Top Banner
80 This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1(1) 2020: 106-111, Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA) Available online http://jurnalmahasiswa.uma.ac.id/index.php/jiperta Strategi Pengembangan Usaha Industri Sapu Ijuk Berdasarkan Kondisi Sosial Ekonomi Pemilik Usaha Sapu Ijuk (Studi Kasus : Desa Medan Senembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara) Business Strategy for Palm Fibers Broom Industry Based on Socio Economic Conditions of Palm Fibers Broom Business Owner (Case Study : Medan Senembah Village, Tanjung Morawa District, Sumatera Utara Province) Tessa Julvidia Putri 1) , Mitra Musika Lubis 1)* , Khairul Saleh 1) 1) Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Medan Area, Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi pengusaha sapu ijuk dan strategi pengembangan usaha industri sapu ijuk di desa medan senembah. Penelittian ini dilaksanakan dari bulan mei sampai juni 2015. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel dengan cara sensus, dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 32 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik usaha sapu ijuk yang berada di desa Medan Senembah kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan dari hasil penelitian kondisi sosial ekonomi pemilik usaha dikatakan baik dan alternatif strategi pengembangan usaha sapu ijuk dengan menggunakan matriks swot dihasilkan beberapa strategi yaitu: menambah jumlah pelanggan tetap, menyesuaikan harga bersaing sesuai kualitas produk, menambah kapasitas produksi, menyediakan produk sapu ijuk yang berkualitas, melakukan pinjaman ke bank dan promosi, memperbaiki manajemen usaha, memperbaiki sistem pencatatan keuangan dan administrasi, inovasi produk sapu ijuk yang menarik, derivasi produk ijuk, dan pemanfaatan limbah sapu ijuk sendiri. Kata Kunci: Sapu ijuk, Industri, Strategi Abstract This study aims to determine the socio-economic conditions broom fibers entrepreneurs and business development strategies broom fibers industry in the village Senembah field. Penelittian is implemented from the month of May until June 2015. This study uses sampling by census, in this study sample is 32 respondents. The sample in this study are a business owner broom fibers in the village of Medan Senembah districts Tanjung Morawa, Deli Serdang regency. Based on the results of the study socio-economic conditions of business owners said to be good and alternative business development strategy broom fibers by using a matrix swot produced several strategies, namely: increasing the number of regular customers, adjusting competitively priced according to product quality, increase production capacity, providing products broom fibers quality, make loans to banks and promotions, improve enterprise management, improve the system of financial records and administration, product innovation attractive broom fibers, fibers derivation products, and utilization of waste broom fibers themselves. Keywords: Ijuk Sweep, Industry, Strategy How to Cite: Tessa, J.P. Mitra, M.L. & Khairul, S. (2016). Strategi Pengembangan Usaha Sapu Ijuk. Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1 (1): 106-111 *E-mail: [email protected] ISSN 2550-1305 (Online)
11

Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA)

Mar 19, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA)

80

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0

Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1(1) 2020: 106-111,

Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA) Available online http://jurnalmahasiswa.uma.ac.id/index.php/jiperta

Strategi Pengembangan Usaha Industri Sapu Ijuk Berdasarkan

Kondisi Sosial Ekonomi Pemilik Usaha Sapu Ijuk (Studi Kasus : Desa Medan Senembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli

Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

Business Strategy for Palm Fibers Broom Industry Based on Socio Economic Conditions of Palm Fibers Broom Business Owner

(Case Study : Medan Senembah Village, Tanjung Morawa District, Sumatera Utara Province)

Tessa Julvidia Putri1), Mitra Musika Lubis1)*, Khairul Saleh1)

1) Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Medan Area, Indonesia Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi pengusaha sapu ijuk dan strategi pengembangan usaha industri sapu ijuk di desa medan senembah. Penelittian ini dilaksanakan dari bulan mei sampai juni 2015. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel dengan cara sensus, dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 32 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik usaha sapu ijuk yang berada di desa Medan Senembah kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan dari hasil penelitian kondisi sosial ekonomi pemilik usaha dikatakan baik dan alternatif strategi pengembangan usaha sapu ijuk dengan menggunakan matriks swot dihasilkan beberapa strategi yaitu: menambah jumlah pelanggan tetap, menyesuaikan harga bersaing sesuai kualitas produk, menambah kapasitas produksi, menyediakan produk sapu ijuk yang berkualitas, melakukan pinjaman ke bank dan promosi, memperbaiki manajemen usaha, memperbaiki sistem pencatatan keuangan dan administrasi, inovasi produk sapu ijuk yang menarik, derivasi produk ijuk, dan pemanfaatan limbah sapu ijuk sendiri. Kata Kunci: Sapu ijuk, Industri, Strategi

