KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Tim Penyusun Mawardi B.H. Ritonga : Kepala Perwakilan Harry Aginta : Deputi Bidang Ekonomi dan Keuangan Rifki Ismail : Analis Ekonomi Wahyu Baskara S : Analis Ekonomi Dadi Kusumayadi : Analis Ryan Ariefiansyah : Analis (Kantor Perwakilan BI Balikpapan)
100
Embed
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL APBD Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur..... 63 4.2.1 Realisasi Pendapatan ..... 63 4.2.2 Realisasi 4.3 APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara.....
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KAJIAN EKONOMI
DAN
KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
TRIWULAN I 2016
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
Provinsi Kalimantan Timur
Tim Penyusun
Mawardi B.H. Ritonga : Kepala Perwakilan
Harry Aginta : Deputi Bidang Ekonomi dan Keuangan
Rifki Ismail : Analis Ekonomi
Wahyu Baskara S : Analis Ekonomi
Dadi Kusumayadi : Analis
Ryan Ariefiansyah : Analis (Kantor Perwakilan BI Balikpapan)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan
Timur (Kaltim) periode triwulan I 2016 dapat diselesaikan dan disusun dengan baik dan tepat
waktu serta dipublikasikan dan didiseminasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. KEKR
Provinsi Kaltim diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai perwujudan peran Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur dalam memberikan informasi kepada
stakeholders tentang perkembangan ekonomi Kaltim terkini serta prospeknya di triwulan
mendatang.
Analisa pada kajian ini menggambarkan perekonomian daerah Provinsi Kaltim
didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak. Atas seluruh bantuan
tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan
kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan
datang. Kami juga senantiasa mengharapkan kritikan, masukan, dan saran untuk lebih
meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang maksimal di
masa yang akan datang.
Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Kaltim.
Samarinda, Mei 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Mawardi B.H. Ritonga Kepala Perwakilan
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................................. iv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ vii
TABEL INDIKATOR MAKROEKONOMI ......................................................................................... viii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................. x
I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH .................................................................... 1
Pertumbuhan Ekonomi Kaltimra .................................................................................. 1 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha ................................................ 3 1.2
1.2.1 Sektor Pertambangan dan Penggalian ................................................................. 4
1.2.2 Sektor Industri Pengolahan .................................................................................. 7
1.2.3 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ..................................................... 10
1.2.4 Sektor Ekonomi Lainnya ..................................................................................... 14
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengeluaran .................................................... 15 1.3
Inflasi Kota Tarakan .................................................................................................... 41 2.7
III. STABILITAS KEUANGAN DAERAH ................................................................................... 44
Stabilitas Keuangan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara .................................. 44 3.1
Perbankan Kalimantan Timur ..................................................................................... 46 3.2
3.2.1 Penghimpunan Dana Kalimantan Timur ............................................................ 46
3.2.2 Kredit Berlokasi Proyek di Kalimantan Timur ..................................................... 47
3.2.3 Risiko Kredit Kalimantan Timur .......................................................................... 49
iii
3.2.4 Kredit UMKM Kalimantan Timur ........................................................................ 49
Perbankan Kalimantan Utara ..................................................................................... 51 3.3
3.3.1 Penghimpunan Dana Kalimantan Utara ............................................................. 51
3.3.2 Kredit Berlokasi Proyek di Kalimantan Utara ..................................................... 52
3.3.3 Risiko Kredit Kalimantan Utara .......................................................................... 53
3.3.4 Kredit UMKM Kalimantan Utara ........................................................................ 54
Pengelolaan Uang Rupiah .......................................................................................... 54 3.4
BOKS III.1 Potensi Penyaluran Kredit Kalimantan Utara di Tengah Kontraksi Penyaluran Kredit Kalimantan Timur ........................................................................................................ 57
IV. KEUANGAN DAERAH ...................................................................................................... 60
APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur ........................................................... 60 4.1
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA
TRIWULAN I 2016
Pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara
(Kaltimra) triwulan I
terkontraksi lebih dalam
dibandingkan triwulan
sebelumnya sebagai
akibat dari kinerja sektor
pertambangan yang lebih
rendah dan koreksi harga
batubara internasional
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Kondisi ekonomi Kaltimra triwulan I 2016 mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2016,
pertumbuhan tahunan ekonomi Kaltimra terkontraksi -1,3% (yoy),
lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
-0,5% (yoy). Capaian pertumbuhan ekonomi Kaltimra triwulan I
2016 jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 4,9% (yoy). Penurunan
kinerja ekonomi Kaltimra juga tercermin pada pertumbuhan
ekonomi triwulanannya. Dibandingkan dengan triwulan IV 2015
yang tumbuh positif 2,7% (qtq), pertumbuhan ekonomi Kaltimra
triwulan I 2016 mengalami kontraksi -4,4% (qtq).
Sektor pertambangan masih menjadi penyebab utama turunnya
kinerja perekonomian Kaltimra triwulan I 2016. Pemulihan
ekonomi global yang berjalan lambat dan turunnya harga
komoditas internasional berdampak signifikan terhadap kinerja
sektor ini, khususnya pertambangan nonmigas (batubara).
Dominasi sektor pertambangan dalam perekonomian Kaltimra
mengakibatkan multiplier effect terhadap kinerja sektor-sektor
ekonomi lainnya. Dari sisi permintaan, ekspor luar negeri
merupakan penyebab utama kontraksi ekonomi Kaltimra triwulan
I 2016. Pangsa ekspor luar negeri merupakan yang terbesar dari
total perekonomian Kaltimra, mencapai 51,2%. Lebih dari 90%
komoditas yang diekspor ke luar negeri merupakan komoditas
sumber daya alam berupa bahan bakar mineral (kode HS:27).
Ditengah kondisi ekonomi
yang mengalami
Perkembangan Inflasi Daerah
Inflasi Kaltim mereda pada triwulan I 2016. Inflasi Kaltim pada
triwulan I 2016 tercatat 4,94% (yoy), lebih rendah dibandingkan
xi
penurunan, inflasi Kaltim
selama triwulan I 2016
tetap terkendali kearah
sasaran inflasi nasional
didukung meredanya
inflasi pada kelompok
volatile foods dan
penyesuaian kebawah
harga energi (BBM)
triwulan sebelumnya sebesar 5,11% (yoy) namun sedikit lebih
tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat 4,45% (yoy). Di
wilayah Kalimantan, inflasi Kaltim menempati urutan tertinggi
kedua setelah inflasi Kalsel yang sebesar 6,04% (yoy).
Berdasarkan disagregasi, kelompok core inflation menyumbang
inflasi tertinggi. Andil tahunan kelompok core inflation tercatat
sebesar 3,08% (yoy), disusul oleh kelompok administered prices
sebesar 0,94% (yoy) dan terakhir kelompok volatile foods yang
tercatat 0,92% (yoy). Penurunan inflasi Kota Balikpapan triwulan I
2016 merupakan pendorong utama meredanya inflasi Kaltim
pada periode laporan. Inflasi Kota Balikpapan pada triwulan I
2016 sebesar 4,75% (yoy), turun dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 6,26% (yoy). Inflasi tahun kalender Kota
Balikpapan sampai dengan triwulan I 2016 hanya sebesar 0,25%
(ytd). Sementara itu, inflasi tahunan kota Samarinda mengalami
kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya dari 4,24% (yoy)
pada triwulan I 2016 menjadi 5,09% (yoy).
Inflasi Kota Tarakan mengalami kenaikan pada triwulan I 2016
dibandingkan periode sebelumnya. Kota Tarakan mengalami
inflasi sebesar 4,71% (yoy) pada triwulan I 2016, naik
dibandingkan triwulan IV 2015 yang tercatat 3,42% (yoy). Namun
demikian, inflasi Kota Tarakan triwulan I 2016 tercatat lebih
rendah jika dibandingkan dengan inflasi Kaltim sebesar 4,94%
(yoy).
