Top Banner
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Kantor Bank Indonesia Jambi Triwulan I - 2009
148

KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Aug 28, 2019

Download

Documents

vuque
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Jambi

Kantor Bank Indonesia Jambi

Triwulan I - 2009

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

K A T A P E N G A N T A R

Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan I tahun 2009 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik sebagai sarana bagi Bank Indonesia Jambi dalam membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholers eksternal sehingga para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) dapat memperoleh masukan untuk mengambil keputusan dan kebijakan yang sesuai dengan perkembangan yang ada.

KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan, perkembangan keuangan daerah, perkembangan sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan serta perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, pada triwulan I tahun 2009 akselerasi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi masih tumbuh walaupun mengalami pelambatan. Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi mengalami tren penurunan selama periode triwulan laporan. Perkembangan perbankan terutama dari sisi kredit dan dana yang dihimpun menunjukkan penurunan. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari Loan to deposits ratio (LDR) hanya sedikit mengalami penurunan dan berada pada kisaran 75,40%. Ratio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Pembenahan sektor riil secara langsung diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan serta dalam rangka menghadapi dampak dari krisis global. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang sangat tergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah melalui percepatan realisasi belanja APBD. Di sisi lain, pergerakan harga barang dan jasa secara umum perlu mendapatkan perhatian khusus. Dalam penyusunan KER triwulan I tahun 2009, kami banyak memperoleh support dari berbagai pihak seperti dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Mei 2009

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

i

DAFTAR ISI Daftar Isi ... .................................................................................................. i Daftar Tabel ........................................................................................... ii Daftar Grafik ........................................................................................... iii Ringkasan Eksekutif ....................................................................................... 1 BAB I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional .................................. 5 A. Umum ............................................................................... 5 B. PDRB Sisi Produksi ............................................................... 7 C. PDRB Sisi Pengeluaran ......................................................... 24 Boks 1 : Dampak Pengembangan Kelapa Sawit Di Jambi: Pendekatan Input-Output Boks 2 : Banker’s Dinner 2009 : Hidup Di Tengah Krisis Ekonomi Dunia Boks 3 : Perkembangan Dunia Usaha Jambi Di Tengah Krisis Ekonomi Global BAB II. Perkembangan Harga-Harga...................................................... 35

A. Kajian Umum ................................................................... 35 B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang .................................. 38

BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................. 49 A. Perkembangan Kelembagaan ........................................... 49

B. Bank Umum ..................................................................... 50 C. Bank Perkreditan Rakyat...................................................... 62

Boks 4 : Survei Kredit Perbankan Jambi : Tantangan Di Tahun 2009 BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah ............................................... 65

A. Realisasi Pendapatan Daerah ............................................. 66 B. Realisasi Belanja Daerah....................................................... 66 C. APBD Tahun 2009 .............................................................. 67 D. Pendapatan Tahun 2009...................................................... 68 E. Anggaran Belanja Tahun 2009 ............................................ 69 F. APBD Kabupaten/ Kota ......................................................... 71 G. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ................................ 72 H. Keuangan Pemerintah ......................................................... 75

BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ......................................... 77 A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai ............................... 77 B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... 78

BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan .............................. 81 A. Keternagakerjaan Daerah .................................................... 81 B. Kesejahteraan...................................................................... 83 C. Kemiskinanan...................................................................... 85 BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah........................................ 87 A. Pertumbuhan Ekonomi.......................................................... 87 B. Proyeksi Inflasi ...................................................................... 93 Lampiran Daftar Istilah

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

ii

DAFTAR TABEL

1.1 Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi

Penggunaan 7

2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 37

2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan

Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 39

2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi

Periode triwulan I-2009 40

3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi 51

3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 52

3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank 53

3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 53

3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi 55

3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan

Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 56

3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi

Jambi 58

3.8 Komposisi Pendapatan Bungan Bank Umum Provinsi Jambi 61

4.1 APBD Provinsi Jambi Tahun 2008 65

4.2 APBD Provinsi Jambi Tahun 2009 69

4.3 Belanja APBD Provinsi Jambi Tahun 2009 70

4.4 APBD Kabupaten/Kota 72

4.5 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 73

4.6 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 74

5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi 77

5.2 Perkembangan Transaksi RTGS 80

6.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) 85

7.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 89

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

iii

DAFTAR GRAFIK

1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) 5 1.2 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 6 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 8 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

Triwulan I Tahun 2009 8 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan IV Tahun 2008 9 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2009 9 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan IV Tahun 2008 9 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2009 9 1.9 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 11 1.10 Indikator Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan 12 1.11 Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan 12 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 12 1.13 Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani 12 1.14 Distribusi Jenis Pupuk 13 1.15 Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk 13 1.16 Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR 14 1.17 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 14 1.18 PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi 16 1.19 Pertumbuhan Lifting Gas Alam 16 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor Industri 17 1.23 Indeks Produksi Industri CPO, Karet, Kopra dan Kerajinan Batik 18 1.24 Indeks Produksi Industri Barang dari Kayu, Barang dari Semen, Batu Bata, Makanan dan Minuman 18 1.25 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 19 1.26 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 19 1.27 Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi 19 1.28 Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 20 1.29 Perkembangan Kredit KPR 21 1.30 Perkembangan Kredit Ruko/Rukan 21 1.31 PDRB Sub Sektor Angkutan Udara 22 1.32 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 22 1.33 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 22 1.34 Perkembangan Total Arus Peti Kemas 23 1.35 Perkembangan Kunjungan Kapal 23

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

iv

1.36 Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 24 1.37 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 2009 25 1.38 Indeks Kondisi Ekonomi 26 1.39 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 26 1.40 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru 27 1.41 Perkembangan Penjualan Premium dan Solar 27 1.42 Perkembangan Penjualan Minyak Tanah 27 1.43 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi 27 1.44 Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru 27 1.45 Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru 27 1.46 Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru 28 1.47 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 28 1.48 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 28 1.49 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 29 1.50 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 30 1.51 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi 30 1.52 Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 31 1.53 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 31 1.54 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 33 1.55 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 33 1.56 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 34 1.57 Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 34 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 35 2.2 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2008 36 2.3 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi 37 2.4 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya 37 2.5 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 41 2.6 Perkembangan Harga Tepung Terigu 42 2.7 Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang 42 2.8 Perkembangan Harga Jagung 43 2.9 Perkembangan Harga Daging 43 2.10 Perkembangan Harga Beras 43 2.11 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 45 2.12 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 47 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 50 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 52 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi 57 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi 57 3.5 Share Kredit Bank Umum Berdasarkan Kolektibilitas Provinsi Jambi 59 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 59

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

v

3.7 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 60 3.8 Perkembangan Laba Rugi Triwulanan 61 3.9 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi 62 4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi 66 4.2 Perkembangan Belanaja APBD Provinsi Jambi 67 4.3 Perkembangan APBD Provinsi Jambi 68 4.4 Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi 71 4.5 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 73 4.6 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi 73 4.7 Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Di Provinsi Jambi 75 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 78 5.2 Perkembangan Nominal 79 5.3 Perkembangan Volume Kliring 79 6.1 Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi 82 6.2 Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran 82 6.3 Perkembangan Harga Beras 83 6.4 Perkembangan Harga Tepung Terigu 83 6.5 Perkembangan Harga Minyak Goreng 83 6.6 Perkembangan Harga Komoditas Lainnya 83 6.7 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 86 7.1 Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan

Ekspektasi Penghasilan 88 7.2 Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang 89 7.3 Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang 94 7.4 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2009 (Maret) serta Perkiraan April s.d Desember 2009 94 7.5 Perkembangan Inflasi Bulanan (y-t-d) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2009 (Maret) serta Perkiraan April s.d Desember 2009 95

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

a. Inflasi dan PDRB

TRW.I Trw.II Trw.III Trw.IV TRW.IMAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 103.8 112.91 114.9 114.68 114.98

Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 5.89 13.99 13.68 11.47 9.16

PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) 3,692,923 3,796,013 3,889,689 3,947,084 3,977,780- Pertanian 1,133,291 1,176,045 1,205,712 1,205,126 1,207,280 - Pertambangan dan Penggalian 395,477 384,917 388,051 503,518 506,756 - Industri Pengolahan 514,125 536,509 552,411 521,872 527,359 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 30,089 30,672 31,109 30,406 30,316 - Bangunan 176,847 182,753 185,183 185,235 192,367 - Perdagangan Hotel dan Restoran 641,483 665,046 689,747 652,731 656,329 - Pengangkutan dan Komunikasi 298,889 304,310 311,188 309,883 312,145 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 173,095 181,344 187,655 196,554 199,584

- Jasa 329,626 334,418 338,633 341,760 345,646

Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) 2) 241,506 251,334 311,030 209,987 87,311 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 311,024 374,057 665,155 437,162 244,669

Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 3) 34,269 35,842 29,826 21,592 15,998 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 80,358 18,100 27,115 18,243 2,435

Catatan1) Angka sementara

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR 2009

2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.Data Trw.I-2009 s.d Februari 20093) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku data Trw.I-2009 s.d Bulan Februari 2009

2008

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

b. Perbankan

Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I-08 Tw.II-08 Tw.III-08 Tw.IV-08 Tw.I-091)

PERBANKANA. Bank Umum :a. Bank Umum Konvensional:Total Aset (Rp Juta) 9,413,252 10,083,592 10,576,180 10,858,876 11,707,242 12,088,126 11,913,790 11,669,787 DPK(Rp Juta) 8,065,441 8,601,267 9,177,789 9,336,038 10,186,986 9,960,462 9,872,159 9,846,345

- Tabungan 2,411,518 3,617,731 4,310,157 4,378,165 4,743,800 4,545,503 2,316,927 2,258,348 - Giro 2,294,901 2,626,409 2,840,627 2,559,966 2,778,635 2,442,357 4,884,047 4,585,978 - Deposito 3,359,022 2,357,127 2,027,005 2,397,907 2,664,551 2,972,602 2,671,185 3,002,019

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 7,179,554 7,638,734 7,532,294 8,145,685 12,599,263 10,111,910 9,880,319 10,151,076 - Modal Kerja 3,003,634 3,018,863 3,136,745 3,044,217 3,608,379 3,799,215 3,766,949 3,757,633 - Konsumsi 2,259,769 2,582,007 2,343,552 3,111,679 6,776,342 3,768,119 3,846,508 3,846,508 - Investasi 1,916,151 2,037,864 2,051,997 1,989,789 2,214,542 2,544,576 2,266,862 2,546,935 - Dana 8,038,672 8,613,144 9,167,530 9,579,712 10,291,998 10,104,502 9,923,195 9,838,021 - LDR 89.31 88.69 82.16 85.03 122.42 100.07 99.57 103.18

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 4,733,545 5,099,981 5,485,581 5,849,490 5,974,336 7,513,877 7,317,897 7,317,897 - Modal Kerja 2,079,992 2,111,673 2,253,644 2,276,632 2,832,943 2,997,699 2,843,934 2,843,934 - Konsumsi 1,909,516 2,136,652 2,243,694 2,426,131 1,844,313 3,078,659 3,081,939 3,081,939 - Investasi 744,037 851,656 988,243 1,146,727 1,297,080 1,437,519 1,392,024 1,392,024 - LDR (%) 58.69 59.29 59.77 62.65 58.65 75.44 74.13 74.32

Kredit UMKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 1,890,283 2,064,789 2,096,674 2,169,860 2,465,015 2,671,276 2,657,187 2,708,296

- Kredit Modal Kerja 252,369 275,830 311701 324,480 445,626 489,528 495,314 504,409 - Kredit Investasi 140,517 187,368 201832 213,936 252,883 292,801 283,163 292,880 - Kredit Konsumsi 1,497,397 1,601,591 1583141 1,631,444 1,766,506 1,888,947 1,878,710 1,911,007

Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) 1,040,725 1,191,908 1,352,253 2,169,860 1,749,407 2,064,029 2,173,654 2,231,179 - Kredit Modal Kerja 575,767 603,578 632,431 324,480 806,683 925,001 932,339 921,951 - Kredit Investasi 97,161 111,092 122,314 213,936 101,299 116,776 134,280 151,715 - Kredit Konsumsi 367,797 477,238 597,508 1,631,444 841,425 1,022,252 1,107,035 1,157,513

Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) 830,028 952,253 1,038,498 1,147,411 1,259,201 1,362,338 1,367,048 1,278,689 - Kredit Modal Kerja 594,976 663,514 701,934 692,347 810,725 861,039 893,036 828,946 - Kredit Investasi 190,730 230,916 273,519 317,169 363,534 405,381 377,819 364,323 - Kredit Konsumsi 44,322 57,823 63,045 137,895 84,942 95,918 96,193 85,420

Total Kredit MKM (Rp Juta) 3,761,036 4,208,950 4,487,425 5,487,131 5,473,623 6,097,643 6,197,889 6,218,164 NPL MKM gross (%) 4.19 3.75 5.75 2.55 2.61 2.18 3.43 3.93- NPL MKM Gross Nominal 157,702 157,714 258,164 139,918 142,879 132,681 212,612 244,133 - PPAP 82,829 89,512 128,826 69,378 76,912 66,584 105,294 151,140 NPL MKM net (%) 1.99 1.62 2.88 1.29 1.21 1.08 1.73 1.50

b. Bank Umum Syariah:Total Aset (Rp Juta) 164,219 173,390 194,781 230,467 242,624 282,612 314,308 335,170 DPK(Rp Juta) 114,179 125,935 143,501 159,250 174,435 179,179 197,210 197,647

- Tabungan 39,492 55,201 71,552 77,112 90,398 99,495 49,508 49,293 - Giro 25,566 44,884 44,779 52,201 54,130 46,918 101,896 99,969 - Deposito 49,121 25,850 27,170 29,937 29,907 32,766 45,806 48,385

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 111,250 122,763 144,856 176,132 203,218 248,295 275,289 298,238 - Modal Kerja 67,286 73,387 81793 99624 96,171 116,378 140,903 162519- Konsumsi 35,020 40,534 15485 57073 62,999 71,542 71,431 72674- Investasi 8,944 8,842 47578 19435 44,048 60,375 62,955 63045- LDR 97.43 97.48 100.94 110.60 116.50 138.57 139.59 150.89

Kredit UMKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 14,321 16,357 25,141 32,358 34,124 38,062 43,484 48,330

- Kredit Modal Kerja 1,245 1,560 1,715 6,564 2,221 3,457 8,518 12,225 - Kredit Investasi 564 531 2877 475 6,629 7,226 7,582 8025- Kredit Konsumsi 12,512 14,266 20549 25319 25,274 27,379 27,384 28080

Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) 46,322 56,324 68,359 79,110 95,169 125,491 144,082 157,863 - Kredit Modal Kerja 24,163 29,740 34042 38647 36,438 49,070 66,500 81055- Kredit Investasi 3,490 3,922 8698 12898 26,333 37,026 39,068 38018- Kredit Konsumsi 18,669 22,662 25619 27565 32,398 39,395 38,514 38790

Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) (Rp Juta) 45,171 45,021 54,715 55,314 65,037 76,292 79,809 84,473 - Kredit Modal Kerja 36,442 37,026 44908 45063 48,624 55,401 57,971 61667- Kredit Investasi 4,890 4,389 6310 6062 11,086 16,123 16,305 17002- Kredit Konsumsi 3,839 3,606 3497 4189 5,327 4,768 5,533 5804

Total Kredit MKM (Rp Juta) 105,814 117,702 148,215 166,782 194,330 239,845 267,375 290,666 NPL MKM gross (%) 0.74 1.36 0.96 1.71 1.35 2,575 2,340 3,139 - NPL MKM Gross Nominal 787 1,596 1427 2848 2,623 1,543 1,542 2446- PPAP 5 495 101 532 815 1,032 798 692NPL MKM nett (%) 0.74 0.94 0.89 1.39 0.93 0.21 0.28 0.60

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

TAHUN 2009INDIKATOR

TAHUN 2007 TAHUN 2008

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I-08 Tw.II-08 Tw.III-08 Tw.IV-08 Tw.I-091)TAHUN 2009

INDIKATORTAHUN 2007 TAHUN 2008

B. BPR :Total Aset (Rp Juta) 179,973 202,352 227,974 221,537 218,789 224,221 208,173 215,422 DPK (Rp Juta) 129,841 147,779 160,831 168,149 56,323 145,396 162,567 158,471 - Tabungan (Rp Juta) 25,054 26,311 29,229 29,638 7,988 30,049 30,418 30,802 - Deposito (Rp Juta) 104,787 121,468 131,602 138,511 48,335 115,347 132,149 127,669

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 132,330 143,816 144,441 150,637 169,202 176,549 169,823 164,413 - Modal Kerja 33,630 47,359 41,964 43,180 52,990 51,524 44,811 41,900 - Konsumsi 85,436 78,793 83,399 85,787 90,221 93,300 95,232 94,471 - Investasi 13,264 17,664 19,078 21,670 25,991 31,725 29,780 28,043

Kredit UMKM (Rp Juta) 132,330 143,816 144,441 150,637 169,202 176,549 169,823 104,316 Rasio NPL Gross (%) 3.23 7.33 1,710 1,710 5.75 6.08 5.73 7.77 - NPL Gross (Nominal) 5,901 7,277 8,296 10,169 9,727 10,737 9,727 12,775 - PPAP 1,373 1,543 2,666 2,996 3,106 3,153 3,402 4,146 Rasio NPL Net (%) 3.42 3.99 3.90 4.76 3.91 4.30 3.72 5.25 LDR (%) 101.92 97.32 89.81 89.59 300.41 121.43 104.46 103.75

Catatan :1) Data s.d Bulan Februari 2009

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

1

RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI

I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan I tahun 2009 menunjukkan

pertumbuhan sebesar 0,78% (q-t-q), melambat dibandingkan dengan

triwulan IV tahun 2008 yang mencapai 1,25% (q-t-q). Namun demikian

secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi masih mampu

tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 8,43% (y-o-y) sedikit melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,83%.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi juga masih lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang pada

triwulan I tahun 2008 diperkirakan berkisar 4,6%.1 Pada triwulan laporan,

pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (q-t-q) dipicu oleh sektor

bangunan dan sektor industri pengolahan.

Ditinjau dari sisi pengeluaran, pelambatan PDRB Provinsi Jambi pada

triwulan laporan terutama berasal dari menurunnya pengeluaran

konsumsi rumah tangga. Sementara, pertumbuhan ekspor walaupun

masih terbatas yang disertai dengan penurunan impor mampu

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan.

II. Perkembangan Harga-Harga

Pada triwulan I tahun 2009, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 0,26%

(q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2008 yang sebesar

minus 0,19% (q-t-q). Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan

Januari, Februari dan Maret 2009 masing-masing sebesar 0,42%(m-t-m),

0,66%(m-t-m) dan minus 0,81%(m-t-m). Dengan perkembangan

tersebut, angka inflasi tahunan (y-o-y) Kota Jambi juga bergerak menurun

dari 11,57% (y-o-y) pada Desember 2008 menjadi 9,16% (y-o-y) pada

Maret 2009. Namun demikian inflasi tahunan Kota Jambi ini masih lebih

tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 7,92%.

1 Angka sangat sementara, merupakan angka perhitungan Bank Indonesia Jambi.

Perekonomian Provinsi Jambi triwulan I tahun

2009 ditandai tumbuhnya laju

pertumbuhan ekonomi sebesar 0,78% (q-t-q).....

Pada triwulan I tahun 2009, Provinsi jambi

mengalami inflasi sebesar 9,16% (y-o-y) ..........

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari

sumbangan angka inflasi makanan jadi serta kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar. Sementara itu, penurunan harga BBM pada

tanggal 15 Januari 2009 yaitu untuk premium sebesar Rp 500/liter

sehingga menjadi Rp 4.500/liter serta turunnya harga solar sebesar

Rp300/liter sehingga menjadi Rp 4.500/liter berkontribusi dalam menekan

laju inflasi ke level yang lebih tinggi pada triwulan laporan. Selain itu,

penurunan sebagian besar harga-harga pada kelompok bahan makanan

serta sub kelompok transpor mendorong terjadinya deflasi pada sub

kelompok barang dan jasa dimaksud pada akhir triwulan laporan.

III. Perkembangan Perbankan Daerah

Kinerja perbankan (bank umum) pada triwulan I tahun 2009

menunjukkan penurunan baik dari segi penghimpunan dana maupun

penyaluran kredit. Fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to

deposits ratio (LDR) perbankan relatif tetap dari triwulan sebelumnya.

Kualitas kredit yang diberikan memburuk yang tercermin dari

meningkatnya rasio Non-Performing Loan (NPL) gross. Hal ini menjadi

salah satu penyebab turunnya profitabilitas perbankan dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Outstanding kredit bank umum menurun sebesar 0,26% sehingga

menjadi sebesar Rp7,57 triliun. Fungsi intermediasi perbankan relatif tetap

dengan tingkat LDR sebesar 75,40%. Namun demikian, kualitas kredit

yang disalurkan oleh perbankan mengalami penurunan yang ditandai

dengan meningkatnya Non Performing Loan (NPL) gross perbankan pada

triwulan laporan menjadi sebesar 3,26%. Sementara itu, aset perbankan

pada triwulan laporan sebesar Rp12,00 triliun.

IV. Perkembangan Keuangan Daerah

Realisasi pendapatan provinsi Jambi adalah sebesar Rp1,44 triliun atau

sebesar 113,90% dari rencana pendapatan APBD-P yang sebesar Rp1,26

triliun. Realisasi pendapatan ini meningkat sebesar 24,67% dibandingkan

dengan tahun 2007. Sementara dari sisi belanja, pengeluaran pemerintah

provinsi Jambi pada tahun 2008 adalah sebesar Rp1,40 triliun atau

sebesar 86,94% dari anggaran belanja APBD-P yang sebesar Rp1,62

Kinerja perbankan menurun ditandai dengan menurunnya jumlah penghimpunan dana, penyaluran kredit serta kualitas kredit yang diberikan....

Realisasi pendapatan Provinsi Jambi adalah sebesar 113,90% sementara realisasi belanja adalah sebesar 86,94% dari APBD-P....

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

RINGKASAN EKSEKUTIF

3

triliun. Realisasi ini meningkat sebesar 26,94% dibandingkan dengan

realisasi tahun 2007.

V. Perkembangan Sistem Pembayaran

Aktivitas pembayaran di Jambi mengalami penurunan baik untuk aktivitas

pembayaran tunai maupun non tunai. Pada triwulan laporan, transaksi

kliring menurun sebesar 29,68%. Sementara itu, aliran kas keluar

menurun sebesar 62,13% sedangkan kas masuk menurun sebesar

47,17% sehingga secara secara total, aliran kas masih menunjukkan lebih

tingginya aliran kas masuk dibandingkan aliran kas keluar.

VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Jumlah pencari kerja di Provinsi Jambi (posisi Februari 2009 dibandingkan

bulan Desember 2008) mengalami penurunan. Sementara, hasil survei

ekspektasi konsumen (SEK) pada periode triwulan laporan menunjukkan

masih pesimisnya masyarakat akan kondisi ketenagakerjaan ke depan.

Seiring dengan inflasi yang dialami Jambi pada triwulan laporan, biaya

Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) juga menunjukkan peningkatan.

Namun demikian, meningkatnya Upah Minimum Provinsi pada tahun

2009 membuat rasio UMP dibandingkan KHM pada triwulan laporan

meningkat menjadi sebesar 87,13%, namun nilai ini masih

mencerminkan bahwa bagi masyarakat yang mendapatkan penghasilan

dibawah UMP akan berat bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi

bulan Februari 2009) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan

sebelumnya (posisi Desember 2008). Meningkatnya NTP petani pada

triwulan ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan petani yang

tercermin dari meningkatnya indeks yang diterima oleh petani sebesar

2,79% sedangkan indeks yang dibayar oleh petani untuk konsumsi

barang dan jasa mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 0,14%.

VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah

Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2009

diperkirakan masih tumbuh positif, walupun melambat dibandingkan

triwulan I tahun 2009 yaitu sebesar 5,50±1%. Pengeluaran konsumsi

Di bidang sistem pembayaran, baik

aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai

mengalami penurunan....

Jumlah pencari kerja di Provinsi Jambi

menurun.....

Laju pertumbuhan PDRB triwulan II tahun 2009 diperkirakan berkisar 5,50±1% (y-o-y).....

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

RINGKASAN EKSEKUTIF

4

rumah tangga masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan

ekonomi Jambi.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi

pada triwulan mendatang diperkirakan didorong oleh masih positifnya

pertumbuhan sektor pertanian, meningkatnya pertumbuhan sektor

industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian.

Perkembangan harga-harga pada triwulan II tahun 2009 diperkirakan

akan meningkat dibandingkan dengan triwulan I 2009 (q-t-q). Akan

tetapi inflasi secara tahunan diperkirakan akan menurun yaitu pada

kisaran 3,50–5,00%. Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan

tekanan inflasi selama triwulan mendatang antara lain 1) Kondisi cuaca di

musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian

dan pendistribusian barang, 2) Meningkatnya demand masyarakat

terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan

meningkatnya income masyarakat dan menurunnya suku bunga

perbankan dapat memicu meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi

infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan

biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya

Rupiah dapat mempengaruhi inflasi barang impor, 5) Pemilu legislatif

yang dilaksanakan pada bulan April 2009 serta pelaksanaan pemilu

presiden yang akan dilaksanakan bulan Juli 2009 diperkirakan akan

memacu tingginya konsumsi masyarakat pada periode triwulan II tahun

2009.

Pada triwulan II tahun 2009, inflasi Kota Jambi diperkirakan kisaran 3,50-5,00%

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

5

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

A. Umum

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan I tahun 2009 yang

dicerminkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 20002 menurun

dibandingkan triwulan IV tahun 2008. Pelambatan pertumbuhan ekonomi secara

kuartalan (grafik 1.1) mulai terjadi semenjak triwulan III tahun 2008 (3,07%/q-t-

q), diikuti pelambatan pada triwulan IV-2008 (1,25%/q-t-q) yang terus berlanjut

pada triwulan I tahun 2009 menjadi sebesar 0,78%(q-t-q). Pertumbuhan

kuartalan tertinggi dalam periode 1 (satu) tahun terakhir terjadi pada triwulan II

tahun 2008 sebesar 3,11% (q-t-q).

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q)

1.06

2.14

1.69

0.92

3.16

0.77

1.43

0.96

1.15

3.11 3.07

1.25

0.78

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

Trw.I-0

6

Trw.II-0

6

Trw.III-

06

Trw.IV

-06

Trw.I-0

7

Trw.II-0

7

Trw.III-

07

Trw.IV

-07

Trw.I-0

8

Trw.II-0

8

Trw.III-

08

Trw.IV

-08

Trw.I-0

9

Rp miliar

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Persen

Nominal (aksis kiri)Pertumbuhan (aksis kanan)

2 Angka PDRB Provinsi Jambi triwulan I tahun 2009 adalah angka sementara proyeksi Bank Indonesia Jambi.

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

6

Dampak dari krisis global yang berimplikasi terhadap perkembangan

harga-harga komoditas perkebunan turut mempengaruhi pelambatan

pertumbuhan ekonomi Jambi. Sebagaimana diketahui, sebagai provinsi yang

mengandalkan sektor primer (terutama hasil perkebunan) dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi, menurunnya harga komoditas perkebunan di pasar

internasional diikuti juga dengan menurunnya harga-harga komoditas unggulan

di Provinsi Jambi (sawit dan karet). Penurunan harga yang disertai dengan

melemahnya demand terhadap produk karet dan sawit berdampak pada

melambatnya akselerasi sektor perkebunan. Di sisi lain, dampak dari krisis juga

telah melemahkan daya beli masyarakat yang tercermin dari penurunan

pengeluaran konsumsi rumah tangga pada periode triwulan laporan.

Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y)

%

4.97

4.60^

6.25

5.63 5.63

4.90

5.13

5.90 6.08

6.096.41

6.516.256.28

6.396.10

5.20

8.43

5.77

5.73 5.74

5.06

5.87 6.13

5.65 5.89

8.15

6.69

6.416.46

4.38

6.80

8.538.83

2.00

4.00

6.00

8.00

TW I TW II TWIII

TWIV

TW I TW II TWIII

TWIV

TW I TW II TWIII

TWIV

TW I TW II TWIII

TWIV

TW I

2005 2006 2007* 2008** 2009**

Sumber: BPS (diolah)^): Perkiraan berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan I-2009 oleh Bank Indonesia

IndonesiaJambi

Namun demikian secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi

masih mampu tumbuh cukup tinggi sebesar 8,43% (y-o-y). Pertumbuhan

ekonomi Provinsi Jambi juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan I tahun 2009 diperkirakan

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

7

berkisar 4,6%.3 Masih cukup tingginya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi

secara tahunan pada triwulan I tahun 2009 salah satunya dikarenakan rendahnya

pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada periode yang sama tahun 2008

(hanya sebesar 4,38%/y-o-y).

Secara triwulanan (q-t-q), pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada

triwulan laporan dipicu oleh sektor bangunan dan sektor industri pengolahan. Di

sisi pengeluaran, pelambatan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan laporan

terutama berasal dari menurunnya pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Sementara, pertumbuhan ekspor walaupun masih terbatas yang disertai dengan

penurunan impor mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pada

triwulan laporan.

Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan

2009**

II III IV I II III IV I

1.40 1.01 (0.37) 2.05 2.04 1.62 2.07 0.18 Pertambangan dan Penggalian (7.78) 0.25 (1.84) 2.06 11.70 13.50 (0.27) 0.64 Industri Pengolahan 1.41 0.15 2.65 1.20 2.12 1.68 (0.44) 1.05 Listrik, Air dan Gas 7.07 3.71 0.02 1.12 3.93 (3.79) 5.89 (0.30)

8.59 4.99 2.60 1.58 1.34 0.54 2.80 3.85 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.28) 2.54 1.32 (0.76) 1.40 1.24 1.77 0.55 Pengangkutan dan Komunikasi 1.96 1.19 0.99 0.03 0.56 2.04 2.29 0.73 Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 9.52 3.54 9.20 1.73 9.71 5.02 (0.70) 1.54

2.24 1.43 1.07 1.11 0.85 1.57 1.22 1.14 0.77 1.43 0.96 1.15 3.11 3.07 1.25 0.78

2009**

II III IV I II III IV I

Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 0.82 1.42 4.22 0.09 2.84 3.40 2.15 (4.38) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 0.15 1.96 5.83 1.14 0.66 5.60 0.34 0.09 Lembaga Swasta Nirlaba 1.23 0.74 3.29 0.16 2.76 1.03 9.24 5.59 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 0.64 1.48 5.39 0.54 1.42 1.07 5.60 (2.24) Perubahan Stok 0.85 0.83 8.59 0.78 3.55 3.38 2.53 2.83

14.22 9.17 20.01 -12.56 2.57 -7.94 -1.38 1.8311.84 8.17 23.94 -11.44 1.29 -5.54 1.15 -5.430.77 1.43 0.96 1.15 3.11 3.07 1.25 0.78

Impor

2007*

2007*

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Ekspor

2008**

2008**

JENIS PENGELUARAN

LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Pertanian

Bangunan

Jasa-Jasa

B. PDRB Sisi Produksi

Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor

yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor bangunan, sektor

industri pengolahan dan sektor jasa-jasa (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar

terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor bangunan terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 0,18% (q-t-q) pada periode

3 Sumber : Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan I-2009, BI. Hasil Survei Persepsi Pasar yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada triwulan IV-2008, responden memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan IV-2008 berkisar 5,1%-5,5% (y-o-y).

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

8

triwulan laporan, diikuti oleh sektor industri pengolahan (0,14%/q-t-q) serta

sektor jasa-jasa yang memiliki kontribusi sebesar 0,10%/q-t-q.

Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q)

0.63

(0.03)

(0.06)

0.04

0.13

0.29

0.18

(0.04)

0.11

0.05

0.08

0.14

(0.00)

0.18

0.09

0.06

0.08

0.10

(0.80) (0.60) (0.40) (0.20) - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Air dan Gas

bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persew aan dan Jasa Keuangan

Jasa-Jasa

Trw I-09

Trw IV-08

Dari sisi distribusinya (share), pada periode triwulan laporan

menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu

42,90% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar

38,26% dan sektor sekunder sebesar 18,84%.

Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2009

Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan &

Perikanan26.33%

Pertambangan dan Penggalian

16.57%Industri Pengolahan12.90%

Listrik dan Air bersih0.95%Bangunan

4.99%

Perdagangan, Hotel dan restauran

15.31%

Pengangkutan dan Komunikasi

7.11%

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan5.04%

Jasa-jasa10.80%

Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar

Rp9,74 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian

sebesar 26,33%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 16,57%, serta

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

9

sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,31%. Dengan demikian,

struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami

perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4).

1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Secara triwulanan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan

dan perikanan tumbuh sebesar 0,49% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,07% (q-t-q). Pelambatan laju

pertumbuhan sektor ini berasal dari lebih rendahnya penurunan pertumbuhan

sebagian besar sub sektor pertanian pada triwulan laporan dibandingkan triwulan

IV tahun 2008.

Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2008 Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I tahun 2009

Luas Tanam (dalam Ha)

1000

953107

499956 1943

17630

38242

Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai

Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Grafik 1.5

Luas Tanam (dalam Ha)28108

117712606746

523128918

987

Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai

Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Grafik 1.6

Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2008 Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I tahun 2009

Luas Panen (dalam Ha)

12575

24051045527

26488

346452

Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai

Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Grafik 1.7

Luas Panen (dalam Ha)

33007

109332410

1016505160901

1048

Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Grafik 1.8 Sumber: BPS Provinsi Jambi,2008 & 2009

Sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) mengalami pertumbuhan

sebesar 2,52% (q-t-q). Masih cukup baiknya pertumbuhan sub sektor tabama

antara lain disumbangkan oleh peningkatan luas panen pada triwulan laporan.

Secara total, luas panen meningkat sebesar 88,84% menjadi 49.980 Ha

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

10

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 26.467 Ha. Masa panen padi

biasanya dimulai pada bulan Maret serta periode triwulan II tahun berjalan. Luas

panen padi pada bulan Maret 2009 mencapai 13.798 Ha, tertinggi selama 6

(enam) bulan terakhir. Hal ini juga menjadi indikasi bahwa masa panen padi

sudah dimulai. Sehubungan dengan hal tersebut, luas tanam sub sektor tabama

mengalami penurunan signifikan (terutama padi). Dari grafik 1.5-1.8 dapat

terlihat bahwa luas tanam bahan makanan menurun sebesar 25,34% dari 61.331

Ha menjadi 45.786 Ha pada triwulan laporan.

Pada triwulan laporan (s.d. bulan Februari 2009), Nilai Tukar Petani (NTP)

mulai mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.4 NTP Februari

2009 dibandingkan NTP Desember 2008 meningkat sebesar 2,93% menjadi

91,45. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani meningkat (2,79%)

dibandingkan dengan indeks bayar petani yang menurun sebesar 0,14% (lihat

grafik 1.12 dan 1.13).

Sementara itu, sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar

11,13% dari PDRB mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,12% (q-t-q),

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 0,82% (q-t-

q). Menurunnya pertumbuhan sub sektor ini antara lain didukung oleh kondisi

demand yang sedang menurun terkait dengan komoditas karet, sawit dan barang

dari kayu. Kondisi krisis global membuat beberapa komoditas unggulan Jambi

yang berorientasi ekspor mengalami stagnansi bahkan menurun cukup signifikan.

