i KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur A.Yusnang : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur Lukman Hakim : Kepala Tim PUR dan Operasional SP / Asisten Direktur Zulham Effendi : Analis Ekonomi / Manajer Rivo Mandey : Analis Ekonomi / Asisten Manajer Iona Rombot : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Manado 95117 T: 0431 868102 / 868103 F: 0431 866933 Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/ atau Silahkan mengirimkan email ke: [email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara” serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan
61
Embed
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara 18 Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara 19 Alokasi Belanja APBN Di Sulawesi Utara 20 BAB
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI SULAWESI UTARA
FEBRUARI 2017
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur
Buwono Budisantoso : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur
A.Yusnang : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur
Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur
Lukman Hakim : Kepala Tim PUR dan Operasional SP / Asisten Direktur
Zulham Effendi : Analis Ekonomi / Manajer
Rivo Mandey : Analis Ekonomi / Asisten Manajer
Iona Rombot : Analis / Asisten Manajer
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Jl. 17 Agustus No. 56
Manado 95117
T: 0431 868102 / 868103
F: 0431 866933
Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat:
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai
strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
MISI
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap
perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan
aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang
berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
NILAI-NILAI STRATEGIS
Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork
Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara
VISI
Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kontributif terhadap perekonomian Sulawesi Utara
yang maju dan penting bagi Indonesia, dengan semangat kerja cerdas, ikhlas, dan tuntas.
MISI
1. Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi
kebijakan.
2. Memberikan informasi mengenai perekonomian daerah dan respon kebijakan Bank
Indonesia.
3. Menjalankan fungsi advisory dengan baik.
iii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi
Utara Periode Februari 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank
Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik
setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara
terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu
referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.
Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai
pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku
usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat
ditingkatkan di masa yang akan datang.
Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun
terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan
dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.
Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi
semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.
Manado, Februari 2017
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI UTARA
ttd
Soekowardojo
Direktur
iv
Daftar Isi
VISI DAN MISI BANK INDONESIA ii KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv DAFTAR GRAFIK v
DAFTAR TABEL vii INDIKATOR EKONOMI PROVINSI SULAWESI UTARA viii
RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 5
PDRB – Jenis Penggunaan 5 Konsumsi 5
Investasi (PMTB) 7 Ekspor-Impor 8
PDRB – Kinerja Lapangan Usaha 11 Pertanian, Kehutanan Dan Perikanan 12
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil Dan Sepeda Motor 12 Konstruksi 13
Transportasi 14 Industri Pengolahan 14
Lapangan Usaha Lainnya 16 Box I. Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Di Atas Output Potensial 17
BAB II - KEUANGAN PEMERINTAH 18 Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara 18
Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara 19 Alokasi Belanja APBN Di Sulawesi Utara 20
BAB III - PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 21 Evaluasi Realisasi Inflasi Triwulan IV 2016 21
Arah Perkembangan Inflasi Triwulan I 2017 25 Program Pengendalian Dan Tantangan Yang Dihadapi 28
BAB IV - STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 30 Gambaran Umum Perbankan 30 Akses Keuangan Dan UMKM 31
Ketahanan Korporasi 34 Ketahanan Rumah Tangga 36
Box II. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Sulawesi Utara 40 BAB V - PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 41
Penyelenggaraan Layanan Sistem Pembayaran Nontunai 41 Pengelolaan Uang Tunai 42
BAB VI - KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 45 Ketenagakerjaan 45
Kesejahteraan 46 BAB VII - PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 49
Pertumbuhan Ekonomi 49 Inflasi 50
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 51
v
Daftar Grafik
Grafik 1.1. Konsumsi Rumah Tangga, Indeks Keyakinan Konsumen, dan Kredit Konsumsi Grafik 1.2. Tabungan dan Kinerja Kategori Industri Pengolahan Grafik 1.3. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Grafik 1.4. Kredit Investasi dan Likert Scale Investasi dalam Liaison Grafik 1.5. Nilai Ekspor Grafik 1.6. Volume Ekspor Grafik 1.7. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Grafik 1.8. Nilai Ekspor Grafik 1.9. Harga Komoditas CNO Grafik 1.14. Nilai Impor Grafik 1.15. Produksi Beras Grafik 1.16. Indeks Pembelian Barang Tahan Lama dan Kredit Konsumsi Grafik 1.17. Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Bitung Grafik 1.18. Arus Penumpang di Bandara Sam Ratulangi Grafik 1.19. Produksi Industri Pengolahan Kelapa Grafik 1.20. Kunjungan Wisman Grafik 3.1. Inflasi Bulanan Grafik 3.2. Inflasi dan Andil Oktober 2016 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.3. Inflasi dan Andil November 2016 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.4. Inflasi dan Andil Desember 2016 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.5. Inflasi dan Andil Triwulan IV 2016 (qtq) Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.6. Inflasi Tahunan dan Andil Disagregasi Grafik 3.7. Inflasi Tahunan Core Traded dan Non Traded Grafik 3.8. Inflasi Tahunan Core traded dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Grafik 3.9. Ekspetasi Harga oleh Konsumen Grafik 3.10. Ekspetasi Harga oleh Pedagang Grafik 4.1. Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.2. Perkembangan Indikator Utama Perbankan Grafik 4.3. Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4.4. Pangsa UMKM Grafik 4.5. Pangsa UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara Grafik 4.6. Rasio Jumlah Rekening DPK terhadap Penduduk Angkatan Kerja Grafik 4.7. Rasio Jumlah Rekening Kredit terhadap Penduduk Angkatan Kerja Grafik 4.8. Komposisi Ekspor Sulawesi Utara Grafik 4.9. Lickert Scale Kegiatan Usaha Grafik 4.10. Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.11. Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4.12. Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Lapangan Usaha Dominan Grafik 4.13. Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Sulawesi Utara Grafik 4.14. Persepsi Rumah Tangga Sulawesi Utara terhadap Ekonomi Saat Ini Grafik 4.15. Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi 6 Bulan YAD Grafik 4.16. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Utara Grafik 4.17. Komposisi DPK Sulawesi Utara Grafik 4.18. Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan Grafik 4.19. Komposisi Kredit Konsumsi Grafik 4.20. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Menurut Jenis Penggunaan Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi Kliring SKNBI
Grafik 5.2. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Rp triliun) Grafik 5.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu (Lembar) Grafik 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Agustus (%) Grafik 6.2. Nilai Tukar Petani Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Konsumen 6 Bulan yang Akan Datang
43 44 45 48 49
vii
