Page 1
ISSN : 2443-2849
JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan
Media informasi dan hasil kreatifitas guru yang berisi tentang laporan hasil penelitian, makalah berupa
tinjauan ilmiah, tulisan ilmiah populer, artikel ilmiah populer dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.
PELINDUNG
DR. Husnul Khuluq, Drs, MM
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro
DEWAN PAKAR
Syarif Hidayatullah, S.Pd, M.Pd (UNISLA)
Uzlifatul Masruroh Isnawati, S.Pd, M.Pd (UNISLA)
Madekan Ali, S.Pd, M.Si (UNISLA)
Khusaini, S.Pd. M.Pd
Drs. Sukarni Setiyono, SPd, MM
TIM EDITOR
Drs. Kadar, MM
Suwarno, S.Pd, MM
Drs. Sunarto, M.Pd
Suwardi, S.Pd, M.Pd
Sumitro, S.Pd.MM
Suseno, S.Pd.MM
Khamim, S.Pd
KETUA DEWAN REDAKSI
Sukis, S.Pd
TATA USAHA
Abdul Qoliq Assidiq
MITRA BESTARI
Nanang Miswar Hasyim, M.Si (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Zainal Abidin, ST, M.Eng (Dosen UNISLA)
Alamat Redaksi Jurnal Inovasi Guru (JIG) : Jl.Raya Babat Bojonegoro No. 261 Telpon 081330191500,
Email : [email protected] Website : www.fig_bjn.wordpress.com
Jurnal diterbitkan oleh Forum Ilmiah Guru
Page 2
Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I Nomor 1 Juni 2015
JURNAL INOVASI GURU (JIG) Media Ilmiah Pendidikan
DAFTAR ISI
Pengantar Redaksi
Daftar Isi
Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Pekerjaan Sri Mami ( hal. 1 – 5 )
Implementasi Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PKn
Materi NKRI Sundarto ( hal. 6 – 9 )
Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran SAVI Siswono ( hal. 10 – 15 )
Strategi Pembelajaran PAKEM Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Konsep Membaca Lancar Suharwati ( hal. 16 – 20 )
Metode Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Muhim ( hal. 21 – 25 )
Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas I Melalui Optimalisasi Pembelajaran Tematik Musianah ( hal. 26 – 30 )
Peningkatan Hasil Belajar Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Model Bermain Pada
Siswa Kelas IV Moch. Arif ( hal. 31 – 36 )
Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi
Perilaku Penyayang Terhadap Hewan Sri Asih ( hal. 37 – 42 )
Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Memukul Bola Kasti Melalui Penggunaan Media Gambar
Pada Siswa Kelas V Sutriyo ( hal. 43 – 48 )
Meningkatkan Pembelajaran Agama Islam Melalui Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi
Pada Siswa Kelas IV Kasyim ( hal. 49 – 54 )
Peningkatan Hasil Belajar Mengenal Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan Kelas V Melalui
Media Peta Isnaeni ( hal. 55– 59 )
Peningkatan Prestasi Belajar Menulis Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas I Ninik Suryani ( hal. 60– 64 )
Peningkatan Aktivitas Siswa Kelas VI Dalam Pembelajaran PKn Melalui Metode Role Playing Mujari ( hal. 65– 70 )
Meningkatkan Keterampilan Proses Dengan Menggunakan Asesmen Rubrik Dalam Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Lilik Endang Wardiningsih ( hal. 71 – 75 )
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Dampak Penggunaan Sumber Daya Alam yang
Berlebihan Melalui Metode Demonstrasi dan Diskusi Hartanti ( hal. 76 – 80 )
Petunjuk Bagi Penulis Jurnal Inovasi Guru (JIG)
Page 3
Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I Nomor 1 Juni 2015
PENGANTAR REDAKSI
Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat Allah SWT, Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I
Nomor 1, Juni 2015 ini dapat diterbitkan. Sebagai Media Ilmiah Pendidikan, penerbitan Jurnal
ini bertujuan sebagai sarana guru, tenaga kependidikan ataupun praktisi pendidikan lainnya
untuk meningkatkan profesionalisme akademisi.
Jurnal ini merupakan media informasi dan hasil kreatifitas guru yang berisi tentang
laporan hasil penelitian, makalah berupa tinjauan ilmiah, tulisan ilmiah populer, artikel ilmiah
populer dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.
Pada volume I nomor 1 ini, kami sajikan limabelas karya tulis ilmiah hasil pemikiran dan
penelitian dari beberapa guru, diantaranya : Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPS Materi Pekerjaan, Implementasi Metode Simulasi Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PKn Materi NKRI, Peningkatan Prestasi Belajar IPA
Materi Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran SAVI, Strategi Pembelajaran
PAKEM Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Konsep Membaca Lancar, Metode Pembelajaran
Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI, Peningkatan Aktivitas Belajar
Siswa Kelas I Melalui Optimalisasi Pembelajaran Tematik, Peningkatan Hasil Belajar Gerak
Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Model Bermain Pada Siswa Kelas IV, Penerapan
Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Pestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi
Perilaku Penyayang Terhadap Hewan, Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Memukul
Bola Kasti Melalui Penggunaan Media Gambar Pada Siswa Kelas V, Meningkatkan
Pembelajaran Agama Islam Melalui Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi Pada
Siswa Kelas IV, Peningkatan Hasil Belajar Mengenal Keragaman Kenampakan Alam dan
Buatan Kelas V Melalui Media Peta, Peningkatan Prestasi Belajar Menulis Melalui
Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas I, Peningkatan Aktivitas Siswa Kelas VI Dalam
Pembelajaran PKn Melalui Metode Role Playing, Meningkatkan Keterampilan Proses Dengan
Menggunakan Asesmen Rubrik Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Tentang Dampak Penggunaan Sumber Daya Alam yang Berlebihan Melalui
Metode Demonstrasi dan Diskusi.
Untuk itu kami sampaikan terima kasih kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Bojonegoro, Rektor dan Dosen Universitas Islam Lamongan, Dosen UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta sebagai Mitra Bebestari, serta semua pihak yang mendukung atas terbitnya Jurnal
Inovasi Guru (JIG). Harapan kita jurnal ini akan memberikan kontribusi yang bermakna untuk
pengembangan kompetensi guru.
Juni 2015
Redaksi
Page 4
1
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR IPS MATERI PEKERJAAN
Sri Mami
Guru SDN Nglumber II Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro
Email: [email protected]
Abstrak : Siswa Kelas III di SDN Nglumber II memiliki motivasi belajar yang masih rendah. Hal ini
ditunjukkan dengan rendahnya hasil belajar. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan, metode ceramah sebagai pilihan utama strategi pembelajaran. Untuk itu diperlukan
strategi baru yang lebih memberdayakan siswa melalui strategi yang tidak mengharuskan siswa untuk
menghafal fakta-fakta, namun strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan pengetahuan yang
dimiliki dan didapatkan sendiri. Dari hal tersebut, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas.
Sedangkan metode yang digunakan untuk melakukan perbaikan pembelajaran adalah metode diskusi.
Dengan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan mampu meningkatkan
konsentrasi belajar, aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS sehingga
tercipta pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus dengan
menggunakan model desain penelitian Kemmis. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan nilai rata-
rata 65,33 pada siklus I meningkat menjadi 77,33 pada siklus II. Sedangkan siswa yang mendapat hasil
diatas KKM 60 % pada siklus I dan pada Siklus II meningkat menjadi 86,67%. Dari hasil perbaikan
pembelajaran peneliti dapat disimpulkan bahwa Metode Diskusi yang digunakan dapat meningkatkan
Hasil Belajar siswa SDN Nglumber II Kepohbaru Bojonegoro.
Kata Kunci : metode diskusi, hasil belajar IPS
Dalam Pendidikan IPS tidak bisa
dilepaskan dari interaksi fungsional
perkembangan masyarakat dengan system dan
praksis pendidikannya. Yang dimaksud dengan
interaksi fungsional disini adalah bagaimana
perkembangan masyarakat mengimplikasi
terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial, dan sebaliknya bagaimana tubuh
pengetahuan pendidikan IPS turut
memfasilitasi pengembangan actor social dan
warga Negara yang cerdas dan baik, yang pada
gilirannya dapat memberikan kontribusi yang
bermakna terhadap perkembangan masyarakat
Indonesia. (Sunarsa, 2008 ; 1.22)
Peran guru sangatlah penting dalam
usaha membawa dan menciptakan anak didik
yang bermakna terhadap perkembangan
masyarakat. Oleh sebab itu, proses
pembelajaran di kelas haruslah sukses demi
mendapatkan siswa-siswa yang bermakna,
berkwalitas dan berprestasi. Namun dalam
proses pembelajaran seringkali kita temukan
permasalahan belajar mengajar di kelas. Untuk
mendapatkan, mencapai pembelajaran yang
sukses sebagai guru kita dituntut untuk
merencanakan strategi pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan, metode, media
pembelajaran yang sesuai, efektif dan efisien
terhadap tujuan materi yang disampaikan.
Beberapa temuan permasalahan yang
dialami peneliti pada siswa Kelas III SDN
Nglumber II Kecamatan Kepohbaru Kabupaten
Bojonegoro adalah rendahnya motivasi belajar
dan hasil belajar terhadap mata pelajaran IPS.
Kelas masih terfokus pada guru sebagai
sumber utama pengetahuan, kemudian metode
ceramah sebagai pilihan utama strategi
pembelajaran. Untuk itu diperlukan strategi
baru yang lebih memberdayakan siswa yaitu
suatu strategi yang tidak mengharuskan siswa
untuk menghafal fakta-fakta namun sebuah
strategi yang mendorong siswa mengkontruksi-
kan pengetahuan yang dimiliki dan didapatkan
sendiri.
Salah satu strategi yang tepat digunakan
dalam pembelajaran IPS SD khususnya materi
Pekerjaan adalah Metode Diskusi. Dengan
metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran
siswa diharapkan mampu meningkatkan
konsentrasi belajar, aktivitas belajar dan
Page 5
2 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 1 – 5
prestasi belajar siswa dalam meta pelajaran IPS
sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan.(Suprajekti, 2007)
Adapun tujuan diadakan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil belajar atau
prestasi siswa Kelas III SDN Nglumber II
Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro
pada mata pelajaran IPS Pokok bahasan
Pekerjaan dengan menggunakan metode
diskusi. Menurut Djam’an Astori (2006),
belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya
pikir, dan lain-lain kemampuan.
Menurut Oemar Hamalik yang dikutip
oleh Indra Munawar hasil belajar adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil
belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan
ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai
apabila siswa sudah memahami belajar dengan
diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih
baik lagi. Menurut Andayani (2004) penilaian
memiliki tujuan yang sangat penting dalam
pembelajaran, diantaranya untuk grading,
seleksi, mengetahui tingkat penguasaan
kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan
prediksi.
Sebagai grading, penilaian ditujukan
untuk menentukan atau membedakan
kedudukan hasil kerja peserta didik
dibandingkan dengan peserta didik lain.
Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan
peserta didik dalam urutan dibandingkan
dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi
penilaian untuk grading ini cenderung
membandingkan anak dengan anak yang lain
sehingga lebih mengacu kepada penilaian
acuan norma (norm-referenced assessment).
Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan
untuk memisahkan antara peserta didik yang
masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak.
Peserta didik yang boleh masuk sekolah
tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini,
fungsi penilaian untuk menentukan seseorang
dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
Untuk menggambarkan sejauh mana seorang
peserta didik telah menguasai kompetensi.
Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan
untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik
dalam rangka membantu peserta didik
memahami dirinya,membuat keputusan tentang
langkah berikutnya, baik untuk pemilihan
program, pengembangan kepribadian maupun
untuk penjurusan.
Sebagai alat diagnosis, penilaian
bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang
dialami peserta didik dan kemungkinan
prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan
membantu guru menentukan apakah seseorang
perlu remidiasi atau pengayaan.
Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan
untuk mendapatkan informasi yang dapat
memprediksi bagaimana kinerja peserta didik
pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam
pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian
ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi
akademik.
Dari keenam tujuan penilaian tersebut,
tujuan untuk melihat tingkat penguasaan
kompetensi, bimbingan, dan diagnostik
merupakan peranan utama dalam penilaian.
Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian
menuntut guru agar secara langsung atau tak
langsung mampu melaksanakan penilaian
dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk
menilai sejauhmana siswa telah menguasai
beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis
penilaian perlu diberikan sesuai dengan
kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk
kerja/kinerja (performance), penugasan
(proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil
kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis
(paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian
adalah memberikan masukan informasi secara
komprehensif tentang hasil belajar peserta
didik, baik dilihat ketika saat kegiatan
Page 6
Sri Mami, Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Pekerjaan | 3
pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari
hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai
cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan dapat dicapai peserta didik.
METODE
Penelitian ini berupa hasil penelitian
tindakan dengan metode diskusi yaitu suatu
cara penyampaian bahan pelajaran dan guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpul-
an atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan masalah.
Dalam kehidupan modern ini banyak
sekali masalah yang dihadapi oleh manusia;
sedemikian kompieksnya masalah tersebut
sehingga tak mungkin hanya dipecahkan
dengan satu jawaban saja, tetapi kita harus
menggunakan segala pengetahuan kita untuk
memberi pemecahan yang terbaik. Ada
kemungkinan terdapat lebih dari satu jawaban
yang benar sehingga harus menemukan
jawaban yang paling tepat. (Anggoro, 2002).
Kecakapan untuk memecahkan masalah
dapat dipelajari, untuk itu siswa harus dilatih
sejak kecil. Persoalan yang kompleks sering
kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat,
karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar
kerjasama. Dalam hal ini diskusi merupakan
jalan yang banyak memberi kemungkinan
pemecahan terbaik.
Selain memberi kesempatan untuk
mengembangkan ketrampilan memecahkan
masalah, juga dalam kehidupan yang
demokratis kita diajak untuk hidup ber-
musyawarah, mencari keputusan-keputusan
atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-
anak, latihan untuk peranan peserta dalam
kehidupan di masyarakat.
Hakikat IPS, adalah telaah tentang
manusia dan dunianya. Manusia sebagai
makhluk sosial selalu hidup bersama dengan
sesamanya. Sedangkan tujuan pendidikan IPS
menurut (Sunarsa. 2008) adalah “membina
anak didik menjadi warga negara yang baik,
yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kepedulian social yang berguna bagi dirinya
serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan
secara rinci Oemar Hamalik merumuskan
tujuan pendidikan IPS berorientasi pada
tingkah laku para siswa, yaitu : 1) pengetahuan
dan pemahaman, 2) sikap hidup belajar, 3)
nilai-nilai sosial dan sikap, 4) keterampilan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas
III Semester II SDN Nglumber II Kecamatan
Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro tahun
pelajaran 2014/2015. Siklus I dilaksanakan
pada tanggal 10 Maret 2015 dan Siklus II pada
tanggal 17 Maret 2015.
Hasil Penelitian
Siklus I
Sebelum menyusun rencana perbaikan
pembelajaran, guru melakukan identifikasi
masalah dan merencanakan langkah-langkah
yang akan diambil, membuat rencana
perbaikan pembelajaran ( RPP ) tentang sub
pokok bahasan mengenal jenis-jenis pekerjaan,
membuat alat peraga berupa gambar-gambar,
menyiapkan soal untuk dikerjakan
berkelompok, membagi siswa dalam 3
kelompok masing-masing kelompok ada 5
anak, membuat lembar pengamatan kegiatan
pembelajaran, mempersiapkan soal evaluasi
untuk mengukur kemampuan siswa diakhir
pembelajaran.
Kegiatan pada Siklus I dilaksanakan
pada tanggal, 10 Maret 2015, pukul 09.50 –
11.00 WIB, guru mengecek kesiapan siswa
dalam mengikuti pelajaran dan mengadakan
apersepsi seputar materi, siswa diberi
kesempatan bertanya tentang materi sebelum-
nya yang belum dimengerti, guru memberi
contoh gambar beberapa jenis pekerjaan yang
menghasilkan barang dan pekerjaan yang
menghasilkan barang, siswa menyebutkan
contoh lain pekerjaan yang menghasilkan
barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa.
Dengan tanya jawab siswa menyebutkan tugas-
tugas pekerjaan yang mereka sebutkan,guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 5 siswa dan
menjelaskan langkah-langkah mengerjakan
tugas kelompok, setiap kelompok mengerjakan
soal-soal yang diberi guru dan guru keliling
untuk mengamati dan membimbing siswa,
Page 7
4 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 1 – 5
hasil diskusi dibaca di depan kelas, siswa
diberi tugas untuk mengerjakan soal evaluasi,
kemudian dibahas.
Setelah dilakukan tindakan siklus I hasil
tes akhir pembelajaran menunjukkan nilai rata-
rata kelas 65,33 dan terdapat 60% siswa yang
mendapat nilai ≤70. Dari 15 siswa yang tuntas
9 siswa (60%), sedangkan 6 siswa atau 40 %
belum tuntas. Hal ini disebabkan dalam proses
pembelajaran terdapat beberapa kekurangan
yaitu banyak siswa yang tidak mendengarkan
penjelasan materi yang diberikan guru, siswa
saat berdiskusi kelompok banyak yang ramai
dan gaduh.
Tabel 1
Data Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Nglumber II
Pada Siklus I
No Nama Murid L/P Nilai TT/
Tdk TT
1 Cisilia Friska Ayu R P 80 T
2 Dhafika Maulida N P 70 T
3 Dika Agung Prakoso L 80 T
4 Elsa Dewi Anjani P 60 TT
5 Feri Yonatan Pratama L 70 T
6 Husen Ali Al Khafid L 90 T
7 Ilvia Nur Alista P 90 T
8 Mahesa Putra Pratama L 50 TT
9 Misbakhur Rozadi L 60 TT
10 Najwa Hesti Nazara P 60 TT
11 Nesya Shella Aftika P 50 TT
12 Revalina Sri Dwi Nur C P 70 T
13 Riski Kurniawan L 70 T
14 Saskia Ayu Kolisna P 50 TT
15 Yosi Dwi Jhonsen K L 30 TT
Jumlah 980
Rata-rata 65,33
Tabel 2
Distribusi Presentase Hasil Belajar Siswa
Pada kegiatan Siklus I
No Nilai Frekuensi Frekuensi % Kategori prestasi
1
2
3
4
5
6
7
100
90
80
70
60
50
< 40
0
3
4
6
7
4
6
0 %
10 %
13,3 %
20 %
23,3 %
13,3 %
20 %
Istimewa
Sangat baik
Baik
Sedang
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data di atas bahwa 1)
pengaturan waktu kurang efisien, sehingga
materi tidak dapat tersampaikan secara
maksimal, 2) guru dalam menjelaskan materi
terlalu cepat sehingga kurang komunikatif, 3)
kemampuan guru dalam memberikan
bimbingan secara keseluruhan kurang
seimbang.
Pada proses pembelajaran siklus I telah
telah dianalisis dan peneliti telah mengetaui
kekurangan-kekurangan yang didapat dari hasil
pengamatan teman sejawat,dan hasil dan dari
hasil belajar siswa yang kurang memuaskan
maka langkah selanjutnya peneliti menentukan
rencana perbaikan pembelajaran yaitu ke siklus
II.
Siklus II
Kegiatan pada Siklus II dilaksanakan
pada tanggal, 17 Maret 2015, pukul 09.50 –
11.00 WIB, guru mengecek kesiapan siswa
dalam mengikuti pelajaran dan mengadakan
apersepsi seputar materi. Pada tahap
perencanaan guru mengidentifikasi masalah
dan merumuskan masalah dari hasil siklus I,
memperbaiki rencana pembelajaran dengan
menentukan metode yang dipakai metode
diskusi serta penggunaan alat peraga secara
maksimal, mempersiapkan berbagai contoh
soal yang akan diberikan kepada siswa, untuk
mengetahui seberapa besar siswa paham
dengan materi yang sudah dijelaskan, guru
membuat lembar pengamatan kegiatan
pembelajaran, guru mempersiapkan soal
evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa
diakhir pembelajaran.
Tindakan yang dilakukan adalah guru
mengulang materi pada siklus I dengan
menambahkan penjelasan-penjelasan yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa,
serta lingkungan sekitar, guru memberitahukan
tujuan pembelajaran yaitu agar siswa dapat
menyebutkan jenis-jenis pekerjaan beserta
tugas-tugas pekerjaan tersebut, siswa
berdiskusi sesuai kelompoknya masing-
masing, dan guru mengkondisikan siswa agar,
tidak ramai dan gaduh sendiri, perwakilan
setiap kelompok, siswa membaca hasil diskusi,
siswa mengerjakan soal evaluasi yang
Page 8
Sri Mami, Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Pekerjaan | 5
diberikan guru kemudian membahas soal
evaluasi bersama-sama.
Dengan memperhatikan kekurangan-
kekurangan pada siklus I dan peneliti
memperbaiki rencana perbaikan, ternyata dapat
membuahkan hasil yang baik. Pada siklus II ini
siswa terlihat lebih aktif, tidak gaduh,
terkontrol dalam mengikuti pembelajaran serta
hasil tes di akhir pembelajaran yang hasil tes
akhir pembelajaran menunjukkan nilai rata-rata
kelas 77,33 dan terdapat 86,33% siswa yang
mencapai ketuntasan belajar yaitu mendapat
nilai ≤70, sedangkan 2 siswa atau 13,33 %
belum tuntas, hal ini lebih disebabkan karena
siswa mengalami lambat dalam belajar, dengan
demikian penelitian ini dapat dikatakan
berhasil karena secara klasikal siswa yang
mengalami ketuntasan belajar di atas 85 %.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan
pembahasan yang disajikan peneliti dapat
menarik simpulan sebagai berikut: penerapan
metode diskusi untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas 3 SDN Nglumber II
Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro
menghasilkan hasil yang memuaskan. Terbukti
pada akhir siklus II nilai siswa 86,33% telah
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), proses pembelajaran juga lebih aktif,
lebih semangat dan lebih interaktif.
Saran-saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka
dapat dirumuskan saran-saran sebagai berikut
1) kepada guru sekolah dasar agar
mempertimbangkan metode pembelajaran
yang akan dipakai untuk menyampaikan
materi, sesuaikan metode dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai serta dengan
mempertimbangkan materi yang akan
disampaikan, 2) kepada guru sekolah dasar,
hendaknya selalu mempunyai kreatifitas dalam
menggunakan dan memilih strategi, metode
serta media pembelajaran yang akan
digunakan.
DAFTAR RUJUKAN
Andayani, dkk. (2004). Pemantapan Kemampuan Profesional .Jakarta : Universitas
Terbuka.
Anggoro, dkk. (2002). Metode Penelitian.Jakarta : Universitas Terbuka.
Djam’an Satori, dkk.(2006). Profesi Keguruan.Jakarta : Univesitas Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2007. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Sunarso, Anis kusumo.(2008). Ilmu Pengetahuan Sosial.Jakarta : Universitas Jakarta.
Suprajekti. 2007. Pembaharuan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta. Universitas Terbuka.
Page 9
6
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN PKn MATERI NKRI
MELALUI IMPLEMENTASI METODE SIMULASI
Sundarto
Kepala Sekolah Dasar Negeri Gajah I Baureno Bojonegoro
Email : [email protected]
Abstrak : Pembelajaran dalam mata pelajaran PKn membutuhkan pemahaman konsep dan ketelitian.
Pemahaman konsep tentang NKRI sangat penting dikuasai oleh siswa karena bermanfaat sekali dalam
mempelajarai materi selanjutnya. Kenyataan menunjukan bahwa siswa kelas V SDN Gajah I Baureno
Bojonegoro masih kesulitan menguasai konsep tentang NKRI. Oleh sebab itu penulis melaksanakan
perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan pemahaman siswa
dalam memahami materi NKRI. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa tentang materi NKRI dengan metode simulasi atau bermain peran, dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran sehingga guru bisa professional, meningkatkan kreatifitas dan ketelitian siswa
dalam mata pelajaran PKn, meningkatkan kinerja guru sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat, menambah wawasan dan pengetahuan. Dari hasil perbaikan pembelajaran dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode simulasi menunjukan kemajuan
dan peningkatan. Dengan hasil belajar mencapai nilai diatas rata-rata 86 % siswa menjawab dengan
benar.Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dapat ditingkatkan. Meningkatkan keseriusan
serta ketelitian siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa
dalam menjawab dan bertanya lebih aktif dan menyenangkan.
Kata kunci : pendidikan kewarganegaraan, metode pembelajaran simulasi, NKRI
Penerapan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan membutuhkan pemahaman
konsep dan ketelitian dalam mengerjakan soal
latihan. Pemahaman konsep tentang NKRI
sangat penting dikuasai oleh siswa karena
bermanfaat sekali dalam mempelajarai materi
selanjutnya.
Kenyataan menunjukan bahwa siswa
kelas V SDN Gajah I Kecamatan Baureno
masih kesulitan menguasai konsep tentang
bagi NKRI. Hal ini terlihat dari beberapa kali
ulangan yang pernah dianalisis dari tahun
ketahun, pada ulangan pertama semester ganjil
2014/2015 ini ternyata 9 siswa atau 39 %
mendapat nilai diatas KKM yang ditentukan
sekolah sedangkan 14 siswa atau 61 %
mendapat nilai dibawah KKM. Nilai rata-rata
hanya mencapai 54.
Kegagalan tersebut mungkin disebabkan
dari faktor guru, mungkin dari faktor siswa,
atau mungkin dari faktor yang lain. Penanaman
konsep tentang NKRI yang telah penulis
lakukan dirasakan masih kurang sehingga
siswa belum memahami sepenuhnya konsep
tersebut.
Dengan konsep dasar yang sudah
dipahami siswa akan lebih mudah
menyelesaikan berbagai macam soal tentang
NKRI yan diberikan guru. Oleh sebab itu
penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran
melalui penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN
Gajah I dalam memahami materi NKRI.
Laporan yang telah ditulis tentang
masalah yang dihadapi siswa kelas V dalam
pemahaman siswa tentang NKRI, melalui
penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa tentang
materi NKRI dengan metode simulasi atau
bermain peran. Sedangkan bagi guru bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
sehingga guru bisa professional, meningkatkan
kreatifitas dan ketelitian siswa dalam mata
pelajaran PKn, meningkatkan kinerja guru
sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat dan menambah wawasan dan
pengetahuan.
Dalam proses belajar mengajar
sebenarnya guru sudah melaksanakan PTK,
namun kebanyakan guru belum menyadarinya.
Page 10
7 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 6 – 10
Hal itu terjadi karena dalam proses
pembelajaran guru sudah melakukan
perbaikan, baik dari strategi maupun metode
mengajar. Namun apa yang dilakukan oleh
guru masih belum terstruktur dan tidak
terjadwal.(Depdiknas,2006)
Penelitian tindakan kelas adalah ragam
penelitian yang dimaksudkan untuk mengubah
berbagai keadaan, kenyataan dan harapan agar
pembelajaran menjadi lebih baik. Karakteristik
PTK yaitu : dilakukan sendiri oleh guru,
berangkat dari masalah yang terjadi di dalam
kelas, adanya tindakan tertentu yang dilakukan
untuk memperbaiki proses pembelajaran,
memiliki kerangka kerja yang teratur
berdasarkan hasil observasi, fleksibel dan ada
peran aktif. (Wardani. 2006; 2-3)
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan
yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai
interaksi antara guru dan siswa. Interaksi
edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pembelajaran dirumuskan.
Pada pendidikan formal guru adalah
praktisi yang paling bertanggung jawab atas
berhasil tidaknya program pembelajaran di
sekolah, sebab guru merupakan ujung tombak
dalam kegiatan pembelajaran. (Suciati, 2007 :
66-67).
Pendidikan Kewarganegaraan merupa-
kan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pribadi dan sikap untuk menyatukan visi warga
negara yang beragam dari segi agama, sosisal,
kultural, bahasa dan suku bangsa untuk
menjadi warga negara yang cerdas dan
terampil yang memiliki budaya kebersamaan
untuk dapat mendukung tetap berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
METODE
Suatu proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan memperlukan model-model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa.
Begitu pula metode yang digunakan dalam
pembelajaran ini adalah metode simulasi atau
bermain peran. Pada pengamatan langsung
ternyata siswa memperagakan budaya masing-
masing daerah, siswa terlibat langung dalam
pembelajaran, siswa aktif dalam pembelajaran,
memungkinkan terjadinya interaksi sosial
antara siswa, pemahaman siswa tentang NKRI
lebih jelas dan mudah diterima dan
pembelajaran lebih menyenangkan.
Dalam metode pengamatan simulasi,
guru dan siswa aktif dalam merespon suasana
kelas yang menyenangkan. Guru mempersiap-
kan Lembar Kerja (LK) dan lembar
pengamatan. Dalam proses pembelajaran, guru
memiliki strategi agar siswa dapat belajar
secara efektif dan efisien. Salah satu langkah
untuk memiliki strategi itu ialah harus
menguasai teknik-tehnik penyajian yang
disebut metode mengajar. Strategi pembelajar-
an adalah tindakan strategis guru dalam
merealisasikan perwujudan kegiatan pem-
belajaran aktual yang efektif dan efisien.
Untuk materi pembelajaran PKn tentang NKRI
yang sesuai adalah metode simulasi atau
bermain peran.
Evaluasi, tes, dan pengukuran
merupakan 3 aspek penting dalam pembelajar-
an. Tes merupakan alat ukur. Pengukuran
merupakan proses pemberian angka yang
bersifat kuantitatif. Sedangkan evaluasi
(penilaian) proses pengambilan keputusan
yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil
pengukuran. (Wahyudi, 2012)
Dari hasil evaluasi ini guru dapat
melakukan refleksi yang kemudian dapat
dilanjutkan dalam pelaksanaan perbaikan
(siklus). Hasil evaluasi dalam setiap siklus
dapat ditentukan rata-ratanya dengan cara
membagi jumlah nilai seluruh siswa dengan
jumlah siswa.
Dari hasil dari nilai rata-rata akan dapat
diketahui bahawa pembelajaran yang
dilakukan guru tersebut berhasil atau tidak dan
selanjutnya guru akan memikirkan tindak
lanjut atas pembelajaran tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada siklus I
meliputi: Perencanaan untuk penelitian
disiapkan beberapa perangkat antara lain :
bahan ajar, RPP, Skenario Pembelajaran, LKS,
Lembar Pengamatan dan evaluasi.
Page 11
8 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 6 – 10
Pada tahapan pelaksanaan siswa diberi
penjelasan tentang NKRI, siswa dibagi
beberapa kelompok berdasarkan pertimbangan
kemampuan akademik, guru membagikan LKS
kepada setiap kelompok, guru melakukan
observasi/membimbing kegiatan kelompok,
dilanjutkan dengan diskusi kelompok yang
dipandu oleh guru untuk membahas hal-hal
yang belum dimengerti siswa.
Selama tahap pelaksanaan peneliti
melakukan observasi terhadap kegiatan siswa,
diantaranya saat bermain peran berlangsung.
Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik tes
digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa, selain itu untuk mengetahui kualitas
proses belajar mengajar.
Tabel 1
Hasil Evaluasi Pembelajaran PKn Siklus I
No Nama Siswa Siklus I Siklus II
1 Indra 70 75
2 Choirul 55 70
3 Dedi 40 60
4 Bahrul 70 75
5 Arbiansyah 55 80
6 Agung 70 75
7 Bagas 55 65
8 Firman 70 75
9 Ika Putri 60 75
10 Meisi 70 80
11 Malik 70 80
12 Nisaroh 75 80
13 Noviana 60 75
14 Retno 75 75
15 Rindayani 60 75
16 Cindi 70 75
17 Santi 65 75
18 Feni 75 80
19 Fenila 75 85
20 Ogi Sudana 55 60
21 Monalisa 70 80
22 Monita 75 85
23 Rika 80 80
Rata-rata 66 76
Setelah membaca data di atas diperoleh
hasil evaluasi pembelajaran PKn. Hasil nilai
rata-rata kelas pada siklus I adalah 66
meningkat menjadi 76 pada siklus II. Siswa
yang memperoleh nilai diatas rata-rata
berjumlah 14 siswa (61%) pada siklus I
menjadi 20 siswa atau 86 %. Siswa yang
memperoleh nilai dibawah rata-rata berjumlah
3 siswa atau 14 %. Dari data ini dapat
disimpulkan bahwa hasil perbaikan
pembelajaran PKn dari Siklus I ke Siklus II
mengalami peningkatan 26 %.
Pembahasan
Setelah membaca data diatas dapat
dikatakan bahwa perolehan hasil perbaikan
pembelajaran PKn adalah :1) pada Pra Siklus
tidak tampak sama sekali, hal ini ditunjukan
dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa
adalah 54 nilai tersebut jauh dari KKM
pembelajaran PKn SDN Gajah I. Bahkan
memberi kesan belum adanya proses
pembelajaran, hasil pra siklus 9 siswa atau 39
% tuntas, 14 siswa atau 61 % belum tuntas.
Hal ini terjadi dikarenakan siswa belum
memahami atau belum mengerti tentang
penjelasan materi yang disampaikan guru, oleh
karena itu perlu diadakan perbaikan pada
Siklus I. 2) temuan hasil yang diperoleh pada
Siklus I adanya peningkatan pada nilai rata-
rata kelas dimana pada Pra Siklus nilai rata-
rata 54 di Siklus I menjadi 66. Pada siklus I
dari 23 siswa dapat memperoleh nilai diatas
rata-rata 14 siswa atau 61 %, sedangkan siswa
yang masih memperoleh nilai dibawah rata-
rata adalah 9 siswa atau 39 %. Siswa yang
dinyatakan tuntas 14 siswa atau 61 %, belum
tuntas 9 siswa atau 39 %. Hasil dari perbaikan
siklus I belum menunjukan hasil yang
diharapkan dengan kata lain prestasi siswa
belum tampak, sehingga diadakan perbaikan
pada pembelajaran di Siklus II, 3) dengan
mencermati perbaikan pembalajaran pada
siklus sebelumnya penulis berdiskusi lagi
dengan teman sejawat dalam melaksanakan
perbaikan pemebelajaran pada Siklus II. Dan
hasil yang diperoleh pada Siklus II adanya
peningkatan pada prestasi siswa yang
signifikan. Hal ini ditunjukan dengan adanya
nilai rata-rata kelas mencapai 76. Siswa yang
memperoleh nilai diatas rata-rata mencapai 20
siswa atau 86 %, sedangkan yang memperoleh
dibawah rata-rata 14 %. Ketuntasan
pembelajaran PKn mencapai 86 % atau 20
siswa, belum tuntas 14 % atau 3 siswa, hal ini
disebabkan mereka kurang memahami materi
dan memang lemah dalam semua bidang atau
mata pelajaran.
