KARYA TULIS ILMIAH KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI AKSEPTOR UNTUK MEMILIH KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS PEMBANTU DESA SUMBER ANYAR KECAMATAN MAESAN KABUPATEN BONDOWOSO Oleh : RINA JAYANTI
KARYA TULIS ILMIAH
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI AKSEPTOR UNTUK MEMILIH KONTRASEPSI SUNTIK
DI PUSKESMAS PEMBANTU DESA SUMBER ANYAR KECAMATAN MAESAN KABUPATEN BONDOWOSO
Oleh :RINA JAYANTI
AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA-MALANGMALANG
2007
KARYA TULIS ILMIAH
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI AKSEPTOR UNTUK MEMILIH KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS PEMBANTU DESA SUMBER ANYAR KECAMATAN MAESAN KABUPATEN BONDOWOSO
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan
Oleh :RINA JAYANTINIM. 0403 . 32
AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA-MALANGMALANG
2007
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim PengujiKarya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Widyagama Husada-Malang
Malang, ..................................Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Peni Indrawati, S, KM) (dr. Rudy Joegijantoro)
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim PengujiKarya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Widyagama Husada-Malang
Pada tanggal.......................2007
MengesahkanAkademi Kebidanan
Widyagama Husada-Malang
(Irni Setyowati, S. SiT) ( )( / / )Penguji I
(Peni Indrawati, S. KM) ( )( / / )Penguji II
(dr. Rudy Joegijantoro) ( )( / / )Penguji III
MengetahuiDirektur Akademi KebidananWidyagama Husada-Malang
(Yuliyanik, S. KM)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini dengan Judul
”Kajian Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Akseptor Untuk Memilih
Kontrasepsi Suntik di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar Kecamatan
Maesan Kabupaten Bondowoso” sebagai salah satu persyaratan akademis dalam
rangka menyelesaikan kuliah Akademi Kebidanan Widyagama Husada-Malang.
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini dijabarkan apa saja yang menjadi Faktor-
faktor yang mempengaruhi akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik. Sehingga
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan konseling terhadap calon
akseptor yang akan mengikuti kontrasepsi di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber
Anyar Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada ibu Peni Indrawati S.KM dan dr. Rudy
Joegijantoro, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi,
saran sehingga terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini.
Terimakasih dan penghargaan kami sampaikan pula kepada yang terhormat :
1. Yuliyanik, S.KM, selaku Direktur Akademi Kebidanan Widyagama
Husada-Malang.
2. Kepala Puskesmas Maesan yang telah memberikan ijin untuk lokasi
penelitian
3. Irni setyowati, S. SiT selaku penguji 1 yang banyak memberikan
tambahan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Peni Indrawati, S.KM selaku pembimbing I yang banyak memberikan
masukan dalam menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. dr. Rudy Joegijantoro selaku pembimbing II yang banyak memberikan
masukan dalam menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu Marsini dan Bapak Samsul Hadi yang telah menjadi ayah ibu terbaik
dan selalu memberikan dukungan spiritual dan material.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna baik bagi diri kami
sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.
Malang, 2007
Penulis
iv
ABSTRACT
Jayanti, Rina. 2007. Study Factors-factors Which Background Acceptor To Chosen Contraception Inject in Puskesmas Pembantu of Countryside Sumber Anyar District Of Maesan-Bondowoso. Karya Tulis Ilmiah. Academy Midwifery of Widyagama Husada-Malang. Counsellor : ( 1) Peni Indrawati, S.KM. ( 2) dr. Rudy Joegijantoro
Many factor which possible acceptor background can to chosen contraception inject, for example : couple factor, health factor and contraception method factor. Target of in this research is to identify the amount of family wanted by acceptor, identifying mother age wearing contraception inject, identifying status health of contraception acceptor inject, identifying menstrual history of contraception acceptor inject, identifying contraception side effects inject, and identify the quality of wife husband ( annoyed / not annoyed) during following contraception inject
This Research type is descriptive, by using research instrument in the form of kuesioner. Sampel in this research is totalizeing population, that is all fertile age woman which become acceptor of contraception inject in Puskesmas Pembantu of Countryside Sumber Anyar in May 2007 equal to 60 responder.
Result of research show factors which acceptor background to chosen contraception inject : Responder age many < 35 year, Amount of child the wanted 1-2 child, responder sexual frequency in 1 week many < 3 times, Quality of intimate many is satisfied storey level, Most its health status nothing that have disease representing indication of contraception inject, Acceptor contraception responder inject many do not have sigh with his menstrual history, Responder which suffering side effects too many for one which do not experience of side effects.
Its conclusion age, amount of wanted child, and side effects many acceptor background to chosen contraception inject, while quality of intimate, menstrual history and health status do not influence chosen. Therefore officer of health shall more informing to acceptor candidate about factors any kind of which is someone background to chosen contraception.
Bibliography : 17 bibliography ( 1997-2007)Keyword : Acceptor, Contraception Inject
v
ABSTRAK
Jayanti, Rina. 2007. Kajian Faktor-faktor Yang Melatarbelakangi Akseptor Untuk Memilih Kontrasepsi Suntik di Puskesmas Pembantu Desa Sumber Anyar Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Widyagama Husada-Malang. Pembimbing : (1) Peni Indrawati, S.KM. (2) dr. Rudy Joegijantoro.
Banyak faktor yang mungkin dapat melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik, antara lain : faktor pasangan, faktor kesehatan dan faktor metode kontrasepsi.
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi jumlah keluarga yang diinginkan oleh akseptor, mengidentifikasi usia ibu yang memakai kontrasepsi suntik, mengidentifikasi status kesehatan akseptor kontrasepsi suntik, mengidentifikasi riwayat haid akseptor kontrasepsi suntik, mengidentifikasi efek samping kontrasepsi suntik, dan mengidentifikasi kualitas hubungan suami istri (terganggu / tidak terganggu) selama mengikuti KB suntik.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi, yaitu semua wanita usia subur yang menjadi akseptor KB suntik di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar pada bulan Mei 2007 sebesar 60 responden.
Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik : Usia responden terbanyak < 35 tahun, Jumlah anak yang diinginkan adalah 1-2 anak, Frekwensi hubungan seksual responden dalam 1 minggu terbanyak <3 kali, Kualitas hubungan intim terbanyak adalah pada tingkat puas, Sebagian besar status kesehatannya tidak ada yang memiliki penyakit yang merupakan indikasi KB suntik, Responden akseptor kontrasepsi suntik terbanyak tidak memiliki keluhan dengan riwayat haidnya, Responden yang mengalami efek samping lebih banyak dari pada yang tidak mengalami efek samping.
Kesimpulannya usia, jumlah anak yang diinginkan, dan efek samping banyak melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik, sedangkan kualitas hubungan intim, riwayat haid dan status kesehatan tidak mempengaruhi pemilihan. Oleh karena itu petugas kesehatan haruslah lebih menginformasikan kepada calon akseptor tentang faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi seseorang untuk memilih kontrasepsi.
Kepustakaan : 17 kepustakaan (1997-2007)Kata Kunci : Akseptor, Kontrasepsi Suntik
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 3
1.3 Tujuan Umum ............................................................... 3
1.4 Tujuan Khusus .............................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 6
2.1 Konsep Dasar Kontrasepsi ............................................ 6
2.2 Kontrasepsi Suntik ........................................................ 10
2.3 Konsep Dasar Perilaku .................................................. 20
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................. 40
3.1 Desain Penelitian .......................................................... 40
3.2 Kerangka Konseptual .................................................... 40
3.3 Variabel Penelitian ........................................................ 41
3.4 Definisi Operasional ..................................................... 41
3.5 Populasi, Tehnik Sampling dan Sampel ....................... 42
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................ 43
3.7 Tehnik Pengumpulan Data ........................................... 43
3.8 Tehnik Pengolahan Data atau Analisa Data ................. 44
3.9 Alat Ukur Yang Digunakan .......................................... 45
3.10 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................... 46
3.11 Etika Penelitian ........................................................... 46
3.12 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................... 46
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............. 47
4.1 Hasil penelitian ............................................................. 47
4.2 Pembahasan .................................................................. 54
4.3 Keterbatasan penelitian ................................................. 64
BAB 5 PENUTUP ......................................................................... 65
5.1 Kesimpulan ................................................................... 65
5.2 Saran ............................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
1 Definisi Operasional 41
2 Distribusi Frekwensi Akseptor Kontrasepsi Suntik Berdasarkan 48
Kelompok Usia di Puskesmas PembantuDs. Sumber Anyar
3. Distribusi Frekwensi Akseptor Kontrasepsi Suntik Berdasarkan 48
Kelompok Pendidikan di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar
4. Distribusi Frekwensi Akseptor Kontrasepsi Suntik Berdasarkan 49
Kelompok Pekerjaan di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar
5. Distribusi Frekwensi Akseptor Kontrasepsi Suntik Berdasarkan 49
Kelompok usia saat Menikah di Puskesmas Pembantu
Ds. Sumber Anyar
6. Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor 50
untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan umur di
Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar
7. Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi 51
akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan jumlah
anak yang diinginkan di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar
8. Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor 51
untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan Frekwensi
hubungan seksual dalam 1 minggu di Puskesmas Pembantu
Ds. Sumber Anyar
9. Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor 52
untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan Kepuasan dalam
berhubungan intim di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar
10. Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor 53
untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan Status Kesehatan
di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar
11. Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor 53
untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan Riwayat Haid di
Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar
12. Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor 54
untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan Efek Samping di
Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
3.1 Kerangka konseptual 40
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul lampiran
1. Kuesioner
2. Surat ijin penelitian dari kampus
3. Surat ijin penelitian dari Kepala Puskesmas Maesan
4. Surat ijin penelitian dari Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar
5. Pengantar Informed Consent
6. Lembar Informed Consent
7. Studi Pendahuluan
8. Lembar konsultasi
9. Master sheet
10. Jadwal Penelitian
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Keluarga Berencana (KB) sudah lama dicanangkan oleh
pemerintah. Tujuannya untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk
Indonesia. Seiring dengan itu, berkembang pula metode kontrasepsi yang
beraneka ragam. Namun tidak semua alat kontrasepsi efektif dan aman digunakan.
Sebab banyak pengguna yang mengeluhkan efek samping dari kontrasepsi yang
dipilihnya. (Affandi, Biran, 2005)
Kontrasepsi sendiri adalah suatu cara atau alat yang digunakan untuk
mencegah kehamilan. Ada beberapa jenis kontrasepsi yang tersedia yaitu, Metode
Amenorea Laktasi (MAL), metode KB alamiah, senggama terputus, metode
barier, kontrasepsi hormonal dan non hormonal dan kontrasepsi mantap.
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hormon dan
disuntikkan kedalam tubuh wanita secara periodik. Kontrasepsi suntik ada 2
macam yaitu suntikan kombinasi dan suntikan progestin. Suntikan kombinasi
diberikan setiap 1 bulan sekali, sedangkan progestin diberikan setiap 3 bulan
sekali secara IM. (Depkes RI, 1999)
Menurut majalah republika, penggunaan kontrasepsi suntik menempati
urutan pertama dan peringkat kedua adalah KB oral / pil. Menurut data 2003,
kontrasepsi suntikan paling banyak digunakan oleh wanita di Indonesia (35,2 %),
pil KB digunakan sebanyak 28,1%, IUD 18,8%, implant 12,4%, sterilisasi 5,5%,
dan kontrasepsi lainnya 1,0% (Affandi, Biran, 2005). Dari data diatas kita dapat
mengetahui besarnya jumlah akseptor KB suntik dibandingkan KB yang lain.
