EFEKTIFITAS DAN KARAKTERISTIK MIKROBA ANTAGONIS DARI RISOSFER
PERTANAMAN MARKISA ( Passiflora sp.) TERHADAP Fusarium oxysporum
SECARA in vitroMaryam ahmad, Tutik Kuswinanti, Nur AminJurusan Ilmu
Hama & Penyakit Tumbuhan Fakultas PertanianUniversitas
Hasanuddin MakassarJl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea
Makassar 90245
ABSTRAK1
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan
karakteristik mikroba antagonis dari rhisosfer pertanaman markisa
(Passiflora sp.) terhadap layu Fusarium oxysporum secara in vitro.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian
Pusat Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar.
Pelaksanan penelitian dimulai pada bulan Maret Oktober 2012.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 8
perlakuan dan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persentase daya hambat cendawan antagonis pada pertanaman Markisa
(Passiflora sp.) terhadap Layu Fusarium oxysporum . Tiga isolat
cendawan menunjukkan persentase tertinggi terdapat pada perlakuan
isolat (C2) 87,33%, (C3) 84,66% , (C1) 80,66%, sedangkan pada
bakteri antagonis persentase tertinggi terdapat pada perlakuan
isolat (B3) 77,33%, (B4) 77,00% dan (B13) 72,33%. Karakterisasi
perlakuan isolat C2 merupakan cendawan Rhizopus sedangkan C1,C3
merupakan cendawan Aspergillus. Pada perlakuan isolat B4,B13
merupakan bakteri Pantoea sedangkan B3 merupakan bakteri
Clostridium. Kata Kunci: Efektivitas, Mikroba Antagonis, Layu
Fusarium, Markisa
ABSTRAKThis research was aimed to determined the effectiveness
and to characterize several microbial antagonists from the
rhizosphere of passionfruit (Passiflora sp.) toward F. oxysporum in
vitro.The research was conducted at the Laboratory for Agricultural
Biotechnology, Research Center of Hasanuddin University, from March
October 2012. Completely Randomized Desighn (CDR) with 8 treatments
and 3 replications was used in this research.There were
differentiation in effectiveness of each isolate in inhibit the
growth of F.oxysporum. Three fungal isolates showed best result,
there are C2 isolate with 87,33% inhibition , C3 isolate with
84,66% inhibition and C1 isolate with 80,66%. The best antagonists
from bacteria were observed in B3 isolate (77,33%), B4 isolate
(77,00%) and B13 isolate with 72,33% inhibition. C2 isolate was
characterized as Rhizopus. and C1 and C3 as Aspergillus. Based on
morphological, biochemical and physiological characters, B4 and B13
isolates were identified as Pantoea., whereas B3 as
Clostridium.Keyword : Effectiveness, Microbial antagonis, Fusarium
oxysporum, Passionfruit.
PENDAHULUANLatar belakang Markisa merupakan tanaman holtikultura
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman berupa sirup.
Salah satu sentra penanaman markisa di Sulawesi Selatan terdapat di
Malino Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa merupakan sentra
penghasil markisa di Sulawesi Selatan yang terletak 90 km dari kota
Makassar.Produksi markisa pada tahun 2003 mencapai 16.780 ton.Sejak
saat itu produksi markisa Sulawesi Selatan menurun terus hingga 50
% atau hanya 7.519 ton (BPS,2007). Dengan terjadinya penurunan
produksi Industri markisa saat ini belum bisa mencukupi kebutuhan
markisa yang digunakan sebagai bahan utama industri pembuatan sirup
buah markisa. Upaya peningkatan produksi melalui budidaya tanaman
markisa belum berkembang maksimal. Kendala utama adalah serangan
penyakit Fusarium yang belum didapatkan pengendalian yang efektif.
Kondisi ini menyebabkan minat petani untuk membudidayakan buah
markisa semakin menurun. Selanjutnya banyak petani beralih ke
tanaman sayur-sayuran karena pada umumnya berumur pendek dan
mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Sebagai inang penyakit layu
fusarium, setelah panen investasi cendawan Fusarium tetap ada pada
lahan sayuran dan memungkinkan ke tanaman markisa. Siklus serangan
penyakit menginfeksi tanaman markisa semakin besar sehingga
produksi markisa terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Penyakit layu fusarium adalah penyakit sistemik yang menyerang
tanaman mulai dari perakaran sampai titik tumbuh. Tanaman markisa
dewasa yang terserang akan layu dan mati dalam waktu 24-48 jam
setelah terlihat gejala yang sangat ringan beberapa hari setelah
terserang yaitu terjadinya penguningan tepi daun yang lebih tua.
