Top Banner
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294 i JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI Pelindung dan Penasehat Drs. H. Sudirman Ismail, M.Si. Ketua STKIP Taman Siswa Bima Dr. Ibnu Khaldun, M.Si. Pelaksana Harian STKIP Taman Siswa Bima Penganggung Jawab Syarifuddin, S.Pd., M.Pd. Ketua LPPM STKIP Taman Siswa Bima Ketua Penyunting Mariamah, M.Pd. Sekretaris Penyunting Asriyadin, M.Pd. Penyunting Pelaksana Syarifuddin.S.Si, M.Pd. Yus’iran, M.Pd. Muliana, M.Pd. Muliansani, M.Kom Zuriatin. S.S,M.Pd Penyunting Ahli (Mitra Bestari) Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D. Universitas Negeri Malang Prof. Dr. Agil Alidrus, M.Pd. Universitas Mataram Dr. Amran Amir, M.Pd. STKIP Bima Dr. Syahruddin, M.Si. Bendahara Nanang Diana, M.Pd. Alamat Redaksi Redaksi Jurnal Pendidikan SOSIAL LPPM STKIP Taman Siswa Bima Jln. Lintas Bima Tente Palibelo. Tlp (0374) 42891 Email: [email protected] Jurnal Pendidikan IPS STKIP Taman Siswa Bima, terbit 2 kali setahun dengan edisi Januari Juni dan Juli - Desember. Sebagai media informasi, pemikiran dan hasil penelitian yang berkaitan dengan pendidikan sosial dan ilmu sosial.
144

JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Oct 05, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

i

JURNAL PENDIDIKAN IPS

SUSUNAN REDAKSI

Pelindung dan Penasehat

Drs. H. Sudirman Ismail, M.Si. Ketua STKIP Taman Siswa Bima

Dr. Ibnu Khaldun, M.Si. Pelaksana Harian STKIP Taman Siswa Bima

Penganggung Jawab

Syarifuddin, S.Pd., M.Pd. Ketua LPPM STKIP Taman Siswa Bima

Ketua Penyunting

Mariamah, M.Pd.

Sekretaris Penyunting

Asriyadin, M.Pd.

Penyunting Pelaksana

Syarifuddin.S.Si, M.Pd.

Yus’iran, M.Pd.

Muliana, M.Pd.

Muliansani, M.Kom

Zuriatin. S.S,M.Pd

Penyunting Ahli (Mitra Bestari)

Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D. Universitas Negeri Malang

Prof. Dr. Agil Alidrus, M.Pd. Universitas Mataram

Dr. Amran Amir, M.Pd. STKIP Bima

Dr. Syahruddin, M.Si.

Bendahara

Nanang Diana, M.Pd.

Alamat Redaksi

Redaksi Jurnal Pendidikan SOSIAL

LPPM STKIP Taman Siswa Bima

Jln. Lintas Bima – Tente Palibelo. Tlp (0374) 42891

Email: [email protected]

Jurnal Pendidikan IPS STKIP Taman Siswa Bima, terbit 2 kali setahun dengan

edisi Januari – Juni dan Juli - Desember. Sebagai media informasi, pemikiran dan

hasil penelitian yang berkaitan dengan pendidikan sosial dan ilmu sosial.

Page 2: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

ii

JURNAL PENDIDIKAN IPS

Volume 4 no 1, Januari-Juni 2014

ISSN : 2088-0294

DAFTAR ISI

PEMAHAMAN GURU TENTANG MATA PELAJARAN

PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM KURIKULUM

SMK 2013

Ida Mawaddah, Universitas Negeri Malang

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SDN RISA TAHUN PELAJARAN 2013

LINA BUDIARTI, Guru IPS Kelas V SDN Risa

METODE DRIIL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN INPRES SORO AFU

TAHUN PELAJARAN 2013

Sumantiah, Guru IPS Kelas IV SDN Inpres Soro Afu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V

DI SD NEGERI NO 2 TEKE TAHUN PELAJARAN 2013.

Ratnah & ANAS. S.Pd

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Shere

(TPS) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV di

SD Negeri Inpres Pasir Putih Tahun Pelajaran 2013

Siti Fatimah, Guru SD Negeri Inpres Pasir Putih

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PADA

PELAJARAN IPS EKONOMI PADA MATERI LEASING

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN FICTURE AND

FICTURE DI KELAS VIIC MADRASAH TSANAWIYAH

NEGERI WATAMPONE KECAMATAN TANETE RIATTANG

TIMUR KABUPATEN BONE

FATMAWATI

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAM

LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS EKONOMI

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Page 3: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

iii

KELAS VII RINTISAN MANDRASA BERTAHAP

INTERNASIONAL (RMBI) 1 MTsN WATAMPONE

AGUSTINA

TINJAUANPENERAPANPENGELOLAANKELAS DAN

PENGARUHNYATERHADAP PROSES BELAJARMENGAJAR

DI MTS DARULHIKMAHTENTETAHUNPELAJARAN

2013/2014

SAHRIR, M. PD & AGUSARDIANSYAH

PENERAPAN PENGELOLAAN KELAS DALAM

MENGINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP

NEGERI 3 PALIBELO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

TRI IRAWATI, M.SI, & ESTAURINA, ENDANG

Page 4: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

26

PEMAHAMAN GURU TENTANG MATA PELAJARAN PRAKARYA

DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM KURIKULUM SMK 2013

Ida Mawaddah

Universitas Negeri Malang

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui secara detail mengenai pemahaman guru dalam

memaknai kurikulum 2013, meliputi 7 aspek yaitu Interpretasi, Mencontohkan,

Mengklasifikasikan, Menggeneralisasikan, Inferensi, Membandingkan, menjelaskan.

Informan dalam penelitian ini yaitu 3 guru mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di

SMK Negeri 1 Malang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

interpretatif, dengan tujuan agar dapat memperoleh pemahaman dan interpretasi mendalam

tentang makna dari fenomena yang ada di lapangan. Dalam penelitian ini ada beberapa

tahapan proses pengumpulan data yaitu: (a) observasi awal, (b) penyebaran kuesioner, (c)

wawancara, (d) dokumentasi dan (e) pengamatan. Teknik analisis yang digunakan adalah

menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bersifat induktif. Hasil penelitian yaitu

sejauh mana pemahaman guru mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan yang mengajar

di kelas X yang telah menerapkan kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Malang, dalam

mengembangkan kompetensi inti dan kompetensi dasar ke bentuk rencana pelaksanaan

pembelajaran dan perangkat pembelajaran lainnya, menyesuaikan dengan pemahaman

guru, kemampuan peserta didik, sarana dan prasarana sekolah serta potensi daerah

setempat.

Kata kunci: Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan

PENDAHULUAN

Arah kebijakan pemerintah

memberikan pembelajaran prakarya dan

kewirausahaan bertujuan agar peserta

didik mampu berekspresi kreatif melalui

keterampilan teknik berkarya ergonimis,

teknologi dan ekonomis. Melatih

keterampilan mencipta karya berbasis

estetis, artistic, ekosistem dan

tekonologis, serta melatih keterampilan

menciptakan media dan bahan berkarya

seni dan teknologi melalui prinsip

ergonomis, hygienis, tepat-cekat-cepat,

ekosistemik dan metakognitif.

Menghasilkan karya jadi maupun

apresiatif yang siap dimanfaatkan dalam

kehidupan, maupun bersifat wawasan dan

landasan pengembangan apropriatif

terhadap teknologi terbarukan dan

teknologi kearifan lokal, dan menumbuh

kembangkan jiwa wirausaha melalui

melatih dan mengelola penciptaan karya

(produksi). Mengemas, dan usaha

menjual berdasarkan prinsip ekonomis,

ekosistemik dan ergonomis. Oleh karena

itu peneliti meneliti pemahaman guru

tentang mata pelajaran prakarya dan

kewirausahaan dalam kurikulum SMK

2013, dengan melihat pemahaman guru,

RPP dan pelaksanaan kegiatan

pembelajaran.

Pemahaman guru terhadap mata

pelajaran prakarya dan kewirausahaan

terkait kompetensi inti dan kompetensi

Page 5: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

27

dasar bila dilihat dari hasil penelitian

sangat bervariasi, akan tetapi memiliki

makna yang sama, sejauh ini pemahaman

guru pada pembelajaran prakarya dan

kewirausahaan hanya mencangkup

kerajinan saja, sejatinya secara teori mata

pelajaran prakarya dan kewirausahaan

terdiri dari 4 aspek yaitu kerajinan,

rekayasa, budidaya serta pengolahan.

Dalam pembuatan RPP disusun secara

bersama oleh guru mata pelajaran,

pelaksanaan di kelas dilaksanakan sesuai

RPP meskipun ada tujuan yang belum

tercapai. Tujuan pembelajaran secara utuh

belum dapat dilaksanakan karena

terkendala oleh pemahaman, waktu dan

sarana pembelajaran. Oleh karena itu

pembelajaran prakarya dan

kewirausahaan tidak hanya dilakukan

dalam kelas tapi juga dilaksanakan dalam

bentuk praktik pada unit produksi,

penjualan produk di masyarakat dan

usaha mandiri, dengan demikian

pembelajaran kewirausahaan dapat

mencapai tujuan sesuai ketetapan

kurikulum 2013.

METODE

Penelitian ini dilakukan di Kota

Malang. Metode yang digunakan yaitu

penelitian kualitatif dengan pendekatan

interpretatif, dengan tujuan agar dapat

memperoleh pemahaman dan interpretasi

mendalam tentang makna dari fenomena

yang ada di lapangan. Dalam penelitian

ini ada beberapa tahapan proses

pengumpulan data yaitu: observasi awal,

penyebaran kuesioner, wawancara,

dokumentasi dan pengamatan. Teknik

analisis yang digunakan adalah

menggunakan metode deskriptif kualitatif

yang bersifat induktif. Untuk sumber data

diperoleh langsung dari ke-3 informan

yang mengajar mata pelajaran prakarya

dan kewirausahaan kelas X di SMK

Negeri 1 Malang, baik secara kuesioner,

wawancara mendalam, kepustakaan, dan

rekaman observasi. Penelitian ini

mengambil lokasi di SMK Negeri 1

Malang yang beralamat di Jl.

Sonokembang, Janti, Sukun, Kota

Malang. Dengan pertimbangan bahwa

satu-satunya sekolah yang berbasis bisnis

dan manajemen, sekolah ini merupakan

sekolah yang sering menjuarai bidang-

bidang keahlian khususnya bidang

keahlian bisnis, serta meraih sekolah

menengah kejuruan berbasis adiwiyata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemahaman Guru tentang Mata

Pelajaran Prakarya dan

Kewirausahaan Kurikulum 2013 di

SMK Negeri 1 Malang

Guru pelajaran prakarya dan

kewirausahaan di SMK Negeri 1 Malang

memiliki pandangan yang hampir sama

terhadap pembelajaran prakarya dan

kewirausahaan yang meliputi pemahaman

terhadap kompetensi inti dan kompetensi

dasar dalam kurkulum 2013. Guru

prakarya dan kewirausahaan di SMK

Negeri 1 Malang khususnya pada jurusan

Bisnis dan Manajemen telah melakukan

kesepakatan bersama dalam tahap

menyusun perangkat pembelajaran dan

melaksanakan kegiatan belajar yang

sama. Variasai pandangan yang mereka

diskusikan menjadi patokan dalam

pelaksanaan pembelajaran dalam kelas,

untuk pemahaman guru dalam perangkat

pembelajaran tidak terlalu mencolok.

Berdasarkan pada kajian teori

ketetapan tentang pembelajaran prakarya

dan kewirausahaan terkait memahami

makna yang tertuang dari kompetensi inti

dan kompetensi dasar, maka pemahaman

guru terhadap pembelajaran prakarya dan

kewirausahaan di SMK Negeri 1 Malang

menunjukan bahwa ketetapan tentang

Page 6: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

28

pembelajaran perlu dikaji ulang agar

menjadi pedoman yang baik dalam

pelaksanaan pembelajaran dan mencapai

tujuan pembelajaran, walaupun dalam

kurikulum 2013 khusus SMK pada

Peraturan Pemerintah No.70 belum

secara rinci menjelaskan penjabaran dari

prakarya dan kewirausahaan sehingga

untuk sementara guru harus memaknai

sendiri dan mencari rujukan yang tepat

sesuai dengan kompetensi inti dan

kompetensi dasar yang telah ada.

Secara teori mata pelajaran

prakarya dan kewirausahaan meliputi 4

aspek yaitu kerajinan, rekayasa, budidaya

dan pengolahan, dalam pembelajaran

prakarya dan kewirausahaan

mengkolaborasikan 4 aspek tersebut

dalam kegiatan pembelajaran. Aspek

kerajinan, aspek rekayasa, aspek

budidaya dan aspek pengolahan memiliki

keterkaitan dalam proses pelaksanaan

pembelajaran. Sejauh ini dari hasil

penelitian, pemahaman guru mata

pelajaran prakarya dan kewirausahaan

jurusan bisnis dan manajemen di SMK

Negeri 1 Malang hanya mencangkup

bagian kerajinan saja, dengan alasan yang

hampir sama saat wawancara

berlangsung.

Implementasi Pembelajaran Prakarya

dan Kewirausahaan dalam RPP

Dari hasil penelitian, guru

merumuskan tujuan dan langkah-langkah

pembelajaran sesuai dengan ketetapan

pembelajaran prakarya dan

kewirausahaan sesuai dengan pemahaman

mereka. Langkah-langkah pembelajaran

yang digunakan menunjukan cara

bagaimana mencapai tujuan yang telah

dirumuskan. Guru mata pelajaran masih

menekankan pada aktivitas dimensi

proses kognitif memahami. Hal ini sesuai

dengan pernyataan dari ke-3 responden

yang hampir sama yaitu menekankan

pada proses pemahaman peserta didik

akan sikap dan jiwa wirausaha,

sehubungan dengan

pengimplementasikan yang belum bisa

dilaksanakan.

Secara umum guru mencoba

menyusun RPP merujuk pada ketetapan

pembelajaran prakarya dan

kewirausahaan sesuai dengan pemahaman

mereka. Guru berupaya menyusun RPP

sesuai pedoman penyusunan RPP pada

pendidikan No.81A tahun 2013 tentang

Pedoman Implementasi, komponen RPP

meliputi :

a) Identitas sekolah yaitu nama satuan

pendidikan

b) Identitas mata pelajaran atau tema/sub

tema;

c) Kelas/semester;

d) Materi pokok;

e) Alokasi waktu ditentukan sesuai

dengan keperluan untuk pencapaian

kd dan beban belajar dengan

mempertimbangkan jumlah jam

pelajaran yang tersedia dalam silabus

dan kd yang harus dicapai;

f) Tujuan pembelajaran yang

dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional

yang dapat diamati dan diukur, yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan;

g) Kompetensi dasar dan indikator

pencapaian kompetensi;

h) Materi pembelajaran, memuat fakta,

konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk

butir-butir sesuai dengan rumusan

indikator ketercapaian kompetensi;

i) Metode pembelajaran, digunakan oleh

pendidik untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik mencapai KD yang

disesuaikan dengan karakteristik

Page 7: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

29

peserta didik dan KD yang akan

dicapai;

j) Media pembelajaran, berupa alat

bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran;

k) Sumber belajar, dapat berupa buku,

media cetak dan elektronik, alam

sekitar, atau sumber belajar lain yang

relevan;

l) Langkah-langkah pembelajaran

dilakukan melalui tahapan

pendahuluan, inti, dan penutup; dan

m) Penilaian hasil pembelajaran.

Implementasi Pembelajaran Prakarya

dan Kewirausahaan dalam

Pelaksanaan

Dari hasil penelitian dan

pengamatan di lapangan, secara

keseluruhan guru melaksanakan

pembelajaran prakarya dan kewiraushaan

sesuai dengan RPP, namun demikian

masih ada beberapa tahapan kegiatan

pembelajaran yang direncanakan tidak

terlaksanakan. Tujuan pembelajaran pada

prakarya dan kewirausahaan sesuai

dengan ketentuan kurikulum memang

belum dapat dilaksanakan secara

maksimal mengingat guru masih merasa

pemahaman dalam memaknai kurikulum

sesuai dengan kompetensi inti dan

kompetensi dasar masih sangat kurang,

pembelajaran di kelas dengan jumlah

waktu mengajar hanya 2 jam perminggu.

SMK Negeri 1 Malang berusaha mencari

bentuk pembelajaran yang dapat lebih

mencapai tujuan pembelajaran prakarya

dan kewirausahan sesuai ketentuan

pemerintah melalui program pengadaan

bisnis center “Kharisma”, hanya saja

masih terkendala oleh pengaturan waktu

yang terbatas, perlu adanya penambahan

sarana pembelajaran.

Pembelajaran prakarya dan

kewirausahaan baik dalam kelas dan di

lapangan, peserta didik diharapkan

mampu membuat kerajinan dengan

memanfaatkan limbah yang ada di

lingkungan sekitar, secara kreatif dan

ekonomis. Kemudian belajar memasarkan

produk apa yang telah dihasilkan, sejauh

ini dalam kegiatan pembelajaran peserta

didik sudah mampu menghasilkan karya

yang berupa kerajinan dari limbah

lingkungan sekitar, hanya saja terkendala

dalam menawar dan menjual produk yang

telah mereka produksi sehingga untuk

penerapan pelaksanaan pelajaran dirasa

belum optimal.

PENUTUP

Pemahaman Guru terhadap

Pembelajaran Prakarya dan

Kewirausahaan

Guru mata pelajaran prakarya dan

kewirausahaan SMK 1 Negeri Malang

sebenarnya masih terkendala dengan

pemahaman memaknai kurikulum 2013

terkait kompetensi inti dan kompetensi

dasar sehingga dalam pembuatan

pembuatan perangkat pembelajaran

mereka masih ragu-ragu dalam

penyusunan. Dimensi pengetahuan yang

diberikan pada peserta didik meliputi

sikap secara moral, pengetahuan dan

keterampilan. Proses pembelajaran di

kelas meliputi kognitif mengingat,

memahami, mengaplikasikan,

menciptakan, belum sampai pada proses

memasarkan produk.

Implementasi Pembelajaran Prakarya

dan Kewirausahaan dalam RPP

Tujuan dan langkah- langkah

pembelajaran dirumuskan berdasarkan

dimensi sikap, pengetahuan dan

keterampilan, untuk mencapai tujuan

mengaplikasikan pengetahuan prosedural

Page 8: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

30

terlebih dahulu dilaksanakan proses

kognitif mengingat dan memahami

konsep materi sampai dengan proses

keterampilan menciptakan. RPP hanya

untuk proses pelaksanaan di kelas,

sementara untuk proses pembelajaran

prakarya secara praktik yang dapat

dilajutkan di rumah dalam RPP belum

disusun secara tertulis.

Implementasi Pembelajaran

Kewirausahaan dalam Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran prakarya

dan kewirausahaan tidak cukup hanya

diberikan dikelas dalam bentuk

pemahaman konsep berkarya dan konsep

wirausaha saja dalam waktu yang singkat,

praktik kerja dalam menciptakan

kerajinan dan pelatihan penjualan produk,

melainkan peserta didik juga harus

dilatih, dibiasakan dan ditumbuhkan

sikap kemauan untuk berwirausaha

dengan memanfaatkan poetensi daerah.

Dengan demikian pembelajaran prakarya

dan kewirausahaan dapat mencapai

seluruh kompetensi inti dan kompetensi

dasar pada domain pengetahuan, sikap

dan keterampilan.

Implementasi bagi Perbaikan

Pembelajaran Kewirausahaan

Kebijakan pembelajaran prakarya

dan kewirausahaan oleh kurikulum dapat

dijadikan pedoman yang baik dalam

pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan

guna meningkatkan dan mengembangkan

kecakapan hidup peserta didik dan agar

peserta didik dapat mengaktualisasikan

prilaku wirausaha.

Guru membuat RPP untuk Proses

pembelajaran secara teori dan praktik di

unit produksi sekolah dan di lapangan

secara tertulis agar pelaksanaan

pembelajaran praktik kewirausahaan

menjadi terarah, terlaksana dengan baik,

dapat di evaluasi hasilnya secara objektif.

Pembelajaran prakarya dan

kewirausahaan yang tepat dilakukan

adalah pembelajaran yang tidak hanya

dilakukan dalam kelas melainkan juga

dilakukan diluar kelas (baik di bisnis

center dan di lapangan) serta

pembelajaran dengan memberi contoh

nyata pada peserta didik dalam

mengembangkan ide usaha dan

menjalankan ide usahanya.

DAFTAR RUJUKAN

Alma,Buchari.2010. Kewirausahaan.

Bandung: Alfabeta.

Anderson. 1981.Efficient Reading: A

Practical Guide. Sidney:

McGraw-Hill Book

Company.

Azwar, Saifuddin. 2011.Sikap Manusia

Teori dan Pengukurannya.

Yogyakarta:Pustaka Belajar.

Biggs. J. & Collis, K.F. 1982. Evaluating

The Quality Of Learning: The

SOLO Taxonomy. New York:

Academic Press. (Online),

(http://www.hebes.mdx.ac.uk/t

eaching/), diakses 14

November 2013.

Depdiknas. 2003. SistemPendidikan

Nasional ( UU RI No 20

Tahun 2003 ) beserta

peraturan pelaksanaanya.

Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2013. Peraturan Menteri

Pendidikan Pendidikan

Nasional Nomor 32 Tahun

2013 Tentang Standart Mutu

Pendidikan Nasional.

Page 9: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

31

Faiq, Muhammad. 2013. Karakteristik

Pendekatan Scientific (Ilmiah)

dalam Kurikulum 2013,

Saturday, July 27 2013.

(Online),

(http://www.depdikbud.go.id/

30/Modulpelatihanimplementa

sikurikulum2013_model.html)

, diakses 2 desember 2013.

Hendro. 2010. Kewirausahaan. Jakarta:

Erlangga.

Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 4 Tahun 1995 Tentang

Gerakan Nasional

Memasyarakatkan dan

Membudayakan

Kewirausahaan. Jakarta:

Alfabeta.

Lupiyoadi, Rambat. 2007.

Entrepreneurship From

Mindset To Strategy. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Miles, M.B., & Hubberman, A.M. (1994).

Qualitataive Data Analysis.

Newbury Park, CA: Sage.

Partowisastro, Koestoer. 1983. Dinamika

dalam Psikologi Pendidikan.

(Jilid I). Jakarta: Erlangga.

Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor

54 Tahun 2013 Tentang

Standard Kelulusan.

Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor

64 Tahun 2013 Tentang

Standard Isi.

Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor

65 Tahun 2013 Tentang

Standard Proses.

Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor

66 Tahun 2013 Tentang

Standard Penilaian.

Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor

70 Tahun 2013 Tentang

Standard Kurikulum SMK.

Tampubolon, D.P. Kemampuan

Membaca: Teknik Membaca

Efektif dan Efisien. 1987.

Bandung: Angkasa.

Timmons.dkk.2004.New Venture

Creation Entrepreneurship

For The 21𝑠𝑡 Century. Terjemahan Julianto Agung

Sahputro. 2008. Yogyakarta:

Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia

Tahun 1945 Pasal 31 Ayat 3.

2005.

Wijatno, Serian.2010.Pengantar

Entrepreneurship. Jakarta: PT

Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Yandriana, 2013. (Online)

http://yandriana.files.wordpres

s.com201307prakarya-dan-

kewirausahaan.pdf, Diakses

April 2013: Wikipedia

Page 10: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

26

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SDN RISA TAHUN PELAJARAN

2013

LINA BUDIARTI

Guru IPS Kelas V SDN Risa

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penggunaan Media Pembelajaran dapat

Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Risa Tahun Pelajaran 2013. Jenis

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan rancangan penelitian yang terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V

di SD Negeri Risa. Instrumen yang digunakan ada dua yaitu instrumen tes untuk mengukur

prestasi belajar siswa dan lembar observasi aktivitas siswa dan guru.

Adapun hasil penelitian ini bahwa prestasi IPS siswa pada siklus I dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 77,4 % dan pada siklus II dengan persentase

ketuntasan klasikal sebesar 96,8 %. Aktivitas siswa dan guru dari hasil analisis observasi

yang menunjukan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar

IPS Siswa Kelas V SDN Risa Tahun Pelajaran 2013

Kata Kunci: media/alat peraga gambar, prestasi belajar

PENDAHULUAN

Upaya pemerintah untuk

mewujudkan tujuan pendidikan di

Indonesia dengan mengadakan

pembaharuan sistem pendidikan Nasional

diantaranya pembaharuan dan

penghapusan diskriminasi antara

pendidikan yang dikelola masyarakat,

serta perbedaan antara pendidikan

keagamaan dan pendidikan umum.

Pembaruan sistem pendidikan

nasional dilakukan untuk memperbarui

visi, misi dan strategi pembangunan

pendidikan nasional. Pendidikan nasional

mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang

kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua Warga Negara

Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan

proaktif menjawab tantangan zaman yang

selalu berubah (UUD No. 20, 2006)

Kemampuan guru merupakan syarat

utama keberhasilan proses belajar

mengajar di kelas. Keberhasilan seorang

guru dalam melaksanakan tugasnya tidak

hanya tergantung dari penguasaan cara

atau teknik-teknik penyampaian materi

belajar dan mampu menggunakan media

secara efektif dan efisien (Anonim,

2002).

Kegiatan pembelajaran merupakan

suatu proses yang mengandung

serankaian perbuatan guru dan siswa atas

dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini,

peran guru dalam pembentukan sikap,

mental, watak yang sangat dominan.

Guru harus memperhatikan siswa

terutama sikap, tingkah laku, ketertiban,

dan kedisiplinan (Aqip, 2003)

Page 11: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

27

Berdasarkan buku media

pendidikan dikemukakan oleh Hamalik

(1994) bahwa dalam materi belajar

sebaiknya disertai dengan media

pelajaran jika kita menginginkan hasil

belajar yang lebih bagus. Penggunaan

media dalam proses belajar mengajar

sangat membantu siswa memahami pesan

dan informasi dari guru. Apa yang di

informasikan akan sampai kepada siswa

dan terjadi kesesuian informasi. Hal

tersebut dapat mengatasi perbedaan

pemahaman pada siswa mengenai suatu

objek, juga menghindari ucapan-ucapan

yang slalu abstrak menambah realita dan

sangat penting adalah pemberian

pengalaman pada siswa, sehingga

diharapkan pada akhir dari kegiatan

belajar mengajar akan tercapai tujuan

yang telah di tetapkan.

Media, hanyalah suatu benda mati,

manfaat yang ditimbulkan oleh media

tersebut tergantung cara penggunaanya

dalam pembelajaran. Dalam hal ini

gurulah yang akan menentukan

kemanfaatan dari media tersebut.

Pembelajaran dengan media akan berhasil

maksimal tergantung dengan metode atau

model apa guru menyajikan informasi

melalui media tersebut. Oleh sebab itu,

guru harus dapat memilih strategi yang

sesuai untuk menggunakan suatu media.

Di samping itu guru masih banyak

yang belum dapat memanfaatkan media

belajar yang maksimal sehingga siswa

terlihat pasif.

Berdasarkan pengamatan peneliti

selama mengajar di SDN Risa

menemukan beberapa masalah antara

lain: siswa dalam proses pembelajaran

belum terlalu aktif, penggunaa media/alat

peraga oleh guru masih kurang, prestasi

belajar siswa yang masih rendah, dilihat

dari hasil MID dan UAS yang masih

banyak dibawah KKM (70), cara

mengajar guru yang belum bervariasi.

Dari masalah-masalah yang

ditemukan di atas, untuk itu sudah

sepatutnya hal ini mendapatkan perhatian

yang serius. Salah satu upaya yang

dilakukan adalah memanfaatkan atau

menggunakan media yang mampu

mengaktifkan siswa agar tidak terlihat

pasif dalam kegiatan belajar serta melatih

siswa untuk banyak belajar sendiri

sehingga berimplikasi pada peningkatan

prestasi belajar siswa.

Hal lain yang peneliti temukan

adalah: para siswa rajin masuk mengikuti

pelajaran. Jika para siswa ini rajin, maka

jika diditata dengan baik dan

pembelajaranya menggunakan media

yang banyak memberikan manfaat maka

dapat terjadi peningkatan motivasi dan

menuntaskan belajar siswa terhadap

materi pembelajaran yang diajarkan oleh

guru.

Pemanfaatan media diharapkan

siswa dapat menunjukkan secara jelas

tentang konsep dan dapat merangsang

siswa untuk lebih berperan aktif dalam

proses belajar mengajar.

Materi IPS di SDN masih ada yang

bersifat kompleks, cenderung abstrak dan

begitu dekat dengan kehidupan siswa,

menuntut gambaran yang kongkrit serta

pengalaman langsung melalui

pengamatan, penguraian dan

penggolongan objek dengan

memaksimalkan seluruh indera yang ada,

baik indera penglihatan, pendengaran,

maupun peraba (Hamalik, 1994: 56).

Untuk memperoleh gambaran yang

kongkrit serta pengalaman langsung

diperlukan alat peraga yang berfungsi

untuk membantu mengkonkretkan

pengalaman atau pengertian dalam proses

belajar mengajar. Peragaan adalah

mewujudkan bahan yang diajarkan secara

nyata baik dalam bentuk asli maupun

tiruan sehingga siswa lebih memahami

Page 12: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

28

apa yang disampaikan guru (Nurbatni,

2005: 5)

Dalam peragaan, guru

menggunakan alat yang dapat membantu

mempelajari bahan yang disampaikan.

Alat-alat yang digunakan dalam peragaan

ini disebut alat peraga. Istilah alat peraga

dewasa ini disebut sebagai media

pendidikan, ada pula yang menyebutnya

sebagai Audio Visual Aids (AVA) atau

alat bantu pandang dengar.

Gagne dalam Nurbatni (2005: 23)

menyatakan bahwa media atau alat peraga

adalah segala bentuk alat fisik yang

dapat menyajikan pesan serta merangsang

siswa untuk belajar. Di dalam penulisan

ini penulis memakai istilah alat peraga,

karena seperti yang ditulis oleh Hamalik

(1994: 59) bahwa media pendidikan

identik dengan pengertian keperagaan

yang berasal dari kata raga artinya suatu

benda yang dapat diraba, dilihat, didengar

dan yang dapat diamati melalui panca

indera.

Anwar (2012: 17), bahwa alat

peraga sebagai media pendidikan terdiri

dari:

1. Bahan cetakan atau bacaan seperti

buku, Koran, majalah, dll

2. Alat audio visual radio, kaset, tv,

dll

3. Peninggalan masyarakat seperti:

monument, candid an peninggalan

sejarah lainnya

4. Koleksi benda-benda seperti: mata

uang kuno.

Lebih lanjut Anwar menjelaskan

bahhwa dilihat dari jenis indera yang kita

gunakan, alat peraga dapat digolongkan

menjadi:

Media audio seperti alat peraga yang bida didengan. Contohnya kaset, suara

burung, suara bel, dll

Media visual seperti alat peraga yang dapat dilihat. Contohnya gambar,

hewan, tumbuhan, grafik, model, slide.

Media audio visual seperti alat peraga yang dapat didengan dan dilihat.

Contohnya video, film, dll

Jika dikaitkan dengan pengalaman

yang diperoleh siswa yang belajar dengan

menggunakan alat peraga memperoleh

pengalaman yang riil. Proses penerimaan

siswa terhadap pelajaran akan lebih

berkesan secara mendalam, sehingga

membentuk pengertian yang baik dan

sempurna. Belajar dengan alat peraga

merupakan alat bantu yang efektif dalam

mengikutsertakan berbagai indera dalam

belajar mengajar (Nurbatni, 2005: 23).

Berdasarkan pendapat di atas

penulis dapat menyimpulkan bahwa pada

prinsipnya alat peraga adalah segala

sesuatu yang dapat menyalurkan atau

menyampaikan pesan, khususnya antara

guru dan siswa, dapat memberikan

pengalaman kongkret, serta mempertinggi

prestasi belajar siswa dalam menerima

pesan atau informasi pelajaran sehingga

proses penyampaian dan penerimaan

pesan dalam proses belajar mengajar

dapat terjadi dengan baik.

Prestasi adalah hasil dari suatu

kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan baik secara individu maupun

secara kelompok (Djamarah, 1994: 15).

Sedangkan menurut Mas’ud Hasan dalam

Djamarah (1994: 16) bahwa prestasi

adalah apa yang telah dapat diciptakan,

hasil pekerjaan, hasil yang

menyenangkan hati yang diperoleh

dengan jalan keuletan kerja.

Dari pengertian yang dikemukakan

tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan

pada kata-kata tertentu sebagai

penekanan, namun intinya sama yaitu

hasil yang dicapai dari suatu kegiatan.

Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi

adalah hasil dari suatu kegiatan yang

telah dikerjakan, diciptakan, yang

menyenangkan hati, yang diperoleh

dengan jalan keuletan kerja, baik secara

Page 13: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

29

individual maupun secara kelompok

dalam bidang kegiatan tertentu.

Menurut Nurkencana (1990: 25)

prestasi belajar adalah hasil yang telah

dicapai atau diperoleh anak berupa nilai

mata pelajaran. Ditambahkan bahwa

prestasi belajar merupakan hasil yang

mengakibatkan perubahan dalam diri

individu sebagai hasil dari aktivitas dalam

belajar.

Setelah menelusuri uraian di atas,

maka dapat dipahami bahwa prestasi

belajar adalah hasil atau taraf kemampuan

yang telah dicapai siswa setelah

mengikuti proses belajar mengajar dalam

waktu tertentu baik berupa perubahan

tingkah laku, keterampilan dan

pengetahuan dan kemudian akan diukur

dan dinilai yang kemudian diwujudkan

dalam angka atau pernyataan.

METODE PENELITIAN

Adapun jenis penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom

Action Research). Secara singkat

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah

suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersama (Suharsimi,

2007:45)

Berdasarkan pendapat ahli di atas

dapat disimpulkan bahwa Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) berfokus pada

kelas atau pada proses belajar mengajar

yang terjadi di kelas, dengan

menggunakan media sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas

V di SDN Risa tahun pelajaran 2013.

Rancangan dalam penelitian ini

mengacu pada model spiral atau siklus

menurut Kemmis & Mc Taggart (Mc

Taggar, 1991: 32). Tujuan menggunakan

model ini adalah apabila pada awal

pelaksanaan tindakan ditemukan adanya

kekurangan, maka tindakan perbaikan

dapat dilakukan pada tindakan

selanjutnya sampai pada target yang

diinginkan tercapai. Pada masing-masing

siklus terdiri dari tahap perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan

refleksi.

Mengacu pada model Kemmis dan

Mc. Taggart di atas, maka langkah-

langkah penelitian tindakan kelas (PTK)

dengan empat tahap yaitu :

a. Perencanaan

Peneliti sebagai guru, merumuskan

rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) dan hal-hal lain yang diperlukan

dalam rangka melaksanakan tindakan.

Guru melaksanakan pembelajaran

mengacu pada esensi tindakan dan

rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah disusun.

b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan perangkat pembelajaran

yang telah sisusun dengan baik, dalam

hal ini adalah rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan alat peraga.

c. Observasi

Dalam penelitian ini yang menjadi

sebagai observator yaitu dibantu oleh

guru lain/teman sejawat untuk

mengamati pelaksanaan pembelajaran

yang dilakukan. Obsever melakukan

pengamatan terhadap aktivitas siswa

da guru/peneliti sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP)

menggunakan alat peraga.

d. Refleksi

Peneliti merefleksi hasil observasi

setiap pertemuan pada masing-masing

siklus. Peneliti mengadakan refleksi

setelah dilakukan pembelajaran setiap

akhir siklus. Refleksi ini bertujuan

untuk menemukan kekurangan yang

kemudian dijadikan sebagai dasar

Page 14: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

30

penyusunan tindakan pada siklus

selanjutnya

Dalam penelitian Ini kehadiran dan

peran peneliti selain sebagai guru

sekaligus menjadi peneliti yang

mengajarkan langsung materi penelitian

dengan menggunakan alat peraga.

Sedangakn yang menjadi observer adalah

teman sejawat.

Instrumen penelitian adalah alat pada

waktu peneliti menggunakan suatu

metode (Suharsimi, 1998:47). Adapun

instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran

biasanya lebih efektif dan efisien

dalam menyampaikan materi yang

akan disampaikan di dalam kelas

dimana rencana ini berisi gambaran

global dari materi yang akan

disampaikan

b. Tes Evaluasi

Tes merupakan serentetan pertanyaan

atau latihan yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan yang dimiliki

individu atau kelompok (Suharsimi

Arikunto, 2002).

Instrumen tes digunakan peneliti

dalam skripsi ini adalah untuk mengukur

pemahaman siswa yang terdiri dari soal

esay yang berisikan soal-soal yang

berkaitan dengan materi yang diajarkan.

Dalam penelitian ini jenis tes yang

digunakan adalah bentuk essay terdiri

dari 5 nomor soal yang diambil dari

berbagai buku paket. Instrumen ini

disusun berpedoman pada kurikulum dan

buku pelajaran IPS SDN kelas V.

c. Lembar observasi

Lembar observasi berisi tentang

keterlaksanaan proses pembelajaran

dan instrumen tes hasil belajar.

Lembar observasi keterlaksanaan

proses pembelajaran yang

dikembangkan dari Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

telah disusun oleh peneliti, yang berisi

detail siklus (langkah-langkah proses

pembelajaran)

Rancangan dalam penelitian ini mengacu

pada model spiral atau siklus menurut

Kemmis & Mc Taggart (Mc Taggar,

1991: 32). Tujuan menggunakan model

ini adalah apabila pada awal pelaksanaan

tindakan ditemukan adanya kekurangan,

maka tindakan perbaikan dapat dilakukan

pada tindakan selanjutnya sampai pada

target yang diinginkan tercapai. Pada

masing-masing siklus terdiri dari tahap

perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi, dan refleksi.

Mengenai prosedur penelitian

Mengacu pada model Kemmis

dan Mc. Taggart di atas, maka langkah-

langkah penelitian tindakan kelas (PTK)

dengan empat tahap yaitu :

1. Perencanaan

Peneliti sebagai guru,

merumuskan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dan hal-hal lain yang

diperlukan dalam rangka melaksanakan

tindakan. Guru melaksanakan

pembelajaran mengacu pada esensi

tindakan dan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah disusun.

2. Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan perangkat pembelajaran

yang telah sisusun dengan baik, dalam hal

ini adalah rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan alat peraga.

3. Observasi

Dalam penelitian ini yang menjadi

sebagai observator yaitu dibantu oleh

guru lain/teman sejawat untuk mengamati

pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan. Obsever melakukan

Page 15: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

31

pengamatan terhadap aktivitas siswa da

guru/peneliti sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP)

menggunakan alat peraga.

4. Refleksi

Peneliti merefleksi hasil observasi

setiap pertemuan pada masing-masing

siklus. Peneliti mengadakan refleksi

setelah dilakukan pembelajaran setiap

akhir siklus. Refleksi ini bertujuan untuk

menemukan kekurangan yang kemudian

dijadikan sebagai dasar penyusunan

tindakan pada siklus selanjutnya

Data yang dikumpulkan dalam

penelitian tindakan kelas ini meliputi:

data keaktifan belajar, data observasi dan

data dokumentasi aktivitas siswa dan

guru dalam proses pembelajaran.

Cara pengambilan data dalam

penelitian ini adalah :

1) Data mengenai ketuntasan/prestasi

belajar siswa diperoleh dengan cara

memberikan tes pada siswa setiap

akhir siklus

2) Data tentang aktivitas pembelajaran

dan keterlaksanaan proses belajar

mengajar diambil dengan lembar

observasi yang dilakukan pada tiap

siklus.

Analisis Data

Pengelolaan data merupakan

satu langkah yang sangat penting

dalam kegiatan penelitian bila

kesimpulan yang akan diteliti dapat

dipertanggung jawabkan data yang di

analisis oleh peneliti adalah :

1. Ketuntasan individu

Setiap siswa dalam proses

belajar mengajar dikatakan

tuntas apabila memperoleh

nilai 70 Nilai ketuntasan

minimal sebesar 70 dipilih

karena sesuai dengan

kemampuan individu

2. Ketuntasan klasikal

Ketuntasan klasikal dikatakan telah

dicapai apabila target pencapaian ideal

85 % dari jumlah siswa dalam kelas.

%1001 xn

nKK

Keterangan : KK = Ketuntasan

Klasikal

n1 = Jumlah siswa yang memperoleh

nilai 70

n = Jumlah siswa yang ikut tes

(banyaknya siswa)

(Nurkencana, 2003)

3. Data Aktivitas Guru

Setiap prilaku guru pada

penelitian ini, penilainnya

berdasarkan kriteria berikut :

1. Skor 4 diberikan jika 3 deskriptor

nampak

2. Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor

nampak

3. Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor

nampak

4. Skor 1 diberikan jika tidak ada

deskriptor nampak

Tabel 3.1 : Pedoman Skor

Standar Aktivitas

Guru

A > MI + 1,5 SDI Sangat

aktif

MI + 0,5 SDI < A <

MI + 1,5 SDI

Aktif

MI – 1,5 SDI < A <

MI + 0, 5 SDI

Cukup aktif

MI – 1,5 SDI < A <

MI – 0,5 SDI

Kurang

aktif

A < MI – 1,5 SDI Sangat

kurang

aktif

Menentukan MI (mean ideal) dan SDI

(standar deviasi)

MI = ½ x (skor tertinggi +

skor terendah)

SDI = 1/6 x (skor tertinggi

+ skor terendah)

Page 16: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

32

(Nurkencana, 1990)

4. Data aktivitas belajar siswa

Setiap indikator perilaku

siswa pada penelitian ini cara

penskoranya berdasarkan

aturan berikut :

1. Skor 4 diberikan jika 3 deskriptor

nampak

2. Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor

nampak

3. Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor

nampak

4. Skor 1 diberikan jika tidak ada

deskriptor nampak

Skor maksimal ideal (SMI) merupakan

skor tertinggi aktivitas siswa yang didapat

apabila semua deskriptor yang diamati

nampak yaitu skor 4 untuk menilai

kategori aktivitas siswa, ditentukan

terlebih dahulu MI dan SDI.

Tabel 3.2 : Pedoman Skor Standar

Aktivitas Belajar Siswa Interval Kategori

A > Mi + 1,5 SDi Sangat aktif

Mi + 1,5 SDi < A < Mi + 1,5 SDi Aktif

Mi – 1,5 Sdi < A < Mi + 0, 5 Sdi Cukup aktif

Mi – 1,5 Sdi < A < Mi – 0,5 Sdi Kurang aktif

A < Mi – 1,5 SDi Sangat kurang

aktif

HASIL PENELITIAN

Siklus I

Sebelum proses belajar dimulai

pada siklus I, peneliti telah

mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), lembar observasi,

soal evaluasi untuk mendukung

kelancaran proses pembelajaran.

Adapun materi yang

dibahas pada siklus ini adalah

menegenal tokoh-tokoh

proklamasi.

1) Pelaksanaan tindakan

Proses belajar mengajar pada siklus I

dilaksanakan mengacu pada RPP

yang telah disusun.

2) Hasil Observasi

Proses observasi aktivitas peneliti

dalam mengajara dilaksanakan oleh

teman sejawat selama berlangsung

proses belajar mengajar dengan

mengisi lembar observasi yang telah

disiapkan. Sedangkan untuk

observasi aktivitas siswa

dilaksanakan oleh teman sejawat

juga. Ringkasan data hasil observasi

tersebut dapat dilihat berikut ini :

a) Observasi untuk aktivitas

siswa

Tabel 3.

Hasil Observasi aktivitas siswa siklus I

Aspek yang Diobservasi Sko

r

A. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran 3

B. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran

2

C. Respon dalam pembelajaran 3

Jumlah 8

b) Observasi untuk aktivitas

Guru

Tabel 4.

Hasil Observasi aktivitas Guru

siklus I Aspek yang diobservasi Skor

A.1 Membangkitkan minat dan motivasi siswa

dalam belajar

3

B.1 Penyampaian materi kepada siswa 2

B.2 Pendampingan siswa selama proses belajar

mengajar berlangsung

2

C. Penutup 3

Jumlah 10

3) Hasil Evaluasi

Page 17: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

33

Adapun hasil evaluasi yang diperoleh

pada siklus I untuk prestasi belajar

IPS siswa sebagai berikut:

a. Jumlah siswa yang tuntas: 24

b. Jumlah siswa yang tidak tuntas : 7

c. Jumlah siswa yang ikut tes: 31

d. Ketuntasan klasikal: 77,4 %

Berdasarkan indikator ketuntasan

yang ditetapkan yaitu ≥ 85 %, maka pada

hasil evaluasi siklus tersebut belum

mencapai standar ketuntasan untuk

prestasi IPS siswa, hal ini diakibatkan

karena masih ada siswa yang masih

mendapat nilai 70 kebawah. Sehingga

sebelum melanjutkan pembelajaran ke

siklus berikutnya dilakukan upaya

perbaikan dan penyempurnaan terlebih

dahulu dengan melakukan diskusi dengan

siswa yang mendapat nilai kurang dari 70

dengan memberikan saran-saran seperti:

jika belum paham dengan materi, anak-

anak harus berani bertanya.

4) Refleksi

Melihat hasil yang diperoleh dari proses

belajar mengajar sampai hasil evaluasi

pada siklus I, masih belum mencapai

hasil yang diharapkan. Hal ini ditunjukan

oleh data observasi aktivitas siswa.

Diantaranya adalah, kesiapan siswa untuk

menerima pelajaran masih sangat kurang.

Berdasarkan hasil evaluasi

menunjukan belum tercapainya hasil yang

memuaskan. Dapat dilihat dari ketuntasan

belajar siswa untuk prestasi belajar IPS

siswa hanya mencapai 77,4 % dari

standar ketuntasan ≥ 85%.

Untuk merespon komentar

Observer dalam hal ini adalah teman

sejawat, peneliti melakukan umpan balik

kepada observer tentang apa yang perlu

diperbaiki agar pada siklus selanjutnya

dapat meningkat. Masukan dari Observer

tersebut antara lain: Berusaha

mengarahkan siswa untuk mengerjakan

tugas rumah agar dikumpulkan pada

pertemuan berikutnya, agar ada persiapan

dari rumah.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan dengan

melanjutkan pengajaran materi lanjutan

tentang proklamsi kemerdekaan RI.

1) Pelaksanaan tindakan

Proses belajar mengajar pada siklus

II dilaksanakan dengan mengacu

pada RPP yang telah disusun.

2) Hasil Observasi

Proses observasi aktivitas siswa

dilaksanakan oleh teman sejawat

selama berlangsung proses belajar

mengajar dengan mengisi lembar

observasi yang telah disiapkan.

Ringkasan data hasil observasi

tersebut dapat dilihat berikut ini :

Tabel 5.

Hasil Observasi aktivitas siswa siklus

II

Aspek yang Diobservasi Sk

or

A. Kesiapan siswa dalam

menerima pelajaran

4

B. Antusias siswa dalam

mengikuti kegiatan

pembelajaran

4

C. Respon dalam pembelajaran 4

Jumlah 16

c) Observasi untuk aktivitas

Guru

Tabel 6.

Hasil Observasi aktivitas Guru

siklus II

Aspek yang diobservasi Sko

r

A.1 Membangkitkan minat dan

motivasi siswa dalam belajar

4

B.1 Penyampaian materi 4

B.2 Pendampingan siswa selama

proses belajar mengajar

berlangsung

4

C. Penutup 4

Page 18: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

34

Jumlah 16

Kategori aktif

3) Hasil Evaluasi

Adapun hasil evaluasi yang

diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada lampiran. Secara ringkas hasilnya sebagai

berikut:

a. Jumlah siswa yang tuntas : 30 siswa

b. siswa yang belum tuntas : 1 siswa

c. Jumlah siswa yang ikut tes : 30 siswa

d. Ketuntasan klasikal : 96,8 %

Data tersebut diatas menunjukan

bahwa pada siklus II sudah mencapai

standar ketuntasan klasikal yaitu 100 %.

Persentase ketuntasannya menunjkan

peningkatan dari siklus sebelumnya.

Karena pada siklus II ketuntasan

klasikalnya telah mencapai ≥85%, maka

tidak perlu untuk melanjutkan ke siklus

berikutnya.

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini

dilakukan dalam dua siklus dengan

menggunakan media gambar.

Berdasarkan hasil analisis tindakan dan

hasil evaluasi pada siklus I diketahui

bahwa ketuntasan belajar belum

mencapai seperti yang diharapkan. Hal ini

ditunjukan oleh hasil evaluasinya yaitu

persentase ketuntasannya adalah 77,4 %,

sehingga sebelum melanjutkan

pembelajaran ke siklus berikutnya

dilakukan upaya perbaikan dan

penyempurnaan terlebih dahulu dengan

melakukan diskusi dan membimbing

siswa yang mendapat nilai kurang dari 70

dengan bimbingan secara khusus atau

individual. Adapun hasilnya adalah

dengan lebih termotivasi dan antusiasnya

siswa dalam bertanya baik kepada

temannya maupun kepada guru. Dan juga

dapat terlihat pada saat siswa

mengerjakan soal-soal latihan setelah

berdiskusi dan diberikan bimbingan.

Tindakan yang akan dilakukan

untuk memperbaiki kekurangan yang ada

pada siklus I yaitu: berusaha

mengarahkan siswa untuk mengerjakan

tugas rumah agar dikumpulkan pada

pertemuan berikutnya.

Setelah dilakukan tindakan pada

siklus II yang mengacu pada perbaikan

tindakan dari siklus I diperoleh hasil yang

lebih baik. Ini ditunjukan dari hasil

evaluasi akhir siklus dimana persentase

ketuntasan klasikal adalah 96,8 %. Hal ini

berarti tindakan pada siklus II sudah

mencapai standar ketuntasan klasikal 85

%. Dengan demikian tidak perlu untuk

melakukan siklus selanjutnya.

Dari proses tindakan dan hasil

yang diperoleh dari siklus I, maka untuk

siklus II menunjukan hasil yang lebih

baik dari siklus sebelumnya. Berarti

pembelajaran dengan menggunakan

media gambar dapat meningkatkan

prestasi belajar IPS siswa. Karena siswa

sangat tertarik dengan gambar yang

ditampilkan sehingga daya ingat dan daya

serap mereka terhadap materi yang

diajarkan akan lebih cepat baik

Setelah melakukan penelitian

tersebut peneliti melihat suasana kelas

lebih hidup karena partisipasi siswa

dalam proses belajar mengajar sangat

aktif.

SIMPULAN

Proses tindakan dan hasil

evaluasi dari penelitian telah

diperoleh, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran dengan

menggunakan media gambar

dapat meningkatkan prestasi

belajar IPS siswa kelas V SDN

Risa tahun pelajaran 2013.

Page 19: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

35

2. Prestasi belajar IPS siswa

tersebut ditunjukan oleh

aktivitas siswa dalam kelas dan

hasil evaluasi tiap akhir siklus.

Pada siklus I, persentase

ketuntasan sebesar 77,4 % dan

pada siklus II dengan persentase

ketuntasan 96,8 %.

3. Aktivitas guru dan siswa

meningkat dari siklus I ke siklus

II.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Saparudin Saleh. (2012).

Penggunaan alat peraga untuk

meningkatkan hasil belajar

IPA.penelitian PTK. Universitas

Pendidikan Indonesia

Aqib. (2003). Pendidikan Guru

Berdasarkan Pendekatan

Kompetensi, Jakarta : PT. Bumi

Aksara

Barth, J.L. (1990). Method of instruction

in social studies education. Third

edition. Boston: university press of

America. inc

Brown, H.D. (2000). Principle of

language and teaching. New York:

By Addison Wesley longman, inc

Depdiknas. (2006). Undang-Undang RI

Nomor 20, tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional

Depdiknas. (1997). Efektivitas

pembelajaran biologi di SMP,

Jakarta : Rineka Cipta

Dick, W., Carey, L., James. O., & Carey,

C. (2001). The systematic design of

instruction . Newyork: Addison-

weley educational publisher inc.

Djamarah, Saiful, Bahri, 1994. Prestasi

Belajar dan Kompetensi Guru,

Surabaya: Usaha Nasional

Dimyati dan Mudjiono. (2006).

