1 MAKALAH KAJIAN TENTANG EKOLOGI TUMBUHAN DAN EKOLOGI HEWAN Disusun oleh Nama : Retmonando Nim : 34 2008 046 Kelas/ semester : A/ V(Lima) Program studi : Pendidikan biologi Mata kuliah : Ekologi Tumbuhan dan Hewan Dosen Pengasuh : Dra. Yetti Hestiana, M.Si. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
disini tersaji pembahasan tentang pengertian ekologi, pembahasan individu, populasi, vegetasi, ekosistem dan biosfer, jenis2 adptasi dan masih banyak lagi... selamat membaca.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
MAKALAH
KAJIAN TENTANG EKOLOGI TUMBUHAN DAN EKOLOGI HEWAN
Disusun oleh
Nama : Retmonando
Nim : 34 2008 046
Kelas/ semester : A/ V(Lima)
Program studi : Pendidikan biologi
Mata kuliah : Ekologi Tumbuhan dan Hewan
Dosen Pengasuh : Dra. Yetti Hestiana, M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2
KAJIAN MENGENAI
EKOLOGI TUMBUHAN DAN EKOLOGI HEWAN
1. SEJARAH PERKEMBANGAN EKOLOGI
� Ekologi mempunyai perkembangan yang berangsur-angsur sepanjang sejarah. Namun
sejarah perkembangannya kurang begitu jelas.
� Catatan Hipocratus. Aristoteles, dan filosof lainnya merupakan naskah2 kuno yang berisi
rujukan tentang masalah2 ekologi... belum diberi nama ekologi.
� Dimulai pada abad ke-16 dan ke-17, dari natural history ke satu ilmu yang sistematik,
analitik dan obyektif mengenai hubungan organisme dan lingkungan.
� Istilah EKOLOGI baru dikemukan oleh seorang ahli Biologi Jerman : Earns Haeckel (1834-
1919) pada tahun 1860.
� Sekitar tahun 1900, ekologi diakui sebagai ilmu dan berkembang terus dengan cepat. Apalagi
di saat dunia sangat peka dengan masalah lingkungan dalam mengadakan dan memelihara
mutu peradaban manusia.
� Dewasa ini, ekologi menjadi ”bintang” diantara cabang ilmu (bukan hanya penunjang).
Prinsip-prinsip ekologi dapat menerangkan dan memberikan ilham dalam mencari jalan untuk
mencapai kehidupan yang layak. Apalagi sejak timbulnya gerakan kesadaran lingkungan di
seluruh dunia mulai tahun 1968, berupa a.l. :
� penghematan sumber daya,
� penghematan energi
� masalah pencemaran udara
� pencemaran air
� pencemaran tanah,
� degradasi/kerusakan hutan, dsb.
� Adanya masalah globalisasi lingkungan akan mengakibatkan perhatian semakin mendalam
kepada EKOLOGI.
1.1. DEFINISI EKOLOGI
Berasal dari bahasa Yunani, Oikos = rumah atau tempat hidup. Logos = ilmu.
EKOLOGI :
� ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup,
� ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungan,
� ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang dan manusia dengan
lingkungan dimana mereka hidup, bagaimana kehidupannya dan mengapa mereka ada di situ,
3
� secara harfiah, ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok
organisme terhadap lingkungannya...apa yang ada, apa yang terjadi di alam, tidak melakukan
percobaan.
� Menurut Odum dan Cox (1971), ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan
fungsi ekosistem atau alam dimana manusia adalah bagian dari alam. Struktur mencirikan
keadaan sistem tersebut. Fungsi menggambarkan hubungan sebab akibatnya. Jadi pokok
utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.
� Pada dasarnya, ekologi adalah ilmu dasar yang tidak mempraktekkan
sesuatunya�tempat mempertanyakan dan menyelidik, berkaitan dengan berbagai
ilmu pengetahuan yang relevan dengan kehidupan (peradaban) manusia.
� Seorang yang belajar ekologi sebenarnya bertanya tentang berbagai hal, sbb. :
� Bagaimana alam bekerja
� Bagaimana suatu species beradaptasi dalam habitatnya
� Apa yang mereka perlukan dari habitatnya itu untuk dapat
dimanfaatkan guna kelangsungan hidupnya
� Bagaimana mereka mencukupi kebutuhannya akan unsur hara
(materi) dan energi
� Bagaimana mereka berinteraksi dengan species lainnya
� Bagaimana individu-individu dalam spesies itu diatur dan berfungsi
sebagai populasi
� Ekologi merupakan disiplin ilmu baru dari biologi yang merupakan mata
rantai fisik dan proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara
ilmu alam dan ilmu sosial (Odum, 1977).
1.2. Hubungan Ekologi dengan ilmu lain
� Ekologi dan ekonomi punya banyak persamaan. Dalam ekologi, yang dipakai dalam
transaksi adalah materi, energi dan informasi, bukan uang seperti dalam ekonomi
� Ekologi = ekonomi alam
� Dalam pengelolaan lingkungan pandangan kita bersifat antropsentris, melihat
permasalahannya dari sudut kepentingan manusia
� Manusia tidak cukup memperhatikan materi, energi dan informasi. Dalam kehidupan
modern, arus uang-lah yang lebih penting
� Ekologi penting, tapi bukan satu-satunya masukan untuk mengambil keputusan dalam
permasalahan LH. Lainnya : ekonomi, teknologi, politik, dan sosial budaya
4
� Ekologi adalah salah satu komponen dalam sistem pengelolaan lingkungan hidup
yang harus ditinjau bersama dengan komponen lain untuk mendapatkan keputusan
yang seimbang.
� Dalam hal ini, EKOLOGI-lah yang menjadi titik pusat perhatian.
2. ASPEK EKOLOGI TUMBUHAN
Ekologi tumbuhan meliputi tiga aspek pokok, yaitu: Agronomi; Fisiologi Tanaman;
Klimatologi Pertanian.
Ketiga aspek ekologi Tumbuhan itu merupakan suatu kelompok ilmu pertanian, yang
satu sama lainnya mempunyai hubungan timbal balik. Factor fisik seperti sinar matahari,
perubahan suhu, ketersediaan air, dan factor metereologi lainnya merupakan kajian
klimatologi yang langsung berpengaruh terhadap aspek fisiologis tanaman. Aspek-aspek
fisiologis tanaman sebagai pengaruh factor lingkungan akan merupakan suatu
pertimbangan untuk mengelola tanaman, agar diperoleh produksi yang maksimum. Oleh
sebab itu, ketiga ilmu ini merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan
dikaji tersendiri dan harus merupakan suatu kesatuan.
