1
JARINGAN LOKAL AKSES FIBER DENGAN KONFIGURASI JARINGAN FIBER TO
THE HOMEZULFADJRI BASRI HASANUDDIN*, RHIZA S. SADJAD** & ZET
YULIUS BAITANU***
*)Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Makassar **) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin Makassar ***)Program Studi Teknik Elektro, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa Cendana Kupang,
E-Mail: [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan memilih dan menempatkan
perangkat untuk aplikasi Jaringan Lokal Akses Fiber dengan
konfigurasi Fiber To The Home serta menganalisis parameter
transmisi link power budget yang sesuai persyaratan teknis agar
memenuhi standar kinerja SKSO link STO Kupang Kampus C Undana,
Penelitian ini dilaksanakan di Kampus C Universitas Nusa Cendana,
BAPPEDA Propinsi NTT dan PT Telkom Kupang dengan metode studi
kepustakaan dan eksperimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aplikasi Jaringan Lokal Akses Fiber dengan konfigurasi Fiber to The
Home membutuhkan: 1 buah perangkat OLT, 4 buah perangkat ODN, 4
buah perangkat PS, 11 buah perangkat ONU yang diterminasikan dengan
kabel serat optik tanam langsung jenis single mode step index
melewati alternatif Rute I yaitu: dari STO Kupang Centrum melewati
Jln. Palapa (selatan) Jln. W. J. LalamentikJln. Raya Eltari II
(timur)Jln. Raya Eltari III (timur) dan Jln. Adisucipto (utara)
hingga masuk ke Kawasan Kampus C Undana. Hasil Analisis link power
budget sesuai standar yakni rata-rata sebesar 26.04dB (BER=1.77
10-14). Kata Kunci: Jaringan, Konfigurasi, Parameter
2
LOCAL OPTICAL ACCESS NETWORK WITH FIBER TO THE HOME NETWORK
CONFIGURATIONZULFADJRI BASRI HASANUDDIN*, RHIZA S. SADJAD** &
ZET YULIUS BAITANU***
*) Department of Electrical Engineering, Hasanuddin University
Makassar **) Department of Electrical Engineering, Hasanuddin
University Makassar ***) Department of Electrical Engineering, Nusa
Cendana University Kupang E-Mail: [email protected]
ABSTARCT This research aim to choose and locates peripheral for
the application of Jaringan Lokal Akses Fiber with Fiber To The
Home configuration and analyses transmission parameter link power
budget appropriate technical clauses to fulfill performance
standard SKSO link STO KupangKampus C Undana, This research
executed in Kampus C Universitas Nusa Cendana, BAPPEDA PROPINSI NTT
and PT Telkom Kupang with literature study
method and eksperimental. Result of research indicates that the
application of Jaringan Lokal Akses Fiber with configuration Fiber
to The Home requires: 1 fruit of peripheral OLT, 4 fruit of
peripheral ODN, 4 fruit of peripheral PS, 11 fruit of peripheral
ONU termination with fiber-optic cable to plant type direct burried
single mode step index pass alternative of Rute I that is: from STO
Kupang Centrum pass Jln. Palapa ( south) Jln. W. J. Lalamentik-Jln.
Great of Eltari II ( timur)-Jln. Great of Eltari III ( east) and
Jln. Adisucipto ( north) so steps into Kawasan Kampus C Undana.
Result Of Analysis link power budget according to standard namely
average of equal to 2604dB ( HAVING BER=177 10-14). Key Words:
Network, Konfiguration, Parameter
3
PENDAHULUAN Latar Belakang Kampus C Universitas Nusa Cendana
(Undana) Kupang
ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pelanggan, baik dari
segi kuantitas (permintaan pelanggan),
kualitas (redaman cukup besar) dan kecepatan data yang rendah.
Hal ini dapat diatasi dengan mencoba lagi Fiber
merupakan pusat semua kegiatan akademik (kampus pusat untuk
mengaplikasikan/menggelar Jaringan Lokal Akses
Kampus A dan B) dimana berkumpul semua fakultas dan lembaga
untuk menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kampus C Undana
dalam operasionalnya membutuhkan sarana telekomunikasi data, suara
untuk dan mengakses dengan
(JARLOKAF) yang adalah suatu jaringan telepon lokal yang
menggunakan media transmisi fisik berupa kabel serat optik
(optical fiber). Konfigurasi jaringan Fiber To The Home (FTTH)
merupakan yang mana
video
kecepatan akses yang tinggi, aman dan handal dengan memanfaatkan
saluran telepon sebanyak 48 satuan sambungan. Kantor Daerah
aplikasi
JARLOKAF
ditempatkan Titik Konversi Optik (TKO) tepat di rumah pelanggan
(end user). Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka
penulis
Telekomunikasi (Kandatel) Kupang yang selama ini mendominasi
sistem telekomunikasi berupaya memenuhi kebutuhan sambungan
pelanggannya telepon akan dengan
tertarik untuk mengambil judul: JARINGAN LOKAL AKSES FIBER
DENGAN KONFIGURASI JARINGAN FIBER TO THE HOME Rumusan Masalah
Bagaimana menempatkan memilih dan untuk
menggelar Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT) yakni
menggunakan media transmisi fisik berupa kabel tembaga dan
Jaringan Lokal Akses Radio (JARLOKAR) yakni menggunakan media
transmisi non-fisik berupa udara. Akan tetapi,
perangkat
aplikasi Jaringan Lokal Akses Fiber dengan konfigurasi Fiber To
The Home serta menganalisis parameter
4
transmisi link power budget yang sesuai persyaratan teknis
agar
memengaruhi analisis performansi link power budget Sistem
memenuhi standar kinerja SKSO link STO Kupang Kampus C Undana,
Tujuan Penelitian Untuk menempatkan memilih perangkat dan untuk
Komunikasi Serat Optik.
Batasan Masalah Desain ini dititikberatkan pada kajian teknis
dari Jaringan Lokal Akses Fiber yang berintegrasi dengan kabel
tembaga (hybrid fiber-copper) khusus untuk layanan interaktif.
TINJAUAN PUSTAKA Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) Sistem
komunikasi serat optik adalah suatu sistem komunikasi yang dalam
pengiriman dan penerimaan sinyal menggunakan sumber optik dan
detektor optik dengan panjang gelombang sinar inframerah antara
850nm 1550nm (frekuensi 0,035 THz 0,019 THz) yang dilakukan pada
media transmisi serat optik.
aplikasi Jaringan Lokal Akses Fiber dengan konfigurasi Fiber To
The Home serta menganalisis parameter transmisi link power budget
yang sesuai persyaratan teknis agar
memenuhi standar kinerja SKSO link STO Kupang Kampus C Undana.
