TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : ANDY WIJAYA D 600 020 091 02.6.106.03064.5.091 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008
185
Embed
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS AKHIR
ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU
UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING
INDUSTRI KECIL
(Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro)
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh :
ANDY WIJAYA
D 600 020 091 02.6.106.03064.5.091
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008
HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU
UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING
INDUSTRI KECIL
Tugas Akhir ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan studi S-1 untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hari, Tanggal : ……………………………………….
Disusun Oleh :
Nama : ANDY WIJAYA
NIM : D.600.020.091
NIRM : 02.6.106.03064.5.091
Jurusan : Teknik Industri
Fakultas : Teknik
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Indah Pratiwi, ST.MT) (Etika Muslimah, ST, MM, MT)
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU
UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING
INDUSTRI KECIL
Tugas Akhir ini telah dipertahankan pada Sidang Pendadaran
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh :
Nama : ANDY WIJAYA
NIM : D.600.020.091
NIRM : 02.6.106.03064.5.091
Jurusan : Teknik Industri
Fakultas : Teknik
Surakarta, Juli 2008
Tim Penguji Tanda Tangan
1. Indah Pratiwi, ST.MT
(Ketua) (……………………)
2. Etika Muslimah, ST.MM.MT
(Anggota) (……………………)
3. Munajat Tri Nugroho, ST.MT
(Anggota) (……………………)
4. A Kholid Al Ghofari, ST.MT
(Anggota) (……………………)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Industri Wakil Dekan I
Tabel 5.21 Data antropometri pekerja........................................................... 119
Tabel 5.22 Rekapitulasi persamaan jenis usulan perancangan....................... 119
Tabel 6.1 Hasil Pengkategorian Postur Kerja.............................................. 130
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Sikap kerja yang aman bagi musculoskeletal ......................... 3
Gambar 2.1 Kondisi invertebratal disk bagian lumbar pada saat duduk.... 18
Gambar 2.2 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk ................... 19
Gambar 2.3 Pengaruh Sikap Kerja Pengangkatan yang salah.................... 20
Gambar 2.4 Klasifikasi sikap kerja bagian punggung ............................... 26
Gambar 2.5 Klasifikasi sikap kerja bagian lengan .................................... 27
Gambar 2.6 Klasifikasi sikap kerja bagian kaki ........................................ 27
Gambar 2.7 Nordic Body Map.................................................................. 32
Gambar 3.1 Postur Sikap Kerja ................................................................ 45
Gambar 3.2 Kerangka Pemecahan Masalah.............................................. 51
Gambar 4.1 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1 ............................................... 55
Gambar 4.2 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 1 ............................................... 55
Gambar 4.3 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 1 ............................................... 56
Gambar 4.4 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 ............................................... 57
Gambar 4.5 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1 ............................................... 57
Gambar 4.6 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1 ............................................... 58
Gambar 4.7 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2 ............................................... 59
Gambar 4.8 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 2 ............................................... 59
Gambar 4.9 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 2 ............................................... 60
Gambar 4.10 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2 ............................................... 60
Gambar 4.11 Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun 2 ............................................... 61
Gambar 4.12 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2 ............................................... 61
Gambar 4.13 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 62
Gambar 4.14 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 62
Gambar 4.15 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 63
Gambar 4.16 Postur 4 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 63
Gambar 4.17 Postur 5 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 64
Gambar 4.18 Postur 6 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 64
Gambar 4.19 Postur 7 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 65
Gambar 4.20 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 65
Gambar 4.21 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 65
Gambar 4.22 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 66
Gambar 4.23 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 66
Gambar 4.24 Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 67
Gambar 4.25 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 67
Gambar 4.26 Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 68
Gambar 4.27 Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 68
Gambar 4.28 Postur 9 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 69
Gambar 4.29 Postur 10 Aktivitas 1Stasiun 3 .............................................. 69
Gambar 4.30 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 3 ............................................... 70
Gambar 4.31 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 3 ............................................... 70
Gambar 4.32 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 3 ............................................... 71
Gambar 4.33 Postur 1 Aktivitas 3 Stasiun 3 ............................................... 72
Gambar 4.34 Postur 2 Aktivitas 3 Stasiun 3 ............................................... 72
Gambar 5.1 Postur kerja Awal dan Usulan 111 ........................................ 96
Gambar 5.2 Postur kerja Awal dan Usulan 121 .............................................. 97
Gambar 5.3 Postur kerja Awal dan Usulan 221 ........................................ 98
Gambar 5.4 Postur kerja Awal dan Usulan 321 ........................................ 100
Gambar 5.5 Postur kerja Awal dan Usulan 112 ........................................ 101
Gambar 5.6 Postur kerja Awal dan Usulan 412 ........................................ 102
Gambar 5.7 Postur kerja Awal dan Usulan 512 ........................................ 103
Gambar 5.8 Postur kerja Awal dan Usulan 612 ........................................ 104
Gambar 5.9 Postur kerja Awal dan Usulan 122 ........................................ 105
Gambar 5.10 Postur kerja Awal dan Usulan 113 ........................................ 107
Gambar 5.11 Postur kerja Awal dan Usulan 213 ........................................ 108
Gambar 5.12 Postur kerja Awal dan Usulan 413 ........................................ 109
Gambar 5.13 Postur kerja Awal dan Usulan 513 ........................................ 110
Gambar 5.14 Postur kerja Awal dan Usulan 613 ........................................ 111
Gambar 5.15 Postur kerja Awal dan Usulan 713 ........................................ 112
Gambar 5.16 Postur kerja Awal dan Usulan 813 ........................................ 113
Gambar 5.17 Dimensi usulan bak tempat penampungan air........................ 120
Gambar 5.18 Dimensi usulan rak pembilasan............................................. 122
Gambar 5.19 Dimensi usulan penambahan tinggi lantai ............................. 124
Gambar 5.20 Dimensi usulan rak cetakan................................................... 126
Gambar 5.21 Dimensi usulan bak pemasakan dan penyaringan .................. 128
ABSTRAKSI
Penggunaan tenaga manusia dalam dunia industri di Indonesia, khususnya industri kecil, masih sangat dominan. Fleksibilitas gerakan merupakan alasan kuat penggunaan tenaga manusia, terutama untuk kegiatan penaganan material secara manual (Manual Material Handling). Akan tetapi aktivitas MMH diidentifikasi beresiko besar sebagai penyebab penyakit tulang belakang (Law Back Pain). Akibat dari penanganan material yang cukup berat, posisi dan postur kerja yang tidak baik serta pengulangan pekerjaan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja yang tidak aman bagi pekerja serta merekomendasikan perancangan alat bantu pada proses pembuatan tahu di Kartasura, Sukoharjo.
Pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan wawancara terhadap pekerja untuk mendapatkan data yang diinginkan. Data tersebut adalah data postur pekerja yang meliputi punggung, bagian lengan dan kaki untuk dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS). Output yang didapat berupa pengelompokkan sikap kerja (Action Categories) dan rekomendasi untuk perbaikan (Recommendation for Action) yang menunjukkan apakah postur kerja yang dilakukan sudah aman.
Hasil pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui nilai Action Categories yang dapat memberikan rekomendasi perbaikan pada masing-masing postur kerja. Tiga stasiun kerja yang diamati yaitu stasiun perendaman, pemasakan dan penyaringan, serta pemotongan terdapat 34 postur kerja. Dari data tersebut teridentifikasi sebanyak 11 postur kerja masuk kategori 1 yang berarti ”Aman pada sistem musculoskeletal”, tidak perlu perbaikan. 7 postur masuk kategori 2 yang berarti ”Berbahaya pada sistem musculoskeletal”, perlu perbaikan dimasa yang akan datang. 8 postur masuk kategori 3 yang berarti ”Berbahaya pada sistem musculoskeletal”, perlu perbaikan segera mungkin. Dan 8 postur masuk kategori 4 yang berarti ”Berbahaya pada sistem musculoskeletal”, perlu perbaikan saat ini juga. Rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan adalah mengubah sikap kerja pada bagian kaki dan punggung, karena pada bagian tersebut mengalami pembebanan akibat postur kerja yang salah. Serta memberikan usulan perancangan alat bantu.
Kata kunci: Postur kerja, OWAS, Rekomendasi perbaikan, Antropometri
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam
menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah
satu bentuk peranan manusia adalah aktivitas pemindahan material secara
manual (Manual Material Handling/MMH). Penggunaan MMH yang
dominan bukanlah tanpa sebab, MMH memiliki keunggulan dalam hal
fleksibelitas yang tinggi dan murah bila dibandingkan dengan alat
transportasi (alat bantu pemindahan material) lainnya.
Kelebihan MMH bila dibandingkan dengan penanganan material
menggunakan alat bantu adalah pada fleksibilitas gerakan yang dapat
dilakukan untuk beban-beban ringan. Akan tetapi aktifitas MMH dalam
pekerjaan-pekerjaan industri banyak diidentifikasi beresiko besar sebagai
penyebab penyakit tulang belakang (low back pain) akibat dari penanganan
material secara manual yang cukup berat dan posisi tubuh yang salah dalam
bekerja. Faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah beban
kerja yang berat, postur kerja yang salah dan pengulangan pekerjaan yang
tinggi, serta adanya getaran terhadap keseluruhan tubuh. Faktor-faktor yang
dapat menimbulkan adanya gangguan pada tubuh manusia jika pekerjaan
berat dilakukan secara terus menerus akan berakibat buruk pada kondisi
kesehatan pekerja terutama dalam jangka waktu panjang (Suma’mur, 1995).
Dilihat dari sudut pandang ergonomis terutama dari sudut pandang
biomekanika, pemindahan material secara manual menimbulkan kecelakaan
kerja yaitu cidera pada tulang belakang, sedangkan dari sudut pandang
fisiologi Manual Material Handling (MMH) atau pemindahan material
secara manual membutuhkan energi yang cukup besar. Tetapi pemindahan
bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan
menimbulkan kecelakaan dalam industri, yang disebut juga “Over exertion-
lifting and carrying” yaitu kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
beban angkat yang berlebihan (Nurmianto, 1996).
Aktivitas membungkuk dan memutar didalam tempat kerja saat
melakukan Manual Material Handling seharusnya dikurangi atau bahkan
jika memungkinkan aktivitas ini sebaiknya dihilangkan karena sikap ini
rawan yang dapat menimbulkan gangguan pada sistem musculoskeletal.
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian–bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan sampai sangat
sakit. Apabila seseorang menerima beban statis secara berulang dan dalam
waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya
diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cidera
pada sistem musculoskeletal (Granjen, 1993 dan Lamasters, 1996, keduanya
dalam Purwaningsih dkk, 2006).
Salah satu prinsip perancangan sistem kerja dalam aktivitas MMH
adalah menjaga posisi pinggul dan bahu lurus atau segaris ketika melakukan
aktivitas MMH (Alexander, 1986). Hal ini untuk menjaga pembebanan pada
punggung tetap sedikit, karena jarak antar pusat beban dengan tubuh dekat
sehingga momen dihasilkan relatif kecil.
