-
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN
MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA
MATERI TURUNAN KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN
TAHUN PEMBELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
MAYA APRILLA
35153090
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2019
-
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN
MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA
MATERI TURUNAN KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN
TAHUN PEMBELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Oleh:
MAYA APRILLA
35153090
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Indra Jaya, M.Pd. Eka Khairani Hasibuan, M.Pd.
NIP. 19700521 200312 1 004 NIB. BLU 11 000000 77
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN 2019
-
SURAT PENGESAHAN
Skripsi ini yang berjudul “PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN TGT
(TEAMS GAMES TOURNAMENT) DAN MODEL PEMBELAJARAN CPS
(CREATIVE PROBLEM SOLVING) TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA MATERI TURUNAN KELAS
XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2018/2019.” yang
disusun oleh MAYA APRILLA yang telah dimunaqasyahkan dalam
Sidang
Munaqasyah Sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN
SU Medan pada tanggal:
30 Juli 2019 M
27 Dzulkaidah 1440 H
Skripsi telah diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh
Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada Program
Studi
Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sumatera
Utara Medan.
Panitia Sidang Munaqasyah Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN-SU Medan
Ketua Sekretaris
Dr. Indra Jaya, M.Pd Siti Maysarah,M.Pd
NIP. 197005212003121004 NIP. BLU 1100000076
AnggotaPenguji
1.Dr. Siti Halimah, M.Pd 2.Dr. Indra Jaya, M.Pd
NIP. 196507061997032001 NIP.
197005212003121004
3.Eka Khairani Hasibuan, M.Pd 4.Sapri, S.Ag, M.Ag
NIP. BLU 1100000077 NIP.197012311998031000
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SU Medan
Dr. H. Amiruddin Siahaan, M.Pd
NIP. 196010061994031002
-
196
Medan, Juli 2019 Nomor : Istimewa
Lamp : -
Perihal : Skripsi
a.n Maya Aprilla Kepada Yth :
Bapak Dekan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN SU
Di
Medan
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat,
Setelah membaca, meneliti, dan memberi saran-saran perbaikan
seperlunya terhadap skripsi a.n. Maya Aprilla yang berjudul
“Perbedaan Model
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dan Model
Pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah
Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Materi
Turunan
Kelas XI SMA Negeri 15 Medan Tahun Pembelajaran 2018/2019”.
Kami
berpendapat bahwa skripsi ini sudah dapat diterima untuk di
Munaqasyahkan pada
siding Munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN-SU
Medan.
Demikianlah kami sampaikan atas perhatian saudara kami ucapkan
terima
kasih .
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Mengetahui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Indra Jaya, M.Pd. Eka Khairani Hasibuan, M.Pd
NIP. 19700521 200312 1 004 NIB. BLU 11 000000 77
-
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Maya Aprilla
NIM : 35.15.3.090
Jur / Program Studi : Pendidikan Matematika / S1
Judul Skripsi :
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya serahkan
ini
benar-benar merupakan hasil karya sendiri, kecuali
kutipan-kutipan dari
ringkasan-ringkasan yang semuanya telah saya jelaskan
referensinya. Apabila
dikemudian hari saya terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini
hasil jiplakan,
maka gelar dan ijazah yang diberikan oleh universitas batal saya
terima.
“Perbedaan Model Pembelajaran TGT (Teams
Games Tournament) dan Model Pembelajaran CPS
(Creative Problem Solving) Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Materi Turunan
Kelas XI SMA Negeri 15 Medan Tahun
Pembelajaran 2018/2019”
Medan, Juli 2019
Yang membuat pernyataan
Maya Aprilla
Nim. 35.15.3.090
-
i
ABSTRAK
Nama : Maya Aprilla
NIM : 35.15.3.090
Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan /
Pendidikan Matematika
Pembimbing I : Dr. Indra Jaya, M. Pd
Pembimbing II : Eka Khairani Hasibuan, M.Pd
Judul : Perbedaan Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) dan Model Pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Materi Turunan Kelas XI IPA SMA
Negeri 15 Medan Tahun Pembelajaran
2018/2019
Kata-Kata Kunci: Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
dan Model
Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS), Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan
pemecahan masalah
matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
diajar dengan model
pembelajaran Teams Games Tournament lebih baik daripada siswa
yang diajar dengan model
pembelajaran Creative Problem Solving di kelas XI IPA SMA Negeri
15 Medan Tahun
Pembelajaran 2018/2019.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian quasi eksperimen.
Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 15
Medan Tahun Pembelajaran
2018/2019 yang terdiri dari 6 kelas dan berjumlah 212 siswa, dan
yang dijadikan sampel pada
penelitian ini berjumlah 64 siswa yang terdiri dari kelas XI IPA
2 dan XI IPA 3 masing-masing
terdiri dari 32 siswa. Instrumen tes yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan pemecahan
masalah matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
adalah dengan menggunakan
tes berbentuk uraian.
Analisis data dilakukan dengan analisis varian (ANAVA), Hasil
Temuan ini
menunjukkan: 1). Kemampuan pemecahan masalah matematis dan
kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Teams
Games Tournament lebih
baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Creative Problem Solving pada
materi Turunan; 2). Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang diajar menggunakan
model pembelajaran Teams Games Tournament lebih baik dari pada
siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving pada
materi Turunan; 3).
Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran
Teams Games Tournament tidak lebih baik daripada siswa yang
diajar menggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving pada materi Turunan; 4).
Tidak terdapat interaksi yang
signifikan antara model pembelajaran yang digunakan terhadap
kemampuan pemecahan masalah
matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada
materi Turunan.
Simpulan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa kemampuan
pemecahan masalah
matematis dan kemampuan berpikir kreatif siswa lebih sesuai
diajarkan dengan model
pembelajaran Teams Games Tournament daripada model pembelajaran
Creative Problem Solving.
Mengetahui,
Pembimbing Skripsi I
Dr. Indra Jaya, M.Pd
NIP. 19700521 200312 1 004
-
ii
KATA PENGANTAR
ْحم ِ الره ِحْيمِ نِ بِْسِم َّللاه الره
Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah
memberikan nikmat dan rahmat-Nya kepada penulis berupa
kesehatan, dan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa pula
shalawat
berangkaikan salam penulis ucapkan kepada teladan kita
Rasulullah Muhammad
SAW, yang telah menerangi dunia dengan ilmu pengetahuan sehingga
penulis
dapat menerapkan ilmu dalam mempermudah penyelesaian
skripsi.
Penulis mengadakan penelitian untuk penulisan skripsi yang
berjudul:
“Perbedaan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)
dan
Model Pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) Terhadap
Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Materi Aplikasi Turunan Kelas XI SMA Negeri 15
Medan
Tahun Pembelajaran 2018/2019”.
Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan
bagi
setiap mahasiswa/i yang akan menyelesaikan pendidikannya serta
mencapai gelar
sarjana strata satu (S.1) di Perguruan Tinggi Universitas Islam
Negeri Sumatera
Utara.
Alhamdulillah dalam menyelesaikan skripsi ini penulis
mendapatkan
berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan, baik di tempat
pelaksanaan
penelitian ataupun dalam pengerjaannya. Penyusunan skrispsi ini
dapat
terselesaikan walaupun masih jauh dari kata sempurna. Semua itu
penulis lalui
dengan usaha, doa, ridho dari Allah SWT serta dorongan kedua
orangtua yang
begitu besar, dan partisipasi dari berbagai pihak.
-
iii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dari
bantuan,
bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak. Secara khusus dalam
kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.KH.Saidurrahman, M.Ag selaku Rektor UIN
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr.H. Amiruddin Siahaan,M.Pd selaku Dekan Fakultas
Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Indra Jaya, M.Pd selaku Ketua Jurusan Program
Studi
Pendidikan Matematika UIN Sumatera Utara Medan serta selaku
Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan banyak
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
4. Ibu Siti Maysarah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Program
Studi
Pendidikan Matematika UIN Sumatera Utara Medan.
5. Ibu Eka Khairani Hasibuan, M.Pd selaku Dosen Pembimbing
Skripsi II yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Nurika Khalila Daulay, M.A selaku Dosen Penasehat
Akademik yang senantiasa memberikan nasehat, saran, dan
bimbingan
kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
7. Teristimewa penulis persembahkan kepada kedua orangtua
tercinta,
Ayahanda Sugianto dan Ibunda Elly Siswati yang telah
mengasuh,
membesarkan, mendidik, dan selalu mendoakan penulis dengan
penuh
cinta dan kasih sayang. Karena motivasi dan dukungan dari
kedua
orangtua skripsi ini dapat diselesaikan dan berkat kasih sayang
dan
-
iv
pengorbanan kedua orangtua saya dapat menyelesaikan pendidikan
dan
program sarjana (S-1) di UIN SU Medan.
8. Terindah penulis persembahkan kepada abangda Imam
Syahputra,
A.Md. yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa
sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi.
9. Bapak/Ibu dosen serta staf pegawai Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan
Keguruan UIN Sumatera Utara Medan yang telah memberikan
pelayanan, bantuan, bimbingan maupun mendidik penulis selama
mengikuti perkuliahan.
