Top Banner
100

Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Mar 07, 2019

Download

Documents

phungtu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari
Page 2: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

AKUNTABILITAS

Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi

Susunan Personalia:

Penasehat

Dekan Fakultas Ekonomi (UIB Blitar)

Penanggung Jawab

Whedy Prasetyo, SE., MSA., CPMA., Ak.

Tim Penyunting Ahli

Prof. Dr. Ir. H. Zaenal Fanani, MS. (UIB Blitar)

Prof. H. Armanu Thoyib, SE.,M.Sc.,Ph.D (UB Malang)

Prof. Drs. H. Thantawi AS., MS. (UB Malang)

Prof.Dr.Hj. Nurhayati, SE.,MM (Unisma Malang)

Dr. Setyawan, SE., MS. (Stie Malang Kuҫeҫwara)

Ketua Dewan Redaksi:

Suprianto, SE., MM.

Sekretaris Dewan Redaksi:

Nurul Farida, SE.

Bendahara:

Dra. Nur Laily, MM.

Alamat Redaksi

Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Balitar

Jl. Mojopahit No. 04 Telp/Fax. (0342) 813145 Blitar Jawa Timur

http:/www.uib.ac.id

Jurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

dimaksudkan sebagai sarana publikasi karya ilmiah bagi para pakar, peneliti dan pengamat

ahli dalam bidang yang terkait dengan masalah ilmu-ilmu ekonomi.

Redaksi berhak mengubah naskah mengurangi isi dan maksud tulisan.

Harga per eksemplar Rp. 50.000,00

Langganan per 2 tahun Rp. 180. 000,00 (4 volume)

Page 3: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

PEDOMAN PENULISAN NASKAH

1. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Ekonomi Akuntabilitas Universitas Islam Balitar (UIB) Blitar ini

terbit satu kali setahun, yaitu pada setiap bulan Agustus.

2. Naskah yang diusulkan untuk diterbitkan dalam Jurnal Akuntabilitas Universitas Islam

Balitar (UIB) Blitar adalah naskah yang belum pernah diterbitkan dan atau tidak sedang

dipertimbangkan penerbitannya di jurnal lain;

3. Naskah ilmiah yang diterbitkan berupa hasil penelitian, artikel dan hasil tulisan ilmiah

lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan oleh penulisnya;

4. Naskah ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia, atau dalam Bahasa Inggris;

5. Secara garis besar, naskah disusun dengan sistematika sebagai berikut ini:

a. Judul: harus singkat dan jelas sehingga menggambarkan isi tulisan serta dilengkapi

dengan nama penulis (tanpa gelar akademik) dan nama institusi tempat kerja penulis;

b. Abstrak: dalam Bahasa Inggris untuk artikel dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa

Indonesia untuk artikel berbahasa Inggris, maksimal 200 kata yang secara singkat

menggambarkan aspek-aspek isi naskah secara keseluruhan; serta Kata-kata kunci

(keywords);

c. Pendahuluan: tanpa sub bab memuat latar belakang, permasalahan, tujuan, dan hasil

yang diharapkan;

d. Tinjauan pustaka, yang berisi hasil penelitian sebelumnya, kerangka teori dan hipotesis

yang diajukan;

e. Metode: berisi langkah penelitian yang dilakukan sesuai dengan permasalahan yang

disampaikan;

f. Hasil dan pembahasan: memuat analisis hasil temuan dalam bentuk diskriptif

kuantitatif maupun kualitatif yang dapat disertai gambar, tabel, grafik disertai dengan

uraian tentang interpretasi, generalisasi, dan implikasi dari hasil yang diperoleh, serta

relevansinya dengan hasil penelitian lain yang menjadi rujukan;

g. Kesimpulan dan rekomendasi;

h. Daftar pustaka disajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut, disusun secara

alfabetis dan kronologis;

Contoh:

Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Peranan Akuntansi Islam Dalam Mendorong

Implementasi Ekonomi Syariah. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi Volume 3 No. 2

Agustus 2001, 403-418. Jakarta: STIE Trisakti.

Luth, Thohir. 2001. Antara Perut dan Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Penerbit

Gema Insani Press. Jakarta

Wheelen,T.L.,and J.D.Hunger.2004. Strategic Management and Business Policy,Ninth

Edition Education,Inc.

6. Naskah dikirim dalam bentuk print out pada kertas ukuran Letter (kwarto), dengan spasi

tunggal (satu spasi), menggunakan pengolah kata minimal Microsoft Word versi 6.0

dengan jumlah halaman maksimal 25 lembar, sebanyak 3 eksemplar, dan dalam disk

ukuran 3 ½”. Naskah diketik mengikuti kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

7. Naskah dikirim paling lambat 2 (dua) bulan sebelum penerbitan ke alamat:

8. Naskah akan disunting, dengan kriteria penilaian meliputi: orisinalitas, memenuhi kualitas

keilmuan, kebenaran isi, kejelasan uraian, dan manfaat bagi masyarakat akademik;

Page 4: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

9. Dewan penyunting berhak mengirim kembali naskah ke penulis untuk direvisi sesuai

dengan saran penilai atau menolak suatu naskah;

10. Naskah yang sudah dikirim dan diputuskan untuk tidak dimuat akan dikembalikan kepada

penulis dengan disertai alasan penolakan, jika disertai dengan perangko balasan.

Page 5: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

ADA APA DENGAN ILMU KEWIRAUSAHAAN?

(Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa

Menuju Soul Mate dan Worklife Balance)

Oleh:

Whedy Prasetyo

Abstract

This paper is growth mind set of efforts success entrepreneurship knowledge

by university student of skill and wish achieved for ability to create the new

and different thing, so thinking and doing new things or old thing in new

ways. Entrepreneurship knowledge as easy university student for acceptance

and applicated, main requires internal individual growth futhermore

entrepreneurship knowledge as support as for university student add to skill

for business. Internal individual consciousness for university student can

always given of spirit entrepreneurship growth it increase after sudy.

A growth internal individual for university student as motivation understand

internal potential understand entrepreneurship for important, by first

soulmate and worklife balance for entrepreneurship concept by university

student. The implementation of this paper is that process growth

entrepreneurship knowledge model.

Keywords: Entrepreneurship knowledge, soulmate, worklife balance, and

process growth entrepreneurship knowledge model.

Dosen Jurusan Akuntansi Universitas Jember

Page 6: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

1. Latar Belakang

Ilmu kewirausahaan merupakan

suatu disiplin ilmu yang mempelajari

tentang nilai, kemampuan (ability) dan

perilaku seseorang dalam menghadapi

tantangan hidup untuk memperoleh

peluang dengan berbagai risiko yang

mungkin dihadapinya. Peluang yang

diwujudkan dengan kemampuan untuk

selalu berpikir kreatif dan bertindak

inovatif. Sehingga dalam kehidupan

sehari-hari, apabila kewirausahaan

tersebut diidentikan dengan apa yang

dimiliki baru dilakukan “usahawan” atau

“wiraswasta” tidaklah tepat, karena jiwa

dan sikap kewirausahaan

(entrepreneurship) tidak hanya dimiliki

oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki

oleh setiap orang yang dapat

menumbuhkan daya pikir kreatif dan

bertindak inovatif baik kalangan

usahawan maupun masyarakat umum

seperti petani, karyawan, pegawai

pemerintah, mahasiswa, dosen ataupun

guru, dan aktivitas kerja organisasi

lainnya (Suryana, 2006: 2).

Terminologi kewirausahaan

berasal dari terjemahan entrepreneurship,

yang dapat diartikan sebagai “the

backbone of economy”, yaitu syaraf pusat

perekonomian atau sebagai “tailbone of

economy”, yaitu pengendali

perekonomian suatu bangsa

(Prawirakusumo, 1997:1). Secara

epistimologi, kewirausahaan merupakan

nilai yang diperlukan untuk memulai

suatu usaha (start-up phase) atau proses

dalam mengerjakan suatu yang baru

(creative) dan sesuatu yang berbeda

(innovative). Menurut Zimmerer dan

Scarborough (1996:51), kewirausahaan

yaitu “applying creativity and innovation

to solve the problems and to exploit

opportunities that people face everyday”.

Kewirausahaan merupakan penerapan

kreativitas dan inovasi untuk

memecahkan masalah dan upaya untuk

memanfaatkan peluang yang dihadapi

setiap hari. Kewirausahaan merupakan

gabungan dari kreativitas, inovasi dan

keberanian menghadapi risiko yang

dilakukan dengan cara kerja keras untuk

membentuk dan memelihara usaha baru

ataupun yang sudah ada. Kreativitas,

menurut Zimmerer dan Scarborough

(1996:51) diartikan sebagai kemampuan

untuk mengembangkan ide-ide baru dan

untuk menemukan cara-cara baru dalam

memecahkan persoalan dan menghadapi

peluang (creativity is the ability to

develop new ideas and to discover new

ways of looking at problems and

opportunities). Sedangkan, inovasi

diartikan sebagai kemampuan untuk

menerapkan kreativitas dalam rangka

memecahkan persoalan-persoalan dan

peluang untuk dapat meningkatkan dan

Page 7: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

memperkaya kehidupan (innovation is the

ability to apply creative solutions to those

problems and opportunities to enhance or

to enrich people’s live). Menurut Levitt

dalam Zimmerer dan Scarborough

(1996:51), kreativitas merupakan thinking

new things (berpikir sesuatu yang baru),

sedangkan inovasi yaitu doing new things

(melakukan sesuatu yang baru).

Keberhasilan ilmu kewirausahaan

bagi seluruh kalangan wirausaha apabila

tercapai kemampuan dan keinginan untuk

selalu berpikir dan melakukan sesuatu

yang baru atau sesuatu yang lama yang

dilakukan dengan cara yang baru (thinking

and doing new things or old thing in new

ways). Menurut Zimmerer dan

Scarborough (2004:64), ide kreatif akan

muncul apabila wirausaha melihat sesuatu

yang lama dan memikirkan sesuatu yang

baru atau berbeda (look at something old

and think something new or different).

Berdasarkan penjelasan tersebut,

ilmu kewirausahaan dapat diaplikasikan

oleh semua kalangan yang mampu untuk

menciptakan dan menumbuhkan

kemampuan (ability) dalam berpikir

kreatif dan berperilaku inovatif yang

dijadikan dasar, sumber daya, tenaga

penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses

dalam menghadapi tantangan hidup.

2.Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan

Melalui Pendidikan

Kewirausahaan sebagai upaya

dasar, kiat, dan sumber daya untuk dapat

menumbuhkan kreatif dan inovatif

mencari peluang menuju sukses, artinya

kewirausahaan mendorong munculnya

kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang baru dan berbeda (ability to create

the new and different thing) ataupun

berpikir dan melakukan sesuatu yang baru

atau sesuatu yang lama dengan cara-cara

baru (thing and doing new things or old

thing in new way) melalui berpikir kreatif

dan bertindak inovatif untuk dapat

menciptakan peluang. Banyak orang yang

berhasil dan sukses karena memiliki

kemampuan berpikir kreatif dan inovatif.

Karya dan karsa hanya terdapat pada

orang-orang yang berpikir kreatif. Tidak

sedikit orang dan perusahaan yang berhasil

meraih sukses karena memiliki

kemampuan kreatif dan inovatif.

Proses menumbuhkan kreatifitas

dan inovatif untuk menciptakan ide dan

peluang hanya dapat dilakukan dan

ditumbuhkan serta dikembangkan oleh

orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap

kewirausahaan, yaitu orang yang percaya

diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen),

berinisiatif (energik dan percaya diri),

memiliki motif berprestasi (berorientasi

hasil dan berwawasan ke depan), memiliki

jiwa kepemimpinan (berani tampil

Page 8: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

berbeda) dan berani mengambil risiko

dengan penuh perhitungan (karena itu suka

tantangan).

Pengembangan kewirausahaan

(entrepreneurship) atas kreatifitas dan

inovatif memberikan kemampuan

seseorang untuk berani mengembangkan

usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses

kewirausahaan meliputi semua fungsi

aktivitas, dan tindakan yang berhubungan

dengan perolehan ide dan peluang serta

penciptaan organisasi usaha. Oleh sebab

itu, wirausaha (entrepreneur)yaitu orang

yang memperoleh ide dan peluang, dan

menciptakan suatu organisasi untuk

mengejar ide dan peluang itu (Bygrave,

1996: 23). Lebih lanjut menurut Meredith,

Nelson dan Neck (2000: 9), berwirausaha

berarti memadukan watak pribadi,

keuangan, dan sumber daya. Oleh karena

itu, berwirausaha merupakan suatu

pekerjaan atau karier yang harus bersifat

fleksibel dan imajinatif, mampu

merencanakan, mengambil risiko,

mengambil keputusan-keputusan dan

tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan.

Syarat berwirausaha harus memiliki

kemampuan untuk menemukan dan

mengevaluasi ide dan peluang,

mengumpulkan sumber-sumber daya yang

diperlukan dan bertindak untuk

memperoleh keuntungan dari ide dan

peluang-peluang itu.

Esensi dari kewirausahaan adalah

menciptakan nilai tambah di pasar melalui

proses kombinasi antara sumber daya

dengan cara-cara baru dan berbeda agar

dapat bersaing. Menurut Zimmerer dan

Scarborough (2004: 64-65), bahwa nilai

tambah tersebut diciptakan melalui cara-

cara sebagai berikut:

1. Pengembangan teknologi baru

(developing new technology)

2. Penemuan pengetahuan baru

(discovering new knowledge)

3. Perbaikan produk dan jasa yang sudah

ada (improving existing products or

services)

4. Penemuan cara-cara yang berbeda

untuk menghasilkan barang dan jasa

yang lebih banyak dengan sumber

daya yang lebih sedikit (finding

different ways of providing more goods

and services with fewer resources).

Meskipun di antara para ahli ada

yang lebih menekankan kewirausahaan

pada peran pengusaha kecil dan

menengah, akan tetapi sifat ini dimiliki

juga oleh bukan pengusaha. Jiwa

kewirausahaan ada pada dalam setiap

orang yang memiliki perilaku inovatif dan

kreatif dan pada setiap orang yang

menyukai perubahan, pembaharuan,

kemajuan, tantangan. Misalnya birokrat,

mahasiswa, dosen, dan masyarakat

lainnya. Konsep yang memberikan

semangat bahwa penumbuhan jiwa dan

Page 9: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

watak kewirausahaan bukan hanya dapat

dilakukan melalui pengalaman langsung di

lapangan dan merupakan bakat yang

dibawa sejak lahir (entrepreneurship are

born not made), sehingga kewirausahaan

tidak dapat dipelajari dan diajarkan.

Sekarang, kewirausahaan bukan hanya

urusan lapangan, tetapi merupakan disiplin

ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan.

“Entrepreneurship are not only born but

also made”, artinya kewirausahaan tidak

hanya bakat bawaan sejak lahir atau

urusan pengalaman lapangan, tetapi juga

dapat dipelajari dan diajarkan.

Dalam hasil survei yang dilakukan

Lambing dan Kuehl (2000: 9-11) bahwa

kebanyakan responden yang menjadi

wirausaha berasal dari pengalaman

sehingga ia memiliki jiwa dan watak

kewirausahaan. Jadi, untuk menjadi

wirausaha yang berhasil, persyaratan

utama yang harus dimiliki adalah memiliki

jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan

watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi

oleh ketrampilan, kemampuan, atau

kompetensi. Kompetensi itu sendiri

ditentukan oleh pengetahuan dan

pengalaman usaha melalui pendidikan,

artinya seorang yang memiliki bakat

kewirausahaan dapat mengembangkan

bakatnya melalui pendidikan. Mereka

yang menjadi entrepreneur yaitu orang-

orang yang mengenal potensi (traits) dan

belajar mengembangkan potensi untuk

menangkap peluang serta mengorganisir

usaha dalam mewujudkan cita-citanya.

Menurut Setyawan (2004) bahwa

dijelaskan untuk menjadi wirausaha yang

sukses, memiliki bakat saja tidak cukup,

tetapi juga harus memiliki pengetahuan

mengenai aspek usaha yang akan

ditekuninya.

Dalam lingkungan usaha yang

semakin kompetitif, pendidikan atas

pengetahuan keahlian dalam bidang usaha

yang dilakukan mutlak diperlukan bagi

seorang wirausaha. Menurut Iwantono

(2006: 111) bahwa pengetahuan keahlian

dalam bidang usaha itu diantaranya

pengetahuan peraturan dan teknik

produksi, pengetahuan tentang pasar dan

strategi pemasarannya, pengetahuan

tentang konsumen (pelanggan),

pengetahuan tentang pesaing baik yang

baru masuk maupun yang sudah ada,

pengetahuan tentang pemasok,

pengetahuan tentang cara

mendistribusikan barang dan jasa yang

dihasilkan termasuk kemampuan

menganalisis dan mendiagnosis pelanggan,

mengidentifikasi segmentasi, dan

motivasi. Di samping itu, sangat penting

pengetahuan spesifik seperti pengetahuan

tentang prinsip-prinsip akuntansi dan

pembukuan, jadwal produksi, manajemen

personalia, manajemen keuangan,

pemasaran dan perencanaan.

Page 10: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Bekal pengetahuan saja tidaklah

cukup jika tidak dilengkapi dengan bekal

keterampilan. Beberapa hasil penelitian

terhadap usaha kecil dan menengah

menunjukkan bahwa sebagian besar

wirausaha yang berhasil cenderung

memiliki tingkat keterampilan khusus

yang cukup. Beberapa keterampilan yang

perlu dimiliki itu diantaranya adalah:

1. Keterampilan konseptual dalam

mengatur strategi dan

memperhitungkan risiko.

2. Keterampilan kreatif dalam

menciptakan nilai tambah.

3. Keterampilan dalam memimpin dan

mengelola.

4. Keterampilan berkomunikasi dan

berinteraksi.

5. Keterampilan teknik dalam bidang

usaha produksi yang dilakukan.

Kemampuan menguasai

persaingan, merupakan hal yang tidak

kalah pentingnya dalam usaha. Wirausaha

harus mengetahui kelemahan dan kekuatan

sendiri, dan kekuatan serta kelemahan

yang dimiliki pesaing. Seperti

dikemukakan Steinhoff dan Burgess

(1993: 42): “My best advice for competing

successfully is to find your own distinctive

niche in the marketplace”. Seorang

wirausaha harus memiliki keunggulan

yang merupakan kekuatan bagi dirinya dan

harus memperbaiki kelemahan agar

menghasilkan keunggulan. Kelemahan dan

kekuatan yang kita miliki merupakan

peluang yang harus digali dengan

mendasarkan pada dalam diri (internal)

wirausaha, menurut Iswardhani (2007)

bahwa perasaan internal dalam usaha

sebagai sumber inspirasi yang akurat di

dalam menentukan kelemahan dan

kekuatan tersebut, yang akan memberikan

rasa kebersamaan untuk saling

menyesuaikan dan atau mendukung,

mendorong tumbuhnya ide-ide

keberhasilan dan percaya diri untuk selalu

mengadakan perubahan secara terus-

menerus dengan perasaan untuk mencapai

kesesuaian, yaitu ilmu pengetahuan,

teknologi, pengalaman, dan semangat yag

positif untuk selalu mendukung

keberhasilan usaha yang dijalankan. Inilah

merupakan Soulmate (belahan jiwa) yang

dapat diaplikasikan pada tujuan usaha

(bisnis) untuk mencapai keberhasilan

usaha yang dijalankan atau dikembangkan

dengan mendasarkan kemampuan akan

kelemahan dan kekuatan yang dimiliki.

Lebih lanjut keberhasilan usaha

dengan mendasarkan pada kelemahan dan

kekuatan internal mampu meningkatkan

keunggulan bersaing akan hasil usaha

untuk mampu dipertahankan dan

dikembangkan. Keberhasilan yang

memberikan dukungan kepada para

wirausaha untuk selalu menumbukan

soulmate usaha melalui bekal pengetahuan

kewirausahaan dan bekal keterampilan

Page 11: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

kewirausahaan berdasarkan internal yang

dimiliki untuk mencapai usaha yang

berdaya saing (Prasetyo, 2007). Bekal

pendidikan yang menghasilkan

pengetahuan dan keterampilan dengan

didasarkan pada kelemahan dan kekuatan

dalam diri (internal) wirausaha akan

menumbuhkan jiwa untuk menyukai usaha

yang dijalankan untuk dipertahankan dan

terus dikembangkan sebagai upaya untuk

menumbuhkan keseimbangan di dalam

pencapaian pekerjaan hidup yang

diaplikasikan dalam keberhasilan usaha

(bisnis), inilah sebagai wujud pencapaian

worklife balance.

Tumbuhnya rasa menyukai usaha

melalui dukungan soulmate dan worklife

balance sebagai upaya untuk

menumbuhkan dan membangun jiwa

kewirausahaan untuk mampu melakukan

usaha dengan cara yang beretika dan

bermanfaat di dalam mengembangkan

minat dan bakat usaha dengan dukungan

ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi

semua kalangan yang berminat. Dukungan

inilah yang dapat memberikan arahan dan

petunjuk untuk terus dan mampu

melakukan penyesuaian atas perubahan

lingkungan usaha (bisnis) yang tercipta

(Kompas, 28 April 2007).

3. Konsep Kewirausahaan Untuk

Mahasiswa

Ilmu pengetahuan dan ketrampilan

dari hasil pendidikan menumbuhkan

dorongan bagi semua pihak yang berminat

mengembangkan usaha melalui semangat

dan konsep kewirausahaan (Riyanti, 2003:

46). Konsep kewirausahaan tidak akan

pernah bisa dilepaskan dengan pengalian

potensi dari dalam diri (internal) untuk

mengetahui kelemahan dan kekuatan

usaha, yang akhirnya akan mampu

menumbuhkan perasaan menyukai atau

memiliki usaha tersebut (soulmate) dan

pencapaian pekerjaan hidup yang

diaplikasikan dalam keberhasilan usaha

dan atau bisnis (worklife balance).

