Top Banner
Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70. BENTUK-BENTUK TA’AWUN SEBAGI PEMBINAAN JAMAAH TABLIGH MELALUI PENGUATAN MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM DI KOTA PALU Thalib Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islan Negeri (IAIN) Palu [email protected] Abstract The da'wah movement that has taken a role in the Islamic community in Palu is the Jamaah Tabligh. The form of coaching that has been done is ta'awun (help-help). The coaching is intended to be social capital in developing Muslims. Social capital is intended as an adhesive tool for the community, because it often occurs in Islamic internal conflict communities that will have an impact on external conflicts (among religious believers). The formation of Muslims by the followers of Tablighi clearly brought developments to Muslims, especially in the city of Palu, this development was marked by an increase in the number of halaqah from 2 halaqah (2001) to 12 halaqah (2018), and the development has benefited the community based. at the mosque. Key words: Ta'awun, jammah tabligh, social capital, community development. Abstrak Gerakan dakwah yang telah mengambil peran pada masyarakat islam kota Palu adalah Jamaah Tabligh. Bentuk pembinaan yang telah dilakukan adalah ta’awun (tolong-menolong). Pembinaan itu dimaksudkan untuk menjadi modal sosial (social capital) dalam mengembangkan umat Islam. Modal sosial itu dimaksudkan sebagai alat perekat bagi masyarakat, karena sering terjadi dalam masyarakat Islam konplik internal yang akan berdampak pada konplik eksternal (antarumat beragama). Pembinaan umat Islam oleh jamaah tabligh telah nyata membawa perkembangan terhadap umat Islam terutama di kota Palu, perkembangan itu ditandai dengan meningkatnya jumlah halaqah dari 2 halaqah ( tahun 2001) menjadi 12 halaqah (tahun 2018), dan perkembangan itu telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang berbasis pada masjid. 48
23

Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

Oct 18, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

48Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

BENTUK-BENTUK TA’AWUN SEBAGI PEMBINAAN JAMAAH TABLIGHMELALUI PENGUATAN MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN

MASYARAKAT ISLAM DI KOTA PALU

ThalibDosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islan Negeri (IAIN) Palu

[email protected]

The da'wah movement that has taken a role in the Islamic communityin Palu is the Jamaah Tabligh. The form of coaching that has beendone is ta'awun (help-help). The coaching is intended to be socialcapital in developing Muslims. Social capital is intended as anadhesive tool for the community, because it often occurs in Islamicinternal conflict communities that will have an impact on externalconflicts (among religious believers). The formation of Muslims bythe followers of Tablighi clearly brought developments to Muslims,especially in the city of Palu, this development was marked by anincrease in the number of halaqah from 2 halaqah (2001) to 12halaqah (2018), and the development has benefited the communitybased. at the mosque.

Key words: Ta'awun, jammah tabligh, social capital, communitydevelopment.

AbstrakGerakan dakwah yang telah mengambil peran pada masyarakat islamkota Palu adalah Jamaah Tabligh. Bentuk pembinaan yang telahdilakukan adalah ta’awun (tolong-menolong). Pembinaan itudimaksudkan untuk menjadi modal sosial (social capital) dalammengembangkan umat Islam. Modal sosial itu dimaksudkan sebagai alatperekat bagi masyarakat, karena sering terjadi dalam masyarakat Islamkonplik internal yang akan berdampak pada konplik eksternal(antarumat beragama). Pembinaan umat Islam oleh jamaah tabligh telahnyata membawa perkembangan terhadap umat Islam terutama di kotaPalu, perkembangan itu ditandai dengan meningkatnya jumlah halaqahdari 2 halaqah ( tahun 2001) menjadi 12 halaqah (tahun 2018), danperkembangan itu telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yangberbasis pada masjid.

48

Page 2: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

49Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

Kata kunci: Ta’awun, jamaah tabligh, modal sosial, pengembanganmasyarakat.

Pendahuluan

Islam mengajarkan tentang kerukunan, kebersamaan, persatuan dan umat

manusia adalah umat yang satu atau ummatan wahidah, maka seharusnya umat itu tidak

bercerai berai. Akan tetapi pada kenyataanya, perpecahan dan perbedaan dianggap

sebagai suatu yang wajar, lazim, dan bahkan perbedaan yang nyata-nyata melahirkan

kelemahan dan ketidakberdayaan umat, justru dipandang sebagai sesuatu yang

menguntungkan. Hal yang demikian itu, mungkin saja agama belum dilihat dari aspek

yang lebih mendasar dan subtantif, melainkan hanya dipahami dari salah satu sudut yang

dangkal.

Berangkat dari kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan suatu kajian dan

sekaligus mensosialisasikannya untuk mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam yang

menyejukkan hati umat, seperti: ukhwuwah, tasamuh, syura, dan ta’awun. 1 nilai-nilai islami

inilah yang memungkinkan terwujudnya rasa saling percaya antar anggota masyarakat.

Upaya berikutnya adalah bagaimana agar nilai-nilai tersebut wujud menjadi suatu norma,

jaringan dan tumbuh rasa saling percaya yang membuat anggota masyarakat mampu

bergerak bersama secara kolektif melalui ‘bonding sosial capital dan bridging social capital’ 2.

Dua modal sosial ini dimaksudkan agar mampu merekatkan anggota masyarakat

sehingga mendorong orang untuk saling mendukung, dan memungkinkan terciptanya

hubungan antar berbagai kelompok sosial, sehingga memiliki akses sumber daya satu

sama lain.

Jamaah Tabligh Gerakan Dakwah Berbasis MasjidPengabdian kepada umat khususnya umat Islam diwujudkan dalam bentuk

pengembangan dakwah yang berbasis “Masjid”.3 Mengapa harus berbentuk Posdaya

1Zainal Abidin, Optimalisasi Peran Perguruan Tinggi Islam Sebagai Salah Satu Basis Modal SosialPengembangan Masyarakat, Makalah Seminar Nasional, IAIN Palu: tanggal, 23 November 2016, h. 4

2Ibid, h. 23Disadur dari Buku Pedoman Kuliah Pengabdian Mayarakat (KPM) Posdaya Berbasis Masjid,

(Ponorogo: Tim P3M STAIN Ponorogo, 2014), h. 5

Page 3: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

50Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

berbasis Masjid? Masyarakat jamaah masjid mempunyai media sosial yang diperlukan

sebagai dasar untuk membina jamaahnya. Ini penting untuk mengetahui kebutuhan

(needs) dan potensi jamaah yang sesungguhnya, termasuk kondisi sosial-ekonomi, politik,

dan budaya.4

Jamaah Tabligh adalah gerakan dakwah silaturrahmi, komunikasi, informasi,

edukasi dan sekaligus bisa menjembatani umat Islam bagi pengembangannya melalui

syuro, ta’awaun dan ukhuwah islamiyah.

Berikut argumen tentang mengapa Jamaah Tabligh harus berbasis masjid?

Adalah sebagai berikut:

1. Mesjid merupakan pusat pendidikan seumur hidup bagi jamaah dari usia

anak-anak hingga lansia menggunakan masjid sebagai tempat belajar

bersama tanpa batas usia.

2. Masjid memiliki kekuatan modal sosial yang kuat seperti kaikhlasan,

kejujuran, gotong royong, tenggang rasa, tanggung jawab, disiplin, kasih

sayang, dan sebagainya.

3. Sumber dana masyarakat mudah digali, sebab jamaah memberi

infaq/sadaqah untuk amal jariyah di masid tanpa paksaan, digerakkan oleh

hati yang ikhlas.

4. Mobilisasi umat efektif, sebab masjid mudah menyampaikan informasi

kepada jamaah.

5. Bebas dari aktivitas politik yang dijamin oleh undang-undang, sehinga masjid

merupakan tempat yang hingga kini dan seterusnya harus tetap dijaga dari

afiliasi politik praktis apapun agar umat Islam tidak terpecah belah.

6. Intensitas relasi sosial, melalui waktu shalat memudahkan para jamaah

berkumpul dan saling tukar pengalaman, ilmu, dan musyawarah untuk

memecahkan masalah umat.

4Agus Rasidi, Manajemen Masjid dan Masjid Online, 16 September 2014, www.arroyyan.Com

Page 4: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

51Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

7. Membebaskan masyarakat dari radikalisme agama dan menebarkan Islam

rahmatan lil alamin, dari masjid untuk bangsa dan Negara. 5

Selain di atas, masjid merupakan instrumen pemberdayaan umat yang memiliki

peranan sangat strategis dalam upaya peningkatan kualitas masyarakat. Namun hal itu

harus didukung oleh manajemen pengelolaan masjid yang baik dan terpadu. Masjid

dilihat dari fungsinya tidak hanya sebagai tempat atau sarana bagi umat muslim untuk

melaksanakan ibadah shalat, namun masjid juga berfungsi sebagai pusat empowering

(pemberdayaan) berbagai aspek kehidupan masyarakat sebagaimana telah dicontohkan

oleh Rasulullah S.A.W dalam kehidupannya. Singkatnya, tugas masjid adalah sebagai

pusat ibadah dan kebudayaan islam, yang tidak boleh dilakukan di dalam masjid adalah

meyangkut kepentingan pribadi dan hal-hal yang dilarang dalam islam.6

Sebagian besar masjid kini bergeser dari peran-peran historis dalam konteks

perubahan sosial kemasyarakatan menuju bentuk penyelenggara kegiatan ibadah murni

berupa shalat lima waktu, maka peran-peran yang bersifat sosial mengecil dan hanya

beberapa masjid tertentu yang mecoba membangun sinergi dengan masyarakat dalam

memberdayakan potensi lokal yang ada. Pada perkembangannya, masjid lebih berfokus

semata-mata sebagai penyelenggara ritual keagamaan. Padahal masjid memiliki posisi

sentral dalam menggerakkan masyarakat dalam isu-isu yang terkait dengan pembagunan

bagsa. Selain konsep peran, kredibilitas masjid hingga saat ini masih memiliki trust

(keparcayaan) sebagai lembaga sentral bagi kehidupan keagamaan masyarakat di

sekitarnya.

Gerakan dakwah kepada masyarakat sebagai upaya untuk menemukan berbagai

alternatif solusi atas persoalan yang telah teridentifikasi terutama berkaitan dengan

terjadinya disharmoni.7 Harmonisasi harus dibangun pertama kali dalam keluarga

dengan komunikasi efektif dan kedekatan kemudian dikembangkan ke luar rumah.

5Disadur dari: An-Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. (dalam bahasan; Masjid danAmal Maqami: empat usaha Rasulullah Saw atas Masjid, membentuk dan membangun masyarakat Islam).(Bandung: Pustaka Ramdhan, 2011, h. 120-136.

6Gazalba, Sidi, Masjid: Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta, Pustaka antara, 1989), 117-125.7Tim Peneliti Puslitbang kehidupan Keagamaan, Mayarakat Membangun Harmoni: Resolusi Konflik

dan Bina Damai Etnorelijius Di Indonesia, (Jakarta:Kemenang RI, Badan Litbang dan Diklat PuslitbangKehidupan Keagamaan, 2013), h. 8.

Page 5: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

52Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

Masjid merupakan sentral aktivitas keagamaan dan sosial kemasyarakatan yang memilki

multifungsi dan sarana mengembangkan modal sosial sebagai bentuk da’wah bil hal.8

Jika elemen-elemen modal sosial berhasil dibangun, secara otomatis membuka

ruang dialog antar dan intern umat beragama. Kemudian dampak sosial seperti ini

harus mendapat respon dan adaptasi oleh masyarakat dan ormas keaagamaan (semisal

NU, Muhammadiyah, MTA, Jamaah Tabligh, Salafi, dan LDII) untuk mempererat

persaudaraan sejati sesama manusia, ketika respon baik dan adaptasinya juga baik, maka

masyarakat dengan sendirinya telah memanfaatkan program dakwah berbasis masjid

untuk memperkuat kerukunan kehidupan beragama.

Pengembangan Modal Sosial Masyarakat Jamaah MasjidModal sosial merupakan sumberdaya sosial yang dapat dipandang sebagai

investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru dalam masyarakat. Oleh karena itu,

modal sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan

kebersamaan, keharmonisan, mobilitas ide, saling percaya dan saling menguntungkan

untuk kemajuan bersama. Sehinga modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat

gotong royong, kriminalitas, dan menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan penduduk, keadaan demikian sangat berpotensi munculnya konflik.

Konsep modal sosial (social capital) menjadi salah satu komponen penting untuk

menunjang model pembangunan manusia, karena dalam model ini manusia ditetapkan

sebagai subjek penting yang menentukan arah penyelenggaraan pembangunan.

Parsitisipasi dan kapasitas mengorganisasikan diri menjadi penting agar masyarakat

dapat berperan dalam model pembangunan manusia. Luas jangkauan konsep yang

dikembangkan tentang modal sosial bervariasi antar ahli. Konsep yang paling sempit

dikemukakan oleh Putnam yang memandang modal sosial sebagai seperangkat

hubungan yang horizontal (horizontal associations) antar orang. Menurutnya lagi, modal

sosial adalah kemampuan warga untuk mengatasi masalah publik dalam iklim

demokratis. Perhatian yang mencakup vertikal disampaikan Coleman yang

8LPM UIN Malang, Pedoman Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Tematik Posdaya BerbasisMasjid, (Malang: PT Citra Kharisma Bunda, 2011), h. 5.

Page 6: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

53Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

mendefinisikan modal sosial sebagai a varienty of different entities, with two elemnt in commmon:

they all consist of some aspect of sosial structure, and they facilitate certan action of actor-water personal

or coporate actor- within the structure.9 Dalam konsep ini, Coleman berusaha menjelaskan

bahwa modal sosial adalah kemampuan masyarakat bekerja sama untuk mencapai tujuan

bersama di dalam berbagai kelompok organisasi. Konsep ini memasukkan hubungan-

hubungan horizontal dan vertikal sekaligus, serta perilaku dalam dan antara seluruh

pihak dalam sistem sosial. Meski Coleman lebih tegas mengusung modal sosial tetapi dia

tidak memberikan pengertian modal sosial ditetapkan oleh fungsinya.

Modal sosial bukan merupakan sebuah entitas (entity) tunggal tetapi berbagai

macam entitas yang berbeda dengan elemen bersama: terdiri dari beberapa aspek

struktur sosial, dan menfasilitasi tindakan pelaku-pelaku tertentu dalam struktur itu.

Sebagaimana bentuk modal lain, modal sosial adalah produktif, membuat mungkin

pencapaian tujuan tertentu yang di dalam ketiadaannya akan tidak mungkin.

Sebagaimana modal fisik dan modal manusia, modal sosial sama sekali tidak fungible

tetapi mungkin specific untuk aktivitas tertentu. Tidak seperti bentuk modal lain, modal

sosial melekat dalam struktur hubungan antara para pelaku dan diantara para pelaku.10

Definisi di atas dapat dipahami bahwa modal sosial adalah kumpulan tindakan,

hasil dan hubungan adalah inherently functional, dan modal sosial adalah apa saja yang

memungkinkan orang atau institusi bertindak. Modal sosial, karena itu, bukan

merupakan sebuah mekanisme, sesuatu atau sebuah hasil, tetapi merupakan beberapa

atau semua dari mereka (mekanisme, sesuatu dan hasil) secara simultan.

Modal sosial yang dimaksud tidak di artikan dengan materi, tetapi merupakan

modal sosial yang terdapat pada kehidupan sosial individu. Misalnya pada kelompok

anak jalanan, institusi keluarga, organisasi, dan semua hal yang dapat mengarah pada

kerja sama. Modal sosial adalah salah satu konsep baru yang digunakan untuk mengukur

kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi dan masyarakat. Modal sosial adalah

kemapuan masyarakat dalam suatu kelompok untuk bekerjasama membangun suatu

9J. S, Coleman, Fondation of Social Theory, (Cambridge: Harvad Uneversity Press. 1989), h. 42.10Ibid, h. 42

Page 7: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

54Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

jaringan guna mencapai suatu tujuan bersama. Kerjasama tersebut diwarnai oleh satu

pola interelasi yang timbal balik dan saling menguntungkan, dan dibangun diatas

kepercayaan yang di topang oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial yang positif dan

kuat. Kekuatan tersebut akan maksimal jika didukung oleh semangat proaktif membuat

jalinan hubungan diatas prinsip-prinsip timbal balik, saling menguntungkan dan

dibangun diatas kepercayaan.11

Eva Cox mendifinisikan modal sosial sebagai suatu rangkaian proses hubungan

antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan sosial yang

memungkinkan efesiensi dan efektifitas koordinasi dan memungkinkan keuntungan

bersama. Farancis Fukuyama menekankan pada dimensi yang lebih luas yaitu segala

sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar

kebersamaan, dan di dalamnya diikat nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan

dipatuhi.12

Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya

interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Namun demikian, pengukuran

modal sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu sendiri melainkan,

hasil dari interkasi tersebut, seperti terciptanya atau terpeliharanya keprcayaan antar

warga masyarakat. Sebuah interakasi dapat terjadi dalam skala individual maupun

institusional. Secara individual, interkasi terjadi manakala relasi intim antara individu

terbentuk satu sama lain yang kemudian melahirkan ikatan emosional. Secara

institusional interaksi lahir pada saat visi dan tujuan satu organisasi memiliki kesamaan

dengan visi dan tujuan organisasi lainnya, yang juga dapat dikatakan akan memunculkan

nilai-nilai dan norma-norma bersama bersandar pada norma-norma dan nilai-nilai

bersama, asosiasi antar manusia tersebut menghasilkan kepercayaan (trust).

Dengan demikian modal sosial dalam masyarakat hendaknya dipahami bahwa

dalam suatu komunitas terdapat keragaman (agama, budaya, kepentingan, status sosial,

11Handayani Niken, Modal Sosial dan Keberlangsungan Usaha (Studi Deskriptif Tentang KeterkaitanHubungan Modal Sosial dengan Keberlangsungan Usaha Pengusaha Batik di Kampong Kauman, Kelurahan Kauman,Kecamatan Pasa Kliwon, Surakrta), Surakarta:Fakultas ISIPOL, Universitas Sevelas, Maret, 2007), h. 41.

12M. Mawardi J, Peranan Sosial Capital dalam Pemberdayaan Masyarakat, (Lampung: IAIN RadenIntan, 2007), h. 6.

Page 8: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

55Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

pendidikan, pendapatan, keahlian, gender) dari anggotanya sehingga perlu adanya

pemahaman yang mendalam terhadap keragaman tersebut. Sementara itu pemahaman

nilai-nilai, norma menjadi hal yang penting. Unsur-unsur penting dalam modal sosial

antara lain: rasa memiliki diantara anggota, jaringan kerjasama, rasa kepercayaan dan

jaminan keamanan para anggota, saling memberi satu sama lain, saling berpartisipasi,

dan bersikap proaktif.

Metode Penelitian1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif naturalistik, yaitu

penelitian yang mengarahkan formatnya pada keaslian data, kealamiahan ungkap subyek

(realistik) dan bersifat induktif.13 Dengan tujuan menguraikan dan memberikan

penjelasan (eksplanasi), memberikan pemahaman yang bersifat menyeluruh

(komprehensif) dan mendalam (in-deph) tentang fenomena-fenomena sosial yang

menjadi objek studi.

Penelitian ini dilakukan melalui komunitas objek (community studies), yakni

penelitian yang memfokuskan pada masyarakat desa dan kota pada 12 halaqah, yaitu:

halaqah Ulujadi, Palu Barat 1, Palu Barat 2, Tatanga 1, Tatanga 2, Mantikulore1,

Mantikulore 2, Mantikulore 3, Palu Selatan 1, Palu Selatan 2, Palu Utara, dan Tawaeli.

Oleh karena itu, maka penelitian ini menggunakan pendekatan sosio-antropologis, yakni

penelitian yang penekanannya pada studi manusia dan masyarakat, interkasi dan fakta-

fakta sosial dari keduanya, sehingga peneliti dapat menginterpretasi dan memahami

pengalaman individu maupun kelompok yang hidup dalam satu jalinan keluarga,

kelompok agama sebagai pelaku sosial. Pengamatan dilakukan melalui fenomena

empirik yaitu dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dari masyarakat

mengenai apa yang dilihat, dirasakan, dilakukan, didefinisikan dan dipahami oleh

masyarakat.

13Neong Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin 2000), h. 108.

Page 9: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

56Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

Dengan pendekatan ini, peneliti berusaha memahami dan mengungkapkan sikap

perilaku massa keagamaan dalam merelisasikan ide jamaah tabligh melalui pelaksanaan

program syuro, ta’awun dan ukhuwah islamiyah. Pendekatan ini memungkinkan peneliti

mendapat data mengenai hubungan program jamaah tabligh dari setiap halaqah sampai

ke markas (Masjid Awwabin, Jl. Mangga) secara intensif dan mendalam.

2. Data dan sumber Data

Karena community studies, maka semua subyek, lokasi, dokumen, aktivitas dan

peristiwa (musyawarah halaqah dan jord halaqah) yang mempunyai ketertarikan dengan

fokus penelitian ini merupakan sumber data penelitian ini. Sumber data yang dipakai

dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data skunder. Data primer

berasal dari data yang langsung diambil melalui kegiatan lapangan penelitian seperti

observasi keadaan lapangan baik melalui musyawarah halaqah, dan jord halaqah, di

setiap halaqah dalam Kota Palu, dan wawancara mendalam (in depth interview). Data

sekunder, dari literatur buku dan dokumentasi-dokumentasi hasil musyawakah dan

jord, tentang hubungan pelaksanaan program jamaah tabligh dalam pembangunan

modal sosial bagi pengembangan masyarakat Islam di Kota Palu.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian ini, berupa participan observation dan indepth

interview sebagai metode pengumpulan data utama.14 Participan observation subjek dan

objek penilitian, hal ini untuk melihat perilaku masyarakat dalam keadaan alami dan

mencermati dinamika kehidupan secara langsung. Hasilnya berbentuk field note yang

akan dianalisis dan diinterpretasikan. Indept interview (wawancara mendalam), untuk

mengungkap data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, wawancara mendalam

menjadi pilihan utama yang dilakukan kepada penanggung jawab halaqah, penangung

jawab data halaqah, dan paisalat markas kota Palu. Hasil wawancara ini dalam bentuk

interview transkrip.

4. Teknik Analisis Data

14Robert C. Bogsan & Sari Knoop Biklen, Quality Research for Education: An Introduction to Theoryand Methods (Boston: Allyn and Bacon, tt), p. 2. Lihat juga Norman K.Dezim Yvonna S.Lincoln,Handbook of Qualitative Resarch (California sage Publication, 1994), 1-7.

Page 10: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

57Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

Data analisis dengan metode analisis kualitatif. Sesuai saran dari Miles &

Hubermen,15 yang meliputi tiga tahapan yaitu: pertama reduksi data untuk menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, menyederhanakan, dan mengorganisasikan data, kedua,

penyajian data dan informasi dan diperoleh sebagai dasar pengambilan kesimpulan

berupa (1) teks naratif untuk menggambarkan pandangan informan, (2) tabel/bagan

untuk menggambarkan data-data informan, ketiga penarikan kesimpulan berdasarkan

reduksi dan penyajian data baik dalam bentuk narasi maupun tabulasi, sehingga dapat

memberikan arti penting temuan penelitian.

Hasil Penelitian dan PembahasanBentuk-bentuk Ta’awun dalam Pembinaan Jamaah Tabligh Bagi PenguatanModal Sosial untuk Mengembangkan Masyarakat Islam di Kota Palu.

Modal sosial dalam dakwah jamaah Tabligh tidak hanya dalam bentuk modal

manusia tetapi juga modal yang sifatnya tolong menolong sebagai upaya memberi

perhatian atau saling menutupiatas kekurangan dan kelemahan yang dimiliki sebagian

orang yang ada dalam jamaah. Secara kodrati bahwa tidak semua orang memiliki

kemampuan yang sama, baik kemampuan fisik, mental, finansial/ekonomi maupun

kemampuan lainnya, maka salah satu modal sosial adalah saling membantu untuk saling

menguatkan satu sama lain. Agar tercapai suatu tujuan bersama, maka modal sosial

adalah kemampuan jamaah untuk bekerja sama dalam membangun jaringan dengan pola

interelasi yang timbal balik yang ditopang oleh norma-norma dan nilaia-nilai sosial yang

positif dan kuat. Demikian haalnya usaha dakwah jamaah tabliggh, mereka saling ta’awun

(membantu, menolong) satu sama lain. Bentuk-bentuk ta’awun dalam jamaah tersebut,

diuraikan sebagai berikut:

1. Ta’awun Terhadap Keluarga yang ditinggal Fii Sabilillah

Ta’awun atau menolong/membantu dalam keluarga adalah salah satu bahagian

dari kerja dakwah jamaah tabligh. Ta’awun atau sering juga disebut dengan istilah

nusroh dalam jamaah tabligh. Hal ini dilakukan untuk memberikan bantuan kepada

keluarga yang ditinggalkan oleh suami mereka keluar fii sabilillah. Nusroh ini dilakukan

15Miles, M. B Miles and A.M Hubermen, Analisis Data Kualitatif, terjemahan. Tjetjep & Rohadi,(Jakarta: UI Press, 19992), h. 16-19.

Page 11: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

58Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

terhadap keluarga yang kekurangana finansial, sakit, tunggakan listrik, tunggakan cicilan

motor, dan lain-lain.

Pada saat jamaah akan diberangkatkan, makan lazimnya mereka ditafakud

(ditanyakan kesiapannya) baik persiapan yang dibawa keluar fii sabilillah dan demikian

juga persiapan keluarga yang ditinggalkan (keperluan istri dan anak-anak). Namun,

dalam perjalanan suatu hal biasanya tidak terduga terjadi atas keluarga, misalnya: sakit,

tunggalkan listrik, tunggakan motor, dan lain-lain. Jika ada hal-hal yang seperti ini

terjadi, maka pihak keluarga diharapkan menyampaikan kepada tetangga dekat sesama

jamaah, dan masalah yang dialami keluarga yang ditinggalkan terseburt

dimusyawarahkan untuk menyelesaikan masalahnya. Langkah pertama menyelesaikan

ditangani oleh mahalah, dan kalau belum bisa deselesaikan, maka akan

dimusyawarahkan pada musyawarah halaqah.

Pengamatan menunjukkan bahwa jika keluarga yang ditinggalkan berekonomi

lemah, maka biasanya setiap pekan dinusroh dengan memberikan sesuatu dengan

kebutuhan keluarga, dan pada umumnya keluarga yang dinusroh dengan memberikan

uang secukupnya setiap pekan/setiap minggu. Demikian juga keluarga yang meninggali

tunggakan listrik atau motor, akan ditangani sampai tuntas, dan jika tidak dapat

dituntaskan satu kali, maka diselesaikan secara bertahap, sehingga keluarga yang

ditinggalkan tersebut tidak merasa terbebani oleh tunggakan-tunggakan yang ada. Untuk

keluarga di Palu Barat 2 yang biasa nusroh, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel IIDAFTAR KELUARGA YANG BIASA DITA’AWUN/ DINUSROH DI

HALAQAH PALU BARAT 2

NO NAMA KELUARGA JENIS NUSROH JUMLAH (Rp) KET

1 Ah. Afd Tunggakan listrik &finansial

2 bulan/235.000. Suami keluar 4bulan

2 Ah. Rok Finansial 100.000,- Sda

3 Ah. Yun Finansial 100.000,- Sda

Page 12: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

59Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

4 Ah. Usm Finansial 100.000,- 40 hari

5 Ah. Anc Finansial 100.000,- Sda

6 Ah. Har Finansial 100.000,- Sda

7 Ah. Firm Finansial 100.000,- Sda

8 Ah. Apr Finansial 100.000,- Sda

9 Ah. Aca Finansial 100.000,- Keluar 4 bln

10 Ah. Dha Finansial 100.000,- Sda

11 Ah. M. Raf Tunggakan motor 2bln & finansial

1.000.000,- Sda

12 Ah. Yus Finansial 100.000,- Sda

Sumber Data: Tim Data Halaqah Palu Barat 2 Tahun 2018

Berdasarkan data di atas, dapat dipahami bahwa dari dua belas keluar yang

ditinggal fii sabillah oleh suami mereka 7 keluarga diantaranya dengan masa 40 hari.

Artinya, masa panjang 4 karena mereka itu sudah pernah keluar masa 40 hari, dan masa

40 hari sebelumnya baru tiga-tiga hari, atau keluarnya mereka karena nisab tahunan.

Oleh karena adanya ta’awun dalam bentuk nusroh lagi keluarga yang ditinggal fii

sabilillah, maka tanggapan negatif dari pihak keluarga yang ditinggalkan dan masyarakat

sekitar menjadi berkurang, dan bahkan tidak ada lagi tanggapan negatif tersebut.

Bagi halaqah Palu Barat 2 ada sekitar 12 (duabelas) keluarga yang sering di beri

ta’awun, hal ini disebabkan suami mereka sering menyambut takaza terutama menjadi

amir jamaah karena sudah cukup pengalaman membawa jamaah apalagi jamaah baru

dan banyak orang muda, jamaah seperti ini memerlukan penanganan khusus dan sesuai

dengan keinginan jamaah. Selain alasan tersebut, alasan kedua karena kondisi ekonomi

yang kurang mapan, alasan ketiga karena adanya rasa tanggungjawab terhadap sesama

Page 13: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

60Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

muslim dan ini salah satu bahagian dari takaza markas (nusroh atas keluarga yang

ditinggal fii sabilillah). Dari jumlah 12 keluarga tersebut, berarti hanya sekitar 30% -

40% saja dari anggota keluarga jamaah yang ada di halaqah Palu Barat 2.

Pengamatan menunjukkan bahwa sifat ta’awun dalam usaha dakwah jamaah

tabligh telah tertanam secara istiqamah dalam hati setiap pekerja dakwah, hal ini dapat

diketahui dari rasa persaudaraan mereka pada saat ada keluarga yang membutuhkan

bantuan, mereka (suami-istri) turunan tangan atau turut memberikan kepedulian yang

dibuktikan dengan adanya nusroh suami istri kepada keluarga yang membutuhkan

bantuan, baik bantuan berupa moril maupun materil, dan hal ini berlanjut terus menerus

setiap tahun (sepanjang usaha dakwah masih eksis).

Hal ini dapat diketahui dari jumlah kepala keluarga yang ada di halaqah Palu

Barat 2 (sudah ikut usaha masturat), sebagaimana data tersebut di bawah ini:

Tabel IIIDAFTAR KELUARGA HALAQAH PALU BARAT 2 TAHUN 2018

NO NAMAMASA KELUAR MASTURAT

3 HARI 15 HARI 40 HARI 2 BULANIP

1 Ah. H. Abd. Kadir

2 Ah. Herto

3 Ah. Afdal

4 Ah. Thalib

5 Ah. Rizal Pakamundi

6 Ah. Ust. Shalihin

7 Ah. Ust. Sadik Sukur

8 Ah. Hi. Amir

9 Ah. Junaidi

10 Ah. Chuplis

11 Ah. Yunus

12 Ah. Usman

Page 14: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

61Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

13 Ah. Anca

14 Ah. Haris

15 Ah. Ridwan

16 Ah. Andang

17 Ah. Firman

18 Ah. Acang

19 Ah. Dhani

20 Ah. Moh. Rafiq

21 Ah. Fathi Zubaidi

22 Ah. Agus

23 Ah. Hi. Laode

24 Ah. Yusuf

25 Ah. Andi Yusnar

26 Ah. Faizin

27 Ah. Wawan

28 Ah. Arif

29 Ah. Iwan Pakamundi

30 Ah. M. RidwanPakamundi

31 Ah. Roki

32 Ah. April

33 Ah. Hamka

Jumlah 24 psg 8 psg 1 psg

Sumber data: Tim Data Masturat Markas Kodya Palu Tahun 2017/2018

Dari data di atas diketahui bahwa jumlah keluarga yang telah aktif dalam usaha

dakwah jamaah tabligh baru sekitar 33 kepalakeluarga, akan tetapi karena istiqomah dan

mau berkorban sehingga usaha dakwah dan sifat ta’awun dapat berjalan baik dengan

sesama jamaah, sehingga walaupun jumlahnya sedikit tetapi istiqamah, maka tetap

Page 15: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

62Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

berjalan baik dan lancar dan tidak mengenal waktu kerisis ekonomi usaha istila diri dan

dakwah berjalan terus-menerus.

Pengamatan menunjukkan bahwa sifat ta’awun ini telah tertanam di hati para

jamaah masturat ini, sehingga walaupun keluarga mereka kekurangan tetapi sifat rela

berkorban selalu menghiasi kehidupan mereka. Oleh karena itu, adanya sifat ta’awun di

dalam keluarga, sehingga keluarga yang lain dapat ditanggulangi keperluannya, berupa

dana, dan kebutuhan lainnya. Hal ini yang dapat mendukung adalah adanya sifat rela

berkorban harta dan waktu untuk sesama pekerja dakwah khususnya dan masyarakat

muslim pada umumnya. Oleh karena itu, melatih diri keluar fii sabilillah sebagai langkah

untuk membentuk sifat rela berkorban untuk saudara sesama muslim. Hal ini juga dapat

di lihat pada halaqah lain, termasuk halaqah Palu Barat 1 juga kurang lebih ada sepuluh

keluarga yang biasa dibantu, seperti: ah. Muh, ah. Ac, ah. Akb, ah. Ard, ah. Ilh, ah. Sah,

ah. Yus, ah. Ull, ah. Yak, ah.Ifl, ah. Tau, ah. Abi, ah. Mah.

Pengamatan terhadap keluarga yang dinusroh (dibantu) tersebut pada umumnya

keluarga yang mampu secara finansial, dan juga bantuan saat salah satu dari anggota

keluarga tersebut mengalami sakit, dan juga yang mengalami tunggakan listrik dan air

pam (PDAM), bantuah tersebut diberikan setelah melalui proses musyawarah halaqah.

Untuk lebih jelasnya tentang nusroh (bantuan) tersebut dapat di lihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel IVDAFTAR KELUARGA YANG BIASA DINUSROH DI HALAQAH PALU

BARAT 1NO NAMA

KELUARGAJENIS

NUSROHJUMLAH

(Rp) KETERANGAN

1 Ah. Muh Tunggakan listrik &

finansial

2 bln/ 235.000,- Suami keluar 4

bulan

2 Ah. Ac Finansial 100.000,- Sda

3 Ah. Ak Finansial 100.000,- Sda

4 Ah. Ard Finansial 100.000,- Keluar 4 bln

5 Ah. Asw Finansial 100.000,- Sda

Page 16: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

63Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

6 Ah. Ill Finansial 100.000,- Sda

7 Ah. Sah Finansial 100.000,- Keluar 40 hari

8 Ah. Yus Finansial 100.000,- Sda

9 Ah. Ull Finansial 100.000,- Keluar 4 bln

10 Ah. Yak Finansial 100.000,- Sda

11 Ah. Ifl Tunggakan motor 2bln & finansial

1.000.000,- Sda

12 Ah. Tau Finansial 100.000,- Sda

13 Ah. Abi PDAM 150.000,- Sda

14 Ah. Mah Keluarga sakit Dibawa ke RS

Anuta Pura Palu

Sda

Sumber Data: Tim Data Halaqah Palu Barat 1 Tahun 2018

Diatas menunjukkan bahwa masalah keluarga yang keluar (khuruj fii sabilillah)

oleh suami mereka, dapat ditanggulangi oleh halaqah mereka masing-masing. Beginilah

keadaan yang dikehendaki didalam Islam, dan tidak terjadi sebaiknya memperlihatkan

rasa tidak simpati kepada keluarga yang ditinggalkan atau terkadang memberikan cacian,

tetapi juga tidak memberikan bantuan ini berarti berbuat dua kesalahan (tidak simpati

dan juga tidak membantu), ajaran Islam menghendaki adanya sikap saling peduli

terhadap sesama, ma adanya sedekah, infak, zakat dan sebagainya sehingga umat ini

menjadi daman, tenang, dan tentram. Apalagi membantu keluarga yang suaminya

menolong agama Alah (khuruj fii sabilillah) sangat wajar dan perlu untuk dibantu.

Dari data tersebut di atas juga di pahami bahwa di halaqah Palu Barat I, hanya

20% keluarga yang sering diberi bantuan. Artinya, bahwa di halaqah tersebut pada

umumnya adalah keluarga berkemampuan secara ekonomis. Hal ini dapat di ketahui dari

data masturat halaqah Palu Barat I, sebagaimana terlampir dalam penelitian ini.

Nusroh keluarga yang di tiggal sudah merupakan ladang amal dalam usaha

dakwah Jamaah tabligh, karena semua halaqah telah mengamalkan amalan tersebut. Hal

ini juga dapat di lihat pada halaqah Ulu Jadi, beberapa keuarga yang biasa dinusroh,

yaitu: ah.Sur, ah. Ib, ah. Sa, ah. Um, ah. Saf, ah. Hem, ah. Ab, ah. Nu, ah, Am, ah. Pi,

Page 17: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

64Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

ah.Ru, dan ah. Kum. Data dalam bentuk tabel dapat di lihat pada lampiran dalam

penelitian ini.

Berdasarkan data-data dari setiap halaqah, dapat diketahui bahwa keluarga yang

biasa dinusroh pada setiap halaqah berkisar antara 20% - 40% dari keluarga yang

ditinggal khuruj fii sabilillah. Data-data tersebut dapat di lihat pada tabel terlampir dalam

penelitian ini.

2. Ta’awun Terhadap Jamaah Gerak

Sifat ta’awun terhadap sesama jamaah dalam suatu halaqah merupakan dasar

bagi terbentuknya sifat ta’awun terhadap jamaah gerak. Jamaah gerak ini adalah jamaah

yang datang dari daerah lain, seperti dari Parigi, Poso, Makassar, India, pakistan, dan

lain-lain, bergerak di dalam halaqah Palu Barat 2 (umpamanya) atau di halaqah lain,

maka jamaah dalam halaqah tersebut memberikan bantuan sesuai kebutuhan jamaah

gerak. Bantuan itu dapat berbentuk moril dan juga materil, bantuan yang sifatnya moril

berupa menemani jamaah dalam jaulah, dua setengah jam, usuli, khususi. Sedangkan

dalam benruk bantuan materil, yaitu: makanan, minuman dan tempat tinggal untuk

menginap (di masjid), oleh karena itu tugas orang tempatan atau orang mahalah ialah

menemani dan atau memberikan makan-minum. Oleh karena itu, bagi orang tempatan

merupakan suatu kewajiban untuk bersifat ta’awun terhadap tamu atau jamaah selama

tiga hari di mahalahnya dan ini dilakukan secara berjamaah. Artinya, memberikan

bantuan (ta’awun) melalui musyawarah mufakat agar secara bergantian menemani dan

memberikan bantuan berupa makan-minum kepada jamaah gerak tersebut. Hal ini

berdasarkan informasi dari informan halaqah Ulu Jadi beliau mengemukakan:

”Jamaah gerak adalah yang sedang khuruj fii sabilillah dari daerah lain ataunegara lain datang di daerah atau mahalah kita, maka kewajiban kita sebagaiorang tempatan berkhidmat kepada mereka selama tiga hari di mahalahsebagaimana layaknya tamu, apa lagi orang keluar di jalan Allah ini tamu Allah,maka kita harus memperhatikan mereka (memberikan tempat tinggal, menemanidan menjamu mereka).”16

16Ust. Ujang. Amir halaqah Ulu Jadi, wawancara, Masjid Raudhatul Jannah (masjid mahalah),tanggal, 10 Juni 2018.

Page 18: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

65Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

Berdasarkan informasi tersebut dan juga pengamatn menunjukkan bahwa di

mahalah Raudhatul Jannah (mahalah Ustadz Ujang) hampir setiap bulan ada jamaah

gerak, bahkan biasa dua kali dalam sebulan jamaah datang di mahalah tersebut, dan dan

perhidmatan selama tiga hari ditangani oleh orang mahalah atau istilahnya jamaah

gantung belanga selama tiga hari.

Pengamatan menunjukkan bahwa di halaqah lain juga terjadi seperti di halaqah

Ulu Jadi atau mahalah Ustadz Ujang. Hal ini terjadi di halaqah lain seperti di halaqah

Palu Barat 1, bagaimana di informasikan oleh amir halaqah Palu Barat 1, beliau

mengemukakan bahwa;

”di halaqah Palu Barat 1 sering dimasuki jamaah lokal dan juga jamaah luarnegeri (terutama dari India dan Pakistan). Jika jamaah dari luar negeri yangdatang, maka khidmat halaqah itu ful time (sepenuh waktu) atau satu kali 24jam, baik dalam hal khidmat spiritual walaupun makan-minum. Khidmatspiritual maksudnya menemani jamaah (itikaf bersama), menjadi dalil (dalamjaulah dan khususi), dua setengah ja, dan lain-lain. Satu hal lagi, jika ada masturatyang bergerak di satu halaqah, misalnya di halaqah Palu Barat 1, maka itumerupakan tamu halaqah. Tamu halaqah ini maksudnya, halaqah yangmenanggung khidmatnya (makan-minum) selama tiga hari tiga mala, darihalaqah bermusyawarah untuk membicarakan tamu halaqah tersebut danbiasanya di sepakati khidmatnya secara bergiliran dan atau kumpul uang sesuaikebutuhan jamaah selama tiga hari tiga malam (kedua cara ini biasa di lakukan dihalaqah) tergantung kesepakatan musyawarah”.17

Berdasarkan informasi dan pengamatan dapat di simpulkan bahwa ta’awun

dalam hal jamaah gerak telah nampak pada setiap halaqah. Artinya, wujud sifat ta’awun

(saling tolong-menolong/bantu membantu) untuk kepentingan agama dan umat

(khususnya umat Islam).

3. Ta’awun Malam Ijtima’i

Malam ijtima’i adalah malam sabgusari setiap malam jum’at yang bertempat di

markas Masjid Al-Awwabin (di jalan Mangga). Malam tersebut adalah malam

berkumpulnya umat Islam khususnya jamaah yang telah keluar fii sabilillah minimal tiga

hari. Malam tersebut, diisi dengan takrir mulai jam 17:00 sampai 17:45 menit. Tujuan

17Jufri. Amir halaqah Palu Barat 1, wawancara, di Masjid Muhajirin Pasar Manonda, tanggal 08Mei 2018.

Page 19: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

66Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

dari takrir ini selain untuk mengumpulkan orang sudah datang lebih awal, tetapi juga

mengarahkan pikiran orang kedalam pikir agama dan umat tentang kebesaran Allah Swt,

dan agar umat mendapatkan hidayah sehingga dapat mengamalkan agama dan

terselamat dari azab Allah Swt,. Selain maksud tersebut, diharapkan juga agar jamaah

ada isti’dad (kesiapan) untuk menyambut takaza (permintaan/pengorbanan)agama pada

saat bayan setelah shalat magrib nanti. Menyambut takaza (4 bulan rijal, 40 hari rijal,

masturat 2 bulan IP, 40 hari dan 15/10 hari) ini juga dimaksudkan sebagai langkah awal

atau cikal bakal terbentuknya sifat ta’awun.

Sifat ta’awun dalam jamaah tabligh ini benar telah wujud sehingga setiap

kegiatan yang dilaksanakan tidak mengalami kendala yang berarti, dan kegiatan-kegiatan

tersebut berjalan secara berkesinambungan, seperti halnya malam ijtima’i. Setiap malam

ijtima’i (di Masjid Al-Awwabin, jl. Mangga) dihadiri kurang lebih 800 sampai 1.200

orang. Jamaah yang datang tersebut, setelah bayan dan pembaca kisah sahabt, maka

semua jamaah di jamu makan malam. Pertanyaannya kemudian, siapa yang menanggung

biaya makan setiap malam jum’at tersebut? Jawabannya adalah semua halaqah bergiliran

setiap malam jum’at. Inilah yang dimaksud khidmat (makan-minum) malam jum’at, dan

setiap halaqah menanggung biaya Rp. 4-5 juta. Hal ini di ketahui berdasarkan informasi

dari salah seorang informan mengemukakan bahwa “malam ijtima’i semua jamaah di

beri khidmat (makan-minum), dana yang digunakan dikumpul oleh orang-orang

halaqah. Artinya, semua mahalah dalam satu halaqah diberikan tanggung jawab

(mengumpul dana) sesuai kesanggupan mahalah tersebut”.18

Pengamatan menunjukkan bahwa setiap malam jum’at di markas Masjid Al-

Awwabin sampai ribuan orang makan malam bersama, makanan tersebut dimasak di

markas ba’da ashar untuk mengikuti bayan hidayah, dan setelah itu mereka mulai

bekerja mempersiapkan khidmat sesuai dengan tugas mereka masing-masing yang

dipimpin oleh seorang amir khidmat.

18Husni. Amir halaqah Palu Selatan 1, wawancara, di Masjid An-Nur (sentral halaqah Palu Selatan1), tanggal, 25 Mei 2018.

Page 20: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

67Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

4. Ta’awun dalam Halaqah

Tolong-menolong (ta’awun) dalam halaqah sudah merupakan program rutin.

Hal ini dilakukan ketika ada teman jamaah satu halaqah memerlukan bantuan, saat

malam musyawarah mingguan halaqah, saat ada jamaah gerak, saat ada teman mau

walimah atau hujatan.

Ta’awun dalam halaqah ini fokus utamanya adalah membantu keluarga yang

ditinggal fii sabilillah oleh suami mereka atau anak-anak mereka yang ditinggal fii

sabilillah oleh bapak dan ibu mereka (keluar masturat). Oleh karena itu, keluarga (bapak-

ibu) tidak perlu terlalu cemas saat meninggalkan keluarga (istri dan anak) atau anak-

anaknya. Karena mereka akan dihendel (ditangani) oleh orang-orang halaqah

Musyawarah pekanan halaqah adalah musyawarah yang dilakukan setiap hari

selasa malam setelah shalat magrib sampai isya, dan kalau agenda yang dibahas cukup

banyak, maka biasanya musyawarah dilanjutkan setelah shalat isya. Dalam musyawarah

halaqah ini biasanya disediakan makan malam (berupa makanan ringan), makanan ini

biasanya disiapkan dengan patungan dananya yang dibicarakan melalui musyawarah

harian mahalah. Hal ini diketahui berdasarkan informasi dari salah satu seorang

informan beliau mengemukakan bahwa “setiap malam musyawarah halaqah selalu

diusahakan ada khidmat (makan-malam), karena peserta musyawarah (pulang setelah

isya), maka sebaiknya makan dulu baru pulang ke rumah masing-masing, dan penyedia

khidmat ini secara bergantian atau patungan”.19

Pengamatan menunjukkan bahwa benar hampir semua halaqah menyediakan

khidmat saat musyawarah pekanan, hanya saja jenis khidmatnya yang berbeda-beda (ada

makanan ringan/snack, dan ada yang makan nasi), dan musyawarah ini diadakan setiap

hari selasa malam (malam rabu). Selanjutnya, ada tamu halaqah, seperti pada saat ada

jamaah masturat. Jamaah masturat ini merupakan tamu halaqah sehingga perlu

dikhidmati selama tiga hari.

Kesimpulan

19 Ust. Ujang. Amir halaqah Ulu Jadi, wawancara, di Masjid Raudhatul Jannah, tanggal, 08 Mei 2018.

Page 21: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

68Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

Penguatan modal sosial Jamaah Tabligh melalui ta’awun/nusroh, merupakan

suatu kekuatan sosial yang telah terbangun diantara mereka. Sifat ta’awun ini sering juga

disebut dengan kata nosroh artinya membantu. Bentuk bantuan yang diberikan sesuai

dengan kebutuhan; kebutuhan psikologis, dan kebutuhan finansial. Kebutuhan

psikologis dalam bentuk pemberian semangat agar tidak larut dalam kerinduan karena

ditinggal khuruj fii sabilillah oleh suami mereka, dan anjurannya agar memperbanyak

amal infiradi. Nusroh keluarga yang ditinggalkan merupakan kerja utama halaqah dan

terutama mahala tempat keluarga berdomisili. Hal ini dimaksudkan agar keluarga yang

ditinggalkan tetap dalam ketenteraman dan kedamaian walaupun ditinggalkan oleh

suaminya.

Ta’awun dalam bentuk lain adalah jamaah gerak di halaqah. Artinya ada jamaah

yang dari luar daerah bergerak di halaqah, bentuk ta’awunnya adalah menemani mereka

karena kondisi wilayah atau masyarakat yang belum diketahuinya. Demikian juga dengan

ta’awun dengan malam ijtima’i. Artinya, setiap halaqah memberikan partisipasi berupa

kebutuhan malam ijtima’i (malam jum’at) markas Masjid Awwabin untuk memberikan

pelayanan (makan minum) bagi jamaah yang datang malam jum’at (1000 org /1.500 org)

setiap malam jum’at. Demikian juga ta’awun musyawarah kodya Palu yang dilaksanakan

2 bulan sekali (biasanya dihadiri 500 org) dari 12 halaqah kota Palu. Demikian juga,

musyawarah sulteng yang dihadiri dari perwakilan setiap kabupaten yang dilaksanakan

setiap 4 bulan sekali sebagai musyawarah evaluasi kerja kabupaten setiap periode.

Daftar PustakaAgus Rasidi. 2014. Manajemen Masjid dan Masjid Online: www.arroyyan.Com

Bayu Falianto. 1999. Dinamika Terbentuknya Trust (Suatu Studi pada Nasabah BCA CabangDepok. Skripsi Sarjana Strata 1 FISIP-UI

Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Solo: PT. Tiga Serangkai Mandiri,2008

Fransis Fukuyama. Trust: The social Virtues and the Creation of Prosperty. New York: TheFree Press

Page 22: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

69Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

Franz Magis Suseno. 2001. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan HidupJawa. Jakarta: PT. Gramedia Utama

Gazalba, Sidi. 1989. Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Antara

Haidlor Ali Ahmad. 2011. Antara Harmoni dan Konflik Umat Beragama di Kabupaten Kediri.

Dalam Harmoni

Hari Poerwanto. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antroplogi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Hans Kung. 1998. Sebuah Model dialog kristen-Islam” dalam jurnal Paramadina. Jakarta:Paramadina

Handayani Niken. 2007. Modal Sosial dan Keberlangsungan Usaha (Studi Deskriptif TentangKeterkaitan Hubungan Modal Sosial dengan Keberlangsungan Usaha Pengusaha Batik diKampong kauma, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasa Kliwon, Surakrta). Surakarta:Fakultas ISIPOL, Universitas Sevelas Maret

Imam Suprayogo. 2015 Memahami Realitas Sosial Keagamaan, Jakarta: Kementerian AgamaRI, Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan.

J. S, Coleman, Fondation. 1989. of Social Theory. Cambridge: Harvad Uneversity Press

Latifatul Azizah el Mahdi. 2009. Dialog Aksi Antar Umat Bergama: Strategi MembangunPerdamaian dan Kesejahteraan Bangsa: dalam Harmoni. Volume VIII nomor 30

LPM UIN Malang. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat TematikPosdaya Berbasis Masjid. Malang: PT Citra Kharisma Bunda

M. Ishak Shahab An Naddhar. 2011. Khuruj Fi Sabilillah. Bandung: Pustaka Ramdhan.

Muhammad M. Basyuni. 2007. Kebijakan dan Strategi Kerukunan Umat Beragama, Jakarta:Balitbang dan Diklat Depag RI

Mukti Ali. 1994. Dialong dan Kerjasama Agama dalam Menanggulangi Kemiskinan” dalamWeinata Sairin (ed), Dialong Antar Umat Beragama: Membangun Pilar-pilarKeindonesiaan yang Kukuh. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Malcom Knowles. 1979. Modern Parctice of edult education from Paedagogy to Andragogy.Chicago: Fiolet Publishing Company

Page 23: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h ...

70Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Volume 1, No. 1, h. 48-70.

Mudjia Raharjo, (ed) Quo Vadis. 2006. Pendidikan Islam, Pembacaan Realitas PendidikanIslam, Sosial, dan Keagaman, Malang: UIN Malang Press

M. Mawardi J. 2007. Peranan sosial Capital dalam Pemberdayaan Masyarakat. Lampung:Fakultas IAIN Raden Intan

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Cetakan XI, Bandung: Mizan, 1995

Neong Muhajir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin

Paul Knitter. 1995. One Earth Many Religions, Multifaith dialong & Global Reponsibility, whitPreface by Hans Kung: New York: Maryknoll Orbit Books

Rolf Zimmermann. 1984. Emancipation and Rationality: foundational Problems in the Theories ofMax and Habermas: Dalam Ratio, XXXVI

Robert D Putham. 1995 . Bowling alone. America’s declining Social Capital. Jurnal: ofDemocrary

Robert C. Bogsan & Sari Knoop Biklen. 1994. Quality Research for Education: AnIntroduction to Theory and Methods (Boston: Allyn and Bacon, tt), p. 2. Lihat jugaNorman K.Dezim Yvonna S.Lincoln, Handbook of Qualitative Resarch. California: SagePublication.

Tim Peneliti. 2013. Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Mayarakat Membangun Harmoni:Resolusi Konflik Dan Bina Damai Etnorelijius Di Indonesia. Jakarta: Kemenang RI,Badan Litbang dan Diklat Puslitbag Kehidupan Keagamaan

Wahyu Ilaihi. 2009, Dakwah Sebagai Solusi Perdamaian Global, kumpulan makalahCongress Proceeding Dakwah dan Pembangunan Bangsa, Surabaya: APDI

Yohanes Budiarto, Izzatin Kamala, Aam Slamet Rusydiana, Muktibat, Imade ArsanaDwiputra. 2015. Memahami Realitas Sosial Keagamaan. Jakarta: PuslitbangKehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI

Zainal Abidin. 2016, Optimalisasi Peran Perguruan Tinggi Islam Sebagai Salah Satu Basis ModalSosial Pengembangan Masyarakat, Makalah Seminar Nasional, Palu: IAIN Palu:tanggal, 23 November 2016