Top Banner
Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 123 KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DALAM INOVASI KABUTO INSTAN Sarinah 1 , Syamsul Maarif 2 , Yandra 3 1,2,2 Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB Bogor ABSTRACT Kabuto instant is a product innovation of cassava flour is dried after fermentation origin Southeast Sulawesi. New product Kabuto instant need to touch the marketing mix and knowledge management (KM) in order to have a competitive edge. The concept of the marketing mix (4P) and KM, both focus on how attempts were made to support the business activities of Kabuto instant products to gain a competitive edge. Focus on managing the marketing mix marketing in 4 elements: (1) Product, (2) Promotion, (3) Place, and (4) Price. Management of the marketing mix will increase the interest of consumers against products Kabuto instant. KM see the knowledge available to a business Kabuto instant as a major factor of success. Through knowledge of the company superior results can be achieved faster, cheaper and with higher quality than their competitors. Knowledge about customers, target market and other factors that may influence the likelihood that a faster utilization of opportunities and a more flexible response to the threat. From the perspective of a marketing mix and KM promising positive impact on the cost structure and revenue stream Kabuto instant. This paper demonstrates the advantages of using the marketing mix and the KM approach that can increase and reduce the risk of business failure by integrating both approaches. Management of the marketing mix requires knowledge to manage consumers, consumer knowledge and knowledge of the consumer. KM took on the role as a service provider for the consumer, managing four (4P) in product innovation Kabuto instant. This study is based on literature studies. Keywords: Kabuto instant, marketing mix, knowledge management 1. PENDAHULUAN Kabuto instan dikenal sebagai produk inovasi yang berasal dari tepung kabuto, dimana kabuto merupakan bahan makanan pokok masyarakat kepulauan Sultra. Kabuto diolahan dari ubi kayu yang dikeringkan setelah fermentasi. Kabuto instan dibuat untuk lebih memudahkan konsumen dalam mengkonsumsi. Dengan keunggulan dari kabuto instan dari rasa, nilai gizi dan kemudahkan mengolahnya akan membuat kabuto tidak ditinggalkan masyarakat asal Sulawesi Tenggara. Peningkatan konsumsi kabuto instant akan menunjang program pemerintah dalam diversifikasi pangan terutama upaya mendorong masyarakat untuk mengurangi ketergantungan terhadap komoditi beras. Namun tidak mudah untuk menuntut masyarakat mengubah pola konsumsi terutama terhadap produk yang belum diketahui secara jelas. Masyarakat atau konsumen perlu mengenal kinerja suatu produk. Pengetahuan terhadap suatu produk akan menentukan tingkat kepuasan konsumen. Dinamika kepuasan konsumen ini akan berhubungan dengan preferensi terhadap barang dan jasa. Dalam dunia bisnis, perusahaan akan meningkatkan daya saing dengan melakukan inovasi produk untuk memberikan kepuasan pada konsumennya. Manajemen pengetahuan (knowledge management) dalam perusahaan dapat ditingkatkan dengan menghasilkan barang dan jasa yang memberikan nilai kepada konsumennya (customer value). Perusahaan yang mampu mengimplementasikan inovasi nilai (value innovation) bukan saja akan mampu mempertahankan hidupnya melainkan akan menjadi perusahaan yang unggul atau “visioner” secara terus menerus dan selalu mengalahkan pasar, sehingga dapat membuka ruang pasar yang baru dan tanpa pesaing [Kim, 2005]. Value yang terbaik kepada konsumen dapat diberikan apabila perusahaan mengimplementasikan strategi pemasaran yang beroreantasi pasar (Craven, 2003). Banyak penelitian dilakukan untuk mengembangkan model implementasi knowledge management dan knowledge
12

KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Oct 31, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 123

KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DALAM INOVASI KABUTO INSTAN

Sarinah1, Syamsul Maarif2, Yandra3

1,2,2Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB Bogor

ABSTRACT Kabuto instant is a product innovation of cassava flour is dried after fermentation origin Southeast Sulawesi. New product Kabuto instant need to touch the marketing mix and knowledge management (KM) in order to have a competitive edge. The concept of the marketing mix (4P) and KM, both focus on how attempts were made to support the business activities of Kabuto instant products to gain a competitive edge. Focus on managing the marketing mix marketing in 4 elements: (1) Product, (2) Promotion, (3) Place, and (4) Price. Management of the marketing mix will increase the interest of consumers against products Kabuto instant. KM see the knowledge available to a business Kabuto instant as a major factor of success. Through knowledge of the company superior results can be achieved faster, cheaper and with higher quality than their competitors. Knowledge about customers, target market and other factors that may influence the likelihood that a faster utilization of opportunities and a more flexible response to the threat. From the perspective of a marketing mix and KM promising positive impact on the cost structure and revenue stream Kabuto instant. This paper demonstrates the advantages of using the marketing mix and the KM approach that can increase and reduce the risk of business failure by integrating both approaches. Management of the marketing mix requires knowledge to manage consumers, consumer knowledge and knowledge of the consumer. KM took on the role as a service provider for the consumer, managing four (4P) in product innovation Kabuto instant. This study is based on literature studies. Keywords: Kabuto instant, marketing mix, knowledge management 1. PENDAHULUAN

Kabuto instan dikenal sebagai produk inovasi yang berasal dari tepung kabuto, dimana kabuto merupakan bahan makanan pokok masyarakat kepulauan Sultra. Kabuto diolahan dari ubi kayu yang dikeringkan setelah fermentasi. Kabuto instan dibuat untuk lebih memudahkan konsumen dalam mengkonsumsi. Dengan keunggulan dari kabuto instan dari rasa, nilai gizi dan kemudahkan mengolahnya akan membuat kabuto tidak ditinggalkan masyarakat asal Sulawesi Tenggara.

Peningkatan konsumsi kabuto instant akan menunjang program pemerintah dalam diversifikasi pangan terutama upaya mendorong masyarakat untuk mengurangi ketergantungan terhadap komoditi beras. Namun tidak mudah untuk menuntut masyarakat mengubah pola konsumsi terutama terhadap produk yang belum diketahui secara jelas. Masyarakat atau konsumen perlu mengenal kinerja suatu produk. Pengetahuan terhadap suatu produk akan menentukan

tingkat kepuasan konsumen. Dinamika kepuasan konsumen ini akan berhubungan dengan preferensi terhadap barang dan jasa.