Abstract

This study aims to determine the socio-economic conditions broom fibers entrepreneurs and business development strategies broom fibers industry in the village Senembah field. Penelittian is implemented from the month of May until June 2015. This study uses sampling by census, in this study sample is 32 respondents. The sample in this study are a business owner broom fibers in the village of Medan Senembah districts Tanjung Morawa, Deli Serdang regency. Based on the results of the study socio-economic conditions of business owners said to be good and alternative business development strategy broom fibers by using a matrix swot produced several strategies, namely: increasing the number of regular customers, adjusting competitively priced according to product quality, increase production capacity, providing products broom fibers quality, make loans to banks and promotions, improve enterprise management, improve the system of financial records and administration, product innovation attractive broom fibers, fibers derivation products, and utilization of waste broom fibers themselves. Keywords: Ijuk Sweep, Industry, Strategy How to Cite: Tessa, J.P. Mitra, M.L. & Khairul, S. (2016). Strategi Pengembangan Usaha Sapu Ijuk. Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1 (1): 106-111 *E-mail: [email protected] ISSN 2550-1305 (Online)

Page 2: Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA)

Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1(1) 2020: 106-111,

81

PENDAHULUAN

Kebutuhan hidup manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, akan tetapi juga menyangkut kebutuhan

lainnya seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan lain

sebagainya sejalan dengan peningkatan pendapatan dan pembangunan ekonomi dalam

keluarga (Sartika, 2013). Pembangunan merupakan proses menurut waktu, suatu proses

transformasi yang merupakan suatu “breakthrough” dari keadaan ekonomi yang terhenti

(stagnan) kesuatu pertumbuhan kumulatif yang bersifat terus menerus (Nitisastro,

2010). Banyak cara yang dilakukan setiap individu untuk memperoleh pendapatan untuk

memenuhi kehidupan hidupnya, salah satunya yaitu mendirikan usaha seperti

mendirikan industri. Keuntungan dalam kegiatan usaha seseorang sebagai imbalan atas

kegiatan yang dilakukan.

Industri kecil dan mikro di Sumatera Utara terdiri berbagai industri, industri-

industri ini menyebar di beberapa kabupaten diantaranya kabupaten Dairi, kabupaten

Serdang Bedagai, kabupaten Mandailing Natal, kabupaten Deli Serdang.

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Industri Mikro Dan Kecil Menurut Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2014.

Provinsi 2013 2014

Mikro Kecil Mikro Kecil

Sumatera Utara 64 034 18 854 76 227 9 836

Sumber: Diolah Dari Hasil Survei Industri Mikro Dan Kecil, KBLI 2009, Berita Resmi Badan Pusat Statistik.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa banyaknya industri mikro di Sumatera Utara pada

tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan, sebaliknya industri kecil pada

tahun 2014 sampai tahun 2014 mengalami penurunan. Salah satu pelaku usaha di

Indonesia yang memiliki eksistensi penting namun kadang-kadang dianggap terlupakan

dalam percaturan kebijakan adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Padahal jika

mengenal lebih jauh dan dalam, peran UKM bukanlah sekedar pendukung dalam

kontribusi ekonomi nasional (Setyobudi, 2007). Strategi pengembangan usaha

merupakan tindakan yang bersifat kontinu dan terus menerus, serta dilakukan

berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para konsumen dimasa

depan. Dengan demikian, strategi pengembangan industri pengolahan sapu ijuk perlu

dikaji secara komprehensif menggunakan analisis SWOT berdasarkan kondisi sosial

ekonomi pengusaha industri sapu tersebut.

Dari beberapa industri kecil dan menengah yang berada di desa Medan Senembah

ini salah satunya yaitu industri pembuatan sapu ijuk. Keadaan industri sapu ijuk di desa

Medan Senembah ini di mulai sejak tahun 1990. Pada awalnya kegiatan industri sapu

ijuk ini merupakan mata pencaharian tambahan namun seiring meningkatnya

permintaan akan sapu ijuk kegiatan industri ini berkembang hingga menjadi mata

pencaharian pokok. Menurut data sensus desa pada tahun 2013 industri pembuatan

sapu ijuk ini berjumlah 32 usaha industri (31 usaha industri kecil dan 1 industri

menengah). Industri pembuatan sapu ijuk ini perlu pengembangan agar terus

berkembang dan menjadi industri menengah dan besar. Menurut Joesron dan Fathorrozi

(2003), kebutuhan manusia relatif tidak terbatas sementara sumber daya yang tersedia

Page 3: Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA)