10. Seluruh pihak SMA Negeri 15 Medan terutama Bapak Drs.
Darwin
Sitorus selaku kepala sekolah SMA Negeri 15 Medan, Ibu Dra.
Isabella Br. Bangun, M.Si selaku guru matematika Kelas XI,
para
staf dan juga siswa/i kelas XI MIPA SMA Negeri 15 Medan yang
telah
berpartisipasi dan membantu selama penelitian berlangsung
sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
11. Sahabat terbaik Maghfirah Widyanti Nasution yang telah
memberikan saran dan motivasi sehingga penelitian
berlangsung
dengan lancar dan penulis semangat dalam mengerjakan skripsi
ini.
12. Sahabat-sahabat tersayang Siti Nurhalyzah, Mustika
Adriana,
Hafsari Amalia, Ifrah Mardiyah Simbolon, Nadhira, Rahmadani
yang telah banyak memberikan semangat, senyuman, motivasi,
pengertian, dan kasih sayang kepada penulis dan berjuang
bersama
selama masa perkuliahan sampai dengan penyusunan skripsi
ini.
-
v
13. Seluruh teman-teman Pendidikan Matematika khususnya di
kelas
PMM-2 stambuk 2015 yang senantiasa menemani dalam suka duka
perkuliahan dan berjuang bersama menuntut ilmu di jenjang
perguruan
tinggi.
Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik
dari segi
isi maupun tata bahasa dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu
penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan
skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini dapat memberikan manfaat
dalam memperkaya
ilmu pengetahuan.
Medan, Juni 2019
Penulis
Maya Aprilla
Nim: 35153090
-
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK
.....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR
...................................................................................
ii
DAFTAR ISI
..................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL
.........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR
.....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN
.................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
......................................................................
1
B. Identifikasi Masalah
............................................................................
10
C. Batasan
Masalah...................................................................................
11
D. Rumusan Masalah
...............................................................................
12
E. Tujuan Penelitian
................................................................................
12
F. Manfaat Penelitian
...............................................................................
13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kerangka
Teori.....................................................................................
15
1. Hakikat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
.................. 15
2. Hakikat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
......................... 25
3. Hakikat Model Pembelajaran Teams Games Tournament
............. 31
4. Hakikat Model Pembelajaran Creative Problem Solving
.............. 39
B. Kerangka Berpikir
................................................................................
47
C. Penelitian Yang Relevan
......................................................................
54
D. Hipotesis Penelitian
..............................................................................
57
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
..................................................................................
59
B. Desain Penelitian
..................................................................................
59
C. Populasi dan Sampel
............................................................................
61
D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
............................................ 62
E. Instrumen Pengumpulan Data
..............................................................
64
F. Teknik Pengumpulan Data
...................................................................
77
G. Teknik Analisis Data
............................................................................
77
H. Hipotesis Statistik
................................................................................
83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
......................................................................................
85
B. Uji Persyaratan Analisis
.......................................................................
155
C. Hasil Analisis Data/Pengujian Hipotesis
............................................. 163
D. Pembahasan Hasil Penelitian
...............................................................
174
E. Keterbatasan Penelitian
........................................................................
181
-
vii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
..........................................................................................
183
B. Implikasi
...............................................................................................
184
C. Saran
.....................................................................................................
191
DAFTAR PUSTAKA
.....................................................................................
193
-
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian Anava Dua Jalur dengan Taraf 2 x 2
.................. 60
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
............ 65
Tabel 3.3 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
.......................................................................................
67
Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
................... 70
Tabel 3.5 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis .... 71
Tabel 3.6 Tingkat Reliabilitas Tes
...................................................................
75
Tabel 3.7 Interval Kriteria Skor Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
........................................................................................
78
Tabel 3.8 Interval Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis ..... 79
Tabel 4.1 Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan
Kemampuan
berpikir kreatif Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran
Teams
Games Tournament dan Model Pembelajaran Creative Problem
Solving
............................................................................................
89
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Hasil Siswa yang Diajar
dengan Model
Pembelajaran Teams Games Tournament yang Memiliki Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis (
......................................... 91
Tabel 4.3 Kategori Penilaian Siswa yang Diajar dengan Model
Pembelajaran
Teams Games Tournament yang Memiliki Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis
.............................................................
96
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Siswa yang Diajar dengan
Model
Pembelajaran Creative Problem Solving yang Memiliki
Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis
.......................................... 97
Tabel 4.5 Kategori Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa
Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Creative Problem
Solving
.............................................................................................
103
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Data Siswa yang Diajar dengan
Model
Pembelajaran Teams Games Tournament yang Memiliki Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis
............................................... 104
-
ix
Tabel 4.7 Kategori Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Yang
Diajar Dengan Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (
........................................................................
109
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Hasil Siswa yang Diajar
dengan Model
Pembelajaran Creative Problem Solving yang Memiliki
Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis
................................................. 110
Tabel 4.9 Kategori Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Yang
Diajar Dengan Model Pembelajaran Creative Problem
Solving
................................................................................
115
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Data Hasil Siswa yang Diajar
dengan Model
Pembelajaran Teams Games Tournament yang Memiliki Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis
............................................................................
117
Tabel 4.11 Kategori Penilaian Kemampuan Pemecahan Matematika
dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa yang Diajar dengan Model
Pembelajaran Teams Games Tournament ............................
124
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Data Hasil Siswa yang Diajar
dengan Model
Pembelajaran Creative Problem Solving yang Memiliki
Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis
.............................................................................
126
Tabel 4.13 Kategori Penilaian Kemampuan Pemecahan Matematis
dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa yang Diajar
dengan
Model Pembelajaran Creative Problem Solving ..................
133
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Pemecahan
Masalah
Matematis Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Teams
Games Tournament dan Model Pembelajaran Creative Problem
Solving
..................................................................................
139 Tabel 4.15 Kategori Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa
Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Teams Games Tournament
dan Model Pembelajaran Creative Problem Solving .............
144
-
x
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis
Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Teams Games
Tournament dan Model Pembelajaran Creative Problem
Solving
...................................................................................
149
Tabel 4.17 Kategori Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa
Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Teams Games Tournament
dan Model Pembelajaran Creative Problem Solving ..........
154
Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Uji Normalitas dari Masing-masing
Sub
Kelompok
......................................................................................
160
Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas untuk Kelompok Sampel
..... 162
Tabel 4.20 Hasil Analisis Varians dari Kemampuan Pemecahan
Masalah
Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelas
XI IPA SMA Negeri 15 Medan Menggunakan Model Pembelajaran
Teams Games Tournament dan Model Pembelajaran Creative
Problem Solving
............................................................................
163
Tabel 4.21 Perbedaan antara dan
yang terjadi pada
............. 166
Tabel 4.22 Perbedaan antara dan
yang terjadi pada
................. 167
Tabel 4.23 Perbedaan antara dan
yang terjadi pada
................. 169
Tabel 4.24 Perbedaan antara dan
yang terjadi pada
................. 170
Tabel 4.25 Rangkuman Hasil Analisis Uji Tukey
........................................... 171
Tabel 4.26 Rangkuman Hasil Analisis
.............................................................
172
-
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lembar Jawaban Soal Pemecahan Masalah Siswa
..................... 3
Gambar 1.2 Lembar Jawaban Soal Berpikir Kreatif Siswa
............................. 6
Gambar 4.1 Histogram Data Hasil Siswa Yang Diajar Dengan
Model
Pembelajaran Teams Games Tournament yang Memiliki
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis( ................. 91
Gambar 4.2 Histogram Siswa yang Diajar dengan Model
Pembelajaran
Creative Problem Solving yang Memiliki Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis (
......................................................... 98
Gambar 4.3 Histogram Data Siswa yang Diajar dengan Model
Pembelajaran
Teams Games Tournament yang Memiliki Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis (
........................................................... 105
Gambar 4.4 Histogram Data Hasil Siswa yang Diajar dengan Model
Pembelajaran
Creative Problem Solving yang Memiliki Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis (
........................................................... 111
Gambar 4.5 Histogram Data Hasil Siswa yang Diajar dengan Model
Pembelajaran
Teams Games Tournament yang Memiliki Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis dan Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis (
...............................................................
117
Gambar 4.6 Histogram Data Hasil Siswa yang Diajar dengan Model
Pembelajaran
Creative Problem Solving yang Memiliki Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis (
...........................................................................
126
Gambar 4.7 Histogram Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
yang
Diajar dengan Model Pembelajaran Teams Games Tournament dan
Model Pembelajaran Creative Problem Solving ( ................
140
Gambar 4.8 Histogram Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
yang
Diajar dengan Model Pembelajaran Teams Games Tournament dan
Model Pembelajaran Creative Problem Solving ( ..............
150
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen
I...............................................................
195
Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen II
.............................................................
216
Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
........ 248
Lampiran 4 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
.....................................................................................
249
Lampiran 5 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
............... 250
Lampiran 6 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis
......................................................................................