3. Sejarah dan perkembangan Ekologi Tumbuhan
3.1.Sejarah Ekologi Tumbuhan
Sesungguhnya sangatlah sulit untuk menelusuri kapan kajian ekologi dimulai,
meskipun bila ditinjau dari peristilahannya, telah diperkenalkan oleh seorang ekologiwan
Jerman yang bernama Ernest Haeckle (1866). Ekologi berasal dari kata Latin “oekologie”
yang berasal dari kata oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti kajian atau ilmu.
Jadi ekologi berarti kajian organisme di habitatnya atau di tempat hidupnya. Menurut
Ernest Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu
kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut C. Elton
(1927) ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam (natural
history) secara ilmiah, dan menurut Andrewartha (1961) ekologi adalah ilmu yang
membahas penyebaran (distribusi) dan kemelimpahan organisme. Sedangkan Eugene P.
Odum (1963) menyatakan bahwa ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur dan
fungsi alam. Charles J. Krebs (1978) menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang
mengkaji interaksi-interaksi yang menentukan penyebaran dan kemelimpahan organisme.
5
Sekarang definisi ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi makhluk hidup
dengan lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya, bagaimana lingkungan mempengaruhinya,
dan bagaimana makhluk hidup merespon pengaruh tersebut. Sedangkan interaksinya
dengan sesama biotik menyebabkan terjadinya simbiotik dari berbagai makhluk hidup.
Kajian ekologi komunitas berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang
dipelopori oleh Braun-Blaunquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh para ahli
lainnya. Mereka tertarik untuk mempelajari komposisi, struktur, dan distribusi dari
komunitas. Kutub lainnya di Amerika, seperti Cowles (1899), Clements (1916), dan
Gleason (1926) yang mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas tumbuhan.
Sedangkan Shelford (1913,1937), Adams (1909), dan Dice (1943) di Amerika dan Elton
di Inggris mengungkapkan hubungan timbal balik antara tumbuhan dan hewan.
Pada saat yang bersamaan perhatian terhadap dinamika populasi juga banyak
dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis dikembangkan oleh Lotka (1925), dan
Voltera (1926) menstimuli pendekatan secara eksperimen. Pada tahun 1940-an dan 1950-
an Lorenz dan Tinbergen mengembangkan konsep-konsep tingkah laku yang bersifat
instink dan agresif. Sedangkan tingkah laku sosial dalam regulasi populasi dikembangkan
oleh Wynne dan Edward (1960) secara mendalam di Inggris.
Berdasarkan penemuan-penemuan dari Darwin (1859) dan Wight (1931) ekologi
berkembang kearah kajian genetika populasi, kajian evolusi, dan adaptasi. Leibig (1840)
mengkaji pengaruh lingkungan nonbiotik terhadap organisme, sehingga ekologi
berkembang ke arah eko-klimatologi dan ekofisiologi.
3.2. Perkembangan Ekologi Tumbuhan
Ahli-ahli ekologi tumbuhan mencoba menemukan faktor-faktor yang men-dukung
dan berperanan dalam kehidupan vegetasi. Mereka terus menerus mencoba melakukan
penelitian ke arah yang lebih baik, sebagaimana ahli biologi lainnya dengan mengikuti
perkembangan kemajuan bidang kimia dan fisika, seperti ditemukannya DNA, ikatan
hidrogen dan partikel sub atom dan lain-lain. Manusia selalu berusaha untuk mengetahui
hasil penemuan yang sudah ada, dan dalam rangka untuk menggali penemuan yang akan
datang. Ahli ekologi tumbuhan sangat berkeinginan untuk mengetahui hubungan yang
lengkap antara tumbuhan yang satu dengan yang lainnya dan dengan lingkungannya.
Secara lebih mendasar, ekologiwan tumbuhan ingin menjawab beberapa perta-nyaan
seperti; Bagaimana tumbuhan mengatasi masalah dispersal, perke-cambahan pada tempat
6
yang cocok, kompetisi, nutrien dan pembebasan energi? Bagaimana tumbuhan dapat
bertahan terhadap keadaan yang kurang baik atau yang membahayakan, seperti api,
banjir, kemarau panjang dan lain-lain? Bagaimana tumbuhan dapat menjelaskan
keberadaannya, kekuatan tumbuh dan jumlahnya pada masa yang lalu, sekarang dan masa
yang akan datang pada habitat mereka?
Dengan mengembangkan pertanyaan tersebut di atas, maka banyak sekali informasi yang
bisa digali dari hubungan sesama tumbuhan dan dengan lingkungannnya. Ada
ekologiwan yang tertarik kepada masalah-masalah yang bersifat mendasar dalam
melakukan deskripsi vegetasi, tetapi ada juga ekologiwan yang yang tertarik pada
masalah penerapan informasi dasar tersebut, sehingga memunculkan ekologi terapan.
Ekologiwan tumbuhan terapan banyak dikenal sebagai manajer penggembalaan ternak,
rimbawan atau agronomiwan. Mereka berusaha untuk mengetahui bagaimana tumbuhan
beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga tumbuhan tersebut dapat tetap berada pada
habitatnya.
Peletak dasar ekologi tumbuhan adalah Friedrich Heinrich Alexander von Humbolt
(1769-1859) ahli botani. Ia banyak meneliti tentang botani, dan memperkenalkan term
assosiasi, fisiognomi, hubungan antara distribusi tipe vegetasi dengan faktor-¬faktor
lingkungan seperti elevasi, ketinggian, dan temperatur. Humbolt juga dikenal sebagai
tokoh geografi tumbuhan. Anton Kerner von Marilaun (1831-1898) dikenal setelah dia
menerbitkan hasil penelitiannya yang berjudul Plant Life of the Danube Basin (1863),
dengan tuntas ia menjelaskan pengertian dari suksesi. August Grisebach (1814-1879)
telah melakukan perjalanan yang luas dan telah mendeskripsikan lebih dari 50 tipe-tipe
vegetasi utama dalam term fisiognomi modern. Ia menjelaskan hubungan distribusi
tumbuhan dengan faktor-faktor lingkungan. Tokoh biologi lain yang mempunyai
kontribusi dalam perkembangan ekologi tumbuhan adalah Oscar Drude (1890 dan 1896),
Adolf Engler (1903), George Marsh (1864), Asa Gray (1889) dan Charles Darwin yang
terkenal dengan bukunya Origin of Species.
