ekonomi IV – 5

4.1.3. Kondisi Demografi IV – 6

4.2. Gambaran Umum Industri Logam Kota Tegal IV – 6

4.2.1. Deskripsi Produk IV – 6

4.2.2. Produksi IV – 8

4.2.2.1. Jenis Produksi IV – 8

4.2.2.2. Bahan Produksi IV – 8

4.2.2.3. Mesin Peralatan IV – 9

4.2.3. Sentra Industri Logam IV – 10

4.2.4. Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Logam IV – 12

4.3. Gambaran Umum Mesin Dapur Induksi Kota Tegal IV – 14

Page 5: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

iv

4.3.1. Sejarah Mesin Dapur Induksi IV – 14

4.3.2. Lokasi Mesin Dapur Induksi IV – 20

4.3.3. Tata Guna Lahan dan Bangunan IV – 21

4.3.4. Kondisi Lahan dan Bangunan IV – 22

4.3.5. Peralatan Tersedia IV – 23

4.3.6. Kondisi Konstruksi Mesin Dapur Induksi IV – 24

BAB 5 ANALISIS KELAYAKAN MESIN DAPUR INDUKSI V – 1

5.1 Kelayakan Lokasi V – 1

5.1.1. Analisis Kesesuaian Lokasi dengan RTRW Kota

Tegal V – 1

5.1.2. Analisis Dampak Operasionalisasi Mesin Dapur

Induksi V – 3

5.1.3. Analisis Pengelolaan Lingkungan Hidup V – 5

5.2. Kelayakan Teknis V – 8

5.2.1. Kelengkapan Sarana dan Prasarana V – 8

5.2.1.1. Kegiatan Utama/Proses Produksi V – 8

5.2.1.2. Kegiatan Penunjang V – 10

5.2.1.3. Kegiatan Lainnya V – 11

5.2.2. Manajemen Pengelolaan V – 11

5.2.2.1. Tenaga Kerja V – 11

5.2.2.2. Pengelolaan V – 11

5.3. Kelayakan Ekonomi V – 15

5.3.1. Aspek Pasar V – 15

5.3.2. Aspek Finansial V – 15

5.3.2.1. Perkiraan Pendapatan V – 16

5.3.2.2. Perkiraan Biaya V – 17

5.3.2.2.1. Biaya Revitalisasi Mesin Dapur

Induksi V – 17

5.3.2.2.2. Biaya Rekonstruksi Mesin Dapur

Induksi V – 17

5.3.2.2.3. Biaya Sarana dan Prasarana V – 18

5.3.2.2.4. Biaya Operasional V – 18

5.3.3. Kelayakan Finansial V – 19

5.3.3.1. Proyeksi Arus Kas V – 19

5.3.3.2. Kelayakan Finansial Mesin Dapur Induksi V – 27

5.4. Kelayakan Sosial V – 29

5.5. Penerimaan Masyarakat Terhadap Dampak V – 30

Page 6: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

v

BAB 6 STRATEGI REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI VI – 1

6.1. Strategi Pengembangan Produksi VI – 1

6.1.1. Pengujian Kembali Mesin Dapur Induksi VI – 1

6.1.2. Pengembangan Produksi Massal VI – 2

6.2. Strategi Pengembangan Pasar VI – 3

6.2.1. Pengembangan Kemitraan Pasar VI – 3

6.2.2. Pengembangan Promosi Produk/Jasa VI – 4

6.3. Strategi Pengembangan Permodalan VI – 5

6.4. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia VI – 5

6.5. Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup VI – 6

BAB 7 PENUTUP VII – 1

7.1. Kesimpulan VII – 1

7.2. Rekomendasi VII – 2

LAMPIRAN

Page 7: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

vi

DAFTAR TABEL

Keterangan Halaman

3.1. Variabel Data III – 6

3.2. Jumlah Sampel III – 7

4.1. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan IV – 3

4.2. Luas Penggunaan Lahan menurut Kecamatan IV – 3

4.3. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha (ADHK) IV – 4

4.4. Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha IV – 5

4.5. Banyaknya Penduduk dan Kepadatan IV – 6

4.6. Jenis Produk Logam di Kota Tegal IV – 8

4.7. Bahan Baku Industri Logam Tegal IV – 9

4.8. Mesin dan Peralatan Industri Logam Kota Tegal IV – 10

4.9. Sentra Industri Kecil dan Menengah Logam Kota Tegal IV – 11

4.10. Rincian Tata Guna Bangunan IV – 22

4.11. Peralatan Tersedia IV – 23

5.1. Kesesuaian Lokasi Mesin Dapur Induksi dengan Peraturan Zonasi V – 2

5.2. Dampak Kualitas Udara dan Kebisingan V – 3

5.3. Dampak Kualitas Air Permukaan V – 4

5.4. Dampak Limbah Padat V – 4

5.5. Dampak Lingkungan Biologi V – 5

5.6. Dampak Gangguan Lalu Lintas V – 5

5.7. Pengelolaan Lingkungan Hidup V – 6

5.8. Sarana dan Prasarana Proses Produksi V – 9

5.9. Sarana dan Prasarana Penunjang V – 10

5.10. Kebutuhan Tenaga Kerja V – 11

5.11. Kelebihan dan Kekurangan Pengelola mesin Dapur Induksi V – 14

5.12. Harga Produk Industri Logam V – 16

5.13. Biaya Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi V – 17

5.14. Biaya Sarana dan Prasarana Revitalisasi Mesin Dapur Induksi V – 18

5.15. Biaya Produksi Mesin Dapur Induksi V – 19

5.16. Biaya Non Produksi Mesin Dapur Induksi V – 19

5.17. Proyeksi Arus Kas (Produksi Optimis) V – 21

5.18. Proyeksi Arus Kas (Produksi Moderat) V – 23

5.19. Proyeksi Arus Kas (Produksi Pesimis) V – 25

5.20. Tingkat Kelayakan Finansial Revitalisasi Mesin Dapur Induksi V – 26

Page 8: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

vii

5.21. Dampak Peningkatan Sarana dan Prasarana Sosial V – 29

5.22. Dampak Peningkatan Pesempatan Kerja dan Peluang Berusaha V – 30

5.23. Penerimaan Masyarakat Terhadap Dampak V – 31

Page 9: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

viii

DAFTAR GAMBAR

Keterangan Halaman

2.1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan II – 2

2.2. Tanur Induksi II – 11

3.1. Alur Proses Penyelesaian Pekerjaan III – 4

3.2. Gap Analysis III – 15

4.1. Peta Administratif IV – 2

4.2. Jumlah IKM Kecamatan Tegal Timur IV – 12

4.2. Jumlah IKM Kecamatan Margadana IV – 12

4.4. Jumlah IKM Kecamatan Selatan IV – 13

4.5. Jumlah IKM Kecamatan Tegal Selatan IV – 13

4.6. Lokasi Mesin Dapur Induksi IV – 21

4.7. Bangunan Mesin Dapur Induksi IV – 22

4.8. Peralatan Tersedia IV – 24

5.1. Rencana Pola Ruang Kota Tegal V – 2

5.2. Proses Produksi Mesin Dapur Induksi V – 9

5.3. Pangsa Pasar Mesin Dapur Induksi V – 15

5.4. Tingkat Kesenjangan Penerimaan Masyarakat V – 32

Page 10: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

I - 1

PENDAHULUAN

Globalisasi dan terbukanya pasar global membuat kondisi persaingan

usaha semakin ketat. Hal ini karena globalisasi dan perdagangan bebas menuntut

pelaku usaha untuk memproduksi barang ke tingkat efisiensi dan produktivitas

yang paling tinggi dalam mendapatkan daya saing untuk masuk ke pasar global.

Kondisi ini tentunya membawa konsekuensi pada upaya meningkatkan

produktivitas agar pelaku industri ini mampu mengelola sistem produksi dengan

baik, meningkatkan efisiensi sumber daya yang digunakan, meningkatkan kualitas

produk dan memenuhi target permintaan konsumen.Secara positif, peluang yang

timbul dari perdagangan bebas tersebut adalah makin terbukanya pasar

internasional bagi hasil-hasil produksi dalam negeri, terutama produk yang

memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Dampak globalisasi nyatanya tidak hanya berpengaruh pada industri-

industri besar yang ada di kota-kota besar saja, namun terasa juga di kota-kota

kecil. Seperti yang terjadi di Kota Tegal, banyak industri di Kota Tegal yang

akhirnya mau tak mau harus siap berhadapan dengan tantangan adanya

perdagangan bebas sebagai dampak globalisasi tersebut.

Salah satu produk industri andalan Kota Tegal adalah produk kerajinan

logam, khususnya pembuatan barang-barang yang terbuat dari logam, baik

alumunium, kuningan, tembaga, maupun besi. Potensi Industri Kecil Menengah

(IKM) logam di Kota Tegal ini terbilang sangat besar, hal ini bisa dilihat dari

banyaknya jumlah IKM logam yang ada kurang lebih 126 unit usaha dengan

penyerapan tenaga kerja mencapai 535 orang. Kerajinan logam di Kota Tegal

yang telah mengalami masa kejayaan di tahun 1982 dengan diresmikannya

Lingkungan Industri Kecil (LIK) Talang Cempaka Baru (Takaru) dalam

BAB

1

1.1. LATAR BELAKANG

Page 11: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

I - 2

perkembangannya semakin tergeser. Hal ini karena teknologi yang digunakan

masih menggunakan teknologi kuno, sudah tidak sesuai dengan perkembangan

zaman. Barang-barang yang dihasilkan pun bermutu rendah, mudah keropos dan

mudah patah.

Melihat kenyataan diatas, pada tahun 2007 melalui Departemen

Perindustrian, Pemerintah Kota Tegal mendapatkan bantuan peralatan Dapur

Induksi. Penggunaan dapur induksi pada industri pengecoran logam memiliki

beberapa kelebihan antara lain hasil peleburan yang bersih, mudah dalam

mengatur dan mengendalikan temperature/suhu, komposisi cairan homogen, dan

dapat digunakan untuk melebur berbagai jenis material.Sebagai pendampingan

bantuan tersebut, Pemerintah Kota Tegal juga menyediakan gedung, Generator

set kapasitas 350 kva, Travo 460 v, hois crane yang konstruksinya berkapasitas

1000 kg.

Pada tahun 2012 dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah No : 4/2012

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, maka kegiatan industri harus dialihkan ke

wilayah peruntukan industri. Selanjutnya agar tidak menyalahi aturan maka pada

tahun 2013 melalui APBD Kota Tegal, Pemerintah Kota Tegal membangun

kembali gedung Dapur Induksi seluas ± 400 m dengan dana sebesar Rp

539.000.000 dan semua peralatan Dapur Induksi pun dipindahkan ke lokasi baru

yang berada di Jalan Mataram Kelurahan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat.

Sejak dibangun gedung Dapur Induksi yang baru dari yang semula

berlokasi di Jalan Cempaka Nomor 17 oleh Pemerintah Kota Tegal sekaligus

pemindahan Dapur Induksi dan peralatan lain, sampai saat ini Dapur Induksi

belum bisa dioperasikan. Padahal jika Dapur Induksi sudah beroperasi akan

sangat membantu IKM logam, mengingat sebagian besar IKM logam di Kota

Tegal masih menggunakan Dapur Tradisional.

Melalui Kajian Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal merupakan

bentuk upaya Pemerintah Kota Tegal dalam merencanakan revitalisasi mesin

dapur induksi yang layak berdasarkan kebijakan lokasi dan teknis yang ada,

mampu memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat.

Page 12: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

I - 3

Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal ini

dimaksudkan untuk menyediakan dokumen kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi

dan sosial sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan terhadap

rencana revitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal.

Tujuan Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal ini

adalah :

a. Mengidentifikasikan kondisi riil dan permasalahan mesin dapur indusksi di

Kota Tegal.

b. Menganalisis kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial dalam

merevitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal.

c. Merumuskan strategi revitalisasi mesin dapur induksi dalam jangka pendek,

menengah, dan panjang.

Sedangkan sasaran yang hendak dicapai adalah :

a. Teridentifikasinya informasi tentang isu-isu strategis bagi berlangsungnya

operasionalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal.

b. Meningkatnya pengelolaan lingkungan hidup sebagai dampak dari

keberadaan mesin dapur induksi di lokasi yang baru.

c. Meningkatnya produksi dan produktivitas industri logam yang memiliki

keunggulan kompetitif dan komparatif.

d. Sebagai bahan pengambilan kebijakan bagi Pemerintah Daerah Kota Tegal

terkait revitalisasi mesin dapur induksi yang berkelanjutan.

Ruang lingkup Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota

Tegal dibatasi pada beberapa pokok bahasan, antara lain :

a. Lingkup Lokasi

1) Lingkup lokasi dan teknis dibatasi pada komponen lingkungan di sekitar

lokasi kegiatan yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan.

1.2. MAKSUD

1.3. TUJUAN DAN SASARAN

1.4. RUANG LINGKUP

Page 13: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

I - 4

2) Lingkup ekonomi meliputi seluruh sentra Industri Kecil Menengah (IKM)

Logam sebagai pelaku usaha yang terkena dampak ekonomi atas

keberadaan mesin dapur induksi Kota Tegal

3) Lingkup sosial meliputi seluruh masyarakat Kota Tegal yang secara

langsung maupun tidak langsung terkena dampak sosial atas keberadaan

mesin dapur induksi Kota Tegal

b. Lingkup Materi

Sedangkan lingkup materi dalam Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur

Induksi Kota Tegal dibatasi pada :

1) Kelayakan Lokasi dan Teknis

Menyangkut variabel demand and supplay penggunaan lahan existing

yang ada dengan didasarkan pada kebijakan rencana tata ruang wilayah

pengelolaan lingkungan hidup Kota Tegal.

2) Kelayakan Ekonomi

Menyangkut variabel manfaat ekonomi dari kegiatan operasional mesin

dapur induksi Kota Tegal bagi pelaku usaha logam di Kota Tegal.

3) Kelayakan Sosial

Menyangkut variabel manfaat sosial dari kegiatan operasional mesin

dapur induksi Kota Tegal bagi masyarakat di Kota Tegal.

a. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan

Nasional

c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025

d. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

e. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan

Menengah

f. Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

1.5. DASAR HUKUM OPERASIONAL

Page 14: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

I - 5

g. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian

h. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

i. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air.

j. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara.

k. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Rencana

Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035

l. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 78/M-IND/PER/9/2007 tentang

Peningkatan Efektivitas Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Melalui

Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One Village One Product – OVOP) di

Sentra

n. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2005 – 2025.

o. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 18 Tahun 2008 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tegal Tahun 2005 – 2025;

p. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011 – 2031;

q. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tegal Tahun 2013 – 2018;

Sistematika Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

ini disusun berdasarkan pokok bahasan dari rencana penyelesaian pekerjaan

yaitu :

BAB I. PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang

lingkup pekerjaan, dasar hukum operasional serta sistematika

penyusunan.

1.6. SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Page 15: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

I - 6

BAB II. KEBIJAKAN DAN KONSEP

Berisi tentang kebijakan pembangunan industri yang berkelanjutan baik

dari sisi teknis, ekonomi maupun sosial, serta konsep pengecoran

logam dengan metode induksi.

BAB III. METODOLOGI

Berisi tentang identifikasi pekerjaan, alur pikir proses penyelesaian

pekerjaan, metode pengumpulan dan jenis data serta perencanaan

metode analisis yang digunakan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM

Berisi tentang gambaran umum lokasi dan mesin dapur induksi, sentra

Industri Kecil Menengah (IKM) Logam serta kondisi sosial masyarakat

Kota Tegal.

BAB V. ANALISIS KELAYAKAN MESIN DAPUR INDUSKSI

Berisi tentang analisis kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial

dalam revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal.

BAB VI. STRATEGI REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI KOTA TEGAL

Berisi tentang strategi dan kebijakan revitalisasi mesin dapur induksi

dalam rangka pengembangan sentra logam Kota Tegal.

BAB VII. PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi Kajian Kelayakan

Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal.

Page 16: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 1

KEBIJAKAN DAN KONSEP

Konsep pembangunan berkelanjutan pada dasarnya menekankan pada

konsep pembangunan ekonomi, kualitas lingkungan dan kesetaraan sosial. Jadi

pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang akan

memenuhi kebutuhan generasi sekarang dengan tetap mempertimbangan

kebutuhan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Ketiga

dimensi dari pembangunan berkelanjutan ini disebut sebagai the triple

bottom line. Ketiga dimensi ini harus mendapatkan perhatian yang sama dan tidak

akan berguna jika dilaksanakan sendiri-sendiri.

Oleh karena itu pembangunan atau pemanfaatan sumberdaya alam yang

lestari yang dapat dirasakan tidak hanya generasi sekarang tapi juga generasi

yang akan datang menjadi sangat penting. Ide utama dari kelestarian adalah

keputusan penggunaan sumberdaya alam sekarang tidak menyebabkan

perusakan terhadap kualitas hidup generasi yang datang. Ide di atas menekankan

pada konsep ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk

pembangunan yang lestari atau berkelanjutan. Pendekatan ekologi berarti

menjaga ketahanan dan kekokohan sistem biologi dan fisika. Pembangunan

berkelanjutan berarti menjaga proses ekologi yang penting dan sistem pendukung

kehidupan, seperti menjaga keaneka-ragaman genetik dan pemanfaatan

ekosistem yang berkelanjutan.

Tiga pendekatan untuk pembangunan berkelanjutan, yaitu (1) ekonomi –

memaksimumkan pendapatan dengan tetap menjaga atau meningkatkan

sumberdaya; (2) ekologi – menjaga perusakan dan gangguan terhadap sistem

BAB

2

2.1. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Page 17: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 2

biologi dan fisik lingkungan; dan (3) sosial buadaya – menjaga stabilitas sistem

sosial dan budaya.

Dalam pendekatan ekonomi, selalu diusahakan peningkatan efisiensi, agar

pemanfaatan sehemat-hematnya sumberdaya akan memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya dengan tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan. Dalam

pendekatan ekologi stabilitas, keaneka-ragaman dan gangguan lingkungan harus

terus dipantau sehingga kerusakan lingkungan akan terus dapat diminimalkan.

Pendekatan sosial budaya dengan melakukan pemberdayaan terhadap

masyarakat, selalu menjaga kesetaraan dan mengurangi kesenjangan dalam

masyarakat dan akhirnya menjaga stabilitas kondisi sosial budaya dalam

masyarakat.

Gambar 2.1.

Konsep Pembangungan Berkelanjutan

Produktif

Ramah Lingkungan Menguntungkan Secara

Sosial Ekonomi

ASPEK TEKNOLOGI

PRODUKSI

ASPEK SOSIAL DAN

EKONOMI

ASPEK SDA DAN

LINGKUNGAN

Page 18: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 3

Untuk kriteria yang dapat digunakan untuk melihat keberlanjutan suatu

kegiatan industri dapat menggunakan 5 kriteria keberlanjutan. Kriteria tersebut

adalah produktifitas sumberdaya radikal, investasi pada sumberdaya alam, desain

yang berwawasan lingkungan, jasa dan arus ekonomi dan konsumsi yang

bertanggung-jawab.

Kriteria yang pertama menunjukkan penggunaan sumberdaya alam yang

diusahakan agar semakin efisien, sehingga sumberdaya lebih maksimal

digunakan dan laju penggunaan sumberdaya dapat ditekan walaupun tetap

memenuhi kebutuhan manusia.

Kriteria kedua menunjukkan bahwa industri menggunakan, memelihara dan

meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

Kriteria ketiga, industri terus mengusahakan untuk meminimalkan membuang

limbahnya ke lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan

pengolahan limbah dan penggunaan kembali limbah.

Kriteria keempat menunjukkan industri akhirnya akan meningkatkan jasanya,

tidak hanya memproduksi barang. Jika produk dari industri sudah tidak

digunakan, maka industri akan mengumpulkannya kembali untuk didaur ulang

dan dikembalikan ke proses produksi.

Dan kriteria kelima menyangkut konsumsi, industri mempunyai tanggung

jawab untuk memberikan informasi kepada konsumen untuk memanfaatkan

produknya dengan baik dan bertanggungjawab terhadap produk yang sudah

dapat dimanfaatkan kembali agar tidak hanya menambah limbah padat yang

dibuang ke lingkungan.

Pembuatan baja dalam dapur listrik merupakan cara yang paling baik dan

menguntungkan dibandingkan dengan cara-cara lainnya. Prinsip kerja dapur listrik

adalah energi listrik diubah dengan bermacam-macam cara menjadi energi panas

untuk memanaskan dan mencairkan logam.

2.2. PEMBANGUNAN INDUSTRI

2.3. MESIN DAPUR INDUKSI DAN TANUR BUSUR API PADA INDUSTRI

PELEBURAN LOGAM

Page 19: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 4

Pembuatan baja dalam dapur listrik mempunyai banyak keunggulan yaitu :

Temperatur yang dicapai cukup tinggi (dapat mencapai 2000oC) sehingga

mampu untuk mencairkan logam-logam paduan yang titik cairnya tinggi,

misalnya paduan chrom, molybdenum, nikel, tungsten dan lain-lain.

Bekerja dengan menghasilkan terak yang banyak (sampai 55 - 60% CaO),

lagi pula dapat menghilangkan unsur-unsur yang merugikan terhadap sifat-

sifat baja seperti Phosfor (P) dan Sulfur (S).

Terutama pada induction furnace akan diperoleh deoksidasi dan degasifikasi

dari pada baja.

Menghasilkan cairan dengan kualitas tinggi dan efisiensi yang tinggi dengan

material yang hilang terbakar yang minimum serta kemudahan dalam

pengendalian temperatur cairan logam

Sedangkan kekurangan pembuatan baja dari dapur induksi antara lain :

Harga pengadaan tanur yang mahal (investasi yang besar)

Biaya energi yang tinggi merupakan kekurangan dalam penggunaan tanur

listrik.

2.3.1. Metode Penggunaan Tanur Busur Api

2.3.1.1. Prinsip Dasar Pemanasan Dengan Tanur Busur Api

Tanur ini digunakan untuk proses peleburan, pemurnian dan untuk proses

penahanan cairan logam pada temperatur tertentu (holding furnace). Tanur ini

biasanya memiliki kapasitas untuk menampung cairan logam sebanyak 5 – 25

ton. Keuntungan dari penggunaan tanur busur api adalah:

Busur api yang terbentuk merupakan sumber panas tanpa resiko terkena

kontaminasi, sehingga kemurnian cairan logam dapat terjaga.

Penggunan panas dapat dikendalikan dengan mudah

Efisiensi panas sangat baik sekitar 70%, disamping muncul biaya yang tinggi

akibat kebutuhan listrik merupakan kerugian dari penggunaan tanur jenis ini.

Lapisan udara diatas cairan logam mudah untuk dikendalikan

Kehilangan (losses) bahan paduan seperti crom, nikel, dan tungsten yang

rendah.

Page 20: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 5

Material logam dapat mencair karena adanya elektroda yang dihubungkan

dengan rangkaian listrik (electrical circuit) yang akan membentuk suatu busur api

yang akan mencairkan logam. Tanur busur api menggunakan tiga buah elektrode

yaitu sesuai dengan jumlah phase dari aliran listrik yang digunakan. Arus yang

digunakan adalah arus bolak-balik 3 phase ( 3 alternating current). Pada tanur

busur api ini bahan isian akan dipanaskan dan dicairkan oleh adanya radiasi dari

busur listrik (electric arc) yang terjadi antara electrode-electrode yang digunakan.

Pada instalasi tanur busur api ini digunakan step-down transformer yang berguna

menurunkan tegangan (voltage) aliran listrik yang tinggi yang akan digunakan

memanaskan dan mencairkan bahan isian.