251
Lampiran 7 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
............... 252
Lampiran 8 Kunci Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
..... 253
Lampiran 9 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
..................... 256
Lampiran 10 Kunci Jawaban Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
.......... 257
Lampiran 11 Lembar Validasi RPP Teams Games Tournament
..................... 261
Lampiran 12 Lembar Validasi RPP Creative Problem Solving
....................... 263
Lampiran 13 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
...................................................................................
265
Lampiran 14 Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis
....................................................................................
268
Lampiran 15 Data Hasil Validitas Soal Siswa
................................................. 271
Lampiran 16 Analisis Validitas
Soal................................................................
273
Lampiran 17 Analisis Reliabilitas Soal
............................................................
276
Lampiran 18 Tingkat Kesukaran
Soal..............................................................
279
Lampiran 19 Daya Pembeda Soal
....................................................................
281
-
xiii
Lampiran 20 Data Hasil Post Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Teams Games
Tournament
.................................................................................
284
Lampiran 21 Data Hasil Post Test Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis
Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Teams Games
Tournament
................................................................................
286
Lampiran 22 Data Hasil Post Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Creative Problem
Solving
........................................................................................
288
Lampiran 23 Data Hasil Post Test Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Yang
Diajar Dengan Model Pembelajaran Creative Problem
Solving
........................................................................................
290
Lampiran 24 Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Yang Diajar
Dengan
Model Pembelajaran Teams Games Tournament ......................
292
Lampiran 25 Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Yang Diajar
Dengan
Model Pembelajaran Creative Problem Solving
......................... 294
Lampiran 26 Rangkuman Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Model
Pembelajaran Teams Games Tournament dan Model Pembelajaran
Creative Problem Solving
........................................................... 296
Lampiran 27 Lembar Observasi Siswa Dalam Kelas Eksperimen I dan
II...... 297
Lampiran 28 Uji Normalitas
............................................................................
306
Lampiran 29 Uji Homogenitas
.........................................................................
314
Lampiran 30 Hasil Uji ANAVA
......................................................................
316
Lampiran 31 Hasil Uji TUCKEY
....................................................................
319
Lampiran 32 Dokumentasi
...............................................................................
320
Lampiran 33 Daftar Riwayat Hidup
.................................................................
32
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan
di kelas
XI IPA SMA Negeri 15 Medan, bahwa selama mengikuti proses
pembelajaran
siswa terlihat pasif dan kurang tertarik dengan pelajaran
sehingga mengakibatkan
siswa tidak memperhatikan gurunya. Hal ini dijelaskan oleh guru
bidang studi
matematika di kelas XI IPA, oleh Ibu Dra. Isabella Br Bangun,
bahwa dalam
proses pembelajaran matematika berlangsung, beliau menerapkan
model
pembelajaran yang tidak bervariasi atau konvensional (teacher
center) atau
dengan di selingi tanya jawab dan ditutup dengan memberikan
soal-soal latihan.
Hal ini dikarenakan alokasi waktu yang terbatas. Selain itu
suasana kelas yang
ribut juga sebagai salah satu kendala membuat pembelajaran
menjadi tidak efektif.
Ada beberapa siswa yang tidak mendengarkan ketika guru
menjelaskan materi
bahkan diantara beberapa siswa tersebut ada yang asik dengan
kegiatan lain.
Kesulitan yang dihadapi guru terutama di kelas XI IPA-2 salah
satunya
adalah siswa kurang menjaga sikap sopan santun dan motivasi
belajar yang
kurang pada diri siswa, menyebabkan siswa bercerita, makan
secara diam-diam,
dan bertindak tidak tertib pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Hanya
beberapa siswa yang mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak
semuanya siswa
terlibat aktif dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Sehingga
masih banyak siswa
yang mengalami kesulitan dan mencontek ketika menyelesaikan
soal-soal latihan
yang diberikan. Peneliti melihat siswa kurang semangat dalam
mengerjakan soal-
soal latihan dikarenakan soal latihan yang diberikan oleh guru
mirip dengan
-
2
contoh dibuku hanya beda angkanya saja, yang mengakibatkan siswa
kurang
antusias/tertantang dalam menyelesaikan soal. Ibu Dra.Isabella
Br Bangun juga
menjelaskan bahwa hasil belajar matematika siswa di kelas XI IPA
tidak merata.
Kelas XI IPA hanya 48% yang memenuhi KKM dan 52% tidak memenuhi
KKM.
Ibu Dra.Isabella Br Bangun juga menjelaskan proses pembelajaran
matematika
belum membawa kearah pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan
berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah. Dikarenakan
ketika beliau
memberikan soal latihan yang sedikit berbeda dari contoh di
buku, siswa langsung
bingung dan tidak mengerti dalam menyelesaikan soal tersebut.
Sehingga guru
hanya memberikan soal-soal latihan yang mirip dengan contoh soal
yang ada di
buku paket siswa, ini terjadi karena siswa kurang mempersiapkan
dirinya untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut membuat kemampuan
berpikir
kreatif dan kemampuan pemecahan masalah siswa tidak terasah
dengan baik.
Sehingga kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan
masalah siswa
masih terbilang rendah karena tidak dikembangkan dalam proses
pembelajaran.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diar Veni Rahayu
dan Ekasatya
Aldila Afriansyah dalam penelitiannya menyatakan bahwa rendahnya
kemampuan
pemecahan masalah matematik dan munculnya anggapan kemampuan
pemecahan
masalah matematika sebagian besar siswa masih rendah, itu
terjadi karena adanya
ketidaksiapan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
tertentu tanpa
memandang adanya heterogenitas kemampuan matematika siswa.1
1 Diar Veni Rahayu dan Ekasatya Aldila Afriansyah,
“Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Melalui Model
Pembelajaran Pelangi
Matematika”, Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 5 No. 1, 2015,
h.2.
-
3
Hasil observasi selanjutnya yang dilakukan peneliti di kelas XI
IPA-2 SMA
Negeri 15 Medan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah
matematis siswa masih rendah, dari soal yang diberikan peneliti
kepada siswa
yaitu :
Gambar 1.1 Lembar jawaban soal pemecahan masalah siswa
Berdasarkan jawaban siswa di atas, hasil menunjukkan bahwa
kemampuan
pemecahan masalah matematis masih rendah dan siswa tidak teliti
menjawab soal,
dari langkah awal kemampuan pemecahan masalah yaitu memahami
masalah,
siswa sebenarnya sudah memahami masalah yang terdapat di dalam
soal tersebut
namun untuk merumuskan apa yang diketahui dari soal tersebut,
siswa belum
mampu merumuskan dengan benar. Sehingga rencana penyelesaian
siswa tidak
terarah dan proses perhitungan dari jawaban yang dibuat siswa
tidak benar serta
siswa tidak memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian.
Maka dapat
disimpulkan bahwa proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal
yang
menguji kemampuan pemecahan masalah matematis siswa belum
dapat
menyelesaikan secara benar dan sistematis. Maka siswa
mendapatkan skor akhir
yaitu 3, adapun skor 3 yang didapatkan siswa tersebut antara
lain siswa telah
menuliskan salah satu unsur yang diketahui atau yang ditanya
sesuai permintaan
Siswa belum mampu merumuskan apa yang diketahui
dengan lengkap dan benar
Jawaban masih
salah
Siswa belum mampu menuliskan prosedur
penyelesaian dengan sistematis
-
4
soal mendapatkan skor 2, selanjutnya dalam menyusun rencana
penyelesaian
siswa tidak menuliskan rumus sama sekali maka mendapat skor 0,
dalam
melaksanakan rencana penyelesaian siswa mendapatkan skor 1
karena bentuk
penyelesaian yang dibuat siswa singkat, namun salah. Pada tahap
terakhir siswa
tidak memeriksa kembali proses dan hasil sehingga mendapatkan
skor 0. Jika
dijumlahkan maka skor yang diperoleh siswa tersebut yaitu 3.
Maka terbukti
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah. Sama
halnya
dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Tina Sri Sumartini yang
menyatakan
bahwa prestasi siswa SMK dalam pembelajaran matematika masih
tergolong
rendah terutama dalam hal kemampuan memecahkan masalah
matematis,
sebanyak 73% siswa masih memiliki kemampuan pemecahan masalah
yang
relative kurang, hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang
diantaranya siswa
kurang berminat dalam pembelajaran matematika, proses
pembelajaran yang
masih mengandalkan guru sebagai pemberi seluruh informasi materi
matematika,
dan sarana pembelajaran yang masih kurang.2
Selain kemampuan pemecahan masalah matematis, dalam
pembelajaran
matematika juga penting untuk memperhatikan dan mengembangkan
kemampuan
berpikir kreatif. Siswa belum mampu dalam mengembangkan
kemampuan
berpikir kreatifnya dapat dilihat pada proses pembelajaran dan
ketika siswa
menyelesaikan soal yang mengandung indikator kemampuan berpikir
kreatif
matematis. Karena siswa belum mampu mengidentifikasi masalah,
menemukan
penyelesaian masalah, dan jika permasalahan yang diberikan
sedikit berbeda
dengan contoh yang ada di buku, siswa langsung merasakan
kesulitan dalam
2 Tina Sri Sumartini, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”, Jurnal Pendidikan
Matematika STKIP
Garut Vol. 5 No. 2, 2016, h.149.
