Top Banner

of 72

Jurnal no. 2

Jul 07, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    1/72

    JURNAL

    Diterbitkan oleh :Pusat Penelitian dan Pengembangan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

    PROFIL KELUARGA YANG AKTIF DALAM POKTAN BINA KELUARGA

    BALITA DAN PENGASUHAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 0-6

    TAHUN

    Hadriah Oesman

    PENGUATAN BINA KELUARGA BALITA

    Najib  

    EVALUASI KEBERADAAN DAN KEAKTIFAN KELOMPOK KEGIATAN

    BINA KELUARGA REMAJA

    Maria Anggraeni

    PERAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA TERHADAP

    PENGETAHUAN TENTANG PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN

    ANGGOTANYA DI PROVINSI JAWA TIMUR

    Darojad N Agung dan Septi Nurhayati  

    FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KADER

    KELUARGA BERENCANA DALAM MENINGKATKAN AKSEPTABILITAS

    PASANGAN USIA SUBUR DI KOTA SURABAYA

    I swar i Hariastuti

    PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA

    PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI

    Rahmadewi  

    KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA| JURNAL KKB |  VOL . 1 |  NO . 2 |  HAL . 1 59 | OKTOBER 2014 | 

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    2/72

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    3/72

     

    Jurnal

    Kependudukan dan Keluarga Berencana

    Volume 1 Nomor 2 Tahun 2014

    Pelindung : Kepala BKKBN

    Pembina : Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan

    Pengembangan

    Penanggung Jawab : 1. Kepala Puslitbang KB dan KS

    2. Kepala Puslitbang Kependudukan

    I. 

    Dewan Redaksi

    Ketua : DR. Rina Herartri, MPS

    Anggota : Dra. Iswarati, SU

    Drs. Muhammad Dawam, MPA

    Ir. Endah Winarni, MSPH

    Drs. T.Y. Prihyugiarto, MSPH

    Dra. Maria Anggraeni, MS

    Syahmida S. Arsyad, MPSRahmadewi, MKM

    II. Mitra Bestari : Prof. DR. dr. Adik Wibowo, MPH

    Prof. DR. Ir. Euis Sunarti, MS

    dr. Agustin Kusumayati, M. Sc, Ph.D

    DR. Sonny Harry B.Harmadi

    DR. Ida Bagus Permana

    DR. Agustina Situmorang, MA

    DR. dr. Dasep Budi AbadiDR. Rita Damayanti, MSPH

    DR. Drs. Chotib, M. Si

    Ir. Lilis Heri Mis Cicih, M. Si

    DR. drg. Indang Tri Handini, M. Kes

    DR. Sri Sunarti Purwaningsih

    SUSUNAN REDAKSI

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    4/72

     

    Jurnal

    Kependudukan dan Keluarga Berencana

    Volume 1 Nomor 2 Tahun 2014

    III. Sekretariat

    Ketua : Kepala Bidang Pemanfaatan dan Evaluasi KB dan KS

    Anggota : Kepala Bidang Program dan Kerjasama Kependudukan

    Kepala Bidang Program dan Kerjasama KB dan KS

    Kepala Subbid Evaluasi dan Pelaporan KB dan KS

    Kepala Subbid Pemanfaatan Hasil KB dan KS

    Kepala Sub Bagian Tata Usaha

    Sirkulasi danDistribusi : Kepala Subbid Kerjasama Litbang

    Kepala Subbid Penyusunan Program

    Tata Letak/ disain : Yudi Permana

    Sukarno

    Alamat Redaksi : Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

    Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana(BKKBN)

    Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma Jakarta

    Timur

    Telp. 021-8009029 ext. 651

    Fax : 021-8008535

    e-mail : [email protected]

    SUSUNAN REDAKSI

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    5/72

    i

    Jurnal

    Kependudukan dan Keluarga Berencana

    Volume 1 Nomor 2 Tahun 2014

    Pembaca yang budiman,

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Nya Jurnal Kependudukan dan Keluarga Berencana volume 1 nomor 2 tahun 2014 dapat

    diterbitkan. Jurnal ini kembali hadir untuk memenuhi keinginan pembaca dalam menambah pengetahuan di Bidang Kependudukan, Keluarga Berencana (KB), Keluarga Sejahtera danPemberdayaan Keluarga (KS-PK). Pada nomor ini Jurnal Kependudukan dan KeluargaBerencana lebih banyak menyajikan topik yang berhubungan dengan Keluarga Sejahtera danPemberdayaan Keluarga (KS-PK).

    Seperti diketahui, Program KS-PK merupakan bagian dari Program Kependudukan danKeluarga Berencana. Program ini menekankan upaya pembangunan keluarga, dimana salah

    satunya diarahkan melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkankeluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Upaya pembinaan ketahanan keluarga diantaranyadilakukan melalui pembentukan kelompok-kelompok kegiatan (POKTAN) seperti BinaKeluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL).

    Pada nomor ini beberapa artikel membahas tentang POKTAN. Hadriah Oesman menyajikan

    tulisan tentang profil keluarga yang aktif dalam POKTAN Bina Keluarga Balita danPengasuhan Tumbuh Kembang Anak Usia 0-6 tahun. Sementara itu, Najib mencoba membahas persoalan yang dihadapi dalam implementasi program BKB, yaitu dari aspek manajemen pengelolaan, unsur penggerak BKB, fasilitas pelayanan, dan sistem pelaporannya. Selanjutnya Maria

    Anggraeni melakukan evaluasi terhadap keberadaan dan keaktifan POKTAN BKR.

    Selain melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, upaya pembangunan keluarga juga diarahkan pada peningkatan kualitas kesehatan reproduksi remaja. Dalam rangkameningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja, Badan Kependudukan dan Keluarga

    Berencana Nasional (BKKBN) membentuk suatu wadah yang bertujuan untuk mempersiapkankehidupan berkeluarga, yaitu Pusat Informasi dan Konseling untuk Remaja (PIK-R).Keberadaan PIK-R sangat penting karena mampu meningkatkan pengetahuan remaja tentang

    kesehatan reproduksi. Hal ini dapat dilihat dalam artikel yang ditulis oleh Rahmadewi dan jugaoleh Darojad Agung Nugroho dan Septi Nurhayati.

    Berbeda dengan kelima artikel sebelumnya, artikel terakhir membahas topik yang beruhubungan dengan KB. Artikel yang ditulis oleh Iswari Hariastuti ini mendiskusikantentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan kader KB dalam meningkatkanakseptabilitas Pasangan Usia Subur di Kota Surabaya.

    Akhir kata, redaksi mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada para penulis,mitra bestari dan semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan jurnal nomorini. Semoga jurnal ini bermanfaat dan dapat membantu memajukan Program Kependudukan danKeluarga Berencana di Indonesia.

    PENGANTAR REDAKSI

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    6/72

    ii

    Jurnal

    Kependudukan dan Keluarga Berencana

    Volume 1 Nomor 2 Tahun 2014

    PROFIL KELUARGA YANG AKTIF DALAM POKTAN BINA KELUARGA

    BALITA DAN PENGASUHAN TUMBUH KEMBANG

    ANAK USIA 0-6 TAHUN

     Hadriah Oesman

    PENGUATAN BINA KELUARGA BALITA

     Najib

    EVALUASI KEBERADAAN DAN KEAKTIFAN KELOMPOK

    KEGIATAN BINA KELUARGA REMAJA

     Maria Anggraeni

    PERAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA

    TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG PENDEWASAAN

    USIA PERKAWINAN ANGGOTANYA DI PROVINSI JAWA TIMUR

     Darojad N Agung Nugroho dan Septi Nurhayati 

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN

    KADER KELUARGA BERENCANA DALAM MENINGKATKAN

    AKSEPTABILITAS PASANGAN USIA SUBUR DI KOTA SURABAYA

     Iswari Hariastuti

    PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN

    REPRODUKSI PADA PUSAT INFORMASI DAN KONSELING

    KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

     Rahmadewi

    DAFTAR ISI

    1 - 12

    13 - 20

    21 - 29

    30 - 35

    36 - 48

    49 - 59

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    7/72

    iii

    Jurnal

    Kependudukan dan Keluarga Berencana

    Volume 1 Nomor 2 Tahun 2014

    1.  Naskah

    A.  Naskah ditulis dengan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dengan subtansi

    materi meliputi Bidang kependudukan, Keluarga Berencana, Kesehatan

    Reproduksi, dan Keluarga Sejahtera

    B.  Naskah dibuat sebanyak 8-12 halaman menggunakan Microsoft Word  dengan

    tipe huruf times new roman berukuran 11 pt dan spasi 1.

    C.  Naskah dibuat dalam 2 kolom, dengan aturan tata letak sebagai berikut :

    1)  Marjin kiri : 3 cm

    2)  Marjin kanan : 3 cm

    3) 

    Marjin atas : 3 cm

    4)  Marjin bawah : 3 cm

    5)  Jarak antar kolom : 1 cm

    2.  Sistematika (Tanpa numbering )

    A.  Hasil Penelitian dan Pengembangan

    ABSTRAK

    PENDAHULUAN(berisi Latar belakang, perumusan masalah, tujuan, teori/ kerangka konsep,

    hipotesis [opsional dibuatdalam bentuk paragraf bukan dalam sub bab)

    METODE PENELITIAN

    waktu dan tempat,

    metode sampling [opsional],

     bahan/cara pengumpulan data,

    metode analisis data

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    SIMPULAN (berbentuk narasi)

    DAFTAR PUSTAKA

    PANDUAN PENULISAN JURNAL

    KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    8/72

    iv

    B.  Artikel hasil pemikiran/telaah/kajian

    ABSTRAK

    PENDAHULUAN

    PEMBAHASANPENUTUP

    DAFTAR PUSTAKA

    3.  Aturan Penulisan Artikel

    a.  Judul, nama, dan alamat

    1)  Judul diketik dengan huruf kapital tebal (bold) Times new Roman 12 pt dan

    harus mencerminkan inti tulisan. Apabila judul ditulis dalam bahasa

    Indonesia, maka di bawahnya ditulis ulang dalam bahasa Inggris; begitu juga

    sebaliknya.Hindari kata “Pengaruh”, “Analisis”, dan “ Studi”, dan judul maksimal 14

    kata tanpa singkatan

    2)  Nama penulis diketik dengan huruf tebal di bawah judul, ditulis lengkap

    tanpa menyebutkan gelar. Jika penulis terdiri lebih dari satu orang maka

    harus ditambahkan kata penghubung ’dan’ (bukan lambang ’&’). 

    3)  Alamat penulis (nama dan alamat instansi tempat bekerja) ditulis lengkap

     beserta e-mail di bawah nama penulis. Jika alamat lebih dari satu, maka

    harus diberi tanda asterisk * dan diikuti alamat sekarang.

    Contoh penulisan :

    Penulis1

     dan Penulis2

     1 Nama instansi/lembaga penulis

    Alamat instansi lengkap

    e-mail: penulis12 Nama instansi/lembaga penulis 

    Alamat instansi lengkap

    e-mail: penulis2

    b.  Abstrak dan kata kunci

    1)  Abstrak  ditulis dalam satu paragraf dengan huruf cetak miring (italic)

     berjarak satu spasi. Jenis huruf times new roman 10 pt. Maksimal 150 katadalam bahasa Inggris dan 250 kata dalam bahasa Indonesia.

    2)  Kata kunci terdiri dari 3 –  5 kata/frase, ditulis dengan huruf cetak miring

    (italic).

    3) 

    Jika Abstract dalam bahasa Inggris maka diikuti Keywords dalam bahasa

    Inggris. Jika Abstrak dalam bahasa Indonesia, maka diikuti Kata kunci

    dalam bahasa Indonesia

    c.  Tabel

    1)  Judul tabel ditampilkan di bagian atas tabel, rata kiri (bukan center), ditulis

    menggunakan font Times New Roman ukuran 10.

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    9/72

    v

    2)  Tulisan ‘Tabel’ dan ‘nomor’ ditulis tebal (bold), sedangkan judul tabel

    ditulis normal. Gunakan angka Arab (1, 2, 3, dst.) untuk penomoran judul

    tabel.

    3) 

    Tabel ditampilkan di tengah halaman (center). Jenis dan ukuran font untuk

    isi tabel bisa disesuaikan menurut kebutuhan (Times New Roman atau Arial Narrow ukuran 8 — 11) dengan jarak spasi tunggal.

