Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 ii Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, yaitu sebagai economic intelligence dan research unit diwilayah kerjanya dalam rangka memberikan data, informasi dan rekomendasi kepada stakeholdernya di daerah. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survey), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian Ekonomi Regional secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan Daerah Sulawesi Selatan. Dalam perkembangannya, sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 materi kajian untuk Provinsi Sulawesi Barat dibuat dan dicetak terpisah dari kajian Provinsi Sulawesi Selatan sebagai bentuk dukungan kepada Provinsi Sulawesi Barat untuk tumbuh dan berkembang. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Selain dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah, seperti Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, dunia usaha, media massa dan kalangan masyarakat Iainnya, kajian ini juga akan disampaikan kepada kantor pusat Bank Indonesia sebagai salah satu bahan masukan dalam formulasi kebijakan moneter, perbankan dan sistem pembayaran. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung dimasa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini. Makassar, Mei 2008 BANK INDONESIA MAKASSAR Ttd. Rizal A. Djaafara Pemimpin K P ata engantar
85
Embed
K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
ii
Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, yaitu sebagai economic intelligence dan research unit diwilayah kerjanya dalam rangka memberikan data, informasi dan rekomendasi kepada stakeholdernya di daerah. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survey), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala.
Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian Ekonomi Regional secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan Daerah Sulawesi Selatan. Dalam perkembangannya, sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 materi kajian untuk Provinsi Sulawesi Barat dibuat dan dicetak terpisah dari kajian Provinsi Sulawesi Selatan sebagai bentuk dukungan kepada Provinsi Sulawesi Barat untuk tumbuh dan berkembang. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi.
Selain dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah, seperti Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, dunia usaha, media massa dan kalangan masyarakat Iainnya, kajian ini juga akan disampaikan kepada kantor pusat Bank Indonesia sebagai salah satu bahan masukan dalam formulasi kebijakan moneter, perbankan dan sistem pembayaran.
Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung dimasa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Mei 2008
BANK INDONESIA MAKASSAR
Ttd. Rizal A. Djaafara
Pemimpin
K Pata engantar
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 iii
KATA PENGANTAR ~ i DAFTAR ISI ~ iii RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI PEKDA-IV 2007 ~9 BAB1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 11 1.1. Rermintaan Daerah ~ 11 a. Konsumsi ~ 13
b. Investasi ~ 15 c. Net Ekspor Impor ~ 16 1.2. Penawaran Daerah ~ 18 a. Sekotor Pertanian ~ 20
b. Sektor Listrik-Gas-Air Besih ~ 22 c. Sektor-Sektor Lainnya ~ 23
BAB 2 Perkembangan Perbankan ~ 26 2.1. Perkembangan Uang Giral dan Uang Kuasi ~ 26 2.2. Perkembangan Perbankan ~ 27 a. Penghimpunan Dana Masyarakat oleh Bank Umum ~ 29 b. Perkembangan Kredit dan Kategorinya pada Bank Umum ~31 c. Perkembangan Intermediasi di wilayah Sulawesi Barat ~ 33
d. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah (BPRS) ~ 35 BOKS : PERKEMBANGAN DPK BANK UMUM SULBAR ~ 37 BAB 3 KEUANGAN DAERAH ~ 40 BAB 4 PROSPEK EKONOMI ~ 43
1. Prospek Ekonomi Makroregional ~ 43
2. Prospek Perbankan ~ 44
LAMPIRAN 1 ~ 45
D Iaftar si
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 iv
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
1
I
GAMBARAN UMUM
Kinerja makroekonomi regional Sulawesi Selatan pada
triwulan I-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 10,67%
(y.o.y), sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan
tahunan triwulan sebelumnya sebesar 10,36% (y.o.y), namun
lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007 yang sebesar 2,54%
(y.o.y).
Dari sisi penawaran (sektoral), seluruh sektor mengalami
pertumbuhan positif dengan sektor pertanian sebaga
penyumbang utama pertumbuhan. Dari sisi permintaan, laju
pertumbuhan regional secara umum masih didukung oleh
kinerja konsumsi.
Laju inflasi tahunan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel)1
tercatat sebesar 7,96% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
5,71% (y.o.y) namun lebih rendah dibandingkan laju inflasi
nasional yang tercatat sebesar 8,17% (y.o.y). Sementara secara
triwulanan, laju inflasi pada periode laporan mengalami
peningkatan yaitu dari deflasi 0,53% (q.t.q) pada triwulan IV-
2007 menjadi 4,45% (q.t.q), yang juga lebih tinggi bila
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 2,28% (q.t.q).
Kinerja intermediasi perbankan di Sulsel berdasarkan
indikator rasio kredit/pembiayaan dibanding DPK (LDR) pada
triwulan laporan tercatat sebesar 96,70% untuk bank umum,
170,48% untuk BPR/S dan secara total adalah sebesar 96,98%.
1 Laju inflasi Sulsel di proxi dengan menggunakan laju inflasi kota Makassar (BPS Prov. Sulsel)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja makroekonomi regional Sulawesi Selatan pada triwulan I-2008 tumbuh 10,67% (y.o.y) ……
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
2
LDR tersebut mencatat kenaikan dibanding periode sebelumnya
yang tercatat sebesar 91,46%.
Sementara itu, pangsa kredit/pembiayaan MKM
dibandingkan total kredit/pembiayaan adalah 55,03% atau
sebesar Rp12,99 triliun (Bank Umum dan BPR/S).
Kredit/pembiayaan UMKM tersebut meningkat 5,98% dari
Rp12,25 triliun pada triwulan lalu.
Inflow uang kartal ke kas KBI Makassar pada triwulan I-
2008 dibandingkan triwulan sebelumnya meningkat 15,8% dari
Rp2.017,7 miliar menjadi Rp2.336,4 miliar. Kemudian aliran
uang kartal yang keluar (outflow) tercatat mengalami
peningkatan sebesar 45,6% (y.o.y), yaitu dari Rp410 miliar
menjadi Rp597,2 miliar pada periode laporan. Berdasarkan data
tersebut, perkasan BI Makassar mencatat aliran bersih (net-
inflow) sebesar Rp1.739,2 miliar.
Realisasi keuangan daerah untuk triwulan I-2008 masih
sangat kecil mengingat persetujuan anggaran (APBD) baru
diberikan pada bulan Februari 2008. Namun dari sisi alokasi
DAK dan DAU untuk Sulsel, baik untuk propinsi maupun
kabupaten/kota, terdapat peningkatan .
Adapun outlook kondisi perekonomian pada triwulan II-
2008 dari sisi penawaran, diperkirakan sektor pertanian akan
mengalami penurunan produksi sehubungan dengan makin
berkurangnya daerah yang panen dan secara dominan beberapa
daerah akan memasuki masa tanam. Sektor perdagangan-hotel-
restotan dan sektor angkutan-komunikasi diperkirakan akan
menjadi pendorong utama pertumbuhan sejalan dengan
masuknya masa liburan sekolah. Sementara, dari sisi permintaan
kinerja konsumsi tetap akan mendorong pertumbuhan ekonomi
Sulsel pada triwulan II-2008.
Untuk outlook inflasi, pada triwulan mendatang
diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Laju inflasi akan
didorong oleh kenaikan harga BBM yang diperkirakan akan
Kredit UMKM meningkat 5,98% dari menjadi Rp12,99 triliun ………
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
3
dilakukan oleh pemerintah pada akhir triwulan mendatang.
Berdasarkan kelompoknya, laju inflasi akan terjadi di semua
kelompok dengan kelompok bahan makanan diperkirakan akan
menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Berdasarkan disagregasi
inflasi, inflasi kelompok administered goods akan menjadi
pendorong utama laju inflasi daerah.
PERKEMBANGAN KONDISI MAKROEKONOMI
Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada
triwulan I-2008 tercatat sebesar 10,67% (y.o.y), sedikit
melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan
triwulan sebelumnya sebesar 11,26% (y.o.y), namun lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-
2007) yang sebesar 2,54%.