-
5
menyelesaikan soal tersebut. Karena siswa belum biasa terlatih
kemampuan
berpikir kreatifnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Laras Ismara, Halini, dan Dede
Suratman
menemukan bahwa pada beberapa siswa les privat kelas VIII
Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 21 Pontianak terlihat bahwa siswa masih
lemah dalam
memahami kalimat dalam soal. Selain itu, siswa tidak dapat
membedakan
informasi yang diketahui dan permintaan soal, tidak lancar
menggunakan
pengetahuan-pengetahuan atau ide-ide yang diketahui, lemah dalam
mengubah
kalimat cerita menjadi kalimat matematika.3
Kemampuan berpikir kreatif merupakan hal penting yang harus
dimiliki
setiap siswa terutama dalam proses pembelajaran matematika.
Karena
kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu dari kemampuan
tingkat tinggi.
Hal ini dimakusdkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah
dengan
mengasah kemampuan berpikir kreatif matematisnya, namun pada
kenyataan yang
terjadi dilapangan proses pembelajaran yang dilakukan belum
sepenuhnya dapat
membentuk peserta didik untuk menjadi cakap, mandiri, dan
kreatif. Sebagai
contoh, peneliti memberikan soal kepada siswa kelas XI IPA-2,
soal yang
diberikan merupakan soal untuk menilai kemampuan berpikir
kreatif siswa pada
salah satu indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yakni
keluwesan
(flexibility) sebagai berikut:
3 Laras Ismara, dkk,”Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Dalam
Menyelesaikan Soal Open Ended Di SMP”, Jurnal Pendidikan
Matematika FKIP Untan
Pontianak Vol. 5 No. 1, 2016, h.3.
-
6
Gambar 1.2 Lembar jawaban soal berpikir kreatif siswa
Berdasarkan lembar jawaban siswa di atas, terlihat bahwa siswa
mampu
menyelesaikan soal tersebut dan mendapatkan skor 2 karena siswa
hanya memberi
jawaban yang tidak beragam tetapi benar dan siswa tidak
menuliskan rumus
ataupun cara perhitungannya, siswa hanya langsung menuliskan
hasil akhirnya
saja. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa
harus lebih dikembangkan lagi agar siswa tidak hanya fokus ke
hasil akhirnya
saja, namun proses atau langkah-langkah penyelesaian soal
tersebut harus
dituliskan dengan jelas dan benar.
Dari pernyataan ataupun temuan fakta-fakta yang peneliti temukan
bahwa
hasil belajar siswa masih rendah, proses mengajar yang dilakukan
oleh guru
kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran (teacher
center). Hal ini
menyebabkan pembelajaran menjadi kurang menyenangkan dan
tidak
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif
siswa.
Sehingga banyak kejadian di lapangan yang kontradiktif dengan
harapan. Maka
Siswa tidak menuliskan rumus ataupun cara perhitungannya
Siswa sudah mengurutkan suhu, namun tidak disertai
dengan nama kotanya.
Siswa memberi jawaban yang tidak beragam meskipun hasilnya
benar
-
7
komponen-komponen pembelajaran yang harus diperhatikan untuk
mempengaruhi
kelancaran proses pembelajaran diantaranya yaitu kemampuan
pendidik dalam
mengajar, memperhatikan peserta didik, menyiapkan bahan yang
diajarkan,
pemilihan strategi, metode, dan teknik mengajar, kelengkapan
sarana dan
prasarana belajar, dan sistem evaluasi yang diterapkan. Dalam
penelitian ini
difokuskan komponen pembelajaran yang harus ditindak-lanjuti
yaitu perlu
dilakukan inovasi dalam pemilihan strategi, metode, dan teknik
mengajar yang
harus berorientasi pada aktivitas siswa. Hal ini dilakukan untuk
merubah
kebiasaan guru dan upaya untuk mengatasi masalah yang dihadapi
siswa.
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas kemampuan
pemecahan
masalah dan kemampuan berpikir kreatif matematika penting
dikembangkan
dalam diri siswa. Seorang guru harus memikirkan upaya
meningkatkan
kemampuan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peran
guru dalam
mendorong terjadinya proses belajar secara optimal sehingga
siswa belajar secara
aktif. Agar dapat memaksimalkan proses dan hasil belajar
matematika, guru perlu
mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, bertanya
serta menjawab
pertanyaan, memecahkan masalah, menjelaskan setiap jawaban yang
diberikan
dan memberikan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan.
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan melalui observasi,
wawancara,
dan melihat hasil lembar kerja siswa pada tes awal yang mencakup
indikator
kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kreatif, maka
guru
harus mampu mengembangkan suatu rancangan pengajaran yang
dapat
mengembangkan segala potensi siswa sehingga siswa mampu
menyelesaikan
-
8
soal-soal matematika dengan kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan
berpikir kreatif matematis dan menerapkannya pada proses
pembelajaran.
Model pembelajaran yang diduga oleh peneliti dapat digunakan
untuk
mengembangkan kemampuan tersebut adalah model pembelajaran Teams
Games
Tournament (TGT) dan model pembelajaran Creative Problem Solving
(CPS).
Alasan peneliti yakin memilih model pembelajaran tersebut karena
model
pembelajaran Teams Games Tournament merupakan strategi yang
dilakukan oleh
guru untuk membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam
mengikuti
pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa turnamen dalam
mengerjakan
soal sehingga dapat mengasah kemampuan pemecahan masalah peserta
didik, dan
telah terbukti menurut Miftahul Huda menyatakan bahwa Model
Teams Games
Tournament adalah model pembelajaran yang memuat kompetisi antar
individu
dan kelompok yang dirancang dalam suatu permainan yang
menjadikan siswa
aktif mencari penyelesaian masalah yang menjadi tanggung
jawabnya dalam
games dan tournament, pembelajaran tidak membosankan, dan
mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada orang
lain, sehingga
masing-masing siswa diharapkan lebih memahami konsep, menguasai
materi, dan
dapat memecahkan permasalahan sehingga siswa dapat berpikir
optimal.4
Sedangkan memilih model pembelajaran Creative Problem Solving
karena model
pembelajaran ini dapat menciptakan anak yang dapat menyelesaikan
masalah
dengan sendiri secara kreatif. Menurut Noller CPS adalah model
pembelajaran
yang memiliki solusi kratif sebagai upaya pemecahan masalah yang
dilakukan
melalui sikap dan pola pikir kratif, memiliki banyak alternatif
pemecahan
4 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran
(Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2017), h.197.
-
9
masalah, terbuka dalam perbaikan, menumbuhkan kepercayaan diri,
keberanian
menyampaikan pendapat, berpikir divergen, dan fleksibel dalam
upaya
pemecahan masalah.5
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ibrahim dan Nur
Hidayati
menemukan bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT)
berpengaruh meningkatkan kemampuan pemecahan msalah matematika
siswa
dengan tidak ada perbedaan secara signifikan antar siswa
berkemampuan awal
matematika (tinggi, sedang dan rendah)6 dan Sejalan dengan hasil
penelitian Tut
Wuri Handayani Manurung dan Edy Surya menemukan bahwa penerapan
model
pembelajaran Creative Problem Solving dapat meningkatkan
kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas VII C SMP Al-Hidayah Medan pada pokok
bahasan persegi
dan persegi panjang.7 Dengan menggunakan model pembelajaran
tersebut guru
dapat mengasah kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
berpikir kreatif
matematis siswa. Sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang aktif.
Dengan kata lain, siswa mampu belajar dan bekerjasama dengan
tutor sebaya
yang dapat mendukung seluruh kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran demi
tercapainya tujuan pembelajaran.
Maka solusi yang ditawarkan, peneliti ingin melakukan suatu
penelitian
eksperimen dengan desain 2x2, untuk mengatasi masalah-masalah
yeng telah
5 B.Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta :
Rineka Cipta,
2014), h.199. 6 Ibrahim dan Nur Hidayati, “Pengaruh Model
Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika
Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa SMA Negeri 1 Seyegan”, Jurnal
Agri Sains Vol.5
No.2, 2014, h.134. 7 Tut Wuri Handayani Manurung dan Edy Surya,
“Penerapan Model
Pembelajaran Creative Problem Solving Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif
Matematika Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Hidayah
Medan”,
Journal Mathematic Education, 2017, h.13.
-
10
dipaparkan di atas, sehingga pembelajaran Teams Games
Tournaments ( ) dan
pembelajaran Creative Problem Solving ( ). Sedangkan variabel
terikatnya
diklasifikasikan menjadi kemampuan pemecahan masalah matematis (
) dan
kemampuan berpikir kreatif matematis ( ). Penelitian ini
melibatkan dua kelas
eksperimen yaitu kelas eksperimen 1 pembelajaran Teams Games
Tournaments
dan kelas eksperimen 2 pembelajaran Creative Problem Solving
yang diberi
perlakuan berbeda.