Dalam dunia bisnis, perusahaan akan meningkatkan daya saing dengan melakukan inovasi produk untuk memberikan kepuasan pada konsumennya. Manajemen pengetahuan (knowledge management) dalam perusahaan dapat ditingkatkan dengan menghasilkan barang dan jasa yang memberikan nilai kepada konsumennya (customer value). Perusahaan yang mampu mengimplementasikan inovasi nilai (value innovation) bukan saja akan mampu mempertahankan hidupnya melainkan akan menjadi perusahaan yang unggul atau “visioner” secara terus menerus dan selalu mengalahkan pasar, sehingga dapat membuka ruang pasar yang baru dan tanpa pesaing [Kim, 2005]. Value yang terbaik kepada konsumen dapat diberikan apabila perusahaan mengimplementasikan strategi pemasaran yang beroreantasi pasar (Craven, 2003).

Banyak penelitian dilakukan untuk mengembangkan model implementasi knowledge management dan knowledge

Page 2: KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 124

management system untuk meningkatkan kinerja pengembangan produk baru. Jiang dan Li (2008) meneliti tentang hubungan knowledge management dengan kinerja inovasi. Lin et al.(2005) yang membuktikan bahwa di perusahaan berbasis pengetahuan, pengembangan produk baru dapat dirancang dan dikelola dengan cara yang berbeda. Belbaly, et.al, (2007) mengembangkan model pemanfaatan knowledge creation pada konsumen untuk meningkatkan kinerja pengembangan produk baru. Kolbacher (2008) mengembangkan model knowledge creation pada tim pengembang pengembangan produk baru. Schulze dan Hoegl (2006) mengembangkan model hubungan knowledge creation dalam framework SECI pada tahap konsep dan pengembangan di proyek pengembangan produk baru. Jiang dan Li (2008) meneliti tentang hubungan antara knowledge management dengan kinerja kegiatan inovatif dalam kasus aliansi. Dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat, bahwa implementasi knowledge management pada pengembangan produk baru sangat berperan untuk meningkatkan kinerja produk baru.

Melengkapi kinerja produk, maka agar produk baru dapat diterima konsumen dengan cepat dibutuhkan strategi pemasaran. Menjadi penting bagi kabuto instan yang merupakan produk baru untuk merancang pemasarannya. Semakin baik penerapan strategi pemasaran maka semakin besar minat beli ulang sebuah produk. Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran (Kotler, 2002). Komponen strategi yang diamati adalah bauran pemasaran atau 4P (Product, place, price, dan promotion).

Konsep bauran pemasaran (4P) dan manajemen pengetahuan (KM) telah mendapatkan perhatian luas dalam bisnis dan akademisi. Kedua pendekatan tersebut fokus pada bagaimana mengalokasikan sumberdaya untuk mendukung kegiatan bisnis dalam rangka mendapatkan keunggulan kompetitif. Meskipun kedua hal tersebut, saat ini sebagian besar masih memperlakukan sebagai area penelitian yang terpisah, dalam

kajian ini pendekatan keterpaduan keduanya akan dibahas.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Bauran Pemasaran (4P)

Bauran pemasaran untuk suatu barang adalah strategi produk, promosi, tempat/lokasi dan penentuan harga yang bersifat unik serta dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling menguntungkan (Kotler, 2002). Sedangkan untuk bauran pemasaran jasa mengacu pada konsep bauran pemasaran tradisional yang terdiri dari 4P, yaitu produk, harga, tempat/lokasi dan promosi yang saat ini diperluas dengan penambahan unsur non tradisional yaitu orang, fasilitas fisik dan proses sehingga menjadi tujuh unsur (7P), Hurriyati (2005).

1. Bauran Produk (Product mix)

Menurut Djaslim Saladin, (2003) Bauran produk yang terdiri dari unsur-unsur produk seperti variasi produk, kualitas, merek, desain, garansi, ukuran, retur, layanan, ciri khas/fitur, kemasan, serta unsur produk lainnya sangatlah menguntungkan pihak perusahaan dalam menambah keunggulan kompetetifnya dalam persaingan, apabila direncanakan, dikelola serta terus menerus diperbaiki.

2. Bauran Promosi (Promotion mix)

Promosi adalah Sebuah upaya dari pemasar (marketer) dalam menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak lain untuk tertarik melakukan transaksi atau untuk melakukan pertukaran produk barang atau jasa yang dipasarkannya Kombinasi spesifik dari metode-metode promosi yang digunakan untuk sebuah produk atau family product disebut dengan promotion mix (bauran promosi).

Kotler (2005), mengatakan bahwa unsur bauran promosi (promotion mix) terdiri atas lima perangkat utama, yaitu : 1) Advertising : merupakan semua penyajian non personal, promosi ide-ide, promosi produk atau jasa yang dilakukan sponsor tertentu yang dibayar, 2) Sales Promotion : berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa, 3) Public

Page 3: KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 125

relation and publicity : berbagai program untuk mempromosikan dan/atau melindungi citera perusahaan atau produk individualnya, 4) Personal Selling : Interaksi langsung dengan calon pembeli atau lebih untuk melakukan suatu presentasi, menjawab langsung dan menerima pesanan, 5) Direct marketing : penggunaan surat, telepon, faksimil, e-mail dan alat penghubung nonpersonal lain untuk berkomunikasi secara dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.

Menurut Kotler & Armstrong variabel-variabel yang ada di dalam promotional mix ada lima, yaitu: 1) Periklanan (advertising) : segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi non pribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa, b) Penjualan Personal (personal selling) : presentasi pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan, c) Promosi penjualan (sales promotion) : Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa, d) Hubungan masyarakat (public relation) : membangun hubungan baik dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan, membangun "citra perusahaan" yang baik dan menangani atau menyingkirkan gosip, cerita dan peristiwa yang dapat merugikan, e) Pemasaran langsung (direct marketing) : komunikasi langsung dengan pelanggan yang diincar secara khusus untuk memperoleh tanggapan langsung.

3. Bauran Tempat/Lokasi/Distribusi (Place mix)

Ada tiga aspek pokok yang berkaitan dengan keputusan-keputusan tentang distribusi (tempat). Aspek tersebut adalah : a) Sistem transportasi perusahaan, termasuk dalam sistem ini antara lain keputusan tentang pemilihan alat transportasi (pesawat udara, kereta api, kapal, truk, pipa), penetuan jadwal pengiriman, penentuan rute yang harus ditempuh dan seterusnya, b) Sistem penyimpanan, dalam sistem ini bagian pemasaran harus menentukan letak gudang, jenis peralatan yang dipakai untuk menangani material maupun peralatan lainnya, c) Pemilihan saluran distribusi, menyangkut keputusan-keputusan tentang penggunaan

penyalur (pedagang besar, pengecer, agen, makelar), dan bagaimana menjalin kerjasama yang baik dengan para penyalur tersebut.

