KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Triwulan III - 2011
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan
Kantor Bank Indonesia Banjarmasin
Triwulan III - 2011
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
i i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III-2011 ini dapat kami sajikan kepada pembaca sekalian. Publikasi rutin triwulanan ini berisi informasi terkini dan analisis kondisi ekonomi regional Kalimantan Selatan yang meliputi perkembangan dan arah pertumbuhan ekonomi, inflasi, kinerja perbankan dan sistem pembayaran, serta keuangan pemerintah daerah dan indikator kesejahteraan.
Selanjutnya dapat kami informasikan bahwa berdasarkan data sementara BPS, perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 masih tumbuh cukup tinggi yakni 5,77% (yoy), namun melambat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,37% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi terpengaruh oleh melambatnya investasi. Sementara itu dari sisi penawaran, kinerja sektor pertambangan dan pertanian yang belum optimal menjadi penghambat laju pertumbuhan pada triwulan laporan.
Kabar menggembirakan datang dari pergerakan inflasi yang tercatat sangat rendah yakni pada level 4,59% (yoy) jauh di bawah perkiraan kami sebelumnya sebesar 5,8%±1%. Pasokan pangan strategis yang relatif terjaga, khususnya karena panen padi yang pada tahun ini diperkirakan mengalami peningkatan hingga 8% menjadi kunci utama turunnya inflasi triwulan laporan. Penurunan inflasi yang merupakan kelanjutan dari triwulan sebelumnya ini menambah optimisme kami terhadap pencapaian target inflasi Kalimantan Selatan sebesar 5% + 1% (yoy) hingga akhir tahun 2011 nanti.
Secara umum, berdasarkan berbagai indikator yang ada, kinerja perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 cukup menggembirakan. Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain kualitas kredit membaik, sebagaimana tercermin dari penurunan rasio NPL dari 2,77% menjadi 2,60%.
Transaksi uang tunai melalui Kantor Bank Indonesia Banjarmasin secara keseluruhan mengalami net-inflow. Sedangkan transaksi non-tunai diwarnai oleh peningkatan volume transaksi, khususnya yang melalui sistem Real Time Gross Settlement (RTGS). Pada triwulan ini, kami juga mencatat adanya pencapaian baru pada transaksi RTGS yang membukukan nilai tertinggi sepanjang sejarah transaksi RTGS di Kalimantan Selatan, yaitu sebesar Rp42,22 triliun. Hal tersebut mengkonfirmasi semakin membaiknya perekonomian Kalimantan Selatan.
Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi akan diwarnai oleh pertumbuhan ekonomi yang relatif moderat dengan laju inflasi yang lebih rendah dibanding triwulan III-2011. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
ii
triwulan IV-2011 diperkirakan bergerak pada kisaran 5,6%-6,1% (yoy). Komponen ekspor dan pengeluaran pemerintah diperkirakan menopang pertumbuhan pada triwulan laporan. Di sisi penawaran, kinerja sektor pertambangan diperkirakan menopang pertumbuhan seiring tingginya permintaan batubara dari dalam dan luar negeri. Sementara itu, panen padi yang masih berlangsung hingga akhir tahun, diperkirakan menjaga inflasi untuk tetap bergerak turun yakni pada kisaran 4,13% + 1% (yoy).
Kami menyadari bahwa penyempurnaan yang telah kami upayakan masih jauh dari cukup. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan publikasi ini. Tak lupa kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi setiap langkah baik yang kita upayakan.
Banjarmasin, November 2011 BANK INDONESIA BANJARMASIN
Khairil Anwar Pemimpin
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
iii iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... iii KETERANGAN DAN SUMBER DATA ....................................................... v TABEL INDIKATOR TERPILIH ................................................................... vii RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………………… 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL .................... 9
1. Sisi Permintaan .......................................................................... . 10 2. Sisi Penawaran ……………………………………….……............. 17
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI ……….………… ................................ 25 1. Kondisi Umum …………………………………….…………. ........ 25
1.1 Sisi Produksi .................................................................... 27 1.2 Sisi Pasokan ..................................................... .................... 27 1.3 Sisi Distribusi ....................................................................... 28
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi…………….…………. . 29 2.1 Inflasi Volatile Food ............................................................. 29 2.2 Inflasi Administered Price ..................................................... 31 2.3 Inflasi Inti ............................................................................. 32
3. Inflasi Pedesaan ………….…….. ................................................. 34 Boks 1. Aksi Bersama Jelang Ramadhan dan Puasa ..................... 37
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN ………………………….............. 39
1. Perkembangan Bank Umum.................................. ...................... 39 1.1 Perkembangan Volume Usaha dan Kelembagaan Bank Umum .................................................................... 39
1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat .................................... .. 40 1.3 Penyaluran Kredit ............................................................ 42
1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit .................................... . 44 1.5 Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah.................................... 45
2. Perkembangan Bank Syariah ........................................... ........... 47 3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ......................... ............ 49 4. Perkembangan Sistem Pembayaran ......................... .................... 51
4.1 Transaksi Pembayaran Tunai.............................................. 51 4.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai.................................... .. 55
BAB 4. KEUANGAN DAERAH ………………………... .............................. 59 1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah .............................................. 60
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
iv
2. Realisasi Belanja Daerah.......................... ................................... 63
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.... 67 1. Ketenagakerjaan …....……. ......................................................... 67 2. Kesejahteraan .......... ................................................................... 69
BAB 6. PROSPEK EKONOMI ............................................................. 73
1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi …....……. .............................. 73 2. Perkiraan Inflasi .......... ................................................................ 75
LAMPIRAN ...................................................................... .................. 77
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
v
KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Banjarmasin. Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar
tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen
Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Bagian PDIE-Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh
lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei BI Banjarmasin khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.
Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang
berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KBI Banjarmasin . Untuk data transaksi tunai bersumber dari Direktorat Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring Bank Indonesia Banjarmasin.
Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan. Bab V Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil SKDU BI Banjarmasin.
Bab VI Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi
dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KBI Banjarmasin. Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian diantaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011 vi
Visi Bank Indonesia Menjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan Misi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Mendukung pencapaian kebijakan BI di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
vii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB
TW - I TW - II TW - III
119.4 130.22 130.83 131.84 134.133.86 9.06 7.95 5.75 4.59
Pertanian 7087.24 7259.48 1258.01 2110.2 2445.8Pertambangan & Penggalian 6331.87 6811.2 1715.51 1821.1 1910.69Industri Pengolahan 3157.34 3247.97 825.63 830.04 853.9Listrik, Gas, & Air Bersih 144.31 155.553 40.01 41.13 42.39Bangunan 1603.46 1707.34 416.61 429.71 463.49Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4426.98 4731.9 1196.37 1257.9 1327.28Pengangkutan dan Komunikasi 2522.35 2684.84 681.51 697.79 735.29Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1175.55 1260.12 324.78 330.78 341.69Jasa 2602.54 2815.7 668.29 747.43 817.35
5.29% 5.58% 5.99% 6.37% 5.77%5,446 5616.29 1,818 2,574 2,501
85,095 86275.9 24,417 30,667 31,266 658.91 467.047 158.66 139.24 146.96251.51 249.451 46.09 70.97 59.78
TAHUN 2010
Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
INDIKATOR TAHUN 2009
IHK BanjarmasinInflasi Banjarmasin (y-o-y)PDRB Harga Konstan (Rp Miliar)
Pertumbuhan PDRB (y-o-y)Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)
2011
MAKRO
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011 viii
b. Perbankan
TW I TW II TW III
21,544 26,169 27,305 29,005 31,357 17,782 21,307 21,957 23,820 25,717 4,188 4,304 5,307 5,832 6,326 9,765 12,056 11,788 12,574 13,622 3,829 4,947 4,862 5,415 5,770
17,508 20,089 22,551 23,876 25,787 6,114 7,076 7,167 7,629 8,262 5,297 5,785 6,781 7,015 7,602 6,098 7,229 8,604 9,232 9,922
98.46% 94.28% 102.71% 100.23% 100.27%13,706 17,107 17,699 18,884 19,971 4,861 6,199 6,257 6,736 7,119 3,603 4,376 4,603 4,855 5,351 5,243 6,532 6,839 7,293 7,501
77.08% 80.29% 80.61% 79.28% 77.66%
3,612 3,384 4,112 4,153 4,390 Modal Kerja 486 308 722 641 745 Investasi 163 154 148 161 176 Konsumsi 2,963 2,922 3,243 3,351 3,470
4,033 5,189 5,963 6,487 7,706 Modal Kerja 1,043 1,068 1,114 1,220 1,523 Investasi 288 380 358 401 493 Konsumsi 2,701 3,740 4,491 4,866 5,690
2,757 2,184 3,228 3,492 4,257 Modal Kerja 1,706 2,190 2,096 2,220 2,516 Investasi 688 740 724 790 1,022 Konsumsi 363 473 407 482 719
10,402 11,976 13,303 14,131 16,354 2.14% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60%
Total Asset 272 371 417 452 422 168 192 232 280 264 63 77 84 85 91
105 115 148 195 173 209 264 319 354 310 61 73 81 86 75
111 145 191 215 189 37 46 47 52 46
5.76% 3.11% 3.82% 3.77% 6.58%124.28% 136.99% 137.61% 126.31% 117.51%
Total Kredit UMKM
Deposito
Modal KerjaInvestasi
INDIKATOR
DPKTotal Asset
GiroTabungan
Kredit - Lokasi Proyek
Kredit - Lokasi Bank
Kredit Menengah
Kredit UMKM - Lokasi ProyekKredit Mikro
Kredit Kecil
Konsumsi
LDR
NPL
NPL
InvestasiKonsumsi
DPKTabunganDeposito
Kredit lokasi bankModal Kerja
BPR
20102009
PERBANKANBank Umum (Rp miliar)
2011
LDR
Modal KerjaInvestasiKonsumsiLDR
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
ix
c. Sistem Pembayaran
IndikatorTw.II-2010
Tw.III-2010
Tw.IV-2010
Tw.I-2011
Tw.II-2011
Tw.III-2011
Posisi Kas Gabungan (Rp miliar)
1,537 1,485 2,364 1,749 2,121 3,761
Inflow (Rp miliar) 658 1,518 936 1,170 991 1,883 Outflow (Rp miliar) 879 1,444 1,427 579 1,130 1,878 Pemusnahan Uang (Rp miliar)
544 1,209 1,012 761 761 705
Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar)
31,632 24,127 32,483 37,405 37,762 42,223
Volume Transaksi RTGS (ribu lbr)
40 42 49 43 44 47
Nominal Kliring (Rp Miliar)
3,372 3,716 3,762 3,860 4,276 3,252
Volume Kliring (ribu lbr) 79 77 80 79 83 58 Rata-rata Harian Nominal Kliring
54.39 59.94 59.71 59.38 70.09 53.17
Rata-rata Harian Volume Kliring
1.27 1.24 1.27 1.22 1.36 2.43
Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar)
85 152 101 88 120 82
Volume Kliring Pengembalian (lembar)
1,342 1,793 2,038 1,791 1,838 1,300
Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar)
1.13 2.00 1.35 1.17 1.96 1.38
Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar)
18 24 27 24 30 22
Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong (Rp miliar)
1.30 2.04 1.00 1.13 1.72 1.18
Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong
20 22 20 22 25 18
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada
triwulan III-2011 masih mencatat laju pertumbuhan
yang positif sebesar 5,77% (yoy), meskipun akselerasinya
lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 6,37% (yoy). Dari sisi permintaan, komponen
investasi menjadi komponen yang mempengaruhi belum
optimalnya kinerja ekonomi di triwulan laporan. Namun
demikian, masih relatif stabilnya konsumsi masyarakat,
serta peningkatan kinerja pada komponen lainnya mampu
menjaga laju pertumbuhan ekonomi pada level cukup
baik. Sementara secara sektoral, belum optimalnya kinerja
sektor pertanian dan sektor pertambangan mempengaruhi
melambatnya kinerja perekonomian.
Pasa komponen konsumsi rumah tangga, laju
pertumbuhan pada triwulan III-2011 mencapai 5,33%
(yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 5,36% (yoy). Adanya berbagai
ketidakpastian terhadap kondisi perekonomian antara lain
kekhawatiran imbas krisis ekonomi global, rencana
pembatasan dan kenaikan harga BBM diperkirakan
menjadi faktor yang mempengaruhi terbatasnya konsumsi
oleh masyarakat. Relatif terbatasnya konsumsi masyarakat
terindikasi dari turunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
dan melambatnya penjualan kendaraan bermotor.
Sementara, laju pertumbuhan konsumsi pemerintah di
triwulan III-2011 mencatat pertumbuhan 12,33%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
Pada triwulan III-2011, ekonomi Kalimantan Selatan tumbuh 5,77% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,37% (yoy).
Konsumsi rumah tangga di triwulan III-2011 tumbuh relatif stabil sebesar 5,33% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,36%.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
2
yang mencapai 9,34% (yoy). Peningkatan konsumsi
dipengaruhi oleh kenaikan realisasi pendapatan Pemprov
Kalsel sampai dengan triwulan III-2011 yang telah
mencapai 71,39%. Sementara itu, dari sisi realisasi belanja
sampai dengan triwulan laporan masih relatif rendah
sebesar 59,56%. Hal ini terkait dengan keterlambatan
pengerjaan proyek serta lambatnya penagihan oleh
kontraktor kepada Pemerintah Daerah
Di sisi lain, aktivitas investasi di Kalimantan Selatan
yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto
(PMTB) pada triwulan laporan tumbuh melambat yaitu
dari 8,10% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 7,86%
(yoy). Melambatnya kinerja investasi menjadi salah satu
penyebab belum optimalnya kinerja ekonomi Kalsel di
triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan perkembangan
impor barang modal yang mengalami penurunan. Namun
demikian, kebutuhan investasi masih cukup besar yang
ditandai oleh peningkatan kredit investasi.
Sementara itu, perkembangan komponen ekspor
Kalimantan Selatan mencatat pertumbuhan sebesar
12,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-
2011 yang mencapai 11,29% (yoy). Peningkatan kinerja
komponen ekspor tidak lepas dari meningkatnya aktivitas
ekspor luar negeri Kalimantan Selatan yang di triwulan
laporan mencatat pertumbuhan sebesar 55,72% (yoy).
Peningkatan ekspor terutama bersumber dari komoditas
batubara.
Secara sektoral, kinerja sektor pertanian di triwulan
laporan mengalami perlambatan yaitu dari 3,86%(yoy)
di triwulan II-2011 menjadi 2,76%(yoy). Kondisi cuaca
musim kemarau dan adanya kebakaran lahan pertanian di
bebarapa wilayah menjadi faktor yang mempengaruhi
perlambatan di sektor pertanian pada triwulan III-2011.
Konsumsi pemerintah di triwulan III-2011 tumbuh lebih tinggi sebesar 12,33% (y-o-y) dari sebelumnya 9,34% (y-o-y).
Kegiatan investasi (PMTB) tumbuh melambat dari 8,10% (yoy) menjadi 7,86% (yoy) .
Komponen ekspor Kalimantan Selatan di triwulan III-2011 tumbuh sebesar 12,14% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 11,29% (yoy).
Sektor pertanian tumbuh 2,47% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya 1,54% (yoy) .
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
3
Di sektor pertambangan, setelah mencatat akselarasi
laju pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 7,73%
(yoy) di triwulan II-2011, laju pertumbuhan sektor
pertambangan di triwulan III-2011 hanya mencapai 5,93%
(yoy). Belum optimalnya laju pertumbuhan sektor
pertambangan terutama dipengaruhi oleh relatif
terbatasnya pembukaan lahan baru serta adanya
penghentian operasional 13 perusahaan pertambangan
karena izin Amdal yang belum sesuai.
Ditengah melambatnya laju pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan, sektor industri Kalimantan Selatan
pada triwulan III-2011 ini menunjukkan kondisi yang
sebaliknya. Laju pertumbuhan mencatat kenaikan dari
2,69% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 4,87% (yoy).
Peningkatan laju pertumbuhan di sektor industri
pengolahan terutama dipengaruhi oleh peningkatan
kinerja industri CPO (untuk kebutuhan minyak goreng) dan
industri makanan.
Pada triwulan III-2011, aktivitas perdagangan di
wilayah Kalimantan diperkirakan mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring
momentum bulan puasa dan perayaan Hari Raya Idul
Fitri. Laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR) tercatat mencapai 9,09% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,96% (yoy).
ASESMEN INFLASI
Inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011
menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan
Pertumbuhan sektor industri pengolahan di triwulan III-2011 mencatat kenaikan dari 2,69% (yoy) menjadi 4,87% (yoy).
Pertumbuhan sektor pertambangan di triwulan III-2011 mencapai 5,93% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 7,73% (yoy).
Sektor perdagangan mencatat peningkatan dari 8,96% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 9,09% (yoy).
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
4
tercatat 4,59% (yoy) atau lebih rendah dari posisi pada
triwulan II-2011 sebesar 5,75% (yoy). Angka tersebut
berada di bawah inflasi nasional maupun angka inflasi
Kalimantan yang pada triwulan laporan masing-masing
tercatat sebesar 4,61% (yoy) dan 5,99% (yoy).
Inflasi volatile food masih menunjukkan trend
penurunan, yakni hanya 0,98% (yoy) pada akhir
triwulan laporan, jauh lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya yang mencapai 8,73% (yoy). Penurunan
inflasi volatile foods dipicu oleh meningkatnya produksi
padi yang diiringi pasokan pangan yang relatif terjaga.
Namun demikian, inflasi inti tercatat mengalami kenaikan
karena peningkatan intensitas belanja masyarakat terkait
faktor musiman bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM
PEMBAYARAN
Berbagai indikator utama kinerja perbankan di
Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum
masih menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Aset perbankan mencapai Rp31,36
triliun, tumbuh 23,63% (yoy) lebih tinggi dari
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 20,89% (yoy).
Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank
umum Kalimantan Selatan pada triwulan laporan tumbuh
meningkat, apabila dibandingkan triwulan sebelumnya.
Posisi DPK di triwulan laporan mencapai Rp25,72
triliun, tumbuh 28,45% (yoy), lebih tinggi dari
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang
mencapai 23,78% (yoy). Seluruh jenis simpanan baik
rekening giro, deposito, dan tabungan menunjukkan
kenaikan pertumbuhan.
Laju inflasi di triwulan II-2011 mencapai 5,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,95% (yoy).
Aset tumbuh 23,63% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 20,89% (yoy)
Laju pertumbuhan DPK tumbuh positif namun meningkat dari 23,78% (yoy) menjadi 28,45% (yoy) .
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
5
Dari sisi penyaluran kredit bank umum ke wilayah
Kalimantan Selatan (lokasi proyek) pada triwulan
laporan mencapai Rp25,78 triliun atau tumbuh 26,73%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011 yang
mencatat pertumbuhan sebesar 25,92% (yoy).
Meningkatnya laju pertumbuhan kredit terutama
dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit investasi yang
tumbuh sebesar 26,73% (yoy).
Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi
perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio
(LDR) lokasi proyek meningkat tipis dari 100,23% pada
triwulan II-2011 menjadi 100,27% pada triwulan
laporan. Sementara itu seiring meningkatnya produktivitas
sektor utama Kalsel, rasio NPL mengalami penurunan dari
2,77% menjadi 2,26%.
Nilai transaksi pembayaran tunai di Kalimantan Selatan
pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan. Total
aliran uang kartal masuk dan keluar melalui KBI
Banjarmasin mengalami peningkatan 77,34% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp2,12
triliun menjadi Rp3,76 triliun. Secara akumulatif pada
triwulan III-2011 terjadi net cash inflow sebesar Rp139,58
miliar.
Selaras dengan itu, perkembangan transaksi
pembayaran non-tunai khususnya melalui sarana RTGS
cenderung meningkat. pekembangan transaksi
pembayaran non tunai benilai besar (di atas Rp100 juta)
melalui sarana BI-RTGS mengalami peningkatan sebesar
11,99%(qtq), atau dari Rp37,76 triliun menjadi Rp42,22
triliun. Sementara itu karena pengaruh budaya masyarakat
untuk lebih banyak bertransaksi tunai selama bulan
Ramadhan dan Idul Fitri, transaksi kliring pada triwulan
laporan hanya mencapai Rp3,2 triliun, atau turun 23,94%
(qtq).
Berdasarkan lokasi proyek, laju pertumbuhan kredit tumbuh meningkat dari 25,92% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 26,73% (yoy).
Perkembangan transaksi pembayaran secara tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan III- 2011 meningkat dan mengalami net cash inlow.
Nilai nominal transaksi melalui RTGS mengalami kenaikan sebesar 11,99% (qtq). transaksi kliring mengalami penurunan sebesar 23,94% (qtq).
LDR perbankan Kalimantan Selatan di triwulan III-2011 meningkat tipis menjadi 100,27%. Rasio NPL turun menjadi 2,60%.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
6
PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan IV-2011, perekonomian Kalimantan
Selatan diperkirakan tumbuh pada kisaran atas 5,6%-
6,1% (y-o-y), tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan
pada triwulan laporan yang tumbuh sebesar 5,77%.
Meningkatnya pertumbuhan diperkirakan berasal dari
konsumsi dan ekspor. Sementara dari sisi penawaran,
menguatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari sektor
pertanian dan pertambangan yang masih menunjukkan
kinerja stabil.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan akan meningkat
seiring akselerasi belanja pemerintah. Selain itu,
membaiknya tingkat upah, terjaganya laju inflasi, dan
kondisi kesejahteraan yang semakin merata diperkirakan
menopang konsumsi rumah tangga selama triwulan
mendatang.
Perkembangan ekspor Kalimantan Selatan pada
triwulan IV-2011 diperkirakan cukup stabil. Kokohnya
ekspor hingga triwulan mendatang diperkirakan karena
dampak gejolak ekonomi global masih berimbas hanya
pada pasar keuangan, bukan sektor riil, sehingga
perdagangan internasional untuk komoditas andalan
Kalimantan Selatan masih cukup prospektif.
Dari sisi sektoral, kinerja sektor ekonomi dominan
diperkirakan tetap stabil. Di sektor pertanian, subsektor
tanaman bahan makanan mulai memasuki masa tanam
seiring dengan berakhirnya masa panen raya di Kalimantan
Selatan pada triwulan laporan. Sementara kinerja sektor
pertambangan berpotensi meningkat seiring kondusifnya
cuaca di kawasan pertambangan.
Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan IV-2011 diperkirakan tumbuh 5,6% - 6,1% (yoy)
Kinerja sektor dominan diperkirakan tumbuh positif
Konsumsi pemerintah diperkirakan semakin meningkat
Ekspor diperkirakan membaik pada triwulan IV-2011
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
7
PROSPEK INFLASI
Laju inflasi kota Banjarmasin pada triwulan IV-2011
diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan
laporan. Panen padi yang diperkirakan terus berlangsung
hingga akhir tahun akan menjaga tekanan inflasi volatile
foods pada level yang rendah. Sementara itu, harga emas
perhiasan yang mulai menunjukkan penurunan akan
menahan laju inflasi inti.
Di sisi lain, ancaman tekanan inflasi muncul dari
meningkatnya potensi terhambatnya pasokan dari Pulau
Jawa akibat gelombang tinggi. Faktor tekanan minor
lainnya dapat bersumber dari peningkatan konsumsi
masyarkat saat Idul Adha dan persiapan jelang pergantian
tahun. Dengan berbagai pertimbangan di atas laju
inflasi pada triwulan IV-2011 diperkirakan berada pada
kisaran 4,13% ± 1% (yoy).
Tekanan inflasi dari sisi penawaran khususnya kelompok volatile food diperkirakan masih melemah pada triwulan III-2011.
Laju inflasi di triwulan IV-2011 diperkirakan berada pada kisaran 4,13% ± 1% (yoy)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
8
paman
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONAL
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
9
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi
Kalimantan Selatan
*) angka sementara Sumber: BPS Prov.Kalsel
5,63% 5,34% 5,12%
6,30%5,99%
6,37%5,77%
0,00%
1,50%
3,00%
4,50%
6,00%
7,50%
Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2* Trw 3*
2010 2011
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan
III-2011 ini masih mencatat laju pertumbuhan yang positif, meskipun
akselerasinya lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Berdasarkan data sementara BPS, laju pertumbuhan ekonomi tercatat
sebesar 5,77% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 6,37%. Pertumbuhan tersebut juga dibawah perkiraan sebelumnya
yang berada dalam kisaran
6,3%-6,7% (yoy).
Belum optimalnya laju
pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan dipengaruhi
oleh melambatnya kinerja sektor
ekonomi utama yaitu sektor
pertanian dan pertambangan. Di
sektor pertanian, pengaruh cuaca
musim kemarau dan kebakaran lahan di beberapa wilayah berdampak
terhadap turunnya produktivitas sektor ini. Sementara di sektor
pertambangan, akselerasi pertumbuhan terhambat oleh sulitnya
pengembangan lahan baru serta pencabutan izin 13 perusahaan tambang
karena izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang
bermasalah.
Ditinjau dari sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan terutama
dipengaruhi oleh belum optimalnya kinerja investasi. Sementara itu
konsumsi rumah tangga relatif stabi, meskipun terindikasi sedikit melambat
seiring berlalunya puncak konsumsi menjelang Hari Raya Idul Fitri, serta
adanya kekhawatiran terhadap ancaman krisis perekonomian global.
1
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
10
1.1. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, komponen investasi menjadi komponen yang
mempengaruhi belum optimalnya kinerja ekonomi Kalimantan Selatan di
triwulan laporan. Namun demikian, masih relatif stabilnya konsumsi masyarakat
serta peningkatan pada kinerja komponen lainnya mampu menahan laju
pertumbuhan ekonomi pada tingkat 5,77% (yoy).
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (yoy) Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan
*) angka sementara Sumber: BPS Provinsi Kalsel 1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga
Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2011
mencapai 5,33% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 5,36% (yoy). Kondisi ini sedikit berbeda dengan pola tahunan konsumsi
rumah tangga sebelumnya yang biasanya mencapai puncak di triwulan yang
terdapat perayaan Idul Fitri. Adanya berbagai ketidakpastian terhadap kondisi
perekonomian, antara lain kekhawatiran imbas krisis ekonomi global, rencana
pembatasan dan kenaikan harga BBM diperkirakan menjadi faktor yang
mempengaruhi konsumen untuk tidak terlampau optimistik dalam berkonsumsi.
Grafik 1.2 Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin
70.00
90.00
110.00
130.00
150.00
170.00
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010 2011
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Ekspektasi Konsumen (IEK)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
11
Adanya penurunan persepsi konsumen, ditunjukkan oleh melemahnya
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yaitu dari rata-rata 146,09 di triwulan II-2011
menjadi rata-rata 141,47 di triwulan laporan. Melemahnya keyakinan konsumen
pada periode ini ditandai oleh perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
(IKE) yang mencatat penurunan dari rata-rata sebesar 143,37 di triwulan II-2011
menjadi 136,84 di triwulan III-2011. Sementara itu, persepsi masyarakat terhadap
prospek ekonomi ke depan masih menunjukkan optimisme, ditandai dengan
peningkatan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari rata-rata 144,81 di triwulan II-
2011 menjadi 146,09.
Relatif stabilnya akselerasi konsumsi masyarakat tercermin dari tren
penjualan otomotif di Kalimantan Selatan yang masih meningkat, terutama
kendaraan roda empat. Laju penjualan kendaraan roda empat pada triwulan III-
2011 masih mencatat angka yang cukup tinggi sebesar 40,76% (yoy) dengan
total unit terjual mencapai 3.650 unit, meskipun pertumbuhan tersebut lebih
rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 43,09% (yoy). Untuk penjualan
kendaraan roda dua, tercatat sebesar 44.253 unit dengan laju pertumbuhan
mencapai 12,07%(yoy).
Grafik 1.5 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru di Kalimantan Selatan
Sumber: Dispenda Provinsi Kalsel
-5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000
-500
1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2009 2010 2011
UnitUnit
Kendaraan mobil (aksis kiri) Kendaraan motor (aksis kanan)
Grafik 1.6 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru
Sumber: BPS Kalsel & Dispenda Provinsi Kalsel
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%
10%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
g. konsumsi RT (yoy) aksis kirig. penjualan motor (yoy)g. penjualan mobil (yoy)
Grafik 1.3 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin
-25.00 50.00 75.00
100.00 125.00 150.00 175.00 200.00
7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010 2011
Penghasilan Saat IniKetepatan Waktu Pembelian Barang Tahan LamaKetersediaan Lapangan Kerja
Grafik 1.4 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin
-
30.00
60.00
90.00
120.00
150.00
180.00
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010 2011
Ekspektasi PenghasilanEkspektasi EkonomiEkspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
12
Relatif stabilnya aktivitas konsumsi masyarakat juga terlihat dari akselerasi
kredit konsumtif oleh perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 ini
yang masih menunjukkan kenaikan. Hal ini diperkirakan terkait trend suku bunga
yang cenderung menurun seiring perkembangan laju inflasi yang relatif
terkendali. Ekspansi kredit konsumsi di triwulan laporan mencapai 31,37%(yoy),
meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 28,02% (yoy).
1.1.2. Pengeluaran Pemerintah
Pada komponen konsumsi
pemerintah, laju pertumbuhan di
triwulan III-2011 mencatat
perkembangan yang lebih baik yaitu
sebesar 12,33% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 9,34% (yoy).
Meningkatnya pertumbuhan pada
komponen ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya realisasi pendapatan
Pemprov Kalsel di triwulan laporan yang mencapai 71,39%, jauh lebih tinggi
dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2010 sebesar 53,13%.
Namun demikian dari sisi Belanja Daerah, realisasinya sampai dengan
triwulan III-2011 masih belum optimal dengan pencapaian sebesar 59,56%, lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 67,54%. Hal ini terutama
dipengaruhi oleh keterlambatan pengerjaan proyek serta lambatnya penagihan
oleh kontraktor kepada Pemerintah Daerah.
Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan di Kalimantan Selatan (Berdasarkan Lokasi Proyek)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
0%10%20%30%40%50%60%
0%2%4%6%8%
10%12%14%16%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011
g. PDRB Konsumsi (y-o-y) - aksis kiri
g. Kredit Konsumsi (y-o-y) - aksis kanan
Grafik 1.8 Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III
2010-2011
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
53.13%
67.54%71.39%59.56%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Pendapatan Daerah Belanja Daerah
Tw-III 2010
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
13
1.1.3. Investasi
Kegiatan investasi Kalsel yang tercermin pada komponen
pembentukan modal tetap bruto (PMTB), pada triwulan III-2011 mencatat
laju pertumbuhan yang melambat dari 8,10% (yoy) di triwulan II-2011
menjadi 7,86% (yoy). Melambatnya kinerja investasi ini terindikasi dari
perkembangan nilai impor barang modal yang mengalami penurunan cukup
dalam yaitu dari 109,64% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi -39,91% (yoy).
Meskipun secara umum aktivitas investasi mengalami perlambatan,
namun kebutuhan sektor usaha terhadap kredit investasi masih cukup besar. Hal
ini ditandai dengan masih tingginya laju ekspansi kredit investasi yang mencapai
33,93% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
19,71% (yoy). Meningkatnya kebutuhan investasi ini terutama digunakan untuk
melakukan pembelian peralatan pendukung seperti kendaraan berat dan sarana
pengangkutan lainnya.
1.1.4. Ekspor-Impor Perkembangan Ekspor
Di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian dunia, aktivitas
perdagangan luar negeri Kalimantan Selatan masih menunjukkan perkembangan
yang cukup menggembirakan. Laju pertumbuhan komponen ekspor di triwulan
III-2011 tercatat sebesar 12,14% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,29% (yoy). Volume ekspor ke
luar negeri pada triwulan laporan mencapai 31,27 juta ton dengan laju kenaikan
mencapai 55,72% (yoy), meskipun lebih dipengaruhi oleh kinerja ekspor
komoditas pertambangan. Laju pertumbuhan volume ekspor tersebut jauh lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode triwulan sebelumnya yang
Grafik 1.9 Perkembangan Impor Barang Modal Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
(y-o-y)(y -o-y) g. PMTB (y-o-y), aksis kirig. Nilai Impor Barang Modalg. Nilai Impor Alat Transport Industri
Grafik 1.10 Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Berdasarkan Lokasi Proyek
Sumber : LBU Bank Indonesia,diolah
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3
2009 2010 2011
g. PDRB PMTB (aksis kiri) g. kredit investasi
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
14
Grafik 1.12 Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
Ribu
ton
Vol. ekspor g. Vol. ekspor (yoy)
tumbuh sebesar 34,81% (yoy) dengan volume ekspor sebesar 30,73 juta ton.
Namun demikian, secara nominal nilai ekspor Kalimantan Selatan di triwulan III-
2011 yang mencapai US$2,5 miliar ini sedikit lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang mencapai US$2,58 miliar. Hal ini diperkirakan terkait dengan
turunnya harga internasional beberapa komoditas ekspor, antara lain minyak CPO
dan karet.
Kenaikan ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 ditopang oleh
volume ekspor komoditas batubara yang mencatat pertumbuhan 54,26% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 35,14% (yoy). Total
volume ekspor batubara di triwulan III-2011 mencapai 28,73 juta ton, sedikit
meningkat dibandingkan triwulan II-2011 sebesar 28,7 juta ton. Meningkatnya
aktivitas ekspor batubara ini sejalan dengan meningkatnya eksplorasi tambang
yang didukung kondisi cuaca yang relatif cerah.
Meskipun secara umum, perkembangan ekspor Kalimantan Selatan
mencatat akselerasi yang cukup tinggi, namun demikian belum didukung oleh
kinerja ekspor komoditas secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari kinerja
Grafik 1.11 Nilai Ekspor Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
-40%-20%0%20%40%60%80%100%120%140%160%180%
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
Juta
US$
Nilai ekspor g. Nilai ekspor (yoy)
Grafik 1.13 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Batubara
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
-5,000
10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
Juta
US$
Ribu
ton
Vol. ekspor batubara Nilai ekspor batubara
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
15
komoditas utama lainnya seperti karet, CPO dan kayu olahan yang pada triwulan
laporan, masing-masing mengalami perlambatan dan penurunan.
Pada komoditas karet, volume ekspor di triwulan III-2011 mencapai 30,56
ribu ton dengan laju pertumbuhan yang melambat dari 12,13% (yoy) pada
triwulan II-2011 menjadi 4,78% (yoy). Perlambatan pertumbuhan juga terjadi
pada komoditas CPO Kalimantan Selatan yang pada triwulan laporan mencatat
pertumbuhan sebesar 38,4% (yoy) dengan volume 162,3 ribu ton, jauh lebih
rendah dibandingkan triwulan II-2011 yang tumbuh 143,4% (yoy) dengan volume
269,2 ribu ton. Berdasarkan informasi liaison dari produsen karet dan CPO
Kalimantan Selatan, perlambatan ini antara lain dipengaruhi oleh mulai
melambatnya permintaan ekspor dari beberapa negara seperti India dan China,
serta faktor cuaca musim panas yang menyebabkan kebakaran lahan di beberapa
perkebunan. Nilai ekspor karet dan CPO Kalimantan Selatan di triwulan laporan
masing-masing mencapai US$137,7 juta dan US$175,5 juta.
Khusus untuk komoditas kayu olahan, perkembangan volume ekspor di
triwulan laporan kembali menunjukkan penurunan yaitu sebesar -15,21% (yoy)
dengan volume sebesar 47,3 ribu ton, setelah pada triwulan II-2011 juga
mencatat kontraksi sebesar -2,6% (yoy). Masih berlanjutnya krisis ekonomi yang
Grafik 1.14 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Kayu Olahan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
0
10
20
30
40
50
60
70
0102030405060708090
100
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
Juta
US$
Ribu
ton
Vol. ekspor kayu olahan Nilai ekspor kayu olahan
Grafik 1.16 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Karet
Sumber: Bank Indonesia, diolah
020406080100120140160
05
101520253035
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
Juta
US$
Ribu
ton
Vol. ekspor karet Nilai ekspor karet
Grafik 1.15 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Minyak Sawit
Sumber: Bank Indonesia, diolah
-50050100150200250300350
050
100150200250300350400
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
Juta
US$
Ribu
ton
Vol. ekspor minyak sawit Nilai ekspor minyak sawit
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
16
dialami oleh negara-negara maju terutama di Amerika Serikat dan Jepang yang
menjadi pasar utama produk kayu olahan Kalimantan Selatan, ditengarai menjadi
penyebab melemahnya permintaan untuk produk ini. Selain faktor itu, adanya
persaingan dengan produk China dan juga kelangsungan pasokan bahan baku
kayu juga menjadi kendala utama.
Ditinjau berdasarkan negara tujuan ekspor, Cina masih menjadi negara
tujuan ekspor utama Kalimantan Selatan dengan nilai ekspor mencapai US$710,2
juta dengan pangsa sebesar 28,39%.India menjadi negara tujuan ekspor terbesar
kedua terutama untuk pasar komoditas batubara dan CPO. Total nilai ekspor ke
India di triwulan laporan mencapai US$465 juta dengan pangsa mencapai
18,59%. Sementara Jepang masih menempati posisi ketiga terbesar dengan total
nilai ekspor mencapai US$374,9 juta, namun pangsa ekspor ke Jepang
mengalami penurunan dari 15,49% di triwulan II-2011 menjadi 14,99%.
Perkembangan Impor
Aktivitas impor luar negeri
Kalimantan Selatan, laju
perkembangan di triwulan III-
2011 mencapai 35,27% (yoy),
meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 18,75% (yoy).
Secara nominal, nilai impor di
triwulan laporan mencapai US$147
Grafik 1.18 Perkembangan Impor Non Migas Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
0
50
100
150
200
250
300
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
Juta
US$
Nilai impor g. nilai impor (yoy)
Grafik 1.17 Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
17
juta, terutama untuk pembelian barang-barang modal dan alat transportasi yang
mendukung aktivitas pertambangan dan perkebunan. Masih meningkatnya
pembelian alat-alat pertambangan tersebut menunjukkan masih prospektifnya
sektor pertambangan di Kalimantan Selatan.
2. SISI PENAWARAN
Melambatnya akselerasi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan
secara sektoral dipengaruhi oleh belum optimalnya kinerja pada dua sektor
ekonomi dominan yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan. Di sektor
pertanian, melambatnya laju pertumbuhan dari 3,86% (yoy) di triwulan II-2011
menjadi 2,76% (yoy), dipengaruhi oleh kondisi musim kemarau yang
menyebabkan kekeringan dan kebakaran lahan sehingga mengurangi
produktivitas tanaman bahan makanan maupun tanaman perkebunan. Sementara
di sektor pertambangan, adanya penghentian izin 13 perusahaan tambang terkait
masalah izin Amdal ditengarai mempengaruhi kinerja sektor ini di triwulan
laporan.
Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan
*) angka sementara
Sumber: BPS Prov.Kalsel
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
18
Grafik 1.20 Pertumbuhan Volume Ekspor Minyak Sawit dan Karet Kalsel
Sumber : DSM Bank Indonesia, diolah
8,84%12,13%
4,78%
1,60% 143,40%
38,40% -1000%
0%
1000%
2000%
3000%
4000%
5000%
6000%
7000%
8000%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2009 2010 2011
g.Vol. ekspor karet (yoy) g.Vol. ekspor minyak sawit (yoy)
Grafik 1.19 Masa Tanam dan Panen Padi di Kalimantan Selatan
Sumber: Dinas Pertanian Propinsi Kalsel
0
50
100
150
200
250
300
Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3
2009 2010 2011
Ribu
Ha
Luas Panen (kiri, Ha)
Proyeksi panen - Luas Tanam dg lag 6 bulan(kanan, Ha)
Grafik 1.21 Perkembangan Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pertanian
Sumber : SKDU, BI Banjarmasin
-3,5
9,72
3,81
9,72
13,44
10,37
-1,15
2,07
6,55
9,17
-5
0
5
10
15
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Sektor Pertanian
2.1. Sektor Ekonomi Dominan
Sektor Pertanian
Kondisi cuaca musim
kemarau dan adanya kebakaran
lahan pertanian di bebarapa
wilayah menjadi faktor yang
mempengaruhi perlambatan di
sektor pertanian pada triwulan III-
2011. Laju pertumbuhan tercatat
melambat dari 3,86% (yoy) di
triwulan II-2011 menjadi 2,76%
(yoy). Terkait dengan musim
kemarau di tahun 2011, berdasarkan data Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan
Selatan sampai dengan September 2011, jumlah titik api mencapai 987 titik atau
lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2010 yang hanya mencapai 110 titik.
Beberapa wilayah yang tercatat memiliki titik api cukup banyak merupakan
wilayah pertanian antara lain Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Hulu Sungai Selatan
dan Hulu Sungai Utara.
Walaupun di beberapa wilayah sentra pertanian mengalami gangguan produksi
akibat musim kemarau, di beberapa daerah sentra lainnya seperti Kabupaten
Batola masih menjadi penahan turunnya produksi tanaman bahan makanan. Hal
ini terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) sektor pertanian yang
mencatat kenaikan angka indeks yaitu dari 6,55 di triwulan II-2011 menjadi 9,17.
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
19
Grafik 1.22 Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Batubara Kalimantan Selatan
Sumber :DSM, Bank Indonesia Kantor Pusat
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
Ribu
ton
Vol. ekspor batubara g.Vol. ekspor batubara (yoy)
Perlambatan laju pertumbuhan juga terindikasi pada subsektor
perkebunan yang ditunjukkan oleh melambatnya laju volume ekspor komoditas
karet dan CPO Kalimantan Selatan. Pada komoditas karet, laju pertumbuhan
melambat dari 12,13% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 4,78% (yoy). Sementara
komoditas minyak sawit juga mengalami perlambatan dari 143,4% (yoy) di
triwulan II menjadi 38,4% (yoy).
Sektor Pertambangan
Di sektor pertambangan, akselarasi laju pertumbuhan yang cukup
tinggi di triwulan sebelumnya mencapai 7,73% (yoy) tidak berlanjut. Laju
pertumbuhan sektor tambang di triwulan III-2011 hanya mencapai 5,93% (yoy).
Belum optimalnya laju pertumbuhan sektor tambang terutama dipengaruhi oleh
relatif terbatasnya pembukaan lahan baru serta adanya penghentian operasional
13 perusahaan pertambangan karena izin Amdal yang belum sesuai. Dokumen
Amdal sendiri merupakan syarat penting bagi kegiatan pertambangan batubara
yang sifatnya ekstraktif dan merusak lingkungan, sehingga perusahaan harus
memiliki upaya khusus untuk mengurangi efek pencemaran dan merehabilitasi
lahan tambang yang sudah selesai ditambang.
Seiring dengan melambatnya pertumbuhan sektor pertambangan,
penyaluran kredit perbankan untuk sektor pertambangan Kalimantan Selatan
pada triwulan laporan tumbuh melambat menjadi sebesar 1,27% (yoy),
dibandingkan triwulan sebelumnya yang pertumbuhannya mencapai 22,15%
(yoy). Namun demikian, permintaan luar negeri terhadap batubara masih
menunjukkan perkembangan yang cukup prospektif. Hal ini terindikasi dari
volume ekspor batubara Kalimantan Selatan yang di triwulan III-2011 mencatat
pertumbuhan sebesar 54,26% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh 35,14% (yoy). Indikasi masih stabilnya permintaan komoditas batubara
Grafik 1.23 Pertumbuhan Nilai Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
Sumber :DSM, Bank Indonesia Kantor Pusat
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
Juta
US$
Nilai ekspor batubara g.nilai ekspor batubara (yoy)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
20
adalah perkembangan harga batubara internasional yang relatif stabil dengan
trend yang meningkat. Pada bulan September 2011, rata-rata harga internasional
batubara mencapai US$80,15, meningkat dari harga rata-rata bulan Juni 2011
yang sebesar US$78,67.
Sektor Industri Pengolahan
Ditengah melambatnya laju
pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan, sektor industri
Kalimantan Selatan pada triwulan III-
2011 menunjukkan kondisi yang
sebaliknya. Laju pertumbuhan
mencatat kenaikan dari 2,69% (yoy)
di triwulan II-2011 menjadi 4,87%
(yoy).
Peningkatan laju
pertumbuhan di sektor industri
pengolahan, terutama dipengaruhi
oleh peningkatan kinerja industri
CPO (untuk kebutuhan minyak
goreng) dan makanan. Indikasi
membaiknya kinerja sektor industri
tercermin dari peningkatan ekspansi
kredit perbankan untuk sektor
industri yang tumbuh 39,20% (yoy),
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 26,56% (yoy).
Grafik 1.24 Perkembangan Harga Batubara Internasional
Sumber : Bloomberg, diolah
70,51
80,15
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2010 2011
USD / Metrik Ton
Grafik 1.25 Pertumbuhan Kredit Lokasi Proyek Sektor Pertambangan Kalimantan Selatan
Sumber: LBU Bank Indonesia,diolah
-50%-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%
0
500
1000
1500
2000
2500
Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3
2009 2010 2011Rp
Mili
ar
Kredit g. Kredit Pertambangan (y-o-y) - aksis kanan
Grafik 1.26 Perkembangan Ekspor Kayu Olahan Kalimantan Selatan
Sumber :DSM, Bank Indonesia Kantor Pusat
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0102030405060708090
100
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
Ribu
ton
Vol. ekspor kayu olahan g.Vol. ekspor kayu olahan (yoy)
Grafik 1.28 Pertumbuhan Kredit Perbankan ke Sektor Industri Berdasarkan Lokasi Proyek
Sumber: Bank Indonesia, diolah
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Tw 1
Tw 2
Tw 3
Tw 4
Tw 1
Tw 2
Tw 3
Tw 4
Tw 1
Tw 2
Tw 3
Tw 4
Tw 1
Tw 2
Tw 3
2008 2009 2010 2011
g. PDRB Sektor Industri (y-o-y)- aksis kanan
g. Kredit Industri (y-o-y)- aksis kiri
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
21
Sementara itu industri pengolahan kayu Kalimantan Selatan di triwulan III-
2011 ini masih menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan.
Belum pulihnya kondisi beberapa negara tujuan ekspor, khususnya Jepang dan
Amerika Serikat, menyebabkan pertumbuhan ekspor komoditas olahan kayu
masih mencatat penurunan -15,21% (yoy) setelah di triwulan sebelumnya juga
mencatat penurunan sebesar -2,6%
(yoy).
Sementara untuk
perkembangan sektor industri
lainnya, seperti industri karet,
pertumbuhannya diperkirakan
mengalami perlambatan seiring
turunnya produktivitas tanaman
karet akibat musim kemarau. Hal ini
diindikasikan dengan laju
perkembangan volume ekspor karet yang melambat dari 12,13% (yoy) di triwulan
II-2011 menjadi 4,78% (yoy).
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pada triwulan III-2011, aktivitas
perdagangan di wilayah Kalimantan
Selatan diperkirakan mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya seiring momentum bulan
puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Laju
pertumbuhan sektor perdagangan, hotel
dan restoran (PHR) mencapai 9,09%
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 8,96% (yoy). Meningkatnya aktivitas perdagangan tercermin
dari indeks realisasi kegiatan usaha sektor PHR dari hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang di triwulan laporan mencapai 9,31 lebih tinggi dibandingkan
indeks triwulan sebelumnya sebesar 8,04.
Peningkatan aktivitas perdagangan juga tercermin dari meningkatnya arus
barang di pelabuhan Trisakti Banjarmasin, dimana arus bongkar muat selama
triwulan laporan mencapai 31,2 juta ton atau meningkat 58,95% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 37,8% (yoy). Sementara itu
Grafik 1.27 Pertumbuhan Ekspor Karet
Sumber : Dir. Statistik Moneter, BI Kantor Pusat
020406080100120140160
05
101520253035
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
Juta
US$
Ribu
ton
Vol. ekspor karet Nilai ekspor karet
Grafik 1.29 Indeks Realisasi Kegiatan Usaha Sektor PHR
Sumber : SKDU, KBI Banjarmasin
-14,48
16,27
-0,43 -0,81
4,12 2,644,64 6,13 7,13 8,04 9,31
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Sektor PHR
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
22
dalam mendukung aktivitas perdagangan selama triwulan III-2011, penyaluran
kredit untuk sektor perdagangan masih mencatat pertumbuhan yang cukup
tinggi sebesar 27,24% (yoy), meskipun sedikit lebih lambat dari triwulan
sebelumnya sebesar 28,84% (yoy).
2.2. Sektor Ekonomi Non-Dominan
Searah dengan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan yang
mencatat pertumbuhan yang melambat, laju pertumbuhan sektor ekonomi
Non-Dominan secara umum juga mengalami perlambatan. Di sektor
bangunan, laju pertumbuhan di triwulan III-2011 mencapai 6,47% (yoy), sedikit
melambat dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya sebesar 6,74% (yoy).
Melambatnya produktivitas di sektor ini terutama dipengaruhi oleh turunnya
jumlah waktu kerja terkait bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri di triwulan laporan.
Indikasi ini terlihat dari perkembangan angka indeks realisasi perkembangan
usaha sektor bangunan dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
menunjukkan penurunan dari angka indeks 1,47 di triwulan II-2011 menjadi 1,18.
Meskipun mencatat perlambatan, namun pasokan semen untuk mendukung
Grafik 1.31 Pertumbuhan Kredit Sektor Perdagangan
Berdasarkan Lokasi Proyek
Sumber :Laporan Bulanan Bank Umum, BI
-20%-10%0%10%20%30%40%50%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011
g. PDRB Sektor Perdagangan (y-o-y) - aksis kiri
g. Kredit Perdagangan (y-o-y)-aksis kanan
Grafik 1.30 Bongkar Muat barang di Pelabuhan Trisakti
Sumber : Adpel Banjarmasin
-50%0%50%100%150%200%250%300%
05
101520253035
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
Juta
to
n
Volume bongkar muat pelabuhan banjarmasing. volume bongkar muat (yoy)
Grafik 1.32 Realisasi Perkembangan Kegiatan Sektor Bangunan Kalsel
Sumber : SKDU, BI Banjarmasin
-1,18
1,96
0,98
1,96
0 0
1,96 1,96
-0,98
1,471,18
-1,5
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Sektor Bangunan
Grafik 1.33 Penjualan Semen Kalimantan Selatan
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
50
100
150
200
250
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2008 2009 2010 2011
(y-o-y)Ribu Ton
Pengadaan Semen (aksis kiri) g. Pengadaan Semen (y-o-y)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
23
kegiatan konstruksi masih terus meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar
25,35% (yoy).
Di sektor pengangkutan dan
komunikasi, meningkatnya mobilitas
masyarakat terkait Hari Raya Idul Fitri
di triwulan III-2011 belum mampu
mendorong laju pertumbuhan di
sektor ini. Laju pertumbuhan sektor
pengangkutan tercatat sebesar 6,77%
(yoy), lebih lambat dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 7,34%
(yoy). Adanya penghentian operasional perusahaan tambang di triwulan laporan
diperkirakan ikut berimbas sektor pendukungnya antara lain bagi operasional
usaha pengangkutan tambang, sehingga mempengaruhi melambatnya
produktivitas sektor pengangkutan.
Di sektor keuangan, laju
pertumbuhan di triwulan laporan juga
mengalami perlambatan yaitu dari 6,19%
(yoy) di triwulan II-2011 menjadi 4,4%
(yoy). Indikasi perlambatan di sektor
keuangan terindikasi dari perkembangan
sejumlah indikator aktivitas perbankan
yang cenderung stabil, meskipun secara
umum kinerjanya relatif baik. Hal ini antara
lain tercermin dari laju pertumbuhan kredit perbankan Kalsel yang di triwulan III-
2011 mencapai 26,79% (yoy). Pertumbuhan ini relatif stabil dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh 26,26% (yoy).
Grafik 1.34 Pertumbuhan Konsumsi BBM Solar Kalimantan Selatan
Sumber : BPS, Pertamina
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%
10%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011
g. PDRB pengangkutan (aksis kiri) g. Konsumsi Solar (aksis kanan)
Grafik 1.35 Perkembangan Kredit Perbankan Kalimantan Selatan
Sumber : Bank Indonesia Banjarmasin
0%5%10%15%20%25%30%35%40%
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3
2009 2010 2011
Kredit per Lokasi Proyek (miliar Rp) g. Kredit (yoy)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
25
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 menunjukkan
kecenderungan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi
tahunan tercatat 4,59% (yoy) atau lebih rendah dari posisi pada triwulan II-
2011sebesar 5,75% (yoy). Melambatnya laju inflasi ini terutama dipengaruhi
lancarnya pasokan bahan makanan dan makanan jadi selama triwulan laporan.
Tekanan inflasi selama triwulan laporan justru datang dari sisi permintaan sebagai
akibat dampak musiman bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri, serta
peningkatan harga emas perhiasan.
1. KONDISI UMUM
Secara tahunan tekanan inflasi di Kalimantan Selatan pada triwulan
III-2011 kembali menurun. Pada akhir triwulan laporan, inflasi Kalimantan
Selatan yang tercermin dari perubahan Indeks harga Konsumen (IHK) Kota
Banjarmasin tercatat 4,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2011
yang mencapai 5,75% (yoy). Angka tersebut berada di bawah inflasi nasional
maupun angka inflasi Kalimantan yang pada triwulan laporan masing-masing
tercatat sebesar 4,61% (yoy) dan 5,99% (yoy). Perkembangan ini sangat
menggembirakan, mengingat selama ini laju inflasi Kalimantan Selatan hampir
selalu di atas laju inflasi nasional.
Dilihat dari kelompok pengeluarannya, kelompok yang mengalami inflasi
tahunan terbesar pada triwulan laporan adalah kelompok sandang dengan laju
inflasi sebesar 14,20% (yoy), diikuti kelompok makanan jadi 6,36% (yoy), dan
perumahan 6,11% (yoy). Panen padi yang cukup berhasil dan lancarnya pasokan
bahan pangan pada triwulan III-2011 menyebabkan kelompok bahan makanan
mengalami penurunan inflasi tahunan terbesar pada triwulan laporan. Inflasi pada
kelompok ini hanya tercatat sebesar 1,80%(yoy), jauh lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan II-2011 yang mencapai 15,22% (yoy). Penurunan inflasi
kelompok ini terutama disebabkan oleh penurunan harga yang cukup signifikan
2
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
26
Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Kalsel dan Nasional
Gambar 2.3 Perkembangan Inflasi Kalsel Tahun Kalender (YTD)
Sumber BPS, diolah Sumber BPS, diolah
pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya, bumbu-bumbuan, ikan segar, serta
padi-padian.
Terjaganya pasokan komoditas bahan pangan sepanjang tahun 2011
mampu menahan inflasi Kalsel di level yang rendah. Sampai dengan triwulan
laporan inflasi Kalsel di tahun 2011 baru mencapai 3% (ytd), atau jauh lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang mencapai 7,4% (ytd).
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kalsel
Sumber: BPS, Diolah
Namun demikian, jika dilihat dari inflasi triwulanan (qtq), tekanan inflasi
yang terjadi selama triwulan III-2011 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
tekanan inflasi pada triwulan sebelumnya. Hal tersebut merupakan buntut dari
meningkatnya permintaan masyarakat selama bulan puasa dan hari raya Idul Fitri
yang jatuh pada triwulan III-2011, tepatnya pada bulan Agustus 2011. Inflasi
triwulanan pada triwulan laporan mencapai 1,74% (qtq) lebih tinggi dari triwulan
II-2011 yang tercatat sebesar 0,77% (qtq). Sementara itu inflasi bulanan tertinggi
sampai dengan sembilan bulan pertama tahun 2011 jatuh pada bulan Agustus
2011 yakni sebesar 1,53% (mtm).
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
27
a. Sisi Produksi
Turunnya inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 tidak terlepas
dari meningkatnya produksi padi di berbagai daerah penghasil. Hingga akhir
triwulan III-2011 luasan panen padi telah mencapai 435.519 hektar, meningkat
2,7% dari posisi yang sama di triwulan sebelumnya. Melimpahnya produksi padi
berimbas pada turunnya inflasi beras dari 17,61% (yoy) menjadi 7,60% (yoy).
Kondisi cuaca yang kondusif, serta dukungan pemda baik melalui
pembinaan teknis, pengembangan area lebak (rawa), maupun bantuan saprodi,
efektif meningkatkan produksi padi pada tahun 2011. Berdasarkan informasi dari
Dinas Pertanian Provinsi Kalsel, tidak seperti biasanya panen pada tahun ini masih
akan berlangsung hingga akhir tahun khususnya untuk lahan lebak. Hal tersebut
dikonfirmasi oleh data BPS (ARAM III) bahwa produksi padi hingga akhir tahun
diperkirakan mencapai 2 juta ton atau meningkat 8,64% dari tahun 2010.
Grafik 2.4 Perkembangan Luas Panen Padi Kalsel
Sumber: Dinas Pertanian Prov Kalsel, Diolah
b. Sisi Pasokan
Pasokan berbagai bahan pangan strategis ke Kalimantan Selatan pada
triwulan III-2011 relatif lebih terjaga. Kondisi cuaca sangat mendukung kondisi
produksi di sentra produksi, sehingga pasokan dari Jawa secara kontinyu dapat
didatangkan ke Banjarmasin. Keterjagaan pasokan ini antara lain terjadi pada gula
pasir non-rafinasi. Pada triwulan III-2010 stok gula non-rafinasi sempat kosong,
sementara pada triwulan laporan stok komoditas ini cukup memadai, yakni pada
kisaran 2.500 hingga 5.000 ton. Dengan perkembangan tersebut, pada triwulan
laporan gula pasir mengalami deflasi sebesar -0,68% (yoy) lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 4,21% (yoy)
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2009 2010 2011
Ha
luas panen padi
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
28
Grafik 2.5 Perkembangan Stok Gula Pasir Non Rafinasi
Sumber: Disperindag Prov Kalsel, Diolah
Daging ayam ras juga menjadi salah satu komoditas yang cukup terjaga
pasokannya. Masuknya pasokan ayam hidup dari Jawa serta melimpahnya DOC
(day old chicken) di Kalsel memastikan harga daging ayam ras di level yang
rendah. Berdasarkan hasil SPH, rata-rata harga daging ayam ras pada triwulan III-
2011 hanya mencapai Rp23.669 per kilogram atau turun 13,38% dari triwulan
sebelumnya. Penurunan harga tersebut juga tercermin dalam pergerakan IHK
daging ayam ras yang pada triwulan laporan mengalami deflasi sebesar-13,27%
(yoy), jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar
15,69% (yoy).
c. Sisi Distribusi
Kondisi distribusi ke Kalimantan Selatan pada triwulan laporan relatif baik.
Dengan ketinggian gelombang di Laut Jawa dan Perairan Selatan Kalimantan
yang relatif normal yakni berkisar antar 0,5-1,5 meter, serta kecepatan angin
antara 3-10 knot, seluruh kapal pengangkut barang dapat merapat ke pelabuhan
Trisakti (Banjarmasin) dengan lancar. Adapun kecelakaan yang dialami KM Marina
di alur Barito tidak menghambat alur pasokan sembako melalui kawasan tersebut,
karena bangkai kapal segera dipinggirkan.
Kondisi distribusi melalui jalur darat pada triwulan laporan juga lebih baik.
Walaupun di penghujung September 2011 antrean kendaraan untuk
mendapatkan solar bersubsidi mulai terlihat kembali, namun hampir di sepanjang
triwulan III-2011 kondisinya relatif lebih baik. Kondisi tersebut selain
meningkatkan kelancaran pasokan, juga meredam ekspektasi masyarakat
terhadap inflasi.
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
29
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Tekanan inflasi pada triwulan III-2011 yang rendah terutama dipengaruhi
oleh tercukupinya pasokan bahan pangan strategis di pasaran, sehingga harga
pangan relatif stabil bahkan beberapa komoditas mengalami penurunan harga.
Dengan demikan, inflasi volatile food dapat terkendali pada level yang rendah.
Tekanan inflasi terutama berasal dari sisi permintaan seiring dengan
meningkatnya konsumsi masyarakat selama triwulan laporan.
Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Kalsel
Sumber: BPS Kalsel, diolah
a. INFLASI VOLATILE FOODS
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana inflasi volatile food
selalu melonjak pada saat perayaan Idul Fitri, kali ini tekanan inflasi kelompok
komoditas bahan makanan bergejolak tersebut justru paling rendah di antara
kelompok lainnya. Inflasi volatile food masih menunjukkan trend penurunan,
yakni hanya 0,98% (yoy) pada akhir triwulan laporan, jauh lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 8,73% (yoy).
Penurunan inflasi volatile foods salah satunya disebabkan oleh pasokan
ayam ras dan DOC-nya yang cukup banyak, seiring dengan stok ayam siap
potong pada peternakan besar yang melimpah dan masuknya daging ayam ras
dari Pulau Jawa yang menyebabkan harga ayam hidup dan daging ayam ras
mengalami penurunan. Berdasarkan hasil SPH, harga daging ayam ras pada akhir
triwulan laporan Rp26.404 per kilogram atau turun 11,38% dari triwulan
sebelumnya.
Disagregasi InflasiJul-11 Aug 2011 Sep-11 Jul-11 Aug 2011 Sep-11
UMUM 0,03 1,53 0,17 1,03 2,06 1,74Administered Price 1,01 1,41 0,16 1,21 2,55 2,60Volatile Food -1,25 1,01 0,49 1,06 0,94 0,23Inti 0,33 1,80 0,03 0,98 2,42 2,17Disagregasi Inflasi
Jul-11 Aug 2011 Sep-11 Jul-11 Aug 2011 Sep-11UMUM 1,27 2,83 3,00 3,82 5,04 4,59Administered Price 7,37 8,88 9,05 6,30 6,78 6,95Volatile Food 30,05 31,36 32,00 1,40 1,95 0,98Inti 11,12 13,11 13,15 4,22 5,95 5,58
y-t-d (%) y-o-y (%)
m-t-m (%) q-t-q (%)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
30
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Volatile Food Kalsel
Sumber: BPS,Diolah
Hal lain yang mendorong rendahnya inflasi volatile food adalah panen
padi yang masih terus berlangsung di berbagai kabupaten pada triwulan laporan.
Seluruh sentra produksi beras di Kalsel, seperti Kabupaten Barito Kuala, Banjar,
dan Tanah Laut masih melakukan panen raya hingga akhir triwulan. Bahkan
menurut informasi dari dinas pertanian, kawasan lebak masih akan panen hingga
akhir Oktober 2011. Dengan kondisi tersebut, harga beras lokal premium berada
di level Rp11.032 per kilogram atau turun 6,06% dari triwulan sebelumnya.
Grafik 2.7 Perkembangan Harga Beras Lokal Premium di Kalsel
Sumber: SPH BI Banjarmasin,Diolah
Selain itu, minimnya curah hujan selama triwulan III-2011 juga
memberikan dampak positif terhadap kegiatan penangkapan ikan, baik ikan
tawar maupun ikan laut. Beberapa komoditas ikan segar yang biasanya menjadi
biang keladi inflasi pada bulan Ramadan malah menunjukkan penurunan harga,
seperti ikan gabus yang semakin mudah ditangkap di rawa-rawa di daerah Hulu
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
31
Sungai seiring surutnya ketinggian air di area tersebut. Pada triwulan laporan ikan
tersebut mengalami deflasi sebesar -24,55% (yoy) setelah pada triwulan
sebelumnya juga mengalami deflasi sebesar -0,01% (yoy).
Grafik 2.8 Perkembangan Harga Ikan Gabus di Kalsel
Sumber: SPH BI Banjarmasin,Diolah
Inflasi volatile food yang rendah juga tidak lepas dari kerja keras seluruh
instansi pemerintah yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)
Provinsi Kalsel. Dengan adanya monitoring lapangan yang intensif khususnya
menjelang dan selama bulan Ramadan serta himbauan Gubernur ataupun aparat
pemerintah lainnya kepada pedagang nampaknya membuat pedagang hanya
menaikkan harga sewajarnya selama bulan Ramadan. Berbagai pasar murah yang
digelar oleh berbagai instansi pemerintah dan perusahaan di Kalimantan Selatan
juga menjaga tingkat fluktuasi harga selama triwulan laporan.
b. INFLASI ADMINISTERED PRICES
Dengan tidak adanya kebijakan baru pemerintah terhadap harga
komoditas tertentu pada triwulan laporan, laju inflasi kelompok barang/jasa yang
harganya ditetapkan pemerintah (administered price) relatif stabil. Inflasi
administered price pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar 6,95% (yoy)
sedikit lebih rendah dibandingkan posisi pada akhir triwulan II-2011 yakni sebesar
7,13% (yoy). Penurunan angka tahunan inflasi administered price lebih
disebabkan mulai hilangnya pengaruh kenaikan TDL pada tahun 2010 lalu. Hal ini
mengingat kebijakan kenaikan TDL rumah tangga mulai diberlakukan pada bulan
Agustus 2010, namun pada akhir triwulan III-2011 pemerintah memutuskan
untuk tidak menaikkan TDL, sehingga efek kenaikan TDL tersebut telah
menghilang sejak bulan Agustus 2011. Hal ini tampak dari angka inflasi tarif listrik
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
32
pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar 0% (yoy), padahal pada akahir
triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 6,39% (yoy).
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Administered Price Kalsel
Sumber: BPS,Diolah
c. INFLASI INTI
Inflasi inti Kalsel pada triwulan laporan tercatat sebesar dari 5,58% (yoy),
atau lebih tinggi dari triwulan II-2011 sebesar 4,06% (yoy). Meningkatnya angka
inflasi tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya tekanan dari sisi
permintaan. Sebagaimana umumnya yang terjadi di Indonesia yang mayoritas
penduduknya muslim, tekanan inflasi Kalsel pada triwulan laporan diwarnai oleh
peningkatan intensitas belanja masyarakat terkait faktor musiman bulan puasa
dan Hari Raya Idul Fitri.
Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Inti Kalsel
Sumber: BPS,Diolah
Dengan meningkatnya permintaan masyarakat, menyebabkan harga
komoditas makanan jadi dan sandang yang menjadi komponen inflasi inti
mengalami kenaikan. Salah satu indikasi kenaikan intensitas belanja masyarakat
terekam dalam pergerakan salah satu indeks Survei Konsumen yang dilaksanakan
oleh Bank Indonesia Banjarmasin. Indeks konsumsi barang tahan lama kembali
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
33
meningkat yakni dari 126,52 pada triwulan II-2011 menjadi 127,27 pada triwulan
III-2011. Pergerakan ini mengindikasikan kegiatan masyarakat dalam membeli
barang elektronik, furniture, pakaian, dan barang tidak habis pakai lainnya
meningkat pada triwulan laporan.
Grafik 2.11 Perkembangan Konsumsi Barang Tahan Lama
Sumber: Survei Konsumen,Diolah
Selain tekanan dari sisi permintaan, kenaikan inflasi inti juga dipengaruhi
oleh faktor eksternal yakni kenaikan harga komoditas emas di pasar internasional
sebagai dampak masih berlanjutnya krisis utang di Eropa. Kenaikan harga emas di
pasar internasional diikuti dengan pergerakan harga komoditas tersebut di pasar
lokal. Harga emas perhiasan pada bulan akhir triwulan laporan sudah menembus
Rp450.312 per gram atau meningkat 22,47% dari triwulan sebelumnya. Tekanan
pada inflasi inti juga diperparah dengan eksekusi kebijakan untuk menaikkan tarif
pendidikan dan rumah sakit pada tahun 2011 yang mulai tercatat efeknya bulan
Agustus.
Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas Perhiasan
Sumber: SPH BI Banjarmasin,Diolah
Meningkatnya tekanan permintaan masyarakat pada triwulan laporan juga
tercermin dari pergerakan Indeks Ekspektasi Konsumen pada triwulan laporan
yang meningkat dari 144,81 menjadi 146,09.
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
34
Grafik 2.13 Perkembangan IEK
Sumber: Survei Konsumen,Diolah
3. INFLASI PEDESAAN
Searah dengan pergerakan inflasi IHK umum, inflasi di daerah pedesaan
juga mengalami penurunan. Hingga akhir triwulan laporan, inflasi pedesaan
mencapai 2,22% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 6,41% (yoy). Secara kumulatif, inflasi pedesaan hingga akhir triwulan
III-2011 baru mencapai 0,50% (ytd), lebih rendah dari posisi yang sama di tahun
sebelumnya yang mencapai 6,58% (ytd).
Tabel 2.2 Inflasi Pedesaan Kalsel
Sumber BPS Provinsi Kalsel
Dilihat dari kelompok barang dan jasa, penurunan inflasi terutama terjadi
pada kelompok bahan makanan, dengan penurunan inflasi dari 7,89% (yoy)
menjadi 5,59% (yoy). Panen padi yang masih terus berlangsung di beberapa
kabupaten nampaknya berhasil menekan harga komoditas bahan makanan secara
umum di daerah pedesaan. Selain itu antrean solar yang mulai berkurang,
khususnya selama bulan Juli dan Agustus 2011, memastikan kelancaran pasokan
bahan makanan ke wilayah pedesaan.
TW II-2011 TW III-2011 TW II-2011 TW III-2011 TW II-2011 TW III-2011UMUM -0.50 -0.96 1.47 0.50 6.41 2.22 Bahan Makanan -1.32 2.16 1.34 3.53 7.89 5.59 Makanan Jadi -0.81 0.75 0.24 0.99 4.28 3.38 Perumahan 1.78 0.74 3.78 4.55 6.34 5.06 Sandang 1.01 0.88 1.91 2.81 5.31 4.87 Kesehatan 1.25 0.16 2.31 2.48 4.33 3.53 Pendidikan 0.14 0.39 0.53 0.92 2.02 1.35 Transportasi 0.34 0.01 0.62 0.63 2.97 1.47
Inflasi Pedesaan
Q-t-Q Y-t-D Y-O-Y
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
35
Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kelompok Bahan Makanan
Sumber: BPS Kalsel, diolah
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
37
Boks 1. Gerakan Bersama Kalsel Tangkal Inflasi Ramadhan – Idul fitri
Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri di Kalimantan Selatan umumnya
ditandai dengan melambungnya harga berbagai kebutuhan pokok mulai dari
bahan makanan, makanan jadi, pakaian, hingga perabotan rumah tangga.
Budaya masyarakat yang gegap gempita dalam menyambut hari raya Idul Fitri
yang diikuti dengan aktivitas konsumsi yang cukup besar, telah mendorong
tekanan inflasi. Jika tidak diimbangi dengan pasokan barang yang memadai, akan
mendorong laju inflasi yang lebih tinggi.
Mengantisipasi hal tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
Provinsi Kalsel menggelar Rapat Koordinasi pada tanggal 19 Juli 2011. Pada rapat
tersebut dibicarakan mengenai kondisi pasokan berbagai komoditas pangan
strategis dan sejumlah inisiatif pemda untuk meminimalisir inflasi, termasuk
rencana aksi bersama untuk meredam tekanan inflasi di bulan Ramadan dan Idul
Fitri.
Dari hasil rapat tersebut diperoleh informasi dari Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Dinas Peternakan Provinsi Kalsel bahwa pasokan beras, daging ayam
ras, telur ayam ras, dan daging sapi dalam kondisi aman hingga akhir tahun.
Pasokan beras diperkirakan akan aman hingga akhir tahun dan mengalami total
surplus sebesar 621.842 ton.
Adapun beberapa program yang telah dilaksanakan instansi dalam rangka
menjaga stabilitas harga bahan pokok antara lain :
1. Pemprov Kalsel memberikan DPM-LUEP kepada penggilingan beras lokal
premium untuk membantu petani dalam pemasaran gabah pada saat panen
raya sebesar Rp15 miliar.
2. Pemberian bantuan peralatan pasca panen oleh Dinas Pertanian Provinsi Kalsel
3. Disperindag Prov Kalsel mengadakan kegiatan pasar murah mulai tanggal 13
Juli 2011 sampai dengan tanggal 25 Agustus 2011.
Selain itu, sebagai tindak lanjut rapat tanggal 19 Juli 2011 juga
disepakati pelaksanaan beberapa aksi bersama untuk meredam laju inflasi
pada momentum bulan puasa dan Idul Fitri sebagai berikut:
1. Monitoring bersama stok pangan di lapangan
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
38
Boks 1. Gerakan Bersama Kalsel Tangkal Inflasi Ramadhan – Idul fitri
• Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui secara pasti kondisi stok
kebutuhan pokok masyarakat di pasar, serta memberikan efek kejut bagi
para pedagang sehingga mereka segan untuk melakukan permainan
harga.
• Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2011 di Pasar Kelayan,
Pasar Antasari, dan gudang distributor beras di Banjarmasin. Kegiatan
yang dipimpin oleh Kepala Disperindag Provinsi Kalsel ini diikuti oleh
perwakilan TPID dari Bank Indonesia Banjarmasin, Dinas Pertanian, Biro
Ekonomi Setda Provinsi Kalsel, dan Bulog.
• Dari hasil pemantauan tersebut didapatkan hasil bahwa kondisi stok
beras, gula pasir, telur ayam ras, minyak goreng, daging ayam, dan
komoditas pokok lainnya berada dalam kondisi normal dan aman.
Pasokan barang tersebut, baik dari lokal Kalsel maupun Pulau Jawa dinilai
pedagang relatif lancar bahkan melimpah. Di antara berbagai komoditas
tersebut hanya beras Jawa saja yang tercatat mengalami kenaikan,
sementara beras lokal yang disukai mayoritas warga Banjarmasin justru
mengalami penurunan harga karena adanya panen di Kabupaten Barito
Kuala.
2. Siaran Pers Bersama
• Tujuan aksi ini adalah untuk menenangkan masyarakat dan menghimbau
masyarakat agar tidak melakukan konsumsi yang berlebihan pada saat
menjalankan ibadah puasa dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Selain itu
diharapkan kepada para pedagang untuk tidak menaikkan harga secara
berlebihan.
• Siaran pers dipimpin oleh Sekda Provinsi Kalsel pada tanggal 29 Juli 2011
dan dimuat di berbagai media lokal cetak dan elektronik.
• Aksi ini diperkuat dengan imbauan yang dilakukan oleh Gubernur Kalsel
melalui media massa yang menyerukan agar masyarakat tidak melakukan
konsumsi yang berlebihan selama bulan Ramadan.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
49
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
39
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Berbagai indikator utama kinerja perbankan di Kalimantan Selatan
pada triwulan III-2011 secara umum menunjukan peningkatan. Indikasi ini
terlihat dari pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit
yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu kualitas
kredit, secara umum mencatat perbaikan sebagaimana ditunjukkan oleh
penurunan rasio NPL dari 2,77% menjadi 2,60%.
1. PERKEMBANGAN BANK UMUM
1.1. Perkembangan Volume Usaha dan Kelembagaan Bank Umum
Hingga akhir triwulan III-2011, aset perbankan di Provinsi Kalsel telah
mencapai Rp31,36 triliun atau naik 8,11% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp29,01 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan
aset perbankan mencapai 23,63% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya sebesar 20,89% (yoy).
Tabel 3.1 Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalimantan Selatan
Meningkatnya laju pertumbuhan volume usaha bank umum ini terutama
disumbang oleh kelompok bank umum pemerintah yang pada triwulan laporan
membukukan pertumbuhan sebesar 22,67% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan
pada akhir triwulan II-2011 yang hanya sebesar 16,85% (yoy). Sementara itu,
Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3Aset Rp triliun 21.07 21.54 22.40 23.99 25.36 26.17 27.31 29.01 31.36
(y-o-y) 17.09% 16.68% 14.22% 15.61% 20.36% 21.46% 21.88% 20.89% 23.63%
(q-t-q) 6.62% 2.24% 3.99% 7.09% 5.72% 3.18% 4.34% 6.23% 8.11%DPK Rp triliun 16.87 17.78 18.43 19.24 20.02 21.31 21.96 23.82 25.72
(y-o-y) 9.12% 10.64% 7.14% 14.34% 18.71% 19.82% 19.12% 23.78% 28.45%
(q-t-q) 0.21% 5.43% 3.66% 16.21% 4.05% 6.42% 3.05% 8.48% 7.97%Kredit (Lokasi Proyek) Rp triliun 16.64 17.53 16.94 18.96 20.35 20.15 22.55 23.88 25.79
(y-o-y) 8.38% 9.04% 5.16% 16.52% 22.33% 14.96% 33.12% 25.93% 26.73%
(q-t-q) 2.23% 5.36% -3.35% 11.92% 7.33% -0.98% 11.92% 5.88% 8.02%
LDR (Lokasi proyek) 98.63% 98.57% 91.91% 98.53% 101.64% 94.57% 102.71% 100.24% 100.27%
NPL gross (Lokasi proyek) 4.28% 2.14% 2.15% 2.15% 2.10% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60%
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Sumber: Bank Indonesia
2011Uraian Satuan
2009 2010
3
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
40
pertumbuhan aset bank umum swasta mengalami perlambatan, dari triwulan
sebelumnya yang mencapai 32,65% (yoy) menjadi 26,19% (yoy).
Pertumbuhan aset bank umum Kalimantan Selatan terutama didorong
oleh bertambahnya jaringan kantor dan peningkatan status kantor. Selama
triwulan III-2011, jaringan kantor bank umum telah bertambah dengan dibukanya
4 KCP, 3 kantor unit, dan 1 KCS, sehingga jumlah seluruh kantor bank umum
menjadi 25 bank umum dan 4 unit usaha syariah, yang didukung oleh 324
jaringan kantor, tidak termasuk sentra operasi payment point (SOPP) dan kantor
fungsional.
Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan (yoy)
Sumber: LBU Kalimantan Selatan, diolah
1.2. Penghimpunan Dana Masyarakat
Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum Kalimantan
Selatan pada triwulan III-2011 mencapai Rp25,72 triliun atau tumbuh 28,45%
(yoy). Pertumbuhan pada triwulan ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 23,78% (yoy).
Seluruh jenis simpanan, baik deposito, giro, maupun tabungan tumbuh
meningkat. Deposito tumbuh 23,10% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
sebesar 22,25% (yoy). Pertumbuhan giro melonjak dari 19,72% (yoy) pada
triwulan II-2011 menjadi 30,11% (yoy). Demikian pula tabungan tumbuh 30,11%
(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 26,26% (yoy).
Akselerasi pertumbuhan deposito diperkirakan terkait dengan
meningkatnya laba lembaga keuangan non bank yang antara lain diindikasikan
oleh pesatnya penyaluran kredit konsumtif kepada masyarakat sampai dengan
22.67%
26.19%
23.63%
0%5%
10%15%20%25%30%35%40%45%
Tw 3-08
Tw 4-08
Tw 1-09
Tw 2-09
Tw 3-09
Tw 4-09
Tw 1-10
Tw 2-10
Tw 3-10
Tw 4-10
TW 1-11
TW 2-11
TW 3-11
Growth Asset Bank Umum Pemerintah (y-o-y)
Growth Asset Bank Umum Swasta (y-o-y)
Growth Asset Bank Umum Kalsel (y-o-y)
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
41
triwulan laporan. Hal ini dikonfirmasi oleh deposito milik lembaga keuangan non
bank yang tumbuh sebesar 116,73% (yoy), jauh lebih tinggi dari pertumbuhan
tahun sebelumnya sebesar 42% (yoy).
Peningkatan pertumbuhan tahunan deposito, juga dipengaruhi oleh
pertumbuhan deposito milik perorangan, yaitu dari 22,32% (yoy) menjadi
26,10% (yoy). Suku bunga deposito yang relatif lebih menarik dibandingkan suku
bunga tabungan, telah meningkatkan minat sebagian nasabah tabungan untuk
mengalihkan jenis simpanannya. Berdasarkan data LBU, suku bunga tertimbang
deposito milik perorangan mencapai 6,37%, sementara tabungan hanya 2,73%.
Lonjakan pertumbuhan giro terutama bersumber dari pertumbuhan giro
milik pemda. Giro milik pemda pada triwulan laporan tumbuh 30,53% (yoy) lebih
tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 11,08% (yoy). Kondisi
ini disebabkan oleh realisasi belanja pemda yang masih belum optimal sampai
dengan triwulan laporan. Realisasi belanja daerah APBD Provinsi Kalimantan
Selatan, misalnya, pada triwulan laporan baru mencapai 59,56% atau lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai
67,54%. Berdasarkan informasi dinas terkait, belum optimalnya realisasi belanja
ini lebih disebabkan oleh faktor teknis, dimana beberapa pelaksana proyek belum
melakukan penagihan atas proyek-proyek yang telah direalisasikan.
Sementara itu realisasi pos pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan
dalam periode yang sama telah mencapai 71,39% dari target, jauh di atas
realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 53,13%.
Hal ini juga membantu memperbesar pundi-pundi giro pemda yang mengendap
di perbankan.
Meningkatnya pertumbuhan giro kali ini juga bersumber dari
pertumbuhan giro sektor swasta. Masih terjaganya laju pertumbuhan ekspor
unggulan Kalsel di level yang tinggi, serta iklim perekonomian Kalsel yang relatif
baik berdampak positif terhadap kondisi keuangan di sektor usaha. Giro milik
sektor swasta non lembaga keuangan tercatat tumbuh 42,75% (yoy), lebih tinggi
dari triwulan sebelumnya sebesar 28,30% (yoy).
Pertumbuhan dana juga terjadi pada komponen tabungan milik
perseorangan yang tumbuh dari 23,23% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi
27,87% (yoy). Fenomena ini berbeda dengan tahun sebelumnya dimana pada
pada triwulan berlangsungnya perayaan Idul Fitri, pergerakan dana tabungan
cenderung melambat seiring meningkatnya konsumsi masyarakat. Berdasarkan
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
42
informasi sejumlah bank, pada saat ini masyarakat lebih cenderung
memanfaatkan fasilitas kredit yang ditawarkan oleh perbankan maupun lembaga
keuangan non bank seiring tren penurunan suku bunga.
Grafik 3.2. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan (yoy)
Sumber: Datawarehouse Bank Indonesia, diolah
1.3. Penyaluran Kredit
Kredit yang disalurkan oleh bank umum Kalimantan Selatan (kredit
menurut lokasi bank) hingga akhir triwulan III-2011 mencapai Rp19,97 triliun atau
tumbuh 23,65% dari posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu
kredit yang disalurkan seluruh bank umum ke wilayah Kalimantan Selatan (kredit
menurut lokasi proyek) pada triwulan laporan mencapai Rp25,78 triliun atau
tumbuh sebesar 26,73% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011 yang
mencatat pertumbuhan 25,92% (yoy).
Dilihat dari jenis penggunaannya, meningkatnya laju pertumbuhan kredit
terutama terjadi pada kredit investasi yang mencapai 34,27% (yoy), lebih tinggi
dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 23,65% (yoy). Meningkatnya
pertumbuhan kredit investasi ini terkait dengan membaiknya ekspektasi pelaku
usaha di sektor pertanian dan sektor pertambangan seiring dengan meningkatnya
produksi kedua sektor tersebut selama triwulan III-2011, serta bertahannya harga
komoditas perkebunan dan batubara di level yang tinggi. Hal tersebut tercermin
dari hasil SKDU, di mana saldo bersih tertimbang (SBT) ekspektasi sektor pertanian
meningkat dari 5,12 menjadi 9,16 dan sektor pertambangan yang meningkat dari
0,67 menjadi 3,73.
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2009 2010 2011
Giro Tabungan Deposito DPK
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
43
Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Kalsel Menurut Jenis Penggunaan (yoy)
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah
Peningkatan pertumbuhan kredit kali ini juga bersumber dari kredit
konsumsi yang tumbuh 30,19% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
sebesar 28,35% (yoy). Peningkatan tersebut terkait dengan lonjakan konsumsi
masyarakat menjelang hari Raya Idul Fitri terutama untuk barang-barang seperti
kendaraan bermotor dan perabotan rumah tangga. Berdasarkan data LBU,
beberapa komponen kredit konsumsi tumbuh meningkat, seperti kredit
kepemilikan kendaraan dari 39,12% (yoy) menjadi 63,99% (yoy), kredit barang
furniture dari 52,53% (yoy) menjadi 96,55% (yoy), dan kredit barang elektronik
melonjak fantastis dari 113,3%(yoy) menjadi 872,45% (yoy).
Meningkatnya pertumbuhan kredit tidak terlepas dari kondisi suku bunga
kredit yang terus mengalami penurunan. Rata-rata suku bunga kredit tertimbang
di wilayah Kalimantan Selatan selama triwulan III-2011 tercatat sebesar 12,75%
atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 13,26%.
Grafik 3.4. Komposisi Kredit Sektoral Kalimantan Selatan
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
TW II-2009
TW III-2009
TW IV-2009
TW I-2010
TW II-2010
TW III-2010
TW IV-2010
TW I-2011
TW II-2011
TW III-2011
g. kredit (y-o-y) g. konsumsi (y-o-y)g. investasi (y-o-y) g. modal kerja (y-o-y)
Pertanian 9% Pertambangan
7%
Industri pengolahan
5%
Listrik,Gas dan Air 1%
Konstruksi 4%
Perdagangan 18%
Pengangkutan 6%
Jasa Dunia Usaha
8%
Jasa Sosial Masyarakat
2%
Lain-lain 40%
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
44
Dilihat dari sektor ekonominya, pangsa kredit masih didominasi oleh kredit
pada sektor lain-lain, yang umumnya bersifat konsumtif (40%), diikuti sektor
perdagangan (18%) dan sektor pertanian (9%). Sedangkan jika dilihat dari
pertumbuhan kreditnya, sumber peningkatan pertumbuhan kredit kali ini berasal
dari sektor pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan. Masih cukup
prospektifnya perkembangan sektor perkebunan, turut mendorong ekspansi
kredit ke sektor pertanian, sehingga kredit di sektor tersebut tumbuh meningkat
dari sebelumnya -7,38% (yoy) menjadi 10,76% (yoy). Sementara itu kredit di
sektor perdagangan tumbuh meningkat dari 16,5% (yoy) menjadi 27,3% (yoy)
karena pengaruh meningkatnya tekanan permintaan menjelang Hari Raya Idul
Fitri. Di sisi lain, berkembangnya industri pengolahan bijih besi dan minyak sawit
menjadi pemicu meningkatnya pertumbuhan kredit di sektor industri pengolahan
dari 21,34% (yoy) menjadi 45,75%(yoy).
Dengan meningkatnya pertumbuhan DPK dan kredit, maka LDR
berdasarkan kredit lokasi proyek mencapai 100,27% atau meningkat tipis dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,23%.
Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan
Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
1.4. Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit
Dari sisi manajemen risiko, laju pertumbuhan kredit saat ini belum
berpotensi memberi tekanan pada risiko likuiditas bank umum yang beroperasi di
Kalimantan Selatan. Hal ini terindikasi dari LDR berdasarkan lokasi bank yang
turun dari 79,28% menjadi 77,66%. Angka LDR tersebut masih berada dalam
batas kewajaran.
80%
90%
100%
110%
0.00
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
Miliar Rp LDR (%)
DPK Kredit (lokasi proyek) LDR
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
45
Tabel 3.2. Perkembangan NPL Bank Umum Kalimantan Selatan
Trw I Trw I I Trw I I I Trw IV Trw I Trw I I Trw I I I
Nominal NPL 375,038 362,383 407,265 427,750 427,785 647,745 662,543 670,990
NPL % 2.14% 2.15% 2.15% 2.10% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60%
NPL per jenis penggunaan
Modal Kerja 2.98% 3.28% 3.05% 2.98% 3.76% 5.24% 5.11% 4.71%
Investasi 2.57% 2.33% 2.59% 2.20% 1.32% 2.48% 2.28% 2.17%
Konsumsi 0.93% 1.11% 1.08% 1.20% 1.18% 1.21% 1.22% 1.18%
NPL per sektor ekonomi
Pertanian 3.36% 3.71% 2.97% 4.61% 0.32% 0.62% 2.16% 1.92%
Pertambangan 1.04% 0.51% 0.85% 0.91% 1.69% 3.80% 6.70% 2.26%
Industri pengolahan 2.58% 5.41% 6.21% 6.70% 6.73% 9.48% 9.73% 8.81%
Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.15% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.59%
Konstruksi 6.71% 2.12% 1.59% 3.57% 7.64% 7.26% 7.52% 6.82%
Perdagangan 3.62% 3.77% 3.80% 2.41% 2.70% 3.00% 3.00% 3.18%
Pengangkutan 0.31% 2.30% 2.32% 2.16% 2.19% 9.12% 0.64% 5.10%
Jasa Dunia Usaha 1.20% 1.31% 1.11% 0.93% 1.03% 2.34% 2.17% 1.75%
Jasa Sosial Masyarakat 1.06% 1.08% 1.68% 0.99% 1.94% 1.12% 1.46% 1.67%
Lain-lain 0.93% 1.20% 1.16% 1.22% 1.23% 1.24% 1.27% 2.60%
2011NPL Kredit
20102009
Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
Sementara itu risiko kredit yang diindikasikan oleh rasio NPL, mencatat
penurunan dari 2,77% menjadi 2,60%. Ditinjau dari jenis penggunaannya,
membaiknya rasio kredit bermasalah (NPL) tersebut terutama disebabkan oleh
turunnya NPL pada kredit produktif, baik kredit modal kerja maupun kredit
investasi. Dilihat dari sektor ekonomi, penurunan rasio NPL yang paling drastis
terjadi pada sektor pertambangan, yakni dari 6,7% menjadi 2,26% seiring
dengan penyelesaian masalah sengketa lahan pertambangan di salah satu bank.
1.5. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)
Selaras dengan perkembangan kredit secara umum, kredit dengan skala
MKM tumbuh meningkat dari 28,99% (yoy) menjadi 33,10% (yoy). Posisi kredit
MKM di Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 mencapai Rp16,33 triliun
dengan pangsa sebesar 63,32% dari total penyaluran kredit bank umum. Rasio ini
relatif stabil dari triwulan sebelumnya yang mencapai 63,4%.
Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Skala MKM Bank Umum Kalimantan Selatan
sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW IIIMikro 3,216,019 3,454,843 3,429,517 3,384,252 4,181,025 4,238,688 4,389,846 Kecil 4,671,362 5,127,336 5,514,156 5,189,183 6,393,894 6,990,788 7,703,204 Menengah 2,918,430 3,153,624 3,323,732 3,402,769 3,634,813 3,908,889 4,235,257
Total Kredit MKM 10,805,811 11,735,803 12,267,405 11,976,204 14,209,732 15,138,364 16,328,307
Kredit(Rp Juta)
2010 2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
46
Sementara itu, kredit MKM produktif tumbuh sebesar 32,03% (yoy), lebih
tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 27,95% (yoy). Secara
rinci, kredit modal kerja tumbuh melambat dari 28,53% (yoy) menjadi 26,02%
(yoy), sedangkan kredit investasi tumbuh meningkat dari 26,23% (yoy) pada
triwulan sebelumnya menjadi 52,83% (yoy).
Dilihat dari sektor ekonominya, meningkatnya pertumbuhan kredit
produktif berskala MKM pada triwulan laporan terutama bersumber dari
pertumbuhan kredit di sektor PHR yang meningkat dari 21,66% (yoy) menjadi
25,03% (yoy). Sektor lainnya yang juga mencatat pertumbuhan adalah sektor jasa
dunia usaha yang tumbuh meningkat dari 25,32% (yoy) menjadi 42,63% (yoy),
serta sektor pertanian yang pertumbuhannya mencapai 87,48% (yoy) jauh lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 29,82% (yoy).
Grafik 3.6. Perkembangan KUR Kalsel
Khusus untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), berdasarkan data Kementrian
Koordinator Perekonomian, pada triwulan laporan tercatat plafon yang telah
disetujui sebesar Rp1,49 triliun atau naik 9,87% (qtq) dari triwulan sebelumnya
yang mencapai Rp1,36 triliun. Secara tahunan, plafon KUR tersebut mencatat
perlambatan dari 79,76% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi 29,32% (yoy) pada
triwulan III-2011. Dengan demikian, pangsa plafon KUR Kalsel terhadap nasional
sedikit mengalami penurunan dari 2,77% menjadi 2,63%. Plafon KUR tersebut
untuk membiayai 102.475 debitur, atau naik 8,56% dari triwulan sebelumnya
yang tercatat sebanyak 94.392 debitur. Secara tahunan, pertumbuhan debitur
KUR masih relatif tinggi, meskipun melambat dari triwulan sebelumnya, yaitu dari
56,82% (yoy) menjadi 43,15% (yoy).
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
Plafon Realisasi Debitur
80%
292%
57%
29%
59%43%
yoy
Sumber : Data Menko PerekonomianTW II 2011 TW III 2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
47
2. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH
Berbeda dengan pertumbuhan perbankan secara umum yang mengalami
perbaikan hampir di seluruh indikator, kinerja perbankan syariah sedikit melambat
khususnya dari sisi pertumbuhan pembiayaan dan volume usaha. Pada akhir
triwulan laporan, aset bank umum dan unit usaha syariah di Kalsel mencapai
Rp2,01 triliun, atau meningkat 3,11% (qtq) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Namun secara tahunan pekembangan volume usaha kelompok ini
melambat dari 60,01% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 30,08% (yoy).
Secara tahunan, laju pertumbuhan pembiayaan syariah untuk berbagai
kegiatan ekonomi tumbuh di level yang tinggi yakni 32,03% (yoy), meskipun
sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 33,23%
(yoy). Dari sisi nominal, pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah ke
Kalimantan Selatan (berdasarkan lokasi proyek) telah mencapai Rp1,79 triliun.
Tabel 3.4. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia dan LBUS, diolah
Melambatnya pembiayaan syariah pada triwulan laporan terutama
disebabkan oleh pembiayaan modal kerja yang hanya tumbuh 4,67% (yoy),
setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 18,31% (yoy). Turunnya pertumbuhan
pembiayaan modal kerja ini terutama terjadi pada sektor konstruksi dan jasa
dunia usaha. Sementara itu, kondisi yang lebih baik dialami oleh pertumbuhan
pembiayaan jenis investasi yang meningkat, yaitu dari 14,01% (yoy) menjadi
31,85% (yoy).
Sama halnya dengan pembiayaan modal kerja, pembiayaan konsumtif
pada triwulan laporan juga mencatat perlambatan. Pembiayaan konsumtif pada
akhir triwulan III-2011 mencapai Rp601 miliar atau tumbuh 85,96% (yoy),
meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 93,21% (yoy).
Melambatnya pertumbuhan pembiayaan syariah konsumtif ini terjadi pada
pembiayaan untuk kepemilikan rumah dan perabot rumah tangga. Perlambatan
ini terutama dipengaruhi oleh masih adanya anggapan relatif mahalnya
TW II-2010 TW III-2010 TW IV-2010 TW I-2011 TW II-2011 TW III-2011Asset 1,220,273 1,547,818 1,755,752 1,773,417 1,952,619 2,013,382
Pembiayaan lokasi proyek 1,244,071 1,359,027 1,463,515 1,583,914 1,657,503 1,794,309 Dana 1,086,770 1,029,282 1,204,599 1,201,944 1,341,451 1,540,679
FDR lokasi proyek 114.47% 132.04% 121.49% 131.78% 123.56% 116.46%
NPF lokasi proyek (%) 0.54% 0.76% 1.40% 7.63% 7.21% 6.62%
Keterangan(Juta Rp)
Posisi
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
48
pembiayaan bank syariah dibandingkan bank konvensional di tengah tren
penurunan suku bunga.
Perkembangan DPK perbankan syariah pada akhir triwulan III-2011
mencapai Rp1,54 triliun atau tumbuh 49,68% (yoy), lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 23,43% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan simpanan
syariah ini terjadi pada seluruh jenis simpanan, khususnya giro dan deposito yang
meningkat secara signifikan. Giro tumbuh meningkat dari 8,45% (yoy) menjadi
60,37% (yoy), sedangkan deposito dari 29,08% (yoy) menjadi 61,14% (yoy).
Tabungan juga tumbuh meningkat dari 24,19% (yoy) pada triwulan II-2011
menjadi 42,00% (yoy).
Meningkatnya DPK perbankan syariah antara lain dipengaruhi oleh mulai
masuknya pembayaran biaya haji dari para calon jamaah maupun keperluan
nasabah untuk pelaksanaan haji nantinya. Hal ini terindikasi dari meningkatnya
tabungan syariah dalam bentuk valas dari 20,12% (yoy) menjadi 31,67% (yoy).
Meningkatnya pertumbuhan penghimpunan dana yang diiringi dengan
melambatnya pertumbuhan pembiayaan, mendorong penurunan financing to
deposit ratio (FDR) pada triwulan III-2011 menjadi 116,46% setelah pada triwulan
sebelumnya tercatat sebesar 123,56%.
Sementara itu risiko pembiayaan bermasalah yang tercermin dari rasio NPF
tercatat membaik, meskipun masih berada pada level yang cukup tinggi. NPF
perbankan syariah Kalimantan Selatan pada akhir triwulan III-2011 mencapai
6,62%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,21%.
123.56%
116.46%
70%
80%
90%
100%
110%
120%
130%
140%
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2,000,000
TW III-2009
TW IV-2009
TW I-2010
TW II-2010
TW III-2010
TW IV-2010
TW I-2011
TW II-2011
TW III-2011
Dana Pembiayaan lokasi proyek FDR lokasi proyek
11.62%
7.63% 7.21%
6.62%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
NPF lokasi proyek (%)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Syariah, diolah
Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK dan FDR Bank Syariah
Kalimantan Selatan
Grafik 3.8 Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
49
Turunnya NPF tersebut terutama bersumber dari penurunan NPF di sektor
pertambangan seiring telah diselesaikannya kasus yang terkait sengketa hukum
perusahaan tambang.
3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Secara umum berbagai indikator kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
pada triwulan III-2011 masih tumbuh cukup tinggi, meskipun melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama pertumbuhan kredit dan volume
usaha. Di sisi lain, pertumbuhan DPK masih mencatat peningkatan, namun diiringi
risiko kredit yang terindikasi meningkat.
Tabel 3.5. Perkembangan Indikator BPR Kalimantan Selatan
Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah
Dari sisi jaringan kantor, jumlah BPR Kalimantan Selatan tidak mengalami
perubahan yaitu sebanyak 23 BPR yang terdiri dari 18 BPR milik pemerintah
daerah dan 5 BPR berbentuk perseroan terbatas. Adapun rencana pendirian BPR
di Kabupaten Kotabaru masih menunggu proses pengajuan izin operasional,
mengingat izin prinsip telah diberikan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia
beberapa waktu yang lalu.
Total aset BPR Kalimantan Selatan pada akhir triwulan laporan mencapai
Rp422 miliar atau tumbuh 34,49% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya
yang pertumbuhannya mencapai 53,27% (yoy). Tidak adanya perkembangan
yang berarti dalam perluasan jaringan kantor, perlambatan pertumbuhan
penyaluran kredit yang dibarengi dengan menurunnya kualitas kredit selama
triwulan laporan diduga menjadi penyebab perlambatan ini.
Tw 4 2009 Tw 1 2010 Tw 2 2010 Tw 3 2010
Tw 4 2010 Tw 1 2011
Tw 2 2011
Tw 3 2011
Jumlah BPR 23 23 23 23 23 23 23 23PD 18 18 18 18 18 18 18 18PT 5 5 5 5 5 5 5 5Total Aset 272 270 295 314 371 417 452 422 DPK 168 176 163 151 192 232 280 264 - Tabungan 63 64 65 70 77 84 85 91 - Deposito 105 113 99 82 115 148 195 173 Kredit 209 202 239 234 264 319 319 310 LDR 124.22% 114.57% 146.04% 154.26% 136.99% 137.61% 113.91% 117.51%NPL (%) 4.64% 4.74% 4.38% 4.47% 3.11% 3.82% 3.77% 6.58%
Indikator2009 2010 2011
Sumber: Bank Indonesia
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
50
Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan BPR mencapai 32,87%
(yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 33,66% (yoy). Dilihat dari jenis penggunaannya, melambatnya
pertumbuhan kredit BPR ini terutama terjadi pada kredit investasi, yaitu dari
109,29% (yoy) menjadi 71,87% (yoy) dengan nilai sebesar Rp215,5 miliar.
Sementara itu kredit modal kerja dan kredit konsumsi masih mencatat
peningkatan. Kredit modal kerja tumbuh 24,39% (yoy), lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,69% (yoy). Demikian juga dengan kredit
konsumsi yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 18,04%, atau lebih tinggi dari
triwulan I-2011 yang tumbuh 8,72% (yoy).
Di sisi lain, penghimpunan dana masyarakat tumbuh sebesar 74,42%
(yoy), sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 71,35%
(yoy). Dilihat dari jenis simpanannya, peningkatan ini terutama terjadi pada jenis
simpanan deposito yang mengalami peningkatan pertumbuhan hingga 111,55%
(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 98,10% (yoy). Tingginya
pertumbuhan deposito ini salah satunya dipengaruhi meningkatnya minat
masyarakat dalam menyimpan dananya di BPR seiring penawaran suku bunga
deposito BPR yang relatif lebih baik. Selaras dengan itu, perkembangan tabungan
juga tumbuh meningkat dari 30,56% (yoy) menjadi 30,92% (yoy).
Namun demikian, kualitas kredit yang disalurkan BPR mengalami
penurunan. Pada akhir triwulan III-2011, rasio NPL (gross) BPR tercatat sebesar
6,58% lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya 3,77%.
Dengan perkembangan tersebut, LDR BPR Kalimantan Selatan pada akhir
triwulan III-2011 mengalami sedikit peningkatan dari 113,91% pada akhir
triwulan II-2011 menjadi 117,51%. LDR BPR yang melebihi angka 100% menjadi
indikasi bahwa BPR masih harus membuat terobosan inovatif dalam menghimpun
dana dari masyarakat, antara lain melalui kegiatan promosi dan penciptaan
produk simpanan yang lebih kompetitif, serta peningkatan layanan yang lebih
menjawab kebutuhan masyarakat di segmen pasarnya. Penerapan program
weekend banking, perubahan jam buka tutup kantor, serta perluasan jaringan
kantor yang mengarah pada terpenuhinya kebutuhan masyarakat dapat menjadi
alternatif untuk meningkatkan daya saing.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
51
Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah
4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Kalimantan Selatan selama
triwulan III-2011 menunjukkan adanya peningkatan yang ditandai oleh
peningkatan volume transaksi tunai dan non tunai. Transaksi tunai mengalami
peningkatan yang diindikasikan oleh arus uang tunai keluar (outflow) dari Bank
Indonesia Banjarmasin. Sementara transaksi non tunai khususnya RTGS juga
mencatat adanya peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
4.1. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI
Kegiatan transaksi sistem pembayaran tunai tercermin dari aliran uang
keluar dan masuk dari/ke Bank Indonesia Banjarmasin (outflow dan inflow),
kegiatan penukaran uang, dan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB).
a. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Selama triwulan III-2011, total perputaran aliran uang kartal mengalami
peningkatan 77,34% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp2,12
triliun menjadi Rp3,76 triliun. Peningkatan tersebut terjadi baik pada aliran uang
keluar (outflow), maupun aliran uang masuk (inflow). Selama triwulan laporan,
aliran uang keluar (outflow) meningkat sebesar 66,18% (qtq) atau dari Rp1,13
triliun menjadi Rp1,88 triliun. Sementara aliran uang masuk (inflow) meningkat
sebesar 90,07% (qtq) dari Rp990,52 miliar menjadi Rp1,88 triliun. Dengan
perkembangan tersebut terjadi net inflow sebesar Rp139,58 miliar.
71.35%74.42%
33.66% 32.87%
113.91%
117.51%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
-20%-10%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%
Tw 4 2009
Tw 1 2010
Tw 2 2010
Tw 3 2010
Tw 4 2010
Tw 1 2011
Tw 2 2011
Tw 3 2011
growth DPK (y-o-y) growth Kredit (y-o-y) LDR
319 319 310
3.82%3.77%
6.58%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
Rp0
Rp50
Rp100
Rp150
Rp200
Rp250
Rp300
Rp350
Tw 4 2009
Tw 1 2010
Tw 2 2010
Tw 3 2010
Tw 4 2010
Tw 1 2011
Tw 2 2011
Tw 3 2011
Kredit (Rp Miliar)
Kredit NPL (%)
Grafik 3.10 Perkembangan Kredit dan Rasio NPL BPR
Grafik 3.9 Pertumbuhan (yoy) Kredit dan DPK serta LDR BPR
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
52
Grafik 3.11 Perkembangan Inflow dan Outflow (dalam jutaan Rupiah)
Sumber: BI Banjarmasin, diolah
Meningkatnya aliran uang keluar (outflow) pada triwulan laporan
mengindikasi peningkatan kebutuhan masyarakat akan uang tunai. Hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor musiman bulan Ramadan dan peringatan Hari Raya Idul
Fitri yang ditandai oleh meningkatnya tekanan konsumsi masyarakat, terutama
untuk belanja berbagai kebutuhan pokok. Di lain sisi, meningkatnya aliran uang
masuk (inflow) merupakan fenomena arus balik uang pasca hari raya. Kondisi ini
terindikasi dari jumlah inflow pada bulan September 2011 yang mencapai Rp1,2
triliun atau 64% dari jumlah seluruh aliran uang masuk selama triwulan laporan.
b. Perkembangan Penukaran Uang Rupiah
Selama triwulan laporan, jumlah nominal penukaran uang melalui BI
Banjarmasin mencapai Rp98,79 miliar atau meningkat 198,04%(qtq) dari triwulan
sebelumnya yang hanya sebesar Rp33,14 miliar. Peningkatan ini terutama
didorong oleh faktor budaya masyarakat yang ingin bertransaksi menggunakan
uang baru selama Hari Raya Idul Fitri. Selain itu peningkatan aktivitas
perdagangan eceran juga ikut meningkatkan aktivitas penukaran uang yang
melalui BI Banjarmasin.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
53
Grafik 3.12 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah
Sumber: BI Banjarmasin, diolah
Dilihat dari jumlah lembar/keping uang yang ditukarkan masyarakat, jenis
pecahan yang paling diminati adalah uang kertas pecahan Rp2.000. Volume
penukaran uang pecahan jenis ini mencapai 22% dari total lembar/keping uang
yang ditukarkan. Pecahan rupiah lainnya yang juga diminati masyarakat adalah
pecahan kertas Rp1.000 yang volumenya mencapai 19,65%, diikuti uang kertas
Rp5000 dan Rp 10.000 masing-masing 18,16% dan 10,70% dari total lembar/
keping uang yang ditukarkan.
Grafik 3.14. Pangsa Pecahan Uang dalam Kegiatan Penukaran Uang di Bank Indonesia Banjarmasin
Sumber: BI Banjarmasin, diolah
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
54
c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Seiring dengan meningkatnya jumlah uang kartal masuk (inflow), jumlah
nominal PTTB mengalami peningkatan sebesar 19,43% (qtq), yaitu dari Rp589,94
miliar menjadi Rp704,589 miliar. Pada triwulan laporan terdapat 21,63 juta
lembar uang yang diracik karena kondisinya sudah lusuh dan tidak layak edar.
Namun demikian, dilihat dari jumlah lembar, terdapat penurunan sebesar 15,12%
(qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
Jumlah nominal uang tidak layak edar yang dimusnahkan sudah jauh
berkurang apabila dibandingkan dengan triwulan III-2010 dimana jumlah uang
yang dimusnahkan mencapai Rp1,21 triliun atau terjadi penurunan sebesar 42%
dari tahun sebelumnya. Turunnya jumlah PTTB tersebut sedikit banyak juga
mengindikasikan bahwa masyarakat semakin teredukasi tentang bagaimana cara
memperlakukan uang dengan baik agar uang tidak cepat rusak atau lusuh.
Grafik 3.15 Perkembangan Triwulanan Kegiatan Pemusnahan Melalui PTTB
Sumber: BI Banjarmasin, diolah
d. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan
Meskipun secara nominal jumlah uang palsu yang ditemukan relatif kecil,
namun dalam triwulan III-2011 temuan uang palsu ini mengalami peningkatan.
Uang palsu ini berasal dari penukaran uang di loket Bank Indonesia, kas keliling,
loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau
ditemukan oleh pihak Kepolisian. Pada triwulan laporan, rasio uang palsu
terhadap inflow meningkat dari 0,0006% menjadi 0,0022%. Jumlah uang palsu
yang paling banyak dipalsukan adalah uang pecahan Rp100.000.
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
55
Grafik 3.16. Rasio Jumlah Uang Palsu terhadap Inflow
Sumber: BI Banjarmasin, diolah
Meningkatnya jumlah uang palsu diduga merupakan tindakan oknum
yang ingin memanfaatkan masa-masa puncak kegiatan transaksi tunai masyarakat
menjelang Hari Raya Idul Fitri. Terkait hal ini, Bank Indonesia Banjarmasin telah
melakukan berbagai upaya preventif, antara lain dengan aktif menyampaikan
siaran pers untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat, disamping kegiatan
sosialisasi pengenalan ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada berbagai lapisan
masyarakat yang secara intensif terus dilakukan.
4.2. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON-TUNAI
Nilai transaksi pembayaran non tunai selama triwulan laporan
menunjukan pergerakan yang meningkat bila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, khususnya untuk transaksi non tunai dengan nilai besar melalui
RTGS. Sementara itu, transaksi melalui sistem kliring menunjukkan penurunan
dari triwulan sebelumnya.
a. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Seiring dengan semakin meningkatnya transaksi keuangan yang
bernominal besar, transaksi non-tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time
Gross Settlement (BI-RTGS) cenderung meningkat. Nilai nominal transaksi melalui
BI-RTGS pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp42,22 triliun atau naik 11,99%
(qtq). Searah dengan itu, volume transaksi juga mengalami kenaikan sebesar
19,17% dari 39.169 transaksi menjadi 46.676 transaksi.
Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS di Kalimantan Selatan
0.0000%
0.0020%
0.0040%
0.0060%
0.0080%
0.0100%
0.0120%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011
0.0006%
0.0022%
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
56
Sumber: web Bank Indonesia, diolah
Peningkatan transaksi RTGS ini searah dengan pergerakan aktivitas
ekonomi, khususnya sektor perdagangan dan pertanian yang mengalami
akselerasi pada triwulan laporan. Meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat
serta terjaganya harga komoditas ekspor unggulan Kalsel pada triwulan laporan
diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya arus transaksi dengan nilai besar
ke/dari Kalimantan Selatan.
b. Transaksi Kliring
Pada triwulan laporan, nilai nominal transaksi kliring tercatat menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama triwulan III-2011, nominal transaksi
kliring mencapai Rp3,2 triliun atau turun 23,94% (qtq) dari triwulan sebelumnya.
Selaras dengan nominal transaksi kliring, jumlah warkat yang ditransaksikan
tercatat turun 29,74% (qtq), yaitu dari 82.819 lembar menjadi 58.191 lembar.
Grafik 3.17. Perkembangan Kliring di Kalimantan Selatan
Sumber: BI Banjarmasin, diolah
Nilai Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
1 16568 16003 6353 13425 1719 2599 24641 320272 20123 17711 7793 15284 2046 2985 29961 359803 17344 17023 7807 16727 2031 3086 27182 368364 18113 19301 8412 19119 3506 4051 30031 424711 16857 14439 8364 19479 2764 3890 27985 378082 18562 15223 9749 21089 3322 4198 31633 405103 11067 15626 10163 23016 2975 4355 24204 429974 14075 18303 13754 25943 4804 5646 32633 498921 19292 17164 13419 21756 4735 4977 37446 438972 19362 12032 13713 22081 4628 5056 37702 391693 21262 18696 15923 22815 5038 5165 42223 46676
TOTAL
Volume
2009
2010
2011
Periode
FROM TO FROM - TO
Volume Volume Volume
0100002000030000400005000060000700008000090000
0500000
10000001500000200000025000003000000350000040000004500000
3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
nominal (Rp Miliar) volume(lembar axis kanan)
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
57
Menurunnya transaksi kliring, selain disebabkan oleh berkurangnya jumlah
hari kerja selama libur lebaran Idul Fitri yang mencatat adanya hari libur selama 5
hari kerja, juga dipengaruhi oleh aktivitas transaksi masyarakat yang dalam
periode itu cenderung lebih banyak menggunakan transaksi tunai untuk
bertransaksi.
Sementara itu, rata-rata penolakan cek dan bilyet kosong per hari justru
mengalami kenaikan. Pada triwulan III-2011, setiap hari rata-rata terdapat 1,93%
cek dan bilyet kosong dari seluruh lembaran warkat yang masuk, sedikit lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 1,81%.
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
57
BAB IV KEUANGAN DAERAH
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
59
KEUANGAN DAERAH
Pada triwulan III-2011, stimulus keuangan Pemerintah Daerah
dalam mendorong perekonomian Kalimantan Selatan melalui realisasi
belanja daerah mengalami perlambatan dibandingkan periode yang
sama di tahun sebelumnya. Namun dari sisi pendapatan,
perkembangan di triwulan laporan menunjukkan kinerja yang
membaik.
Realisasi pos pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan sampai
dengan triwulan III-2011 masih relatif baik. Hal ini tercermin dari
realisasinya yang telah mencapai 71,39% dari anggaran, jauh di atas
realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai
53,13%. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih menjadi
penopang utama pendapatan seiring dengan meningkatnya pendapatan
yang bersumber dari pajak daerah.
Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel
Uraian Pos APBD APBD Realisasi Triwulan III % Realisasi
2010 2011 2010 2011 2010 2011
Pendapatan Daerah 2.015.715 2.451.950 1.071.029 1.750.562 53,13 71,39
Pendapatan asli daerah 1.090.111 1.392.300 572.749 1.247.792 52,54 89,62
Dana perimbangan 904.819 1.038.864 489.189 501.442 54,06 48,27
Lain-lain pendapatan yang sah 20.785 20.785 9.089 1.328 43,73 6,39
Belanja Daerah 2.176.862 2.601.981 1.470.254 1.549.784 67,54 59,56
Belanja operasi 1.588.697 1.950.314 1.110.428 883.883 69,90 45,32
Belanja modal 585.165 648.666 358.089 240.922 61,19 37,14
Belanja tidak terduga 3.000 3.000 1.736 1.220 57,87 40,67 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sementara itu, realisasi belanja daerah APBD Provinsi Kalimantan
Selatan pada triwulan laporan baru mencapai 59,56% atau lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai
67,54%. Meskipun demikian, secara nominal realisasi belanja tersebut
menunjukkan peningkatan.
4
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
60
1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah
Dari sisi pos pendapatan, realisasi APBD Provinsi Kalimantan
Selatan di triwulan III-2011 menunjukkan kinerja yang lebih baik
dibandingkan periode sebelumnya. Percepatan dari pos pendapatan ini
terlihat dari realisasi pada triwulan laporan yang telah mencapai 71,39%
dengan nominal sebesar Rp1,75 triliun, atau jauh di atas pencapaian pada
periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 53,13% dengan nominal
Rp1,07 triliun. Hal tersebut juga menunjukkan semakin membaiknya
efektivitas keuangan daerah1 pada triwulan laporan, karena pencapaiannya
mampu melebihi target penerimaan yang ditetapkan sebesar Rp1,04
triliun.
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel
Uraian Pos APBD APBD Realisasi Triwulan III Persentase (%)
2010 2011 2010 2011 2010 2011
Pendapatan Asli Daerah 1.090,11 1.392,30 572,75 1.247,79 52,54 89,62
Hasil Pajak Daerah 923,90 1.178,21 509,76 1.048,72 55,17 89,01
Hasil Retribusi Daerah 28,93 38,36 15,07 27,64 52,09 72,05 Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan
22,95 35,70 31,34 44,03 136,53 123,34
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
114,32 140,02 16,57 127,40 14,50 90,98
Pendapatan Transfer 904,82 1.038,86 489,19 501,44 54,06 48,27
Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 378,10 505,50 195,01 186,72 51,58 36,94
Dana Alokasi Umum 483,37 483,36 288,23 303,55 59,63 62,80
Dana Alokasi Khusus 43,35 25,00 5,95 11,17 13,73 22,35
Lain-lain Pendapatan yang Sah 20,79 20,79 9,09 1,33 43,73 6,39
Pendapatan Daerah 2.015,72 2.451,95 1,071,02 1,750,56 53,13 71,39
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Satu hal yang cukup positif adalah peningkatan realisasi
pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan terutama ditopang oleh
peningkatan pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
mencapai Rp1.247,79 miliar atau terealisasi hingga 89,62% dari anggaran
PAD tahun 2011. Realisasi tersebut jauh lebih baik dibandingkan pada
periode yang sama di tahun 2010, dimana realisasi PAD hanya mencapai
Rp572,75 miliar atau 52,54% dari anggaran PAD 2010. Tingginya realisasi
1 EFektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
61
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Tw 3-2009 Tw 3-2010 Tw 3-2011
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tw 3-2009 Tw 3-2010 Tw 3-2011
PAD menunjukkan kemandirian daerah2
yang juga cenderung membaik.
Pada triwulan laporan, rasio kemandirian daerah meningkat dari 53,48%
menjadi 71,28%, yang ditopang oleh kemampuan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan dalam mendayagunakan potensi daerahnya sebagai
sumber-sumber PAD melalui pajak daerah maupun retribusi daerah.
Grafik 4.1 Grafik 4.2 Efektivitas Pemerintah dalam merealisasikan Rasio kemandirian daerah / pendapatan daerah yang dianggarkan desentralisasi fiskal
Komponen PAD yang mengalami peningkatan cukup besar terjadi
pada komponen pendapatan Pajak Daerah yang mencapai Rp1.048,72
miliar atau meningkat 105,73% (yoy) dari pencapaian triwulan yang sama
pada tahun sebelumnya sebesar Rp572,75 miliar. Peningkatan hasil pajak
daerah tersebut terutama ditopang oleh membaiknya aktivitas ekspor,
terutama komoditas unggulan batu bara, kelapa sawit, dan karet, serta
peningkatan konsumsi masyarakat di sepanjang tahun 2011. Peningkatan
komponen PAD juga berimplikasi pada meningkatnya kemampuan fiskal3
Sementara itu, persentase realisasi pendapatan transfer sedikit
menurun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu dari
54,06% menjadi 48,27%. Meskipun demikian, secara nominal pendapatan
transfer tersebut masih mencatat kenaikan. Menurunnya realisasi
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu dari 38,96% pada triwulan
III-2010 menjadi 80,51% pada triwulan laporan.
2 Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah
(PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut
3 Kemampuan Fiskal Daerah merupakan rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi belanja daerah pada periode yang sama. Indikator ini menunjukkan sejauh mana kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerahnya.
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
62
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tw 3-2009 Tw 3-2010 Tw 3-20110%
20%
40%
60%
80%
Tw 3-2009 Tw 3-2010 Tw 3-2011
pendapatan transfer terutama dipengaruhi oleh subkomponen Bagi Hasil
Pajak/Bukan Pajak, yang realisasinya sampai triwulan III-2011 baru
mencapai Rp186,72 miliar (36,9%), lebih rendah dari periode yang sama
tahun sebelumnya yang mencapai Rp195,01 miliar (51,58%). Penurunan
ini diperkirakan terkait adanya keterlambatan transfer dari Pemerintah
Pusat. Meskipun demikian, keterlambatan transfer tersebut diperkirakan
tidak akan mempengaruhi penyelenggaraan kegiatan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan. Hal tersebut terindikasi dari relatif lebarnya ruang
fiskal4
daerah yang meningkat cukup signifikan yaitu dari 14,63% pada
triwulan III-2010 menjadi 69,77%.
Grafik 4.3 Grafik 4.4
Ruang Fiskal Kalimantan Selatan Kemampuan fiskal Kalimantan Selatan
Sementara kondisi keuangan daerah tingkat kabupaten/kota dari
sisi pendapatan hingga semester I-2011 menunjukkan kecenderungan
yang relatif stabil dibandingkan sebelumnya. Hal ini tercermin dari realisasi
pendapatan yang rata-rata sebesar 50,30% dari anggaran, relatif stabil
dibandingkan periode sebelumnya sebesar 52,80%. Realisasi pendapatan
terbesar kembali dicapai oleh Kabupaten Tanah Laut dengan kinerja yang
semakin tinggi, yaitu sebesar 71,15% atau Rp21,51 miliar dari target
pencapaian selama semester I-2011 sebesar Rp15,12 miliar. Beberapa
daerah lain dengan kinerja pendapatan daerah di atas rata-rata yaitu
Kabupaten Balangan sebesar 69,24%, Kabupaten Hulu Sungai Utara
4 Ketersediaan ruang pada anggaran pemerintah untuk menyediakan sumber daya tertentu dalam
rangka mencapai suatu tujuan tanpa mengancam kesinambungan posisi keuangan daerah (IMF Policy Discussion Paper, 2005). Ruang fiskal diperoleh dari pendapatan umum setelah dikurangi pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya (earmarked) serta belanja yang sifatnya mengikat seperti belanja pegawai dan belanja bunga
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
63
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
sebesar 62,49%, Kab Banjarbaru sebesar 57,91%, Kab. Tanah Bumbu
sebesar 55,97%, serta Kab. Hulu Sungai Tengah sebesar 51,94%.
Grafik 4.5 Grafik 4.6 Realisasi pendapatan Kab/Kota di Kalsel Kemandirian fiskal Kab/Kota di Kalsel
Meskipun terjadi peningkatan pada pos pendapatan, namun
kemandirian fiskal daerah belum menunjukkan perkembangan yang cukup
berarti. Hingga semester I-2011 tercatat rasio kemandirian fiskal tertinggi
hanya sebesar 21,94% yang dicapai oleh Kota Banjarmasin, sementara
pencapaian kabupaten/kota lainnya masih jauh di bawah angka tersebut.
Masih rendahnya rasio kemandirian merupakan indikasi masih
tingginya ketergantungan pendapatan pemerintah kabupaten/kota kepada
sumber pendapatan eksternal seperti pendapatan Dana Alokasi Umum
(DAU) atau Dana Alokasi Khusus (DAK).
2. Belanja Daerah
Dari sisi pos belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan,
percepatan realisasinya sampai dengan triwulan III-2011 mencatat
penurunan dibandingkan periode yang sama di tahun 2010, yaitu dari
67,54% menjadi 59,56%. Meskipun demikian, besarnya nominal realisasi
belanja meningkat dari Rp1.470,25 miliar menjadi Rp1.549,78 miliar.
Ditinjau dari komponen belanja daerah, belum optimalnya realisasi
tersebut terutama pada realisasi belanja modal yang sampai dengan
triwulan III-2011 baru mencapai 37,14%, atau hanya sebesar Rp240,92
miliar dari anggaran 2011 sebesar Rp648,67 miliar. Realisasi ini lebih
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
64
rendah dari periode yang sama di tahun 2010 yang telah merealisasikan
sebesar 61,19% dengan nominal mencapai Rp358,09 miliar. Masih relatif
rendahnya realisasi belanja modal antara lain dipengaruhi oleh berbagai
kendala teknis seperti masih relatif banyaknya pelaksana proyek
(kontraktor) yang belum melakukan penagihan sampai dengan akhir
triwulan III-2011. Hal ini mengakibatkan realisasi belanja belum
mencerminkan realisasi pembangunan daerah.
Kondisi di atas menyebabkan rasio belanja modal terhadap belanja
daerah menjadi menurun dari 24,35% pada triwulan III-2010 menjadi
hanya 15,54% pada triwulan laporan. Meskipun demikian, kondisi
penyerapan belanja daerah tersebut diperkirakan tidak akan menghambat
usaha pemerintah dalam mendorong pembangunan daerah mengingat
realisasi pembangunan fisik program telah sesuai dengan rencana.
Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel
Uraian Pos APBD APBD Realisasi Triwulan II Prosentase (%)
2010 2011 2010 2011 2010 2011
Belanja Operasi 1.588,70 1.950,31 1.110,43 883,88 69,90 45,32
Belanja Pegawai 949,26 677,50 336,38 436,03 61,24 64,36
Belanja Barang dan Jasa 454,80 615,17 196,12 316,18 43,12 51,40
Belanja Bantuan Sosial 68,57 81,64 57,59 68,29 84,00 83,65
Belanja Bantuan Keuangan 408,65 524,88 520,32 24,88 100,82 4,74
Belanja Modal 585,17 648,66 358,09 240,92 61,19 37,14
Belanja Tidak Terduga 3,00 3,00 1,74 1,22 57,87 40,67
Total Belanja 2.176,86 2601,98 1.470,25 1.549,78 67,54 59,56 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sementara rasio belanja modal terhadap belanja daerah menurun,
rasio realisasi belanja pegawai terhadap belanja daerah justru mengalami
peningkatan dari 22,88% menjadi 28,13% pada triwulan III-2011. Kondisi
ini harus menjadi perhatian mengingat belanja rutin pegawai tersebut
kurang memberikan efek secara langsung terutama dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini diindikasikan dengan penyerapan dana beberapa proyek
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang relatif tinggi, antara lain
pembangunan ruas jalan Dahai-Tanjung (79,60%), jalan lingkar dalam
Banjarmasin Selatan (75,33%), jalan Paringin-Halong (91,70%), jalan
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
65
Tanjung-Muara Uya (89,18%), jalan Kotabaru-Sebelimbingan-Tanjung
Serdang (70,34%), jalan Anjir Pasar-Marabahan (76,93%), jalan Pelaihari-
Takisung (89,00%), jalan Banjarbaru-Aranio (81,87%), serta jalan
Amuntai-Lampihong (92,37%).
Tabel 4.4. Realisasi Beberapa Program Utama Kalsel s/d Triwulan II-2011
Program/Proyek Pembangunan
Pagu Dana (Rp juta)
Penyerapan Dana
(Rp juta)
Realisasi Anggaran
(%)
Program sarana dan prasarana aparatur 528 300 56,82
Program pembangunan jalan dan jembatan 130.412 69.622 53,39
Program rehabilitasi/pemeliharaan jelan dan jembatan 3.286 957 29,12
Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan lainnya
25.369 5.750 22,67
Program pembangunan sarana dan prasarana publik 92.348 23.845 25,82
Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur 75.441 8.166 10,82
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Selatan
Sementara pada komponen belanja operasi, realisasi sampai dengan
triwulan III-2011 mencatat penurunan persentase yaitu dari 69,90% di
triwulan III tahun 2010 menjadi 45,32% di triwulan III-2011. Belanja
operasi terutama ditopang oleh subkomponen belanja bantuan sosial serta
belanja pegawai yang realisasinya sampai dengan triwulan laporan masing-
masing sebesar 83,65% dan 64,36%.
Di sisi lain, rata-rata belanja daerah pada tingkat kabupaten/kota
selama semester I-2010 masih sekitar 28,01%, dengan kisaran sebesar
antara 20,22% hingga 40,17%. Realisasi belanja tertinggi dicapai oleh
Kab. Banjar yang membukukan penyerapan anggaran sebesar 40,17%
atau sebesar Rp339 miliar dari anggaran sebesar Rp844,58 miliar.
Beberapa kabupaten lain yang juga memiliki realisasi belanja di atas rata-
rata adalah Kabupaten Banjarbaru sebesar 35,86%, Kabupaten Barito
Kuala sebesar 33,87%, Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar 29,69%,
dan Kab. Banjarmasin sebesar 29,67%. Relatif rendahnya realisasi belanja
tersebut diperkirakan karena desentralisasi fiskal kabupaten/kota di wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan masih relatif rendah, yaitu rata-rata hanya
sebesar 5,8%, dengan kata lain bahwa ketergantungan daerah dalam
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
66
0%5%
10%15%20%25%30%35%40%45%
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
pembiayaan pembangunan daerah terhadap pemerintah pusat masih
relatif tinggi.
Grafik 4.6 (Kiri) Grafik 4.7 (Kanan) Realisasi belanja Kab/Kota di Kalsel Rasio belanja daerah perkapita Kab/Kota di Kalsel
Meskipun membukukan realisasi belanja daerah yang relatif rendah
selama semester I-2011 dengan kinerja sebesar 20,22%, Kabupaten
Balangan merupakan kabupaten dengan rasio belanja daerah perkapita5
5 Rasio yang menunjukkan seberapa besar belanja yang digunakan untuk menyejahterakan per penduduk di
suatu daerah (Ditjen Perimbangan Keuangan, Kementrian Keuangan RI)
yang paling tinggi diantara sejumlah kabupaten/kota lainnya di wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki rata-rata sebesar Rp0,8
juta/penduduk. Hal ini mengindikasikan bahwa realisasi belanja di
Kabupaten Balangan lebih dirasakan oleh masyarakat dibandingkan
realisasi belanja di wilayah lainnya. Selama semester I-2011, Kabupaten
Balangan telah membelanjakan sebesar Rp1,13 juta untuk setiap
penduduk di wilayah kabupatennya. Kabupaten/kota lainnya yang juga
memiliki rasio belanja daerah perkapita tinggi antara lain Kabupaten
Tabalong Rp1,08 juta per penduduk, Kabupaten Tapin Rp0,99 juta per
penduduk.
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2011
67
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Peningkatan kinerja ekonomi di triwulan laporan ikut
memberikan dampak positif terhadap kondisi ketenagakerjaan di
Kalimantan Selatan pada triwulan II-2011. Penyerapan tenaga kerja
oleh beberapa sektor ekonomi di triwulan laporan dilaporkan mengalami
peningkatan, yang terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) pada triwulan laporan. Hal tersebut didukung oleh data Jamsostek
Kalimantan Selatan yang menyebutkan adanya penurunan jumlah
pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) selama periode laporan.
Di sisi lain, kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan
cenderung membaik selama triwulan laporan. Nilai Tukar Petani (NTP)
Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan dan berada di atas
angka nasional. Sedangkan Survei Konsumen mengindikasikan bahwa
Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Indeks Penghasilan Saat Ini juga tetap
terjaga pada kisaran yang relatif tinggi, sejalan dengan Indeks Tendensi
Konsumen (ITK) yang menunjukkan kecenderungan untuk menguat.
1. Ketenagakerjaan
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan selama
triwulan II-2011 cenderung membaik dibandingkan dengan kondisi
triwulan sebelumnya. Hasil SKDU yang dilaksanakan Bank Indonesia
Banjarmasin menunjukkan adanya kenaikan realisasi penggunaan tenaga
kerja yang cukup signifikan, diindikasikan oleh peningkatan angka Saldo
Bersih Tertimbang (SBT) dari -3,27 pada triwulan I-2011 menjadi 5,50 pada
triwulan II-2011.
Peningkatan penyerapan tenaga kerja yang cukup signifikan terjadi
pada sektor industri pengolahan yang bergerak dari 0,00 menjadi 3,81
5
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2011
68
selama triwulan laporan, seiring dengan pertumbuhan sektor industri
pengolahan di Kalimantan Selatan yang meningkat sebesar 0,53% (qtq).
Selain industri pengolahan, penyerapan tenaga kerja oleh sektor
perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) juga mengalami peningkatan
signifikan, yaitu dari 1,58 pada triwulan lalu menjadi 5,16. Penyerapan ini
terkait dengan meningkatnya kegiatan PHR seiring pelaksanaan event
nasional Seleksi Tilawatil Quran (STQ) Nasional yang berlangsung pada
awal bulan Juni 2011 di Banjarmasin, serta tibanya masa liburan sekolah
pada akhir triwulan laporan.
Sementara tiga sektor lainnya, yakni sektor jasa-jasa, sektor listrik,
gas, dan air bersih, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan juga mengalami peningkatan meskipun tidak setinggi dua
sektor di atas. Sektor jasa-jasa mengalami peningkatan dari -0,11 menjadi
0,19, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan menjadi 2,02 dari
sebelumnya 0,49, sedangkan sektor listrik, gas, dan air bersih, meningkat
dari -1,04 menjadi 0,12.
Tabel 6.1. Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Dunia Usaha Kalimantan Selatan
No SEKTOR Realisasi Triwulan I-
2011 Realisasi Triwulan II-
2011
1. Pertanian -3.50 -3.28
2. Pertambangan 1.17 -0.67
3. Industri Pengolahan 0.00 3.81
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih -1.04 0.12
5. Konstruksi 0.00 0.00
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.58 5.16
7. Pengangkutan dan Komunikasi -1.86 -1.86
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Keuangan
0.49 2.02
9. Jasa-jasa -0.11 0.19
TOTAL -3.27 5.50
Sumber :SKDU, Bank Indonesia Banjarmasin
Adapun sektor usaha yang realisasi penyerapan tenaga kerja
dengan angka SBT negatif antara lain sektor pengangkutan dan
komunikasi dengan penyerapan sebesar -1,86 serta sektor pertanian
(dalam arti luas) dengan penyerapan sebesar -3,28 dari sebelumnya -3,50.
Hal ini diperkirakan terkait dengan banyaknya wilayah pertanian yang
memasuki persiapan masa panen sehingga penyerapan tenaga kerja masih
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2011
69
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2
2008 2009 2010 2011
JHT (Rpjuta) - aksis kiri Kasus (buah) - aksis kanan
rendah. Sedangkan sektor dominan Kalimantan Selatan, pertambangan
dan penggalian, justru menunjukkan penurunan penyerapan tenaga kerja
selama triwulan laporan yaitu dari 1,17 menjadi -0,67.
Dari indikator ketenagakerjaan lainnya, perkembangan jumlah kasus
dan besarnya nominal pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) selama triwulan
laporan juga menunjukkan adanya perbaikan penyerapan tenaga kerja.
Dilihat dari rata-rata pencairan JHT tiap bulannya selama triwulan II-2011,
menunjukkan angka yang cenderung menurun dari Rp4,84 miliar per
bulan menjadi Rp4,18 miliar per bulan, atau turun sekitar 13,47% (qtq).
Demikian halnya dengan jumlah kasus pencairan JHT selama triwulan
laporan yang juga mengalami penurunan, dari 2.592 kasus di triwulan I-
2011 menjadi 2.506 kasus.
Gambar 6.1. Perkembangan Pencairan Jaminan Hari Tua ( JHT)
Sumber : PT Jamsostek Wilayah Kalimantan Selatan
2. Kesejahteraan
Sejalan dengan indikator ketenagakerjaan yang
menunjukkan kecenderungan membaik, masyarakat Kalimantan
Selatan di triwulan laporan masih merasakan adanya peningkatan
kesejahteraan. Hal ini dikonfirmasi dari beberapa indikator berdasarkan
hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Banjarmasin.
Indeks Penghasilan selama triwulan laporan yang masih bergerak di kisaran
yang relatif tinggi, yakni antara 155,80 hingga 160,40. Kondisi ini relatif
lebih stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang bergerak pada
kisaran 145,83 hingga 153,33.
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2011
70
0
50
100
150
200
0
50
100
150
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2009 2010 2011Ekspektasi Penghasilan Penghasilan Saat Ini
Relatif tingginya indeks penghasilan saat ini sejalan dengan
indikator pendapatan rumah tangga pada Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
yang mengalami peningkatan selama triwulan laporan. Bertahannya indeks
ini pada level tinggi diperkirakan karena adanya realisasi kenaikan gaji PNS
pada bulan April 2011 lalu serta membaiknya pendapatan pekerja seiring
membaiknya kinerja ekspor di sektor pertambangan dan subsektor
perkebunan.
Gambar 6.2. Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Penghasilan Saat Ini
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin
Seiring dengan optimisme masyarakat, Indeks Ekspektasi
Penghasilan juga menunjukkan trend yang sama, yaitu tetap bertahan di
level yang cukup tinggi. Apabila pada triwulan sebelumnya indeks ini
bergerak pada kisaran 158,75-163,33, maka pada triwulan laporan indeks
bertahan pada kisaran 154,20-157,92. Kinerja ekspor yang berpotensi
membaik serta kondisi makro perekonomian yang relatif kondusif
diperkirakan mampu menjaga ekspektasi positif masyarakat.
Di sisi lain, kesejahteraan petani menunjukkan kecenderungan yang
membaik. Hal tersebut diindikasikan dengan peningkatan Nilai Tukar
Petani (NTP) Kalimantan Selatan selama triwulan II-2011. NTP yang
merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani
terhadap indeks harga yang dibayar petani untuk keperluan konsumsi
rumah tangga dan biaya produksi, mencatat kenaikan sebesar 0,5% (qtq),
dari 107,64 pada triwulan sebelumnya menjadi 108,18
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2011
71
103104105106107108109
100110120130140150
TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2009 2010 2011
Indeks Harga yang Diterima Petani
Indeks Harga yang Dibayar Petani
Nilai Tukar Petani
. Gambar 6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel dan Nasional
Sumber : BPS Kalsel, diolah
Peningkatan tersebut didukung oleh indeks harga yang diterima
petani yang mengalami sedikit peningkatan selama triwulan laporan, yaitu
dari 140,32 pada triwulan sebelumnya menjadi 140,55. Sebaliknya, indeks
harga yang dibayar petani juga turut membaik, yaitu mengalami
penurunan sebesar 0,34% (qtq), atau menjadi 129,92 dari triwulan
sebelumnya sebesar 130,36.
Tabel 6.2 Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan
Sektor, Kelompok, dan Subkelompok Periode Persentase
Perubahan (yoy) Juni 2010
Juni 2011
Indeks Harga yang Diterima Petani 131,19 140,55 7,13
NTP Tanaman Pangan 104,87 107,30 2,32
NTP Hortikultura 123,53 127,25 3,01
NTP Perikanan 88,63 86,07 -2,89
NTP Peternakan 103,99 102,81 -1,13
NTP Tanaman Perkebunan Rakyat 100,08 100,54 0,46
Indeks Harga yang Dibayar Petani 123,26 129,92 5,40
Konsumsi Rumah Tangga 124,84 132,84 6,41 Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal 119,25 121,44 1,84
Nilai Tukar Petani 106,44 108,18 1,63 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan
Secara tahunan, peningkatan tertinggi terjadi pada NTP
Hortikultura, diikuti oleh NTP Tanaman Pangan dan Tanaman Perkebunan
Rakyat. Sedangkan dua NTP lainnya, yaitu Perikanan dan Peternakan,
mengalami penurunan masing-masing sebesar -2,89 dan -1,13.
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
73
PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan IV-2011 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan
Selatan diperkirakan tidak jauh berbeda dari pertumbuhan pada triwulan III-
2011, sementara laju inflasi diestimasikan kembali mengalami penurunan.
Berdasarkan beberapa indikator pendukung, perekonomian Kalimantan Selatan
pada triwulan IV-2011 diperkirakan tumbuh moderat dengan laju pertumbuhan
pada kisaran 5,6%-6,1% (yoy) dengan kecenderungan pada batas atas.
Sementara itu, panen padi lokal yang kali ini diperkirakan masih akan terjadi
hingga akhir tahun, serta harga emas yang perlahan mulai menurun, diperkirakan
mampu mempertahankan inflasi pada level yang rendah. Inflasi pada triwulan
mendatang diperkirakan pada kisaran 4,13% ± 1% (yoy)
1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2011 diperkirakan
tumbuh dalam kisaran moderat. Di sisi permintaan, konsumsi rumah tangga
diperkirakan masih cukup optimis berkat terjaganya daya beli masyarakat pada
level yang tinggi, serta cenderung menurunnya suku bunga perbankan seiring
tekanan inflasi yang diperkirakan melemah. Sementara kinerja ekspor
diperkirakan tetap mampu menopang pertumbuhan ekonomi mengingat prospek
komoditas Kalimantan Selatan pada triwulan mendatang masih relatif belum
terpengaruh dari penurunan kinerja perekonomian global.
Sedangkan di sisi penawaran, sektor dominan Kalimantan Selatan
diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi seiring dengan kondisi
iklim yang relatif kering di wilayah sentra tambang. Meskipun demikian, potensi
kontraksi dari sektor pertanian diperkirakan dapat terjadi menyusul kondisi puso
pada beberapa lahan rawa lebak. Perekonomian Kalimantan Selatan di triwulan
IV-2011 diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,6%-6,1% (yoy)1
1 Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
, tidak
jauh berbeda dengan pertumbuhan triwulan laporan yaang mencapai 5,77%
(yoy).
6
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan III-2011
74
Dari sisi permintaan, peningkatan laju pertumbuhan tersebut diperkirakan
terutama ditopang oleh kinerja ekspor dan konsumsi. Meskipun berpotensi
mengalami pelambatan sebagai imbas dari permasalahan utang dan fiskal di
Eropa dan AS, beberapa negara tujuan ekspor Kalimantan Selatan diperkirakan
masih cukup stabil menyerap komoditas andalan dari sektor pertambangan dan
perkebunan. Kokohnya ekspor hingga triwulan mendatang diperkirakan karena
dampak gejolak ekonomi global masih berimbas hanya pada pasar keuangan,
bukan sektor riil, sehingga perdagangan internasional untuk komoditas andalan
Kalimantan Selatan masih cukup prospektif. Sedangkan nilai tukar yang masih
berpotensi cenderung mengalami depresiasi diperkirakan tidak akan menekan
kinerja ekspor pada triwulan mendatang.
Sementara itu konsumsi pemerintah di triwulan mendatang diperkirakan
mengalami akselerasi, mengimbangi realisasi belanja daerah yang selama triwulan
laporan masih relatif rendah. Beberapa event pemerintah daerah, baik di tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota yang berlangsung pada triwulan mendatang,
seperti Festival Budaya Pasar Terapung 2011, Festival Tanglong Banjar, serta
Perayaan Hari Jadi Kabupaten Tabalong, berpotensi mendorong belanja daerah.
Di sisi lain, konsumsi masyarakat diperkirakan masih kuat, diindikasikan dengan
Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) yang masih terjaga untuk menopang
kegiatan konsumsi terkait dengan adanya perayaan Hari Raya Idul Adha, Tahun
Baru Hijriyah, Hari Raya Natal, serta Tahun Baru yang berlangsung selama triwulan
IV-2011.
Laju kredit konsumsi dan pembiayaan diperkirakan semakin meningkat
sejalan dengan relatif rendahnya tingkat suku bunga hingga triwulan mendatang,
menyusul optimisme masyarakat akan peningkatan upah minimum 2012. Masih
kuatnya Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan yang diperkirakan berlanjut selama
beberapa bulan ke depan juga diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat
tetap stabil.
Ditinjau secara sektoral, kondisi penawaran diperkirakan bergerak
stabil. Di sektor pertanian, subsektor tanaman bahan makanan mulai memasuki
masa tanam seiring dengan berakhirnya masa panen raya di Kalimantan Selatan
pada triwulan laporan. Sementara subsektor perkebunan dengan komoditas
utama CPO dan karet diperkirakan masih akan tetap stabil selama triwulan IV-
2011, meskipun pergerakan harga CPO di pasar internasional cenderung
melambat.
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
75
Di sisi lain, kinerja sektor pertambangan pada triwulan mendatang
diperkirakan mencatat kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2011.
Hal tersebut dikarenakan kondisi iklim yang relatif kondusif, terutama di site
eksplorasi Tabalong dan Balangan. Di sisi lain negara tujuan ekspor batubara,
China dan India, diperkirakan masih dapat menyerap komoditas pada level yang
tinggi mengingat penggunaan batubara pada dua negara mitra dagang utama
tersebut adalah untuk konsumsi domestik, terutama untuk pembangkit listrik,
sehingga permintaannya tetap terjaga selama triwulan mendatang. Selain itu,
pasar domestik batubara yang masih terbuka lebar juga menjadi salah satu faktor
yang berpotensi meningkatkan produksi komoditas batu bara.
2. Perkiraan Inflasi
Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan IV-2011 diperkirakan lebih
rendah dibandingkan triwulan III-2011, terutama disebabkan oleh tekanan
inflasi tahunan komponen volatile food yang lebih rendah. Meningkatnya
produksi padi pada tahun ini diperkirakan akan menahan inflasi volatile food pada
level minimal.
Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Kalsel, produksi beras pada akhir tahun 2011 besar
kemungkinannya untuk menembus ARAM III yang telah dikeluarkan BPS Provinsi
Kalsel sebesar 2 juta ton GKG. Hal ini disebabkan oleh panen di wilayah Hulu
Sungai serta wilayah lebak lainnya yang masih akan berlangsung hingga akhir
tahun.
Sementara itu, stok beras di gudang Bulog Provinsi Kalsel hingga akhir
Oktober 2011 mencapai lebih dari 12 ribu ton. Selain dari petani lokal, stok beras
tersebut juga didatangkan Bulog dari Vietnam. Dengan demikian, pasokan beras
di Kalsel diperkirakan aman hingga awal Februari dan diharapkan tidak menjadi
faktor pemicu inflasi di triwulan IV-2011. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan
Harga, hingga awal Oktober 2011 harga beras lokal premium (beras siam banjar
dan beras unus mutiara) sudah turun 13,24% dari harga di bulan Desember
2010.
Tekanan pada inflasi inti juga diperkirakan tidak akan setinggi triwulan-
triwulan sebelumnya. Proyeksi yang positif ini didasarkan pada harga emas di
pasar internasional yang sudah mulai menunjukkan penurunan pada Oktober
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan III-2011
76
2011. Hingga akhir Oktober 2011, harga emas di pasar internasional mencapai
US$1.652,64 per troy ounce atau turun 6,73% dari bulan September 2011.
Kondisi ini juga diikuti oleh harga emas di pasaran lokal Banjarmasin yang pada
Oktober 2011 turun 20,68% dari rata-rata harga di bulan sebelumnya.
Dari sisi ekspektasi masyarakat, tekanan inflasi relatif berkurang. Hal ini
terndikasi dari menurunnya rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap
harga-harga dalam 3 bulan mendatang dari 156 menjadi 150. Namun demikian,
adanya penarikan pasokan minyak tanah oleh Pertamina yang rencananya dimulai
bulan Oktober 2011 di Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, dan Kabupaten Banjar
dikhawatirkan berpotensi meningkatkan ekspektasi peningkatan harga di bulan-
bulan mendatang, khususnya untuk kelompok komoditas makanan jadi.
Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan Mendatang
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin
Sementara itu potensi tekanan inflasi dapat muncul dari kondisi cuaca dan
peningkatan konsumsi masyarakat. Curah hujan pada triwulan IV-2011
diperkirakan meningkat. Seiring dimulainya musim hujan, potensi terjadinya
gelombang tinggi di perairan Selatan Kalimantan semakin besar sehingga dapat
menghambat pasokan pangan strategis dari Pulau Jawa. Di lain sisi, pada bulan
November dan Desember 2011 intensitas belanja masyarakat diperkirakan
meningkat karena adanya perayaan Idul Adha serta efek musiman akhir tahun. .
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, laju inflasi Kalimantan Selatan
pada triwulan IV-2011 diperkirakan berada pada kisaran 4,13%±1% (yoy)2
2 Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
.
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
77 77
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Indikator Makro Terpilih Provinsi Kalimantan Selatan
Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka pengangguran menggunakan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Indikator Kalimantan
SelatanSatuan
PDRBTriwulan I-
2010Triwulan II-2010
Triwulan III-2010
Triwulan IV-2010
Triwulan I-2011
Triwulan II-2011
Triwulan III-2011
Atas Dasar Harga Berlaku
Rp triliun 12.54 14.62 16.16 15.22 14.75 17.36 19.29
Atas Dasar Harga Konstan
Rp triliun 6.72 7.77 8.45 7.73 7.13 8.27 8.94
Pertumbuhan Ekonomi (y-o-y)*
(%) 5.63% 5.34% 5.12% 6.30% 5.95% 6.37% 5.77%
Inflasi
Atas dasar y-o-y (%) 5.11 7.76 8.92 9.06 7.95 5.75 4.59
Atas dasar y-t-d (%) 1.50 4.41 7.40 9.06 0.47 1.24 3.00
Pengangguran*)
Jumlah Pengangguran Ribu orang 108.75 - 96.67 - 103.50 - 100.76
Tingkat Pengangguran
Terbuka(%) 5.89 - 5.25 - 5.62 - 5.23
Periode
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
78
Tabel Lampiran 2. Indeks Harga Konsumen Provinsi Kalimantan Selatan
Berdasarkan Tahun Dasar 2007=100
Sumber : BPS Kalimantan Selatan
Tahun Dasar Periode IHK
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Peruma-han San-dang Kesehatan
Pendi-dikan Transport
Dec-08 114.96 122.62 113.47 118.22 107.81 110.47 110.23 107.82
Jan-09 114.82 122.64 114.19 118.33 109.59 110.48 110.26 104.75
Feb-09 114.78 121.17 115.00 118.19 114.20 110.51 110.66 103.55
Mar-09 115.3 123.64 115.54 117.09 116.90 110.57 111.29 103.82
Apr-09 115.08 124.30 116.32 115.89 114.15 110.62 109.69 103.82
May-09 115.28 122.96 118.48 115.94 112.74 111.26 110.71 104.08
Jun-09 115.69 120.54 121.62 116.00 113.89 111.28 114.32 104.03
Jul-09 115.99 121.8 121.56 116.04 113.41 111.28 114.33 104.30
Agt-09 116.62 123.77 123.18 115.71 112.62 111.26 115.60 103.70
Sep-09 117.74 126.05 124.47 115.92 116.09 111.37 115.60 103.78
Oct-09 118.51 129.18 124.50 116.02 115.89 111.42 115.61 104.08
Nov-09 119.09 130.72 125.00 115.99 117.59 111.50 115.49 104.08
Dec-09 119.4 131.24 125.45 116.01 118.98 111.50 115.48 104.05
Jan-10 120.11 131.39 127.15 116.99 119.15 111.71 115.13 104.59
Feb-10 120.27 131.44 127.49 117.06 118.24 113.53 115.72 104.71
Mar-10 121.19 134.37 127.84 117.41 117.85 114.39 115.92 105.2
Apr-10 122.51 137.4 130.38 117.46 117.91 114.39 115.92 105.59
May-10 123.8 141.03 131.52 117.59 119.55 114.51 117.08 105.62
Jun-10 124.67 144.12 131.56 118.34 120.97 114.5 116.99 105.06
Jul-10 127.03 151.36 132.95 118.73 121.41 114.51 117.48 106.6
Aug-10 127.48 151.82 133.41 119.63 121.9 114.51 117.61 106.67
Sep-10 128.24 154.49 133.43 119.73 123.66 114.51 117.67 106.66
Oct-10 127.89 151.6 134.23 119.46 125.74 115.3 117.67 106.71
Nov-10 128.72 153.5 134.57 119.88 128.43 115.3 118.25 106.71
Dec-10 130.22 157.25 136.65 120.24 129.76 115.3 118.66 106.76
Jan-11 129.78 155.77 136.35 120.22 129.21 115.30 118.66 106.77
Feb-11 130.82 156.04 136.38 124.02 128.63 115.66 118.34 107.95
Mar-11 130.83 154.82 136.56 124.86 129.17 116.47 118.40 107.94
Apr-11 130.53 152.83 137.13 125.04 129.44 116.47 119.11 107.55
Mei-11 131.2 154.13 137.06 125.95 131.58 116.47 119.11 107.77
Jun-11 131.84 156.56 136.92 126.06 132.78 116.47 119.30 107.74
Jul-11 131.88 154.79 137.78 126.66 133.96 117.16 119.58 107.77
Aug-11 133.9 156.78 141.67 126.82 138.02 119.47 121.22 108.93
Sep-11 134.13 157.26 141.91 127.05 141.22 119.47 121.25 107.70
2007 =
100
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
79 79
Tabel Lampiran 3. Indikator Perkembangan Bank Umum Kalimantan Selatan
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan dan Datawarehouse BI, diolah
Indikator Trw-I 2010
Trw-II 2010
Trw-III 2010
Trw-IV 2010
Trw-I 2011
Trw-II 2011
Trw-III 2011
Total Aset (Rp Miliar) 22,403 23,994 25,363 26,169 27,305 29,005 31,357
Total DPK (Rp Miliar) 18,432 19,243 20,022 21,307 21,957 23,820 25,717
Giro 4,977 4,871 4,862 4,304 5,307 5,832 6,326
Tabungan 9,254 9,943 10,473 12,056 11,788 12,574 13,622
Deposito 4,201 4,429 4,687 4,947 4,862 5,415 5,770
Total Kredit lokasi proyek (Rp Miliar) 16,874 18,910 20,338 20,089 22,551 23,876 25,787
Jenis Penggunaan
(Rp Miliar) :
Modal Kerja 5,370 5,839 7,109 7,076 7,167 7,629 7,629
Investasi 4,819 5,860 5,676 5,785 6,781 7,015 7,015
Konsumsi 6,686 7,211 7,553 7,229 8,604 9,232 9,232
Sektor Ekonomi
(Rp Miliar):
Pertanian 1,795 2,232 2,057 2,174 2,152 2,135 2,270
Pertambangan 1,116 1,325 1,916 1,144 1,127 1,618 1,937
Industri 804 1,081 971 1,544 1,702 1,368 1,352
Listrik, Gas & Air 187 30 232 261 352 161 166
Konstruksi 756 915 750 763 866 947 1,020
Perdagangan 2,840 3,099 3,640 3,813 3,738 3,992 4,631
Angkutan 916 885 989 1,021 1,043 1,170 1,466
Jasa Dunia Usaha 1,101 1,222 1,508 1,598 1,630 607 2,038
Jasa Sosial 177 359 352 333 606 1,854 597
Lainnya 7,184 7,763 7,924 7,438 9,334 10,022 10,311
NPL - Gross (%) 2.15% 2.15% 2.15% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60%
LDR lokasi proyek (%) 91.55% 98.27% 101.58% 94.28% 102.71% 100.23% 100.27%
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
80
Tabel Lampiran 4. Indikator Perkembangan Bank Umum Konvensional Kalimantan Selatan
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan dan Data Warehouse BI, diolah
Indikator Trw-IV 2009
Trw-I 2010
Trw-II 2010
Trw-III 2010
Trw-IV 2010
Trw-I 2011 Trw-II 2011
Trw-III 2011
Total Aset (Rp Miliar) 19,689 18,723 22,774 23,815 24,413 25,532 27,053 29,344 Total DPK (Rp Miliar) 16,825 17,527 18,157 18,991 20,103 20,755 22,479 24,376
Giro 4,069 4,886 4,724 4,751 4,163 5,169 5,672 6,166
Tabungan 9,156 8,687 9,311 9,849 11,327 11,081 11,789 12,837
Deposito 3,601 3,954 4,122 4,391 4,613 4,505 5,018 5,373
Total Kredit lokasi proyek (Rp Miliar) 16,524 15,870 17,666 18,979 18,626 20,967 22,219 23,992 Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Modal Kerja 5,727 4,986 5,207 6,474 6,380 6,419 6,882 6,965
Investasi 4,944 4,470 5,515 5,276 5,386 6,383 6,622 6,487
Konsumsi 5,833 6,414 6,943 7,230 6,860 8,166 8,714 8,630
Sektor Ekonomi (Rp Miliar):
Pertanian 2,111 1,791 2,229 2,054 2,172 2,149 2,132 2,266
Pertambangan 1,500 1,007 1,256 1,847 1,038 1,018 1,457 1,755
Industri 884 799 1,076 967 1,538 1,697 1,359 1,336 Listrik, Gas & Air 105 187 30 232 261 322 134 141
Konstruksi 928 683 794 614 607 686 717 793
Perdagangan 3,175 2,801 3,014 3,552 3,726 3,652 3,908 4,535
Angkutan 457 755 707 823 866 891 1,093 1,263 Jasa Dunia Usaha 1,445 793 748 988 1,067 1,106 124 1,616
Jasa Sosial 66 143 318 303 281 549 1,789 576
Lainnya 5,447 6,912 7,495 7,600 7,069 8,897 9,505 9,710
NPL - Gross (%) 2.09% 2.22% 2.27% 2.20% 2.19% 2.51% 2.48% 2.45%
LDR (%) 98.21% 90.54% 97.30% 99.94% 92.65% 101.02% 98.84% 98.43%
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011
81 81
Tabel Lampiran 5. Indikator Perkembangan Bank Umum Syariah Kalimantan Selatan
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan dan Datawarehouse BI, diolah
Indikator Trw-IV 2009
Trw-I 2010
Trw-II 2010
Trw-III 2010
Trw-IV 2010
Trw-I 2011
Trw-II 2011 Trw-III 2011
Total Aset (Rp Miliar) 1274 1222 1220 1548 1756 1773 1953 2013
Total DPK (Rp Miliar) 957 905 1087 1031 1205 1202 1341 1341
Giro 119 91 148 111 141 138 160 160
Tabungan 609 567 632 624 730 707 784 784
Deposito 228 247 308 296 334 357 397 397Total Kredit lokasi proyek (Rp Miliar) 1004.19 1004.61 1244.07 1359.03 1463.52 1583.91 1657.50 1794.31
Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Modal Kerja 386.62 384.06 631.25 634.85 695.96 748.43 746.82 664.49
Investasi 352.84 348.83 345.13 400.81 399.28 398.01 393.50 528.46
Konsumsi 264.73 271.72 267.69 323.37 368.28 437.47 517.18 601.35Sektor Ekonomi (Rp Miliar):
Pertanian 4.56 3.64 3.35 3.03 2.71 3.43 3.28 3.55
Pertambangan 123.18 108.58 69.21 69.53 106.53 108.91 161.59 182.30
Industri 5.36 5.16 4.96 4.74 5.28 5.15 8.97 15.62
Listrik, Gas & Air 0.16 0.15 0.15 0.06 0.05 29.93 27.22 24.44
Konstruksi 70.43 73.87 120.53 136.31 156.00 180.21 229.98 227.08
Perdagangan 32.04 39.03 85.35 87.13 87.19 85.70 84.47 96.02
Angkutan 162.95 160.75 177.81 165.70 154.58 151.59 76.55 202.26
Jasa Dunia Usaha 296.82 307.82 473.69 520.09 531.40 524.27 483.30 421.41
Jasa Sosial 43.95 33.89 41.33 48.25 51.50 57.25 64.95 20.27
Lainnya 264.73 271.72 267.69 323.37 368.28 437.47 517.18 601.35
NPF - Gross (%) 1.04% 1.05% 0.54% 0.76% 1.40% 7.63% 7.21% 6.62%
FDR (%) 104.96% 111.02% 114.47% 131.85% 121.49% 131.78% 123.56% 116.46%