Terkait dengan fenomena yang terjadi di lapangan, peneliti ingin
melihat
perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan
berpikir
kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
TGT (Teams
Games Tournament) dan model pembelajaran CPS (Creative Problem
Solving)
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk
melakukan
penelitian di SMA Negeri 15 Medan, dengan judul penelitian
“Perbedaan Model
Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) Dan Model Pembelajaran
CPS
(Creative Problem Solving) Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah
Matematis Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Materi
Turunan
Kelas XI SMA Negeri 15 Medan Tahun Pembelajaran 2018-2019”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat
diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Siswa terlihat pasif pada proses pembelajaran.
2. Siswa kurang tertarik dengan pelajaran matematika.
3. siswa tidak memperhatikan guru saat menerangkan.
-
11
4. Guru masih menerapkan model pembelajaran yang tidak
bervariasi atau
konvensional (teacher center).
5. Kurangnya motivasi belajar pada diri siswa.
6. Siswa kurang semangat dalam mengerjakan soal-soal latihan
7. Siswa kurang antusias/tertantang pada saat mengerjakan
soal-soal
latihan.
8. Proses pembelajaran matematika di SMA Negeri 15 Medan
belum
membawa kearah pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah.
9. kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah
siswa
kelas XI IPA di SMA Negeri 15 Medan tidak terasah dengan
baik
sehingga kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan
masalah siswa masih terbilang rendah.
C. Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di
atas, maka
perlulah adanya pembatasan masalah agar lebih fokus dan terarah.
Batasan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran yang di terapkan dalam penelitian ini adalah
model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dan Creative
Problem
Solving (CPS).
2. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan
pemecahan
masalah dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
3. Materi pelajaran saat penelitian adalah turunan.
-
12
4. Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI
IPA SMA
Negeri 15 Medan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang
diteliti dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa yang diajar dengan Model Teams
Games
Tournament (TGT) lebih baik daripada siswa yang diajar
dengan
Model Creative Problem Solving (CPS) ?
2. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
diajar
dengan Model Teams Games Tournament (TGT) lebih baik
daripada
siswa yang diajar dengan Model Creative Problem Solving
(CPS)?
3. Apakah kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang
diajar
dengan Model Teams Games Tournament (TGT) lebih baik
daripada
siswa yang diajar dengan Model Creative Problem Solving
(CPS)?
4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran
terhadap
kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kreatif
matematika ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang diajar
dengan
-
13
Model Teams Games Tournament (TGT) lebih baik daripada siswa
yang diajar dengan Creative Problem Solving (CPS).
2. Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah
matematika
siswa yang diajar dengan Model Model Teams Games Tournament
(TGT) lebih baik daripada siswa yang diajar dengan Model
Creative
Problem Solving (CPS).
3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajar dengan Model Teams Games
Tournament
(TGT) lebih baik daripada siswa yang diajar dengan Model
Creative
Problem Solving (CPS).
4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model
pembelajaran
terhadap kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan
manfaat
kepada guru matematika dan siswa. Adapun manfaat penelitian ini
adalah:
a. Bagi Peneliti
Memberi gambaran atau informasi tentang perbedaan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kreatif matematika
siswa.
b. Bagi Siswa
Adanya penggunaan pembelajaran Team Games Tournament (TGT)
dan pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) selama
penelitian
-
14
akan memberi pengalaman baru dan mendorong siswa terlibat
aktif
dalam pembelajaran agar terbiasa melakukan kegiatan dalam
memecahkan masalah dan berpikir kreatif matematika.
c. Bagi Guru Matematika dan Sekolah
Memberi alternatif baru bagi pembelajaran matematika untuk
dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya
dengan
cara memperbaiki kelemahan ataupun kekurangannya dan
mengoptimalkan pelaksanaan hal-hal yang telah dianggap baik.
-
15
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teori
1. Hakikat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Pada dasanya kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan
satu
kemampuan matematis yang penting dan perlu dikuasai oleh siswa
yang belajar
matematika. Pemecahan masalah tidak sekedar sebagai kemampuan
menerapkan
konsep-konsep yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan
belajar terdahulu,
tetapi merupakan proses untuk mendapatkan seperangkat konsep
untuk tingkat
yang lebih tinggi. Apabila seseorang telah mendapatkan suatu
kombinasi konsep
yang terbukti dapat digunakan sesuai dengan situasi yang
dihadapi maka ia tidak
saja dapat memecahkan suatu masalah, melainkan juga telah
berhasil menemukan
sesuatu yang baru.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-Insyirah ayat 5 – 8
:
(٧(فَإَِذا فََزْغَت فَاْنَصْب )٦(إِنَّ َهَع اْلُعْسِز يُْسًزا
)٥فَإِنَّ َهَع اْلُعْسِز يُْسًز)
( ٨إِلَٰى َربَِّك فَاْرَغْب )وَ
Artinya : “(5) Karena sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu
ada
kemudahan.(6) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(7)
Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah
dengan
sungguh-sungguh (urusan yang lain). (8) dan hanya kepada
Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.” (QS : Al-Insyirah, 5-8)
Ayat ini menggambarkan bahwa bersama kesulitan itu terdapat
kemudahan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kesulitan itu
dapat
-
16
diketahui pada dua keadaan, di mana kalimatnya dalam bentuk
mufrad (tunggal).
Sedangkan kemudahan (al-yusr) dalam bentuk nakirah (tidak ada
ketentuannya)
sehingga bilangannya bertambah banyak. Sehingga jika engkau
telah selesai
mengurus berbagai kepentingan dunia dan semua kesibukannya serta
telah
memutus semua jaringannya, maka bersungguh-sungguhlah untuk
menjalankan
ibadah serta melangkahlah kepadanya dengan penuh semangat,
dengan hati yang
kosonh lagi tulus, serta niat karena Allah.8
Kaitan ayat ini dengan pembelajaran matematika adalah jika
mau
mendapatkan hasil yang baik (kenikmatan), siswa harus diberikan
suatu masalah
untuk diselesaikan. Masalah disini bukan dibuat untuk
menyengsarakan siswa tapi
melatih siswa agar berhasil dalam belajar. Oleh karena itu,
kegiatan memecahkan
masalah merupakan kegiatan yang harus ada dalam setiap kegiatan
pembelajaran
matematika.
Menurut Branca dan NCTM (1995) istilah pemecahan masalah
mengandung tiga defenisi, yaitu: (1) pemecahan masalah sebagai
tujuan
maksudnya ialah tujuan (goal) yang menekankan pada aspek mengapa
pemecahan
masalah matematis perlu diajarkan dalam hal ini pemecahan
masalah bebas dari
soal, prosedur, metode, atau materi matermatik, sasaran utama
yang ingin dicapai
adalah bagaimana cara menyelesaikan masalah untuk menjawab soal
atau
pertanyaan. (2) sebagai proses diartikan sebagai suatu kegiatan
aktif, yang
meliputi: metode, strategi, prosedur, dan heuristic yang
digunakan oleh siswa
dalam menyelesaikan masalah hingga menemukan jawaban, (3)
sebagai
keterampilan dasar yang memuat dua hal yaitu: keterampilan umum
yang harus
8 M. Abdul Ghoffar, Op. Cit, h. 497 – 498
-
17
dimiliki siswa untuk keperluan evaluasi di tingkat sekolah, dan
keterampilan
minimum yang perlu dikuasai siswa agar dapat menjalankan
perannya dalam
masyarakat.9
Menurut Polya (1973) mengemukakan bahwa pemecahan masalah
adalah
suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu tujuan yang tidak
begitu mudah untuk
dapat dicapai.10
Menurut Krulik dan Rudnik (1995) mengemukakan bahwa arti
pemecahan
masalah merupakan proses di mana seorang individu menggunakan
pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman yang telah diperoleh untuk
menyelesaikan masalah
pada situasi yang belum dikenalnya.11
Gagne menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah tipe belajar
yang
tingkatnya paling tinggi dan kompleks dibandingkan dengan tipe
belajar lainnya,
dalam pemecahan masalah siswa dituntut memiliki kemampuan
menciptakan
gagasan-gagasan atau cara-cara baru berkenaan dengan
permasalahan yang
dihadapinya.12
Menurut Wikipedia, problem solving is a mental process which is
the
concluding part of the larger problem process that includes
problem finding and
problem shaping.13
Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemecahan masalah
adalah suatu proses mental yang merupakan bagian terbesar dalam
suatu proses
termasuk proses menemukan dan pembentukan untuk menemukan
pemecahan
masalah.
9 Heris Hendriana, Euis Eti Rohaeti, Utari Sumarmo, Hard Skills
dan Soft Skills
Matematik Siswa (Bandung: Refika Aditama, 2017),h.44. 10
Ibid. 11
Ibid. 12
Ibid.,h.45. 13
Zahra Chairani, Metakognisi Siswa Dalam Pemecahan Masalah
Matematika
(Yogyakarta: Deepublish,2016), h.62.