Dari sisi penawaran (sektoral), hampir seluruh sektor
mengalami perlambatan pertumbuhan, kecuali terdapat 3 (tiga)
sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni sektor
pertambangan dan galian, sektor industri dan sektor
perdagangan-hotel-restoran. Berdasarkan sumbangan
sektoralnya, sektor pertanian tercatat sebagai penyumbang
tertinggi pertumbuhan, diikuti oleh sektor bangunan dan sektor
industri pengolahan.
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan regional secara
umum didukung oleh meningkatnya kinerja ekspor (antar
propinsi dan antar negara), dengan pertumbuhan tahunan
tertinggi pada ekspor antar propinsi yang tercatat sebesar
75,47% (y.o.y), sedangkan pertumbuhan triwulan tertinggi
adalah pada kinerja investasi yang tercatat sebesar 6,45%
(q.t.q).
Sementara itu secara triwulanan, laju pertumbuhan
ekonomi di wilayah Sulsel tercatat mengalami perlambatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan,
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
4
pertumbuhan triwulanannya tercatat sebesar 0,61% (q.t.q),
sedangkan triwulan sebelumnya sebesar 2,63% (q.t.q).
Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan
pada konsumsi, khususnya konsumsi pemerintah, dan
perlambatan pada kinerja ekspor. Sementara kinerja investasi
secara triwulanan tercatat meningkat.
Kinerja investasi pada triwulan I-2008 tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 19,30% (y.o.y) yang memberikan
sumbangan terhadap pertumbuhan tahunan ekonomi Sulsel
sebesar 3,38% (y.o.y). Angka pertumbuhan tahunan kinerja
investasi pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,41%
(y.o.y) maupun triwulan I-2007 yang tercatat sebesar 7,52%
(y.o.y).
PERKEMBANGAN INFLASI
Laju inflasi tahunan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel)
tercatat sebesar 7,98% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 5,71% (y.o.y) namun masih lebih rendah dibandingkan
laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,17% (y.o.y).
Berdasarkan kelompoknya, laju inflasi tahunan tertinggi
terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar
14,75% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 11,27% (y.o.y). Sedangkan laju inflasi
tahunan terendah terjadi pada kelompok transportasi yaitu
sebesar 0,74% (y.o.y). Berdasarkan sumbangannya, kelompok
bahan makanan masih merupakan penyumbang inflasi tertinggi
tercatat sebesar 4,35% (y.o.y) lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yaitu sebesar 3,19% (y.o.y) sedangkan
penyumbang inflasi terendah adalah kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat sebesar 0,14%
Laju inflasi di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat sebesar 7,98% (y.o.y) …..
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
5
(y.o.y).
Sementara secara triwulanan (yang juga berarti secara
kumulatif/tahun kalender), laju inflasi pada periode laporan
mengalami peningkatan yaitu dari deflasi 0,53% (q.t.q) pada
triwulan IV-2007 menjadi inflasi 4,45% (q.t.q), yang juga lebih
tinggi bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar 2,28% (q.t.q).
Peningkatan inflasi pada triwulan ini terutama didorong
oleh peningkatan laju inflasi kelompok bahan makanan dan
makanan jadi yang diperkirakan karena terdapat kenaikan
harga beberapa komoditas yang mengikuti kenaikan harga
pasar dunia dan juga karena faktor keterbatasan pasokan. Inflasi
triwulanan (juga tahun kalender) tertinggi masih terjadi pada
kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 9,94% (q.t.q
dan y.t.d.), sedangkan inflasi terendah masih pada kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 0,09% (q.t.q
dan y.t.d.).
Pada triwulan I-2008, determinan inflasi terutama
berasal dari sisi penawaran (cost push inflation), yaitu
meningkatnya biaya produksi sebagai konsekuensi dari kenaikan
harga bahan baku dan bahan penolong serta faktor musiman.
Inflasi volatile foods masih tercatat mendominasi perkembangan
IHK Sulsel pada triwulan laporan bila dibandingkan dengan
kelompok barang/jasa yang harganya diatur pemerintah
(administreted) maupun inflasi inti (core-inflation).
Berdasarkan kelompok barang, penyumbang laju inflasi
tahunan tertinggi adalah kelompok bahan makanan yang
tercatat sebesar 14,75% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar
4,35%. Setelah itu adalah kelompok makanan jadi-minuman-
rokok yang tercatat sebesar 8,14% (y.o.y.) dengan sumbangan
sebesar 1,27%. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,
faktor pendorong laju inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
6
harga beberapa komoditas di pasar dunia dan adanya
kelangkaan barang.
Inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan terjadi
pada subkelompok kacang-kacangan yang tercatat sebesar
73,98% (y.o.y) terutama pada komoditas tempe yang tercatat
sebesar 118,33% (y.o.y). Kenaikan harga komoditas tersebut
disebabkan oleh kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku
tempe yang sampai saat ini masih diimpor dari luar negeri.
Kemudian disusul oleh sub kelompok bumbu-bumbuan yang
tercatat inflasi 46,17% dengan komoditas inflasi tertinggi
adalah bawang merah. Kenaikan harga bawang merah lebih
disebabkan oleh kelangkaan barang (faktor musiman).
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kinerja perbankan pada triwulan I-2008 mencatat
peningkatan dari sisi kredit yang disalurkan, namun dari sisi
asset dan DPK, tercatat mengalami penurunan kinerja.
Sementara dari sisi kelembagaan, pada triwulan laporan
terdapat satu unit usaha syariah yang membuka kantor cabang
di Sulsel, yaitu Bank Permata Syariah. Selain itu juga terdapat
penambahan satu BPR, yakni BPR Pesisir Tanadoang di
Kabupaten Takalar.
Meskipun terdapat penambahan jumlah
kelembagaan, namun sejalan dengan penurunan kinerja
kredit/pembiayaan, total asset perbankan pada triwulan I-2008
menurun. Pada triwulan laporan, total aset perbankan menurun
sebesar 0,23% dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan
asset terutama disumbang oleh penurunan asset perbankan
pemerintah yang turun sebesar 2,30%. Sementara asset
perbankan swasta dan BPR/S tercatat meningkat, masing-
masing sebesar 3,28% dan 8,12% dibandingkan dengan akhir
tahun 2007.
Dari sisi penghimpunan dana, DPK yang dihimpun
Kinerja perbankan pada triwulan I-2008 belum sepenuhnya memperlihatkan peningkatan ……….
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
7
oleh perbankan (bank umum dan BPR) pada triwulan laporan
tercatat menurun sebesar 1,53% yaitu dari Rp24,71 triliun pada
triwulan sebelumnya menjadi Rp24,34 triliun pada triwulan
laporan. DPK bank umum menurun sebesar 1,55% dari
Rp24,59 triliun menjadi Rp24,22 triliun. Penurunan DPK bank
umum terutama disebabkan oleh penurunan tabungan dan
giro.
Kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan
Sulsel (Bank Umum dan BPR/S) tercatat meningkat, yaitu sebesar
4,41% dari Rp22,60 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi
Rp23,60 triliun pada triwulan laporan.
Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya,
sebagian besar kredit/pembiayaan perbankan Sulsel
diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan
Menengah (MKM) dengan pangsa terhadap total
kredit/pembiayaan adalah 55,03% atau sebesar Rp12,99 triliun
(Bank Umum dan BPR/S). Kredit/pembiayaan MKM tersebut
meningkat 5,98% dari Rp12,25 triliun pada triwulan lalu.
Jika dilihat Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian
besar portofolio kredit/pembiayaan didominasi oleh
kredit/pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi), yakni
sebesar 55,36%, sementara kredit konsumsi memiliki pangsa
sebesar 44,64%. Namun dari sisi pertumbuhannya, kredit
konsumsi tumbuh tertinggi, yakni sebesar 6,61% (q.t.q), dari
Rp9,88 triliun menjadi Rp10,54 triliun. Adapun kredit modal
kerja dan investasi masing-masing meningkat sebesar 2,66%
dan 2,84%, dari Rp9,39 triliun dan 3,33 triliun pada akhir tahun
2007 menjadi Rp9,64 triliun dan Rp3,43 triliun.