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Penggunaan Tabel 1.2. Pangsa Jenis Penggunaan Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha Tabel 1.4. Pangsa Lapangan Usaha Tabel 2.1. Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara Tabel 2.2. Anggaran Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara 2016 Tabel 2.3. Alokasi Belanja APBN di Provinsi Sulawesi Utara Tabel 2.4. Alokasi Anggaran Infrastruktur Strategis 2016 Tabel 3.1. Inflasi Januari 2017 Tabel 3.2. Inflasi Komoditas Utama Sulawesi Utara Januari 2017 Tabel 6.1. Keadaan Ketenagakerjaan (Ribu Jiwa) Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Tabel 6.5. TPT Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi (%) Tabel 6.6. Indikator Keadaaan Kesejahteraan
5 5 11 11 19 19 20 20 26 27 45 46 46 46 46 47
viii
Indikator Ekonomi dan Perbankan
Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik
INDIKATORI. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL
A PDB Nasional (yoy) 4.71 4.67 4.73 5.04 4.79 4.92 5.18 5.02 4.94 5.02
B Inflasi Nasional (yoy) 6.38 7.26 6.83 3.35 3.35 4.45 3.45 3.07 3.02 3.02
II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL
Ringkasan Eksekutif Kinerja perekonomian Provinsi Sulawesi Utara menunjukan tren peningkatan... Anggaran pendapatan dan belanja APBD Sulawesi Utara tahun
Perkembangan Ekonomi Makro Kinerja perekonomian Provinsi Sulawesi Utara menunjukan tren meningkat, tercermin dari peningkatan pertumbuhan PDRB Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 sebesar 6,49% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (6,01%). Realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi sejak triwulan II 2014 dan melanjutkan tren peningkatan ekonomi yang berlangsung sejak awal tahun 2016. Peningkatan kinerja perekonomian Sulawesi Utara relatif sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia sebagaimana proyeksi triwulan IV 2016 sebesar 6,43% (yoy)1. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV 2016 tersebut didorong oleh peningkatan ekspor di sisi penggunaan, sementara itu di sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian, konstruksi, transportasi dan jasa keuangan. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 4,94% (yoy) pada triwulan IV 2016. Namun demikian, secara spasial di kawasan Sulawesi, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara masih relatif cukup rendah. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara hanya menempati urutan kelima dibandingkan dengan 6 (enam) provinsi di kawasan Sulawesi atau hanya lebih tinggi dari Sulawesi Tengah. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi tahun 2016 juga tumbuh meningkat, yaitu sebesar 6,17% (yoy) dibanding tahun sebelumnya (6,12%). Realisasi pertumbuhan tersebut menunjukkan sinyal positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang mengalami tren penurunan sejak tahun 2013 hingga 2016. Adapun realisasi pertumbuhan tahun 2016 juga relatif sesuai dengan prakiraan Bank Indonesia yaitu sebesar 6,15% (yoy)2. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun 2016 tersebut didorong oleh peningkatan ekspor di sisi penggunaan, sementara itu di sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja lapangan usaha pertanian, perdagangan, transportasi, penyediaan akomodasi makan minum, dan jasa keuangan. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,02% (yoy) pada tahun 2016. Namun demikian, secara spasial di kawasan Sulawesi, kinerja perekonomian Sulawesi Utara tahun 2016 relatif cukup rendah. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara hanya menempati urutan kelima dibandingkan dengan 6 (enam) provinsi di kawasan Sulawesi atau hanya lebih tinggi dari Sulawesi Barat. Memasuki triwulan I 2017, perkembangan berbagai indikator dan hasil liaison mengindikasikan perekonomian tumbuh melambat dibanding triwulan IV 2016. Pada periode tersebut, ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh 5,9%-6,3% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, melambatnya kinerja perekonomian pada triwulan pertama 2017 dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan komponen ekspor. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan akan disebabkan oleh kinerja kategori pertanian dan kategori-kategori yang merupakan cerminan sektor pariwisata.
Keuangan Pemerintah Anggaran pendapatan APBD Sulawesi Utara tahun 2016 meningkat dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh naiknya pendapatan transfer dari pemerintah pusat, sedangkan PAD Sulawesi Utara mengalami penurunan. Dampak
1 Publikasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara periode November 2016 2 Publikasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara periode November 2016
2
2016 meningkat dibanding tahun sebelumnya... Inflasi tahunan Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 rendah, terkendali dan berada di bawah batas kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia...
menurunnya PAD tersebut menyebabkan rasio kemandirian pendapatan Sulawesi Utara semakin rendah. Di sisi lain, signal positif ditunjukkan oleh realisasi pendapatan yang meningkat dibanding tahun 2015 dan triwulan III 2016. Ketiga sumber pendapatan mengalami peningkatan sehingga mendorong realisasi pendapatan meningkat. Dari sisi belanja, anggaran belanja juga meningkat dibanding periode sebelumnya yang didorong oleh peningkatan anggaran belanja modal dan non-modal. Namun, berdasarkan porsinya, jumlah belanja modal masih relatif kecil dibanding belanja non-modal, sehingga masih terdapat ruang peningkatan bagi pembangunan infrastruktur di Sulawesi Utara. Dalam hal penyerapannya, anggaran belanja terealisasi cukup baik, namun masih di bawah level realisasi 90%. Berbeda halnya dengan realisasi alokasi APBN di Sulawesi Utara, realisasi alokasi APBN masih di bawah level 90%, namun dengan porsi belanja modal yang lebih besar dibanding belanja pegawai. Sementara belanja pegawai terealisasi dengan baik, namun belanja modal khususnya beberapa proyek infrastruktur prioritas belum terealisasi dengan optimal. Untuk meningkatkan realisasi penggunaan anggaran, pemerintah perlu menyiapkan upaya khusus. Hal tersebut cukup penting mengingat banyak proyek infrastruktur strategis yang akan dan sementara dibangun. Upaya yang perlu disiapkan yakni percepatan proses lelang proyek, monitoring realisasi fisik dan anggaran, dan memastikan penyampaian laporan realisasi anggaran tepat waktu, mengingat penyaluran DAK nantinya berdasarkan perkembangan realisasi anggaran. Hal-hal tersebut merupakan bentuk Sulawesi Utara turut ikut dalam semarak pembangunan negeri.
Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi tahunan Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 rendah, terkendali dan berada di bawah batas kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia. Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulawesi Utara yang diwakili Kota Manado mencatat inflasi sebesar 0,35% (yoy), lebih rendah dari triwulan III 2016 (2,28%) dan tahun 2015 (5,56%). Secara bulanan, angka IHK pada bulan Oktober tercatat inflasi yang rendah sebesar 0,01% (mtm), kemudian meningkat tajam pada bulan November sebesar 2,86%, dan pada bulan Desember mencatat deflasi sebesar 1,52%. Adapun realisasi inflasi 0,35% (yoy) tersebut berada di bawah batas sasaran inflasi Bank Indonesia tahun 2016 sebesar 4±1%. Memasuki awal triwulan I 2017, inflasi tercatat cukup tinggi dan mengalami peningkatan. Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulawesi Utara pada bulan Januari 2017 mencatat inflasi sebesar 1,10% (mtm), lebih tinggi dari bulan Desember 2016 (-1,52%). Inflasi bulanan tersebut juga lebih tinggi dari inflasi historis Januari 5 tahun terakhir. Secara tahunan, inflasi bulan Januari 2017 tercatat sebesar 1,63% (yoy), lebih tinggi dari bulan Desember 2016 (0,35%). Melihat realisasi inflasi Januari dan perkiraan inflasi pada Februari dan Maret, Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada triwulan I 2017 sebesar 3,01% (yoy). Perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi pada triwulan sebelumnya (0,35% yoy). Berbagai upaya dilakukan oleh TPID Sulawesi Utara untuk mencapai sasaran inflasi. Pada Oktober 2016, TPID Sulawesi Utara bersama dengan TPID Kab/Kota telah menyepakati Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Utara periode 2016-2019. Fokus pengendalian inflasi akhir tahun menjadi agenda utama TPID Provinsi maupun Kab/Kota pada November dan Desember 2016. Selanjutnya, rapat koordinasi TPID Se-Sulawesi Utara telah dilaksanakan pada Desember untuk membahas pengendalian harga dan ketersediaan bahan pokok strategis menjelang Natal dan Tahun Baru 2017. Untuk tahun 2017, upaya pengendalian inflasi akan dilaksanakan sesuai dengan Roadmap yang telah disusun. Upaya pengendalian inflasi semakin diperkuat melalui penyelarasan program pengendalian inflasi 2017.
