Top Banner
Oleh : Mega Fatimah Rosana, Ir., M.Sc., Ph.D. (Ketua) Agus Didit H. Ir., MT. (Anggota) Yuyun Yuniardi, ST., MT. (Anggota) Euis Tintin, ST., MT. (Anggota) DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI, DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL SESUAI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PENELITIAN NOMOR 031/SP2H/PP/DP2M/III/2007 TANGGAL 29 MARET 2007 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN NOVEMBER, 2007 BIDANG MIPA - GEOLOGI KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM MENGUNGKAP POTENSI SUMBERDAYA MINERAL LOGAM DASAR DAN MULIA DI DAERAH CISITU-CIKADU KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
66

KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Mar 02, 2019

Download

Documents

vodat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Oleh :

Mega Fatimah Rosana, Ir., M.Sc., Ph.D. (Ketua) Agus Didit H. Ir., MT. (Anggota) Yuyun Yuniardi, ST., MT. (Anggota) Euis Tintin, ST., MT. (Anggota)

DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI, DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL SESUAI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PENELITIAN

NOMOR 031/SP2H/PP/DP2M/III/2007 TANGGAL 29 MARET 2007

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN NOVEMBER, 2007

BIDANG MIPA - GEOLOGI

KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM MENGUNGKAP POTENSI SUMBERDAYA MINERAL

LOGAM DASAR DAN MULIA DI DAERAH CISITU-CIKADU KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

Page 2: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

PRAKATA

Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Allah SWT. Atas selesainya penelitian

Hibah Bersaing tahun kedua, 2007.

Penelitian dengan judul : “Kajian karakteristik batuan alterasi dalam

mengungkap potensi sumberdaya mineral logam dasar dan mulia di daerah

CisituCikadu, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten”, bertujuan untuk

mengidentifikasi karakteristik batuan alterasi dalam hubungannya dengan potensi

mineralisasi logam dasar, serta kemungkinan menentukan potensi ekonominya

untuk kemudian dapat dikembangkan sehingga bisa memberi pendapatan tambahan

bagi masyarakat sekitar dan PAD bagi pemerintah daerah.

Pada kesempatan, ini mengucapkan terima kasih kepada Dikti yang telah

membiaya seluruh penelitian ini sehingga selasai selama dua tahun dari 2006-2007.

Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

khususnya pihak-pihak yang terkait dalam upaya menginventarisasi potensi

sumberdaya bahan galian logam yang dapat dikembangkan untuk menambah PAD

pemerintah dan memberi tambahan kesejahteraan bagi masyarakat disekitar

sumberdaya tersebut.

Bandung, 20 November 2007,

Page 3: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Tim Peneliti

RINGKASAN DAN SUMMARY

Daerah penelitian termasuk dalam wilayah Desa Cisitu-Cikadu, Kecamatan

Cikotok, Kabupaten Lebak, Banten. Luas daerah yang menjadi objek penelitian

adalah mencapai 100km2. Daerah ini dipilih sebagai daerah kajian karakteristik

batuan alterasi, karena secara geologi daerah penelitian termasuk dalam kawasan

Kubah Bayah, yang telah diketahui sejak dahulu mempunyai potensi adanya

mineralisasi logam dasar, tembaga Cu, timah hitam Pb, seng Zn dan logam mulia

seperti emas Au, perak Ag. Sehingga tidak menutup kemungkinan untuk

ditemukannya potensi mineralisasi lain selain yang telah ditambang di daerah

Cikotok, Cirotan, Cikidang dan Gunung Pongkor. Penelitian ini sebagai kelanjutan

dari penelitian tahun pertama, yaitu mencoba menghitung potensi cadangan

sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika dan

dibantu oleh pemetaan geologi secara detail untuk menentukan jalur pengukuran

geofisikanya.

Metoda penelitian yang diaplikasikan adalah berupa penelitian lapangan yang

mencakup pemetaan geologi, pemetaan alterasi. Sedang untuk mengetahui

penyebaran secara vertikal dilakukan metoda geofisika resistivity dengan

konfigurasi dipole-dipole. Secara geologi daerah penelitian tersusun oleh batuan

volkanik klastik berupa tuf, breksi, konglomerat dan anglomerat; batuan sedimen

berupa batupasir, batugamping; serta batuan intrusi dangkal berupa andesit dan lava.

Batuan-batuan tersebut berumur mulai dari yang paling tua sekitar umur Oligosen

Awal (+ 38jt thn) hingga yang paling muda sekitar Kuarter (0,01 jt thn).

Alterasi hidrotermal didaerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga zonasi

alterasi, yaitu Zonasi Alterasi Propilit, Zonasi Alterasi Argilik, dan Zonasi Alterasi

Silisifikasi. Selain itu juga terdapat zonasi mineralisasi logam dasar yang berupa urat

(vein) kuarsa yang berasosiasi dengan mineral logam berupa galena, sphalerit,

kalkopirit, pirit, markasit, arsenopirit, perak, bornit, kovelit dan malakit, serta

hematite.

Page 4: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Pengukuran secara metoda resistivity dipole-dipole yang dilakukan dan

menggabungkan data pemetaan topografi, tidak memungkinkan untuk membuat

model mineralisasi baik secara lateral maupun vertikal, karena kondisi singkapan

yang umumnya telah habis ditambang oleh masyarakat sekitar. Sehingga

pengukuran geofisika yang dilakukan juga tidak menunjukkan hasil yang optimal

untuk bisa menghitung jumlah cadangannya.

Secara umum, kawasan mineralisasi logam dasar di daerah Cisungsang dan Bojong

telah ditambang secara manual oleh masyarakat sekitar tanpa memperhatikan aspek

lingkungan, bencana geologi dan keselamatan kerja. Sehingga diperlukan adanya

penyuluhan dan pengawasan dari instansi terkait yang member kewenangan

masyarakat untuk menambang dengan cara seperti saat ini dilakukan, misalnya dari

aparat dinas pertambangan atau dari pemda setempat.

ii

BAB I PENDAHULUAN

Page 5: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

1.1. Latar Belakang Penelitian

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari kegiatan penelitian di tahun pertama.

Dari hasil kegiatan penelitian tahun pertama diketahui bahwa secara geologi

ditemukan adakanya potensi sumberdaya bahan galian berupa timah hitam (Pb) dan

seng (Zn) di daerah Cisitu-Cikadu, Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Dengan

diberlakukannya sistim Otonomi Daerah (OTDA), membuka kesempatan para

investor untuk melakukan eksplorasi sumberdaya mineral khususnya timah hitam

dan seng di daerah tersebut, sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan eksplorasi

dan eksploitasi sumberdaya mineral di daerah dapat meningkatkan pendapatan asli

daerah (PAD) dan meningkatkan taraf hidup masyarakat yang ada di sekitar

sumberdaya alam tersebut.

Kabupaten Lebak Propinsi Banten, secara geologi telah dikenal cukup lama

sebagai daerah yang mempunyai potensi sumberdaya mineral logam yang sangat

besar khususnya emas, perak, seng dan timbal. Sehingga kemungkinan untuk

menemukan sumber cadangan lain dari yang telah teridentifikasi saat ini akan sangat

besar, mengingat kondisi geologinya yang sangat mendukung. Adanya akumulasi

mineral logam dasar di daerah Kabupaten Lebak, khususnya wilayah yang secara

geologi disebut “Kubah Bayah” tidak terlepas dari adanya akitfitas magmatik yang

membawa unsur-unsur logam dasar tersebut dari dalam magma dan terkonsentrasi

di dekat permukaan melalui proses hidrotermal. Adanya proses hidrotermal pada

suatu daerah dapat diidentifikasi dari hadirnya batuan yang termineralisasi atau

batuan yang terubah, khususnya secara kimia, serta hadirnya urat-urat kuarsa yang

mengandung mineral-mineral logam dasar seperti emas, perak, tembaga, bijih besi,

seng dan timbal.

Target khusus yang akan dicapai melalui penelitian tahap kedua ini adalah

memperoleh data yang lebih spesifik khususnya penyebaran mineral timah hitam

dan seng secara vertikal hingga kedalam tertentu berdasarkan sifat geofisika

mineralnya. Dari hasil tersebut kemudian akan dikombinasikan dengan data

penelitian permukaan yang telah memetakan secara lateral penyebarannya, Sehingga

akhirnya diharapkan dapat diperkirakan jumlah sumberdaya yang ada baik secara

Page 6: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

lateral maupun vertikal, serta mengkaji kemungkinan untuk dapat dieksploitasi serta

dihitung nilai ekonomisnya,

1

sehingga diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar dan PAD

bagi pemerintah daerah.

Metode penalaran pada penelitian ini hádala merupakan model pendekatan

deterministik. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah studi pustaka dan

inventarisasi data sekunder, survey lapangan dan sampling, analisis laboratorium,

analisis data, penyusunan laporan, seminar/publikasi.

1.2. Lokasi Daerah Penelitian

Penelitian lapangan dan pengambilan sampel batuan alterasi

(termineralisasi) dan batuan host rock, serta pengukuran dengan metoda geofisika

dilakukan di Desa Cisitu-Cikadu, Kecamatan Cikotok, Kabupaten Lebak, Propinsi

Banten (Gambar 1).

Gambar 1.1. Peta Lokasi Daerah Penelitian

Page 7: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

1.3. Tim Peneliti

Penelitian ini dilakukan dalam sebuah tim penelitian yang terdiri atas seorang ketua

dan tiga orang anggota. Komposisi dari tim peneliti terdiri atas bidang ilmu yang

terkait dengan kegiatan penelitian, yaitu bidang eksplorasi, geokimia, mineralogi

dan geofisika dari Jurusan Geologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Padjadjaran. Kualifikasi dari ketua dan anggota tim peneliti dapat

dilihat dalam lampiran.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Pustaka dilakukan untuk memperoleh gambaran secara umum

karakteristik dari tidap model mineralisasi/deposit, sehingga kemudian dapat

membuat model untuk tersendiri untuk daerah penelitian. Selain itu studi pustaka

juga dilakukan untuk mengetahui metoda geofisika mana yang lebih efektif untuk

dapat mendeteksi penyebaran vertical dari suatu zona mineralisasi logam,

khususnya logam dasar. Selanjutnya akan dipilih metoda sederhana dalam

melakukan perhitngan cadangan berdasarkan data yang dimiliki. Lebih jauh studi

pustaka juga dilakukan terhadap berbagai metoda eksploitasi yang bisa dilakukan

terhadap model deposit dan jumlah cadangan seperti yang terdapat didaerah

penelitian.

2.1. Model Mineralisasi/Deposit

Proses alterasi (ubahan) atau disebut juga sebagai proses mineralisasi dari

suatu batuan induk (host rocks) karena adanya larutan hidrotermal yang naik dan

berinteraksi dengan batuan tersebut, dimana larutan hidrotermal membawa unsur-

unsur logam dari dalam magma dan kemudian di endapkan pada rekahan-rekahan

atau pori-pori dari batuan induknya (Gambar 2.1).

Page 8: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Gambar 2.1. Model alterasi mineralisasi hidrotermal yang berhubungan dengan

kegiatan magmatik (Hedenquist, dkk., 1996)

Konsep dasar tentang alterasi adalah berawal dari suatu pemikiran bahwa

jika batuan induk (dalam bentuk rekahan atau retakan) dilalui oleh fluida panas

yang berasal dari magma atau larutan hidrotermal, maka keadaan kedua kondisi

baik larutan hidrotermal maupun batuan induk itu sendiri terjadi tidak stabil. Untuk

mencapai keseimbangan “equilibrium condition” maka akan terjadi suatu reaksi

dari keduanya dan menghasilkan suatu bentukan kondisi yang baru yang ditandai

dengan munculnya kumpulan mineral baru yang memiliki sifat yang berbeda dari

batuan induk maupun larutan asalnya. Perubahan tidak hanya meliputi kimia akan

tetapi juga perubahan fisika memiliki pola yang teratur dan sistimatik mulai dari

bagian yang paling luar hingga bagian yang paling dekat dengan tubuh bijih.

Berpangkal dari pemikiran inilah konsep dasar tentang alterasi batuan

dikembangkan. Mineral-mineral baru ini disebut sebagai mineral alterasi. Tingkat

ubahan atau intensitas serta sifat dari alterasi batuan tersebut sangat ditentukan dan

dipengaruhi oleh (a) sifat batuan induk, (b) sifat larutan panas (larutan hidrotermal)

yang menerobosnya yang akan menentukan faktor-faktor seperti Eh, pH, tekanan

uap berbagai spesies volatil, komposisi kation dan anion dan tingkat hidrolisis, dan

(c) temperatur dan tekanan pada saat reaksi terjadi.