Pada triwulan laporan, jumlah kredit bermasalah
(NPLs) di wilayah Sulsel tercatat sebesar Rp2,21 trilyun (bank
umum), meningkat 3,27% dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar Rp2,14 triliun. Namun berdasrkan rasio NPLs
dibandingkan dengan total kredit/pembiayaan NPLs (gross)
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
8
perbankan Sulsel mencatat penurunan, yaitu dari 9,53% pada
triwulan IV-2007 menjadi 9,43% pada triwulan laporan.
Sementara rasio NPLs net menurun dari 3,58% pada triwulan
lalu menjadi 2,41%.
Berdasarkan kinerja DPK dan penyaluran
kredit/pembiayaan di atas, maka indikator rasio kredit dibanding
DPK (LDR) pada triwulan laporan tercatat sebesar 96,70% untuk
bank umum, 170,48% untuk BPR/S dan secara total adalah
sebesar 96,98%. LDR tersebut mencatat kenaikan dibanding
periode sebelumnya yang tercatat sebesar 91,46%.
Kinerja perbankan syariah di Sulsel pada periode laporan
mencatat peningkatan. Dari sisi pendanaan, DPK perbankan
syariah pada triwulan laporan meningkat sebesar 10,07% dari
Rp530,92 miliar menjadi Rp584,39 miliar. Dari sisi pembiayaan,
pada triwulan I-2008 tercatat sebesar Rp909,58 miliar,
meningkat sebesar 5,97% dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp858,30 miliar.
Bertambahnya jumlah bank syariah yang beroperasi di
Sulsel dan ekspansi pembiayaan secara langsung maupun
melalui Festival Ekonomi Syariah (FES) telah meningkatkan
perkembangan asset perbankan syariah sebesar 16,05% dari
Rp1027,41 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp1192,26 miliar
pada triwulan laporan (lihat grafik 3.8). Dengan demikian
pangsa perbankan syariah terhadap total perbankan sempai
triwulan I-2008 adalah sebesar 3,81%. Pada akhir tahun 2008
ditargetkan pangsa asset perbankan syariah mencapai 5% dari
total asset perbankan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan laporan, posisi perkasan KBI Makassar
kembali mengalami posisi net-inflow dalam jumlah yang cukup
besar setelah pada triwulan sebelumnya mengalami ouflow.
Inflow uang kartal ke kas KBI Makassar pada triwulan I-2008
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
9
dibandingkan triwulan I-2007 meningkat signifikan yaitu
sebesar 15,8% (y.o.y) dari Rp2.017,7 miliar menjadi Rp2.336,4
miliar. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan IV-2007 yang tercatat menurun sebesar -
41,73% (y.o.y). Sementara aliran uang kartal yang keluar
(outflow) tercatat mengalami peningkatan menjadi sebesar
45,6% (y.o.y) yaitu dari Rp410,0 miliar pada triwulan I-2007
menjadi sebesar Rp597,2 miliar pada triwulan laporan.
Dengan memperhitungkan selisih antara inflow dan
outflow tersebut, posisi perkasan KBI Makassar mencatat aliran
bersih (net-inflow) sebesar Rp1.739,2 miliar setelah pada
triwulan sebelumnya mengalami net outflow yang tercatat
sebesar Rp491,6 miliar. Kondisi tersebut bersifat seasonal, yaitu
terjadi peningkatan inflow setelah pada periode sebelumnya
terdapat perayaan Hari Besar Keagamaan (Hari Raya Natal, Idul
Fitri, Idul Adha dan Tahun Baru) yang pada tahun 2007 jatuh
pada triwulan IV (lihat Grafik 4.1).
KEUANGAN DAERAH
Secara umum tiap kabupaten/kota tercatat mengalami
peningkatan DAK, dimana kabupaten/kota yang menerima DAK
terbesar se-Sulsel adalah Kabupaten Bone yaitu sebesar 5,99%
dari total DAK tahun 2008, diikuti Kabupaten Luwu (5,29%)
dan Kabupaten Sinjai (5,23%). Ditinjau dari pertumbuhannya,
Kota Makassar mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar
134,25%. Hal ini selaras dengan perkembangan kota Makassar
yang terus menerus meningkat mengingat posisinya yang
merupakan ibukota provinsi.
Apabila ditinjau per bidang pembangunan,
pembangunan dibidang pendidikan menjadi prioritas
pembangunan di Sulsel dengan alokasi sebesar 33,73% dari
total DAK, yang meningkat 35,58% dari DAK 2007. Kondisi
tersebut dimaksudkan untuk menjalankan program pemerintah
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
10
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan masyarakat. Selain
itu, bidang infrastruktur juga menjadi prioritas pembangunan di
Sulsel yaitu sebesar 31,90% dari total DAK, yang meningkat
17,24% dari DAK 2007, terutama untuk pembangunan jalan
dan irigasi. Pada tahun 2008 tersebut, terdapat bidang baru
yang mendapatkan dana pembangunan dari pemerintah pusat
yaitu bidang kehutanan dan kependudukan.
Akibat peningkatan aliran uang kartal masuk (inflow) ke
Bank Indonesia, menyebabkan jumlah uang yang tidak layak
edar yang dimusnahkan (Pemberian Tanda Tidak Berharga
(PTTB)) selama triwulan laporan meningkat 39,6% dibandingkan
dengan triwulan I-2007 yaitu dari Rp949,4 miliar menjadi
Rp1.325,1 miliar. Sementara apabila dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp870,38 miliar,
jumlah uang yang dimusnakan mengalami peningkatan 52,2%.
Adapun selisih antara jumlah uang yang dimusnahkan
dengan jumlah aliran uang masuk (inflow) pada triwulan
laporan tercatat sebesar 56,7% atau menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 66,2%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa uang yang beredar di Sulawesi Selatan
dan disetorkan oleh bank umum relatif terjaga kebersihan dan
fisiknya.
Perkembangan transaksi transfer masuk via RTGS pada
triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 15,0%
dibanding triwulan I-2007 yaitu dari 7,6 triliun menjadi Rp8,8
triliun. Persentase pertumbuhan inflow tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2007
yang tercatat sebesar 16,6%. Sementara apabila dibandingkan
dengan triwulan IV-2007, transfer masuk pada triwulan laporan
mengalami penurunan sebesar -26,6% yaitu dari Rp11,9 miliar
pada triwulan IV-2007
OUTLOOK PEREKONOMIAN DAERAH
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
11
Perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang tetap
akan mencatat pertumbuhan positif, namun melambat
dibandingkan dengan triwulan I-2008. Dari sisi penawaran,
pada triwulan II-2008 diperkirakan sektor pertanian akan
mengalami penurunan produksi sehubungan dengan makin
berkurangnya daerah yang panen dan secara dominan beberapa
daerah akan memasuki masa tanam. Sementara sektor
perdagangan-hotel-restoran akan menjadi pendorong utama
pertumbuhan sejalan dengan masuknya masa liburan sekolah.
Selain itu sektor angkutan juga diperkirakan menjadi pendorong
pertumbuhan. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi
diperkirakan tetap akan menjadi pendorong utama
pertumbuhan. Pengeluaran pemerintah akan mulai
direalisasikan sejalan dengan program kerja pemerintah daerah.
Sementara laju investasi yang sudah mulai membaik pada
triwulan I-2008 akan terus berlanjut sesuai dengan komitmen
pemerintahan baru untuk terus mengembangkan komoditas
unggulan di Sulsel.
Untuk outlook inflasi, pada triwulan mendatang
diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Laju inflasi akan
didorong oleh kenaikan harga BBM yang diperkirakan akan
dilakukan oleh pemerintah pada akhir triwulan mendatang.