Ekologi tumbuhan berkembang dengan cepat setelah beberapa ahli botani juga tertarik
meneliti ekologi tumbuhan. Johannes Warming (1841-1924) berhasil mengidentikasi
2600 spesimen tumbuhan dan menulis sebuah buku tentang vegetasi ( 1982), dimana di
dalamnya diuraikan tentang geologi, tanah dan iklim, tipe-tipe vegetasi dan komunitas,
dominan dan subdominan, nilai adaptasi bermacam-macam life form, pengaruh api
terhadap komposisi komunitas dari suksesi serta fenologi dari komunitas dan taxa.
Andreas Franz Wilhelm Shimper (1856-1901) ahli botani Jerman, ia menerbitkan buku
7
yang berjudul Plant Geography on a Physiological Basis (1898 dan 1903), sebagai
pemula ekofisiologi. Selanjutnya Jozep Paczoski (1864-1941) dan Leonid Ramensky
(1884-1953) telah menulis hal-hal yang berkenaan dengan fito-sosiologi dan fitocoenocis.
Clinton Hart Merriam (1855-1942) dari Universitas Columbia, juga telah melakukan
ekspedisi yang panjang dalam melakukan penelitian vegetasi dalam hubungannya dengan
zona elepasi. Ahli ekologiwan yang sangat terkenal Frederick Edward Clements (1874-
1945) besar sekali sumbangannya terhadap kemajuan Ekologi Tumbuhan. Pada tahun
1898 ia telah menerbitkan sebuah karya yang berjudul The Phytogeography of Nebraska.
Ia juga banyak menulis keadaan vegetasi di Amerika Utara, tentang formasi dan suksesi,
varian lokal dan lain-lain.
Sejak tahun 1925, ekologi tumbuhan terus berkembang dengan pesat, hal ini ter-jadi
karena sumbangan yang sangat besar dari para ekologiwan dari Eropa dan Amerika. Di
antara ekologiwan tersebut adalah Henry Gleason yang tahun 1926 dengan panjang lebar
menulis tentang asosiasi dan komunitas tumbuhan. Ekofisiologi telah dikembangkan
sekitar tahun 1940 dan 1950 an.
dari tahun 1940 an sampai 1970 an telah pula mengembangkan sinekologi. Di Eropa,
Christen Raunkier telah mengembangkan klasifikasi life form dan metode sampling
vegetasi. Tokoh yang juga besar andilnya dalam pengembangan ekologi tumbuhan adalah
Josias Braunn-Blanquet (1884-1980) yang mengembangkan metode sampling komunitas,
reduksi data, dan nomenklatur asosiasi.
Spesialisasi Ekologi Tumbuhan
Ekologi tumbuhan dapat dianggap sebagai suatu spesialisasi dalam ekologi. Beberapa
ilmuwan dan pendidik mengeritik pembagian ekologi ke dalam ekologi tumbuhan dan
hewan, alasannya pembagian tersebut artitisial dan merusak pengertian ekosistem itu
sendiri (suatu ekosistem adalah keseluruhan komunitas tumbuhan, komunitas hewan dan
lingkungan dalam wilayah khusus atau habitat).
Kita semua pada hakekatnya adalah spesialis, dengan cara ini terjadi kemajuan yang
lebih pesat. Seseorang tidak dapat menguasai semua bidang ekologi, dengan demikian
biarlah terbagi menjadi ekologi tumbuhan dan ekologi hewan. Pembagian ini juga dilihat
dari perbedaan struktur, tingkah laku dan fungsi antara hewan dan tumbuhan yang sangat
berbeda, sehingga banyak prinsip ekologi tumbuhan tak dapat diterapkan begitu saja ke
dalam prinsip ekologi hewan, begitu juga sebaliknya.
Pembagian ekologi menjadi ekologi hewan dan tumbuhan secara artifisial ini bukan
8
berarti kita harus mengurangi spesialisasi, tetapi mendorong kita untuk selalu
mengadakan komunikasi satu sama lain sehingga mengurangi kesenjangan antara ekologi
tumbuhan dan ekologi hewan.
3.1. Sinekologi (Ekologi komunitas)
Sinekologi berkembangan dari Geografi Tumbuhan, yang mengkaji pada tingkat
komunitas. Sinonim dari Sinekologi adalah Ekologi komunitas, Filososiologi, Geobotani,
Ilmu Vegetasi dan Ekologi Vegetasi. Sinekologi mengkaji komunitas tumbuhan dalam
hal:
1. Sosiologi Tumbuhan, yaitu deskripsi dan pemetaan tipe vegetasi dan komunitas.
2. Komposisi dan struktur komunitas
3. Pengamatan dinamika komunitas, yang mencakup proses seperti transfer nutrien dan
energi antar anggota, hubungan antagonistis dan simbiotis antara anggota, dan proses, dan
suksesi (perubahan komunitas menurut waktu).
4. Mencoba untuk mendeduksi tema evolusioner yang menentukan bentuk komunitas
secara evolusioner.
3.2 Autekologi (Ekologi Spesies)
Bagian dari ekologi tumbuhan yang mengkaji masalah adaptasi dan tingkah laku
spesies atau populasi dalam kaitannya dengan lingkungannya. Sub divisi dari autekolgi
meliputi demekologi (spesiasi), ekologi populasi dan demografi (pengaturan ukuran
populasi), ekologi fisiologi atau ekofisiologi, dan genekologi (genetika).
Autekologi mencoba untuk menjelaskan mengapa suatu spesies dapat terdistribusi.
Bagaimana sifat fenologi, fisiologi, morfologi dan tingkah laku atau genetik dari suatu
spesies yang sukses terus pada suatu habitat. Mereka mencoba menggambarkan
bagaimana pengaruh lingkungan pada tingkat populasi, organismik dan sub organismik.