4. Bauran Harga (Price mix )

Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa harga adalah elemen dalam bauran pemasaran yang tidak saja menentukan profitabilitas tetapi juga sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan proporsi nilai suatu produk. Pemasaran produk perlu memahami aspek psikologis dari informasi harga yang meliputi harga referensi (reference price), inferensi kualitas berdasarkan harga (price-quality inferences)dan petunjuk harga (price clues).

Pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan, bagian pemasaran berhak menentukan harga pokoknya. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga tersebut antara lain biaya, keuntungan, praktik saingan dan perubahan keinginan pasar. Kebijaksanaan harga ini menyangkut pula penetapan jumlah potongan, mark-up, mark-down, dan sebagainya.

Manajemen Pengetahuan (Knowledge Manajement)

Manajemen pengetahuan (knowledge management) adalah sebuah konsep baru di dunia bisnis. Konsep ini berkembang pesat terutama sejak tahun 2000-an. Tujuan penerapan konsep ini adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki operasional perusahaan dalam mencari keuntungan kompetitif. Manajemen pengetahuan digunakan untuk memperbaiki komunikasi diantara manajemen puncak dan pekerja untuk mempertahankan proses kerja, menanamkan budaya berbagai pengetahuan dan mengimplementasikan sistem penghargaan berbasis kinerja. Definisi knowledge management masih beragam antar berbagai ahli. Perbedaan ini terutama karena masih beragamnya persepsi atau pendapat tentang perbedaan informasi dan pengetahuan. Para ahli dibidang informasi menyebutkan bahwa informasi adalah pengetahuan yang disajikan kepada seseorang dalam bentuk yang dapat dipahami; atau data yang telah diproses atau ditata untuk

Page 4: KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 126

menyajikan fakta yang mengandung arti. Sedangkan pengetahuan berasal dari informasi yang relevan yang diserap dan dipadukan dalam pikiran seseorang. Sedangkan pengetahuan berkaitan dengan apa yang diketahui dan dipahami oleh seseorang. Informasi cenderung nyata, sedangkan pengetahuan adalah informasi yang diinterpretasikan dan diintegrasikan.

Knowledge Management secara luas diartikan sebagai “pengelolaan atau manajemen dari knowledge organisasi untuk menciptakan nilai bisnis dan membangun daya saing”. Knowledge Management mampu untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan mengaplikasikan knowledge sebagai kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan peningkatan nilai dari inti kompetensi bisnis.

Knowledge dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:

1. Explicit Knowledge Explicit Knowledge dapat diartikan

sebagai hasil pengetahuan yang telah berwujud misalnya skripsi, tugas akhir, laporan penelitian, buku dan semacamnya.

2. Tacit Knowledge Tacit Knowledge dapat diartikan sebagai

pengetahuan yang masih tersimpan dalam kepala pemiliknya. Pengetahuan yang “tidak terlihat” karena keberadaannya yang tersebar dan embedded dalam berbagai bentuk, seperti: pengalaman seseorang, percakapan antar individu, dialog, diskusi formal maupun informal, intelejensia individu, mekanisme pengambilan keputusan, pemikiran-pemikiran, dan lain sebagainya.

Menurut Nonaka Takeuchi, terdapat 4 model dari knowledge creation yang sudah diidentifikasi, yaitu socialization, exernalization, internalization, dan combination (SECI). Model ini disajikan dalam Gambar 1. 1. Socialization

Konversi dari pengetahuan tacit menjadi pengetahuan tacit yang baru, dilakukan dengan interaksi sosial dan berbagai pengalaman antar anggota dari organisasi.

2. Externalization Konversi dari pengetahuan tacit menjadi

pengetahuan eksplisit yang baru.

3. Internalization Konversi dari pengetahuan eksplisit

menjadi pengetahuan tacit yang baru. 4. Combination

Penciptaan dari sebuah pengetahuan eksplisit dengan melakukan penggabungan, kategori, klasifikasi ulang, dan mensintesiskan pengetahuan eksplisit yang ada.

Knowledge management (KM) merupakan proses yang terus-menerus harus dilakukan sehingga proses tersebut akan menjadi satu budaya dari perusahaan tersebut, dan akhirnya perusahaan akan membentuk perusahaan yang berbasis kepada pengetahuan. KM dapat didefiniskan sebagai satu set (himpunan) intervesi orang, proses dan tool (teknologi) untuk mendukung proses pembuatan, pembauran, penyebaran dan penerapan pengetahuan.

1. Pembuatan (creation) pengetahuan adalah proses perbaikan dari pengetahuan yang ada melalui proses pengalaman yang ada. Biasanya proses ini terjadi ketika ada deteksi kesalahan dan perbaikannya.

2. Lesson learned merupakan salah satu contoh output dari knowledge creation.

3. Pembauran (assimilation) pengetahuan merupakan proses pengumpulan, penyimpanan pengetahuan yang dibuat dengan pengetahuan yang sudah ada di organisasi/perusahaan.

4. Penyebaran (dissemination) pengetahuan merupakan proses pengambilan dan penyebaran pengetahuan untuk dipergunakan dalam proses pengalaman yang lainnya.

5. Penerapan (application) pengetahuan merupakan proses pemanfaatan pengetahuan untuk membantu penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Secara simple, mereka mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai keseluruhan proses membangkitkan nilai organisasi dari modal intelektual organisasi dan aset berbasis pengetahuan. Kebanyakan, usaha pembangkitan nilai dari aset tersebut melibatkan seluruh karyawan, departemen-departemen, dan bahkan

Page 5: KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri

perusahaan lain dalam berbagi untuk menemukan praktik yang terbaik. Mereka juga mengungkapkan bahwa penting `dicatat bahwa definisi tersebut sama sekali bukanlah

KM berkembang menjadi bidang kajian tersendiri dalam studi organisasi dan berperan signifikan dalam membangun competitive advantage (Nonaka, 1991; Nonaka & Takeuchi, 1995; Davis, 1998; Matusik & Hill, 1998; Miller, 1999; Moore & Birkinshaw, 1998, Stewart, 1997). Meskipun demikian KM mendapat kritik dari berbagai pihak, dikatakan sebagai penggunaan istilah yang tidak cocok (misnomer) atau oxymoron, penggunaan dua kata yang maknanya saling bertentangan (Coleman, 1999), atau membingungkan dan tidak tepat (McCune, 1999). Dari ide dan kritik ini, akhirnya menjadikan KM berkembang dan memiliki sistem fisik dan proses serta ruang lingkup yang semakin jelas, tidak ada hambatan dalam mendefinisikannya (Liebowitz, 1999). KM memberi perhatian pada formalisasi akses kepada pengalaman, pengetahuan dan keahlian guna menciptakan kemampuan baru, mendukung kinerja unggul, mendorong inovasi, dan meningkatkan customer value (Beckman, 1999). Sementara itu, Coleman (1999) mendefinisikan KM sebagai sebuah payung bagi berbagai fungsi yang saling berketergantungan dan terkait satu dengan lainnya yang terdiri dari creation; knowledge valuation knowledge mapping dan indexing; knowledge

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411

perusahaan lain dalam berbagi untuk menemukan praktik yang terbaik. Mereka juga mengungkapkan bahwa penting `dicatat bahwa definisi tersebut sama sekali bukanlah

teknologi. Ketika manajemen pengetahuan sering difteknologi informasi, tidak berarti teknologi adalah manajemen pengetahuan.