Berdasarkan kelompoknya, laju inflasi akan terjadi di semua
kelompok dengan kelompok bahan makanan diperkirakan akan
menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Berdasarkan disagregasi
inflasi, inflasi kelompok administered goods akan menjadi
pendorong utama laju inflasi daerah. Laju inflasi tahunan Sulsel
pada triwulan mendatang diperkirakan akan mencapai kisaran
13%-15% dengan asumsi pemerintah menaikan harga BBM.
Kinerja perbankan pada triwulan mendatang
diperkirakan akan semakin membaik sejalan dengan begeraknya
perekonomian daerah yang sudah memiliki kepemimpinan hasil
Pilkada yang lalu. Aliran dana APBD dari pemerintah pusat ke
Perekonomian daerah pada triwulan mendatang akan tetap tumbuh positif, sementara laju inflasi akan meningkat …......
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
12
daerah dan bergeraknya sektor riil akan mendorong
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga di Sulsel. Sementara
kredit/pembiayaan yang disalurkan juga akan semakin
meningkat, meskipun terdapat penyesuaian bunga kredit
sejalan dengan dampak inflasi daerah yang diperkirakan akan
terjadi pada triwulan mendatang.
Dari sisi kelembagaan, pada triwulan mendatang
diperkirakan akan terdapat satu bank umum yang akan
beroperasi di Makassar dan beberapa bank yang sudah ada
akan membuka kantor baru, baik kantor cabang maupun kantor
cabang pembantu. Bank Indonesia juga akan terus berupaya
mendorong kinerja perbankan dengan menyelenggarakan
kembali Banking Expo yang diharapkan mampu menjembatani
perbankan dengan masyarakat.
Tabel Indikator Ekonomi dan Moneter
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
13
2008Trw-4 Trw-1 Trw-2 Trw.-3 Trw.-4 Trw.-1 *)
- Total (y-o-y) 7,21 6,68 5,11 6,98 5,71 7,96
- Bahan makanan (y o y) 16,07 14,52 10,53 16,84 11,27 14,75
- Makanan jadi (y o y) 5,72 4,98 3,28 3,75 4,03 8,14
Keterangan:y - o - y = tahunany - t - d = year to dateq t q = triwulananKUK = Kredit Usaha KecilNPL = Non Performing LoanDPK = Dana Pihak KetigaPTTB = Pemberian Tanda Tidak BerhargaRTGS = Real Time Gross Settlement (untuk nominal transaksi di atas Rp100 juta)^ = Hanya disalurkan oleh Bank di Sulsel
Besaran Moneter (miliar Rp)
20072006INDIKATOR
Kredit Bank Umum
Cash Flow KBI (miliar Rp)
Transaksi Non Tunai (Kliring & RTGS: kumulatif)
Jumlah Bank dan Kantor Bank
Dana Pihak Ketiga Bank Umum (miliar Rp)
Laju Inflasi tahunan
Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
13
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2008 mengalami
pertumbuhan sebesar 10,81% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya sebesar 11,12% (y.o.y), namun lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-2007) yang
sebesar 2,42% (y.o.y).
Dari sisi penawaran (sektoral), hampir seluruh sektor mengalami perlambatan
pertumbuhan, kecuali terdapat 4 (tiga) sektor yang mengalami peningkatan
pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni sektor
pertambangan dan galian, sektor industri, sektor perdagangan-hotel-restoran dan
sektor keuangan. Berdasarkan sumbangan sektoralnya, sektor pertanian tercatat
sebagai penyumbang tertinggi pertumbuhan, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran serta sektor industri pengolahan.
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan regional secara umum didukung oleh
meningkatnya kinerja ekspor (antar propinsi dan antar negara) yang tumbuh sebesar
28,39% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 11,64%, selain itu kinerja investasi juga
turut mendorong pertumbuhan dengan tumbuh sebesar 18,61% (y.o.y).
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Selatan
Kelompok Bahan Makanan pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 14,75%
(y.o.y) dengan sumbangan sebesar 4,35%, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 11,27% (y.o.y.) dengan sumbangan sebesar
3,19%. Penyumbang tertinggi laju inflasi pada kelompok bahan makanan terutama
disebabkan oleh sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok minyak, masing-
masing dengan sumbangan 0,84% dan 0,70%.
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan
-5
0
5
10
15
20
25
QI-04
QII-04
QIII-04
QIV-04
QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06QII-0
6QIII-0
6QIV-
06QI-0
7
QII-07
QIII-07
QIV-07
QI-08
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
35
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Padi-padian 2,11 Tepung Terigu 75,68 Daging & Hasilnya 27,29 Daging Ayam Ras 41,19 Ikan Segar 2,91 Katamba 25,78 Ikan Diawetkan 20,46 Ikan Asin Belah 47,12 Telur, Susu & Hslnya 24,52 Telur Ayam Ras 47,05 Sayur-sayuran 22,92 Buncis 81,08 Kacang-kacangan 73,98 Tempe 118,33 Buah-buahan 8,15 Jeruk 15,45 Bumbu-bumbuan 46,17 Bawang Merah 114,49 Lemak & Minyak 40,47 Minyak Goreng 56,96 Bahan Makan Lainnya 8,82 Bahan Agar-agar 10,43
Padi-padian 0,17 Tepung Terigu 0,13 Daging & Hasilnya 0,54 Daging Ayam Ras 0,40 Ikan Segar 0,25 Cakalang 0,14 Ikan Diawetkan 0,05 Ikan Asin Belah 0,052 Telur, Susu & Hslnya 0,49 Telur Ayam Ras 0,32 Sayur-sayuran 0,70 Tomat Sayur 0,21 Kacang-kacangan 0,47 Tempe 0,31 Buah-buahan 0,10 Pisang 0,04 Bumbu-bumbuan 0,84 Bawang Merah 0,31 Lemak & Minyak 0,70 Minyak Goreng 0,56 Bahan Makan Lainnya 0,01 Krupuk Udang 0,004Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Inflasi tertinggi pada
kelompok ini terjadi pada
subkelompok kacang-
kacangan yang tercatat
sebesar 73,98% (y.o.y)
terutama pada komoditas
tempe yang tercatat
sebesar 118,33% (y.o.y).
Kenaikan harga komoditas
tersebut selain karena
kenaikan harga kedelai
sebagai bahan baku tempe
yang sampai saat ini masih
diimpor dari luar negeri.
Kemudian disusul oleh sub
kelompok bumbu-
bumbuan yang tercatat
inflasi 46,17% dengan
komoditas bawang merah
yang mencatat laju inflasi tertinggi. Kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh
kelangkaan barang (faktor musim).
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau mengalami inflasi
tahunan sebesar 8,14% (y.o.y) dengan sumbangan 1,27%, lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,03% (y.o.y.), maupun dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,98% (y.o.y).
Sub kelompok penyumbang inflasi tertinggi adalah sub kelompok tembakau dan
minuman beralkohol, terutama komoditas rokok kretek filter yang tercatat inflasi
sebesar 0,18%. Kenaikan ini disebabkan adanya kenaikan tarif cukai rokok yang
berlaku mulai tanggal 1 Maret 2008 dengan kenaikan bervariatif mulai dari Rp3 –
Rp7 per batang menjadi Rp30 – Rp35 per batang rokok.
Tabel 2.3. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Bahan Makanan
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
36
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Makanan Jadi 3,09 Gado-gado 14,88 Minuman Tdk Beralkohol 1,81 Minuman Kesegaran 5,18 Tembakau & Min. Beralkohol 7,47 Rokok Kretek 10,69
Makanan Jadi 0,26 Mie 0,06 Minuman Tdk Beralkohol 0,06 Gula Pasir 0,02 Tembakau & Min. Beralkohol 0,32 Rokok Kretek Filter 0,18Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi
Inflasi tertinggi pada
kelompok ini adalah sub
kelompok tembakau yang
tercatat inflasi 7,47%, terutama
didorong oleh rokok kretek.