3
Kondisi Stabilitas Keuangan Daerah di Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 relatif masih terjaga... Pada triwulan IV 2016, nilai nominal transaksi pembayaran baik nontunai maupun tunai menunjukkan peningkatan
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Kondisi Stabilitas Keuangan Daerah di Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 relatif masih terjaga. Ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih relatif baik seiring dengan berkurangnya tekanan dan potensi risiko pada kedua sektor tersebut. Ketahanan sektor korporasi masih relatif terjaga yang didorong oleh perbaikan kondisi bahan baku meski pada level yang masih relative terbatas untuk industri pengolahan. Hal tersebut mengurangi tekanan akan kerentanan sektor korporasi, melihat pangsa ekspor Sulawesi Utara yang didominasi hasil olahan industri pengolahan. Disisi lain, kondisi sektor rumah tangga yang salah satunya tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKE) masih berada pada level yang optimis (diatas 100) meski menurun dari periode sebelumnya. Penurunan IKE sejalan dengan menurunnya pertumbuhan konsumsi RT pada PDRB periode laporan. Di sisi perkembangan indikator utama perbankan, pertumbuhan DPK tercatat membaik meski masih mencatatkan pertumbuhan negatif. Membaiknya pertumbuhan DPK terutama disebabkan oleh pertumbuhan positif komponen Deposito yang pada periode sebelumnya mencatatkan kontraksi yang cukup dalam, pada triwulan IV 2016 telah tercatat tumbuh positf. komponen Tabungan sebagai komponen utama pembentuk DPK, mengalami perlambatan pertumbuhan meski masih mencatatkan pertumbuhan positif. Di sisi lain, tekanan terhadap penurunan komponen Giro masih terus berlanjut. Dari sisi penyaluran pembiayaan, kredit tercatat tumbuh sebesar 6,32% (yoy) meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,06% (yoy). Secara umum, penyaluran pembiayaan di Sulawesi Utara masih disalurkan ke sektor konsumtif, yang tercermin dari pangsa kredit konsumsi yang mencapai 60,3% dari total kredit yang disalurkan di Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh penyaluran pembiayaan di sektor UMKM, yang menunjukkan perlambatan pada periode laporan. Sektor pariwisata Sulawesi Utara pada beberapa bulan terakhir yang menunjukkan tren perlambatan mengkoreksi penyaluran kredit UMKM, khususnya untuk dua lapangan usaha yang mendominasi kredit UMKM yaitu lapangan usaha perdagangan dan lapangan usaha akomodasi dan makan minum yang erat kaitannya dengan sektor pariwisata. Sementara itu indikator akses keuangan Sulawesi Utara terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami peningkatan, namun demikian dari sisi penyaluran pembiayaan menunjukkan penurunan. Sebagai upaya agar lembaga keuangan/pembiayaan dapat diakses seluruh lapisan masyarakat Sulawesi Utara yang kemudian diharapkan dapat turut pertumbuhan ekonomi yang berkualitas sekaligus mengatasi kemiskinan, dalam beberapa kurun waktu terakhir Bank Indonesia telah melakukan berbagai kegiatan diantaranya memperluas implementasi LKD, memfasilitasi Perjanjian Kerja Sama (PKS) implementasi transaksi pembayaran dan penerimaan Pemda melalui aplikasi kasda online, dan melakukan berbagai sosialisasi dan edukasi GNNT.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Pada triwulan IV 2016, nilai nominal transaksi pembayaran baik nontunai maupun tunai menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi kliring melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan peningkatan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2016. Namun, secara pertumbuhan transaksi SKNBI mengalami perlambatan seiring dengan switching referensi masyarakat untuk menggunakan RTGS dalam bertransaksi akibat perubahan batas bawah nilai transaksi RTGS. Sementara itu, kebutuhan uang kartal di Sulawesi
4
dibandingkan triwulan sebelumnya... Keadaan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara meningkat... Baik perekonomian maupun inflasi Sulawesi Utara, diperkirakan meningkat pada triwulan II 2017...
Utara mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2016. Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun nontunai, Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan dan menyempurnakan kebijakan dan kegiatan penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai serta pengelolaan uang tunai Rupiah. Bank Indonesia melakukan berbagai upaya di Sulawesi Utara seperti kas titipan, kas keliling, pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), pemberantasan uang palsu, Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), Layanan Keuangan Digital (LKD), sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) dan kewajiban penggunaan uang Rupiah serta sosialisasi uang Rupiah Tahun Emisi 2016.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Keadaan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan pada periode Agustus 2016. Hal tersebut tercermin dari penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 6,18% dari 9,03% pada tahun sebelumnya, sehingga jumlah tenaga kerja mencapai 1.111 ribu jiwa dengan penyerapan tenaga kerja periode Agustus 2016 sebanyak 111 ribu jiwa. Penyerapan tenaga kerja terjadi didorong oleh meningkatnya kinerja lapangan usaha pertanian sebagai dampak program pertanian pemerintah dan seiring dengan membaiknya kondisi cuaca. Sejalan dengan keadaan ketenagakerjaan, kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara meningkat yang tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Sulawesi Utara menurun dari 8,98% menjadi 8,20% pada tahun 2016. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari perbaikan pertumbuhan NTP. Selain dampak pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang rendah, meningkatnya kesejahteraan masyarakat juga didukung oleh program pengentasan kemiskinan pemerintah daerah “ODSK”3 menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara.
Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2017 diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan berada pada kisaran 6,0-6,4% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2017. Dari sisi lapangan usaha, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yaitu kinerja pertanian, industri, perdagangan, konstruksi dan sektor pariwisata. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan akan ditopang oleh konsumsi. Untuk keseluruhan tahun 2017, kategori utama Sulawesi Utara masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, terdapat beberapa tantangan dan risiko yang membayangi peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang perlu menjadi perhatian. Pada triwulan kedua 2017, tekanan inflasi Sulawesi Utara diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan triwulan I 2017, namun demikian masih berada dalam rentang target inflasi tahun 2017 4±1%. Inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 3,13±1% (yoy) pada triwulan II 2017. Secara bulanan, inflasi terjadi di bulan Mei dan Juni, sedangkan pada bulan April diperkirakan mengalami deflasi. Namun terdapat beberapa risiko yang tetap perlu menjadi perhatian khususnya kenaikan tarif dan harga komoditas administered prices.
3 OSDK: Operasi Daerah Selesaikan Kemiskinan (Program Gubernur Olly Dondokambey dan Wagub Steven Kandouw)
5
Bab I.
Perkembangan Ekonomi Makro
1.1. PDRB - JENIS PENGGUNAAN
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Utara baik pada triwulan IV 2016
dan keseluruhan tahun 2016 didorong oleh
peningkatan pertumbuhan ekspor.
Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Utara yang lebih tinggi tertahan oleh
perlambatan pertumbuhan konsumsi baik
rumah tangga dan pemerintah serta
perlambatan pertumbuhan investasi.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Penggunaan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan kontribusinya, konsumsi rumah
tangga masih menjadi penopang utama
perekonomian Sulawesi Utara, dengan pangsa
mencapai 45%. Setelah konsumsi rumah
tangga, investasi menjadi penopang ekonomi
Sulawesi Utara dengan pangsa 34%. Adapun
investasi didominasi oleh investasi bangunan
dengan pangsa sebesar 94%. Kemudian,
konsumsi pemerintah memiliki kontribusi
sebesar 17% terhadap ekonomi Sulawesi
Utara.
Tabel 1.2. Pangsa Jenis Penggunaan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Memasuki triwulan I 2017, pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh
melambat dibanding triwulan sebelumnya.
Perlambatan tersebut diperkirakan
disebabkan oleh kinerja ekspor yang
melambat.