-
18
Menurut Solso (2008) pemecahan masalah adalah suatu pemikiran
yang
terarah secara langsung untuk melakukan suatu solusi atau jalan
keluar untuk
suatu masalah yang spesifik.14
Menurut Chauhan (2009) makna dari pemecahan masalah
merupakan
tingkat tertinggi dari suatu proses belajar karena menghendaki
adanya prediksi,
analisis dari faktor-faktor, dan prinsip-prinsip untuk
mengembangkan hubungan
sebab akibat.15
Berdasarkan pendapat para ahli sebelumnya yang dimaksud
dengan
kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah usaha
peserta didik
untuk dapat menemukan jawaban atau penyelesaian atas suatu
persoalan dengan
terlebih dahulu mengetahui gambaran dan karakteristik masalah
yang dihadapi.
Setelah menemukan defenisi dari kemampuan pemecahan masalah,
selanjutnya adapun langkah-langkah dari kemampuan pemecahan
masalah yaitu:
Menurut Fadjar Shadiq untuk menyelesaikan masalah, ada empat
langkah
penting yang harus dilakukan, yaitu:
1. Memahami masalahnya
Pada langkah ini, para pemecah masalah (siswa) harus
menentukan
dengan jeli apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
2. Merencanakan cara penyelesaian
3. Melaksanakan rencana
4. Menafsirkan atau mengecek hasilnya16
14
Ibid. 15
Ibid. 16
Fadjar Shadiq, Pembelajaran Matematika; Cara Meningkatkan
Kemampuan
Berpikir Siswa (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.105.
-
19
Menurut Polya adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan
untuk
pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Pemahaman terhadap masalah, maksudnya mengerti masalah
dan
melihat apa yang dikehendaki.
2. Perencanaan pemecahan masalah, maksudnya melihat
bagaimana
macam soal dihubungkan dan bagaimana ketidakjelasan
dihubungkan dengan data agar memperoleh ide membuat suatu
rencana pemecahan masalah.
3. Melaksanakan perencanaan pemecahan masalah
4. Melihat kembali kelengkapan pemecahan masalah, maksudhnya
sebelum menjawab permasalahan, perlu mereview apakah
penyelesaian masalah sudah sesuai dengan melakukan kegiatan
sebagai berikut: mengecek hasil, meninjau kembali apakah ada
cara
lain yang dapat digunakan untuk mendapatkan penyelesaian
yang
sama.17
Bryant (2004) mengemukakan beberapa tahapan pemecahan
masalah,
yaitu :
1. Memahami masalah
Yaitu mengidentifikasi fakta yang diketahui dan diperlukan
untuk
menyelesaikan masalah.
2. Membuat rencana mengenai apa yang dilakukan untuk
menyelesaikan masalah.
3. Menunjukkan kerja, yaitu melakukan prosedur aritmatik.
17
Endang Setyo Winarni dan Sri Harmini, Matematika Untuk PGSD
(Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2016), h.124.
-
20
4. Menginterpretasikan solusi dan memeriksa apakah solusi benar
dan
masuk akal.18
Menurut Marshal (1989) terdapat beberapa aspek penting yang
perlu
diperhatikan dalam mengevaluasi kemampuan pemecahan masalah,
yaitu :
1. Aspek pertama adalah penguasaan pengetahuan factual yang
relevan
dengan situasi masalah, aspek ini berkaitan dengan pemahaman
terhadap masalah.
2. Aspek kedua adalah penguasaan pengetahuan procedural, aspek
ini
berkaitan dengan penggunaan strategi yang sesuai situasi
masalah.
3. Aspek ketiga adalah penguasaan terhadap prosedur matematis
untuk
mencari solusi masalah.19
Menurut Krulik dan Rudnick (1995) langkah-langkah kemampuan
pemecahan masalah yang terdiri dari :
1. Membaca dan berpikir (read and think)
Kegiatan tersebut meliputi mengidentifikasi fakta-fakta,
pertanyaan-
pertanyaan, memvisualisasikan situasi, menjelaskan setting,
dan
menyatakan kembali sebuah tindakan.
2. Mengeksplorasi dan merencanakan (explore and plan)
Kegiatan tersebut meliputi yaitu mengorganisasikan informasi
apakah informasinya cukup atau berlebihan, grafik, atau
suatu
gambar.
18
Hasratuddin, Mengapa Harus Belajar Matematika ? (Medan :
Perdana
Publishing, 2015), h. 81. 19
Ibid., h. 82-83.
-
21
3. Menyeleksi suatu strategi (select a strategy)
Kegiatan tersebut memilih strategi-strategi yang sesuai
untuk
memecahkan suatu masalah, seperti melihat polanya, bekerja
mundur, menebak dan menguji, simulasi atau uji coba, reduksi
atau
ekspansi, mengorganisasi daftar, atau deduksi logis.
4. Mencari suatu jawaban (find a answer)
Pada kegiatan ini dengan mengestimasi, menggunakan
keterampilan-
keterampilan hitung, aljabar, geometri, atau kalau perlu
dengan
kalkulator.
5. Merefleksi dan memperluas (reflect and extend)
Kegiatan ini memeriksa jawaban sudah sesuai, pertanyaannya
terjawab sudah masuk akal, mencari alternatif penyelesaian,
memperluas pada yang lain sebagai suatu generalisasi atau
konsep
matematika lain, mendiskusikan solusinya, dan mencipkatan
variasi
yang menarik dari masalah aslinya.20
Menurut Gick ada beberapa proses pemecahan masalah, yaitu:
1. Menyatakan permasalahan (reprenst problem) termasuk
mengaitkan
konteks pengetahuan yang tepat, dan mengidentifikasi tujuan
dan
kondisi awal yang relevan dengan permasalahan.
2. Pencarian solusi (solution search) termasuk dan
mengembangkan
rencana aksi untuk mencapai tujuan.
20
Tatag Yuli Eko Siswono, Pembelajaran Matematika; Berbasis
Pengajuan dan
Pemecahan Masalah Fokus Pada Berpikir Kritis dan Berpikir
Kreatif (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2018), h.46-47.
-
22
3. Mengimplementasikan pemecahan (implement solution)
mencakup
melaksanakan renvana tindakan dan mengevaluasi hasilnya.21
Menurut Hayes mengemukakan enam tahap pemecaha masalah, yaitu:
(1)
mengidentifikasi masalah (identifying the problem), (2) gambaran
dari masalah
(representation of the problem), (3) perencanaan solusi
(planning the solution),
(4) pelaksanaan rencana (execute the plan), (5) mengevaluasi
rencana (evaluate
the plan), dan (6) evaluasi solusi (evaluate the solution).
22
Beberapa strategi kognisi yang dapat digunakan dalam proses
pemecahan
masalah matematika menurut Sobel adalah: menebak, mengecek dan
merevisi
(guess, check, revise), mensketsa gambar (draw a picture),
menggunakan objek-
objek (use objects), memilih suatu operasi (choose an
operation), menyelesaikan
masalah sederhana (solve a simpler problem), membuat tabel (make
a table),
memperhatikan pola (look for a pattern), membuat daftar (make an
organized
list), menulis suatu persamaan (write an equation), menggunakan
penalaran logika
(use logical reasoning), dan bekerja mundur (work
backward).23
Menurut Artzt dan Armour (1999) langkah-langkah yang dilakukan
untuk
pemecahan masalah yaitu: membaca, memahami, mengeksplorasi,
menganalisis,
merencanakan, mengimplementasikan, memverifikasi, memperhatikan,
dan
mendengarkan.24
21
Zahra Chairani, Metakognisi Siswa Dalam Pemecahan Masalah
Matematika
(Yogyakarta: Deepublish,2016), h.66. 22
Ibid., h.69. 23
Ibid., h.72. 24
Tatag Yuli Eko Siswono, Pembelajaran Matematika; Berbasis
Pengajuan dan
Pemecahan Masalah Fokus Pada Berpikir Kritis dan Berpikir
Kreatif (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2018), h.47.
-
23
Menurut Mason, Burton, dan Stacey (2010) menguraikan langkah
pemecahan masalah meliputi masukan (entry), pengerjaan (attack),
dan
pembahasan (review).25
Berdasarkan para ahli sebelumnya yang dimaksud kemampuan
pemecahan
masalah dalam penelitian ini diukur dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Memahami masalah maksudnya mampu menuliskan unsur
diketahui dan ditanya dari soal.
2. Menyusun rencana penyelesaian , maksudnya mampu
menuliskan
rumus yang akan digunakan.
3. Melaksanakan rencana penyelesaian pada langkah ini peserta
didik
mengerjakan prosedur/bentuk penyelesaian.
4. Memeriksa kembali proses dan hasil jawaban, peserta didik
dituntut
untuk mampu menuliskan kembali kesimpulan jawaban.