Hasil survei Liaison Kantor Bank Indonesia Jambi periode triwulan I tahun

2009 menunjukkan bahwa dampak dari krisis ekonomi global terutama dirasakan

pada turunnya harga jual produk.5 Harga jual produk crumb rubber menurun

sampai 33%, harga jual TBS kelapa sawit juga turun sebesar 33% sementara harga

jual produk pulp dan kertas turun sebesar 20-30%. Hal ini menyebabkan

4 Data NTP s.d. bulan Februari 2009. NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. 5 Tujuan survei Liaison adalah pengumpulan data yang bersifat ‘intelligent gathering’ dalam arti informasi yang up to date dan tepat waktu, memberikan arah ke depan dan mengurangi kondisi uncertainty.

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

11

menurunnya margin penjualan yang diterima oleh perusahaan (lihat boks. 3.

Perkembangan Dunia Usaha Jambi Di Tengah Krisis Ekonomi Global).

Melemahnya demand yang disertai dengan penurunan harga jual produk

menyebabkan sub sektor perkebunan mengalami tekanan pada triwulan laporan.

Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi

Harga (Rp)

6305.715

8,730.7

4578.6

2570.89

5,005.5

1853.6

1269.42

1,913.3

887.9-

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

6,000.00

7,000.00

8,000.00

9,000.00

10,000.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2006 2007 2008 2009

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi

CPO INTI TBS 10 thn

Sementara, setelah mengalami tekanan semenjak periode triwulan III s.d.

triwulan IV tahun 2008, harga tandan buah segar (TBS) serta CPO Jambi mulai

meningkat kembali. Harga rata-rata TBS 10 tahun dan CPO Jambi yang sempat

mencapai harga terendahnya masing-masing sebesar Rp750,93/kg dan

Rp3.930,13/kg pada November 2008, mulai mengalami peningkatan selama

periode triwulan I tahun 2009. Harga TBS 10 tahun dan CPO masing-masing

mencapai Rp1.269,42/ kg dan Rp6.305,72/kg pada Maret 2009.

Disamping itu, beberapa prompt indikator sub sektor perkebunan selama

periode triwulan laporan juga masih belum menunjukkan perkembangan yang

signifikan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari indikator

produksi untuk karet dan sawit yang masih terakselerasi terbatas selama triwulan

laporan (lihat grafik 1.10)

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

12

Grafik 1.10 Indikator Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan Grafik 1.11 Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura, Sub Sektor Peternakan

dan Sub Sektor Perikanan indeks bulanan

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009

Produksi Karet Produksi Kelapa Sawit

Produksi Kelapa Produksi Pinang Grafik 1.10

indeks bulanan

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009

Produksi Hortikultura Produksi DagingProduksi Telur Produksi Perikanan

Grafik 1.11 Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi

Grafik 1.13 Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani NTP

80

90

100

110

120

130

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12sumber: BPS Provinsi Jambi, 2008keterangan: 2008x adalah NTP menggunakan tahun dasar 1993 2008y adalah NTP menggunakan tahun dasar 2007 Sejak M ei 2008, BPS mulai menggunakan NTP tahun dasar 2007

2005 2006 20072008x 2008y 2009

Grafik 1.12

Persen (%)

(12.0)

(10.0)

(8.0)

(6.0)

(4.0)

(2.0)

-

2.0

4.0

6.0

8.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS Provinsi Jambi Mulai Mei 2008 menggunakan NTP tahun dasar 2007

g.indeks diterima

g.indeks bayar

Grafik 1.13

Sumber: BPS Provinsi Jambi,2009.

Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor

tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan

laporan menunjukkan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.6 Berdasarkan

informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk

bersubsidi sebesar 16.193 ton atau meningkat sebesar 9,44% dibandingkan

triwulan sebelumnya (14.796 ton). Penggunaan pupuk bersubsidi sebagian besar

didominasi oleh pupuk Urea (61,84%), diikuti oleh pupuk NPK Phonska

(21,10%), SP-36 (10,99%) dan ZA (6,07%).

6 Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

13

Grafik 1.14. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.15. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk

(Ton)

0 5000 10000 15000 20000 25000

TW IITW III

TW IVTW I

TW II

TW IIITW IV

TW I

TW IITW III

TW IVTW I

TW II

TW IIITW IV

TW I20

0620

0720

0820

09

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi

SP-36 ZA NPK PHONSKA Urea

Grafik 1.14

Ton

0

5000

10000

15000

20000

25000

TW II TW III TWIV

TW I TW II TW III TWIV

TW I TW II TW III TWIV

TW I TW II TW III TWIV

TW I

2006 2007 2008 2009

Persen (%)

(40.00)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi

Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk

Grafik 1.15

Sub sektor perikanan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,43% (q-

t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 12,08% (q-t-q).

Hal ini tercermin dari indeks produksi perikanan yang secara rata-rata masih

tumbuh dibawah 100.7 Kondisi cuaca yang relatif kurang baik juga merupakan

hambatan nelayan untuk berlayar.

Sub sektor kehutanan tumbuh melambat sebesar 0,13% (q-t-q)

dibandingkan triwulan sebelumnya. Semakin berkurangnya aktivitas penebangan

kayu akibat musim penghujan cukup berpengaruh terhadap produksi sub sektor

ini. Di sisi lain, aktivitas penebangan liar (illegal logging) juga mengalami

penurunan yang drastis dibandingkan dengan periode tahun-tahun sebelumnya.

Hal ini tentunya berdampak pada stok kayu yang semakin terbatas. Selama 7

(tujuh) triwulan terakhir sub sektor kehutanan tumbuh dibawah level 1%.

Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya mampu

tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 0,40% (q-t-q)

menjadi 1,76% (q-t-q) pada triwulan I tahun 2009. Hal ini juga dikonfirmasi

dengan tren meningkatnya indikator produksi bulanan sub sektor peternakan

(produksi daging serta produksi telur) selama periode triwulan laporan yang

pertumbuhannya relatif membaik (lihat grafik 1.11).

7 Indeks produksi dengan nilai indeks diatas 100 maksudnya produksi/hasil output periode saat ini (t) lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya (t-1).

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

14

2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 0,55% (q-t-q);

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,77% (q-

t-q). Menurunnya angka pertumbuhan tersebut disebabkan oleh melambatnya

pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor hotel.

Sub sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh sebesar 0,57% (q-t-

q) pada triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mampu mencapai 1,90% (q-t-q). Sementara, sub sektor hotel mengalami

penurunan sebesar minus 1,65% (q-t-q). Pada triwulan laporan, hanya sub sektor

restoran yang mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya,

yaitu mencapai 0,68%(q-t-q).

Grafik 1.16. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.17. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis

indeks

80

90

100

110

120

130

140

150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009

Harga Perdagangan Besar Harga Perdagangan Barang Konstruksi Tingkat Hunian Hotel

Grafik 1.16

KWH (dalam Ribuan)

5.65

(25.48)

5.61 4.43

(7.36)

8.99

(7.42)

41.97

1.784.88

22.41

(10.43)

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)

-30.0

-20.0

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

Persen (%)

Bisnis Pertumbuhan Bisnis

Grafik 1.17

Setelah mengalami peningkatan yang cukup signifikan terutama pada

periode triwulan IV tahun 2008,8 aktivitas dan volume perdagangan sub sektor

perdagangan besar dan eceran pada triwulan laporan masih tetap tumbuh

walaupun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Begitu juga dengan

perkembangan sub sektor hotel yang menurun dikarenakan pada triwulan

laporan merupakan masa low season sehingga minat masyarakat menggunakan

jasa perhotelan relatif menurun.

8 Pada periode triwulan IV-2008 termasuk masa high season dikarenakan terdapat perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri, Idul Adha, Natal) sertaTahun Baru 2009 sehingga demand masyarakat terhadap pemenuhan barang dan jasa meningkat cukup signifikan dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, memasuki masa high season minat masyarakat untuk berlibur keluar daerah (Jambi) relatif tinggi.

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

15

Dari prompt indicator terlihat juga bahwa indeks harga perdagangan besar

serta harga perdagangan barang konstruksi mengalami pertumbuhan indeks

yang masih terbatas jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Indeks harga

perdagangan besar serta harga perdagangan barang konstruksi menurun pada

bulan Januari dan Maret 2009 dan hanya tumbuh terbatas pada bulan Februari

2009. Dari perkembangan tersebut, menunjukkan rata-rata pergerakan indeks

harga perdagangan besar serta harga perdagangan barang konstruksi triwulan

laporan relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat grafik 1.16.).

Melambatnya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran

serta sub sektor hotel didukung juga dengan menurunnya konsumsi listrik sektor

bisnis sebesar 7,42% pada triwulan laporan. Sementara, perkembangan sub

sektor restoran pada triwulan laporan meningkat menjadi sebesar 0,68% (q-t-q).

Masa kampanye pemilu legislatif berdampak pada meningkatnya order

pemesanan makanan (nasi kotak/nasi bungkus).

Sektor perdagangan, hotel dan restoran berdasarkan pangsanya

didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai

14,13% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel

masing-masing sebesar 1,02% dan 0,15%.

3. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 0,64% (q-t-q),

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar minus 0,27% (q-t-q).

Peningkatan sektor ini terutama dikontribusi oleh peningkatan sub sektor minyak

dan gas bumi serta sub sektor penggalian yang masing-masing tumbuh 0,84%

(q-t-q) serta 4,01% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

masing-masing sebesar minus 5,06% (q-t-q) serta 1,32% (q-t-q). Sub sektor

penggalian yang pada triwulan laporan tumbuh signifikan sebesar 4,01% (q-t-q)

berasal dari semakin meningkatnya produksi pasir dan bahan galian lainnya

sehubungan dengan permintaan komoditas tersebut sebagai bahan baku proyek

perumahan serta ruko/rukan pada triwulan laporan yang meningkat.

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

16

Menurunnya pertumbuhan sub sektor pertambangan tanpa migas (minus

2,31%/q-t-q) berasal dari mulai menurunnya aktivitas pertambangan batu bara

karena melemahnya demand ekspor batubara Jambi. Disamping itu, kondisi jalan

yang rusak turut mempengaruhi ketidaklancaran arus distribusi batubara. Relatif

fluktuatifnya harga batu bara di pasar internasional serta demand terhadap batu

bara yang relatif menurun berdampak pada perusahaan yang bergerak di bidang

penambangan batu bara untuk menurunkan volume produksinya.

Grafik 1.18. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19 Pertumbuhan Lifting Gas Alam

juta rupiah

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III* IV** I**

2005 2006 2007 2008

Keterangan: *) angka perkiraan Bank Indonesia Jambi untuk bulan September 2008 **) angka perkiraan Bank Indonesia JambiSumber: Dinas Energi dan Sumber Daya M ineral (ESDM ) Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (dio lah)

ribu barrel

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

PDRB sub sektor minyak dan gas bumi Lifting Minyak Bumi 2 per. Mov. Avg. (Lifting Minyak Bumi)

Grafik 1.18

BBTU

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III* IV** I**

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk bulan September 2008 **: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

Persen (%)

Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiriPertumbuhan, aksis kanan

Grafik 1.19

4. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 1,05% (q-t-q); lebih tinggi

bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya sebesar minus 0,44% (q-t-q).

Meningkatnya pertumbuhan pada sektor ini terutama dikontribusi oleh

pertumbuhan sub sektor industri tanpa migas yang tumbuh meningkat sebesar

1,06% (q-t-q) jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mampu

mencapai 0,31% (q-t-q). Sementara, sub sektor migas tumbuh sebesar 0,87% (q-

t-q).

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

17

Grafik 1.20. PDRB Industri Pengolahan Grafik 1.21. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri

Grafik 1.22. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik sektor industri

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV I

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS Provinsi Jambi. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

PDRB industri pengolahan (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan (%), aksis kiri

Grafik 1.20 KWH (dalam Ribuan)

16.68

(14.83)

(1.48)

3.86 4.69

(13.99)

(0.16)2.16

0.11

6.88

(10.46)

(2.21)

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)

-20.0

-15.0

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

Persen (%)

Industri Pertumbuhan Industri

Grafik 1.21

Pelanggan

(2.25)

0.58

(2.31)

(1.18)

-(0.66)

-(0.66)

(1.15)

(2.99)

(4.94)

(1.30)

135

140

145

150

155

160

165

170

175

180

II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)

-6.0

-4.0

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

Persen (%)

Industri Pertumbuhan Pelanggan Industri

Grafik 1.22

Pertumbuhan sub sektor migas terutama masih didorong dengan

peningkatan pengilangan minyak bumi yang produknya antara lain

meliputi LPG. Meningkatnya produksi sektor industri pengolahan juga tercermin

dari pertumbuhan konsumsi listrik sub sektor industri pada periode triwulan

laporan yang meningkat sebesar 2,16%.

Meningkatnya perkembangan industri tanpa migas (1,06%/q-t-q) pada

triwulan laporan antara lain disebabkan oleh mulai membaiknya harga komoditas

perkebunan. Walaupun belum mencapai level harga seperti booming komoditas

perkebunan (karet dan sawit) pada tahun lalu, namun tren peningkatan harga

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

18

memberikan optimisme kepada pabrik pengolahan karet dan sawit untuk

meningkatkan hasil produksinya.

Grafik 1.23. Indeks Produksi Industri CPO, Karet, Kopra dan Kerajinan Batik Grafik 1.24 Indeks Produksi Industri Barang dari Kayu, Barang dari Semen, Batu Bata,

Makanan dan Minuman indeks bulanan

-

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009

Industri CPO Industri KaretIndustri Kopra Industri Kerajinan Batik

Grafik 1.23

indeks bulanan

-

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009

Industri Barang dari Kayu Industri Barang dari Semen Industri Batu Bata

Industri Makanan Industri Minuman Grafik 1.24

Peningkatan sub sektor industri tanpa migas tercermin dari indeks

industri karet yang cenderung meningkat selama triwulan laporan serta

tumbuhnya indeks industri kerajinan batik, indeks industri barang dari semen,

indeks industri batu bata, dan indeks industri minuman pada triwulan laporan

(lihat grafik 1.23 dan 1.24).

5. Sektor-sektor Lain

Sektor listrik, gas, dan air bersih menurun sebesar 0,30% (q-t-q) pada

triwulan laporan atau lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 5,89% (q-t-q). Menurunnya pertumbuhan sektor ini berasal

dari angka pertumbuhan sub sektor listrik yang turun menjadi sebesar minus

0,21% (q-t-q)) serta turunnya pertumbuhan sub sektor air bersih menjadi sebesar

minus 0,78% (q-t-q).

Relatif terganggunya pasokan listrik untuk interkoneksi Sumatera pada

triwulan laporan menyebabkan kapasitas daya listrik di Provinsi Jambi kembali

berkurang sehingga kebijakan PLN untuk pemadaman secara bergilir (bagi

industri dan rumah tangga) mulai dilakukan kembali. Dampak dari hal tersebut

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

19

tentunya menyebabkan konsumsi listrik semakin rendah sehingga laju

pertumbuhan sub sektor listrik pada triwulan laporan menurun.9

Grafik 1.25. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik

KWH (dalam Ribuan)

8.73

1.21

(2.25)

4.687.05

(1.80)

8.02

(3.49)

5.436.77 6.77

(2.64)

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

Persen (%)

Total Pemakaian Pertumbuhan Total

Grafik 1.25

Pelanggan

1.01

0.37

2.14

0.75

2.82

2.322.57

3.05

0.76

2.933.603.41

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

Persen (%)

Total Pelanggan Perumbuhan Pelanggan

Grafik 1.26

Menurunnya pertumbuhan sektor air bersih sejalan juga dengan

terbatasnya pasokan listrik terutama dalam memberikan dukungan daya listrik

terhadap aktivitas beberapa pompa air PDAM sehingga debit produksi air untuk

beberapa tandon cenderung turun. Relatif terganggunya debit produksi air

Grafik 1.27. Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi

m3

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009

Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

m3

Rumah TanggaIndustri

Grafik 1.27

9 Periode Februari s.d. Maret 2009 Provinsi Jambi defisit daya listrik sekitar 10-20 MW. Rusaknya PLTU Parahan Lampung turut mempengaruhi kontribusi pasokan listrik ke Provinsi Jambi. Sementara, pemedaman di bulan Maret juga terkait dengan terbatasnya kemampuan PLTG Selincah (kapasitas terpasang 60 MW) sementara kebutuhan listrik masyarakat jambi mencapai 70-80 MW.

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

20

tandon berdampak pada supply terhadap pelanggan PDAM tidak lancar. Hal ini

pada akhirnya akan berdampak pada volume penjualan air yang menurun selama

periode triwulan laporan.10

Sektor bangunan masih menunjukkan pertumbuhan yang baik dan

merupakan salah satu sektor yang berkontribusi cukup signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi triwulan laporan. Walaupun tumbuh melambat, sektor

bangunan masih mampu tumbuh sebesar 1,84% (q-t-q) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 2,80% (q-t-q). Pertumbuhan sektor bangunan

dikonfirmasi oleh meningkatnya indeks perumahan rakyat yang cukup signifikan

pada periode triwulan I tahun 2009 yaitu 142,86 (Januari 2009), 141,58 (Februari

2009) dan 158,82 (Maret 2009).

Grafik 1.28. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

TW I TW II TW III TWIV

TW I TW II TW III TWIV

TW I TW II TW III TWIV

TW I TW II TW III TWIV

TW I

2005 2006 2007 2008 2009

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)

PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Semen (ton), aksis kiri

Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan

Pembangunan properti residensial (perumahan) oleh developer

(perusahaan pengembang) dan masyarakat umum maupun properti komersial

(ruko, hotel) masih terus berlanjut pada triwulan laporan walaupun semakin

10 Pemadaman bergilir yang dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) sangat berpengaruh terhadap pelayanan masyarakat di berbagai instansi termasuk PDAM karena sebagian besar instalasi produksi air PDAM tergantung dari tenaga listrik dari PLN (Sebagian besar energi andalan penggerak generator pompa PDAM adalah tenaga listrik).

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

21

terbatas. Permintaan kredit KPR11 masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan

walaupun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit KPR tumbuh

sebesar 2,63% (Rp22,21miliar), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mampu tumbuh sebesar 7,52%. Sedangkan perkembangan kredit

Ruko/Rukan pada triwulan laporan turun sebesar 2,37%.12

Masih tumbuhnya kredit KPR mencerminkan bahwa minat masyarakat

terhadap permintaan perumahan masih cukup tinggi. Hal ini dikonfirmasi juga

dengan meningkatnya konsumsi semen selama periode triwulan laporan menjadi

sebesar 97.124 ton dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 93.052

ton.

Grafik 1.29. Perkembangan Kredit KPR Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Ruko/Rukan

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

1,000,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2004 2005 2006 2007 2008 2009

juta Rp

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

Persen

KPR Pertumbuhan

Grafik 1.28

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2004 2005 2006 2007 2008 2009

juta Rp

(40.00)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

Persen

Ruko/Rukan Pertumbuhan

Grafik 1.29

Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar

0,73% (q-t-q) pada triwulan laporan atau lebih rendah bila dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 2,29% (q-t-q). Melambatnya angka pertumbuhan

sektor ini terutama berasal melambatnya pertumbuhan sub sektor pengangkutan

pada triwulan laporan. Dari sub sektor pengangkutan, pertumbuhan angkutan

jalan raya mengalami pelambatan sedangkan pertumbuhan angkutan udara serta

jasa penunjang angkutan mengalami penurunan.

Melambatnya pertumbuhan sub sektor transportasi terutama terkait

dengan masa low season sehingga demand masyarakat dalam menggunakan

11 Yang dimaksud kredit KPR adalah kredit untuk membeli atau memperbaiki/memugar rumah atau apartemen. Sedangkan kredit Ruko/Rukan adalah kredit yang diberikan dalam rangka pemilikan rumah dan toko (Ruko) atau rumah dan kantor (Rukan) 12 Posisi kredit KPR dan kredit Ruko/Rukan pada triwulan I tahun 2009 s.d. bulan Februari 2009.

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

22

moda transportasi darat dan udara cenderung menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang merupakan masa high season.

Grafik 1.31. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara Grafik 1.32. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang

Grafik 1.33. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I

2005 2006 2007 2008 2009

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)

PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiri

Pertumbuhan (%), aksisi kanan

Grafik 1.31

orang

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: PT. Angkasa Pura II

(25.00)

(20.00)

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Persen (%)

Kedatangan Penumpang (aksis kiri) Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)

Datang (aksis kanan) Berangkat (aksis kanan)

Grafik 1.32

kg

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

900000

1000000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: PT.Angkasa Pura II

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

Persen (%)

Jumlah Bongkar (aksis kiri) Jumlah Muat (aksis kiri)

Pertumbuhan Bongkar (aksis kana) Pertumbuhan Muat (aksis kanan)

Grafik 1.33

Sub sektor angkutan jalan raya tumbuh sebesar 0,82% (q-t-q), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,95% (q-t-q).

Sementara, sub sektor angkutan udara tumbuh sebesar minus 3,38%(q-t-q),

turun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,64%(q-t-q). Cenderung

menurunnya demand masyarakat menggunakan jasa angkutan udara selama

periode triwulan laporan direspon pihak maskapai penerbangan dengan

menyesuaikan frekuensi jadwal penerbangan dari dan ke Jambi serta penurunan

tarif angkutan udara.

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

23

Grafik 1.34. Perkembangan Total Arus Peti Kemas Grafik 1.35. Perkembangan Kunjungan Kapal

unit

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009

-100.00

-50.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

Sumber: Pelindo Jambi

persen(%)

Jumlah Arus Peti Kemas Pertumbuhan

Grafik 1.34

unit

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009

-40.00

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

Sumber: Pelindo Jambi

persen(%)

Unit Pertumbuhan

Grafik 1.35

Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 2,95%.

Sementara, perkembangan arus peti kemas dan kunjungan kapal pada triwulan

laporan menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Jumlah unit kapal

bersandar sebesar 952 unit.13 Sedangkan jumlah arus peti kemas berdasarkan

perdagangan di Pelabuhan Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh sebesar 8.175

peti kemas.14

Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan

telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi masing-masing yang mengalami

pertumbuhan sebesar 2,68% (q-t-q) dan 1,84% (q-t-q), lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 0,85% (q-t-q) dan

0,57% (q-t-q).

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar

1,54% (q-t-q) pada triwulan laporan atau meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar minus 0,70% (q-t-q). Peningkatan tersebut terutama

disebabkan oleh tumbuh lebih cepatnya sub sektor bank, sub sektor lembaga

keuangan tanpa bank, sub sektor jasa penunjang keuangan serta sub sektor sewa

bangunan pada triwulan laporan. Sementara, sub sektor jasa perusahaan tumbuh

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (1,16%/q-t-q).

13 Kunjungan kapal yang dimaksud adalah pelayaran luar negeri, pelayaran dalam negeri dan pelayaran rakyat. 14 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20”, 40” serta diatas 40”. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

24

Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan mengalami pelambatan

pertumbuhan menjadi sebesar 1,14% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 1,22% (q-t-q). Pertumbuhan sub sektor pemerintahan umum yang masih

terbatas dikarenakan realisasi belanja pembangunan proyek-proyek pemerintah

masih lambat. Sedangkan perkembangan sub sektor swasta yang meningkat

berasal dari aktivitas jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi serta jasa

perorangan dan rumah tangga yang masih tumbuh membaik dibandingkan

triwulan sebelumnya.

C. PDRB Sisi Pengeluaran

Ditinjau dari sisi pengeluaran, pelambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jambi pada triwulan laporan didorong oleh menurunnya kontribusi pengeluaran

konsumsi rumah tangga serta pembentukan modal tetap domestik bruto

Grafik 1.36. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 15

1.55

0.07

0.05

0.90

0.08

(1.39)

-3.20

0.02

0.03

-0.38

0.09

4.21

-4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Pengeluaran KonsumsiRumahtangga

Pengeluaran KonsumsiPemerintah

Lembaga Sw asta Nirlaba

Pembentukan Modal TetapDomestik Bruto

Perubahan Stok

Net Ekspor/Impor

Trw I-09

Trw IV-08

(PMTDB). Sementara, pengeluaran konsumsi pemerintah dan ekspor masih

tumbuh terbatas. Namun demikian, penurunan impor pada triwulan laporan yang

cukup signifikan berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi yang tidak

melemah semakin dalam.

15 Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor.

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

25

Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai

pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 69,32% dari PDRB Jambi pada triwulan

I tahun 2009 (lihat grafik 1.36). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah dan

PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing

sebesar 17,86% dan 18,35%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,80%

dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,53%.

Grafik 1.37. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 200916

Pengeluaran konsumsi rumah

tangga69.32%

Pengeluaran Konsumsi

pemerintah 17.86%

Lembaga Swasta Nirlaba0.53%

Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto18.35%

Perubahan Stok2,80%

Net Impor8.86%

1. Pengeluaran Konsumsi

Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan selama

triwulan laporan minus 4,38% (q-t-q), menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang masih mampu tumbuh sebesar 5,62% (q-t-q). Menurunnya

konsumsi masyarakat pada periode triwulan laporan akibat dari dampak krisis

sehingga masyarakat mulai mengurangi konsumsi barang dan jasa pada periode

triwulan laporan.

Hal ini ditunjukkan juga dengan melemahnya daya beli masyarakat yang

diindikasikan oleh turunnya pembelian kendaraan bermotor (sepeda motor) pada

triwulan laporan (Grafik 1.44). Disamping itu, indeks keyakinan konsumen

terhadap kondisi perekonomian selama periode triwulan laporan juga masih

16 Pangsa (share) net impor sebesar 8,86% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran.

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

26

berada pada level pesimis (Grafik 1.37). Sementara, konsumsi listrik rumah

tangga (RT) mengalami penurunan sebesar 1,94%.

Grafik 1.38. Indeks Kondisi Ekonomi Grafik 1.39. Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Indeks

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2005 2006 2007 2008 2009

(60.00)

(40.00)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

(%)

Kondisi ekonomi saat ini dibandingkan 6 - 12 bln yg lalu Pertumbuhan (%)

Grafik 1.38

KWH (dalam Ribuan)

0.48

3.13

(0.55)

1.75

6.73

0.64

8.29

(1.94)

6.747.87

6.51

(2.87)

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)

-4.0

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

Persen (%)

Rumah Tangga Pertumbuhan RT

Grafik 1.39

Penjualan kendaraan bermotor pada triwulan laporan turun sebesar

33,43%. Hal ini didorong oleh turunnya penjualan mobil baru (sedan, jeep,

minibus) sebesar 4,65%, begitu juga dengan penjualan sepeda motor yang turun

34,04%. Hal ini mencerminkan bahwa konsumsi masyarakat terhadap kendaraan

bermotor semakin melemah setelah mengalami penurunan semenjak triwulan III

tahun 2008.

Di sisi lain, penyaluran kredit konsumsi tumbuh sebesar 2,32%, melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 2,43% (q-t-q). Hal ini

menunjukkan bahwa kegiatan konsumsi rumah tangga untuk membeli barang

tahan lama (durable goods) melalui fasilitas pinjaman yang disediakan oleh bank

menunjukkan tanda penurunan.

Pada periode triwulan laporan, pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh

melambat sebesar 0,09% (q-t-q), menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 5,95% (q-t-q). Menurunnya pengeluaran konsumsi

pemerintah pada triwulan laporan terkait dengan belum terakselerasinya belanja

modal (infrastruktur) Pemerintah Daerah pada triwulan laporan. Sementara,

pengeluaran konsumsi lembaga nir laba juga tumbuh sebesar 5,59% (q-t-q) atau

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,36% (q-t-q).

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

27

Grafik 1.40. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Grafik 1.41. Perkembangan Penjualan Premium dan Solar

Grafik 1.42. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.43. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi

Grafik 1.44. Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru Grafik 1.45. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru

unit

29.89

8.79

(49.37)

14.98

36.26

11.95

(19.40)(14.21)

(1.58)

(33.43)

21.5626.81

9.78

23.64

1.61

(32.52)

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

(60)(50)(40)(30)(20)(10)-1020304050

Persen(%)

KENDARAAN BERMOTOR Pertumbuhan

Grafik 1.40.

Ribu Liter

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2006 2007 2008 2009

Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi* Angka perkiraan………………………...

(80.00)

(60.00)

(40.00)

(20.00)

-

20.00

40.00Persen (%)

Konsumsi Premium (aksis kiri) Konsumsi Solar (aksis kiri)

Premium (aksis kanan) Solar (aksis kanan)

Grafik 1.41.

Ribu Liter

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2006 2007 2008 2009

(%)

(80.0)

(60.0)

(40.0)

(20.0)

-

20.0

40.0

60.0

80.0

Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi* Angka perkiraan ……………………….

M.Tanah/Kerosine Pertumbuhan

Grafik 1.42.

7.03

11.96

5.24

8.38

10.9811.71

2.322.431.87

3.80 3.60

3.33

12.68

0

2

4

6

8

10

12

14

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I

2006 2007 2008 2009

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri

Grafik 1.43. unit

2.16 8.46

(15.88)

8.94(5.47)

31.19

6.62

34.25

(9.42)

35.73

3.62 (3.49) (4.65)(13.23)

(65.01)

126.41

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

(100)

(50)

-

50

100

150

Persen(%)

Sedan, Jeep, Minibus Pertumbuhan

Grafik 1.44.

unit

29.06

12.03

(50.50)

16.31

36.69

12.38

(19.17)(15.19)

10.01

(1.04)

(34.04)

21.2626.81

23.49

1.05

(32.73)

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

(60)

(50)

(40)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

Persen(%)

SEPEDA MOTOR Pertumbuhan

Grafik 1.45.

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

28

2. Investasi

Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto

(PMTDB) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) turun sebesar 2,24% (q-t-q)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,73% (q-t-q) yang

mencerminkan bahwa kondisi investasi belum terealisasi dengan baik dalam

mendukung percepatan perekonomian Jambi.

Grafik 1.46. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.47. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi

Grafik 1.48. Konsumsi Semen Provinsi Jambi unit

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

Persen(%)

TRUCK/PICK UP Pertumbuhan

Grafik 1.46.

1.502.33 2.70

4.283.26

1.60

16.18

10.28

1.21 0.99

14.28

16.65

11.78

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I

2006 2007 2008 2009

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan

Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri

Grafik 1.47.

Ton

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah

(60.0)

(40.0)

(20.0)

-

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

(%)

Konsumsi SemenPertumbuhan

Grafik 1.48.

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

29

Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat

situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo

bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 19,44. Masih relatif baiknya situasi bisnis

dunia usaha juga berdampak pada masih tumbuhnya kredit investasi sebesar

0,99% atau sebesar Rp14,42 miliar pada triwulan laporan.

Perubahan stok pada triwulan I tahun 2009 mengalami pertumbuhan

sebesar 2,83% (q-t-q), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya sebesar 5,99% (q-t-q). Sementara, pangsa stok pada

triwulan laporan sebesar 2,80%.

3. Perdagangan Eksternal

Jumlah perdagangan eksternal ke luar Provinsi Jambi sebesar 1,83% (q-t-

q) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar minus

9,22% (q-t-q). Pertumbuhan impor barang baik yang berasal dari luar provinsi

maupun luar negeri mengalami penurunan sebesar 5,43% (q-t-q).

Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi

ribu USD

34,232

188,395

71,313

261,972

215,491

207,237

123,888145,898

147,469

73,849

101,075

72,175

149,230

145,699

105,291

135,753

107,288

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I*

2005 2006 2007 2008 2009

Keterangan: *) S.d. Februari 2009

Impor Ekspor Net

Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor

Provinsi Jambi sebesar USD 87,31 juta sedangkan impor sebesar USD 15,99 juta

pada triwulan laporan.17 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net

17 Data s.d. bulan Februari 2009 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia).

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

30

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2007 2008 2009

dalam Ribu USD

EKSPOR

CRUDE MATERIALS, INEDIBLE

ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS

ekspor sebesar USD 71,32 juta, menurun sebesar 46,28% dibandingkan posisi

yang sama periode triwulan sebelumnya yang mencapai USD 132,76 juta.18

Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas karet dan CPO.19

Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi nilai

impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan.

Grafik 1.50. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi

Grafik 1.51. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi Ribu USD

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008 2009

23 - CRUDE RUBBER 25 - PULP AND WASTE PAPER42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES LAINNYA

18 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan Januari-Februari 2009 dibandingkan net ekspor bulan Oktober-November 2008. 19 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC).

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

31

Pada triwulan laporan (Januari-Februari 2009), ekspor Provinsi Jambi

menurun sebesar 42,33% dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya

(Oktober-November 2008), yaitu dari USD 151,40 juta menjadi USD 87,31 juta.

Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (Januari-Februari

2009) dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 32,47

juta atau 37,19% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak

nabati dan minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta pulp dan kertas (pulp and

waste paper) masing-masing mencapai USD 15,11 juta (17,31% dari total ekspor

non migas), dan USD 17,07 juta (19,55% dari total ekspor non migas).

Grafik 1.52. Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan

Ribu USD

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008 2009

C. UNITED STATES OF AM ERICA SINGAPOREM ALAYSIA C. JAPANC. R.R.C C. SOUTH KOREALAINNYA

Grafik 1.53. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008 2009

C. UNITED STATES OF AM ERICA SINGAPOREM ALAYSIA C. JAPANC. R.R.C C. SOUTH KOREALAINNYA

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

32

Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas

batubara, kokas dan briket (coal, coke and briquettes), serta barang-barang kayu

dan gabus (wood and cork manufactures) yang masing-masing mencapai USD

6,79 juta (7,78%) serta USD 4,31 juta (4,94%). Berdasarkan struktur ekspor non

migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama

komoditas karet mentah, lemak nabati dan minyak, serta batubara disusul produk

hasil industri pengolahan (barang-barang kayu serta kertas dan olahannya).

Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi sebagian besar ke

negara-negara dikawasan Asia yang hampir setara dengan 73,62% total ekspor

Provinsi Jambi. Penyumbang utama ekspor dari negara Asia adalah Republik

Rakyat China (RRC) yang mencapai USD 18,74 juta (21,47%), diikuti dengan

Malaysia sebesar USD 13,49 juta (15,45%), Jepang sebesar USD 8,60 juta

(9,85%) serta Singapura sebesar USD 7,82 juta (8,96%). Sementara ekspor ke

negara Amerika sebesar USD 17,66 juta (20,22%) pada triwulan laporan. Dari

grafik 1.52, terlihat bahwa ekspor Provinsi Jambi ke Amerika mulai mengalami

tren penurunan semenjak Juli 2008 s.d. Februari 2009 (kecuali Desember 2008).

Sejalan dengan hal tersebut, negara tujuan ekspor Provinsi Jambi pun semakin

besar porsinya ke negara selain Amerika.

Dari sisi impor (Januari-Februari 2009), impor non migas menurun sebesar

14,19% (USD 2,65 juta) jika dibandingkan periode yang sama triwulan

sebelumnya (Oktober-November 2009) sehingga menjadi sebesar USD 15,99 juta.

Pada triwulan laporan, impor terbesar terjadi pada sub kelompok mesin industri

tertentu/khusus (mach. Special for partic. inds) sebesar USD 7,17 juta (44,82%)

serta sub kelompok mesin industri dan perlengkapannya (general industrial

mach.&eqp) sebesar USD 6,73 juta (42,04%).