Kondisi stabilitas
keuangan daerah di
Kaltim dan Kaltara masih
mengalami risiko yang
cukup tinggi seiring
perekonomian yang
mengalami kontraksi.
Sementara itu, transaksi
Stabilitas Keuangan Daerah
Kredit yang disalurkan kepada korporasi di Kaltimra mengalami
penurunan sejalan dengan kontraksi perekonomian yang masih
terjadi. Tingkat pertumbuhan kredit di Kaltimra yang cenderung
stagnan disebabkan karena menurunnya kredit yang disalurkan
kepada korporasi sebesar -5,43% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan
kontraksi pertumbuhan yang tengah terjadi pada ekonomi
Kaltimra. Terlebih, pangsa kredit yang disalurkan kepada
korporasi mendominasi total kredit Kaltimra sebesar 56,2%.
xii
tunai di Kaltim dan
Kaltara juga mengalami
penurunan
Namun, peningkatan kredit perseorangan dengan pangsa
terbesar kedua setelah kredit korporasi, mampu menahan laju
penurunan kredit lebih dalam.
Kualitas kredit di Kaltimra secara umum telah mendekati ambang
batas NPL wajar sebesar 4,96%. Risiko kredit tertinggi dicatat oleh
kredit korporasi dengan tingkat NPL mencapai 6,41%.
Transaksi keuangan di Kaltim dan Kaltara yang dikelola oleh KPw
BI Provinsi Kaltim dan KPw BI Balikpapan pada triwulan I 2016
mengalami net inflow. Jumlah uang yang keluar (outflow)
mengalami penurunan pada triwulan laporan, sementara jumlah
uang yang masuk (inflow) mengalami peningkatan, sehingga
secara keseluruhan tercatat net inflow.
Kinerja fiskal pemerintah
daerah di wilayah Kaltim
mengalami peningkatan
di tengah efisiensi
anggaran yang
dilakukan, sementara
kinerja fiskal di wilayah
Kaltara masih rendah
Perkembangan Fiskal Daerah
Kontraksi ekonomi Kaltim tercermin pada kemampuan fiskal yang
lebih ketat. APBD Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim tahun
2016 ditetapkan sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Anggaran pendapatan tahun 2016 turun
-1,9%, dari Rp10,5 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp10,3 triliun
pada tahun 2016. Sementara itu pagu belanja tahun 2016 juga
mengalami penurunan sebesar -3,4%, dari semula Rp11,5 triliun
pada tahun 2015 menjadi Rp11,1 triliun pada tahun 2016.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Keuangan Pemprov
Kaltara, realisasi pendapatan Pemprov Kaltara pada triwulan I
2016 mencapai Rp760 miliar atau 38,4% dari total anggaran
pendapatan TA 2016. Walaupun secara nominal lebih tinggi
dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu,
persentase realisasi pendapatan tersebut yang tercatat 38,4%
lebih rendah dibanding capaian tahun sebelumnya yang mencapai
45%. Namun, penurunan capaian realisasi tersebut bersumber
dari turunnya realisasi pendapatan transfer dari 51,8% pada Tw I
2015 menjadi 34,8% pada tahun ini. Sedangkan capaian realisasi
PAD mengalami peningkatan menjadi sebesar 57,2% dari 38,3%
pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mengindikasikan
xiii
bahwa Pemprov Kaltara terus berupaya menggali potensi PAD
sebagai provinsi termuda di Indonesia.
Kondisi ketenagakerjaan
dan kesejahteraan Kaltim
dan Kaltara mengalami
penurunan pada triwulan
I 2016, sejalan dengan
kondisi perekonomian
Kaltim yang terkontraksi
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kondisi sosial ekonomi daerah terutama kondisi ketenagakerjaan
dan kesejahteraraan secara umum dipengaruhi secara langsung
oleh kondisi perekonomian global yang masih melemah di
berbagai negara termasuk Indonesia khususnya di Kaltim dan
Kaltara.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kaltim yang mengalami
penurunan dari 67,81% menjadi 66,06% pada tahun 2016.
Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami
peningkatan pada Februari 2016 dari 7,17% menjadi 8,86%.
Sementara itu, TPAK Kaltara mengalami penurunan pada Februari
2016, dari 65,7% menjadi 62,96%. Penurunan ini menggambarkan
bahwa penambahan jumlah penduduk dengan usia 15 tahun ke
atas lebih besar dibandingkan penambahan angkatan kerjanya. Di
sisi lain, jumlah pengangguran Kaltara mengalami penurunan
yang tercermin dari TPT yang turun dari 5,79% pada Februari
2015 menjadi 3,92% pada Februari 2016.
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Kaltim pada triwulan I 2016
mengalami penurunan. Kondisi tersebut tercermin dari rata-rata
Nilai Tukar Petani (NTP) selama triwulan I 2016 sebesar 97,51,
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 97.86.
Kondisi serupa terjadi di Kaltara, dimana jumlah penduduk miskin
mengalami sedikit kenaikan dari 39,69 ribu orang pada Maret
2015 menjadi sebesar 40,93 ribu orang pada bulan September
2015.
Kondisi ekonomi global
yang masih “gloomy” dan
prospek harga komoditas
internasional yang belum
Prospek Perekonomian dan Inflasi
Perekonomian Kaltimra tahun 2016 diperkirakan terkontraksi
sedikit lebih dalam dibandingkan tahun 2015 yang terkontraksi -
0,9% (yoy). Penurunan ekonomi Kaltimra tahun 2016 diperkirakan
masih disebabkan oleh lemahnya kinerja sektor ekonomi utama,
xiv
membaik, diperkirakan
akan memberikan
tekanan yang cukup
besar terhadap
pertumbuhan ekonomi
Kaltimra 2016
yaitu sektor pertambangan. Turunnya permintaan batubara dari
negara mitra dagang utama, meningkatnya persaingan di pasar
batubara Asia sebagai dampak dari masuknya batubara Afrika
Selatan, Australia dan Kolombia serta rendahnya harga komoditas
internasional menjadi downside risk bagi perekonomian Kaltim di
tahun 2016.
Untuk keseluruhan tahun 2016, inflasi Kaltim diperkirakan tetap
terkendali dan sesuai dengan target inflasi nasional.
Terkendalinya tingkat inflasi Kaltim didukung oleh perkembangan
harga kelompok volatile foods yang diperkirakan lebih rendah
dibandingkan dengan inflasi tahun sebelumnya. Meredanya
tekanan inflasi Kaltim diperkirakan juga terjadi pada kelompok
core inflation dan kelompok administered prices. Risiko tekanan
inflasi diperkirakan bersumber dari sisi permintaan seiring dengan
meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat pada momen
perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru. Lebih lanjut,
risiko juga berasal dari perkembangan harga energi internasional
yang berdampak pada penyesuaian harga energi domestik.
1
Pangsa thdp
Nasional
Pangsa thdp
Kalimantan
KalBar 1.3 14.8
KalTeng 0.9 10.4
KalSel 1.2 13.7
KalTimra 5.2 61.1
I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimra) triwulan I
terkontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya sebagai akibat dari
kinerja sektor pertambangan yang lebih rendah dan koreksi harga batubara
internasional
Pertumbuhan Ekonomi Kaltimra1 1.1
Laju pertumbuhan ekonomi Kaltimra triwulan I 2016 mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2016, pertumbuhan tahunan ekonomi
Kaltimra terkontraksi -1,3% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi -0,5% (yoy). Capaian pertumbuhan ekonomi Kaltimra triwulan I 2016 jauh lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 4,9%
(yoy) (Grafik I.1). Penurunan kinerja ekonomi Kaltimra juga tercermin pada pertumbuhan
ekonomi triwulanannya. Dibandingkan dengan triwulan IV 2015 yang tumbuh positif 2,7%
(qtq), pertumbuhan ekonomi Kaltimra triwulan I 2016 mengalami kontraksi -4,4% (qtq).
Gambar I.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2016 (yoy)
Sumber: BPS, diolah
Notes:
Gambar I.1 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2016 berdasarkan regional,
sedangkan tabel menunjukkan pangsa perekonomian provinsi di Kalimantan terhadap ekonomi Nasional
dan Kalimantan.