Menurut Cooney mengemukakan bahwa memiliki kemampuan
pemecahan masalah dapat membantu siswa berpikir analitik dalam
mengambil
keputusan dalam kehidupan sehari-hari dan membantu meningkatkan
kemampuan
berpikir kreatif dalam menghadapi situasi yang baru.26
Menurut Bell (1978),
pemecahan masalah matematika akan membantu siswa untuk
meningkatkan
kemampuan menganalisis dan menggunakannya dalam situasi yang
berbeda.27
25
Ibid., h.48. 26
Heris Hendriana dan Utari Soemarmo, Penilaian Pembelajaran
Matematika
(Bandung : Refika Aditama, 2016), h.23. 27
Zahra Chairani, Metakognisi Siswa Dalam Pemecahan Masalah
Matematika
(Yogyakarta: Deepublish,2016), h.63.
-
24
Menurut Zahra Chairani, pemecahan masalah juga membantu siswa
dalam
belajar tentang fakta, skill, konsep, dan prinsip-prinsip
melalui ilustrasi aplikasi
objek-obkek matematika dan kaitan antar objek-objek
tersebut.28
Berdasarkan survei College Mathematics Departements,
Schoenfeld
mengemukakan bahwa tujuan kemampuan pemecahan masalah diberikan
di
sekolah adalah sebagai berikut:
1. Pemecahan masalah bertujuan untuk melatih siswa berpikir
kreatif
dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti kompetisi, Olympiade
nasional
atau Internasional.
3. Menunjukkan potensi guru-guru dalam pembelajaran yang
menggunakan strategi heuristic.
4. Teknik standar dalam lingkup khusus umumnya dalam model
pembelajaran matematika.
5. Untuk menunjukkan suatu pendekatan baru untuk meremedial
matematika (basic skill) atau mencoba memperkenalkan
“critical
thinking” atau “analytic reasoning”29
Menurut Pehkonen (1997) ada empat kategori manfaat yang
merupakan
alasan untuk mengajarkan pemecahan masalah, yaitu sebagai
berikut:
1. Pemecahan masalah mengembangkan keterampilan kognitif
secara
umum.
2. Pemecahan masalah mendorong kreativitas.
3. Pemecahan masalah merupakan bagian dari proses aplikasi
masalah.
28
Ibid. 29
Ibid.
-
25
4. Pemecahan masalah memotivasi peserta didik untuk belajar
matematika.30
Berdasarkan para ahli sebelumnya maka kemampuan pemecahan
masalah
dalam penelitian ini bertujuan agar peserta didik:
1. Mampu mengetahui gambaran atau permintaan dari masalah
yang
dihadapi
2. Mampu menemukan jawaban atau penyelesaian atas suatu
masalah/
persoalan dengan benar dan sistematis.
2. Hakikat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Pemikiran kreatif masing-masing orang akan berbeda dan terkait
dengan
cara mereka berpikir dalam melakukan pendekatan terhadap
permasalahan.
Kemampuan siswa untuk mengajukan ide kreatif seharusnya
dikembangkan
dengan meminta mereka untuk memikirkan ide-ide atau pendapat
yang berbeda
dari diajukan temannya.
Orang-orang yang beragama (islam) yang kreatif mempergunakan
akal
dan qalbunya lebih optimal. Individu tersebut memiliki wadah
kognitif spiritual
yang lebih luas dan individu tersebut mampu belajar
bermacam-macam ilmu,
dapat menyerap ilmu secara cepat dan luar biasanya banyaknya.
Sesuai dengan
firman Allah SWT dalam surah al’Alaq ayat 1 sampai 5, sebagai
berikut :
ْقَزْأبِْسِن َربِّكَ ا ْنَساَن ِهْن َعلٍَق )١الَِّذْي َخلََق )
ِِ ( ٣اْْلَْكَزُم ) ( اِْقَزْأ َوَربُّكَ ٢( َخلََق اْْلِ
ْنَساَن َهالَْن يَْعلَْن )٤الَِّذْي َعلََن بِاْلقَلَِن ) (٥(
َعلََّن اْْلِ
30
Tatag Yuli Eko Siswono, Pembelajaran Matematika; Berbasis
Pengajuan dan
Pemecahan Masalah Fokus Pada Berpikir Kritis dan Berpikir
Kreatif (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2018), h.40.
-
26
“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajarkan (manusia)
dengan
pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Makna dari Ayat tersebut berkaitan dengan berpikir kreatif
karena ayat
tersebut juga mengajarkan kepada manusia untuk selalu mencari
pengetahuan,
semakin banyak kesempatan kepada anak untuk memperoleh
pengetahuan maka
semakin baik pula dasar untuk menjadi pribadi yang kreatif.
Menurut Simpson bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah
sebuah
inisiatif seseorang yang diwujudkan oleh kemampuannya untuk
mendobrak
pemikiran yang biasa.31
Menurut The (2003) memberi batasan bahwa berpikir kreatif
(pemikiran
kreatif) adalah suatu rangkaian tindakan yang dilakukan orang
dengan
menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah pikiran baru
dari kumpulan
ingatan yang berisi berbagai ide, keterangan, konsep,
pengalaman, dan
pengetahuan.32
Menurut Evans (1991) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah
suatu
aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (connections)
yang terus-
menerus (kontinu) sehingga ditemukan kombinasi yang benar atau
sampai
seseorang itu menyerah.33
Menurut Weisberg (2006) mengartikan berpikir kreatif mengacu
pada
proses-proses untuk menghasilkan suatu produk kreatif yang
merupakan karya
31
Tatag Yuli Eko Siswono, Pembelajaran Matematika; Berbasis
Pengajuan dan
Pemecahan Masalah Fokus Pada Berpikir Kritis dan Berpikir
Kreatif (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2018), h.20. 32
Ibid., h.25. 33
Ibid.
-
27
baru (inovatif) yang diperoleh dari suatu aktivitas/kegiatan
yang terarah sesuai
tujuan.34
Menurut Johnson (2002) menjelaskan bahwa berpikir kreatif
merupakan
suatu aktivitas mental yang memperhatikan keaslian dan wawasan
(ide).35
Menurut Krulik dan Rudnick (1999) yang menjelaskan bahwa
defenisi
berpikir keatif adalah pemikiran yang bersifat keaslian dan
reflektif dan
menghasilkan suatu produk yang kompleks.36
Krutetskii (1976) memberikan arti dari kemampuan berpikir
kreatif yaitu
produk aktivitas mental mempunyai sifat kebaruan dan bernilai
baik secara
subjektif maupun objektif, proses berpikir baru atau meminta
suatu transformasi
ide-ide awal yang diterimanya maupun yang ditolak, dan proses
berpikir
dikarakterisasikan oleh adanya sebuah motivasi yang kuat dan
stabil serta dapat
diamati melebihi waktu yang dipertimbangkan atau dengan
intensitas yang
tinggi.37
Menurut Sternberg dan O’Hara (1998) mengemukakan bahwa
berpikir
kreatif adalah kemampuan mengembangkan ide yang tidak biasa,
berkualitas, dan
sesuai tugas.38
Menurut Pehkonen (1997) memandang berpikir kreatif adalah
suatu
kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang
didasarkan pada intuisi
tetapi masih dalam kesadaran.39
34
Ibid., h.26. 35
Ibid. 36
Tatag Yuli Eko Siswono, Pembelajaran Matematika; Berbasis
Pengajuan dan
Pemecahan Masalah Fokus Pada Berpikir Kritis dan Berpikir
Kreatif (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2018), h.120. 37
Ibid. 38
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order
Thinking
Skills) (Tangerang: Tira Smart,2019), h.8.
-
28
Menurut Getzel dan Jackson mengartikan berpikir kreatif adalah
sebagai
suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide
atau
gagasan yang baru secara fasih dan fleksibel. Ide dalam
pengertian di sini adalah
ide dalam memecahkan atau mengajukan masalah matematika dengan
tepat atau
sesuai dengan permintaannya.40
Berdasarkan pendapat para ahli sebelumnya yang dimaksud
dengan
kemampuan berpikir kreatif pada penelitian ini adalah kemampuan
peserta didik
dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu
masalah, dimana
penekanannya pada kuantitas, semua jawaban itu harus sesuai
dengan masalah
yang tepat, dan jawaban harus bervariasi.
Menurut Torrance (1990), kriteria atau ciri-ciri utama
kreativitas verbal
adalah kelancaran berpikir (fluency), fleksibilitas berpikir
(flexibility), dan
orisinalitas (original thinking).41
Menurut Williams menunjukkan ciri kemampuan berpikir kreatif,
yaitu
kefasihan, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi.42
Menurut Guilford dan Merrifeld memandang bahwa langkah-langkah
dari
kemampuan berpikir kreatif yaitu terdiri dari kefasihan
(fluency), fleksibilitas,
keaslian (originality), dan elaborasi.43
39
Tatag Yuli Eko Siswono, Pembelajaran Matematika; Berbasis
Pengajuan dan
Pemecahan Masalah Fokus Pada Berpikir Kritis dan Berpikir
Kreatif (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2018), h.31. 40
Ibid., h.34. 41
Ibid., h.9. 42
Tatag Yuli Eko Siswono, Pembelajaran Matematika; Berbasis
Pengajuan dan
Pemecahan Masalah Fokus Pada Berpikir Kritis dan Berpikir
Kreatif (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2018), h.31. 42
Ibid., h.29. 43
Ibid., h.30.
-
29
Menurut Halpern, untuk keterampilan berpikir kreatif, diperlukan
tahapan-
tahapan kemampuan sebagai berikut : a) mendefenisikan kembali
permasalahan
dan tujuan, b) menemukan analogi, c) mendata istilah yang
relevan, d) melakukan
curah pendapat (brainstorming), e) mengembangkan dan menggunakan
daftar
solusi yang bervariasi, f) mendata atribut, g) mendata atribut
positif dan negatif
dari solusi yang berbeda, dan h) meninjau dari pandangan
lain.44
Menurut Ridwan Abdullah Sani, ciri-ciri siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut:
1. Mengemukakan ide-ide yang tidak dipikirkan oleh orang lain 2.
Memiliki keingintahuan yang besar dan panjang akal 3. Terbuka
terhadap pengalaman baru 4. Suka melakukan eksperimen atau mencoba
mengubah hal-hal yang
sudah ada
5. Menyukai cara-cara tersendiri dalam menunjukkan pemahamannya
6. Mengajukan pertanyaan yang kelihatannya menyimpang atau aneh 7.
Menyukai tugas yang bersifat terbuka dan menantang 8. Lebih suka
mendiskusikan ide daripada fakta 9. Lebih suka mencoba cara baru
untuk menyelesaikan permasalahan,
daripada cara yang sudah dipelajari/diketahui secara umum45
Menurut Ridwan Abdullah Sani, ciri-ciri seorang siswa yang tidak
kreatif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tidak dapat berpikir positif ketika menghadapi suatu
permasalahan
2. Selalu mengandalkan logika tanpa mau berpikir lateral
3. Sangat kritis terhadap diri sendiri
4. Takut menggunakan ide baru atau tidak mau mencoba cara yang
baru
5. Menyukai hal-hal yang bersifat rutin dan sudah dipahami
secara jelas
44
Ibid., h.14. 45
Ibid., h.72.
-
30
6. Takut terlihat bodoh di hadapan orang lain atau takut
dianggap bodoh
oleh orang lain
7. Kurang percaya bahwa banyak orang dapat menjadi kreatif
8. Tidak terinspirasi ketika dihadapkan dengan ide baru atau
sebuah
tantangan46
Menurut Mann (2005) merumuskan indikator berpikir kreatif
dalam
matematika yang terdiri dari enam kemampuan, yaitu:
1. Kemampuan untuk merumuskan hipotesis matematika tentang
sebab
dan akibat dalam situasi matematika
2. Kemampuan untuk menentukan pola dalam situasi matematika
3. Kemampuan untuk keluar dari pola pikir yang mapan untuk
mendapatkan solusi dalam situasi matematika
4. Kemampuan untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi ide-ide
matematika yang tidak biasa untuk memikirkan konsekuensi
yang
mungkin untuk situasi matematika
5. Kemampuan untuk merasakan apa yang hilang dari situasi
matematika tertentu dan untuk mengajukan pertanyaan yang
memungkinkan seseorang untuk mengisi informasi matematis
yang
hilang
6. Kemampuan untuk membagi masalah matematika umum menjadi
sub masalah tertentu.47
46
Ibid., h.74. 47
Tatag Yuli Eko Siswono, Pembelajaran Matematika; Berbasis
Pengajuan dan
Pemecahan Masalah Fokus Pada Berpikir Kritis dan Berpikir
Kreatif (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2018), h.122.
-
31
Menurut Silver (1997) memberikan indikator untuk menilai
berpikir
kreatif peserta didik (kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan)
menggunakan
pengajuan masalah dan pemecahan masalah.48
Berdasarkan para ahli sebelumnya yang dimakusd kemampuan
berpikir
kreatif dalam penelitian ini diukur dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Kefasihan/kelancaran (fluency) adalah kemampuan peserta
didik
dalam menghasilkan pemikiran atau pertanyaan dalam jumlah
yang
banyak pada suatu masalah.
2. Fleksibilitas/keluwesan (flexibility) adalah kemampuan
peserta didik
untuk menghasilkan aneka ragam pemikiran, dan mudah
berpindah
dari jenis pemikiran satu ke pemikiran lainnya.
3. Keaslian (originality) adalah kemampuan peserta didik untuk
berpikir
dengan cara baru atau dengan ungkapan yang unik, dan
kemampuan
untuk menghasilkan ide-ide yang tidak biasa daripada yang
biasa.
4. Elaborasi (elaboration) adalah kemampuan peserta didik
untuk
menambah atau merinci hal-hal yang detail dari suatu gagasan,
atau
situasi masalah.
3. Hakikat Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)
Dalam dunia pendidikan khususnya pada pelaksanaan pembelajaran
sering
kita kenal dengan istilah model pembelajaran. Pengertian model
pembelajaran
berdasarkan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang
pembelajaran adalah
kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki
nama, ciri,
48
Ibid., h.126.
-
32
urutan logis, pengaturan, dan budaya. Model pembelajaran
memiliki lima unsur
dasar yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional
pembelajaran, (2) social
system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam
pembelajaran, (3)
principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru
memandang,
memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system, segala
sarana, bahan,
alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan
(5) instructional
dan nurturant effects yang merupakan hasil belajar yang
diperoleh langsung
berdasarkan tujuan yang ditetapkan (instructional effects) dan
hasil belajar di luar
yang ditetapkan (nurturant effects).49
Model pembelajaran TGT pertama sekali
dikembangkan oleh David De Vries dan Keath Edward (1995).50
Menurut Aris Shoimin, pembelajaran kooperatif model TGT adalah
salah
satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement. 51
Menurut Saco, TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar beranggotakan
5 sampai 6
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku
kata atu ras yang
berbeda. 52
Menurut Asma (2006) model TGT adalah suatu model pembelajaran
oleh
guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada
siswa, setelah
49
Hamid Muhammad, Model-Model Pembelajaran (Jakarta :
Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2017), h.3. 50
Istarani, 58 Model Pembelajaran Inovatif (Medan : Media
Persada,
2015),h.238. 51
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2013
(Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2016), h.203. 52
Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni, Inovasi Model
Pembelajaran Sesuai
Kurikulum 2013 (Sidoarjo : Nizamia Learning Center, 2016),
h.77.
-
33
itu siswa pindah ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan
dan
menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang
diberikan
guru.53
Berdasarkan pendapat para ahli sebelumnya yang dimaksud dengan
model
pembelajaran Teams Games Tournament dalam penelitian ini adalah
suatu model
pembelajaran yang berisi turnamen akademik dengan melibatkan
aktivitas seluruh
siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras
yang berbeda.
Menurut Miftahul Huda bahwa dalam langkah-langkah menerapkan
model
pembelajaran TGT yaitu siswa mempelajari materi di ruang kelas,
setiap siswa
ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang
berkemampuan
rendah, sedang, dan tinggi, komposisi ini dicatat dalam tabel
khusus (tabel
turnamen), setiap minggunya harus diubah.54
Menurut Ahmad Suriansyah ada beberapa komponen TGT adalah
sebagai
berikut:
1. Presentasi kelas.
2. Game, yaitu yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang
kontennya
untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh setelah
mengikuti
presentasi guru dan pelaksaan kerja tim. Game dimainkan di
atas
meja dengan 3 siswa masing-masing mewakili timnya. Game
dibuat
guru dengan cara masing-masing yang bervariasi, misalnya
nomor
pertanyaan dalam amplop, dan anggota game lain menjadi
penantang
dalam menjawab soal, misalnya dengan menantang dapat
menjawab
53
Ibid., h.78. 54
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran
(Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2017), h.197.
-
34
dalam waktu yang lebih singkat dari yang diperlukan oleh
yang
memegang amplop.
3. Turnamen, turnamen dilakukan setelah presentasi kelas,
guru
menunjuk siswa ke meja turnamen dari siswa berprestasi
tinggi
sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya dari meja 2 dan
seterusnya.
Setelah turnamen siswa akan bertukar meja tergantung kinerja
masing-masing, pemenang tiap meja naik ke meja berikutnya
yang
lebih tinggi, misalnya dari meja 5 ke meja 4 dan
seterusnya.55
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari
lima
langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class
precentation), belajar dalam
kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament),
penghargaan
kelompok (team recognition).56
Menurut Ali Hamzah dan Muhlisrarini metode TGT adalah
merupakan
sebuah turnamen akademik dan kuis-kuis serta sistem skor
kemajuan individu.
Menurut Ali Hamzah dan Muhlisrarini Adapun prosedur TGT
adalah
sebagai berikut :
a. Presentasi di kelas
b. Turnamen
c. Menempatkan parasiswa ke dalam turnamen
d. Rekognisi tim57
55
Ahmad Suriansyah dkk, Strategi Pembelajaran (Jakarta : Rajawali
Pers, 2014),
h.266. 56
Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni, Inovasi Model
Pembelajaran Sesuai
Kurikulum 2013 (Sidoarjo : Nizamia Learning Center, 2016), h.77.
57
Ali