Tanur busur api memiliki lapisan baja berbentuk silinder dengan landasan

berbentuk lengkung atau datar yang ditopang rol penahan yang memungkinkan

tanur untuk dimiringkan. Sebagai gambaran, tanur busur api yang memiliki

kapasitas 10 ton memiliki diameter luar sebesar 3 meter, diameter dalam bahan

tahan api sebesar 2,4 meter, tinggi 2,25 meter dan memiliki lapisan baja setebal

25 mm , sedangkan power input sebesar 850 kva sampai dengan 30.000 kva.

Prinsip dasar pemanasan material pada tanur busur api adalah panas

timbul akibat adanya tahanan (resistansi) saat arus listrik mengalir. Dalam hal ini,

logam yang dimuatkan dalam tanur yang akan memberikan tahanan terhadap

arus listrik. Saat logam mencair, terak akan memberikan tahanan pada aliran arus

listrik. Untuk mempertahankan pemberian panas saat logam telah mencair,

elektroda harus diangkat sehinnga elektroda tersebut hanya menyentuh

permukaan lapisan terak.

Panas dihasilkan oleh loncatan electron (busur api) dengan aliran listrik

dengan adanya aliran listrik ini maka, akan menimbulkan aliran induksi dalam

cairan yang akan menyebabkan terjadinya gerak cairan,sehingga homogenisasi

cairan dapat terjadi. Elektodenya dibuat dari bahan Carbon atau grafit dimana

elektrode dari bahan grafit lebih menguntungkan sebab lebih tahan terhadap

temperatur tinggi. Ketiga elektrode yang digunakan, semakin lama akan semakin

pendek di bagian ujung bawahnya disebabkan panas yang terjadi pada ujung

tersebut. Pada saat operasi/bekerja, ketiga elektrode diturunkan secara bersama

sama hingga menyinggung bahan isian. Agar terbentuk busur api, tiga elektroda

dipasang secara vertical dalam formasi segitiga.

Page 21: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 6

Elektroda dikelilingi pendingin dan penutup untuk mendinginkan dan

mengurangi gas yang keluar lewat elektroda. Ketiga elektroda yang digunakan

dapat dinaikan atau diturunkan secara otomatis dengan menggunakan perangkat

pengendali listrik atau hidrolik. Sistem kendali manual dan otomatis digunakan

untuk menaikkan, menurunkan, dan menggeser elektroda saat proses peleburan

berlangsung. Jika elektrode tersebut sudah pendek, perlu diganti yang baru.

Proses Pemuatan Saat proses pemuatan penutup tanur dibuka, dan

setelah material dimuatkan kedalam tanur, kemudian penutup ditutup kembali,

elektroda diturunkan , dan aliran listrik diberikan. Elektroda diturunkan sampai

dasar sampai cairan logam mulai terkumpul dan mulai naik. Elektroda kemudian

dinaikan secara bertahap seiring dengan kenaikan permukaan cairan logam.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari proses peleburan dengan

menggunakan tanur busur api dapat dicapai dengan melakukan proses

perencanaan dan pengendalian pemuatan yang baik. Secara umum komposisi

pemuatan adalah sebagai berikut :

Bahan baku dengan ukuran besar/tebal sebanyak 40%

Bahan baku dengan ukuran medium sebanyak 40%

Bahan baku dengan ukuran kecil sebanyak 20%

Penggunaan sistem saluran dengan ukuran yang besar ( tebal ) akan

mengakibatkan proses peleburan menjadi semakin lama. Pemuatan bahan baku

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Distribusikan bahan baku pada seluruh permukaan tanur

Hindari bahan baku yang terkumpul dibawah elektroda

Akan lebih mudah apabila bahan baku dengan ukuran kecil diletakan diatas

bahan baku yang besar/tebal.

2.3.1.2. Proses Peleburan Dengan Tanur Busur Api

Proses peleburan baja dengan tanur busur api terbagi menjadi dua proses,

yaitu proses terak asam dan proses terak basa. Terak asam pada dasarnya

mengandung Silika yang terdapat dalam ikatan ikatan kimia FeMnS (iron

manganese silicate).Terak ini terbentuk akibat reaksi oksidasi. Pada tahapan ini

terjadi proses pemurnian dari cairan logam yang dilakukan dengan pengendalian

dalam penghilangan (reduksi) beberapa unsur seperti carbon, mangan dan silicon

Page 22: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 7

melalui proses oksidasi. Proses penghilangan phosphor dan sulfur sulit dilakukan.

Pengontrolan kandungan kedua unsur tersebut hanya dapat dilakukan dengan

pemilihan secara ketat bahan yang dimuat, dimana bahan yang dimuat harus

memiliki kandungan rendah dari kedua unsur tersebut.

Pada proses terak basa, perhatian pada kandungan sulfur dan phosphor

tidak perlu dilakukan selama kedua unsur tersebut dapat dikurangi/dihilangkan

dengan pemilihan material yang tepat. Pada peleburan baja paduan, dapat

dilakukan dengan melakukan pemuatan menggunakan bahan baku dengan

kandungan karbon yang rendah, dan untuk mencapai kandungan kimia akhir

dilakukan dengan menambahkan bahan paduan.

Pada tahap ini untuk pengikatan terak dilakukan dengan penambahan bijih

besi dan batu kapur yang ditambahkan pada saat pemuatan awal atau pada saat

bahan baku telah mencair. Penambahan bijih besi dan batu kapur saat awal

proses peleburan dapat mengakibatkan hilangnya unsur phosphor. Yang harus

diperhatikan pada pemberian bijih besi dan batu kapur adalah :

Kedua bahan tersebut dapat memperlambat proses peleburan

Hindari saat pemasukan kedua bahan tersebut dibawah busur api yang juga

akan merusak elektroda.

Pemberian bijih besi tergantung dari kebersihan skrap yang digunakan

Pemberian batu kapur bervariasi, berkisar antara 2% - 5 % dari total bahan

baku yang digunakan, tergantung dari kandungan sulphur dan phosphor yang

akan dihilangkan. Komposisi aktual dari terak yang terbentuk pada saat

pendidihan tergantung dari kandungan carbon pada cairan logam serta

proses desulphurisasi dan dephosporisasi.

a. Tahap Pencarian

Yaitu tahap pertama peleburan dimana bahan baku pada diubah menjadi

material cair hingga temperature 15500C – 16000C. Disini reaksi-reaksi dalam

terhadap elemen-elemen yang dikandungnya (C, Mn, S, Si, P, Cr) mulai

berlangsung dengan pembubuhan besi oksid , sebagai pereaksi.

Fe3O4 -----------> 4 FeO

Fe2O3 -----------> 3 FeO

Perhatikan persamaan-persamaan reaksi berikut ini :

Page 23: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 8

• C + FeO -----------> Fe + CO ( belum terjadi pendidihan )

• Si + 2 FeO -----------> SiO2 + 2 Fe

• Mn + FeO -----------> MnO + Fe ( terjadi pada temperatur relative rendah )

• 2 P + 5 FeO -----------> 5 Fe + P2O5

• 2 Cr + 3 FeO -----------> Cr2O3 + 3 Fe

Tahap ini berlangsung selama 1,5 jam dan diakhiri dengan pembuangan

terak.

b. Tahap Pembersihan

Dilakukan dengan pembubuhan bahan pembawa CaO dan FeO sebanyak 3%

- 4% dari seluruh berat bahan baku. Pada temperatur tinggi, reaksi C + FeO --

--> Fe + CO akan mengakibatkan terjadi pendidihan. Penambahan CaO akan

terjadi pengikatan elemen Cr, V, Ni, W, Al, Zn dan B menjadi terak. Lama dari

tahap ini sekitar 30 menit setelah pembersihan ini akan menghasilkan :C turun

sampai 0,5%, Si < 0,1%, Mn < 0,1%, P = 0,02 %, S = 0,04 %, Cairan

mengandung O2 yang tidak mengambil kotoran ( tidak ada yang dioksidasi ).

c. Tahap Penyelesaian

Tujuan tahap ini adalah untuk :

• Menyingkirkan O2 dari cairan

• Penataan susunan komposisi

• Desulfurisasi akhir

• Pencapaian temperature ideal untuk penuangan

• Penyingkiran sisa-sisa deoksidasi

• Deoksidasi akhir

Pada tahap ini temperature dinaikan hingga 16500C – 17000C, dan

membutuhkan waktu sekitar 30 menit.

2.3.1.3. Peralatan Pendukung Pada Tanur Busur Api

Peralatan pendukung pada tanur busur api antara lain :

a. Pendingin air, digunakan pada tanur busur api untuk mendinginkan bagian-

bagian penting dari tanur, yaitu: pemegang, lengan dan penjepit elektroda,

bagian penutup tanur, aerah sekitar pintu

b. Peralatan preheating (pemanasan awal) material yang akan dilebur, dilakukan

dengan menggunakan gas alam atau bahan bakan cair lainnya, akan

Page 24: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 9

mengurangi penggunaan energi listrik saat proses peleburan. Dengan

dilakukan pemanasan awal akan mengurangi waktu peleburan serta akan

mengurangi oksida – oksida dari bahan baku yang kemudian akan

memperpanjang usia bahan pelapis tanur dan elektroda.

c. Penghisap debu dan asap, sebagai peralatan pendukung pada tanur busur

api:

Ventilasi (saluran udara) digunakan untuk memisahkan debu dan asap

Pengisap debu dan asap yang di pasang langsung diatas tanur

Penghisap debu dan asap yang menutupi permukaan tanur

Penghisap debu dan asap berbentuk canopy

2.3.2. Metode Penggunaan Tanur Induksi

Secara umum tanur induksi digolongkan sebagai tanur peleburan (melting

furnace) dengan frekuensi kerja jala-jala (50 Hz) sampai frekuensi tinggi (10000

Hz) dan tanur penahan panas (holding furnace) yang bekerja pada frekuensi jala-

jala. Prinsip kerja induction furnace hampir sama dengan kerja transformator,

dimana ada lilitan litsrik berfrekuensi tinggi, maka akan didapatkan/timbul arus

induksi dalam lilitan sekunder yang terdiri dari crucible dan isian logam cair.

Arus induksi memanaskan dan mencairkan bahan isian. Pemilihan

frekuensi kerja tanur peleburan sangat erat hubungannya dengan material yang

dilebur maupun kapasitas peleburan, mengingat frekuensi kerja tersebut akan

mengakibatkan terjadinya gejolak cairan (stiring) selama proses peleburan

dengan tinggi puncak yang berbeda-beda. Sedangkan semakin tinggi frekuensi

kerja maka akan naik pula kapasitas peleburan. Dengan demikian kompromi

antara kebutuhan kapasitas dengan akibat yang akan ditimbulkan oleh gejolak

cairan terhadap material perlu dilakukan.

Tanur penahan panas berfungsi sebagai tempat penyimpanan cairan,

sehingga memerlukan daya yang relative kecil namun memiliki kapasitas yang

sangat besar. Proses peleburan dengan menggunakan tanur jenis ini dapat

dilakukan, namun harus selalu diawali dengan bahan cair dan pemasukan bahan

padat yang dihitung sedemikian rupa agar tidak terjadi pembekuan didalam tanur.

Page 25: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 10

2.3.2.1. Prinsip Dasar Pemanasan Dengan Tanur Induksi

Prinsip pemanasan pada benda yang diletakkan diantara medan

electromagnetic arus bolak-balik akan ditembus oleh medan listrik induksi

mengakibatkan naiknya temperatur bahan. Laju kenaikkan temperature akan

berbeda-beda untuk setiap jenis maupun ukuran bahan sebab resistansi dari

setiap bahan tersebut berbeda.

Sebatang silinder logam diletakan pada sebuah kumparan yang dialiri arus

bolak-balik, maka medan magnet yang terbentuk oleh kumparan akan

menimbulkan arus induksi pada silinder logam. Silinder logam menjadi panas oleh

energi panas joule yang timbul akibat lompatan electron dari arus induksi yang

terhambat oleh resistansi dari logam.

Pada pemanasan dengan induksi gelombang magnetis dipancarkan dari

kumparan kepermukaan benda serta menembus benda tersebut hingga

kedalaman tertentu, maka sepanjang penampang medan magnit ini akan timbul

arus induksi.

Dilihat dari prinsip kerjanya maka tanur induksi dikategorikan menjadi :

• Tanur induksi saluran

• Tanur induksi krus

Pada umumnya tanur induksi saluran digunakan sebagai alat penahan

panas cairan (holding furnace), sedangkan untuk keperluan peleburan tanur

induksi yang digunakan adalah jenis krus. Krus terbuat dari bahan refractory yang

dipadatkan dan disinter di dalam tanur tersebut.

Diameter krus yang terlalu besar mengakibatkan panas akan terserap

terlalu banyak oleh bagian cairan yang tidak terjangkau induksi. Sehingga laju

pemanasan cairan akan menjadi terlalu lambat. Sebaliknya bila diameter krus

terlalu kecil, akan terjadi overheat pada cairan karena laju pemanasannya terlalu

tinggi.

Pemanasan tanur induksi efisiensi akan semakin tinggi pada bahan baku

yang lebih besar tanpa dipengaruhi oleh frekuensi kerjanya. Pada awal proses

peleburan selalu dipilih bahan baku dengan dimensi mendekati diameter dalam

krus. Muatan awal ini minimum harus dapat mengisi 20% dari kapasitas tanur.

Penggunaan tanur induksi frekuensi jala-jala, untuk peleburan dari bahan padat

Page 26: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 11

hanya dapat dimulai dengan muatan awal yang dibuat sebagai balok yang massif

(starting block). Untuk menghindari pemakaian starting block harus disisakan

sebanyak 1/3 dari kapasitas tanur sebagai muatan awal. Hal ini disebabkan oleh

besarnya kedalaman penetrasi sehingga membutuhkan bahan baku berukuran

besar. Tanur dengan frekuensi lebih tinggi (frekuensi medium) diawali dengan

bahan baku berukuran kecil. Selama bahan belum mencair, setiap potongan

bahan akan terjadi arus induksi yang mengakibatkan naiknya temperatur

potongan bahan tersebut. Laju kenaikan temperatur lebih tinggi pada potongan

bahan yang paling dekat dengan kumparan. Bahan baku yang telah mencair

dipanaskan terus hingga mencapai temperatur ideal proses peleburan. Pada saat

ini akan terjadi gejolak cairan (steering) akibat adanya gaya yang timbul dari

medan induksi dan bergerak secara pheryperal.

Gejolak cairan ini pada proses peleburan menjadi hal yang

menguntungkan, dimana akan terjadi distribusi temperature maupun

homogenisasi paduan yang baik didalam cairan terutama pada saat dilakukan

rekarburisasi. Namun demikian gejolak yang besar juga akan meningkatkan laju

oksidasi serta erosi pada lining. Oleh karena itu rancangan tanur induksi untuk

peleburan bahan tertentu harus memperhatikan fenomena tersebut.

Gambar 2.2.

Tanur Induksi

Keterangan :

1. Melt

2. Water Cooled Coil

3. Yokes

4. Crucible

Page 27: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 12

2.3.2.2. Proses Peleburan Dengan Tanur Induksi

Berikut diuraikan langkah operasi peleburan induksi beserta ilustrasinya :

a. Memasukan bahan dasar

b. Pemanasan awal kurang lebih selama 15 menit dengan pemberian beban 10

kW.

c. Pemberian beban 60 – 120 kW

d. Setelah bahan mulai mencair, masukan bahan selanjutnya

e. Penambahan beban 120 – 190 kW (full power), hingga seluruh bahan

mencair.

f. Masukan bahan paduan

g. Ukur temperatur cairan sebelum pengambilan sampel

h. Pengambilan sampel pada temperatur kesetimbangan, kemudian periksa

komposisi dari sampel ke laboratorium.

9. Penahanan temperatur sedikit diatas temperatur didih dengan pembebanan

60 kW.

10. Lakukan koreksi, bila komposisi belum mencapai target yang diinginkan.

Naikan temperatur sampai temperatur taping yang diinginkan, periksa

temperatur

11. Tapping

2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Tanur Induksi dibandingkan Tanur Busur

Api

Kelebihan penggunaan tanur induksi dibandingkan dengan tanur busur api

adalah :

a. Tidak menggunakan elektrode sehingga mengurangi karburasi yaitu

masuknya karbon ke dalam baja.

b. Pengontrolan selama operasi lebih mudah.

c. Terjadi sirkulasi logam cair sehingga mempercepat reaksi kimia yang terjadi.

d. Baja yang dihasilkan lebih homogen.

Sedangkan kekurangan penggunaan tanur induksi dibandingkan dengan

tanur busur api adalah :

Page 28: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN ANTARA

II - 13

a. Daya yang diperlukan dari frekuensi arus yang disediakan pada kumparan

induktor tergantung pada kapasitas crucible (diameternya) dan jenis bahan

isiannya.

b. Inductioan furnace biasanya beroperasi pada arus dengan frekuensi 500 -

2500 Cps (dapur kapasitas besar beroperasi pada fkrekuensi rendah). Rating

generator yang digunakan bervariasi dari 0,4 - 1 KW/kg bahan isian.

Page 29: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 1

METODOLOGI

Pembangunan industri dan upaya pelestarian lingkungan masih sering

dilihat seperti dua sisi koin yang bertentangan. Padahal apabila mau disadari,

aspek industri dan lingkungan hidup bisa berjalan secara sinergis maupun

sinkronis untuk mencapai suatu tujuan. Peningkatan kualitas lingkungan, akan

sangat membantu sektor industri dalam membangun daya saingnya, begitu juga

sebaliknya. Sehingga, untuk bisa terus berkelanjutan, industri harus memasukkan

aspek lingkungan hidup ke dalam hitungan atau analisis pembangunan dan

pengembangan industri tersebut.

Pembangunan industri berkelanjutan pada dasarnya merupakan upaya

memadukan tujuan sosial, ekonomi dan ekologi yang muncul dari kesadaran

lingkungan karena kecemasan akan makin merosotnya kemampuan

lingkungan.Dengan demikian maka dalam pengoperasiannya, mulai dari rantai

awal produksinya sampai pada ketika produk tersebut dipasarkan tidak dapat

dipisahkan dari tiga dimensi unsur yang sama penting dan terhubung, yaitu aspek

lingkungan, aspek sosial dan aspek ekonomi dari sistem pengelolaan yang

dilakukan.

Berdasarkan hal tersebut maka pendekatan yang dilakukan dalam

penyelesaian Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi di Kota Tegal

dimulai dari kebijakan lokasi mesin dapur industri yang telah ada sebelumnya.

Kebijakan yang telah ada dan diimplementasikan di lapangan harus dilihat

bagaimana kondisi eksistingnya. Dari kondisi eksisting akan terlihat potensi yang

terdapat di lapangan, isu yang sedang berkembang dan permasalahan yang

terjadi. Antara kondisi riil di lapangan dan kondisi yang diharapkan akan terlihat

kesenjangan. Kesenjangan inilah yang perlu diketahui untuk membuat perumusan

3.1. PENDEKATAN UMUM

BAB

3

Page 30: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 2

strategi revitalisasi mesin dapur induksi dalam jangka pendek, menengah, dan

panjang dalam rangka mengembangkan sentra IKM logam Kota Tegal.

3.1.1. Identifikasi Pekerjaan

Berdasarkan pendekatan umum tersebut, maka perlu diidentifikasikan

terlebih dahulu pekerjaan yang diperlukan untuk kepentingan Kajian Kelayakan

Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal, yang meliputi :

a. Proses Pendataan

Proses pendataan merupakan kegiatan identifikasi dan pengumpulan data

tentang isu strategis dan permasalahan revitalisasi mesin dapur induksi Kota

Tegal, menyangkut :

1) Isu dan permasalahan aspek lokasi dan teknis.

2) Isu dan permasalahan aspek ekonomi.

3) Isu dan permasalahan aspek sosial.

b. Proses Analisis

Proses analisis merupakan kegiatan mengolah data-data menjadi suatu

informasi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan permasalahan yang

dirunut secara terperinci dengan mencakup pandangan tertentu

terhadap situasi masalah sesuai dengan perspektif yang relevan dari

pelaku usaha dan masyarakat terkait rencana revitalisasi mesin dapur

induksi.

c. Perumusan kebijakan dan strategi

Proses ini dilakukan untuk merumuskan strategi revitalisasi mesin dapur

induksi dalam jangka pendek, menengah, dan panjang secara tepat dan

efektif dalam rangka mengembangkan sentra Industri Kecil Menengah (IKM)

logam Kota Tegal.

3.1.2. Alur Proses Penyelesaian Pekerjaan

Dalam rangka penyelesaian pekerjaan Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin

Dapur Induksi Kota Tegal, alur proses penyelesaian pekerjaan yang perlu

dilakukan adalah sebagai berikut :

Page 31: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 3

Tahap 1. Identifikasi Kondisi/Situasi dan Permasalahan Revitalisasi Mesin Dapur

Induksi Kota tegal

Pada tahap ini dilakukan kegiatan identifikasi dan pengumpulan data

pada masing-masing aspek (lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial) dari

rencana revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal.

Tahap 2. Analisis Kelayakan Lokasi dan Teknis

Pada tahap ini dilakukan analisis kelayakan lokasi dan teknis terhadap

rencana revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal dengan

mempertimbangkan berbagai aspek yang meliputi :

1) Kelayakan Lokasi, merupakan kegiatan penilaian lokasi mesin

dapur induksi eksisting yang meliputi :

Kesesuaian dengan rencana tata ruang pengelolaan

lingkungan hidup

Dampak operasionalisasi mesin dapur induksi

Rencana pengelolaan lingkungan

2) Kelayakan Teknis, merupakan kegiatan penilaian teknis revitalisasi

mesin dapur induksi yang meliputi :

Kelengkapan sarana dan prasarana operasionalisasi mesin

dapur induksi (peralatan, perlengkapan, sumber air, sumber

listrik dan lain-lain)

Sistem pengelolaan mesin dapur induksi Kota Tegal.

Tahap 3. Analisis Kelayakan Ekonomi

Analisis kelayakan ekonomi merupakan kegiatan penilaian kelayakan

keuangan dan ekonomidari rencana revitalisasi mesin dapur induksi

dengan mempertimbangkan :

1) Biaya investasi kebutuhan sarana dan prasarana revitalisasi mesin

dapur induksi.

2) Pendapatan jasa (retribusi) atas penggunaan mesin dapur induksi.

3) Proyeksi arus kas dari operasionalisasi mesin dapur induksi.

Tahap 4. Analisis Kelayakan Sosial

Analisis kelayakan sosial merupakan kegiatan penilaian dampak sosial

bagi masyarakat yang meliputi :

1) Dampak peningkatan sarana dan prasarana publik

Page 32: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 4

2) Dampak penyerapan tenaga kerja

3) Dampak penerimaan masyarakat

Tahap 4. Perumusan Strategi Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Perumusan strategi revitalisasi mesin dapur induksi dilakukan untuk

mewujudkan pengembangan sentra IKM logam Kota Tegal dengan

mempertimbangkan kemapuan dan skala prioritas pelaksanaan

revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal.

Gambar 3.1.

Alur Proses Penyelesaian Pekerjaan

IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN REVITALISASI

MESIN DAPUR INDUKSI

ASPEK LOKASI DAN TEKNIS ASPEK SOSIAL ASPEK EKONOMI

ANALISIS

PENELUSURAN MASALAH

ANALISIS

PERBANDINGAN MODEL

KINERJA YANG

DIHARAPKAN

FORMULASI STRATEGI

DAN KEBIJAKAN

KINERJA

EKSISTING

Page 33: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 5

3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam pekerjaan Kajian Kelayakan Revitalisasi

Mesin Dapur Induksi Kota Tegal adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer lebih difokuskan pada permasalahan yang menyangkut aspek

lokasi dan teknis, ekonomi maupun sosial budaya yang dihadapi. Metode

yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah :

1) Survei/Wawancara, dilakukan pada saat survei di lapangan untuk

menangkap informasi dan persepsi secara akurat dengan

menggunakan kuesioner yang telah disiapkan untuk para stakeholder

yang terkait dengan rencana revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal.

