JURNAL NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM SINETRON TELEVISI (Analisis Isi tentang Nilai-Nilai Keislaman dalam Sinetron Sakinah Bersamamu yang ditayangkan oleh Stasiun Televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia [RCTI] Periode 15 Juni–16 Juli 2015) Oleh : Utari Aryani D0211100 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016
21
Embed
JURNAL NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM SINETRON TELEVISI ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
JURNAL
NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM SINETRON TELEVISI
(Analisis Isi tentang Nilai-Nilai Keislaman dalam Sinetron Sakinah Bersamamu
yang ditayangkan oleh Stasiun Televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia
[RCTI] Periode 15 Juni–16 Juli 2015)
Oleh :
Utari Aryani
D0211100
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
1
NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM SINETRON TELEVISI
(Analisis Isi tentang Nilai-Nilai Keislaman dalam Sinetron Sakinah Bersamamu
yang ditayangkan oleh Stasiun Televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia
[RCTI] Periode 15 Juni–16 Juli 2015)
Utari Aryani
Pawito
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Ramadhan have became a momentum for television media to hold a
significant change to its programs. The lack of programs which educate and
provide benefits beyond the month of Ramadhan, making the momentum of
Ramadhan as an 'event' to present religious programs which have many benefits
and meaning to the audience.
Television station present its best program contain of religious content,
one of them is religious soap opera Sakinah Bersamamu served by private
television station RCTI. The reality that many people experience domestic
problems seen from the high divorce rate, this soap opera presenting Islamic
values with the background domestic life in order to become an example of an
Islamic domestic.
This research aims to find out the representation of Islamic values
appeared in Sakinah Bersamamu soap opera in Ramadhan edition period of June
15-July 16, 2015 by using the content analysis method. Dimensions paid attention
are Islamic values and Islamic figures.
Result of the research point out that more than a half of the content of this
soap opera is containing the Islamic values (74.6%). Muamalah islamic value is
dominated (56.74%), the second islamic value is akhlak (30.48%), and the last
one is akidah value (12.78%). For islamic value figures category, the main
character is dominated among the other (42.05%), the „main & supporting‟
character is the second (33.50%) dan the third is the supporting character
(21.83%).
The representation of islamic values in Sakinah Bersamamu soap opera in
Ramadhan edition is a representation of a practical value. Islamic values figures
showed the identity of a moslem by their behavior and the dialog, so they can
bring forward to show to the public the message of islamic values.
Keyword: soap opera, religious soap opera, content analysis, television, islamic
values.
2
Pendahuluan
Di Indonesia, televisi telah menjamur dan menjadi media massa elektronik
paling dekat dengan masyarakat1. Nurudin bahkan menyebut televisi sebagai
„agama baru‟ masyarakat modern2. Menurut Mursito, ada empat fungsi yang dapat
kita peroleh dengan adanya televisi, yakni fungsi informasi, pendidikan, kontrol
sosial dan hiburan3. Pada perkembangannya, fungsi hiburan dari televisi justru
lebih menonjol daripada fungsi lainnya.
Dari sekian banyak program acara hiburan yang ditayangkan oleh televisi
salah satunya adalah sinetron. Sinetron ditentukan oleh rating. Pada akhirnya,
sinetron tayang sering tidak mengedepankan kualitas asalkan digemari penonton.
Eduard Depari, Komite Seleksi Festival Sinetron Indonesia menyatakan bahwa
banyak sinetron yang ditayangkan di televisi terlihat asal jadi, baik dari segi isi
pesan maupun teknik penggarapannya4. Arswendo Atmowiloto membenarkan
kenyataan tersebut bahwa produksi sinetron saat ini hanya diciptakan semata-mata
untuk kepentingan bisnis5.
Meski demikian, seiring dengan semakin cerdas serta bijaknya penonton,
para pembuat sinetron berusaha menyuguhkan sinetron yang memiliki kualitas
sehingga tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga memiliki pesan dan makna.
Koalisi dengan novel bisa menjadi titik awal sinetron agar setidaknya bisa
dikatakan memiliki kualitas. Nurudin menyatakan bahwa koalisi sinetron dengan
novel menjadi setengah jaminan kualitas sinetron6.
Hadirnya sinetron juga seringkali menyesuaikan momentum misalnya
Ramadhan yang menjadi ajang televisi untuk menyajikan program acara bertema
religius bagi pemirsanya termasuk sinetron religi.