Gejala ini awalnya sulit dibedakan dari gejala defisiensi kalium,
terutama pada kondisi kering dan dingin. Penguningan berkembang
dari daun terus menuju daun termuda, kemudian secara
berangsur-angsur tangkainya layu sehingga patah disekitar pangkal
daun, dan menggantung disekeliling batang semu. Ukuran daun-daun
yang baru muncul menjadi lebih kecil, tampak mengkerut dan rusak.
Seringkali pseudostrum pecah memanjang. Buah tidak bergejala namun
kualitas dan kuantitas buah menurun ( Jones 1995, Hermanto et al.
1997, Hermanto dan Setyawati 2002).Pengendalian penyakit layu
Fusarium sangatlah susah karena cendawan ini bersifat soil borne
yaitu patogen tular tanah yang sistemik dan dapat bertahan di dalam
tanah dalam waktu yang lama. Pengendalian patogen di dalam tanah
secara kimia tidak efektif karena dapat menimbulkan kerugian dan
kerusakan pada lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengendalian dengan cara lain. Untuk pengendalian penyakit layu
fusarium diperlukan tindakan eksplorasi. Ekplorasi merupakan
langkah awal sebelum melakukan pengembangan agens hayati yaitu :
skrining mikroba antagonis yang berasosiasi pada perakaran tanaman
markisa dan menguji efektivitas isolat antagonis yang diperoleh
dalam pertumbuhan fusarium. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi alternatif pengendalian penyakit layu fusarium dan
menggairahkan kembali minat petani untuk membudidayakan tanaman
markisa sebagai komoditi lokal andalan khas Sulawesi
Selatan.Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui keragaman dan efektifitas mikroba
antagonis dari risosfer pertanaman markisa (passiflora spp.) yang
dilakukan secara in vitro.
Tujuan dan KegunaanPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keragaman dan efektfitas mikroba antagonis dari risosfer pertanaman
markisa ( Passiflora sp.) terhadap Fusarium oxysporum secara
in-vitro. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi tentang tingkat keragaman mikroba pada risosfer tanaman
markisa dan keragaman mikroba antagonis yang dapat menekan layu
fusarium.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi
Pertanian Pusat Kegiatan Penelitian, Universitas Hasanuddin yang
berlangsung mulai bulan Maret Oktober 2012. Prosedur penelitian
meliputi isolasi Cendawan patogen Fusarium oxysporum, isolasi
Mikroba antagonis dari risosfer Markisa, seleksi mikroba antagonis
dari risosfer Markisa, dan identifikasi mikroba antagonis1. Isolasi
Cendawan Patogen Fusarium oxysporum f.sp passiflorae
(Fop)Pengambilan sampel tanah dilakukan dari beberapa areal
pertanaman markisa yang menunjukkan gejala layu di Malino Kecamatan
tinggi moncong Kabupaten Gowa. Diambil 5 sampel yang dipilih secara
acak pada tiap tanaman yang berbeda, tiap satu tanaman diambil 4
titik sesuai dengan arah mata angin yang dengan jarak 25cm dari
pangkal batang. Setiap pengambilan sampel pada tiap tanaman
dimasukkan ke dalam kantong kertas, lalu disimpan di dalam kulkas
sebelum diproses untuk isolasi cendawan F.o f.sp passiflorae.
Isolasi dari tanah dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran
(dilution method). Hasil isolasi selanjutnya dimurnikan dan
dikulturkan pada media PDA. Isolat dideterminasi berdasarkan
morfologi mikroskopisnya (Salma dan Gunarto, 1996; Zaini et al.,
1997), selanjutnya diperbanyak pada media miring.