Manfaat Penelitian 1. Sebagai acuan untuk aplikasi perencanaan
Jaringan Lokal
Akses Fiber dengan konfigurasi Jaringan Fiber To The Home
sehingga diperoleh kualitas sinyal yang baik untuk Link STO Kupang
Kampus C Undana selanjutnya. 2. Memberikan kontribusi bagi
Diagram
kotak
suatu
sistem
pihak yang berkecimpung dalam bidang informatika dan
komunikasi serat optik terlihat pada gambar berikut:
komunikasi untuk dapat melihat simulasi perilaku parameter
yangSumber Cahaya Serat optik sebagai medium Detektor Cahaya
Penggerak/d river
Rangkaian ouput
Sinyal input elektris
Sinyal output elektris
5
Gambar 2.1 Link sistem komunikasi serat optik Pada komunikasi
serat optik, sinyal yang digunakan dalam bentuk sinyal digital.
Sedangkan penyaluran sinyal melalui serat optik dalam bentuk pulsa
cahaya. Pulsa cahaya didapat dari memodulasi sinyal (Active Optical
Network) dan HFC (Hybrid Fiber Coax)
(http://www.elektroindonesia.com/ele ktro/tel25.html). Teknologi
PON mempunyai keunggulan utama karena
informasi dalam bentuk digital dalam suatu komponen sumber
cahaya,
menggunakan passive spliter. Melalui passive spliter ini, maka
kabel serat optic dapat dipecah (di-split) menjadi beberapa kabel
optik lagi. Beberapa teknologi JARLOKAF (fiber-copper) yang sedang
berkembang dan diurut berdasarkan jumlah implementasi
proses ini terjadi pada arah kirim. Sedangkan pada arah terima
melalui detektor cahaya, pulsa cahaya diubah kembali dalam bentuk
sinyal digital (Simanjuntak, 2002: 164-165).
terbanyak ditunjukkan pada tabel Desain Jaringan Lokal Akses
Fiber (JARLOKAF) dengan Teknologi Passive Optical Network (PON)
Konfigurasi Jaringan Fiber to The Home (FTTH) Jaringan Lokal Akses
Fiber (Jarlokaf) adalah jaringan yang3
berikut. Tabel 2.1 Jenis Teknologi JarlokafNo. (1) 1 Jenis
Teknologi (2) DLC (Digital Loop Carrier) Konvensional DLC Generasi
baru (NG DLC) atau Flexible Multiplexer PON (Passive Optical
Network) Konfigurasi Dasar (3) Point to point Keterangan (4) Telah
banyak digunakan di dunia Relatif baru dan belum banyak digunakan
Mulai dioperasikan secara komersil pada tahun 1994
2
Point to point
menggunakan kabel serat optic untuk menghubungkan antara sentral
local dengan terminal pelanggan.
4
Teknologi pada Jarlokaf yang sudah berkembang dengan baik antara
lain: DLC (Digital Lopp Carrier), PON (Passive Optical Network),
AON
AON (Active Optical Network)
Point to multipoint Percabangan sinyal optik pasif Point to
multipoint melalui percabangan sinyal optik pasif
Dalam tahap pengembangan dan belum banyak digunakan.
Sumber: http://www.elektroindonesia.com/elek tro/tel25.html.
6
1. Teknologi Passive/Active Optical Network (PON/AON) Desain
Jaringan Lokal Akses Fiber dengan Teknologi Passive Optical Network
(PON) secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
1: n
S u b s c r i b e rSplitter
Gambar 2.7 Konfigurasi umum untuk Komponen PON Dalam PON atau
AON untuk transport dan distribusi data dari OLT ke ONU. pendukung
lainnya Komponen adalah
terdapat tiga komponen utama yaitu Optical Line Terminal (OLT),
Optical Distribution Network (ODN) dan Optical Network Unit (ONU).
OLT berfungsi untuk: Interfacing dengan sentral local, Multiplexing
Cross-connect &
Passive/Active Splitter (PS/AS) yang berfungsi daya untuk ke
mendistribusikan semua cabang.
optik
Sedangkan komponen utama ONU berfungsi untuk: Interfacing dengan
ODN, dan Multiplexing/Demultiplexing Interfacing dengan
terminal
/Demultiplexing,
Controller dan Interfacing dengan ODN. Dalam sebuah OLT bisa
terdiri atas beberapa ODN yang berfungsi
pelanggan.
7
Lokasi elektronik di
perangkat sisi
opto
diterima (Pr), kualitas transmisi (S/N) dan laju kesalahan bit
(BER). 1. Daya sinyal yang diterima (Pr) Perhitungan daya sinyal
yang diterima di penerima dapat ditunjukan dalam persamaan berikut
(Zanger, 1991):
pelanggan
selanjutnya disebut Titik Konversi Optik (TKO).. Jarlokaf FTTH
TKO di dengan adalah rumah
Konfigurasi menempatkan
pelanggan atau dapat dianalogikan sebagai pengganti Terminal
Blok (TB) pada JARLOKAT. Berikut ini adalah salah satu contoh
desain Jarlokaf dengan Arsitektur FTTH jika menggunakan teknologi
PON
..(2.14) Dimana, Pr = daya sinyal yang diterima (dBm) Pt = daya
optis yang dipancarkan dari sumber cahaya (dBm) Lctotal = rugi yang
terjadi pada konektor (dB), dapat dirumuskan: .(2.15) Lstotal =
rugi yang terjadi pada
(Passive Optical Network).
Keterangan:LE (Sentral Lokal) OLT Terminal PS (Pemecah Pasif)
ONU Unit : Kabel serat optik : Local Exchange : : : Optical Pasive
Optical Line Spliter Network
splice/sambungan dapat dirumuskan:
permanen
(dB),
.(2.16) Lftotal = rugi yang terjadi pada serat optic (dB), dapat
dirumuskan: (2.17) Dimana, L = Panjang saluran (Km) = Redaman kabel
serat optik (dB/Km)
Gambar 2.11 Modus Aplikasi Fiber To The Home (FTTH) Parameter
Transmisi (Link Budget Power) Kinerja jaringan SKSO SKSO
M = Loss margin sistem diambil harga 6 dB
ditentukan oleh parameter transmisi jaringan seperti: daya
sinyal yang
8
2. Kualitas Transmisi (S/N) Dalam menentukan kualitas transmisi
digunakan parameter signal to noise ratio (S/N) atau Bit Error Rate
(BER). S/N antara merupakan daya sinyal
= efisiensi quantum (%) h = konstanta Plank (6,626.10-34Js) hv =
energi photon (kWh) q = 1,6.10-19C M= tambahan daya sinyal
perbandingan
tehadap daya noise pada satu titik yang sama, dapat dirumuskan
sebagai berikut: padadetector cahaya (apabila yang digunakan adalah
APD). b. Derau (noise) ( ) .(2.18) Perhitungan daya sinyal Derau
adalah sinya-sinyal
yang tidak diinginkan yang selalu ada dalam suatu system
transmisi. Level noise yang cukup besar akan terasa menggangu pada
sisi penerima.