Page 9: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Fluida maupun sifat batuan memiliki sifat yang berbeda dan beragam,

maka proses alterasi yang terbentuk terjadi melalui beberapa cara. Bebarapa hal

penting berkenaan dengan reaksi tersebut meliputi :

1. Hidrolisis keterlibatan ion OH ketika terjadi reaksi antara batuan induk

dengan fluida hidrotermal. Contoh fespar menjadi muskovit dan kuarsa.

2. Hidrasi berpindahnya molekul air dari fluida menjadi suatu mineral

sedangkan dehidrasi adalah kebalikannya.

3. Alkali / alkali-earth metasomatism masuknya unsur magnesium (Mg+)

kedalam mineral yang baru.

4. Dekabonisasi terjadi pada skarn dimana silika dan oksida dihasilkan dari

hilangnya CO2 dari gamping-dolomit.

5. Silisifikasi Terjadi penambahan silika sehingga mineral menjadi

polimorf seperti kalsedon, opal atau jasper dlsb.

6. Silikasi proses pengubahan ke mineral silikat ini banyak terjadi pada

mineral karbonat / skarn

7. Reduksi- Oksidasi reaksi penting yang mempengaruhi besi ferous-ferric

dan mineral sulfur.

Gejala yang diperlihatkan oleh bentuk dan tipe dari alterasi merupakan

manifestasi yang berhubungan dengan proses pembentukan mineralisasi bijih.

Bukti tersebut dapat dilihat dari komposisi mineral batuan asal yang dalam hal ini

terjadi adanya perubahan secara sistimatis mulai dari tingkat ubahan propilit hingga

potasik.Cerminan dari tiap-tiap zona alterasi tersebut sebagai gambaran seberapa

jauh tingkat konveksi panas (temperatur) dan kedalaman (tekanan) yang

dipengaruhi oleh jenis fluida hidrotermal pembawa mineralisasi yang berasal dari

dapur magma kondisi geologi tempat mineralisasi terbentuk/ terjadi. Dengan kata

lain alterasi merupakan cerminan dari mineralisasi, sehingga dapat diketahui

jenis/tipe serta genesa suatu endapan dengan melihat pola-pola alterasi yang terjadi

(Corbett dan Leach, 1998).

Karena reaksi yang terjadi di alam terjadi begitu komplek seperti yang

disebutkan diatas maka produk dari mineral alterasi merupakan suatu kumpulan

Page 10: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

yang memiliki mutualisme dan terjadi di suatu tempat. Istilah mineral assemblage

secara tidak langsung berarti pertumbuhan keseimbangan mutual dari fase-fase

mineral, dicirikan oleh kumpulan mineral spesifik yang tertentu sebagai suatu

penciri dari kumpulan mineral itu sendiri (Guilbert dan Park, 1986). Dari mineral

assemblage ini kita dapat mengetahui suatu zonasi tertentu tentang alterasi yang

dapat dipakai sebagai petunjuk atau guide, menunjukkan temperatur pembentukan,

kedalaman serta genesa suatu tipe endapan mineral. Kumpulan mineral atau

“mineral assemblage” dengan indikator mineral tertentu dapat di klasifikasikan

sebagai berikut (Gambar 2.2 dan 2.3):

1. Zonasi Potasik : mineral assemblage nya K-flespar, tanpa atau dengan

biotit dan serisit.

2. Zonasi Filik : Ditandai dengan hadirnya secara dominan mineral

phylisilicate serisit,semua mineral seperti felspar, mika dan mineral mafik

terubah serisit.

3. Advance argillik : Ditandai dengan hadirnya mineral piropilit-andalusit

pada temperatur tinggi, dan pada temperatur rendah adalah dickit, kaolinit,

dan alunit, topaz dan zunyit.

4. Zona Argillik : Pada zona ini yang paling menonjol adalah munculnya

secara dominan mineral kaolinit dan monmorilonit. Argilik terbentuk pada

temperatur relatif rendah.

5. Zona propilitik : Zona alterasi yang penyebaran yang luas. Mineral

karakteristik dari zona ini adalah epidot, klorit dan karbonat secara tipikal

menggantikan plagioklas, dan hornblende-biotit.

Page 11: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Gambar 2.2. Model Model zonasi alterasi pada tipe endapan epithermal~mesothermal (Buchanan, 1998)

Selain zona ubahan tersebut di atas, dikenal pula adanya istilah mineralisasi

“High Sulfidation” dan “Low Sulfidation” atau “sulfida tinggi” dan “sulfida

rendah”. High sulfidation memiliki zonasi alterasi yang dicirikan oleh mineral

spesifiknya : alunit, diaspor, pyrophylite, zunyite, dickite, dan halloysite.

Sedangkan pada tipe Low sulfidation : kumpulan mineral spesifiknya terdiri dari :

Adularia, serisit, klorite, epidot dan smectit (Hedenquist dkk, 1996).

Tipe alterasi lainnya adalah skarn dan greisen: Skarn adalah mineralisasi

intrusif terjadi pada lingkungan karbonat dengan mineral alterasi yang

diperlihatkannya adalah piroksen-garnet-epidot-zoisit-piroksenoid-epidot. Greisen:

spesifik quartz dan mika, alterasi advance argilik – filik, turmalin dan topaz

sebagai mineral asesoris (Corbett dan Leach, 1998).

Studi alterasi merupakan bagian penting dalam eksplorasi. Dengan studi

ini kita dapat mengetahui dan mempelajari secara sistimatik pola-pola mineralisasi

yang terjadi di suatu daerah dengan mempelajari pola-pola ubahannya. Dengan

mempelajari pola kita dapat mengetahui jenis mineralisasi apa yang terjadi, pada

temperatur dan kedalaman berapa mineralisasi terbentuk, serta bagaimana

Page 12: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

lingkungan geologinya dari mineralisasi tersebut. Jadi aspek dari studi mineral

ubahan kita dapat mengetahui genesa dan tipe endapan bijih hidrotermal, dan

gradien temperatur dalam eksplorasi geotermal (Corbett dan Leach, 1998; Lawless

dkk, 1997).

Gambar 2.3. Hubungan zonasi mineralisasi dengan mineral logam dasar dalam sistim hidrotermal. (Corbett dan Leach, 1998)

2.2. Mineral logam dasar dan mulia hasil proses hidrotermal

Propinsi Banten dan Jawa Barat yang terletak di ujung barat Pulau Jawa,

cukup dikenal sejak jaman dulu sebagai daerah yang mempunyai potensi

sumberdaya mineral logam dasar dan logam mulia, sebagai contoh daerah Cikotok

dan sekitarnya. Dimana endapan (akumulasi) logam-logam tersebut terbentuk

melalui proses hidrotermal (Sujatmiko dan Santosa, 1992).

Terbentuknya akumulasi (endapan) mineral logam dapat disebabkan oleh

berbagai proses seperti adanya diferensiasi magma, pegmatit, hidrotermal, kontak

metamorfik, sedimentasi (endapan permukaan dan endapan residu) (Jensen dan

Page 13: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Bateman, 1981) . Di wilayah Indonesia sebagai negara yang banyak mempunyai

gunungapi memiliki potensi yang cukup baik untuk terjadinya akumulasi (endapan)

mineral logam, khususnya melalui proses hidrotermal.

Mineral yang digolongkan sebagai mineral logam dasar adalah tembaga

(Cu), timbal (Pb), seng (Zn), timah (Sn) dan aluminium (Al). Dimana unsur-unsur

logam dasar tersebut di alam biasanya di jumpai dalam bentuk senyawa yang

umumnya dikenal sebagai mineral sphalerit (Zn), kalkopirit (Cu), galena (Pb),

kasiterit (Sn) dan Bauksit (Al) serta banyak lagi jenis mineral yang mengandung

unsur logam dasar tersebut. Sementara itu, mineral yang digolongkan sebagai

logam mulia (precious metal) adalah emas (Au), perak (Ag) dan platina (Pt). Selain

kedua kelompok di atas, masih ada yang dikelompokkan dalam golongan logam,

seperti bijih besi (Fe), manganese (Mn), nikel (Ni), kromium (Cr), vanadium (Va),

titanium (Ti), molibdenum (Mo) dan tungsten (Wo) (Jensen dan Bateman, 1981).

Di Indonesia, sebagian besar endapan primer logam dasar dan mulia di

hasilkan dari mineral-mineral logam dasar dan mulia yang terbentuk melalui proses

hidrotermal, baik itu dalam bentuk porfiri (berupa suatu tubuh intrusi) dan urat-urat

(vein kuarsa yang berasosiasi dengan mineral logam). Contoh yang cukup terkenal

untuk ke dua tipe ini adalah tipe endapan porfiri emas-tembaga di Grasberg-

Freeport (Papua) dan tipe urat kuarsa di Gunung Pongkor (Bogor). Selain endapan

primer, ada juga logam dasar atau mulia yang berupa endapan sekunder yang

dihasilkan karena proses sedimentasi, seperti endapan emas di Kelian (Kaltim) dan

endapan pasir besi di Cilacap (Jateng) (Carlile dan Mitchel, 1994).

Didaerah Banten, khususnya kawasan “Kubah Bayah, mineralisasi logam

dasar dan mulia sangat berhubungan dengan proses kegiatan magmatik purba, dan

khususnya terbentuk melalui proses hidrothermal, dimana sangat dipengaruhi oleh

komposisi dan temperatur fluida hidrothermal dan juga oleh batuan yang menjadi

“host” dari mineralisasi tersebut.

Page 14: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

2.3. Tatanan Geologi Kubah Bayah

Secara geologi daerah Cisitu-Cikadu terletak di wilayah Kubah Bayah

yang telah dikenal sebagai komplek mineralisasi logam dasar dan mulia, khususnya

emas, perak, seng dan timbal. Kubah Bayah adalah merupakan sebuah struktur

vulkanik yang berumur Tersier hingga Kuarter. Bagian tengah dari Kubah Bayah

disusun oleh batuan volkanik berupa breksi, tuff dan lava yang berkomposisi

andesitik hingga dasitik yang berumur Oligosen – Miosen dan intrusi diorit hingga

andesit yang berumur Pliosen – Kuarter. Di bagian utara disusun oleh ignimbrit

yang berkomposisi dasitik. Sementara di bagian barat dan timur di tutupi oleh

batuan volkanik berupa tuff dan breksi yang berumur Pliosen – Kuarter (Sujatmiko

dan Santoso, 1992) Selain itu di bagian selatan wilayah ini ditutupi oleh batuan

redimen berupa batugamping dan batulempung yang berumur Eosen-Miosen.

Pada umumnya alterasi-mineralisasi yang ada di wilayah ini dikontrol oleh

struktur regional yang berarah relatif utara-selatan, yang dicirikan oleh pola

penyebaran urat-urat kuarsa yang ada di daerah Cikotok-Cirotan dan Gunung

Pongkor (Marcoux dan Milesi, 1994)

Alterasi hidrotermal banyak dijumpai di dalam wilayah Kubah Bayah ini,

dimana proses alterasi tersebut menghasilkan mineralisasi logam-logam dasar dan

mulia, emas, perak, seng dan timbal yang berasosiasi dalam bentuk urat-urat (vein)

kuarsa, seperti di daerah Cikotok dan Gunung Pongkor (Carlile dan Mitchel, 1994)

serta Cikidang (Rosana dan Matsueda, 2002).

Dari tipe alterasi dan jenis mineral logam serta kandungannya, maka

mineralisasi yang ada di wilayah Kubah Bayah ini dapat di kelompokkan dalam

dua tipe hidrotermal, yaitu tipe Cirotan –Cikotok yang dicirikan oleh kaya akan

kandungan mineral sulfida dan hadirnya cockade breksi; dan tipe Pongkor yang

dicirikan oleh kandungan sulfida yang rendah (Marcoux dan Milesi, 1994).

Akan tetapi masih banyak daerah-daerah lain yang belum diteliti lebih

detail, salah satunya adalah daerah Cisitu-Cikadu. Dimana pada daerah ini

ditemukan indikasi batuan alterasi (terubah) serta dijumpainya urat-urat kuarsa dan

Page 15: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

breksi yang mengandung mineral logam, hal ini menandakan bahwa pernah adanya

kegiatan atau proses hidrotermal di daerah tersebut yang menghasilkan endapan

(akumulasi) mineral logam, khususnya pada batuan tuff dan batugamping. Dari

hasil kegiatan penelitian di tahun pertama, dapat diidentifikasikan geologi daerah

penelitian dan juga penyebaran batuan alterasinya, khususnya di daerah Cisitu-

Cikadu (Gbr. 2.4).

Gambar 2.4. Peta Geologi Daerah Penelitian (Rosana, dkk 2006)

2.4. Penelitian Yang Pernah Dilakukan

Telah banyak penelitian yang dilakukan di wilayah Kubah Bayah ini.