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

33

Grafik 1.54. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2007 2008 2009

dalam Ribu USD

IMPORMACHINERY & TRANSPORT EQPCHEMICAL

Grafik 1.55. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi

Ribu USD

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008 2009

71 - POWER GENERATING MACH. & EQP72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES56 - FERTILIZERS MANUFACTUREDLAINNYA

Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih

didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport

equipment) yang menguasai 90,38% dari nilai impor. Selain itu, kelompok

barang manufaktur (manufactured goods) juga memberikan kontribusi impor

sebesar 4,91% dari total impor Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya

adalah benang tenun, kain tekstil dan hasil-hasilnya (textile yarn, fabric&prod.)

sebesar USD 758,21 ribu.

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

34

Grafik 1.56. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual

Ribu USD

(5,000)

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008 2009

C. CANADA SINGAPORE M ALAYSIA C. HONGKONG

C. TAIWAN C. R.R.C LAINNYA

Grafik 1.57. Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008 2009

C. CANADA SINGAPORE M ALAYSIA C. HONGKONG

C. TAIWAN C. R.R.C LAINNYA

Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan

terutama berasal dari Hongkong sebesar USD 12,94 juta (81,04%), diikuti

dengan Malaysia sebesar USD 0,85 juta (5,37%) dari total impor pada triwulan

laporan (s.d. bulan Februari) sebesar USD 15,99 juta.

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

I

Boks 1.

DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI:

PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia yang

berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan ekonomi. Peranan sektor

ini di Indonesia masih dapat ditingkatkan lagi apabila dikelola dengan baik karena

belum optimalnya penggarapan sampai saat ini. Ke masa depan sektor ini akan terus

menjadi sektor penting dalam upaya pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan

kerja, peningkatan pendapatan nasional dan penerimaan ekspor serta berperan

sebagai produsen bahan baku untuk penciptaan nilai tambah di sektor industri dan

jasa. Pada sektor pertanian, subsektor perkebunan diharapkan tetap memainkan peran

penting melalui kontribusinya dalam PDB, penerimaan ekspor, penyediaan lapangan

kerja, pengurangan kemiskinan, dan pembangunan wilayah terutama di luar pulau

Jawa.

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai

peran penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit antara lain

memberikan manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, produksi

yang menjadi bahan baku industri pengolahan yang menciptakan nilai tambah di

dalam negeri (produksi tahun 2007 sebanyak 16,89 juta ton), ekspor yang

menghasilkan devisa (sebesar 7,86 miliar USD) dan menyediakan kesempatan kerja

kepada ± 4,5 juta orang. (Indonesian Palm Oil Statistic, 2007)

Pengembangan kelapa sawit di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup

pesat sejak tahun 1970 terutama periode 1980-an. Semula pelaku perkebunan kelapa

sawit hanya terdiri dari Perkebunan Besar Negara (PBN) namun pada tahun yang sama

pula dibuka Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR) melalui pola

PIR (Perkebunan Inti Rakyat) dan selanjutnya berkembang pola swadaya. Pada tahun

1980 luas areal kelapa sawit adalah 294.000 ha dan pada tahun 2007 luas areal

perkebunan kelapa sawit sudah mencapai 6,32 juta ha dimana 48,37% dimiliki oleh

PBS, 40,66% dimiliki oleh PR, dan 10,98% dimiliki oleh PBN.

Produksi minyak sawit di Indonesia sebagian besar berada di pulau Sumatera

diikuti oleh Kalimantan. Berdasarkan provinsi, Riau merupakan provinsi penghasil

minyak sawit terbesar di Indonesia dengan produksi mencapai 24% dari produksi

nasional pada tahun 2007 sementara Jambi menyumbang minyak sawit sebesar

7,70% dari produksi nasional dengan luas lahan mencapai 8,82% dari luas lahan

nasional.

Perkembangan kelapa sawit di Jambi juga menunjukkan trend pertumbuhan

yang selalu positif. Sampai dengan tahun 2007 luas areal kelapa sawit di Jambi sudah

mencapai 430.610 ha dengan jumlah produksi 1.035.300 ton serta dapat menyerap

tenaga kerja sebanyak 135.736 KK. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

II

dengan luas areal kedua terbesar setelah karet (luas areal karet adalah 633.739 ha) di

Jambi.

Saat ini, Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia

dengan jumlah produksi tahun 2007 sebesar 16,89 juta ton minyak sawit, kemudian

diikuti dengan Malaysia dengan jumlah produksi 15,74 juta ton. Produksi kedua

negara ini mencapai 85% dari produksi dunia yang sebesar 38,16 juta ton. Walaupun

Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, namun

sebagian besar ekspor minyak sawit dari Indonesia adalah dalam bentuk bahan

mentah sehingga nilai tambah yang didapatkan relatif kecil. Pada tahun 2007 ekspor

dari komoditi sawit berserta turunannya adalah 83,97% dalam bentuk CPO, 14,25%

dalam bentuk minyak inti sawit dan hanya 5,38% yang dalam bentuk produk turunan,

yaitu oleochemichal. Sementara Malaysia, mayoritas ekspor komodita kelapa sawitnya

adalah dalam betuk bentuk produk turunan.

Di Jambi sendiri, Pemerintah Provinsi berencana akan membatasi penjualan

minyak sawit mentah keluar daerah. Mulai Januari 2010 minyak kelapa sawit mentah

tidak boleh dijual ke luar Provinsi Jambi. Selama ini, Provinsi Jambi dikenal memilki

perkebunan sawit cukup luas, tetapi hanya bisa menghasilkan CPO, sementara yang

mendapatkan hasil justru daerah lain. Jambi sendiri sering kekurangan minyak sayur

yang menjadi kebutuhan masyarakat setiap hari.

Terkait peraturan ini, Pemerintah Provinsi Jambi sedang mengusulkan Perda

mengenai larangan tersebut. Kedepannya, CPO harus diolah menjadi barang jadi,

sehingga saat keluar dari Jambi sudah langsung bisa dipasarkan dengan label produksi

dari salah satu Kabupaten di Jambi.

Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang pesat sejak dua dekade

terakhir. Luas areal kelapa sawit yang hanya seluas 294.560 ha pada tahun 1980

menjadi 6.074.926 ha pada tahun 2006. Perkembangan luas areal ini kemudian diikuti

dengan perkembangan jumlah produksi kelapa sawit, yaitu 721.172 ton di tahun 1980

menjadi 13.390.807 ton pada tahun 2007. Tingginya pertumbuhan kelapa sawit di

Indonesia disebabkan oleh meningkatnya perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh

swasta dan perkebunan rakyat.

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

III

Grafik 1. Luas Areal (ha) Perkebunan

Kelapa Sawit di Indonesia Grafik 2. Produksi (ton) Perkebunan

Kelapa Sawit di Indonesia

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

3500000

1967 1972 1977 1982 1987 1992 1997 2002 2007

luas

lah

an (h

a)

TahunPR (HA) PBN (HA) PBS (HA)

Sumber: Ditjenbun, statistik perkebunan

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

1967 1972 1977 1982 1987 1992 1997 2002 2007

Jum

lah

pro

du

ksi (

ton

)

Tahun

PR (HA) PBN (ton) PBS (HA)

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebagian besar tersebar di Pulau

Sumatera dan Kalimantan. Luas areal kelapa sawit di Sumatera mencapai 74,90% total

lahan di Indonesia dengan total produksi yang mencapai 81,75% produksi nasional.

Sementara luas lahan kelapa sawit di Kalimantan mencapai 21,15% luas areal nasional

dengan produksi yang mencapai 14,75% produksi nasional. Berdasarkan provinsi, Riau

merupakan provinsi dengan luas lahan dan produksi terbesar di Indonesia, yaitu

dengan luas 22,51% dan jumlah produksi 24,30% produksi nasional. Jambi

merupakan provinsi penghasil minyak sawit keempat terbesar di Indonesia setelah

Riau, Sumut, dan Sumsel (lihat grafik 3 dan 4.).

Grafik 3. Pangsa Luas Areal Perkebunan Sawit Berdasarkan Provinsi (%)

Grafik 4. Pangsa Produksi Perkebunan Sawit Berdasarkan Provinsi (%)

Riau22.51%

Sumut17.29%

Sumsel10.38%

Jambi8.82%

Kalbar7.52%

Kalteng6.75%

Sumbar4.98%

NAD4.58%

Kaltim3.90%

Kalsel2.98%

Lainnya10.30%

Sumber: Indonesian Palm Oil Statistic

Riau24.30%

Sumut23.14%

Sumsel10.37%

Jambi7.71%

Kalbar6.26%

Kalteng4.16%

Sumbar5.80%

NAD4.12%

Kaltim1.76%

Kalsel2.56%

Lainnya9.82%

Sebagian besar hasil produksi minyak sawit di Indonesia merupakan komoditi

ekspor. Pangsa ekspor kelapa sawit hingga tahun 2005 sudah hampir mencapai

87,5% total produksi. Belanda adalah negara tujuan utama ekspor kelapa sawit di

Indonesia, yaitu 17,73% dari total ekspor kelapa sawit, kemudian diikuti oleh India

sebesar 16,99%, dan Cina 12,91%. Malaysia yang merupakan negara pengekspor

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

IV

kelapa sawit terbesar di dunia ternyata juga menjadi negara tujuan ekspor kelapa sawit

di Indonesia, yaitu sebesar 6,10% dari total ekspor.

Grafik 5. Ekspor CPO Indonesia Grafik 6. Negara Tujuan Ekspor CPO tahun 2006 (%)

0

20

40

60

80

100

120

0

2000000

4000000

6000000

8000000

10000000

12000000

1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005Volume (ton)Nilai (ribu USD)

Sumber: Ditjenbun, statistik perkebunan

Netherlands, 17.73

India, 16.99

China, 12.91

Malaysia, 6.10Pakistan, 5.48

Singapore, 4.25

Germany,fed. Rep. Of, 3.43

Egypt, 3.12

Bangladesh, 3.06

Sri Lanka, 2.91

Turkey, 2.19

Lainnya, 21.83

Sumber: Ditjenbun, statistik perkebunan

Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Jambi

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan provinsi

Jambi di samping karet. Perkembangan kelapa sawit di Jambi sangatlah pesat, dari

hanya seluas 44.763 ha pada tahun 1990 meningkat menjadi 430.610 ha di tahun

2007, yang berarti meningkat hampir 10 kali lipat dalam 17 tahun. Begitu pula untuk

hasil produksi CPOnya, dari hanya 106.864 ton di tahun 1990 menjadi 1.035.300 ton

di tahun 2007. Pengembangan kelapa sawit ini selain bermanfaat dalam

perekonomian Jambi juga berperan dalam menyerap tenaga kerja. Sampai dengan

tahun 2007, jumlah KK yang bekerja dalam perkebunan sawit adalah 135.736.

Sementara untuk perkebunan karet yang sudah berumur 100 tahun di Jambi, mulai

mengalami perlambatan pertumbuhan dalam tahun-tahun terakhir ini. Saat ini luas

kebun karet di Jambi adalah 633.739 ha dengan jumlah KK yang bekerja pada

komoditi tersebut sebanyak 233.350 KK.

Grafik 7. Luas Areal (ha) Perkebunan Jambi berdasarkan Komoditas

Grafik 8. Produksi (ton) Perkebunan Jambi berdasarkan Komoditas

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

1992 1997 2002 2007

Luas

Are

al (

ha)

Karet kelapa sawit Lainnya Sumber: Jambi dalam Angka, berbagai terbitan

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1992 1997 2002 2007

Pro

du

ksi

(to

n)

Karet kelapa sawit Lainnya

Ekspor ke luar negeri kelapa sawit dari Jambi adalah sebesar 7,83% dari total

nilai ekspor pertanian di Jambi. Nilai ekspor ini sangat jauh dibawah nilai ekspor

komoditi karet yang menguasai 85,27% total ekspor pertanian Jambi. Rendahnya nilai

ekspor kelapa sawit dari Jambi ini bukan disebabkan oleh tingginya penggunaan

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

V

kelapa sawit di Jambi, akan tetapi disebabkan oleh adanya kelapa sawit yang dibawa

ke luar provinsi Jambi, baik untuk diolah di sana maupun untuk kemudian diekspor

dari daerah tersebut.

Grafik 9. Persentase Nilai Pangsa Ekpor Komoditas Pertanian, 2006

Karet85.27%

Kelapa Sawit7.83%

Kelapa5.88%

Pinang0.79%

Kopi0.12%

Gandum0.04%

Cassiavera0.03%

Lainnya0.05%

Sumber: Deptan, Statistik Pertanian

Pengolahan industri hilir dari kelapa sawit di Jambi saat ini salah satunya adalah

industri minyak goreng. Akan tetapi industri ini mengalami kemunduran dari tahun ke

tahun jika dilihat dari jumlah produksinya. Di tahun 1992, jumlah produksi minyak

goreng adalah 1.719 ton akan tetapi di tahun 2007 jumlah produksi menyusut sampai

hanya 408,62 ton. Dilihat dari jumlah perusahaannya, industri ini juga tidak mengalami

kemajuan dimana jumlah industri pada sektor ini tetap 7 sejak tahun 1992. Saat ini

industri minyak goreng dapat menyerap 1.488 tenaga kerja.

Grafik 10. Produksi Minyak Goreng Jambi

0

500

1000

1500

2000

1992 1997 2002 2007

Produksi minyak goreng (ton)

Sumber: Jambi dalam angka, berbagai terbitan

Analisis Pengembangan kelapa sawit di jambi

Pengembangan kelapa sawit di Indonesia dapat melalui pengembangan luas

lahan kebun dan juga dengan pengembangan industri hilir kelapa sawit. Untuk

mengetahui bagaimanakah dampak dari pengembangan tersebut terhadap

perekonomian Jambi, digunakan analisis Tabel Input Output. Analisis yang akan

dilakukan meliputi dampak pengembangan tersebut terhadap output perekonomian di

Jambi, pendapatan masyarakat, tenaga kerja, serta sektor-sektor yang terkena dampak

dari pengembangan ini.

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

VI

Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks

yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

antara sektor yang satu dengan sektor yang lain dalam suatu wilayah dengan periode

waktu tertentu. Tabel ini merupakan alat yang efektif untuk menganalisis dan

memproyeksi perekonomian dalam suatu perencanaan pembangunan, dan dapat juga

dijadikan landasan untuk menilai dan mengetahui berbagai kelemahan data-data

statistik lainnya. Tabel Input-Output yang dipergunakan adalah Tabel Input-Output

tahun 2007 yang terdiri dari 70 sektor. Untuk simplifikasi, tabel input-output yang

digunakan kemudian diagregasi menjadi 45 sektor.

1. Pemanfaatan lahan idle kebun sawit

Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan, saat ini terdapat 143 perusahaan

yang sudah mendapatkan izin lokasi pembangunan kebun kelapa sawit. Total lahan

yang diizinkan untuk perkebunan sawit sampai saat ini adalah seluas 1.100.000 ha.

Implementasinya di lapangan, saat ini luas kebun kelapa sawit di Jambi sampai dengan

tahun 2008 adalah 454.771 ha. Hal ini menunjukkan terdapatnya lahan kelapa sawit

yang masih belum digunakan kira-kira seluas 645.229 ha.

Analisis skenario digunakan untuk melihat bagaimanakah dampak dari

pemanfaatan lahan idle ini terhadap perekonomian Jambi. Dari 645.229 ha lahan idle,

diasumsikan lahan yang akan dimanfaatkan adalah 5% yaitu seluas 32.261,5 ha.

Untuk pengembangan lahan sawit dibutuhkan investasi sebesar Rp24.181.000/ha (SK

Dirjen Perkebunan Nomor 03/Kpts/RC.110/1/107) sehingga total investasi yang

diperlukan adalah Rp780,12 miliar.

Adanya investasi sebesar Rp780,12 miliar akan meningkatkan output Jambi

sebesar Rp1,096 triliun (setara dengan 1,77% total output) baik secara langsung

maupun tidak langsung. Jika mempertimbangkan imbasan terhadap konsumsi

masyarakat, maka kenaikan output menjadi sebesar Rp1,26 triliun (kenaikan 2,04%

total output), yang berarti terdapat kenaikan output sebesar Rp162,79 miliar akibat

meningkatnya konsumsi masyarakat. Sektor yang mendapatkan pengaruh terbesar dari

investasi ini adalah sektor sawit yang mengalami peningkatan output sebesar

Rp839,95 miliar diikuti dengan sektor keuangan sebesar Rp77,77 miliar. Imbasan

konsumsi terbesar adalah dari sektor industri makanan lainnya yaitu sebesar Rp21,57

miliar diikuti dengan sektor bangunan Rp15,18 miliar.

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

VII

Tabel 1. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Investasi Lahan Terhadap Sektor

Sektor∆ Output (lgsg, tdk lgsg)

Imbasan Kons

∆ Output (lgsg, tdk lgsg, Imbasan Kons)

Sawit 839,710 243 839,953 Keuangan 71,293 6,473 77,766 Sektor lainnya 43,901 5,569 49,471 Bangunan 29,375 15,176 44,550 Perdagangan 19,476 10,126 29,602 Transportasi_jalan 17,852 8,035 25,886 Jasa swasta 21,571 3,445 25,016 Ind. Makanan Lainnya 3,193 21,568 24,761 Lainnya 49,044 92,155 141,199 Total 1,095,416 162,789 1,258,205

Investasi yang dilakukan terhadap sawit ini tentu akan berpengaruh kepada

pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat akan meningkat sebesar Rp129,93

miliar (kenaikan sebesar 0,86%) secara langsung ataupun tidak langsung. Jika

menambahkan imbasan kepada konsumsi, total kenaikan pendapatan masyarakat

adalah sebesar Rp174,42 miliar (kenaikan 1,15% dari total pendapatan masyarakat).

Kenaikan pendapatan ini relatif kecil jika dibandingkan dengan kenaikan outputnya.

Pendapatan masyarakat yang akan meningkat adalah bagi masyarakat yang bekerja

pada sektor sawit (Rp54,56 miliar), keuangan (Rp21,63 miliar), sektor lainnya (Rp21,60

miliar), dan bangunan (Rp19,50 miliar). Perkebunan sawit merupakan perkebunan

yang menyerap tenaga kerja dengan tinggi. Pengembangan lahan ini akan berdampak

pada terbukanya lapangan kerja baru sebanyak 94.199 lapangan pekerjaan dimana

80.282 lapangan pekerjaan di sawit.

Tabel 2. Hasil Skenario Pemanfaatan Lahan

Keterangan Nilai (juta)% thd Total

Output/ Income/TK

Investasi Pengembangan Lahan 780,115 Dampak Terhadap OutputPerubahan output (lgsg, tdk lgsg) 1,095,416 1.77Perubahan output (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons) 1,258,205 2.04Imbasan Konsumsi 162,789 0.26

Perubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg) 129,933 0.86

Perubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons) 174,420 1.15

Perubahan TK (langsung) 80,282.03 6.69Perubahan TK (tidak langsung) 8,875.32 0.74Perubahan TK (Efek industri) 2,954.35 0.25Perubahan TK (Imbasan Konsumsi) 2,087.74 0.17Perubahan TK (Total) 94,199.44 7.85

Dampak Terhadap TK

Dampak Terhadap Pendapatan

Sektor sawit adalah sektor yang sangat tergantung akan keuangan, sektor

sektor lainnya, bangunan, perdagangan, jasa swasta serta transportasi jalan. Untuk

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

VIII

dapat mengembangkan sektor ini tentu harus didukung oleh sektor input utama

lainnya. Tingginya kebutuhan akan sektor keuangan menunjukkan bahwa sektor ini

membutuhkan pembiayaan yang cukup tinggi. Penyaluran kredit perkebunan oleh

perbankan di Jambi mengalami peningkatan sejak tahun 2008. Akan tetapi rasio

jumlah kredit perbankan terhadap total kredit masih relatif kecil yaitu sebesar 8,14%

pada Februari 2009. Rasio ini masih dibawah pangsa subsektor perkebunan terhadap

PDRB Jambi yang pada tahun 2008 adalah sebesar 10,42%.

Tabel 3. Jumlah Kredit Perkebunan

11.52 11.179.66

8.20 7.846.83 6.92

7.85 8.14 8.27

02468101214

-100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000

Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09

Kredit Tanaman Perkebunan (Rp juta)

Rasio Kredit Tanaman Perkebunan (%) (rhs) 2. Pengembangan industri hilir

Pemerintah Provinsi Jambi akan membatasi penjualan minyak sawit mentah

keluar daerah. Mulai Januari 2010 minyak kelapa sawit mentah tidak boleh dijual ke

luar Provinsi Jambi. Selama ini, Provinsi Jambi dikenal memilki perkebunan sawit cukup

luas, tetapi hanya bisa menghasilkan CPO, sementara yang mendapatkan hasil justru

daerah lain. Tujuan dari pengembangan industri hilir ini adalah untuk meningkatkan

nilai tambah bagi masyarakat serta dapat membuka lapangan kerja baru. Selain itu

industri hilir ini dapat menjadi buffer harga untuk minyak sawit. Dengan adanya

industri ini ketergantungan industri CPO akan pasar ekspor akan berkurang.

Skenario yang dilakukan dalam perhitungan ini adalah jika 20% ekspor CPO

dari Jambi digunakan untuk pembangungan industri hilirnya. Berdasarkan tabel Input-

Output, ekspor CPO adalah sebesar 69,32% dari total output. Jika total produksi CPO

Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar 1.035.300 ton maka volume ekspor CPO pada

tahun 2007 adalah sebanyak 717.690 ton.

Tabel 4. Perhitungan Skenario Pengembangan Industri Minyak Goreng Keterangan Nilai

Ekspor CPO (Juta Rp) 1,816,865.5

Total Output CPO (Juta Rp) 2,620,910.0

Persentase eksporCPO/Total Output CPO 69.3

Total Produksi CPO Jambi 2007 (ton) 1,035,300.0

Ekspor CPO (ton) 717,690.0

SKENARIOPengurangan Ekspor CPO 20% (Juta Rp) 363,373.1 Pengurangan Ekspor CPO 20% (ton) 143,538.0

Biaya Investasi minyak goreng/kg (Rp) 4,500.0 Total biaya investasi minyak goreng sebesar 20% ekspor CPO (juta Rp)

645,921.0

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

IX

Pengurangan Ekspor CPO sebesar 20% (setara dengan 143.538 ton)

Pengurangan ekspor CPO sebesar 20% atau sebesar Rp363.373,1 juta akan

mengurangi total output di

Jambi sebesar Rp561,96 miliar

(penurunan 0,91% total output

Jambi) baik secara langsung

maupun tidak. Penurunan

ekspor ini menyebabkan

turunnya output sektor industri

CPO sebesar Rp446,17 miliar

serta penurunan output sawit

sebesar Rp0,46 miliar. Jika

mempertimbangkan imbasan konsumsi, penurunan ekspor ini menyebabkan turunnya

total output sebesar Rp726,45 miliar (penurunan 1,17% total output), berarti terdapat

penurunan konsumsi masyarakat sebesar Rp164,49 miliar. Penurunan imbasan

konsumsi ini terutama dirasakan oleh sektor industri makanan lainnya yaitu sebesar

Rp21,79 miliar.

Dari sisi pendapatan masyarakat, penurunan output ini menyebabkan turunnya

pendapatan masyarakat sebesar Rp131,29 miliar. Penurunan pendapatan masyarakat

terbesar adalah untuk sektor industri minyak CPO (84,48%) diikuti dengan industri

keuangan sebesar (4,22%). Jika memperhitungkan imbasan kepada konsumsi

masyarakat maka total penurunan pendapatan masyarakat menjadi Rp176,24 miliar.

Tabel 6. Perubahan Output

Sektor∆ Output (lgsg, tdk lgsg)

Imbasan Kons

∆ Output (lgsg, tdk lgsg, Imbasan Kons)

Ind. CPO (446,170) (2,374) (448,544) Sawit (46,217) (246) (46,463) Keuangan (19,903) (6,540) (26,444) Perdagangan (14,325) (10,231) (24,556) Ind. Makanan lainnya (1,380) (21,793) (23,173) Bangunan (1,991) (15,334) (17,325) Lainnya (31,978) (107,970) (139,948) Total (561,964) (164,489) (726,453)

Pengembangan industri minyak goreng sebesar 143.538 ton

Pengembangan 143.538 ton industri hilir kelapa sawit membutuhkan biaya

investasi sebesar Rp645,92 miliar (asumsi 1 kg minyak goreng membutuhkan investasi

sebesar Rp4500/kg). Pengembangan industri hilir ini akan meningkatkan output Jambi

sebesar 1,60% yaitu sebesar Rp990,80 miliar secara langsung maupun tidak langsung.

Jika mempertimbangkan imbasan konsumsi, peningkatan output akibat investasi ini

adalah sebesar 2,07% atau setara dengan Rp1.277,18 miliar dengan imbasan

konsumsi sebesar 286,38 miliar. Kenaikan output terbesar dirasakan oleh sektor

Tabel 5. Hasil Skenario Penurunan 20% Ekspor CPO

Keterangan Nilai (juta)% thd Total

Output/ Income/TK

Penurunan Ekspor (363,373)Dampak Terhadap OutputPerubahan output (lgsg, tdk lgsg) (561,964) -0.91

Perubahan output (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons) (726,453) -1.17

Imbasan Konsumsi (164,489) -0.27Dampak Terhadap PendapatanPerubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg) (131,290) -0.87Perubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons)

(176,241) -1.17

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

X

industri CPO diikuti oleh industri makanan lainnya dan sawit. Dilihat dari imbasan

konsumsinya, sektor industri makanan lainnya dan bangunan adalah dua sektor

dengan pengaruh imbasan konsumsi terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa

kecenderungan realokasi masyarakat ketika ada penambahan pendapatan ialah

membelanjakan pada kedua sektor tersebut.

Dari sisi pendapatan masyarakat, investasi ini meningkatkan Rp306.841 miliar

pendapatan rumah tangga. Perubahan pendapatan terbesar dirasakan oleh rumah

tangga yang bekerja pada sektor CPO, jasa pemerintah dan juga industri makanan

lainnya.

Tabel 7. Hasil Skenario Penurunan Industri Hilir CPO

Keterangan Nilai (juta)% thd Total

Output/ Income/TK

Investasi Pembangunan Ind. Hilir 645,921 Dampak Terhadap OutputPerubahan output (lgsg, tdk lgsg) 990,803 1.60Perubahan output (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons)

1,277,183 2.07

Imbasan Konsumsi 286,381 0.46Dampak Terhadap PendapatanPerubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg) 228,580 1.51Perubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons)

306,841 2.03

Tabel 8. Perubahan Output

Sektor∆ Output (lgsg, tdk lgsg)

Imbasan Kons

∆ Output (lgsg, tdk lgsg, Imbasan Kons)

Ind. CPO 719,811 4,133 723,943Ind. Makanan Lainnya 45,918 37,943 83,861Sawit 74,563 428 74,991Keuangan 33,099 11,387 44,486Perdagangan 24,437 17,813 42,250Hotel & Resto 20,682 15,365 36,046Bangunan 3,425 26,697 30,122

Pengurangan Ekspor dan Pengembangan Industri Hilir

Jika skenario ini

terealisasi, maka secara total

akan ada peningkatan output

sebesar Rp550,73 miliar.

Peningkatan output ini

terutama disumbangkan oleh

industri CPO (Rp275,40miliar),

industri makanan lainnya

(Rp60,69 miliar) dan sawit

(Rp28,53 miliar). Imbasan

konsumsi terbesar dirasakan oleh sektor industri makanan lainnya yaitu kenaikan

output sebesar (Rp16,15 miliar). Dari sisi pendapatan masyarakat, akan terdapat

kenaikan sebesar Rp130,60 miliar (kenaikan 0,86% total pendapatan masyarakat).

Tabel 9. Hasil Skenario Penurunan Industri Hilir CPO

Keterangan Nilai (juta)% thd Total

Output/ Income/TK

Penurunan ekspor & Pembangunan Ind. HilirDampak Terhadap OutputPerubahan output (lgsg, tdk lgsg) 428,839 0.69Perubahan output (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons)

550,730 0.89

Imbasan Konsumsi 121,892 0.20Dampak Terhadap PendapatanPerubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg) 97,290 0.64Perubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons)

130,601 0.86

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

XI

Sektor yang mengalami

peningkatan tertinggi

akibat skenario ini

adalah sektor industri

CPO dengan

peningkatan sebesar

Rp68,46 miliar diikuti

dengan sektor industri

makanan lainnya yaitu

sebesar Rp 12,02 miliar.

Saat ini permasalahan yang dialami dalam pengembangan industri hilir CPO

diantaranya adalah:

1.) Belum adanya kebijakan yang jelas dari pemerintah mengenai pengembangan

industri perkebunan terutama berkaitan dengan pengembangan industri

hilirnya.

2.) Belum adanya sinkronisasi antara pengembangan industri hulu dan hilir.

Sebelum terjadinya penurunan harga CPO pada tahun 2008 lalu, para

pengusaha berpendapat bahwa investasi dalam industri hulu kelapa sawit jauh

lebih menguntungkan.

3.) Dibutuhkannya fasilitas pelabuhan laut untuk menunjang jalur perdagangan

industri kelapa sawit

Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian ini dapat disimpulkan:

1. Pengembangan lahan kelapa sawit berdampak positif terhadap perekonomian

Jambi baik dilihat dari total output, pendapatan masyarakat maupun tenaga

kerja. Pengembangan 32.2615 ha kebun kelapa sawit akan meningkatan

output Jambi sebesar 2,04% secara total, pendapatan rumah tangga akan

meningkat sebesar 1,15% serta akan menambah lapangan kerja sejumlah

94.199.

2. Pembatasan ekspor yang tidak disertai dengan pengembangan industri hilir

akan berdampak buruk pada penurunan perekonomian di Jambi yaitu turunnya

output provinsi Jambi sebesar 1.17%, turunnya pendapatan masyarakat

provinsi Jambi sebesar -1.17%.

3. Pengembangan industri hilir kelapa sawit akan berdampak positif baik dilihat

dari total output dan pendapatan masyarakat. Pengembangan industri hilir

kelapa sawit sebesar 20% dari jumlah ekspor saat ini akan meningkatkan

output sebesar 0,89% secara total serta meningkatkan pendapatan masyarakat

sebesar 0,86%.

Tabel 10. Perubahan Output

Sektor∆ Output (lgsg, tdk lgsg)

Imbasan Kons

∆ Output (lgsg, tdk lgsg, Imbasan Kons)

Ind. CPO 273,640 1,759 275,399 Ind. Makanan Lainn 44,538 16,150 60,688 Sawit 28,346 182 28,528 Hotel dan Resto 20,147 6,540 26,687

Keuangan 13,195 4,847 18,042 Perdagangan 10,112 7,582 17,693 Bangunan 1,434 11,363 12,797 Lainnya 37,425 73,470 110,895 Total 428,839 121,892 550,730

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

XII

Saran

Beberapa saran yang dapat dilakukan terkait dengan penelitian ini adalah:

1.) Pendataan dan penyelesaian status lahan yang telah diberikan izin pengolahan

kepada perusahaan namun belum dimanfaatkan, terutama terhadap izin yang

telah berakhir masa berlakunya.

2.) Optimalisasi pemanfaatan program revitalisasi perkebunan Pemerintah Pusat

maupun daerah antara lain sebagai salah satu sumber pembiayaan

pembangunan kebun.

3.) Optimalisasi program revitalisasi perkebunan terutama percepatan realisasi

kredit program maupun komersil.

4.) Pengembangan market riset dan market intelijen untuk memperkuat daya

saing. Market riset yang dilakukan adalah mengenai kebutuhan pasar akan

produk turunan kelapa sawit serta jalur pemasarannya, sementara market

intelijen yang dilakukan adalah mengenai sistem pengembangan industri hilir

kelapa sawit di sekitar provinsi Jambi seperti Sumatera Selatan, Sumatera Utara

dan Riau.

5.) Penelitian lanjutan mengenai industri turunan kelapa sawit apa yang dapat

dikembangkan di Jambi. Saat ini keterbatasan dalam perhitungan dengan

menggunakan tabel input output ini adalah tidak tersedianya variabel industri

hilir kelapa sawit selain untuk minyak goreng, sementara industri hilir kelapa

sawit masih beraneka ragam.

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

I

Boks 2.

BANKERS’ DINNER 2009: HIDUP DI TENGAH KRISIS EKONOMI DUNIA

Bankers’ Dinner merupakan tradisi tahunan sebagai momen refleksi dan

wahana komunikasi di antara kalangan perbankan. Di Provinsi Jambi, Bankers’ Dinner

telah dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2009 bertempat di Kantor Bank Indonesia

Jambi dengan jumlah undangan berkisar 80 orang, dan dihadiri antara lain oleh

Gubernur Jambi, para Bupati di seluruh Provinsi Jambi, Muspida, instansi pemerintah

daerah serta kalangan perbankan se-Provinsi Jambi. Agenda pertemuan tersebut

adalah memberikan informasi mengenai arahan Gubernur Bank Indonesia pada tahun

2009 sera perkembangan ekonomi di Jambi yang disampaikan oleh Pemimpin Bank

Indonesai Jambi.

Pertemuan tahunan perbankan tahun ini mengangkat tema “Hidup di Tengah

Krisis Ekonomi Dunia”. Arahan diawali dengan gambaran krisis ekonomi dunia serta

dampaknya terhadap perkonomian Indonesia. Selanjutnya, disampaikan pula

pandangan-pandangan tentang prospek dan tantangan perekonomian ke depan, dan

arahan diakhiri dengan bagaimana arah kebijakan moneter dan perbankan di

Indonesia di tahun 2009.

KRISIS EKONOMI DUNIA

Tahun 2009 dapat dipastikan akan merupakan tahun yang penuh tantangan

dan ujian dimana saat ini sedang di puncak gelombang krisis ekonomi global terberat

sejak Depresi 1929. Krisis keuangan global yang diawali dengan kredit macet sektor

perumahan di Amerika Serikat ternyata hanya pucuk dari sebuah gunung es yang

kemudian berkembang menjadi krisi kredit berskala global. Aliran kredit untuk

kegiatan normal terganggu karena penyandang dana lebih suka menyimpan dananya

dalam cash atau emas daripada memberikan pinjaman. Bank dan lembaga keuangan

di berbagai negara mengalami distress dan sebagian, termasuk yang berskala global,

bangkrut.

Yang sangat dikhawatirkan para pengelola ekonomi dan ingin dihindari almost

at all cost adalah terjadinya proses spiral ke bawah antara sektor keuangan dan sektor

riil dimana sektor keuangan yang tidak berfungsi mengakibatkan kemerosotan

kegiatan sektor riil, yang kemudian makin memperburuk kinerja sektor keuangan dan

kemudian makin menekan sektor riil, demikian seterusnya.

Sementara itu, di tengah suasana yang kurang menguntungkan ini, Indonesia

tidaklah pada posisi terburuk di antara negara-negara lain. Secara umum, postur

makro termasuk tingkat pertumbuhan ekonomi tidak terlalu jelek dan industri

perbankan juga cukup mantap. Indonesia termasuk beruntung karena exposure

perbankan dan lembaga keuangan terhadap subprime mortgages minimal. Namun

dalam perkembangan selanjutnya, bukan berarti Indonesia tidak sepenuhnya bisa

terhindar dari imbas krisis. Perbankan Indonesia tidak terhindar dari masalah produk

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

II

derivatif, meskipun skalanya lebih kecil dibanding sejumlah negara berkembang lain

apalagi dibanding dengan negara-negara maju.

Permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait dengan krisis ekonomi global ini

adalah:

a. Menciutnya akses korporasi dan perbankan terhadap sumber pembiayaan luar

negeri.

b. Pasar uang antarbank dalam negeri yang belum berjalan normal dilihat dari

volume transaksi harian terutama dari segi akses bank-bank menengah dan

kecil terhadap sumber dana ini. Untuk itu respon yang dilakukan oleh

Indonesia adalah perluasan fasilitas likuiditas bank sentral bagi perbankan

seperti FPJP.

c. Krisis keuangan global yang mulai menggerus kegiatan ekonomi yang terjadi

dalam dua kuartal terakhir di semua negara tak terkecuali Indonesi.

Untuk itu Indonesia harus mempunyai strategi dengan sasaran yang jelas. Ada

3 (tiga) sasaran yang harus dicapai secara terkoordinir, yaitu:

a. Melewati masa keketatan kredit global dengan selamat

b. Menjaga agar kegiatan ekonomi nasional tidak terlalu merosot dalam jangka

pendek, dan

c. Mempersiapkan kondisi agar setelah itu perekonomian Indonesia kembali pada

jalur pertumbuhan ekonominya yang sustainable.

Kunci untuk menangkal kemerosotan kegiatan ekonomi dalam jangka pendek

adalah perlunya stimulus fiskal dan percepatan pelaksanaan APBN 2009. Namun harus

pula diingat, stimulus fiskal harus dibarengi dengan perbaikan dan penguatan sektor

keuangan. Stimulus fiskal pada hakekatnya berfungsi sebagai pemancing pump

priming dimana tidak akan menghasilkan kebangkitan ekonomi yang sustainable

apabila tidak dibarengi dengan kebangkitan kembali kegiatan sektor swasta atau dunia

usaha. Sementara itu, kebangkitan kembali sektor swasta hanya akan terjadi apabila

didukung oleh sektor keuangan yang berfungsi kembali secara penuh.

Pelajaran Krisis Ekonomi

Beberapa pelajaran penting yang dapat diambil dari krisis ini adalah:

a. Kembali ke khittah, “back to basics”.

Krisis yang dihadapi saat ini dapat dilihat sebagai konsekuensi dari

perkembangan sektor keuangan yang lepas dari akarnya yaitu kegiatan

ekonomi riil. Produk keuangan yang semakin bervariasi, canggih dan kompleks

mempunyai dampak sampingan yang fatal, yaitu semakin sulit untuk dinilai

risikonya. Instrumen keuangan semakin terlepas dari underlying transactions

yang seharusnya melandasinya. Kegiatan yang lepas dari underlying

transactions-nya kemudian berkembang menjadi gelembung. Karena dinamika

internnya sendiri, gelembung makin membesar, dan akhirnya pecah. Dan krisis

terjadi

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

III

b. Krisis memberikan bukti kongkrit bahwa konsep universal banking bukan

model yang tahan krisis.

Oleh sebab itu perlu dipikirkan kembali mengenai konsep ini secara lebih

seksama dan berhati-hati. Kebijakan pengembangan industri ke arah konsep

yang lebih advanced, harus diikuti dengan berbagai langkah penguatan dan

penyiapan rambu-rambu pengelolaan risiko yang mantap. Untuk sementara ini,

dapat disimpulkan bahwa konsep narrow bank lebih dekat dengan khittah

bank dan terbukti lebih tahan krisis. Pemilihan model bisnis bank menentukan

ketahanan sektor perbankan. Dalam krisis saat ini dan krisis 11 (sebelas) tahun

yang lalu terlihat jelas bahwa ketahanan sektor perbankan merupakan benteng

pertahanan utama suatu negara terhadap badai keuangan.

c. Prinsip-prinsip dasar pengelolaan makro yang konvensional terbukti tetap

relevan dalam mengkondisikan perekonomian menghadapi badai.

Negara-negara yang memperhatikan dan mengawal indikator-indikator

dasarnya seperti defisit anggaran negara, defisit transaksi berjalan, rasio hutang

terhadap kemampuan membayarnya, kecukupan cadangan devisanya, tingkat

inflasinya, tingkat bunga, pertumbuhan likuiditas dan nilai-tukarnya dalam

bingkai pertumbuhan ekonomi yang sustainable, umumnya mempunyai posisi

lebih baik dalam menghadapi krisis.

d. Terkait dengan pengelolaan keseimbangan makro, krisis juga memberikan

pelajaran yang lebih bersifat struktural. Dengan pengalaman krisis sekarang ini

barangkali akan timbul pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mendasar yang

dapat menjadi pedoman dalam memposisikan Indonesia di era globalisasi ini.

Misalnya bagaimana keseimbangan yang terbaik bagi perekonomian kita:

antara pasar domestik dan pasar ekspor, antara sektor keuangan dan sektor

riil, antara orientasi keluar dan orientasi kedalam sektor keuangan kita

khususnya perbankan kita, antara mengandalkan pembiayaan dari dalam

negeri dan dari luar negeri.

Prospek dan Tantangan Tahun 2009

Kondisi perekonomian Indonesia diperkirakan sebagai berikut:

a. Dengan adanya penurunan harga komoditas dan BBM serta produksi beras

yang diharapkan cukup baik, laju inflasi di 2009 diperkirakan menurun, berada

pada kisaran 5,0-7,0%.

b. Dari sisi neraca pembayaran, diperkirakan Neraca Transaksi Berjalan pada 2009

akan mengalami defisit sekitar 0,11% PDB. Aliran dana global diperkirakan

belum kembali normal pada 2009 ini. Namun ada satu catatan khusus bagi

Indonesia yaitu apabila Pemilu berjalan baik dan terbentuk kabinet yang

kredibel, dalam kuartal keempat akan terjadi aliran dana masuk yang cukup

besar. Dana ini berasal dari dana milik penduduk Indonesia yang sementara

diparkir di luar negeri menunggu kepastian situasi politik di dalam negeri.

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

IV

c. Cadangan devisa akhir 2009 diprakirakan sebesar USD 51 milyar, atau cukup

untuk membiayai 4,7 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri

Pemerintah.

e. Di bidang perbankan, stress test menunjukkan bahwa daya tahan industri

perbankan kita cukup memadai. Dalam tahun 2009, rasio kecukupan modal

(CAR) diperkirakan sedikit menurun dari 16% dalam 2008 menjadi sekitar

14%.

f. Pertumbuhan kredit di Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan masih akan

berada pada kisaran 18 - 20% namun dengan downside risk yang cukup besar.

Sementara itu, dengan perlambatan ekonomi, NPL akan cenderung meningkat,

meskipun diperkirakan masih dalam batas aman, yaitu berada di sekitar 5%

pada tahun 2009.

Dalam upaya menjaga pertumbuhan ekonomi, kuncinya adalah bagaimana

memaksimalkan kemampuan pasar domestik untuk mendorong kegiatan ekonomi

dalam negeri. Elemen utama dari kebijakan ini adalah percepatan pelaksanaan di

lapangan paket stimulus fiskal dan APBN 2009 secara keseluruhan. Inflasi yang

terkendali dan belanja pelaksanaan Pemilu oleh Pemerintah, partai dan masyarakat

juga akan membantu menopang daya beli masyarakat. Seiring dengan itu, kebijakan

penting yang semestinya ditingkatkan adalah langkah-langkah untuk memperbaiki

iklim usaha dan mengurangi biaya usaha di dalam negeri.

Arah Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yang mendukung sektor riil

Kebijakan moneter harus mampu menjaga keseimbangan antara

menggairahkan sektor riil, menjaga kestabilan harga, menjaga ketenangan pasar

keuangan dan mengawal integritas sistem keuangan. Oleh sebab itu Bank Indonesia

akan senantiasa melonggarkan kebijakan moneter dan likuiditas yang tentunya

diselaraskan dengan asesmen dan pemantauan terhadap indikator-indikator terkait.

Memperkuat fungsi intermediasi perbankan

Terkait dengan kebijakan moneter yang mendukung sektor riil maka diperlukan

kebijakan yang dapat memperkuat fungsi intermediasi perbankan. Salah satu program

terkait dengan hal ini adalah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penyaluran KUR

dan juga kredit UMKM diharapkan dapat terus berjalan dengan tingkat pertumbuhan

yang cukup siginifikan. Kredit jenis ini sangat penting artinya bagi masyarakat kecil

agar dapat terus bertahan dan mengembangkan usahanya pada masa-masa sulit

seperti tahun 2009 ini.

Untuk dapat terus memfasilitasi aliran kredit, Bank Indonesia telah

mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan

bagi perbankan dalam menyalurkan kredit. Ketentuan-ketentuan tersebut mencakup

beberapa hal seperti: memperpanjang masa transisi penerapan Basel II untuk

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

V

perhitungan beban modal risiko operasional, menyederhanakan tatacara pembukaan

kantor bank, termasuk syariah, menyesuaikan bobot ATMR untuk Kredit Usaha Kecil

dengan skim penjaminan, menyesuaikan tatacara penilaian kredit dalam jumlah

tertentu, memberikan fasilitas transaksi USD repurchase agreement (repo) bank kepada

Bank Indonesia, dan mengurangi kewajiban pembentukan Penyisihan Penghapusan

Aktiva Non Produktif (yaitu untuk abandoned assets).

Ke depannya, Bank Indonesia juga akan mengeluarkan kebijakan untuk

mendukung ketentuan-ketentuan tersebut di atas yang terkait dengan dengan upaya

peningkatan transparansi perbankan, penguatan efektifitas manajemen risiko

likuiditas, dan produk-produk derivatif industri perbankan. Dengan kebijakan ini

diharapkan, seluruh pelaku industri perbankan, baik bank umum konvensional

maupun syariah, akan memiliki ruangan yang cukup untuk tetap menjalankan fungsi

intermediasinya, dengan tetap menempatkan penerapan prinsip kehati-hatian dan

manajemen risiko sebagai prioritas utama.

Arah Kebijakan Perbankan

Benteng pertahanan utama dari badai krisis adalah sektor perbankan.

Perekonomian akan tahan krisis apabila sektor perbankannya tahan krisis. Sektor

perbankan yang demikian bertumpu pada dua pilar yaitu good governance dalam

pengelolaan masing-masing bank dan good supervision.

Good Governance

Dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sektor keuangan dan perbankan di

tanah air akhir-akhir ini semakin dapat dirasakan bahwa faktor integritas dan karakter

manusianya sangat menentukan dan di atas segalanya. Walaupun saat ini, sistem risk

management sudah canggih, sistem pengawasannya baik, tetapi hasil akhirnya akan

terpulang kepada integritas dan karakter pelaksananya. Sebaik apapun suatu sistem

tidak akan jalan apabila para pelaksananya selalu mencari lubang-lubang

kelemahannya untuk dimanfaatkannya.

Ke depan, Bank Indonesia akan memperkuat screening berdasarkan karakter

dan integritas bagi para bankir dan juga bagi para pengawasnya. Bank Indonesia juga

akan memperkuat sanksi bagi mereka yang nyata-nyata sengaja menyalahgunakan

kewenangannya. Pemegang Saham Pengendali (PSP) dan pengurus bank bertanggung

jawab penuh, dalam batas-batas ketentuan perundangan yang berlaku, atas apa yang

terjadi di bank mereka.

Good Supervision

Peningkatan ketahanan perbankan tidak lepas dari mutu pengawasan terhadap

perbankan. Saat ini Bank Indonesia sedang melakukan langkah-langkah untuk

memperkuat pengawasan bank. Reposisi dan penyegaran personalia sedang berjalan.

Prosedur dan tata kerja pengawasan kita review kembali untuk difokuskan kepada hal-

hal yang menentukan kesehatan bank.

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

VI

Di tahun 2009, Bank Indonesia merencanakan untuk secepatnya meningkatkan

efektifitas pengawasan bank melalui dua hal yaitu :

a. Penyempurnaan kerangka pengawasan berbasis risiko melalui peningkatan

proses penilaian risiko, pengawasan, pemeriksaan dan surveilance terhadap

sistem.

Kualitas penerapan manajemen risiko, khususnya dalam pengelolaan likuiditas

dan kontrol terhadap produk serta aktifitas baru bank, akan menjadi fokus

utama penguatan saat ini. Aspek ini terasa sangat mendesak untuk ditangani

di tengah krisis keuangan seperti sekarang.

b. Penyempurnaan fungsi dan organisasi pengawasan baik di Kantor Pusat

maupun di seluruh Kantor-kantor Bank Indonesia.

Bank Indonesia akan memperkuat kaitan antara hasil pemeriksaan dan langkah

pembinaan, serta antara temuan dan tindakan. Oleh sebab itu, Bank Indonesia

akan membentuk tim panel untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan dan

langkah-langkah pembinaannya.

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

I

Boks 3.

PERKEMBANGAN DUNIA USAHA JAMBI DI TENGAH KRISIS EKONOMI GLOBAL

Krisis ekonomi yang dimulai dari krisis perumahan di Amerika Serikat ternyata

merambah ke berbagai negara dunia. Melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia berdampak pada menurunnya permintaan dunia akan berbagai komoditas sehingga harga dari komoditas tersebut menjadi jatuh. Hal tersebut yang saat ini sedang dialami di Indonesia, tidak terkecuali di Jambi. Jambi merupakan provinsi yang tergantung akan pada sektor perekonomian primer (seperti pertanian dan pertambangan). Komoditas unggulan Jambi seperti karet dan kelapa sawit adalah dua komoditas yang paling merasakan dampak dari krisis seiring dengan terjadinya penurunan harga. Perkembangan harga beberapa komoditas dunia adalah sebagai berikut:

Grafik 1. Perkembangan Harga Komoditas

0

1000

2000

3000

4000

5000

0

200

400

600

800

1000

1200

Jan-

06

Mar

-06

May

-06

Jul-0

6

Sep-

06

Nov

-06

Jan-

07

Mar

-07

May

-07

Jul-0

7

Sep-

07

Nov

-07

Jan-

08

Mar

-08

May

-08

Jul-0

8

Sep-

08

Nov

-08

Jan-

09

Mar

-09

Emas ($/troy oz) Karet (Yen/kilogram)Minyak Bumi ($/barel) CPO (ringgit/ton (metrik) (RHS)

Sumber: Bloomberg

Berdasarkan hasil liaison dengan pelaku usaha di bidang perkebunan kelapa sawit dan CPO, penjualan komoditas ini relatif masih baik walaupun saat ini mengalami penurunan harga. Dalam jangka panjang, diperkirakan prospek CPO akan membaik terkait dengan masih cukup tingginya permintaan dunia akan minyak sawit guna memenuhi kebutuhan pangan dan energi alternatif.

Sementara hasil liaison yang dilakukan terhadap industri pengolahan karet menunjukkan bahwa penjualan produk yang berupa crumb rubber-SIR 12 mengalami penurunan. Selama ini, pangsa utama dari crumb rubber adalah perusahaan industri ban di luar negeri. Dengan memburuknya perekonomian dunia yang diikuti dengan memburuknya industri otomotif mengakibatkan menurunnya kebutuhan akan ban sehingga permintaan akan produk ini juga ikut melonjak jatuh. Menurut contact liaison, penjualan ekspor crumb rubber sudah turun sampai dengan 30% saat ini.

Terkait dengan biaya operasional, semua contact menyatakan terdapat penurunan dalam biaya energi seiring dengan menurunnya harga BBM untuk industri, sedangkan biaya tenaga kerja mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya Upah Minimum Provinsi (UMP) 2009. Di sisi biaya bahan baku, bagi perusahaan yang menggunakan bahan baku utama dari dalam negeri seperti industri pengolahan karet dan kertas mengalami penurunan biaya sementara untuk perusahaan yang cukup tergantung akan bahan baku dari luar negeri mengalami kenaikan biaya seiring dengan

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

II

melemahnya nilai tukar rupiah terhadap beberapa mata uang asing. Perkebunan sawit adalah perusahaan yang merasakan imbas dari melemahnya nilai tukar tersebut yang disebabkan cukup tingginya ketergantungan usaha ini akan pupuk impor.

Dampak dari krisis ekonomi global ini terutama dirasakan pada turunnya harga jual produk. Harga jual produk crumb rubber menurun sampai 33%, harga jual TBS kelapa sawit juga turun sebesar 33% sementara harga jual produk pulp dan kertas turun sebesar 20-30%. Hal ini menyebabkan menurunnya margin penjualan yang diterima oleh perusahaan. Bahkan contact dari perusahaan karet dan kertas menyatakan bahwa margin penjualan saat ini sudah sangat tipis bahkan dapat dikatakan mendekati rugi.

Dengan kondisi demikian, maka seluruh concact liaison menyatakan bahwa ke depannya investasi yang bersifat ekspansi belum dapat dilakukan, bahkan beberapa perusahaan yang sudah merencanakan untuk melakukan ekspansi kapasitas produksi pada tahun 2008, terpaksa menundanya terlebih dahulu dengan kondisi krisis saat ini.

Menurunnya pendapatan perusahaan tentu berpengaruh terhadap kondisi keuangan dalam internal perusahaan. Salah satu tindakan yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi biaya operasional adalah terkait dengan kebijakan tenaga kerja. Beberapa tindakan yang telah dilakukan untuk mengurungi biaya tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan di Jambi adalah:

1. Meniadakan jam lembur 2. Mengurangi jam kerja (terutama untuk karyawan tidak tetap) 3. Jika kedua langkah tersebut belum mencukupi untuk mengurangi biaya

operasional perusahaan, maka saat ini sudah terdapat perusahaan yang mengurangi jumlah karyawannya dengan cara memberikan pensiun dini.

Hambatan yang dirasakan oleh perusahaan sebagian besar berada dari sisi regulasi, seperti pajak. Saat ini perusahaan menanggung cukup banyak beban pajak yang dalam kondisi seperti ini terasa cukup memberatkan. Selain itu, aturan mengenai penggunaan Letter of Credit (LC) dalam transaksi luar negeri juga dianggap memberatkan. Hal ini diperkirakan dapat menurunkan minat pembeli luar negeri sebab ketentuan ini akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan pembeli sehingga produk Indonesia, termasuk Jambi menjadi kurang kompetitif dibandingkan pesaing dari negara lain. Untuk menangani dampak krisis ini, pemerintah daerah telah melakukan beberapa tindakan. Dari sisi perkebunan, pemerintah Jambi saat ini sedang mencanangkan:

1. Program peremajaan tanaman karet (tahun 2006-2010) Jambi merupakan daerah dengan potensi SDM yang cukup ahli dalam

perkebunan karet mengingat karet merupakan tanaman yang sudah cukup lama dibudidayakan oleh masyarakat Jambi. Di samping itu, perkebunan ini juga membuka lapangan kerja yang cukup banyak yaitu terdapat ± 112 ribu kepala keluarga petani yang berkebun karet. Pemerintah Daerah juga memperkirakan bahwa kedepannya perkebunan karet masih sangat optimal untuk dikembangkan mengingat hampir semua komoditas membutuhkan karet. Sampai saat ini barang pengganti karet hanyalah karet sintesis yang terbuat dari minyak bumi sehingga jumlahnya juga terbatas

2. Pembangunan industri hilir kelapa sawit Pembangunan industri hilir kelapa sawit bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat. Selama ini, hasil CPO dari Jambi kemudian di bawa ke luar provinsi untuk diolah lebih lanjut. Hal tersebut selain dapat mengurangi margin

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

III

keuntungan bagi petani juga dapat mengakibatkan rusaknya jalan yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah sementara yang mendapatkan nilai tambah adalah provinsi lain. Sementara itu untuk menstimulus perekonomian Jambi, beberapa hal yang akan

dilakukan adalah: 1. Percepatan pelaksanaan APBD dalam rangka pengawasan sektor pertanian,

industri manufaktur, perikanan dan kelautan, migas dan pertambangan, kehutanan, jasa perdagangan, jasa pariwisata, jasa angkutan, jasa tenaga kerja dan UMKM.

2. Penguatan ekspor barang dan jasa, dengan menjaga daya saing melalui percepatan pembangunan jalan dan jembatan dari dan ke pelabuhan Muara Sabak.

3. Pengamanan pasar lokal dan regional melalui penggunaan produk yang dihasilkan daerah dengan memberikan preferensi harga kepada perusahaan penyedia barang/jasa.

4. Ekspor didorong dan impor harus dikendalikan agar pemanfaatan produksi dalam negeri secara umum dapat lebih optimal. Sedangkan impor harus tetap diawasi terutama untuk impor barang-barang tertentu dengan penerapan SNI, seperti buah-buahan yang banyak didatangkan dari negeri China dll.

Rekomendasi

Untuk terus dapat bersaing dalam pasar internasional, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas produk seperti karet dan kelapa sawit.

a. Pengembangan Karet Saat ini salah satu masalah dalam perkebunan karet adalah mengenai kualitas getah karet. Jika kualitas getah karet ini dapat ditingkatkan tentunya akan meningkatkan nilai jual kepada industri sehingga akan meningkatkan pendapatan petani. Begitu pula untuk industri crumb rubber, peningkatan kualitas getah karet akan mempermudah proses produksi sehingga dapat mengurangi biaya. Selain itu, bahan baku karet yang bagus juga akan menghasilkan produk crumb rubber yang lebih baik sehingga akan meningkatkan daya saing produk dari pesaing-pesaing internasional. Untuk itu diperlukan peran serta pemerintah dalam bantuan penyediaan bibit karet serta penyuluhan mengenai pemeliharaan yang tepat sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. b. Pengembangan Sawit Sementara untuk perkebunan sawit dapat diupayakan peningkatan produktivitas kelapa sawit. Saat ini produktivitas kelapa sawit untuk perkebunan besar sudah cukup baik namun sebaliknya produktivitas perkebunan rakyat masih rendah. Produktivitas yang tinggi tentu akan berdampak pada meningkatnya pendapatan petani. Peningkatan produktivitas ini dapat dilakukan dengan penyediaan bibit berkualitas, penyuluhan mengenai pengembangan kelapa sawit yang tepat dan juga dengan memperkuat pola kerjasama Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Dengan pola perkebunan ini diharapkan perkebunan-perkebunan besar dapat membimbing perkebunan rakyat untuk dapat menghasilkan kelapa sawit dengan kualitas dan kuantitas lebih baik lagi.

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

35

BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA

A. Kajian Umum

Inflasi Kota Jambi pada triwulan I tahun 2009 sebesar 0,26% (q-t-q),

meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2008 yang sebesar minus 0,19% (q-t-

q). Meningkatnya angka inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan berasal dari

meningkatnya laju inflasi kelompok makanan jadi serta kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar.

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Persen (%)

Bulanan (m-t-m) Year on year (y-o-y) Year to date (y-t-d)

Namun demikian, secara bulanan dan tahunan, inflasi Kota Jambi pada

akhir periode triwulan I-2009 mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan

sebelumnya. Memasuki periode awal triwulan I-2009, inflasi bulanan Kota Jambi

meningkat namun mengalami penurunan pada akhir periode triwulan I-2009.

Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan Januari, Februari dan Maret

2009 masing-masing sebesar 0,42%(m-t-m), 0,66%(m-t-m) dan minus 0,81%(m-

t-m). Dengan perkembangan tersebut, angka inflasi tahunan (y-o-y) Kota Jambi

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

- 36 - 36

juga bergerak menurun dari 11,57% (y-o-y) pada Desember 2008 menjadi

9,16% (y-o-y) pada Maret 2009.

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d. 2008

y-t-d (%)

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2003 2004 2005 2006

2007 2008 2009

Dari perkembangan diatas, inflasi Kota Jambi s.d. bulan Maret 2009 secara

kumulatif berada pada level 0,26% (y-t-d), terendah dalam 6 tahun terakhir.

Sementara, inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari

sumbangan angka inflasi makanan jadi serta kelompok perumahan, air, listrik,

gas dan bahan bakar (lihat tabel 2.1.).

Penurunan harga BBM pada tanggal 15 Januari 2009 yaitu untuk premium

sebesar Rp 500/liter sehingga menjadi Rp 4.500/liter serta turunnya harga solar

sebesar Rp300/liter sehingga menjadi Rp 4.500/liter berkontribusi terhadap

penurunan laju inflasi ke level yang lebih rendah. Sementara itu, penurunan

sebagian besar harga-harga pada kelompok bahan makanan serta sub kelompok

transpor mendorong terjadinya deflasi pada triwulan laporan.

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

37

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi

qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy

I Bahan Makanan 5.58 11.77 10.39 29.56 2.95 26.07 -1.19 18.56 -2.11 9.93

II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 3.06 5.59 7.37 13.28 1.07 11.65 2.63 14.77 3.63 15.41

III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.37 4.48 4.26 6.10 2.23 7.99 0.88 7.93 3.74 11.55

IV Sandang 2.53 3.99 1.50 8.92 0.21 6.14 1.16 5.51 3.45 6.46

V Kesehatan 0.24 0.45 6.73 5.81 0.67 6.33 0.84 8.61 0.52 8.91

VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.00 1.75 3.19 4.53 1.28 4.95 0.82 5.38 0.15 5.54

VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.87 1.18 8.73 8.72 0.81 11.04 -3.40 6.81 -4.44 1.19

INFLASI 2.47 6.37 7.20 13.99 1.76 13.68 -0.19 11.57 0.26 9.16

Sumber : BPS (diolah)

Triwulan IV-2008Triwulan I-2008 Triwulan II-2008 Triwulan III-2008KELOMPOK

Triwulan I-2009

Perkembangan inflasi Kota Jambi dan nasional pada triwulan laporan

mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-2008. Inflasi Kota Jambi secara

tahunan (y-o-y) menurun 241 bps menjadi sebesar 9,16%. Sementara, angka

inflasi nasional menurun sebesar 314 bps menjadi sebesar 7,92%(y-o-y) atau

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,06% (y-o-y),

(lihat grafik 2.3).

Grafik 2.3. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya

8.437.66

5.12 4.67

4.49

8.468.96

7.25

9.65

6.677.52

16.50

15.12

16.10 16.35

10.66

12.62

9.92

10.96

7.426.37

13.9913.68

11.57

9.16

7.126.83

6.20 5.06 5.11

6.83 6.27 6.40

8.81

7.40

9.06

17.1115.74

15.53

14.55

6.66.52

5.77

6.95

6.59

8.17

11.03

12.14

11.06

7.92

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Persen

Kota Jambi Nasional

Grafik 2.3

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

- 38 - 38

catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Y-O-Y

Bengkulu Jambi Padang Palembang Pekanbaru

Grafik 2.4

Perkembangan secara regional, tingkat inflasi di Jambi relatif moderate

dibandingkan daerah sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih rendah dibandingkan

Bengkulu (10,03%/y-o-y) serta Padang (9,23%/y-o-y), namun lebih tinggi

dibandingkan Palembang (7,96%/y-o-y) serta Pekanbaru (6,99%/y-o-y) pada

triwulan laporan.20

B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Dilihat per sub kelompok, inflasi triwulanan tertinggi pada triwulan

laporan adalah sub kelompok minuman tidak beralkohol dan sub kelompok

barang pribadi dan sandang lainnya. Sementara itu, sub kelompok yang

mengalami penurunan harga (deflasi) terbesar adalah sub kelompok buah-

buahan serta sub kelompok transpor.

Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi

terbesar secara bulanan selama periode triwulan laporan adalah daging ayam ras;

gulai; gula pasir (Januari 2009), kontrak rumah; daging ayam ras; gula pasir

(Februari 2009), gula Pasir; tukang bukan mandor; emas perhiasan (Maret 2009).

Dari perkembangan harga-harga diatas, kelompok makanan jadi serta kelompok

20 Sumber: DSM, Bank Indonesia.

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

39

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar merupakan penyumbang utama

pembentukan inflasi.

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN 5.58 11.77 10.39 29.56 2.95 26.07 -1.19 18.56 -2.11 9.93a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA -2.84 -11.85 14.02 22.60 1.83 21.05 -2.86 9.58 -2.07 10.45b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 3.57 8.76 21.94 36.73 3.18 28.20 -12.90 13.49 5.51 15.62c. IKAN SEGAR 7.08 9.38 11.98 20.49 15.45 45.30 6.31 47.19 -4.45 31.33d. IKAN DIAWETKAN 0.22 2.89 12.74 18.96 12.07 26.16 1.31 28.29 1.37 29.76e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 2.83 15.70 4.09 16.57 5.94 12.68 -2.77 10.25 -1.48 5.63f. SAYUR-SAYURAN -5.04 51.15 6.68 38.69 -6.74 9.01 2.54 -3.13 -4.75 -2.83g. KACANG-KACANGAN 53.30 50.10 4.34 61.94 -0.02 60.82 7.71 72.26 -6.51 5.05h. BUAH-BUAHAN -5.44 9.22 8.26 15.25 9.95 24.38 0.43 13.04 -10.46 7.04i. BUMBU-BUMBUAN 17.26 13.54 -3.77 34.74 -19.99 -1.64 11.24 0.43 -5.19 -18.79j. LEMAK DAN MINYAK 19.76 48.70 13.88 53.80 10.83 55.42 -9.10 37.38 2.10 17.13k. BAHAN MAKANAN LAINNYA -0.73 4.53 22.74 26.85 -3.35 19.36 1.03 18.98 -1.42 18.15II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 3.06 5.59 7.37 13.28 1.07 11.65 2.63 14.77 3.63 15.41a. MAKANAN JADI 4.02 8.93 9.60 18.92 1.73 15.90 2.26 18.61 2.44 16.80b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.50 -2.69 2.36 2.63 0.04 2.49 2.12 5.09 13.88 19.08c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 2.44 5.05 5.33 7.85 0.12 7.78 3.70 12.02 1.07 10.53III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 0.37 4.48 4.26 6.10 2.23 7.99 0.88 7.93 3.74 11.55a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.07 8.39 4.99 8.00 2.39 9.90 0.31 7.90 7.55 15.97b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0.05 0.07 4.44 4.50 2.72 7.33 0.00 7.33 0.01 7.29c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 0.77 5.62 1.40 3.25 0.00 2.18 7.62 9.96 -2.19 6.74d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 2.73 2.43 2.31 3.81 1.81 5.26 0.94 8.00 0.38 5.54IV. SANDANG 2.53 3.99 1.50 8.92 0.21 6.14 1.16 5.51 3.45 6.46a. SANDANG LAKI-LAKI -0.29 0.61 1.68 3.31 0.01 1.89 0.61 2.02 0.09 2.40b. SANDANG WANITA 0.88 1.97 0.65 1.99 0.19 1.74 0.49 2.22 0.12 1.44c. SANDANG ANAK-ANAK -0.26 0.20 3.09 4.64 -2.48 -0.67 -0.01 0.26 0.26 0.80d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 10.50 20.32 0.85 30.93 2.91 24.52 3.43 18.63 12.91 21.21V. KESEHATAN 0.24 0.45 6.73 5.81 0.67 6.33 0.84 8.61 0.52 8.91a. JASA KESEHATAN 0.00 0.00 15.88 13.19 0.00 13.19 0.00 15.88 0.00 15.88b. OBAT-OBATAN 0.30 1.02 0.45 0.53 1.18 1.88 3.49 5.50 1.60 6.86c. JASA PERAWATAN JASMANI 3.13 2.58 2.43 5.63 0.00 5.63 0.00 5.64 0.00 2.43d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 0.00 0.25 1.47 1.02 1.28 1.74 0.69 3.49 0.63 4.14VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0.00 1.75 3.19 4.53 1.28 4.95 0.82 5.38 0.15 5.54a. JASA PENDIDIKAN 0.00 1.36 4.17 5.83 1.76 6.28 0.00 6.00 0.00 6.00b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0.00 3.01 1.45 2.45 1.73 3.15 4.91 8.27 0.83 9.17d. REKREASI 0.02 3.14 3.09 4.58 0.00 4.83 0.29 3.41 0.07 3.46e. OLAHRAGA 0.00 0.65 0.00 -1.92 0.00 -1.92 -0.37 -0.37 -0.01 -0.38VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.87 1.18 8.73 8.72 0.81 11.04 -3.40 6.81 -4.44 1.19a. TRANSPOR 1.30 1.39 18.84 18.66 0.86 22.32 -5.03 15.31 -6.73 6.17b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 0.13 -13.33 -13.29 0.00 -13.33 0.68 -12.74 0.39 -12.40c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 0.00 1.03 0.00 0.42 2.20 1.56 -0.09 2.11 1.42 3.56d. JASA KEUANGAN 1.76 0.00 0.00 1.76 1.78 3.57 0.00 3.57 0.00 1.78

INFLASI (UMUM) 2.47 6.37 7.20 13.99 1.76 13.68 -0.19 11.57 0.26 9.16

Sumber : BPS (diolah)

Triwulan IV-2008Triwulan III-2008Triwulan II-2008KELOMPOK/SUBKELOMPOK

Triwulan I-2008 Triwulan I-2009

Sementara, penyumbang pembentukan deflasi terbesar adalah bensin;

angkutan dalam kota; pisang (Januari 2009), bensin; cabe merah; udang basah

(Februari 2009) serta daging ayam ras; beras; tomat buah (Maret 2009).

Kelompok bahan makanan serta kelompok transportasi merupakan penyumbang

deflasi selama periode triwulan laporan.

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

- 40 - 40

Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I-2009 TW I-2009 TW I-2009

Sumbangan Sumbangan

JANUARI JANUARI

1 Daging Ayam ras 0.2525 1 Bensin -0.4155

2 Gulai 0.1172 2 Angkutan Dalam Kota -0.1252

3 Gula Pasir 0.1024 3 Pisang -0.0470

4 Minyak Goreng 0.0890 4 Ikan Nila -0.0398

5 Tomat Buah 0.0754 5 Ikan Patin -0.0338

6 Bayam 0.0701 6 Solar -0.0331

7 Udang Basah 0.0651 7 Ikan Dencis -0.0284

8 Tomat sayur 0.0507 8 Seng -0.0256

9 Cabe Rawit 0.0344 9 Besi Beton -0.0253

10 Cabe merah 0.0301 10 Kangkung -0.0253

0.8869 -0.7990FEBRUARI FEBRUARI

1 Kontrak Rumah 0.8328 1 Bensin -0.1866

2 Daging Ayam Ras 0.1436 2 Cabe Merah -0.1602

3 Gula Pasir 0.1257 3 Udang Basah -0.0789

4 Emas Perhiasan 0.1202 4 Tomat Buah -0.0626

5 Bawang merah 0.0571 5 Tomat Sayur -0.0587

6 Ikan teri (diawetkan) 0.0568 6 Pisang -0.0524

7 Ikan Nila 0.0366 7 Bayam -0.0351

8 Minyak Goreng 0.0325 8 Pompa Air Listrik -0.0283

9 Beras 0.0324 9 Kentang -0.0270

10 Rokok Kretek Filter 0.0322 10 Besi beton -0.0261

1.4699 -0.7159MARET MARET

1 Gula Pasir 0.1037 1 Daging Ayam Ras -0.2090

2 Tukang Bukan Mandor 0.0927 2 Beras -0.1721

3 Emas Perhiasan 0.0588 3 Tomat Buah -0.0933

4 Mesin Cuci 0.0370 4 Tempe -0.0778

5 Sawi Hijau 0.0362 5 Cabe Merah -0.0755

6 Bayam 0.0224 6 Kacang Panjang -0.0549

7 Apel 0.0172 7 Telur Ayam Ras -0.0413

8 Jeruk 0.0150 8 Minyak Goreng -0.0412

9 Bawang Merah 0.0138 9 Kelapa -0.0410

10 Ikan Gabus 0.0133 10 Udang basah -0.0392

0.4101 -0.8453Sumber : BPS (diolah)

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

1. Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada triwulan I tahun 2009 mengalami

deflasi sebesar 2,11% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi tertinggi

terjadi pada sub kelompok buah-buahan sebesar 10,46% (q-t-q) serta sub

kacang-kacangan sebesar 6,51% (y-o-y).