Tessa Julvidia Putri, MItra Musika Lubis & Khairul Saleh, Strategi Pengembangan Usaha Sapu Ijuk

82

sangat terbatas, hal ini mengakibatkan manusia dalam memenuhi setiap kebutuhannya

akan berusaha memilih alternatif yang paling menguntungkan bagi dirinya. Pada usaha

industri ini perlu dibuat perencanaan strategi pengembangan usaha industri tersebut

berdasarkan kondisi sosial ekonomi pemilik usaha agar pemilik usaha dapat

mengembangkan usahanya dengan menyesuaikan keadaan kondisi sosial ekonominya

dan industri sapu ijuk ini dapat lebih maju dari sebelumnya. Pengembangan strategi

usaha industri sapu ijuk ini menggunakan analisis SWOT yang memperhatikan kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Adapun tujuan penelitian

ini adalah Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi pengusaha industri sapu ijuk di

desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan untuk

mengetahui strategi pengembangan usaha industri sapu ijuk di desa medan senembah

kecamatan tanjung morawa Kabupaten Deli Serdang.

METODE PENELITIAN

Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) di Desa Medan

Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Lokasi ini dipilih secara

sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah industri sapu

ijuk. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel dengan cara sensus,

dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 32 responden. Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan analisis deskriptif. Hasil

penelitian disusun dengan distribusi frekuensi relatif berdasarkan variabel sosial

ekonomi. Distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas-kelas tertentu (Hasan,

2005). Variable kondisi sosial ekonomi akan dikelompokkan menggunakan rumus

distribusi frekuensi relatif.

Rumus distribusi frekuensi relatif :

f rel kelas-i = ×100%

Keterangan:

frel = Frekuensi relatif

Fabs = Frekuensi absolut (mutlak)

n = Jumlah frekuensi atau banyaknya sampel

100% = Jumlah persentase

Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui lingkungan perusahaan terkait

dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yaitu

menggunakan analisis SWOT dalam penentuan alternatif strategi. Berdasarkan keadaan

sosial ekonomi pemilik usahanya dianalisis strategi pengembangan usahanya

menggunakan analisis SWOT.

Page 4: Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA)

Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1(1) 2020: 106-111,

83

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden Pemilik Usaha Mengenai Kondisi Sosial Ekonominya

Pendidikan

Ditinjau dari hasil penelitian, pendidikan terbanyak responden pemilik usaha

industri sapu ijuk yang paling dominan adalah dengan tamatan SMA sebanyak 19

responden (kk) dengan persentase 59,4 %. Dengan pendidikan yang cukup tinggi dan

pengetahuan yang dimiliki pemilik usaha dapat membantu untuk mengantisipasi

perubahan yang terjadi di lingkungan usaha dan pemilik usaha dapat lebih mudah

mengerti ilmu usaha untuk menerapkan strategi pengembangan usahanya. Dimana

pendidikan pemilik usaha dapat meningkatkan mutu suatu produk yang akan berakibat

pada keberlangsungan usaha.

Hubungan dengan Masyarakat Sekitar dan Pekerja

Ditinjau dari hasil penelitian, hubungan dengan masyarakat sekitar dan pekerja

dengan pemilik usaha industri sapu ijuk menurut responden yaitu berjalan baik dengan

persentase 100% sebanyak 32 responden (kk) dan tidak berjalan baik 0 % . Menurut

keterangan masyarakat, pemilik usaha tetap menjaga hubungan baik dengan masyarakat

dengan tetap mengikuti kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial bersama masyarakat

sekitar seperti beribadah bersama dan bergotong royong, sedangkan menurut

keterangan pekerja pada industri sapu ijuk yaitu hubungan yang terjalin antara pemilik

usaha sapu ijuk dan pekerja lebih mengarah pada hubungan persaudaraan. Pekerja

berasal dari daerah sekitar tempat usaha, pemilik usaha dapat mengetahui kebutuhan

pekerja dan sebaliknya.

Jumlah Macam-Macam Jenis Sapu Ijuk yang dimiliki

Ditinjau dari hasil penelitian, jumlah macam-macam jenis sapu ijuk yang dimiliki

oleh pemilik usaha sapu ijuk yang paling dominan adalah 1-2 (sapu ijuk kipas, sapu ijuk

jahit rotan) sebanyak 25 responden (kk) pemilik usaha sapu ijuk dengan persentase

78,1%, sedangkan >2 (sapu ijuk kipas, sapu ijuk jahit rotan, dan sapu ijuk laba-laba)

sebanyak 7 responden (kk) pemilik usaha sapu ijuk dengan persentase 21,9%. Pemilik

usaha dapat dikatakan berinovatif karena mempunyai jenis macam-macam sapu lebih

dari satu (sapu ijuk kipas, sapu ijuk jahit rotan, sapu ijuk laba-laba) dan dapat

mengembangkan kreasi jenis sapu ijuk lebih banyak lagi agar usaha sapunya lebih

berkembang.