Gambar 1.1. Sikap kerja yang aman bagi musculoskeletal
(Sumber : www.ccohs.ca/oshanswers)
Terdapat beberapa metode analisis sikap kerja untuk mencegah
timbulnya gangguan musculoskeletal pada saat bekerja. Ovako Work
Posture Analysis System (OWAS) merupakan suatu metode untuk
mengevaluasi dan menganalisa sikap kerja yang tidak nyaman dan berakibat
pada cidera musculoskeletal (Karhu dkk, 1981). Bagian sikap kerja dari
pekerja yang diamati meliputi pergerakan tubuh dari bagian punggung,
bahu, tangan, dan kaki (termasuk paha, lutut, pergelangan kaki). Rapid
Upper Limb Assesment (RULA) dikembangkan untuk menginvestigasikan
lingkungan kerja yang tidak ergonomi dengan menggunakan gangguan kerja
pada bagian atas manusia (upper limb disorders) sebagai pusat pengamatan
(Corlett dan McAtamney, 1993). Selain itu masih ada Quick Exposure
Check (QEC) yang mempunyai konsep dasar mencari seberapa besar
exposure score untuk beberapa bagian tubuh punggung, leher, bahu,
pergelangan tangan dengan mempertimbangkan kombinasi antar faktor (Li,
2001).
Penelitian ini melanjutkan hasil penelitian terdahulu (Mardiyanto,
2008 dan Asmara, 2008), yakni mendapatkan data Nordic Body Map pada
sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja. Diantaranya yaitu pada
stasiun Perendaman, Pemasakan dan Penyaringan, serta Pemotongan. Dari
data tersebut dilakukan analisis menggunakan metode OWAS. Sehingga
akan dapat diketahui sikap kerja pada stasiun yang berdampak paling
berbahaya bagi para pekerja dan harus dilakukan perbaikan sedini mungkin.
Kemudian selanjutnya akan dilakukan perancangan alat bantu dengan
menggunakan Software CATIA untuk rekomendasi perbaikan sikap kerja.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah postur kerja yang aman pada pekerjaan pembuatan tahu
berdasarkan metode OWAS?
2. Bagaimanakah rekomendasi postur kerja yang aman berdasarkan
metode OWAS?
3. Bagaimana rancangan alat bantu berdasarkan data antropometri pekerja?
1.3. Batasan Masalah
Pada umumnya sebuah penelitian menghadapi lingkup wilayah
penelitian yang sangat luas. Penelitian memerlukan kejelasan luas lingkup
wilayah penelitian agar fokus dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena
itu penelitian ini membatasi masalah sebagai berikut:
1. Penelitian difokuskan pada pekerja MMH di industri kecil pembuatan
tahu yang ada di Desa Purwogondo, Kartasura, Sukoharjo.
2. Variabel pengamatan adalah postur kerja yang meliputi sikap punggung,
lengan, kaki dan berat beban berdasarkan klasifikasi postur kerja OWAS.
3. Postur kerja yang diamati adalah sikap kerja pada aktivitas proses
perendaman, pemasakan dan penyaringan serta pemotongan.
4. Dalam perancangan tidak membahas aspek biaya ekonomis.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian
dan penulisan laporan ini adalah:
1. Mengidentifikasi postur kerja para pekerja manual material handling
(MMH) Industri Kecil pembuatan tahu yang ada di Desa Purwogondo,
Kartasura, Sukoharjo dengan metode OWAS.
2. Memberikan rekomendasi perbaikan kerja terhadap proses kerja yang
memiliki postur kerja yang paling berbahaya berdasarkan penilaian
metode OWAS.
3. Mengidentifikasi rancangan alat bantu yang ergonomis bagi pekerja
MMH di industri kecil pembuatan tahu.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil akhir penelitian ini akan dijadikan pertimbangan dan masukan
oleh berbagai pihak antara lain sebagai berikut:
1. Pihak Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perbaikan postur
kerja dengan metode OWAS melalui perancangan alat bantu.
2. Pihak Perusahaan
Hasil akhir dari penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi perusahaan
tentang sikap kerja yang beresiko cidera pada bagian musculoskeletal.
Kemudian dapat dijadikan pertimbangan oleh perusahaan untuk
melakukan perbaikan pada postur kerja MMH yang salah sehingga
melindungi pekerja dari cidera musculoskeletal.
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dalam penelitian ini,
maka Tugas Akhir ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, kemudian dilakukan
perumusan masalah, batasan masalah yang berfungsi membatasi
laporan agar tidak terlalu meluas dan menentukan secara khusus
wilayah pembahasan, tujuan yang ingin dijadikan sasaran
penelitian ini, manfaat yang diambil dari penelitian oleh
beberapa pihak tekait. Selain itu masih ada asumsi penelitian
dan sistematika penulisan yang memuat urutan penulisan dan
kandungannya secara garis besar.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi penjelasan mengenai konsep dan prinsip dasar yang
diperlukan untuk memecahkan masalah penelitian. Bab ini
memuat berbagai sumber literatur dari buku, jurnal, majalah,
internet, dan berbagai penelitian. Yang terdiri dari pengertian
Ergonomi, Manual Material Handling, Sistem kerangka Dan
Otot Manusia (Musculoskeletal System), Metode Analisis Postur
Kerja OWAS, Nordic Body Map, Antropometri, Pengantar Catia
serta Tinjauan Pustaka. Berbagai sumber tersebut dijadikan
landasan teori guna mendukung proses penyelesaian penelitian
dari awal sampai akhir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang garis besar langkah-langkah pemecahan masalah
yang ditetapkan dalam penelitian. Proses penyelesaian masalah
ditunjukan melalui flowchart yang skematis dan disertai
keterangan-keterangannya. Bentuk metodologi penelitian ini
disesuaikan dengan masalah yang diteliti serta teknik
pemecahan masalah yang digunakan.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dalam bab ini berisi tentang data-data yang diperlukan yang
selanjutnya akan diproses melalui pengolahan data untuk
menyelesaikan masalah penelitian. Adapun data-data pokok
yang dikumpulkan antara lain : data sikap kerja pekerja Manual
Material Handling (MMH), berat beban pengangkatan, data
antropometri, data historis produksi dan lain-lain.
BAB V ANALISIS DAN PERANCANGAN
Berisi tentang analisis hasil pengolahan data dan perancangan
alat bantu yang didapat dari rekomendasi perbaikan postur kerja
menggunakan metode OWAS.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan terhadap analisis yang
dibuat dan saran-saran terhadap permasalahan yang dibahas.
Saran dapat digunakan oleh pihak perusahaan dan penelitian
selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Ergonomi
Interaksi yang sering dilakukan dalam sistem kerja adalah interaksi
antara manusia dengan mesin. Hubungan ini sering disebut sebagai interaksi
manusia-mesin (human-machine system). Wujud dari hubungan ini dapat
berupa kombinasi satu atau lebih manusia dengan satu atau lebih komponen
fisik untuk saling berinteraksi. Sedangkan kegiatan yang dilakukan oleh
interaksi manusia-mesin adalah proses input, operasi dan hasil output yang
diinginkan.
Untuk mendapatkan sebuah sistem kerja yang baik, maka
diperlukan proses perancangan sistem kerja. Sebuah perancangan sistem
yang ideal adalah keterlibatan karakteristik manusia pada sebuah sistem
terutama interaksi manusia-mesin. Potensi yang ada pada diri manusia,
meliputi kemampuan dan keterbatasannya, disesuaikan dengan jenis
pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia. Konsep ini sering disebut
sebagai “fitting the job to the man”. Faktor-faktor terjadinya kecelakaan
kerja yang menimpa pekerja dapat dihindari, karena sejak awal perancangan
kerja telah melibatkan karakteristik manusia.
Sebuah disiplin ilmu berkembang pada awal Revolusi industri di
Eropa, yaitu ergonomi yang berupaya menganalisis sistem kerja dengan
menitik beratkan pada hubungan antara manusia dengan mesin. Istilah
“ergonomi” mulai dicetuskan pada tahun 1949. Istilah ergonomi berasal
dari bahasa latin yaitu “Ergon” dan “Nomos“ yaitu aturan, prinsip / kaidah
atau dapat pula didefinisikan sebagai studi tentang aspek – aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, managemen dan desain atau perancangan. Ergonomi
berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja maupun lingkungan. Ergonomi
merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam
merancang suatu sistem kerja yang baik, efektif, aman dan nyaman, dengan
tujuan agar manusia dapat melaksanakan pekerjaannya dengan nyaman dan
sehat.
Maksud dan tujuan disiplin ergonomi adalah mendapatkan
pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi
manusia dengan lingkungan kerja, selain itu ergonomi memiliki tujuan
untuk mengurangi tingkat kecelakaan saat bekerja dan meningkatkan
produktifitas dan efisiensi dalam suatu proses produksi. Ergonomi adalah
ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan dan
menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia
baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan
menjadi lebih baik (Tarwaka dkk, 2004).
Ada beberapa aspek pendekatan ergonomis yang harus
dipertimbangkan untuk melakukan pendekatan ergonomi, antara lain :
1. Sikap dan Posisi Kerja
Pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap atau posisi
kerja, baik duduk ataupun berdiri merupakan suatu hal yang sangat
penting. Adanya sikap atau posisi kerja yang tidak mengenakkan dan
berlangsung dalam waktu yang lama, akan mengakibatkan pekerja cepat
mengalami kelelahan serta membuat banyak kesalahan.
2. Kondisi Lingkungan Kerja
Faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja, terdiri dari faktor
yang berasal dari dalam diri manusia (intern) dan faktor dari luar diri
manusia (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi
lingkungan yang meliputi semua keadaan yang terdapat di sekitar
tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, getaran mekanis,
warna, bau-bauan dan lain-lain. Adanya lingkungan kerja yang bising,
panas, bergetar atau atmosfer yang tercemar akan memberikan dampak
yang negatif terhadap kinerja operator.
3. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja.
Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-
prosedur untuk membuat gerakan kerja yang memenuhi prinsip-prinsip
ekonomi gerakan. Gerakan kerja yang memenuhi prinsip ekonomi
gerakan dapat memperbaiki efisiensi kerja dan mengurangi kelelahan
kerja.
2.2 Pemindahan Bahan Secara Manual
Manual Material Handling berhubungan dengan pemindahan beban
dimana pekerja menggunakan gaya otot untuk mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik, membawa, menggenggam, objek (Swedish Nasional
Board of Occupational Safety and Health (1998) didalam Prastowo dkk,
2006). Pengertian pemindahan beban secara manual, menurut American
Material Handling Society (AHMS) bahwa material handling dinyatakan
sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan
(moving), Pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan
(controlling) dari material dengan segala bentuknya (Wignjosoebroto,
1996). Lifting berarti menaikkan beban dari posisi yang rendah keposisi
yang lebih tinggi yang menunjukkan / menyatakan penggunaan gaya harus
melebihi / melampaui gaya grafitasi beban. Pemindahan bahan secara
manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan
kecelakaan dalam industri. Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya
nyeri punggung (back injury) , adalah arah beban yang akan diangkat dan
frekuensi aktivitas pemindahan. Beberapa pertimbangan / parameter yang
harus diperhatikan untuk mengurangi timbulnya nyeri punggung
(Nurmianto,1996) antara lain:
1. Beban yang harus diangkat.
2. Perbandingan antara berat beban dan orangnya.
3. Jarak horisontal dari beban terhadap orangnya.
4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan
mempunyai jarak CG (Center of Gravity ) yang lebih jauh dari tubuh, dan
bisa menggangu jarak pandangnya.
Batasan beban yang boleh diangkat:
1. Batasan angkat secara legal (legal limitations )
Beberapa batasan angkat secara legal dari beberapa Negara. Batasan
angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional.
(Nurmianto, 1996)
a. Pria dibawah usia 16 tahun maksimum beban angkatnya adalah 14
kilogram.
b. Pria usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum beban
angkatnya adalah 18 kilogram.
c. Pria usia lebih dari 18 tahun tidak ada batasan angkat
d. Wanita usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum beban
angkatnya adalah 11 kilogram.
e. Wanita lebih dari 18 tahun maksimum beban angkatnya adalah 16
kilogram.