Pengembangan soulmate dan worklife

balance di dalam konsep kewirausahaan

akan menghasilkan peran dan tanggung

jawab, kepribadian dan kemampuan diri di

dalam berkreasi dan berinovasi yang

dengan tumbuhnya semangat percaya diri

(yakin, optimis, dan penuh komitmen),

berinisiatif (energik dan percaya diri),

memiliki motif berprestasi (berorientasi

hasil dan berwawasan ke depan), memiliki

jiwa kepemimpinan (berani tampil

berbeda) dan berani mengambil risiko

dengan penuh perhitungan (karena itu suka

tantangan). Ia adalah seseorang yang

memiliki kemampuan untuk menciptakan

sesuatu yang baru dan berbeda (ability to

create the new and different) atau

Page 12: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

kemampuan kreatif dan inovatif.

Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut

secara riil tercermin dalam:

1. Kemampuan dan kemauan untuk

memulai usaha (start-up),

2. Kemampuan untuk mengerjakan

sesuatu yang baru (creative),

3. Kemauan dan kemampuan untuk

mencari peluang (opportunity),

4. Kemampuan dan keberanian untuk

menanggung resiko (risk bearing), dan

5. Kemampuan untuk mengembangkan

ide dan meramu sumber daya.

Kemauan dan kemampuan-

kemampuan tersebut diperlukan terutama

untuk:

(1). Menghasilkan produk atau jasa baru

(the new product or new service).

(2). Menghasilkan nilai tambah baru (the

new value added).

(3). Merintis usaha baru (new businesess).

(4). Melakukan proses atau teknik baru

(the new technic).

(5). Mengembangkan organisasi baru (the

new organization).

Lebih lanjut, ilmu kewirausahaan

akan memberikan manfaat bagi wirausaha

untuk dapat berfungsi sebagai perencana

(planner) sekaligus sebagai pelaksana

usaha (businessman). Sebagai perencana

(planner), wirausaha berperan:

(1). Merancang usaha (business plan).

(2). Mengatur strategi usaha (business

strategy).

(3). Pemrakarsa ide-ide usaha (business

image).

(4). Pemegang visi untuk memimpin

(visioner leader).

Sedangkan sebagai pelaksana

usaha (businessman), wirausaha berperan:

(1). Menemukan, menciptakan, dan

menerapkan ide baru yang berbeda

(create the new and different).

(2). Meniru dan menduplikasi (imitating

and duplicating).

(3). Meniru dan memodifikasi (imitating

and modification).

(4). Mengembangkan (develop) produk

baru, teknologi baru, citra baru, dan

organisasi baru.

Konsep kewirausahaan tersebut,

akan dapat memberikan manfaat yang

lebih untuk mendorong mahasiswa untuk

dapat lebih siap memasuki dunia kerja

setelah lulus kuliah, bahkan mampu untuk

membuat pekerjaan atau usaha sendiri,

melalui tumbuhnya sifat atas kemampuan

kreatif dan inovatif yang menjadikan

motivasi di dalam diri yang disesuaikan

dengan kekuatan individu untuk digunakan

sebagai dasar, kiat, dan sumber daya untuk

mencari peluang menuju kesuksesan.

Kemampuan yang dapat ditumbuhkan

melalui:

Kejujuran (honesty)

Integritas (integrity)

Memegang janji (promise keeping)

Kesetiaan (fidelity)

Page 13: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Kepedulian terhadap sesama (caring for

others)

Penghargaan kepada orang lain (respect

for others)

Pencapaian kesempurnaan (pursuit of

excellence)

Akuntabilitas (accountability)

(Prasetyo, 2004)

Pengenalan ilmu kewirausahaan

kepada mahasiswa tidak hanya ditujukan

kepada mahasiswa program studi

ekonomi, tetapi kepada semua mahasiswa.

Pengenalan kewirausahaan kepada

mahasiswa bukan merupakan upaya untuk

menuntut mahasiswa untuk menjadi

pebisnis, namun lebih mengarah kepada

pembentukan jiwa yang selalu kreatif, ulet,

dan bertindak dengan rencana matang

dalam berbagai situasi untuk pengambilan

keputusan yang tetap dengan selalu

memperhitungkan manfaat dan resiko baik

yang berasala dari dalam diri pribadi,

lingkungan maupun peraturan yang

berlaku (Prasetyo, 2008).

Menurut Seta sebagai Penasehat

Mahasiswa Universitas Ciputra (UC)

(Kompas, 9 Agustus 2007) bahwa dengan

pengenalan secara dini konsep

kewirausahaan kepada para mahasiswa

diharapkan setiap mahasiswa yang lulus

segera bisa membuat pekerjaan sendiri,

bukan menjadi pencari kerja, artinya

konsep dan semangat kewirausahaan

mampu dipahami setiap mahasiswa,

sehingga ketika lulus segera bisa membuat

pekerjaan sendiri. Lebih bagus lagi bila

bisa menyediakan lapangan kerja baru

bagi orang lain. “Kewirausahaan bukan

sekedar menjadi kaya sendiri saja, lebih

penting lagi berbuat sesuatu yang

bermanfaat bagi lingkungan”.

Lebih lanjut dukungan pengenalan

konsep kewirausahaan kepada mahasiswa

diungkapkan oleh Maya sebagai

Koordinator Pelayanan Konsumen UC

(Kompas, 9 Agustus 2007) bahwa

pengaplikasian konsep kewirausahaan

secara sederhana yaitu memberikan

pelatihan keseriusan di dalam menjalankan

usaha baik peran sebagai pencari modal,

pembuat rencana bisnis, dan pelaksana

rencana melalui contoh pengaplikasian

langsung kepada mahasiswa dengan

diterjukan setiap mahasiswa secara

berkelompok untuk memanfaatkan

sejunlah uang untuk membeli bahan baku

makanan yang dijual di Stasiun Gubeng.

“Mereka tidak boleh rugi, kalau rugi akan

dikenai sanksi berupa pengurangan poin

hingga dikeluarkan dari kelompok”. Hasil

penjualan dimanfaatkan dalam permainan

investasi yang berlangsung di kampus.

Pengenalan ilmu kewirausahaan akan lebih

dapat dengan mudah diterima dan

diaplikasikan oleh mahasiswa, apabila

telah tumbuh di dalam diri pribadi

mahasiswa akan perlunya ilmu

kewirausahaan sebagai bekal menambah

Page 14: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

kemampuan dalam berusaha. Kesadaran

yang tumbuh dari dalam (internal) setiap

mahasiswa akan dapat memberikan

semangat dan tekad untuk selalu

menumbuhkan kewirausahaan sebagai

bekal untuk menambah kemampuan diri

setelah menyelesaikan perkuliahan.

Dengan semangat dan tekad dari

dalam diri pribadi inilah, yang dapat

mendorong mahasiswa untuk lebih

mengetahui potensi diri di dalam

memahami pentingnya kewirausahaan.

Perasaan yang tumbuh untuk memahami

pentingnya kewirausahaan, sebagai awal

untuk menumbuhkan soulmate mahasiswa

akan konsep kewirausahaan tersebut.

Asumsi yang didukung dengan hasil

penelitian Prasetyo (2007a) bahwa

soulmate atas ilmu kewirausahaan untuk

menumbuhkan kewirausahaan tersebut

dimulai dalam diri (internal) mahasiswa

memberikan dukungan sebanyak 95 dari

105 sampel mahasiswa universitas negeri

di wilayah Propinsi Jawa Timur

menyatakan untuk mencapai soulmate

dari dalam diri mahasiswa atas ilmu

kewirausahaan dimulai dari akan

pentingnya ilmu kewirausahaan untuk

diajarkan sebagai mata kuliah, selanjutnya

90 mahasiswa menyatakan pentingnya

ilmu kewirausahaan untuk diajarkan

dengan dosen yang relevan keilmuan

tentang kewirausahaan, dengan harapkan

memberikan kemudahan di dalam

memahami ilmu kewirausahaan yang

sebenarnya, untuk dapat mencapai

soulmate atas ilmu kewirausahaan

tersebut.

Tumbuhnya internal pribadi dari

dalam diri mahasiswa akan menumbuhkan

soulmate sebagai hasil penggalian potensi

diri, dengan kemampuan internal di dalam

menumbuhkan potensi diri akan dihasilkan

produktifitas usaha yang tidak bisa

dilepaskan dari keunggulan yang ingin

dicapai, kebersamaan untuk menjalankan

dengan tanggung jawab, serta yang tidak

bisa dipisahkan yaitu harus fokus. Fokus

memberikan sikap relaks, optimal dan

persoalan bisa terlihat lebih jernih,

keputusan lebih mudah dibuat tanpa

ketegangan atas beberapa aspek

kehidupan, adalah:

Social: kehidupan keluarga, hubungan

orang lain, lingkungan, alam dan

masyarakat

Physical: kebugaran, gizi, kesehatan,

dan santai

Intellectual: penguasaan stres dan

tekanan, pengembangan diri dan

profesional, proses belajar

Carrer: sukses bekerja, berkarier dan

kesejahteraan finansial

Emotional: “sense of humour”, “self

esteem”, kreativitas, bermain.

Spritual: tujuan hidup dan arti, intuisi,

ke-Tuhan-an.

Page 15: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Aspek-aspek kehidupan yang dapat

dicapai inilah sebagai wujud

pengembangan ilmu kewirausahaan

sebagai pencapaian keseimbangan

pekerjaan hidup yang dapat diaplikasikan

dalam kemampuan keberhasilan usaha

(bisnis), yaitu untuk selalu menjalankan

usaha dengan perasaan saling bekerja

sama atau saling mendukung, bertanggung

jawab untuk berkembang di dalam

menghasilkan produk ataupun jasa yang

mampu berhasil dan berkembang serta

bertahan secara efisien maupun efektif dan

sekaligus aman baik terhadap lingkungan

usaha, inilah hakikat dari worklife balance.

Pengembangan kemampuan untuk

keberhasilan lingkungan berusaha, akan

mampu menumbuhkan kerja sama mencari

dan menumbuhkan kapabilitas khusus dari

semua sumber daya yang mungkin belum

dimanfaatkan secara optimal dan dapat

diubah menjadi peluang produktif yang

unik, melalui pencarian ide-ide baru atau

wawasan manajemen yang lebih luas

secara terus-menerus dengan mengarahkan

pada perasaan saling memberikan

dukungan atau kesesuaian (soul mate)

untuk bersama-sama menjalankan usaha

dengan mengarah pada keahlian khusus

secara internal yang mampu menciptakan

produk unggul yang mempunyai

keunggulan daya saing (competitive

advantage) dan terus fokus sehingga

berkembang untuk memperbesar pangsa

produksi.

Dengan kemampuan untuk

menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang

didasarkan atas soulmate dan worklife

balance, akan menghasilkan mahasiswa

yang memiliki jiwa wirausaha yang selalu

menjalankan usaha dengan perasaan saling

bekerja sama atau saling mendukung,

bertanggung jawab untuk berkembang di

dalam menghasilkan produk ataupun jasa

yang mampu berhasil dan berkembang

serta bertahan secara efisien maupun

efektif dan sekaligus aman baik dalam

persaingan lokal, nasional maupun

internasional. Model proses

pengembangan ilmu kewirausahaan untuk

menumbuhkan jiwa kewirausahaan

mahasiswa sebagai upaya untuk

menciptakan dan menumbuhkan

kemampuan (ability) dalam berpikir

kreatif dan berperilaku inovatif yang

dijadikan dasar, sumber daya, tenaga

penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses

dalam menghadapi tantangan hidup

sebagai soulmate dan worklife balance,

adalah:

Page 16: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Pendidikan, Usia, Ambisi, Pertimbangan

Pengalaman, Filosofi Pribadi, Ekonomi, Pengemb.an diri Ketidakpuasan Sosial, Politik,

Komitmen Kepentingan dan Peraturan

Menumbuhkan:

Ide, Kemamuan dan Kemampuan

Keberhasilan Ilmu Kewirausahaan

Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa

Menuju Soul Mate dan Worklife Balance

Menumbuhkan:

Semangat, Kerja Keras, Loyalitas, dan Tanggung Jawab

Daya Tarik, Kehidupan, Spiritual, Perubahan, dan Kesejahteraan, Budaya, Nilai-

Kondisi Psikologi dan Etika Nilai yang Di-

Mahasiswa Mahasiswa percaya Bersama

Gambar 1:

Model Proses Pengembangan Ilmu Kewirausahaan

4. Simpulan

Hasil penjelasan dan penelitian yang

memberikan langkah-langkah di dalam

upaya untuk menumbuhkan jiwa mahasiswa

atas pentingnya untuk mempelajari ilmu

kewirausahaan, antara lain:

1. Menumbuhkan selalu sikap positif

percaya diri untuk selalu

mengidentifikasi usaha sebelum

memulai usaha walaupun kecil akan

dapat berhasil apabila adanya

kemauan dan kemampuan serta etos

dan “entos”.

Page 17: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

2. Menumbuhkan sikap mental melalui

tekad untuk semangat, kerja keras,

loyalitas dan tanggung jawab untuk

selalu memanfaakan kesempatan dengan

menumbuhkan ide kreatif, inovatif dan

fleksibel.

3. Menumbuhkan kepribadian yang

mandiri untuk berkreasi menciptakan

nilai tambah dengan dukungan nilai-nilai

pribadi yang berani menghadapi risiko,

sikap positif dan optimis, dan kemauan

belajar memperbaiki diri dari

pengalaman.

4. Menumbuhkan pengendalian diri atas

dasar kemampuan untuk selalu

memanfaatkan potensi yang dimiliki

secara penuh untuk selalu menumbuhkan

peluang bagi kontribusinya kepada

masyarakat dan menghargai usaha-usaha

seseorang.

5. Menumbuhkan kemampuan diri untuk

dapat membuat perencanaan dan

perhitungan usaha, mengorganisasikan

dan menjalankannya dengan dukungan

ide yang selalu tumbuh didasarkan atas

kekuatan dan kelemahan akan kemauan

dan keberanian menghadapi risiko baik

uang, waktu, rugi, maupun kegagalan.

6. Tumbuhnya sikap perilaku untuk

menjadi atasan, untuk mencapai

sesuatu yang diinginkan, untuk

menghindari ketergantungan pada

orang lain, untuk menjadi lebih

produktif, dan untuk menggunakan

kemampuan pribadi.

7. Menumbuhkan perasaan semangat

dalam pribadi mahasiswa, bahwa

pendidikan di perkuliahan bukan

untuk memproduksi lulusan yang

semata-mata memburu kesempatan

kerja, melainkan lulusan yang

berorientasi pada penciptaan kerja.

8. Menumbuhkan motivasi untuk

mencari nafkah dalam dukungan

sosial, psikologi, intelektual,

emosional dan spiritual, di dalam

upaya mencapai keberhasilan

pendapatan sebagai jaminan stabilitas

keuangan dan status sosial baik bagi

diri pribadi, orang tua dan dapat

bertemu dengan orang banyak.

Page 18: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Daftar Pustaka

Anonim. 2007. Tajuk Rencana: Membangun Jiwa Wirausaha. Harian Pagi Kompas, 28 April

2007.

Bygrave, William D. 1996. The Portable MBA, Entrepreneurship. Diah Ratna Permatasari

(penterjemah). Jakarta: Binarupa Aksara.

Iswardhani, S. 2007. Talk Show: Menumbuhkan Kebersamaan Di dalam Mencapai Kesuksesan

Kehidupan. MetroTv.

Iwantono, Sutrisno. 2006. Kiat Sukses Berwirausaha: Strategi Baru Mengelola Usaha Kecil dan

Menengah, Cetakan Keempat. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).

Jakarta.

Lambing, P., and C.R. Kuehl. 2000. Entrepreneurship, Second Edition. Prentice Hall, Inc.

Maya, Listia. 2007. Kenalkan Sejak Dini Konsep Kewirausahaan Untuk Mahasiswa. Harian

Pagi Kompas, 09 Agustus 2007.

Meredith, Geoffrey G; R.E. Nelson and P.A. Neck 2000. The Practice of Entrepreneurship.

Geneva: International Labour Organization. Andre Asparsayogi (penterjemah). 2000.

Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Lembaga Manajemen PPM dan PT. Pustaka

Binaman Pressindo.

Prasetyo, Whedy. 2004. Menumbuhkan Kewirausahaan Melalui Pengembangan dan Pemahaman

Keilmuan: Dari Sudut Pandang Akuntansi. Seminar dan Pelatihan: Analisis Keuangan

Perusahaan. 22-23 Desember. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat-LPM

Universitas Brawijaya Malang.

. 2007. KEWIRAUSAHAAN: Gagasan Besar Menumbuhkan Strategi Internal

Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing dan Mencapai “Soul Mate”.

Seminar Nasional Sehari Kewirausahaan: Ilmu Pengetahuan Dan Kemampuan

Kewirausahaan Sebagai Tantangan Dan Peluang. 14 Maret. Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Balitar-Blitar.

. 2007a. Analisis Pemahaman Keilmuan Kewirausahaan Sebagai Materi

Perkuliahaan Mahasiswa Strata Satu (S1) (Studi Pada Mahasiswa Universitas Negeri Di

Wilayah Propinsi Jawa Timur). Materi Perkuliahan Dosen Tamu Bagi Mahasiswa. 09-

10 Agustus. Inkubator Bisnis Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat-LPM

Universitas Brawijaya Malang.

. 2008. Menumbuhkan Entrepreneur Government Sebagai Upaya Mengurangi

Pengangguran dan Kemiskinan serta Peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Harian

Pagi Kompas: Forum, 22 Desember 2008.

Page 19: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Prawirakusumo, Soeharto. 1997. Peranan Perguruan Tinggi dalam Menciptakan Wirausaha-

Wirausaha Tangguh. Seminar Nasional Kewirausahaan. Jatinangor: PIBI-IKOPIN dan

FNSt.

Riyanti, Benedicta P.D. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian, Edisi

Pertama. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Jakarta.

Seta, Bagoes. 2007. Kenalkan Sejak Dini Konsep Kewirausahaan Untuk Mahasiswa. Harian

Pagi Kompas, 09 Agustus 2007.

Setyawan, A.A. 2004. Pengaruh Customer Orientation Terhadap Kinerja Usaha Kecil-

Menengah: Kasus Sentra Industri Mebel Serenan, Klaten, Jawa Tengah. Usahawan.

No. 04. TH. XXXIII. April: 12-19.

Steinhoff, Dun. and J.F. Burgess. 1993. Small Business Management Fundamentals, 6th

edition.

New York: Mc Grawhill, Inc.

Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Edisi 3.

Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Zimmerer, W. Thomas and Norman M. Scarborough. 1996. Entrepreneurship and The New

Venture Formation. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

. 2004. Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management. Second

Edition. 1998. Prentice Hall, Inc. Yanto Sidik P. dan Edina T. Tarmidzi (penterjemah).

2004. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, PT INDEKS,

Kelompok Gramedia. Jakarta.

Page 20: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

ANALISIS VARIABEL – VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

INDUSTRI KECIL GULA MERAH DI DESA SAMBIJAJAR KECAMATAN NGUNUT

KABUPATEN TULUNGAGUNG

Oleh:

Suprianto

Abstract

Target of this research is : 1). Analysing what is capital employed variables,

labour, office hours effusing and experience hace relation manifestly

(signifikan) to efficacy of small industry of demerara in Countryside of

Sambijajar, District Ngunut, Sub-Province Tulungagung, 2). Analysing what

is variables of is amount of capital, labour, office hours effusing and

experience by together have an effect on reality (signifikan) to efficacy of

small industry of demerara in Countryside of Sambijajar, District Ngunut,

Sub-Province Tulungagung.

Variable in this research is classified into independent variable and

dependent variable consist of capital employed (X1), labour (X2), experience

(X3), and office hours effusing (X4). Dependent variable is efficacy of small

industry of measured demerara with advantage storey;level per season mill

(Y).

Pursuant to test of statistika assess coefficient value and konstanta of

regresi capital employed variable (X1) have an effect on very real to

variable and of Y (assess Sig = , 000 smaller than 0,01), while coefficient

value regresilabour variable (X2), experience (X3), and office hours

effusing (X4) have an effect on reality to storey; level or efficacy advantage

of small industry of demerara (Y). Asses R square or coefficient of

determinasi = . 984 or 98,4% (enclosure 5) this means 98,4% storey;level

or efficacy advantage of demerara industry (Y) influenced by capital

employed variable (X1), labour (X2), experience (X3), and office hours

effusing (X4) while 1,6% influenced by other variable.

From result of data analysis and research, hence can be concluded : 1).

Variable capital employment (X1), Labour (X2), experience (X3), and office

hours effusing (X4) have very real strong [relation/link] with efficacy

variable or storey ; level advantage of small industry [of] demerara (Y)., 2).

Variable capital employed (X1), labour (X2), experience (X3), and office

hours effusing (X4) by together have an effect on.

Keywords: Advantage of small industry of demerara, capital employed,

labour, experience, and office hours effusing.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar

Page 21: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

1. Latar Belakang

Memasuki abad 21 yang ditandai

dengan era globalisasi dan kemajuan

teknologi informasi yang sangat pesat,

merupakan dua hal yang mempengaruhi

lingkungan bisnis. Globalisasi

menyebabkan terjadinya liberalisasi

ekonomi/perdagangan, sedangkan

perkembangan teknologi informasi

menyebabkan seakan–akan dunia tanpa

batas dan jarak geografis menjadi susut

sehingga informasi dapat di akses secara

mudah, cepat dan serentak. Akibat kondisi

tersebut lingkungan bisnis dapat berubah

dengan cepat dan bersifat tubulen serta

persaingan bisnis akan terjadi sangat keras

dan kompetitif. Perusahaan yang tidak

merespon perubahan lingkungan bisnis

tersebut akan mengalami kerugian–

kerugian dan akan kalah bersaing dipasar

global yang pada akhirnya akan mengalami

kebangkrutan. Dengan kondisi seperti ini,

perusahaan harus memikirkan kembali

tujuan, sasaran dan perencanaan

strategiknya demi kelangsungan hidup

perusahaan dan menciptakan masa

depannya.

Munculnya kerjasama antar negara-

negara di dunia baik regional maupun

multilateral sebagai wujub proses

liberalisasi ekonomi/globalisasi

perdagangan, dimana Negara Indonesia

juga terlibat dalam perjanjian kerjasama

ekonomi tersebut misalnya untuk lingkup

Asia Tenggara yaitu ASEAN Free Trade

Area (AFTA) yang mulai dilaksanakan

pada tahun 2003 atau yang lain yaitu

ASEAN Economic Cooperation (AEC)

diharapkan dilaksanakan sepenuhnya pada

tahun 2020 seperti telah disepakati pada

KTT ASEAN pada tanggal 8 oktober

2003 di Bali, dan untuk lingkup Asia

Pasifik yaitu Asia-Pasific Economic

Cooperation (APEC) yang dilaksanakan

pada tahun 2010 serta Word Trade

Organition (WTO) yang akan terjadi

pada tahun 2020 untuk skala dunia,

merupakan implikasi dari kesepakatan

General Agreement of Tarrif and Trade

(GATT) atau Uruguay Round yang

berlangsung pada tahun 1992 . Didalam

skema ini diantaranya penurunan dan

penghapusan tariff dan non tariff yang

menghambat perdagangan (trade

distorsion) akan berlaku untuk setiap

Negara anggota sehingga tidak terjadi

diskriminasi.

Kerjasama ekonomi ini sangat

besar manfaatnya dan mempunyai nilai

positif dalam proses menuju pasar bebas,

karena kerjasama ekonomi bertujuan

untuk saling menumbuhkan dan

mempertahankan tingkat perkembangan

ekonomi yang stabil, kerjasama ini dapat

menciptakan regional self sufficiency

(swasembada regional) sehingga

masing-masing negara yang ikut

berpartisipasi dalam kerjasama ini dapat

mencapai suatu standar mutu kelas

dunia. Pencapaian standar mutu dunia ini

akan memacu negara-negara untuk

belajar meningkatkan kemampuan daya

saing di dalam kerjasama ekonomi

(Kotler dan Susanto, 1999).

Secara teoris hal ini merupakan

peluang sekaligus juga ancaman bagi

perdagangan/pasar produk industri-

industri dari Indonesia terutama industri

kecil, sehingga dituntut kewaspadaan

karena tidak menutup kemungkinan

Page 22: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

kerjasama ini dapat berubah menjadi

boomerang bagi Indonesia.

Terjadi badai krisi ekonomi di

Indonesia sejak pertengahan tahun 1997,

dimana dampaknya masih terasakan sampai

saat ini yang mengakibatkan runtuhnya

beberapa industri berskala besar, namun

untuk industri kecil masih dapat bertahan

bahkan ditemui beberapa industri kecil

yang berkembang karena adanya

keuntungan dari nilai tukar mata uang dolar

terhadap mata uang rupiah yang naik

drastis.

Kenyataan juga menunjukkan

bahwa industri kecil dalam keadaan

tertentu (perekonomian yang kurang

menguntungkan) ternyata penuh vitalitas,

mampu untuk tumbuh dan berkembang

secara wajar serta tahan terhadap gejolak

karena mempunyai fleksibilitas dan

adaptabilitas dalam memperoleh sumber

bahan baku dan mesin/peralatan penunjang

(RIPPIK di Kabupaten Kediri, 2002).

Runtuhnya beberapa industri

berskala besar di Indonesia disebabkan

industri berskala beras yang umumnya

mempunyai ciri-ciri import content yang

tinggi dan berorentasi pada pasar dalam

negeri (inward looking) yang didukung

oleh fasilitas proteksi sehingga sangat

rentan terhadap gejolak nilai tukar dan

external shock. Dipihak lain, industri kecil

yang umumnya mempunyai ciri-ciri local

content yang tinggi dan proporsi produknya

yang dieksport lebih tahan terhadap gejolak

baik internal shock maupun external shock

(Sukiadi, 2001).

Walaupun memiliki kelebihan-

kelebihan demikian, industri kecil

menghadapi berbagai permasalahan

terutama persaingan yang sangat ketat

karena rendahnya barrier of entry and

exit, sehingga perusahaan yang mampu

bertahan hanyalah perusahaan yang

benar-benar memiliki tingkat efisiensi

tinggi. Beberapa permasalahan yang

dihadapi oleh industri kecil umumnya

adalah sebagai berikut (Sukiadi, 2001):

1. Industri kecil/pengusaha kecil tidak

memiliki sistem pembukuan yang

sederhana sekalipun. Hal ini

merupakan salah satu factor utama

mengapa industri kecil tidak

memiliki akses yang memadai

terhadap jasa perbankan.

2. Industri kecil/pengusaha kecil

menghadapi kesulitan dalam

meningkatkan kualitas produknya.

Karena sebagian besar industri kecil

masih mengandalkan

pengembangan teknologinya pada

upaya sendiri yang sudah tentu amat

terbatas.

3. Pengembangan industri kecil

kerapkali dihadang oleh

keterbatasan kemampuan dalam

memasarkan produk-produknya,

terutama pengembangan pasar

eksport.

4. Pengenalan sifat bahan baku

diperoleh dan tidak ekonomis jika

dibeli/dipesan dalam partai kecil.

Oleh karena itu, upaya untuk

membangun, mengembangkan dan

memberdayakan industri kecil

merupakan suatu hal yang sangat vital

untuk dilakukan, mengingat peranan

yang sangat penting dan strategis dari

industri kecil yang mampu memperluas

Page 23: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja,

mengurangi kemiskinan, pemerataan

distribusi pendapatan, pengembangan

ekonomi pedesaaan, dan pemanfaatan

sumber daya alam local serta kontribusi

yang cukup besar dalam menyumbang

devisa negara dalam kegiatan eksport.

Di Kabupaten Tulungagung

terdapat beraneka ragam industri kecil

yang tumbuh dan

berkembang. Menurut Data dari Dinas

Pemasaran Kabupaten Kediri di dalam

buku Kabupaten Kediri Membangun pada

tahun 2003 terdapat 1.715 unit industri

kecil dikelompokkan dalam tiga kategori,

yaitu :

1. Industri Mesin Logam dan Elektronika

(IMLE) sebanyak 174 unit industri

kecil.

2. Industri Aneka (IA) sebanyak 56 unit

industri kecil.

3. Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan

(IHPK) sebanyak 1.485 unit industri

kecil.

Kondisi industri kecil di Kabupaten Kediri

masih dihadapkan pada berbagai

permasalahan antara lain menyangkut

aspek pemasaran, teknologi, permodalan,

manajemen, dan lingkungan hidup. Dalam

rangka membangun industri kecil

diperlukan perencanaan yang tepat dan

matang dengan memprioritaskan potensi

lokal pertanian sebagai bahan baku industri

(RIPPIK Kabupaten Tulungagung, 2002).

Desa Sambijajar di Kecamatan Ngunut

Kabupaten Tulungagung merupakan salah

satu desa sentra industri kecil gula merah di

Kabupaten Tulungagung, di mana pada

tahun 2007 terdapat 32 pengusaha industri

kecil gula merah yang masih aktif

berproduksi (data dari Kepala Desa

Sambijajar dan lapangan).Berbagai

permasalahan, kendala dan tantangan telah

dihadapi oleh para pengusaha industri kecil

gula merah di Desa Sambijajar dalam

menjalankan usaha industri kecilnya,

namum kenyataan dilapangan sampai

saat ini industri kecil gula merah di Desa

Sambijajar Kecamatan Ngunut

Kabupaten Tulungagung masih tetap

hidup.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut

diatas, penulis sangat tertarik untuk

meneliti tentang “ Analisis Variabel-

variabel yang Mempengaruhi

Keberhasilan Industri Kecil Gula Merah

di Desa Sambijajar Kecamatan Ngunut

Kabupaten Tulungagung “.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan subtansi pada uraian

latar belakang diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Apakah variabel-variabel modal

usaha, tenaga kerja, pengalaman dan

curahan jam kerja mempunyai

hubungan (korelasi) secara nyata

(signifikan) terhadap keberhasilan

industri kecil gula merah di Desa

Sambijajar Kecamatan Ngunut

Kabupaten Tulungagung.

2. Apakah variabel-variabel modal

usaha, tenaga kerja, pengalaman dan

curahan jam kerja secara bersama-sama

berpengaruh nyata (signifikan) terhadap

keberhasilan industri kecil gula merah di

Page 24: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Desa Sambijajar Kecamatan Ngunut

Kabupaten Tulungagung.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang

dikemukakan diatas, maka penelitian ini

bertujuan sebagai berikut :

1. Menganalisa apakah variabel-variabel

modal usaha, tenaga kerja, pengalaman

dan curahan jam kerja mempunya

hubungan (korelasi) secara nyata

(signifikan) terhadap keberhasilan

industri kecil gula merah di Desa

Sambijajar Kecamatan Ngunut

Kabupaten Tulungagung.

2. Menganalisa apakah variabel-variabel

jumlah modal, tenaga kerja,

pengalaman dan curahan jam kerja

secara bersama-sama berpengaruh

nyata (signifikan) terhadap keberhasilan

industri kecil gula merah di Desa

Sambijajar Kecamatan Ngunut

Kabupaten Tulungagung.

3. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori dan

tinjauan penelitian terdahulu, maka

kerangka pikir dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 25: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

4. Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil analisis data

(lampiran3), hepotesa pertama yang

menyatakan bahwa diduga ada

hubungan yang nyata (signifikan) antara

variable modal usaha(X1), tenaga kerja

(X2), pengalaman (X3), dan curahan

jam kerja (X4) dengan variable

keberhasilan atau tingkat keuntungan

industri kecil gula merah (y) dapat

diterima , hal ini dibukktikan dengan uji

statiska berdasarkan pengukuran

probalitas tingkat signifikan Sig. (1-

tailed) koefisien korelasi variabel X

dengan variable Y semuanya

mempunyai nilai mendekati 0, ini berarti

nilai sig. (1-tailed) lebih kecil dari 0,05

sehingga hepotesa h1 diterima.

Berdasarkan hasil analisis data uji f

(lampiran 6) , hepotesa kedua yang

menyatakan bahwa diduga variabel

modal usaha (X1), tenaga kerja (X2),

pengalaman (X3), dan curahan jam kerja

(X4) secara bersama – sama

berpengaruh nyata terhadap variable

keberhasilan atau tingkat keuntungan

industri kecil gula merah (Y) dapat

diterima , hal ini dibuktikan dengan uji

statiska berdasarkan pengukuran

probabilitas tingkat signifikansi Sig

(1-tailed) mempunyai nilai

mendekati 0, ini berarti nilai Sig. (1-

tailed) lebih kecil dari 0,05 sehingga

hepotesa h1 diterima yaitu: variable

modal usaha (X1), tenaga kerja (X2),

pengalaman (X3), dan curahan jam

kerja (X4) secara bersama sama

berpengaruh sangat nyata terhadap

variable keberhasilan atau tingkat

keuntungan industri kecil gula merah

(Y).

Berdasarkan analisis data table

variables entered/removed

(lampiran4), menunjukan bahwa

variable modal usaha (X1) , tenaga

kerja (X2), pengalaman (X3), dan

curahan jam kerja

(X4) tidak ada yang dikeluarkan

yang berarti keempat variable

tersebut bebas dimasukkan kedalam

perhitungan regresi, kemudian

berdasarkan analisis data (lampiran

7) dihasilkan model persamaan

regresi linier berganda sebagai

berikut :

Y = -26000000+1,389X1+

1303024X2+470511,5X3+41217,23

X4+

- MODAL USAHA

- TENAGA KERJA

- PENGALAMAN

- CURAHAN JAM

KERJA

VARIABEL BEBAS

INDIKATOR

TINGKAT KEUNTUNGAN

KEBERHASILAN

INDUSTRI KECIL GULA

MERAH

VARIABEL TERIKAT

Page 26: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Atas dasar uji statiska (lampiran 7),

nilai konstanta dan nilai koefisien

regresi variable modal usaha (X1)

berpengaruh sangat nyata terhadap

variable Y (nilai Sig. = ,000 lebih kecil

dari 0.001) ,sedangkan nilai koefisien

regresi variable tenaga kerja (X2),

pengalaman (X3) , dan curahan jam

kerja (X4) berpengaruh nyata terhadap

keberhasilan atau tingkat keuntungan

industri kecil gula merah (Y).

Nilai R Square atau koefisien

determinasi = . 984 atau 98,4 %

(lampiran 5) , ini berarti 98,4 %

keberhasilan atau tingkat keuntungan

industri gula merah (Y) dipengaruhi oleh

variable odal usaha (X1), tenaga kerja

(X2), pengalaman kerja (X3), dan

curahan jam kerja (X4) sedangkan 1,6 %

dipengaruhi oleh variable yang lain .

Nilai R Square atau koefisien

determinasi berkisar antara 0 sampai 1

atau 0 % sampai 100%, semakin kecil

angka R Square suatu persamaan berarti

semain lemah pengaruh variable

independent (X) terhadap variable

dependen (Y).

Nilai standard error estimate =

3343304,94 (lampiran 5) dengan

variable dependen (Y) keuntungan ,

sedangkan nilai standard devisi

keuntungan = 24653186,51 (lampiran

2). Nilai atandard error of estimate bila

dibandingkan dengan nilai standard

deviasi keuntungan jauh lebih kecil , ini

berarti variable keuntungan lebih bagus

bertindak sebagai predictor atau variable

dependen dari pada rata – rata

keuntungan itu sendiri.

Hubungan dan pengaruh masing –

masing variable independent (X)

tehadap variable dependent (Y)

adalah sebagai berikut :

1) Modal Usaha

Variabel modal usaha nilai koefisien

korelasi = 0,988 berarti mempunyai

hubungan yang kuat dengan variable

keuntungan dengan hubungan

tersebut sangat nyata karena nilai

Sig.(1tailed) = 0,000 yang lebih kecil

dari 0.01. Hubungan variable modal

usaha paling kuat dibandingkan

dengan variable independent yang

lainya karena nilai koefisien korelasi

yang paling besar (lampiran3).

Nilai koefisien regresi untuk

modal usaha (X1) = 1,389 yang berti

bahwa apabila modal usaha

mengalami perubahan sebesar 1

satuan akan menyebabkan perubahan

keuntungan sebesar 1,389 satuan

dengan asumsi variable lain tetap.

Hasil pengujian secara probabilitas

tingkat signifikan terhadap koefisien

regresi modal usaha ternyata nilai

Sig.(1tailed) = 0.000 lebih kecil dari

0,1 , hal ini dapat dikatakan bahwa

modal usaha mempunyai pengaruh

sangat nyata dan positif terhadap

tingkat keuntungan industri kecil

gula merah di Desa sumberjo

kecamatan Sanan kulon Kabupaten

Blitar.

Modal usaha dalam industri kecil

gula merah di Desa Sumberjo

Kecamatan Sanan kulon Kabupaten

Blitar sangat dibutuhkan sehingga

semakin besar modal usaha dimiliki

oleh pengusaha akan dapat

Page 27: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

meningkatkan keuntungan yang

diperoleh dalam satu musim giling

(MG). Modal usaha akan sangat

berpengaruh terhadap proses produksi

baik dalam pemilihan bahan baku,

jumlah alat dan modekl alat produksi

serta pemasaran gula merah. Dengan

modal usaha yang semakin besar , bagi

pengusaha akan bias membeli bahan

baku terutama dengan kwalitas yang

baik sehingga akan menghasilkan gula

yang dengan jumlah dan mutu yang baik

pula dengan demikian akan menghargai

harga jual yang tinggi serta akan

meningkatkan keuntungan. Dengan

modal usaha yang semakin banyak

pengusaha akan bias membuat teknologi

proses yang lebih baik dari satu unit

sehingga jumlah gula yang dihasilkan

lebih banyak dan kwalitas yang lebih

bagus , hal ini akan dapat meningkatkan

keuntungan yang lebih banyak dalam

satu musim giling. Adanya modal

Usaha yang lebih banyak bagi

pengusaha akan bias menjual gula

langsung pada pedagang gula atau ke

konsumen tidak lagi tergantung pada

tengkulak yang biasanya akan

meminjami uanmg dulu untuk modal

usaha dan dikembalikan dengan gula

yang harganya lebih murah, hal ini akan

mengurangi keuntungan pengusaha gula.

2) Tenaga Kerja

Variabel tenaga kerja nilai koefisien

korelasi = 0, 93 berarti mempunyai

hubungan yang kuat dengan variable

keuntungan dengan hubungan tersebut

sangat nyata karena nilai Sig. (1-tailed)

= 0.000 yang lebih kecil dari 0,01.

(lampiran 3).

Koefisien regresi tenaga kerja

(X2) = 1303024. Keadaan ini

menunjukan bahwa apabila jumlah

tenaga kerja mengalami perubahan

sebesar 1 orang akan menyebabkan

perubahan keuntungan sebesar Rp

1.303.024,- dengan asumsi ceteris

paribus (variable lain tetap). Hasil

pengujian secara probabilitas tingkat

signifikan terhadap koefisien regresi

modal usaha ternyata nilasi Sig. (1-

tailed) = 0.036 lebih kecil dari 0,5;

hal ini dapat dikatakan bahwa

tenaga kerja mempnyai pengaruh

nyata positif terhadap tingkat

keuntungan industri kecil gula

merah,artinya bila jumlah tenaga

kerja meningkat maka keuntungan

juga akan meningkat , sebaliknya

bila jumlah tenaga kerja menurun

maka keuntungan juga akan

menurun.

Tenaga kerja dalam industri

kecil gula merah terutama dalam

proses produksi membuhtuhkan

keahlian dibidangnya karena

peralatan yang digunakan selama

ini belum ada alat standarisasinya,

sehingga untuk menghasilkan gula

yang baik perlu pengalaman tenaga

kerja yang ada. Selama ini tenaga

kerja dalam pembuatan gula merah

mengalami penurunan karena

berkurangnya minat generasi muda

untuk terjun sebagai tenaga kerja di

produksi gula merah , mereka lebih

suka bekerja di Kota. Tenaga kerja

yang berpengalaman dalam

Page 28: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

pembuatan gula merah jumlahnya

semakin menurun akan mempengaruhi

dunia usaha gula merah, pengusaha

yang mempunyai jumlah tenaga kerja

yang semakin banyak dan

berpengalaman akan mempengaruhi

pada proses produksi dan akan

semakin banyak tenaga kerja yang ada

akan mempercepat proses produksi dan

akan semakin banyak serta baik gula

yang dihasilkan sehingga akan dapat

meningkatkan keuntungan dalam

muysim giling.

3) Pengalaman (X3)

Variabel pengalaman nilai

koefisien korelasi = 0,76 , berarti

mempunyai hubungan yang kuat

dengan variable keuntungan dan

hubungan tersebut akan sangat nyata

karena nilai Sig. (1-tailed) = 0,000 yang

lebih kecil dari 0,01. (lampiran 3).

Koefisien regresi pengalaman (X3)

= 470511,5 berarti bahwa apabila ada

penambahan pengalaman 1 tahun akan

menyebabkan perubahan keuntungan

sebesar Rp 470.511,- Hasil pengujian

secara probabilitas tingkat signifikan

terhadap koefisien regresi modal usaha

ternyata nilai Sig. (1-tailed) = 0,020

lebih kecil dari 0,5,; hal ini dapat

dikatakan bahwa pengalaman

mempunyai pengaruh nyata dan positif

terhadap tingkat keuntungan industri

kecil gula merah , artinya tanda

koefisien regresi positif mennunjukan

bahwa perubahan keuntungan , hal ini

berarti bahwa apabila pengalaman

bertambah maka keuntungan juga

bertambah.

Pengusaha gula merah yang

ada di Desa Sambijajar Kecamatan

Ngunut Kabupaten Tulungagung

merupakan usaha yang turun

temurun ini berarti usaha

pembuatan gula merah yang sudah

dikenal sejak muda sehinggga

apabila orang tua sudah tidak kuat

untuk mengelola akan diserahkan

kepada anaknya yang sudah

ditunjuk untuk meneruskan. Hal ini

menunjukan semakin lama

seseorang bekerja berarti semakin

banyak pengalaman akan

menambah pengetahuan,

kemampuan dan ketrampilan dalam

pembuatan maupun pengelola

industri kecil gula merah , oleh

kerena itu pengalaman kerja

mempunyai hubungan positif

dengan keberhasilan seseorang

dalam meningkatkan keuntungan

dalam satu musim giling.

4) Curahan Jam Kerja

Variabel curahan jam kerja (X4)

nilai koefisien korelasi = 0,947,

berarti mempunyai hubungan yang

kuat dengan variable keuntungan

dan hubungan tersebut sangat nyata

karena nilai Sig. (1-tailed) = 0,000

yang l;ebih kecil dari 0,01. (lampiran

3).

Koefisien regresi curahan jam

kerja (X4) = 41217,23 dapat

diartikan bahwa apabila curahan

jam kerja bertambah 1 jam maka

keuntungan akan meningkat sebesar

Rp 41.217,23,- ceteris paribus.

Hasil pengujian secara probabilitas

Page 29: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

tingkat signifikan terhadap koefien

regresi modal usaha ternyata nilai

Sig.(1-tailed) = 0,042 lebih kecil dari

0,5; hal ini dapat dikatakan bahwa

curahan jam kerja mempunyai pengaruh

nyata dan positif terhadap tingkat

keuntungan industri kecil gula merah ,

Artinya tanda koefisien regresi positif

menunjukan bahwa apabila curahan jam

kerja bertambah maka keuntungan juga

akan bertambah.

Curahan jam kerja yang semakin

banyak berarti semakin banyaknya jam

kerja yang dipergunakan untuk kegiatan

pengelkolaan pembuatan gula merah

,hal ini berarti semakin banyak waktu

dalam kegiatan proses produksi gula

merah , sehingga dengan curahan jam

kerja bertambah maka keuntungan juga

akan bertambah.

Curahan jam kerja yang semakin

banyak berarti semakin banyaknya jam

kerja yang dipergunakan untuk kegiatan

pengelolaan pembuatan gula merah , hal

ini berarti semakin banyak waktu dalam

kegiatan proses produksi gula merah,

sehingga dengan curahan jam kerja yang

semakin lama bisa menghasilkan gula

yang lebih banyak dan mutu baik yang

bias dijual dengan harga yang lebih

tinggi sehingga keuntungan yang

didapat juga akan meningkat.

5.Simpulan

Dari hasil penelitian dan

analisis data variabel – variabel

yang mempengaruhi keberhasilan

industri kecil gula merah di Desa

Sumberjo Kecamatan Sanan kulon

Kabupaten Blitar maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

a. Variable modal usaha (X1) ,

tenaga kerja (x2) , pengalaman

(x3), curahan jam kerja (X4)

mempunyai hubungan kuat yang

sangat nyata / signifikan dengan

variable keberhasilan atau

tingkat keuntungan industri kecil

gula merah (Y).

b. Variabel modal usaha (X1),

tenaga kerja (X2), pengalaman

(X3), curahan jam kerja (X4)

secara bersama – sama

berpengaruh sangat nyata /

signifikan terhadap variable

keberhasilan atau tingkat

keuntungan industri kecil gula

merah (Y).

DAFTAR PUSTAKA

Achsin M, 1999, Analisa Dimensi Kualitas Layanan yang mempengaruhi

Kepuasan berdasarkan Persepsi Pasien pada Rumah sakit Muhammadiyah

Jawa Timur, Universitas Airlangga, Surabaya

Adi Koesoemo,S. 1995 ; Manajemen Rumah Sakit, Cetakan Pertama, Pustaka

Sinar Harapan, Jakarta

Page 30: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Aditama Tjandra Yoga,2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Universitas

Brawijaya, Malang.

Alma Buchari, 1998. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Kedua,

Alfabeta. Bandung.

Anonymous, 1996. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Edisi Kedua, Cetakan

Kelima, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan

Anonim,1999. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Edisi Kedua, Cetakan Kelima,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik, Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan

Anonymous,1999. “Mass Hospital Survay may be Kept on Shelf ”, Journal

Modern Helat Care, Vol 30,155; 30 September, P17, Massachsetts.

Anonymous, 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta,

Jakarta.

Anonymous,1998. Pemasaran Strategi, Alih Bahasa Lima Salim, Jilid Satu

Erlangga. Surabaya.

Anonymous,1997. Manajemen Pemasaran, Alih Bahasa Wihelmus, Jilid I, CV

Intermedia, Jakarta.

Anonymous,1999. Pemasaran Strategi, Alih Bahasa Lima Salim, Jilid Satu

Erlangga. Surabaya.

Arikunto, Suharsimi, 1991. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktis ,

Rineka Cipta. Jakarta.

Assael H, 1987. Consumer Behavior and Marketing Action. Third Edition, Kent

Publishing, Company Boston

Atha Sopoulos, Antreas, 2000. Cunstomer Satification cues to Support Market

Segmentation and Explain Behavior.

Azwar Azrul, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Cetakan Pertama, Edisi

Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta.

Azwar, Saifuding. 1986. Reliablitas dan Validitas suatu intepratasi dan

Komputasi, Liberty Yogyakarta.

Page 31: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Barry, Leonard anda Parrassuraman, 1997. Listening to The Constumer the

Consept of Seervice Quality Information system, Sloan Management Review

Spring, pp 65-76.

Bower Courtland et-al,1995; Marketing. Edisi kedua, Mac Graw hil inc. New

York. USA.

Cronin J. Josep Taylor Stefen. 1993. Measuring Service Quality, Reexamination

and Exetion ,Journal – juli, pp 55 – 68.

Cravens, David W, 1996. Pemasaran Strategi, Alih Bahasa Lima Salim, Jilid Satu

Erlangga. Surabaya.

Dharma Agus 1991. Manajemen Prestasi Kerja. CV Rajawali. Jakarta.

Dharmesta, S. Banu dan Handoko. T, 1997; Manajemen Pemasaran. Analisa

Perilaku Konsumen, Edisi Pertama ,BPFE. Yogyakarta.

Djawarto dan Subagyo 1996. Statistik Induktif, Cetakan Ketiga, BPFE.

Yogyakarta.

Engel, James F, Blauwell, Roger D Minard,1994. Perilaku Konsumen

diterjemahkan oleh Budiyanto, edisi keenam. Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta.

Engel, James F, Blauwell, Roger D Minard,1995. Perilaku Konsumen

diterjemahkan oleh Budiyanto, edisi keenam. Jilid II, Binarupa Aksara, Jakarta.

Eny Endah Pudjiastuti, 2000. Faktor Faktor yang mempengaruhi Kualitas

Pelayaan dan Kepuasan Pelanggan. Universitas Brawijaya, Malang.

Ferdinand , 2000. Struktural Equation, Modeling dalam penelitian Manajemen.

BP UNDIP, Semarang

Gasper,Vincent, 1997. Kualitas Dalam Industri jasa. PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Gatot Suprapto, 2003. Pengaruh Kualitas jasa terhadap Kepuasan Pelanggan

Universitas Brawijaya, Malang.

Gibson, Ivancevich, Donelly.1995. Organization. Terjemahan Agus Dharma dan

Savitri ; Organisasi Perilaku, Struktur dan Proses. Erlangga. Surabaya.

Gujarati, Damodar, 1997. ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zein.

Erlangga. Surabaya.

Page 32: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Kotler Philip, 1995. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi

dan pengendalian. Alih bahasa Hermawan. Salemba , Jakarta.

Kerlinger, Fred N dan Elazar J. Padahzur, 1987. Korelasi dan Analisis Regresi

berganda, Nurcahyo, Semarang.

Nazir Moh,1999. Metode Penelitian. Cetakan Ketiga, Ghalia Indonesia, Jakarta

Page 33: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS

PENENTUAN STRATEGI ATAS HUBUNGAN

FAKTOR LINGKUNGAN DAN RASIO-RASIO KEUANGAN

(Studi Analisis Penentuan Strategi PT. Selecta Kota Batu)

Oleh:

Nur Laily

Abstract

Research to attain is based strategy making for treatment PT.

Selecta with business feasibility study analysis as risk and benefit

indentification at opportunites and threats at environment but

financial ratio factor. Environment analysis support for financial

ratio such liquidation, activity, solvability, profitability ratios. This

research explain extendend effective and saved strategy making for

PT.Selecta vision and mision based environment strategy factors

analysis as make use of based strength and opportunity for threats

solving and weakness repair.

This research explain for analysis influence factor by PT.

Selecta strategy making such; inflation rate at east java, goverment

policy, competition of firm, subtition product. All factors with

combine as environment and financial ratio factor for strategy

decision making with business feasibility study analysis by PT.

Selecta. Results research with the approach of PT. Selecta explain

for three strategy plan as based as for budget and prosedurs agree

with PT. Selecta mision is market penetration, market growth and

product growth.

Keywords: Business feasibility study analysis, environment factor,

and financial ratio

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar

Page 34: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

1. Latar Belakang

Suatu negara dapat

berkembang dengan baik apabila

berbagai sektor sumber daya yang

ada dalam negara tersebut dapat

dikelola secara benar sekaligus

professional, salah satu sektor yang

mempengaruhi perkembangan suatu

negara adalah sektor perekonomian.

Pendapatan negara dari sektor

perekonomian berasal dari dua

pendapatan pajak dalam negeri

yaitu migas dan non migas, di

mana pendapatan pajak dari non

migas salah satunya berasal dari

pariwisata.

Sesuai dengan APBN

(Anggaran Pendapatan Belanja

Negara) tahun 2005 dapat diketahui

bahwa pemasukan di industri

pariwisata ini ternyata cukup

memberikan sumbangan yang

berarti bagi pemasukan dari segi

non migas. Pada APBN tahun 2002

pendapatan negara yang diperoleh

dari sektor non migas sebesar Rp

87.200 miliyar APBN tahun 2003

pendapatan negara yang diperoleh

dari non migas meningkat Rp

19.949 miliyar yaitu sebesar Rp

106.149 miliyar, di mana

sumbangan dari pariwisata sebesar Rp

39.14 miliyar.

Propinsi Jawa Timur sebagai

salah satu daerah tujuan wisata di

Indonesia, mempunyai kedudukan

yang sangat strategis dengan letaknya

yang berada di antara Propinsi Jawa

Tengah, Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Propinsi Bali

yang merupakan tiga daerah tujuan

utama wisata di Indonesia dengan

tingkat kunjungan kesempatan

tersendiri bagi perkembangan

pariwisata. Kunjungan wisatawan

mancanegara melalui pintu masuk

Juanda pada tiga bulan terakhir

tahun 2007yaitu bulan Oktober,

November, dan Desember

berturut- turut adalah 6.405, 6.898,

6.685 tamu asing sedangkan tiga awal

bulan pertama tahun 2008 yaitu

bulan Januari, Pebruari, dan

Maret berturut-turut adalah

6.177, 5.741, 6.474 tamu asing.

Propinsi Jawa Timur memiliki

banyak tempat tujuan wisata yang

tersebar di berbagai kota, seperti

Malang, Blitar, Surabaya, Madiun,

Batu, dan lain-lain. Dengan

demikian Kota Batu sebagai

salah satu kota pariwisata,

perlu mengembangkan potensi

tempat pariwisata. Tempat wisata yang

dimiliki kola Batu diantaranya

agrowisata, air terjun Cobanrondo,

pemandian air panas Cangar,

pemandian air panas Songgoriti,

wisata udara Gantole atau terbang

layang, wisata gunung atau tracking

di gunung Panderman, potensi

wisata dari pasar buah, pemandian

Selecta dan sebagainya.

Dengan adanya Undang-

undang No. 25 Tahun 1999 tentang

otonomi daerah, di mana Kota Batu

mendapat kesempatan yang lebih

untuk memprioritaskan

pembangunan-pembangunan

infrastruktur guna

Page 35: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

mengembangkan potensi daerah,

termasuk potensi pariwisata yang

menjadi andalan utama kota Batu

dalam penerimaan Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Untuk

menambah ketertarikan atau daya

tarik wisatawan domestik atau

mancanegara sekaligus untuk

mengembangkan potensi

pariwisata, diperlukan

pengembangan infrastruktur dan

kemudahan pemberian layanan

birokrasi seperti memberikan

kemudahan izin pendirian usaha,

pembangunan jembatan, perbaikan

taman kota, pembangnan layanan

publik, dan lain-lain. Hal tersebut

dapat menjadi suatu bahan

pertimbangan pembuatan

kebijakan bagi pengusaha-

pengusaha dalam berinvestasi

guna mengembangkan usaha

pariwisata.

Selecta merupakan salah satu

tujuan wisata yang berada di

kawasan kota Batu tepatnya di

Tulungrejo-Bumiaji Kota Batu.

Tantangan utama yang harus

dihadapi PT. Selecta adalah bagaimana

perusahaan dapat survive ditengah

persaingan usaha yang semakin

ketat, mengingat Kota Batu

merupakan daerah yang

berpotensi sebagai daerah

pariwisata. Dengan demikian

memenangkan persaingan yang

sehat sangat di perlukan. Untuk

mengelola karakteristik tempat

wisata secara optimal dan

menghadapi lingkungan (situasi)

yang cenderung berubah, manajer

Selecta memerlukan perumusan

strategi yang secara efektif akan

dapat digunakan untuk mengatasi

masalah yang sedang dihadapi

perusahaan.

2. Perumusan Masalah

Telah diuraikan pada latar

belakang bahwa untuk mengelola

karakteristik tempat wisata seoptimal

mungkin, serta menghadapi

lingkungan yang cenderung berubah

maka diperlukan suatu strategi,

maka dalam penelitian ini

perumusan masalah yang akan dikaji

adalah faktor-faktor apakah yang

mempengaruhi strategi PT. Selecta

Batu atas faktor-faktor lingkungan

yang dianalisis meliputi lingkungan

eksternal dan internal perusahaan

3. LandasanTeori

Pengertian Strategi

lstilah strategi banyak

digunakan dalam bisnis. Dimana

strategi diawali dengan konsep

bagaimana menggunakan sumber-

sumber perusahaan secara efektif

didalam lingkungan yang selalu

berubahh. Strategi berasal dari

bahasa Yunani "Strattegos" yang

artinya jeneral. Kata ini mengacu

bahwa yang menjadi perhatian

utama adalah manajemen puncak.

Sedangkan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah rencana

yang cermat mengenai kegiatan

untuk mencapai sasaran khusus.

Page 36: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Pengertian strategi ada

beberapa macam sebagaimana

dikemukakan oleh para ahli

dalam buku karya masing-

masing. Menurut Mulyadi dan

Setyawan (2001:496) sasaran

strategik ini berupa pertanyaan

kualitatif yang melukiskan

kondisi yang akan diwujudkan di

masa depan. Menurut Jauch dan

Gleueck dalam Wheelen dan

Hunger (2004: 12), bahwa strategi

adalah rencana yang disatukan,

menyeluruh dan terpadu yang

mengkaitkan keunggulan strategi

perusahaan dengan tantangan

lingkungan dan yang dirancang

untuk memastikan bahwa tujuan

utama perusahaan dapat dicapai

melalui pelaksanaan yang tepat oleh

perusahaan. Menurut Griffin

(2002;226) strategi adalah rencana

yang komprehensif untuk mencapai

tujuan organisasi.

Berdasarkan pengertian

strategi tersebut di atas, maka

pengertian strategi dapat diartikan

sebagai serangkain keputusan dan

tindakan manajerial yang

berisikan satuan rencana yang

komprehensif dan terpadu untuk

mencapai sasaran dan tujuan

perusahaan.

Hirarki Strategi

Sebagian besar bisnis di

masa sekarang mengembangkan

strategi pada dua tingkat yang

berbeda. Menurut Griffin

(2002;227) ada dua tingkat jenis

alternatif strategi yang pertama

yaitu strategi tingkat bisnis

(business-level strategy) adalah

serangkaian strategi alternative

yang dipilih organisasi pada saat

organisasi tersebut berbisnis

dalam suatu industri atau pasar

tertentu. Strategi ini membentuk

organisasi untuk memfokuskan

usaha persaingannya dalam setiap

industri atau pasar pada suatu

target. Jenis alternative strategi

yang kedua adalah strategi

tingkat korporasi. (corporate-

level strategy) adalah serangkaian

alternative strategi yang dipilih

organisasi pada saat organisasi

mengelola operasinya secara

simultan dibeberapa industri atau

beberapa pasar.

Lebih lanjut Wheelen dan

Hunger (2004;16) menjelaskan

hirarki atau (jenjang)

pengambilan keputusan dalam

suatu perusahaan biasanya terdiri

dari 3 (tiga) jenjang hirarki: Pada

puncak hirarki terletak tingkat

korporasi (perusahaan) yaitu suatu

urusan yang merupakan sebuah

kumpulan bisnis yang secara

relatif independen, yang kadang-

kadang disebut Unit Bisnis Strategi

atau Strategi Business Unit (SBU).

Strategi korporasi pada dasarnya

berkaitan dengan logika atau

rasionalitas yang terdapat pada

korporasi. Yang termasuk dalam

tingkat korporasi ini adalah

dewan direksi (board of

directors) dan eksekutif kepala

Page 37: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

(chief executive) serta pejabat

administrasi (administrative officer).

Pengertian Manajemen Strategi

Seiring dengan perkembangan

jaman dan kompleksnya permasalahan

yang dihadapi perusahaan-perusahaan,

para ahli dan manajer memberikan

berbagai definisi manajemen strategi

yang berbeda namun memiliki makna

atau maksud yang sama. Perbedaan

definisi manajemen strategi

disebabkan karena para ahli dan

manajer meninjau manajemen strategi

didasarkan pada latar belakang,

pengalaman, kondisi yang dihadapi

pada saat itu. Menurut Griffin

(2002;226) manajemen strategi adalah

proses manajemen yang

komprehensif dan berkelanjutan

yang ditujukan untuk

memformulasikan dan

mengimplementasikan stretegi

yang efektif, hal ini merupakan

sebuah cara untuk menanggapi

peluang dan tantangan bisnis.

Pernyataan tersebut serupa

dengan definisi manajemen strategi

yang diungkapkan oleh Suwarsono

(1996;6) bahwa manajemen strategi

adalah usaha manajerial menumbuh

kembangkan kekuatan perusahaan

untuk mengeksploitasi peluang

bisnis yang muncul guna mencapai

tujuan perusahaan yang telah

ditetapkan sesuai dengan misi

yang telah ditentukan. Implikasi dari

pengertian tesebut adalah perusahaan

berusaha menimalisir kelemahan atau

berusaha mengurangi dampak

negative yang ditimbulkan oleh

ancaman bisnis.

Menurut Jatmiko (2004;5)

manajemen strategi adalah

sejumlah keputusan dan tindakan

yang mengarah pada penyusunan

suatu strategi atau sejumlah

strategi yang efektif untuk

membantu mencapai sasaran

perusahaan. Sedangkan Wahyudi

(1996;15) menyatakan manajemen

strategi adalah suatu seni dan ilmu dari

pembuatan (formulating), penerapan

(implementing), dan evaluasi

(evaluating) keputusan-keputusan

strategis antar fungsi-fungsi yang

memungkinkan sebuah organisasi

mencapai tujuan-tujuan masa datang.

Dan berbagai definisi

manajemen strategi yang

diungkapkan oleh beberapa ahli

penulis dapat menyimpulkan

bahwa manajemen strategi adalah

suatu teknik nanajerial

pengambilan keputusan strategis

dalam mengembangkan potensi

perusahaan untuk membantu mencapai

sasaran perusahaan.

Manfaat Manajemen

Strategi

Manajemen strategi sebagai

suatu kerangka kerja untuk

menyelesaikan setiap masalah strategis

di dalam perusahaan terutama yang

berkaitan dengan persaingan,

diharapkan dapat memberikan

kemajuan yang berarti bagi

perusahaan dalam mencapai

tujuannya. Ada beberapa manfaat yang

Page 38: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

diperoleh organisasi jika mereka

menerapkan manajemen strategi,

menurut Wahyudi (1996;19) manfaat

manajemen strategi yaitu:

1. Memberikan arah jangka panjang

yang akan dituju.

2. Membantu organisasi beradaptasi

pada perubahan-perubahan yang

terjadi.

3. Membuat suatu organisasi menjadi

efektif.

4. Mengidentifikasikan keunggulan

komparatif suatu organisasi dalam

lingkungan yang semakin

beresiko.

5. Aktivitas pembuatan strategi akan

mempertinggi kemampuan

perusahaan untuk mencegah

munculnya masalah dimasa

yang akan datang.

6. Keterlibatan karyawan dalam

pembuatan strategi akan lebih

memotivasi mereka pada tahap

pelaksanaannya.

7. Aktivitas yang tumpang tindih

dapat berkurang.

8. Keengganan untuk berubah dari

karyawan lama dapat berkurang.

Manfaat manajemen strategi

menurut Suwarsono (1996;17) adalah

sebagai sarana mengkomunikasikan

tujuan perusahaan dan jalan yang

hendak ditempuh untuk mencapai

tujuan tersebut kepada pemilik,

eksekutif, karyawan, dan pihak-pihak

lain yang berkepentingan. Dengan

demikian berbagai pihak tersebut,

khususnya yang memiliki kepentingan

langsung dapat lebih memahami

tantangan dan peluang bisnis yang

dihadapi.

Manfaat lain manajemen

strategi menurut Wheelen dan Hunger

(2004;18) ada dua yaitu keuangan

dan non keuangan. Manfaat

keuangan yang dicapai dengan

adanya manajemen strategi

adalah mendatangkan laba.

Perusahaan dengan sistem

manajemen strategi menunjukkan

prestasi keuangan jangka panjang

lebih baik daripada yang tidak

menggunakan, hal ini disebabkan

karena perusahaan dapat meramalkan

kemungkinan yang akan terjadi

dikemudian hari sehingga dapat

mengantisipasi kemungkinan-

kemungkinan buruk yang akan

terjadi sejak dini. Dengan demikian

perusahaan dapat terhindar dari

hancurnya keuangan. Manfaat

nonkeuangan dari manajemen strategi

adalah meningkatnya kesadaran

ancaman eksternal, pemahaman

yang baik mengenai strategi

pesaing, meningkatnya

produktivitas karyawan,

berkurangnya penolakan terhadap

perubahan, dan pemahaman yang

lebih jelas mengenai hubungan

prestasi-penghargaan.

Misi dan Visi

Para pendiri ataupun

pemimpin perusahaan mempunyai

suatu tujuan jangka panjang yang

akan dituju oleh perusahaannya.

Tujuan tersebut merupakan suatu

impian/keadaan dimasa akan

datang yang dicita-citakan oleh

Page 39: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

seluruh personil organisasi (dari

jenjang Dewan Komisaris hingga

pesuruh) untuk dicapai dengan

melakukan aktivitas bisnis. Cita-

cita di masa depart yang ada

dipemikiran para pendiri inilah yang

disebut visi dari sebuah perusahaan,

Wahyudi (1996;38).

Berdasarkan hal tersebut visi

memiliki tujuan yang sifatnya

cenderung pada masa depan. Setiap

perusahaan memiliki visi yang

berbeda-beda. Visi yang sudah

ditetapkan akan menjadi identitas

sebuah perusahaan yang membedakan

perusahaan satu dengan lainnya.

Visi yang telah ada akan sulit

dimengerti oleh pihak-pihak yang ada

dalam perusahaan, karena sifatnya

yang terlalu tinggi seolah-olah tidak

mungkin tercapai. Agar visi yang

sudah ada dapat tercapai harus

diimplentasikan. Implementasi dari visi

biasa disebut dengan misi. Menurut

Jatmiko (2003;86) mengemukakan

bahwa misi merupakan kerangka dasar

dalam menentukan arah organisasi dan

pengambilan keputusan-keputusan

manajemen di masa mendatang.

Definisi tersebut serupa dengan

pernyataan yang dikemukakan David

(2002;9) pernyataan misi adalah

pernyataan jangka panjang mengenai

tujuan yang membedakan sebuah

bisnis dari perusahaan lain yang

serupa. Pernyataan misi menjawab

pertanyaan mendasar yang dihadapi

yaitu apa sebenarnya bisnis kita?.

Menurut Suwarsono

(1996;170) misi perusahaan memiliki

tiga komponen pokok yaitu:

1. Spesifikasi kebutuhan

konsumen yang hendak dipuaskan

oleh perusahaan yang dalam

bentuk riilnya berupa barang dan

atau jasa yang dihasilkan

perusahaan.

2. Spesifikasi segmen pasar yang

dituju sebagai kelompok sasaran

dan wilayah pemasaran yang

hendak dijangkau

3. Spesifikasi teknologi dan fungsi

manajerial yang dipergunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumen yang

telah dipilih.

Analisis Rasio

Menurut Rangkuti (2003;64)

menyatakan analisis rasio kcuangan

merupakan teknik untuk

mempengaruhi secara cepat

kinerja keuangan perusahaan.

Kinerja keuangan perusahaan

bersumber pada laporan keuangan.

Dengan menggabungkan laporan

keuangan yang terdiri dari neraca,

laba-rugi, perubahan modal, dan arus

kas rasiorasio sebagai sebagai alat

untuk mengukur kinerja perusahaan

secara finansial dapat dilakuakan. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan

yang diungkapkan Hanafi dan Halim

(2000;75) bahwa rasio-rasio keuangan

pada dasarnya disusun dengan

menggabung-gabungkan angka-

angka di dalam atau antara laporan

laba rugi dan neraca.

Tujuan melakukan analisis

rasio keungan menurut Rangkuti

(2003;69) ada dua tujuan:

Page 40: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

a. Mengevaluasi situasi yang

terjadi sat ini.

b. Memprediksi keuangan masa

yang akan datang.

Rasio-rasio keuangan yang

digunakan untuk menilai kinerja

perusahaan dalam pelitian ini adalah

sebagai berikut:

Rasio Likuiditas

Menurut Hanafi dan Halim

(2000;77) rasio likuiditas mengukur

kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban jangka

pendek perusahaan dengan melihat

aktiva lancer perusahaan relative

terhadap hutang lancarnya (hutang

dalam hal ini merupakan kewajiban

perusahaan). Dua rasio likuiditas

jangka pendek yang sering digunakan

adalah sebagai berikut:

a. Rasio Lancar

Rasio lancar mengukur kemampuan

perusahaan memenuhi hutang jangka

pendeknya dengan menggunakan

aktiva lancarnya.

Aktiva Lancar

Rasio Lancar =

Hutang Lancar

b. Rasio Quick

Rasio quick adalah rasio

antara harta lancar (current

assets) dikurang persediaan

(invenloiy) dibagi dengan hutang

lancar (current liability).

Aktiva Lancar – Persediaan

Rasio Quick =

Hutang Lancar

Rasio Aktivitas

Menurut Hanafi dan Halim

(2000;78) rasio ini melihat pada

beberapa asset kemudian

menentukan berapa tingkat aktivitas

aktiva-aktiva tersebut pada tingkat

kegiatan tertentu. Aktivitas yang

rendah pada tingkat penjualan tertentu

akan mengakibatkan semakin

besarnya dana kelebihan yang

tertanam pada aktiva- aktiva tersebut.

Rasio aktivitas yang digunakan dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

a. Rata-rata Umur Piutang

Rata-rata umur piutang melihat

berapa lama yang diperlukan untuk

melunasi piutang (merubah piutang

menjadi kas). Semakin lama rata-

rata piutang berarti semakin besar

dana yang tertanam pada piutang.

Piutang

Rata-rata Umur Piutang =

Penjualan / 360

b. Perputaran Persediaan

Perputaran piutang yang tinggi

menandakan semakin tingginya

persediaan berputar dalam satu

tahun dan ini menandakan

efektivitas manajemen persediaan.

Harga Pokok Persediaan

Perputaran persediaan =

Persediaan

Page 41: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

c. Perputaran Total Aktiva

Rasio ini menghitung

efektivitas penggunaan total aktiva.

Rasio yang tinggi biasanya

menunjukkan manajemen yang baik,

sebaliknya rasio yang rendah harus

mernbuat manajemen

mengevaluasi strategi,

pemasarannya, dan pengeluaran

modalnya (investasi).

Penjualan

Perputaran Total aktiva =

Total aktiva

4. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di

PT. Selecta yang berlokasi di Desa

Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota

Batu. Jenis penelitian ini adalah studi

kasus dengan menggunakan metode

penelitian deskriptif. Azwar (2001;6)

menyatakan penelitian deskriptif.

melakukan analisis hanya sampai

pada taraf deskripsi, yaitu

menganalisis dan menyajikan fakta

secara sistematik sehingga dapat lebih

mudah untuk difahami dan

disimpulkan. Tujuan penelitian

deskriptif adalah untuk membuat

deskripsi, gambaran, atau lukisan

secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta

hubungan antar fenomena yang

diselidiki.

Sehubungan dengan tujuan

penelitian yang ingin dicapai,

maka penulis berusaha menyajikan

data-data perusahaan yang

berkaitan dengan perumusan

strategi, Adapun langkah-langkah

perumusan strategi yaitu perusahaan

dapat menentukan strategi yang efektif

dan aman memanfaatkan kesempatan

yang berlandaskan kekuatan dan peluang

yang ada, mengatasi ancaman yang

datang dari luar, serta memperbaiki

kelemahan yang ada.

5. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Misi dan Visi Perusahaan

Misi adalah suatu pernyataan

umum dan pribadi tentang maksud

organisasi, misi suatu organisasi

adalah maksud khas (unik) dan

mendasar yang membedakan

organisasi dengan organisasi lainnya.

Misi ini merupakan pernyataan atau

rumusan umum mencakup filosofi

bisnis yang dijalankan, mensiratkan

citra yang ingin disampaikan dan

mengindentifikasikan bidang produk

yang akan dipenuhi oleh perusahaan

serta kebutuhan utama pelanggan yang

akan dipenuhi.

PT. Selecta berkecimpung

dalam bisnis jasa pariwisata

meliputi taman rekreasi, perhotelan,

restoran dan perkebunan. Sebagai

cikal bakal obyek wisata di Kota Batu,

PT Selecta memiliki misi yaitu

bertekad untuk terus meningkatkan

pembangunan sarana pelayanan yang

bermutu, ramah lingkungan serta

memberi manfaat bagi

perkembangan dunia pariwisata

Page 42: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

khususnya di Kota Batu serta

jadikan sarana peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Analisis Data

Perubahan kondisi lingkungan

eksternal sangat berpengaruh terhadap

kinerja setiap perusahaan. PT.

Selecta yang bergerak dalam bidang

jasa pariwisata dituntut untuk

mampu beradaptasi dengan segala

perubahan lingkungan, karena hal

tersebut merupakan salah satu cara

untuk mencapai tujuan perusahaan.

Atas dasar kebutuhan inilah

dibutuhkan suatu analisis lingkungan

untuk dapat mengidentifikasi berbagai

peluang dan ancaman yang ada di

lingkungan eksternal. Adapun faktor

yang berpengaruh untuk analisis

adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Inflasi Jawa Timur

Inflasi merupakan

kecenderungan harga-harga

barang dan jasa termasuk faktor-

faktor produksi, diukur dengan satuan

mata uang yang semakin menaik

secara umum dan terus menerus.

Berdasarkan evaluasi

perkembangan Inflasi Jawa Timur

(Bank Indonesia Surabaya 2006;19)

inflasi pada akhir triwulan-I 2008

tercatat sebesar 2,14% menurun

signifikan dibandingkan dengan

inflasi pada akhir triwulan IV-

2005 yang tercatat sebesar

8,41%. Kelompok komoditi yang

mengalami inflasi tertinggi yaitu

kelompok bahan makanan yang

tercatat sebesar 5,11% sedangkan

kelompok komoditi yang

mengalami inflasi terendah

yaitu kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa yang tercatat

sebesar 0,03%. Berdasarkan

sumbangnnya inflasi terbesar

yaitu sebesar 1.12% diikuti

kelompok makanan jadi,

minuman dan tcmbakau, dan

kelompok perumahan, air, listrik

dan gas masing-masing sebesar

0,43% dan 0,41%. Peningkatan

pada kelompok bahan makanan

terutama disumbangkan oleh

kenaikan harga cabe rawit, tomat

buah dan labu siam.

Dengan demikian sumber

inflasi di Jawa Timur berasal dari

bahan makanan,minuman, air, dan

listrik yang masih dimonopoli oleh

pemerintah. Jika kondisi ini masih

tetap berlangsung, dikhawatirkan

perusahaan tidak dapat memenuhi

kebutuhannya seperti pemenuhan

kebutuhan restoran (bahan

makanan dan minuman), listrik ,

air, dan telepon. Hal ini merupakan

ancaman bagi perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis

prospek ekonomi dan harga Jawa

Timur (Bank Indonesia Surabaya

2008;61), dari sisi sektoral dua

sektor dominan dalam

perkembangan Jawa Timur yaitu

sektor industri pengolahan dan

sektor perdagangan masih lambat.

Perlambatan pada sektor tersebut

sudah terjadi sejak triwulan III-

2007. Pertumbuhan yang relatif

baik berasal dari sektor pertanian

Page 43: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

yang beberapa triwulan terakhir

menunjukkan kinerja yang

membaik. Hal ini juga didukung

oleh membaiknya sektor keuangan,

persewaan dan jasa seiring dengan

menurunnya suku bunga

sehingga akan meningkatkan

kinerja subsektor perbankan.

Dari sisi pengeluaran,

pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

pada triwulan II-2007 disorong

oleh konsumsi seiring dengan

mulai membaiknya daya beli

masyarakat. Investasi Jawa Timur

diperkirakan akan mengalami

peningkatkan sehubungan dengan

adanya ketentuan pemerintah yang

memudahkan para investor dalam

berinvestasi.

2. Kebijakan Pemerintah

Diluncurkannya UU No 22

Tahun 1999 tentang Pemerintah

Daerah, dimulailah suatu bentuk

baru pengadaan pelayanan publik.

Pemerintah Daerah mendapatkan

lebih banyak wewenang dalam

pengelolaan daerahnya, sehingga

diharapkan terjadi peningkatan

kualitas pelayanan publik. Dengan

bertambahnya kewenangan di

daerah dan kedekatan dengan

pemakai, maka diharapkan pula

adanya penyelarasan yang lebih

baik antara kebutuhan publik

dan pelayanannya. Untuk

mendukung pelaksanaan

Pemerintah Daerah tersebut maka

diterbitkanlah UU No. 25 Tahun

1999 mengenai Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah

Pusat Dan Daerah. Sirkulasi uang

yang tidak lagi terpusat akan

membuka peluang atau potensi

baru yang lebih luas bagi industri

manufaktur maupun jasa termasuk

pariwisata.

Penerapan Undang-undang

Tahun 2000 tentang pariwisata

sebagai revisi UU No. 9/1990.

Undang-undang tersebut

dimaksudkan untuk mengantisipasi

kebutuhan yang pesat dan dapat

menyesuaikan dengar kebutuhan

perspektif dari industri pariwisata.

UU No. 22 Tahun 1999

tentang Otonomi Daerah dan UU

No.9 Tahun 1990 tentang

Kepariwisataan merupakan suatu

peluang bagi perusahaan.

Dengan adanya undang-undang

tersebut dapat mengantisipasi

kebutuhan yang berkembang pesat

dan menyesuaikan dengan

kebutuhan perspektif dari industri

pariwisata, serta keleluasaan untuk

mengembangkan potensi usaha

semakin luas mengingat Kota Batu

yang baru saja lepas dari Pemerintah

Malang.

Dengan adanya peluang

tersebut, diharapkan perusahaan

dapat memanfaatkan potensi yang

ada dan melakukan join venture

atau bekerja sama dengan pemerintah

dan pihak yang terkait.

3. Persaingan Antar Perusahaan

Persaingan di dalam industri

pariwisata ini sangat ketat. Pada

Page 44: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

umumnya masing-masing

perusahaan mengandalkan

sepenuhnya pada differensiasi

produk melalui penekanan

penambahan fasilitas dan pelayanan.

Berikut adalah tabel yang

menyajikan perbandingan antar

perusahaan pariwisata yang ada

dikawasan Kota Batu. Kemungkinan

yang menjadi ancaman bagi PT.

Selecta adalah Jatim Park, Victory,

Agrowisata, Klub Bunga.

Pesaing yang menawarkan

berbagai fasilitas seperti Jawa

Timur Park, Purnama dan Victory,

merupakan ancaman bagi Selecta

karena semakin banyak tempat

wisata yang menawarkan berbagai

fasilitas yang berbeda. Keunggulan

mereka menjaring konsumen berada

pada pasar yang produktif dan

keunggulan dalam fasilitas yang

sedikit banyak akan membuat

pelanggan berpaling.

Mengingat pesaing PT.

Selecta yang banyak dan

memiliki keunggulan masing-

masing, PT. Selecta diharapkan dapat

lebih kreatif dan inovatif dalam

mengoptimalkan sumber daya yang

dimiliki.

4. Produk Subtitusi

Produk subtitusi pada usaha

dibidang tempat hiburan cukup

tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan

semakin maraknya usaha-usaha

hiburan seperti Ramayana, Mitra,

Matahari Time Zone, Plasa, dan

lain-1ain

Meningkatnya usaha

hiburan seperti Ramayana,

Mitra, Matahari Time zone,

Plasa, dan lain-lain membuat

minimnya keinginan masyarakat

akan tempat rekreasi yang

bernuansa alam. Apabila hal ini

terus menerus meningkat

dikwatirkan pendapatan perusahaan

akan menurun. Produk subtitusi

bagi Selecta merupakan salah satu

ancaman.

Untuk menghindari hal tersebut

di atas, diharapkan perusahaan dapat

menarik perhatian masyarakat akan

keindahan alam. Salah satu cara

untuk menarik masyarakat dengan

menurunkan harga atau memberi

diskon, serta menggencarkan promosi.

5. Faktor Keuangan

Perubahan rasio lancar (CR)

tahun 2007 sebesar -0,82% ini

menunjukkan bahwa rasio lancar

tahun 2006 ke tahun 2007

mengalami penurunan sebesar 0,82%.

Pada rasio lancar di atas dapat

diketahui bahwa pada tahun 2008

mengalami peningkatan dan tahun

2006 hingga 2007 rasio ini

mengalami penurunan kembali, hal

ini berarti bahwa kemampuan

perusahaan dalam memenuhi

kewajiban lancarnya masih belum

produkti.

Rasio tetap pada tahun 2007

sebesar 52 % berarti pada setiap Rp. l.

hutang lancar dijamin dengan 0,52

aktiva lancar di luar persediaan.

Perubahan rasio tetap (QR) tahun 2002

Page 45: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

sebesar -0,52% ini menunjukkan

bahwa rasio tetap tahun 2006 ke tahun

2007 mengalami penurunan sebesar

0,52%. Pada tabel rasio tetap di

atas dapat diketahui bahwa pada

tahun 2008 mengalami peningkatan

dan tahun 2006 hingga 2007 rasio ini

mengalami penurunan kembali, hal ini

berarti bahwa kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban lancarnya

rnasih belum produktif.

Rasio total hutang terhadap

total aset tahun 2006 sampai 2008

terhadap total aset pada tahun 2006

sebesar 12% berarti pada setiap Rp. 1

aktiva dibiayai Rp. 0,12 hutang.

Perubahan rasio total hutang terhadap

total aset tahun 2008 sebesar -

0,12% ini menunjukkan bahwa

rasio tetap tahun 2007 ke tahun

2008 mengalami penurunan sebesar

0,12%. Pada tabel total hutang

terhadap total aset di atas dapat

diketahui bahwa tahun 2006 dan

2007 nilai rasio ini semakin

meningkat. Kondisi menunjukan

bahwa aktiva yang dibiayai dari

hutang semakin besar, atau dengan

kata lain perusahaan menanggung

hutang lebih banyak.

Perubahan rasio rata-rata umur

piutang tahun 2007 ke tahun 2008

mengalami penurunan sebesar 0,41.

Pada tabel rasio rata-rata umur

piutang, terlihat pada tahun terakhir

yaitu 2006mengalami penurunan

drastis, hal ini mungkin disebabkan

kebijakan piutang yang diterapkan

perusahaan terlalu ketat sehingga dapat

menurunkan penjualan.

Rasio Perputaran persediaan

pada tahun 2007 sebesar 12,6x ini

berarti rata-rata pembelian dan

penjualan barang atau jasa per tahun

adalah lebih dari 12,6 kali.

Perubahan rasio perputaran persediaan

tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami

penurunan yang sangat rendah yaitu

sebesar 0,01 kali atau dengan kata

lain relative tetap atau stabil. Pada

tabel perputaran persediaan di atas

dapat diketahui bahwa pada tahun

2006 dan 2007 rasio ini juga masih

dalam keadaan yang stabil, namun

pada tahun 2008 mengalami

kenaikan. Hal ini berarti bahwa

perusahaan beroperasi (pembelian,

penerimaan, penyimpanan, penjualan)

secara efektif.

Rasio perputaran aktiva tetap

pada tahun 2008 sebesar 1,28x ini

berarti kemampuan perusahaan

menghasilkan penjualan berdasarkan

aktiva tetap sebesar 1,28 kali.

Perubahan rasio perputaran aktiva

tetap tahun 2007 ke tahun 2008

mengalami penurunan yaitu sebesar

0,12 kali. Pada tabel perputaran aktiva

tetap di atas dapat diketahui bahwa

pada tahun 2008 mengalami

peningkatan dan 2006 dan 2007

mengalami kenaikan. Hal ini berarti

bahwa perusahaan menggunakan

aktiva tetap dengan baik atau efektif.

Rasio perputaran total aktiva

pada tahun 2008 sebesar 1,16x ini

berarti kemampuan perusahaan

menghasilkan penjualan berdasarkan

total aktiva sebesar 1,16 kali.

Perubahan rasio perputaran total

Page 46: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

aktiva tahun 2007 ke tahun 2008

mengalami penurunan yaitu

sebesar 0,16 kali. Pada tabel

perputaran total aktiva di atas dapat

diketahui bahwa pada tahun 2006 dan

2007 mengalami penurunan dan tahun

2008 mengalami kenaikan kembali.

Hal ini berarti bahwa perusahaan

menggunakan aktiva tetap dengan baik

atau efektif.

Profit Margin tahun 2008

sebesar 9 % ini berarti bahwa setiap

Rp. 1 penjualan yang dilakukan

memperoleh laba sebesar 0,9.

Perubahan profit margin tahun 2007

ke tahun 2008 sebesar 0% ini

menunjukkan profit margin tidak

ada peningkatan atau penurunan

dengan kata lain tetap. Pada tabel

profit margin di atas dapat diketahui

bahwa tahun 2006 rasio ini mengalami

penurunan, penurunan kembali tejadi

tahun 2007. Pada tahun 2007

sampai 2008 kondisi rasio ini tetap.

Hal ini berarti bahwa perusahaan

dalam mengendalikan biaya dan

pengeluaran yang berhubungan

dengan penjualan belum optimal

sehingga laba yang diperoleh relatif

kecil.

Berdasarkan kondisi

tersebut di atas, diharapkan

perusahaan merencanakan dengan

matang dalam setiap pengambilan

keputusan terutama keputusan yang

berhubungan dengan financial

perusahaan.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan

dan menjawab dari rumusan masalah,

maka dapat disimpulkan yaitu bahwa

pengaruh lingkungan usaha PT.

Selecta yaitu dengan memiliki fasilitas

yang memadai (hotel, taman rekreasi,

restoran, dan kebun) dan harga yang

ditawarkan Selecta terjangkau dan

bersaing, kondisi geografis Selecta yang

startegis dan menguntungkan, serta

Selecta memiliki pengalaman kerja

yang cukup lama.

Dengan perumusan strategi

agresif tersebut, ada beberapa hal lain

yang perlu diperhatikan oleh PT.

Selecta yaitu memperluas kerjasama

dengan Perguruan Tinggi dan

instansi terkait (Dinas Pariwisata)

untuk memberikan pelatihan atau

basic mining kepada karyawan guna

memelihara kualitas dart pelayanan

terhadap pengunjung.

Selanjutnya konsistensi dalam

pengembangan penambahan fasilitas

yang berbeda dari pesaing dengan

memanfaatkan lahan yang masih

kosong, dan menanrbah fasilitas

mainan anak-anak mengingat

sebagian besar pengunjung taman

rekreasi adalah anak-anak. Lebih

lanjut lagi dengan menetapkan

strategi harga, artinya

memberikan harga khusus untuk

kolam renang air panas,

penyeweaan perahu kano,

penyewaan born bom car yang

merupakan mainan anak.

Untuk memantapkan strategi

PT. Selecta diharapkan akan lebih

berusaha memberikan pelayanan

yang memuaskan pengunjung atau

Page 47: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

konsumen. Seperti menerapkan

motto "Dengan Senyum Kami

Menyambut Kedatangan Anda", dan

promosi melalui media masa,

diharapkan Selecta dapat

mengembangkan promosi dengan

cara dari mulut ke mulut Dengan

memberikan kepuasan bagi

pengunjung Selecta, diharapkan

pengunjung tersebut dapat menarik

pengunjung lain yang bukan

pengunjung Selecta untuk menjadi

pengunjung Selecta. Sehingga

jumlah pengunjung akan bertambah

semakin banyak.

Daftar Pustaka

Amirullah. Sri Budi. 2002. Manajemen Strategik. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

David, Fred R. 2002. Manajemen Strategis Konsep. Versi Bahasa Indonesia.

Jakarta. Prenhallindo.

Griffin, Ricky W. 2002. Manajemen. Houghthon Mifflin Company. Diterjemahkan

Oleh Gina Gania. 2004. Jakarta. Erlangga.

Hanafi, Mahmud. Abdul Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta.

UPP AMP YKPN.

Jauch, Lawrence. William Glueck. Manajemen Strategis Dan Kebijakan

Perusahaan. Alih Bahasa Drs. Murad. Henry Sitanggang. Jakarta.

Erlangga.

Mulyadi. Johny Setyawan. 2001. Sistem Perencanaan Dan Pengendalian

Manajemen. Jakarta. Salemba Empat.

Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum. Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

Poerwanti, Endang. 2000. Dimensi-dimensi Riset Ilmiah. Malang. Umm

Press.

Rangkuty, Freddy. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasuc Bisnis. Jakarta.

Pustaka Utama.

Rofik. 2005. Strategi Pemasaran Pada Taman Belajar dan Rekreasi Jawa Timur

Park. Skripsi. Malang. Tidak Dipublikasikan.

Wheelen, T.L., and J.D. Hunger. 2004. Strategic Management and Business

Policy, Ninth Edition. Pearson Education, Inc.

Page 48: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

ANALISIS PELAKSANAAN STABLE GROWTH STRATEGY

MELALUI STRATEGI SWOT DALAM PENGEMBANGAN

BANK SYARIAH DI INDONESIA

Oleh:

Whedy Prasetyo

Kais Sugiono

Abstract

This research is deskriptif non hipotesis with kualitatif deskriptif

analysis capability syariah banking for potensial changes good

performance with Stable Growth Strategy by SWOT strategy

(Strenghts, Weaknesses, Opportunities, and Threats). Strategy

for decision making but role growth and longer syariah

banking at Indonesia in activites with opportunity capability.

Decision making is policy based in growth strategy condition

and policy to with strategy as called Stable Growth Strategy.

This research is explain for Stable Growth Strategy with

SWOT for internal and eksternal analysis factor in efforts growth

syariah banking by Internal Factor Analysis Summary (IFAS) and

Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS).

Keywords: Syariah banking, Stable Growth Strategy , SWOT

strategy, Internal Factor Analysis Summary (IFAS),

and Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS).

Dosen Jurusan Akuntansi Universitas Jember Alumni Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UIB

Page 49: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

1. Latar Belakang

Sejak paket deregulasi

perbankan Indonesia pada Oktober

1988 yang ditandai dengan

mempermudah pendirian bank dan

perluasan jaringan kantor bank,

masih dirasakan bahwa sebagian

masyarakat Indonesia belum

bersedia untuk penyimpan dana

atau berhubungan dengan

perbankan.

Berdasarkan hal tersebut di

atas, dalam perubahan Undang-

Undang perbankan No. 14 Tahun

1967 menjadi Undang-Undang No.

7 Tahun 1992, diperkenalkan

pendirian bank atas dasar bagi

hasil, maka berdirilah Bank

Muamalat Indonesia (BMI), namun

sampai dengan akhir tahun 1998

perkembangan bank atas dasar bagi

hasil tersebut belum

menggembirakan baik dari segi

penghimpunan dana maupun

pembiayaannya. Hal ini

disebabkan karena pengaturan

bank syariah yang tercantum dalam

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992

dan Peraturan Pemerintah No. 72

Tahun 1992 terlihat kurang tegas,

sempit dan tidak rinci. Dalam

Undang-Undang Dan Peraturan

Pemerintah tersebut kata " bank

syariah " belum disebut secara tegas,

yang ada adalah " bank pembiayaan

dengan prinsip bagi hasil " (pasal 6

butir m, pasal 13 butir c), maka pada

tahun 1998 Undang-Undang No. 7

Tahun 1992 disempurnakan dengan

memberikan kemudahan kepada

bank konvensional mempunyai unit

usaha atas dasar prinsip syariah

dalam bentuk pendirian baru,

pembukaan kantor cabang syariah

atau konversi kantor cabang

konvensional menjadi kantor

cabang syariah, sesuai Undang-

Undang No. 10 Tahun 1998.

Dengan dikeluarkannya Undang-

Undang No 10 Tahun 1998, pada

bulan Nopember 1998 yang

merupakan penyempurnaan terhadap

Undang- Undang No. 7 Tahun 1992

memberikan dukungan bagi

pengembangan perbankan syariah.

Perubahan Undang-Undang No.

10 Tahun 1998 tersebut didukung

dengan penyempurnaan Undang-

Undang No. 13 Tahun 1968 tentang

Bank Sentral menjadi Undang-Undang

No. 23 Tahun 1999,yang mewajibkan

Bank Indonesia untuk

mengembangkan instrument pasar

antarbank dengan menggunakan

prinsip syariah dalam bentuk Sertifikat

IMA dan Sertifikat Wadiah, dan

dukungan pelaksanaan Dual Banking

System memberikan peluang bagi

bank konvensional untuk

memberikan pelayanan jasa

perbankan dengan prinsip Syariah.

Sejak saat itu banyak bank

konvensional yang membuka Unit

Usaha Syariah dan membuka Kantor

Cabang Syariah dan Kantor Cabang

Pembantu Syariah, termasuk Bank

BRI sebagai bank BUMN dengan

jaringan terluas.

Dengan banyak munculnya

bank syariah dalam dunia perbankan

Page 50: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

di Indonesia saat ini, perbankan

syariah sudah tidak lagi dianggap

sebagai tamu asing dan menjadi

sesuatu yang aneh. Hal ini

disebabkan oleh kinerja dan

kontribusi perbankan syariah

terhadap perkembangan industri

perbankan di Indonesia.

Kinerja ini semakin nyata

ketika mengutip laporan Bank

Indonesia (BI), sampai dengan Maret

2007, volume usaha bank syariah

mengalami peningkatan yang

signifikan, yaitu tumbuh sebesar

89,26 % atau sebesar Rp 26,12

triliun dibanding tahun sebelumnya.

Pangsanya dibandingkan dengan

perbankan nasional mencapai 5,27

%, meningkat dari tahun sebelumnya

yang hanya 3,83 % dari total aset

perbankan nasional. Di sisi

pembiayaan juga mengalami

peningkatan hingga Maret 2007

mencapai Rp 22 triliun atau naik

99,03 % dibandingkan dengan

posisi Maret 2006. Total Dana

Pihak Ketiga (DPK) juga

meningkat 73,51 % atau mencapai

Rp 18,61 triliun posisi Maret 2006.

Kondisi di atas juga mempengaruhi

laba bank syariah yang naik 2,1 %,

yaitu mencapai 83,29 %.

Ketiga indikator tersebut di

atas cukup memberikan

gambaranbahwa perbankan syariah

sudah mulai menunjukkan

peranannyadi sektor keuangan

Indonesia pada umumnya.

Perbankan syariah sudah mulai

menunjukkan kontribusi yang berarti

bagi perkembangan ekonomi

nasional. Ini tentu sesuai dengan

harapan pemerintah yang tengah

menggalakkan sektor Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM), di

mana sektor perbankan diharapkan

memberikan dorongan pembiayaan

agar bisa tumbuh dengan cepat.

Kondisi yang cukup

menggembirakan di atas

hendaknya tidak membuat bank

syariah berbesar kepala, sebab

banyak hal yang masih harus

dibenahi pada diri perbankan

syariah. Misalnya, soal

pemanfaatan tehnologi yang masih

terbilang minim, padahal kondisi

tersebut merupakan hal kritis dalam

hal pelayanan. Cukup kritis karena

pada posisi lain pesaing dari bank

konvensional sudah cukup lama

memenuhi kebutuhan tehnologi

perbankan untuk memanjakan

keinginan nasabahnya. Saat kondisi

teknologi masih minim diikuti pula

kualitas SDM yang belum bisa

setara dengan SDM bank

konvensional, padahal hal tersebut

juga merupakan hal penting dalam

industri perbankan nasional.

Tantangan pertama yang

berada di depan mata adalah

mampukah perbankan syariah

memerankan fungsi intermediasi

secara baik sehingga segera dapat

menggerakkan sektor riil.

Tantangan kedua yaitu mampukah

perbankan syariah berkembang di

lingkungan mayoritas muslim, serta

menjadi contoh sukses bagi

Page 51: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

negara -negara a tau daerah la in

dalam mengembangkan perbankan

syariah. Tantangan ketiga, di masa

depan perbankan syariah harus

mampu menjadi rahmatan lil

alamin, artinya ia tidak hanya

bermanfaat bagi kaum muslim tetapi

juga bagi seluruh umat manusia.

Jumlah penduduk muslim sebagai

kekuatan utama belum menjamin

mereka berbondong-bondong

menggunakan jasa perbankan

syariah. Berbagai kekuatan

belum mampu dimaksimalkan

untuk memanfaatkan peluang yang

ada. Adanya tantangan belum dapat

dijawab dengan pasti, serta berbagai

ancaman yang belum bisa teratasi

membuat perkembangan perbankan

syariah perlu diupayakan terus

dengan mencoba dan menemukan

berbagai macam strategi yang sesuai.

Catatan dan fenomena

tersebut juga tergambar di

beberapa wilayah Indonesia yang

merupakan wilayah dengan penduduk

muslim yang banyak (mayoritas).

Peluang dan tantangan

pengembangan perbankan syariah

juga muncul dengan mulai

beroperasinya beberapa bank

syariah seperti Bank Muamalat

Indonesia, Bank Syariah Mandiri,

Bank BNI’46 Syariah Prima, Bank

Niaga Syariah, Bank Danamon

Syariah, Bank Permata Syariah, BII

Syariah, Bank BTN Syariah, Bank

Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, dan

Bank Bukopin Syariah, serta Bank

Syariah Mega Indonesia (BSMI).

Sejak tahun 2004 lalu gema bank

syariah mulai membahana di

Indonesia.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

dan data yang telah dikemukakan dan

dikumpulkan, maka dapat di tarik

suatu rumusan masalah dalam

penelitian ini, yaitu apakah faktor

internal dan eksternal dalam

pelaksanaan Stable Growth Strategy

melalui strategi SWOT (Strenghts,

Weaknesses, Opportunities, dan

Threats) atas pengembangan bank

syariah di Indonesia, dan apakah

pelaksanaan Stable Growth Strategy

melalui strategi SWOT yang dapat

dipakai untuk pengembangan bank

syariah di Indonesia.

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan atas perumusan

masalah penelitian, tujuan dari

penelitian yang akan ingin dicapai,

yaitu pengembangan ilmu

pengetahuan terutama bidang ekonomi

islam khususnya perbankan syariah di

Indonesia untuk mengetahui

faktor internal dan faktor

eksternal dalam pelaksanaan Stable

Growth Strategy melalui strategi

SWOT (Strenghts, Weaknesses,

Opportunities, dan Threats) untuk

pengembangan bank syariah di

Indonesia, dan selanjutnya

mengetahui pelaksanaan Stable

Growth Strategy melalui strategi

SWOT yang dapat dipakai untuk

pengembangan bank syariah di

Page 52: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Indonesia.

4. Landasan Teori

Pengertian Strategi dan Manajemen

Strategi

Chandler (1962) dalam Hunger

dan Wheelen (2003), strategi

merupakan alat untuk mencapai tujuan

perusahaan dalam kaitannya dengan

tujuan jangka panjang, program tindak

lanjut, serta prioritas alokasi sumber

daya. Lebih lanjut Learned, Christensen,

Andrews, dan Guth (1965) dalam

Hunger dan Wheelen (2003) bahwa

strategi merupakan alat untuk

menciptakan keunggulan bersaing.

Dengan demikian salah satu fokus

strategi adalah memutuskan apakah

bisnis tersebut harus ada atau tidak ada.

Argyris (1985), Mintzberg

(1979), Steiner dan Miner (1977) dalam

Yusanto dan Widjajakusuma (2003),

strategi merupakan respon secara terus

menerus maupun adaptif terhadap

peluang dan ancaman eksternal serta

kekuatan dan kelemahan internal yang

dapat mempengaruhi organisasi.

Lebih lanjut Porter (1993),

strategi adalah alat yang sangat penting

untuk mencapai keunggulan bersaing.

Menurut Andrews (1980), Chaffe

(1985) dalam Hunger dan Wheelen

(2003) menjelaskan strategi sebagai

kekuatan motivasi untuk stakeholders,

seperti stakeholders, debtholders,

manajer, karyawan, konsumen,

komunitas, pemerintah, dan sebagainya,

yang baik secara langsung maupun tidak

langsung menerima keuntungan atau

biaya yang ditimbulkan oleh semua

tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.

Menurut Tjiptono (2002) mengatakan

istilah strategi berasal dari kata

Yunani strategeia (stratos = militer,

dan ag = memimpin), yang artinya

seni atau ilmu untuk menjadi seorang

jendral. Konsep ini relevan dengan

situasi zaman dulu yang sering

diwarnai perang, di mana jendral

dibutuhkan untuk memimpin suatu

angkatan perang agar dapat selalu

memenangkan perang.

Dalam suatu perusahaan

terdapat tiga level strategi, yaitu

level korporasi, level unit bisnis atau

lini bisnis, dan level fungsional

(Hayes dan Wheelwright,1984

dalam Yusanto dan Widjajakusuma

(2003)). Strategi level korporasi

dirumuskan oleh manajemen puncak

yang mengatur kegiatan dan operasi

organisasi yang memiliki lini atau unit

bisnis lebih dari satu. Strategi level

unit bisnis lebih diarahkan pada

pengelolaan kegiatan dan operasi

suatu bisnis tertentu. Strategi level

fungsional merupakan strategi dalam

kerangka fungsi-fungsi manajemen

yang dapat mendukung strategi unit

bisnis.

Hunger dan Wheelen (2003)

menjelaskan bahwa sebelum

perusahaan dapat memulai

perumusan strategi, manajemen

harus mengamati l ingkungan

eksternal untuk mengidentifikasi

kesempatan dan ancaman yang

mungkin terjadi. Pengamatan

lingkungan adalah pemantauan,

pengevaluasian dan penyebaran

Page 53: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

informasi dari lingkungan eksternal

kepada orang-orang kunci dalam

perusahaan. Pengamatan

lingkungan adalah alat

manajemen untuk menghindari

kejutan strategis dan memastikan

kesehatan manajemen dalam jangka

panjang. Penelitian menunjukkan

hubungan yang positif antara

pengamatan lingkungan dengan

laba. Dalam melakukan pengamatan

lingkungan, manajer strategis pertama-

tama harus mengetahui berbagai

variabel yang ada dalam lingkungan

sosial dan lingkungan kerja.

Menurut Pearce dan Robinson

(1997) manajemen strategik

didefinisikan sebagai sekumpulan

keputusan dan tindakan yang

menghasilkan perumusan (formulasi)

dan pelaksanaan (implementasi)

rencana-rencana yang dirancang untuk

mencapai sasaran-sasaran perusahaan.

Ini terdiri dari sembilan tugas penting :

a). Merumuskan misi perusahaan,

meliputi rumusan umum tentang

maksud keberadaan (purpose),

filosofi (philosophy) dan tujuan

(goal).

b). Mengembangkan profit

perusahaan yang mencerminkan

kondisi intern dan kapabilitasnya.

c). Menilai lingkungan ekstern

perusahaan, meliputi baik

pesaing maupun faktor-faktor

konstektual umum.

d). Menganalisis opsi perusahaan

dengan menyesuaikan sumber

dayanya dengan lingkungan

ekstern.

e) Mengidenti fkasi opsi yang

paling dikehendaki dengan

mengevaluasi setiap opsi yang ada

berdasarkan misi perusahaan.

f ) Memilih seperangkat sasaran

jangka panjang dan strategi utama

(grand strategy) yang akan

mencapai pilihan yang

paling dikehendaki.

g) Mengembangkan sasaran tahunan

dan strategi jangka pendek yang

sesuai dengan sasaran jangka

panjang dan strategi umum

yang dipilih.

h) Men gimplemen t as ikan

p i l i han s t r a t eg ik dengan

ca r a mengalokasikan sumber

daya anggaran yang menekankan

pada kesesuaian antara tugas,

SDM, struktur, teknologi, dan

sistem imbalan.

i ) Mengevaluasi keberhasilan proses

strategik sebagai masukan bagi

pengambilan keputusan yang akan

datang.

Pearce dan Robinson

(1997) menjelaskan juga bahwa

lingkungan ekstern perusahaan terdiri

dari tiga perangkat faktor yang saling

berkaitan yang memainkan peran

penting dalam menentukan peluang,

ancaman, dan kendala yang

dihadapi perusahaan. Lingkungan

jauh terdiri dari faktor-faktor yang

bersumber dari luar, dan biasanya

tidak berkaitan dengan situasi operasi

suatu perusahaan tertentu seperti

faktor ekonomi, sosial, politik,

tehnologi dan ekologi. Faktor-faktor

yang lebih langsung mempengaruhi

Page 54: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

prospek perusahaan bersumber pada

lingkungan industrinya, meliputi

hambatan masuk, persaingan diantara

anggota industri, adanya produk

substitusi, serta daya tawar-menawar

pembeli dan pemasok. Lingkungan

operasional terdiri dari faktor-

faktor yang mempengaruhi situasi

persaingan perusahaan seperti

posisi bersaing, profil pelanggan,

pemasok, kreditor dan pasar tenaga

kerja.

Lebih lanjut Pearce dan

Robinson (1997) menambahkan

bahwa salah satu bagian dari proses

manajemen strategik adalah analisis

faktor intern perusahaan yang

menghasilkan profil perusahaan,

mengidentifikasikan kekuatan dan

kelemahan utama perusahaan.

Kekuatan dan kelemahan ini

dibandingkan dengan peluang dan

ancaman ekstern sebagai landasan

untuk menghasilkan alternatif-

alternatif strategi suatu proses yang

dinamakan analisis SWOT.

Pengertian Fungsi dan Peranan Bank

Syariah

Muhamad (2002) mengatakan

bahwa yang disebut dengan bank

syariah adalah bank yang beroperasi

dengan tidak mengandalkan pada

bunga. Bank Syariah adalah lembaga

keuangan / perbankan yang

operasional dan produknya

dikembangkan berdasarkan pada

Al Qur'an dan Hadist atau dengan

kata lain, bank syariah adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa--

jasa lainnya dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan

prinsip syariat Islam.

Menurut Triyuwono (2000)

bahwa prinsip syariah atas

kandungan Al Quran merupakan

pendasaran untuk pengembangan

ekonomi syariah, sehingga

memerlukan konsekuensi untuk selalu

memperhatikan syariat-syariat islam

yang berlaku. Lebih lanjut

Triyuwono (2000) menjelaskan

prinsip syariah pada organisasi

bisnis akan dapat mengembangkan

kemakmuran semua umat apabila

manajemen bisnis selalu

mendasarkan pada prinsip-prinsip

dasar Al Quran dan Hadist. Bila

dikaitkan dengan pengertian bank

syariah dalam undang-undang bahwa

bank syariah adalah bank yang

operasionalnya menggunakan prinsip

syariah. Dalam Undang-Undang No.

10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan pasal 1 ayat 13

disebutkan prinsip syariah adalah

aturan perjanjian berdasarkan hukum

Islam antara bank dan pihak lain untuk

penyimpanan dana dan/atau

pembiayaan kegiatan usaha, atau

kegiatan lainnya yang dinyatakan

sesuai dengan syariah, antara

lain, pembiayaan berdasarkan

prinsip bagi hasil

(mudharabah), pembiayaan

berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musyarakah), prinsip jual beli barang

Page 55: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

dengan memperoleh keuntungan

(murabahah), atau pembiayaan barang

modal berdasarkan prinsip sewa murni

tanpa pilihan (ijarah) atau dengan

adanya pilihan pemindahan

kepemilikan atas barang yang

disewa dari pihak bank oleh pihak

lain (ijarah wa iqtina).

Menurut Tim Pengembangan

Perbankan Syariah Institut Bankir

Indonesia (2002), fungsi dan peran

bank syariah adalah :

a. Manajer Investasi, bank syariah

dapat mengelola investasi dana

nasabah.

b. Investor, bank syariah dapat

menginvestasikan dana yang

dimilikinya maupun dana nasabah

yang dipercayakan kepadanya.

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu

lintas pembayaran, bank syariah

dapat melakukan kegiatan

jasa-jasa layanan perbankan

sebagaimana lazimnya

institusi perbankan sepanjang

tidak bertentangan dengan prinsip

syariah.

d. Pelaksana kegiatan sosial,

sebagai suatu ciri yang melekat

pada identitas keuangan Islam,

bank syariah juga memiliki

kewajiban u n t u k

m e n g e l u a r k a n d a n

m e n g e l o l a ( m e n g h i m p u n ,

mengadministrasikan,

mengdistribusikan) zakat serta

dana-dana sosial lainnya.

Menurut Muhamad (2002),

peranan bank syariah secara nyata

dapat terwujud dalam aspek-aspek

berikut:

a. Menjadi perekat nasionalisme

baru, artinya bank syariah dapat

menjadi fasilitator aktif bagi

terbentuknya jaringan usaha

ekohomi kerakyatan.

b. Memberdayakan ekonomi umat dan

beroperasi secara transparan.

Artinya pengelolaan bank

syariah harus didasarkan pada

visi ekonomi kerakyatan, dan

upaya ini terwujud jika ada

mekanisme operasi yang

transparan.

c. Memberikan return yang Iebih

balk. Artinya investasi di bank

syariah tidak memberikan janji

yang pasti mengenai return

(keuntungan) yang diberikan

kepada investor. Oleh karena itu

bank syariah harus mampu

memberikan return yang Iebih baik

dibandingkan dengan bank

konvensional. Sebaliknya, nasabah

pembiayaan akan

memberikan bagi hasil sesuai

dengan keuntungan yang

diperolehnya. Oleh karena itu

pengusaha harus bersedia

memberikan keuntungan yang

tinggi kepada bank syariah.

d. Mendorong penurunan spekulasi di

pasar keuangan. Artinya, bank

syariah mendorong terjadinya

transaksi produktif dari dana

masyarakat. Dengan demikian,

spekulasi dapat ditekan.

e. Mendorong pemerataan

pendapatan. Artinya bank syariah

bukan hanya mengumpulkan

Page 56: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

dana pihak ket iga , namun

dapat mengumpulkan dana Zakat,

Infaq dan Shadaqah (ZIS). Dana

ZIS dapat disalurkan melalui

pembiayaan Qardul Hasan,

sehingga dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi. Pada

akhirnya terjadi pemerataan

ekonomi.

f. Peningkatan efisiensi mobilisasi

dana. Artinya, adanya produk al

mudharabah al-mugayyadah,

berarti terjadi kebebasan bank

untuk melakukan investasi atas

dana yang diserahkan oleh investor,

bank memperoleh komisi atau bagi

hasil, bukan karena spread bunga.

g. Uswah Hasanah, implementasi

moral dalam penyelenggaraan

usaha bank.

h. Meminimalisir adanya Kolusi,

Korupsi dan Nepotisme (KKN)

yang menyebabkan krisis ekonomi.

Visi dan Misi Bank Syariah

Visi yang harus

dikembangkan dalam

pengembangan perbankan syariah

adalah terwujudnya sistem perbankan

syariah yang kompetitif, efisien, dan

memenuhi prinsip kehati-hatian yang

mampu mendukung sektor riil secara

nyata melalui kegiatan pembiayaan

berbasis bagi hasil (share-based

financing) dan transaksi riil dalam

kerangka keadilan, tolong-menolong

dan menuju kebaikan guna mencapai

kemashlahatan masyarakat.

Misi pengembangan

perbankan syariah adalah

mewujudkan iklim yang kondusif

untuk pengembangan perbankan

syariah yang sehat dan konsisten

menjalankan prinsip syariah serta

mampu berperan dalam sektor riil,

yang meliputi: melakukan kajian

dan penelitian tentang kondisi, potensi

serta kebutuhan perbankan syariah

secara berkesinambungan;

mempersiapkan konsep dan

melaksanakan pengaturan dan

pengawasan berbasis risiko

guna menjamin kesinambungan

operasi perbankan syariah yang sesuai

dengan karakteristiknya;

mempersiapkan infrastruktur guna

peningkatan efisiensi operasional

perbankan syariah; mendesain

kerangka entry and exit perbankan

syariah yang dapat mendukung

stabilitas sistem perbankan.

Dasar Falsafah, Konsep Dan Sistem

Operasional Bank Syariah

Menurut Muhamad (2002),

setiap lembaga keuangan syariah

mempunyai falsafah mencari

keridhoan Allah untuk

memperoleh kebajikan di dunia dan

akhirat. Oleh karena itu setiap

kegiatan lembaga keuangan yang

dikawatirkan menyimpang dari

ajaran agama harus dihindari seperti

menjauhkan diri dari unsur riba (QS.

Luqman: 34), sebaliknya yang sesuai

dengan ajaran agama harus

dilaksanakan seperti penerapan bagi

hasil dan perdagangan (QS. Al

Baqarah: 275 dan QS. An-Nisa: 29).

Produk Dan Jasa Bank Syariah a

Page 57: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Seorang nasabah pemilik

dana yang akan menggunakan

produk bank syariah tidak dengan

motif mendapatkan bunga, akan

tetapi dengan motif mendapatkan bagi

hasil. Begitu juga bagi nasabah yang

melakukan kerjasama atau

membutuhkan barang dengan

perantaraan bank syariah, mereka

tidak akan dikenakan suatu bentuk

bunga akan tetapi mensepakati

adanya margin atau bagi hasil.

Sedangkan setiap pemakaian jasa

keuangan di bank syariah harus

membayar fee yang disepakati

bersama.

Secara garis besar produk-

produk bank syariah dapat di bagi

3 (tiga) kelompok, yaitu:

penghimpunan dana, penyaluran

dana, dan jasa keuangan. Lebih

jelasnya terlihat pada gambar 1:

Gambar 1 : Produk dan Jasa Bank Syariah

Page 58: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

5. Kerangka Pikir

Gambar 2. Kerangka Pikir

6. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian yang di

lakukan adalah penelitian deskriptif

non hipotesis sehingga dalam

langkah penelitiannya tidak perlu

merumuskan hipotesis. Penelitian

ini akan menggambarkan atau

memaparkan tentang faktor

eksternal dan faktor internal serta

strategi pengembangan bank

syariah di Indonesia. Penelitian yang

didukung melalui pengumpulan data

melalui teknik wawancara (interview),

pengamatan (observasi), dan

dokumentasi.

Data yang diperoleh akan

dianalisa secara deskriptif

kualitatif, d i m an a s eb a g i a n

d a t a k u a l i t a t i f yan g a k a n

d i p e r o l e h ak an dikuantitatifkan

atau diangkakan untuk

mempermudah penggabungan dua

atau lebih data variabel kemudian

setelah didapat hasil akhir akan

dikualitatifkan kembali. Dalam

penelitian ini perangkat analisis data

yang akan digunakan adalah dengan

menggunakan analisis SWOT

(Strenghts, Weaknesses,

Opportunities, dan Threats),

terutama untuk mengetahui strategi

pengembangan bank syariah di

Indonesia.

Hunger dan Wheelen (2003)

menjelaskan suatu cara untuk

menyimpulkan faktor-faktor strategis

Page 59: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

sebuah perusahaan adalah

mengkombinasikan faktor strategis

eksternal (EFAS) dengan faktor

strategis internal (IFAS) ke dalam

sebuah ringkasan analisis faktor-faktor

strategi (SFAS). SFAS mengharuskan

para manajer strategis memadatkan

faktor- faktor eksternal dan internal

menjadi kurang dari 10 faktor.

Penggunaan bentuk SFAS meliputi

langkah-langkah sebagai berikut :

Pertama, daftarkan item-item EFAS

dan IFAS yang paling penting dalam

kolom Faktor Strategis Kunci,

tunjukkan mana yang merupakan

kekuatan (S). kelemahan (W),

peluang (O), dan ancaman (T).

Kedua, tinjaulah bobot yang

diberikan untuk faktor-faktor dalam

tabel EFAS dan IFAS tersebut, dan

sesuaikan jika perlu sehingga jumlah

total pada kolom bobot EFAS dan

IFAS mencapai angka 1.00. Ketiga,

masukkan dalam kolom peringkat,

peringkat yang diberikan manajemen

perusahaan terhadap setiap faktor dari

tabel EFAS dan IFAS. Keempat,

kalikan bobot dengan peringkat untuk

menghasilkan jumlah pada kolom

Jumlah Skor Berbobot. Kelima,

berikan tanda (X) dalam kolom

Durasi untuk menunjukkan apakah

satu faktor memiliki horizon waktu

jangka pendek (< 1 tahun), jangka

menengah (1-3 tahun), jangka panjang

( > 3 tahun). Keenam, berikan

keterangan untuk masing-masing

faktor dari tabel EFAS dan IFAS.

Menurut Pearce dan

Robinson (1997), SWOT adalah

singkatan dari Kekuatan (Strengths)

dan Kelemahan (Weaknesses) intern

perusahaan serta Peluang

(Opportunities) dan Ancaman

(Threats) dalam lingkungan yang

dihadapi perusahaan. Analisis SWOT

merupakan cara sistematik untuk

mengidentifikasikan faktor-faktor ini

dan strategi yang menggambarkan

kecocokan paling baik diantara

mereka. Analisis ini didasarkan pada

asumsi bahwa suatu strategi yang

efektif akan memaksimalkan

kekuatan dan pcluang dan

meminimalkan kelemahan dan

ancaman. Bila diterapkan secara

akurat, asumsi sederhana ini mempunyai

dampak yang sangat besar atas rancangan

suatu strategi yang berhasil.

Analisis lingkungan

industri menyajikan informasi

yang dibutuhkan untuk

mengidentifikasikan peluang dan

ancaman yang ada dalam

lingkungan perusahaan, fokus

mendasar pertama dalam analisis

SWOT. Ini dapat diuraikan sebagai

berikut :

Peluang.

Peluang adalah situasi penting yang

menguntungkan dalam lingkungan

perusahaan. Kecenderungan-

kecenderungan penting merupakan

salah satu sumber peluang.

Identifikasi segmen pasar yang

tadinya terabaikan, perubahan pada

situasi persaingan atau peraturan,

perubahan teknologi, serta

membaiknya hubungan dengan

pembeli atau pemasok dapat

Page 60: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

memberikan peluang bagi perusahaan.

Ancaman.

Ancaman adalah situasi penting

yang tidak menguntungkan

dalam lingkungan organisasi.

Ancaman merupakan pengganggu

utama bagi posisi sekarang atau

yang diinginkan perusahaan.

Masuknya pesaing baru,

lambatnya pertumbuhan pasar,

meningkatnya kekuatan tawar-

menawar pembeli atau pemasok

penting, perubahan teknologi, serta

peraturan baru atau yang direvisi

dapat menjadi ancaman bagi

keberhasilan perusahaan.

Memahami peluang dan ancaman

utama yang dihadapi perusahaan

membantu para manajernya untuk

mengidentifikasi pilihan-pilihan

strategi yang realistik dan cocok

serta menentukan ceruk (niche)

yang paling efektif bagi

perusahaan.

Fokus mendasar kedua dalam

analisis SWOT yaitu identifikasi

kekuatan dan kelemahan intern.

Ini dapat diuraikan sebagai

berikut.

Kekuatan.

Kekuatan adalah sumber daya,

ketrampilan atau keunggulan lain

relatif terhadap pesaing dan

kebutuhan pasar yang dilayani

atau ingin dilayani oleh

perusahaan. Kekuatan adalah

kompetensi khusus (distinctive

competence) yang memberikan

keunggulan komparatif bagi

perusahaan di pasar. Kekuatan

dapat terkandung dalam sumber

daya keuangan, citra,

kepemimpinan pasar, hubungan

pembeli-pemasok, dan faktor-

faktor lain.

Kelemahan.

Kelemahan adalah faktor

keterbatasan atau kekurangan

dalam sumber daya, ketrampilan

dan kapabilitas yang secara

serius menghambat kinerja

efektif perusahaan. Fasilitas,

sumber daya keuangan, kapabilitas

manajemen, ketrampilan

pemasaran, dan citra merek

dapat merupakan sumber

kelemahan.

Rangkuti (2004) mengutip

tentang apa yang telah

dikemukakan oleh Sun Tzu (Sun

Tzu: 1992) bahwa apabila kita

telah mengenal kekuatan dan

kelemahan diri sendiri, dan

mengetahui kekuatan dan

kelemahan lawan, sudah dapat

dipastikan bahwa kita akan dapat

memenangkan pertempuran. Dalam

perkembangannya saat ini analisis

SWOT t idak hanya dipakai

untuk menyusun strategi di

medan pertempuran, melainkan

banyak dipakai dalam

penyusunan perencanaan strategi

bisnis yang bertujuan untuk

menyusun strategi-strategi jangka

panjang sehingga arah dan tujuan

perusahaan dapat dicapai dengan

jelas dan dapat segera diambil

keputusan, berikut semua

perubahannya dalam menghadapi

Page 61: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

pesaing.

Lebih lanjut dijelaskan

analisis SWOT membandingkan

antara faktor eksternal peluang

(opportunities) dan ancaman

(threats) dengan faktor internal

kekuatan (strengths) dan

kelemahan (weaknesses) yang

menghasilkan pilihan strategi.

Gambar 3. Pilihan Strategi Dalam Analisis SWOT

1. Posisi pada kuadran I: Faktor

eksternal dan internal positif, yang

berarti bahwa lingkungan yang

dihadapi secara relatif berpeluang

lebih besar dibanding ancamannya,

sedangkan kekuatannya relat i f

lebih unggul dibanding dengan

kelemahannya. Oleh karenanya

suatu lembaga atau institusi

memiliki kemampuan untuk

merubah potensi menjadi prestasi

kinerja yang lebih baik. Sehingga arah

kebijakan yang tepat untuk

dilaksanakan adalah dengan

meningkatkan dan memperbesar

peranan suatu lembaga atau

institusi dalam berbagai kegiatan

sesuai dengan kemampuan yang dim

iliki sekaligus untuk memperluas

peran serta memanfaatkan peluang

yang ada. Arah kebijakan tersebut

merupakan dasar dari kebijakan dalam

kondisi growth strategy dan arah

kebijakan itu sendiri dapat dibedakan

Page 62: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

dengan melihat posisi sub kuadrannya.

Jika pada kuadran I A, berarti

pertumbuhan peran yang dilaksanakan

dapat dilakukan dengan cepat

(rapid growth ), dan j ika pada

kuadran I B maka pertumbuhan

peran perlu dilakukan secara

bertahap sesuai skala prioritas

(stable growth strategy).

2. Posisi pada kuadran II: Faktor

eksternal positif tetapi faktor internal

negatif, posisi ini menunjukkan bahwa

peluang yang dihadapi masih lebih

besar dibanding ancaman yang ada.

Sedangkan di sisi internal, kekuatan

atau keunggulan yang dimiliki

relatif lebih kecil dibanding

kelemahannya.Sehingga arah

kebijakan yang harus dipilih adalah

mempertahankan peran yang telah

ada dan berlangsung saat ini secara

agresif atau selektif di dalam

melaksanakan program kerja yang

memang memungkinkan. Pada

kondisi ini arah kebijakan dasar yang

harus dilaksanakan adalah menjaga

stabilitas terhadap kegiatan yang

telah ada dan telah berlangsung. Jika

pada kuadran II A, maka kebijakan

yang harus dipilih adalah

mempertahankan peran secara

agresif (aggresif maintenance), jika

pada kuadran II B maka

kebijakannya adalah

mempertahankan peran secara

selektif (selektif maintenance strategy).

3. Posisi pada kuadran III: Pada posisi

ini faktor eksternal dan

faktor internal negatif, hal ini

berarti bahwa posisi yang dihadapi

dalam kondisi lemah, dimana kekuatan

atau keunggulan internal cenderung

lebih kecil dibanding banyaknya

kelemahan dan ancaman dari luar

yang cenderung lebih besar. Oleh

karenanya, arah kebijakan yang perlu

ditempuh adalah bertahan untuk hidup

(survival strategy) dalam arti bahwa

pelaksanaan kegiatan tetap

dilaksanakan sesuai dengan aturan

yang ada dan berusaha menghindari

diri (turn around strategy) dari

kebijakan-kebijakan yang tidak

populer menurut masyarakat atau

customers (kuadran III A), sambil

melakukan pembenahan internal dan

mencari peluang (guerilla strategy)

yang memungkinkan untuk perbaikan

atas kelemahan-kelemahan internal

yang ada (kuadran III B).

4. Posisi pada kuadran IV: Faktor

eksternal negatif tetapi faktor internal

positif, kondisi ini memberikan arti

bahwa peluang yang ada relatif lebih

kecil dibanding besarnya ancaman.

Namun di sisi internal kekuatan atau

keunggulan yang dimiliki relatif masih

lebih besar dibanding kelemahan,

sehingga yang harus dipilih adalah

melaksanakan kebijakan diversifikasi.

Dalam hal ini arah

kebijakan tersebut diantaranya

dapat dilaksanakan dengan

diversifikasi yang terkonsentrasi

kepada kebijakan populis

(concetric diversification

strategy), populer dan merupakan

prioritas, sambil melaksanakan

perbaikan internal yang masih lemah

atau kuadran IV A. Arah kebijakan

Page 63: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

ini perlu dilaksanakan untuk

persiapan melakukan diversifikasi

secara luas ke berbagai kegiatan yang

memberikan peluang perbaikan peran

suatu lembaga atau institusi

(conglomerate diversification strategy)

atau kuadran IV B.

Secara ringkas pilihan strategi

dapat disajikan seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Pilihan Strategi

Jenis Strategi Skor Kuadran Pilihan Strategi

Growth S > 0 I A Rapid Growth

S < O I B Stable Growth Survival W > T III A Turn Arround W < T III B Guerilla Diversification S > T IV BB Conglomerate S < T IV A Concentric Stability O > W II A Aggressive Maintenance

0 < W II B Selective Maintenance

7. Hasil Penelitian

Faktor Internal dan Eksternal

Dalam Pengembangan Bank

Syariah Di Indonesia

Dari hasil penelitian yang

telah dilakukan mulai dari

mengetahui undang-undang

perbankan (UU No 10 tahun

1998) mengetahui visi dan misi

perusahaan sampai melihat dan

mengetahui kondisi perusahaan

terkini, strategi yang telah ditempuh

dan kinerja yang telah dicapai

dapat diketahui beberapa faktor

internal dan eksternal dalam

pengembangan bank syariah di bank

syariah tersebut. Beberapa faktor

internal penting yang meliputi

kekuatan dan kelemahan dapat

diidentifikasikan sebagai berikut :

a) Kekuatan

1. Citra dan nama baik perusahaan

sebagai faktor penentu dalam promosi

dan sosialisasi, serta memberikan

kepercayaan pemilihan kepada

setiap nasabah yang siap bermitra

dengan bank syariah.

2. Adanya dukungan dari SDM baik

intern maupun ekstern yang telah

memperoleh pengalaman kerja

atau mendapatkan pendidikan

teknis perbankan.

3. Iklim dan semangat kerja tinggi

yang melekat pada setiap pekerja

dimana mengilhami dalam setiap

langkah untuk memberikan

pelayanan dan menerapkan prinsip

syariah secara baik kepada setiap

nasabah, juga tergambar dari visi dan

misi dari perusahaan yang cukup baik.

4. Adanya produk yang cukup

banyak, kompetitif dan sesuai

dengan kebutuhan nasabah yang di

introdusir dan diberikan kepada

setiap nasabah yang ingin

bermitra dengan bank syariah.

Page 64: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

5. Jangkauan wilayah yang cukup luas

memberikan kesempatan untuk

meraih s impat i set iap

masyarakat yang ingin

mendapatkan pelayanan sistem

perbankan syariah.

b). Kelemahan

1. Aspek teknologi yang kurang

kompetitif dibandingkan dengan

beberapa bank pesaing menjadikan

kendala tersendiri dalam hal

pelayanan kepada nasabah.

2. Kurangnya tenaga pemasar

dalam hal ini Account Officer (AO)

sebagai ujung tombak untuk

mendapatkan nasabah baik dana

maupun pembiayaan.

3. Sosialisasi dan promosi yang masih

kurang ditandai dengan adanya

beberapa tempat yang belum

dapat mengetahui keberadaan bank

syariah.

4. Kurangnya peraturan tentang

perbankan syariah yang

mendukung setiap kegiatan

operasional maupun pemasaran

produk dan jasa yang dimiliki.

5. Beberapa sarana penting yang

masih sering meningggalkan kesan

dan keluhan bagi setiap nasabah

yang bertransaksi seperti;

keberadaan halaman parkir yang

kurang luas dan memadai.

Beberapa faktor eksternal

penting yang meliputi peluang dan

ancaman dapat diidentifikasikan

sebagai berikut :

a). Peluang

1. Jumlah penduduk yang mayoritas

beragama Islam merupakan calon

nasabah emosional yang seharusnya

memberikan kontribusi yang cukup

pada kinerja bank syariah.

2. Potensi masyarakat yang cukup

tinggi baik dilihat dari tingkat

mobillitas ekonomi dan perdagangan.

3. Sektor pertanian yang belum

banyak disentuh oleh produk

perbankan syariah, padahal

merupakan mata pencaharian

pokok bagi sebagian masyarakat.

4. Adanya peluang pembukaan Kantor

Cabang (KC) atau minimal Kantor

Cabang Pembantu Syariah

(KCPS).

5. Adanya fatwa MUI tentang riba

yang secara tidak langsung

mempengaruhi pola pikir pelaku

perbankan yang emosional. Hal

tersebut juga berimbas pada

pengelolaan tabungan haji yang

kedepan akan diarahkan ke bank

syariah.

b). Ancaman

1. Adanya bank pesaing yang sudah

ada atau bank lain yang akan

membuka pelayanan sistem perbankan

syariah.

2. Kurang adanya pemahaman

masyarakat tentang produk, sistem

dan mekanisme perbankan syariah.

Hal ini akan mempengaruhi kecepatan

pengembangan bank syariah.