(signal power) dan daya noise (noise power) adalah sebagai
berikut: a. Daya Sinyal (Signal power) Daya sinyal merupakan kuat
daya sinyal yang diterima pada receiver. penerima Besar daya sinyal
di
Sumbangan daya noise di detector cahaya (receiver) pada
system
komunikasi serat optic ada 3 macam yaitu: thermal noise, noise
dark current dan shot noise (Zanger, 1991). 1) Arus gelap (dark
current) Arus gelap yaitu arus balik (reverse current) kecil yang
mengalir
ditujukan
dengan
persamaan berikut (Freeman, 1998):
( Dimana, Popt
( ))
.(2.19)
melalui persikap balik (reverse bias diode) (Widodo, 1995: 87).
Arus gelap ini terjadi pada setiap diode
= daya sinyal yang diterima
yang dikenal dengan arus bocor balik (reverse leakge current).
Sumbangan
detector (W) (q)/(hv)=R = responsivitas (A/W)
9
arus
gelap
terhadap
daya
noise
dirumuskan (Freeman, 1998):
sebagai
berikut
dirumuskan sebagai berikut:
..(2.20) Dimana, Q = muatan elektron (1,6 10 iD = arus gelap (A)
B = bandwidth detektor cahaya (Hz) 2) Derau termal (Thermal Noise)
Derau termal adalah arus yang berasal dari struktur gerak acak
elektron bebas pada komponen-19
( Dimana,
)
( )(2.22)
C)
Popt
= daya sinyal yang diterima di
detektor (W) (q)/(hv) = R = responsivitas (A/W) M = tambahan
daya sinyal pada detektor cahaya (apabila yang digunakan adalah
APD) F(M) = noise figure, menunjukkan kabaikan memproses penguat
sinyal. dalam Pada
komponen elektronik. Biasanya level noise ini sebanding
dengan
temperatur pada sistem komunikasi serat optik. Besar daya noise
terminal dirumuskan sebagai berikut: (2.21) Dimana, k = konstanta
Boltzman (1,38 10 Joule/oK) B = bandwidth (Hz) Teff = effective
noise temperatur (oK) R1 = equivalent resistance () 3) Derau
tembakan/tumbukan (Shot Noise) Derau tembakan terjadi karena adanya
ketidaklinearan pada sistem. Sumbangan shot noise pada total noise
sistem komunikasi serat optik-23
sistem komunikasi serat optik, F(M) = M dimana adalah exces
faktor dari gain (0 1) Jadi, Total Noise = Noise dark current +
thermal noise + shot noise.....(2.23) 3. Laju Kesalahan Bit / BER
(Bit Error Rate) Merupakan laju kesalahan bit yang terjadi dalam
mentransmisikan sinyal digital. Dimana BER dapat dihitung berikut:
(S/N) pk/rms = 20 Log 2Q.(2.24) (Hoss, 2000 & Keiser, 2000).
Sehingga pendekatan: diperoleh nilai dengan rumus sebagai
10
( ) ( )
= Probability Error
Dimana, Q = Quantum noise dan Pe
Makin tinggi S/N, makin baik mutu komunikasinya. Oleh karena
itu, ada suatu batasan minimum dari S/N dalam hubungan
telekomunikasi
untuk dapat memuaskan konsumen pemakai jasa telekomunikasi.
Standar S/N untuk Sistem Komunikasi Serat Optik adalah 21,5 dB (BER
= 10-19) (Freeman: 1998). Diagram di atas menunjukkan METODE
PENELITIAN Penelitian ini telah bahwa terdapat langkah-langkah
Gambar 3.1 Diagram alir urutan kegiatan kajian perencanaan Jaringan
Lokal Akses Fiber
penting yang dilakukan dalam kajian perencanaan ini, yaitu: 1.
Survey demand, pendataan dan verifikasi perlukan dalam rangka
menghitung kapasitas dan jenis
dilaksanakan di PT Telkom Kupang, Kampus C Universitas Nusa
Cendana dan BAPPEDA Propinsi NTT Prosedur Penelitian Prosedur
penelitian dalam
sarana/layanan yang dengan pelanggan
telekomunikasi Dilanjutkan calon untuk
Kajian Perencanaan Jaringan Lokal Akses Fiber dapat dilihat
pada
dibutuhkan.
Identifikasi dilakukan
diagram alir berikut ini:
perhitungan demand telepon danMULAI
demand dilakukan
service untuk
yang
lain
memudahkan
SURVEY DEMAND PENDATAAN & VERIFIKASI . Kapasitas .
Service
penentuan rute yang berkaitan
PENENTUAN TEKNOLOGI . DLC . PON
PENENTUAN BATAS DAERAH PELAYANAN DLC: RT PON: - ONU
11
dengan perencanaan kabel primer dan sekunder serat optik. 2.
Penentuan Jaringan jenis Lokal teknologi Akses Fiber
parameter
performansi
Desain
Jaringan Lokal Akses Fiber yang digunakan yaitu: Lf (Loss
fiber), Ls (Loss splice/sambungan permanen), Lc (Loss konektor),
Lsp (Loss splitter pada Teknologi PON), Pr (daya sinyal yang
diterima), M (Loss
berbasis Arsitektur Jaringan Fiber To The Home yang terdiri
atas: Tekonologi Digital Loop Carrier (DLC) Network dan Passive
Optical
margin), L (jarak transmisi) dan S/N . HASIL DAN PEMBAHASAN
Desain Jaringan Lokal Akses Fiber dengan konfigurasi Jaringan Fiber
To The Home Desain Jaringan Lokal Akses Fiber dengan konfigurasi
Jaringan Fiber To The Home (FTTH) aplikasi jenis Teknologi Passive
Optical
(PON)
dilanjutkan
dengan penentuan batas daerah layanan perangkat penerima di
lokasi penelitian yaitu: perangkat Remote Terminal (untuk DLC),
Perangkat ONU (untuk PON). 3. Pemilihan perangkat utama
dengan spesifikasi yang cocok untuk Jaringan Lokal Akses Fiber
berbasis Arsitektur Jaringan Fiber To The Home. 4. Langkah terakhir
adalah analisis performansi parameter link power budget untuk
mengetahui
Network (PON) secara umum adalah mencakup: pemasangan pemilihan
perangkat: dan Optical
Network Unit (ONU), Optical line Terminal (OLT), Optical
Distribution Network (ODN), Passive Splitter (PS) dan serta
pemilihan dan pemasangan media/saluran berupa kabel serat optik
(optical fiber). 1. Pemilihan dan Pemasangan Perangkat Optical
Network Unit Spesifikasi perangkat ONU dapat dilihat pada tabel
berikut:
terpenuhi atau tidaknya kinerja Sistem Komunikasi Serat Optik.