1.1.1. Konsumsi
Konsumsi Sulawesi Utara pada triwulan IV
2016 tumbuh melambat dibanding triwulan
sebelumnya. Konsumsi rumah tangga kembali
mengalami perlambatan pertumbuhan,
demikian pula halnya konsumsi pemerintah
kembali mengalami penurunan. Perlambatan
kedua komponen ini menjadi penahan laju
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada
triwulan IV 2016.
Konsumsi rumah tangga yang tumbuh
melambat terkonfirmasi dari hasil Survei
Konsumen Bank Indonesia. Berdasarkan hasil
survei tersebut, Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK) pada triwulan IV 2016 mengalami
penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Perlambatan konsumsi juga
tercermin dari kredit konsumsi yang tumbuh
melambat. Kredit konsumsi perseorangan di
Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 tumbuh
melambat dari 5,93% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi 5,56% pada triwulan IV
2016.
2015 (% yoy)
Total III IV Total
Konsumsi Rumah Tangga 6.37 5.96 5.52 6.27
Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga 0.25 5.60 2.67 4.76
Konsumsi Pemerintah 9.94 (1.50) (6.55) 2.32
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 9.52 5.86 1.62 6.29
Perubahan Inventori (63.28) (34.43) (34.79) (55.37)
Ekspor (11.70) (2.80) 53.37 0.14
Impor (0.88) 18.79 (14.15) 28.53
Net Ekspor Antarprovinsi (0.74) (12.10) 12.41 (7.48)
Total 6.12 6.01 6.49 6.17
Jenis Penggunaan2016 (% yoy)
2015 (%)
Total III IV Total
Konsumsi Rumah Tangga 45.8 44.9 44.0 45.3
Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga 2.0 2.0 2.0 2.0
Konsumsi Pemerintah 17.8 16.7 16.8 17.3
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 34.0 34.0 34.4 34.2
Perubahan Inventori 0.0 0.0 0.0 0.0
Ekspor 14.6 14.3 15.3 14.4
Impor (termasuk net impor antardaerah) 14.2 11.9 12.5 13.2
Total 100.0 100.0 100.0 100.0
Jenis Penggunaan2016 (%)
6
Grafik 1.1. Konsumsi Rumah Tangga, Indeks Keyakinan Konsumen, dan Kredit Konsumsi
Di tengah perlambatan konsumsi, jumlah
tabungan rumah tangga di perbankan umum
Sulawesi Utara juga mengalami perlambatan,
sehingga dapat disimpulkan perlambatan
konsumsi disebabkan oleh tingkat daya beli
masyarakat yang terbatas. Jumlah tabungan
perseorangan di perbankan umum pada
triwulan IV 2016 tercatat sebesar Rp 10,70
triliun, tumbuh melambat menjadi 7,02% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya (12,28%).
Terbatasnya tingkat pendapatan masyarakat
sebagai akibat dari perkembangan harga
beberapa komoditas pertanian yang stagnan
dengan kecenderungan menurun pada akhir
tahun seperti kelapa, cengkih, pala, dan juga
beras. Penurunan harga komoditas-komoditas
tersebut terjadi seiring dengan peningkatan
produksi dan panen raya khususnya komoditas
cengkih. Di samping itu, terbatasnya daya beli
masyarakat tidak terlepas dari belum
normalnya produksi industri pengolahan
khususnya pengolahan ikan di daerah Bitung-
Sulawesi Utara yang berdampak pada
pemberhentian tenaga kerja di industri
tersebut. Kondisi ini terkonfirmasi dari
pertumbuhan kinerja kategori industri
pengolahan yang terus mengalami tren
perlambatan.
Grafik 1.2. Tabungan dan Kinerja Kategori Industri Pengolahan
Dari sisi pemerintah, penurunan konsumsi
pada triwulan IV 2016 terutama disebabkan
oleh penundaan penyaluran anggaran pusat
ke daerah. Penundaan tersebut merupakan
dampak dari penerimaan perpajakan dalam
APBNP 2016 lebih rendah dari yang
ditargetkan. Hal ini menyebabkan persentase
realisasi belanja pemerintah daerah di
Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016
mengalami penurunan. Dampak dari hal
tersebut yaitu terdapat beberapa paket proyek
infrastruktur yang gagal dilelang dan belum
dibayarkan.
Untuk keseluruhan tahun 2016, kinerja
konsumsi rumah tangga dan pemerintah
mengalami perlambatan dibandingkan tahun
sebelumnya. Terbatasnya daya beli
masyarakat seiring penurunan tingkat
pendapatan menjadi faktor penyebab
perlambatan konsumsi sepanjang tahun 2016.
Sementara itu, penundaan penyaluran
anggaran pusat ke daerah menjadi faktor
penyebab perlambatan konsumsi pemerintah
sepanjang tahun 2016.
Memasuki triwulan I 2017, pengeluaran
konsumsi rumah tangga diperkirakan relatif
stabil dengan kecenderungan meningkat,
sedangkan pengeluaran konsumsi
pemerintah diperkirakan tumbuh meningkat
dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan
hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) naik dari 116,1 poin
menjadi 124,3 poin pada Januari 2017.
Peningkatan IKK salah satunya didorong oleh
persepsi peningkatan penghasilan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016
% yoy
Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik
Konsumsi Rumah Tangga dalam PDRB Kredit Konsumsi
Indeks Keyakinan Konsumen
-5
0
5
10
15
20
I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016
% yoy
Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik
Tabungan Kinerja Industri Pengolahan
7
sebagaimana naiknya Upah Minimum Provinsi
(UMP) dari Rp2.400.000 menjadi Rp2.598.000.
Namun, laju pertumbuhan konsumsi rumah
tangga diperkirakan tertahan oleh
perlambatan di sektor pertanian akibat
penurunan produksi seiring curah hujan yang
tinggi pada triwulan I 2017. Selain turunnya
produksi pertanian, berbagai tantangan dan
risiko yang berpotensi menghambat
pengeluaran antara lain kenaikan tarif listrik
sebagaimana pengalihan subsidi tenaga listrik
900 VA yang berlanjut pada bulan Maret.
Sementara itu, konsumsi pemerintah
diperkirakan meningkat seiring dengan
penyaluran anggaran dari pusat ke daerah
serta percepatan pelelangan proyek di awal
tahun.
1.1.2. Investasi (PMTB)
Melemahnya kinerja investasi terutama
disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan
investasi bangunan, sebagaimana 94%
investasi di Sulawesi Utara berupa bangunan.
Perlambatan tersebut tercermin dari
pertumbuhan penjualan semen pada triwulan
IV 2016 yang melambat dibanding triwulan
sebelumnya. Berdasarkan sektornya,
perlambatan terutama disebabkan oleh
investasi sektor pemerintah seiring dengan
penundaan penyaluran anggaran ke daerah.
Hal itu berdampak pada realisasi anggaran
belanja modal mengalami penurunan.
Demikian pula halnya, investasi oleh sektor
rumah tangga juga belum kuat pada triwulan
IV 2016 tercermin dari kredit pemilikan rumah
(KPR) yang tumbuh melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Hal tersebut sejalan
dengan tingkat konsumsi masyarakat yang
cenderung melambat pada triwulan IV 2016.
Adapun penyaluran KPR perbankan di Sulawesi
Utara hingga akhir tahun 2016 sebesar Rp 4,17
triliun.
