Page 1
1) Mahasiswa
2) Dosen Pembimbing Skripsi I
3) Dosen Pembimbing Skripsi II
PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS
PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN KALIGUA
Oleh:
Cicih Nurhaeti 1)
, Havid Sularso 2)
, Yanuar E. Restianto 3)
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman
e-mail: [email protected]
SUMMARY
Biological asset is a living animal and plant that have biological transformation.
Biological transformation consist of the process of growth, degeneration, productions, and
procreation that cause qualitative and quantitative changes in the lives of animals and plants,
also can produce new assets embodied in the form of agricultural produce or additional
biologoical assets in the same class. Biological transformation cause biological assets needs
to be measured again in the next financial reporting so that can demonstrate the fair value of
those assets according their contribution for the company. International Accounting
Standards Committee (IASC) which change to be International Accounting Standards Board
(IASB) has published IFRS (IAS 41) on agriculture which regulates the biological assets,
wheares in the Indonesian Accounting Standards (PSAK) there are no standards governing
the accounting treatment for biological assets.
This research was conducted at PTPN IX (Persero) Kebun Kaligua where is engaged
in the tea plantation. The purpose of this study is to find out and analyse difference of
biological assets presentation between accounting treatment under IFRS (IAS) 41 with
accounting treatment in PTPN IX (Persero) Kebun Kaligua.
The results of this research show that PTPN IX (Persero) Kebun Kaligua measures
biological assets by the historical cost, so that makes some differences in acquiring of assets,
reclassification, and revaluation in material level so that the information quality of financial
reporting in PTPN IX (Persero) Kebun Kaligua is irrelevance. In the other hand, PTPN IX
(Persero) Kebun Kaligua divides the plants into TBM and TM from their growth or
according to the management estimated which should be recorded in CALK, it makes easier
and convinicing the user so that information quality of financial reporting in PTPN IX
(Persero) Kebun Kaligua is reliable.
Key words: biological asset, IAS 41, accounting treatment, fair value, historical cost
Page 2
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Penelitian
Tahun 2012 telah disepakati
sebagai tahun yang melegalkan adanya
perdagangan bebas (free trade) oleh
banyak negara di dunia yang memicu
tumbuhnya sektor perekonomian
secara simultan terlebih bagi negara
berkembang yang memiliki pasar luas.
Efek dari kesepakatan ini tidak sebatas
adanya jual beli maupun persaingan
antarnegara tetapi juga meliputi aspek
keuangan secara keseluruhan termasuk
dalam hal permodalan. Dalam hal
penyertaan modal, para pemodal akan
selektif dalam memilih maupun
menilai kinerja sebuah perusahaan.
Informasi mengenai gambaran kinerja
maupun kondisi keuangan sebuah
perusahaan dapat diperoleh melalui
laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan perusahaan
adalah laporan yang menampilkan
sejarah perusahaan yang dikuantifikasi
dalam nilai moneter (Kieso, 2002).
Adapun tujuan dari laporan keuangan
dalam kerangka konseptual Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) adalah
untuk menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Pada
saat ini pemakai laporan keuangan
tidak sebatas bagi pihak dalam negeri
tetapi juga luar negeri, dimana masing-
masing pihak membawa budaya dan
latar belakang yang berbeda sehingga
besar kemungkinan terjadi
ketidaksesuaian dalam bidang
keuangan. Oleh karena itu,
International Accounting Standards
Board (IASB) mengeluarkan standar
yang bernama International Financial
Reporting Standards (IFRS) yang telah
disepakati oleh lebih dari 150 negara di
dunia sebagai standar akuntansi
keuangan internasional dimana
Indonesia yang merupakan bagian dari
International Federation of Accounting
(IFAC) harus mematuhi Statement
Membership Obligation (SMO) yang
menjadikan IFRS sebagai standar
akuntansi. Selain itu, konvergensi
IFRS adalah kesepakatan pemerintah
Indonesia sebagai anggota G20 Forum.
Dalam IFRS terdapat
serangkaian peraturan, salah satunya
yaitu IAS 41 yang mengatur mengenai
agrikultur. Agrikultur merupakan
sektor yang bergerak dalam bidang
(tanah) pertanian, dimana sektor ini
dibagi menjadi beberapa subbidang
yaitu perkebunan, hortikultura,
kehutanan, florikultur, perikanan, dan
peternakan. Sampai tahun 2012, sektor
agrikultur masih menjadi penyokong
utama roda perekonomian pada
beberapa negara maju maupun negara
berkembang. Sebagai negara
berkembang, Indonesia merupakan
negara agraris dengan luas lahan
agrikultur mencapai 45.000.000 hektar
(Kementerian Pertanian, 2011). Sektor
agrikultur yang banyak dilakukan di
Indonesia adalah sektor perkebunan,
antara lain karet, kelapa sawit, coklat,
teh, kopi, tebu, dan tembakau.
Agrikultur merupakan usaha
yang memiliki karakteristik unik
dimana aset tetapnya yang berupa aset
biologis merupakan makhluk hidup
yang mengalami transformasi biologis,
yaitu terdiri atas pertumbuhan,
degenerasi, produksi, dan prokreasi
yang menyebabkan perubahan secara
Page 3
3
kualitatif dan kuantitatif dalam
kehidupan hewan dan tumbuhan
tersebut. Disamping itu, aset biologis
juga dapat menghasilkan aset baru
yang terwujud dalam agricultural
produce atau berupa tambahan aset
biologis dalam kelas yang sama.
Adanya keunikan ini mengakibatkan
aset biologis berpeluang besar dalam
hal penyampaian informasi yang lebih
bias. Berdasarkan IAS 41, aset biologis
harus diukur dengan menggunakan
nilai wajar (fair value) yang
mewajibkan proses penilaian kembali
keakuratan berdasarkan nilai kini pada
suatu tanggal pelaporan sehingga pada
tanggal pelaporan tersebut dapat diakui
adanya laba atau rugi atas transformasi
biologis.
Permasalahan mengenai
pengukuran aset biologis akan
berdampak terhadap kualitas laporan
keuangan yang merupakan sumber
informasi bagi pemakai yang
berkepentingan. Adapun informasi
yang berguna bagi pemakainya
menurut PSAK Nomor 1 adalah
informasi yang memiliki empat
karakteristik kualitatif pokok yaitu
dapat dipahami, relevan, andal, dan
dapat dibandingkan.
Konvergensi SAK ke IFRS
bertujuan agar informasi keuangan
perusahaan di Indonesia dapat diakui
di dunia internasional sehingga dapat
bersaing dan menarik investor secara
global, hal ini mempengaruhi banyak
perusahaan dalam perlakuan
akuntansinya, termasuk bagi BUMN.
PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)
merupakan perusahaan yang berstatus
sebagai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dibidang perkebunan dimana
aset tetapnya berupa aset biologis
seperti tanaman tahunan karet, kopi,
kakao, dan teh serta tanaman semusim
yaitu tebu.
Masalah Penelitian
Apakah terdapat perbedaan penyajian
aset biologis berdasarkan perlakuan
akuntansi menurut IFRS (IAS 41)
dengan perlakuan akuntansi pada PT
Perkebunan Nusantara IX (Persero)
Kebun Kaligua?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis
perbedaan penyajian aset biologis
berdasarkan perlakuan akuntansi
menurut IFRS (IAS 41) dengan
perlakuan akuntansi pada PT
Perkebunan Nusantara IX (Persero)
Kebun Kaligua.
METODE PENELITIAN DAN
TEKNIK ANALISIS DATA
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif
kualitatif.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di PT
Perkebunan Nusantara IX (Persero)
Kebun Kaligua yang terletak di
desa Pandansari kecamatan
Paguyangan kabupaten Brebes
provinsi Jawa Tengah, sedangkan
waktu penelitian yaitu 11
Desember 2012 sampai 21 Januari
2013.
3. Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah
perlakuan akuntansi terhadap aset
biologis kebun Kaligua yang
berupa tanaman perkebunan teh.
Page 4
4
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1) Data kualitatif, yaitu data
dari perusahaan dalam
bentuk informasi baik lisan
maupun tulisan seperti
sejarah berdirinya
perusahaan, struktur
organisasi perusahaan, serta
data-data lain yang sifatnya
kualitatif yang dibutuhkan
dalam rangka penulisan.
2) Data kuantitatif, yaitu data
yang berupa angka-angka
seperti besarnya nilai aset
biologis yang diakui oleh
perusahaan dalam laporan
keuangan serta data-data
lain yang dibutuhkan dalam
rangka penulisan.
b. Sumber Data
Sumber Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1) Data Primer, yaitu data
yang diperoleh melalui
pengamatan atau
wawancara langsung
dengan pihak perusahaan.
2) Data Sekunder, yaitu data
yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen atau
arsip-arsip perusahaan yang
berkaitan dengan penulisan
berupa laporan keuangan
serta catatan-catatan
mengenai pengakuan dan
pengukuran aset biologis.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data
meliputi data primer dan data
sekunder:
a. Teknik Pengumpulan Data
Primer
Yaitu pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung
pada lokasi penelitian atau
objek yang diteliti pada Kebun
Kaligua. Dalam hal ini data
diperoleh dengan cara-cara
sebagai berikut:
(i) Wawancara (interview),
yaitu penulis mengadakan
wawancara dengan pihak
perusahaan yang diwakili
oleh staf perusahaan yang
berwenang yaitu meliputi
staf akuntansi (General
Ledger), staf SDM, Juru
Tulis Afdeling Kaligua
Sakub, dan Juru Tulis
Afdeling Ambar Suralaya.
(ii) Pengamatan (observation),
yaitu penulis mengadakan
pengamatan langsung
kepada objek dan sasaran
yang akan diteliti, yaitu
meliputi pengamatan
pembukuan di bagian
administrasi serta
pengamatan jenis-jenis
tanaman teh di kebun.
b. Teknik Pengumpulan Data
Sekunder
Yaitu data yang diperoleh
untuk mendukung data primer.
Data sekunder yang digunakan
antara lain:
(i) Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data-
data dengan cara
mempelajari, mendalami
dan mengutip teori-teori
dan konsep-konsep dari
sejumlah literatur baik
buku, jurnal, majalah,
ataupun karya tulis lainnya
yang relevan dengan topik
penelitian.
(ii) Dokumentasi
Memanfaatkan dokumen
tertulis, gambar, foto atau
benda-benda lain yang
berkaitan dengan aspek-
aspek yang diteliti.
Page 5
5
6. Definisi Operasional Fokus
Penelitian
Gejala yang timbul dari
penelitian kualitatif bersifat holistik
atau menyeluruh tentang situasi
sosial. Untuk itu agar tidak
menimbulkan salah persepsi, maka
definisi operasional fokus
penelitian akan dibatasi pada:
a. Aset Biologis
Aset biologis dalam penelitian
ini berupa tanaman perkebunan
teh di Kebun Kaligua.
b. Perlakuan Akuntansi Aset
Biologis
Perlakuan akuntansi aset
biologis meliputi proses
pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan.
(i) Pengakuan Aset Biologis
Dalam IAS 41, tanaman
produksi perkebunan diakui
sebagai aset biologis belum
dewasa dan aset biologis
dewasa.
(ii) Pengukuran Aset
Biologis
Berdasarkan IAS 41, aset
biologis diukur dengan
nilai wajar (fair value) pada
pasar aktif terkini. Aset
biologis harus diukur pada
pengakuan awal dan pada
tanggal pelaporan
berikutnya pada nilai wajar
dikurangi estimasi biaya
penjualannya. Apabila
selama satu periode
tersebut aset biologis
mengalami kenaikan atau
penurunan dari nilai
wajarnya maka harus
diakui adanya keuntungan
atau kerugian. Pasar aktif
untuk komoditas teh sulit
ditemukan sehingga
penelitian ini menggunakan
nilai wajar pada aset yang
sejenis (similar asset /
sector bencmark) yaitu di
Pusat Penelitian Teh dan
Kina (PPTK) Bandung,
Jawa Barat.
(iii) Penyajian
Aset biologis harus
disajikan dalam kelompok
aset tidak lancar.
(iv) Pengungkapan
Hal-hal yang harus
diungkapkan meliputi:
1. Rincian jenis dan jumlah
aset biologis
2. Metode penyusutan
yang digunakan
3. Umur manfaat dan tarif
penyusutan yang
digunakan
4. Rekonsiliasi jumlah
tercatat pada awal dan
akhir periode yang
menunjukkan
penambahan, pelepasan,
penurunan, penyusutan,
maupun setiap terjadi
pengklasifikasian.
Page 6
6
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang akan digunakan tergambar dalam bagan di bawah ini:
Metode Dalam Menentukan
Nilai Wajar:
1. Harga transaksi pasar
paling kini di pasar aktif
2. Harga pasar aset sejenis
3. Model diskonto arus kas
4. Harga perolehan dikurangi
akumulasi depresiasi
Aset Biologis disajikan
dalam Laporan Posisi
Keuangan sebagai Aset
Tidak Lancar
Hal-hal yang wajib diungkapkan:
1. Rincian jenis dan jumlah aset biologis
2. Metode penyusutan yang digunakan
3. Umur manfaat dan tarif penyusutan yang digunakan
4. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
yang menunjukkan penambahan, pelepasan, penurunan,
penyusutan, maupun setiap terjadi pengklasifikasian
proses penyajian
proses pengungkapan
Agrikultur IAS 41
Peternakan
Tanaman Perbebunan
Perikanan
Hortikultura Kehutanan Perkebunan Florikultur
Persediaan Tanaman Produksi
Pengakuan Awal:
Diukur berdasar nilai wajar
Contoh:
1. Bibit
2. Bonsai
Aset Biologis Belum
Dewasa
Aset Biologis Dewasa
Pada Tanggal Pelaporan:
Diukur kembali (revaluasi) berdasar
nilai wajar dikurangi estimasi biaya
penjualan serta mengakui adanya L/R
IAS 2
proses pengakuan
proses pengukuran
Sampai TITIK PANEN
Page 7
7
Langkah pertama adalah
menjelaskan bagaimana penyajian aset
biologis berdasarkan perlakuan akuntansi
menurut IFRS (IAS 41). Langkah selanjutnya
yaitu menjelaskan bagaimana penyajian aset
biologis berdasarkan perlakuan akuntansi
pada PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)
Kebun Kaligua hingga tersaji ke dalam
laporan keuangan. Langkah terakhir adalah
membandingkan penyajian aset biologis pada
PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)
Kebun Kaligua dengan penyajian aset
biologis menurut IFRS (IAS 41) dimana
perbedaan tersebut dianalisis tingkat
materialitasnya terhadap kualitas informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan.
Pedoman yang digunakan dalam
mengukur tingkat toleransi terhadap
materialitas dari total aset yaitu sebesar 0,5%
hingga 1% (Boynton, 2002:332), yang
artinya jika terdapat perbedaan pengukuran
nilai suatu aset sebesar 0,5% hingga 1% dari
total aset maka dianggap tidak material atau
wajar.