Mulai tahun 1933 ~ 1980 telah banyak dilakukan penelitian, akan tetapi pada

perioda ini penelitian yang dilakukan hanya sebatas dalam pembuatan peta geologi

Page 16: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

secara regional, dan tidak ada yang membahas secara khusus tentang mineralisasi-

alterasi dalam kaitannya dengan akumulasi mineral logam.

Pada era tahun 1980 dimulai kegiatan penelitian geokimia secara regional

dengan metoda stream redimen untuk mencoba menemukan daerah-daerah anomali

unsur logam secara geokimia. Baru kemudian di era tahun 1990, dimulai penelitian

khusus tentang batuan alterasi khususnya di wilayah Cikotok-Cirotan (Milesi dkk,

1994; Marcoux dan Milesi, 1994; Sukarna dkk, 1999; Gunung Pongkor (Basuki

dkk, 1994; Milesi dkk, 1994; Warmanda dan Lehnan, 2003) dan Cikidang (Rosana

1997; Rosana dkk, 2001; Rosana dan Matsueda, 2002). Peneliti-peneliti di atas pada

umumnya hanya membahas karakteristik dan genesis dari mineral-mineral logam

yang ada di daerah Cirotan-Cikotok, gunung Pongkor dan Cikidang.

Sementara itu untuk daerah Cisitu dan Cikadu belum ada penelitian yang

dilakukan khusus mengenai batuan alterasi, akan tetapi didaerah Cisungsang yang

terletak sekitar 2 km dari daerah Cisitu pernah dilakukan penelitian tentang

karakteristik mineralisasi mineral logam dasar (Rosana dan Matsueda, 2003).

Sehingga di harapkan didaerah Cisitu-Cikadu batuan alterasi yang dijumpai juga

berasosiasi dengan mineralisasi logam dasar dan mulia, mengingat lokasinya yang

tidak terlalu jauh dari daerah Cisungsang maupun dari Cikidang.

Dari hasil kegiatan penelitian tahun pertama, dapat diketahui di daerah

tersebut ada dua daerah yang mempunyai potensi vahan galian yang mengandung

logam dasar, kedua daerah itu adalah daerah Cisungsang dan daerah Bojong (Gbr.

2.5). Sehingga pada kegiatan penelitian tahun kedua ini, kegiatan pengukuran

geofisika akan dikonsentrasikan pada kedua daerah tersebut.

Page 17: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Gambar 2.5. Peta Lokasi Daerah Mineralisasi Logam yang akan diukur secara

geofisika

2.5. Metoda Geofisika

Survey geofisika dilakukan dengan alat geolistrik dengan metoda tahanan

jenis (resistivity) yang dilakukan dengan jalan memberikan induksi energi listrik ke

bumi dan kemudian diamati pengaruhnya terhadap batuan yang dilaluinya. Ada

beberapa konfigurasi elektroda dalam pengukuran metoda tahanan jenis, yaitu

konfigurasi Schlumberger, konfigurasi dipole-dipole, dan konfigurasi Wenner.

Pada penyelidikan kali ini digunakan konfigurasi dipole-dipole.

Tujuan dari pengukuran geolistrik ini adalah untuk mengetahui variasi

harga tahanan jenis semu batuan bawah permukaan. Bila arus listrik diinjeksikan

ke dalam bumi melalui 2 buah elektroda arus, kemudian diukur beda potensial yang

ditimbulkan oleh adanya injeksi arus tersebut pada 2 buah elektroda potensial, maka

akan diperoleh harga tahanan jenis semu berdasarkan susunan elektroda dipole –

dipole. Harga tahanan jenis semu yang terukur dipengaruhi oleh adanya perbedaan

harga tahanan jenis masingmasing lapisan batuan bawah permukaan. Daerah –

Cisungsa

Bo j on

Page 18: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

daerah yang pelapukannya tinggi menyebabkan air tanah menjadi asin, elektrikal

survey dapat mempengaruhi pembacaannya, selain itu banyak zona dalam batuan

selain tubuh masif sulfida yang memberikan resistensi elektrik yang rendah.

Metode ini baik untuk daerah – daerah uplift dan erosi atau glasiasi menghasilkan

batuan yang segar dan tidak mengalami pelapukan yang dekat ke permukaan.

Alat-alat geolistrik yang digunakan adalah (Gambar 2.6):

• Resistivitymeter merk Martiel Geophysic

• Kabel dan Elektroda potensial dan arus

• Accu 12V, 10A

• Rollmeter, Kompas, GPS

• AVO meter, dan

• Laptop untuk mengolah data

Gambar 2.6. Perangkat peralatan geolistrik metoda tahanan jenis (resistivity)

Untuk mengukur variasi harga tahanan jenis semu perlapisan batuan di

bawah permukaan bumi dengan menggunakan metoda dipole – dipole, dilakukan

penempatan sepasang elektroda arus (A dan B) dan sepasang elektroda potensial

(M dan N) di permukaan bumi pada satu garis lurus, dengan panjang bentangan 100

m pada topografi yang datar, tetapi jika tidak mememungkinkan dilakukan koreksi

topografi dengan cara mengukur ketinggian awal bentangan dan akhir bentangan.

Elektroda – elektroda atau patok – patok yang dipasang diusahakan ditanam pada

tanah yang keras dan tidak terurai atau bekas cangkulan karena mempengaruhi nilai

Page 19: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

pada alat geolistrik. Elekrtoda – elektroda arus A dan B diletakkan berdekatan

demikian juga elektroda – elektroda potensial M dan N (Gambar 2.7). Elektroda

arus ataupun potensial dapat bergerak bersama – sama ataupun salah satu elektroda

diam sedangkan elektroda yang lainnya bergerak dengan jarak n kali a dan diukur

dengan sepasi elektroda 3 m, sehingga didapatkan data – data pengukuran lapisan

di bawah permukaan (Gambar 2.8 – 2.10).

Dimana :

a = Jarak antara elektroda arus AB/elektrode potensial

MN n = Bilangan bulat positif sebagai faktor pengali

dari a

V = Beda potensial dari elektroda MN

I = Kuat arus pada elektroda AB

Jarak minimum antara elektroda AB dengan elektroda potensial MN adalah

a meter. Untuk menghitung faktor geometris (K) dari susunan elektroda dipole –

dipole

dengan : AM = r1 = (n+1)a

BM = r2 = (n.a)

AN = r3 = (n+2)a

BM = r4 = (n+1)a

Gambar 2.7. Jarak konfigurasi elektroda

Page 20: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Maka rumus dari faktor geometri :

K = 1 1 1 1 1

AM BM AN BN

Maka faktor geometri dapat diturunkan sebagai berikut :

K =N Nn. n+1 n+2( )N( )Aa

2

Sehingga persamaan harga tahanan jenis semu untuk konfigurasi elektroda

dipole – dipole adalah :

ρ app = K.dV/I

K = 2π (n‐1) n ( n+1)

ρ app = 2π (n‐1) n ( n+1) x dV/I

Dimana :

ρ app = Apparent resistivity (Ohm‐m) K

= Koefisien geometri dV = Beda

potensial I = Arus listrik 2x = Spasi

elektroda n = Jarak antar arus

2,3,4,…….dst

Page 21: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Gambar 2.8. Konfigurasi elektroda Dipole-dipole

Hasil interpretasi metoda dipole – dipole ini berupa penampang vertikal

kontur variasi harga tahanan jenis semu, yang mencerminkan harga resistivitas

batuan bawah permukaan. Untuk mengkonversi bentuk resistivitas ke dalam bentuk

geologi diperlukan pengetahuan tentang tipikal dari harga resistivitas untuk setiap

tipe material dan struktur geologi daerah survey. Tabel 2.1 menunjukkan harga

resistivitas batuan, material tanah dan unsur kimia secara umum. Batuan vulkanik

dan metamorfik cenderung mempunyai harga resistivitas yang tinggi. Batuan

sedimen yang pada umumnya lebih berporos dan mempunyai kandungan air yang

tinggi akan memberikan harga resistivitas yang lebih rendah. Tanah basah dan air

tanah akan mempunyai harga resistivitas yang lebih rendah lagi. Tanah lempung

biasanya mempunyai harga resistivitas lebih rendah dibandingkan dengan tanah

berpasir. Namun demikian ada juga harga resistivitas yang ada diantara nilai yang

ada di tabel 2 yaitu harga-harga resistivitas yang saling overlap dari kelas batuan

dan tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor seperti porositas,

derajat saturasi air dan konsentrasi sebaran garam.

Tabel 1.1. Resistivitas batuan, mineral dan unsur kimia secara umum

Page 22: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Material Resistivitas (Wm)

Batuan vulkanik dan metamorphic Granite Basalt Slate

Marble Quartzite

Batuan Sedimen Batuan pasir Shale Limestone

Tanah dan Air Lempung Alluvium

Unsur kimia Besi

5x103- 106

103- 106

6x102- 4x107

102- 2.5x108

102- 2x108

8 - 4x103

20 - 2x103

50 - 4x102

1 - 100

10 - 800

9.074x10-8

Gambar 2.9. Geometri elektroda dipole-dipole tanpa material polarisasi (A) dan

material yang mengandung polarisasi (B). ρ L = ρ (w1) : resisitivity

semu frekuensi rendah, ρ H = ρ (w2) : resistivity semu frekuensi tinggi.

A

B

Page 23: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Gambar 2.10. Penampang model geologi bawah permukaan hasil interpretasi data

IP dan

Resistivity (Hansen, D.A. ; Barr, G.W., 1966)

2.5. Perhitungan Cadangan

Dalam penentuan jumlah cadangan sumberdaya mineral, terlebih dahulu

harus mengkalsifikasikannya berdasarkan pada dua kristeria, yaitu: tingkat

keyakinan geologi dan pengkajian layak tambang. Tingkat keyakinan geologi

sendiri ditentukan oleh tahapan eksplorasi yang meliputi survey tinjau, prospeksi,

eksplorasi umum dan eksplorasi rinci. Pengkajian layak tambang meliputi faktor-

faktor ekonomi, penambangan, pemasaran, lingkungan, sosial, dan hukum.

Pengkajian layak tambang akan menentukan apakah sumberdaya mineral akan

menjadi cadangan atau tidak. Jika berdasarkan kajian ini dihasilkan status layak

tambang, maka statusnya berubah menjadi cadangan, jika tidak, maka akan tetap

menjadi sumberdaya mineral.

Tingkat klas sumberdaya mineral dan cadangan dikelompokkan berdasarkan

kriteria jenis sumberdaya mineral dan cadangan. Mengelompokkan sumberdaya

mineral dibedakan menjadi : Sumberdaya mineral hipotetitk; Sumberdaya mineral

Page 24: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Tereka; Sumberdaya mineral Terunjuk; dan Sumberdaya mineral Terukur.

Sedangkan cadangan dibedakan menjadi : Cadangan terkira dan cadangan terbukti.

Dalam perhitungan cadangan ada banyak metoda yang dipakai tergantung

kepada data yang dimiliki. Perhitungan cadangan terbukti dilakukan berdasarkan

pada pemodelan dari data pemboran eksplorasi yang dilakukan di sepanjang

depositnya. Tingkatan yang lebih rendah, dimana perhitungan cadangan belum

didasarkan pada data pemboran, adalah berdasarkan pada data permukaan lateran

dan vertikal dari data geologi dan geofisika, serta kandungan dan berat jenis dari

bahan galiannya, baru dapat ditentukan atau dihitung jumlah cadangan terkira.

Kriteria dan kalsifikasi sumberdaya mineral dan cadangan dapat dilihat pada tabel

2.2.

Tabel 2.2. Kriteria dan Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan

Page 25: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Permasalahan yang akan diteliti di daerah Cisitu-Cikadu ini adalah

mengungkap karakteristik geofisika dari batuan termineralisasi serta urat-urat

kuarsa yang membawa mineral logam. Dengan mengetahui karakteristik

tersebut, akan dapat diprediksi penyebarannya secara vertikal. Masalah-masalah

tersebut dikaji melalui pendekatan deterministik di lapangan melalui pengukuran

geofisika melalui metoda geolistrik dengan konfigurasi dipole-dipole.

Lebih jauh dari hasil penelitian ini kemudian digabungkan dengan hasil

penelitian tahun pertama adalah penentuan sebaran batuan termineralisasi serta

Page 26: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

uraturat kuarsa pembawa mineral logam, baik secara lateral maupun vertikal,

sehingga akan dapat diperkirakan besar cadangan atau potensi sumberdaya

mineral logam tersebut. Hal ini juga akan dikaji melalui pendekatan

deterministik melalui pemetaan detail dan pengukuran geolistrik di lapangan

serta pembuatan model di laboratorium.

Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

a. Menentukan luas penyebaran vertikal zona mineralisasi logam berdasarkan

data hasil pengukuran geofisika

b. Membuat model mineralisasi berdasarkan penyebaran lateral dan vertikal,

serta karakteristik mineralsasi logam dan alterasi;

c. Membuat rekomendasi untuk kegiatan penamfaatan logam tersebut, terutama

pada metoda eksploitasinya Penentuan temperatur proses mineralisasi dari

data mineral ubahan dan inklusi fluida.

d. Penghitungan cadangan dari akumulasi mineral logam dasar dan mulia (hasil

proses hidrotermal) di daerah Cisitu-Cikadu, Kabupaten Lebak, Banten,

melalui pemodelan yang dilakukan dari data geofisika dan penyebaran lateral

dipermukaan.

18

3.2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang diperoleh diharapkan akan dapat digunakan sebagai

dasar untuk melakukan kegiatan eksplorasi lebih detail untuk dapat mengidentifikasi

potensi sumberdaya mineral logam tersebut secara ekonomi, serta kemungkinan

untuk dapat dieksploitasi yang kelak diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan

asli daerah (PAD) dan meningkatkan pendapatan masyarakat disekitar lokasi

mineralisasi tersebut. Selain itu dari aspek ilmiahnya, juga dapat diketahui

kemungkinan hubungan keberadaan antara mineralisasi logam dasar di daerah

Page 27: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Cikadu-Cisitu dengan mineralisasi emas-perak di daerah Cikidang yang berada di

bagian utara daerah penelitian, serta kemungkinan untuk menemukan potensi

mineral sejenis didaerah lain sekitar daerah penelitian yang memiliki karakteristik

geologi dan geofisika yang sama.

BAB IV METODA PENELITIAN

Pemecahan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

pendekatan deterministik. Pendekatan deterministik dilakukan dengan cara

membuat suatu model dari data identifikasi yang diperoleh terhadap komponen

dalam sistim alterasi serta hubungan interaksi dari k omponen-komponen tersebut.

Page 28: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Dengan metoda ini peneliti dituntun untuk membuat kesimpulan yang mempunyai

tingkat validasi yang tinggi berdasarkan pada analisis dan pembahasan terhadap

componen yang terkait yang dinyatakan secara angka.

Tahapan penelitian yang dilakukan (Gambar 4.1) adalah sebagai berikut:

a. Studi literatur (pendahuluan)

b. Survey lapangan dan pengambilan sampel

c. Analisis laboratorium

d. Interpretasi/Analisis data

e. Mengukuran kedalaman/ketebalan dengan metoda geofisika

f. Pembuatan model mineralisasi

g. Penghitungan cadangan sumberdaya logam dasar

h. Penyusunan laporan

Studi literatur dilakukan untuk memperoleh gambaran secara regional

tentang daerah penelitian berdasarkan data geologi dan topografi sebagai acuan

untuk desain survey di lapangan dan lokasi pengambilan sampel.

Survey lapangan dilaksanakan untuk memetakan secara detail kondisi

geologi di daerah penelitian serta meliniasi daerah-daerah potensi mineralisasi.

Pemetaan geologi dilakukan dengan metoda konvensional, yang meliputi penentuan

jenis litologi serta posisi stratigrafi, pengamatan bentang alam, identifikasi jenis

struktur yang berkembang serta melinisasi daerah-daerah potensi mineralisasi

dengan penentuan zonasi ubahan/alterasi dan urat-urat kuarsa pembawa mineral

logam berdasarkan pada identifikasi mineral alterasi secara megaskopis. Kegiatan

survey lapangan juga meliputi pengukuran penyebaran alterasi-mineralisasi secara

vertikal melalui geolistik.

Untuk menghitung potensi mineral logamnya, dilakukan dengan menggabungkan

data pemetaan zonasi alterasi dan mineralisasi dengan data pengukuran secara

vertikal dengan metoda geofisika, khususnya geolistrik.

Peralatan yang diperlukan dalam penelitian lapangan ini diantaranya, adalah:

• Peta topografi skala 1:25.000 dan Peta Geologi Skala 1:25.000

• Peralatan survey lapangan/geologi (kompas, loupe, palu, linggis, pita ukur, dll.)

• Kamera dan Alat tulis dan buku catatan lapangan

• Geolistrik dipole-dipole

Page 29: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Peralatan yang digunakan dalam penelitian laboratorium di

antaranya adalah

:

• Komputer beserta perangkat lunaknya (MS-word, MS-Excel, MapInfo, dll).

• Peralatan geolistrik metoda dipole-dipole

Waktu yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan penelitian tahun kedua

ini waktu efektif 8 (delapan) bulan. Adapun alokasi waktu untuk tahapan

penelitian yang dilakukan tercantum pada tabel 2 berikut ini.

Untuk menghitung potensi mineral logamnya, dilakukan dengan

menggabungkan data pemetaan zonasi alterasi dan mineralisasi dengan data

pengukuran secara vertikal dengan metoda geofisika, khususnya geolistrik.

Peralatan yang diperlukan dalam penelitian lapangan ini

diantaranya, adalah:

• Peta topografi skala 1:25.000 dan skala 1:50.000

• Peta Geologi Skala 1:100.000

• Peralatan survey lapangan/geologi (kompas, loupe, palu, linggis, pita ukur,

dll.)

• Kantung sampel

• Kamera

• Alat tulis dan buku

• Geolistrik

Peralatan yang digunakan dalam penelitian laboratorium di

antaranya adalah :

• Komputer beserta perangkat lunaknya (MS-word, MS-Excel, MapInfo, dll).

• Peralatan geolistrik metoda dipole-dipole

Waktu yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan seluruh program dalam

penelitian adalah dengan waktu efektif 10 (sepuluh) bulan. Adapun alokasi

waktu untuk tahapan penelitian yang dilakukan tercantum pada tabel 4.1 berikut

ini.

Page 30: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

ALUR RANCANGAN PENELITIAN TAHUN KEDUA

Gambar 4.1. Alur Rancangan Penelitian Tahun Kedua

Peta Geologi & Alterasi

SKALA 1 : 25.000

DATA BASE

( Geofisika & Karakteristik dan Potensi Mineral logam

dasar dan mulia )

PETA POTENSI MINERALISASI DAN

PERHITUNGAN CADANGAN

Analisis Data Geofisika dan Model

Mineralisasi

VERIFIKASI & VALIDA ERROR > 5%

ERROR ≤ 5%

Hasil Analisis Laboratorium

Pengukuran Geofisika

( di la p an g an ) Model Mineralisasi Logam Dasar

MODEL CADANGAN LOGAM DASAR

DAN MULIA

Page 31: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

49

Tabel 4.1. Alokasi waktu penelitian

NO TAHAPAN PENELITIAN

Alokasi Waktu Penelitian

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Persiapan dan studi literatur

2. Survey lapangan

3. Pengukuran Geofisika

4. Analisis data lapangan

5. Penyusunan database hasil

lapangan dan geofisika

6. Pembuatan Model Cadangan

7. Penyusunan laporan

8. Seminar / Publikasi

Page 32: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 50

23

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Geologi Daerah Cisitu-Cikadu

Pada bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi aspek-aspek geologi daerah penelitian, yang meliputi:

geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan sejarah geologi.

5.1.1 Geomorfologi

Bentuk bentang alam di daerah penelitian memperlihatkan bentuk-bentuk perbukitan memanjang dengan relief bergelombang

sampai terjal. Ketinggian daerah tersebut antara 3501251 meter diatas permukaan laut. Sungai - sungai besarnya mengalir pada lembah

- lembah yang dibatasi perbukitan–perbukitan yang memanjang dengan arah relatif utara - selatan.

Berdasarkan aspek-aspek morfografi, morfometri dan morfogenetik yang telah dibahas sebelumnya, maka penulis membagi

geomorfologi daerah penelitian menjadi 4 (empat) satuan geomorfologi, yaitu :

1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik Tersayat Tajam.

2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik Bergelombang.

Page 33: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 51

3. Satuan Geomorfologi Perbukitan Sedimen Tersayat Tajam.

4. Satuan Geomorfologi Perbukitan Sedimen Bergelombang.

Penyebaran satuan-satuan geomorfologi daerah tersebut dapat dilihat pada Peta Geomorfologi (Lampiran-1).

5.1.1.1 Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik Tersayat Tajam.

Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik ini dicirikan oleh bentang alam perbukitan, memiliki luas sekitar 50% dari

keseluruhan daerah penelitian. Kemiringan lereng yang terbentuk berdasarkan perhitungan morfometri adalah 21%-57% dengan beda

ketinggian 901 meter. Pola pengaliran yang berkembang adalah pola pengaliran dentrito parallel, parallel dan trelis. Lembah sungai

yang terbentuk memiliki bentuk huruf V.

Berdasarkan interprestasi pola perbukitan yang lereng-lerengnya adalah terjal dan pada lembahnya membentuk pola

kelurusan sungai, diperkirakan pada satuan geomorfologi ini juga merupakan suatu zona yang dikontrol oleh struktur geologi. Hal ini

terbukti dari hasil pengamatan di lapangan dengan ditemukannya indikasi-indikasi struktur geologi seperti kekar dan indikasi sesar

berupa cermin sesar.

Litologi yang menyusun satuan geomorfologi ini adalah dari aktivitas vulkanisme berupa lava, breksi dan tuf.

5.1.1.2 Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik Bergelombang.

Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik ini dicirikan oleh bentang alam perbukitan, memiliki luas sekitar 25% dari

keseluruhan daerah penelitian. Satuan ini memiliki kemiringan lereng 15-20% dan beda ketinggian 487 meter. Pola pengaliran yang

berkembang adalah pola pengaliran dentrito paralel, parallel dan trelis. Lembah sungai yang terbentuk memiliki bentuk huruf U-V.

Berdasarkan pengamatan data lapangan dan interprestasi pola kelurusan sungai, pada satuan ini terdapat indikasi sruktur berupa kekar,

Page 34: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 52

dan indikasi sesar berupa cermin sesar. Litologi yang menyusun satuan geomorfologi ini adalah dari aktivitas vulkanisme berupa lava,

breksi dan tuf.

5.1.1.2 Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik Bergelombang.

Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik ini dicirikan oleh bentang alam perbukitan, memiliki luas sekitar 25% dari

keseluruhan daerah penelitian. Satuan ini memiliki kemiringan lereng 15-20% dan beda ketinggian 487 meter. Pola pengaliran yang

berkembang adalah pola pengaliran dentrito paralel, parallel dan trelis. Lembah sungai yang terbentuk memiliki bentuk huruf U-V.

Berdasarkan pengamatan data lapangan dan interprestasi pola kelurusan sungai, pada satuan ini terdapat indikasi sruktur berupa kekar,

dan indikasi sesar berupa cermin sesar. Litologi yang menyusun satuan geomorfologi ini adalah dari aktivitas vulkanisme berupa lava,

breksi dan tuf.

5.1.1.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Sedimen Bergelombang.

Satuan geomorfologi Perbukitan Sedimen bergelombang ini dicirikan oleh bentang alam perbukitan. Satuan ini memiliki

litologi penyusun terdiri dari batugamping, batupasir, breksi konglomeratan dan batulempung. Satuan ini memiliki ciri-ciri kelas lereng

bergelombang dengan beda ketinggian 375 meter dan kemiringan lereng berkisar 12%-18%.

Satuan geomorfologi ini memiliki luas sekitar 15% dari keseluruhan daerah penelitian. Pola pengaliran yang berkembang adalah

pola pengaliran dentrito parallel, paralel dan trelis.

Karakteristik bentuk lembah pada satuan ini adalah bentuk huruf U.

Page 35: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 53

5.1.2 Stratigrafi

Penamaan atau pemakaian tata nama satuan stratigrafi untuk satuan batuan tertentu kadang tidak seragam, hal ini disebabkan

oleh ketidaksamaan para ahli terdahulu dalam pemerian tata nama satuannya. Untuk tidak mengacaukan peristilahan dalam Sandi

Stratigrafi Indonesia (1996), maka digunakan penamaan satuan stratigrafi tidak resmi (Sandi Stratigrafi Indonesia pasal 16) yaitu satuan

litostratigrafi adalah satuan yang tidak seluruhnya memenuhi persyaratan sandi. Satuan tidak resmi ini seyogyanya harus berdasarkan

pada ciri litologi, bila ciri litologi tidak dipergunakan, maka ciri-ciri yang didapat dengan cara mekanik atau penelitian lain.

Penentuan umur dan lingkungan pengendapan setiap satuan batuan berdasarkan foraminifera planktonik dan benthonik kecil

yang terkandung didalamnya serta ciri-ciri litologi berupa struktur sedimen yang ada. Apabila tidak dijumpai fosil maka penentuan umur

dan lingkungan pengendapan dilakukan dengan membandingkan satuan batuan tersebut dengan hasil penelitian peneliti terlebih

dahulu.