Efektivitas pembelajaran pada SMP,

Jakarta : Rineka Cipta

_______(1980). Media Pendidikan,

Bandung : Citra Aditya

Hamalik, Oemar. (1994). Media

Pendidikan, Bandung : Citra Aditya

Jerolimek, S., & McTargaart, R. (1990).

The action research planner.

Victoria: deakin university

Joyce, B., & Weil, M. (2004). Models of

teaching. Boston: Allyn

and Bacon.

Lexi J. Moleong, (2006). Metodelogi

Penelitian Kualitatif. Bandung :

Remaja Rosdakarya

Muhibbin, Syah, (2007). Psikologi

Belajar. :Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada

Nurbatni, (2005). Media Pendidikan,

Bandung : Citra Aditya

Nurkencana, (1990). Evaluasi Hasil

Belajar, Surabaya : Usaha

Nasional

________, (2003). Evaluasi Hasil

Belajar, Surabaya : Usaha

Nasional

Riyanto, (1996). Metodologi Penelitian

Pendidikan, Surabaya : SIC

Sudjana, Nana, (2004). Dasar-Dasar

Proses Belajar Mengajar, Bandung

: Sinar Baru Algensindo

Page 20: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

36

Siti Arum Gita Nurmala. (2008).

Penggunaan Alat Peraga Gambar

Untuk Meningkatkan Minat Belajar

Membaca yang diakses pada taggal

2 maret di

http://id.shvoong.com/social-

sciences/education/2335003-alat-

peraga-sebagai-media-

pendidikan/#ixzz2NTOIXXi1

Slameto, (2003). Belajar dan Faktor-

faktor yang Mempengaruhinya.

:Jakarta: PT. Rineka Cipta

_______, (1995). Belajar dan Faktor-

faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta: PT. Rineka

Subroto, (1977). Belajar Tuntas pada

mata pelajaran IPA, Jakarta : PT.

Rajagrafindo Persada

Suharsimi, Arikunto, (2007). Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara

______,(2002). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta

:Rineka Cipta

_______,(2006). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta

_______,(1998). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Prakte. ,Jakarta:

Rineka Cipta

Suyanto, (1997). Pedoman Pelaksanaan

Penelitian Tindakan Kelas 1-III, DI

IKIP:Yogyakarta

Undang-Undang No. 20, 2006. Sistem

Pendidikan Nasional, Jakarta :

Depdiknas

Page 21: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

27

METODE DRIIL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA

KELAS IV SDN INPRES SORO AFU TAHUN PELAJARAN 2013

Sumantiah.

Guru IPS Kelas IV SDN Inpres Soro Afu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Penerapan Metode Driil Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Inpres Soro Afu Tahun Pelajaran

2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan rancangan penelitian

yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian

adalah siswa Kelas IV SDN Inpres Soro Afu. Instrumen yang digunakan ada dua yaitu

instrumen tes untuk mengukur prestasi belajar siswa dan lembar observasi aktivitas siswa

dan guru.

Adapun hasil penelitian ini bahwa prestasi IPS siswa pada siklus I dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 45% dan pada siklus II dengan persentase

ketuntasan klasikal sebesar 95%. Aktivitas siswa dan guru dari hasil analisis observasi

yang menunjukan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa metode Driil dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa Kelas

IV SDN Inpres Soro Afu tahun peljaran 2013

Kata Kunci: metode Driil, prestasi belajar

PENDAHULUAN

Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional No. 41 tahun 2007 tentang

standar proses, menyatakan bahwa proses

pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk

berpartisipatif aktiv serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologi peserta didik.

Namun keadaan dilapangan

belumlah sesuai dengan yang diharapkan.

Hasil study oleh direktorat (2000)

menyebutkan bahwa meski adanya

peningkatan mutu pendidikan yang cukup

menggembirakan, namun pembelajaran

dan pemahaman siswa SD (pada beberapa

mata pelajaran termasuk IPS)

menunjukkan hasil yang kurang

memuaskan. Pembelajaran di SD

cenderung text book, kurang memotivasi

siswa serta siswa kurang aktif dalam

pembelajaran.

Mencermati hal tersebut di atas,

sudah saatnya untuk diadakan

pembaharuan, inovasi ataupun gerakan

perubahan mind set kearah pencapaian

tujuan pendidikan di atas. Pembelajaran

yang dilaksanakan oleh guru hendaknya

menggunakan metode yang bervariasi

guna mengoptimalkan potensi siswa.

Upaya-upaya guru dalam mengatur dan

memberdayakan berbagai variabel

pembelajaran merupakan bagian penting

dalam keberhasilan siswa mencapai

tujuan yang direncanakan. Karena itu

pemilihan metode dalam pembelajaran

guna tercapainya iklim pembelajaran aktif

Page 22: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

27

yang bermakna adalah tuntutan yang

mesti dipenuhi oleh para guru.

Keanekaragaman metode

pembelajaran merupakan upaya alternatif

dalam penerapan metode pembelajaran

yang hendak diterapkan yang selaras

dengan tingkat perkembangan kognitif,

afektif dan psikomotorik peserta didik

jenjang SD. Ini artinya bahwa tidak ada

metode pembelajaran yang paling baik

atau metode pembelajaran yang satu lebih

baik dari metode pembelajaran yang lain.

Menurut Rahmadi Widdiharto

(2004: 2) bahwa baik tidaknya suatu

model pembelajaran atau pemilihan suatu

metode pembelajaran akan bergantung

pada tujuan pembelajaran, kesesuaian

dengan materi yang hendak disampaikan,

perkembangan peserta didik, dan juga

kemampuan guru dalam mengelola dan

memberdayakan sumber daya belajar

yang ada.

Berdasarkan pengamatan serta

pengalaman peneliti selama mengajar di

SDN Inpres Soro Afu, menemukan

bebera hal antara lain: kehadiran siswa

untuk masuk sekolah/mengikuti

pembelajaran masih kurang, setelah

penyampaian materi oleh guru dan diberi

latihan soal masih banyak siswa yang

belum bisa menyelesaikannya, masih

banyak siswa yang belum mencapai nilai

ketuntasan disetiap pemberial latihan,

MID, dan quis, serta penerapan

pembelajaran belum mampu bervariasi

dan masih mengacu pada paradigma lama

seperti mengajar dengan metode

ceramah/belum menerapkan metode driil.

Sejalan dengan hal tersebut maka

guru mata Pelajaran IPS dituntut agar

mampu menyiasati dan mencermati

keadaan tersebut dengan menerapkan

metode pembelajaran yang tepat, sesuai

dengan materi yang disampaikan. Sesuai

dengan pendapat Roestiyah dalam

Djamarah (2006: 74) bahwa guru

memiliki strategi agar anak didik dapat

belajar secara afektif dan efesien,

mengena pada tujuan yang diharapkan.

Salah satu langkah untuk memiliki

strategi itu adalah harus menguasai

teknik-teknik penyajian atau biasanya

disebut metode mengajar.

Dengan melihat permasalahan di

atas, maka perlu diupayakan suatu

strategi pembelajaran dengan melakukan

tindakan yang dapat melibatkan siswa

untuk lebih aktif dalam proses

pembelajaran. Pembelajaran yang sesuai

dengan keadaan tersebut adalah

pembelajaran dengan metode

drill/latihan. Metode drill adalah suatu

metode dalam pendidikan dan pengajaran

dengan jalan memilih anak-anak terhadap

bahan pelajaran yang sudah diberikan

(Achsanuddin Dkk, 1990: 56).

Metode drill adalah suatu cara

mengajar dimana siswa melaksanakan

kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa

memiliki ketangkasan atau keterampilan

yang lebih tinggi dari apa yang telah

dipelajari (Roestiyah, 1998 : 25).

Sedangkan Djamarah, (2006: 95)

mengatakan bahwa “Metode drill

merupakan suatu cara mengajar yang baik

untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan

tertentu, untuk memperoleh suatu

ketuntasan, ketangkasan, ketepatan,

kesempatan dan keterampilan.

Menurut Subari (1994: 83-84).

Bahwa ada beberapa prinsip dasar yang

harus diperhatikan dalam menggunakan

metode drill antara lain yaitu:

1. Drill/latihan hanya untuk bahan yang

berisi otomatis.

2. Latihan harus memiliki arti dalam

rangka yang lebih luas

3. Latihan itu pertama-tama harus

ditekankan pada diagnosa

4. Masa berlatih harus relatif singkat,

tetapi harus sering diadakan.

Page 23: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

28

5. Masa berlatih harus menarik, gembira

dan menyenangkan.

6. Proses latihan dan kebutuhan harus

disesuaikan dengan tingkat

kemampuan siswa

Jadi sebelum menggunakan

metode drill/latihan, guru harus betul-

betul mempertimbangkan segala sesuatu

yang menunjang terlaksananya metode

drill/latihan tersebut.

Dengan metode drill ini

pengetahuan anak bisa segar setiap saat.

Karena latihan akan membangkitkan

semangat mereka untuk senantiasa

mengingat apa yang telah diterimanya,

baik itu yang menyangkut kecakapan

motorik, atau menyangkut keterampilan

mental berupa berhitung (Mustaqim,

2004: 81).

Menurut Roestiyah (1998: 125)

bahwa tehnik mengajar dengan

menggunaka metode drill biasanya

digunakan untuk beberapa tujuan yaitu

agar siswa:

1. Memiliki keterampilan motoris/gerak,

seperti menghafal kata-kata, menulis,

mempergunakan suatu alat/ membuat

suatu benda.

2. Mengembangkan kecakapan intelek,

seperti mengalikan, membagi,

menjumlahkan, mengurangi, menarik

akar dalam hitung mencongkak,

mengenal benda/ bentuk dalam

pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu

kimia, tanda baca dan lain sebagainya.

3. Memiliki kemampuan

menghubungkan antara sesuatu

keadaan dengan hal lain, seperti

hubungan sebab akibat

Dengan demikian dapat dilihat

bahwa metode drill/latihan biasanya

digunakan pada pelajaran-pelajaran yang

bersifat motorik seperti pelajaran baca

tulis, dan keterampilan serta pelajaran-

pelajaran yang bersifat mental dalam arti

melatih kecakapan berpikir anak dan juga

untuk meningkatkan kecerdasan dan

ketangkasan anak serta memperkuat daya

ingat para murid. Dan perlu juga

diperhatikan bahwa dalam situasi

bagaimana metode drill/latihan sebaiknya

digunakan dan bagaiamana caranya.

Adapun langkah-langkah yang

harus diperhatikan oleh guru untuk

keberhasilan dalam pelaksanaan latihan

adalah sebagai berikut:

1) Gunakan latihan hanya untuk

pelajaran atau tindakan yang

dilakukan secara otomatis.

2) Guru harus memilih latihan yang

mempunyai arti luas.

3) Didalam latihan pendahuluan

instruktur harus lebih menekankan

pada diagnosa, karena latihan

permulaan itu kita belum bisa

mengharapkan siswa dapat

menghasilkan keterampilan yang

sempurna

4) Perlu mengutamakan ketepatan agar

siswa melakukan latihan secara tepat.

5) Guru memperhitungkan waktu/masa

latihan yang singkat saja agar tidak

meletihkan dan membosankan, tetapi

sering dilakukan pada kesempatan

yang lain.

6) Guru dan siswa perlu memikirkan

dan mengutamakan proses-proses

yang pokok atau inti.

7) Instruktur perlu memperhatikan

individual siswa sehingga

kemampuan dan kebutuhan siswa

masing-masing tersalurkan atau

dikembangkan.

Menurut (Djamarah dkk, 2006 :

96) bahwa kelebihan Metode Drill antara

lain:

1) Untuk memperoleh kecakapan

motorik, seperti menulis, melafalkan

huruf, kata-kata atau kalimat.

Page 24: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

29

2) Untuk memperoleh kecakapan

mental seperti dalam perkalian,

menjumlahkan, pengurangan,

pembagian, tanda-tanda (symbol),

dan sebagainya.

3) Untuk memperoleh kecakapan dalam

bentuk asosiasi yang dibuat, seperti

hubungan huruf-huruf dalam ejaan,

penggunaan simbol, membaca peta

dan sebagainya.

4) Pembentukan kebiasaan yang

dilakukan dan menambah ketepatan

serta kecepatan pelaksanaannya.

5) Pemanfaataan kebiasaan-kebiasaan

yang tidak memerlukan konsentrasi

dalam pelaksanaannya.

6) Pembentukan kebiasaan-kebiasaan

membuat gerakan-gerakan yang

kompleks, rumit menjadi otomatis.

Sedangkan kelemahan metode

drill adalah sebagai berikut:

a. Kadang-kadang latihan yang

dilaksanakan secara berulang-ulang

merupakan hal yang monoton, mudah

membosankan.

b. Membentuk kebiasaan yang kaku,

karena bersifat otomatis.

Menurut Djajadisastra

(1981: 24), kelebihan dan

kelemahan metode driil adalah :

1. Kelebihan Metode Drill

a. Bahan pelajaran yang diberikan dalam

suasana yang sungguh-sungguh

(serius) akan lebih kokoh tertanam

dalam daya ingat murid karena

seluruh pikiran, perasaan dan

kesemuanya dikonsentrasikan kepada

pelajaran yang sudah dilatihkan.

b. Adanya pengawasan, bimbingan dan

koreksi yang serta langsung dari guru,

melainkan murid untuk melakukan

perbaikan masalah pada saat itu juga.

c. Suatu sukses akan memperkuat

asosiasi sedangkan suatu kegagalan

akan melemahkan atau menghapuskan

suatu asosiasi, dengan kata lain murid

yang mengetahui bahwa respon yang

diberikannya itu benar, akan sgera

mengingat baik-baik respon tersebut.

d. Pengetahuan siap atau keterampilan

siap yang terbentuk, sewaktu-waktu

dapat dipergunakan dalam keperlun

sehari-hari, baik untuk keperluan studi

maupun bagi bekal hidup kelak di

masyarakat.

2. Kelemahan Metode Drill

a. Latihan yang dilakukan di bawah

pengawasan yang ketat dan dalam

suasana yang serius mudah sekali

menimbulkan kebosanan dan

kejengkelan.

b. Latihan yang terlampau berat dapat

menimbulkan perasaaan benci dalam

diri murid, baik terhadap mata

pelajaran maupun terhadap gurunya.

c. Latihan yang diberikan dapat

membentuk suatu kebiasaan yang

kaku.

Berdasarkan kelemahan-

kelemahan tersebut di atas, bukan berarti

metode drill tidak layak digunakan

karena pada dasarnya semua metode

dalam mengajar mempunyai kelebihan

dan kelemahan. Oleh sebab itu,

diharapkan agar metode yang digunakan

disesuaikan dengan tujuan, waktu,

tempat, dan alat-alat yang tersedia, jenis

kegiatan minat serta perhatian murid dan

lain-lain.

METODE PENELITIAN

Adapun jenis penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom

Action Research). Secara singkat

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah

suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersama (Suharsimi,

2007:45)

Page 25: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

30

Berdasarkan pendapat ahli di atas

dapat disimpulkan bahwa Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) berfokus pada

kelas atau pada proses belajar mengajar

yang terjadi di kelas, dengan

menggunakan metode driil sehingga

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas IV SDN Inpres Soro Afu tahun

pelajaran 2013

Penelitian ini dilaksanakan di

SDN Inpres Soro Afu kelas IV tahun

pelajaran 2013. Dengan jumlah siswa 20

orang.

Instrumen penelitian adalah alat

pada waktu peneliti menggunakan suatu

metode (Suharsimi, 1998:47). Adapun

instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

a. Tes Evaluasi

Tes merupakan serentetan

pertanyaan atau latihan yang digunakan

untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, intelegensi, kemampuan

yang dimiliki individu. Instrumen tes

digunakan peneliti dalam skripsi ini

adalah untuk mengukur pemahaman

siswa yang terdiri dari soal esay yang

berisikan soal-soal yang berkaitan dengan

materi yang diajarkan. Dalam penelitian

ini jenis tes yang digunakan adalah

bentuk esay terdiri soal esay untuk siklus

satu dan dua. Instrumen ini disusun

berpedoman pada kurikulum dan buku

pelajaran IPS IV di SDN Inpres Soro Afu.

b. Lembar observasi

Lembar observasi berisi tentang

keterlaksanaan proses pembelajaran dan

instrumen tes hasil belajar. Lembar

observasi keterlaksanaan proses

pembelajaran yang dikembangkan dari

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang telah disusun oleh peneliti,

yang berisi detail siklus (langkah-langkah

proses pembelajaran)

Rancangan dalam penelitian ini

mengacu pada model siklus. Tujuan

menggunakan model ini adalah apabila

pada awal pelaksanaan tindakan

ditemukan adanya kekurangan, maka

tindakan perbaikan dapat dilakukan pada

tindakan selanjutnya sampai pada target

yang diinginkan tercapai. Pada masing-

masing siklus terdiri dari tahap

perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi, dan refleksi.

Langkah-langkah penelitian

tindakan kelas (PTK) dengan empat tahap

yaitu :

a. Perencanaan

Peneliti sebagai guru,

merumuskan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dan hal-hal lain yang

diperlukan dalam rangka melaksanakan

tindakan. Guru melaksanakan

pembelajaran mengacu pada esensi

tindakan dan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah disusun.

b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan perangkat pembelajaran

yang telah sisusun dengan baik, dalam hal

ini adalah rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dengan metode driil.

c. Observasi

Dalam penelitian ini yang menjadi

sebagai observator yaitu dibantu oleh

guru lain/teman sejawat untuk mengamati

pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan. Obsever melakukan

pengamatan terhadap aktivitas siswa da

guru/peneliti sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP)

menggunakan driil.

d. Refleksi

Peneliti merefleksi hasil observasi

setiap pertemuan pada masing-masing

siklus. Peneliti mengadakan refleksi

setelah dilakukan pembelajaran setiap

akhir siklus. Refleksi ini bertujuan untuk

menemukan kekurangan yang kemudian

dijadikan sebagai dasar penyusunan

tindakan pada siklus selanjutnya

Page 26: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

31

Data yang dikumpulkan dalam

penelitian tindakan kelas ini meliputi:

data prestasi belajar, data observasi dan

data dokumentasi aktivitas siswa dan

guru dalam proses pembelajaran.

Menganalisis data merupakan satu

langkah yang sangat penting dalam

kegiatan penelitian bila kesimpulan yang

akan diteliti dapat dipertanggung

jawabkan data yang di analisis oleh

peneliti adalah :

Data prestasi belajar siswa dengan

mencari Kriteria Ketuntasan Minimal

1) Ketuntasan individu

Setiap siswa dalam proses belajar

mengajar dikatakan tuntas apabila

memperoleh nilai 70 karena nilai

ketuntasan minimal di SDN Inpres Soro

Afu yakni 70

2) Ketuntasan klasikal

Ketuntasan klasikal dikatakan

telah dicapai apabila target pencapaian

ideal 85 % dari jumlah siswa dalam

kelas.

%1001 xn

nKK

Keterangan : KK = Ketuntasan Klasikal

n1 = Jumlah siswa yang memperoleh

nilai 70

n = Jumlah siswa yang ikut tes

(banyaknya siswa)

(Nurkencana, 2003)

Data Aktivitas belajar

3) Data Aktivitas Guru

Setiap indikator aktivitas siswa

penskorannya berdasarkan aturan sebagai

berikut.

1. Skor 4 diberikan jika 3 yang

melakukan deskriptor.

2. Skor 3 diberikan jika 2 yang

melakukan deskriptor.

3. Skor 2 diberikan jika 1 yang

melakukan deskriptor.

4. Skor 1 diberikan jika 0 yang

melakukan deskriptor.

Penentuan kategori aktivitas siswa

dengan menggunakan pedoman dari

Djemari Mardapi (2004: 117),

dijelaskan pada Tabel pedoman

aktivitas belajar siswa di bawah ini:

Tabel 1.

Pedoman Kategori Aktivitas

Belajar Siswa

Interval Kategori

X �̅� + 1. SBx Sangat aktif

�̅� X �̅�+ 1.

SBx

Aktif

�̅� + 1. SBx X

�̅�

Cukup aktif

X < �̅� - 1. SBx Kurang aktif

Keterangan : X = Aktivitas

Belajar Siswa.

a. Menentukan �̅� dan SBx

�̅� = 2

1(skor maksimal +

skor minimum)

SBx = 1

3 �̅�

Keterangan :

�̅� = Rerata skor

SBx = Simpangan baku

rerata skor

1. Data Aktivitas Guru

a. Menentukan skor yang

diperoleh

Setiap indikator aktivitas

guru penskorannya berdasarkan

aturan sebagai berikut:

1. Skor 4 diberikan jika 3 deskriptor

terlaksana.

2. Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor

terlaksana.

3. Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor

terlaksana.

4. Skor 1 diberikan jika tidak ada

deskriptor terlaksana.

b. Menentukan �̅� dan SBx

�̅� = 2

1(skor maksimal +

skor minimum)

Page 27: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

32

SBx = 1

3 �̅�

Keterangan :

�̅� = Rerata skor

SBx = Simpangan baku

rerata skor

Tabel 2.

Pedoman Kategori Kegiatan

Guru

Interval Kategori

X �̅� + 1. SBx Sangat aktif

�̅� X �̅�+ 1.

SBx

Aktif

�̅� + 1. SBx

X �̅�

Cukup aktif

X < �̅� - 1. SBx Kurang aktif

Keterangan : X = kegiatan

guru.

HASIL PENELITIAN

Siklus I

Sebelum proses belajar dimulai

pada siklus I, peneliti telah

mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), lembar observasi,

soal evaluasi untuk mendukung

kelancaran proses pembelajaran. Adapun materi yang dibahas pada

siklus ini adalah kegiatan ekonomi

masyarakat setempat.

1) Pelaksanaan tindakan

Proses belajar mengajar pada siklus I

dilaksanakan mengacu pada RPP

yang telah disusun.

2) Hasil Observasi

Proses observasi aktivitas peneliti

dalam mengajara dilaksanakan oleh

teman sejawat selama berlangsung

proses belajar mengajar dengan

mengisi lembar observasi yang telah

disiapkan. Sedangkan untuk

observasi aktivitas siswa

dilaksanakan oleh teman sejawat

juga. Ringkasan data hasil observasi

tersebut dapat dilihat berikut ini :

d) Observasi untuk aktivitas

siswa

Tabel 3.

Hasil Observasi

aktivitas siswa siklus I

Aspek yang Diobservasi Sk

or

A.1 Keterlibatan siswa dalam

menyelesaikan latihan

2

A.2 Keterlibatan Individu 2

B. Antusias siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran

2

C. Respon dalam pembelajaran 2

D. Aktivitas siswa dalam

mengerjakan latihan

2

Jumlah 10

Kategori

e) Observasi untuk aktivitas

Guru

Tabel 4.

Hasil Observasi aktivitas Guru

siklus I

Aspek yang diobservasi Sko

r

A.1 Membangkitkan minat dan

motivasi siswa dalam belajar

2

B.1 Penyampaian materi kepada

siswa

3

B.2 Pendampingan siswa selama

proses belajar mengajar

berlangsung

2

B3. Melaksanakan pembelajaran

metode Driil

3

C. Penutup 2

Jumlah 12

Kategori

3) Hasil Evaluasi

Adapun hasil evaluasi yang diperoleh

pada siklus I untuk prestasi IPS siswa

sebagai berikut:

a. Jumlah siswa yang tuntas: 8

Page 28: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

33

b. Jumlah siswa yang tidak tuntas : 12

c. Jumlah siswa yang ikut tes: 20

d. Ketuntasan klasikal: 40 %

Berdasarkan indikator ketuntasan

yang ditetapkan yaitu ≥ 85 %, maka pada

hasil evaluasi siklus tersebut belum

mencapai standar ketuntasan untuk

prestasi IPS siswa, hal ini diakibatkan

karena masih ada siswa yang masih

mendapat nilai 70 kebawah. Sehingga

sebelum melanjutkan pembelajaran ke

siklus berikutnya dilakukan upaya

perbaikan dan penyempurnaan terlebih

dahulu dengan melakukan diskusi dengan

siswa yang mendapat nilai kurang dari 70

dengan memberikan saran-saran seperti:

1) sepulang dari sekolah usahakan belajar

kembali materi yang dipelajari dikelas,

dan 2) mengerjakan latihan dengan serius

serta 3) jika belum paham dengan materi,

anak-anak harus berani bertanya.

Adapun hasil yang tampak dari

saran-saran yang telah diberikan seperti

terlihat siswa lebih termotivasi dan

antusiasnya siswa dalam bertanya baik

kepada temannya maupun kepada guru.

Dan juga dapat terlihat pada saat siswa

mengerjakan soal-soal latihan serta,

mengerjakan PR.

4) Refleksi

Melihat hasil yang diperoleh dari

proses belajar mengajar sampai hasil

evaluasi pada siklus I, masih belum

mencapai hasil yang diharapkan. Hal

ini ditunjukan oleh data observasi

aktivitas siswa. Diantaranya adalah,

kesiapan siswa untuk menerima

pelajaran masih sangat kurang.

Berdasarkan hasil evaluasi

menunjukan belum tercapainya hasil yang

memuaskan. Dapat dilihat dari ketuntasan

belajar siswa untuk kemampuan

prestasi IPS siswa hanya mencapai 59 %

dari standar ketuntasan ≥ 85%.

Untuk merespon komentar

Observer dalam hal ini adalah teman

sejawat, peneliti melakukan umpan balik

kepada observer tentang apa yang perlu

diperbaiki agar pada siklus selanjutnya

dapat meningkat. Masukan dari Observer

tersebut antara lain: Berusaha

mengarahkan siswa untuk mengerjakan

tugas rumah agar dikumpulkan pada

pertemuan berikutnya, agar mereka ada

persiapan dari rumah.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan dengan

melanjutkan pengajaran materi kegiatan

ekonomi masyarakat.

1) Pelaksanaan tindakan

Proses belajar mengajar pada siklus II

dilaksanakan dengan mengacu pada RPP

yang telah disusun.

2) Hasil Observasi

Proses observasi aktivitas siswa

dilaksanakan oleh teman sejawat selama

berlangsung proses belajar mengajar

dengan mengisi lembar observasi yang

telah disiapkan. Ringkasan data hasil

observasi tersebut dapat dilihat berikut ini

:

Tabel 5.

Hasil Observasi aktivitas siswa siklus

II

Aspek yang Diobservasi Skor

A.1 Keterlibatan siswa dalam

menyelesaikan latihan

4

A.2 Keterlibatan Individu 4

B. Antusias siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran

4

C. Respon dalam pembelajaran 4

D. Aktivitas siswa dalam

mengerjakan latihan

4

Jumlah 20

f) Observasi untuk aktivitas Guru

Tabel 6.

Hasil Observasi aktivitas Guru

siklus II

Page 29: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

34

Aspek yang diobservasi Skor

A.1 Membangkitkan minat

dan motivasi siswa

dalam belajar

4

B.1 Penyampaian materi

kepada siswa

4

B.2 Pendampingan siswa

selama proses belajar

mengajar berlangsung

4

B3. Melaksanakan

pembelajaran metode

Driil

4

C. Penutup 4

Jumlah 20

g) Hasil Evaluasi

Adapun hasil evaluasi yang

diperoleh pada siklus II dapat

dilihat pada lampiran. Secara

ringkas hasilnya sebagai berikut:

a. Jumlah siswa yang tuntas : 19 siswa

b. siswa yang belum tuntas : 1 siswa

c. Jumlah siswa yang ikut tes : 20 siswa

d. Ketuntasan klasikal : 95 %

Data tersebut diatas menunjukan

bahwa pada siklus II sudah mencapai

standar ketuntasan klasikal yaitu 95 %.

Persentase ketuntasannya menunjkan

peningkatan dari siklus sebelumnya.

Karena pada siklus II ketuntasan

klasikalnya telah mencapai ≥85%, maka

tidak perlu untuk melanjutkan ke siklus

berikutnya.

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini

dilakukan dalam dua siklus dengan

menggunakan metode driil. Berdasarkan

hasil analisis tindakan dan hasil evaluasi

pada siklus I diketahui bahwa ketuntasan

belajar belum mencapai seperti yang

diharapkan. Hal ini ditunjukan oleh hasil

evaluasinya yaitu persentase

ketuntasannya adalah 40%, sehingga

sebelum melanjutkan pembelajaran ke

siklus berikutnya dilakukan upaya

perbaikan dan penyempurnaan terlebih

dahulu dengan melakukan diskusi dan

membimbing siswa yang mendapat nilai

kurang dari 70 dengan bimbingan secara

khusus atau individual. Adapun hasilnya

adalah dengan lebih termotivasi dan

antusiasnya siswa dalam bertanya baik

kepada temannya maupun kepada guru.

Dan juga dapat terlihat pada saat siswa

mengerjakan soal-soal latihan setelah

berdiskusi dan diberikan bimbingan.

Tindakan yang akan dilakukan

untuk memperbaiki kekurangan yang ada

pada siklus I yaitu: sebelum memulai

masuk kemateri, diberikan terlebih

dahulu pertanyaan atau pengaitan materi

yang akan dipelajari dengan materi

sebelumnya dan kaitannya dalam

kehidupan sehari-hari berusaha

mengarahkan siswa untuk mengerjakan

tugas rumah agar dikumpulkan pada

pertemuan berikutnya, agar mereka ada

persiapan dari rumah, penyampaian

materi harus menyesuaikan dengan daya

serap siswa.

Setelah dilakukan tindakan pada

siklus II yang mengacu pada perbaikan

tindakan dari siklus I diperoleh hasil yang

lebih baik. Ini ditunjukan dari hasil

evaluasi akhir siklus dimana persentase

ketuntasan klasikal adalah 95 %. Hal ini

berarti tindakan pada siklus II sudah

mencapai standar ketuntasan klasikal 85

%. Dengan demikian tidak perlu untuk

melakukan siklus selanjutnya.

Dari proses tindakan dan hasil

yang diperoleh dari siklus I, maka untuk

siklus II menunjukan hasil yang lebih

baik dari siklus sebelumnya. Berarti

penerapan metode driil dapat

meningkatkan prestasi IPS siswa. Dan

terbukti apa yang disampaikan bahwa

Metode drill adalah suatu cara mengajar

dimana siswa melaksanakan kegiatan-

kegiatan latihan, agar siswa memiliki

ketangkasan atau keterampilan yang lebih

Page 30: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

35

tinggi dari apa yang telah dipelajari

(Roestiyah, 1998 : 25)

Setelah melakukan penelitian

tersebut peneliti melihat suasana kelas

lebih hidup karena partisipasi siswa

dalam proses belajar mengajar sangat

aktif.

SIMPULAN

Proses tindakan dan hasil evaluasi

dari penelitian telah diperoleh, maka

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Penerapan pembelajaran dengan

metode driil dapat meningkatkan

prestasi belajar IPS siswa kelas IV

di SDN Inpres Soro Afu tahun

pelajaran 2013.

2. Prestasi IPS siswa tersebut

ditunjukan oleh aktivitas siswa

dalam kelas dan hasil evaluasi tiap

akhir siklus. Pada siklus I,

persentase ketuntasan sebesar 45 %

dan pada siklus II dengan

persentase ketuntasan 95%.

3. Aktivitas guru dan siswa meningkat

dari siklus I ke siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Asmawat. (2008). Penerapan metode

latihan dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa kelas

VII d SMPN 1 Mataram tahun

ajaran 2007/2008.

Achsanuddin. Dkk. (1990). Didaktik

Metodik Suatu Pengantar .

Mataram: IAIN Sunan Ampel

Fakultas Tarbiyah Mataram.

Djajadisastra.(1981). Metode-Metode

Mengajar. Bandung: angkasa.

Djamarah dan Zain Aswan. (2006).

Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah. (1994). Prestasi Belajar dan

Kompetensi Guru. Surabaya:

Usaha Nasional

Faqieh Insani. (2005). Pandai

Matematika. Mataram:

Pustaka Widya.

Kasro dan Hendro D. (2001). Dasar-

dasar Pendidikan MIPA. Pusat

Penerbitan Universitas

Terbuka.

Madya, Suwarsih. (2007). Teori dan

Praktik Penelitian Tindakan

(Action Research). Bandung.

Mustaqiem. 2001. Psikologi Pendidikan.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar

bekerja sama dengan Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

Nasution. (1996). Berbagai Pendekatan

dalam Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Bumi

Aksara.

Negoro. ST. dah Harahap. (2005).

Ensiklopedia Matematika.

Ciawi-Bogor Selatan: Ghalia

Indonesia

Roestiyah. (1998). Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta. Rineka

Cipta

Soedjadi. (1999). Kiat Pendidikan

Matematika di Indonesia.

Konsentrasi Keadaan Masa

Kini Menuju Masa Depan.

Jakarta. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Page 31: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

36

Direktorat Jendral pendidikan

Tinggi.

Subari. (1994). Supervisi Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-

faktor Yang Mempengaruhi.

Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. (1995). Dasar-dasar Proses

Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

----------- (1996). Metode Statistika.

Tarsito. Bandung.

Suharsimi dkk. (2007). Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi

aksara

------------- (1998). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta. Rineka Cipta

Suhardjono, dkk. (2007). Penelitian

Tindakan kelas. Jakarta. Bumi

Aksara

Supardi. (2006). Metodologi Penelitian.

Mataram Lombok. Yayasan

Cerdas Press.

Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi

Belajar. Jakarta. PT.

RajaGrafindo Persada.

Widdiharto, Rahmadi, (2004). Model-

Model Pembelajaran

Matematika SMP. Masalah

Diklat

Instruktur/Pengembangan

matematika SMP Jenjang

Dasar. 10-23 Oktober 2004 di

Pusat Pengembangan

Penataran Guru (PPPG)

Matematika Yogyakarta, yang

diselenggarakan oleh

Direktorat Jendral pendidikan

Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan

Nasional.

Wiriaatmadja. Rochiati. (2007). Metode

penelitian Tindakan kelas.

Bandung. PT. Remaja

Rosdakarya.

Page 32: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

37

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR IPS SISWA KELAS V DI SD NEGERI NO 2 TEKE TAHUN

PELAJARAN 2013.

Ratnah

STKIP Taman Siswa Bima

ANAS. S.Pd

Guru SDN No 2 Teke

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran

kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V di SD

Negeri No 2 Teke. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan

rancangan penelitian yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V di SD Negeri No 2 Teke. Instrumen

yang digunakan ada dua yaitu instrumen tes untuk mengukur prestasi belajar siswa

dan lembar observasi aktivitas siswa dan guru.

Adapun hasil penelitian ini bahwa prestasi IPS siswa pada siklus I dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 38,10% dan pada siklus II dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 100 %. Aktivitas siswa dan guru dari hasil

analisis observasi yang menunjukan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dari

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V di SD Negeri No 2 Teke tahun

peljaran 2013

Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif tipe NHT, prestasi belajar

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (UU No. 20 tahun

2003). Pencapaian dari fungsi dan

tujuan yang dikemukakan di atas,

merupakan harapan bagi semua pihak

terutama pihak yang ada dalam dunia

pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan

pendidikan tersebut salah satunya

diupayakan pendidikan yang

Page 33: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

38

berorentasi pada proses pembelajaran

yang sesuai dengan standar proses.

Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional No. 41 tahun 2007 tentang

standar proses, menyatakan bahwa

proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipatif aktiv serta

memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologi

peserta didik.

Professional guru sangat dituntut

untuk menciptakan suasana

pembelajaran yang kreatif dan

menyenangkan bagi siswa. Untuk itu

guru harus melalukan berbagai upaya

untuk mencapai tujuan pembelajaran

melalui pembelajaran yang kreatif dan

menyenangkat tersebut. Tidak cukup

hanya mengandalkan kesadaran dari

diri siswa itu sendiri. Hal tersebut

bertujuan untuk membantu siswa

dalam pencapaian salah satu tujuan

pembelajaran yaitu prestasi belajar

yang optimal. Dalam pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

diharapkan mampu melaksanakan

pembelajaran yang kreatif dan

menyenangkan tersebut.

Hasil pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti selama

mengajar sebagai guru di SDN No 2

Teke menemukan beberapa masalah

antara lain: (1) Prestasi siswa masih

rendah, dilihat dari hasil evaluasi

dimana masih banyak siswa yang

memenuhi KKM, (2) Aktivitas siswa

untuk pembelajaran dikelas masih

rendah, (3) Siswa juga belum siap

menerima pelajaran pada setiap

pertemuan, (4) pembelajaran yang

dilaksanakann belum bervariasi/ masih

menggunakan metode ceramah, (5)

Motivasi siswa yang kurang, (6)

Kehadiran siswa yang masih kurang,

(7) Peran orang tua yang masih

kurang, (8) kurangnya kemauan siswa

untuk bertanya terhadap materi yang

belum dipahami.

Untuk mengatasi masalah di

atas, model pembelajaran yang dipilih

sebagai alternatif dalam penelitian ini

adalah cooperative learning.

Cooperative learning dalam

pembelajaran akan dapat membantu

para siswa meningkatkan sikap positif

siswa dalam belajar (Erma Suherman,

dkk, 2003: 259). Model pembelajaran

ini memungkinkan siswa untuk

mengembangkan pengetahuan,

kemampuan, dan keterampilan secara

penuh dalam suasana belajar yang

terbuka dan demokratis. Selanjutnya

pembelajaran kooperatif merupakan

salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan falsafah konstruktivis.

Menurut Jim Knight (2009: 13),

The Cooperative Learning is learning

mediated by students rather than the

instructor. In cooperative learning,

students work in groups to teach

themselves content being covered.

Teachers can utilize a variety of

learning structures while providing

cooperative learning. Sehingga

cooperative learning adalah suatu

model belajar mengajar yang

menekankan pada sikap atau perilaku

bersama dalam bekerja atau membantu

di antara sesama dalam struktur

kerjasama yang teratur dalam

kelompok, yang terdiri dari dua orang

Page 34: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

39

atau lebih. Pembelajaran kooperatif

merupakan model belajar dengan

sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya,

setiap siswa anggota kelompok harus

saling bekerja sama dan saling

membantu untuk memahami materi

pelajaran. Dalam pembelajaran

kooperatif, belajar dikatakan belum

selesai jika salah satu teman dalam

kelompok belum menguasai bahan

pelajaran.

Pengajaran Cooperative

Learning dapat didefinisikan sebagai

sistem kerja/ belajar kelompok yang

terstruktur. Yang termasuk di dalam

struktur ini adalah lima unsur pokok

Johnson & Johnson yaitu “positive

interdependence, individual

accountability, face to face promotion

interaction, social skill, and group

processing (Marzano, et al. 2001: 67).

Pembelajaran kooperatif tipe NHT

Arends, R.I (2007: 16)

menyatakan bahwa number heads

together adalah pembelajaran yang

dikembangkan oleh Spencer Kagan

(1998) untuk melibatkan lebih banyak

siswa dalam reviu berbagai materi

yang dibahas dalam sebuah pelajaran

dan untuk memeriksa pemahaman

siswa tentang isi pelajaran tersebut.

Guru menggunakan empat langkah

antara lain: 1) numbering, 2)

quetioning, 3) heads

Maksud dari pernyataan tersebut

bahwa siswa dikelompokkan beberapa

kelompok (kelompok A, B, C, dll),

setiap anggota kelompok diberi nomor

(1, 2, 3, dll). Semua siswa bertanggung

jawab secara individu maupun

kelompok, saling berkonsultasi tentang

bahan yang dipelajari/soal yang

diberikan guru, dan dipastikan setiap

anggota kelompok memahami serta

mengtahui yang dipelajari dalam LKS,

kemudian guru memanggil salah satu

siswa (seperti 5B) atau semua

kelompok B dimintai komentar tentang

pertanyaan: setuju, tidak setuju,

pertanyaan rumit, atau menawarkan

perspektif lain.

Ibrahim (2000: 28)menyatakan

bahwa pembelajaran kooperatif tipe

NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang

menekankan pada struktur khusus

yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa dan memiliki

tujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik. Tipe ini

dikembangkan oleh Kagan dengan

melibatkan para siswa dalam menelaah

bahan yang tercakup dalam suatu

pelajaran dan mengecek pemahaman

mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Menurut Slavin (2005: 131). NHT

pada dasarnya adalah sebuah varian

dari grup diskusi, tiap siswa dalam tiap

kelompok mempunyai nomor dan para

siswa tersebut tahu bahwa hanya ada

satu siswa yang akan dipanggil untuk

mewakili kelompoknya, tetapi tidak

diimformasikan sebelumnya siapa

yang akan menjadi wakil kelompok

tersebut. Hal tersebut memastikan

keterlibatan total dari semua siswa.

NHT ini adalah cara yang sangat baik

Page 35: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

40

untuk menambahkan tanggung jawab

individual kepada diskusi kelompok.

Dotson, J (2001: 4) menyatakan

bahwa: dalam pembelajaran NHT,

siswa dibagi dalam jumlah tim terdiri

dari 1-4. Guru mengajukan pertanyaan

dan siswa bekerja bersama-sama untuk

mendiskusikan jawabannya. Guru

secara acak memanggil nomor dari

setiap tim, siswa dengan nomor yang

dipanggil menulis jawabannya di

papan dan tim lain meresponnya.

Japar, A (2008: 5) berpendapat

bahwa: Teknik NHT meliputi

membagi kelas menjadi kecil (4

anggota), kelompok belajar heterogen

di mana jumlah siswa sendiri (1

sampai 4). Jumlah yang diberikan

kepada siswa dimaksudkan untuk

membantu siswa berkonsentrasi

melakukan tugas mereka karena

mereka akan dipanggil oleh guru untuk

memberikan jawaban berdasarkan

nomor yang mereka miliki.

Selanjutnya, guru memberikan

pertanyaan berdasarkan teks yang

dibaca siswa. Kemudian, siswa

"menempatkan kepala mereka

bersama-sama" dalam menanggapi

setiap pertanyaan guru berdasarkan

teks; datang dengan jawaban terbaik

mereka, dan pastikan bahwa setiap

orang dalam tim tahu jawabannya.

Satu siswa secara acak dipilih dari

mereka yang mengangkat tangan

mereka kemudian menanggapi setiap

pertanyaan dan guru cek dengan siswa

lain untuk kesepakatan. Karena siswa

diberi waktu untuk membahas

kemungkinan jawaban sebelum

merespons, adalah lebih mungkin

bahwa setiap orang, termasuk siswa

mencapai yang lebih rendah, akan

mengetahui jawaban yang benar.

Selain itu, karena kelompok tidak

dapat memprediksi siapa yang akan

dipanggil untuk menanggapi, mereka

lebih cenderung untuk memastikan

bahwa semua anggota tahu

jawabannya.

Ibrahim, (2000: 27)

mengemukakan tiga tujuan yang

hendak dicapai dalam pembelajaran

kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik

stuktural. Bertujuan untuk

meningkatkan kinerja siswa

dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman.

Bertujuan agar siswa dapat

menerima teman-temannya

yang mempunyai berbagai latar

belakang.

3. Pengembangan keterampilan

sosial. Bertujuan untuk

mengembangkan keterampilan

sosial siswa. Keterampilan yang

dimaksud antara lain berbagi

tugas, aktif bertanya,

menghargai pendapat orang

lain, mau menjelaskan ide atau

pendapat, bekerja dalam

kelompok dan sebagainya.

Penerapan pembelajaran kooperatif

tipe NHT merujuk pada Kagan (

Ibrahim, 2000: 29), dengan tiga

langkah yaitu :1) Pembentukan

kelompok, 2) diskusi masalah, 3) tukar

jawaban antar kelompok. Langkah-

langkah tersebut kemudian

dikembangkan menjadi enam langkah

sebagai berikut :

1) Persiapan. Dalam tahap ini

guru mempersiapkan

rancangan pelajaran dengan

membuat Skenario

Page 36: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

41

Pembelajaran (SP), Lembar

Kerja Siswa (LKS) yang sesuai

dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT.

2) Pembentukan kelompok.

Dalam pembentukan kelompok

disesuaikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe

NHT. Guru membagi para

siswa menjadi beberapa

kelompok yang beranggotakan

3-4 orang siswa. Guru memberi

nomor kepada setiap siswa

dalam kelompok dan nama

kelompok yang berbeda.

Kelompok yang dibentuk

merupakan percampuran yang

ditinjau dari latar belakang

sosial, ras, suku, jenis kelamin

dan kemampuan belajar. Selain

itu, dalam pembentukan

kelompok digunakan nilai tes

awal (pre-test) sebagai dasar

dalam menentukan masing-

masing kelompok.

3) Tiap kelompok harus memiliki

buku paket atau buku panduan.

Dalam pembentukan

kelompok, tiap kelompok harus

memiliki buku paket atau buku

panduan agar memudahkan

siswa dalam menyelesaikan

LKS atau masalah yang

diberikan oleh guru.

4) Diskusi masalah. Dalam kerja

kelompok, guru membagikan

LKS kepada setiap siswa

sebagai bahan yang akan

dipelajari. Dalam kerja

kelompok setiap siswa berpikir

bersama untuk

menggambarkan dan

meyakinkan bahwa tiap orang

mengetahui jawaban dari

pertanyaan yang telah ada

dalam LKS atau pertanyaan

yang telah diberikan oleh guru.

Pertanyaan dapat bervariasi,

dari yang bersifat spesifik

sampai yang bersifat umum.

5) Memanggil nomor anggota

atau pemberian jawaban.

Dalam tahap ini, guru

menyebut satu nomor dan para

siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama

mengangkat tangan dan

menyiapkan jawaban kepada

siswa di kelas.

6) Memberi kesimpulan. Guru

bersama siswa menyimpulkan

jawaban akhir dari semua

pertanyaan yang berhubungan

dengan materi yang disajikan.

Ada beberapa manfaat pada

model pembelajaran kooperatif

tipe NHT terhadap siswa yang

hasil belajar rendah yang

dikemukakan oleh Lundgren

(Ibrahim, 2000: 18), antara lain

adalah :

1. Rasa harga diri menjadi lebih

tinggi

2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu

menjadi lebih besar

4. Perilaku mengganggu menjadi

lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang

6. Pemahaman yang lebih

mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi,

kepekaan dan toleransi

8. Hasil belajar lebih tinggi.

Page 37: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

42

Dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran tipe NHT

merupakan pembelajaran kooperatif

structural yang membagi siswa dalam

kelompok kecil 1-4 anggota yang

heterogen, setiap siswa diberi nomor

dan bekerja sama dalam kelompok

yang menuntut semua anggota

kelompok harus menguasai bahan,

salah satu dari anggota kelompok

mereka akan dipanggil untuk

mempersentasikan jawaban.

Prestasi Belajar

Poerwadarminta dalam

Djamarah (1994: 20) berpendapat

bahwa prestasi adalah hasil yang telah

dicapai (dilakukan, dikerjakan dan

sebagainya) sedangkan menurut

Mas’ud Khasan Abdul Qohar, prestasi

adalah apa yang telah dapat diciptakan,

hasil pekerjaan hasil yang

menyenangkan hati yang diperoleh

dengan jalan keuletan kerja.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian tindakan (action

research). Penelitian tindakan

dilakukan untuk meningkatkan presatsi

belajar IPS dengan menggunakan

modelpembelajaran kooperatif tipe

NHT.

Rancangan dalam penelitian ini

mengacu pada model spiral atau siklus

menurut Kemmis & Mc Taggart (Mc

Taggar, 1991: 32). Tujuan

menggunakan model ini adalah apabila

pada awal pelaksanaan tindakan

ditemukan adanya kekurangan, maka

tindakan perbaikan dapat dilakukan

pada tindakan selanjutnya sampai pada

target yang diinginkan tercapai. Pada

masing-masing siklus terdiri dari tahap

perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi, dan refleksi

Mengacu pada model Kemmis dan

Mc. Taggart di atas, maka langkah-

langkah penelitian tindakan kelas

(PTK) dengan empat tahap yaitu :

a. Perencanaan

Peneliti sebagai guru, merumuskan

rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) dan hal-hal lain yang diperlukan

dalam rangka melaksanakan tindakan.

Guru melaksanakan pembelajaran

mengacu pada esensi tindakan dan

rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah disusun.

b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan perangkat pembelajaran

yang telah sisusun dengan baik, dalam

hal ini adalah rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan pendekatan

pembelajaran kooperatife NHT.

c. Observasi

Dalam penelitian ini yang menjadi

sebagai observator yaitu dibantu oleh

guru lain/teman sejawat untuk

mengamati pelaksanaan pembelajaran

yang dilakukan. Obsever melakukan

pengamatan terhadap aktivitas siswa

da guru/peneliti sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP)

menggunakan pendekatan

pembelajaran kooperatife tipe NHT.

d. Refleksi

Peneliti merefleksi hasil observasi

setiap pertemuan pada masing-masing

siklus. Peneliti mengadakan refleksi

setelah dilakukan pembelajaran setiap

akhir siklus. Refleksi ini bertujuan

untuk menemukan kekurangan yang

kemudian dijadikan sebagai dasar

Page 38: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

43

penyusunan tindakan pada siklus

selanjutnya.

Penelitian ini dilakukan selama

1 bulan yakni dari bulan Maret tahun

2013. Waktu perencanaan sampai

penulisan laporan hasil penelitian ini

pada bulan Pebruari sampai Maret

tahun 2013.

Subjek dalam penelitian ini

adalah siswa kelas V SDN No 2 Teke

tahun pelajaran 2013 yang berjumlah

21 orang.

Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data kualitatif dan

kuantitatif yaitu prestasi belajar siswa.

Sumber data penelitian ini adalah siswa.

Adapun langkah-langkah pengumpulan

data adalah diambil dengan cara

menggunakan tes akhir tiap siklus setelah

melaksanakan pembelajaran untuk

melihat kemampuan prestasi siswa.

Instrumen pengumpulan data

dalam penelitian ini berupa instrumen

Tes berbentuk esay untuk mengukur

prestasi siswa sebagai variabel

dependen. Tes dilaksnakan pada tiap

ahir siklus untuk melihat peningkatan

prestasi belajar IPS siswa. Test

pada ahir siklus pertama terdiri dari 4

butir soal esay dan tes ahir siklus dua

juga terdiri dari 4 butir soal bentuk

esay.

Teknik Analisis Data Penelitian tindakan (action

research) dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui peningkatan prestasi

belajar IPS siswa. Adapun data yang

dianalisis dengan teknik analisa

sebagai berikut.

1. Data prestasi belajar Siswa

Setelah memperoleh hasil

tes prestasi belajar IPS, data

tersebut dianalisis dengan mencari

ketuntasannya baik secara

individu maupun klasikal.

ketuntasan individu berdasarkan

pada kriteria ketuntasan minimal

(KKM) kelas V SDN No 2 Teke

tahun pelajaran 2013 yaitu 70.

Adapun ketuntasan klasikal

dihitung dengan ketuntasan

klasikal sebagai berikut.

Keterangan:

KK : Ketuntasan Klasikal

X : Jumlah siswa yang

memperoleh nilai KKM Z : Jumlah siswa yang

ikut tes

2. Data Aktivitas Siswa

b. Menentukan skor yang

diperoleh

Setiap indikator aktivitas

siswa penskorannya

berdasarkan aturan sebagai

berikut.

1. Skor 4 diberikan jika 3 yang

melakukan deskriptor.

2. Skor 3 diberikan jika 2 yang

melakukan deskriptor.

3. Skor 2 diberikan jika 1 yang

melakukan deskriptor.

4. Skor 1 diberikan jika 0 yang

melakukan deskriptor.

Penentuan kategori aktivitas siswa

dengan menggunakan pedoman

dari Djemari Mardapi (2004:

117), dijelaskan pada Tabel

pedoman aktivitas belajar siswa

di bawah ini:

Tabel 1.

Pedoman Kategori

Aktivitas Belajar Siswa

%100xZ

XKK

Page 39: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

44

Interval Kategori

X �̅� + 1. SBx Sangat aktif

�̅� ≤ X < �̅�+ 1. SBx Aktif

�̅� + 1. SBx ≤ X <

�̅�

Cukup aktif

X < �̅� - 1. SBx Kurang

aktif

Keterangan : X = Aktivitas

Belajar Siswa.

c. Menentukan �̅� dan SBx

�̅� = 2

1(skor maksimal

+ skor minimum)

SBx = 1

3 �̅�

Keterangan :

�̅� = Rerata skor SBx = Simpangan baku

rerata skor

3. Data Aktivitas Guru

Setiap indikator aktivitas guru

penskorannya berdasarkan aturan

sebagai berikut:

a. Skor 4 diberikan jika 3 deskriptor

terlaksana.

b. Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor

terlaksana.

c. Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor

terlaksana.

d. Skor 1 diberikan jika tidak ada

deskriptor terlaksana.