    4)  Pencantuman sumber atau keterangan diletakkan di bawah tabel, rata kiri,

    menggunakan font Times New Roman ukuran 8.

    5)  Jumlah tabel atau gambar dalam satu artikel maksimal 5 buah

    Contoh penyajian tabel :

    Tabel 1.  Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi MKJP Menurut Kabupaten di Provinsi X Tahun 2012 

    No. Kabupaten IUD Implan MOP MOW

    1. Kota A 10,0 6,8 2 102. Kabupaten B 12,2 8,4 1,2 83. Kabupate n C 8,2 5,4 1,5 64. Kabupaten D 5,4 6,5 0,9 85. Kabupate n E 12,4 4,9 1,5 4

    Provinsi 9,71 6,4 1,42 7,1Sumber :Survai tahun 2012

    d.  Gambar, Grafik, Foto, atau Diagram

    1) 

    Keterangan gambar, grafik, foto, atau diagram ditulis di bawah ilustrasi,menggunakan font Times New Roman ukuran 10, ditempatkan di tengah

    (center).

    2)  Tulisan ‘Gambar, Grafik, Foto, atau Diagram’ dan ‘nomor’ ditulis tebal

    (bold), sedangkan isi keterangan ditulis normal.

    3)  Gunakan angka Arab (1, 2, 3, dst.) untuk penomoran gambar, grafik, foto,

    atau diagram.

    4) 

    Gambar, grafik, foto, atau diagram ditampilkan di tengah halaman (center).

    5)  Pencantuman sumber atau keterangan diletakkan di bawah ilustrasi, rata kiri,

    menggunakan font Times New Roman ukuran 8.

    6) 

    Gambar, grafik, foto, atau diagram dalam format file .jpg warna hitam putih,

    kecuali jika warna menentukan arti

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    10/72

    vi

    Contoh penyajian grafik :

    Sumber  : Survei tahun 2012

    Grafik 1.

    Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi MKJP menurut Kabupatendi Provinsi X tahun 2012

    e.  Penulisan Kutipan dan Daftar Pustaka

    1)  Referensi mengacu kepada APA ( American Psychological Assosiation) Style 

    2)  Tanggal publikasi dituliskan setelah namapengarang.

    3)  Referensi di dalam isi tulisan mengacu pada item di dalam daftar pustaka

    dengan cara menuliskan nama belakang (surname) pengarang diikuti tahun

     penerbitan yang dituliskan di antara kurung.

    4)  Urutan daftar pustaka adalah berdasarkan nama belakang pengarang. Jika

    suatu referensi tidak memiliki nama pengarang maka judul referensi

    digunakan untuk mengurutkan referensi tersebut di antara referensi lain yang

    tetap diurutkan berdasarkan nama belakang pengarang.

    5)  Daftar pustaka tidak dibagi-bagi menjadi bagian-bagian berdasarkan jenis

     pustaka, misalnya buku, jurnal dan sebagainya.

    6)  Judul referensi dituliskan secara italic.

    f.  Penulisan contoh Daftar Pustaka disusun berdasarkan nama belakang

    pengarang nomor urut pustaka yang dikutip

      Rujukan dalam majalah ilmiah: 

    Jenie, S.N.A. 2009. Synthesis of Phenolic Formaldehyde Resole resin as

    Wood Adhesive using Bio Oil. Widyariset ,12(1): 41 — 48.

      Rujukan berupa buku (satu penulis): 

    Hasan,  S. H. 2008.  Evaluasi Kurikulum. Bandung Remaja Rosdakarya.

    0

    5

    10

    15

    Kota A Kabupate n C Kabupate n E

    IUD Implan MOP MOW

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    11/72

    vii

      Rujukan berupa buku (terdiri dari dua hingga empat penulis): 

    Bambang, D. dan R. Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Tulis Ilmiah. Jakarta:

    Rhineka Cipta.

    Ostergren, R. Clifford,  C. L. Kluge, and H. Bungert. 2006.Wisconsin

    German Land and Life. Madison: University of Wisconsin.

      Rujukan berupa buku (lebih dari empat penulis): 

    Maryanto, I. dkk. 2007.  Nama Daerah Mamalia di Indonesia. Jakarta:

    LIPI Press.

    Turabian,  K. L. et al. 2007.  A Manual for Writers of Research Papers, 

    Theses,  and Dissertations (7th  ed.). Chicago: University of Chicago

    Press.

      Rujukan berupa buku tanpa pengarang, tetapi ditulis atas nama

    lembaga:

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2009. Standar Kompetensi Jabatan

     Fungsional Peneliti. Jakarta: LIPI.

      Rujukan berupa bunga rampai:

    Imron, M. B. 2005. Pola Komunikasi Kepemimpinan Taufik Abdullah.

    Dalam M. Hisyam dkk. (Ed.). Sejarah dan Dialog Peradaban:81 — 92. Jakarta: LIPI Press.

      Rujukan dalam prosiding: 

    Tang, M. 2007. Nilai-Nilai Budaya di dalam Sastra daerah yang Mendasari

    Sekuritas Sosial Tradisional Etnis Bugis. Prosiding Kongres

     Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Selatan Tahun 2007 :

    219 — 232. Makassar, 22 — 25 Juli 2007: Pusat Bahasa Sulawesi Selatan.

      Rujukan berupa media massa (tanpa nama penulis): 

    Kambing Hitam Kemiskinan. 2006. Kompas, 25 November: 33.

      Rujukan berupa media massa (terdapat nama penulis): 

    Abimanyu, A. 2010. Kontroversi Dana Dapil. Republika, 7 Juni:1.

      Rujukan dari internet (tanpa nama penulis) 

    Guidelines forProperScientific Conduct inResearch.2010.

    (http://www.imperial.ac.uk/secretariat/policiesandpublications/

    otherpolicies/properscientificconduct ,diakses 25 Juni 2010).

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    12/72

    viii

      Rujukan dari internet (terdapat nama penulis): 

    Rustandy,T. 2006. Tekan KorupsiBangun Bangsa.

    (http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1291,diakses

    14 Januari 2007).

      Rujukan berupa makalah dalam pertemuan ilmiah, kongres,

    simposium, atau seminar yang belum diterbitkan:. 

    Darsono, P. 2004. Teripang Perlu Dilindungi.  Makalah dalam Lokakarya

    Usulan Jenis Satwa dan Tumbuhan yang Perlu Dilindungi di Indonesia.

    Bogor ,  8 Desember: Pusat Penelitian Biologi LIPI.

     

    Rujukan berupa laporan penelitian: Sumaryanto. 2008. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani pada Berbagai

     Agroekosistem. Laporan Penelitian,  Pusat Analisis Ekonomi dan

    Kebijakan Pertanian. Bogor: Kementerian Pertanian.

      Rujukan berupa skripsi/tesis/disertasi: 

    Wijana, I. D. P. 2007. Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja. Tesis, 

    Fakultas Ilmu Budaya. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

      Rujukan berupa dokumen paten:

    Sukawati, T. R. 1995. Landasan Putar Bebas Hambatan. Paten Indonesia No.

    ID/0000114

    g.  Pengiriman naskah

       Naskah dikirimkan berupa  softcopy /file melalui email :

     [email protected] 

       Naskah yang dikirim mohon disertakan biodata ringkas penulis yang terdiri

    dari : Nama lengkap; institusi; alamat institusi; riwayat pendidikan; karya-

    karya yang penah dipublikasikan; nomor telpon; dan email.

     

     Naskah yang dikirim merupakan naskah asli (bukan plagiasi), belumdipublikasikan atau diterima oleh jurnal lain.

      Kepastian naskah diterima atau tidak akan disampaikan melalui email.

    Alamat redaksi Jurnal Kependudukan dan KB:Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

    Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)

    Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur

    Telp. 021-8009029 ext. 651

    Fax : 021-8008535

    e-mail :  [email protected] 

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    13/72

    ix

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    14/72

    1

    PROFIL KELUARGA YANG AKTIF DALAM POKTAN BINA KELUARGA

    BALITA DAN PENGASUHAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 0-6 TAHUN

    FAM I LY PROFI LE WHI CH ACTIVELY PARTICIPATED IN EMPOWERMENT

    PROGRAM OF FAM ILY WITH CHI LDREN AGED 0-6 YEARS OLD  

    Hadriah Oesman Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana 

    Jl. Permata No.1, Halim Perdama Kusuma Jakarta Timur

    e-mail: [email protected]

    ABSTRACT

    The Research studies the characteristics of families with children 0 to 6 years of age who participate

    actively in groups of Family with Children Under Five Empowerment (FCUFE). The variables studied in

    this analysis include socio-demographic factors of families, parenting skills as well as family information

     source on early childhood development. The data used in this study is the result of survey indicators of Long Term Development Plans, 2012. The study result shows that most of 2,234 families who are activein the groups of FCUFE are in the age group of 30 years. Education level of the most of families are

     primary school and above, living in rural area, unemployed, having 1-2 children, and lower economic

     status. They are more likely to use contraception, more exposure to information, and better parenting

     skills than those who do not participate actively in FCUFE.

    Keywords : children 0 to 6 years, FCUFE, childhood development

    ABSTRAK

    Studi ini mempelajari karakteristik keluarga yang memiliki anak usia 0-6 tahun dilihat dari faktor-faktor

     sosiodemografi, pengasuhan tumbuh kembang anak dan sumber informasi keluarga yang berpartisipasi

    aktif dalam Poktan (Kelompok Kegiatan) Bina Keluarga Balita (BKB) di Indonesia. Sumber data yang

    digunakan adalah Survei Indikator Kinerja Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

     Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2012. Hasil analisis diskriptif

    menunjukkan, dari 2.234 keluarga yang aktif dalam poktan BKB pada umumnya berada pada kelompok

    usia ibu di atas 30 tahun, berpendidikan tamat SD ke atas, berdomisili di perdesaan, tidak bekerja,

    memiliki anak 1-2 orang dan berada pada tingkat kesejahteraan kurang mampu (pra KS dan KS1). Proporsi kesertaan ber KB, keterpaparan terhadap berbagai sumber informasi serta pola pengasuhan

    tumbuh kembang anak dengan katagori ‘baik’, persentasinya relatif lebih tinggi dibanding dengan

    keluarga yang tidak aktif dalam BKB. Rasio kecenderungan keluarga ikut BKB yang diperoleh dengan

    menggunakan tabel kontingensi dua arah menunjukkan bahwa sumber informasi dari petugas, teman dan

    keluarga, tingkat pendidikan serta pekerjaan ibu menunjukkan hubungan asosiasi yang signifikan pada

    keluarga yang aktif dalam BKB. Pengasuhan tumbuh kembang anak, terutama pengasuhan dari aspek fisik dan sosial juga memperlihatkan hubungan yang signifikan pada nilai p

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    15/72

    2

    PENDAHULUAN

    Pembentukan Kelompok Kegiatan BinaKeluarga Balita (Poktan BKB), yang me-rupakan bagian dari program Kependudukan

    dan Keluarga Berencana dilakukan sebagaiwadah pembinaan keluarga untuk mening-katkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kem- bang anak. Melalui BKB diharapkan setiap

    keluarga dapat meningkatkan kemampuanterutama dalam membina anak balita se-

    hingga anak akan tumbuh dan berkembangsecara optimal. Selain itu, hakekat kegiatanBKB adalah sebagai satuan kegiatan dalam peningkatan dan pembinaan kesertaan ber-

    KB bagi keluarga balita dalam mendukungterwujudnya keluarga kecil bahagia dansejahtera.

    Anak usia bawah lima tahun (balita)merupakan “ periode emas atau golden period ”, dimana pada masa ini pertumbuhanfisik, mental serta intelektual berkembangsangat cepat. Pada masa ini potensi-potensi

    yang dimiliki seseorang yang akan berkem- bang secara optimal apabila mendapat rang-sangan yang tepat. Oleh karena itu kemam- puan dan peran orang tua dan keluarga

    dalam memenuhi kebutuhan akan asuh, asihdan asah melalui komunikasi yang baik dan benar.