Performansi Jaringan Lokal Akses Fiber perlu dianalisis untuk
mengetahui kinerja Jaringan Lokal Akses Fiber mulai dari perangkat
OLT (titik pengirim Tx) sampai perangkat ONU (titik penerima Tr),
untuk itu perlu diketahui parameter-
12
Tabel 4.3 Spesifikasi tipe Perangkat ONUType ONU (1) I II III IV
V Jlh. Line card (2) 1 slots 4 slots 8 slots 16 slots 32 slots
Badwidth capacity (maks.) (3) 4 64 Kbps 12 atau 16 64 Kbps 30 64
Kbps 60 64 Kbps 120 64 Kbps
kesebelas perangkat ONU di Kawasan Kampus C Undana dapat dilihat
pada tabel 4.4 berikut ini. Perhitungan bit rate total pada tabel
4.4 dapat diketahui sebanyak bahwa 130 untuk melayani sambungan
satuan
telepon, 130 kanal data dan 1 kanal Dalam implementasi pada
Jaringan Lokal Akses Fiber diperoleh V-con, maka bit rate total
yang dibutuhkan adalah minimal 12 64 kbps dan maksimal 72 64 kbps.
64 Untuk itu dalam desain ini, tipe perangkat ONU yang dipilih
untuk digunakan seperti rincian berikut ini: Perangkat ONU Tipe 2
digunakan untuk mencatu perangkat ONU 08; Perangkat ONU Tipe 3
digunakan untuk mencatu perangkat ONU 01, 02, 03, 04, 05 dan 07;
Perangkat ONU Tipe 4 digunakan untuk mencatu perangkat ONU 06; dan
Perangkat ONU Tipe 5 digunakan untuk mencatu perangkat ONU 09, 10
dan 11.
kesetaraan layanan sebagai berikut: 1 layanan telepon (POTS)
Kbps 1 layanan ISDN BRA = 2 64 Kbps 1 layanan 2 M Sedangkan = 30 64
Kbps jumlah sirkit =
dalam tiap card ONU adalah: a) POTS b) ISDN BRA c) ISDN PRA d) 2
Mbit LL e) 64 Kbit LL = 4 circuit/card = 2 circuit/card = 1
circuit/card = 1 circuit/card = 2 circuit/card
Hasil perhitungan bit rate total untuk setiap kebutuhan catuan
dari
Tabel 4.4 Perhitungan bit rate total dan Pemilihan tipe
Perangkat ONUONU (1) 01 02 Layanan (2) Telepon Data Telepon Data
V-Con Telepon Data Telepon Data Telepon Data Telepon Data Jlh. (3)
8 8 5 5 1 6 6 6 6 6 6 19 19 Kebutuhan card service unit (4) 2 4 2 3
1 2 3 2 3 2 3 5 10 Bit rate total setiap layanan (5) 8 64 kbps 8 (2
64 kbps) 5 64 kbps 5 (2 64 kbps) 1 (30 64 kbps) 6 64 kbps 6 (2 64
kbps) 6 64 kbps 6 (2 64 kbps) 6 64 kbps 6 (2 64 kbps) 19 64 kbps 19
(2 64 kbps) Total bit rate (6) 24 64 kbps 45 64 kbps Jumlah card/
Tipe ONU (7) 6 card/ Tipe 3 6 card/ Tipe 3 5 card/ Tipe 3 5 card/
Tipe 3 5 card/ Tipe 3 15 card/ Tipe 4
03 04 05 06
18 64 kbps 18 64 kbps 18 64 kbps 57 64 kbps
13
07 08 09 10 11
JLH
Telepon Data Telepon Data Telepon Data Telepon Data Telepon Data
Telepon Data V-Con TOTAL
9 9 4 4 24 24 21 21 22 22 130 130 1
3 5 2 2 6 12 6 11 6 11
9 64 kbps 9 (2 64 kbps) 4 64 kbps 4 (2 64 kbps) 24 64 kbps 24 (2
64 kbps) 21 64 kbps 21 (2 64 kbps) 22 64 kbps 22 (2 64 kbps) 130 64
kbps 130 (2 64 kbps) 1 (30 64 kbps) 8320 kbps = 8,32 Mbps 16640
kbps = 16,64 Mbps 1920 kbps = 1,92 Mbps
27 64 kbps 12 64 kbps 72 64 kbps 63 64 kbps 66 64 kbps 420 64
kbps
8 card/ Tipe 3 4 card/ Tipe 2 18 card/ Tipe 5 17 card/ Tipe 5 17
card/ Tipe 5
26880 kbps = 26,88 Mbps
Sumber: Hasil perhitungan Penulis, 2009 Aturan penulisan nama
perangkat sebagai berikut: NAMA PERANGKATNOMOR URUT
PERANGKATTIPE
berapa saja. Oleh karena itu, dalam desain ini penulis memilih
dan OLT
menggunakan
perangkat
minimal type 800 dengan nama: OLT 01 II (420) untuk
persiapan
PERANGKAT(KAPASITAS BIT RATE TOTAL TERSAMBUNG). Oleh karena itu
nama-nama ke-11 buah Perangkat ONU berturut-turut adalah: ONU 01
III (24); ONU 02 IV (45); ONU 03 III (18); ONU 04 III (18); ONU 05
III (18); ONU 06 IV (57); ONU 07 III (27); ONU 08 II (12); ONU 09 V
(72); ONU 10 V (63); dan ONU 11 V (66) 2. Pemilihan dan Pemasangan
Perangkat Optical Line Terminal (OLT) dan Optical Distribution
Network (ODN) Sesuai dengan jumlah demand yaitu sebanyak 130 satuan
sambungan telepon, 130 satuan sambungan data transfer dan 1 satuan
sambungan VCon, maka bisa digunakan OLT type
pertambahan jumlah demand pada masa yang akan datang. Perangkat
dipilih dan ODN type 400 sesuai
digunakan
kebutuhan desain saat ini. Jumlah kebutuhan ODN untuk masa yang
akan datang ditentukan dengan
persamaan (4.1) yaitu OLT type 800, maka jumlah ODN dapat
ditambah lagi sebanyak satu buah atau dapat juga dikombinasikan
dengan ODN type lain sesuai kebutuhan yaitu dan ODN type 200. 3.