Jika dilihat dari sumbangannya
sub kelompok tembakau juga
mencatat sumbangan tertinggi
(0,32%). Selain itu juga tercatat
inflasi yang cukup tinggi pada komoditas mie. Hal ini disebabkan meningkatnya
harga tepung terigu sebagai bahan baku pembuatan mie.
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar tercatat mengalami
pertumbuhan laju inflasi sebesar 3,85% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap total
inflasi sebesar 0,84% (y.o.y). Berdasarkan komoditasnya, besi beton tercatat
mengalami inflasi yang tertinggi (40,85%), sementara gas elpiji tercatat sebagai
komoditas dengan sumbangan inflasi yang tertinggi (0,21%).
Tabel 2.4. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Makanan Jadi
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
QI-04QII-0
4QIII-0
4QIV-
04QI-0
5QII-0
5QIII-0
5QIV-
05QI-06
QII-06
QIII-06
QIV-06
QI-07QII-0
7QIII-0
7QIV-
07QI-08
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
37
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Biaya Tempat Tinggal 2,99 Besi Beton 40,85 Bhn Bkr, Penerangan & Air 4,39 Korek Api Kayu 25,63 Perlengkapan Rumah Tangga 2,42 Sapu 9,60 Penyelenggaraan RT 7,45 Abu Gosok 19,05
Biaya Tempat Tinggal 0,31 Semen 0,06 Bhn Bkr, Penerangan & Air 0,34 Gas Elpiji 0,21 Perlengkapan Rumah Tangga 0,05 Air Conditioner (AC) 0,00 Penyelenggaraan RT 0,15 Abu Gosok 0,01Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan
Berdasarkan
subkelompoknya,
penyumbang tertinggi
adalah sub kelompok
bahan bakar, terutama gas
elpiji yang mencatat inflasi
17,14% (y.o.y) dengan
sumbangan terhadap total
inflasi sebesar 0,21%.
Kelangkaan gas elpiji pada
periode laporan diperkirakan menjadi faktor pendorong kenaikan harga gas elpiji
untuk rumah tangga (kemasan 12 kg) yang pada bulan Januari 2008 di kota
Makassar sempat mencapai harga Rp90.000 – Rp 100.000 per kg, naik sebesar 70%
- 90% dibandingkan harga resminya Rp51.000 per kg. Rencana pemerintah untuk
memulai program substitusi minyak tanah dengan gas elpiji di Makassar juga
diperkirakan ikut mendorong perilaku spekulan untuk menimbun gas elpiji.
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
QI-04QII-0
4QIII-0
4QIV-
04QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06QII-0
6QIII-0
6QIV-
06QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
QI-08
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Tabel 2.5. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Perumahan
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
38
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Jasa Pendidikan 11,59 SLTA 19,30 Kursus-kursus/Pelatihan 0,00 Bimbingan Belajar 0,00 Perlengkapan/Peralatan Pendd 1,86 Pulpen/Bollpoint 15,85 Rekreasi 0,12 Pita Kaset 0,48 Olahraga 0,09 Sepatu Olah Raga Pria 0,12
Jasa Pendidikan 0,48 Akademi/Perguruan Tinggi0,19 Kursus-kursus/Pelatihan 0 Kursus Menjahit 0,000 Perlengkapan/Peralatan Pendd 0,01 Pulpen/Bollpoint 0,01 Rekreasi 0,0009 Televisi Berwarna 0,0008 Olahraga 0,0001 Sepatu Olah Raga Pria 0,0001Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga pada periode laporan tercatat
mengalami inflasi sebesar 8,28% (y.o.y.) dengan sumbangan terhadap total inflasi
daerah sebesar 0,50%. Sub kelompok jasa pendidikan tercatat sebagai penyumbang
inflasi tertinggi pada kelompok ini, terutama untuk biaya akademi/perguruan tinggi.
Sementara yang tercatat mengalami inflasi tertinggi dalam kelompok ini adalah biaya
untuk SLTA, yakni sebesar 19,30% (y.o.y). Kenaikan harga pada komoditas dimaksud
diperkirakan karena terjadi kenaikan biaya masuk sekolah/perguruan tinggi dan biaya
bulanan pendidikan sekolah pada tingkat pendidikan dimaksud.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
QI-04QII-0
4QIII-0
4QIV-
04QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06QII-0
6QIII-0
6QIV-
06QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
QI-08
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Selain sebagai
subkelompok yang
mengalami inflasi
tahunan tertinggi,
subkelompok jasa
pendidikan juga
sebagai subkelompok
penyumbang inflasi
tahunan tertinggi juga,
yang pada triwulan
laporan menyumbang
sebesar 0,48%. Dalam subkelompok ini, biaya Akademi/Perguruan Tinggi masih
Tabel 2.6. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Pendidikan
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
39
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Sandang Laki-laki 3,71 Bahan Baju Katun 8,28 Sandang Wanita 3,42 Mukena 8,37 Sandang Anak-anak 2,69 Pakaian Bayi 8,33 Barang Pribadi & Sandang Lainnya 42,06 Emas Perhiasan 52,03
Sandang Laki-laki 0,06 Celana Panjang Jeans 0,02 Sandang Wanita 0,06 Baju Muslim 0,01 Sandang Anak-anak 0,02 Seragam Sekolah Anak 0,01 Barang Pribadi & Sandang Lainnya 0,56 Emas Perhiasan 0,55Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
menjadi penyumbang tertinggi inflasi daerah yaitu sebesar 0,19%. Hal ini
menunjukan bahwa biaya pendidikan juga melakukan penyesuaian dengan laju inflasi
secara umum untuk dapat mempertahankan kualitas pendidikannya.
Kelompok
Sandang pada
periode laporan
mengalami inflasi
sebesar 12,42%
(y.o.y) dengan
sumbangan 0,71%
(y.o.y). Laju inflasi ini
merupakan yang
tertinggi dalam
empat tahun terakhir
untuk kelompok sandang. Sub kelompok yang menjadi pendorong laju inflasi adalah
sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya, terutama komoditas emas
perhiasan yang tercatat inflasi 52,03% (y.o.y.) dengan sumbangan sebesar 0,55%.
Harga emas perhiasan di kota Makassar terus meningkat mengikuti tren harga emas
di pasar dunia yang juga terus meningkat sejak tahun lalu.
Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
QI-04
QII-04
QIII-04
QIV-04
QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06QII-0
6QIII-0
6QIV-
06QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
QI-08
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Tabel 2.7. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Sandang
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
2.000NIM (sb. Kanan)Laba/RugiPend. Bunga (sb kiri)Biaya Bunga (sb kiri)
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 57
3.2.4. Kinerja Perbankan Syariah
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, kelembagaan perbankan syariah
pada triwulan I-2008 bertambah dengan hadirnya Kantor Cabang Bank Permata
Syariah di Kota Makasrsar, sehingga total bank umum syariah yang beroperasi di
Sulsel menjadi 9 bank, dengan rincian 3 bank umum syariah, yaitu Bank Syariah
Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Mega Syariah dan 6 bank konvensional
yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu BTN Syariah, Bank Danamon Syariah,
BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Sulsel Syariah dan Bank Permata Syariah.
Dari sisi pendanaan, DPK perbankan syariah pada triwulan laporan meningkat
sebesar 10,07% dari Rp530,92 miliar menjadi Rp584,39 miliar. Dari sisi pembiayaan,
pada triwulan I-2008 tercatat sebesar Rp909,58 miliar, meningkat sebesar 5,97%
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp858,30 miliar.
Bertambahnya jumlah bank syariah yang beroperasi di Sulsel dan ekspansi
pembiayaan secara langsung maupun melalui Festival Ekonomi Syariah (FES) telah
meningkatkan perkembangan asset perbankan syariah sebesar 16,05% dari
Rp1027,41 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp1192,26 miliar pada triwulan laporan
(lihat grafik 3.8). Dengan demikian pangsa perbankan syariah terhadap total
perbankan sempai triwulan I-2008 adalah sebesar 3,81%. Pada akhir tahun 2008
ditargetkan pangsa asset perbankan syariah mencapai 5% dari total asset perbankan.