Terkait sinetron religi, Zafer Yoruk dan Pantelis Vatikiotis menuliskan
bahwa kebanyakan tema yang diangkat adalah mengenai perbedaan tradisi antar
1 Nurudin, Televisi Agama Baru Masyarakat Modern, Malang, UMM Press, 1997, hal. 12.
2006, hal. 19. 4 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta, Rineka Cipta,
1996, hal.134. 5 Nurudin, Op.cit., hal.105.
6 Ibid., hal. 94.
3
generasi. Hal ini berkaitan dengan semakin berkembangnya zaman atau disebut
„modernisasi‟ sehingga norma-norma dan tradisi tertentu juga mengikuti
perkembangan tersebut sehingga muncul perbedaan-perbedaan antar generasi7.
Sementara Kumru Berfin Emre Cetin menemukan bahwa sinetron religi lebih
mengedepankan konten dalam bentuk pelajaran moral yang ditampilkan dalam
wujud „kealiman‟.
“Rather than specific programs devoted to religious topics, piety has
recently been incorporated into the content of other programs and genres.
Isik (2013) argues that parables told by characters in dramas such as Valley
of the Wolves and Crazy Heart operate as rhetorical strategies for
moralized teaching and a culture of piety.”8
RCTI juga memanfaatkan Bulan Ramadhan untuk menyuguhkan sinetron
religi berjudul Sakinah Bersamamu. Diadaptasi dari buku Sakinah Bersamamu
karya Asma Nadia, cerita yang diangkat merupakan cerita kehidupan sehari-hari
berlatar kehidupan rumah tangga yang disajikan dalam bingkai nilai-nilai Islam.
Munculnya sinetron Sakinah Bersamamu juga bisa menjadi salah satu
solusi yang ditawarkan oleh sineas dalam memberikan edukasi mengenai
kehidupan rumah tangga yang islami. Di Indonesia jumlah perceraian mencapai
333.000 per tahun9, dalam satu hari rata-rata terjadi 959 kasus perceraian atau 40
perceraian tiap jam10
. Tahun 2013 BKKBN menyatakan tingkat perceraian di
Indonesia menempati urutan tertinggi se-Asia Pasifik dan meningkat di tahun-
tahun berikutnya11
.
Menurut Wakil Menteri Agama Nasarudin Umar, keluarga sakinah adalah
sesuatu yang langka, tapi kalah oleh tayangan media tentang pasangan selebriti
yang bermasalah, padahal dengan keberadaan keluarga sakinah membuktikan
7 Zafer Yoruk dan Pantelis Vatikiotis, Soft Power or Illusion of Hegemony: The Case of the
Turkish Soap Opera “Colonialism”, International Journal of Communication 7, 2013,
hal.2361-2385, http://ijoc.org diakses 12 Oktober 2015. 8 Kumru Berfin Emre Cetin, The “Politicization” of Turkish Television Dramas, International
Journal of Communication 8, 2014, hal.2462-2483, http://ijoc.org diakses 12 Oktober 2015. 9 http://m.liputan6.com/health/read/2028251/jumlah-perceraian-pasutri-di-indonesia-333-ribu-
. Karenanya, sinetron Sakinah Bersamamu adalah sebuah
tontonan yang bisa menjadi alternatif solusi dalam mengurangi tayangan yang
tidak mendidik dan memberikan pelajaran pesan nilai-nilai yang baik dalam
rumah tangga, terutama nilai-nilai keislaman.
Rumusan Masalah
Seberapa besar sinetron Sakinah Bersamamu yang disiarkan stasiun
RCTI periode 15 Juni-16 Juli 2015 merepresentasikan nilai-nilai keislaman
kepada khalayak?
Tujuan
Untuk mengetahui seberapa besar sinetron Sakinah Bersamamu yang
disiarkan stasiun RCTI periode 15 Juni-16 Juli 2015 merepresentasikan nilai-nilai
keislaman kepada khalayak.
Telaah Pustaka
1. Komunikasi sebagai Proses dan Pertukaran Makna
Kata „komunikasi‟ (dalam bahasa inggris communication) berasal dari kata
Latin communis yang berarti „sama‟, communico, communication,
communicare yang berarti „membuat sama‟ (to make common)13
.