Pemilihan dan Pemasangan Perangkat Passive Splitter (PS) Untuk
mencatu sebanyak 11 buah perangkat ONU maka
dibutuhkan sebanyak empat buah
14
perangkat ODN yaitu: ODN 100 sebanyak dua buah, ODN 200 dan ODN
400 masing-masing sebanyak satu buah. Rincian layanan masing-
masing ODN dan penentuan ratio perangkat PS yang digunakan untuk
mencatu sebanyak 11 Perangkat ONU adalah seperti pada tabel
berikut:
Tabel 4.6 Tipe dan Catuan Perangkat ODN serta Ratio PSTipe ODN
(1) ODN1 I (69) ODN2 I (54) ODN3 II (96) ODN4 III (201) Ratio PS
(2) PS1 I (1:2) PS2 II (1:4) PS3 II (1:4) PS4 II (1:4) Batas Catuan
(3) ONU 01 III (24) dan ONU 02 IV (45) ONU 03 III (18), ONU 04 III
(18) dan ONU 05 III (18) ONU 06 IV (57), ONU 07 III (27) dan ONU 08
II (12) ONU 09 V (72), ONU 10 V (63) dan ONU 11 V (66)
Sumber: Hasil Apilkasi Penulis, 2009 Penempatan keempat dengan
rute yang lurus. Konfigurasi lengkap desain Jaringan Lokal Akses
Fiber dengan Teknologi PON
Perangkat PS dalam desain ini adalah di sisi pelanggan bahwa
dengan kabel
mempertimbangkan
berbasis Arsitektur Jaringan Fiber To The Home (FTTH) dapat
dilihat pada gambar 4.1.KAWASAN KAM PUS C U N IV E R S ITA S N U S
A C E N D A N A K U PA N G
serat optik hasil percabangan dapat ditarik menuju perangkat
ONU
M E D IA T R A N S M IS I ( K A B E L S E R AT O P T IK )P s1 I
(1:2)
O N U 0 1 III (2 4 )
O N U 0 2 IV (4 5 )
O N U 0 3 III (1 8 )
S T O K U PA N G C EN TR U M
P s2 II (1:4)
O N U 0 4 III (1 8 )
O LT 0 1 II (420) ODN1 I (69) ODN2 I (54) ODN3 II (96)
O N U 0 5 III (1 8 ) O N U 0 6 IV (5 7 )
P s3 II (1:4)
LE
O N U 0 7 III (2 7 )
ODN4 III (201)
FD F
O N U 0 8 II (1 6 ) ONU 09 V (7 2 )
S IS I S E N T R A LP s4 II (1:4)ONU 10 V (63)
S IS I P E L A N G G A N
ONU 11 V (66)
15
Gambar 4.1 Konfigurasi lengkap Jarlokaf Teknologi PON 4. Rute,
Pemilihan dan Pemasangan Kabel Serat Optik Memerhatikan syarat
pemilihan rute kabel serat optik serta data sekunder berupa: Peta
Ruas Jalan Kota Kupang dengan Skala 1:30,026, maka terdapat dua
buah rute alternatif yang berujung pada sebuah rute utama bisa
dipilih untuk instalasi kabel serat optik sebagai sarana untuk
menghubungkan perangkat OLT/ODN dengan perangkat ONU dalam desain
Jaringan Lokal Akses Fiber Link STO Kupang Kampus C Undana.
Alternatif Rute I adalah dari STO Kupang melewati: Jl. Palapa
(utara) Jl. W. J. Lalamentik (tenggara), sedangkan alternatif Rute
II adalah melewati: Jl. Palapa (selatan) Jl. Herewila (timur) Jl.
R. Soeprapto (selatan) Jl. Raya Eltari (timur). Kedua alternatif
rute ini kemudian berujung pada sebuah rute utama yaitu melewati:
Jl. Raya Eltari II (timur) Jl. Raya Eltari III (timur) Jl.
Adisucipto (utara) dan akhirnya masuk ke Kawasan Kampus C Undana.
Sedangkan rekapitulasi hasil perhitungan jarak terukur kedua buah
rute serta pengamatan terhadap
kondisi rute seperti disajikan dalam tabel 4.7. Hasil
menunjukkan pengukuran Rute I ini adalah
merupakan rute yang lebih pendek. Namun, kedua buah rute ini
yaitu: Rute I dan Rute II akan dipakai sebagai acuan untuk
kebutuhan
analisis selanjutnya.
16
Tabel 4.7 Rekapitulasi jarak terukur dua rute alternatif kabel
serat optik dari Perangkat OLT di sisi sentral ke Perangkat Optical
network Unit di Kawasan Kampus C UndanaLOKASI / JALUR (2) Dari STO
Kupang Centrum sejauh 101.606 m; Jl. Palapa (ke arah utara) sejauh
131.242 m; Jl. Palapa ke Jl. W. J Lalamentik sejauh 16.9344 m Jl.
W. J. Lalamentik (ke arah tenggara) sejauh 1.27 Km; Jl. Raya Eltari
II (ke arah timur) sejauh 3.92 Km; Jl. Raya Eltari III (ke arah
timur) sejauh 2.66 Km; Jl. Adisucipto (ke arah utara) sejauh
351.389 m Masuk Ke Kawasan Kampus Utama Undana Penfui sampai Ke
titik percabangan I kabel primer sejauh 232.848 m; dan 9. Ke
Perangkat PS1 I (1:2): Total dari STO Kupang sampai ONU 01 III (24)
Total dari STO Kupang sampai ONU 02 IV (45) Ke Perangkat PS2 II
(1:4): Total dari STO Kupang sampai ONU 03 III (18) Total dari STO
Kupang sampai ONU 04 III (18) Total dari STO Kupang sampai ONU 05
III (18) Ke Perangkat PS3 II (1;4): Total dari STO Kupang sampai
ONU 06 III (57) Total dari STO Kupang sampai ONU 07 III (27) Total
dari STO Kupang sampai ONU 08 III (12) Ke Perangkat PS4 II (1:4):
Total dari STO Kupang sampai ONU 09 III (72) Total dari STO Kupang
sampai ONU 10 III (63) Total dari STO Kupang sampai ONU 11 III (66)
1. Dari STO Kupang Centrum sejauh 101.606 m; 2. Jl. Palapa (ke arah
selatan) sejauh 491.097 m; 3. Jl. Herewila (ke arah timur) sejauh
84.672 m; 4. Jl. R. Soeprapto (ke arah selatan) sejauh 330.221 m;
5. Jl. Raya Eltari (ke arah timur) sejauh 834.019 m; 6. Jl. Raya
Eltari II (Arah Timur) Sejauh 3.92 Km; 7. Jl. Raya Eltari III (ke
arah timur) sejauh 2.66 Km; 8. Jl. Adisucipto (ke arah utara)
sejauh 351.389 m 9. Masuk Ke Kawasan Kampus Utama Undana Penfui
sampai Ke titik percabangan I kabel primer sejauh 232.848 m; 10. Ke
Perangkat PS1 I (1:2): Total dari STO Kupang sampai ONU 01 III (24)
Total dari STO Kupang sampai ONU 02 IV (45) Ke Perangkat PS2 II
(1:4): Total dari STO Kupang sampai ONU 03 III (18) Total dari STO
Kupang sampai ONU 04 III (18) Total dari STO Kupang sampai ONU 05
III (18) Ke Perangkat PS3 II (1;4): Total dari STO Kupang sampai
ONU 06 III (57) Total dari STO Kupang sampai ONU 07 III (27) Total
dari STO Kupang sampai ONU 08 III (12) Ke Perangkat PS4 II (1:4):
Total dari STO Kupang sampai ONU 09 III (72) Total dari STO Kupang
sampai ONU 10 III (63) Total dari STO Kupang sampai ONU 11 III (66)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Jarak terukur (Km) (3) RUTE KONDISI (4)
Jarak menengah, tanah keras mengadung karang/cadas, rute tidak
lurus (ada yang menikung), menyeberang jembatan sepanjang 150 m dan
tektur tanah: 1) Tanjakan, tepatnya di Jln. W. J. Lalamentik. 2)
Turunan, tepatnya di Jln. Raya Eltari II. 3) Turunan, tepatnya di
Jln. Adisucipto) dan 4) Tanjakan pada rute menuju PS3 dan PS4. 5)
Turunan pada rute menuju PS2.
(1) I
9.77 9.83 10.70 10.62 10.74 9.64 9.63 9.77 8.96 8.99 9.01
II
10.08 9.95 11.02 10.94 11.05 9.96 9.95 10.08 9.28 9.31 9.33
Jarak jauh, tanah keras mengadung karang/cadas, rute tidak
lurus, menyeberang jembatan sepanjang 150 m dan tekstur tanah: 1)
Turunan, tepatnya di Jln. Raya Eltari II). 2) Turunan, tepatnya di
Jln. Adisucipto) dan 3) Tanjakan pada rute menuju PS3 dan PS4. 4)
Turunan pada rute menuju PS2.
Sumber: Hasil Pengukuran Penulis, 2009 Faktor lain yang perlu
maka dengan cara estimasi dapat dihitung panjang kabel serat optik
yang dibutuhkan untuk masing-
diperhatikan adalah rincian panjang kabel serat optik yang
dibutuhkan. Berdasarkan data pada tabel 4.7 tadi,
masing cara instalasi. Panjang saluran
17
(kabel
serat
optik)
yang
akan
4.10(a), 4.10(b) dan 4.10(c) berikut. Rekapitulasi menujukkan
bahwa
digunakan bergantung kepada hasil pemilihan rute dan cara
instalasi kabel serat optik yang akan
ternyata cara instalasi tanam langsung yang membutuhkan
terminasi kabel terpendek, menyusul cara instalasi kabel duct serta
cara instalasi kabel udara adalah yang membutuhkan terminasi kabel
serat optik terpanjang.
digunakan baik itu secara duct, tanam langsung atau udara
(aerial). Rekapitulasi rincian peruntukkan
terminasi kabel serat optik Rute I dan Rute II dapat dilihat
pada Tabel
Tabel 4.10(a) Rekapitulasi rincian peruntukkan terminasi kabel
duct serat optik primer dan sekunderNo. 1 Jlh. Core 24 Panjang
Rincian Peruntukkan terminasi kabel duct serat optik Kabel (m)
Kabel primer dari STO Kupang ke titik percabangan I kabel primer
9,309.71 di Kawasan Kampus C Undana untuk Rute I 9,501.96 2 3 4 12
8 4 249.2 Kabel primer dari STO Kupang ke titik percabangan I kabel
primer di Kawasan Kampus C Undana untuk Rute II
Kabel primer dari titik percabangan I ke titik percabangan II
(untuk mencatu PS 2 sampai PS 4) Kabel primer dari titik
percabangan II ke titik percabangan III 375.6 (untuk mencatu PS 2
dan PS 3). 2,424.3 948.7 m kabel primer dari titik percabangan I ke
PS1 1201.4 m kabel primer dari titik percabangan II ke PS2 253.7 m
kabel primer dari titik percabangan II ke PS3 20.5 m kabel primer
dari titik percabangan II ke PS4 2,446.9 242.1 m kabel sekunder
dari PS1 ke ONU01 101.1 m kabel sekunder dari PS1 ke ONU02 377.5 m
kabel sekunder dari PS2 ke ONU03 291.8 m kabel sekunder dari PS2 ke
ONU04 418.1 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU05 197.0 m kabel
sekunder dari PS3 ke ONU06 188.0 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU07
332.4 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU08 74.5 m kabel sekunder dari
PS4 ke ONU09 101.1 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU10 123.4 m kabel
sekunder dari PS4 ke ONU11
Sumber: Hasil perhitungan penulis, 2009
18
Tabel 4.10(b) Rekapitulasi rincian peruntukkan terminasi kabel
tanah tanam langsung serat optik primer dan sekunderNo. 1 Jlh. Core
24 Panjang Rincian Peruntukkan terminasi kabel tanah tanam langsung
serat optik Kabel (m) 9,166.71 9,500.11 2 3 4 12 8 4 245.6 370.1
Kabel primer dari STO Kupang ke titik percabangan I kabel primer di
Kawasan Kampus C Undana untuk Rute I Kabel primer dari STO Kupang
ke titik percabangan I kabel primer di Kawasan Kampus C Undana
untuk Rute II Kabel primer dari titik percabangan I ke titik
percabangan II (untuk mencatu PS 2 sampai PS 4)
Kabel primer dari titik percabangan II ke titik percabangan III
(untuk mencatu PS 2 dan PS 3). 2,388.7 934.6 m kabel primer dari
titik percabangan I ke PS1 1183.6 m kabel primer dari titik
percabangan II ke PS2 250.0 m kabel primer dari titik percabangan
II ke PS3 20.5 m kabel primer dari titik percabangan II ke PS4
2,419.3 238.9 m kabel sekunder dari PS1 ke ONU01 101.1 m kabel
sekunder dari PS1 ke ONU02 372.3 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU03
287.8 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU04 412.3 m kabel sekunder
dari PS2 ke ONU05 194.5 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU06 185.6 m
kabel sekunder dari PS3 ke ONU07 327.8 m kabel sekunder dari PS3 ke
ONU08 74.5 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU09 101.1 m kabel
sekunder dari PS4 ke ONU10 123.4 m kabel sekunder dari PS4 ke
ONU11
Sumber: Hasil perhitungan penulis, 2009
Tabel 4.10(c) Rekapitulasi rincian peruntukkan terminasi kabel
udara serat optik primer dan sekunderNo. 1 Jlh. Core 24 Panjang
Rincian Peruntukkan terminasi kabel udara serat optik Kabel (m)
Kabel primer dari STO Kupang ke titik percabangan I kabel primer di
Kawasan Kampus C Undana untuk Rute I Kabel primer dari STO Kupang
ke titik percabangan I kabel primer 9,681.55 di Kawasan Kampus C
Undana Untuk Rute II Kabel primer dari titik percabangan I ke titik
percabangan II (untuk 250.1 mencatu PS 2 sampai PS 4) 9,341.81
Kabel primer dari titik percabangan II ke titik percabangan III
(untuk mencatu PS 2 dan PS 3). 2,433.2 952.2 m kabel primer dari
titik percabangan I ke PS1 1205.9 m kabel primer dari titik
percabangan II ke PS2 254.6 m kabel primer dari titik percabangan
II ke PS3 20.5 m kabel primer dari titik percabangan II ke PS4
2,459.1 242.9 m kabel sekunder dari PS1 ke ONU01 102.5 m kabel
sekunder dari PS1 ke ONU02 378.8 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU03
292.7 m kabel sekunder dari PS2 ke ONU04 419.6 m kabel sekunder
dari PS2 ke ONU05 197.6 m kabel sekunder dari PS3 ke ONU06 188.5 m
kabel sekunder dari PS3 ke ONU07 333.5 m kabel sekunder dari PS3 ke
ONU08 75.3 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU09 102.5 m kabel
sekunder dari PS4 ke ONU10 125.1 m kabel sekunder dari PS4 ke ONU11
376.9
2 3 4
12 8 4
Sumber: Hasil perhitungan penulis, 2009
19
Analisis Link Power Budget Performansi Jaringan Lokal Akses
Fiber dianalisis untuk
pada Teknologi PON), Pr (daya sinyal yang diterima), M (Loss
margin), L (jarak transmisi) dan S/N . Analisis dilakukan
terhadap 2 alternatif rute pilihan (Rute I dan II) dan 3 macam cara
instalasi (Duct, Tanam Langsung dan Kabel Udara). Sampel komponen
SKSO karakteristik untuk analisis
mengetahui kinerja Jaringan Lokal Akses Fiber mulai dari
perangkat OLT (titik pengirim) (titik sampai penerima),
perangkat
ONU
untuk itu perlu diketahui parameterparameter performansi
Desain
Jaringan Lokal Akses Fiber yang digunakan yaitu: Lf (Loss
fiber), Ls (Loss splice/sambungan permanen), Lc (Loss konektor),
Lsp (Loss splitter
manual link power budget sebuah alternatif rute yaitu link STO
Kupang ONU 01 (Rute I Duct) dalam Jaringan Lokal Akses Fiber ini
dapat dilihat pada tabel berikut.
Spesifikasi parameter link power budget STO KupangONU01No. (1) 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Link parameter (2) Jenis sumber cahaya
Panjang gelombang Daya output Jenis detektor cahaya Dark current
Responsifity Bandwidth Resistansi ekivalen Jenis kabel serat optik
Diameter core Bandwidth serat optik Koefisien redaman kabel serat
optik Numerical Aperture Simbol (3) Pt Idark R B RLoad Dcore B f NA
Value (4) ILD 1310 -7 PIN 2 0,85 0,5 50 SM-SI 9 10,00 0.40 0.20
Satuan (5) nm dBm nA A/W GHz m MHz.Km dB/Km
a. Loss fiber (Lf) Perhitungan/analisis link Loss/redaman serat
optik dapat ditentukan dengan pers. (4) sebagai berikut: power
budget secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan yang
telah
persamaan-persamaan
dibahas dalam Bab 2.F sebagai berikut:
20
Lftot
= L f = 10.50 Km
Margin
sistem
biasanya
0.40 dB/Km = 4.2002112 dB b. Loss sambungan permanen (Loss
splice / Ls) Loss maksimum setelah penyambungan adalah 0.35 dB/buah
(misalkan diambil nilai loss 0.2 dB/splice), maka besar penyusutan
daya sinyal pada total sambungan permanen: Lstot = 0.6 dB c. Loss
konektor (Lc) Penyusutan daya sinyal tiap konektor adalah maksimal
0,7 dB (misalkan diambil nilai loss konektor 0,01 dB), maka total
loss konektor: Lctot = Nc Lc = 2 0.01 dB = 0.02 dB d. Loss splitter
(Lsp) Desain ini menggunakan PS untuk layanan interaktif guna = Ns
Ls = 3 0.2 dB
diambil harga 6 dB f. Daya sinyal yang diterima (Pr) Daya yang
diterima di receiver dapat ditentukan sebagai berikut: Pr = Pt
Lftot Lstot
Lctot Lsp M = -7 dBm 4.2002112 dB -0.6 dB 0.02 dB 2.7 dB6 dB =
-20.52021 dBm = 8.871 10-6 Watt g. Signal-to-Noise Ratio (S/N) 1)
Daya sinyal (signal power) Telah diketahui bahwa: Popt = Pr = 8.871
10-6 Watt
R = q/hv = 0.85 A/W pada = 1310 nm, maka dari pers. (6), signal
power dapat ditentukan sebagai berikut: * [ ( )+ ]
mencatu perangkat ONU 01 dengan ratio 1:2 (misalkan diambil
nilai redaman terendah yaitu 2.7 dB). e. Loss margin (M)
2) Daya derau (noise power) a) Derau arus gelap (noise dark
current) Telah diketahui bahwa:
21
q = 1.6 10-19 C iD = 2nA = 2 10 A B = 0.5 GHz = 0.5 109 Hz Maka
derau arus gelap dapat ditentukan dengan pers. (7): Noise dark
current9 -9
Total noise diperoleh dari hasil penjumlahan ketiga sumber noise
tadi sesuai pers. (10) sebagai berikut: Total Noise = Noise dark
current
= 2q iD B
+ Shot Noise current + Thermal Noise current = 3.20 10-19 A +
2.413 10-15 A + 1.601 10-13 A = 1.625 10-13 A Dengan demikian
maka
= 2 (1.6 10-19 C)( 2 10-9 Watt)(0.5 10 Hz) = 3.20 10-19 A b)
Derau tembakan/tumbukan (shot noise current) Dapat dihitung
menggunakan
signal-to-noise ratio dapat ditentukan dengan pers. (5) sebagai
berikut:
pers. (9) sebagai berikut: Shot Noise current (q/hv) ] B = 4
(1.6 10-19 C)( 8.871 10-6 Watt) (0.85 A/W)(0.5 109 Hz) = 2.413
10-15 A c) Derau current) Telah diketahui bahwa: Teff = 290oK RLoad
= 50 k = 1.38 10-23 J/oK, maka dari pers. (8) thermal noise dapat
ditentukan sebagai berikut: Thermal noise = [4KTeffB] / RLoad = [
(4)(1.38 109 -13 -23 o o
=
2q
[2Popt ( )
= 28.45 dB (thermal noise 2. Laju Kesalahan Bit (Bit Error Rate)
BER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (S/N) pk/rms = 20
Log 2Q 28.45 dB Maka:( )
termal
= 20 Log 2Q
= 13.227115 nilai
Dan
diperoleh ( )
pendekatan:
J/ K)(290 K)(
0.5 10 Hz) ] / 50 = 1.601 10 A
22
Rekapitulasi hasil perhitungan ( )( ) semua biaya yang dalam
= 3 10-40 Makin tinggi S/N, makin baik mutu komunikasinya.
Standar S/N untuk Sistem Komunikasi Serat Optik adalah 21,5 dB (BER
= 10-19) (Freeman: 1998). Hasil analisis
implementasi desain Jaringan Lokal Akses ternyata Fiber ini
terlihat instalasi biaya bahwa yang instalasi jenis
jenis
membutuhkan (investasi)
terbesar
adalah
instalasi kabel serat optik duct yaitu untuk sebesar Rute Rp
I&II Duct rata-rata
kinerja Jaringan Lokal Akses Fiber dalam Desain ini untuk Rute I
Duct khususnya link OLT-ONU1 dengan nilai S/N = 28.45 dB (BER = 3
1040
11,022,436,279.-;
menyusul jenis instalasi kabel serat optik tanah tanam langsung
yaitu untuk Rute I&II KTL rata-rata
) adalah memenuhi standar. Data perhitungan panjang
sebesar Rp 1,820,177,780.-; dan yang terakhir adalah jenis
instalasi kabel serat optik udara yaitu untuk Rute I&II KU
dengan biaya instalasi (investasi) yang terendah/termurah adalah
rata-rata sebesar Rp
kabel serat optik serta data hasil analisis link power budget
yang
dibutuhkan dalam desain ini, bahwa terdapat perbedaan yang tidak
terlalu signifikan, misalnya S/N untuk
ONU1 dan ONU2 Rute I = 28.68dB dan 28.74dB (untuk instalasi
duct); 28.79dB dan 28.85dB (untuk instalasi kabel tanam langsung);
serta 28.63dB dan 28.69dB (untuk instalasi kabel udara) . Oleh
karena itu, dalam desain Jaringan Lokal Akses Fiber ini sangat
diperlukan juga perhitungan Bill of Quantity (BoQ) sebagai
suatu
1,080,113,462.-. PENUTUP Kesimpulan 1. Rute Jaringan Lokal Akses
Fiber dalam aplikasi ini yang memenuhi syarat pemilihan rute adalah
Rute I sebagai rute yang lebih pendek yaitu: dari STO Kupang
Centrum (Perangkat OLT/ODN) melewati: Jln. Palapa (arah selatan
sejauh 148.6199m) Jln. W. J. Lalamentik
pembanding dalam mengaplikasikan desain ini di kemudian
hari.
23
sejauh 1.28Km Jln. Raya Eltari II (arah timur sejauh 3.93Km)
Jln. Raya Eltari III (arah timur sejauh 2.67Km) dan Jln.
II(12), ONU09 V(72), ONU10 V(63) dan ONU11 V(66). e. Kabel serat
optik tanam
langsung jenis single mode step index, yaitu: KFU KFU
Adisucipto (arah utara sejauh 352.4416m) hingga masuk ke Kawasan
Kampus C Undana. 2. Perangkat aplikasi Jaringan Lokal Akses Fiber
yang teknis biaya memenuhi dan investasi
24/1.319,341.81;
12/1.31250.1; KFU8/1.31 376.9 4,892.3. 3. Hasil simulasi
analisis link power budget baik menggunakan piranti lunak dengan
metode dan KFU-4/1.31
spesifikasi membutuhkan
termurah yaitu perangkat untuk cara instalasi kabel udara
adalah: a. Optical Line Terminal yaitu OLT01 II(420) sebanyak 1
buah. b. Optical Distribution Network sebanyak 4 buah yaitu: ODN1 I
(69), ODN2 I(54), ODN3 II(96) dan ODN4 III(201). c. Passive
Splitter sebanyak 4 buah yaitu: PS1 I(1:2), PS2 II(1:4). PS3
II(1:4) dan PS4 II(1:4). d. Optical sebanyak ONU01 IV(45), Network
11 buah Unit yaitu: ONU02 III(18),
pemrograman berorientasi objek dari Borland Delphi yang telah
diuji di laboratorium atau pun secara bahwa manual kualitas
menunjukkan sinyal SKSO
(S/N) yang diterima pelanggan di Kawasan sesuai Kampus C Undana
rata-rata
standar
yaitu
25.89 dB untuk instalasi kabel udara Rute I. Saran 1. Desain dan
simulasi Link Power Budget dibatasi Akses dalam pada Fiber
penelitian Jaringan dengan ini
III(24), ONU03
Lokal jarak
ONU04 III(18) dan ONU05 III(18), ONU07 ONU06 III(27), IV(57),
ONU08
transmisi 20 Km. 2. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk
Simulasi Rise-Time Budget yaitu untuk menentukan batasbatas
dispersi sebuah link serat
optik, khusus dalam sistem digital serta simulasi Line Coding
yaitu proses pengkodean sinyal yang menggunakan sekelompok aturan
dalam simbol sinyal sebuah link serat optik.
25
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2001. Pedoman Pemasangan Jaringan
Telekomunikasi (JARLOKAF). Direktorat Operasi dan Pemasaran PT
Telekomunikasi Indonesia, Bandung. Anonim. 2004. Dasar Sistem
Komunikasi Optik (Optical Access Network). TELKOMRisTI (R & D)
Center. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk., Bandung. Hamdani, Arief.
1998. Skenario Penggelaran PON Suatu Pengantar Desain Jaringan
Lokal Akses Fiber. Jurnal Elektro Indonesia., (Online), No. 13.
(http://elektroindonesia.com/elektro/tel13b.html, diakses 02
Pebruari 2008). Hamdani, Arief. 1999. Jaringan Akses Fiber. Jurnal
Elekro Indonesia., (Online), No. 25 Tahun V.
(http://www.elektroindonesia.com/elektro/tel25.html, diakses 02
Pebruari 2008). Muzayyin, Ahmad ([email protected]). 13 September
2009. Raisecom GEPON solution & Price List GEPON. Email kepada
Zet Yulius Baitanu ([email protected]). Muzayyin, Ahmad
([email protected]). 15 September 2009. Pricelist FO Cable
Siscomtech. Email kepada Zet Yulius Baitanu ([email protected]).
Puspitarini, Dewi. 2006. Sistem Jaringan Multimedia Berbasis Hybrid
Fiber Coax (Studi Perencanaan pada Apartemen Royal). Tesis.
Makassar: Program Pascasarjana Unhas. Robert J. Hoss, 1993. Fiber
Optics Second Edition. Prentice, Hall International. Roger L.
Freeman, 1998. Telecomunication Transmission Handbook 4th Edition.
John Wiley & Sons, Inc. Tiur L. H. Simanjuntak, 2002.
Dasar-dasar Telekomunikasi. PT Alumni, Bandung Widodo, Thomas Sri.
1995. Optoelektronika Komunikasi Serat Optik. Andi Offset,
Yogyakarta. Zanger, Henry. 1991. Fiber Optics Communications and
Other Applications, Macmillan Publishing Company, New York.