1 BPS Provinsi Kaltim telah merilis angka PDRB Provinsi Kaltim yang terpisah dengan Kaltara
sebagaimana yang tersaji pada Boks I.1. Namun demikian, analisis pada bab ini masih menggunakan PDRB Kaltimra karena masih terbatasnya periode data PDRB Provinsi Kaltim.
Balnustra
▼7,1%
Sulawesi
▼7,5
%
▼NASIONAL 4.9%
Kalimantan
▼1,1
% Maluku & Papua
▼1,2% Jawa
▼5,3%
Sumatera
▼4,2%
2
Sumber: BPS, diolah
Grafik I.1 Pertumbuhan Ekonomi Kaltimra & Nasional
Sumber: BPS, diolah
Grafik I.2 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi di Kalimantan
Di antara provinsi lainnya di wilayah Kalimantan, Kaltimra merupakan provinsi yang
mengalami tekanan ekonomi paling dalam pada triwulan I 2016 (Grafik I.2). Dengan pangsa
lebih dari 50% dari ekonomi Kalimantan, kontraksi pertumbuhan ekonomi Kaltimra triwulan I
berdampak signifikan terhadap ekonomi Kalimantan. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan
triwulan I 2016 tercatat 1,1% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 1,4% (yoy). Perlambatan ekonomi triwulan I tidak hanya terjadi pada ekonomi
Kalimantan, melainkan terjadi di seluruh wilayah Indonesia termasuk pertumbuhan ekonomi
nasional (Gambar I.1).
Sektor pertambangan masih menjadi penyebab utama turunnya kinerja
perekonomian Kaltimra triwulan I 2016. Pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat dan
turunnya harga komoditas internasional berdampak signifikan terhadap kinerja sektor ini,
khususnya pertambangan nonmigas (batubara). Dominasi sektor pertambangan dalam
perekonomian Kaltimra mengakibatkan multiplier effect terhadap kinerja sektor-sektor
ekonomi lainnya. Sebagian besar sektor ekonomi lainnya mengalami perlambatan, bahkan
sektor pertanian, konstruksi dan jasa perusahaan juga terkontraksi pada triwulan I 2016.
Dari sisi permintaan, ekspor luar negeri merupakan penyebab utama kontraksi
ekonomi Kaltimra triwulan I 2016. Pangsa ekspor luar negeri merupakan yang terbesar dari
total perekonomian Kaltimra, mencapai 51,2%. Lebih dari 90% komoditas yang diekspor ke
luar negeri merupakan komoditas sumber daya alam berupa bahan bakar mineral (kode
HS:27). Menurunnya permintaan dari negara mitra dagang utama dan harga komoditas
internasional yang masih belum pulih pada triwulan laporan berdampak pada terkontraksinya
kinerja ekspor luar negeri Kaltimra. Lebih lanjut, net ekspor antar daerah Kaltimra juga
mengalami perlambatan, didorong oleh penurunan ekspor disertai dengan peningkatan impor
antar daerah. Pelemahan ekonomi Kaltimra juga berdampak pada buruknya iklim investasi di
4.9
-1.3
-4
-2
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Nasional PDRB
%yoy
5.95.2
4.0
-1.3 -1.6
1.6
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
KALBAR KALTENG KALSEL KALTIMRA KALTIM KALTARA
%yoy
3
Kaltimra yang tercermin dari pertumbuhan investasi yang mengalami kontraksi pada triwulan I
2016.
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha 1.2
Penurunan kinerja perekonomian Kaltimra triwulan I terutama disebabkan oleh
sektor pertambangan, konstruksi, pertanian dan jasa perusahaan. Menurunnya permintaan
batubara dari negara mitra dagang utama dan harga batubara internasional yang semakin
turun menjadi penyebab utama terkontraksinya pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan.
Lesunya sektor pertambangan sebagai sektor ekonomi utama kemudian mempengaruhi
kinerja sektor konstruksi dan jasa perusahaan yang juga terkontraksi pada periode laporan.
Lebih lanjut, penurunan pertumbuhan sektor pertanian disebabkan karena rendahnya curah
hujan sebagai dampak bencana el Nino yang melanda wilayah Indonesia pada tahun 2015
yang lalu. Sebagian besar sektor ekonomi lainnya seperti industri pengolahan, jasa keuangan,
real estate, administrasi pemerintahan dan jasa lainnya juga mengalami perlambatan pada
triwulan laporan (Tabel I.1).
Tabel I.1 Pertumbuhan Ekonomi Kaltimra Berdasarkan Lapangan Usaha (yoy)
Sumber: BPS, diolah
Di sisi lain, terdapat sektor-sektor ekonomi yang mengalami peningkatan kinerja
pada triwulan I 2016. Sektor ekonomi lainnya yang mengalami peningkatan pada triwulan I
2016 antara lain sektor pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, perdagangan, transportasi,
akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, jasa pendidikan dan jasa kesehatan.
Sektor perdagangan, transportasi, akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi,
jasa pendidikan dan jasa kesehatan merupakan sektor ekonomi yang menjadi penahan laju
penurunan perekonomian Kaltimra. Sektor industri pengolahan, meskipun mengalami
Ditengah kondisi kondisi ekonomi yang mengalami penurunan, inflasi Kalimantan
Timur (Kaltim)2 selama triwulan I 2016 tetap terkendali kearah sasaran inflasi nasional
didukung meredanya inflasi pada kelompok volatile foods dan penyesuaian kebawah
harga energi (BBM)
Kondisi Umum 2.1
Inflasi Kaltim mereda pada triwulan I 2016. Inflasi Kaltim pada triwulan I 2016
tercatat 4,94% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,11% (yoy)
namun sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat 4,45% (yoy) (Grafik II.1).
Di wilayah Kalimantan, inflasi Kaltim menempati urutan tertinggi kedua setelah inflasi
Kalimantan Selatan yang sebesar 6,04% (yoy) (Grafik II.2).
Berdasarkan disagregasi, kelompok core inflation menyumbang inflasi tertinggi.
Andil tahunan kelompok core inflation tercatat sebesar 3,08% (yoy), disusul oleh kelompok
administered prices sebesar 0,94% (yoy) dan terakhir kelompok volatile foods yang tercatat
0,92% (yoy). Inflasi tahunan kelompok core inflation dan volatile foods triwulan I 2016 tercatat
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dengan penurunan terbesar terjadi pada
kelompok volatile foods dari 10,10%% (yoy) menjadi 8,00% (yoy) yang disebabkan oleh koreksi
harga komoditas daging ayam ras yang terus terjadi selama tiga bulan sebagai dampak dari
banyaknya pasokan daging ayam ras di pasaran. Penurunan harga kelompok sandang selama
triwulan I menjadi penyebab turunnya inflasi kelompok core inflation.
2 Sejak tahun 2016, BPS Kaltim telah memisahkan Kota Tarakan dalam rilis inflasi Provinsi Kaltim.
Dengan demikian asesmen inflasi yang dilakukan dalam kajian ini sepenuhnya telah memisahkan Kota Tarakan. Kota Tarakan akan dianalisis secara terpisah pada sub-bab tersendiri.
31
Sumber: BPS, diolah
Grafik II.1 Inflasi Kalimantan Timur & Nasional
Sumber: BPS, diolah
Grafik II.2 Perbandingan Inflasi di Kalimantan
Penurunan inflasi Kota Balikpapan triwulan I 2016 merupakan pendorong utama
meredanya inflasi Kaltim pada periode laporan. Inflasi Kota Balikpapan pada triwulan I 2016
sebesar 4,75% (yoy), turun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,26% (yoy). Inflasi
tahun kalender Kota Balikpapan sampai dengan triwulan I 2016 hanya sebesar 0,25% (ytd).
Sementara itu, inflasi tahunan kota Samarinda mengalami kenaikan dibandingkan triwulan
sebelumnya dari 4,24% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 5,09% (yoy). Inflasi tahun kalender
Kota Samarinda lebih tinggi dibandingkan Kota Balikpapan, yaitu sebesar 1,00% (ytd).