John Fiske membagi studi komunikasi menjadi dua mahzab utama:
a. Komunikasi sebagai transmisi pesan/mahzab proses
Mahzab ini berbicara mengenai bagaimana pengirim dan penerima
mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya (decode), dan
bagaimana transmisi menggunakan saluran dan media komunikasi. Fiske
melihat komunikasi sebagai suatu proses di mana seorang pribadi dapat
mempengaruhi perilaku atau state of mind pribadi yang lain. Mahzab ini
disebut Fiske sebagai „Mahzab Proses‟14
.
12
Ibid. 13 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, Rosda, 2010, hal. 46. 14
John Fiske, Terj. Yosal Iriantara, Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar
Paling Komprehensif, Jogjakarta, Jalasutra, 2006, hal. 8.
5
b. Komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna
Mahzab kedua ini memandang komunikasi sebagai kegiatan
menciptakan makna. Komunikasi dengan perspektif menciptakan makna
(generating of meaning) bertujuan menghadirkan makna tertentu di benak
khalayak. Komunikasi dipandang tidak sekadar mengirimkan pesan, tetapi
yang lebih utama adalah hendak menanamkan makna tertentu di dalam benak
penerima.
2. Pesan Verbal dan Non Verbal
Menurut Pace dan Faules15
, pesan tidak harus berupa kata-kata, namun
bisa juga merupakan pertunjukan (display), termasuk pakaian, perhiasan, dan
hiasan wajah (make up atau jenggot).
Deddy Mulyana mendefinisikan simbol atau pesan verbal sebagai
semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih16
. Dalam
komunikasi verbal, bahasa memiliki peranan yang sangat penting17
.
Pesan nonverbal secara sederhana adalah semua isyarat yang bukan
kata-kata18
. Pesan nonverbal oleh Larry A. Samovar dan Richard E. Porter
diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama, yaitu pertama, perilaku yang
terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi
wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa; kedua yakni
ruang, waktu dan diam19
.
3. Televisi sebagai Bentuk Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner yakni:
Mass communication is messages communicated through a mass medium
to a large number of people (komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang)20
.
15
Deddy Mulyana, Op.cit., hal.65. 16
Ibid., hal.260. 17
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta,
Kanisius, 2003, hal.22. 18
Ibid., hal 69. 19
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, op.cit. ntercultural Communication: a Reader,
Inggris, Thomson Wandsworth Publishing, 2000, hal.14-15. 20
Jalaludin Rachmat, Psikologi Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2013, hal.185-
186.
6
Memasukkan paradigma Lasswell yang diadaptasi Kuswandi21
, bahwa
dalam komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa
dalam setiap pesan yang disampaikan televisi tentu mempunyai tujuan
khalayak sasaran serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kuswandi22
menyebut televisi menjadi panutan baru (new religius) bagi
kehidupan manusia. Demikian halnya dibenarkan oleh Nurudin yang
menyebut televisi sebagai „agama baru‟ masyarakat modern.
Pada umumnya pemirsa televisi lebih tertarik menyaksikan televisi dari
unsur hiburannya, seperti diungkapkan Charles Wright23
yang menambahkan
fungsi hiburan media massa. Sinetron menjadi pilihan program hiburan yang
paling banyak ditayangkan oleh televisi. Sinetron pada hakikatnya merupakan
bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia yang diolah dan
ditampilkan berdasarkan alur cerita yang mengangkat permasalahan hidup
sehari-hari. Pesan sinetron dapat mewakili aktualitas kehidupan masyarakat
dalam realitas sosialnya24
.
Meski demikian, masa-masa sekarang banyak muncul sinetron yang
hanya menonjolkan hiburan semata. Para pembuat sinetron mengedepankan
rating sinetron demi mendapatkan untung yang lebih banyak. Tapi kini
sinetron yang memunculkan realitas sosial masyarakat mulai dimunculkan
kembali meskipun jumlahnya tergolong sedikit dibandingkan sinetron-
sinetron „semu‟ tersebut. Pada dasarnya, ada dua hal yang perlu diperhatikan
untuk membuat sinetron yakni25
: pertama, terdapat permasalahan sosial dalam
cerita sinetron yang mewakili realitas sosial masyarakat dan kedua,
menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sinetron secara positif dan
responsif (ending cerita)
21
Wawan Kuswandi, Op.cit. hal.17. 22
Ibid., hal.23. 23
Ibid., hal.25. 24
Ibid., hal.131. 25
Ibid., hal.132.