2) Observasi, dilakukan untuk mendapatkan informasi dan fakta

primer/Iangsung tentang potensi dan permasalahan revitalisasi mesin

dapur induksi Kota Tegal.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data dan informasi yang berasal dari penelusuran

laporan-laporan atau dokumen-dokumen dan peraturan serta kebijakan

yang terkait dengan pembangunan industri Kota Tegal.

Pengumpulan data sekunder mulai dilakukan sebelum turun ke lapangan

berupa kajian desk study untuk mengumpulkan informasi mengenai

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maupun perkembangan

terkini mengenai mesin dapur induksi secara umum. Selain itu pada saat

turun ke lapangan juga dilakukan pengambilan data-data sekunder yang

terkait dengan kajian yang dilakukan.

3.2.2. Variabel Data

Variable data yang digunakan dalam Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin

Dapur Induksi Kota Tegal merupakan pengembangan dari aspek-aspek kelayakan

revitalisasi mesin dapur induksi yang berkelanjutan yaitu aspek lokasi dan teknis,

aspek ekonomi dan aspek sosial yang sama penting dan saling terhubung.

Variabel data tersebut selengkapnya dapat di lihat pada tabel berikut ini :

3.2. PENGUMPULAN DATA

Page 34: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 6

Tabel 3.1.

Variabel Data

ASPEK VARIABEL SUBVARIABEL

Lokasi Kesesuain RTRW

Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Daya dukung lingkungan hidup

Daya tampung lingkungan hidup

Dampak operasionalisasi

mesin dapur induksi

Dampak kualitas udara dan

kebisingan

Dampak kualitas air permukaan

Dampak Limbah padat

Dampak Lingkungan Biologi

Dampak Gangguan lalu lintas

Pengelolaan lingkungan

hidup

Pengelolaan kualitas udara dan

kebisingan

Pengelolaan kualitas dan

kuantitas air

Pengelolaan Limbah padat

Pengelolaan Lingkungan Biologi

Teknis Kelengkapan sarana dan

prasarana

Peralatan

Perlengkapan

Sumber air

Sumber listrik

Sistem Pengelolaan Alur proses produksi

Manjemen pengelolaan

Ekonomi Kelayakan finansial Biaya investasi

Biaya operasional

Pendapatan operasional

Proyeksi arus kas Laba/rugi

Akumulasi laba/rugi

Sosial Peningkatan sarana dan

prasarana pelayanan publik

Sarana dan prasarana dasar

Kesempatan kerja dan

peluang berusaha

Penyerapan tenaga kerja

Sumber : Analisis Data

3.2.3. Jenis dan Jumlah Sampel

Jumlah sampel yang digunakan dalam pekerjaan Kajian Kelayakan

Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal adalah sebanyak 72 responden yang

merupakan stakeholder yang berkepentingan dengan operasionalisasi mesin

dapur induksi Kota Tegal. Sampel atau responden dikelompokan berdasarkan

tingkat kepentingannya, terdiri dari :

Page 35: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 7

Tabel 3.2.

Jumlah Sampel

KomoditasResponden Jumlah Sampel

Pemerintah 4

Pelaku Usaha IKM Logam 57

Masyarakat Umum 11

Jumlah 72

Sumber : Analisis Data

3.3.1 Analisis Lokasi Dapur Induksi

Analisis lokasi dapur induksi ini dibatasi pada komponen lingkungan di

sekitar lokasi kegiatan yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan. Adapun

yang diuraikan meliputi kesesuaian RTRW pengelolaan lingkungan hidup,

dampak operasionalisasi mesin dapur induksi dan pengelolaan lingkungan hidup.

a. Kesesuaian RTRW Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kesesuaian RTRW Pengelolaan Lingkungan Hidup menyangkut analisis daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup yaitu kemampuan lingkungan

hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.

Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakuikan dengan cara

mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung

kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan

hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan

dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang

bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi

faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.

b. Dampak Operasionalisasi Mesin Dapur Induksi

Analisis ini berkaitan dengan dampak operasional mesin dapur induksi, dalam

yang menyangkut komponen lingkungan fisika kimia yang meliputi kualitas

udara dan tingkat kebisingan, kualitas air, timbulan sampah dan limbah padat

yang ada di sekitar dapur Induksi. Komponen lingkungan fisika dan kimia ini

3.3. PENGOLAHAN DATA

Page 36: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 8

perlu diuraikan karena diperkirakan akan terkena dampak langsung dan tidak

langsung akibat operasional Dapur Induksi.

Sementara itu untuk kegiatan operasionalisasi mesin dapur Induksi yang

berdampak pada komponen lingkungan biologi berkaitan terganggunya

keanegaragaman hayati di sekitar lokasi menjadi hal yang perlu mendapatkan

perhatian. Sedangkan dampak gangguan lalu lintas menyangkut

terganggunnya kelancaran lalu lintas dari operasionalisasi mesin dapur

induksi.

c. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Analisis pengelolaan lingkungan hidup adalah analisis yang menekankan

pada upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan,

pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup

atas keberadaan mesin dapur induksi.

3.3.2. Analisis Teknis

3.3.2.1. Analisis Sarana dan Prasarana

Analisis sarana dan prasarana dilakukan dengan pendekatan sistem

produksi untuk merencanakan kebutuhan konstruksi mesin dapur induksi

sehingga dapat dioperasionalkan. Ditinjau dari sifat kegiatannya sistem produksi

mesin dapur induksi terdiri dari 3 Kegiatan yaitu :

a. Kegiatan Utama/proses produksi.

Kegiatan utama yang dimaksud dalam hal ini mencakup kegiatan pengecoran

dan dapur induksi. Kegiatan ini meliputi peleburan logam, pencetakan dan

pengecoran logam, pembongkaran hasil cor/finishing, pengepakan, dan

pengiriman.

Proses produksi pengecoran dan industri logam sangat bervariatif bergantung

pada spesifikasi produk yang dipesan oleh konsumen. Namun secara garis

besar proses produksi tersebut terbagi menjadi beberapa bagian yaitu

pengadaan bahan baku, peleburan, pencetakan dan pengecoran,

pembongkaran hasil dan packing serta pengiriman.

Tahap pertama proses produksi diawali dengan pengadaan bahan baku yang

berasal dari dalam negeri berupa ferro mangan. Tahap selanjutnya adalah

Page 37: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 9

peleburan logam/ baja. Ferro mangan yang dilebur dengan cara pemanasan,

setelah dilebur/melting dilakukan uji kualitas komposisi terhadap logam yang

sudah dilebur. Bahan ferro mangan yang telah dilebur selanjutnya digunakan

sebagai bahan dalam proses pencetakan. Sebelum dilakukan proses

pencetakan atau pengecoran, terlebih dahulu disiapkan cetakan yang berasal

dari bahan baku pasir silica, water glass dan gas CO untuk pencetakan atau

pengecoran baja dari bahan ferro mangan.

Adapun pengecoran dari bahan besi biasa biasanya menggunakan cetakan

yang berasal dari pasir biasa. Produk yang dighasilkan berupa produk casting,

dan beberapa komponen mesin.

Proses selanjutnya adalah pembongkaran hasil pengecoran logam yang

selanjutnya akan diuji kualitas dimensi dan bentuk sesuai dengan permintaan

konsumen. Setelah diuji proses selanjutnya adalah finishing. Pada tahap ini

produk logam yang telah dicor dihaluskan kemudian dilakukan pengecatan

sesuai dengan permintaan konsumen.

b. Kegiatan Penunjang

Kegiatan pengecoran dan industri logam Dapur Induksi didukung beberapa

kegiatan penunjang yang terdiri dari kegiatan perbengkelan, utilitas,

penyediaan material dan alat perlengkapan, perkantoran. Kegiatan

perbengkelan berupa bengkel struktural untuk mendesain mesin produksi

sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh konsumen.

Utilitas yang menopang kegiatan pengecoran dan industri logam adalah listrik,

kompresor dan sumber air sumur. Untuk kegiatan ini didukung dengan

fasilitas yang berupa gudang logistik, gudang material operasi dan gudang

penyimpanan barang jadi sebelum dikirim ke konsumen.

Perkantoran merupakan kegiatan penunjang lainnya yang sangat berperan

meliputi administrasi, organisasi dan pengaturan tenaga kerja.

c. Kegiatan Lainnya

Selain kegiatan utama dan kegiatan penunjang, kegiatan dapur induksi juga

mempunyai kegiatan lain seperti kegiatan lain untuk kegiatan pendidikan dan

sosial lainnya. Dalam dunia pendidikan Dapur Induksi akan menyediakan

fasilitas praktek bagi siswa SMK yang ada di Wilayah Kota Tegal dan

Page 38: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 10

bekerjasama dengan Diskoperindag Kota Tegal sebagai lokasi penelitian

produksi alat-alat yang akan diperagakan untuk masyarakat.

3.3.2.2. Sistem Peralatan

Analisis sistem peralatan merupakan penilaian terhadap kebutuhan

peralatan agar mesin dapur Induksi dapat dioperasikan. Sistem peralatan tersebut

antara lain sebagai berikut: .

a. Sistem peralatan kelistrikan

b. Sistem peralatan air

c. Sistem peralatan pengangkutan

d. Sistem peralatan pergudangan

3.3.2.3. Sistem Pengelolaan

Untuk mengoperasikan Dapur Induksi tentu dibutuhkan tenaga yang cakap

dan terampil. Untuk itu dibutuhkan manajemen pengelolaan yang menyangkut

analisis lembaga pengelola mesin dapur induksi. Lembaga pengelola yang

dianalisis dalam operasionalisasi mesin dapur induksi ini meliputi :

a. Koperasi Kerajinan Tegalindo

Kopinkra Tegalindo merupakan lembaga berbadan hukum yang

beranggotakan pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM) logam di Kota

Tegal. Koperasi ini juga merupakan salah satu inisiator yang mengusulkan

bantuan mesin dapur induksi.

b. Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah Kota Tegal dapat membentuk Unit Pelaksana Teknis

(UPT) dalam mengelola mesin dapur induksi. Selain itu, Unit Pelaksana

Teknis (UPT) ini dapat diberi kewenangan pula untuk memasarkan hasil

produksi untuk memperoleh pendapatan daerah.

c. Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan

Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan dapat berperan dalam

mengoperasional mesin dapur induksi untuk tujuan pendidikan dan pelatihan

dalam menyiapkan sumberdaya manusia yang memiliki keahlian di bidang

pengecoran logam.

Page 39: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 11

3.3.3. Analisis Kelayakan Finansial

Untuk dapat memutuskan layak atau tidaknya revitalisasi mesin dapur

induksi Kota Tegal perlu dipertimbangkan juga aspek finansial. Aspek finansial

dalam kajian kelayakan bukan hanya mempertimbangkan jumlah modal/investasi

yang diperlukan, tetapi pertimbangan lainnya seperti tingkat rentabilitas, jangka

waktu pengembalian modal dan lain sebagainya, juga perlu diperhatikan.

Beberapa analisis finansial yang perlu dipertimbangkan dalam rencana revitalisasi

mesin dapur induksi Kota Tegal antara lain :

a. Analisis Net Present Value (NPV)

Digunakan untuk melihat selisih dari investasi nilai sekarang dari penerimaan-

penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di

masa yang akan datang.

Dengan formulasi yang digunakan sebagai berikut :

Keterangan :

NPV : Nilai sekarang dari proyek investasi

CFt : Aliran kas per tahun pada periode t

I0 : Investasi awal pada tahun pengamatan

K : Suku bunga (discount rate)

b. Analisis Internal Rate of Return (IRR)

Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai

sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan

kas, dengan mengeluarkan investasi awal.

Dengan formulasi yang digunakan sebagai berikut :

n CFt

NPV = - lo

t=1 (1 + K)t

n CFt

lo =

t=1 (1 + IRR)t

Page 40: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 12

Keterangan :

t : tahun ke

n : jumlah tahun pengamatan

lo : nilai investasi awal tahun pengamatan

CF : arus kas bersih tiap tahunnya

IRR : tingkat bunga yang dicari harganya

c. Analisis Average Rate of Return atau Return of Investment (ROI)

Average Rate of Return atau Return of Investment (ROI) merupakan rasio

antara laba setelah pajak terhadap investasi. Rasio ini membandingkan hasil

usaha yang diperoleh dari operasi (net operating income) dengan jumlah

investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan

tersebut. Dengan demikian, ROI berhubungan dengan penjualan dan

investasi. Metode analisis yang digunakan adalah menghitung rasio laba

tahunan dengan aset. Rasio ini sangat berguna untuk mengukur kinerja pada

satu periode. Model analisis yang digunakan dapat didefinisikan sebagai

berikut :

Atau

d. Benefit Cost Ratio

Benefit Cost Ratio merupakan rasio antara laba setelah pajak tehadap biaya.

Rasio ini membandingkan usaha yang diperoleh dengan jumlah biaya yang

digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut. Formulasi yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Pendapatan bersih ROI =

Total aset

Pendapatan bersih ROI = Penjualan X (penjualan/aset total)

Pendapatan bersih B/C = Total biaya

Page 41: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 13

e. Analisis Payback Period (PB)

Digunakan untuk mengetahui sampai sejauhmana kemampuan suatu proyek

investasi, untuk mengembalikan nilai investasi yang ditanamkan.

Formulasi yang digunakan sebagai berikut :

Keterangan :

PB : Tahun Payback Periode

n(NPVi) : Awal tahun dimana nilai NPV mengalami perubahan dari negatif

ke NPV positif

Proceeds : Seluruh penerimaan tiap tahunnya

Cost : Seluruh nilai investasi dan biaya tiap tahunnya

NPV (+) : Nilai sekarang awal NPV positif

NPV (-) : Nilai sekarang akhir NPV negatif

3.3.4. Analisis Perbandingan Model

Analisis perbandingan model merupakan analisis yang membandingkan

antara model yang diinginkan yang sudah ditentukan dengan kondisi riil atau

kondisi eksisting di lapangan. Hal ini dilakukan untuk menemukan

kesenjangan (gap) dimana selanjutnya akan dihasilkan penilaian terhadap

perubahan yang dianggap menguntungkan.

Untuk dapat mengetahui tingkat kesenjangan antara kondisi harapan

dengan kondisi riil yang dihadapi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi

digunakan rumus sebagai berikut :

a. Tingkat Kesesuaian

Xi Tki = ------- x 100%

Yi

PB = n(NPVi) + x 12 bulan (proceeds - cost)

NPV (+) - NPV (-)

Page 42: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 14

Keterangan :

Tki : Tingkat kesesuaian responden

Xi : Skor penilaian kondisi riil operasionalisasi mesin dapur induksi

Yi : Skor penilaian kondisi harapan operasionalisasi mesin dapur induksi

b. Skor Rata-rata

Keterangan :

_ X : Skor rata-rata kondisi riil operasionalisasi mesin dapur induksi _ Y : Skor rata-rata kondisi harapan operasionalisasi mesin dapur induksi N : Jumlah Responden

c. Rata-rata dari rata-rata skor

Keterangan :

= X : Rata-rata dari rata-rata skor kondisi riil operasionalisasi mesin

dapur induksi = Y : Rata-rata dari rata-rata skor kondisi harapan operasionalisasi

mesin dapur induksi K : Banyaknya variabel penilaian

_ ∑ Xi X = -------

n

_ ∑ Yi Y = -------

n

N _ = ∑i = 1Xi X = ------------

K

N _ = ∑i = 1Yi Y = ------------

K

Page 43: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

III - 15

Gambar 3.3.

Gap Analysis

Kinerja Yang

Diharapkan

Kinerja Eksisting

Kin

erja

Aspek/Variabel

Page 44: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 1

GAMBARAN UMUM

4.1.1. Kondisi Fisik Kota Tegal

4.1.1.1. Letak Geografis dan Administratif

Kota Tegal terletak diantara 1090 08” – 1090 10” Bujur Timur serta 60 50”

300 – 60 53” Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah Kota Tegal adalah :

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kabupaten Tegal

Sebelah Barat : Kabupaten Brebes

Sebelah Timur : Kabupaten Tegal

Secara administratif, Kota Tegal terbagi ke dalam 4 kecamatan yang

meliputi 27 kelurahan. Yaitu :

a. Tegal Selatan, terdiri dari 8 kelurahan yaitu Kalinyamat Wetan, Bandung,

Debong Kidul, Tunon, Keturen, Debong Kulon, Debong Tengah dan

Randugunting.

b. Tegal Timur, terdiri dari 5 kelurahan yaitu Kejambon, Slerok, Panggung,

Mangkukusuman dan Mintaragen.

c. Tegal Barat, terdiri dari 7 kelurahan yaitu Pesurungan Kidul, Debong Lor,

Kemandungan, Pekauman, Kraton, Tegalsari dan Muarareja.

d. Margadana, terbagi menjadi 7 kelurahan yaitu Kaligangsa, Krandon,

Cabawan, Margadana, Kalinyamat Kulon, Sumurpanggang dan

Pesurungan Lor.

4.1. GAMBARAN UMUM KOTA TEGAL

BAB

4

Page 45: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 2

Gambar 4.1.

Peta Administatif

4.1.1.2. Topografi

Berdasarkan topografinya Kota Tegal memiliki ketinggian dari permukaan

air laut 1 – 3 meter , dengan struktur tanah didominasi oleh tanah pasir dan tanah

liat. Topografi wilayah ini merupakan dataran rendah dengan hulu sungai ke Laut

Jawa. Tidak ada satupun kelurahan yang berada di lereng/puncak maupun

lembah. Sedangkan untuk keberadaan sungai, Kota Tegal dialiri empat sungai

yang melewati 16 kelurahan (59,26 persen). Empat sungai tersebut adalah

Ketiwon, Kaligangsa, Gung dan Kemiri.

4.1.1.3. Klimatologi

Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar

344,60 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada Bulan Juni dan

September dengan tidak ada hari hujan. Temperatur di sekitar ibukota Kota Tegal

antara siang dan malam, maupun antara kemarau dan penghujan tidak banyak

berbeda, berkisar 300 C.

Page 46: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 3

Tabel 4.1.

Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kota Tegal

No Bulan

Curah Hujan

(mm3)

Hari Hujan

1 Januari 344,60 21

2 Februari 384,70 17

3 Maret 232,00 15

4 April 114,10 15

5 Mei 72,50 8

6 Juni Ttu 0

7 Juli 10,10 4

8 Agustus 47,50 3

9 September Ttu 0

10 Oktober 1,50 1

11 November 14,20 1

12 Desember 227,60 17

Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2016

4.1.1.4. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di wilayah Kota tegal pada tahun 2015 didominasi oleh

kegiatan pertanian baik pertanian lahan sawah sebesar 733,30 km2 dan pertanian

lahan bukan sawah sebesar 3224,70 km2. Secara keseluruhan penggunaan lahan

di Kota tegal dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2.

Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan

No Kecamatan Lahan

Sawah

Lahan

Bukan

Sawah

Jumlah

Persentase

1 Tegal Selatan 134,30 508,70 643,00 16,20

2 Tegal Timur 19,00 612,00 631,00 16,03

3 Tegal Barat 49,00 1459,00 1508,00 38,13

4 Margadana 531,00 645,00 1176,00 29,64

Jumlah 733,30 3224,70 3958,00 100,00

Sumber : Kota Tegal Tegal Dalam Angka 2016

Page 47: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 4

4.1.2. Kondisi Makro Ekonomi

4.1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Kota Tegal terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Hal ini ditunjukan dengan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan

Kota tegal pada tahun 2015 sebesar Rp 8,95 triliun atau tumbuh sebesar 5,43 %

dibandingkan tahun 2014 yang hanya sebesar 5,03%.

Tabel 4.3.

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK

Lapangan Usaha Tahun

2014 2015

Pertanian, Kehutanan dan perikanan -1,87 2,68

Pertambangan dan penggalian 0,00 0,00

Industri pengolahan 7,48 6,15

Pengadaan listrik dan gas 3,18 -2,20

Pengadaan air, pengolahan sampah,

limbah dan daur ulang 3,03 1,63

Konstruksi 3,46 6,00

Perdagangan besar dan eceran,

reparasi mobil dan motor 4,43 4,14

Transportasi dan pergudangan 16,73 8,81

Akomodasi makanan dan minum 7,56 7,08

Informasi dan telekomunikasi 6,60 6,53

Jasa keuangan dan asuransi 2,08 5,64

Real Estate 5,43 6,10

Jasa Perusahaan 9,69 8,01

Administrasi pemerintah, pertahanan,

jaminan sosial wajib -1,61 4,56

Jasa pendidikan 9,75 7,08

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 13,29 7,05

Jasa lainnya 8,36 3,21

PDRB 5,03 5,43

Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2016

Page 48: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 5

4.1.2.2. Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh besarnya

sumbangan atau peranan masing-masing sektor ekonomi dalam membentuk nilai

tambah PDRB. Dari struktur perekonomian tersebut dapat diketahui corak

perekonomian suatu daerah. Dalam tahun 2015 sektor perdagangan besar dan

eceran; reparasi mobil dan sepeda motor mampu memberikan sumbangan nilai

tambah yang cukup besar bagi perekonomian Kota Tegal sebesar 28,34%.

Disusul sektor kontruksi dan industri pengolahan masing masing sebesar 16,84%

dan 15,06%. Peranan ketiga sektor ini sangat besar pengaruhnya dalam

penciptaan nilai tambah PDRB Kota Tegal.

Tabel 4.4.

Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen)

Lapangan Usaha Tahun

2014 2015

Pertanian, Kehutanan dan perikanan 5,34 5,25

Pertambangan dan penggalian

Industri pengolahan 14,71 15,06

Pengadaan listrik dan gas 0,15 0,14

Pengadaan air, pengolahan sampah,

limbah dan daur ulang 0,06 0,06

Konstruksi 16,74 16,84

Perdagangan besar dan eceran,

reparasi mobil dan motor 28,92 28,34

Transportasi dan pergudangan 4,02 4,17

Akomodasi makanan dan minum 5,54 5,59

Informasi dan telekomunikasi 4,96 4,90

Jasa keuangan dan asuransi 4,68 4,75

Real Estate 2,08 2,06

Jasa Perusahaan 0.36 0,38

Administrasi pemerintah, pertahanan,

jaminan sosial wajib 5,91 5,91

Jasa pendidikan 3,79 3,80

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1,45 1,47

Jasa lainnya 1,29 1,27

PDRB 100,00 100,00

Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2016

Page 49: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 6

4.1.3. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Kota Tegal pada tahun 2015 tercatat sebesar 246.119

jiwa. Kecamatan Tegal Timur adalah kecamatan dengan jumlah penduduk

terbesar yaitu sebesar 77.456 jiwa atau sekitar 31,47 persen dari total penduduk

Kota Tegal. Pada kecamatan ini juga memiliki kepatadatan penduduk tertinggi

dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu sebesar 12.179 jiwa setiap 1 km2 .

Tabel 4.5.

Banyaknya Penduduk dan Kepadatan

No Kecamatan Luas (Km2)

Banyaknya Penduduk

Kepadatan Per Km2

1 Tegal Selatan 6,43 59.115 9.194

2 Tegal Timur 6,36 77.456 12.179

3 Tegal Barat 15,13 63.634 4.206

4 Margadana 11,76 45.915 3.904

Jumlah 39,68 246.119 6.203

Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2016

4.2.1. Deskripsi Produk

Tegal sempat dijuluki sebagai Jepangnya Indonesia, Tegal mempunyai

beberapa industri pengecoran dan pengerjaan logam yang sengaja dibangun

pada Tahun 1940 untuk mencukupi kebutuhan peralatan perang bagi tentara

Jepang. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat mulai mendapat ketrampilan untuk

mengerjakan logam.

Industri perlogaman Kota Tegal memliki beberapa keunggulan komparatif

yang mendukung tetap eksisnya kegiatan usaha ini. Fleksibilitas diterapkan dalam

hal pelayanan yang berkaitan dengan permintaan diferensiasi dan produk

subtitusi yang dikehendaki konsumen.