Gambar 1. SECI Model

KM berkembang menjadi bidang kajian

tersendiri dalam studi organisasi dan berperan membangun competitive

advantage (Nonaka, 1991; Nonaka & Takeuchi, 1995; Davis, 1998; Matusik & Hill, 1998; Miller, 1999; Moore & Birkinshaw, 1998, Stewart, 1997). Meskipun demikian KM mendapat kritik dari berbagai pihak, dikatakan

h yang tidak cocok ) atau oxymoron, penggunaan dua

kata yang maknanya saling bertentangan (Coleman, 1999), atau membingungkan dan tidak tepat (McCune, 1999). Dari ide dan kritik ini, akhirnya menjadikan KM berkembang dan memiliki sistem fisik dan proses serta ruang lingkup yang semakin jelas, tidak ada hambatan dalam mendefinisikannya (Liebowitz, 1999). KM memberi perhatian pada formalisasi akses kepada pengalaman, pengetahuan dan keahlian guna menciptakan kemampuan baru, mendukung kinerja unggul, mendorong inovasi, dan meningkatkan customer value (Beckman, 1999). Sementara itu, Coleman (1999) mendefinisikan KM sebagai sebuah payung bagi berbagai fungsi yang saling berketergantungan dan terkait satu dengan lainnya yang terdiri dari knolwedge

dan metrics; indexing; knowledge

transport, storage dan distribusi; serta knowledge sharing.

3. METODOLOGI PENELITIAN

1. Tahapan Kajian Pelaksanaan kajian

tahap, yaitu (1) kajian komponen dalam setiap komponen dalam bauran pemasaran didasarkan kebutuhan untuk kepuasan konsumen produk inovasi kabuto instan, (2) kajian bauran pemasaran dan manajemen pengetahuan dalam menunjang pengembangan produk kabuto instan memberikan kepuasan konsumen dan memberikan keuntungan bagi perusahan. Asumsi yang mendasari bahwa bauran pemasaran merupakan fakmencapai keberhasilan dalam memberikan kepuasan konsumen terhadap produk kabuto instan. 2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan data sekunder. Data sekunder yang diperlukan untuk mendukung kajian yang diperoleh dari beberapa sumber diantaranya hasilsurvey atau penelitian yang telah dilakukan oleh pihak lain serta mengunjungi beberapa perpustakaan.

ISSN: 1411-6340 127

teknologi. Ketika manajemen pengetahuan sering difasilitasi teknologi informasi, tidak berarti teknologi adalah manajemen

dan distribusi; serta

METODOLOGI PENELITIAN

kajian ini dibagi dua kajian komponen yang ada

dalam setiap komponen dalam bauran pemasaran didasarkan kebutuhan untuk kepuasan konsumen produk inovasi kabuto

kajian bauran pemasaran dan manajemen pengetahuan dalam menunjang pengembangan produk kabuto instan sehingga

uasan konsumen dan memberikan keuntungan bagi perusahan. Asumsi yang mendasari bahwa bauran

faktor kunci dalam mencapai keberhasilan dalam memberikan kepuasan konsumen terhadap produk kabuto

2. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berasal dari

Data sekunder yang diperlukan untuk mendukung kajian yang diperoleh dari beberapa sumber diantaranya hasil-hasil

yang telah dilakukan serta diakses dengan

beberapa perpustakaan.

Page 6: KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 128

4. HASIL KAJIAN

A. Pandangan Produk “Kabuto Instan” sebagai Inovasi

Kabuto instan merupakan jenis beras analog, sebutan lain dari beras tiruan (artificial rice). Beras analog adalah beras yang dibuat dari non padi dengan kandungan karbohidrat mendekati atau melebihi beras dengan bentuk menyerupai beras dan dapat berasal dari kombinasi tepung lokal atau padi (Samad 2003; Deptan 2011). Metode pembuatan beras analog terdiri atas dua cara yaitu metode granulasi dan ekstrusi. Perbedaan pada kedua metode ini adalah tahapan gelatinisasi adonan dan tahap pencetakkan. Hasil cetakan metode granulasi adalah butiran sedangkan hasil cetakan metode ekstrusi adalah bulat lonjong dan sudah lebih menyerupai beras.

Produk beras analog lokal “Kabuto Instan” dapat dikatakan sebagai suatu inovasi. Sebagaimana produk tersebut memenuhi kriteria dalam karakteristik inovasi yang dikemukan oleh Rogers. Menurut Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi, yaitu : 1) Keunggulan relatif (relative advantage), 2) Kompatibilitas (comparibil liv), 3) Kerumitan (complexity), 4) Kemampuan diujicobakan (trialability), 5) Kemampuan untuk diamati (observability).

Keunggulan relatif adalah derajat di mana suatu inovasi dianggap lebih baik unggul daripada yang pernah ada. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise sosial, kenyamanan. dan kepuasan. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi.Semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi. Produk beras analog lokal ini bila dibandingkan dengan produk awalnya sangat berbeda. Keunggulan yang dapat ditampilkan diantaranya adalah : a)

Lebih tahan lama, b) Penambilan produk lebih menarik, c) Kandungan gizi lebih baik, d) Dapat diperoleh dengan berbagai rasa, e) Memiliki kemasan, f) Ukuran lebih kecil, g) Mudah disajikan, dan h) Makanan diabet.

Kompalibilitas adalah derajat di mana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku. pengalaman masa lalu, dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagairnana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible). Inovasi ini mengangkat produk lokal dari daerah Sulawesi Tenggara, yang akan membuat kabuto sebagai pangan lokal menjadi pangan yang bisa diperdagangkan ke luar daerah Sulawesi Tenggara.