Page 12
Sundarto, Implementasi Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pkn Materi NKRI |9
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang
telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa
kesimpulan bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan sudah menunjukan kemajuan dan
peningkatan. Dengan meningkatnya hasil
belajar yang mencapai nilai rata-rata 86 %
siswa menjawab dengan benar, keberanian
siswa dalam menjawab pertanyaan dapat
ditingkatkan, meningkatkan keseriusan serta
ketelitian siswa dalam menyelesaikan soal-soal
latihan, menumbuhkan rasa percaya diri siswa
dalam menjawab dan bertanya, serta
pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut
beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh
guru dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran tentang NKRI serta
meningkatkan keaktifan siswa dalam kelas
diantaranya adalah memberikan motifasi
belajar dan penguatan pada siswa, pemberian
panduan yang jelas dalam mengejarkan latihan
soal, perlunya menggunakan metode yang
tepat agar siswa mudah mengerti dan
memahami materi, pembelajaran tidak harus di
dalam kelas tetapi dapat di lingkungan sekolah,
sering berlatih mengerjakan soal-soal.
Disamping itu berdasarkan pengalaman
dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran
melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
sangat diperlukan adanya kelompok kerja
diantara guru (KKG) maupun Kepala Sekolah
(KKKS) untuk bertukar pendapat dan
pengalaman yang berkenaan dengan masalah
dan tugas-tugas mengajar sehari-hari demi
peningkatan kinerja guru yang profesional.
DAFTAR RUJUKAN
Suciati. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.
Tim Penulis PKn.2006. Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung : Rosda.
Wahyudi. 2012. Model-Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Malang: PT.Pertamina
Wardani, I G. A. K. Dr, Wohardit, K. M, Ed. Drs, Nasution. H. MA.2006. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Jakarta : Universitas Terbuka.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Diknas Pendidikan Nasional.
Page 13
10
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
MATERI PESAWAT SEDERHANA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN SAVI
Siswono
Guru Sekolah Dasar Negeri Tanggungan Baureno Bojonegoro
Email : [email protected]
Abstrak : Penelitian Tindakan Kelas ini dilatarbelakangi oleh pembelajaran IPA di sekolah masih
menggunakan sistem konvensional, disamakan dengan mata pelajaran lain pada umumnya, dimana
guru menerangkan, siswa mendengarkan dan mencatat sehingga keterlibatan siswa pasif. Salah satu
alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan model
pembelajaran SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectualy). Tujuan penelitian ini untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Pesawat Sederhana pada siswa
kelas V SDN Tanggungan Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus
melalui pengumpulan data dengan observasi yang dibantu oleh teman sejawat dan dilaksanakan pada
saat tindakan penelitian proses pembelajaran. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Dari hasil analisa data diperoleh
tingkat ketuntasan dari siklusI mencapai 62,5 % pada sklus II mencapai 91,7 % sedangkan keaktifan,
kreatifitas dan rasa senang siswa telah meningkat, dari data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran dengan melalui model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan hasil belajar
siswa mata pelajaran IPA materi Pesawat Sederhana pada siswa kelas V SDN Tanggungan
Kata Kunci : prestasi belajar siswa, pesawat sederhana, model pembelajaran SAVI
Keniscayaan bahwa guru perlu
meningkatkan mutu proses pembelajarannya
yang dimulai dengan rancangan model
pembelajaran yang baik dengan memperhati-
kan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa,
materi yang diajarkan, proses pembelajaran,
media dan alat peraga, sumber belajar yang
tersedia. Akan tetapi kenyataannya masih
banyak ditemui proses pembelajaran yang
kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang
mempunyai daya tarik minat belajar siswa,
karena tidak menggunakan model
pembelajaran yang bervariatif dan suasana
menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil
belajar yang dicapai siswa belum
optimal.(Wahyudi,2012; 15)
Permasalahan ini dapat dilihat dari hasil
prestasi belajar IPA siswa kelas V di SDN
Tanggungan masih banyak siswa yang
mendapat nilai di bawah KKM (Kreteria
Ketuntasan Minimal).
Berdasarkan permasalahan hasil prestasi
belajar diatas peneliti akan melakukan
penelitian tindakan kelas, mata pelajaran IPA,
materi pembelajaran Pesawat Sederhana di
kelas V, SDN Tanggungan Kecamatan
Baureno Kabupaten Bojonegoro, melalui
model pembelajaran SAVI (Somatic Auditory
Visualization Intellectualy).
Landasan Teori yang mendukung
pembelajaran SAVI adalah Accelerated
Learning, teori otak kanan/kiri, teori otak
triune, pilihan modalitas (visual, auditorial dan
kinestetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan
(holistic) menyeluruh, belajar berdasar
pengalaman, belajar dengan symbol.
Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu
kognitif modern yang menyatakan belajar yang
paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh
tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman
serta keleluasaan pribadi, menghormati gaya
belajar individu lain dengan menyadari bahwa
orang belajar dengan cara-cara yang berbeda,
mengkaitkan sesuatu dengan hakekat realitas
yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
Prinsip dasar pembelajaran SAVI yaitu:
1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran
dan tubuh. 2) pembelajaran berkreasi buka
mengkonsumsi, 3) kerja sama membantu
proses pembelajaran. 4) pembelajaran ber-
Page 14
Siswono, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran Savi | 11
langsung pada banyak tingkatan secara
simultan, 5) belajar berasal dari mengerjakan
pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik, 6)
emosi positif sangat membantu pembelajaran,
7) otak citra menyerap informasi secara
langsung dan otomatis. ( Depdiknas, 2008).
Tujuan mata pelajaran IPA di SD
adalah: memahami konsep-konsep IPA dalam
keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari,
memiliki ketrampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan gagasan
tentang alam sekitar, mempunyai minat untuk,
mengenal dan mempelajari benda-benda di
lingkungan sekitar, bersikap ingin tahu,
mampu menerapkan berbagai konsep IPA,
mampu menggunakan tehnologi yang berguna
untuk memecahkan suatu masalah
disekitarnya, mampu mengenal dan memupuk
rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga
menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan
Yang Maha Esa.( Mulyasa, 1995; 7)
Menurut EM Zul Fazri dalam kamus
bahasa Indonesia memberikan batasan tentang
pengertian dari prestasi yaitu " Prestasi adalah
hasil yang dicapai, dikerjakan atau dilakukan"
(EM Zul Fazri, 2008; 143).
Dalam membicarakan proses belajar
mengajar ini terlebih dahulu kita akan
mengungkapkan dari pengertian belajar,
karena hal ini sangat rumit sehingga sulit untuk
mengetahui secara pasti apakah sebenarnya
belajar itu. Menurut Herman Hudoyo, dalam
bukunya Interaksi belajar mengajar,
mengatakan: "Belajar adalah suatu proses
untuk mendapatkan pengetahuan pengalaman
sehingga mampu merubah tingkah laku itu
menjadi tetap, tidak dapat berubah lagi dengan
modivikasi yang sama (Herman Hudoyo,
2006; 305)".
Pembelajaran tidak otomatis meningkat
dengan menyuruh anak berdiri dan bergerak.
Akan tetapi menggabungkan gerak fisik
dengan aktivitas intelektual dan pengunaan
semua indra dapat berpengaruh besar terhadap
pembelajaran (Dave Meier, 2005).
Pendekatan belajar seperti tersebut
dinamakan dengan pendekatan SAVI. Unsur-
unsurnya mudah diingat yaitu : 1) somatis:
belajar dengan bergerak dan berbuat, 2)
Auditori : Belajar dengan berbicara dan
mendengar, 3) visual : Belajar dengan
mengamati dan menggambarkan, 4)
intelektual : Belajar dengan memecahkan
masalah dan merenung.
Penelitian dr. Vernon Magnesen, dari
Universitas Texas tentang ingatan,
memberikan gambaran yang dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
Gambar 1
Persentase apa yang akan kita ingat jika kita :
Membaca 20%
Mendengar 30%
Melihat 40%
Membaca 50%
Melakukan 60%
Melihat, Mengucap, Mendengar, dan
Melakukan 90%
Bobbi De Porter, dkk, 2005, dalam
bukunya Quantum Learning, mengemukakan
tiga, 3) modalitas belajar yang dimiliki
seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah
modalitas visual, modalitas auditoral, dan
modalitas kinistetik (somatis). Pelajar visual
belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar
auditorial melakukan melalui apa yang
mereka dengar, dan pelajaran kinestetik
belajar lewat gerak dan sentuhan.
Pembelajaran SAVI dapat direncanakan
dan dikelompokkan dalam empat tahap yaitu :
1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan),
2) Tahap penyampaian (kegiatan inti), 3)
Tahap pelatihan (kegiatan inti), 4) Tahap
penampilan (kegiatan penutup).
METODE
Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dirancang untuk
dilaksanakankan secara bersiklus, dengan
menggunakan siklus model Kemmis dan
Taggart (1990). Bertujuan untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran
dan prestasi belajar siswa atau memecahkan
masalah- masalah pembelajaran IPA di kelas.
Page 15
12 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 10 – 15
Mata pelajaran IPA yang akan diteliti yaitu;
Kompetensi dasar: 5.1 Menjelaskan pesawat
sederhana yang membuat pekerjaan lebih
mudah dan lebih cepat, dengan materi
pembelajaran: pesawat sederhana dan
diharapankan siswa dikelas V, SDN
Tanggungan, Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro.
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini
yang akan dilakukan dengan menggunakan
dua siklus, disiklus pertama akan dilakukan
dua kali pertemuan, sedangkan disiklus kedua
akan dilakukan tiga kali pertemuan, dan setiap
pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 35
menit, sesuai dengan jumlah jam yang di
cantumkan dalam kurikulum tingkah satuan
pendidikan yang di berlakukan pada sekolah
dasar.
Model siklus ini bahwa setiap siklus
terdiri atas : Planning = tahap perencanaan,
Acting dan Observing = tahap tindakan dan
pengamatan, Reflecting –perefleksian dan
Revise plan = perbaikan rencana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian.
Siklus 1
Perencanaan tindakan yang disusun
meliputi: 1) Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), 2) Penyiapan alat peraga
berupa gambar jenis-jenis pesawat sederhana
antara lain : tuas atau pengungkit. 3) Buku
IPA kelas V, buku penunjang yang relevan
dan benda-benda yang tergolong pesawat
sederhana berupa Linggis, Tang, Obeng,
Gunting, dan lain- lain, 4) Penyiapan Lembar
Kerja Siswa ( LKS ), bahan diskusi kelompok
yaitu dengan mengidentifikasi, dan
menggolongkan jenis-jenis tuas atau
pengungkit sebagai pesawat sederhana, jenis-
jenis kegiatan dan cara kerja tuas atau
pengungkit, 5) Penyiapan soal pre test dan uji
kompetensi, 6) Penyiapan lembar penilaian.
Proses pembelajaran di lakukan di
ruang kelas V, SDN Tanggungan, pada
pertemuan I diawali dengan perkenalan
peneliti, observer, dan siswa. Selanjutnya
guru menyampaikan bahan pembelajaran
yang akan dibahasnya yaitu tentang pesawat
sederhana (tuas atau pengungkit) kemudian
membuat kesepakatan bersama tentang tema
yang akan di bahas.
Dari hasil uji kompetensi pada siklus I,
menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN
Tanggungan Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro, mencapai ketuntasan. Dari hasil
belajar siswa pada siklus I, bahwa
pemahaman siswa pada materi pembelajaran
pesawat sederhana tentang tuas atau
pengungkit dan katrol tetap, katrol bergerak
dalam uji kompetensi mencapai 62,5%.
Hasil observasi proses pembelajaran
pesawat sederhana (tuas atau pengungkit,
katrol tetap dan katrol bergerak) pada siklus
I, yang adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil observasi proses pembelajaran siklus I
No. Aspek yang diamati Skor
1 2 3 4
1 Persiapan pembelajaran dan
penerapannya .
√
2 Persiapan penggunaan sumber
belajar.
√
3 Media pembelajaran dan alat
peraga.
√
4 Persiapan lembar kerja
kelompok dan individu.
√
5 Memberikan penghargaan
kepada siswa .
√
6 Penataan ruang kelas. √
7 Interaksi sosial siswa dalam
proses pembelajaran
√
8 Aktifitas dan kreativitas siswa. √
9 Siswa sudah merasa senang
dalam proses pembelajaran
√
10 Proses penilaian
pembelajaran.
√
11 Hasil pencapaian akhir
kemampuan siswa dalam
pembelajaran.
√
12 Persiapan dokumentasi untuk
mencatat atau merekam
pembelajaran yang belum di
laksanakan, dan masalah-
masalah yang perlu di perbaiki
atau diatasi.
√
Keterangan:
Skor 1= kurang. Skor 3 = baik.
Skor 2= cukup. Skor 4= sangat baik.
Page 16
Siswono, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran Savi | 13
Pada kegiatan refleksi dapat ditarik
beberapa hal penting, bahwa pelaksanaan
pembelajaran dengan melalui model
pembelajaran SAVI sudah cukup baik, namun
masih belum mencapai hasil ketuntasan
maximal yang ditentukan, untuk itu perlu
dilakukan perbaikan yang akan dilaksanakan
pada pembelajaran siklus II, guru sudah
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
dengan baik dan menampakkan semua
indikator dalam pelaksanaan pembelajaran,
kerja kelompok atau pada waktu berdiskusi,
sebagian besar sudah dapat melaksanakan
dengan baik, tetapi masih ada beberapa siswa
yang masih belum mau aktif dan hanya
mengandalkan temannya yang pandai dalam
mengerjakan tugas, sebagian besar siswa
masih merasa kesulitan memberikan
tanggapan dan saran pada waktu persentasi
berlangsung karena masih ada rasa keraguan
atau rasa takut salah, masih banyak siswa
belum mampu mengemukakan pendapatnya
atau ide-idenya, hubungan interaktif siswa
dengan guru, dan siswa dengan siswa masih
kurang, sehingga kemauan bertanya tampak
jarang, siswa kurang kreatif dalam hal
mendemonstrasikan dengan menggunakan
media atau alat peraga, karena masih berupa
gambar-gambar, sebagian besar siswa belum
mampu memecahkan masalah dengan
sendirinya, sebagian besar siswa sudah
merasa senang, dengan model pembelajaran
yang dilakukan guru, tetapi masih ada
beberapa siswa yang kurang serius, sehingga
mengganggu aktifitas belajar siswa lainnya,
berdasarkan hasil uji kompetensi menunjuk-
kan bahwa kemampuan pemahaman siswa
tentang materi pembelajaran Pesawat
sederhana masih perlu ditingkatkan, karena
rata-rata pemahaman siswa tentang pesawat
sederhana baru mencapai 62,5 %, berdasarkan
hasil observasi siklus I, maka proses dan hasil
pembelajaran perlu ditingkatkan pada siklus
selanjutnya agar mencapai hasil yang
mencapai Kreteria Ketuntasan Maksimal
terpenuhi.
Siklus 2
Setelah melaksanakan proses seperti
pada siklus I, hasil observasi proses
pembelajaran pesawat sederhana pada siklus
II, yang dilaksanakan di kelas V, SDN
Tanggungan Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro, adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Hasil observasi proses pembelajaran siklus II
No Aspek yang diamati Skor
1 2 3 4
1 Persiapan pembelajaran dan
penerapannya .
√
2 Persiapan penggunaan sumber
belajar.
√
3 Media pembelajaran dan alat
peraga.
√
4 Persiapan lembar kerja
kelompok dan individu.
√
5 Memberikan penghargaan
kepada siswa .
√
6 Penataan ruang kelas. √
7 Interaksi sosial siswa dalam
proses pembelajaran
√
8 Aktifitas dan kreativitas siswa. √
9 Siswa sudah merasa senang
dalam proses pembelajaran
√
10 Proses penilaian pembelajaran. √
11 Hasil pencapaian akhir
kemampuan siswa dalam
pembelajaran.
√
12 Persiapan dokumentasi untuk
mencatat atau merekam
pembelajaran yang belum di
laksanakan, dan masalah-
masalah yang perlu di perbaiki
atau diatasi.
√
Keterangan: Skor 1 = kurang.
Skor 2 = cukup.
Skor 3 = baik.
Skor 4 = sangat baik.
Setelah proses pembelajaran dan
observasi selesai, refleksi kali ini akan di-
kemukakan beberapa hal tentang hasil proses
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan
materi Pesawat sederhana yang
menggunakan model pembelajaran SAVI
pada siklus II sudah lebih baik dari pada
siklus I. Semua indikator serta tujuan
pembelajaran sudah terpenuhi, keaktifan
dan kreatifitas siswa sudah meningkat.
Page 17
14 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 10 – 15
2. Perencanaan RPP sudah baik dan semua
indikator dalam pelaksanaan pembelajaran
sudah dilaksanakan dengan runtut.
3. Siswa sebagian besar sudah memhami
pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.
4. Siswa pada saat berdiskusi atau bekerja
kelompok sebaian besar sudah
melaksanakan dengan baik dan terlihat
aktif.
5. Sebagian besar siswa sudah dapat dan
antusias dalam memberikan tanggapan
dan saran kepada temannya saat presentasi
berlangsung.
6. Kreatifitas siswa sudah meningkat dan
sudah mampu memberikan ide-idenya.
7. Hubungan interaktif siswa dengan guru,
siswa dengan siswa sudah terlihat aktif.
8. Sebagian besar siswa sudah mampu
memecahkan masalah dengan sendirinya,
namun masih perlu bantuan guru.
9. Sebagian besar siswa sudah merasa
senang, dengan melalui model
pembelajaran yang digunakan guru,
sehingga siswa sangat serius dan antusias
dalam mengikuti proses pembelajaran.
10. Sebagian besar siswa dalam
mendemonstrasikan dengan menggunakan
media dan alat peraga sudah baik.
11. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan
proses pembelajaran dengan melalui
model pembelajaran SAVI, pada siklus II
sudah mengalami peningkatan cukup pesat
kalau dibandingkan dengan siklus I.
12. Berdasarkan hasil uji kompetensi bahwa
kemampuan pemahaman siswa tentang
pesawat sederhana sudah menunjukkan
peningkatan, dari sklus I yang hanya 62,5
% pada siklus II meningkat 91,7 %.
Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas yang
dilaksanakan dengan melalui model
pembelajaran SAVI di kelas V, pada mata
pelajaran IPA dengan materi pembelajaran
Pesawat Sederhana telah mengalami
peningkatan yang sangat berarti bagi siswa.
Model pembelajaran SAVI merupakan
pembelajaran yang terpadu dari semua
pancaindra yang dimlilki oleh siswa, maka
secara spesifik siswa dapat belajar dengan
bergerak dan berbuat, berbicara dan
mendengarkan, mengamati dan
menggambarkan, serta memecahkan masalah
dan merenung, sehingga siswa dapat
meningkatkan keaktifan belajar untuk
menyerap pengetahuan dan ketrampilan serta
memahami konsep-konsep IPA tentang
pesawat sederhana. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan selama siklus I
berlangsung, keaktifan dan kreatif sudah
mengalami peningkatan kalau dibandingkan
dengan keadaan sebelum dilaksanakannya
Penelitian Tindakan Kelas, terbukti dari hasil
observasi siswa maupun guru yang
menunjukkan adanya peningkatan, dari uji
kompetensi sebelumnya siswa yang mendapat
nilai di bawah KKM 75% kemudian pada
siklus I ini yang mendapat nilai dibawah
KKM 62,5%, jadi pemahaman tentang
pesawat sederhana siswa mengalami
peningkatan sebesar 12,5%.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
diupayakan dengan memperbaiki dan
disempurnakan dari kekurangan-kekurangan
yang terjadi pada siklus I, dalam pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II ini keaktifan dan
kreatifitas siswa lebih tampak, sehingga
proses pembelajaran berjalan sesuai dengan
RPP yang disusun oleh guru. Dari
penyempurnaan proses pembelajaran siswa
tampak lebih aktif dalam belajar, kerjasama
kelompok, dengan banyaknya pertanyaan-
pertanyaan, dapat melakukan presentasi
dengan baik, kemauan untuk menanggapi,
merasa senang dan dalam mendemontrasikan
juga sudah menunjukkan kreatifitasnya serta
dapat memecahkan permasalahan yang
dihadapi.
Guru berupaya meningkatkan prestasi
melalui model pembelajaran ini sudah tepat
karena telah berhasil mengembangkan
kompetensi siswa secara komperhensif dan
bermakna. Hal ini tampak pada ketercapaian
indikator hasil belajar yang muncul pada
proses dan hasil pembelajaran setelah di
evaluasi. Hasil akhir uji kompetensi pada
siklus II, menunjukan peningkatan hasil
belajarnya dengan memperoleh nilai diatas
Page 18
Siswono, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran Savi | 15
KKM sebesar 91,7% sedangkan yang
memperoleh nilai dibawah KKM sebesar
8,3%. Dengan demikian Upaya peningkatan
prestasi belajar melalui model pembelajaran
SAVI (Somatic Auditory Visualization
Intelectualy) dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa, mata pelajaran IPA, materi
pembelajaran pesawat sederhana pada siswa
kelas V, SDN Tanggungan Kecamatan
Baureno Kabupaten Bojonegoro.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran SAVI dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas V SDN
Tanggungan Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro.
Peningkatan kualitas pembelajaran
tersebut secara khusus ditandai dengan: (1).
Diterapkannya pembelajaran melalui model
pembelajaran SAVI dengan materi pesawat
sederhana oleh guru kelas V, yang sudah
sesuai dengan desain yang telah disusun
secara kolaboratif dengan baik, 2)
pembelajaran yang dilakukan ketergantungan
pada guru sangat berkurang karena, guru
dalam membelajarkan siswa lebih banyak
melibatkan siswa dan menggunakan situasi
dunia nyata, 3) proses pembelajaran lebih
berpusat pada siswa dan lebih bersifat
konstruktivistik, 4) penilaian hasil belajarnya
lebih komprehensif dan tidak hanya melalui
tes tertulis, 5) situasi pendidikkan terasa lebih
kondusif.
Saran
Melalui model pembelajaran SAVI
dapat meningkatkan : 1) keaktifan belajar
siswa, 2) kreatifitas siswa, 3) rasa senang
dalam belajar, 4) kualitas interaksi dalam
pembelajaran dan belajar, 5) meningkatkan
pemahaman konsep-konsep tentang pesawat
sederhana, dan 6) meningkatkan prestasi
belajar. Oleh karenanya agar pembelajaran
efektif, harus terus beriovasi dalam
menumbuhkembangkan model pembelajaran
yang lebih efektif.
DAFTAR RUJUKAN
DePorter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas.
Editor, Mike Hernacki. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.
EM Zul Fazri; 2008; Prestasi Belajar. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hudoyo; 2006, halaman 305; Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Balai Pustaka.
Kemmis dan Taggart, 1990; Model Siklus Pembelajaran. Diterjemahkan oleh Luluk Faridatuz.
Yogjakarta: Cipta Media Aksara.
Meier, Dave. 2005; Belajar dengan pendekatan SAVI. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti.
Bandung: Kaifa.
Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning Handbooks: Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti.
Bandung: Kaifa.
Mulyasa, 1995; Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA SD. Bandung: Bina Aksara.
Wahyudi, 2012; Model-Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Malang: PT.Pertamina
Depdiknas, 2008; Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD. Jakarta: Dinas Pendidikan Nasional.
Page 19
16
STRATEGI PEMBELAJARAN PAKEM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA KONSEP MEMBACA LANCAR
Suharwati
Guru Sekolah Dasar Negeri Gajah I
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Email: [email protected]
Abstrak: Sebagai sarana komunikasi Bahasa Indonesia menempati posisi strategis, namun pada
kenyataannya dalam proses pembelajaran siswa masih cukup rendah dalam hal menguasai konsep
Membaca Lancar. Hal ini dikhawatirkan akan menghambat siswa dalam menerapkan konsep tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Disamping pengamatan dilapangan, ditemukan bahwa motivasi belajar
siswa rendah, karena siswa sering menghadapi tugas-tugas yang cukup banyak. Mereka kebanyakan
tanpa dibekali pemahaman konsep Membaca Lancar yang memadai. Oleh karena itu akan dipilih
afternatif menggunakan strategi PAKEM sebagai upaya langkah awal untuk menumbuhkan lingkungan
belajar yang kondusif. Bahkan, strategi PAKEM sangat berkaitan dengan konsep-konsep yang rumit
dan strategi kognitif, serta bersifat analisis-sintesis yang mengacu pada pemecahan masalah. Tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam Membaca Lancar melalui strategi
PAKEM. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode PAKEM dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca lancar
di Kelas II SDN Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Hasil yang diperoleh meningkat
dari pra siklus nilai rata-rata kelas 60 menjadi 66 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 85 pada
siklus II. Dan secara ketuntasan siswa juga meningkat dari 20 % pada pra siklus menjadi 63 % pada
siklus I dan meningkat menjadi 93 % pada siklus II.
Kata Kunci : pembelajaran pakem, hasil belajar, membaca lancar.
Salah satu ilmu yang menjadi parameter
kualitas sumber daya manusia adalah Bahasa
Indonesia. Dengan demikian, peningkatan
kualitas sumber daya manusia juga menuntut
peningkatan kemampuan mereka dalam
memahami konsep Membaca Lancar. Pada
kenyataannya diperoleh gambaran bahwa
hampir semua siswa masih cukup rendah
dalam hal menguasai konsep Membaca Lancar.
Hal ini dikhawatirkan akan menghambat siswa
dalam menerapkan konsep tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.(Dendy Sugono,2011;
9).
Dari dua kali tes “membaca lancar“ yang
telah dilakukan pada pra siklus memperoleh
hasil 24 siswa medapat nilai di bawah rata–
rata atau 80 %, dengan rata-rata nilai 60, nilai
Standar Ketuntasan Minimal adalah 68. Siswa
yang mencapai nilai ketuntasan belajar hanya 6
siswa atau 20 % dan siswa yang tidak
mencapai ketuntasan belajar 24 siswa atau 80
%.
Oleh karena itu akan dipilih afternatif
menggunakan strategi Pakem sebagai upaya
langkah awal untuk menumbuhkan lingkungan
belajar yang kondusif. Bahkan, strategi Pakem
sangat berkaitan dengan konsep-konsep yang
rumit dan strategi kognitif, serta bersifat
analisis-sintesis yang mengacu pada
pemecahan masalah. Perlu diketahui bahwa
strategi Pakem dapat merangsang siswa untuk
berani bertanya, melatih berpikir dewasa dan
kritis, terampil berkomunikasi, serta cakap
dalam mengemukakan pendapat.
Dari permasalahan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam Membaca Lancar melalui
strategi Pakem Kelas II SDN Gajah I
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.
Secara singkat garis besar gambaran
Pakem sebagaimana yang dijelaskan oleh
(Suprajekti, 2007) adalah siswa terlibat dalam
berbagai hal yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan
penekanan pada belajar melalui berbuat, guru
menggunakan berbagai alat bantu dan cara
membangkitkan semangat termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber
Page 20
Suharwati Strategi Pembelajaran PAKEM Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Konsep Membaca Lancar | 17
belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik menyenangkan cocok bagi siswa, guru
mengatur kelas dengan memajang buku-buku
dan bahan yang lebih menarik dan
menyediakan pojok baca, guru menciptakan
cara belajar yang kooperatif dan interaktif
termasuk cara belajar kelompok, guru
mendorong siswa untuk menemukan caranya
sendiri dalam memecahkan masalah untuk
mengungkapkan gagasan dan melibatkan siswa
dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran
berbasis Pakem ada beberapa hal yang harus
diperhatikan sebagaimana dijelaskan oleh
Suciati (2007) yaitu memahami sifat yang
dimiliki anak, mengenal anak secara
perorangan, manfaat perilaku anak dalam
pengorganisasian belajar, mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif dan
mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah, mengembangkan ruang kelas sebagai
lingkungan belajar yang menarik, manfaat
lingkungan sebagai sumber belajar, mem-
berikan umpan balik sebagai peningkatan
kegiatan belajar, dan membedakan antara aktif
fisik dan aktif mental.
Guru memegang peranan strategis
terutama dalam upaya membentuk watak
bangsa melalui pengembangan kepribadian dan
nilai-nilai yang diinginkan (Supriadi, 2006).
Dari dimensi tersebut peranan guru sulit
digantikan oleh yang lain. Pada saat yang
sama, gambaran tersebut menunjukkan
kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk
menciptakan keadaan tersebut.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang
(Abin ; 2006). Perubahan sebagai hasil dari
proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,
pemahaman sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan dan kemampuannya
serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
pada individu yang belajar. (Asep; 2007)
mengemukakan bahwa belajar pada
hakekatnya adalah proses perubahan tingkah
laku seseorang berkat adanya pengalaman.
Para ahli psikologi dari pendidikan
memberikan batasan/pengertian mengajar yang
berbeda-beda rumusannya. Perbedaan tersebut
disebabkan perbedaan titik pandang
makna/hakekat mengajar. Pandangan pertama
melihatnya dari segi pelakunya/pengajarnya.
Atas dasar pandangan tersebut mengajar
diartikan menyampaikan ilmu pengetahuan
(bahan pelajaran) kepada siswa/anak didik.
Rumusan ini telah lama dianut oleh kalangan
pendidik mulai dari tingkat guru Taman
Kanak-kanak sampai kepada Guru di
Perguruan Tinggi.
Kritik yang paling banyak dilontarkan
terhadap rumusan mengajar diatas, ialah
siswa/anak didik dianggap obyek, bukan
sebagai subyek. Disini siswa banyak
menerima (pasif) apa yang diberikan guru.
Sebaliknya guru peranannya sangat
menentukan. Sebaliknya pandangan ini sering
disebut “berpusat pada guru” atau teacher
centered.
Atas dasar pemikiran diatas muncul
pemikiran yang melihat mengajar bukan dari
sudut pelaku yang mengajar, tapi dari sudut
siswa yang belajar. Bertolak dari hakekat
belajar seperti yang telah dibahas sebelumnya,
maka mengajar dirumuskan dalam beberapa
bahasan yang intinya memberikan tekanan
kepada kegiatan optimal siswa belajar.
(Sujana, 1975). Ada beberapa pendapat
mengenai definisi dari prestasi belajar.
Menurut Dirjen Diknas Depdikbud
menyebutkan bahwa: ”Prestasi adalah hasil
yang dicapai pada suatu saat” (Depdikbud;
2006). Sedangkan menurut Tim Penyusun
Kamus Depdikbud mendefinisikan ”Prestasi
adalah hasil yang dicapai oleh seseorang yang
dikerjakan (dilakukan) dan lain-lain”. (Kamus
Besar Departemen P dan K. 1989:700).
Peran serta siswa dalam berbagai
kegiatan belajar mengajar secara aktif (Active
Leaming) akan berpengaruh keterlibatan
mental siswa yang bersangkutan dalam proses
belajar mengajar. Keterlibatan mental yang
optimal tersebut sekaligus berarti meningkat-
kan motivasi yang optimal pula path diri siswa
untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Dengan demikian dapat dikatakan
hahwa pengalaman belajar yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencoba
Page 21
18 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 16 – 20
sendiri mencari jawaban suatu masalah
bekerjasama dengan teman sekelas atau
membuat sesuatu akan lebih menantang
pengarahan kekuatan dan perhatian murid
dibandingkan dengan situasi dimana siswa
hanya berkesempatan untuk menerima
informasi secara terarah (Heralestari, 2007
:126).
METODE
Dalam Proses Belajar Mengajar, metode
yang dipakai oleh guru tidak hanya sekedar
berfungsi menyampaikan atau mengantarkan
materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi
metode juga digunakan untuk mengaktifkan
siswa sehingga siswa akan terlibat secara
langsung baik fisik maupun psikis, oleh karena
itu dalam menetapkan dan menggunakan
metode mengajar harus dapat mendorong dan
meningkatkan aktivitas belajar siswa.(Arikunto
Suharsini;1992).
Metode dan Strategi Pembelajaran
Pakem dalam Penelitian ini dilakukan kepada
siswa Kelas II SDN Gajah I pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia, dengan pokok
bahasan Membaca Lancar, dilaksanakan pada
semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
Tindakan yang dilakukan berupa penggunaan
strategi Pakem dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Pembelajaran pra siklus pada
tanggal 21 Oktober 2014, siklus I pada tanggal
23 Oktober 2014, dan siklus II pada tanggal 28
Oktober 2014. Indikator pengukuran
didasarkan pada hasil test yang dilaksanakan
setiap selesainya satu siklus, di samping
pengamatan pada situasi kelas selama
pembelajaran berlangsung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pra Siklus
Berdasarkan observasi di kelas II SDN
Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro dapat diketahui bagi kelas II,
siswa tampak lebih siap untuk mengikuti
pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran
meningkat. Indikator observasi adalah ke-
banyakan siswa aktif, cukup banyak yang
mengacungkan tangan. Dari segi guru dapat
diketahui bahwa materi yang disampaikan
sesuai dengan sasaran yang diinginkan, guru
lebih mudah dalam mengarahkan proses
belajar mengajar, guru lebih mudah dalam
menyampaikan materi karena guru tidak terlalu
banyak menerangkan konsep.
Siklus 1
Pada kegiatan pembelajaran prasiklus
prestasi siswa dalam menjawab pertanyaan
rata-rata nilai siswa adalah 60, dengan 24
siswa atau 80 % berada di bawah nilai rata-rata
dan 6 siswa atau 20 % berada di atas nilai rata-
rata. Pada siklus 1 terdapat peningkatan nilai
menjadi rata-rata 66, dengan 19 siswa atau
63% telah mencapai ketuntasan, sedangkan 11
siswa (37%) belum mencapai ketuntasan
minimal.
Siklus 2
Hasil belajar siswa pada siklus II dapat
dinyatakan dalam tabulasi data berikut.
Lembar Penilaian siswa Pencapaian KKM
NO Nama Siklus I Siklus II
1 Ayik Ninu Tri Efendi 45 70
2 Rudi Hartono 40 60
3 Anisaul Badriyah 50 70
4. Anggra Saputra 70 80
5 Dani Ardianto 70 85
6 Dwi Febrianto 70 80
7. Farida 75 95
8 Herlin Wilujeng 65 75
9 Hadi Tri Cahyono 70 85
10. Kurma Irawan 60 80
11. Lilik Mujiati 75 85
12. Lika Prasetya 75 90
13. Luki Hariyadi 60 85
14. Saiful Arifin 70 80
15 Meilinda Nova Riyanti 55 60
16 Na’ilun Khamidah 70 80
17. Nivita Sari 60 80
18. Siti Khotimah 70 80
19. Budi Santosa 60 70
20. Ega Gustika 70 80
21. Ronal 75 90
22. Abd Hamid 70 80
23. Anja 70 80
24. Reihan 60 80
25. Budi Triono 70 80
Page 22
Suharwati Strategi Pembelajaran PAKEM Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Konsep Membaca Lancar | 19
Grafik Peningkatan Nilai Pra Siklus s.d Siklus II
60 66
80
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
26. Dwi Utami 70 80
27. Jamilatun 70 80
28. Umar Rofii 75 90
29 Tumbu Soleha 75 85
30. Allan 65 80
Rata-rata 66 80
Tuntas 19 siswa 28 siswa
Tidak tuntas 11 siswa 2 siswa
Dari tabel di atas, dapat dikatakan bahwa
penerapan metode pembelajaran Pakem dapat
meningkatkan kemampuan membaca siswa.
Dengan meningkatnya kemampuan membaca
siswa dapat meningkatkan prestasi siswa.