Menentukan �̅� dan SBx

�̅� = 2

1(skor maksimal

+ skor minimum)

SBx = 1

3 �̅�

Keterangan :

�̅� = Rerata skor SBx = Simpangan baku

rerata skor

Tabel 2.

Pedoman Kategori

Kegiatan Guru

Interval Kategori

X �̅� + 1. SBx Sangat

aktif

�̅� ≤ X < �̅�+ 1. SBx Aktif

�̅� + 1. SBx ≤ X <

�̅�

Cukup

aktif

X < �̅� - 1. SBx Kurang

aktif

Keterangan : X = kegiatan guru.

Indikator Keberhasilan

Dalam penelitian ini yang menjadi

indikator keberhasilan untuk aspek

prestasi belajar siswa apabila

Ketuntasan Klasikal (KK) yang harus

dicapai minimal 85%. Untuk aspek

aktifitas guru dan siswa minimal

berkategori aktif.

Siklus 1

a. Perencanaan

Persiapan peneliti sebelum

melaksanakan tindakan dimulai pada

tanggal 13 oktober sampai tanggal 18

oktober 2011. Adapun persiapan yang

peneliti lakukan antara lain sebagai

berikut:

1). Membuat RPP tentang materi yang

akan diajarkan, yaitu tentang

persamaan garis lurus, dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

RPP ini berguna sebagai pedoman bagi

peneliti dalam melaksanakan

pembelajaran dikelas.

2). Membuat LKS tentang materi yang

akan diajarkan yaitu tentang

persamaan garis lurus.

3). Menyusun pedoman observasi dan

mempersiapkan lembar observasi. Ada

dua jenis lembar observasi aktivitas

Page 40: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

45

siswa dan lembar observasi aktivitas

guru.

4). Mempersiapkan soal tes untuk

dilakukan pada setiap akhir siklus I.

Tes yang disusun untuk mengetahui

kemampuan komunikasi matematika

siswa yang meliputi dua aspek antara

lain: kemampuan mengilustrasikan

ide-ide matematika, dan kemampuan

menguraikan jawaban dan penggunaan

symbol.

b. Deskripsi pelaksanaan

pembelajaran NHT

Pelaksanaan dan observasi untuk

siklus I dilaksanakan mulai tanggal 13

oktobers sampai tanggan 18 november

2012. Kegiatan yang dilakukan pada

tahap ini adalah peneliti melaksanakan

tindakan sesuai dengan RPP yang telah

disusun peneliti. Dalam pelaksnaan

tindakan ini juga dilakukan observasi

di kelas oleh observer, dalam hal ini

peneliti lain yang mengadakan

penelitian juga di sekolah yang sama.

Observasi dilakukan menggunakan

lembar observasi yang telah dibuat

peneliti sebelumnya. Berdasarkan hasil

observasi, baik hasil observasi untuk

aktivitas siswa dan aktivitas guru dapat

dilihat pada lampiran.

Sintaks pembebelajaran

1). Presentasi kelas

Pada tiap pertemuan

pelaksanaan pembelajaran, materi

yang dipelajari adalah materi

persamaan garis luru. Setelah

membuka pelajaran, peneliti tidak

langsung memberikan apersepsi, tetapi

mengumumkan terlebih dahulu nama-

nama anggota kelompok. Pembagian

kelompok berdasarkan nilai ters pada

materi sebelumnya yaitu nilai pada tes

materi relasi dan fungsi. Satu kelas

dibagi 4 kelompok dengan tiap

kelompok terdiri dari 4 orang siswa

dengan tingkat kemampuan yang

berbeda. Kemudian guru secara

singkat menjelaskan materi sesuai

yang tertuang dalam RPP.

2). Belajar kelompok

Setelah peneliti membagikan LKS,

siswa bersama kelompoknya diminta

untuk mendiskusikan permasalahan

yang ada dalam LKS. Siswa saling

bekerja sama, saling menukar ide, dan

saling membantu satu sama lain dalam

menguasai permasalahan dalam LKS.

3). Pemanggilan secara acak untuk

maju presentasi hasil kerja

kelompok

Setelah selesai waktu yang

diberikan untuk berdiskusi, guru

secara acak memanggil no dada misal

3, semua siswa yang merasa no dada

tiga masuk untuk mempresentasikan

hasil kerja kelompok sesuai dengan

intruksi peneliti. Guru meminta siswa

lain menanggapi dari jawaban yang

disampaikan teman yang maju.

SIKLUS II

a. Perencanaan

Persiapan peneliti sebelum

melaksanakan tindakan untuk siklus II

dimulai pada tanggal 3 september

2011. Adapun persiapan yang peneliti

lakukan tidak jauh berbeda dengan

persiapan pada siklus I, antara lain

sebagai berikut:

1). Membuat RPP tentang materi yang

akan diajarkan, yaitu tentang

persamaan garis lurus, dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

NHT. RPP ini berguna sebagai

pedoman bagi peneliti dalam

Page 41: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

46

melaksanakan pembelajaran

dikelas.

2). Membuat LKS tentang materi yang

akan diajarkan yaitu tentang

persamaan garis lurus.

3). Menyusun pedoman observasi dan

mempersiapkan lembar observasi.

Ada dua jenis lembar observasi

aktivitas siswa dan lembar

observasi aktivitas guru.

4). Mempersiapkan soal tes untuk

dilakukan pada setiap akhir siklus.

Tes yang disusun untuk mengetahui

kemampuan komunikasi

matematika siswa yang meliputi

dua aspek antara lain: kemampuan

mengilustrasikan ide-ide

matematika, dan kemampuan

menguraikan jawaban dan

penggunaan symbol.

b.Deskripsi pelaksanaan

pembelajaran NHT

Pelaksanaan dan observasi

untuk siklus II dilaksanakan mulai

tanggal 3 november sampai tanggan 8

november 2012. Kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini adalah

peneliti melaksanakan tindakan sesuai

dengan RPP yang telah disusun

peneliti. Dalam pelaksnaan tindakan

ini juga dilakukan observasi di kelas

oleh observer, dalam hal ini peneliti

lain yang mengadakan penelitian juga

di sekolah yang sama. Observasi

dilakukan menggunakan lembar

observasi yang telah dibuat peneliti

sebelumnya. Berdasarkan hasil

observasi, baik hasil observasi untuk

aktivitas siswa dan aktivitas guru dapat

dilihat pada lampiran.

Sintaks pembebelajaran

1). Presentasi kelas

Pada tiap pertemuan

pelaksanaan pembelajaran, materi

yang dipelajari adalah materi

persamaan garis luru. Setelah

membuka pelajaran, peneliti langsung

memberikan apersepsi, Kemudian guru

secara singkat menjelaskan materi

sesuai yang tertuang dalam RPP.

2). Belajar kelompok

Setelah peneliti membagikan

LKS, siswa bersama kelompoknya

diminta untuk mendiskusikan

permasalahan yang ada dalam LKS.

Siswa saling bekerja sama, saling

menukar ide, dan saling membantu

satu sama lain dalam menguasai

permasalahan dalam LKS.

3). Pemanggilan secara acak untuk

maju presentasi hasil kerja

kelompok

Setelah selesai waktu yang

diberikan untuk berdiskusi, guru

secara acak memanggil no dada misal

3, semua siswa yang merasa no dada

tiga masuk untuk mempresentasikan

hasil kerja kelompok sesuai dengan

intruksi peneliti. Guru meminta siswa

lain menanggapi dari jawaban yang

disampaikan teman yang maju.

c. Kemampuan Komunikasi

Matematika

1). Hasil tes siklus I Hasil tes kemampuan

komunikasi matematika pada siklus 1.

Terlihat pencapaian aspek-aspek yang

diukur seperti menuliskan ide-ide

matematika dan menguraikan jawaban

dan penggunaan symbol. Disajikan

berikut:

Adapun hasil evaluasi yang diperoleh

pada siklus I untuk kemampuan

komunikasi matematika siswa

sebagai berikut:

Page 42: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

47

1. Jumlah siswa yang tuntas: 7

2. Jumlah siswa yang tidak tuntas : 7

3. Jumlah siswa yang ikut tes: 14

4. Ketuntasan klasikal: 50 %

Berdasarkan indikator ketuntasan yang

ditetapkan yaitu ≥ 85 %, maka pada

hasil evaluasi siklus tersebut belum

mencapai standar ketuntasan untuk

kemampuan komunikasi matematika

siswa, hal ini diakibatkan karena masih

ada siswa yang masih mendapat nilai

65 kebawah. Sehingga sebelum

melanjutkan pembelajaran ke siklus

berikutnya dilakukan upaya perbaikan

dan penyempurnaan terlebih dahulu

dengan melakukan diskusi dengan

siswa yang mendapat nilai kurang dari

65 dengan memberikan saran-saran

seperti: 1) jika belum memahami

materi pelajaran, jangan takut untuk

bertanya baik bertanya kepada guru

maupun kepada teman yang lain, 2)

serius dalam berdiskusi, 3) sepulang

dari sekolah usahakan belajar kembali

materi yang dipelajari dikelas, dan 4)

mengerjakan PR.

Adapun hasil yang tampak dari saran-

saran yang telah diberikan seperti

terlihat siswa lebih termotivasi dan

antusiasnya siswa dalam bertanya baik

kepada temannya maupun kepada

guru. Dan juga dapat terlihat pada saat

siswa mengerjakan soal-soal latihan

serta, mengerjakan PR.

Refleksi

Melihat hasil yang diperoleh

dari proses belajar mengajar sampai

hasil evaluasi pada siklus I, masih

belum mencapai hasil yang

diharapkan. Hal ini ditunjukan oleh

data observasi aktivitas siswa.

Diantaranya adalah, kesiapan siswa

untuk menerima pelajaran masih

sangat kurang. Berdasarkan hasil

evaluasi menunjukan belum

tercapainya hasil yang memuaskan.

Dapat dilihat dari ketuntasan belajar

siswa untuk kemampuan komunikasi

matematika siswa hanya mencapai 50

% dari standar ketuntasan ≥ 85 %.

Untuk merespon komentar Observer

dalam hal ini adalah guru matematika,

peneliti melakukan umpan balik

kepada observer tentang apa yang

perlu diperbaiki agar pada siklus

selanjutnya dapat meningkat. Masukan

dari Observer tersebut antara lain:

a. Mengontrol dan mengawasi siswa

dalam mengerjakan LKS

b. Contoh soal sebaiknya diberikan

conto-contoh yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari.

c. Penyampaian materi harus

menyesuaikan dengan daya serap

siswa.

2). Hasil tes siklus II

Adapun hasil evaluasi yang

diperoleh pada siklus II dapat dilihat

pada lampiran. Secara ringkas hasilnya

sebagai berikut:

5. Jumlah siswa yang tuntas :

12 orang

6. Jumlah siswa yang belum tuntas :

2 orang

7. Jumlah siswa yang ikut tes : 14

orang

8. Ketuntasan klasikal :

85,7 %

Data tersebut diatas

menunjukan bahwa pada siklus II

sudah mencapai standar ketuntasan

klasikal yaitu 85,7 %. Persentase

ketuntasannya menunjkan peningkatan

dari siklus sebelumnya. Karena pada

siklus II ketuntasan klasikalnya telah

Page 43: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

48

mencapai ≥85%, maka tidak perlu

untuk melanjutkan ke siklus

berikutnya.

3). Total hasil tes siklus I dan II

Pada siklus II, kemampuan

komunikasi siswa mengalami

peningkatan dari tiap aspek

Mengilustrasikan ide-ide matematika

dari 30% menjadi 47%, kenaikan

sebanyak17%. Sehingga dari kategori

rendah menjadi kategori sedang.

Kemudian auntuk aspek yang kedua

Menguraikan jawaban dan penggunaan

symbol dari 20% menjadi 40,5%.

Peningkatannnya sebanyak 20,5%.

Sehingga pencapaian total untuk siklus

II mencapai 85,7%, dimana dalam hal

ini sudah mencapai kriteria yang telah

ditetapkan yakni 85,7% > 85%. Berarti

pembelajaran NHT sudah dikatakan

efektif untuk kemampuan komunikasi

matematika siswa pada materi

persamaan garis lurus.

d). Hasil observasi aktivitas siswa

dan aktivitas guru

Proses observasi dilaksanakan

oleh guru bidang studi matematika

selama berlangsung proses belajar

mengajar dengan mengisi lembar

observasi yang telah disiapkan.

Ringkasan data hasil observasi tersebut

dapat dilihat berikut:

Observasi untuk aktivitas siswa

Tabel 3.

Hasil Observasi

aktivitas siswa siklus I

Aspek yang

Diobservasi

Kualita

s

Deskrip

tor

1 2 3 4

A. Kesiapan siswa

dalam menerima

pelajaran

A. Antusias siswa dalam

mengikuti kegiatan

pembelajaran

C. Respon dalam

pembelajaran

D. Aktivitas siswa

dalam diskusi

Jumlah 0 2 1

1

2

Hasil kali

dengan kualitas

descriptor

0 4 3

3

8

Skor 45

Rata-rata

(dibagi dengan

15)

3

Tabel 5.

Hasil Observasi

aktivitas siswa siklus

II

Aspek yang

Diobservasi

Kualitas

Deskriptor

1 2 3 4

A. Kesiapan

siswa

dalam

menerima

pelajaran

B. Antusias

siswa dalam

mengikuti

kegiatan

pembelajaran

C. Respon

dalam

pembelajaran

D. Aktivitas

siswa dalam

Page 44: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

49

diskusi

Jumlah 0 3 8 4

Hasil kali

dengan

kualitas

descriptor

0 6 2

4

1

6

Skor 46

Rata-rata

(dibagi dengan

15)

3,066

Observasi untuk aktivitas Guru

Tabel 4.

Hasil Observasi

aktivitas Guru siklus

I

Aspek yang

diobservasi

Kualitas

Indikator

1 2 3 4

A. Pendahuluan

B. Kegiatan Inti

C. Penutup

Jumlah 0 0 6 12

Hasil kali

dengan kualitas

descriptor

0 0 1

8

48

Skor 62

Rata-rata (dibagi

dengan 18)

3,44

Tabel 6.

Hasil Observasi

aktivitas Guru siklus

II

Aspek yang

diobservasi

Kualitas

Indikator

1 2 3 4

A. Pendahuluan

B. Kegiatan Inti

C. Penutup

Jumlah 0 0 1

5

3

Hasil kali dengan

kualitas descriptor

0 0 4

5

1

2

Skor 57

Rata-rata (dibagi

dengan 18)

3,167

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini

dilakukan dalam dua siklus dengan

menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe NHT (number head

together) pada materi pelajaran

persamaan garis lurus. Materi

persamaan garis lurus yang

disampaikan yaitu siklus I; gradien

garis lurus yang melalui satu titik dan

melalui dua titik, sedangkan siklus II:

menentukan gradien garis sejajar,

garis tegak lurus dan menentukan

persamaan garis lurus.

Melalui model kooperatif tipe

NHT yang merupakan model

pembelajaran kooperatif yang

diberikan variasi di dalamnya, yaitu

adanya kerja kelompok untuk

memperdalam materi. Dengan

mengacu pada tahap-tahap dalam

NHT, merupakan suatu upaya untuk

meningkatkan kemampuan

komunikasi matenatika siswa. NHT

meliputi tahap presentasi kelas,

belajar kelompok, pemanggilan

secara acak oleh guru untuk maju

presentasikan hasil diskusi. Setelah

menerapkan model NHT melalui

tahapan-tahapan tersebut, terjadi

peningkatan kemampuan komunikasi

matematika siswa dalam

pembelajaran matematika khususnya

materi persamaan garis lurus.

Peningkatan kemampuan

komunokasi matematika siswa dapat

Page 45: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

50

dilihat dari hasil tes siklus I ke siklus

II.

Berdasarkan hasil analisis

tindakan dan hasil evaluasi pada

siklus I diketahui bahwa ketuntasan

belajar belum mencapai seperti yang

diharapkan. Hal ini ditunjukan oleh

hasil evaluasinya yaitu persentase

ketuntasannya adalah 50%, sehingga

sebelum melanjutkan pembelajaran

ke siklus berikutnya dilakukan upaya

perbaikan dan penyempurnaan

terlebih dahulu dengan melakukan

diskusi dan membimbing siswa yang

mendapat nilai kurang dari 60 dengan

bimbingan secara khusus atau

individual. Adapun hasilnya adalah

dengan lebih termotivasi dan

antusiasnya siswa dalam bertanya

baik kepada temannya maupun

kepada guru. Dan juga dapat terlihat

pada saat siswa mengerjakan soal-

soal latihan setelah berdiskusi dan

diberikan bimbingan.

Tindakan yang akan dilakukan

untuk memperbaiki kekurangan yang

ada pada siklus I yaitu: sebelum

memulai masuk kemateri, diberikan

terlebih dahulu pertanyaan atau

pengaitan materi yang akan dipelajari

dengan materi sebelumnya dan

kaitannya dalam kehidupan sehari-hari

berusaha mengarahkan siswa untuk

mengerjakan tugas rumah agar

dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya, agar mereka ada persiapan

dari rumah, mengontrol dan

mengawasi siswa dalam mengerjakan

LKS, contoh soal sebaiknya diberikan

conto-contoh yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari, penyampaian

materi harus menyesuaikan dengan

daya serap siswa.

Setelah dilakukan tindakan pada

siklus II yang mengacu pada perbaikan

tindakan dari siklus I diperoleh hasil

yang lebih baik. Ini ditunjukan dari

hasil evaluasi akhir siklus dimana

persentase ketuntasan klasikal adalah

85,7 %. Hal ini berarti tindakan pada

siklus II sudah mencapai standar

ketuntasan klasikal 85 %. Dengan

demikian tidak perlu untuk melakukan

siklus selanjutnya.

Dari proses tindakan dan hasil

yang diperoleh dari siklus I, maka

untuk siklus II menunjukan hasil yang

lebih baik dari siklus sebelumnya.

Berarti penerapan pembelajaran

kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan kemampuan

komunikasi matematika siswa

khususnya pada penelitian ini adalah

pokok bahasan persamaan garis lurus.

Setelah melakukan penelitian

tersebut peneliti melihat suasana kelas

lebih hidup karena partisipasi siswa

dalam proses belajar mengajar sangat

aktif. Hal ini mendukung teori menurut

Effandi Zakaria & Zanaton Iksan

(2006: 35) bahwa pembelajaran

kooperatif diyakini paling efektif

karena siswa secara aktif terlibat

dalam berbagi ide dan bekerja sama

dalam kelompok untuk menyelesaikan

tugas-tugas akademik. Berbagi ide

terlihat saat siswa berdiskusi

menyelesaikan soal-soal dalam LKS.

Ide-ide yang dikeluarkan siswa

termasuk mengkomunikasikan

jawaban soal yang diberikan. Adanya

peningkatan kemampuan komunikasi

matematika dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe NHT

dilihat dari hasil tes dua siklus, dimana

peneliti mengacu pada NCTM,

Page 46: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

51

penilaian kemampuan siswa untuk

berkomunikasi matematika, peneliti

melihat indikasi siswa setelah

pembelajaran kooperatif tipe

NHT.diantaranya siswa dapat:

a. Mengekspresikan ide-ide matematis

dengan berbicara, menulis,

menunjukkan, dan menggambarkan

secara visual.

b. memahami, menafsirkan, dan

mengevaluasi ide-ide matematika

yang disajikan dalam fonns tertulis.

c. menggunakan kosakata matematika,

notasi, dan struktur untuk mewakili

ide-ide, menggambarkan hubungan,

dan situasi model.

Sehingga dalam penelitian ini

pembelajaran kooperatif tipe NHT

dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematika siswa.

SIMPULAN

Proses tindakan dan hasil

evaluasi dari penelitian telah

diperoleh, maka dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Kemampuan komunikasi siswa

mengalami peningkatan dari

siklus I kesiklus II untuk tiap

aspek: aspek yang pertama yaitu

mengilustrasikan ide-ide

matematika dari 30% menjadi

47%, kenaikan sebanyak17%.

Sehingga dari kategori rendah

menjadi kategori sedang.

Kemudian auntuk aspek yang

kedua menguraikan jawaban dan

penggunaan symbol dari 20%

menjadi 40,5%.

Peningkatannnya sebanyak

20,5%. Sehingga pencapaian

total untuk siklus II mencapai

85,7%, dimana dalam hal ini

sudah mencapai kriteria yang

telah ditetapkan yakni 85,7% >

85%. Berarti pembelajaran NHT

sudah dikatakan efektif untuk

kemampuan komunikasi

matematika siswa pada materi

persamaan garis lurus.

2. Peningkatan aktivitas guru dan

siswa, pada siklus pertama hanya

kategori aktif menjadi naik ke

kategori sangat aktif pada siklus

dua.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I., & Kilcher, A. (2010).

Teaching for student learning

“becoming an accumplhised

teacher”. New York: Published

in the Taylor & Francis e-

Library.

Arends, R.I. (2008). Learning to teach.

(terjemahan Herlly Prajitno S &

Sri Mulyantini S). New York:

McGraw Hill Companies. (buku

asli diterbitkan tahun 2007).

Depdiknas. (2006). Undang-Undang

RI Nomor 20, tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional

Depdiknas. (2007). Peraturan menteri

pendidikan nasional republik

indonesia nomor 41, tahun 2007

tentang standar proses untuk

Page 47: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

52

satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Doston, J.M. (2001). Cooperative

learning structures can increase

student achievement: Kagan

online magazine. 4, Artikel

diambil pada tanggal 15 juli

2011. Dari

http://www.kagan.online.magazi

ne/files/rcd/BE018766/PIG12.pd

f

Effendi Zakaria & Zananto Iksan.

(2007). Promoting cooperative

learning in science and

mathematics educational: A

Malaysian perspective. Eurasia

journal of mathematics, science

& technology education, 35, 35-

39.

Ellis, Athur K. (1998). Teachingand

learning elementary social

student. USA: A Vivacom

Company

Ibrahim, M, dkk. (2000).

Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:

UNESA University Press.

Japar, A. (2008). Diambil pada

tanggal 7 Juli dari

http://www.infodiknas.com/im

proving-the

students%E2%80%99-reading

comprehension-through-

numbered-heads-together-

technique/.

Lili Solikhati. (2009). Meningkatkan

Hasil Belajar Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe

TPS. Ms. Prosiding Seminar

Nasional Penelitian, Pendidikan

dan Penerapan, Universitas

Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009.

Marzano. (2001). A handbook for

classroom itruction that work.

American: ASCD.

Numan, Somantri. M. (2001).

Menggagas pembaharuan IPS.

Bandung: remaja Rosdakarya.

NSCC.

http://wikipedia.org/wiki/Nationa

l_Council_the_social_student

Orlich, D.C., Harder, R.J., Callahan,

R.C., Trevisan, M.S., & Brown,

A.H. (2007). Teaching strategies

a guide to effective instruction.

Boston New York: Houghton

Mifflin company.

Robert, L. & Chair, L. (2009). Student

learning, student achievement:

how do teachers measure up?.

American: National board for

professional teaching standars

(NBPTS).

Saiful Bahri Djamarah. (1994).

Prestasi belajar dan kompetensi

guru Surabaya: Usaha Nasional

Slavin, R.E. (2005). Cooperative

learning “theori, research and

practice. London: Allyn and

Bacon.

Page 48: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

53

. (2006). Education

psychology “theory and

practice”(8nd ed). Johns Hopkins

University: Pearson Education

International.

Susan Bawn. (2007). The effects of

cooperative learning on learning

and engagement. Master in

Teaching, diterbitkan. The

Evergreen State College.

Woolfolk, A. (1996). Educational

psychology active learning.

America: Pearson Education

Page 49: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

54

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Shere (TPS) Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV di SD Negeri Inpres Pasir Putih

Tahun Pelajaran 2013

Siti Fatimah.

Guru SD Negeri Inpres Pasir Putih

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran

kooperatif tipeTPS dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV di SD

Negeri Pasir Putih. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan

rancangan penelitian yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV di SD Negeri Pasir Putih. Instrumen

yang digunakan ada dua yaitu instrumen tes untuk mengukur prestasi belajar siswa

dan lembar observasi aktivitas siswa dan guru.

Adapun hasil penelitian ini bahwa prestasi IPS siswa pada siklus I dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 69,2% dan pada siklus II dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 92,30 %. Aktivitas siswa dan guru dari

hasil analisis observasi yang menunjukan peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TPS

dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV di SD Negeri Pasir Putih

tahun peljaran 2013

Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif tipe TPS, prestasi belajar

PENDAHULUAN

Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat

3 menyebutkan bahwa tujuan

pendidikan adalah Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan

suatu sistem pendidikan nasional, yang

meningkatkan keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, yang diatur dalam undang-

undang. Menuntut ilmu merupakan hal

yang penting dalam hidup ini, dengan

ilmu kita dapat menguasai dunia serta

merupakan ibadah bagi kaum

muslimin. Seseorang yang menuntut

ilmu tentu tidak jauh dari yang

namanya belajar.

Departemen Pendidikan

Nasional harus mampu menjamin

pemerataan kesempatan pendidikan,

peningkatan mutu dan relevansi serta

efisiensi manajemen pendidikan.

Pemerataan kesempatan pendidikan

diwujudkan dalam program wajib

belajar sembilan tahun. Peningkatan

mutu pendidikan diarahkan untuk

meningkatkan kualitas manusia

Indonesia seutuhnya melalui olahhati,

olahpikir, olahrasa dan olahraga agar

Page 50: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

55

memiliki daya saing dalam

menghadapi tantangan global.

Peningkatan relevansi pendidikan

dimaksudkan untuk menghasilkan

lulusan yang sesuai dengan tuntutan

kebutuhan berbasis potensi sumber

daya alam Indonesia. Peningkatan

efisiensi manajemen pendidikan

dilakukan melalui penerapan

manajemen berbasis sekolah dan

pembaharuan pengelolaan pendidikan

secara terencana, terarah, dan

berkesinambungan (Depdiknas, 2006:

1).

Perkembangan akhir-akhir ini,

pemerintah menuntut kepada para

pemerhati pendidikan untuk

meningkatkan kualitas lembaga,

pengajar (guru), dan peserta didik

(siswa) supaya dapat bersaing dalam

kompetensinya masing-masing.

Lembaga pendidikan sebagai

penyelenggara pendidikan di tanah air

tercinta ini, terus berupaya

meningkatkan kualitas, baik kualitas

administrasi maupun manajemen

pengelolaan kelas terus berkompetisi.

Sistem pendidikan terus diperbaharui

demi kelancaran proses pembelajaran

khususnya pada pembelajaran IPS.

Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional No. 41 tahun 2007 tentang

standar proses, menyatakan bahwa

proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipatif aktiv serta

memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologi

peserta didik.

Untuk mengikuti standar proses

yang diamanatkan dalam UU di atas,

proses pembelajaran di kelas diupayan

siswa lebih efektif dan termotivasi

untuk belajar. Untuk itulah perlu

adanya metode khusus yang diterapkan

oleh guru untuk menyampaikan materi

embelajaran di kelas. Dalam

mempelajari materi-materi IPS, perlu

proses pembelajaran di kelas yang

lebih menekankan pada siswa sebagai

individu yang memiliki potensi untuk

belajar dan berkembang. Siswa harus

aktif dalam pengembangan

pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak

terbatas pada apa yang disampaikan

oleh guru. Guru harus mengubah

perannya, tidak lagi sebagai pemegang

otoritas tertinggi keilmuan dan

indoktriner, tetapi menjadi fasilitator

yang membimbing siswa ke arah

pembentukan pengetahuan oleh

dirinya sendiri.

Berdasarkan hasil pengamatan

peneliti selama mengajar/menjadi guru

di SDN Inpres Pasir Putih pada kelas

IV menemukan beberapa hal yang

merupakan permasalahan antara lain:

1) prestasi belajar IPS siswa yang

rendah, dilihat dari nilai yang

diperoleh yang kurang dari KKM (70),

2) motivasi dan minat belajar siswa

yang rendah, 3) minimnya peran orang

tua terhadap pendidikan, 4) kurangnya

partisipasi siswa dalam pembelajaran,

5) kurang siapnya siswa dalam

memulai pembelajaran, 5) kuranya

minab baca siswa, dan 6) pembelajaran

yang disampaikan oleh guru masih

bersifat konvensional dan tidak

berfariasi.

Dari permasalahan yang

ditemukan di atas, maka peneliti

Page 51: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

56

memilih solusi permasalahan dengan

mengubah metode mengajar yang

belum berfariasi dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif. Sebagai

metode pembelajaran yang

menekankan pada pengalaman siswa

yaitu metode pembelajaran kooperatif.

Strategi yang melibatkan siswa secara

penuh dalam proses pembelajaran.

Siswa didorong untuk beraktivitas

mempelajari materi pelajaran sesuai

dengan topik yang akan dipelajarinya.

Belajar dalam konteks kooperatif

bukan hanya sekedar mendengarkan

dan mencatat, tetapi belajar adalah

proses berpengalaman secara

langsung. Melalui proses pengalaman

itu, diharapkan perkembangan siswa

terjadi secara utuh, yang tidak hanya

berkembang dalam aspek kognitif saja,

tetapi aspek afektif maupun

psikomotor.

Slavin (2005: 17) menjelaskan

bahwa “pembelajaran kooperatif

menurut teori kognitif, menekankan

pada pengaruh dari kerja sama itu

sendiri (apakah kelompok tersebut

mencoba meraih tujuan kelompok atau

pun tidak)”. Melalui pembelajaran

kooperatif diharapkan di kelas siswa

aktif secara individu, aktif berdiskusi,

berani menyampaikan gagasan dan

menerima gagasan dari orang lain,

kreatif mencari solusi dari suatu

permasalahan yang dihadapi dan

memiliki kepercayaan diri yang tinggi

dalam pembelajaran IPS.

Prestasi belajarar IPS siswa

merupakan salah satu konsentrasi

dalam kegiatan pembelajaran. Upaya

meningkatkan Prestasi belajarar IPS

siswa selalu menemui berbagai macam

permasalahan yang cukup kompleks,

salah satunya kejenuhan siswa dalam

belajar. Mengatasi kejenuhan siswa

belajar IPS membutuhkan adanya

kreatifitas guru menciptakan

pembelajaran menyenangkan sesuai

dengan karakteristik materi pelajaran

sehingga terjadi prestasi belajar siswa

semakin tinggi.

Pembelajaran IPS perlu

diterapkan metode pembelajaran yang

bervariasi sehingga mampu membekali

Prestasi belajarar IPS untuk dapat

mencapai kompetensi yang

diharapkan. Pembelajaran ini adalah

pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Sher. Dimana tipe TPS ini, guru

biasa menunjukkan pasangan untuk

bertukar ide, kemudian guru

memberikan tugas dan siswa

mengerjakan tugas secara individu

terlebuh dahulu, kemudian setelah

selesai, masing-masing pasangan

bergabung dengan pasangan yang

sudah ditunjuk gurunya, pasangan

tersebut bertukar ide untuk

merumuskann jawaban mereka atas

pertanyaan yang diajukan guru, setelah

waktu berahir kemudian dari

perwakilan tiap pasangan untuk

menyampaikan hasil diskusinya

tersebut dan siswa lain menanggapi,

Slavin (2005: 36). Dengan adanya

pasangan untuk bertukar ide mengenai

permasalah yang diajukan guru

diharapkan penguasaan materi IPS

siswa lebih optimal lagi, yang ahirnya

dapat berimplikasi meningkatnya

prestasi belajar IPS siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe

TPS

Sa’dijah, Cholis (2006 : 12)

menyatakan bahwa Think Pair Share

Page 52: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

57

adalah suatu metode pembelajaran

kooperatif yang memberi siswa waktu

untuk berfikir dan merespon serta

saling bantu satu sama lain. Metode ini

memperkenalkan ide “waktu berfikir

atau waktu tunggu” yang menjadi

faktor kuat dalam meningkatkan

kemampuan siswa dalam merespon

pertanyaan. Pembelajaran Kooperatif

model Think-Pair-Share ini relatif

lebih sederhana karena tidak menyita

waktu yang lama untuk mangatur

tempat duduk ataupun

mengelompokkan siswa. Pembelajaran

ini melatih siswa untuk berani

berpendapat dan menghargai pendapat

teman.

Think Pair Share (TPS) adalah

strategi diskusi kooperatif yang

dikembangkan oleh Frank Lyman dan

kawan-kawannya dari Universitas

Maryland pada tahun 1981. TPS

mampu mengubah asumsi bahwa

metode resitasi dan diskusi perlu

diselenggarakan dalam setting

kelompk kelas secara keseluruhan.

Think Pair Share memberikan kepada

siswa waktu untuk berpikir dan

merespon serta saling bantu satu sama

lain . Think Pair Share memiliki

prosedur yang secara eksplisit untuk

member siswa waktu untuk berpikir,

menjawab, saling membantu satu sama

lain. Dengan demikian diharapkan

siswa mampu bekerja sama, saling

membutuhkan, dan saling bergantung

pada kelompok kecil secara kooperatif.

Menurut Susilo, (2005: 3)

menyebutkan tahapan demi tahapan

yang dilakukan pada pelaksanaan

Think Pair Share, antara lain:

a. Tahap satu, think (berpikir).

Pada tahap ini guru

memberikan pertanyaan yang

terkait dengan materi pelajaran.

Proses TPS dimulai pada saat

ini, yaitu guru mengemukakan

pertanyaan yang menggalakkan

berpikir ke seluruh kelas.

Pertanyaan ini hendaknya

berupa pertanyaan terbuka

yang memungkinkan dijawab

dengan berbagai macam

jawaban.

b. Tahap dua, pair

(berpasangan).

Pada tahap ini siswa

berpikir secara individu. Guru

meminta kepada siswa untuk

berpasangan dan mulai

memikirkan pertanyaan atau

masalah yang diberikan guru

tadi dalam waktu tertentu.

Lamanya waktu ditetapkan

oleh guru berdasarkan

pemahaman guru terhadap

siswanya, sifat pertanyaanya,

dan skedul pembelajaran.

Siswa disarankan untuk

menulis jawaban atau

pemecahan masalah hasil

pemikirannya.

c. Tahap 3, share (berbagi).

Pada tahap ini siswa

secara individu mewakili

kelompok atau berdua maju

bersama untuk melaporkan

hasil diskusinya ke seluruh

kelas. Pada tahap terakhir ini

siswa seluruh kelas akan

memperoleh keuntungan dalam

bentuk mendengarkan berbagai

ungkapan mengenai konsep

yang sama dinyatakan dengan

cara yang berbeda oleh

Page 53: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

58

individu yang berbeda. Ada

beberapa alasan mengapa TPS

perlu digunakan, antara lain:

1) TPS membantu menstrukturkan

diskusi. Siswa mengikuti proses

yang telah ditentukan sehingga

membatasi kesempatan pikirannya

melantur dan tingkah lakunya

menyimpang karena harus

melapor hasil pemikiranyya ke

mitranya/temanya.

2) TPS meningkatkan partisipasi

siswa dan meningkatkan

banyaknya informasi yang dapat

diingat siswa.

3) TPS meningkatkan lamanya

”Time On Task” dalam kelas dan

kualitas kontribusi siswa dalam

diskusi kelas.

4) Siswa dapat

mengembangkan

kecakapan hidup sosialnya.

Lebih lanjut menurut

Menurut Susilo, (2005: 7)

Keunggulan-Keunggulan Think

Pair Share antara lain:

a. TPS mudah diterapkan

diberbagai jenjang pendidikan

dan dalam setiap kesempatan.

b. Menyediakan waktu berpikir

untuk meningkatkan kualitas

respon siswa.

c. Siswa menjadi lebih aktif

dalam berpikir mengenai

konsep dalam mata pelajaran.

d. Siswa lebih memahami tentang

konsep topik pelajaran selama

diskusi.

e. Siswa dapat belajar dari siswa

lain.

f. Setiap siswa dalam

kelompoknya mempunyai

kesempatan untuk berbagi atau

menyampaikan idenya.

2. Prestasi Belajar

Poerwadarminta dalam

Djamarah (1994: 20) berpendapat

bahwa prestasi adalah hasil yang telah

dicapai (dilakukan, dikerjakan dan

sebagainya) sedangkan menurut

Mas’ud Khasan Abdul Qohar, prestasi

adalah apa yang telah dapat diciptakan,

hasil pekerjaan hasil yang

menyenangkan hati yang diperoleh

dengan jalan keuletan kerja.

Belajar adalah menurut

Sardiman dalam Djamarah (1994: 21)

mengemukakan suatu rumusan, bahwa

belajar sebagai rangkaian kegiatan

jiwa raga, psikofisik, menuju

keperkembangan pribadi manusia

seutuhnya, yang menyangkut unsur

cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik.

Sementara Gani dalam

Wahyuningsih (2003: 13) menyatakan

bahwa prestasi belajar itu harus

mencerminkan sekurangnya tiga

aspek, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Diantara berbagai hasil

belajar tersebut, menurut Sudjana

(1989: 43) hasil belajar dalam aspek

kognitif yang paling banyak dinilai

oleh guru di sekolah yang berkaitan

dengan kemampuan siswa dalam

menguasai isi bahan pengajaran.

Menurut Rober & Chair (2009:

9), “student achievement is the status

of subject-matter knowledge,

understandings, and skills at one point

in time most commonly used measure

of student achievement is a

Page 54: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

59

standardized test”. Maksud dari

pernyataan bahwa prestasi siswa

adalah status pengetahuan,

pemahaman, dan keterampilan

terhadap materi yang telah dicapai

siswa pada waktu yang ditentukan.

Untuk mengukur prestasi yang paling

umum digunakan adalah tes standar.

Lebih lanjut pendapat Rober & Chair

(2009: 38), “achievement is that it is

easier to estimate each student’s

expected outcomes when we have

measures over time for each individual

student. Student scores are highly

correlated over time”. Maksud dari

pernyataan tersebut bahwa prestasi

adalah cara yang lebih mudah untuk

memperkirakan hasil yang diharapkan

dari setiap siswa ketika kita ingin

mengukur diahir waktu tertentu untuk

setiap individu siswa. Nilai siswa

saling berkaitan dari waktu ke waktu.

Berdasarkan menurut pendapat

para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar adalah hasil

yang diperoleh dari suatu kegiatan

yang telah dikerjakan, diciptakan, baik

secara individu maupun kelompok

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian tindakan (action

research). Penelitian tindakan

dilakukan untuk meningkatkan presatsi

belajar IPS dengan menggunakan

modelpembelajaran kooperatif tipe

TPS.

Rancangan dalam penelitian ini

mengacu pada model spiral atau siklus

menurut Kemmis & Mc Taggart (Mc

Taggar, 1991: 32). Tujuan

menggunakan model ini adalah apabila

pada awal pelaksanaan tindakan

ditemukan adanya kekurangan, maka

tindakan perbaikan dapat dilakukan

pada tindakan selanjutnya sampai pada

target yang diinginkan tercapai. Pada

masing-masing siklus terdiri dari tahap

perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi, dan refleksi.

Mengacu pada model Kemmis dan

Mc. Taggart di atas, maka langkah-

langkah penelitian tindakan kelas

(PTK) dengan empat tahap yaitu :

a. Perencanaan

Peneliti sebagai guru, merumuskan

rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) dan hal-hal lain yang

diperlukan dalam rangka

melaksanakan tindakan. Guru

melaksanakan pembelajaran

mengacu pada esensi tindakan dan

rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah disusun dengan

menggunakan metode TPS

.

b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan perangkat

pembelajaran yang telah sisusun

dengan baik, dalam hal ini adalah

rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran

kooperatif TPS.

c. Observasi

Dalam penelitian ini yang menjadi

sebagai observator yaitu dibantu

oleh guru lain/teman sejawat untuk

mengamati pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan.

Obsever melakukan pengamatan

terhadap aktivitas siswa da

guru/peneliti sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Page 55: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

60

menggunakan pendekatan

pembelajaran kooperatife tipe TPS.

d. Refleksi

Peneliti merefleksi hasil observasi

setiap pertemuan pada masing-

masing siklus. Peneliti mengadakan

refleksi setelah dilakukan

pembelajaran setiap akhir siklus.

Refleksi ini bertujuan untuk

menemukan kekurangan yang

kemudian dijadikan sebagai dasar

penyusunan tindakan pada siklus

selanjutnya.

Teknik dan Instrumen

Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data kualitatif dan

kuantitatif yaitu prestasi belajar siswa.

Sumber data penelitian ini adalah siswa.

Adapun langkah-langkah pengumpulan

data adalah diambil dengan cara

menggunakan tes akhir tiap siklus setelah

melaksanakan pembelajaran untuk

melihat kemampuan prestasi siswa.

Instrumen pengumpulan data

dalam penelitian ini berupa instrumen

Tes berbentuk esay untuk mengukur

prestasi siswa sebagai variabel

dependen. Tes dilaksnakan pada tiap

ahir siklus untuk melihat peningkatan

prestasi belajar IPS siswa. Test

pada ahir siklus pertama terdiri dari 5

butir soal esay dan tes ahir siklus dua

juga terdiri dari 4 butir soal bentuk

esay.

Teknik Analisis Data

Penelitian tindakan (action

research) dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar

matematika siswa. Adapun data

yang dianalisis dengan teknik

analisa sebagai berikut.

1. Data prestasi t.

Keterangan:

KK : Ketuntasan Klasikal

X : Jumlah siswa yang

memperoleh nilai KKM Z : Jumlah siswa yang

ikut tes

2. Data Aktivitas

Siswa

Menentukan skor yang diperoleh

Setiap indikator aktivitas siswa

penskorannya berdasarkan aturan

sebagai berikut.

1. Skor 4 diberikan jika 3 melakukan

deskriptor.

2. Skor 3 diberikan jika 2 melakukan

deskriptor.

3. Skor 2 diberikan jika 1 melakukan

deskriptor.

4. Skor 1 diberikan jika 0 melakukan

deskriptor.

Penentuan kategori aktivitas

siswa dengan menggunakan pedoman

dari Djemari Mardapi (2004: 117),

dijelaskan pada Tabel pedoman

aktivitas belajar siswa di bawah ini:

Tabel 1.

Pedoman Kategori Aktivitas Belajar

Siswa

Interval Kategori

X �̅� + 1. SBx Sangat aktif

�̅� ≤ X < �̅�+ 1. SBx Aktif

�̅� + 1. SBx ≤ X <

�̅�

Cukup aktif

X < �̅� - 1. SBx Kurang

aktif

%100xZ

XKK

Page 56: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

61

Keterangan : X = Aktivitas

Belajar Siswa.

Menentukan �̅� dan SBx

�̅� = 2

1(skor maksimal

+ skor minimum)

SBx = 1

3�̅�

Keterangan :

�̅� = Rerata skor SBx = Simpangan baku

rerata skor

c. Data Aktivitas Guru

Tabel 2.

Pedoman Kategori Kegiatan Guru

Interval Kategori

X �̅� + 1. SBx Sangat aktif

�̅� ≤ X < �̅�+ 1. SBx

Aktif

�̅� + 1. SBx ≤ X

< �̅�

Cukup aktif

X < �̅� - 1. SBx Kurang aktif

Keterangan : X = kegiatan guru.

HASIL PENELITIAN

Siklus I

Sebelum proses belajar dimulai

pada siklus I, peneliti telah

mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP),

lembar observasi, soal evaluasi untuk

mendukung kelancaran proses

pembelajaran.

Siklus I dilaksanakan

dengan membahas materi:

mengenal kegiatan ekonomi

masyarakat

a. Pelaksanaan tindakan

Proses belajar mengajar pada siklus

I dilaksanakan mengacu pada RPP

yang telah disusun.

b. Hasil Observasi

Proses observasi aktivitas peneliti

dalam mengajara dilaksanakan oleh

teman sejawat selama berlangsung

proses belajar mengajar dengan

mengisi lembar observasi yang

telah disiapkan. Sedangkan untuk

observasi aktivitas siswa

dilaksanakan oleh teman sejawat

juga. Ringkasan data hasil observasi

tersebut dapat dilihat berikut ini :

Observasi untuk aktivitas siswa

Tabel 3.

Hasil Observasi aktivitas siswa

siklus I

Aspek yang

Diobservasi

Keterl

aksan

aan

s

k

o

r

Y

a

ti

da

k

A. Kesiapan siswa

dalam menerima

pelajaran

A.1 Keterlibatan siswa

dalam kelompok

kooperatif

3

A.2 Keterlibatan

Individu

2

B. Antusias siswa dalam

mengikuti kegiatan

pembelajaran

3

C. Respon dalam

pembelajaran

2

D. Aktivitas siswa dalam

diskusi

2

Page 57: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

62

Jumlah 1

2

Observasi untuk aktivitas Guru

Tabel 4.

Hasil Observasi aktivitas Guru

siklus I

Aspek yang diobservasi Keter

laksa

naan

S

k

o

r

Y

a

ti

d

a

k

A. Pendahuluan 3

A.1 Membangkitkan minat

dan motivasi siswa

dalam belajar

B. Kegiatan Inti

B.1 Penyampaian materi

kepada siswa 3

B.2 Pengaturan waktu dan

pengaturan kegiatan

secara kelompok

dengan melihat situasi

latihan soal yang

berlangsung

2

B.3 Pendampingan siswa

selama proses belajar

mengajar berlangsung

2

B.4 Pendampingan siswa

dalam kegiatan

kelompok

3

C. Penutup

C.1 Bersama-sama siswa

membuat kesimpulan

dengan bahasa sendiri

Jumlah

1

5

c. Hasil Evaluasi

Adapun hasil

evaluasi yang

diperoleh pada siklus I

untuk kemampuan

prestasi IPS siswa

sebagai berikut:

a. Jumlah siswa yang tuntas: 9

b. Jumlah siswa yang tidak tuntas : 4

d. Jumlah siswa yang ikut tes: 13

e. Ketuntasan klasikal: 69,2 %

Berdasarkan indikator

ketuntasan yang ditetapkan yaitu ≥ 85

%, maka pada hasil evaluasi siklus

tersebut belum mencapai standar

ketuntasan untuk prestasi IPS siswa,

hal ini diakibatkan karena masih ada

siswa yang masih mendapat nilai 70

kebawah. Sehingga sebelum

melanjutkan pembelajaran ke siklus

berikutnya dilakukan upaya perbaikan

dan penyempurnaan terlebih dahulu

dengan melakukan diskusi dengan

siswa yang mendapat nilai kurang dari

70 dengan memberikan saran-saran

seperti: 1) jika belum memahami

materi pelajaran, jangan takut untuk

bertanya baik bertanya kepada guru

maupun kepada teman yang lain, 2)

serius dalam berdiskusi, 3) sepulang

dari sekolah usahakan belajar kembali

materi yang dipelajari dikelas, dan 4)

mengerjakan PR.

Adapun hasil yang tampak dari

saran-saran yang telah diberikan

seperti terlihat siswa lebih termotivasi

dan antusiasnya siswa dalam bertanya

baik kepada temannya maupun kepada

guru. Dan juga dapat terlihat pada saat

siswa mengerjakan soal-soal latihan

serta, mengerjakan PR.

d. Refleksi

Page 58: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

63

Melihat hasil yang diperoleh

dari proses belajar mengajar sampai

hasil evaluasi pada siklus I, masih

belum mencapai hasil yang

diharapkan. Hal ini ditunjukan oleh

data observasi aktivitas siswa.

Diantaranya adalah, kesiapan siswa

untuk menerima pelajaran masih

sangat kurang.

Berdasarkan hasil evaluasi

menunjukan belum tercapainya hasil

yang memuaskan. Dapat dilihat dari

ketuntasan belajar siswa untuk

prestasi IPS siswa hanya mencapai

69,2 % dari standar ketuntasan ≥ 85%.

Untuk merespon komentar

Observer, peneliti melakukan umpan

balik kepada observer tentang apa

yang perlu diperbaiki agar pada siklus

selanjutnya dapat meningkat. Masukan

dari Observer tersebut antara lain:

Berusaha mengarahkan siswa untuk

mengerjakan tugas rumah agar

dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya, agar mereka ada persiapan

dari rumah, Penyampaian materi harus

menyesuaikan dengan daya serap

siswa.

Siklus II

Adapun materi yang dibahas pada

siklus ini adalah kegiatan ekonomi

masyarakat.

1. Pelaksanaan tindakan

Proses belajar

mengajar pada siklus II

mengacu pada RPP yang

telah disusun.

2. Hasil Observasi

Proses observasi aktivitas siswa dan

guru dilaksanakan oleh teman sejawat

selama berlangsung proses belajar

mengajar dengan mengisi lembar

observasi yang telah disiapkan.

Ringkasan data hasil observasi tersebut

dapat dilihat berikut ini :

Observasi untuk aktivitas siswa

Tabel .

Hasil Observasi aktivitas siswa

siklus II

Aspek yang

Diobservasi

Keter

laksa

naan s

k

o

r

Y

a

ti

d

a

k

A. Kesiapan siswa

dalam menerima

pelajaran

A.1 Keterlibatan siswa

dalam kelompok

kooperatif

4

A.2 Keterlibatan

Individu

4

B. Antusias siswa

dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran

4

C. Respon dalam

pembelajaran

4

D. Aktivitas siswa

dalam diskusi

4

Jumlah 2

0

Observasi untuk aktivitas Guru

Tabel .

Hasil Observasi aktivitas Guru

siklus II

Aspek yang

diobservasi

Keterlak

sanaan

Sk

or

y

a

tida

k

A. Pendahuluan

Page 59: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

64

A.1

Membangkit

kan minat

dan motivasi

siswa dalam

belajar

4

B. Kegiatan Inti

B.1 Penyampaian

materi kepada

siswa

B.2 Pengaturan

waktu dan

pengaturan

kegiatan

secara

kelompok

dengan

melihat

situasi

latihan soal

yang

berlangsung

4

B.3

Pendamping

an siswa

selama

proses

belajar

mengajar

berlangsung

4

B.4

Pendamping

an siswa

dalam

kegiatan

kelompok

4

C. Penutup

C.1 Bersama-

sama siswa

membuat

kesimpulan

dengan

4

bahasa

sendiri

Jumlah

24

3. Hasil Evaluasi

Adapun hasil evaluasi yang diperoleh

pada siklus II dapat dilihat pada

lampiran. Secara ringkas hasilnya

sebagai berikut:

1. Jumlah siswa yang tuntas :

12 siswa

2. Jumlah siswa yang belum tuntas :

1 siswa

3. Jumlah siswa yang ikut tes : 13

siswa

4. Ketuntasan klasikal :

92,30 %

Data tersebut diatas

menunjukan bahwa pada siklus II

sudah mencapai standar ketuntasan

klasikal yaitu 92,30 %. Persentase

ketuntasannya menunjukan

peningkatan dari siklus sebelumnya.

Karena pada siklus II ketuntasan

klasikalnya telah mencapai ≥85%,

maka tidak perlu untuk melanjutkan ke

siklus berikutnya.

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini

dilakukan dalam dua siklus dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe TPS pada materi pelajaran

kegiatan ekonomi masyarakat

Berdasarkan hasil analisis

tindakan dan hasil evaluasi pada siklus

I diketahui bahwa ketuntasan belajar

belum mencapai seperti yang

diharapkan. Hal ini ditunjukan oleh

hasil evaluasinya yaitu persentase

Page 60: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

65

ketuntasannya adalah 69,2%, sehingga

sebelum melanjutkan pembelajaran ke

siklus berikutnya dilakukan upaya

perbaikan dan penyempurnaan terlebih

dahulu dengan melakukan diskusi dan

membimbing siswa yang mendapat

nilai kurang dari 70 dengan bimbingan

secara khusus atau individual. Adapun

hasilnya adalah dengan lebih

termotivasi dan antusiasnya siswa

dalam bertanya baik kepada temannya

maupun kepada guru. Dan juga dapat

terlihat pada saat siswa mengerjakan

soal-soal latihan setelah berdiskusi dan

diberikan bimbingan.