Inovasi secara umum diakui oleh industri dan akademisi sebagai pendorong untuk setiap perusahaan yang ingin tetap kompetitif dan bertahan serta berkembang. Meskipun inovasi merupakan mempengaruhi dalam persaingan antar produsen, namun tidak semua inovasi dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Inovasi yang kreatif dengan berbagai ide yang inovatif belum dapat menjamin bahwa produk tersebut dapat terjual dengan baik. Masalahnya tidak terletak di bagian penemuan atau generasi ide inovatif, tapi lebih pada tingkat keberhasilan pengelolaan proses inovasi dari ide untuk produk agar bisa sukses di pasar. Dalam hal ini inovasi produk mengacu pada kebutuhan pasar. Keadaan ini sangat berbeda dengan cara-cara lama dimana inovasi lahir berdasarkan kebijakan atau tidak melihat pasar atau kebutuhan pasar. Dalam Gambar 2 disajikan komponen yang perlu diperhatikan dalam sebuah inovasi.

Page 7: KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 129

Gambar 2. Komponen dalam Siklus Hidup Inovasi

Untuk inovasi produk kabuto instan asal Sultra ini mendapat respon yang sangat baik karena produk disajikan dengan mudah dan konsumen dapat memilih dalam berbagi variasi rasa. Namun untuk bentuk yang terlihat masih kurang beraturan sehingga pengembangan dari inovasi selanjutnya dari produk ini diperlukan. Untuk itu inovasi yang berkelanjutan merupakan kunci penting dalam pengembangan produk beras analog lokal Sultra “Kabuto Instan”.

B. Integrasi Bauran Pemasaran dan Manajemen Pengetahuan dalam Inovasi Produk Kabuto Instan

Strategi pemasaran sebagai alat

fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan progran-program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran. Strategi pemasaran dapat terpenuhi dengan penyediaan suatu sarana yang disebut dengan Marketing Mix (Bauran Pemasaran). Mc Carthy dalam Kotler dan Keller (2009) mengklasifikasikan Marketing Mix menjadi empat besar kelompok yang disebut dengan 4P tentang pemasaran yaitu Product (produk), Price (harga), Place (tempat) dan Promotion (promosi).

Dalam kasus ini menggunakan 4 (empat) elemen dalam bauran pemasaran sebagai berikut : (1) Elemen produk,dengan sub elemen : a) bentuk produk, b) manfaat inti

dari produk, c) kemasan produk, d) variasi produk, dan e) merek produk; (2) Elemen harga, dengan sub elemen : a) menetapkan harga dengan potongan, b) menetapkan harga dengan diskriminan, (3) Elemen tempat, dan (4) Elemen promosi. a. Elemen Produk (Product)

Pendekatan KM akan mendukung kinerja inovasi produk kabuto instan dengan melakukan R & D yang merupakan sesuatu yang dapat dilihat sebagai kemajuan fungsional produk yang dapat membawa produk selangkah lebih maju dibandingkan dengan produk pesaing. Apabila produk tersebut memiliki suatu kelebihan yang dipandang sebagai nilai tambah bagi konsumen. Pengembangan produk baru dan strategisnya yang lebih efektif seringkali menjadi penentu keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu perusahaan, tetapi ini bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Pengembangan produk baru memerlukan upaya, waktu dan kemampuan termasuk besarnya resiko dan biaya kegagalan. Song dan Parry (1997) menjelaskan bahwa keunggulan bersaing suatu produk merupakan salah satu faktor penentu dari kesuksesan produk baru (hingga suatu produk inovasi harus mempunyai keunggulan dibanding dengan produk lain sejenis). Hal ini juga sejalan dengan pendapat Cooper (2000) bahwa keunggulan produk baru sangat penting dalam lingkaran pasar global yang sangat bersaing. Keunggulan tersebut tidak lepas dari pengembangan produk inovasi yang dihasilkan sehingga akan mempunyai keunggulan dipasar

Page 8: KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri

yang selanjutnya akan menang dalam persaingan.

Elemen produk yang menjadi perhatian adalah a) bentuk produk, b) manfaat inti darproduk, c) kemasan produk, dan produk dari kabuto instan. Berikut gambaran dari sub elemen tersebut :

- Bentuk Produk Bentuk produk dapat mempengaruhi

perilaku konsumen dalam membeli suatu produk. Banyak produk yang sama jenisnya, sama fungsinya, namun berbeda dalam bentuknya. Kabuto instant merupakan produk imitasi dari beras. Inspirasi pembuatan kabuto instant adalah diversifikasi pangan dengan memanfaatkan komoditi lokal Indonesia kaya akan produk sumber karbohidrat lain seperti jagung, singkong, sorgum, sagu, dan umbi-umbian lainnya. Bahan-bahan tersebut sudah sekian lama digunakan sebagai bahan pangan, namun masih belum bisa menggantikan beras sebagai makanan pokok. Biasanya bahan tersebut lebih sering diolah menjadi penganan, kue atau jajanan pasar. Kendala dalam mengonsumsi bahan tersebut sebagai bahan makanan pokok disebabkan kurangnya pengetahuan gizi masyarakat, kurangnya kesiapan masyarakat secara psikologis untuk mengganti makanan pokok dan kurangya ketersediaan produk pangan yang memenuhi selera masyarakat. Masyarakat merasa bosan dengan cara konsumsi umbi-umbian yang belum bervariasi sehingga lebih memilih produk berbasis Gambar 3. Foto Produk Matang Kabuto

Perbandingan. (Wahyuni, 2011).

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411

yang selanjutnya akan menang dalam

Elemen produk yang menjadi perhatian a) bentuk produk, b) manfaat inti dari

dan d) variasi dari kabuto instan. Berikut gambaran

Bentuk produk dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli suatu produk. Banyak produk yang sama jenisnya,

, namun berbeda dalam Kabuto instant merupakan produk

pirasi pembuatan kabuto instant adalah diversifikasi pangan dengan

Indonesia yang kaya akan produk sumber karbohidrat lain

singkong, sorgum, sagu, dan bahan tersebut

digunakan sebagai bahan pangan, namun masih belum bisa menggantikan beras sebagai makanan pokok. Biasanya bahan tersebut lebih sering diolah

jajanan pasar. Kendala dalam mengonsumsi bahan tersebut sebagai bahan makanan pokok disebabkan kurangnya pengetahuan gizi masyarakat, kurangnya kesiapan masyarakat secara psikologis untuk mengganti makanan pokok dan kurangya ketersediaan produk pangan

memenuhi selera masyarakat. Masyarakat merasa bosan dengan cara

umbian yang belum bervariasi sehingga lebih memilih produk berbasis

gandum sebagai pengganti beras (Hidayah 2011). Oleh karena itu, diperlukan teknologi untuk mengolah bahan-bahbentuk yang menyerupai beras yang dapat diolah dan dikonsumsi seperti nasi.produk olahan sumber karbohidrat non padi yang dikembangkan adalah beras tiruan dan beras analog. Beras tiruan adalah beras yang dibuat dari non padi karbohidrat mendekati atau melebihi beras yang terbuat dari tepung lokal atau tepung beras (Samad 2003; Deptan 2011).

Beras analog adalah beras tiruan yang hanya terbuat dari tepung lokal non(Budijanto et al. 2011). Hingga saat inteknologi pembuatan beras analog antara lain metode pembutiran atau granulasi (Yoshidaal. 1971; Kurachi 1995; Samad 2003) dan metode ekstrusi (ScellaGaber et al. 2004; MorettiMishra et al. 2012). Perbedaan metode tersebut menyebabkan perbedaan bentuk akhir produk. Pada pembuatan beras analog menggunakan metode pembutiran beras akan memiliki bentuk bulat seperti sagu mutiara, namun pada metode ekstrusi bentuk produk adalah lonjong dan hampir menyerupai butir beras. Bentuk kabuto instant belum sempurna seperti beras dari padi belum sepenuhnya menggantikan beras. Bentuk dari kabuto instant disajikan dalam Gambar 3.

atang Kabuto Instan dengan Berbagai Jenis Tepung (Wahyuni, 2011).

ISSN: 1411-6340 130

gandum sebagai pengganti beras (Hidayah 2011). Oleh karena itu, diperlukan teknologi

bahan tersebut menjadi bentuk yang menyerupai beras yang dapat diolah dan dikonsumsi seperti nasi. Salah satu produk olahan sumber karbohidrat non padi yang dikembangkan adalah beras tiruan dan beras analog. Beras tiruan adalah beras yang

dengan kandungan karbohidrat mendekati atau melebihi beras yang terbuat dari tepung lokal atau tepung beras (Samad 2003; Deptan 2011).

Beras analog adalah beras tiruan yang hanya terbuat dari tepung lokal non-beras

2011). Hingga saat ini teknologi pembuatan beras analog antara lain metode pembutiran atau granulasi (Yoshida et

1971; Kurachi 1995; Samad 2003) dan metode ekstrusi (Scella et al. 1987; Bett-

2004; Moretti et al. 2005; . 2012). Perbedaan metode

ebut menyebabkan perbedaan bentuk akhir produk. Pada pembuatan beras analog menggunakan metode pembutiran beras akan memiliki bentuk bulat seperti sagu mutiara, namun pada metode ekstrusi bentuk produk adalah lonjong dan hampir menyerupai butir

ntuk kabuto instant belum sempurna seperti beras dari padi sehingga belum sepenuhnya menggantikan beras. Bentuk dari kabuto instant disajikan dalam

epung Subtitusitasi dan

Page 9: KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri

Perbaikan dalam bentuk produk kabuto

sehingga menjadi produk yang mirip dengan beras akan meningkatkan minat konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi

- Kemasan Produk Strategi dalam kemasan produk

merupakan hal terpenting dalam menarik minat konsumen. Dalam membuat suatu kemasan (packaging) harus dapat memberikan informasi struktur produk, manfaat, dan informasi tambahan, sehingga mendorong konsumen untuk mencobamendorong untuk membeli ulang dan menyediakan cara pemakaian produk. Pembentukan kemasan yang baik harus memiliki empat keistimewaan.

Sebuah kemasan mempunyai fungsi yang paling dasar secara fisik sebagai sebuah wadah dan pelindung dari produk yadalamnya. Sebagai sebuah wadah dan pelindung, maka secara fisik, sebuah kemasan harus andal terhadap benturan, tekanan, temperatur, air, debu, dan lainhanya andal bagi produk di dalamnya, sebuah kemasan juga harus direncanakan dengan

(a) Gambar 4. Desain kemasan beras analog Kabuto(a) = Tampak bagian depan kemasan (b) = Tampak bagian belakang kemasan Kemasan kabuto instan seperti dalam

Gambar 2 belum perlihatkan desain yang menarik, di mana sentuhan pembaharuan belum dilakukan kepada aspek kemasanDesain, dengan tujuan untuk meningkatkan daya tarik (attractiveness), secara visual akan cukup kompetitif, bila dipajang berjejer dengan para pesaing. Kemasan yang atraktif juga dapat menjadi elemen promosi yang efektif. Inovasi kemasan produk, dengan melakukan pengembangan produk baru, baik

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411

Perbaikan dalam bentuk produk kabuto sehingga menjadi produk yang mirip dengan beras akan meningkatkan minat konsumen

eli dan mengkonsumsi.

Strategi dalam kemasan produk kabuto merupakan hal terpenting dalam menarik

Dalam membuat suatu ) harus dapat memberikan

informasi struktur produk, manfaat, dan informasi tambahan, sehingga mendorong konsumen untuk mencoba membeli, mendorong untuk membeli ulang dan menyediakan cara pemakaian produk. Pembentukan kemasan yang baik harus

Sebuah kemasan mempunyai fungsi yang paling dasar secara fisik sebagai sebuah wadah dan pelindung dari produk yang ada di dalamnya. Sebagai sebuah wadah dan pelindung, maka secara fisik, sebuah kemasan harus andal terhadap benturan, tekanan, temperatur, air, debu, dan lain-lain. Tidak hanya andal bagi produk di dalamnya, sebuah kemasan juga harus direncanakan dengan

mempertimbangkan penempatan dan penyimpanannya terutama dalam jumlah banyak. Umumnya sebuah kemasan akan disimpan secara bertumpuk, sehingga harus diperhitungkan barapa tumpukan maksimal yang aman dan sesuai untuk sebuah jenis produk tertentu. Satu hal lapentingnya untuk direncanakan adalah kemudahan secara fisik saat pengepakan dan distribusinya. Bahkan harus dipikirkan juga ketika produk tersebut sampai pada pengguna (end-user).

Desain kemasan (kabuto yang baik tidak fisik, tetapi juga harus memenuhi fungsinya untuk memberikan informasi kepada konsumen. Informasi yang diberikan adalah segala sesuatu yang dipandang perlu untuk diketahui pada tahap konsumen hendak membeli produknya. Pada kemasan konsumakan mendapatkan informasi tentang bahan baku apa saja yang digunakan dalam proses produksinya. Tampilan kemasan dalam produk kabut disajikan dalam Gambar

(b) Desain kemasan beras analog Kabuto Instan

(a) = Tampak bagian depan kemasan (b) = Tampak bagian belakang kemasan

kabuto instan seperti dalam Gambar 2 belum perlihatkan desain yang

, di mana sentuhan pembaharuan dilakukan kepada aspek kemasan.

, dengan tujuan untuk meningkatkan ), secara visual akan

cukup kompetitif, bila dipajang berjejer dengan para pesaing. Kemasan yang atraktif juga dapat menjadi elemen promosi yang efektif. Inovasi kemasan produk, dengan

kan pengembangan produk baru, baik

yang berbasis dari produk yang sudah ada ataupun produk yang baru.

Inovasi kemasan hanya bertujuan untuk melahirkan sesuatu yang baru bagi pelanggan yang sudah ada, tetapi juga dapat dilakukan untuk melahirkproduk yang disasarkan untuk segmen lain atau pasar yang baru (new product for new market). Tentunya kreasi untuk produk makanan dan minuman dengan kemasan dan kualitas produk yang menarik dan berdaya saing dengan kompetisi pasar.

ISSN: 1411-6340 131

mempertimbangkan penempatan dan penyimpanannya terutama dalam jumlah banyak. Umumnya sebuah kemasan akan disimpan secara bertumpuk, sehingga harus diperhitungkan barapa tumpukan maksimal yang aman dan sesuai untuk sebuah jenis produk tertentu. Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya untuk direncanakan adalah kemudahan secara fisik saat pengepakan dan distribusinya. Bahkan harus dipikirkan juga ketika produk tersebut sampai pada pengguna

emasan (Packing) produk yang baik tidak hanya andal secara

fisik, tetapi juga harus memenuhi fungsinya untuk memberikan informasi kepada konsumen. Informasi yang diberikan adalah segala sesuatu yang dipandang perlu untuk diketahui pada tahap konsumen hendak membeli produknya. Pada kemasan konsumen akan mendapatkan informasi tentang bahan baku apa saja yang digunakan dalam proses

. Tampilan kemasan dalam produk kabut disajikan dalam Gambar 4.

(a) = Tampak bagian depan kemasan (b) = Tampak bagian belakang kemasan

yang berbasis dari produk yang sudah ada ataupun produk yang baru.

kemasan memang bukan hanya bertujuan untuk melahirkan sesuatu yang baru bagi pelanggan yang sudah ada, tetapi juga dapat dilakukan untuk melahirkan produk yang disasarkan untuk segmen lain

new product for new ). Tentunya kreasi untuk produk

makanan dan minuman dengan kemasan dan kualitas produk yang menarik dan berdaya saing dengan kompetisi pasar.

Page 10: KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri

- Variasi Produk Untuk dapat memenangkan hati

konsumen harus berlomba-lomba untuk berkompetisi dengan berbagai cara serta upaya. Salah satu bentuk upaya itu adalah dengan menciptakan variasi pada produk yang dihasilkannya. Variasi adalah salah satu jawaban yang diberikan oleh perusahaan untuk memenuhi selera serta kebutuhan yang berbeda dari para konsumen. Dengan adanya variasi diharapkan konsumen dapat memilih produk tersebut dikarenakan kemudahan serta

Gambar 5. Produk Mentah Beras dan Perbandingan.

b. Elemen Harga (Price)

Harga yang ditetapkan atas suatu produk baru harus dapat memberikan pengaruh yang baik bagi petumbuhan pasar. Selain itu untuk mencegah timbulnya persaingan yang sengit. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga produk baru, Tjiptono (2001pemasaran melalui dimensi harga dengan menetapkan harga yang sesuai dengan fungsikabuto instan, harga terjangkau dan pemberian potongan harga akan meningkatkan minat beli ulang produk.

- Skimming Pricing, merupakan strategi yang menetapkan harga tinggi pada suatu produk baru, dengan dilengkapi aktifitas promosi yang gencar, tujuannya adalah :pelangggan yang tidak terlalu sensitive terhadap harga, selagi persaingannya belum ada, 2) Untuk menutupi biaya

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411

Untuk dapat memenangkan hati lomba untuk

kompetisi dengan berbagai cara serta upaya. Salah satu bentuk upaya itu adalah dengan menciptakan variasi pada produk yang

Variasi adalah salah satu leh perusahaan untuk

memenuhi selera serta kebutuhan yang berbeda dari para konsumen. Dengan adanya variasi diharapkan konsumen dapat memilih produk tersebut dikarenakan kemudahan serta

fungsinya yang semakin beragam. Sebagai salah satu contoh adalah kombinasi berbagai rasa sehingga konsumen dapat membeli sesuai dengan kebutuhannya.Diharapkan dengan semakin lengkapnya variasi dalan suatu produk, dapat meningkatkan fungsi serta memenuhi selera konsumen akan produk.

Variasi rasa yang diberikproduk kabuto memberi gambaran upaya untuk merebut hati konsumen. Hal ini diperlihatkan pada Gambar 5

eras Analog Kabuto + Tepung dengan Berbagai Jenis (Wahyuni, 2011).

Harga yang ditetapkan atas baru harus dapat memberikan

petumbuhan pasar. Selain itu untuk mencegah timbulnya persaingan yang sengit. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga

uk baru, Tjiptono (2001). Strategi pemasaran melalui dimensi harga dengan menetapkan harga yang sesuai dengan fungsi kabuto instan, harga terjangkau dan pemberian potongan harga akan meningkatkan minat beli

, merupakan strategi yang menetapkan harga tinggi pada suatu produk baru, dengan dilengkapi aktifitas promosi

adalah : 1) Melayani pelangggan yang tidak terlalu sensitive terhadap harga, selagi persaingannya belum

Untuk menutupi biaya-biaya

promosi dan riset melalui margin yang besardan 3) Untuk berjagakekeliruan dalam penetapan hakan lebih mudah menurunkan harga dari pada menaikan harga awal.

- Penetration Pricing, merupakan strategi dengan menetapkan harga rendah pada awal produksi, dengan tujuan dapat meraih pangsa pasar yang besar dan sekaligus menghalangi masuknyaDengan harga rendah perusahaan dapat pula mengupayakan tercapainya skala ekonomi dan menurunnya biaya permempunyai perspektif jangka panjang, dimana laba jangka pendek dikorbankan demi tercapainya keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Ada empat bentuk harga yang menggunakan strategi ”Penetration Pricing”, antara lain;dikendalikan (restrained price), yaitu harga

ISSN: 1411-6340 132

fungsinya yang semakin beragam. Sebagai salah satu contoh adalah dengan melakukan kombinasi berbagai rasa sehingga konsumen dapat membeli sesuai dengan kebutuhannya. Diharapkan dengan semakin lengkapnya variasi dalan suatu produk, dapat meningkatkan fungsi serta memenuhi selera

Variasi rasa yang diberikan inovasi produk kabuto memberi gambaran upaya untuk merebut hati konsumen. Hal ini

atkan pada Gambar 5.

enis Tepung Subtitusi

promosi dan riset melalui margin yang besar, Untuk berjaga-jaga terjadinya

kekeliruan dalam penetapan harga, karena akan lebih mudah menurunkan harga dari pada menaikan harga awal.

, merupakan strategi dengan menetapkan harga rendah pada awal produksi, dengan tujuan dapat meraih pangsa pasar yang besar dan sekaligus menghalangi masuknya para pesaing. Dengan harga rendah perusahaan dapat pula mengupayakan tercapainya skala ekonomi dan menurunnya biaya per-unit. Strategi ini mempunyai perspektif jangka panjang, dimana laba jangka pendek dikorbankan demi tercapainya keunggulan kompetitif

ng berkelanjutan. Ada empat bentuk harga yang menggunakan strategi ”Penetration Pricing”, antara lain; 1) Harga yang dikendalikan (restrained price), yaitu harga

Page 11: KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 133

yang ditetapkan dengan tujuan mempertahankan tingkat harga tertentu selama periode inflasi, 2) Elimination price, yaitu merupakan penetapan harga pada tingkat tertentu yang dapat menyebabkan pesaing - pesaing tertentu (terutama yang kecil) keluar dari persaingan, 3) Promotion price adalah harga yang ditetapkan rendah dengan kualitas sama, dengan tujuan untuk mempromosikan produk tertentu, dan 4) Keep-out price, merupakan penetapan harga tertentu sehingga dapat mencegah para pesaing memasuki pasar.

c. Elemen Tempat (Place)

Melalukan perencanaan penjualan pada tempat yang bagus dan lokasi yang strategis merupakan sebuah keuntungan juga bagi suatu usaha. Karena dengan lokasi strategis akan mendatangkan banyak konsumen karena lokasi tersebut mudah dijangkau oleh konsumen. Strategi pemasaran melalui dimensi distribusi/tempat dengan memperhatikan ketersediaan kabuton instan, pemilihan lokasi pemasaran yang tepat dan penataan jaringan distribusi yang baik akan meningkatkan minat beli ulang kabuto instan.

d. Elemen Promosi (Promotion) Promosi yang dilakukan untuk produk

kabuto instan adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan konsumen tentang kabuto instan.. Intinya promosi memperkenalkan atau menginformasikan kepada konsumen bahwa saat ini ada produk baru yang tidak kalah dengan produk yang lama. Setelah konsumen mengetahui produk yang baru, diharapkan konsumen akan terpengaruh dan terbujuk sehingga beralih ke produk tersebut. Dan pada akhirnya, perusahaan hanya sekedar mengingatkan bahwa produk tersebut tetap bagus untuk dikonsumsi. Dalam melakukan promosi agar dapat efektif perlu adanya bauran promosi, yaitu kombinasi yang optimal bagi berbagai jenis kegiatan atau pemilihan jenis kegiatan promosi yang paling efektif dalam meningkatkan penjualan. Dalam hal ini ada empat jenis kegiatan promosi, antara lain : 1. Periklanan (Advertising), yaitu bentuk

promosi non personal dengan menggunakan berbagai media yang ditujukan untuk

merangsang pembelian. Periklanan menawarkan suatu produk kepada konsumen dengan cara mengemukakan alasan supaya membeli

2. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling), yaitu bentuk promosi secara personal dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli yang ditujukan untuk merangsang pembelian atau kegiatan mempromosikan suatu produk dengan cara mendatangi ke tempat konsumen berada, oleh seorang wiraniaga/salesperson. Dengan adanya kontak langsung antara wiraniaga dan konsumen, maka terjadilah komunikasi dua arah.

3. Publisitas (Publisity), yaitu suatu bentuk promosi non personal mengenai, pelayanan atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan mengulas informasi/berita tentangnya (pada umumnya bersifat ilmiah) atau merupakan usaha untuk merangsang permintaan dari suatu produk secara non personal yang bersifat komersial. Tentang produk tersebut di media cetak dan media elektronik, maupun hasil wawancara yang ditampilkan dalam media tersebut. Cara ini sangat baik untuk memperkenalkan perusahaan atau produk yang dihasilkan, karena publisitas dapat mencapai pembeli yang potensial yang tidak dapat dicapai dengan advertensi dan personal selling.

4. Promosi Penjualan (Sales promotion), yaitu suatu bentuk promosi diluar ketiga bentuk diatas yang ditujukan untuk merangsang pembelian. Promosi penjualan menawarkan suatu produk dengan cara memberikan perangsang supaya membeli. Perangsang ini bisa berupa uang, barang atau pelayanan tambahan lainya yang biasanya tak disertakan bersama produk tersebut. Promosi untuk produk kabuto ini dapat

dilakukan dengan lebih menonjolkan nilai manfaat dari produk, karena produk tersebut sangat baik untuk konsumen yang memiliki penyakit gula (diabetes).

Perpaduan antara bauran pemasaran untuk menempatkan produk kabuto di hati konsumen dan manajemen pengetahuan untuk meningkatkan daya saing dari perusahan yang mengembangkan kabuto instan akan mendapatkan keuntungan.

Page 12: KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN …

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 134

4. KESIMPULAN

- Kabuto instan dapat menjadi produk pengganti beras yang cukup diminati dengan kandungan dan manfaat yang bias diperoleh dari produk.

- Implementasi perpaduan antara bauran pemasaran dan manajemen pengetahuan dalam produk memungkinkan produk kabuto instan memiliki keunggulan yang bisa bersaing dengan produk alternatif lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Belbaly, N., Benbya, H., Meissonier, R. (2007) : An Empirical Investigation of the Customer Knowledge Creation Impact on NPD Performance, Proceedings of the 40 Hawaii International Conference on System Sciences.

2] Cooper , Robert G., 2000. “ Product Inovation and Technology Strategy”, Journal Research Technology Management, p. 38 -41.

[3] Craven, David, W., dan Nigel, F.P. 2003. Strategy Marketing. McGrow-Hill Companies, Inc. New York, NY.

[4] Jiang, X., Li, Y. (2008) : An Empirical Investigation of Knowledge Management and Innovative Performance: The Case of Alliance, Research Policy, Volume 38, Issue 2, pp. 358-368.

[5] Kim, W.C., dan Renee, M. 2005. Blue Ocean Strategy. HBSP. Boston

[6] Kotler, Philip.,2002, Marketing Management, Millennium Edition, New Jersey : Prentice Hall International, Inc.

[7] Nonaka, Ikujiro and Takeuchi, Hirotaka, The Knowledge Creating Company: How Japanese Companies Create the Dynamics of Innovation. Oxford: Oxford University Press, 1996.

[8] Song X. Michael and Parry M.E., 1997., “The Determinants of Japanese New Product Successes”. Journal of Marketing Research, Vol. XXXIV February 1997. Pp. 64-76.