    Sasaran yang ingin dicapai menurutRen-cana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 bidang Ke- pendudukan dan Keluarga Berencana dalamkegiatan pembinaan ketahanan keluargaadalah meningkatkan ketahanan keluargadalam rangka peningkatan kesertaan, pembinaan, serta kemandirian ber KB bagiPasangan Usia Subur (PUS) anggota ke-

    lompok kegiatan di antaranya melalui BKB.Dengan keikutsertaan keluarga yang

    mempunyai balita dan anak dalam BKB,diharapkan dapat meningkatkan partisipasi

    keluarga dalam pembinaan tumbuh kembanganak menjadi sekitar 80 persen pada tahun2014. Sementara Rencana Kerja Pemerintah(RKP) mengharapkan agar seluruh keluargayang punya balita memperoleh informasi

    tumbuh kembang anak melalui kegiatanBKB dan diharapkan keluarga Balitatersebut menjadi anggota BKB aktif  

    (Bappenas, 2010).

    Kesertaan keluarga yang punya anak balita dan anak untuk aktif dalam BKBmasih sangat rendah, yaitu 15,5 persen daritotal keluarga. Menurut Survei RPJM dalam5 tahun terakhir, kesertaan keluarga belum

    terjadi peningkatan yang berarti, bahkancenderung turun. Hasil survei RPJMN tahun2008 sampai dengan tahun 2012 secara berturut-turut angkanya sebesar 20; 21; 20;14; dan 15,5 persen.

    Oleh sebab itu, melalui analisis datasekunder data survei RPJMN tahun 2012 ini,

    ingin diketahui gambaran karakteristikkeluarga yang aktif dalam Poktan BinaKeluarga Balita, seperti apa pola peng-asuhan tumbuh kembang anak yang

    dilakukan atau diketahui keluarga yangmemiliki anak usia balita dan pra sekolah(usia 0-6 tahun) di Indonesia. Hasil pene-litian ini diharapkan dapat memberikanmasukan kepada penentu kebijakan, pe-ngelola program Kependudukan dan Ke-luarga Berencana, khususnya di bidangkeluarga sejahtera sebagai bahan evaluasi

    dan penyusunan strategi penggarapan bagikeluarga yang punya anak usia 0-6 tahun.

    Kesertaan keluarga yang memiliki anak balita dan anak usia pra sekolah (0-6 tahun)

    untuk aktif dalam BKB masih sangat rendah(15,5 persen), masih jauh dari yang diha-rapkan dalam Rencana Kerja pemerintah.

    Studi ini bertujuan untuk mengetahuikarakteristik keluarga yang memiliki balitadan anak usia pra-sekolah (0-6 tahun) yangaktif dalam kegiatan Poktan BKB. Secarakhusus bertujuan untuk:1.  Mengetahui karakteristik sosiodemografi

    keluarga aktif BKB2.  Mengetahui pola asuh keluarga terhadap

    tumbuh kembang balita dan anak usia pra

    sekolah yang aktif dalam BKB3.  Mengetahui sumber informasi keluarga

    yang aktif dalam BKB4.  Mengetahui rasio probabilitas keluarga

    yang aktif dalam BKB menurut karak-teristik

    Teori dan Kerangka Pikir

    BKB adalah wadah kegiatan yang ber-

    anggotakan keluarga yang mempunyai anakusia balita, anak usia pra sekolah dan usiasekolah hingga 10 tahun, yang bertujuanuntuk meningkatkan pengetahuan dan

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    16/72

    3

    keterampilan orang tua dan anggota keluargalainnya dalam pengasuhan dan pembinaantumbuh tumbuh kembang anak dalamrangka meningkatkan kesertaan, pembinaandan kemandirian ber KB bagi PUS anggota

    kelompok kegiatan. Terbentuknya kelompokkegiatan BKB dirintis oleh BKKBN sejaktahun 1984.

    Pengasuhan dan pengembangan anakusia dini merupakan program yang dibuat

    untuk menindaklanjuti kesepakatan globaldalam mewujudkan dunia yang layak bagi

    anak. Program ini meliputi semua dukunganyang harus diberikan kepada anak untukmenjamin kelangsungan hidupnya yangharus diberikan oleh orang tua atau keluarga

    dan masyarakat dalam mempromosikananak yang sehat. Menurut Pasal 28 UUSisdiknas No.20/2003 ayat 1 rentang waktuanak usia dini adalah 0-6 tahun, meliputi Infant   (0-1 tahun), Toddler (2-3 tahun) dan Preschool/ Kindergarten children  (3-6tahun).

     Pola Asuh  adalah perawatan tumbuh

    kembang anak balita dan anak usia prasekolah yang diberikan orang tua, baik dariaspek fisik, mental dan sosial anaknya.Tumbuh kembang fisik anak , meliputi

    variabel: anak diukur tinggi dan berat badan,mengajari anak berperilaku hidup sehat,diimunisasi, diobati kalau sakit, diberimakan yang bergizi serta diberi ASI danvitamin. Tumbuh kembang mental anak : ortumenemani anak bermain, ortu menemanianak belajar, mengajari berterimakasih, ortusebagai panutan, mengajari menghormati,menghargai orang lain, memacu kreativitasanak dan mengajari beribadah. Sedangkantumbuh kembang sosial anak : orang tuamemberi kesempatan bermain, anak di-

    kursuskan, disekolahkan, dll.Keluarga dikatakan aktif dalam poktan

    BKB apabila keluarga tersebut tercatatsebagai anggota BKB dan hingga saat survei

    dilakukan masih aktif mengikuti kegiatantersebut. Kesertaan keluarga yang punyaanak balita yang aktif dalam Poktan BKBcenderung rendah, bahkan mengalami penurunan dari 20 persen (survei RPJMN

    tahun 2008) menjadi 15,5 persen (RPJMN2012). Menurunnya minat keluarga yangmempunyai anak balita untuk ikut sertadalam BKB karena berbagai alasan, antara

    lain karena alasan ekonomi. Akibat kebutuh-an keluarga, banyak orang tua yang hanyamementingkan kegiatan ekonomi tanpamenyadari kewajibannya untuk pembinaantumbuh kembang balitanya.

    Menurut  Lawrence Green (2005), peri-laku seseorang terhadap perilaku kesehatandipengaruhi oleh  predisposing factor,enabling factor   dan reinforcing factor . Predisposing factor   meliputi pengetahuan,

    sikap masyarakat, dan kepercayaan terhadaphal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,

    sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dansebagainya.  Enabling factor   atau faktor pemungkinan mencakup ketersediaan sarana

    dan prasarana atau fasilitas kesehatan ma-syarakat yang menjadi sarana dan prasarana pendukung. Sementara  Reinforcing faktor  atau faktor penguat menyangkut sikap dan perilaku petugas, dalam hal ini termasuk petugas KB, petugas kesehatan, kader, tokohmasyarakat, agama, dan juga undang-undang atau peraturan. Media komunikasi

    sangat berperan dalam mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat. MenurutSiegel dalam Taylor (1999), dukungan sosialadalah informasi dari orang lain yang

    merupakan bagian dari jaringan komunikasiakan berperan dalam hal ini. Sumber daridukungan sosial adalah orang lain, seperti pasangan hidup, orang tua, saudara, kerabat,teman serta anggota dari kelompok ma-syarakat lain yang akan berinteraksi denganindividu.

    Dalam kaitan tentang Keluarga yangaktif dalam Poktan BKB, denganketerbatasan variabel yang ada pada surveiRPJMN, diperlukan beberapa variabelseperti variabel tingkat pendidikan ibu,

     pekerjaan, tingkat kesejahteraan, dll, yangmerupakan  pre-disposing factor .

     Reinforcing factor   atau faktor penguatmeliputi variabel sumber informasi dari

    media, petugas dan relasi, seperti teman,keluarga dan lainnya akan dilakukananalisis. Sedangkan enabling factor   ataufaktor sarana dan prasarana tidak dapatdianalisis karena variabelnya tidak tersedia.

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    17/72

    4

    METODE

    Penelitian ini merupakan analisis datasekunder dari data Survei Indikator KinerjaRPJMN Program Kependudukan dan

    Keluarga Berencana Nasional tahun 2012, diseluruh provinsi di Indonesia. Disain surveiRPJMN berupa non eksperimen dengandisain kuantitatif, yaitu wawancara langsungterhadap keluarga terpilih. Sebagai unit

    analisis adalah semua keluarga yangmempunyai anak balita dan usia pra sekolah

    (umur 0-6 tahun) yang aktif sebagai anggotaBKB (Bina Keluarga Balita). Mengingatketerbatasan variabel yang ada, tidak semuavariabel yang tersedia dalam survei RPJMN

    dapat dianalisis.Variable yang berkaitandengan keaktifan keluarga dalam BKBdipilih sesuai tujuan. Namun demikian,variabel yang ada sangat terbatas untukmenjelaskan tujuan penelitian secara luas.

    Variabel yang diamati meliputi :-  Karakteristik sosiodemografi: umur,

     pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan

    suami, tempat tinggal, jumlah anakmasih hidup, jumlah anak balita yangdimiliki, tingkat kesejahteraan

    -  Kesertaan ber KB, sumber informasi

    KB, dan adanya pembinaan oleh petugasterhadap kelompok BKB. Variabel sum- ber informasi KB diperoleh melaluimedia (cetak, elektronik dan medialainnya), informasi dari petugas (KB,kesehatan, tokoh agama, tokoh masya-rakat); melalui pertemuan; serta darirelasi dalam hal ini melalui teman,tetangga ataupun keluarga.  Pembinaan petugas dalam BKB selama 12 bulanterakhir   dimaksudkan adanya pembinaan atau pemberian informasi,

     penyuluhan dari petugas KB, kesehatan,kader, Toma/Toga kepada kelompok

    BKB yang diikuti keluarga.-   Praktek dan pengalaman keluarga

    dalam pengasuhan tumbuh kembanganak (0-6 tahun).  Variabel pola asuh,dilihat dari tiga aspek, yaitu: fisik,mental dan sosial.

    Khususnya untuk pengasuhan tumbuhkembang anak, dilakukan berdasarkan penghitungan indeks komposit   tentang praktek atau pengalaman pengasuhan

    tumbuh kembang anak, yang meliputi fisik, jiwa dan sosial. Variabel yang berkaitandilakukan pembobotan dari masing-masing jawaban yang diberikan atas pengetahuandan pengalaman yang dilakukan keluarga

    dalam pengasuhan dan tumbuh kembanganak. Pembobotan tersebut dibedakanterhadap tiga aspek tersebut. Bila total nilaiindeks komposit lebih dari 66,66, dikatakan pola pengasuhannya “ baik ”; sedangkan jika

    kurang dari 66,66, maka dikatakan “kurang baik ”.Adapun Rentang indeks komposit

     berkisar antara 0-100.

    Metode Analisis

    Metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui analisisunivariat dan menggunakan tabel konti-ngensi dua arah dari dua variabel kategori.Analisis univariat digunakan untuk mendi-skripsikan atau menjelaskan data atau hasil pengamatan dengan menampilkan distribusifrekuensi variable-variabel yang digunakan.

    Untuk mengestimasi besarnya pengaruhvariabel sukses dibandingkan denganvariabel gagal pada suatu eksperimen atauobservasi dilihat dari nilai Odds Ratio (OR). 

    Menurut  Arikunto, S (2006 ), odds ratio adalah ukuran asosiasi paparan (faktorrisiko) dengan kejadian penyakit yangdihitung dari angka kejadian penyakit darikelompok berisiko (terpapar faktor berisiko)dibandingkan angka kejadian penyakit padakelompok yang tidak beresiko. Jika OR >1,artinya variabel tersebut merupakan faktorrisiko; Jika OR=1 artinya, variabel tersebuttidak mempunyai efek; sedangkan bilaOR

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    18/72

    5

     beberapa di antara responden keluargaadalah pria yang berstatus duda (0,3 persen).

    Upaya untuk meningkatkan kesertaankeluarga yang mempunyai anak balitamaupun anak pra sekolah (0-6 tahun)

    ternyata masih jauh dari yang diharapkan pemerintah. Pengenalan kelompok kegiatan(Poktan) Bina Keluarga Balita (BKB) barudidengar atau diketahui hanya oleh sepertigaatau 36 persen (15.043) dari total responden

    keluarga. Dari mereka yang pernah men-dengar BKB, 33 persen pernah menjadi

    anggota BKB, sementara yang aktif dalam poktan BKB hanya sebagian (50 persen) darikeluarga yang menjadi anggota BKB. Biladibandingkan dari total keluarga yang punya

    anak 0-6 tahun, keluarga yang aktif dalam poktan BKB masih sangat rendah yaitusebesar 15,5 persen atau berjumlah 2.234keluarga. Jika dibandingkan dengan hasilsurvei yang sama dalam lima tahun terakhirsecara berturut turut mulai tahun 2008,2009, 2010, 2011 dan 2012 sebesar 20; 21;20; 14; dan 15,5 persen.

    Karakteristik Sosiodemografi Keluarga

    yang Aktif Dalam Kelompok Kegiatan

    BKB

    Karakteristik sosiodemografi meliputiumur ibu, tingkat pendidikan, tempattinggal, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, jumlah anak kandung, jumlah anak usia 0-6tahun, dan tingkat kesejahteraan. Tabel 1Keluarga yang aktif dalam BKB sebagian besar (55 persen) berusia di atas 30 tahun,44 persen berumur antara 20-30 tahun danibu yang berusia muda (kurang 20 tahun)yang aktif BKB dijumpai kurang dari 1 persen. Jika dibandingkan dengan ibu yangtidak aktif dalam BKB, proporsi ibu usia

    muda (kurang 30 tahun) sedikit lebih tinggi pada ibu yang aktif dalam BKB, sebaliknya

     pada keluarga yang tidak aktif, proporsi usiatua relatif lebih tinggi.

     Pendidikan ibu  merupakan faktor yang penting dalam mengadopsi pengetahuanyang disampaikan oleh petugas maupunkader pada forum BKB yang diikuti. Padaumumnya ibu yang aktif dalam BKB pernah

    mengenyam bangku sekolah. Mereka yangaktif dalam BKB, banyak diikuti oleh ibuyang berpendidikan tinggi, yaitu tamatSLTA ke atas (39 persen), kemudian diikuti

    oleh ibu dengan pendidikan tamat SLTP danSD masing-masing 27 dan 30 persen.Sementara ibu berpendidikan rendah tidaktamat SD maupun tidak sekolah dijumpaihanya 5 persen yang aktif dalam BKB. Jika

    dibandingkan dengan keluarga yang tidakaktif dalam BKB, terlihat bahwa proporsiibu yang berpendidikan relatif tinggi lebih banyak aktif dalam BKB dibandingkandengan kelompok ibu yang tidak aktif dalam

    BKB.Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa tempat

    tinggal keluarga  yang aktif dalam BKBsebagian besar (60 persen) berada di perdesaan, sementara sisanya tinggal diwilayah perkotaan. Proporsi ini, lebih tinggi

     jika dibanding keluarga yang tidak aktifdalam BKB (60 persen banding 57 persen).

    Seperti diharapkan, Ibu yang aktif dalamBKB pada umumnya tidak bekerja (53 persen). Hal ini sudah sepatutnya, karenakeluarga atau ibu punya waktu luang untukterlibat aktif dalam BKB. Pada umumnya pekerjaan suami responden yang aktif dalam

    BKB bekerja di sektor pertanian/ industri/ perdagangan dan jasa masing-masing sebe-sar 47 dan 53 persen. Persentase suamiresponden yang bekerja di bidang pertanian,

    industri dan perdagangan (51 persen) dan jasa lainnya (38 persen). Sementara ibu yangsuaminya bekerja sebagai PNS/ TNI/ Polrimaupun BUMN yang aktif dalam BKBhanya sekitar 7 persen.

     Jumlah anak yang dimiliki  dalamkaitannya terhadap keaktifan keluarga dalamBKB, bisa memberikan hubungan yang positif atau malah sebaliknya. Semakin banyak anak yang dimiliki kemungkinan ibuakan tidak punya waktu untuk aktif dalamBKB. Seperti terlihat pada Tabel 1, pada

    umumnya keluarga yang aktif dalam BKBmemiliki anak masih hidup lebih sedikit,

    yaitu antara 1-2 orang (69 persen), semen-tara sisanya (31 persen) memiliki anak lebih

    2 orang. Keluarga yang memiliki jumlahanak banyak atau lebih dari dua orang, banyak dijumpai pada keluarga yang tidakaktif dalam poktan BKB. Lebih lanjutdijelaskan bahwa jumlah anak usia 0-6 tahun

    (usia balita dan usia pra sekolah) yangdimiliki keluarga yang aktif dalam BKB pada umumnya memiliki anak 1-2 anak usia0-6 tahun per keluarga yaitu 98 persen) dan

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    19/72

    6

    Tabel 1.  Distribusi Frekuensi Keluarga Memiliki Anak (0-6 tahun) yang Aktif dan Tidak Aktif BKB

    Menurut Karakteristik Sosiodemografi , Indonesia RPJMN 2012

    Karakteristik

    sosiodemografi

    Keluarga yang memiliki anak balita dan usia pra sekolah (umur 0-6 tahun)

    Belum/Tidak aktif BKB Aktif BKB Jumlah

    n % N % n %

    Umur Ibu:

    < 20 114 0,9 17 0,8 131 0,920-30 4.965 40,7 977 43,7 5.942 41,1

    > 30 7.086 58,0 1.235 55,1 8.321 57,7Responden Duda 42 0,4 5 0,4 47 0,3Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100,0

    Pendidikan ibu:

    Tdk sekol/tdk tmt SD 1.191 9,8 109 4,9 1.300 9,0Tamat SD 3.615 29,6 664 29,7 4.279 29,6

    Tamat SLTP 3.020 24,7 591 26,5 3.611 25,0Tamat SLTA + 4.338 35,5 865 38,5 5.203 36,0Responden Duda 42 0,4 5 0,4 47 0,3

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100,0

    Wil. Tempat Tinggal:

    Perkotaan 5.206 42,7 892 39,9 6.099 42,2

    Pedesaan 7.000 57,3 1.341 60.1 8.342 57,8

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100,0Pekerjaan Ibu:

    Bekerja 5.162 42,3 1.048 46,9 6.210 43,0Tidak Bekerja 7.003 57,4 1.181 52,9 8.183 56,7

    Responden Duda 42 0,4 5 0,2 47 0,3Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100,0

    Pekerjaan Suami:

    Pertanian/industr/Perdag 6.336 51,9 1.135 50,8 7.471 51,7

    Jasa/lainnya 4.522 37,0 837 37,5 5.358 37,1

    PNS/TNI/POLRI/BUMN845 6,9 162 7,3 1.007 7,0

    Tidak Bekerja 296 2,4 74 3,3 371 2,6

    Responden Janda 207 1,7 26 1,2 233 1,6

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100,0

    Jumlah anak hidup:

    2 orang 4.284 35,1 694 31,1 4.978 34,5

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 1.440 100,0

    Jumlah anak usia 0-6 th

    1-2 orang 11.980 98,1 2.198 98,4 14.178 98,2

    > 2 orang 227 1,9 36 1,6 262 1,8

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 1.440 100,0

    Tk. Kesejahteraan:

    Pra KS dan KS1 8.042 65,9 1.405 62,9 9.448 77,7KS 2 + 4.164 34,1 828 37,1 4.992 22,3

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 1.440 100,0

    hanya 2 persen memiliki anak 0-6 tahun. Halyang serupa, juga terlihat pada keluargayang tidak aktif BKB.

    Tingginya tingkat kesejahteraan, diha-rapkan dapat memberikan kontribusi ter-

    hadap keaktifan dalam BKB. Akan tetapitidak demikian halnya, tingginya tingkat

    kesejahteraan tampaknya keluarga lebihcenderung mengikuti kegiatan-kegiatanlainnya diluar BKB. Sebagian besar (63 persen) keluarga yang aktif dalam BKB berada pada tingkat kesejahteraan yang

    kurang mampu atau Pra KS dan KS1,sementara lainnya tergolong mampu atau

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    20/72

    7

     berada pada tahapan KS 2 ke atas. Pola yangsama juga terlihat pada keluarga yang tidakaktif dalam BKB. 

    Kesertaan Ber KB, Sumber Informasi

    KB dan Adanya Pembinaan BKB oleh

    Petugas

    Salah satu tujuan dari kelompokkegiatan BKB adalah meningkatnyakesertaan, pembinaan, dan kemandirian

    dalam ber KB pada anggota kelompok anak  

    (BKKBN, 2009). Tabel 2 menunjukkan,

    sekitar 84 persen dari total keluarga yangaktif dalam BKB tercatat sebagai pesertaKB, sementara lainnya tidak ber KB. Biladibandingkan dengan keluarga yang punya

     balita tetapi tidak aktif dalam BKB sedikitlebih tinggi; persentase keluarga yang tidakaktif BKB untuk ikut KB, yakni sebesar 77 persen; 7 persen lebih tinggi. Hal inimemberi gambaran, bahwa keaktifan ibudalam BKB memberi potensi untukmendorong ibu untuk ikut KB atausebaliknya.

    Menurut  Lawrence Green  (2005),sumber informasi merupakan salah satu penguat (reinforcing factor ) dalam merubahsikap dan perilaku seseorang dalam me-

    nentukan keputusan yang akan diambil.Keterbatasan data atau variabel yang ter-sedia dalam survei RPJM, tidak dapat meng-ungkap secara khusus tentang sumberinformasi poktan BKB dari keluarga.Dengan mengasumsikan keluarga yangmendapatkan informasi KB memberikan juga informasi tentang poktan BKB, makavariabel yang digunakan untuk sumberinformasi BKB pada analisis ini pende-katannya adalah sumber informasi KB.Sumber informasi mencakup tiga aspek,

    yaitu: media (cetak, elektronik dan lainnya), petugas (petugas KB/kesehatan, petugas

    lain) dan melalui relasi (teman/tetangga,keluarga dan lainnya). Diantara informasi

    media, 20 persen berasal dari mediaelektronik, 17 persen media cetak, sementaramedia lainnya yang tidak termasuk mediacetak sekitar 60 persen. Dari sisi petugas,informasi yang diterima pada ibu balita dan

    anak usia pra sekolah yang aktif BKB,terlihat bahwa informasi melalui petugas KBdan kesehatan merupakan yang palingdominan, dimana 91 persen keluarga yang

    aktif dalam BKB mendapatkan informasiKB yang bersumber dari petugas KBmaupun kesehatan. Sementara peran relasisebagai sumber informasi, yang tertinggidiperoleh dari teman/tetangga (69 persen),

    setelah itu adalah keluarga (28 persen). Dataini mengungkapkan bahwa peran petugas,teman/tetangga dan keluarga sangat pentingdalam mendorong keluarga untuk aktifdalam BKB meskipun hal ini tidak secara

    langsung.Informasi lainnya dari Tabel 2, survei

    ini menggali informasi tentang keaktifan poktan BKB. Tentang adanya pembinaandari petugas, kepada keluarga ditanyakan,apakah dalam 12 bulan terakhir pernah ada

     pembinaan dari petugas  berupa pemberianinformasi, penyuluhan atau pembekalan baikdari petugas KB, kesehatan, kader maupundari tokoh masyarakat. Sembilan puluh persen (90 persen) dari ibu yang aktif dalamBKB menyatakan pernah ada pembi-naanBKB dari petugas dalam 12 bulan terakhir.Hanya 10 persen keluarga yang mengaku

    tidak ada pembinaan dari kelompok BKByang diikutinya dalam 12 bulan terakhir.

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    21/72

    8

    Tabel 2 . Distribusi Frekuensi Keluarga Memiliki Anak (0-6 tahun) yang Aktif dan Tidak Aktif

    BKB Menurut Kesertaan KB, Ada Pembinaan BKB dan Sumber Informasi KB ,Indonesia RPJMN 2012

    Kesertaan KB, Ada

    Pembinaan BKB dan

    Sumber Informasi KB

    Keluarga yang memiliki anak balita dan usia pra sekolah (umur0-6 tahun)

    Belum/Tidak aktif BKB Aktif BKB Jumlah

    n % n % n %

    Kesertaan KB:

    Ber KB 9.332 76,5 1.887 84,5 11.219 77,7

    Tidak ber KB 2.874 23,5 347 1,3 417 22,3

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100,0

    Ada Pembinaan BKB:

    Pernah ada 0 0,0 2.013 90,1 2.013 13,9

    Tidak ada 2.874 3,2 221 9,9 12.428 86,1

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100,0

    Sumber Informasi:

    Media

    Cetak 1.950 16,0 376 16,8 2.325 16,1

    Elektronik 3.532 28,9 455 20,4 3.988 27,6

    Lainnya 6.336 51,9 1.375 61,5 7.710 53,4

    Tidak menerima dari

    media389 3,2 28 1,3 417 2,9

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100,0

    Petugas :

    Petugas KB/Kesehatan 10.087 82,6 2.026 90,7 12.113 83,9

    Petugas lainnya 1.083 8,9 173 7,8 1.256 8.7

    Tidak menerima dari

    petugas1.037 8,5 35 1,6 1.071 7.4

    Jumlah12.207 100,0 2.234 100,0 14.440

    100,

    0

    Relasi:

    Teman/tetangga 7.726 63.3 1.535 68,7 9.260 64,1

    Keluarga 3.304 27.1 620 27,7 3.923 27,2

    Lainnya 129 1,1 24 1,1 153 1,1

    Tidak menerima dari relasi 1.049 8,6 55 2,5 1.104 7,6

    Jumlah12.207 100,0 2.234 100,0 14.440

    100,

     

    Pengasuhan Tumbuh Kembang Anak

    Usia 0-6 tahun

    Kelompok kegiatan BKB mempunyaitujuan untuk meningkatkan pengetahuan,sikap dan perilaku serta keterampilan keluar-

    ga dalam pengasuhan dan tumbuh kembang balita dan anak agar mereka memahamiserta mampu melakukan fungsi dan perandalam membina tumbuh kembang anak anakmelalui rangsangan fisik motorik, kecer-

    dasan emosional dan sosial (BKKBN, 2009).Analisis ini memberi gambaran tentang pola

    asuh yang dilakukan atau yang diketahuikeluarga yang aktif dalam BKB terhadap balita atau anak pra sekolah yangdimilikinya. Pengasuhan tumbuh kembang

    anak mencakup tumbuh kembang fisik,

    tumbuh kembang jiwa/ mental, tumbuhkembang sosial anak. Masing-masing polaasuh tumbuh kembang anak tersebutdikelompokk an atas pola asuh “baik” dan“kurang baik”. 

     Aspek perkembangan fisik , antara lainditanyakan apakah anak diukur tinggi dan berat badan, anak diberi makanan yang bergizi, diimunisasi, diberi ASI, diberivitamin, dll.  Aspek perkembangan jiwa/

    mental/ spritual,  antara lain meliputi orangtua menstimulasi/ memacu kreativitas anak,

    orang tua menemani anak bermain,menemani anak belajar, orang tua sebagaiteladan, bisa berterimakasih, dll. Sementaradari aspek perkembangan sosial, meliputi

    memberi kesempatan bermain dengan temansebaya, anak disekolahkan, anak dikursus- kan, diikutkan dalam lomba, dll.

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    22/72

    9

    Tabel 3. Distribusi Frekuensi Keluarga memiliki Anak Anak (0-6 tahun) yang Aktif dan TidakAktif BKB Menurut Pola Asuh Tumbuh Kembang , Indonesia RPJMN 2012

    Pola Asuh Tumbuh Kembang

    Anak

    Keluarga yang memiliki anak balita dan usia pra sekolah (umur 0- 6 tahun)

    Belum/Tidak aktif BKB Aktif BKB Jumlah

     N % n % n %

    Tumbuh Kembang Fisik:

    Baik 7.997 65,5 1.710 76,5 9.706 67,2

    Kurang baik 4.210 34,5 524 23,5 4.734 32,8

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100.0

    Tumbuh Kembang Jiwa/Mental Anak:Baik 4.121 33,8 978 43,8 5.099 35,3

    Kurang baik 8.085 66,2 1.256 56,2 9.342 64,7

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100.0

    Tumbuh Kembang Sosial Anak:

    Baik 5.234 42,9 1.319 59,0 6.553 45,4Kurang baik 6.972 57,1 915 41,0 7.887 54,6

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100.0

    Tumbuh Kembang Fisik, jiwa dan sosial:Baik 5.449 44,6 1.409 63,1 6.859 47,5

    Kurang baik 6.757 55,4 824 36,9 7.581 52,5

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100.0

    Dari hasil analisis ini sebagaimanaterlihat pada Tabel 3, diperoleh gambaran bahwa sebagian besar keluarga yang mem- punyai anak usia 0-6 tahun memiliki polaasuh tumbuh kembang fisik dan sosial

    dengan kategori ”baik’, masing-masingsebesar 77 dan 59 persen. Pola asuh tumbuhkembang balita dan anak usia sekolah yangmasih ‘kurang baik’ dan masih perlu men-dapatkan perhatian adalah mengenai pe-

    ngasuhan untuk perkembangan jiwa/ mentalanak, dimana lebih dari separuh atau 56

     persen dari keluarga yang aktif BKB berada pada kategori pengasuhan yang “kurang baik”. 

     Namun demikian, bila dilihat secara total

    terhadap tiga aspek pola pengasuhan tumbuh

    kembang anak tersebut, keluarga yang aktifdalam BKB pada umumnya (63 persen)memiliki pola asuh yang cukup baik.Pengasuhan tumbuh kembang anak dengankatagori “baik” pada ibu yang memiliki anak

    usia 0-6 tahun, relatif lebih tinggidibandingkan dengan pola asuh ibu darikelompok yang tidak aktif, yakni 63 persen berbanding 47 persen. Temuan ini sejalandari studi yang dilakukan Iswarati (2013)

     bahwa ibu-ibu yang pernah mengikutikegiatan BKB pola asuh dan tumbuh

    kembang anak, baik dari aspek fisik, mentaldan sosial dengan kategori “baik” lebihtinggi persentasenya dibandingkan ibu-ibuyang tidak pernah mengikuti BKB

    (Ekoriano,M.2012)

    Rasio Kecenderungan Keluarga yang

    Aktif dalam BKB

    Untuk melihat hubungan atau asosiasi antara variabel-variabel sosiodemografi,kesertaan berKB, sumber informasi, dan pengasuhan tumbuh kembang anak 0-6tahun dengan keaktifan keluarga dalamBKB, dilihat dari nilai rasio kecenderunganatau odds rasio (OR).

    Tabel 4 memperlihatkan bahwa diantaravariabel-variabel sosiodemografi yang di-

    analisis, yang memberikan hubungan yang

    signifikan (p

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    23/72

     

    10

    Tabel 4. Distribusi Frekuensi Keluarga Memiliki Anak (0-6 tahun) yang Aktif dan Tidak Aktif BKB

    Menurut Pola Asuh Tumbuh Kembang Anak , Indonesia RPJM 2012

    Pola Asuh Tumbuh Kembang

    Anak

    Keluarga yang memiliki anak balita dan usia pra sekolah (umur 0- 6 tahun)

    Belum/Tidak aktif BKB Aktif BKB Jumlah

     N % n % n %

    Tumbuh Kembang Fisik:

    Baik 7.997 65,5 1.710 76,5 9.706 67,2

    Kurang baik 4.210 34,5 524 23,5 4.734 32,8

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100.0

    Tumbuh Kembang Jiwa/Mental Anak:

    Baik 4.121 33,8 978 43,8 5.099 35,3

    Kurang baik 8.085 66,2 1.256 56,2 9.342 64,7

    Jumlah 12.207 100,0 2.234 100,0 14.440 100.0

    Tumbuh Kembang Sosial Anak:

     bermakna (signifikan) pada p

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    24/72

     

    11

    anggota kelompok BKB, Posyandu danPaud yang holistik dan terintegrasi. Hal inidirasakan karena pelayanan yang diberikanoleh petugas termasuk kader dalam poktanBKB dapat dirasakan langsung manfaatnya

    oleh keluarga yang memiliki anak balita danusia pra sekolah yang aktif dalam BKB

    16.

    Sejalan dengan temuan ini bahwa lebih dari90 persen petugas melakukan pembinaandalam 12 bulan terakhir sebelum survei,

     pada BKB yang diikuti keluarga yang aktifdalam BKB.

    Pola pengasuhan orang tua atau keluargasangat mempengaruhi terhadap tumbuhkembang anak. Dilihat dari pola asuhtumbuh kembang anak yang dilakukan

    keluarga memberikan hubungan yangsignifikan terhadap keluarga untuk aktifdalam BKB. Secara total, keluarga dengan pola asuh yang “baik” (fisik, mental dansosial), akan memberi peluang untuk aktifdalam BKB sebesar 1,5 kali akan berpeluangaktif dalam BKB dibanding keluarga yangmemiliki pola asuh yang “kurang baik”. Bila

    diamati dari ketiga aspek pola asuh tumbuhkembang anak, yang paling dominan mem- berikan peluang untuk aktif dalam BKBadalah pola asuh dari aspek sosial, dengan

    OR=1,34; p=

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    25/72

     

    12

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian: SuatuPengantar Praktek. Jakarta: RinekaCipta

    Arsyad,SS,2010. Studi Identifikasi Potensi Kelompok Kegiatan BKB dalammendukung Kesertaan ber- KB. LaporanPenelitian, Pusat Penelitian KS danPemberdayaan Perempuan. Jakarta:

    BKKBNBadan Kependudukan dan Keluarga

    Berencana. 2011.  Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2010-2014.Jakarta: BKKBN

    Bappenas, 2010. Profil Buku RPJMN 2010-2014. Buku II:  Memperkuat Sinergi Antar Bidang Pembangunan. Jakarta:Bappenas

    Bappenas.2006. Jakarta Studi Kebijakan Pengembangan Anak Usia Dini yang Holistik dan Terintegrasi. Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan

     Nasional.Staf Ahli Meneg PPN BidangSDM dan Kemiskinan. Desember 2006.Jakarta: BKKBN

    BKKBN, 2008.Survei Indikator Kinerja

     Program Kependudukan dan KB Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun2008. Puslitbang KB. Jakarta: BKKBN

    BKKBN, 2009.Survei Indikator Kinerja Program Kependudukan dan KB Rencana Pembangunan Jangka Me-nengah Nasional (RPJMN) Tahun 2009.Puslitbang KB. Jakarta: BKKBN

    BKKBN. 2010. Survei Indikator Kinerja Program Kependudukan dan KB Rencana Pembangunan Jangka

     Menengah Nasional (RPJMN) Tahun2010. Puslitbang KB. Jakarta: BKKBN

    BKKBN, 2011.Survei Indikator Kinerja Program Kependudukan dan KB

     Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Ta-hun2011. Puslitbang KB. Jakarta: BKKBN

    BKKBN, 2012.Survei Indikator Kinerja Program Kependudukan dan KB

     Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun2012. Puslitbang KB dan KeluargaSejahtera. Jakarta: BKKBN

    Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak,Badan Kependudukan dan KeluargaBerencana Nasional. 2012.  PedomanOperasional Ketahanan Keluarga Balitadan Anak , Jakarta: BKKBN

    Ekoriano, M. 2012. Nilai  Equity  danPengaruh Pelayanan Kader terhadapKepuasan Anggota Kelompok (BKB,Posyandu dan Paud) yang Holistik danTerintegrasi Di Kabu-paten Kulon

    Progo, Yogyakarta. Puslitbang KB danKesehatan Reproduksi.

    Green LW. 2005.  Health Promotion Planning Education and Enviroment Approach. Second Edition. MayfieldPublishing Company, USA

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini, diakses 30 Agustus 2013

    http://www.users.york.ac.uk/~mb55/msc/ytustats/chiodds.htm#top.  Proportions, chi-squared tests and odds ratios, diakses 20Agustus 2012

    Iswarati, 2013. Analisis Lanjut Pengalaman Keluarga Dalam Pengasuhan dan

    Tumbuh Kembang Balita dan Anak Usia Pra Sekolah Di Indonesia. LaporanPenelitian. Puslitbang KS dan KeluargaBerencana. Jakarta: BKKBN

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dinihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dinihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dinihttp://www.users.york.ac.uk/~mb55/msc/ytustats/chiodds.htm#tophttp://www.users.york.ac.uk/~mb55/msc/ytustats/chiodds.htm#tophttp://www.users.york.ac.uk/~mb55/msc/ytustats/chiodds.htm#tophttp://www.users.york.ac.uk/~mb55/msc/ytustats/chiodds.htm#tophttp://www.users.york.ac.uk/~mb55/msc/ytustats/chiodds.htm#tophttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dinihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    26/72

     

    13

    PENGUATAN BINA KELUARGA BALITA (BKB)

    STRENGTHENING OF EMPOWERMENT OF FAM ILY WITH CHI LDREN

    UNDER FI VE (EFCUF)

    NajibPerwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

    Jl. Pemuda 79 Semarang 50139 Provinsi Jawa Tengah

    Hp. 081325768374

    e-mail:  [email protected] 

    ABTRACT

    To obtain a healthy and smart generation, we have to start from the early stage. Therefore, The

     Empowerment of Family with Children Under Five, or called BKB should get support from all parties.

     BKB has difficulties to obtain qualified cadres and lack of support. The aim of this study is to understandthe BKB problems: management, driving elements, service facilities and reporting system. This studycombines qualitative and quantitative methods. The studied population are Family Planning Cadres,

    mothers who visit BKB and BKB founder. Data collection using field observation, primary data

    (interviews, focus group discussions) and secondary data sources (institutions). The results showed that

     BKB had formed with appropiate guide, but can’t get strong integrated and institutionalized. There are

    inadequate number of fields officers to develop cadres. The reporting system is too simple and yet so

    detailed to analyze the problems.

    Keywords:  Integrated Postal Services, Early Childhood Education, BKB

    ABSTRAK

     Jumlah kelahiran di Jawa Tengah masih cukup tinggi, dan ini berarti memerlukan perhatian khusus

    karena mereka merupakan generasi penerus bangsa. Untuk memperoleh generasi yang sehat dan cerdas,

    tentu harus dimulai dari tahap dini. Oleh karenanya, program pembinaan keluarga balita, atau yang kini

    disebut Bina Keluarga Balita (BKB) harus mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak, dalam pengembangan BKB mengalami kesulitan untuk mencari kader yang bermutu dan kurangnya dukungan

     semua pihak. Program BKB berdampingan dengan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) serta

     Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Penelitian ini bertujuan untuk memahami persoalan yang dihadapi

     program BKB, yaitu dari aspek manajemen pengelolaan, unsur penggerak BKB, fasilitas pelayanan, dan

     sistem pelaporannya. Desain studi yang digunakan adalah metode penelitian eksplanatoris-eksploratif

    dengan memadukan metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif, Populasi penelitian adalah kader KB,ibu balita yang berkunjung dalam BKB, dan pembina BKB.  Teknik pengumpulan data menggunakan

    observasi, wawancara, dan Focus Group Discussion (FGD),  sumber data sekunder dari BPS daninstansi, data primer dari hasil wawancara, Focus Group Discussion dan observasi lapangan. Hasil

     penelitian menunjukkan bahwa dalam pembentukan kelompok BKB sudah sesuai panduan, namun masih

    kurang terintegrasi secara kuat dan melembaga. Kegiatan BKB telah mengacu kepada Permendagri No.

    19 Tahun 2011, yakni dilaksanakan dengan pelayanan secara terpadu, baik dari aspek kepengasuhan,kesehatan, gizi, psikososial dan pendidikan. Masih minimnya jumlah PLKB untuk membina para kader

     BKB. Sistem pelaporan sangat sederhana dan belum begitu detail sampai menganalisis permasalahan

    dan hambatan di lapangan.

    Kata Kunci :  Pos Pelayanan Terpadu, Pendidikan Anak Usia Dini, Bina Keluarga Balita

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    27/72

     

    14

    PENDAHULUAN

    Tingginya Total Fertility Rate (TFR) diJawa Tengah (2,5), serta masih banyaknya pasangan usia subur 15-49 tahun yang kawin

    mencapai angka 74,6%.1  menyebabkan jumlah kelahiran masih cukup tinggi, dan ini berarti jumlah bayi yang lahir memerlukan perhatian khusus karena mereka merupakangenerasi penerus bangsa. Tingginya jumlah

    kelahiran menyebabkan jumlah anak diIndonesia dan khususnya di Jawa Tengah

    menjadi semakin banyak. Mereka sangatmemerlukan perawatan dan pengasuhanyang benar agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat dan

    cerdas. Masalah yang dihadapi anak-anaktidak saja berupa masalah di internalkeluarga seperti kecukupan gizi dan sarana pendidikan usia dini, namun juga masalaheksternal. Selain upaya menekan angkakematian bayi, program lain yang pentinguntuk diperhatikan adalah pembinaan padakeluarga yang memiliki anak di bawah usia

    lima tahun (Balita). Pentingnya perhatianyang lebih serius terhadap keluarga yangmemiliki anak Balita dikarenakan pada usiaini anak masih dalam taraf tumbuh

    kembang. Balita (bawah lima tahun)merupakan periode yang paling kritis dalammenentukan kualitas sumber daya manusia.Pada lima tahun pertama kehidupan, prosestumbuh kembang sangat cepat. Masa inisering dikenal dengan istilah ’masa emas’atau dalam Bahasa Inggrisnya ’  golden age periode’ .

    Untuk memperoleh generasi yang sehatdan cerdas, tentu harus dimulai dari tahapdini. Oleh karenanya, program pembinaankeluarga Balita, atau yang kini disebut  Bina

     Keluarga Balita  (BKB) harus mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak,

    terutama dari tingkat yang paling bawah,RT/RW, Kelurahan/Desa, sampai ke tingkat

    Kabupaten/Kota. Bina Keluarga Balita akanmenjadi wahana yang sangat penting untukmembina orang tua agar mereka mampumengasuh dan merawat anaknya yang masihBalita agar dapat tumbuh dan berkembang

    menjadi insan yang sehat dan cerdas.Penguatan BKB akan dapat dipenuhi jikaada perhatian yang serius dari semua pihak,mulai dari RT/RW sampai ke tingkat

     pemerintah daerah setempat. Penguatan iniharus dilakukan secara komprehensif mulaidari penguatan manajerial, pendanaan, perekrutan kader, manajemen operasional,monitoring dan evaluasi, materi pembinaan,

    serta pembinaan bagi pengembangan sertakeberlanjutannya. Kader kelompok BKBterdiri dari 12 - 18 orang yang dibagi dalam6 kelompok umur sehingga masing-masingkelompok umur dibina oleh 2 –  3 kader, satu

    sebagai kader inti, satu sebagai kader piket,dan satu sebagai kader bantu (BKKBN,

    2006; Kementerian Negara PemberdayaanPerempuan, BKKBN, 2007).

     

    Pos Pelayanan Terpadu atau lebihdikenal dengan istilah Posyandu merupakan

    salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatanyang dilaksanakan oleh dari dan bersamamasyarakat. Tujuannya untukmemberdayakan dan memberikankemudahan kepada masyarakat gunamemperoleh pelayanan kesehatan bagi ibudan anak balita. Ada lima macam kegiatanutama posyandu, yaitu : Kesehatan Ibu dan

    Anak, Keluarga Berencana, Imunisasi, Gizi,dan Pencegahan dan Penanggulangan Diare.Sasaran Posyandu adalah semua masyarakatyang membutuhkan pelayanan kesehatan

    dasar, utamanya adalah : bayi dan anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibumenyusui, pasangan usia subur dan pengasuh anak.

    Pendidikan Anak Dini Usia (PADU)atau yang juga dikenal dengan PendidikanAnak Usia Dini (PAUD) merupakan salahsatu respon pemerintah yang sangat bagusdalam mengupayakan tumbuh kembanganak balita secara optimal. Serupa tetapitidak sama dengan BKB. PADU lebihmenitikberatkan pada sasaran anak balita

    secara langsung. Tumbuh dan kembang anak balita dilatih dan diberi rangsangan secara

    langsung oleh kader. Sementara itu BKBlebih mengedepankan peran orang tua dalam

    membimbing dan membina anak balita yangdimilikinya.

    Menurut Syahmida S Arsyad dari hasil penelitiannya menunjukkan kurangnyadukungan dana operasional baik untuk

     pertemuan penyuluhan materi maupunkader tidak sesuai dengan kebutuhan, Kader belum pernah menerima pe-latihan/pembekalan tentang Pok-tan BKB,

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    28/72

     

    15

    sementara itu pergantian kader sangat seringterjadi, sehingga banyak kader yang baru.Hal ini dapat dimaklumi karena jabatankader adalah sukarela. Dengan kondisi kaderseperti ini menyebabkan kemampuan kader

    terbatas. PLKB, Pokja BKB kabupaten/kota,dan Pokjanis kecamatan tidak membinasecara optimal (Syahmida S Arsyad, 2008)

    Dalam pengembangan BKB mengalamikesulitan untuk mencari kader yang bermutu

    dan kurangnya dukungan semua pihak.Program BKB berdampingan dengan

     program  Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) serta  Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Persoalan yang harus dijawabadalah, apakah ketiga program tersebut

    dapat dipadukan secara harmonis dan apayang menjadi persoalan program BKB.Tujuan dilakukannya penelitian ini adalahuntuk memahami persoalan yang dihadapi program BKB selama ini, yaitu dari aspekmanajemen pengelolaan, unsur penggerakBKB, fasilitas pelayanan, dan sistem pelaporannya.

    METODE

    Lokasi penelitian ini adalah seluruh

    wilayah administratif Provinsi Jawa Tengahdengan mengambil studi kasus di kabupatenPekalongan. Dipilihnya kabupaten inididasarkan pada kenyataan bahwa padatahun 2014, kabupaten Pekalongan adalahsalah satu dari lima kabupaten/kota di JawaTengah yang masih rendah untuk pencapaian tingkat kehadiran anggota BKBdalam pertemuan kelompok BKB. Dari jumlah kelompok BKB sebesar 590kelompok dengan anggota 17.721 Keluarga,yang aktif hanya 11.569 keluarga (65,28%)

    5.

    Desain studi yang digunakan adalah metode penelitian eksplanatoris-eksploratif dengan

    memadukan metode pendekatan kualitatifdan kuantitatif 

    6.7, Populasi penelitian adalah

    kader KB, ibu balita yang berkunjung dalamBKB, dan pembina BKB. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,wawancara, dan  Focus Group Discussion (FGD), sumber data utama penelitian ini

    adalah angka-angka hasil Survai BPS daninstansi terkait, hasil  Focus Group Discussion  (FGD), hasil wawancara danobservasi. Variabel demografis  dianalisis

     bersama variabel non-demografis  dengan jalan dikaitkan dan digabungkan denganfakta-fakta dan data lain seperti hasilwawancara mendalam. Untuk mengecekkebenaran data juga dilakukan triangulasi

    data, yakni data yang dihasilkan dari FGD dicross check   dengan hasil wawancaramendalam. Untuk menganalisis substansi berbagai dokumen peraturan kependudukandan KB, digunakan model analisis isi

    (content analysis model ) (Miles, Mattew Band Huberman Michael. 1992).

     

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bina Keluarga Balita yang selanjutnya

    disingkat BKB, menurut Peraturan MenteriDalam Negeri No. 19 Tahun 2011 adalahupaya peningkatan pengetahuan,keterampilan, dan kesadaran ibu sertaanggota keluarga lain dalam membinatumbuh kembang balitanya, baik melaluirangsangan fisik, motorik, kecerdasan,sosial, emosional, serta moral yang

     berlangsung dalam proses interaksi antaraibu atau anggota keluarga lainnya dengananak balita

    9. Kegiatan BKB merupakan

     bagian dari pelayanan sosial dasar dari

    Posyandu (Pos Pelayanan terpadu) bersamadengan pelayanan lain seperti : pembinaangizi dan kesehatan ibu dan anak, pengendalian penyakit dan penyehatanlingkungan, pos Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD), kesehatan reproduksi remaja dansebagainya. Dengan kata lain ada kegiatanyang holistik dan terintegrasi diantara berbagai kegiatan yang disebutkan itu.Pembahasan dari hasil penelitian ini akandipusatkan kepada empat sub pokok bahasanyakni meliputi : manajemen pengelolaan,

    unsur penggerak BKB yang berbasismasyarakat, fasilitas pelayanan, dan sistem

     pelaporannya. Pengelolaan BKB sudah diatur dalam

     peraturan dan undang-undang. PengelolaanBKB harus dilakukan secara professionalsesuai dengan peraturan dan UU agarhasilnya dapat dirasakan oleh masyarakatdalam membentuk keluarga kecil bahagia

    dan sejahtera. Pengelolaan BKB juga harusdidahului oleh perencanaan yang matangmeliputi identifikasi potensi wilayah dan permasalahannya. Identifikasi wilayah ini

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    29/72

     

    16

    sangat penting terutama untuk mengetahui jumlah keluarga balita dan atau keluargadengan anak usia 0-6 tahun. Setelahidentifikasi ini dilakukan, maka tahapselanjutnya adalah mencari calon kader yang

     bersedia menjadi fasilitator kegiatankelompok BKB.

    Hasil  Focus Group Discussion  (FGD)dengan stakeholders  Bina Keluarga Balita (BKB) di Kabupaten Pekalongan

    menunjukkan bahwa mereka umumnyasudah paham tentang BKB dan dalam

    membentuk BKB mereka juga melakukanidentifikasi jumlah keluarga balita melaluiketua RT dan RW. Karena hubungan sosialdi Kabupaten Pekalongan secara umum

    sangat erat dan akrab, maka pendataan danidentifikasi jumlah keluarga balita ini jugatidak menjadi masalah. Artinya data yangdihasilkan sangat valid sehingga dapatdijadikan dasar untuk pembentukan kegiatanBKB.

    Setelah data terkumpul, secara bersama-sama antara kader, PLKB dibantu para tokoh

    masyarakat melakukan sosialisasi danmengajak para keluarga balita untuk bersedia menjadi peserta kegiatan BKB.Dengan kata lain, Bina Keluarga Balita di

    Kabupaten Pekalongan ini memang sudahdibentuk melalui mekanisme yang benar,misalnya benar-benar ditujukan bagi ibu-ibuatau orang tua yang memiliki anak di bawahusia lima tahun (balita). Dalam pembentukannya juga melibatkan berbagaielemen masyarakat seperti Kepala Desa,tokoh masyarakat, tokoh agama, RT/RW,dan berbagai unsur masyarakat yang pentinglainnya.

    Meskipun secara umum masyarakat bersedia berpartisipasi dalam kegiatan BKB,

    namun usaha untuk mengajak mereka jugatidak mudah, sehingga perlu bantuan dari

     pemerintah kabupaten untuk menggerakkananggota masyarakat agar ikut peduli

    terhadap perkembangan BKB ini. Sulitnyamengajak masyarakat karena mereka beranggapan bahwa program ini adalahmerupakan kewajiban pemerintah. Tuntutanini dikemukakan karena hampir tidak ada

    dinas yang menanyakan program BKBsetiap kali datang ke desa atau kelurahan.Apalagi sebagian besar penduduk kabupatenini bermatapencaharian sebagai petani,

     buruh tani dan buruh pabrik, sehingga sulitdiharapkan peransertanya dalam pengembangan BKB.

    Selanjutnya manajemen pengelolaanyang dilakukan para kader juga sudah sesuai

    aturan. Langkah-langkah yang dilakukan para kader juga sudah sesuai aturan. Merekamengelompokkan anak sesuai denganusianya, yakni 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-3tahun, 3-4 tahun dan 4-5 tahun. Setelah itu

     para kader juga melakukan stimulasi tumbuhkembang anak sesuai dengan kelompok

    umur tersebut, dengan berbagai mediaseperti mendongeng, mengajak bernyanyidan bermain, mengajak menari, dansebagainya. Sebelum itu, para orang tua juga

    sudah diberi pembinaan, terutama terkaitdengan tumbuh kembang anak, kesehatan,termasuk pembinaan budi pekerti dan pengetahuan agama. Kegiatan yang tidakkalah pentingnya adalah memantau tumbuhkembang anak bersama orang tua mereka.

    Masalah yang muncul di lapanganterkait dengan pemantauan tumbuh kembang

    anak ini ialah bahwa pengadaan  Kartu Tumbuh Kembang Anak   tidak mencukupisemua anggota keluarga balita. Selama inikartu ini dirasa jumlahnya sangat kurang

    sehingga tidak setiap anggota BKBmenerimanya. Kartu ini sangat pentingkarena mencatat segala rekaman pertumbuhan dan perkembangan anak balita,serta memuat berbagai saran bagi orang tuayang mengalami masalah pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Akibat permasalahan ini, maka para kader BKBmerasa kesulitan untuk membantu para petugas kesehatan di Posyandu untukmelakukan deteksi dini terhadap kelainantumbuh kembang anak, apalagi melakukan

     pelayanan rujukan apabila diperlukan.Sesuai dengan peraturan strategi

     pengelolaan kegiatan BKB, para penggerakBKB harus berbasis masyarakat. Dengan

    kata lain, pengelolaan BKB dilakukan olehdan untuk masyarakat guna meningkatkan partisipasinya dalam pengelolaan tersebutsesuai dengan kebutuhan masyarakat. Darihasil FGD terungkap bahwa meski kegiatan

    BKB digerakkan oleh elemen masyarakat,namun dalam koordinasinya masih kurangterintegrasi secara kuat dan melembaga.Dengan kata lain, kehadiran lembaga

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    30/72

     

    17

    kemasyarakatan, lembaga swadayamasyarakat, organisasi keagamaan,organisasi wanita, dan sebagainya masihlebih condong ke dalam tataran formaladministratif. Artinya mereka bergerak

     bukan dalam perencanaan strategis yangkuat dan kokoh, namun hanya secarasporadis sesuai kebutuhan atau spontanitas.

    Dari hasil FGD juga diperolehinformasi, bahwa meski BKB dibentuk

    sesuai dengan peraturan, namun dalam pelaksanaannya, kader yang ada sering tidak

    tahan lama. Hanya beberapa orang kaderyang mampu bertahan. Fakta inimenunjukkan betapa tidak mudahnyamencari kader BKB yang “kober-pinter-

    bener ” (Bahasa Jawa), yak ni kader yangmemiliki waktu yang cukup untukdicurahkan di BKB, memiliki pengetahuandan kecerdasan yang cukup untukmengembangkan BKB, serta sungguh-sungguh berminat bekerja di BKB.

    Hambatan lain dalam mengembangkanBKB selain karena hambatan “psikologis” di

    atas, adalah fakta tidak tersedianya program- program pelatihan yang rutin dan professional bagi para kader BKB. Padahaltugas kader BKB lebih berat karena mereka

    harus memberi penyuluhan dan saran-saran bagi keluarga balita dari lima kelompokumur (0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-4tahun, dan 4-5 tahun).

    Masing-masing kelompok umur tersebutmemiliki kekhasan masing-masing. Tentusaja terkait dengan perkembangan sosialekonomi yang makin pesat, persoalan jugamakin berkembang. Untuk itu, kader yang berpengetahuan kurang, tidak dapat optimalmemerankan tugasnya ini. Oleh karenanyadibutuhkan kader yang berpengetahuan luas

    dan berketerampilan cukup bagi pengembangan BKB ini.

    Hambatan lain yang dirasakan parakader BKB adalah dukungan pemerintah

    (daerah) yang dianggap masih kurang,maupun karena salah dalam menerapkanstrategi pengembangannya. Masalah inisemakin diperberat oleh fakta adanyahambatan psikologis para kader BKB

    terhadap kader PAUD. Dari hasil FGDterungkap bahwa ada hambatan utama untukmengembangkan BKB ini, yakni munculnya“rasa iri” karena program lain yang sejenis,

    yakni  Pendidikan Anak Usia Dini  (PAUD)misalnya, ternyata mendapatkan perhatianistimewa, yakni para kadernya mendapatkaninsentif yang cukup dari pemerintah,sementara para kader BKB tidak

    mendapatkan insentif sama sekali, apapun bentuknya. Padahal keduanya sama-samamenangani masalah anak balita.

    Hal yang kelihatan tidak berarti inimenimbulkan efek psikologis bahwa BKB

    dianggap tidak penting oleh pemerintahsehingga tidak perlu dibiayai sebagaimana

    kegiatan PAUD tersebut. Wajar pula jikakegiatan BKB hanya ala kadarnya, danitupun terselenggara hanya sebulan sekali.Sebuah usulan yang disampaikan dalam

    FGD adalah perlunya peningkatan danaoperasional, terutama untuk insentif bagi para kader, operasionalisasi BKB, dana alattulis kantor, alat-alat permainan bagi balita,alat peraga, buku-buku panduan, jaminankesehatan bagi para kader BKB, dansebagainya;

    Kegiatan BKB di Kabupaten

    Pekalongan secara umum telah mengacukepada Peraturan Menteri Dalam Negeri No.19 Tahun 2011, yakni program BKB telahdilaksanakan dengan pelayanan secara

    terpadu, baik lintas program maupun lintassektor. Keterpaduan lintas programdiharapkan akan dapat memberikan pelayanan secara terpadu, baik dari aspekkepengasuhan, kesehatan, gizi, psikososialdan pendidikan. Cara yang dianjurkan dalamPermendagri tersebut adalahmemaksimalkan lintas sektor, yaknimemantapkan koordinasi dan kemitraandengan berbagai lembaga, baik pemerintahmaupun swasta agar pelayanannya saling bersinergi untuk mencapai hasil yang efisien

    dan efektif.Dari peraturan itulah maka dengan jelas

    terbaca bahwa agar kegiatan BKB berkembang maka fasilitas pelayanan harus

    disiapkan secara baik, mulai dari tempat,sarana belajar, sampai masalah ketersediaan berbagai soft ware untuk modul atau pengelolaan kegiatan yang professional.Kondisi yang ada selama ini adalah bahwa

    fasilitas pelayanan ini dirasakan masihkurang, dan pemerintah kabupaten belum banyak membantu. Meskipun masihmenghadapi permasalahan fasilitas

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    31/72

     

    18

     pelayanan seperti ini, namun berbagai usahauntuk menghidupkan dan mengembangkanBKB tetap dilakukan secara serius parakadernya.

    Hambatan seperti keterbatasan dana

    operasional, diselesaikan dengan sungguh-sungguh oleh para kader dengan caramendatangi masyarakat untuk diajak berswadaya guna membiayai kegiatan ini.Usaha yang dilakukan juga cukup baik dan

    tidak memberatkan, misalnya mengadakankegiatan “jimpitan” beras yang hasilnya

    cukup untuk sekadar mengadakan pertemuan dan sebagainya. Demikian pulaada beberapa anggota masyarakat yang bersedia menghibahkan alat-alat permainan

    anak-anak untuk ditaruh di BKB, sertasumbangan-sumbangan spontanitas lainnyayang sifatnya sukarela atau tidak mengikat.Dari gambaran tersebut nampak bahwasecara umum sesungguhnya keterlibatanmasyarakat cukup baik.

    Jenis layanan BKB di KabupatenPekalongan juga sudah sesuai dengan

     Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 19Tahun 2011  sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 2 huruf e yang meliputi : 1).Penyuluhan kepada keluarga atau orang tua

    tentang kesehatan, gizi, perawatan, dan pengasuhan; 2). Stimulasi aspek-aspek perkembangan anak menggunakan alat permainan edukatif; dan 3). Rujukan bilaanak mengalami gangguan tumbuhkembang. Tentu saja, meski sudah berusahamelaksanakan peraturan ini, namun tidaksemuanya dapat dipenuhi secara sempurna.

    Meskipun demikian, para kader BKB juga terus berusaha meyakinkan parakeluarga yang memiliki anak balita untukaktif di BKB ini, misalnya melalui ajakan di

     berbagai forum, terutama forum arisan dan pengajian. Dengan menumpang di kegiatan

    ini, dapat dihemat waktu dan anggaran, sertadianggap cukup tepat karena membicarakan

    masalah pengembangan sumberdayamanusia. Masalah yang mereka hadapiadalah kurangnya pengembangan kapasitastenaga pengelola, pelaksana, dan para kaderBKB untuk meningkatkan pengetahuan dan

    keterampilan secara berkesinambungan.Karenanya, para kader BKB di KabupatenPekalongan mengharapkan adanya pelatihanyang baik bagi para kader, terutama untuk

     penambahan pemahaman bagaimana caramengembangkan BKB yang benar, materi penyuluhan yang terkait dengan tumbuhkembang balita, cara memberi penyuluhanyang baik, dan sebagainya.

