Top Banner

of 19

Jurnal Reading timpanometri

Oct 05, 2015

Download

Documents

timpanometri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Tympanometri sebagai faktor prediksi dalam evolusi dari otitis media dengan efusi

Tympanometri sebagai faktor prediksi pada perkembangan dari otitis media dengan efusi

Jessica Lawrence112013128

AbstrakLatar Belakang: otitis media dengan efusi adalah salah satu penyakit yang paling sering sering ditemukan pada anak kecil. Keberadaan cairan yang lama pada kavum timpani berkorelasi dengan penurunan dalam berucap dan hasil yang buruk di sekolah.Tujuan: untuk mengevaluasi nilai prediktif dari impedancemetry dalam pemulihan pada status normal telinga tengah.Metode: 30 anak-anak (usia 4 bulan-9 tahun) dengan OME secara berkala dimonitor dengan cara tympanometry. Anak-anak diperlakukan dengan protokol perawatan yang sama untuk minimal 7 hari dan tympanometry ini diulang setelah tujuh dan empat belas hari. Setelah tympanometry dilakukan di hari ke-7, anak-anak dengan kondisi telinga tengah yang abnormal secara acak dialokasikan menjadi dua kelompok: satu, yang berlanjut perlakuan yang sama untuk 7 hari dan satu grup tanpa pengobatan untuk 7 hari berikutnya.

Hasil: Setelah 7 hari, 64% dari pasien memiliki peningkatan di tympanometry (tipe C tympanogram) dan 10% memiliki resolusi lengkap efusi telinga tengah (tipe A tympanogram). Setelah 14 hari, tympanometry normal dalam 74% pasien (53,9% tingkat keberhasilan dalam kelompok tanpa pengelolaan).Kesimpulan: Resolusi lengkap pada efusi telinga tengah dapat diperoleh dalam berbagai periode waktu, tergantung pada beberapa faktor, dengan pengobatan yang tepat. tympanometry terbukti menjadi alat yang baik dalam memprediksi jangka waktu pengobatan.Kata kunci: otitis media dengan efusi, timpanometri

Latar BelakangOtitis media dengan efusi (OME) didefinisikan sebagai peradangan mukosa telinga tengah bersama dengan akumulasi cairan tanpa tanda-tanda atau gejala infeksi akut (terutama demam). Kriteria untuk mendiagnosa OME mengacu pada adanya cairan di telinga tengah tanpa tanda-tanda infeksi akut dan tanpa kondisi medis lain yang mendasari. Jika cairan berlanjut selama lebih dari tiga minggu, dapat dipertimbangkan sebagai otitis media kronik dengan efusi sebagai diagnosa.Diagnosis klinis dilakukan melalui otoscopy dengan penampakan adanya cairan, sebagai karakteristik dari eksudasi plasma atau dari sekresi mukus.

Otitis media dengan efusi dapat berupa asimptomatik dan terdeteksi hanya pada skrining audilogi. Gejala yang paling sering dari OME adalah gangguan pendengaran. Pada anak dengan usia lebih kecil, gejala satu-satunya dapat berupa keterlambatan perkembangan wicara atau masalah pada tingkah laku.Gejala lain yang sering timbul adalah rasa penuh di telinga, yang membuat anak-anak atau bayi menarik telinga mereka. Gejala-gejala seperti nyeri telinga, tinitus, atau gangguan keseimbangan mungkin ada tapi jarang.Penyakit ini merupakan penyebab tersering terjadinya gangguan pendengaran pada anak dengan insidens puncak pada usia 2 hingga 5 tahun.

TympanometryTympanometry merupakan tes diagnostik yang bagus, dengan spesifisitas 85% pada kasus sekresi pada telinga tengah.Salah satu penggunaan awal tympanometry adalah untuk memperkirakan tekanan telinga tengah, dan secara tidak langsung untuk mengukur fungsi tuba eustachius karena fungsi tuba normal diperlukan untuk mempertahankan tekanan normal pada telinga tengah.TPP adalah tekanan di mana puncak tympanogram terjadi dan dianggap menjadi titik dimana tekanan dalam saluran telinga sama dengan tekanan telinga tengah.

Penyimpangan-penyimpangan pada TPP dari tekanan atmosfer dapat meperkirakan adanya kelainan pada tuba eustachius, yang dapat berhubungan dengan efusi pada telinga tengah.Dalam studi pada anak-anak yang akan dilakukan myringotomy, tekanan negatif puncak pada tympanograms yang berhubungan dengan tingginya insiden otitis media akut dengan efusi yang berulang.TPP juga telah digunakan untuk memantau perkembangan dan resolusi otitis media.Pada tahap awal otitis media, TPP dapat positif dan menjadi negatif ketika berlangsung infeksi.Satu teori untuk tekanan negatif adalah bahwa udara di telinga tengah diserap oleh jaringan sekitarnya, mengakibatkan tekanan negatif.

Tekanan negatif jangka panjang akan diikuti oleh akumulasi cairan di telinga tengah, mengakibatkan efusi dan tympanogram datar.Oleh karena itu, tekanan normal dapat memberikan peringatan dini otitis media berkembang.Tes audiometri dapat menujukkan penurunan pendengaran, dengan adanya gap/kesenjangan pada frekuensi rendah, 250 hingga 1000 Hz. Hasil audiogram menujukkan jarak yang lebar pada gangguan pendengaran pada pasien dengan hasil tympanogram yang datar.

Tympanometry biasanya dilakukan dengan probe 226 Hz, tetapi tympanometry frekuensi tinggi (1000 Hz) wajib pada bayi dibawah 6 bulan untuk menghindari hasil postif palsu.Lebih dari itu, studi menunjukkan frekuensi-tinggi tympanogram menguntungkan dalam identifikasi patologi yang berkaitan dengan massa.Pengukuran dari lebar tympanogram dan puncak kompensasi pada 226 Hz juga dapat mengindikasi adanya abnormalitas.Efusi telinga tengah berhubungan dengan gangguan pendengaran konduktif. Apabila hal ini terus menerus terjadi pada kedua telinga, dapat berkonsekuensi pada gangguan perkembangan wicara dan keterbatasan kognitif lainnya.

MetodeSubjeknya yaitu 30 anak-anak, berusia 4 bulan 9 tahun termasuk dalam studi, 17 laki-laki dan 13 perempuan. OME telah didiagnosis sebelumnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan dengan otoskop, dan tympanometry.Orang tua mengisi kuesioner tentang riwayat infeksi telinga, atopi atau alergi, snoring/mengorok, adenoidektomi, dan tympanostomy tube insertion, penggunaan dot/pacifier, dan kebiasaan merokok mereka.Anak-anak di obati dengan protokol pengobatan yang sama selama minimal 7 hari dan tympanometry di ulang setelah tujuh dan empat belas hari pada mereka semua.

Setelah follow up tympanometry setelah 7 hari, anak-anak dengan kondisi telinga tengah abnormal secara random di bagi ke dua kelompok.Kelompok pertama, yaitu dengan pengobatan yang sama dengan sebelumnya dilanjutkan pada 7 hari berikutnya.Kelompok kedua, yaitu kelompok dengan pengobatan yang diberhentikan pada 7 hari berikutnya. Setelah itu tympanometry diulang.Resolusi pada OME, didefinisikan sebagai konversi dari kurva tipe-B menjadi kurva tipe-A pada tympanometry, yang dimonitoring selama 2 hari.Durasi OME dalam setiap kelompok dianalisis sebagai hasil yang utama.

HasilDiagnosis klinis awal adalah OME bilateral pada 20 anak (66.67%), 7 di sisi kanan (23.33%) dan kiri sisi dalam 3 (10%). Setelah 7 hari, 50% dari pasien memiliki peningkatan di tympanometry (tipe C tympanogram) dan 10% memiliki resolusi lengkap dari efusi telinga tengah (tipe A tympanogram).27 anak dengan abnormalitas fungsi telinga tengah yang persisten setelah 7 hari pengobatan secara acak di bagi dalam 2 grup:14 anak dengan pengobatan yang sama dilanjutkan hingga 7 hari berikutnya.13 anak diberhentikan pengobatannya dan di evaluasi setelah 7 hari.

Setelah 14 hari, tympanometry normal pada 93% pasien yang sebelumnya dengan abrnomal tympanometry pada check-up hari ke-7.Tingkat kesuksesan pada grup tanpa pengobatan pada 7 hari sebelumnya hanya 46,1% dan 100% pada grup dengan pengobatan selama 14 hari.Dari 10 anak dengan OME unilateral, 3 dengan tympanometry normal setelah pengobatan selama 7 hari, dan 7 anak lainnya dengan hasil tympanometry normal setelah pengobatan selama 14 hari, terlepas dari kelompok mana mereka di alokasikan.Kita dapat mengatakan bahwa anak dengan OME unilateral sembuh lebih cepat dibandingkan dengan OME bilateral.Gejala yang berkorelasi dengan efusi telinga tengah yang lama adalah rhinitis alergi dan adenoid yang membesar.

PembahasanPemantauan status telinga tengah melalui tympanometri penting dalam memprediksi perkembangan dari OME pada anak.Bergantung pada hasil setelah pengobatan awal, sehingga kami dapat merekomendasikan pengobatan lebih lanjut atau tidak, berdasarkan hasil objektif, yaitu tympanogram.Monitoring dengan tympanometry juga dapat membuat kita mengetahui respons pasien terhadapt pengobatan, dalam hal untuk menentukan pilihan penatalaksanaan dengan operasi (adenoidektomi atau transtympanal ventilation tubes).

Anak-anak yang berusia dibawah 2 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi pada OME bilateral dilihat dari sudut pandang simptomatik dan kegagalan audiologi dibanding pada anak-anak dengan usia yang lebih tua.Penelitian ini mengungkapkan bahwa pemantauan berkala status telinga tengah melalui tympanometry sangat berguna dalam memprediksi perkembangan OME dan panjang dari pengobatan.

Dengan hasil penelitian 100% tingkat keberhasilan dalam menyelesaikan OME pada pasien yang melanjutkan pengobatan selama 7 hari dan hanya 46,1% tingkat kesuksesan apabila mereka memberhentikan pengobatan sebelum mencapai kondisi normal pada telinga tengah, mirip dengan pasien dengan pengobatan yang tidak cukup panjang, juga tympanometry yang tidak dilakukan selama pengobatan

KesimpulanTympanometry telah terbukti menjadi metode yang berlaku untuk diagnosis OME dan telah dipertimbangkan hal ini memiliki nilai klinis yang baik sebagai faktor prediksi untuk mengetahui durasi pengobatan yan tepat untuk OME, dalam hal mencapai fungsi telinga tengah yang normal.

Terima Kasih