Tindakan yang akan dilakukan

untuk memperbaiki kekurangan yang

ada pada siklus I yaitu: sebelum

memulai masuk kemateri, diberikan

terlebih dahulu pertanyaan atau

pengaitan materi yang akan dipelajari

dengan materi sebelumnya dan

kaitannya dalam kehidupan sehari-hari

berusaha mengarahkan siswa untuk

mengerjakan tugas rumah agar

dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya, agar mereka ada persiapan

dari rumah, mengontrol dan

mengawasi siswa dalam mengerjakan

LKS, contoh soal sebaiknya diberikan

conto-contoh yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari, penyampaian

materi harus menyesuaikan dengan

daya serap siswa.

Setelah dilakukan tindakan pada

siklus II yang mengacu pada perbaikan

tindakan dari siklus I diperoleh hasil

yang lebih baik. Ini ditunjukan dari

hasil evaluasi akhir siklus dimana

persentase ketuntasan klasikal adalah

92,30 %. Hal ini berarti tindakan pada

siklus II sudah mencapai standar

ketuntasan klasikal 85 %. Dengan

demikian tidak perlu untuk melakukan

siklus selanjutnya.

Dari proses tindakan dan hasil

yang diperoleh dari siklus I, maka

untuk siklus II menunjukan hasil yang

lebih baik dari siklus sebelumnya.

Berarti penerapan pembelajaran

kooperatif tipe TPS dapat

meningkatkan prestasi IPS siswa

khususnya pada penelitian ini

Setelah melakukan penelitian

tersebut peneliti melihat suasana kelas

lebih hidup karena partisipasi siswa

dalam proses belajar mengajar sangat

aktif.

SIMPULAN

Proses tindakan dan hasil

evaluasi dari penelitian telah

diperoleh, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

a) Penerapan

pembelajaran kooperatif tipe TPS

dapat meningkatkan prestasi IPS

siswa kelas IV SDN Inpres Pasir

Putih pada pokok bahasan kegiatan

ekonomi masyarakat.

b) Kemampuan

prestasi IPS siswa tersebut

ditunjukan oleh aktivitas siswa

dalam kelas dan hasil evaluasi tiap

akhir siklus. Pada siklus I, persentase

ketuntasan sebesar 69,2 % dan pada

siklus II dengan persentase

ketuntasan 92,30 %.

c) Demikian juga

pada aktivitas guru meningkat dari

siklus I dan siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Page 61: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

66

Arends, R.I., & Kilcher, A. (2010).

Teaching for student learning

“becoming an accumplhised

teacher”. New York: Published

in the Taylor & Francis e-

Library.

Arends, R.I. (2008). Learning to teach.

(terjemahan Herlly Prajitno S &

Sri Mulyantini S). New York:

McGraw Hill Companies. (buku

asli diterbitkan tahun 2007).

Brown, H.D. (2000). Principle of

language and teaching. New

York: By Addison Wesley

longman, inc

Dick, W., Carey, L., James. O., &

Carey, C. (2001). The systematic

design of instruction . Newyork:

Addison-weley educational

publisher inc.

Doston, J.M. (2001). Cooperative

learning structures can increase

student achievement: Kagan

online magazine. 4, Artikel

diambil pada tanggal 15 juli

2011. Dari

http://www.kagan.online.magazi

ne/files/rcd/BE018766/PIG12.pd

f

Effendi Zakaria & Zananto Iksan.

(2007). Promoting cooperative

learning in science and

mathematics educational: A

Malaysian perspective. Eurasia

journal of mathematics, science

& technology education, 35, 35-

39.

Joyce, B., & Weil, M. (2004). Models

of teaching. Boston:

Allyn and Bacon.

Marzano. (2001). A handbook for

classroom itruction that work.

American: ASCD.

Orlich, D.C., Harder, R.J., Callahan,

R.C., Trevisan, M.S., & Brown,

A.H. (2007). Teaching strategies

a guide to effective instruction.

Boston New York: Houghton

Mifflin company.

Robert, L. & Chair, L. (2009). Student

learning, student achievement:

how do teachers measure up?.

American: National board for

professional teaching standars

(NBPTS).

Slavin, R.E. (2005). Cooperative

learning “theori, research and

practice. London: Allyn and

Bacon.

. (2006). Education

psychology “theory and

practice”(8nd ed). Johns Hopkins

University: Pearson Education

International.

Woolfolk, A. (1996). Educational

psychology active learning.

America: Pearson Education

Page 62: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

36

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PADA

PELAJARAN IPS EKONOMI PADA MATERI LEASING

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN FICTURE AND

FICTURE DI KELAS VIIC MADRASAH TSANAWIYAH

NEGERI WATAMPONE KECAMATAN TANETE RIATTANG

TIMUR KABUPATEN BONE

FATMAWATI [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa

dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture pada pelajaran IPS

Ekonomi kelas VII C MTsN Watampone Kecematan Tanete Riattang Kabupaten

Bone Tahun Pembelajaran 2012/2013 terdiri dari 33 siswa, 14 Laki-laki dan 19

perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan

adalah mengolah data, mengidentifikasi data,menganalisis data, dan

mengumpulkan hasil pembelajaran. Hasil penelitian, sebanyak 80% siswa dapat

meningkatkan prestasi belajar melalui model pembelajaran picture and picture,

dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa karena siswa dapat bertukar pendapat antar

kelompok. Model pembelajaran ceramah diganti dengan model pembelajaran

picture and picture, diharapkan dapat berpengaruh terhadap motivasi dan minat

belajar siswa dan diikuti dengan prestasi belajar siswa.

Kata kunci: Aktivitas Belajar Pada Pelajaran IPS Ekonomi Pada Materi Leasing

Melalui Model Pembelajaran Ficture And Ficture

PENDAHULUAN

Kondisi umum dalam dunia

pendidikan terutama pendidikan

ekonomi adalah sebagai salah satu

ilmu dasar yang mempunyai peranan

penting. Karena pelajaran ekonomi

merupakan salah satu sarana dalam

membentuk siswa untuk berpikir

secara alamiah. Hal ini sesuai dengan

fungsi pembelajaran ekonomi yaitu

untuk mengembangkan kemampuan

berhitung dan berwira usaha, dalam

wadah perekonomian yang dapat

diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

Menyadari pentingnya

pembelajaran ekonomi pada jenjang

Sekolah Peningkatan mutu

pendidikan ekonomi ditandai dengan

peningkatan hasil belajar ekonomi.

Mutu hasil belajar ekonomi

ditentukan oleh mutu proses belajar

ekonomi di kelas atau di sekolah.

Peningkatan mutu pendidikan hanya

dapat dicapai melalui peningkatan

Page 63: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

37

37

mutu proses pembelajaran ekonomi

yang bermuara pada peningkatan

hasil belajar ekonomi.

Sejalan dengan salah satu tujuan

pembelajaran ekonomi disekolah

menengah tercantum dalam

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) melatih siswa

untuk mengembangkan kemampuan

dalam menarik kesimpulan, kreatif,

mampu menyelesaikan masalah dan

mengkomunikasikan gagasan, serta

menata cara berfikir untuk mengubah

tingkah laku ( Depdiknas, 2006).

Mutu proses dan hasil pembelajaran

ekonomi dipengaruhi oleh banyak

faktor, antara lain adalah penggunaan

model pembelajaran. Dengan

penggunaan model pembelajaran

yang tepat maka hasil belajar

ekonomi siswa akan meningkat

sehingga kriteria ketuntasan

minimum 60 yang telah ditetapkan

sekolah dapat dicapai oleh seluruh

siswa. Tinggi Rendahnya hasil

belajar ekonomi akibat proses

pembelajaran yang kurang tepat

mendorong peneliti untuk

mengadakan perbaikan terhadap

proses pembelajaran. Salah satunya

adalah dengan memilih model

pembelajaran picture and picture

dengan harapan mampu

memperbaiki proses pembelajaran

ekonomi disekolah tersebut yang

bermuara pada hasil belajar siswa

dan mampu mencapai KKM yang

telah ditentukan sekolah.

Pentingnya penggunaan

metode pembelajaran merupakan

Proses pembelajaran interaksi guru-

siswa dan siswa-siswa yang secara

tidak langsung menyangkut berbagai

komponen lain yang saling terkait

menjadi suatu sistem yang utuh.

Pendidikan dapat mengalami

perubahan ke arah yang lebih baik

bahkan sempurna sehingga sangat

diharapkan adanya pembaharuan-

pembaharuan. Salah satu upaya

pembaharuan dalam bidang

pendidikan adalah pembaharuan

metode atau meningkatkan relevansi

metode mengajar. Metode mengajar

dikatakan relevan jika mampu

mengantarkan siswa mencapai tujuan

pendidikan pada umumnya. Banyak

hasil riset yang mengungkapkan

bahwa minat belajar siswa

berkorelasi positif dengan

keberartian pengalaman belajar

siswa. Keberartian pengalaman

belajar siswa dapat diperoleh dari

pemberian kegiatan belajar yang

mengaktifkan siswa secara mental-

intelektual dalam suasana belajar

yang menyenangkan. Hal tersebut

menekankan pentingnya penyediaan

kondisi yang dapat mengefektifkan

belajar siswa. Pentingnya minat

belajar merupakan salah tolak ukur

dari keberhasilan siswa dalam

belajar. Siswa yang memiliki minat

pada mata pelajaran IPS tentunya

akan melaksanakan pekerjaanya

dengan perasaan senang dan tidak

menundah-nundah pekerjaanya.

Sikap yang demikian

menggambarkan ketertarikan siswa

terhadap materi pelajaran dan

mengupayakan kegiatan yang dapat

mendukungnya dalam

mencapai prestasi belajar.

kenyataanya minat belajar siswa

pada mata pelajaran IPS masih

rendah. Umumnya siswa kurang

memiliki ketertarikan pada mata

pelajaran IPS disebabkan karena

guru yang membosankan karena

mengutamakan metode hafalan dan

ceramah. Dalam kesehariannya

Namun masih dijumpai siswa yang

Page 64: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

38

38

lambat dalam melaksanakan tugas,

membolos pada saat jam pelajaran

berlangsung, tidak mengerjakan PR

dan sikap acuh tak acuh serta nilai

hasil belajar yang lebih rendah dari

nilai KKM ( Kriteria Ketuntasan

Minimal ).

Kondisi pra peneltian yang

terjadi pada objek Banyak Faktor

yang menyebabkan prestasi belajar

IPS Ekonomi rendah, antara lain

kualitas guru yang belum semuanya

profesional dalam bidangnya,

fasilitas yang belum lengkap, minat

siswa dalam belajar karena mereka

belum menguasai pengetahuan ,

proses pembelajaran yang belum

bermutu, dan dana pendidikan yang

belum mencukupi (Paul

Suparno,2008:2). Pada proses

pembelajaran, peran guru sangat

penting. “Guru seharusnya dapat

mendiagnosis berbagai situasi dan

mengadaptasikan serta menggunakan

pengetahuan profesionalnya secara

tepat guna untuk meningkatkan

pembelajaran siswa” (Richard I

Arends, 2008:19). Rendahnya

prestasi belajar siswa dapat juga

disebabkan dominannya proses

pembelajaran konvensional yang

dilakukan guru. Pada pembelajaran

konvensional suasana kelas

cenderung teacher-centered sehingga

siswa menjadi pasif, meskipun

demikian guru lebih suka

menerapkan model tersebut, sebab

tidak memerlukan alat dan media

pembelajaran, hanya cukup

menjelaskan konsep-konsep yang

ada pada buku ajar atau referensi

lain. Siswa tidak diajarkan dengan

strategi belajar yang dapat

memahami bagaimana belajar,

berpikir dan memotivasi diri sendiri,

padahal aspek tersebut merupakan

kunci keberhasilan dalam

pembelajaran sehingga dapat

membantu siswa memahami materi

ajar dan aplikasi serta relevansinya

dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

sesuai dengan pendapat di bawah ini:

yang berarti dalam mengajar guru

selalu menuntut siswa untuk belajar

dan jarang memberikan pelajaran

tentang bagaimana siswa

untuk belajar, guru juga menuntut

siswa untuk menyelesaikan masalah,

tapi jarang

mengajarkan bagaimana siswa

seharusnya menyelesaikan masalah.

Arends 1997

Pentingnya penelitian akan

dilaksanakan di sekolah selama ini

memang cenderung sangat teoritik

dan dirasa tidak ada relevansinya

dengan lingkungan di mana peserta

didik tinggal. Sehingga tidak jarang

dalam kehidupan sehari-hari peserta

didik tidak mampu menerapkan apa

yang dipelajarinya di bangku sekolah

untuk memecahkan masalah

sekaligus memenuhi tuntutan hidup

di masyarakat. Akhir-akhir ini kita

masih sering direpotkan oleh gejala

kenakalan siswa” daIam berbagai

bentuknya, lalu publik pun segera

melirik dunia pendidikan sebagai

sumber awal, setidak-tidaknya dari

faktor kegagalan proses pendidikan

dalam mentransformasikan nilai-nilai

agama dan nilai-nilai etis pada

umumnya kepada peserta didik.

Masalah ini seringkali menjadi fokus

perbincangan para praktisi

pendidikan, pakar pendidikan dan

masyarakat pada umumnya. Oleh

karena itu, pentingnya peran

pendidikan agama dalam

pembangunan watak bangsa,

sehingga pendidikan agama harus

diberikan pada semua jalur, jenjang

Page 65: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

39

39

dan jenis pendidikan. Pendidikan

agama yang mendorong peserta didik

untuk taat menjalankan ajaran

agamanya dalam kehidupan sehari-

hari dan menjadikan agama sebagai

landasan etika dan moral dalam

berbangsa dan bernegara. Karena itu

jika anak-anak, remaja, menurut

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan

Agama dan dapat Pembangunan

Watak Bangsa, (jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2005), ataupun

orang dewasa tanpa mengenal

agama, maka perilaku moral yang

dimilikinya dapat mendorong ke pola

laku dan pola pikir yang kurang atau

bahkan tidak baik.

Tinjauan tentang aktivitas

belajar

Menurut Poerwadarminta

(2003:23), aktivitas adalah kegiatan.

Belajar menurut Dimyati dan

Mudjiono (1999:7) merupakan

tindakan dan perilaku siswa yang

kompleks. Menurut Sadirman

(1994:24) menyatakan:"'Belajar

sebagai suatu interaksi antara diri

manusia dengan lingkungan yang

mungkin terwujud pribadi, fakta,

konsep ataupun teori". Jadi aktivitas

belajar adalah kegiatan-kegiatan

siswa yang menunjang keberhasilan

belajar yang merupakan interaksi

antara siswa dengan guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam hal kegiatan belajar,

Rousseuau (dalam Sardiman

2004:96) memberikan penjelasan

bahwa segala pengetahuan itu harus

diperoleh dengan pengamatan

sendiri, penyelidikan sendiri, dengan

bekerja sendiri baik secara rohani

maupun teknis.

Paul B. Diedrich dalam

Sardiman (2004: 101) membuat

suatu daftar yang berisi 177 macam

kegiatan/aktifitas belajar siswa yang

digolongkan ke dalam 6 kelompok :

1. Visual Activities, meliputi

kegiatan seperti membaca,

memperhatikan (gambar,

demonstrasi, percobaan dan

pekerjaan orang lain)

2. Oral Activities, seperti :

menyatakan, merumuskan,

bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat,

mengadakan wawancara, diskusi,

dan interupsi.

3. Listening Activities, seperti :

mendengarkan uraian, percakapan

diskusi, musik dan pidato.

4. Writting Activities, seperti :

menulis cerita, menulis karangan,

menulis laporan, angket,

menyalin, membuat rangkuman.

5. Drawing Activities, seperti ;

menggambar, membuat

grafik, peta, diagram.

6. Motor Activities, seperti :

melakukan percobaan, membuat

konstruksi, model, mereparasi,

bermain dan berternak

Secara umum faktor-faktor

yang memengaruhi belajar dibedakan

atas dua kategori, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Kedua

faktor tersebut saling memengaruhi

dalam proses belajar individu

sehingga menentukan kualitas hasil

belajar.

Faktor internal adalah faktor-

faktor yang berasal dari dalam diri

individu dan dapat memengaruhi

hasil belajar individu. Faktor-faktor

internal ini meliputi faktor fisiologis

dan psikologis.

Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis

adalah faktor-faktor yang

berhubungan dengan kondisi fisik

individu. Faktor-faktor ini dibedakan

Page 66: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

40

40

menjadi dua macam. Pertama,

keadaan tonus jasmani. Keadaan

tonus jasmani pada umumnya sangat

memengaruhi aktivitas belajar

seseorang. Kondisi fisik yang sehat

dan bugar akan memberikan

pengaruh positif terhadap kegiatan

belajar individu. Sebaliknya, kondisi

fisik yang lemah atau sakit akan

menghambat tercapainya hasil

belajar yang maksimal. Oleh karena

keadaan tonus jasmani sangat

memengaruhi proses belajar, maka

perlu ada usaha untuk menjaga

kesehatan jasmani.

Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis

adalah keadaan psikologis seseorang

yang dapat memengaruhi proses

belajar. Beberapa faktor psikologis

yang utama memengaruhi proses

belajar adalah kecerdasan siswa,

motivasi, minat, sikap, bakat dan

percaya diri.

Selain karakteristik siswa

atau faktor-faktor endogen, faktor-

faktor eksternal juga dapat

memengaruhi proses belajar siswa.

Dalam hal ini, Syah (2003)

menjelaskan bahwa faktor faktor

eksternal yang memengaruhi belajar

dapat digolongkan menjadi dua

golongan, yaitu faktor lingkungan

sosial dan faktor lingkungan

nonsosial.

Lingkungan sosial

Lingkungan sosial keluarga,

Lingkungan sosial

sekolah, Lingkungan sosial

masyarakat.

Lingkungan nonsosial.

Faktor faktor yang termasuk

lingkungan nonsosial adalah:

Lingkungan alamiah, Faktor

instrumental, Faktor materi

pelajaran (yang

diajarkan ke siswa).

Definisi Ilmu Pengetahuan Sosial

Istilah Ilmu Pengetahuan

Sosial dalam penyelenggaraan

pendidikan di Indonesia masih relatif

baru digunakan. Ilmu Pengetahuan

Sosial adalah terjemahan dari social

studies dalam konteks kurikulum

pendidikan dasar dan menengah di

Amerika Serikat. Edgar B. Wesley

dalam buku Teaching Social Studies

(1952) mengartikan Studi Sosial

“those portions or aspect of social

sciences that heve been selected and

adapted for used in the school or in

other instructional situation” (bagian

atau aspek-aspek ilmu sosial yang

dipilih dan disesuaikan dengan

maksud digunakan di sekolah atau

situasi pengajaran lain).

Paul Mathias dalam buku The

Teacher’s Handbook for Social

Studies memberikan penjelasan

bahwa Studi Sosial merupakan

pelajaran tentang manusia dalam

masyarakat pada masa lalu,

sekarang, dan yang akan datang.

Karena itu Studi Sosial membahas

ciri kemasyarakatan yang mendasar

dari manusia, meliputi studi banding

tentang perbedaan-perbedaan rasial

dan lingkungan antara manusia yang

satu dengan yang lainnya, dan

memerlukan penelitian rinci terhadap

berbagai pernyataan (perilaku)

mengenai adaptasi manusia terhadap

lingkungan hidupnya, serta

hubungan antara manusia yang satu

dengan lainnya.

John Jarolimek menulis Pengetahuan

Sosial adalah bagian dari kurikulum

sekolah dasar yang mengambil

subject matter content dari ilmu-ilmu

sosial seperti sejarah, sosiologi,

Page 67: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

41

41

politik, psikologi, philosofi,

antropologi, dan ekonomi.

Leonard S. Kenworthy

mengatakan Pengetahuan Sosial

adalah studi tentang manusia untuk

menolong siswa mengenal dirinya

maupun orang lain, di dalam suatu

masyarakat yang sangat bervariasi,

baik karena perbedaan tempat atau

waktu sebagai individu maupun

kelompok dalam memenuhi

kebutuhannya melalui berbagai

institusi seperti halnya manusia

mencari kepuasan batin dan

masyarakat yang baik.

Diana Nomida Musnir dan

Maas DP (1998) menjelaskan

hakikat pendidikan IPS adalah

berbagai konsep dan prinsip yang

terdapat dalam ilmu-ilmu sosial,

misalnya tentang kependudukan,

kriminalitas, korupsi dan kolusi dan

sebagainya yang dikemas untuk

kepentingan pendidikan dalam

rangka upaya pencapaian tujuan di

berbagai jenjang pendidikan.

Berbagai realitas tersebut dijelaskan

melalui pendekatan multi dimensi

arah dalam melakukan berbagai

prinsip dan generalisasi yang

terdapat dalam ilmu-ilmu sosial

seperti sejarah, sosiologi,

antropologi, psikologi sosial,

geografi dan ilmu politik.

Nu’man Sumantri (2001)

mengaskan bahwa IPS adalah suatu

synthetic discipline yang berusaha

untuk mengorganisasikan dan

mengembangkan substansi ilmu-ilmu

sosial secara ilmiah dan psikologis

untuk tujuan pendidikan. Makna

synthetic discipline, bahwa IPS

bukan sekedar mensintesiskan

konsep-konsep yang relevan antara

ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu

sosial, tetapi juga mengkorelasikan

dengan masalah-masalah

kemasyarakatan, kebangsaan, dan

kenegaraan.

Dengan demikian IPS adalah

ilmu pengetahuan tentang manusia

dalam lingkungan hidupnya, yaitu

mempelajari kegiatan hidup manusia

dalam kelompok yang disebut

masyarakat dengan menggunakan

berbagai disiplin ilmu sosial, seperti

sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah,

antropologi, dan sebagainya

Definisi Materi Leasing

Leasing atau sewa guna usaha

adalah setiap kegiatan pembiayaan

perusahaan dalam bentuk penyediaan

barang-barang modal untuk

digunakan oleh suatu perusahaan

untuk jangka waktu tertentu,

berdasarkan pembayaran-

pembayaran secara berkala disertai

dengan hak pilih bagi perusahaan

tersebut untuk membeli barang-

barang modal yang bersangkutan

atau memperpanjang jangka waktu

leasing berdasarkan nilai sisa uang

yang telah disepakati bersama.

Dengan melakukan leasing

perusahaan dapat memperoleh

barang modal dengan jalan sewa beli

untuk dapat langsung digunakan

berproduksi, yang dapat diangsur

setiap bulan, triwulan atau enam

bulan sekali kepada pihak lessor.

Melalui pembiayaan leasing

perusahaan dapat memperoleh

barang-barang modal untuk

operasional dengan mudah dan cepat.

Hal ini sungguh berbeda jika kita

mengajukan kredit kepada bank yang

memerlukan persyaratan serta

jaminan yang besar. Bagi perusahaan

yang modalnya kurang atau

menengah, dengan melakukan

perjanjian leasing akan dapat

membantu perusahaan dalam

Page 68: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

42

42

menjalankan roda kegiatannya.

Setelah jangka leasing selesai,

perusahaan dapat membeli barang

modal yang bersangkutan.

Perusahaan yang memerlukan

sebagian barang modal tertentu

dalam suatu proses produksi secara

tibatiba, tetapi tidak mempunyai

dana tunai yang cukup, dapat

mengadakan perjanjian leasing untuk

mengatasinya. Dengan melakukan

leasing akan lebih menghemat biaya

dalam hal pengeluaran dana

dibanding dengan membeli secara

tunai.

Munculnya lembaga leasing

merupakan alternatif yang menarik

bagi para pengusaha karena saat ini

mereka cenderung menggunakan

dana rupiah tunai untuk kegiatan

operasional perusahaan. Melalui

leasing mereka bisa memperoleh

dana untuk membiayai pembelian

barang-barang modal dengan jangka

waktu pengembalian antara tiga

tahun hingga lima tahun atau lebih.

Disamping hal tersebut di atas para

pengusaha juga memperoleh

keuntungan-keuntungan lainnya

seperti kemudahan dalam

pengurusan, dan adanya hak opsi.

Suatu keuntungan lain jika

ditinjau dari laporan keuangan fiskal

adalah transaksi capital lease

diperhitungkan sebagai operational

lease pembayaran lease dianggap

sebagai biaya mengurangi

pendapatan kena pajak. Tetapi tidak

begitu halnya jika ditinjau dari segi

komersial.

Secara umum leasing artinya

Equipment funding, yaitu

pembiayaan peralatan/barang modal

untuk digunakan pada proses

produksi suatu perusahaan baik

secara langsung maupun tidak

langsung.

Pengertian leasing menurut

surat Keputusan Bersama Menteri

Keuangan dan Menteri Perdagangan

dan Industri Republik Indonesia No.

KEP- 122/MK/IV/2/1974, Nomor

32/M/SK/2/1974, dan Nomor

30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari

1974 adalah: ”Setiap kegiatan

pembiayaan perusahaan dalam

bentuk penyediaan barang-barang

modal untuk digunakan oleh suatu

perusahaan untuk jangka waktu

tertentu, berdasarkan pembayaran-

pembayaran secara berkala disertai

dengan hak pilih bagi perusahaan

tersebut untuk membeli barang-

barang modal yang bersangkutan

atau memperpanjang jangka waktu

leasing berdasarkan nilai sisa uang

telah disepakati bersama”.

Equipment Leasing Association

di London memberikan definisi

leasing sebagai berikut: “Leasing

adalah perjanjian antara lessor dan

lessee untuk menyewa sesuatu atas

barang modal tertentu yang

dipilih/ditentukan oleh lessee. Hak

pemilikan barang modal tersebut ada

pada lessor sedangkan lessee hanya

menggunakan barang modal tersebut

berdasarkan pembayaran uang sewa

yang telah ditentukandalam jangka

waktu tertentu”.

Berdasarkan beberapa

pengertian di atas, maka pada

prinsipnya pengertian leasing terdiri

dari beberapa elemen di bawah ini:

1. Pembiayaan perusahaan

2. Penyediaan barang-barang modal

3. Jangka waktu tertentu

4. Pembayaran secara berkala

5. Adanya hak pilih (option right)

6. Adanya nilai sisa yang disepakati

bersama

Page 69: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

43

43

7. Adanya pihak lessor

8. Adanya pihak lessee

Pembiayaan melalui leasing

merupakan pembiayaan yang sangat

sederhana dalam prosedur dan

pelaksanaannya dan oleh karena itu

leasing yang digunakan sebagai

pembayaran alternatif tampak lebih

menarik. Sebagai suatu alternatif

sumber pembiayaan modal bagi

perusahaan-perusahaan, maka

leasing didukung oleh keuntungan-

keuntungan sebagai berikut:

1. Fleksibel, artinya struktur kontrak

dapat disesuaikan dengan

kebutuhan perusahaan yaitu

besarnya pembayaran atau

periode lease dapat diatur

sedemikian rupa sesuai dengan

kondisi perusahaan.

2. Tidak diperlukan jaminan, karena

hak kepemilikan sah atas aktiva

yang di lease serta pengaturan

pembayaran lease sesuai dengan

pendapatan yang dihasilkan oleh

aktiva yang dilease sudah

merupakan jaminan bagi lease itu

sendiri.

3. Capital saving, yaitu tidak

menyediakan dana yang besar,

maksimum hanya menyediakan

down payment yang jumlahnya

dalam kebiasaan lease tidak

terlalu besar, jadi dalam hal ini

bisa dikatakan menjadi suatu

penghematan modal bagi lessee,

yaitu lessee dapat menggunakan

modal yang tersedia untuk

keperluan lain. Karena leasing

umumnya membiayai 100%

barang modal yang dibutuhkan.

4. Cepat dalam pelayanan, artinya

secara prosedur leasing lebih

sederhana dan relatif lebih cepat

dalam realisasi pembiayaan bila

dibandingkan dengan kredit

investasi bank, jadi tanpa

prosedur yang rumit dan hal itu

memberikan kemudahan bagi

para pengusaha untuk

memperoleh mesin-mesin

danperalatan yang mutakhir

untuk memungkinkan dibukanya

suatu bidang usaha produksi

yang baru atau untuk

memodernisasi perusahaan.

5. Pembayaran angsuran lease

diperlakukan sebagai biaya

operasional, artinya pembayaran

lease langsung dihitung sebagai

biaya dalam penentuan laba rugi

perusahaan, jadi pembayarannya

dihitung dari pendapatan sebelum

pajak, bukan dari laba yang

terkena pajak.

6. Sebagai pelindung terhadap

inflasi, artinya terhindar dari

resiko penurunan nilai uang yang

disebabkan oleh inflasi, yaitu

lessee sampai kapan pun tetap

membayar dengan satuan

moneter yang lalu terhadap sisa

kewajibannya.

7. Adanya hak opsi bagi lessee pada

akhir masa lease.

8. Adanya kepastian hukum, artinya

suatu perjanjian leasing tidak

dapat dibatalkan dalam keadaan

keuangan umum yang sangat

sulit, sehingga dalam keadaan

keuangan atau moneter yang

sesulit apapun perjanjian leasing

tetap berlaku.

9. Terkadang leasing merupakan

satu-satunya cara untuk

mendapatkan aktiva bagi suatu

perusahaan, terutama perusahaan

ekonomi lemah, untuk dapat

memodernisasi pabriknya.

Definisi Pembelajaran Koperatif

Pembelajaran kooperatif adalah

salah satu bentuk pembelajaran yang

Page 70: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

44

44

berdasarkan paham konstruktivis.

Isjoni (2009:14) mengemukakan

bahwa “pembelajaran kooperatif

adalah salah satu bentuk

pembelajaran yang berdasarkan

paham konstruktivis”. Pembelajaran

kooperatif merupakan strategi belajar

dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya,

setiap siswa anggota kelompok harus

saling bekerja sama dan saling

membantu untuk memahami materi

pelajaran. Pada pembelajaran

kooperatif, belajar dikatakan belum

selesai jika salah satu teman dalam

kelompok belum menguasai bahan

pelajaran.

Pada dasarnya, proses

pembelajaran yang terjadi

melibatkan siswa dari latar belakang

yang berbeda-beda, mulai dari warna

kulit, agama bahkan dari tingkat

kemampuan berpikir dan gaya

belajar mereka. Untuk itu seorang

guru harus pandai melihat

perbedaan-perbedaan karakterisitik

di setiap melakukan proses belajar

mengajar. Johson, dkk (Miftahul

Huda 2011:13) mengemukakan

bahwa “Pengalaman pembelajaran

kooperatif ternyata lebih diminati

oleh siswa-siswa yang heterogen,

siswa-siswa yang berasal dari

kelompok etnik yang berbeda, baik

yang cacat maupun noncacat”.

Sedangkan Iskandar (2009:126)

mengemukakan bahwa

“pembelajaran yang secara sadar dan

sengaja mengembangkan interaksi

yang saling asuh antar siswa untuk

menghindari ketersinggungan dan

kesalahpahaman yang dapat

menimbulkan permusuhan”.

Model pembelajaran kooperatif

sangat membantu tugas dari seorang

guru dalam menyampaikan materi

yang akan dibawakan karena

pembelajaran kooperatif

mengharuskan melakukan interaksi

antar teman sejawatnya untuk

melakukan atau menyelesaikan tugas

yang diberikan oleh guru. Secara

historis pembelajaran kooperatif

bermula dari paham konstruktivisme

dimana siswa saling membantu dari

awal untuk menemukan hingga

memahami setiap materi-materi yang

diberikan oleh guru.

Slavin (Iskandar 2009:126)

mengemukakan bahwa :

Pembelajaran konstruktivis dalam

pengajaran menerapkan model

pembelajaran kooperatif secara

ekstensif atas dasar teori bahwa

siswa akan lebih mudah menemukan

dan memahami konsep–konsep yang

sulit apabila mereka saling

mendiskusikan konsep - konsep

tersebut.

Pembelajaran kooperatif dapat

menguntungkan bagi siswa yang

tingkat kemampuan rendah ataupun

berprestasi rendah begitupun yang

tingkat kemampuan tinggi atau

berprestasi tinggi yang mengerjakan

tugas akedemik bersama-sama.

Mereka atau siswa yang berprestasi

tinggi mengajari teman-temannya

yang berprestasi yang lebih rendah,

sehingga memberikan bantuan

khusus dari sesama teman yang

memiliki minat dan bahasa

berorientasi kaum muda yang sama.

Dalam prosesnya, mereka yang

berprestasi lebih tinggi juga

memperoleh hasil secara akademik

karena bertindak sebagai tutor

menuntut untuk berpikir lebih

mendalam tentang hubungan di

Page 71: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

45

45

antara berbagai ide dalam subjek

tertentu.

Pengertian Model Pembelajaran

Picture And Picture

Model Pembelajaran Picture

and Picture merupakan suatu model

pembelajaran dengan penggunaan

media gambar. Dalam oprasionalnya

gambar-gambar dipasangkan satu

sama lain atau bisa jadi di urutkan

menjadi urutan yang logis. Prinsip

dasar dalam model pembelajaran

kooperatif picture and picture adalah

sebagai berikut:

1) Setiap anggota kelompok (siswa)

bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang dikerjakan dalam

kelompoknya.

2) Setiap anggota kelompok (siswa)

harus mengetahui bahwa semua

anggota kelompok mempunyai

tujuan yang sama.

3) Setiap anggota kelompok (siswa)

harus membagi tugas dan

tanggung jawab yang sama di

antara anggota kelompoknya.

4) Setiap anggota kelompok (siswa)

akan dikenai evaluasi.

5) Setiap anggota kelompok (siswa)

berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan keterampilan

untuk belajar bersama selama

proses belajarnya.

6) Setiap anggota kelompok (siswa)

akan diminta

mempertanggungjawabkan

secara individual materi yang

ditangani dalam kelompok

kooperatif.

Adapun langkah-langkah dari

pelaksanaan Picture and Picture ini

menurut Istarani (2011:7) adalah

sbb:

1) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran atau kompetensi

yang ingin dicapai. Di langkah

ini

2) guru diharapkan untuk

menyampaikan apakah yang

menjadi Kompetensi Dasar mata

pelajaran yang bersangkutan.

Dengan demikian maka siswa

dapat mengukur sampai sejauh

mana yang harus dikuasainya.

Disamping itu guru juga harus

menyampaikan indicator-

indikator ketercapaian KD,

sehingga sampai dimana KKM

yang telah ditetapkan dapat

dicapai oleh peserta didik.

3) Memberikan materi pengantar

sebelum kegiatan. Penyajian

materi sebagai pengantar sesuatu

yang sangat penting, dari sini

guru memberikan momentum

permulaan pembelajaran.

Kesuksesan dalam proses

pembelajaran dapat dimulai dari

sini. Karena guru dapat

memberikan motivasi yang

menarik perhatian siswa yang

selama ini belum siap. Dengan

motivasi dan teknik yang baik

dalam pemberian materi akan

menarik minat siswa untuk

belajar lebih jauh tentang materi

yang dipelajari.

4) Guru menyediakan gambar-

gambar yang akan digunakan

(berkaitan dengan materi). Dalam

proses penyajian materi, guru

mengajar siswa ikut terlibat aktif

dalam proses pembelajaran

dengan mengamati setiap gambar

yang ditunjukan oleh guru atau

oleh temannya. Dengan Picture

atau gambar kita akan

menghemat energy kita dan

siswa akan lebih mudah

memahami materi yang

diajarkan. Dalam perkembangan

Page 72: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

46

46

selanjutnya sebagai guru dapat

memodifikasikan gambar atau

mengganti gambar dengan video

atau demontrasi yang kegiatan

tertentu.

5) Guru menunjuk siswa secara

bergilir untuk mengurutkan atau

memasangkan gambar-gambar

yang ada. Di langkah ini guru

harus dapat melakukan inovasi,

karena penunjukan secara

langsung kadang kurang efektif

dan siswa merasa terhukum.

Salah satu cara adalah dengan

undian, sehingga siswa merasa

memang harus menjalankan

tugas yang harus diberikan.

Gambar-gambar yang sudah ada

diminta oleh siswa untuk

diurutkan, dibuat, atau di

modifikasi.

6) Guru memberikan pertanyaan

mengenai alasan siswa dalam

menentukan urutan gambar.

7) Setelah itu ajaklah siswa

menemukan rumus, tinggi, jalan

cerita, atau tuntutan KD dengan

indicator yang akan dicapai.

Ajaklah sebanyak-banyaknya

siswa dan teman yang lain untuk

membantu sehingga proses

pembelajaran semakin menarik.

8) Dari alasan tersebut guru akan

mengembangkan materi dan

menanamkan Konsep materi

yang sesuai dengan kompetensi

yang ingin dicapai.

9) Dalam proses diskusi dan

pembacaan gambar ini guru

harus memberikan penekanan-

penekanan pada hal ini dicapai

dengan meminta siswa lain untuk

mengulangi, menuliskan atau

bentuk lain dengan tujuan siswa

mengetahui bahwa hal tersebut

penting dalam pencapaian KD

dan indikator yang telah

ditetapkan. Pastikan bahwa siswa

telah menguasai indikator yang

telah ditetapkan.

10) Guru menyampaikan kesimpulan.

Di akhir pembelajaran, guru

bersama siswa mengambil

kesimpulan sebagai penguatan

materi pelajaran.

Kelebihan Dan Kelemahan Picture

And Picture Kelebihan Model

Pembelajaran Picture And

Picture: menurut Istarani

(2011:8)

1) Materi yang diajarkan lebih

terarah karena pada awal

pembelajaran guru menjelaskan

kompetensi yang harus dicapai

dan materi secara singkat terlebih

dahulu.

2) Siswa lebih cepat menangkap

materi ajar karena guru

menunjukkan gambar-gambar

mengenai materi yang dipelajari.

3) Dapat meningkat daya nalar atau

daya pikir siswa karena siswa

disuruh guru untuk menganalisa

gambar yang ada.

4) Dapat meningkatkan tanggung

jawab siswa, sebab guru

menanyakan alasan siswa

mengurutkan gambar.

5) Pembelajaran lebih berkesan,

sebab siswa dapat mengamati

langsung gambar yang telah

dipersiapkan oleh guru.

Kelemahan Model

Pembelajaran Picture And

Picture:

1) Sulit menemukan gambar-gambar

yang bagus dan berkulitas serta

sesuai dengan materi pelajaran.

2) Sulit menemukan gambar-gambar

yang sesuai dengan daya nalar

Page 73: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

47

47

atau kompetensi siswa yang

dimiliki.

3) baik guru ataupun siswa kurang

terbiasa dalam menggunakan

gambar sebagai bahan utama

dalam membahas suatu materi

pelajaran.

4) Tidak tersedianya dana khusus

untuk menemukan atau

mengadakan gambar-gambar yang

diinginkan

Langkah-langkah Penggunaan Model

pembelajaran picture and picture :

1. Tahap Persiapan: Membentuk

Kelompok

2. Tahap pelaksanaan: menyediakan

media gambar

3. Tahap penyelesaian: memberikan

tugas

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah

Penelitian Tindak Kelas atau class

room research. Peneliti bersama-

sama observer melaksanakan

penelitian pada mata pelajaran IPS di

kelas VII C MTsN Watampone pada

tahun pelajaran 2012/2013

Subjek penelitian adalah siswa

Kelas VII C MTsN Watampone

dengan jumlah siswa 33 orang, 19

orang perempuan,14 orang laki-laki.

Pada tahun

Pelaksanaan penelitian

direncanakan dua siklus. Siklus

pertama dilaksanakan selama 3 kali

pertemuan dan Siklus kedua

dilaksanakan selama 3 kali

pertemuan. Tiap siklus dilaksanakan

sesuai dengan perubahan yang ingin

di capai, seperti yang telah didesain

dalam faktor yang diselidiki.

Untuk dapat mengetahui

aktifitas belajar IPS Ekonomi pada

materi leasing, maka digunakan nilai

individu baik keaktifan siswa

maupun hasil belajar siswa.

Berdasarkan rencana pembelajaran di

atas, maka penelitian tindakan kelas

ini meliputi 4 tahap yakni: tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan

( tindakan), tahap observasi

(pengamatan), dan tahap refleksi.

Adapun rincian kegiatan yang

dilakukan pada setiap siklus

adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus I dilaksnakan selama

tiga kali pertemuan. Pertemuan I dan

II siswa diberikantugasKelompook

Sedangkan pertemuan III siswa

diberikantugas secara individu

sekaligus merefleksi kekurangan

dalam memberikan tindakan atau tes

yang diberikan oleh siswa.

Teknik Pengumpulan Data

teknik pengumpulan data yang

dilakukan dalam peelitian ini

adalah

1. Observasi yaitu pengamatan

dan pengambilan data primer

dan data sekunder pada

penelitian

2. Tes yaitu pengukuran prestasi

belajar siswa setelah

mendapatkan pengajaran oleh

peneliti

3. Dokumentasi yaitu data-data

dan bahan perpustakaan

pendukung untuk

menambahkan informasi

yang relevan dengan kajian

peneliti

Tabel 3.1. teknik kategorisasi

standar berdasarkan ketetapan

kementrian pendidikan

nasional

SKOR KATEGORI

0-34 Sangat Rendah

35-54 Rendah

Page 74: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

48

48

55-64 Sedang

65-84 Tinggi

85-100 Sangat Tinggi

Indikator Keberhasilan

Pelaksanaan pembelajaran

dikelas yang dilaksanakan akan

tercapai keberhasilan jika

Sekurang-kurangnya 85% siswa

yang mendapat nilai hasil belajar 60

keatas, dinyatakan tindakan tercapai.

HASIL PENELITIAN

Data mengenai hasil belajar

leasing siswa setelah penerapan

tindakan pada siklus I, diperoleh

melalui pemberian tes akhir siklus I.

Adapun deskripsi skor hasil belajar

siswa pada siklus I dapat dilihat pada

tabel 4.1berikut :

Tabel 4.1 : Statistik Skor Hasil

Belajar Siswa Pada Siklus 1

STATISTIK NILAI

STATISTIK

Subyek 33

Skor ideal 100

Skor tertinggi 70

Skor terendah 10

Rentang skor 60

Skor rata-rata 54,6

Standar deviasi 30,92

Berdasarkan tabel 4.1 diatas,

dapat dilihat bahwa skor rata – rata

hasil balajar siswa setelah

dilaksanakan tindakan pada siklus I

adalah 74,6. Skor tertinggi yang

diperoleh siswa adalah 70 dari skor

ideal yang mungkin dicapai yaitu

100 dan skor terendah yang

diperoleh siswa adalah 10 dari skor

ideal yang mungkin dicapai yaitu

100. Dari hasil ini dapat

dikemukakan bahwa hasil balajar

pada siklus I barada dalam kategori

tinggi.

Jika skor hasil belajar setelah

diterapkan model pembelajaran

picture and picture dikelompokkan

dalam lima kategori, Menurut

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan maka diperoleh

frekuensi dan persentase nilai seperti

pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi

Dan Persentase Skor Siklus I Siswa

Kelas VII C MTsN Watampone

Kecamatan Tanete Riattang

Kabupaten Bone.

N

o

Sk

or

Katago

ri

Freku

ensi

Persent

ase %

1 0-

34

Sangat

Rendah 7 21,87

2

35

-

54

Rendah 2 6,25

3

55

-

64

Sedang 1 3,12

4

65

-

84

Tinggi 11 34,37

5

85

-

10

0

Sangat

Tinggi 11 34,37

Jumlah 32 100

Dari tabel 4.2 menunjukkan

bahwa dari 33 siswa. 7 siswa (

21,8% ) yang penguasaan

materinya berada dalam kategori

Page 75: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

49

49

sangat rendah, 2 siswa (6,25% )

yang penguasaan materinya

berada dalam kategori rendah, 1

siswa ( 3,12% ) yang

penguasaan materinya berada

dalam kategori sedang, 11 siswa

( 34,37 ) berada dalam kategori

tinggi, 11 siswa (34,37) berada

dalam katagori tinggi. Dengan

demikian dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar siswa setelah

dilaksanakan tindakan pada

siklus I berada pada kategori

tinggi dan sangat tinggi.

a. Analisis Deskriptif Hasil Belajar

Siklus II

Data hasil belajar siswa

pada akhir siklus II, diperoleh

melalui pemberian tes pada akhir

siklus II. Adapun deskripsi skor

hasil belajar siswa pada akhir

siklus II dapat dilihat pada table

4.3 berikut :

Tabel 4.3: Statistik Skor Hasil

Belajar Siswa Pada Siklus II

STATISTIK NILAI STATISTIK

Subyek 33

Skor Ideal 100

Skor Tertinggi 80

Skor Terendah 10

Rentang Skor 70

Skor Rata-Rata 58,31

Standar Deviasi 34,87

Berdasarkan table 4.3 diatas,

menunjukkan bahwa skor rata – rata

hasil belajar siswa setelah diadakan

tindakan pada siklus II adalah 58,31

dari skor ideal yang mungkin dicapai

yaitu 100. Skor tertinggi yang

diperoleh siswa adalah 80. dan skor

terendah yang diperoleh siswa adalah

10 dari skor ideal yang mungkin

dicapai yaitu 100 dengan standar

deviasi 34,87. Jika skor hasil belajar

siswa setelah diterapkan model

picture and picture dikelompokkan

kedalam lima kategori, menurut

Departemen Pendidikan dan

kebudayaan maka diperoleh

distribusi frekuensi dan persentase

pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi Dan

Persentase Skor Hasil Belajar Siklus

II Siswa Kelas VII C MTsN

Watampone Kecamatan Tanete

Riattang Kabupaten Bone

No Skor Katagori Frekuensi Persentase

%

1 0-34 Sangat

Rendah 1 3,33

2 35-54 Rendah 2 6,66

3 55-64 Sedang 2 6,66

4 65-84 Tinggi 4 13,33

5 85-100 Sangat

Tinggi 22 73,33

Jumlah 30 100

setelah diterapkan model

pembelajaran picture and picture

termasuk dalam kategori sangat

tinggi Dari tabel 4.4

menunjukkan bahwa dari 33

siswa, (3,33%) yang berada

dalam kategori rendah, 2 siswa

(6,66%) siswa yang penguasaan

materinya berada dalam kategori

rendah, terdapat 2 siswa (6,66%)

penguasaan materinya berada

dalam kategori sedang, 4 siswa

(13,33%) berada dalam kategori

tinggi, 22 siswa (73,33%) berada

dalam kategori sangat tinggi.

Skor rata – rata hasil belajar

siswa pada siklus II adalah 54,6

dari skor ideal yang mungkin

dicapai yaitu 100 berada pada

Page 76: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

50

50

interval 65 – 84 . Dengan

demikian dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar siswa setelah

di terapkan metode pembelajaran

picture and picture termasuk

dalam kategori sangat tingi

b. Distribusi frekuensi dan

persentase skor hasil belajar siswa

kelas VII C MTsN watampone

kecamatan tanete riattang

kabupaten bone setelah proses

pembelajaran pada siklus I dan

siklus II

N

o

Sko

r

Katago

ri

Frekuensi Persentase %

SI

K I

SI

K

II

SIK I SIK

II

1 0-

34

Sangat

Rendah 7 1 21,87 3,33

2 35-

54 Rendah 2 2 6,25 6,66

3 55-

64 Sedang 1 2 3,125 6,66

4 65-

84 Tinggi 11 4 34,37

13,3

3

5 85-

100

Sangat

Tinggi 11 22 34,37

73,3

3

JUMLAH 32 30 100 100

Berdasarkan hasil analisisis

diperoleh bawa dari 33 siswa pada

siklus 1 kehadiran siswa rata-rata

mencapai 94,94%, siswa yang aktif

menjawab pertanyaan guru 30,3%,

siswa yang mengajukan pertanyaan

pada guru 15,15%, siswa yang aktif

dalam katihan terkontrol atau kerja

kelompok 13,13%, siswa yang yang

aktif dalam mengerjakan tugas

17,17%, siswa yang membuat

rangkuman materi yang telah

diajarkan 16,16%, siswa yang masih

memerlukan bimbingan materi

8,08%.

b. Siklus II

berdasarkan hasil analisis

diperoleh bawa dari 33 siswa pada

siklus II kehadiran siswa rata-rata

mencapai 92,92%, siswa yang aktif

menjawab pertanyaan guru 39,39%,

siswa yang mengajukan pertanyaan

pada guru 65,65%, siswa yang aktif

dalam katihan terkontrol atau kerja

kelompok 72,72%, siswa yang yang

aktif dalam mengerjakan tugas

70,7%, siswa yang membuat

rangkuman materi yang telah

diajarkan 65,65%, siswa yang masih

memerlukan bimbingan materi

6,06%.

1. Hasil Refleksi

a. Refleksi siklus 1

Waktu yang cukup lama untuk

memberikan pemahaman tentang

model pembelajaran ini. Selain itu

pembelajaran dengan langsung yang

dibentuk oleh guru, membuat siswa

dapat saling bekerja sama.

Menyikapi proses pembelajaran

dengan suasana yang gaduh, bentuk

refleksi lebih ditekankan pada

bagaimana merancang pengelolaan

kelas yang lebih baik untuk

pertemuan berikutnya.

Proses pembelajaran pada

pertemua kedua, penulis

menyampaikan kompetensi dasar,

indicator,dan tujuan yang ingin

dicapai lalu pembahasan materi

pelajaran dengan model

pembelajaran picture and picture.

Menyadari kekurangan pada

pertemuan pertama penulis berusaha

mengelola kelas dengan

membimbing siswa sehingga suasana

kelas lebih terkendali. Siswapun

tampak tetap antusias dalam

mengikuti pelajaran. Secara umum

siswa mengalami kesulitan dalam

membuat kesimpulan tentang materi

yang telah dipelajari. Hal itu

disebabkan karena materi

pembelajaran lebih sulit

dibandingkan materi pada pertemuan

sebelumnya. Akibatnya sebagian

kecil siswa yang mampu membuat

kesimpulan materi namun melaui

Page 77: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

51

51

proses pembelajaran picture and

picture siswa dapat meminta

pandangan dalam menyelesaikan

tugasnya. Menyikapi proses

pembelajaran pada pertemuan kedua

tersebut, bentuk refleksi lebih

ditekankan untuk memotivasi siswa..

Proses pembelajaran pada

pertemuan ketiga, menyelesaikan

materi pelajaran. Proses

pembelajaran dengan konsep

pembelajaran picture and picture

yang mentrasfer secarah langsung

pengetahuan kepada siswa.

Proses pembelajaran pada

pertemuan keempat, memberikan

bimbingan secara oftimal kepada

siswa. Menyadari kekurangan

sebelumnya tampak siswa

memerlukan membimbing dalam

menyelesaikan tugasnya.

b. Refleksi Siklus II

Menyikapi berbagai

masalah yang terjadi selam siklus I,

maka diperoleh suatu gambaran

tindakan yang akan dilaksanakan

pada siklus kedua, ini sebagai

perbaikan dari tindakan yang telah

dilakukan pada siklus I. Adapun

tindakan yang dilakukan antara lain :

1. Memberi pengarahan dan

pengenalan kembali tentang

model pembelajaran picture and

picture dan menjelaskan materi

pokok secara lebih rinci.

2. Meningkatkan strategi

pembelajaran dalam

mengepektifkan pelajaran.

3. Memberi motivasi kepada siswa

agar lebih giat mengikuti proses

belajar.

Pelaksanaan tindakan

siklus II, sebagai perbaikan dari

pelaksaan siklus I memberikan

dampak positif terhadap aktivitas

siswa, secara umum hasilnya

semakin sesuai dengan yang

diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari

kemampuan setiap siswa untuk

menjawab latihan yang diberikan.

Siswa juga telah dapat menguasai

materi sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan, serta mereka tidak

cangguh lagi dalam mengerjakan

latihan. Selain itu perhatian dan

motivasi siswa semakin meningkat,

hal ini menandakan bahwa ada

kesungguhan siswa untuk belajar.

Hasil belajar siswa pada

siklus II menunjukkan peningkatan

dari siklus I yaitu sudah banyak

siswa yang memperoleh nilai dengan

kategori sangat tinggi dan siswa yang

berada kategori sedang sudah

berkurang. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar kendala yang

dihadapi pada siklus I dapat teratasi

meskipun masih terjadi pada siklus

II. dari data yang ada maka dikatakan

bahwa penerapan pembelajaran

picture and picture dapat

memberikan konstribusi posirif

terhadap peningkatan hasil belajar

siswa.