2. Isolasi Mikroba Antagonis dari Rhizosfer MarkisaTanah dari
daerah perakaran tanaman sehat diambil dengan menggunakan pipa,
ditimbang sebanyak 1 gram dan disuspensikan sebanyak 10 ml air
steril. Selanjutnya dilakukan pengenceran dari 10 -1 sampai kepada
tingkat pengenceran 10-6. Selanjutnya, mengambil suspensi dari
10-6. Selanjutnya mengambil suspensi dari 10-6 sebanyak 0,1 ml
dengan menggunakan pipet tetes kemudian diteteskan pada media PDA
dan diratakan dengan menggunakan spatula, setelah diinkubasi selama
tiga hari. Setelah tiga hari, diamati jenis mikroba yang tumbuh,
dan jika belum ada yang tumbuh, maka tetap inkubasi dilanjutkan
hingga enam hari kemudian diamati mikroba yang tumbuh pada media
biakan tersebut. Untuk isolasi bakteri dilakukan dengan cara
mengambil 0,1 ml sampel lalu diteteskan diatas media NA yang ada
dalam cawan petri kemudian diratakan dengan menggunakan spatula dan
selanjutnya diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, diamati jenis
bakteri yang tumbuh berdasarkan warna koloninya. Cendawan dan
bakteri yang tumbuh pada media PDA dan media NA dimurnikan sebanyak
lima kali. Pemurnian dilakukan dengan cara mengambil semua jenis
mikroba yang tumbuh dan dipisahkan lalu masing-masing ditumbuhkan
pada media yang berbeda. Pemurnian cendawan dilakukan dengan
mengambil isolat yang telah tumbuh lalu ditanam ke dalam media PDA
lalu diinkubasi selama tiga hari. Cara pemurnian bakteri yaitu
mengambil koloni tunggal yang tumbuh, kemudian tiap koloni digores
zig-zag di atas media NA dan diinkubasi selama 24 jam. Semua isolat
yang sudah murni dikoleksi dan dipelihara di dalam media miring
untuk keperluan identifikasi dan pengujian selanjutnya. 3. Seleksi
Mikroba antagonis dari Rizosfer Markisa. Seleksi mikroba hasil
isolasi dilakukan melalui uji antagonis dengan dual kultur. Tiap
isolat ditumbuhkan pada media biakan berhadapan dengan isolat
patogen F.o. f.sp passiflorae, lalu diukur diameter koloninya tiap
dua hari. Pengamatan dihentikan jika koloni pada kontrol (Fusarium
tanpa mikroba) mencapai pertumbuhan maksimal.
3.1 Penghambatan pertumbuhan (%)Pengamatan dilakukan sebanyak 2
minggu dengan interval waktu 2 hari dan menghitung persentase
pertumbuhan F. Oxysporum dengan menggunakan rumus :Skema pengukuran
pertumbuhan koloni dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Keterangan :
E= Isolat antagonisC= Cendawan FusariumR1= Jarak penghambatan
antagonis (cm)
Persentase penghambatan mikroba uji dihitung dengan menggunakan
rumus :
DimanaR1 = diameter pertumbuhan cendawan patogen kontrol ( cm)R2
= diamater pertumbuhan cendawan patogen pada antagonis ( cm)P =
Persentase penghambatan pertumbuhan (%)Dari hasil uji antagonistik
in-vitro, akan diperoleh isolat-isolat antagonis yang potensial
dalam menghambat pertumbuhan F.o.f.sp passiflorae.4. Identifikasi
Mikroba Antagonis
4.1.1 Karakteristik MorfologiPenentuan karakteriktik morfologi
didasarkan pada bentuk dan warna koloni pada media biakan Nutrien
Agar (NA) dan pengamatan pada mikroskop4.1.2 Karakteristik
Fisiologi dan Biokimia4.1.2a. Reaksi gramKoloni bakteri dari biakan
murni diambil dengan menggunakan jarum ose dan dioleskan pada gelas
objek yang telah diberi 2 tetes larutan KOH 3% diaduk melingkar
selama 5-10 detik. Koloni yang nampak berlendir memperlihatkan
reaksi positif ( gram negatif ) sedangkan yang tidak berlendir atau
terlepas adalah negatif ( gram positif).4.1.2b. Pembentukan
EndosporaKoloni bakteri pada media agar diambil dengan menggunakan
jarum ose dan dioleskan pada slide yang telah diberikan setetes air
steril lalu didiamkan sampai kering. Slide direndam dengan larutan
malachite green 5% dan diwarnai selama 10 menit lalu dibilas di
bawah air mengalir dan dikeringkan kemudian slide direndam dengan
larutan safranin 0,5% selama 15 detik lalu dibilas di bawah air
mengalir dan dikeringkan. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop
pada perbesaran 500x. Apabila sel-sel bakteri berwarna hijau dan
atau spora berwarna merah maka reaksinya positif. 4.1.2c.
Pertumbuhan AnaerobikMedia yang digunakan alah media Hugh dan
Leifson. Media di masukkan dalam tabung reaksi sebanyak 9 ml
kemudian diautoclave. Setelah dingin, ditambahkan glukosa 10% yang
telah disterilkan. Bakteri diinokulasikan ke dalam media kemudian
ditutup dengan agar cair 3% yang steril untuk uji fermentasi,
sedangkan untuk uji oksidasi tidak ditutup dengan agar cair. Jika
terjadi perubahan warna menjadi kuning dan keruh pada uji
fermentasi maka reaksinya positif. 4.1.2d. Miselium UdaraKoloni
bakteri ditumbuhkan pada media NA, diinkubasi selama 24-48 jam.