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

41

Grafik 2.5. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng

(Ringgit/Ton)

2103

3972

1685

8268

11397

6897

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

3500

4500

5500

6500

7500

8500

9500

10500

11500

12500

(Rp/Kg)

CPO internasional (aksis kiri)

Minyak goreng lokal (aksis kanan)

Sementara itu, tren peningkatan harga crude palm oil (CPO) di pasar

internasional diikuti juga oleh harga minyak goreng curah (tanpa merek). Harga

CPO internasional pada tahun 2008 yang terendah sebesar 1.560 ringgit/ton

(Oktober 2008), berangsur-angsur mengalami peningkatan menjadi sebesar

1.685 ringgit/ton pada Desember 2008 dan menjadi 2.103 ringgit/ton bulan

Maret 2009. Sejalan dengan perkembangan tersebut, harga rata-rata minyak

goreng curah (tanpa merek) di Provinsi Jambi juga mengalami peningkatan dari

Rp6.897/kg pada bulan Desember 2008 menjadi Rp8.268/kg pada bulan Maret

2009.

Sementara, perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru

yang mencapai harga rata-rata tertingginya pada bulan Juni s.d. Desember 2008

sebesar Rp7.500/kg bergerak menurun pada triwulan laporan menjadi sebesar

Rp7.000/kg. Hal ini juga sejalan dengan tren menurunnya harga gandum di pasar

internasional yang merupakan bahan baku tepung terigu. Harga gandum yang

pada Desember 2008 masih sebesar USD 610,75/bushel, pada Maret 2009 turun

menjadi USD 532,75/bushel.21

21 Satu bushel setara dengan 27 kg.

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

- 42 - 42

Grafik 2.6. Perkembangan Harga Tepung Terigu

(USD/Bushel)

532.75

610.75

7000

7500

0

200

400

600

800

1000

1200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

7500

8000

8500

(Rp/Kg)

Wheat/Gandum (aksis kiri)

Tepung Terigu lokal (aksis kanan)

Perkembangan sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan laporan

mengalami deflasi antara lain dipengaruhi oleh tren menurunnya harga cabai

merah dan bawang putih yang merupakan salah satu bahan baku beberapa

komoditas makanan jadi.

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang

(Rp/kg)

0

5000

10000

15000

20000

25000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2006 2007 2008 2009

Sumber: Disperindag Provinsi Jambi

Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa

Bawang Putih Bawang Merah

Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar

15,62% (y-o-y) dan 5,51% (q-t-q). Harga rata-rata daging ayam relatif

mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan sehingga berkontribusi

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

43

terhadap inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Sementara pergerakan

harga daging sapi relatif stabil selama triwulan laporan.

Grafik 2.8. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.9. Perkembangan Harga Daging

(USD/Bushel)

404.8

724.75

407

3500

5448

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

7500

(Rp/Kg)

Jagung internasional (aksis kiri)

Jagung pipilan kering (aksis kanan)

Grafik 2.8

(Rp/Kg)

0

8000

16000

24000

32000

40000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2006 2007 2008 2009

Sumber: Disperindag Provinsi Jambi

(Rp/Kg)

45000

50000

55000

60000

65000

70000

Ayam Kampung (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Daging Sapi Murni (aksis kanan)

Grafik 2.9

Grafik 2.10. Perkembangan Harga Beras22

(USD/CWT)

12.41

21.48

15.34

6000

56675500

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

(Rp/Kg)

Beras internasional (aksis kiri)

lokal IR 64 (aksis kanan)

2. Kelompok Makanan Jadi

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I

tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 15,41% (y-o-y) dengan laju inflasi

triwulanan sebesar 3,63% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi

tertinggi tercatat pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar

22 Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg.

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

- 44 - 44

13,88% (q-t-q), diikuti sub kelompok makanan jadi (2,64%/q-t-q) serta sub

kelompok tembakau dan minuman beralkohol (1,07%/q-t-q).

Selama periode triwulan laporan, harga gula pasir memiliki kontribusi

terhadap inflasi bulanan yang cukup tinggi. Sementara itu, kenaikan tarif cukai

rokok per 1 Februari 2009 turut memberikan tekanan pada harga rokok.23

3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I

tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 11,55% (y-o-y) atau dengan laju inflasi

triwulanan mencapai 3,74% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, sub

kelompok biaya tempat tinggal mengalami inflasi tertinggi sebesar 7,55% (q-t-q),

diikuti dengan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga (0,38%/q-t-q),

serta sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air (0,01%/q-t-q). Sedangkan

sub kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami deflasi pada triwulan

laporan.

Peningkatan harga pada sub kelompok biaya tempat tinggal didorong

oleh mulai meningkatnya harga kontrak rumah serta biaya tukang bukan mandor

pada periode triwulan laporan. Selain karena siklus musiman awal tahun dimana

ada penyesuaian harga kontrakan rumah yang secara umum meningkat,

tumbuhnya perekonomian Jambi yang diiringi dengan semakin maraknya

pembangunan perumahan di Kota Jambi turut mendorong peningkatan harga

kontrakan rumah apalagi golongan pekerja di Jambi cukup banyak yang

merupakan pendatang sehingga demand terhadap kontrakan rumah masih

cukup tinggi. Sementara, kenaikan biaya tukang bukan mandor terkait juga

dengan terbatasnya supply tukang sementara proyek pembangunan rumah, ruko

atau bangunan lainnya cukup pesat.24

23 Kenaikan tarif cukai rokok berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.203/PMK.011/2008 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau tertanggal 9 Desember 2008 yang mulai berlaku tanggal 1 Februari 2009. 24 Sebagian besar tukang bangunan didatangkan dari Jawa terutama untuk proyek-proyek skala besar (jalan, jembatan, rumah sakit maupun perumahan).

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

45

4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada triwulan I tahun 2009 mengalami inflasi

sebesar 6,46% (y-o-y) atau dengan laju inflasi triwulanan mencapai 3,45% (q-t-

q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi adalah sub kelompok

barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 12,91% (q-t-q), diikuti sub kelompok

sandang anak-anak (0,26%/q-t-q), sub kelompok sandang wanita (0,12%/q-t-q)

serta sub kelompok sandang laki-laki (0,09%/q-t-q).

Grafik 2.11. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional

Harga Emas (USD/Troy Ounce)

919.15

882.05

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

1100

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg

Komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok sandang pada

triwulan laporan adalah emas perhiasan. Meningkatnya kembali harga emas

dalam 2 bulan awal periode triwulan laporan terkait juga dengan peningkatan

harga internasional yang mulai menunjukkan tren peningkatan harga bahkan

pada akhir bulan Maret 2009 berada di level yang masih cukup tinggi sebesar

USD 919,15 per troy ounce. Harga emas di pasar internasional pada akhir

Desember 2008 sebesar USD 882,05 per troy ounce, bergerak meningkat di

bulan Januari 2009 menjadi USD 927,85 per troy ounce serta USD 942,35 per

troy ounce pada Februari 2009.25 Namun demikian, pada bulan Maret 2009

sedikit menurun menjadi USD 919,15 per troy ounce. Secara rata-rata pada

25 Sumber: Bloomberg. Satu troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org)

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

- 46 - 46

triwulan laporan harga emas di pasar internasional mengalami peningkatan yang

menyebabkan para pedagang emas mulai menyesuaikan harga emas. Harga rata-

rata emas (logam mulia) untuk 24 karat di Jambi pada bulan Maret 2009 sebesar

Rp324.088,86/gram meningkat dibandingkan bulan desember 2008 yang hanya

mencapai Rp281.219,130/gram.26

5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 8,91% (y-o-y) pada

triwulan I tahun 2009 atau dengan laju inflasi triwulanan sebesar 0,52% (q-t-q).

Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok

obat-obatan sebesar 1,60% (q-t-q), diikuti sub kelompok perawatan jasmani dan

kosmetika (0,63%/q-t-q). Sementara itu, sub kelompok jasa perawatan jasmani

serta sub kelompok jasa kesehatan relatif tidak mengalami perubahan harga.

6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan I tahun 2009

mengalami inflasi sebesar 0,15% (q-t-q). Sub kelompok perlengkapan/peralatan

pendidikan mengalami inflasi triwulanan tertinggi sebesar 0,83% (q-t-q) diikuti

dengan sub kelompok rekreasi (0,07%/q-t-q). Sementara itu, sub kelompok

olahraga mengalami deflasi pada triwulan laporan sebesar 0,01% (q-t-q).

7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Perkembangan harga yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi

dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan I tahun 2009 sebesar minus

4,44% (q-t-q) dengan laju inflasi tahunan sebesar 1,19% (y-o-y). Berdasarkan sub

kelompoknya, deflasi terjadi pada sub kelompok transportasi sebesar 6,73% (q-t-

q) yang memiliki bobot relatif besar terhadap pembentukan inflasi Kota Jambi.

Sementara, sub kelompok lainnya yang mengalami inflasi yaitu sub kelompok

sarana dan penunjang transportasi (1,42%/q-t-q) dan sub kelompok komunikasi

dan pengiriman sebesar 0,39%/q-t-q). Perkembangan sub kelompok jasa

keuangan relatif tidak mengalami perubahan harga pada triwulan laporan.

26 Sumber: BPS Provinsi Jambi.

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

47

Menurunnya harga minyak di pasar internasional dari sebesar USD

140/barrel (Juni 2008) menjadi sebesar USD 100,64/barrel (September 2008)

serta menjadi USD 54,43/barrel (November 2008) direspon pemerintah dengan

menurunkan harga bahan bakar (BBM) pada 1 Desember 2008 dan penurunan

kedua dalam bulan yang sama pada tanggal 15 Desember 2008.27 Penurunan

harga BBM dalam negeri juga dilanjutkan pada tanggal 15 Januari 2009 untuk

jenis premium turun sebesar Rp500 sehingga menjadi Rp 4.500/liter serta

turunnya harga solar sebesar Rp300/liter sehingga menjadi Rp 4.500/liter. Hal ini

tidak terlepas dari perkembangan harga minyak dunia yang menurun pada

Desember 2008 ke level USD 49,66/barrel. Disamping itu, selama periode

triwulan laporan harga minyak di pasar internasional masih berada pada kisaran

USD 50/barrel sehingga tidak ada rencana pemerintah untuk menaikkan

kembali harga BBM dalam negeri.

Grafik 2.12. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional

Harga Minyak (USD/Barrel)

49.66

91.75

140

100.64

44.6

0

25

50

75

100

125

150

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg

Penurunan harga BBM sebanyak 3 kali dalam rentang periode 2 bulan

(Desember 2008-Januari 2009) berkontribusi besar terhadap pembentukan

angka deflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada

27 Pada 1 Desember 2008, Pemerintah menurunkan harga bensin (premium) dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.500. Sedangkan pada 15 Desember 2008, bensin (premium) kembali turun menjadi Rp 5.000 dan solar turun dari Rp 5.500 menjadi Rp 4.800.

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

INFLASI

- 48 - 48

triwulan laporan yang antara lain juga mulai direspon dengan penurunan tarif

angkutan. Tarif angkutan kota per 15 Januari 2009 turun. Ongkos angkutan

kota dari Rp2.300 turun menjadi Rp2.000 (untuk umum) serta dari Rp1.200

menjadi Rp1.000 (untuk pelajar) sebagai respon turunnya harga BBM.

Di sisi lain, memasuki masa low season, penyedia jasa penerbangan

mulai menurunkan tarifnya. Demand masyarakat terhadap permintaan tiket

pesawat untuk berlibur juga cenderung tidak sebanyak pada masa high season

pada triwulan IV-2008 yang digunakan masyarakat Jambi untuk berlibur keluar

daerah.28 Menurunnya demand tersebut berimbas pada harga tiket pesawat

yang relatif lebih murah.

28 Pada periode triwulan IV-2008 termasuk masa high season dikarenakan terdapat perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri, Idul Adha, Natal) sertaTahun Baru 2009 sehingga minat masyarakat untuk berlibur ataupun merayakan peringatan tersebut keluar daerah (Jambi) sangat tinggi.

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

49

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan pada triwulan I tahun 2009 menunjukkan penurunan

baik dari segi penghimpunan dana maupun penyaluran kredit. Fungsi

intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to deposits ratio (LDR) perbankan

relatif tetap dari triwulan sebelumnya.

Kualitas kredit yang diberikan memburuk yang tercermin dari

meningkatnya rasio Non-Performing Loan (NPL) gross. Hal ini menjadi salah satu

penyebab turunnya profitabilitas perbankan dibandingkan triwulan sebelumnya.

A. Perkembangan Kelembagaan

Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor

Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan IV tahun 2008 tercatat sebanyak

23 (dua puluh tiga) bank umum dan 8 (delapan) BPR yang terdiri dari 170

kantor bank umum termasuk BRI unit dan 14 kantor BPR. Pada periode triwulan

laporan, terdapat penambahan 1 (satu) BPR baru, dan penambahan 2 (dua)

kantor cabang pembantu (KCP). BPR yang baru dibuka di Jambi adalah BPR

Pembangunan Kerinci yang mulai beroperasi sejak 5 Januari 2009. Dua kantor

bank yang bertambah yaitu KCP BTPN Angso Duo dan BNI.

Dari 23 (dua puluh tiga) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi,

terdiri dari 5 (lima) bank pemerintah diantaranya1 (satu) Bank Pembangunan

Daerah, dan 18 (delapan belas) bank swasta nasional. Dilihat dari sebarannya,

jumlah kantor bank terbesar masih di Kota Jambi sebanyak 65 (enam puluh lima)

buah (35,33%), sedangkan untuk kabupaten yang paling sedikit kantor banknya

adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 4 (empat) kantor (2,17%).

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

50

B. Bank Umum29

1. Perkembangan Aset Bank

Aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan sedikit menurun

sebesar Rp223,14 miliar (1,82%) jika dibandingkan triwulan IV tahun 2008, yaitu

dari Rp12.228,10 miliar menjadi Rp12.004,96 miliar. Penurunan aset bank umum

ini terjadi pada kelompok bank pemerintah dan bank swasta yaitu sebesar 2,90%

(Rp236,81 miliar) dan 0,19% (Rp7,20 miliar). Di sisi lain, aset kelompok bank

syariah tumbuh sebesar 6,64% pada triwulan laporan.

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi

-4.00

0.00

4.00

8.00

12.00

16.00

20.00

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

Q1-04

Q2-04

Q3-04

Q4-04

Q1-05

Q2-05

Q3-05

Q4-05

Q1-06

Q2-06

Q3-06

Q4-06

Q1-07

Q2-07

Q3-07

Q4-07

Q1-08

Q2-08

Q3-08

Q4-08

Q1-09

PersenRp miliar

Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan (%)

Dari total pangsa pasar aset bank umum, aset bank pemerintah

merupakan yang terbesar sehingga mencapai 65,94%, diikuti oleh aset bank

swasta yang memiliki pangsa sebesar 31,27% dan aset bank syariah yang

memiliki pangsa sebesar 2,79% pada triwulan laporan.

2. Perkembangan Dana Masyarakat

Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan pada triwulan

laporan turun sebesar 0,25%, yaitu dari Rp10.069,37 miliar menjadi Rp10.043,99

miliar pada triwulan laporan.

Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK dirasakan oleh bank

swasta dan bank syariah. DPK Bank swasta meningkat Rp124,92 miliar atau

setara dengan 3,68% dan DPK bank syariah meningkat Rp0,44 miliar (0,22%).

Sementara itu untuk bank pemerintah, yang memiliki pangsa penghimpunan 29 Data s.d. bulan Februari 2009

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

51

dana terbesar, mengalami penurunan jumlah DPK sebesar Rp150,74 miliar atau

setara dengan penurunan 2,33% sehingga secara total bank umum,

penghimpunan dana triwulan ini menjadi lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya.

Tabel 3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

2009Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Nominal Persen

6,315,888 6,868,931 6,792,549 6,475,385 6,324,649 (150,736) (2.33) 1 1,981,329 2,104,301 2,038,788 1,795,255 1,733,881 (61,374) (3.42) 2 3,021,694 3,293,133 3,117,628 3,405,548 3,068,718 (336,830) (9.89) 3 Simpanan Berjangka 1,312,865 1,471,497 1,636,133 1,274,582 1,522,050 247,468 19.42

3,122,350 3,318,055 3,370,587 3,396,774 3,521,696 124,922 3.68 1 621,135 674,334 529,799 521,672 524,467 2,795 0.54 2 1,377,744 1,450,667 1,470,180 1,478,499 1,517,260 38,761 2.62 3 Simpanan Berjangka 1,123,471 1,193,054 1,370,608 1,396,603 1,479,969 83,366 5.97

159,250 174,435 179,179 197,210 197,647 437 0.22 1 52,201 54,130 46,918 49,508 49,293 (215) (0.43) 2 77,112 90,398 99,495 101,896 99,969 (1,927) (1.89) 3 29,937 29,907 32,766 45,806 48,385 2,579 5.63

9,597,488 10,361,421 10,342,315 10,069,369 10,043,992 (25,377) (0.25) 1 2,654,665 2,832,765 2,615,505 2,366,435 2,307,641 (58,794) (2.48) 2 4,476,550 4,834,198 4,687,303 4,985,943 4,685,947 (299,996) (6.02) 3 2,466,273 2,694,458 3,039,507 2,716,991 3,050,404 333,413 12.27

Tabungan

Jumlah

Bank Syariah

Bank Swasta Nasional

Tabungan

GiroTabungan

Giro

GiroTabungan Deposito

Simpanan Berjangka

Giro

Pertumbuhan2008

Bank Pemerintah

URAIAN

Bank Konvensional

Berdasarkan jenis penghimpunan dana, hanya simpanan berjangka

yang mengalami kenaikan di triwulan ini yaitu naik sebesar Rp333,41 miliar (naik

12,27%). Kenaikan jumlah simpanan berjangka ini dialami oleh semua kelompok

bank, terutama untuk kelompok bank pemerintah yang mengalami peningkatan

simpanan berjangka sebesar Rp247,47 miliar (19,42%). Tabungan mengalami

penurunan yang cukup tajam yaitu sebesar Rp300 miliar (6,02%). Penurunan ini

dipicu oleh turunnya penghimpunan tabungan oleh bank pemerintah yang

mencapai Rp336,83 miliar (9,89%). Sementara itu giro juga mengalami

penurunan yaitu sebesar Rp58,80 miliar (2,48%). Berdasarkan pangsanya,

penghimpunan dana terbesar masih diraih oleh tabungan yaitu sebesar 46,65%,

diikuti oleh deposito 30,37% dan giro 22,98%.

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

52

Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

0 500

1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000 5.500

Q1-03

Q2-03

Q3-03

Q4-03

Q1-04

Q2-04

Q3-04

Q4-04

Q1-05

Q2-05

Q3-05

Q4-05

Q1-06

Q2-06

Q3-06

Q4-06

Q1-07

Q2-07

Q3-07

Q4-07

Q1-08

Q2-08

Q3-08

Q4-08

Q1-09

Rp miliarRp miliar

Giro (aksis kiri) Simpanan Berjangka (aksis kiri) Tabungan (aksis kiri) DPK (aksis kanan)

Berdasarkan golongan pemilik, secara nominal, penurunan DPK berasal

dari menurunnya penghimpunan dana dari perusahaan swasta (turun Rp359,75

miliar), dan perorangan (Rp260,94 miliar) sementara penghimpunan dana dari

Pemerintah Daerah menunjukkan peningkatan yaitu sebesar Rp600,33 miliar.

Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah)

Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share

1 Pemerintah 50.509 0,53 85.107 0,82 103.771 1,00 46.278 0,46 51.162 0,51

2 Pemerintah Daerah 1.891.724 19,71 2.087.788 20,15 2.159.113 20,88 1.149.512 11,42 1.749.840 17,42

3 Badan/lembaga pemerintah 66.334 0,69 82.796 0,80 81.264 0,79 82.116 0,82 74.328 0,74

4 Badan Usaha Milik Negara 71.010 0,74 125.759 1,21 117.853 1,14 161.482 1,60 156.968 1,56

5 Perusahaan asuransi 34.872 0,36 32.630 0,31 33.633 0,33 28.532 0,28 31.515 0,31

6 Perusahaan swasta 527.640 5,50 650.645 6,28 510.312 4,93 944.732 9,38 584.986 5,82

7 Yayasan dan Badan Sosial 116.504 1,21 64.525 0,62 69.040 0,67 70.675 0,70 72.215 0,72

8 Koperasi 38.442 0,40 40.454 0,39 35.327 0,34 31.832 0,32 30.757 0,31

9 Perorangan 6.754.020 70,37 7.139.681 68,91 7.182.635 69,45 7.484.153 74,33 7.223.214 71,92

10 Lainnya 46.416 0,48 52.036 0,50 49.367 0,48 70.057 0,70 69.007 0,69

Jumlah 9.597.471 100 10.361.421 100 10.342.315 100,00 10.069.369 100,00 10.043.992 100,00

Bukan Penduduk/Non-Residents 17 0 - - - - -

9.597.488 10.361.421 10.342.315 10.069.369 10.043.992

Trw.I-2009

Penduduk dan bukan penduduk

No. Golongan PemilikTrw.I-2008 Trw.II-2008

Penduduk/Residents

Trw.IV-2008Trw.III-2008

Berdasarkan pangsanya, DPK terbesar adalah untuk golongan pemilik

perorangan yang mencapai 71,92%; diikuti oleh milik Pemerintah Daerah sebesar

17,42% dan perusahaan swasta sebesar 5,82%.

Berdasarkan lokasi bank30, jumlah dana masyarakat di perbankan

mengalami penurunan di Kota jambi, Kabupaten Bungo, Kerinci dan kota lainnya.

Penurunan tertinggi (secara nominal) terjadi di Kota Jambi sebesar Rp87,61 miliar

(1,33%) diikuti oleh Kabupaten Bungo sebesar Rp74,21 miliar (12,94%).

Sementara itu kenaikan DPK tertinggi dialami oleh Kabupaten Batanghari yaitu

30 Data s.d. bulan Februari 2009.

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

53

sebesar Rp49,69 miliar (13,14%) serta Muara Jambi sebesar Rp30,20 miliar

(17,68%). Pada triwulan laporan, secara total, DPK berdasarkan lokasi bank

menurun sebesar Rp25,38 miliar (0,25%).

Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah)

Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Persen

1 Kota Jambi 6,259,507 60.52 6,565,145 65.20 6,477,538 64.49 (87,607) (1.33)

2 Batanghari 424,001 4.10 378,105 3.76 427,793 4.26 49,688 13.14

3 Tanjung Jabung Barat 993,975 9.61 808,880 8.03 825,951 8.22 17,071 2.11

4 Merangin 436,774 4.22 362,023 3.60 367,530 3.66 5,507 1.52

5 Kerinci 450,343 4.35 456,561 4.53 451,795 4.50 (4,766) (1.04)

6 Sarolangun 436,955 4.22 395,553 3.93 412,989 4.11 17,436 4.41

7 Bungo 485,495 4.69 573,476 5.70 499,269 4.97 (74,207) (12.94)

8 Tebo 135,357 1.31 89,476 0.89 109,808 1.09 20,332 22.72

9 Muara Jambi 283,346 2.74 170,825 1.70 201,027 2.00 30,202 17.68

10 Tanjung Jabung Timur 380,059 3.67 251,184 2.49 255,258 2.54 4,074 1.62

11 Lainnya (Others ) 56,495 0.55 18,141 0.18 15,034 0.15 (3,107) (17.13)

10,342,307 100.00 10,069,369 100.00 10,043,992 100.00 (25,377) (0.25) JUMLAH

Kota/KabupatenNo.PertumbuhanTrw.IV-08Trw.III-08 Trw.I-09

3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana

Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi turun sebesar 0,26%,

yakni dari Rp7.593,19 miliar menjadi Rp7.573,22 miliar pada triwulan I tahun

2009.

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

2009TW I TW II TW III TW IV TW I Nominal Persen

Kelompok Bank 6,025,622 6,921,211 7,513,877 7,593,187 7,573,221 -19,966 (0.26) 1 Bank Pemerintah 4,087,566 4,648,746 5,076,829 5,236,482 5,271,800 35,318 0.67 2 Bank Swasta 1,761,924 2,069,247 2,188,753 2,081,416 2,003,183 -78,233 (3.76) 3 Bank Syariah 176,132 203,218 248,295 275,289 298,238 22,949 8.34

Jenis Penggunaan 6,025,622 6,921,211 7,513,877 7,593,187 7,573,221 -19,966 (0.26) 1 Modal Kerja 2,376,256 2,861,846 2,997,699 2,984,839 2,877,210 (107,629) (3.61) 2 Investasi 1,166,162 1,303,493 1,437,519 1,454,979 1,469,397 14,418 0.99 3 Konsumsi 2,483,204 2,755,872 3,078,659 3,153,369 3,226,614 73,245 2.32

Sektor Ekonomi 6,025,622 6,921,211 7,513,877 7,593,187 7,573,221 -19,966 (0.26) 1 Pertanian 717,428 817,879 963,654 1,006,549 1,007,284 735 0.07 2 Pertambangan 30,540 25,816 15,914 34,866 27,619 (7,247) (20.79) 3 Perindustrian 383,849 404,713 396,307 379,269 375,716 (3,553) (0.94) 4 Listrik, Gas dan Air 33,982 32,963 31,341 29,330 28,359 (971) (3.31) 5 Konstruksi 217,464 298,263 333,238 276,370 244,786 (31,584) (11.43) 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 1,707,652 2,019,320 2,088,594 2,145,985 2,108,344 (37,641) (1.75)

7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 154,559 165,956 158,151 115,177 114,029 (1,148) (1.00)

8 Jasa-jasa Dunia Usaha 174,832 252,956 282,890 303,999 294,174 (9,825) (3.23) 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 112,306 119,731 129,248 129,212 127,309 (1,903) (1.47)

10 Lain-lain 2,493,010 2,783,614 3,114,540 3,172,430 3,245,601 73,171 2.31

PertumbuhanURAIAN

2008

Berdasarkan Kelompok Bank, penurunan jumlah kredit dialami oleh

bank swasta yaitu turun sebesar Rp78,23 miliar (3,76%). Di sisi lain, penyaluran

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

54

kredit oleh bank pemerintah dan bank syariah masih mengalami pertumbuhan

pada triwulan laporan. Penyaluran kredit oleh bank pemerintah tumbuh sebesar

Rp35,32 miliar (0,67%) sedangkan kredit bank syariah tumbuh sebesar Rp22,95

miliar (8,34%). Dilihat dari pangsa (share) penyaluran kredit, kelompok bank

pemerintah masih mendominasi dengan pangsa sebesar 69,61% dari total

penyaluran kredit perbankan, diikuti dengan kelompok bank swasta (26,45%)

serta kelompok bank syariah (3,94%).

Berdasarkan Jenis Penggunaan, penurunan jumlah kredit dialami oleh

kredit modal kerja (KMK) dengan cukup tinggi yaitu sebesar 3,61% (Rp107,63

miliar). Di sisi lain, kredit konsumsi dan kredit investasi masih menunjukkan

pertumbuhan walaupun mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan kredit

konsumsi tumbuh melambat sebesar 2,32% (Rp73,25 miliar) dibandingkan

pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 2,43% sedangkan kredit investasi

tumbuh sebesar 0,99% (Rp14,42 miliar) melambat dibandingkan pertumbuhan

triwulan lalu yang sebesar 1,21%. Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar

dialokasikan untuk kredit konsumsi yaitu 42,61%, diikuti oleh kredit modal kerja

37,99% dan kredit investasi 19,40% dari total kredit pada triwulan laporan.

Berdasarkan Sektor Ekonomi, hampir semua sektor ekonomi

mengalami penurunan jumlah penyaluran kredit kecuali untuk sektor lain-lain dan

pertanian. Secara nominal, penurunan terbesar dialami oleh sektor Perdagangan,

Restoran, dan Hotel yaitu sebesar Rp37,64 miliar (1,75%) diikuti oleh sektor

konstruksi sebesar Rp31,58 miliar (11,43%). Pertumbuhan kredit pada triwulan

ini dialami oleh sektor lain-lain dan pertanian. Kredit sektor lain-lain tumbuh

sebesar Rp73,17 miliar (2,31%) sedangkan kredit pertanian tumbuh Rp0,74

miliar (0,07%).

Pangsa penyaluran kredit tetap didominasi oleh kredit sektor lain-lain

sebesar 42,86% terhadap outstanding kredit, diikuti sektor perdagangan,

restoran dan hotel sebesar 27,84%, serta sektor pertanian sebesar 13,30%.

Penyaluran kredit ketiga sektor tersebut mendominasi penyaluran kredit yang

mencapai 84,00% dari total outstanding kredit.

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

55

Berdasarkan lokasi Proyek31, jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan di Provinsi Jambi juga mengalami penurunan yaitu menurun sebesar

1,05% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp10,43 triliun menjadi

Rp10,32 triliun.32 Penurunan jumlah kredit ini hampir dialami oleh semua sektor

ekonomi kecuali untuk sub sektor listrik, gas dan air serta sektor lain-lain.

Berdasarkan nominal kredit, penurunan kredit lokasi proyek pada triwulan

laporan terutama disebabkan oleh menurunnya kredit sektor perindustrian

sebesar Rp50,24 miliar (5,67%), kredit sub sektor konstruksi sebesar Rp46,64

miliar (13,93%), serta sektor perdagangan sebesar Rp34,66 miliar (1,54%).

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)2009

II III IV I II III IV IPertanian 1,998,586 1,871,828 1,917,934 1,367,665 1,828,219 1,962,425 1,993,259 1,986,582Pertambangan 223,574 237,500 276,405 116,753 111,867 68,288 103,673 99,332Perindustrian 550,568 732,566 896,895 887,248 898,945 956,173 885,244 835,008Perdagangan 1,392,067 1,563,112 1,663,031 1,807,987 2,108,819 2,185,613 2,247,894 2,213,235

Jasa-jasa 610,891 694,526 788,990 852,274 1,170,425 1,250,435 1,232,322 1,187,816- listrik, gas dan air 43,130 41,814 82,728 86,777 95,242 111,225 174,412 191,455- konstruksi 200,829 240,282 193,339 245,164 395,155 400,845 334,814 288,173- pengangkutan 92,125 105,097 132,967 132,352 131,514 129,041 123,644 121,474- jasa dunia usaha 199,831 224,588 260,437 264,041 422,392 474,273 464,894 454,439- jasa sosial masyarakat 74,976 82,745 119,519 123,940 126,122 135,051 134,558 132,275Lain-lain 2,199,649 2,637,307 2,813,917 3,113,757 3,436,538 3,865,525 3,971,675 4,002,863TOTAL 6,975,335 7,736,839 8,357,173 8,145,685 9,554,812 10,288,458 10,434,067 10,324,836

Sumber: SEKDA Provinsi Jambi

2007Sektor Ekonomi

2008

4. Undisbursed Loan dan Persetujuan Kredit Baru

Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan laporan

menunjukkan peningkatan sebesar 20,04%. Pada triwulan laporan, total

undisbursed loan sebesar Rp804,80 miliar atau lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai Rp670,42 miliar.

Berdasarkan jenis penggunaan, proporsi undisbursed loan terbesar

terdapat pada kredit modal kerja, yaitu mencapai 89,59% dari total undisbursed

loan. Jika berdasarkan sektor ekonomi, undisbursed loan terbesar adalah sektor

31 Data s.d. bulan Februari 2009. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek yang dimaksud masih memasukkan kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi. 32 Data s.d. Bulan Februari 2009. Mulai Mei 2007, Data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

56

perdagangan, restoran dan hotel (41,31%), diikuti oleh sektor perindustrian

(29,90%), serta sektor pertanian (10,13%).

Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

TW I TW II TW III TW IV TW I

1 investasi 79,604 98,903 79,836 86,730 75,606 2 konsumsi 4,594 6,794 5,241 6,038 8,197 3 modal kerja 502,731 431,847 558,872 577,656 720,998

586,929 537,544 643,949 670,424 804,801

1 Pertanian 78,361 76,635 84,701 77,478 81,513 2 Pertambangan 2,465 68 282 138 109 3 Perindustrian 24,677 28,764 31,328 41,418 240,635 4 Listrik, Gas dan Air 108 376 527 556 3 5 Konstruksi 38,669 43,796 53,939 54,226 71,530 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 354,788 306,068 399,954 428,239 332,494

7Pengangkutan, Pergudangan dan komunikasi 25,614 21,423 28,031 23,456 26,837

8 Jasa-jasa Dunia Usaha 39,140 38,085 33,718 36,317 39,873 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 18,513 15,499 6,038 2,488 3,610

10 Lain-lain 4,594 6,830 5,431 6,108 8,197 586,929 537,544 643,949 670,424 804,801Total

Jenis Penggunaan

Sektor Ekonomi

Kategori2008

Total

5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)

gross Bank Umum di Provinsi Jambi

Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan33 di Provinsi Jambi mengalami

penurunan baik dilihat dari kredit berdasarkan lokasi proyek maupun wilayah

pelapor. LDR berdasarkan lokasi proyek34 turun dari 101,97% menjadi 101,11%

sedangkan LDR berdasarkan wilayah pelapor relatif tetap di 75,40%. Penurunan

rasio LDR mencerminkan sedikit berkurangnya fungsi intermediasi perbankan di

daerah. Pada triwulan laporan, penurunan jumlah kredit, terutama kredit

berdasarkan lokasi proyek yaitu sebesar 1,09% sedikit lebih tinggi jika

dibandingkan dengan penurunan penghimpunan dana (0,25%) sehingga

membuat rasio LDR perbankan di Jambi sedikit menurun.

33 LDR perbankan disini maksudnya rasio antara kredit yang disalurkan oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang dilakukan bank umum pada triwulan laporan. 34 Yang dimaksud LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan.

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

57

Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum

Provinsi Jambi

83.95% 87.15% 86.94% 88.05%83.26%

90.63%97.77% 101.97% 101.11%

58.18% 59.23% 59.84% 60.40% 62.78% 66.80%72.65%

75.41%75.40%

-10%

10%

30%

50%

70%

90%

110%

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09

Rp juta

Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta)

LDR Lokasi Proyek (persen) LDR Perbankan Jambi (persen)

Grafik 3.4 Loan to deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi

336.3

271.2232.5

208.1162.9

120.0 109.678.6 67.4 46.5

403.7

303.0

194.7233.0

160.0122.7 111.2 80.9

71.634.7

050

100150200250300350400

Tebo Muara Jambi

Bungo Batanghari

Merangin Kerinci Saro langun Kota Jambi

TanjungJabung Barat

Tanjung Jabung Timur

Triwulan I-09Triwulan IV-08

Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Tebo memiliki LDR tertinggi

yaitu 336,3% di antara sepuluh kota/kabupaten di Provinsi Jambi, diikuti oleh

Kabupaten Muara Jambi. Peningkatan LDR yang cukup signifikan dalam triwulan

laporan dialami oleh Kabupaten Bungo, yaitu dari 194,7% pada triwulan lalu

menjadi 232,5% pada triwulan laporan Sementara itu, terdapat 3 (tiga)

kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% dengan LDR terendah di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat masing-

masing sebesar 46,5% dan 67,4%.

