Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab ISSN: 2622-3570 Volume 2, Nomor 2, Februari 2020 E-ISSN:2621-394X Halaman 118-129 DOI: 10.35941/JATL Inventarisasi Cadangan Biji Gulma pada Lahan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Desa Sumber Sari Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara Inventory of Weed Seed Reserves on Palm Oil Fields (Elaeis guineensis Jacq) in Sumber Sari Village Sebulu DistrictKutai Kartanegara Regency Alexander Mirza *Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Jalan Pasir Balengkong Kampus Gunung Kelua, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia E-mail : [email protected]Manuscript received: 25 August 2019 Revision accepted: 10 October 2019. Abstrak. Cadangan benih gulma di tanah merupakan faktor penting untuk menentukan populasi, keanekaragaman, dan keanekaragaman cadangan benih gulma pada lahan tertentu yang dihasilkan oleh gulma sebelumnya dan juga dapat menjadi penentu metode pengendapan gulma di masa depan. Penelitian terkait untuk mengetahui cadangan benih gulma yang ditemukan di lahan perkebunan dan untuk mengetahui spesies gulma mana yang paling dominan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2019 di Desa Sumber Sari, Kabupaten Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan membandingkan hasil analisis vegetasi dan perkecambahan cadangan biji gulma, kemudian melakukan identifikasi menggunakan buku kunci identifikasi gulma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 16 spesies gulma yang dikembangkan: Cyperus rotundus (L), Centotheace lappaceae (L), Ludwigia pruviana (L), Borreria latifolia (A), Eleusine indica (L), Asystasia gangetica (L), Piper aduncum (L), Cleome rutidosperma (DC), Boreria repens (DC), Sphenoclea zeylanica (L) G), Peperomia pellucida (L), Melastoma malabatricum (L), Ludwigia palustris (L), Phyllantus urinaria (L), Cyperus kyllingia (E)) dan Echinocloa colonum (L). Cadangan benih gulma dominan pada kedalaman 0-10 cm adalah Echinocloa colonum (L), pada kedalaman 11-21 cm cadangan benih gulma dominan adalah Eleusine indica (L), dan pada kedalaman 21-30 cm pasokan benih gulma dominan adalah Echinocloa colonum (L). Kata kunci: Cadangan benih gulma, inventaris, tanaman kelapa sawit Abstract. Reserves of weed seeds on the ground are important factors to determine the population, diversity, and diversity of weed seed reserves on certain land produced by previous weeds and can also be a determinant of future weed deposition methods. Related research to find out what are the reserves of weed seeds found on plantation land and about which weed species are the most dominant..The research was conducted from February to March 2019 in Sumber Sari Village, Sebulu District, Kutai Kartanegara Regency. The method used is a descriptive method by comparing and comparing the results of analysis of vegetation and germination of weed seed reserves then used using approved weed books.The results showed that there were 16 species of weeds that developed: Cyperus rotundus (L), Centotheace lappaceae (L), Ludwigia pruviana (L), Borreria latifolia (A), Eleusine indica (L), Asystasia gangetica (L), Piper aduncum(L), Cleome rutidosperma (DC), Boreria repens (DC), Sphenoclea zeylanica (G), Peperomia pellucida (L), Melastoma malabatricum (L), Ludwigia palustris (L), Phyllantus urinaria (L), Cyperus kyllingia (E )) and Echinocloa colonum (L). The dominant reserve of weed seeds at a depth of 0-10 cm is Echinocloa colonum (L), at a depth of 11-21 cm the dominant weed seed reserves are Eleusine indica (L), and the depth of 21-30 cm the dominant weed seed supply is Echinocloa colonum (L). Keywords: Reserves of weed seeds, inventory, oil palm plants
12
Embed
Kabupaten Kutai Kartanegara Inventory of Weed Seed ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Inventarisasi Cadangan Biji Gulma pada Lahan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq) di Desa Sumber Sari Kecamatan Sebulu
Kabupaten Kutai Kartanegara
Inventory of Weed Seed Reserves on Palm Oil Fields (Elaeis
guineensis Jacq) in Sumber Sari Village Sebulu DistrictKutai
Kartanegara Regency
Alexander Mirza
*Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Jalan Pasir Balengkong Kampus Gunung Kelua, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia
(Nephrolephis biserrata). Menurut Sastroutomo (1990), pada lahan perkebunan tanahnya jarang
mengalami pengolahan mempunyai jenis gulma tahunan yang komposisinya cukup besar
dibandingkan dengan gulma semusim.
Melastoma malabatricum (L) merupakan gulma yang dominan saat analisis vegetasi gulma Melastoma
malabathricum(L) merupakan gulma yang pertumbuhan dan perkembangbiakannya cukup cepat, karena gulma ini
dapat menghasilkan biji yang banyak untuk berkembangbiak. Melastoma malabathricum(L) merupakan gulma anak
kayu yang perkembangbiakannya cukup cepat. Gulma ini merupakan tumbuhan yang tumbuh liar pada tempat yang
mendapat sinar matahari yang cukup, seperti dilereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang.
Melastoma malabatricum(L) merupakan suku melastomataceae yang umumnya berupa semak, perdu atau pohon.
Senduduk berkembang biak dengan biji (Tjitrosoepomo, 2007). Senduduk tumbuh liar di lahan terbuka atau terlindung,
pada tanah kering atau lembab. Tumbuhan ini merupakan gulma pada tanaman keras, seperti karet, kelapa, kelapa
sawit dan jati (Djauhariyah dan Hermani, 2004).
Echinocloa colonum (L). merupakan gulma yang dominan saat perkecambahan biji gulma, proses
perkecambahan seed bank pada setiap lapisan tanah yang diambil memiliki kemampuan perkecambahan yang berbeda-
beda. Kelompok tumbuhan pioneer herba biasannya lebih cepat tumbuh berkecambah dibandingkan dengan kelompok
pioner berkayu.Ditemukan dipinggir jalan sawah ladang juga ditemukan hidup sebagai epifit pada batu dan kayu
banyak ditemukan di Kalimantan.
Penyebaran melalui pekerja dapat terjadi saat perpindahan tenaga kerja dari kebun lancuran (perawatan
minimal) ke kebun non lancuran. Penyebaran gulma oleh pergerakan ternak seperti kambing atau domba
dimungkinkan (Manzano dan Malo, 2007).
Cadangan biji gulma yang berbeda dengan hasil analisis vegetasi pada pada bak semai bisa dikarenakan adanya
tiupan angin, terjadinnya hujan, terbawa oleh hewan, pijakan para petani saat panen, pemupukan penyemprotan atau
penyiangan sehingga menyebabkan biji gulma menyebar di daerah-daerah yang lain bahkan tidak tumbuh. Sumber
utama biji gulma adalah biji dari gulma yang tumbuh sebelumnya dan biji yang menyebar melalui angin, air,
mekanisme pecahnya biji, hewan serta manusia (Sastroutomo, 1990).
Cadangan biji gulma lebih banyak tumbuh pada kedalaman 0-10 cm di bandingkan kedalaman 11-30 cm karena
biji gulma lebih banyak jatuh dipermukaan atas tanah. Pengaruh lingkungan dan perlakuan serta faktor internal dari
biji yang terdapat pada setiap lapisan tanah dapat mempengaruhi. Kondisi lingkungan harian ketika aklimatisasi tanah
pada kondisi tempat penyemaiaan seperti proses penyiraman, suhu, intesitas cahaya dan kelembaban sangat
mempengaruhi perkecambahan cadangan biji gulma yang terkandung dalam tanah. Kondisi lain adalah kualitas dari
biji baik dari dormansi, viabilitas biji, cadangan makanan dan kematangan biji. Setiap jenis tumbuhan memiliki tingkat
dormansi dan kualitas biji yang berbeda-beda.
Espinar et al. (2005) menyatakan bahwa seed bank umumnya paling banyak berada dipermukaan tanah, tetapi
adanya retakan tanah dapat menyebabkan perubahan ukuran seed bank (seed bank size) menurut kedalaman tanah.
Pada tanah tanpa gangguan, menurut Fenner (1995) seed bank berada pada kedalaman 2-5 cm dari permukaan tanah,
tetapi pada tanah pertanian, seedbank berada 12-16 cm dari permukaan tanah.
Terjadinya hujan membuat tanah terbawa oleh air hujan sehingga menyebabkan penumpukan tanah, hal ini
membuat tanah dilapisan atas berada pada lapisan bawah dan terjadinnya retakan tanah membuat cadangan biji gulma
masuk kedalam retakan tanah sehingga spesies gulma tertentu tidak tumbuh pada kedalaman 0-10 cm. Biji-biji gulma
yang berada dalam tanah tersebut mempunyai tingkat dormansi yang berbeda-beda, sehingga perkecambahan dari
suatu populasi biji gulma tidak terjadi secara serentak. Keadaan ini mengakibatkan biji-biji gulma dalam tanah akan
tetap menjadi masalah selama biji-biji tersebut masih ada.
Dominasi gulma di suatu pertanaman dapat diketahui melalui kegiatan penilaian gulma. Informasi mengenai
gulma dominan yang diperoleh dari kegiatan penelitian gulma berpengaruh langsung dalam pengambilan kebijakan
pengendalian gulma khususnya mengenai cara, alat, dan bahan yang digunakan agar pengendalian gulma menjadi
efesien dan efektif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada lahan kelapa sawit di Desa Sumber Sari kecamatan
Sebulu dapat disimpulkan sebagai berikut
J. Agroekoteknologi Tropika Lembab Mirza, A.
129
1. Cadangan biji gulma di Desa Sumber Sari Kecamatan Sebulu yang paling dominan pada kedalaman 0-10 cm
adalah Echinocloa colonum (L) pada kedalaman 11-21 cm yang dominan adalah Eleusine indica (L), dan
kedalaman 21-30 cm cadangan biji gulma yang dominan adalah Echinocloa colonum (L).
2. Cadangan biji gulma yang paling dominan pada lahan kelapa sawit di Desa Sumber Sari Kecamatan Sebulu
berjumlah satu yakni: Echinocloa colonum (L).
3. Gulma yang paling dominan pada lahan kelapa sawit di Desa Sumber Sari Kecamatan Sebulu adalah Melastoma
malabatricum (L).
DAFTAR PUSTAKA
De Gusman,C.C dan J.S Siemonsma.1999.Plant Resources Of South East AsianNO 13: SPICES. PROSEA.400p.
Djauhariya, E., dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya.Jakarta.
Breeden, G. 2010. Goosegrass (Eleusine indica). Turfgrass Weed Science at The University of Tennessee, Tennessee. Espinar, J.L., K.Thompson,L., and V. García. 2005. Timing of seed dispersal generates a bimodal seed bank depth distribution. Amer. J. Bot. 92 :
1759- 1763.
Mangkoediharjo,S dan Samudro, G. 2010. Fitoteknologi Terapan. Graha ILMU. Yogyakarta.
Manzano, P., and J. E. Malo. 2007. Extreme long-distance seed dispersal via sheep. Front. Ecol. Environ.4:244-248.
Moenandir, J. 2006 Ilmu Gulma. Universitas Brawijaya Pers. Malang.
Mubarokah,N.2015.Inventarisai Cadangan Biji Gulma pada Lahan Sawah di Desa Bukit Raya Desa Karang Tunggal dan Desa Karang Rejo Kecamatan Tenggarong Sebrang. Skripsi.UNMUL.Samarinda.
Sastroutomo, S. 1990. Ekologi Gulma. (ID): Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. Setyamidjaja, D. 2006. Seni Budi Daya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Sinuraya, S,M. 2007. Gulma tanaman. Fakultas pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. Sundaru, M.Syam dan M. Bakar. 1976.Beberapa Jenis gulma Padi Sawah. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor,Buletin Teknik No 1.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Triharso. 1994. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gajah Mada University Press. Yogyakata. Tsuyuzaki, S., M. Goto. 2001. Persistence of Seed Bank Under Thick Volcanic Deposits Twenty Years After Eruptions of Mount Usu, Hokkaido
Island, Japan.Amer. J. Bot. 88: 1813-1817.
Zadar, N, I. 2012. Botani Tumbuhan ( Famili Piperaceae ). Sulawesi.