Grafik 3.8. Perkembangan Bank Syariah Sulsel
-
200,00
400,00
600,00
800,00
1.000,00
1.200,00
1.400,00
Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Trw-I
2007 2008
No
min
al (
Rp
mili
ar)
0,00%
100,00%
200,00%
FDR
Asset DPK / Dana Pihak Ketiga Pembiayaan FDR
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 58
3.2.5. Kinerja Bank Pekredit/pembiayaanan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah (BPRS)
Kinerja Bank Perkredit/pembiayaanan Rakyat di wilayah Sulsel baik
konvensional maupun syariah hingga periode laporan mencatat peningkatan kinerja,
terutama dari kinerja kredit/pembiayaan/pembiayaan yang menurun. Namun kinerja
penghimpunan dana dan laba/rugi masih mencatat peningkatan.
Dari segi kelembagaan, hingga triwulan laporan total jumlah BPR yang
beroperasi di wilayah Sulsel tercatat sebanyak 28 bank dengan bertambahnya satu
BPR di Kabupaten Selayar. Dengan demikian jumlah jaringan kantor BPR tercatat
menjadi 48 kantor, meningkat satu kantor dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Jumlah BPR yang beroperasi secara konvensional tercatat sebanyak 22
BPR dengan jumlah kantor sebanyak 35 kantor. Sementara itu, BPR yang beroperasi
secara syariah tercatat sebanyak 6 BPR dengan jumlah kantor sebanyak 13 kantor.
Total kredit/pembiayaan/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S
tercatat meningkat sebesar 13,42% dari Rp175,04 miliar menjadi Rp198,52 miliar
pada triwulan laporan. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar
dikelompokan sebagai kredit konsumsi (59,68%) atau sebesar Rp118,48 miliar.
Sementara jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi yang disalurkannya, mayoritas
kredit/pembiayaan tersebut dialokasikan pada sektor sektor perdagangan dan
pertanian masing-masing sebesar 20,97% dan 8,75%. Kualitas
kredit/pembiayaan/pembiayaan yang disalurkan oleh BPR/S mencatat perbaikan. Rasio
NPLs (gross) BPR/S pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 6,62%, lebih rendah
dibandingkan triwulan lalu 8,07%.
Grafik 3.9. Pangsa Kredit/pembiayaan BPR/S Berdasarkan Sektor Ekonomi
industri1,08%
pertanian8,75%
perdagangan20,97%
lainnya61,95%
jasa dunia usaha7,25%
Bab 3 - Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 59
Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPR/S mencatat peningkatan sebesar
2,35% dari Rp113,78 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp116,45 miliar pada
triwulan laporan. Dengan demikian rasio perbandingan
kredit/pembiayaan/pembiayaan dengan dana pihak ketiga (LDR) BPR/S pada triwulan
laporan tercatat mengalami peningkatan dari 170,48% menjadi 170,48%.
Box - Komitmen Pemerintahan Baru Dalam Membangun Sulsel Menuju Imperium Agribisnis
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
60
Box KOMITMEN PEMERINTAHAN BARU DALAM MEMBANGUN SULSEL MENUJU IMPERIUM AGRIBISNIS
Kelompok Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) Sulsel dilihat dari jenis lapangan usaha sebagian besar penduduk Sulsel bekerja di sektor pertanian sekitar 1,4 juta jiwa atau 55,8% dari dari jumlah penduduk yang bekerja.
Oleh karenanya fokus pemberdayaan UMKMK adalah sektor pertanian. Alasan ini didasarkan pada pertimbangan lainnya yaitu sektor pertanian merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel walaupun saat ini sedang mengalami
kelesuan. Kondisi ini dapat dilihat pada Indikator Sosial Ekonomi Sulsel yakni semakin menurun sumbangannya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari 35,68% (2002) melemah menjadi 30,40% (2006) atau rata-rata 1,1% per tahun! (BPS Sulsel, 2006). Penurunan terjadi hampir pada semua komoditi
pertanian. Produksi padi menurun dari 3,8 juta ton (2002) menjadi 3,4 juta ton (2006) atau 10,5%. Produksi kakao turut menurun drastis dari 265.992 ton (2002) hingga 157.934 ton (2006) atau 40,6%. Ternak besar (sapi, kerbau dan kuda) ikut-
ikutan berkurang dari 1.034.554 ekor (2002) menukik menjadi 879.408 ekor (2006) atau turun 15%. Oleh karenanya dibutuhkan strategi sebagai obat penambah semangat untuk proses revitalisasi pertanian Sulsel sebagai bagian dari
pemberdayaan UMKMK. Dalam dokumen visi misi pemerintahan baru (Gubernur dan Wakil Gubernur
terpilih) yang disampaikan pada Sidang Paripurna DPRD Sulawesi Selatan pada 19 Oktober 2007 khususnya implementasi ekonomi kerakyatan telah terekam fokus strategi pemberdayaan UMKMK. Basis strategi yang dikembangkan diantaranya bertumpu pada penguatan kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) melalui kemitraan dengan perbankan yang mudah diakses oleh para pengusaha UMKMK. Selain itu didukung juga dengan pemberdayaan fasilitator pada setiap kecamatan di Sulsel yang berperan memberikan konsultasi teknis kepada UMKMK sehingga layak dihubungkan dengan oleh lembaga keuangan bank dan non bank. Pemberdayaan UMKMK sektor pertanian aktivitas kegiatannya ke depan diperlukan
akselerasi melalui beberapa program berikut ini.
Box - Komitmen Pemerintahan Baru Dalam Membangun Sulsel Menuju Imperium Agribisnis
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
61
Untuk mendekatkan UMKMK dengan perbankan, maka sebelumnya
diperlukan kesamaan cara pandang perbankan di Sulawesi Selatan melalui perubahan paradigma lama dari “Bank Follow the Trade” dengan paradigma baru “Bank Leading the Development” seperti yang disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah pada acara pertemuan tahunan (Bankers Dinner) di
Jakarta 12 Januari 2008. Paradigma baru mengarahkan bank sebagai inventor (penemu), pionir dan lokomotif dalam berkreasi mengembangkan berbagai bisnis yang mampu mempercepat dan memberdayakan sektor riil di daerah. Pada prakteknya di lapangan bank tetap menganut rezim suku bunga kredit/pembiayaan
komersial dan prinsip kehati-hatian bank. Perubahan tersebut misalnya dengan merevitalisasi UMKMK sektor pertanian di setiap kabupaten di Sulsel mulai merambah penyaluran kredit/pembiayaan untuk budi daya (on farming) komoditi
unggulan daerah misalnya padi, kakao, jagung, rumput laut, serta sub sektor perikanan atau peternakan.
Kredit revitalisasi pertanian dapat dikembangkan melalui pendekatan klaster
komoditi unggulan pada wilayah kabupaten tertentu. Sebagai contoh pembiayaan untuk mendukung program inovatif dari Kabupaten Luwu Utara sebagai “Kabupaten Kakao Terbaik 2010”. Sedikitnya terdapat 50.000 hektar yang dapat dipetakan dan dipilih beberapa hektar untuk dibiayai modal kerja para petani/kelompok tani kakao untuk perawatan kebun kakao.