7
4. Representasi
Marcel Danesi26
mendefinisikan representasi sebagai, proses perekaman
gagasan, pengetahuan, atau pesan secara fisik. Stuart Hall menyatakan
“things don‟t mean: we construct meaning, using representational system-
concept and signs”27
. Representasi dapat disimpulkan sebagai proses
produksi makna dari konsep yang ada di pikiran seseorang melalui bahasa.
Media sebagai suatu teks banyak menebarkan bentuk-bentuk
representasi pada isinya. Penggambaran antara teks media dengan realitas
sebenarnya sering menggunakan konsep representasi. Representasi dalam
media menunjuk pada bagaimana seseorang atau suatu kelompok, gagasan
atau pendapat tertentu ditampilkan. Representasi adalah sebuah istilah yang
merujuk pada cara di mana seseorang atau sesuatu dilukiskan dalam media.
Marsha Jones dan Emma Jones28
mengemukakan beberapa aspek dalam
proses representasi sebagai berikut:
“Proses representasi memiliki beberapa aspek yang berbeda:
1. Ini adalah cara media menghadirkan acara senatural mungkin untuk
kita
2. Ini lebih melibatkan dan fokus pada grup-grup tertentu daripada grup
yang lainnya
3. Tentunya ini sebuah ideologi. Dimana „media memberi kita gambaran-
gambaran untuk menggambarkan bagaimana cara kelompok-kelompok
tertentu menjelajah dunia, dan bagaimana mereka bisa mengerti atau
bahkan diakui oleh orang lain.”
5. Nilai-Nilai Keislaman
Nilai adalah “suatu keyakinan dan kepercayaan yang menjadi dasar
bagi seseorang atau sekolompok orang untuk memilih tindakannya, atau
menilai suatu yang bermakna bagi kehidupannya”29
. Mulyana mendefinisikan
”nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan”30
.
Mohammad Daud Ali menjelaskan tentang Islam sebagai berikut:
26
Marcel Danesi, Terj. Evi Seyarini dan Lusi Lian Piantari, Pesan, Tanda dan Makna: Buku
Teks Dasar Mengenal Semiotika dan Teori Komunikasi, Yogyakarta, Jalasutra, 2010, hal.24. 27 Ibid. hal 25. 28 Marsha Jones and Emma Jones. Mass Media. London. Macmillan Press Ltd. 1999. hal.104. 29
Zahruddin Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta, RajaGrafindo Persada,
2004, hal. 85. 30
Rohmat Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta, 2004, hal.11.
8
Perkataan Islam terdapat dalam Alquran, kata benda yang berasal dari
kata kerja salima. Akarnya adalah sin lam mim:s-l-m. dari akar kata ini
terbentuk kata-kata salm, silm, dan sebagainya. Arti yang dikandung
perkataan Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan,
penyerahan (diri) dan kepatuhan. Dari kata salm tersebut, timbul
ungkapan assalamu‟alaikum yang telah membudaya dalam masyarakat
Indonesia. Artinya semoga Anda selamat, damai, sejahtera.31
Nilai keislaman dapat didefinisikan sebagai konsep dan keyakinan yang
dijunjung tinggi oleh manusia mengenai beberapa masalah pokok yang
berhubungan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam bertingkah laku,
baik nilai bersumber dari Allah maupun hasil interaksi manusia tanpa
bertentangan dengan syariat.
Dengan mengikuti sistematika Iman, Islam dan Ikhsan yang berasal dari
hadis Nabi Muhammad, kerangka dasar agama Islam sebagaimana dijelaskan
Mohammad Daud Ali yakni terdiri dari (1) akidah, (2) syariah dan (3)
akhlak32
.
a. Nilai Akidah
Akidah, secara etimologis adalah ikatan, sangkutan dan dalam pengertian
teknis, makna akidah adalah iman, keyakinan yang menjadi pegangan hidup
setiap pemeluk agama Islam dan selalu dikaitkan dengan rukun iman atau
arkanul iman yang merupakan asas seluruh ajaran Islam33
.
b. Nilai Syariah (Syari’at)
Makna etimologis syari‟at adalah tempat mengalirnya air, yakni sebuah
metode atau jalan atas sesuatu34
. Kata syariah menurut pengertian hukum Islam
berarti hukum-hukum dan tata aturan yang disampaikan Allah swt., agar ditaati
hamba-hamba-Nya. Syariah terbagi dalam dua bidang yakni35
:
1. Kaidah Ibadah
Pembahasan mengenai kaidah ibadah berkisar sekitar bersuci
(thaharah) dan rukun Islam atau arkanul islam yakni salat, zakat, saum
31
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004, hal.21. 32
Ibid., hal.32. 33
Ibid., hal.33. 34
Abu Yasid, op.cit., hal.86. 35
Mohammad Daud Ali, op.cit., hal. 34.