2. Batasan angkat dengan menggunakan biomekanika (Bio mechanical
limitations).
Nilai dari analisa biomekanika adalah tentang postur atau posisi aktivitas
kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan
kriteria keselamatan kerja adalah dasar pada beban (copreesion load)
pada intervertabraldisk antara lumbar nomor lima dan schrum nomor
satu.
3. Batasan angkat secara fisiologi (Physiological limitations).
Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban
metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting)
sebagaimana dapat juga ditemukan jumlah komsumsi oksigen. Hal ini
haruslah benar-benar diperhatikan terutama dalam rangka untuk
menentukan batas angkat. Kelelahan kerja yang terjadi dari aktivitas yang
berulang akan meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang
karena akumulasi dari asam laktat yang menumpuk secara berlebihan
4. Batasan angkat secara psiko-fisik (Phycho-physical limitations ).
Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya untuk
medapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang berbeda.
Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan
sebagai berikut:
1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan
beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan dengan
menggunakan mesin.
3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.
2.2.1 Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling
Kegiatan Manual Material Handling (MMH) melibatkan
koordinasi sistem kendali tubuh seperti tangan, kaki, otak, otot dan tulang
belakang. Bila koordinasi tubuh tidak terjalin dengan baik akan
menimbulkan resiko kecelakaan kerja pada bidang MMH. Faktor yang
menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH menurut (Heran, Dkk
(1999) dalam Mustolih, 2007) dibagi menjadi dua faktor yaitu:
1. Faktor Fisik (Physical Factor)
Faktor ini bila dijabarkan terdiri dari suhu, kebisingan, bahan kimia,
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis mengacu pada
laporan tugas akhir dari :
1. Analisis konsumsi energi dan identifikasi kondisi postur kerja pada
proses perontokan padi menggunakan metode OWAS”. 2008, oleh Rano
Andriyano, Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Subyek dari penelitian ini adalah seorang pekerja pada proses perontokan
padi dengan mesin tleser didesa jatirejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten
Boyolali. Didalam penelitian ini penulis menganalisa postur kerja
penanganan material terhadap beberapa orang karyawan dengan
menggunakan metode OWAS terhadap sikap punggung, lengan, kaki dan
beban kerja serta konsumsi energi yang dibutuhkan.
2. Analisis Postur Kerja Penanganan Material Secara Manual dengan
Pendekatan OWAS. 2007, oleh Ajis Mustoleh, Universitas
Muhammadiyah Surakarta:
Salah satu metode penyelesaian masalah mengenai kenyamanan dan
keamanan dalam proses Manual Material Handling adalah Metode
OWAS (Ovako Work Posture Analysis System), dengan metode ini dapat
mengetahui gangguan musculusceletal atau gangguan sistem jaringan
tubuh yang meliputi punggung, lengan, dan kaki. Dengan metode ini
lebih mudah dalam penerapan dan juga sudah didukung dengan soft ware
yaitu soft ware WinOwas. Selain untuk mengetahui gangguan
musculuskeletal metode owas juga dapat dipakai sebagai alat untuk
mengelompokkan kategori / tingkat gangguan yang diderita beserta solusi
rekomendasi tindakan perbaikan . Sehingga para pekerja dapat merasakan
kenyamanan dan keamanan pun dapat terjamin dalam proses pekerjaan
Manual Material Handling.
3. Triyono, NIM : I 0300048, Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret, April 2006 Skripsi dengan judul : Analisis
Sikap Kerja Pekerja Manual Material Handling UD. Tetap Semangat
Dengan Metode OWAS (Ovako Working Posture Analysis System). Pada
penelitian ini berupaya mengidentifikasi dan menganalisa sikap kerja
pekerja departemen pecetakan dan pengiriman untuk mengetahui kondisi
sikap kerja pada saat ini. Adapun metode yang digunakan pda penelitian
ini adalah metode OWAS. Metode ini mengelompokkan sikap kerja
menjadi empat kategori sikap kerja dan rekomendasi perbaikan sikap
kerja.
Dari hasil penelitian ini telah mengidentifikasi sikap kerja pekerja
departemen pencetakan dengan 79% - 90% sikap kerja berada pada
kelompok kategori 2, yaitu signifikan berbahaya bagi sistem
muskuloskeletal. Pada departemen pengiriman tercatat 59% - 79% sikap
kerja berada pada kelompok kategori 1, yaitu aman terhadap terhadap
sistem muskuloskeletal. Meskipun demikian perlu dilakukan perbaikan
tempat kerja, karena masih ditemukan sikap kerja yang berbahaya bagi
sistem muskuloskeletal.
Rekomendasi yang harus dilakukan adalah mengubah sikap kerja pada
bagian tubuh kaki dan punggung. Pada bagian tubuh tersebut mengalami
pembebanan akibat sikap kerja yang membungkuk. Agar tidak terjadi
pembebanan, maka diusulkan perubahan tempat kerja yang
menghasilkan sikap bahu dan pinggul pada posisi sebaris.
4. Kecelakaan kerja cenderung lebih sering terjadi pada aktivitas
pemindahan beban secara manual, yaitu dapat menimbulkan resiko
cidera tulang belakang yang cukup besar sehingga lebih cepat
menimbulkan kecelakaan pada pekerja. Tujuan dari penelitian ini
menganalisa kemungkinan-kemungkinan terjadi kecelakaan kerja yang
dapat menggangu kesehatan dan keselamatan kerja, khususnya pada
perusahaan home industri yang masih mengandalkan manual terhadap
Manual Material Handling dalam kegiatan produksinya dan solusi
perbaikannya dengan memberikan tatakan sebagai landasan beban
sebelum diangkat (Andriyadi, 2001).
Persamaan dan Perbedaan laporan ini dengan ketiga laporan diatas:
� Persamaan
Sama – sama menganalisa postur kerja yang terdiri dari punggung,
lengan, kaki, dan beban kerja dengan menggunakan metode OWAS.
Langkah – langkah pengolahan data dengan menggunakan metode
OWAS sebagian besar sama dengan kedua laporan diatas.
� Perbedaan
Pada ketiga penelitian diatas penulis memberikan rekomendasi hanya
sebatas pada perubahan postur kerja tanpa memperhitungkan keadaan
tempat kerja. Sedangkan dalam penelitian ini penulis menganalisis dan
mengevaluasi kondisi postur tubuh pekerja pada proses pembuatan
tahu, menganalisis kondisi nyata tempat kerja dan memberikan usulan
rancangan alat bantu berdasarkan data – data antropometri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian dilakukan pada Industri kecil pembuatan tahu di
daerah, yang beralamat di Kp. Purwogondo RT. 03 RW. I, Kartasura.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam melakukan penelitian, yaitu:
a. Studi Lapangan (observasi)
Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung pada obyek yang diteliti. Observasi dilakukan guna
mendapatkan data postur kerja pekerja Industri kecil pembuatan tahu
serta data umum industri tersebut yang meliputi aktivitas yang
dilakukan baik pekerja, kondisi lingkungan kerja, jalannya proses
produksi dan keluhan serta permasalahan yang dihadapi oleh pekerja.
b. Wawancara (interview)
Pengumpulan data dengan cara melakukan interaksi tanya
jawab dengan nara sumber yang terkait dengan penelitian yang
dilakukan. Wawancara dilakukan pada pimpinan perusahaan dan
sejumlah karyawan guna mendapatkan data-data yang meliputi, jumlah
tenaga kerja, keluhan - keluhan yang dirasakan oleh pekerja saat
beraktivitas dan hal-hal yang menyangkut pekerjaan.
c. Dokumentasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan
mendokumentasikan objek permasalahan kedalam sebuah media.
Metode dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
merekam aktivitas pekerjaan selama bekerja menggunakan kamera
perekam.
d. Studi Kepustakaan
Metode pengumpulan data yang bersumber pada buku-buku
referensi, jurnal yang diperoleh dari media cetak maupun media internet
yang relevan dengan obyek yang diteliti.
3.3 Identifikasi Data
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari tempat yang dijadikan sebagai
objek penelitian. Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi:
1. Data postur kerja pekerja untuk mengetahui klasifikasi postur kerja
berdasarkan metode OWAS.
2. Data dari keluhan pekerja (Nordic Body Map) pada aktivitas proses
perendaman, pemasakan dan penyaringan serta pemotongan.
(Mardiyanto,2008 dan Asmara,2008)
3. Data antropometri, diperlukan apabila terdapat postur kerja yang
berbahaya menurut klasifikasi OWAS yang tidak bisa
direkomendasikan dengan mengubah postur kerja. Data
antropometri diperlukan untuk merancang alat bantu kerja yang
lebih baik.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari luar perusahaan yang ada hubungannya
dengan obyek penelitian yang dilakukan. Adapun data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari:
1. Studi pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan dengan cara merekam postur - postur
kerja pekerja pada saat melakukan aktivitas kerja.
2. Studi pustaka
Sumber data yang berasal dari buku-buku referensi yang relevan dan
mendukung dengan obyek penelitian.
3. Media internet
Sumber data yang berasal dari media internet yang berupa jurnal
maupun artikel yang mendukung dengan obyek penelitian.
3.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
A. Pengolahan data dengan metode OWAS.
1. Proses Coding Postures
Proses Coding Postures adalah proses menterjemahkan postur
kerja dari hasil perekaman sesuai dengan postur kerja menurut
kode empat digit. Kode tersebut meliputi postur tubuh bagian
punggung, lengan, kaki dan berat beban. Berikut kode postur
kerja menurut metode OWAS
Tabel 3.1. Kode Postur Kerja Menurut Metode OWAS Punggung
Kode Postur Punggung
1 Lurus
2 Bungkuk kedepan atau kebelakang
3 Memutar atau miring ke samping
4 Bungkuk dan memutar atau bungkuk kedepan dan menyamping
Lengan
Kode Postur Tangan
1 Kedua lengan berada di bawah bahu
2 Satu lengan berada pada atau di atas bahu
3 Kedua lengan berada pada atau di atas bahu
Kaki
Kode Postur Kaki
1 Duduk
2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus
3 Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus
4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk
5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk
6 Berlutut pada satu atau kedua lutut
7 Berjalan
Beban Kerja
Kode Berat Beban
1 W ≤ 10 Kg
2 10 Kg < W ≤ 20 Kg
3 W > 20 Kg
Gambar 3.1 Postur Sikap Kerja
Seorang pekerja memiliki postur kerja dengan kode OWAS 2151
seperti gambar diatas memiliki penjelasan sebagai berikut:
Postur punggung : Kode OWAS 2; Bungkuk ke depan atau ke
belakang.
Postur lengan : Kode OWAS 1; Kedua lengan berada
dibawah bahu.
Postur kaki : Kode OWAS 5; Berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan posisi lutut ditekuk.
Beban kerja : Kode OWAS 1; W � 10 Kg
2. Pengolahan Data
Proses selanjutnya setelah dilakukan pengkodean yaitu proses
pengolahan data. Hasil dari tahap pengkodean postur kerja yang
berupa kode postur kerja dimasukkan kedalam tabel OWAS
Tabel 3.2 Kategori Tindakan Kerja OWAS
Tabel diatas menjelaskan mengenai klasifikasi postur-postur kerja
ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur kerja dengan
kode 2352, maka postur kerja ini merupakan postur kerja dengan
kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4, yaitu pada
sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja ini
mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara
langsung atau saat ini.
B. Pengukuran data antropometri
Antropometri adalah suatu komponen data numerik yang
berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk
dan kekuatan serta penerapan dari suatu data tersebut untuk
penanganan masalah desain (Nurmanto, 1996).