Inflasi Bulanan (mtm) 2.2
Secara rata-rata, inflasi bulanan Kaltim triwulan I 2016 lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya. Selama triwulan I 2016, Kaltim terus mengalami inflasi dengan rata-rata
inflasi bulanan sebesar 0,24% (mtm), lebih rendah dibandingkan rata-rata triwulan
sebelumnya yang tercatat 0,48% (mtm). Penurunan rata-rata inflasi pada triwulan I 2016
terjadi hampir disemua kelompok, kecuali kelompok sandang dan kelompok kesehatan yang
rata-rata inflasinya mengalami kenaikan pada triwulan I 2016.
Tabel II.1 Perbandingan Inflasi Kalimantan Timur Triwulan IV 2015 dan Triwulan I 2016 (mtm)
Sumber: BPS, diolah
4.94
4.45
0
2
4
6
8
10
12
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2013 2014 2015 2016
Kaltim Nasional
%yoy
0
2
4
6
8
10
12
Nasional Kaltim Kalsel Kalbar Kalteng
2013 2014 2015 2016*
%yoy
Okt Nov DesRata-
RataJan Feb Mar
U M U M / T O T A L 0.46 -0.07 1.05 0.48 0.19 0.24 0.23 0.22 ↘
1 Bahan Makanan 0.45 -1.22 3.18 0.80 -0.44 0.65 0.37 0.19 ↘
2 Makanan & Minuman, Rokok dan Tembakau 0.57 0.55 1.04 0.72 1.07 0.54 0.38 0.66 ↘
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan BB 0.16 0.11 0.30 0.19 0.57 -0.13 -0.14 0.10 ↘
Transfer 155,113.21 - 0.0% 157,377.65 ↑ - ↑ 0.0% ↑
Bagi Hasil Pajak ke Kab/Kota/Desa 155,113.21 - 0.0% 157,377.65 ↑ - ↑ 0.0% ↑
URAIAN2015 TW I 2016 TW I
Anggaran Realisasi %
76.6%80.5%
79.2%63.9%
82.9%
95.3%74.1%
81.9%
50.3%
12.9%
87.6%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Smr Bpp Btg Kukar Psr Ppu Ber Kubar Kutim Mahulu Prov
% Realisasi
68
4.4.2 Dana K/L di Kalimantan Utara
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan
Provinsi Kalimantan Timur, pagu belanja APBN yang dialokasikan di wilayah Kaltara untuk
TA 2015 sebesar Rp2,44 triliun. Sampai dengan triwulan I 2016, realisasi belanja APBN di
wilayah Kaltara sebesar Rp248,7 miliar atau 10,2% dari total pagu belanja TA 2016.
Dilihat secara spasial, Provinsi Kaltara mendapat pagu belanja sebesar Rp629,52
miliar atau 25,8% dari total pagu belanja APBN di wilayah Kaltara. Sampai dengan triwulan I
2016, realisasi belanja Pemprov Kaltara mencapai Rp47,21 miliar atau 7,5% dari pagu belanja
TA 2016. Di tingkat kabupaten/kota, Kota Tarakan mendapatkan pagu belanja terbesar
sebesar Rp842,31 miliar, diikuti oleh Kabupaten Bulungan sebesar Rp588,34 miliar. Sampai
dengan triwulan I 2016, Kota Tarakan merupakan kabupaten/kota di Kaltara dengan realisasi
belanja APBN sebesar 12,6% disusul oleh Kabupaten Malinau 12,4% (Grafik IV.7).
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Timur
Grafik IV.7 Realisasi Belanja APBN di Wilayah Provinsi Kalimantan Utara Triwulan I 2016
72.5%
82.3%
65.4%
36.0%
68.4%
78.5%
-
2
4
6
8
10
12
14
Trk Bul Mal Ktt Nnk Prov
% Realisasi
69
V. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
DAERAH
Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan Kalimantan Timur (Kaltim) dan
Kalimantan Utara (Kaltara) mengalami penurunan pada triwulan I 2016, sejalan
dengan kondisi perekonomian Kaltim yang terkontraksi
Ketenagakerjaan 5.1
Kondisi sosial ekonomi daerah terutama kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraraan
secara umum dipengaruhi secara langsung oleh kondisi perekonomian global yang masih
melemah di berbagai negara termasuk Indonesia khususnya di Kaltim dan Kaltara.
5.1.1 Ketenagakerjaan Kalimantan Timur
Berdasarkan data ketenagakerjaan BPS Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), jumlah
angkatan kerja di wilayah Kaltim per Februari 2016 sebesar 1,65 juta jiwa atau naik 0,09% dari
periode yang sama tahun sebelumnya. Angkatan kerja tersebut terdiri dari orang yang bekerja
sebanyak 1,5 juta jiwa, turun 1,73% dari tahun sebelumnya dan orang yang menganggur
sebanyak 146,2 ribu jiwa atau meningkat 23,68% dari tahun sebelumnya. Kenaikan jumlah
angkatan kerja Kaltim periode Februari 2016 tidak diikuti dengan bertambahnya jumlah orang
yang bekerja sehingga jumlah penganguran mengalami peningkatan. Kondisi ini tercermin dari
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kaltim yang mengalami penurunan dari 67,81%
menjadi 66,06% pada tahun 2016. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
mengalami peningkatan pada Februari 2016, dari 7,17% menjadi 8,86% (Tabel V.1).
Penurunan kondisi ketenegakerjaan Kaltim periode Februari 2016 sejalan dengan kondisi
perekonomian Kaltim yang tengah terkontraksi.
Tabel V.1 Angkatan Kerja dan Pengangguran Kalimantan Timur
Sumber : BPS Prov. Kaltim, diolah.
Berdasarkan lapangan usahanya, penyerapan tenaga kerja paling besar terdapat pada
sektor PHR sebesar 27,59%, diikuti oleh sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
sebesar 21,93% dan sektor pertanian dalam arti luas sebesar 20,65% (Tabel V.2).
No Indikator Feb-15 Feb-16
1 Jumlah Angkatan Kerja 1,648,838 1,650,377
Jumlah Bekerja 1,530,591 1,504,133
Jumlah Penganggur 118,247 146,244
2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 67.81 66.06
3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7.17 8.86
70
Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sektor transportasi & komunikasi
merupakan sektor ekonomi dengan penurunan tenaga kerja terbesar mencapai 27,78 ribu
orang atau turun 23,65%, diikuti oleh sektor pertambangan sebanyak 23,86 ribu orang (turun
19,04%) dan sektor jasa kemasyarakatan, sosial & perorangan sebanyak 15,76 ribu orang
(turun 4,56%). Namun demikian, penurunan tenaga kerja di sektor tersebut direspon cukup
baik dengan peningkatan tenaga kerja ke sektor ekonomi lainnya. Sektor ekonomi keuangan,
real estate & jasa perusahaan merupakan sektor ekonomi dengan kenaikan tenaga kerja
paling besar mencapai 27,13 ribu orang atau meningkat 48,60%, diikuti oleh sektor PHR
sebanyak 8,38 ribu orang dan sektor Listrik, Gas & Air sebanyak 5,75 ribu orang. Secara total
serapan tenaga kerja di Kaltim tercatat mengalami penurunan sebesar 1,73% dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel V.2. Ketenagakerjaan Kalimantan Timur Berdasarkan Lapangan Usaha
Sumber : BPS Prov. Kaltim, diolah.
Berdasarkan tingkat pendidikan, Kaltim didominasi oleh tenaga kerja dengan tingkat
pendidikan menengah atas atau SMA/SMK sebesar 36,04%, naik dari tahun sebelumnya
sebesar 34,71%, diikuti oleh tenaga kerja dengan tingkat pendidikan dasar atau SD ke bawah
yang mencapai 32,40%, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 31,12% (Tabel V.3).