Grafik 1.3. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Sementara itu, perbaikan investasi mulai
terjadi di sektor swasta, yang tercermin dari
peningkatan kredit investasi pada triwulan IV
2016 dibanding triwulan sebelumnya. Kredit
investasi yang disalurkan oleh perbankan
umum di Sulawesi Utara hingga akhir tahun
2016 sebesar Rp 4,38 triliun. Membaiknya
investasi swasta terkonfirmasi dari likert scale
investasi hasil liaison Bank Indonesia kepada
perusahaan-perusahaan besar di Sulawesi
Utara. Beberapa perusahaan melakukan
investasi berupa pembukaan cabang di
beberapa kabupaten kota di Sulawesi Utara
serta pembelian alat dan mesin dalam rangka
mendukung bisnis. Menurut contact liaison,
investasi tersebut dilakukan untuk
mengantisipasi perbaikan permintaan pada
tahun 2017. Adapun berdasarkan data Badan
Koordinasi dan Penanaman Modal, salah satu
investasi Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) yang besar di Sulawesi Utara pada
triwulan IV 2016 yaitu investasi pada lapangan
usaha kelistrikan yang tercatat sebesar Rp 3,30
triliun seiring dengan gencarnya pembangunan
infrastruktur listrik dalam rangka mendukung
program 35.000 MW pemerintah.
Grafik 1.4. Kredit Investasi dan Likert Scale Investasi dalam Liaison
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0
500,000,000,000
1,000,000,000,000
1,500,000,000,000
2,000,000,000,000
2,500,000,000,000
3,000,000,000,000
3,500,000,000,000
4,000,000,000,000
4,500,000,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016
yoyRupiah
Sumber: Bank Indonesia
KPR Pertumbuhan KPR
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016
yoy
Sumber: Bank Indonesia
Pertumbuhan Kredit Investasi Likert Scale Investasi
8
Untuk keseluruhan tahun 2016, investasi juga
tumbuh melambat dibanding tahun
sebelumnya. Perlambatan terutama
disebabkan oleh penurunan belanja modal
pemerintah seiring dengan penundaan
penyaluran anggaran ke daerah. Dari sektor
swasta, perlambatan investasi seiring dengan
perlambatan ekonomi dunia dan nasional
sehingga berdampak pada pelaku usaha yang
masih wait & see sebelum melakukan
investasi. Sementara itu, sektor rumah tangga
menjadi penahan laju perlambatan investasi
dimana kredit pemilikan rumah (KPR)
mengalami peningkatan pada tahun 2016
dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan KPR
merupakan dampak positif dari pelonggaran
aturan Loan To Value (LTV) pada Juni 2015. KPR
yang disalurkan perbankan umum di Sulawesi
Utara mencapai Rp 4,17 triliun pada akhir
tahun 2016, yang tumbuh sebesar 7,43% (yoy),
meningkat dibandingkan tahun 2015 (7,19%).
Melihat perkembangan terkini, investasi
diperkirakan tumbuh meningkat pada
triwulan I 2017, meskipun dalam level yang
relatif terbatas. Peningkatan didorong baik
oleh pemerintah dan rumah tangga. Dari
sektor pemerintah, berlanjutnya
pembangunan proyek infrastruktur seiring
dengan penyaluran anggaran tahun 2017 serta
penyaluran anggaran yang ditunda pada tahun
2016. Dari sektor rumah tangga, pelonggaran
LTV pada Agustus 2016 akan mulai berdampak
pada permintaan KPR sehingga mendorong
investasi dalam konstruksi perumahan. Hal
lainnya yang diyakini akan mendorong
investasi yaitu program kebijakan ekonomi
yang terus dikeluarkan oleh pemerintah
khususnya dalam upaya perbaikan iklim
investasi dan perizinannya. Namun demikian,
laju pertumbuhan investasi akan tertahan oleh
sektor swasta. Berdasarkan hasil liaison,
pelaku usaha masih pesimis terhadap
pemulihan ekonomi tahun 2017 sehingga
pelaku usaha belum melakukan ekspansi usaha
atau pun investasi yang cukup tinggi. Hal
tersebut diantisipasi oleh kebijakan Bank
Indonesia dalam menetapkan suku bunga
acuan yakni BI 7-day reverse repo rate yang
saat ini masih tetap dipertahankan pada level
4,75% atau dengan stance pelonggaran
moneter. Tingkat suku bunga tersebut
diharapkan mendorong perbankan untuk
menurunkan tingkat suku bunga kreditnya
yang tentu akan berdampak positif bagi
investasi.
1.1.3. Ekspor-Impor Luar Negeri
Nilai ekspor Sulawesi Utara triwulan IV 2016
tumbuh sebesar 24,78% (yoy), meningkat dari
triwulan sebelumnya (-8,13%). Sehingga nilai
ekspor Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016
tercatat sebesar USD 266,96 juta. Berdasarkan
komoditasnya, ekspor Sulawesi Utara triwulan
IV 2016 didominasi oleh lemak dan minyak
hewan/nabati dengan pangsa 57% (USD
152,22 juta), kemudian perhiasan/permata
15% (USD 40,78 juta), serta ikan dan udang 9%
(USD 23,08 juta). Berdasarkan negara
tujuannya, Amerika Serikat merupakan tujuan
utama ekspor Sulawesi Utara dengan pangsa
26% (USD 68,08 juta), kemudian Singapura
dengan pangsa 15,5% (USD 41,26 juta) dan
Belanda dengan pangsa 15,3% (USD 40,82
juta).
Grafik 1.5. Nilai Ekspor
Peningkatan kinerja ekspor Sulawesi Utara
menjadi penopang pertumbuhan ekonomi
pada triwulan IV 2016. Hal tersebut didorong
oleh peningkatan permintaan dari beberapa
negara mitra dagang seiring dengan mulai
membaiknya perekonomian di beberapa
negara tersebut khususnya pada triwulan IV
2016. Peningkatan permintaan terkonfirmasi
dari perbaikan volume ekspor Sulawesi Utara
(0.40)
(0.30)
(0.20)
(0.10)
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000
400,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016
yoyUSD
Sumber: Badan Pusat Statistik
Nilai Ekspor Growth Nilai Ekspor (sb.kanan)
9
pada triwulan IV 2016, sehingga total volume
ekspor tercatat sebesar 208 juta ton. Hal ini
sejalan dengan peningkatan Purchasing
Manufacturing Index (PMI) beberapa negara
importir tersebut pada akhir tahun 2016.
Selain itu, pelemahan nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika Serikat pada triwulan
IV 2016 turut membantu peningkatan ekspor
Sulawesi Utara. Nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika Serikat melemah sebesar
3,82% (yoy) pada triwulan IV 2016, setelah
menguat pada triwulan sebelumnya sebesar
5,18%. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika Serikat pada triwulan IV 2016 yaitu
sebesar Rp 13.248,47/USD. Dari sisi internal,
peningkatan ekspor didorong oleh
ketersediaan bahan baku perkebunan baik
kelapa, cengkih maupun pala seiring dengan
membaiknya cuaca. Meningkatnya produksi
bahan baku tersebut terkonfirmasi dari hasil
liaison kepada pelaku usaha pengolahan
kelapa dan pala. Adapun peningkatan nilai
ekspor terjadi pada tiga komoditas utama
Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 yaitu
lemak dan minyak nabati, perhiasan/permata
serta ikan dan udang. Di sisi lain, harga
komoditas dunia khususnya coconut oil (CNO)
yang merupakan ekspor utama Sulawesi Utara,
menunjukan tren meningkat pada tahun 2016
dan masih tumbuh tinggi pada triwulan IV
2016, meskipun relatif sedikit melambat
(38,3% yoy) pada akhir tahun 2016 dibanding
triwulan sebelumnya (43,4%). Harga CNO pada
triwulan IV 2016 yaitu sebesar USD
1.551,25/MT.