PEMBAHASAN

1. Peningkatan hasil belajar Siswa

Berdasarkan analisis hasil

belajar siswa diperoleh bahwa siswa

mengalami peningkatan yaitu pada

siklus I siswa yang menguasai bahan

ajar leasing siswa sebanyak 11 siswa

sedangkan pada siklus II meningkat

menjadi 22 siswa yang menguasai

bahan ajar ini menunjukkan bahwa

secara kuantitatif terjadi peningkatan

hasil belajar siswa dan daya serap

terhadap materi dengan kompetensi

dasar serta indicator pembebelajaran

yang telah ditentukan.

Page 78: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

52

52

2. Peningkatan aktvitas belajar

siswa

Berdasarkan analisis

deskriptif aktivitas belajar siswa

diperoleh bahwa terjadi peningkatan

aktivitas belajar siswa Jika

dibandingkan hasil observasi siklus I

dan siklus II, persentase rata-rata

jumlah siswa yang aktif menjawab

pertanyaan guru 30,3% meningkat

menjadi 33,39%, siswa yang

mengajukan pertanyaan pada guru

15,15% meningkat menjadi 65,65%,

siswa yang aktif dalam katihan

terkontrol atau kerja kelompok

13,13% meningkat menjadi 72,72%,

siswa yang yang aktif dalam

mengerjakan tugas 17,17 meningkat

menjadi 70,7%, siswa yang membuat

rangkuman materi yang telah

diajarkan 16,16 meningkat menjadi

65,65%, siswa yang masih

memerlukan bimbingan materi

8,08%, menurun menjadi 6,06

Berdasarkan hal diatas, dapat

disimpulkan hasil belajar siswa

mengalami peningkatan.

Terjadinya peningkatan

persentase aktivitas belajar siswa,

siswa yang hadiri proses

pembelajaran dan jumlah siswa yang

memperhatikan pengajaran

menunjukkan bahwa siswa memiliki

perhatian yang besar dalam belajar,

khususnya dalam penelitian ini.

Peningkatan jumlah siswa yang

memahami masalah dan mampu

memecahkan persoalan

menunjukkan antusias aktivitas

belajar siswa dalam proses

pembelajaran dengan model picture

and picture.

Selain perubahan aktivitas

yang menunjukkan peningkatan, jug

terjadi perubahan yang menunjukkan

penurunan. Jumlah siswa yang masih

memerlukan bimbingan berkurang

menunjukkan bahwa akhirnya siswa

mampu mengerjakan latihan tanpa

dibimbing oleh guru. Hal ini dapat

terjadi karena motif mengerjakan

latihan yang hampir sama pada setiap

pertemuan dan arena siswa sudah

terbiasa dengan model Pembelajaran

picture and picture.

Penulis menyadari untuk

menumbuhkan minat siswa bergiat

menemukan sediri bukan hal yang

mudah apalagi dengan kemampuan

siswa yang masih terbatas baik

dalam hal pengetahuan maupun

dalam hal perkembangan cara

berfikir siswa. Namun yang

terpenting adalah mebelajarkan siswa

antusias, keberanian mengungkapkan

dan kreatifitas ide dan pemikiran

serta menumbuhkan minat belajar.

Adanya peningkatan aktivitas belajar

siswa pada siklus II tersebut

menunjukkan bahwa banyak

kemajuan yang dialami siswa

melalui pembelajaran dengan model

picture and picture.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil

penilitian dan pembahasan, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

Melalui model Pembelajaran

picture and picture terjadi

peningkatan persentase rata-rata

jumlah siswa yang aktif menjawab

pertanyaan guru 30,3% meningkat

menjadi 33,39%, siswa yang

mengajukan pertanyaan pada guru

15,15% meningkat menjadi 65,65%,

siswa yang aktif dalam katihan

terkontrol atau kerja kelompok

13,13% meningkat menjadi 72,72%,

siswa yang yang aktif dalam

mengerjakan tugas 17,17 meningkat

menjadi 70,7%, siswa yang membuat

Page 79: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

53

53

rangkuman materi yang telah

diajarkan 16,16 meningkat menjadi

65,65%, siswa yang masih

memerlukan bimbingan materi

8,08%, menurun menjadi 6,06.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1994. Pengelolaan

Pengajaran. Bintang

Selatan: Ujung Pandang.

Arikunto,Suharsimi. 2006.

Penelitian Tindakan Kelas.

Bumi Aksara: Jakarta.

Azhar. 2006. Media Pembelajaran.

PT. Raja Grafindo Persada.

Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006.

(KTSP). Depdiknas: Jakarta

Jamarah dan Zain. 2006. Strategi

Belajar Mengajar . Rhineka

Cipta: Jakarta.

Dimyati dan Mujiono. 2006.

Belajar dan Pembelajaran.

Rhineka Cipta: Jakarta.

Kardi dan Nur. 2000.Pengajaan

Langsung. UNESA –

UNIVERCITY PRESS:

Ritonga Z dan Natuna D. 2006.

Teknik Analisis Data.

Cendikia Insani: Pekanbaru.

Sadiman dkk. 2006. Media

Pendidikan. Raja Grafindo

Persada: Jakarta.

Sardiman. 1996. Interaksi dan

motivasi Belajar Mengajar.

Rajawali Pers: Jakarta.

Sudjana, N. 2000. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar.

RemajaRosdakarya:Bandung.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-

faktor yang Mempengaruhi.

Rhineka Cipta: Jakarta.

Sundjaja, ridwan dan inge

barlian.2003. manajemen

keuangan, edisi keempat,

cetakan kedua, penerbit

yayasan astra Honda motor:

Jakarta

Simamora, hendry.2001. Akutansi

Manajemen, Cetakan Pertama

Salemba Empat : Jakarta

Taswan (2003) akutansi

perbankan. Transaksi dalam

valuta rupiah edisi revisi,

penerbit UPP AMP YKPN:

Yogyakarata.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi

Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi

Pendidikan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Dimyanti dan Mudiono. 2006.

Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Mustaqim dan Wahid, Abdul. 2003.

Psikologi Pendidikan.

Jakarta: PT Melton Putra

Page 80: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

1

1

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAM LEARNING PADA

MATA PELAJARAN IPS EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR SISWA KELAS VII RINTISAN MANDRASA BERTAHAP

INTERNASIONAL (RMBI) 1 MTsN WATAMPONE

AGUSTINA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran Student Team Learning pada pelajaran IPS Ekonomi kelas

VII RMBI I MTsN Watampone Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone Tahun pelajaran

2013 terdiri dari 22 siswa, 9 laki-laki dan 13 perempuan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan

dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah mengolah data,

mengidentifikasi data, menganalisis data, dan mengumpulkan hasil pembelajaran.

Hasil penelitian, sebanyak 75% siswa dapat meningkatkan prestasi belajar melalui

metode Pembalajaran Student Team Learning, dengan menggunakan metode pembelajaran

Student Team Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena siswa dapat bertukar

pendapat antar kelompok. Jika Model pembelajaran guru diganti dengan metode pembelajaran

Student Team Learning, maka itu akan berpengaruh terhadap motivasi dan minat belajar siswa

dan diikuti dengan prestasi belajar siswa.

PENDAHULUAN

Salah satu masalah dalam

pembelajaran di sekolah adalah

rendahnya hasil belajar siswa.Masalah

merupakan ketidaksesuaian antara

harapan dengan kenyataan,Masalah

yang dialami anak didik dapat

bermacam-macam menurut corak dan

ragamnya.Keragaman tersebut dapat

pula dilihat dari intensitas dan

kuantitas.Secara intensitas,masalah anak

didik dapat bergerak dari masalah yang

bersifat ringan sampai pada tingkat

yang sedang yang berupa neorosis dan

berat yang berupa psikosis.

Masalah yang dialami anak didik

tidak timbul begitu saja,tetapi ada

berbagai faktor yang menyebabkan

masalah tersebut. Bila guru mampu

mengidentifikasi penyebab timbunya

masalah yang dialami anak didik, maka

guru akan mampu memberikan

penanganan dan pencegahan sedini

mungkin. Secara garis besar, faktor-

faktor yang mempengaruhi timbulnya

masalah yang dihadapi anak didik

adalah faktor internal yaitu faktor dari

dalam diri anak didik seperti keadaan

fisik (keadaan indra persepsinya,

perkembangan fisik dan kesehatan anak

didik), keadaan psikologis (kurangnya

kemampuan dasar, kurangnya

pengalman, kurangnya perhatian

disekolah, bakat tidak sesuai dengan

lingkungan anak didik, tidak ada minat,

sikap yang tidak sesuai dengan hati

nurani dan tidak adanya kemauan),

Sedangkan faktor eksternal adalah

faktor dari luar anak didik seperti

lingkungan keluarga (keadaan status

ekonomi,perhatian orang tua, harapan

orang tua, hubungan keluarga yang

tidak harmonis), lingkungan

sekolah (kondisi kurikulum, hubungan

guru dengan siswa, hubungan antar

siswa, iklim sekolah), lingkungan masyarakat.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

adalah proses penelitian yang sistematis

dan terencana melalui tindakan

perbaikan pembelajaran yang dilakukan

oleh guru di kelasnya sendiri

Page 81: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

2

2

(Mills,Geoffrey

E,2000;Schmuck,Richard A,1997).

Guru yang professional tidak

hanya dituntut untuk menguasai materi

ajar atau mampu menyajikannya secara

tepat,tetapi juga dituntut mampu

melihat atau menilai kinerjanya

sendiri.Kemampuan ini berkaitan

dengan penelitian yang dalam konteks

ini ruang lingkupnya berada seputar

kelas yaitu penelitian di kelas sendiri.

Salah satu kompetensi yang harus

dimiliki guru adalah mendidik,mengajar

dan melatih agar anak didiknya kelak

menjadi manusia pandai,terampil dan

berbudi luhur. Untuk dapat

melaksanakan tugas tersebut, guru

seharusnya menguasai kemampuan

mengajarkan pengetahuan dan

keterampilan hidup, mendidik agar

menjadi manusia yang berakhlak dan

melatih para anak didiknya agar mampu

memanfaatkan pengetahuan dan

keterampilannya bagi hidupnya kelak.

Salah satu kemampuan yang harus

dimiliki guru sebagai salah satu unsur

pendidik agar mampu melaksanakan

tugas profesionalnya adalah memahami

bagaimana anak didik belajar dan

mengorganisasikan proses pembelajaran

yang mampu mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak

peserta didik serta memahami tentang

bagaimana anak didik belajar.Untuk

dapat memahami proses belajar yang

terjadi pada diri anak didik guru perlu

menguasai hakekat dan konsep dasar

belajar. Dengan menguasai hakekat dan

konsep dasar belajar diharapkan guru

mampu menerapkannya dalam kegiatan

pembelajaran, karena fungsi utama

pembelajaran adalah mempasilitasi

tumbuh dan berkembangnya belajar

dalam diri peserta didik.

Wadah dan sarana yang paling

strategis bagi kecerdasan kahidupan

bangsa adalah pendidikan,utamanya

melalui sistem persekolahan.Bagi

bangsa kita,upaya yang dilakukan

pemerintah dalam rangka mengakses

dan mengimplementasikan tujuan

nasional tersebut adalah

menyelenggarakan sistem pendidikan

nasional yang diatur oleh undang-

undang.

Pendidikan bagi sebagian orang,

berarti berusaha membimbing anak

untuk menyerupai orang dewasa,

sebaliknya bagi (Jean Piaget, 1896)

pendidikan berarti menghasilkan,

mencipta, sekalipun tidak banyak,

sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh

pembandingan dengan penciptaan yang

lain. Pandangan tersebut memberi

makna bahwa pendidikan adalah segala

situasi hidup yang mempengaruhi

pertumbuhan individu sebagai

pengalaman belajar yang berlangsung

dalam segala lingkungan dan sepanjang

hidup. Dalam arti sempit pendidikan

adalah pengajaran yang diselenggarakan

umunya di sekolah sebagai lembaga

pendidikan formal. Ilmu disebut juga

pedagogik, yang merupakan terjemahan

dari bahasa Inggris yaitu ”Pedagogics”.

Pedagogics sendiri berasal dari bahasa

Yunani yaitu ” pais ” yang artinya anak,

dan ” again ” yang artinya

membimbing. (Poerbakwatja dan

Harahap, 1982 : 254 ) mengemukakan

pedagogik mempunyai dua arti yaitu :

(1) peraktek, cara sesorang mengajar;

dan (2) ilmu pengetahuan mengenai

prinsip-prinsip dan metode mengajar,

membimbing, dan mengawasi pelajaran

yang disebut juga pendidikan.

Orang yang memberikan

bimbingan kepada anak didik disebut

pembimbing atau ” pedagog”, dalam

perkembangannya, istilah pendidikan

(pedagogy) berarti bimbingan atau

pertolongan yang diberikan kepada anak

oleh orang dewasa secara sadar dan

bertanggung jawab. Dalam dunia

pendidikan kemudian tumbuh konsep

pendidikan seumur hidup (lifelong

education), yang berarti pendidikan

berlangsung sampai mati, yaitu

pendidikan berlangsung seumur hidup

dalam setiap saat selama ada pengaruh

Page 82: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

3

3

lingkungan. Untuk memberi

pemahaman akan batasan pendidikan

berikut ini dikemukakan sejumlah

batasan pendidikan yang dikemukan

para ahli yaitu :

a. Pendidikan ialah proses

pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran

dan pelatihan ( Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 1991 ).

b. Dalam pengertian yang sempit

pendidikan berarti perbuatan atau

proses perbuatan untuk

memperoleh pengetahuan (

McLeod, 1989 ).

c. Pendidikan ialah segala

pengalaman belajar yang

berlangsung dalam segala

lingkungan dan sepanjang hidup

serta pendidikan dapat diartikan

sebagai pengajaran yang

diselenggarakan di sekolah sebagai

lembaga pendidikan formal (

Mudyahardjo, 2001:6 ).

d. Dalam pengertian yang agak luas

pendidikan diartikan sebagai

sebuah proses dengan metode-

metode tertentu sehingga orang

memperoleh pengetahuan,

pemahaman, dan cara bertingkah

laku yang sesuai dengan kebutuhan

(Muhibinsyah, 2003:10 ).

Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan

bangsa,bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa,serta

berakhlak

mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif

mandiri dan menjadi warga Negara

yang demokratis serta bertanggung

jawab (Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003),tentang sistem Pendidikan

Nasional.

Pendidikan Taman kanak-kanak

merupakan bagian dari pendidikan

nasional bertujuan untuk memberikan

bekal kemampuan pribadi anggota

masyarakat,warga Negara dan anggota

umat manusia serta mempersiapkan

peserta didik dan untuk mengikuti

pendidikan dasar PP nomor 28 Tahun

1990 tentang pendidikan dasar.Tujuan

pendidikan taman kanak-kanak

tersebut,dijabarkan lagi ke dalam tujuan

kurikuler (tujuan mata pelajaran) dan

tujuan instruksional menempati posisi

kunci yang strategis dalam menciptakan

dan mengembangkan suasana belajar

yang kondusif dan menyenangkan

sehingga terjadi pembelajaran yang

efektif dan bermakna untuk

mengarahkan siswa agar mampu

mencapai hasil yang optimal.

Pendidikan selalu dapat dibedakan

menjadi teori dan praktek, teori

pendidikan adalah pengetahuan tentang

makna dan bagaimana soyogyanya

pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan

praktek adalah tentang pelaksanaan

pendidikan secara konkretnya. Teori

pendidikan disusun seperti latar

belakang yang hakiki dan sebagai

rasional dari praktek pendidikan serta

pada dasarnya bersifat direktif. Istilah

direktif memberi makna bahwa

pendidikan itu mengarah pada tujuan

yang pada hakekatnya untuk mencapai

kesejahteraan bagi subjek

Pada dasarnya ”mengajar” adalah

membantu ( mencoba membantu )

seseorang untuk mempelajari sesuatu

dan apa yang dibutuhkan dalam belajar

itu tidak ada kontribusinya terhadap

pendidikan orang yang belajar. Artinya

mengajar pada hakekatnya suatu proses,

yakni proses mengatur, mengorganisasi

lingkungan yang ada disekitar siswa

sehingga menumbuhkan dan

mendorong siswa belajar.Hal ini akan

dapat terwujud jika dilakukan melalui

proses pengajaran dengan strategi

pelaksanaan melalui :

Page 83: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

4

4

1. Bimbingan yaitu pemberian

bantuan,arahan,motivasi,nasihat

dan penyuluhan agar siswa mampu

mengatasi,memecahkan dan

menanggulangi masalahnya sendiri.

2. Pengajaran yaitu bentuk kegiatan

dimana terjalin hubungan interaksi

dalam proses belajar dan mengajar

antara tenaga kependidikan dengan

peserta didik.

3. Pelatihan yaitu sama dengan

pengajaran khususnya untuk

mengembangkan keterampilan

tertentu.

Menurut (Langford, 1978) yang

penting hubungan yang relevan

bukanlahantara pengajaran dengan

pendidikan tetapi antara pengajaran

sebagai suatu profesi dengan

pendidikan.

Indikator keberhasilan

pembelajaran adalah tingkat penguasaan

materi pelajaran oleh anak didik yang

lazimnya dinyatakan dengan

nilai.Mengacu pada konsep

tersebut,maka dapat dikatakan bahwa

hasil kegiatan pembelajaran di kelas

tempat saya mengajar kurang

berhasil,ditandai rendahnya hasil belajar

anak didik atau tingkat pemahaman

anak didik pada tema dan sub tema.Hal

ini terbukti dari 22 orang siswa 14

orang siswa mencapai tingkat

pemahaman 70 % ke atas.

Gejala yang demikian,tentu saja

tidak boleh dibiarkan terus menerus

terjadi.Saya menyadari bahwa sebagai

seorang guru yang diberi tugas dan

tanggung jawab untuk membimbing dan

mengarahkan siswa agar dapat

menguasai materi pelajaran secara

optimal,merasa terpanggil dan

berkewajiban untuk berbuat dan

bertindak mengatasi masalah tersebut

dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) sebagai suatu system kegiatan

untuk mencari dan menemukan solusi

yang tepat dalam rangka memperbaiki

pembelajaran,sehingga penguasaan

siswa terhadap materi pelajaran dapat

ditingkatkan.

Fakta dilapangan menunjukkan

bahwa siswa VII itu masih memeliki

sifat yang kekanak-kanakan dimana

mereka suka belajar bersama ketimbang

belajar sendiri-sendiri, itulah sebabnya

siswa kelas VII lebih suka belajar jika

guru mata pelajaran membentuk sebuah

kelompok belajar siswa agar mereka

bisa bekerja sama dalam menyelesaikan

masalah yang mereka temukan.

Siswa memiliki sifat yang

berbeda-beda pula karena ada siswa

yang lebih suka belajar sendiri

ketimbang membentuk kelompok

belajar siswa, dimana kita bisa liat

siswa yang suka belajar sendiri itu

selalu diam dan tidak mahu banyak

bicara dan jika dibandingkan dengan

siswa yang membentuk kelompok

belajar siswa itu membuat siswa lebih

aktif dalam bicara dan siswa memiliki

sifat yang berani dalam mengeluarkan

pendapat atau argumen mereka.

Keaktifan seorang siswa dalam

berbicara itu sangat mempengaruhi

prestasi belajarnya, dimana siswa yang

aktif berbicara itu lebih cepat

pemikirannya dibanding siswa yang

selalu belajar sendiri dan terdiam.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti

termotivasi untuk melakukan sebuah

penelitian tindakan kelas dengan

berfokus pada peningkatan prestasi

belajar siswa dalam bidang Ekonomi

melalui model pembelajaran student

team learning.

Metode pembelajaran kooperatif

tipe student team learning ini

dikembangkan di John Hopkins

University – Amerika Serikat. Lebih

dari separuh penelitian tentang

pembelajaran kooperatif di sana

menggunakan student team learning.

Pada dasarnya model pembelajaran

kooperatif yang satu ini sama saja

dengan metode pembelajaran kooperatif

yang lain yaitu adanya ide dasar bahwa

siswa harus bekerjasama dan turut

Page 84: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

5

5

bertanggungjawab terhadap

pembelajaran siswa lainnya yang

merupakan anggota kelompoknya.

Pada tipe student team learning

ini penekanannya adalah bahwa setiap

kelompok harus belajar sebagai sebuah

tim. Ada 3 konsep sentral pada model

pembelajaran kooperatif tipe student

team learning ini, yaitu: (1)

penghargaan terhadap kelompok; (2)

akuntabilitas individual; (3) kesempatan

yang sama untuk memperoleh

kesuksesan. Pada sebuah kelas yang

menerapkan model pembelajaran ini,

setiap kelompok dapat memperoleh

penghargaan apabila mereka berhasil

melampaui ktiteria yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Akuntabilitas individual

bermakna bahwa kesuksesan sebuah

kelompok bergantung pada

pembelajaran yang dilakukan oleh

setiap individu anggotanya. Pada

metode pembelajaran tipe student team

learning, setiap siswa baik dari

kelompok atas, menengah, atau bawah

dapat memberikan kontribusi yang sama

bagi kesuksesan kelompoknya, karena

skor mereka dihitung berdasarkan skor

peningkatan dari pembelajaran mereka

sebelumnya.

Penggunaan kelompok siswa,

suatu format koperasi yang belajar,

telah dipromosikan sebagai alat/ makna

k e p e n ge m b a n g a n k e t r a m p i l a n

hubungan antar pribadi, pengetahuan isi

yang ditingkatkan, dan pengembangan

tentang tingkat yang lebih tinggi

berpikir kemampuan. Banyak hadiah

Catatan/Kertas ini hasil tujuh studi

terpisah yang menyertakan lima kursus.

Studi bandingkan capaian ujian di

bawah bermacam-macam kondisi -

kondisi yang menyertakan kelompok

Siswa belajar (student team learning)

dan menggolongkan pe rangsang

nilai/kelas. Hasil ke seberang yang tujuh

b e l a j a r b i a s a n ya m e n u n j u k k a n

kecil/sedikit atau tidak ada efek student

t eam l ea rn in g a t au pe ra n gs an g

ni la i /kelas kelompok pada uj ian

mencetak prestasi setelah pengendalian

untuk perbedaan kelompok di dalam

G P A d a n s c o r e u j i a n a w a l

Kelompok Siswa Yang belajar

Pelajaran kelompok Siswa adalah suatu

kelompok yang belajar struktur dan,

sedemikian, adalah suatu intervi

dibanding/bukannya suatu strategi

teratur. Penggunaannya, bagaimanapun,

nampak untuk mempunyai suatu efek

hal positif atastimbulnya kelakuan

buruk kelas.

Dengan menggunakan metode

pembelajaran Student Team Learning

itu mempermudah siswa untuk

memahami mata pelajaran yang kurang

dimengerti, dan apabila siswa

memahami mata pelajaran yang telah

diberikan itu akan berdampak pada

prestasi yang akan dicapainya.

Istilah prestasi berasal dari bahasa

Belanda yaitu prestatie, kemudian

dalam bahasa Indonesia menjadi

prestasi yang berarti hasil usaha.

Prestasi adalah hasil yang

dicapai.Prestasi adalah penguasaan

pengetahuan/keterampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran,

ditunjukkan dengan nilai tes (KBBI,

2008:895).Prestasi adalah hasil dari

suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan, baik secara individual

maupun kelompok. Prestasi tidak akan

pernah dihasilkan tanpa suatu usaha

baik berupa pengetahuan maupun

berupa keterampilan (Qohar,2000).

Menurut Muhibbin Syah “Prestasi

adalah tingkat keberhasilan siswa

dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam sebuah program”.

Sumadi Suryabrata mengemukakan

bahwa “Prestasi belajar adalah nilai

yang merupakan perumusan terakhir

yang dapat diberikan oleh guru

mengenai kemajuan/prestasi belajar

selama masa tertentu”.

Pendapat senada juga

diungkapkan oleh (James P. Chaplin,

Page 85: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

6

6

2002: 5) bahwa “Prestasi belajar

merupakan hasil belajar yang telah

dicapai atau hasil keahlian dalam karya

akademis yang dinilai oleh guru/dosen,

lewat tes-tes yang dilakukan atau lewat

kombinasi kedua hal tersebut”. Hal

ini misalnya prestasi belajar

mahasiswa selama satu semester yang

diukur dengan nilai beberapa mata

kuliah yang harus ditempuh selama satu

semester tersebut, jika mahasiswa bisa

mengumpulkan nilai yang tinggi

dalam masing-masing mata kuliah dan

mengumpulkan jumlah yang tinggi atau

lebih dari yang lain berarti mahasiswa

tersebut mempunyai prestasi belajar

yang tinggi.

(W.S Winkel, 2004: 162)

mengemukakan bahwa “Prestasi

belajar adalah suatu bukti keberhasilan

belajar atau kemampuan seseorang

siswa dalam melakukan kegiatan

belajarnya sesuai bobot yang dicapai”.

Sejalan dengan pendapat tersebut Nana

Sudjana mengemukakan bahwa

“Prestasi belajar merupakan hasil-hasil

belajar yang dicapai oleh siswa

dengan kriteria-kriteria

tertentu”.Sementara Nasution S.

berpendapat bahwa “Prestasi belajar

adalah kesempurnaan yang dicapai

seseorang dalam berfikir, merasa dan

berbuat”. Prestasi belajar dikatakan

sempurna apabila memenuhi tiga

aspek yakni: kognitif, afektif, dan

psikomotor, sebaliknya dikatakan

prestasi belajar kurang memuaskan jika

seorang belum mampu memenuhi target

ketiga kriteria tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas,

maka dapat dijelaskan bahwa prestasi

belajar merupakan tingkat kemanusiaan

yang dimiliki siswa dalam menerima,

menolak, dan menilai informasi-

informasi yangdiperoleh dalam proses

belajar mengajar. Prestasi belajar

seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan sesuatu dalam mempelajari

materi pelajaran yang dinyatakan

dalam bentuk nilai setelah mengala mi

proses belajar. Prestasi dapat diketahui

apabila seseorang telah melalui tahap

evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut

dapat memperlihatkan tentang tinggi

rendahnya prestasi yang diperoleh oleh

seseorang.

(Muhibbin Syah, 2010: 149)

berpendapat bahwa prestasi belajar

pada dasarnya merupakan hasil

belajar atau hasil penilaian yang

menyeluruh, dengan meliputi:

1. Prestasi belajar dalam bentuk

kemampuan pengetahuan dan

pengertian. Hal ini juga meliputi:

ingatan, pemahaman, penegasan,

sintesis, analisis dan evaluasi.

2. Prestasi belajar dalam bentuk

keterampilan intelektual dan

keterampilan sosial.

3. Prestasi belajar dalam bentuk sikap

atau nilai.

Berdasarkan pengertian tersebut,

dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil yang dicapai oleh

seorang pelajar/siswa yang mencakup

aspek ranah kognitif, afektif dan

psikomotoryang ditunjukkan dengan

nilai yang diberikan dosen setelah

melalui kegiatan belajar selama periode

tertentu.

Prestasi adalah hasil yang telah

dicapai seseorang dalam melakukan

kegiatan.(Gagne, 1985:40) menyatakan

bahwa prestasi belajar dibedakan

menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan

intelektual, strategi kognitif, informasi

verbal, sikap dan keterampilan. Menurut

Bloom dalam (Suharsimi Arikunto,

1990:110) bahwa hasil belajardibedakan

menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif

dan psikomotorik.

Prestasi merupakan kecakapan

atau hasil kongkrit yang dapat dicapai

pada saat atau periode tertentu.

Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi

dalam penelitian ini adalah hasil yang

telah dicapai siswa dalam proses

pembelajaran.

(Winkel, 1996:226)

mengemukakan bahwa prestasi belajar

Page 86: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

7

7

merupakan bukti keberhasilan yang

telah dicapai oleh seseorang. Maka

prestasi belajar merupakan hasil

maksimum yang dicapai oleh seseorang

setelah melaksanakan usaha-usaha

belajar.Sedangkan menurut (Arif

Gunarso, 1993 : 77) mengemukakan

bahwa prestasi belajar adalah usaha

maksimal yang dicapai oleh seseorang

setelah melaksanakan usaha-usaha

belajar.

Prestasi belajar di bidang

pendidikan adalah hasil dari pengukuran

terhadap peserta didik yang meliputi

faktor kognitif, afektif dan psikomotor

setelah mengikuti proses pembelajaran

yang diukur dengan menggunakan

instrumen tes atau instrumen yang

relevan. Jadi prestasi belajar adalah

hasil pengukuran dari penilaian usaha

belajar yang dinyatakan dalam bentuk

simbol, huruf maupun kalimat yang

menceritakan hasil yang sudah dicapai

oleh setiap anak pada periode tertentu.

Prestasi belajar merupakan hasil dari

pengukuran terhadap peserta didik yang

meliputi faktor kognitif, afektif dan

psikomotor setelah mengikuti proses

pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan instrumen tes yang

relevan.

Prestasi belajar dapat diukur

melalui tes yang sering dikenal dengan

tes prestasi belajar. Menurut (Saifudin

Anwar, 2005 : 8-9) mengemukakan

tentang tes prestasi belajar bila dilihat

dari tujuannya yaitu mengungkap

keberhasilan sesorang dalam belajar.

Testing pada hakikatnya menggali

informasi yang dapat digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan. Tes

prestasi belajar berupa tes yang disusun

secara terrencana untuk mengungkap

performasi maksimal subyek dalam

menguasai bahan-bahan atau materi

yang telah diajarkan. Dalam kegiatan

pendidikan formal tes prestasi belajar

dapat berbentuk ulangan harian, tes

formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas

dan ujian-ujian masuk perguruan

tinggi.Pengertian prestasi belajar adalah

sesuatu yang dapat dicapai atau tidak

dapat dicapai. Untuk mencapai suatu

prestasi belajar siswa harus mengalami

proses pembelajaran. Dalam

melaksanakan proses pembelajaran

siswa akan mendapatkan pengetahuan,

pengalaman, dan keterampilan.

Prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai seseorang dalam pengusasaan

pengetahuan dan keterampilan yang

dikembangkan dalam pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan tes angka

nilai yang diberikan oleh guru (Asmara.

2009 : 11).

Menurut (Hetika, 2008: 23),

prestasi belajar adalah pencapaian atau

kecakapan yang dinampakkan dalam

keahlian atau kumpulan pengetahuan.

(Harjati, 2008: 43), menyatakan bahwa

prestasi merupakan hasil usaha yang

dilakukan dam menghasilkan perubahan

yang dinyatakan dalam bentuk simbol

untuk menunjukkan kemampuan

pencapaian dalam hasil kerja dalam

waktu tertentu.

Pengetahuan, pengalaman dan

keterampilan yang diperoleh akan

membentuk kepribadian siswa,

memperluas kepribadian siswa,

memperluas wawasan kehidupan serta

meningkatkan kemampuan siswa.

Bertolak dari hal tersebut maka siswa

yang aktif melaksanakan kegiatan

dalampembelajaran akan memperoleh

banyak pengalaman. Dengan demikian

siswa yang aktif dalam pembelajaran

akan banyak pengalaman dan prestasi

belajarnya meningkat. Sebaliknya siswa

yang tidak aktif akan minim/sedikit

pengalaman sehingga dapat dikatakan

prestasi belajarnya tidak meningkat atau

tidak berhasil.

Dari beberapa pendapat diatas

maka dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah sesuatu yang dapat

dicapai yang dinampakkan dalam

pengetahuan, sikap, dan keahlian.

Tujuan pendidikan yang ingin

dicapai dapat dikategorikan menjadi

Page 87: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

8

8

tiga bidang yaitu bidang kognitif

(penguasaan intelektual), bidang afektif

(berhubungan dengan sikap dan nilai)

serta bidang psikomotorik (kemampuan

atau keterampilan bertindak atau

berperilaku). Ketiganya tidak berdiri

sendiri, tapi merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan, bahkan

membentuk hubungan hirarki (Sudjana,

2005:49). Di dalam ketiga aspek

tersebut, terdapat unsur-unsur di

dalamnya yaitu:

a. Bidang kognitif, meliputi:

pengetahuan hafalan (knowledge),

pemahaman (comprehension),

penerapan (application), analisis,

sintesis, evaluasi.

b. Bidang afektif, meliputi: receiving

atau attending, responding

(jawaban), valuing (penilaian),

organisasi, karakteristik nilai atau

internalisasi nilai.

c. Bidang psikomotorik, meliputi:

gerak refleks, keterampilan pada

gerakan-gerakan dasar, kemampuan

persptual, kemampuan di bidang

fisik gerakan skill serta gerakan

akspresif dan interpretatif (Sudjana,

2005: 22-23).

Sebagai tujuan yang hendak

dicapai, tiga bidang tersebut harus

nampak dan dipandang sebagai hasil

belajar pelajar dari proses pengajaran

yang dilakukan oleh guru. Sebagai hasil

belajar, perubahan pada tiga bidang

tersebut secara teknis dirumuskan dalam

pernyataan verbal melalui tujuan

pengajaran atau

tujuaninstruksional(Depag,2001:57).

Dari tiga jenis hasil belajar di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar dapat diperinci lagi menjadi

empat yaitu:

a. Hasil belajar yang merupakan

pengetahuan dan pengertian.

b. Hasil belajar dalam bentuk sikap dan

kelakuan.

c. Hasil belajar dalam bentuk

kemampuan untuk mengamalkan.

d. Hasil belajar dalam bentuk

keterampilan yang dilakukan dalam

kehidupan sehari- hari.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan judul penelitian ini,

yakni peningkatan prestasi belajar

melalui metodepembelajaran Student

Team Learning siswa kelas VII RMBI I

MTsN Watampone kecamatan tanete

riattang kabupaten bone, maka

penelitian ini digolongkan ke dalam

penelitian tindakan kelas (classroom

action research). Penelitian tindakan ini

dilakukan untuk menggambarkan dan

mengamati proses belajar siswa kelas

VII RMBI I MTsN Watampone

kecamatan tanete riattang kabupaten

bone melalui penggunaan metode

pembelajaran Reciprocal teaching.

Mekanisme pelaksanaanya dilakukan

dengan dua siklus. Setiap siklus masing-

masing dilaksanakan dengan empat

tahap, yaitu: 1). Perencanaan, 2).

Tindakan, 3). Pengamatan, Dan4).

Refleksi. Penelitian tindakan kelas ini

merupakan salah satu upaya untuk

memperbaiki dan meningkatkan

kualitas pembelajaran serta membantu

memberdayakan guru dalam

memecahkan masalah pembelajaran di

kelas. Dengan demikian guru dapat

mengetahui secara jelas masalah-

masalah yang ada di kelas dan solusi

pemecahan dalam mengatasi masalah

tersebut.

Jenis penelitian yang digunakan

dalan penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (classroom action

reseach) dengan pemaparan data

deskriptif kualitatif dan data kuantitatif.

Data kualitatif diperbolehkan dari

lembar observasi, dan lembar catatan

lapangan dalam setiap pelaksanaan

tindakan

(proses pembelajaran), dan data

kuantitatif diperoleh dari tes akhir setiap

siklus.

Page 88: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

9

9

Menurut (Agib, 2006:13),

dikatakan bahwa yang dimaksud dengan

penelitian tindakan kelas (PTK) adalah

suatu perencanaan terhadap kegiatan

yang sengaja dimunculkan, dan terjadi

dalam suatu kelas. PTK dapat

meningkatkan kinerja guru sehingga

menjadi profesional karena mampu

memperbaiki proses pembelajaran

melalui suatu kajian yang terjadi di

kelasnya.

Penelitian ini dilaksanakan selama

dua siklus, setiap siklus saling berkaitan

dalam hal rangkaian kegiatannya.

Artinya, bahwa pelaksanaan pada siklus

I akan dilanjutkan pada siklus II yang

merupakan pelaksanaan perbaikan dari

siklus I. (Arikunto, 2009: 74),

memperkenalkan empat tahap pada

masing-masing siklus yaitu :1).

Menyusun rancangan tindakan

(planning), 2). Pelaksanaan tindakan

(acting), 3). Pengamatan (observasi), 4).

Refleksi (reflecting)

Subyek penelitian ini adalah siswa

kelas VII MTsN Watampone pada

tahun pelajaran 2013. Penelitian ini

termasuk jenis penelitian tindakan kelas

yang ingin mengungkap seberapa tinggi

Tingkat efektifitas Penerapan model

pembelajaran student team learning

dalam meningkatkan prestasi belajar

IPS ekonomi. Penelitian ini dilakukan

2(dua) siklus, masing- masing siklus

terdiri dari 4(empat) tatap

muka(pertemuan).

Refleksi awal, kelas VII RMBI I

sangat pasip, siswa hanya mendengar

dan menyimak, bagaimana guru dapat

meningkatkan prestasi belajar agar

siswa aktif.

1. Perencanaan

Meliputi penyampaian materi IPS

Ekonomi, latihan dengan

mengerjakan beberapa soal,

pembahasan latihan soal,

keaktifan siswa dalam menjawab

pertanyaan dan motivasi siswa.

2. Tindakan (action) kegiatan

mencakup

a. Siklus I dimulai dari refleksi

awal, kemudian dilanjutkan

dengan perencanaan,

tindakan, observasi dan

refleksi akhir.

b. Siklus II (sama dengan siklus

I)

3. Observasi (pengamatan)

Pada tahap ini peneliti akan

mengadakan pengamatan hasil

belajar siswa dari keaktifan siswa

yaitu :

a. Keaktifan siswa dalam

diskusi

b. Banyaknya siswa yang

bertanya

c. Banyaknya siswa yang

menjawab pertanyaan

guru/siswa lain

d. Memberikan pendapat

4. Refleksi

Pada kegiatan akhir tiap

siklus perlu adanya pembahasan

antara siklus-siklus tersebut

untuk dapat menentukan

kesimpulan atau hasil penelitian.

Dalam penelitian tindakan ini

peneliti menggunakan beberapa

prosedur pengumpulan data agar

memperoleh data yang objektif.

Beberapa teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini,

antara lain:

1. Observasi

Obsevasi diartikan

sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak

pada objek penelitian (Zuriah,

2003).Pengamatan dan

pencatatan yang dilakukan

terhadap objek ditempat terjadi

atau berlangsungnya peristiwa.

Ada dua observasi yang

dilakukan oleh peneliti dalam

penelitian tindakan ini,

diantaranya : (I) Obsevasi

langsung, adalah pengamatan

Page 89: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

10

10

yang dilakukan dimana observer

berada bersama dengan objek

yang selidiki. Artinya peneliti

ikut berpartisipasi secara

langsung saat peristiwa terjadi.

(2) Obsevasi tidak langsung,

adalah observasi yang dilakukan

dimana observer tidak berada

bersama dengan objek yang

selidiki. Tetapi, peneliti

menggunakan daftar cek (Check

List) dalam menggali atau

mengumpulkan data ketika

menggunakan terknik ini.

2. Wawancara

Wawancara merupakan

salah satu prosedur terpenting

untuk mengumpulkan data

dalam penelitian kualitatif,

sebab banyak informasi yang

diperoleh peneliti melalui

wawancara.Wawancara

dilakukan peneliti untuk

memperoleh data sesuai dengan

kenyataan pada saat peneliti

melakukan

wawancara.Wawancara dalam

penelitian ini ditujukan kepada

siswa kelas VII dan guru - guru

kelas VII MTsN Watampone.

3. Dokumentasi

(Zuriah, 2003),

menjelaskan bahwa dokumentasi

merupakan salah satu cara untuk

mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, terutama

berupa arsip-arsip dan termasuk

juga buku-buku tentang

pendapat, teori, atau hukum -

hukum lain yang berhubungan

dengan masalah penelitian

Data pada peneli t ian dia tas

b e r d a s r k a n d a t a h a s i l f o r m a t

pengamatan dan hasil Tes dari mata

pe l a j a ra n IP S Eko nomi de n gan

menggunakan model pembelajaran

reciprocal teaching pada siswa serta

data yang diperoleh dari hasil

observasi dan catatan lapangan. Data

tersebut di reduksi berdasarkan

padamasalah yang diteliti, diikuti

p e n y a j i a n d a t a , d a n t e r a k h i r

penyimpulan atau verifikasi. Tahap

analisi itu diuraikan sebagai berikut :

1. Mengolah data

Data yang diolah melalui

observasi, catatan lapangan, dan studi

dokumentasi dengan melakukan

transkripsi hasil observasi,

penyeleksian, dan pemilihan data. Data

dikelompokkan berdasarkan data pada

tiap siklus.

2. Mengedentifikasi data

Data keseluruhan yang terkumpul

di seleksi dan didentifikasi berdasarkan

kelompoknya dan mengklasifikasikan

data sesuai dengan kebutuhan.

3. Menganalisi data

Penganalisis data dengan cara

mengorganisasikan informasi yang telah

direduksi. Keseluruhan data dirangkum

dan disajikan secara terpadu sesuai

siklus yang direncanakan sehingga

fokus pada pembelajaran.

4. Mengumpulkan hasil penelitian

Akhir temuan penelitian

dikumpulkan dan dilakukan kegiatan

tringulasidata atau pengujian temuan

penelitian. Keabsahan data diuji dengan

memikirkan kembali hal-hal yang telah

dilakukan dan dikemukakan melalui

tukar pendapat dengan ahli dan

pembimbing, teman sejawat, peninjauan

kembali catatan lapangan, hasil

observasi serta tringulasidengan teman

sejawat atau guru setelah selesai

pembelajaran.

Penerapan metodepembelajaran

Student Team Learning dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran IPS Ekonomi

pada siswa kelas VII RMBI 1 MTsN

Watampone Kecamatan Tanete Riattang

Kabupaten Bone. Dikaitkan dengan

ketuntasan belajar. Siswa yang

mendapat nilai 70 keatas ≥ 75% , dan

≥ 75% siswa aktif mengikuti pembelajaran, maka pembelajaran

dengan menggunakan

Page 90: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

11

11

metodepembelajaranStudent Team

Learning oleh guru dinyatakan berhasil.

Tabel 3.2. Penentuan Patokan

Dengan Menghitung Persentase

NO Interval Persentase

Tingkat Penguasaan Keterangan

1 85 – 100 Baik sekali

2 75 – 84 Baik

3 60 – 74 Cukup

4 40 – 59 Kurang

5 0 – 39 Gagal

Indikator Keberhasilan a. Sebanyak 75% siswa dapat

memahami materi manusia

sebagai makhluk sosial dan

makhluk ekonomi yang

bermoral.

b. Ketuntasan belajar tercapai jika

85% siswa mendapat nilai 72.

c. Untuk kriteria keaktifan siswa

mendapat nilai baik, dilihat dari

hasil penilaian instrument.

HASIL PENELITIAN

Pada bab IV ini akan

disajikan data hasil pembelajaran IPS

kelas VII RMBI I MTsN Watampone

Kacematan Tanete Riattang

Kabupaten Bone.

Data perbaikan pembelajaran

pada siklus I dan II akan ditampilkan

dalam bentuk tabel sehingga

nantinya akan terlihat hasil perbaikan

pembelajaran yang telah dilakukan

oleh guru pada siklus II pada mata

pelajaran IPS.

1. Hasil Observasi Aktivitas Belajar

pada siklus I dan siklus II

Aktifitas siswa diamati dengan

menggunakan lembar observasi

aktivitas belajar selama pembelajaran

berlangsung. Hasil Observasi dapat

dilihat pada table berikut :

Tabel.4.1 Perbandingan Hasil

Observasi Aktivitas Belajar dalam

Mata pelajaran IPS pada siklus I

dan siklus II siswa kelas VII RMBI

I MTsN Watampone Kecamatan

Tanete Riattang Kabupaten Bone.

No Aktivitas Belajar

(%) (%)

1 Banyaknya siswa yang hadir

95,45 97,72

pada saatproses pembelajaran

Berlangsung

2 siswa yang aktif menjawab 23,86 48,86

pertanyaan Guru

3 siswa yang mengajukan 23,86 50

pertanyaan kepada guru

4 siswa yang aktif dalamlatihan

36,36 65,90

terkontrol atau kerja

kelompok

5 siswa yang aktif dalam 84,09 94,31

mengerjakan tugas/tes

evaluasi

6 siswa yang membuat

rangkuman 86,36 95,45

materi yang telah diajarkan

7 siswa yang masih

memerlukan 26,13 14,77

bimbingan materi

2. Hasil Belajar pada Siklus I dan

Siklus II

Data hasil belajar siswa

diperoleh melalui pemberian tes

hasil belajar setelah menyelesaikan

beberapa materi pembelajaran pada

pokok bahasan yang sama. Hasil

belajar IPS siswa kelas VII RMBI I

MTsN Watampone Kecamatan

Tanete Riattang Kabupaten Bone

setelah menggunakan metode

pembelajaran Student team

Learning diterapkan selanjutnya

dianalisi secara deskriptif

kuantitatif yang dapat dilihat pada

Lampiran IX.

Hasil belajar IPS ekonomi

siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan metode

pembelajaran student team

learning pada siklus I Adapun analisis deskriptif

data hasil belajar IPS ekonomi pada

siklus I siswa kelas VII RMBI I

MTsN Watampone kecamatan tanete

riattang kabupaten bone.

Page 91: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

12

12

Tabel 4.2 Deskriptif hasil belajar IPS

siswa kelas VII RMBI I MTsN

Watampone kecamatan tanete

riattang kabupaten bone

STATISTIK NILAI STATISTIK

Subyek 22

Skor Ideal 100

Skor Tertinggi 95

Skor Terendah 50

Rentang Skor 45

Skor Rata-rata 58.4

Standar Deviasi 29,60

Jika skor hasil belajar IPS

dikelompokkan dalam 7 kategori, maka

dibuat tabel distribusi frekuensi skor

sebagai berikut :

Tabel. 4.3 Distribusi frekuensi dan

presentase skor siklus I

siswa kelas VII RMBI I

MTsN Watampone

kecamatan tanete

riattang kabupaten bone

N

o SKOR

KATAGO

RI

FREKUE

NSI

PRESENTA

SE (%)

1 0 – 39 Gagal 0 0

2 40 – 59 Kurang 4 18,18

3 60 – 74 Cukup 11 50

4 75 – 84 Baik 6 27,27

5 85 –

100

Sangat

Baik 1 4,55

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel 4.2

menunjukkan bahwa hasil belajar IPS

siswa kelas VII RMBI I MTsN

Watampone Kecamatan Tanete Riattang

Kabupaten Bone yang diajarkan dengn

metode pemblaran Student Team

Learning berdasarkn sampel yang

diteliti ternyata menghasilkan skor rata-

rata 58.4 dan standar deviasi 29,60

dengan skor maksimum 85 dan skor

minimum 50 . sementara pada tabel 4.3

terlihat bahwa 4,55% atau 1 orang siswa

yang hasil belajar IPS ekonominya

berada pada kategori yang sangat baik,

27,27% atau 6 orang siswa yang hasil

belajarnya berada pada kategori baik,

50% atau 11 orang siswa yang hasil

belajarnya berada pada kategori cukup,

18,18% atau 4 orang siswa yang hasil

belajarnya berada pada kategori kurang

dan tidak ada siswa untuk kategori

gagal.

Hasil belajar IPS siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan

metode pembelajaran student team

learning pada siklus II

Adapun analisis deskriptif data

hasil belajar IPS pada siklus II siswa

kelas VII RMBI I MTsN Watampone

kecamatan tanete riattang kabupaten

bone

Tabel 4.4 Deskriptif hasil belajar IPS

siswa kelas VII RMBI I MTsN

Watampone kecamatan tanete

riattang kabupaten bone

STATISTIK NILAI

STATISTIK

Subyek 22

Skor Ideal 100

Skor Tertinggi 100

Skor Terendah 63

Rentang Skor 37

Skor Rata-rata 64.4

Standar Deviasi 31,98

Jika skor hasil belajar IPS

dikelompokkan dalam 7 kategori, maka

dibuat tabel distribusi frekuensi skor

sebagai berikut :

Tabel. 4.5 Distribusi frekuensi dan

presentase skor siklus II siswa

kelas VII RMBI I MTsN

Watampone kecamatan tanete

riattang kabupaten bone

Berdasarkan tabel 4.4

menunjukkan bahwa hasil belajar

N

o

SKO

R

KATAGO

RI

FREKUEN

SI

PRESENTAS

E (%)

1 0 –

39 Gagal 0 0

2 40 –

59 Kurang 0 0

3 60 –

74 Cukup 4 18,18

4 75 –

84 Baik 4 18,18

5 85 –

100

Sangat

Baik 14 63,64

Jumlah 22 100

Page 92: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

13

13

IPSsiswa kelas VII RMBI I MTsN

Watampone Kecamatan Tanete Riattang

Kabupaten Bone yang diajarkan dengn

metode pembelajaran Student Team

Learning berdasarkn sampel yang

diteliti ternyata menghasilkan skor rata-

rata 64.4 dan standar deviasi 31,98

dengan skor maksimum 100 dan skor

minimum 63. sementara pada tabel 4.5

terlihat bahwa 63,64% atau 14 orang

siswa yang hasil belajar IPS

ekonominya berada pada kategori yang

sangat baik, 18,18% atau 4 orang siswa

yang hasil belajarnya berada pada

kategori baik, 18,18% atau 4 orang

siswa yang hasil belajarnya berada pada

kategori cukup,dan tidak ada siswa

untuk kategori kurang dan gagal.

Tabel 4.6 Perbandingan distribusi

frekuensi dan presentase skor hasil

belajar siswa kelas VII RMBI I

MTsN Watampone Kecamatan

Tanete Riattang Kabupaten Bone

Setelah Proses pembelajaran pada

siklus I dan siklus II

N

o

SK

OR

KATAG

ORI

FREKUENSI

PERSENTAS

E (%)

SIKL

US I

SKIL

US II

SIKL

US I

SIKL

US II

1

0 –

39 Gagal 0 0 0 0

2

40 –

59 Kurang 4 0 18,18 0

3

60 –

74 Cukup 11 4 50 18,18

4

75 –

84 Baik 6 4 27,27 18,18

5

85 –

100

Sangat

Baik 1 14 4,55 63,64

Jumlah 22 22 100 100

Berdasarkan tabel 4.6

menunjukkan bahwa hasil belajar IPS

Ekonomi kelas VII RMBI I MTsN

Watampone Kecamatan Tanete Riattang

Kabupaten Bone yang diajarkan dengan

menggunakan metode pembelajaran

Student Team Learning, pada siklus I

terlihat bahwa 4,55% atau 1 orang siswa

sedangkan pada siklus II 63,64% atau

14 orang siswa yang hasil belajar IPS

ekonominya berada pada kategori yang

sangat baik, pada siklus I 27,27% atau 6

orang siswa sedangkan pada siklus II

18,18% atau 4 orang siswa yang hasil

belajarnya berada pada kategori

baik,pada siklus I 50% atau 11 orang

siswa sedangkan pada siklus II 18,18%

atau 4 orang siswa yang hasil belajarnya

berada pada kategori cukup, pada siklus

I 18,18% atau 4 orang siswa sedangkan

pada siklus II tidak ada siswa yang hasil

belajarnya berada pada kategori kurang

dan pada siklus I dan II tidak ada siswa

untuk kategori gagal.

Dengan melihat tabel

perbandingan pada tabel 4.6 itu sangat

jelas perbandingan antara hasil belajar

pada siklus I dan hasil belajar siklus II,

berarti dengan menggunakan metode

pembelajaran Student Team Learningitu

sangat jelas dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

PEMBAHASAN

1. Pembahasan Siklus I

Pada siklus I, tampak siswa dengan

perilaku positif dan negatif. Siswa yang

berperilaku positif menunjukkan sikap

aktif menjawab pertanyaan teman dan

memperhatikan penyampaian guru

dengan saksama, dan pada saat

melakukan diskusi siswa menanyakan

hal yang belum dipahami. Siswa serius

berdiskusi dan saling bertukar pendapat,

ketika mengerjakan soal, siswa tampak

serius walaupun masih ada siswa yang

belum bisa untuk berbicara, dan pada

saat guru menyuruh membaca hasil

diskusi dan memberi umpan balik siswa

terlihat antusias dengan berani

mengacungkan tangan. Perilaku positif

ini dikarenakan penggunaan metode

pembelajaran student team

learningmerupakan hal baru, selain itu

guru mata pelajaran menguasai materi

dengan baik.