Pada kegiatan pembelajaran prasiklus
prestasi siswa dalam menjawab pertanyaan
rata-rata nilai siswa adalah 60, dengan 24
siswa atau 80 % berada di bawah nilai rata-rata
dan 6 siswa atau 20 % berada di atas nilai rata-
rata. Pada siklus 1 terdapat peningkatan nilai
menjadi rata-rata 66, dengan 19 siswa atau
63% telah mencapai nilai di atas kriteria
ketuntasan minimal, dan 11 siswa atau 37%
belum tuntas. Setelah dilakukan tindakan pada
siklus 2, hasil prestasi siswa meningkat dimana
terdapat 28 siswa atau 93 % mendapat nilai di
atas KKM sehingga secara ketuntasan terdapat
28 siswa atau 93 % tuntas belajar. Sedangkan 2
siswa tidak tuntas lebih disebabkan karena
siswa tersebut mengalami lambat dalam
belajar.
Pembahasan
Hasil belajar siswa yang dinyatakan
dengan rata-rata skor tes formatif untuk siklus
I sebesar 66. Hasil ini cukup tinggi bila
dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 60
karena siswa lebih siap dalam mengikuti
pelajaran. Pada siklus II rata-rata skor formatif
sebesar 80. Hasil dari siklus II lebih meningkat
dari siklus I, karena siswa sudah terbiasa
dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti
pelajaran, terdorong untuk belajar yang lebih
baik, serta merasa lebih terbuka kepada teman
untuk pemahaman konsep-konsep Bahasa
Indonesia yang belum dimengerti.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode
Pakem dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca lancar pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia di kelas II SDN Gajah I.
Dari hasil penelitian tentang situasi
pembelajaran dengan menggunakan metode
PAKEM tampaknya pengajaran dengan
menggunakan metode ini membuat
pembelajaran yang lebih bergairah dari pada
jika diajar dengan teknik belajar kelompok
yang biasa dilakukan sebelumnya. Di dalam
penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar
siswa aktif dan cukup banyak siswa yang
mengacungkan tangan untuk menjawab
pertanyaan guru.
Tetapi dalam penelitian ini diketahui
pula bahwa frekuensi untuk bertanya masih
kurang. Kemungkinan hal ini disebabkan
budaya malu masih sangat kuat di dalam diri
siswa. Dari segi guru, tampaknya pengajaran
dengan menggunakan metode Pakem sangat
memudahkan karena guru lebih mudah
mengarahkan jalannya proses belajar
mengajar.
Hasil belajar siswa yang dinyatakan
dengan rata-rata skor tes formatif untuk siklus
I sebesar 66. Hasil ini cukup tinggi bila
dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 60,
karena siswa lebih siap dalam mengikuti
pelajaran. Pada siklus II rata-rata skor formatif
sebesar 80.
Pada kegiatan pembelajaran siklus I
pelaksanaan PAKEM mulai biasa dirasakan
siswa, sehingga setelah dilakukan tes formatif
rata-rata kelas menjadi 66, dengan 19 siswa
(63%) telah mencapai ketuntasan dan 11 siswa
(37%) belum tuntas. Selanjutnya guru
melakukan analisis tentang kekurangan dalam
Page 23
20 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 16 – 20
dalam proses pembelajaran yang kemudian
dijadikan acuan untuk melakukan tindakan
pada siklus II.
Pada siklus II proses pembelajaran
berjalan dengan baik, dimana siswa aktif
dalam proses pembelajaran, siswa juga merasa
senang mengikuti pelajaran sehingga muncul
keberanian untuk berpendapat dan kreatif
dalam setiap kegiatan kelompok. Pada siklus II
ini peningkatan hasil yang signifikan dimana
dari 30 siswa terdapat 28 siswa (93%) yang
telah mencapai ketuntasan minimal, dan hanya
2 siswa atau 2% yang tidak tuntas, hal ini lebih
disebabkan karena kondisi siswa yang
mengalami lambat dalam belajar. Sehingga
dapat disimpulkan secara klasikal pelaksanaan
pembelajaran telah tuntas.
Respon siswa terhadap pembelajaran
dengan menggunakan metode PAKEM juga
dikatakan positif, karena sebagian siswa
menyatakan lebih mudah dan lebih tertarik
menerima pelajaran. Hal ini bisa dipahami
karena proses belajar mengajar menjadi lebih
menyenangkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode
Pakem dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca lancar di kelas II SDN Gajah I
Hasil yang diperoleh meningkat dari pra
siklus nilai rata-rata kelas 60. Ketuntasan 6
siswa atau 20%. Siklus I diperoleh nilai rata-
rata kelas 66 dengan ketuntasan 19 siswa atau
63%. Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai
rata-rata kelas 80 dengan ketuntasan 28 siswa
atau 93%.
Saran
Model Pembelajaran yang menggunakan
metode Pakem perlu terus dilakukan karena
pembelajaran ini lebih menyenangkan bagi
siswa, mendorong dan membiasakan siswa
untuk belajar mandiri. Pembelajaran dengan
menggunakan metode PAKEM perlu
dikembangkan untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SD, agar dapat meningkatkan
pemahaman siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Abin Syamsudin. 2006. Profesi Keguruan. Jakarta. Gramedia.
Asep Herry Hermawan.2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Dendy Sugono.2011. Pemberdayaan Bahasa Indonesia Memperkukuh Budaya Bangsa Dalam Era
Globalisasi. Jakarta: Depdikbud
Hera Lestari Mikarsa, dkk.2007. Pendidikan Anak Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suciati, dkk.2007. Belajar & Pembelajaran 2. Jakarta : Universitas Terbuka.
Suharsimi, Arikunto. 1992. Prosedur Penelitan. Yogyakarta: Renika Cipta.
Suprayekti, dkk. 2007. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta : Uneversitas Terbuka.
Supriyadi,2006. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Bidang Studi Bahasa Indonesia SD.
Jakarta: Puskur, Balitbang, Depdiknas
Page 24
21
METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI
Muhim
Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ngemplak I Baureno Bojonegoro
Email : [email protected]
Abstrak : Metode pembelajaran berbasis portofolio adalah suatu cara untuk mendapatkan pengetahuan
atau pengalaman dari peserta didik dengan cara mencoba memperagakan/menampilakan hasil unjuk
kerja sehingga menjadi motivasi dorongan kepada peserta didik karena hasil unjuk kerjanya mendapat
apresiasi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan cara menerapkan pembelajaran berbasis
portofolio dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji dalam semester II tahun pelajaran 2014/2015
SDN Ngemplak I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Dari hasil penelitian dapat ditarik
kesimpulan bahwa penggunaan metode pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran PAI materi sifat-sifat terpuji. Peningkatan prestasi belajar siswa
terjadi secara berturut-turut pada siklus I rata-rata prestasi 60% kemudian siklus II meningkat menjadi
90%. Hal ini merupakan peningkatan yang sangat signifikan.
Kata Kunci: portofolio, prestasi, gaya sifat-sifat terpuji.
Pembelajaran berbasis portofolio
merupakan suatu inovasi pembelajaran yang
dirancang untuk membantu peserta didik
memahami teori secara mendalam melalui
pengalaman belajar praktek empirik. Model
pembelajaran ini dapat menjadi program
pendidikan yang mendorong kompetensi,
tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik,
belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan
umum (public policy), memberanikan diri
untuk berperan serta dalam kegiatan antar
siswa, antar sekolah, dan antar masyarakat,
sehingga proses pembelajaran terpusat pada
siswa (Student Centered). (Nur Muhammad,
2011;113).
Karena sebelumnya peneliti menganggap
bahwa pembelajaran yang selama ini
berlangsung ternyata kurang berhasil, terbukti
bahwa: 1) hanya 57,5% dari siswa yang
berhasil dalam pembelajaran, 2) peserta didik
belum memahami teori dari materi secara
optimal, 3) keaktivan siswa masih tergolong
rendah, 4) siswa belum bisa berpartisipasi dan
belum bisa bertanggung jawab dengan baik
hubungan antar siswa, antar sekolah dan antar
masyarakat terhadap materi pelajaran PAI
pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji
kelas IV di SDN Ngemplak I.
Sehubungan dengan permasalahan ini,
dicoba untuk mengatasi melalui pembelajaran
yang menitikberatkan pada siswa agar dapat
belajar secara aktif dan memiliki inovasi yang
tinggi dengan dilakukan strategi pembelajaran
berbasis portofolio. Kegiatan ini dilaksanakan
dalam bentuk penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk men-
deskripsikan cara menerapkan pembelajaran
berbasis portofolio dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa dan mendeskripsikan
dampak penerepan pembelajaran berbasis
portofolio dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas IV mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) pokok bahasan
membiasakan perilaku terpuji. (Margono,
2007;25)
Banyak faktor yang menentukan
keberhasilan pembelajaran, antara lain faktor
guru, siswa, sarana dan prasarana serta
lingkungan. Dari beberapa faktor tersebut yang
paling dominan adalah faktor siswa. Dari
faktor siswa itu sendiri terdapat beberapa
komponen yang menentukan keberhasilan
belajarnya dan salah satu komponen yang
sangat penting adalah motivasi belajar.
Dalam pemberian motivasi ini, peran
guru amat penting. Pendekatan pendekatan
terhadap anak didik harus dilakukan terus
menerus, harus dibangun keterbukaan antara
guru dan siswa. Guru harus mampu berperan
sebagai kawan kepada anak-anak didiknya.
Page 25
22 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 21 – 25
(Pasaribu,1983:59). Menurut A. Kosasih
Djahari (2001), pembelajaran berbasis porto
folio memposisikan siswa sebagai titik
sentralnya (student oriented). Dalam proses
pembelajaran siswa harus dimotivasi untuk
mau dan mampu melakukan sesuatu untuk
memperkaya pengalaman bekerjanya dengan
lebih mengintensifkan interaksi dengan
lingkungannya. Dengan interaksi ini diharap-
kan mampu membangun pemahaman terhadap
dunia sekitar, kepercayaan dari dan
kepribadian siswa yang paham akan
keanekaragaman yang pada gilirannya dapat
tumbuh sikap positif dan perilaku toleran
terhadap kebhinekaan dan perbedaan pola
kehidupan.
Sementara itu Dasim Budimasyah
(2009), secara garis besar menyatakan, bahwa
prinsip pembelajaran portofolio pada intinya
adalah sebagai berikut: Empat Pilar
Pendidikan. Empat pilar pendidikan sebagai
landasan model pembelajaran berbasis
portofolio adalah learning to do, learning to
know, learning to be, and learning to live
together.
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan dengan
metode penerapan pembelajaran portofolio.
Penelitian ini berangkat dari masalah yang
terdapat di masyarakat, kemudian direfleksikan
dan dianalisis berdasarkan teori yang
menunjang, kemudian dilaksanakan di sekolah.
Hasil dari tindakan di sekolah dijabarkan dan
dianalisis dengan menggunakan aktivitas dan
kata-kata karena dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan dengan metode
penerapan pembelajaran portofolio. Penelitian
ini dapat dijadikan model untuk diterapkan
pada pembelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran secara lebih baik dan
efisien.(Ramayulis, 2006; 37).
Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas
IV Sekolah Dasar Negeri Ngemplak I.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka
pengembangan cara mengajar anak agar belajar
lebih bermakna.
Penelitian ini dilaksanakan pada awal
semester II tepatnya pada minggu ke-2 bulan
Pebruari 2015, dan waktu yang diperkirakan
penelitian tindakan kelas ini selesai pada
minggu ke-2 bulan Maret 2015.
Dalam penelitian ini siswa lebih
berantusias saat proses pembelajaran, karena
penerapan pembelajaran portofolio ini guru
membuat siswa selalu sibuk melakukan
pembelajaran dan mengerjakan tugas tugas
yang diberikan oleh guru, sehingga siswa
merasa bahwa dirinya lebih termotivasi untuk
belajar dan merasa lebih aktif saat
pembelajaran berlangsung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus I
Berdasarkan rancangan penelitian,
pelaksanaan tindakan kelas ini meliputi dua
siklus. Masing-masing siklus terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi.
Perencanaan tindakan ini akan
dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan Pebruari
2015 yang meliputi kegiatan guru untuk
merancang model pembelajaran berbasis
portofolio yang menekankan pada aktivitas
mengamati, menganalisis, menyimpulkan dan
mengkomunikasikannya sebagaimana ter-
gambarkan dalam rencana pembelajaran
(RPP), menyusun lembar pengamatan untuk
memantau kegiatan pembelajaran, dan
menyusun alat evaluasi untuk mengetahui
keberhasilan belajar siswa.
Pada kegiatan awal semua siswa
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik
tetapi saat mengadakan pretes ada sebagian
siswa yang tidak mengikuti dengan baik. Pada
kegiatan inti kegiatan pembelajaran juga sudah
terlaksana dengan baik, tetapi pada saat
mengidentifikasi beberapa sifat terpuji dan saat
mengerjakan tugas ada sebagian siswa yang
kurang menanggapi dengan baik. Pada
kegiatan akhir semua siswa sudah mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan baik.
Tabel 1
Hasil Belajar Siswa Per-Individu dalam Pengelolaan
Pembelajaran Berbasis Portofolio
Siklus 1
Page 26
Muhim, Metode Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI | 23
Nama Soal
Benar Nilai
Prosen-
tase Kriteria
Dimas Ariyanto 6 60 60% C
Edy Yusuf 4 40 40% D
Sayyidah Tsurroyya 5 50 50% C
Sendi Aditya 5 50 50% C
Siska Dwi W 6 60 60% C
Angga Jaya Gagah P 7 70 70% B
Dwi Amelia Putri 6 60 60% C
Moch Ziyan Rizki 6 60 60% C
Yoga Latiful Jihad 9 90 90% A
Ahmad Sony 6 60 60% C
Lailatul Badriyah 5 50 50% C
Dwi Rohmawati 5 50 50% C
Awaliyah Putri C 4 40 40% D
Ifan dwi Kurniawan 5 50 50% C
Niken Yulianingtyas 5 50 50% C
Wiga Murni R 7 70 70% B
Maratus Sholikhah 8 80 80% B
Eka Wahyu N 5 50 50% C
Yanuarta 5 50 50% C
Zanuar 6 60 60% C
Nilai Rata-rata
Keterangan:
A = (81-100) Sangat Baik
B = (61-80) Baik
C = (41-60) Cukup
D = (21-40) Kurang
E = (0-20) Buruk
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai
rata-rata kelas adalah 54.50, termasuk kriteria
C. Padahal kriteria ketuntasan mengajar mata
pelajaran PAI di SDN Ngemplak I Tahun
Pelajaran 2014/2015 adalah 70. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran belum
tuntas. Tabel 2
Daftar Nilai Per Kelompok
Pembelajaran Berbasis Portofolio Siklus 1
Kelompok Nilai Prosentase Keterangan
Tuntas Blm TT
1 47.50 47.50% - √
2 72.50 72.50% √ -
3 52.50 52.50% - √
4 65,00 65,00% - √
5 50,00 50,00% - √
Jumlah 287,5 287,5%
Rata2 57,50 57,5%
Dari hasil tabel 2 terlihat bahwa hanya
ada 1 kelompok yang mendapatkan nilai di
atas kriteria ketuntasan mengajar, artinya
hanya 4 siswa yang mendapatkan nilai di atas
kriteria ketuntasan mengajar.
Dari aktivitas guru dalam pembelajaran
sudah cukup baik, hanya pada saat guru
mengadakan pretes, saat mengidentifikasi
contoh sifat terpuji dan saat mengerjakan tugas
ada sebagian siswa yang kurang menanggapi
dengan baik. Tetapi hal itu dikatakan wajar
karena lebih banyak aktivitas yang terlaksana
dengan baik. Dari proses belajar mengajar
sudah dilaksanakan semua, hal itu sudah
sangat baik yakni aktivitas siswa ternyata
sebagian kegiatan pembelajaran kurang
ditanggapi siswa dengan antusias, terlihat saat
membehas tugas rumah, saat mendiskusikan
materi, saat mempresentasikan hasil pekerjaan
ke depan kelas, saat guru mengadakan tanya
jawab ada sebagian siswa yang belum bisa
menanggapi dengan baik.
Dari tabel hasil belajar siswa yaitu tabel
1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas
adalah 54.50, termasuk kriteria C. Nilai
tersebut masih dibawah kriteria ketuntasan
mengajar, begitu pula dari hasil tabel 2 terlihat
hanya ada 1 kelompok yang mendapkan nilai
di atas kriteria, artinya pembelajaran dikatakan
belum tuntas, perlu diadakan siklus ke-2
dengan harapan hasil belajar siswa nilai rata-
rata kelas bisa mencapai di atas kriteria
ketuntasan mengajar.
Siklus 2
Siklus ke-2 ini akan dilaksanakan pada
minggu ke-1 bulan Maret 2015, Beberapa hal
yang dipersiapkan peneliti pada siklus 2 adalah
memperbaiki permasalahan yang terjadi dalam
siklus 1, yaitu: guru berusaha membimbing
siswa dalam bekerja dan belajar bersama, guru
berusaha memotivasi siswa untuk bekerja
secara kooperatif, guru berusaha mengefektif-
kan pembelajaran dengan waktu yang tersedia,
dengan harapan hasil belajar siswa bisa
mencapai nilai di atas kriteria ketuntasan
mengajar.
Dari hasil aktivitas guru dalam
pembelajaran dapat dilihat bahwa pada ketiga
kegiatan pembelajaran sudah terlaksana
dengan baik. Terbukti bahwa semua aktivitas
sudah dilaksanakan dan diikuti oleh
Page 27
24 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 21 – 25
siswa dengan baik. Semua kegiatan sudah
terlaksana dengan baik, ada dua aktivitas yang
bisa dikatakan belum sempurna, yaitu pada
saat mengerjakan tugas, itupun bukan karena
kesalahan guru tetapi memang pada dasarnya
siswa tersebut memiliki daya fikir yang
kurang. Jadi sudah bisa dikatakan bahwa
proses pembelajaran sudah tuntas.
Tabel 3
Hasil Belajar Siswa Per-Individu
Pembelajaran Berbasis Portofolio Siklus 2
Nama Soal
Benar Nilai
Prosen-
tase Kriteria
Dimas Ariyanto 8 80 80% B
Edy Yusuf 7 70 70% B
Sayyidah Tsurroyya 7 70 70% B
Sendi Aditya 7 70 70% B
Siska Dwi W 8 80 80% B
Angga Jaya Gagah P 9 90 90% A
Dwi Amelia Putri 8 80 80% B
Moch Ziyan Rizki 8 80 80% B
Yoga Latiful Jihad 10 100 100% A
Ahmad Sony 8 80 80% B
Lailatul Badriyah 7 70 70% B
Dwi Rohmawati 7 70 70% B
Awaliyah Putri C 6 60 60% C
Ifan dwi Kurniawan 6 60 60% C
Niken Yulianingtyas 7 70 70% B
Wiga Murni R 9 90 90% A
Maratus Sholikhah 10 100 100% A
Eka Wahyu N 7 70 70% B
Yanuarta 7 70 70% B
Zanuar 9 90 90% A
Nilai Rata-rata 77.50 77.50%
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai
rata-rata kelas adalah 77.50, termasuk kriteria
B. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran sudah berhasil karena nilai rata-
rata siswa sudah mencapai di atas kriteria
ketuntasan mengajar.
Tabel 4
Daftar Nilai Per Kelompok
Pembelajaran Berbasis Portofolio Siklus 2
Kelompok Nilai Prosentase Keterangan
Tuntas Blm TT
1 70,00 70% - √
2 92.50 92.50% √ -
3 70,00 70% - √
4 75,00 75% - √
5 80,00 80% - √
Jumlah 387,50 387,50%
Rata2 77.50 77.50%
Dari hasil tabel 4 terlihat bahwa ada 1
kelompok yang mendapatkan nilai sangat
bagus yaitu 92.50, 2 kelompok mendapatkan
nilai sedang yaitu 75 dan 80, sedangkan 2
kelompok mendapatkan nilai pas dengan
kriteria ketuntasan mengajar yaitu 70. Hal ini
menyatakan bahwa pembelajaran sudah tuntas
dan tidak perlu mengadakan siklus ke-3.
Refleksi dari kegiatan siklus II adalah
bahwa ketiga kegiatan pembelajaran sudah
terlaksana dengan baik. Pada kegiatan proses
pembelajaran juga sudah dilaksanakan semua
sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Melihat tabel di atas ternyata
semua kegiatan sudah terlaksana dengan baik
dan sudah bisa dikatakan bahwa proses
pembelajaran sudah tuntas.
Dari tabel 3 yaitu tabel hasil belajar
siswa dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas
adalah 77.50, termasuk kriteria B. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran sudah
berhasil karena nilai rata-rata siswa sudah
mencapai di atas kriteria ketuntasan belajar.
begitu pula pada hasil tabel 4 terlihat bahwa
semua kelompok sudah mendapatkan nilai di
atas KKM. Hal ini menyatakan bahwa
pembelajaran sudah tuntas dan tidak perlu
dilanjutkan ke siklus 3.
Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh pada
siklus ke-1, terlihat baik pada tabel aktivitas
guru, pada tabel aktivitas belajar mengajar,
maupun pada tabel aktivitas siswa terlihat
banyak kegiatan pembelajaran yang sudah
dilaksanakan, tetapi setiap tabel tersebut ada
siswa yang kurang mengikuti dengan
baik/siswa kurang berantusias, pada tabel hasil
belajar terlihat bahwa nilai siswa hanya 4
orang yang dapat dikatakan tuntas, dan hanya
ada 1 kelompok yang mendapatkan nilai di
atas kriteria ketuntasan mengajar.
Berdasarkan data yang diperoleh pada
siklus ke-2, terlihat pada tabel aktivitas guru,
tabel aktivitas belajar mengajar maupun pada
tabel aktivitas siswa semua kegiatan
pembelajaran yang direncanakan pada rencana
pelaksanaan pembelajaran sudah dilaksanakan
dengan baik dan diikuti siswa dengan baik
pula, semua siswa terlihat berantusias, hasil
Page 28
Muhim, Metode Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI | 25
belajar siswapun terlihat meningkat, bahkan
rata-rata setiap kelompok sudah mencapai di
atas kriteria ketuntasan mengajar.
Dengan adanya peningkatan hasil belajar
yang sudah jelas disertai dengan bukti bukti di
atas, maka penelitian ini cukup sampai disiklus
ke-2. Karena pada siklus ke-2 ini hasil belajar
siswa sudah dikatakan tuntas, rata-rata setiap
kelompok sudah mencapai di atas kriteria
ketuntasan mengajar.
Dengan adanya peningkatan hasil belajar
yang sudah jelas disertai dengan bukti-bukti di
atas, maka penelitian ini cukup sampai disiklus
ke-2. Karena pada siklus ke-2 ini hasil belajar
siswa sudah dikatakan tuntas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapatnya peningkatan
motivasi belajar siswa melalui pembelajaran
berbasis portofolio dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada pokok
bahasan membiasakan Perilaku terpuji dalam
kelas IV semester II tahun pelajaran 2014/2015
di SD Negeri Ngemplak I.
Terdapatnya peningkatan prestasi belajar
siswa melalui pembelajaran berbasis portofolio
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) pada pokok bahasan Membiasakan
Perilaku Terpuji kelas IV semester II tahun
pelajaran 2014/2015 di SD Negeri Ngemplak I,
Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas saran yang
diajukan adalah dalam melaksanakan
pembelajaran sebaiknya guru memilih model
pembelajaran yang dapat memotivasi dan
mengaktifkan siswa dalam rangka membangun
pengetahuan sendiri tentang suatu materi,
sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih
bermakna.
RUJUKAN RUJUKAN
Budimansyah. Dasim. 2009. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung : Ganesindo
Djahiri, Kosasih. 2001. Model Pembelajaran Portofolio dan Untuh Menyeluruh. Bandung : Lab.
PMPKn IKIP Bandung.
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Muslimin, Ibrahim dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Unesa University Press.
Nur Muhammad dkk. 2011 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Pusat Sains dan Matematika
Sekolah.
Pasaribu, Simanjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Transito
Ramayulis, 2006. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Page 29
26
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS I
MELALUI OPTIMALISASI PEMBELAJARAN TEMATIK
Musianah
Guru SDN Karangan Kepohbaru Bojonegoro
Email : [email protected]
Abstrak: Kebanyakan guru belum optimal melaksanakan pembelajaran tematik, hal ini menyebabkan
siswa kurang maksimal dalam menerima pelajaran yang disampaikan. Penelitian ini bertujuan
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan pembelajaran Tematik yang optimal
di kelas I Sekolah Dasar Negeri Karangan. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif, bentuknya
Penelitian Tindakan Kelas, dan sifat penelitian bersifat kolaboratif. Subjek penelitian guru, dan peserta
didik kelas I Sekolah Dasar Negeri Karangan yang berjumlah 27 siswa. Teknik penelitian yang
digunakan adalah teknik observasi langsung dan alat pengumpul data yang digunakan berupa pedoman
observasi. Hasil penelitian berdasarkan dari observasi dengan menggunakan pembelajaran Tematik
untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut, secara umum
penggunaan pembelajaran Tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik di kelas 1
Sekolah Dasar Negeri Karangan. Dengan demikian pembelajaran Tematik dapat digunakan untuk
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.
Kata kunci : aktivitas belajar pembelajaran tematik
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip
penyelenggaraan pendidikan harus sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional yaitu;
mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Anak yang memiliki aktivitas positif
akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik
dan sebaliknya murid yang memiliki aktivitas
negatif akan memperoleh hasil belajar yang
kurang memuaskan. Selama pembelajaran
berlangsung diharapkan murid mempunyai
aktivitas belajar secara positif, sebagaimana
yang dinyatakan Sardiman (2008: 95), aktivitas
belajar adalah suatu perilaku siswa yang selalu
berusaha, bekerja, atau belajar dengan sungguh
-sungguh untuk mendapat kemajuan atau
prestasi yang gemilang dari perubahan tingkah
laku yang diperoleh dari pengalaman dan
latihan.
Guru merupakan tenaga pendidik,
pembimbing, pelatih dan pengembang
kurikulum yang dapat menciptakan kondisi
dan suasana belajar yang kondusif, yaitu
suasana belajar yang menyenangkan, menarik,
memberi rasa aman, memberi ruang pada anak
untuk berpikir aktif, kreatif dan inovatif dalam
mengeksplorasi dan mengelaborasi
kemampuannya. Guru merupakan komponen
yang penting dalam meningkatkan mutu
pendidikan khususnya yang berkenaan dengan
aktivitas belajar anak secara optimal.
Aktivitas murid merupakan kegiatan atau
perilaku yang terjadi selama proses belajar
mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan yang mengarah pada proses
belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,
mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab
pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan
siswa lain serta bertanggung jawab terhadap
tugas yang diberikan. Menurut Rochman
Natawijaya dalam Depdiknas (2005: 31),
belajar aktif adalah suatu sistem belajar
Page 30
Musianah, Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas I Melalui Optimalisasi Pembelajaran Tematik | 27
mengajar yang menekankan keaktifan siswa
secara fisik, mental intelektual dan emosional
guna memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Aktivitas belajar murid ini
merupakan salah satu indikator adanya
keinginan murid untuk belajar.
Pemilihan strategi, metode, dan
pendekatan yang tidak memenuhi kebutuhan
murid akhirnya menimbulkan fenomena seperti
anak dipaksa belajar dengan cara guru, suasana
tegang, seringkali tidak bermakna, seringkali
murid belajar sesuatu tidak menarik
perhatiannya, telah terjadi perubahan sifat pada
anak, makin tinggi kelas anak, makin kurang
inisiatif dan keberanian bertanya atau
mengemukakan pendapatnya.
Penyebab aktivitas belajar yang rendah
antara lain disebabkan oleh sebagian guru
belum sepenuhnya menerapkan model-model
pembelajaran yang sesuai, kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan kurang menarik,
berlangsung monoton dan membosankan, serta
interaksi yang terjadi hanya satu arah karena
guru yang dominan aktif, sementara muridnya
pasif. Keterlibatan anak dalam aktivitas
pembelajaran masih belum optimal karena
guru mendominasi proses pembelajaran dan
murid terkesan pasif karena hanya
mendengarkan guru serta guru kurang
melibatkan murid dalam proses pembelajaran
sehingga pembelajaran menjadi kurang
bermakna.
Selain itu, permasalahan dalam proses
pembelajaran yang terjadi di sekolah masih
banyak menggunakan pendekatan pembelajar-
an yang kurang memperhatikan kebutuhan dan
pengembangan potensi murid, serta cenderung
bersifat sangat teoritik. Peran guru masih
sangat dominan dan gaya mengajar cenderung
bersifat satu arah. Akhirnya proses
pembelajaran terjadi hanya sebatas pada
penyampaian informasi saja, kurang terkait
dengan lingkungan sehingga murid tidak
mampu memanfaatkan konsep kunci keilmuan
dalam proses pemecahan masalah kehidupan
yang dialami murid sehari-hari.
Berdasarkan pengalaman dan per-
masalahan yang peneliti alami selama
mengajar di kelas rendah Sekolah Dasar
Negeri Karangan ini belum optimal dalam
menerapkan pembelajaran Tematik sehingga
aktivitas belajar siswa menjadi kurang menarik
dan menyenangkan. Menurut Rusman (2010:
254) Pembelajaran Tematik adalah pem-
belajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan Tematik yang melibatkan beberapa
mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Untuk itu peneliti
memilih pendekatan pembelajaran Tematik
dalam upaya memperbaiki proses
pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri
Karangan dengan melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang disusun kemudian
diobservasi dan dievaluasi serta refleksi
sebagai masukan untuk perbaikan rencana
tindakan berikutnya.
Pendekatan Tematik secara efektif akan
membantu memberikan kesempatan yang luas
bagi murid untuk melihat dan membangun
konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan
demikian pembelajaran Tematik memberi
kesempatan pada murid untuk memahami
masalah yang kompleks dengan cara pandang
utuh.
Berdasarkan pengamatan awal pada
murid kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Karangan
yang dilakukan pada tanggal 8 Januari 2015
pada tema peristiwa pertemuan ke 5, dengan
jumlah siswa 27 anak diperoleh data yaitu
aktivitas fisik anak hanya 49.30%, aktivitas
mental hanya 44,70%, serta aktivitas
emosional hanya 50,60%.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
pembelajaran murid masih tergolong rendah.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar
Murid melalui Pembelajaran Tematik tema
Peristiwa di Kelas 1 Sekolah Dasar Negeri
Karangan”.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian
yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.
Menurut Sugiyono (2006: 107) deskriptif
Page 31
28| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 26 – 30
artinya memaparkan, menggambarkan.
Sedangkan menurut Trianto (2010: 197)
penelitian deskriptif ialah penelitian yang
berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian, yang terjadi saat sekarang.
Dengan demikian deskriptif adalah pemaparan
atau memberikan gambaran pada aspek yang
dilakukan penelitian, yaitu kelas, yang terjadi
saat sekarang.
Bentuk penelitian adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat kolabrotif.
Menurut Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama
(2010: 9) bahwa Penelitian Tindakan Kelas
adalah penelitian yang dilakukan olehh guru di
kelasnya sendiri dengan cara 1) merencanakan
2) melaksanakan dan 3) mengamati, serta 4)
merefleksi tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat. Masalah PTK berasal
dari guru itu sendiri yang berkeinginan
memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajarannya di sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah
Dasar Negeri Karangan yang mana
kegiatannya berada di dalam kelas. Subjek
penelitian adalah guru dan peserta didik kelas I
Sekolah Dasar Negeri Karangan yang
berjumlah 27 siswa, dengan peserta didik laki-
laki yang berjumlah 18 anak, dan peserta didik
perempuan berjumlah 9 anak.
Prosedur penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan metode Demonstrasi
melalui pembelajaran Tematik melalui empat
tahapan, yaitu: a) perencanaan, menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran Tematik,
menyusun lembar kerja siswa (LKS),
menyiapkan media, menyusun lembar
observasi untuk peserta didik dan guru; b)
pelaksanaan, Selama proses pembelajaran
berlangsung, guru mengajar sesuai dengan
RPP yang dirancang dengan menggunakan
pembelajaran Tematik; c) observasi, dilakukan
untuk mengumpulkan informasi tentang proses
pembelajaran yang dilakukan guru sesuai
dengan tindakan yang telah disusun dan; d)
refleksi, peneliti mendiskusikan dengan guru
mengenai hasil pengamatan yang dilakukan,
kekurangan maupun ketercapaian pembelajar-
an untuk menyimpulkan data atau informasi
yang berhasil dikumpulkan sebagai per-
timbangan perencanaan pembelajaran siklus
berikutnya sampai ketercapaian berada pada
titik jenuh.
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua
siklus, setiap siklus dilakukan dua kali
pertemuan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik observasi langsung,
yakni cara pengumpulan data yang dilakukan
oleh peneliti saat penelitian tindakan kelas
berlangsung dalam pembelajaran dengan alat
pengumpul datanya berupa lembar observasi.
Teknik analisis data menggunakan
persentase pada setiap aspek aktivitas belajar.
Indikator kinerja untuk mengukur aktivitas
belajar dengan menggunakan pembelajaran
Tematik dikelompokkan menjadi 3 aspek,
yaitu : 1) aktivitas fisik yaitu aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik
dengan melakukan gerakan motorik. Aktivitas
fisik ini meliputi: Menyimak/mendengarkan
dengan sungguh-sungguh, mengamati/
menggunakan media yang digunakan,
memperhatikan saat diberikan instruksi, 2)
aktivitas mental yaitu aktivitas atau kegiatan
yang dilakukan dengan diikuti oleh
kemampuan intelektual atau kemampuan
berpikir. Aktivitas mental ini meliputi:
menjawab pertanyaan dengan tepat, berdiskusi
dengan teman sebangku, menyimpulkan
materi, mengerjakan tugas/latihan yang
diberikan, 3) dan aktivitas emosional
merupakan aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan dengan diikuti oleh kemampuan
emosional. Aktivitas emosional ini meliputi:
semangat belajar, kegembiraan, rasa senang,
dan lain sebagainya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Objek pada penelitian ini adalah
peningkatan aktivitas belajar sebagai bentuk
tindakan dari penerapan pembelajaran Tematik
di Kelas I Sekolah Dasar Negeri Karangan.
Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus,
setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.
Data diperoleh dalam penelitian ini,
yaitu: aktivitas fisik, aktivitas mental, aktivitas
Page 32
Musianah, Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas I Melalui Optimalisasi Pembelajaran Tematik | 29
emosional dan kemampuan guru melaksanakan
pembelajaran Tematik. Rekapitulasi hasil
penelitian dan pembahasan dapat disajikan
sebagai berikut.
Tabel 1.