Industri logam merupakan potensi unggulan Kota Tegal. Pengusaha

industri logam berskala menengah maupun yang berskala kecil mengelompok di

Kecamatan Tegal Timur, Tegal Barat dan Tegal Selatan. Melihat peluang pasar

yang semakin besar. Saat ini aktivitas usaha industri logam ini dibedakan atas

industri pengerjaan logam, industri pengecoran logam serta dok dan galangan

kapal.

4.2. GAMBARAN UMUM INDUSTRI LOGAM KOTA TEGAL

Page 50: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 7

a. Industri Pengerjaan Logam

Industri pengerjaan logam menggunakan bahan baku dari berbagai macam

dari logam, aktivitas usaha industri kecil pengerjaan logam ini mampu

memproduksi berbagai macam produk dari mesin industri dan komponen

mesin hingga produk mur. Aktivitas usaha ini digerakkan oleh pengusaha

yang ulet dalam berusaha, kreatif dan inovatif sehingga mampu menciptakan

aneka rekayasa produk logam yang mempunyai nilai ekonomis tinggi

diantaranya hand traktor , mesin pres hidraulic, mesin pengemas air mineral,

ranjang besi serta aksesoris interior atau eksterior bangunan. Produk industri

pengerjaan logam Kota Tegal mempunyai kulaitas yang mampu bersaing,

diproduksi untuk memenuhi kebutuhan regional maupun nasional.

b. Industri Pengecoran Logam

Industri pengecoran logam menggunakan bahan baku besi, aluminium,

kuningan, tembaga dan emas. Pengusaha industri pengecoran logam mampu

membuat berbagai macam produk berupa water pump, komponen mesin

industri, komponen kendaraan, komponen kapal, meja kursi taman dan juga

perhiasan dari emas untuk memnuhi kebutuhan lokal dan regional maupun

nasional. Dengan mengadakan kemitraan usaha dengan perusahaan di

Cirebon dan Semarang yang mempunyai ekspor ke beberapa negara di Asia

dan Eropa.

c. Dok dan Galangan Kapal

Aktivitas industri dok dan galangan kapal Kota Tegal mampu membuat aneka

jenis kapal baja berbagai ukuran, namun saat ini yang dibuat terbatas pada

kapal baja ukuran kecil (2000 DWT), lebih dari ukuran tersebut belum dapat

dilakukan mengingat kedalaman air laut di alur pelabuhan kurang memadai.

Kapal baja yang telah dibuat oleh perusahaan galangan kapal Kota Tegal

antara lain jenis Kapal Fery dan Kapal Keruk. Selain kapal baja, dibuat pula

kapal kayu dan jenis sopek, semi purseseine dan purseseine untuk keperluan

penangkapan ikan lepas pantai. Kesibukan dok dan galangan kapal sehari-

hari diramaikan oleh kegiatan perbaikan kapal baja atau kapal kayu. Adanya

dok dan galangan kapal ini sangat menunjang kelancaran operasional

kegiatan penangkapan ikan maupun kegiatan pengangkutan penumpang atau

barang perdagangan antar pulau di wilayah nusantara.

Page 51: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 8

4.2.2. Produksi

4.2.2.1. Jenis Produksi

Berikut jenis produksi logam di Kota Tegal dengan lokasi sentra industri

logam di Kecamatan Tegal Timur.

Tabel 4.6 Jenis Produksi Logam di Kota Tegal

No Nama Kelompok

Produk Nama Produk Lokasi Sentra

1 Komponen Otomotif Filter oil, knalpot, footstep Kelurahan kejambon,

mangkukusuman

2 Komponen Kapal Jendela kapal, pintu kapal, anchor, clamph

Kelurahan kejambon,

mangkukusuman

3 Komponen Pabrik Gula Komponen mesin giling Kelurahan kejambon

4 Komponen Traktor Tangan

Komponen dan mesin traktor tangan

Kelurahan kejambon

5 Komponen Listrik Box listrik

6 Komponen Aksesoris Rumah

Engsel, handle pintu, ornamen, pagar dll

Kelurahan kejambon dan Slerok

7 Peralatan Aksesoris Mesin rice mill, mesin pemotong bahan kerupuk, mesin pakan ikan (pelet), mesin penggiling tepung,

kompor industri, setrika uap

Kelurahan kejambon dan Slerok

8 Pompa Hidran, pompa NS 80, pompa tambak, pompa dragon

Kelurahan kejambon

Sumber : Buku Profil Unggulan Industri Logam Kota Tegal Tahun 2015

4.2.2.2. Bahan Produksi

Bahan baku utama industri logam adalah logam dari berbagai jenis. Logam

biasanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu logam ferro (besi) dan non ferro. Logam

ferro (besi) adalah logam yang mengandung unsur besi (Fe) dan termasuk

paduan. Logam ferro yang dipakai di UKM logam Kota Tegal biasanya berupa

besi cor, plat, as dan pipa. Sedangkan logam non ferro yang dipakai adalah

paduan alumunium, paduan kuningan dan paduan tembaga.

Page 52: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 9

Tabel 4.7

Bahan Baku Industri Logam Kota Tegal

No Nama Bahan Baku Pemasok Produk yang dihasilkan

A Logam Ferro

1 Besi cor Sentra pengecoran logam Ceper Klaten dan

Kota Tegal (Prima Logam)

Pompa, hydran, komponen pabrik gula

2 Besi pelat Jakarta, Surabaya dan Semarang

Komponen otomotif, komponen pabrik gula, komponen traktor,

komponen aksesoris rumah tangga

3 Besi as Jakarta, Surabaya dan Semarang

Komponen otomotif, komponen pabrik gula, komponen traktor,

komponen aksesoris rumah tangga

4 Besi pipa Jakarta, Surabaya dan Semarang

Komponen otomotif, komponen pabrik gula, komponen traktor,

komponen aksesoris rumah tangga

B Logam Non Ferro

1 Paduan alumunium Jakarta, Surabaya dan Produksi Sendiri

Komponen kapal, komponen listrik, komponen aksesoris rumah tangga

2 Paduan kuningan Jakarta, Surabaya dan Produksi Sendiri

Komponen kapal, komponen listrik, komponen aksesoris rumah tangga

3 Paduan tembaga Jakarta, Surabaya dan Produksi Sendiri

Komponen kapal, komponen listrik, komponen aksesoris rumah tangga

Sumber : Buku Profil Produk Unggulan Industri Logam Kota Tegal Tahun 2015

Untuk bahan baku logam ferro (besi) biasanya didapatkan dari distributor

atau toko bahan baku yang ada di Kota Tegal dan Kabupaten Tegal. Distributor

dan toko bahan baku logam ferro biasanya mendapatkan dari Pabrik Baja seperti

PT. Krakatau Steel dll, maupun dari pedagang besi rongsok yang dikelola oleh

orang Madura. Pemakaian bahan baku logam ferro (besi) terbanyak adalah pelat

besi. Untuk bahan baku cor, mereka memesan langsung dari pabrik di Klaten

maupun di Kota Tegal. Pengusaha logam yang menggunakan bahan baku non

ferro umumnya mereka mempunyai dapur pengecoran kecil sendiri karena

teknologi pengecoran non ferro relatif cukup mudah dan murah. Mereka membeli

bahan rongsok untuk dicor.

4.2.2.3. Mesin Peralatan

Klasifikasi mesin dan peralatan yang digunakan dalam industri logam di

Kota Tegal adalah sebagai berikut :

Page 53: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 10

Tabel 4.8

Mesin dan Peralatan Industri Logam Kota Tegal

No Jenis Mesin / Peralatan

Spesifikasi Tenaga Penggerak

1 Mesin bubut Mesin perkakas untuk memotong benda yang diputar dengan menggunakan mata

potong pahat (tools)

Listrik

2 Mesin milling, mesin fris

Mesin untuk memotong benda dengan bentuk khusus dimana mesin fris dan milling dapat memotong/ membentuk

benda dengan segala

Listrik

3 Mesin bor Mesin yang digunakan untuk melubangi benda

Listrik

4 Mesin scrap Mesin untuk meratakan benda kerja dengan cara sayatan

Listrik

5 Mesin hydrolic press Mesin untuk menekan dan mengepres benda kerja

Listrik

6 Mesin gerinda Mesin untuk proses menghaluskan permukaan yang digunakan tahap

finishing

Listrik

7 Dapur kupola Alat/tempat untuk peleburan/pembuatan besi tuang berbentuk kubah

Panas api

8 Dapur induksi Alat/tempat untuk peleburan/pembentukan besi tuang

dengan menggunakan sistem induksi

Listrik

9 Las listrik Mesin/alat untuk penyambungan besi dengan tenaga listrik

Listrik

Sumber :Buku Profil Produk Unggulan Industri Logam Kota Tegal Tahun 2015

4.2.3. Sentra Industri Logam

Potensi industri logam di Kota Tegal cukup tinggi. Salah satu perusahaan

besar otomotif di Jakarta Seperti Astra mempercayakan untuk memasok sparepart

otomotif dan mesin. Ini merupakan pertanda bahwa kualitas produk logam yang

dihasilkan oleh industri logam Kota Tegal dapat diterima oleh pasar nasional.

Sebagian besar sentra industri logam berada di Kelurahan Mangkukusuman,

Kejambon dan Slerok di Kecamatan Tegal Timur, Kelurahan Debing Kulon

Kecamatan Tegal Selatan dan Kelurahan Tegalsari Kecamatan Tegal Barat.

Page 54: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 11

Tabel 4.9. Sentra Industri Kecil dan Menengah Logam di Kota Tegal

No Nama Sentra Alamat Unit Usaha (Unit)

Tenaga Kerja (Org)

Nilai Investasi (Rp.Juta)

Kapasitas Produksi Nilai Produksi (Rp 000)

Bahan Baku Nilai BB/BP

(Rp 000) Kelurahan Kecamatan Jumlah Satuan Jenis Jumlah Sat

1 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Debong Tengah Tegal Selatan 12 36 180 540 Ton 3240000 Besi siku 300 Ton 1944000

Besi kanal H 240

2 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Randugunting Tegal Selatan 8 26 120 390 Ton 2340000 Besi siku 190 Ton 1404000

Besi kanal H 100

3 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Kejambon Tegal Timur 14 65 200 975 Ton 5850000 Besi siku 575 Ton 3510000

Besi kanal H 400

4 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Mangkukusuman Tegal Timur 8 36 160 540 Ton 3240000 Besi siku 300 Ton 1944000

Besi kanal H 240

5 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Slerok Tegal Timur 6 22 120 480 Ton 2880000 Besi siku 280 Ton 1728000

Besi kanal H 200

6 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Panggung Tegal Timur 6 24 100 330 Ton 1980000 Besi siku 180 Ton 1188000

Besi kanal H 150

7 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Kaligangsa Margadana 5 18 100 270 Ton 1620000 Besi siku 170 Ton 972000

Besi kanal H 100

8 Komp. Msn & Peralatan Debong Tengah Tegal Selatan 5 30 250 45.000 Unit 180000 Besi cor 125 Ton 720000

Besi as 75

Besi plat 75

9 Komp. Msn & Peralatan Randugunting Tegal Selatan 6 28 300 42.000 Unit 1680000 Besi cor 95 Ton 672000

Besi as 85

Besi plat 65

10 Komp. Msn & Peralatan Tegal Sari Tegal Barat 5 15 250 22.500 Unit 900000 Besi cor 55 Ton 360000

Besi as 45

Besi plat 20

11 Komp. Msn & Peralatan Kejambon Tegal Timur 20 80 400 120.000 Unit 4800000 Besi cor 195 Ton 1920000

Besi as 95

Besi plat 70

12 Komp. Msn & Peralatan Mangkukusuman Tegal Timur 15 75 350 112.500 Unit 4500000 Besi cor 165 Ton 1800000

Besi as 90

Besi plat 60

13 Komp. Msn & Peralatan Panggung Tegal Timur 8 38 240 57.000 Unit 2280000 Besi cor 115 Ton 912000

Besi as 85

Besi plat 30

14 Komp. Msn & Peralatan Mintaragen Tegal Timur 8 42 320 63.000 Unit 2520000 Besi cor 125 Ton 1008000

Besi as 90

Besi plat 50

Sumber :Buku Profil Produk Unggulan Industri Logam Kota Tegal Tahun 2015

Page 55: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 12

4.2.4. Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Logam

Perusahaan Industri adalah setiap orang yang melakukan kegiatan di

bidang usaha industri, tak terkecuali untuk industri kecil dan menengah. Berikut

perusahaan industri Kota Tegal.

Gambar 4.2.

Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Menurut Kelurahan di

Kecamatan Tegal Timur

Sumber : Dinas Perindustrian Kota Tegal, 2017

Gambar 4.3.

Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Menurut Kelurahan

Kecamatan Margadana

Sumber : Dinas Perindustrian Kota Tegal, 2017

0

2

4

6

8

10

12

14

16

PerushaanIKM Logam

1

5

16

7

Krandon

Kalinyamat

Sumurpanggang

Margadana

0

50

100

150

200

250

300

350

Perushaan IKM Logam

344

38 21

78

15

Kejambon

Slerok

Panggung

Mangkukusuman

Mintaragen

Page 56: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 13

Gambar 4.4.

Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Menurut Kelurahan di

Kecamatan Tegal Selatan

Sumber : Dinas Perindustrian Kota Tegal, 2017

Gambar 4.5.

Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Menurut Kelurahan di

Kecamatan Tegal Barat

Sumber : Dinas Perindustrian Kota Tegal, 2017

0

5

10

15

20

25

30

35

Perusahaan IKM Logam

6 7

3

26

32

22

28 Tunon

Bandung

Keturen

Randugunting

Debong Tengah

Debong Kidul

Debong Kulon

0

5

10

15

20

25

Perusahaan IKM Logam

7

2

25

16

10 11

Pesurungan Kidul

Debong Lor

Kemandungan

Pekauman

Kraton

Tegalsari

Page 57: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 14

4.3.1. Sejarah Mesin Dapur Induksi

Pengembangan Industri Logam dengan sistem Dapur Induksi di Kota Tegal

pada awal berdirinya dimaksudkan untuk :

a. Membantu kembali kebangkitan IKM pengecoran logam di Kota Tegal yang

selama ini dirasa lesu dan mati suri serta mengembalikan image kota Tegal

sebagai Jepangnya Jawa Tengah

b. Meningkatkan volume perdagangan dari hasil produksi logam di Kota Tegal

c. Penyerapan tenaga kerja dan pengembangan SDM pengecoran logam

d. Meningkatkan pendapatan asli daerah

e. Menjadi daya tarik bagi masuknya para investor disektor industri manufaktur

ke Kota Tegal

Proses penetapan lokasi mesin dapur induksi berdasarkan Rapat

Koordinasi Tim Teknis pada tanggal 4 Januari 2007 telah menetapkan dua

alternatif lokasi berdirinya mesin dapur induksi yaitu :

a. Bekas Pabrik PT Matahari SS di jalan Cempaka Nomor 17 Kota Tegal

b. Sebelah timur CV Prima Logam Jalan Perintis Kemerdekaan

Namun demikian berdasarkan hasil peninjauan lapangan serta

penelitian/pemeriksaan dokumen kepemilikan tanah dan bangunan pada tanggal

5 Juni 2007 oleh Tim Teknis Pengadaan Tanah dan Gedung untuk Unit

Pengecoran Logam Dapur Induksi yang dibentuk berdasarkan SK Walikota No.

593.6/053/2007 tanggal 24 Mei 2007 maka ditetapkan lokasi mesin dapur induksi

berada di Jalan Cempaka. Alasan pertimbangan penetapan lokasi dapur induksi

di jalan Cempaka adalah :

Rekomendasi Kepala Dinas Perkotaan Kota Tegal pada surat No. 648/004

tanggal 9 Januari 2007 bahwa sesuai dengan Perda No. 2 tahun 2004 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tegal, sepanjang jalan Cempaka

merupakan kawasan dengan zoning industri.

Eksisting lingkungan kawasan cempaka telah dimanfaatkan sebagai home

industry logam.

4.3. GAMBARAN UMUM MESIN DAPUR INDUKSI KOTA TEGAL

Page 58: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 15

Merekomendasi agar kegiatan pendirian dapur induksi dapat dilokasikan

berdekatan dengan para pengrajin logam yaitu di sepanjang jalan Cempaka

Kota Tegal.

Proses jual beli tanah dan bangunan untuk dapur induksi dilakukan tanggal

28 Nopember 2007 yaitu Tim Pengarah dan Tim Teknis Pengadaan Tanah dan

Gedung untuk Unit Pengecoran Logam Dapur Induksi telah menandatangani

berita acara penetapan kesepakatan final jual beli tanah dengan harga

Rp. 482.000.000,- sudah termasuk beban pajak final di dua lokasi yaitu. :

Tanah di jalan Cempaka No. 17 Tegal sertifikat HM No. 553 Kelurahan

Kejambon luas 435 M2 milik Achmad Futuchi Bin Haji Abdussalam ( Alm )

kesepakatan harga jual Rp. 249.000.000,- untuk lokasi tempat kantor

sekretariat.

Tanah di jalan Cempaka No. 14 sertifikat HM No. 1463 Kelurahan Kejambon

luas 388 M2 milik Haji Ma’mun Bin Haji Abdussalam (Alm) kesepakatan harga

jual Rp. 252.000.000,- untuk lokasi operasional dapur induksi.

Selanjutnya pada Pada tanggal 12 Maret 2009 telah terjadi

penandatanganan berita acara serah terima penggunaan dan pemanfaatan

bantuan peralatan dapur induksi untuk Pemkot Tegal dari Direktorat Jenderal

Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian Jakarta

kepada Walikota Tegal, dengan 3 poin penting dalam berita acara tersebut yaitu :

1) Pihak Kedua Wajib melaporkan tentang penggunaan dan pemanfaatan alat

tersebut setiap 6 bulan sekali ke Pihak Pertama

2) Apabila penggunaan dan pemanfaatan peralatan tersebut tidak produktif

tanpa alasan yang diterima oleh Pihak Pertama dalam waktu 6 bulan pertama

maka Pihak Pertama akan menarik kembali bantuan peralata tersebut, yang

selanjutnya akan dipindahkan ke Kab/Kota/Provinsi yang membutuhkan

3) Pihak Kedua tidak dapat memindahtangankan, menjual atau menyewakan

kepada pihak ketiga.

Proses serah terima penggunaan dan pemanfaatan bantuan peralatan

dapur induksi ini dilanjutkan dengan pemeriksaan seperangkat Mesin Dapur

Induksi sesuai Berita Acara Serah Terima barang No. 187-1/ILMTA/3/2009 tgl. 12

Maret 2009 dengan jenis barang :

Page 59: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 16

Nama barang Dapur / Tungku Induksi (Induction Furnace)

Merk Inductotherm

Type VIP Power Trak 175 kw, 1000 Hz and duraline furnace 2 X 250 kg

Jumlah 1 (satu) unit lengkap dengan asesoris dari furnace, panel, sistem

pendingin / cooling tower

Uji coba telah dilakukan secara resmi oleh konsultan di Gedung eks PT.

Matahari SS dengan hasil baik.

Rencana Pembangunan Gedung dan Pengadaan Peralatan Dapur Induksi

Pembangunan/Rehab Berat Gedung dan Kantor Dapur Induksi dilaksanakan pada

tanggal 9 Juli 2009 sampai dengan 26 Oktober 2009 oleh CV Adhiradjasa jalan

Pelangi No. 21 Kota Tegal dengan nilai kontrak Rp. 496.977.800,-

Dari rangkaian proses pengadaan mesin dapur induksi selanjutnya disusun

kesepakatan bersama antara pemerintah Kota Tegal dengan pengelola dengan

poin penting sebagai berikut :

1) Walikota Tegal telah menetapkan besaran tarif sewa tanah, gedung, genset,

trafo dan hoist crane Dapur Induksi milik Pemerintah Kota Tegal sesuai SK

No. 530/184/2010 tgl. 21 Oktober 2010, dengan besarannya sbb. :

Tahun 1 Tarif sewa/tahun Rp. 32.493.537,31

Tahun 2 Tarif sewa/tahun Rp. 18.351.105,31

Tahun 3 Tarif sewa/tahun Rp. 18.572.080,81

2) Walikota Tegal telah menyetujui Koperasi Industri dan Kerajinan “Tegal Indo”

BH No. 412.3/PAD/0007/2002 di jalan Nusa Indah No. 21 Tegal sebagai pihak

pengelolan UPT Dapur Induksi Kota Tegal sesuai surat persetujuan Walikota

Tegal bulan Oktober 2010.

Untuk menyiapkan sumberdaya manusia juga direncanakan pelatihan

operator Dapur Induksi yang dilaksanakan pada tanggal 2 sd 10 Nopember 2010

jam 09.00-15.00 WIB dengan peserta 15 orang pengrajin logam dengan

narasumber dari BPPT Serpong didampingi narasumber dari PT Prima Logam

Tegal. Pada tanggal 9 Maret 2010 juga telah ditandatangani Nota Kesepahaman

antara Pemkot Tegal dengan Badan Pengkajian dan Penerpanan Teknologi/BPPT

Serpong tentang Pengkajian penerapan dan pemasyarakatan teknologi untuk

Page 60: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 17

mendukung pembangunan daerah Kota Tegal Provinsi Jateng untuk jangka waktu

5 tahun sejak penandatangangan MoU ( 2010-2015 ).

Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kota Tegal dengan Pihak

Pengelola Dapur Induksi belum tercapai ditandai dengan Ketua dan Sekretaris

Kopinkra Tegalindo menyatakan ketidaksediaannya mengelola dapur Induksi

dengan surat No. 013/TI/VI/2012 tanggal 18 Juni 2012 dilampiri tanda tangan 20

orang anggotanya. Namun demikian pada tanggal 1 Pebruari 2014 surat No.

020/SP-TI/II/2014 Ketua dan Sekretaris menyatakan siap mengelola operasional

pabrik pengecoran logam sistem Dapur Induksi Kota Tegal.

Seiring berjalannya waktu, pada tanggal 13 September 2011 dilaksanakan

rapat koordinasi di ruang rapat lantai I dipimpin oleh Sekda KotaTegal yang

hasilnya merelokasi dapur Induksi ke jalan Mataram Kelurahan Muarareja di

kompleks UPTD Pengelolaan Sampah dan garasi mobil Diskimtaru dengan luas

lahan 2.000 m2 yang disesuaikan dengan Perda No. 4 tahun 2012 tentang RTRW.

Pertimbangan perlunya dilaksanakan relokasi adalah :

Keberatan warga di jalan Cempaka sekitar lokasi dapur induksi terhadap

kebisingan suara mesin.

Perda No. 4 tahun 2012 tetang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota pada

pasal 16 poin c bahwa “ Kelurahan Kejambon memiliki fungsi untuk pelayanan

permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa yang meliputi wilayah

Kecamatan Tegal Timur”.

Pasal 53 poin 2 bahwa “ industri besar dan industri menengah berada di

kawasan industri terpadu di Kec. Margadana dan kec. Tegal Barat.”

Pembangunan Gedung Dapur Induksi di jalan Mataram Kelurahan

Muarareja Kecamatan Tegal Barat telah dilaksankan oleh CV. Esse Bangun Prima

dengan waktu pelaksanaan tanggal 29 Mei 2013 sampai dengan 25 September

2013 dengan harga borongan Rp. 539.000.000,-.

Selanjutnya diterbitkan SK Walikota Tegal No. 030/081.c/2013 tanggal 24

Juni 2013 tentang status penggunaan tanah milik Pemerintah Kota Tegal sertifikat

hak pakai Nomor 37 Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal

telah dicatat sebagai asset pada Dinas Koperasi, UMKM Perindustrian dan

Perdagangan Kota Tegal.