Dengan demikian terdapat dua cara pengukuran, yaitu : (Sutalaksana,
1979)
c. Antropometri Statis
Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linier
atau lurus dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil
pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan
dengan metoda tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh
harus dalam keadaan diam. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi dimensi tubuh manusia, yaitu : (Wignjosoebroto,
1995)
� Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan
bertambah besar sejak awal kelahirannya sampai dengan umur
20 tahun mengalami penyusutan sekitar umur 40 tahun.
� Jenis Kelamin
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar
dibandingkan dengan wanita, kecuali bagian tubuh tertentu
seperti pinggul.
� Suku Bangsa dan Etnis
Setiap suku, bangsa atau kelompok etnik akan memiliki
karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
� Posisi Tubuh atau Postur
Posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh standar
yang diterapkan untuk survei.
d. Antropometri Dinamis
Pengukuran antropometri dinamis berhubungan dengan
pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan
bergerak atau dalam keadaan yang mungkin terjadi bila seseorang
bekerja melakukan kegiatan-kegiatan. Salah satu usaha untuk
mendapatkan informasi banyak dilakukan melalui penyelidikan
dan pembahasan, dalam penyelidikan itu terdapat empat kelompok
besar sebagai berikut (Sutalaksana, 1979).
� Penyelidikan tentang tampilan (display)
Display merupakan suatu perangkat antara (interface) yang
mampu menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan
mengkonsumsikan pada manusia dalam bentuk tanda, angka
dan lambang.
� Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses
pengendalian. Dalam hal ini diselidiki tentang aktifitas manusia
ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari
setiap aktifitas tersebut.
� Penyelidikan mengenai tempat kerja
Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai
dengan kemampuan dan kerterbatasan manusia, maka ukuran
tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia.
� Penyelidikan mengenai lingkungan kerja
Yang dimaksud lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan
fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi
lingkungan kerja, yang kedua-duanya banyak mempengaruhi
tingkah laku manusia.
C. Perancangan alat bantu menggunakan Software CATIA
Software CATIA (Computer Aided Three Dimensional Interactive
Application) adalah alat bantu yang mempunyai banyak fungsi pada
CAD,CAM,dan CAE dipadu dengan model analisa rancang bangun
yang handal “Integrated Design And Analysis”. CATIA memiliki
keistimewaan sebagai salah satu sistem gambar 2 dimensi dan 3
dimensi.yang konsisten mulai dari user interface, data management,
data base, model yang sangat komplit dan program aplikasi interface.
CATIA mempunyai aplikasi yang digunakan pada area industri antara
lain mechanical design, analysis, robotic, dan perancangan. CATIA
sebagai analysis tool yang berfungsi untuk analisa produk yang ada
ataupun dalam proses perancangan , mempunyai beberapa bagian
antara lain CATIA kinematic, CATIA image design, dan CATIA
FEM (Finite element modeler). Secara khusus pada CATIA Finite
Modeler mempunyai kemampuan dan kegunaan dalam pre processor
3D finite element serta membangun suatu model lengkap dengan
mendiskripsikan fisik dan sifat material, kondisi batas, dan beban.
Finite Element Modeler dapat secara cepat dan tepat dalam
mendefinisikan dan merubah mesh.
D. Analisa
Pada tahap ini dilakukan dengan menganalisis semua hasil yang
diperoleh pada tahap pengolahan data. Data yang dianalisis berasal
dari output sofware WinOWAS. Analisa dilakukan terhadap setiap
pekerja yang salah dan rawan cidera musculoskeletal. Berdasarkan
pengumpulan dan pengolahan data, telah didapat adanya perbaikan
perubahan cara kerja metode awal dengan metode perbaikan. Hal ini
dimaksudkan untuk mencapai efisiensi waktu penyelesaian kerja dan
kenyamanan dalam bekerja.
3.5 Kerangka pemecahan masalah
Gambar 3.2 Kerangka Pemecahan Masalah
Mulai
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah dan Tujuan penelitian
Pengumpulan data � Data Nordic Body Map (Data Sekunder) � Data berat beban
Studi Pustaka
Pengolahan data dengan metode OWAS
Penentuan Kategori
Kategori 1 dan 2
Analisis Data
Rekomendasi/Usulan Perbaikan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Tidak
Ya
Data Antropometri
Penentuan Persentil
Penentuan Dimensi Alat Bantu
Perancangan Alat Bantu Menggunakan Software Catia
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Subyek penelitian ini adalah pekerja yang melakukan
aktivitas secara manual di lantai produksi pembuatan tahu pada industri
kecil pembuatan tahu di Purwogondo, Kartasura, Sukoharjo. Penentuan
sampel diambil dari penelitian terdahulu (Mardiyanto, 2008 dan Asmara,
2008) berdasarkan hasil keluhan atau gangguan terbanyak dari kuesioner
Nordic Body Map yang dirasakan pekerja selama 3 bulan terakhir. Hasil
kuesioner tersebut adalah sebagai berikut:
1. Stasiun Perendaman sebanyak 49
2. Stasiun Penggilingan sebanyak 37
3. Stasiun pemasakan dan Penyaringan sebanyak 51
4. Stasiun Pencetakan sebanyak 39
5. Stasiun Pemotongan sebanyak 49
Dari data diatas, maka sampel yang digunakan postur atau sikap kerja
adalah stasiun perendaman sebanyak 49, stasiun pemasakan dan
penyaringan sebanyak 51 serta stasiun pemotongan sebanyak 49.
Penelitian diawali dengan memberi penjelasan kepada
pekerja mengenai maksud, tujuan dan cara melakukan pengambilan data,
dimana pekerja yang diamati dalam penelitian ini ditugaskan untuk
melakukan pekerjaan secara normal (berdasarkan pekerjaan yang biasa
dilakukan).
Ketika pekerja melakukan aktivitas penanganan material
secara manual pada pekerjaannya, aktivitas kerja dari 3 stasiun tersebut
direkam dengan menggunakan kamera digital. Bila terjadi perulangan
gerakan maka proses merekam bisa dihentikan dan dapat dilanjutkan ke
aktivitas kerja selanjutnya. Aktivitas pekerja diamati untuk mengetahui
berbagai macam postur kerja menurut perubahannya dari awal hingga
akhir pekerjaannya.
Dari ketiga stasiun tersebut, data yang diperoleh berupa
rekaman video yang dipotong-potong dijadikan foto atau gambar postur
kerja. Penjelasan gambar postur kerja ketiga stasiun dapat dilihat pada
tabel 4.1
Tabel 4.1 Data Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun Kerja No Nama Stasiun Aktivitas Postur
1 2 1. Penuangan air untuk pembilasan 3 1 2
1 Stasiun Perendaman
2. Penuangan setelah pembilasan ke dalam ember 3 1 2 3 4 5
1. Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan
6 1 2 3 4 5
2 Stasiun Pemasakan dan Penyaringan
2. Penyaringan hasil pemasakan
6
7 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Penuangan untuk dilakukan pencetakan
10 1 2 2. Memotong tahu yang telah dicetak 3 1
3 Stasiun Pemotongan
3. Memasukkan tahu yang telah dipotong ke ember 2
Jumlah Postur Kerja 34
���� Daftar data berat beban dalam aktivitas kerja
• 1 Ember kedelai kering : 6 Kg
• 1 Ember kedelai basah : 7 Kg
• 1 Ember kedelai setelah digiling : 12 Kg
• 1 Ember air : 5 Kg
• 1 Serok kosong : 1 Kg
• 1 Serok kedelai hasil masakan : 2 Kg
• 1 Serok Ampas penyaringan : 7 Kg
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Proses Coding Postures Rekaman Postur kerja
Proses Coding Postures adalah proses menterjemahkan postur
kerja dari hasil perekaman sesuai dengan postur kerja menurut kode empat
digit. Kode tersebut meliputi postur tubuh bagian punggung, lengan, kaki
dan berat beban.
4.2.1.1 Proses Pada Stasiun Perendaman
1. Penuangan Air Untuk Pembilasan
Gambar 4.1 Postur 1 Gambar 4.2 Postur 2
Aktivitas 1 Stasiun 1 Aktivitas 1 Stasiun 1
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.2 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 4 Bungkuk dan memutar atau bungkuk kedepan dan
menyamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.
Tabel 4.3 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 1 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 3 Memutar atau miring kesamping Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.
Gambar 4.3 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 1
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.4 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 1
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 3 Memutar atau miring kesamping Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.
2. Penuangan Kedelai Setelah Dibilas ke Dalam Ember
Gambar 4.4 Postur 1 Gambar 4.5 Postur 2
Aktivitas 2 Stasiun 1 Aktivitas 2 Stasiun 1
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.5 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau kebelakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.
Tabel 4.6 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 4 Bungkuk kedepan dan menyamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk Berat Beban 1 Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.
Gambar 4.6 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.7 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 4 Bungkuk kedepan dan menyamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.
4.2.1.2 Proses Pada Stasiun Pemasakan dan Penyaringan
1. Membawa Hasil Penggilingan Ke Stasiun Pemasakan
Gambar 4.7 Postur 1 Gambar 4.8 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 2 Aktivitas 1 Stasiun 2
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.8 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau kebelakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 2 Berat beban antara 10 sampai 20Kg.
Tabel 4.9 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 1 Lurus. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 7 Berjalan. Berat Beban 2 Berat beban antara 10 sampai 20Kg.
Gambar 4.9 Postur 3 Gambar 4.10 Postur 4
Aktivitas 1 Stasiun 2 Aktivitas 1 Stasiun 2
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.10 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 2
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 Lurus. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 2 Berat beban antara 10 sampai 20Kg.
Tabel 4.11 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 2 Berat beban antara 10 sampai 20Kg.
Gambar 4.11 Postur 5 Gambar 4.12 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2 Aktivitas 1 Stasiun 2
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.12 Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun 2
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 2 Berat beban antara 10 sampai 20Kg.
Tabel 4.13 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 4 Bungkuk kedepan dan menyamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 2 Berat beban antara 10 sampai 20Kg.