Autekologi dapat bergerak ke dalam spesialisasi lain.
2. ASPEK EKOLOGI HEWAN
2.1. Ekologi dan Konsep Ekologi Hewan
Hal-hal yang dihadapi dalam ekologi sebagai suatu ilmu adalah organisme, kehadirannya
dan tingkat kelimpahannya di suatu tempat serta faktor-faktor dan proses-proses
penyebabnya. Dengan demikian, definisi-definisi tersebut jika dihubungkan dengan ekologi
9
hewan dapat disimpulkan bahwa Ekologi Hewan adalah suatu cabang biologi yang khusus
mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan biotic dan abiotik secara
langsung maupun tidak langsung meliputi sebaran (distribusi) maupun tingkat kelimpahan
hewan tersebut.
Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang
melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang
ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta faktor-faktor penting yang
menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan organisme-organisme dan ekosistem-
ekosistem itu dalam mempertahankan keberadaannya. Berbagai faktor dan proses ini
merupakan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam menyusun permodelan, peramalan
dan penerapannya bagi kepentingan manusia, seperti; habitat, distribusi dan kelimpahannya,
makanannya, perilaku (behavior) dan lain-lain.
Setelah mempelajari dan memahami hal-hal tersebut, maka pengetahuan ini dapat kita
manfaatkan untuk misalnya, memprediksi kelimpahannya dan menganalisis keadaannya serta
peranannya dalam ekosistem, menjaga kelestariannya serta kegiatan lainnya yang
menyangkut keberadaan hewan tersebut. Sebagai contoh, kita mempelajari salah satu jenis
hewan mulai dari habitatnya di alam, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, prilakunya,
dan lain-lain. Setelah semua dipahami dengan pengamatan dan penelitian yang cermat dan
teliti, maka pengetahuan itu dapat kita manfaatkan misalnya dalam menjaga kelestariannya di
alam dengan menjaga keutuhan lingkungan, habitat alaminya,memprediksi kelimpahan
populasinya kelak, menganalisis perannya dalam ekosistem, membudidayakannya serta
kegiatan lainnya dengan mengoptimalkan kondisi lingkungannya menyerupai habitat aslinya.
Adapun ruang lingkup ekologi hewan dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu; Synekologidan
Autekologi. Synekologi adalah materi bahasan dalam kajian atau penelitiannya ialah
komunitas dengan berbagai interaksi antar populasi yang terjadi dalam komunitas tersebut.
Contohnya; mempelajari atau meneliti tentang distribusi dan kelimpahan jenis ikan tertentu di
daerah pasang surut. Autekologi adalah kajian atau penelitian tentang species, yaitu
mengenai aspek-aspek ekologi dari individu-individu atau populasi suatu species hewan.
Contohnya adalah meneliti atau mempelajari tentang seluk beluk kehidupan lalat buah
(Drosophila sp.), mulai dari habitat, makanan, fekunditas, reproduksi, perilaku, respond an
lain-lain.
Menurut Ibkar-Kramadibrata (1992) dan Sucipta (1993), secara garis besar pokok
bahasan dalam ekologi hewan mencakup hal berikut ini;
10
a. Masalah distribusi dan kelimpahan populasi hewan secara local dan regional, mulai tingkat
relung ekologi, microhabitat dan habitat, komunitas sampai biogeografi atau penyebaran
hewan di muka bumi.
b. Masalah pengaturan fisiologis, respon serta adaptasi structural maupun perilaku terhadap
perubahan lingkungan.
c. Perilaku dan aktivitas hewan dalam habitatnya.
d. Perubahan-perubahan secara berkala (harian, musiman, tahunan dsb) dari kehadiran,
aktivitas dan kelimpahan populasi hewan.
e. Dinamika pop[ulasi dan komunitas serta pola interaksi-interaksi hewan dalam populasi dan
komunitas.
f. Pemisahan-pemisahan relung ekologi, species dan ekologi evolusioner.
g. Masalah produktivitas sekunder dan ekoenergetika.
h. Ekologi sistem dan permodelan.
Dengan demikian ruang lingkup Ekologi Hewan meliputi obyek kajian individu/organisme,
populasi, komunitas sampai ekosistem tentang distribusi dan kelimpahan, adaptasi dan
perilaku, habitat dan relung, produktivitas sekunder, sistem dan permodelan ekologi.
2.3. Peranan Ekologi hewan Bagi Manusia
Manusia adalah organisme heterotrof di bumi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin maju menyebabkan manusia mengeksplorasi, mengolah dan memanfaatkan segala
sesuatu yang ada di lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dengan
mudah mengubah kondisi lingkungannya sesuai keinginannya. Dengan keberhasilannya ini
dengan mudah menyebabkan laju peningkatan populasi manusia yang relative tinggi (2%)
pertahun.
Makin meningkatnya pemanfaatan sumberdaya yang diperlukan manusia telah
menyebabkan makin menciutnya luas lingkungan alami dan makin bertambahnya lingkungan
buatan. Akibat kegiatan manusia tersebut adalah pencemaran lingkungan oleh limbah
buangan industri, kelangkan dan kepunahan species berbagaim organisme, terjadinya
perubahan pola cuaca maupun iklim, semakin lebarnya lubang ozon, timbulnya berbagai jenis
penyakit yang berbahaya dan lain-lain. Manusia kini dihadapkan pada 2 tantangan, yaitu; 1)
menjaga kelestarian ketersediaan sumberdaya, 2) memelihara kondisi lingkungannya.
Menghadapi kedua tantangan tersebut, ekologi sangat berperan, misalnya penelitian-
penelitian yang menghasilkan pemahaman mengenai berbagai aspek ekologi dari suatu
populasi, komunitas ataupun ekosistem sehingga faktor-faktor penting dapat diketahui
11
dengan tepat serta menghasilkan peramalan yang lebih akkurat. Hal ini dapat mendukung
upaya-upaya yang akan dilakukan manusia, karena adanya acuan yang lebih baik untuk
mencegah terjadinya perubahan-perubahan maupun kerusakan yang dapat merugikan kondisi
lingkungan serta menjaga kesinambungan ketersediaan sumberdaya agar lestari dan
pemanfaatannya dapat berkelanjutan.