Padahal untuk memilih metode kontrasepsi yang cocok banyak faktor-faktor yang
melatarbelakangi, diantaranya adalah faktor pasangan, faktor kesehatan dan faktor
metode kontrasepsi. Tetapi apabila dengan pengetahuan akseptor yang masih
kurang khususnya tentang kontrasepsi maka akan membuat mereka merasa tidak
cocok atau tidak mantap dengan KB yang dipilihnya. Oleh karena itu seorang
calon akseptor harus tahu tentang berbagai macam kontrasepsi dan apa saja
faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan kontrasepsi tersebut. Sehingga
mereka akan lebih merasa yakin dan mantap dengan kontrasepsi pilihannya..
Dengan dilakukannya penelitian ini dapat diketahui apakah akseptor sudah
mantap dan yakin dalam memilih kontrasepsi suntik. Karena kemantapan dalam
memilih kontrasepsi sangat diperlukan oleh seorang akseptor, agar dia tidak
merasa ragu dan bimbang dengan kontrasepsi yang dipilihnya (Hanafi, 2002).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5 februari
2007 dengan metode wawancara pada 20 orang yang menjadi akseptor KB
suntik, saat datang ke Klinik KB Desa Sumber Anyar untuk ber-KB. Mereka
mengatakan bahwa mereka menggunakan KB suntik karena beberapa alasan.
Yaitu : 30% mengatakan karena menstruasi bisa tetap lancar, 25% mengatakan
karena KB suntik tidak mengganggu hubungan suami istri, 20% karena berat
badan bisa bertambah, 15% tidak menimbulkan nyeri diperut dan 10%
mengatakan karena KB suntik tidak menimbulkan keputihan. Berdasarkan data
yang ada di Puskesmas Pembantu Desa Sumber Anyar dari bulan Januari 2006
sampai dengan bulan Desember 2006 jumlah akseptor KB yang aktif mencapai
238 akseptor, akseptor KB suntik 70%, akseptor KB pil 7%, akseptor AKDR/IUD
4%, akseptor Implant 19%, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
kontrasepsi suntik paling besar jumlah akseptornya.
Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian guna
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik di Puskesmas Pembantu Desa Sumber Anyar Kecamatan Maesan
Kabupaten Bondowoso.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi akseptor dalam
memilih kontrasepsi suntik di Puskesmas Pembantu Desa Sumber Anyar
Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menggali faktor-faktor yang
melatarbelakangi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi suntik
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi faktor pasangan, yang terdiri dari :
a. Mengidentifikasi jumlah keluarga yang diinginkan oleh akseptor.
b. Mengidentifikasi usia ibu yang memakai kontrasepsi suntik
c. Mengidentifikasi kualitas hubungan suami istri (terganggu / tidak
terganggu) selama mengikuti KB suntik
2. Mengidentifikasi faktor kesehatan
a. Mengidentifikasi status kesehatan akseptor kontrasepsi suntik.
b. Mengidentifikasi riwayat haid akseptor kontrasepsi suntik.
3. Mengidentifikasi faktor metode kontrasepsi
a. Mengidentifikasi efek samping kontrasepsi suntik
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan antara lain:
1.4.1 Bagi Pelayanan
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan sebagai
konseling untuk membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan keinginannya. Dan peneliti dapat
memberikan pengetahuan yang lebih luas tentang kontrasepsi kepada para aksptor
yang datang ketempat pelayanan.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Akademi Kebidanan
Widyagama Husada Malang, sebagai masukan hasil penelitian dan menambah
khasanah pengetahuan dibidang kesehatan Keluarga Berencana (KB), serta dapat
dijadikan masukan bagi peneliti selanjutnya.
1.4.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman lebih mendalam
tentang teori Keluarga Berencana (KB), khususnya yang berhubungan dengan
kontrasepsi suntik.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tentang metode kontrasepsi khususnya pada alat kontrasepsi suntik
sehingga lebih memantapkan mereka dalam memilih kontrasepsi suntik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara
ataupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara
mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi. Pemilihan jenis kontrasepsi
didasarkan pada tujuan penggunaan kontrasepsi yaitu: menunda kehamilan,
menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kesuburan. (Mansjoer, Arif, 1999)
2.1.2 Macam-macam Metode Kontrasepsi
1. Metode sederhana
a. Tanpa Alat
1) KB Alamiah
a) Metode kalender (Ogino-Knaus)
b) Metode suhu badan basal (Termal)
c) Metode lender serviks (Billings)
d) Metode simpto-Termal
2) Coitus Interuptus
b. Dengan Alat
1) Mekanis (Barrier)
a) Kondom pria
b) Barier Intra-vaginal :
(1) Diafragma
(2) Kap serviks (cervical cap)
(3) Spons (Sponge)
(4) Kondom wanita
2) Kimiawi
a) Spermisid
(1) Vaginal cream
(2) Vaginal foam
(3) Vaginal jelly
(4) Vaginal suppositoria
(5) Vaginal tablet (busa)
(6) Vaginal soluble film
2. Metode modern
a. Kontrasepsi hormonal :
1) Per-oral
a) Pil oral kombinasi (POK)
b) Mini pil
c) Morning after pil
2) Injeksi/suntikan
3) Implant (Alat kontrasepsi dalam kulit = AKBK)
b. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD, AKDR)
c. Kontrasepsi mantap
1) Pada wanita
a) Penyinaran
b) Operatif
c) Penyumbatan Tuba Fallopii secara mekanis
d) Penyumbatan Tuba Fallopii secara kimiawi
2) Pada pria
a) Operatif medis operatif pria
b) Penyumbatan vas deferens secara mekanis
c) Penyumbatan vas deferens secara kimiawi (Saifuddin, Abdul Bari,
2003)
2.1.3 Memilih Metode kontrasepsi
1. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang
baik adalah :
a. Aman/tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana, sedapat-dapatnyga tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi) (Hanafi, 2002)
2. Faktor-faktor dalam memilih kontrasepsi
a. Faktor pasangan – Motivasi dan rehabilitas
1 Umur
2 Gaya hidup
3 Frekuensi senggama
4 Jumlah keluarga yang diinginkan
5 Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu
6 Sikap kewanitaan
7 Sikap kepriaan
b. Faktor kesehatan – kontraindikasi absolut atau relatif :
1 Status kesehatan
2 Riwayat haid
3 Riwayat keluarga
4 Pemeriksaan fisik
5 Pemeriksaan panggul
c. Faktor metode kontrasepsi – Penerimaan dan pemakaian
berkesinambungan
1 Efektivitas
2 Efek samping minor
3 Kerugian
4 Komplikasi-komplikasi yang potensial
5 Biaya (Hanafi, 2002)
Dalam hal memilih metode kontrasepsi, kita harus dapat memandangnya
dari dua sudut :
1. Pihak calon akseptor
Dengan belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar 100%
sempurna, maka ada dua hal yang sangat penting yang ingin diketahui oleh
pasangan calon akseptor, yaitu efektivitas dan keamanan.
2. Pihak medis/petugas KB
Disamping efektivitas dan keamanan, untuk fihak/petugas KB masih ada hal-
hal lain yang penting dan perlu dipertimbangkan, yaitu :
a. Dalam upaya melindungi kesuburan/fertilitas dari akseptor
b. Keuntungan non-kontrasepsi
c. Kontra indikasi
d. Tanda-tanda bahaya
e. Menghindari pendekatan “poli-Farmasi”
f. Kerjasama antara suami isteri (Hanafi, 2002)
Faktor-faktor yang mempengaruhi Akseptor memilih kontrasepsi suntik :
1. Tetap mengalami menstruasi setiap bulan walaupun kadang hanya sedikit
2. Siklus haid normal
3 Walaupun kadang terjadi penambahan BB tetapi hanya bertambah sedikit
4. Cara pemberiannya aman, efektif dan relative mudah (Affandi, Biran, 2006)
2.2 Konsep Kontrasepsi Suntik
2.2.1 Pengertian
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya
hormone progesterone dan disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara periodik.
2.2.2 Jenis Kontrasepsi Suntik
1. Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg dan medroksidaprogesteron asetat dan
5mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (cyclofem)
dan 50 mg nerotindron enetat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan injeksi
IM sebulan sekali. (Saifuddin, Abdul Bari, 2003)
a. Cara kerja
1) Menekan ovulasi
2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu.
3) Perubahan pada endometrum (atrofi) sehingga implementasi
terganggu.
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
b. Efektivitas
1) Sangat efektif (0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan ) selama tahun
pertama penggunaan.
c. Keuntungan kontrasepsi
1) Resiko terhadap kesehatan kecil
2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
4) Jangka panjang
5) Efek samping sangat kecil
6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
d. Keuntungan Nonkontrasepsi
1) Mengurangi jumlah pendarahan
2) Mengurangi nyeri saat haid
3) Mencegah anemia
4) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrum
5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium
6) Mencegah kehamilan ektopik
7) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul
8) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause (Saifuddin, Abdul Bari, 2003)
e. Kerugian
1) Terjadi perubahan pada pola haid seperti tidak teratur, perdarahan
bercak/spotting atau perdarahan sela sampai 10 hari.
2) Mual, sakit kepala, nyeri pada payudara ringan dan keluhan akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
3) Ketergantungan klien pada pelayanan kesehatan. Klien harus kembali
setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.
4) Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat
epilepsi (fenitoin dan babiturat ) atau obat tuberculosis (rifampisan )
5) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung,
stroke, bekuan darah dan paru atau otak dan kemungkinan timbulnya
tumor hati.
6) Penambahan berat badan.
7) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus HIV
8) Kemungkinan terlambanya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
f. Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi
1) Usia reproduksi
2) Tidak memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi
4) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan
5) Anemia
6) Nyeri haid hebat
7) Haid teratur
8) Riwayat kehamialn ektopik.
9) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
g. Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi
1) Hamil atau diduga hamil
2) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
4) Penyakit hati akut (virus hepatitis )
5) Usia > 35 tahun yang merokok
6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>
180/110 mmHg)
7) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun
8) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migrain.
9) Keganasan payudara
h. Waktu Menggunakan Suntikan Kombinasi
1) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid, tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan.
2) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke- 7 siklus haid. Klien
tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari. (Saifuddin, Abdul Bari,
2003)
3) Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal
saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari.
4) Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid,
suntikan pertama dapat diberikan asal saja dapat dipastikan tidak
hamil.
5) Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapatkan
haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7
6) Bila pascapersalinan< 6 bulan dan menyusui, jangan diberikan
suntikan kombinasi.
7) Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan
kombinasi dapat diberikan.
8) Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau
dalam waktu 7 hari.
9) Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain
dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi.
Selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara
benar, suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan tanpa perlu
menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu dilakukan uji kehamilan terlebih
dahulu.
10) Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontarsepsi hormonal, dan ibu
tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka
suntikan kombinasi dapat segera diberikan sesuai jadwal kontarsepsi
sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain. (Saifuddin,
Abdul Bari, 2003)
11) Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama
dapat diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil dan
pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya haid bila diberikan
pada 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila
sebelumya menggunakan AKDR dan ingin menggantinya dengan
kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1 -7 siklus haid,
cabut segera AKDR.
i. Cara Penggunaan
1) Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan
intramuscular dalam klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan
ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi
gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal
yang telah ditentukan, asal saja dinyakini ibu tersebut tidak hamil,
tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrsepsi yang lain untuk 7 hari saja.
j. Instruksi Pada Klien
1) Klien harus kembali ke dokter/klinik untuk mendapatkan suntikan
kembali setiap 4 minggu.
2) Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali kedokter/klinik
untuk memastikan hamil atau tidak.
3) Jelaskan efek samping tersering yang dapat pada penyuntikan dan apa
yang harus dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh
mual, sakit kepala, atau nyeri payudara, serta pendarahan,
informasikan kalau keluhan tersebut sering ditemukan dan biasanya
akan hilang pada suntikan ke-2 atau ke-3.
4) Apabila klien sedang menggunakan obat–obat tuberkolosis atau
epilepsi, obat-obat tersebut dapat menggangu efektivitas kontrasepsi
yang sedang digunakan (Saifuddin, Abdul Bari, 2003)
k. Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada penggunaan suntikan kombinasi
1) Nyeri dada hebat atau nafas pendek. Kemungkinan adanya bekuan
darah di paru-paru atau serangan jantung.
2) Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi
stroke, hipertensi atau migraine.
3) Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh
darah pada tungkai.
4) Tidak terjadi pendarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan
berikutnya kemungkinan terjadi kehamilan. (Saifuddin, Abdul Bari,
2003)
2. Kontrasepsi Progestin
a. Profil
1) Sangat efektif
2) Aman
3) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
4) Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan
5) Cocok untuk masa laktasi karena menekan produksi ASI.
b. Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin
yaitu :
1) Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan suntik intramuscular (di
daerah bokong).
2) Depo noretisteron enatat (depo noristerot), yang mengandung 200 mg
noretindron enetat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuscular
c. Cara Kerja
1) Mencegah ovulasi
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma. (Saifuddin, Abdul Bari, 2003)
3) Menjadikan selaput lendir tipis dan atrofi.
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
d. Efektivitas
Kedua kontarasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi,
dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikanya
dilakukan dengan tertatur sesuai jadwal yang ditentukan.
e. Keuntungan
1) Sangat efektif
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
5) Tidak memilki pengaruh terhadap ASI
6) Sedikit efek samping
7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause
9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
11) Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
f. Keterbatasan
1) Sering ditemukan gangguan haid seperti :
2) Siklus haid yang memendek atau memanjang
3) Pendarahan yang banyak atau sedikit
4) Pendarahan yang tidak teratur atau pendarahan bercak (spoting)
5) Tidak haid sama sekali
Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntik). Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum
suntikan berikut. Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering. Tidak menjamin penularan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus HIV (Saifuddin, AB, 2003)
a. Terlambanya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
b. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kalainan pada organ genetelia, melainkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikkan dari deponya (tempat suntikan )
c. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangaka panjang.
d. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurukan kepadatan tulang
(densitas)
e. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervesitas, jerawat.
3. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a. Usia reproduksi
b. Nulipara dan yang telah memilki anak
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f. Setelah abortus atau keguguran.
g. Telah banyak anak , tetapi belum menghendaki tubektomi
h. Perokok
i. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit.
j. Menggunakan obat untuk epilepsi( fenitoin dan barbiturate) atau obat
tuberkolosis( rifampisin)
k. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
l. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
m. Anemia defisiensi besi
n. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi.
4. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran(Saifuddin, AB, 2003)
b Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
a. Tidak dapat menerima terjadinya ganguan haid, terutama amenorea
b. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
c. Diabetes mellitus disertai komplikasi. (Saifuddin, Abdul Bari, 2003)
2.3 Konsep Dasar Perilaku
2.3.1 Pengertian
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan (Saifuddin, 2003).
Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan individu , kelompok, atau masyarakat. Oleh sebab itu,
dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka intervensi
atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Intervensi
terhadap faktor perilaku ini secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya
yang saling bertentangan. Masing – masing upaya tersebut mempunyai kelebihan
dan kekurangan. ( Notoatmodjo, 2003:12)
Perilaku menurut Skinner (1938) yang dikutip Notoatmodjo (1997) adalah
hasil hubungan antara rangsangan (Stimulus) dan tanggapan (respon). Ada dua
jenis respon, yaitu responden respons dan operant respons. Responden respons
atau Respondent Behavior adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan
tertentu. Sedangkan operant respons adalah respon yang menimbulkan dan
perkembangannya diikuti oleh perangsang tertentu atau disebut juga Elicting
Stimuli, menimbulkan respons yang bersifat relatif tetap (Suliha, 2001).
Penelitian Rogers (1974) yang dikutip Notoatmodjo (2003) mengadopsi
perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yang beruntun, yaitu :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu stimulus (Obyek).
2. Interest (rasa tertarik) terhadap stimulus / obyek tersebut, disini sikap obyek
mulai timbul.
3. Evolution (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.
4. Trial (mencoba) dimana subyek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
5. Adoption (menerima), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Dari penelitian selanjutnya dikatakan bahawa perubahan perilaku tidak
selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti di atas, maka perubahan tersebut didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif serta perilaku tersebut bersifat
langgeng (Long Lasting).
2.3.2 Prosedur Pembentukan Perilaku
Untuk membentuk jenis respon atau perilaku ini perlu diciptakan adanya
suatu kondisi tertentu yang disebut Operant Conditioning. Menurut Notoatmodjo
(2003) Pembentukan perilaku dalam Operant Conditioning ini adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforces berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan
dibentuk.
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya
perilaku yang dimaksud.
3. Dengan menggunakan secara ukur komponen-komponen itu sebagai tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforces atau hadiah untuk masing-masing
komponen tersebut.
4. Melakukan pembentukan perilaku dalam menggunakan urutan komponen
yang telah tersusun itu, apabila komponen pertama telah dilakukan, maka
hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen-komponen atau
perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku
itu sudah terbentuk, kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua
yang diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi),
demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu
dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat dan selanjutnya sampai seluruh
perilaku yang diharapkan (Notoatmodjo,2003).
2.3.3 Bentuk-bentuk Perilaku
Secara operasional dapat diartikan suatu respon organisme ata seseorang
terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subyek tersebut. Respon ini terbentuk 2
(dua) macam (Suliha,2001)
1. Bentuk Pasif adalah respon internal yang terjadi dalam diri manusia dan tidak
dapat diamati secara umum langsung oleh orang lain, seperti pikiran,
tanggapan, sikap batin dan pengetahuan, perilaku semacam ini masih
terselubung (Covert Behavior).
2. Bentuk Aktif adalah respons yang secara langsung dapat diobservasi,
misalnya ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi.
Perilaku ini sudah merupakan tindakan nyata (Overt Behavior)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia secara
operasional dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu perilaku dalam
bentuk pengetahuan, bentuk sikap, dan bentuk tindakan nyata atau perbuatan.
Ketiga bentuk perilaku ini dikembangkan berdasarkan tahapan tertentu yang
dimulai dari pembentukan pengetahuan (Ranah Kognitif); sikap (Ranah Efektif)
dan keterampilan (Ranah psikomotor) yang dalam proses pendidikan kesehatan
menjadi pola perilaku baru (Suliha, 2001).
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat
Perilaku sehat dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau rangsangan
berupa pengetahuan dan sikap, pengalaman, kenyakinana, sosial budaya, sarana
fisik, pengaruh atau rangsangan itu bersifat internal, dan diklasifikasikan menjadi
faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan (Suliha, 2001)
Faktor Predisposisi (Prediposisi Factor) merupakan faktor internal yang
ada pada diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang mempermudah
individu untuk berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai, prestasi dan
keyakinan.
1. Faktor Pemungkin (Erobling Faktor) merupakan faktor yang kemungkinan
individu berperilaku karena tersedianya sumber daya, keterjangkauan, rujukan
dan keterampilan.
2. Faktor penguat dan pendorong (Reinforcement Faktor) merupakan faktor yang
menguatkan perilaku, seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan,
teman sebaya, orang tua, atasan, pemuka masyarakat atau orang yang
berpengaruh lainnya.
2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku menurut Notoatmodjo
(2003)
1. Faktor intern
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu (Nursalam,
2001). Pendidikan itu menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya untuk mencapai keselamaran dan kebahagiaan.
Y.B. Mantra yang diikuti oleh Notoatmodjo (2003)
mengemukakan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku seseorang dalam pola hidup terutama dalam
motivasi untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2001).
Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan
semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Pengetahuan itu sendiri
merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol,
prosedur teknik dan teori. (Nursalam, 2001)
b. Pengetahuan
1) Pengertian
Ilmu pengetahuan merupakan suatu wahana untuk mendasari
seseorang berperilaku secara ilmiah, sedangkan tingkatannya tergantung
dari ilmu pengetahuan atau dasar pendidikan orang tersebut. Melalui
pengetahuan yang didapat akan mendasari seseorang dalam mengambil
keputusan rasional dan efektif, sehingga semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang untuk mengadaptasikan dirinya dalam lingkungan
yang baru (Nursalam, 2001).
Penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh
pengetahuan, yang mana akan menghasilkan persepsi positif dan negatif
karena perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng
(Nursalam, 2001).
2) Tingkat Pengetahuan
(Notoatmodjo. 2003:128-129) mengemukakan bahwa pengetahuan
yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :
a) Tahu (Know)
Artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap
sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
b) Memahami (Comprehension)
Artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.
c) Aplikasi (Application)
Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang riil sebenarnya yaitu penggunaan
hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d) Analisis (Analysis)
Artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.
e) Sintesis (Synthesis)
Artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap sesuatu materi atau objek. Penilaian tersebut berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.
3) Sumber-sumber Pengetahuan
Sumber-sumber pengetahuan ada 4 (Empat), yaitu :
a) Studi (learning)
Merupakan aktifitas yang mempelajari sesuatu yang berarti
menggunakan pikiran secara aktif. Dalam rangkaian aktifitas atau proses
pemikiran itu adalah untuk mencapai kebenaran, memperoleh
pengetahuan dan mendapatkan pemahaman. Studi bukanlah menunggu
secara pasif sampai pengetahuan mengenai suatu hal yang menarik
perhatian. Dimana hal itu diperoleh dengan kegiatan belajar yang dapat
melalui pendidikan formal maupun non formal.
b) Pengalaman (Experience)
Mereka yang mendasari diri pada pengalaman mengembangkan
paham yang disebut empiris. Kaum empiris berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu bukan didapatkan melalui penularan rasional
yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkret, dimana panca indera
sebagai alat untuk menangkapnya.
c) Ilham (Intuition)
Merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu, seseorang yang terpusat pemikirannya pada masalah
tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa
melalui proses berpikir yang berliku-liku / tiba-tiba saja dia sudah sampai
disitu. Jawaban atas permasalahan yang dipikirkan muncul dibenaknya
bagaikan kebenaran yang membuka pintu atau bisa juga intuisi ini bekerja
dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar, artinya jawaban atas suatu
permasalahan ditemukan tidak ada waktu orang tersebut secara sadar
sedang menggelutinya. Suatu masalah yang sedang kita pikirkan yang
kemudian kita tunda karena menemui jalan buntu, tiba-tiba saka muncul
dibenak kita yang lengkap dengan jawabannya. Kita merasa yakin bahwa
itulah jawabannya yang kita cari, namun kita tidak bisa diramalkan.
Sebagian dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi
ini tidak bisa diandalkan. Rasio (Ratio), Kaum rasional menggambatkan
paham yang dikenal dengan rasionalisme.
Rasionalisme adalah evaluasi dari kebenaran. Kebenaran yang
semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak dan
terbebas dari pengalaman. Oleh karena itu penularan rasional akan
didapatkan bermacam-macam pengetahuan mengenai satu objek tertentu
tanpa adanya suatu konsensus yang dapat diterima oleh semua pihak.
Dalam hal ini pemikiran rasional cenderung bersifat subyektif .
4) Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) cara memperoleh pengetahuan ada 2
yaitu :
a. Cara Kuno (Traditional) atau Non Ilmiah
a) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini digunakan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil
maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
b) Cara kebiasaan
Yaitu cara kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh orang-
orang tanpa melalui penalaran dan kebiasaan ini diwariskan secara
turun-temurun.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi dan generasi-generasi berikutnya
Upaya memperolah pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalah yang dihadapi pada masa lalu.
d) Melalui jalan pikiran
Merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung
melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari
hubungan sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.
b. Cara modern atau cara ilmiah disebut juga metode penelitian ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperolah pengetahuan lebih
sistematis, logis dan ilmiah.
5) Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan
Menurut bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-
tingkat tersebut diatas sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-
masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan scoring Arikunto,
1998) , yaitu :
a) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%.
b) Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56-75%.
c) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40-55%.
d) Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40%.
6) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a) Usia
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan
berkembang sesuai dengan pengetahuan yang didapat (Notoatmodjo,
2005 : 13).
b) Pendidikan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri
dan lingkungannya, sehingga akan berbeda sikap orang yang
berpendidikan lebih tinggi dan berpendidikan rendah
c) Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi di masa lalu (Notoatmodjo, 2005 : 13).
d) Pekerjaan
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas daripada
seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja seseorang akan
banyak mempunyai informasi dan pengalaman.
e) Media Massa
Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam
media massa. Media massa tersebut merupakan alat saluran (channel)
untuk menyampaikan sejumlah informasi sehingga mempermudah
masyarakat menerima pesan. Dengan demikian akan mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru (Notoatmodjo, 2005 :
116).
f) Sosial Budaya
Kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia. Setiap generasi
selalu melanjutkan apa yang telah mereka pelajari dan juga apa yang
mereka sendiri tambahkan dalam budaya tersebut. Kebudayaan juga
sebagai jalan arah didalam bertindak dan berfikir sesuai dengan
pengalaman yang sudah dimilikinya. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pula pengetahuannya
c. Persepsi
1) Pengertian
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan.
Persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang
akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan,
memberi serta meraba (kerja indera) disekitar kita
Berdasarkan beberapa konsep persepsi yang dikemukakan diatas,
dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan stimulus sensoris terhadap
suatu obyek kemudian direspon melalui proses mengamati, mengetahui,
mengartikan serta menyimpulkan atau menafsirkan obyek tersebut untuk
disikapi.
2) Fungsi Persepsi
Menurut dalam bukunya yang berjudul ilmu perilaku dalam
pelayanan kesehatan, fungsi persepsi adalah sebagai berikut : 1)
Lokalisasi, adalah cara yang digunakan untuk bernavigasi didalam
lingkungan untuk mengetahui dimana obyek satu dari lainnya dan dari
latar belakang kemudian sistem perseptual dapat menentukan posisi
obyek. 2) Menentukan pengenalan pola (recognition). Recognition obyek
tergantung pada cabang sistem visual yang mencakup area penerima
kortikal untuk penglihatan dan daerah dekat dasar otak. (Willy F.
Maramis, 2006)
3) Proses Terjadinya Persepsi
Pertama terjadinya persepsi adalah karena adanya obyek / stimulus
yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indra (obyek tersebut
menjadi perhatian panca indra), kemudian stimulus/obyek perhatian tadi
dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya kesan atau jawaban (respons)
adanya stimulus, berupa kesan atau respon dibalikkan indra kembali
berupa tanggapan persepsi atau hasil kerja indra pengalaman hasil
pengolahan otak. Obyek / stimulasi Sensori diproses indra/input. Out-put
indra ke otak/pusat saraf berupa persepsi rangsangan pengalaman / respon.
Proses terjadinya persepsi ini perlu fenomena dan yang terpenting dari
persepsi ini adalah “Perhatian” atau “Attention”. Pengertian perhatian itu
sendiri adalah suatu konsep yang diberikan pada proses persepsi yang
menseleksi input-input tertentu untuk diikutsertakan dalam suatu
pengalaman yang kita sadari atau kenal dalam suatu waktu tertentu.
Perhatian sendiri mempunyai ciri khusus yaitu terfokus dan margin serat
berubah-ubah.
4) Pengalaman
“Pengalaman adalah guru yang baik” bunyi pepatah ini
menunjukkan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau
pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003). Biasanya pengalaman dapat berasal dari diri sendiri
maupun orang lain, oleh karena itu pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat karena dalam situasi yang melibatkan
emosi, penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama
berbekas.
5) Motivasi
Motivasi adalah suatu pernyataan yang komplit di dalam suatu
organisasi yang menggerakkan tingkah laku terhadap atau perangsang
(Suliha, 2001:59). Dengan demikian motivasi merupakan suatu proses
psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi
dan keperluan yang terjadi pada diri seseorang dan motivasi sebagai
proses psikologis yang timbul diakibatkan oleh faktor dari pada diri
seseorang itu sendiri yang disebut Instrinsik.
2. Faktor Ekstern
a. Sosial Budaya
Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban mengandung pengertian
yang luas meliputi pemahaman, perasaan suatu bangsa yang komplek meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan pembawaan
lain yang diperoleh dari masyarakat (Notoatmodjo, 1997:127-130).
b. Fasilitas Fisik
Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan perkara atau
kelancarana tugas sedangkan fasilitas merupakan faktor instrumental yang
terdiri dari perangkat kelas, seperti penyuluhan serta metode belajar mengajar
(Notoatmodjo, 1997).
c. Dukungan Keluarga
1) Pengertian
Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan memiliki bahwa
seseorang merupakan peserta aktif di dalam kegiatan sehari-hari.
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergantung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
meraka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
dalam perannya masing-masing menciptakan dan mempertahankan
kebudayaan (Nasrul, 1998).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian
dukungan keluarga adalah perasaan memiliki bahwa seseorang merupakan
peserta aktif di dalam kegiatan sehari-hari yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
perannya masing-masing menciptakan dan mempertahankan kebudayaan.
2) Fungsi Keluarga
Menurut Nasrul Effendi (1998) ada beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
1. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologi
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarganya.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa.
4. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, dijamin
hari tua dan sebagainya.
5. Fungsi Pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehiduoan dewasa yang akan datang.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan.
3) Jenis-jenis dukungan
Terdapat beberapa jenis dukungan yang dapat membantu
seseorang dalam menghadapi permasalahan hidup. menyebutkan beberapa
jenis dukungan diantaranya : 1) Dukungan Fisiologis memberikan
pertolongan dalam aktivitas-aktivitas sehari-hari yang mendasar seperti
dalam hal mandi, menyiapkan makan dan memperlihatkan gizi,
berpakaian, Toileting, menyediakan tempat tertentu atau ruangan khusus,
melewati lansia bila sakit, membantu melakukan kegiatan fisik sesuai
kemampuan seperti senam kegel, menciptakan lingkungan yang aman dan
lain-lain. 2) Dukungan Psikologis memberikan kasih sayang dan perhatian
pada anggota keluarga, memberikan rasa aman, membantu menyadari dan
memahami tentang identitasnya, meminta pendapat/melakukan diskusi,
meluangkan waktu sekedar bercakap-cakap, tetap menjaga komunikasi
yang baik dengan intonasi / nada bicara jelas, sebagainya. 3) Dukungan
sosial, menyarankan lansia untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti
pengajian, perkumpulan pensiun, arisan, mengingat jadwal posyandu
lansia dan control berobat, memberi kesempatan untuk memilih fasilitas
kesehatan sesuai keinginan sendiri, tetap menjaga interaksi dengan orang
lain dan memperhatikan norma-norma yang berlaku.
4) Sumber-sumber Dukungan
Dukungan dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik secara
langsung maupun tidak langsung. terdapat tiga komponen sumber
dukungan yaitu :
2. Sistem Pendukung informal meliputi keluarga dan teman-teman.
3. Sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat,
program medikasi dan kesejahteraan sosial.
4. Sistem pendukung semi formal meliputi bantuan-bantuan dan interaksi
sosial yang disediakan oleh organisasi lingkungan sekitar, seperti
perkumpulan gereja dan perkumpulan lainnya.
Dukungan diperlukan pada saat seseorang berinteraksi dengan
lingkungan. Dukungan dari keluarga, orang dekat akan menjadi hal yang
sangat terpenting yang dapat menghilangkan stress atau sebagai pemberi
semangat dalam hidupnya. Interaksi ini timbul bisa karena adanya
kesamaan latar belakang dan bisa dilanjutkan berinteraksi dengan keluarga
dan orang terdekat, ini adalah salah satu faktor positif yang turut
mendasari adanya interaksi sosial. Keluarga mempunyai pengaruh yang
cukup besar dan turut serat memberikan dukungan.
2.3.6 Macam-macam Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku dapat dibedakan menjadi :
1. Perubahan Perilaku secara Kuantitatif
Yang dimaksud dengan cara perubahan perilaku secara kuantitatif ialah
perubahan frekuensi yang sedang berjalan. Contoh : seorang ibu yang tadinya
menimbangkan anaknya hanya kalau dia sempat, kemudian berubah menjadi tiap
bulan menimbangkan anaknya ke posyandu. Perubahan perilaku secara kuantitatif
ini menjadi penting, kalau kita ingin meningkatkan atau menurunkan frekuensi
perilaku atau kebiasaan yang sudah ada.
2. Perubahan Perilaku secara Kualitatif
Ini menyangkut kejadian dimana terjadi pembentukan perilaku baru atau
menghilangnya perilaku yang sudah ada. Contoh : seorang bayi berhenti
merangkak dan mulai berjalan, sehubungan dengan kategori perubahan perilaku
secara kuantitatif dan kualitatif, tidak sepenuhnya terpisah satu sama lain. Ada
satu interaksi antara kedua kategori tersebut. Pendapat lain tentang perubahan
perilaku ini ialah bahwa seseorang merubah perilakunya melalui berbagai cara :
a. Dengan adanya Cognitive Dissonance
Yang dimaksud dengan Cognitive Dissonance disini ialah adanya satu
gangguan keseimbangan tentang kemantapan pengertian yang sudah dimiliki oleh
seseorang, jika yang bersangkutan menghadapi hal-hal baru.
b. Menurut Kelman ada (3) tiga cara perubahan perilaku, yaitu :
1) Karena terpaksa (Compliance)
Pada Compliance ini individu merubah perilakunya karena mengharapkan
akan memperoleh imbalan, baik materi maupun non materi. Memperoleh
pengakuan dari kelompoknya serta terhindar dari hukuman.
2) Karena ingin meniru atau ingin disamakan (Identication) pada cara ini
individu perilakunya karena ingin disamakan dengan seseorang yang
dikaguminya.
3) Karena menyadari manfaatnya (Internalization)
Pada cara ini, perubahan benar-benar mendasar artinya benar-benar menjadi
bagian hidupnya, karena itu perubahan melalui cara ini umumnya lestari,
perubahan seperti inilah yang diharapkan akan dicapai melalui pendidikan
kesehatan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai faktor-faktor yang
melatarbelakangi akseptor dalam memilih kontrasepsi suntik di Puskesmas
Pembantu Desa Sumber Anyar Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso.
3.2 Kerangka Konseptual
Faktor-faktor yang melatarbelakangi ibu dalam memilih kontrasepsi suntik :
Gambar 3.1 Bagan sistematis kerangka konseptual penelitian
Untuk memilih metode kontrasepsi, seseorang membutuhkan berbagai
macam pertimbangan. Menurut Hanafi faktor-faktor yang melatarbelakangi
seseorang memilih kontrasepsi antara lain faktor pasangan (8 faktor), faktor
kesehatan (5 faktor) dan faktor metode kontrasepsi (5 faktor). Dalam penelitian ini
peneliti ingin melihat factor pasangan yang meliputi umur, jumlah keluarga yang
diinginkan dan frekwensi senggama. Dari factor kesehatan meliputi status
kesehatan dan riwayat haid. Dan dari factor metode kontrasepsi adalah efek
samping. Semua faktor diatas mempengaruhi akseptor sehingga pada akhirnya
mereka memilih kontrasepsi suntik sebagai pilihannya.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi
ibu dalam memilih kontrasepsi suntik meliputi umur, jumlah anak yang
diinginkan, status kesehatan, riwayat haid, efek samping dan kualitas hubungan
seksual.
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional disajikan dalam tabel berikut ini :
No Variabel Definisi operasionalSkala data Alat ukur
Kreteria penilaian
1.
2.
3.
4.
Usia
Jumlah anak yang diiinginkan
Efek samping
Riwayat
Usia responden menurut ulang tahun terakhir
Keseluruhan jumlah anak yang diharapkan keluarga
Akibat yang ditimbulkan dari penggunaan KB Suntik
Keluhan yang dialami
Ordinal
Ordinal
Nominal
Nominal
KTP
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
1. <35th Dewasa
muda
2. >35th : Dewasa tua
1. 1-22. >2
▪ Ada▪ Tidak ada
▪ Ada▪ Tidak ada
5
6.
haid
Status kesehatan
Kualitas hubungan sexual
sebelum atau selama haid yaitu nyeri haidRiwayatkesehatan yang merupakan indikasi KB suntik
a. frekwensihubungan seksual dalam satu minggub. Kepuasan dalam berhubungan intim
Nominal
Ordinal
Interval
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
▪ Ada▪ Tidak ada
1. <3 kali2. >3 kali
1. Sangat puas2. Puas3. Cukup puas4. Kurang puas4. Tidak puas
3.5 Populasi, Sampling dan Sampel
3.5.1 Populasi
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua wanita usia
subur yang menjadi akseptor kontrasepsi suntik pada bulan Maret sampai bulan
Mei 2007 di Puskesmas Pembantu Desa Sumber Anyar Kecamatan Maesan
Kabupaten Bondowoso.
3.5.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi, yaitu semua wanita usia
subur yang menjadi akseptor KB suntik bulan Mei 2007.
3.5.3 Tekhnik Sampling
Pada penelitian ini menggunakan accidental sampling, ini dilakukan
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia, yaitu
semua wanita usia subur yang menjadi akseptor kontrasepsi suntik pada bulan
Mei 2007
3.6 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
3.6.1 Kriteria Inklusi
Kriteria responden yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
responden, meliputi :
a. Semua wanita usia subur yang menjadi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan
maupun 3 bulan yang datang untuk suntik di Puskesmas Pembantu Desa Sumber
Anyar pada bulan Mei 2007
b. Wanita usia subur yang menjadi akseptor kontrasepsi suntik yang bersedia
menjadi responden
3.6.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria responden yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi responden ,
meliputi :
a. Wanita usia subur yang menjadi akseptor kontrasepsi suntik yang tidak
bersedia menjadi responden.
3.7 Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang digunakan ada 2 cara yaitu :
3.7.1 Data primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden
pengambilannya dilakukan dengan cara memberikan kuesioner pada responden,
setelah itu peneliti memberikan penjelasan tentang tehnik pengisian kuesioner.
Selama pengisian kuesioner peneliti mendampingi sehingga apabila ada hal-hal
yang kurang jelas dapat langsung ditanyakan kepada peneliti. Setelah kuesioner
diisi oleh responden, dikumpulkan kembali pada peneliti untuk diperiksa.
Data yang diambil dari data primer adalah data mengenai usia akseptor,
jumlah anak yang diinginkan, riwayat haid, efek samping kontrasepsi yang
digunakan dan kualitas hubungan suami istri.
3.7.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari pengambilan data di Puskesmas Pembantu
Desa Sumber Anyar, data yang di ambil adalah jumlah wanita usia subur yang
menggunakan kontrasepsi suntik pada bulan Mei 2007.
3.8 Tehnik pengolahan data atau analisa data
3.8.1 Editing
Setelah kuesioner diisi oleh responden, data yang terkumpul tersebut
diperiksa kembali untuk memastikan seluruh jawaban yang terisi sesuai dengan
maksud pertanyaan.
3.8.2 Coding
Merupakan kegiatan merubah data dalam bentuk yang lebih singkat
dengan menggunakan kode-kode yang dimasukkan untuk mempermudah dalam
melakukan tabulasi dan analisa data
3.8.3 Transfering
Peneliti memindahkan semua jawaban kedalam tabel data penelitian
3.8.4 Tabulating
Peneliti menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dalam
persentase sesuai dengan karakteristik masing-masing responden.
Rumus :
P =
Xn
×100%
Keterangan :
P : Persentase hasil
X : Jumlah jawaban yang benar
n : Jumlah seluruh pertanyaan
3.8.5 Analisa data
Data yang diperoleh diolah dan dianalisa secara deskriptif untuk memproses
factor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih kontrasepsi suntik
seperti usia, jumlah anak yang diinginkan, efek samping, riwayat haid, status
kesehatan dan kualitas hubungan seksual.
Data yang diolah secara deskritif dengan menggunakan table distribusi
frekwensi.
3.9 Alat ukur yang digunakan
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, dikarenakan
lebih mudah dipahami oleh responden, karena responden hanya menyilang
jawaban dari pertanyaan yang peneliti ajukan dan jawaban sudah tersedia pada
lembar kuersioner. Data yang ditanyakan dalam kuesioner adalah data mengenai
usia akseptor, jumlah anak yang diinginkan, riwayat haid, efek samping
kontrasepsi yang digunakan dan kualitas hubungan suami istri.
3.10 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.10.1 Lokasi Penelitian
Lokasi : Puskesmas Pembantu Desa Sumber Anyar Kecamatan Maesan
3.10.2 Waktu Penelitian
Waktu Penelitian : Februari 2007 s/d Mei 2007
3.11 Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh
bertentangan dangan etika. Tujuan harus etis dalam arti hak responden harus
dilindungi . pada penelitian ini peneliti menyerahkan kepada Kepala Puskesmas
dan Kepala Desa untuk mendapatkan persetujuan masalah etika meliputi
3.11.1 Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)
Lembar persetujuan menjadi responden diberikan sesaat sebelum
responden diberi kuesioner. Jika responden bersedia maka diminta tanda tangan
dilembar persetujuan, tetapi jika tidak bersedia, peneliti harus menghormati hak
responden
3.11.2 Tanpa nama
Nama-nama ibu yang bersedia menjadi responden tidak perlu dicantumkan
pada lembar pengumpulan data.
3.11.3 Kerahasian
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan oleh responden dijaga
kerahasianya oleh peneliti.
3.12 Jadwal Kegiatan Penelitian
Jadwal penelitian terlampir
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini dipaparkan tentang hasil penelitian sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian yang ada pada bab pendahuluan. Secara jelas
paparan hasil penelitian ini disajikan mengenai hasil pengumpulan data dari
lembar kuesioner yang dilaksanakan di Puskesmas Pembantu Desa Sumber Anyar
Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso.
Hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu data umum
(karakteristik) dan data khusus (Faktor Pasangan meliputi usia, jumlah anak yang
diinginkan, kualitas hubungan seksual, Faktor Kesehatan meliputi status
kesehatan dan riwayat haid. Faktor Metode Kontrasepsi adalah efek samping)
Data tersebut kemudian di analisa serta diolah sehingga dapat ditampilkan
dalam bentuk tabel distribusi frekwensi sebagai berikut :
4.1.1 Data Umum
1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik responden akseptor kontrasepsi suntik dilihat dari segi usia
dapat kita lihat dalam tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Distribusi Frekwensi Akseptor Kontrasepsi Suntik Berdasarkan Kelompok Usia di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar pada bulan Mei 2007
No Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)1.2.3.4.5.
20 - 2526 – 3031 - 35
> 35<20
13271217
21,745201,611,7
Total 60 100
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kelompok usia responden terbanyak
antara 26-30 tahun (45 %), sedangkan jumlah yang terkecil adalah pada kelompok
usia >35 tahun (1,6 %).
2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik responden akseptor kontrasepsi suntik dilihat dari segi
pendidikan dapat kita lihat dalam tabel 4.2 :
Tabel 4.2 Distribusi Frekwensi Akseptor Kontrasepsi Suntik Berdasarkan Kelompok Pendidikan di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar pada bulan Mei 2007
No Pendidikan Jumlah Persentase (%)1.2.3.4.5.
SDSLTPSLTA
PTLain-lain (Tidak sekolah)
3211647
53,318,3106,711,7
Total 60 100
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden di
Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar berpendidikan SD (53,3 %) dan yang
berpendidikan PT / Perguruan Tinggi sebesar (6,7 %)
3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik responden akseptor kontrasepsi suntik dilihat dari segi
pekerjaan dapat kita lihat dalam tabel 4.3 :
Tabel 4.3 Distribusi Frekwensi Akseptor Kontrasepsi Suntik Berdasarkan Kelompok Pekerjaan di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar pada bulan Mei 2007
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)1.2.3.4.5.
SwastaPegawai Negri
TaniBuruh tani
Lain-lain (Tidak bekerja)
11421519
18,36,7358,331,7
Total 60 100
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah responden terbanyak pada
mata pencaharian tani (35 %) sedangkan jumlah responden terkecil adalah
bermata pencaharian pegawai negri (6,7 %).
4 Karakteristik Responden Berdasarkan usia saat Menikah
Karakteristik responden akseptor kontrasepsi suntik berdasarkan usia saat
menikah dapat kita lihat dalam tabel 4.4 :
Tabel 4.4 Distribusi Frekwensi Akseptor Kontrasepsi Suntik Berdasarkan Kelompok usia saat Menikah di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar pada bulan Mei 2007
No Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)1.2.3.4.5.
20 - 2526 – 3031 - 35
> 35<20
3661116
60101,71,726,6
Total 60 100
Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa usia saat menikah terbanyak pada
kelompok usia 20-25 tahun sedangkan pada usia 31-35 dan >35 tahun menempati
urutan terendah (1,7 %).
4.1.2 Data Khusus
Data khusus ini menyajikan faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor
untuk memilih kontrasepsi suntik yaitu Faktor Pasangan meliputi umur, jumlah
anak yang diinginkan, kualitas hubungan seksual, Faktor Kesehatan meliputi
status kesehatan dan riwayat haid. Faktor Metode Kontrasepsi adalah efek
samping
1 Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan Faktor Pasangan yaitu usia, jumlah anak yang
diinginkan dan kualitas hubungan intim (kualitas dan frekwensi)
a. Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan usia
Data tentang usia responden akseptor kontrasepsi suntik dapat kita lihat
dalam tabel 4.5 :
Tabel 4.5 Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan umur di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar pada bulan Mei 2007
No Umur (tahun) Jumlah Persentase (%)1.2.
< 35>35
591
98,31,7
Total 60 100
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa akseptor kontrasepsi suntik terbanyak
adalah pada kelompok usia <35 tahun (98,3 %) sedangkan yang berusia >35 tahun
hanya sebesar (1,7 %).
b. Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan jumlah anak yang diinginkan
Jumlah anak yang diinginkan oleh responden akseptor kontrasepsi suntik
dapat kita lihat dalam tabel 4.6 :
Tabel 4.6 Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan jumlah anak yang diinginkan di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar pada bulan Mei 2007
No Banyaknya Jumlah Persentase (%)1.2.
1-2>2
4911
81,718,3
Total 60 100
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa jumlah anak yang diinginkan
responden terbanyak adalah berjumlah 1-2 anak (81,7 %) sedangkan yang
memilih untuk memiliki anak >2 sebesar (18,3 %).
c. Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan frekwensi hubungan seksual
Banyaknya / frekwensi hubungan seksual responden akseptor kontrasepsi
suntik dalam 1 minggu dapat kita lihat dalam tabel 4.7 :
Tabel 4.7 Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan Frekwensi hubungan seksual dalam 1 minggu di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar pada bulan Mei 2007
No Banyaknya Jumlah Persentase (%)1.2.
<3 kali>3 kali
3822
63,336,7
Total 60 100
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa frekwensi hubungan seksual dalam 1
minggu terbanyak dilakukan <3 kali (63,3%) dan (36,7 %) responden melakukan
sebanyak >3 kali.
d Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan kepuasan dalam berhubungan intim
Kepuasan responden akseptor kontrasepsi suntik dalam berhubungan intim
dapat kita lihat dalam tabel 4.8 :
Tabel 4.8 Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan Kepuasan dalam berhubungan intim di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar pada bulan Mei 2007
No Kualitas Jumlah Persentase (%)1.2.34.5.
Sangat puasPuas
Cukup puasKurang puasTidak puas
1533273
25553,311,7
5Total 60 100
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa kepuasan berhubungan intim setelah
menggunakan kontrasepsi suntik terbanyak yaitu pada tingkat puas (55 %) dan
cukup puas berada pada jumlah terendah yaitu (3,3 %)
2. Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan Faktor Kesehatan yaitu status kesehatan dan riwayat
haid
a. Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan status kesehatan
Status kesehatan responden kontrasepsi suntik dapat kita lihat dalam tabel
4.9 di bawah ini :
Tabel 4.9 Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan Status Kesehatan di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar pada bulan Mei 2007
No Banyaknya Jumlah Persentase (%)1.2.
AdaTidak ada
1050
16,683,4
Total 60 100
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar (83,4 %) akseptor
kontrasepsi suntik tidak ada yang memiliki penyakit yang merupakan indikasi dari
KB suntik dan yang memiliki penyakit yang merupakan indikasi KB suntik
sebanyak (16,6 %).
b. Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan riwayat haid
Riwayat haid responden akseptor kontrasepsi suntik dapat kita lihat dalam
tabel 4.10 :
Tabel 4.10 Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan Riwayat Haid di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar pada bulan Mei 2007
No Banyaknya Jumlah Persentase (%)1.2.
AdaTidak ada
2139
3565
Total 60 100
Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa akseptor kontrasepsi suntik yang
tidak memiliki keluhan pada saat haid sebanyak (65 %) dan yang memiliki
keluhan saat haid sebanyak (35 %).
3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan Faktor Metode Kontrasepsi yaitu efek samping
a. Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan efek samping
Efek samping yang dirasakan responden akseptor kontrasepsi suntik dapat
kita lihat dalam tabel 4.11 :
Tabel 4.11 Distribusi Frekwensi Faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik berdasarkan Efek Samping di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar pada bulan Mei 2007
No Banyaknya Jumlah Persentase (%)1.2.
AdaTidak ada
3129
51,648,4
Total 60 100
Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa akseptor yang mengalami efek
samping setelah menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak (51,6 %) dan yang
tidak mengalami efek samping setelah menggunakan KB suntik sebanyak (48,4
%).
4.2 Pembahasan
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dijelaskan dalam bab satu,
maka pembahasan ini akan diuraikan tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi
akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik, yang meliputi umur, jumlah anak yang
diinginkan, efek samping, riwayat haid, status kesehatan, kualitas hubungan
seksual.
4.2.1 Faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan Faktor Pasangan yang terdiri dari umur, jumlah
anak yang diinginkan dan kualitas hubungan seksual
1. Faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan umur
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil penelitian sebagian besar
responden kontrasepsi suntik usianya <35 tahun. Sedangkan untuk akseptor yang
berusia >35 tahun jauh lebih sedikit. Usia <35 tahun adalah masa-masa paling
baik untuk wanita bereproduksi. Dalam bukunya Curtis mengatakan usia
mempengaruhi fertilitas (kesuburan), fertilitas mulai menurun saat wanita berusia
20 tahun. Dan menurun dengan cepat setelah anda berusia 35 tahun. Pasangan
yang lebih tua dari 35 tahun membutuhkan waktu dua kali lipat dari pasangan
yang lebih muda. (Curtis, Glade B, 2000). Oleh karena itu responden banyak yang
memilih KB suntik sebagai kontrasepsinya. Disamping harganya masih bisa
dijangkau, suami juga mendukung mereka menggunakan kontrasepsi suntik. Ini
terbukti dari jawaban responden terbanyak yang mengatakan jika mereka akan
memilih kontrasepsi terlebih dahulu berkonsultasi pada suaminya.
Hal tersebut sesuai dengan teori dari hasil penelitian yang terdahulu yaitu
usia para peserta kontrasepsi suntik dan pil dianjurkan pada usia <35 tahun karena
pada usia tersebut sudah mulai timbul berbagai faktor seperti tekanan darah tinggi,
kencing manis (DM). (Nurul chotimah, 2005)
Bila dilihat dari segi keuntungan yang diungkapkan oleh Saifuddin
menyatakan bahwa keuntungan dari kontrasepsi suntik progestin adalah meskipun
lebih baik digunakan oleh wanita yang berusia <35 tahun tetapi dapat juga
digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause. Dan untuk
suntikan kombinasi juga menyebutkan yang tidak boleh menggunakan suntikan
kombinasi adalah usia >35 tahun yang merokok, sedangkan yang usianya >35
tahun dan tidak merokok diperbolehkan mengikuti suntikan kombinasi.
(Saifudddin, 2003)
2. Faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan jumlah anak yang diinginkan
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden lebih
memilih memiliki anak 1-2 orang saja. Oleh karena itu mereka memilih
kontrasepsi suntik. Karena menurut mereka kontrasepsi suntik cara pemberiannya
aman, efektif dan relatif mudah. Disamping itu kontrasepsi suntik juga tepat
digunakan oleh responden yang mempunyai tujuan ingin mengatur jarak
kehamilan. Pada usia <35 tahun adalah saat yang tepat dimana wanita
menggunakan kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan, karena pada usia
tersebut alat-alat reproduksi masih berfungsi cukup baik untuk bereproduksi. Dari
hasil penelitian tujuan responden kontrasepsi suntik terbanyak adalah untuk
mengatur jarak kehamilan. Ini sesuai dengan teori pengertian kontrasepsi yaitu
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun
menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis,
menggunakan obat/alat, atau dengan operasi. Pemilihan jenis kontrasepsi
didasarkan pada tujuan penggunaan kontrasepsi yaitu: menunda kehamilan,
menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kesuburan. (Mansjoer, Arif, 1999)
Dari penelitian yang terdahulu justru menyimpulkan jumlah anak tidak
berpengaruh terhadap pemilihan dan penggunaan kontrasepsi hormonal (Nurul
chotimah, 2005) hal ini bertentangan dengan teori yang mengatakan jumlah anak
dapat mempengaruhi ibu dalam memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan
(Widyaningrum, 1999)
3. Faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasrkan kualitas hubungan seksual
a) Kualitas hubungan seksual dilihat dari frekwensi hubungan intim
dalam 1 minggu
Berdasarkan tabel 4.7 Setelah menggunakan kontrasepsi suntik responden
sebagian besar melakukan hubungan seksual <3 kali dan sebelum mereka
menggunakan kontrasepsi suntik frekwensi hubungan intim dalam 1 minggu
justru >3 kali. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari kontrasepsi suntik yang efek
sampingnya adalah terjadinya penurunan dorongan seksual (libido), hal ini
disebabkan karena efek dari progesteron terutama yang berisi 19-norsteroid
menyebabkan keadaan vagina kering. Namun demikian faktor psikis juga
berpengaruh dalam hal ini. Sebetulnya libido itu meningkat atau menurun sangat
subyektif sifatnya, oleh karena itu gejala ini harus diawasi dengan cermat dan
seksama untuk memastikan bahwa akseptor telah mengalami penurunan /
peningkatan libido.
Dalam sebuah buku dikatakan semua organ tubuh wanita yang berada
dibawah pengaruh hormon seks tentu dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh
kontrasepsi hormonal. Pada organ-organ tersebut akan terjadi perubahan-
perubahan tertentu, yang terjadinya sangat tergantung pada dosis, jenis hormon,
dan lama penggunaannya. Organ-organ tubuh yang paling banyak mendapat
pengaruh kontrasepsi hormonal adalah endometrium, miometrium, serviks dan
payudara. (Baziad, Ali, 2002)
Dalam bukunya Saifuddin mengatakan bahwa keuntungan kontrasepsi
suntik adalah tidak berpengaruh pada hubungan suami istri (Saifuddin, Abdul
Bari, 2003). Teori tersebut mengungkapkan bahwa kontrasepsi suntik tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri dilihat dari segi kenyamanan hubungan,
tetapi berpengaruh terhadap hubungan suami istri dari segi libido (dorongan
seksual). Karena itulah akseptor kontrasepsi suntik sebagian ada yang meningkat
libidonya dan sebagian orang ada yang libidonya menurun.
b) Kualitas hubungan seksual dilihat dari kepuasan dalam berhubungan
intim
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengatakan bahwa kualitas hubungan intimnya dengan suami berada pada tingkat
puas. Hal ini tidak jauh berbeda pada saat mereka belum menggunakan
kontrasepsi suntik, sebagian responden juga mengatakan kualitas hubungan intim
mereka sebelum menggunakan kontrasepsi suntik berada pada tingkat puas. Bila
dilihat dari frekwensi hubungan intim akseptor setelah mereka menggunakan
kontrasepsi suntik justru <3 kali sedangkan sebelum mereka menggunakan
kontrasepsi suntik frekwensi hubungan intim mereka dalam 1 minggu justru >3
kali. Mereka menganggap banyaknya frekwensi hubungan intim dalam 1 minggu
tidak berpengaruh pada kepuasan saat berhubungan. Meskipun frekwensi
berhubungan intim responden kebanyakan berkurang setelah menggunakan
kontrasepsi suntik, tetapi kualitasnya tetap sama seperti sebelum mereka
mengikuti kontrasepsi suntik, yaitu pada tingkat puas. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan keuntungan kontrasepsi suntik adalah tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri (Saifuddin, Abdul Bari, 2003).
4.2.2 Faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan Faktor Kesehatan yang terdiri dari status
kesehatan dan riwayat haid
1. Faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan status kesehatan
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa hampir semua responden status
kesehatannya baik. Mereka memilih menggunakan kontrasepsi suntik bukan
karena mereka memiliki penyakit yang merupakan indikasi dari KB suntik. Tetapi
memang karena mereka merasa cocok menggunakan kontrasepsi suntik dan
karena faktor-faktor yang lain selain status kesehatan. Tetapi ada juga akseptor
kontrasepsi suntik yang memiliki penyakit seperti tekanan darah tinggi,
tuberkolosis, tekanan darah rendah dan kencing manis. Responden mengatakan
mereka tetap menggunakan kontrasepsi suntik karena sudah mendapat
pemeriksaan dari petugas kesehatan bahwa mereka dapat tetap menggunakan
kontrasepsi suntik. Karena calon akseptor tidak dilakukan pemeriksaan secara
khusus, hanya dilakukan anamnesa dan pemeriksaan tekanan darah saja sehingga
tidak diketahui apakah klien benar-benar menderita penyakit tersebut. Yang
merupakan kontraindikasi dari kontrasepsi suntik.
Mereka tetap dapat menggunakan kontrasepsi suntik sesuai dengan saran
dari petugas kesehatan karena sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
keuntungan dari kontrasepsi suntik progestin adalah bisa digunakan pada wanita
dengan tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit, menggunakan obat untuk epilepsi( fenitoin dan
barbiturate) atau obat tuberkolosis( rifampisin) tapi tidak boleh digunakan oleh
wanita dengan diabetes mellitus disertai komplikasi (Saifuddin, 2003). Tetapi
tidak sesuai dengan kontraindikasi suntikan kombinasi yaitu yang tidak boleh
menggunakan suntikan kombinasi adalah wanita dengan riwayat penyakit jantung,
stoke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg), riwayat kelainan
tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun. Apabila klien sedang
menggunakan obat-obatan tuberkolosis atau epilepsi, obat-obatan tersebut dapat
mengganggu efektifitas kontrasepsi yang sedang digunakan (Saifuddin, 2003).
2. Faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan riwayat haid
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
tidak ada masalah / keluhan dengan riwayat haidnya. Responden kebanyakan
memilih kontrasepsi suntik tidak ada masalah dengan riwayat haidnya. Tetapi ada
juga sebagian kecil responden yang ada keluhan dengan riwayat haidnya seperti
(nyeri haid hebat, haid tidak teratur, jumlahnya kadang sedikit kadang banyak)
tetapi mereka justru tetap memilih menggunakan kontrasepsi suntik. Padahal
mereka sendiri tahu salah satu efek samping dari kontrasepsi suntik adalah siklus
haid menjadi tidak teratur. Untuk yang memiliki riwayat haid (nyeri haid) ataupun
untuk mereka yang ingin siklus hainya teratur / tidak tergangggu mereka tetap
memilih menggunakan kontrasepsi suntik. Karena kontrasepsi suntik
keuntungannya adalah mengurangi nyeri saat haid dan tetap mengalami
menstruasi setiap bulannya walaupun kadang hanya sedikit, terutama suntikan
kombinasi.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa keuntungan kontrasepsi suntik
kombinasi adalah mengurangi jumlah pendarahan, mengurangi nyeri saat haid,
dan mencegah anemia (Saifuddin, Abdul Bari, 2003)
Dalam bukunya Ali mengatakan pemberian kontrasepsi hormonal dapat
menyebabkan perubahan terhadap sekresi steroid seks dari ovarium sehingga
keluhan-keluhan yang timbul sebelum atau selama haid seperti nyeri haid
(dismenorea), sindroma prememenstrual (PMS) dan mastodini (nyeri payudara)
dapat diobati dengan pemberian kontrasepsi hormonal.(Baziad, Ali, 2002)
Hal ini juga tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa yang boleh
menggunakan kontrasepsi suntikan adalah wanita yang mengalami anemia, nyeri
haid hebat, dan haid yang teratur. Justru setelah menggunakan kontrasepsi suntik
pola / riwayat haid akan berubah. Ini sesuai dengan teori yang mengatakan
kerugian dari kontrasepsi suntik adalah terjadi perubahan pada pola haid seperti
haid tidak teratur, perdarahan bercak/spotting atau perdarahan sela sampai 10 hari.
(Saifuddin, 2003)
4.2.3 Faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan Faktor Metode Kontrasepsi yaitu efek samping
1. Faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik berdasarkan efek samping
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengalami efek samping setelah mengikuti kontrasepsi suntik. Tapi mereka
mengatakan tetap akan menggunakan kontrasepsi suntik walaupun harus
mengalami efek samping, ini dikarenakan menurut mereka efek samping yang
mereka alami dari penggunaan kontrasepsi suntik tidak terlalu berat. Bahkan ada
sebagian responden yang menganggap efek samping kenaikan berat badan adalah
tanda bahwa seseorang itu cocok menggunakan kontrasepsi suntik. Karena
sebagian orang memilih menggunakan kontrasepsi suntik justru karena mereka
ingin gemuk. Penambahan berat badan ini bersifat sementara sementara dan
individu (tidak terjadi pada semua pemakai suntikan, tergantung reaksi tubuh
wanita itu terhadap metabolisme progesteron). Sebagian klien malah menganggap
hal ini sebagai keuntungan (Dinkes, 1999).
Menurut jawaban dari responden, efek samping terbanyak yang dialami
responden adalah kenaikan berat badan dan haid yang tidak teratur. Kenyataan
diatas sesuai dengan teori yang mengatakan salah satu kerugian dari KB suntik
adalah permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering. Penyebab
dari perubahan berat badan tersebut belum terlalu jelas. Terjadinya kenaikan berat
badan kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah
perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak dibawah kulit
bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan
bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat
menyebabkan berat badan bertambah(Dinkes, 1999).
Efek samping lainnya yang sering terjadi adalah gangguan siklus haid
(haid yang tidak teratur). Penyebabnya adalah karena adanya ketidakseimbangan
hormon sehingga endometrium mengalami perubahan histologi. Keadaan amenore
disebabkan atropi endometrium. Tetapi efek samping kenaikan berat badan dan
gangguan siklus haid tersebut masih normal atau tidak perlu dikhawatirkan bila
kenaikan berat badan rata-rata untuk setiap tahunnya antara 2,3 – 2,9 (menurut
hasil penelitian depo provera) dan berat badan berkurang setiap tahunnya rata-rata
1,6 – 1,9 kg (menurut hasil penelitian depo provera). Sedangkan untuk gangguan
siklus haid, amenore (tidak haid) bukan suatu yang abnormal dan biasa terjadi
pada kontrasepsi suntikan pada 2-3 bulan pertama. (Dinkes, 1999).
Kenyataan diatas sesuai dengan teori bahwa kerugian dari kontrasepsi
suntik suntik adalah terjadi perubahan pada pola haid seperti tidak teratur,
perdarahan bercak/spotting atau perdarahan sela sampai 10 hari dan keluhan akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga. (Saifuddin, Abdul Bari, 2003)
Kenyataan diatas tidak sesuai dengan teori yang mengatakan timbulnya
berbagai jenis efek samping merupakan alasan yang dipakai oleh kebanyakan
wanita untuk menghentikan penggunaan kontrasepsi hormonal. (Baziad, Ali,
2002)
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini peneliti masih jauh dari sempurna dilihat
dari pemilihan desain penelitian adalah deskriptif yang digunakan untuk
memperoleh gambaran faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk
memilih kontrasepsi suntik. Sampel yang digunakan juga masih perlu diperbanyak
sehingga generalisasinya dapat diperluas, disamping itu instrumen penelitian yang
berupa kuesioner tidak diujikan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 60 responden di
Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar Kecamatan Maesan Kabupaten
Bondowoso dapat disimpulkan bahwa :
5.1.1 Faktor Pasangan
1. Usia responden akseptor kontrasepsi suntik terbanyak yaitu pada
kelompok usia < 35 tahun.
2. Jumlah anak yang diinginkan oleh responden dan suaminya terbanyak
adalah 1-2 anak.
3. - Frekwensi hubungan seksual responden dalam 1 minggu setelah
meggunakan kontasepsi suntik terbanyak yaitu pada frekwensi <3 kali.
- Kualitas hubungan intim akseptor setelah menggunakan kontrasepsi
suntik terbanyak adalah pada tingkat puas.
5.1.2 Faktor Kesehatan
1. Sebagian besar responden status kesehatannya tidak ada yang memiliki
penyakit yang merupakan indikasi KB suntik.
2. Responden akseptor kontrasepsi suntik terbanyak tidak memiliki keluhan
dengan riwayat haidnya.
5.1.3 Faktor Metode Kontrasepsi
1. Responden yang mengalami efek samping setelah mengikuti KB suntik
lebih banyak dari pada yang tidak mengalami efek samping.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Akademi Kebidanan Widyagama
Husada – Malang
Institusi pendidikan sebagai tempat dalam menempuh ilmu pendidikan,
diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
tambahan materi dalam mata kuliah pelayanan KB yang berjumlah 3 SKS
yang diberikan pada kuliah semester 4 khususnya mengenai KB suntik.
5.2.2 Bagi Puskesmas Pembantu
Bagi petugas kesehatan hendaknya memberikan penyuluhan, KIE, leaflet
atau brosur tentang kontrasepsi khususnya suntik saat posyandu di dusun
krajan yang tepatnya pada hari rabu minggu pertama. Penyuluhan
disampaikan oleh petugas kesehatan dan sasarannya adalah ibu-ibu yang
baru melahirkan maupun yang telah memiliki anak balita. Materinya
adalah tentang kontrasepsi juga menekankan kepada calon akseptor
maupun akseptor bahwa semua kontrasepsi memiliki keuntungan dan
kerugian masing-masing selain itu untuk menjadi akseptor harus
mengetahui apa saja yang menjadi indikasi, kontra indikasi dan efek
samping dari KB yang dipilihnya. Sehingga dikemudian hari tidak ada
rasa penyesalan karena mereka benar-benar mantap dengan KB
pilihannya.
5.2.3 Bagi peneliti selanjutnya
Dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut yaitu tentang
faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor untuk memilih kontrasepsi
suntik sehingga untuk penelitian selanjutnya penelitian ini bisa lebih
disempurnakan lagi.
1.2.4 Bagi masyarakat
Pemerintah hendaknya menginformasikan tentang Keluarga Berencana
khususnya KB suntik kepada masyarakat melalui media massa seperti
koran, majalah, televisi ataupun radio sehingga masyarakat dapat
memahami semua hal tentang kontrasepsi baik macam-macam
kontrasepsi, keuntungan, kerugian, indikasi, kontra indikasi, efek samping
dan cara kerja dari kontrasepsi tersebut. Selain itu dapat juga
diinformasikan untuk tempat-tempat pelayanan KB yang bisa mereka
datangi seperti PUSTU (puskesmas pembantu), puskesmas, klinik KB,
polindes, atau masyarakat juga bisa mendapatkan kontrasepsi di apotik.
Sehingga diharapkan masyarakat dapat membantu program pemerintah
dalam bidang Keluarga Berencana yang tujuannya mengendalikan
pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang saat ini semakin tak
terkendali.
1.2.5 Bagi akseptor / Calon akseptor
Untuk akseptor atau calon akseptor seperti ibu hamil yang usia
kehamilannya sudah trimester 3, ibu yang baru habis melahirkan dan bagi
calon pengantin yang masih ingin menunda kehamilan hendaknya lebih
mencari informasi tentang berbagai macam kontrasepsi. Perlu diketahui
segala hal tentang kontrasepsi yang cocok untuknya. Dan syarat-syarat apa
saja yang harus dipenuhi untuk mengikuti suatu metode kontrasepsi.
Sehingga dikemudian hari tidak akan ada penyesalan dan kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Biran, 2006, Kontrasepsi Oral KB Paling Efektif, diakses tanggal 20 Pebruari 2007 dari www. Replubika. Co.id/suplemen/cetak.detail
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian Suatu pendekatan praktek. Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Baziad, Ali. (2002). Kontrasepsi Hormonal. Jakarta, YBP-SP.
Chotimah, Nurul. (2005). Pengaruh faktor predisposisi pasangan usia subur terhadap pemilihan kontrasepsi hormonal. Malang, AKBID Widyagama Malang
Dinkes. (1999). Pedoman Penanggulanhan Efek Samping Atau Komplikasi Kontrasepsi. Jakarta, Dinkes
Effendi, N. (1998). Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, EGC
Hartanto, Hanafi. (2002). Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Manuaba. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius.
Notoatmodjo, S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta, PT. Rineka Cipta
Nursalam dan Pariani, S. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Surabaya, Universitas Airlangga.
Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT. Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT. Rineka Cipta
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta, Salemba Medika.
Prawirohardjo, S. (1999). Ilmu Kandungan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Saifuddin, Abdul Bari. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Suliha, U. (2001). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta, EGC.
Susilawati. (2005). Kontrasepsi tidak Tepat, Sebabkan infertilitas. diakses tanggal 10 Juli 2007 dari www. Pikiran rakyat. Co. Id
Widyaningrum, A.(1999). Kualitas pelayanan kelarga berencana dalam perspektif klien. Yogyakarta, Gajahmada Universitas Press
KUESIONER
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR UNTUK
MEMILIH KONTRASEPSI SUNTIK
DI PUSKESMAS PEMBANTU DESA SUMBER ANYAR KEC. MAESAN
No. Responden :
Alamat :
Tanggal Pengisian :
1. Karakteristik Responden
1. Berapa usia ibu saat ini ?
a. 20 - 25 thn d. <35 thn
b. 26 - 30 thn e. Lain-lain………
c. 31 – 35 thn
2. Pendidikan ibu terakhir ?
a. SD d. PT
b. SLTP e. Lain-lain………
c. SLTA
3. Apa pekerjaan ibu saat ini?
a. Swasta d. Buruh tani
b. Pegawai negri e. Lain-lain………
c. Tani
4.Berapa usia ibu saat pertama kali menikah ?
Petunjuk Pengisian :1. Bacalah setiap pertanyaan yang tersedia dengan seksama2. Pilih salah satu jawaban yang benar menurut ibu3. Berikan tanda silang ( X ) pada huruf : a, b,c,d atau e sesuai
dengan pilihan jawaban ibu,jika tidak ada dalam pilihan maka silahkan mengisi di pilihan e (lain-lain)
4. Jawaban tidak boleh lebih dari satu
a. 20 - 25 thn d. <35 thn
b. 26 - 30 thn e. Lain-lain………
c. 31 – 35 thn
2. Faktor-faktor pemilihan kontrasepsi
a. Faktor Pasangan
5. Berapa jumlah anak yang diinginkan ibu dan suami ?
a. 1 d. >3
b. 2 e. Lain-lain……….
c. 3
6. Sebelum menggunakan kontrasepsi suntik efek samping apa yang pernah
ibu alami dengan kontrasepsi lain
a. Tidak ada d. Kenaikan berat badan
b. Infeksi e. Lain-lain………
c. Haid yang tidak teratur
7. Sebelum ibu meggunakan KB suntik apakah ibu pernah mengalami
kegagalan dengan KB yang lain ?
a. Tidak pernah
b. Pernah, sebutkan ……..
8. Dalam memilih KB ibu berkonsultasi atau meminta saran pada siapa ?
a. Suami d. Bidan
b. Keluarga e. Lain-lain………...
c. Tetangga
9. Apa yang suami ibu harapkan dari KB yang ibu gunakan ?
a. Tidak mengganggu hubungan seksual d. Suami tidak alergi
b. Tidak membuat gemuk e. Lain-lain………..
c. Tidak mahal
10. Apakah suami ibu fanatik terhadap suatu jenis KB tertentu ?
a. Iya
b. Tidak
b. Faktor Kesehatan
11. Saat ini apakah ibu sedang menderita suatu penyakit, seperti dibawah ini ?
Tekanan darah tinggi, TBC, Tekanan darah rendah dan Kencing manis
a. Pernah
b. Tidak pernah
12. Apakah dalam riwayat haid ibu memiliki keluhan (seperti nyeri haid hebat,
haid tidak teratur, jumlahnya kadang banyak kadang sedikit) sehingga ibu
memilih untuk menggunakan KB suntik ?
a. Iya
b. Tidak
13. Apakah di dalam keluarga ibu ada yang menggunakan KB suntik ?
a. Ada
b. Tidak ada
c. Faktor Metode Kontrasepsi
14. Apakah tujuan ibu mengikuti program KB ?
a. Ingin menunda kehamilan d. Tidak tau
b. Ingin mengatur jarak kehamilan e Lain-lain………….
c. Tidak ingin hamil lagi
15. Efek samping apa yang pernah dirasakan ibu selama menggunakan KB
suntik ?
a. Tidak pernah d. Haid yang tidak teratur
b. Mual e. Lain-lain…………..
c. Penambahan berat badan
16. Menurut ibu KB yang paling murah itu apa ?
a. KB pil d. KB implan (susuk)
b. KB suntik e. Lain-lain…………..
c. KB IUD (spiral)
17. Apakah menurut ibu KB suntik itu murah atau masih bisa dijangkau ?
a. Iya
b. Tidak
18. Bagaimana kualitas hubungan intim ibu dan suami sebelum menggunakan
kontrasepsi suntik ?
a. Sangat puas d. Sangat tidak puas
b. Puas e. Lain-lain……….
c. Kurang puas
19. Bagaimana kualitas hubungan intim ibu dan suami sesudah menggunakan
kontrasepsi suntik ?
a. Sangat puas d. Sangat tidak puas
b. Puas e. Lain-lain……….
c. Kurang puas
20. Sebelum ibu menggunakan kontrasepsi suntik berapa frekwensi hubungan
intim ( banyaknya berhubungan intim) dalam satu minggu ?
a. <3 kali
b. >3 kali
21. Setelah ibu menggunakan kontrasepsi suntik berapa frekwensi hubungan
intim ( banyaknya berhubungan intim) dalam satu minggu ?
a. <3 kali
b. >3 kali
Malang, April 2007
Kepada :
Yth : Saudari
Di tempat
Saya yang bertanda tangan di bawah ini memberikan ijin tempat penelitian
di Desa Sumber Anyar Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso Kepada :
Nama : Rina Jayanti
NIM : 0403.32
Status : Mahasiswa Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang
Dengan judul penelitian : Kajian Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Akseptor Memilih Kontrasepsi Suntik di Puskesmas Pembantu Desa Sumber
Anyar Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso.
Demikian surat pemberian ijin ini saya buat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar
(Ny. Marsini)
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
(Informed Consent)
Yang bertanda-tangan di bawah ini,
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, maka saya,
Bersedia / Tidak Bersedia
Untuk berperan serta sebagai responden.
Apabila sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya
akan bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut di
kemudian hari.
Malang,
Yang menyatakan,
(Tanda Tangan)
Keterangan :
*coret yang tidak dipilih
Pengantar Informed Consent
Perkenalkan Saya
Nama : Rina Jayanti
Status : Mahasiswa Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang
Tujuan : Ingin mengadakan penelitian dengan judul : “Kajian Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor Memilih Kontrasepsi
Suntik”.
Apabila ibu tidak keberatan, mohon mengisi lembar pernyataan Informed Consent
(terlampir). Adapun identitas dan hasil isian kuesioner ibu akan kami jaga
kerahasiaannya.
Peneliti,
Rina Jayanti
Nim. 0403. 32
STUDI PENDAHULUAN
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir bagi mahasiswa Akademi Kebidanan
Widyagama Husada Malang, maka dilakukan penelitian yang dalam hal ini saya
adakan di Puskesmas Pembantu Ds. Sumber Anyar Kecamatan Maesan Kab.
Bondowoso.Untuk itu saya mohon bantuan pada ibu-ibu untuk menjawab
pertanyaan yang akan saya tanyakan langsung pada ibu. Atas bantuannya saya
ucapkan terima kasih.
1. Apakah ibu mengikuti KB suntik ?
2. Apakah sebelumnya ibu pernah menggunakan jenis KB yang lain ?
jika pernah KB apa?
3. Sudah berapa lama ibu mengikuti KB suntik ?
4. Mengapa ibu memilih untuk mengikuti KB suntik ?
5. Apakah suami ibu mendukung ibu menggunakan KB suntik ?
6. Apakah ibu pernah mengalami efek samping dari KB suntik ? jika
ada sebutkan !
7. Darimana ibu memperoleh informasi tentang KB suntik ?
8. Apakah ibu merasa mantap telah memilih KB suntik ?