KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyusun Makalah yang berjudul “Keselamatan Kesehatan Kerja Rumah Sakit” tepat pada waktunya. Saya sangat bersyukur bisa menyelesaikan Makalah ini. Walaupun dalam pengerjaan Makalah ini sangat banyak kendalanya. Namun, Makalah ini dapat membantu saya dalam proses belajar. Akhirnya, saya berharap agar Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Saya memohon maaf jika dalam penulisan atau pun dalam pengetikan dan isi dari materinya ada yang salah mohon di maklumi. Untuk itu saya ingin meminta kritik dan saran dari kalian semua agar karya laporan saya bisa menjadi lebih baik. Terima kasih.
kesehatan keselamatan kerjayang adan di rumah sakit
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyusun Makalah yang berjudul
“Keselamatan Kesehatan Kerja Rumah Sakit” tepat pada waktunya. Saya sangat
bersyukur bisa menyelesaikan Makalah ini. Walaupun dalam pengerjaan Makalah
ini sangat banyak kendalanya. Namun, Makalah ini dapat membantu saya dalam
proses belajar.
Akhirnya, saya berharap agar Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Saya memohon maaf jika dalam penulisan atau pun dalam pengetikan dan isi dari
materinya ada yang salah mohon di maklumi. Untuk itu saya ingin meminta kritik
dan saran dari kalian semua agar karya laporan saya bisa menjadi lebih baik.
Terima kasih.
Yogyakarta, 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas
medis lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi
berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program
keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya
perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan
limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain
terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di rumah sakit juga “concern” keselamatan dan hak-hak pasien,
yang masuk kedalam program patient safety.
Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa
sumber “best practices” yang berlaku secara Internasional, seperti National
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), the Centers for Disease
Control (CDC), the Occupational Safety and Health Administration (OSHA), the
US Environmental Protection Agency (EPA), dan lainnya. Data tahun 1988, 4%
pekerja di USA adalah petugas medis. Dari laporan yang dibuat oleh The National
Safety Council (NSC), 41% petugas medis mengalami absenteism yang
diakibatkan oleh penyakit akibat kerja dan injury, dan angka ini jauh lebih besar
dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Survei yangdilakukan terhadap 165
laboratorium klinis di Minnesota memperlihatkan bahwa injury yang terbanyak
adalah needle sticks injury (63%) diikuti oleh kejadian lain seperti luka dan
tergores (21%). Selain itu pekerja di rumah sakit sering mengalami stres, yang
merupakan faktor predisposisi untuk mendapatkan kecelakaan. Ketegangan otot
dan keseleo merupakan representasi dari low back injury yang banyak didapatkan
dikalangan petugas rumah sakit.systems.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja ?
2) Bahaya apa yang sering kita dapatkan di rumah sakit ?
3) Bagai mana bentuk manajemen kesehatan dan keselamatan kerja ?
4) Bagaimana peran dines kesehatan pada K3 ?
C. Tujuan
1) untuk mengetahui pengertian dan tujuan kesehatan dan keselamatan kerja.
2) untuk mengetahui Bahaya di rumah sakit.
3) untuk mengetahui bentuk manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.
4) untuk mengetahui sejauh mana peran dines kesehatan pada K3.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita
pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi.
Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman
walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada
pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami
sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan
lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan
dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan
untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka
jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak
hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap
pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS
menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi
listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang
berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi
bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan
di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS.
B. Tujuan K3 Pada Rumah Sakit
Tujuan K3RS adalah agar tercapai suatu kondisi kerja dan lingkungan
kerja Rumah Sakit yang memenuhi persyaratan K3, dengan harapan adanya
peningkatan, efisiensi kerja serta peningkatan produktifitas kerja yang ditandai
dengan adanya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit. Adapun tujuan
keselamatan kerja menurut Suma’mur (1987) adalah melindungi tenaga kerja atas
hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
untuk meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin setiap
keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja, sumber produksi
dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Keselamatan kerja
merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian
sebagai akibat kecelakaan kerja.