Grafik 1.6. Volume Ekspor
Grafik 1.7. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
Untuk keseluruhan tahun 2016, nilai ekspor
Sulawesi Utara mengalami perbaikan,
meskipun masih tercatat kontraksi. Nilai
ekspor Sulawesi Utara tahun 2016 terkontraksi
sebesar 0,04% (yoy), membaik dibandingkan
kontraksi tahun sebelumnya (-13,21%). Total
ekspor Sulawesi Utara pada tahun 2016
tercatat sebesar USD 1,02 miliar. Berdasarkan
komoditasnya, ekspor tahun 2016 didominasi
oleh lemak dan minyak hewan/nabati (64,95%)
dan perhiasan/permata (12,69%). Berdasarkan
negara tujuannya, Amerika Serikat masih
merupakan negara utama tujuan ekspor
(29,36%), diikuti Belanda (15,50%) dan
Tiongkok (10,24%).
Perbaikan ekspor tersebut mendorong
peningkatan kinerja komponen ekspor dan
pertumbuhan ekonomi tahun 2016. Namun
demikian, peningkatan kinerja ekspor
keseluruhan tahun 2016 berbeda dengan
peningkatan ekspor pada triwulan IV 2016.
Pada keseluruhan tahun, ekspor lebih
didorong oleh perbaikan harga komoditas
dunia khususnya CNO, namun jumlah volume
ekspor Sulawesi Utara mengalami penurunan
sejalan dengan pemulihan ekonomi global
yang belum kuat. Adapun rata-rata harga CNO
pada tahun 2016 yaitu sebesar USD 1.472/MT,
meningkat sebesar 32,46% (yoy) dari USD
1.111/MT di tahun sebelumnya. Sedangkan
volume ekspor tahun 2016 turun sebesar
12,43% (yoy), lebih dalam dari penurunan pada
tahun sebelumnya (-0,74%), sehingga volume
ekspor Sulawesi Utara pada tahun 2016
tercatat sebesar USD 964 juta.
(0.30)
(0.20)
(0.10)
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016
yoyTon
Sumber: Bank Indonesia
Volume Ekspor Growth Volume Ekspor (sb.kanan)
(0.10)
(0.05)
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
10,500
11,000
11,500
12,000
12,500
13,000
13,500
14,000
14,500
I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016
yoyRp/1 USD
Sumber: Bank Indonesia
Nilai Tukar Rupiah thd Dollar AS
Growth Nilai Tukar Rp thd Dollar AS (sb.kanan)
10
Grafik 1.8. Nilai Ekspor
Grafik 1.9. Harga Komoditas CNO
Sementara itu, kinerja impor Sulawesi Utara
mengalami penurunan pada triwulan IV 2016.
Penurunan tersebut tercermin dari
melambatnya nilai impor Sulawesi Utara, yakni
tumbuh 64,03% (yoy), lebih rendah dari tahun
sebelumnya (98,18%). Penurunan pada
triwulan IV 2016 terutama disebabkan oleh
base-effect impor barang konsumsi gandum-
ganduman sebesar USD 6,71 juta pada
triwulan IV 2015 yang menyebabkan
penurunan pada triwulan IV 2016. Impor
gandum-ganduman tersebut merupakan
impor beras yang dilakukan untuk mendukung
ketersediaan bahan pangan utama di Sulawesi
Utara yang pada saat itu mengalami
kekurangan sebagai dampak El Nino 2015.
Apabila impor tersebut tidak diperhitungkan,
maka kinerja impor triwulan IV 2016 akan
mencatat peningkatan kinerja. Berdasarkan
kategorinya, impor barang konsumsi turun
sebesar 93% (yoy) dari 132%, barang bahan
baku melambat menjadi 91% (yoy) dari 135%,
dan barang modal mengalami peningkatan
signifikan sebesar 245% (yoy) dari 47%. Pada
triwulan IV 2016, impor Sulawesi Utara
didominasi oleh impor bahan baku dengan
pangsa sebesar 54%, diikuti impor barang
modal 41%, impor barang konsumsi 1,3% dan
impor komoditi lainnya 3,3%. Berdasarkan
negara asalnya, Tiongkok merupakan negara
eksportir utama ke Sulawesi Utara dengan
pangsa sebesar 38%, diikuti oleh Singapura
(24%) dan Malaysia (13%).
Grafik 1.14. Nilai Impor
Meskipun pada triwulan IV 2016 mengalami
penurunan, namun dalam keseluruhan tahun
2016 kinerja impor meningkat. Peningkatan
tersebut tercermin dari peningkatan nilai
impor Sulawesi Utara tahun 2016 yang tumbuh
sebesar 124,68% (yoy), lebih tinggi dari tahun
sebelumnya (-41,71%). Peningkatan impor
tersebut didorong oleh meningkatnya impor
barang modal yang tumbuh sebesar 420,02%
(yoy), meningkat signifikan dibanding tahun
sebelumnya yang tercatat kontraksi (-73,98%).
Impor barang modal tersebut merupakan
impor mesin kelistrikan yakni boiler yang
digunakan untuk pembangkit tenaga listrik
sejalan dengan pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit 5 dan 6
Lahendong di Tompaso, Kabupaten Minahasa,
Sulawesi Utara selama tahun 2016.
Berdasarkan kategorinya, pada tahun 2016
barang modal mendominasi pangsa impor
yaitu sebesar 53%, diikuti oleh bahan baku 37%
dan barang konsumsi 5%. Berdasarkan negara
tujuannya, sebesar 19% impor berasal dari
Tiongkok, 15% dari Singapura dan 9% dari
Australia.
Berdasarkan perkembangan terkini, kinerja
ekspor Sulawesi Utara pada triwulan I 2017
diperkirakan melambat. Perlambatan
(0.20)
(0.10)
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
-
200,000,000
400,000,000
600,000,000
800,000,000
1,000,000,000
1,200,000,000
1,400,000,000
2013 2014 2015 2016
yoyUSD
Sumber: Badan Pusat Statistik
Nilai Ekspor Growth Nilai Ekspor (sb.kanan)
(0.20)
(0.10)
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
2014 2015 2016
yoyUSD/MT
Sumber: World Bank
Harga Coconut Oil Growth Harga CNO (sb.kanan)
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
1400%
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV
2015 2016
yoyUSD Juta
Sumber: Badan Pusat Statistik
Nilai Impor Pertumbuhan Nilai Impor (rhs)
11
tersebut terutama disebabkan oleh
perkembangan harga komoditas dunia
khususnya CNO yang cenderung masih berada
di level harga akhir tahun 2016, sehingga
secara pertumbuhan harga tersebut relatif
melambat pada triwulan I 2017. Di samping itu,
produksi bahan baku SDA dalam Sulawesi
Utara yang juga belum kuat memengaruhi
kapasitas produksi industri, khususnya dari
perikanan tangkap. Berdasarkan hasil liaison,
pelaku usaha masih pesimis terhadap
pemulihan ekonomi global tahun 2017. Pelaku
usaha di industri pengolahan komoditas
perkebunan dan perikanan menyatakan
bahwa kinerja usaha tahun 2017 masih penuh
risiko. Adapun dalam rangka mendorong
ekspor, Pemerintah Sulawesi Utara
memperkuat sektor primer yaitu lapangan
usaha pertanian yang merupakan sumber
bahan baku bagi industri pengolahan.
Penguatan lapangan usaha pertanian
dilakukan pemerintah terutama melalui
peremajaan tanaman perkebunan. Bank
Indonesia juga mendukung program dan
strategi Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Utara melalui penelitian dan kajian serta
pembentukan klaster yang berorientasi pada
pengolahan komoditas pertanian. Salah satu
penelitian yang dilakukan Bank Indonesia pada
tahun 2016 yaitu penelitian Komoditas Produk
dan Jenis Usaha Unggulan UMKM yang
hasilnya dalam bentuk pemetaan produk dan
jenis usaha unggulan di tiap kabupaten dan
kota di Sulawesi Utara.
