Hari/tanggal : Sabtu, Februari 2015 Penyaji : Wahyuni Utami Pembimbing : dr. Fitriyanti, Sp.KK PROPRANOLOL, DOKSISIKLIN DAN TERAPI KOMBINASI UNTUK PENGOBATAN ROSASEA Jung-Min PARK, 1 Je-Ho MUN, 1 Margaret SONG, 1 Hoon-Soo KIM, 1 Byung-Soo KIM, 1,2 Moon-Bum KIM, 1,2 Hyun-Chang KO 1,3 1 Department of Dermatology, School of Medicine, Pusan National University, 2 Biomedical Research Institute, Pusan National University Hospital, and 3 Research Institute for Convergence of Biomedical Science and Technology, Pusan National University Yangsan Hospital, Busan, Korea Abstrak Doksisiklin adalah pengobatan sistemik standar untuk rosasea. Baru-baru ini, ada beberapa penelitian tentang β-adrenergic-blockers seperti nadolol, karvedilol, dan propranolol dalam menekan reaksi kulit memerah (flushing reaction) pada rosasea. Namun, belum ada penelitian sebelumnya yang membandingkan kemanjuran antara propranolol dan doksisiklin ataupun kombinasi keduanya dalam pengobatan Rosasea. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah meneliti dan membandingkan kemanjuran dan keamanan dari terapi tunggal propranolol, doksisiklin ataupun terapi kombinasi keduanya terhadap rosasea. Sebanyak 78 pasien yang berobat ke Rumah Sakit Universitas Nasional Pusan dan didiagnosis rosasea diikutsertakan dalam penelitian ini. Di antara mereka, 28 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Hari/tanggal : Sabtu, Februari 2015Penyaji : Wahyuni Utami Pembimbing : dr. Fitriyanti, Sp.KK
PROPRANOLOL, DOKSISIKLIN DAN TERAPI KOMBINASI UNTUK PENGOBATAN ROSASEA
Jung-Min PARK,1 Je-Ho MUN,1 Margaret SONG,1 Hoon-Soo KIM,1 Byung-Soo KIM,1,2
Moon-Bum KIM,1,2 Hyun-Chang KO1,3
1Department of Dermatology, School of Medicine, Pusan National University, 2Biomedical Research Institute, Pusan National University Hospital, and 3Research Institute for Convergence of Biomedical Science and Technology, Pusan National University Yangsan Hospital, Busan, Korea
AbstrakDoksisiklin adalah pengobatan sistemik standar untuk rosasea. Baru-baru ini,
ada beberapa penelitian tentang β-adrenergic-blockers seperti nadolol, karvedilol,
dan propranolol dalam menekan reaksi kulit memerah (flushing reaction) pada
rosasea. Namun, belum ada penelitian sebelumnya yang membandingkan
kemanjuran antara propranolol dan doksisiklin ataupun kombinasi keduanya dalam
pengobatan Rosasea. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah meneliti dan
membandingkan kemanjuran dan keamanan dari terapi tunggal propranolol,
doksisiklin ataupun terapi kombinasi keduanya terhadap rosasea.
Sebanyak 78 pasien yang berobat ke Rumah Sakit Universitas Nasional Pusan
dan didiagnosis rosasea diikutsertakan dalam penelitian ini. Di antara mereka, 28
pasien berada dalam kelompok propranolol, 22 pasien dalam kelompok doksisiklin
dan 28 pasien dalam kelompok terapi kombinasi keduanya. Dalam penelitian ini,
peneliti meneliti patient global assessment (PGA), investigator global assessment
(IGA), assessment of rosacea clinical score (ARCS) dan efek samping. Perbaikan
skor pada PGA dan IGA dari awal terjadi pada semua kelompok penelitian, dan pada
kelompok terapi kombinasi ditemukan paling efektif selama semua periode
penelitian, tapi hal ini tidak signifikan secara statistik.
Penurunan nilai ARCS paling tinggi selama periode pengobatan terlihat pada
kelompok terapi kombinasi (57,4%), diikuti oleh kelompok doksisiklin (52,2%) dan
kelompok propranolol (51%). Tiga pasien dalam kelompok kombinasi memiliki
gangguan gastrointestinal ringan dan sementara, tetapi tidak ada perbedaan yang
1
signifikan dari kelompok lain. Kami menyimpulkan bahwa terapi kombinasi
doksisiklin dan propranolol merupakan pengobatan yang efektif dan aman untuk
rosasea dan sukses menurunkan keluhan kulit kemerahan dan papul pada khususnya.
Kata kunci: kombinasi, doksisiklin, propranolol, rosasea, pengobatan.
2
PENDAHULUAN
Rosasea merupakan penyakit kulit kronik yang ditandai dengan episode
berulang dari eksaserbasi dan remisi. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia 30 – 50
tahun dan lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki.1,2 Klasifikasi rosasea
termasuk eritematotelangiektasis (ETR), papulopustular (PPR), phymatous dan
subtipe okular. 3–5 ETR ditandai dengan kulit kemerahan dan eritema persisten di
sentral wajah. PPR ditunjukkan dengna adanya eritema persisten pada wajah, papul
atau pustul atau keduanya yang bersifat sementara dan terdistribusi di sentral wajah.3
Etiologi rosasea masih belum diketahui dan keadaan ini menjadi tantangan
dalam pengobatan. Walaupun tidak ada pengobatan kuratif untuk rosasea, tetrasiklin
telah menjadi terapi andalan, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan terapi sistemik
standar untuk rosasea. Doksisiklin memberikan efek antiinflamasi dan antioksidan.
Selain itu, Doksisiklin menunjukkan keuntungan farmakokinetik yang tinggi dan
toksisitas yang lebih rendah daripada tetrasiklin, jadi obat ini lebih sering digunakan
untuk rosasea.6
β-adrenergic-blockers seperti nadolol, karvedilol, dan propranolol telah
dilaporkan dapat menekan reaksi kulit memerah, terutama bila bersamaan dengan
anxietas.7,8 Mekanisme kerja terapi ini adalah memblok reseptor β-adrenergic pada
otot polos pembuluh darah arteri kutaneus sehingga terjadilah vasokontriksi.
Sebagai acuan, pada penelitian sebelumnya, belum ada penelitian yang
membandingkan kemanjuran antara propranolol dan doksisiklin ataupun kombinasi
keduanya dalam pengobatan Rosasea. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini
adalah meneliti dan membandingkan kemanjuran dan keamanan dari terapi tunggal
propranolol, doksisiklin ataupun terapi kombinasi (propranolol dan doksisiklin)
terhadap rosasea.
3
METODE
Pasien
Pasien yang terlibat dalam penelitian ini adalah pasien berusia di atas 18 tahun
yang berobat ke Poli Klinik Departemen Dermatologi Rumah Sakit Universitas
Nasional Pusan dari Agustus 2008 sampai Agustus 2012. Kriteria ekslusinya adalah
pasien yang telah mendapatkan pengobatan topikal dan sistemik sehingga dapat
mempengaruhi gejala dari rosasea. (misalnya : antibiotik lain, isotretinoin,
kortikosteroid, siklosporin) atau dengan laser yang ditargetkan pada pembuluh darah,
seperti flash pumped pulsed dye laser dan intense pulsed light, pada tahun
sebelumnya.
Kriteria ekslusi untuk kelompok doksisiklin adalah wanita yang hamil atau
menyusui, pasien yang disertai gagal ginjal kronik, hepatic failure dan miastenia
gravis. Selain itu, untuk kelompok propranolol, pasien dengan asma bronkial,
hipotensi, bradikardia, atrioventrikular blok, sinoatrial blok dan gagal jantung
kongestif juga dikeluarkan dari penelitian.
Metode
Protokol penelitian telah disetujui oleh dewan peninjau Rumah Sakit
Universitas Nasional Pusan.
Pada saat pasien berobat yang pertama, usia, jenis kelamin dan durasi penyakit
pasien dicatat dan tingkat keparahan rosacea juga dinilai. Subtipe rosacea (ETR dan
PPR), distribusi, faktor yang memberatkan dan simtomatologi juga diperiksa.
Penilaian perubahan secara global pada pasien rosacea, dinilai dengan patient
global assessment (PGA), investigator global assessment (IGA), yang dibandingkan
dari awal dan skor pada skala 7, dengan +3 bila nyata membaik, +2 jika cukup
membaik, +1 agak membaik, 0 tidak ada perubahan, -1 agak memburuk, -2 cukup
memburuk, -3 sangat memburuk.9
Penilaian skor klinis rosasea juga dinilai.4 PGA dan IGA dinilai pada minggu
ke 2, 4, 8, dan 12 sedangkan ARCS pada awal pemeriksaan dan minggu ke 4, 8, dan
12. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sel darah,
fungsi hepar dan ginjal, serta urinalisis sebelum dan selama pengobatan.
4
Pasien dengan rosasea dibagi menjadi tiga kelompok : 28 pasien diobati
dengan propranolol 10 mg, 3 x / hari (propranolol group) ; 22 pasien diobati dengan
Kruskal-Wallis test digunakan untuk mengevaluasi perbedaan antara tiga
kelompok yang menggunakan PASW untuk Windows (IBM, Armonk, NY, USA).
Student’s two-sample t-test dilakukan untuk memperkirakan perbedaan skor untuk
fitur utama ARCS antara awal dan setelah 12 minggu pengobatan. Signifikansi
statistik adalah P <0,05.
HASIL
Dari 78 subjek yang terdaftar, 63 subjek menyelesaikan penelitian. Dalam
kelompok propranolol, 78,6% (22/28) pasien menyelesaikan penelitian. Di antara
enam pasien yang keluar dari penelitian, obat sistemik lain ditambahkan dalam
pengobatan lima pasien (tiga dengan doksisiklin, satu dengan minosiklin, satu
dengan isotretionin), dan satu pasien memutuskan untuk mengubah menggunakan
obat doksisiklin karena efek yang tidak memuaskan dari propranolol pada eritema
dan papula.
Dalam kelompok doksisiklin, 68,2% (15 / 22) pasien menyelesaikan penelitian.
Di antara tujuh pasien yang keluar, tiga pasien ditambahkan propranolol, satu pasien
ditambahkan terapi laser, dan tiga orang berubah menggunakan obat propranolol
karena efek yang tidak memuaskan pada kulit kemerahan (flushing) selama
penelitian.
Dalam kelompok kombinasi, 92,9% (26/28) pasien menyelesaikan penelitian.
Satu pasien berubah obat dari doksisiklin menjadi roxithromycin dan satu orang
pasien lagi ditambahkan terapi laser karena efek yang tidak memuaskan.
5
Usia rata-rata adalah 50,6 tahun (kisaran, 16-76), 47 pasien adalah perempuan
dan 16 pasien laki-laki. Menurut subtipe, 32 pasien penderita ETR dan 31 PPR.
Durasi rata-rata dari penyakit ini adalah 29,7 bulan (kisaran, 1-200) (Tabel 1).
Setelah 12 minggu pengobatan masing-masing, rata-rata skor PGA pada
propranolol, doksisiklin, dan kelompok kombinasi adalah 1,7, 1,9, dan 2. Pada akhir
penelitian, rata-rata skor IGA sama dengan rata-rata PGA. Propranolol dan kelompok
kombinasi cenderung menunjukkan peningkatan yang cepat dalam 4 minggu tetapi
kelompok doksisiklin mengejar perbaikan anatara minggu ke 4 dan 8 minggu (Gbr.
1). Akan tetapi, perbedaan ketiga kelompok tersebut tidak terlalu signifikan.
6
Rata-rata ARCS dalam masing-masing kelompok propranolol, doksisiklin, dan
kelompok kombinasi pada awalnya adalah 10,2, 11,3 dan 11,6. Selanjutnya, rata-rata
menurun menjadi 5.0, 5.4 dan 5.5 setelah pengobatan 12 minggu. Rasio pengurangan
ARCS antara awal dan akhir penelitian pada masing-masing kelompok propranolol,
doksisiklin, dan kelompok kombinasi adalah 51,0%, 52,2% dan 57,3% (Gambar. 2).
Perbedaan antara ketiga kelompok pada awal dan selama masa pengobatan secara
statistik tidak terlalu signifikan. .
Fitur utama dalam ARCS dianalisis secara terpisah untuk menilai efek khusus
dari setiap rejimen pengobatan. Skor pada kelompok propranolol, papula dan pustula
menunjukkan penurunan parsial sedangkan skor flushing menunjukkan penurunan
terbesar setelah pengobatan 12 minggu, dengan statistik yang signifikan. Dalam
doxycycline dan kombinasi kelompok, semua nilai fitur utama menunjukkan
penurunan yang signifikan setelah pengobatan 12 minggu, skor papula dan pustula
menunjukkan penurunan terbesar pada akhir periode (Tabel 2).
7
Perubahan persentase total ARCS dari awal dianalisis terlihat pada tabel 3.
Pada minggu ke 4 dan 12, kelompok kombinasi menunjukkan persentase perubahan
yang signifikan lebih tinggi daripada kelompok lain. Kelompok propranolol
menunjukkan perubahan persentase signifikan lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok doksisiklin pada minggu ke 4, tapi mereka menunjukkan perubahan
persentase yang sama setelah minggu 8 (Gbr. 3).
8
Figure 3. Serial changes of rosacea patients after 12 weeks of treatment. (a) A 72-year-old woman (erythematotelangiectatic) in the propranolol group. (b) A 41-year-old man (papulopustular) in the doxycycline group. (c) A 55-year-old woman (papulopustular) in the combination group.
9
Efek samping dilaporkan terjadi pada 12,7% (8/63) pasien. Dispepsia dan sakit
kepala dialami oleh 4,5% (1/22) pasien dalam kelompok propranolol. Gangguan
saluran cerna ditemukan pada 20,0% (15/03) dan 11,5% (3/26) pasien dalam
kelompok doksisiklin dan kelompok kombinasi. Efek samping ini bersifat sementara,
sembuh dengan sendirinya, dan tidak ada kejadian serius atau ketidaknyamanan yang
membuat pasien menghentikan pengobatan (Tabel 4).
DISKUSI
Rosasea adalah penyakit kulit inflamasi kronis dan patofisiologi yang
mendasari belum sepenuhnya diketahui.10 Penyakit ini ditandai dengan eritema
persisten, telangiektasia, papul, dan pustul pada wajah.11 Berbagai penyebab
ditemukan sebagai faktor penyebab terjadinya rosasea, seperti perubahan emosional,
panas, olahraga, mandi, alkohol, dingin, paparan matahari, sulit untuk menghindari
semua stimulus ini.12,13 Oleh karena itu, pendekatan terapi rosacea lebih bergantung
pada subtipe klinis daripada etiologinya.14
Pengobatan untuk rosasea termasuk agen anti-inflamasi topikal, antibakteri
topikal atau sistemik, retinoid dan terapi laser.14 Tetrasiklin oral, terutama tetrasiklin
dan dosisiklin telah menjadi andalan pengobatan rosacea untuk waktu yang lama.
Mereka sangat efektif dalam mengobati PPR dan juga bisa mengobati ETR melalui
biasanya tidak merespon pengobatan rosacea secara konvensional. Oleh karena itu,
pengobatan ETR dengan flushing parah menantang untuk diteliti, meskipun beberapa
keberhasilan dengan beta-blockers seperti nadolol, carvedilol dan propranolol telah
diteliti. 7,17
10
Propranolol belum menunjukkan bukti obyektif untuk efek langsung pada
pembuluh darah kutaneus pada flushing, tetapi penelitian sebelumnya melaporkan
bahwa 88,9% (8/9) dari pasien menunjukkan perbaikan gejala mereka dan memiliki
episode flushing lebih sedikit saat menggunakan propranolol.7 Mekanisme
propranolol dalam mengobati ETR dengan menghambat reseptor β2 adrenergik pada
otot polos pembuluh darah arteri kutaneus sehingga vasokonstriksi.5 Selain itu,
spesies oksigen reaktif dilepaskan oleh sel-sel inflamasi lokal yang berkontribusi
terhadap proses inflamasi pada rosacea. Hal ini dapat dikontrol oleh sifat antioksi dan
propranolol.18,19
Meskipun ETR ditandai dengan kemerahan dan PPR ditandai oleh papul dan
pustul, gejala dari kedua subtipe dapat dibagi dalam bentuk ringan. Seperti dijelaskan
sebelumnya, diketahui bahwa doksisiklin lebih efektif dalam PPR dan propranolol
tampaknya lebih efektif dalam ETR. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian ini
untuk membandingkan efektivitas antara monoterapi doksisiklin atau propranolol
ataupun kombinasi keduanya.
Dalam penelitian ini, kelompok propranolol menunjukkan respon yang lebih
cepat dibandingkan dengan kelompok doksisiklin tentang PGA dan IGA dalam 4
minggu pertama. Kedua kelompok menunjukkan efektivitas yang sama pada minggu
8 dan pada akhir penelitian kelompok doksisiklin memiliki skor PGA dan IGA yang
lebih tinggi daripada kelompok propranolol. Kelompok doksisiklin menunjukkan
peningkatan drastis antara minggu 4 dan 8. Selama periode penelitian, kelompok
kombinasi menunjukkan efek terbaik dibandingkan kelompok lainnya dan juga
menunjukkan peningkatan yang cepat dalam 4 minggu pertama.
Pada ARCS, kelompok kombinasi memiliki rasio penurunan tertinggi di antara
tiga kelompok. Dalam analisis fitur primer, setelah 12 minggu terapi, dengan
pengecualian papula dan pustula pada kelompok propranolol, semua parameter
menunjukkan perbaikan yang signifikan secara statistik jika dibandingkan dengan
awal. Kelompok propranolol menunjukkan respon cepat pada flushing, dan
kelompok doksisiklin menunjukkan efek lebih cepat dalam mengatasi papula dan
pustula. Terapi kombinasi efektif untuk mengatasi keduanya flushing ataupun papul
dan pustul. Berdasarkan perubahan persentase total ARCS dari awal penelitian ,
kelompok kombinasi menunjukkan perubahan signifikan yang drastis pada
11
kunjungan pertama dan setelah 12 minggu. Hasil ini menunjukkan bahwa terapi
kombinasi doksisiklin dan propranolol selama pengobatan 12 minggu dapat
memberikan perbaikan terhadap ARCS pada pasien rosacea lebih cepat dan konstan
dibandingkan dengan monoterapi.
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kombinasi doksisiklin 200 mg / hari
dan propranolol 30 mg / hari secara signifikan mengurangi flushing (70%) dan papul
(82%) pada pasien rosacea selama 12 minggu. Wise20 melaporkan bahwa
doxycycline 40 mg / hari memperbaiki 80-100% lesi inflamasi dan mengurangi
eritema sebesar 50%. Ertl et al.21 mendemonstrasikan bahwa isotretinoin 10 mg / hari
selama 16 minggu menunjukkan perbaikan 75% dari lesi papular dan pengurangan
38% pada eritema. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, terapi kombinasi
doksisiklin dan propranolol sesuai untuk pasien dengan flushing dan papul.
Efek samping yang ditimbulkan minimal dan dapat ditoleransi dengan baik
pada semua kelompok. Tidak ada efek samping hipotensi dan bradikardia meskipun
semua pasien yang dirawat dengan propranolol mengalami normotensif. Tidak ada
kasus fotosensitifitas dilaporkan baik di doksisiklin dan kombinasi kelompok.
Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan: jumlah pasien yang tidak
proporsional dalam setiap subtipe; ukuran kohort pasien kecil; dan penelitian ini
adalah penelitian non acak (non-randomized), non-buta (non-blinded) dan non-
plasebo terkontrol (non-placebo controlled). Terutama, kelompok pasien dalam
penelitian ini dibagi berdasarkan dengan modalitas pengobatan dan rosacea subtipe
sehingga tidak sama terdistribusi di antara ketiga kelompok perlakuan. Ini akan
menjadi penting untuk mencoba menganalisis kelompok pengobatan berdasarkan
subtipe karena pengobatan rosacea dipilih berdasarkan subtipe. Namun, jumlah
pasien per kelompok subtipe dalam penelitian ini adalah kecil dan sulit untuk
melakukan analisis statistik. Namun, kami yakin hasil penelitian kami menambahkan
data lebih lanjut untuk menunjukkan efektivitas yang tinggi dari terapi kombinasi
doksisiklin dan propranolol pada pasien rosacea. Randomized controlled studi
dengan jumlah yang lebih besar akan membantu untuk lebih akurat menyelidiki
kemanjuran dan keamanan terapi kombinasi doksisiklin dan propranolol pada pasien
rosasea. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang menyajikan data bahwa
terapi kombinasi doksisiklin dan propranolol lebih efektif daripada monoterapi,
12
terutama dalam 4 minggu dan setelah 12 minggu pengobatan. Rejimen pengobatan
juga dapat ditoleransi dengan baik.
PERSELISIHAN KEPENTINGAN :
Peneliti tidak memiliki perselisihan kepentingan yang harus dinyatakan.
REFERENSI
1. Powell FC. Clinical practice. Rosacea. N Engl J Med 2005; 352:793–803.
2. Berg M, Liden S. An epidemiological study of rosacea. Acta Derm Venereol 1989; 69: 419–423.
3. Wilkin J, Dahl M, Detmar M et al. Standard classification of rosa- cea: report of the National Rosacea Society Expert Committee on the classification and staging of rosacea. J Am Acad Dermatol 2002; 46: 584–587.
4. Wilkin J, Dahl M, Detmar M et al. Standard grading system for rosa- cea: report of the National Rosacea Society Expert Committee on the classification and staging of rosacea. J Am Acad Dermatol 2004; 50: 907–912.
5. Lee JY. Rosacea: clinical aspects, pathogenesis and treatment. Dermatol Sinica 2005; 23: 121–130.
6. Valent ın S, Morales A, Sa nchez JL, Rivera A. Safety and efficacy of doxycycline in the treatment of rosacea. Clin Cosmet Investig Dermatol 2009; 2: 129–140.
7. Craige H, Cohen JB. Symptomatic treatment of idiopathic and rosa- cea associated cutaneous flushing with propranolol. J Am Acad Dermatol 2005; 53: 881–884.
8. Hsu CC, Lee JY. Carvedilol for the treatment of refractory facial flushing and persistent erythema of rosacea. Arch Dermatol 2011;147: 1258–1260.
9. Draelos ZD, Ertel K, Berge C. Niacinamide-containing facial mois- turizer improves skin barrier and benefits subjects with rosacea. Cutis 2005; 76: 135–141.
10. Conde JF, Yelverton CB, Balkrishnan R et al. Managing rosacea: a review of the use of metronidazole alone and in combination with oral antibiotics. J Drugs Dermatol 2007; 6: 495–498.
11. Marks R. The enigma of rosacea. J Dermatolog Treat 2007; 18:326–328.
12. Lee SY, Choi JH, Sung KJ, Moon KC, Koh JK. A clinical study of patients with rosacea. Korean J Dermatol 2001; 39: 636–642.
13. Oztas MO, Balk M, Ogu€s E et al. The role of free oxygen radicals in the aetiopathogenesis of rosacea. Clin Exp Dermatol 2003; 28: 188–192.
14. Alikhan A, Kurek L, Feldman SR. The role of tetracyclines in rosa- cea. Am J Clin Dermatol 2010; 11: 79–87.
15. Sapadin AN, Fleischmajer R. Tetracyclines: nonantibiotic properties and their clinical implications. J Am Acad Dermatol 2006; 54: 258–265.
13
16. Webster G, Del Rosso JQ. Anti-inflammatory activity of tetracy- clines. Dermatol Clin 2007; 25: 133–135.
17. Hsu CC, Lee JY. Pronounced facial flushing and persistent erythema of rosacea effectively treated by carvedilol, a nonselec- tive b-adrenergic blocker. J Am Acad Dermatol 2012; 67: 491–493.
21. Ertl GA, Levine N, Kligman AM. A comparison of the efficacy of top- ical tretinoin and low-dose oral isotretinoin in rosacea. Arch Derma- tol 1994; 130: 319–324.