C. Penerapan K3 Pada Rumah Sakit
Penerapan K3 RS sudah merupakan keharusan dilaksanakan oleh
manajemen rumah sakit, selain merupakan persyaratan akreditasi suatu rumah
sakit, juga penting untuk meningkatkan mutu pelayanan / quality
assurance rumah sakit. Selain hal dalam penerapan K3RS ditujukan agar dicapai
suatu kondisi kerja dan lingkungan kerja rumah sakit yang memenuhi syarat K3
sehingga diperoleh peningkatan efisiensi kerja dan peningkatan produktivitas
tenaga kerja rumah sakit. Upaya penerapan K3RS akan mencapai keberhasilan
yang baik bila didiukung oleh seluruh komponen kerja di lingkungan kerja rumah
sakit.
Tahapan-tahapan didalam penerapan K3RS di mulai dengan
mengupayakan adanya :
1. Kebijakan Manajemen Rumah Sakit
Kebijakan manajemen rumah sakit harus sesuai dengan komitmen
manajemen rumah sakit, kesadaran akan pentingnya K3RS dan keyakinan
mendukung kualitas pelayanan rumah sakit. Kebijakan manajemen
K3RS / safety andhealth policy berfokus pada penilaian kerja / operasional rumah
sakit dan penerapan K3 semua organisasi di rumah sakit. Pelaksanaan K3RS
meliputi standar kerja RS, standar keamanan bangunan, standar peralatan, standar
pengendalian / kondisi emergensi, standar pengolahan limbah dan lingkungan.
2. Pengorganisasian K3 Rumah Sakit
Pelaksanaan kebijakan K3 rumah sakit agar terlaksana dengan baik perlu
dilakukan dalam bentuk organisasi dalam setiap rumah sakit dan memiliki kerja
yang jelas serta adanya keterlibatan dna tingkatan komponen kerja di rumah sakit.
Pengalaman menunjukkan suatu organisasi K3 tanpa program kerja yang jelas dan
tidak didukung manajemen rumah sakit serta komponen kerja lainnya, akan
merupakan kendalam di dalam penerapan K3RS. Organisasi K3 berada satu
tingkat di bawah direktur dan bukan merupakan kerja rangkap. Adapun
pengorgasisasian K3RS ada beberapa model yang pertama organisasi yang
terstruktur dan bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit. Bentuk organisasi
K3 di rumah sakit merupakan organisasi struktural yang terintegrasi ke dalam
komite yang ada di rumah sakit dan disesuaikan dengan kondisi/kelas masing-
masing rumah sakit, misalnya komite medis/nosokomial kemudian yang kedua
organisasi fungsional (non struktural), bertanggung jawab langsung ke direktur
rumah sakit. Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3 RS, yang dibantu oleh
unit K3 yang beranggotakan seluruh unit kerja di rumah sakit.
3. Perencanaan dan Penerapan K3RS
Penerapan K3RS meliputi identifikasi faktor bahaya dan resiko yang
diakibatkannya (Hazard identification and risk assessment) dan menentukan
prioritas faktor bahaya serta mengurangi resiko bahaya yang ditimbulkan
identifikasi faktor bahaya dan pengendaliannya sangat menentukan keberhasilan
organisasi K3.
Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 rumah sakit, perlu
disusun strategi antara lain:
a. Advokasi sosialisasi program K3 rumah sakit
b. Menetapkan tujuan yang jelas
c. Organisasi dan penugasan yang jelas
d. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 rumah sakit pada setiap unit
kerja di lingkungan rumah sakit
e. Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen puncak
f. Kajian resiko secara kualitatif dan kuantitatif
g. Membuat program kerja K3 rumah sakit yang mengutamakan
upaya peningkatan dan pencegahan
h. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala
Perencanaan.
D. Bahaya Yang Dihadapi Dalam Rumah Sakit Atau Instansi Kesehatan
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada
bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik ,
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang
dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obat– obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .
3. Bahaya radiasi .
4. Luka bakar .
5. Syok akibat aliran listrik .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha
pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin
kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja di rumah sakit / instansi kesehatan.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan
bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain.
Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus
dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitusprains, strains :