2. Penyaringan Hasil Pemasakan
Gambar 4.13 Postur 1 Gambar 4.14 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 2 Aktivitas 2 Stasiun 2
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.14 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 3 Memutar atau miring kesamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Tabel 4.15 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 1 Lurus. Lengan 2 Satu lengan berada pada atau diatas bahu. Kaki 3 Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Gambar 4.15 Postur 3 Gambar 4.16 Postur 4
Aktivitas 2 Stasiun 2 Aktivitas 2 Stasiun 2
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.16 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 2
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 Lurus. Lengan 2 Satu lengan berada pada atau diatas bahu. Kaki 3 Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Tabel 4.17 Postur 4 Aktivitas 2 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 1 Lurus. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Gambar 4.17 Postur 5 Gambar 4.18 Postur 6
Aktivitas 2 Stasiun 2 Aktivitas 2 Stasiun 2
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.18 Postur 5 Aktivitas 2 Stasiun 2
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan berada di bawah bahu Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Tabel 4.19 Postur 6 Aktivitas 2 Stasiun 2
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 lurus. Lengan 2 Satu lengan berada pada atau di atas bahu Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Gambar 4.19 Postur 7 Aktivitas 2 Stasiun 2
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.20 Postur 7 Aktivitas 2 Stasiun 2
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan berada di bawah bahu Kaki 3 Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
4.2.1.3 Proses Pada Stasiun Pemotongan
1. Penuangan Untuk Dilakukan Pencetakan
Gambar 4.20 Postur 1 Gambar 4.21 Postur 2
Aktivitas 1 Stasiun 3 Aktivitas 1 Stasiun 3
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.21 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 3 Memutar atau miring ke samping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Tabel 4.22 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Gambar 4.22 Postur 3 Gambar 4.23 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3 Aktivitas 1 Stasiun 3
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS
Tabel 4.23 Kode Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 4 Bungkuk kedepan dan menyamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 3 Berdiri bertumpu pada salah satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Tabel 4.24 Kode Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 3 Memutar atau miring kesamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Gambar 4.24 Postur 5 Gambar 4.25 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 3 Aktivitas 1 Stasiun 3
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.25 Kode Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun 3
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 4 Bungkuk kedepan dan menyamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Tabel 4.26 Kode Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut
ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Gambar 4.26 Postur 7 Gambar 4.27 Postur 8
Aktivitas 1 Stasiun 3 Aktivitas 1 Stasiun 3
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS
Tabel 4.27 Kode Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut
ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Tabel 4.28 Kode Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Gambar 4.28 Postur 9 Gambar 4.29 Postur 10
Aktivitas 1 Stasiun 3 Aktivitas 1 Stasiun 3
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.29 Kode Postur 9 Aktivitas 1 Stasiun 3
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 Lurus. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 7 Berjalan. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Tabel 4.30 Kode Postur 10 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 7 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
2. Memotong Tahu Yang Telah Dicetak
Gambar 4.30 Postur 1 Gambar 4.31 Postur 2
Aktivitas 2 Stasiun 3 Aktivitas 2 Stasiun 3
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.31 Kode Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 3
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 2 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Tabel 4.32 Kode Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 2 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Gambar 4.32 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 3
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.33 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 3
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 Lurus. Lengan 2 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
3. Memasukkan Tahu Setelah Dipotong Ke Dalam Ember
Gambar 4.33 Postur 1 Gambar 4.34 Postur 2
Aktivitas 3 Stasiun 3 Aktivitas 3 Stasiun 3
Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.34 Postur 1 Aktivitas 3 Stasiun 3
SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau ke belakang. Lengan 2 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
Tabel 4.35 Postur 1 Aktivitas 3 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN
Punggung 1 Lurus. Lengan 2 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.
4.2.2 Hasil Analisis Gambar Postur Kerja Ketiga Stasiun
Tabel 4.36 Data Hasil Pengkodean Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun Kerja No Nama Stasiun Aktivitas Postur Kode
1 4151 2 3121 1. Penuangan air untuk pembilasan 3 3121 1 2141 2 4141
1 Stasiun Perendaman 2. Penuangan setelah pembilasan ke dalam
ember 3 4151 1 2142 2 1172 3 1142 4 2142 5 2142
1. Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan
Dari tabel 4.54 di atas menunjukkan angka (2), yang berarti bahwa
kode 2221 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 2 yaitu pada
sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan
dimasa yang akan datang.
4.2.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Postur Kerja
4.2.4.1 Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur Kerja
1. Pada Stasiun Perendaman
Tabel 4.55 Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur Kerja Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan
1 4151 4 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
2 3121 1 Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
1. Penuangan air untuk pembilasan
3 3121 1 Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
1 2141 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W � 10 Kg
2 4141 4 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W � 10 Kg
2. Penuangan setelah pembilasan ke dalam ember
3 4151 4 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
Tabel 4.56 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 1 dan 2 No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan
1 Penuangan air untuk pembilasan 2 3121 1 Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, bertumpu pada kedua kaki
lurus, W � 10 Kg
2 Penuangan air untuk pembilasan 3 3121 1 Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, bertumpu pada kedua kaki
lurus, W � 10 Kg
Tabel 4.57 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4 No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan
1 Penuangan air untuk pembilasan 1 4151 4 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
2 1 2141 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W � 10 Kg
3 2 4141 4 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W � 10 Kg
4
Penuangan setelah pembilasan ke dalam ember
3 4151 4 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
2. Pada Stasiun Pemasakan dan Penyaringan
Tabel 4.58 Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur Kerja No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan
1 2142 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
2 1172 1 Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, 10 Kg < W � 20 Kg
3 1142 1 Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu paa kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
4 2142 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
5 2142 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
1 Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan
6 4142 4 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
1 3151 4 Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
2 1231 1 Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
2 Penyaringan hasil pemasakan
3 1231 1 Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
4 1121 1 Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
5 2121 2 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
6 1221 1 Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
7 2131 2 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
Tabel 4.59 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 1 dan 2
No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan 1 2 1172 1 Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, 10 Kg < W � 20 Kg
2 Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan 3 1142 1 Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi
kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
3 2 1231 1 Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
4 3 1231 1 Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
5 4 1121 1 Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
6 5 2121 2 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
7 6 1221 1 Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
8
Penyaringan hasil pemasakan
7 2131 2 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
Tabel 4.60 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4 No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan
1 1 2142 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
2 4 2142 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
3 5 2142 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
4
Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan
6 4142 4 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
5 Penyaringan hasil pemasakan 1 3151 4 Punggung memutar atau miring ke samping,, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
3. Pada Stasiun Pemotongan
Tabel 4.61 Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan
1 3151 4 Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
2 2141 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W � 10 Kg
3 4131 2 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
4 3151 4 Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
5 4151 4 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
6 2151 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
1 Penuangan untuk dilakukan pencetakan
7 2151 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
8 2151 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
9 1171 1 Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, W � 10 Kg 10 2171 2 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, W � 10 Kg
1 2221 2 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
2 2221 2 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg 2 Memotong tahu yang telah dicetak
3 1221 1 Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
1 2221 2 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg 3 Memasukkan tahu yang telah
dipotong ke ember 2 1221 1 Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki
lurus, W � 10 Kg
Tabel 4.62 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 1 dan 2 No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan
1 3 4131 2 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
2 9 1171 1 Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, W � 10 Kg 3
Penuangan untuk dilakukan pencetakan
10 2171 2 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, W � 10 Kg
4 1 2221 2 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
5 2 2221 2 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
6
Memotong tahu yang telah dicetak
3 1221 1 Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg,
7 1 2221 2 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
8
Memasukkan tahu yang telah dipotong ke ember
2 1221 1 Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg,
Tabel 4.63 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4 No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan
1 2 2141 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W � 10 Kg
2 4 3151 4 Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
3 5 4151 4 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
4 6 2151 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
5 7 2151 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
6
Penuangan untuk dilakukan pencetakan
8 2151 3 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
4.2.4.2 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4 Yang Mempunyai Kode Sama
Tabel 4.64 Rekapitulasi Kategori 3 dan 4 pada Kode Postur Kerja Yang Sama No Kode Kategori Jumlah 1 4151 4 3 2 2141 3 2 3 4141 4 1 4 2142 3 3 5 4142 4 1 6 3151 4 3 7 2151 3 3
Jumlah 16
BAB V
ANALISIS DAN PERANCANGAN
5.1 Analisis Data
Kategori postur kerja merupakan hasil dari pengolahan data,
dimana inputnya berupa postur-postur kerja para pekerja pembuatan
tahu. Postur kerja dikategorikan menurut tingkat resiko terhadap sistem
muskuloskeletal. Setiap tingkat resiko akan diberikan tindakan perbaikan
sesuai dengan seberapa pengaruhnya terhadap gangguan
muskuloskeletal. Dari hasil pengolahan data telah didapat kategori postur
tubuh yang perlu diperbaiki sesuai metode OWAS.
Adapun kategori-kategori postur kerja sesuai dengan
pengolahan data dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 1 dan 2 Pada Ketiga Stasiun No Nama Stasiuan Aktivitas Postur Kode Kategori
2 3121 1 1 Stasiun Perendaman Penuangan air untuk pembilasan 3 3121 1 2 1172 1 Membawa hasil penggilingan ke stasiun
3 Stasiun Pemotongan Penuangan untuk dilakukan pencetakan
8 2151 3
Dari tabel 5.2 di atas terdapat 8 postur kerja yang tergolong pada
kategori 3 dalam arti berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu
perbaikan segera mungkin. Serta 8 postur kerja yang tergolong dalam
kategori 4, yang berarti Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu
perbaikan saat ini juga.
5.2 Rekomendasi Perbaikan Postur Kerja Para Pekerja Pembuatan
Tahu
Telah diketahui bahwa para pekerja di Industri Kecil
Pembuatan Tahu dalam melakukan aktivitas masih beresiko terhadap
gangguan musculoskeletal. Keadaan ini memerlukan perbaikan postur
kerja untuk mengurangi atau menghilangkan resiko gangguan
musculoskeletal. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kondisi tempat
kerja yang aman dan terhindar dari resiko kecelakaan kerja. Hasil
pengolahan data postur kerja Metode OWAS telah merekomendasikan
segmen-segmen dari postur kerja untuk dilakukan perbaikan. Anggota
tubuh yang direkomendasikan adalah postur punggung, lengan dan kaki.
Pada bagian berat beban pengangkatan dikategorikan dalam kelompok
aman terhadap sistem musculoskeletal. Rekomendasi perbaikan
(Recommendation For Action) dikategorikan menurut tingkat resiko
terhadap musculoskeletal. Setiap rekomendasi perbaikan akan diberikan
tindakan sesuai dengan seberapa besar pengaruhnya terhadap gangguan
musculoskeletal.
5.2.1 Perbaikan Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun
1. Postur 1, Aktivitas 1, Stasiun 1
Gambar 5.1 Postur kerja Awal dan Usulan 111
Tabel 5.3 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 111
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Perendaman
Penuangan air untuk pembilasan
• Kode 4151 • Punggung bungkuk ke depan
dan menyamping • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk
• Tempat penampungan air menggunakan drum
• Kategori 4
• Kode 1221 • Punggung lurus • Berdiri bertumpu dengan
kedua kaki lurus • Tempat penampungan air
berada di atas, sehingga dalam pengambilan air hanya dengan membuka kran
• Kategori 1
Kode OWAS 4151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja
tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini
berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu
dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah tempat penampungan air, semula
drum kemudian diganti dengan bak yang posisinya ditempatkan di
atas yang diberi kran. Agar mudah dalam pengambilan air, yakni
dengan membuka kran. Sehingga postur punggung menjadi lurus
serta postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus.
Dengan perubahan ini gangguan muskuloskeletal terutama pada
bagian punggung dan pinggang dapat diminimalkan, karena
punggung lurus dengan pinggul hingga kaki. Serta dapat mengurangi
pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan
perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4151
kategori 4 menjadi kode OWAS 1221 kategori 1.
2. Postur 1, Aktivitas 2, Stasiun 1
Gambar 5.2 Postur kerja Awal dan Usulan 121
Tabel 5.4 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 121
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Perendaman
Penuangan ke dalam ember setelah pembilasan
• Kode 2141 • Punggung bungkuk ke
depan atau belakang • Kaki berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan lutut ditekuk
• Beban berapa di atas lantai
• Kategori 3
• Kode 1121 • Punggung lurus • Berdiri bertumpu dengan
kedua kaki lurus • Beban berada di atas rak • Kategori 1
Kode OWAS 2141 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu
dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah beban, semula diatas lantai pada
saat awal pengangkatannya menjadi di atas rak setinggi lutut.
Sehingga postur punggung menjadi lurus dan kaki berdiri bertumpu
pada kedua kaki lurus. Dengan perubahan ini gangguan
musculoskeletal terutama pada bagian punggung dapat
diminimalkan, karena punggung lurus dengan pinggul hingga kaki.
Serta dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan
betis kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang
semula dari kode OWAS 2141 kategori 3 menjadi kode OWAS 1121
kategori 1.