Jika terbentuk miselium udara maka reaksinya positif. Diamati
dibawah mikroskop pada perbesaran 500x4.1.2e. Koloni Kuning pada
media YDCKoloni bakteri ditumbuhkan pada media YDC, diinkubasi
selama 24-48 jam. Jika terbentuk koloni berwarna kuning, maka
reaksinya positif.4.2 Identifikasi CendawanIdentifikasi secara
mikroskopis dilakukan melalui pengamatan pada hifa, bentuk spora (
konidia), badan buah dll, dengan melihat bentuk dan warna. Barnet
dan Hunter ( 1998).
HASIL DAN PEMBAHASAN HasilCendawanPengamatan uji kemampuan
cendawan antagonis dari rhisosfer tanaman Markisa (Passiflora sp.)
dalam menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum secara in-vitro
dilakukan dalam 6 kali pengamatan dengan selang waktu 4 hari, dapat
di lihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel pengamatan rata-rata persentase daya hambat
cendawan antagonis terhadap cendawan Fusarium oxysporum secara in
vitroIsolatPengamatan hari ke- (%)
26101418
c156,54 b68,00 bcd78,00 bc79,66 bc80,66 bcd
c258,33 b77,33 d85,00 d87,00 d87,33 d
c365,47 b74,00 cd82,66 cd84,33 cd84,66 bcd
c563,69 b63,66 b75,66 b78,66 b79,33 bc
c759,52 b 65,33 bc75,33 b78,66 b78,33 bc
c954,76 b 64,33 b75,33 b78,66 b78,00 b
c1364,28 b 66,33 bc 82,66 cd79,66 bc80,00 bc
Angka dengan huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji Duncan (=0.05).
Pada Tabel 1. Pada pengamatan 1 menunjukkan bahwa semua
perlakuan berbeda nyata dengan kontrol dan yang mempunyai nilai
persentase tertinggi pada hari ke-2 terdapat pada isolat C3
(65,47%), sedangkan pada hari 6-18 nilai persentase tertinggi
terdapat pada isolat C2 (87,33%).Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa kontrol sangat berpengaruh nyata dengan semua isolat
perlakuan. Pada isolat C1 dan C2 mengalami peningkatan persentase
pada pengamatan hari ke 2-18 yaitu 56,54%, 68,00%, 78,00%,79,66%,
80,66% sedangkan pada C2 58,33%, 77,33%, 85,00%, 87,00%, 87,33%.
Pada perlakuan isolat C3 pada pengamatan hari ke 2-6 mengalami
peningkatan sebesar 65,47%-74,00% kemudian mengalami penurunan pada
hari ke-10 sebesar 82,66%, kemudian naik lagi menjadi 84,66% pada
pengamatan hari ke-18. Pada perlakuan isolat C5 persentase
penghambatan mengalami penurunan pada hari ke-2 sebesar 63,66%
kemudian meningkat sampai minggu ke-18 sebesar 79,33%. Pada
perlakuan isolat C7 dan C9 mengalami peningkatan persentase yang
cenderung naik dari pengamatan hari ke 2-14 dan persentase pada
pengamatan hari ke 14 mencapai persentase yang sama yaitu sebesar
78,66% kemudian mulai menurun pada hari ke-18 sebesar 78,33% pada
C7 dan 78,00% pada C9. Pada perlakuan isolat C13 pada pengamatan
hari ke 2-10 sebesar 64,28%, 66,33%, 82,66% dan kemudian persentase
penghambatan menurun pada hari ke 14 sebesar 79,66%, dan naik lagi
pada hari ke-18 sebesar 80,00%.
C13Fusarium oxysporumFusarium oxysporumC1 (A) (B)Gambar 2 : Uji
Antagonis isolat C1 dan C13 terhadap Fusarium oxysporum. (A) C1 +
Fusarium oxysporum . (B) C13 + Fusarium oxysporum
BakteriPengamatan uji kemampuan bakteri antagonis pada rhisosfer
tanaman Markisa (Passiflora sp.) dalam menghambat pertumbuhan
Fusarium oxysporum secara in-vitro dilakukan dalam 6 kali
pengamatan dengan selang waktu 2 hari, dapat di lihat pada Tabel 2
sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel pengamatan rata-rata persentase daya hambat
Bakteri antagonis pada pertanaman Markisa Passiflora sp. Terhadap
cendawan Fusarium oxysporumisolat pengamatan hari ke- (%)
24681012
B155.33 b64.00 bc65.33 b65.00 c71.00 bc69.33 b
B240.33 b54.33 b63.00 b61.33 bc67.00 bc70.00 b
B346.00 b75.33 c70.66 b 70.66 c77.00 c77.33 b
B447.33 b56.66 bc68.33 b69.33 c76.00 bc77.00 b
B638.66 b64.00 bc64.66 b55.66 b65.00 b64.66 b
B1051.33 b66.33 bc68.33 b69.33 c71.00 bc66.66 b
B1336.33 b59.66 bc74.00 b68.66 c72.00 bc72.33 b
Angka dengan huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak
berbedanyata pada uji Duncan (=0.05).
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kontrol berbeda nyata dengan
semua perlakuan isolat. Pada B1 mengalami peningkatan dari hari ke-
2-6 yaitu 55,33%, 64,00%, 65,33%, dan naik pada hari ke-10 sebesar
71,00% kemudian turun pada hari ke-12 sebesar 69,33%. Pada B2
mengalami peningkatan dari hari ke 2-6 sebesar 40,33%, 54,33%,
63,00%, dan mengalami pada hari ke-8 sebesar 61,33% kemudian
mencapai persentase sebesar 70,00 pada hari ke-12. Pada B3
mengalami peningkatan pada hari ke 2-4 sebesar 46,00%,75,33%,
kemudian mengalami persentase yang stabil pada pengamatan hari ke
6-8 sebesar 70,66%, dan naik lagi pada pengamatan ke 12 sebesar
77,33%. Pada isolat perlakuan B4 mengalami peningkatan persentase
di setiap pengamatan 2-12 sebesar 47,33%, 56,66%, 68,33%,69,33%,
76,00%, 77,00%. Pada isolat perlakuan B6 mengalami peningkatan dari
hari ke 2-6 sebesar 38,66%,64,00%,64,66%, kemudian turun pada hari
ke-8 sebesar 55,66% dan naik pada pengamatan 10 sebesar 65,00%.
Pada perlakuan isolat B10 pengalami meningkatan di pengamatan 2-10
sebesar 51,33%, 66,33%, 68,33%, 69,33%, 71,00% dan mengalami
penurunan di pengamatan ke-12 sebesar 66,66%. Pada perlakuan isolat
B13 mengalami meningkatan dari pengamatan 2-6 sebesar
36,33%,59,66%, 74,00%, dan mengalami penurunan pada hari ke-8
sebesar 68,66% dan naik lagi pada pengamtan 10-12 sebesar 72,00%,
72,33%.
Fusarium oxysporumB4B2Fusarium oxysporum (A) (B)Gambar 4 : Uji
Antagonis isolat Bakteri terhadap Fusarium oxysporum. (A) B4 +
Fusarium oxysporum . (B) B2 + Fusarium oxysporum
Identifikasi bakteri pada Rizosfer tanaman Markisa ( Passiflora
sp.)
Karakteristik bakteri berdasarkan sifat-sifat fisiologi dan
biokimianya merupakan syarat mutlak untuk mengindentifikasi
bakteri. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan maka
diketahui genus bakteri yang berasal dari tanaman markisa (Tabel
3).
Tabel 3. Hasil Identifikasi Karakteristik Morfologi, Fisiologi
dan Biokimia Isolat-Isolat Bakteri pada Tanaman Markisa berdasarkan
Schaad et al. (2001) Kode isolatBentuk sel Warna koloni pada media
NAReaksi gramAnaerobEndosporaUji koloni pada media YDCHasil
identifikasi
B4BatangKuning-+*+Pantoea
B13 Batang Putih susu-+*+Pantoea
B2batangKuning+-+*Bacillus
B10batangPutih keruh+++*Clostridium
B13batangKuning+++*Clostridium
Keterangan : (-) bereaksi negatif; (+) bereaksi positif (*)
tidak diuji
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari ke 5 isolat bakteri antagonis
yang telah diidentifikasi menunjukkan adanya tiga jenis bakteri
yaitu, Pantoea,Clostridium, dan Bacillus. Isolat yang menunjukkan
karakteristik bakteri Pantoea adalah B4 dan B13, isolat yang
menunjukkan bakteri Clostridium adalah B10 dan B3, sedangkan isolat
B2 menunjukkan karakteristik bakteri Bacillus.
(A) (B)Gambar 5.Hasil Reaksi Positif Uji Pertumbuhan Anaerob
Pantoea dan Clostridium (A), Hasil Reaksi Negatif Uji Pertumbuhan
Anaerob Bacillus (B)
Pada pengujian pertumbuhan anaerobik bakteri jika terjadi
perubahan warna menjadi kuning dan keruh pada uji fermentasi maka
reaksinya positif sedangkan apabila berubahan warna berubah menjadi
hijau maka reaksinya negatif. Ini menandakan karakteristik dari
genus Pantoea dan Clostridium reaksinya positif sedangkan genus
Bacillus reaksinya negatif.
Gambar 6. Hasil Reaksi Positif Uji Pembentukan Koloni Kuning
pada Media YDC Pantoea
(A) (B) (C)Gambar 7. Koloni Murni Bakteri (A) Clostridium, (B)
Pantoea, (C) Bacillus, pada Media NAIdentifikasi Cendawan pada
Rizosfer tanaman Markisa ( Passiflora sp.)
Identifikasi secara mikroskopis dilakukan melalui pengamatan
pada hifa, bentuk spora ( konidia), badan buah dll, dengan melihat
bentuk dan warna. Barnet dan Hunter ( 1998).Hasil Identifikasi
Karakteristik Isolat-Isolat cendawan pada Tanaman Markisa
berdasarkan Schaad et al (2001) pada perlakuan isolat C1,C3,C7
mempunyai ciri-ciri Konidiophore terbentuk secara bebas, ujungnya
menggembung. Pada ujung ini terdapat phialid (cell pembawa
spora-spora dengan ujung berbentuk tabung) secara langsung atau
terdapat satu lapisan cell-sel penyangga. Monillales ( Konidia
terletak pada konidia yang bercabang) dan keseluruhannya merupakan
bentuk kepala yang bulat, seringkali berwarna jika jumlahnya
banyak, terletak dengan sterigmata primer atau sekunder. Hifa
bersepta, koloni berkelompok. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa
genus Aspergillus sp sedangkan pada perlakuan isolat C2,C13
mempunyai ciri-ciri Terdapat banyak rhizoid ( bentuk seperti akar)
dan soprangiophore dalam kelompok-kelompok; sporangia bulat
kehitaman. Columella ( ujung sporangiophore) agak bulat berwarna
kelabu sampai coklat. Zygospora hitam dengan bintil-bintil yang
bulat hasil identifikasi menunjukkan cendawan Rhizopus sp.
(A) (B)Gambar 8. (A) Isolat Cendawan (C3) Aspergillus flavus
pada media PDA, (B) mikroskopis Aspergillus flavus (A) (B)Gambar 9.
(A) Isolat Cendawan (C7) Aspergillus niger pada media PDA, (B)
mikroskopis Aspergillus niger
Hasil Identifikasi Karakteristik Isolat-Isolat cendawan pada
Tanaman Markisa C1, C5 dan C7 mempunyai ciri-ciri konidia hyaline (
jernih), hifa bersepta, dan konidiophore bercabang-cabang. Dari
ciri-ciri tersebut dapat menunjukkan bahwa isolat C1, C5 dan C7
merupakan isolat cendawan Aspergillus. Hal ini sejalan dengan
pendapat ( Fisher dan Norma, 1998) Aspergillus mempunyai ciri-ciri
antara lain hifa bersepta, hyalin dan lebar. Konidiofornya tegak,
panjang dan berbentuk secara bebas. Panjang konidiofor berukuran
850m dan lebarnya 5-8 m. Pada puncak konidiofor nampak
menggelembung yan disebut vesikel. Vesikel nampak besar dan
bentuknya bulat dengan diameter rata-rata 40m atau berkisar antara
20m sampai 65m. Pada permukaan vesikel terdapat strigmata berlapis
tunggal atau ganda. Konidianya tumbuh dari sterigmata dan
berangkai-rangkai tersusun seperti rantai ( Street, 1972). Konidia
berbentuk bulat ( Singh, et al, 1991).
(A) (B)Gambar 10. (A) Isolat Cendawan (C13) Rhizopus pada Media
PDA, (B) mikroskopis Rhizopus
Pada isolat C2 dan C13 merupakan cendawan Rhizopus sp. adapun
ciri-ciri dari Rhizopus yaitu hifa tidak berseptat, mempunyai
stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua, sporangipora
tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid, sporangia biasanya
besar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat dan apofisis,
berbentuk seperti cangkir, tidak mempunyai sporangiola dan
pertumbuhannya cepat membentuk miselium seperti kapas.
PembahasanPada Tabel 1. Pengamatan persentase daya hambat
cendawan antagonis pada pertanaman Markisa Passiflora spp. Terhadap
cendawan Fusarium menunjukkan bahwa pada pengamatan pertama semua
perlakuan berbeda nyata antara kontrol, hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan mikroba dari risosfer tanaman markisa dapat menekan
pertumbuhan cendawan Fusarium pada minggu pertama hal ini
menunjukkan bahwa jenis cendawan pada perlakuan bersifat antagonis,
hal ini sesuai dengan pendapat, (Qurrotaayun, 2009) yang menyatakan
bahwa mikroba antagonis merupakan suatu jasad renik yang dapat
menekan, menghambat atau mematikan mikroba lainnya, dengan demikian
mikroba antagonis berpeluang untuk digunakan sebagai agens hayati
dalam mengendalikan mikroba penyebab penyakit.Pada perlakuan isolat
C2 telah menunjukkan tingkat antagonistik yang baik dibandingkan
dengan semua perlakuan isolat terhadap cendawan Fusarium oxysporum.
Dari hasil identifikasi perlakuan isolat (C2) merupakan cendawan
Rhizopus yang mempunyai mekanisme kerja antagonis hiperparasit.
Pada pengamatan hari ke 4 sampai hari ke 18 menunjukkan persentase
daya hambat yang besar dan secara uji statistik pada pengamatan
hari ke 6 - 14 berbeda nyata terhadap kontrol dan juga berbeda
nyata terhadap semua perlakuan cendawan antagonis diduga disebabkan
karena meningkatnya daya hambat antagonis diduga karena semakin
meningkatnya jumlah kepadatan spora pada media biakan. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Hepper dalam Winarsih dan Baon
(1999) jumlah kepadatan spora jamur ditentukan oleh lamanya masa
inkubasi, laju infeksi meningkat dengan makin lama masa inkubasi
dan makin banyak jumlah spora. Pada ketersediaan nutrisi yang tidak
terbatas, makinlama masa inkubasi akan semakin banyak jumlah spora
yang dihasilkan, hifa yang terbentuk juga lebih banyak,
perkembangan lebih cepat dan infeksi ke patogen juga semakin
meningkat.Pada Tabel 1 terlihat bahwa isolat C1 dan C3 memiliki
persentase daya hambat terhadap Fusarium oxysporum yang cenderung
berubah-ubah berdasarkan waktu pengamatan, hal ini diduga
disebabkan karena isolat C1 dan C3 menghasilkan suatu metabolit
sekunder yang mampu menghambat metabolisme dari patogen. Mikroba
antagonis yang memiliki kemampuan antimikroba tersebut dapat
menghasilkan senyawa antimikroba. Senyawa antimikroba yang
dihasilkan oleh mikroba pada umumnya merupakan metabolit sekunder
yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan (Schlegel, 1993),
tetapi untuk pertahanan diri dan kompetisi dengan mikroba lain
dalam mendapatkan nutrisi, habitat, oksigen, cahaya dan lain-lain
(Baker dan Cook, 1974). Isolat C1 dan C3 merupakan cendawan
Aspergillus dimana mengeluarkan suatu senyawa antimikroba untuk
menghambat pertumbuhan Fusarum oxysporum. Aspergillus terreus dapat
menghambat pertumbuhan jamur patogen Botrytis cinerea karena
mengeluarkan senyawa volatile seperti : -phellandrene, acetic acid
pentyl ester dan 2-acetyl-5-methylfuran (Ting et al., 2010).
Aspergillus nidulans dapat bersifat antagonistik terhadap
Colletotrichum gloeosporioides penyebab penyakit antraknose pada
tanaman vanili. Hasil penelitian Fakhrunnisa et al. (2006)
menemukan bahwa A. niger,A. fl avus, A. terreus dan A. versicolor
dapat menghambat pertumbuhan Fusarium spp. dengan membentuk zone
hambatan secara in vitro. Bosah et al. (2010) juga telah menemukan
bahwa Aspergillus spp. Dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen
Sclerotium rolfsii dengan daya hambat sebesar 73,1288,35%. Proses
penghambatan disebabkan karena Aspergillus spp. menghasilkan enzim
chitinase dan -1, 3 glucanase (Laminarinase) yang mempunyai
kemampuan untuk memecah komponen dinding sel jamur patogen seperti:
chitin dan -1, 3 glucan.Pada Tabel 2 pengamatan rata-rata
persentase daya hambat Bakteri antagonis pada pertanaman Markisa
Passiflora sp. terhadap cendawan Fusarium menunjukkan pada
pengamatan pertama semua perlakuan berbeda nyata antara kontrol,
hal ini menunjukkan bahwa perlakuan telah menekan pertumbuhan
patogen pada hari ke 2-12. Hal menunjukkan bahwa jenis bakteri pada
perlakuan bersifat antagonis. Hal ini sesuai dengan pendapat (Van
loon, 2000) Pengendalian hayati oleh bakteri antagonis dapat
terjadi melalui satu atau beberapa mekanisme seperti halnya pada
jamur pengendali hayati yaitu: antibiosis, kompetisi, hiperparasit.
Selain itu baik bakteri maupun jamur pengendali hayati ada yang
mempunyai kemampuan induksi reistensi dan memacu pertumbuhan
tanaman. Pada Gambar 3, Pengamatan bakteri yang memiliki daya
hambat paling tinggi terjadi pada mikroba (B3) 77,33% yang di
identifikasi sebagai bakteri Clostridium, namun mengalami
persentase daya hambat yang naik turun di setiap pengamatan. Hal
ini diduga karena senyawa sekunder yang dihasilkan tinggi maka
persentase daya hambatnya akan naik dan pada saat bakteri antagonis
berkompetisi dengan Fusarium oxysporum persentase daya hambatnya
akan menurun diduga karena produksi antibiotik yang dihasilkan
sudah mengalami penurunan. Karena antimikrobial yang dihasilkan
dipengaruhi oleh: konsentrasi atau intensitas zat antimikrobial,
jumlah mikroorganisme, spesies mikroorganisme menunjukkan
kerentanan yang berbeda-beda terhadap sarana fisik dan kimia, dan
adanya bahan organik asing yang dapat menurunkan dengan nyata
keeektifan zat kimia antimikrobial dengan cara menginaktifkan
bahan-bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme dari padanya
(Pelczar & Chan 1986).sedangkan pada isolat B4 persentase daya
hambat terhadap patogen mengalami peningkatan yang jelas dari
setiap pengamatan hari ke 2-12. menurut Friendlender et.al., (1989)
Pantoea menghasilkan enzim kitinase. Kitin tidak hanya berperan
penting pada mekanisme pertahanan tanaman, tetapi juga pada proses
mycoparasit jamur.
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanBerdasarkan hasil isolasi,
identifikasi pada isolat-isolat mikroba antagonis, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :1. Persentase penghambatan mikroba
antagonis terhadap Fusarium oxysporum pada cendawan antagonis
persentase tertinggi terdapat pada perlakuan isolat (C1) 80,66%,
(C2) 87,33%, (C3) 84,66% sedangkan pada bakteri antagonis
persentase tertinggi terdapat pada perlakuan isolat (B3) 77,33%,
(B4) 77,00% dan (B13) 72,33%. 2. Hasil identifikasi cendawan dimana
perlakuan isolat (C3,C7,C1) merupakan cendawan Aspergillus sp. dan
perlakuan isolat (C2,C13) Dimana telah diidentifikasi merupakan
cendawan Rhizopus, sedangkan untuk 3 genus bakteri yang telah
diidentifikasi yaitu Pantoea (B4,B13), Clostridium (B3) dan
Bacillus (B10, B2).
SaranPerlu penelitian lanjutan dengan melakukan pengujian
tentang keefektifan mikroba antagonis pada rhisosfer tanaman
Markisa (Passiflora sp.) terhadap Fusarium oxysporum secara in vivo
pada tanaman markisa.DAFTAR PUSTAKASchaad, N. W.,Jones,J.B. and W.
Chun. 2001. Plant Pathogenic Bacteria. Third Edition. The American
Phytopathological Society. St. Paul. Minnesota.
For.Singh.K.,Frisuad,J.C,Tharane.U.,Marthur.S.B,1991. Ar
Illustrated manual on Identification of same sead borne Aspergilli,
Fusaria, Penicillia and Their Mycotoxins. Danish Goverment
Institute Of Seed Pathology For Developing Countries And
Departement Of Biotechnology The Technical University Denmark. 132
p.Barnett, H.G. and E.J.Hunter, 1972. Illustrated Genera of
Imfertech Fungi. Burgess Publishing Company, St. Paul. P 241. Baker
KF and Cook RJ. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San
Fransisco: Freeman and CompanyVan Loon, L. C. 2000. Syastemic
induced resistance dalam Susarenko, A., Fraser, R.S.S., VanLoon, L.
C. editor. Mechanisms of resistance to plant diseases.
Netherland:Kluwr academic publisher. 521-574.