9
(puasa) dan haji36
. Kaidah ibadah merupakan norma yang mengatur tata cara
manusia berhubungan langsung dengan Allah, tidak boleh ditambah-tambah
atau dikurangi sebagaimana telah ditetapkan langsung oleh Allah dan
dijelaskan secara rinci oleh Rasulullah.
2. Kaidah Muamalah
Muamalah ialah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara
sesama manusia, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia
dengan alam sekitarnya37
. Secara sederhana muamalah bisa bermakna
hubungan sosial antara sesama manusia.
c. Nilai Akhlaq
Akhlak berasal dari kata khuluk yang berarti perangai, sikap, tingkah
laku, watak, budi pekerti. Perkataan itu mempunyai hubungan dengan sikap,
perangai, tingkah-laku atau budi pekerti manusia terhadap Khalik (pencipta
alam semesta) dan makhluk (yang diciptakan)38
.
6. Analisis Isi
Secara umum ada dua bentuk aliran (paradigma) dalam studi isi, pertama
aliran transmisi, kedua aliran produksi dan pertukaran makna39
. Aliran transmisi
melahirkan teknik analisis isi kuantitatif. Fokus peneliti pada analisis isi
kuantitatif adalah menghitung dan mengukur secara akurat aspek atau dimensi
dari teks. Analisis isi ditujukan untuk mengidentifikasi secara sistematis isi
komunikasi yang tampak, dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel, dan dapat
direplikasi40
.
Langkah awal yang penting dalam analisis isi adalah menentukan unit
analisis. Unit analisis secara sederhana dapat digambarkan sebagai bagian apa dari
isi yang kita teliti dan kita pakai untuk menyimpulkan isi dari suatu teks41
.
36
Ibid. 37
Masjfuk Zuhdi, op.cit., hal.2. 38
Mohammad Daud Ali, op.cit., hal.38. 39
Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-
Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2011, hal.2. 40
Ibid. 41
Ibid., hal.59.
10
Krippendorff mengemukakan tiga jenis unit dalam analisis isi, yakni unit
sampling, unit pencatatan, dan unit konteks.
Metodologi
Penelitian ini adalah analisis isi kuantitatif dengan pendekatan deskriptif.
Penyajian dan analisis dalam penelitian ini yakni deskripsi dengan prosentase di
mana hasil koding penelitian adalah prosentase. Prosentase yang didapatkan lalu
dimaknai dan dideskripsikan untuk menjelaskan representasi nilai-nilai keislaman
dalam sinetron Sakinah Bersamamu.
Objek penelitian adalah sinetron Sakinah Bersamamu yang ditayangkan
RCTI periode 15 Juni 2015-16 Juli 2015. Unit sampel penelitian ini adalah semua
potongan adegan dalam sinetron Sakinah Bersamamu sebanyak 32 episode
Unit tematik digunakan untuk menghitung frekuensi kemunculan nilai
keislaman dan dikategorikan dalam tiga kategori yakni akidah, akhlak, dan
muamalah. Unit fisik digunakan untuk menghitung durasi nilai keislaman. Unit
referensial digunakan untuk menghitung pemeran nilai keislaman yang
dikategorikan dalam 5 kategori yaitu tokoh utama, tokoh pendukung, tokoh utama
dan pendukung, tokoh utama dan figuran serta tokoh pendukung dan figuran.
Penelitian ini menggunakan coding sheet atau lembar koding sebagai alat
ukur. Validitas yang peneliti gunakan adalah dengan mengajukannya dengan ahli
analisis isi42
dan menggunakan teknik intercoder reliability untuk mengukur
reliabilitas.
Sajian dan Analisis Data
A. Penyajian Dan Analisis Data
Dari proses koding yang dilakukan pada setiap adegan sinetron Sakinah
Bersamamu dengan tiga unit analisis yakni unit tematik untuk menghitung
frekuensi nilai keislaman, unit fisik untuk menghitung durasi nilai keislaman dan
unit referensial untuk menghitung frekuensi pemeran nilai keislaman. Didapatkan