Kualitas penempatan dana perbankan daerah dalam bentuk kredit

menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini

tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yang

LDR < 100%

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

58

mengalami peningkatan dari 2,82% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,26%

pada triwulan laporan. Peningkatan rasio NPL terjadi pada sektor pertanian,

konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, jasa dunia usaha, serta sektor lain-

lain.

Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi adalah pada sektor pertanian

sebesar 11,01% yang berarti sudah jauh di atas ketentuan Bank Indonesia yang

sebesar 5%. Pada triwulan laporan, kenaikan NPL sektor pertanian terutama

disumbangkan oleh sub sektor tanaman perkebunan yang meningkat sebesar

Rp4,37 miliar serta sub sektor pertanian, perburuan dan sarana pertanian lainnya

yang meningkat sebesar Rp3,07 miliar. Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi

lainnya masih berada dalam kategori baik (dibawah 5%).

Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum

Provinsi Jambi

KreditNominal

NPL NPL (%) KreditNominal

NPL NPL (%) KreditNominal

NPL NPL (%)1. Pertanian 963.654 54.830 5,69 1.006.549 103.377 10,27 1.007.284 110.943 11,01 2. Pertambangan 15.914 9 0,06 34.866 - - 27.619 - 3. Perindustrian 396.307 13.123 3,31 379.269 13.091 3,45 375.716 12.783 3,40 4. Listrik, Gas dan Air 31.341 - - 29.330 - - 28.359 - 5. Konstruksi 333.238 4.705 1,41 276.370 2.659 0,96 244.786 3.043 1,24

6.Perdagangan, Restoran dan Hotel 2.088.594 58.292 2,79 2.145.985 49.912 2,33 2.108.344 63.551 3,01

7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 158.151 540 0,34 115.177 289 0,25 114.029 262 0,23

8. Jasa-jasa Dunia Usaha 282.890 4.843 1,71 303.999 5.261 1,73 294.174 7.930 2,70 9. Jasa-jasa Sosial Masyarakat 129.248 650 0,50 129.212 724 0,56 127.309 435 0,34

10. Lain-lain 3.114.540 43.847 1,41 3.172.430 38.841 1,22 3.245.601 47.632 1,47 7.513.877 180.839 2,41 7.593.187 214.154 2,82 7.573.221 246.579 3,26

TW I-09TW IV-08TW III-08

J U M L A H

No Sektor Ekonomi

Berdasarkan kolektabilitasnya, terjadi pergesaran tingkat kolektabilitas

kredit yang tergolong “lancar” menjadi kredit yang tergolong “dalam perhatian

khusus”. Kredit dikatakan lancar jika pembayaran angsuran dilakukan tepat

waktu sementara kredit yang tergolong dengan kolektabilitas “dalam perhatian

khusus” menunjukkan terjadinya tunggakan pembayaran angsuran pokok

dan/atau bunga dalam jangka waktu sampai dengan 90 hari. Pada triwulan

laporan kredit yang tergolong lancar menurun sebesar Rp272,77 miliar sementara

kredit yang tergolong dalam perhatian khusus meningkat sebesar Rp220,38

miliar. Hal ini mengindikasikan sudah mulai turunnya kemampuan membayar dari

debitur dan juga dapat menjadi early warning akan kualitas kredit perbankan di

Jambi ke depannya.

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

59

Grafik 3.5 Share Kredit Bank Umum Berdasarkan Kolektabilitas

Provinsi Jambi

85.49 85.17 88.72

90.73 90.76 91.99 92.47 91.29 87.92

6.81 6.40 4.04

4.66 6.01 5.17 5.12 5.89 8.82 0.41 0.44

1.51 1.62 0.73 0.35 0.32 0.26 0.47

0.62 0.41 0.34

0.24 0.70 0.84 0.76 1.43 0.79 6.67 7.58

5.39 2.75 1.79 1.66 1.32 1.12 1.99

75%

80%

85%

90%

95%

100%

Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09

Lancar Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet

6. Perkembangan UMKM

Berbeda dengan total kredit perbankan yang mengalami penurunan

sebesar 0,26% pada triwulan laporan, kredit UMKM masih mengalami

pertumbuhan walaupun hanya sebesar 0,67%. Hal ini menunjukkan bahwa

kepercayaan perbankan akan kredit UMKM masih cukup tinggi. Kenaikan jumlah

kredit UMKM ini menyebabkan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit

meningkat menjadi sebesar 85,95%, dari 85,15% pada triwulan sebelumnya.

Grafik 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi

3.60

9.8211.89

7.066.13

15.29

11.81

2.020.67

3.09

8.11 7.80 7.81

7.02

14.86

8.56

1.06

(0.26)-2.000.002.004.006.008.0010.0012.0014.0016.0018.00

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

TW I-07 TW II-07 TW III-07 TW IV-07 TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09

PersenMiliar Rp

Total Kredit-bank pelapor Total Kredit MKMKredit Mikro Kredit KEcilKredit Menengah Pertumbuhan kredit MKM (RHS)Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor (RHS)

Kualitas penempatan dana perbankan daerah dalam bentuk kredit UMKM

menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini dicerminkan

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

60

dari meningkatnya rasio NPL UMKM pada triwulan laporan yaitu dari 2,6%

menjadi 3,09%. Namun, kualitas kredit UMKM ini lebih baik dibandingkan

dengan kualitas kredit perbankan secara total yang memiliki NPL sebesar 3,26%.

Dilihat dari distribusinya, kredit UMKM sektor usaha mikro masih memiliki

pangsa yang terbesar yaitu 36,40% lalu diikuti sektor usaha kecil sebesar

31,55%, serta sektor usaha menengah sebesar 18,00%.

Grafik 3.7 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi

42.09 40.60 40.73 40.73 42.01 39.31 39.85 37.63 36.55 36.11 36.06 35.57 36.40

16.97 17.47 17.57 19.10 18.54 22.44 23.90 25.23 25.08 26.65 29.14 30.52 31.55

16.00 17.16 16.42 18.35 18.02 18.06 19.09 19.42 19.96 19.13 19.15 19.05 18.00

24.94 24.77 25.27 21.82 21.43 20.19 17.16 17.73 18.41 18.11 15.66 14.85 14.05

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

TW I-06 TW II-06 TW III-06 TW IV-06 TW I-07 TW II-07 TW III-07 TW IV-07 TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09

Kredit Besar/Non-UMKM Menengah Kecil Mikro

Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan kredit UMKM ditopang oleh

pertumbuhan positif kredit usaha kecil yaitu sebesar 3,08% dan kredit usaha

mikro 2,07% sedangkan pertumbuhan kredit usaha menengah menunjukkan

angka yang negatif yaitu sebesar 5,78%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit

UMKM masih didominasi oleh kredit konsumsi yang pangsanya mencapai

49,57%, diikuti kredit modal kerja sebesar 37,03% serta kredit investasi sebesar

13,40%.

7. Profitabilitas35

Kondisi profitabilitas (net) perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan

laporan menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama

periode triwulan I tahun 2009 perbankan di Provinsi Jambi mencatat laba bersih

(net) sebesar Rp94,90 miliar meningkat sebesar Rp88,48 miliar jika dibandingkan

dengan triwulan IV-2008. Kenaikan ini disebabkan oleh tingginya transfer dan

35 Data s.d. bulan Maret 2009

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

61

pajak yang harus dibayar perbankan pada triwulan lalu sehingga laba secara net

menjadi rendah.

Grafik 3.8 Perkembangan Laba Rugi Triwulanan

85

4

91 74

34

89

201

145 129

156

138

95 85

5

117

75

35

90

120

145 130

156

6

95

-

50

100

150

200

Tw II-06 Tw III 06 Tw IV 06 Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08 Tw III 08 Tw IV 08 Tw I 09

Miliar Rp

L/R (sblm transfer & pajak) L/R (net)

Berdasarkan komposisinya, pendapatan terbesar pada triwulan ini adalah

untuk pendapatan kredit. Pendapatan kredit pada triwulan laporan menunjukkan

pertumbuhan sebesar 0,13%. Sementara itu pendapatan dari SBI dan surat

berharga mengalami penurunan seiring dengan menurunnya BI-rate.

Tabel 3.8 Komposisi Pendapatan Bunga Bank Umum Provinsi Jambi

Jenis Aset Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08 Tw III 08 Tw IV 08 Tw I 09SBI dan surat berharga 497 7,054 10,174 8,303 6,464 10,084 10,263 9,556 4,486 Kredit 178,247 185,941 183,797 239,429 225,243 252,895 284,822 304,546 310,599 Antar Bank 8,478 5,371 1,895 (15,744) - - - - - Lainnya 37 113 (41) 636 228 365 425 82 83 Total 187,259 198,479 195,825 232,624 231,935 263,344 295,510 314,184 315,168

Dilihat dari spread bunga (grafik 3.9), terlihat bahwa margin keuntungan

perbankan di Provinsi Jambi mulai sedikit meningkat pada triwulan laporan.

Margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga

deposito 3 (tiga) bulan sedikti meningkat yaitu dari 4,66% pada triwulan lalu

menjadi 4,95% pada triwulan laporan. Kenaikan ini dipicu oleh menurunnya suku

bunga deposito 3 bulan yang lebih cepat dibandingkan penurunan suku bunga

kredit. Hal ini menyebabkan beban bunga yang ditanggung pada triwulan ini

relatif lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya.

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

62

Grafik 3.9 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi

4.14 4.48 4.57 4.89 5.55 5.97 6.28 6.62 6.79 6.8 6.91 7.39 7.19 7.73 7.73 7.1 7.07 6.85 6.82 6.92 7.06 7.07 6.73 6.59 6.42 5.95 5.24 4.89 4.86 4.66 4.69 4.95

02468

101214161820

Jul

Agu

s

Sept

Okt

Nov

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

s

Sept

Okt

Nov

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

s

Sept

Okt

Nov

Des Jan

Feb

2006 2007 2008 2009

Persen (%)

Margin Kredit Deposito 3 Bulan SBI

Trend menurunnya BI rate semenjak bulan Desember 2008 mulai direspon

oleh perbankan dengan menurunkan suku bunga simpanannya pada bulan

Februari lalu. Suku bunga simpanan turun dari 10,35% pada triwulan lalu

menjadi 10,09% akan tetapi penurunan ini belum seimbang dengan penurunan

BI rate yang mencapai 100 basis point pada triwulan laporan. Hal ini

menunjukkan masih ketatnya likuiditas perbankan pada triwulan laporan

sehingga membuat perbankan tidak terburu-buru dalam menyesuaikan suku

bunganya. Dari sisi suku bunga pinjaman, perbankan sudah mulai menurunkan

suku bunganya pada bulan Februari lalu akan tetapi masih lebih tinggi jika

dibandingkan triwulan lalu.

C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)36

Berbeda dengan kinerja bank umum yang mengalami penurunan pada

triwulan laporan, kinerja BPR mengalami peningkatan yang tercermin dari

meningkatnya jumlah aset, DPK dan kredit. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi

Jambi mencapai Rp215,42 miliar, meningkat sebesar 5,28% dibanding pada

triwulan sebelumnya yang sebesar Rp204,61 miliar. Meningkatnya aset ini

tercermin dari meningkatnya jumlah penghimpunan dana BPR di Provinsi Jambi

36 Data s.d. Bulan Februari 2009.

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

63

sebesar Rp12,93 miliar atau meningkat sebesar 8,88% dibanding triwulan

sebelumnya. Kenaikan Dana Pihak Ketiga ini terutama dipicu oleh meningkatnya

jumlah simpanan berjangka. Pada triwulan laporan, simpanan berjangka naik

sebesar Rp12,25 miliar (10,61%) dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga

menjadi Rp30,80 miliar.

Dalam triwulan I tahun 2009 ini, jumlah penyaluran kredit juga mengalami

peningkatan, yaitu sebesar 1,86% sehingga menjadi Rp 164,41 miliar.

Pertumbuhan kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan DPK

membuat fungsi intermediasi BPR di Provinsi Jambi yang dicerminkan dari rasio

Loan to Deposit Ratio (LDR) menurun menjadi 103,75% dari sebelumnya

110,90%. Di sisi lain, kualitas kolektabilitas kredit menunjukkan penurunan yang

ditunjukkan dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan, yaitu dari

7,06% menjadi sebesar 7,77%.

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

I

Boks 4.

SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI:

TANTANGAN DI TAHUN 2009

Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 serta diikuti dengan penurunan

harga-harga komoditas perkebunan berdampak cukup signifikan terhadap

perekonomian Jambi terutama pada sektor perkebunan dengan komoditas

unggulannya karet dan sawit. Hal ini ditunjukkan dengan kinerja sektor perkebunan

yang mulai mengalami pelambatan pada triwulan III tahun 2008. Bahkan, pada

triwulan I tahun 2009, sektor perkebunan mengalami pertumbuhan negatif (minus

1,12%/q-t-q). Melambatnya sektor perkebunan memberikan efek berantai pada

pelemahan sektor-sektor lainnya di Provinsi Jambi. Sebagaimana diketahui, sektor

perkebunan merupakan sektor andalan Provinsi Jambi dimana cukup banyak

penduduk yang bekerja di bidang perkebunan.

Menurunnya kinerja sektor perkebunan secara langsung menurunkan tingkat

pendapatan (income) petani karet dan sawit sehingga mereka mulai membatasi

pemenuhan kebutuhan barang dan jasa, termasuk diantaranya adalah mengurangi

permintaan kredit kepada perbankan. Bahkan, banyak juga petani yang mulai kesulitan

memenuhi kewajiban pembayaran kreditnya kepada pihak perbankan terutama untuk

pemenuhan barang tahan lama (durable goods) seperti mobil, sepeda motor dll.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai prospek kinerja

perbankan daerah di tahun 2009, maka dilaksanakan survei deskriptif kepada

perbankan Jambi yang bertujuan antara lain mengenai:

1. Kredit sektoral yang berpotensi tumbuh lebih tinggi di tahun 2009

2. Target pencapaian kredit tahun 2009

3. Proyeksi Rasio Non Performing Loan (NPL) serta Loan to Deposit Ratio (LDR)

4. Faktor penghambat penyaluran kredit serta kebijakan yang akan

dilaksanakan perbankan dalam menghadapi krisis.

Survei dilaksanakan pada periode Maret-April 2009 terhadap 38 bank pelapor

(Kantor cabang/KC dan kantor cabang pembantu/KCP) di seluruh kabupaten kota di

Provinsi Jambi.

Grafik 1.

Bank Umum37%

Bank Swasta37%

Bank Syariah

8%

BPR18%

Responden

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

II

Dari 38 bank pelapor (responden) yang disurvei diseluruh kabupaten/kota,

terdiri dari 14 bank umum (37%), 14 bank swasta (37%), 3 bank syariah (8%) serta 7

BPR (18%). Sampel ini sudah mencakup sebesar 71,70% dari total bank pelapor yang

ada di Provinsi Jambi (53 bank pelapor).

Grafik 2.

5%61%

26%

3%

5%

8%

Target Kredit 2009< 0% 0-30% 30-60% 60-100% >100%

Secara umum, responden masih menunjukkan keyakinannya dengan

pertumbuhan kredit tahun 2009, walaupun tidak seoptimis tahun 2008 yang lalu. Dari

hasil survei, rata-rata pertumbuhan kredit berkisar 28,05%. Dari 38 bank pelapor yang

disurvei, sekitar 61% responden menyatakan pertumbuhan kreditnya masih mampu

tumbuh pada kisaran 0 s.d.30% (yoy). Sedangkan sekitar 26% responden menyatakan

bahwa pertumbuhan kreditnya akan berada pada kisaran 30-60%. Namun demikian,

ada sekitar 5% responden yang menyatakan pertumbuhan kredit mereka di tahun

2009 akan menurun (dibawah 0%).

Grafik 3.

Perkebunan10%

Tanaman Pangan

8%

Perdagangan25%

Jasa12%

Konsumtif19%

Konstruksi10%

Industri3%

Perikanan dan Peternakan

1%Lain-Lain12%

Kredit Sektoral yang diperkirakan Tumbuh di Tahun 2009

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

III

Sementara, terdapat sekitar 8% responden yang menyatakan pertumbuhan

kredit mereka mampu mencapai diatas 60%. Dari 8% responden yang menyatakan

bahwa kreditnya mampu tumbuh diatas 60%, terbagi dari 3% responden yang

menyatakan mampu tumbuh pada kisaran 60 s.d. 100% serta sekitar 5% responden

yang menyatakan mampu tumbuh diatas 100%.

Secara sektoral, potensi pertumbuhan kredit di tahun 2009 menurut responden

akan dicapai oleh sektor perdagangan, sektor konsumtif serta sektor jasa lainnya.

Hampir sekitar 25% dari jawaban yang masuk menyatakan sektor perdagangan akan

mampu tumbuh lebih baik. Sektor perdagangan yang dimaksud responden akan

tumbuh lebih tinggi adalah sektor perdagangan yang tidak berorientasi ekspor

sehingga relatif tidak terlalu berpengaruh terhadap melemahnya demand dari pasar

luar negeri serta relatif sedikit mengandung impor content sehingga pelemahan nilai

tukar Rupiah tidak terlalu membebani dalam pemenuhan biaya input produk. Misalnya

pedagang eceran, pedagang sembako maupun pedagang yang memperjualbelikan

bahan-bahan untuk kebutuhan pemilu (kaos, bahan sablon dll). Potensi pertumbuhan

kredit tahun 2009 juga diikuti dengan sektor konsumtif (19%) serta sektor jasa-jasa

dan sektor lain-lain (12%).

Grafik 4.

Perkebunan24% Kehutanan

3%

Migas3%

Perikanan6%

Transportasi6%

Industri9%

Perdagangan22%

Konstruksi11%

Lain-lain16%

Kredit Sektoral yang diperkirakan turun di Tahun 2009

Sementara, keyakinan responden terhadap sektor-sektor yang pertumbuhan

kreditnya akan menurun di tahun 2009 adalah sektor perkebunan (24%), sektor

perdagangan (22%) dan sektor lain-lain (16%). Kredit sektor perkebunan diperkirakan

turun dikarenakan perkembangan harga komoditas perkebunan (karet dan sawit)

belum sebaik tahun 2008 sehingga ada kalangan petani yang cenderung enggan

untuk mendapatkan fasilitas kredit, sementara pihak perbankan harus benar-benar

prudent dalam menyalurkan kredit. Sektor perdagangan yang diperkirakan turun

adalah sektor perdagangan yang berorientasi ekspor dan mengandung impor content

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

IV

tinggi. Misalnya perdagangan bahan baku karet, perdagangan mobil, perdagangan

sepeda motor.

Grafik 5.

26%

48%

26%

Perkiraan LDR Tahun 20090-50% 50-100% > 100%

Dengan memperhatikan kondisi terkini, sekitar 74% responden menyatakan

bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) mereka mampu tumbuh diatas 50% pada tahun

2009.1 Bahkan 26% diantaranya menyatakan LDR mereka mampu tumbuh diatas

100%. Berdasarkan hasil survei, secara rata-rata pertumbuhan LDR pada tahun 2009

akan berkisar pada angka79,17%. Grafik 6.

67%

20%

3%

10%

13%

Perkiraan NPL Tahun 20090-3% 3-5% 5-10% > 10%

Dari sisi kualitas kredit, rasio Non Performing Loan tahun 2009 menurut

sebagian besar responden akan berada pada kisaran 0-3%. Sekitar 13% menyatakan

rasio NPL mereka akan diatas ketentuan aman Bank Indonesia (maksimal 5%) yang

terdiri dari 3% responden yang menyatakan NPL-nya akan berada pada kisaran 5-10%

dan sebesar 10% responden memperkirakan NPL bank mereka akan berada diatas

1 Dari 38 responden, sekitar 27 responden mampu memperkirakan LDR mereka di akhir tahun 2009.

Page 105: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

V

10%.2 Secara rata-rata, NPL perbankan diperkirakan akan berada pada kisaran 3,75%,

meningkat jika dibandingkan tahun 2008 yang berada pada kisaran 2,80%.

Grafik 7.

19%

22%

7%7%

9%

12%

9%

15%

Faktor Penghambat Penyaluran Kredit Tahun 2009

Daya Beli Masyarakat Menurun

Kondisi Ekonomi Melambat akibat Krisis GlobalStabilitas Keamanan Pasca Pemilu

Turunnya Harga Komoditi PerkebunanBelum Bankable

Suku Bunga Kredit Masih Tinggi

Persaingan Usaha Antara Bank dan LK-non BankLain-Lain

Di tahun 2009, menurut seluruh jawaban responden yang terkumpul

menyatakan bahwa pelambatan kondisi ekonomi akibat krisis global merupakan salah

satu faktor utama yang menghambat penyaluran kredit (22% dari total jawaban).

Faktor-faktor lain yang menjadi concern bankers adalah masalah daya beli masyarakat

yang menurun (19%) serta suku bunga kredit yang masih tinggi (12%).

Faktor penghambat yang cukup besar pangsa jawabannya adalah faktor lain-

lain seperti jaringan kantor bank yang masih terbatas sehingga penetrasi kredit ke

daerah-daerah relatif terbatas serta kondisi infrastruktur suatu wilayah yang belum

baik sehingga tidak menarik bagi investor. Terkait dengan jawaban belum bankable

antara lain karena belum terpenuhinya sertifikat tanah/surat keterangan tanah (SKT),

tidak memiliki NPWP, belum memiliki SIUP, SITU, TDP ataupun HO yang sangat

diperlukan sebagai aspek legal dalam mendapatkan fasilitas kredit dari perbankan

Sementara itu, dalam rangka menghadapi dampak krisis global, pihak

perbankan daerah telah menyiapkan beberapa strategi dalam proses penyaluran

kreditnya. Sebagian besar jawaban menyatakan akan mengutamakan pelaksanaan

prudential banking (29%), diikuti dengan ekspansi kredit secara selektif (23%), serta

pelaksanaan manajemen resiko yang efektif dan efisien (20%). Disamping itu,

beberapa bank juga akan lebih memfokuskan pada pembiayaan UMKM yang secara

historis tahan terhadap dampak krisis global (6%).

2 Dari 38 responden, sekitar 30 responden mampu memperkirakan rasio NPL mereka di akhir tahun 2009.

Page 106: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

VI

Grafik 8.

28%

20%

6%

24%

6%

5%

4%7%

Kebijakan Perbankan Menghadapi Krisis

Prudential Banking

Manajemen Resiko

Fokus Pada Pembiayaan UMKMEkspansi Kredit secara selektif

Restrukturisasi Kredit

Penurunan suku bunga

Peningkatan SDM

REKOMENDASI

Beberapa masukan yang dapat dilakukan terkait dengan hasil survei ini adalah:

1.) Meningkatnya resiko penyaluran kredit pasca dampak krisis global harus

ditindaklanjuti oleh perbankan untuk selalu berhati-hati (prudent) dalam

menyalurkan kreditnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku serta sesuai dengan peraturan-peraturan dari Bank Indonesia selaku

lembaga yang berwenang dalam mengatur dan mengawasi bank.

2.) Ekspansi kredit yang dilakukan oleh perbankan harus mempertimbangkan

segala aspek (mikro maupun makro) sehingga potensi terjadinya

keterlambatan/gagal bayar bisa diminimalkan.

3.) Pihak perbankan meninjau kembali tingkat bunga kredit yang diberikan kepada

debitur yang saat ini masih cukup tinggi, sementara suku bunga acuan (BI rate)

saat ini sudah terus diturunkan semenjak awal tahun 2009 sehingga menjadi

7,75% pada Maret 2009.

4.) Perlunya survei/penelitian lanjutan mengenai industri perbankan di daerah yang

diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi strategis mengenai langkah-

langkah strategis dalam pengembangan kredit perbankan di daerah untuk

mendukung akselerasi perkonomian Jambi tahun 2009.

Page 107: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

65

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Realisasi pendapatan provinsi Jambi adalah sebesar Rp1,44 triliun atau

sebesar 113,90% dari rencana pendapatan APBD-P yang sebesar Rp1,26 triliun.

Realisasi pendapatan ini meningkat sebesar 24,67% dibandingkan dengan tahun

2007. Sementara dari sisi belanja, pengeluaran pemerintah provinsi Jambi pada

tahun 2008 adalah sebesar Rp1,40 triliun atau sebesar 86,94% dari anggaran

belanja APBD-P yang sebesar Rp1,62 triliun. Realisasi ini meningkat sebesar

26,94% dibandingkan dengan realisasi tahun 2007.

Tabel 4.1. APBD Provinsi Jambi Tahun 2008 (Dalam miliar Rp)

Nominal Persen Nominal PersenPENDAPATAN 1,261.47 682.90 54.14 1,436.80 113.90

Pendapatan Asli Daerah 454.44 289.78 63.77 626.53 137.87Pajak Daerah 380.94 256.82 67.42 527.01 138.35Retribusi Daerah 28.73 8.83 30.72 27.29 94.98Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 5.22 0.15 2.88 6.30 120.83Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 39.56 23.98 60.62 65.93 166.67

Pendapatan Transfer 802.03 388.12 48.39 805.27 100.40Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 748.33 365.62 48.86 745.86 99.67

Dana Bagi Hasil Pajak 148.00 58.45 39.49 130.39 88.10Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 107.07 26.37 24.63 122.22 114.15Dana Alokasi Umum 468.80 273.47 58.33 468.80 100.00Dana Alokasi Khusus 24.45 7.34 30.00 24.45 100.00

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 53.70 22.50 41.90 59.41 110.63Dana Penyesuaian 53.70 22.50 41.90 59.41 110.63

Lain-lain Pendapatan yang Sah 5.00 5.00 100.00 5.00 100.00Pendapatan Dana Darurat 5.00 5.00 100.00 5.00 100.00

BELANJA 1,615.96 326.96 20.23 1,404.98 86.94Belanja Operasi 801.25 215.14 26.85 645.67 80.58

Belanja Pegawai 433.79 171.07 39.44 351.30 80.98Belanja Barang 342.84 39.03 11.38 278.27 81.17Belanja Subsidi 6.00 0.00 0.00 5.98 99.73Belanja Hibah 3.59 2.50 69.59 3.59 100.00Belanja Bantuan Sosial 6.78 1.04 15.39 3.28 48.40Belanja Bantuan Keuangan 8.25 1.50 18.18 3.25 39.39

Belanja Modal 608.70 25.30 4.16 560.26 92.04Belanja Tanah 1.49 0.51 34.28 0.50 33.48Belanja Peralatan dan Mesin 66.12 2.97 4.49 61.55 93.08Belanja Bangunan dan Gedung 95.16 5.87 6.17 91.28 95.92Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 431.43 15.95 3.70 393.39 91.18Belanja Aset Tetap Lainnya 14.49 0.00 0.00 13.54 93.38

Belanja Tak Terduga 7.20 0.00 0.00 0.28 3.93Belanja Tak Terduga 7.20 0.00 0.00 0.28 3.93

Transfer 198.81 86.52 43.52 198.77 99.98Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa 198.81 86.52 43.52 198.77 99.98

Bagi Hasil Pajak 198.81 86.52 43.52 198.77 99.98

Surplus/(Defisit) (354.49) 355.94 31.82PEMBIAYAAN

Pembiayaan Netto 354.49

REALISASI SMT.II-2008REALISASI SMT.I-2008ANGGARAN 2008

URAIAN

Page 108: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

66

A. Realisasi Pendapatan Daerah

Selama tahun 2008, realisasi pendapatan Provinsi Jambi mencapai

113,90% dari APBD-P atau setara dengan Rp`1,44 triliun. Realisasi pendapatan ini

lebih tinggi dibandingkan pencapaian realisasi pendapatan pada tahun 2007 yang

mencapai 110,49% dari APBD-P 2007 yaitu sebesar Rp1,15 triliun. Sedangkan

realisasi pendapatan asli daerah (PAD) di tahun 2008 sebesar Rp626,53 miliar

atau mencapai 137,87% dari anggaran. Realisasi ini meningkat jika dibandingkan

tahun 2007 yaitu sebesar Rp450,25 miliar (123,38%).

Grafik 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi

0

25

50

75

100

125

150

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV SMT I SMT II SMT I SMT II

2003 2004 2005 2006 2007 2008

persen (%)miliar (Rp)

Sumber: Biro Keuangan (diolah)Mulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester

Pendapatan (aksis kiri) Realisasi Pendapatan (aksis kiri)% Realisasi Pendapatan (aksis kanan)

Dari segi nominal realisasi pendapatan, komponen pendapatan transfer

merupakan komponen pendapatan tertinggi yaitu sebesar Rp805,27 miliar,

kemudian diikuti oleh pendapatan asli daerah sebesar Rp626,53 miliar. Tingginya

komponen pendapatan transfer menunjukkan masih tingginya ketergantungan

provinsi akan transfer dana dari pusat.

B. Realisasi Belanja Daerah

Belanja pemerintah Provinsi Jambi tahun 2008 secara garis besar terdiri

dari belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga serta transfer. Realisasi

belanja selama tahun 2008 adalah sebesar 86,94%, lebih tinggi jika dibandingkan

dengan realisasi belanja tahun 2007 yang sebesar 82,38%.

Page 109: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

67

Grafik 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi

0

25

50

75

100

125

150

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV SMT I SMT II SMT I SMT II

2003 2004 2005 2006 2007 2008

persen (%)miliar (Rp)

Sumber: Biro KeuanganMulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester

Belanja (aksis kiri) Realisasi Belanja (aksis kiri)% Realisasi Belanja (aksis kanan)

Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja terbesar secara nominal adalah

untuk belanja operasi yaitu sebesar Rp645,67 miliar diikuti dengan belanja modal

sebesar Rp560,26 miliar. Belanja operasi terealisasi sebesar 80,58% dari

anggaran dengan komposisi biaya terbesar untuk belanja pegawai yaitu sebesar

Rp351,3 miliar diikuti dengan belanja barang sebesar Rp278,27 miliar. Dari sisi

belanja modal, pengeluaran terbesar dari komponen belanja ini adalah untuk

belanja jalan, irigasi dan jaringan yaitu sebesar Rp393,39 miliar (terealisasi

91,18%). Sementara itu, belanja transfer berhasil terealisasi sebesar Rp198,77

miliar (99,98%) di tahun 2008. Belanja transfer merupakan transfer bagi hasil

pajak ke kabupaten/kota/desa di Provinsi Jambi.

C. APBD Tahun 2009

APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan

kabupaten) tahun 2009 sebesar Rp 1,62 triliun yang berarti naik 13,39% dari

tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,429 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan,

jumlah anggaran pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2009 sebesar

Rp1.256,89 miliar atau naik 10,63% dibandingkan anggaran pendapatan tahun

sebelumnya sebesar Rp1.136,13 miliar.37

37 APBD Provinsi Jambi tahun 2009 ini disahkan tanggal 3 Desember 2008

Page 110: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

68

Grafik 4.3. Perkembangan APBD Provinsi Jambi

557.77534.655 607.84

894.92 955.961,136.13

1256.89

557.73654.98

776.83

1156.841291.6

1429.1781620.59

34.35

(4.14)

13.69

47.23

6.82

18.85

10.63

34.34

17.44 18.60

48.92

11.65 10.65

13.39

-10

10

30

50

0

250

500

750

1000

1250

1500

1750

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

persen (%)miliar (Rp)

Sumber: Biro Keuangan (diolah)

Pendapatan (aksis kiri) Belanja (aksis kiri)% Pertumbuhan Pendapatan (aksis kanan) % Pertumbuhan Belanja (aksis kanan)

Anggaran belanja daerah mencapai Rp1.620,59 miliar meningkat 13,39%

dari anggaran belanja tahun sebelumnya sebesar Rp1.429,18 miliar. Dengan

kondisi tersebut, jumlah defisit anggaran selama tahun 2009 diperkirakan sebesar

Rp363,70 miliar yang akan dibiayai dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun

anggaran sebelumnya.

D. Pendapatan Tahun 2009

Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2009, terdiri

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp480,31 miliar yang meningkat

18,21% dibandingkan tahun sebelumnya, kemudian dana perimbangan sebesar

Rp776,58 miliar, atau meningkat 8,79% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini

menunjukkan bahwa pendapatan daerah Provinsi Jambi masih bertumpu pada

jumlah dana perimbangan dengan pangsa sebesar 61,79% dari total pendapatan

daerah yang berarti ketergantungan daerah terhadap transfer dana dari pusat

sangat besar. Jika Pemerintah Daerah Provinsi Jambi mampu mengoptimalkan

sumber-sumber pendapatan daerah dan digunakan dengan efektif serta efisien

untuk kemajuan daerah, diperkirakan kesejahteraan masyarakat Jambi dapat

lebih meningkat.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari pajak daerah sebesar Rp423,79

miliar atau dengan pangsa sebesar 88,23% dari PAD, retribusi daerah sebesar

Rp27,78 miliar dengan pangsa sebesar 5,78%, lain-lain pendapatan asli daerah

Page 111: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

69

sebesar Rp24,01 miliar dengan pangsa 5,00% dan hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan sebesar Rp4,73 miliar (0,98%).

Tabel 4.2. APBD Provinsi Jambi Tahun 2009

(dalam miliar Rupiah) APBD APBD APBD APBD 2006 2007 2008 2009

Pendapatan Daerah 336.59 364.93 406.31 480.31 18.21 Pajak Daerah 297.82 319.49 351.44 423.79 20.59 Retribusi Daerah 19.40 22.46 23.58 27.78 17.81 Hasil Pengelolaan Pajak daerah yang dipisahkan 4.03 4.03 2.96 4.73 59.91 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 15.34 18.95 28.33 24.01 (15.25)

Dana Perimbangan 532.04 591.03 713.83 776.58 8.79 Dana Bagi Hasil pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 157.67 156.02 220.57 267.95 21.48 Dana Alokasi Umum 374.36 415.02 468.80 473.51 1.00 Dana Alokasi Khusus 20.00 24.45 35.12 43.62

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 26.30 - 16.00 - -Total Pendapatan 894.93 955.96 1,136.13 1,256.89 10.63 Total Belanja 1,156.84 1,291.60 1,429.18 1,620.59 13.39 Surplus/Defisit (261.92) (335.64) (293.04) (363.70) 24.11

Keterangan %

Sementara itu, dana perimbangan terdiri dari dana alokasi umum sebesar

Rp473,51 miliar atau 60,97% dari total dana perimbangan yang sebagian besar

digunakan untuk belanja pegawai, dana bagi hasil pajak/bukan pajak sebesar

Rp267,95 miliar atau 34,50% dari total dana perimbangan, sementara dana

alokasi khusus sebesar 24,45 miliar (4,52%).

E. Anggaran Belanja Tahun 2009

Belanja pemerintah Provinsi Jambi tahun 2009 terdiri dari belanja tidak

langsung dengan jumlah anggaran sebesar Rp685,67 miliar atau sebesar 42,31%

dari total belanja. Belanja langsung dengan jumlah anggaran sebesar Rp934,92

miliar merupakan belanja terbesar atau 57,69% dari total belanja. Belanja tidak

langsung dianggarkan penggunaannya antara lain untuk belanja pegawai sebesar

Rp355,25 miliar (51,81%), belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten dan desa

sebesar Rp170,95 miliar (24,93%), belanja bantuan keuangan kepada

provinsi/kabupaten/kota dan desa sebesar Rp114,77 miliar (16,74%), belanja

bantuan sosial sebesar Rp31,20 miliar (4,55%), belanja hibah sebesar Rp3,5 miliar

(0,51%) serta belanja tidak terduga sebesar Rp10 miliar (1,46%).

Belanja langsung yang dianggarkan sebesar Rp934,92 miliar sebagian

besar digunakan untuk belanja modal sebesar Rp452,09 miliar atau 48,36% dari

Page 112: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

70

anggaran, belanja barang dan jasa sebesar Rp424,68 miliar atau 45,42%, serta

belanja pegawai sebesar Rp58,15 miliar atau 6,22% dari anggaran.

Tabel 4.3. Belanja APBD Provinsi Jambi Tahun 2009 (dalam miliar Rupiah)

APBD APBD APBD APBD 2006 2007 2008 2009

Belanja Tidak Langsung 356.56 404.20 522.38 685.67 31.26 Belanja Pegawai 179.31 219.38 354.30 355.25 0.27 Belanja Bunga - Belanja Subsidi - Belanja Hibah 2.64 3.50 32.44 Belanja Bantuan Sosial 21.53 11.29 31.20 176.35 Belanja Bagi Hasil Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa 144.70 142.42 142.65 170.95 19.84 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa

20.10 15.88 6.50 114.77 1,665.69

Belanja Tidak Terduga 12.44 5.00 5.00 10.00 100.00 Belanja Langsung 800.28 887.40 906.79 934.92 3.10

Belanja Pegawai 123.87 85.14 61.90 58.15 (6.05) Belanja Barang dan Jasa 265.26 338.22 335.68 424.68 26.51 Belanja Modal 411.16 464.04 509.22 452.09 (11.22)

Total Belanja 1,156.84 1,291.60 1,429.18 1,620.59 13.39

Keterangan %

Sementara itu, belanja pada APBD 2009 menurut urusan pemerintahan

daerah dan organisasinya, belanja terbesar diperuntukkan untuk otonomi daerah,

pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,

kepegawaian dan persandian yaitu sebesar 34,02% dari total belanja, diikuti oleh

urusan pekerjaan umum sebesar 20,12%, pendidikan sebesar 12,10%, pertanian

sebesar 10,11%, kesehatan sebesar 7,44%, perumahan 2,15%, kelautan dan

perikanan sebesar 2,13% dan lainnya sebesar 11,93%. Belanja pendidikan di

tahun 2009 ini naik 23,54% yaitu dari dari Rp158,73 miliar menjadi Rp196,09

miliar, akan tetapi kenaikan ini masih belum mencapai target minimum

pemerintah yang sebesar 20% dari anggaran belanja. Sementara itu, anggaran

belanja kesehatan hanya naik 6.59% dari tahun lalu. Hal ini menunjukkan

pemerintah daerah belum fokus dalam menyediakan jasa pendidikan dan

pelayanan kesehatan yang bermutu dan berbiaya murah (gratis) bagi masyarakat,

terutama bagi golongan yang kurang mampu.

Page 113: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

71

Grafik 4.4. Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi

Otoda, Permintahan Umum, Adm

keu. daerah, Keu. daerah, Perangkat daerah, Kepegaw

aian dan Persandian, 34.02

Pekerjaan Umum, 20.12

Pendidikan, 12.10

Pertanian, 10.11

Kesehatan, 7.44

Perumahan, 2.15

Kelautan dan Perikanan, 2.13 Lainnya, 11.93

F. APBD Kabupaten/Kota

Berdasarkan Kabupaten/Kota, anggaran pendapatan APBD terbesar dari

Daerah Tingkat (Dati) II di Jambi adalah untuk Kota Jambi, yaitu sebesar

Rp563,97miliar diikuti oleh Kabupaten Tanjabbar sebesar Rp554,76 miliar

sedangkan anggaran pendapatan terkecil dialami oleh Kabupaten Sarolangun

dengan anggaran pendapatan sebesar Rp438,12 miliar. Berdasarkan sumber

pendapatannya, dana perimbangan adalah sumber pendapatan terbesar bagi

seluruh daerah tingkat II, dengan pangsa sebesar 82%-93% dari total

pendapatan. Secara persentase maupun nominal, Kabupaten Tanjabbar adalah

Dati II yang paling tergantung dengan dana perimbangan yaitu sebesar Rp520,74

miliar (93,87%). Sementara itu, sumber Pendapatan Asli Daerah dari Dati II masih

sangat rendah, yaitu dengan pangsa sebesar 2%-8% dari total pendapatan.

Pendapatan Asli Daerah Tertinggi secara nominal diraih oleh Kota Jambi yaitu

sebesar Rp45,93miliar diikuti dengan Kab. Bungo sebesar Rp41,03 miliar.

Dari sisi belanja, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) adalah

kabupaten dengan anggaran belanja terbesar di antara Dati II lainnya. Anggaran

belanja kabupaten Tanjabtim adalah sebesar Rp727,13 miliar kemudian diikuti

oleh kabupaten Tanjabbar sebesar Rp688,82 miliar. Berdasarkan alokasinya,

pengeluaran daerah berbeda-beda untuk tiap-tiap Kabupaten/Kota. Daerah

seperti Kab. Kerinci, Kota Jambi, Kab. Merangin, Kab. Batanghari, serta Kab.

Bungo adalah daerah-daerah dengan anggaran belanja terbesar untuk belanja

pegawai. Sementara itu, Kabupaten Tanjabtim dan Tanjabbar menganggarkan

Page 114: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

72

belanja modal sebagai anggaran belanja yang terbesar. Tingginya anggaran

belanja modal dari kedua daerah ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah

sudah mulai memprioritaskan pembangunan daerah masing-masing di tahun

2009.

Tabel 4.4. APBD Kabupaten/Kota (dalam juta Rupiah)

KeteranganKab.

Batang hari

Kab. Bungo

Kab. Kerinci

Kab. Mera ngin

Kab. Muaro Jambi

Kab. Saro langun

Kab. Tanjab

bar

Kab. Tanjab

tim

Kab. Tebo

Kota Jambi

Pendapatan Asli Daerah 27,922 41,029 20,806 23,449 15,512 20,210 17,886 17,946 16,762 45,933Pajak daerah 4,807 3,509 2,742 4,950 3,043 3,261 2,546 1,029 2,989 23,433Retribusi daerah 6,059 5,509 10,181 9,475 6,369 2,288 2,534 2,438 6,246 16,350Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

1,550 4,530 1,437 3,183 1,500 2,700 1,950 2,109 1,900 1,832

Lain-lain PAD yang sah 15,506 27,481 6,445 5,840 4,600 11,962 10,856 12,369 5,627 4,318Dana Perimbangan 470,901 408,544 429,679 441,536 471,172 404,409 520,739 470,832 397,924 494,042

Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak

153,107 56,960 45,895 49,029 130,546 86,934 278,645 203,852 72,743 86,835

Dana alokasi umum 277,645 311,260 334,060 346,143 292,374 273,455 232,289 218,718 281,393 370,770Dana alokasi khusus 40,149 40,324 49,724 46,364 48,252 44,020 9,805 48,262 43,787 36,436Lain-lain

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

13,118 46,694 11,156 12,000 66,626 13,501 16,134 63,668 28,500 23,997

TOTAL PENDAPATAN 511,941 496,266 461,641 476,985 553,310 438,120 554,759 552,446 443,186 563,971Belanja tidak langsung 301,833 296,515 342,292 276,029 277,071 213,088 265,899 202,041 185,121 381,497

Belanja pegawai 228,765 266,565 298,216 241,888 225,916 179,305 231,295 166,818 160,704 359,915Belanja bunga - - 2,317 - - - - - - 5,043Belanja subsidi 3,925 513 2,072 2,021 900 1,131 2,261 1,483 1,268 1,078Belanja hibah 21,645 11,375 10,348 4,825 3,324 6,150 13,330 15,091 2,150 4,630Belanja bantuan sosial 22,999 1,280 6,340 6,525 24,121 6,288 8,755 1,758 5,000 5,421Belanja bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes

- 527 - 1,203 22,000 1,455 534 342 - 1,750

Belanja bantuan keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 22,998 15,981 20,000 18,567 210 17,760 8,725 15,548 14,000 2,159

Belanja tidak terduga 1,500 275 3,000 1,000 600 1,000 1,000 1,000 2,000 1,500Belanja langsung 253,292 337,545 178,943 276,901 358,721 365,172 422,923 525,091 278,809 269,818

Belanja pegawai 42,780 27,695 25,971 33,318 25,420 51,261 33,746 20,602 21,314 30,881Belanja barang dan jasa 87,340 135,474 75,020 105,683 96,063 122,044 99,732 133,152 93,868 127,686Belanja modal 123,172 174,375 77,952 137,899 237,238 191,868 289,445 371,336 163,628 111,252

TOTAL BELANJA 555,125 634,060 521,235 552,929 635,792 578,261 688,822 727,131 463,931 651,315SURPLUS/(DEFISIT) -43,184 -137,794 -59,594 -75,945 -82,482 -140,140 -134,063 -174,686 -20,745 -87,344PEMBIAYAAN DAERAH (Neto) 43,184 137,794 59,594 75,945 82,482 140,140 134,063 174,686 - 87,344

G. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan I tahun 2009

terealisasi sebesar Rp368,08 miliar menurun sebesar 53,75% dibandingkan

triwulan sebelumnya atau menurun sebesar 19,91% dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun lalu. Secara nominal, penerimaan pajak tertinggi

dicapai oleh jenis pajak penghasilan sebesar Rp165,40 miliar, diikuti jenis pajak

pertambahan nilai sebesar Rp139,19 miliar.

Page 115: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

73

Tabel 4.5. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

(dalam juta Rupiah)

Nominal (%)I Pendapatan Pajak Dalam Negeri 420,992 732,892 443,162 769,731 337,177 (432,554) (56.20)

Pendapatan Pajak Penghasilan 181,020 148,101 179,675 216,139 165,404 (50,735) (23.47) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 228,523 207,285 229,473 256,227 139,189 (117,039) (45.68) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 1,434 364,869 19,799 284,504 22,930 (261,574) (91.94) Pendapatan BPHTB 4,276 5,734 7,021 6,418 4,063 (2,355) (36.69) Pendapatan Cukai 72 20 5 - - - - Pendapatan Pajak Lainnya 5,668 6,883 7,190 6,443 5,591 (852) (13.22)

II Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

28,151 13,828 9,923 9,623 2,197 (7,426) (77.17)

Pendapatan Bea Masuk 3,439 4,538 4,483 6,331 2,197 (4,134) (65.30) Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor 24,712 9,290 5,440 3,292 - (3,292) (100.00)

III Penerimaan Sumber Daya Alam 1 - - - - - - Pendapatan Pertambangan Umum 1 - - - - - -

IV Pendapatan PNPB Lainnya 19,060 10,728 14,923 16,507 28,701 12,194 73.87 V Pendapatan Hibah - - - - - - -

468,204 757,448 468,009 795,860 368,075 (427,786) (53.75)

Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah

KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH

REALISASI PENDAPATANTriwulan I

2008Triwulan II

2008Triwulan III

2008Triwulan IV 2008

Triwulan I 2009

Pertumbuhan

Total Realisasi Pendapatan

Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa

paling besar yaitu 91,61% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan.

Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak

penghasilan memiliki pangsa paling besar (49,06%), diikuti pajak pertambahan

nilai (41,28%), serta pajak bumi dan bangunan (6,80%).

Grafik 4.5. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.6. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi

Pendapatan PPh

49.06%

Pendapatan PPN

41.28%

Pendapatan PBB

6.80%

Pendapatan BPHTB1.20%

Pendapatan Cukai0.00%

Pendapatan Pajak

Lainnya1.66%

Pendapatan Pajak Dalam

Negeri91.61%

Pendapatan Pajak

Perdagangan Int'l0.60%

Pendapatan PNPB

Lainnya7.80%

Grafik 4.5 Grafik 4.6

Belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan I tahun 2009

terealisasi sebesar Rp422,69 miliar, menurun sebesar 51,82% dibandingkan

triwulan sebelumnya namun meningkat sebesar 15,09% jika dibandingkan

dengan triwulan yang sama pada tahun lalu. Secara nominal, belanja pemerintah

pusat tertinggi adalah untuk belanja pegawai yaitu sebesar Rp170,35 miliar,

diikuti dengan belanja modal yang mencapai Rp76,65 miliar. Menurunnya belanja

Page 116: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

74

pemerintah pusat di Jambi serta tertingginya pengeluaran untuk belanja pegawai

menunjukkan bahwa realisasi belanja pemerintah pusat pada awal tahun ini

masih rendah.

Tabel 4.6. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

(dalam juta Rupiah)

Nominal (%)

I Belanja Pegawai 241,373 253,737 157,626 170,352 12,726 8.07

Belanja Gaji dan Tunjangan 223,989 234,308 122,121 168,341 46,219 37.85 Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj K 17,518 19,560 35,897 2,046 (33,851) (94.30) Belanja Kontribusi Sosial (133) (132) (392) (35) 357 (91.14)

II Belanja Barang 74,394 81,720 117,693 45,525 (72,168) (61.32) Belanja Barang 44,349 47,091 62,891 26,096 (36,795) (58.51) Belanja Jasa 6,914 9,206 13,686 4,586 (9,100) (66.49) Belanja Perjalanan 15,952 16,670 30,569 6,289 (24,280) (79.43) Belanja Pemeliharaan 7,179 8,753 10,546 8,553 (1,993) (18.90)

III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan 600 846 2,227 4,049 1,822 81.81 Belanja Denda 120 4 - 4,049 4,049 - Belanja Subsidi Perusahaan Negara 480 842 2,227 - (2,227) (100.00)

IV Belanja Bantuan Sosial 63,913 128,138 303,146 63,751 (239,395) (78.97) Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan d 53,940 94,170 204,155 62,600 (141,555) (69.34) Belanja Lembaga Sosial Lainnya 9,973 33,968 98,991 1,152 (97,840) (98.84)

V Belanja Lain-Lain 4,190 22,196 36,621 62,364 25,742 70.29 Belanja Lain-Lain 4,190 22,196 36,621 62,364 25,742 70.29

VI Belanja Modal 194,354 211,364 260,010 76,647 (183,363) (70.52) Belanja Modal Tanah 1,071 934 2,721 - (2,721) (100.00) Belanja Modal Peralatan dan Mesin 10,247 20,508 72,977 3,358 (69,619) (95.40) Belanja Modal Gedung dan Bangunan 8,238 20,271 46,160 395 (45,765) (99.14) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan 163,832 157,229 129,583 72,579 (57,004) (43.99) Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi 109 561 2,556 - (2,556) (100.00) Belanja Modal Fisik Lainnya 10,857 11,861 6,013 315 (5,698) (94.77)

578,826 698,001 877,323 422,688 (454,635) (51.82) Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah

Total Realisasi Belanja

REALISASI BELANJA Triwulan II 2008

Triwulan III 2008

Triwulan IV 2008

Triwulan I 2009

Pertumbuhan

Belanja modal pada triwulan I tahun 2009 baru terealisasi Rp76,65 miliar

menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan

pembangunan di daerah masih bisa dioptimalkan lagi. Dengan kata lain, belanja

pemerintah daerah untuk pembangunan seharusnya masih bisa terakselerasi lebih

cepat dalam rangka mendorong perekonomian di daerah.

Berdasarkan pangsanya, share tertinggi dari realisasi belanja adalah

belanja pegawai sebesar 40,30%, diikuti dengan belanja modal yang mencapai

18,13%, belanja bantuan sosial yang mencapai 15,08% serta belanja lain-lain

14,75%.

Page 117: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

75

Grafik 4.7. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

belanja pegawai40.30%

belanja barang10.77%

belanja bantuan sosial

0.96%

belanja lain-lain15.08%

belanja modal14.75%

belanja denda dan subsidi perusahaan

negara18.13%

H. Keuangan Pemerintah Daerah

Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi

mencapai Rp1,93 triliun pada triwulan laporan, meningkat sebesar 67,49%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan pangsanya, simpanan

pemerintah daerah di perbankan paling besar dalam bentuk giro (66,04%),

diikuti dengan deposito sebesar 33,38%.

Grafik 4.8. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

Jan-08

Feb-08

Mar-08

Apr-08

May-08

Jun-08

Jul-08 Aug-08

Sep-08

Oct-08

Nov-08

Dec-08

Jan-09

Feb-09

Mar-09

(dalam juta Rupiah)

Deposito Giro

Simpanan pemerintah daerah (secara total) terus mengalami kenaikan

sejak bulan Januari setelah terjadi penurunan jumlah simpanan di bulan

Desember 2008. Terus meningkatnya simpanan pemerintah daerah ini

mengindikasikan pemerintah daerah belum mempergunakan belanja daerah

secara optimal.

Page 118: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 119: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

77

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Pada periode triwulan laporan, aktivitas pembayaran di Jambi mengalami

penurunan baik untuk aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai. Aktivitas

pembayaran tunai tercermin dari aliran uang masuk/inflows dan uang

keluar/outflows dari kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran dan

pembayaran kepada bank-bank umum. Sementara, perkembangan pembayaran

non-tunai dilihat dari aktivitas kliring dan RTGS.

Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi (dalam miliar rupiah)

2009Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Nominal Persen

Nilai Kliring (miliar Rp) 1,670.79 1,931.68 2,066.99 2,010.42 1,413.80 (596.62) (29.68) Volume Kliring (lembar warkat) 60,526 67,008 68,947 60,278 58,349 (1,929) (3.20) Aliran Uang Masuk/Inflows (miliar Rp) 270.14 129.61 226.79 558.43 295.02 (263.41) (47.17) Aliran Uang Keluar/Ouflows (miliar Rp) 732.44 1,242.07 1,191.14 695.55 263.40 (432.16) (62.13) Net Inflows/ (Net Outflows) (miliar Rp) (462.30) (1,112.46) (964.35) (137.12) 31.62 168.74 (123.06) RTGS dari jambi (miliar Rp) 5,620.00 6,351.75 7,204.01 7,384.30 5,511.05 (1,873.25) (25.37) RTGS ke Jambi (miliar Rp) 16,025.00 16,874.15 19,314.53 19,030.05 18,792.30 (237.75) (1.25) Penemuan Uang Palsu- Pecahan Rp100.000,00 - 1 - - - - - - Pecahan Rp50.000,00 - - - - - - - - Pecahan Rp20.000,00 - 1 - - - - - - Pecahan Rp10.000,00 - - - - - - - Jumlah PTTB (miliar Rp) 79.43 63.85 63.71 70.92 29.58 (41.34) (58.29) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) 29.40 49.27 28.09 12.70 10.03 (3) (21.06) Cek dan BG Kosong- Lembar 545 557 808 971 900 (71) (7.31) - Nominal (miliar Rp) 13.45 14.72 28.49 32.39 27.29 (5.10) (15.76)

Uraian2008 Pertumbuhan (q-t-q)

A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai

A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi

Pada triwulan laporan, perkembangan aktivitas pembayaran tunai

mengalami penurunan baik dari sisi penerimaan (inflow) maupun untuk aktivitas

pembayaran (outflow) jika dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya.

Jika dilihat pergerakan inflow secara bulanan menunjukkan bahwa di bulan

Januari 2009 inflow mampu mencapai sebesar Rp186,52 miliar atau hampir

sebesar 63,24% dari total inflow triwulan laporan. Peningkatan aliran uang

masuk (inflow) pada bulan Januari 2009 sehubungan dengan pasca liburan

panjang pada akhir tahun 2008.

Page 120: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

78

Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi

-200

-100

0

100

200

300

400

500

-200

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

Q1-03

Q2-03

Q3-03

Q4-03

Q1-04

Q2-04

Q3-04

Q4-04

Q1-05

Q2-05

Q3-05

Q4-05

Q1-06

Q2-06

Q3-06

Q4-06

Q1-07

Q2-07

Q3-07

Q4-07

Q1-08

Q2-08

Q3-08

Q4-08

Q1-09

PersenRp miliar

Inflows Outflows Net Outflows Pert. Net Outflows (%)

Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow) menurun

tajam sebesar Rp168,75 miliar (123,06%), bahkan nilai aliran kas keluar bersih

menjadi negatif (inflow>outflow). Penurunan net cash outflow tersebut ditandai

oleh menurunnya aliran kas keluar (cash outflow) sebesar 62,13%, yaitu dari

Rp695,55 miliar menjadi Rp263,40 miliar sementara aliran kas masuk mengalami

penurunan sebesar 47,17% yaitu dari Rp558,43 miliar menjadi Rp295,02 miliar.

A.2. Penyediaan Uang Layak Edar

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang tidak

layak edar (lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga

kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah

ratio PTTB dibandingkan inflows sebesar 10,03% (Rp29,58 miliar).

A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan

Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan

berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor

Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian

Uang Rupiah kepada masyarakat.

B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai

B.1. Perkembangan Kliring Lokal

Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan

laporan sebesar Rp1.413,80 miliar atau turun sebesar 29,68% dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar Rp2.010,42 miliar. Penurunan tersebut diikuti

Page 121: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

79

juga dengan berkurangnya jumlah warkat kliring sebesar 3,20%, yaitu dari

60.278 lembar menjadi 58.349 lembar.

Di sisi lain, jumlah nominal penolakan kliring juga mengalami penurunan

sebesar 15.76%, yaitu dari Rp32,39 miliar menjadi Rp27,29 miliar. Penurunan

jumlah nominal penolakan kliring diikuti juga dengan penurunan cek dan BG

kosong. Pada triwulan laporan, jumlah lembar cek dan BG kosong menurun

sebesar 7,31%, yaitu dari 971 lembar menjadi 900 lembar.

Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring

1,671 1,932

2,067 2,010

1,414

(4.41)

15.61

7.00

(2.74)

(25)

(15)

(5)

5

15

25

35

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I

2008 2009

Persendalam miliar Rupiah

Nilai Kliring Pertumbuhan Nilai Kliring

Grafik 5.2

60,526 67,008 68,947

60,278 58,349 0.96

10.71

2.89

(12.57)

(3.20)

(15)

-

15

-

40,000

80,000

120,000

Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I

2008 2009

Persenlembar warkat

Volume Kliring Pertumbuhan Volume Kliring

Grafik 5.3

B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan

masuk/dari dan ke) menurun yaitu sebesar 7,99% sehingga menjadi sebesar

Rp24,30 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp26,41

triliun. Transfer keluar dari Provinsi Jambi menurun sebesar Rp1,87 triliun

(25,37%) dan transfer masuk ke Provinsi Jambi menurun sebesar Rp237,75 miliar

(1,25%) pada triwulan I tahun 2009.

Page 122: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

80

Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS

(dalam miliar rupiah)

Dari Ke Dari KeTW IV-06 7,711.43 6,850.96 130.70 116.12 19.46 38.01 27.56 47.37 TW I-07 5,552.37 4,540.66 89.55 73.24 (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) TW II-07 5,469.05 11,659.81 88.21 188.06 (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 TW III-07 6,683.00 15,264.37 102.82 234.84 22.20 30.91 16.56 24.87 TW IV-07 6,789.21 14,003.22 113.15 233.39 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) TW I-08 5,620.00 16,025.00 93.67 267.08 (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 TW II-08 6,351.75 16,874.15 100.82 267.84 13.02 5.30 7.64 0.28 TW III-08 7,204.01 19,314.53 114.35 306.58 13.42 14.46 13.42 14.46 TW IV-08 7,384.30 19,030.05 121.05 311.97 2.50 (1.47) 5.86 1.76 TW I-09 5,511.05 18,792.30 93.41 318.51 (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi

Kumulatif triwulananPertumbuhan

Rata-rata harianKeteranganDari Ke Dari Ke

Kumulatif Triwulanan Rata-Rata Harian

Page 123: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

81

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

Pada periode triwulan laporan, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang

pendidikan menurun jika dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2008. Namun,

memburuknya hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) pada periode triwulan

laporan menunjukkan masih pesimisnya masyarakat akan kondisi

ketenagakerjaan ke depan.38

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi

bulan Februari 2009) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan

sebelumnya (posisi Desember 2008). Sementara itu, biaya kebutuhan hidup

minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan laporan meningkat

akan tetapi seiring dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) Jambi tahun 2009

menyebabkan rasio UMP terhadap KHM/KHL triwulan I tahun 2009 meningkat

menjadi 87,13%.39

A. Ketenagakerjaan Daerah

Berdasarkan data ketenagakerjaan yang dikeluarkan Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada triwulan I tahun 2009, jumlah pencari kerja

di provinsi Jambi menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari

79.107 orang menjadi 70.010 orang. Berdasarkan distribusinya, jumlah pencari

kerja masih didominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah Menegah Umum (SMU)

dan sederajat yaitu sebesar 42.820 orang (61,16%), diikuti dengan Sarjana (S1)

sebanyak 13.460 orang (19.15), dan akademi/akta III sebanyak 5.217 orang

(7,45%).

38 Nilai saldo ekspektasi pengangguran menurun artinya masyarakat menilai ke depannya jumlah pengangguran akan meningkat. 39 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%).

Page 124: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

82

Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi40

(25.00)

(20.00)

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

Tidak tamat dan Tamat

SD

SLTP dan sederajat

SMU dan sederajat

Diploma / Akta I/II

Akademi / Akta III

Sarjana (S1)

Trw.IV-08 Trw.I-09 Pertumbuhan (RHS)

Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini

dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu menunjukkan kondisi pesimis. Kondisi ini

tercermin dari nilai saldo kondisi pengangguran yang sebesar 52,67 lebih

rendah dari triwulan lalu yang sebesar 82,67. Hal yang sama terjadi untuk

ekspektasi pengangguran dalam 6-12 bulan yang akan datang. Kondisi

pengangguran juga memburuk yang ditunjukkan dengan penurunan nilai

saldo yaitu dari sebesar 88,00 menjadi 64,00. Secara keseluruhan, nilai saldo

kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih berada

pada level pesimis pada triwulan laporan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat

memandang kondisi ketenagakerjaan masih kurang kondusif.

Grafik 6.2. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2005 2006 2007 2008 2009

Indeks

Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran

Sumber: Bank Indoneisa (diolah)

40 Data Triwulan I 2009 sampai dengan bulan Februari 2009

Page 125: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

83

B. Kesejahteraan

Inflasi yang dialami oleh Kota Jambi dalam triwulan laporan41

menyebabkan meningkatnya biaya kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan

hidup layak (KHL) per bulan di Provinsi Jambi yaitu menjadi Rp918.121,00 dari

sebesar Rp890.818,75 pada triwulan lalu.

Grafik 6.3-6.6. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok

4,000

4,500

5,000

5,500

6,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2007 2008 2009

RpRp

Merk Anggur Merk King Merk BelidaIR 64 (aksis kanan) IR 42 (aksis kanan)

Perkembangan Harga Beras

Grafik 6.3

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2007 2008 2009

Rp

Segi Tiga Biru Merk Lencana

Perkembangan Harga Tepung Terigu

Grafik 6.4

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2007 2008 2009

Rp

Bimoli Botol Special Tanpa Merk

Perkembangan Harga Minyak Goreng

Grafik 6.5

-

4,000

8,000

12,000

16,000

20,000

-

8,000

16,000

24,000

32,000

40,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2007 2008 2009

RpRp

Ayam Kampung (aksis kiri) Susu Merk Dancow (aksis kiri)Kacang Kedelai Impor Daging Ayam Broiler (aksis kiri)Bawang Merah

Perkembangan Harga Komoditas lainnya

Grafik 6.6

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2008.

Beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat Grafik 6.4) menunjukkan harga

yang stabil pada triwulan laporan kecuali untuk harga beras. Harga beras pada

triwulan ini sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan lalu, seperti untuk

beras anggur, IR 62 dan IR 64.42 Harga minyak goreng bermerek menunjukkan

sedikit penurunan namun sebaliknya untuk minyak goreng tanpa merek

mengalami peningkatan harga pada triwulan laporan.

Sedikit meningkatnya harga bahan kebutuhan pokok pada triwulan

laporan menyebabkan meningkatnya biaya KHM/KHL sebesar 3,06%. Akan tetapi

41 Inflasi kota Jambi pada triwulan laporan adalah sebesar 0,26% (q-t-q). 42 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2008.

Page 126: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

84

dengan meningkatnya UMP Jambi di tahun 2009 menyebabkan rasio UMP

terhadap KHM/KHL triwulan I tahun 2009 meningkat menjadi 87,13% dari

83,33% pada triwulan sebelumnya. Akan tetapi, dengan nilai rasio yang di

bawah 100% ini masih menunjukkan jika para pekerja mendapatkan upah sesuai

atau bahkan dibawah UMP tentunya akan berat bagi mereka untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara

lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan

Februari 2009. Pada bulan Februari 2009, NTP sebesar 91,45 atau meningkat

2,93% dibandingkan bulan Desember 2008 (88,85).43 Meningkatnya NTP petani

pada triwulan ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan petani yang

tercermin dari meningkatnya indeks yang diterima oleh petani sebesar 2,79%

sedangkan indeks yang dibayar oleh petani untuk konsumsi barang dan jasa

mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 0,14%. Namun demikian, indeks

yang dibayar oleh petani masih tetap lebih tinggi dibandingkan indeks yang

diterima sehingga indeks NTP petani pada triwulan laporan masih berada di

bawah 100%.

Meningkatnya indeks harga yang diterima petani (It) terutama disebabkan

oleh peningkatan dari sub sektor tanaman padi dan palawija yaitu sebesar

5,96% serta sub sektor perkebunan rakyat yang meningkat sebesar 3,91%.

Sementara itu, dari 5 sub sektor NTP, hanya sub sektor holtikultura yang

menurun pada triwulan ini yaitu sebesar 3,47%.

Indeks harga yang dibayar (Ib) mencerminkan fluktuasi harga barang dan

jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang

merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang

diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Februari 2009, Ib

mengalami penurunan 0,14% dari sebesar 117,18 menjadi 117,02. Penurunan

43 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.

Page 127: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

85

ini juga diikuti oleh penurunan 4 sub sektor lainnya yaitu perikanan, perkebunan

rakyat, holtikultura, serta peternakan masing-masing sebesar 0,54%; 0,28%;

0,10%; dan 0,05%, sementara Indeks harga yang dibayar sub sektor tanaman

padi palawija meningkat sebesar 0,06%.

Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)

JUNI JULI AGUSTUS SEPT OKT NOV DES JAN FEB

1 Tanaman Padi Palawijaa Indeks Diterima Petani 110.8 109.19 109.65 110.38 113.93 111.61 112.72 112.72 119.44 5.96

- Padi 108.07 104.69 104.69 104.69 106.86 106.86 108.6 108.6 115.89 6.71- Palawija 121.46 126.7 128.95 132.55 131.7 130.12 128.79 128.79 133.29 3.49

b Indeks Dibayar Petani 113.23 114.72 115.55 116.14 116.96 116.58 116.98 116.87 117.05 0.06- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 112.23 113.96 114.96 115.53 116.34 115.91 116.23 116.1 116.09 -0.12- Indeks BPPBM 117.42 117.89 118.02 118.68 119.57 119.39 120.12 120.12 121.05 0.77Nilai Tukar Petani (NTP-P) 97.86 95.18 94.89 95.04 95.7 95.74 96.36 96.45 102.05 5.90

2 Hortikulturaa Indeks Diterima Petani 121.68 123.77 125.39 114.09 109.68 113.38 113.01 109.28 109.09 -3.47

- Sayur-sayuran 128.48 132.87 135.34 114.36 105.85 112.6 115.27 108.45 108.11 -6.21- Buah-buahan 113.44 112.75 113.35 113.76 114.33 114.33 110.28 110.28 110.28 0.00

b Indeks Dibayar Petani 113.06 114.67 115.53 116.35 117.01 116.52 116.89 116.82 116.77 -0.10- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 111.86 113.6 114.6 115.19 115.99 115.57 115.88 115.8 115.79 -0.08- Indeks BPPBM 117.61 118.76 119.1 120.8 120.87 120.15 120.72 120.72 120.52 -0.17Nilai Tukar Petani (NTP-H) 107.63 107.93 108.54 98.05 93.74 97.3 96.69 93.54 93.42 -3.38

3 Tanaman Perkebunan Rakyata Indeks Diterima Petani 125.59 133.15 128.86 119.62 88.76 86.71 92.84 92.84 96.47 3.91

- Tanaman Perkebunan Rakyat 125.59 133.15 128.86 119.62 88.76 86.71 92.84 92.84 96.47 3.91b Indeks Dibayar Petani 114.05 116.74 117.93 118.62 119.25 117.69 118.19 117.98 117.86 -0.28

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113.69 116.03 117.21 117.75 118.15 117.69 117.66 117.39 117.22 -0.37- Indeks BPPBM 115.44 119.5 120.69 121.99 123.46 115.57 120.24 120.24 120.32 0.07Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 110.12 114.06 109.27 100.84 74.43 73.1 78.55 78.7 81.85 4.20

4 Peternakana Indeks Diterima Petani 105.85 107.1 107.1 108.79 108.77 108.51 108.42 108.42 109.38 0.89

- Ternak Besar 102.31 102.31 102.31 102.31 102.43 102.43 102.43 102.43 102.43 0.00- Ternak Kecil 109.84 109.84 109.84 109.84 109.84 109.84 109.84 109.84 109.84 0.00- Unggas 111.28 116.69 116.69 121.25 120.66 119.16 118.78 118.78 122.92 3.49- Hasil Ternak 116.05 116.05 116.05 128.66 129.45 131.19 131.19 131.19 131.19 0.00

b Indeks Dibayar Petani 111.39 112.3 112.87 113.94 114.5 114.66 114.89 114.8 114.83 -0.05- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 110.88 112.37 113.37 114.24 115.21 114.86 114.89 114.73 114.78 -0.10- Indeks BPPBM 112.09 112.19 112.19 113.53 113.53 114.38 114.9 114.9 114.9 0.00Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 95.03 95.37 94.88 95.48 94.99 94.64 94.37 94.44 95.25 0.93

5 Perikanana Indeks Diterima Petani 103.77 104.55 104.55 104.55 104.55 104.55 104.55 104.55 106.07 1.45

- Penangkapan 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 0.00- Budidaya 110.02 112.31 122.31 112.31 112.31 112.31 112.31 112.31 116.75 3.95

b Indeks Dibayar Petani 112.65 114.35 115.03 115.62 115.53 115.26 115.19 114.84 114.57 -0.54- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 111.39 112.59 113.57 114.42 115.23 115.04 115.28 115.25 114.84 -0.38- Indeks BPPBM 114.44 117.08 117.08 117.08 115.09 114.69 113.97 113.97 113.98 0.01Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 92.12 91.43 90.89 90.43 90.5 90.71 90.77 91.05 92.59 2.01

a INDEKS YANG DITERIMA (It) 117.88 120.94 119.64 114.37 101.7 101.4 104.11 103.47 107.01 2.79b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 113.33 115.27 116.21 116.93 117.59 117.15 117.18 117.03 117.02 -0.14c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 104.02 104.92 102.87 97.81 86.49 86.56 88.85 88.41 91.45 2.93

KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK

PERSENTASE PERUBAHAN (%)

(Desember Ke Februari)

PROVINSI JAMBI

2008 2009

C. Kemiskinan

Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal

penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi)

secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masayarakat yang berhak.