Ekologi hewan bagi manusia cukup penting artinya dalam memberi nilai-nilai terapan
dalam kehidupan manusia. Manfaat tersebut terutama menyangkut masalah-masalah
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kesehatan, serta pengolahan dan konservasi
satwa liar. Kisaran toleransi dan faktor-faktor pembatas telah banyak diterapkan dalam
bidang-bidang tersebut. Konsep-konsep tersebut juga telah melandasi penanganan berbagai
masalah seperti pengendalian hama dan penyakit, penggunaan berbagai species hewan
tertentu sebagai indicator menunjukkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan, hubungan
predator mangsa dan parasitoid – inang, vector penyebar penyakit, pengelolaan dan upaya-
upaya konservasi satwa liar yang bersifat insitu (pemeliharaan di habitat aslinya) maupun
exsitu ( pemeliharaan di lingkungan buatan yang menyerupai habitat aslinya) dan lain-lain.
Banyak masalah-masalah yang terpecahkan dengan mempelajari ekologi hewan yang
senantiasa berlandaskan pada konsep efisiensi ekologi.
2.4. Aplikasi Konsep Ekologi Hewan
Dalam perkembangannya ekologi telah mengalami diversivikasi dengan lahirnya
cabang-cabang ilmu ekologi lainnya yang lebih spesifik, dengan materi yang terbatas, khusus
dan mendalam yang didasarkan atas kelompok organisme, misalnya; Ekologi Tumbuhan,
Ekologi hewan, Ekologi Parasit, Ekologi Gulma, Ekologi Serangga, ekologi Burung dan
lainnya.
Ekologi Hewan, bahasannya memerlukan pemahaman mengenai aspek-aspek biologi
lainnya juga menyangkut matematika dan statistika. Sebenarnya konsep, asas ataupun
generalisasi dalam ekologi hewan telah banyak memberikan nilai-nilai terapan yang cukup
dalam kehidupan manusia sehari-hari, terutama dalam bidang-bidang pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, kesehata dan pengolahan maupun konservasi satwa liar. Penerapan
ekologi makin penting dengan semakin diperlukannya upaya-upaya manusia dalam
memelihara ketersediaan sumberdaya serta kualitas lingkungan hidup yang
berkesinambungan.
Dalam bidang pertanian, perkebunan dan peternakan, konsep kisaran toleransi dan
faktor pembatas serta dalam masalah pengendalian populasi hama dan penyakit (Biological
12
Control). Dengan konsep ekologi hewan juga telah melandasi penggunaan berbagai species
hewan tertentu sebagai species indicator yang menunjukkan terjadinya perubahan kondisi
lingkungan, sudah tercemar atau belum. Konsep lain dalam bidang pertanian dan kesehatan
adalah hubungan predator mangsa dan parasitoid inang. Dalam upaya meningkatkan hasil
produk ikan maupun ternak, pengelolaan satwa liar baik yang bersifat insitu (pemeliharaan di
habitat aslinya) maupun exsitu (pemeliharaan di lingkungan buatan) seluruhnya berazaskan
dan berlandaskan efisiensi ekologi dan azas-azas ekologi.
3. STRUKTUR ORGANISASI KEHIDUPAN
3.1. INDIVIDU
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang
pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia.
Dalam mempertahankan hidup, setiap jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup
yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri
terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut,
organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk.
3.2. POPULASI
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu disebut
populasi Misalnya, populasi pohon kelapa di kelurahan Tegakan pada tahun 1989 berjumlah
2552 batang.
Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini
disebut dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus
perubahan jumlah dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi.
Ada beberapa faktor penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi. Dari alam
mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, sedangkan dari
manusia misalnya tebang pilih. Populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk
kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik ini
antara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas),
potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas dan mortalitas
merupakan penentu utama pertumbuhan populasi.
Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk
organisme yang dapat bergerak, misalnyahewan dan manusia.
13
Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa
didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah
terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih
organisme, sehingga populasi akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan
meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah
populasi. Populasi hewan atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu
menyolok. Pertambahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis
dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama.
3.3. KOMUNITAS (VEGETASI)
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara
komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
3.4. EKOSISTEM
Istilah ekosistem pertama kali diperkenalkan oleh A.G. Tansley seorang ahli ekologi
berkebangsaan Inggris.
Ciri ekosistem adalah sebagai berikut,
· Memiliki sumber energi yang konstan, umumnya cahaya matahari atau panas
bumi pada ekosistem yang ditemukan di dasar laut yang dangkal.
· Populasi makhluk hidup mampu menyimpan energi dalam bentuk materi
organik.
· Terdapat daur materi yang berkesinambungan antara populasi dan
lingkungannya.
· Terdapat aliran energi dari satu tingkat ke tingkat yang lainnya.
Contoh ekosistem diantaranya,
_ Ekosistem alami, hutan
_ Ekosistem binaan, agroekosistem
_ Ekosistem buatan, aquarium
14
3.4.1. Komponen Ekosistem
a. Komponen Biotik
Ekosistem adalah suatu sistem yang saling terkait antara organisme
hidup dan organisme tak hidup atau lingkungan fisiknya.
Merupakan bagian hidup dari lingkungan, termasuk seluruh populasi yang berinteraksi
dengannya. Contoh dampak faktor biotik pada suatu lingkungan adalah penyerbukan bunga
oleh angin. Komponen biotik apat dibagi berdasarkan fungsinya, adalah
· Produsen, semua makhluh hidup yang dapat membuat makanannya
sendiri.
Contohnya: makhluk hidup autotrof, seperti tumbuhan berklorofil.
· Konsumen, semua makhluk hidup yang bergantung pada produsen
sebagai sumber energinya.
Berdasarkan jenis makannya konsimen
dibagi menjadi:
_ Herbivor, konsumen yang memakan tumbuhan
Contohnya:sapi, kambing, dan kelinci.
_ Karnivor, konsumen yang memakan hewan lain.
Contohnya: harimau, serigala, dan macan.
_ Omnivor, konsumen yang memakan tumbuhan dan hewan.
Contohnya: manusia dan tikus.
· Dekomposer atau pengurai, semua makhluk hidup yang memperoleh
nutrisi dengan cara menguraikan senyawa-senyawa organik yang
berasal dari makhluk hidup yang telah mati.