Sementara itu, pangsa tenaga kerja dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi atau
universitas sebesar 14,96%, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
14,87%. Kondisi ini menunjukkan bahwa tenaga kerja di Kaltim masih didominasi oleh tenaga
kerja dengan tingkat pendidikan SMA ke bawah. Namun demikian, peningkatan pangsa tenaga
kerja dengan tingkat pendidikan SD kebawah juga diikuti dengan meningkatnya pangsa tenaga
kerja lulusan universitas. Kondisi ini merupakan indikasi adanya peningkatan kualitas
pendidikan tenaga kerja di Kaltim dibandingkan tahun sebelumnya.
Perubahan
Feb-15 Feb-16 Feb-15 Feb-16 (%)
Pertanian dlm arti luas 313,556 310,581 20.49 20.65 -0.95
Pertambangan 125,303 101,448 8.19 6.74 -19.04
Industri 82,280 83,299 5.38 5.54 1.24
LGA 4,863 10,613 0.32 0.71 118.24
Konstruksi 79,184 80,814 5.17 5.37 2.06
PHR 406,562 414,941 26.56 27.59 2.06
Transportasi & Komunikasi 117,445 89,665 7.67 5.96 -23.65
Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 55,826 82,958 3.65 5.52 48.60
Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan 345,572 329,814 22.58 21.93 -4.56
Total 1,530,591 1,504,133 100.00 100.00 (1.73)
SektorShare (%)Jumlah Orang
71
Tabel V.3 Ketenagakerjaan Kalimantan Timur Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber : BPS Prov. Kaltim, diolah.
5.1.2 Ketenagakerjaan Kalimantan Utara
Berdasarkan data ketenagakerjaan yang dirilis oleh BPS Provinsi Kalimantan Utara
(Kaltara), jumlah angkatan kerja per Februari 2016 sebesar 286,7 ribu jiwa atau naik 0,05%
dari periode yang sama tahun sebelumnya. Angkatan kerja tersebut terdiri dari orang yang
bekerja sebanyak 275,5 ribu jiwa yang meningkatn 2,04% dari tahun sebelumnya, dan orang
yang menganggur sebanyak 11,2 ribu jiwa atau turun 32,33% dari Februari 2015. TPAK Kaltara
mengalami penurunan pada Februari 2016, dari 65,70% menjadi 62,96%. Penurunan ini
menggambarkan bahwa penambahan jumlah penduduk dengan usia 15 tahun ke atas lebih
besar dibandingkan penambahan angkatan kerjanya. Di sisi lain, jumlah pengangguran Kaltara
mengalami penurunan yang tercermin dari TPT yang turun dari 5,79% pada Februari 2015
menjadi 3,92% pada Februari 2016 (Tabel V.4).
Tabel V.4. Angkatan Kerja dan Pengangguran Kalimantan Utara
Sumber : BPS Prov. Kaltara, diolah.
Berdasarkan sektor ekonominya, sektor pertanian dalam arti luas menyerap tenaga
kerja paling tinggi sebesar 30,12%, diikuti oleh sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan
perorangan sebesar 20,97% dan sektor PHR sebesar 19,78% (Tabel V.5). Sektor pertanian
dalam arti luas merupakan sektor ekonomi dengan penurunan tenaga kerja terbesar
mencapai 21,62 ribu orang atau turun 20,67% dari periode yang sama tahun sebelumnya,
diikuti oleh sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan sebanyak 6,02 ribu orang (turun
53,34%) dan sektor pertambangan sebanyak 1,19 ribu orang (turun 13,05%). Di sisi lain, sektor
Feb-15 Feb-16 Feb-15 Feb-16
SD Kebawah 476,332 487,306 31.12 32.40
SMP 295,392 249,666 19.30 16.60
SMA / SMK 531,214 542,154 34.71 36.04
Universitas/ Sekolah Tinggi 227,653 225,007 14.87 14.96
Total 1,530,591 1,504,133 100.00 100.00
Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan
Share (%)Jumlah
No Indikator Feb-15 Feb-16
1 Jumlah Angkatan Kerja 286,569 286,702
Jumlah Bekerja 269,976 275,474
Jumlah Penganggur 16,593 11,228
2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 65.70 62.96
3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5.79 3.92
72
PHR merupakan sektor ekonomi dengan kenaikan tenaga kerja paling besar mencapai 13,92
ribu orang atau meningkat 34,32% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, diikuti
oleh sektor industri sebanyak 5,46 ribu orang dan sektor transportasi & komunikasi sebanyak
5,14 ribu orang. Secara total serapan tenaga kerja di Kaltara tercatat mengalami peningkatan
sebesar 2,04% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel V.5. Ketenagakerjaan Kalimantan Utara Berdasarkan Lapangan Usaha
Sumber : BPS Prov. Kaltara, diolah.
Berdasarkan tingkat pendidikan, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan dasar atau
SD ke Bawah memiliki pangsa terbesar mencapai 41,84% dari total tenaga kerja Kaltara, turun
dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 43.97%. Sementara itu, pangsa tenaga
kerja dengan tingkat pendidikan SMA/ SMK mencapai 29,98%, meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 28,18%. Lebih lanjut, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan perguruan
tinggi atau universitas memiliki pangsa sebesar 11,14%, meningkat dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar 10,89% (Tabel V.6)
Tabel V.6. Ketenagakerjaan Kalimantan Utara Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber : BPS Prov. Kaltara, diolah.
Semakin tinggi kompetensi tenaga kerja di suatu wilayah, maka nilai tambah
perekonomian di wilayah tersebut juga akan semakin baik. Oleh karena itu, pemerintah
daerah terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di wilayah Kaltim
Perubahan
Feb-15 Feb-16 Feb-15 Feb-16 (%)
Pertanian dlm arti luas 104,593 82,976 38.74 30.12 -20.67
Pertambangan 9,104 7,916 3.37 2.87 -13.05
Industri 13,918 19,373 5.16 7.03 39.19
LGA 1,313 1,692 0.49 0.61 28.87
Konstruksi 17,508 24,556 6.49 8.91 40.26
PHR 40,566 54,488 15.03 19.78 34.32
Transportasi & Komunikasi 16,307 21,448 6.04 7.79 31.53
Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 11,277 5,262 4.18 1.91 -53.34
Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan 55,390 57,763 20.52 20.97 4.28
Total 269,976 275,474 100.00 100.00 2.04
Share (%)Sektor
Jumlah Orang
Feb-15 Feb-16 Feb-15 Feb-16
SD Kebawah 118,703 115,264 43.97 41.84
SMP 45,786 46,934 16.96 17.04
SMA / SMK 76,080 82,596 28.18 29.98
Universitas/ Sekolah Tinggi 29,407 30,680 10.89 11.14
Total 269,976 275,474 100.00 100.00
Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan
Jumlah Share (%)
73
dan Kaltara melalui pembangunan infrastruktur pendidikan, peningkatan mutu dan
kompetensi guru serta pemerataan akses pendidikan ke daerah-daerah terpencil.
Kesejahteraan 5.2
5.2.1 Kesejahteraan Kalimantan Timur
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Kaltim pada triwulan I 2016 mengalami
penurunan. Kondisi tersebut tercermin dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) selama triwulan
I 2016 sebesar 97,51, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 97,86.
Penurunan NTP didorong oleh turunnya indeks harga yang diterima oleh petani sementara
indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan (Grafik V.3). Penurunan NTP
mengindikasikan bahwa kemampuan petani untuk menukar produk pertaniannya dengan
barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi juga mengalami penurunan.
Secara subsektoral, penurunan NTP terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat,
subsektor hortikultura, dan subsektor tanaman pangan. Di sisi lain NTP subsektor perikanan
dan subsektor peternakan mengalami peningkatan pada triwulan I 2016, namun belum
mampu mendorong NTP Kaltim menjadi lebih baik.
Pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan produktivitas padi melalui
pencetakan lahan sawah baru, bantuan bibit unggul, pupuk dan alat mesin pertanian kepada
petani-petani setempat. Pemda melalui Dinas Pertanian juga berupaya meningkatkan sarana
infrastruktur pertanian, terutama penambahan saluran irigasi pertanian. Lebih lanjut, DPRD
Provinsi Kaltim berkomitmen untuk memberikan prioritas anggaran pada sektor pertanian
dengan alokasi sebesar 15% dari APBD Kaltim setiap tahunnya. Komitmen ini telah
ditandatangani oleh Gubernur Kaltim dan jajaran pemerintah daerah, Universitas
Mulawarman, DPRD Kaltim, DPRD kabupaten/kota. Dengan segala upaya yang dilakukan,
diharapkan produktivitas pertanian akan meningkat dan berdampak pada naiknya
kesejahteraan petani.
74
Sumber: BPS Prov. Kaltim, diolah
Grafik V.3 Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Timur
Sumber : BPS Prov. Kaltim, diolah
Grafik V.4 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Timur
Indikator kesejahteraan lainnya yaitu Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan I
2016 masih menunjukkan optimisme konsumen dengan nilai ITK 102,4 (di atas 100), namun
demikian tingkat optimisme tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 105,9 (Grafik V.4). Penurunan ITK terutama disebabkan oleh indeks pendapatan
pada triwulan I 2016 sebesar 100,36, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
109,06.
Indikator kesejahteraan yang dapat dipantau adalah tingkat kemiskinan. Berdasarkan
data kemiskinan BPS pada September 2015, penduduk miskin di Kalimantan Timur mengalami
sedikit penurunan pada bulan September 2015 sebesar 209,99 ribu orang, dibandingkan
periode sebelumnya Maret 2015 yang tercatat 212,89 ribu orang. Berdasarkan lokasinya,
jumlah penduduk miskin di kota mengalami penurunan dari 86,82 ribu orang pada Maret 2015
menjadi 80,82 ribu orang pada September 2015 sementara jumlah penduduk miskin di
pedesaan mengalami peningkatan dari 126,06 ribu orang pada Maret 2015 menjadi 129,16
ribu orang per September 2015 (Grafik V.5 dan 6).
Sumber: BPS Prov. Kaltim, diolah
Grafik V.5 Jumlah Penduduk Miskin Kalimantan Timur
Sumber : BPS Prov. Kaltim, diolah
Grafik V.6 Persentase Penduduk Miskin Kalimantan
Timur
0
20
40
60
80
100
120
140
160
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
Nilai Tukar Petani Indeks Terima (Rhs) Indeks Bayar (Rhs)
Indeks Indeks
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
IV I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015 2016
ITK Pendapatan Pengaruh Inflasi Tingkat Konsumsi
Indeks
212.9 210.0
86.8 80.8
126.1 129.2
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Mar Sep
2015 2015
Ribu orang
Total Kota Desa
4.0 3.7
10.0 10.1
6.2 6.1
0
5
10
15
20
25
Mar Sep
2015 2015
%
Kota Desa Total
75
5.2.2 Kesejahteraan Kalimantan Utara
Kondisi kesejahteraan masyarakat di Kaltara tidak jauh berbeda dengan kesejahteraan
Kaltim pada triwulan laporan. Penurunan kondisi kesejahteraan Kaltara merupakan tantangan
bagi pemerintah daerah sebuah provinsi baru. Berdasarkan data kemiskinan BPS September
2015, penduduk miskin Kaltara mengalami sedikit kenaikan dari 39,69 ribu orang pada Maret
2015 menjadi sebesar 40,93 ribu orang pada bulan September 2015. Berdasarkan lokasinya,
jumlah penduduk miskin di kota mengalami kenaikan dari 13,05 ribu orang pada Maret 2015
menjadi 13,32 ribu orang pada September 2015. Kondisi serupa juga terjadi pada jumlah
penduduk miskin di pedesaan yang mengalami peningkatan dari 26,64 ribu orang pada Maret
2015 menjadi 27,61 ribu orang per September 2015.
Sumber: BPS Prov. Kaltara, diolah
Grafik V.7 Jumlah Penduduk Miskin Kalimantan Utara
Sumber : BPS Prov. Kaltara, diolah
Grafik V.8 Persentase Penduduk Miskin Kalimantan Utara
39.7 40.9
13.1 13.3
26.6 27.6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Mar Sep
2015 2015
Ribu orang
Total Kota Desa
3.7 3.7
9.5 9.7
6.2 6.3
0
5
10
15
20
25
Mar Sep
2015 2015
%
Kota Desa Total
76
VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Kondisi ekonomi global yang masih “gloomy” dan prospek harga komoditas
internasional yang belum membaik, diperkirakan akan memberikan tekanan yang
cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kaltimra 2016
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Kaltimra4 6.1
Pertumbuhan ekonomi Kaltimra tahun pada triwulan II 2016 diperkirakan akan
mengalami sedikit perbaikan dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi -1,6% (yoy).
Dari sisi pengeluaran, perbaikan tersebut diperkirakan bersumber dari konsumsi rumah
tangga. Dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, diperoleh informasi bahwa sebagian besar
responden optimis terhadap perbaikan ekonomi pada triwulan II 2016. Perbaikan ekonomi
tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga pada momentum
puasa dan menjelang lebaran. Namun, perbaikan konsumsi rumah tangga diperkirakan belum
mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perbaikan pertumbuhan ekonomi
Kaltimra secara keseluruhan. Hal tersebut disebabkan karena kinerja ekspor luar negeri yang
memiliki pangsa besar diperkirakan lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya akibat
penurunan permintaan dari negara-negara mitra dagang utama maupun prospek harga
komoditas internasional yang belum membaik. Sementara itu, dari sisi domestik, konsumsi
pemerintah dan investasi diperkirakan membaik meskipun masih terbatas. Meskipun alokasi
anggaran tidak sebesar tahun sebelumnya, Pemda optimis bahwa pengalokasian anggaran
untuk belanja pegawai, bantuan keuangan kepada kabupaten/kota, dan belanja proyek
multiyears contract diperkirakan tidak akan terganggu. Sementara itu, kinerja investasi pada
triwulan II 2016 diperkirakan masih terbatas seiring dengan pertumbuhan ekonomi Kaltimra
yang mengalami kontraksi di triwulan I 2016. Kondisi tersebut diperkirakan akan membuat
investor cenderung bersikap hati-hati dalam merealisasikan rencana investasinya.
Dari sisi lapangan usaha, perbaikan ekonomi Kaltimra pada triwulan II 2016
diperkirakan didorong oleh beberapa sektor ekonomi tersier. Sektor ekonomi yang
diperkirakan tumbuh positif adalah sektor perdagangan, sektor akomodasi dan sector jasa-
jasa. Sementara itu, kinerja sektor primer diperkirakan masih lesu seiring dengan perkiraan
harga komoditas yang masih rendah.
4 Asesmen prospek perekonomian daerah dalam kajian ini masih menggabungkan data PDRB Kaltim dan
data PDRB Kaltara
77
Dari berbagai kondisi tersebut di atas, pertumbuhan ekonomi Kaltimra pada pada
triwulan II 2016 diperkirakan tumbuh -1,2% s.d. -0,8% (yoy), atau sedikit lebih baik
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, perekonomian Kaltimra tahun 2016 diperkirakan terkontraksi sedikit
lebih dalam dibandingkan tahun 2015 yang terkontraksi -0,9% (yoy). Penurunan ekonomi
Kaltimra tahun 2016 diperkirakan masih disebabkan oleh lemahnya kinerja sektor ekonomi
utama, yaitu sektor pertambangan. Turunnya permintaan batubara dari negara mitra dagang
utama, meningkatnya persaingan di pasar batubara Asia sebagai dampak dari masuknya
batubara Afrika Selatan, Australia dan Kolombia serta rendahnya harga komoditas
internasional menjadi downside risk bagi perekonomian Kaltimra di tahun 2016.
Berdasarkan hasil perhitungan IHEx5 Kaltimra yang dilakukan KPw BI Provinsi
Kaltimra, perkembangan harga komoditas ekspor Kaltimra diperkirakan masih terkontraksi
pada tahun 2016 namun tidak sedalam periode sebelumnya. Namun demikian, saat ini
kinerja ekspor luar negeri Kaltimra tidak hanya dipengaruhi oleh harga komoditas melainkan
juga permintaan dari negara mitra dagang utama. Berkurangnya daya saing batubara
Indonesia yang disebabkan oleh masuknya batubara Afrika Selatan, Australia dan Kolombia ke
dalam pasar Asia memberi tekanan yang lebih besar terhadap perbaikan kinerja ekspor luar
negeri Kaltimra.
Grafik VI.1 Perkiraan Pertumbuhan Indeks Harga Ekspor Kalimantan Timur
p : perkiraan
Lambatnya pemulihan ekonomi negara tujuan ekspor Kaltimra diperkirakan juga
mempengaruhi menurunnya kinerja perekonomian Kaltimra 2016. Berdasarkan rilis
5 Indeks Harga Ekspor (IHEx) Kaltim dihitung dengan membuat indeks komposit dari komoditas ekspor
utama Kaltim dengan menggunakan perkiraan harga yang dirilis oleh IMF. Perhitungan indeks juga disesuaikan dengan memperhatikan bobot ekspor dari masing-masing komoditas terhadap total ekspor Kaltim. Adapun komoditas yang digunakan antara lain batubara, minyak, gas, CPO dan kayu.
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
IIp
IIIp
IVp Ip IIp
IIIp
IVp
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
%, yoy
78
pertumbuhan ekonomi oleh International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic
Outlook periode April 2016, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016 diperkirakan sebesar
3,2% (yoy), lebih rendah 0,2 poin dibandingkan proyeksi pada periode Januari 2016 sebesar
3,4% (yoy). Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara lain yang juga direvisi kebawah adalah
Jepang, dimana pertumbuhan ekonomi tahun 2016 direvisi dari 1,0% (yoy) pada rilis periode
Januari 2016 menjadi 0,5% (yoy) pada rilis periode April 2016. Rencana kenaikan pajak
konsumsi, penguatan nilai mata uang Yen dan lemahnya permintaan dari negara-negara
berkembang diperkirakan menjadi hambatan bagi perekonomian Jepang. Koreksi proyeksi
pertumbuhan ekonomi Jepang juga dikonfirmasi oleh Consensus Forecast edisi Mei 2016 yang
juga merevisi pertumbuhan ekonomi Jepang, dari 1,2% (yoy) menjadi 0,5% (yoy).
Sementara itu, IMF merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2016
yang didorong oleh stimulus kebijakan pemerintah. Meskipun direvisi ke atas dari perkiraan
sebelumnya, namun pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2016 diperkirakan masih
melambat sebesar 6,5% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 6,9% (yoy).
Sementara itu, sektor industri Tiongkok diperkirakan masih terus melemah terutama pada
industri perumahan (real estate) dan industri hulu lainnya yang terkait.
Prospek perekonomian India pada 2016 diperkirakan meningkat dibandingkan
2015. Pertumbuhan ekonomi pada 2016 diperkirakan sebesar 7,5% (yoy), meningkat
dibandingkan tahun 2015 yang tumbuh 7,3% (yoy). Peningkatan ini didorong oleh konsumsi
rumah tangga sebagai dampak rendahnya harga energi dan tingkat pendapatan riil yang lebih
tinggi. Lebih lanjut, perbaikan sentimen dan peningkatan kinerja industri pengolahan akan
menarik investasi swasta sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi India.
Tabel VI.1 Outlook Ekonomi Dunia dan Negara Mitra Dagang Utama Kalimantan Timur
2014 2015 2016 2017 2016 2017 2016 2017 2016 2017
World 3.4 3.1 3.4 3.6 3.2 3.5 3.4 3.7 3.5 4.0
Jepang 0.0 0.6 1.0 0.3 0.5 -0.1 1.2 0.6 0.5 0.5
T iongkok 7.3 6.9 6.3 6.0 6.5 6.2 6.5 6.3 6.5 6.3
India 7.3 7.3 7.5 7.5 7.5 7.5 7.7 7.8 7.6 7.7
ASEAN 4.6 4.7 4.8 5.1 4.8 5.1 4.4 4.6 4.4 4.6
naik proyeksi meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya
stabil proyeksi tidak berubah dibandingkan dengan periode sebelumnya
turun proyeksi menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya
Negara Jan-16 Apr-16 Jan-16 May-16
WEO IMF Consensus ForecastRealisasi
79
Sumber : IMF dan Consensus Forecast
Berdasarkan lapangan usahanya, sektor pertambangan diperkirakan masih menjadi
penyebab utama terkontraksinya perekonomian Kaltimra 2016. Perbaikan harga komoditas
internasional yang terbatas dan meningkatnya persaingan pada pasar batubara Asia
diperkirakan memberi tekanan terhadap sektor pertambangan ke arah yang lebih buruk lagi.
Sektor lainnya yang juga diperkirakan akan mengalami perlambatan adalah sektor pertanian
yang disebabkan karena pergeseran musim tanam dan musim panen akibat faktor cuaca. Di
sisi lain, sektor industri pengolahan, konstruksi dan sektor ekonomi lainnya diperkirakan
tumbuh meningkat sehingga menjadi penahan bagi ekonomi Kaltimra turun ke arah yang lebih
buruk.
Dari sisi pengeluaran, ekspor luar negeri diperkirakan terkontraksi lebih dalam
dibandingkan tahun 2015. Rendahnya output sektor pertambangan sebagai komoditas utama
ekspor Kaltimra dengan pangsa lebih dari 90% menjadi penyebab utama rendahnya kinerja
ekspor luar negeri Kaltimra. Kinerja investasi Kaltimra diperkirakan juga terkontraksi lebih
dalam seiring dengan berkurangnya tingkat kepercayaan investor terhadap kondisi ekonomi
Kaltimra yang saat ini tengah mengalami kemunduran.
Sejak tahun 2011, ekspor batubara sebagai komoditas utama ekspor luar negeri
Kaltimra terkontraksi lebih dari 40%. Penurunan ekspor batubara Kaltimra berawal dari
kebijakan pemerintah Tiongkok untuk mengurangi penggunaan energi fosil melalui kebijakan
green economy-nya. Pada tahun 2015, ekspor batubara Kaltimra ke Tiongkok turun lebih dari
60% dibandingkan ekspor tahun 2011. Selain permalasahan lingkungan, penurunan impor
batubara Tiongkok juga merupakan salah satu upaya pemerintah Tiongkok untuk melindungi
produsen batubara domestiknya. Penurunan ekspor batubara Kaltimra ke Tiongkok sempat
direda oleh peningkatan permintaan batubara dari India yang saat ini tengah melakukan
ekspansi industri besar-besaran di negaranya. Pada pertengahan tahun 2013, volume ekspor
batubara Kaltimra ke India tercatat lebih tinggi dibandingkan ekspor batubara ke Tiongkok.
Namun demikian, ekspor batubara Kaltimra tahun 2015 kembali mengalami tekanan akibat
penurunan permintaan dari negara mitra dagang utama termasuk India. Kondisi ini diperburuk
dengan kondisi harga komoditas internasional yang terus mengalami penurunan dan
masuknya kompetitor batubara ke dalam pasar Asia. Berdasarkan hasil liaison dengan pelaku
usaha di sektor pertambangan dan Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI), dapat
80
disimpulkan bahwa tahun 2016 masih menjadi tahun yang penuh berat bagi sektor
pertambangan.
Di sisi lain, sektor industri pengolahan diperkirakan masih tumbuh positif dan
menjadi penahan utama turunnya pertumbuhan ekonomi Kaltimra. Kinerja positif industri
pengolahan Kaltimra diperkirakan didorong oleh meningkatnya industri nonmigas, terutama
CPO. Munculnya beberapa pabrik CPO baru di Kaltimra sehingga menambah kapasitas
produksi CPO di Kaltimra diperkirakan akan memberikan nilai tambah yang cukup besar dan
signifikan bagi kemajuan ekonomi Kaltimra. Penambahan kapasitas produksi CPO Kaltimra
tahun 2016 diperkirakan sebesar 30% dari kapasitas produksi yang ada saat ini. Ditengah isu
moratorium pembukaan lahan sawit dan kampanye anti CPO yang terjadi di kawasan Eropa,
pemerintah pusat dan daerah terus melakukan upaya-upaya pengembangan industri CPO ini.