Page 61: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 18

Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 2014 telah dilaksanakan

investigasi oleh Tim Ahli dari BPPT Serpong ke lokasi Dapur Induksi di jalan

Mataram Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat yang hasilnya pada

tanggal 21 Januari 2015 telah dipresentasikan dihadapan Petugas Dinas

Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tegal di Kantor BPPT

Serpong, agar Dapur Induksi Kota Tegal bisa difungsikan sebagai alat

pengecoran logam maka diperlukan beberapa tahap pekerjaan :

a. Perbaikan kondisi tanah dan bangunan tempat dapur induksi (civil and

structural works)

1) Angkur Dapur menyentuh kaki dapur akan menimbulkan panas akibat

efek/looping medan magnet

2) Kondisi tanah labil bekas timbunan sampah memerlukan kegiatan

penggalian dan pemadatan area cooling system

3) Pembuatan cor bak dingin untuk menampung air dari cooling tower

sekaligus dudukan cooling tower

4) Pembuatan pondasi untuk kaki-kaki emergency tower

5) Perlu instalasi kembali komponen-komponen dan run out pit furnace

6) Perlu pintu akses cooling system area

7) Pengerukan dan pembuangan tanah bekas sampah

8) Pembuatan pagar keliling

b. Perbaikan kabel electrical dan control panel

1) Pembuatan rak kabel 3 phase

2) Pembuatan panel Change Over dari genset besar ke genset kecil

3) Pembuatan Change Over Switch untuk panel cooling system dan motor

hydraulic

4) Instalasi kabel 3 phase 380 V

5) Panel distribusi ke panel change over switch

6) Panel control untuk cooling system dan motor hydraulic

7) Panel kontrol ke : motor pompa sirkulasi 1&2; motor fan cooling tower;

motor hydraulic; selenoid valve untuk emergency water

c. Perbaikan instalasi

1) Instalasi pipa dan fitting untuk water cooling

2) Instalasi hydraulic system

Page 62: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 19

3) Instalasi grounding system

4) Instalasi erection dan mechanical

5) Instalasi saluran air PDAM

6) Instalasi saluran lisrik PLN

d. Recommissioning

Mengingat dapur tersebut sudah 4 tahun tidak dioperasikan dan apabila

terdapat kerusakan part pada saat commisioning maka part tersebut tidak bisa

ditanggung oleh Inductotherm

e. Uji komposisi paduan logam

1) Dapur induksi mampu menghasilkan paduan homogen sehingga bisa

menjawab kebutuhan spesifikasi material ketat yang dibutuhkan oleh

pengguna

2) Untuk menunjang sertifikasi produk maka sangat diperlukan alat uji

komposisi kimia untuk membantu mencapai komposisi targetunit

spektrometer

f. Pembiasaan dan trial production

1) Target : memanfaatkan dapur induksi untuk mengungkit teknologi

pengecoran ferrous di kawasan IKM Logam Kota Tegal

2) Pelatihan SDM Operator bagi Pelajar dan Mahasiswa di Kota Tegal

Selanjutnya pada tanggal 26 Januari 2015 telah dilaksanakan rapat

koordinasi bantuan Gubernur Tahun 2015 di ruang Bappeda Kota Tegal dihadiri

oleh Petugas Bappeda Provinsi Jawa Tengah, telah disepakati perubahan item

pekerjaan dengan memasukan item pekerjaan Re-Instalasi dapur induksi dan

pekerjaan Re-Commisioning mesin dapur induksi total usulan Rp. 400.000.000,-

sharing dari APBD Rp. 50.000.000,- dan sekaligus telah diusulan perencanaan

bantuan gubernur tahun 2016 untuk dapur induksi total Rp. 1.170.000.000,-

Temu Konsultasi ke Ditjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian

Perindustrian di Jakarta pada tanggal 22 Januari 2015 di Jakarta terkait dengan

Mesin Dapur industri di Kota Tegal, hasilnya :

a. Disarankan kajian ulang dengan tenaga ahli yang kompeten mengingat mesin

sudah 6 tahun belum berfungsi dan focus output produksinya disesuaikan

dengan kebutuhan pasar IKM yang sekarang ini.

Page 63: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 20

b. Mengacu Berita Acara Serah Terima Barang/Peralatan Mesin Dapur Industri

pada tgl. 12 Maret 2009 antara Walikota Tegal dengan Direktorat Jenderal

Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian, bahwa

jika peralatan tersebut apabila penggunaan dan pemanfaatan peralatan

tersebut tidak produktif tanpa alasan yang jelas maka mestinya bantuan

peralatan tersebut, ditarik kembali oleh pusat yang selanjutnya akan

dipindahkan ke Kab/Kota/Provinsi lain yang membutuhkan

c. Agar melakukan koordinasi dengan daerah terdekat, yaitu Kabupaten Tegal

karena disana ada UPT Logam yang sudah berjalan baik atau melihat Dapur

Industri di daerah Klaten

d. Pemenuhan anggaran yang cukup bagi pengembangan IKM di Kota Tegal

adalah tanggung jawab Pemerintah Kota Tegal sedangkan Pusat dan Provinsi

bersifat sharing dan melengkapi

e. Selama Mesin Dapur Induksi belum berfungsi maka petugas dari Dinas

Koperasi, UMKM, Perindah Kota Tegal ditugaskan untuk menghidupkan

Mesin Genset 2 kali dalam seminggu yang berfungsi untuk pemanasan mesin,

sesuai saran dari Tim Ahli BPPT, untuk itu dibutuhkan bahan bakar solar

yang cukup

4.3.2. Lokasi Mesin Dapur Induksi.

Mesin dapur Induksi secara administrasi berada di Jalan Mataram yang

termasuk dalam wilayah Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat dengan

koordinat lokasi kegiatan Dapur Induksi adalah 1090 08 267’ BT sampai dengan

1090 08 274’ BT dan 060 50 950’ LS sampai dengan 060 50 969’ LS.

Sementara itu pemanfaatan lahan sekitar lokasi adalah :

Sebelah Utara : Tambak

Sebelah Timur : Jl. Mataram

Sebelah Selatan : Peternakan itik/tambak

Sebelah Barat : Tambak

Jarak terdekat lokasi kegiatan dengan kawasan permukiman adalah sejauh

500 m dan jarak terdekat lokasi dengan fasilitas-fasilitas umum lainnya adalah :

Sekolah : 500 m

KUD Karya Mina : 1000 m

Page 64: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 21

Rumah Sakit Mitra Keluarga : 1500 m

Puskesmas : 1500 m

Terminal Bus : 1000 m

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011 - 2031 di lokasi tersebut merupakan area

Industri.

Gambar 4.6.

Lokasi Mesin Dapur Induksi

4.3.3. Tata Guna Lahan Dan Bangunan

Bangunan mesin dapur induksi berdiri diatas lahan seluas 2.000 m2 milik

Pemerintah Kota Tegal yaitu pada bekas TPA Muarareja milik Pemerintah Kota

Tegal. Sedangkan luas terbangun yang digunakan untuk bangunan mesin dapur

induksi adalah seluas 161 m2. Sisa lahan lainnya seluas 1.839 m2 dimanfaatkan

untuk area parkir, jalan, taman dan timbunan sampah.

Rincian tata guna bangunan mesin dapur induksi adalah sebagai berikut :

Page 65: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 22

Tabel 4.10.

Rincian Tata Guna Bangunan :

NO Nama Ruang Ukuran (m2) Jumlah Luas Tanah Terbangun

1. Kantor 4,5 x 3 1 unit 13,5 m2

2 Mushola - - -

3 Toilet 1,5 x 3 1 unit 4,5 m2

4. Dapur Induksi 6 x 3 1 unit 18 m2

5. Genset 6 x 3 1 unit 18 m2

6. Travo 1,5 x 2 1 unit 3 m2

7. Bak/Kolam Perendaman 2 x 2 1 unit 4 m2

8. Area Pengecoran Logam - 1 unit 100 m2

Jumlah 161 m2

Sumber : Dinas Perindustrian Kota Tegal

4.3.4. Kondisi Lahan dan Bangunan

Secara umum kondisi lahan dan bangunan mesin dapur induksi dapat

digambarkan sebagai berikut :

a. Bangunan mesin dapur induksi saat ini dikelilingi oleh timbulan sampah yang

menutupi sekeliling bangunan dengan ketinggian timbulan sampah antara 0

sampai dengan 3 m. Timbulan sampah juga menghalangi pintu masuk ke

dalam bangunan mesin dapur induksi

b. Bangunan mesin dapur induksi juga pernah terendam banjir dengan

ketinggian 30 cm. Kondisi genangan banjir juga sempat merendam beberapa

mesin dan peralatan di dalam bangunan.

Gambar 4.7.

Bangunan Mesin Dapur Induksi

Bangunan Mesin Dapur Induksi Yang Dikelilingi Timbunan Sampah

Area Parkir Bangunan Mesin Dapur Induksi

Page 66: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 23

4.3.5. Peralatan Tersedia

Sejak dibangun gedung Dapur Induksi yang baru oleh Pemerintah Kota

Tegal sekaligus pemindahan Dapur Induksi dan peralatan lain, sampai saat ini

Dapur Induksi belum bisa dioperasikan. Hal ini karena masih banyak peralatan

yang belum tersedia dan belum ada tenaga yang mampu untuk mengoperasikan

Dapur Induksi. Peralatan yang sudah tersedia antara lain sebagai berikut :

Tabel. 4.11.

Peralatan Tersedia

No Jenis Peralatan Jumlah Unit Luas Ruang

1. Tungku Dapur Induksi 1 unit 18 m2

2. Genset 1 unit 18 m2

3. Travo 1 unit 3 m2

4. Colling Tower 1 unit 4 m2

5 Hydraulic Power 1 unit 1 m2

6 Panel Dapur Induksi 1 unit 3 m2

7 Hoist Crane 1 unit 1 m2

Bangunan dan Peralatan

Bekas Terendam Banjir

Bangunan dan Peralatan

Bekas Terendam Banjir

Page 67: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 24

Gambar 4.8.

Peralatan Tersedia

Genset Colling Tower

Panel Dapur Induksi Trafo

Hydraulic Power Tungku Dapur Induksi

Page 68: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

IV - 25

4.3.6. Kondisi Lingkungan dan Konstruksi Mesin Dapur Induksi

Dalam rangka merevitalisasi mesin dapur induksi agar dapat dioperasikan

maka terlebih dahulu dilakukan penilaian terhadap kondisi eksisting konstruksi

mesin dapur induksi dengan hasil sebagai berikut :

1) Perbaikan kondisi tanah dan bangunan tempat dapur induksi (civil and

structural works)

2) Perbaikan kabel electrical dan control panel

3) Perbaikan instalasi

4) Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan dampak

Page 69: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 1

ANALISA KELAYAKAN MESIN DAPUR INDUKSI

5.1.1. Analisa Kesesuaian Lokasi Dengan RTRW Kota Tegal

Lahan merupakan sumber daya yang terbatas dan tidak dapat

diperbaharui, sedangkan aktivitas manusia yang membutuhkan lahan terus

meningkat dari waktu ke waktu. Salah satunya dengan pemanfaatan lahan untuk

aktivitas industri. Oleh karena itu untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan

penggunaan lahan kedepannya maka perlu dianalisa penggunaan lahan dan

kesesuaian lahannya bagi industri pengecoran logam di Kota Tegal.

Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011– 2031 menyatakan bahwa tujuan

penataan ruang adalah mewujudkan Kota Tegal sebagai kota bahari yang

didukung kegiatan perdagangan, jasa dan industri yang aman, nyaman, produktif

dan berkelanjutan. Tujuan ini diwujudkan salah satunya adalah melalui kebijakan

peningkatan pengelolaan kawasan peruntukan industri.

Lokasi mesin dapur induksi yang secara administrasi berada di Jalan

Mataram, Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat termasuk dalam

Kawasan Industri Terpadu dimana dalam kawasan ini dapat dikembangkan

industri besar dan industri menengah sebagaimana terlihat dalam peta pola ruang

di bawah ini.

.

5.1. KELAYAKAN LOKASI

BAB

5

Page 70: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 2

Gambar 5.1.

Rencana Pola Ruang Kota Tegal

Kesesuaian lokasi mesin dapur induksi pada dasarnya telah sesuai

dengan ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Peruntukan Industri (KPI)

yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 5.1.

Kesesuaian Lokasi Mesin Dapur Induksi Dengan Peraturan Zonasi KPI

No Peraturan Zonasi KPI Mesin Dapur Induksi

1 Kelengkapan pengelolaan lingkungan

hidup

Adanya dokumen UKL/UPL

2 Penggunaan kendaraan besar berada di

jalan arteri primer dan kolektor

Jalan Mataram termasuk jalan dalam

lingkungan Kawasan Peruntukan Industri

3 Sarana dan prasarana pendukung industri Pengembangan jaringan drainase sekunder

di Jalan Mataram

4 Kegiatan industri tanpa polusi Upaya pengelolaan kulaitas udara dan

kebisingan

Upaya pengelolaan kualitas dan kuantitas

air

Upaya pengelolaan limbah padat

Upaya pengelolaan lingkungan biologi

Sumber : RTRW Kota Tegal

LOKASI MESIN DAPUR

INDUKSI

Page 71: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 3

5.1.2. Analisis Dampak Operasionalisasi Mesin Dapur Induksi

Setiap rencana usaha atau kegiatan, termasuk revitalisasi mesin dapur

induksi di Kota Tegal pasti akan menimbulkan dampak lingkungan baik dampak

positif maupun dampak negatif. Sehingga untuk memaksimalkan dampak

positif dan meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul upaya

pengelolaan tetap harus dilakukan. Dalam pengelolaan lingkungan tersebut

diterapkan pendekatan teknis maupun non teknis yang memadai.

a. Dampak Kualitas Udara dan Kebisingan

Perubahan kualitas udara dan kebisingan merupakan dampak negatif yang

dapat terjadi pada operasional kegiatan pengecoran logam dan dapur induksi.

Tabel 5.2.

Dampak Kualitas Udara dan Kebisingan

No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak

1 Proses pencetakan dan

pengecoran logam

Debu dan asap yang keluar

dari tungku dan debu dari

pasir cetak

Penurunan kualitas udara

di sekitar lokasi industri

yang jauh dari permukiman

penduduk

2 Proses

machining/finishing pada

kegiatan pengecoran dan

industri logam

.Debu dari kegiatan

machining/finishing

Penurunan kualitas udara

dengan sebaran dampak

hanya di sekitar lokasi

kegiatan yang jauh dari

permukiman penduduk

3 Operasional bengkel dan

utilitas (pemakaian

pompa, kompresor dan

lain-lain).

Kebisingan dari operasional

bengkel dan utilitas

Radius dampak ini

diperkirakan mencapai 50 -

100 meter dari tapak

4 Mobilitas kendaraan

pengangkut bahan baku

dan hasil produksi

Kebisingan dari mobilitas

kendaraan

Radius dampak kebisingan

ini diperkirakan kurang dari

50 meter dari tapak

Sumber : Analisa Data

b. Dampak Kualitas Air Permukaan

Sifat dampak berpotensi menurunkan kualitas air permukaan disaluran

drainase sekitar lokasi kegiatan pengecoran logam dan dapur induksi.

Darnpak dikategorikan sebagai dampak negatif dan bersifat permanen,

selama kegiatan operasional pengecoran logam dan dapur induksi

berlangsung.

Page 72: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 4

Tabel 5.3.

Dampak Kualitas Air Permukaan

No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak

1 Limbah domestik

pekerja

Limbah cair domestik Tergantung pengelolaan limbah

cair domestik

2 Penggunaan air pada

kegiatan proses

produksi dan

kegiatan domestik

Intrusi air laut Tergantung sumber air yang

digunakan

3 Proses perawatan

mesin yang berpotensi

menimbulkan ceceran

sisa oli / pelumas

Penurunan kualitas air

permukaan dan

Peningkatan kualitas air

limbah

Tergantung pada volume dan

karakteristik air limbah yang

masuk ke saluran drainase

Sumber : Analisa Data

c. Dampak Limbah Padat

Sifat dampak berpotensi meningkatnya timbulan limbah padat, timbulnya bau

tidak sedap, gangguan estetika lingkungan dan beresiko berkembangnya

vektor penyakit. Dampak dikategorikan sebagai dampak negatif tergantung

dari banyaknya limbah padat di sekitar lokasi dapur induksi dan banyaknya

limbah padat yang dapat tertangani.

Tabel 5.4.

Dampak Limbah Padat

No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak

1 Aktivitas kegiatan

pengecoran dan

perbengkelan

Potongan kawat, besi

dan baja

Tergantung kemampun untuk

mendaur ulang

2 Sampah domestik

karyawan

Sampah organikdan

anorganik

Volume sampah domestik

yang dihasilkan sebesar 0,06

m3/hari, dengan asumsi tiap

orang karyawan menghasilkan

sampah 0,003 m3/hr

Sumber : Analisa Data

d. Dampak Lingkungan Biologi

Dampak berpotensi mengganggu ekosistem di lingkungan dapur induksi

dengan berkurangnya jenis-jenis flora dan fauna tertentu atau pindahnya

beberapa jenis fauna. Dampak dikategorikan sebagai dampak negatif dan

bersifat permanen, selama operasional Dapur Induksi berlangsung.

Page 73: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 5

Tabel 5.5.

Dampak Lingkungan Biologi

No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak

1 Operasional dapur induksi

dan pengecoran logam

Terganggunya ekosistem

sekitar dapur induksi

Dampak ringan karena

berada d ilokasi tapak

bekas Ex TPA

Sumber : Analisa Data

e. Dampak Gangguan Lalu Lintas

Dampak berpotensi menyebabkan kemacetan dan antrian di akses keluar

masuk lokasi Dapur Induksi di Jalan Mataram serta berpotensi terjadinya

kecelakaan di akses keluar masuk dapur induksi. Dampak dikategorikan

sebagai dampak negatip dan bersifat permanen, selama operasional Dapur

Induksi berlangsung.

Tabel 5.6.

Dampak Gangguan Lalu Lintas

No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak

1 Mobilitas kendaraan (mobil

pribadi, Truk pengangkut

tabung gas, kendaraan roda

dua) konsumen yang keluar-

masuk lokasi Dapur Induksi

Gangguan kemacetan lalu lintas

dan kecelakaan lalu lintas

Dampak ringan

dengan

pengaturan lalu

lintas

Sumber : Analisa Data

5.1.3. Analisis Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan,

penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan

pengembangan lingkungan hidup. Kelayakan lokasi mesin dapur induksi di Kota

Tegal adalah sejauhmana pihak pengelola mampu meminimalkan dampak yang

dapat mempengaruhi lingkungan hidup.

Page 74: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 6

Tabel 5.7.

Pengelolaan Lingkungan Hidup

No Dampak Lingkungan Hidup Tolak Ukur Dampak Upaya Pengelolaan

1 Penurunan kualitas udara dan

kebisingan

Baku Mutu Kualitas udara ambien menurut SK

Gubernur Jawa Tengah No. 8 Tahun 2001

Baku Mutu Kualitas Udara emisi sumber tidak

bergerak menurut Permen LH No. 7 Tahun 2007.

Baku Tingkat Kebisingan menurut Keputusan MENLH

No. 48 /Menlh/11/1996.

SE Manaker No. 51/Manaker/1999 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika di Lingkungan Kerja

Penanaman pohon pelindung

Penggunaan teknologi tepat guna yang mampu

mengurangi getaran dan kebisingan terhadap

bangunan sekitar

Pemasangan peredam pada genset agar tidak

menimbulkan kebisingan

2 Penurunan kualitas air

permukaan

Baku Mutu Air Limbah di Propinsi Jawa Tengah

menurut Perda Propinsi Jateng No. 12 Tahun 2012.

Baku Mutu Limbah Cair menurut keputusan MenLH

No. 06 tahun 2010.

Baku Mutu Air badan air menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan

pengawasan kualitas air

Pembuatan sumur resapan untuk pembuangan

/ limpasan air.

Filterisasi air sebelum masuk ke draenase.

Melakukan penghematan penggunaan air

dalam aktifitas pembangunan Dapur Induksi

dan Pengecoran Logam

3 Peningkatan timbulan limbah

padat

Timbulan limbah padat/sampah pada lokasi proyek

pembangunan dapur induksi dan pengecoran logam.

Banyak sedikitnya jumlah limbah padat yang dapat

tertangani

Penyediaan tempat sampah Organik dan

anorganik di lokasi dapur Induksi dan

Pengecoran Logam.

Pemilihan sampah konstruksi non konstruksi

sesuai dengan jenisnya.

Kerjasama dengan pihak ketiga (pengumpul)

sampah untuk digunakan kembali/daur ulang.

Page 75: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 7

No Dampak Lingkungan Hidup Tolak Ukur Dampak Upaya Pengelolaan

Melakukan monitoring volume sampah yang

dihasilkan.

Mengurangi potensi timbulan sampah dengan menggunakan kembali bahan yang telah terpakai

4 Gangguan lingkungan biologi Perubahan lingkungan biologi karena operasionalisasi

mesin dapur induksi

Melakukan penghijauan dan penanaman pohon

peneduh disekitar lokasi kegiatan.

Pembuatan taman

Sumber : Analisa Data

Page 76: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 8

5.2.1. Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Dalam upaya merevitalisasi mesin dapur induksi, hal pokok yang perlu

mendapat perhatian adalah kelengkapan sarana dan prasarana yang akan

digunakan dalam operasionalisasi mesin dapur induksi. Kebutuhan sarana dan

prasarana yang diperlukan dilakukan dengan pendekatan kegiatan, antara lain :

5.2.1.1. Kegiatan Utama/Proses Produksi

Proses produksi pengecoran dan industri logam sangat bervariatif

bergantung pada spesifikasi produk yang dipesan oleh konsumen. Namun secara

garis besar proses produksi tersebut terbagi menjadi beberapa bagian yaitu

pengadaan bahan baku, peleburan, pencetakan dan pengecoran, pembongkaran

hasil dan packing serta pengiriman.

a. Pengadaan Bahan Baku

Tahap pertama proses produksi diawali dengan pengadaan bahan baku yang

berasal dari dalam negeri berupa ferro mangan.

b. Peleburan logam/ baja.

Ferro mangan yang dilebur dengan cara pemanasan, setelah dilebur/melting

dilakukan uji kualitas komposisi terhadap logam yang sudah dilebur. Bahan

ferro mangan yang telah dilebur selanjutnya digunakan sebagai bahan dalam

proses pencetakan.

c. Pencetakan dan Pengecoran

Sebelum dilakukan proses pencetakan atau pengecoran, terlebih dahulu

disiapkan cetakan yang berasal dari bahan baku pasir silica, water glass dan

gas CO untuk pencetakan atau pengecoran baja dari bahan ferro mangan.

Adapun pengecoran dari bahan besi biasa biasanya menggunakan cetakan

yang berasal dari pasir biasa. Produk yang dihasilkan berupa produk casting,

dan beberapa komponen mesin.

d. Pembongkaran

Proses selanjutnya adalah pembongkaran hasil pengecoran logam yang

selanjutnya akan diuji kualitas dimensi dan bentuk sesuai dengan permintaan

konsumen.

5.2. KELAYAKAN TEKNIS

Page 77: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 9

e. Finishing

Setelah diuji proses selanjutnya adalah finishing. Pada tahap ini produk logam

yang telah dicor dihaluskan kemudian dilakukan pengecatan sesuai dengan

permintaan konsumen.

Gambar 5.2.

Proses Produksi Mesin Dapur Induksi

Dari alur proses pengecoran logam di atas, kebutuhan dan kelengkapan

sarana dan prasarana untuk mendukung proses produksi mesin dapur induksi

antara lain :

Tabel 5.8.

Sarana dan Prasarana Proses Produksi

No Jenis Peralatan Kapasitas Keterangan

1 Mesin Dapur Induksi 250 Kg Tersedia

2 Genset 350 KVA Tersedia

3 Hois Crane 1.000 Kg Tersedia

4 Bak Kolam Perendaman 4 M2 Tersedia

5 Colling Tower - Tersedia

6 Panel Dapur Induksi - Tersedia

7 Hydraulic Power - Tersedia

8 Spectrometer - Belum Tersedia*

PENGADAAN

BAHAN BAKU

PEMBONGKARAN

PENCETAKAN DAN

PENGECORAN

PELEBURAN

LOGAM/BAJA

FINISHING

Ferro Mangan

Pasir Silica Water Glas

Gas CO

Uji Komposisi

Uji Kualitas (Dimensi dan Bentuk)

Page 78: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 10

No Jenis Peralatan Kapasitas Keterangan

9 Optical Thermometer - Belum Tersedia*

10 Water Cooling - Belum Tersedia*

Sumber : Analisa Data

Keterangan : *) Diperhitungkan dalam Biaya Recommisioning

Spectrometer merupakan alat yang diperlukan untuk menguji komposisi

kimia yang dapat membantu mencapai komposisi target yang diinginkan.

Sementara itu optical thermometer juga diperlukan untuk mengukur perubahan

suhu yang cara kerjanya berdasarkan perubahan warna logam. akibat perubahan

suhu yang sangat tinggi (di atas 1000°C). Keduanya merupakan peralatan yang

sangat penting dalam menentukan kualitas logam yang dilebur. Selain kedua alat

tersebut, dalam proses peleburan logam, proses perpindahan panas juga

merupakan salah satu proses yang sangat penting dimana Water Cooling terbukti

mampu mengatasi panas jauh lebih baik daripada radiator.

5.2.1.2. Kegiatan Penunjang

Kegiatan pengecoran dan industri logam Dapur Induksi didukung beberapa

kegiatan penunjang yang terdiri dari kegiatan perbengkelan, utilitas, penyediaan

material dan alat perlengkapan, perkantoran. Kegiatan perbengkelan berupa

bengkel struktural untuk mendesain mesin produksi sesuai dengan spesifikasi

yang diminta oleh konsumen.

Utilitas yang menopang kegiatan pengecoran dan industri logam adalah

listrik, kompresor dan sumber air sumur. Untuk kegiatan ini didukung dengan

fasilitas yang berupa gudang logistik, gudang material operasi dan gudang

penyimpanan barang jadi sebelum dikirim ke konsumen. Perkantoran merupakan

kegiatan penunjang lainnya yang sangat berperan meliputi administrasi,

organisasi dan pengaturan tenaga kerja.

Kebutuhan dan kelengkapan sarana dan prasarana yang dapat mendukung

kegiatan penunjang mesin dapur induksi di Kota Tegal antara lain :

Page 79: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 11

Tabel 5.9.

Sarana dan Prasarana Penunjang

No Jenis Peralatan Kapasitas Keterangan

1 Perkantoran 100 m2 Belum Tersedia

2 Peralatan Perkantoran 1 Unit Belum Tersedia

3 Peralatan Perbengkelan 1 Unit Belum Tersedia

4 Sumur Artesis 1 Unit Belum Tersedia

5 Fire Hydrant 2 Unit Belum Tersedia

6 Penanaman Pohon Pelindung 100 Pohon Belum Tersedia

7 Perkerasan Jalan 1.784 m2 Belum Tersedia

Sumber : Analisa Data

5.2.1.3. Kegiatan Lainnya

Selain kegiatan utama dan kegiatan penunjang, kegiatan dapur induksi

juga mempunyai kegiatan lain seperti kegiatan lain untuk kegiatan pendidikan dan

sosial lainnya. Dalam dunia pendidikan Dapur Induksi akan menyediakan fasilitas

praktek bagi siswa SMK yang ada di Wilayah Kota Tegal dan bekerjasama

dengan Disperindagkop Kota Tegal sebagai lokasi penelitian produksi alat-alat

yang akan diperagakan untuk masyarakat. Kegiatan ini pada dasarnya tidak

membutuhkan sarana dan prasarana.

5.2.2. Manajemen Pengelolaan

5.2.2.1. Kebutuhan Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja untuk mengoperasionalkan mesin dapur induksi

direncanakan menggunakan tenaga kerja lokal dengan jumlah 24 orang dan

spesifikasi keahlian sebagai berikut :

Tabel 5.10.

Kebutuhan Tenaga Kerja

No Klasifikasi Pekerja Pendidikan Jumlah

1 Manager S1 1

2 Desain Produksi S1 2

3 Administrasi DIII 2

3 Operator SMK 10

4 Ofice Boy SMA 2

5 Satpam SMA 2

6 Bongkar Mat SDSLTP 3

7 Enginering S1 2

Jumlah 24

Sumber : Analisa Data

Page 80: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 12

5.2.2.2. Pengelola

Pengelolaan mesin dapur induksi di Kota Tegal dalam perkembangannnya

direncanakan akan dikelola dengan 4 (empat) pilihan lembaga yaitu Koperasi,

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan

dan swasta.

a. Koperasi

Koperasi merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam

mengelola mesin dapur induksi di Kota Tegal. Skema Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha (KPBU) dapat dilakukan dengan menyerahkan

sepenuhnya pengelolaan mesin dapur induksi kepada koperasi.

b. Unit Pelaksana Teknis Daerah

Unit Pelaksana Teknis Daerah merupakan unit pemerintah yang dibentuk

dengan tujuan peningkatan pelayanan kepada pelaku usaha Industri Kecil

Menengah (IKM) Logam. Unit ini juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi

daerah dalam bentuk retribusi jasa atas pelayanan pengecoran logam yang

diberikan. Pemilihan unit pemerintah sebagai pengelola mesin dapur induksi

di Kota Tegal didasarkan pada hasil Temu Konsultasi ke Ditjen Industri Kecil

dan Menengah Kementerian Perindustrian di Jakarta pada tanggal 22 Januari

2015 di Jakarta terkait dengan Mesin Dapur industri di Kota Tegal, dimana

salah satu point dalam konsultasi tersebut adalah pemenuhan anggaran yang

cukup bagi pengembangan IKM di Kota Tegal adalah tanggung jawab

Pemerintah Kota Tegal sedangkan Pusat dan Provinsi bersifat sharing dan

melengkapi.

c. Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan

Pemilihan Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan sebagai pengelola mesin

dapur induksi di Kota Tegal merupakan wacana yang berkembang selama ini.

Pertimbangan yang muncul saat ini adalah :

1) Kapasitas mesin dapur induksi sebesar 250 kg dikategorikan skala

laboratorium sehingga lebih tepat apabila pengelolaannya diserahkan

kepada Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan yang ada.

2) Peningkatan pengetahun dan ketrampilan siswa dalam

mengoperasionalkan mesin dapur induksi.

Page 81: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 13

d. Perusahaan Swasta

Pihak ketiga atau perusahaan swasta juga merupakan alternatif yang dapat

ditawarkan sebagai pengelola mesin dapur induksi. Pertimbangan permodalan

yang mencukupi serta keahlian yang dimiliki pengelola swasta diharapkan

dapat mengatasi sisi kelemahan yang dari ketiga pengelola atau lembaga di

atas.

Dari keempat lembaga pengelola yang direncanakan masing-masing

lembaga memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Page 82: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 14

Tabel 5.11.

Kelebihan dan Kekurangan Lembaga Pengelola Mesin Dapur Induksi

No Keterangan Koperasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Lembaga Perguruan

Tinggi/ Pendidikan

Perusahaan Swasta

1 Sumberdaya

manusia pengelola

Sangat tersedia

Kualifikasi tenaga kerja

yang memadai karena

merupakan pelaku

usaha

Terbatas pada Pegawai

Negeri Sipil

Kualifikasi kurang memadai

(memerlukan diklat)

Terbatas di lingkungan

lembaga Perguruan

Tinggi/ Pendidikan

Kualifikasi tenaga kerja

memadai

Sangat tersedia

Kualifikasi tenaga kerja

yang memadai karena

merupakan pelaku

usaha

2 Permodalan Tidak terbatas baik dari

intern koperasi maupun

pihak ketiga (pinjaman)

Terbatas (tergantung pada

kemampuan anggaran

daerah)

Terbatas (tergantung

pada bantuan pihak

ketiga)

Tidak terbatas

3 Produksi dan

produktivitas

Berorientasi pada

keuntungan sehingga

produksi lebih efisen

Berorientasi pada pelayanan

jasa kepada IKM

Produksi tidak kontinyu

tergantung pada agenda

kegiatan pendidikan

Berorientasi pada

keuntungan sehingga

produksi lebih efisen

4 Jaringan usaha dan

pasar

Luas, mencakup pelaku

usaha di hulu dan hilir

Adanya kemitraan

antara anggota (IKM)

dengan koperasi

Luas, dengan mekanisme

pengadaan yang cukup sulit

(lelang)

Tidak ada kemitraan dengan

pelaku usaha (IKM)

Terbatas karena

berorientasi pada

peningkatan kualitas

SDM siswa

Tidak ada kemitraan

dengan pelaku usaha

(IKM)

Luas, mencakup

pelaku usaha di hulu

dan hilir

Tidak ada kemitraan

antara pelaku usaha

dengan perusahaan

5 Penerima manfaat Anggota (pelaku usaha

IKM)

Pelaku usaha IKM Pelajar/siswa Pelaku usaha

Perusahaan swasta

6 Kontribusi terhadap

daerah

Retribusi daerah Pendapatan Asli Daerah

Retribusi daerah

Sumber : Analisa Data

Page 83: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 15

5.3.1. Aspek Pasar

Jumlah pelaku usaha industri logam di Kota Tegal yang mencapai 126 unit

usaha Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan pasar potensial bagi

keberlangsungan usaha mesin dapur induksi di Kota Tegal. Nilai produksi industri

ini mencapai Rp. 687.407 juta atau setara dengan produksi 57.283.916 kg

besi/baja per tahun.

Dengan kapasitas mesin dapur induksi sebesar 250 kg per jam atau 2.000

kg per hari atau 730.000 kg per tahun maka mesin dapur induksi di Kota Tegal

hanya mampu melayani 1,27% pangsa pasar yang ada. Kondisi ini menunjukan

bahwa dari sisi aspek pasar, mesin dapur induksi ini layak direvitaslisasi karena

dukungan pasar yang begitu besar.

Gambar 5.3.

Pangsa Pasar Mesin Dapur Induksi

5.3.2. Aspek Finansial

Salah satu ukuran yang dapat menentukan kelayakan revitalisasi mesin

dapur induksi di Kota Tegal adalah kelayakan finansial. Kelayakan ini menilai

tingkat pengembalian investasi dari revitalisasi mesin dapur induksi yang

direncanakan.

98,7%

1,3%

Kapasitas Pasar Industri Logam Kapasitas Mesin Dapur Induksi

5.3. KELAYAKAN EKONOMI

Page 84: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 16

Data yang digunakan merupakan data primer yang bersumber dari pelaku

usaha yang terkait dengan industri pengecoran logam dan kebutuhan sarana dan

prasarana dalam mengoperasionalkan mesin dapur induksi. Jenis data ini

meliputi harga dan segala macam biaya yang dimungkinkan dari operasionalisasi

mesin dapur induksi. Penentuan jangka waktu investasi (operasionalisasi mesin

dapur induksi) yang diperhitungkan dalam analisa ini adalah selama 20 tahun.

5.3.2.1. Perkiraan Pendapatan

Pendapatan adalah operating revenues yaitu pendapatan yang diperoleh

pengelola mesin dapur induksi sebagai hasil dari usaha pokok pengecoran logam.

Perkiraan pendapatan dari operasionalisasi mesin dapur induksi pada dasarnya

ditentukan oleh 2 faktor yaitu :

a. Kapasitas Produksi

Besar kecilnya pendapatan operasionalisasi mesin dapur induksi pada

dasarnya sangat ditentukan oleh kemampuan atau kapasitas mesin dalam

pengecoran logam. Kapasitas produksi mesin dapur induksi di Kota Tegal

diperkirakan sebesar 250 kg per jam. Apabila jam kerja operasional ditetapkan

selama 8 jam maka kapasitas mesin dapur induksi per hari dapat mencapai

2.000 kg per hari atau 60.000 kg per bulan atau 730.000 kg per tahun.

b. Harga Jual

Selain kapasitas produksi, besar kecilnya pendapatan juga dipengaruhi oleh

faktor harga. Harga yang tidak stabil akan menyebabkan berfluktuasinya

pendapatan yang dapat diperoleh dari operasionalisasi mesin dapur induksi.

Harga jual saat ini dari produk-produk industri logam dapat di lihat dari tabel

berikut :

Tabel 5.12.

Harga Produk Industri Logam

No Jenis Produk Satuan Harga (Rp)

1 Besi Kg 12.000

2 Baja Kg 18.000

3 Stainles Kg 70.000

Sumber : Analisa Data Primer

Page 85: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 17

5.3.2.2. Perkiraan Biaya

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses

produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang

berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya yang

diperkirakan akan terjadi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi pada

dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu :

5.3.2.2.1. Biaya Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Biaya revitalisasi mesin dapur induksi dapat juga disebut biaya investasi

yang meliputi rekonstruksi mesin dapur induksi maupun biaya pengadaan sarana

dan prasarana baik untuk kegiatan pokok maupun penunjang. Biaya ini adalah

biaya awal yang dikeluarkan sebelum operasional mesin dapur induksi yang relatif

cukup besar. Biaya ini juga tidak habis dalam satu periode dan dapat digunakan

berulang-ulang.

5.3.2.2.2. Biaya Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi

Biaya rekonstruksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menfungsikan

kembali mesin dapur induksi agar dapat beroperasi sebagaimana mestinya.

Komponen biaya-biaya dalam rekonstruksi tersebut antara lain :

Tabel 5.13.

Biaya Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi

No Jenis Biaya Harga (Rp)

1 Re-instalasi mesin Inductotherm VIP 175 KW, 2 x 250 KG

a Instalation Civil dan Structural Work 243.375.000

b Instalation Electrical dan Control Panel works 65.010.000

c Instalation Pipe dan Fitting works 49.115.000

d Instalation Hydraulic works 22.550.000

e Instalation Grounding works 47.850.000

f Instalation Erecation dan Mechanical works 27.500.000

g Tansportasi dan akomodasi 35.200.000

2 Recommissioning VIP 175KW, 2 x 250Kg 44.000.000

3 Peralatan dan Material Recommising 852.269.000

4 Bahan Material Cetak dan Melting 53.031.000

Jumlah 1.439.900.000

Sumber : Analisa Data Primer

Keterangan : Jenis Peralatan dan Bahan Material yang digunakan dapat dilihat dalam

lampiran

Page 86: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 18

5.3.2.2.3. Biaya Sarana dan Prasarana

Biaya sarana dan prasarana yang dapat mendukung revitalisasi mesin

dapur induksi di Kota Tegal dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 5.14.

Biaya Sarana dan Prasarana Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

No Jenis Biaya Satuan Volume Harga (Rp)

1 Pembongkaran Rabat Beton dan Perapian Tanah

M3 25,92 12.960.000

2 Pembuatan Jalan Baru M2 1.784,00 1.784.000.000

3 Instalasi Saluran Listrik Unit 1,00 10.000.000

4 Instalasi Saluran PDAM Unit 1,00 5.000.000

5 Gedung Perkantoran 100 m2 300.000.000

6 Perlengkapan Perkantoran 1 Unit 100.000.000

7 Peralatan Perbengkelan 1 Unit 200.000.000

8 Sumur Artesis 1 Unit 40.000.000

9 Fire Hydrant 2 Unit 3.000.000

10 Cerobong Asap 1 Unit 30.000.000

11 Penghijauan dan penanaman pohon 100 Pohon 5.000.000

12 Pembuangan Sampah Unit 1,00 10.000.000

Jumlah 2.499.960.000

Sumber : Analisa Data

5.3.2.2.4. Biaya Operasional

Biaya Operasional atau operating expenses yaitu biaya yang dikeluarkan

untuk melaksanakan kegiatan pokok. Jika digolongkan sesuai dengan fungsi

pokok kegiatan mesin dapur induksi maka biaya operasional dapat diklasifikasi

menjadi dua kelompok besar yaitu biaya produksi dan biaya non produksi.

a. Biaya produksi

Biaya produksi yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi

atau semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk jadi

siap jual. Biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung

dan biaya overhead.

b. Biaya non produksi

Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berkaitan dengan kegiatan

produksi secara langsung. Biaya jenis ini dapat digolongkan menjadi biaya

pemasaran, biaya administrasi umum

Biaya produksi yang diperkirakan terjadi dalam kegiatan mesin dapur

induksi di Kota Tegal dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Page 87: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 19

Tabel 5.15.

Biaya Produksi Mesin Dapur Induksi (Per Tahun)

No Jenis Biaya Satuan Kapasitas

Produksi

Harga (Rp) Jumlah (Rp)

1 Bahan Baku Kg 730.000 4.000 2.920.000.000

2 Bahan Penolong Kg 730.000 3.000 2.190.000.000

3 Biaya Listrik Kg 730.000 1.500 1.095.000.000

4 Biaya Bahan Bakar Kg 730.000 500 365.000.000

Jumlah 6.570.000.000

Sumber : Analisa Data

Sedangkan biaya non produksi dalam pengelolaan mesin dapur induksi di

Kota Tegal antara lain :

Tabel 5.16.

Biaya Non Produksi Mesin Dapur Induksi (Per Tahun)

No Jenis Biaya Jumlah Harga Total Biaya

1 Tenaga Kerja 24 Orang 2.000.000 576.000.000

2 Biaya pemeliharaan 12 Bulan 25.000.000 300.000.000

3 Biaya Administrasi Umum 12 Bulan 10.000.000 120.000.000

4 Penyusutan Mesin dan Peralatan 1 Tahun 146.543.000 146.543.000

Jumlah 1.142.543.000

Sumber : Analisa Data

Biaya penyusutan mesin dan peralatan merupakan biaya yang harus

dikeluarkan setiap tahun dengan umur ekonomis mesin dan peralatan

diperkirakan selama 10 tahun. Sedangkan pada akhir tahun ke 10, nilai sisa

mesin dan peralatan diperkirakan sebesar 100 juta rupiah.

5.3.3. Kelayakan Finansial

5.3.3.1. Proyeksi Arus Kas

Berdasarkan perkiraan pendapan dan perkiraan biaya operasionalisasi

mesin dapur induksi selanjutnya dapat disusun proyeksi arus kas dengan

mempertimbangkan beberapa asumsi sebagai berikut :

a. Harga jual diperkirakan akan meningkat sebesar 5% per tahun

b. Biaya produksi dan biaya non produksi diperkirakan akan meningkat sebesar

5% per tahun.

c. Discount Factor yang digunakan adalah sebesar 15% (suku bunga pinjaman

Bank Umum pada Bulan Juli 2017 berkisar 12,03%)

Page 88: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 20

d. Perkiraan produksi yang direncanakan dalam perhitungan arus kas ini

menggunakan asumsi sebagai berikut :

1) Optimis

Mesin berproduksi pada kapasitas maksimum (full capacity) atau 100%

yaitu sebesar 250 kg per jam. Apabila jam kerja operasional ditetapkan

selama 8 jam maka kapasitas mesin dapur induksi per hari dapat

mencapai 2.000 kg per hari atau 60.000 kg per bulan atau 730.000 kg per

tahun.

2) Moderat

Mesin berproduksi pada kapasitas 75% yaitu sebesar 187,5 kg per jam.

Apabila jam kerja operasional ditetapkan selama 8 jam maka kapasitas

mesin dapur induksi per hari pada tingkat moderat dapat mencapai 1.500

kg per hari atau 45.000 kg per bulan atau 540.000 kg per tahun.

3) Pesimis

Mesin berproduksi pada kapasitas 50% yaitu sebesar 125 kg per jam.

Apabila jam kerja operasional ditetapkan selama 8 jam maka kapasitas

mesin dapur induksi per hari pada tingkat moderat dapat mencapai 1.000

kg per hari atau 30.000 kg per bulan atau 360.000 kg per tahun.

Proyeksi arus kas operasionalisasi mesin dapur induksi berdasarkan

perkiraan produksi optimis, moderat dan pesimis dapat di lihat pada tabel berikut

ini :

Page 89: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 21

Tabel 5.17.

Proyeksi Arus Kas (Produksi Optimis)

NO URAIAN 0 TH 1 TH 2 TH 3 TH 4 TH 5

I PENDAPATAN

1. Penjualan

8.760.000.000 9.198.000.000 9.657.900.000 10.140.795.000 10.647.834.750

II PENGELUARAN

A BIAYA INVESTASI 1. Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi 1.439.900.000

2. Sarana dan Prasarana 2.499.960.000 Jumlah Biaya Investasi 3.939.860.000

B BIAYA PRODUKSI 1. Bahan Baku

2.920.000.000 3.066.000.000 3.219.300.000 3.380.265.000 3.549.278.250

2. Bahan Penolong

2.190.000.000 2.299.500.000 2.414.475.000 2.535.198.750 2.661.958.688

3. Biaya Listrik

1.095.000.000 1.149.750.000 1.207.237.500 1.267.599.375 1.330.979.344

4. Biaya Bahan Bakar

365.000.000 383.250.000 402.412.500 422.533.125 443.659.781

Jumlah Biaya Produksi

6.570.000.000 6.898.500.000 7.243.425.000 7.605.596.250 7.985.876.063

C BIAYA NON PRODUKSI 1. Biaya Tenaga Kerja

576.000.000 604.800.000 635.040.000 666.792.000 700.131.600

2. Biaya Pemeliharaan

300.000.000 315.000.000 330.750.000 347.287.500 364.651.875

3. Biaya Administrasi dan Umum

120.000.000 126.000.000 132.300.000 138.915.000 145.860.750

4. Penyusutan

146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000

Jumlah Biaya Non Produksi

1.142.543.000 1.045.800.000 1.098.090.000 1.152.994.500 1.210.644.225

D Nilai Sisa Mesin dan Peralatan JUMLAH PENGELUARAN 3.939.860.000 7.712.543.000 7.944.300.000 8.341.515.000 8.758.590.750 9.196.520.288

III SURPLUS/DEFISIT (3.939.860.000) 1.047.457.000 1.253.700.000 1.316.385.000 1.382.204.250 1.451.314.463

Page 90: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 22

NO URAIAN TH 6 TH 7 TH 8 TH 9 TH 10

I PENDAPATAN

1. Penjualan 11.180.226.488 11.739.237.812 12.326.199.702 12.942.509.688 13.589.635.172

II PENGELUARAN

A BIAYA INVESTASI

1. Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi

2. Sarana dan Prasarana

Jumlah Biaya Investasi

B BIAYA PRODUKSI

1. Bahan Baku 3.726.742.163 3.913.079.271 4.108.733.234 4.314.169.896 4.529.878.391

2. Bahan Penolong 2.795.056.622 2.934.809.453 3.081.549.926 3.235.627.422 3.397.408.793

3. Biaya Listrik 1.397.528.311 1.467.404.726 1.540.774.963 1.617.813.711 1.698.704.396

4. Biaya Bahan Bakar 465.842.770 489.134.909 513.591.654 539.271.237 566.234.799

Jumlah Biaya Produksi 8.385.169.866 8.804.428.359 9.244.649.777 9.706.882.266 10.192.226.379

C BIAYA NON PRODUKSI

1. Biaya Tenaga Kerja 735.138.180 771.895.089 810.489.843 851.014.336 893.565.052

2. Biaya Pemeliharaan 382.884.469 402.028.692 422.130.127 443.236.633 465.398.465

3. Biaya Administrasi dan Umum 153.153.788 160.811.477 168.852.051 177.294.653 186.159.386

4. Penyusutan 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000

Jumlah Biaya Non Produksi 1.271.176.436 1.334.735.258 1.401.472.021 1.471.545.622 1.545.122.903

D Nilai Sisa Mesin dan Peralatan

100.000.000

JUMLAH PENGELUARAN 9.656.346.302 10.139.163.617 10.646.121.798 11.178.427.888 11.837.349.282

III SURPLUS/DEFISIT 1.523.880.186 1.600.074.195 1.680.077.905 1.764.081.800 1.752.285.890

Sumber : Analisa Data

Page 91: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 23

Tabel 5.18.