1.2. PDRB - KINERJA LAPANGAN USAHA
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV
2016 didorong oleh kategori pertanian,
transportasi yang merupakan cerminan dari
pariwisata, dan jasa keuangan yang
meningkat signifikan. Sementara itu, kategori
utama Sulawesi Utara seperti perdagangan,
konstruksi, dan industri pengolahan
mengalami perlambatan pertumbuhan.
Untuk keseluruhan tahun 2016, pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara didorong oleh
kategori pertanian, perdagangan,
transportasi dan juga jasa keuangan yang
meningkat tinggi. Sementara itu, kategori
konstruksi dan industri pengolahan mengalami
perlambatan pertumbuhan kinerja.
Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan kontribusinya, kategori
pertanian masih menjadi penopang utama
perekonomian Sulawesi Utara, dengan pangsa
mencapai 22%. Setelah pertanian, kategori
perdagangan menjadi penopang ekonomi
Sulawesi Utara dengan pangsa 12%. Kemudian,
ada kategori konstruksi dan transportasi yang
masing-masing memiliki pangsa sebesar 11%
terhadap perekonomian Sulawesi Utara.
Tabel 1.4. Pangsa Lapangan Usaha
Sumber: Badan Pusat Statistik
Memasuki triwulan I 2017, pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh
melambat dibanding triwulan sebelumnya.
Perlambatan ekonomi akan disebabkan oleh
perlambatan kinerja kategori pertanian dan
sektor pariwisata.
2015 (%)
Total III IV Total
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.55 4.29 5.72 3.67
Pertambangan dan Penggalian 8.41 4.71 3.85 4.42
Industri Pengolahan 2.69 1.80 1.45 1.11
Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 15.87 28.56 2.43 17.52
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Provinsi Sulawesi Utara
Jenis Belanja
Postur
Tahun
2016
Pagu Tahun
2016 (Rp
juta)
Realisasi
Tahun 2016
(Rp juta)
%
Realisasi
Tahun
2016
%
Realisasi
Triwulan
III 2016
Belanja Pegawai 27% 2,351,792 2,292,647 97% 97%
Belanja Barang 37% 3,289,410 2,794,155 85% 71%
Belanja Modal 36% 3,191,655 2,360,495 74% 47%
Belanja Bantuan Sosial 0% 14,718 14,485 98% 59%
Total 100% 8,847,575 7,461,782 84% 69%
Infrastruktur Pagu Realisasi % Realisasi
Bendungan 374,720,966,000 304,611,138,565 81%
Jalan (termasuk Pemeliharaan) 806,900,438,000 608,033,793,460 75%
Jalan Tol 423,269,711,000 162,739,431,000 38%
21
Bab III.
Perkembangan Inflasi Daerah
3.1. EVALUASI REALISASI INFLASI
TRIWULAN IV 2016
3.1.1. Inflasi Bulanan (mtm)
Secara bulanan, angka IHK pada bulan Oktober
tercatat inflasi yang rendah sebesar 0,01%
(mtm), kemudian meningkat tajam pada bulan
November sebesar 2,86%, dan pada bulan
Desember mencatat deflasi sebesar 1,52%.
Grafik 3.1. Inflasi Bulanan
Oktober 2016
Pada Oktober 2016, Indeks Harga Konsumen
(IHK) Sulawesi Utara mengalami inflasi yang
rendah yaitu sebesar 0,01% (mtm).
Berdasarkan disagregasinya, inflasi tersebut
disumbang oleh inflasi kelompok administered
prices4 dan core5 masing-masing sebesar 0,13%
dan 0,04%, sedangkan kelompok volatile food6
menjadi penyumbang deflasi (-0,16%)
sehingga menahan laju inflasi bulan tersebut.
Meskipun inflasi pada bulan Oktober 2016
relatif rendah, namun mengalami peningkatan
4 Kelompok administered prices merupakan kelompok barang dan jasa yang tarifnya diatur oleh Pemerintah. 5 Kelompok core merupakan kelompok barang dan jasa selain kelompok administered prices dan volatile food.
dibanding bulan sebelumnya yang tercatat
deflasi sebesar 0,68% (mtm).
Grafik 3.2. Inflasi dan Andil Oktober 2016 Berdasarkan Disagregasi
Rendahnya inflasi pada bulan Oktober 2016
terutama dipengaruhi oleh kelompok volatile
food yang mencatat deflasi sebesar 0,81%
(mtm). Deflasi kelompok volatile food
terutama bersumber dari ketersediaan
pasokan bawang merah dari sentra-sentra
produksi (Bima, Enrekang dan Brebes) di
tengah tingkat permintaan di Sulawesi Utara
yang relatif normal. Selain itu, tomat sayur
menjadi penyumbang kedua deflasi di bulan
ini. Adapun bawang merah dan tomat sayur
secara berturut-turut mencatat deflasi sebesar
20,26% (mtm) dan 2,75% (mtm) pada bulan
Oktober 2016.
Sementara itu, kelompok administered prices
mencatat inflasi sebesar 0,62% (mtm) dan
kelompok core sebesar 0,07% (mtm). Inflasi
kelompok barang dan jasa yang tarifnya diatur
oleh pemerintah disumbang oleh inflasi sub
kelompok energi khususnya inflasi tarif listrik
6 Kelompok volatile food merupakan kelompok barang dan jasa yang harganya cenderung berfluktuatif.
-3%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2014 2015 2016
mtmmtm
Sumber: Badan Pusat Statistik & Bank Indonesia
Total Volatile Food Administered Prices (rhs) Core (rhs)
didukung juga oleh faktor lain antara lain inflasi
harga bahan pangan yang terkendali dan
program pemerintah daerah “ODSK” Operasi
Daerah Selesaikan Kemiskinan yang terbuktif
efektif dalam mengurangi kemiskinan. Apabila
dibandingkan dengan nasional dan provinsi
lain di Kawasan Sulawesi, tingkat kemiskinan
Sulawesi Utara merupakan yang paling rendah,
di bawah Sulawesi Selatan (9,24%) dan
nasional (10,70%), sedangkan tingkat
kemiskinan tertinggi tercatat di Provinsi
Gorontalo dengan tingkat 17,63%.
Tabel 6.6. Indikator Keadaan Kesejahteraan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Perbaikan kesejahteraan khususnya yang
bekerja di lapangan usaha pertanian
terkonfirmasi dari pertumbuhan Nilai Tukar
Petani (NTP). NTP mengalami perbaikan
pertumbuhan dari -2,91% (yoy) pada tahun
2015 menjadi -0,20% pada tahun 2016.
Perbaikan pertumbuhan NTP pada tahun 2016
sejalan dengan perbaikan cuaca yang
mendorong peningkatan produksi komoditas
pertanian. NTP 2014 tercatat sebesar 99,37,
kemudian menurun menjadi 96,48 pada 2015
dan mengalami sedikit penurunan menjadi
96,28 pada 2016 dengan. Memperhatikan
Indikator Sep-15 Sep-16
Tingkat Kemiskinan (%) 8.98 8.20
Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 217.15 200.35
Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) 307.10 318.98
Indeks Kedalaman Kemiskinan 1.539 1.377
Indeks Keparahan Kemiskinan 0.443 0.336
48
tingkat kesejahteraan petani yang masih
berada di bawah batas sejahtera, pemerintah
perlu terus mendorong berbagai program
peningkatan lapangan usaha pertanian.
Grafik 6.2. Nilai Tukar Petani
-4%
-3%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
yoy
Sumber: Badan Pusat Statistik
NTP Pertumbuhan NTP (rhs)
49
Bab VII.