    Disamping itu, kesulitan pengembanganBKB juga bersumber dari minimnya jumlah Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang mestinya diharapkan perannyadalam membina para kader BKB. Di

    Kabupaten Pekalongan, jumlah PLKB rata-rata hanya sekitar tiga orang untuk tiap

    kecamatan. Akibatnya, mereka akankewalahan membina BKB yang ada hampirdi setiap desa di kabupaten ini. Untukmenjaga kesinambungan kegiatan, para

    kader BKB juga meminta agar dapatmengajukan proposal pengembangan BKB,sebagaimana dilakukan oleh para kaderPAUD. Kader BKB juga diharapkan dapatmelakukan pendataan sendiri;

    Sesuai dengan Permendagri No. 19Tahun 2011, Kepala Desa atau Lurahmelaporkan pelaksanaan kegiatan layanan

    sosial dasar di Posyandu, beserta program- program yang terintegrasi seperti kegiatanBKB. Berdasarkan peraturan ini, para kaderBKB juga selalu membuat laporan kegiatan

    mereka satu bulan sekali dalam satu tahun.Hanya masalahnya, karena keterbatasan parakader BKB, sistem pelaporan ini masih alakadarnya dan belum begitu detail sampaimenganalisis permasalahan dan hambatan dilapangan. Pelaporan yang mereka lakukanhanya sekadar kronologi kegiatan yangdilakukan, itupun hanya singkat.

    Tentu saja dengan pelaporan yangsederhana, permasalahan yang terjadi tidakdapat ditangkap oleh birokrasi di tingkatatas. Jika laporan dilengkapi dengan

     berbagai “sedikit analisis” permasalahan,tentu akan sampai kepada bupati, karena

    lurah/kepala desa wajib melaporkannyasebulan sekali. Dari kondisi inilah perlu

    dilakukan pelatihan tentang tata cara pelaporan yang selain detil juga ada analisis permasalahan yang dihadapi.

    Kegiatan BKB di KabupatenPekalongan banyak menghadapi masalah,

    terutama untuk pengembangan model agarkegiatan ini tidak hanya bersifat rutinitassaja. Kegiatan BKB mestinya perludiintegrasikan serta dikembangkan sesuai

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    32/72

     

    19

    dengan situasi, kondisi dan kebutuhanmasyarakat, seperti BKB – iqro, BKB-Posyandu, BKB-Kemas, BKB-KIA, BKB-UEP, BKB-TPA dan sebagainya. Demikian pula, kegiatan BKB di Kabupaten

    Pekalongan belum menjangkau model pemberdayaan ekonomi keluarga.Harapannya agar keluarga memilikikepedulian dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak, karena

    ekonomi mereka telah tercukupi. Jikaekonomi masyarakat berkembang

    diharapkan partisipasinya meningkat dankesinambungan program BKB dapatdijamin.

    KESIMPULAN

    Manajemen pengelolan program BKB diKabupaten Pekalongan secara umum telahsesuai dengan Peraturan Menteri dalam Negeri No.19 Tahun 2011 yakni programBKB telah dilaksanakan dengan pelayanansecara terpadu, baik lintas program yakni

     pengasuhan, kesehatan, gizi dan pendidikan,maupun lintas sektor yakni hubungandengan lembaga masyarakat, swasta dan pemerintah. Tokoh agama/tokoh masyarakat

    dan media massa masih belum terintegrasisecara melembaga, namun baru sebatastataran formalitas. Secara manajemen dariPKK tingkat kabupaten sudah melakukaninstruksi melaksanakan BKB, namun ditingkat desa untuk melaksanakan programBKB banyak mengalami kendala karenakader-kader BKB banyak beralih ke posPAUD karena di program pos PAUD adainsentif untuk kadernya, disamping danaoperasional.

    Pengelolaan BKB juga telah didahului

    identifikasi potensi wilayah dan permasalahannya oleh kader. Identifikasi

    wilayah ini dilakukan untuk mengetahui jumlah keluarga balita dan atau keluarga

    dengan anak usia 0-6 tahun. Setelahidentifikasi ini dilakukan, maka tahapselanjutnya adalah mencari calon kader yang bersedia menjadi fasilitator kegiatankelompok BKB ini. Namun tidak mudah

    mencari kader yang bersedia menjalankan program BKB, karena keterbatasan SDMdan tidak tersedianya insentif seperti halnya bagi para kader pos PAUD. Hambatan di

    tingkat penggerak semakin diperberat olehkurangnya minat masyarakat untuk ikut program BKB karena dirasa kurangmenarik, baik dari segi penyuluhannyamaupun menu kegiatannya. Masyarakat

    mengharapkan ada tambahan kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga, misalnya pelatihan keterampilan usaha produktif.

    Kegiatan BKB belum terlaksana secararutin satu bulan sekali, dan biasanya

    diselenggarakan di rumah warga, karena belum tersedia tempat khusus (Posyandu).

    Disamping itu, fasilitas pelayanan yang adasangat minim, seperti : kurangnya AlatPeraga Edukasi (APE), baik karena rusakatau modelnya sudah ketinggalan jaman.

    Sebagian besar masyarakat kurang peduliBKB karena menganggap itu tanggungjawab pemerintah. Namun demikian ada pulamasyarakat yang bersedia menyumbangkanalat permainan yang dimiliki untukmendukung terselenggaranya program BKB.Untuk mendukung program BKB,masyarakat menggalang dana operasional

    dengan cara mengadakan ”jimpitan”. Adahambatan untuk memberi penyuluhankepada orang tua karena keterbatasan alat peraga, disamping itu untuk

    mengetahui/memonitor perkembangan anaktidak tersedia Kartu Tumbuh KembangAnak .  Di lapangan para kader merasa tidaknyaman jika tidak bisa menyediakankonsumsi bagi orang tua pada saatmendapatkan penyuluhan program BKB.Dalam administrasi pencatatan dan pelaporan tidak dapat berjalan dengan tertibkarena kurangnya buku-buku. Disamping itukualitas SDM untuk dapat melakukan pelaporan yang baik sangat kurang

    SARAN

    Mensinergikan antara tokohmasyarakat/tokoh agama dengan pemerintah

    dan pengelola BKB, meningkatkansosialisasi program BKB pada kader PKK ditingkat desa, disediakan insentif bagi parakader BKB seperti pada kader pos PAUD.Sosialisasi program BKB yang lebih intensif

    kepada masyarakat khususnya PUS dan ibuhamil, disediakan dana operasional sepertihalnya pada program pos PAUD, pemberian pelatihan yang baik bagi para kader,

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    33/72

     

    20

    terutama untuk penambahan pemahaman bagaimana cara mengembangkan BKB yang benar, materi penyuluhan yang terkaitdengan tumbuh kembang balita, caramemberi penyuluhan yang baik, dan

    sebagainya, dalam kegiatan BKB ditambahkegiatan ekonomi produktif yang menarikdan dibutuhkan masyarakat setempat.Pemerintah memfasilitasi terwujudnyatempat kegiatan program BKB minimal di

    setiap desa, penambahan alat peraga (APE)di setiap kelompok BKB minimal satu set,

     pengadaan Kartu Tumbuh Kembang Anaksesuai jumlah anggota BKB, pengadaan buku-buku pelaporan yang mencukupisesuai jumlah kegiatan yang ada,

    mengadakan pelatihan bagi peningkatansumberdaya manusia agar dapat melakukan pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar.

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik, Badan Kependudukan

    dan Keluarga Berencana Nasional,Departemen Kesehatan, MacroInternational Calverton, Maryland USA.2013. Survey Demografi dan Kesehatan

     Indonesia 2012. Jakarta: Badan PusatStatistik.

    Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2006.  Modul Bina Keluarga Balita. Jakarta; BKKBN

    Kementerian Negara PemberdayaanPerempuan, Badan Koordinasi KeluargaBerencana Nasional. 2007.  Panduan Kebijakan dan Operasional Program Bina Keluarga Balita (BKB).  Jakarta;BKKBN

    Syahmida S Arsyad. 2008. Studi Identifikasi

     Kelompok Kegiatan BKB Era Otonomi Daerah, Jakarta.

    Badan Kependudukan dan KeluargaBerencana Nasional. 2014. Data Statistik

     Rutin BKKBN Provinsi Jawa TengahTahun 2014. Semarang

     Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung.

    Brannen, J. 1997. Memadu Metode

     Penelitian Kualitatif dan KuantitatifTerjemahan Nuktah Arfawie Kurde, Imam Syafei, Noorhadi AH.Yogyakarta. Pustaka Pelajar

    Miles, Mattew B and Huberman Michael.1992.  Analisis Data Kualitatif. Jakarta:UI Press

     Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 19Tahun 2011. 2011. Jakarta

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    34/72

     

    21

    EVALUASI KEBERADAAN DAN KEAKTIFAN KELOMPOK KEGIATAN

    BINA KELUARGA REMAJA (BKR)

    THE EXI STENCE AND ACTIVITI ES OF THE EMPOWERMENT OF FAM I LY

    WITH ADOLESCENCE (EFA) I N CENTRAL JAVA, EAST NUSA TENGGARAAND LAM PUNG PROVINCES  

    Maria Anggraeni 

    Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

    Jl. Permata No.1, Halim Perdanakusuma Jakarta Timur

    e-mail: [email protected] 

    ABSTRAK

     Hasil pencatatan dan pelaporan rutin melalui laporan Pengendalian Lapangan (DALAP) mengenai

    kelompok kegiatan ketahanan keluarga menunjukkan bahwa Kelompok Kegiatan (POKTAN) telah

    banyak terbentuk. Salah satu kelompok kegiatan tersebut adalah kelompok kegiatan Bina Keluarga

     Remaja (BKR), yang berdasarkan laporan Dalap sudah banyak terbentuk di setiap provinsi. Namun hasil

     survei indikator RPJMN tahun 2012 menunjukkan partisipasi keluarga dalam pengasuhan dan pembinaan remaja masih rendah. Sebagai gambaran dari 27.110 keluarga yang memiliki anak remaja,

    hanya 4 persen (1.161 keluarga) yang aktif mengikuti BKR. Untuk mengetahui keberadaan kelompok

     BKR di lapangan, maka dilakukan evaluasi POKTAN BKR di tiga provinsi yaitu Provinsi Jawa Tengah,

     Lampung, dan Nusa Tenggara Timur. Tujuan evaluasi secara umum adalah untuk memperoleh gambaran

    keberadaan dan keaktifan kelompok kegiatan BKR, yang paling terkini untuk menjawab kesenjangan

    antara angka yang dilaporkan melalui DALAP secara “online” dan angka riil yang ada di lapangan.

     Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan keberadaan BKR di lapangan dibandingkan

    dengan data laporan DALAP online. Data yang dilaporkan melalui online ternyata yang dijumpai dilapangan hanya sekitar 64 persen. Apabila dilihat dari keaktifan kelompok, dari 58.432 keluarga yang

    memiliki remaja, 58 persen ikut dalam kelompok BKR.

    Kata Kunci :BKR, Keberadaan, Keaktifan.

    ABSTRACT

    Control Report of Family Planning Program (CRFPP) showed that Empowerment of Family Programhave been formed in province. The Empowerment of Family with Adolescence (EFA) have been

    established in each province. The 2012 RPJMN’s Indicator Survey showed th at the family's participation

    in parenting and adolescent development is still low : from 27.110 families who have teenagers, only 4

     percent who actively follow EFA. This study conducted in Central Java, Lampung, and East NusaTenggara. The purpose is to obtain the existence and activities of EFA, and also to answer the gap

    between the numbers reported on CRFPP and the real numbers. The results showed that there is a gapbetween the number of EFA in the field and data reported CRFPP. There are only 64% EFA found in

     field;and there are only 58 percent of family with teenagers that have been participated in EFA.

    Keywords  : EFA, existence, activity

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/18/2019 Jurnal no. 2

    35/72

     

    22

    PENDAHULUAN

    Badan Kependudukan dan KeluargaBerencana Nasional (BKKBN) memiliki berbagai program. Salah satu program yang

    mendukung terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera adalah ProgramKeluarga Sejahtera, antara lain melalui pembentukan POKTAN BKR. Program inidijalankan untuk meningkatkan kualitas

     penduduk khususnya kualitas keluarga,karena keluarga akan menjadi kekuatan

     pembangunan bangsa. Hal ini diperkuatdengan adanya Undang-Undang 52 tahun2009 tentang Perkembangan Kependudukandan Pembangunan Keluarga, yang dalam

    Pasal 47 dinyatakan bahwa penetapankebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraankeluarga. Kebijakan tersebut dimaksudkanuntuk mendukung keluarga agar dapatmelaksanakan fungsi keluarga secaraoptimal. Ketahanan dan KesejahteraanKeluarga adalah kondisi keluarga yang

    memiliki keuletan dan ketangguhan sertamemiliki kemampuan fisik materiil gunahidup mandiri dan mengembangkan diri dan