Lama Usaha

Ditinjau dari hasil penelitian, menurut pemilik usaha sapu ijuk di desa Medan

Senembah lama usaha sapu ijuk yang paling dominan adalah > 6 tahun sebanyak 19

responden dengan persentase 59,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa usaha sapu ijuk telah

lama berjalan di desa Medan Senembah, dengan semakin lamanya usaha yang dimiliki

maka pemilik usaha semakin berpengalaman menghadapi kelemahan dan ancaman yang

dihadapi dalam usaha sapu ijuk.

Page 5: Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA)

Tessa Julvidia Putri, MItra Musika Lubis & Khairul Saleh, Strategi Pengembangan Usaha Sapu Ijuk

84

Penghasilan

Ditinjau dari hasil penelitian, penghasilan pemilik usaha yang paling dominan

adalah >10 juta sebanyak 20 responden dengan persentase 62,5%. Penghasilan tersebut

sudah dapat dikategorikan sedang, karena penghasilan pemilik usaha dapat dikatakan

layak. Pemilik usaha dapat menabung sebagian penghasilannya ke modal usaha untuk

membantu mengembangkan usahanya.

Pengeluaran

Ditinjau dari hasil penelitian, pengeluaran responden pemilik usaha sapu ijuk di

desa Medan Senembah yang paling dominan >5 juta sebanyak 20 responden dengan

persentase 62,5%. Pengeluran tersebut sudah dapat dikategorikan sedang, pemilik usaha

dapat menabung setelah penghasilan dikurangi pengeluarannya perbulan dan

membantu menambah modal untuk mengembangkan usahanya. Modal memulai usaha

responden pemilik usaha sapu ijuk di desa Medan Senembah yang paling dominan >7

juta sebanyak 28 responden dengan persentase 87,5 %.

Matriks IFE

Matriks IFE berisikan hasil kuesioner analisa kekuatan, kelemahan yang berisi

berbagai faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh usaha industri kecil sapu ijuk

di Medan Senembah. Tabel 2. Matriks IFE Hasil Kuesioner Analisa Faktor Kekuatan Dan Kelemahan

Faktor-Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating

Kekuatan 1. Produk berkualitas baik 0,08 3,94 0,33 2. Harga produk terjangkau 0,08 3,75 0,30 3. Hubungan pemilik usaha dengan para pekerja pembuat sapu ijuk berjalan baik

0,08 3,94 0,33

4. Para pekerja pembuat sapu ijuk giat bekerja 0,08 3,66 0,28 5. Tidak perlu menyerap tenaga kerja dari luar desa 0,03 1,41 0,04 6. Berpotensi sebagai produk unggulan daerah 0,06 3,03 0,19 7. Cara pembuatan cukup mudah dan bisa secara manual

0,05 2,31 0.11

8. Dapat mengurangi pengangguran di desa 0,04 2.09 0.09 9. Produk dapat diserap pasar lokal maupun domestic

0,03 1,25 0.03

Kelemahan 1. Masih menggunakan peralatan manual 0,06 3,00 0,19 2. Ketahanan produk sapu ijuk kurang dari 7 bulan 0,06 3,00 0,19 3. Bentuk dan kemasan sapu ijuk relatif selalu sama 0,06 3,00 0,19 4. Masih banyak produk sapu ijuk yang belum mempunyai merek

0,06 3,00 0,19

5. Belum ada manajemen usaha yang baik 0,03 1,19 0,03 6. Belum ada pembukuan keuangan dari usaha 0,04 1,78 0,07 7. Modal mengembangkan usaha terbatas 0,03 1,59 0,05 8. Usaha masih belum berjalan lebih dari 5 tahun 0,07 3,09 0,20 9. Pemasaran produk ada yang belum sampai luar provinsi dan internasional

0,05 2,31 0,11

Total 2,93

Page 6: Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA)

Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1(1) 2020: 106-111,

85

Setelah diperoleh hasil kuesioner analisa faktor kekuatan dan kelemahan, maka

dapat dilihat faktor mana yang nilai bobot dan ratingnya tinggi pada factor kekuatan.

Skor bobot total matriks IFE (Internal Faktor Evaluasi) yaitu 2,93 mengindikasikan

bahwa posisi internal kuat karena skor bobot totalnya tidak dibawah 2,5. Jika nilainya

dibawah 2,5 menandakan posisi perusahaan secara internal adalah lemah, dan jika

nilainya diatas 2,5 menunjukkan posisi perusahaan secara internal kuat (Adityas C.

Widiatmoko, 2009).

Matriks EFE

Matriks EFE berisikan hasil kuesioner analisa peluang dan ancaman adalah

kuesioner yang berisi berbagai faktor peluang dan ancaman yang dimiliki oleh usaha

industri kecil sapu ijuk di Medan Senembah. Setelah diperoleh hasil kuesioner analisa

faktor peluang dan ancaman, maka dapat dilihat faktor mana pada faktor peluang yang

nilai bobot dan ratingnya tinggi. Skor bobot total matriks IFE (Internal Factor Evaluasi)

yaitu 2,88 mengindikasikan bahwa industri kecil sapu ijuk medan senembah mampu

menarik keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif

potensial dari ancaman eksternal. Jika nilainya diatas 2,5 menunjukkan posisi

perusahaan merespon dengan baik peluang dan mengatasi ancaman yang ada

(Widiatmoko, 2009). Berbeda apabila skor bobot totalnya berkisar 1,0 menandakan

bahwa strategi perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada atau

menghindari ancaman yang muncul (David, 2011).

Tabel 10. Matriks EFE hasil kuesioner analisa faktor peluang dan ancaman

Faktor-faktor eksternal Bobot Rating Bobot x Rating

Peluang 1. Usaha menghasilkan laba yang potensial 0,03 1,03 0,03 2. Pemasok yang tersedia ada 0,11 3,91 0,44 3. Harga bahan baku ijuk relatif murah 0,11 3,75 0,41 4. Pembeli (konsumen) tidak memiliki kepekaan terhadap harga barang hanya memikirkan kualitas sehingga tidak pindah ke pesaing yang menawarkan harga murah

0,08 2,81 0,23

5. Memiliki pelanggan-pelanggan tetap 0,11 3,91 0,44 6. Harga bahan baku selain ijuk cukup stabil 0,05 1,84 0,10 7. Permintaan produk lumayan tinggi 0,04 1,41 0,06 Ancaman 1. Banyaknya pesaing dalam usaha ini yang dekat dengan lokasi usaha

0,03 1,09 0,03

2. Mahalnya peralatan modern untuk membantu pembuatan sapu ijuk

0,09 3,16 0,29

3. Susahnya persyaratan, proses peminjaman uang untuk penambahan modal usaha sapu ijuk

0,09 3,03 0,27

4. Jarang ada penyuluhan usaha dari desa 0,07 2,47 0,18 5. Susahnya membeli merek agar sapu ijuk mempunyai merek

0,09 3,00 0,26

6. Distributor (pengumpul) sedikit 0,05 1,72 0,09 7. Produk pengganti ada 0,04 1,38 0,05

Total 2,88

Page 7: Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA)

Tessa Julvidia Putri, MItra Musika Lubis & Khairul Saleh, Strategi Pengembangan Usaha Sapu Ijuk

86

Matriks IE

Berdasarkan hasil analisis matriks IFE dan EFE, posisi industri sapu ijuk di desa

Medan Senembah berada di kuadaran ke lima. Kuadran ke lima Growth Strategy

merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri dan Stability Strategy merupakan

strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan (Freddy,

2004). Oleh karena itu, strategi terbaik yang sebaiknya dilakukan oleh pemilik usaha

adalah menjaga dan mempertahankan posisi yang selama ini sudah diraih. Kebijakan

yang umum dari strategi ini adalah dengan melakukan penetrasi pasar dan

mengembangkan produk. Artinya pengelola harus mempertahankan posisinya dengan

terus mengembangkan produknya dan melakukan penetrasi ke pasar yang potensial dan

selama ini belum tergarap, selain dengan tetap menjaga konsistensi dan kualitas produk.

Analisis Faktor Internal Kekuatan

Produk Berkualitas Baik

Selama ini industri sapu ijuk di desa Medan Senembah selalu menjaga kualitas

produknya. Dengan cara memproduksi sapu dengan ijuk-ijuk yang berkualitas baik

sehingga sapu ijuknya tahan lama yaitu sekitar enam bulan sampai satu tahun, hasil

produk sapu ijuk di Medan Senembah tidak kasar dan tidak cepat rusak. Sampai saat ini

pemilik industri sapu ijuk belum pernah menerima komplain dari konsumen mengenai

produk yang dijual.

Hubungan Pemilik Usaha dengan Para Pekerja Pembuat Sapu Ijuk Berjalan Baik

Hubungan yang terjalin antara pemilik usaha sapu ijuk dan pekerja lebih mengarah

pada hubungan persaudaraan. Pekerja berasal dari daerah sekitar tempat usaha, tenaga

kerja yang bekerja di industri sapu ijuk berasal dari masyarakat setempat dan keluarga

pemilik usaha, jadi pemilik usaha dapat mengetahui kebutuhan pekerja dan sebaliknya.

Dengan memiliki hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan pekerja, setidaknya

masyarakat sekitar dan pekerja membantu pengembangan usaha sapu ijuk dapat

membantu mempromosikan produk sapu ijuk kepada orang lain.

Harga Produk Yang Terjangkau

Harga produk sapu ijuk di industri sapu ijuk Medan Senembah tergolong murah

dibandingkan harga produk sapu plastik (Rp20.000,00 – Rp50.000,00). Sedangkan

harga sapu ijuk yaitu sapu ijuk kipas berkualitas rendah (Rp5.000,00 – Rp6.000,00),

sapu ijuk kipas berkualitas menengah (Rp8.000,00 - Rp10.500,00), sapu ijuk kipas

tempahan berkualitas tinggi (Rp 11.500- Rp15.000,00), sapu ijuk jahit rotan

(Rp20.000,00), dan sapu ijuk laba – laba (Rp15.000,00).

Para Pekerja Pembuat Sapu Ijuk Giat Bekerja

Para pekerja di industri sapu ijuk Medan Senembah giat bekerja agar memperoleh

penghasilan yang memadai, semakin banyak sapu yang mereka produksi maka semakin

besar penghasilannya. Pekerja bekerja mulai dari jam 08.00-09.00 wib hingga 16.00-

Page 8: Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA)

Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1(1) 2020: 106-111,

87

17.00 wib dengan istirahat tidak ditentukan oleh perusahaan. Setiap pekerja mampu

menghasilkan 25 – 45 sapu ijuk/hari.

Analisis Faktor Internal Kelemahan

Belum Ada Manajemen Usaha Yang Sangat Baik

Pemilik usaha sudah mempunyai manajemen usaha dalam mengelola usahanya,

tetapi pengelolaan manajemen usaha ini masih sederhana, catatan struktur biaya

produksi belum ada dan laporan keuangan sederhana. Pemilik usaha sapu ijuk belum

menentukan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan

dalam jangka panjang, seperti belum ada alat modern untuk membantu dalam

pembuatan sapu ijuk, tidak ada rencana untuk membuat inovasi sapu ijuk model baru,

bahkan belum menyiapkan penambahan modal usaha agar lebih mengembangkan

usahanya.

Modal Untuk Pengembangan Usaha Terbatas

Ada sebagian pemilik usaha sapu ijuk yang masih terbatas modalnya untuk

mengembangkan usaha sapu ijuk. Pengembangan ini bisa dengan memperbaiki tempat

usaha, memperbesar usaha dan menyediakan mobil pengangkutan. Hanya sekitar 5

orang yang punya mobil pengangkutan untuk memasarkan produk sapu ijuk. Pemasaran

produk ada yang sampai dan belum sampai diluar provinsi karena ada sebagian industri

sapu ijuk yang tidak memiliki distributor tetap yang menjual produknya ke luar provinsi

secara berkelanjutan.

Belum Ada Pembukuan Keuangan yang Sangat Baik Dari Usaha

Para pengusaha kecil tidak memiliki pengetahuan akuntansi, dan banyak diantara

mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi

berlangsungnya usaha. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak

terlalu penting untuk diterapkan (Idrus, 2000). Sistem pencatatan keuangan di industri

sapu ijuk Medan Senembah ada yang memiliki, walaupun masih sangat sederhana, tidak

menggunakan sistem akuntasi yang standar, dan belum menggunakan sistem akuntansi

keuangan secara teratur.

Analisis Faktor Eksternal Peluang

Pemasok Yang Tersedia Masih Ada

Pemasok bahan baku ijuk tidak dekat lokasi tempat usaha industri sapu ijuk di

Medan Senembah, pemasok bahan baku ijuk berasal dari Sipirok Tapanuli Selatan,

Padang Sumatera Barat, Padang Sidempuan ijuk yang dihasilkan memiliki kualitas yang

baik. Pemilik usaha dapat memenuhi kebutuhan ijuknya karena pasokan ijuknya dapat

diperoleh lebih dari satu daerah dan bisa membeli ijuk dari pemilik usaha ijuk yang lebih

besar, ada juga penampung ijuk di desa medan senembah.

Memiliki Pelanggan-Pelanggan Tetap

Usaha industri sapu ijuk ini memiliki pelanggan-pelanggap tetap yaitu distributor

yang selalu membeli produk sapu ijuk setiap minggu dan memasarkan lagi kebeberapa

Page 9: Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA)

Tessa Julvidia Putri, MItra Musika Lubis & Khairul Saleh, Strategi Pengembangan Usaha Sapu Ijuk

88

daerah di kecamatan Tanjung Morawa dan luar daerah kecamatan Tanjung Morawa.

Serta beberapa konsumen yang datang ketempat industri sapu ijuk untuk membeli sapu

ijuk sebulan sekali, konsumen yang dimaksud yaitu konsumen yang memiliki warung

kebutuhan pokok dan menyediakan sapu ijuk juga diwarungnya, biasanya mereka

membeli 12 produk sapu ijuk perbulan.

Harga Bahan Baku Relatif Murah

Harga bahan baku produk sapu ijuk relatif murah, harga ijuk dari sipirok yaitu Rp.

6600/kg. Dengan relatif murahnya harga bahan baku ijuknya sehingga harga sapu ijuk

pun relatif murah mulai dari Rp 5000,00 – Rp 20.000,00. Untuk membuat 100 batang

sapu ijuk dibutuhkan 16 kg ijuk. Penggunaan bahan ijuk sebulan yaitu 100 kg sampai

lebih dari 1.000 kg.

Pembeli (Konsumen) Tidak Memiliki Kepekaan Terhadap Harga Barang Hanya

Memikirkan Kualitas Sehingga Tidak Pindah Ke Pesaing Yang Menawarkan Harga

Murah)

Analisis Eksternal Faktor Ancaman

Banyaknya Pesaing Dalam Usaha Ini Yang Dekat Dengan Lokasi Usaha

Banyaknya pesaing yang dekat dengan usaha yang juga memproduksi sapu ijuk

seperti usaha industri sapu ijuk yang ada di desa Limau Manis. Industri yang

menghasilkan dan memasarkan produk sejenis semakin banyak, hal ini terjadi karena

pergeseran dalam hal perilaku konsumen, serta peningkatan kemampuan ekonomi

pelanggan yang mengubah orientasi mereka dari harga ke kualitas produk dan

pelayanan. Ini yang menjadi ancaman bagi perusahaan.

Produk Pengganti Ada

Produk pengganti yang dimaksud adalah sapu plastik. Sapu yang diperjual belikan

di pasar tidak hanya satu jenis dan tidak hanya terbuat dari ijuk. Ada sapu yang terbuat

dari plastik dan akhir-akhir ini jenis sapu ini lebih digemari, karna daya tahan yang lebih

kuat dan juga yang penampilannya yang lebih menarik, sehingga produksi ini semakin

meningkat. Sebaliknya pengusaha kerajinan sapu ijuk khawatir masyarakat tidak

memakai produk mereka lagi (Marissa, 2013).

Distributor (Pengumpul) Sedikit

Distributor (pedagang pengumpul) yang menampung produk sapu ijuk dari

industri sapu ijuk di Medan Senembah tidak semua dapat menampung hasil produk yang

dihasilkan dari beberapa industri sapu ijuk di Medan Senembah sehingga ada juga

pemilik usaha yang menjual sebagian produk usahanya sendiri.

Strategi Strengths-Oppoturnity (SO)

Strategi SO adalah strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk

memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan dari kekuatan dan peluang yang

diperoleh, maka strategi yang sebaiknya dilakukan oleh pihak pemilik usaha industri

Page 10: Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA)

Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), 1(1) 2020: 106-111,

89

sapu ijuk diantaranya menambah jumlah pelanggan tetap, menyesuaikan harga sesuai

kualitas produk dan menambah kapasitas produksi.

Strategi Strengths-Threats (ST)

Strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari

atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Alternative strategi S-T yang dihasilkan

adalah menyediakan produk sapu ijuk yang berkualitas. Berdasarkan kondisi sosial

ekonomi pemilik usaha yaitu lama usaha yang 1 - 5 tahun, > 6 tahun, pemilik usaha dapat

menjadikan pengalamannya memproduksi sapu ijuk yang berkualitas untuk

mengajarkan kepada pekerjanya agar dapat menghasilkan produk sapu ijuk yang rapi,

halus tidak kasar, tidak rusak, sehingga mereka dapat menyediakan sapu ijuk yang

berkualitas untuk konsumen.

Strategi Weakness-Oppoturnity (WO)

Strategi WO merupakan strategi yang memperbaiki kelemahan internal dengan

memanfaatkan peluang eksternal guna memperoleh keuntungan bagi industri sapu ijuk.

Adapun beberapa alternatif strategi W-O yang dihasilkan diantaranya melakukan

pinjaman ke bank dan promosi produk, memperbaiki manajemen usaha dan melakukan

sistem pencatatan keuangan dan administrasi.

Strategi (WT)

Strategi WT merupakan strategi yang mengurangi kelemahan internal dan

menghindari ancaman eksternal yang ada. Beberapa alternatif strategi WT yang

dihasilkan antara lain inovasi produk sapu ijuk yang menarik, derivasi produk ijuk dan

pemanfaatan limbah sapu ijuk sendiri.

SIMPULAN

Kondisi sosial ekonomi pemilik usaha dapat dikatakan baik, dapat dilihat dari

berdasarkan karakteristik pemilik usaha sapu ijuk di desa Medan Senembah yaitu

Pendidikan terbanyak responden pemilik usaha industri sapu ijuk yang paling dominan

adalah dengan tamatan SMA sebanyak 19 responden (kk) dengan persentase 59,4 %.

Hubungan dengan masyarakat sekitar dan pekerja dengan pemilik usaha industri sapu

ijuk menurut responden yaitu berjalan baik dengan persentase 100% sebanyak 32

responden(kk) dan tidak berjalan baik 0%. Jumlah macam-macam jenis sapu yang

dimiliki pemilik usaha sapu ijuk yang paling dominan adalah >1-2 sebanyak 20

responden (kk) pemilik usaha sapu ijuk dengan persentase 78,1%. Pemilik usaha sapu

ijuk di desa Medan Senembah lama usaha sapu ijuk yang paling dominan adalah >6 tahun

sebanyak 19 responden dengan persentase tertinggi yaitu 59,4%. Penghasilan pemilik

usaha dapat dikategorikan sedang adalah >10 juta sebanyak 25 responden dengan

persentase 62,5%. Pengeluaran pemilik usaha yang paling dominan yaitu adalah >5 juta

sebanyak 25 responden dengan persentase 62,5% dari responden pemilik usaha sapu

ijuk.

Penentuan alternatif strategi pengembangan usaha sapu ijuk dengan menggunakan

matriks SWOT dihasilkan beberapa strategi yaitu Menambah jumlah pelanggan tetap,

Page 11: Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA)

Tessa Julvidia Putri, MItra Musika Lubis & Khairul Saleh, Strategi Pengembangan Usaha Sapu Ijuk

90

menyesuaikan harga bersaing sesuai kualitas produk, menambah kapasitas produksi,

menyediakan produk sapu ijuk yang berkualitas, melakukan pinjaman ke bank dan

promosi, memperbaiki manajemen usaha, memperbaiki sistem pencatatan keuangan dan

administrasi, inovasi produk sapu ijuk yang menarik, derivasi produk ijuk dan

pemanfaatan limbah sapu ijuk sendiri.

DAFTAR PUSTAKA Andriana, J. (2014). Strategi Keunggulan Bersaing Pada Diva Laundry Dalam Menghadapi Persaingan Antar

Usaha Jasa Laundry di Mojokerto. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya. Adytias, C.W. (2009). Kajian Terhadap Strength, Weakness, Opportunities, Threats Kontraktor Dalam

Industri Jasa Konstruksi Sub Bidang Bangunan Gedung dan Perumahan. Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

David, F.R. (2011). Manajemen Strategis. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Erwinsyah. (2013). Analisis Pendapatan Pengerajin Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan

Keluarga. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Fahmi, M. (2013). Analisis Strategi Pemasaran Kopi Arabika ‘Bergendaal Koffie’ di Kabupaten Bener

Meriah. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Idrus. (2000). Akuntansi dan Pengusaha Kecil. Edisi 07/Maret/Th.VII. Joesron, T. S. & M. Fathorrozi. (2003). Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat. Kantor Kepala Desa. (2015). Beberapa Industri Kecil dan Menengah Wilayah Desa Medan Sinembah 2013.

Medan Sinembah. Kantor Kepala Desa. Marissa, R. (2013). Peranan Tenaga Kerja Wanita dalam Industri Sapu Ijuk dan Kontribusinya Terhadap

Pendapatan Keluarga (Studi Kasus: Desa Medan Sinembah Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Nitisastro, W. (2010). Pengalaman Pembangunan Indonesia: Kumpulan Tulisan dan Uraian Widjojo Nitisastro. Jakarta: Penerbit Kompas.

Nurhayati, (2013). Analisis Finansial dan Pemasaran Produk Ijuk Aren (Arenga Pinnata) di Desa Pelintahan Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Rangkuti, F. (2009). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sartika, A. T. (2013). Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Mahasiswa Asing Di Universitas

Sumatera Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Setyobudi, A. (2007). Peran Serta Bank Indonesia dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM). Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan 5, Hlm. 29. Yusa, M. R. (2011). Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada E-Cofarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor.

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.