3. Postur 2, Aktivitas 2, Stasiun 1
Gambar 5.3 Postur kerja Awal dan Usulan 221
Tabel 5.5 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 221 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Perendaman
Penuangan ke dalam ember
setelah pembilasan
• Kode 4141 • Punggung bungkuk ke depan
dan menyamping • Kaki berdiri bertumpu pada
kedua kaki dengan lutut ditekuk
• Beban berapa di atas lantai • Kategori 4
• Kode 4131 • Punggung bungkuk ke depan
dan menyamping • Berdiri bertumpu dengan
satu kaki lurus • Beban berada di atas lantai
dengan posisi lebih tinggi • Kategori 2
Kode OWAS 4141 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan
perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan
yang dilakukan yaitu dengan mengubah alas tempat meletakkan
ember dengan menambahkan ketinggian alas setinggi 15 cm.
Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus.
Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan
yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan
postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4141 kategori 4
menjadi kode OWAS 4131 kategori 2.
4. Postur 3, Aktivitas 2, Stasiun 1
Gambar 5.4 Postur kerja Awal dan Usulan 321
Tabel 5.6 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 321
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Perendaman
Penuangan ke dalam ember
setelah pembilasan
• Kode 4151 • Punggung bungkuk ke depan
dan menyamping • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk • Beban berapa di atas lantai
rendah • Kategori 4
• Kode 4131 • Punggung bungkuk ke depan
dan menyamping • Berdiri bertumpu dengan
satu kaki lurus • Beban berada di atas lantai
dengan posisi lebih tinggi • Kategori 2
Kode OWAS 4151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja
tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini
berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu
dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah alas tempat meletakkan ember
dengan menambahkan ketinggian alas setinggi 15 cm. Sehingga
postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan
perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang
berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur
kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4151 kategori 4
menjadi kode OWAS 4131 kategori 2.
5. Postur 1, Aktivitas 1, Stasiun 2
Gambar 5.5 Postur kerja Awal dan Usulan 112
Tabel 5.7 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 112
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Penyaringan dan pemasakan
Membawa hasil penggilingan ke
stasiun pemasakan
• Kode 2142 • Punggung bungkuk ke depan
atau belakang • Kaki berdiri bertumpu pada
kedua kaki dengan lutut ditekuk
• Beban berapa di atas lantai rendah
• Kategori 3
• Kode 2122 • Punggung bungkuk ke depan
atau belakang • Berdiri bertumpu dengan
kedua kaki lurus • Beban berada di atas lantai
dengan posisi lebih tinggi • Kategori 2
Kode OWAS 2142 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu
dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah alas tempat meletakkan ember
dengan menambahkan ketinggian alas setinggi 15cm. Sehinga postur
kaki menjadi berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dengan
perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang
berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur
kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2142 kategori 3
menjadi kode OWAS 2122 kategori 2.
6. Postur 4, Aktivitas 1, Stasiun 2
Gambar 5.6 Postur kerja Awal dan Usulan 412
Tabel 5.8 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 412
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Penyaringan dan pemasakan
Membawa hasil penggilingan ke
stasiun pemasakan
• Kode 2142 • Punggung bungkuk ke depan
atau belakang • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk • Beban berapa di atas rak
cetakan yang posisinya agak rendah
• Kategori 3
• Kode 1121 • Punggung lurus • Berdiri bertumpu dengan
kedua kaki lurus • Beban berada di atas cetakan
dengan posisi lebih tinggi • Kategori 1
Kode OWAS 2142 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu
dilakukan perbaikan segera mungkin. Pada postur ini menunjukkan
pengangkatan ember yang ditaruh diatas cetakan, sedangkan cetakan
tersebut di taruh di atas rak. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan
yaitu dengan mengubah ketinggian rak cetakan setinggi 10cm.
Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus.
Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan
yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan
postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2142 kategori 3
menjadi kode OWAS 1121 kategori 1.
7. Postur 5, Aktivitas 1, Stasiun 2
Gambar 5.7 Postur kerja Awal dan Usulan 512
Tabel 5.9 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 512
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Penyaringan dan pemasakan
Membawa hasil penggilingan ke
stasiun pemasakan
• Kode 2142 • Punggung bungkuk ke depan
atau belakang • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk • Ukuran tinggi bak pemasakan
lebih rendah • Kategori 3
• Kode 1121 • Punggung lurus • Berdiri bertumpu dengan
kedua kaki lurus • Ukuran tinggi bak
pemasakan lebih tinggi • Kategori 1
Kode OWAS 2142 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu
dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah postur punggung menjadi lurus
dan kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dengan perubahan
ini gangguan muskuloskeletal terutama pada bagian punggung dapat
diminimalkan karena punggung lurus dengan pinggul hingga kaki.
Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode
OWAS 2142 kategori 3 menjadi kode OWAS 1121 kategori 1.
8. Postur 6, Aktivitas 1, Stasiun 2
Gambar 5.8 Postur kerja Awal dan Usulan 612
Tabel 5.10 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 612
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Penyaringan dan pemasakan
Membawa hasil penggilingan ke
stasiun pemasakan
• Kode 4142 • Punggung bungkuk ke depan
atau belakang • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk • Ukuran tinggi bak pemasakan
lebih rendah • Kategori 4
• Kode 4132 • Punggung lurus • Berdiri bertumpu dengan
kedua kaki lurus • Ukuran tinggi bak
pemasakan lebih tinggi • Kategori 2
Kode OWAS 4142 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan
perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan
yang dilakukan yaitu dengan mengubah ketinggian bak untuk
pemasakan sesuai dengan ukuran antropometri pekerja. Sehingga
postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan
perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang
berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur
kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4142 kategori 4
menjadi kode OWAS 4132 kategori 2.
9. Postur 1, Aktivitas 2, Stasiun 2
Gambar 5.9 Postur kerja Awal dan Usulan 122
Tabel 5.11 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 122 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Penyaringan dan pemasakan
Penyaringan hasil pemasakan
• Kode 3151 • Punggung memutar atau
miring ke samping • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk • Ukuran tinggi bak penyaringan
lebih rendah • Kategori 4
• Kode 3131 • Punggung lurus • Berdiri bertumpu dengan
satu kaki lurus • Ukuran tinggi bak
penyaringan lebih tinggi • Kategori 1
Kode OWAS 3151 semula mempunyai postur punggung memutar
atau miring ke samping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut
kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada
sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan
saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan
mengubah ketinggian bak untuk pemasakan sesuai dengan ukuran
antropometri pekerja. Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu
pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat
mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki.
Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode
OWAS 3151 kategori 4 menjadi kode OWAS 3131 kategori 1.
10. Postur 1, Aktivitas 1, Stasiun 3
Gambar 5.10 Postur kerja Awal dan Usulan 113
Tabel 5.12 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 113
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Pemotongan Penuangan untuk
dilakukan pencetakan
• Kode 3151 • Punggung memutar atau
miring ke samping • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk • Ukuran tinggi bak penyaringan
lebih rendah • Kategori 4
• Kode 3131 • Punggung memutar atau
miring ke samping • Berdiri bertumpu dengan
satu kaki lurus • Ukuran tinggi bak
pemasakan lebih tinggi • Kategori 1
Kode OWAS 3151 semula mempunyai postur punggung memutar
atau miring ke samping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut
kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada
sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan
saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan
mengubah ketinggian bak untuk penyaringan sesuai dengan ukuran
antropometri pekerja. Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu
pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat
mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki.
Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode
OWAS 3151 kategori 4 menjadi kode OWAS 3131 kategori 1.
11. Postur 2, Aktivitas 1, Stasiun 3
Gambar 5.11 Postur kerja Awal dan Usulan 213
Tabel 5.13 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 213
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Pemotongan Penuangan untuk
dilakukan pencetakan
• Kode 2141 • Punggung memutar atau
miring ke samping • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk • Ukuran tinggi bak penyaringan
lebih rendah • Kategori 3
• Kode 2121 • Punggung memutar atau
miring ke samping • Berdiri bertumpu dengan
satu kaki lurus • Ukuran tinggi bak
pemasakan lebih tinggi • Kategori 2
Kode OWAS 2141 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu
dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah postur kaki menjadi berdiri
bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka
dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis
kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari
kode OWAS 2141 kategori 3 menjadi kode OWAS 2121 kategori 2.
12. Postur 4, Aktivitas 1, Stasiun 3
Gambar 5.12 Postur kerja Awal dan Usulan 413
Tabel 5.14 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 413
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Pemotongan Penuangan untuk
dilakukan pencetakan
• Kode 3151 • Punggung memutar atau
miring ke samping • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk • Ukuran tinggi rak cetakan
lebih rendah • Kategori 4
• Kode 3131 • Punggung memutar atau
miring ke samping • Berdiri bertumpu dengan
satu kaki lurus • Ukuran tinggi rak cetakan
lebih tinggi • Kategori 1
Kode OWAS 3151 semula mempunyai postur punggung memutar
atau miring ke samping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut
kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada
sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan
saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan
mengubah ketinggian rak cetakan setinggi 10cm. Sehingga postur
kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan
perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang
berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur
kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 3151 kategori 4
menjadi kode OWAS 3131 kategori 1.
13. Postur 5, Aktivitas 1, Stasiun 3
Gambar 5.13 Postur kerja Awal dan Usulan 513
Tabel 5.15 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 513
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Pemotongan Penuangan untuk
dilakukan pencetakan
• Kode 4151 • Punggung bungkuk ke depan
dan menyamping • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk • Pengangkatan beban dari
samping • Kategori 4
• Kode 2121 • Punggung bungkuk ke depan
atau belakang • Berdiri bertumpu dengan
kedua kaki lurus • Pengangkatan beban dari
depan • Kategori 2
Kode OWAS 4151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja
tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini
berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu
dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah arah posisi pengangkatan tutup
cetakan. Sehingga postur punggung menjadi bungkuk ke depan atau
belakang serta kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dengan
demikian, maka dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan
musculoskeletal khususnya pada bagian pinggang dan kaki. Dalam
usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode
OWAS 4151 kategori 4 menjadi kode OWAS 2121 kategori 2.
14. Postur 6, Aktivitas 1, Stasiun 3
Gambar 5.14 Postur kerja Awal dan Usulan 613
Tabel 5.16 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 613
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Pemotongan Penuangan untuk
dilakukan pencetakan
• Kode 2151 • Punggung bungkuk ke depan
atau belakang • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk • Beban yang diangkat dalam
posisi vertikal • Kategori 3
• Kode 1121 • Punggung lurus • Berdiri bertumpu dengan
kedua kaki lurus • Beban yang diangkat dalam
posisi horisontal • Kategori 1
Kode OWAS 2151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja
tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini
berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan
perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan
yaitu dengan mengubah cara pengangkatan tutup cetakan, semula
dengan posisi horisontal menjadi vertikal. Sehingga postur punggung
menjadi lurus dan kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus.
Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan
yang berlebih pada punggung, pinggang dan betis. Dalam usulan
perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2151
kategori 3 menjadi kode OWAS 1121 kategori 1.
15. Postur 7, Aktivitas 1, Stasiun 3
Gambar 5.15 Postur kerja Awal dan Usulan 713
Tabel 5.17 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 713
Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Pemotongan Penuangan untuk
dilakukan pencetakan
• Kode 2151 • Punggung bungkuk ke depan
atau belakang • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk • Ukuran tinggi rak cetakan
lebih rendah • Kategori 3
• Kode 2131 • Punggung bungkuk kedepan
atau belakang • Berdiri bertumpu dengan
kedua kaki lurus • Ukuran tinggi rak cetakan
lebih tinggi • Kategori 2
Kode OWAS 2151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja
tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini
berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan
perbaikan segera mungkin. Pada postur ini menunjukkan
pengangkatan tutup cetakan yang ditaruh di atas rak. Bentuk usulan
perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah ketinggian rak
cetakan setinggi 10cm. Sehingga postur kaki menjadi berdiri
bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka
dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis
kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari
kode OWAS 2151 kategori 3 menjadi kode OWAS 2131 kategori 2.