Contohnya: bakteri, jamur, dan cacing.
b. Komponen Abiotik
Merupakan semua bagian tidak hidup dari ekosistem. Peranan komponen
abiotik untuk makhluk hidup adalah sebgai berikut,
_ Kemampuan organisme untuk hidup dan berkembang biak bergantung
pada beberapa factor fisika dan kimia di lingkungannya.
_ Sebagai factor pembatas, faktor yang membatasi kehidupan organisme.
Contohnya, jumlah kadar air sebgai faktor pembatas yang menentukan
jenis organisme yang hidup di padang pasir.
15
Komponen abiotik pada ekosistem diantaranya: air, cahaya matahari,
oksisgen, suhu, dan tanah.
3.4.2. Hubungan Antarkomponen Ekosistem
a. Hubungan Makan
Suatu interaksi dalam ekosistem yang menyediakan nutrisi untuk setiap
makhluk hidup yang sangat diperlukan untuk pemeliharaan diri, pertumbuhan,
dan perkembangbiakan.
_ Nutrisi Autotrof, Makhluk hidup tertentu yang dapat mensintesis
makanannya sendiri.
_ Nutrisi Heterotrof, hubungan makan diantara makhluk hidup yang
bergantung pada makhluk hidup yang lain sebagai sumber energinya.
_ Saprofit, makhluk hidup yang menggunakan bahan organik dari
organisme yang telah mati sebagai sumber makanannya.
_ Herbivor, makhluk hidup pemakan tumbuhan
_ Karnivor, makhluk hidup pemakan hewan lain
_ Omnivor, makhluk hidup pemakan segala.
b. Hubungan Simbiosis
Hubungan dua organisme yang hidup bersama dalam suatu hubungan nutrisi
yang erat. Beberapa jenis simbiosis antara lain:
Simbiosis Organisme A Organisme B Contoh
Mutualisme + + Lumut kerak, antara ganggang dan jamur
Komensalisme + 0 Hiu dan ikan remora
Parasitisme + - Benalu dengan tumbuhan inang
c. Hubungan Kompetisi
Hubungan persaingan antar makhluk hidup untuk mempertahankan
hidupnya.
Dalam ekosistem dikenal istilah
_ Habitat, tempat suatu organisme dapat hidup dan menyediakan semua
hal yang dibutuhkan oleh organisme tersebut.
_ Relung (niche), cara hidup suatu organisme.
16
Kompetisi tidak terjadi jika organisme-organisme menempati relung yang berbeda, walaupun
habitat dan jenis makannya sama.
3.4.3. Aliran Energi Yang Melintasi Ekosistem
1. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan
· Rantai makanan,merupakan proses makan dan dimakan di antara
organisme dengan urutan satu arah yang mengakibatkan terjadinya
perpindahan energi dari satu organisme ke organisme yang lainnya.
· Jaring-jaring Makanan, rantai-rantai makanan yang saling berhubungan
2. Piramida Biomassa dan Piramida Energi
_ Piramida biomassa, dapat dinyatakan sebagai diagram yang
mengambarkan perpaduan massa seluruh makhluk hidup di habitat tertentu
yang diukur dan dinyatakan dalam satuan gram.
Biomassa, ukuran berat materi hidup pada waktu tertentu.
_ Piramida Energi, memperlihatkan jumlah energi yang dipindahkan dari
satu tingkat ke tingkat diatasnya dalam suatu jarring makanan.
3.4.4. Siklus Biokimia Dalam Ekosistem
Suatu siklus bahan kimia, dari bagian abiotik dalam ekosistem ke komponen
biotik, lalu diuraikan kembali menjadi mineral, demikian seterusnya.
1. Siklus Air
Dalam siklus air terjadi empat tahap sebagai berikut:
a. Evaporasi, Proses penguapan zat cair menjadi gas
b. Traspirasi, Pengeluaran air dari tumbuhan dalam bentuk uap
c. Kondensasi, Proses perubahan gas menjadi cair
d. Presipitasi, Proses jatuhnya kembali zat cair ke bumi melalui hujan.
2. Siklus Fosfor
3. Siklus Karbon
4. Siklus Nitrogen
3.4.4. Tipe-Tipe Ekosistem
A. Ekosistem Air
a. Ekosistem Air Tawar
1) Ekosistem Air Tenang Contoh: danau dan kolam
17
2) Ekosistem Air Mengalir Contoh: sungai
b. Air Laut
a) Estuari (muara sungai), mempunyai air yang dangkal sehingga dapat
tertembus cahaya matahari.
Contoh hewan: kepiting, remis, dan cacing
b) Zona Intertidal (zona pantai), zona perbatasan antara ekosistem darat
dan ekosistem laut.
Contoh hewan: ganggang, timun laut, dan bintang laut.
c) Zona Neritik, bagian tepi benua atau pulau memanjang sampai ke dalam laut hingga jarak
tertentu.
Contoh: Terumbu karang
d) Zona laut terbuka, penetrasi cahaya hanya beberapa ratus meter saja
Contoh hewan: Ikan tuna, lumba-lumba, paus dan fitoplankton
(sebagai sumber makannya)
B. Ekosistem Darat
a. Ekosistem hutan hujan tropis
· Suhu ± 250C sepanjang tahun
· Curah hujan tinggi
· Hewan dan tumbuhan sangat beragam
· Tumbuhan khas, liana (rotan), epifit (angrek)
b. Ekosistem hutan gugur
_ Mempunyai empat musim
_ Tumbuhannya, campuran pohon beech-maple dan oak-hickory.
_ Hewannya, rusa, tupai, salamander, dan beruang hitam
c. Ekosistem tundra
· Terdapat di kutub utara yang mempunyai curah hujan rendah
· Tumbuhannya, lumut kerak dan lumut
· Hewannya, serigala, beruang kutub, dan rusa kutub.
d. Ekosistem taiga
_ Terdapat di belahan bumi bagian utara dan pegunungan daerah tropic
_ Suhu pada musim dingin rendah
_ Hutan yang terdiri atas satu species, seperti conifer, pinus, dan cemara.
18
_ Hewannya merupakan pemakan biji-bijian pohon conifer, seperti tupai, serangga, dan
burung finch.