Untuk suksesnya program ini tidak dapat dipungkiri perlu ada bank yang mampu bertindak sebagai contoh, sebagai pemimpin (leader) dan mampu sebagai local champion bank (juara di Sulsel). Dalam kondisi ini tak ada bank yang paling ideal sebagai pemimpin adalah Bank Sulsel-Bank Pembangunan Sulsel!. Bank Sulsel harus mampu menunjukkan semangat baru, semangat pemimpin, semangat sebagai lokomotif pembangunan dan pemberdayaan UMKMK pertanian Sulsel
sehingga bank lainnya turut terpacu. Pemberdayaan UMKMK pertanian difokuskan pada beberapa komoditi
unggulan daerah saja, misal dibatasi lima komoditi. Pemilihan komoditi unggulan
daerah didasarkan pada kriteria: komoditi memiliki daya saing dan berorientasi ekspor, mendorong pertumbuhan ekonomi dan banyak menyerap tenaga kerja. Selain itu komoditi tersebut masuk kategori cukup diminati dibiayai oleh bank sehingga mudah memperoleh pembiayaan. Proses percepatan pemberdayaan
difokuskan untuk memperkuat dan meningkatkan klaster komoditi pertanian yang secara geografis sudah mulai terbentuk di Sulsel misal klaster padi, kakao, rumput laut, jagung, dan perikanan tangkap.
Box - Komitmen Pemerintahan Baru Dalam Membangun Sulsel Menuju Imperium Agribisnis
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
62
Klaster merupakan rantai nilai UMKM dari produsen (petani, nelayan),
pemasok, pembeli/pedagang, dan pelaku lainnya yang memiliki kedekatan geografis
membangun kerjasama saling menguntungkan pada sektor pertanian untuk komoditi unggulan tertentu. Hasil akhir (outcome) klaster adalah meningkatkan nilai tambah yaitu produk primer menjadi produk sekunder pertanian. Peningkatan nilai
tambah sebagai produk sekunder pertanian mampu mendorong lebih banyak industri pengolahan sehingga akan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Klaster yang sudah berkembang perlu diperkuat sebagai sebuah sistem industri.
Implementasi klaster komoditi unggulan dikelola dari skala kecamatan
hingga kabupaten. Setiap kecamatan terdapat fasilitator setempat yang dipilih dan dilatih khusus dalam mengembangkan klaster dan memfasilitasi UMKMK akses ke perbankan. Pengembangan klaster setiap komoditi unggulan dilakukan dengan
strategi yang berbeda disesuaikan hasil identifikasi permasalahan di setiap rantai nilai dari produsen sampai dengan industri pengolahan.
Program klaster adalah terukur, dipantau dan dievaluasi secara teratur oleh
kerja tim teknis yang telah diberi tanggungjawab dan dikomandani oleh pemerintah daerah. Pertemuan teknis secara tripartit (pemerintah daerah, perbankan dan pengusaha) dijadwalkan secara teratur yaitu triwulanan. Penilaian keberhasilan dari pengembangan klaster menjadi rapor prestasi para Kepala Dinas terkait dalam tim teknis pengembangan klaster.
Adanya program klaster akan memberi manfaat bagi perbankan untuk membiayai dengan lebih efisien. Dengan mendatangi satu klaster akan banyak yang dapat dibiayai menyerupai praktek one stop shoping untuk pemberian kredit. Bagi pemerintah daerah adanya klaster memudahkan pembinaan teknis sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal dan meningkatkan PAD. Terakhir, yang sangat banyak menerima manfaat adalah para petani. Program klaster akan
melibatkan ribuan kepala keluarga petani dari hulu hingga hilir terintegrasi memperoleh peningkatan pendapatan, pengetahuan dan keterampilan. (N. Ika Wijaya – Konsultan PUKM BI Makassar)
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
63
Kondisi sistem pembayaran pada triwulan I-2008 masih terjaga. Kebutuhan
masyarakat akan keamanan, kecepatan serta kemudahan melakukan transaksi
keuangan dapat terpenuhi dengan baik. Transaksi tunai menurun setelah perayaan
hari besar keagamaan (Idul Fitri, Natal, dan Idul Adha) yang jatuh pada triwulan IV-
2007. Kondisi seasonal tersebut menyebabkan terjadinya net inflow ke Bank
Indonesia. Sementara itu, transaksi non tunai via RTGS pada periode laporan
mengalami net inflow yang pada triwulan sebelumnya mengalami net outflow.
Sedangkan transaksi non tunai via kliring pada periode laporan mengalami
penurunan dibanding dengan triwulan sebelumnya.
a. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)
Pada triwulan laporan, posisi perkasan KBI Makassar kembali mengalami
posisi net-inflow dalam jumlah yang cukup besar setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami ouflow. Inflow uang kartal ke kas KBI Makassar pada triwulan I-2008
dibandingkan triwulan I-2007 meningkat signifikan yaitu sebesar 15,8% (y.o.y) dari
Rp2.017,7 miliar menjadi Rp2.336,4 miliar. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2007 yang tercatat menurun
sebesar -41,73% (y.o.y). Sementara aliran uang kartal yang keluar (outflow) tercatat
mengalami peningkatan menjadi sebesar 45,6% (y.o.y) yaitu dari Rp410,0 miliar
pada triwulan I-2007 menjadi sebesar Rp597,2 miliar pada triwulan laporan.
Dengan memperhitungkan selisih antara inflow dan outflow tersebut, posisi
perkasan KBI Makassar mencatat aliran bersih (net-inflow) sebesar Rp1.739,2 miliar
setelah pada triwulan sebelumnya mengalami net outflow yang tercatat sebesar
Rp491,6 miliar. Kondisi tersebut bersifat seasonal, yaitu terjadi peningkatan inflow
setelah pada periode sebelumnya terdapat perayaan Hari Besar Keagamaan (Hari
Raya Natal, Idul Fitri, Idul Adha dan Tahun Baru) yang pada tahun 2007 jatuh pada
triwulan IV (lihat Grafik 4.1).
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
64
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar (dalam miliar rupiah)
Namun, rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong hingga akhir periode laporan
tercatat juga mengalami peningkatan baik dari volume maupun nominalnya
dibandingkan triwulan I-2007. Rasio rata-rata jumlah warkat yang ditolak pada
periode laporan sebesar 1,95%, lebih tinggi dibanding triwulan I-2007 yang tercatat
sebesar 0,46%. Sementara berdasarkan nilai nominalnya, rasio rata-rata warkat
yang ditolak mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,92% dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,56%.
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
69
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama Agustus Agustus
2006 2007Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas 5,313,803 5,423,703 Angkatan Kerja 3,139,320 3,312,177
a. Bekerja 2,738,632 2,939,463 b. Pengangguran 400,688 372,714
Bukan Angkatan Kerja 2,174,483 2,111,526 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 59.1% 61.1%Tingkat Pengangguran Terbuka 12.8% 11.3%Sumber : BPS
KEGIATAN UTAMA
Bab 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) relatif belum berdampak yang
signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meskipun tingkat pengangguran
terbuka mengalami penurunan, namun tingkat kesejahteraan masyarakatnya masih relatif
belum mengalami perbaikan. Kondisi tersebut ditandai dengan menurunnya Indeks
Pembangunan Manusia dan masih terjadi ketimpangan pendapatan sehingga menyebabkan
jumlah penduduk miskin mengalami penurunan yang relatif minim.
Situasi ketenagakerjaan merupakan tantangan tersendiri dalam pembangunan
ekonomi di Sulsel, khususnya dalam rangka memperbaiki angka IPM, tingkat kemiskinan dan
gini indeks. Sehingga perlu upaya untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat agar
menjadi menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan ekonomi di provinsi
tersebut.
5.1. Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Sulsel selama Agustus 2006 – Agustus 2007
mengalami kenaikan. Pada bulan Agustus 2006, angkatan kerja tercatat 3,14 juta orang
(59,08% dari total penduduk usia kerja), sedangkan pada bulan Agustus 2007 tercatat 3,31
juta orang (61,07% dari total penduduk usia kerja).
Sejalan dengan pertumbuhan
jumlah angkatan kerja tersebut,
jumlah penduduk bekerja juga
mengalami peningkatan, yaitu
dari 2,7 juta orang pada Agustus
2006 menjadi 2,9 juta orang pada
Agustus 2007. Sektor pertanian
masih merupakan mata
pencaharian utama bagi 53,8% penduduk bekerja di Sulbar. Lapangan pekerjaan dengan
jumlah tenaga kerja kedua terbesar adalah sektor perdagangan (19,3%) diikuti oleh sektor
jasa (9,2%) dan sektor lainnya (7%). Dari sisi perbandingan komposisi per sektor
ekonominya, terjadi pergeseran komposisi tenaga kerja di sektor non pertanian ke sektor
pertanian. Diperkirakan pergeseran tersebut terjadi karena adanya musim tanam sehingga
relatif membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit. Di sektor pertanian sendiri mengalami
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Triwulan I-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
70
Tabel 5.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Selatan 2004 – 2005
KETERANGAN 2004 2005Angka Harapan Hidup 68.7 68.7 Angka Melek Huruf 84.5 84.6 Rata-rata Lama Sekolah 6.8 7.0 Paritas Daya Beli 615.2 616.8 IPM 67.8 68.1 Sumber : BPS
peningkatan persentase jumlah angkatan kerja yang bekerja sementara di sektor non
pertanian mengalami penurunan.
Grafik 5.1 Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Agustus 2006
5%
20%
13%47%
15%Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
Lainnya
Agustus 2007
Sumber : BPS
54%
13%
9%
19%
5%
Sejalan dengan masih tingginya kontribusi sektor pertanian tersebut, maka dari sisi
status pekerjaan utama, angkatan kerja yang bekerja didominasi oleh kegiatan ekonomi
informal yaitu sebesar 74,6% dari jumlah angkatan kerja yang bekerja, sementara sisanya
pada status pekerjaan sebagai karyawan dan berusaha dibantu buruh tetap. Di sisi lain,
jumlah penduduk yang menganggur mengalami penurunan, yaitu dari 400 ribu orang
menjadi 372 ribu orang. Apabila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang memiliki
tren meningkat, yaitu dari 59,08% menjadi 59,74% (naik 0,66%) maka tingkat
pengangguran di Sulsel mengalami penurunan, yaitu dari 12,8% menjadi 11,3% (turun
1,5%).
5.2. Kesejahteraan
5.2.1. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran keberhasilan pembangunan
manusia dalam suatu wilayah tertentu. Standar IPM ditentukan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) melalui UNDP (United Nation of Development Program). IPM adalah indeks
komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari (1) indeks kesehatan (2) indeks
pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan (3) indeks daya beli.
Pada tahun 2005, IPM di Sulsel adalah
sebesar 68,1 poin atau naik 0,3 poin dari
IPM 2004 yang sebesar 67,8, namun
masih tetap dibawah angka IPM nasional
yang tercatat sebesar 69,6 (2005) dan
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008
71
Grafik 5.2 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Per Propinsi se-Sulawesi
32%
12%
14
%
7% 13
% 29
%
87
%
68
%
88%
86%
93
%
71
%
19%
27%
21%
14%
22%
11%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%Kota Desa Total
68,7 (2004). Secara nasional, angka IPM Sulsel pada tahun 2005 tersebut pada urutan 23
dari 33 provinsi yang mengalami penurunan ranking dibanding tahun sebelumnya (2004)
yang berada pada ranking 21. Dilihat dari komponennya, hanya indeks rata-rata lama
sekolah dan paritas daya beli yang mengalami perbaikan, 2 komponen lainnya relatif tetap.
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin di
Sulsel per Maret 2007 tercatat
sebesar 14,11% dari jumlah
penduduknya. Dari persentase
tersebut, 14,1% berada di daerah
perkotaan sedangkan sisanya
berada di daerah pedesaan. Kondisi
tersebut sejalan dengan hasil
pengukuran Gini Ratio, dimana
40% dari penduduknya
berpendapatan rendah hanya menguasai 18,57% dari pendapatan di Sulsel. Apabila
dibandingkan dengan provinsi se-Sulawesi, tingkat kemiskinan di Sulbar tersebut relatif lebih
baik dibanding daerah lainnya, kecuali dengan propinsi Sulawesi Utara yang jumlah
penduduk miskinnya tercatat sebesar 11,42% dari jumlah penduduknya. Selain itu, jumlah
penduduk miskin Sulsel pada Maret 2007 tersebut relatif mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin per Maret 2005 yang tercatat sebesar
14,98% dari jumlah penduduknya. Apabila ditinjau dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
pada tahun 2005 dan 2007, seharusnya terjadi penurunan yang cukup tinggi pada jumlah
penduduk miskin di Sulsel mengingat terjadi penurunan persentase penurunan TPT yang
cukup tinggi yaitu dari 15,7% pada tahun 2005 menjadi 11,3%. Namun apabila ditinjau dari
angka Gini Ratio, terjadi peningkatan angka Gini Ratio dari tahun 2005 ke tahun 2007 yaitu
dari 0,35 pada tahun 2005 menjadi 0,37. Dari dua indikator tersebut menggambarkan
bahwa jumlah pengangguran yang terserap di lapangan kerja masih relatif berpendapatan
yang rendah yang dimungkinkan masih dibawah angka garis kemiskinan.
5.2.3. Gini Ratio
Distribusi pendapatan di Sulsel masih relatif kurang merata. Pada tahun 2007,
sebagian besar pendapatan di Sulsel masih didominasi oleh 20% dari jumlah penduduk yang
berpendapatan tinggi, yaitu sebesar 44,52%. Sementara 40% dari jumlah penduduk yang
berpendapatan rendah tercatat hanya memiliki share sebesar 18,47%, sisanya didominasi
oleh 40% dari total penduduk yang berpendapatan menengah. Dari kondisi tersebut maka
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Triwulan I-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
72
Tabel 5.3 Gini Indeks Tahun 2007
Propinsi
40 % populasi dengan
pendapatan terendah
40 % populasi dengan
pendapatan menengah
20 % populasi dengan
pendapatan tertinggi
Gini Ratio
Sulbar 21.97 36.15 41.88 0.31 Sulsel 18.57 36.91 44.52 0.37 Nasional 19.10 36.11 44.79 0.36 Sumber : BPS
angka Gini Indeks Sulbar tercatat sebesar 0,37. Angka tersebut relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan Gini Indeks provinsi Sulbar maupun secara nasional. Semakin tinggi
angka Gini Ratio tersebut semakin menggambarkan ketidakmerataan pemerataan
pendapatan.
Distribusi pendapatan yang kurang
merata tersebut, dimungkinkan karena
angkatan kerja yang bekerja tersebut
masih didominasi di sektor pertanian
yaitu sebesar 53,8% (2007) yang relatif
memiliki daya beli yang relatif rendah,
dimana sektor pertanian tersebut lebih
banyak terdapat di daerah pedesaan.
Apabila ditinjau dari Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulsel, pada tahun 2008 terjadi
peningkatan UMP sebesar 10,0% dari Rp673.200 per bulan menjadi Rp740.520,- per bulan.
Nilai Gini Indeks Sulsel pada tahun 2008 diperkirakan akan semakin tinggi mengingat UMP
Sulsel pada tahun 2008 masih lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan hidup layak
yaitu sebesar Rp754.884,- (2008) atau UMP setara dengan 98,1% kebutuhan hidup layak.
Terlebih lagi dengan adanya tekanan inflasi pada tahun 2008 yang diperkirakan akan
mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun 2007. Sementara
nilai Gini Indeks pada tahun 2007 pada kondisi UMP setara dengan 99,4% kebutuhan hidup
layak (Rp677.333,-).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I-2008
83
Bab 6
Keuangan Daerah
Keuangan daerah pada triwulan I-2008 belum banyak dapat dianalisa mengingat
APBD baru disetujui pada bulan Februari 2008. Jika dilihat dari alokasi anggaran pemerintah
pusat kepada daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) untuk tahun anggaran 2008 telah ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan
Presiden No. 110 tanggal 6 Desember 2007, pemerintah telah membagi Dana Alokasi Umum
kepada provinsi dan kota. Adapun DAU untuk provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan 23
kabupaten/kota di Sulsel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 6.1. Perkembangan DAU Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah)