Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana para pekerja beraktifitas sehari-hari mengandung banyak bahaya, langsung maupun tidak langsung bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. Bahaya-bahaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bahaya getaran, kimia, radiasi, thermal, pencahayaan, dan kebisingan. Resiko bahaya yang dihadapi tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja yang diakibatkan karena kombinasi dari berbagai faktor seperti tenaga kerja, peralatan kerja, dan lingkungan kerja (Goetsh, 1996). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dapat dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah sehingga pekerja tidak mudah lelah. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Di samping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi. Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih 1
17

K3

Jan 28, 2016

Download

Documents

Dhika Rizky A

K3
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: K3

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana para pekerja beraktifitas sehari-hari mengandung banyak bahaya, langsung maupun tidak langsung bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. Bahaya-bahaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bahaya getaran, kimia, radiasi, thermal, pencahayaan, dan kebisingan. Resiko bahaya yang dihadapi tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja yang diakibatkan karena kombinasi dari berbagai faktor seperti tenaga kerja, peralatan kerja, dan lingkungan kerja (Goetsh, 1996).

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dapat dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah sehingga pekerja tidak mudah lelah.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Di samping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.

Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memnuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga melahirkan begitu banyak kasus kecelakaan kerja di lingkungan masyarakat.

K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Menurut Suma’mur (1981:2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Fungsi K3:1. Fungsi dari kesehatan kerja

- Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko dari bahaya kesehatan di tempat kerja.

1

Page 2: K3

- Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktek kerja termasuk desain tempat kerja.

- Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan kerja dan APD- Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja- Terlibat dalam proses rehabilitasi- Mengolah P3K dan tindakan darurat

2. Fungsi dari keselamatan kerja- Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek berbahaya- Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program- Terapkan, dokumentasikan dan informasikan rekan lainnya dalam hal pengendalian

bahaya dan program pengendalian bahaya- Ukur, periksa kembali keefektifitas pengendalian bahaya dan program pengendalian

bahaya

B. MANFAAT

1. Memberikan pemahaman lebih mendalam kepada pekerja yang dapat diterapkan sebagai dasar untuk meningkatkan keamanan kerjanya terutama dalam lingkungan fisik.

2. Memberikan pengetahuan akan berbagai masalah fisik yang terdapat dalam lingkungan kerja.3. Memberikan pengetahuan untuk mencegah bahaya fisik yang kemungkinan akan terjadi di

lingkungan kerja.

C. TUJUAN

Agar mahasiswa dan pekerja dapat mengetahui dan memahami bahaya fisik dilingkungan kerja dan dampaknya terhadap kesehatan.

2

Page 3: K3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi membahayakan para pekerja. Pengendalian ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat pekerjaan, pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja baik mesin atau instrumen dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan tersebut. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja dan tingkat kesehatan yang tinggi.

Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana para pekerja beraktifitas sehari-hari mengandung banyak bahaya, langsung maupun tidak langsung bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. Bahaya-bahaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bahaya getaran, kimia, radiasi, thermal, pencahayaan, dan kebisingan. Resiko bahaya yang dihadapi tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja yang diakibatkan karena kombinasi dari berbagai faktor seperti tenaga kerja, peralatam kerja dan lingkungan kerja.

B. Bahaya Fisik

Bahaya ini seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, radiasi, dan sebagainya. Keadaan tempat kerja yang terlalu panas mengakibatkan karyawannya cepat lelah karena kehilangan cairan dan garam, bila panas lingkungan berlebihan suhu tubuh akan meningkat yang menimbulkan gangguan kesehatan, pada kedaan berat suhu tubuh sangat tinggi yang mengakibatkan pingsan sampai kematian, keadaan yang terlalu dingin juga akan menyebabkan karyawan sering sakit sehingga akan menurunkan daya tahan tubuhnya.

Kebisingan mengganggu konsentrasi, komunikasi dan kemampuan berpikir, kebisingan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penurunan sifat permanen, nilai ambang batas kebisingan adalah 85 dB untuk karyawan yang bekerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.

Pencahayaan penting untuk efisiensi kerja. Pencahayaan yang kurang memadai atau menyilaukan akan melelahkan mata. Kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat menyebabkan kecelakaan. Untuk pengaturan intensitas pencahayaan telah diatur dalam peraturan menteri perburuan No 7 tahun 1964.

Getaran yang berlebihan menyebabkan berbagai penyakit pada pembuluh darah, syaraf, sendi dan tulang punggung, sedang radiasi panas akan menyebabkan suhu tubuh meningkat dan akibatnya sama dengan ruang kerja yang panas, selain itu terdapat berbagai radiasi seperti radiasi dari bahan radioaktif, radiasi sinar dan radiasi gelombang mikro yang dapat menimbulkan berbagai penyakit pada pekerja.

3

Page 4: K3

C. Kebisingan

Bising adalah campuran berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan. Saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktifitas-aktifitas alam. Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi.

Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain :1. Jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan.2. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperto masalah komunikasi, turunnya

konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.3. Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dB) pada jangka waktu tertentu dapat

menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis.4. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak diklaim, contoh :

pengolahan kayu, tekstil, metal dll

Kualitas bunyi ditentukan oleh dua hal, yakni frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel (dB). Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki (bising).

Skala Intensitas Kebisingan Desibel Batas Dengar Tertinggi

No Sumber Skala dB batas dengar tertinggi

1 Halilintar 120 dB 2 Meriam 110 dB3 Mesin Uap 100 dB 4 Jalan yang ramai 90 dB5 Pluit 80 dB6 Kantor Gaduh 70 dB7 Radio 60 dB8 Rumah Gaduh 50 dB9 Kantor pada umumnya 40 dB10 Rumah Tenang 30 dB11 Kantor perorangan 20 dB12 Sangat tenang , Suara daun jatuh, Tetesan 10 dB

4

Page 5: K3

air

Kebisingan mempengaruhi kesehatan seperti dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah di atas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran. Di samping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (misscommunication) atau salah persepsi terhadap orang lain. Karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras. Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga karena dianggap sebagai sikap marah. Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja.

Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB. Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa risih adanya benda asing di telinganya. Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau untuk memakainya.

D.      Getaran

Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan powered tool berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai Raynaud’s phenomenon atau vibration-induced white fingers (VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang. Contoh: Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.

E.       Radiasi Non Mengion

Radiasi non mengion antara lain: radiasi ultraviolet, visible radiation, inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi radio).

1.      Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak. 2.      Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit. 3.      Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker. Contoh:         Radiasi ultraviolet: pengelasan.         Radiasi Inframerah: furnace/ tungku pembakaran          Laser: komunikasi, pembedahan

5

Page 6: K3

F.      Pencahayaan atau Penerangan (Iluminasi)

Tujuan pencahayaan:1.      Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan 2.      Memberi lingkungan kerja yang aman

Efek pencahayaan yang buruk yaitu mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala,

berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik antara lain meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.

Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.

Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang di dalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya. Objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Di samping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda. Pada kasus ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur.

Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

- Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.

- Meningkatkan penerangan, sebaiknya dua kali dari penerangan di luar tempat kerja. Di samping itu pada beberapa bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.

- Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari. Selain akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan di atas, penerangan atau pencahayaan baik yang kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik, misalnya silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau pencegahan.

6

Page 7: K3

Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain:a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang menyebabkan

silau dibandingkan lampu biasa.b. Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga tidak

langsung mengenai bidang yang mengkilap.c. Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang

langsung memasukkan sinar mataharid. Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu benda.

Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.

Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :

  Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.   Kelemahan mental   Kerusakan alat penglihatan (mata).   Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolah, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut :

- Jarak antara gedung dengan bangunan lain tidak mengganggu masuknya cahaya matahari ke tempat kerja.

- Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan penerangan lampu yang cukup.

- Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32°C).

- Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja.

- Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak berkedip-kedip.

G.       Bau-Bauan

Bau yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja sehingga dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja. Bau-bauan sebenarnya merupakan jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi juga dari segi kebersihan pada umumnya.

Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklasifikasikan derajat gangguan kesehatan belum ada sehingga pengukurannya masih bersifat objektif. Hal ini disebabkan karena seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak biasa dengan bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa mencium bau aneh tersebut maka akhirnya menjadi terbiasa dan tidak mencium bau yang aneh tersebut. Orang yang bekerja di lingkungan yang berbau bensin atau oli, mula-mula merasakan bau tersebut tetapi lama-kelamaan tidak akan merasakan bau tersebut meskipun bau tersebut tetap ada di lingkungan kerja. Hal ini disebut penyesuaian

7

Page 8: K3

penciuman. Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam lingkungan kerja, perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan kelelahan penciuman. Dikatakan penyesuaian penciuman apabila indera penciuman menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus.

Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar. Misalnya orang tidak mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari bangkai binatang. Ketajaman penciuman seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis sewaktu-waktu, misalnya emosi, tegangan, ingatan, dan sebagainya. Orang yang sedang mengalami ketegangan psikologis atau stress tidak dapat mencium bau-bauan yang aneh yang dapat dicium oleh orang yang tidak dalam keadaan tegang.

Penciuman juga dapat dipengaruhi oleh kelembaban udara. Pada kelembaban antara 40-70% tidak mempengaruhi penciuman tetapi di bawah atau di atas kelembaban itu dapat mempengaruhi penciuman.

Pengendalian bau-bauan di lingkungan kerja dapat dilakukan antara lain:1.   Pembakaran terhadap sumber bau-bauan misalnya pembakaran butil alkohol menjadi butarat

dan asam butarat.2.   Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis di antara zat-zat yang berbau. Kadar

zat tersebut saling menetralkan bau masing-masing. Misalnya bau karet dapat ditutupi atau ditiadakan dengan parafin.

3.   Absorbsi (penyerapan), misalnya penggunaan air dapat menyerap bau-bauan yang tidak enak.4.   Penambahan bau-bauan pada udara yang berbau untuk mengubah zat yang berbau menjadi

netral (tidak berbau). Misalnya menggunakan pengharum ruangan.5.   Alat pendingin ruangan (air conditioning) selain untuk menyejukkan ruangan juga sebagai

cara deodorisasi (menghilangkan bau-bauan yang tidak enak) di tempat kerja.

8

Page 9: K3

BAB IIIHASIL KUNJUNGAN DAN PEMBAHASAN

Data yang diobservasi

No Item yang diobservasi KeteranganYa Tidak

1. Keluasan ruangan atau lantai memenuhi syarat: (luas ruangan 4 m2/orang).

2. Ventilasi memenuhi syarat: (>10% luas lantai)

3. Ketinggian ruangan dari lantai memenuhi syarat: (minimal 3 m)

4. Kondisi lantai memenuhi syarat: (bersih, tahan terhadap bahan kimia, terbuat dari bahan yang keras)

5. Kelembapan dalam ruangan memenuhi syarat: (40%-60%)

6. Kebisingan dalam ruangan memenuhi syarat: (maksimal 85 dB (A))

7. Pencahayan memenuhi syarat: (cahaya matahari mencukupi penerangan ruangan)

8. Kenyamanan dalam ruangan memenuhi syarat: (suhu: 18-25oC) (Cukup penerangan, tata letak teratur, warna dinding yang baik dipandang).

9. Sistem saluran pembuangan baik

Pembahasan dari data

1. Keluasan ruangan tidak memenuhi syarat karena di laboratorium Analis Poltekkes Banten satu ruangan seluas ±20 m2, namun diisi oleh belasan hingga puluhan orang (sesuai jumlah mahasiswa per kelasnya) sedangkan luas ruangan yang memenuhi syarat yaitu 4 m2/ orang.

2. Ventilasi memenuhi syarat: (>10% luas lantai) karena pada ketiga laboratorium memiliki ventilasi di kedua sisi lab.

3. Ketinggian ruangan di labkesda dari lantai memenuhi syarat yaitu (minimal 3 m) pada setiap ruangan yang terdapat di ketiga laboratorium.

4. Kondisi lantai di laboratorium kimia, klinik, dan mikrobiologi pun memenuhi syarat: lantai bersih, tahan terhadap bahan kimia, terbuat dari bahan yang keras.

5. Kelembapan dalam ruangan tidak memenuhi syarat, syarat untuk kelembapan udara pada setiap ruangan yaitu sekitar 40%-60%. Pada ketiga lab tersebut tidak terdapat alat pemantau kelembapan ruangan, sehingga kami tidak dapat memantau kualitas kelembapan tiap lab.

9

Page 10: K3

6. Kebisingan dalam ruangan memenuhi syarat: (maksimal 85 dB (A)) pada ketiga laboratorium tersebut tidak terdapat sama sekali kebisingan karena tidak ada alat-alat yang menimbulkan kebisingan.

7. Pencahayan memenuhi syarat, cahaya matahari pun mencukupi penerangan ruangan, dan di setiap ruangan terdapat beberapa lampu yang mencukupi penerangan bagi para pekerja.

8. Kenyamanan dalam ruangan memenuhi syarat (suhu: 18-25oC) (Cukup penerangan, tata letak teratur, warna dinding yang baik dipandang). Suhu pada laboratorium klinik mencapai 16°C, laboratorium kimia mencapai 18°C, sementara suhu pada laboratorium mikrobiologi 20°C. Penerangan yang cukup, tata letak atur penempatan alat-alat laboratorium yang tepat tanpa menghalangi lalu lintas para pekerja. Warna cat dinding yang digunakan berwarna gading agar enak dipandang dan dapat memperterang ruangan.

9. Sistem saluran pembuangan baik, karena ketiga laboratorium ini menerapkan sistem pembuangan air yang baik. Sejauh ini limbah yang dihasilkan berupa sisa reagen dan media. Tidak ada limbah infeksius maupun asap yang memerlukan perhatian khusus

10

Page 11: K3

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Penerapan bahaya lingkungan fisik di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja

selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai

tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak.

Pihak pemerintah dalam hal ini yakni Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang

bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk

teknis dan pedoman K3 di tempat kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun

lintas sektor terkait dalam pembinaannya.

Saran

Setelah pembaca membaca makalah ini diharapkan dapat mengerti tentang pentingnya

menghindari bahaya lingkungan fisik dan dampaknya terhadap faal kerja.

Daftar pustaka1. Silalahi, B, N, B. 1991. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja. PT Pustaka Binaman

Presindo. Jakarta2. Suma’mur PK. 1993. Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Cetakan ke-9. CV Haji

Hasagung. Jakarta3. Slamet soemirat juli. Kesehatan lingkungan. Bandung : Gajah Mada4. Yakin addinul. Ekonomi sumberdaya dan lingkungan. Jakarta : Akademika Presido5. Http://mily.wordpress.com/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3/ 6. http://masteran.blogspot.com/2009/05/lingkungan-fisik-kerja.html

11

Page 12: K3

LAMPIRAN

12