16. Postur 8, Aktivitas 1, Stasiun 3
Gambar 5.16 Postur kerja Awal dan Usulan 813
Tabel 5.18 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 813 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan
Stasiun Pemotongan Penuangan untuk
dilakukan pencetakan
• Kode 2151 • Punggung bungkuk ke depan
atau belakang • Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk • Ukuran tinggi bak
penampungan air lebih rendah • Kategori 3
• Kode 2131 • Punggung bungkuk ke depan
atau belakang • Berdiri bertumpu dengan
satu kaki lurus • Ukuran tinggi bak
penampungan air lebih tinggi • Kategori 2
Kode OWAS 2151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja
tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini
berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan
perbaikan segera mungkin. Pada postur ini menunjukkan posisi
pengangkatan pengganjal tutup cetakan yang ditaruh di bibir bak
penampungan air. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu
dengan mengubah ukuran tinggi bak tersebut sesuai dengan ukuran
antropometri pekerja. Sehingga pada saat pengangkatan pengganjal,
postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan
perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang
berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur
kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2151 kategori 3
menjadi kode OWAS 2131 kategori 2.
Tabel 5.19 Usulan Perbaikan Postur Kerja Postur Awal Postur Usulan Nama Stasiun Aktivitas Postur Kode Postur Kode Postur
Keterangan Kategori
Penuangan air untuk pembilasan 1 4151
Punggung bungkuk dan memutar atau bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan berada dibawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
1221
Punggung Lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
Kategori 4 menjadi
Kategori 1
1 2141
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W � 10 Kg
1121
Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg
Kategori 3 menjadi
Kategori 1
2 4141
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W � 10 Kg
4131
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
Kategori 4 menjadi
Kategori 2
Stasiun Perendaman
Penuangan setelah pembilasan kedalam ember
3 4151
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
4131
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
Kategori 4 menjadi
Kategori 2
Stasiun Penyaringan dan
Pemasakan
Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan
1 2142
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
2122
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, 10 Kg < W � 20 Kg
Kategori 3 menjadi
Kategori 2
4 2142
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
1121
Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, 10 Kg < W � 20 Kg
Kategori 3 menjadi
Kategori 1
5 2142
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
1121
Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, 10 Kg < W � 20 Kg
Kategori 3 menjadi
Kategori 1
Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan
6 4142
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W � 20 Kg
4132
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, 10 Kg < W � 20 Kg
Kategori 4 menjadi
Kategori 2
Stasiun Penyaringan dan
Pemasakan
Penyaringan hasil pemasakan 1 3151
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
3131
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
Kategori 4 menjadi
Kategori 1
1 3151
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
3131
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
Kategori 4 menjadi
Kategori 1
Stasiun
Penuangan untuk dilakukan 2 2141
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi
2121
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada
Kategori 3 menjadi
Kategori 2
kedua lutut ditekuk, W � 10 Kg
kedua kaki lurus, W � 10 Kg,
3 3151
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
3131
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
Kategori 4 menjadi
Kategori 1
4 4151
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
2121
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg,
Kategori 4 menjadi
Kategori 2
5 2151
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
1121
Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W � 10 Kg,
Kategori 3 menjadi
Kategori 1
6 2151
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
2131
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg,
Kategori 3 menjadi
Kategori 2
Pemotongan
Stasiun Pemotongan
pencetakan
Penuangan untuk dilakukan pencetakan
7 2151
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W � 10 Kg
2131
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W � 10 Kg
Kategori 3 menjadi
Kategori 2
5.2.2 Perancangan Alat Bantu Menggunakan Catia
Dari usulan perbaikan postur kerja sebanyak 16 postur yang termasuk
dalam kategori 3 dan 4, ternyata terdapat 12 postur yang perlu adanya
perancangan ulang alat bantu dan 4 postur yang hanya perlu perubahan
postur kerja.
5.20 Rekapitualsi Perancangan Alat Bantu Untuk Usulan Perubahan Postur Kerja
No Nama Stasiuan Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan Penuangan air untuk
pembilasan 1 4151 4 Perancangan ulang bak penampungan air
1 2141 3 Perancangan ulang rak tempat pembilasan
2 4141 4 Perancangan ulang lantai tempat penaruhan ember
1 Stasiun
Perendaman Penuangan setelah
pembilasan kedalam ember
3 4151 4 Perancangan ulang lantai tempat penaruhan ember
1 2142 3 Perancangan ulang lantai tempat penaruhan ember
4 2141 3 Perancangan ulang rak cetakan
5 2141 3* Perubahan posisi postur kerja
Membawa hasil penggilingan ke stasiun
pemasakan
6 4142 4 Perancangan ulang bak tempat pemasakan
2 Stasiun
Penyaringan dan Pemasakan
Penyaringan hasil pemasakan 1 3151 4 Perancangan ulang bak
tempat hasil penyaringan
1 3151 4 Perancangan ulang bak tempat hasil penyaringan
2 2141 3* Perubahan posisi postur kerja
4 3151 4 Perancangan ulang rak tempat cetakan
5 4151 4* Perubahan posisi postur kerja
6 2151 3* Perubahan posisi postur kerja
7 2151 3 Perancangan ulang rak tempat cetakan
3 Stasiun Pemotongan
Penuangan untuk dilakukan pencetakan
8 2151 3 Perancangan ulang bak penampungan air pada stasiun pemasakan
Keterangan: (*) Hanya usulan perubahan postur kerja
5.2.5.1 Data Antropometri Para Pekerja
Tabel 5.21 Data antropometri pekerja No Nama Data Yang Diukur Pekerja 1
(cm) Pekerja 2
(cm) −X (cm)
1 Tinggi Badan 161 160 160.5 2 Tinggi bahu dalam posisi berdiri 144 142 143 3 Panjang jangkauan tangan 75 73 74 4 Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak 100 99 98.5 5 Berat Badan 57 55 56
Antropometri adalah suatu komponen data numerik yang
berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran , bentuk,
dan kekuatan serta penerapan dai suatu data tersebut untuk penanganan
masalah desain. Data antropometri sangat penting bagi perancangan
suatu alat bantu pada penelitian ini guna mendapatkan ukuran yang
sesuai dan kenyamanan bagi para pekerja, sehingga dapat mengurangi
kecelakaan atau cedera pada saat bekerja. Adapun dalam penentuan
persentil diambil nilai rata – rata atau persentil 50 dari data antropometri
pekerja.
5.2.5.2 Konsep Perancangan
Rekomendasi perancangan alat bantu postur kerja ketiga
stasiun pada proses pembuatan tahu yang tergolong kategori 3 dan 4
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.22 Rekapitulasi Persamaan jenis Usulan Perancangan
No Jenis Rancangan Nama Aktivitas 1 Perancangan ulang bak penampungan air Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1 2 Perancangan ulang rak tempat pembilasan Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 3 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1 4 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1 5
Perancangan ulang lantai tempat meletakkan ember
Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2 6 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2 7 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3 8
Perancangan ulang rak cetakan Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3
9 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2 10 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2
11 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3
12
Perancangan ulang bak pada stasiun pemasakan dan penyaringan
Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3
1. Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun
Gambar 5.17 Dimensi Usulan Bak Tempat Penampungan Air
Keterangan: Satuan dalam (cm)
Usulan perancangan pada Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1 yaitu
merancang pembuatan bak penampungan air yang ditempatkan di
atas tempat pembilasan. Yang semula penampungan air memakai
drum. Dalam setiap pengambilan air, pekerja harus menggunakan
gayung dengan posisi punggung membungkuk ke depan dan
menyamping serta posisi kaki bertumpu pada satu kaki. Pada postur
tersebut dilakukan berulang – ulang sehingga akan mengakibatkan
gangguan musculoskeletal pada punggung, pinggang dan betis.
Dengan kondisi tersebut perlu dilakukan perbaikan saat ini juga.
Dimensi rancangan antara kran dengan lantai yakni: 143 cm, yang
diambil dari data antropometri tinggi bahu dalam posisi berdiri.
Maka dari itu, dengan usulan perancangan ini akan merubah postur
kerja pekerja menjadi posisi punggung lurus dan berdiri bertumpu
pada kedua kaki lurus. Maksud dari perubahan ini yakni, agar posisi
punggung lurus dengan pinggul hingga kaki. Serta dapat mengurangi
pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki.
2. Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1
Gambar 5.18 Dimensi Usulan Rak Pembilasan
Keterangan: Satuan dalam (cm)
Usulan perancangan pada Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 yaitu
merancang pembuatan rak pembilasan dengan dimensi: Tinggi rak
60,5cm diambil dari data antropometri tinggi rata – rata siku dalam
posisi berdiri tegak dikurangi tinggi ember. Yakni 98,5 – 38 = 60,5
cm. Semula ember ditaruh dilantai, sehingga postur pekerja dalam
melakukan aktivitas dengan posisi punggung bungkuk kedepan atau
belakang dengan posisi kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lutut
ditekuk. Maka dengan usulan rancangan ini merubah postur menjadi
posisi punggung lurus dan kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki
lurus. Sehingga akan mengurangi keluhan gangguan musculoskeletal
khususnya di bagian punggung karena posisi punggung lurus dengan
pinggul hingga kaki. Serta dapat mengurangi pembebanan yang
berlebih pada lutut dan betis kaki.
3. Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1, Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1, dan Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2
Gambar 5.19 Dimensi Usulan Penambahan Tinggi Lantai
Keterangan: Satuan dalam (cm)
Usulan perancangan pada Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1, Postur 3
Aktivitas 2 Stasiun 1, dan Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2 adalah
sama yaitu merancang lantai tempat penaruhan ember pada saat
kedelai akan dilakukan penggilingan. Yaitu dengan menambah
ketinggian lantai 15cm, lebar 75cm dan panjang 105cm. Dengan
usulan rancangan tersebut maka dapat merubah posisi kaki menjadi
berdiri bertumpu pada satu atau kedua kaki lurus, sehingga akan
mengurangi pembebanan pada lutut dan betis kaki.
4. Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2, Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3, dan Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3
Gambar 5.20 Dimensi Usulan Rak Cetakan
Keterangan: Satuan dalam (cm)
Usulan perancangan pada Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2, Postur 4
Aktivitas 1 Stasiun 3, dan Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3, yaitu
merancang pembuatan rak cetakan dengan dimensi: Tinggi rak
90cm. Yakni ditentukan dari data antropometri rata – rata :
Tinggi bahu dalam posisi berdiri – (T Ember + T Cetakan) = T Rak
cetakan.
Untuk ukuran panjang, lebar dan tebal tetap sama dengan ukuran
sesungguhnya yang sekarang ini masih digunakan pekerja yaitu
140cm, 45cm dan 12cm. Jadi usulan rancangan ini hanya merubah
ukuran tinggi yang disesuaikan data antropometri pekerja, guna
dapat merubah postur kerja sehingga dapat memberikan kenyamanan
bagi pekerja. Postur kerja yang semula posisi kaki bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk, maka berubah posisi menjadi kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Sehingga dapat mengurangi
keluhan gangguan musculoskeletal khususnya pada lutut dan betis
kaki, karena pembebanan pada kaki dapat dikurangi.
5. Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2, Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2, Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3, dan Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3
Gambar 5.21 Dimensi Usulan Bak Pemasakan dan Penyaringan
Keterangan: Satuan dalam (cm)
Usulan perancangan pada Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2, Postur 1
Aktivitas 2 Stasiun 2, Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3, Postur 8
Aktivitas 1 Stasiun 3 yaitu merancang sebuah bak untuk pemasakan,
penyaringan dan bak penampungan air pada stasiun pemasakan.