Indikator Aktivitas Belajar sebelum dan sesudah
Menerapkan Pembelajaran Tematik
Aspek Yang
Diamati
Hasil Pengamatan
Perolehan
rata-rata
persentase
Obs awal
Perolehan
rata-rata
persentase
siklus I
Perolehan
rata-rata
persentase
siklus II
Aktivitas fisik
murid 49.30 % 69.70 % 92.50 %
Aktivitas mental 44.70 % 63.60 % 79.25 %
Aktivitas
emosional 50.60 % 67.75 % 85.50 %
Berikut pemaparan hasil pengamatan
sesuai dengan aspek yang diteliti, yaitu:
Aktivitas fisik murid yang meliputi aktivitas
menyimak/mendengarkan guru dengan
sungguh-sungguh, aktivitas mengamati/
menggunakan media yang digunakan serta
memperhatikan saat diberikan instruksi oleh
guru secara keseluruhan pada observasi awal
sebelum pelaksanaan tindakan sebagai baseline
diperoleh nilai 49.30%, pada siklus I diperoleh
nilai 69.70% kemudian pada siklus II
meningkat menjadi 92.50%. Dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan sebesar
22,28%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
fisik murid dalam pembelajaran Tematik dari
siklus I sampai II mengalami peningkatan.
Aktivitas mental murid yang meliputi
aktivitas menjawab pertanyaan secara tepat,
aktivitas berdiskusi dengan teman sebangku,
aktivitas menyimpulkan materi serta aktivitas
mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
secara keseluruhan pada observasi awal
sebelum pelaksanaan tindakan sebagai baseline
diperoleh nilai 44,70%, pada siklus I diperoleh
nilai 63,60% kemudian pada siklus II
meningkat menjadi 79,25%. Dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan nilai sebesar
15,65%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
mental murid dalam pembelajaran Tematik
dari siklus I sampai II mengalami peningkatan.
Aktivitas emosional murid yang meliputi
aktivitas semangat dalam belajar, aktivitas
memberikan pendapat, dan keaktifan murid
secara keseluruhan pada observasi awal
sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh nilai
50,60%, pada siklus I diperoleh nilai 67,75%
kemudian pada siklus II meningkat menjadi
85,50%. Dari siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan nilai sebesar 17,75%. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas emosional murid
dalam pembelajaran Tematik dari siklus I
sampai II mengalami peningkatan.
Tabel 2.
Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru
melaksanakan Penerapan Pembelajaran Tematik
No
Hasil Observasi
Kemampuan
Guru/Peneliti
Skor
Perolehan
Skor
Ideal
Presen-
tase
1 Sikus I 76 80 96%
2 Siklus II 79 80 98%
Rekapitulasi hasil observasi terhadap
guru/peneliti yang melaksanakan siklus dengan
menerapkan pembelajaran Tematik dapat
dilihat bahwa guru/peneliti sudah memuncul-
kan semua aspek baik dikegiatan awal,
kegiatan inti maupun kulminasi. Pada siklus I
guru/peneliti memperoleh skor 77 point atau
96% dan pada siklus II memperoleh skor 78
point atau 98%, hal ini menunjukkan bahwa
adanya peningkatan sebesar 2 point atau 2%.
Peningkatan yang terjadi sangat baik dan
artinya guru/ peneliti sudah melaksanakan
penerapan pembelajaran dengan sangat baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan temuan dari hasil penelitian,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;
1) rancangan pembelajaran Tematik dilakukan
menganalisis kurikulum untuk mengetahui
standar kompetensi dan kompetensi dasar,
membuat silabus, RPP, media pembelajaran
Tematik, lembar observasi bagi murid dan
guru/peneliti serta menyusun lembar evaluasi
yang akan diberikan pada murid diakhir
kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan
KTSP dan Permendiknas Nomor 41 Tahun
2007, 2) pelaksanaan pembelajaran Tematik
yang dilaksanakan menarik, menyenangkan,
dialogis, dinamis, bermakna melalui penelitian
Page 33
30| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 26 – 30
tindakan kelas sebanyak dua siklus secara
keseluruhan dilaksanakan dengan perencanaan
yang telah disusun dengan langkah-langkah
sesuai RPP pembelajaran Tematik mengenai
aktivitas fisik murid, aktivitas mental murid
dan aktivitas emosional murid mengalami
peningkatan yang signifikan, 3) aktivitas fisik
belajar murid pada pembelajaran Tematik di
kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Karangan
terbukti mengalami peningkatan. Hal ini
tampak pada aktivitas fisik murid yang termuat
dalam indikator kinerja pada setiap siklus
selalu mengalami peningkatan baik dalam
menyimak, mengamati dan memperhatikan
instruksi, 4) aktivitas mental belajar murid
pada pembelajaran Tematik di kelas 1 Sekolah
Dasar Negeri Karangan terbukti mengalami
peningkatan. Hal ini tampak pada aktivitas
yang termuat dalam indikator kinerja pada
setiap siklus selalu mengalami peningkatan
baik pada saat menjawab pertanyaan
berdiskusi, menyimpulkan maupun
mengerjakan latihan atau tugas yang diberikan
guru, 5) aktivitas emosional belajar murid pada
pembelajaran Tematik di kelas 1 Sekolah
Dasar Negeri Karangan terbukti mengalami
peningkatan. Hal ini tampak pada aktivitas
murid yang termuat dalam indikator kinerja
pada setiap siklus selalu mengalami
peningkatan pada saat memberikan pendapat,
keaktifan murid maupun semangat dalam
belajar.
Saran
Beberapa saran yang dikemukakan
terkait dengan hasil penelitian ini, yaitu; 1)
pelaksanakan pembelajaran Tematik tidak
mudah, untuk itu guru harus mengerti dan
benar-benar memahami tentang pembelajaran
Tematik agar aplikasinya tidak menyimpang
sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, 2) Pembelajaran Tematik memerlu-
kan persiapan yang matang untuk itu guru
harus benar-benar serius mempersiapkan
segala sesuatu dengan sebaik-baiknya agar
hasil belajar yang diperoleh dapat maksimal, 3)
sebagai seorang pendidik, hendaknya secara
terus menerus mendiagnosis kekeliruan dalam
pembelajaran baik cara mengajar guru maupun
dari muridnya sehingga dapat menemukan
cara-cara yang tepat untuk memperbaiki proses
pembelajaran di kelas.
DAFTAR RUJUKAN
Rochman Natawijaya. (2005). Aktivitas Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sardiman. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
bandung: Alfabeta
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Indeks.
Page 34
31
PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOMPAT JAUH
GAYA JONGKOK MELALUI MODEL BERMAIN
PADA SISWA KELAS IV
Moch. Arif
Guru Penjaskes SDN Sugihwaras III Kepohbaru Bojonegoro
Email : [email protected]
Abstrak : Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pembelajaran gerak
dasar lompat jauh gaya jongkok dengan model bermain pada siswa kelas IV SDN Sugihwaras III tahun
pelajaran 2014/2015. Hal ini dilakukan mengingat motivasi dan hasil belajar gerak dasar lompat jauh
kurang seperti yang diharapkan dalam pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan dua siklus, siklus pertama dua kali pertemuan, sedangkan siklus kedua
dilaksnakan satu kali pertemuan, setiap pertemuan 70 menit. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV
SDN Sugihwaras III, yang berjumlah 17 siswa. Pengambilan datanya dilakukan oleh peneliti dan
kolaborator, dengan menggunakan lembar observasi dan angket tanggapan siswa. Pengamatan
dilakukan pada saat sebelum pembelajaran dimulai, selama proses pembelajaran berlangsung, dan
sesudah pembelajaran selesai. Analisis data dilakukan dengan cara merefleksi hasil observasi dan
evaluasi terhadap kegiatan sebelum pembelajaran dimulai, selama proses pembelajaran berlangsung,
dan sesudah pembelajaran selesai dan diolah menjadi kalimat yang bermakna dan dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model bermain dapat meningkatkan motivasi,
dan hasil belajar gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV SDN Sugihwaras III.
Kata kunci: pembelajaran, lompat jauh gaya jongkok, model bermain
Olahraga atletik termasuk aspek
permainan dan olahraga ruang lingkup mata
pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan dan merupakan salah satu mata
pelajaran yang wajib diajarkan pada siswa di
Sekolah Dasar (SD) sesuai dengan materi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
standar kompetensi Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah. Menurut Eddy Purnomo
dan Dapan (2011: 1) atletik merupakan sarana
untuk pendidikan jasmani dalam upaya
meningkatkan kemampuan biomotorik,
misalnya kekuatan, daya tahan, kecepatan,
kelenturan, koordinasi. Dalam mata pelajaran
atletik di Sekolah Dasar yang dipelajari adalah
gerakan dasar manusia di dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu berjalan, berlari, melompat
dan melempar.
Lompat jauh adalah salah satu cabang
olahraga atletik yang diberikan di tingkat
pendidikan Sekolah Dasar. Lompat jauh
didefinisikan sebagai suatu bentuk gerakan
lompatan yang optimal dengan kecepatan,
ketepatan, kekuatan, kelenukan dan koordinasi
gerakan mengangkat kedua kaki ke atas ke
depan dalam upaya membawa titik berat badan
selama mungkin di udara (melayang di udara)
yang dilakukan dengan jalan melakukan
tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak
sejauh-jauhnya. Menurut Dikdik Zafar Sidik
(2010:65-68) Rangkaian lompat jauh terbagi
dalam beberapa fase yaitu Awalan, tolakan,
melayang dan mendarat. Dikalangan siswa
setingkat Sekolah Dasar banyak yang
menganggap bahwa lompat jauh adalah
aktivitas pembelajaran yang tidak menarik,
membosankan sehingga motivasi atau
dorongan pada diri siswa untuk melakukannya
pkurang. Pemahaman itu merupakan salah satu
factor penyebab rendahnya motivasi dan hasil
belajar dalam pembelajaran pada diri siswa
terhadap nomor lompat jauh. Peristiwa yang
menonjol ialah banyak siswa yang kurang
minat, motivasi, kurang berpartisipasi, kurang
terlibat aktif dalam proses pembelajaran
lompat jauh, karena itu siswa menjadi
bermalas–malasan. Untuk merangsang agar
siswa mempunyai motivasi dan hail belajar
yang baik dalam pembelajaran yang efektif dan
efisien untuk melakukan gerakan dasar awalan,
tolakkan, saat melayang dan mendarat pada
lompat jauh gaya jongkok dengan mengguna-
Page 35
32| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 31 – 36
kan model bermain dalam pembelajaran.
Selama ini proses pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok di SDN Sugihwaras III masih
dilakukan dengan cara konvensional. Peneliti
mengatakan metode konvensional, karena
metode yang digunakan adalah metode-metode
pembelajaran yang mengedepankan peranan
guru secara totalitas. Dalam hal ini guru hanya
memberikan arahan sebentar, kemudian siswa
mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru.
Dampak konvensional maka proses
pembelajaran yang terjadi bersifat komunikasi
satu arah, siswa pasif menunggu instruksi dari
guru. Pembelajaran konvensional yang
dilaksanakan oleh guru mengakibatkan
motivasi dan hasil belajar lompat jauh gaya
jongkok siswa selama mengikuti pembelajaran
menjadi rendah. Oleh karena itu diperlukan
model pembelajaran yang menarik bagi siswa
salah satunya dengan bermain. Guru dituntut
lebih kreatif agar bisa memanfaatkan
kesenangan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran, dengan membuat modifikasi
pembelajaran kedalam bentuk permainan.
Bermain merupakan kegiatan yang
dilakukan secara bebas dan sukarela,
kegiatanya dibatasi oleh waktu dan tempat
mengunakan peraturan yang bebas dan tidak
mengikat, memiliki tujuan tersendiri dan
mengandung unsur ketegangan, kesenangan
serta kesadaran yang berbeda dari kehidupan
biasa. Bermain mempunyai beberapa fungsi
antara lain: melatih fisik, belajar hidup
bersama atau berkelompok, mengali potensi
diri sendiri, menaati peraturan.
Permainan atletik adalah materi
pembelajaran atau program pelajaran dalam
nuansa permainan. Permainan tidak berarti
menghilangkan unsur serius, disiplin dan
menghilangkan subtansi pokok materi atletik,
namun permainan yang berisi seperangkat
tehnik dasar berupa lari, lempar, lompat dalam
bentuk permainan bervariasi.
Data menunjukkan bahwa hasil observasi
awal nilai aspek psikomotor gerak dasar
lompat dengan gaya yang benar pada kelas IV
SDN Sugihwaras III tahun pelajaran
2014/2015 terdapat 13 siswa (76,47) dari 17
siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu 70.
Rendahnya kemampuan lompat jauh tersebut,
juga disebabkan oleh faktorfaktor lain,
diantaranya fasilitas sangat terbatas, sekolah
hanya memiliki halaman yang sempit. Proses
pembelajaran atletik khususnya lompat jauh,
guru hanya memanfaatkan bak lompat jauh
berukuran kecil di tepi lapangan di halaman
sekolah, juga tidak menggunakan alat bantu
lainnya sehingga proses pembelajaran kurang
berjalan secara maksimal.
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
peneliti bermaksud meningkatkan motivasi dan
hasil belajar dalam pembelajaran gerak dasar
lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV
SDN Sugihwaras III, dengan melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul:
“Peningkatan Pembelajaran Gerak Dasar
Lompat Dengan Gaya yang Benar Melalui
Model Bermain pada Siswa Kelas IV SDN
Sugihwaras III, Kecamatan Kepohbaru,
Kabupaten Bojonegoro Tahun Pelajaran
2014/2015”.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research),
Mc. Niff dalam M. Asrori (2007) mengatakan
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru
sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan
sebagai alat untuk pengembangan dan
perbaikan pembelajaran.. PTK mempunyai
tujuan yaitu untuk memperbaiki dan
meningkatkan layanan professional guru
sebagai pendidik dalam menangani proses
pembelajaran di kelas.
Penelitian ini untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar pada aktifitas belajar
siswa kelas IV SDN Sugihwaras III, dalam
pembelajaran gerak dasar lompat jauh dengan
gaya yang benar melalui model bermain.
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan 2
siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap,
yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Keempat tahap tersebut dievaluasi
untuk perencanaan siklus berikutnya,
tergantung masih ada atau tidaknya tindakan
yang diperlukan.
Page 36
Arif, Peningkatan Hasil Belajar Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Model Bermain Pada Siswa | 33
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan
bulan Februari 2015. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN
Sugihwaras III. Subjek Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah kelas IV SDN Sugihwaras III
Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro
Tahun Pelajaran 2014/2015, berjumlah 17
siswa, terdiri atas 10 siswa putra dan 7 siswa
putri.
Sumber data dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas IV SDN
Sugihwaras III, yang akan digunakan untuk
mendapatkan data tentang gerak dasar lompat
jauh dengan gaya yang benar melalui model
bermain.. Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan angket tanggapan
siswa. Angket tanggapan siswa bertujuan
untuk menggali pendapat siswa terhadap
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Teknik analisis data yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Deskriptif kualitatif dimaksudkan
mendeskripsikan hasil pengamatan kolaborator
dan dibandingkan dengan jumlah siswa yang
diamati. Sedangkan deskriptif kuantitatif
dimaksudkan membandingkan hasil pengamat-
an peneliti dan kolaborator berupa perilaku
siswa yang meliputi motivasi dan hasil belajar
gerak dasar lompat jauh dengan gaya yang
benar melalui model bermain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus 1
Kegiatan pada Siklus I guru menjelaskan
kegiatan inti yang akan dilakukan, kemudian
membagi siswa menjadi beberapa kelompok
untuk melakukan kegiatan pembelajaran
sebagai berikut; a) siswa melakukan lompatan
mulai dari awalan satu langkah, dua langkah,
tiga langkah dan seterusnya, mendarat dua
kaki, sikap jongkok, b) siswa melakukan
lompatan dengan awalan 10‐11 langkah dan
mendarat pada lingkaran yang sudah
ditentukan, c) siswa melakukan lompatan
dengan awalan 10-11 langkah dan tanpa
menentukan tempat tumpuan namun bidang
pendaratan diberi tanda agar siswa dapat
menjadikan tanda tersebut menjadi suatu
tingkat keberhasilan, d) siswa melakukan
lompatan agar badan terangkat ke atas depan
dengan cara melompati tali yang dibentangkan,
e) siswa dibawa ke lapangan lompat jauh yang
sesungguhnya untuk melakukan gerak dasar
lompat jauh gaya jongkok dengan awalan.
Guru memanggil siswa berdasarkan urut absen
untuk melakukan gerak dasar lopat jauh gaya
jongkok dengan awalan 11-12 langkah.
Awalan adalah suatu gerak lari cepat dari
sikap start berdiri untuk mendapatkan kekuatan
tumpuan yang maksimal dan mendapatkan
daya dorong pada saat melayang. Awalan
dilakukan dengan jarak 11 – 12 langkah.
Kecepatan lari konstan, dalam hal ini tidak
boleh mengurarangi kecepatan dan mengubah
langkah.
Tumpuan/tolakan adalah perpindahan
yang sangat cepat antara lari awalan dan
elayang, ketepatan tolakan pada balok tumpu
dan besarnya hasil tolakan oleh kaki sangat
menentukan hasil lompatan. Tumpuan dapat
dilakukan menggunakan kaki yang terkuat
dengan mengubah kecepatan horizontal ke
kecepatan vertikal. Saat kaki melakukan
tolakan/tumpuan posisi badan lebih ditegakkan
dan kaki belakang serta kedua lengan
diayunkan ke depan atas.
Melayang dilakukan setelah pelompat
menumpu pada balok tumpuan, maka posisi
badan condong ke depan kaki terangkat untuk
mendapatkan tinggi dan jauhnya lompatan,
pelompat harus menekuk kedua lutut pada saat
ketinggian maksimal. Pada waktu naik badan
harus ditahan dalam keadaan rileks. Pada saat
akan mendarat kedua kaki dan lengan
diluruskan ke depan bersamaan berat badan
dibawa ke depan.
Selanjutnya pada waktu mendarat pada
bak ompat diawali dengan kedua tumit dan
kedua kaki agak rapat, lutut ditekuk dan
mengeper dalam posisi jongkok bersamaan
berat badan dibawa ke depan. Kedua lengan
dijulurkan ke depan dan menyentuh tempat
pendaratan untuk menahan tubuh agar tidak
jatuh kebelakang sehingga akan mengurangi
jauhnya lompatan serta pandangan ke depan.
Berdasarkan analisis data tindakan pada
Page 37
34| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 31 – 36
pertemuan kedua siklus pertama, ditemukan
hal-hal sebagai berikut ; 1) hasil observasi
tentang motivasi anak dalam mengikuti proses
pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya
jongkok dengan model bermain menunjukkan
bahwa: dalam mengikuti pembelajaran
motivasinya sangat baik (SB) 4 siswa
(23,53%), baik (B) 7 siswa atau 41,15%, 6
siswa (35,29%) dalam kategori cukup (C), dan
tidak ada siswa yang motivasinya kategoti
kurang ataupun gagal. Hasil observasi tes
unjuk kerja dapat dijelaskan bahwa nilai rata-
rata kelas 72,06. Nilai tertinggi 85 dan nilai
terendah 50, jumlah siswa tuntas belajar
sebanyak 11 siswa atau 64,71 % dan siswa
yang belum tuntas belajar sebanyak 6 siswa
atau 35,29 %, 2) pada saat kegiatan pemanasan
ada beberapa anak yang kurang memahami
dengan permainan yang dilakukan, 3)
pemanasan yang dilakukan sudah sesuai
dengan inti pembelajaran, 4) Pada saat guru
menjelaskan gerak dasar lompat jauh gaya
jongkok yang akan dilakukan ada 5 siswa yang
tidak memperhatikan dan bercerita sendiri, 5)
ada 1 siswa yang tidak memperhatikan dan
bercerita sendiri ketika guru member contoh
gerakan dasar lompat jauh gaya jongkok pada
bak lompat yang sesungguhnya.
Menurut penelaahan dan masukan
kolaborator maka perlu memperbaiki proses
pembelajaran dan melanjutkan tindakan
berikutnya, sebab ketuntasan belajar siswa
baru mencapai 64,71% atau baru 11 siswa,
sedangkan indikator keberhasilan yang
ditentukan adalah 80%.
Siklus 2
Guru menjelaskan kegiatan inti yang
akan dilakukan, kemudian membagi siswa
menjadi beberapa kelompok untuk melakukan
kegiatan pembelajaran sebagai berikut; 1)
siswa melakukan lompatan mulai dari awalan
satu langkah, dua langkah, tiga langkah dan
seterusnya, mendarat dua kaki, sikap jongkok,
2 ) siswa melakukan lompatan dengan awalan
10‐11 langkah dan mendarat pada lingkaran
yang sudah ditentukan, 3) siswa melakukan
lompatan dengan awalan 10-11 langkah dan
tanpa menentukan tempat tumpuan namun
bidang pendaratan diberi tanda agar siswa
dapat menjadikan tanda tersebut menjadi suatu
tingkat keberhasilan. 4) siswa melakukan
lompatan agar badan terangkat ke atas depan
dengan cara melewati tali yang dibentangkan,
5) siswa dibawa ke lapangan lompat jauh yang
sesungguhnya untuk melakukan gerak dasar
lompat jauh gaya jongkok dengan awalan.
Guru memanggil siswa berdasarkan urut absen
untuk melakukan gerak dasar lopat jauh gaya
jongkok dengan awalan 11-12 langkah. Gerak
dasar lompat jauh gaya jongkok yang harus
dilakukan siswa masih sama seperti yang telah
dilakukan pada siklus I
Berdasarkan analisis data tindakan pada
pertemuan siklus ke dua ini, ditemukan hal-hal
sebagai berikut; 1) hasil observasi tentang
motivasi anak dalam mengikuti proses
pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya
jongkok dengan model bermain berjalan sesuai
dengan rencana, siswa menunjukkan sikap
antusias, kelihatan merasa senang alam
braktivitas. Ini terbukti bahwa 6 siswa atau
35,29% dalam mengikuti pembelajaran
motivasinya sangat baik (SB), 9 siswa baik (B)
atau 58,82%, 1 siswa cukup (C) atau 5,88%,
dan tidak ada siswa yang motivasinya kategoti
kurang ataupun gagal, 2) hasil observasi tes
unjuk kerja siklus kedua, nilai rata-rata kelas
79,41. Nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70,
jumlah siswa tuntas belajar sebanyak 15 siswa
atau 88,24 % dan siswa yang belum tuntas
belajar sebanyak 2 siswa atau 11,76 %.
Berdasarkan data hasil observasi
tindakan dan masukan dari kolaborator, maka
peneliti melakukan diskusi dengan kolaborator.
Kemudian melakukan penelaahan dan
menyimpulkan hasil tindakan yamg telah
dilakukan. Kesimpulan yang diperoleh adalah
menghentikan proses pembelajaran pada siklus
kedua pertemuan pertama ini, karena motivasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat
baik dan ketuntasan hasil belajar siswa 88,24%
atau 15 siswa dari jumlah 17 siswa.
Dengan demikian penelitian tindakan
kelas ini dinyatakan berhasil karena telah
melampaui indicator keberhasilan yang
ditetapkan yaitu 80%. Penelitian tindakan kelas
yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran
Page 38
Arif, Peningkatan Hasil Belajar Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Model Bermain Pada Siswa | 35
gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dengan
model bermain di SDN Sugihwaras III, dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut dapat mempercepat
peningkatan kemampuan siswa dalam
penguasaan gerak dasar lompat jauh gaya
jongkok.
Penyampaian pembelajaran gerak dasar
lompat jauh gaya jongkok dengan model
bermain dapat memberikan pengalaman,
pengetahuan baru bagi siswa. Sebab selama ini
dalam pembelajaran pendidikan jasmani,
khususnya materi lompat jauh gaya jongkok
disampaikan kepada siswa secara monoton,
siswa langsung dibawa ke bak lompat untuk
melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok,
tanpa menerapkan model pembelajaran dalam
bentuk bermain yang dapat mendukung
peningkatan motivasi siswa untuk bergerak
sehingga dapat meningkatkan kemampuan
gerak dasar lompat jauh gaya jongkok tersebut.
Oleh karena itu, pembelajaran gerak dasar
lompat jauh gaya jongkok dengan model
bermain dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar pada siswa kelas IV.
Tindakan yang ilaksanakan dalam
penelitian kelas ini sesuai dengan tujuan yang
direncanakan. Dengan demikian kreativitas
seorang guru benar-benar dibutuhkan untuk
menciptakan pembelajaran yang menyenang-
kan dan mampu membangkitkan peran aktif
siswa sehingga dapat menigkatkan motivasi
siswa agar terciptanya pemahaman dalam
enguasaan materi pembelajaran. Dengan
memperhatikan hasil tanggapan siswa, dan
hasil observasi kolaborator menunjukkan
bahwa pembelajaran gerak dasar lompat jauh
gaya jongkok dengan model bermain dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk bergerak
dengan perasaan senang dan perhatian siswa
dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan
ketuntasan hasil belajar siswa dari kondisi awal
ke siklus pertama dan ke siklus kedua dapat
kita lihat pada tabel 1di bawah ini. Tabel 1. Tabel Ketuntasan Belajar Siswa
Nilai Hasil Belajar Awal Siklus I Siklus II
Tuntas belajar (nilai 70
keatas)
4 anak 11 anak 15 anak
23,53% 64,71% 88,24%
Belum Tuntas Belajar (
nilai kurang dari 70)
13 anak 6 anak 2 anak
76,47% 35,29% 11,76%
Nilai Rata-rata 59,41 72,06 79,41
Berdasakan tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa siswa yang tuntas belajar pada kondisi
awal berjumlah 4 siswa atau 23,53%, siswa
yang belum tuntas belajar berjumlah 13 siswa
atau 76,47%. Sedangkan sesudah dilakukan
tindakan pada siklus I siswa yang tuntas
belajar berjumlah 11 siswa atau 64,71%, dan
siswa yang belum tuntas belajar berjumlah 6
siswa atau 35,29% dan setelah dilakukan
perbaikan pada siklus II siswa yang tuntas
belajar berjumlah 15 siswa atau 88,24%, dan
siswa yang belum tuntas belajar berjumlah 2
siswa atau 11,76%. Berdasarkan peningkatan
ketuntasan belajar tersebut di atas, peneliti
mempunyai kayakinan bahwa model bermain
dapat meningkatkan motivasi, sehingga hasil
pembelajaran gerak dasar lompat dengan gaya
yang benar sangat membantu peningkatan hasil
belajar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat
diambil sebagai berikut: Melalui model
bermain lompat melewati tengah simpai yang
disusun berbentuk lingkaran, lompat mulai dari
awalan satu langkah dua langkah dan
seterusnya sampai sepuluh langkah mendarat
dua kaki, sasaran jarak beraneka ragam, lompat
dengan jarak awalan diatur dan lompat
melewati tali karet gelang yang dibentagkan,
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran gerak dasar lompat
jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV SDN
Sugihwaras III, Kecamatan Kepohbaru,
Kabupaten Bojonegoro pada tahun pelajaran
2014/2015.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut ; 1)
sebaiknya model bermain lebih banyak
diberikan dalam proses pembelajaran dalam
proses pembelajaran Pendidikan Jasmani
Page 39
36| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 31 – 36
Olahraga dan Kesehaatan di sekolah, 2)
pembudayaan beraktivitas jasmani para siswa
perlu dukungan dari berbagai pihak yang
terkait, diantaranya orangtua dan
penyelenggara pendidikan, yaitu pengawas,
kepala sekolah, dan guru, 3) model bermain
dapat diterapkan oleh guru-guru pendidikan
jasmani sekolah dasar lainnya dalam
penyampaian pelajaran atletik, khususnya
materi gerak dasar lompat jauh.
DAFTAR RUJUKAN
Dikdik Sidik Zafar.(2010). Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Eddy Purnomo. (2011). Dasar-dasar Gerakan Atletik. Yogyakarta: Alfamedia.
Mohommad, Ashori. (2007). Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima.
Page 40
37
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI PERILAKU PENYAYANG TERHADAP HEWAN
Sri Asih
Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Negeri Baureno III
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Email : Asihasri@gmail,com
Abstrak : Realita proses pembelajaran siswa Kelas III dibanyak sekolah masih terkendala adanya
motivasi belajar yang rendah. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,
kemudian metode ceramah sebagai pilihan utama strategi pembelajaran. Untuk itu diperlukan strategi
baru yang lebih memberdayakan siswa yaitu suatu strategi yang tidak mengharuskan siswa untuk
menghafal fakta-fakta namun lebih sebagai upaya mendorong siswa mengkontruksikan pengetahuan
yang dimiliki dan didapatkan sendiri. Realita tersebut mendorong penulis melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan metode diskusi. Dengan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran
siswa diharapkan mampu meningkatkan konsentrasi belajar, aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus dengan menggunakan model desain penelitian
Kemmis. Hasil penelitian berdasarkan data observasi perbaikan telah diperoleh peningkatan hasil
belajar siswa yang semula di Siklus I : 43 % siswa yang mendapat hasil diatas Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM), dan pada Siklus II : 83,33% siswa yang mendapat ketuntasan belajar. Dari hasil
perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti ,maka dapat disimpulkan bahwa Metode Diskusi
yang digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SDN Baureno III.
Kata Kunci : Metode Diskusi, Prestasi,PAI.
Keberadaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) tidak bisa dilepaskan dari
interaksi fungsional perkembangan masyarakat
dengan sistem dan praksis pendidikannya.
Yang dimaksud dengan interaksi fungsional
disini adalah bagaimana perkembangan
masyarakat mengimplikasi terhadap
pendidikan agama dan sebaliknya bagaimana
Pendidikan Agama Islam (PAI) turut
memfasilitasi pengembangan aktor sosial dan
warga negara yang cerdas dan baik, yang taat
kepada Allah SWT yang pada gilirannya dapat
memberikan kontribusi yang bermakna
terhadap perkembangan masyarakat Indonesia.
(Udin S. Winataputra,dkk,2008;1.22)
Dilain pihak komponen utama dalam
proses pembelajaran adalah guru dan siswa.
Ditinjau dari komponen guru, agar proses
pembelajaran berhasil, guru harus dapat
membimbing siswa sedemikian rupa sehingga
mereka dapat mengembangkan pengetahuan-
nya sesuai dengan struktur pengetahuan mata
pelajaran yang dipelajarinya. Untuk mencapai
keberhasilan tersebut harus memahami
sepenuhnya materi yang diajarkan, guru juga
dituntut mengetahui secara tepat dimana
pengetahuan siswa pada awal/sebelum
mengikuti pelajaran materi tertentu.
Selanjutnya berdasar metode yang dipilihnya,
guru diharapkan dapat membantu siswa dalam
mengembangkan pengetahuannya secara
sangkil dan mangkus. (Sudirman,2006;33).
Eksistensi dan peran guru sangatlah
penting dalam usaha membawa dan
menciptakan anak didik yang bermakna
terhadap perkembangan masyarakat. Oleh
sebab itu, proses pembelajaran di kelas
haruslah sukses demi mendapatkan siswa-
siswa yang bermakna, berkwalitas dan
berprestasi. Namun dalam proses pembelajaran
seringkali kita temukan permasalahan belajar
mengajar di kelas. Untuk mendapatkan,
mencapai pembelajaran yang sukses sebagai
guru kita dituntut untuk merencanakan strategi
pembelajaran dengan menggunakan pendekat-
an, metode, media pembelajaran yang sesuai,
efektif dan efisien terhadap tujuan materi yang
disampaikan.
Page 41
38| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 37 – 42
Salah satu strategi yang tepat digunakan
dalam pembelajaran PAI di SD khususnya
materi “perilaku penyayang terhadap hewan”
adalah Metode Diskusi. Dengan metode
diskusi dalam kegiatan pembelajaran siswa
diharapkan mampu meningkatkan konsentrasi
belajar, aktivitas belajar Kondisi seperti itu
tidak akan meningkatkan kemampuan siswa
dalam memahami suatu mata pelajaran.
Permasalahan tersebut yang mendorong guru
untuk melakukan penelitian tindakan kelas.
Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya
hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI
peneliti berusaha menerapkan metode diskusi
dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya
pembelajaran dengan metode diskusi adalah
untuk menciptakan susana belajar yang lebih
hidup, aktif dan siswa diharapkan senang
mengikuti pelajaran. dan prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran PAI, sehingga tercipta
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
(Rustiyah, 2001)
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti
akan melakukan suatu kegiatan penelitian
tindakan kelas pada siswa Kelas III SDN
Baureno III Baureno Bojonegoro yang
menekankan pada aktivitas siswa mata
pelajaran PAI melalui metode diskusi. Menurut
Thursan Hakim yang dikutip oleh Indra
Munawar, belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan lain-lain
kemampuan.
Namun secara umum dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Menurut Oemar Hamalik yang dikutip
oleh Djamarah Syaiful Bahri hasil belajar
adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut Purwanto, penilaian memiliki
tujuan yang sangat penting dalam pem-
belajaran, diantaranya untuk grading, seleksi,
mengetahui tingkat penguasaan kompetensi,
bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
Sesuai dengan tujuannya, penilaian
menuntut guru agar secara langsung atau tak
langsung mampu melaksanakan penilaian
dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk
menilai sejauhmana siswa telah menguasai
beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis
penilaian perlu diberikan sesuai dengan
kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk
kerja/kinerja (performance), penugasan
(proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil
kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis
(paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian
adalah memberikan masukan informasi secara
komprehensif tentang hasil belajar peserta
didik, baik dilihat ketika saat kegiatan
pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari
hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai
cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan dapat dicapai peserta didik.
Penggunaan metode diskusi seperti telah
disinggung, bahwa metode tanya jawab dengan
diskusi saling mencakup tetapi berbeda. Ada
pertanyaan yang mengandung unsur diskusi,
tetapi ada yang tidak. Dengan diskusi guru
berusaha mengajak siswa untuk memecahkan
masalah. Untuk pemecahan suatu masalah
diperlukan pendapat pendapat berdasarkan
pengetahuan yang ada, dengan sendirinya
kemungkinan terdapat lebih dari satu jawaban,
malah mungkin terdapat banyak jawaban yang
benar.
Kebaikan metode diskusi adalah siswa
belajar bermusyawarah, siswa mendapat
kesempatan untuk menguji tingkat pengetahu-
an masing-masing, belajar menghargai
pendapat orang lain, mengembangkan cara
berpikir dan sikap ilmiah.
Hakikat Pendidikan Agama Islam (PAI),
adalah proses pendidikan yang membina
peserta didik agar dapat membangun hubungan
yang harmonis antara manusia dengan
manusia, manusia dengan Allah SWT dan
manusia, manusia dengan Allah SWT dan
hubungan manusia dengan lingkungannya.
Page 42
Sri Asih, Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Pestasi Belajar PAI | 39
Manusia diharapkan senantasa menjalankan
perintah Allah SWT dan berupaya maksimal
untuk menghindari larangan-larangan-Nya.
(Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil
yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk. (2005:54) ada 4
macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: 1)
penelitian tindakan guru sebagai peneliti, 2)
penelitian tindakan kolaboratif, 3) penelitian
tindakan simultan terintegratif, dan 4)
penelitian tindakan sosial eksperimental.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan
pembelajaran yang berkesinambungan.
Kemmis dan Taggart (1988:14). Tahapan
penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi
perencanaan atau pelaksanaan observasi dan
refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan
dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan
dirasa sudah cukup.