Pada triwulan laporan, penyaluran raskin sebesar 3.109 ton atau menurun

sebesar 76,04% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Page 128: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

86

Grafik 6.7. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi

(100)

(50)

-

50

100

150

200

250

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TRW IV

TW I

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Bulog Prov. Jambi

Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan

Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)

Page 129: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

87

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2009

diperkirakan masih tumbuh positif, walupun melambat dibandingkan triwulan I

tahun 2009. Pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan masih menjadi

kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan

mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih

disumbangkan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan.

Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih

terjadi inflasi dengan besaran yang relatif lebih tinggi dibanding triwulan laporan

(q-t-q).

A. Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan mendatang

diperkirakan masih tumbuh melambat yaitu sebesar 5,50±1%. Pengeluaran

konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan

ekonomi Jambi. Hal ini tercermin dengan terus meningkatnya indeks ekspektasi

penghasilan yang meningkat menjadi 160,67 dibandingkan triwulan laporan

yang sebesar 130,67.

Meningkatnya ekspektasi penghasilan ini terkait dengan kenaikan upah

minimum provinsi (UMP) Jambi menjadi sebesar Rp800.000 (naik 10,14%).

Kondisi ini juga menunjukkan bahwa masyarakat yakin bahwa pada triwulan

mendatang income yang didapatkannya relatif meningkat sehingga konsumsi

terhadap barang dan jasa juga semakin besar. Menurunnya suku bunga

perbankan juga berpotensi mendorong konsumsi masyarakat dibandingkan

dengan menyimpan dananya di perbankan.

Page 130: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

88

Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Indeks

Ekspektasi ekonomiEkspektasi pengangguranEkspektasi penghasilan

Sementara, dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan

laporan, nilai saldo rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang

berada pada level pesimis kecuali nilai saldo rencana konsumsi barang sandang

yang sebesar 173,33. Sedangkan nilai saldo indikator lainnya yaitu:

pembelian/perbaikan rumah (66,00), peralatan rumah tangga (62,00), perabotan

rumah tangga (41,3), kendaraan bermotor (36,67), serta rekreasi/tamasya

(92,00). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan belanja masyarakat di

triwulan II tahun 2009 terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih

dahulu dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Page 131: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

89

Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Indeks

Peralatan rumah tangga Perabotan rumah tangga Kendaraan bermotor

Barang sandang Pembelian/perbaikan rumah Rekreasi/tamasya

Berdasarkan hasil SKDU triwulan IV-2008, tercermin bahwa optimisme

responden di sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum,

sektor perdagangan, listrik dan air, PHR, sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan serta sektor jasa-jasa masih menunjukkan perkembangan yang cukup

baik. Hal ini terlihat dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk

sektor tersebut yang masih positif (Tabel 7.1).

Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha

Realisasi Trw I-2009

Prakiraan Trw II-2009

1 Pertanian 2.67 0.00

2 Pertambangan dan Penggalian 1.43 1.43

3 Industri Pengolahan 0.69 (0.69)

4 Listrik dan Air Minum 0.20 0.20

5 Bangunan (0.69) (0.69)

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (5.44) 0.54

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.91 (0.91)

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.37 1.42

9 Jasa-jasa 1.06 1.06

3.20 2.36Total

No Sektor/SubsektorSaldo Bersih Tertimbang

Dari sisi penawaran, perkembangan sektor pertanian pada triwulan

mendatang diperkirakan masih tetap tumbuh positif. Mulai membaiknya harga

Page 132: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

90

komoditas perkebunan seperti kelapa sawit menjadi pendorong tumbuhnya

sektor pertanian pada triwulan mendatang. Sub sektor tanaman bahan makanan

juga diperkirakan tumbuh positif yang didorong oleh mulai masuknya musim

panen padi. Sementara itu, kondisi cuaca di laut yang kurang mendukung turut

mempengaruhi hasil tangkapan sehingga pertumbuhan sektor perikanan

diperkirakan menurun.

Sektor industri pengolahan diperkirakan akan meningkat

pertumbuhannya sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian. Membaiknya

harga komoditas unggulan provinsi Jambi (sawit) diperkirakan akan mendukung

pertumbuhan sektor industri pengolahan. Nilai lifting minyak bumi diperkirakan

akan meningkat sejalan dengan membaiknya harga minyak mentah di pasar

internasional sehingga mendorong perusahaan minyak bumi meningkatkan

produksinya.

Proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y)

Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2009 diperkirakan pada kisaran 4,50%-

5,50% (skenario pesimis) atau sebesar 5,51%-6,50% (skenario optimis).

Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun 2009

diperkirakan pada kisaran 4,00%-5,00% (skenario pesimis) atau sebesar 5,01%-

6,00% (skenario optimis).

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

ditengah tantangan krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort

yang lebih besar dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan

ekonominya. Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa

tumbuh lebih baik, antara lain melalui:

1. Percepatan realisasi APBD terutama pada sektor yang dapat

menstimulus perekonomian Jambi.

Telah disahkannya APBD Provinsi Jambi pada akhir periode tahun 2008

memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk menyegerakan realisasi

belanja APBD 2009 sehingga mampu mempercepat stimulus pembangunan

ekonomi di Jambi. Stimulus yang diberikan terutama untuk sektor-sektor yang

berdampak tinggi terhadap perokonomian Jambi serta ketenagakerjaan

Page 133: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

91

seperti sektor pertanian, industri manufaktur, perikanan dan kelautan, migas

dan pertambangan, kehutanan, jasa perdagangan, jasa pariwisata, jasa

angkutan, jasa tenaga kerja dan UMKM. Selain itu, pembangunan

Infrastruktur bidang transportasi (terutama jalan dan jembatan) harus

dipercepat dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi aktivitas perdagangan

serta mengurangi biaya distribusi akibat kurang kondusifnya sarana jalan dan

jembatan.

2. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Daerah.

Dengan terealisasinya belanja modal pemerintah, terutama untuk proyek-

proyek fisik serta program percepatan ekonomi lainnya diharapkan dapat

mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja lokal sehingga mampu membuka

lapangan pekerjaan bagi masyarakat Jambi yang berdampak pada

menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan, serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Disamping itu,peningkatan program padat karya

(misal: revitalisasi pertanian, perikanan dan peternakan, program

pengembangan jalan lingkungan) dapat menjadi solusi untuk peningkatan

penyerapan tenaga kerja.

3. Penguatan ekspor barang dan jasa.

Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan

produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit)

sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional. Selain itu,

untuk mempermudah jalur transportasi dapat dilakukan dengan percepatan

pembangunan jalan dan jembatan dari dan ke pelabuhan Muara Sabak.

4. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking.

Inflasi Kota Jambi lebih dipengaruhi oleh sisi supply. Kondisi jalur distribusi

yang kurang kondusif dapat memicu kenaikan harga lebih tinggi lagi. Naiknya

harga bahan makanan akan menggerus pendapatan masyarakat dan

pengusaha yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat.

Penurunan daya beli (konsumsi masyarakat) tentunya akan berpengaruh pada

pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain dari sisi infrastruktur, penanganan

inflasi juga dapat dilakukan dengan pengamanan pasar lokal dan regional

melalui penggunaan produk yang dihasilkan daerah dengan memberikan

preferensi harga kepada perusahaan penyedia barang/jasa. Dengan demikian,

diperlukan kebijakan penanganan inflasi (pengendalian harga-harga) yang

koordinatif antar dinas/instansi terkait secara berkesinambungan sehingga

Page 134: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

92

dapat mendukung terciptanya inflasi yang relatif rendah dan stabil. Oleh

karena itu, tersedianya Forum Diskusi/Tim Pemantau Inflasi daerah sangat

berguna dalam memberikan rekomendasi yang berguna bagi pengambil

kebijakan di daerah untuk mengendalikan angka inflasi daerah.

5. Kebijakan Agrobisnis yang menguntungkan bagi petani dan

pengusaha.

Belum tersedianya industri hilir dalam skala besar menyebabkan pergerakan

harga komoditas unggulan (sawit dan karet) sangat terpengaruh dengan

kondisi pasar dunia. Hal dapat kita lihat semenjak terjadinya krisis global,

harga sawit dan karet terus menurun dalam beberapa bulan terakhir

sehingga menyebabkan tingkat pendapatan sebagian besar petani menurun.

Hal ini akan berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat sehingga

perekonomian menjadi kurang bergairah. Minat petani dalam mengelola

komoditas unggulan tersebut juga dikhawatirkan akan menurun yang pada

akhirnya akan berpengaruh terhadap pembentukan produk domestik

regional bruto Provinsi Jambi. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan

agrobisnis yang tepat untuk mengatasi dampak dari krisis global tersebut

sehingga tingkat pendapatan petani dapat kembali ke level yang optimal.

Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah:

- Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak

goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk

dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added lebih baik

sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor

perkebunan dan dapat menjadi buffer ketika harga komoditas sedang

turun.

- Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti

serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses

produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk

yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi.

Page 135: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

93

- Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi

kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga

pupuk yang sangat memberatkan petani.

- Penyuluhan dan subsidi benih unggulan sehingga dapat meningkatkan

hasil produksi dan kualitas pertanian.

- Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani

dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh

karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut

melalui toke.44 Hal ini dikarenakan toke membeli harga komoditas

unggulan Jambi (sawit dan karet) ke petani dibawah harga pasar/harga

yang telah ditetapkan sehingga menyengsarakan petani.

6. Pertumbuhan kredit perbankan

Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan II tahun

2009 berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan

kepada usaha mikro dan kecil.

Jika beberapa prasyarat diatas belum terpenuhi dan dampak dari

melambatnya perekonomian dunia semakin terasa memburuk di Provinsi Jambi,

maka peluang perekonomian Provinsi Jambi dipacu tumbuh lebih tinggi

dibanding triwulan laporan sulit tercapai.

B. Proyeksi Inflasi

Perkembangan harga-harga pada triwulan II tahun 2009 diperkirakan

relatif meningkat dibandingkan triwulan I tahun 2009. Hal ini tercermin dari

masih pesimisnya nilai kondisi harga ke depannya.

Laju inflasi triwulanan (q-t-q) triwulan II tahun 2009 diperkirakan akan

meningkat. Kondisi ini tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK)

yang menunjukkan bahwa keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-

harga semakin pesimis terutama pada ekspektasi harga bahan sandang dan

perumahan. Sejalan dengan hal tersebut, seluruh indikator ekspektasi harga

44 Toke bisa juga diartikan tengkulak atau cukong.

Page 136: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

94

Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang

-10.00

10.00

30.00

50.00

70.00

90.00

110.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Indeks

Bahan sandang Perumahan & bahan bangunan

Transportasi & komunikasi Harga Umum

Bahan makanan

memiliki nilai yang relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat

Grafik 7.3). Sedangkan nilai saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga

umum sebesar 22,22, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (74,67).45

Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-o-y) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. 2009 (Maret) serta Perkiraan April s.d. Desember 2009

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Catatan: Inflasi bulan April-Desember 2009 adalah angka perkiraan

y-o-y (%)

2003 2004 20052006 2007 20082009 optimis 2009 pesimis

Dalam periode 5 tahun terakhir, perkembangan laju inflasi tahun

kalender/y-t-d (lihat grafik 7.4) pada bulan Desember berkisar antara 4,67% (y-t-

d) s.d 16,50% (y-t-d). Setelah mencapai puncak kenaikan harga pada bulan Juni

2008 pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008, maka laju tahunan inflasi

45 SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.

Page 137: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

95

pada triwulan II mendatang diperkirakan akan menurun. Inflasi Kota Jambi pada

Triwulan II 2009 diperkirakan sebesar 3,50%-4,25% / y-o-y (skenario optimis)

atau sebesar 4,26%-5,00% / y-o-y (skenario pesimis). Pada triwulan mendatang

tekanan inflasi dirasakan terutama dalam masa persiapan dan kampanye

menjelang pemilihan presiden di bulan Juli.

Sementara itu laju inflasi sampai dengan tahun 2009 diperkirakan akan

sebesar 6,00%-7,00% / y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 7,01%-8,00% / y-

o-y (skenario pesimis). Tekanan inflasi dalam tahun 2009 ini akan dirasakan

terutama pada bulan Juni (persiapan pemilu presiden 2009), Juli (tahun ajaran

sekolah baru serta berlangsungnya pemilu presiden), September (puasa dan hari

raya Idul Fitri), serta Desember (natal dan libur akhir tahun).

Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Bulanan (y-t-d) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. 2009 (Maret) serta Perkiraan April s.d. Desember 2009

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Catatan: Inflasi bulan April-Desember 2009 adalah angka perkiraan

y-t-d (%)

2003 2004

2005 2006

2007 2008

2009 optimis 2009 pesimis

Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan

tekanan inflasi selama triwulan mendatang serta berpotensi menyebabkan

perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) Kondisi cuaca di musim

pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian dan

pendistribusian barang, 2) Meningkatnya demand masyarakat terhadap

kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan meningkatnya income

masyarakat dan menurunnya suku bunga perbankan dapat memicu

meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan)

yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi

barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya Rupiah dapat mempengaruhi inflasi

Page 138: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

96

barang impor, 5) Pemilu legislatif yang dilaksanakan pada bulan April 2009 serta

pelaksanaan pemilu presiden yang akan dilaksanakan bulan Juli 2009

diperkirakan akan memacu tingginya konsumsi masyarakat pada periode triwulan

II tahun 2009.

Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok

diprakirakan cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-

waktu akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre

Jambi diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras.

Page 139: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

LAMPIRAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

Page 140: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 141: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

2009**I II III IV I II III IV I

1. PERTANIAN 1,989,061.62 2,071,069.41 2,137,348.25 2,169,378.70 2,278,172.35 2,366,987.60 2,459,512.73 2,537,018.18 2,565,735.91 a. Tanaman Bahan Makanan 665,418.98 696,847.71 717,375.61 742,835.30 790,955.35 838,396.09 875,628.75 910,876.55 943,591.26 b. Tanaman Perkebunan 948,476.04 975,220.89 987,681.15 1,013,933.27 1,035,722.06 1,058,898.07 1,092,230.50 1,094,475.31 1,084,787.06 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 103,722.77 109,982.39 120,824.20 126,890.83 128,869.16 132,928.56 136,627.55 139,897.13 142,893.71 d. Kehutanan 169,876.09 176,258.53 184,074.21 196,939.98 198,954.96 204,498.56 212,044.32 215,104.23 219,138.92 e. Perikanan 101,567.75 112,759.88 127,393.08 88,779.32 123,670.81 132,266.32 142,981.62 176,664.96 175,324.95 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,611,696.95 1,448,251.21 1,495,188.34 1,525,057.30 2,369,157.08 3,208,173.73 3,473,284.26 1,600,266.68 1,614,334.37 a. Minyak dan Gas Bumi 1,483,794.19 1,297,111.69 1,339,095.82 1,367,460.85 2,131,475.58 2,943,563.09 3,167,228.02 1,220,404.22 1,232,750.80 b. Pertambangan tanpa Migas 57,202.28 59,592.70 62,450.15 64,800.54 143,246.66 167,931.41 207,326.93 277,742.63 272,808.83 c. Penggalian 70,700.48 91,546.82 93,642.37 92,795.92 94,434.84 96,679.24 98,729.31 102,119.84 108,774.74 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 858,527.87 914,699.44 959,582.79 1,071,914.43 1,106,944.62 1,163,434.22 1,231,215.84 1,231,227.22 1,256,566.17 a. Industri Migas 90,829.43 98,844.49 100,161.18 105,738.90 111,258.70 107,913.43 120,071.65 108,466.62 109,780.39 1. Pengilangan Minyak Bumi 90,829.43 98,844.49 100,161.18 105,738.90 111,258.70 107,913.43 120,071.65 108,466.62 109,780.39 2. Gas Alam Cair - - - - - - b. Industri Tanpa Migas **) 767,698.44 815,854.95 859,421.61 966,175.53 995,685.91 1,055,520.79 1,111,144.19 1,122,760.61 1,146,785.78 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 64,544.49 71,147.20 76,235.82 77,915.34 79,097.73 85,814.71 83,810.28 93,153.42 92,887.18 a. Listrik 52,314.03 58,407.33 63,217.72 64,385.90 65,387.48 70,656.56 67,555.65 76,289.14 76,147.71 b. Gas - - - - - c. Air Bersih 12,230.47 12,739.87 13,018.10 13,529.44 13,710.25 15,158.15 16,254.63 16,864.28 16,739.47 5. BANGUNAN 315,315.27 354,188.89 393,721.76 409,246.04 423,266.64 435,005.87 446,648.65 466,934.14 486,185.54 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,147,501.02 1,146,148.57 1,203,828.61 1,276,434.19 1,306,734.74 1,359,997.32 1,420,703.12 1,452,867.70 1,491,050.39 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,049,520.50 1,051,998.09 1,105,075.94 1,172,229.60 1,200,190.23 1,249,498.83 1,307,683.68 1,339,333.17 1,376,697.14 b. Hotel 12,332.87 12,567.62 12,821.13 13,521.95 13,759.24 14,511.71 14,621.61 14,695.41 14,575.64 c. Restoran 85,647.65 81,582.86 85,931.54 90,682.63 92,785.28 95,986.79 98,397.83 98,839.11 99,777.61 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 556,578.21 578,021.10 594,893.15 615,801.33 618,790.01 634,474.84 658,074.19 680,989.73 692,932.78 a. Pengangkutan 517,507.98 536,153.27 549,481.97 569,854.48 571,656.86 585,314.74 608,439.38 630,572.93 641,102.32 1. Angkutan Rel - - - - 2. Angkutan Jalan Raya 370,046.66 376,569.74 386,247.91 399,995.31 408,401.42 421,950.64 440,670.18 456,706.53 465,664.41 3. Angkutan Laut 55,284.96 58,245.14 60,789.85 63,452.60 63,792.84 66,264.75 67,794.83 67,997.94 70,896.96 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 26,590.02 27,733.52 28,120.51 28,643.77 29,227.28 29,951.52 30,164.87 30,209.36 30,824.76 5. Angkutan Udara 38,726.97 46,064.18 45,803.40 48,559.42 40,332.58 36,384.99 38,279.32 43,400.27 41,871.09 6. Jasa Penunjang Angkutan 26,859.38 27,540.68 28,520.31 29,203.38 29,902.75 30,762.85 31,530.18 32,258.82 31,845.10 b. Komunikasi 39,070.23 41,867.83 45,411.17 45,946.85 47,133.15 49,160.10 49,634.80 50,416.80 51,830.46 1. Pos dan Telekomunikasi 38,324.41 41,098.14 44,627.56 45,151.46 46,324.20 48,332.04 48,796.48 49,571.05 50,966.23 2. Jasa Penunjang Komunikasi 745.82 769.69 783.61 795.40 808.96 828.05 838.32 845.76 864.23 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 297,743.06 330,785.08 345,002.76 391,298.97 403,888.80 446,879.48 474,578.91 480,418.56 490,868.62 a. Bank 86,883.19 109,461.05 117,834.98 143,506.30 148,243.29 180,486.71 197,951.47 192,555.05 197,466.66 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 25,461.44 27,256.60 28,436.88 29,109.80 29,688.96 30,484.82 31,070.76 31,630.91 32,434.44 c. Jasa Penunjang Keuangan 983.70 1,281.85 1,428.26 1,921.69 1,967.14 2,033.50 2,101.62 2,125.04 2,211.51 d. Sewa Bangunan 178,456.31 186,447.57 190,742.15 210,151.07 217,288.89 226,998.15 236,426.04 246,835.21 251,310.60 e. Jasa Perusahaan 5,958.42 6,338.01 6,560.49 6,610.10 6,700.51 6,876.29 7,029.01 7,272.34 7,445.40 9. JASA-JASA 832,904.52 879,560.22 914,414.10 951,671.14 972,886.31 992,233.42 1,012,262.84 1,033,863.40 1,051,678.80 a. Pemerintahan Umum 713,109.70 754,179.46 783,766.07 815,435.35 833,856.20 850,804.49 867,152.58 886,876.32 902,340.45 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 481,160.60 513,473.07 537,344.52 559,480.43 571,314.96 582,389.64 595,095.24 608,132.47 617,194.47 2. Jasa Pemerintah lainnya 231,949.10 240,706.40 246,421.55 255,954.93 262,541.24 268,414.85 272,057.33 278,743.85 285,145.98 b. Swasta 119,794.82 125,380.76 130,648.03 136,235.79 139,030.11 141,428.93 145,110.26 146,987.08 149,338.35 1. Sosial Kemasyarakatan 80,684.15 84,918.23 88,386.34 93,222.06 95,138.31 96,535.59 98,960.66 100,592.66 102,644.59 2. Hiburan & Rekreasi 6,700.83 6,603.94 6,730.14 6,828.54 7,124.14 7,229.56 7,336.85 7,367.30 7,393.92 3. Perorangan & Rumahtangga 32,409.84 33,858.58 35,531.55 36,185.19 36,767.66 37,663.78 38,812.75 39,027.11 39,299.84PDRB Migas 7,673,873.03 7,793,871.12 8,120,215.57 8,488,717.43 9,558,938.27 10,693,001.20 11,260,090.81 9,576,739.05 9,742,239.76 PDRB Tanpa Migas 6,099,249.40 6,397,914.94 6,680,958.57 7,015,517.69 7,316,203.98 7,641,524.68 7,972,791.14 8,247,868.22 8,403,979.98

LAPANGAN USAHA2008*2007*

Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara

Page 142: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

2009**I II III IV I II III IV I

1. PERTANIAN 1,093,332.08 1,108,631.26 1,119,802.25 1,115,682.88 1,138,534.97 1,161,802.13 1,180,632.56 1,205,126.00 1,207,279.85 a. Tanaman Bahan Makanan 396,728.94 404,743.40 407,116.08 411,908.00 415,167.90 428,478.31 437,572.75 450,618.23 461,952.52 b. Tanaman Perkebunan 517,014.58 517,964.84 518,359.35 519,033.89 523,435.29 531,417.71 538,352.04 542,748.74 532,944.12 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 70,629.08 72,922.82 76,704.44 78,932.09 79,166.51 79,347.94 79,765.66 80,082.75 81,493.84 d. Kehutanan 67,586.44 68,622.40 69,132.56 69,489.82 69,681.68 69,863.92 70,141.18 70,256.58 70,346.82 e. Perikanan 41,373.03 44,377.80 48,489.81 36,319.08 51,083.59 52,694.27 54,800.93 61,419.70 60,542.55 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 429,974.20 396,510.22 397,513.39 390,208.73 398,238.51 444,841.89 504,880.40 503,517.63 506,755.76 a. Minyak dan Gas Bumi 375,713.08 334,175.77 334,320.48 327,114.70 312,835.24 352,240 401,473.50 381,152.93 384,341.96 b. Pertambangan tanpa Migas 18,282.23 18,620.05 19,216.40 19,431.47 41,362.48 48,090.03 58,430.27 76,796.08 75,018.94 c. Penggalian 35,978.89 43,714.40 43,976.51 43,662.57 44,040.80 44,512.03 44,976.62 45,568.63 47,394.86 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 478,465.41 485,228.18 485,945.27 498,821.40 504,812.70 515,501.10 524,158.66 521,871.93 527,358.51 a. Industri Migas 30,731.02 32,464.27 32,385.71 33,189.24 33,805.43 32,984.05 35,310.24 31,513.18 31,786.38 1. Pengilangan Minyak Bumi 30,731.02 32,464.27 32,385.71 33,189.24 33,805.43 32,984.05 35,310.24 31,513.18 31,786.38 2. Gas Alam Cair - - - - - - - - - b. Industri Tanpa Migas **) 447,734.39 452,763.91 453,559.56 465,632.16 471,007.27 482,517.05 488,848.42 490,358.75 495,572.14 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 25,569.59 27,378.62 28,395.62 28,400.02 28,717.71 29,847.18 28,714.94 30,405.57 30,315.71 a. Listrik 21,026.22 22,765.16 23,737.77 23,717.76 24,006.24 25,047.06 23,988.60 25,634.77 25,582.04 b. Gas - - - - - - c. Air Bersih 4,543.37 4,613.47 4,657.84 4,682.26 4,711.47 4,800.12 4,726.34 4,770.79 4,733.67 5. BANGUNAN 148,836.73 161,618.12 169,680.38 174,088.20 176,847.49 179,216.33 180,183.25 185,235.31 192,366.87 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 607,670.12 605,980.22 621,385.86 629,576.19 624,794.01 633,531.60 641,400.16 652,730.56 656,328.78 a. Perdagangan Besar & Eceran 552,059.59 552,408.40 567,160.46 575,249.67 570,034.61 577,788.71 585,193.13 596,331.31 599,730.40 b. Hotel 7,507.07 7,517.83 7,592.42 7,610.60 7,679.09 7,872.17 7,881.52 7,919.32 7,788.79 c. Restoran 48,103.46 46,054.00 46,632.97 46,715.92 47,080.31 47,870.72 48,325.51 48,479.93 48,809.59 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 283,266.63 288,818.20 292,253.60 295,141.06 295,235.15 296,902.87 302,955.99 309,883.03 312,144.53 a. Pengangkutan 258,644.23 263,621.00 266,166.12 269,213.77 269,045.24 270,456.79 276,313.83 283,015.50 284,559.44 1. Angkutan Rel - - 2. Angkutan Jalan Raya 168,451.00 169,320.87 171,042.84 172,739.34 174,173.07 176,718.31 181,044.19 184,579.16 186,092.71 3. Angkutan Laut 34,866.72 35,718.00 36,733.22 37,338.30 37,404.42 38,232.65 38,776.02 38,702.07 39,842.73 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 16,013.26 16,087.32 16,144.59 16,210.45 16,259.87 16,304.56 16,373.93 16,391.52 16,441.49 5. Angkutan Udara 23,486.93 26,277.97 25,787.97 26,425.67 24,621.67 22,425.29 23,020.94 26,161.99 25,276.97 6. Jasa Penunjang Angkutan 15,826.33 16,216.83 16,457.50 16,500.02 16,586.21 16,775.98 17,098.76 17,180.75 16,905.53 b. Komunikasi 24,622.40 25,197.20 26,087.48 25,927.29 26,189.91 26,446.07 26,642.15 26,867.53 27,585.10 1. Pos dan Telekomunikasi 24,341.12 24,913.38 25,803.39 25,643.08 25,902.97 26,155.54 26,349.31 26,573.03 27,285.18 2. Jasa Penunjang Komunikasi 281.28 283.83 284.09 284.21 286.94 290.53 292.85 294.50 299.91 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 136,381.74 149,362.49 154,646.57 168,880.38 171,802.42 188,479.57 197,934.46 196,554.41 199,584.05 a. Bank 41,367.48 52,117.42 56,104.48 68,327.30 70,582.71 85,934.69 94,250.15 91,680.76 93,010.13 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 10,405.63 10,763.07 10,913.80 10,999.11 11,125.60 11,275.85 11,429.86 11,483.76 11,615.97 c. Jasa Penunjang Keuangan 684.17 830.95 885.63 1,048.28 1,054.72 1,059.95 1,075.47 1,084.06 1,108.80 d. Sewa Bangunan 80,630.56 82,289.13 83,352.33 85,095.03 85,612.95 86,759.95 87,675.10 88,736.48 90,238.31 e. Jasa Perusahaan 3,293.90 3,361.92 3,390.32 3,410.66 3,426.43 3,449.13 3,503.88 3,569.35 3,610.83 9. JASA-JASA 311,073.42 318,046.70 322,579.49 326,016.09 329,625.68 332,418.32 337,632.80 341,759.51 345,645.92 a. Pemerintahan Umum 256,499.15 262,437.70 266,094.80 269,078.93 272,143.73 274,528.74 278,902.23 282,807.21 286,029.08 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 163,789.58 167,627.80 170,081.20 172,078.09 173,818.82 175,156.65 178,397.30 180,658.10 182,485.63 2. Jasa Pemerintah lainnya 92,709.57 94,809.90 96,013.60 97,000.84 98,324.92 99,372.09 100,504.93 102,149.10 103,543.45 b. Swasta 54,574.27 55,609.00 56,484.70 56,937.16 57,481.95 57,889.57 58,730.57 58,952.30 59,616.84 1. Sosial Kemasyarakatan 35,062.22 35,741.06 36,175.63 36,428.88 36,735.40 36,934.29 37,460.78 37,650.84 38,243.43 2. Hiburan & Rekreasi 3,315.48 3,304.91 3,309.92 3,312.52 3,381.09 3,390.09 3,405.61 3,410.80 3,415.84 3. Perorangan & Rumahtangga 16,196.57 16,563.03 16,999.15 17,195.75 17,365.46 17,565.20 17,864.18 17,890.65 17,957.57 PDRB Migas 3,514,569.93 3,541,574.02 3,592,202.42 3,626,814.95 3,668,608.65 3,782,541.00 3,898,493.21 3,947,083.94 3,977,779.98 PDRB Tanpa Migas 3,108,125.83 3,174,933.98 3,225,496.23 3,266,511.01 3,321,967.98 3,397,317.11 3,461,709.47 3,534,417.83 3,561,651.65

LAPANGAN USAHA2007* 2008*

Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara

Page 143: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)

Tahun 2009**TRW.I TRW.II Trw III TRW IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I

1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 4,866,331.22 5,054,038.84 5,143,526.02 5,362,984.79 5,890,110.21 6,283,403.82 6,623,739.77 6,925,016.75 6,753,058.53

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,178,122.83 1,287,214.26 1,317,634.96 1,401,431.72 1,423,090.35 1,552,700.32 1,646,598.73 1,661,562.58 1,740,379.42

3. Lembaga Swasta Nirlaba 34,490.24 34,972.19 35,270.51 36,840.63 37,006.41 43,313.53 43,956.92 48,822.66 51,666.39

4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 1,333,220.34 1,346,258.56 1,376,069.58 1,458,032.28 1,469,136.49 1,528,691.70 1,550,858.78 1,665,205.57 1,787,308.54

5. Perubahan Stok 188,326.68 190,713.77 193,163.69 211,999.97 215,220.36 234,252.11 242,781.13 254,198.61 272,397.07

6. Ekspor 2,743,266.93 3,152,800.55 3,488,996.14 4,309,260.82 4,395,052.77 5,892,318.72 6,026,406.01 5,921,120.24 6,279,331.98

7. Impor 2,669,885.22 3,272,127.05 3,434,445.33 4,291,832.77 3,870,678.34 4,841,678.99 4,874,250.54 6,899,187.36 7,141,902.18

JUMLAH 7,673,873.03 7,793,871.12 8,120,215.57 8,488,717.43 9,558,938.27 10,693,001.20 11,260,090.81 9,576,739.05 9,742,239.76

Tahun 2008*JENIS PENGELUARANTahun 2007*

Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)

Tahun 2009**

TRW.I TRW.II Trw III TRW IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I

1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 2,486,536.57 2,506,873.23 2,542,451.51 2,649,850.47 2,652,358.72 2,727,745.21 2,820,494.97 2,881,003.20 2,754,885.78

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 652,040.28 653,044.93 665,847.30 704,685.99 712,712.34 717,390.97 757,531.41 760,080.06 760,776.04

3. Lembaga Swasta Nirlaba 17,351.77 17,564.37 17,694.07 18,277.02 18,305.69 18,810.17 19,003.69 20,759.32 21,920.77

4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 565,373.86 568,973.82 577,420.72 608,517.48 611,827.09 620,494.64 627,133.93 662,253.13 647,388.71

5. Perubahan Stok 99,935.64 100,782.53 101,616.12 110,345.96 111,211.14 115,153.58 119,040.19 122,055.65 125,511.07

6. Ekspor 1,572,840.26 1,796,464.19 1,961,121.28 2,353,570.11 2,058,062.35 2,110,946.55 1,943,275.78 1,916,407.45 1,951,505.19

7. Impor 1,879,508.44 2,102,129.05 2,273,948.58 2,818,432.08 2,495,868.69 2,528,000.12 2,387,986.74 2,415,474.88 2,284,207.57

JUMLAH 3,514,569.93 3,541,574.02 3,592,202.42 3,626,814.95 3,668,608.65 3,782,541.00 3,898,493.21 3,947,083.94 3,977,779.98

JENIS PENGELUARANTahun 2007* Tahun 2008*

Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara

Page 144: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Indeks Harga Konsumen (IHK) Jambi

Tahun Dasar 2007=100

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MARI UMUM 103.80 104.09 105.33 105.79 108.37 112.91 114.23 114.65 114.90 114.87 114.79 114.68 115.16 115.92 114.98II BAHAN MAKANAN 109.92 110.78 113.04 114.69 121.20 124.79 128.97 129.56 128.47 127.83 125.64 126.94 129.27 128.65 124.26III. MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK 102.50 102.50 104.84 105.40 106.34 112.57 112.66 113.69 113.77 114.18 116.51 116.76 119.16 120.32 121.00IV. PERUMAHAN 101.71 101.76 101.94 102.24 103.02 106.28 106.78 106.74 108.65 108.92 109.14 109.61 109.63 113.48 113.71V. SANDANG 104.50 105.05 106.38 108.92 107.41 107.98 108.76 108.04 108.21 108.00 108.58 109.47 109.84 112.12 113.25VI. KESEHATAN 99.17 99.23 99.41 99.43 99.68 106.10 106.33 106.33 106.81 106.79 106.82 107.71 107.83 108.12 108.27VII. PENDIDIKAN, REKREASI & OR 101.10 101.10 101.10 101.30 103.72 104.33 105.67 105.67 105.67 105.51 106.30 106.54 106.77 106.83 106.70VIII. TRANSPORT & KOMUNIKASI 100.20 100.26 100.87 99.21 101.67 109.68 109.40 110.17 110.57 110.74 110.66 106.81 103.55 102.06 102.07

2009Uraian 2008

Sumber: BPS Provinsi Jambi

Page 145: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang

bersifat komersil maupun bukan komersil.

Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.

PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.

Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.

Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.

Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.

Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.

Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.

Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.

Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.

Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.

Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.

Page 146: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh

bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank,

seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap

aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing

aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya.

Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot

yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada

perorangan.

Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja

debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit

digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus

(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal

pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari

masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito.

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang

diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama

dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.

Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus

(persistent).

Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-

barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh

pemerintah (misalnya bahan bakar).

Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat

and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga

barang impor dan ekspektasi masyarakat.

Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga

barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya

bergerak sangat volatile (misalnya beras).

Page 147: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar

peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta

yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang

disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro,

nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank

Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia

sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring

debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI

di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.

Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang

dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank

Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless).

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan

terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito).

Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan

beban bunga.

Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari

30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.

Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang

termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah suatu

pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari

tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP

ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin

besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong

Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah

dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus

dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs) adalah rasio

kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total

Page 148: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor

kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross.

Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong

NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva

Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses

penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real

time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat

bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank

Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian

akhirnya dilakukan secara nasional.