Siswa yang berperilaku negatif

melakukan aktivitas seperti bermasa

bodoh, asyik mengobrol, bermain

handphone, dam mengantuk, serta ada

Page 93: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

14

14

siswa ketika diminta menanggapi

umpan balik dari guru dia tidak berani

dengan alasan tidak mengetahui

mengenai apa yang dipelajari. Penyebab

siswa berperilaku negatif karena guru

tidak menguasai kelas secara

keseluruhan, guru hanya kebanyakan

berdiri didepan kelas sehingga siswa

yang duduk diposisi belakang merasa

terabaikan.

Pada pelaksanaa proses pembelajaran

siklus I, secara umum siswa masih

kurang aktif mengikuti proses

pembelajaran, hanya 55,3% siswa yang

aktif. Hal ini berarti, masih kurang dari

target ≥75%. Kekurangaktifan siswa

pada proses pembelajaran siklus I

terdampak pada hasil dari menjawab

pertanyaan saat diskusi yang dicapai

hanya 35,15% siswa mendapat nilai 70

keatas dari target ≥75%.

2. Pembahasan Siklus II

Hasil observasi aktivitas siswa pada

siklus II menunjukkan 74,5% siswa

aktif mengikuti pembelajaran, hal ini

menunjukkan terjadinya peningkatan

prestasi proses pembelajaran yang

signifikan yaitu sebesar 39,5% yang

pada siklus I hanya 55,3%. Prestasi

belajar siswa sejalan dengan

pelaksanaan kinerja guru yangsudah

maksimal.

Secara umum frekuensi penggunaan

metode pembelajaran student team

learning berdasarkan 7(Tujuh) kriteria

penilaian mengalami peningkatan, yang

menunjukkan adanya peningkatan hasil

pembelajaran sebagai dampak dari

proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Hasil penilaian berdasarkan

penentuan patokan persentase tingkat

penguasaan yang ditetapkan

menunjukkan bahwa pada siklus II

86,5% dari target ≥75% siswa memperoleh nilai 70 ke atas, ini berarti

terjadi peningkatan hasil belajar sebagai

dampak dari peningkatan keaktifan

proses pembelajaran, sehingga

pembelajaran IPS Ekonomi dengan

poko pembahasan manusia sebagai

makhluk sosial dan ekonomi yang

bermoral melalui metode pembelajaran

student team learningdi kelas VII

RMBI I MTsN Watampone kecamatan

Tanete Riattang Kabupaten Bone

dinyatakan telah berhasil.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dikemukakan

sebelumnya maka akan dikemukakan

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Prestasi belajar siswa pada kelas

VII RMBI I MTsN Watampone pada

mata pelajaran IPS Terpadu dengan

pokok pembahasan Kegiatan Ekonomi

mengalami peningkatan pada saat

penggunaan metode pembelajaran

Student team learningkeaktifan siswa

terjadi pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Pada siklus I jumlah siswa

yang mengkuti pembelajaran secara

aktif sebesar 74,5%, pelaksanaan

pembelajaran peningkatan prestasi pada

siklus II 86,7% siswa aktif mengikuti

pembelajaran.

2. Hasil diskusi pembelajaran IPS

Ekonomi dengan pokok pembahasan

kegiatan ekonomi melalui penggunaan

metode Student team learningjuga

menunjukkan peningkatan. Hasil

diskusi siklus I sebesar 62,4% siswa

memperoleh nilai 72 keatashasil diskusi

siklus II sebesar 64,4% siswa

memperoleh nilai 72 ke atas.

DAFTAR PUSTAKA

Cotton, K. (2001) Schoolwide and

Classroom Discipline. Online

Resource Accessed on June 8th,

2005 at:

http://www.nwrel.org/scpd/sirs/

5/cu9.html

Cronbach, Harold Spears, Goch dan

Sardiman A M. 2005. Definisi

Belajar. Jakarta : Rajawali Press

Dakir, 1993. Dasar-Dasar Psikologi,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Page 94: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

15

15

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar

dan Pembelajaran. Rhineka Cipta:

Jakarta.

Djalali, M. As'ad. 2001. Psikologi

_Motivasi Minat Jabatan,

Intelegensi, Bakat dan Motivasi

Kerja, Wineka Media, Malang

Guba, E.G., & Lincoln, Y.S.

1981.Effective Evaluation, Jossey-

Bass Publishers, Sanfransisco

Hamalik, O. 2002.Perencanaan

Pengajaran Berdasarkan

Pendekatan Sistem, PT. Bumi

Aksara, Jakarta

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi

Belajar dan Mengajar, Penerbit

Sinar Baru Algensindo, Bandung

Hetika dan Harjati. 2008. Prestasi

Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti

Jean Piaget. 1896. Definisi Pendidikan.

Bandung : Epsilon Grup

Jamarah dan Zain. 2006. Strategi

Belajar Mengajar .Rhineka Cipta:

Jakarta.

Kosasih, Andreas. 2004. Peranan

Motivasi terhadap Hasil Belajarnya

Siswa, Tabularasa, Vol. 2, No. 3

Marhijanto Bambang, 1991. Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Surabaya

: Terbit Terang

Mcleod. 1989. Pendidikan dan

Pengetahuan. Bandung : Tarsito

Mills, Geoffrey. 2000. Penelitian

Tindakan Kelas, Jakarta : Rhineka

Cipta

Moeleng, L.J. 2000.Metodologi

Penelitian Kualitatif. PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung

Mudyahardjo. 2001. Pendidikan,

Jakarta: Rineka Cipta

Muhibinsyah. 2003. Pendidikan Butuh

Strategi. Bandung : Angkasa

Poerbakwatja dan Harahap, 1982. Ilmu

Adalah Pedagogik, Bandung : Citra

Umbara

Qohar. 2000. Prestasi Belajar. Bandung

: Pakar Jaya

Ravenscroft, Sue Pickard, Buckless,

Frank A. and Zuckerman, Gilroy J.,

Student Team Learning -

Replication and

Extension.Accounting Education,

Vol 2, No 2, 1997.

Reuseffendi. 1990.Macam-macam .

Jakarta: Bina Aksara.

Silver, H. F., Hanson, J. R., Strong, R.

W., & Schwartz, P. B.

1996.Teaching styles &

strategies.Trenton, NJ: The

Thoughtful Education Press.

Schmuck, Richard A. 1997. Penelitian

Tindakan Kelas, Jakarta: Bina

Aksara

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-

faktor yang Mempengaruhi.

Rhineka Cipta: Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-

faktor yang mempengaruhinya.

Jakarta : Bina Aksara

Sudjana. 2005. Jenis-jenis Prestasi.

Bandung : Alfabeta

Sudjana, N. 2000.Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar.Remaja

Rosdakarya:Bandung.

Udin S. Winataputra. 1995. Definisi

Learning. Jakarta: Erlangga

Winataputra dan Sugiyanto. 2008.

Jenis-jenis Model Pembelajaran.

Jakarta : Rajawali-Press

W. S Winkel. 2000. Prestasi dalam

Belajar. Bandung : Armico

Zuriah, N. 2003.Penelitian Tindakan

Bidang Pendidikan Dan Sosial,

edisi pertama, 13ayu Media

Publishing, Malang

Page 95: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

6

6

TINJAUANPENERAPANPENGELOLAANKELAS DAN

PENGARUHNYATERHADAP PROSES BELAJARMENGAJAR DI MTS

DARULHIKMAHTENTETAHUNPELAJARAN 2013/2014

SAHRIR, M. PD & AGUSARDIANSYAH

Dosen STKIP Taman Siswa Bima

ABSTRAK

Kata Kunci:PengelolaanKelas, Proses Belajar Mengajar.

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh

penanggungjawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar dicapaikondisi

yang optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajars eperti yang

diharapkan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pengelolaan

kelas dan pengarunya terhadap kegiatan proses belajar mengajar di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah Tente.

Penelitian ini adalah merupakan penelitian studi kasus dan penelitian

lapangan. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah

pendekatan kualitatifd eskriptif. Artinya penelitian yang bertujuan

mendiskripsikan hasilpenelitian yang ditemukanolehpenulis di lapangan.

Sehubungan dengan penelitian deskriptif kualitatif ini di kemukakan beberapa

pendapat antara lain, Moleong (1990:45) mengatakan bahwa penelitian kualitatif

sebagai penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Sedangkan Muhadjir

(1998:21) mengatakan bahwa penelitian dengan menggunakan pendekatan

kualitatif merupakan penelitian hanya sekedar menggambarkan hasil analisiss

uatu variable penelitian,

Penerapan pengelolaan kelas di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

HikmahTente dilakukan dalam dua bentuk, yaitu pengaturan kelasdan pengelolaan

siswa. Kedua bentuk tersebut senantiasa diawali dengan perencanaan oleh guru.

Pengaturan kelaster sebut menghasilkan kondisi kelas yang cukup bersih, kondisi

pencahayaan dalam kelas yang cukup, kedaan suhu udara yang cukup sejuk,

pengaturan formasi tempat duduk yang variatif dan integrative dengan

pilihanmetode pengajaran yang digunakanoleh guru, serta tertatanya pajangan

kelas secara rapi dan baik. Sedangkan bentuk pengelolaan siswa menghasilkan

kondisi siswa yang mau meneladani siswa lain yang berperilaku baik dan tidak

meneladani siswa yang berperilaku sebaliknya (buruk), terjaganya hubungan

sosio-emosional antara guru dan siswa, serta terjaganya iklim komunikasi yang

baik antara guru dengan siswa.Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan kelas berpengaruh positif bagi proses kegiatan pembelajaran di

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul HikmahTente Tahun Pelajaran 2013/2014.

Hal initerlihat dari berpengaruhnya pengaturan kelas dan pengelolaan siswa, baik

guru maupun siswa yang terlibat dalam kegiatan proses pembelajaran.

PENDAHULUAN Pendidikan dan pengajaran

merupakan suatu kebutuhan yang

sangat penting bagi manusia. Dengan

pendidikan dan pengajaran maka

manusia dapat meningkatkan

kemampuan dirinya menjadi manusia

yang berkualitas. Lembaga

Page 96: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

7

7

pendidikan atau sekolah muncul

sebagai suatu institusi yang bersifat

formal yang memberikan pelayanan

kepada keluarga dan masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan

khususnya dalam bidang pendidikan

dan pengajaran. Keberadaan lembaga

pendidikan formal sebagai suatu

institusi sebenarnya untuk membantu

keterbatasan keluarga dan

masyarakat dalam menjalankan

fungsinya sebagai institusi

pendidikan non-formal. Hal tersebut

sebagaimana yang dijelaskan oleh

Syaifullah (1988:71-72), sebagai

berikut:

Suatu ilustrasi dipilihnya

lembaga sosial keluarga yang

menurut sejarahnya merupakan

lembaga pendidikan yang pertama

dan yang utama dan pengaruhnya

terhadap perkembangan pendidikan

dan kepribadian anak. Tetapi

dewasa ini kita semakin sadar,

bahwa betapa peranan lembaga

sosial keluarga semakin gersang,

dan hal ini hanya dapat dimengerti

bila dikaitkan dengan semakin

terbuka luasnya lapangan kerja atau

peranan orang tua, suami istri, baik

di luar kehidupan keluarga sebagai

lembaga sosial maupun di

lingkungan pendidikan. Lapangan

kerja dan peranan sosial yang yang

semakin luas tersebut di atas akan

mudah dipahami bila dikaitkan

dengan perkembangan industri

dalam masyarakat. Jumlah dan jenis

lapangan kerja yang semakin

meningkat tersebut tidak hanya

tersedia bagi para kaum laki-laki,

melainkan juga para wanita. Dengan

masuknya wanita kedalam lapangan

kerja menyebabkan semakin

longgarnya ikatan dalam keluarga,

kekuasaan dan pengaruhnya dalam

menentukan pendidikan, laangan

kerja dari anak-anak mereka dalam

masyarakat orang dewasa di masa

yang akan datang.

Disamping itu, lembaga

pendidikan atau sekolah mampu

menyelenggarakan pendidikan dan

pengajaran secara sistematis,

berjenjang, dan memiliki kurikulum

yang jelas dengan ditunjang oleh

tenaga pendidik serta didukung oleh

sarana dan prasarana pendidikan

yang sesuai dengan kebutuhan

peserta didik. Sekolah

mempersiapkan peserta didik dengan

berbagai macam ilmu pengetahuan

agar peserta didik mampu berperan

secara aktif di masa yang akan

datang.

Oleh karena itu,

penyelenggaraan pendidikan dan

pengajaran di sekolah tidak

sesederhana dalam keluarga dan

masyarakat. Sekolah sebagai suatu

institusi pendidikan formal

memerlukan pengelolaan dengan

menerapkan manajemen yang

profesional sehingga dapat

menyelenggarakan pendidikan dan

pengajaran yang berkualitas.

Salah satu bagian yang sangat

penting dalam masalah pengajaran di

sekolah atau lembaga pendidikan

adalah pengelolaan kelas. Kelas

merupakan unit sekolah yang terkecil

sebagai tempat berlangsungnya

kegiatan proses belajar mengajar. Di

dalam kelas terjadi pertemuan dan

interaksi secara edukatif antara

pendidik dan peserta didik. Dengan

kata lain, bahwa kelas merupakan

lingkungan terdekat yang

memungkinkan pendidik atau guru

dan peserta didik menciptakan proses

belajar mengajar. Kegiatan proses

belajar mengajar berjalan dengan

baik apabila kelas dikelola oleh guru

atau pendidik dengan menggunakan

cara yang profesional yang

berdampak pada penciptaan suasana

Page 97: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

8

8

kondusif bagi terjadinya interaksi

edukatif antara peserta didik dan

pendidik.

Arikunto menjelaskan,

pengelolaan kelas adalah suatu usaha

yang dilakukan oleh penanggung

jawab kegiatan belajar mengajar

dengan maksud agar dicapai kondisi

yang optimal sehingga dapat

terlaksana kegiatan belajar mengajar

seperti yang diharapkan

(Arikunto:1986:143). Pelaksanaan

pengelolaan kelas di MTs Darul

Hikmah Tente menurut pengamatan

saya selama mengikuti PPL (Praktek

Pengalaman Lapangan) dari tanggal,

3 September sampai dengan 3

Nopember 2012 belum optimal.

Seringkali pengelolaan kelas

diartikan sebagai bagaimana

mengatur kursi dan meja agar

kelihatannya rapi, bagaimana ruang

kelas bersih. Hal ini disebabkan

pemahaman guru tentang

pengelolaan kelas yang kurang baik

dan kesadaran siswa untuk mengikuti

tata tertib yang masih kurang.

Berdasarkan uaraian di atas,

penulis mencoba melakukan

penelitian tentang penerapan

pengelolaan kelas dan pengaruhnya

terhadap kegiatan proses belajar

mengajar di kelas VII Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente. Dengan demikian, dapat

diteliti adanya keterkaitan antara

penerapan pengelolaan kelas dengan

terciptanya suasana yang kondusif

bagi terjadinya interaksi edukatif

antara peserta didik dan pendidik.

Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah suatu

usaha yang dilakukan oleh

penanggung jawab kegiatan belajar

mengajar dengan maksud agar

dicapai kondisi yang optimal

sehingga dapat terlaksana kegiatan

belajar mengajar seperti yang

diharapkan (Arikunto, 1986:143).

Suparno, dkk., (1998:78)

menjelaskan pengertian pengelolaan

kelas yaitu:

pengelolaan kelas dipandang sebagai

serangkaian aktivitas atau kegiatan

guru dalam menampilkan tingkah

laku murid yang baik dan

mengurangi atau menekan tingkah

laku yang kurang baik;

menciptakan hubungan yang baik

antara individu dan keadaan

sosioemosional yang sehat serta

membentuk dan memelihara

organisasi kelas yang efektif dan

produktif

Bafadlol dan Syair (1990:69)

menjelaskan pengertian pengelolaan

kelas, yaitu sebagai berikut;

Pengelolaan kelas pada dasarnya

hanya membicarakan hal-hal yang

secara langsung berkaitan dengan

pelaksanaan tugas guru mengatur di

kelas. Oleh karena itu, ada dua hal

yang penting untuk dibahas, yaitu

penataan ruang kelas dan

pengelolaan murid.

Berdasarkan uraian dan

pengertian tersebut di atas, maka

dapat diambil suatu kesimpulan

bahwa pengelolaan kelas adalah

serangkaian aktivitas atau kegiatan

guru yang mengarahkan semua

sumber daya yang ada secara efektif

untuk menciptakan dan memelihara

kondisi belajar yang optimal dalam

kegiatan proses belajar mengajar

dengan cara menata ruang kelas,

menampilkan tingkah laku murid

yang baik dan mengurangi atau

menekan tingkah laku yang kurang

baik, menciptakan hubungan yang

baik antara individu dan kedaan

sosioemosional yang sehat serta

membentuk dan memelihara

organisasi kelas yang efektif dan

produktif.

Page 98: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

9

9

1. Perspektif Pengelolaan Kelas

Menurut Arend (2007) terdapat

beberapa perspektif pengelolaan

kelas, yaitu;

a. Pengelolaan kelas preventatif

Pengelolaan kelas preventatif

merupakan perspektif bahwa

banyak masalah di kelas dapat

diselesaikan dengan

merencanakan tujuan

pembelajaran yang menarik dan

relevan, serta pelaksanaan

pembelajaran yang efektif. Jadi

pengelolaan kelas akan berjalan

baik bila guru merencanakan

pembelajaran yang melibatkan

siswa dan mencapai tujuan yang

diharapkan. Pengelolaan kelas dan

pembelajaran saling terkait satu

sama lain dan merupakan salah

satu bagian dari peran

kepemimpinan guru secara

keseluruhan.

Pengelolaan kelas merupakan

program pembelajaran yang harus

direncanakan dan dilaksanakan

guru dengan menggunakan

berbagai pertimbangan antara

lain: kemampuan siswa, sarana

pembelajaran, materi

pembelajaran, waktu dan tujuan

pembelajaran, proses dan

pencapaian pembelajaran,

maupun evaluasinya.

b. Pengelolaan kelas dengan

perspektif penguatan

Pengelolaan kelas dengan

perspektif penguatan berdasarkan

pada pendekatan tingkah laku.

Misalnya guru memberikan reward

(hadiah) dengan memberi nilai yang

baik, pujian, dan hak istimewa untuk

menguatkan perilaku yang

diinginkan dari siswa. Pendekatan

tingkah laku sering menekankan

tentang bagaimana mengontrol

perilaku individu-individu siswa

daripada mempertimbangkan kelas

sebagai kelompok dan situasi belajar

secara keseluruhan. Menurut

perspektif penguatan, guru dapat

mendorong perilaku yang diinginkan

melalui pemberian hadiah, hak

istimewa, dan pujian. Pujian mudah

diberikan oleh guru tapi harus

digunakan dengan tepat agar efektif.

Hukuman dan sangsi digunakan

untuk mengurangi pelanggaran

aturan dan prosedur. Pedoman

penggunaan sangsi menurut

perspektif penguatan, adalah sebagai

berikut.

1) Gunakan pengurangan skor untuk

tugas atau pekerjaan yang terkait

dengan perilaku, misalnya jika

siswa tidak mengumpulkan

pekerjaan yang tidak dikerjakan

sampai selesai.

2) Gunakan denda untuk menangani

pengulangan pelanggaran

terhadap aturan dan prosedur.

Berikan peringatan pertama, dan

bila perilaku berlanjut berikan

denda. Contoh denda: berupa

gambar-gambar yang harus

dibayarkan karena melanggar

aturan atau bentuk lain sesuai

kesepakatan kelas.

3) Bila Anda memiliki siswa yang

sering menerima sangsi, bantulah

mereka agar merencanakan untuk

menghentikan perilaku buruknya.

Contoh: guru dengan kalimat

halus menyuruh siswa yang

berperilaku buruk untuk membaca

aturan kelas yang telah disepakati

bersama.

c. Pengelolaan kelas yang berpusat

pada siswa (student centered)

Perspektif pengelolaan kelas

yang berpusat pada siswa

berdasarkan pada teori John

Dewey dan pendidik Swiss serta

reformis humanistik. Dalam

perspektif ini, guru

memperlakukan siswa di sekolah

Page 99: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

10

10

secara manusiawi. Siswa disikapi

dengan hormat dan diciptakan

komunitas belajar yang ”peduli

etika”. Pengelolaan kelas

direncanakan sedemikian rupa

sehingga membantu

perkembangan siswa dalam

bidang akademik, sosial, dan

emosional.

Pengelolaan kelas yang efektif

a. Menegakkan aturan dan

menerapkan prosedur

Untuk mempersiapkan

pengelolaan kelas yang efektif, siswa

harus mengetahui aturan kelas dan

prosedur. Aturan kelas adalah

pernyataan yang menyebutkan apa

yang diharapkan untuk dilakukan

dan tidak dilakukan oleh siswa.

Biasanya aturan dibuat secara tertulis

dan dimengerti dengan jelas oleh

siswa. Sedangkan prosedur adalah

cara untuk menyelesaikan pekerjaan

atau kegiatan dan jarang yang dibuat

dalam bentuk tertulis. Prosedur kelas

ditetapkan oleh guru untuk

menangani tugas-tugas rutin dan

menginstruksikan apa yang

seharusnya dilakukan siswa.

Pengelolaan kelas yang efektif akan

terwujud bila konsisten dalam

menegakkan aturan dan menerapkan

prosedur. Bila tidak, aturan dan

prosedur apapun akan hilang dengan

cepat. Tabel berikut merupakan

contoh aturan kelas.

Tabel 2.1: Aturan Kelas

Aturan Contoh

Boleh Tidak Boleh

Dengarkan

pendapat

orang lain.

Perhatikan

ketika orang

lain berbicara.

Berteriak atau

menyela

pembicaraan.

Hormatilah

hak orang

lain.

Perlakukan

semua orang.

Memberi nama

julukan.

b. Mengembangkan tanggung jawab

siswa

Untuk mempersiapkan

pengelolaan kelas yang efektif, guru

perlu mengembangkan tanggung

jawab kepada siswa. Hal-hal yang

dapat dilakukan misalnya guru

mengkomunikasikan dengan jelas

tugas-tugas dan persyaratan untuk

menyelesaikan tugas dan guru perlu

pula mengetahui kemajuan siswa

setelah tugas diberikan. Bila tugas

dilakukan di dalam kelas guru dapat

berjalan mengitari kelas untuk

memeriksa dan memberi bimbingan.

c. Menangani perilaku yang tidak

semestinya dan mengganggu

Menurut Glasser (dalam

Arend, 2007), bila siswa berperilaku

buruk di sekolah, guru sering

menunjuk pada keadaan rumah yang

tidak menguntungkan sebagai

alasannya. Padahal seringkali alasan

sebenarnya adalah karena siswa

tersebut menganggap sekolah tidak

cukup memuaskan dirinya. Guru

seharusnya menyadari bahwa siswa

tersebut ingin terpenuhi semua

kebutuhan dan pengalaman

belajarnya di kelas. Bila guru cukup

sabar untuk menghadapai

ketidakmampuan siswa dalam

belajar, maka siswa akan memiliki

peluang cukup banyak untuk

mendapatkan pengalaman yang lebih

baik.

d. Merespon perilaku siswa yang

menyimpang

Seringkali siswa berperilaku

menyimpang atau tidak mengerjakan

tugas-tugas yang diberikan guru,

misal mengganggu teman. Dengan

adanya perilaku menyimpang, maka

guru harus merespon tindakan

menyimpang tersebut. Contoh respon

guru terhadap perilaku menyimpang

(Arend, 2007).

Pengertian Proses Belajar Mengajar

e. Pengertian Proses

Page 100: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

11

11

Kata proses secara etimologi

berasal dari bahasa Inggris, yaitu

process. Hornby (1995:922)

menjelaskan pengertian proses

adalah suatu rangkaian aksi atau

pelaksanaan suatu pekerjaan atau

mencapai suatu pekerjaan; suatu

rangkaian perubahan, terutama yang

terkait dengan suatu kejadian yang

bersifat natural; serta sebuah metode

untuk mengerjakan atau melakukan

sesuatu, khususnya yang terkait

dengan dunia industri.

f. Belajar

Proses belajar mengajar

memeiliki makna dan pengertian

yang lebih luas daripada pengertian

mengajar semata. Dalam proses

belajar mengajar tersirat adanya

suatu kesatuan kegiatan yang tak

terpisahkan antara siswa yang belajar

dan guru yang mengajar. Antara

kedua kegiatan ini terjalin interaksi

yang saling menunjang.

Sagala (2010:14) menjelaskan

bahwa belajar adalah suatu proses

adaptasi atau penyesuaian tingkah

laku yang berlangsung secara

progresif. Sedangkan Ahmadi dan

Supriyono (1991:121)

mendefinisikan tentang belajar

adalah suatu proses usaha yang

dilakukan oleh individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil pengalaman individu

itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan.

g. Mengajar

Pengertian mengajar, yaitu

sebagai berikut: mengajar adalah

suatu aktivitas atau kegiatan untuk

menolong, membimbing seseorang

untuk mendapatkan, mengubah atau

mengembangkan skill, attitude,

ideals, appreciations, dan knowledge

(Slameto, 1995:21).

Menurut Usman bahwa proses

belajar mengajar adalah suatu proses

yang mengandung serangkaian

perbuatan guru dan siswa atas dasar

hubungan timabl balik yang

berlangsung dan situasi edukatif

untuk mencapai tujuan tertentu

(Suryosubrata, 1990:19).

Dari pengertian-pengertian

tersebut di atas, maka dapat

dirumuskan pengertian bahwa proses

belajar mengajar secara utuh yaitu

suatu rangkaian interaksi yang

dinamis antara peserta didik atau

guru dengan peserta didik atau siswa

dalam suasana edukatif yang di

implementasikan dengan pemberian

pertolongan, bimbingan, atau

penciptaan lingkungan dari peserta

didik yang memungkinkan peserta

didik belajar sehingga terjadi

perubahan tingkah laku pada diri

peserta didik itu sendiri.

2. Penerapan Pengelolaan Kelas dan

Pengaruhnya Terhadap Proses

Belajar Mengajar

Kelas merupakan unit sekolah

terkecil sebagai tempat

berlangsungnya kegiatan proses

belajar mengajar. Di dalam kelas

terjadi pertemuan dan interaksi

edukatif antara pendidik dan

peserta didik. Dengan kata lain

bahwa kelas merupakan

lingkungan terdekat yang

memungkinkan pendidik dan

peserta didik menciptakan

kegiatan proses belajar mengajar.

Dalam konteks pengelolaan

kelas menurut Bafadlol dan Syair

(1990:71), terdapat dua unsur utama

yang penting untuk diperhatikan,

yaitu penataan ruang kelas dan

pengelolaan siswa yaitu:

a. Penataan Ruang Kelas

Penataan ruang kelas

diimplementasikan dalam beberap

kriteria, di antaranya yaitu:

Page 101: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

12

12

1) Penataan lingkungan fisik

kelas harus bersih dan nyaman untuk

ditempati. Lingkungan fisik kelas

harus senantiasa terjaga

kebersihannya, ruangan kelas harus

disapu serta dibersihkan setiap hari.

Setiap kelas diupayakan memiliki

tempat sampah, sapu, pengangkut

sampah, pembersih debu dari bulu

ayam, dan lain sebagainya. Ruangan

kelas yang bersih dan rapi tentu akan

menyehatkan bagi guru dan siswa itu

sendiri. Guru dan siswa akan merasa

lebih nyaman karena ruangan kelas

bebas dari sampah yang berserakan

atau debu-debu yang menyesakkan.

Ruangan kelas yang nyaman juga

harus didukung oleh adanya ventilasi

ruangan, keadaan cahaya yang

mencukupi, dan sebaiknya tidak

memantulkan cahaya atau

menggemakan suara.

Fentilasi udara yang cukup

akan memungkinkan keluar

masuknya udara sehat di dalam

ruangan kelas sehingga guru dan

siswa tidak merasa pengap atau

merasa kepanasan. Keadaan cahaya

dalam ruangan kelas harus cukup

atau tidak terlalu terang sehingga

menyilaukan mata untuk melihat

keadaan ruangan kelas. Keadaan

dinding kelas juga jangan sampai

memantulkan atau menggemakan

suara karena akan menganggu

kegiatan proses belajar mengajar.

Lebih lanjut menurut Dewey,

penataan ruang kelas adalah: Luas

ruangan kelas yang baik yaitu seluas

rumah, sehingga siswa dapat belajar

semaksimal mungkin. Ruangan kelas

yang terlalu sempit akan

menyulitkan penataan ruangan kelas

yang tentu akan membuat guru dan

siswa tidak merasa nyaman berlama-

lama di dalamnya (Robinson

1988:53).

2) Pengaturan tempat duduk harus

fleksibel, dengan demikian akan

memudahkan guru bergerak ke

segala arah, dan membuat siswa

merasa nyaman untuk belajar.

Biasanya sebahagian besar ruangan

kelas diisi oleh meja dan bangku atau

kursi yang digunakan oleh siswa

sebagai tempat duduk. Oleh karena

itu, diperlukan pengaturan khusus

agar tempat duduk dapat tertata

dengan rapi, apik dan

memungkinkan siswa belajar dengan

nyaman.

Pengaturan tempat duduk

siswa harus fleksibel, hal ini

sebagaimana yang dijelaskan oleh

Bafadlol dan Syair (1990:71) sebagai

berikut:

Pengaturan tempat duduk

siswa harus fleksibel. Maksudnya

bentuk dan komposisinya dapat

dirubah-rubah sesuai dengan

kepentingan, atau komposisinya bisa

tetap, tetapi posisi duduknya dapat

dirubah menurut kebutuhan yaitu

dengan memutar bangku siswa

sehingga semua siswa dapat

menghadap ke satu arah tanpa harus

mengubah posisi meja. Hal ini

dilakukan bila pelajaran diberikan

secara klasikal.

Ada beberapa macam atau

bentuk formasi pengaturan tempat

duduk yang dapat dipilih oleh guru

secara fleksibel untuk dipergunakan

di dalam kelas, di antaranya sebagai

berikut:

a) Formasi belajar atau berderet

Papan tulis dan meja guru

berada di depan kelas sedangkan

tempat duduk siswa seluruhnya

diatur secara berderet-deret

menghadap ke papan tulis atau meja

guru. Formasi tempat duduk sangat

cocok diterapkan untuk pengajaran

dengan menggunakan metode

ceramah dan tanya.

Page 102: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

13

13

b) Formasi tapal kuda

Papan tulis dan meja guru

berada di depan kelas, sedangkan

tempat duduk siswa diatur dengan

model setengah lingkaran dengan

menghadap seluruhnya ke arah

papan tulis atau meja guru. Formasi

tempat duduk seperti ini sangat

cocok diterapkan untuk pengajaran

dengan menggunakan metode

diskusi, khususnya diskusi diantara

siswa secara individual atau diskusi

siswa dengan guru.

c) Formasi berkelompok

Papan tulis dan meja guru

berada di depan kelas, sedangkan

tempat duduk siswa diatur secara

berkelompok. Setiap kelompok tidak

lebih dari enam orang. Formasi

pengaturan tempat duduk ini sangat

cocok diterapkan untuk pengajaran

dengan metode diskusi.

d) Formasi meja bundar dan persegi

panjang

Tempat duduk siswa diatur

dengan bentuk meja bundar atau

persegi panjang, sedangkan meja

guru berada di salah satu bagian

di antara tempat duduk siswa.

Papan tulis diletakkan tidak jauh

dari meja guru. Formasi tempat

duduk ini sangat cocok diterapkan

untuk pengajaran dengan

menggunakan metode diskusi di

antara siswa.

Pengaturan tempat duduk tidak

boleh menyulitkan guru untuk

bergerak ke segala arah sehingga

guru dapat mengawasi seluruh

siswanya. Di samping itu,

pengaturan tempat duduk siswa

harus memungkinkan siswa

merasa nyaman dalam belajar,

sehingga menurut Fadlol Bafadlol

harus memperhatikan beberapa

ketentuan, yaitu: bentuk dan luas

ruangan kelas, bentuk serta

ukuran bangku atau kursi dan

meja siswa, jumlah siswa pada

ruang kelas yang bersangkutan,

jumlah kelompok dalam kelas,

dan komposisi siswa dalam

kelompok (Bafadlol dan Syair

(1990:71).

3) Pengaturan panjang kelas harus

membantu motivasi belajar siswa.

Suatu sekolah yang menerapkan

keterampilan proses biasanya

akan menghasilkan koleksi karya

siswa. Karya siswa tersebut dapat

dijadikan pajangan kelas, selain

gambar-gambar tertentu, misalnya

gambar presiden dan wakilnya,

gambar peta, dan lain sebagainya.

Bafadlol dan Syair (1990:76)

menjelaskan manfaat pajangan

kelas, yaitu:

Pajangan kelas bermanfaat untuk

membina kepercayaan diri,

menumbuhkan persaingan yang

sehat di kalangan siswa dalam

kegiatan proses belajar. Pajangan

dapat mengembangkan kreatifitas

dan merangsang daya imajinatif.

Pajangan dalam kelas dapat

membantu membangkitkan

semangat belajar siswa, karena

pajangan menyediakan bahan-

bahan yang dapat dilihat untuk

dibahas dan dilaporkan.

Ruangan kosong tanpa

pajangan akan menjadi tempat yang

membosankan, menjenuhkan,

terkesan gersang dan tidak

memancing daya kreatifitas siswa

khsusnya dalam kegiatan belajarnya.

Oleh karena itu, pajangan kelas harus

diatur secara rapi dan apik. Beberapa

tanaman bunga yang ditanam di

dalam pot diletakkan di depan kelas,

gambar-gambar di dinding diberi

bingkai, serta hasil kreatifitas siswa

diatur di meja kecil di sudut ruangan

kelas yang tidak menganggu siswa.

Gambar-gambar di dinding tidak

perlu terlalu banyak sehingga akan

Page 103: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

14

14

menganggu pemandangan. Hasil

kreatifitas siswa diusahakan sering

diganti agar tidak membosankan

mata yang melihatnya dan

memberikan kesempatan terhadap

hasil kreatifitas siswa yang lain

untuk dipajang.

b. Pengelolaan Siswa

Pengelolaan siswa terkait erat

dengan keterampilan guru dalam

menciptakan dan memelihara

kondisi belajar yang optimal bagi

siswa atau menjaga jangan sampai

siswa mendapat gangguan-

gangguan dalam kegiatan proses

belajarnya.

Guru memiliki peranan yang

sentral dalam pengelolaan siswa

karena pengelolaan kelas

sebenarnya merupakan wujud dari

aktivitas guru dalam

mengoptimalisasikan kegiatan

belajar siswanya. Suparno, dkk.,

(1998:78) menjelaskan bahwa:

Pengelolaan kelas dipandang

sebagai serangkaian aktivitas atau

kegiatan guru dalam

menampilkan tingkah laku murid

yang baik dan mengurangi atau

menekan tingkah laku yang

kurang baik; menciptakan

hubungan yang baik antara

individu dan keadaan

sosioemosional yang sehat serta

membentuk dan memelihara

organisasi kelas yang efektif dan

produktif.

Dari penjelasan tersebut di

atas, dapat dipahami bahwa tugas

pendidik atau guru dalam

pengelolaan kelas di antaranya

adalah sebagai berikut:

1) Menampilkan tingkah laku siswa

yang baik dan mengurangi atau

menekan tingkah laku siswa yang

kurang baik. Apabila siswa

menunjukkan tingkah laku yang

baik seperti menaati peraturan-

peraturan sekolah, mendengarkan

penjelasan guru di depan kelas,

membuat atau mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru, dan lain

sebagainya tentu akan

memperlancar kegiatan proses

belajar mengajar. Tingkah laku

siswa yang tidak baik walaupun

hanya dilakukan oleh seorang atau

sekelompok siswa akan sangat

menganggu kelancaran kegiatan

proses belajar mengajar.

Oleh karena itu, guru

harus senantiasa mengurangi

tingkah laku siswa yang kurang

baik tersebut dan menampilkan

tingkah laku siswa yang baik.

Pujian yang diberikan pada siswa

yang bertingkah laku baik

sedangkan teguran diberikan

kepada siswa yang bertingkah

laku buruk. Moh Uzer Usman

memberikan contoh seperti, guru

dapat memberikan penguatan

kepada siswa yang menganggu,

yaitu dengan jalan menangkap

siswa tersebut ketika ia sedang

melakukan tingkah laku yang

tidak wajar, lalu kemudian

menegurnya. Contoh lainnya

adalah guru dapat memberikan

penguatan kepada siswa yang

bertingkah laku wajar dan dengan

demikian dapat menjadi contoh

atau teladan tentang tingkah laku

positif bagi siswa yang suka

menganggu siswa lainnya

(Usman, 2001:100).

Tetapi teguran yang

diberikan oleh guru terhadap

siswa yang bertingkah laku buruk

tidak boleh diberikan secara

kasar, menyakitkan, mengandung

penghinaan, ocehan, atau bahkan

ejekan yang berlebihan.

2) Menciptakan hubungan yang baik

antara individu dan keadaan

sosioemosional yang sehat. Para

Page 104: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

15

15

siswa akan berada bersama-sama

dalam satu ruangan kelas selama

beberapa jam. Oleh karena itu,

hubungan di antara mereka harus

terbangun dengan baik

berdasarkan hubungan

sosioemosional yang sehat.

Dengan demikian, guru akan lebih

mudah membangun interaksi di

antara para siswa yang sangat

penting dalam kegiatan proses

belajar mengajar. Hubungan yang

baik di antara guru dan siswa atau

sesama siswa dapat terbangun

apabila diciptakan iklim

komunikasi yang efektif antara

guru dengan siswa atau

persahabatan yang akrab antara

sesama siswa.

3) Membentuk dan memelihara

organisasi kelas yang efektif dan

produktif. Organisasi kelas secara

sederhana terdiri dari guru sebagai

pembina dan siswa sebagai

individu yang dibina. Guru dapat

mengangkat ketua kelas dan

seksi-seksinya yang terdiri dari

siswa-siswa itu sendiri dalam satu

ruangan untuk memudahkan guru

dalam mengorganisir kelas.

Upaya ini lebih efektif jika proses

pembentukan organisasi kelas

melibatkan siswa secra langsung,

sehingga siswa merasa ikut

berpartisipasi dalam organisasi

kelas. Para siswa diarahkan untuk

memahami tugasnya masing-

masing sehingga guru akan lebih

mudah mengawasi pelaksanaan

tugas tersebut.

Organisasi kelas yang efektif

dan produktif adalah organisasi

kelas yang mendukung

optimalisasi kegiatan proses

belajar mengajar. Oleh karena itu,

pembentukan organisasi kelas

harus diarahkan oleh guru untuk

menunjang kegiatan proses

belajar mengajar. Di samping itu,

siswa akan terlatih dalam

memimpin dan berorganisasi yang

nantinya akan berguna bagi

kehidupannya dalam

bermasyarakat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente yang beralamat di

jalan Buya Hamka Kecamatan Woha

Kabupaten Bima.

Penelitian ini dilaksanakan

selama satu bulan mulai tanggal 20

Mei sampai dengan 19 Juni 2013.

Penelitian ini adalah

merupakan penelitian studi kasus dan

penelitian lapangan. Menurut

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi

Akbar (2003:4) mengatakan bahwa

penelitian kasus dan penelitian

lapangan bermaksud mempelajari

secara intensif tentang latar belakang

keadaan sekarang, interaksi sosial,

individu, kelompok, lembaga dan

masyarakat. Variabel utama dalam

penelitian ini adalah penerapan

pengelolaan kelas dan pengaruhnya

terhadap proses belajar mengajar di

kelas VII Madrasah Tsanawiyah

(MTs) Darul Hikmah Tente

Kecamatan Woha Kabupaten Bima.

Pendekatan penelitian yang

digunakan dalam skripsi ini adalah

pendekatan kualitatif deskriptif.

Artinya penelitian yang bertujuan

mendiskripsikan hasil penelitian

yang ditemukan oleh penulis di

lapangan. Sehubungan dengan

penelitian deskriptif kualitatif ini di

kemukakan beberapa pendapat antara

lain, Moleong (1990:45) mengatakan

bahwa penelitian kualitatif sebagai

penelitian yang tidak menggunakan

perhitungan. Sedangkan Muhadjir

(1998:21) mengatakan bahwa

Page 105: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

16

16

penelitian dengan menggunakan

pendekatan kualitatif merupakan

penelitian hanya sekedar

menggambarkan hasil analisis suatu

variabel penelitian,

Menurut Sugiyono (2006:15)

menyatakan bahwa metode

penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berdasarkan pada

filsafat post positivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek

yang alamiah, (sebagai lawannya

adalah eksperimen) dan peneliti

sebagai instrumen kunci.

Penelitian dengan pendekatan

kualitatif dalam tulisan ini

didasarkan pada sasaran yang ingin

dicapai yaitu mendiskripsikan

tentang penerapan pengelolaan kelas

dan pengaruhnya terhadap proses

belajar mengajar di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente Kabupaten Bima.

Jenis data yang akan

dikumpulkan oleh penulis dalam

penelitian ini terbagi dalam dua

jenis, yaitu:

1. Data kepustakaan, yaitu: data

yang diperoleh dari literatur

seperti buku, majalah, dan lain

sebagainya. Karakteristik data

kepustakaan yang dikumpulkan

dapat dikategorikan dalam dua

jenis, yaitu:

a. Data primer, yaitu: literatur yang

membahas tentang penerapan

pengelolaan kelas dan

pengaruhnya terhadap proses

belajar mengajar.

b. Data sekunder, yaitu: literatur lain

yang mendukung penelitian ini

seperti kamus-kamus, buku-buku

yang membahas tentang masalah

penerapan pengelolaan kelas, dan

lain sebagainya.

2. Data lapangan, yaitu: data yang

diperoleh dari hasil penelitian

penulis di lokasi penelitian.

Karakteristik data lapangan yang

dikumpulkan dapat di

kategorisasikan dalam dua jenis,

yaitu:

a. Data primer, yaitu: data lapangan

yang mengungkapkan tentang

penerapan pengelolaan kelas dan

pengaruhnya terhadap proses

belajar mengajar di kelas VII

Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Darul Hikmah Tente Kecamatan

Woha Kabupaten Bima, terutama

yang diperoleh dari informan,

yaitu satu orang Kepala Sekolah,

tiga orang Wakil Kepala Sekolah

dan beberapa orang guru, satu

orang bagian Tata Usaha, dan

beberapa orang siswa.

b. Data Sekunder, yaitu: data

lapangan lain yang mendukung

penelitian ini seperti sejarah

berdirinya Madrasah Tsanawiyah

(MTs) Darul Hikmah Tente

Kecamatan Woha Kabupaten

Bima, keadaan sarana dan

prasarana, dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik

pengumpulan data dengan

menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Observasi; yaitu penulis

melakukan pengamatan

langsung pada lokasi penelitian

yaitu pada Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente Kecamatan Woha

Kabupaten Bima, menyangkut

keadaan pengelolaan kelas dan

lain sebagainya.

2. Interview; yaitu penulis

melakukan wawancara dengan

beberapa informan yang dapat

memberikan data, seperti Kepala

sekolah, Wakil Kepala Sekolah,

beberapa orang dewan guru,

dan sejumlah siswa.

Page 106: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

17

17

3. Dokumentasi; yaitu penulis

mengumpulkan data dari

beberapa dokumen-dokumen

penting, seperti papan monografi

dan arsip-arsip lain yang

mendukung kelengkapan data

penelitian ini.

Dalam penelitian kualitatif,

teknik sampling yang sering

digunakan adalah pertama, metode

purposive sampling, Menurut

Sugiyono (2006:300) menyatakan

bahwa purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber

data dengan pertimbangan kepada

fokus penelitian. Dalam hal ini

peneliti menganggap bahwa

informan tersebut mengetahui

masalah yang diteliti secara

mendalam dan dapat dipercaya untuk

menjadi sumber yang mantap. Hal

ini dilakukan karena dari jumlah

sumber data yang sedikit belum

mampu memberikan data yang

memuaskan, maka peneliti mencari

sumber data lain-lain yang

mempunyai karakteristik sama

(Sugiyono, 2007:54).

Arikunto (2002:121),

menerangkan bahwa instrumen

penelitian adalah alat atau fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaan

lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis sehingga mudah diolah.

Adapun instrumrn dalam penelitian

ini adalah:

a. Pedoman Observasi

Pedoman Observasi dipergunakan

untuk mengumpulkan data-data

yang diperlukan dalam penelitian

seperti keadaan sarana dan

prasarana, keadaan guru dan

siswa Madrasah Tsanawiyah

Darul Hikmah Tente.

b. Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara digunakan

untuk mengumpulkan sumber

baik kepada guru maupun siswa

tentang penerapan pengelolaan

kelas di Madrasah Tsanawiyah

Darul Hikmah Tente Tahun

Pelajaran 2013/2014.

Validitas Data

Dalam penelitian, setiap hal

temuan harus dicek keabsahannya

agar hasil penelitiannya dapat

dipertanggungjawabkan

kebenarannya dan dapat dibuktikan

keabsahannya. Untuk pengecekan

keabsahan temuan ini teknik yang

dipakai oleh peneliti adalah

trianggulasi. Trianggulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang

lain di luar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu.

(Moleong, 1990:178).

Pemeriksaan yang dilakukan

oleh peneliti antara lain dengan :

1. Trianggulasi data, yaitu dengan

cara membandingkan data hasil

pengamatan dengan hasil

wawancara, data hasil wawancara

dengan dokumentasi dan data

hasil pengamatan dengan

dokumentasi. Hasil perbandingan

ini diharapkan dapat menyatukan

persepsi atas data yang diperoleh.

2. Trianggulasi metode, yaitu

dengan cara mencari data lain

tentang sebuah fenomena yang

diperoleh dengan menggunakan

metode yang berbeda yaitu

wawancara, observasi dan

dokumentasi. Kemudian hasil

yang diperoleh dengan

menggunakan metode ini

dibandingkan dan disimpulkan

sehingga memperoleh data yang

bisa dipercaya.

Page 107: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

18

18

3. Trianggulasi sumber, yaitu

dengan cara membandingkan

kebenaran suatu fenomena

berdasarkan data yang diperoleh

oleh peneliti, baik dilihat dari

dimensi waktu maupun sumber

yang lain.

Data yang di kumpulkan

kemudian diolah dan di analisis

dengan langkah-lagkah sebagai

berikut:

1. Reduksi data, yaitu penulis

merangkum beberapa data dan

keterangan yang dianggap penting

untuk dianalisa, kemudian

dimasukkan kedalam pembahasan

ini. Artinya, tidak semua data dan

keterangan yang diperoleh masuk

dalam kategori pembahasan ini.

2. Penyajian data, yaitu penulis

memperoleh data dan keterangan

dari objek yang bersangkutan,

kemudian disajikan untuk dibahas

guna menemukan kebenaran-

kebenaran yang hakiki.

3. Verifikasi data, yaitu penulis

membuktikan kebenaran data

yang diperoleh dengan tujuan

menghindari adanya unsur

subjektifitas yang dapat

mengurangi bobot kualitas skripsi

ini. Artinya, data dan keterangan

yang diperoleh dapat diukur

melalui responden yang benar-

benar sebagai pelaku atau

sekurang-kurangnya memahami

terhadap masalah yang diajukan.

HASIL PENELITIAN

Penerapan Pengelolaan Kelas di

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente

Pengelolaan kelas di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente senantiasa diawali dengan

perencanaan. Hal ini senada dengan

apa yang diungkapkan Kepala MTs

Darul Hikmah Tente, Drs. Haris,

dalam wawancara hari Selasa, 27

Agustus 2013 di ruang Kepala

Sekolah bahwa, agar pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar dapat

berlangsung dengan baik diadakan

tahap perencanaan terlebih dahulu.

Perencanaan yang dimaksud

misalnya dengan meyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Berdasarkan wawancara pada

dengan salah satu guru dijelaskan

bahwa sebelum memulai kegiatan

belajar mengajar guru harus

membuat perencanaan. Hal ini

diperkuat oleh pendapat Ibu Fatimah

H. Mansyur bahwa perencanaan

merupakan sesuatu yang harus

dilakukan sebelum proses belajar

mengajar dimulai.

Dari hasil wawancara di atas

maka dapat disimpulkan bahwa guru

di Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Darul Hikmah Tente sering

merencanakan pengelolaan kelas

yang akan mereka terapkan dalam

kegiatan mengajar.

Pengelolaan kelas di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dikelola dalam dua bentuk,

yaitu : 1) dalam bentuk penataan

ruang kelas, dan 2) dalam bentuk

pengelolaan siswa. Kedua hal

tersebut dilakukan secara integratif,

sinergis, dan dijalankan berdaarkan

perencanaan pengelolaan kelas yang

telah disiapkan sebelumnya

(Wawancara, 27 Agustus 2013 di

MTs Darul Hikmah Tente). Kedua

bentuk pengelolaan kelas tersebut

akan diuraikan sebagai berikut:

1. Pengaturan Kelas

Pengaturan kelas dalam rangka

pengelolaan kelas di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente diawali dengan menjaga

kebersihan ruang kelas. Setiap kelas

memiliki alat kebersihan, seperti

Page 108: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

19

19

sapu, tempat sampah, alat

pengangkut sampah, dan pembersih

debu. Siswa Madrasah Tsanawiyah

(MTs) Darul Hikmah Tente yang ada

dalam setiap ruang kelas

bertanggung jawab membersihkan

ruang kelas tersebut berdasarkan

jadwal piket kebersihan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Jadwal

tersebut di tempelkan di dinding

kelas sehingga mudah untuk dilihat

oleh seluruh siswa yang ada dalam

ruangan tersebut (Wawancara, 28

Agustus 2013 di MTs Darul Hikmah

Tente).

Guru Madrasah Tsanawiyah

(MTs) Darul Hikmah Tente akan

mengawasi tugas pembersihan kelas,

khsususnya ketika masuk mengajar

di ruang kelas tersebut. Dalam hal ini

peneliti pengawasan kebersihan kelas

guru terlebih dulu memeriksa ruang

kelas dan apabila masih ditemukan

sampah maka diambil tindakan

dengan memanggil siswa yang

mendapat jadwal piket kebersihan

pada hari itu dan menyuruhnya untuk

membersihkan sampah tersebut

(Wawancara, 28 Agustus 2013).

Hal senada disampaikan oleh

siswa Madrasah Tsnawiyan Darul

Hikmah Tente bahwa, sebelum

kegiatan belajar mengajar semua

siswa yang bertugas piket harus

membersihkan kelas agar terasa

nyaman (Wawancara, 29 Agistus

2013). Berdasarkan data tersebut,

penulis dapat mengambil suatu

kesimpulan bahwa guru Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente sering melakukan pengawasan

dalam hal kebersihan ruang kelas

ketika mereka melakukan kegiatan

mengajar. Dengan demikian, setiap

ruang kelas di Madrasah Tsanawiyah

(MTs) Darul Hikmah Tente

senantiasa terjaga kebersihannya.

Hal ini terlihat dari pengakuan siswa

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente.

Kebersihan setiap siswa di

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente didukung juga oleh

keadaan pencahayaan dan suhu udara

yang cukup kondusif bagi kegiatan

proses belajar mengajar. Keadaan

pencahayaan dalam kelas dapat

terlihat dari pengakuan siswa

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente (Wawancara, Kamis,

29 Agustus 2013 di MTs Darul

Hikmah Tente). Arahmat Hidayat

adalah siswa kelas VIIA MTs Darul

Hikmah Tente sangat mengganggu

kegiatan belajar mengajar, misalnya

kelas yang remang-remang apalagi

gelap sehingga siswa tidak bisa

melihat dengan jelas apa yang

diterangkan guru di depan kelas

(Wawancara, 30 Agustus 2013).

Keadaan suhu udara dalam

kelas dapat terlihat dari pengakuan

Khaerunissa, siswa kelas VIIA

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente (Wawancara, 29

Agustus 2013 di MTs Darul Hikmah

Tente) bahwa keadaan suhu udara

dalam ruangan cukup sejuk sehingga

siswa tidak kepanasan waktu belajar.