Ketiga ukuran bak tersebut dirancang dengan ukuran tingginya sama.
Data antropometri yang digunakan diantaranya:
• Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak = 98.5cm digunakan untuk
menentukan tinggi bibir bak hingga lantai.
• Panjang jangkauan tangan = 74cm digunakan untuk menentukan
kedalaman bak.
Sehingga terdapat perubahan postur yang semula posisi kaki berdiri
bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk menjadi berdiri
bertumpu pada satu kaki lurus.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai analisis postur kerja para pekerja Manual
Material Handling pada industri kecil pembuatan tahu di Kp. Porwogondo,
Kartasura, Sukoharjo dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Postur kerja yang telah teridentifikasi pada proses perendaman,
pemasakan dan penyaringan serta pemotongan terdapat 34 postur
kerja.
Tabel 6.1 Hasil pengkategorian Postur kerja Kategori Banyak Postur Keterangan
1 11 Aman pada sistem musculoskeletal, tidak perlu perbaikan.
2 7 Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan dimasa yang akan datang.
3 8 Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan segera mungkin.
4 8 Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga.
2. Perbaikan berupa usulan metode kerja dengan menggunakan prinsip
MMH, yaitu postur kerja punggung dan pinggul diusahakan segaris
ketika melakukan aktivitas MMH. Sehingga akan mengurangi keluhan
nyeri pada bagian punggung bawah (low back pain).
3. Perbaikan alat bantu dan tempat kerja juga menciptakan kondisi postur
kerja kaki yang bertumpu pada kedua kaki lurus, sehingga berat tubuh
dapat mengalir kebawah melalui kedua kaki. Hal ini menyebabkan
kondisi tubuh stabil.
4. Usulan perbaikan postur kerja, teridentifikasi sebanyak 16 postur kerja
dalam kategori 3 dan 4. Masing – masing terdapat 12 postur yang perlu
dilakukannya perancangan ulang alat bantu dan 4 postur yang hanya
perlu perubahan postur kerja.
Tabel 6.2 Hasil Usulan Perancangan No Jenis Rancangan Nama Aktivitas Keterangan 1 Perancangan ulang
bak penampungan air Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1
Dimensi bak penampungan air => Ttotal: 350cm, T kran: 143cm, P bak: 150cm, L bak: 70cm, T bak: 100cm, T tiang penyangga: 250cm.
2 Perancangan ulang rak tempat pembilasan
Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 Dimensi Rak pembilasan => T: 60.5cm, P: 120cm, L: 60cm.
3 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1 4 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1 5
Perancangan ulang lantai tempat meletakkan ember Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2
6 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2 7 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3 8
Perancangan ulang rak cetakan
Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3
Dimensi Rak cetakan => P: 140cm, L:12cm, T: 90cm.
9 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2 10 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2
11 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3
12
Perancangan ulang bak pada stasiun pemasakan dan penyaringan Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3
Dimensi Bak pemasakan dan Penyaringan => P = L: 95cm, T: 98.5cm, D: 74cm, Kedalaman :74cm.
6.2 Saran
1. Aktivitas MMH sangatlah perlu adanya Studi untuk menganalisa
kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan
keamanan dalam bekerja. Pekerja merupakan faktor utama yang perlu
diprioritaskan dalam suatu sistem kerja sehingga studi dalam
menganalisa gangguan tubuh untuk mengurangi gangguan
musculoskeletal perlu dilakukan secara berkelanjutan.
2. Pekerja diharapkan memperhatikan posisi kerja, agar dapat
mengurangi resiko dan gangguan pada sistem musculoskeletal
sehingga terciptanya kenyamanan, serta keselamatan dalam bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, David C. The Practice and Management of Industrial Ergonomic New Jersey: Prentice Hall Inc, 1986
Andriyano, R. 2008. Analisis Konsumsi Energi dan Identifikasi Kondisi Postur
Kerja Pada Proses Perontok Padi Menggunakan Metode OWAS. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak dipublikasikan)
Asmara, D.Y. 2008. Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode Rapid Entry
Body Assesment (REBA). Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak dipublikasikan)
Bridger, R.S. 1994. Introduction to The Ergonomic. New York: McGraw-Hill
International Edition. Karhu, etc. 1981. “Observing Working Posture in Industry: Example of OWAS
Aplication”. APPLIED ERGONOMICS Li, etc. 1999. Postural Analysis of Four Jobs on Two Building Construction Sites:
an Experienceof Using The OWAS Method in Taiwan. Joh.med.uoeh-u.ac.jp/e/E/41_3_10 html
Mardiyanto, 2008. Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode Rapid Upper Limb
Assesment (RULA). Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak dipublikasikan)
Mustoleh, Ajis. 2007. Analisis Postur Kerja Penanganan Material Secara Manual
dengan Pendekatan OWAS. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak dipublikasikan)
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT Guna
Widya. Surabaya Sutalaksana, Iftikar Z. (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknik Industri
ITB. Bandung. Tarwaka dkk, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Uniba Press. Surakarta.
Triyono. 2006. Analisis Sikap Kerja Pekerja Manual Material Handling UD. Tetap Semangat dengan Metode OWAS. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Tidak dipublikasikan)
Wignjosoebroto, S. 2003. Ergonomi, studi gerak dan waktu. PT. Guna Widya,
Jakarta.
DATA NORDIC BODY MAP (NBM)
T IDAK, 18%
YA, 82%
YA
T IDAK
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
gangguan
peke
rja
ya
t idak
HASIL KUESIONER NORDIC BODY MAP (NBM) PEKERJA PADA HOME INDUSTRY PEMBUATAN TAHU
DI KARTASURA (27 Desember 2007)
1. Stasiun Perendaman
Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 3 2 Ngadiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 4 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2
Ya 1 5 5 3 1 4 5 5 5 5 5 5 49 Tdk 4 2 4 1 11
Umur BB Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 Nagdiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 6 2 Ngadiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 3 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 4 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 4 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1
No Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama3 Bulan Terakhir Ya Tidak % Ya %
Tidak 1 Leher/Tengkuk 1 0.020408 2 Bahu 5 0.102041 3 Punggung 5 0.102041 4 Pangkal Lengan 3 0.061224 5 Siku 1 0.020408 6 Satu atau Keduanya dari Lengan 4 0.081633 7 Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan 5 0.102041 8 Satu atau Keduanya dari Pinggang 5 0.102041 9 Lutut 5 0.102041 10 Satu atau Keduanya dari Paha 5 0.102041 11 Satu atau Keduanya dari Lutut 5 0.102041 12 Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki 5 0.102041 49
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
gangguan
peke
rja
ya
tidak
2. Stasiun Penggilingan
Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 4 2 Nagdiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 5 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 6 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 4 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 4
Umur BB Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 Nagdiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 8 2 Ngadiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 3 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 10 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 8 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 7
No Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama 3 Bulan Terakhir Ya Tidak % Ya %
Tidak 1 Leher/Tengkuk 2 0.054054 2 Bahu 5 0.135135 3 Punggung 2 0.054054 4 Pangkal Lengan 5 0.135135 5 Siku 3 0.081081 6 Satu atau Keduanya dari Lengan 5 0.135135 7 Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan 5 0.135135 8 Satu atau Keduanya dari Pinggang 1 0.027027 9 Lutut 4 0.108108 10 Satu atau Keduanya dari Paha 4 0.108108 11 Satu atau Keduanya dari Lutut 1 0.027027 12 Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki 1 0.027027 37
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
gangguan
peke
rja
ya
t idak
3. Stasiun Pemasakan dan Penyaringan
Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 0 2 Nagdiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 3
Ya 4 4 5 5 3 5 5 5 4 3 4 4 51 Tdk 1 1 2 1 2 1 1 9
YA, 85%
TIDAK, 15%
Y
T
Umur BB Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 Nagdiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 7 2 Nagdiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 3 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 6 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 6
No Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama 3 Bulan Terakhir Ya Tidak % Ya %
Tidak 1 Leher/Tengkuk 4 0.078431 2 Bahu 4 0.078431 3 Punggung 5 0.098039 4 Pangkal Lengan 5 0.098039 5 Siku 3 0.058824 6 Satu atau Keduanya dari Lengan 5 0.098039 7 Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan 4 0.078431 8 Satu atau Keduanya dari Pinggang 4 0.078431 9 Lutut 5 0.098039 10 Satu atau Keduanya dari Paha 5 0.098039 11 Satu atau Keduanya dari Lutut 3 0.058824 12 Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki 5 0.098039 51
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
gangguan
peke
rja
ya
t idak
4 Stasiun Pencetakan
Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 6 2 Nagdiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 3 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 4 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 6
Ya 4 5 5 5 3 5 5 1 1 2 3 39 Tdk 1 2 4 5 4 3 2 21
Tidak, 35%
Ya, 65%
Y
T
Umur BB Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 Nagdiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 6 2 Nagdiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 3 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 7 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 5 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 6
No Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama 3 Bulan Terakhir Ya Tidak % Ya
% Tidak
1 Leher/Tengkuk 4 0.102564 2 Bahu 5 0.128205 3 Punggung 5 0.128205 4 Pangkal Lengan 5 0.128205 5 Siku 3 0.076923 6 Satu atau Keduanya dari Lengan 5 0.128205 7 Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan 5 0.128205 8 Satu atau Keduanya dari Pinggang 1 0.025641 9 Lutut 1 0.025641 10 Satu atau Keduanya dari Paha 0 0 11 Satu atau Keduanya dari Lutut 2 0.076923 12 Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki 3 0.076923 39
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
gangguan
peke
rja
ya
t idak
5. Stasiun Pemotongan
Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 2 Nagdiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 0 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 3 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 5
Umur BB Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 Nagdiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir (Th) (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total No Nama
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno 41 60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 5 2 Nagdiman 42 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 3 Ngadimin 50 52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 7 4 Triyanto 30 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 7 5 Partiman 55 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 6
No Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama 3 Bulan Terakhir Ya Tidak % Ya %
Tidak 1 Leher/Tengkuk 5 0.102041 2 Bahu 3 0.061224 3 Punggung 5 0.102041 4 Pangkal Lengan 5 0.102041 5 Siku 3 0.061224 6 Satu atau Keduanya dari Lengan 4 0.081633 7 Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan 3 0.061224 8 Satu atau Keduanya dari Pinggang 4 0.081633 9 Lutut 4 0.081633
10 Satu atau Keduanya dari Paha 5 0.102041 11 Satu atau Keduanya dari Lutut 4 0.081633 12 Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki 5 0.102041 49
� Pertanyaan:
1. Gangguan yang terjadi selama 3 bulan terakhir (mulai 27 Oktober 2007 –
27 Desember 2007).
2. Pencegahan yang dilakukan terhadap gangguan selama 3 bulan terakhir
3. Gangguan atau keluhan yang dialami selama 7 hari terakhir(mulai 28
Desember 2007-3 Januari 2007)
� Rekapitulasi Kuesioner Nordic Body Map keluhan selama 3 bulan terakhir
Dari rekapitulasi diatas dapat diketahui bahwa keluhan atau gangguan yang paling
banyak dirasakan oleh pekerja adalah pada satsiun pemasakan dan penyaringan
sebanyak 51, dan diikuti oleh stasiun perendaman dan pemotongan sebanyak 49.
No Stasiun Ya Tidak 1 Perendaman 49 11 2 Penggilingan 37 23 3 Pemasakan dan Penyaringan 51 9 4 Pencetakan 39 21 5 Pemotongan 49 11