Perlakuan Aset Biologis
Berdasarkan perlakuan
akuntansi IFRS (IAS 41)
Berdasarkan perlakuan
akuntansi yang diterapkan
perusahaan
Page 8
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Biologis
PTPN IX (Persero) Kebun Kaligua dengan IFRS (IAS 41)
No Indikator Menurut PTPN IX
(Persero) Kebun Kaligua Menurut IFRS (IAS 41) Analisis
1 Pengakuan
aset biologis
Pada perusahaan,
pengakuan aset biologis
meliputi Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) dan
Tanaman Menghasilkan
(TM)
Perusahaan dianjurkan
untuk mengakui aset
biologis sebagai Aset
Biologis Belum Dewasa
dan Aset Biologis Dewasa
Secara umum keduanya sama,
baik perusahaan maupun IFRS
(IAS 41) mengakui aset biologis
menjadi dua kelompok
berdasarkan kemampuan
tanaman dalam menghasilkan
yang diukur menurut umur atau
pertumbuhan vegetatif serta
adanya pengelompokkan aset
biologis berdasarkan jenis,
umur, dan luas. Perbedaan
terjadi hanya pada istilah.
2 Pengukuran
aset biologis
Aset biologis diukur
dengan menggunakan nilai
historis (historical cost)
yang merupakan
pengakumulasian dari nilai
sebelumnya, yaitu biaya
pembibitan tahun pertama,
tahun kedua, TTAD, TTI,
TBM I, TBM II, dan TBM
III
Aset biologis diukur
dengan menggunakan
nilai wajar (fair value)
pada pasar aktif terkini
Perbedaan ini dikarenakan
perusahaan mengalami kesulitan
dalam menentukan nilai wajar
(fair value) maupun pasar aktif,
hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan dalam hal
perolehan aset sebesar 27,5% >
0,5%-1% sehingga bersifat
material (Boynton, 2002:332).
Pada saat reklasifikasi, aset
biologis diukur
berdasarkan akumulasi dari
nilai-nilai sebelumnya
Aset biologis harus diukur
pada pengakuan awal dan
pada tanggal pelaporan
berikutnya pada nilai wajar
dikurangi estimasi biaya
penjualan
Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan dalam hal
reklasifikasi sebesar 17,5% >
0,5%-1% sehingga bersifat
material (Boynton, 2002:332).
Perusahaan tidak mengakui
adanya keuntungan
maupun kerugian
Apabila dalam satu
periode mengalami
kenaikan atau penurunan
dari nilai wajar maka harus
diakui sebagai keuntungan
atau kerugian dan
dimasukkan dalam laporan
L/R.
Perbedaan ini terjadi karena
perusahaan menggunakan nilai
historis (historical cost), hasil
penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan dalam hal revaluasi
sebesar 22,4% > 0,5%-1%
sehingga bersifat material
(Boynton, 2002:332).
Page 9
9
No Indikator Menurut PTPN IX
(Persero) Kebun Kaligua Menurut IFRS (IAS 41) Analisis
Perusahaan mengakui
adanya penyusutan pada
Tanaman Menghasilkan
(TM)
IAS 41 menggunakan nilai
wajar (fair value) dimana
tidak mengakui adanya
penyusutan, tetapi apabila
perusahaan menggunakan
nilai perolehan (historical
cost) maka baru diakui
adanya penyusutan
Terdapat persamaan dalam hal
pengakuan umur ekonomis aset
biologis, metode penyusutan,
maupun tarifnya. Hal ini hanya
terjadi apabila keduanya
menggunakan nilai perolehan
(historical cost).
Perusahaan mengakui
adanya pengurangan aset
sebagai penyusutan
(penghapusan aktiva)
Apabila terjadi
pengurangan aset yang
disebabkan oleh kematian,
pembongkaran, atau
bencana maka harus diakui
sebagai penyusutan
Hasil penelitian menunjukkan
tidak adanya perbedaan dalam
hal ini.
3 Penyajian Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) dan
Tanaman Menghasilkan
(TM) disajikan sebagai
komponen Aset Tidak
Lancar
Aset Biologis Belum
Dewasa dan Aset Biologis
Dewasa disajikan sebagai
komponen Aset Tidak
Lancar
Secara umum, hasil penelitian
menunjukkan bahwa keduanya
sama.
4 Pengungkap
an
Perusahaan membuat
rincian mengenai jenis dan
jumlah aset biologis,
metode penyusutan, umur
manfaat dan tarif
penyusutan, serta
rekonsiliasi jumlah tercatat
pada awal dan akhir
periode
IFRS (IAS 41)
menganjurkan perusahaan
membuat rincian mengenai
jenis dan jumlah aset
biologis, metode
penyusutan, umur manfaat
dan tarif penyusutan, serta
rekonsiliasi jumlah tercatat
pada awal dan akhir
periode
Secara umum, hasil penelitian
menunjukkan bahwa keduanya
sama.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian yang dapat
diambil berdasarkan analisis yang
dilakukan adalah:
Pengakuan, perbedaan terjadi
dalam hal istilah aset biologis yaitu
Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM) dan Tanaman
Menghasilkan (TM).
Pengukuran, perbedaan terjadi
dalam hal:
Perolehan aset, sebesar
27,5% > 0,5%-1%
sehingga bersifat material
(Boynton, 2002:332)
Reklasifikasi, sebesar
17,5% > 0,5%-1%
sehingga bersifat material
(Boynton, 2002:332)
Revaluasi, sebesar 22,4% >
0,5%-1% sehingga bersifat
material (Boynton,
2002:332)
Page 10
10
Penyajian, tidak terdapat
perbedaan.
Pengungkapan, tidak terdapat
perbedaan.
Perbedaan dalam hal perolehan
aset, reklasifikasi, dan revaluasi
bersifat material sehingga kualitas
informasi laporan keuangan yang
disajikan oleh PTPN IX (Persero)
Kebun Kaligua tidak relevan,
sedangkan adanya pengelompokkan
aset biologis menjadi TBM dan TM
yang diungkapkan dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan (CALK) serta
pengukuran aset biologis berdasarkan
nilai perolehan (historical cost) dengan
dasar pertimbangan nilai ini lebih
terukur, menjadikan kualitas informasi
laporan keuangan PTPN IX (Persero)
Kebun Kaligua andal.
Implikasi
Dari kesimpulan di atas, diperoleh
beberapa implikasi secara praktis dan
teoritis sebagai berikut:
1. Sebaiknya perusahaan
meningkatkan kualitas SDM
dikarenakan pemahaman mengenai
perlakuan akuntansi aset biologis
menurut IFRS kurang memadai
sehingga diharapkan perusahaan
dapat membuat laporan keuangan
yang memiliki karakteristik
kualitatif informasi tinggi yang akan
berguna bagi pengguna laporan
keuangan.
2. Pemerintah, Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK),
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
Bapepam, ataupun pihak terkait
lainnya harus membuat kebijakan
mengenai pasar aktif bagi aset
biologis sehingga perusahaan
perkebunan tidak mengalami
kesulitan dalam hal penentuan nilai
wajar (fair value).
3. Perlakuan akuntansi aset biologis
berdasarkan IFRS (IAS 41) dengan
basis nilai wajar (fair value)
dibandingkan perlakuan akuntansi
menurut PSAK memiliki perbedaan
yang material sehingga perusahaan
harus siap dengan fluktuasi nilai
wajar (fair value) yang terdapat di
pasar aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Achmad Ridwan. 2011.
Perlakuan Akuntansi Aset
Biologis PT. Perkebunan
Nusantara XIV Makassar
(Persero). Skripsi. Sarjana
Ekonomi Akuntansi Universitas
Hasanuddin. Makassar.
www.unhas.ac.id. Diakses 2
September 2012.
Ankarath, dkk. 2012. Memahami IFRS.
Indeks. Jakarta.
Argiles, et al. 2005. Fair Value and
Historic Cost Accounting of
Biological Assets. Karya Ilmiah.
Departement of Accounting,
University of Barcelona.
Spanyol.www.asepuc.org.
Diakses 19 Oktober 2012.
Aria Farahmita. 2011. Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi
Kemungkinan Adopsi IFRS di
Negara Berkembang.
www.sna.akuntansi.unikal.ac.id.
Diakses 22 Januari 2013 .
Bragg, Steven M. 2012. Panduan IFRS.
Indeks. Jakarta.
Burnside, Angelica. 2005. IAS 41 and the
Forest Industry; a Study of The
Forest Products Companies’
Perception of the IAS 41 Today.
School of Economics and
Page 11
11
Commercial Law Goteborg
University. Swedia.
www.gupea.ub.gu.se. Diakses
tanggal 18 November 2012.
Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi
Pertanian. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Dwi Erma Yanti. 2009. Pengungkapan
dan Sarana Interpretif.
http://dwiermayanti.wordpress.c
om/2009/03/21/pengungkapan-
dan-sarana-interpretif/. Diakses
23 Januari 2013.
Herbohn, Kathleen, Charles Elad. 2011.
Implementing Fair Value
Accounting in the Agricultural
Sector. The Institute of
Chartered Accountants of
Scotland. United Kingdom.
www.papers.ssm.com. Diakses
18 November 2012.
IAI. 2009. Standar Akuntansi Keuangan.
Salemba Empat. Jakarta.
Kiswara, Adita. 2012. Analisis Penerapan
Internasional Accounting
Standard (IAS) 41 Pada PT.
Sampoerna Agro, Tbk, Vol.1,
No. 2, Hal.1-14. www.ejournal-
s1.undip.ac.id. Diakses 15
Oktober 2012.
Maruli, Saur, Aria Farah Mita. 2010.
Analisis Pendekatan Nilai
Wajar dan Nilai Historis Dalam
Penilaian Aset Biologis Pada
Perusahaan Agrikultur:
Tinjauan Kritis Rencana Adopsi
IAS 41. Simponsium Nasional
Akuntansi XIII Purwokerto.
Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.
www.sna13purwokerto.com.
Diakses 25 April 2012.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Edisi
Revisi. ROSDA. Bandung.
Nistor, et al.. 2010. IPSAS Agriculture –
Problem of a Start. The Annals
of The "Ştefan cel Mare"
University of Suceava. Fascicle
of The Faculty of Economics
and Public Administration. Vol.
10, No. 2(12).
www.seap.usv.ro. Diakses
tanggal 18 November 2012.
SMA Negeri 8 Bekasi. 2012. Sekilas
Mengenai Budidaya Teh dan
Kina Gambung.
http://math4.blogspot.com/2012
/04/sekilas-mengenai-budidaya-
teh-dan-kina.html. Diakses 14
Januari 2013.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis.
Alfabeta. Bandung.
Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi
Perekayasaan Pelaporan
Keuangan. Edisi Ketiga. BPFE.
Yogyakarta.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2004 tentang
Perkebunan. www.bpkp.go.id.
Diakses 3 November 2012.
Page 12
12
Lampiran 1. Laporan Posisi Keuangan PTPN IX (Persero)
PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO)
LAPORAN POSISI KEUANGAN
PER 31 DESEMBER 2011 DAN 2010
31 Desember 2011
31 Desember 2010
ASET ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas 692.610.748.930
438.438.183.934
Piutang Usaha 122.930.430.904
115.425.182.682
Piutang Antar Badan Hukum Jangka Pendek 55.382.482.788
1.020.419.629
Piutang Lain-lain 21.084.392.687
22.360.240.610
Piutang Jaminan Pendapatan Petani 1.374.875.600
4.540.408.073
Piutang Pajak 2.960.169.696
4.181.059.948
Investasi Jangka Pendek 50.000.000.000
50.000.000.000
Persediaan 103.014.032.897
141.011.916.711
Biaya Dibayar Dimuka 63.968.581.395
70.906.583.027
Jumlah Aset Lancar 1.113.325.714.897
847.883.994.614
ASET TIDAK LANCAR
Investasi Pada Entitas Asosiasi 63.934.995.829
92.461.125.900
Aset Tetap
Tanah 143.409.750
143.409.000
Tanaman Menghasilkan 317.679.253.502 285.925.002.127
Tanaman Belum Menghasilkan 375.423.974.782 286.854.693.306
Bangunan Rumah 7.632.257.444
7.083.749.813
Bangunan Perusahaan 91.639.507.650
57.620.878.360
Mesin dan Instalasi 508.295.523.326
408.644.747.418
Jalan, Jembatan, & Saluran Air 17.408.811.764
14.307.679.921
Alat Pengangkutan 36.609.039.624
28.084.271.774
Inventaris Kecil 32.307.322.606
24.016.870.056
Aset Lain-lain 1.289.224.506
1.386.844.429
Aset Agrowisata 11.378.822.712
8.587.677.521
Jumlah Harga Perolehan 1.399.807.147.666
1.122.655.823.725
Akumulasi Penyusutan (517.217.634.205)
(460.830.519.343)
Nilai Buku 882.589.513.461
661.825.304.382
Investasi Dalam Penyelesaian 84.067.865.072
79.444.343.986
Jumlah Aset Tetap 966.657.378.533
741.269.648.368
Aset Tidak Berwujud
Nilai Perolehan 74.357.500.679
121.397.764.347
Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud (12.150.446.437)
(18.125.909.844)
Jumlah Aset Tidak Berwujud 62.207.054.242
103.271.854.503
Aset Pajak Tangguhan 7.192.173.848
4.962.121.497
Aset Tidak Lancar Lain
Nilai Perolehan 65.042.806.098
79.993.403.184
Akumulasi Penyusutan Aset Tidak Lancar Lain (40.904.267.030)
(38.901.422.030)
Page 13
13
Jumlah Aset Tidak Lancar Lain 24.138.539.068
41.091.981.154
Jumlah Aset Tidak Lancar 1.124.130.141.520
983.056.731.422
JUMLAH ASET 2.237.455.856.417
1.830.940.726.036
LIABILITAS LIABILITAS LANCAR
Utang Usaha 47.728.344.591
55.060.086.774
Utang Pajak 10.947.984.112
11.731.080.820
Biaya Yang Masih Harus Dibayar 116.571.309.701
88.784.346.692
Pendapatan Diterima Dimuka 5.951.058.267
20.596.218.339
Utang PPh Badan 68.756.203.999
2.433.776.846
Utang Bank Jangka Pendek 362.675.070.808
448.211.158.569
Utang Antar Badan Hukum Jangka Pendek 214.007.059.803
174.886.879.567
Utang KKP TRI 487.751.661.200
352.878.427.036
Bagian Liabilitas Jk. Panjang yang akan Jatuh Tempo 10.463.086.035
5.463.086.035
Liabilitas Jangka Pendek Lain 26.634.036.542
26.847.208.312
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 1.351.485.815.058
1.186.892.268.990
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Utang Kepada Depenbun 10.356.167.632
22.614.784.651
Utang Kepada Pemerintah 4.453.392.728
5.903.513.107
Utang Imbalan Kerja Jangka Panjang 72.631.000.000
91.487.000.000
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 87.440.560.360
120.005.297.758
EKUITAS MODAL DISETOR
Modal Dasar 300.000.000.000
300.000.000.000
Modal Yang Belum Ditempatkan (135.000.000.000)
(135.000.000.000)
Jumlah Modal Disetor 165.000.000.000
165.000.000.000
HAK MINORITAS (10.764.475.804)
37.564.202.900
SALDO LABA
Cadangan Umum 329.191.159.288
201.925.136.702
Laba (Rugi) s.d. Tahun Lalu -
-
Laba (Rugi) Tahun Berjalan 315.102.797.515
119.553.819.686
Jumlah Saldo Laba 644.293.956.803
321.478.956.388
JUMLAH EKUITAS 798.529.480.999
524.043.159.288
Page 14
14
Lampiran 2. Daftar Biaya Pembibitan Tahun Pertama
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 2.237.455.856.417
1.830.940.726.036
BIAYA-BIAYA PEMBIBITAN (I)
NO. REKENING NAMA REKENING
250 Persemaian
250 10 Persemaian Teh Th.1
250 10 00 Gaji
250 10 01 Pengolahan Tanah
250 10 02 Menanam Biji
250 10 Pemeliharaan
250 10 04 Jalan Saluran Air
250 10 05 Menyiram
250 10 06 Menyiangi
250 10 07 Hama dan Penyakit
250 10 08 Memupuk
250 10 09 Menunas
250 10 10 Mengokulasi
250 10 14 Riset dan Seleksi
250 10 15 Membongkat Bibit
250 10 16 Penjualan Bibit
250 10 17 Penggunaan Sendiri
250 10 18 Lain-lain
Page 15
15
Lampiran 3. Daftar Biaya Pembibitan Tahun Kedua
BIAYA-BIAYA PEMBIBITAN (II)
NO. REKENING NAMA REKENING
251 10 Persemaian Teh Th.II
251 10 00 Gaji
251 10 01 Pengolahan Tanah
251 10 02 Menanam Biji
251 10 Pemeliharaan
251 10 04 Jalan Saluran Air
251 10 05 Menyiram
251 10 06 Menyiangi
251 10 07 Hama dan Penyakit
251 10 08 Memupuk
251 10 09 Menunas
251 10 10 Mengokulasi
251 10 14 Riset dan Seleksi
251 10 15 Membongkat Bibit
251 10 16 Penjualan Bibit
251 10 17 Penggunaan Sendiri
251 10 18 Lain-lain
Page 16
16
Lampiran 4. Daftar Biaya TTAD
BIAYA-BIAYA TANAMAN TAHUN AKAN DATANG (TTAD)
NO. REKENING NAMA REKENING
041 Investasi Tanaman Tahun Akan Datang I
041 10 TTAD - I Budidaya Teh
Gaji, Tunjangan, Biaya Sosial
041 10 00 Administratur / Sinder Kepala
041 10 01 Sinder Kebun
041 10 02 Mandor / Pengawas
Pembukaan Tanah
041 10 03 Ganti Rugi atas Tanah
041 10 04 Penyelidikan Tanah
041 10 05 Membongkar dan Membakar Tunggul Tenaga Sendiri
041 10 06 Membongkar dan Membakar Tunggul Tenaga Pemborong
041 10 07 Mengerjakan Tanah Tenaga Sendiri
041 10 08 Mengerjakan Tanah Tenaga Mesin
041 10 09 Mengerjakan Tanah Tenaga Pemborong
041 10 10 Alat-alat dan Perlengkapan
Pembuatan Jalan, Jembatan, Saluran Air, dan Teras
041 10 11 Jalan
041 10 12 Jembatan
041 10 13 Saluran Air
041 10 14 Teras
041 10 15 Alat-alat dan Perlengkapan
Penanaman
041 10 16 Mengukur Jarak / Mengajir
041 10 17 Melobang
041 10 18 Bibit
041 19 Menanam dan Menyisip
041 10 20 Alat-alat dan Perlengkapan
Menyiang dan Merumput
041 10 21 Pemberantasan Lalang Tenaga Sendiri
041 10 22 Pemberantasan Lalang Tenaga Mesin
041 10 23 Pemberantasan Lalang Tenaga Kimiawi
041 10 24 Pemberantasan Lalang Tenaga Pemborong
041 10 25 Menyiangi dan Merumput Tenaga Sendiri
041 10 26 Menyiangi dan Merumput Tenaga Mesin
041 10 27 Menyiangi dan Merumput Tenaga Kimiawi
041 10 28 Menyiangi dan Merumput Tenaga Pemborong
041 10 29 Alat-alat dan Perlengkapan
Page 17
17
Pemberantasan Hama dan Penyakit
041 10 30 Penyakit Daun, Batang, Benalu, Akar
041 10 31 Pemberantasan Hama
041 10 32 Pembersihan Pohon yang Tumbang dan yang Mati
041 10 33 Alat-alat dan Perlengkapan
Pemupukan
041 10 34 Upah dan Biaya Sosial
041 10 35 Pupuk Anorganik
041 10 36 Pupuk Organik
041 10 37 Pengangkutan
041 10 38 Alat-alat dan Perlengkapan
Lain-lain
041 10 40 Pengeprasan dan Pemangkasan
041 10 41 Pohon Pelindung / LCC
041 10 Mengajir Pelindung Tetap
041 10 Membuat Lobang Pelindung Tetap
041 10 Menanam Pelindung Tetap
041 10 Pelindung Sementara / Wind Breaker
041 10 42 Peralatan Kecil
Biaya Beban Langsung
041 10 50 Biaya Rumah Dinas
041 10 51 Pajak / Sewa Tanah
041 10 52 Asuransi
041 10 53 Biaya Keamanan
041 10 54 Angkutan / Kontrol Kebun
Page 18
18
Lampiran 5. Daftar Biaya TTI
BIAYA-BIAYA TANAMAN TAHUN INI (TTI)
NO. REKENING NAMA REKENING
042 Tanaman Tahun Ini (TTI)
042 10 TTI Budidaya Teh
Gaji, Tunjangan, Biaya Sosial
042 10 00 Administratur / Sinder Kepala
042 10 01 Sinder Kebun
042 10 02 Mandor / Pengawas
Pembukaan Tanah
042 10 03 Ganti Rugi atas Tanah
042 10 04 Penyelidikan Tanah
042 10 05 Membongkar dan Membakar Tunggul Tenaga Sendiri
042 10 06 Membongkar dan Membakar Tunggul Tenaga Pemborong
042 10 07 Mengerjakan Tanah Tenaga Sendiri
042 10 08 Mengerjakan Tanah Tenaga Mesin
042 10 09 Mengerjakan Tanah Tenaga Pemborong
042 10 10 Alat-alat dan Perlengkapan
Pembuatan Jalan, Jembatan, Saluran Air, dan Teras
042 10 11 Jalan
042 10 12 Jembatan
042 10 13 Saluran Air
042 10 14 Teras
042 10 15 Alat-alat dan Perlengkapan
Penanaman
042 10 16 Mengukur Jarak dan Menggali Lobang
042 10 17 Pembibitan
042 10 18 Menanam dan Menyisip
042 10 19 Alat-alat dan Perlengkapan
Menyiang dan Merumput
042 10 20 Pemberantasan Lalang Tenaga Sendiri
042 10 21 Pemberantasan Lalang Tenaga Mesin
042 10 22 Pemberantasan Lalang Tenaga Kimiawi
042 10 23 Pemberantasan Lalang Tenaga Pemborong
042 10 24 Menyiangi dan Merumput Tenaga Sendiri
042 10 25 Menyiangi dan Merumput Tenaga Mesin
042 10 26 Menyiangi dan Merumput Tenaga Kimiawi
042 10 27 Menyiangi dan Merumput Tenaga Pemborong
042 10 28 Alat-alat dan Perlengkapan
Pemberantasan Hama dan Penyakit
Page 19
19
042 10 30 Penyakit Daun, Batang, Benalu, Akar
042 10 31 Pemberantasan Hama
042 10 32 Pembersihan Pohon yang Tumbang dan yang Mati
042 10 33 Alat-alat dan Perlengkapan
Pemupukan
042 10 34 Upah dan Biaya Sosial
042 10 35 Pupuk Anorganik
042 10 36 Pupuk Organik
042 10 37 Pengangkutan
042 10 38 Alat-alat dan Perlengkapan
Lain-lain
042 10 40 Pengeprasan dan Pemangkasan
042 10 41 Pohon Pelindung / LCC
042 10 42 Peralatan Kecil
Biaya Beban Langsung
042 10 50 Biaya Rumah Dinas
042 10 51 Pajak / Sewa Tanah
042 10 52 Asuransi
042 10 53 Biaya Keamanan
042 10 54 Angkutan / Kontrol Kebun
Page 20
20
Lampiran 6. Daftar Biaya TBM I
BIAYA-BIAYA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN I (TBM I)
NO. REKENING NAMA REKENING
043 Tanaman Belum Menghasilkan Th. I
043 10 TBM I Budidaya Teh
Gaji, Tunjangan, Biaya Sosial
043 10 00 Administratur / Sinder Kepala
043 10 01 Sinder Kebun
043 10 02 Mandor / Pengawas
Pembuatan dan Pemeliharaan Jalan, Saluran Air, dan Teras
043 10 10 Jalan
043 10 11 Saluran Air
043 10 12 Teras
043 10 13 Alat-alat Perlengkapan
Menyulam / Penyisipan
043 10 15 Upah dan Biaya Sosial
043 10 16 Bibit
043 10 17 Alat-alat dan Perlengkapan
Menyiang dan Merumput
043 10 20 Pembrantasan Lalang Tenaga Sendiri
043 10 21 Pembrantasan Lalang dengan Mesin
043 10 22 Pembrantasan Lalang dengan Kimiawi
043 10 23 Pembrantasan Lalang dengan Tenaga Pemborong
043 10 24 Menyiang dan Merumput Tenaga Sendiri
043 10 25 Menyiang dan Merumput dengan Mesin
043 10 26 Menyiang dan Merumput Tenaga Kimiawi
043 10 27 Menyiang dan Merumput Tenaga Pemborong
043 10 28 Alat-alat dan Perlengkapan
Pembrantasan Hama dan Penyakit
043 10 30 Penyakit Daun, Batang, Benalu, Akar
043 10 31 Pembrantasan Hama
043 10 32 Pembersihan Pohon yang Tumbang dan yang Mati
043 10 33 Alat-alat dan Perlengkapan
Pemupukan
043 10 34 Upah dan Biaya Sosial
043 10 35 Pupuk Anorganik
043 10 36 Pupuk Organik
043 10 37 Pengangkutan
043 10 38 Alat-alat dan Perlengkapan
Lain-lain
Page 21
21
043 10 40 Penjarangan dan Pemangkasan
043 10 41 Pohon Pelindung / LCC
043 10 44 Peralatan Kecil
Biaya Beban Langsung
043 10 50 Biaya Rumah Dinas
043 10 51 Pajak / Sewa Tanah / Bunga KI
043 10 52 Asuransi
043 10 53 Biaya Keamanan
043 10 54 Angkutan / Kontrol Kebun
Page 22
22
Lampiran 7. Daftar Biaya TBM II
BIAYA-BIAYA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN II (TBM II)
NO. REKENING NAMA REKENING
044 Tanaman Belum Menghasilkan Th. II
044 10 TBM II Budidaya Teh
Gaji, Tunjangan, Biaya Sosial
044 10 00 Administratur / Sinder Kepala
044 10 01 Sinder Kebun
044 10 02 Mandor / Pengawas
Pembuatan dan Pemeliharaan Jalan, Saluran Air, dan Teras
044 10 10 Jalan
044 10 11 Saluran Air
044 10 12 Teras
044 10 13 Alat-alat Perlengkapan
Menyulam / Penyisipan
044 10 15 Upah dan Biaya Sosial
044 10 16 Bibit
044 10 17 Alat-alat dan Perlengkapan
Menyiang dan Merumput
044 10 20 Pembrantasan Lalang Tenaga Sendiri
044 10 21 Pembrantasan Lalang dengan Mesin
044 10 22 Pembrantasan Lalang dengan Kimiawi
044 10 23 Pembrantasan Lalang dengan Tenaga Pemborong
044 10 24 Menyiang dan Merumput Tenaga Sendiri
044 10 25 Menyiang dan Merumput dengan Mesin
044 10 26 Menyiang dan Merumput Tenaga Kimiawi
044 10 27 Menyiang dan Merumput Tenaga Pemborong
044 10 28 Alat-alat dan Perlengkapan
Pembrantasan Hama dan Penyakit
044 10 30 Penyakit Daun, Batang, Benalu, Akar
044 10 31 Pembrantasan Hama
044 10 32 Pembersihan Pohon yang Tumbang dan yang Mati
044 10 33 Alat-alat dan Perlengkapan
Pemupukan
044 10 34 Upah dan Biaya Sosial
044 10 35 Pupuk Anorganik
044 10 36 Pupuk Organik
044 10 37 Pengangkutan
044 10 38 Alat-alat dan Perlengkapan
Lain-lain
Page 23
23
044 10 40 Penjarangan dan Pemangkasan
044 10 41 Pohon Pelindung / LCC
044 10 44 Peralatan Kecil
Biaya Beban Langsung
044 10 50 Biaya Rumah Dinas
044 10 51 Pajak / Sewa Tanah / Bunga KI
044 10 52 Asuransi
044 10 53 Biaya Keamanan
044 10 54 Angkutan / Kontrol Kebun
Page 24
24
Lampiran 8. Daftar Biaya TBM III
BIAYA-BIAYA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN III (TBM III)
NO. REKENING NAMA REKENING
045 Tanaman Belum Menghasilkan Th. III
045 10 TBM III Budidaya Teh
Gaji, Tunjangan, Biaya Sosial
045 10 00 Administratur / Sinder Kepala
045 10 01 Sinder Kebun
045 10 02 Mandor / Pengawas
Pembuatan dan Pemeliharaan Jalan, Saluran Air, dan Teras
045 10 10 Jalan
045 10 11 Saluran Air
045 10 12 Teras
045 10 13 Alat-alat Perlengkapan
045 Menyulam / Penyisipan
045 10 15 Upah dan Biaya Sosial
045 10 16 Bibit
045 10 17 Alat-alat dan Perlengkapan
Menyiang dan Merumput
045 10 20 Pembrantasan Lalang Tenaga Sendiri
045 10 21 Pembrantasan Lalang dengan Mesin
045 10 22 Pembrantasan Lalang dengan Kimiawi
045 10 23 Pembrantasan Lalang dengan Tenaga Pemborong
045 10 24 Menyiang dan Merumput Tenaga Sendiri
045 10 25 Menyiang dan Merumput dengan Mesin
045 10 26 Menyiang dan Merumput Tenaga Kimiawi
045 10 27 Menyiang dan Merumput Tenaga Pemborong
045 10 28 Alat-alat dan Perlengkapan
Pembrantasan Hama dan Penyakit
045 10 30 Penyakit Daun, Batang, Benalu, Akar
045 10 31 Pembrantasan Hama
045 10 32 Pembersihan Pohon yang Tumbang dan yang Mati
045 10 33 Alat-alat dan Perlengkapan
Pemupukan
045 10 34 Upah dan Biaya Sosial
045 10 35 Pupuk Anorganik
045 10 36 Pupuk Organik
045 10 37 Pengangkutan
045 10 38 Alat-alat dan Perlengkapan
Lain-lain
Page 25
25
045 10 40 Penjarangan dan Pemangkasan
045 10 41 Pohon Pelindung / LCC
045 10 44 Peralatan Kecil
Biaya Beban Langsung
045 10 50 Biaya Rumah Dinas
045 10 51 Pajak / Sewa Tanah / Bunga KI
045 10 52 Asuransi
045 10 53 Biaya Keamanan
045 10 54 Angkutan / Kontrol Kebun
Page 26
26
Lampiran 9. Komposisi Kloon Tanaman Teh Afdeling Kaligua Sakub
KOMPOSISI KLOON TANAMAN TEH
TAHUN 2012
AFDELING KALIGUA SAKUB
Tahun Luas Jumlah
Tanam (ha) pohon luas Pohon luas Pohon luas Pohon luas Pohon luas Pohon luas Pohon luas Pohon luas Pohon luas Pohon Luas pohon luas Pohon luas Pohon
1939 21.52 260,768 21.52 260,768
1966 11.30 130,820 11.30 130,820
1969 19.74 198,591 19.19 193,060 0.25 2,515 0.30 3,016
1970 6.56 62,637 6.56 62,637
1972 7.62 81,500 7.62 81,500
1975 0.72 9,029 0.72 9,029
1976 9.25 108,575 3.73 42,091 1.00 11,343 0.20 2,941 0.58 6,589 0.74 11,099 3.00 34,512
1977 12.21 143,158 9.06 106,853 2.00 23,180 1.15 13,125
1978 10.00 102,132 8.14 78,603 1.86 23,529
1979 17.77 213,786 17.77 213,786
1980 7.56 86,282 7.36 83,914 0.20 2,368
1981 17.20 205,948 15.72 191,146 1.48 14,802
1984 5.93 64,676 5.93 64,676
1985 14.02 170,236 14.02 170,236
1991 14.44 178,387 7.25 90,807 2.94 34,950 4.25 52,630
1993 2.06 26,108 2.06 26,108
2004 3.41 52,566 3.41 52,566
2006 3.86 56,550 2.86 42,050 1.00 14,500
2007 5.46 76,235 5.46 76,235
2008 5.76 99,336 4.88 84,622 0.88 14,714
Jumlah TM 196.39 2,327,320 66.19 728,785 82.70 962,849 28.92 406,911 2.36 29,486 1.73 19,714 5.36 63,219 7.25 87,142 1.00 14,500 0.88 14,714 0.00 0 0.00 0 0.00 0
TBM III 2009 8.70 133,200 8.70 133,200
TBM II 2010 4.96 78,690 0.40 5,760 0.60 9,200 3.91 63,050 0.05 680
TBM I 2011 3.90 54,900 3.65 51,314 0.25 3,586
Jml Seluruh 213.95 2,594,110 66.19 728,785 82.70 962,849 37.62 540,111 2.36 29,486 1.73 19,714 5.36 63,219 7.65 92,902 1.00 14,500 5.13 75,228 3.91 63,050 0.25 3,586 0.05 680
% 213.95 30.94 38.65 17.58 1.10 0.81 2.51 3.58 0.47 2.40 1.83 0.12 0.02
Keterangan Warna
Cin 143 Gambung 3 Gambung 7 Gambung 9 Gambung 11 Pucuk M erahHybrid/Sin TRI 2024 TRI 2025 SA 40 Kiara 8 RB 3
Page 27
27
Tahun Luas Jumlah
Tanam ( Ha ) Pohon Luas Pohon Luas Pohon Luas Pohon Luas Pohon Luas Pohon Luas Pohon Luas Pohon Luas Pohon
1939 2.50 64,416 2.50 64,416
1966 6.91 61,528 6.91 61,528
1969 23.12 220,043 23.12 220,043
1970 12.05 120,693 10.05 83,545 2.00 24,921
1975 3.44 41,394 1.60 18,209 1.84 23,185
1976 1.25 11,573 1.25 11,573
1977 7.94 210,375 7.94 210,375
1979 6.49 125,140 6.17 122,384 0.32 2,756
1980 10.18 136,139 10.18 136,139
1981 11.36 123,480 11.36 123,480
1984 2.44 25,519 2.44 25,519
1985 35.37 440,442 34.37 427,157 1.00 13,285
1997 19.74 240,444 8.88 139,056 10.86 101,388
2001 7.50 101,376 7.5 101,376
2003 3.00 42,938 3.00 42,938
2004 6.59 94,326 6.59 94,326
2006 6.14 91,970 2.05 29,880 4.09 62,090
2007 4.54 63,590 2.47 43,590 2.07 20,000
2008 4.24 67,350 4.24 67,350
174.80 2,282,736 44.18 447,741 77.55 1,104,733 14.40 225,811 0.32 2,756 24.67 290,114 13.68 199,354 - - - -
TBM II :2009 6.30 90,899 6.30 90,899
TBM II : 2010 17.22 287,008 10.89 180,034 4.52 75,474 1.61 28,129 0.2 3,371
TBM I : 2011 16.22 228,680 4.15 59,325 12.07 169,355
39.74 606,587.00 21.34 330,258.00 16.59 244,829.00 1.61 28,129.00 0.20 3,371.00 Jumlah Total 214.54 2,889,323 35.74 556,069.00 41.26 534,943 13.68 199,354 1.61 28,129.00 0.20 3,371.00
KOMPOSISI KLOON TANAMAN T E H TAHUN 2012
AFDELING : AMBAR SURALAYA
Hybrid/Sin TRI 2024 TRI 2025 SA. 40 Gambung 7 Gambung 3 Gambung 11 Pucuk Merah
TM T E H : 174.80 HA
Lampiran 10. Komposisi Kloon Tanaman Teh Afdeling Ambar Suralaya
Page 28
28
Lampiran 11. Hasil Wawancara
A. Pengakuan
Saat penelitian ini dilakukan yaitu Desember 2012, kebun Kaligua masih
menggunakan SAK bagi perkebunan, dapat dibuktikan dari pernyataan di bawah
ini.
Staf SDM
bagian
Penelitian
: “Oh..macem-macem tho, Mbak. Bukan Aset Biologis, tapi istilah
tanaman teh di sini ada TTAD, TTI, TBM, TM. TTAD itu Tanaman
Tahun Akan Datang, TTI itu Tanaman Tahun Ini, TBM artinya
Tanaman Belum Menghasilkan. Ada TBM I, TBM II, TBM III, terus
TM atau Tanaman Menghasilkan.”
Juru Tulis
Afdeling
Ambar
Suralaya
: “Ndak ada itu Aset Biologis, tanaman di sini itu anu..prosesnya
banyak. Gini Mbak, dari persiapan lahan itu masuk TTAD,
kemudian ditanam itu TTI, tahun berikutnya masuk TBM ada TBM I,
TBM II, TBM III, masing-masing satu tahun, tahun ke empat baru
masuk TM mulai diproduksi terus itunya.. pucuknya.”
Staf
Akuntansi
(General
Ledger)
: “Tanaman diakui menjadi dua, yaitu TBM sama TM. TBM itu hasil
dari pembibitan sampai TBM III, kemudian setelahnya menjadi
TM.”
Peneliti : “Menurut IFRS, tanaman teh itu diakui sebagai Aset Biologis,
bagaimana dengan pengakuan tanaman teh di kebun Kaligua?” Staf SDM
bagian
Penelitian
: “Aset Biologis itu apa?”
Juru Tulis
Afdeling
Ambar
Suralaya
: “Aset Biologis? Maksudnya? Ini...baru ini, apa itu?”
Staf
Akuntansi
(General
Ledger)
: “...apapun istilahnya, mungkin menurut Anda, Aset Biologis itu,
mari kita samakan persepsi.”
Page 29
29
B. Pengukuran
1. Perolehan Aset
Peneliti : “Menurut IFRS, Aset Biologis harus diukur dengan
menggunakan nilai wajar (fair value) atau nilai yang berlaku
di pasaran. Misalnya harga bibit perbatang itu di pasaran
seribu rupiah, maka kebun Kaligua harus melaporkan seribu
rupiah. Kalau di kebun Kaligua itu diukur dengan
menggunakan nilai apa?”
Juru Tulis
Ambar
Suralaya
: “Di sini bibit buat sendiri, kan sudah banyak tanamannya
tinggal ambil dari yang tanaman unggul. Kalaupun harus
beli di PPTK Bandung ya ndak seberapa paling. Itu pun
kalau ada varietas unggul baru yang cocok dengan tanah di
sini. Nanti dikembangbiakkan sendiri. Ndak banyak...ndak.”
Staf
Akuntansi
(General
Ledger)
: “Bibit memang kami buat sendiri, hal yang juga menjadi
pertimbangan kenapa membuat sendiri itu, 1) Untuk
meminimalisir kerusakan bibit dalam perjalanan, 2) Untuk
meminimalisir biaya angkut. Satu truk itu paling isi berapa
sih, Mbak. Jatuhnya tambah mahal kalau beli bibit, nanti
akibatnya kan ke anggaran juga.”
Juru Tulis
Afdeling
Ambar
Suralaya
: “Harga bibit itu ya berasal dari semua pengeluaran untuk
bibit terus dibagi jumlah bibit hidup. Baru muncul harga per
bibit. Kalau TBM ya berarti semua biaya untuk perawatan
TBM, tenaga kerja juga termasuk, Mbak. Kalau TM ya juga
sama, tapi biasanya biaya untuk TBM I dan II lebih mahal
dibanding TBM III. Kalau TM harganya lebih mahal karena
sudah menghasilkan sih...”
Juru Tulis
Afdeling
Ambar
Suralaya
: “Nilai wajar itu susah, lha wong buktinya bibit kami buat
sendiri, biaya-biaya untuk TTAD, TTI, TBM, sampai TM
sudah ada pedomannya. Kalau misalnya pakai nilai wajar
yang Anda maksud lebih mahal itu jatuhnya. Misal, harga
satu bibit di sini yang buat sendiri itu seribu empat ratusan,
nah kalau beli di PPTK bisa mencapai dua ribuan bahkan
lebih.”
Staf
Akuntansi
(General
Ledger)
: “Iya ini kami juga mau mengacu ke IFRS tapi gimana ya,
Mbak. Menentukan nilai wajarnya itu yang susah. Kalau
misalkan harga suatu kendaraan, mobil merek apa, keluaran
tahun berapa, itu kan gampang dapatnya, cari harga
pasaran di internet saja sudah dapat. Lha ini? Pohon teh gitu
loh.. mungkin, kalau harga pohon albasia atau pohon jati
dengan ukuran diameter tertentu itu masih bisa dicari nilai
wajarnya. Lha kalau pohon teh? Susah, Mbak.. Terus
menentukan pasar aktifnya itu juga bingung. Belum ada
ketentuan tentang pasar yang dijadikan acuan itu.”
Page 30
30
“...untuk tahun 2012, harga bibit di kebun Kaligua seribu
empat ratus lima puluh rupiah. Kalau pakai harga di
pasaran yaitu di PPTK dua ribu rupiah per bibit...”
2. Reklasifikasi
Peneliti : "Berdasarkan IFRS, apabila Aset Biologis telah sampai
pada tahap reklasifikasi yaitu dari Aset Biologis Belum
Dewasa menjadi Aset Biologis Dewasa maka pengukuran
nilainya harus disesuaikan dengan nilai baru di pasaran.
Bagaimana dengan kebun Kaligua?"
Staf
Akuntansi
(General
Ledger)
: “Hmm..nilai aktiva itu akumulasi, Mbak. Gini, untuk
mengetahui harga atau nilai suatu TM itu kan harus
diperhitungkan nilai-nilai sebelumnya, tumbuh terus sih. Iya
tho? Misalnya gini, biar tahu berapa harga TM sekarang
berarti biaya-biaya pada saat pembibitan itu ada stek 1 atau
bibit tahun pertama (lampiran 2) dan stek 2 atau bibit tahun
kedua (lampiran 3), biaya TTAD (lampiran 4), biaya TTI
(lampiran 5), biaya TBM baik TBM I (lampiran 6), TBM II
(lampiran 7), serta TBM III (lampiran 8) nanti diakumulasi
kemudian dibagi sesuai seri, baru ketemu nilainya. Harus
sesuai seri lho ya ..”
3. Revaluasi
Peneliti : "Dalam IFRS, Aset Biologis harus diukur saat pengakuan
awal dan pada tanggal pelaporan posisi keuangan
berdasarkan nilai wajar dikurangi estimasi biaya
penjualan. Jika dalam revaluasi ini terdapat kenaikan atau
penurunan nilai maka harus diakui sebagai laba atau rugi,
lalu bagaimana perlakuan menurut kebun Kaligua?"
Staf
Akuntansi
(General
Ledger)
: “Kalau itu belum ada, Mbak. Kami tidak melakukan
revaluasi tersebut.”
Page 31
31
4. Penyusutan
Peneliti : "Berapa umur ekonomis atau umur manfaat Aset Biologis di
kebun Kaligua?Kemudian metode apa yang digunakan
dalam penyusutan tersebut?"
Staf SDM
bagian
Penelitian
: “Umur ekonomis TM itu beda-beda ada yang tiga puluh
tahun, empat puluh, lima puluh. Tapi iya, disamakan menjadi
empat puluh tahun, kami mengakui adanya penyusutan
dengan garis lurus.”
Juru Tulis
Afdeling
Ambar
Suralaya
: “Memang umur ekonomisnya ada yang beda, tapi disamakan
menjadi empat puluh tahun metodenya sama semua seluruh
perkebunan itu pakai garis lurus.”
C. Penyajian
Staf
Akuntansi
(General
Ledger)
: "Aset Tidak Lancar, bisa dilihat pada Laporan Tahunan
(lampiran 1)."
D. Pengungkapan
1. Rincian jenis dan jumlah aset biologis
Peneliti : "Apakah kebun Kaligua membuat rincian jenis dan jumlah
Aset Biologis?"
Juru Tulis
Afdeling
Kaligua
Sakub
: " Ya, kami melaporkannya dalam Laporan Komposisi
Kloon Tanaman Teh Afdeling Kaligua Sakub (lampiran 9)"
Juru Tulis
Afdeling
Ambar
Suralaya
: "Ada didalam Laporan Komposisi Kloon Tanaman Teh
Afdeling Ambar Suralaya (lampiran 10)"
Peneliti : "Kebun Kaligua mengelompokkan Aset Biologis yang berupa
TBM dan TM ke dalam komponen apa pada Laporan Posisi
Keuangan atau Neraca?"
Page 32
32
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
Peneliti : "Bagaimana jika terjadi perubahan terhadap nilai aset
misalnya terjadi pembongkaran, longsor, kematian, dan
sebagainya?"
Staf
Akuntansi
(General
Ledger)
: “Kalau di sini namanya penghapusan aktiva, ya harus
diungkapkan dalam Berita Acara misalnya ada
pembongkaran, jurnalnya juga ada itu, tapi kalau akibat
bencana misalnya longsor atau kena angin puting beliung
sampai saat ini belum pernah kejadian. Kalaupun ada
yang longsor itu jumlahnya hanya beberapa pohon saja,
tidak material jadi tidak diungkapkan.”