Ditambahkan siswa kadang-kadang

menggunakan buku untuk mengipas

kalau suhu kelas panas. Berdasarkan

informsi di atas, maka penulis dapat

mengambil suatu kesimpulan bahwa

setiap ruang kelas di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dirasakan suhu udaranya

cukup sejuk.

Dalam pengaturan ruang kelas

untuk pengelolaan kelas, guru

senantiasa mengatur tempat duduk

guru dan siswa agar sesuai dengan

metode pengajaran yang sedang

digunakan. Ada empat pilihan

formasi pengaturan tempat duduk

yang sering digunakan oleh guru di

Page 109: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

20

20

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente, yaitu pengaturan

tempat duduk dalam formasi berjejer,

pengaturan tempat duduk dalam

bentuk tapal kuda, pengaturan tempat

duduk dalam bentuk kelompok, dan

pengaturan tempat duduk dalam

bentuk meja bundar (Wawancara, 29

Agustus 2013 di MTs Darul Hikmah

Tente).

Formasi pengaturan tempat

duduk yang dipilih oleh guru di

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente apabila menggunakan

metode pengajaran ceramah.

Demikian hanya dengan wawancara

yang dilakukan dengan siswa kelas

VIIB bahwa apabila belajar

menggunakan metode ceramah guru

menerapkan metode ceramah

(Wawancara, 29 Agustus 2013).

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa guru di

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente apabila mengajar

dengan menggunakan metode

ceramah senantiasa menggunakan

formasi pengaturan tempat duduk

berjejer.

Sedangkan pengaturan tempak

duduk yang dipilih oleh guru di

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente apabila menggunakan

metode pengajaran tanya jawab

seperti dituturkan oleh Syarifuddin,

S. Ag., bahwa, umunya guru-guru

menggunakan tempat duduk berjejer

apabila menerapkan metode tanya

jawab (Wawancara, 29 Agustus 2013

di MTs Darul Hikmah Tente).

Selanjutnya peneliti melakukan

wawancara untuk mengetahui

menggunakan metode tanya jawab.

Peneliti mewawancarai salah seorang

guru dan menjelaskan bahwa, dalam

penerapan metode tanya jawab guru

sering menggunakan formasi tempat

duduk berjejer (Wawancara, 2

September 2013).

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente apabila melakukan

aktivitas mengajar di kelas dengan

menggunakan metode tanya jawab

senantiasa menerapkan formasi

pengaturan tempat duduk berjejer.

Di samping metode di atas

guru MTs Darul Hikmah

menggunakan metode pengajaran

diskusi kelompok. Dalam hal ini

peneliti melakukan wawancara

dengan guru Kewarganegaraan yang

menjelaskan, guru di MTs sering

menggunakan formasi duduk

berberkelompok dari pada formasi

tapal kuda. Hal ini dimaksud agar

guru mudah mengontrol aktifitas

perkelompok (Wawancara, 2

September 2013). Demkian halnya

dengan wawancara dengan guru

ekonomi bahwa kebiasaan guru di

sini apabila menggunakan metode

diskusi kelompok lebih memilih

formasi duduk berkelompok dari

pada formasi lainnya seperti tapal

kuda atau berjejer.

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente apabila melakukan

aktivitas mengajar di kelas dengan

menggunakan metode diskusi

kelompok senantiasa menerapkan

formasi pengaturan tempat duduk

kelompok.

Penelitian selanjutnya tentang

pelaksanaan metode pengajaran

demontrasi. Penelitian ini

menggunakan metode wawancara

dengan beberapa guru di MTs Darul

Hikmah Tente pada hari Selasa, 3

September 2013. Formasi tempat

Page 110: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

21

21

duduk yang dipilih oleh guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente apabila menggunakan

metode pengajaran demonstrasi

menurut Juadin, BA (Wawancara, 3

September 2013).

Hasil tersebut di atas

memberikan gambaran kepada

peneliti tentang pelaksanaan metode

demonstrasi. Wawancara selanjutnya

dengan guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Peneliti menemui guru

bahasa Indonesia diruang guru pada

tanggal 3 September 2013.

Dijelaskan, bahwa pelaksanakan

kegiatan belajar mengajar

menggunakan metode demontrasi,

guru senantiasa menggunakan

foemasi duduk berjejer. Kemudian

pada hari yang sama peneliti

melakukan wawancara dengan guru

Ekonomi Koperasi. Dijelaskan

bahwa, mata pelajaran ekonomi

sangat cocok menggunakan metode

demontrasi.

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente apabila melakukan

aktivitas mengajar di kelas dengan

menggunakan metode diskusi

kelompok senantiasa menerapkan

formasi pengaturan tempat duduk

berjejer dan kelompok.

Penelitian selanjutnya adalah

dalam rangka mendapatkan

informasi tentang penerapan metode

penugasan. Menurut Juadin, BA.

Formasi pengaturan tempat duduk

yang dipilih oleh guru Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente apabila menggunakan metode

pengajaran penugasan adalah formasi

berjejer, hal ini dilakukan agar

siswa-sswa dalam satu kelompok

memiliki pemahaman yang sama

tentang tuga-tugas yang diberikan

(Wawancara pada hari Kamis, 5

September 2013 di MTs Darul

Hikmah Tente). Demikian juga

dalam wawancara yang dilakukan

dengan guru Pendidikan Agama

Islam (PAI) bahwa dalam

pelaksanaan metode penugasan mata

pelajaran PAI biasa digunakan

adalah formasi duduk berjejer.

. Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente apabila melakukan

aktivitas mengajar di kelas dengan

menggunakan metode penugasan

senantiasa menerapkan formasi

pengaturan tempat duduk berjejer.

Formasi pengaturan tempat

duduk yang dipilih oleh guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente apabila menggunakan

metode pengajaran kerja kelompok

menurut Juadin, BA. (Wawancara, 9

September 2013 di MTs Darul

Hikmah Tente) bahwa metode

pengajaran kerja kelompok sering

menggunakan foramsi duduk

berkelompok. Formasi ini juga sering

digunakan oleh guru-guru yang lain

dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar. Penulis juga melakukan

wawancara dengan guru Sejarah,

dijelaskan bahwa apabila

menerapkan metode mengajar kerja

kelompok senantiasa menggunakan

formasi duduk kelompok untuk

memudahkan pengawasan terhadap

kegiatan siswa.

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente apabila melakukan

aktivitas mengajar di kelas dengan

menggunakan metode kerja

kelompok senantiasa menerapkan

Page 111: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

22

22

formasi pengaturan tempat duduk

kelompok.

Setiap ruang kelas di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente juga dilengkapi dengan

pajangan kelas, seperti gambar atau

poster burung Garuda Pancasila,

poster Presiden dan Wakilnya,

gambar para pahlawan, dan lain

sebagainya. Sedangkan pajangan

karya siswa tidak ditampilkan dalam

ruang kelas. Menurut Hj. Kalisom H.

Hasan, guru bidang studi Fiqih

menjelaskan, siswa Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente ingin memajang hasil

karyanya, terutama karya ilmiah atau

karya sastra yang tertulis, maka

pihak sekolah telah menyediakan

tempat khusus yaitu Majalah

Dinding (Mading) yang terdapat di

beberapa tempat di sekolah ini.

Karya siswa tersebut sekali

seminggu diganti dengan karya siswa

yang lainnya, sehingga dengan

demikian diharapkan siswa dapat

lebih berkreativitas (Wawancara,

Senin, 2 September 2013 di Darul

Hikmah Tente).

2. Pengelolaan Siswa

Pengelolaan siswa dalam

rangka kegiatan manajerial

pengelolaan kelas di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dilakukan oleh guru Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dengan diteliti (Wawancara,

Senin 2 September 2013).

Wawancara ini terkait dengan upaya

guru menampilkan perilaku para

siswa yang baik dan yang buruk

ketika para siswa sedang menyimak

pengajaran yang diberikan oleh guru

dengan menjadikan perilaku mereka

sebagai contoh atau teladan,

hubungan sosio-emosional dan iklim

komunikasi dengan para siswa di

ruang kelas.

Intensitas guru Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dalam menampilkan perilaku

siswa yang bertingkah laku baik

ketika menyimak pelajaran dengan

memujinya. Menurut Fadlin, S. Pd.,

guru mata pelajaran Ekonami,

menampilkan perilaku siswa yang

bertingkah laku baik ketika

menyimak pengajaran dengan

memujinya masih jarang dilakukan

(Wawancara, 3 September 2013 di

MTs Darul Hikmah Tente).

Demikian juga ketika mewawancarai

guru Pendidikan Kesehatan Jasmani

menjelaskan, pemberian pijian

terhadap siswa yang menyimak

pelajaran dengan baik masing jarang

dilakukan. Berdasarkan data tersebut

di atas, maka penulis dapat

mengambil suatu kesimpulan bahwa

guru Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Darul Hikmah Tente jarang

memberikan pujian terhadap siswa

ketika mereka bertingkah laku baik

di saat menyimak pengajaran dalam

rangka pengelolaan siswa.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan guru Bahasa Inggris Ibu Rita

Suriayti, Ss. menjelaskan, intensitas

guru Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Darul Hikmah Tente dalam

menampilkan perilaku siswa yang

bertingkah laku baik ketika siswa

tersebut menyimak pengajaran

dengan menegaskan bahwa perilaku

tersebut dapat dijadikan teladan

dalam rangka pengelolaan siswa

yang lainnya hal ini dimaksudkan

agar siswa lain bisa mengikuti

perilaku tersebut (wawancara, 4

September 2013 di MTs Darul

Hikmah Tente).

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente sering menegaskan

Page 112: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

23

23

bahwa siswa yang bertingkah laku

baik di saat menyimak pengajaran

merupakan teladan bagi siswa yang

lain dalam rangka pengelolaan siswa.

Sedangkan intensitas guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente dalam menampilkan

perilaku siswa yang bertingkah laku

buruk ketika siswa tersebut

menyimak pengajaran dengan

menegurnya atau menjatuhkan sanksi

dalam rangka pengelolaan siswa,

bahwa apabila ada siswa yang sering

mengobrol atau melakukan kegiatan

lain selama pelajaran berlangsung

sering diberikan hukuman seperti

diharuskan menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan

materi yang sedang diajarkan. Hal ini

dengan makdus agar siswa tersebut

mengalihkan perhatiannya pada

proses belajar mengajar (Wawacara,

4 September 2013). Untuk

menguatkan data penelitian ini,

peneliti mewawancai guru

Matematika, apabila ada siswa yang

berperilaku buruk ketika menyimak

pelajaran sering ditegur dengan

memberikan penjelasan tentang

manfaat ilmu pengetahuan dengan

harapan ssiwa tersebut

memperhatikan atau menyimak

materi yang sedang diajarkan.

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente sering menegur atau

menjatuhkan sanksi terhadap siswa

ketika mereka bertingkah laku buruk

di saat menyimak pengajaran dalam

rangka pengelolaan siswa.

Pengelolaan siswa selanjutnya

adalah menampilkan siswa yang

berperilaku buruk dalam menyimak

pelajaran dengan menegaskan bahwa

tingkah laku tersebut bukan teladan

bagi siswa yang lain. Peneliti

mewawancarai Bapak Juaidin, BA.,

guru mata Pelajaran Sejarah

Nasional Madrasah Tsanawiyah

(MTs) Darul Hikmah Tente bahwa

dalam menampilkan perilaku siswa

yang bertingkah laku buruk ketika

siswa tersebut menyimak pengajaran

dengan menegaskan bahwa perilaku

tersebut bukanlah teladan bagi siswa

yang lain dalam rangka pengelolaan

siswa masih jarang dilakukan. Hal

ini mengingat jangan sampai siswa

yang kita tampilkan menjadi minder

atau menjadi malu terhadap teman-

temannya (Wawancara, 9 September

2013). Demikain juga beberapa guru

yang saya wawancarai pada

umumnya menjawab jarang

menampilkan siswa yang berperilaku

buruk. Pertimbagannnya adalah

jangan sampai mengganggu mental

atau siswa menjadi malu pada teman-

temannya sehingga meninggalkan

mata pelajaran. Berdasarkan data

tersebut di atas, maka penulis dapat

mengambil suatu kesimpulan bahwa

guru Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Darul Hikmah Tente jarang

menegaskan bahwa siswa yang

bertingkah laku buruk disaat

menyimak pengajaran bukan teladan

bagi siswa yang lain dalam rangka

pengelolaan siswa.

Intensitas guru Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dalam menjaga hubungan

sosio-emosional yang baik ketika

siswa tersebut menyimak pengajaran.

Penulis kemudian mewawancarai

Syarifudin, S. Ag., guru mata

pelajaran Al-Qur’an-Al Hadist

menjelaskan, bahwa, guru sering dan

memang harus menjaga hubungan

sosial dan emosional dengan siswa

agar tercipta suasana kelas yang

harmonis dengan harapan proses

belajar mengajar dapat berlangsung

sebagaimana mestinya sehingga

Page 113: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

24

24

hasilnya sesuai dengan tujuan

pembelajaran (Wawacara, Kamis, 5

September 2013 di MTs Darul

Hikmah Tente). Wawancar juga

dilakukan dengan guru Seni Budaya,

Ibu Ferawati, S.Pd., bahwa hubungan

sosial-emosional dengan siswa tetap

dijaga agar tidak ada jarak yang

terlalu lebar antara guru dan siswa

atau dengan kata lain kita tidak

mengenal keadaan sosial maupun

emosional siswa.

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente sering menjaga

hubungan sosio-emosional yang baik

dengan siswa dalam rangka

pengelolaan siswa.

Pada tanggal 6 September 2013

peneliti melalakukan wawancara

untuk mendapatkan informasi

tentang Intensitas guru Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dalam menjaga iklim

komunikasi yang baik ketika siswa

ketika pengajaran sedang

berlangsung. Juadin, BA., guru mata

pelajaran Sejarah Nasional

menjelaskan, dalam rangka

pengelolaan siswa, guru harus

mampu membangun komunikasi

yang intens dengan siswa. Hal

sebada dijelaskan oleh guru Bahasa

Inggris bahwa, guru harus membuka

diri sehingga agar mengetahui apa

keinginan, kekurangan yang ada

pada diri siswa sehingga kita bisa

mengatasi permsalahan-

permasalahan yang dihadapi terkait

dengan proses pembelajaran.

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente sering menjaga iklim

komunikasi yang baik dengan siswa

dalam rangka pengelolaan siswa.

Pengaruh Penerapan Pengelolaan

Kelas Terhadap Proses Belajar

Mengajar di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente

Dalam meneliti pengaruh

penerapan pengelolaan kelas

terhadap proses belajar mengajar di

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente di dasarkan pada

pengaturan kelas dan pengelolaan

siswa yang telah dijelaskan

sebelumnya, sebagai berikut:

1. Pengaturan Kelas

Pengelolaan kelas merupakan

hal yang sangat penting dalam proses

belajar mengajar di kelas. Pengaruh

kebersihan kelas terhadap proses

belajar mengajar di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dapat dilihat dari pengakuan

Juadin, BA., guru Sejarah Nasional

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente, bahwa kalau kelas

bersih siswa dapat belajar dengan

nyaman tidak ada gangguan sampah

maupun bau yang mengganggu

proses belajar mengajar

(Wawancara, 7 September 2013).

Wawancara juga dilakukan dengan

beberapa guru dari beberapa hasil

wawancara tersebut disimpulkan

bahwa kebersihan kelas merupakan

hal yang sangat berpengaruh bagi

kenyamanan guru Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dalam melaksanakan kegiatan

mengajarnya dalam kelas.

Peneliti kemudian

mewawancarai siswa MTs Darul

Hikmah Tente kebersihan kelas.

Pengakuan siswa Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente tentang pengaruh kebersihan

kelas terhadap kenyamanan belajar

mereka. Peneliti mewawncarai siswa

Page 114: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

25

25

kelas VIIIB atas nama Muhamad,

bahwa kelas yang bersih akan

memberikan kenyamanan kepada

siswa terutama pada saat proses

belajar mengajar sedang berlangsung

(Wawancara, 7 September 2013).

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa kebersihan

kelas merupakan hal yang sangat

berpengaruh bagi kenyamanan siswa

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente dalam kegiatan

belajar dalam kelas.

Pengaruh pencahayaan dalam

kelas terhadap proses belajar

mengajar di Madrasah Tsanawiyah

(MTs) Darul Hikmah Tente dapat

dilihat dari pengakuan guru dan

siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Darul Hikmah Tente. Pengakuan

guru mata pelajaran Ekonomi,

Fadlin, S. Pd., bahwa ruangan kelas

harus mendapatkan cahaya yang

cukup agar siswa dapat melihat

tulisan guru di papan tulis demikian

juga guru dapat mengamati tungkah

laku siswa dalam kelas (Wawancara,

7 September 2013).

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa

pencahayaan dalam kelas merupakan

hal yang sangat berpengaruh bagi

kenyamanan guru Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dalam kegiatan mengajar

dalam kelas.

Pengakuan siswa kelas VIIA

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente atas nama Amirudin,

bahwa kelas harus terang agar siswa

dapat melihat tulisan guru di papan.

Demikian juga pengakuan siswa-

siswa lain dimana ruang kelas harus

mendapatkan pencahayaan yang baik

dengan fentilasi yang cukup

(Wawancara, 7 September 2013).

Berdasarkan data tersebut di atas,

maka penulis dapat mengambil suatu

kesimpulan bahwa pencahayaan

dalam kelas merupakan hal yang

sangat berpengaruh bagi

kenyamanan siswa Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dalam kegiatan belajar dalam

kelas.

Pengaruh suhu udara dalam

kelas terhadap proses belajar

mengajar di Madrasah Tsanawiyah

(MTs) Darul Hikmah Tente dapat

dilihat dari pengakuan guru dan

siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Darul Hikmah Tente. Langkah

pertama peneliti melakukan

wawancara dengan guru Geografi,

Adi Fariaddin bahwa, suhu udara

yang panas sangat mengganggu

situasi di dalam kelas. Siswa merasa

kepanasan dan sering menggunakan

buku untuk mengipas, hal ini tentu

sangat mengganggu. Hal senada

disampaikan siswa kelas VIIA

bahwa, kalau kelas panas sangat

mengganggu dan sering kurang

konsentrasi waktu menerima

pelajaran (Wawancara, 9 September

2013).

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa suhu udara

dalam kelas merupakan hal yang

sangat berpengaruh bagi

kenyamanan guru Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dalam kegiatan mengajar

dalam kelas.

Penelitian selanjutnya

ditujukan untuk mengetahui

pengaruh tempat duduk yang

ditetapkan oleh guru. Pengaruh

tempat duduk yang diterapkan oleh

guru terhadap kenyamanan belajar

siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Darul Hikmah Tente dalam kelas

dapat dilihat dari pengakuan siswa

Page 115: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

26

26

kelas VIIB Madrasah Tsanawiyah

(MTs) Darul Hikmah menjelaskan,

bahwa tempat duduk yang telah

ditetapkan oleh guru sangat

berpengaruh terhadap kenyamanan

sewaktu belajar (Wawancara, 9

September 2013). Demikian halnya

dengan pengakuan siswa lain bahwa

tempat duduk yang telah ditentukan

oleh guru berpengaruh terhadap

kenyamanan siswa.

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa pengaruh

pengaturan tempat duduk yang

diterapkan oleh guru terhadap

kenyamanan belajar siswa Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente cukup berpengaruh bagi

kenyamanan siswa Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente dalam kegiatan belajar dalam

kelas.

2. Pengelolaan Siswa

Pengaruh pengelolaan siswa

yang diterapkan oleh guru terhadap

kegiatan proses belajar mengajar di

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente dapat dilihat dari

pengakuan siswa Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente. Pengakuan siswa kelas VIIB

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul

Hikmah Tente tentang pengaruh

tindakan guru menampilkan perilaku

siswa yang bertingkah laku baik

dengan memberikan pujian dalam

rangka pengelolaan siswa, bahwa

pujian dari guru sangat berpengaruh

kepada kami dimana mendorong

untuk berperilaku baik lagi serta

sebagai contoh bagi ssiwa yang

lainnya. Demikian juga disampaikan

siswa kelas VIIA , bahwa pujian guru

sangat memberikn dorongan buat

kami untuk berperilaku baik.

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa pengaruh

tindakan guru yang menampilkan

perilaku siswa yang bertingkah laku

baik dengan memberikan pujian

terhadap siswa yang lain dalam

rangka pengelolaan siswa sangat

berpengaruh terhadap siswa yang

lain untuk mengikuti perilaku

tersebut.

Wawancara selanjutnya

tentang pengaruh tindakan guru

menampilkan perilaku siswa yang

bertingkah laku baik sebagai teladan

bagi siswa yang lain dalam rangka

pengelolaan siswa. Pertanyaan yang

disampaikan adalah ”apakah ada

pengaruh bagi anda untuk mengikuti

siswa yang bertingkah laku baik

dalam menyimak pengajaran setelah

ditegaskan oleh guru bahwa siswa

tersebut adalah teladan bagi siswa

yang lain”? Peneliti mewawancarai

siswa kelas VIIA bahwa pujian yang

diberikan oleh guru terhadap siswa

lain sangat berepngaruh dan kami

ingin mengikutinya (Wawancara, 10

September 2013). Demikian juga

pengakuan siswa kelas VIIB bahwa,

kami sangat terobsesi disuatu saat

nanti mendapat pujian dari guru

dalam menyimak pelajaran.

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa pengaruh

tindakan guru yang menampilkan

perilaku siswa yang bertingkah laku

baik sebagai teladan bagi siswa yang

lain dalam rangka pengelolaan siswa

sangat berpengaruh terhadap siswa

yang lain untuk mengikuti perilaku

tersebut.

Pengakuan siswa Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente tentang pengaruh tindakan

guru menampilkan perilaku siswa

yang bertingkah laku buruk dengan

memberikan teguran atau

menjatuhkan sanksi dalam rangka

Page 116: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

27

27

pengelolaan siswa. Siswa kelas VIIA

menjelaskan, apabila ada siswa yang

mendapat hukuman dari guru karena

tidak memperhatikan atau menyimak

pelajaran misalnya dengan diberikan

Pekerjaan Rumah, hal ini sangat

berpengaruh agar siswa lain tidak

mengikuti perilaku siswa tersebut.

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa pengaruh

tindakan guru yang menampilkan

perilaku siswa yang bertingkah laku

buruk dengan memberikan teguran

atau menjatuhkan sanksi dalam

rangka pengelolaan siswa sangat

berpengaruh terhadap siswa lain

untuk tidak mengikuti perilaku

tersebut.

Selanjutnya peneliti melakukan

wawancara dengan siswa Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente tentang pengaruh tindakan

guru menampilkan perilaku siswa

yang bertingkah laku buruk sebagai

bukan teladan bagi siswa yang lain

dalam rangka pengelolaan siswa.

Siswa kelas VIIA menjelaskan,

bahwa sangat berpengaruh apabila

guru menampilkan perilaku siswa

yan buruk sebagai bukan teladan

bagi siswa yng lain, misalnya

ketiduran sedang berlangsungnya

proses belajar mengajar. Siswa

sangat malu karena mereka harus

berdiri di depan kelas.

Wawancara juga dilanjutkan ke

kelas VIIB, dijelaskan bahwa

tindakan guru menampilkan perilaku

siswa yang bertingkah laku buruk

sebagai bukan teladan bagi siswa

yang lain sangat berpengaruh pada

siswa, dimana siswa menjadi malu

sedangkan ssiwa yang lain berupaya

tidak mengikuti kesalahan yang

dilakukan oleh siswa yang

berperilaku buruk (Wawancara, 10

September 2013).

Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa pengaruh

tindakan guru yang menampilkan

perilaku siswa yang bertingkah laku

buruk sebagai bukan teladan bagi

siswa yang lain dalam rangka

pengelolaan siswa sangat

berpengaruh terhadap siswa lain

untuk tidak mengikuti perilaku

tersebut.

Selanjutnya wawancara dengan

siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Darul Hikmah Tente tentang

pengaruh cara guru menciptakan

hubungan sosio-emosional dengan

siswa terhadap kondisi belajar. Dari

hasi wawancara dengan siswa kelas

VIIA bahwa, guru yang terbuka dan

ramah sewaktu proses belajar

mengajar sangat berpengaruh,

misalnya siswa tumbuh

keberaniannya untuk bertanya

terhadap materi yang belum

diketahuinya (Wawancara, 10

September 2013).

Wawancara selanjutnya

dilaksanakan di kelas VIIB, apabila

guru yang menjaga hubungan sosial-

emosionalnya dengan siswa

menimbulkan keberanian siswa

untuk mengungkapkan pendapat

maupun persoalan yang menyangkut

materi yang diajarkan (Wawancara,

10 September 2013). Dari hasil

wawancara tersebut di atas penulis

dapat mengambil suatu kesimpulan

bahwa pengaruh cara guru

menciptakan hubungan sosio-

emosional dengan siswa terhadap

kondisi belajar mereka dalam rangka

pengelolaan siswa sangat

berpengaruh terhadap kondisi belajar

siswa.

Selanjutnya penelitian

menyangkut cara guru

berkomunikasi dengan siswa.

Peneliti melakukan wawancara

Page 117: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

28

28

dengan beberapa siswa di kelas VIIB,

bahwa cara atau metode guru

membangun komunikasi dengan

siswa berpengaruh terhadap kegiatan

belajar mengajar siswa, dimana

siswa bisa menyimak pelajaran

dengan baik. Demikian halnya

wawancara dengan siswa kelas VIIA,

siswa sangat antusias mengikuti

pelajaran apabila guru bisa

membangun komunikasi dengan

siswa (Wawancaram, 11 September

2103). Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa pengaruh

cara berkomunikasi yang digunakan

guru dengan siswa terhadap kondisi

belajar mereka dalam rangka

pengelolaan siswa sangat

berpengaruh terhadap kondisi belajar

siswa.

Dari hasil penelitian tentang

pengaruh pengaturan kelas dan

pengelolaan siswa tersebut, maka

penulis dapat mengambil suatu

kesimpulan secara umum bahwa

penerapan pengelolaan kelas sangat

berpengaruh terhadap proses belajar

mengajar di Madrasah Tsanawiyah

(MTs) Darul Hikmah Tente.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah

dijelaskan sebelumnya, maka penulis

dapat mengambil suatu kesimpulan,

sebagai berikut:

1. Penerapan pengelolaan kelas di

Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Darul Hikmah Tente dilakukan

dalam dua bentuk, yaitu

pengaturan kelas dan pengelolaan

siswa. Kedua bentuk tersebut

senantiasa diawali dengan

perencanaan oleh guru.

Pengaturan kelas tersebut

menghasilkan kondisi kelas yang

cukup bersih, kondisi

pencahayaan dalam kelas yang

cukup, kedaan suhu udara yang

cukup sejuk, pengaturan formasi

tempat duduk yang variatif dan

integratif dengan pilihan metode

pengajaran yang digunakan oleh

guru, serta tertatanya pajangan

kelas secara rapi dan baik.

Sedangkan bentuk pengelolaan

siswa menghasilkan kondisi siswa

yang mau meneladani siswa lain

yang berperilaku baik dan tidak

meneladani siswa yang

berperilaku sebaliknya (buruk),

terjaganya hubungan sosio-

emosional antara guru dan siswa,

serta terjaganya iklim komunikasi

yang baik antara guru dengan

siswa.

2. Pengelolaan kelas berpengaruh

positif bagi proses kegiatan

pembelajaran di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Darul Hikmah

Tente. Hal ini terlihat dari

berpengaruhnya pengaturan kelas

dan pengelolaan siswa, baik guru

maupun siswa yang terlibat dalam

kegiatan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo

Supriyono. 1991. Psikolgi

Belajar, Cet. I; Jakarta:

Rineka Cipta.

Arends, Richard I. 2007. Learning

To Teach. New York: Mac

Graw Hill

Arfhan., Imron. 1996. Penelitian

Kualitatif Dalam Ilmu-ilmu

Sosial dan Keagamaan, Cet.

III; Malang : Kalimasada

Press.

Page 118: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

29

29

Bafadlol, Fadlol dan Syair. 1990.

Pedoman Madrasah

Tsanawiyah, Cet. I; Jakarta:

Departemen Agama Republik

Indonesia.

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Republik

Indonesia. 1996. Kamus

Besar Bahasa Indonesia

Edisi II, Cet. VII; Jakarta :

Balai Pustaka.

Hornby, A.S. 1995. Oxford

Advanced Learner’s

Dictionary of Current

English Edisi V; Oxford

Universty Press.

Moleong. 1990, Penelitian

Kualitatif, Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Muhadjir. Noen., 1998. Metodologi

Penelitian Kualitatif, Ed. III;

Yokyakarta : Rake Sarasin.

Robinson, D. N. Adjai. 1988. Asas-

Asas Praktek Mengajar,

Kriteria Baru Dalam

Program Pendidikan Jakarta :

Bharata.

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna

Pembelajaran, Bandung:

Alfabeta.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhinya Cet. III;

Jakarta : Rineka Cipta.

Sugiyono. 2007. Metode Peneleitian

Kuantitatif Kualitatif dan

R&D. Bandung : Alfabeta.

____________. 2006. Metode

Penelitian Administrasi,

Bandung, Alfa Beta.

Suparno, et.all.1998, Dimensi-

Dimensi Mengajar Cet. I;

Bandung : Sinar Baru.

Suryosubroto. 1995. Proses Belajar

Mengajar di Sekolah, Jakarta,

Penerbit. Rineka Cipta.

Tim Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan

IKIP Malang. 1988.

Pengantar Dasar-Dasar

Kependidikan Cet. III;

Surabaya : Usaha Nasional.

Usman, Husaini dan Purnomo

Setiadi Akbar, 2003.

Metodologi Penelitian Sosial,

Cet. IV; Jakarta : PT. Bumi

Aksara.

Usman, Moh Uzer. 2001. Menjadi

Guru Profesional Edisi. II,

Cet. XII. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Wursanto, I.G., 1986. Dasar-Dasar

Manajemen Umum Cet. II.

Jakarta, Pustaka Dian.

Page 119: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

30

30

PENERAPAN PENGELOLAAN KELAS DALAM MENGINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 3 PALIBELO TAHUN

PELAJARAN 2012/2013

TRI IRAWATI, M.SI, & ESTAURINA, ENDANG

Dosen STKIP Taman Siswa Bima

ABSTRAK

Kata Kunci : Pengelolaan Kelas, Prestasi Belajara Siswa

Pokok masalah skripsi ini adalah bagaimana penerapan pengelolaan kelas

dan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Palibelo. Tujuan

penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pengelolaan kelas dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Palibelo.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus tunggal. Data penelitian ini

dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, interview, dan

dokumentasi, kemudian di analisis secara reduksi; penyajian data, dan verivikasi

data. Supaya data yang di analisis tersebut terjaga validitasnya maka diadakan

pengecekan keabsahan data dengan menggunakan metode tri angulasi.

Penerapan pengelolaan kelas di SMP Negeri 3 Palibelo dilakukan dalam

dua bentuk, yaitu pengaturan kelas dan pengelolaan siswa. Kedua bentuk tersebut

senantiasa diawali dengan perencanaan oleh guru. Pengaturan kelas tersebut

menghasilkan kondisi kelas yang cukup bersih, kondisi pencahayaan dalam kelas

yang cukup, kedaan suhu udara yang cukup sejuk, pengaturan formasi tempat

duduk yang variatif dan integratif dengan pilihan metode pengajaran yang

digunakan oleh guru, serta tertatanya pajangan kelas secara rapi dan baik.

Sedangkan bentuk pengelolaan siswa menghasilkan kondisi siswa yang mau

meneladani siswa lain yang berperilaku baik, terjaganya hubungan sosio-

emosional antara guru dan siswa, serta terjaganya iklim komunikasi yang baik

antara guru dengan siswa. Pengelolaan kelas berpengaruh positif bagi proses

peningkatan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Palibelo. Hal ini terlihat dari

berpengaruhnya pengaturan kelas dan pengelolaan siswa, baik guru maupun siswa

yang terlibat dalam kegiatan proses pembelajaran.

Dari hasil penelitian tentang pengaruh pengaturan kelas dan pengalolaan

siswa tersebut maka, penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan secara umum

bahwa penerapan pengelolaan kelas sangat berpengaruh pada terhadap pengikatan

prestasi belajar siswa di SMP Negeri 3 palibelo. Dengan demikian hipotesis nol

(Ho) ditolak, atau tidak ada hubungan anatara penerapan pengelolaaan kelasa

dengan prestasi belajar siswa, sedangkan hipotesis alternative (Ha) diterima ini

berarti terdapat hubungan/korelasi antar penerapan pengelolaan kelas dengan

prestasi belajar siwa.

PENDAHULUAN

Peranan guru sangat penting

dalam upaya meningkatkan prestasi

Page 120: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

31

31

belajar siswa. Pernana guru tersebut

diterapkan memalui proses

pembelajaran melalui media

pembelajaran yang tepat. Oleh

karena itu guru perlu melakukan

kreasi teknik/metode

pembelajaranpengajaran sehingga

diharapkan dapat membantu siswa

dalam memahami materi pelajaran

yang diberikan. Hal ini penting

karena dapat mendorong motivasi

dan member arah did al;am proses

pembelajaran di sekolah

Kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang paling pokok, ini

berarti berhasil tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan banyak tergantung

kepada bagaimana proses belajar

yang dialami oleh siswa sebagai anak

didik (Hasis, 2001).

Disadari bahwa aktivitas

belajar bagi siswa individu tidak

selamanya dapat berlangsung secara

wajar, kadang ada yang lancar,

kadang-kadang tidak, kadang ada

yang cepat menangkap apa yang

dipelajari tetapi ada juga yang lambat

dan terasa amat sulit. Setiap individu

memang tidak ada yang sama.

Perbedaan individual inilah yang

menyebabkan perbedaan tingkah

laku belajar di kalangan anak didik

(Ahmadi, 2004).

Secara metodologis, dapat

dikatakan bahwa penanganan

kesulitan belajar dapat dilakukan

melalui peningkatan pembelajaran

remedial (remedial teaching),

bimbingan dan penyuluhan

(guidance and counseling) dan

psikoterapi seyogyanya salah satu

pendekatan yang harus dikuasai dan

dikenal adalah pembelajaran remedial (Hasis, 2001).

Proses pembelajaran remedial

di dalamnya menyangkut perbaikan

aspek-aspek yang ada dalam proses

belajar mengajar, dan lebih bersifat

khusus tergantung macam kesulitan

yang dihadapi siswa. Proses bantuan

dapat ditekankan pada perbaikan

cara belajar mengajar, mengaktifkan

siswa, serta proses evaluasi (Arifin,

1994).

Untuk itu guru sebagai

pendidik sekaligus pembimbing

harus dapat membantu setiap pribadi

siswa dalam memecahkan

masalahnya melalui proses belajar

mengajar, pembelajaran remedial

merupakan salah satu upaya yang

dapat idlaksanakan guna

memberikan peluang besar bagi

setiap pribadi siswa untuk mencapai

prestasi belajar secara optimal

(Hasis, 2001).

Ilmu Pengetahuan Sosial

merupakan mata pelajaran yang

bersumber dari kehidupan sosial

masyarakat yang diseleksi dengan

menggunakan konsep-konsep ilmu

social yang digunakan untuk

kepentingan pembelajaran.

Kehidupan sosial masyarakat

senantiasa mengalami perubahan-

perubahan dari waktu ke waktu.

Perubahan tersebut dapat dilihat baik

dalam konteks keruangan (tempat

tinggal) maupun konteks waktu.

Berbagai perubahan yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat harus

dapat ditangkap oleh lembaga

pendidikan yang kemudian menjadi

sumber bahan materi pembelajaran.

Sumber bahan pelajaran secara

formal dapat dituangkan dalam

bentuk kurikulum.

Pendidikan IPS juga harus

mampu mengatasi masalah-masalah sosial kontemporer pada masyarakat

seperti rendahnya etos kerja dan

menurunnya jiwa kewirausahaan.

Page 121: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

32

32

Hal tersebut sesuai dengan hakikat

IPS yaitu bidang studi tentang

tingkah laku kelompok umat

manusia (the study of the group

behavior of human beings) (Leonard

(1981:42). yang sumber-sumbernya

digali dari kehidupan nyata di

masyarakat. Untuk itu pembelajaran

IPS yang diramu dalam kurikulum

harus memiliki peran penting dalam

menyiapkan peserta didik

mengembangkan nilai nilai kerja

keras, hemat, jujur, disiplin,

kecintaan pada diri dan

lingkungannya serta memiliki

semangat kewirausahaan (Nana

Supriatna, 2007:2). Hal itu senada

dengan pendapat Hamid Hasan

(1996:20) yang menyatakan bahwa

mata pelajaran IPS bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta

didik agar peka terhadap masalah

sosial yang terjadi di masyarakat,

memiliki sikap mental positif

terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan

terampil mengatasi setiap masalah

yang terjadi sehari-hari baik yang

menimpa dirinya sendiri maupun

yang menimpa kehidupan

masyarakat.

Terkait dengan hal tersebut di

atas, tidak dapat dipungkiri bahwa

pelajaran sejarah di SMP Negeri 1

Palibelo, guru sering mengeluhkan

tentang para siswa yang kurang

berhasil, hal ini terlihat nilai siswa

yang masih rendah sehingga

dilakukan tindakan pengajaran

remedial, tetapi belum menunjukkan

hasil yang memuaskan. Hal ini

ditandai dengan banyaknya siswa

yang sudah diberikan pengajaran remedial belum memahami materi

yang diajarkan sebagai yang

diharapkan. Adapula siswa yang

diberikan pengajaran remedial baru

memahami materi yang diajarkan.

Sebaliknya ada pula sebagian siswa

tanpa diberikan pengajaran remidial

sudah memahami materi yang

diajarkan, timbul pertanyaan,

mengapa pengajaran remedial belum

menunjukkan hasil yang

memuaskan? Maka timbul keinginan

penulis untuk mencoba meneliti

pengaruh pengajaran remedial dalam

meningkatkan prestasi belajar sejarah

bagi siswa kelas VII1 SMP Negeri 1

Palibelo.

Pengertian Pengajaran Remedial

Supartini (2001: 171)

mengungkapkan bahwa pengajaran

remedial merupakan bentuk khusus

dari pengajaran yang bersifat

menyembuhkan atau membetulkan.

Pendapat di atas menjabarkan bahwa

pengajaran remedial mempunyai

bentuk yang berbeda dari pengajaran

biasa karena pengajaran remedial

bersifat menyembuhkan sesuatu yang

salah dari pengajran biasa atau

klasikal. Hasis (2001: 64)

menyebutkan bahwa yang

disembuhkan atau dibetulkan dalam

pengajaran remedial adalah

kesulitan-kesulitan belajar yang

dialami oleh siswa. Pandapat di atas

mengungkapkan bahwa setiap

kesulitan belajar siswa harus

disembuhkan atau dibetulkan,

sebelum melakukan pengajaran

remedial guru hendaknya dapat

mengetahui kesulitan yang dialami

oleh siswa sehingga penanganannya

sesuai dengan permasalahan yang

dihadapi. Pengajaran remedial

bersifat individual yang diberikan

kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa

mampu mengikuti pelajaran secara

klasikal sehingga mencapai hasil

Page 122: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

33

33

yang optimal. Definisi di atas

menjabarkan bahwa penyembuhan

dalam pengajaran remedial harus

menyeluruh baik dari dalam diri

siswa maupun alat penunjang

pembelajaran sehingga hasil yang

diperoleh siswa dapat maksimal.

Berkaitan dengan pendapat di

atas Abin Syamsudin (2004: 342)

mengungkapkan bahwa pengajaran

remedial merupakan upaya guru

untuk menciptakan suatu situasi yang

memungkinkan individu atau

kelompok mengembangkan diri

seoptimal mungkin sehingga kriteria

keberhasilan minimal dalam belajar

dapat tercapai. Situasi terebut dapat

tercapai melalui suatu proses

interaksi yang berencana,

terorganisasi, terarah, terkoordinasi

dan terkontrol dengan lebih

memperhatikan keragaman kondisi

objektif individu dan kelompok

siswa yang bersangkutan serta daya

dukung sarana dan lingkungan.

Dalam hal ini siswa dapat

mengembangkan diri menjadi lebih

baik dalam belajar, siswa dapat

memperoleh pengajaran sesuai

dengan kebutuhan masing – masing.

Berdasarkan pendapat dari

beberapa ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa pengajaran

remedial adalah suatu bentuk

pangajaran khusus bersifat remedial

diberikan kepada siswa yang

mengalami kesulitan belajar

sehingga pencapaian hasil belajar

yang optimal dapat tercapai. Yang

diperbaiki adalah keseluruhan proses

belajar mengajar dan keseluruhan

kepribadian siswa. Pemberian

pengajaran remedial diberikan melalui tahapan tertentu yang

disesuaikan dengan karakteristik

kesulitan yang dialami oleh masing –

masing siswa.

Tujuan Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial

mempunyai beberapa tujuan yang

melatarbelakangi program tersebut

dilaksanakan. Hasis (2001: 67)

mengemukakan tujuan pengajaran

remedial adalah membantu siswa

yang mengalami kesulitan belajar

agar dapat mencapai prestasi belajar

dengan baik. Pendapat diatas dapat

dijabarkan bahwa siswa yang

berkesulitan belajar mendapat

penanganan khusus dari guru agar

prestasi belajarnya meningkat.

Supartini (2001: 173)

mengungkapkan bahwa tujuan

pengajaran remedial adalah

membantu siswa mencapai hasil

belajar sesuai dengan tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan

dalam kurikulum. Tujuan pengajaran

yang dimaksud dalam pendapat

diatas adalah agar setiap siswa dapat

mencapai prinsip belajar secara

tuntas yaitu setiap siswa dapat

menguasai materi pelajaran yang

diberikan oleh guru sehingga siswa

dapat memperoleh nilai yang baik.

Abin Syamsudin (2004: 342)

mengemukakan tujuan pengajaran

remedial lebih diarahkan kepada

remedial prestasi dari prestasi yang

telah dicapai dengan menggunakan

proses belajar mengajar biasa. Hasil

dari pengajaran remedial sekurang –

kurangnya dapat memenuhi kriteria

keberhasilan minimal atau

meningkatkan kemampuan

penyesuaian diri baik terhadap diri

sendiri maupun terhadap lingkungan.

Dari pendapat di atas dapat dijabarkan bahwa melalui pengajaran

remedial diharapkan terjadi

perubahan dari siswa yaitu

Page 123: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

34

34

peningkatan prestasi menjadi lebih

baik, siswa juga lebih mampu dalam

menyesuaikan diri terhadap

lingkungan.

Dari uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa tujuan dari

pengajaran remedial adalah

membantu siswa yang mengalami

kesulitan dalam belajar sehingga

siswa tersebut dapat memperoleh

hasil yang optimal dan membantu

kemampuan siswa dalam

penyesuaian diri.

Fungsi Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial

merupakan bagian penting dari

keseluruhan proses pembelajaran.

Pengajaran remdial mempunyai

beberapa fungsi yang penting dalam

pendidikan. Hasis (2001: 68)

menyebutkan beberapa fungsi

pengajaran remedial yaitu:

a. Fungsi korektif yaitu sebagai

pembetulan atau perbaikan

terhadap sesuatu yang dipandang

masih belum mencapai apa yang

diharapkan dalam proses belajar

mengajar.

b. Fungsi pemahaman akan

memungkinkan guru memperoleh

pemahaman yang lebih baik

terhadap siswanya.

c. Fungsi penyesuaian menjadikan

penyesuai yang baik antara siswa

dengan tuntutan dalam proses

belajarnya.

d. Fungsi pengayaan adalah guru

memberikan materi yang tidak

diberikan dalam pengajaran

regular sehingga menambah

pengetahuan siswa

e. Fungsi akselerasi yaitu pengajaran

perbaikan dapat mempercepat proses belajar baik dalam arti

waktu maupun materi

f. Fungsi terapiutik merupakan

pengajaran perbaikan

menyembuhkan atau memperbaiki

kondisi – kondisi kepribadian

kepribadian siswa yang

menunjukkan adanya

penyimpangan.

Metode dan Faktor-Faktor

Pengajaran Remedial

Hasis (2001: 105)

mengemukakan beberapa metode

dalam pengajaran perbaikan antara

lain : a) Metode pemberian tugas, b)

Metode diskusi, c) metode Tanya

jawab, d) metode kerja kelompok, e)

Metode tutor sebaya, f) Metode

pengajaran individual. Purnomo

(2009: 75) menyebutkan beberapa

metode pengajaran remedial yang

berbeda dengan metode diatas yaitu:

a. Metode Ceramah

Merupakan metode yang

disampaikan secara lisan oleh

pengajar didepan siswanya untuk

memperjelas informasi atau

pengetahuan yang belum

dipahami siswa yang mengalami

kesulitan belajar.

b. Metode Role Playing

Merupakan upaya pemecahan

masalah, khususnya yang

berhubungan dengan kehidupan

moral sosial melalui peragaan.

c. Metode Brainstorming

Metode pemecahan masalah

dengan cara setiap siswa yang

tergabung dalam suatu kelompok

mengusulkan dengan cepat semua

kemungkinan pemecahan masalah

tanpa boleh dikritik kemudian

usulan itu ditampung dan

dievaluasi. Keunggulan metode

siswa belajar untuk berfikir kreatif untuk memunculkan pendapat

baru.

d. Metode Demonstrasi

Page 124: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

35

35

Merupakan metode mengajar

dengan cara memperagakan

langsung kepada siswa untuk

memperjelas suatu arti atau

konsep

e. Metode Experimen

Dalam metode ini peserta didik

diminta untuk melakukan

percobaan,

mengerjakan sesuatu serta

mengamati suatu proses dan hasil

percobaan.

f. Metode Karya Wisata

Dalam metode ini siswa pergi

ketempat lain untuk mengerjakan

suatu hal dan meneliti sesuatu

ditempat tersebut, misal di kebun

binatang, pabrik dll. Pada

dasarnya keseluruhan metode

diatas mempunyai tujuan yang

sama yaitu membantu individu

agar lebih memahami suatu materi

yang belum ia pahami dalam

pengajaran regular, yang

membedakan hanyalah metode

yang dipakai yang disesuaika

dengan kebutuhan siswa.

Sementara itu Supartini

(2001: 187) mengemukakan

faktor – faktor yang terkandung

dalam pengajaran remedial yaitu:

a. Sifat remedial yaitu

menyederhanakan konsep yang

kompleks, menjelaskan konsep

yang kabur dan memperbaiki

konsep yang disalah tafsirkan.

b. Jumlah siswa yang

memerlukannya yaitu guru harus

dapat mengambil keputusan

untuk menetapkan jumlah siswa

yang memerlukan bantuan

sehingga kesulitan yang dialami

perseorangan masih sempat diperhatikan.

c. Tempat kegiatan remedial

diberikan yaitu guru harus

mempertimbangkan tempat

pemberian pengajaran perbaikan

yang tepat sehingga siswa tidak

terganggu oleh lingkungan

sekitar.

d. Waktu penyelenggaraan yaitu

meliputi waktu pelaksanaan dan

berapa lama waktu yang

diberikan untuk memberikan

bantuan kepada siswa.

e. Siapa yang memberikan yaitu

berkaitan dengan pihak

bersangkutan dalam pemberian

pengajaran perbaikan dalam hal

ini dalaha guru bidang studi.

f. Metode yang digunakan yaitu

pemilihan metode yang tepat

sesuai dengan kebutuhan siswa.

g. Sarana atau alat yang sesuai

dengan keadaan tersebut yaitu

buku – buku, lembar kegiatan

dan sarana lain harus menunjang

proses pengajaran perbaikan.

h. Tingkat kesulitan belajar siswa

yaitu kemampuan siswa akan

mempengaruhi tingkat kesulitan

belajar yang mereka alami.

Tahap-tahap Pengajaran

Remedial

Terdapat tiga tahap dalam

pengajaran perbaikan yaitu:

a. Perencanaan Pengajaran

Remedial

Proses awal dalam pengajaran

remedial adalah mempelajari

kesulitan belajar yang dialami oleh

siswa. Kesulitan belajar merupakan

suatu kondisi di dalam proses belajar

yang ditandai oleh adanya hambatan

– hambatan tertentu untuk mencapai

hasil belajar (Tidjan dkk, 2000:78).

Sumadi Suryabrata menyebutkan

beberapa ciri anak yang mengalami kesulitan belajar adalah adanya

gangguan motorik, emosional,

persepsi, prestasi, tidak dapat

Page 125: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

36

36

menangkap arti, membuta dalam

mengungkap simbol, tidak dapat

memperhatikan dan mengalami

gangguan ingatan.

Setelah kesulitan belajar atau

masalah yang dihadapi siswa

diketahui proses atau tahap

selanjutnya adalah mendiagnosis

kesulitan belajar siswa. Muhibbin

(2003:186) mengungkapkan bahwa

diagnosis kesulitan belajar

merupakan upaya mengenali gejala

dengan cermat terhadap fenomena

yang menunjukkan kemungkinan

adanya kesulitan belajar siswa.

Dalam proses perencanaan juga

dilakukan penyusunan program

pengajaran perbaikan dan pemilihan

strategi dalam pengajaran perbaikan.

Syamsuddin (2004: 357)

mengemukakan bahwa terdapat tiga

strategi dan pendekatan dalam

pengajaran perbaikan yaitu : 1)

Strategi dan pendekatan yang

bersifat kuratif. Sasaran pokok

tindakan ini adalah membantu siswa

yang prestasinya jauh sekali di

bawah batas kriteria keberhasilan

minimal. 2) Strategi dan pendekatan

yang bersifat preventif. Sasarannya

adalah membantu agar hambatan –

hambatan yang diantisipasikan dapat

dikurangi seminimal mungkin

sehingga siswa dapat mencapai

prestasi dan kemampuan

penyesuaian sesuai kriteria

keberhasilan yang ditetapkan. 3)

Strategi dan pendekatan yang

bersifat pengembangan. Tujuan dari

strategi ini adalah membantu agar

siswa dapat mengatasi hambatan –

hambatan atau kesulitan –kesulitan

yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan proses

belajar mengajar.

Pelaksanaan Pengajaran Remedial

Pelaksanaan pengajaran

perbaikan di sekolah secara skematis

dijelaskan Syamsuddin (2004: 344)

sebagai berikut:

1) Penelaahan kembali kasus dengan

permasalahan (tahapan paling

pokok). Sasaran pokoknya

memperoleh gambaran yang lebih

definitif mengenai karakteristik

kasus tersebut. Sasaran

difokuskan kepada suatu analisis

rasional atas hasil diagnostic yang

telah kita lakukan atau

rekomendasi dari pihak lain (wali

kelas atau guru BK)

2) Menentukan aletrnatif pemilihan

tindakan

Lanjutan dari langkah pertama.

Hasil penelaahan hal pertama

diperoleh kesimpulan mengenai

dua pokok, yaitu 1) Karakteristik

khusus yang akan ditangani secara

umum, maksudnya setelah

disimpulkan memiliki kesulitan

dalam mengembangkan pola

strategi belajar juga dihadapkan

pada masalah lain seperti

hambatan ego emosional, sosial-

psikologis dan penyesuaian diri

terhadap lingkungan. 2) Alternatif

pemecahannya mungkin akan

lebih strategis apabila : langsung

kepada langkah keempat

(pelaksanaan pengajaran

perbaikan) atau harus menempuh

dulu langkah ketiga (layanan

BK/psikoterapi) sebelum lanjut ke

langkah ke-4. Sasaran kegiatan

tahap ini adalah membuat

keputusan pemilihan altenatif

yang ditempuh berdasarkan

pertimbangan yang masuk akal dengan seksama.

3) Layanan bimbingan belajar

Page 126: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

37

37

Layanan ini ditujukan untuk

membantu mengatasi kesulitan

belajar siswa, sehingga siswa siap

kembali untuk melakukan

kegiatan belajar secara wajar dan

realistis.

4) Melaksanakan pengajaran

perbaikan/ remedial

Sasaran pengajaran perbaikan

adalah tercapainya peningkatan

prestasi dan kemampuan

penyesuaian diri sesuai dengan

kriteria keberhasilan yang

dihasilkan. Pengajaran perbaikan

dapat dilakukan pada setiap akhir

jam tertentu,akhir satuan bahan

pelajaran tertentu dan akhir

semester. Bentuk pengajaran

perbaikan dapat berupa pemberian

tugas, diskusi kelompok dan lain

sebagainya.

5) Mengadakan pengukuran prestasi

belajar kembali

Pengukuran terhadap peserta

didik dilaksanakan setelah proses

pengajaran perbaikan.

Pengukuran dilaksanakan untuk

mengetahui kesesuaian antara

rencana dengan pencapaian hasil.

6) Mengadakan re-evaluasi dan re-

diagnostik

Hasil pengukuran pada langkah

kelima ditafsirkan dengan

menggunakan cara dan kriteria

seperti pada proses pembelajaran

yang sesunguhnya. Hasil

penfsiran tersebut akan

menghasilkan tiga kemungkinan

(Syamsuddin, 2004:354):a)

peserta didik menunjukan

peningkatan prestasi dan

kemampuan penyesuaiannya

mencapai criteria keberhasilan minimum seperti yang

diharapkan, b) peserta didik

menunjukkan peningkatan

prestasi dan kemampuan

menyesuaikan dirinya, tetapi

belum sepenuhnya memadai

criteria keberhasilan minimum

yang diharapkan, c) peserta didik

menunjukkan perubahan yang

berarti, baik dlam prestasinya

maupun penyesuaian dirinya.

Sebagai tindak lanjut dari

pengajaran remedial ini ada tiga

kemungkinan yang harus

ditempuh guru yaitu :a) bagi

peserta didik yang berhasil, diberi

rekomendasi untuk melanjutkan

ke program pembelajaran utama

tahap berikutnya, b) bagi peserta

didik yang belum sepenuhnya

berhasil, sebaiknya diberi

pengayaan dan pengukuhan

prestasi sebelum diperkenankan

melanjutkan ke program

berikutnya, c) bagi peserta didik

yang belum barhasil, sebaiknya

dilakukan rediagnostik untuk

megetahui letak kelemahan,

kesalahan atau kekurangan

pengajaran remedial yang telah

dilakukan, sehingga mungkin

perlu adanya ulangan dengan

alternatif yang sama atau

alternative yang lain.

7) Remedial pengayaan atau

pengukuran (tambahan)

Bersifat pilihan yang bersyarat .

Sasaran pokok langkah ini agar

hasil remedial lebih sempurna

dengan diadakannya pangayaan

dan pengukuhan.Secara umum

prosedur pengajaran perbaikan

didasari oleh pokok – pokok

pikiran yang berlaku pada prinsip

belajar tuntas.

Evaluasi Pengajaran Remedial

Pada tahap ini guru memberikan

ulangan kepada siswa dan

Page 127: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

38

38

melakukan penilaian hasil belajar

siswa. Syamsuddin (2004: 368)

mengemukakan tujuan dari

evaluasi pengajaran remedial

adalah untuk mengetahui

kesesuaian antara metode atau

cara pemberian bantuan

pengajaran perbaikan dengan

permasalahan yang, dialami oleh

peserta didik sesuai dengan

kriteria keberhasilan yang telah

ditetapkan.

Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari

dua suku kata, yaitu .prestasi. dan

.belajar. Di dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, yang dimaksud

dengan presatasi adalah: .Hasil yang

telah dicapai (dilakukan,

dikerjakan,\dan sebagainya).

(Depdikbud, 2002: 895)

Adapun belajar menurut

pengertian secara psikologis, adalah

merupakan suatu proses perubahan

yaitu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Perubahan-

perubahan tersebut akan nyata dalam

seluruh aspek tingkah laku. Menurut

Slameto pengertian belajar dapat

didefinisikan sebagai berikut:

.Belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan

lingkungannya. (Salometo, 2003: 2)

M. Ngalim Purwanto (2003:

85) dalam bukunya Psikologi

Pendidikan, mengemukakan bahwa

belajar adalah .tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar

menyangkut berbagai aspek

kepribadian, baik fisik maupun

psikis, seperti: perubahan dalam

pengertian, pemecahan suatu

masalah atau berpikir, keterampilan,

kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Dalam rumusan H. Spears

yang dikutip oleh Dewa Ketut

Sukardi mengemukakan bahwa

belajar itu mencakup berbagai

macam perbuatan mulai dari

mengamati, membaca, menurun,

mencoba sampai mendengarkan

untuk mencapai suatu tujuan.

(Sukardi, 1983: 17)

Selanjutnya, defini belajar

yang diungkapkan oleh Cronbach di

dalam bukunya Educational

Psychology yang dikutip oleh

Sumardi Suryabrata menyatakan

bahwa: belajar yang sebaik-baiknya

adalah dengan mengalami; dan

dalam mengalami itu si pelajar

mempergunakan pancainderanya.

(Suryabrata, 2002: 231)

Berdasarkan definisi yang

dikemukakan beberapa tokoh di atas,

maka penulis dapat mengambil suatu

kesimpulan, bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku

yang merupakan sebagai akibatdari

pengalaman atau latihan. Sedangkan

pengertian prestasi belajar

sebagaimana yang tercantum dam

Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah: .penguasaan pengetahuan

atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimnya ditunjukan dengan nilai tes

atau angka nilai yang diberikan oleh

guru. (Depdikbud, 2003: 895)

Prestasi belajar dapat bersifat

tetap dalam serjarah kehidupan

manusia karena sepanjang

kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan

kemampuan masing-masing. Prestasi

belajar dapat memberikan kepuasan

Page 128: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

39

39

kepada orang yang bersangkutan,

khususnya orang yang sedang

menuntut ilmu di sekolah.

Prestasi belajar meliputi

segenap ranah kejiwaan yang

berubah sebagai akibat dari

pengalaman dan proses belajar siswa

yang bersangkutan. Prestasi belajar

dapat dinilai dengan cara:

1) Penilaian formatif

Penilaian formatif adalah

kegiatan penilaian yang bertujuan

untuk mencari umpan balik

(feedback), yang selanjutnya hasil

penilaian tersebut dapat digunakan

untuk memperbaiki proses belajar-

mengajar yang sedang atau yang

sudah dilaksanakan.

2) Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif adalah

penilaian yang dilakukan untuk

memperoleh data atau informasi

sampai dimana penguasaan atau

pencapaian belajar siswa terhadap

bahan pelajaran yang telah

dipelajarinya selama jangka waktu

tertentu. (Purwanto, 2001: 26)

Pada prinsipnya,

pengungkapan hasil belajar ideal

meliputi segenap ranah psikologis

yang berubah sebagai akibat

pengalaman dan proses belajar siswa.

Yang dapat dilakukan guru dalam hal

ini adalah mengambil cuplikan

perubahan tingkah laku yang

dianggap penting yang dapat

mencerminkan perubahan yang

terjadi sebagai hasil belajar siswa,

baik yang berdimensi cipta dan rasa

maupun karsa. Kunci pokok untuk

memperoleh ukuran dan data hasil

belajar siswa adalah mengetahui

garisgaris besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan

dengan jenis-jenis prestasi yang

hendak diukur. (Muhibin Syah,

2003:150)

Dalam sebuah situs yang

membahas Taksonomi Bloom,

dikemukakan mengenai teori Bloom

yang menyatakan bahwa, tujuan

belajar siswa diarahkan untuk

mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah

tersebut adalah ranah kognitif, afektif

dan psikomotorik. Dalam proses

kegiatan belajar mengajar, maka

melalui ketiga ranah ini pula akan

terlihat tingkat keberhasilan siswa

dalam menerima hasil pembelajaran

atau ketercapaian siswa dalam

penerimaan pembelajaran. Dengan

kata lain, prestasi belajar akan

terukur melalui ketercapaian siswa

dalam penguasaan ketiga ranah

tersebut. Maka Untuk lebih

spesifiknya, penulis akan akan

menguraikan ketiga ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik sebagai

yang terdapat dalam teori Bloom

berikut:

1) Cognitive Domain (Ranah

Kognitif), yang berisi perilaku-

perilaku yang menekankan

aspek intelektual, seperti

pengetahuan, pengertian, dan

keterampilan berpikir.

Bloom membagi domain

kognisi ke dalam 6 tingkatan.

Domain ini terdiri dari dua

bagian: Bagian pertama adalah

berupa Pengetahuan (kategori 1)

dan bagian kedua berupa

Kemampuan dan Keterampilan

Intelektual (kategori 2-6).

a) Pengetahuan (Knowledge)

Berisikan kemampuan untuk

mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,

prinsip dasar dan sebagainya.

Pengetahuan juga diartikan

Page 129: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

40

40

sebagai kemampuan mengingat

akan hal-hal yang pernah

dipelajaridan disimpan dalam

ingatan.

b) Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman didefinisikan sebagai

kemampuan untuk menangkap

makna dan arti yang dari bahan

yang dipelajari. Pemahaman juga

dikenali dari kemampuan untuk

membaca dan memahami

gambaran, laporan, tabel,

diagram, arahan, peraturan, dan

sebagainya.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi atau penerapan

diartikansebagai kemampuan

untuk menerapkan suatu kaidah

atau metode bekerja pada suatu

kasus atau problem yang konkret

dan baru. Di tingkat ini, seseorang

memiliki kemampuan untuk

menerapkan gagasan, prosedur,

metode, rumus, teori, dan

sebagainya di dalam kondisi kerja

d) Analisis (Analysis)

Analisis didefinisikan sebagai

kemampuan untuk merinci suatu

kesatuan ke dalam bagian-bagian,

sehingga struktur keseluruhan

atau organisasinya dapat dipahami

dengan baik. Di tingkat analisis,

seseorang akan mampu

menganalisa informasi yang

masuk dan membagi-bagi atau

menstrukturkan informasi ke

dalam bagian yang lebih kecil

untuk mengenali pola atau

hubungannya, dan mampu

mengenali serta membedakan

faktor penyebab dan akibat dari

sebuah skenario yang rumit.

e) Sintesis (Synthesis) Sintesis diartikan sebagai

kemampuan untuk membentuk

suatu kesatuan atau pola baru.

Sintesis satu tingkat di atas

analisa. Seseorang di tingkat

sintesa akan mampu menjelaskan

struktur atau pola dari sebuah

skenario yang sebelumnya tidak

terlihat, dan mampu mengenali

data atau informasi yang harus

didapat untuk menghasilkan

solusi yang dibutuhkan.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai

kemampuan untik membentuk

suatu mpendapat mengenai

sesuatu atau beberapa hal,

bersama dengan

pertanggungjawaban pendapat itu,

yang berdasarkan criteria tertentu.

Evaluasi dikenali dari

kemampuan untuk memberikan

penilaian terhadap solusi,

gagasan, metodologi, dengan

menggunakan kriteria yang cocok

atau standar yang ada untuk

memastikan nilai efektivitas atau

manfaatnya. Winkel (1996: 247)

2) Affective Domain (Ranah Afektif)

berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek perasaan dan

emosi, seperti minat, sikap,

apresiasi,mdan cara penyesuaian

diri.

Tujuan pendidikan ranah

afektif adalah hail belajar atau

kemampuan yang berhubungan

dengan sikap atau afektif.

Taksonomi tujuan pendidikan

ranah afektif terdiri dari aspek:

a) Penerimaan (Receiving/Attending)

Penerimaan mencakup kepekaan

akan adanya suatu perangsang dan

kesediaan untuk memperhatikan

rangsangsangan itu, seperti buku

pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru. (Winkel,

1996: 248)

b) Tanggapan (Responding)

Page 130: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

41

41

Memberikan reaksi terhadap

fenomena yang ada di

lingkungannya. Meliputi

persetujuan, kesediaan, dan

kepuasan dalam memberikan

tanggapan.

c) Penghargaan (Valuing)

Penghargaan atau penilaian

mencakup kemampuan untuk

memberikan penilaian terhadap

sesuatu dan membawa diri sesuai

dengan penilaian itu.mulai

dibentuk suatu sikap menerima,

menolak atau mengabaikan, sikap

itu dinyatakan dalam tingkah laku

yang sesuai dengan konsisten

dengan sikap batin. (Winkel,

1996: 248)

Kegiatan belajar dilakukan

oleh setiap siswa, karena melalui

belajar mereka memperoleh

pengalaman dari situasi yang

dihadapinya. Dengan demikian

belajar berhubungan dengan

perubahan dalam diri individu

sebagai hsil pengalamannya di

lingkungan. Secara global, faktor-

faktor yang mempengaruhi belajar

siswa dapat kita bedakan menjadi

dua macam:

Faktor Internal (faktor dari dalam

siswa), yakni keadaan atau

kondisi jasmani dan rohani siswa,

meliputi dua aspek yakni:

1. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus

(tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ

tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan

intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran. Kondisi organ tubuh

yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)

sehingga materi yang

dipelajarinya pun kurang atau

tidak membekas.

2. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk

aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan

kualits perolehan pembelajaran

siswa. Namun, di antara faktor-

faktor rohaniah siswa yang pada

umumnya dipandang lebih

esensial itu adalah sebagai

berikut:

1) Tingkat kecerdasan atau

intelegensi siswa

Intelegensi pada umumnya dapat

diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik untuk mereaksi

rangsangan atau menyesuaikan

diri dengan lingkungan dengan

cara yang tepat. Jadi, intelegensi

sebenarnya bukan persoalan otak

saja, melainkan juga kualitas

organ-organ tubuh lainnya. Akan

tetapi, memang harus diakui

bahwa peran otak dalam

hubungan dengan intelegensi

manusia lebih menonjol dari pada

peran organ-organ tubuh lainnya,

lantaran otak merupakan .menara

pengontrol. hampir seluruh

aktifitas manusia. Tingkat

kecerdasan atau intelegensi (IQ)

siswa tak dapat diragukan lagi,

sangat menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa. Ini

bermakna, semakin tinggi

kemampuan intelegensi seorang

siswa mak semakin besar

peluangnya untuk memperoleh

sukses.

2) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang

berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi

atau merespon (response

tendency) dengan cara yang relatif

Page 131: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

42

42

tetap terhadap objek, orang,

barang,dan sebgainya, baik secara

positif maupun negatif. (Muhibin

Syah, 2003: 135) Sikap

merupakan faktor psikologis yang

kan mempengaruhi belajar. Dalam

hal ini sikap yang akn menunjang

belajar seseorang ialah sikap

poitif (menerima) terhadap bahan

atau pelajaran yang akan

dipelajari, terhadap guru yang

mengajar dan terhadap

lingkungan tempat dimana ia

belajar seperti: kondisi kelas,

teman-temannya, sarana

pengajaran dan sebagainya.

(Sabri, 1996: 84)

3) Bakat Siswa

Secara umum, bakat adalah

kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa

yang akan datang. Dengan

denikian, sebetulnya setiap orang

mempunyai bakat dalam arti

berpotensi untuk mencapai

prestasi sampai ke tingkat tertentu

sesuai dengan kapasitas masing-

masing. Jadi, secara global bakat

mirip dengan intelegensi. Itulah

sebabnya seorang anak yang

berintelegensi sangat cerdas

(superior) atau cerdas luar bisa

(very superior) disebut juga

sebagai gifted, yakni anak

berbakat intelektual.

4) Minat siswa

Secara sederhana minat (interest)

berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi seseorang

terhadap sesuatu. Minat dapat

mempengaruhi kualits pencapaian

hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.67

(MUhibinsyah, 2003: 136)

Faktor eksternal (faktor dari luar

diri siswa), terdiri dari factor

lingkungan dan faktor

instrumental sebagai berikut:

a) Faktor-faktor Lingkungan

Faktor lingkungan siswa ini dapat

dibagi menjadi dua bagian yaitu:

faktor lingkungan alam/non sosial

dan faktor lingkungan sosial.

Yang termasuk faktor lingkungan

non sosial/alami ini ialah seperti:

keadaan suhu, kelembaban udara,

waktu (pagi, siang, malam),

tempat letak gedung sekolah, dan

sebagainya. Faktor lingkungan

sosial baik berwujud manusia dan

representasinya termasuk

budayanya akan mempengaruhi

proses dan hasil belajar siswa.

b) Faktor-faktor Instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari

gedung/sarana fisik kelas,

sarana/alat pengajaran, media

pengajaran, guru dan

kurikulum/materi pelajaran serta

strategi belajar mengajar yang

digunakan akan mempengaruhi

proses dan hasil belajar siswa.

(Sabri, 1996: 59-60)

Dari semua faktor di atas,

dalam penelitian kali ini akan

diarahkan pada faktor instrumental

yang di dalamnya guru profesional

itu akan ditunjukan.Faktor-faktor di

atas saling mempengaruhi satu sama

lain. Misalnya: Seorang siswa yang

conserving terhadap ilmu

pengetahuan biasanya cenderung

mengambil pendekatan yang

sederhana dan tidak mendalam.

Sebaliknya seorang siswa yang

memiliki kemampun intelegensi

yang tinggi (faktor Iternal) dan mendapat dorongan positif dari

orang tua atau gurunya (faktor

eksternal) akan lebih memilih

Page 132: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

43

43

pendekatan belajar yang lebih

mementingkan kualitas hasil belajar.

Akibat pengaruh faktor-faktor

tersebut di atas muncul siswa-siswa

yang berprestasi tinggi, rendah atau

gagal sama sekali.

Dalam hal ini seorang guru

yang memiliki kompetensi yang baik

dan profesional diharapkan mampu

mengantisipasi

kemungkinankemungkinan

munculnya siswa yang menunjukkan

gejala kegagalan dengan berusaha

mengetahui dan mengatasi faktor-

faktor yang menjadi penghambat

proses belajar siswa.

METODE PENELITIAN

Adapun jenis penelitian yang

peneliti gunakan adalah jenis

penelitian eksperimen dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian

kuantitatif adalah suatu proses

pengetahuan yang digunakan untuk

menemukan data berupa angka

sebagai alat untuk menemukan

keterangan mengenai apa yang

diteliti atau yang ingin diketahui

(Margono, 2004:109). Data

penelitian kemudian dijabarkan

secara sistematis, faktual dan akurat

tentang suatu objek yang diteliti,

baik fakta-fakta maupun hubungan

antara fenomena-fenomena yang

diteliti kemudian dianalisis secara

sistematis dan tepat sesuai dengan

masalah yang diteliti.

Metode kuantitatif peneliti

perlu melibatkan diri dalam

kehidupan orang-orang yang menjadi

subyek penelitian. Dengan

keterlibatan tersebut, peneliti akan mengetahui kejadian-kejadian yang

terjadi pada waktu melakukan

observasi. Oleh karena itu, harus

berusaha mendapatkan kepercayaan

dari obyek yang diteliti, artinya

menjalin hubungan dengan baik

dengan obyek yang diteliti tersebut.

Sebelum peneliti hadir dilokasi

penelitian, terlebih dahulu peneliti

melakukannya melalui proses dan

prosedur penelitian yaitu

mengadakan koordinasi dengan

dosen pembimbing serta meminta

saran-saran yang berkaitan dengan

penelitian ini. Adapun proses yang

akan dilakukan oleh oleh peneliti

sebelum hadir dilokasi penelitian

adalah:

Melakukan koordinasi dengan

bagian penelitian di STKIP Taman

Siswa selanjutnya penulis meminta

surat ijin penelitian dari Sekolah

Tinggi Keguruan dan Ilmu

pendidikan Taman Siswa Bima

untuk SMP Negeri 1 Belo sebagai

tempat atau lokasi penelitian.

Selanjutnya peneliti akan melakukan

penelitian sesuai dengan waktu yang

ditentukan.

Untuk mendapat data yang

valid, reliabel dan obyektif, maka

diperlukan alat atau isntrumen yang

disusun sedemikian rupa sehingga

diperoleh data yang akurat.

Instrumen adalah alat yang dipakai

oleh peneliti pada waktu

mengumpulkan data (Arikunto,

2002:136). Untuk dapat

mengumpulkan data dalam suatu

penelitian diperlukan adanya

instrumen atau alat penelitian.

Objektif atau tidaknya data

yang dikumpulkan sangat tergantung

dari bentuk instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini,

sehingga hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya secara ilmiah. Adapun

instrumen penelitian yang digunakan

Page 133: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

44

44

dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan test. Adapun test

tersebut merupakan cara untuk

mengumpulkan data kaitannya

dengan apa yang diteliti. Test dalam

penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan data tentang prestasi

belajar IPS sejarah siswa sebagai

data hasil pre-test dan post-test

dalam penelitian. Di dalam

pelaksanaannya test peneliti berikan

(disebarkan) kepada siswa untuk

dijawab dalam bentuk esay. Hal ini

dilakukan guna untuk mempermudah

peneliti dalam menganalisis data

yang diperoleh di lapangan.

Uji Coba Instrumen

1. Viliditas

Untuk instrument yang berbentuk

tes, maka pengujian validitas tes

dapat dilakukan dengan

membandingkan antara isi

instrument dengan materi

pelajaran yang telah diajarkan.

Seorang guru yang memberi ujian

di luar pelajaran yang telah

ditetapkan, berarti instrument

ujian tersebut tidak mempunyai

validitas. Untuk instrument yang

akan mengukur efektivitas

pelaksanaan program, maka

pengujian validitas isi dapat

dilakukan dengan

membandingkan antara isi

instrument dengan isi atau

rancangan yang telah ditatapkan.

(Sugiyono, 2011:353).

2. Realiabilitas

Instrument penelitian yang

realiabilitasnya diuji dengan test

dilakukan dengan mencobakan

instrument pada responden. Jadi

dalam hal ini instrumenya sama, respondenya sama, waktunya

yang berbeda. Realiabilitas diukur

dari koofisien korelasi antara

percobaan pertama dengan yang

berikutnya. Bila koofisien korelasi

positif dan signifikan, maka

instrument tersebut sudah

dinyatakan reliable. Pengujian

cara ini juga disebut stability.

(Sugiyono, 2011:354)

Pengujian dengan dua sisi dengan

taraf signifikasi 5% dengan

kriteria pengujian adalah sebagai

berikut:

a) Jika r hitung ≥ r tabel (uji dua sisi

dengan signifikasi 5%) maka

instrumen atau item pertanyaan

berkorelasi signifikasi terhadap

skor total (dinyatakan valid).

2) Jika r hitung ≤ r tabel (uji dua sisi

dengan signifikasi 5%) maka

instrumen atau item pertanyaan

berkorelasi signifikasi terhadap

skor total (dinyatakan tidak valid).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Metode Angket

Angket adalah “Sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia

ketahui” (Walgito, 1998 : 124).

Pendapat lain menyatakan “Angket

adalah suatu metode pengumpulan

data dengan cara mengajukan suatu

daftar pertanyaan tertulis kepada

sejumlah individu, dan individu yang

diberikan daftar pertanyaan tersebut

diminta untuk memberikan jawaban

secara tertulis pula” (Mardalis, 2001

: 45).

Dari kedua pendapat tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode angket

dalam penelitian ini adalah suatu

metode pengumpulan data dengan

Page 134: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

45

45

cara mengajukan serangkaian

pertanyaan tertulis kepada sejumlah

individu /responden, dan individu

yang diberikan serangkaian

pertanyaan tersebut diminta untuk

menjawabnya secara tertulis pula.

2. Metode Dokumentasi

Dalam buku Metodologi

Penelitian dijelaskan bahwa “Metode

dokumentasi adalah suatu cara untuk

memperoleh data dengan jalan

mengumpulkan segala macam

dokumen serta mengadakan

pencatatan yang sistematis”

(Sugiyono, 1999: 77). Sedangkan

pendapat lain menyatakan bahwa

“Metode dokumen adalah suatu cara

untuk mencari data atu hal-hal yang

berupa catatan transkrip” (Arikunto,

2001: 187).

Dari kedua pendapat di atas,

maka yang dimaksud dengan metode

dokumentasi adalah suatu cara untuk

memperoleh data yang dilakukan

dengan jalan mencatat keterangan-

keterangan yang terdapat dalam

dokumen-dokumen seperti raport,

daftar nilai dan catatan khusus dari

guru yang terkait dengan masalah

yang diteliti.

3. Metode Observasi

Observasi adalah merupakan

salah satu metode untuk

mendapatkan data dalam suatu

penelitian. Hal ini sesuai dengan

pendapat seorang ahli yang

menyatakan bahwa “Observasi

adalah suatu cara pengumpulan data

yang diinginkan dengan jalan

mengadakan pengamatan secara

langsung” (Ahmadi, 1982 : 47).

Sedangkan ahli lain memberikan

batasan “Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan

jalan mengadakan pengamatan

secara langsung dan sistematis”

(Nurkancana, 1981 : 46)

Berdasarkan kedua pendapat

ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa, Observasi adalah cara

pengumpulan data yang sengaja

dilakukan terhadap suatu obyek

penelitian dengan jalan pengamatan

langsung ke lapangan untuk

memperoleh data yang diperlukan.

4. Teknik Wawancara

Metode wawancara dalam

penelitian ini digunakan sebagai

metode pokok. Metode ini dipandang

perlu mengingat metode-metode di

atas masing-masing memiliki

keutamaan dan kelemahan yang akan

diusahakan untuk mengatasinya.

Dengan menggunakan metode

wawancara diharapkan data yang

akan terjaring lewat angket dan

dokumen dapat diperoleh dengan

mudah.

Seorang ahli berpendapat

“Wawancara atau interview adalah

suatu cara pengumpulan data dengan

jalan mengajukan pertanyaan secara

lisan kepada sumber data, dan

sumber juga memberikan jawaban

secara lisan” (Nurkancana, 1981:

61). Sedangkan menurut ahli yang

lain mengatakan “Wawancara adalah

sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawnacara untuk memperoleh

informasi dari wawancara

(interview). Interview juga sering

disebut wawancara atau angket

lisan” (Arikunto, 1992: 126).

Berdasarkan kedua pendapat

tersebut di atas, maka yang dimaksud

dengan Interview dalam penelitian

ini adalah suatu dialog yang akan

diadakan untuk memperoleh data pendukung mengenai variabel

penelitian yang belum terjaring

dengan menggunakan metode angket

Page 135: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

46

46

dan dokumentasi di atas kepada

siswa yang menjadi sampel.

Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi Penelitian

Dalam buku Metodologi

Penelitian dijelaskan bahwa:

“Populasi adalah keseluruhan subyek

yang mempunyai kualitas serta ciri-

ciri tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan”

(Sugiyono, 1999: 57). Sedangkan

ahli lain menyatakan bahwa:

“Populasi adalah semua individu

baik subyek maupun obyek yang

dikenakan perlakuan dalam

penelitian” (Mardalis, 2001:53).

Jadi yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas VII SMP Negeri 1

Palibelo tahun pelajaran 2012/2013

yang berjumlah 125 orang siswa.

Tabel 3.1. Jumlah Populasi

Siswa Kelas VII SMP Negeri

1 Palibelo

No Kelas

Jumlah Siswa

Total Laki-

laki

Peremp

uan

1 VII1 14 11 25

2 VII2 15 12 27

3 VII3 13 12 25

4 VII4 12 12 24

5 VII5 12 12 24

Jumlah 66 59 125

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah proses

pemilihan sejumlah individu

suatu penelitian sedemikian

rupa sehingga individu-

individu tersebut merupakan

perwakilan kelompok yang

lebih besar pada nama orang

dipilih. (Darmadi, 2011:46).

Pemilihan sampel

dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan

random sampling atau teknik

acak. Pada teknik acak ini,

secara teoritis, semua anggota

dalam populasi mempunyai

propabiltas atau kesempatan

yang sama untuk dipilih

menjadi sampel. Teknik

memilih secara acak dapat

dilakukan dalam penelitian

ini adalah dengan cara

manual atau tradisional.

(Darmadi, 2011:57)

Langkah-langkah

yang dilakukan dalam

pemilihan acak ini adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan jumlah populasi dan

dikelompokan dalam kelas

b. Daftar semua anggota populasi

yang dikelompokan dalam kelas,

dimasukan dalam kotak yang

telah diberi lobang penarikan

c. Kocok kotak tersebut dan

keluarkan lewat lubang

pengeluaran yang telah dibuat

d. Nama kelas yang keluar adalah

kelas yang ditunjuk sebagai

sampel penelitian

Dalam pemilihan sampel

penelitian ini, peneliti menggunakan

kelas dalam memilih sampel. Nama-

nama kelas tersebut dimasukan ke

dalam kotak seperti uraian di atas,

dan dikocok. Hasil pemilihan

tersebut, yang keluar sebagai sampel

adalah kelas VII1 sebanyak 25 orang

siswa

Teknik Analisa Data

Setelah data yang diberikan

terkumpul, maka langkah selanjutnya

adalah mengolah data. Mengolah

data ini menggunakan analisis

statistik dengan mempretimbangkan data yang dikumpulkan berupa data

kuantitatif yaitu angka yang

diperoleh dari hasil tes.

Page 136: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

47

47

Adapun rumus yang

digunakan dalam menganalisis

data penelitian ini adalah rumus

regresi linear sederhana sebagai

berikut:

Y = a + b X

𝑎∑𝑌(∑𝑥2) − ∑𝑋. ∑𝑋𝑌)

𝑛∑𝑋2 − (∑𝑥)2

𝑏𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − ∑𝑋∑𝑌)

𝑛∑𝑋2 − (∑𝑋)2

Keterangan:

X = Variabel Bebas

Y = Variabel Terikat

a = Nilai Intercept (Konstant)

b = Koofisien Regresi

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di

SMP Negeri 1 Palibelo dengan

tujuan untuk mengetahui pengaruh

pengajaran remedial terhadap

peningkatan prestasi belajar IPS

Sejarah siswa kelas VII1 tahun

pelajaran 2013/2014.

Perencanaan awal yang

dilakukan oleh peneliti dalam

pengajaran remedial adalah dengan

mempelajari kesulitan belajar yang

dialami oleh siswa. Setelah kesulitan

atau hambatan yang dihadapi siswa

sudah dapat di ketahui tahap

selanjutnya adalah dengan

mendiagnosa atau upaya mengenali

gejala-gejala terhadap fenomena

yang menunjukan kesulitan yang

dihadapi siswa.

Adapun data tentang identitas

siswa diperoleh pada saat penentuan

sampel penelitian, dan sampel dalam

penelitin ini adalah sebanyak 25

orang siswa pada kelas VII1,

sedangkan data-data tentang hasil

pengajaran remedial terhadap

peningkatan prestasi belajar siswa

diperoleh pada saat pelaksanaan tes

yaitu diberikan soal evaluasi

kemudian dilakukan penyekoran

untuk mengathui tingkat

keberhasilan siswa setelah dilakukan

pengajaran remedial.

Langkah-langkah yang dilakukan

dalam pengajaran remedial

adalah sebagai berikut:

i. Melakukan telaah pokok

permasalahan dengan sasaran

pokok memperoleh gambaran

yang lebih definitif tentang

karateristik permasahan tersebut.

Pada tahap awal ini guru

melakukan telaah permasalahan

yang dihadapi siswa selama

melaksanakan proses belajar di

sekolah tersebut. Hal ini

dilakukan agar guru dapat

mengetahui kendala-kendala

yang menyebabkan siswa

mengalami kesulitan dalam

belajar.

ii. Menentukan aletrnatif pemilihan

tindakan

Langkah selanjutnya adalah

hasil penelaahan pada langkah

sebelumnya dipeoleh

kesimpulan mengenai

Karakteristik khusus yang akan

ditangani secara umum,

maksudnya setelah disimpulkan

memiliki kesulitan dalam

mengembangkan pola strategi

belajar juga dihadapkan pada

masalah lain seperti hambatan

ego emosional, sosial-psikologis

dan penyesuaian diri terhadap

lingkungan. Layanan bimbingan

belajar.

Layanan ini ditujukan untuk

membantu mengatasi kesulitan

belajar siswa, sehingga siswa

siap kembali untuk melakukan kegiatan belajar secara wajar

dan realistis.

Page 137: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

48

48

Tahap kedua ini,

guru/peneliti berusaha

semaksimal mungkin

mengambil tindakan dengan

memberikan arahan dan

bimbingan kepada seluruh siswa

agar dapat mengatasi kesulitan

yang dihadapi. Permasalahan

yang dihadapi siswa hadir dari

berbagai macam indikasi yang

membuat siswa tidak dapat

konsentrasi dan antusias dalam

proses pembelajaran. Oleh

karena itu, guru/peneliti

mengembangkan strategis

mengajar siswa dengan cara

melakukan pendekatan secara

indidu kepada siswa dalam

memberikan bimbingan seuai

dengan masalah yang dihadapi.

iii. Melaksanakan pengajaran

perbaikan/ remedial

Sasaran pengajaran perbaikan

adalah tercapainya peningkatan

prestasi dan kemampuan

penyesuaian diri sesuai dengan

kriteria keberhasilan yang

dihasilkan. Pengajaran perbaikan

dilakukan pada setiap akhir jam

tertentu,. Bentuk pengajaran

perbaikan yang dilakukan dalam

penelitian ini berupa pemberian

tugas soal-soal yang akan

dikerjakan untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar siswa.

Pada pelaksanaan remdial

dalam penelitian ini, sebelumnya

guru menyampaikan materi

pembelajaran dengan pola

pembelajaran yang dapat

dipahami siswa. Hal ini

dilakukan agar dalam

pelaksanaan remdial siswa dapat mengerjakn tugas dengan baik

dan dapat memahami materi

dengan seksama.

Setelah guru menyampaikan

materi pembelajaran, guru

memberikan tugas kepada siswa

berupa soal yang akan

dikerjakan secara individu.

Tugas ini diberikan untuk

melakukan penilaian terhadap

hasil belajar siswa dan

dibandingkan dengan hasil

belajar sebelum dilakukan

pengajaran remedial.

Dari hasil remedial/perbaikan

yang dilakukan oleh guru, nilai

evaluasi belajar IPS sejarah

siswa secara keseluruhan yang

diperoleh adalah 1900 dengan

nilai rata-rata 76.

iv. Mengadakan pengukuran

prestasi belajar kembali

Pengukuran terhadap siswa

dilaksanakan setelah proses

pengajaran perbaikan.

Pengukuran dilaksanakan untuk

mengetahui kesesuaian antara

rencana dengan pencapaian

hasil.

Pada tahap ini, guru

melakukan pengukuran kembali

hasil belajar siswa sebelum

dilakukan remedial dan setelah

melakukan remedial.

v. Mengadakan re-evaluasi dan re-

diagnostik

Hasil pengukuran pada

langkah ini ditafsirkan dengan

menggunakan cara dan kriteria

seperti pada proses pembelajaran

yang sesunguhnya. Hasil

penfsiran tersebut akan

menghasilkan tiga yaitu : a)

siswa menunjukan peningkatan

prestasi dan kemampuan

penyesuaiannya mencapai criteria keberhasilan minimum

seperti yang diharapkan, b)

siswa menunjukkan peningkatan

Page 138: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

49

49

prestasi dan kemampuan

menyesuaikan dirinya, tetapi

belum sepenuhnya memadai

kriteria keberhasilan minimum

yang diharapkan, c) siswa

menunjukkan perubahan yang

berarti, baik dalam prestasinya

maupun penyesuaian dirinya.

Sebagai tindak lanjut dari

pengajaran remedial ini ada tiga

akan ditempuh guru yaitu :a)

bagi siswa yang berhasil, diberi

rekomendasi untuk melanjutkan

ke program pembelajaran utama

tahap berikutnya, b) bagi siswa

yang belum sepenuhnya

berhasil, diberi pengayaan dan

pengukuhan prestasi sebelum

diperkenankan melanjutkan ke

program berikutnya, c) bagi

siswa yang belum barhasil,

dilakukan rediagnostik untuk

megetahui letak kelemahan,

kesalahan atau kekurangan

pengajaran remedial yang telah

dilakukan, sehingga perlu

adanya ulangan dengan alternatif

yang sama atau alternatif yang

lain.

vi. Remedial pengayaan atau

pengukuran (tambahan)

Bersifat pilihan yang

bersyarat. Sasaran pokok

langkah ini agar hasil remedial

lebih sempurna dengan

diadakannya pangayaan dan

pengukuhan. Oleh karena pada

tahap evaluasi, siswa mendapat

nilai di atas rata-rata, maka tidak

dilakukan remedial dan berhenti

pada tahap evaluasi.

Dibawah ini adalah skor hasil

evaluasi siswa pada mata pelajaran IPS Sejarah siswa

kelas VII1 SMP Negeri 1

Palibelo tahun pelajaran

2013/2014.

Table 4.1: Daftar nilai Hasil

Evaluasi siswa kelas VII1 pada

Mata Pelajaran IPS Sejarah

No Score Jumlah

Siswa

Kelas

1 80 7 VII1

2 85 6 VII1

3 70 2 VII1

4 60 4 VII1

5 75 6 VII1

Jml 1900 25

Berdasarkan analisis tabel di

atas, menunjukan nilai keseluruhan

yang diperoleh siswa adalah 1900

dengan nilai rata-rata 76. Dari tabel

diatas diketahui bahwa prestasi

belajar siswa kelas VII1 pada

pelajaran IPS Sejarah dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 4.2

Klasifikasi dan Kualifikasi Jumlah

Nilai Evaluasi Siswa

Klasifik

asi

Jumlah

Siswa

Kualisifik

asi

80-89 13 Siswa Tinggi

70-79 8 Siswa Sedang

60-69 4 Siswa Rendah

Jadi berdasarkan tabel

klasifikasi dan kualifikasi di atas,

tingkat prestasi belajar siswa dalam

pelajaran IPS Sejarah yang diambil

dari hasil evaluasi dianggap tinggi,

yakni antara klasifikasi 80-89

sebanyak 13 orang siswa.

Kemuadian yang memperoleh nilai

klasifikasi antara 60-69 dengan

kualifikasi rendah berjumlah 4 orang.

Hal ini menunjukan bahwa dari 4

orang siswa tersebut akan dilakukan

Page 139: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

50

50

remedial karena nilai masih dibawah

standar ketuntasan minimal yaitu 65.

Berdasarkan dari hasil

remedial/perbaikan, kesulitan yang

dihadapi siswa adalah tidak mampu

memahami materi yang disampaikan

oleh guru saat proses pembelajaran.

Hal ini disebabkan siswa kurang

memperhatikan guru saat mengajar.

Kemudian untuk mengatasi hal itu,

guru melakukan tindakan dengan

cara mengulangi atau memperdalam

materi kepada siswa dengan harapan

siswa dapat memahami materi

dengan baik. jenis bantuan yang

diberikan guru adalah dengan

memberikan tugas berupa soal-soal

untuk dikerjakan guna memperbaiki

nilai yang belum mencapai

ketuntasan minimal yaitu dengan

nilai 65. Dari hasil tersebut, siswa

dapat menyelesaikan perkerjaan

dengan baik dan telah mencapai

ketuntasan minimal. Data tentang

program remedial (terlampir).

Dari hasil analisis program

remedial, siswa yang dilakuka

remedial sebanyak 4 orang siswa.

Setelah dilakukan program remdial,

nilai evaluasi belajar siswa

meningkat dan siswa mecapai

ketuntasan hasil belajar karena telam

memenuhi kriteria ketuntasan

minimal yaitu 36. Nilai hasli

remedial (terlampir).

Langkah selanjutnya, untuk

mengetahui tingkat pengaruh

pengajaran remedial terhadap

peningkatan prestasi belajar IPS

Sejarah siswa kelas VII1 adalah

dengan cara menyebarkan angket

kepada siswa dalam bentuk

pertanyaan dan pernyataan dengan jumlah 25 item. Kemudian diisi

sesuai dengan jawaban masing-

masing dan diberikan skor dengan

ketentuan yang ada pada lampiran

skripsi ini.

Yang dimaksud dengan angket

dalam penelitian ini adalah suatu

metode pengumpulan data dengan

cara mengajukan serangkaian

pertanyaan tertulis kepada sejumlah

individu /responden, dan individu

yang diberikan serangkaian

pertanyaan tersebut diminta untuk

menjawabnya secara tertulis pula.

Pada tabel di bawah ini adalah

skor siswa yang diperoleh dari

angket penelitian dengan tujuan

untuk mengetahui pengaruh

pengajaran remedial terhadap

peningkatan prestasi belajar IPS

Sejarah siswa kelas VII1 SMP

Negeri 1 Palibelo.

Table 4.3. Skor Angket siswa

kelas VII1 SMP Negeri 1 Palibelo

No Skor Jumlah

Siswa

Kelas

1 70 13 VII1

2 75 1 VII1

3 65 8 VII1

4 60 1 VII1

Jml 1700 25

Dari hasil perhitungan skor

angket pada tabel di 2.4 di atas, nilai

keseluruhan dari angket adalah 1700

dengan nilai rata-rata 65. Lebih

lanjut, untuk mengetahui klasifikasi

skor jawaban angket dapat dilihat

pada tabel di bawah ini sebagai

berikut:

Tabel 4.4

Klasifikasi Jumlah Skor Jawaban

Angket Siswa

Klasifikasi Jumlah

Siswa

Kategori

25-50 - Rendah

51-75 25 Sedang

Page 140: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

51

51

siswa

76-100 - Tinggi

Berdasarkan tabel klasifikasi di

atas, tingkat pengaruh pengajaran

remedial menurut pendapat siswa

berada pada kategori sedang yaitu

dengan klasifikasi antara 51-75.

Agar data yang terkumpul

punya arti, maka data yang masih

mentah itu perlu di olah dianalisa

secara cermat. Langkah-langkah

analisa data adalah; (a). Merumuskan

Hipotesis Nihil (Ho), (b). Menyusun

Tabel Kerja, (c). Mendistribusikan

Data Kedalam Rumus, (d). Menguji

Nilai t (e). Menarik Kesimpulan.

Berdasarkan hasil perhitungan

berdasarkan langkah-langkah di atas,

memperoleh nilai t hitung sebesar

1.176 sedangkan nilai t-tabel adalah

sebesar 0.396 atau t-hitung (1,176) >

t-tabel (0,396). Hal ini berarti dapat

disimpulkan bahwa, Ho ditolak, Ha

diterima. Untuk lebih jelas menganai

langkah-langkah pengujian hipotesis

di atas, dapat dilihat pada lampiran

dibagian skripsi ini.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakah di

SMP Negeri 1 Palibelo dengan

jumlah sampel 25 orang siswa.

Penelitian dilaksanakan dengan

melakukan pengajaran remedial guna

mengatahui pengaruhnya terhadap

peningkatan prestasi belajar IPS

Sejarah siswa kelas VII1 di SMP

Negeri 1 Palibelo.

Berdasarkan hasil penelitian di

atas, jumlah skor keseluruhan siswa

dari hasil evaluasi adalah 1900

dengan nilai rata-rata 76. dengan

klasifikasi angka yang diperoleh

siswa antara 80-89 dengan

kualisifikasi tinggi sebanyak 13

oarng siswa, 70-79 sebanyak 8 orang

siwa dengan kualisifikasi sedang dan

antara 60-69 sebanyak 4 orang siswa

dengan kualisifikasi rendah. Ini

membuktikan bahwa nilai rata-rata

siswa masuk pada kualisifikasi

tingga yaitu antara 80-89 sebanyak

13 orang. Dari jumlah 25 orang

siswa, 4 orang siswa belum

mendapat kriteria ketuntasan

minimal yaitu dengan memperoleh

nilai 60, sedangkan kriteria

ketuntasan minimal adalah dengan

nilai 65. Dengan demikian dari 4

orang ini akan dilakukan remdial

untuk memnuhi ketuntasan belajar

siswa.

Remedial dilakukan sesuai

dengan permasalahan yang terjadi

sehingga siswa belum mendapatkan

ketuntasan belajar, hal yang

dilakukan guru adalah dengan

memberikan pembinaan kepada

siswa agar lebih memperhatikan guru

di saat proses belajar berlangsung.

Guru melakukan pengulangan materi

dan memberikan tugas berupa soal

untuk memperbaiki nilai yang belum

mencapai ketuntasan minimal. Dari

hasil remedial tersebut, siswa yang

melakukan remedial mengalami

peningkatan dengan nilai 65-70.

Dengan demikian dari 25 orang

siswa telah mencapai kriteria

ketuntasan minimal.

Dari hasil perhitungan tersebut,

bahwa pengajaran remedial mampu

meningkatkan prestasi belajar siswa

karena pengajaran remedial dapat

mengeluarkan siswa dari kesulitan

belajar dan permasalaha yang

dihadapi, pengajaran ini memungkinkan siswa untuk

menciptakan suasana yang dapat

mengembangkan diri seoptimal

Page 141: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

52

52

mungkin sehingga criteria

keberhasilan minimal belajar dapat

tercapai. Proses awal dalam

pengajaran remedial dalam penelitian

ini adalah mempelajari kesulitan

belajar yang dialami oleh siswa.

Kesulitan belajar merupakan suatu

kondisi di dalam proses belajar yang

ditandai oleh adanya hambatan-

hambatan tertentu untuk mencapai

hasil belajar.

Selanjutnya, dalam penelitian

ini siswa diberikan angket untuk

disisi dan diberikan jawaban sesuai

yang ada pada petunjuk angket.

Angket ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar tingkat

pengaruh pengajaran remedial

terhadap peningkatan prestasi belajar

IPS sejarah siswa kelas VII1. Jumlah

pertanyaan dalam angket sebanyak

25 item pertanyaan yang diberikan

skor berdasarkan jawaban masing-

masing. Dari hasil yang diperoleh

dari angket siswa, jumlah kesluruhan

jawaban angket berjumlah 1700

dengan nilai rata-rata 68 dan

kualisifikasi angka antara 51-75

dengan jumlah siswa 25 orang,

berada pada kategori sedang.

Kemudian untuk mengetahui

pengaruh variabel X (pengajaran

remedial) terhadap variabel Y

(prestasi belajar siswa) maka, telah

dilakukan analisis data dengan

menggunakan rumus regresi linear

sederhana. Hasil tersebut menunjuka

nila a adalah 1.702 dan nilai b adalah

4.814. Jadi, persamaan regresi

linearnya adalah . Dari hasil

perhitungan kesalahan standar

estimasi (se) = 0,144 dan kesalahan

standar koofisien regresi = 4.114. setelah hasil ini diperoleh, langkah

selanjutnya adalah menguji nilai t

yaitu nilai b (4,814) dikurangi

dengan hipotesis nol (β) dan dibagi

dengan kesalahan standar koofisien

regresi (Sb/4,114). dari hasil

tersebut, maka nilai t yang diperoleh

adalah 1.176. hal ini menunjukan

bahwa nilai t hitung lebih besar dari

pada nilai nilai t tabel pada taraf

signifikasi 5% atau (1,176) > t tabel

(0,396).

Berdasarkan perhitungan di

atas, ini berarti metode pengajaran

remedial memiliki pengaruh yang

kuat dalam meningkatkan prestasi

belajar IPS sejarah siswa kelas VII1

SMPN 1 Monta. Hal ini menunjukan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

PENUTUP

Dari hasil penelitian yang telah

dijelaskan sebelumnya, maka penulis

dapat mengambil suatu kesimpulan,

sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitian,

jumlah skor keseluruhan siswa dari

hasil evaluasi adalah 1900 dengan

nilai rata-rata 76. dengan klasifikasi

angka yang diperoleh siswa antara

80-89 dengan kualisifikasi tinggi

sebanyak 13 oarng siswa, 70-79

sebanyak 8 orang siwa dengan

kualisifikasi sedang dan antara 60-69

sebanyak 4 orang siswa dengan

kualisifikasi rendah. Ini

membuktikan bahwa nilai rata-rata

siswa masuk pada kualisifikasi

tingga yaitu antara 80-89 sebanyak

13 orang. Dari jumlah 25 orang

siswa, 4 orang siswa belum

mendapat kriteria ketuntasan

minimal yaitu dengan memperoleh

nilai 60, sedangkan kriteria

ketuntasan minimal adalah dengan nilai 65. Dengan demikian dari 4

orang ini akan dilakukan remdial

untuk memnuhi ketuntasan belajar

Page 142: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

53

53

siswa. Dari hasil remedial tersebut,

siswa yang melakukan remedial

mengalami peningkatan dengan nilai

65-70. Dengan demikian dari 25

orang siswa telah mencapai kriteria

ketuntasan minimal.

Hasil yang diperoleh dari

angket siswa, jumlah kesluruhan

jawaban angket berjumlah 1700

dengan nilai rata-rata 68 dan

kualisifikasi angka antara 51-75

dengan jumlah siswa 25 orang,

berada pada kategori sedang.

Kemudian untuk mengetahui

pengaruh variabel X (pengajaran

remedial) terhadap variabel Y

(prestasi belajar siswa) maka, telah

dilakukan analisis data dengan

menggunakan rumus regresi linear

sederhana. Hasil tersebut menunjuka

nila a adalah 1.702 dan nilai b adalah

4.814. Jadi, persamaan regresi

linearnya adalah . Dari hasil

perhitungan kesalahan standar

estimasi (se) = 0,144 dan kesalahan

standar koofisien regresi = 4.114.

setelah hasil ini diperoleh, langkah

selanjutnya adalah menguji nilai t

yaitu nilai b (4,814) dikurangi

dengan hipotesis nol (β) dan dibagi

dengan kesalahan standar koofisien

regresi (Sb/4,114). dari hasil

tersebut, maka nilai t yang diperoleh

adalah 1.176. hal ini menunjukan

bahwa nilai t hitung lebih besar dari

pada nilai nilai t tabel pada taraf

signifikasi 5% atau (1,176) > t tabel

(0,396).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2004. Psikologi Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, H.M.. 1994. Ilmu Pendidikan

Islam, Cet. III; Jakarta : Bumi

Aksara

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur

Penelitian. Jakarta. Rineka

Karya

________________. 2001.

Metodologi Penelitian.

Jakarta. Rineka Karya

________________. 2002. Prosedur

Penelitian-

SuatuPendekatan Praktis,

Jakarta, Rineka Cipta.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode

Penelitian Pendidikan. Bandung:

Alfa Beta

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. 2002. Kamus

Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka)

Hasis, Izhar. (2001). Remedial

Teaching. Malang: Universitas

Negeri Malang Press

Hamid Hasan, S. (1996), Pendidikan

Ilmu Sosial, Jakarta :

Depdiknas.

Leonard, Kenworthy, S. (1981),

Social Studies For The

Eighties, Canada : John

Wiley & Sons.

Mardalis. 2001. Metodologi

Research Social. Jakarta.

Rineka Cipta.

Margono. 2004. Metodologi

Penelitian Pendidikan, PT.

Rineka Cipta: Jakarta

Page 143: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

54

54

Muhibbin Syah. (2003). Psikologi

Pendidikan Dengan

Pendekatan Baru. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Nurkancana. 1981. Evaluasi

Pendidikan. Surabaya. Usaha

Nasional.

Purwanto, Ngalim, M. 2001. Prinsip-

prinsip dan Teknik Evaluasi

Pengajaran, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya)

Purwanto, Ngalim, M. 2003.

Psikologi Pendidikan, (Bandung:

Remaja Rosadakarya)

Purnomo, Sidik. (2009).

Pembelajaran Remedial.

http://kidispur.blogspot.com/2009/01

/. Akses 29 Maret 2010.

Sugiyono.1999. Metode Penelitian.

Jakarta. Haji Mas Agung

________ 2011. Statistika Untuk

Penelitian. Bandung: Alfa

Beta, Cv

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-

Faktor yang

Mempengeruhinya. (Jakarta:

Rineka Cipta)

Sukardi, Dewa Ketut. 1983.

Bimbingan dan Penyuluhan

Belajar di Sekolah,

(Surabaya: Usaha Nasional)

Suryabrata, Sumardi. 2002. Psikologi

Pendidikan, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada)

Sabri, Alisuf. 1996. Alisuf Psikologi

Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya)

Syamsudin, Abin. 2004. Psikologi

Kependidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Supartini, Endang. (2001).

Diagnostik kesulitan Belajar

dan Pengajaran Remedial.

Yogyakarta: FIP-UNY

Walgito. 1998. Bimbingan dan

Penyuluhan di Sekolah.

Yogyakarta. Usaha Nasiona

Page 144: JURNAL PENDIDIKAN IPS SUSUNAN REDAKSI

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 4. No. 1, Januari-juni 2014 ISSN: 2088-0294

36