Proyeksi Arus Kas (Produksi Moderat)

NO URAIAN 0 TH 1 TH 2 TH 3 TH 4 TH 5

I PENDAPATAN

1. Penjualan

6.480.000.000 6.804.000.000 7.144.200.000 7.501.410.000 7.876.480.500

II PENGELUARAN A BIAYA INVESTASI

1. Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi 1.439.900.000 2. Sarana dan Prasarana 2.499.960.000 Jumlah Biaya Investasi 3.939.860.000 B BIAYA PRODUKSI

1. Bahan Baku

2.160.000.000 2.268.000.000 2.381.400.000 2.500.470.000 2.625.493.500

2. Bahan Penolong

1.620.000.000 1.701.000.000 1.786.050.000 1.875.352.500 1.969.120.125

3. Biaya Listrik

810.000.000 850.500.000 893.025.000 937.676.250 984.560.063

4. Biaya Bahan Bakar

270.000.000 283.500.000 297.675.000 312.558.750 328.186.688

Jumlah Biaya Produksi

4.860.000.000 5.103.000.000 5.358.150.000 5.626.057.500 5.907.360.375

C BIAYA NON PRODUKSI

1. Biaya Tenaga Kerja

576.000.000 604.800.000 635.040.000 666.792.000 700.131.600

2. Biaya Pemeliharaan

300.000.000 315.000.000 330.750.000 347.287.500 364.651.875

3. Biaya Administrasi dan Umum

120.000.000 126.000.000 132.300.000 138.915.000 145.860.750

4. Penyusutan

146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000

Jumlah Biaya Non Produksi

1.142.543.000 1.045.800.000 1.098.090.000 1.152.994.500 1.210.644.225

D Nilai Sisa Mesin dan Peralatan

JUMLAH PENGELUARAN 3.939.860.000 6.002.543.000 6.148.800.000 6.456.240.000 6.779.052.000 7.118.004.600

III SURPLUS/DEFISIT (3.939.860.000) 477.457.000 655.200.000 687.960.000 722.358.000 758.475.900

Page 92: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 24

NO URAIAN TH 6 TH 7 TH 8 TH 9 TH 10

I PENDAPATAN

1. Penjualan 8.270.304.525 8.683.819.751 9.118.010.739 9.573.911.276 10.052.606.840

II PENGELUARAN

A BIAYA INVESTASI

1. Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi

2. Sarana dan Prasarana

Jumlah Biaya Investasi

B BIAYA PRODUKSI

1. Bahan Baku 2.756.768.175 2.894.606.584 3.039.336.913 3.191.303.759 3.350.868.947

2. Bahan Penolong 2.067.576.131 2.170.954.938 2.279.502.685 2.393.477.819 2.513.151.710

3. Biaya Listrik 1.033.788.066 1.085.477.469 1.139.751.342 1.196.738.909 1.256.575.855

4. Biaya Bahan Bakar 344.596.022 361.825.823 379.917.114 398.912.970 418.858.618

Jumlah Biaya Produksi 6.202.728.394 6.512.864.813 6.838.508.054 7.180.433.457 7.539.455.130

C BIAYA NON PRODUKSI

1. Biaya Tenaga Kerja 735.138.180 771.895.089 810.489.843 851.014.336 893.565.052

2. Biaya Pemeliharaan 382.884.469 402.028.692 422.130.127 443.236.633 465.398.465

3. Biaya Administrasi dan Umum 153.153.788 160.811.477 168.852.051 177.294.653 186.159.386

4. Penyusutan 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000

Jumlah Biaya Non Produksi 1.271.176.436 1.334.735.258 1.401.472.021 1.471.545.622 1.545.122.903

D Nilai Sisa Mesin dan Peralatan

100.000.000

JUMLAH PENGELUARAN 7.473.904.830 7.847.600.072 8.239.980.075 8.651.979.079 9.184.578.033

III SURPLUS/DEFISIT 796.399.695 836.219.680 878.030.664 921.932.197 868.028.807

Sumber : Analisa Data

Page 93: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 25

Tabel 5.19.

Proyeksi Arus Kas (Produksi Pesimis)

NO URAIAN 0 TH 1 TH 2 TH 3 TH 4 TH 5

I PENDAPATAN

1. Penjualan

4.320.000.000 4.536.000.000 4.762.800.000 5.000.940.000 5.250.987.000

II PENGELUARAN

A BIAYA INVESTASI 1. Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi 1.439.900.000

2. Sarana dan Prasarana 2.499.960.000 Jumlah Biaya Investasi 3.939.860.000

B BIAYA PRODUKSI 1. Bahan Baku

1.440.000.000 1.512.000.000 1.587.600.000 1.666.980.000 1.750.329.000

2. Bahan Penolong

1.080.000.000 1.134.000.000 1.190.700.000 1.250.235.000 1.312.746.750

3. Biaya Listrik

540.000.000 567.000.000 595.350.000 625.117.500 656.373.375

4. Biaya Bahan Bakar

180.000.000 189.000.000 198.450.000 208.372.500 218.791.125

Jumlah Biaya Produksi

3.240.000.000 3.402.000.000 3.572.100.000 3.750.705.000 3.938.240.250

C BIAYA NON PRODUKSI 1. Biaya Tenaga Kerja

576.000.000 604.800.000 635.040.000 666.792.000 700.131.600

2. Biaya Pemeliharaan

300.000.000 315.000.000 330.750.000 347.287.500 364.651.875

3. Biaya Administrasi dan Umum

120.000.000 126.000.000 132.300.000 138.915.000 145.860.750

4. Penyusutan

146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000

Jumlah Biaya Non Produksi

1.142.543.000 1.045.800.000 1.098.090.000 1.152.994.500 1.210.644.225

D Nilai Sisa Mesin dan Peralatan JUMLAH PENGELUARAN 3.939.860.000 4.382.543.000 4.447.800.000 4.670.190.000 4.903.699.500 5.148.884.475

III SURPLUS/DEFISIT (3.939.860.000) (62.543.000) 88.200.000 92.610.000 97.240.500 102.102.525

Page 94: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 26

NO URAIAN TH 6 TH 7 TH 8 TH 9 TH 10

I PENDAPATAN

1. Penjualan 5.513.536.350 5.789.213.168 6.078.673.826 6.382.607.517 6.701.737.893

II PENGELUARAN

A BIAYA INVESTASI

1. Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi 2. Sarana dan Prasarana

Jumlah Biaya Investasi

B BIAYA PRODUKSI

1. Bahan Baku 1.837.845.450 1.929.737.723 2.026.224.609 2.127.535.839 2.233.912.631

2. Bahan Penolong 1.378.384.088 1.447.303.292 1.519.668.456 1.595.651.879 1.675.434.473

3. Biaya Listrik 689.192.044 723.651.646 759.834.228 797.825.940 837.717.237

4. Biaya Bahan Bakar 229.730.681 241.217.215 253.278.076 265.941.980 279.239.079

Jumlah Biaya Produksi 4.135.152.263 4.341.909.876 4.559.005.369 4.786.955.638 5.026.303.420

C BIAYA NON PRODUKSI

1. Biaya Tenaga Kerja 735.138.180 771.895.089 810.489.843 851.014.336 893.565.052

2. Biaya Pemeliharaan 382.884.469 402.028.692 422.130.127 443.236.633 465.398.465

3. Biaya Administrasi dan Umum 153.153.788 160.811.477 168.852.051 177.294.653 186.159.386

4. Penyusutan 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000

Jumlah Biaya Non Produksi 1.271.176.436 1.334.735.258 1.401.472.021 1.471.545.622 1.545.122.903

D Nilai Sisa Mesin dan Peralatan

100.000.000

JUMLAH PENGELUARAN 5.406.328.699 5.676.645.134 5.960.477.390 6.258.501.260 6.671.426.323

III SURPLUS/DEFISIT 107.207.651 112.568.034 118.196.436 124.106.257 30.311.570

Sumber : Analisa Data

Page 95: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 27

5.3.3.2. Kelayakan Finansial Mesin Dapur Induksi

Berdasarkan proyeksi arus kas selama 10 tahun ke depan tersebut,

selanjutnya dapat diperhitungkan tingkat kelayakan finansial operasionalisasi

mesin dapur induksi di Kota Tegal sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5.20.

Tingkat Kelayakan Finansial Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

NO ANALISA PRODUKSI

OPTIMIS

PRODUKSI

MODERAT

PRODUKSI

PESIMIS

KRITERIA

KELAYAKAN

1 Net Present Value Rp.

2.643.910.460 Rp

(316.928.074) Rp.

(3.121.933.001) Lebih besar dari Rp. 0,-

2 Internal Rate Of Return

31,27% 12,76% -20,85%

Lebih besar dari discount

factor

3 Benefit Cost Ratio Rp. 1,67 Rp. 0,92 Rp. 0,21 Lebih besar dari Rp 1,-

4 Return On Investment

37,49% 19,30% 2,06%

Lebih besar dari discount

factor

5 Payback Period (Tahun)

3,31 6,28 46,38 Semakin cepat semakin layak

Sumber : Data diolah

Dari analisa kelayakan finansial ini dapat diketahui bahwa untuk

merevitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal ini membutuhkan investasi awal

sebesar Rp. 3.939.860.000. Selanjutnya hasil analisis kelayakan finansial

revitalisasi mesin dapur induksi ini menunjukan bahwa tingkat pengembalian

investasi yang tinggi pada tingkat produksi optimis. Sementara untuk tingkat

produksi moderat dan pesimis menunjukan tingkat pengembalian investasi yang

rendah dari berbagai analisa rasio analisa yang diperhitungkan.

Hasil analisa Net Present Value (NPV) dengan discount factor 15% yang

digunakan untuk melihat selisih dari investasi nilai sekarang dari penerimaan-

penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di

masa yang akan datang menunjukan hasil yang positif pada tingkat produksi

optimis yaitu sebesar Rp. 2.643.910.460. Hal ini berarti bahwa revitalisasi mesin

dapur induksi secara ekonomis layak untuk dikembangkan. Sementara itu pada

tingkat pesimis menunjukan nilai NPV yang negatif. Hal ini berarti bahwa

revitalisasi mesin dapur induksi secara ekonomis tidak layak untuk dikembangkan

pada tingkat produksi moderat (75% dari kapasitas mesin) dan tingkat produksi

pesimis (50% dari kapasitas mesin).

Page 96: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 28

Pada analisa Internal Rate Of Return (IRR) yang digunakan untuk mencari

tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di

masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal

menujukan bahwa revitalisasi mesin dapur induksi pada tingkat produsi optimis

memiliki IRR yang lebih besar dari 15% atau sebesar 31,27%. Atau dengan

dengan kata lain revitalisasi mesin dapur induksi layak dikembangkan dengan

tingkat bunga tidak lebih dari 31,27%. Hal ini berarti bahwa revitalisasi mesin

dapur induksi tersebut secara ekonomis layak untuk dikembangkan. Sementara

itu pada tingkat produksi moderat dan pesimis menunjukan nilai IRR yang lebih

kecil dari discount factor sebesar 15%. Dengan kata lain revitalisasi mesin dapur

induksi secara ekonomis tidak layak untuk dikembangkan pada tingkat produksi

moderat (75% dari kapasitas mesin) dan tingkat produksi pesimis (50% dari

kapasitas mesin).

Sedangkan pada analisa Benefit Cost Ratio, revitalisasi mesin dapur

induksi pada tingkat produksi optimis ini memiliki rasio keuntungan Rp. 1,67

dibandingkan biaya atau dengan kata lain biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari

keuntungan yang diperoleh. Dengan demikian revitalisasi mesin dapur induksi

tersebut secara ekonomis layak untuk dikembangkan. Sementara itu pada tingkat

produksi moderat dan pesimis menunjukan nilai Benefit Cost Ratio yang lebih

kecil. Dengan kata lain biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dari keuntungan yang

diperoleh sehingga dapat dikatakan bahwa revitalisasi mesin dapur induksi secara

ekonomis tidak layak untuk dikembangkan pada tingkat produksi moderat (75%

dari kapasitas mesin) dan tingkat produksi pesimis (50% dari kapasitas mesin).

Untuk analisa Return on Investment (ROI) yang digunakan untuk menilai

rasio antara laba terhadap investasi menunjukan bahwa revitalisasi mesin dapur

induksi pada tingkat produksi optimis ini memiliki rasio yang lebih besar dari pada

tingkat bunga yang dipersyaratkan yaitu sebesar 37,49%. Dengan demikian maka

revitalisasi mesin dapur induksi tersebut secara ekonomis layak untuk

dikembangkan. Sementara itu pada tingkat produksi pesimis menunjukan nilai

ROI yang lebih kecil dari discount factor sebesar 15%. Dengan kata lain

revitalisasi mesin dapur induksi secara ekonomis tidak layak untuk dikembangkan

pada tingkat produksi pesimis (50% dari kapasitas mesin).

Page 97: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 29

Pada analisa Payback Periode menunjukan bahwa waktu pengembalian

investasi pada tingkat produksi optimis dan moderat sebesar 3,31 tahun dan 6,28

tahun atau lebih cepat dari masa investasi yang direncanakan. Dengan waktu

pengembalian investasi yang relatif cepat ini maka revitalisasi mesin dapur induksi

ini pada tingkat produksi optimis dan moderat secara ekonomis layak

dikembangkan. Sementara itu pada tingkat produksi pesimis menunjukan waktu

pengengembalian investasi yang lebih lama dari yang direncanakan yaitu 46,38

tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa revitalisasi mesin dapur induksi pada

tingkat produksi pesimis ini secara ekonomis tidak layak dikembangkan.

Kelayakan revitalisasi mesin dapur induksi yang dianggap secara sosial

layak dikembangkan apabila keberadaan mesin dapur induksi mampu

meningkatkan kehidupan sosial masyarakat dalam bentuk peningkatan sarana

dan prasarana pelayanan publik, terjadi distribusi pendapatan dan kesempatan

berusaha secara adil serta minim atau tidak ada konflik sosial.

a. Dampak Peningkatan Sarana dan Prasarana Sosial

Peningkatan sarana dan prasarana sosial merupakan merupakan dampak

positif yang dapat terjadi pada operasional kegiatan pengecoran logam dan

dapur induksi. Meningkatnya sarana dan prasarana jalan, transportasi, energi

dan sebagainya adalah salah satu bentuk berkembangnya sarana dan

prasarana sosial bagi masyarakat.

Tabel 5.21.

Dampak Peningkatan Sarana dan Prasarana Sosial

No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak

1 Peningkatan sarana dan

prasarana jalan dari

kegiatan mobilitas

kendaraan pengangkut

Peningkatan kualitas

Jalan Mataram

Berkembangnya Kawasan

Peruntukan Industri (KPI)

memerlukan peningkatan

kualitas jalan

2 Peningkatan moda

transportasi angkutan

umum

Peningkatan dan

berkembangnya trayek

angkutan umum

Angkutan umum meningkat

seiring dengan

berkembangnya KPI

3 Peningkatan penerangan

jalan

Peningkatan penerangan

jalan Mataram

Penerangan jalan Mataram

meningkat seiring dengan

berkembangnya KPI

Sumber : Analisa Data

5.4. KELAYAKAN SOSIAL

Page 98: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 30

b. Dampak Peningkatan Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha

Sifat dampak kegiatan operasionalisasi mesin dapur induksi berpotensi

meningkatkan kesempatan kerja dan peluang berusaha. Darnpak

dikategorikan sebagai dampak positif selama kegiatan operasional

pengecoran logam dan dapur induksi berlangsung.

Tabel 5.22.

Dampak Peningkatan Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha

No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak

1 Rekruitmen tenaga kerja

operasional

Penyerapan Tenaga Kerja Tergantung pada tenaga

kerja lokal yang terserap

2 Peluang berusaha untuk

mendukung kegiatan

operasional mesin dapur

induksi

Kesempatan berusaha Tumbuhnya usaha jasa dan

perdagangan di sekitar lokasi

Sumber : Analisa Data

Untuk dapat menganalisa penerimaan masyarakat terhadap keberadaan

mesin dapur induksi di Kota Tegal dilakukan melalui analisa perbandingan model.

Analisa ini pada dasarnya adalah membandingkan antara kondisi riil dampak

operasionalisasi mesin dapur induksi dengan kondisi yang diinginkan yang

diinginkan oleh masyarakat (stakeholder). Hal ini dilakukan untuk menemukan

kesenjangan (gap) dimana selanjutnya akan dihasilkan penilaian terhadap

perubahan yang dianggap menguntungkan.

Dari 150 sampel yang direncanakan, hanya 72 responden yang

memberikan penilaian yaitu 4 responden dari unsur pemerintah, 57 responden

dari unsur pelaku usaha dan 11 responden dari unsur masyarakat. Untuk dapat

mengetahui tingkat kesenjangan antara kondisi harapan dengan kondisi riil

terhadap dampak yang dihadapi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi

dapat di lihat dalam tabel berikut ini.

5.5. PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK

Page 99: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 31

Tabel 5.23.

Penerimaan Masyarakat Terhadap Dampak

No DAMPAK Skor Maksimal Skor Aktual

I Lokasi

1 Kebisingan 5,00 2,7

2 Kualitas Air Permukaan 5,00 2,9

3 Limbah Padat 5,00 2,5

4 Lingkungan Biologi 5,00 2,6

5 Gangguan Lalu Lintas 5,00 3,2

II Teknis

1 Kemudahan Produksi 5,00 3,8

III Ekonomi

1 Kualitas dan Kuantitas Produksi 5,00 3,1

2 Efisiensi Produksi 5,00 4,3

IV Sosial

1 Peningkatan sarana dan prasarana sosial 5,00 3,5

2 Penyerapan tenaga kerja 5,00 3,8

Jumlah 50,00 32,4

Sumber : Analisa Data

Keterangan : 0,00 – 0,99 : Sangat Rendah 1,00 – 1,99 : Rendah 2,00 – 2,99 : Cukup 3,00 – 3,99 : Tinggi 4,00 – 4,99 : Sangat Tinggi

Hasil analisa penerimaan masyarakat (stakeholder) terhadap kemungkinan

dampak yang terjadi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal

menunjukan bahwa secara umum penerimaan masyarakat (stakeholder) terhadap

keberadaan mesin dapur induksi dapat dikategorikan tinggi dengan nilai skor

aktual sebesar 32,40 dari skor harapan sebesar 5,00.

Skor penerimaan tertinggi diperoleh pada variabel efisiensi produksi

dengan skor 4,30. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan mesin dapur induksi

secara ekonomi mampu membawa kepada peningkatan efisiensi produksi

pengecoran logam. Sementara itu skor terendah terdapat pada variabel limbah

padat yaitu sebesar 2,50 atau dikategorikan cukup. Hal ini menunjukan bahwa

masyarakat cukup menerima terhadap keberadaan limbah padat yang dihasilkan

mesin dapur induksi.

Page 100: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

V - 32

Tingkat kesenjangan antara kondisi harapan dengan kondisi riil terhadap

dampak yang dihadapi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi dapat di lihat

dalam gambar berikut ini.

Gambar 5.5.

Tingkat Kesenjangan Penerimaan Masyarakat

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

Skor Maksimal Skor Aktual

Page 101: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

VI - 1

STRATEGI REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI

6.1.1. Pengujian Kembali Mesin Dapur Induksi

Recommissioning atau pengujian kembali mesin dapur induksi merupakan

strategi yang dikembangkan untuk menfungsikan kembali peralatan dan

komponen mesin dapur induksi agar dapat berjalan/beroperasi sebagaimana

mestinya.

a. Permasalahan

1) Mesin dapur belum pernah diuji coba dari tahun 2013 sejak pemindahan

lokasi di jalan Mataram Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat.

2) Gedung dan peralatan mesin dapur induksi pernah tergenang banjir

setinggi 30 cm yang dikhawatirkan dapat merusak peralatan yang telah

terpasang

b. Arah Kebijakan

Kebijakan recommissioning mesin dapur induksi diarahkan pada upaya

pembiasaan dan trial production untuk memastikan bahwa mesin dapur

induksi telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.

c. Sasaran

1) Menguji kesiapan mesin dapur induksi sebelum berproduksi secara

massal.

2) Menguji dampak lingkungan dari operasionalisasi mesin dapur induksi

untuk melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan

lingkungan yang dibutuhkan.

BAB

6

6.1. STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI

Page 102: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

VI - 2

3) Memberikan keyakinan sebelum diserahterimakan kepada pihak ketiga

(pengelola) bahwa mesin dapur induksi mampu beroperasi sebagaimana

mestinya.

d. Implementasi

1) Fasilitasi kebutuhan biaya pengujian kembali (recommisioning) baik

berupa peralatan maupun material.

2) Menyiapkan tenaga ahli yang kompeten dalam proses pengujian kembali

mesin dapur induksi.

6.1.2. Pengembangan Produksi Massal

Pengembangan produksi massal merupakan strategi yang dikembangkan

untuk mencapai kapasitas produksi mesin dapur induksi sebesar 250 kg per hari.

Strategi ini dapat dilakukan apabila pengujian kembali mesin dapur induksi telah

berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

a. Permasalahan

1) Pencapaian tingkat keuntungan yang maksimal hanya dapat dilakukan

apabila mesin dapur induksi dapat beroperasi sesuai dengan kapasitas

yang ada dan tingkat efisiensi yang tinggi.

2) Kebutuhan pasar konsumen (pelaku usaha) atas produk/jasa pengecoran

logam yang cukup besar di Kota Tegal yang dapat mencapai 156.942 kg

per hari

b. Arah Kebijakan

Kebijakan pengembangan produksi massal diarahkan pada upaya memenuhi

kebutuhan pasar produk/jasa pengecoran logam dengan mutu/kualitas yang

tinggi.

c. Sasaran

1) Tercapainya keuntungan maksimum operasionalisasi mesin dapur induksi

yang dapat menutup seluruh biaya investasi dan biaya operasional yang

telah dikeluarkan.

2) Memberikan pelayanan produksi bagi pelaku usaha IKM yang dapat

meningkatkan kualitas produk sentra industri logam di Kota Tegal.

Page 103: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

VI - 3

d. Implementasi

1) Mengembangkan pola produksi dimana aktivitas produksinya dimulai dari

merancang dan mendesain hingga produk tersebut dihasilkan

berdasarkan jumlah pesanan konsumen (IKM).

2) Mengembangkan inovasi baik teknologi dan peralatan yang dapat

menunjang efisiensi dan efektivitas kinerja mesin dapur induksi maupun

pengecoran logam.

6.2.1. Pengembangan Kemitraan Pasar

Pengembangan kemitraan pasar merupakan strategi yang dikembangkan

untuk meraih potensi pasar yang masih terbuka luas dalam industri logam di Kota

Tegal. Potensi pasar ini juga menjadi target pengelola mesin dapur induksi untuk

mencapai kapasitas produksi yang maksimum.

a. Permasalahan

Kelembagaan pelaku usaha IKM saat ini (Kopinkra Tegalindo) saat ini masih

belum berfungsi secara optimal untuk menunjang pelayanan produksi bagi

anggota.

b. Arah Kebijakan

Kebijakan pengembangan kemitraan pasar diarahkan untuk menciptakan

kerjasama yang sinergis dan saling menguntungkan antara pengelola dengan

pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM).

c. Sasaran

1) Meningkatkan kontribusi pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM)

dalam memanfaatkan mesin dapur induksi.

2) Tercapainya kapasitas maksimum produksi.

d. Implementasi

1) Memberikan layanan distribusi produk logam

2) Menguatkan partisipasi anggota terhadap koperasi dalam memanfaatkan

jasa atau layanan yang diberikan.