Menurut pengertiannya penelitian
tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang
terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran,
dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada
masyarakat yang bersangkutan (Arikunto,
2002:82).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pelaksanaan Siklus 1
Kegiatan pada Siklus I dilaksanakan pada
tanggal 13 Maret 2015, pukul 07.00 – 08.10
WIB. Dengan langkah-langkah: 1) guru
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti
pelajaran dan mengadakan apersepsi seputar
materi, 2) siswa diberi kesempatan bertanya
tentang materi sebelumnya yang belum
dimengerti, 3) guru memberi contoh gambar
yang menunjukkan hubungan yang saling
menyayangi antara manusia dengan hewan, 4)
siswa menyebutkan contoh hubungan yang
didasar dengan rasa kasih saying terhadap
hewan, 5) dengan tanya jawab siswa
menyebutkan contoh hubungan saling
menyayangi antara manusia dengan hewan, 6)
guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 siswa
dan menjelaskan langkah-langkah mengerja-
kan tugas kelompok, 7) setiap kelompok
mengerjakan soal-soal yang diberi guru dan
guru keliling untuk mengamati dan
membimbing siswa, 8) hasil diskusi dibaca
didepan kelas, 9) siswa diberi tugas untuk
mengerjakan soal evaluasi, kemudian dibahas.
Dari pengamatan teman sejawat yang
mengamati proses pembelajaran di siklus I ini
diperoleh beberapa kekurangan yaitu : 1)
Banyak siswa yang tidak mendengarkan
penjelasan materi yang diberikan guru, 2)
siswa saat berdiskusi kelompok banyak yang
ramai, gaduh, 3) pada tes akhir pembelajaran
hanya 43 % siswa yang mendapat nilai 70 ke
atas. Dari 30 siswa yang tuntas hanya 13 siswa.
Tabel 1
Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Nama Murid L/P Nilai T/TT
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Bilal Imam Nugroho
Moh Wahyudi
Ahmad Mucklis A
Anindi Yulia Isnanda
Dinda Ayu Riyawati N
Dwi Mulyani
Eka Rahmawati
Febrian Dwi Cahyono
Galih Tri Cahyani
Melanie Inas Fauziyah
Moh Jamaludin Musafa
Putri Dwi Ayuningsih
Roichatul Jannah
Sifera Nuraini Prastiana
Soni Hermawan
Tri Mulyanto
Sahrul Rido Romadona
M.Khusnul Ma’arif
Moch. Afif Maslahul A
Ayu Yunita Rahma
Berwyn Izzut Taghyir
Shaela Lailatuzahroh
Gita
Moch.Faizal S
Andhika Rusma O
L
L
L
P
P
P
P
L
P
P
L
P
P
P
L
L
L
L
L
P
L
P
P
L
L
80
70
80
60
50
90
90
40
60
60
60
70
70
40
40
70
60
50
70
40
50
40
70
50
40
T
T
T
TT
TT
T
T
TT
TT
TT
TT
T
TT
TT
TT
T
TT
TT
T
TT
TT
TT
T
TT
TT
Page 43
40| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 37 – 42
26
27
28
29
30
Shefi Kusuma D
Alfan Ghofar TP
Wylly Whibbisono
Alissiwi WP
Marga Prasetya P
P
L
L
P
L
80
60
90
60
80
T
TT
T
TT
T
Jumlah 1870
Rata-rata 62
Tabel 2
Distribusi Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Nilai Frekuensi Frekuensi
%
Kategori
prestasi
1
2
3
4
5
6
7
100
90
80
70
60
50
< 40
0
3
4
6
7
4
6
0 %
10 %
13,3 %
20 %
23,3 %
13,3 %
20 %
Istimewa
Sangat baik
Baik
Sedang
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Jumlah 30 100%
Pengaturan waktu kurang efisien,
sehingga materi tidak dapat tersampaikan
secara maksimal, guru dalam menjelaskan
materi terlalu cepat sehingga kurang
komunikatif, kemampuan guru dalam
memberikan bimbingan secara keseluruhan
kurang seimbang.
Pada proses pembelajaran siklus I telah
dianalisis dan peneliti mengetaui kekurangan -
kekurangan yang didapat dari hasil
pengamatan teman sejawat, dan dari hasil
belajar siswa yang kurang memuaskan maka
langkah selanjutnya peneliti menentukan
rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Pelaksanaan Siklus 2
Dengan memperhatikan kekurangan-
kekurangan pada siklus I dan peneliti
memperbaiki rencana perbaikan, ternyata dapat
membuahkan hasil yang baik. Pada siklus II ini
siswa terlihat lebih aktif, tidak gaduh,
terkontrol dalam mengikuti pembelajaran.
Serta hasil tes di akhir pembelajaran yang
sangat memuaskan, 83 % siswa mendapatkan
nilai 70 ke atas dan 17 % siswa mendapat nilai
di bawah 70, atau 25 siswa mendapat nilai 70
keatas dan 5 siswa mendapat nilai di bawah 70
(dapat dilihat di table 4.3). Sehingga penelitian
dapat dihentikan pada siklus II.
Tabel 3
Data Hasil Belajar Siswa Siklus II
No Nama Murid L/P Nilai T/TT
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Bilal Imam Nugroho
Moh Wahyudi
Ahmad Mucklis A
Anindi Yulia Isnanda
Dinda Ayu Riyawati N
Dwi Mulyani
Eka Rahmawati
Febrian Dwi Cahyono
Galih Tri Cahyani
Melanie Inas Fauziyah
Moh Jamaludin M
Putri Dwi Ayuningsih
Roichatul Jannah
Sifera Nuraini P
Soni Hermawan
Tri Mulyanto
Sahrul Rido R
M.Khusnul Ma’arif
Moch. Afif Maslahul A
Ayu Yunita Rahma
Berwyn Izzut T
Shaela Lailatuzahroh
Gita
Moch.Faizal S
Andhika Rusma O
Shefi Kusuma D
Alfan Ghofar TP
Wylly Whibbisono
Alissiwi WP
Marga Prasetya P
L
L
L
P
P
P
P
L
P
P
L
P
P
P
L
L
L
L
L
P
L
P
P
L
L
P
L
L
P
L
100
80
100
70
70
100
100
40
80
80
70
70
70
50
70
80
70
60
80
40
70
70
90
70
40
80
70
100
70
90
T
T
T
T
T
T
T
TT
T
T
T
T
T
TT
T
T
T
TT
T
TT
T
T
T
T
TT
T
T
T
T
T
Jumlah 2230
Rata-rata 74
Tabel 4
Distribusi Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus II
No Nilai Frekuensi Frekuensi
%
Kategori
prestasi
1
2
3
4
5
6
7
100
90
80
70
60
50
< 40
5
2
6
12
1
1
3
16,7%
6,7%
20%
40%
3,3%
3,3%
10%
Istimewa
Sangat baik
Baik
Sedang
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Jumlah 30 100%
Dari pengamatan terhadap siswa, guru
dan proses pembelajaran secara keseluruhan
pada siklus II, peneliti menyimpulkan bahwa
penelitian dapat dihentikan pada siklus II ini,
karena hasil belajar siswa 83,33 % sudah
memenuhi kriteria ketuntasan mutu. Peneliti
Page 44
Sri Asih, Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Pestasi Belajar PAI | 41
akan berupaya untuk terus meningkatkan serta
menggunakan cara-cara yang sudah peneliti
tempuh untuk materi lainnya tentunya
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan
Pembahasan
Penelitian ini merupakan upaya
membantu siswa meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas III SDN Baureno III Kecamatan
Baureno Kabupaten Bojonegoro tentang materi
perilaku penyayang terhadap hewan melalui
metode diskusi. Untuk merealisaikan
penelitian tersebut telah dilakukan dua siklus.
Berikut pembahasan setiap masing-masing
siklus :
Pada siklus I tindakan pertama yang
dilakukan guru adalah melakukan apersepsi
untuk mengukur kesiapan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran, kemudian
melakukan perbaikan pembelajaran dengan
metode diskusi, serta melakukan tes evaluasi
diakhir pembelajaran untuk mengetahui
kesuksesan proses pembelajaran. Pada
pengamatan yang dilakukan teman sejawat dan
peneliti ternyata disiklus I ini masih banyak
kekurangan kekurangan yang didapat. Ini
dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang
kurang memuaskan dan tidak memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
telah ditentukan yaitu 70. Dari 30 siswa yang
mendapatkan nilai 70 keatas hanya 13 siswa
(43%), dan yang mendapat nilai dibawah 70
ada 17 siswa (57 %). Maka peneliti berinisiatif
untuk melakukan atau melaksanakan siklus
yang ke II.
Pada Siklus II, dengan acuan atau dasar
dari kekurangan – kekurangan pada siklus I
guru berupaya untuk memperbaiki kegiatan
proses pembelajaran. Guru tetap memilih
metode dikusi, berharap siswa dapat bertukar
pendapat dengan siswa lain, dan agar siswa
lebih akrab mengingat sekolah baru saja di
grouping. Serta mengkondisikan siswa agar
tidak ramai, oleh sebab itu siswa dituntut lebih
aktif. Setelah materi disampaikan, untuk
mengetahui keberhasilan siswa dan untuk
mengetahui perbaikan ini lebih baik atau lebih
buruk dari sikuls I maka guru memberikan
soal evaluasi. Hasil belajar siswa pada siklus II
ini sudah memuaskan. 83,33 % siswa sudah
memenuhi KKM.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari proses hasil penelitian dan
pembahasan yang disajikan peneliti dapat
menarik simpulan sebagai berikut: penerapan
metode diskusi untuk meningkatkan hasil
belajar siswa Kelas III SDN Baureno III
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
mendapatkan hasil yang memuaskan. Terbukti
pada akhir siklus II nilai siswa 83,33% telah
memenuhi Kriteria Ketuntasan Mutu (KKM),
siswa Kelas III juga lebih aktif, lebih semangat
dalam mengikuti proses pembelajaran.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka
dapat dirumuskan saran kepada guru sekolah
dasar khususnya guru PAI agar
mempertimbangkan metode pembelajaran
yang akan dipakai untuk menyampaikan
materi, sesuaikan metode dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai serta dengan
mempertimbangkan materi yang akan
disampaikan. Bagi guru sekolah dasar,
hendaknya selalu mempunyai kreatifitas dalam
menggunakan dan memilih strategi, metode
serta media pembelajaran yang akan
digunakan.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Page 45
42| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 37 – 42
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hamalik,Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University
Press.
Nur, Moh. 2008. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri
Surabaya.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Rustiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Page 46
43
MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MEMUKUL
BOLA KASTI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR
PADA SISWA KELAS V
Sutriyo
Guru Penjaskes SDN Jipo Kepohbaru Bojonegoro
Email : [email protected]
Abstrak : Rendahnya kemampuan siswa dalan gerak dasar memukul bola kasti pada siswa kelas V
SDN Jipo mendorong guru untuk melakukan penelitian dengan berbagai inovasi pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar memukul bola kasti pada siswa
kelas V SDN Jipo pada pembelajaran memukul bola kasti melalui penggunaan media gambar.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari
satu pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Jipo, Kepohbaru, Bojonegoro, yang
berjumlah 13 siswa. Proses pelaksanaan tindakan dilakukan pada tanggal 02 Maret dan tindakan siklus
ke dua tanggal 13 Maret 2015. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi tes unjuk kerja
memukul bola kasti, lembar observasi proses pembelajaran, dan lembar tanggapan siswa. Analisis data
dilakukan secara deskriptif dengan cara merefleksi hasil observasi dan evaluasi terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung dan diuraikan menjadi kalimat yang bermakna. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa melalui penggunaan media gambar dapat meningkatkan keterampilan belajar
siswa dalam pembelajaran gerak dasar memukul bola kasti pada siswa kelas V SDN Jipo, Kepohbaru,
Bojonegoro tahun pelajaran 2014/2015. Setelah dilakukan dua siklus ketuntasan belajar siswa
mencapai 92,31%.
Kata kunci : keterampilan gerak dasar, memukul bola kasti, media gambar
Pendidikan jasmani adalah suatu proses
pendidikan seseorang maupun perorangan
maupun sebagai anggota masyarakat yang
dilakukan secara sadar dan sistematik melalui
kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka
memperoleh peningkatan kemampuan watak.
Permainan merupakan salah satu mata
pelajaran Pendidikan Jasmani yang wajib
diberikan kepada para siswa. Permainan
semacam kasti mulai dikenalkan pada anak SD
dimulai pada kelas III yaitu dengan bermain
kippers. Sedangkan permainan kasti itu sendiri
mulai dikenalkan pada saat kelas V.
Menurut Margiyani (2008 : 2) permainan
bola kasti termasuk permainan bola kecil yang
berasal dari negara Belanda. Permainan ini
dilakukan di lapangan, menggunakan bola
kecil, dan pemukul dari kayu. Permainan kasti
dimainkan oleh dua regu. Setiap regu terdiri
dari 12 orang pemain, regu yang pertama
berperan sebagai regu pemukul dan regu yang
kedua berperan sebagai regu penjaga. Regu
pemukul yaitu regu yang memiliki kesempatan
untuk melakukan pukulan, sedangkan regu
penjaga yaitu regu yang bertugas untuk
menjaga pukulan-pukulan bola dari regu
pemukul. Supaya siswa dapat bermain kasti
dengan baik, tentunya harus menguasai gerak
dasar permainan kasti, beberapa teknik dalam
permainan bola kasti adalah sebagai berikut
melambungkan bola, menangkap bola,
memukul bola dan teknik berlari. Berdasarkan
pengamatan penulis ada beberapa anak didik
yang masih mengalami kesulitan dalam
memukul bola, sedangkan pada saat bermain,
untuk mendapatkan nilai atau poin, anak harus
mampu memukul bola dan dinyatakan bola
hidup.
Disisi lain siswa juga merasa belum
terampil untuk melakukan pukulan bola.
Kebanyakan siswa memukul bola tanpa
memperhatikan bola yang dilemparkan
pelambung, sehingga pemukul tidak mengenai
bola, meskipun pemukul mengenai bola,
hasilnya tidak sempurna. Sebagian siswa tidak
menguasai keterampilan memukul bola
Page 47
44| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 43 – 48
sehingga hasilnya masih sangat rendah. Hal ini
dapat dibuktikan dengan rendahnya
keterampilan memukul bola yang diperoleh
siwa dari tes unjuk kerja memukul bola. Setiap
anak diberikan kesempatan oleh guru untuk
memukul bola kasti 1 kali yang dilambungkan
oleh teman. Dari 13 siswa kelas V SDN Jipo,
hanya 2 siswa yang berhasil memukul bola
kasti dengan benar. Sedangkan siswa lainnya
belum bisa mencapai hasil yang diinginkan.
Kriteria ketuntasan siswa dapat diketahui
melalui Kriteri Ketuntasan Minimal (KKM)
dimana didalamnya terdapat tiga unsur
penilaian yaitu: ranah kognitif, ranah afektif
dan ranah psikomotor. Peneliti hanya
mengambil penilaian dari ranah psikomotor
saja. Untuk itu peneliti berupaya meningkatkan
pembelajaran memukul bola kasti di SDN Jipo
dengan menggunakan media gambar.
Pembelajaran dengan media gambar dilakukan
dengan cara siswa memperhatikan, melihat
secara berkelompok, kemudian mencoba
dengan di bantu oleh guru. Sebab selama ini
dalam proses pembelajaran memukul bola
kasti dengan media gambar belum pernah
dilakukan. Pembelajaran memukul bola kasti
di SDN Jipo hanya menggunakan teknik
memukul bola yang dilambungkan teman,
sehingga keterampilan siswa belum terlatih.
Dengan belajar menggunakan media gambar,
siswa akan lebih terampil untuk memukul bola.
Pada akhirnya diharapkan siswa mampu
memukul bola dengan tepat dan sesuai sasaran.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti
akan menerapkan media gambar dalam
pembelajaran memukul bola kasti di SDN Jipo.
Besar harapannya dengan menggunakan media
gambar dapat bermanfaat dan membantu siswa
untuk meningkatkan pembelajaran memukul
bola. Maka untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pembelajaran memukul bola
dengan menggunakan media gambar perlu
diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang berjudul : “Meningkatkan Keterampilan
Gerak Dasar Memukul Bola Kasti Melalui
Penggunaan Media Gambar Pada Siswa Kelas
V SDN Jipo Kecamatan Kepohbaru Kabupaten
Bojonegoro”.
METODE
Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Bahri
(2012:8), Penelitian Tindakan Kelas
merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan
untuk mengamati kejadian-kejadian dalam
kelas untuk memperbaiki praktek dalam
pembelajaran agar lebih berkualitas dalam
proses sehingga hasil belajarpun menjadi lebih
baik. Penelitian Tindakan Kelas mempunyai
tujuan yaitu untuk memperbaiki dan
meningkatkan layanan profesional guru
sebagai pendidik dalam menangani proses
pembelajaran di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
dilaksanakan di SDN Jipo pada bulan Maret
2015. Subjek penelitian tindakan kelas ini
adalah siswa kelas V SDN Jipo yang
berjumlah 13 siswa terdiri atas 5 siswa putra
dan 8 siswa putri.
Dalam penelitian tindakan kelas ini
digunakan model penelitian tindakan kelas dari
Kewin Sumber : Pardjono (2007:22) Peneliti
akan melakukan tindakan-tindakan yang dalam
pelaksanaannya berlangsung secara terus
menerus dan tindakan-tindakan akan
dilaksanakan dalam siklus. Dalam penyusunan
siklus penelitian tindakan kelas ada 4
komponen yang semuanya saling terkait.
Komponenkomponen tersebut, perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Secara
keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini
membentuk satu siklus PTK yang digambarkan
dalam bentuk mata rantai. Untuk mengatasi
masalah mungkin diperlukan lebih dari satu
siklus, siklus tersebut saling terkait dan
berkelanjutan.
Sumber data dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut ; 1)
siswa untuk mendapatkan data tentang
memukul bola kasti dengan melihat media
gambar pada siswa kelas V SDN Jipo Tahun
Pelajaran 2014/2015, 2) guru dan kolaborator,
untuk melihat tingkat keberhasilan siswa pada
pembelajaran memukul bola kasti di SDN Jipo
tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan
kelas ini dinyatakan berhasil apabila
ketuntasan belajar siswa mencapai 80% dari
jumlah siswa sesuai dengan nilai kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 70.
Page 48
Sutriyo, Meningkatan Keterampilan Gerak Dasar Memukul Bola Kasti Melalui Penggunaan Media Gambar | 45
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Peneliti memberikan pembelajaran
permainan bola kecil (kasti) secara
keseluruhan, yaitu Melempar, Menagkap dan
memukul bola kasti. Melihat kondisi demikian
tentunya peneliti merasa sangat prihatin,
karena dari 13 siswa hanya beberapa siswa
yang mampu memukul dengan baik.
Berdasarkan kenyataan itulah peneliti
menekankan untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas yang menitik beratkan pada
permainan bola kecil (kasti) pada poin
memukul bola kasti pada pukulan melambung.
Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal adalah
61,15, nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 35,
jumlah siswa tuntas belajar sebanyak 3 siswa
atau 23,08% dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 10 siswa atau 72,92%.
Siklus 1
Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok dan guru memperlihatkan gambar
cara memukul bola melambung. Kegiatan yang
dilakukan siswa, sebagai berikut, 1) peserta
didik mengamati gambar cara memukul bola
melambung. Peserta didik mengamati gambar
cara memukul bola lambung dengan seksama,
dalam waktu lima menit, dan guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk
mengingat-ingat gambar yang telah dilihat, 2)
guru memperagakan cara memukul bola
melambung yang dilambungkanoleh orang
lain, 3) guru memukul bola melambung yang
dilambungkan oleh orang lain yang berjarak
Dua meter. Dan guru memberikan penjelasan
kepada peserta didik untuk melihat cara
memegang pemukul, posisi tangan, posisi kaki
dan saat perkenaan bola, 4) peserta didik
mencoba memumukul bola melambung.
Dengan pengawasan guru, guru memberikan
arahan kepada peserta didik, peserta didik
dipersilahkan untuk mencoba memukul bola
melambung yang dilambungkan teman dengan
jarak dua meter. Dilakukan secara bergantian
sampai 10 kali, 5) peserta didik melakukan
pukulan melambung. Peserta didik melakukan
pukulan bola melambung yang dilambungkan
oleh teman dengan jarak dua meter. Pada tahap
ini peserta didik memukul bola melambung
hanya satu kali saja, karena untuk tes unjuk
kerja. Disinilah kolaborator berperan penting,
apakah peserta didik mampu menyerap
penjelasan dari guru. Kegiatan tes unjuk kerja
dilaksanakan satu persatu secara berurutan.
Pada saat peserta didik memukul bola, peserta
didik yang lain membantu dengan bersiap
ditengah lapangan untuk mengambilkan bola
yang telah dipukul, kemudian berlari dan
memberikan bola keteman yang masih
menunggu giliran memukul, 6) bermain Kasti,
siswa melaksanakan permainan bola kasti yang
dimodifikasi peraturannya. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bermain kasti
dengan durasi waktu dua puluh menit.
Pengamatan unjuk kerja siswa dilakukan
pada saat siswa mengikuti proses
pembelajaran, terutama pada kegiatan inti
terakhir yaitu siswa melakukan pukulan bola
melambung satu kali. Nilai rata-rata kelas
72,69, nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 55,
jumlah siswa tuntas belajar sebanyak 9 siswa
atau 69,23% dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 4 siswa atau 30,77%.
Pada saat kegiatan pemanasan ada
beberapa anak yang kurang bersemangat
karena kurang memahami dengan permainan
yang dilakukan. Sebagian anak tidak hafal
dengan syair lagu yang dinyanyikan dan ada
dua siswa putri yang berhenti karena
membetulkan tali sepatu. Siswa bermain
dengan senang pada saat melakukan
pemanasan, tetapi pada saat mendapat
hukuman siswa terasa tegang dan kurang
senang. Ada tiga siswa yang tidak
memperhatikan guru saat diberi penjelasan
tentang memukul bola melambung yang
ditentukan. Pada saat guru memberikan
penjelasan memukul bola melambung, ada
beberapa anak yang langsung mencoba
sebelum diperintah guru.
Berdasarkan hasil temuan tersebut di
atas, kolaborator memberikan beberapa
masukan kepada peneliti, masukan tersebut
yaitu ; 1) pada saat melakukan pemanasan
sebaiknya menggunakan lagu yang seluruh
anak hafal syairnya dan dapat
menyanyikannya, 2) mengingatkan kepada
Page 49
46| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 43 – 48
siswa sebelum mengikuti pembelajaran untuk
mengencangkan tali sepatunya, 3) memberikan
teguran pada siswa yang tidak memperhatikan.
Berdasarkan data hasil observasi
tindakan dan masukan dari kolaborator, maka
peneliti melakukan diskusi dengan kolaborator.
Kemudian melakukan penelaahan dan me-
nyimpulkan hasil tindakan yang telah
dilakukan. Kesimpulan yang diperoleh adalah
memperbaiki proses pembelajaran dan
melanjutkan tindakan berikutnya agar
ketuntasan belajar meningkat sesuai dengan
indikator yang ditetapkan.
Siklus 2
Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok dan guru memperlihatkan gambar
cara memukul bola melambung. Kegiatan yang
dilakukan siswa sebagai berikut ; 1) siswa
mengamati gambar cara memukul bola
melambung. Siswa mengamati gambar cara
memukul bola lambung dengan seksama,
dalam waktu lima menit, dan guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk
mengingat-ingat gambar yang telah dilihat, 2)
guru memperagakan cara memukul bola
melambung yang dilambungkan teman, 3) guru
memukul bola melambung yang dilambungkan
oleh teman yang berjarak dua meter. Dan guru
memberikan penjelasan kepada siswa untuk
melihat cara memegang pemukul, posisi
tangan, posisi kaki dan saat perkenaan bola, 4)
siswa mencoba memumukul bola melambung.
Dengan pengawasan guru, guru memberikan
arahan kepada siswa, siswa dipersilahkan
untuk mencoba memukul bola melambung
yang dilambungkan teman dengan jarak dua
meter. Dilakukan secara bergantian sampai 10
kali, 5) Siswa melakukan pukulan melambung.
Siswa melakukan pukulan bola melambung
yang dilambungkan oleh teman dengan jarak
dua meter. Pada tahap ini siswa memukul bola
melambung hanya satu kali saja, karena untuk
tes unjuk kerja. Disinilah kolaborator berperan
penting, apakah siswa mampu menyerap
penjelasan dari guru. Kegiatan tes unjuk kerja
dilaksanakan satu persatu secara berurutan, 6)
Bermain Kasti, peserta didik melaksanakan
permainan bola kasti yang dimodifikasi
peraturannya. Guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bermain kasti
dengan durasi waktu dua puluh menit.
Proses pembelajaran permainan bola
kecil berjalan sesuai dengan rencana. Antusias,
aktivitas, dan rasa senang terlihat dalam diri
anak selama mengikuti pembelajaran. Hasil
observasi unjuk kerja siswa menunjukkan nilai
rata-rata kelas 91,31, nilai tertinggi 85 nilai
terendah terendah 65, jumlah siswa tuntas
belajar sebanyak 12 siswa atau 92,31% dan
siswa yang belum tuntas sebanyak 1 siswa atau
7,69%.
Berdasarkan data hasil observasi
tindakan dan masukan dari kolaborator, maka
peneliti melakukan diskusi dengan kolaborator.
Kemudian melakukan penelaahan dan
menyimpulkan hasil tindakan yang telah
dilakukan. Kesimpulan yang diperoleh adalah
menghentikan proses pembelajaran pada siklus
kedua ini, karena antusias, dan keterampilan
siswa terlihat dalam seluruh siswa selama
proses pembelajaran dan ketuntasan belajar
mencapai 92,31% atau 12 siswa. Dengan
demikian penelitian tindakan kelas ini
dinyatakan berhasil karena telah melampaui
indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu
80% siswa tuntas belajar.
Pembahasan
Penelitian tindakan kelas yang telah
dilaksanakan dalam pembelajaran permainan
bola kecil di SDN Jipo dengan mengunakan
media gambar dapat meningkatkan proses
pembelajaran. Hal tersebut dapat mempercepat
peningkatan keterampilan siswa dalam
penguasaan permainan bola kecil. Namun
demikian untuk menambah dan memperbaiki
keterampilan memukul bola kasti melambung,
siswa harus mempelajari dan melatih
keterampilannya di luar jam pelajaran sekolah.
Pembelajaran permaianan bola kecil
dengan media gambar dapat memberikan
pengalaman, pengetahuan dan wawasan baru
bagi siswa. Sebab selama ini dalam
pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya
materi permaian bola kecil disampaikan
kepada siswa secara monoton dengan
mengandalkan teknik-teknik dasar memukul
bola kasti tanpa menerapkan metode atau
pendekatan pembelajaran yang dapat
Page 50
Sutriyo, Meningkatan Keterampilan Gerak Dasar Memukul Bola Kasti Melalui Penggunaan Media Gambar | 47
meningkatkan proses pembelajaran pada siswa
kelas V SDN Jipo tahun pelajaran 2014/2015.
Peningkatan pembelajaran permainan
bola kecil dengan media gambar ternyata
membuat siswa terampil, sehingga waktu yang
disediakan habis tidak terasa karena siswa
melakukan dengan antusias, aktif bergerak,
dan penuh kegembiraan. Siswa tidak ada yang
merasa belum bisa, semua siswa antusias dan
senang mengikuti pembelajaran dan merasa
jam pelajaran pendidikan jasmani terlalu
sebentar. Hal ini tidak seperti biasanya,
terutama apabila akan mengikuti pembelajaran
permainan khususnya materi memukul bola
kasti dengan pukulan melambung, siswa
kurang merespon positif.
Tindakan yang dilaksanakan dalam
penelitian tindakan kelas ini sesuai dengan
skenario yang direncanakan. Dengan demikian
kreativitas seorang guru benar benar
dibutuhkan untuk menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan dan mampu
membangkitkan peran siswa sehingga
terciptanya keterampilan atau penguasaan
materi yang dipelajari. Jika memperhatikan
hasil tanggapan siswa, dan hasil observasi
kolaborator menunjukkan bahwa pembelajaran
permaianan bola kecil dengan media gambar
dapat meningkatkan keterampilan antusias,
aktif bergerak, perasaan senang, dan perhatian
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Antusias, aktif bergerak, perasaan senang, dan
perhatian siswa selama mengikuti proses
pembelajaran mampu meningkatkan ketuntas-
an hasil belajar permaianan bola kecil.
Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi
awal, siklus pertama, dan ke siklus kedua dapat
dilihat dalam tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1.
hasil belajar siswa
No Nama
Hasil Belajar
Konds
Awal Siklus I
Siklus
II
1 Amelia Agustina 55 70 75
2 Dewi Ayu Setyowati 70 75 80
3 Dinda Rokhmatun N 65 75 75
4 Herman Prasetyo 75 80 80
5 Irsadul Ibad 60 75 75
6 M. Ikhwan Nur Alif 65 80 80
7 M.Faisal Afandi 70 80 80
8 Moh. Asari 75 75 80
9 Neny Liftia 50 60 75
10 Selfiana Duwi s. 45 55 65
11 Siska Amiliya 55 70 75
12 Siti Riyani 75 80 80
13 Tasfiyata Salsabila 50 65 75
Rata-rata Kelas 62,31 72,31 76,54
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat
dijelaskan bahwa siswa yang tuntas belajar
pada kondisi awal berjumlah 3 siswa atau
23,08%, siswa yang belum tuntas belajar
berjumlah 10 siswa atau 76,92%. Pada siklus
pertama siswa tuntas belajar berjumlah 9 siswa
atau 69,23%, siswa yang belum tuntas belajar
berjumlah 4 siswa atau 30,77%. Pada siklus
kedua siswa yang tuntas belajar berjumlah 12
siswa atau 92,31%, siswa yang belum tuntas
belajar berjumlah 1 siswa atau 7,69%.
Dengan demikian setelah diberi tindakan
ketuntasan belajar siklus pertama naik 46,15%
dari kondisi awal. Pada siklus kedua naik
23,08%. Peningkatan ketuntasan belajar
tersebut di atas peneliti mempunyai keyakinan
bahwa penggunaan media gambar sangatlah
membantu proses pembelajaran permainan
bola kecil khususnya memukul bola kastil
melambung.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian
mengenai penggunaan media gambar dalam
peningkatkan keterampilan gerak dasar Siswa
dalam memukul bola kasti pada siswa keas IV
SDN Jipo Kecamatan Kepohbaru Kabupaten
Bojonegoro yang diperoleh pada siklus I dan
sikls II dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut : Penggunaan media gambar dapat
meningkatkan hasil belajar pendidikan jasmani
tentang memukul bola kasti pada siswa kelas V
SDN Jipo Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro.
Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan
jumlah siswa yang mengalami ketuntasan nilai
evaluasi.
Page 51
48| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 43 – 48
Saran
Saran yang dapat peneliti berikan
sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif untuk memecahkan
masalah dalam pembelajaran permainan kasti,
khususnya dalam peningkatkan keterampilan
gerak dasar Siswa dalam memukul bola.
DAFTAR RUJUKAN
Bahri, Aliem. 2012. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Makassar : Unismu
Margiyani. (2008). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Kls. 4 SD/MI. Jakarta: Bumi
Aksara.
Pardjono dkk, (2007:26). Panduan penelitian tindakan kelas. Lembaga Penelitian Universitas
Yogyakarta.
Page 52
49
MENINGKATKAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM MELALUI
METODE PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN RESITASI
PADA SISWA KELAS IV
Kasyim
Guru Pendidikan Agama Islam SDN Gajah I Baureno Bojonegoro
Email : [email protected]
Abstrak : Manifestasi keberhasilan tujuan pembelajaran yang berkualitas ditentukan oleh banyak
dimensi diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Oleh karenanya
eksistensi pendidik secara langsung dapat mempengaruhi, dan meningkatkan kecerdasan serta
keterampilan siswa. Mereduksi bahkan meniadakan permasalahan guna mencapai tujuan pendidikan
secara maksimal merupakan peran strategis pendidik yang esensial. Diharapkan guru memiliki model
mengajar yang baik tepat sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan secara
komprehenshif. Tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
siswa dan mengetahui motivasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran dengan metode
pemberian tugas dan resitasi. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research)
sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Dengan sasaran siswa kelas IV SDN Gajah I Tahun Pelajaran
2014/2015. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%). Kesimpulan
dari penelitian ini adalah metode berbasis pemberian tugas dan resitasi dapat berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa dan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran PAI.
Kata Kunci: agama islam, metode pemberian tugas, dan resitasi.
Peran strategis pendidik sangat esensial
dalam menentukan kuantitas dan kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab
itu, guru harus mengantisipasi dengan
membuat perencanaan secara matang dalam
meningkatkan kesempatan belajar bagi
siswanya dan memperbaiki kualitas
pembelajarannya secara komprehenship, baik
dari aspek proses termasuk penentuan metode,
substansi materi hingga hasil produk
pembelajaran.
Kondisi ini menuntut perubahan-
perubahan dalam mengorganisasikan kelas,
penggunaan metode mengajar, strategi belajar
mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru
dalam mengelola proses belajar mengajar.
Guru berperan sebagai pengelola proses
belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor
yang berusaha mencipatakan kondisi belajar
mengajar yang efektif, sehingga memungkin-
kan proses belajar mengajar, mengembangkan
bahan pelajaran dengan baik, dan
meningkatkan kemampuan siswa untuk
menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-
tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Paradigma pendidikan mutakhir
meniscayakan kegiatan belajar yang
berorientasi bagaimana membantu memacu
belajar siswa secara aktif. Kegiatan belajar dan
mengajar di kelas memang dapat menstimulasi
belajar aktif. Namun kemampuan untuk
mengajar melalui kegiatan kerjasana kelompok
kecil akan memungkinkan untuk menggalak-
kan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus.
Dalam perspektif pembelajaran Agama
Islam kekinian tidak lagi mengutamakan pada
penyerapan melalui pencapaian informasi,
tetapi lebih mengutamakan pada menumbuh
kembangkan kemampuan dan pemrosesan
informasi. Untuk itu aktifitas peserta didik
perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau
tugas dengan bekerja dalam kelompok kecil
dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain.
(Berg, 2001:24).
Penelitian tindakan kelas ini dengan
segala prosedur standar ini terealisasikan
dengan tujuan mendasar untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkannya metode pemberian tugas belajar
dan resitasi. Untuk memperoleh penegasan
Page 53
50| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 49 – 54
pengaruh motivasi belajar siswa setelah
diterapkan metode pemberian tugas belajar dan
resitasi pada siswa kelas empat jenjang sekolah
dasar.
Pembelajaran adalah proses, cara
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Sedangkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan
oleh pengalaman (KBBI, 1996:14)
Sependapat dengan pernyataan tersebut
Soeryosoebroto (2007:68) mengemukakan
bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan
lingkungan seseorang yang dengan sengaja
dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar
untuk melakukan atau mempertunjukkan
tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar
adalah suatu proses yang menyebabkan
tingkah laku yang bukan disebabkan oleh
proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi
perubahan dalam kebiasaan, kecakapan,
bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan
lain-lain (Widoko, 2012:120)
Menurut Djamarah (2002: 114) motivasi
adalah suatu pendorong yang mengubah energi
dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas
nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
proses belajar, motivasi sangat diperlukan
sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3)
bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif
yang lebih tinggi dalam mempelajari materi
itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang
mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu.