Prospek Perekonomian Daerah
7.1. PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan
II 2017 diperkirakan tumbuh meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
diperkirakan berada pada kisaran 6,0-6,4%
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2017.
Dari sisi lapangan usaha, faktor pendorong
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yaitu
peningkatan kinerja pertanian seiring dengan
membaiknya produksi perkebunan, perikanan
dan pertanian tanaman pangan. Produksi
perkebunan khususnya komoditas kelapa
membaik dampak base effect awal tahun 2016
yang masih dilanda El Nino dari tahun 2015.
Produksi perikanan membaik seiring dengan
perbaikan cuaca dibandingkan triwulan I 2017,
sehingga kegiatan melaut sudah berjalan
lancar. Produksi tanaman pangan juga
membaik seiring dengan perbaikan cuaca serta
program pencetakan sawah dan penyaluran
bantuan alsintan oleh pemerintah. Perbaikan
produksi pertanian mendorong pasokan pada
kategori industri pengolahan yang didominasi
oleh industri makanan dan minuman
khususnya pengolahan kelapa dan ikan.
Perbaikan kinerja pertanian akan mendorong
kinerja perdagangan seiring dengan
meningkatnya sumber pendapatan. Pada
triwulan II 2017, adanya hari raya Idul Fitri juga
akan mendorong aktivitas perdagangan. Hal
tersebut tercermin dari perkembangan Indeks
Ekspektasi Konsumen terhadap kondisi
ekonomi 3 bulan kedepan yang meningkat
pada bulan Januari dan Februari, dibandingkan
bulan Oktober, November dan Desember.
Selanjutnya, kinerja konstruksi juga akan
meningkat seiring dengan dimulainya proyek
pembangunan infrastruktur oleh pemerintah.
Dari rumah tangga, pelonggaran LTV akan
memberikan dorongan untuk pembelian
rumah. Setelah melambat pada triwulan I
2016, kinerja sektor pariwisata, yang tercermin
dari kategori transportasi dan penyediaan jasa
akomodasi dan akmamin akan meningkat
seiring masuknya musim liburan pada bulan
Juni sehingga mendorong kunjungan
wisatawan. Selain itu, pembukaan beberapa
rute baru juga diperkirakan mendorong
kategori transportasi. Rute baru yang dibuka
yaitu Manado-Morotai, Manado-Raja Ampat
dan Manado-Gorontalo.
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi
akan didorong oleh peningkatan konsumsi
rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan
pertumbuhan investasi dan ekspor yang
diperkirakan terbatas. Komponen investasi
akan meningkat seiring dengan pembangunan
infrastruktur oleh pemerintah dan permintaan
pembelian rumah oleh rumah tangga. Namun,
sektor swasta masih menjadi misteri pada
triwulan-triwulan yang akan datang.
Berdasarkan hasil liaison, beberapa pelaku
usaha menyatakan bahwa pesimis terhadap
pemulihan ekonomi global tahun 2017. Hal
tersebut juga diperkirakan akan memengaruhi
perkembangan ekspor ke depan.
Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
-
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
160.0
180.0
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Agu Se
p
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Agu Se
p
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
2015 2016 2017
50
Sementara itu, sepanjang keseluruhan tahun
2017, perekonomian Sulawesi Utara
diperkirakan tumbuh meningkat
dibandingkan tahun 2016. Ekonomi Sulawesi
Utara diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,1-
6,5% (yoy). Proyeksi peningkatan
pertumbuhan didorong oleh berbagai faktor.
Dari sisi lapangan usaha, kategori pertanian,
industri, perdagangan dan konstruksi serta
sektor pariwisata akan mengalami
peningkatan pertumbuhan. Kinerja pertanian
akan terbantu juga oleh pencetakan sawah dan
penyaluran bantuan alsintan oleh pemerintah.
Total sawah yang ditargetkan dicetak tahun
2017 yaitu sebanyak 2.400 ha. Dari sisi jenis
penggunaan, faktor pendorong ekonomi yaitu
konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, dan investasi. Konsumsi rumah
tangga selain ditopang oleh kinerja pertanian,
juga akan ditopang oleh kenaikan UMP tahun
2017.
Di tengah proyeksi peningkatan tersebut,
beberapa faktor risiko baik dari sisi eksternal
maupun internal tetap perlu mendapat
perhatian. Dari sisi eksternal yaitu terbatasnya
pemulihan ekonomi dunia sehingga dapat
menyebabkan permintaan ekspor Sulawesi
Utara ikut tumbuh terbatas. Selain itu, potensi
kuat meningkatnya suku bunga Fed Fund Rate
(FFR) yang dapat berpengaruh pada jumlah
Foreign Direct Investment yang masuk ke
Sulawesi Utara. Masih dari Amerika Serikat,
kebijakan proteksionisme yang diterapkan
berpotensi memengaruhi ekspor Sulawesi
Utara. Dari sisi internal, beberapa risiko
dimaksud antara lain kondisi cuaca yang
semakin tidak pasti atau potensi terjadinya La
Nina pada akhir tahun 2017, potensi
penerimaan pajak atau sumber pendapatan
negara yang rendah, dan masalah pembebasan
lahan yang sering terjadi pada lokasi
pembangunan infrastruktur sehingga
menghambat pembangunan.
Untuk mendukung peningkatan investasi,
Pemerintah Daerah terus berupaya
mengimplementasikan layanan KLIK
(Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi),
pengurusan izin 3 jam, pembangunan
infrastruktur strategis, dan juga bekerja sama
dengan Bank Indonesia dalam pengembangan
Regional Investor Relation Unit (RIRU).
7.2. INFLASI
Pada triwulan kedua 2017, tekanan inflasi
Sulawesi Utara diperkirakan sedikit
meningkat dibandingkan triwulan I 2017,
namun demikian masih berada dalam rentang
target inflasi tahun 2017 4±1%. Inflasi secara
tahunan diperkirakan sebesar 3,13±1% (yoy)
pada triwulan II 2017.
Secara bulanan, inflasi terjadi di bulan Mei
dan Juni, sedangkan pada bulan April
diperkirakan mengalami deflasi. Pada bulan
April 2017, IHK Sulawesi Utara diperkirakan
mengalami deflasi sebesar 0,11% (mtm).
Deflasi tersebut disebabkan oleh turunnya
harga beras seiring dengan musim panen beras
pada bulan Februari hingga Maret 2017. Pada
bulan Mei, inflasi terutama didorong oleh
pengalihan subsidi tarif listrik 900 VA yang
bersifat permanen. Sementara itu, pada bulan
Juni 2017, inflasi akan disumbang oleh tomat
sayur, beras dan paket liburan. Naiknya harga
tomat sayur dan beras disebabkan oleh
peningkatan permintaan seiring dengan
perayaan hari raya Idul Fitri pada bulan Juni
2017.
Terdapat beberapa faktor risiko inflasi lainnya
yang harus diwaspadai pada 2017 antara lain:
(i) Dampak perbaikan ekonomi pada
peningkatan permintaan yang tidak
sepenuhnya dapat direspon; (ii) Potensi
tekanan imported inflation seiring
meningkatnya ketidakpastian global yang
memberi pengaruh pada pergerakan kurs; (iii)
Kondisi cuaca yang tidak menentu; dan (iv)
Tidak optimalnya upaya penguatan
infrastruktur pangan, serta (v) rencana
kenaikan harga LPG dan BBM pada tahun 2017.
51
Daftar Istilah dan Singkatan
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu
mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.
qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
52
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indikator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 juta s/d Rp5 miliar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow dan inflow.
PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.