C. Ekosistem padang rumput
· Terdapat pada iklim sedang sampai tropis dengan curah hujan 25 cm
sampai 75 cm per tahun
· Tumbuhan yang dominant rumput
· Hewannya, seperti jerapah, gajah afrika, bison amerika, dan singa.
f. Ekosistem gurun
_ Sangat gersang dan curah hujan sangat rendah
_ Suhu pada siang hari sangat dingin mancapai 450C, sedangkan malam
hari sangat dingin sampai 00C.
_ Tumbuhannya, kaktus
_ Hewannya, Unta.
19
4. ADAPTASI DAN PERILAKU TUMBUHAN DAN HEWAN
4.1. Adaptasi Morfologi
Gambar jenis-jenis paruh burung berdasarkan adaptasinya
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh. Struktur tubuh. atau alat-alat tubuh
organisme terhaclap lingkungannya. Kamu dengan mudah dapat mengamati adaptasi
morfologi karena perubahan yang terjadi merupakan perubahan bentuk luar. Contoh adaptasi
morfologi adalah sebagai berikut.
4.1.1. Adaptasi Morfologi pada Hewan
Mengapa bentuk paruh burung bermacam-macam?, bentuk paruh burung bermacam-macarn
disesuaikan dengan jenis makanannya. Burung paruhnya sesuai untuk makan biji-bijian.
Burung kolibri, paruhya sesuai untuk mengisap madu dari bunga. Burung pelikan, paruhnya
sesuai untuk menangkap ikan. Burung elang, paruhnya sesuai untuk mengoyak daging
mangsanya. Burung pelatuk. paruhnya sesuai untuk memahat batang pohon dan menangkap
serangga di dalamnya. Adaptasi morfologi pada burung juga dapat dilihat pada macam-
macam bentuk kakinya.
a. Adaptasi morfologi pada paruh burung
Apa jenis makanan berbagai macam burung (unggas) yang ada di sekitarmu? Kalau
kita amati, ada burung yang memakan bijibijian, ada yang memakan serangga, ada yang
memakan daging, dan ada yang mengisap madu. Untuk mengambil makanan dari
lingkungannya, burung memerlukan paruh yang sesuai dengan makanannya.
Bentuk paruh burung nuri pendek dan kuat, sesuai dengan makanannya yang berupa
biji-bijian. Bentuk paruh burung elang runcing agak panjang dan ujung paruh atas agak
membengkok ke bawah. Bentuk paruh seperti itu cocok untuk merobek daging. Bentuk paruh
20
burung pelikan panjang, lebar, dan agak berkantong. Hal itu disesuaikan dengan jenis
makanannya yang licin, misalnya ikan. Bentuk paruh burung kolibri khas sekali sebagai
pengisap madu, yaitu kecil, runcing, dan panjang. Aneka ragam bentuk penuh burung sesuai
dengan jenis makanan itulah yang merupakan bentuk adaptasi marfologi.
b. Adaptasi morfologi pada kaki burung
Selain dapat dilihat dari bentuk paruhnya, adaptasi morfologi pada burung juga dapat
dilihat dari bentuk kakinya. Ada kaki burung petengger, kaki burung pemanjat, kaki burung
perenang, dan ada pula kaki burung pencengkeram. Dapatkah kamu menyebutkan bentuk
kaki burung lainnya?
Pada umumnya burung petengger mempunyai jari kaki panjang dan semua jari
terletak pada satu bidang datar. Bentuk kaki seperti itu cocok untuk hinggap pada ranting-
ranting pohon yang kecil, contohnya burung kutilang. Kaki burung pemanjat mempunyai dua
jari ke depan dan dua jari ke belakang, misalnya kaki burung pelatuk. Kaki burung perenang,
terdapat selaput renang di antara jari-jarinya. Burung yang biasa berenang, misalnya angsa,
itik, pinguin, dan pelikan. Kaki burung pencengkram mempunyai ukuran yang pendek dan
cakarnya sangat tajam. Jika sedang mencengkram mangsa, jari depannya dapat diputar ke
belakang. Burung yang mempunyai kaki seperti itu, misalnya burung elang, rajawali, dan
burung hantu.
c. Adaptasi morfologi pada mulut serangga
Adaptasi morfologi pada serangga dapat kita lihat pada tipe mulutnya. Bagian mulut
serangga pada dasarnya terdiri atas satu bibir atas (labrum), sepasang rahang (mandibula),
satu hipofaring, sepasang maksila, dan satu bibir bawah (labium).
Pada belalang, jangkrik, dan kecoa mulutnya dilengkapi dengan rahang atas dan
rahang bawah yang sangat kuat. Tipe mulut seperti pada serangga tersebut dinamakan tipe
mulut penggigit.
21
Kutu dan nyamuk mulutnya mempunyai rahang yang panjang dan runcing, sehingga
memungkinkan untuk menusuk kulit manusia atau hewan lain. Tipe mulut seperti itu
dinamakan tipe mulut penusuk-pengisap.
Kupu-kupu mulutnya dilengkapi dengan alat, seperti belalai yang panjang dan dapat
digulung. Tipe mulut seperti pada kupu-kupu tersebut dinamakan tipe mulut pengisap. Lebah
madu dan lalat mulutnya dilengkapi dengan alat untuk menjilat atau bibir. Tipe mulut seperti
itu disebut tipe mulut pengisap-penjilat.
4.1.2. Adaptasi Morfologi pada Tumbuhan
Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan dibedakan menjadi sebagai berikut.
1. Xeroflt, yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kering,
contohnya kaktus. Cara adaptasi xerofit. antara lain mempunyai daun berukuran kecil
atau bahkan tidak berdaun (mengalami modifikasi menjadi duri), batang dilapisi
lapisan lilin yang tebal, dan berakar panjang sehingga berjangkauan sangat luas.
2. Hidrofit. yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan berair,
contohnya teratai. Cara adaptasi hidrofit, antara lain berdaun lebar dan tipis, serta
mempunyai banyak stomata.
3. Higrofit, yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan lembap,
contohnya tumbuhan paku dan lumut.
4.2. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian organisme terhadap lingkungan dalam bentuk
tingkah laku. Kamu dapat dengan mudah mengamati adaptasi ini. Contoh adaptasi tingkah
laku adalah sebagai berikut.