Motivasi instrinsik timbul sebagai akibat
dari dalam individu, apakah karena adanya
ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian
akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau
belajar (Joyce, 1972: 29).
Motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari
orang lain sehingga dengan kondisi yang
demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu
atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar
karena ia disuruh oleh orang tuanya agar
mendapat peringkat pertama dikelasnya.
Dari uraian di atas diketahui bahwa
motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
timbul dari luar individu yang berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar, misalnya
adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang
tinggi, dan lain sebagainya.
Resitasi adalah penyajian kembali atau
penimbulan kembali sesuatu yang sudah
dimiliki, diketahui atau dipelajari. Metode ini
sering disebut metode pekerjaan rumah.
Prinsip yang mendasari metode ini ada
dalam AI-Quran. Tuhan memberikan suatu
tugas yang berat terhadap Nabi Muhammad
sebelum dia melaksanakan tugas ke-
Rasulannya. Tugas yang diintruksikan itu ialah
berupa sifat-sifat kepemimpinan yang harus
dimiliki.
Firman Allah S.W.T: “Hai orang yang
berselubung, bangunlah dan pertakutilah
kaummu, hendak besarkan Tuhan-mu.
Dan bersihkanlah pakaianmu! Tinggallah
pekerjaan-pekerjaan yang mendatangkan
siksaan. Janganlah engkau memberi kepada
orang lain lantaran hendak meminta lebih
banyak. Sabar dan uletlah menurut perintah
Tuhan”. (Q.S. Al Mudatatsir: 1-7).
Jadi Tuhan memberikan tugas lima
macam yakni: ta'at beragama (membesarkan
Tuhan), giat dan rajin berdakwah,
membersihkan diri jiwa dari kekotoran lahir
dan bathin, percaya pada diri sendiri dan tidak
mengharapkan sesuatu pada orang lain, tabah
dan ulet dalam melaksanakan tugas.
Tiga fase metode Resitasi adalah: 1) guru
memberikan tugas, dimana tugas yang
diberikan oleh guru harus disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik. Dalam pelaksanaan
tugas itu kemungkinan peserta didik akan
menjawab dan penyelesaikan suatu bentuk
hitungan dan ada pula berbentuk sesuatu yang
harus diselesaikan, ada pula berbentuk sesuatu
yang baik dari berbagai aspek., 2) murid
melaksanakan tugas (belajar) cara murid
belajar akan terlaksana dengan baik apabila dia
Page 54
Kasyim, Meningkatan Pembelajaran Agama Islam Melalui Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi | 51
belajar sesuai dengan petunjuk yang diberikan
guru dan sesuai dengan tujuan yang hendak di-
capai 3) murid mempertanggung jawabkan
hasil pekerjaannya (resitasinya). Resitasi itu
juga akan wajar apabila sesuai dengan tujuan
pemberian tugas.
Langkah-Langkah yang harus dirumus-
kan terlebih dahulu dalam pelaksanaan resitasi
adalah: 1) pemberian tugas dan penjelasan
yakni: tujuan yang harus dicapai haruslah
dirumuskan terlebih dahulu secara jelas,
terangkan dengan jelas tugas-tugas yang akan
dikerjakan murid, selidiki apakah metode
resitasi satu-satunya yang terbaik untuk bahan
yang akan diajarkan, 2) pelaksanaan Tugas
yaitu: setiap tugas yang diberikan harus di
control, siswa yang mengalami kegagalan
harus dibimbing, hargailah setiap tugas yang di
kerjakan murid, berikan dorongan bagi siswa
kurang bergairah, tentukan bentuk-bentuk
resitasi yang akan dipakai.
Beberapa hal yang krusial terkait dengan
metode resitasi adalah tugas yang diberikan
harus jelas, sehingga anak mengerti betul apa
yang harus dikerjakan, waktu untuk
menyelesaikan tugas harus cukup, pentingnya
kontrol yang sistimatis sehingga mendorong
anak-anak bekerja dengan sungguh-sungguh.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil
yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam
Soejadi, 2000; 8) mengelompokkan penelitian
tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru
bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian
tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif,
dan (d) administrasi social ekperimental.
Penelitian ini akan dihentikan apabila
ketuntasan belajar secara kalasikal telah
mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam
penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada
jumlah siklus yang harus dilalui.
Tempat penelitian adalah tempat yang
digunakan dalam melakukan penelitian untuk
memperoleh data yang diinginkan. Penelitian
ini bertempat di SDN Gajah I dengan subyek
siswa kelas IV Tahun Pelajaran 2014/2015.
Waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan yakni pada bulan
September semester gasal.
Penelitian ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih
Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi
dimana praktek pembelajaran tersebut
dilakukan (dalam Mukhlis,2007: 3).
Adapun tujuan utama dari dilakukannya
PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
praktek pembelajaran secara berkesinambung-
an, sedangkan tujuan penyertaannya adalah
menumbuhkan budaya meneliti dikalangan
guru (Mukhlis, 2007: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang
dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian
tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam
Sugiono 2009: 16), yaitu berbentuk spiral dari
sklus yang satu ke siklus yang berikutnya.
Setiap siklus meliputi planning (rencana),
action (tindakan), observation (pengamatan),
dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus
berikutnya adalah perencanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi
permasalahan.
Analisis ini dihitung dengan mengguna-
kan statistik sederhana yaitu untuk menilai
ulangan atu tes formatif peneliti melakukan
penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang
ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-
rata tes formatif dapat dirumuskan:
N
XX
Page 55
52| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 49 – 54
Dengan : X = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori
ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk
pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2006
(Depdikbud, 2006), yaitu seorang siswa telah
tuntas belajar bila telah mencapai skor 65%
atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih dari sama dengan
65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan
belajar digunakan rumus sebagai berikut:
%100...
xSiswa
belajartuntasyangSiswaP
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus 1
Pada tahap perencanaan peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes
formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 09 Septeber 2014
dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif I dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No Uraian Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
69,09
15
68,18
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
dengan menerapkan metode pemberian tugas
belajar dan resitasi diperoleh nilai rata-rata
prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan
ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada
15 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum tuntas
belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥
65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa
masih merasa baru dan belum mengerti apa
yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
menerapkan metode metode pemberian tugas
belajar dan resitasi.
Siklus 2
Pada tahap perencanaan siklus II peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes
formatif II, dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
Tahap kegiatan dan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 16 September 2014 dengan
jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran
dengan memperhatikan revisi pada siklus I,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada
siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar,
siswa diberikan tes formatif II dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
selama proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Adapun hasil belajar dapat dilihat
pada tabel II.
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No Uraian Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
76,36
17
77,27
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata
prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan
ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada
17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini
ketuntasan belajar secara klasikal telah
megalami peningkatan sedikit lebih baik dari
Page 56
Kasyim, Meningkatan Pembelajaran Agama Islam Melalui Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi |53
siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar
siswa ini karena setelah guru meng-
informasikan bahwa setiap akhir pelajaran
akan selalu diadakan tes sehingga pada
pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi
untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah
mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan
diinginkan guru dengan menerapkan metode
metode pemberian tugas belajar dan resitasi.
Siklus 3
Pada tahap perencanaan siklus III
peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
Tahap kegiatan dan pengamatan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
siklus III dilaksanakan pada tanggal 23
September dengan jumlah siswa 22 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi
pada siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif III dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
No Uraian Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
81,82
19
86,36
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai
rata-rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22
siswa yang telah tuntas sebanyak 19 siswa dan
3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang
telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini
mengalami peningkatan lebih baik dari siklus
II. Adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus III ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan guru dalam
menerapkan metode pemberian tugas belajar
dan resitasi sehingga siswa menjadi lebih
terbiasa dengan pembelajaran seperti ini
sehingga siswa lebih mudah dalam memahami
materi yang telah diberikan. Pada siklus III ini
ketuntasan secara klasikal telah tercapai,
sehingga penelitian ini hanya sampai pada
siklus III.
Pada tahap refleksi akah dikaji apa yang
telah terlaksana dengan baik maupun yang
masih kurang baik dalam proses belajar
mengajar dengan penerapan metode pemberian
tugas belajar dan resitasi. Dari data-data yang
telah diperoleh dapat duraikan bahwa: 1)
selama proses belajar mengajar guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan
baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek
cukup besar, 2) berdasarkan data hasil
pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung, 3)
kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya
sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik. 4) hasil belajar
siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
Pada siklus III guru telah menerapkan
metode pemberian tugas belajar dan resitasi
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa
serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses
belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak,
tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mepertahankan apa yang telah ada dengan
tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar
mengajar selanjutnya penerapan metode
pemberian tugas belajar dan resitasi dapat
meningkatkan proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembahasan
Ketuntasan hasil belajar siswa dimana
melalui hasil peneilitian ini menunjukkan
bahwa metode pemberian tugas belajar dan
resitasi memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari semakin mantapnya pe-
mahaman siswa terhadap materi yang disampai
kan guru (ketuntasan belajar meningkat dari
sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing
68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III
Page 57
54| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 49 – 54
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah
tercapai.
Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode
pemberian tugas belajar dan resitasi dalam
setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini
berdampak positif terhadap prestasi belajar
siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap
siklus yang terus mengalami peningkatan.
Aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran Agama Islam, mendengarkan/
memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi
antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi
dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas
guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah-langkah metode pemberian tugas
belajar dan resitasi dengan baik. Hal ini terlihat
dari aktivitas guru yang muncul di antaranya
aktivitas membimbing dan mengamati siswa
dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan
konsep, melatih menggunakan alat, memberi
umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana
prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan selama tiga siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan berbasis masalah
memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II
(77,27%), siklus III (86,36%).
Penerapan metode metode pemberian
tugas belajar dan resitasi mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil
wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata
jawaban siswa menyatakan bahwa siswa
tertarik dan berminat dengan metode metode
pemberian tugas belajar dan resitasi sehingga
mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
Kondisi penting untuk terus ditumbuh
kembangkan guru agar proses dan output
pembelajaran dapat lebih berkualitas.
RUJUKAN RUJUKAN
Berg, Euwe Vd. (2001). Miskonsepsi Agama Islam dan Remidi Salatiga: Universitas Satya Wacana.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.
Kemmis dan Taggart, 1990; Model Siklus Pembelajaran. Diterjemahkan oleh Luluk Faridatuz.
Yogjakarta: Cipta Media Aksara.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri
Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan. Surabaya; Unesa Universitas Press.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV.Alfabeta.
Suryosubroto, B. 2007. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Widoko. 2012. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Depdiknas,2006. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Balitbang.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya
Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Page 58
55
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL KERAGAMAN
KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN KELAS V
MELALUI MEDIA PETA
Isnaeni
Guru SDN Nglumber II Kepohbaru Bojonegoro
Email : [email protected]
Abstrak: Pembelajaran IPS materi Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan pada kelas V
SDN Nglumber II menunjukkan hasil yang rendah. Guru berusaha memperbaiki dengan melakukan
penelitian dengan memanfaatkan media peta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Pemanfaatan Media Peta terhadap hasil belajar siswa Kelas V SDN Nglumber II, Metode yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan
pembelajaran IPS dengan menggunakan media peta pada siklusnya selalu mengalami peningkatan.
Pada siklus I tingkat hasil belajar siswa rata-rata mencapai 67,31% dan pada siklus II meningkat
menjadi 76,54% dengan tingkat ketuntasan mencapai 92,31%. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran IPS menggunakan media peta pada siswa Kelas V SDN Nglumber II dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, media peta sangat baik untuk diterapkan dalam
pembelajaran IPS.
Kata Kunci: hasil belajar, media peta
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
mata pelajaran yang mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS
juga memuat materi Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk
dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis , dan bertanggung jawab, .
Disahkannya Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional
telah menimbulkan dampak yang cukup
signifikan terhadap perubahan sistem
kurikulum di Indonesia. Salah satu dari
implikasi dari ketentuan Undang-Undang
tersebut adalah lahirnya. Peraturan pemerintah
(PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP). Dalam Standar isi
dikemukakan pula bahwa mata pelajaran IPS
disusun secara sistematis, Komprehensif, dan
terpadu dalam proses pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan
dimasyarakat. Dengan pendekatan tersebut
diharapkan peserta didik akan memperoleh
pemahaman yang lebih luas dan mendalam
pada bidang ilmu yang berkaitan.
Dari proses pembelajaran sehari-hari
yang di amati oleh peneliti sekaligus sebagai
guru Kelas V Sekolah Dasar Negeri Nglumber
II menemukan beberapa kendala ketika
pelaksanaan proses pembelajaran, seperti: 1)
adanya siswa yang hanya datang, duduk dan
tidak ada respon balik dari siswa ke guru
dalam pembelajaran yang dilaksanakan sehari-
hari, 2) dalam proses pembelajaran, minat
siswa kurang dalam merespon/menanggapi
penjelasan dari guru, 3) tidak jarang siswa
mencari kesibukan lain seperti, berbicara
sendiri dengan siswa lainnya, adanya siswa
yang ngantuk pada saat proses pembelajaran
yang mengakibatkan proses belajar mengajar
kurang efektif.
Memperhatikan permasalahan di atas
sudah selayaknya dalam pengajaran IPS
dilakukan suatu inovasi pengajaran yang dapat
memudahkan siswa untuk memahaminya.
Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami suatu
mata pelajaran. Permasalahan tersebut yang
mendorong guru untuk melakukan penelitian
tindakan kelas. Salah satu cara untuk
mengatasi rendahnya hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPS peneliti berusaha
memanfaatkan media peta dalam proses
pembelajaran. Pada dasarnya pembelajaran
dengan media ini adalah untuk menciptakan
Page 59
56 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 55 – 59
susana belajar yang lebih hidup, aktif dan
siswa diharapkan senang mengikuti pelajaran.
Hidup dalam pengertian, siswa yang lebih aktif
di bandingkan cuma mendengarkan penjelasan
materi dari guru. Senang maksudnya adalah
suasana belajar yang tidak kaku karena dengan
metode ini sesama siswa lebih leluasa
memberikan pendapat ataupun pertanyaan
bahkan bisa memberikan ide dibandingkan
berkomunikasi dengan gurunya.
Media adalah alat atau sarana yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak (Cangara,
2006). Media pembelajaran adalah sebuah alat
yang berfungsi dan digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses komunikasi antara
siswa, pengajar, dan bahan ajar. Banyak
batasan atau pengertian yang dikemukakan
para ahli tentang media, diantaranya adalah:
Asosiasi Teknologi dan Komunikasi
Pendidikan (Asosociation ofEducation and
Communication Technology (AECT). Manfaat
media pembelajaran sebagai alat bantu dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1)
pengajaran lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar, 2) bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya, sehingga dapat lebih di pahami
siswa, serta memungkinkan siswa menguasai
tujuan pengajaran dengan baik, 3) metode
pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata
hanya komunikasi verbal melalui penuturan
kata-kata lisan pengajar, siswa tidak bosan, dan
pengajar tidak kehabisan tenaga, 4) siswa lebih
banyak melakukan kegiatan belajar, sebab
tidak hanya mendengarkan penjelasan dari
pengajar saja, tetapi juga aktivitas lainyang
dilakukan seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lainya.
Manfaat media pembelajaran bagi
pengajar yaitu: 1) memberikan pedoman, arah
untuk mencapai tujuan, 2) menjelaskan
struktur dan urutan pengajarn dengan baik, 3)
memberikan kerangka sistematis secara baik,
4) memudahkan kembali pengajar terhadap
materi pembelajaran, 5) membantu
kecermatan, ketelitian dalam penyajian dalam
pembelajaran, 6) membangkitkan rasa percaya
diri seorang pengajar, 7) meningkatkan
kualitas pembelajaran
Manfaat media pembelajaran bagi siswa,
yaitu: 1) meningkatkan motivasi belajar siswa,
2) memberikan dan meningkatkan variasi
belajar siswa, 3) memberikan struktur materi
pelajaran, 4) memberikan inti informasi
pelajaran, 5) merangsang siswa untuk berpikir
dan beranalisis, 6) menciptakan kondisi dan
situasi belajar tanpa tekanan, 7) pelajar dapat
memahami materi pelajaran dengan sistematis
yang disajikan pengajar.
Media pembelajaran berfungsi untuk
merangsang pembelajaran dengan: 1)
menghadirkan obyek sebenarnya, 2) membuat
duplikasi dari obyek yang sebenarnya, 3)
membuat konsep abstrak ke konsep konkret, 4)
memberi kesamaan persepsi, 5) mengatasi
hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak, 6)
menyajikan ulang informasi secara konsisten,
7) memberi suasana belajar yang tidak
tertekan, santai, dan menarik.
Peta merupakan gambaran sebagai atau
seluruh wilayah permukaan bumi dengan
berbagai kenampakannya pada suatu bidang
datar yang diperkecil menggunakan skala
tertentu (Gunawan, 2003). Peta juga
merupakan alat Bantu yang memudahkan
pembacanya untuk mengetahui informasi dari
beragam hal yang ada di bumi. Secara
sederhana dapat disimpulkan peta dapat
diartikan sebagai gambaran sebagian/seluruh
permukaan bumi pada bidang datar yang
diperkecil dengan menggunakan skala tertentu
dan dilengkapi dengan simbol-simbol.
Aktivitas belajar merupakan segala
kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi
(guru dan siswa) dalam rangka mencapai
tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di
sini penekanannya adalah pada siswa, sebab
dengan adanya aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif,
seperti Sardiman (dalam Wawan, 2010:2),
aktivitas dalam proses belajar mengajar adalah
rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan
siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal
yang belum jelas, mencatat, mendengar,
berpikir, membaca dan segala kegiatan yang
dilakukan untuk menunjang prestasi belajar.
Page 60
Isnaini, Peningkatan Hasil Belajar Mengenal Keragaman Kenampakan Alam Dan Buatan Kelas V |57
Hasil belajar merupakan hasil nilai yang
diperoleh siswa dari hasil evaluasi setelah
kegiatan proses pembelajaran. Menurut
Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan
prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang
menjadi indikator kompetensi dan derajat
perubahan prilaku yang bersangkutan.
Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu
dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai
sebagai wujud hasil belajar siswa yang
mengacu pada pengalaman langsung.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas yang dilakukan oleh guru di kelas atau
sekolah tempat mengajar dengan penekanan
pada penyempurnaan atau peningkatan hasil,
proses pembelajaran. PTK dilaksanakan
dengan strategi siklus yang berangkat dari
identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru,
penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi tindakan, dan refleksi serta
diikuti dengan perencanaan ulang jika
diperlukan. Menurut Wijaya Kusumah dan
Dedi Dwitagama (2010:44) tahapan pe-
laksanaan penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah sebagai berikut; 1) perencanaan; pe-
rencanaan perlu dilakukan setelah kita
mengetahui masalah yang ada dalam proses
pembelajaran, 2) pelaksanaan; perencanaan
harus diwujudkan dengan adanya tindakan
(Acting) dari guru berupa solusi dari tindakan
sebelumnya, 3) pengamatan (Observing);
selanjutnya diadakan pengamatan yang teliti
terhadap proses pelaksanaannya. Kegiatan ini
dilakukan dengan menggunakan format-format
pengamatan yang telah dibuat sebelumnya, 4)
refleksi (reflecting); setelah diamati, barulah
guru dapat melakukan refleksi dan dapat
menyimpulkan apa yang terjadi dikelasnya.
Penelitian ini bersifat kolaboratif sesuai
dengan metode yang dipilih yaitu metode
deskriptif. Dalam Wikipedia Ensiklopedia
bebas, penelitian kualitatif adalah riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung meng-
gunakan analisis dengan pendekatan induktif.
Proses dan makna (perspektif subyek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu
agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori juga ber-
manfaat untuk memberikan gambaran umum
tentang latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian.
Penelitian Tindakan Kelas ini di-
laksanakan di SDN Nglumber II dengan subjek
penelitian siswa kelas V SDN Nglumber II
pada semester I Tahun Pelajaran 2014/2015,
yang berjumlah 13 siswa, terdiri atas 5 siswa
putra dan 8 siswa putri.
Penelitian ini menggunakan teknik dan
alat pengumpul data sebagai berikut ; 1) teknik
observasi, Pada dasarnya teknik observasi
digunakan untuk melihat dan mengamati
perubahan fenomena–fenomena social yang
tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat
dilakukan perubahan atas penilaian tersebut,
bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek
moment tertentu, sehingga mampu
memisahkan antara yang diperlukan dengan
yang tidak diperlukan. (Margono, 2007:159).
Adapun alat yang digunakan untuk
pengumpulan data pada teknik ini adalah
lembar observasi, 2) pencermatan dokumentasi
; data-data yang diamati berupa hasil tes siswa,
tugas-tugas, serta RPP yang di buat oleh
peneliti, 3) teknik analisis data; data-data yang
dikumpulkan pada setiap siklus dianalisis
secara deskriptif dengan menggunakan teknik
prosentase.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk menge-
tahui peningkatan hasil belajar siswa Kelas V
Sekolah Dasar Negeri Nglumber II setelah
menerapkan media peta, jumlah siswa dalam
penelitian ini adalah 13 siswa. Kemampuan
awal siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri
Nglumber II sebelum dilakukan tindakan kelas
dengan pemanfaatan media peta, dapat
diketahui dari hasil belajarnya. Dari 13 siswa
yang mendapat nilai < 65 berjumlah 9 siswa
atau 69,23% sedangkan yang mendapat nilai ≥
65 berjumlah 4 siswa atau 30,77 %, dengan
rata-rata nilai 55,77. Dengan demikian secara
keseluruhan ketuntasan belajar siswa hanya
mencapai 30,77%.
Setelah dilakukan tindakan siklus I, hasil
belajar siswa meningkat dimana siswa yang
Page 61
58 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 55 – 59
mendapat nilai < 65 berjumlah 5 siswa atau
38,46% sedangkan yang mendapat nilai ≥ 65
berjumlah 8 siswa atau 61,54%, dengan nilai
rata-rata 67,31. Selanjutnya setelah dilakukan
pelaksanaan tindakan pada siklus II hasil
belajar siswa menunjukkan peningkatan yang
signifikan dimana siswa yang mendapat nilai <
65 berjumlah 1 siswa atau 7,69% sedangkan
yang mendapat nilai ≥ 65 berjumlah 12 siswa
atau 92,31%, dengan nilai rata-rata kelas
76,54, dengan demikian secara klasikal
pembelajaran IPS materi mengenal keragaman
kenampakan alam dan buatan telah mencapai
ketuntasan belajar.
Pembahasan
Berdasarkan data diatas dapat diketahui
bahwa Sebelum diberikan tindakan (prasiklus)
hanya 4 siswa yang tuntas. (30,77%) dengan
rata-rata nilai 55,77, kemudian setelah
dilakukan tindakan, terjadi peningkatan
ketuntasan siswa pada siklus I sebanyak 8
siswa ( 61,54%) dengan rata-rata nilai 67,31.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
dalam pelaksanaan siklus I terjadi peningkatan
keberhasilan yang ditandai dengan naiknya
prosentase pencapaian. Ini memberikan
gambaran bahwa penggunaan media peta yang
peneliti gunakan cukup berhasil walaupun
belum sesuai dengan target yang diharapkan.
Oleh karena itu peneliti memperhatikan
beberapa hal penting yang akan menjadi
pertimbangan dalam pelaksanaan siklus ke II.
Dengan memperhatikan beberapa
kekurangan pada pembelajaran siklus I, pada
siklus II proses pembelajaran berlangsung
aktif, siswa berani menyampaikan pertanyaan
dan pendapat, proses pembelajaran
menyenangkan. Hal ini terbukti terjadinya
peningkatan hasil belajar siswa dengan rata-
rata 76,54. Sedangkan siswa yang mencapai
ketuntasan belajar mencapai 12 anak (92,31%)
dan hanya 1 siswa (7,69%) yang belum tuntas.
Sedangkan berdasarkan observasi
keaktifan siswa, kinerja guru yang pada proses
pembelajaran yang sudah dilaksanakan, dan
hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan
siklus II menunjukan persentase rata-rata
keaktifan siswa meningkat sebesar 27,5% dari
67,5% pada siklus I menjadi 95% pada siklus
II. Pada penelitian ini siswa tergolong sangat
aktif mengikuti proses pembelajaran dengan
memanfaatkan media peta. dapat dikatakan
bahwa persentase sikap setiap tindakan siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan
memanfaatkan media peta dalam tiap siklus
mengalami peningkatan sebesar 20,83%.
Berdasarkan peningkatan hasil belajar siswa,
persentase ketuntasan siswa mengalami
peningkatan yang sangat berarti dalam tiap
siklus. Angka-angka tersebut menunjukan
terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap
materi atau konsep yang dipelajari melalui
kegiatan yang telah dilaksanakan oleh siswa.
Dari pelaksanaan perbaikan pem-belajaran
siklus persiklus, terbukti bahwa, dengan
mengubah strategi guru melalui penggunaan
media serta penerapan metode yang bervariasi,
bisa terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
Terfokus pada penggunaan media peta buta
dalam pelaksanaan tindakan penilitian ini, hasil
belajar siswa secara bertahap mengalami pe-
ningkatan, bahkan pembelajaran berlangsung
aktif, kreatif dan menyenangkan, serta
tumbuh keinginan untuk berkompetisi secara
positif antar kelompok diskusi, sehingga
suasana kelas tampak hidup. Selanjutnya,
dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa,
seorang guru harus mau dan mampu mengubah
strategi maupun inovasi penggunaan media
pembelajaran
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1)
perencanaan pembelajaran dengan meng-
gunakan media peta dapat mengidentifikasi
perkembangan propinsi di Indonesia, 2)
pelaksanaan pembelajaran dengan mengguna-
kan media peta dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hal ini
dapat dilihat bahwa prosentase rata–rata sikap
keaktifan siswa mengalami peningkatan, pada
siklus I dengan keaktifan siwa rata-rata 75 %
dan pada Siklus II keaktifan siswa meningkat
dengan rata-rata mencapai 100 %, 3)
pelaksanaan pembelajaran dengan mengunna-
kan media peta dapat meningkatkan hasil
belajar IPS di Kelas V SDN Nglumber II
Page 62
Isnaini, Peningkatan Hasil Belajar Mengenal Keragaman Kenampakan Alam Dan Buatan Kelas V |59
Hal ini dapat dilihat bahwa sebelum
diadakan tindakan kelas dan sesudah diadakan
tindakan kelas yaitu pada Pra Siklus ketuntasan
belajar ulangan harian rata–rata 30,77 setelah
diadakan tindakan kelas pada Siklus 1 menjadi
61,54 dan pada Siklus II meningkat menjadi
92,31%.
Saran
Berdasarkan uraian simpulan tersebut,
peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai
berikut: 1) guru sekolah dasar diharapkan
dapat menggunakan metode kerja kelompok
dengan memanfaatkan media untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, 2) guru
pengampu mata pelajaran hendaklah lebih
meningkatkan kompetensi, baik kompetensi
peningkatan mutu pembelajaran, maupun
kompetensi dalam penyususunan strategi
pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS, 3)
dalam setiap pembelajaran, guru hendaklah
selalu menggunakan penguatan yang bervariasi
dan lebih memotivasi siswa, sehingga siswa
tidak mudah jenuh di dalam kelas pada saat
pembelajaran berlangsung.
DAFTAR RUJUKAN
Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
E.Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Gunawan, T. 2003. Peta, Atlas, dan Globe Sebagai Sarana Belajar Geografi. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Wijaya Kusumah, Dedi Dwitagama. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Indeks
Pemerintah Republik Indonesia, (2003), Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, (2005), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta.
Sardiman (dalam Wawan, 2010: 2), Aktivitas dalam proses belajar mengajar (Online),
http://ekokhoeruln.blogspot.com/2013/02/aktivitas-belajar-siswa.html ( Diakses tanggal : 5
Oktober 2014 )
Page 63
60
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENULIS MELALUI
PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS I
Ninik Suryani
Guru SDN Jipo Kec. Kepohbaru Kab. Bojonegoro
Email: [email protected]
Abstrak : Berdasarkan hasil observasi proses dan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia indikator
Menulis, pada kelas I SD Negeri Jipo diketahui bahwa dari 12 siswa, 8 siswa (66,67%) masih
mengalami kesulitan menulis dengan benar, dengan rata-rata nilai kelas 59,38. Untuk itu perlu
dilakukan perbaikan dalam pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah mendeskrisikan pemberian
tugas pada ketrampilan menulis dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK)
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I yang berjumlah 12 siswa. Setelah dilakukan tindakan pestasi
belajar siswa meningkat menjadi 65% pada siklus I dan 80% pada siklus II. Sedangkan dari hasil
analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I (69,30%), siklus
II (77,90%) Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pemberian tugas dapat berpengaruh positif
terhadap prestasi belajar dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kata Kunci : prestasi belajar, pemberian tugas
Pendidikan di sekolah bukan merupakan
tanggung jawab oleh guru saja tetapi harus ada
kerja sama antara sekolah, orang tua siswa dan
siswa itu sendiri. Masalah belajar merupakan
inti dari kegiatan di sekolah, sebab semua
usaha disekolah ditujukan bagi berhasilnya
proses belajar bagi setiap siswa yang sedang
studi disekolah tersebut. Oleh karena itu
memberikan pelayanan bimbingan di sekolah
berarti pula memberikan pelayanan belajar
bagi setiap siswa.
Dengan bimbingan di sekolah diartikan
suatu proses bantuan kepada anak didik yang
di lakukan secara terus menerus supaya anak
didik dapat memahami dirinya sendiri,
sehingga sanggup mengarahkan diri dan
bertingkah laku yang wajar, sesuai dengan
tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat. Tuntutan siswa harus
mempunyai kemampuan yang maksimal
adalah wajar, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kemajuan pendidikan dan
kemajuan bidang - bidang yang lain. Maka
wajarlah jika pemerintah turun tangan dalam
upaya peningkatan kualitas pendidikan dari TK
sampai Perguruan Tinggi.
Tindakan pemerintah semacam ini tepat,
jika anak didik mempunyai kemampuan yang
tinggi, tentu mempunyai pengaruh yang besar
pada bangsa. Pengaruh tersebut berupa
kemudahan dalam belajar sendiri dan
kemudahan dalam memahami pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Dan jika murid mudah
dalam belajar, tentunya mudah pula dalam
menyelesaikan tugas yang dibebankan
padanya. Akibatnya, dalam proses belajar
mengajar tersebut mudah pula dalam
pencapaian tujuan pendekatan yang telah
dirumuskan. Dalam kegiatan belajar mengajar
yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
bertujuan guru dan anak didiklah yang
menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu
disebabkan gurulah yang memaknainya dengan
menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif
demi kepentingan anak didik dalam belajar.
Guru ingin memberikan layanan yang terbaik
bagi anak didik, dengan menyediakan
lingkungan yang menyenangkan dan
menggairahkan. Guru berusaha menjadi
pembimbing yang baik dengan peranan yang
arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan
dua arah yang harmonis antara guru dengan
anak didik.
Bahasa digunakan dalam komunikasi
baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa
Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran
pokok dan wajib dikuasai oleh setiap siswa
serta menjadi tolok ukur kemampuan masing-
masing individu. Dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, banyak metode yang dapat di
Page 64
Ninik Suryani, Peningkatan Prestasi Belajar Menulis Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas I | 61
lakukan guru yaitu Pemecahan Masalah,
pemberian tugas, ceramah, diskusi, atau
pengamatan. Penguasaan yang diberikan
kepada siswa bisa dilakukan secara individu
maupun secara bertingkat.
Kemampuan berbahasa erat kaitannya
dengan kemampuan berpikir serta
mengapresiasikan pikirannya tersebut baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Kemampuan menulis tidak kalah pentingnya
dengan kemampuan berbicara. Karena
keduanya merupakan komponen penting dalam
melakukan sebuah komunikasi.
Kemampuan menulis setiap individu
terutama siswa kelas I masih sangat kurang,
karena memang mereka masih dalam tahap
awal dalam sebuah siklus pendidikan dasar.
Oleh sebab itu beberapa metode serta cara
pembelajaran harus diterapkan dan dicoba
untuk menentukan metode yang paling tepat
bagi masing-masing individu.
Menulis permulaan dengan cara ; 1)
menjiplak/mencontoh adalah suatu tindakan
untuk membuat suatu model (huruf) melalui
proses meniru. Huruf yang dijiplak/dicontoh
adalah huruf dasar seperti huruf vokal A, E, I,
U dan O, 2) menebalkan adalah suatu per-
buatan untuk membuat tambah tebal, dalam hal
ini siswa diperintahkan untuk menebalkan
huruf vokal yang telah ada pada lembar tugas
dan huruf yang ditebalkan dibuat dengan garis
putus-putus, 3) melengkapi adalah suatu
tindakan untuk membuat jadi lengkap. Siswa
diperintahkan/ditugaskan untuk menambahkan
huruf yang sengaja dihilangkan pada kata-kata
sederhana, 4) menyalin adalah suatu tindakan
untuk membuat ulang/memperbanyak. Siswa
diperintahkan untuk menyalin contoh-contoh
kata sederhana yang berkaitan dengan diri
sendiri, seperti : baju, buku, mata, kaki
menebalkan, mencontoh, melengkapi dan
menyalin.
Prestasi adalah nilai yang merupakan
perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh
guru mengenai kemajuan/prestasi belajar siswa
selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata
2006: 297). Dengan demikian prestasi belajar
dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh
siswa melalui kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar di
sekolah merupakan harapan bagi setiap guru
agar siswanya dapat memperoleh hasil yang
sebaik baiknya. Apabila hasil belajar atau
prestasi yang diperoleh siswanya baik, berarti
guru berhasil dalam menyajikan pelajaran yang
telah di sajikannya kepada siswanya.
Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa-
raga, psikofisik untuk menuju keper-
kembangan pribadi manusia seutuhnya, yang
berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan
karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
(Sardiman (2011: 21)". Belajar membawa
perubahan pada indivdu yang belajar.
Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah
pengetahuan melainkan juga bentuk
kecakapan, penghargaan, minat, kebiasaan,
sikap, pengertian dan penyesuaian diri.
Pokoknya mengenai segala aspek organisme
tubuh. Karena mereka lebih sanggup
menghadapi kesulitan dalam mmecahkan
masalah atau menyesuaikan diri dengan
keadaan. Dengan kata lain seseorang yang
telah belajar tidak sama dengan saat
sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
dalam belajar faktor perubahan tingkah laku
harus ada dan belum dikatakan belajar
jika didalamnya tidak ada perubahan tingkah
laku. Perubahan tersebut pokknya didapatkan
pada kecakapan baru dan perubahan itu, terjadi
karena usaha itu disengaja.
Pemberian Tugas merupakan suatu
metode mengajar dan pengajar memberikan
tugas untuk mempelajari suatu kepada
pembelajar, kemudian melaporkan hasilnya.
Sering orang mengacaukan antara resitasi dan
homework (pekerjaan rumah/PR), karena
dalam percakapan sehari-hari, asal pengajar
memberi tugas dikatakan memberi PR.
Padahal pekerjaan rumah mempunyai
pengertian yang lebih mengkhusus, ialah
pekerjaan yang harus dikerjakan pembelajar di
rumah. Sedangkan dengan resitasi, tugas-tugas
yang diberikan oleh pengajar tidak sekedar
dilaksanakan dirumah, melainkan dapat
diikerjakan di sekolah, perpustakaan,
laboratorium atau tempat-tempat lain dalam
hubungannya dengan pelajaran yang diberikan
pengajar. Jadi resitasi lebih luas daripada
Page 65
62| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 60 – 64
homework. Akan tetapi antara keduanya
terdapat persamaan ialah : 1) mempunyai unsur
tugas, 2) dikerjakan oleh pembelajar dan
dilaporkan hasilnya, 3) mempunyai unsur
didaktis paedagogis.
Kelebihan pemberian tugas adalah : 1)
memberikan kesempatan para pembelajar
untuk belajar, 2) lebih banyak serta lebih luas,
3) mengembangkan rasa tanggung jawab, 4)
memupuk motivasi belajar, 5) memupuk
keberanian berinisiatif.
METODE
Dalam sebuah penelitian ilmiah metode
merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dan menentukan. Berhasil tidaknya
suatu penelitian banyak dipengaruhi oleh
ketepatan metode yang digunakan oleh seorang
peneliti. Menurut Sugiyono (2010:2),
metodologi adalah metode Penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
diambil suatu pengertian bahwa metode adalah
prosedur yang seksama tentang cara yang
diambil oleh seorang peneliti dalam mencari
dan mengumpulkan serta mengolah data yang
kemudian diformulasikan dalam bentuk tulisan
ilmiah. Salah satu hal yang perlu diingat oleh
seorang peneliti mengingat banyaknya metode
yang dapat dipilih dan dipergunakan dalam
penelitian, maka mengenai metode yang akan
dipakai perlu dijelaskan terlebih dahulu setiap
langkah dan prosedur penelitian yang
dilakukan, supaya cara yang dilakukan dapat
memenuhi kriteria ilmiah.
Sesuai dengan tujuan umum penelitian
ini, yaitu untuk memperoleh deskripsi objektif
tentang efektifitas upaya peningkatan
kemampuan menulis melalui pemberian tugas
pada siswa kelas I SDN Jipo Kecamatan
Kepohbaru Kabupaten Bojonegero Tahun
Pelajaran 2014-2015, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode
”deskriptif kuantitatif”, yakni suatu metode
penelitian yang bertujuan membuat gambaran
secara sistematis mengenai data-data yang
besarnya dinyatakan dengan data yang berupa
angka-angka/statistik. Metode ini mengguna-
kan pengukuran yang disertai dengan analisis
secara statistik yang melibatkan perhitungan-
perhitungan. Di-gunakannya metode ini karena
berguna untuk memberikan jawaban terhadap
permasalahan dan pemecahan masalah yang
penulis teliti.
Subyek penelitian adalah siswa kelas I
SD Negeri Jipo yang berjumlah 12 anak yang
terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 2 siswa
perempuan. Dipilihnya kelas I karena peneliti
adalah guru kelas I sehingga sangat memahami
karakteristik subyek yang akan diteliti.
Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan
Agustus tahun 2014 dan diakhiri pada akhir
September 2014
Selanjutnya dalam pelaksanaan 1) siswa
mengidentifikasi dalam buku siswa yang
didalamnya terdapat materi, 2) siswa
mengidentifikasi materi dengan langkah-
langkah yang ditentukan dalam buku siswa
dan menuliskan hasilnya dalam format yang
terdapat dalam LKS, 3) Siswa menyusun cara-
cara mengerjakan materi dengan langkah-
langkah yang ditentukan dalam buku siswa, 4)
siswa mengerjakan soal-soal dalam Materi
dengan langkah-langkah yang ditentukan
dalam buku siswa dan menuliskan hasilnya
dalam LKS.
Pada kegiatan penutup 1) guru bersama-
sama dengan siswa mengadakan refleksi
terhadap proses dan hasil belajar, 2) guru
memberikan tugas kepada siswa untuk
membuat contoh yang terdapat. dalam
Materi yang lain dalam rangka berlatih
mengerjakan materi, 3) guru memberikan hasil
pembelajaran terhadap masing-masing siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus 1
Persiapan yang perlu dilakukan
sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah: 1)
merumuskan tujuan pembelajaran, 2)
menyusun urutan penyajian materi untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang sudah
ditetapkan, 3) merumuskan materi secara garis
besar, 4) guru mengadakan apersepsi tentang
materi, 5) guru menjelaskan perlunya
pembelajaran dalam menggunakan materi
Page 66
Ninik Suryani, Peningkatan Prestasi Belajar Menulis Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas I | 63
tcrmasuk menggunakan contoh-contoh dalam
materi.
Dalam kegiatan proses pembelajaran
ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan
dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1)
siswa mengidentifikasi dalam buku siswa
yang didalamnya terdapat materi, 2) siswa
mengidentifikasi materi dengan langkah-
langkah yang ditentukan dalam buku siswa dan
menuliskan hasilnya dalam format yang
terdapat dalam LKS, 3) siswa menyusun cara-
cara mengerjakan materi dengan langkah-
langkah yang ditentukan dalam buku siswa, 4)
siswa mengerjakan soal-soal dalam materi
dengan langkah-langkah yang ditentukan
dalam buku siswa dan menuliskan hasilnya
dalam LKS, 5) guru bersama-sama dengan
siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan
hasil belajar, 6) guru memberikan tugas kepada
siswa untuk membuat contoh yang terdapat
dalam Materi yang lain dalam rangka berlatih
mengerjakan materi, 7) guru memberikan hasil
pembelajaran terhadap masing-masing siswa.
Hasil pengamatan dapat dilihat dari hasil
analisa data penilaian siswa, hasil post test dan
lembar observasi dengan peranan Kepala
Sekolah melalui pemberian tugas pada bidang
studi Bahasa Indonesia pokok bahasan
menulis. Tabel 1
Hasil penilaian kinerja siklus I
No Nama Siswa
Nilai
Pra
Siklus
Siklus
1
1 Ahmad Dimas K 72,5 85
2 Alifa Bintang Egi F 70 80
3 Lintang Adi Permana P 65 72,5
4 Moch. Allif Dzihni 80 82,5
5 Mohammad Ridho B 55 65
6 Riska Putri Ananda 65 75
7 Achmad Haidar Bayu P 50 70
8 Ahmad Adib Khamaludin 67,5 75
9 Ahmad Danny Imawan 40 70
10 Enggal Shifa Noor 45 60
11 M.ardhine Hadilasyafiq 35 50
12 Moch. Aziz Alfian 67,5 80
Nilai Rata-rata 59,38 72,08
Berdasarkan hasil nilai rata-rata tabel
diatas, menunjukkan bahwa pada siklus I
perolehan nilai rata-rata 72,08 dengan
ketuntasan belajar mencapai 9 siswa (75%)
dari krtiteria ketuntasan belajar yang telah
ditetapkan yaitu 70. Karena secara klasikal
siswa yang mengalami ketuntasan belajar
belum mencapai 80% maka pembelajaran
perlu dilanjutkan pada siklus II. kurang
maksimalnya hasil prestasi siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran hal ini
disebabkan karena guru kurang dalam
melakukan pengawasan siswa, dan terdapat
siswa masih belum aktif (ada kecenderungan
untuk saling mencontoh pekerjaan orang lain).
Kekurangan ini akan digunakan acuan
perbaikan pada siklus II.
Siklus 2
Secara garis besar perencanaannya sama
dengan siklus 1 dengan pokok bahasan
Menulis. Berdasar pada temuan siklus 1 maka
ada beberapa tambahan dalam perencanaan
yaitu meningkatkan pemberian motivasi
kepada siswa dan memberi pengarahan kepada
siswa agar lebih berkonsentrasi atau tidak
mencontek pekerjaan teman karena akan
membuat siswa tidak mau belajar.
Pada Siklus 2 pelaksanaan tindakannya
secara garis besar sama dengan siklus 1 dengan
adanya perbaikan yaitu memotivasi siswa agar
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran,
memberikan pengarahan kepada siswa agar
lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
mengajar.
Tabel 2
Hasil penilaian kinerja Siklus II
No Nama Siswa Nilai
Siklus 1 Siklus II
1 Ahmad Dimas K 72,5 85
2 Alifa Bintang Egi F 70 80
3 Lintang Adi Permana P 65 72,5
4 Moch. Allif Dzihni 80 82,5
5 Mohammad Ridho B 55 65
6 Riska Putri Ananda 65 75
7 Achmad Haidar Bayu P 50 70
8 Ahmad Adib Khamaludin 67,5 75
9 Ahmad Danny Imawan 40 70
10 Enggal Shifa Noor 45 60
11 M.ardhine Hadilasyafiq 35 50
12 Moch. Aziz Alfian 67,5 80
Nilai rata-rata 72,08 77,92
Berdasarkan hasil nilai rata-rata tabel
diatas, menunjukkan bahwa pada siklus II
Page 67
64 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 60 – 64
perolehan nilai rata-rata 77,92 dengan
ketuntasan belajar mencapai 11 siswa
(91,67%) dari krtiteria ketuntasan belajar yang
telah ditetapkan yaitu 70. Secara klasikal siswa
yang mengalami ketuntasan belajar sudah
mencapai di atas 80% maka pembelajaran
dengan pemberian tugas sebagai model
pembelajaran mampu meningkatan hasil nilai
rata-rata secara maksimal dan kecenderungan
menunjukkan keberhasilan dalam
pembelajaran ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang me-
ningkatkan prestasi belajar bidang studi
Bahasa Indonesia melalui Pemberian Tugas
pada siswa kelas I SD Negeri Jipo Tahun
Pelajaran 2014/2015 dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut; 1) bahwa melalui Pemberian
Tugas sebagai metode pembelajaran dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa
terhadap pembelajaran bidang studi Bahasa
Indonesia, 2) nilai rata-rata sebelum siklus :
59.38 ; siklus I : 72,08 dan siklus II : 77,92.
3) Pemberian Tugas dalam pengajaran
bidang studi Bahasa Indonesia dapat
menambah pengalaman guru sehingga dalam
pengajaran tidak monoton, 4) model
pembelajaran dengan menggunakan
Pcmberian Tugas dapat menambah
pengalaman guru dan mudah untuk di-
laksanakan dalam proses pembclajaran di
kelas.
Saran
Dalam penulisan makalah ini dapat
disarankan sebagai berikut; 1) bagi SDN Jipo,
penulis menyarankan hendaknya hal yang baik
ini dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan
mutu pendidikan, 2) bagi guru yang sudah
berhasil dalam meningkatkan prestasi belajar
bidang studi Bahasa Indonesia, hendaknya
dapat menularkan kepada guru lainya,
sehingga diharapkan prestasi belajar juga
berkembang bagi siswa yang lainya bahkan
dapat disekolah lainnya dalam bidang studi
Bahasa Indonesia khususnya dan bidang studi
lainya pada umumnya, 3) bagi kepala
sekolah/guru, agar pelajaran Matematika dapat
diterima dengan baik oleh para siswa, maka
perlu ditumbuhkan sikap dan kemampuan awal
yang positif terhadap Bahasa Indonesia. Hasil
penelitian ini dapat dipakai bagi yang
berkepentingan terutama bagi guru kelas
ataupun guru bidang studi Bahasa Indonesia.
4) kepada para pembaca yang berminat untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut,
disarankan dapat merieliti faktor-faktor lain
yang mungkin dapat mempengaruhi hasil
belajar Bahasa Indonesia, 5) bagi para Kepala
Sekolah atau petugas pemberi bimbingan
kepada siswa hendaknya lebih meningkatkan
kemampunnya dalam menangani masalah yang
dihadai siswa-siswanya dan mampu
menanganinya secara tuntas.
DAFTAR RUJUKAN
Sugiyono, 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit ALFABETA
Suryabrata. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Page 68
65
PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VI DALAM
PEMBELAJARAN PKn MELALUI METODE ROLE PLAYING
Mujari
Kepala SDN Kauman I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Email: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas fisik, mental,
dan emosional siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan metode role
playing kelas VIB SDN Kauman I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Subyek penelitian ini 24 siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik siswa dari 28% yang muncul di base line menjadi
83,33% disiklus III meningkat sebesar 55,33% dengan kategori sangat tinggi. Pada aktivitas mental
dari 24% yang muncul di base line menjadi 75% disiklus III meningkat sebesar 51% dengan kategori
tinggi. Pada aktivitas emosional yakni dari 31,25% yang muncul di base line menjadi 87,50% disiklus
III meningkat sebesar 56,25% dengan kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mengalami peningkatan dengan
menggunakan metode role playing.
Kata Kunci : aktifitas siswa, role playing
Aktivitas dalam pembelajaran yaitu
segala bentuk kegiatan siswa dalam mengikuti
pelajaran. Aktivitas dalam pembelajaran
memiliki lima dimensi yaitu interaksi siswa
terhadap materi pelajaran yang diajarkan,
interaksi siswa dengan siswa yang lain,
interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa
dalam kelompok, dan interaksi siswa antar
kelompok. Ketika individu melibatkan dan
saling berhubungan dengan lingkungan
mereka, sehingga menimbulkan suatu alat.
Alat ini ada pada masing-masing individu
dalam bentuk proses mental. Proses mental ini
diwujudkan dalam bentuk sikap yang akan
digunakan, sehingga mereka menjadi lebih siap
untuk berinteraksi dengan orang lain baik
menerima maupun memberikan respon ke
orang lain.
Menurut Sriyono (Yasa, 2008), aktivitas
adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik
secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa
selama proses pembelajaran merupakan salah
satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan
atau perilaku yang terjadi selama proses
pembelajaran. Kegiatan kegiatan yang
dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada
proses belajar seperti bertanya, mengajukan
pendapat, mengerjakan tugas-tugas, menjawab
pertanyaan guru, bisa bekerja sama dengan
siswa lain, dan tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan. Aktifnya siswa selama proses
pembelajaran merupakan salah satu indikator
adanya keinginan atau motivasi siswa untuk
belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti:
sering bertanya kepada guru atau siswa lain,
mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru, mampu menjawab pertanyaan, senang
diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya
dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses
dan dari segi hasil.
Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran akan menyebabkan interaksi
yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun
dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar
dan kondusif, di mana masing-masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal
mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya
pengetahuan dan keterampilan yang akan
mengarah pada peningkatan prestasi.
Aktivitas sangat penting dan diperlukan
dalam pembelajaran. Sebab pada prinsipnya
belajar adalah berbuat. Berbuat untuk
mengkonstuksikan konsep-konsep, atau
melakukan suatu kegiatan. Tidak ada
pembelajaran jika tidak ada aktivitas. Sejalan
Page 69
66| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 65 – 70
dengan ini Nana Sudjana (2004: 61)
menyatakan bahwa,” keaktifan siswa dapat
dilihat dalam hal; 1) turut serta dalam
melaksanakan tugas belajarnya, 2) terlibat
dalam pemecahan masalah, 3) Bertanya kepada
siswa lain atau guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya, 4) Berusaha
mencari berbagai informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah, 5) Melaksanakan
diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru,
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil
yang diperolehnya, 7) Melatih diri dalam
memecahkan soal atau masalah yang sejenis,
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan
apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas
atau persoalan yang dihadapinya.”
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
keaktifan siswa dapat dilihat dari berbagai hal
seperti memperhatikan (visual activities),
mendengarkan, berdiskusi, kesiapan siswa,
bertanya, keberanian siswa, mendengarkan,
memecahkan soal (mental activities).
Melihat kenyataan pada pengamatan
awal dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang ada di kelas VI SDN
Kauman I, hal di atas bertolak belakang
dengan apa yang terjadi dilapangan, aktivitas
pembelajaran yang masih jauh dari apa yang
diharapkan, metode pembelajaran yang
digunakan pun belum optimal karena
cenderung hanya mementingkan hasil belajar
daripada proses. Siswa cenderung pasif dan
kurang beraktivitas untuk melakukan kegiatan
pembelajaran, guru dalam penyampaian materi
biasanya menggunakan metode ceramah dan
dalam penyampaiannya masih kurang
bervariasi.
Untuk mengatasi hal tersebut maka
digunakanlah metode role playing dalam
meningkatkan aktivitas pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan melalui
Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa dimana metode ini
merupakan suatu permainan peranan yang di
lakukan untuk mengkreasi kembali peristiwa-
peristiwa sejarah masa lampau, mengkreasi
kemungkinan-kemungkinan masa depan dan
mengekspos kejadian-kejadian masa kini.
Dengan metode ini siswa dapat
mengekspresikan untuk menjiwai dari peran
yang dilakukannya sehingga akan selalu
melekat dijiwa siswa tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
“aktivitas berarti kesibukan, kegiatan,
keaktifan, kerja atau suatu kegiatan kerja yang
dilaksanakan pada tiap bagian dalam suatu
peristiwa atau kejadian”. (Rosalia, 2005:2)
menyatakan bahwa “Aktivitas siswa selama
proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan
atau perilaku yang terjadi selama proses belajar
mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan yang mengarah pada proses
belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,
mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab
pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan
siswa lain, serta tanggung jawab terhadap
tugas yang diberikan”.
Warsita (2008:85) menyatakan bahwa
“Pembelajaran adalah suatu usaha untuk
membuat peserta didik belajar atau suatu
kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”.
Pembelajaran mempunyai tujuan utama, yaitu
adanya perubahan tingkah laku atau perilaku
yang positif dari siswa setelah mengikuti
pembelajaran. Maka dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan
siswa berperan aktif untuk membangun makna
atau pemahaman diri sendiri sehingga mampu
menimbulkan gagasan baru yang orisinil dan
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun
lingkungannya.
Dengan demikian aktivitas siswa dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan serangkaian kegiatan atau
keterlibatan siswa dapat berupa fisik, sikap,
pikiran, perhatian dalam proses membangun
makna atau pemahaman pada diri sendiri
tentang Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan me-
rupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri
sebagai suatu disiplin ilmu dan merupakan
wahana yang digunakan untuk meneruskan,
mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai
dan moral yang berakar pada budaya bangsa.
Yang hal tersebut diharapkan dapat di-
Page 70
Mujari, Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran PKn Melalui Metode Role Playing | 67
wujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan
sehari-hari siswa sebagai warga negara
Indonesia sehingga memiliki potensi, wawasan
sikap dan keterampilan kewarganegaran yang
memadai dan memungkinkan untuk ber-
partisipasi secara cerdas dan bertanggung
jawab dalam berbagai kehidupan baik dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tujuan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SD adalah untuk
menjadikan warganegara yang baik, yaitu
warganegara yang tahu, mau, dan sadar akan
hak dan kewajibannya. Dengan demikian,
kelak siswa diharapkan dapat menjadi bangsa
yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik,
serta mampu mengikuti kemajuan teknologi
modern. Dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan aktivitas pembelajaran
sangatlah penting untuk ditingkatkan,
mengingat tujuan dari pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang di
amanatkan oleh Pancasila dalam UUD 1945
(BSNP KTSP 2006 : 271) ialah: berpikir
secara kritis, rasional dan kreatif, berpartisipasi
aktif dan bertanggung jawab serta dapat
berinteraksi dengan individu lain. Beberapa
tujuan tersebut dapat tercapai apabila terjadi
aktivitas belajar di dalam kelas.
Metode role playing adalah suatu cara
menyajikan materi ajar dengan melibatkan
siswa untuk berperan di dalamnya, guna
mendramasisasikan tingkah laku dalam
hubungan sosial dengan suatu problem untuk
dipecahkan secara bersama-sama. Tujuan dari
penggunaan metode role playing Shaftel,
(dalam Endang Komara, 2009) adalah a) untuk
motivasi siswa, b) untuk menarik minat dan
perhatian siswa, c) memberikan kesempatan
kepada siswa untuk meng-eksplorasi situasi
dimana mereka mengalami emosi, perbedaan
pendapat dan permasalahan dalam lingkungan
kehidupan sosial anak, d) menarik siswa untuk
bertanya, e) mengembangkan kemampuan
komusikasi siswa, f) melatih siswa untuk
berperan aktif dalam kehidupan nyata.
Agar proses pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode role playing tidak
mengalami kaku, maka Menurut Shaftel,
(dalam Endang Komara, 2009) mengemukakan
Sembilan tahap bermain peran yang dapat
dijadikan pedoman dalam pembelajaran.
Adapun langkah-langkah penerapan metode
bermain peran sebagai berikut: 1)
menghangatkan suasana dan memotivasi
peeserta didik, 2) memilih partisipan / peran,
3) menyusun tahap-tahap peran, 4)
menyiapkan pengamat, 5) pemeranan, 6)
diskusi dan evaluasi, 7) pemeranan ulang, 8)
diskusi dan evaluasi tahap dua, 9) membagi
pengalaman dan mengambil kesimpulan.
Secara umum tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mendeskripsikan peningkatan
aktivitas pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan menggunakan
metode role playing di kelas VIB SDN
Kauman I Kecamatan Baureno Kabupaten
Kabupaten Bojonegoro. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tentang: a) untuk mendeskripsikan peningkatan
aktivitas fisik siswa dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, dengan
menggunakan metode role playing di kelas
VIB SDN Kauman I Baureno Kabupaten
Bojonegoro, b) untuk mendeskripsikan
peningkatan aktivitas mental siswa dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,
dengan menggunakan metode role playing di
kelas VIB SDN Kauman I, c) untuk
mendeskripsikan peningkatan aktivitas
emosional siswa dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, dengan
menggunakan metode role playing di kelas
VIB SDN Kauman I.
METODE
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif dengan bentuk
penelitian yang digunakan adalah survei
(survei studies) dengan jenis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini
yang menjadi subyek adalah 24 siswa kelas
VIB SDN Kauman I, yaitu laki-laki 16 orang
dan perempuan 8 orang.
Adapun prosedur penelitian ini meliputi
empat tahapan penelitian. Penelitian ini
dirancang untuk dua siklus yang setiap siklus
meliputi: rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi.
Page 71
68| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 65 – 70
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi langsung dan
komunikasi tidak langsung, dengan alat
pengumpul data yakni lembar observasi siswa
sebagai data primer serta lembar IPKG dan
angket sebagai data sekunder.
Teknik analisis data merupakan cara
yang digunakan untuk menganalisis data.
Analisis data dilakukan dengan menghitung
persentase aktivitas pembelajaran siswa baik
aktivitas fisik, mental, maupun emosional.
Analisis data dilakukan dengan
menghitung persentase aktivitas belajar
siswa baik aktivitas fisik, mental, maupun
emosional. Dari data tersebut kemudian ditarik
kesimpulan apakah tindakan yang
dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk
mencari pensentase tersebut maka digunakan
rumus persentase menurut Sudijono (2008:43)
sebagai berikut:
P = 𝑓
𝑁 x 100
Untuk menentukan rata-rata nilai/skor
digunakan rumus menurut Sudijono (2008:81)
sebagai berikut:
Mx = ∑X
N
Berdasarkan persentase yang diperoleh,
maka dapat diinterprestasikan dan diklasifikasi
sesuai dengan tabel kriteria aktivitas
pembelajaran siswa dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1 Kategori Peningkatan Aktivitas
Pembelajaran
No Persentase (%) Kategori
1 81 – 100 % Sangat tinggi
2 61 – 80 % Tinggi
3 41 – 60 % Cukup tinggi
4 21 – 40 % Rendah
5 0 – 20 % Sangat rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
dilakukan sebanyak dua siklus. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini diambil pada
setiap siklus penelitian tindakan kelas yaitu
data tentang aktivitas pembelajaran peserta
didik yang meliputi aktivitas fisik, aktivitas
mental, dan aktivitas emosional.
Dari hasil penelitian diperoleh data hasil
pengamatan peserta didik. Pada siklus I dapat
disajikan pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Aktivitas
Pembelajaran Siswa pada Siklus I
Keterangan Nilai
Aktivitas Fisik
Rata-rata Base Line 28%
Rata-rata Jumlah Siswa 14 Siswa
Rata-rata Capaian Persentase 58,33%
Aktivitas Mental
Rata-rata Base Line 24%
Rata-rata Jumlah Siswa 12 Siswa
Rata-rata Capaian Persentase 50%
Aktivitas Emosional
Rata-rata Base Line 31,25%
Rata-rata Jumlah Siswa 15 Siswa
Rata-rata Capaian Persentase 62,50%
Dapat diperoleh rata-rata persentase
aktivitas fisik siswa pada saat base line sebesar
28% dan pada siklus I sebesar 58,33%, untuk
persentase aktivitas mental pada base line
sebesar 24% dan siklus I sebesar 50%,
sedangkan rata-rata persentase aktivitas
emosional siswa pada saat base line sebesar
31,25%, dan siklus I sebesar 62,50%.
Hasil observasi tehadap indikator kinerja
aktivitas pembelajaran siswa pada siklus II
dapat disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Aktivitas
Pembelajaran Siswa pada Siklus II
Keterangan Nilai
Aktivitas Fisik
Rata-rata Base Line 58,33%
Rata-rata Jumlah Siswa 20 Siswa
Rata-rata Capaian Persentase 83,33%
Aktivitas Mental
Rata-rata Base Line 50%
Rata-rata Jumlah Siswa 18 Siswa
Rata-rata Capaian Persentase 75%
Aktivitas Emosional
Rata-rata Base Line 62,50%
Rata-rata Jumlah Siswa 21 Siswa
Rata-rata Capaian Persentase 87,50%
Page 72
Mujari, Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran PKn Melalui Metode Role Playing | 69
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh
rata-rata persentase aktivitas fisik siswa pada
saat base line sebesar 58,33% dan pada siklus
II sebesar 83,33%, untuk persentase aktivitas
mental pada base line sebesar 50% dan siklus
II sebesar 75%, sedangkan rata-rata persentase
aktivitas emosional siswa pada saat base line
sebesar 62,50%, dan siklus II sebesar 87,50%.
Pembahasan
Untuk mengetahui dan menunjukkan
peningkatan aktivitas pembelajaran maka
penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus.
Aktivitas pembelajaran siswa yang diukur
dalam penelitian ini meliputi aspek aktivitas
fisik, mental, dan emosional. Untuk melihat
perbandingan peningkatan setiap siklus, dapat
dilihat pada aspek-aspek dari indikator
aktivitas pembelajaran siswa siklus I, dan
siklus II sebagai berikut:
1. Aktivitas fisik
Secara umum rata-rata persentase
aktivitas fisik siswa pada saat base line
sebesar 28%, pada siklus I sebesar 58,33%
meningkat 30,33% dengan kategori cukup
tinggi, siklus II 83,33% meningkat 25%.
Secara keseluruhan dari base line sampai
siklus II aktivitas fisik siswa meningkat
sebesar 55,33% dengan kategori sangat
tinggi.
2. Aktivitas mental
Secara umum rata-rata untuk
persentase aktivitas mental pada base line
sebesar 24%, siklus I sebesar 50%
meningkat 26% dengan kategori cukup
tinggi, siklus II sebesar 75% meningkat
25%. Secara keseluruhan dari base line
sampai siklus II aktivitas fisik siswa
meningkat sebesar 51% dengan kategori
tinggi.
3. Aktivitas emosional
Secara umum rata-rata persentase
aktivitas emosional siswa pada saat base
line sebesar 31,25%, pada siklus I sebesar
62,50% meningkat 31,25% dengan kategori
cukup tinggi, siklus II menjadi 87,50%
meningkat 25%. Secara keseluruhan dari
base line sampai siklus II aktivitas
emosional siswa meningkat sebesar 56,25%
dengan kategori sangat tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
secara umum bahwa aktivitas siswa dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
mengalami peningkatan dengan menggunakan
metode role playing kelas VIB SDN Kauman
I. Adapun secara khususnya dapat diuraikan
dari beberapa simpulan sebagai berikut: 1)
bahwa aktivitas fisik siswa dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dengan menggunakan metode role playing di
kelas VIB SDN Kauman I secara keseluruhan
mengalami peningkatan dari 28% yang muncul
di base line menjadi 83,33% disiklus II
meningkat sebesar 55,33% dengan kategori
sangat tinggi, 2) bahwa aktivitas mental siswa
dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan menggunakan
metode role playing di kelas VIB SDN
Kauman I secara keseluruhan mengalami
peningkatan dari 24% yang muncul di base
line menjadi 75% disiklus II meningkat sebesar
51% dengan kategori tinggi, 3) bahwa aktivitas
emosional siswa dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan meng-
gunakan metode role playing di kelas VIB
SDN Kauman I secara keseluruhan mengalami
peningkatan dari 31,25% yang muncul di base
line menjadi 87,50% disiklus II meningkat
56,25% dengan kategori sangat tinggi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disarankan hal-hal berikut sebagai implikasi
penelitian: 1) diharapkan guru sebelum
menugaskan siswa bermain peran sebaiknya
menampilkan contoh video terbaik anak yang
sedang melakukan kegiatan bermain peran
sehingga memacu dan mencontoh ekpresi dan
lafal pemeran serta memotivasi siswa untuk
melakukan kegiatan bermain peran, 2)
pembagian kelompok siswa sebaiknya
dilakukan sebelum masuk materi pelajaran
serta lembaran skenario bermain peran
sebaiknya dibagikan atau disusun siswa
Page 73
70| Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 65 – 70
bersama kelompoknya beberapa hari sebelum
pembelajaran dimulai, bersamaan dengan
pembelajaran dimulai, bersamaan dengan
informasi KD atau materi yang akan diberikan,
3) perlu mengalokasi waktu secara baik,
karena langkah-langkah kegiatan bermain
peran apabila tidak dibatasi waktunya akan
lama. Dengan waktu yang tidak dibatasi, siswa
akan menggunakan waktu itu untuk saling
cerita antar teman sehingga kurang fokus pada
penguasaan konsep skenario bermain peran
secara umum yang akan mereka tampilkan.
DAFTAR RUJUKAN
Nana Sudjana. (2004). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grapindo Persada.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka
Cipta
BSNP (2006). Kurikulum Satuan Pendidikan ( KTSP ). Jakarta. Depdiknas.
Endang Komara. (2009), Model Bermain Peran dalam Pembelajaran Partisipatif, (online)
http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/03/model-bermain-peran dalam pembelajaran_29.
html diakses tanggal 14 Februari 2015.
Rosalia, Tara. (2005). http://id.shvoong.com/social- sciences/1961162 aktifitas-belajar/ dakses
tanggal 16 Februari 2015
Yasa, Doantara. 2008. Aktivitas dan Prestasi Belajar. http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/
prestasi-belajar/. Diakses tanggal 17 Februari 2015
Page 74
71
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES
DENGAN MENGGUNAKAN ASESMEN RUBRIK
DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lilik Endang Wardiningsih
Guru SDN Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Email : [email protected]
Abstrak : Latar belakang penelitian ini didasari adanya kenyataan yang ditemukan di lapangan,
ternyata ada ketidaksesuaian antara pembelajaran Matematika di SD dengan sistem penilaian yang
digunakan. Proses penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan
aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya tujuan kurikuler mata pelajaran Matematika belum
dapat dicapai. Realita ini terlihat dari prestasi mereka masih berkisar 57,10 %, tentunya keadaan ini
perlu ditingkatkan lagi. Perlu diupayakan suatu teknik penilaian yang mampu mengungkapkan aspek
produk maupun proses, salah satu dengan menerapkan penilaian kinerja siswa. Sebenarnya kegiatan
pembelajaran yang melibatkan kinerja siswa dalam melakukan percobaan sudah sering diterapkan,
tapi terhadap kinerja siswa tersebut belum pernah dilakukan penilaian. Saat ini telah ada model
Assesment Rubrik yang akan diterapkan dalam penelitian ini. Dengan adanya keterampilan proses
yang menggunakan Asesmen Rubrik dalam pembelajaran dapat meningkatkan penilaian kinerja siswa
secara optimal yang sebelumnya hanya mencapai 57,10% setelah menggunakan metode ini dalam
siklus I mencapai 73,68%, dan pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dimana prestasi
belajar siswa mencapai mencapai 89,47% dengan rata-rata nilai 81,80.
Kata Kunci : ketrampilan proses, assismen rubrik, IPA
Realita yang ditemukan dilapangan,
nampak ada ketidaksesuaian antara
pembelajaran IPA di SD dengan sistem
penilaian yang digunakannya. Proses penilaian
yang biasa dilakukan guru selama ini hanya
mampu menggambarkan aspek penguasaan
konsep peserta didik, akibatnya tujuan
kurikuler Mata Pelajaran IPA belum dapat
dicapai dan atau tergambarkan secara
menyeluruh. Hal ini terlihat dari prestasi
mereka dalam proses pembelajaran masih
berkisar 57,10 %. Untuk itu perlu diupayakan
suatu teknik penilaian yang mampu
mengungkap aspek produk maupun proses,
salah satunya dengan menerapkan penilaian
kinerja siswa.
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa
penilaian dengan cara konvensional belum
mampu mengungkap hasil belajar siswa dari
aspek sikap dan proses atau kinerja siswa
secara aktual. Oleh karenanya diperlukan
penerapan sistem penilaian yang dapat meng-
ungkap kedua aspek tersebut. Sistem penilaian
yang diasumsikan dapat memenuhi tuntutan
tersebut adalah sistem penilaian yang
termaktub dalam Sistem Penilaian Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, yang antara lain
meliputi jenis Penilaian Kinerja (Performance
Assessment), Penilaian Karya (Product
Assessment), Penilaian Penugasan , Penilaian
Proyek, dan Penilaian Porto folio. (Asnawi
Z;1994).
Dari jenis-jenis tersebut tersirat bahwa
makna penilaian mencakup hal-hal yang lebih
luas dari sekedar penilaian konvensional yang
selama ini berlangsung. Dengan adanya
Asesmen Rubrik diharapkan hasil belajar siswa
pada kompetensi dasar yang melalui metode
diskusi kelompok dapat tercapai secara
optimal. Yang sebelum diadakan penelitian
hanya mencapai 57,10 % dan setelah diadakan
penelitian mulai ada peningkatan dari siklus I
69,30 % dianggap belum mencapai target
maka dilanjutkan ke siklus II mancapai
81,80% dari sini sudah cukup ketuntasan
dalam pembelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap
pembelajaran IPA dengan penerapan model
melalui penerapan model Asesmen Rubrik
Page 75
72 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 71 – 76
pada keterampilan proses di SDN Gajah I
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.
Untuk mendeskripsikan peningkatkan hasil
belajar siswa pada kopetensi dasar
keterampilan proses dengan menggunakan
Asesmen Rubrik melalui metode diskusi
kelompok.
Asesmen dalam pembelajaran adalah
suatu proses atau upaya formal pengumpulan
informasi yang berkaitan dengan variabel-
variabel penting pembelajaran sebagai bahan
dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk
memperbaiki proses dan hasil belajar siswa.
Variabel-variabel penting yang dimaksud
sekurang-kurangya meliputi pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap siswa
dalam pembelajaran yang diperoleh guru
dengan berbagai metode dan prosedur baik
formal maupun informal. (Ahmad Nugraha;
2008).
Performance Assessment sebagai
Asesmen Alternatif, penggunaan jenis asesmen
yang tepat akan sangat menentukan
keberhasilan dalam mengakses informasi yang
berkenaan dengan proses pembelajaran.
Pemilihan metode asesmen harus didasarkan
pada target informasi yang ingin dicapai.
Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar
yang dicapai siswa. Ahmad Nugraha
(2008:3,67) mengemukakan lima kategori
target hasil belajar yang layak dijadikan dasar
dalam menentukan jenis asesmen yang akan
digunakan oleh pengajar, yakni: Knowledge
Outcomes, Reasoning Outcomes, Skill
Outcomes, Product Outcomes, dan Affective
Outcomes.
Sebagaimana ditegaskan dalam pedoman
penilaian untuk sekolah dasar (Depdiknas,
2006:1) penilaian merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan
dasar maupun penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar. Tujuan pembelajaran yang
dirumuskan pada langkah awal pembelajaran
digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pem-
belajaran dan proses penilaian yang akan
dilakukan. Tujuan tidak hanya merupakan arah
yang dapat membentuk atau mewarnai
kurikulum dan memimpin kegiatan pengajaran,
tetapi juga dapat menyediakan spesifikasi
secara terperinci bagi penyusunan dan
penggunaan teknik-teknik penilaian. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran yang dirumuskan secara jelas
dan spesifik akan menunjang proses penilaian
yang tepat dan dapat membantu di dalam
menetapkan kualitas dan efektivitas
pengalaman bela-jar siswa. (Wahyudi; 2010).
Dalam pedoman penilaian Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas,
2006:3) ditegaskan bahwa tujuan dan fungsi
penilaian untuk memberikan umpan bail baik
kepada guru, siswa, orang tua maupun lembaga
pendidikan yang berkepentingan serta untuk
menentukan nilai hasil belajar siswa.
Hasil kegiatan penilaian dapat
memberikan manfaat yang optimal jika
dilakukan dengan mengacu pada prinsip-
prinsip penilaian sebagaimana ditetapkan oleh
pedoman formal penilaian dari pemerintah
(Rustam N, 1990:5), yakni dilaksanakan secara
menyeluruh, berkesinmabungan, berorientasi
pada tujuan, obyektif, terbuka serta
mempertimbangkan aspek kebermaknaan.
Penilaian yang dilakukan secara menyeluruh
artinya informasi yang dikumpulkan melalui
proses penilaian menyangkut seluruh aspek
kepribadian siswa. Penilaian dikatakan
menyeluruh jika mampu mengungkap aspek
produk dan proses belajar anak, yakni
menyangkut pengetahuan, sikap, dan
keterampilan proses peserta didik.
Agar hasil penilaian dapat memberikan
manfaat baik kepada guru, siswa, orang tua
maupun pihak sekolah, maka penilaian
hendaknya dilakukan secara terbuka.
Maksudnya baik proses maupun hasil penilaian
hendaknya diinformasikan kepada pihak-pihak
terkait, sehingga hasil penilaian memiliki
kebermaknaan bagi pihak-pihak yang
memerlukan.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan
Penelitian Tindakan Kelas (Action Research),
yang dilakukan secara kolaboratif, dimana
teman sejawat sebagai kolaborator, sebagai
pengamat, observer namun seluruh rancangan
penelitian didesain oleh peneliti, sedangkan
Page 76
Lilik E.W, Meningkatkan Keterampilan Proses Dengan Menggunakan Asesmen Rubrik Dalam Pembelajaran IPA |73
subjek yang dikenai tindakan pada penelitian
ini adalah siswa kelas IV di SDN Gajah I
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.
Pemilihan subyek didasarkan pada siswa kelas
IV telah berada pada tahap berpikir operasi
formal, dengan karakteristik mampu berpikir
logis, mampu mengadakan formulasi dan
menguji hipotesis serta mampu melakukan
kegiatan berpikir abstrak.
Lokasi penelitian yaitu di SDN Gajah I
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.
yang mempunyai jumlah siswa 19 terdiri dari
10 laki-laki dan 9 perempuan.
Terlaksananya siklus I dan II dengan
bantuan teman sejawat yang berasal dari
temuan pengamat berada di kelas saat proses
pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk
mengetahui proses KBM yang telah
direncanakan bersama sebelumnya.
Tahap pelaksanaan merupakan
penerapan rancangan yang telah dibuat.
Pelaksanaan tindakan berupa pelaksanaan
pembelajaran IPA dengan menerapkan model
keterampilan proses dengan pendekatan
asesmen rubrik di kelas IV di SDN Gajah I
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Pelaksanaannya dilakukan oleh peneliti dan
teman sejawat sebagai pengamat dalam
keperluan pengumpulan data.
Adapun kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru pada setiap siklus
digambarkan dengan langkah: 1) Tahap
Orientasi (orientation). 2) Tahap pemunculan
gagasan (elecitation of ideas). 3) Tahap
penyususnan ulang gagasan (restructuring of
ideas). 4) Tahap penerapan gagasan
(application of ideas). 5) Tahap pemantapan
gagasan (review change in ideas).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data Siklus I
Dari hasil pengamatan terhadap aktifitas
guru dengan menerapkan model model
keterampilan proses dengan menggunakan
asesmen rubrik diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1.Data Hasil Tes Akhir Siklus I
No Nama Siswa Nilai Ketuntasan
Ya Tidak
1. Kawai Cahya Pamikat 40 √
2. Diaz Dwi Prasetyo 100 √
3. Priska Feby 100 √
4. Danu Arfiansyah 80 √
5. Moch. Danang Saiful 40 √
6. Renanda afta D 40 √
7. Loesyana Dwi Sareh 60 √
8. Dwi Andini 60 √
9. Ilfan Eka M 80 √
10. Dicki Praditya 80 √
11. Gusti Dwi Laksono 80 √
12. Alan Krisdianto 40 √
13. Fani Adji Sukma 80 √
14. Rendhy Dwi Setyawan 80 √
15. Okta Syahdana 60 √
16. Adin Nasichah 80 √
17. Novi Arinda Putri 40 √
18. Pangkas Aditya Putra 40 √
19. Pungkas Aditya Putra 60 √
Jumlah Skor 1940
Skor rata-rata 69,30
Ket : Kriteria Ketuntasan Minimal ≥ 65
Deskripsi Data Siklus II
Dari hasil pengamatan terhadap aktifitas
guru dengan menerapkan model model
keterampilan proses dengan menggunakan
asesmen rubrik pada siklus II diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 2. Data Hasil Tes Akhir Siklus II
No Nama Siswa Nilai Ketuntasan
Ya Tidak
1. Kawai Cahya Pamikat 60 √
2. Diaz Dwi Prasetyo 100 √
3. Priska Feby 80 √
4. Danu Arfiansyah 80 √
5. Moch. Danang Saiful 100 √
6. Renanda afta D 70 √
7. Loesyana Dwi Sareh 80 √
8. Dwi Andini 70 √
9. Ilfan Eka M 80 √
10. Dicki Praditya 100 √
11. Gusti Dwi Laksono 100 √
12. Alan Krisdianto 60 √
13. Fani Adji Sukma 100 √
14. Rendhy Dwi Setyawan 70 √
15. Okta Syahdana 80 √
16. Adin Nasichah 100 √
17. Novi Arinda Putri 60 √
18. Pangkas Aditya Putra 70 √
19. Pungkas Aditya Putra 80 √
Jumlah Skor 2290
Skor rata-rata 81,8
Ket : Kriteria Ketuntasan Minimal ≥ 65
Page 77
74 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 71 – 76
Pembahasan Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh teman sejawat, aktifitas guru
dalam mengajar IPA di kelas IV dengan
menerapkan model model keterampilan proses
dengan menggunakan asesmen rubrik sudah
berjalan dengan cukup baik dan semua tahapan
terlaksana semua, hanya pada tahapan tertentu
belum berjalan dengan maksimal. Pada saat
orientasi belum sepenuhnya siswa termotivasi
dan terfokus perhatiannya pada guru, hal ini
disebabkan pada saat orientasi perhatian guru
terfokus pada media yang digunakan sehingga
kurang memperhatikan siswa. siswa yang
memperhatikan ada 10 anak dari 19 siswa
(57,10%). Perbaikan pada siklus berikutnya
guru harus lebih memperhatikan siswanya
pada pembelajaran.
Pada saat guru membimbing siswa
memunculkan gagasan belum berjalan secara
maksimal, sebagian (27%) masih kesulitan
dalam mengungkapkan ide atau gagasannya
tentang topik yang dibahas, hal ini karena
disebabkan mereka belum terbiasa dengan
pembelajaran seperti ini. Yang dilakukan guru
pada siklus berikutnya adalah berusaha
memotivasi dan membimbing siswa agar dapat
mengungkapkan ide atau gagasannya agar
hasil yang dicapai lebih obtimal lebih baik lagi
seperti yang diharapkan atau ditargetkan
meskipun masih ada sebagian kecil siswa yang
masih mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan ide atau gagasan / belum bisa
memenuhi syarat yang sudah di tentukan.
Pada saat mendiskusikan ide atau
gagasan dengan teman, sebagian siswa juga
masih kesulitan (25%) terutama untuk
mencapai kesepakatan. Pada siklus berikutmya
pada tahap ini guru harus lebih intensif
membimbing semua siswa.
Sedangkan pada saat merekontruksi
gagasan dan menyimpulkan sebagian siswa
(17%) juga masih mengalami kesulitan.
Langkah yang harus dilakukan guru adalah
pada siklus berikutnya harus lebih
mengintensifkan bimbingan pada siswa
Hasil menunjukkan bahwa rata-rata nilai
yang dicapai siswa setelah mengikuti
pembelajaran IPA dengan pendekatan model
keterampilan proses dengan menggunakan
asesmen rubrik adalah 69,30 berdasarkan tabel
berikut ini :
Tabel 3. Hasil Tes Akhir Siklus I
Nilai Yang Dicapai Jml Siswa Keterangan
40 – 50 2 Tidak Tuntas
60 – 70 3 Tidak Tuntas
80 – 90 9 Tuntas
100 5 Tuntas
Nilai rata-rata : 69,30 19
Dari tabel menunjukkan bahwa siswa
yang tuntas ada 14 anak (73,68%). Dari hasil
tersebut menunjukkan bahwa peningkatan hasil
belajar siswa belum optimal dan belum
mencapai standart minimal ketuntasan belajar
yang ditetapkan yaitu 80%, sehingga pada
siklus berikutnya masih perlu dilakukan
perbaikan dalam hal membimbing siswa untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal.
Pembahasan Siklus II
Dari hasil analisis data siklus II dapat
dilihat bahwa guru sudah melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan baik. Pada
orientasi guru sudah membimbing siswa
menghubungkan pengetahuan awal siswa
dengan pokok bahasan sehingga siswa tidak
mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran berikutnya.
Pada tahap pemunculan gagasan, guru
sudah memberi kesempatan pada siswa untuk
menggunakan ide/gagasan dan sekaligus
membimbingnya, sehingga siswa tidak
mengalami kesulitan dalam mengemukakan
ide /gagasannya.
Pada tahap penyusunan ulang gagasan
guru sudah membimbing siswa dengan baik,
mulai dari membimbing siswa dalam diskusi,
melakukan pengamatan dan menyususn
gagasan baru. Kegiatan ini terlaksana dengan
baik dan siswa tidak banyak mengalami
kesulitan.
Pada tahap penerapana gagasan dan
tahap pemantapan gagasan, guru membimbing
siswa agar dapat mengaplikasikan gagasan
dalam situasi yang baru dan akhirnya memberi
umpan balik untuk memperkuat ide/gagasan
baru.
Hasil menunjukkan bahwa rata-rata nilai
yang dicapai siswa setelah mengikuti
Page 78
Lilik E.W, Meningkatkan Keterampilan Proses Dengan Menggunakan Asesmen Rubrik Dalam Pembelajaran IPA | 75
pembelajaran IPA dengan pendekatan
keterampilan proses dengan menggunakan
asesmen rubrik adalah 81,80 berdasarkan tabel
berikut :
Tabel 4.Hasil Tes Akhir Siklus II
Nilai Yang Dicapai Jml Siswa Keterangan
40 – 50 0 Tidak Tuntas
60 – 70 2 Tidak Tuntas
80 – 90 10 Tuntas
100 7 Tuntas
Nilai rata-rata : 81,80 19
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
peningkatan hasil belajar siswa semakin baik,
siswa yang mencapai ketuntasan belajar
sebanyak 17 anak atau 89 %, hal ini sudah
melebihi standart minimal ketuntasan belajar
yang sudah ditetapkan yaitu 80 % sehingga
peneliti merasa untuk siklus berikutnya sudah
tidak diperlukan lagi, namun dalam hal
membimbing siswa agar memperoleh hasil
belajar yang optimal masih tetap diperlukan.
Dari hasil angket menunjukkan bahwa
sisw kelas IV SDN Gajah I merasa senang
dengan materi pelajaran yang disampaikan
guru, aktivitas pembelajaran suasana kelas,
cara guru mengajar, serta praktek atau aktivitas
yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran
IPA dengan menerapkan model keterampilan
proses dengan menggunakan asesmen rubrik
dengan baik dan merasa senang. Kenyataan ini
dapat memunculkan motivasi siswa dalam
belajar yang pada akhirnya akan dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran
dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 5. Respon Siswa Terhadap Kegiatan
Pembelajaran
Uraian Senang Tdk senang
Bagaimana pendapat siswa tentang
Materi pelajaran yang
disampaikan guru
95 % 5 %
Aktivitas belajar di kelas 88 % 12 %
Suasana kelas pada saat
pembelajaran
85 % 15 %
Cara guru mengajar 85 % 15 %
Aktifitas atau praktek yang
dilakukan
95 % 5 %
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari
kegiatan awal sampai siklus II maka dapat di
ambil kesimpulan penerapan metode assigmen
rubrik dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam proses belajar mengajar. Terbukti
sebelum menggunakan Assesment Rubrik
hanya mencapai kurang dari 57,10% sehingga
perlu di adakan perbaikan ke siklus I. setelah
diadakan perbaikan siklus I mulai ada
peningkatan yaitu sudah mencapai 73,68 %,
terlebih setelah melalui perbaikan pada siklus
II mencapai 89,47%.
Saran
Dalam pembinaan anak, tidak serta merta
orang tua membebankan sepenuhnya kepada
sekolah meskipun telah mengeluarkan biaya
sekolah yang tidak sedikit. Hendaknya ada
kerja sama yang baik antara orang tua dan
sekolah dengan menjalankan tugas dan fungsi
masing-masing semata-mata untuk
keberhasilan anak.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad Nugraha, dkk. (2008). Penggunaan Performance Assessment Untuk Meningkatkan
Efektivitas Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Bandung : PGSD FIP IKIP Bandung.
Asmawi, Z. dan Nasution, N. (1994). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Hadi Tino (2008). PTK Sekilas Pedoman Praktis. Jakarta: Media.
Wahyudi. 2010. Model-Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Malang : PT Pertamina.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Diknas Pendidikan Nasional.
Rustam, N 1990 “Pengembangan Alat Ukur Keterampilan Perumusan Hipotesis” Laporan
Penelitian : IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.
Page 79
76
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG DAMPAK
PENGGUNAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERLEBIHAN
MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI
Hartanti
Guru SDN Gunungsari II Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Email : [email protected]
Abstrak : Rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran IPA karena kebiasaan guru mengajar dengan
gaya konvensional dan monoton. Untuk mencarikan solusi yang tepat sasaran, salah satunya yang
ditempuh adalah dengan menerapkan berbagai metode yang akan membuat siswa aktif, kreatif dan
inovatif sehingga menumbuhkan minat siswa dalam pelajaran IPA serta meningkatkan kemampuan
siswa, yakni metode demonstrasi dan diskusi. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan penggunaan
metode demonstrasi dalam pembelajaran dan menganalisis dampak dari penggunaan metode
demonstrasi dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa. Hasil yang dperolah ternyata
pembelajaran dengan metode demonstrasi dan diskusi pada mata pelajaran IPA membawa dampak
positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar
siswa dalam setiap siklus. Pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar siswa sebesar 65,21 % atau
jumlah siswa yang tuntas ada 15 siswa dan yang belum tuntas ada 8 siswa. Kemudian pada siklus II
meningkat menjadi 91,30 % atau jumlah siswa yang tuntas ada 21 dan yang tidak tuntas ada 2 siswa.
Penerapan metode demonstrasi dan diskusi juga meningkatkan motivasi belajar siswa yang
ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa lebih tertarik dan
berminat dalam menggunakan metode demonstrasi dan diskusi pada pelajaran IPA.
Kata Kunci : Metode demonstrasi, diskusi, SDA.
Keberhasilan belajar ditentukan oleh
beberapa faktor. Diantaranya adalah guru,
materi, metode, media dan sarana penunjang
lainnya. Terkait dengan mutu pendidikan
khususnya dijenjang Sekolah Dasar sampai
saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan,
karena dalam suatu proses belajar mengajar
pasti timbul adanya masalah dalam
pembelajaran. Kenyataan adanya masalah
pembelajaran itu dapat disebabkan karena
kurangnya guru merencanakan program
pembelajaran dengan tepat.
Banyaknya masalah yang terjadi dalam
proses belajar mengajar tersebut penulis
mengadakan Penelitian Tindakan Kelas di
SDN Gunungsari II dengan cara program
perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran
Sains (IPA) dengan pokok bahasan tentang
Dampak Pengambilan Sumber Daya Alam
yang berlebihan pada kelas IV semester II.
Program perbaikan pembelajaran dilakukan
karena proses pembelajaran selama ini belum
berhasil. Semua itu dapat diketahui dari hasil
belajar siswa belum sesuai dengan Standart
Minimum ketuntasan belajar yaitu ≥ 65. Dari
23 siswa yang mengikuti proses pembelajaran
ada 16 siswa (69,56%) yang mendapat nilai
dibawah ≥ 65. Dengan demikian peneliti
merancang Program Perbaikan Pembelajaran
dengan menerapkan metode demonstrasi yang
dipadu dengan diskusi.
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan
mendiskripsikan penggunaan metode
demonstrasi dalam pembelajaran dan
enganalisis/mendeskripsikan dampak dari
penggunaan metode demonstrasi dalam
pembelajaran terhadap hasil belajar siswa.
Menurut Winataputra (2008) menyatakan
belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari suatu latihan atau
pengalaman.
Metode adalah suatu cara yang teratur
dan terpilih untuk mencapai maksud dan tujuan
dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Metode demonstrasi adalah metode yang
melibatkan adanya seorang guru, orang luar
yang diminta atau siswa, memperlihatkan suatu
proses kepada seluruh kelas (Anggoro,
2008:1).
Page 80
Hartanti, Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Dampak Penggunaan Sumber Daya Alam yang Berlebihan | 77
Metode demonstrasi dapat diterapkan
pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
atau Sains. Model pembelajaran ini mengajak
siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif sesuai pengetahuan
yang dimiliki siswa dan bersifat fakta atau
nyata. Dari metode demonstrasi yang
diterapkan kepada siswa guru dapat
mengetahui pengetahuan siswa secara satu
persatu atau dalam arti lain pengetahuan yang
beraneka ragam.
Diskusi merupakan suatu kegiatan yang
dibentuk dalam kelompok (kerja kelompok).
Menurut (Jamarah ; 2002) maksud dari diskusi
adalah upaya mengumpulkan data informasi
dengan mengamati pastisipasi siswa
berkonstibusi memberi masukan berupa ide-
ide, bersikap positif pada diskusi, menerima
pendapat dari teman dan sebagainya. Kerja
kelompok yaitu upaya mengumpulkan data
atau informasi dengan memberi tugas
kelompok itu dapat diperoleh data proses dan
hasil. Data proses berkaitan dengan partisipasi
seseorang dalam kelompok, sedangkan data
hasil berupa hasil kerja kelompok.
Dalam KTSP (2006), mata pelajaran IPA
disebut dengan mata pelajaran Sains. Pada
prinsipnya pelajaran Sains di SD membekali
siswa dengan kemampuan berbagai cara
mengetahui dan suatu cara mengerjakan yang
dapat membantu siswa untuk memahami alam
sekitar secara.
Menerapkan metode demonstrasi dan
diskusi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam bertujuan supaya hasil belajar siswa
meningkat. Langkah yang dilakukan guru
dalam proses pembelajaran dengan memakai
metode demonstrasi yaitu siswa
mendemonstrasikan materi ajar didepan kelas
dengan melibatkan siswa lain sebagai
pendengar atau pengamat. Dari keterlibatan
siswa itu proses pembelajaran diharapkan lebih
aktif. Kemudian langkah penggunaan metode
diskusi yaitu dari 23 siswa dibentuk menjadi
kelompok, 1 kelompok terdiri dari 5-6 siswa.
Dengan metode diskusi guru akan memperoleh
alternatif jawaban yang berbeda-beda pada
setiap kelompok. Dari jawaban yang beragam
itu tidak hanya guru yang mengetahui dan
mengerti pendapat siswa tetapi semua siswa
juga dapat menampung hasil jawaban diskusi
dari kelompok lain.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil
yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Wardani, (2000;8) me-
ngelompokkan penelitian tindakan menjadi
empat macam yaitu a) guru bertindak sebagai
peneliti, b) penelitian tindakan kolaboratif, c)
Simultan terintegratif, dan d) administrasi
social ekperimental.
Tempat penelitian adalah di SDN
Gunungsari II dengan subyek siswa kelas IV
tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April 2015 pada
semester genap.
Penelitian ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih
Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi
dimana praktek pembelajaran tersebut
dilakukan (dalam Mukhlis, 2007: 3).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Siklus I
Pelaksanaan penelitian ini diawali dari
pengumpulan data-data yang dijadikan acuan
untuk mengadakan penelitian atau perbaikan.
Langkah awal yang dilakukan adalah peneliti
berkolaborasi dengan teman sejawat membuat
dan menyusun rencana perbaikan pembelajaran
tentang materi ajar dampak penggunaan
sumber daya alam yang berlebihan,
mempersiapkan pedoman pembelajaran yang
hendak disampaikan kepada siswa dan
menyusun alat evaluasi untuk tindakan siklus I.
Page 81
78 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 76 – 80
Pada tahap perencanaan ini, penulis
menyajikan beberapa instrument untuk
dijadikan acuan dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Diantaranya data awal siswa
dari hasil tes tulis formatif nilai dan
rekapitulasi nilai tes formatif kelas IV semester
II tahun pelajaran 2014/2015.
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif
No Uraian Hasil Awal
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai rata – rata tes tulis uraian
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Jumlah siswa yang belum tuntas
belajar
Presentase siswa yang tuntas belajar
Presentase siswa yang tidak tuntas
belajar
54.8 %
12
11
52.17 %
47.83 %
Keterangan : Standart Ketuntasan Sekolah = 65
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa
dengan materi pembelajaran yang telah
disampaikan guru diperoleh nilai rata – rata
presentase belajar siswa adalah 54.8 % dan
ketuntasan belajar mencapai 52.17 % atau ada
12 siswa dari 23 siswa yang sudah tuntas
belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pada data awal secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh
nilai ≥ 60 hanya lebih kecil dari presentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 75
%. Hal ini disebabkan karena siswa banyak
yang belum memahami tentang materi ajar
Dampak Pengambilan Sumber Daya Alam
Yang Berlebihan yang telah disampaikan oleh
guru.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran
siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 04 April
2015 semester II di SDN Gunungsari II
Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro
dan subjek penelitian adalah siswa kelas IV
dengan jumlah murid 23 siswa.
Tabel 2.
Rekapitulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I
No Uraian Hasil
Siklus I
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai rata – rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Jumlah siswa yang tidak tuntas
Presentase siswa yang tuntas belajar
Presentase siswa yang tidak tuntas
belajar
60 %
15
8
65.21 %
34.78 %
Keterangan : Standart ketuntasan sekolah = 65
Berdasarkan tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa jumlah siswa yang tuntas
dari nilai tes formatif yang diperoleh adalah 15
siswa atau 65.21%, sedangkan siswa yang
tidak tuntas dari nilai tes formatif adalah 10
siswa atau 34.78 %.
Dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran diperoleh informasi dari hasil
pengamatan yaitu : 1). Hasil belajar siswa
masih rendah atau masih kurang dari standart
ketuntasan yang ditetapkan sekolah, yaitu 65.
2). Media dan metode yang disajikan guru
kurang maksimal sebagai siswa cenderung
pasif. 3). Peningkatan siswa yang tuntas belajar
hanya sedikit yang awalnya 12 menjadi 15
siswa yang tuntas, sehingga masih banyak
siswa yang belum tuntas pada siklus I ini.
Dari informasi tersebut hasil siswa dapat
dikatakan kalau belum meningkat karena ada 8
siswa yang belum tuntas. Teman sejawat
berpendapat kalau peneliti belum maksimal
dalam perbaikan pembelajaran pada siklus I ini
karena strategi dan metode kurang sempurna.
Dibawah ini adalah grafik nilai perbaikan pada
siklus I
Keterangan :
1 : Mucamad Saiful
2 : Amalia Tandayu
3 : Agus Ahmad Wildani
4 : Ahmad Fazarudin
Bachtiar
5 : Agung Budi Laksono
6 : Dede Mei Lia Ariani
7 : Diyah Ayu Nur Safitri
8 : Dika Ari Putra
9 : Disma Isyfani
10 : Hendra Cahyanto
11 : Moch. Wahyu AS
12 : Moch. Akbar Bariq
12 : Moch. Akbar Bariq
13 : Nur Mustiko Weni U
14 : Nurul Ifa Hidayatul U
15 : Novandro Hermawan
16 : Priyo Budi Utomo
17 : Rizal Dwi Prasetyo
18 : Rima Aryuni Orizanti
19 : Rizqi Andika W
20 : Siti Novita Muslinarni
21 : Siti Rofida
22 : Siti Muninggar A
23 : Siti Khoiriyatul M
Page 82
Hartanti, Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Dampak Penggunaan Sumber Daya Alam yang Berlebihan | 79
0 10
20
30 40
50
60 70
80
90
100
Data
awal
Siklus I Siklus II
Nilai Rata-rata
Kelas
60 % 77.39
%
54.8
%
Deskripsi Siklus II
Berikut ini adalah hasil dari penelitian
yang disajikan dalam bentuk tabel.
Diantaranya tentang pengelolaan pembelajaran
berlangsung yang dinilai oleh teman sejawat.
Dan analisa nilai perbaikan pada siklus kedua
beserta rekapitulasinya.
Tabel 3
Rekapitulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II
No Uraian Hasil
Siklus I
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai rata – rata tes tulis uraian
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Jumlah siswa yang belum tuntas
Presentase siswa yang tuntas belajar
Presentase siswa yang tidak tuntas
belajar
77.39 %
21
2
91.30 %
8.69 %
Keterangan : Standart ketuntasan sekolah = 65.
Berdasarkan tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa jumlah siswa yang tuntas
dari nilai tes formatif yang diperoleh 91.30%,
sedangkan siswa yang tidak tuntas dari nilai tes
formatif yang diperoleh adalah 8.69 %.
Dari hasil refleksi ini teman sejawat
berpendapat bahwa pada tahap perbaikan di
siklus kedua ini benar-benar berhasil.
Dibawah ini adalah grafik nilai perbaikan pada
siklus II
Keterangan : Nama siswa seperti pada grafik sklus I
Pembahasan
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa metode demonstrasi dan diskusi
memiliki dampak positif dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam hasil belajarnya. Hal
ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa serta keterlibatannya
terhadap materi yang disampaikan guru.
Ketuntasan belajar meningkat dari data awal
12 siswa, mengalami peningkatan pada siklus I
yaitu 15 siswa dan meningkat lagi pada siklus
II yaitu 21 siswa meski ada 2 siswa yang
mendapat nilai minimal yaitu 60 yaitu di
bawah standart.
Berdasarkan analisa data, diperoleh
aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
dangan menerapkan metode demonstrasi dan
diskusi dalam setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif pada
hasil belajar siswa yang dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya kemampuan siswa
dalam bekerja sama kelompok dan berpikir.
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
dikategorikan aktif karena terlibat selama
proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan
untuk aktifitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang kotekstual. Hal ini terlihat
dari aktifitas guru yang muncul diantara
menyajikan materi dengan lebih menarik
karena siswa diajak terlibat sehingga siswa
tidak jenuh jika hanya mendengarkan saja,
memberikan umpan balik terhadap hasil tugas
yang telah dikerjakan siswa. Menanggapi
siswa ketika mendemonstrasikan materi.
Peningkatan nilai rata-rata kelas dari data
awal, siklus I dan siklus II dapat digambarkan
sebagai berikut :
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan selama dua siklus, dan ber-
35
Page 83
80 | Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I, Nomor 1, Juni 2015, Hal 76 – 80
dasarkan seluruh pembahasan serta analisis
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran dengan metode demonstrasi dan
diskusi pada mata pelajaran IPA membawa
dampak positif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus. Pada siklus I diperoleh
ketuntasan belajar siswa sebesar 65,21 % atau
jumlah siswa yang tuntas ada 15 siswa dan
yang belum tuntas ada 8 siswa. Kemudian pada
siklus II meningkat menjadi 91,30 % atau
jumlah siswa yang tuntas ada 21 dan yang
tidak tuntas ada 2 siswa.
Penerapan metode demonstrasi dan
diskusi pada mata pelajaran IPA mempunyai
pengaruh positif. Hal itu dapat diketahui dari
meningkatnya motivasi belajar siswa yang
ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban
siswa yang menyatakan bahwa siswa lebih
tertarik dan berminat dalam menggunakan
metode demonstrasi dan diskusi pada pelajaran
IPA sehingga mereka menjadi termotivasi
untuk belajar.
Metode demonstrasi dan diskusi sangat
efektif diterapkan pada pembelajaran IPA,
sehingga perlu dikembangkan lebih sempurna
dalam penggunaannya pada proses
pembelajaran berikutnya.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, agar
proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan
lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran: Untuk
melaksanakan metode demonstrasi dan diskusi
pada mata pelajaran IPA memerlukan
persiapan yang cukup matang, sehingga guru
harus mampu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan
metode demonstrasi dan diskusi pada mata
pelajaran IPA, dengan demikian proses belajar
mengajar memperoleh hasil yang maksimal.
Dalam rangka meningkatkan hasil
belajar siswa, guru hendaknya lebih sering
melatih siswa dengan berbagai metode,
walaupun dalam taraf yang sederhana. Dimana
siswa nantinya dapat menentukan pengetahuan
baru, memperoleh konsep dan keterampilan
belajar yang aktif, sehingga dari berbagai
metode yang nantinya diterapkan, siswa dapat
berhasil atau mampu memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya dalam proses
belajar mengajar.
DAFTAR RUJUKAN
Anggoro, T. M; dkk (2008) Metode Penelitian, Jakarta : Universitas Terbuka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Wardani, I. G. A. K. ; Wiharti, K (2008) Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Universitas Terbuka.
Winataputra, S. U. ; dkk (2008) Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Universitas Terbuka.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Diknas Pendidikan Nasional.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya
Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Page 84
Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I Nomor 1 Juni 2015
81
PETUNJUK BAGI PENULIS
JURNAL INOVASI GURU (JIG) MEDIA ILMIAH PENDIDIKAN
Petunjuk penulisan artikel pada Jurnal Inovasi Guru (JIG) yang diterbitkan oleh Forum Ilmiah Guru (FIG) adalah
sebagai berikut :
1. Artikel yang ditulis untuk JIG meliputi laporan hasil penelitian, makalah berupa tinjauan ilmiah, tulisan ilmiah
populer, artikel ilmiah populer dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Naskah diketik dengan huruf Times
New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 sepanjang minimal 5 halaman -
maksimal 12 halaman, dan diserahkan (dikirimkan) dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta soft copy
dalam CD. Berkas (file) dibuat dengan Microsoft Word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-
mail ke alamat: [email protected] .
2. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Nama penulis
hendaknya dilengkapi dengan alamat korespondesi (termasuk e-mail) serta nama dan alamat lembaga tempat
penulis bekerja. Dalam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berkomunikasi dengan penulis utama atau
penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis harus menyertakan nama dan alamat lembaga serta
alamat korespondensi penulis tersebut (e-mail).
3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian
artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besar di
tengah-tengah, dengan huruf sebesar 14 poin. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda
(semua judul bagian dan sub-bagian dicetak tebal atau tebal dan miring), dan tidak menggunakan angka/nomor
pada judul bagian:
PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)
Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)
Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)
4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 200
kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan;
bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub-bagian); penutup atau kesimpulan; daftar rujukan.
5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 200
kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar
belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil; pembahasan (atau hasil dan pembahasan
diintegrasikan); kesimpulan dan saran; daftar rujukan.
6. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakan
adalah sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel
penelitian dalam jurnal dan/atau majalah ilmiah.
7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada
kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Davis,
2003: 47).
8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.
Buku:
Anderson, D.W., Vault, V.D. & Dickson, C.E. 1999. Problems and Prospects for the Decades Ahead: Competency
Based Teacher Education. Berkeley: McCutchan Publishing Co.
Buku kumpulan artikel:
Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-1). Malang:
UM Press.
Artikel dalam buku kumpulan artikel:
Russel, T. 1998. An Alternative Conception: Representing Representation. Dalam P.J. Black & A. Lucas (Eds.),
Children’s Informal Ideas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge.
Artikel dalam jurnal atau majalah:
Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi Kebutuhan
Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57-61.
Page 85
Jurnal Inovasi Guru (JIG) Volume I Nomor 1 Juni 2015
82
Artikel dalam koran:
Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah Pengunggulan? Majapahit Pos, hlm. 4 &11.
Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang):
Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.
Dokumen resmi:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Depdikbud.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT
Armas Duta Jaya.
Buku terjemahan:
Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan.
1982. Surabaya: Usaha Nasional.
Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian:
Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan,
Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi.
Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang.
Makalah seminar, lokakarya, penataran:
Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Penulisan Artikel
dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11 Agustus.
Internet (karya individual):
Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-1995: The Calm before the
Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html), diakses 12 Juni 1996.
Internet (artikel dalam jurnal online):
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online),
Jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id), diakses 20 Januari 2000.
Internet (bahan diskusi):
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. NETTRAIN Discussion List, (Online),
([email protected] ), diakses 22 November 1995.
Internet (e-mail pribadi):
Naga, D.S. ([email protected] ). 1 Oktober 1997. Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah (jippsi@
mlg.ywcn.or.id).
9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Universitas Negeri Malang, 2001) atau mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang
telah dimuat. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (Depdikbud, 1987). Artikel berbahasa Inggris menggunakan ragam baku.
10. Artikel 3 (tiga) eksemplar dan soft copynya dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum bulan penerbitan
kepada :
Jurnal Inovasi Guru (JIG)
Jl. Raya Baureno-Bojonegoro No. 261 Telp. 081330191500
Email : sukisspd@gmail
Website : www.fig_bjn.wordpress.com
11. Penulis yang artikelnya dimuat wajib membayar kontribusi biaya. Sebagai imbalannya, penulis menerima nomor
bukti pemuatan sebanyak 4 (empat) eksemplar. Artikel yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan, kecuali atas
permintaan penulis.
12. Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan
naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum
yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel tersebut.