Kebijakan peningkatan campuran biodiesel ke dalam minyak solar, pengembangan pabrik
olahan komoditas turunan CPO, pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy yang
berbasis oleochemical terus digalakkan oleh pemerintah. Lebih lanjut, pemulihan harga TBS
dan CPO diyakini mampu mendorong kinerja industri nonmigas di Kaltimra.
Berdasarkan asesmen di atas, maka pertumbuhan ekonomi Kaltimra pada tahun
2016 diperkirakan masih terkontraksi bahkan cenderung lebih rendah dibandingkan tahun
2015. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur untuk keseluruhan tahun 2016 diperkirakan
pada kisaran -1,3% s.d -0,9% (yoy).
Prospek Inflasi 6.2
Di sisi perkembangan harga, inflasi Kaltim pada triwulan II 2016 diperkirakan
mengalami tekanan yang cukup tinggi. Tekanan tersebut berkaitan dengan periode musiman
puasa dan lebaran hingga akhir triwulan II 2016. Selain itu, tekanan juga diperkirakan
meningkat seiring dengan rencana kenaikan tarif listrik.
Tekanan inflasi dari kelompok volatile foods diperkirakan meningkat, terutama
perishable foods. Selain karena dampak La Nina yang masih melanda beberapa kawasan
lumbung pangan, ketersediaan pangan di Kaltim juga masih terkendala persoalan distribusi
yang umumnya berasal dari luar Kaltim. Kondisi tersebut dapat semakin parah jika upaya
penyediaan pasokan pangan pada saat puasa dan mejelang lebaran tidak berjalan dengan
baik.
81
Di lain pihak, tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok administered prices
diperkirakan meningkat. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah menaikkan tarif listrik
golongan tempat tinggal dengan daya sebesar 900 Kwh. Selain itu, periode lebaran juga
mendorong adanya kenaikan untuk tarif angkutan udara.
Berdasarkan perkembangan di atas, inflasi Kalimantan Timur pada triwulan II 2016
diperkirakan sebesar 4,90 s.d. 5,30% (yoy), atau sedikit meningkat dibandingkan inflasi pada
triwulan I 2016 yang mencapai 4,94% (yoy).
Untuk keseluruhan tahun 2016, inflasi Kaltim diperkirakan tetap terkendali dan
sesuai dengan target inflasi nasional. Terkendalinya tingkat inflasi Kaltim didukung oleh
perkembangan harga kelompok volatile foods yang diperkirakan lebih rendah dibandingkan
dengan inflasi tahun sebelumnya. Meredanya tekanan inflasi Kaltim diperkirakan juga terjadi
pada kelompok core inflation dan kelompok administered prices. Risiko tekanan inflasi
diperkirakan bersumber dari sisi permintaan seiring dengan meningkatnya tingkat konsumsi
masyarakat pada momen perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru. Lebih lanjut, risiko
juga berasal dari perkembangan harga energi internasional yang berdampak pada
penyesuaian harga energi domestik.
Tekanan inflasi pada kelompok volatile food diperkirakan lebih rendah dibanding
tahun sebelumnya. Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas infrastruktur
konektivitas sehingga proses distribusi barang tidak mengalami gangguan. Saat ini, arus
barang dari luar Kalimantan yang masuk ke wilayah Kaltim melewati Balikpapan (Pelabuhan
Kariangau) dan Samarinda (Pelabuhan Palaran). Pemerintah daerah dan otoritas pelabuhan
juga terus melakukan kerjasama untuk memperlancar proses distribusi barang di Kaltim,
diantaranya adalah prioritas sandar bagi kapal yang mengangkut bahan makanan, perluasan
lapangan penumpukan peti kemas di TPK Palaran dan peningkatan kualitas jalan yang dilewati
oleh truk-truk pengangkut barang dari pelabuhan menuju kawasan pergudangan. Selain itu,
pemerintah daerah bekerjasama dengan Bank Indonesia melakukan pengembangan kluster-
kluster ketahanan pangan di wilayah Kaltim, khususnya untuk komoditas-komditas yang
seringkali menjadi penyebab utama inflasi di Kaltim.
Pergerakan inflasi kelompok core inflation pada tahun 2016 diperkirakan cukup
terkendali. Meredanya tekanan inflasi salah satunya disebabkan oleh belum kuatnya
permintaan dari masyarakat di tengah kondisi perekonomian yang sedang terkontraksi.
82
Namun demikian terdapat beberapa komoditas yang diperkirakan menjadi sumber utama
penyumbang inflasi dari kelompok ini antara lain sewa rumah dan makanan jadi.
Pada kelompok administered prices, tekanan inflasi pada tahun 2016 diperkirakan
menurun dibanding tahun sebelumnya. Penurunan inflasi kelompok administered prices
merupakan dampak dari penyesuai harga energi yang terus dilakukan pemerintah sebagai
respon dari tren harga komoditas internasional yang belum pulih.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, ekspektasi masyarakat
terhadap kenaikan harga barang dan jasa tahun 2016 terlihat lebih stabil. Sejak tahun 2015,
ekspektasi masyarakat terhadap harga barang periode 3 (tiga) dan 6 (enam) bulan yang akan
datang cenderung lebih stabil. Kondisi ini menjadi salah satu cerminan bahwa ekspektasi
masyarakat Kaltim terhadap harga barang di masa yang akan datang tetap terkendali (Grafik
VI.2).
Grafik VI.2 Ekspektasi Harga 3 dan 6 bulan ke depan
p : perkiraan
Berdasarkan asesmen diatas, inflasi Kaltim tahun 2016 diperkirakan sesuai dengan
target inflasi nasional, yaitu pada kisaran 4+1% (yoy).
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Harga 3bln yad. Harga 6bln yad.
Indeks
83
DAFTAR ISTILAH
Administered Price
Kelompok komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Clean Money Policy
Kebijakan Bank Indonesia untuk menarik uang tidak layak edar dan memusnahkannya serta
menyediakan uang layak edar bagi masyarakat.
Cummulative to Cummulative
Perbandingan antara data kumulatif satu tahun dengan kumulatif satu tahun sebelumnya.
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional.
Dana Alokasi Umum (DAU)
Merupakan salah satu transfer dana Pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan
memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana yang dihimpun perbankan dari masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito.
Ekspor-Impor
Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar
provinsi.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
84
Imported inflation
Kelompok komoditas yang harganya dipengaruhi perkembangan harga di luar negeri.
Indeks Ekspektasi Konsumen
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6
bulan mendatang dengan skala 1-100.
Inflasi
Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).
Liaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif
yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi
mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan
didokumentasikan dalam bentuk laporan.
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang dihimpun (giro,
tabungan dan deposito).
Loan to Value Ratio (LTV)
Adalah rasio dalam analisis kredit yang mengukur cakupan jaminan melalui perbandingan
jumlah total kewajiban peminjam kepada bank terhadap nilai agunan total.
Month to month (mtm)
Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Non Performing Loan (NPL)
Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan klasifikasi
kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas
aktiva produktif.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.
Pertumbuhan Ekonomi
Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau
tahunan).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
85
Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu
wilayah tertentu.
Purchasing Managers Index (PMI)
Merupakan indeks gabungan dari berbagai indikator bertujuan untuk mengukur tingkat
produksi, mendeteksi tekanan inflasi dan aktivitas perindustrian.
Quarter to quarter (qtq)
Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Volatile Food
Kelompok barang konsumsi masyarakat yang pergerakan harganya harganya bergerak sangat
volatile (misalnya bahan makanan / beras).
Year on year (yoy)
Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.