Berdasarkan keseragaman fisik dan ciri litologi batuan penyusunnya, maka daerah penelitian ini dibagi menjadi sebelas satuan

batuan. Urutan stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda adalah sebagai berikut (Lampiran 2) :

1. Satuan Batupasir 7. Satuan Batugamping

2. Satuan Tuf Coklat Muda 8. Satuan Batulempung

3. Satuan Lava Andesit 9. Satuan Breksi Vulkanik

4. Satuan Breksi Konglomeratan 10. Satuan Aglomerat

5. Satuan Breksi Polimik 11. Satuan Lava Basal

6. Satuan Tuf Coklat

Page 36: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 54

5.1.3. Struktur Geologi

Proses-proses geologi terutama aktivitas tektonik regional Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat sangat berpengaruh pada

kondisi struktur geologi daerah penelitian. Dalam sub bab ini akan dibahas kondisi struktur geologi daerah penelitian yang berpengaruh

pada bentuk roman muka bumi, gejala-gejala geologi yang menyebabkan perubahan bentuk (deformasi), dan perubahan tempat

(dislokasi)

Penafsiran unsur struktur terutama didasarkan pada rekonstruksi data-data struktur geologi di lapangan, dengan didukung

kondisi morfologi seperti keanomalian pola pengaliran sungai dan pola punggungan perbukitan di daerah penelitian. Sedangkan

penamaan didasarkan atas letak atau geografi yang memungkinkan gejala struktur geologi tersebut dapat teramati dengan baik.

Struktur geologi yang teramati pada daerah penelitian adalah lipatan antiklin, sesar mendatar, sesar normal, sesar naik dan

kekar. Data-data indikasi di lapangan yang menunjang adanya gejala struktur-struktur tersebut adalah ditemukannya cermin sesar

(slicken side), air terjun, longsoran, kekar-kekar (joints), anomali pola jurus, kemiringan perlapisan batuan (strike/dip), kelurusan-

kelurusan punggungan dan sungai yang tampak pada peta topografi, serta analisa dengan menggunakan citra landsat

5.1.3.1 Antiklin Cikarang

Antiklin Cikarang merupakan antiklin dengan sumbu utara-selatan yang terbentuk pada satuan batugamping. Sayap-sayap

lipatan berada pada bagian tengah dari daerah penelitian. Indikasi adanya struktur lipatan ini adalah adanya perbedaan pola jurus dan

kemiringan lapisan batuan pada batugamping ini.

Pada sayap lipatan bagian barat memiliki arah pola jurus dan kemiringan lapisan batuan N 1450 E/160, sedangkan pada bagian

timur memiliki arah pola jurus dan kemiringan lapisan batuan N 50 E/120. Dari rekonstruksi data lapangan di dapat bahwa sumbu antiklin

ini berada pada bagian tengah dari daerah penelitian pada satuan batugamping.

Page 37: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 55

Proses tektonik yang membentuk struktur antiklin Cikarang ini diperkirakan setelah pengendapan satuan batugamping yaitu

pada periode tektonik Miosen Awal.

5.1.3.2 Sesar Landeuh

Sesar Landeuh merupakan sesar dengan jenis sesar normal. Sesar ini terbentuk dari utara kampung Landeuh ke Ciburial yang

memanjang dengan arah relatif Utara – Selatan daerah penelitian. Indikasi adanya sesar ini adalah berupa:

1. Data kekar yang terdapat pada satuan batulempung pada stasiun pengamatan 86 dan 88. Proyeksi streogram data pengukuran

kekar tersebut menunjukkan jenis tegasan utama berarah relatif timurlaut-baratdaya.

2. Tersingkapnya satuan batuan yang berumur lebih tua disepanjang anak sungai Cidikit dan sepanjang jalan dari Tegallumbu

kearah Ciburial.

3. Kelurusan punggungan yang searah dengan bidang sesar, ini terlihat dari analisa citra landsat.

Struktur sesar ini diperkirakan terbentuk pada periode tektonik Miosen Tengah setelah pengendapan batuan pada saat itu telah

selesai.

5.1.3.3 Sesar Tegallumbu

Sesar Tegallumbu merupakan sesar dengan jenis sesar naik. Sesar ini terbentuk pada anak Sungai Cidikit. Di bagian Barat dari

daerah penelitian, sesar ini relatif berarah Barat - Timur. Indikasi adanya sesar ini adalah:

1. Data cermin sesar pada satuan tuff coklat muda pada stasiun pengamatan 76 (Gambar 5.18) yaitu: bidang sesar N 870 E/660,

pitch 800 Utara, jenis pergerakan naik dan N 920 E/650, pitch 78 Utar, pergerakan naik.

Page 38: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 56

2. Kelurusan arah pola aliran sungai yang searah dengan bidang sesar.

Tersingkapnya satuan batuan yang berumur lebih tua yaitu satuan batupasir, pada tebing jalan dari tegallumbu kearah Rabig,

dan Satuan breksi konglomeratan yang tidak ditemukan lagi dibagian utara daerah penelitian.

Berdasarkan proyeksi streogram dari data pengukuran cermin sesar pada stasiun pengamatan 76, maka didapat arah tergasan

utama adalah relatif Timurlaut-Baratdaya.

Struktur sesar ini diperkirakan terbentuk pada periode tektonik Miosen Akhir setelah pengendapan batuan pada saat itu telah

selesai.

5.1.3.6 Sesar Cikidang

Sesar Cikidang merupakan sesar dengan jenis pergerakan dextral normal. Sesar ini berada pada bagian Timurlaut dari daerah

penelitian. Sesar ini merupakan hasil interprestasi dari datadata lapangan, analisa geomorfologi dan analisa citra landsat. Indikasi adanya

sesar ini adalah berupa:

1. Data cermin sesar pada satuan breksi pada stasiun pengamatan 63 (Gambar 5.19a) yaitu bidang sesar N 3200 E/580, pitch 250

Tenggara, jenis pergerakan dextral normal dan N 3150 E/470, pitch 300 Tenggara, jenis pergerakan dextral normal.

2. Kelurusan lembah yang searah dengan bidang sesar, ini terlihat dari analisa citra landat.

3. Kelurusan arah pola aliran sungai yang dapat teramati pada peta topografi.

4. Adanya longsoran pada gawir sesar disepanjang zona sesar yang memotong satuan lava basal.

5. Terdapat air terjun dengan ketinggian ± 30 m stasiun pengamatan 63, maka didapat arah tergasan utama adalah relatif baratdaya-

timurlaut.

Page 39: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 57

Struktur sesar ini diperkirakan terbentuk pada periode post Plistosen setelah pembentukan satuan lava basal pada saat itu

telah selesai.

5.2. Karakteristik mineral alterasi di daerah Cisitu-Cikadu

5.2.1 Zona alterasi hidrotermal

Zona alterasi hidrotermal di daerah Cisitu-Cikadu dapat dibedakan menjadi tiga zonasi, yaitu zonasi propilit, zonasi argilik dan

zonasi silisifikasi. Ketiga zonasi tersebut dibedakan berdasarkan kandungan mineral alterasinya (ubahan). Penyebaran ketiga zonasi

alterasi di daerah Cisitu-Cikadu dapat dilihat pada peta zonasi alterasi (lampiran 3). Selain ketiga zona alterasi tersebut diatas, juga

dijumpai adanya zona mineralisasi yang berupa vein dengan ketebalan 1~3 meter dan berarah hampir barat-timur dengan kemiringan

sekitar 70~80o.

Zonasi alterasi propilitik, tersebar paling luas di daerah penelitian dengan luas sekitar 22,5 km2. Batuan yang mengalami

ubahan tipe ini umumnya berasal dari satuan batuan tuf, breksi, andesit dan lava andesit. Zona alterasi ini dicirikan oleh batuannya yang

berwarna abuabu hingga kehijauan. Secara mikroskopis zona propilit dicirikan oleh hadirnya mineral klorit (dominan) yang merupakan

ubahan dari masadasar dan juga mengisi rongga diantara komponen mineral atau lubang vesikuler. Kadang juga dijumpai klorit hadir

sebagai urat halus dalam batuan yang terubah. Selain itu hadir pula mineral karbonat dan sedikit serisit yang umumnya menggantikan

mineral feldspar, serta kuarsa dengan ukuran kristal yang halus menggantikan masadasar dan sebagain mineral feldspar serta mengisi

rongga atau urat dalam batuan.

Zonasi alterasi argilik, mempunyai penyebaran yang paling sempit dan terbatas dengan luas sekitar 1,25 km2. Batuan yang

terubah pada zona ini berasal dari satuan tuf yang berukuran lapili.Zonasi alterasi ini dicirikan oleh alterasinya yang berwarna putih

keruh dan ditandai oleh hadirnya mineral lempung berupa kaolinit dan serisit serta kuarsa amorf yang berukuran halus. Secara

Page 40: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 58

mikroskopis terlihat bahwa kaolinit menggantikan mineral feldspar dan sebagian kecil komponen batuapung . Pada zonasi ini juga

dijumpai adanya urat kuarsa dengan ketebalan kurang dari 50 cm dengan arah umum utara selatan.

Zonasi altersi silisifikasi, menempati luas areal sekitar 6,5 km2, dan umumnya batuan yang teralterasi berasal dari satuan

batugamping dan sebagian kecil pada satuan tuf. Dilapangan jenis alterasi tipe ini dicirikan oleh hadirnya kuarsa yang menggantikan

sebagian besar karbonat yang berukuran halus, atau sebagai urat kuarsa halus dan kalsit. Secara mikroskopis jenis laterasi ini ditandai

oleh adanya kuarsa kalsedonik hingga amorf yang berukuran halus atau berupa urat dalam rekahan batugamping.

Pada zona alterasi silifisikasi dijumpai pula satu zona mineralisasi yang berupa urat (vein) dominan kuarsa dan mengandung

mineral logam berupa galena, kalkopirit, pirit, sphalerit, arsenopirit, markasit, perak dan bornit serta mineral ubahan yang berupa kovelit,

hematit, dan malakit yang umumnya berasal dari kalkopirit. Urat yang mengandung mineral logam dasar ini mempunyai ketebalan

sekitar 1~3 meter dengan arah hampir barat timur (daerah Cisungsang) dan arah hampir baratdaya-timurlaut (daerah Bojong). Urat

logam dasar yang ada di daerah Cisungsang dapat terlihat dipermukaan, sementara yang berada di daerah Bojong berada di keldaman

sekitar 10~15 meter dari permukaan tanah.

Zona vein mineralisasi inilah yang kemudian mempunyai nilai yang sangat penting dalam penelitian ini, karena hanya zona ini

yang mengandung mineral logam dasar berupa timah hitam (Pb). Sementara yang lain dianggap tidak terlalu ekonomis karena jumlahnya

yang relatif lebih sedikit, dan sulit untuk memisahkan dari mineral logam lainnya. Karaketristik mineral logam pada zona alterasi mineral

logam ini akan dibahas lebih detail pada subbab lain.

Berdasarkan kenampakan di lapangan, keberadaan kedua zonasi urat yang mengandung logam dasar ini relatif berjauhan sekitar

3~5 km, dan arah uratnya sedikit berbeda, sehingga diperkirakan kedua zonasi urat di kedua daerah tersebut tidak saling berhubung

secara langsung. Akan tetpi berdasarkan posisi topografi, diperkirakan zona urat alterasi mineral logam di daerah Cisungsang berada

pada bagian atas dari zona urat di daerah Bojong. Hal tersebut didukung oleh data asosiasi mineral logamnya. Di daerah Cisungsang

hampir tidak dijumpai hadirnya mineral kalkopirit, kalaupun ada, hadir dalam jumlah minoritas. Sementara di daerah Bojong kalkopirit

Page 41: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 59

hadir dalam jumlah yang signifikan, serta diikuti oleh hadirnya mineral bornit, kovelit, malakit serta hematit. Semua mineral tersebut

menunjukkan zonasi pembentukan yang lebih dalam.

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa mineralisasi di daerah Cisungsang lebih terlihat dipermukaan dan mulai ditambang

secara tradisional oleh masyarakat secara terbuka. Sementara di daerah Bojong urat logam berada jauh dibawah permukaan dengan

kedalaman mencapai 15 meter, sehingga masyarakat yang mulai menambangan secara sederhana didaerah ibi harus terlebih dahulu

membuat lubang baik berupa pit atau tunnel hingga mencapai urat yang dituju.

Secara umum mineralisasi logam dasar di kedua daerah terdapat pada batugamping dari Anggota Formasi Cimapag yang

berumur Miosen. Mineralisasi ini terdapat dalam bentuk urat kuarsa dengan tekstur breksiasi dan banding tipis. Ketebalan urat bervariasi

dari 1~3 meter dengan panjanf kurang dari 500 m. Kedua lokasi mineralisasi ini umumnya tertutup oleh lapisan tanah yang tebal,

terutama di daerah Bojong, sementara di daerah Cisungsang relative lebih terbuka karena perukaannya telah di buka dengan buldoser.