6.2. STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN

Page 104: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

VI - 4

6.2.2. Pengembangan Promosi Produk/Jasa

Selain upaya pengembangan kemitraan pasar, upaya memasarkan

produk/jasa pengecoran logam perlu juga dilakukan melalui aspek promosi

produk/jasa untuk lebih mengenalkan masyarakat luas terutama pelaku usaha

Industri Kecil Menengah (IKM) di Kota Tegal.

a. Permasalahan

Persaingan harga dapat menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi

dalam pengelolaan mesin dapur induksi. Selain keberadaan industri

pengecoran logam lainnya seperti CV. Prima Logam juga masih adanya

usaha-usaha pengecoran yang bersifat tradisional. Persaingan harga dapat

pula berdampak pada penurunan kualitas produk karena penggunaan

material yang kurang berkualitas.

b. Arah kebijakan

Pengembangan promosi produk/jasa diarahkan pada upaya yang dapat

mengenalkan produk/jasa industri pengecoran logam kepada masyarakat

luas.

c. Sasaran

Dikenalnya produk/jasa pengecoran logam di Kota Tegal sebagai produk yang

berkualitas.

d. Implementasi

1) Mengembangkan kegiatan promosi produk/jasa dalam bentuk leaflet atau

brosur promosi terutama pada masa-masa awal operasionalisasi mesin

dapur induksi

2) Fasilitasi dalam kegiatan pameran produk industri kerajinan logam

sebagai ajang promosi pengenalan teknologi pengecoran logam dengan

mesin dapur induksi secara luas.

Page 105: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

VI - 5

Pengembangan permodalan merupakan strategi yang dirumuskan dalam

rangka memenuhi kebutuhan permodalan operasionalisasi mesin dapur induksi.

a. Permasalahan

Kebutuhan permodalan dalam operasionalisasi mesin dapur induksi dengan

kapasitas terpasang 250 kg terbilang cukup besar terutama pada biaya bahan

baku berupa ferro mangan dan biaya energi. Tidak kurang Rp 7,7 milyar

biaya operasional yang harus dikeluarkan pengelola setiap tahun. Di sisi lain

adanya keterbatasan modal koperasi dan anggaran pemerintah daerah dapat

mempengaruhi kemampuan produksi yang dapat dihasilkan.

b. Arah Kebijakan

Kebijakan pengembangan permodalan diarahkan pada pengembangan modal

eksternal (pinjaman) di luar modal koperasi dan anggaran daerah.

c. Sasaran

1) Memaksimalkan kapasitas produksi mesin dapur induksi.

2) Memenuhi kebutuhan biaya operasional mesin dapur induksi.

d. Implementasi

1) Fasilitasi akses permodalan lembaga keuangan bank maupun non bank.

2) Fasilitasi akses permodalan Corporate Social Responsibility (CSR) dari

perusahaan-perusahaan BUMN maupun BUMS.

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang penting dan

berharga dalam mendukung kinerja mesin dapur induksi di Kota Tegal. Sumber

daya manusia yang berkualitas akan membawa kesuksesan di masa mendatang.

Bukan hanya itu saja, kehadiran sumber daya manusia yang berkualitas juga

akan berpengaruh pada proses pencapaian tujuan yang ingin di capai.

a. Permasalahan

Teknologi pengecoran logam dengan mesin dapur induksi merupakan

teknologi yang terbilang bukan hal baru dalam industri logam di Kota Tegal.

Teknologi ini mampu menghasilkan produk logam dengan kualitas yang tinggi.

6.3. STRATEGI PENGEMBANGAN PERMODALAN

6.4. STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA

Page 106: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

VI - 6

Namun demikian penguasaannya belum meluas di kalangan pelaku usaha

Industri Kecil Menengah (IKM). Tercatat hanya satu pelaku usaha pengecoran

logam yang menggunakan teknologi ini.

b. Arah Kebijakan

Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia diarahkan pada upaya

penguasaan teknologi mesin dapur induksi.

c. Sasaran

1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas produk pengecoran logam.

2) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pengecoran logam

d. Implementasi

1) Fasilitasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan operasionalisasi mesin

dapur induksi.

2) Fasilitasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan desain produk

Dampak lingkungan merupakan dampak yang tidak bisa dihindari dalam

operasionalisasi mesin dapur induksi. Besar kecilnya dampak yang dapat

ditimbulkan tergantung pada kemampuan pengelola mesin dapur induksi dalam

meminimalisir dampak dan mengelola limbah yang dihasilkan.

a. Permasalahan

Kondisi eksisting mesin dapur induksi di Kota Tegal menunjukan bahwa

sarana dan prasarana pengelolaan limbah belum sepenuhnya terbangun

untuk meminimalisir dampak dan mengelola limbah yang dihasilkan. Kendala

lokasi yang merupakan bekas TPA dan keterbatasan biaya menjadi faktor

penyebab belum terpenuhinya sarana dan prasarana pengelolaan limbah.

b. Arah Kebijakan

Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup diarahkan pada upaya memenuhi

kelengkapan sarana dan prasarana pengelolaan limbah untuk meminimalisir

dampak dan mengelola limbah yang dihasilkan.

c. Sasaran

1) Meminimalisir dampak lingkungan hidup dari kegiatan operasionalisasi

mesin dapur induksi.

6.5. STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Page 107: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

VI - 7

2) Pengelolaan limbah untuk mencapai standar baku mutu lingkungan hidup.

3) Memberikan kepercayaan masyarakat atas keberadaan mesin dapur

induksi di Kota Tegal

d. Implementasi

1) Penerapan produksi bersih dalam kegiatan pengecoran logam untuk

meminimalisir dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan.

2) Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan limbah sebagai bagian

dari upaya revitalisasi mesin dapur induksi.

Matrik strategi revitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal dalam jangka

menengah selengkapnya dapat di lihat pada tabel berikut ini.

Page 108: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

VI - 8

Tabel 6.1.

Matrik Strategi Revitalisasi Mesin Dapur Induksi di Kota Tegal

No Strategi Arah Kebijakan Rencana Aksi Tahun Pelaksanaan

Stakeholder Terkait 2018 2019 2020 2021

1 Pengembangan produksi Recommissioning atau pengujian kembali mesin dapur induksi

Fasilitasi kebutuhan biaya pengujian kembali (recommisioning) baik berupa peralatan maupun material

Pemerintah

Menyiapkan tenaga ahli yang kompeten dalam proses pengujian kembali mesin dapur induksi

Pemerintah

Litbang

Pengembangan produksi massal

Mengembangkan pola produksi yang efektif dan efisien

Pemerintah

Koperasi

Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan

Mengembangkan inovasi baik teknologi dan peralatan

Pemerintah

Koperasi

Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan

2 Pengembangan pemasaran

Pengembangan kemitraan pasar

Memberikan layanan distribusi produk logam

Pemerintah

Koperasi

Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan

Menguatkan partisipasi anggota terhadap koperasi dalam memanfaatkan jasa atau layanan yang diberikan

Koperasi

Pekau usaha IKM

Pengembangan promosi produk atau jasa pengecoran logam

Mengembangkan kegiatan promosi

Pemerintah

Koperasi

Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan

Page 109: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

VI - 9

No Strategi Arah Kebijakan Rencana Aksi Tahun Pelaksanaan

Stakeholder Terkait 2018 2019 2020 2021

Fasilitasi pameran produk-produk logam

Pemerintah

3 Pengembangan permodalan

Pengembangan permodalan eksternal

Fasilitasi permodalam Lembaga Keuangan Bank maupun non Bank

Pemerintah

LKB/LKBB

Fasilitasi permodalan CSR dari BUMN maupun BUMS

Pemerintah

BUMN/BUMS

4 Pengembangan Sumberdaya Manusia

Penguasaan teknologi mesin dapur induksi

Diklat operasionalisasi mesin dapur induksi

Pemerintah

Koperasi

Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan

Diklat desain produk industri logan

Pemerintah

Koperasi

Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan

5 Pengelolaan lingkungan hidup

Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan limbah

Penerapan produksi bersih Pemerintah

Koperasi

Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan

Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan limbah

Pemerintah

Page 110: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

VII - 1

PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diambil dari Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin

Dapur Induksi di Kota Tegal adalah sebagai berikut :

a. Dari sisi teknis, hasil analisis kesesuaian lokasi mesin dapur induksi telah

sesuai dengan ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Peruntukan

Industri (KPI) berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2012

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011– 2031.

b. Secara teknis, hasil analisis pengelolaan lingkungan hidup juga telah

mendukung upaya meminimalisir dampak baik penurunan kualitas udara dan

kebisingan, kualitas air permukaan, timbulan limbah padat dan gangguan

lingkungan biologi.

c. Dalam hal teknis lainnya juga masih terdapatnya kekurangan kelengkapan

sarana dan prasarana untuk mendukung proses produksi mesin dapur induksi

serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan penunjang

mesin dapur induksi.

d. Lembaga pengelola mesin dapur induksi oleh Koperasi atau Perusahaan

Swasta adalah yang paling layak dibandingkan dengan Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD) maupun Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan dari sisi

sumberdaya manusia, permodalan, produksi dan produktivitas, jaringan

usaha, penerima manfaat maupun kontribusi terhadap daerah.

e. Dari sisi aspek pasar, mesin dapur induksi ini layak direvitalisasi karena

dukungan pasar yang begitu besar yaitu hanya mampu melayani 1,27% dari

pangsa pasar yang ada.

f. Dari sisi aspek finansial, dengan biaya revitalisasi sebesar Rp 3,93 milyar,

mesin dapur induksi ini layak direvitalisasi pada tingkat produksi optimis yaitu

mesin bekerja dengan kapasitas full produksi karena menunjukan hasil positif

BAB

7

7.1. KESIMPULAN

Page 111: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

VII - 2

dari semua rasio keuangan yang ada serta mampu memberikan keuntungan

bagi pengelola. Sementara itu pada tingkat produksi moderat dan pesimis

(mesin bekerja pada kapasitas 75 dan 50%) secara ekonomis tidak layak

dikembangkan karena menunjukan hasil negatif dari semua rasio keuangan

yang ada.

g. Dari sisi aspek sosial, mesin dapur induksi ini layak direvitalisasi karena

berpotensi mampu meningkatkan pembangunan wilayah, penyerapan tenaga

kerja dan peluang berusaha.

h. Penerimaan masyarakat dapat dikategorikan tinggi dengan nilai skor aktual

sebesar 32,40 dari skor harapan sebesar 5,00 terhadap kemungkinan dampak

yang terjadi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal.

i. Untuk dapat mewujudkan rencana revitalisasi mesin dapur induksi di Kota

Tegal maka pilihan strategi yang harus diimplementasikan adalah

pengembangan produksi (termasuk pengujian kembali mesin dapur induksi),

pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia dan pengelolaan lingkungan

hidup.

Berdasarkan hasil Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi di

Kota Tegal maka hal-hal yang dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut :

1. Perlunya recommissioning atau pengujian kembali.

Hal utama yang perlu dilakukan sebelum merevitalisasi mesin dapur induksi

adalah pengujian kembali terhadap sistem dan peralatan yang ada mengingat

sejak dipindahkan ke lokasi Jalan Mataram, mesin ini belum pernah

dioperasikan dan sempat tergenang banjir. Pemerintah daerah dapat

menfasilitasi kebutuhan anggaran recommissioning mengingat kebutuhannya

yang cukup besar mencapai Rp. 1,439 milyar. Anggaran ini juga untuk

pengadaan sarana dan prasaran proses produksi yang belum tersedia seperti

spectrometer, optical thermometer dan water cooling.

Hal ini juga sesuai dengan apa yang direkomendasikan oleh tenaga ahli (PT.

Prima Logam) yaitu :

7.2. REKOMENDASI

Page 112: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal

LAPORAN AKHIR

VII - 3

a. Pembersihan seluruh peralatan

b. Pengetesan dan service seluruh komponen

c. Perangkaian kembali instalasi

2. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung

Selain upaya pengujian kembali, rencana revitalisasi mesin dapur induksi juga

perlu didukung dengan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat

memperlancar kegiatan operasionalisasi mesin dapur induksi maupun

pengelolaan limbah. Pemerintah daerah juga dapat menfasilitasi

pembangunan sarana dan prasarana pendukung yang mencapai Rp 2,49

milyar.

3. Penyusunan draft Kerjasama Pengelolaan

Draft kerjasama pengelolaan mesin dapur induksi (apabila dikelola oleh

Koperasi maupun Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan) perlu disusun

kembali yang dapat mengadopsi kepentingan dan kemampuan semua pihak

termasuk kewenangan dan tanggungjawab pengelola.

4. Fasilitasi permodalan

Biaya operasionalisasi mesin dapur induksi yang cukup besar yaitu Rp. 7,712

milyar perlu dicarikan alternatif pendanaan kepada pihak ketiga dalam hal ini

Lembaga Keuangan Bank maupun Non Bank atau dana-dana CSR dari

BUMN maupun BUMS untuk menutup kebutuhan biaya operasional.

5. Pengelolaan lingkungan hidup

Upaya pengelolaan lingkungan hidup perlu difokuskan pada pengelolaan

dampak kebisingan dan penanganan limbah padat sebagaimana harapan

masyarakat atas kemungkinan dampak operasionalisasi mesin dapur induksi

di Kota Tegal

Page 113: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

KUESIONER

KAJIAN KELAYAKAN REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI

KOTA TEGAL

Kuisioner ini digunakan untuk mengkaji kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial terhadap rencana revitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal. Kuesioner ini disusun oleh CV. CITRA VASTU VIDYA bekerjasama dengan BAPPEDA Kota Tegal

DATA UMUM

Nama Responden

Instansi/Perusahaan/IKM/Masyarakat

Alamat RT/RW

Desa/Kel

Kecamatan

Tanda Tangan

Page 114: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

KAJIAN KELAYAKAN REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI

KOTA TEGAL

( Lingkari kode huruf sesuai jawaban masyarakat / responden )

Nilai

LOKASI

1.1. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak kebisingan

dengan keberadaan mesin dapur induksi :

a. Sangat tinggi

b. Tinggi

c. Cukup

d. Rendah

e. Tidak ada

1.2. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak kualitas air

permukaan dengan keberadaan mesin dapur induksi :

a. Sangat tinggi

b. Tinggi

c. Cukup

d. Rendah

e. Tidak ada

1.3. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak limbah

padat dengan keberadaan mesin dapur induksi :

a. Sangat tinggi

b. Tinggi

c. Cukup

d. Rendah

e. Tidak ada

1.4. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak lingkungan

biologi dengan keberadaan mesin dapur induksi :

a. Sangat tinggi

b. Tinggi

c. Cukup

d. Rendah

e. Tidak ada

1.5. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak gangguan

lalu lintas dengan keberadaan mesin dapur induksi :

a. Sangat tinggi

b. Tinggi

c. Cukup

d. Rendah

e. Tidak ada

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

TEKNIS

2.1. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemudahan produksi logam

dengan keberadaan mesin dapur induksi :

a. Sangat sulit

b. Sulit

1

2

Page 115: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

c. Cukup

d. Mudah

e. Sangat Mudah

3

4

5

EKONOMI

3.1. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan peningkatan

kualitas dan kuantitas produksi logam dengan keberadaan mesin dapur

induksi :

a. Sangat Sulit

b. Sulit

b. Cukup

c. Mudah

d. Sangat Mudah

3.2. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan peningkatan

efisiensi produksi logam dengan keberadaan mesin dapur induksi :

a. Sangat Kurang mendukung

b. Kurang Mendukung

c. Cukup Mendukung

d. Mendukung

e. Sangat Mendukung

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

SOSIAL

4.1. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan peningkatan

sarana dan prasarana soaial dengan keberadaan mesin dapur induksi :

a. Sangat Kurang mendukung

b. Kurang Mendukung

c. Cukup Mendukung

d. Mendukung

e. Sangat Mendukung

4.2. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan peningkatan

penyerapan tenaga kerja dengan keberadaan mesin dapur induksi :

a. Sangat Kurang mendukung

b. Kurang Mendukung

c. Cukup Mendukung

d. Mendukung

e. Sangat Mendukung

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

Page 116: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

DAMPAK R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 15 R16 R17 R18 R19 R20 R21LokasiKebisingan 3 3 3 2 4 3 1 1 4 3 3 1 1 4 3 3 3 3 2 4 2Kualitas Air Permukaan 3 2 4 2 4 3 2 1 4 4 3 2 1 4 4 3 2 4 2 4 2Limbah Padat 2 3 3 3 3 2 1 1 3 4 2 1 1 3 4 2 3 3 3 3 3Lingkungan Biologi 2 2 4 3 2 3 1 1 4 4 3 1 1 4 4 2 2 4 3 2 3Gangguan Lalu Lintas 3 4 3 4 4 3 3 1 3 4 3 3 1 3 4 3 4 3 4 4 4TeknisKemudahan Produksi 4 4 4 2 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 5 2EkonomiKualitas dan Kuantitas Produksi 4 2 2 4 2 3 3 3 3 5 3 3 3 3 5 4 2 2 4 2 4Efisiensi Produksi 5 3 3 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 3 3 5 4 5SosialPeningkatan sarana dan prasarana sosial 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3Penyerapan tenaga kerja 4 5 3 3 5 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 5 3 3 5 3JUMLAH 34 32 33 31 37 32 27 24 35 39 32 27 24 35 39 34 32 33 31 37 31

Lampiran 2.Hasil Kuesioner

Page 117: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

DAMPAK R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42LokasiKebisingan 4 3 1 3 3 3 1 4 3 1 1 4 3 3 2 4 3 3 3 3 1Kualitas Air Permukaan 4 3 2 3 2 4 1 4 4 2 1 4 4 4 2 4 3 3 2 3 2Limbah Padat 3 2 1 2 3 3 1 3 4 1 1 3 4 3 3 3 2 2 3 2 1Lingkungan Biologi 2 3 1 2 2 4 1 4 4 1 1 4 4 4 3 2 3 2 2 3 1Gangguan Lalu Lintas 4 3 3 3 4 3 1 3 4 3 1 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3TeknisKemudahan Produksi 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 2 5 4 4 4 4 4EkonomiKualitas dan Kuantitas Produksi 2 3 3 4 2 2 3 3 5 3 3 3 5 2 4 2 3 4 2 3 3Efisiensi Produksi 4 4 5 5 3 3 5 5 4 5 5 5 4 3 5 4 4 5 3 4 5SosialPeningkatan sarana dan prasarana sosial 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3Penyerapan tenaga kerja 5 4 4 4 5 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 5 4 4 5 4 4JUMLAH 37 32 27 34 32 33 24 35 39 27 24 35 39 33 31 37 32 34 32 32 27

Page 118: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

DAMPAK R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57 R58 R59 R60 R61 R62 R63LokasiKebisingan 3 3 3 1 4 3 2 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 1 1 4 3Kualitas Air Permukaan 3 2 4 1 4 4 2 4 4 4 4 2 4 3 3 2 3 2 1 4 4Limbah Padat 2 3 3 1 3 4 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 1 1 3 4Lingkungan Biologi 2 2 4 1 4 4 3 2 4 4 4 3 2 3 2 2 3 1 1 4 4Gangguan Lalu Lintas 3 4 3 1 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 1 3 4TeknisKemudahan Produksi 4 4 4 4 3 4 2 5 3 4 4 2 5 4 4 3 3 3 4 3 4EkonomiKualitas dan Kuantitas Produksi 4 2 2 3 3 5 4 2 3 5 2 4 2 3 4 2 3 3 3 3 5Efisiensi Produksi 5 3 3 5 5 4 5 4 5 4 3 5 4 4 5 3 4 5 4 4 3SosialPeningkatan sarana dan prasarana sosial 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4Penyerapan tenaga kerja 4 5 3 4 3 3 3 5 3 3 3 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3JUMLAH 34 32 33 24 35 39 31 37 35 39 33 31 37 32 34 31 31 26 23 34 38

Page 119: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

DAMPAK R64 R65 R66 R67 R68 R69 R70 R71 R72 Jumlah Rata-rataLokasiKebisingan 3 1 1 4 3 3 3 3 3 196 2,7Kualitas Air Permukaan 3 2 1 4 4 3 2 4 4 212 2,9Limbah Padat 2 1 1 3 4 2 3 4 3 182 2,5Lingkungan Biologi 3 1 1 4 3 2 2 4 3 190 2,6Gangguan Lalu Lintas 3 3 1 3 4 3 4 4 3 230 3,2TeknisKemudahan Produksi 3 4 4 3 4 4 4 4 4 270 3,8EkonomiKualitas dan Kuantitas Produksi 3 3 3 3 5 4 2 5 2 227 3,2Efisiensi Produksi 4 5 5 5 4 5 3 4 3 306 4,3SosialPeningkatan sarana dan prasarana sosial 3 3 3 3 4 4 4 4 4 252 3,5Penyerapan tenaga kerja 4 4 4 3 3 4 5 3 3 271 3,8JUMLAH 31 27 24 35 38 34 32 39 32 2336 32,4

Page 120: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Lampiran 3.

Peralatan Moulding dan Melting

NO NAMA BARANG

1 SPEKTRO METER UNIT

2 TABUNG ARGON-REGULATOR-SELANG

3 PRINTER

4 RUANG AC

5 INSTALASI LISTRIK

6 REGULATOR 02 UNIT

7 TIMBANGAN DIGITAL 150 KG

8 MESIN GERINDA 7” DAN 4” + RESIBON

9 BESI BEHEL

10 SAND CRUSER

Page 121: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

Lampiran 4.

Bahan dan Material Moulding dan Melting

NO NAMA BARANG BANYAKNYA SATUAN HARGA1 PASIR SMG 5TON @ 1500/KG 5TON 1.500,00 7.500.000,00

2 WATER GLASS BE S1 1DRUM 1 DRUM 1.500.000,00 1.500.000,00

3 RESIN FURAN 1 DRUM 230KG

4 KATALIS 1 DRUM 240KG

5 GAS C02 2TABUNG 1.500.000,00 3.000.000,00

6 GAS ELPIJI 50KG 200.000,00

7 ISOMOL 185 30KG 50.000,00 1.500.000,00

8 STRIP COAT 16KG 50.000,00 800.000,00

9 CORE FIX 9 20KG 50.000,00 1.000.000,00

10 FE SI MG 120KG 50.000,00 6.000.000,00

11 FE SI 25KG 25.000,00 625.000,00

12 Fe Me Hc 25KG 25.000,00 625.000,00

13 CARBOLUK 25KG 25.000,00 625.000,00

14 INOCOLANT 100KG 50.000,00 5.000.000,00

15 SLAK REMOVER 25KG 15.000,00 375.000,00

16 SKRAP BESI 500KG 7.000,00 3.500.000,00

17 SOLAR LITER 12.000,00 6.000.000,00

18 SEPATU KERJA SATUAN 350.000,00 1.400.000,00

19 APRON KULIT SATUAN 150.000,00 600.000,00

20 BAJU DAMKAR SATUAN 3.500.000,00 7.000.000,00

21 HELM SATUAN 150.000,00 600.000,00

22 SARUNG TANGAN KULIT SET 50.000,00 200.000,00

23 SARUNG TANGAN KAIN SET 50.000,00 100.000,00

24 MASKER SET 30.000,00 60.000,00

JUMLAH: 48.210.000,00

Page 122: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

No Nama Alat Catatan/rekomendasi untuk komusioning

1 Cooling Tower - pembersihan alat - sevice komponen - dirangkai dengan instalasinya - masih layak untuk dilaksanakan tes komusioning -

2 Genset - masih layak untuk diadakan tes komusioning - dilaksanakan kontrol seluh komponen dan diservice - pemberian pelumas/oli

3 Trafo Genset - masih layak untuk diadakan tes komusioning - dicek perbagian komponen - diberi pelumas

4 Panel Dapur Induksi - pengecekan dan perbaikan komponen - apabila ada komponen yang rusak maka penggantian komponen - pemberian pelumas

5 Hydraulic Power

Lampiran 5. Hasil Cek Mesin Untuk Tes Komusioning Mesin Dapur Induksi

Page 123: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi

- masih layak dilaksanakan tes komusioning dengan catatan dicek komponennya

6 Panel Elektrikal - pengecekan momponen elektrikal - masih layak untuk dilakukan tes komusioning

7 Tungku Dapur Induksi - layak untuk dites komusioning - dibersihkan - service ringan

8 Hoist Crane - masih layak untuk tes komusioning - pengecekan dan perbaikan komponen elektrikal, kabel, dll - pemberian pelumas/oli

Page 124: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi
Page 125: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi
Page 126: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi
Page 127: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi
Page 128: Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi