Top Banner
ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan Media informasi dan hasil kreatifitas guru yang berisi tentang laporan hasil penelitian, makalah berupa tinjauan ilmiah, tulisan ilmiah populer, artikel ilmiah populer dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. PELINDUNG DR. Husnul Khuluq, Drs, MM Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro DEWAN PAKAR Syarif Hidayatullah, S.Pd, M.Pd (UNISLA) Uzlifatul Masruroh Isnawati, S.Pd, M.Pd (UNISLA) Madekan Ali, S.Pd, M.Si (UNISLA) Khusaini, S.Pd. M.Pd Drs. Sukarni Setiyono, SPd, MM TIM EDITOR Drs. Kadar, MM Suwarno, S.Pd, MM Drs. Sunarto, M.Pd Suwardi, S.Pd, M.Pd Sumitro, S.Pd.MM Suseno, S.Pd.MM Khamim, S.Pd KETUA DEWAN REDAKSI Sukis, S.Pd TATA USAHA Abdul Qoliq Assidiq MITRA BESTARI Nanang Miswar Hasyim, M.Si (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) Zainal Abidin, ST, M.Eng (Dosen UNISLA) Alamat Redaksi Jurnal Inovasi Guru (JIG) : Jl.Raya Babat Bojonegoro No. 261 Telpon 081330191500, Email : [email protected] Website : www.fig_bjn.wordpress.com Jurnal diterbitkan oleh Forum Ilmiah Guru
85

JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Dec 06, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

ISSN : 2443-2849

JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Media informasi dan hasil kreatifitas guru yang berisi tentang laporan hasil penelitian, makalah berupa

tinjauan ilmiah, tulisan ilmiah populer, artikel ilmiah populer dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.

PELINDUNG

DR. Husnul Khuluq, Drs, MM

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro

DEWAN PAKAR

Syarif Hidayatullah, S.Pd, M.Pd (UNISLA)

Uzlifatul Masruroh Isnawati, S.Pd, M.Pd (UNISLA)

Madekan Ali, S.Pd, M.Si (UNISLA)

Khusaini, S.Pd. M.Pd

Drs. Sukarni Setiyono, SPd, MM

TIM EDITOR

Drs. Kadar, MM

Suwarno, S.Pd, MM

Drs. Sunarto, M.Pd

Suwardi, S.Pd, M.Pd

Sumitro, S.Pd.MM

Suseno, S.Pd.MM

Khamim, S.Pd

KETUA DEWAN REDAKSI

Sukis, S.Pd

TATA USAHA

Abdul Qoliq Assidiq

MITRA BESTARI

Nanang Miswar Hasyim, M.Si (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Zainal Abidin, ST, M.Eng (Dosen UNISLA)

Alamat Redaksi Jurnal Inovasi Guru (JIG) : Jl.Raya Babat Bojonegoro No. 261 Telpon 081330191500,

Email : [email protected] Website : www.fig_bjn.wordpress.com

Jurnal diterbitkan oleh Forum Ilmiah Guru

Page 2: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I Nomor 1 Juni 2015

JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

DAFTAR ISI

Pengantar Redaksi

Daftar Isi

Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Pekerjaan Sri Mami ( hal. 1 – 5 )

Implementasi Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PKn

Materi NKRI Sundarto ( hal. 6 – 9 )

Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran SAVI Siswono ( hal. 10 – 15 )

Strategi Pembelajaran PAKEM Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Konsep Membaca Lancar Suharwati ( hal. 16 – 20 )

Metode Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Muhim ( hal. 21 – 25 )

Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas I Melalui Optimalisasi Pembelajaran Tematik Musianah ( hal. 26 – 30 )

Peningkatan Hasil Belajar Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Model Bermain Pada

Siswa Kelas IV Moch. Arif ( hal. 31 – 36 )

Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi

Perilaku Penyayang Terhadap Hewan Sri Asih ( hal. 37 – 42 )

Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Memukul Bola Kasti Melalui Penggunaan Media Gambar

Pada Siswa Kelas V Sutriyo ( hal. 43 – 48 )

Meningkatkan Pembelajaran Agama Islam Melalui Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi

Pada Siswa Kelas IV Kasyim ( hal. 49 – 54 )

Peningkatan Hasil Belajar Mengenal Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan Kelas V Melalui

Media Peta Isnaeni ( hal. 55– 59 )

Peningkatan Prestasi Belajar Menulis Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas I Ninik Suryani ( hal. 60– 64 )

Peningkatan Aktivitas Siswa Kelas VI Dalam Pembelajaran PKn Melalui Metode Role Playing Mujari ( hal. 65– 70 )

Meningkatkan Keterampilan Proses Dengan Menggunakan Asesmen Rubrik Dalam Pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam Lilik Endang Wardiningsih ( hal. 71 – 75 )

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Dampak Penggunaan Sumber Daya Alam yang

Berlebihan Melalui Metode Demonstrasi dan Diskusi Hartanti ( hal. 76 – 80 )

Petunjuk Bagi Penulis Jurnal Inovasi Guru (JIG)

Page 3: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I Nomor 1 Juni 2015

PENGANTAR REDAKSI

Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat Allah SWT, Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I

Nomor 1, Juni 2015 ini dapat diterbitkan. Sebagai Media Ilmiah Pendidikan, penerbitan Jurnal

ini bertujuan sebagai sarana guru, tenaga kependidikan ataupun praktisi pendidikan lainnya

untuk meningkatkan profesionalisme akademisi.

Jurnal ini merupakan media informasi dan hasil kreatifitas guru yang berisi tentang

laporan hasil penelitian, makalah berupa tinjauan ilmiah, tulisan ilmiah populer, artikel ilmiah

populer dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.

Pada volume I nomor 1 ini, kami sajikan limabelas karya tulis ilmiah hasil pemikiran dan

penelitian dari beberapa guru, diantaranya : Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar IPS Materi Pekerjaan, Implementasi Metode Simulasi Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PKn Materi NKRI, Peningkatan Prestasi Belajar IPA

Materi Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran SAVI, Strategi Pembelajaran

PAKEM Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Konsep Membaca Lancar, Metode Pembelajaran

Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI, Peningkatan Aktivitas Belajar

Siswa Kelas I Melalui Optimalisasi Pembelajaran Tematik, Peningkatan Hasil Belajar Gerak

Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Model Bermain Pada Siswa Kelas IV, Penerapan

Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Pestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi

Perilaku Penyayang Terhadap Hewan, Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Memukul

Bola Kasti Melalui Penggunaan Media Gambar Pada Siswa Kelas V, Meningkatkan

Pembelajaran Agama Islam Melalui Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi Pada

Siswa Kelas IV, Peningkatan Hasil Belajar Mengenal Keragaman Kenampakan Alam dan

Buatan Kelas V Melalui Media Peta, Peningkatan Prestasi Belajar Menulis Melalui

Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas I, Peningkatan Aktivitas Siswa Kelas VI Dalam

Pembelajaran PKn Melalui Metode Role Playing, Meningkatkan Keterampilan Proses Dengan

Menggunakan Asesmen Rubrik Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, Meningkatkan

Hasil Belajar IPA Tentang Dampak Penggunaan Sumber Daya Alam yang Berlebihan Melalui

Metode Demonstrasi dan Diskusi.

Untuk itu kami sampaikan terima kasih kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Bojonegoro, Rektor dan Dosen Universitas Islam Lamongan, Dosen UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta sebagai Mitra Bebestari, serta semua pihak yang mendukung atas terbitnya Jurnal

Inovasi Guru (JIG). Harapan kita jurnal ini akan memberikan kontribusi yang bermakna untuk

pengembangan kompetensi guru.

Juni 2015

Redaksi

Page 4: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

1

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPS MATERI PEKERJAAN

Sri Mami

Guru SDN Nglumber II Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro

Email: [email protected]

Abstrak : Siswa Kelas III di SDN Nglumber II memiliki motivasi belajar yang masih rendah. Hal ini

ditunjukkan dengan rendahnya hasil belajar. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama

pengetahuan, metode ceramah sebagai pilihan utama strategi pembelajaran. Untuk itu diperlukan

strategi baru yang lebih memberdayakan siswa melalui strategi yang tidak mengharuskan siswa untuk

menghafal fakta-fakta, namun strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan pengetahuan yang

dimiliki dan didapatkan sendiri. Dari hal tersebut, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas.

Sedangkan metode yang digunakan untuk melakukan perbaikan pembelajaran adalah metode diskusi.

Dengan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan mampu meningkatkan

konsentrasi belajar, aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS sehingga

tercipta pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus dengan

menggunakan model desain penelitian Kemmis. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan nilai rata-

rata 65,33 pada siklus I meningkat menjadi 77,33 pada siklus II. Sedangkan siswa yang mendapat hasil

diatas KKM 60 % pada siklus I dan pada Siklus II meningkat menjadi 86,67%. Dari hasil perbaikan

pembelajaran peneliti dapat disimpulkan bahwa Metode Diskusi yang digunakan dapat meningkatkan

Hasil Belajar siswa SDN Nglumber II Kepohbaru Bojonegoro.

Kata Kunci : metode diskusi, hasil belajar IPS

Dalam Pendidikan IPS tidak bisa

dilepaskan dari interaksi fungsional

perkembangan masyarakat dengan system dan

praksis pendidikannya. Yang dimaksud dengan

interaksi fungsional disini adalah bagaimana

perkembangan masyarakat mengimplikasi

terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial, dan sebaliknya bagaimana tubuh

pengetahuan pendidikan IPS turut

memfasilitasi pengembangan actor social dan

warga Negara yang cerdas dan baik, yang pada

gilirannya dapat memberikan kontribusi yang

bermakna terhadap perkembangan masyarakat

Indonesia. (Sunarsa, 2008 ; 1.22)

Peran guru sangatlah penting dalam

usaha membawa dan menciptakan anak didik

yang bermakna terhadap perkembangan

masyarakat. Oleh sebab itu, proses

pembelajaran di kelas haruslah sukses demi

mendapatkan siswa-siswa yang bermakna,

berkwalitas dan berprestasi. Namun dalam

proses pembelajaran seringkali kita temukan

permasalahan belajar mengajar di kelas. Untuk

mendapatkan, mencapai pembelajaran yang

sukses sebagai guru kita dituntut untuk

merencanakan strategi pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan, metode, media

pembelajaran yang sesuai, efektif dan efisien

terhadap tujuan materi yang disampaikan.

Beberapa temuan permasalahan yang

dialami peneliti pada siswa Kelas III SDN

Nglumber II Kecamatan Kepohbaru Kabupaten

Bojonegoro adalah rendahnya motivasi belajar

dan hasil belajar terhadap mata pelajaran IPS.

Kelas masih terfokus pada guru sebagai

sumber utama pengetahuan, kemudian metode

ceramah sebagai pilihan utama strategi

pembelajaran. Untuk itu diperlukan strategi

baru yang lebih memberdayakan siswa yaitu

suatu strategi yang tidak mengharuskan siswa

untuk menghafal fakta-fakta namun sebuah

strategi yang mendorong siswa mengkontruksi-

kan pengetahuan yang dimiliki dan didapatkan

sendiri.

Salah satu strategi yang tepat digunakan

dalam pembelajaran IPS SD khususnya materi

Pekerjaan adalah Metode Diskusi. Dengan

metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran

siswa diharapkan mampu meningkatkan

konsentrasi belajar, aktivitas belajar dan

Page 5: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

2 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 1 – 5

prestasi belajar siswa dalam meta pelajaran IPS

sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan

menyenangkan.(Suprajekti, 2007)

Adapun tujuan diadakan penelitian ini

adalah untuk meningkatkan hasil belajar atau

prestasi siswa Kelas III SDN Nglumber II

Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro

pada mata pelajaran IPS Pokok bahasan

Pekerjaan dengan menggunakan metode

diskusi. Menurut Djam’an Astori (2006),

belajar adalah suatu proses perubahan di dalam

kepribadian manusia, dan perubahan tersebut

ditampakkan dalam bentuk peningkatan

kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti

peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya

pikir, dan lain-lain kemampuan.

Menurut Oemar Hamalik yang dikutip

oleh Indra Munawar hasil belajar adalah bila

seseorang telah belajar akan terjadi perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

mengerti menjadi mengerti.

Hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil

belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan

ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu

tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai

apabila siswa sudah memahami belajar dengan

diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih

baik lagi. Menurut Andayani (2004) penilaian

memiliki tujuan yang sangat penting dalam

pembelajaran, diantaranya untuk grading,

seleksi, mengetahui tingkat penguasaan

kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan

prediksi.

Sebagai grading, penilaian ditujukan

untuk menentukan atau membedakan

kedudukan hasil kerja peserta didik

dibandingkan dengan peserta didik lain.

Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan

peserta didik dalam urutan dibandingkan

dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi

penilaian untuk grading ini cenderung

membandingkan anak dengan anak yang lain

sehingga lebih mengacu kepada penilaian

acuan norma (norm-referenced assessment).

Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan

untuk memisahkan antara peserta didik yang

masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak.

Peserta didik yang boleh masuk sekolah

tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini,

fungsi penilaian untuk menentukan seseorang

dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.

Untuk menggambarkan sejauh mana seorang

peserta didik telah menguasai kompetensi.

Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan

untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik

dalam rangka membantu peserta didik

memahami dirinya,membuat keputusan tentang

langkah berikutnya, baik untuk pemilihan

program, pengembangan kepribadian maupun

untuk penjurusan.

Sebagai alat diagnosis, penilaian

bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang

dialami peserta didik dan kemungkinan

prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan

membantu guru menentukan apakah seseorang

perlu remidiasi atau pengayaan.

Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan

untuk mendapatkan informasi yang dapat

memprediksi bagaimana kinerja peserta didik

pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam

pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian

ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi

akademik.

Dari keenam tujuan penilaian tersebut,

tujuan untuk melihat tingkat penguasaan

kompetensi, bimbingan, dan diagnostik

merupakan peranan utama dalam penilaian.

Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian

menuntut guru agar secara langsung atau tak

langsung mampu melaksanakan penilaian

dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk

menilai sejauhmana siswa telah menguasai

beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis

penilaian perlu diberikan sesuai dengan

kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk

kerja/kinerja (performance), penugasan

(proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil

kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis

(paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian

adalah memberikan masukan informasi secara

komprehensif tentang hasil belajar peserta

didik, baik dilihat ketika saat kegiatan

Page 6: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Sri Mami, Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Pekerjaan | 3

pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari

hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai

cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang

diharapkan dapat dicapai peserta didik.

METODE

Penelitian ini berupa hasil penelitian

tindakan dengan metode diskusi yaitu suatu

cara penyampaian bahan pelajaran dan guru

memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengumpulkan pendapat, membuat kesimpul-

an atau menyusun berbagai alternatif

pemecahan masalah.

Dalam kehidupan modern ini banyak

sekali masalah yang dihadapi oleh manusia;

sedemikian kompieksnya masalah tersebut

sehingga tak mungkin hanya dipecahkan

dengan satu jawaban saja, tetapi kita harus

menggunakan segala pengetahuan kita untuk

memberi pemecahan yang terbaik. Ada

kemungkinan terdapat lebih dari satu jawaban

yang benar sehingga harus menemukan

jawaban yang paling tepat. (Anggoro, 2002).

Kecakapan untuk memecahkan masalah

dapat dipelajari, untuk itu siswa harus dilatih

sejak kecil. Persoalan yang kompleks sering

kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat,

karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar

kerjasama. Dalam hal ini diskusi merupakan

jalan yang banyak memberi kemungkinan

pemecahan terbaik.

Selain memberi kesempatan untuk

mengembangkan ketrampilan memecahkan

masalah, juga dalam kehidupan yang

demokratis kita diajak untuk hidup ber-

musyawarah, mencari keputusan-keputusan

atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-

anak, latihan untuk peranan peserta dalam

kehidupan di masyarakat.

Hakikat IPS, adalah telaah tentang

manusia dan dunianya. Manusia sebagai

makhluk sosial selalu hidup bersama dengan

sesamanya. Sedangkan tujuan pendidikan IPS

menurut (Sunarsa. 2008) adalah “membina

anak didik menjadi warga negara yang baik,

yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan

kepedulian social yang berguna bagi dirinya

serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan

secara rinci Oemar Hamalik merumuskan

tujuan pendidikan IPS berorientasi pada

tingkah laku para siswa, yaitu : 1) pengetahuan

dan pemahaman, 2) sikap hidup belajar, 3)

nilai-nilai sosial dan sikap, 4) keterampilan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas

III Semester II SDN Nglumber II Kecamatan

Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro tahun

pelajaran 2014/2015. Siklus I dilaksanakan

pada tanggal 10 Maret 2015 dan Siklus II pada

tanggal 17 Maret 2015.

Hasil Penelitian

Siklus I

Sebelum menyusun rencana perbaikan

pembelajaran, guru melakukan identifikasi

masalah dan merencanakan langkah-langkah

yang akan diambil, membuat rencana

perbaikan pembelajaran ( RPP ) tentang sub

pokok bahasan mengenal jenis-jenis pekerjaan,

membuat alat peraga berupa gambar-gambar,

menyiapkan soal untuk dikerjakan

berkelompok, membagi siswa dalam 3

kelompok masing-masing kelompok ada 5

anak, membuat lembar pengamatan kegiatan

pembelajaran, mempersiapkan soal evaluasi

untuk mengukur kemampuan siswa diakhir

pembelajaran.

Kegiatan pada Siklus I dilaksanakan

pada tanggal, 10 Maret 2015, pukul 09.50 –

11.00 WIB, guru mengecek kesiapan siswa

dalam mengikuti pelajaran dan mengadakan

apersepsi seputar materi, siswa diberi

kesempatan bertanya tentang materi sebelum-

nya yang belum dimengerti, guru memberi

contoh gambar beberapa jenis pekerjaan yang

menghasilkan barang dan pekerjaan yang

menghasilkan barang, siswa menyebutkan

contoh lain pekerjaan yang menghasilkan

barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa.

Dengan tanya jawab siswa menyebutkan tugas-

tugas pekerjaan yang mereka sebutkan,guru

membagi siswa menjadi beberapa kelompok,

setiap kelompok terdiri dari 5 siswa dan

menjelaskan langkah-langkah mengerjakan

tugas kelompok, setiap kelompok mengerjakan

soal-soal yang diberi guru dan guru keliling

untuk mengamati dan membimbing siswa,

Page 7: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

4 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 1 – 5

hasil diskusi dibaca di depan kelas, siswa

diberi tugas untuk mengerjakan soal evaluasi,

kemudian dibahas.

Setelah dilakukan tindakan siklus I hasil

tes akhir pembelajaran menunjukkan nilai rata-

rata kelas 65,33 dan terdapat 60% siswa yang

mendapat nilai ≤70. Dari 15 siswa yang tuntas

9 siswa (60%), sedangkan 6 siswa atau 40 %

belum tuntas. Hal ini disebabkan dalam proses

pembelajaran terdapat beberapa kekurangan

yaitu banyak siswa yang tidak mendengarkan

penjelasan materi yang diberikan guru, siswa

saat berdiskusi kelompok banyak yang ramai

dan gaduh.

Tabel 1

Data Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Nglumber II

Pada Siklus I

No Nama Murid L/P Nilai TT/

Tdk TT

1 Cisilia Friska Ayu R P 80 T

2 Dhafika Maulida N P 70 T

3 Dika Agung Prakoso L 80 T

4 Elsa Dewi Anjani P 60 TT

5 Feri Yonatan Pratama L 70 T

6 Husen Ali Al Khafid L 90 T

7 Ilvia Nur Alista P 90 T

8 Mahesa Putra Pratama L 50 TT

9 Misbakhur Rozadi L 60 TT

10 Najwa Hesti Nazara P 60 TT

11 Nesya Shella Aftika P 50 TT

12 Revalina Sri Dwi Nur C P 70 T

13 Riski Kurniawan L 70 T

14 Saskia Ayu Kolisna P 50 TT

15 Yosi Dwi Jhonsen K L 30 TT

Jumlah 980

Rata-rata 65,33

Tabel 2

Distribusi Presentase Hasil Belajar Siswa

Pada kegiatan Siklus I

No Nilai Frekuensi Frekuensi % Kategori prestasi

1

2

3

4

5

6

7

100

90

80

70

60

50

< 40

0

3

4

6

7

4

6

0 %

10 %

13,3 %

20 %

23,3 %

13,3 %

20 %

Istimewa

Sangat baik

Baik

Sedang

Cukup

Kurang

Sangat kurang

Jumlah 30 100%

Berdasarkan data di atas bahwa 1)

pengaturan waktu kurang efisien, sehingga

materi tidak dapat tersampaikan secara

maksimal, 2) guru dalam menjelaskan materi

terlalu cepat sehingga kurang komunikatif, 3)

kemampuan guru dalam memberikan

bimbingan secara keseluruhan kurang

seimbang.

Pada proses pembelajaran siklus I telah

telah dianalisis dan peneliti telah mengetaui

kekurangan-kekurangan yang didapat dari hasil

pengamatan teman sejawat,dan hasil dan dari

hasil belajar siswa yang kurang memuaskan

maka langkah selanjutnya peneliti menentukan

rencana perbaikan pembelajaran yaitu ke siklus

II.

Siklus II

Kegiatan pada Siklus II dilaksanakan

pada tanggal, 17 Maret 2015, pukul 09.50 –

11.00 WIB, guru mengecek kesiapan siswa

dalam mengikuti pelajaran dan mengadakan

apersepsi seputar materi. Pada tahap

perencanaan guru mengidentifikasi masalah

dan merumuskan masalah dari hasil siklus I,

memperbaiki rencana pembelajaran dengan

menentukan metode yang dipakai metode

diskusi serta penggunaan alat peraga secara

maksimal, mempersiapkan berbagai contoh

soal yang akan diberikan kepada siswa, untuk

mengetahui seberapa besar siswa paham

dengan materi yang sudah dijelaskan, guru

membuat lembar pengamatan kegiatan

pembelajaran, guru mempersiapkan soal

evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa

diakhir pembelajaran.

Tindakan yang dilakukan adalah guru

mengulang materi pada siklus I dengan

menambahkan penjelasan-penjelasan yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa,

serta lingkungan sekitar, guru memberitahukan

tujuan pembelajaran yaitu agar siswa dapat

menyebutkan jenis-jenis pekerjaan beserta

tugas-tugas pekerjaan tersebut, siswa

berdiskusi sesuai kelompoknya masing-

masing, dan guru mengkondisikan siswa agar,

tidak ramai dan gaduh sendiri, perwakilan

setiap kelompok, siswa membaca hasil diskusi,

siswa mengerjakan soal evaluasi yang

Page 8: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Sri Mami, Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Pekerjaan | 5

diberikan guru kemudian membahas soal

evaluasi bersama-sama.

Dengan memperhatikan kekurangan-

kekurangan pada siklus I dan peneliti

memperbaiki rencana perbaikan, ternyata dapat

membuahkan hasil yang baik. Pada siklus II ini

siswa terlihat lebih aktif, tidak gaduh,

terkontrol dalam mengikuti pembelajaran serta

hasil tes di akhir pembelajaran yang hasil tes

akhir pembelajaran menunjukkan nilai rata-rata

kelas 77,33 dan terdapat 86,33% siswa yang

mencapai ketuntasan belajar yaitu mendapat

nilai ≤70, sedangkan 2 siswa atau 13,33 %

belum tuntas, hal ini lebih disebabkan karena

siswa mengalami lambat dalam belajar, dengan

demikian penelitian ini dapat dikatakan

berhasil karena secara klasikal siswa yang

mengalami ketuntasan belajar di atas 85 %.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan

pembahasan yang disajikan peneliti dapat

menarik simpulan sebagai berikut: penerapan

metode diskusi untuk meningkatkan hasil

belajar siswa kelas 3 SDN Nglumber II

Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro

menghasilkan hasil yang memuaskan. Terbukti

pada akhir siklus II nilai siswa 86,33% telah

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM), proses pembelajaran juga lebih aktif,

lebih semangat dan lebih interaktif.

Saran-saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka

dapat dirumuskan saran-saran sebagai berikut

1) kepada guru sekolah dasar agar

mempertimbangkan metode pembelajaran

yang akan dipakai untuk menyampaikan

materi, sesuaikan metode dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai serta dengan

mempertimbangkan materi yang akan

disampaikan, 2) kepada guru sekolah dasar,

hendaknya selalu mempunyai kreatifitas dalam

menggunakan dan memilih strategi, metode

serta media pembelajaran yang akan

digunakan.

DAFTAR RUJUKAN

Andayani, dkk. (2004). Pemantapan Kemampuan Profesional .Jakarta : Universitas

Terbuka.

Anggoro, dkk. (2002). Metode Penelitian.Jakarta : Universitas Terbuka.

Djam’an Satori, dkk.(2006). Profesi Keguruan.Jakarta : Univesitas Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2007. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sunarso, Anis kusumo.(2008). Ilmu Pengetahuan Sosial.Jakarta : Universitas Jakarta.

Suprajekti. 2007. Pembaharuan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta. Universitas Terbuka.

Page 9: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

6

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MATA PELAJARAN PKn MATERI NKRI

MELALUI IMPLEMENTASI METODE SIMULASI

Sundarto

Kepala Sekolah Dasar Negeri Gajah I Baureno Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Pembelajaran dalam mata pelajaran PKn membutuhkan pemahaman konsep dan ketelitian.

Pemahaman konsep tentang NKRI sangat penting dikuasai oleh siswa karena bermanfaat sekali dalam

mempelajarai materi selanjutnya. Kenyataan menunjukan bahwa siswa kelas V SDN Gajah I Baureno

Bojonegoro masih kesulitan menguasai konsep tentang NKRI. Oleh sebab itu penulis melaksanakan

perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan pemahaman siswa

dalam memahami materi NKRI. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa tentang materi NKRI dengan metode simulasi atau bermain peran, dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran sehingga guru bisa professional, meningkatkan kreatifitas dan ketelitian siswa

dalam mata pelajaran PKn, meningkatkan kinerja guru sehingga hasil belajar siswa menjadi

meningkat, menambah wawasan dan pengetahuan. Dari hasil perbaikan pembelajaran dapat ditarik

kesimpulan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode simulasi menunjukan kemajuan

dan peningkatan. Dengan hasil belajar mencapai nilai diatas rata-rata 86 % siswa menjawab dengan

benar.Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dapat ditingkatkan. Meningkatkan keseriusan

serta ketelitian siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa

dalam menjawab dan bertanya lebih aktif dan menyenangkan.

Kata kunci : pendidikan kewarganegaraan, metode pembelajaran simulasi, NKRI

Penerapan pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan membutuhkan pemahaman

konsep dan ketelitian dalam mengerjakan soal

latihan. Pemahaman konsep tentang NKRI

sangat penting dikuasai oleh siswa karena

bermanfaat sekali dalam mempelajarai materi

selanjutnya.

Kenyataan menunjukan bahwa siswa

kelas V SDN Gajah I Kecamatan Baureno

masih kesulitan menguasai konsep tentang

bagi NKRI. Hal ini terlihat dari beberapa kali

ulangan yang pernah dianalisis dari tahun

ketahun, pada ulangan pertama semester ganjil

2014/2015 ini ternyata 9 siswa atau 39 %

mendapat nilai diatas KKM yang ditentukan

sekolah sedangkan 14 siswa atau 61 %

mendapat nilai dibawah KKM. Nilai rata-rata

hanya mencapai 54.

Kegagalan tersebut mungkin disebabkan

dari faktor guru, mungkin dari faktor siswa,

atau mungkin dari faktor yang lain. Penanaman

konsep tentang NKRI yang telah penulis

lakukan dirasakan masih kurang sehingga

siswa belum memahami sepenuhnya konsep

tersebut.

Dengan konsep dasar yang sudah

dipahami siswa akan lebih mudah

menyelesaikan berbagai macam soal tentang

NKRI yan diberikan guru. Oleh sebab itu

penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran

melalui penelitian tindakan kelas untuk

meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN

Gajah I dalam memahami materi NKRI.

Laporan yang telah ditulis tentang

masalah yang dihadapi siswa kelas V dalam

pemahaman siswa tentang NKRI, melalui

penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa tentang

materi NKRI dengan metode simulasi atau

bermain peran. Sedangkan bagi guru bertujuan

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

sehingga guru bisa professional, meningkatkan

kreatifitas dan ketelitian siswa dalam mata

pelajaran PKn, meningkatkan kinerja guru

sehingga hasil belajar siswa menjadi

meningkat dan menambah wawasan dan

pengetahuan.

Dalam proses belajar mengajar

sebenarnya guru sudah melaksanakan PTK,

namun kebanyakan guru belum menyadarinya.

Page 10: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

7 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 6 – 10

Hal itu terjadi karena dalam proses

pembelajaran guru sudah melakukan

perbaikan, baik dari strategi maupun metode

mengajar. Namun apa yang dilakukan oleh

guru masih belum terstruktur dan tidak

terjadwal.(Depdiknas,2006)

Penelitian tindakan kelas adalah ragam

penelitian yang dimaksudkan untuk mengubah

berbagai keadaan, kenyataan dan harapan agar

pembelajaran menjadi lebih baik. Karakteristik

PTK yaitu : dilakukan sendiri oleh guru,

berangkat dari masalah yang terjadi di dalam

kelas, adanya tindakan tertentu yang dilakukan

untuk memperbaiki proses pembelajaran,

memiliki kerangka kerja yang teratur

berdasarkan hasil observasi, fleksibel dan ada

peran aktif. (Wardani. 2006; 2-3)

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan

yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai

interaksi antara guru dan siswa. Interaksi

edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar

yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai

tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum

pembelajaran dirumuskan.

Pada pendidikan formal guru adalah

praktisi yang paling bertanggung jawab atas

berhasil tidaknya program pembelajaran di

sekolah, sebab guru merupakan ujung tombak

dalam kegiatan pembelajaran. (Suciati, 2007 :

66-67).

Pendidikan Kewarganegaraan merupa-

kan mata pelajaran yang memfokuskan pada

pribadi dan sikap untuk menyatukan visi warga

negara yang beragam dari segi agama, sosisal,

kultural, bahasa dan suku bangsa untuk

menjadi warga negara yang cerdas dan

terampil yang memiliki budaya kebersamaan

untuk dapat mendukung tetap berdirinya

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

METODE

Suatu proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan memperlukan model-model

pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa.

Begitu pula metode yang digunakan dalam

pembelajaran ini adalah metode simulasi atau

bermain peran. Pada pengamatan langsung

ternyata siswa memperagakan budaya masing-

masing daerah, siswa terlibat langung dalam

pembelajaran, siswa aktif dalam pembelajaran,

memungkinkan terjadinya interaksi sosial

antara siswa, pemahaman siswa tentang NKRI

lebih jelas dan mudah diterima dan

pembelajaran lebih menyenangkan.

Dalam metode pengamatan simulasi,

guru dan siswa aktif dalam merespon suasana

kelas yang menyenangkan. Guru mempersiap-

kan Lembar Kerja (LK) dan lembar

pengamatan. Dalam proses pembelajaran, guru

memiliki strategi agar siswa dapat belajar

secara efektif dan efisien. Salah satu langkah

untuk memiliki strategi itu ialah harus

menguasai teknik-tehnik penyajian yang

disebut metode mengajar. Strategi pembelajar-

an adalah tindakan strategis guru dalam

merealisasikan perwujudan kegiatan pem-

belajaran aktual yang efektif dan efisien.

Untuk materi pembelajaran PKn tentang NKRI

yang sesuai adalah metode simulasi atau

bermain peran.

Evaluasi, tes, dan pengukuran

merupakan 3 aspek penting dalam pembelajar-

an. Tes merupakan alat ukur. Pengukuran

merupakan proses pemberian angka yang

bersifat kuantitatif. Sedangkan evaluasi

(penilaian) proses pengambilan keputusan

yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil

pengukuran. (Wahyudi, 2012)

Dari hasil evaluasi ini guru dapat

melakukan refleksi yang kemudian dapat

dilanjutkan dalam pelaksanaan perbaikan

(siklus). Hasil evaluasi dalam setiap siklus

dapat ditentukan rata-ratanya dengan cara

membagi jumlah nilai seluruh siswa dengan

jumlah siswa.

Dari hasil dari nilai rata-rata akan dapat

diketahui bahawa pembelajaran yang

dilakukan guru tersebut berhasil atau tidak dan

selanjutnya guru akan memikirkan tindak

lanjut atas pembelajaran tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada siklus I

meliputi: Perencanaan untuk penelitian

disiapkan beberapa perangkat antara lain :

bahan ajar, RPP, Skenario Pembelajaran, LKS,

Lembar Pengamatan dan evaluasi.

Page 11: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

8 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 6 – 10

Pada tahapan pelaksanaan siswa diberi

penjelasan tentang NKRI, siswa dibagi

beberapa kelompok berdasarkan pertimbangan

kemampuan akademik, guru membagikan LKS

kepada setiap kelompok, guru melakukan

observasi/membimbing kegiatan kelompok,

dilanjutkan dengan diskusi kelompok yang

dipandu oleh guru untuk membahas hal-hal

yang belum dimengerti siswa.

Selama tahap pelaksanaan peneliti

melakukan observasi terhadap kegiatan siswa,

diantaranya saat bermain peran berlangsung.

Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik tes

digunakan untuk mengetahui hasil belajar

siswa, selain itu untuk mengetahui kualitas

proses belajar mengajar.

Tabel 1

Hasil Evaluasi Pembelajaran PKn Siklus I

No Nama Siswa Siklus I Siklus II

1 Indra 70 75

2 Choirul 55 70

3 Dedi 40 60

4 Bahrul 70 75

5 Arbiansyah 55 80

6 Agung 70 75

7 Bagas 55 65

8 Firman 70 75

9 Ika Putri 60 75

10 Meisi 70 80

11 Malik 70 80

12 Nisaroh 75 80

13 Noviana 60 75

14 Retno 75 75

15 Rindayani 60 75

16 Cindi 70 75

17 Santi 65 75

18 Feni 75 80

19 Fenila 75 85

20 Ogi Sudana 55 60

21 Monalisa 70 80

22 Monita 75 85

23 Rika 80 80

Rata-rata 66 76

Setelah membaca data di atas diperoleh

hasil evaluasi pembelajaran PKn. Hasil nilai

rata-rata kelas pada siklus I adalah 66

meningkat menjadi 76 pada siklus II. Siswa

yang memperoleh nilai diatas rata-rata

berjumlah 14 siswa (61%) pada siklus I

menjadi 20 siswa atau 86 %. Siswa yang

memperoleh nilai dibawah rata-rata berjumlah

3 siswa atau 14 %. Dari data ini dapat

disimpulkan bahwa hasil perbaikan

pembelajaran PKn dari Siklus I ke Siklus II

mengalami peningkatan 26 %.

Pembahasan

Setelah membaca data diatas dapat

dikatakan bahwa perolehan hasil perbaikan

pembelajaran PKn adalah :1) pada Pra Siklus

tidak tampak sama sekali, hal ini ditunjukan

dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa

adalah 54 nilai tersebut jauh dari KKM

pembelajaran PKn SDN Gajah I. Bahkan

memberi kesan belum adanya proses

pembelajaran, hasil pra siklus 9 siswa atau 39

% tuntas, 14 siswa atau 61 % belum tuntas.

Hal ini terjadi dikarenakan siswa belum

memahami atau belum mengerti tentang

penjelasan materi yang disampaikan guru, oleh

karena itu perlu diadakan perbaikan pada

Siklus I. 2) temuan hasil yang diperoleh pada

Siklus I adanya peningkatan pada nilai rata-

rata kelas dimana pada Pra Siklus nilai rata-

rata 54 di Siklus I menjadi 66. Pada siklus I

dari 23 siswa dapat memperoleh nilai diatas

rata-rata 14 siswa atau 61 %, sedangkan siswa

yang masih memperoleh nilai dibawah rata-

rata adalah 9 siswa atau 39 %. Siswa yang

dinyatakan tuntas 14 siswa atau 61 %, belum

tuntas 9 siswa atau 39 %. Hasil dari perbaikan

siklus I belum menunjukan hasil yang

diharapkan dengan kata lain prestasi siswa

belum tampak, sehingga diadakan perbaikan

pada pembelajaran di Siklus II, 3) dengan

mencermati perbaikan pembalajaran pada

siklus sebelumnya penulis berdiskusi lagi

dengan teman sejawat dalam melaksanakan

perbaikan pemebelajaran pada Siklus II. Dan

hasil yang diperoleh pada Siklus II adanya

peningkatan pada prestasi siswa yang

signifikan. Hal ini ditunjukan dengan adanya

nilai rata-rata kelas mencapai 76. Siswa yang

memperoleh nilai diatas rata-rata mencapai 20

siswa atau 86 %, sedangkan yang memperoleh

dibawah rata-rata 14 %. Ketuntasan

pembelajaran PKn mencapai 86 % atau 20

siswa, belum tuntas 14 % atau 3 siswa, hal ini

disebabkan mereka kurang memahami materi

dan memang lemah dalam semua bidang atau

mata pelajaran.

Page 12: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Sundarto, Implementasi Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pkn Materi NKRI |9

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang

telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa

kesimpulan bahwa pembelajaran yang

dilaksanakan sudah menunjukan kemajuan dan

peningkatan. Dengan meningkatnya hasil

belajar yang mencapai nilai rata-rata 86 %

siswa menjawab dengan benar, keberanian

siswa dalam menjawab pertanyaan dapat

ditingkatkan, meningkatkan keseriusan serta

ketelitian siswa dalam menyelesaikan soal-soal

latihan, menumbuhkan rasa percaya diri siswa

dalam menjawab dan bertanya, serta

pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut

beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh

guru dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran tentang NKRI serta

meningkatkan keaktifan siswa dalam kelas

diantaranya adalah memberikan motifasi

belajar dan penguatan pada siswa, pemberian

panduan yang jelas dalam mengejarkan latihan

soal, perlunya menggunakan metode yang

tepat agar siswa mudah mengerti dan

memahami materi, pembelajaran tidak harus di

dalam kelas tetapi dapat di lingkungan sekolah,

sering berlatih mengerjakan soal-soal.

Disamping itu berdasarkan pengalaman

dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran

melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

sangat diperlukan adanya kelompok kerja

diantara guru (KKG) maupun Kepala Sekolah

(KKKS) untuk bertukar pendapat dan

pengalaman yang berkenaan dengan masalah

dan tugas-tugas mengajar sehari-hari demi

peningkatan kinerja guru yang profesional.

DAFTAR RUJUKAN

Suciati. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Tim Penulis PKn.2006. Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung : Rosda.

Wahyudi. 2012. Model-Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Malang: PT.Pertamina

Wardani, I G. A. K. Dr, Wohardit, K. M, Ed. Drs, Nasution. H. MA.2006. Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Jakarta : Universitas Terbuka.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Diknas Pendidikan Nasional.

Page 13: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

10

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA

MATERI PESAWAT SEDERHANA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN SAVI

Siswono

Guru Sekolah Dasar Negeri Tanggungan Baureno Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Penelitian Tindakan Kelas ini dilatarbelakangi oleh pembelajaran IPA di sekolah masih

menggunakan sistem konvensional, disamakan dengan mata pelajaran lain pada umumnya, dimana

guru menerangkan, siswa mendengarkan dan mencatat sehingga keterlibatan siswa pasif. Salah satu

alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan model

pembelajaran SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectualy). Tujuan penelitian ini untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Pesawat Sederhana pada siswa

kelas V SDN Tanggungan Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus

melalui pengumpulan data dengan observasi yang dibantu oleh teman sejawat dan dilaksanakan pada

saat tindakan penelitian proses pembelajaran. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data

kualitatif yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Dari hasil analisa data diperoleh

tingkat ketuntasan dari siklusI mencapai 62,5 % pada sklus II mencapai 91,7 % sedangkan keaktifan,

kreatifitas dan rasa senang siswa telah meningkat, dari data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa pembelajaran dengan melalui model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan hasil belajar

siswa mata pelajaran IPA materi Pesawat Sederhana pada siswa kelas V SDN Tanggungan

Kata Kunci : prestasi belajar siswa, pesawat sederhana, model pembelajaran SAVI

Keniscayaan bahwa guru perlu

meningkatkan mutu proses pembelajarannya

yang dimulai dengan rancangan model

pembelajaran yang baik dengan memperhati-

kan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa,

materi yang diajarkan, proses pembelajaran,

media dan alat peraga, sumber belajar yang

tersedia. Akan tetapi kenyataannya masih

banyak ditemui proses pembelajaran yang

kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang

mempunyai daya tarik minat belajar siswa,

karena tidak menggunakan model

pembelajaran yang bervariatif dan suasana

menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil

belajar yang dicapai siswa belum

optimal.(Wahyudi,2012; 15)

Permasalahan ini dapat dilihat dari hasil

prestasi belajar IPA siswa kelas V di SDN

Tanggungan masih banyak siswa yang

mendapat nilai di bawah KKM (Kreteria

Ketuntasan Minimal).

Berdasarkan permasalahan hasil prestasi

belajar diatas peneliti akan melakukan

penelitian tindakan kelas, mata pelajaran IPA,

materi pembelajaran Pesawat Sederhana di

kelas V, SDN Tanggungan Kecamatan

Baureno Kabupaten Bojonegoro, melalui

model pembelajaran SAVI (Somatic Auditory

Visualization Intellectualy).

Landasan Teori yang mendukung

pembelajaran SAVI adalah Accelerated

Learning, teori otak kanan/kiri, teori otak

triune, pilihan modalitas (visual, auditorial dan

kinestetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan

(holistic) menyeluruh, belajar berdasar

pengalaman, belajar dengan symbol.

Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu

kognitif modern yang menyatakan belajar yang

paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh

tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman

serta keleluasaan pribadi, menghormati gaya

belajar individu lain dengan menyadari bahwa

orang belajar dengan cara-cara yang berbeda,

mengkaitkan sesuatu dengan hakekat realitas

yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.

Prinsip dasar pembelajaran SAVI yaitu:

1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran

dan tubuh. 2) pembelajaran berkreasi buka

mengkonsumsi, 3) kerja sama membantu

proses pembelajaran. 4) pembelajaran ber-

Page 14: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Siswono, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran Savi | 11

langsung pada banyak tingkatan secara

simultan, 5) belajar berasal dari mengerjakan

pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik, 6)

emosi positif sangat membantu pembelajaran,

7) otak citra menyerap informasi secara

langsung dan otomatis. ( Depdiknas, 2008).

Tujuan mata pelajaran IPA di SD

adalah: memahami konsep-konsep IPA dalam

keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari,

memiliki ketrampilan proses untuk

mengembangkan pengetahuan gagasan

tentang alam sekitar, mempunyai minat untuk,

mengenal dan mempelajari benda-benda di

lingkungan sekitar, bersikap ingin tahu,

mampu menerapkan berbagai konsep IPA,

mampu menggunakan tehnologi yang berguna

untuk memecahkan suatu masalah

disekitarnya, mampu mengenal dan memupuk

rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga

menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan

Yang Maha Esa.( Mulyasa, 1995; 7)

Menurut EM Zul Fazri dalam kamus

bahasa Indonesia memberikan batasan tentang

pengertian dari prestasi yaitu " Prestasi adalah

hasil yang dicapai, dikerjakan atau dilakukan"

(EM Zul Fazri, 2008; 143).

Dalam membicarakan proses belajar

mengajar ini terlebih dahulu kita akan

mengungkapkan dari pengertian belajar,

karena hal ini sangat rumit sehingga sulit untuk

mengetahui secara pasti apakah sebenarnya

belajar itu. Menurut Herman Hudoyo, dalam

bukunya Interaksi belajar mengajar,

mengatakan: "Belajar adalah suatu proses

untuk mendapatkan pengetahuan pengalaman

sehingga mampu merubah tingkah laku itu

menjadi tetap, tidak dapat berubah lagi dengan

modivikasi yang sama (Herman Hudoyo,

2006; 305)".

Pembelajaran tidak otomatis meningkat

dengan menyuruh anak berdiri dan bergerak.

Akan tetapi menggabungkan gerak fisik

dengan aktivitas intelektual dan pengunaan

semua indra dapat berpengaruh besar terhadap

pembelajaran (Dave Meier, 2005).

Pendekatan belajar seperti tersebut

dinamakan dengan pendekatan SAVI. Unsur-

unsurnya mudah diingat yaitu : 1) somatis:

belajar dengan bergerak dan berbuat, 2)

Auditori : Belajar dengan berbicara dan

mendengar, 3) visual : Belajar dengan

mengamati dan menggambarkan, 4)

intelektual : Belajar dengan memecahkan

masalah dan merenung.

Penelitian dr. Vernon Magnesen, dari

Universitas Texas tentang ingatan,

memberikan gambaran yang dapat

diilustrasikan sebagai berikut :

Gambar 1

Persentase apa yang akan kita ingat jika kita :

Membaca 20%

Mendengar 30%

Melihat 40%

Membaca 50%

Melakukan 60%

Melihat, Mengucap, Mendengar, dan

Melakukan 90%

Bobbi De Porter, dkk, 2005, dalam

bukunya Quantum Learning, mengemukakan

tiga, 3) modalitas belajar yang dimiliki

seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah

modalitas visual, modalitas auditoral, dan

modalitas kinistetik (somatis). Pelajar visual

belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar

auditorial melakukan melalui apa yang

mereka dengar, dan pelajaran kinestetik

belajar lewat gerak dan sentuhan.

Pembelajaran SAVI dapat direncanakan

dan dikelompokkan dalam empat tahap yaitu :

1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan),

2) Tahap penyampaian (kegiatan inti), 3)

Tahap pelatihan (kegiatan inti), 4) Tahap

penampilan (kegiatan penutup).

METODE

Penelitian ini merupakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang dirancang untuk

dilaksanakankan secara bersiklus, dengan

menggunakan siklus model Kemmis dan

Taggart (1990). Bertujuan untuk

meningkatkan kualitas proses pembelajaran

dan prestasi belajar siswa atau memecahkan

masalah- masalah pembelajaran IPA di kelas.

Page 15: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

12 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 10 – 15

Mata pelajaran IPA yang akan diteliti yaitu;

Kompetensi dasar: 5.1 Menjelaskan pesawat

sederhana yang membuat pekerjaan lebih

mudah dan lebih cepat, dengan materi

pembelajaran: pesawat sederhana dan

diharapankan siswa dikelas V, SDN

Tanggungan, Kecamatan Baureno Kabupaten

Bojonegoro.

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini

yang akan dilakukan dengan menggunakan

dua siklus, disiklus pertama akan dilakukan

dua kali pertemuan, sedangkan disiklus kedua

akan dilakukan tiga kali pertemuan, dan setiap

pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 35

menit, sesuai dengan jumlah jam yang di

cantumkan dalam kurikulum tingkah satuan

pendidikan yang di berlakukan pada sekolah

dasar.

Model siklus ini bahwa setiap siklus

terdiri atas : Planning = tahap perencanaan,

Acting dan Observing = tahap tindakan dan

pengamatan, Reflecting –perefleksian dan

Revise plan = perbaikan rencana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian.

Siklus 1

Perencanaan tindakan yang disusun

meliputi: 1) Pembuatan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), 2) Penyiapan alat peraga

berupa gambar jenis-jenis pesawat sederhana

antara lain : tuas atau pengungkit. 3) Buku

IPA kelas V, buku penunjang yang relevan

dan benda-benda yang tergolong pesawat

sederhana berupa Linggis, Tang, Obeng,

Gunting, dan lain- lain, 4) Penyiapan Lembar

Kerja Siswa ( LKS ), bahan diskusi kelompok

yaitu dengan mengidentifikasi, dan

menggolongkan jenis-jenis tuas atau

pengungkit sebagai pesawat sederhana, jenis-

jenis kegiatan dan cara kerja tuas atau

pengungkit, 5) Penyiapan soal pre test dan uji

kompetensi, 6) Penyiapan lembar penilaian.

Proses pembelajaran di lakukan di

ruang kelas V, SDN Tanggungan, pada

pertemuan I diawali dengan perkenalan

peneliti, observer, dan siswa. Selanjutnya

guru menyampaikan bahan pembelajaran

yang akan dibahasnya yaitu tentang pesawat

sederhana (tuas atau pengungkit) kemudian

membuat kesepakatan bersama tentang tema

yang akan di bahas.

Dari hasil uji kompetensi pada siklus I,

menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN

Tanggungan Kecamatan Baureno Kabupaten

Bojonegoro, mencapai ketuntasan. Dari hasil

belajar siswa pada siklus I, bahwa

pemahaman siswa pada materi pembelajaran

pesawat sederhana tentang tuas atau

pengungkit dan katrol tetap, katrol bergerak

dalam uji kompetensi mencapai 62,5%.

Hasil observasi proses pembelajaran

pesawat sederhana (tuas atau pengungkit,

katrol tetap dan katrol bergerak) pada siklus

I, yang adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Hasil observasi proses pembelajaran siklus I

No. Aspek yang diamati Skor

1 2 3 4

1 Persiapan pembelajaran dan

penerapannya .

2 Persiapan penggunaan sumber

belajar.

3 Media pembelajaran dan alat

peraga.

4 Persiapan lembar kerja

kelompok dan individu.

5 Memberikan penghargaan

kepada siswa .

6 Penataan ruang kelas. √

7 Interaksi sosial siswa dalam

proses pembelajaran

8 Aktifitas dan kreativitas siswa. √

9 Siswa sudah merasa senang

dalam proses pembelajaran

10 Proses penilaian

pembelajaran.

11 Hasil pencapaian akhir

kemampuan siswa dalam

pembelajaran.

12 Persiapan dokumentasi untuk

mencatat atau merekam

pembelajaran yang belum di

laksanakan, dan masalah-

masalah yang perlu di perbaiki

atau diatasi.

Keterangan:

Skor 1= kurang. Skor 3 = baik.

Skor 2= cukup. Skor 4= sangat baik.

Page 16: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Siswono, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran Savi | 13

Pada kegiatan refleksi dapat ditarik

beberapa hal penting, bahwa pelaksanaan

pembelajaran dengan melalui model

pembelajaran SAVI sudah cukup baik, namun

masih belum mencapai hasil ketuntasan

maximal yang ditentukan, untuk itu perlu

dilakukan perbaikan yang akan dilaksanakan

pada pembelajaran siklus II, guru sudah

membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

dengan baik dan menampakkan semua

indikator dalam pelaksanaan pembelajaran,

kerja kelompok atau pada waktu berdiskusi,

sebagian besar sudah dapat melaksanakan

dengan baik, tetapi masih ada beberapa siswa

yang masih belum mau aktif dan hanya

mengandalkan temannya yang pandai dalam

mengerjakan tugas, sebagian besar siswa

masih merasa kesulitan memberikan

tanggapan dan saran pada waktu persentasi

berlangsung karena masih ada rasa keraguan

atau rasa takut salah, masih banyak siswa

belum mampu mengemukakan pendapatnya

atau ide-idenya, hubungan interaktif siswa

dengan guru, dan siswa dengan siswa masih

kurang, sehingga kemauan bertanya tampak

jarang, siswa kurang kreatif dalam hal

mendemonstrasikan dengan menggunakan

media atau alat peraga, karena masih berupa

gambar-gambar, sebagian besar siswa belum

mampu memecahkan masalah dengan

sendirinya, sebagian besar siswa sudah

merasa senang, dengan model pembelajaran

yang dilakukan guru, tetapi masih ada

beberapa siswa yang kurang serius, sehingga

mengganggu aktifitas belajar siswa lainnya,

berdasarkan hasil uji kompetensi menunjuk-

kan bahwa kemampuan pemahaman siswa

tentang materi pembelajaran Pesawat

sederhana masih perlu ditingkatkan, karena

rata-rata pemahaman siswa tentang pesawat

sederhana baru mencapai 62,5 %, berdasarkan

hasil observasi siklus I, maka proses dan hasil

pembelajaran perlu ditingkatkan pada siklus

selanjutnya agar mencapai hasil yang

mencapai Kreteria Ketuntasan Maksimal

terpenuhi.

Siklus 2

Setelah melaksanakan proses seperti

pada siklus I, hasil observasi proses

pembelajaran pesawat sederhana pada siklus

II, yang dilaksanakan di kelas V, SDN

Tanggungan Kecamatan Baureno Kabupaten

Bojonegoro, adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Hasil observasi proses pembelajaran siklus II

No Aspek yang diamati Skor

1 2 3 4

1 Persiapan pembelajaran dan

penerapannya .

2 Persiapan penggunaan sumber

belajar.

3 Media pembelajaran dan alat

peraga.

4 Persiapan lembar kerja

kelompok dan individu.

5 Memberikan penghargaan

kepada siswa .

6 Penataan ruang kelas. √

7 Interaksi sosial siswa dalam

proses pembelajaran

8 Aktifitas dan kreativitas siswa. √

9 Siswa sudah merasa senang

dalam proses pembelajaran

10 Proses penilaian pembelajaran. √

11 Hasil pencapaian akhir

kemampuan siswa dalam

pembelajaran.

12 Persiapan dokumentasi untuk

mencatat atau merekam

pembelajaran yang belum di

laksanakan, dan masalah-

masalah yang perlu di perbaiki

atau diatasi.

Keterangan: Skor 1 = kurang.

Skor 2 = cukup.

Skor 3 = baik.

Skor 4 = sangat baik.

Setelah proses pembelajaran dan

observasi selesai, refleksi kali ini akan di-

kemukakan beberapa hal tentang hasil proses

pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan

materi Pesawat sederhana yang

menggunakan model pembelajaran SAVI

pada siklus II sudah lebih baik dari pada

siklus I. Semua indikator serta tujuan

pembelajaran sudah terpenuhi, keaktifan

dan kreatifitas siswa sudah meningkat.

Page 17: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

14 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 10 – 15

2. Perencanaan RPP sudah baik dan semua

indikator dalam pelaksanaan pembelajaran

sudah dilaksanakan dengan runtut.

3. Siswa sebagian besar sudah memhami

pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.

4. Siswa pada saat berdiskusi atau bekerja

kelompok sebaian besar sudah

melaksanakan dengan baik dan terlihat

aktif.

5. Sebagian besar siswa sudah dapat dan

antusias dalam memberikan tanggapan

dan saran kepada temannya saat presentasi

berlangsung.

6. Kreatifitas siswa sudah meningkat dan

sudah mampu memberikan ide-idenya.

7. Hubungan interaktif siswa dengan guru,

siswa dengan siswa sudah terlihat aktif.

8. Sebagian besar siswa sudah mampu

memecahkan masalah dengan sendirinya,

namun masih perlu bantuan guru.

9. Sebagian besar siswa sudah merasa

senang, dengan melalui model

pembelajaran yang digunakan guru,

sehingga siswa sangat serius dan antusias

dalam mengikuti proses pembelajaran.

10. Sebagian besar siswa dalam

mendemonstrasikan dengan menggunakan

media dan alat peraga sudah baik.

11. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan

proses pembelajaran dengan melalui

model pembelajaran SAVI, pada siklus II

sudah mengalami peningkatan cukup pesat

kalau dibandingkan dengan siklus I.

12. Berdasarkan hasil uji kompetensi bahwa

kemampuan pemahaman siswa tentang

pesawat sederhana sudah menunjukkan

peningkatan, dari sklus I yang hanya 62,5

% pada siklus II meningkat 91,7 %.

Pembahasan

Penelitian Tindakan Kelas yang

dilaksanakan dengan melalui model

pembelajaran SAVI di kelas V, pada mata

pelajaran IPA dengan materi pembelajaran

Pesawat Sederhana telah mengalami

peningkatan yang sangat berarti bagi siswa.

Model pembelajaran SAVI merupakan

pembelajaran yang terpadu dari semua

pancaindra yang dimlilki oleh siswa, maka

secara spesifik siswa dapat belajar dengan

bergerak dan berbuat, berbicara dan

mendengarkan, mengamati dan

menggambarkan, serta memecahkan masalah

dan merenung, sehingga siswa dapat

meningkatkan keaktifan belajar untuk

menyerap pengetahuan dan ketrampilan serta

memahami konsep-konsep IPA tentang

pesawat sederhana. Berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan selama siklus I

berlangsung, keaktifan dan kreatif sudah

mengalami peningkatan kalau dibandingkan

dengan keadaan sebelum dilaksanakannya

Penelitian Tindakan Kelas, terbukti dari hasil

observasi siswa maupun guru yang

menunjukkan adanya peningkatan, dari uji

kompetensi sebelumnya siswa yang mendapat

nilai di bawah KKM 75% kemudian pada

siklus I ini yang mendapat nilai dibawah

KKM 62,5%, jadi pemahaman tentang

pesawat sederhana siswa mengalami

peningkatan sebesar 12,5%.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

diupayakan dengan memperbaiki dan

disempurnakan dari kekurangan-kekurangan

yang terjadi pada siklus I, dalam pelaksanaan

pembelajaran pada siklus II ini keaktifan dan

kreatifitas siswa lebih tampak, sehingga

proses pembelajaran berjalan sesuai dengan

RPP yang disusun oleh guru. Dari

penyempurnaan proses pembelajaran siswa

tampak lebih aktif dalam belajar, kerjasama

kelompok, dengan banyaknya pertanyaan-

pertanyaan, dapat melakukan presentasi

dengan baik, kemauan untuk menanggapi,

merasa senang dan dalam mendemontrasikan

juga sudah menunjukkan kreatifitasnya serta

dapat memecahkan permasalahan yang

dihadapi.

Guru berupaya meningkatkan prestasi

melalui model pembelajaran ini sudah tepat

karena telah berhasil mengembangkan

kompetensi siswa secara komperhensif dan

bermakna. Hal ini tampak pada ketercapaian

indikator hasil belajar yang muncul pada

proses dan hasil pembelajaran setelah di

evaluasi. Hasil akhir uji kompetensi pada

siklus II, menunjukan peningkatan hasil

belajarnya dengan memperoleh nilai diatas

Page 18: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Siswono, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran Savi | 15

KKM sebesar 91,7% sedangkan yang

memperoleh nilai dibawah KKM sebesar

8,3%. Dengan demikian Upaya peningkatan

prestasi belajar melalui model pembelajaran

SAVI (Somatic Auditory Visualization

Intelectualy) dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa, mata pelajaran IPA, materi

pembelajaran pesawat sederhana pada siswa

kelas V, SDN Tanggungan Kecamatan

Baureno Kabupaten Bojonegoro.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran SAVI dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa kelas V SDN

Tanggungan Kecamatan Baureno Kabupaten

Bojonegoro.

Peningkatan kualitas pembelajaran

tersebut secara khusus ditandai dengan: (1).

Diterapkannya pembelajaran melalui model

pembelajaran SAVI dengan materi pesawat

sederhana oleh guru kelas V, yang sudah

sesuai dengan desain yang telah disusun

secara kolaboratif dengan baik, 2)

pembelajaran yang dilakukan ketergantungan

pada guru sangat berkurang karena, guru

dalam membelajarkan siswa lebih banyak

melibatkan siswa dan menggunakan situasi

dunia nyata, 3) proses pembelajaran lebih

berpusat pada siswa dan lebih bersifat

konstruktivistik, 4) penilaian hasil belajarnya

lebih komprehensif dan tidak hanya melalui

tes tertulis, 5) situasi pendidikkan terasa lebih

kondusif.

Saran

Melalui model pembelajaran SAVI

dapat meningkatkan : 1) keaktifan belajar

siswa, 2) kreatifitas siswa, 3) rasa senang

dalam belajar, 4) kualitas interaksi dalam

pembelajaran dan belajar, 5) meningkatkan

pemahaman konsep-konsep tentang pesawat

sederhana, dan 6) meningkatkan prestasi

belajar. Oleh karenanya agar pembelajaran

efektif, harus terus beriovasi dalam

menumbuhkembangkan model pembelajaran

yang lebih efektif.

DAFTAR RUJUKAN

DePorter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas.

Editor, Mike Hernacki. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.

EM Zul Fazri; 2008; Prestasi Belajar. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hudoyo; 2006, halaman 305; Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Balai Pustaka.

Kemmis dan Taggart, 1990; Model Siklus Pembelajaran. Diterjemahkan oleh Luluk Faridatuz.

Yogjakarta: Cipta Media Aksara.

Meier, Dave. 2005; Belajar dengan pendekatan SAVI. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti.

Bandung: Kaifa.

Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning Handbooks: Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti.

Bandung: Kaifa.

Mulyasa, 1995; Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA SD. Bandung: Bina Aksara.

Wahyudi, 2012; Model-Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Malang: PT.Pertamina

Depdiknas, 2008; Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD. Jakarta: Dinas Pendidikan Nasional.

Page 19: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

16

STRATEGI PEMBELAJARAN PAKEM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA KONSEP MEMBACA LANCAR

Suharwati

Guru Sekolah Dasar Negeri Gajah I

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Email: [email protected]

Abstrak: Sebagai sarana komunikasi Bahasa Indonesia menempati posisi strategis, namun pada

kenyataannya dalam proses pembelajaran siswa masih cukup rendah dalam hal menguasai konsep

Membaca Lancar. Hal ini dikhawatirkan akan menghambat siswa dalam menerapkan konsep tersebut

dalam kehidupan sehari-hari. Disamping pengamatan dilapangan, ditemukan bahwa motivasi belajar

siswa rendah, karena siswa sering menghadapi tugas-tugas yang cukup banyak. Mereka kebanyakan

tanpa dibekali pemahaman konsep Membaca Lancar yang memadai. Oleh karena itu akan dipilih

afternatif menggunakan strategi PAKEM sebagai upaya langkah awal untuk menumbuhkan lingkungan

belajar yang kondusif. Bahkan, strategi PAKEM sangat berkaitan dengan konsep-konsep yang rumit

dan strategi kognitif, serta bersifat analisis-sintesis yang mengacu pada pemecahan masalah. Tujuan

penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam Membaca Lancar melalui strategi

PAKEM. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan metode PAKEM dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca lancar

di Kelas II SDN Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Hasil yang diperoleh meningkat

dari pra siklus nilai rata-rata kelas 60 menjadi 66 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 85 pada

siklus II. Dan secara ketuntasan siswa juga meningkat dari 20 % pada pra siklus menjadi 63 % pada

siklus I dan meningkat menjadi 93 % pada siklus II.

Kata Kunci : pembelajaran pakem, hasil belajar, membaca lancar.

Salah satu ilmu yang menjadi parameter

kualitas sumber daya manusia adalah Bahasa

Indonesia. Dengan demikian, peningkatan

kualitas sumber daya manusia juga menuntut

peningkatan kemampuan mereka dalam

memahami konsep Membaca Lancar. Pada

kenyataannya diperoleh gambaran bahwa

hampir semua siswa masih cukup rendah

dalam hal menguasai konsep Membaca Lancar.

Hal ini dikhawatirkan akan menghambat siswa

dalam menerapkan konsep tersebut dalam

kehidupan sehari-hari.(Dendy Sugono,2011;

9).

Dari dua kali tes “membaca lancar“ yang

telah dilakukan pada pra siklus memperoleh

hasil 24 siswa medapat nilai di bawah rata–

rata atau 80 %, dengan rata-rata nilai 60, nilai

Standar Ketuntasan Minimal adalah 68. Siswa

yang mencapai nilai ketuntasan belajar hanya 6

siswa atau 20 % dan siswa yang tidak

mencapai ketuntasan belajar 24 siswa atau 80

%.

Oleh karena itu akan dipilih afternatif

menggunakan strategi Pakem sebagai upaya

langkah awal untuk menumbuhkan lingkungan

belajar yang kondusif. Bahkan, strategi Pakem

sangat berkaitan dengan konsep-konsep yang

rumit dan strategi kognitif, serta bersifat

analisis-sintesis yang mengacu pada

pemecahan masalah. Perlu diketahui bahwa

strategi Pakem dapat merangsang siswa untuk

berani bertanya, melatih berpikir dewasa dan

kritis, terampil berkomunikasi, serta cakap

dalam mengemukakan pendapat.

Dari permasalahan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil

belajar siswa dalam Membaca Lancar melalui

strategi Pakem Kelas II SDN Gajah I

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.

Secara singkat garis besar gambaran

Pakem sebagaimana yang dijelaskan oleh

(Suprajekti, 2007) adalah siswa terlibat dalam

berbagai hal yang mengembangkan

pemahaman dan kemampuan mereka dengan

penekanan pada belajar melalui berbuat, guru

menggunakan berbagai alat bantu dan cara

membangkitkan semangat termasuk

menggunakan lingkungan sebagai sumber

Page 20: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Suharwati Strategi Pembelajaran PAKEM Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Konsep Membaca Lancar | 17

belajar untuk menjadikan pembelajaran

menarik menyenangkan cocok bagi siswa, guru

mengatur kelas dengan memajang buku-buku

dan bahan yang lebih menarik dan

menyediakan pojok baca, guru menciptakan

cara belajar yang kooperatif dan interaktif

termasuk cara belajar kelompok, guru

mendorong siswa untuk menemukan caranya

sendiri dalam memecahkan masalah untuk

mengungkapkan gagasan dan melibatkan siswa

dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran

berbasis Pakem ada beberapa hal yang harus

diperhatikan sebagaimana dijelaskan oleh

Suciati (2007) yaitu memahami sifat yang

dimiliki anak, mengenal anak secara

perorangan, manfaat perilaku anak dalam

pengorganisasian belajar, mengembangkan

kemampuan berpikir kritis, kreatif dan

mengembangkan kemampuan memecahkan

masalah, mengembangkan ruang kelas sebagai

lingkungan belajar yang menarik, manfaat

lingkungan sebagai sumber belajar, mem-

berikan umpan balik sebagai peningkatan

kegiatan belajar, dan membedakan antara aktif

fisik dan aktif mental.

Guru memegang peranan strategis

terutama dalam upaya membentuk watak

bangsa melalui pengembangan kepribadian dan

nilai-nilai yang diinginkan (Supriadi, 2006).

Dari dimensi tersebut peranan guru sulit

digantikan oleh yang lain. Pada saat yang

sama, gambaran tersebut menunjukkan

kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk

menciptakan keadaan tersebut.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang

(Abin ; 2006). Perubahan sebagai hasil dari

proses belajar dapat ditunjukkan dalam

berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,

pemahaman sikap dan tingkah laku,

keterampilan, kecakapan dan kemampuannya

serta perubahan aspek-aspek lain yang ada

pada individu yang belajar. (Asep; 2007)

mengemukakan bahwa belajar pada

hakekatnya adalah proses perubahan tingkah

laku seseorang berkat adanya pengalaman.

Para ahli psikologi dari pendidikan

memberikan batasan/pengertian mengajar yang

berbeda-beda rumusannya. Perbedaan tersebut

disebabkan perbedaan titik pandang

makna/hakekat mengajar. Pandangan pertama

melihatnya dari segi pelakunya/pengajarnya.

Atas dasar pandangan tersebut mengajar

diartikan menyampaikan ilmu pengetahuan

(bahan pelajaran) kepada siswa/anak didik.

Rumusan ini telah lama dianut oleh kalangan

pendidik mulai dari tingkat guru Taman

Kanak-kanak sampai kepada Guru di

Perguruan Tinggi.

Kritik yang paling banyak dilontarkan

terhadap rumusan mengajar diatas, ialah

siswa/anak didik dianggap obyek, bukan

sebagai subyek. Disini siswa banyak

menerima (pasif) apa yang diberikan guru.

Sebaliknya guru peranannya sangat

menentukan. Sebaliknya pandangan ini sering

disebut “berpusat pada guru” atau teacher

centered.

Atas dasar pemikiran diatas muncul

pemikiran yang melihat mengajar bukan dari

sudut pelaku yang mengajar, tapi dari sudut

siswa yang belajar. Bertolak dari hakekat

belajar seperti yang telah dibahas sebelumnya,

maka mengajar dirumuskan dalam beberapa

bahasan yang intinya memberikan tekanan

kepada kegiatan optimal siswa belajar.

(Sujana, 1975). Ada beberapa pendapat

mengenai definisi dari prestasi belajar.

Menurut Dirjen Diknas Depdikbud

menyebutkan bahwa: ”Prestasi adalah hasil

yang dicapai pada suatu saat” (Depdikbud;

2006). Sedangkan menurut Tim Penyusun

Kamus Depdikbud mendefinisikan ”Prestasi

adalah hasil yang dicapai oleh seseorang yang

dikerjakan (dilakukan) dan lain-lain”. (Kamus

Besar Departemen P dan K. 1989:700).

Peran serta siswa dalam berbagai

kegiatan belajar mengajar secara aktif (Active

Leaming) akan berpengaruh keterlibatan

mental siswa yang bersangkutan dalam proses

belajar mengajar. Keterlibatan mental yang

optimal tersebut sekaligus berarti meningkat-

kan motivasi yang optimal pula path diri siswa

untuk melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Dengan demikian dapat dikatakan

hahwa pengalaman belajar yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk mencoba

Page 21: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

18 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 16 – 20

sendiri mencari jawaban suatu masalah

bekerjasama dengan teman sekelas atau

membuat sesuatu akan lebih menantang

pengarahan kekuatan dan perhatian murid

dibandingkan dengan situasi dimana siswa

hanya berkesempatan untuk menerima

informasi secara terarah (Heralestari, 2007

:126).

METODE

Dalam Proses Belajar Mengajar, metode

yang dipakai oleh guru tidak hanya sekedar

berfungsi menyampaikan atau mengantarkan

materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi

metode juga digunakan untuk mengaktifkan

siswa sehingga siswa akan terlibat secara

langsung baik fisik maupun psikis, oleh karena

itu dalam menetapkan dan menggunakan

metode mengajar harus dapat mendorong dan

meningkatkan aktivitas belajar siswa.(Arikunto

Suharsini;1992).

Metode dan Strategi Pembelajaran

Pakem dalam Penelitian ini dilakukan kepada

siswa Kelas II SDN Gajah I pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia, dengan pokok

bahasan Membaca Lancar, dilaksanakan pada

semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

Tindakan yang dilakukan berupa penggunaan

strategi Pakem dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia. Pembelajaran pra siklus pada

tanggal 21 Oktober 2014, siklus I pada tanggal

23 Oktober 2014, dan siklus II pada tanggal 28

Oktober 2014. Indikator pengukuran

didasarkan pada hasil test yang dilaksanakan

setiap selesainya satu siklus, di samping

pengamatan pada situasi kelas selama

pembelajaran berlangsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pra Siklus

Berdasarkan observasi di kelas II SDN

Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten

Bojonegoro dapat diketahui bagi kelas II,

siswa tampak lebih siap untuk mengikuti

pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran

meningkat. Indikator observasi adalah ke-

banyakan siswa aktif, cukup banyak yang

mengacungkan tangan. Dari segi guru dapat

diketahui bahwa materi yang disampaikan

sesuai dengan sasaran yang diinginkan, guru

lebih mudah dalam mengarahkan proses

belajar mengajar, guru lebih mudah dalam

menyampaikan materi karena guru tidak terlalu

banyak menerangkan konsep.

Siklus 1

Pada kegiatan pembelajaran prasiklus

prestasi siswa dalam menjawab pertanyaan

rata-rata nilai siswa adalah 60, dengan 24

siswa atau 80 % berada di bawah nilai rata-rata

dan 6 siswa atau 20 % berada di atas nilai rata-

rata. Pada siklus 1 terdapat peningkatan nilai

menjadi rata-rata 66, dengan 19 siswa atau

63% telah mencapai ketuntasan, sedangkan 11

siswa (37%) belum mencapai ketuntasan

minimal.

Siklus 2

Hasil belajar siswa pada siklus II dapat

dinyatakan dalam tabulasi data berikut.

Lembar Penilaian siswa Pencapaian KKM

NO Nama Siklus I Siklus II

1 Ayik Ninu Tri Efendi 45 70

2 Rudi Hartono 40 60

3 Anisaul Badriyah 50 70

4. Anggra Saputra 70 80

5 Dani Ardianto 70 85

6 Dwi Febrianto 70 80

7. Farida 75 95

8 Herlin Wilujeng 65 75

9 Hadi Tri Cahyono 70 85

10. Kurma Irawan 60 80

11. Lilik Mujiati 75 85

12. Lika Prasetya 75 90

13. Luki Hariyadi 60 85

14. Saiful Arifin 70 80

15 Meilinda Nova Riyanti 55 60

16 Na’ilun Khamidah 70 80

17. Nivita Sari 60 80

18. Siti Khotimah 70 80

19. Budi Santosa 60 70

20. Ega Gustika 70 80

21. Ronal 75 90

22. Abd Hamid 70 80

23. Anja 70 80

24. Reihan 60 80

25. Budi Triono 70 80

Page 22: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Suharwati Strategi Pembelajaran PAKEM Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Konsep Membaca Lancar | 19

Grafik Peningkatan Nilai Pra Siklus s.d Siklus II

60 66

80

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

26. Dwi Utami 70 80

27. Jamilatun 70 80

28. Umar Rofii 75 90

29 Tumbu Soleha 75 85

30. Allan 65 80

Rata-rata 66 80

Tuntas 19 siswa 28 siswa

Tidak tuntas 11 siswa 2 siswa

Dari tabel di atas, dapat dikatakan bahwa

penerapan metode pembelajaran Pakem dapat

meningkatkan kemampuan membaca siswa.

Dengan meningkatnya kemampuan membaca

siswa dapat meningkatkan prestasi siswa.

Pada kegiatan pembelajaran prasiklus

prestasi siswa dalam menjawab pertanyaan

rata-rata nilai siswa adalah 60, dengan 24

siswa atau 80 % berada di bawah nilai rata-rata

dan 6 siswa atau 20 % berada di atas nilai rata-

rata. Pada siklus 1 terdapat peningkatan nilai

menjadi rata-rata 66, dengan 19 siswa atau

63% telah mencapai nilai di atas kriteria

ketuntasan minimal, dan 11 siswa atau 37%

belum tuntas. Setelah dilakukan tindakan pada

siklus 2, hasil prestasi siswa meningkat dimana

terdapat 28 siswa atau 93 % mendapat nilai di

atas KKM sehingga secara ketuntasan terdapat

28 siswa atau 93 % tuntas belajar. Sedangkan 2

siswa tidak tuntas lebih disebabkan karena

siswa tersebut mengalami lambat dalam

belajar.

Pembahasan

Hasil belajar siswa yang dinyatakan

dengan rata-rata skor tes formatif untuk siklus

I sebesar 66. Hasil ini cukup tinggi bila

dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 60

karena siswa lebih siap dalam mengikuti

pelajaran. Pada siklus II rata-rata skor formatif

sebesar 80. Hasil dari siklus II lebih meningkat

dari siklus I, karena siswa sudah terbiasa

dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti

pelajaran, terdorong untuk belajar yang lebih

baik, serta merasa lebih terbuka kepada teman

untuk pemahaman konsep-konsep Bahasa

Indonesia yang belum dimengerti.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan metode

Pakem dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam membaca lancar pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia di kelas II SDN Gajah I.

Dari hasil penelitian tentang situasi

pembelajaran dengan menggunakan metode

PAKEM tampaknya pengajaran dengan

menggunakan metode ini membuat

pembelajaran yang lebih bergairah dari pada

jika diajar dengan teknik belajar kelompok

yang biasa dilakukan sebelumnya. Di dalam

penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar

siswa aktif dan cukup banyak siswa yang

mengacungkan tangan untuk menjawab

pertanyaan guru.

Tetapi dalam penelitian ini diketahui

pula bahwa frekuensi untuk bertanya masih

kurang. Kemungkinan hal ini disebabkan

budaya malu masih sangat kuat di dalam diri

siswa. Dari segi guru, tampaknya pengajaran

dengan menggunakan metode Pakem sangat

memudahkan karena guru lebih mudah

mengarahkan jalannya proses belajar

mengajar.

Hasil belajar siswa yang dinyatakan

dengan rata-rata skor tes formatif untuk siklus

I sebesar 66. Hasil ini cukup tinggi bila

dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 60,

karena siswa lebih siap dalam mengikuti

pelajaran. Pada siklus II rata-rata skor formatif

sebesar 80.

Pada kegiatan pembelajaran siklus I

pelaksanaan PAKEM mulai biasa dirasakan

siswa, sehingga setelah dilakukan tes formatif

rata-rata kelas menjadi 66, dengan 19 siswa

(63%) telah mencapai ketuntasan dan 11 siswa

(37%) belum tuntas. Selanjutnya guru

melakukan analisis tentang kekurangan dalam

Page 23: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

20 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 16 – 20

dalam proses pembelajaran yang kemudian

dijadikan acuan untuk melakukan tindakan

pada siklus II.

Pada siklus II proses pembelajaran

berjalan dengan baik, dimana siswa aktif

dalam proses pembelajaran, siswa juga merasa

senang mengikuti pelajaran sehingga muncul

keberanian untuk berpendapat dan kreatif

dalam setiap kegiatan kelompok. Pada siklus II

ini peningkatan hasil yang signifikan dimana

dari 30 siswa terdapat 28 siswa (93%) yang

telah mencapai ketuntasan minimal, dan hanya

2 siswa atau 2% yang tidak tuntas, hal ini lebih

disebabkan karena kondisi siswa yang

mengalami lambat dalam belajar. Sehingga

dapat disimpulkan secara klasikal pelaksanaan

pembelajaran telah tuntas.

Respon siswa terhadap pembelajaran

dengan menggunakan metode PAKEM juga

dikatakan positif, karena sebagian siswa

menyatakan lebih mudah dan lebih tertarik

menerima pelajaran. Hal ini bisa dipahami

karena proses belajar mengajar menjadi lebih

menyenangkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan metode

Pakem dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam membaca lancar di kelas II SDN Gajah I

Hasil yang diperoleh meningkat dari pra

siklus nilai rata-rata kelas 60. Ketuntasan 6

siswa atau 20%. Siklus I diperoleh nilai rata-

rata kelas 66 dengan ketuntasan 19 siswa atau

63%. Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai

rata-rata kelas 80 dengan ketuntasan 28 siswa

atau 93%.

Saran

Model Pembelajaran yang menggunakan

metode Pakem perlu terus dilakukan karena

pembelajaran ini lebih menyenangkan bagi

siswa, mendorong dan membiasakan siswa

untuk belajar mandiri. Pembelajaran dengan

menggunakan metode PAKEM perlu

dikembangkan untuk mata pelajaran Bahasa

Indonesia di SD, agar dapat meningkatkan

pemahaman siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Abin Syamsudin. 2006. Profesi Keguruan. Jakarta. Gramedia.

Asep Herry Hermawan.2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Dendy Sugono.2011. Pemberdayaan Bahasa Indonesia Memperkukuh Budaya Bangsa Dalam Era

Globalisasi. Jakarta: Depdikbud

Hera Lestari Mikarsa, dkk.2007. Pendidikan Anak Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suciati, dkk.2007. Belajar & Pembelajaran 2. Jakarta : Universitas Terbuka.

Suharsimi, Arikunto. 1992. Prosedur Penelitan. Yogyakarta: Renika Cipta.

Suprayekti, dkk. 2007. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta : Uneversitas Terbuka.

Supriyadi,2006. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Bidang Studi Bahasa Indonesia SD.

Jakarta: Puskur, Balitbang, Depdiknas

Page 24: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

21

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI

Muhim

Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ngemplak I Baureno Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Metode pembelajaran berbasis portofolio adalah suatu cara untuk mendapatkan pengetahuan

atau pengalaman dari peserta didik dengan cara mencoba memperagakan/menampilakan hasil unjuk

kerja sehingga menjadi motivasi dorongan kepada peserta didik karena hasil unjuk kerjanya mendapat

apresiasi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan cara menerapkan pembelajaran berbasis

portofolio dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam (PAI) pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji dalam semester II tahun pelajaran 2014/2015

SDN Ngemplak I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Dari hasil penelitian dapat ditarik

kesimpulan bahwa penggunaan metode pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran PAI materi sifat-sifat terpuji. Peningkatan prestasi belajar siswa

terjadi secara berturut-turut pada siklus I rata-rata prestasi 60% kemudian siklus II meningkat menjadi

90%. Hal ini merupakan peningkatan yang sangat signifikan.

Kata Kunci: portofolio, prestasi, gaya sifat-sifat terpuji.

Pembelajaran berbasis portofolio

merupakan suatu inovasi pembelajaran yang

dirancang untuk membantu peserta didik

memahami teori secara mendalam melalui

pengalaman belajar praktek empirik. Model

pembelajaran ini dapat menjadi program

pendidikan yang mendorong kompetensi,

tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik,

belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan

umum (public policy), memberanikan diri

untuk berperan serta dalam kegiatan antar

siswa, antar sekolah, dan antar masyarakat,

sehingga proses pembelajaran terpusat pada

siswa (Student Centered). (Nur Muhammad,

2011;113).

Karena sebelumnya peneliti menganggap

bahwa pembelajaran yang selama ini

berlangsung ternyata kurang berhasil, terbukti

bahwa: 1) hanya 57,5% dari siswa yang

berhasil dalam pembelajaran, 2) peserta didik

belum memahami teori dari materi secara

optimal, 3) keaktivan siswa masih tergolong

rendah, 4) siswa belum bisa berpartisipasi dan

belum bisa bertanggung jawab dengan baik

hubungan antar siswa, antar sekolah dan antar

masyarakat terhadap materi pelajaran PAI

pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji

kelas IV di SDN Ngemplak I.

Sehubungan dengan permasalahan ini,

dicoba untuk mengatasi melalui pembelajaran

yang menitikberatkan pada siswa agar dapat

belajar secara aktif dan memiliki inovasi yang

tinggi dengan dilakukan strategi pembelajaran

berbasis portofolio. Kegiatan ini dilaksanakan

dalam bentuk penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini bertujuan untuk men-

deskripsikan cara menerapkan pembelajaran

berbasis portofolio dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa dan mendeskripsikan

dampak penerepan pembelajaran berbasis

portofolio dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa kelas IV mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) pokok bahasan

membiasakan perilaku terpuji. (Margono,

2007;25)

Banyak faktor yang menentukan

keberhasilan pembelajaran, antara lain faktor

guru, siswa, sarana dan prasarana serta

lingkungan. Dari beberapa faktor tersebut yang

paling dominan adalah faktor siswa. Dari

faktor siswa itu sendiri terdapat beberapa

komponen yang menentukan keberhasilan

belajarnya dan salah satu komponen yang

sangat penting adalah motivasi belajar.

Dalam pemberian motivasi ini, peran

guru amat penting. Pendekatan pendekatan

terhadap anak didik harus dilakukan terus

menerus, harus dibangun keterbukaan antara

guru dan siswa. Guru harus mampu berperan

sebagai kawan kepada anak-anak didiknya.

Page 25: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

22 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 21 – 25

(Pasaribu,1983:59). Menurut A. Kosasih

Djahari (2001), pembelajaran berbasis porto

folio memposisikan siswa sebagai titik

sentralnya (student oriented). Dalam proses

pembelajaran siswa harus dimotivasi untuk

mau dan mampu melakukan sesuatu untuk

memperkaya pengalaman bekerjanya dengan

lebih mengintensifkan interaksi dengan

lingkungannya. Dengan interaksi ini diharap-

kan mampu membangun pemahaman terhadap

dunia sekitar, kepercayaan dari dan

kepribadian siswa yang paham akan

keanekaragaman yang pada gilirannya dapat

tumbuh sikap positif dan perilaku toleran

terhadap kebhinekaan dan perbedaan pola

kehidupan.

Sementara itu Dasim Budimasyah

(2009), secara garis besar menyatakan, bahwa

prinsip pembelajaran portofolio pada intinya

adalah sebagai berikut: Empat Pilar

Pendidikan. Empat pilar pendidikan sebagai

landasan model pembelajaran berbasis

portofolio adalah learning to do, learning to

know, learning to be, and learning to live

together.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan dengan

metode penerapan pembelajaran portofolio.

Penelitian ini berangkat dari masalah yang

terdapat di masyarakat, kemudian direfleksikan

dan dianalisis berdasarkan teori yang

menunjang, kemudian dilaksanakan di sekolah.

Hasil dari tindakan di sekolah dijabarkan dan

dianalisis dengan menggunakan aktivitas dan

kata-kata karena dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan dengan metode

penerapan pembelajaran portofolio. Penelitian

ini dapat dijadikan model untuk diterapkan

pada pembelajaran dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran secara lebih baik dan

efisien.(Ramayulis, 2006; 37).

Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas

IV Sekolah Dasar Negeri Ngemplak I.

Penelitian ini dilakukan dalam rangka

pengembangan cara mengajar anak agar belajar

lebih bermakna.

Penelitian ini dilaksanakan pada awal

semester II tepatnya pada minggu ke-2 bulan

Pebruari 2015, dan waktu yang diperkirakan

penelitian tindakan kelas ini selesai pada

minggu ke-2 bulan Maret 2015.

Dalam penelitian ini siswa lebih

berantusias saat proses pembelajaran, karena

penerapan pembelajaran portofolio ini guru

membuat siswa selalu sibuk melakukan

pembelajaran dan mengerjakan tugas tugas

yang diberikan oleh guru, sehingga siswa

merasa bahwa dirinya lebih termotivasi untuk

belajar dan merasa lebih aktif saat

pembelajaran berlangsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Siklus I

Berdasarkan rancangan penelitian,

pelaksanaan tindakan kelas ini meliputi dua

siklus. Masing-masing siklus terdiri atas

perencanaan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan, dan refleksi.

Perencanaan tindakan ini akan

dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan Pebruari

2015 yang meliputi kegiatan guru untuk

merancang model pembelajaran berbasis

portofolio yang menekankan pada aktivitas

mengamati, menganalisis, menyimpulkan dan

mengkomunikasikannya sebagaimana ter-

gambarkan dalam rencana pembelajaran

(RPP), menyusun lembar pengamatan untuk

memantau kegiatan pembelajaran, dan

menyusun alat evaluasi untuk mengetahui

keberhasilan belajar siswa.

Pada kegiatan awal semua siswa

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik

tetapi saat mengadakan pretes ada sebagian

siswa yang tidak mengikuti dengan baik. Pada

kegiatan inti kegiatan pembelajaran juga sudah

terlaksana dengan baik, tetapi pada saat

mengidentifikasi beberapa sifat terpuji dan saat

mengerjakan tugas ada sebagian siswa yang

kurang menanggapi dengan baik. Pada

kegiatan akhir semua siswa sudah mengikuti

kegiatan pembelajaran dengan baik.

Tabel 1

Hasil Belajar Siswa Per-Individu dalam Pengelolaan

Pembelajaran Berbasis Portofolio

Siklus 1

Page 26: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Muhim, Metode Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI | 23

Nama Soal

Benar Nilai

Prosen-

tase Kriteria

Dimas Ariyanto 6 60 60% C

Edy Yusuf 4 40 40% D

Sayyidah Tsurroyya 5 50 50% C

Sendi Aditya 5 50 50% C

Siska Dwi W 6 60 60% C

Angga Jaya Gagah P 7 70 70% B

Dwi Amelia Putri 6 60 60% C

Moch Ziyan Rizki 6 60 60% C

Yoga Latiful Jihad 9 90 90% A

Ahmad Sony 6 60 60% C

Lailatul Badriyah 5 50 50% C

Dwi Rohmawati 5 50 50% C

Awaliyah Putri C 4 40 40% D

Ifan dwi Kurniawan 5 50 50% C

Niken Yulianingtyas 5 50 50% C

Wiga Murni R 7 70 70% B

Maratus Sholikhah 8 80 80% B

Eka Wahyu N 5 50 50% C

Yanuarta 5 50 50% C

Zanuar 6 60 60% C

Nilai Rata-rata

Keterangan:

A = (81-100) Sangat Baik

B = (61-80) Baik

C = (41-60) Cukup

D = (21-40) Kurang

E = (0-20) Buruk

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai

rata-rata kelas adalah 54.50, termasuk kriteria

C. Padahal kriteria ketuntasan mengajar mata

pelajaran PAI di SDN Ngemplak I Tahun

Pelajaran 2014/2015 adalah 70. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran belum

tuntas. Tabel 2

Daftar Nilai Per Kelompok

Pembelajaran Berbasis Portofolio Siklus 1

Kelompok Nilai Prosentase Keterangan

Tuntas Blm TT

1 47.50 47.50% - √

2 72.50 72.50% √ -

3 52.50 52.50% - √

4 65,00 65,00% - √

5 50,00 50,00% - √

Jumlah 287,5 287,5%

Rata2 57,50 57,5%

Dari hasil tabel 2 terlihat bahwa hanya

ada 1 kelompok yang mendapatkan nilai di

atas kriteria ketuntasan mengajar, artinya

hanya 4 siswa yang mendapatkan nilai di atas

kriteria ketuntasan mengajar.

Dari aktivitas guru dalam pembelajaran

sudah cukup baik, hanya pada saat guru

mengadakan pretes, saat mengidentifikasi

contoh sifat terpuji dan saat mengerjakan tugas

ada sebagian siswa yang kurang menanggapi

dengan baik. Tetapi hal itu dikatakan wajar

karena lebih banyak aktivitas yang terlaksana

dengan baik. Dari proses belajar mengajar

sudah dilaksanakan semua, hal itu sudah

sangat baik yakni aktivitas siswa ternyata

sebagian kegiatan pembelajaran kurang

ditanggapi siswa dengan antusias, terlihat saat

membehas tugas rumah, saat mendiskusikan

materi, saat mempresentasikan hasil pekerjaan

ke depan kelas, saat guru mengadakan tanya

jawab ada sebagian siswa yang belum bisa

menanggapi dengan baik.

Dari tabel hasil belajar siswa yaitu tabel

1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas

adalah 54.50, termasuk kriteria C. Nilai

tersebut masih dibawah kriteria ketuntasan

mengajar, begitu pula dari hasil tabel 2 terlihat

hanya ada 1 kelompok yang mendapkan nilai

di atas kriteria, artinya pembelajaran dikatakan

belum tuntas, perlu diadakan siklus ke-2

dengan harapan hasil belajar siswa nilai rata-

rata kelas bisa mencapai di atas kriteria

ketuntasan mengajar.

Siklus 2

Siklus ke-2 ini akan dilaksanakan pada

minggu ke-1 bulan Maret 2015, Beberapa hal

yang dipersiapkan peneliti pada siklus 2 adalah

memperbaiki permasalahan yang terjadi dalam

siklus 1, yaitu: guru berusaha membimbing

siswa dalam bekerja dan belajar bersama, guru

berusaha memotivasi siswa untuk bekerja

secara kooperatif, guru berusaha mengefektif-

kan pembelajaran dengan waktu yang tersedia,

dengan harapan hasil belajar siswa bisa

mencapai nilai di atas kriteria ketuntasan

mengajar.

Dari hasil aktivitas guru dalam

pembelajaran dapat dilihat bahwa pada ketiga

kegiatan pembelajaran sudah terlaksana

dengan baik. Terbukti bahwa semua aktivitas

sudah dilaksanakan dan diikuti oleh

Page 27: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

24 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 21 – 25

siswa dengan baik. Semua kegiatan sudah

terlaksana dengan baik, ada dua aktivitas yang

bisa dikatakan belum sempurna, yaitu pada

saat mengerjakan tugas, itupun bukan karena

kesalahan guru tetapi memang pada dasarnya

siswa tersebut memiliki daya fikir yang

kurang. Jadi sudah bisa dikatakan bahwa

proses pembelajaran sudah tuntas.

Tabel 3

Hasil Belajar Siswa Per-Individu

Pembelajaran Berbasis Portofolio Siklus 2

Nama Soal

Benar Nilai

Prosen-

tase Kriteria

Dimas Ariyanto 8 80 80% B

Edy Yusuf 7 70 70% B

Sayyidah Tsurroyya 7 70 70% B

Sendi Aditya 7 70 70% B

Siska Dwi W 8 80 80% B

Angga Jaya Gagah P 9 90 90% A

Dwi Amelia Putri 8 80 80% B

Moch Ziyan Rizki 8 80 80% B

Yoga Latiful Jihad 10 100 100% A

Ahmad Sony 8 80 80% B

Lailatul Badriyah 7 70 70% B

Dwi Rohmawati 7 70 70% B

Awaliyah Putri C 6 60 60% C

Ifan dwi Kurniawan 6 60 60% C

Niken Yulianingtyas 7 70 70% B

Wiga Murni R 9 90 90% A

Maratus Sholikhah 10 100 100% A

Eka Wahyu N 7 70 70% B

Yanuarta 7 70 70% B

Zanuar 9 90 90% A

Nilai Rata-rata 77.50 77.50%

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai

rata-rata kelas adalah 77.50, termasuk kriteria

B. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran sudah berhasil karena nilai rata-

rata siswa sudah mencapai di atas kriteria

ketuntasan mengajar.

Tabel 4

Daftar Nilai Per Kelompok

Pembelajaran Berbasis Portofolio Siklus 2

Kelompok Nilai Prosentase Keterangan

Tuntas Blm TT

1 70,00 70% - √

2 92.50 92.50% √ -

3 70,00 70% - √

4 75,00 75% - √

5 80,00 80% - √

Jumlah 387,50 387,50%

Rata2 77.50 77.50%

Dari hasil tabel 4 terlihat bahwa ada 1

kelompok yang mendapatkan nilai sangat

bagus yaitu 92.50, 2 kelompok mendapatkan

nilai sedang yaitu 75 dan 80, sedangkan 2

kelompok mendapatkan nilai pas dengan

kriteria ketuntasan mengajar yaitu 70. Hal ini

menyatakan bahwa pembelajaran sudah tuntas

dan tidak perlu mengadakan siklus ke-3.

Refleksi dari kegiatan siklus II adalah

bahwa ketiga kegiatan pembelajaran sudah

terlaksana dengan baik. Pada kegiatan proses

pembelajaran juga sudah dilaksanakan semua

sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran. Melihat tabel di atas ternyata

semua kegiatan sudah terlaksana dengan baik

dan sudah bisa dikatakan bahwa proses

pembelajaran sudah tuntas.

Dari tabel 3 yaitu tabel hasil belajar

siswa dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas

adalah 77.50, termasuk kriteria B. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran sudah

berhasil karena nilai rata-rata siswa sudah

mencapai di atas kriteria ketuntasan belajar.

begitu pula pada hasil tabel 4 terlihat bahwa

semua kelompok sudah mendapatkan nilai di

atas KKM. Hal ini menyatakan bahwa

pembelajaran sudah tuntas dan tidak perlu

dilanjutkan ke siklus 3.

Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh pada

siklus ke-1, terlihat baik pada tabel aktivitas

guru, pada tabel aktivitas belajar mengajar,

maupun pada tabel aktivitas siswa terlihat

banyak kegiatan pembelajaran yang sudah

dilaksanakan, tetapi setiap tabel tersebut ada

siswa yang kurang mengikuti dengan

baik/siswa kurang berantusias, pada tabel hasil

belajar terlihat bahwa nilai siswa hanya 4

orang yang dapat dikatakan tuntas, dan hanya

ada 1 kelompok yang mendapatkan nilai di

atas kriteria ketuntasan mengajar.

Berdasarkan data yang diperoleh pada

siklus ke-2, terlihat pada tabel aktivitas guru,

tabel aktivitas belajar mengajar maupun pada

tabel aktivitas siswa semua kegiatan

pembelajaran yang direncanakan pada rencana

pelaksanaan pembelajaran sudah dilaksanakan

dengan baik dan diikuti siswa dengan baik

pula, semua siswa terlihat berantusias, hasil

Page 28: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Muhim, Metode Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI | 25

belajar siswapun terlihat meningkat, bahkan

rata-rata setiap kelompok sudah mencapai di

atas kriteria ketuntasan mengajar.

Dengan adanya peningkatan hasil belajar

yang sudah jelas disertai dengan bukti bukti di

atas, maka penelitian ini cukup sampai disiklus

ke-2. Karena pada siklus ke-2 ini hasil belajar

siswa sudah dikatakan tuntas, rata-rata setiap

kelompok sudah mencapai di atas kriteria

ketuntasan mengajar.

Dengan adanya peningkatan hasil belajar

yang sudah jelas disertai dengan bukti-bukti di

atas, maka penelitian ini cukup sampai disiklus

ke-2. Karena pada siklus ke-2 ini hasil belajar

siswa sudah dikatakan tuntas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan

kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapatnya peningkatan

motivasi belajar siswa melalui pembelajaran

berbasis portofolio dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) pada pokok

bahasan membiasakan Perilaku terpuji dalam

kelas IV semester II tahun pelajaran 2014/2015

di SD Negeri Ngemplak I.

Terdapatnya peningkatan prestasi belajar

siswa melalui pembelajaran berbasis portofolio

dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI) pada pokok bahasan Membiasakan

Perilaku Terpuji kelas IV semester II tahun

pelajaran 2014/2015 di SD Negeri Ngemplak I,

Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas saran yang

diajukan adalah dalam melaksanakan

pembelajaran sebaiknya guru memilih model

pembelajaran yang dapat memotivasi dan

mengaktifkan siswa dalam rangka membangun

pengetahuan sendiri tentang suatu materi,

sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih

bermakna.

RUJUKAN RUJUKAN

Budimansyah. Dasim. 2009. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung : Ganesindo

Djahiri, Kosasih. 2001. Model Pembelajaran Portofolio dan Untuh Menyeluruh. Bandung : Lab.

PMPKn IKIP Bandung.

Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.

Muslimin, Ibrahim dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Unesa University Press.

Nur Muhammad dkk. 2011 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Pusat Sains dan Matematika

Sekolah.

Pasaribu, Simanjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Transito

Ramayulis, 2006. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia

Page 29: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

26

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS I

MELALUI OPTIMALISASI PEMBELAJARAN TEMATIK

Musianah

Guru SDN Karangan Kepohbaru Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak: Kebanyakan guru belum optimal melaksanakan pembelajaran tematik, hal ini menyebabkan

siswa kurang maksimal dalam menerima pelajaran yang disampaikan. Penelitian ini bertujuan

meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan pembelajaran Tematik yang optimal

di kelas I Sekolah Dasar Negeri Karangan. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif, bentuknya

Penelitian Tindakan Kelas, dan sifat penelitian bersifat kolaboratif. Subjek penelitian guru, dan peserta

didik kelas I Sekolah Dasar Negeri Karangan yang berjumlah 27 siswa. Teknik penelitian yang

digunakan adalah teknik observasi langsung dan alat pengumpul data yang digunakan berupa pedoman

observasi. Hasil penelitian berdasarkan dari observasi dengan menggunakan pembelajaran Tematik

untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut, secara umum

penggunaan pembelajaran Tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik di kelas 1

Sekolah Dasar Negeri Karangan. Dengan demikian pembelajaran Tematik dapat digunakan untuk

meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.

Kata kunci : aktivitas belajar pembelajaran tematik

Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip

penyelenggaraan pendidikan harus sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional yaitu;

mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Anak yang memiliki aktivitas positif

akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik

dan sebaliknya murid yang memiliki aktivitas

negatif akan memperoleh hasil belajar yang

kurang memuaskan. Selama pembelajaran

berlangsung diharapkan murid mempunyai

aktivitas belajar secara positif, sebagaimana

yang dinyatakan Sardiman (2008: 95), aktivitas

belajar adalah suatu perilaku siswa yang selalu

berusaha, bekerja, atau belajar dengan sungguh

-sungguh untuk mendapat kemajuan atau

prestasi yang gemilang dari perubahan tingkah

laku yang diperoleh dari pengalaman dan

latihan.

Guru merupakan tenaga pendidik,

pembimbing, pelatih dan pengembang

kurikulum yang dapat menciptakan kondisi

dan suasana belajar yang kondusif, yaitu

suasana belajar yang menyenangkan, menarik,

memberi rasa aman, memberi ruang pada anak

untuk berpikir aktif, kreatif dan inovatif dalam

mengeksplorasi dan mengelaborasi

kemampuannya. Guru merupakan komponen

yang penting dalam meningkatkan mutu

pendidikan khususnya yang berkenaan dengan

aktivitas belajar anak secara optimal.

Aktivitas murid merupakan kegiatan atau

perilaku yang terjadi selama proses belajar

mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud

adalah kegiatan yang mengarah pada proses

belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab

pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan

siswa lain serta bertanggung jawab terhadap

tugas yang diberikan. Menurut Rochman

Natawijaya dalam Depdiknas (2005: 31),

belajar aktif adalah suatu sistem belajar

Page 30: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Musianah, Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas I Melalui Optimalisasi Pembelajaran Tematik | 27

mengajar yang menekankan keaktifan siswa

secara fisik, mental intelektual dan emosional

guna memperoleh hasil belajar berupa

perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik. Aktivitas belajar murid ini

merupakan salah satu indikator adanya

keinginan murid untuk belajar.

Pemilihan strategi, metode, dan

pendekatan yang tidak memenuhi kebutuhan

murid akhirnya menimbulkan fenomena seperti

anak dipaksa belajar dengan cara guru, suasana

tegang, seringkali tidak bermakna, seringkali

murid belajar sesuatu tidak menarik

perhatiannya, telah terjadi perubahan sifat pada

anak, makin tinggi kelas anak, makin kurang

inisiatif dan keberanian bertanya atau

mengemukakan pendapatnya.

Penyebab aktivitas belajar yang rendah

antara lain disebabkan oleh sebagian guru

belum sepenuhnya menerapkan model-model

pembelajaran yang sesuai, kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan kurang menarik,

berlangsung monoton dan membosankan, serta

interaksi yang terjadi hanya satu arah karena

guru yang dominan aktif, sementara muridnya

pasif. Keterlibatan anak dalam aktivitas

pembelajaran masih belum optimal karena

guru mendominasi proses pembelajaran dan

murid terkesan pasif karena hanya

mendengarkan guru serta guru kurang

melibatkan murid dalam proses pembelajaran

sehingga pembelajaran menjadi kurang

bermakna.

Selain itu, permasalahan dalam proses

pembelajaran yang terjadi di sekolah masih

banyak menggunakan pendekatan pembelajar-

an yang kurang memperhatikan kebutuhan dan

pengembangan potensi murid, serta cenderung

bersifat sangat teoritik. Peran guru masih

sangat dominan dan gaya mengajar cenderung

bersifat satu arah. Akhirnya proses

pembelajaran terjadi hanya sebatas pada

penyampaian informasi saja, kurang terkait

dengan lingkungan sehingga murid tidak

mampu memanfaatkan konsep kunci keilmuan

dalam proses pemecahan masalah kehidupan

yang dialami murid sehari-hari.

Berdasarkan pengalaman dan per-

masalahan yang peneliti alami selama

mengajar di kelas rendah Sekolah Dasar

Negeri Karangan ini belum optimal dalam

menerapkan pembelajaran Tematik sehingga

aktivitas belajar siswa menjadi kurang menarik

dan menyenangkan. Menurut Rusman (2010:

254) Pembelajaran Tematik adalah pem-

belajaran terpadu yang menggunakan

pendekatan Tematik yang melibatkan beberapa

mata pelajaran untuk memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa. Untuk itu peneliti

memilih pendekatan pembelajaran Tematik

dalam upaya memperbaiki proses

pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri

Karangan dengan melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang disusun kemudian

diobservasi dan dievaluasi serta refleksi

sebagai masukan untuk perbaikan rencana

tindakan berikutnya.

Pendekatan Tematik secara efektif akan

membantu memberikan kesempatan yang luas

bagi murid untuk melihat dan membangun

konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan

demikian pembelajaran Tematik memberi

kesempatan pada murid untuk memahami

masalah yang kompleks dengan cara pandang

utuh.

Berdasarkan pengamatan awal pada

murid kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Karangan

yang dilakukan pada tanggal 8 Januari 2015

pada tema peristiwa pertemuan ke 5, dengan

jumlah siswa 27 anak diperoleh data yaitu

aktivitas fisik anak hanya 49.30%, aktivitas

mental hanya 44,70%, serta aktivitas

emosional hanya 50,60%.

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

pembelajaran murid masih tergolong rendah.

Berdasarkan dari permasalahan tersebut,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar

Murid melalui Pembelajaran Tematik tema

Peristiwa di Kelas 1 Sekolah Dasar Negeri

Karangan”.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian

yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,

peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.

Menurut Sugiyono (2006: 107) deskriptif

Page 31: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

28| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 26 – 30

artinya memaparkan, menggambarkan.

Sedangkan menurut Trianto (2010: 197)

penelitian deskriptif ialah penelitian yang

berusaha mendeskripsikan suatu gejala,

peristiwa, kejadian, yang terjadi saat sekarang.

Dengan demikian deskriptif adalah pemaparan

atau memberikan gambaran pada aspek yang

dilakukan penelitian, yaitu kelas, yang terjadi

saat sekarang.

Bentuk penelitian adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat kolabrotif.

Menurut Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama

(2010: 9) bahwa Penelitian Tindakan Kelas

adalah penelitian yang dilakukan olehh guru di

kelasnya sendiri dengan cara 1) merencanakan

2) melaksanakan dan 3) mengamati, serta 4)

merefleksi tindakan secara kolaboratif dan

partisipatif dengan tujuan memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar

siswa dapat meningkat. Masalah PTK berasal

dari guru itu sendiri yang berkeinginan

memperbaiki dan meningkatkan mutu

pembelajarannya di sekolah dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah

Dasar Negeri Karangan yang mana

kegiatannya berada di dalam kelas. Subjek

penelitian adalah guru dan peserta didik kelas I

Sekolah Dasar Negeri Karangan yang

berjumlah 27 siswa, dengan peserta didik laki-

laki yang berjumlah 18 anak, dan peserta didik

perempuan berjumlah 9 anak.

Prosedur penelitian tindakan kelas

dengan menggunakan metode Demonstrasi

melalui pembelajaran Tematik melalui empat

tahapan, yaitu: a) perencanaan, menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran Tematik,

menyusun lembar kerja siswa (LKS),

menyiapkan media, menyusun lembar

observasi untuk peserta didik dan guru; b)

pelaksanaan, Selama proses pembelajaran

berlangsung, guru mengajar sesuai dengan

RPP yang dirancang dengan menggunakan

pembelajaran Tematik; c) observasi, dilakukan

untuk mengumpulkan informasi tentang proses

pembelajaran yang dilakukan guru sesuai

dengan tindakan yang telah disusun dan; d)

refleksi, peneliti mendiskusikan dengan guru

mengenai hasil pengamatan yang dilakukan,

kekurangan maupun ketercapaian pembelajar-

an untuk menyimpulkan data atau informasi

yang berhasil dikumpulkan sebagai per-

timbangan perencanaan pembelajaran siklus

berikutnya sampai ketercapaian berada pada

titik jenuh.

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua

siklus, setiap siklus dilakukan dua kali

pertemuan. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah teknik observasi langsung,

yakni cara pengumpulan data yang dilakukan

oleh peneliti saat penelitian tindakan kelas

berlangsung dalam pembelajaran dengan alat

pengumpul datanya berupa lembar observasi.

Teknik analisis data menggunakan

persentase pada setiap aspek aktivitas belajar.

Indikator kinerja untuk mengukur aktivitas

belajar dengan menggunakan pembelajaran

Tematik dikelompokkan menjadi 3 aspek,

yaitu : 1) aktivitas fisik yaitu aktivitas atau

kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik

dengan melakukan gerakan motorik. Aktivitas

fisik ini meliputi: Menyimak/mendengarkan

dengan sungguh-sungguh, mengamati/

menggunakan media yang digunakan,

memperhatikan saat diberikan instruksi, 2)

aktivitas mental yaitu aktivitas atau kegiatan

yang dilakukan dengan diikuti oleh

kemampuan intelektual atau kemampuan

berpikir. Aktivitas mental ini meliputi:

menjawab pertanyaan dengan tepat, berdiskusi

dengan teman sebangku, menyimpulkan

materi, mengerjakan tugas/latihan yang

diberikan, 3) dan aktivitas emosional

merupakan aktivitas atau kegiatan yang

dilakukan dengan diikuti oleh kemampuan

emosional. Aktivitas emosional ini meliputi:

semangat belajar, kegembiraan, rasa senang,

dan lain sebagainya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Objek pada penelitian ini adalah

peningkatan aktivitas belajar sebagai bentuk

tindakan dari penerapan pembelajaran Tematik

di Kelas I Sekolah Dasar Negeri Karangan.

Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus,

setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.

Data diperoleh dalam penelitian ini,

yaitu: aktivitas fisik, aktivitas mental, aktivitas

Page 32: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Musianah, Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas I Melalui Optimalisasi Pembelajaran Tematik | 29

emosional dan kemampuan guru melaksanakan

pembelajaran Tematik. Rekapitulasi hasil

penelitian dan pembahasan dapat disajikan

sebagai berikut.

Tabel 1.

Indikator Aktivitas Belajar sebelum dan sesudah

Menerapkan Pembelajaran Tematik

Aspek Yang

Diamati

Hasil Pengamatan

Perolehan

rata-rata

persentase

Obs awal

Perolehan

rata-rata

persentase

siklus I

Perolehan

rata-rata

persentase

siklus II

Aktivitas fisik

murid 49.30 % 69.70 % 92.50 %

Aktivitas mental 44.70 % 63.60 % 79.25 %

Aktivitas

emosional 50.60 % 67.75 % 85.50 %

Berikut pemaparan hasil pengamatan

sesuai dengan aspek yang diteliti, yaitu:

Aktivitas fisik murid yang meliputi aktivitas

menyimak/mendengarkan guru dengan

sungguh-sungguh, aktivitas mengamati/

menggunakan media yang digunakan serta

memperhatikan saat diberikan instruksi oleh

guru secara keseluruhan pada observasi awal

sebelum pelaksanaan tindakan sebagai baseline

diperoleh nilai 49.30%, pada siklus I diperoleh

nilai 69.70% kemudian pada siklus II

meningkat menjadi 92.50%. Dari siklus I ke

siklus II mengalami peningkatan sebesar

22,28%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

fisik murid dalam pembelajaran Tematik dari

siklus I sampai II mengalami peningkatan.

Aktivitas mental murid yang meliputi

aktivitas menjawab pertanyaan secara tepat,

aktivitas berdiskusi dengan teman sebangku,

aktivitas menyimpulkan materi serta aktivitas

mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru

secara keseluruhan pada observasi awal

sebelum pelaksanaan tindakan sebagai baseline

diperoleh nilai 44,70%, pada siklus I diperoleh

nilai 63,60% kemudian pada siklus II

meningkat menjadi 79,25%. Dari siklus I ke

siklus II mengalami peningkatan nilai sebesar

15,65%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

mental murid dalam pembelajaran Tematik

dari siklus I sampai II mengalami peningkatan.

Aktivitas emosional murid yang meliputi

aktivitas semangat dalam belajar, aktivitas

memberikan pendapat, dan keaktifan murid

secara keseluruhan pada observasi awal

sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh nilai

50,60%, pada siklus I diperoleh nilai 67,75%

kemudian pada siklus II meningkat menjadi

85,50%. Dari siklus I ke siklus II mengalami

peningkatan nilai sebesar 17,75%. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas emosional murid

dalam pembelajaran Tematik dari siklus I

sampai II mengalami peningkatan.

Tabel 2.

Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru

melaksanakan Penerapan Pembelajaran Tematik

No

Hasil Observasi

Kemampuan

Guru/Peneliti

Skor

Perolehan

Skor

Ideal

Presen-

tase

1 Sikus I 76 80 96%

2 Siklus II 79 80 98%

Rekapitulasi hasil observasi terhadap

guru/peneliti yang melaksanakan siklus dengan

menerapkan pembelajaran Tematik dapat

dilihat bahwa guru/peneliti sudah memuncul-

kan semua aspek baik dikegiatan awal,

kegiatan inti maupun kulminasi. Pada siklus I

guru/peneliti memperoleh skor 77 point atau

96% dan pada siklus II memperoleh skor 78

point atau 98%, hal ini menunjukkan bahwa

adanya peningkatan sebesar 2 point atau 2%.

Peningkatan yang terjadi sangat baik dan

artinya guru/ peneliti sudah melaksanakan

penerapan pembelajaran dengan sangat baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan temuan dari hasil penelitian,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;

1) rancangan pembelajaran Tematik dilakukan

menganalisis kurikulum untuk mengetahui

standar kompetensi dan kompetensi dasar,

membuat silabus, RPP, media pembelajaran

Tematik, lembar observasi bagi murid dan

guru/peneliti serta menyusun lembar evaluasi

yang akan diberikan pada murid diakhir

kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan

KTSP dan Permendiknas Nomor 41 Tahun

2007, 2) pelaksanaan pembelajaran Tematik

yang dilaksanakan menarik, menyenangkan,

dialogis, dinamis, bermakna melalui penelitian

Page 33: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

30| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 26 – 30

tindakan kelas sebanyak dua siklus secara

keseluruhan dilaksanakan dengan perencanaan

yang telah disusun dengan langkah-langkah

sesuai RPP pembelajaran Tematik mengenai

aktivitas fisik murid, aktivitas mental murid

dan aktivitas emosional murid mengalami

peningkatan yang signifikan, 3) aktivitas fisik

belajar murid pada pembelajaran Tematik di

kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Karangan

terbukti mengalami peningkatan. Hal ini

tampak pada aktivitas fisik murid yang termuat

dalam indikator kinerja pada setiap siklus

selalu mengalami peningkatan baik dalam

menyimak, mengamati dan memperhatikan

instruksi, 4) aktivitas mental belajar murid

pada pembelajaran Tematik di kelas 1 Sekolah

Dasar Negeri Karangan terbukti mengalami

peningkatan. Hal ini tampak pada aktivitas

yang termuat dalam indikator kinerja pada

setiap siklus selalu mengalami peningkatan

baik pada saat menjawab pertanyaan

berdiskusi, menyimpulkan maupun

mengerjakan latihan atau tugas yang diberikan

guru, 5) aktivitas emosional belajar murid pada

pembelajaran Tematik di kelas 1 Sekolah

Dasar Negeri Karangan terbukti mengalami

peningkatan. Hal ini tampak pada aktivitas

murid yang termuat dalam indikator kinerja

pada setiap siklus selalu mengalami

peningkatan pada saat memberikan pendapat,

keaktifan murid maupun semangat dalam

belajar.

Saran

Beberapa saran yang dikemukakan

terkait dengan hasil penelitian ini, yaitu; 1)

pelaksanakan pembelajaran Tematik tidak

mudah, untuk itu guru harus mengerti dan

benar-benar memahami tentang pembelajaran

Tematik agar aplikasinya tidak menyimpang

sehingga tujuan yang diharapkan dapat

tercapai, 2) Pembelajaran Tematik memerlu-

kan persiapan yang matang untuk itu guru

harus benar-benar serius mempersiapkan

segala sesuatu dengan sebaik-baiknya agar

hasil belajar yang diperoleh dapat maksimal, 3)

sebagai seorang pendidik, hendaknya secara

terus menerus mendiagnosis kekeliruan dalam

pembelajaran baik cara mengajar guru maupun

dari muridnya sehingga dapat menemukan

cara-cara yang tepat untuk memperbaiki proses

pembelajaran di kelas.

DAFTAR RUJUKAN

Rochman Natawijaya. (2005). Aktivitas Belajar. Jakarta: Depdiknas.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sardiman. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

bandung: Alfabeta

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT

Indeks.

Page 34: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

31

PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOMPAT JAUH

GAYA JONGKOK MELALUI MODEL BERMAIN

PADA SISWA KELAS IV

Moch. Arif

Guru Penjaskes SDN Sugihwaras III Kepohbaru Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pembelajaran gerak

dasar lompat jauh gaya jongkok dengan model bermain pada siswa kelas IV SDN Sugihwaras III tahun

pelajaran 2014/2015. Hal ini dilakukan mengingat motivasi dan hasil belajar gerak dasar lompat jauh

kurang seperti yang diharapkan dalam pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

kelas yang dilaksanakan dua siklus, siklus pertama dua kali pertemuan, sedangkan siklus kedua

dilaksnakan satu kali pertemuan, setiap pertemuan 70 menit. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV

SDN Sugihwaras III, yang berjumlah 17 siswa. Pengambilan datanya dilakukan oleh peneliti dan

kolaborator, dengan menggunakan lembar observasi dan angket tanggapan siswa. Pengamatan

dilakukan pada saat sebelum pembelajaran dimulai, selama proses pembelajaran berlangsung, dan

sesudah pembelajaran selesai. Analisis data dilakukan dengan cara merefleksi hasil observasi dan

evaluasi terhadap kegiatan sebelum pembelajaran dimulai, selama proses pembelajaran berlangsung,

dan sesudah pembelajaran selesai dan diolah menjadi kalimat yang bermakna dan dianalisis secara

deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model bermain dapat meningkatkan motivasi,

dan hasil belajar gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV SDN Sugihwaras III.

Kata kunci: pembelajaran, lompat jauh gaya jongkok, model bermain

Olahraga atletik termasuk aspek

permainan dan olahraga ruang lingkup mata

pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan dan merupakan salah satu mata

pelajaran yang wajib diajarkan pada siswa di

Sekolah Dasar (SD) sesuai dengan materi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

standar kompetensi Sekolah Dasar dan

Madrasah Ibtidaiyah. Menurut Eddy Purnomo

dan Dapan (2011: 1) atletik merupakan sarana

untuk pendidikan jasmani dalam upaya

meningkatkan kemampuan biomotorik,

misalnya kekuatan, daya tahan, kecepatan,

kelenturan, koordinasi. Dalam mata pelajaran

atletik di Sekolah Dasar yang dipelajari adalah

gerakan dasar manusia di dalam kehidupan

sehari-hari, yaitu berjalan, berlari, melompat

dan melempar.

Lompat jauh adalah salah satu cabang

olahraga atletik yang diberikan di tingkat

pendidikan Sekolah Dasar. Lompat jauh

didefinisikan sebagai suatu bentuk gerakan

lompatan yang optimal dengan kecepatan,

ketepatan, kekuatan, kelenukan dan koordinasi

gerakan mengangkat kedua kaki ke atas ke

depan dalam upaya membawa titik berat badan

selama mungkin di udara (melayang di udara)

yang dilakukan dengan jalan melakukan

tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak

sejauh-jauhnya. Menurut Dikdik Zafar Sidik

(2010:65-68) Rangkaian lompat jauh terbagi

dalam beberapa fase yaitu Awalan, tolakan,

melayang dan mendarat. Dikalangan siswa

setingkat Sekolah Dasar banyak yang

menganggap bahwa lompat jauh adalah

aktivitas pembelajaran yang tidak menarik,

membosankan sehingga motivasi atau

dorongan pada diri siswa untuk melakukannya

pkurang. Pemahaman itu merupakan salah satu

factor penyebab rendahnya motivasi dan hasil

belajar dalam pembelajaran pada diri siswa

terhadap nomor lompat jauh. Peristiwa yang

menonjol ialah banyak siswa yang kurang

minat, motivasi, kurang berpartisipasi, kurang

terlibat aktif dalam proses pembelajaran

lompat jauh, karena itu siswa menjadi

bermalas–malasan. Untuk merangsang agar

siswa mempunyai motivasi dan hail belajar

yang baik dalam pembelajaran yang efektif dan

efisien untuk melakukan gerakan dasar awalan,

tolakkan, saat melayang dan mendarat pada

lompat jauh gaya jongkok dengan mengguna-

Page 35: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

32| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 31 – 36

kan model bermain dalam pembelajaran.

Selama ini proses pembelajaran lompat jauh

gaya jongkok di SDN Sugihwaras III masih

dilakukan dengan cara konvensional. Peneliti

mengatakan metode konvensional, karena

metode yang digunakan adalah metode-metode

pembelajaran yang mengedepankan peranan

guru secara totalitas. Dalam hal ini guru hanya

memberikan arahan sebentar, kemudian siswa

mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru.

Dampak konvensional maka proses

pembelajaran yang terjadi bersifat komunikasi

satu arah, siswa pasif menunggu instruksi dari

guru. Pembelajaran konvensional yang

dilaksanakan oleh guru mengakibatkan

motivasi dan hasil belajar lompat jauh gaya

jongkok siswa selama mengikuti pembelajaran

menjadi rendah. Oleh karena itu diperlukan

model pembelajaran yang menarik bagi siswa

salah satunya dengan bermain. Guru dituntut

lebih kreatif agar bisa memanfaatkan

kesenangan siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran, dengan membuat modifikasi

pembelajaran kedalam bentuk permainan.

Bermain merupakan kegiatan yang

dilakukan secara bebas dan sukarela,

kegiatanya dibatasi oleh waktu dan tempat

mengunakan peraturan yang bebas dan tidak

mengikat, memiliki tujuan tersendiri dan

mengandung unsur ketegangan, kesenangan

serta kesadaran yang berbeda dari kehidupan

biasa. Bermain mempunyai beberapa fungsi

antara lain: melatih fisik, belajar hidup

bersama atau berkelompok, mengali potensi

diri sendiri, menaati peraturan.

Permainan atletik adalah materi

pembelajaran atau program pelajaran dalam

nuansa permainan. Permainan tidak berarti

menghilangkan unsur serius, disiplin dan

menghilangkan subtansi pokok materi atletik,

namun permainan yang berisi seperangkat

tehnik dasar berupa lari, lempar, lompat dalam

bentuk permainan bervariasi.

Data menunjukkan bahwa hasil observasi

awal nilai aspek psikomotor gerak dasar

lompat dengan gaya yang benar pada kelas IV

SDN Sugihwaras III tahun pelajaran

2014/2015 terdapat 13 siswa (76,47) dari 17

siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan

minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu 70.

Rendahnya kemampuan lompat jauh tersebut,

juga disebabkan oleh faktorfaktor lain,

diantaranya fasilitas sangat terbatas, sekolah

hanya memiliki halaman yang sempit. Proses

pembelajaran atletik khususnya lompat jauh,

guru hanya memanfaatkan bak lompat jauh

berukuran kecil di tepi lapangan di halaman

sekolah, juga tidak menggunakan alat bantu

lainnya sehingga proses pembelajaran kurang

berjalan secara maksimal.

Berdasarkan uraian tersebut di atas,

peneliti bermaksud meningkatkan motivasi dan

hasil belajar dalam pembelajaran gerak dasar

lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV

SDN Sugihwaras III, dengan melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul:

“Peningkatan Pembelajaran Gerak Dasar

Lompat Dengan Gaya yang Benar Melalui

Model Bermain pada Siswa Kelas IV SDN

Sugihwaras III, Kecamatan Kepohbaru,

Kabupaten Bojonegoro Tahun Pelajaran

2014/2015”.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research),

Mc. Niff dalam M. Asrori (2007) mengatakan

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan

bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru

sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan

sebagai alat untuk pengembangan dan

perbaikan pembelajaran.. PTK mempunyai

tujuan yaitu untuk memperbaiki dan

meningkatkan layanan professional guru

sebagai pendidik dalam menangani proses

pembelajaran di kelas.

Penelitian ini untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar pada aktifitas belajar

siswa kelas IV SDN Sugihwaras III, dalam

pembelajaran gerak dasar lompat jauh dengan

gaya yang benar melalui model bermain.

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan 2

siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap,

yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan

refleksi. Keempat tahap tersebut dievaluasi

untuk perencanaan siklus berikutnya,

tergantung masih ada atau tidaknya tindakan

yang diperlukan.

Page 36: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Arif, Peningkatan Hasil Belajar Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Model Bermain Pada Siswa | 33

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini

dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan

bulan Februari 2015. Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN

Sugihwaras III. Subjek Penelitian Tindakan

Kelas ini adalah kelas IV SDN Sugihwaras III

Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro

Tahun Pelajaran 2014/2015, berjumlah 17

siswa, terdiri atas 10 siswa putra dan 7 siswa

putri.

Sumber data dalam Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas IV SDN

Sugihwaras III, yang akan digunakan untuk

mendapatkan data tentang gerak dasar lompat

jauh dengan gaya yang benar melalui model

bermain.. Instrumen dalam penelitian ini

menggunakan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan angket tanggapan

siswa. Angket tanggapan siswa bertujuan

untuk menggali pendapat siswa terhadap

proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Teknik analisis data yang digunakan

adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Deskriptif kualitatif dimaksudkan

mendeskripsikan hasil pengamatan kolaborator

dan dibandingkan dengan jumlah siswa yang

diamati. Sedangkan deskriptif kuantitatif

dimaksudkan membandingkan hasil pengamat-

an peneliti dan kolaborator berupa perilaku

siswa yang meliputi motivasi dan hasil belajar

gerak dasar lompat jauh dengan gaya yang

benar melalui model bermain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Kegiatan pada Siklus I guru menjelaskan

kegiatan inti yang akan dilakukan, kemudian

membagi siswa menjadi beberapa kelompok

untuk melakukan kegiatan pembelajaran

sebagai berikut; a) siswa melakukan lompatan

mulai dari awalan satu langkah, dua langkah,

tiga langkah dan seterusnya, mendarat dua

kaki, sikap jongkok, b) siswa melakukan

lompatan dengan awalan 10‐11 langkah dan

mendarat pada lingkaran yang sudah

ditentukan, c) siswa melakukan lompatan

dengan awalan 10-11 langkah dan tanpa

menentukan tempat tumpuan namun bidang

pendaratan diberi tanda agar siswa dapat

menjadikan tanda tersebut menjadi suatu

tingkat keberhasilan, d) siswa melakukan

lompatan agar badan terangkat ke atas depan

dengan cara melompati tali yang dibentangkan,

e) siswa dibawa ke lapangan lompat jauh yang

sesungguhnya untuk melakukan gerak dasar

lompat jauh gaya jongkok dengan awalan.

Guru memanggil siswa berdasarkan urut absen

untuk melakukan gerak dasar lopat jauh gaya

jongkok dengan awalan 11-12 langkah.

Awalan adalah suatu gerak lari cepat dari

sikap start berdiri untuk mendapatkan kekuatan

tumpuan yang maksimal dan mendapatkan

daya dorong pada saat melayang. Awalan

dilakukan dengan jarak 11 – 12 langkah.

Kecepatan lari konstan, dalam hal ini tidak

boleh mengurarangi kecepatan dan mengubah

langkah.

Tumpuan/tolakan adalah perpindahan

yang sangat cepat antara lari awalan dan

elayang, ketepatan tolakan pada balok tumpu

dan besarnya hasil tolakan oleh kaki sangat

menentukan hasil lompatan. Tumpuan dapat

dilakukan menggunakan kaki yang terkuat

dengan mengubah kecepatan horizontal ke

kecepatan vertikal. Saat kaki melakukan

tolakan/tumpuan posisi badan lebih ditegakkan

dan kaki belakang serta kedua lengan

diayunkan ke depan atas.

Melayang dilakukan setelah pelompat

menumpu pada balok tumpuan, maka posisi

badan condong ke depan kaki terangkat untuk

mendapatkan tinggi dan jauhnya lompatan,

pelompat harus menekuk kedua lutut pada saat

ketinggian maksimal. Pada waktu naik badan

harus ditahan dalam keadaan rileks. Pada saat

akan mendarat kedua kaki dan lengan

diluruskan ke depan bersamaan berat badan

dibawa ke depan.

Selanjutnya pada waktu mendarat pada

bak ompat diawali dengan kedua tumit dan

kedua kaki agak rapat, lutut ditekuk dan

mengeper dalam posisi jongkok bersamaan

berat badan dibawa ke depan. Kedua lengan

dijulurkan ke depan dan menyentuh tempat

pendaratan untuk menahan tubuh agar tidak

jatuh kebelakang sehingga akan mengurangi

jauhnya lompatan serta pandangan ke depan.

Berdasarkan analisis data tindakan pada

Page 37: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

34| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 31 – 36

pertemuan kedua siklus pertama, ditemukan

hal-hal sebagai berikut ; 1) hasil observasi

tentang motivasi anak dalam mengikuti proses

pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya

jongkok dengan model bermain menunjukkan

bahwa: dalam mengikuti pembelajaran

motivasinya sangat baik (SB) 4 siswa

(23,53%), baik (B) 7 siswa atau 41,15%, 6

siswa (35,29%) dalam kategori cukup (C), dan

tidak ada siswa yang motivasinya kategoti

kurang ataupun gagal. Hasil observasi tes

unjuk kerja dapat dijelaskan bahwa nilai rata-

rata kelas 72,06. Nilai tertinggi 85 dan nilai

terendah 50, jumlah siswa tuntas belajar

sebanyak 11 siswa atau 64,71 % dan siswa

yang belum tuntas belajar sebanyak 6 siswa

atau 35,29 %, 2) pada saat kegiatan pemanasan

ada beberapa anak yang kurang memahami

dengan permainan yang dilakukan, 3)

pemanasan yang dilakukan sudah sesuai

dengan inti pembelajaran, 4) Pada saat guru

menjelaskan gerak dasar lompat jauh gaya

jongkok yang akan dilakukan ada 5 siswa yang

tidak memperhatikan dan bercerita sendiri, 5)

ada 1 siswa yang tidak memperhatikan dan

bercerita sendiri ketika guru member contoh

gerakan dasar lompat jauh gaya jongkok pada

bak lompat yang sesungguhnya.

Menurut penelaahan dan masukan

kolaborator maka perlu memperbaiki proses

pembelajaran dan melanjutkan tindakan

berikutnya, sebab ketuntasan belajar siswa

baru mencapai 64,71% atau baru 11 siswa,

sedangkan indikator keberhasilan yang

ditentukan adalah 80%.

Siklus 2

Guru menjelaskan kegiatan inti yang

akan dilakukan, kemudian membagi siswa

menjadi beberapa kelompok untuk melakukan

kegiatan pembelajaran sebagai berikut; 1)

siswa melakukan lompatan mulai dari awalan

satu langkah, dua langkah, tiga langkah dan

seterusnya, mendarat dua kaki, sikap jongkok,

2 ) siswa melakukan lompatan dengan awalan

10‐11 langkah dan mendarat pada lingkaran

yang sudah ditentukan, 3) siswa melakukan

lompatan dengan awalan 10-11 langkah dan

tanpa menentukan tempat tumpuan namun

bidang pendaratan diberi tanda agar siswa

dapat menjadikan tanda tersebut menjadi suatu

tingkat keberhasilan. 4) siswa melakukan

lompatan agar badan terangkat ke atas depan

dengan cara melewati tali yang dibentangkan,

5) siswa dibawa ke lapangan lompat jauh yang

sesungguhnya untuk melakukan gerak dasar

lompat jauh gaya jongkok dengan awalan.

Guru memanggil siswa berdasarkan urut absen

untuk melakukan gerak dasar lopat jauh gaya

jongkok dengan awalan 11-12 langkah. Gerak

dasar lompat jauh gaya jongkok yang harus

dilakukan siswa masih sama seperti yang telah

dilakukan pada siklus I

Berdasarkan analisis data tindakan pada

pertemuan siklus ke dua ini, ditemukan hal-hal

sebagai berikut; 1) hasil observasi tentang

motivasi anak dalam mengikuti proses

pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya

jongkok dengan model bermain berjalan sesuai

dengan rencana, siswa menunjukkan sikap

antusias, kelihatan merasa senang alam

braktivitas. Ini terbukti bahwa 6 siswa atau

35,29% dalam mengikuti pembelajaran

motivasinya sangat baik (SB), 9 siswa baik (B)

atau 58,82%, 1 siswa cukup (C) atau 5,88%,

dan tidak ada siswa yang motivasinya kategoti

kurang ataupun gagal, 2) hasil observasi tes

unjuk kerja siklus kedua, nilai rata-rata kelas

79,41. Nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70,

jumlah siswa tuntas belajar sebanyak 15 siswa

atau 88,24 % dan siswa yang belum tuntas

belajar sebanyak 2 siswa atau 11,76 %.

Berdasarkan data hasil observasi

tindakan dan masukan dari kolaborator, maka

peneliti melakukan diskusi dengan kolaborator.

Kemudian melakukan penelaahan dan

menyimpulkan hasil tindakan yamg telah

dilakukan. Kesimpulan yang diperoleh adalah

menghentikan proses pembelajaran pada siklus

kedua pertemuan pertama ini, karena motivasi

siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat

baik dan ketuntasan hasil belajar siswa 88,24%

atau 15 siswa dari jumlah 17 siswa.

Dengan demikian penelitian tindakan

kelas ini dinyatakan berhasil karena telah

melampaui indicator keberhasilan yang

ditetapkan yaitu 80%. Penelitian tindakan kelas

yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran

Page 38: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Arif, Peningkatan Hasil Belajar Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Model Bermain Pada Siswa | 35

gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dengan

model bermain di SDN Sugihwaras III, dapat

meningkatkan motivasi siswa dalam proses

pembelajaran. Hal tersebut dapat mempercepat

peningkatan kemampuan siswa dalam

penguasaan gerak dasar lompat jauh gaya

jongkok.

Penyampaian pembelajaran gerak dasar

lompat jauh gaya jongkok dengan model

bermain dapat memberikan pengalaman,

pengetahuan baru bagi siswa. Sebab selama ini

dalam pembelajaran pendidikan jasmani,

khususnya materi lompat jauh gaya jongkok

disampaikan kepada siswa secara monoton,

siswa langsung dibawa ke bak lompat untuk

melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok,

tanpa menerapkan model pembelajaran dalam

bentuk bermain yang dapat mendukung

peningkatan motivasi siswa untuk bergerak

sehingga dapat meningkatkan kemampuan

gerak dasar lompat jauh gaya jongkok tersebut.

Oleh karena itu, pembelajaran gerak dasar

lompat jauh gaya jongkok dengan model

bermain dapat meningkatkan motivasi dan

hasil belajar pada siswa kelas IV.

Tindakan yang ilaksanakan dalam

penelitian kelas ini sesuai dengan tujuan yang

direncanakan. Dengan demikian kreativitas

seorang guru benar-benar dibutuhkan untuk

menciptakan pembelajaran yang menyenang-

kan dan mampu membangkitkan peran aktif

siswa sehingga dapat menigkatkan motivasi

siswa agar terciptanya pemahaman dalam

enguasaan materi pembelajaran. Dengan

memperhatikan hasil tanggapan siswa, dan

hasil observasi kolaborator menunjukkan

bahwa pembelajaran gerak dasar lompat jauh

gaya jongkok dengan model bermain dapat

meningkatkan motivasi siswa untuk bergerak

dengan perasaan senang dan perhatian siswa

dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan

ketuntasan hasil belajar siswa dari kondisi awal

ke siklus pertama dan ke siklus kedua dapat

kita lihat pada tabel 1di bawah ini. Tabel 1. Tabel Ketuntasan Belajar Siswa

Nilai Hasil Belajar Awal Siklus I Siklus II

Tuntas belajar (nilai 70

keatas)

4 anak 11 anak 15 anak

23,53% 64,71% 88,24%

Belum Tuntas Belajar (

nilai kurang dari 70)

13 anak 6 anak 2 anak

76,47% 35,29% 11,76%

Nilai Rata-rata 59,41 72,06 79,41

Berdasakan tabel di atas dapat dijelaskan

bahwa siswa yang tuntas belajar pada kondisi

awal berjumlah 4 siswa atau 23,53%, siswa

yang belum tuntas belajar berjumlah 13 siswa

atau 76,47%. Sedangkan sesudah dilakukan

tindakan pada siklus I siswa yang tuntas

belajar berjumlah 11 siswa atau 64,71%, dan

siswa yang belum tuntas belajar berjumlah 6

siswa atau 35,29% dan setelah dilakukan

perbaikan pada siklus II siswa yang tuntas

belajar berjumlah 15 siswa atau 88,24%, dan

siswa yang belum tuntas belajar berjumlah 2

siswa atau 11,76%. Berdasarkan peningkatan

ketuntasan belajar tersebut di atas, peneliti

mempunyai kayakinan bahwa model bermain

dapat meningkatkan motivasi, sehingga hasil

pembelajaran gerak dasar lompat dengan gaya

yang benar sangat membantu peningkatan hasil

belajar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat

diambil sebagai berikut: Melalui model

bermain lompat melewati tengah simpai yang

disusun berbentuk lingkaran, lompat mulai dari

awalan satu langkah dua langkah dan

seterusnya sampai sepuluh langkah mendarat

dua kaki, sasaran jarak beraneka ragam, lompat

dengan jarak awalan diatur dan lompat

melewati tali karet gelang yang dibentagkan,

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran gerak dasar lompat

jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV SDN

Sugihwaras III, Kecamatan Kepohbaru,

Kabupaten Bojonegoro pada tahun pelajaran

2014/2015.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat

disarankan beberapa hal sebagai berikut ; 1)

sebaiknya model bermain lebih banyak

diberikan dalam proses pembelajaran dalam

proses pembelajaran Pendidikan Jasmani

Page 39: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

36| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 31 – 36

Olahraga dan Kesehaatan di sekolah, 2)

pembudayaan beraktivitas jasmani para siswa

perlu dukungan dari berbagai pihak yang

terkait, diantaranya orangtua dan

penyelenggara pendidikan, yaitu pengawas,

kepala sekolah, dan guru, 3) model bermain

dapat diterapkan oleh guru-guru pendidikan

jasmani sekolah dasar lainnya dalam

penyampaian pelajaran atletik, khususnya

materi gerak dasar lompat jauh.

DAFTAR RUJUKAN

Dikdik Sidik Zafar.(2010). Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Eddy Purnomo. (2011). Dasar-dasar Gerakan Atletik. Yogyakarta: Alfamedia.

Mohommad, Ashori. (2007). Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima.

Page 40: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

37

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MATERI PERILAKU PENYAYANG TERHADAP HEWAN

Sri Asih

Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Negeri Baureno III

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Email : Asihasri@gmail,com

Abstrak : Realita proses pembelajaran siswa Kelas III dibanyak sekolah masih terkendala adanya

motivasi belajar yang rendah. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,

kemudian metode ceramah sebagai pilihan utama strategi pembelajaran. Untuk itu diperlukan strategi

baru yang lebih memberdayakan siswa yaitu suatu strategi yang tidak mengharuskan siswa untuk

menghafal fakta-fakta namun lebih sebagai upaya mendorong siswa mengkontruksikan pengetahuan

yang dimiliki dan didapatkan sendiri. Realita tersebut mendorong penulis melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan metode diskusi. Dengan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran

siswa diharapkan mampu meningkatkan konsentrasi belajar, aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan

menyenangkan. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus dengan menggunakan model desain penelitian

Kemmis. Hasil penelitian berdasarkan data observasi perbaikan telah diperoleh peningkatan hasil

belajar siswa yang semula di Siklus I : 43 % siswa yang mendapat hasil diatas Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM), dan pada Siklus II : 83,33% siswa yang mendapat ketuntasan belajar. Dari hasil

perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti ,maka dapat disimpulkan bahwa Metode Diskusi

yang digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SDN Baureno III.

Kata Kunci : Metode Diskusi, Prestasi,PAI.

Keberadaan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) tidak bisa dilepaskan dari

interaksi fungsional perkembangan masyarakat

dengan sistem dan praksis pendidikannya.

Yang dimaksud dengan interaksi fungsional

disini adalah bagaimana perkembangan

masyarakat mengimplikasi terhadap

pendidikan agama dan sebaliknya bagaimana

Pendidikan Agama Islam (PAI) turut

memfasilitasi pengembangan aktor sosial dan

warga negara yang cerdas dan baik, yang taat

kepada Allah SWT yang pada gilirannya dapat

memberikan kontribusi yang bermakna

terhadap perkembangan masyarakat Indonesia.

(Udin S. Winataputra,dkk,2008;1.22)

Dilain pihak komponen utama dalam

proses pembelajaran adalah guru dan siswa.

Ditinjau dari komponen guru, agar proses

pembelajaran berhasil, guru harus dapat

membimbing siswa sedemikian rupa sehingga

mereka dapat mengembangkan pengetahuan-

nya sesuai dengan struktur pengetahuan mata

pelajaran yang dipelajarinya. Untuk mencapai

keberhasilan tersebut harus memahami

sepenuhnya materi yang diajarkan, guru juga

dituntut mengetahui secara tepat dimana

pengetahuan siswa pada awal/sebelum

mengikuti pelajaran materi tertentu.

Selanjutnya berdasar metode yang dipilihnya,

guru diharapkan dapat membantu siswa dalam

mengembangkan pengetahuannya secara

sangkil dan mangkus. (Sudirman,2006;33).

Eksistensi dan peran guru sangatlah

penting dalam usaha membawa dan

menciptakan anak didik yang bermakna

terhadap perkembangan masyarakat. Oleh

sebab itu, proses pembelajaran di kelas

haruslah sukses demi mendapatkan siswa-

siswa yang bermakna, berkwalitas dan

berprestasi. Namun dalam proses pembelajaran

seringkali kita temukan permasalahan belajar

mengajar di kelas. Untuk mendapatkan,

mencapai pembelajaran yang sukses sebagai

guru kita dituntut untuk merencanakan strategi

pembelajaran dengan menggunakan pendekat-

an, metode, media pembelajaran yang sesuai,

efektif dan efisien terhadap tujuan materi yang

disampaikan.

Page 41: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

38| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 37 – 42

Salah satu strategi yang tepat digunakan

dalam pembelajaran PAI di SD khususnya

materi “perilaku penyayang terhadap hewan”

adalah Metode Diskusi. Dengan metode

diskusi dalam kegiatan pembelajaran siswa

diharapkan mampu meningkatkan konsentrasi

belajar, aktivitas belajar Kondisi seperti itu

tidak akan meningkatkan kemampuan siswa

dalam memahami suatu mata pelajaran.

Permasalahan tersebut yang mendorong guru

untuk melakukan penelitian tindakan kelas.

Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya

hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI

peneliti berusaha menerapkan metode diskusi

dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya

pembelajaran dengan metode diskusi adalah

untuk menciptakan susana belajar yang lebih

hidup, aktif dan siswa diharapkan senang

mengikuti pelajaran. dan prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran PAI, sehingga tercipta

pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

(Rustiyah, 2001)

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti

akan melakukan suatu kegiatan penelitian

tindakan kelas pada siswa Kelas III SDN

Baureno III Baureno Bojonegoro yang

menekankan pada aktivitas siswa mata

pelajaran PAI melalui metode diskusi. Menurut

Thursan Hakim yang dikutip oleh Indra

Munawar, belajar adalah suatu proses

perubahan di dalam kepribadian manusia, dan

perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah

laku seperti peningkatan kecakapan,

pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

keterampilan, daya pikir, dan lain-lain

kemampuan.

Namun secara umum dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh

perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu

sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Menurut Oemar Hamalik yang dikutip

oleh Djamarah Syaiful Bahri hasil belajar

adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi

perubahan tingkah laku pada orang tersebut,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari

tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut Purwanto, penilaian memiliki

tujuan yang sangat penting dalam pem-

belajaran, diantaranya untuk grading, seleksi,

mengetahui tingkat penguasaan kompetensi,

bimbingan, diagnosis, dan prediksi.

Sesuai dengan tujuannya, penilaian

menuntut guru agar secara langsung atau tak

langsung mampu melaksanakan penilaian

dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk

menilai sejauhmana siswa telah menguasai

beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis

penilaian perlu diberikan sesuai dengan

kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk

kerja/kinerja (performance), penugasan

(proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil

kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis

(paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian

adalah memberikan masukan informasi secara

komprehensif tentang hasil belajar peserta

didik, baik dilihat ketika saat kegiatan

pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari

hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai

cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang

diharapkan dapat dicapai peserta didik.

Penggunaan metode diskusi seperti telah

disinggung, bahwa metode tanya jawab dengan

diskusi saling mencakup tetapi berbeda. Ada

pertanyaan yang mengandung unsur diskusi,

tetapi ada yang tidak. Dengan diskusi guru

berusaha mengajak siswa untuk memecahkan

masalah. Untuk pemecahan suatu masalah

diperlukan pendapat pendapat berdasarkan

pengetahuan yang ada, dengan sendirinya

kemungkinan terdapat lebih dari satu jawaban,

malah mungkin terdapat banyak jawaban yang

benar.

Kebaikan metode diskusi adalah siswa

belajar bermusyawarah, siswa mendapat

kesempatan untuk menguji tingkat pengetahu-

an masing-masing, belajar menghargai

pendapat orang lain, mengembangkan cara

berpikir dan sikap ilmiah.

Hakikat Pendidikan Agama Islam (PAI),

adalah proses pendidikan yang membina

peserta didik agar dapat membangun hubungan

yang harmonis antara manusia dengan

manusia, manusia dengan Allah SWT dan

manusia, manusia dengan Allah SWT dan

hubungan manusia dengan lingkungannya.

Page 42: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Sri Asih, Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Pestasi Belajar PAI | 39

Manusia diharapkan senantasa menjalankan

perintah Allah SWT dan berupaya maksimal

untuk menghindari larangan-larangan-Nya.

(Oemar hamalik. 1992 : 40-41).

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan (action research), karena penelitian

dilakukan untuk memecahkan masalah

pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga

termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik

pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil

yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk. (2005:54) ada 4

macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: 1)

penelitian tindakan guru sebagai peneliti, 2)

penelitian tindakan kolaboratif, 3) penelitian

tindakan simultan terintegratif, dan 4)

penelitian tindakan sosial eksperimental.

Penelitian ini mengacu pada perbaikan

pembelajaran yang berkesinambungan.

Kemmis dan Taggart (1988:14). Tahapan

penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi

perencanaan atau pelaksanaan observasi dan

refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan

dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan

dirasa sudah cukup.

Menurut pengertiannya penelitian

tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang

terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran,

dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada

masyarakat yang bersangkutan (Arikunto,

2002:82).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pelaksanaan Siklus 1

Kegiatan pada Siklus I dilaksanakan pada

tanggal 13 Maret 2015, pukul 07.00 – 08.10

WIB. Dengan langkah-langkah: 1) guru

mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti

pelajaran dan mengadakan apersepsi seputar

materi, 2) siswa diberi kesempatan bertanya

tentang materi sebelumnya yang belum

dimengerti, 3) guru memberi contoh gambar

yang menunjukkan hubungan yang saling

menyayangi antara manusia dengan hewan, 4)

siswa menyebutkan contoh hubungan yang

didasar dengan rasa kasih saying terhadap

hewan, 5) dengan tanya jawab siswa

menyebutkan contoh hubungan saling

menyayangi antara manusia dengan hewan, 6)

guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 siswa

dan menjelaskan langkah-langkah mengerja-

kan tugas kelompok, 7) setiap kelompok

mengerjakan soal-soal yang diberi guru dan

guru keliling untuk mengamati dan

membimbing siswa, 8) hasil diskusi dibaca

didepan kelas, 9) siswa diberi tugas untuk

mengerjakan soal evaluasi, kemudian dibahas.

Dari pengamatan teman sejawat yang

mengamati proses pembelajaran di siklus I ini

diperoleh beberapa kekurangan yaitu : 1)

Banyak siswa yang tidak mendengarkan

penjelasan materi yang diberikan guru, 2)

siswa saat berdiskusi kelompok banyak yang

ramai, gaduh, 3) pada tes akhir pembelajaran

hanya 43 % siswa yang mendapat nilai 70 ke

atas. Dari 30 siswa yang tuntas hanya 13 siswa.

Tabel 1

Data Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Nama Murid L/P Nilai T/TT

1.

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Bilal Imam Nugroho

Moh Wahyudi

Ahmad Mucklis A

Anindi Yulia Isnanda

Dinda Ayu Riyawati N

Dwi Mulyani

Eka Rahmawati

Febrian Dwi Cahyono

Galih Tri Cahyani

Melanie Inas Fauziyah

Moh Jamaludin Musafa

Putri Dwi Ayuningsih

Roichatul Jannah

Sifera Nuraini Prastiana

Soni Hermawan

Tri Mulyanto

Sahrul Rido Romadona

M.Khusnul Ma’arif

Moch. Afif Maslahul A

Ayu Yunita Rahma

Berwyn Izzut Taghyir

Shaela Lailatuzahroh

Gita

Moch.Faizal S

Andhika Rusma O

L

L

L

P

P

P

P

L

P

P

L

P

P

P

L

L

L

L

L

P

L

P

P

L

L

80

70

80

60

50

90

90

40

60

60

60

70

70

40

40

70

60

50

70

40

50

40

70

50

40

T

T

T

TT

TT

T

T

TT

TT

TT

TT

T

TT

TT

TT

T

TT

TT

T

TT

TT

TT

T

TT

TT

Page 43: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

40| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 37 – 42

26

27

28

29

30

Shefi Kusuma D

Alfan Ghofar TP

Wylly Whibbisono

Alissiwi WP

Marga Prasetya P

P

L

L

P

L

80

60

90

60

80

T

TT

T

TT

T

Jumlah 1870

Rata-rata 62

Tabel 2

Distribusi Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Nilai Frekuensi Frekuensi

%

Kategori

prestasi

1

2

3

4

5

6

7

100

90

80

70

60

50

< 40

0

3

4

6

7

4

6

0 %

10 %

13,3 %

20 %

23,3 %

13,3 %

20 %

Istimewa

Sangat baik

Baik

Sedang

Cukup

Kurang

Sangat kurang

Jumlah 30 100%

Pengaturan waktu kurang efisien,

sehingga materi tidak dapat tersampaikan

secara maksimal, guru dalam menjelaskan

materi terlalu cepat sehingga kurang

komunikatif, kemampuan guru dalam

memberikan bimbingan secara keseluruhan

kurang seimbang.

Pada proses pembelajaran siklus I telah

dianalisis dan peneliti mengetaui kekurangan -

kekurangan yang didapat dari hasil

pengamatan teman sejawat, dan dari hasil

belajar siswa yang kurang memuaskan maka

langkah selanjutnya peneliti menentukan

rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Pelaksanaan Siklus 2

Dengan memperhatikan kekurangan-

kekurangan pada siklus I dan peneliti

memperbaiki rencana perbaikan, ternyata dapat

membuahkan hasil yang baik. Pada siklus II ini

siswa terlihat lebih aktif, tidak gaduh,

terkontrol dalam mengikuti pembelajaran.

Serta hasil tes di akhir pembelajaran yang

sangat memuaskan, 83 % siswa mendapatkan

nilai 70 ke atas dan 17 % siswa mendapat nilai

di bawah 70, atau 25 siswa mendapat nilai 70

keatas dan 5 siswa mendapat nilai di bawah 70

(dapat dilihat di table 4.3). Sehingga penelitian

dapat dihentikan pada siklus II.

Tabel 3

Data Hasil Belajar Siswa Siklus II

No Nama Murid L/P Nilai T/TT

1.

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

Bilal Imam Nugroho

Moh Wahyudi

Ahmad Mucklis A

Anindi Yulia Isnanda

Dinda Ayu Riyawati N

Dwi Mulyani

Eka Rahmawati

Febrian Dwi Cahyono

Galih Tri Cahyani

Melanie Inas Fauziyah

Moh Jamaludin M

Putri Dwi Ayuningsih

Roichatul Jannah

Sifera Nuraini P

Soni Hermawan

Tri Mulyanto

Sahrul Rido R

M.Khusnul Ma’arif

Moch. Afif Maslahul A

Ayu Yunita Rahma

Berwyn Izzut T

Shaela Lailatuzahroh

Gita

Moch.Faizal S

Andhika Rusma O

Shefi Kusuma D

Alfan Ghofar TP

Wylly Whibbisono

Alissiwi WP

Marga Prasetya P

L

L

L

P

P

P

P

L

P

P

L

P

P

P

L

L

L

L

L

P

L

P

P

L

L

P

L

L

P

L

100

80

100

70

70

100

100

40

80

80

70

70

70

50

70

80

70

60

80

40

70

70

90

70

40

80

70

100

70

90

T

T

T

T

T

T

T

TT

T

T

T

T

T

TT

T

T

T

TT

T

TT

T

T

T

T

TT

T

T

T

T

T

Jumlah 2230

Rata-rata 74

Tabel 4

Distribusi Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus II

No Nilai Frekuensi Frekuensi

%

Kategori

prestasi

1

2

3

4

5

6

7

100

90

80

70

60

50

< 40

5

2

6

12

1

1

3

16,7%

6,7%

20%

40%

3,3%

3,3%

10%

Istimewa

Sangat baik

Baik

Sedang

Cukup

Kurang

Sangat kurang

Jumlah 30 100%

Dari pengamatan terhadap siswa, guru

dan proses pembelajaran secara keseluruhan

pada siklus II, peneliti menyimpulkan bahwa

penelitian dapat dihentikan pada siklus II ini,

karena hasil belajar siswa 83,33 % sudah

memenuhi kriteria ketuntasan mutu. Peneliti

Page 44: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Sri Asih, Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Pestasi Belajar PAI | 41

akan berupaya untuk terus meningkatkan serta

menggunakan cara-cara yang sudah peneliti

tempuh untuk materi lainnya tentunya

disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan

Pembahasan

Penelitian ini merupakan upaya

membantu siswa meningkatkan prestasi belajar

siswa kelas III SDN Baureno III Kecamatan

Baureno Kabupaten Bojonegoro tentang materi

perilaku penyayang terhadap hewan melalui

metode diskusi. Untuk merealisaikan

penelitian tersebut telah dilakukan dua siklus.

Berikut pembahasan setiap masing-masing

siklus :

Pada siklus I tindakan pertama yang

dilakukan guru adalah melakukan apersepsi

untuk mengukur kesiapan siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran, kemudian

melakukan perbaikan pembelajaran dengan

metode diskusi, serta melakukan tes evaluasi

diakhir pembelajaran untuk mengetahui

kesuksesan proses pembelajaran. Pada

pengamatan yang dilakukan teman sejawat dan

peneliti ternyata disiklus I ini masih banyak

kekurangan kekurangan yang didapat. Ini

dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang

kurang memuaskan dan tidak memenuhi

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

telah ditentukan yaitu 70. Dari 30 siswa yang

mendapatkan nilai 70 keatas hanya 13 siswa

(43%), dan yang mendapat nilai dibawah 70

ada 17 siswa (57 %). Maka peneliti berinisiatif

untuk melakukan atau melaksanakan siklus

yang ke II.

Pada Siklus II, dengan acuan atau dasar

dari kekurangan – kekurangan pada siklus I

guru berupaya untuk memperbaiki kegiatan

proses pembelajaran. Guru tetap memilih

metode dikusi, berharap siswa dapat bertukar

pendapat dengan siswa lain, dan agar siswa

lebih akrab mengingat sekolah baru saja di

grouping. Serta mengkondisikan siswa agar

tidak ramai, oleh sebab itu siswa dituntut lebih

aktif. Setelah materi disampaikan, untuk

mengetahui keberhasilan siswa dan untuk

mengetahui perbaikan ini lebih baik atau lebih

buruk dari sikuls I maka guru memberikan

soal evaluasi. Hasil belajar siswa pada siklus II

ini sudah memuaskan. 83,33 % siswa sudah

memenuhi KKM.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari proses hasil penelitian dan

pembahasan yang disajikan peneliti dapat

menarik simpulan sebagai berikut: penerapan

metode diskusi untuk meningkatkan hasil

belajar siswa Kelas III SDN Baureno III

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

mendapatkan hasil yang memuaskan. Terbukti

pada akhir siklus II nilai siswa 83,33% telah

memenuhi Kriteria Ketuntasan Mutu (KKM),

siswa Kelas III juga lebih aktif, lebih semangat

dalam mengikuti proses pembelajaran.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka

dapat dirumuskan saran kepada guru sekolah

dasar khususnya guru PAI agar

mempertimbangkan metode pembelajaran

yang akan dipakai untuk menyampaikan

materi, sesuaikan metode dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai serta dengan

mempertimbangkan materi yang akan

disampaikan. Bagi guru sekolah dasar,

hendaknya selalu mempunyai kreatifitas dalam

menggunakan dan memilih strategi, metode

serta media pembelajaran yang akan

digunakan.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Djamarah. Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Page 45: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

42| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 37 – 42

Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hamalik,Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University

Press.

Nur, Moh. 2008. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri

Surabaya.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Rustiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.

Page 46: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

43

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MEMUKUL

BOLA KASTI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR

PADA SISWA KELAS V

Sutriyo

Guru Penjaskes SDN Jipo Kepohbaru Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Rendahnya kemampuan siswa dalan gerak dasar memukul bola kasti pada siswa kelas V

SDN Jipo mendorong guru untuk melakukan penelitian dengan berbagai inovasi pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar memukul bola kasti pada siswa

kelas V SDN Jipo pada pembelajaran memukul bola kasti melalui penggunaan media gambar.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari

satu pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Jipo, Kepohbaru, Bojonegoro, yang

berjumlah 13 siswa. Proses pelaksanaan tindakan dilakukan pada tanggal 02 Maret dan tindakan siklus

ke dua tanggal 13 Maret 2015. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi tes unjuk kerja

memukul bola kasti, lembar observasi proses pembelajaran, dan lembar tanggapan siswa. Analisis data

dilakukan secara deskriptif dengan cara merefleksi hasil observasi dan evaluasi terhadap proses

pembelajaran yang berlangsung dan diuraikan menjadi kalimat yang bermakna. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa melalui penggunaan media gambar dapat meningkatkan keterampilan belajar

siswa dalam pembelajaran gerak dasar memukul bola kasti pada siswa kelas V SDN Jipo, Kepohbaru,

Bojonegoro tahun pelajaran 2014/2015. Setelah dilakukan dua siklus ketuntasan belajar siswa

mencapai 92,31%.

Kata kunci : keterampilan gerak dasar, memukul bola kasti, media gambar

Pendidikan jasmani adalah suatu proses

pendidikan seseorang maupun perorangan

maupun sebagai anggota masyarakat yang

dilakukan secara sadar dan sistematik melalui

kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka

memperoleh peningkatan kemampuan watak.

Permainan merupakan salah satu mata

pelajaran Pendidikan Jasmani yang wajib

diberikan kepada para siswa. Permainan

semacam kasti mulai dikenalkan pada anak SD

dimulai pada kelas III yaitu dengan bermain

kippers. Sedangkan permainan kasti itu sendiri

mulai dikenalkan pada saat kelas V.

Menurut Margiyani (2008 : 2) permainan

bola kasti termasuk permainan bola kecil yang

berasal dari negara Belanda. Permainan ini

dilakukan di lapangan, menggunakan bola

kecil, dan pemukul dari kayu. Permainan kasti

dimainkan oleh dua regu. Setiap regu terdiri

dari 12 orang pemain, regu yang pertama

berperan sebagai regu pemukul dan regu yang

kedua berperan sebagai regu penjaga. Regu

pemukul yaitu regu yang memiliki kesempatan

untuk melakukan pukulan, sedangkan regu

penjaga yaitu regu yang bertugas untuk

menjaga pukulan-pukulan bola dari regu

pemukul. Supaya siswa dapat bermain kasti

dengan baik, tentunya harus menguasai gerak

dasar permainan kasti, beberapa teknik dalam

permainan bola kasti adalah sebagai berikut

melambungkan bola, menangkap bola,

memukul bola dan teknik berlari. Berdasarkan

pengamatan penulis ada beberapa anak didik

yang masih mengalami kesulitan dalam

memukul bola, sedangkan pada saat bermain,

untuk mendapatkan nilai atau poin, anak harus

mampu memukul bola dan dinyatakan bola

hidup.

Disisi lain siswa juga merasa belum

terampil untuk melakukan pukulan bola.

Kebanyakan siswa memukul bola tanpa

memperhatikan bola yang dilemparkan

pelambung, sehingga pemukul tidak mengenai

bola, meskipun pemukul mengenai bola,

hasilnya tidak sempurna. Sebagian siswa tidak

menguasai keterampilan memukul bola

Page 47: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

44| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 43 – 48

sehingga hasilnya masih sangat rendah. Hal ini

dapat dibuktikan dengan rendahnya

keterampilan memukul bola yang diperoleh

siwa dari tes unjuk kerja memukul bola. Setiap

anak diberikan kesempatan oleh guru untuk

memukul bola kasti 1 kali yang dilambungkan

oleh teman. Dari 13 siswa kelas V SDN Jipo,

hanya 2 siswa yang berhasil memukul bola

kasti dengan benar. Sedangkan siswa lainnya

belum bisa mencapai hasil yang diinginkan.

Kriteria ketuntasan siswa dapat diketahui

melalui Kriteri Ketuntasan Minimal (KKM)

dimana didalamnya terdapat tiga unsur

penilaian yaitu: ranah kognitif, ranah afektif

dan ranah psikomotor. Peneliti hanya

mengambil penilaian dari ranah psikomotor

saja. Untuk itu peneliti berupaya meningkatkan

pembelajaran memukul bola kasti di SDN Jipo

dengan menggunakan media gambar.

Pembelajaran dengan media gambar dilakukan

dengan cara siswa memperhatikan, melihat

secara berkelompok, kemudian mencoba

dengan di bantu oleh guru. Sebab selama ini

dalam proses pembelajaran memukul bola

kasti dengan media gambar belum pernah

dilakukan. Pembelajaran memukul bola kasti

di SDN Jipo hanya menggunakan teknik

memukul bola yang dilambungkan teman,

sehingga keterampilan siswa belum terlatih.

Dengan belajar menggunakan media gambar,

siswa akan lebih terampil untuk memukul bola.

Pada akhirnya diharapkan siswa mampu

memukul bola dengan tepat dan sesuai sasaran.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti

akan menerapkan media gambar dalam

pembelajaran memukul bola kasti di SDN Jipo.

Besar harapannya dengan menggunakan media

gambar dapat bermanfaat dan membantu siswa

untuk meningkatkan pembelajaran memukul

bola. Maka untuk mengetahui tingkat

keberhasilan pembelajaran memukul bola

dengan menggunakan media gambar perlu

diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

yang berjudul : “Meningkatkan Keterampilan

Gerak Dasar Memukul Bola Kasti Melalui

Penggunaan Media Gambar Pada Siswa Kelas

V SDN Jipo Kecamatan Kepohbaru Kabupaten

Bojonegoro”.

METODE

Penelitian ini merupakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Menurut Bahri

(2012:8), Penelitian Tindakan Kelas

merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan

untuk mengamati kejadian-kejadian dalam

kelas untuk memperbaiki praktek dalam

pembelajaran agar lebih berkualitas dalam

proses sehingga hasil belajarpun menjadi lebih

baik. Penelitian Tindakan Kelas mempunyai

tujuan yaitu untuk memperbaiki dan

meningkatkan layanan profesional guru

sebagai pendidik dalam menangani proses

pembelajaran di kelas.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini

dilaksanakan di SDN Jipo pada bulan Maret

2015. Subjek penelitian tindakan kelas ini

adalah siswa kelas V SDN Jipo yang

berjumlah 13 siswa terdiri atas 5 siswa putra

dan 8 siswa putri.

Dalam penelitian tindakan kelas ini

digunakan model penelitian tindakan kelas dari

Kewin Sumber : Pardjono (2007:22) Peneliti

akan melakukan tindakan-tindakan yang dalam

pelaksanaannya berlangsung secara terus

menerus dan tindakan-tindakan akan

dilaksanakan dalam siklus. Dalam penyusunan

siklus penelitian tindakan kelas ada 4

komponen yang semuanya saling terkait.

Komponenkomponen tersebut, perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Secara

keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini

membentuk satu siklus PTK yang digambarkan

dalam bentuk mata rantai. Untuk mengatasi

masalah mungkin diperlukan lebih dari satu

siklus, siklus tersebut saling terkait dan

berkelanjutan.

Sumber data dalam Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut ; 1)

siswa untuk mendapatkan data tentang

memukul bola kasti dengan melihat media

gambar pada siswa kelas V SDN Jipo Tahun

Pelajaran 2014/2015, 2) guru dan kolaborator,

untuk melihat tingkat keberhasilan siswa pada

pembelajaran memukul bola kasti di SDN Jipo

tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan

kelas ini dinyatakan berhasil apabila

ketuntasan belajar siswa mencapai 80% dari

jumlah siswa sesuai dengan nilai kriteria

ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 70.

Page 48: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Sutriyo, Meningkatan Keterampilan Gerak Dasar Memukul Bola Kasti Melalui Penggunaan Media Gambar | 45

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Peneliti memberikan pembelajaran

permainan bola kecil (kasti) secara

keseluruhan, yaitu Melempar, Menagkap dan

memukul bola kasti. Melihat kondisi demikian

tentunya peneliti merasa sangat prihatin,

karena dari 13 siswa hanya beberapa siswa

yang mampu memukul dengan baik.

Berdasarkan kenyataan itulah peneliti

menekankan untuk mengadakan penelitian

tindakan kelas yang menitik beratkan pada

permainan bola kecil (kasti) pada poin

memukul bola kasti pada pukulan melambung.

Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal adalah

61,15, nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 35,

jumlah siswa tuntas belajar sebanyak 3 siswa

atau 23,08% dan siswa yang belum tuntas

sebanyak 10 siswa atau 72,92%.

Siklus 1

Guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok dan guru memperlihatkan gambar

cara memukul bola melambung. Kegiatan yang

dilakukan siswa, sebagai berikut, 1) peserta

didik mengamati gambar cara memukul bola

melambung. Peserta didik mengamati gambar

cara memukul bola lambung dengan seksama,

dalam waktu lima menit, dan guru memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk

mengingat-ingat gambar yang telah dilihat, 2)

guru memperagakan cara memukul bola

melambung yang dilambungkanoleh orang

lain, 3) guru memukul bola melambung yang

dilambungkan oleh orang lain yang berjarak

Dua meter. Dan guru memberikan penjelasan

kepada peserta didik untuk melihat cara

memegang pemukul, posisi tangan, posisi kaki

dan saat perkenaan bola, 4) peserta didik

mencoba memumukul bola melambung.

Dengan pengawasan guru, guru memberikan

arahan kepada peserta didik, peserta didik

dipersilahkan untuk mencoba memukul bola

melambung yang dilambungkan teman dengan

jarak dua meter. Dilakukan secara bergantian

sampai 10 kali, 5) peserta didik melakukan

pukulan melambung. Peserta didik melakukan

pukulan bola melambung yang dilambungkan

oleh teman dengan jarak dua meter. Pada tahap

ini peserta didik memukul bola melambung

hanya satu kali saja, karena untuk tes unjuk

kerja. Disinilah kolaborator berperan penting,

apakah peserta didik mampu menyerap

penjelasan dari guru. Kegiatan tes unjuk kerja

dilaksanakan satu persatu secara berurutan.

Pada saat peserta didik memukul bola, peserta

didik yang lain membantu dengan bersiap

ditengah lapangan untuk mengambilkan bola

yang telah dipukul, kemudian berlari dan

memberikan bola keteman yang masih

menunggu giliran memukul, 6) bermain Kasti,

siswa melaksanakan permainan bola kasti yang

dimodifikasi peraturannya. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bermain kasti

dengan durasi waktu dua puluh menit.

Pengamatan unjuk kerja siswa dilakukan

pada saat siswa mengikuti proses

pembelajaran, terutama pada kegiatan inti

terakhir yaitu siswa melakukan pukulan bola

melambung satu kali. Nilai rata-rata kelas

72,69, nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 55,

jumlah siswa tuntas belajar sebanyak 9 siswa

atau 69,23% dan siswa yang belum tuntas

sebanyak 4 siswa atau 30,77%.

Pada saat kegiatan pemanasan ada

beberapa anak yang kurang bersemangat

karena kurang memahami dengan permainan

yang dilakukan. Sebagian anak tidak hafal

dengan syair lagu yang dinyanyikan dan ada

dua siswa putri yang berhenti karena

membetulkan tali sepatu. Siswa bermain

dengan senang pada saat melakukan

pemanasan, tetapi pada saat mendapat

hukuman siswa terasa tegang dan kurang

senang. Ada tiga siswa yang tidak

memperhatikan guru saat diberi penjelasan

tentang memukul bola melambung yang

ditentukan. Pada saat guru memberikan

penjelasan memukul bola melambung, ada

beberapa anak yang langsung mencoba

sebelum diperintah guru.

Berdasarkan hasil temuan tersebut di

atas, kolaborator memberikan beberapa

masukan kepada peneliti, masukan tersebut

yaitu ; 1) pada saat melakukan pemanasan

sebaiknya menggunakan lagu yang seluruh

anak hafal syairnya dan dapat

menyanyikannya, 2) mengingatkan kepada

Page 49: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

46| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 43 – 48

siswa sebelum mengikuti pembelajaran untuk

mengencangkan tali sepatunya, 3) memberikan

teguran pada siswa yang tidak memperhatikan.

Berdasarkan data hasil observasi

tindakan dan masukan dari kolaborator, maka

peneliti melakukan diskusi dengan kolaborator.

Kemudian melakukan penelaahan dan me-

nyimpulkan hasil tindakan yang telah

dilakukan. Kesimpulan yang diperoleh adalah

memperbaiki proses pembelajaran dan

melanjutkan tindakan berikutnya agar

ketuntasan belajar meningkat sesuai dengan

indikator yang ditetapkan.

Siklus 2

Guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok dan guru memperlihatkan gambar

cara memukul bola melambung. Kegiatan yang

dilakukan siswa sebagai berikut ; 1) siswa

mengamati gambar cara memukul bola

melambung. Siswa mengamati gambar cara

memukul bola lambung dengan seksama,

dalam waktu lima menit, dan guru memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk

mengingat-ingat gambar yang telah dilihat, 2)

guru memperagakan cara memukul bola

melambung yang dilambungkan teman, 3) guru

memukul bola melambung yang dilambungkan

oleh teman yang berjarak dua meter. Dan guru

memberikan penjelasan kepada siswa untuk

melihat cara memegang pemukul, posisi

tangan, posisi kaki dan saat perkenaan bola, 4)

siswa mencoba memumukul bola melambung.

Dengan pengawasan guru, guru memberikan

arahan kepada siswa, siswa dipersilahkan

untuk mencoba memukul bola melambung

yang dilambungkan teman dengan jarak dua

meter. Dilakukan secara bergantian sampai 10

kali, 5) Siswa melakukan pukulan melambung.

Siswa melakukan pukulan bola melambung

yang dilambungkan oleh teman dengan jarak

dua meter. Pada tahap ini siswa memukul bola

melambung hanya satu kali saja, karena untuk

tes unjuk kerja. Disinilah kolaborator berperan

penting, apakah siswa mampu menyerap

penjelasan dari guru. Kegiatan tes unjuk kerja

dilaksanakan satu persatu secara berurutan, 6)

Bermain Kasti, peserta didik melaksanakan

permainan bola kasti yang dimodifikasi

peraturannya. Guru memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk bermain kasti

dengan durasi waktu dua puluh menit.

Proses pembelajaran permainan bola

kecil berjalan sesuai dengan rencana. Antusias,

aktivitas, dan rasa senang terlihat dalam diri

anak selama mengikuti pembelajaran. Hasil

observasi unjuk kerja siswa menunjukkan nilai

rata-rata kelas 91,31, nilai tertinggi 85 nilai

terendah terendah 65, jumlah siswa tuntas

belajar sebanyak 12 siswa atau 92,31% dan

siswa yang belum tuntas sebanyak 1 siswa atau

7,69%.

Berdasarkan data hasil observasi

tindakan dan masukan dari kolaborator, maka

peneliti melakukan diskusi dengan kolaborator.

Kemudian melakukan penelaahan dan

menyimpulkan hasil tindakan yang telah

dilakukan. Kesimpulan yang diperoleh adalah

menghentikan proses pembelajaran pada siklus

kedua ini, karena antusias, dan keterampilan

siswa terlihat dalam seluruh siswa selama

proses pembelajaran dan ketuntasan belajar

mencapai 92,31% atau 12 siswa. Dengan

demikian penelitian tindakan kelas ini

dinyatakan berhasil karena telah melampaui

indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu

80% siswa tuntas belajar.

Pembahasan

Penelitian tindakan kelas yang telah

dilaksanakan dalam pembelajaran permainan

bola kecil di SDN Jipo dengan mengunakan

media gambar dapat meningkatkan proses

pembelajaran. Hal tersebut dapat mempercepat

peningkatan keterampilan siswa dalam

penguasaan permainan bola kecil. Namun

demikian untuk menambah dan memperbaiki

keterampilan memukul bola kasti melambung,

siswa harus mempelajari dan melatih

keterampilannya di luar jam pelajaran sekolah.

Pembelajaran permaianan bola kecil

dengan media gambar dapat memberikan

pengalaman, pengetahuan dan wawasan baru

bagi siswa. Sebab selama ini dalam

pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya

materi permaian bola kecil disampaikan

kepada siswa secara monoton dengan

mengandalkan teknik-teknik dasar memukul

bola kasti tanpa menerapkan metode atau

pendekatan pembelajaran yang dapat

Page 50: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Sutriyo, Meningkatan Keterampilan Gerak Dasar Memukul Bola Kasti Melalui Penggunaan Media Gambar | 47

meningkatkan proses pembelajaran pada siswa

kelas V SDN Jipo tahun pelajaran 2014/2015.

Peningkatan pembelajaran permainan

bola kecil dengan media gambar ternyata

membuat siswa terampil, sehingga waktu yang

disediakan habis tidak terasa karena siswa

melakukan dengan antusias, aktif bergerak,

dan penuh kegembiraan. Siswa tidak ada yang

merasa belum bisa, semua siswa antusias dan

senang mengikuti pembelajaran dan merasa

jam pelajaran pendidikan jasmani terlalu

sebentar. Hal ini tidak seperti biasanya,

terutama apabila akan mengikuti pembelajaran

permainan khususnya materi memukul bola

kasti dengan pukulan melambung, siswa

kurang merespon positif.

Tindakan yang dilaksanakan dalam

penelitian tindakan kelas ini sesuai dengan

skenario yang direncanakan. Dengan demikian

kreativitas seorang guru benar benar

dibutuhkan untuk menciptakan pembelajaran

yang menyenangkan dan mampu

membangkitkan peran siswa sehingga

terciptanya keterampilan atau penguasaan

materi yang dipelajari. Jika memperhatikan

hasil tanggapan siswa, dan hasil observasi

kolaborator menunjukkan bahwa pembelajaran

permaianan bola kecil dengan media gambar

dapat meningkatkan keterampilan antusias,

aktif bergerak, perasaan senang, dan perhatian

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Antusias, aktif bergerak, perasaan senang, dan

perhatian siswa selama mengikuti proses

pembelajaran mampu meningkatkan ketuntas-

an hasil belajar permaianan bola kecil.

Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi

awal, siklus pertama, dan ke siklus kedua dapat

dilihat dalam tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1.

hasil belajar siswa

No Nama

Hasil Belajar

Konds

Awal Siklus I

Siklus

II

1 Amelia Agustina 55 70 75

2 Dewi Ayu Setyowati 70 75 80

3 Dinda Rokhmatun N 65 75 75

4 Herman Prasetyo 75 80 80

5 Irsadul Ibad 60 75 75

6 M. Ikhwan Nur Alif 65 80 80

7 M.Faisal Afandi 70 80 80

8 Moh. Asari 75 75 80

9 Neny Liftia 50 60 75

10 Selfiana Duwi s. 45 55 65

11 Siska Amiliya 55 70 75

12 Siti Riyani 75 80 80

13 Tasfiyata Salsabila 50 65 75

Rata-rata Kelas 62,31 72,31 76,54

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat

dijelaskan bahwa siswa yang tuntas belajar

pada kondisi awal berjumlah 3 siswa atau

23,08%, siswa yang belum tuntas belajar

berjumlah 10 siswa atau 76,92%. Pada siklus

pertama siswa tuntas belajar berjumlah 9 siswa

atau 69,23%, siswa yang belum tuntas belajar

berjumlah 4 siswa atau 30,77%. Pada siklus

kedua siswa yang tuntas belajar berjumlah 12

siswa atau 92,31%, siswa yang belum tuntas

belajar berjumlah 1 siswa atau 7,69%.

Dengan demikian setelah diberi tindakan

ketuntasan belajar siklus pertama naik 46,15%

dari kondisi awal. Pada siklus kedua naik

23,08%. Peningkatan ketuntasan belajar

tersebut di atas peneliti mempunyai keyakinan

bahwa penggunaan media gambar sangatlah

membantu proses pembelajaran permainan

bola kecil khususnya memukul bola kastil

melambung.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian

mengenai penggunaan media gambar dalam

peningkatkan keterampilan gerak dasar Siswa

dalam memukul bola kasti pada siswa keas IV

SDN Jipo Kecamatan Kepohbaru Kabupaten

Bojonegoro yang diperoleh pada siklus I dan

sikls II dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut : Penggunaan media gambar dapat

meningkatkan hasil belajar pendidikan jasmani

tentang memukul bola kasti pada siswa kelas V

SDN Jipo Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro.

Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan

jumlah siswa yang mengalami ketuntasan nilai

evaluasi.

Page 51: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

48| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 43 – 48

Saran

Saran yang dapat peneliti berikan

sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

salah satu alternatif untuk memecahkan

masalah dalam pembelajaran permainan kasti,

khususnya dalam peningkatkan keterampilan

gerak dasar Siswa dalam memukul bola.

DAFTAR RUJUKAN

Bahri, Aliem. 2012. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Makassar : Unismu

Margiyani. (2008). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Kls. 4 SD/MI. Jakarta: Bumi

Aksara.

Pardjono dkk, (2007:26). Panduan penelitian tindakan kelas. Lembaga Penelitian Universitas

Yogyakarta.

Page 52: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

49

MENINGKATKAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM MELALUI

METODE PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN RESITASI

PADA SISWA KELAS IV

Kasyim

Guru Pendidikan Agama Islam SDN Gajah I Baureno Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Manifestasi keberhasilan tujuan pembelajaran yang berkualitas ditentukan oleh banyak

dimensi diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Oleh karenanya

eksistensi pendidik secara langsung dapat mempengaruhi, dan meningkatkan kecerdasan serta

keterampilan siswa. Mereduksi bahkan meniadakan permasalahan guna mencapai tujuan pendidikan

secara maksimal merupakan peran strategis pendidik yang esensial. Diharapkan guru memiliki model

mengajar yang baik tepat sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan secara

komprehenshif. Tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar

siswa dan mengetahui motivasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran dengan metode

pemberian tugas dan resitasi. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research)

sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan

pengamatan, refleksi, dan refisi. Dengan sasaran siswa kelas IV SDN Gajah I Tahun Pelajaran

2014/2015. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari

siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%). Kesimpulan

dari penelitian ini adalah metode berbasis pemberian tugas dan resitasi dapat berpengaruh positif

terhadap motivasi belajar siswa dan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran PAI.

Kata Kunci: agama islam, metode pemberian tugas, dan resitasi.

Peran strategis pendidik sangat esensial

dalam menentukan kuantitas dan kualitas

pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab

itu, guru harus mengantisipasi dengan

membuat perencanaan secara matang dalam

meningkatkan kesempatan belajar bagi

siswanya dan memperbaiki kualitas

pembelajarannya secara komprehenship, baik

dari aspek proses termasuk penentuan metode,

substansi materi hingga hasil produk

pembelajaran.

Kondisi ini menuntut perubahan-

perubahan dalam mengorganisasikan kelas,

penggunaan metode mengajar, strategi belajar

mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru

dalam mengelola proses belajar mengajar.

Guru berperan sebagai pengelola proses

belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor

yang berusaha mencipatakan kondisi belajar

mengajar yang efektif, sehingga memungkin-

kan proses belajar mengajar, mengembangkan

bahan pelajaran dengan baik, dan

meningkatkan kemampuan siswa untuk

menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-

tujuan pendidikan yang harus mereka capai.

Paradigma pendidikan mutakhir

meniscayakan kegiatan belajar yang

berorientasi bagaimana membantu memacu

belajar siswa secara aktif. Kegiatan belajar dan

mengajar di kelas memang dapat menstimulasi

belajar aktif. Namun kemampuan untuk

mengajar melalui kegiatan kerjasana kelompok

kecil akan memungkinkan untuk menggalak-

kan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus.

Dalam perspektif pembelajaran Agama

Islam kekinian tidak lagi mengutamakan pada

penyerapan melalui pencapaian informasi,

tetapi lebih mengutamakan pada menumbuh

kembangkan kemampuan dan pemrosesan

informasi. Untuk itu aktifitas peserta didik

perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau

tugas dengan bekerja dalam kelompok kecil

dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain.

(Berg, 2001:24).

Penelitian tindakan kelas ini dengan

segala prosedur standar ini terealisasikan

dengan tujuan mendasar untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar siswa setelah

diterapkannya metode pemberian tugas belajar

dan resitasi. Untuk memperoleh penegasan

Page 53: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

50| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 49 – 54

pengaruh motivasi belajar siswa setelah

diterapkan metode pemberian tugas belajar dan

resitasi pada siswa kelas empat jenjang sekolah

dasar.

Pembelajaran adalah proses, cara

menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Sedangkan belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha

tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan

oleh pengalaman (KBBI, 1996:14)

Sependapat dengan pernyataan tersebut

Soeryosoebroto (2007:68) mengemukakan

bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan

lingkungan seseorang yang dengan sengaja

dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan

tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar

adalah suatu proses yang menyebabkan

tingkah laku yang bukan disebabkan oleh

proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi

perubahan dalam kebiasaan, kecakapan,

bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan

lain-lain (Widoko, 2012:120)

Menurut Djamarah (2002: 114) motivasi

adalah suatu pendorong yang mengubah energi

dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas

nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam

proses belajar, motivasi sangat diperlukan

sebab seseorang yang tidak mempunyai

motivasi dalam belajar tidak akan mungkin

melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3)

bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar

sesuatu akan menggunakan proses kognitif

yang lebih tinggi dalam mempelajari materi

itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan

mengendapkan materi itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang

mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu

dalam mencapai tujuan tertentu.

Motivasi instrinsik timbul sebagai akibat

dari dalam individu, apakah karena adanya

ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian

akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau

belajar (Joyce, 1972: 29).

Motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat

pengaruh dari luar individu, apakah karena

adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari

orang lain sehingga dengan kondisi yang

demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu

atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar

karena ia disuruh oleh orang tuanya agar

mendapat peringkat pertama dikelasnya.

Dari uraian di atas diketahui bahwa

motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

timbul dari luar individu yang berfungsinya

karena adanya perangsang dari luar, misalnya

adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang

tinggi, dan lain sebagainya.

Resitasi adalah penyajian kembali atau

penimbulan kembali sesuatu yang sudah

dimiliki, diketahui atau dipelajari. Metode ini

sering disebut metode pekerjaan rumah.

Prinsip yang mendasari metode ini ada

dalam AI-Quran. Tuhan memberikan suatu

tugas yang berat terhadap Nabi Muhammad

sebelum dia melaksanakan tugas ke-

Rasulannya. Tugas yang diintruksikan itu ialah

berupa sifat-sifat kepemimpinan yang harus

dimiliki.

Firman Allah S.W.T: “Hai orang yang

berselubung, bangunlah dan pertakutilah

kaummu, hendak besarkan Tuhan-mu.

Dan bersihkanlah pakaianmu! Tinggallah

pekerjaan-pekerjaan yang mendatangkan

siksaan. Janganlah engkau memberi kepada

orang lain lantaran hendak meminta lebih

banyak. Sabar dan uletlah menurut perintah

Tuhan”. (Q.S. Al Mudatatsir: 1-7).

Jadi Tuhan memberikan tugas lima

macam yakni: ta'at beragama (membesarkan

Tuhan), giat dan rajin berdakwah,

membersihkan diri jiwa dari kekotoran lahir

dan bathin, percaya pada diri sendiri dan tidak

mengharapkan sesuatu pada orang lain, tabah

dan ulet dalam melaksanakan tugas.

Tiga fase metode Resitasi adalah: 1) guru

memberikan tugas, dimana tugas yang

diberikan oleh guru harus disesuaikan dengan

kemampuan peserta didik. Dalam pelaksanaan

tugas itu kemungkinan peserta didik akan

menjawab dan penyelesaikan suatu bentuk

hitungan dan ada pula berbentuk sesuatu yang

harus diselesaikan, ada pula berbentuk sesuatu

yang baik dari berbagai aspek., 2) murid

melaksanakan tugas (belajar) cara murid

belajar akan terlaksana dengan baik apabila dia

Page 54: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Kasyim, Meningkatan Pembelajaran Agama Islam Melalui Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi | 51

belajar sesuai dengan petunjuk yang diberikan

guru dan sesuai dengan tujuan yang hendak di-

capai 3) murid mempertanggung jawabkan

hasil pekerjaannya (resitasinya). Resitasi itu

juga akan wajar apabila sesuai dengan tujuan

pemberian tugas.

Langkah-Langkah yang harus dirumus-

kan terlebih dahulu dalam pelaksanaan resitasi

adalah: 1) pemberian tugas dan penjelasan

yakni: tujuan yang harus dicapai haruslah

dirumuskan terlebih dahulu secara jelas,

terangkan dengan jelas tugas-tugas yang akan

dikerjakan murid, selidiki apakah metode

resitasi satu-satunya yang terbaik untuk bahan

yang akan diajarkan, 2) pelaksanaan Tugas

yaitu: setiap tugas yang diberikan harus di

control, siswa yang mengalami kegagalan

harus dibimbing, hargailah setiap tugas yang di

kerjakan murid, berikan dorongan bagi siswa

kurang bergairah, tentukan bentuk-bentuk

resitasi yang akan dipakai.

Beberapa hal yang krusial terkait dengan

metode resitasi adalah tugas yang diberikan

harus jelas, sehingga anak mengerti betul apa

yang harus dikerjakan, waktu untuk

menyelesaikan tugas harus cukup, pentingnya

kontrol yang sistimatis sehingga mendorong

anak-anak bekerja dengan sungguh-sungguh.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan (action research), karena penelitian

dilakukan untuk memecahkan masalah

pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga

termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik

pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil

yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam

Soejadi, 2000; 8) mengelompokkan penelitian

tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru

bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian

tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif,

dan (d) administrasi social ekperimental.

Penelitian ini akan dihentikan apabila

ketuntasan belajar secara kalasikal telah

mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam

penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada

jumlah siklus yang harus dilalui.

Tempat penelitian adalah tempat yang

digunakan dalam melakukan penelitian untuk

memperoleh data yang diinginkan. Penelitian

ini bertempat di SDN Gajah I dengan subyek

siswa kelas IV Tahun Pelajaran 2014/2015.

Waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan yakni pada bulan

September semester gasal.

Penelitian ini menggunakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih

Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku

tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan mereka

dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang

dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi

dimana praktek pembelajaran tersebut

dilakukan (dalam Mukhlis,2007: 3).

Adapun tujuan utama dari dilakukannya

PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan

praktek pembelajaran secara berkesinambung-

an, sedangkan tujuan penyertaannya adalah

menumbuhkan budaya meneliti dikalangan

guru (Mukhlis, 2007: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang

dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka

penelitian ini menggunakan model penelitian

tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam

Sugiono 2009: 16), yaitu berbentuk spiral dari

sklus yang satu ke siklus yang berikutnya.

Setiap siklus meliputi planning (rencana),

action (tindakan), observation (pengamatan),

dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perencanaan yang sudah

direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan

tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi

permasalahan.

Analisis ini dihitung dengan mengguna-

kan statistik sederhana yaitu untuk menilai

ulangan atu tes formatif peneliti melakukan

penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang

ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-

rata tes formatif dapat dirumuskan:

N

XX

Page 55: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

52| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 49 – 54

Dengan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori

ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk

pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2006

(Depdikbud, 2006), yaitu seorang siswa telah

tuntas belajar bila telah mencapai skor 65%

atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar

bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah

mencapai daya serap lebih dari sama dengan

65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan

belajar digunakan rumus sebagai berikut:

%100...

xSiswa

belajartuntasyangSiswaP

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Siklus 1

Pada tahap perencanaan peneliti

mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes

formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang

mendukung.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar untuk siklus I

dilaksanakan pada tanggal 09 Septeber 2014

dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini

peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif I dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

No Uraian Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

69,09

15

68,18

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa

dengan menerapkan metode pemberian tugas

belajar dan resitasi diperoleh nilai rata-rata

prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan

ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada

15 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus

pertama secara klasikal siswa belum tuntas

belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥

65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu

sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa

masih merasa baru dan belum mengerti apa

yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan

menerapkan metode metode pemberian tugas

belajar dan resitasi.

Siklus 2

Pada tahap perencanaan siklus II peneliti

mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes

formatif II, dan alat-alat pengajaran yang

mendukung.

Tahap kegiatan dan pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan

pada tanggal 16 September 2014 dengan

jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti

bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana pelajaran

dengan memperhatikan revisi pada siklus I,

sehingga kesalahan atau kekurangan pada

siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar,

siswa diberikan tes formatif II dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

selama proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Adapun hasil belajar dapat dilihat

pada tabel II.

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

76,36

17

77,27

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata

prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan

ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada

17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar.

Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini

ketuntasan belajar secara klasikal telah

megalami peningkatan sedikit lebih baik dari

Page 56: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Kasyim, Meningkatan Pembelajaran Agama Islam Melalui Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi |53

siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar

siswa ini karena setelah guru meng-

informasikan bahwa setiap akhir pelajaran

akan selalu diadakan tes sehingga pada

pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi

untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah

mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan

diinginkan guru dengan menerapkan metode

metode pemberian tugas belajar dan resitasi.

Siklus 3

Pada tahap perencanaan siklus III

peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana

pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan

alat-alat pengajaran yang mendukung.

Tahap kegiatan dan pengamatan

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk

siklus III dilaksanakan pada tanggal 23

September dengan jumlah siswa 22 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran dengan memperhatikan

revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi

pada siklus III. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif III dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

81,82

19

86,36

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai

rata-rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22

siswa yang telah tuntas sebanyak 19 siswa dan

3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang

telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk

kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini

mengalami peningkatan lebih baik dari siklus

II. Adanya peningkatan hasil belajar pada

siklus III ini dipengaruhi oleh adanya

peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan metode pemberian tugas belajar

dan resitasi sehingga siswa menjadi lebih

terbiasa dengan pembelajaran seperti ini

sehingga siswa lebih mudah dalam memahami

materi yang telah diberikan. Pada siklus III ini

ketuntasan secara klasikal telah tercapai,

sehingga penelitian ini hanya sampai pada

siklus III.

Pada tahap refleksi akah dikaji apa yang

telah terlaksana dengan baik maupun yang

masih kurang baik dalam proses belajar

mengajar dengan penerapan metode pemberian

tugas belajar dan resitasi. Dari data-data yang

telah diperoleh dapat duraikan bahwa: 1)

selama proses belajar mengajar guru telah

melaksanakan semua pembelajaran dengan

baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase

pelaksanaannya untuk masing-masing aspek

cukup besar, 2) berdasarkan data hasil

pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung, 3)

kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya

sudah mengalami perbaikan dan peningkatan

sehingga menjadi lebih baik. 4) hasil belajar

siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

Pada siklus III guru telah menerapkan

metode pemberian tugas belajar dan resitasi

dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa

serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses

belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.

Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak,

tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan

selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mepertahankan apa yang telah ada dengan

tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar

mengajar selanjutnya penerapan metode

pemberian tugas belajar dan resitasi dapat

meningkatkan proses belajar mengajar

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembahasan

Ketuntasan hasil belajar siswa dimana

melalui hasil peneilitian ini menunjukkan

bahwa metode pemberian tugas belajar dan

resitasi memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini

dapat dilihat dari semakin mantapnya pe-

mahaman siswa terhadap materi yang disampai

kan guru (ketuntasan belajar meningkat dari

sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing

68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III

Page 57: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

54| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 49 – 54

ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah

tercapai.

Kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran berdasarkan analisis data,

diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode

pemberian tugas belajar dan resitasi dalam

setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini

berdampak positif terhadap prestasi belajar

siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan

meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap

siklus yang terus mengalami peningkatan.

Aktivitas guru dan siswa dalam

pembelajaran berdasarkan analisis data,

diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Agama Islam, mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi

antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi

dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat

dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas

guru selama pembelajaran telah melaksanakan

langkah-langkah metode pemberian tugas

belajar dan resitasi dengan baik. Hal ini terlihat

dari aktivitas guru yang muncul di antaranya

aktivitas membimbing dan mengamati siswa

dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan

konsep, melatih menggunakan alat, memberi

umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana

prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan selama tiga siklus, dan

berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis

yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan berbasis masalah

memiliki dampak positif dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa yang ditandai dengan

peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam

setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II

(77,27%), siklus III (86,36%).

Penerapan metode metode pemberian

tugas belajar dan resitasi mempunyai pengaruh

positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil

wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata

jawaban siswa menyatakan bahwa siswa

tertarik dan berminat dengan metode metode

pemberian tugas belajar dan resitasi sehingga

mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Kondisi penting untuk terus ditumbuh

kembangkan guru agar proses dan output

pembelajaran dapat lebih berkualitas.

RUJUKAN RUJUKAN

Berg, Euwe Vd. (2001). Miskonsepsi Agama Islam dan Remidi Salatiga: Universitas Satya Wacana.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.

Kemmis dan Taggart, 1990; Model Siklus Pembelajaran. Diterjemahkan oleh Luluk Faridatuz.

Yogjakarta: Cipta Media Aksara.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri

Surabaya.

Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan. Surabaya; Unesa Universitas Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV.Alfabeta.

Suryosubroto, B. 2007. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Widoko. 2012. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Depdiknas,2006. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Balitbang.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya

Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Page 58: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

55

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL KERAGAMAN

KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN KELAS V

MELALUI MEDIA PETA

Isnaeni

Guru SDN Nglumber II Kepohbaru Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak: Pembelajaran IPS materi Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan pada kelas V

SDN Nglumber II menunjukkan hasil yang rendah. Guru berusaha memperbaiki dengan melakukan

penelitian dengan memanfaatkan media peta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Pemanfaatan Media Peta terhadap hasil belajar siswa Kelas V SDN Nglumber II, Metode yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan

pembelajaran IPS dengan menggunakan media peta pada siklusnya selalu mengalami peningkatan.

Pada siklus I tingkat hasil belajar siswa rata-rata mencapai 67,31% dan pada siklus II meningkat

menjadi 76,54% dengan tingkat ketuntasan mencapai 92,31%. Hal ini menunjukkan bahwa

pembelajaran IPS menggunakan media peta pada siswa Kelas V SDN Nglumber II dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, media peta sangat baik untuk diterapkan dalam

pembelajaran IPS.

Kata Kunci: hasil belajar, media peta

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

mata pelajaran yang mengkaji seperangkat

peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang

berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS

juga memuat materi Geografi, Sejarah,

Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata

pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk

dapat menjadi warga negara Indonesia yang

demokratis , dan bertanggung jawab, .

Disahkannya Undang-undang Nomor 20

tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional

telah menimbulkan dampak yang cukup

signifikan terhadap perubahan sistem

kurikulum di Indonesia. Salah satu dari

implikasi dari ketentuan Undang-Undang

tersebut adalah lahirnya. Peraturan pemerintah

(PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP). Dalam Standar isi

dikemukakan pula bahwa mata pelajaran IPS

disusun secara sistematis, Komprehensif, dan

terpadu dalam proses pembelajaran menuju

kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan

dimasyarakat. Dengan pendekatan tersebut

diharapkan peserta didik akan memperoleh

pemahaman yang lebih luas dan mendalam

pada bidang ilmu yang berkaitan.

Dari proses pembelajaran sehari-hari

yang di amati oleh peneliti sekaligus sebagai

guru Kelas V Sekolah Dasar Negeri Nglumber

II menemukan beberapa kendala ketika

pelaksanaan proses pembelajaran, seperti: 1)

adanya siswa yang hanya datang, duduk dan

tidak ada respon balik dari siswa ke guru

dalam pembelajaran yang dilaksanakan sehari-

hari, 2) dalam proses pembelajaran, minat

siswa kurang dalam merespon/menanggapi

penjelasan dari guru, 3) tidak jarang siswa

mencari kesibukan lain seperti, berbicara

sendiri dengan siswa lainnya, adanya siswa

yang ngantuk pada saat proses pembelajaran

yang mengakibatkan proses belajar mengajar

kurang efektif.

Memperhatikan permasalahan di atas

sudah selayaknya dalam pengajaran IPS

dilakukan suatu inovasi pengajaran yang dapat

memudahkan siswa untuk memahaminya.

Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami suatu

mata pelajaran. Permasalahan tersebut yang

mendorong guru untuk melakukan penelitian

tindakan kelas. Salah satu cara untuk

mengatasi rendahnya hasil belajar siswa pada

pembelajaran IPS peneliti berusaha

memanfaatkan media peta dalam proses

pembelajaran. Pada dasarnya pembelajaran

dengan media ini adalah untuk menciptakan

Page 59: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

56 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 55 – 59

susana belajar yang lebih hidup, aktif dan

siswa diharapkan senang mengikuti pelajaran.

Hidup dalam pengertian, siswa yang lebih aktif

di bandingkan cuma mendengarkan penjelasan

materi dari guru. Senang maksudnya adalah

suasana belajar yang tidak kaku karena dengan

metode ini sesama siswa lebih leluasa

memberikan pendapat ataupun pertanyaan

bahkan bisa memberikan ide dibandingkan

berkomunikasi dengan gurunya.

Media adalah alat atau sarana yang

digunakan untuk menyampaikan pesan dari

komunikator kepada khalayak (Cangara,

2006). Media pembelajaran adalah sebuah alat

yang berfungsi dan digunakan untuk

menyampaikan pesan pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses komunikasi antara

siswa, pengajar, dan bahan ajar. Banyak

batasan atau pengertian yang dikemukakan

para ahli tentang media, diantaranya adalah:

Asosiasi Teknologi dan Komunikasi

Pendidikan (Asosociation ofEducation and

Communication Technology (AECT). Manfaat

media pembelajaran sebagai alat bantu dalam

proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1)

pengajaran lebih menarik perhatian siswa

sehingga dapat menumbuhkan motivasi

belajar, 2) bahan pengajaran akan lebih jelas

maknanya, sehingga dapat lebih di pahami

siswa, serta memungkinkan siswa menguasai

tujuan pengajaran dengan baik, 3) metode

pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata

hanya komunikasi verbal melalui penuturan

kata-kata lisan pengajar, siswa tidak bosan, dan

pengajar tidak kehabisan tenaga, 4) siswa lebih

banyak melakukan kegiatan belajar, sebab

tidak hanya mendengarkan penjelasan dari

pengajar saja, tetapi juga aktivitas lainyang

dilakukan seperti mengamati, melakukan,

mendemonstrasikan dan lain-lainya.

Manfaat media pembelajaran bagi

pengajar yaitu: 1) memberikan pedoman, arah

untuk mencapai tujuan, 2) menjelaskan

struktur dan urutan pengajarn dengan baik, 3)

memberikan kerangka sistematis secara baik,

4) memudahkan kembali pengajar terhadap

materi pembelajaran, 5) membantu

kecermatan, ketelitian dalam penyajian dalam

pembelajaran, 6) membangkitkan rasa percaya

diri seorang pengajar, 7) meningkatkan

kualitas pembelajaran

Manfaat media pembelajaran bagi siswa,

yaitu: 1) meningkatkan motivasi belajar siswa,

2) memberikan dan meningkatkan variasi

belajar siswa, 3) memberikan struktur materi

pelajaran, 4) memberikan inti informasi

pelajaran, 5) merangsang siswa untuk berpikir

dan beranalisis, 6) menciptakan kondisi dan

situasi belajar tanpa tekanan, 7) pelajar dapat

memahami materi pelajaran dengan sistematis

yang disajikan pengajar.

Media pembelajaran berfungsi untuk

merangsang pembelajaran dengan: 1)

menghadirkan obyek sebenarnya, 2) membuat

duplikasi dari obyek yang sebenarnya, 3)

membuat konsep abstrak ke konsep konkret, 4)

memberi kesamaan persepsi, 5) mengatasi

hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak, 6)

menyajikan ulang informasi secara konsisten,

7) memberi suasana belajar yang tidak

tertekan, santai, dan menarik.

Peta merupakan gambaran sebagai atau

seluruh wilayah permukaan bumi dengan

berbagai kenampakannya pada suatu bidang

datar yang diperkecil menggunakan skala

tertentu (Gunawan, 2003). Peta juga

merupakan alat Bantu yang memudahkan

pembacanya untuk mengetahui informasi dari

beragam hal yang ada di bumi. Secara

sederhana dapat disimpulkan peta dapat

diartikan sebagai gambaran sebagian/seluruh

permukaan bumi pada bidang datar yang

diperkecil dengan menggunakan skala tertentu

dan dilengkapi dengan simbol-simbol.

Aktivitas belajar merupakan segala

kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi

(guru dan siswa) dalam rangka mencapai

tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di

sini penekanannya adalah pada siswa, sebab

dengan adanya aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif,

seperti Sardiman (dalam Wawan, 2010:2),

aktivitas dalam proses belajar mengajar adalah

rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan

siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal

yang belum jelas, mencatat, mendengar,

berpikir, membaca dan segala kegiatan yang

dilakukan untuk menunjang prestasi belajar.

Page 60: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Isnaini, Peningkatan Hasil Belajar Mengenal Keragaman Kenampakan Alam Dan Buatan Kelas V |57

Hasil belajar merupakan hasil nilai yang

diperoleh siswa dari hasil evaluasi setelah

kegiatan proses pembelajaran. Menurut

Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan

prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang

menjadi indikator kompetensi dan derajat

perubahan prilaku yang bersangkutan.

Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu

dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai

sebagai wujud hasil belajar siswa yang

mengacu pada pengalaman langsung.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas yang dilakukan oleh guru di kelas atau

sekolah tempat mengajar dengan penekanan

pada penyempurnaan atau peningkatan hasil,

proses pembelajaran. PTK dilaksanakan

dengan strategi siklus yang berangkat dari

identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru,

penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi tindakan, dan refleksi serta

diikuti dengan perencanaan ulang jika

diperlukan. Menurut Wijaya Kusumah dan

Dedi Dwitagama (2010:44) tahapan pe-

laksanaan penelitian tindakan kelas (PTK)

adalah sebagai berikut; 1) perencanaan; pe-

rencanaan perlu dilakukan setelah kita

mengetahui masalah yang ada dalam proses

pembelajaran, 2) pelaksanaan; perencanaan

harus diwujudkan dengan adanya tindakan

(Acting) dari guru berupa solusi dari tindakan

sebelumnya, 3) pengamatan (Observing);

selanjutnya diadakan pengamatan yang teliti

terhadap proses pelaksanaannya. Kegiatan ini

dilakukan dengan menggunakan format-format

pengamatan yang telah dibuat sebelumnya, 4)

refleksi (reflecting); setelah diamati, barulah

guru dapat melakukan refleksi dan dapat

menyimpulkan apa yang terjadi dikelasnya.

Penelitian ini bersifat kolaboratif sesuai

dengan metode yang dipilih yaitu metode

deskriptif. Dalam Wikipedia Ensiklopedia

bebas, penelitian kualitatif adalah riset yang

bersifat deskriptif dan cenderung meng-

gunakan analisis dengan pendekatan induktif.

Proses dan makna (perspektif subyek) lebih

ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu

agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di

lapangan. Selain itu landasan teori juga ber-

manfaat untuk memberikan gambaran umum

tentang latar penelitian dan sebagai bahan

pembahasan hasil penelitian.

Penelitian Tindakan Kelas ini di-

laksanakan di SDN Nglumber II dengan subjek

penelitian siswa kelas V SDN Nglumber II

pada semester I Tahun Pelajaran 2014/2015,

yang berjumlah 13 siswa, terdiri atas 5 siswa

putra dan 8 siswa putri.

Penelitian ini menggunakan teknik dan

alat pengumpul data sebagai berikut ; 1) teknik

observasi, Pada dasarnya teknik observasi

digunakan untuk melihat dan mengamati

perubahan fenomena–fenomena social yang

tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat

dilakukan perubahan atas penilaian tersebut,

bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek

moment tertentu, sehingga mampu

memisahkan antara yang diperlukan dengan

yang tidak diperlukan. (Margono, 2007:159).

Adapun alat yang digunakan untuk

pengumpulan data pada teknik ini adalah

lembar observasi, 2) pencermatan dokumentasi

; data-data yang diamati berupa hasil tes siswa,

tugas-tugas, serta RPP yang di buat oleh

peneliti, 3) teknik analisis data; data-data yang

dikumpulkan pada setiap siklus dianalisis

secara deskriptif dengan menggunakan teknik

prosentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini bertujuan untuk menge-

tahui peningkatan hasil belajar siswa Kelas V

Sekolah Dasar Negeri Nglumber II setelah

menerapkan media peta, jumlah siswa dalam

penelitian ini adalah 13 siswa. Kemampuan

awal siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri

Nglumber II sebelum dilakukan tindakan kelas

dengan pemanfaatan media peta, dapat

diketahui dari hasil belajarnya. Dari 13 siswa

yang mendapat nilai < 65 berjumlah 9 siswa

atau 69,23% sedangkan yang mendapat nilai ≥

65 berjumlah 4 siswa atau 30,77 %, dengan

rata-rata nilai 55,77. Dengan demikian secara

keseluruhan ketuntasan belajar siswa hanya

mencapai 30,77%.

Setelah dilakukan tindakan siklus I, hasil

belajar siswa meningkat dimana siswa yang

Page 61: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

58 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 55 – 59

mendapat nilai < 65 berjumlah 5 siswa atau

38,46% sedangkan yang mendapat nilai ≥ 65

berjumlah 8 siswa atau 61,54%, dengan nilai

rata-rata 67,31. Selanjutnya setelah dilakukan

pelaksanaan tindakan pada siklus II hasil

belajar siswa menunjukkan peningkatan yang

signifikan dimana siswa yang mendapat nilai <

65 berjumlah 1 siswa atau 7,69% sedangkan

yang mendapat nilai ≥ 65 berjumlah 12 siswa

atau 92,31%, dengan nilai rata-rata kelas

76,54, dengan demikian secara klasikal

pembelajaran IPS materi mengenal keragaman

kenampakan alam dan buatan telah mencapai

ketuntasan belajar.

Pembahasan

Berdasarkan data diatas dapat diketahui

bahwa Sebelum diberikan tindakan (prasiklus)

hanya 4 siswa yang tuntas. (30,77%) dengan

rata-rata nilai 55,77, kemudian setelah

dilakukan tindakan, terjadi peningkatan

ketuntasan siswa pada siklus I sebanyak 8

siswa ( 61,54%) dengan rata-rata nilai 67,31.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi

dalam pelaksanaan siklus I terjadi peningkatan

keberhasilan yang ditandai dengan naiknya

prosentase pencapaian. Ini memberikan

gambaran bahwa penggunaan media peta yang

peneliti gunakan cukup berhasil walaupun

belum sesuai dengan target yang diharapkan.

Oleh karena itu peneliti memperhatikan

beberapa hal penting yang akan menjadi

pertimbangan dalam pelaksanaan siklus ke II.

Dengan memperhatikan beberapa

kekurangan pada pembelajaran siklus I, pada

siklus II proses pembelajaran berlangsung

aktif, siswa berani menyampaikan pertanyaan

dan pendapat, proses pembelajaran

menyenangkan. Hal ini terbukti terjadinya

peningkatan hasil belajar siswa dengan rata-

rata 76,54. Sedangkan siswa yang mencapai

ketuntasan belajar mencapai 12 anak (92,31%)

dan hanya 1 siswa (7,69%) yang belum tuntas.

Sedangkan berdasarkan observasi

keaktifan siswa, kinerja guru yang pada proses

pembelajaran yang sudah dilaksanakan, dan

hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan

siklus II menunjukan persentase rata-rata

keaktifan siswa meningkat sebesar 27,5% dari

67,5% pada siklus I menjadi 95% pada siklus

II. Pada penelitian ini siswa tergolong sangat

aktif mengikuti proses pembelajaran dengan

memanfaatkan media peta. dapat dikatakan

bahwa persentase sikap setiap tindakan siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan

memanfaatkan media peta dalam tiap siklus

mengalami peningkatan sebesar 20,83%.

Berdasarkan peningkatan hasil belajar siswa,

persentase ketuntasan siswa mengalami

peningkatan yang sangat berarti dalam tiap

siklus. Angka-angka tersebut menunjukan

terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap

materi atau konsep yang dipelajari melalui

kegiatan yang telah dilaksanakan oleh siswa.

Dari pelaksanaan perbaikan pem-belajaran

siklus persiklus, terbukti bahwa, dengan

mengubah strategi guru melalui penggunaan

media serta penerapan metode yang bervariasi,

bisa terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

Terfokus pada penggunaan media peta buta

dalam pelaksanaan tindakan penilitian ini, hasil

belajar siswa secara bertahap mengalami pe-

ningkatan, bahkan pembelajaran berlangsung

aktif, kreatif dan menyenangkan, serta

tumbuh keinginan untuk berkompetisi secara

positif antar kelompok diskusi, sehingga

suasana kelas tampak hidup. Selanjutnya,

dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa,

seorang guru harus mau dan mampu mengubah

strategi maupun inovasi penggunaan media

pembelajaran

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam

penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1)

perencanaan pembelajaran dengan meng-

gunakan media peta dapat mengidentifikasi

perkembangan propinsi di Indonesia, 2)

pelaksanaan pembelajaran dengan mengguna-

kan media peta dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hal ini

dapat dilihat bahwa prosentase rata–rata sikap

keaktifan siswa mengalami peningkatan, pada

siklus I dengan keaktifan siwa rata-rata 75 %

dan pada Siklus II keaktifan siswa meningkat

dengan rata-rata mencapai 100 %, 3)

pelaksanaan pembelajaran dengan mengunna-

kan media peta dapat meningkatkan hasil

belajar IPS di Kelas V SDN Nglumber II

Page 62: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Isnaini, Peningkatan Hasil Belajar Mengenal Keragaman Kenampakan Alam Dan Buatan Kelas V |59

Hal ini dapat dilihat bahwa sebelum

diadakan tindakan kelas dan sesudah diadakan

tindakan kelas yaitu pada Pra Siklus ketuntasan

belajar ulangan harian rata–rata 30,77 setelah

diadakan tindakan kelas pada Siklus 1 menjadi

61,54 dan pada Siklus II meningkat menjadi

92,31%.

Saran

Berdasarkan uraian simpulan tersebut,

peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai

berikut: 1) guru sekolah dasar diharapkan

dapat menggunakan metode kerja kelompok

dengan memanfaatkan media untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, 2) guru

pengampu mata pelajaran hendaklah lebih

meningkatkan kompetensi, baik kompetensi

peningkatan mutu pembelajaran, maupun

kompetensi dalam penyususunan strategi

pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS, 3)

dalam setiap pembelajaran, guru hendaklah

selalu menggunakan penguatan yang bervariasi

dan lebih memotivasi siswa, sehingga siswa

tidak mudah jenuh di dalam kelas pada saat

pembelajaran berlangsung.

DAFTAR RUJUKAN

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

E.Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Gunawan, T. 2003. Peta, Atlas, dan Globe Sebagai Sarana Belajar Geografi. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional.

Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Wijaya Kusumah, Dedi Dwitagama. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Indeks

Pemerintah Republik Indonesia, (2003), Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia, (2005), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta.

Sardiman (dalam Wawan, 2010: 2), Aktivitas dalam proses belajar mengajar (Online),

http://ekokhoeruln.blogspot.com/2013/02/aktivitas-belajar-siswa.html ( Diakses tanggal : 5

Oktober 2014 )

Page 63: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

60

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENULIS MELALUI

PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS I

Ninik Suryani

Guru SDN Jipo Kec. Kepohbaru Kab. Bojonegoro

Email: [email protected]

Abstrak : Berdasarkan hasil observasi proses dan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia indikator

Menulis, pada kelas I SD Negeri Jipo diketahui bahwa dari 12 siswa, 8 siswa (66,67%) masih

mengalami kesulitan menulis dengan benar, dengan rata-rata nilai kelas 59,38. Untuk itu perlu

dilakukan perbaikan dalam pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah mendeskrisikan pemberian

tugas pada ketrampilan menulis dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK)

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I yang berjumlah 12 siswa. Setelah dilakukan tindakan pestasi

belajar siswa meningkat menjadi 65% pada siklus I dan 80% pada siklus II. Sedangkan dari hasil

analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I (69,30%), siklus

II (77,90%) Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pemberian tugas dapat berpengaruh positif

terhadap prestasi belajar dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kata Kunci : prestasi belajar, pemberian tugas

Pendidikan di sekolah bukan merupakan

tanggung jawab oleh guru saja tetapi harus ada

kerja sama antara sekolah, orang tua siswa dan

siswa itu sendiri. Masalah belajar merupakan

inti dari kegiatan di sekolah, sebab semua

usaha disekolah ditujukan bagi berhasilnya

proses belajar bagi setiap siswa yang sedang

studi disekolah tersebut. Oleh karena itu

memberikan pelayanan bimbingan di sekolah

berarti pula memberikan pelayanan belajar

bagi setiap siswa.

Dengan bimbingan di sekolah diartikan

suatu proses bantuan kepada anak didik yang

di lakukan secara terus menerus supaya anak

didik dapat memahami dirinya sendiri,

sehingga sanggup mengarahkan diri dan

bertingkah laku yang wajar, sesuai dengan

tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah,

keluarga dan masyarakat. Tuntutan siswa harus

mempunyai kemampuan yang maksimal

adalah wajar, hal ini bertujuan untuk

meningkatkan kemajuan pendidikan dan

kemajuan bidang - bidang yang lain. Maka

wajarlah jika pemerintah turun tangan dalam

upaya peningkatan kualitas pendidikan dari TK

sampai Perguruan Tinggi.

Tindakan pemerintah semacam ini tepat,

jika anak didik mempunyai kemampuan yang

tinggi, tentu mempunyai pengaruh yang besar

pada bangsa. Pengaruh tersebut berupa

kemudahan dalam belajar sendiri dan

kemudahan dalam memahami pelajaran yang

disampaikan oleh guru. Dan jika murid mudah

dalam belajar, tentunya mudah pula dalam

menyelesaikan tugas yang dibebankan

padanya. Akibatnya, dalam proses belajar

mengajar tersebut mudah pula dalam

pencapaian tujuan pendekatan yang telah

dirumuskan. Dalam kegiatan belajar mengajar

yang berlangsung telah terjadi interaksi yang

bertujuan guru dan anak didiklah yang

menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu

disebabkan gurulah yang memaknainya dengan

menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif

demi kepentingan anak didik dalam belajar.

Guru ingin memberikan layanan yang terbaik

bagi anak didik, dengan menyediakan

lingkungan yang menyenangkan dan

menggairahkan. Guru berusaha menjadi

pembimbing yang baik dengan peranan yang

arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan

dua arah yang harmonis antara guru dengan

anak didik.

Bahasa digunakan dalam komunikasi

baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa

Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran

pokok dan wajib dikuasai oleh setiap siswa

serta menjadi tolok ukur kemampuan masing-

masing individu. Dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia, banyak metode yang dapat di

Page 64: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Ninik Suryani, Peningkatan Prestasi Belajar Menulis Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas I | 61

lakukan guru yaitu Pemecahan Masalah,

pemberian tugas, ceramah, diskusi, atau

pengamatan. Penguasaan yang diberikan

kepada siswa bisa dilakukan secara individu

maupun secara bertingkat.

Kemampuan berbahasa erat kaitannya

dengan kemampuan berpikir serta

mengapresiasikan pikirannya tersebut baik

dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Kemampuan menulis tidak kalah pentingnya

dengan kemampuan berbicara. Karena

keduanya merupakan komponen penting dalam

melakukan sebuah komunikasi.

Kemampuan menulis setiap individu

terutama siswa kelas I masih sangat kurang,

karena memang mereka masih dalam tahap

awal dalam sebuah siklus pendidikan dasar.

Oleh sebab itu beberapa metode serta cara

pembelajaran harus diterapkan dan dicoba

untuk menentukan metode yang paling tepat

bagi masing-masing individu.

Menulis permulaan dengan cara ; 1)

menjiplak/mencontoh adalah suatu tindakan

untuk membuat suatu model (huruf) melalui

proses meniru. Huruf yang dijiplak/dicontoh

adalah huruf dasar seperti huruf vokal A, E, I,

U dan O, 2) menebalkan adalah suatu per-

buatan untuk membuat tambah tebal, dalam hal

ini siswa diperintahkan untuk menebalkan

huruf vokal yang telah ada pada lembar tugas

dan huruf yang ditebalkan dibuat dengan garis

putus-putus, 3) melengkapi adalah suatu

tindakan untuk membuat jadi lengkap. Siswa

diperintahkan/ditugaskan untuk menambahkan

huruf yang sengaja dihilangkan pada kata-kata

sederhana, 4) menyalin adalah suatu tindakan

untuk membuat ulang/memperbanyak. Siswa

diperintahkan untuk menyalin contoh-contoh

kata sederhana yang berkaitan dengan diri

sendiri, seperti : baju, buku, mata, kaki

menebalkan, mencontoh, melengkapi dan

menyalin.

Prestasi adalah nilai yang merupakan

perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh

guru mengenai kemajuan/prestasi belajar siswa

selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata

2006: 297). Dengan demikian prestasi belajar

dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh

siswa melalui kegiatan belajar mengajar.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di

sekolah merupakan harapan bagi setiap guru

agar siswanya dapat memperoleh hasil yang

sebaik baiknya. Apabila hasil belajar atau

prestasi yang diperoleh siswanya baik, berarti

guru berhasil dalam menyajikan pelajaran yang

telah di sajikannya kepada siswanya.

Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa-

raga, psikofisik untuk menuju keper-

kembangan pribadi manusia seutuhnya, yang

berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan

karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

(Sardiman (2011: 21)". Belajar membawa

perubahan pada indivdu yang belajar.

Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah

pengetahuan melainkan juga bentuk

kecakapan, penghargaan, minat, kebiasaan,

sikap, pengertian dan penyesuaian diri.

Pokoknya mengenai segala aspek organisme

tubuh. Karena mereka lebih sanggup

menghadapi kesulitan dalam mmecahkan

masalah atau menyesuaikan diri dengan

keadaan. Dengan kata lain seseorang yang

telah belajar tidak sama dengan saat

sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa

dalam belajar faktor perubahan tingkah laku

harus ada dan belum dikatakan belajar

jika didalamnya tidak ada perubahan tingkah

laku. Perubahan tersebut pokknya didapatkan

pada kecakapan baru dan perubahan itu, terjadi

karena usaha itu disengaja.

Pemberian Tugas merupakan suatu

metode mengajar dan pengajar memberikan

tugas untuk mempelajari suatu kepada

pembelajar, kemudian melaporkan hasilnya.

Sering orang mengacaukan antara resitasi dan

homework (pekerjaan rumah/PR), karena

dalam percakapan sehari-hari, asal pengajar

memberi tugas dikatakan memberi PR.

Padahal pekerjaan rumah mempunyai

pengertian yang lebih mengkhusus, ialah

pekerjaan yang harus dikerjakan pembelajar di

rumah. Sedangkan dengan resitasi, tugas-tugas

yang diberikan oleh pengajar tidak sekedar

dilaksanakan dirumah, melainkan dapat

diikerjakan di sekolah, perpustakaan,

laboratorium atau tempat-tempat lain dalam

hubungannya dengan pelajaran yang diberikan

pengajar. Jadi resitasi lebih luas daripada

Page 65: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

62| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 60 – 64

homework. Akan tetapi antara keduanya

terdapat persamaan ialah : 1) mempunyai unsur

tugas, 2) dikerjakan oleh pembelajar dan

dilaporkan hasilnya, 3) mempunyai unsur

didaktis paedagogis.

Kelebihan pemberian tugas adalah : 1)

memberikan kesempatan para pembelajar

untuk belajar, 2) lebih banyak serta lebih luas,

3) mengembangkan rasa tanggung jawab, 4)

memupuk motivasi belajar, 5) memupuk

keberanian berinisiatif.

METODE

Dalam sebuah penelitian ilmiah metode

merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dan menentukan. Berhasil tidaknya

suatu penelitian banyak dipengaruhi oleh

ketepatan metode yang digunakan oleh seorang

peneliti. Menurut Sugiyono (2010:2),

metodologi adalah metode Penelitian pada

dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat

diambil suatu pengertian bahwa metode adalah

prosedur yang seksama tentang cara yang

diambil oleh seorang peneliti dalam mencari

dan mengumpulkan serta mengolah data yang

kemudian diformulasikan dalam bentuk tulisan

ilmiah. Salah satu hal yang perlu diingat oleh

seorang peneliti mengingat banyaknya metode

yang dapat dipilih dan dipergunakan dalam

penelitian, maka mengenai metode yang akan

dipakai perlu dijelaskan terlebih dahulu setiap

langkah dan prosedur penelitian yang

dilakukan, supaya cara yang dilakukan dapat

memenuhi kriteria ilmiah.

Sesuai dengan tujuan umum penelitian

ini, yaitu untuk memperoleh deskripsi objektif

tentang efektifitas upaya peningkatan

kemampuan menulis melalui pemberian tugas

pada siswa kelas I SDN Jipo Kecamatan

Kepohbaru Kabupaten Bojonegero Tahun

Pelajaran 2014-2015, maka metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode

”deskriptif kuantitatif”, yakni suatu metode

penelitian yang bertujuan membuat gambaran

secara sistematis mengenai data-data yang

besarnya dinyatakan dengan data yang berupa

angka-angka/statistik. Metode ini mengguna-

kan pengukuran yang disertai dengan analisis

secara statistik yang melibatkan perhitungan-

perhitungan. Di-gunakannya metode ini karena

berguna untuk memberikan jawaban terhadap

permasalahan dan pemecahan masalah yang

penulis teliti.

Subyek penelitian adalah siswa kelas I

SD Negeri Jipo yang berjumlah 12 anak yang

terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 2 siswa

perempuan. Dipilihnya kelas I karena peneliti

adalah guru kelas I sehingga sangat memahami

karakteristik subyek yang akan diteliti.

Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan

Agustus tahun 2014 dan diakhiri pada akhir

September 2014

Selanjutnya dalam pelaksanaan 1) siswa

mengidentifikasi dalam buku siswa yang

didalamnya terdapat materi, 2) siswa

mengidentifikasi materi dengan langkah-

langkah yang ditentukan dalam buku siswa

dan menuliskan hasilnya dalam format yang

terdapat dalam LKS, 3) Siswa menyusun cara-

cara mengerjakan materi dengan langkah-

langkah yang ditentukan dalam buku siswa, 4)

siswa mengerjakan soal-soal dalam Materi

dengan langkah-langkah yang ditentukan

dalam buku siswa dan menuliskan hasilnya

dalam LKS.

Pada kegiatan penutup 1) guru bersama-

sama dengan siswa mengadakan refleksi

terhadap proses dan hasil belajar, 2) guru

memberikan tugas kepada siswa untuk

membuat contoh yang terdapat. dalam

Materi yang lain dalam rangka berlatih

mengerjakan materi, 3) guru memberikan hasil

pembelajaran terhadap masing-masing siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Persiapan yang perlu dilakukan

sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah: 1)

merumuskan tujuan pembelajaran, 2)

menyusun urutan penyajian materi untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang sudah

ditetapkan, 3) merumuskan materi secara garis

besar, 4) guru mengadakan apersepsi tentang

materi, 5) guru menjelaskan perlunya

pembelajaran dalam menggunakan materi

Page 66: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Ninik Suryani, Peningkatan Prestasi Belajar Menulis Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas I | 63

tcrmasuk menggunakan contoh-contoh dalam

materi.

Dalam kegiatan proses pembelajaran

ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan

dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1)

siswa mengidentifikasi dalam buku siswa

yang didalamnya terdapat materi, 2) siswa

mengidentifikasi materi dengan langkah-

langkah yang ditentukan dalam buku siswa dan

menuliskan hasilnya dalam format yang

terdapat dalam LKS, 3) siswa menyusun cara-

cara mengerjakan materi dengan langkah-

langkah yang ditentukan dalam buku siswa, 4)

siswa mengerjakan soal-soal dalam materi

dengan langkah-langkah yang ditentukan

dalam buku siswa dan menuliskan hasilnya

dalam LKS, 5) guru bersama-sama dengan

siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan

hasil belajar, 6) guru memberikan tugas kepada

siswa untuk membuat contoh yang terdapat

dalam Materi yang lain dalam rangka berlatih

mengerjakan materi, 7) guru memberikan hasil

pembelajaran terhadap masing-masing siswa.

Hasil pengamatan dapat dilihat dari hasil

analisa data penilaian siswa, hasil post test dan

lembar observasi dengan peranan Kepala

Sekolah melalui pemberian tugas pada bidang

studi Bahasa Indonesia pokok bahasan

menulis. Tabel 1

Hasil penilaian kinerja siklus I

No Nama Siswa

Nilai

Pra

Siklus

Siklus

1

1 Ahmad Dimas K 72,5 85

2 Alifa Bintang Egi F 70 80

3 Lintang Adi Permana P 65 72,5

4 Moch. Allif Dzihni 80 82,5

5 Mohammad Ridho B 55 65

6 Riska Putri Ananda 65 75

7 Achmad Haidar Bayu P 50 70

8 Ahmad Adib Khamaludin 67,5 75

9 Ahmad Danny Imawan 40 70

10 Enggal Shifa Noor 45 60

11 M.ardhine Hadilasyafiq 35 50

12 Moch. Aziz Alfian 67,5 80

Nilai Rata-rata 59,38 72,08

Berdasarkan hasil nilai rata-rata tabel

diatas, menunjukkan bahwa pada siklus I

perolehan nilai rata-rata 72,08 dengan

ketuntasan belajar mencapai 9 siswa (75%)

dari krtiteria ketuntasan belajar yang telah

ditetapkan yaitu 70. Karena secara klasikal

siswa yang mengalami ketuntasan belajar

belum mencapai 80% maka pembelajaran

perlu dilanjutkan pada siklus II. kurang

maksimalnya hasil prestasi siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran hal ini

disebabkan karena guru kurang dalam

melakukan pengawasan siswa, dan terdapat

siswa masih belum aktif (ada kecenderungan

untuk saling mencontoh pekerjaan orang lain).

Kekurangan ini akan digunakan acuan

perbaikan pada siklus II.

Siklus 2

Secara garis besar perencanaannya sama

dengan siklus 1 dengan pokok bahasan

Menulis. Berdasar pada temuan siklus 1 maka

ada beberapa tambahan dalam perencanaan

yaitu meningkatkan pemberian motivasi

kepada siswa dan memberi pengarahan kepada

siswa agar lebih berkonsentrasi atau tidak

mencontek pekerjaan teman karena akan

membuat siswa tidak mau belajar.

Pada Siklus 2 pelaksanaan tindakannya

secara garis besar sama dengan siklus 1 dengan

adanya perbaikan yaitu memotivasi siswa agar

lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran,

memberikan pengarahan kepada siswa agar

lebih aktif dalam mengikuti proses belajar

mengajar.

Tabel 2

Hasil penilaian kinerja Siklus II

No Nama Siswa Nilai

Siklus 1 Siklus II

1 Ahmad Dimas K 72,5 85

2 Alifa Bintang Egi F 70 80

3 Lintang Adi Permana P 65 72,5

4 Moch. Allif Dzihni 80 82,5

5 Mohammad Ridho B 55 65

6 Riska Putri Ananda 65 75

7 Achmad Haidar Bayu P 50 70

8 Ahmad Adib Khamaludin 67,5 75

9 Ahmad Danny Imawan 40 70

10 Enggal Shifa Noor 45 60

11 M.ardhine Hadilasyafiq 35 50

12 Moch. Aziz Alfian 67,5 80

Nilai rata-rata 72,08 77,92

Berdasarkan hasil nilai rata-rata tabel

diatas, menunjukkan bahwa pada siklus II

Page 67: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

64 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 60 – 64

perolehan nilai rata-rata 77,92 dengan

ketuntasan belajar mencapai 11 siswa

(91,67%) dari krtiteria ketuntasan belajar yang

telah ditetapkan yaitu 70. Secara klasikal siswa

yang mengalami ketuntasan belajar sudah

mencapai di atas 80% maka pembelajaran

dengan pemberian tugas sebagai model

pembelajaran mampu meningkatan hasil nilai

rata-rata secara maksimal dan kecenderungan

menunjukkan keberhasilan dalam

pembelajaran ini.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang me-

ningkatkan prestasi belajar bidang studi

Bahasa Indonesia melalui Pemberian Tugas

pada siswa kelas I SD Negeri Jipo Tahun

Pelajaran 2014/2015 dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut; 1) bahwa melalui Pemberian

Tugas sebagai metode pembelajaran dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa

terhadap pembelajaran bidang studi Bahasa

Indonesia, 2) nilai rata-rata sebelum siklus :

59.38 ; siklus I : 72,08 dan siklus II : 77,92.

3) Pemberian Tugas dalam pengajaran

bidang studi Bahasa Indonesia dapat

menambah pengalaman guru sehingga dalam

pengajaran tidak monoton, 4) model

pembelajaran dengan menggunakan

Pcmberian Tugas dapat menambah

pengalaman guru dan mudah untuk di-

laksanakan dalam proses pembclajaran di

kelas.

Saran

Dalam penulisan makalah ini dapat

disarankan sebagai berikut; 1) bagi SDN Jipo,

penulis menyarankan hendaknya hal yang baik

ini dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan

mutu pendidikan, 2) bagi guru yang sudah

berhasil dalam meningkatkan prestasi belajar

bidang studi Bahasa Indonesia, hendaknya

dapat menularkan kepada guru lainya,

sehingga diharapkan prestasi belajar juga

berkembang bagi siswa yang lainya bahkan

dapat disekolah lainnya dalam bidang studi

Bahasa Indonesia khususnya dan bidang studi

lainya pada umumnya, 3) bagi kepala

sekolah/guru, agar pelajaran Matematika dapat

diterima dengan baik oleh para siswa, maka

perlu ditumbuhkan sikap dan kemampuan awal

yang positif terhadap Bahasa Indonesia. Hasil

penelitian ini dapat dipakai bagi yang

berkepentingan terutama bagi guru kelas

ataupun guru bidang studi Bahasa Indonesia.

4) kepada para pembaca yang berminat untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut,

disarankan dapat merieliti faktor-faktor lain

yang mungkin dapat mempengaruhi hasil

belajar Bahasa Indonesia, 5) bagi para Kepala

Sekolah atau petugas pemberi bimbingan

kepada siswa hendaknya lebih meningkatkan

kemampunnya dalam menangani masalah yang

dihadai siswa-siswanya dan mampu

menanganinya secara tuntas.

DAFTAR RUJUKAN

Sugiyono, 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit ALFABETA

Suryabrata. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Page 68: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

65

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VI DALAM

PEMBELAJARAN PKn MELALUI METODE ROLE PLAYING

Mujari

Kepala SDN Kauman I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas fisik, mental,

dan emosional siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan metode role

playing kelas VIB SDN Kauman I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Subyek penelitian ini 24 siswa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik siswa dari 28% yang muncul di base line menjadi

83,33% disiklus III meningkat sebesar 55,33% dengan kategori sangat tinggi. Pada aktivitas mental

dari 24% yang muncul di base line menjadi 75% disiklus III meningkat sebesar 51% dengan kategori

tinggi. Pada aktivitas emosional yakni dari 31,25% yang muncul di base line menjadi 87,50% disiklus

III meningkat sebesar 56,25% dengan kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mengalami peningkatan dengan

menggunakan metode role playing.

Kata Kunci : aktifitas siswa, role playing

Aktivitas dalam pembelajaran yaitu

segala bentuk kegiatan siswa dalam mengikuti

pelajaran. Aktivitas dalam pembelajaran

memiliki lima dimensi yaitu interaksi siswa

terhadap materi pelajaran yang diajarkan,

interaksi siswa dengan siswa yang lain,

interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa

dalam kelompok, dan interaksi siswa antar

kelompok. Ketika individu melibatkan dan

saling berhubungan dengan lingkungan

mereka, sehingga menimbulkan suatu alat.

Alat ini ada pada masing-masing individu

dalam bentuk proses mental. Proses mental ini

diwujudkan dalam bentuk sikap yang akan

digunakan, sehingga mereka menjadi lebih siap

untuk berinteraksi dengan orang lain baik

menerima maupun memberikan respon ke

orang lain.

Menurut Sriyono (Yasa, 2008), aktivitas

adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik

secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa

selama proses pembelajaran merupakan salah

satu indikator adanya keinginan siswa untuk

belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan

atau perilaku yang terjadi selama proses

pembelajaran. Kegiatan kegiatan yang

dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada

proses belajar seperti bertanya, mengajukan

pendapat, mengerjakan tugas-tugas, menjawab

pertanyaan guru, bisa bekerja sama dengan

siswa lain, dan tanggung jawab terhadap tugas

yang diberikan. Aktifnya siswa selama proses

pembelajaran merupakan salah satu indikator

adanya keinginan atau motivasi siswa untuk

belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan

apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti:

sering bertanya kepada guru atau siswa lain,

mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru, mampu menjawab pertanyaan, senang

diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya

dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses

dan dari segi hasil.

Keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran akan menyebabkan interaksi

yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun

dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

mengakibatkan suasana kelas menjadi segar

dan kondusif, di mana masing-masing siswa

dapat melibatkan kemampuannya semaksimal

mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa

akan mengakibatkan pula terbentuknya

pengetahuan dan keterampilan yang akan

mengarah pada peningkatan prestasi.

Aktivitas sangat penting dan diperlukan

dalam pembelajaran. Sebab pada prinsipnya

belajar adalah berbuat. Berbuat untuk

mengkonstuksikan konsep-konsep, atau

melakukan suatu kegiatan. Tidak ada

pembelajaran jika tidak ada aktivitas. Sejalan

Page 69: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

66| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 65 – 70

dengan ini Nana Sudjana (2004: 61)

menyatakan bahwa,” keaktifan siswa dapat

dilihat dalam hal; 1) turut serta dalam

melaksanakan tugas belajarnya, 2) terlibat

dalam pemecahan masalah, 3) Bertanya kepada

siswa lain atau guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya, 4) Berusaha

mencari berbagai informasi yang diperlukan

untuk pemecahan masalah, 5) Melaksanakan

diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru,

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil

yang diperolehnya, 7) Melatih diri dalam

memecahkan soal atau masalah yang sejenis,

8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan

apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas

atau persoalan yang dihadapinya.”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan

keaktifan siswa dapat dilihat dari berbagai hal

seperti memperhatikan (visual activities),

mendengarkan, berdiskusi, kesiapan siswa,

bertanya, keberanian siswa, mendengarkan,

memecahkan soal (mental activities).

Melihat kenyataan pada pengamatan

awal dalam proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang ada di kelas VI SDN

Kauman I, hal di atas bertolak belakang

dengan apa yang terjadi dilapangan, aktivitas

pembelajaran yang masih jauh dari apa yang

diharapkan, metode pembelajaran yang

digunakan pun belum optimal karena

cenderung hanya mementingkan hasil belajar

daripada proses. Siswa cenderung pasif dan

kurang beraktivitas untuk melakukan kegiatan

pembelajaran, guru dalam penyampaian materi

biasanya menggunakan metode ceramah dan

dalam penyampaiannya masih kurang

bervariasi.

Untuk mengatasi hal tersebut maka

digunakanlah metode role playing dalam

meningkatkan aktivitas pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan melalui

Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini

diharapkan dapat meningkatkan aktivitas

pembelajaran siswa dimana metode ini

merupakan suatu permainan peranan yang di

lakukan untuk mengkreasi kembali peristiwa-

peristiwa sejarah masa lampau, mengkreasi

kemungkinan-kemungkinan masa depan dan

mengekspos kejadian-kejadian masa kini.

Dengan metode ini siswa dapat

mengekspresikan untuk menjiwai dari peran

yang dilakukannya sehingga akan selalu

melekat dijiwa siswa tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

“aktivitas berarti kesibukan, kegiatan,

keaktifan, kerja atau suatu kegiatan kerja yang

dilaksanakan pada tiap bagian dalam suatu

peristiwa atau kejadian”. (Rosalia, 2005:2)

menyatakan bahwa “Aktivitas siswa selama

proses belajar mengajar merupakan salah satu

indikator adanya keinginan siswa untuk

belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan

atau perilaku yang terjadi selama proses belajar

mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud

adalah kegiatan yang mengarah pada proses

belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab

pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan

siswa lain, serta tanggung jawab terhadap

tugas yang diberikan”.

Warsita (2008:85) menyatakan bahwa

“Pembelajaran adalah suatu usaha untuk

membuat peserta didik belajar atau suatu

kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”.

Pembelajaran mempunyai tujuan utama, yaitu

adanya perubahan tingkah laku atau perilaku

yang positif dari siswa setelah mengikuti

pembelajaran. Maka dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan

siswa berperan aktif untuk membangun makna

atau pemahaman diri sendiri sehingga mampu

menimbulkan gagasan baru yang orisinil dan

bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun

lingkungannya.

Dengan demikian aktivitas siswa dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

merupakan serangkaian kegiatan atau

keterlibatan siswa dapat berupa fisik, sikap,

pikiran, perhatian dalam proses membangun

makna atau pemahaman pada diri sendiri

tentang Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan me-

rupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri

sebagai suatu disiplin ilmu dan merupakan

wahana yang digunakan untuk meneruskan,

mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai

dan moral yang berakar pada budaya bangsa.

Yang hal tersebut diharapkan dapat di-

Page 70: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Mujari, Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran PKn Melalui Metode Role Playing | 67

wujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan

sehari-hari siswa sebagai warga negara

Indonesia sehingga memiliki potensi, wawasan

sikap dan keterampilan kewarganegaran yang

memadai dan memungkinkan untuk ber-

partisipasi secara cerdas dan bertanggung

jawab dalam berbagai kehidupan baik dalam

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Tujuan pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di SD adalah untuk

menjadikan warganegara yang baik, yaitu

warganegara yang tahu, mau, dan sadar akan

hak dan kewajibannya. Dengan demikian,

kelak siswa diharapkan dapat menjadi bangsa

yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik,

serta mampu mengikuti kemajuan teknologi

modern. Dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan aktivitas pembelajaran

sangatlah penting untuk ditingkatkan,

mengingat tujuan dari pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan yang di

amanatkan oleh Pancasila dalam UUD 1945

(BSNP KTSP 2006 : 271) ialah: berpikir

secara kritis, rasional dan kreatif, berpartisipasi

aktif dan bertanggung jawab serta dapat

berinteraksi dengan individu lain. Beberapa

tujuan tersebut dapat tercapai apabila terjadi

aktivitas belajar di dalam kelas.

Metode role playing adalah suatu cara

menyajikan materi ajar dengan melibatkan

siswa untuk berperan di dalamnya, guna

mendramasisasikan tingkah laku dalam

hubungan sosial dengan suatu problem untuk

dipecahkan secara bersama-sama. Tujuan dari

penggunaan metode role playing Shaftel,

(dalam Endang Komara, 2009) adalah a) untuk

motivasi siswa, b) untuk menarik minat dan

perhatian siswa, c) memberikan kesempatan

kepada siswa untuk meng-eksplorasi situasi

dimana mereka mengalami emosi, perbedaan

pendapat dan permasalahan dalam lingkungan

kehidupan sosial anak, d) menarik siswa untuk

bertanya, e) mengembangkan kemampuan

komusikasi siswa, f) melatih siswa untuk

berperan aktif dalam kehidupan nyata.

Agar proses pelaksanaan pembelajaran

menggunakan metode role playing tidak

mengalami kaku, maka Menurut Shaftel,

(dalam Endang Komara, 2009) mengemukakan

Sembilan tahap bermain peran yang dapat

dijadikan pedoman dalam pembelajaran.

Adapun langkah-langkah penerapan metode

bermain peran sebagai berikut: 1)

menghangatkan suasana dan memotivasi

peeserta didik, 2) memilih partisipan / peran,

3) menyusun tahap-tahap peran, 4)

menyiapkan pengamat, 5) pemeranan, 6)

diskusi dan evaluasi, 7) pemeranan ulang, 8)

diskusi dan evaluasi tahap dua, 9) membagi

pengalaman dan mengambil kesimpulan.

Secara umum tujuan dari penelitian ini

yaitu untuk mendeskripsikan peningkatan

aktivitas pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dengan menggunakan

metode role playing di kelas VIB SDN

Kauman I Kecamatan Baureno Kabupaten

Kabupaten Bojonegoro. Secara khusus

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

tentang: a) untuk mendeskripsikan peningkatan

aktivitas fisik siswa dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan, dengan

menggunakan metode role playing di kelas

VIB SDN Kauman I Baureno Kabupaten

Bojonegoro, b) untuk mendeskripsikan

peningkatan aktivitas mental siswa dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,

dengan menggunakan metode role playing di

kelas VIB SDN Kauman I, c) untuk

mendeskripsikan peningkatan aktivitas

emosional siswa dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan, dengan

menggunakan metode role playing di kelas

VIB SDN Kauman I.

METODE

Metode penelitian yang digunakan

adalah metode deskriptif dengan bentuk

penelitian yang digunakan adalah survei

(survei studies) dengan jenis Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini

yang menjadi subyek adalah 24 siswa kelas

VIB SDN Kauman I, yaitu laki-laki 16 orang

dan perempuan 8 orang.

Adapun prosedur penelitian ini meliputi

empat tahapan penelitian. Penelitian ini

dirancang untuk dua siklus yang setiap siklus

meliputi: rencana tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi.

Page 71: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

68| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 65 – 70

Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah observasi langsung dan

komunikasi tidak langsung, dengan alat

pengumpul data yakni lembar observasi siswa

sebagai data primer serta lembar IPKG dan

angket sebagai data sekunder.

Teknik analisis data merupakan cara

yang digunakan untuk menganalisis data.

Analisis data dilakukan dengan menghitung

persentase aktivitas pembelajaran siswa baik

aktivitas fisik, mental, maupun emosional.

Analisis data dilakukan dengan

menghitung persentase aktivitas belajar

siswa baik aktivitas fisik, mental, maupun

emosional. Dari data tersebut kemudian ditarik

kesimpulan apakah tindakan yang

dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk

mencari pensentase tersebut maka digunakan

rumus persentase menurut Sudijono (2008:43)

sebagai berikut:

P = 𝑓

𝑁 x 100

Untuk menentukan rata-rata nilai/skor

digunakan rumus menurut Sudijono (2008:81)

sebagai berikut:

Mx = ∑X

N

Berdasarkan persentase yang diperoleh,

maka dapat diinterprestasikan dan diklasifikasi

sesuai dengan tabel kriteria aktivitas

pembelajaran siswa dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 1 Kategori Peningkatan Aktivitas

Pembelajaran

No Persentase (%) Kategori

1 81 – 100 % Sangat tinggi

2 61 – 80 % Tinggi

3 41 – 60 % Cukup tinggi

4 21 – 40 % Rendah

5 0 – 20 % Sangat rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini

dilakukan sebanyak dua siklus. Data yang

diperoleh dalam penelitian ini diambil pada

setiap siklus penelitian tindakan kelas yaitu

data tentang aktivitas pembelajaran peserta

didik yang meliputi aktivitas fisik, aktivitas

mental, dan aktivitas emosional.

Dari hasil penelitian diperoleh data hasil

pengamatan peserta didik. Pada siklus I dapat

disajikan pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Aktivitas

Pembelajaran Siswa pada Siklus I

Keterangan Nilai

Aktivitas Fisik

Rata-rata Base Line 28%

Rata-rata Jumlah Siswa 14 Siswa

Rata-rata Capaian Persentase 58,33%

Aktivitas Mental

Rata-rata Base Line 24%

Rata-rata Jumlah Siswa 12 Siswa

Rata-rata Capaian Persentase 50%

Aktivitas Emosional

Rata-rata Base Line 31,25%

Rata-rata Jumlah Siswa 15 Siswa

Rata-rata Capaian Persentase 62,50%

Dapat diperoleh rata-rata persentase

aktivitas fisik siswa pada saat base line sebesar

28% dan pada siklus I sebesar 58,33%, untuk

persentase aktivitas mental pada base line

sebesar 24% dan siklus I sebesar 50%,

sedangkan rata-rata persentase aktivitas

emosional siswa pada saat base line sebesar

31,25%, dan siklus I sebesar 62,50%.

Hasil observasi tehadap indikator kinerja

aktivitas pembelajaran siswa pada siklus II

dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Aktivitas

Pembelajaran Siswa pada Siklus II

Keterangan Nilai

Aktivitas Fisik

Rata-rata Base Line 58,33%

Rata-rata Jumlah Siswa 20 Siswa

Rata-rata Capaian Persentase 83,33%

Aktivitas Mental

Rata-rata Base Line 50%

Rata-rata Jumlah Siswa 18 Siswa

Rata-rata Capaian Persentase 75%

Aktivitas Emosional

Rata-rata Base Line 62,50%

Rata-rata Jumlah Siswa 21 Siswa

Rata-rata Capaian Persentase 87,50%

Page 72: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Mujari, Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran PKn Melalui Metode Role Playing | 69

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh

rata-rata persentase aktivitas fisik siswa pada

saat base line sebesar 58,33% dan pada siklus

II sebesar 83,33%, untuk persentase aktivitas

mental pada base line sebesar 50% dan siklus

II sebesar 75%, sedangkan rata-rata persentase

aktivitas emosional siswa pada saat base line

sebesar 62,50%, dan siklus II sebesar 87,50%.

Pembahasan

Untuk mengetahui dan menunjukkan

peningkatan aktivitas pembelajaran maka

penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus.

Aktivitas pembelajaran siswa yang diukur

dalam penelitian ini meliputi aspek aktivitas

fisik, mental, dan emosional. Untuk melihat

perbandingan peningkatan setiap siklus, dapat

dilihat pada aspek-aspek dari indikator

aktivitas pembelajaran siswa siklus I, dan

siklus II sebagai berikut:

1. Aktivitas fisik

Secara umum rata-rata persentase

aktivitas fisik siswa pada saat base line

sebesar 28%, pada siklus I sebesar 58,33%

meningkat 30,33% dengan kategori cukup

tinggi, siklus II 83,33% meningkat 25%.

Secara keseluruhan dari base line sampai

siklus II aktivitas fisik siswa meningkat

sebesar 55,33% dengan kategori sangat

tinggi.

2. Aktivitas mental

Secara umum rata-rata untuk

persentase aktivitas mental pada base line

sebesar 24%, siklus I sebesar 50%

meningkat 26% dengan kategori cukup

tinggi, siklus II sebesar 75% meningkat

25%. Secara keseluruhan dari base line

sampai siklus II aktivitas fisik siswa

meningkat sebesar 51% dengan kategori

tinggi.

3. Aktivitas emosional

Secara umum rata-rata persentase

aktivitas emosional siswa pada saat base

line sebesar 31,25%, pada siklus I sebesar

62,50% meningkat 31,25% dengan kategori

cukup tinggi, siklus II menjadi 87,50%

meningkat 25%. Secara keseluruhan dari

base line sampai siklus II aktivitas

emosional siswa meningkat sebesar 56,25%

dengan kategori sangat tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan

secara umum bahwa aktivitas siswa dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

mengalami peningkatan dengan menggunakan

metode role playing kelas VIB SDN Kauman

I. Adapun secara khususnya dapat diuraikan

dari beberapa simpulan sebagai berikut: 1)

bahwa aktivitas fisik siswa dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

dengan menggunakan metode role playing di

kelas VIB SDN Kauman I secara keseluruhan

mengalami peningkatan dari 28% yang muncul

di base line menjadi 83,33% disiklus II

meningkat sebesar 55,33% dengan kategori

sangat tinggi, 2) bahwa aktivitas mental siswa

dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dengan menggunakan

metode role playing di kelas VIB SDN

Kauman I secara keseluruhan mengalami

peningkatan dari 24% yang muncul di base

line menjadi 75% disiklus II meningkat sebesar

51% dengan kategori tinggi, 3) bahwa aktivitas

emosional siswa dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan dengan meng-

gunakan metode role playing di kelas VIB

SDN Kauman I secara keseluruhan mengalami

peningkatan dari 31,25% yang muncul di base

line menjadi 87,50% disiklus II meningkat

56,25% dengan kategori sangat tinggi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat

disarankan hal-hal berikut sebagai implikasi

penelitian: 1) diharapkan guru sebelum

menugaskan siswa bermain peran sebaiknya

menampilkan contoh video terbaik anak yang

sedang melakukan kegiatan bermain peran

sehingga memacu dan mencontoh ekpresi dan

lafal pemeran serta memotivasi siswa untuk

melakukan kegiatan bermain peran, 2)

pembagian kelompok siswa sebaiknya

dilakukan sebelum masuk materi pelajaran

serta lembaran skenario bermain peran

sebaiknya dibagikan atau disusun siswa

Page 73: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

70| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 65 – 70

bersama kelompoknya beberapa hari sebelum

pembelajaran dimulai, bersamaan dengan

pembelajaran dimulai, bersamaan dengan

informasi KD atau materi yang akan diberikan,

3) perlu mengalokasi waktu secara baik,

karena langkah-langkah kegiatan bermain

peran apabila tidak dibatasi waktunya akan

lama. Dengan waktu yang tidak dibatasi, siswa

akan menggunakan waktu itu untuk saling

cerita antar teman sehingga kurang fokus pada

penguasaan konsep skenario bermain peran

secara umum yang akan mereka tampilkan.

DAFTAR RUJUKAN

Nana Sudjana. (2004). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grapindo Persada.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka

Cipta

BSNP (2006). Kurikulum Satuan Pendidikan ( KTSP ). Jakarta. Depdiknas.

Endang Komara. (2009), Model Bermain Peran dalam Pembelajaran Partisipatif, (online)

http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/03/model-bermain-peran dalam pembelajaran_29.

html diakses tanggal 14 Februari 2015.

Rosalia, Tara. (2005). http://id.shvoong.com/social- sciences/1961162 aktifitas-belajar/ dakses

tanggal 16 Februari 2015

Yasa, Doantara. 2008. Aktivitas dan Prestasi Belajar. http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/

prestasi-belajar/. Diakses tanggal 17 Februari 2015

Page 74: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

71

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES

DENGAN MENGGUNAKAN ASESMEN RUBRIK

DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lilik Endang Wardiningsih

Guru SDN Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Latar belakang penelitian ini didasari adanya kenyataan yang ditemukan di lapangan,

ternyata ada ketidaksesuaian antara pembelajaran Matematika di SD dengan sistem penilaian yang

digunakan. Proses penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan

aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya tujuan kurikuler mata pelajaran Matematika belum

dapat dicapai. Realita ini terlihat dari prestasi mereka masih berkisar 57,10 %, tentunya keadaan ini

perlu ditingkatkan lagi. Perlu diupayakan suatu teknik penilaian yang mampu mengungkapkan aspek

produk maupun proses, salah satu dengan menerapkan penilaian kinerja siswa. Sebenarnya kegiatan

pembelajaran yang melibatkan kinerja siswa dalam melakukan percobaan sudah sering diterapkan,

tapi terhadap kinerja siswa tersebut belum pernah dilakukan penilaian. Saat ini telah ada model

Assesment Rubrik yang akan diterapkan dalam penelitian ini. Dengan adanya keterampilan proses

yang menggunakan Asesmen Rubrik dalam pembelajaran dapat meningkatkan penilaian kinerja siswa

secara optimal yang sebelumnya hanya mencapai 57,10% setelah menggunakan metode ini dalam

siklus I mencapai 73,68%, dan pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dimana prestasi

belajar siswa mencapai mencapai 89,47% dengan rata-rata nilai 81,80.

Kata Kunci : ketrampilan proses, assismen rubrik, IPA

Realita yang ditemukan dilapangan,

nampak ada ketidaksesuaian antara

pembelajaran IPA di SD dengan sistem

penilaian yang digunakannya. Proses penilaian

yang biasa dilakukan guru selama ini hanya

mampu menggambarkan aspek penguasaan

konsep peserta didik, akibatnya tujuan

kurikuler Mata Pelajaran IPA belum dapat

dicapai dan atau tergambarkan secara

menyeluruh. Hal ini terlihat dari prestasi

mereka dalam proses pembelajaran masih

berkisar 57,10 %. Untuk itu perlu diupayakan

suatu teknik penilaian yang mampu

mengungkap aspek produk maupun proses,

salah satunya dengan menerapkan penilaian

kinerja siswa.

Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa

penilaian dengan cara konvensional belum

mampu mengungkap hasil belajar siswa dari

aspek sikap dan proses atau kinerja siswa

secara aktual. Oleh karenanya diperlukan

penerapan sistem penilaian yang dapat meng-

ungkap kedua aspek tersebut. Sistem penilaian

yang diasumsikan dapat memenuhi tuntutan

tersebut adalah sistem penilaian yang

termaktub dalam Sistem Penilaian Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan, yang antara lain

meliputi jenis Penilaian Kinerja (Performance

Assessment), Penilaian Karya (Product

Assessment), Penilaian Penugasan , Penilaian

Proyek, dan Penilaian Porto folio. (Asnawi

Z;1994).

Dari jenis-jenis tersebut tersirat bahwa

makna penilaian mencakup hal-hal yang lebih

luas dari sekedar penilaian konvensional yang

selama ini berlangsung. Dengan adanya

Asesmen Rubrik diharapkan hasil belajar siswa

pada kompetensi dasar yang melalui metode

diskusi kelompok dapat tercapai secara

optimal. Yang sebelum diadakan penelitian

hanya mencapai 57,10 % dan setelah diadakan

penelitian mulai ada peningkatan dari siklus I

69,30 % dianggap belum mencapai target

maka dilanjutkan ke siklus II mancapai

81,80% dari sini sudah cukup ketuntasan

dalam pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap

pembelajaran IPA dengan penerapan model

melalui penerapan model Asesmen Rubrik

Page 75: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

72 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 71 – 76

pada keterampilan proses di SDN Gajah I

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.

Untuk mendeskripsikan peningkatkan hasil

belajar siswa pada kopetensi dasar

keterampilan proses dengan menggunakan

Asesmen Rubrik melalui metode diskusi

kelompok.

Asesmen dalam pembelajaran adalah

suatu proses atau upaya formal pengumpulan

informasi yang berkaitan dengan variabel-

variabel penting pembelajaran sebagai bahan

dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk

memperbaiki proses dan hasil belajar siswa.

Variabel-variabel penting yang dimaksud

sekurang-kurangya meliputi pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan sikap siswa

dalam pembelajaran yang diperoleh guru

dengan berbagai metode dan prosedur baik

formal maupun informal. (Ahmad Nugraha;

2008).

Performance Assessment sebagai

Asesmen Alternatif, penggunaan jenis asesmen

yang tepat akan sangat menentukan

keberhasilan dalam mengakses informasi yang

berkenaan dengan proses pembelajaran.

Pemilihan metode asesmen harus didasarkan

pada target informasi yang ingin dicapai.

Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar

yang dicapai siswa. Ahmad Nugraha

(2008:3,67) mengemukakan lima kategori

target hasil belajar yang layak dijadikan dasar

dalam menentukan jenis asesmen yang akan

digunakan oleh pengajar, yakni: Knowledge

Outcomes, Reasoning Outcomes, Skill

Outcomes, Product Outcomes, dan Affective

Outcomes.

Sebagaimana ditegaskan dalam pedoman

penilaian untuk sekolah dasar (Depdiknas,

2006:1) penilaian merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan

dasar maupun penyelenggaraan kegiatan

belajar mengajar. Tujuan pembelajaran yang

dirumuskan pada langkah awal pembelajaran

digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pem-

belajaran dan proses penilaian yang akan

dilakukan. Tujuan tidak hanya merupakan arah

yang dapat membentuk atau mewarnai

kurikulum dan memimpin kegiatan pengajaran,

tetapi juga dapat menyediakan spesifikasi

secara terperinci bagi penyusunan dan

penggunaan teknik-teknik penilaian. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran yang dirumuskan secara jelas

dan spesifik akan menunjang proses penilaian

yang tepat dan dapat membantu di dalam

menetapkan kualitas dan efektivitas

pengalaman bela-jar siswa. (Wahyudi; 2010).

Dalam pedoman penilaian Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas,

2006:3) ditegaskan bahwa tujuan dan fungsi

penilaian untuk memberikan umpan bail baik

kepada guru, siswa, orang tua maupun lembaga

pendidikan yang berkepentingan serta untuk

menentukan nilai hasil belajar siswa.

Hasil kegiatan penilaian dapat

memberikan manfaat yang optimal jika

dilakukan dengan mengacu pada prinsip-

prinsip penilaian sebagaimana ditetapkan oleh

pedoman formal penilaian dari pemerintah

(Rustam N, 1990:5), yakni dilaksanakan secara

menyeluruh, berkesinmabungan, berorientasi

pada tujuan, obyektif, terbuka serta

mempertimbangkan aspek kebermaknaan.

Penilaian yang dilakukan secara menyeluruh

artinya informasi yang dikumpulkan melalui

proses penilaian menyangkut seluruh aspek

kepribadian siswa. Penilaian dikatakan

menyeluruh jika mampu mengungkap aspek

produk dan proses belajar anak, yakni

menyangkut pengetahuan, sikap, dan

keterampilan proses peserta didik.

Agar hasil penilaian dapat memberikan

manfaat baik kepada guru, siswa, orang tua

maupun pihak sekolah, maka penilaian

hendaknya dilakukan secara terbuka.

Maksudnya baik proses maupun hasil penilaian

hendaknya diinformasikan kepada pihak-pihak

terkait, sehingga hasil penilaian memiliki

kebermaknaan bagi pihak-pihak yang

memerlukan.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan

Penelitian Tindakan Kelas (Action Research),

yang dilakukan secara kolaboratif, dimana

teman sejawat sebagai kolaborator, sebagai

pengamat, observer namun seluruh rancangan

penelitian didesain oleh peneliti, sedangkan

Page 76: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Lilik E.W, Meningkatkan Keterampilan Proses Dengan Menggunakan Asesmen Rubrik Dalam Pembelajaran IPA |73

subjek yang dikenai tindakan pada penelitian

ini adalah siswa kelas IV di SDN Gajah I

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.

Pemilihan subyek didasarkan pada siswa kelas

IV telah berada pada tahap berpikir operasi

formal, dengan karakteristik mampu berpikir

logis, mampu mengadakan formulasi dan

menguji hipotesis serta mampu melakukan

kegiatan berpikir abstrak.

Lokasi penelitian yaitu di SDN Gajah I

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.

yang mempunyai jumlah siswa 19 terdiri dari

10 laki-laki dan 9 perempuan.

Terlaksananya siklus I dan II dengan

bantuan teman sejawat yang berasal dari

temuan pengamat berada di kelas saat proses

pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk

mengetahui proses KBM yang telah

direncanakan bersama sebelumnya.

Tahap pelaksanaan merupakan

penerapan rancangan yang telah dibuat.

Pelaksanaan tindakan berupa pelaksanaan

pembelajaran IPA dengan menerapkan model

keterampilan proses dengan pendekatan

asesmen rubrik di kelas IV di SDN Gajah I

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Pelaksanaannya dilakukan oleh peneliti dan

teman sejawat sebagai pengamat dalam

keperluan pengumpulan data.

Adapun kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru pada setiap siklus

digambarkan dengan langkah: 1) Tahap

Orientasi (orientation). 2) Tahap pemunculan

gagasan (elecitation of ideas). 3) Tahap

penyususnan ulang gagasan (restructuring of

ideas). 4) Tahap penerapan gagasan

(application of ideas). 5) Tahap pemantapan

gagasan (review change in ideas).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Siklus I

Dari hasil pengamatan terhadap aktifitas

guru dengan menerapkan model model

keterampilan proses dengan menggunakan

asesmen rubrik diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1.Data Hasil Tes Akhir Siklus I

No Nama Siswa Nilai Ketuntasan

Ya Tidak

1. Kawai Cahya Pamikat 40 √

2. Diaz Dwi Prasetyo 100 √

3. Priska Feby 100 √

4. Danu Arfiansyah 80 √

5. Moch. Danang Saiful 40 √

6. Renanda afta D 40 √

7. Loesyana Dwi Sareh 60 √

8. Dwi Andini 60 √

9. Ilfan Eka M 80 √

10. Dicki Praditya 80 √

11. Gusti Dwi Laksono 80 √

12. Alan Krisdianto 40 √

13. Fani Adji Sukma 80 √

14. Rendhy Dwi Setyawan 80 √

15. Okta Syahdana 60 √

16. Adin Nasichah 80 √

17. Novi Arinda Putri 40 √

18. Pangkas Aditya Putra 40 √

19. Pungkas Aditya Putra 60 √

Jumlah Skor 1940

Skor rata-rata 69,30

Ket : Kriteria Ketuntasan Minimal ≥ 65

Deskripsi Data Siklus II

Dari hasil pengamatan terhadap aktifitas

guru dengan menerapkan model model

keterampilan proses dengan menggunakan

asesmen rubrik pada siklus II diperoleh data

sebagai berikut :

Tabel 2. Data Hasil Tes Akhir Siklus II

No Nama Siswa Nilai Ketuntasan

Ya Tidak

1. Kawai Cahya Pamikat 60 √

2. Diaz Dwi Prasetyo 100 √

3. Priska Feby 80 √

4. Danu Arfiansyah 80 √

5. Moch. Danang Saiful 100 √

6. Renanda afta D 70 √

7. Loesyana Dwi Sareh 80 √

8. Dwi Andini 70 √

9. Ilfan Eka M 80 √

10. Dicki Praditya 100 √

11. Gusti Dwi Laksono 100 √

12. Alan Krisdianto 60 √

13. Fani Adji Sukma 100 √

14. Rendhy Dwi Setyawan 70 √

15. Okta Syahdana 80 √

16. Adin Nasichah 100 √

17. Novi Arinda Putri 60 √

18. Pangkas Aditya Putra 70 √

19. Pungkas Aditya Putra 80 √

Jumlah Skor 2290

Skor rata-rata 81,8

Ket : Kriteria Ketuntasan Minimal ≥ 65

Page 77: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

74 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 71 – 76

Pembahasan Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan oleh teman sejawat, aktifitas guru

dalam mengajar IPA di kelas IV dengan

menerapkan model model keterampilan proses

dengan menggunakan asesmen rubrik sudah

berjalan dengan cukup baik dan semua tahapan

terlaksana semua, hanya pada tahapan tertentu

belum berjalan dengan maksimal. Pada saat

orientasi belum sepenuhnya siswa termotivasi

dan terfokus perhatiannya pada guru, hal ini

disebabkan pada saat orientasi perhatian guru

terfokus pada media yang digunakan sehingga

kurang memperhatikan siswa. siswa yang

memperhatikan ada 10 anak dari 19 siswa

(57,10%). Perbaikan pada siklus berikutnya

guru harus lebih memperhatikan siswanya

pada pembelajaran.

Pada saat guru membimbing siswa

memunculkan gagasan belum berjalan secara

maksimal, sebagian (27%) masih kesulitan

dalam mengungkapkan ide atau gagasannya

tentang topik yang dibahas, hal ini karena

disebabkan mereka belum terbiasa dengan

pembelajaran seperti ini. Yang dilakukan guru

pada siklus berikutnya adalah berusaha

memotivasi dan membimbing siswa agar dapat

mengungkapkan ide atau gagasannya agar

hasil yang dicapai lebih obtimal lebih baik lagi

seperti yang diharapkan atau ditargetkan

meskipun masih ada sebagian kecil siswa yang

masih mengalami kesulitan dalam

mengungkapkan ide atau gagasan / belum bisa

memenuhi syarat yang sudah di tentukan.

Pada saat mendiskusikan ide atau

gagasan dengan teman, sebagian siswa juga

masih kesulitan (25%) terutama untuk

mencapai kesepakatan. Pada siklus berikutmya

pada tahap ini guru harus lebih intensif

membimbing semua siswa.

Sedangkan pada saat merekontruksi

gagasan dan menyimpulkan sebagian siswa

(17%) juga masih mengalami kesulitan.

Langkah yang harus dilakukan guru adalah

pada siklus berikutnya harus lebih

mengintensifkan bimbingan pada siswa

Hasil menunjukkan bahwa rata-rata nilai

yang dicapai siswa setelah mengikuti

pembelajaran IPA dengan pendekatan model

keterampilan proses dengan menggunakan

asesmen rubrik adalah 69,30 berdasarkan tabel

berikut ini :

Tabel 3. Hasil Tes Akhir Siklus I

Nilai Yang Dicapai Jml Siswa Keterangan

40 – 50 2 Tidak Tuntas

60 – 70 3 Tidak Tuntas

80 – 90 9 Tuntas

100 5 Tuntas

Nilai rata-rata : 69,30 19

Dari tabel menunjukkan bahwa siswa

yang tuntas ada 14 anak (73,68%). Dari hasil

tersebut menunjukkan bahwa peningkatan hasil

belajar siswa belum optimal dan belum

mencapai standart minimal ketuntasan belajar

yang ditetapkan yaitu 80%, sehingga pada

siklus berikutnya masih perlu dilakukan

perbaikan dalam hal membimbing siswa untuk

memperoleh hasil belajar yang optimal.

Pembahasan Siklus II

Dari hasil analisis data siklus II dapat

dilihat bahwa guru sudah melaksanakan

kegiatan pembelajaran dengan baik. Pada

orientasi guru sudah membimbing siswa

menghubungkan pengetahuan awal siswa

dengan pokok bahasan sehingga siswa tidak

mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran berikutnya.

Pada tahap pemunculan gagasan, guru

sudah memberi kesempatan pada siswa untuk

menggunakan ide/gagasan dan sekaligus

membimbingnya, sehingga siswa tidak

mengalami kesulitan dalam mengemukakan

ide /gagasannya.

Pada tahap penyusunan ulang gagasan

guru sudah membimbing siswa dengan baik,

mulai dari membimbing siswa dalam diskusi,

melakukan pengamatan dan menyususn

gagasan baru. Kegiatan ini terlaksana dengan

baik dan siswa tidak banyak mengalami

kesulitan.

Pada tahap penerapana gagasan dan

tahap pemantapan gagasan, guru membimbing

siswa agar dapat mengaplikasikan gagasan

dalam situasi yang baru dan akhirnya memberi

umpan balik untuk memperkuat ide/gagasan

baru.

Hasil menunjukkan bahwa rata-rata nilai

yang dicapai siswa setelah mengikuti

Page 78: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Lilik E.W, Meningkatkan Keterampilan Proses Dengan Menggunakan Asesmen Rubrik Dalam Pembelajaran IPA | 75

pembelajaran IPA dengan pendekatan

keterampilan proses dengan menggunakan

asesmen rubrik adalah 81,80 berdasarkan tabel

berikut :

Tabel 4.Hasil Tes Akhir Siklus II

Nilai Yang Dicapai Jml Siswa Keterangan

40 – 50 0 Tidak Tuntas

60 – 70 2 Tidak Tuntas

80 – 90 10 Tuntas

100 7 Tuntas

Nilai rata-rata : 81,80 19

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa

peningkatan hasil belajar siswa semakin baik,

siswa yang mencapai ketuntasan belajar

sebanyak 17 anak atau 89 %, hal ini sudah

melebihi standart minimal ketuntasan belajar

yang sudah ditetapkan yaitu 80 % sehingga

peneliti merasa untuk siklus berikutnya sudah

tidak diperlukan lagi, namun dalam hal

membimbing siswa agar memperoleh hasil

belajar yang optimal masih tetap diperlukan.

Dari hasil angket menunjukkan bahwa

sisw kelas IV SDN Gajah I merasa senang

dengan materi pelajaran yang disampaikan

guru, aktivitas pembelajaran suasana kelas,

cara guru mengajar, serta praktek atau aktivitas

yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa

siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran

IPA dengan menerapkan model keterampilan

proses dengan menggunakan asesmen rubrik

dengan baik dan merasa senang. Kenyataan ini

dapat memunculkan motivasi siswa dalam

belajar yang pada akhirnya akan dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil

respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran

dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 5. Respon Siswa Terhadap Kegiatan

Pembelajaran

Uraian Senang Tdk senang

Bagaimana pendapat siswa tentang

Materi pelajaran yang

disampaikan guru

95 % 5 %

Aktivitas belajar di kelas 88 % 12 %

Suasana kelas pada saat

pembelajaran

85 % 15 %

Cara guru mengajar 85 % 15 %

Aktifitas atau praktek yang

dilakukan

95 % 5 %

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari

kegiatan awal sampai siklus II maka dapat di

ambil kesimpulan penerapan metode assigmen

rubrik dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam proses belajar mengajar. Terbukti

sebelum menggunakan Assesment Rubrik

hanya mencapai kurang dari 57,10% sehingga

perlu di adakan perbaikan ke siklus I. setelah

diadakan perbaikan siklus I mulai ada

peningkatan yaitu sudah mencapai 73,68 %,

terlebih setelah melalui perbaikan pada siklus

II mencapai 89,47%.

Saran

Dalam pembinaan anak, tidak serta merta

orang tua membebankan sepenuhnya kepada

sekolah meskipun telah mengeluarkan biaya

sekolah yang tidak sedikit. Hendaknya ada

kerja sama yang baik antara orang tua dan

sekolah dengan menjalankan tugas dan fungsi

masing-masing semata-mata untuk

keberhasilan anak.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad Nugraha, dkk. (2008). Penggunaan Performance Assessment Untuk Meningkatkan

Efektivitas Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Bandung : PGSD FIP IKIP Bandung.

Asmawi, Z. dan Nasution, N. (1994). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Hadi Tino (2008). PTK Sekilas Pedoman Praktis. Jakarta: Media.

Wahyudi. 2010. Model-Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Malang : PT Pertamina.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Diknas Pendidikan Nasional.

Rustam, N 1990 “Pengembangan Alat Ukur Keterampilan Perumusan Hipotesis” Laporan

Penelitian : IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

Page 79: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

76

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG DAMPAK

PENGGUNAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERLEBIHAN

MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI

Hartanti

Guru SDN Gunungsari II Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran IPA karena kebiasaan guru mengajar dengan

gaya konvensional dan monoton. Untuk mencarikan solusi yang tepat sasaran, salah satunya yang

ditempuh adalah dengan menerapkan berbagai metode yang akan membuat siswa aktif, kreatif dan

inovatif sehingga menumbuhkan minat siswa dalam pelajaran IPA serta meningkatkan kemampuan

siswa, yakni metode demonstrasi dan diskusi. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan penggunaan

metode demonstrasi dalam pembelajaran dan menganalisis dampak dari penggunaan metode

demonstrasi dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa. Hasil yang dperolah ternyata

pembelajaran dengan metode demonstrasi dan diskusi pada mata pelajaran IPA membawa dampak

positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar

siswa dalam setiap siklus. Pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar siswa sebesar 65,21 % atau

jumlah siswa yang tuntas ada 15 siswa dan yang belum tuntas ada 8 siswa. Kemudian pada siklus II

meningkat menjadi 91,30 % atau jumlah siswa yang tuntas ada 21 dan yang tidak tuntas ada 2 siswa.

Penerapan metode demonstrasi dan diskusi juga meningkatkan motivasi belajar siswa yang

ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa lebih tertarik dan

berminat dalam menggunakan metode demonstrasi dan diskusi pada pelajaran IPA.

Kata Kunci : Metode demonstrasi, diskusi, SDA.

Keberhasilan belajar ditentukan oleh

beberapa faktor. Diantaranya adalah guru,

materi, metode, media dan sarana penunjang

lainnya. Terkait dengan mutu pendidikan

khususnya dijenjang Sekolah Dasar sampai

saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan,

karena dalam suatu proses belajar mengajar

pasti timbul adanya masalah dalam

pembelajaran. Kenyataan adanya masalah

pembelajaran itu dapat disebabkan karena

kurangnya guru merencanakan program

pembelajaran dengan tepat.

Banyaknya masalah yang terjadi dalam

proses belajar mengajar tersebut penulis

mengadakan Penelitian Tindakan Kelas di

SDN Gunungsari II dengan cara program

perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran

Sains (IPA) dengan pokok bahasan tentang

Dampak Pengambilan Sumber Daya Alam

yang berlebihan pada kelas IV semester II.

Program perbaikan pembelajaran dilakukan

karena proses pembelajaran selama ini belum

berhasil. Semua itu dapat diketahui dari hasil

belajar siswa belum sesuai dengan Standart

Minimum ketuntasan belajar yaitu ≥ 65. Dari

23 siswa yang mengikuti proses pembelajaran

ada 16 siswa (69,56%) yang mendapat nilai

dibawah ≥ 65. Dengan demikian peneliti

merancang Program Perbaikan Pembelajaran

dengan menerapkan metode demonstrasi yang

dipadu dengan diskusi.

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan

mendiskripsikan penggunaan metode

demonstrasi dalam pembelajaran dan

enganalisis/mendeskripsikan dampak dari

penggunaan metode demonstrasi dalam

pembelajaran terhadap hasil belajar siswa.

Menurut Winataputra (2008) menyatakan

belajar adalah setiap perubahan yang relatif

menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu hasil dari suatu latihan atau

pengalaman.

Metode adalah suatu cara yang teratur

dan terpilih untuk mencapai maksud dan tujuan

dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya.

Metode demonstrasi adalah metode yang

melibatkan adanya seorang guru, orang luar

yang diminta atau siswa, memperlihatkan suatu

proses kepada seluruh kelas (Anggoro,

2008:1).

Page 80: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Hartanti, Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Dampak Penggunaan Sumber Daya Alam yang Berlebihan | 77

Metode demonstrasi dapat diterapkan

pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

atau Sains. Model pembelajaran ini mengajak

siswa untuk mengembangkan kemampuan

berpikir kritis dan kreatif sesuai pengetahuan

yang dimiliki siswa dan bersifat fakta atau

nyata. Dari metode demonstrasi yang

diterapkan kepada siswa guru dapat

mengetahui pengetahuan siswa secara satu

persatu atau dalam arti lain pengetahuan yang

beraneka ragam.

Diskusi merupakan suatu kegiatan yang

dibentuk dalam kelompok (kerja kelompok).

Menurut (Jamarah ; 2002) maksud dari diskusi

adalah upaya mengumpulkan data informasi

dengan mengamati pastisipasi siswa

berkonstibusi memberi masukan berupa ide-

ide, bersikap positif pada diskusi, menerima

pendapat dari teman dan sebagainya. Kerja

kelompok yaitu upaya mengumpulkan data

atau informasi dengan memberi tugas

kelompok itu dapat diperoleh data proses dan

hasil. Data proses berkaitan dengan partisipasi

seseorang dalam kelompok, sedangkan data

hasil berupa hasil kerja kelompok.

Dalam KTSP (2006), mata pelajaran IPA

disebut dengan mata pelajaran Sains. Pada

prinsipnya pelajaran Sains di SD membekali

siswa dengan kemampuan berbagai cara

mengetahui dan suatu cara mengerjakan yang

dapat membantu siswa untuk memahami alam

sekitar secara.

Menerapkan metode demonstrasi dan

diskusi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam bertujuan supaya hasil belajar siswa

meningkat. Langkah yang dilakukan guru

dalam proses pembelajaran dengan memakai

metode demonstrasi yaitu siswa

mendemonstrasikan materi ajar didepan kelas

dengan melibatkan siswa lain sebagai

pendengar atau pengamat. Dari keterlibatan

siswa itu proses pembelajaran diharapkan lebih

aktif. Kemudian langkah penggunaan metode

diskusi yaitu dari 23 siswa dibentuk menjadi

kelompok, 1 kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

Dengan metode diskusi guru akan memperoleh

alternatif jawaban yang berbeda-beda pada

setiap kelompok. Dari jawaban yang beragam

itu tidak hanya guru yang mengetahui dan

mengerti pendapat siswa tetapi semua siswa

juga dapat menampung hasil jawaban diskusi

dari kelompok lain.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan (action research), karena penelitian

dilakukan untuk memecahkan masalah

pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga

termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik

pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil

yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Wardani, (2000;8) me-

ngelompokkan penelitian tindakan menjadi

empat macam yaitu a) guru bertindak sebagai

peneliti, b) penelitian tindakan kolaboratif, c)

Simultan terintegratif, dan d) administrasi

social ekperimental.

Tempat penelitian adalah di SDN

Gunungsari II dengan subyek siswa kelas IV

tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan April 2015 pada

semester genap.

Penelitian ini menggunakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih

Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku

tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan mereka

dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang

dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi

dimana praktek pembelajaran tersebut

dilakukan (dalam Mukhlis, 2007: 3).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan penelitian ini diawali dari

pengumpulan data-data yang dijadikan acuan

untuk mengadakan penelitian atau perbaikan.

Langkah awal yang dilakukan adalah peneliti

berkolaborasi dengan teman sejawat membuat

dan menyusun rencana perbaikan pembelajaran

tentang materi ajar dampak penggunaan

sumber daya alam yang berlebihan,

mempersiapkan pedoman pembelajaran yang

hendak disampaikan kepada siswa dan

menyusun alat evaluasi untuk tindakan siklus I.

Page 81: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

78 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 76 – 80

Pada tahap perencanaan ini, penulis

menyajikan beberapa instrument untuk

dijadikan acuan dalam pelaksanaan perbaikan

pembelajaran. Diantaranya data awal siswa

dari hasil tes tulis formatif nilai dan

rekapitulasi nilai tes formatif kelas IV semester

II tahun pelajaran 2014/2015.

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif

No Uraian Hasil Awal

1.

2.

3.

4.

5.

Nilai rata – rata tes tulis uraian

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah siswa yang belum tuntas

belajar

Presentase siswa yang tuntas belajar

Presentase siswa yang tidak tuntas

belajar

54.8 %

12

11

52.17 %

47.83 %

Keterangan : Standart Ketuntasan Sekolah = 65

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa

dengan materi pembelajaran yang telah

disampaikan guru diperoleh nilai rata – rata

presentase belajar siswa adalah 54.8 % dan

ketuntasan belajar mencapai 52.17 % atau ada

12 siswa dari 23 siswa yang sudah tuntas

belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

pada data awal secara klasikal siswa belum

tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh

nilai ≥ 60 hanya lebih kecil dari presentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 75

%. Hal ini disebabkan karena siswa banyak

yang belum memahami tentang materi ajar

Dampak Pengambilan Sumber Daya Alam

Yang Berlebihan yang telah disampaikan oleh

guru.

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran

siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 04 April

2015 semester II di SDN Gunungsari II

Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro

dan subjek penelitian adalah siswa kelas IV

dengan jumlah murid 23 siswa.

Tabel 2.

Rekapitulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I

No Uraian Hasil

Siklus I

1.

2.

3.

4.

5.

Nilai rata – rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah siswa yang tidak tuntas

Presentase siswa yang tuntas belajar

Presentase siswa yang tidak tuntas

belajar

60 %

15

8

65.21 %

34.78 %

Keterangan : Standart ketuntasan sekolah = 65

Berdasarkan tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa jumlah siswa yang tuntas

dari nilai tes formatif yang diperoleh adalah 15

siswa atau 65.21%, sedangkan siswa yang

tidak tuntas dari nilai tes formatif adalah 10

siswa atau 34.78 %.

Dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran diperoleh informasi dari hasil

pengamatan yaitu : 1). Hasil belajar siswa

masih rendah atau masih kurang dari standart

ketuntasan yang ditetapkan sekolah, yaitu 65.

2). Media dan metode yang disajikan guru

kurang maksimal sebagai siswa cenderung

pasif. 3). Peningkatan siswa yang tuntas belajar

hanya sedikit yang awalnya 12 menjadi 15

siswa yang tuntas, sehingga masih banyak

siswa yang belum tuntas pada siklus I ini.

Dari informasi tersebut hasil siswa dapat

dikatakan kalau belum meningkat karena ada 8

siswa yang belum tuntas. Teman sejawat

berpendapat kalau peneliti belum maksimal

dalam perbaikan pembelajaran pada siklus I ini

karena strategi dan metode kurang sempurna.

Dibawah ini adalah grafik nilai perbaikan pada

siklus I

Keterangan :

1 : Mucamad Saiful

2 : Amalia Tandayu

3 : Agus Ahmad Wildani

4 : Ahmad Fazarudin

Bachtiar

5 : Agung Budi Laksono

6 : Dede Mei Lia Ariani

7 : Diyah Ayu Nur Safitri

8 : Dika Ari Putra

9 : Disma Isyfani

10 : Hendra Cahyanto

11 : Moch. Wahyu AS

12 : Moch. Akbar Bariq

12 : Moch. Akbar Bariq

13 : Nur Mustiko Weni U

14 : Nurul Ifa Hidayatul U

15 : Novandro Hermawan

16 : Priyo Budi Utomo

17 : Rizal Dwi Prasetyo

18 : Rima Aryuni Orizanti

19 : Rizqi Andika W

20 : Siti Novita Muslinarni

21 : Siti Rofida

22 : Siti Muninggar A

23 : Siti Khoiriyatul M

Page 82: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Hartanti, Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Dampak Penggunaan Sumber Daya Alam yang Berlebihan | 79

0 10

20

30 40

50

60 70

80

90

100

Data

awal

Siklus I Siklus II

Nilai Rata-rata

Kelas

60 % 77.39

%

54.8

%

Deskripsi Siklus II

Berikut ini adalah hasil dari penelitian

yang disajikan dalam bentuk tabel.

Diantaranya tentang pengelolaan pembelajaran

berlangsung yang dinilai oleh teman sejawat.

Dan analisa nilai perbaikan pada siklus kedua

beserta rekapitulasinya.

Tabel 3

Rekapitulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II

No Uraian Hasil

Siklus I

1.

2.

3.

4.

5.

Nilai rata – rata tes tulis uraian

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah siswa yang belum tuntas

Presentase siswa yang tuntas belajar

Presentase siswa yang tidak tuntas

belajar

77.39 %

21

2

91.30 %

8.69 %

Keterangan : Standart ketuntasan sekolah = 65.

Berdasarkan tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa jumlah siswa yang tuntas

dari nilai tes formatif yang diperoleh 91.30%,

sedangkan siswa yang tidak tuntas dari nilai tes

formatif yang diperoleh adalah 8.69 %.

Dari hasil refleksi ini teman sejawat

berpendapat bahwa pada tahap perbaikan di

siklus kedua ini benar-benar berhasil.

Dibawah ini adalah grafik nilai perbaikan pada

siklus II

Keterangan : Nama siswa seperti pada grafik sklus I

Pembahasan

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa metode demonstrasi dan diskusi

memiliki dampak positif dalam meningkatkan

kemampuan siswa dalam hasil belajarnya. Hal

ini dapat dilihat dari semakin mantapnya

pemahaman siswa serta keterlibatannya

terhadap materi yang disampaikan guru.

Ketuntasan belajar meningkat dari data awal

12 siswa, mengalami peningkatan pada siklus I

yaitu 15 siswa dan meningkat lagi pada siklus

II yaitu 21 siswa meski ada 2 siswa yang

mendapat nilai minimal yaitu 60 yaitu di

bawah standart.

Berdasarkan analisa data, diperoleh

aktifitas siswa dalam proses pembelajaran

dangan menerapkan metode demonstrasi dan

diskusi dalam setiap siklus mengalami

peningkatan. Hal ini berdampak positif pada

hasil belajar siswa yang dapat ditunjukkan

dengan meningkatnya kemampuan siswa

dalam bekerja sama kelompok dan berpikir.

Berdasarkan analisis data, diperoleh

aktifitas siswa dalam proses pembelajaran

dikategorikan aktif karena terlibat selama

proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan

untuk aktifitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran yang kotekstual. Hal ini terlihat

dari aktifitas guru yang muncul diantara

menyajikan materi dengan lebih menarik

karena siswa diajak terlibat sehingga siswa

tidak jenuh jika hanya mendengarkan saja,

memberikan umpan balik terhadap hasil tugas

yang telah dikerjakan siswa. Menanggapi

siswa ketika mendemonstrasikan materi.

Peningkatan nilai rata-rata kelas dari data

awal, siklus I dan siklus II dapat digambarkan

sebagai berikut :

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan selama dua siklus, dan ber-

35

Page 83: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

80 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 76 – 80

dasarkan seluruh pembahasan serta analisis

yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

Pembelajaran dengan metode demonstrasi dan

diskusi pada mata pelajaran IPA membawa

dampak positif dalam meningkatkan hasil

belajar siswa yang ditandai dengan

peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam

setiap siklus. Pada siklus I diperoleh

ketuntasan belajar siswa sebesar 65,21 % atau

jumlah siswa yang tuntas ada 15 siswa dan

yang belum tuntas ada 8 siswa. Kemudian pada

siklus II meningkat menjadi 91,30 % atau

jumlah siswa yang tuntas ada 21 dan yang

tidak tuntas ada 2 siswa.

Penerapan metode demonstrasi dan

diskusi pada mata pelajaran IPA mempunyai

pengaruh positif. Hal itu dapat diketahui dari

meningkatnya motivasi belajar siswa yang

ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban

siswa yang menyatakan bahwa siswa lebih

tertarik dan berminat dalam menggunakan

metode demonstrasi dan diskusi pada pelajaran

IPA sehingga mereka menjadi termotivasi

untuk belajar.

Metode demonstrasi dan diskusi sangat

efektif diterapkan pada pembelajaran IPA,

sehingga perlu dikembangkan lebih sempurna

dalam penggunaannya pada proses

pembelajaran berikutnya.

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, agar

proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan

lebih memberikan hasil yang optimal bagi

siswa, maka disampaikan saran: Untuk

melaksanakan metode demonstrasi dan diskusi

pada mata pelajaran IPA memerlukan

persiapan yang cukup matang, sehingga guru

harus mampu menentukan atau memilih topik

yang benar-benar bisa diterapkan dengan

metode demonstrasi dan diskusi pada mata

pelajaran IPA, dengan demikian proses belajar

mengajar memperoleh hasil yang maksimal.

Dalam rangka meningkatkan hasil

belajar siswa, guru hendaknya lebih sering

melatih siswa dengan berbagai metode,

walaupun dalam taraf yang sederhana. Dimana

siswa nantinya dapat menentukan pengetahuan

baru, memperoleh konsep dan keterampilan

belajar yang aktif, sehingga dari berbagai

metode yang nantinya diterapkan, siswa dapat

berhasil atau mampu memecahkan masalah-

masalah yang dihadapinya dalam proses

belajar mengajar.

DAFTAR RUJUKAN

Anggoro, T. M; dkk (2008) Metode Penelitian, Jakarta : Universitas Terbuka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Wardani, I. G. A. K. ; Wiharti, K (2008) Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Universitas Terbuka.

Winataputra, S. U. ; dkk (2008) Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Universitas Terbuka.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Diknas Pendidikan Nasional.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya

Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Page 84: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I Nomor 1 Juni 2015

81

PETUNJUK BAGI PENULIS

JURNAL INOVASI GURU (JIG) MEDIA ILMIAH PENDIDIKAN

Petunjuk penulisan artikel pada Jurnal Inovasi Guru (JIG) yang diterbitkan oleh Forum Ilmiah Guru (FIG) adalah

sebagai berikut :

1. Artikel yang ditulis untuk JIG meliputi laporan hasil penelitian, makalah berupa tinjauan ilmiah, tulisan ilmiah

populer, artikel ilmiah populer dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Naskah diketik dengan huruf Times

New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 sepanjang minimal 5 halaman -

maksimal 12 halaman, dan diserahkan (dikirimkan) dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta soft copy

dalam CD. Berkas (file) dibuat dengan Microsoft Word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-

mail ke alamat: [email protected].

2. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Nama penulis

hendaknya dilengkapi dengan alamat korespondesi (termasuk e-mail) serta nama dan alamat lembaga tempat

penulis bekerja. Dalam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berkomunikasi dengan penulis utama atau

penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis harus menyertakan nama dan alamat lembaga serta

alamat korespondensi penulis tersebut (e-mail).

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian

artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besar di

tengah-tengah, dengan huruf sebesar 14 poin. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda

(semua judul bagian dan sub-bagian dicetak tebal atau tebal dan miring), dan tidak menggunakan angka/nomor

pada judul bagian:

PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)

Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)

Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)

4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 200

kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan;

bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub-bagian); penutup atau kesimpulan; daftar rujukan.

5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 200

kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar

belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil; pembahasan (atau hasil dan pembahasan

diintegrasikan); kesimpulan dan saran; daftar rujukan.

6. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakan

adalah sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel

penelitian dalam jurnal dan/atau majalah ilmiah.

7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada

kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Davis,

2003: 47).

8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.

Buku:

Anderson, D.W., Vault, V.D. & Dickson, C.E. 1999. Problems and Prospects for the Decades Ahead: Competency

Based Teacher Education. Berkeley: McCutchan Publishing Co.

Buku kumpulan artikel:

Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-1). Malang:

UM Press.

Artikel dalam buku kumpulan artikel:

Russel, T. 1998. An Alternative Conception: Representing Representation. Dalam P.J. Black & A. Lucas (Eds.),

Children’s Informal Ideas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge.

Artikel dalam jurnal atau majalah:

Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi Kebutuhan

Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57-61.

Page 85: JURNAL INOVASI GURU (JIG) · ISSN : 2443-2849 JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan

Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I Nomor 1 Juni 2015

82

Artikel dalam koran:

Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah Pengunggulan? Majapahit Pos, hlm. 4 &11.

Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang):

Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.

Dokumen resmi:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Depdikbud.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT

Armas Duta Jaya.

Buku terjemahan:

Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan.

1982. Surabaya: Usaha Nasional.

Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian:

Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan,

Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi.

Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang.

Makalah seminar, lokakarya, penataran:

Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Penulisan Artikel

dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11 Agustus.

Internet (karya individual):

Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-1995: The Calm before the

Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html), diakses 12 Juni 1996.

Internet (artikel dalam jurnal online):

Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online),

Jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id), diakses 20 Januari 2000.

Internet (bahan diskusi):

Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. NETTRAIN Discussion List, (Online),

([email protected]), diakses 22 November 1995.

Internet (e-mail pribadi):

Naga, D.S. ([email protected]). 1 Oktober 1997. Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah (jippsi@

mlg.ywcn.or.id).

9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Universitas Negeri Malang, 2001) atau mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang

telah dimuat. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan (Depdikbud, 1987). Artikel berbahasa Inggris menggunakan ragam baku.

10. Artikel 3 (tiga) eksemplar dan soft copynya dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum bulan penerbitan

kepada :

Jurnal Inovasi Guru (JIG)

Jl. Raya Baureno-Bojonegoro No. 261 Telp. 081330191500

Email : sukisspd@gmail

Website : www.fig_bjn.wordpress.com

11. Penulis yang artikelnya dimuat wajib membayar kontribusi biaya. Sebagai imbalannya, penulis menerima nomor

bukti pemuatan sebanyak 4 (empat) eksemplar. Artikel yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan, kecuali atas

permintaan penulis.

12. Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan

naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum

yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel tersebut.