5.2.2 Zonasi mineralisasi urat logam dasar

Zonasi mineralisasi logam dasar di daerah penelitian kurang berkembang dengan baik, dan umumnya didominasi oleh alterasi

silisifikasi, dan setempat alterasi argilik.

Pada zona mineralisasi logam sendiri, terdapat dalam bentuk urat kuarsa yang didominasi oleh kuarsa dalam bentuk breksi dan

berlapis. Secara umum zona alterasi silisifikasi ini berkembang pada satuan batugamping. Pada zona alterasi-mineralisasinya

berdasarkan pada teksturnya dapat dibedakan menjadi tiga zonasi, yaitu zona breksi silika; zona hidrotermal breksi dan zona banding

sulfida.

Zona breksi silika, tersusun oleh fragmen-fragmen batuan karbonat, kalsit, kuarsa, tuff, pirit dan arsenopirit dalam matrik

kuarsa kalsedonik. Umumnya berwarna abu-abu sampai coklat, banyak mengandung urat-urat kuarsa dan kalsit yang berukuran halus.

Page 42: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 60

Zona hidroermal breksi, terdiri atas fragmen sulfida berlapis, kuarsa, batugamping yang tersilikakan, dan fragmen tuf yang

tersilika, dalam matrik kuarsa hingga kalsedonik. Zona ini berwarna coklat hingga kuning kecoklatan, jika dominan fragmen sulfida

berupa pirit, arsenopirit maka akan berwarna kekuningan (kuning emas), tapi jika dominan mineral sulfidanya galena dan sphalerit akan

berwarna abu-abu metalik.

Zona banding sulfida, umumnya didominasi oleh lapisan-lapisan sulfida yang terdiri atas galena, pirit, kalkopirit, arsenopirit,

kalkopirit dan sphalerit serta sedikit mineral perak. Kadang juga dijumpai mineral sekunder dari sulfida, seprti limonit, hematit, malakit

dan bornit.

Dilapangan kadang agak sulit untuk membedakan batas dari tiap zonasi tersebut. Di daerah Cisungsang lebih berkembang

dalam bentuk hirotermal breksi, sementara di Bojong selain hidrotermal breksi juga berkembang zona banded sulfida.

5.3 Mineralogi dan geokimia mineral logam dan gang

5.3.1. Mineral logam (Mineral primer)

5.3.1.1. Pirit, Markasit, Pyrrhotit

Pirit sebagai mineral yang paling dominant dalam zona breksi hidrotermal, berukuran kristal halus hingga kasar, yang terdapat

bersama-sama dengan markasit, sphalerit, perak, arsenopirit dan galena, terutama did aerah Cisungsang; serta kalkopirit dan bornit serta

malakit di daerah Bojong.

Dari studi petrografi dan mineragrafi, terlihat bahwa pirit memperlihatkan tekstur pergantian dengan mineral pirhotit, hal itu

dapat dilihat adanya kristal halus pirhotit yang berbentuk prisma dalam pirit. Sementara pirit banyak mengantikan mineral markasit

yang berbentuk bilah panjang dan terlihat berdampingan membentuk dengan arsenopirit. Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan

bersama antara kedua mineral tersebut. Pada pirit yang mempunyai kristal berukuran kasar, kadang terlihat membentuk tekstur seperti

Page 43: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 61

jaring, sementara yang berukuran halus sering terdapat dalam galena dan sphalerit. Sebagian dari pirit telah terubah menjadi limonit dan

hematite karena proses pelapukan.

Markasit yang berukuran kristal kasar umumnya terdapat bersama dengan pirit, dan sebagian memperlihatkan tekstur seperti

rongga. Sebagian dari markasit ini telah digantikan oleh limonit sehingga menunjukkan tekstur pseudomorf. Pada kristal yang berukuran

halus sangat sulit untuk membedakan antara mineral pirit, markasit dan pirhotit.

Pirhotit kristal umumnya telah digantikan oleh pirit, sebagian kecil masih menujukkan jejak-jejak pirhotit pada bagian tengah

dari pirit dan markasit serta kadang juga sebagai inklusi dalam arseopirit, galena dan sphalerit.

5.3.1.2. Galena

Galena merupakan mineral yang paling dominan pada mineralisasi logam di daerah Cisungsang dan Bojong. Umumnya

dijumpai pada zona breksi hidrotermal dan pada zona banded sulfida. Pada breksi hidrotermal, umumnya berupa fragmen atau klast

dalam matrik kuarsa kalsedonik, sementara pada zona banded sulfida memperlihatkan perlapisan yang tegas antara galena, pirit, sphalerit

dengan kalkopirit-bornit seperti terlihat pada singkapan di daerah Bojong mencapai ketebalan sekitar 30 cm.

Umumnya galena hadir berasosiasi dengan mineral sulfida yang lain. Yang paling umum dijumpai adalah asosiasi antara galena

dengan mineral perak yang membentuk solid-solution, dimana perak banyak terdapat pada bagian tepi dari galena. Ukuran kristal galena

ini bisa mencapai 2 cm. Selain itu galena ini juga berasosiasi denngan mineral pirit dan sphalerit. Sering ditemukan galena menjadi

inklusi dalam sphalerit dan kalkopirit atau kebalikannya. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga mineral tersebut terbrntuk pada waktu yang

bersamaan.

Galena yang berukuran kristal kasar memperlihatkan tekstur yang sangat jelas berbentuk segitiga yang menjukkan tekstur

deformasi setelah pengendapannya.

Page 44: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 62

5.3.1.3. Sphalerit

Sphalerit banyak dijumpai di daerah Cisungsang terdapat berasosiasi dengan galena dan pirit. Sementara di daerah Bojong

lebih berasosiasi dengan galena dan kalkopirit. Ukuran kristalnya sedang sampai halus. Mineral ini kadang hadir sebagai inklusi dalam

galena dan kalkopirit atau arsenopirit. Kadang kalkopirit yang berukuran halus terdapat sebagai inklusi dalam sphalerit sehingga

membentuk tekstur yang disebut “Chalcopyrite disease”. Kadang juga bisa dilihat banded galena-kalkopirit-sphalerit di potong oleh

lapisan galena yang lain.

Dari pengamatan mikroskopis, kadang terlihat sebagian dari sphalerit ini mempunyai warna yang kemerahan dan membentuk

zoning dari berwarna gelap pada bagian inti hingga kemerah tua pada bagian tepinya. Inklusi mineral perak juga kadang dijumpai.

5.4.1.4. Arsenopirit

Arseonpirit banyak dijumpai pada zona breksi hidrotermal, berukuran kristal halus hinga kasar dengan bentuk rombohedral atau

belah ketupat, atau kadang juga membentuk tekstur seperti kerangka atau membentuk retak. Mineral ini dapat dibedakan dari pirit dan

markasit dari warnanya yang berwarna kuning pucat dan bersifat isotropi kuat dari hijau hingga coklat kekuningan, serta bentuknya

yang seperti belah ketupat.

Mineral ini umumnya terdapat bersama dengan pirit dan markasit serta pirhotit dan kadang bersama sphalerit, tapi sangat jarang

sekali dijumpai bersama dengan mineral perak.

Page 45: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 63

5.4.1.5. Perak

Perak umumnya terdapat sebagai kristal tunggal, tapi juga sering dijumpai bersama dengan galena dan sphalerit. Mineral ini juga

kadang dijumpai sebagai inklusi dalam galena dan sphalerit, atau terdapat sebagai solid solution bersama galena. Sebagai inklusi

umumnya berukuran halus. Jika terdapat bersama dengan pirit dan galena, umumnya mempunyai ukuran kristal lebih besar.

Dari sifat optiknya perak ini dapat dibedakan dari jenis argentit (AgS) dan pirargirit (Ag3SbS3), kadang juga dijumpai yang berwarna

kemarahan diperkirakan dari jenis proustite (Ag3AsS3). Jenis Pirargitit umumnya terdapat berasosiasi dengan mineral galena, sementara

dari jenis argentit umunnya terdapat sebagai kristal tunggal. Sementara jenis proustit terdapat berasosiasi dengan galena dan pirargirit.

Jenis argentit dan pirargirit serta proustit dibedakan dari ratio atau kandungan unsur As dan Sbnya (Uytenbogaardt and Burke, 1985).

5.3.1.6. Kalkopirit

Kalkopirit yang berwarna kuning terang, dengan kristal yang kasar umumnya dijumpai pada mineralisasi didaerah Bojong.

Sementara di daerah Cisungsang umumnya berukuran sangat halus dan terdapat sebagai inklusi dalam sphalerit. Sementara di daerah

Bojong mineral ini membentuk banded dengan bornit, galena dan sppalerit. Sebagian kecil dari mineral ini telah terubah menjadi malakit

yan gberwrna hijau dan kolevit yang berwrna biru, yang sangat jelas terlihat di bawah mikroskop polarisasi.

5.3.1.7. Bornit

Terdapat dalam jumlah sedikit dan hanya dijumpai pada mineralisasi di daerah Bojong. Mineral ini terdapat berasosiasi

dengan kalkopirit, pirit dan sphalerit. Secara mikroskopis terlihat warnanya yang merah muda hingga kebiruan jika teroksidasi.

Page 46: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 64

5.3.1.8. Hematit

Hematit hadir sebagai mineral berukuran kristal halus hingga sedang dengan bentuk kristal prismatic panjang. Mineral

ini umumnya hadir sebagai singgel kristal dan kadang bersama dengan pirit dan arsenopirit. Dijumpai pada zona banded sulfida dan

zona breksi hidrotermal.

5.3.2. Mineral sekunder

Mineral sekunder yang terdapat di daerah mineralisasi Cisungsang dan Bojong dapat dibedakan atas kovelit, limonit dan

gutit.

Kovelit, berwarna biru muda, berukuran sangat halus dan umunya menggantikan

mineral kalokpirit, atau dijumpai sebagai inklusi dalam sphalerit dan galena.

Malakit, berwarna kehijauan, berukuran halus, mineral ini juga mengantikan mineral

kalkopirit, dan dijumpai umumnya pada retakan antara mineral kalkopirit dan pada zona breksi hidrotermal.. Limonit dan gutit,

umumnya menggantikan mineral sulfide pirit, dan terdapat pada bagian tepi atau bagian fraktur dari mineral yang digantikannya.

5.3.3. Mineral gang

Mineral gang di daerah mineralisasi Bojong dan Cisungsang didominasi oleh silika

kuarsa-kalsedonik dan sedikit karbonat serta mineral lempung.

Silika, dari jenis kuarsa hingga kalsedon, berwrna transparan hingga coklat muda,

berukuran kristal halus hingga kasar dan massif. Pada zona breksi silika, kuarsa umumnya hadir sebagai urat-urat halus atau

membentuk stockwork dalam batugamping yang tersilikakan, atau sebagai semen atau fragmen pada zona breksi hidrotermal. Secara

mikroskopi menunjukkan tekstur komb, vugy dan kolloform.

Page 47: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 65

Secara umum banyak inklusi fluida dalam kuarsa ini, sehingga kemudian digunakan

untuk penentuan temperature mineralisasi dalam analisis Inklusi Fluida.

Karbonat, umumnya berupa kalsit dan sangat jarang dalam bentuk dolomit, banyak

dijumpai pada zona breksi silika dan sangat jarang pada zona breksi hidrotermal. Urat –urat halus karbonat juga kadang dijumpai

pada zona breksi silika atau pada batugamping yang tersilikakan.

Mineral lempung, sangat jarang dijumpai pada zona mineralisasi logam dasar ini. Sementara pada zona mineralisasi yang

mengandung sedikit lepung diperkirakan dari jenis kaolinit dan serisit.

5.4. Tipe Mineralisasi Logam Dasar

Berdasarkan keterdapatnnya yang berupa urat (vein), karakteristik asosiasi mineral logam yang terdiri atas mineral logam dasar berupa

galena, sphalerit, kalkopirit, pirit, markasit, arsenopirit, perak, bornit dan malakit serta hematit; serta dan data inklusi fluida dengan

temperatur mineralisasi berkisar antara 240 ~ 300 , diperkirakan mineralisasi didaerah ini merupakan mineralisasi hidrotermal tipe

mesotermal. Akan tetapi karena yang menjadi batuan induk mineralisasi adalah berupa batuan sedimen karbonat, maka tipe mineralisasi

semacam ini ditempat lain oleh sebagian peneliti dikelompokan menjadi “Mineralisasi Tipe Carlin” . Akan tetapi penulis lebih cenderung

menamakan tipe mineralisasi di daerah Cisungsang dan Bojong ini sebagai tipe endapan mesotermal.