22
4.2.1. Adaptasi Tingkah Laku pada Hewan
Beberapa contoh adaptasi tingkah laku sebagai berikut.
a. Mimikri
Bunglon mengelabuhi musuhnya dengan mengubah warna kulitnya. Jika berada di
dedaunan, warna kulit bunglon menjadi hijau. Sebaliknya, apabila berada di tanah, warna
kulit bunglon menjadi seperti tanah (kecokelatan). Perubahan warna kulit sesuai warna
lingkungannya seperti yang dilakukan oleh bunglon tersebut dinamakan mimikri.
b. Autotomi
Cecak merupakan contoh hewan yang ekornya mudah putus. Dalam keadaan bahaya,
cecak mengelabui musuhnya dengan cara memutuskan ekornya disebut autotomi. Jika seekor
cecak dikejar oleh pemangsa, ekornya secara mendadak putus dan bergerak- gerak sehingga
perhatian pemangsa akan tertuju pada ekor yang bergerak tersebut. Kesempatan itu
digunakan cecak untuk menghindarkan diri dari kejaran pemangsa.
c. Hibernasi
Musim dingin adalah musim yang sangat sulit bagi hewan. Banyak hewan yang tidak
dapat bertahan hidup pada musim yang keras ini. Beberapa hewan melewatinya dengan tetap
giat mencari makan. Sementara itu hewan yang lain bertahan hidup dengan terlelap dalam
suatu tidur khusus yang dinamakan hibernasi. Ciriciri hewan yang melakukan hibernasi, yaitu
suhu tubuh rendah serta detak jantung dan pernapasan sangat lambat. Tujuannya untuk
menghindari cuaca yang sangat dingin, kekurangan makanan, dan menghemat energi. Contoh
hewan yang melakukan hibernasi antara lain ular, kura-kura, ikan, dan bengkarung yang tetap
tinggal di sarangnya selama musim dingin.
d. Estivasi
Di beberapa belahan dunia, cuaca yang paling buruk adalah cuaca pada musim panas.
Pada musim panas, udara sangat panas dan kering. Beberapa hewan bergerak mencari tempat
perlindungan dan tidur. Tidur di musim panas disebut estivasi. Kata ini berasal dari kata latin
yang berarti musim panas. Tujuan hewan melakukan estivasi adalah untuk menghindari panas
yang tinggi dan kekurangan air. Lemur kerdil, kelelawar, dan beberapa tupai adalah mamalia
yang berestivasi untuk menghindari cuaca kering.
23
e. Adaptasi tingkah laku pada rayap
Rayap adalah golongan serangga penghancur kayu. Mengapa rayap dengan mudah
dapat mencerna kayu? Rayap mampu mencerna kayu bukan karena mempunyai enzim yang
dapat mencerna kayu, melainkan karena di dalam ususnya terdapat hewan flagellata yang
mampu mencernakan kayu. Hewan flagellata mampu menghasilkan enzim selulose.
Secara periodik, rayap mengalami pengelupasan kulit. Pada saat kulit mengelupas, usus
bagian belakang ikut terkelupas, sehingga flagellata turut terbawa oleh usus. Untuk
mendapatkan kembali flagellata tersebut, rayap biasanya memakan kembali kelupasan
kulitnya (Gambar 4.10). Berbeda dengan rayap dewasa, rayap yang baru menetas suka
menjilati dubur rayap dewasa untuk mendapatkan flagellata.
f. Adaptasi tingkah laku pada mamalia air
Hewan vertebrata dari golongan mamalia dan reptilia yang hidup di dalam air tetap
bernapas dengan paru-paru. Hal itu tampak jelas pada cara bernapasnya, misalnya paus.
Setiap saat paus muncul ke permukaan air untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya
sampai paru-parunya penuh sekali, yaitu sekitar 3.350 liter. Setelah itu, paus akan menyelam
kembali ke dalam air. Dengan udara sebanyak itu, paus mampu bertahan selama kira-kira
setengah jam di dalam air. Pada saat muncul kembali di permukaan air, hasil oksidasi biologi
dihembuskan melalui lubang hidung, seperti pancaran air mancur. Sisa oksidasi ini berupa
karbon dioksida yang jenuh dengan uap air yang telah mengalami pengembunan
(kondensasi). .
4.2.2. Adaptasi Tingkah Laku pada Tumbuhan
1. Pada saat lingkungan dalam keadaan kering, tumbuhan yang termasuk suku jahe-
jahean akan mematikan sebagian tubuhnya yang tumbuh di permukaan tanah.
2. Pada musim kemarau. tumbuhan tropofit, misalnya pohon jati dan randu,
menggugurkan daunnya.
Terimakasih telah membaca makalah yang telah saya (Retmonando) susun dengan
sederhana ini. Apaabilaa ada kata-kata yang salah/data yang kurang akurat, mohon
dimaafkan karena saya juga dalam proses belajar. Semoga makalah ini dapat
bermaanfaat bagi kita semua. Amin.
24
DAFTAR PUSTAKA
Arieyanto, Budi;2010, Susunan dan macam-macam ekosistem (online), http://www.prez710.co.cc/2010/01/susunan-dan-macam-ekosistem.html diakses pada 15 Maret 2011
Firmandhesa, Danni;2011, Tumbuhan yang cocok didataran tinggi (online), http://www.unjabisnis.com/2009/12/reproduksi-ikan.html Diakses pada 14 Maret 2011
Gunawan, Surya; 2010, Ekologi dan Konsep Ekosistem (online),
20X/EKOLOGI%20DAN%20KONSEP%20EKOSISTEM.pdf Diakses pada 15 Maret 2011.
Muslihun;2009, Reproduksi ikan (online), http://www.unjabisnis.com/2009/12/reproduksi-ikan.htmldiakses pada 14 Maret 2011
Nugroho;2009, Faktor yang mempengaruhi adaptasi hewan air (online), http://noego08.wordpress.com/2009/04/27/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-adaptasi-hewan-air-terhadap-lingkungannya/. Html Diakses pada 16 Maret 2011
Waryono, Sukis. ; 2010, Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup (online), http://www.crayonpedia.org/mw/KELANGSUNGAN_HIDUP_MAKHLUK_HIDUP.Sukis_Wariyono. diakses pada 14 Maret 2011
Wiryanto, Anto;2010, Adaptasi makhluk hidup (online), http://dilleuh.blogspot.com/2009/02/adaptasi-makhluk-hidup.html diakses pada 14 Maret 2010