Jika melihat pada pola keterdapatan dan penyebaran mineralisasi logam dasar yang ada di daerah penelitian, maka kawasan tersebut

dapat diusahakan sebagai tambang rakyat untuk timah hitam, mengingat harga timah hitam yang sedang meningkat. Walaupun dari data

analisis mineragrafi dan kimia terlihat adanya kandungan emas dan perak dalam jumlah kecil, akan tetapi karena keberadaanya sebagai

inklusi dalam mineral galena dan sphalerit, maka akan sulit untuk dapat memisahkan kedua jenis logam mulia tersebut untuk diolah

secara tradisional. Secara detail model tipe mineralisasi ini telah dibahas pada hasil laporan akhir pada penelitian yang sama di tahun

pertama. Sehingga disini tidak lagi dibahas secara lebih mendetail tentang model mineralisasinya.

Page 48: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 66

5.5. Pengukuran resistivity dengan konfigurasi dipole-dipole

5.5.1. Pengambilan Data

Pengambilan data di lapangan dengan cara melakukan pengukuran pada lintasan dan titik yang telah direncanakan. Berdasarkan

pada kondisi di lapangan baik dari segi topografi, maupun cuaca, maka di daerah penelitian dipilih sebanyak empat lintasan untuk

dilakukan pengukuran geofisika dengan metoda resistivity dengan konfigurasi dipole-dipole.

Keempat lintasan tersebut hampir berarah utara-selatan, dua lintasan berada d daerah Cisungsang dan dua lintasan di daerah

Bojong. Panjang lintasan masing-masing kurang lebih sepanjang 700 m dengan jarak interval antara titik pengukuran pada tiap lintasan

adalah 20 m.

Pengukuran geolistrik dengan cara menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui 2 buah elsktroda arus, kemudian diukur

beda potensial yang ditimbulkan oleh adanya injeksi arus pada 2 buah elektroda potensial.

Untuk mengukur variasi harga tahanan jenis semu (apparent resistivity) batuan di bawah permukaan bumi dengan

menggunakan konfigurasi dipole-dipole maka diperlukan penempatan sepasang elektroda arus (A dan B) dan sepasang elektroda

potensial (M dan N) di permukaan bumi pada suatu garis lurus, dimana untuk elektroda-elektroda arus A dan B diletakkan berdekatan,

demikian juga elektroda-elektroda potensial M dan N.

5.5.2. Pengolahan Data

Data yang didapat di lapangan dimasukkan dalam data base dengan menggunakan program Microsoft Excel dengan tabel-

tabel yang telah ditentukan berdasarkan format data geolistrik.

Page 49: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 67

Data geolistrik konfigurasi dipole-dipole yang didapat di lapangan dimasukkan dalam bentuk tabel berupa data koordinat titik

pengukuran dan nilai tahanan jenis semu untuk tiap kedalaman tertentu (N 1 – N4). Pengolahan data geolistrik dengan menggunakan

program Microsoft Excel sedangkan untuk menggambarkan peta anomali secara lateral dan penampang geolistrik dengan menggunakan

program Surfer for map Ver.8. Nilai tahanan jenis (resistivity) untuk tiap kedalaman tertentu ditampilkan dalam bentuk penampang

untuk setiap lintasan dan digambarkan secara lateral dalam bentuk peta anomali tahanan jenis untuk setiap kedalaman N 1 – N4.

Penampang geolistrik dibuat untuk setiap lintasan pengukuran di lokasi penyelidikan. Penampang geolistrik dibuat untuk

melihat bentuk dan konfigurasi geologi bawah permukaan suatu cebakan di lokasi penyelidikan berdasarkan nilai tahanan jenis. Peta

penyebaran cabakan mineral dibuat berdasarkan hasil overlap penampang geolistrik dengan membuat batas penyebarannya. Batas

penyebaran mineral dibuat berdasarkan korelasi peta secara lateral dan penampang untuk setiap lintasan.

5.5.3. Hasil Interpretasi Data Pengukuran

Nilai resistivity yang didapat dari hasil pengukuran di daerah penyelidikan, dipengaruhi oleh keadaan lapisan batuan di bawah

permukaan. Nilai resistivity tinggi dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik dari batuan seperti sifat fisik, kekompakan dan sifat

resistannya. Batuan beku intrusif memiliki nilai resistivity tinggi. Sedangkan nilai resistivity sedang didapat dari jenis litologi breksi.

Untuk nilai resistivity rendah akan didapat pada permukaan berupa soil dan tuf, serta mineral lempung (Tabel 5.1). Di beberapa tempat

akan terdapat nilai resistivity rendah yang merupakan zona mineralisasi argilik atau akibat adanya pengaruh struktur.

Tabel 5.1. Nilai tahanan jenis batuan (resistivity) yang terdapat di daerah penyelidikan

No.

Tahanan Jenis

Batuan

(ohm meter)

Litologi

Zona Alterasi

1 < 250 Soil, tuf, mineral lempung Silisifikasi

Page 50: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 68

2 250-500 Batugamping Silisifikasi

3 500-1000 Breksi Silisifikasi

4 > 1000 Intrusi andesit-diorit dan urat

kuarsa

Silisifikasi

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, dapat diinterpretasikan litologi yang menyusun daerah penyelidikan serta zona

mineralisasi yang berkembang. Litologi yang dapat dibedakan dari interpretasi geofisika dan menggabungkan dengan data pemetaan

geologi permukaan adalah satuan breksi volkanik, satuan tuf dan intrusi andesitik-diorit.

Sementara untuk zonasi alterasi, dari hasil interpetasi pengukuran ditunjukkan oleh harga resistivity yang rendah, karena adanya

dominasi mineral lempung, soil dan kuarsa (silika). Dari interpretasi data geofisika, maka zonasi alterasinya dapat dibedakan menjadi

alterasi tipe argilik (yang didominasi oleh mineral lempung) dan penyebarannya dominan berada di bawah permukaan pada kedalaman

> 5 meter. Selain itu zonasi alterasi silisifikasi-mineralisasi, yang juga dicirikan oleh nilai resistivity rendah, karena adanya dominasi

batuan induk dalam hal ini batugamping yang mengalami silisifikasi, dan mengandung urat kuarsa yang berasosiasi dengan urat-urat

atau lensa-lensa yang mengandung mineral logam timah hitam dan seng serta sedikit tembaga.

Dari hasil pengukuran dan pengolahan data lapangan dapat dibuat penampang vertikal untuk setiap lintasan dan keadaan litologi

serta tipe alterasinya untuk setiap kedalaman tertentu, lihat peta-peta interpretasi data geofisika pada lampiran 4 s/d 7.

Lintasan GF-1, terdapat zona alterasi silisifikasi dan sedikit penutup berupa tanah dan sedikit lempung yang menyebar secara

hampir merata menutupi satuan batuan dibawahnya. Nilai resistivity menunjukkan nilai yang rendah yang diduga sebagai batuan

sedimen atau soil. Dibawah lapisan soil dijumpai batuan vulkanik berupa tuf dan breksi, serta batugamping yang dominan, sedangkan

batuan intrusi dijumpai pada zona paling bawah dan muncul setempatsetempat dan dicirikan oleh nilai resistivity yang sangat t inggi

(lihat peta Lampiran 4).

Page 51: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 69

Zona mineralisasi urat kuarsa yang mengandung logam, hampir tidak terlihat pada interpretasi hasil pengukuran geofisika,

kecuali pada titik GL 17 dan GL 19 pada kedalaman sekitar 10 m sampai 20 m dari atas permukaan yang sekarang. Tetapi hal ini sangat

sulit untuk diyakini sebagai urat kuarsa, karena juga memiliki nilai resisitiviti yang rendah sama seprti batugamping yang menjadi

hostnya. Sementara keberadaan logamnya tidak terdeteksi pada pengukuran ini. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sedikitnya jumlah

kandaungan logam dalam urat yang termineralisasi tersebut, sehingga tidak merekfleksikan dalam hasil nilai resisitivitinya.

Lintasan GF-2, dibagian permukaan dari lintasan ini kondisinya tidak jauh berbeda dengan lintasan sebelumnya, yang

didominasi oleh soil dan sedikit mineral lempung atau oksida hasil pelapukan batuan vulkanik. Di lintasan ini, masih tidak jauh berbeda

dengan lintasan sebelumnya, bahwa dapat dibedakan ada empat macam pola nilai resistivity. Dari masing-masing nilainya, dibedakan

dengan urutan dari yang paling rendah ke yang tinggi nilai resistivitinya adalah ; soil dan mineral lapukan pada zona atas; kemudian

metutupi satuan tuf dan breksi; selanjutnya dibawah zona ini adalah satuan batugamping yang telah mengalami silisifikasi dan

mengandung sedikit urat kuarsa yang membawa unsur logam dasar. Kemungkinan urat mineralisasi ini berada pada sekitar titik GL18,

dengan kedalaman sekitar 10 m dari atas permukaannya sekarang (lihat peta lampiran 5).

Lintasan GF-3, panjang lintasan sekitar 500 m dengan interval titik pengukuran 20 m. Dari hasil interpretasi data geofisika,

dapat dilihat bahwa pada lintasan ini satuan batugamping cukup mendominasi litologinya baik di permukaan maupun di bawah

permukaan, sementara soil dan tuf serta breksi tidak cukup dominan dan tersebar hanya setempat-setempat. Di bagian bawah

menunjukkan nilai resisitiviti yang tinggi, kemungkinan karena adanya asosiasi dengan batuan intrusi yang ada di bawahnya. Pada

lintisan ini keberadaan urat kuarsa yang mengandung logam, sangat sulit diidentifikasi. Pada titik GL 360- GL 380 menunjukkan

kemungkinan adanya urat kuarsa dibawah permukaan dengan kedalaman hampir 50 m dari permukaannya. Urat ini diperkirakan

berasosiasi dengan intrusi yang memberikan nilai resisitiviti paling tinggi pada penampang ini (lihat peta lampiran 6).

Page 52: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 70

Lintasan GF-4, lintasan ini mempunyai panjang sekitar 500 m, dan dari hasil interpretasi geofisikanya didapat bahwa umumnya

menunjukkan nilai resisitiviti yang rendah yang bisa diinterpretasikan sebagai lapisan soil penutup yang bersampur dengan tuf halus

dan hasil lapukan batuan vulkanik. Sementara pada lintasan ini tidak menunjukkan adanya indikasi anomaly nilai resisitiviti yang

dianggap mencerminkan adanya urat kuarsa yang mengandung mineralisasi.

Lintasan ini lebih menunjukkan dominasi batuan daerah penelitian (lihat peta Lampiran 7).

Sementara itu, untuk dibagian lain dari daerah penelitian tidak dilakukan pengukuran geofisika, adapun alas annya diantaranya

adalah ; morfologi yang terjal, banyaknya lubanglubang penggalian tambang masyarakat, sehingga bisa mengakibatkan bias hasil

pengukuran; cuaca hujan terus menerus mengakibatkan alat tidak dapat berfungsi dengan baik.

5.5.4. Perkiraan Sumberdaya Galena (Pb) dan Seng (Zn)

Dalam penentuan perkiraan cadangan sumberdaya khususnya timah hitam (Pb) dan seng (Zn), pada dasarnya dapat dipakai

pendekatan dari pengukuran penampang geologi dari data permukaan yang ada dengan catatan singkapan zonasi mineralisasi dapat

diukur penyebarannya secara lateral, dan vertikal dari perbedaan elevasi atau kedudukan antar outcrop. Selain itu juga dipakai

berdasarkan pengukuran geofisika yang memanfaat ketebalan zona anomali secara vertikal dan lateral. Akan tetapi kedua metoda ini

sangat besar faktor kesalahannya, karena secara langsung di lapangan outcrop yang menerus untuk setiap zona vein mineralisasi logam

Pb dan Zn, yang memperlihatkan ekstensi kurang dari 100 m, dipermukaan umumnya telah habis ditambang oleh masyarakat sekitar,

dan hanya menyisakan lubang-lubang sisa penggalian atau sisa escavator, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan perhitungan

sumberdayanya. Dari hasil pengukuran geofisika, sebenarnya bisa dilakukan pengukuran yang semi akurat, jika pengukurannya dapat

menentukan dimensi penyebaran mineralisasi logam Pb dan Zn secara lateral dan vertikal ketebalannya. Akan tetapi dari hasil

pengukuran resistivity konfigurasi dipole-dipole, tidak menunjukkan adanya anomali yang sangat erat kaitannya dengan zonasi

mineralisasi. Kalaupun ada anomali resistivity tinggi yang ditunjukkan pada peta anomali, lebih cenderung kepada potensi sumberdaya

Page 53: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 71

batuannya saja, karena anomalinya menunjukkan jenis batuan intrusi andesitik-dioritik. Sementara anomali resistivity rendah lebih

menunjukkan kepada jenis batuan alterasi silisifikasi dan batuan batugamping yang menjadi host dari mineralisasi logam yang ada

dalam bentuk lensa-lensa tipis atau urat-urat yang relative pendek penyebarannya.

Sehingga baik dari hasil pengukuran berdasarkan outcrop dan peta topografi, maupun dari data pengukuran geofisika, tidak

memungkinkan untuk membuat model atau dimensi urat mineralisasi logamnya baik secara lateral maupun vertikal. Hal ini disebabkan

oleh karena hampir sebagian besar outcrop dari urat kuarsa yang termineralisasi unsur logam telah digali dan diambil oleh masyarakat,

baik secara manual melalui terowongan kecil pada kedalaman 5-10 m kearah lateral dan 3 meter kearah vertikalnya, sementara itu untuk

outcrop yang ada dipermukaan umumnya diambil dengan menggunakan eskavator. Sehingga terdapat perbedaan kondisi lapangan yang

sangat signifikan dari kegiatan yang dilakukan di awal penelitian tahun pertama yang hanya terbatas pada inventarisasi pemetaan geologi

dan alterasi detail serta lokasilokasi singkapan yang mengandung urat logam. Dimana pada saat itu masih bisa ditemukan urat kuarsa

yang mengandung logam dengan ketebalan mencapai 5 meter dan menerus hingga sekitar 50-100m. Akan tetapi tidak demikian halnya

pada saat pengukuran geofisika dilakukan pada tahun kedua penelitian, singkapan seperti itu telah seluruhnya habis diambil dan hanya

menyisakan lahan terbuka yang gersang dan berlubang-lubang. Karena sistim penambangan yang dilakukan masyarakat tidak

memperhatikan aspek lingkungan.

Dari penelitian ini tidak dapat dilakukan perhitungan cadangan dan membuat model sebaran mineralisasinya baik secara lateral

maupun vertikal. Karena kondisi di lapngan yang sudah sangat berubah dibandingkan dengan kondisi pada awal kegiatan penelitian ini

dilakukan. Sehingga bisa dikatakan tujuan utama dari penelitian ini untuk bisa memperkirakan jumlah cadangan ekonomis dari potensi

mineralisasi yang ada tidak bisa di wujudkan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mengaplikasikan metoda pengukuran

geofisika lain yang mempunyai penetrasi yang lebih dalam, karena dari hasil awal di atas, dapat dilihat keberadaan urat-urat pada

kedalaman lebih dari 20 m dari level permukaannya yang sekarang. Dan lokasilokasi tersebut masih jauh dari jangkauan para penambang

lokal yang masih terbatas hanya penggali pada kedalaman kurang dari 20 m.

Page 54: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 72

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan akan logam dasar saat ini sangat besar, sehingga masyarakat

dengan dukungan sedikit dana dari pengusaha dapat menggambil potensi tersebut dengan cepat tanpa lebih dulu mempelajari secara

detail tentang kondisi mineralisasi, tipenya, sebarannya dan dimensi dari uratnya. Tetapi mereka lebih kepada intuisi dengan jalan

mengikuti pola sebaran yang telah ada dipermukaan dan mencoba menelusuri hinggakedalam tertentu. Akan tetapi metoda ini sangat

merusak lingkkungan, terutama paska penambangan, dimana lahan-lahan dibiarkan terbuka dan gundul dengan tumpukan limbah hasil

penggalian yang tidak mengandung logam di biarkan saja bertumpuk.

Hal ini kelak dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan bencana geologi terutama tanah longsor atau banjir. Karena tidak

adanya tanaman yang menahan air hujan yang turun.

Jika melihat pada pola sebaran outcrop yang ada, dan jejak bekas lokasi penambangan masyarakat, dapat di interpretasikan

bahwa potensi mineralisasi logam dasar ini tidak besar dan hanya muncul dalam bentuk urat-urat kuarsa tipis kurang dari 5m lebarnya

dengan penyebaran lateral kurang dari 500 m, dan pola penyebaran urat kuarsa juga tidak teratur. Sehingga untuk ukuran suatu

perusahaan pertambangan besar, tentu saja potensi ini sangat jauh untuk dikatakan ekonomis. Akan tetapi dengan model pola

penambangan rakyat seperti yang tengah dilakukan saat ini di daerah penelitian, cukup memberikan penghasilan tambahan bagi

masyarakat sekitar. Hasil penambangan mereka kemudian dijual kepada penampung yang juga menampung dari beberapa lokasi

sejenis dari berbagai daerah.

Sehingga pola pengelolaan tambang rakyat cukup baik dilakukan, hanya perlu dilakukan pembinaan oleh aparat terkait, dalam

hal ini dinas pertambangan untuk lebih memberikan pengarahan kepada para penambang rakyat untuk lebih memperhatikan aspek

lingkungan dan keselamatan yang akan ditimbulkan selama dan setelah kegiatan penambangan dilakukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Page 55: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 73

6.1 Kesimpulan

• Secara umum geomorfologi daerah penelitian dapat dibedakan atas emapt satuan geomorfologi, yaitu : Satuan Geomorfologi

Perbukitan Vulkanik Tersayat Tajam;

Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik Bergelombang; Satuan Geomorfologi

Perbukitan Sedimen Tersayat Tajam; dan Satuan Geomorfologi Perbukitan Sedimen Bergelombang.

• Litologi yang terdapat didaerah penelitian dapat bedakan menjadi sebelah satuan batuan dengan urutan dari tua (Oligosen Awal) ke

muda (Kuarter) adalah : Satuan batupasir; Satuan tuf coklat muda; Satuan Lava Andesit; Satuan Breksi konglomeratan; Satuan Breksi

Polimik; Satuan Tuf Coklat ; Satuan Batugamping; Satuan Batulempung; Satuan Breksi Vulkanik; Satuan Aglomerat; dan Satuan

Lava Basal.

• Struktur geologi yang berkembang dapat dibedakan atas: antiklin Cikarang; sesar normal Landeuh; sesar naik Tegallumbu; dan sesar

mendatar Cikidang.

• Zonasi alterasi dibedakan atas : Zonasi Alterasi Silisifikasi yang dicirikan oleh mineral kuarsa dan cukup mendominasi; Zonasi

Alterasi Propilit yang dicirikan oleh mineral klorit dan karbonat; dan setempat-setempat Zonasi Alterasi Argilik, yang dicirikan oleh

mineral lempung.

• Zonasi Mineralisasi Logam Dasar yang berupa urat (vein) kuarsa dan asosiasi mineral galena, sphalerit, kalkopirit, pirit, arsenopirit,

markasit, perak, bornit, kovelit, malakit, hematit dan limonit. Vein ini mempunyai ketebalan sekitar 1~3 meter dengan panjang

singkapan mencapai sekitar 500 m dengan arah hampir barat timur. Vein mineralisasi logam ini yang bernilai ekonomis terdapat di

Page 56: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 74

daerah Cisungsang dan daerah Bojong. Kedua vein ini dapat diusahakan sebagai tambang timah hitam (galena, Pb) dengan skala

penambangan kecil atau penambangan

rakyat.

• Berdasarkan karakteristik asosiasi mineral logam serta keterdapatnnya diperkirakan mineralisasi didaerah ini merupakan tipe

mineralisasi hidrotermal tipe mesotermal. Akan tetapi karena yang menjadi batuan induk mineralisasi adalah berupa batuan sedimen

karbonat, maka tipe mineralisasi semacam ini ditempat lain oleh sebagian peneliti dikelompokan menjadi “Mineralisasi Tipe Carlin”.

Akan tetapi penulis lebih cenderung menamakan tipe mineralisasi di daerah Cisungsang dan Bojong ini sebagai tipe endapan

mesotermal.

• Dari hasil pengukuran geofisikan, tidak terlihat adanya anomaly yang cukup signifikan yang menunjukkan adanya potensi

mineralisasi logam yang cukup dominan, tetapi lebih kepada jenis litologinya saja. Mineralisasi yang ada lebih kepada bentuk urat-

urat yang tidak beraturan dan tersebar pada kedalaman yang berbeda-beda.

• Pada penelitian ini tidak dapat dibuat model penyebaran mineralisasi logamnya baik secara lateral maupun vertikal, karena data yang

diperoleh dari hasil penelitian tidak mencukupi, serta adanya kendala-kendala yang menyebabkan tidak dapat dilakukan pengukuran

geofisika, seperti topografi yang teral, curah hujan yang tinggi serta banyaknya lokasi lubang-lubang penambangan rakyat.

• Potensi mineral logam yang ada di daerah Cisungsang dan Bojong adalah kecil, sehingga pengelolaannya dapat diusahakan sebagai

tambang rakyat untuk timah hitam, mengingat harga timah hitam yang sedang meningkat.

Page 57: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 75

6.2. Saran

• Saat ini, potensi logam dasar didaerah Cisungsang dan Bojong sudah diusahakan oleh masyarakat sekitar sebagai tambang rakyat,

akan tetapi karena tidak adanya pengawasan dan pengarahan yang tepat tentang metoda penambangannya, maka kecenderungan

yang ada saat ini adalah penambangan yang bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan dan bencana tanah longsor.

• Perlu ada pengawasan dan penyuluhan dari pihak dinas pertambangan atau pemda terkait tentang metoda penambangan yang benar,

tidak merusak lingkungan dan menyebabkan bencana geologi, serta menjamin keselamatan para penambang itu

sendiri.

Page 58: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 76

Page 59: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 77

LAMPIRAN 2

Page 60: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

LAMPIRAN 78

Page 61: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika
Page 62: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika
Page 63: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika
Page 64: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika
Page 65: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, A., Sumanagara, A. D, Sinambela, D., 1994. The Gunung Pongkor

gold-silver deposit, West Java, Indonesia. J. Geochem. Expl 50: 371-391

Carlile, J. C. and Mitchell, A. H. G., 1994. Magmatic arcs and associated

gold and copper mineralization in Indonesia. Jour. Geochem. Explor., 50, 91-142.

Corbet, G.J. and Leach, T.M., 1994: Southwest Pacific Rim Gold-Copper

Systems: Structural, Alteration, and Mineralization

Guilbert, J. M. dan Park C.F., 1986: The geology of ore deposits. Freeman and Company.

985p.

Hedenquist, J.W., Izawa, E., Arribas, A. and White, N.C., 1996: Epithermal

gold deposits: Styles, characteristics, and exploration

Jensen, M.L. & Bateman, A.M., 1981: Economic Mineral Deposits

Lawless, J.V., White, P.J., Bogie, I., Paterson, L.A., dan Cartwright, A.J.,

1997: Epigenetic Magmatic-Related Mineral Deposit. Exploraion based on

mineralization model. Kingston Morrison.

Marcoux, E. and Milesi, J. P., 1994. Epithermal gold deposit in West Java,

Indonesia: geology, age and crustal source. J. Geochem. Expl. 50: 393-408.

Marcoux, E., Milesi, J. P., Simpwee, S. and Rinawan, R., 1993. Noteworthy

mineralogy of the Au-Ag-Sn-W(Bi) epithermal ore deposit of Cirotan, West Java,

Indonesia. The Canadian Mineralogist 31: 727-744.

Milesi, J. P., Marcoux, E., Nehlig, P., Sunarya, Y., Sukandar, A. and Felenc,

J., 1994. Cirotan, West Java, Indonesia: A 1.7 Ma hybrid epithermal Au-Ag-Sn-W

deposit. Econ. Geol., 89, 227-245.

Milesi, J. P., Marcoux, E., Sitorus, T., Simandjuntak, M., Leroy, J. and Baily,

L. ,1999. Pongkor (West Java, Indonesia): A Pliocene supergene-enriched epithermal

Au-Ag- (Mn) deposit. Mineral. Deposita , 34, 131-149.

Page 66: KAJIAN KARAKTERISTIK BATUAN ALTERASI DALAM …ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Kajian... · sumberdaya bahan galian logam tersebut dengan metoda pengukuran geofisika

Rollinson, Hugh R. 1993. Using Geochemical Data. Longman Scientific &

Technical, England. Halaman 48, 72, 102, 133.

Rosana, M. F., 1999. Orebody Modeling and Resource Estimation of the

Hydrothermal GoldSilver Mineralization at Cikidang, West Java, Indonesia. Journal

of Geology, Padjadjaran University. Vol 1., 1, 9-20.

Rosana, M.F., and Matsueda, H., 2001. Outline of the hydrothermal gold-

silver mineralization at Cikidang, West Java, Indonesia. Resource Geol. Ann. Meet.

50, p33.

Rosana, M.F., and Matsueda, H., 2002. Cikidang Hydrothermal Gold deposit

in Western Java, Indonesia. Resource Geol. 52, 341-352.

Rosana, M.F., and Matsueda, H., 2002. First observation of the base metal

mineralization in the Cikidang gold mining area, Western Java, Indonesia. Resource

Geol. Ann. Meet. 52, p03.

Sujatmiko dan Santosa, S., 1992. Peta Geologi lembar Leuwidamar, Jawa. P3G, Bandung.

Sukarna, D., 1999: Rare elements distribution in Cirotan epitermal gold

deposit. Indonesian Mining Journal Vol 5, p 1-10