3. Kurang adanya dukungan dari

para tokoh agama Islam terutama

dari kalangan pondok pesantren,

mereka lebih rasional dalam

menentukan keputusan saat

berhubungan dengan bank.

4. Adanya kesan bahwa bank syariah

Page 65: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

adalah lembaga sosial saja sehingga

aspek-aspek bisnis di nomor duakan.

5. Adanya anggapan bahwa

berhubungan dengan bank syariah

lebih rumit dibanding dengan bank

konvensional.

Secara lebih ringkas faktor

internal dan eksternal tersebut

disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Faktor Internal dan Eksternal

Faktor Internal Faktor Eksternal

Strengths ( Kekuatan ) Opportunities ( Peluang )

- Citra dan nama baik perusahaan - Mayoritas masyarakat muslim

- SDM yang berpengalaman - Potensi masyarakat yang tinggi

- Iklim dan semangat kerja tinggi - Sektor pertanian belum terlayani

- Produk banyak & kompetitif - Pembukaan KC dan KCPS

- Jangkauan wilayah yang luas - Fatwa MUI

Weaknesses ( Kelemahan ) Threats ( Ancaman )

- Teknologi yang terbatas - Bank pesaing - Tenaga pemasar yang kurang - Kurang pemahaman tentang syariah

- Kurangnya sosialisasi & promosi - Kurang dukungan dari tokoh agama

- Kurangnya aturan pendukung - Kesan sosial pada bank syariah

- Kurangnya sarana pendukung - Kesan sulit & rumit pada bank syariah

8. Strategi Pengembangan Bank

Syariah.

Setelah melihat strengths

(kekuatan), weaknesses

(kelemahan), opportunities (peluang)

dan threats (ancaman) dari

pengembangan bank syariah,

maka akan dianal isa dengan

menggunakan analisis SWOT yang

dapat menghasilkan kemungkinan

alternatif strategi dalam

pengembangan Bank syariah.

Selain memperhatikan

faktor-faktor di atas, dari kekuatan

dan kelemahan (faktor internal) dan

peluang serta ancaman (faktor

eksternal) dalam upaya pengembangan

bank syariah dapat disusun Internal

Factor Analysis Summary (IFAS) dan

Eksternal Factor Analysis Summary

(EFAS) untuk menentukan strategi

yang akan digunakan. IFAS tersebut

dengan cara :

1. Menentukan faktor strategis

yang menjadi kekuatan dan

kelemahan (diambil dari tabel 4).

2. Menentukan bobot masing-

masing faktor dengan skala dari 1,0

(paling penting) sampai 0,0

(tidak penting). Berdasarkan

pengaruh faktor tersebut terhadap

pengembangan bank syariah, nilai

tidak lebih dari 1,00.

3. Menentukan nilai rating

masing-masing faktor dengan nilai

4 (paling tinggi) dan nilai 1 (paling

rendah) berdasarkan pengaruh faktor

tersebut terhadap pengembangan

Page 66: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

bank syariah. Variabel yang bersifat

positif yaitu kekuatan diberi nilai +1

(jelek) sampai dengan +4 (sangat

baik), variabel yang bersifat negatif

yaitu kelemahan diberi nilai

sebaliknya.

5. Menentukan nilai skor dengan

mengalikan bobot dengan rating.

6. Menjumlah nilai melalui total IFAS.

7. Memberikan atas komentar

tentang alasan pemberian

bobot dan kenapa faktor-faktor

tersebut dipilih.

Hasil dari perhitungan IFAS tercantum

pada tabel berikut ini, yaitu:

Tabel 3. Internal Factor Analysis Summary (IFAS)

Faktor-faktor

Internal

Bobot Rating Nilai Skor Keterangan

Strengths (S)

1. Citra dan nama baik

perusahaan

0.10 3 0.30 1. Pengaruhi pemasaran

promosi

2. SDM yang

berpengalaman

0.10 4 0.40 2. Profesionalisme kerja

3. Iklim dan semangat

kerja tinggi

0.10 4 0.40 3. Penerapan prinsip syariah

4. Produk banyak &

kompetitif

0.10 4 0.40 4. Melayani kebutuhan

nasabah

5. Jangkauan wilayah

yang luas

0.10 3 0.30 5. Kemungkinan

pengembangan

Sub Total 0.50

1.80

Weaknesses ( W )

1. Teknologi yang terbatas 0.10 1 0.10 1. Kendala pelayanan

2. Tenaga pemasar yang

kurang

0.15 1 0.15 2. Ujung tombak pemasaran

3. Kurangnya sosialisasi,

promosi

0.15 1 0.15 3. Memperlambat

pengembangan

4. Kurangnya aturan

pendukung

0.05 2 0.10 4. Kejelasan hukum

5. Kurangnya sarana

pendukung

0.05 2 0.10 5. Membatasi pelayanan

Sub Total 0.50 0.60

Total 1.00 2.40

Sedangkan EFAS tersebut

disusun dengan cara yang sama seperti

cara menyusun IFAS akan tetapi

kekuatan diganti dengan peluang,

sedangkan kelemahan diganti dengan

ancaman. Hasil perhitungan EFAS

pada tabel 4.

Page 67: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Tabel 4. External Factor Analysis Summary (EFAS)

Faktor-faktor

Internal

Bobot Rating Nilai

Skor

Keterangan

Opportunities ( O )

1. Mayoritas masyarakat

muslim

0.10 4 0.40 1. Peluang besar belum

digarap

2. Potensi masyarakat

yang tinggi

0.10 4 0.40 2. Peluang besar belum

digarap

3. Sektor pertanian belum

terlayani

0.10 4 0.40 3. Peluang besar belum

digarap

4. Pembukaan KC dan

KCPS

0.10 4 0.40 4. Tantangan baru

dalam

5. Fatwa MUI 0.10 3 0.30 pengembangan

5. Peluang nasabah

emosional

Sub Total 0.50

1.90

Threats ( T )

1. Bank pesaing 0.30 1 0.30 1. Persaingan tapi sehat

2. Kurang pemahaman 0.05 2 0.10 2. Hambatan pemasaran

tentang syariah 0.05 2 0.10 3. Lebih rasional

3. Kurang dukungan dari

tokoh agama

4. Kesan sosial pada

0.05 2 0.10

4. Aspek bisnis

dilupakan

bank syariah

5. Kesan sulit & rumit pada

bank syariah

0.05 2 0.10 5. Kendala pelayanan

Sub Total 0.50 0.70

Total 1.00 2.60

Pada tabel 4 di atas faktor-

faktor kekuatan mempunyai nilai skor

1,80 sedangkan faktor-faktor

kelemahan mempunyai nilai skor 0,60.

Berarti Bank syariah mempunyai

kekuatan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan faktor

kelemahan dalam upaya

pengembangan bank syariah.

Selanjutnya faktor-faktor peluang

mempunyai nilai skor 1,90 dan

faktor-faktor ancaman mempunyai

nilai skor 0,70 berarti dalam upaya

pengembangan bank syariah

mempunyai peluang yang cukup

besar dibanding ancaman yang akan

timbul.

Dengan hasil susunan IFAS dan

EFAS di atas, menghasilkan rangkaian

skor:

1. Kekuatan ( Strengths/S ) = 1,80

2. Kelemahan ( Weaknesses/W) = 0,60

3. Peluang ( Opportunities/0 ) = 1,90

4. Ancaman ( Threaths/T ) = 0,70

Page 68: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Dari rangkaian nilai skor

tersebut dapat disusun suatu tabel

Rekap Skor IFAS dan EFAS sebagai

berikut:

Tabel 5. Tabel Rekap Skor IFAS dan EFAS

Skor Internal Skor Eksternal Pilihan Strategi

S > W (+) 0>T(+) GROWTH

1,80 > 0,60 (+) 1,90 > 0,70 (+)

S < W (-) O < T (-) SURVIVAL

S > W (+) O < T (-) DIVERSIFICATION

S > W (-) O > T (+) STABILITY

Untuk menentukan pilihan

strategi yang lebih spesifik dari nilai

yang didapat dimasukkan kedalam

diagram pilihan strategi, karena hasil

pada tabel 5 nampak bahwa dari skor

yang ada mengarah pada pilihan

strategy growth selanjutnya tinggal

menentukan strategy growth yang

lebih spesifik. Berdasarkan skor

yang menunjukkan bahwa kekuatan

(Strengths/S) lebih kecil dari peluang

(Opportunities/O) sehingga hasilnya

nampak pada diagram dan tabel

berikut:

Gambar 4. Pilihan Strategi

Page 69: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Tabel 6. Pilihan Strategi

Teknis Strategi Skor Kuadran Pilihan Strategi

Growth S > 0 1 A Rapid Growth

S < O I B Stable Growth

Survival W >T III A Turn Arround

W < T III B Guerilla

Diversification S > T IV BB Conglomerate

S < T IV A Concentric

Stability O > W II A Aggressive Maintenance

0 < W II B Selective Maintenance

Dari diagram dan tabel 6 di

atas dihasilkan faktor eksternal dan

internal positif, yang berarti bahwa

lingkungan yang dihadapi secara

relatif berpeluang lebih besar

dibanding ancamannya, sedangkan

kekuatannya relatif lebih unggul

dibanding dengan kelemahannya.

Oleh karenanya bank syariah

memiliki kemampuan untuk merubah

potensi menjadi prestasi kinerja

yang lebih baik. Sehingga arah

kebijakan yang tepat untuk

dilaksanakan adalah dengan

meningkatkan dan memperbesar

peranan Bank syariah dalam berbagai

kegiatan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki sekaligus untuk

memperluas peran serta

memanfaatkan peluang yang ada.

Arah kebijakan tersebut merupakan

dasar dari kebijakan dalam kondisi

growth strategy dan arah

kebijakan itu sendiri setelah melihat

hasil pada tabel 6, pilihan strategi

berdasarkan pada stable growth

strategy, artinya dalam

pengembangannya bank syariah

dapat menggunakan strategi

pertumbuhan peran namun

dilakukan secara bertahap sesuai skala

prioritas.

6 . S i m p u l a n

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka kesimpulan yang

dapat diambil atas stable growth

strategy melalui strategi SWOT

dengan melakukan analisis faktor

internal dan eksternal dalam

pengembangan bank syariah di

Indonesia adalah :

1. Faktor internal dalam

pengembangan bank syariah yang

Page 70: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

terdiri dari kekuatan

meliputi; citra dan nama baik

perusahaan, SDM yang

berpengalaman, iklim dan

semangat kerja tinggi, produk

banyak dan kompetitif dan

jangkauan wilayah yang luas.

2. Faktor internal dalam

pengembangan bank syariah yang

terdiri dari kelemahan meliputi;

teknologi yang terbatas, tenaga

pemasar yang kurang, kurangnya

sosialisasi dan promosi,

kurangnya aturan pendukung

dan kurangnya sarana

pendukung seperti tempat parkir.

3. Faktor eksternal dalam

pengembangan bank syariah

yang terdiri dari peluang meliputi;

mayoritas masyarakat muslim,

potensi masyarakat yang tinggi,

sektor pertanian yang belum

terlayani secara penuh,

pembukaan KC dan KCPS dan

adanya fatwa MUI tentang riba.

4. Faktor eksternal dalam

pengembangan bank syariah

yang terdiri dari ancaman

meliputi; adanya bank pesaing,

kurangnya pemahaman tentang

syariah, kurangnya dukungan dari

tokoh agama, adanya kesan sosial

dan adanya kesan sulit serta rumit

yang ada pada bank syariah.

5. Strategi yang dapat digunakan

salah satunya untuk

pengembangan bank syariah di

Indonesia yaitu s table growth

strategy , artinya dalam

pengembangannya bank

syariah dapat menggunakan

strategi pertumbuhan peran

namun dilakukan secara

bertahap sesuai skala prioritas.

Daftar Pustaka

Anonim. 2004. Perbankan Syariah dan Masalah Profesionalisme .

Suara Muhammadiyah. No 24 Th Ke-89 16-31 Desember 2004. h: 7-8.

Anonim. 2005. Kumpulan Tulisan Perbankan Syariah. BRI Syariah Kediri.

Kediri.

Anonim. 2005. Perbankan Syariah. Warta BRI. No 3 Edisi Juni 2005. h: 1.

Antonio, Muhammad Syafi'i. 2001. Bank Syari'ah Dari Teori Ke Praktek.

Gema Insani Press bekerjasama dengan Tazkia Cendekia. Jakarta.

Arifin, Zainul. 2002. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah .

Alvabeta bekerjasama dengan Tazkia Institut. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan

Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Page 71: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Fauzi, Yuslam. 2001. Dukungan Bank Indonesia Di Dalam Perkembangan

Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Pustaka). Skripsi (S1).

Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang.

Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Peran Akuntansi Islam Dalam Mendorong

Implementasi Ekonomi Syariah. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi.

Vol. 3. No. 2. Agustus. h: 403-418.

. 2004. Bunga Rampai Ekonomi, Bisnis dan Manajemen Islami .

Edisi 2004/2005. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Hidayat, A. Lukmanul. 2005. Perbankan Syariah: Peluang, Tantangan dan

Strategi Pengembangan. BRI Syariah Kediri. Kediri.

Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L. 2003. Strategic Manajemen.

Edition 5. 1996. Addision-Wesley Publishing Company Inc.

Julianto Agung (Peterjemah). Manajemen Strategis. Andi.

Yogyakarta.

Latifah, Nur Aini. 2002. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah Di

Indonesia. Tesis Untuk S-2. Program Pascasarjana Universitas Islam

Kadiri. Kediri.

Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syariah. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi dan

Pengendalian. Binarupa Aksara. Jakarta.

Porter, Michael E. 1993. Competitive Advantage Creating and Sustaining

Superior Performance. 1985. Agus Dharma dkk (Peterjemah).

Keunggulan Bersaing Menciptakan Dan Mempertahankan Kinerja

Unggul. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis .

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Siregar, Mulya E dan Nasirwany. 2001. Analisis Faktor-Faktor Keberhasilan

Pengembangan Perbankan Syariah (Studi Pada Perbankan Syariah di

Wilayah Jawa Timur).

Tim Pengembangan Perbankan Syari'ah Institut Bankir Indonesia, 2002, Konsep,

Produk dan Implementasi Bank Syari'ah, Jambatan bekerjasama dengan

Institut Bankir Indonesia, Jakarta

Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran. Andi. Yogyakarta.

Page 72: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Triyuwono, Iwan. 2000. Akuntansi Syari’ah: Implementasi Nilai Keadilan

dalam Format Metafora Amanah . Fakultas Ekonomi Universitas

Brawijaya Malang: Seminar Nasional Akuntansi Syari’ah.

. 2000. Organisasi Dan Akuntansi Syari’ah. Cetakan Pertama.

Penerbit LkiS. Yogyakarta.

Yusanto, M. Ismail dan Widjajakusuma, M.K. 2003. Manajemen Strategis

Perspektif Syariah. Cetakan I. Penerbit Khairul Bayaan. Jakarta.

Page 73: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

KUALITAS PELAYANAN PARAMEDIS TERHADAP KEPUASAN

PASIEN PADA RUMAH SAKIT BERSALIN DI KOTA MALANG

Oleh:

Indria Guntarayana

Abstract

Quality of Service of paramedic [at] Hospital Copy [in] Worse luck

where the Quality of Service of Nurse at home the Pain influence

Medical Service to Society. As For Influence of[is Quality of such

Service [is] Direct Evidence, Mainstay, Energy Listen carefully,

Guarantee and Empathy, Quality of the Service represent measuring

rod Satisfaction Of Medical Patient Service which have been

[done/conducted] by Nurse in responsibility and duty which its

its[his]. Therefore service to society which ought to be accepted

primaly form cannot better or [oppositely;also] on the contrary

used Research type represent type research of Korelasional, this [is]

research type very precise because this research type explain

[relation/link] [among/between] peubah-peubah [pass/through]

examination of hypothesis and in line with this research that is to

know influence from Quality of Service of Nurse to Satisfaction Of

Medical Patient Service [at] Hospital Copy Worse luck.this Type

Research [is] selected [by] because collected data come from

responder by using kuisoner that is from sampel of population for

representing population.

Pursuant to result of descriptive analysis and inferensial which have

been [done/conducted]. Hence can be pulled [by] conclusion in

response to target and problems which have been specified [by] [is]

1. Proven [is] Quality of Service with Direct Variable Evidence ( X1),

Mainstay ( X2), Energy Listen Carefully ( X3), Guarantee ( X4) and

Empathy ( [is] same X5) collectively/together ( Simultan) influence

signifikan to Satisfaction ( Y 2. Proven [is] Quality of Service with

Direct Variable Evidence ( X1), Mainstay ( X2), Energy Listen

Carefully ( X3), Guarantee ( X4) and Empathy ( X5) by parsial

influence signifikan to Satisfaction ( Y 3. Variable Mainstay ( X2) [is]

dominant variable to Medical Satisfaction [of] Hospital Copy [in]

Worse luck.

Keywords: Quality of Service of paramedic, Hospital Copy Worse,

and Satisfaction Of Medical Patient Service

Dosen Fakultas Sosial dan Politik Universitas Islam Balitar

Page 74: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

1. Latar Belakang Permasalahan

Faktor penting dalam

keberhasilan dan kelangsungan hidup

suatu organisasi Katolik Bersalin

adalah adanya sumber daya manusia

yang memikili disiplin, berpotensi,

terampil, dan memiliki semangat yang

tinggi sehingga organisasi dapat

memperoleh Kepuasan Pasien

Pelayanan Medis yang memuaskan.

Tetapi tidak semua pegawai

mempunyai kemampuan, ketrampilan,

disiplin, dan semangat yang sesuai

dengan tujuan organisasi.

Sebagai tenaga , manusia perlu

mendapatkan perhatian dan

pengelolaan sebagaimana mestinya.

Berbeda dengan peralatan yang

digunakan dalam aktivitas organisasi

di mana Kepuasan Pasiennya dapat

diatur sesuai dengan kebutuhan

organisasi. Manusia makhluk yang

sangat komplek, di mana ia

mempunyai kebutuhan, keinginan dan

perasaan yang sesungguhnya sangat

berlawanan dengan tujuan dari

Organisasi. Di samping adanya

kebutuhan yang berbeda-beda dari

setiap pegawai yang ada mereka juga

mempunyai latar belakang yang

berbeda pula. Mereka memasuki

organisasi pemerintah dengan

membawa latar belakang pendidikan,

pengalaman, kemampuan dasar dan

lain sebagainya yang berbeda dalam

berbagai tingkatan. Perbedaan yang

ada ini merupakan sumber perbedaan

kinerja perawat yang meliputi

Kepuasan Pasien, disiplin , kualitas

kinerja dan lain sebagainya.

Demikian pula para perawat

dalam Rumah Sakit Bersalin,

Kepuasan Pasien seorang perawat

sangat penting bagi suatu organisasi di

mana mereka be. Dengan mengetahui

Kepuasan Pasien dalam meningkatkan

Kualitas pelayanan kepada masyarakat

maka pihak Manajemen Rumah Sakit

dapat memberikan petunjuk tentang

Kualitas Pelayanan mereka masing-

masing, demikian juga bagi Perawat

itu sendiri dapat mengukur

sejauhmana tingkat Kepuasan Pasien

mereka dan umpan balik dari itu

adanya respon yang interaktif dari

masyarakat yang dinamis.

Berdasarkan uraian di atas

maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang

Kualitas Pelayanan paramedis pada

Rumah Sakit Bersalin di Malang di

mana Kualitas Pelayanan Perawat di

Rumah Sakit tersebut mempengaruhi

Pelayanan Medis kepada Masyarakat.

Adapun Pengaruh Kualitas Pelayanan

yang dimaksud adalah Bukti

Langsung, Kehandalan, Daya

Tanggap, Jaminan dan Empati,

Kualitas Pelayanan tersebut

merupakan tolok ukur Kepuasan

Pasien Pelayanan Medis yang telah

dilakukan oleh Perawat dalam tugas

dan tanggung jawab yang diembannya.

Oleh karena itu pelayanan kepada

masyarakat yang seharusnya diterima

Page 75: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

dengan prima tidak bisa terwujud

dengan baik atau malah sebaliknya.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran dalam

latar belakang maka dapat dirumuskan

berbagai permasalah sebagai berikut:

3. Apakah pengaruh Kualitas

Pelayanan Perawat (Bukti

Langsung, Kehandalan, Daya

Tanggap,Jaminan dan Empati)

secara bersama sama terhadap

Kepuasan Pasien Pelayanan

Medis pada Rumah Sakit

Bersalin di Malang.

4. Apakah pengaruh Kualitas

Pelayanan Perawat (Bukti

Langsung, Kehandalan, Daya

Tanggap,Jaminan dan Empati)

secara Parsial terhadap

Kepuasan Pasien Pelayanan

Medis pada Rumah Sakit

Bersalin di Malang.

5. Variabel apa yang dominan

dan mempengaruhi Kualitas

Pelayanan Perawat (Bukti

Langsung,Kehandalan, Daya

Tanggap,Jaminan dan Empati)

terhadap Kepuasan Pasien

Pelayanan Medis pada Rumah

Sakit Bersalin di Malang.

Hipotesis

Menurut Gambar 3.3 tersebut

dapat diambil Hipotesis sebagai

berikut:

1). Diduga Variabel Bukti Langsung

(X1), Kehandalan (X2), Daya

Tanggap (X3), Jaminan (X4) dan

Empati (X5) secara bersama-sama

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kepuasan Pasien pada

Rumah Sakit Bersalin Malang.

2). Diduga Variabel Bukti Langsung

(X1), Kehandalan (X2), Daya

Tanggap (X3), Jaminan (X4) dan

Empati (X5) secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kepuasan Pasien pada

Rumah Sakit Bersalin Malang.

3). Diduga Variabel Kehandalan (X2)

adalah variabel yang dominan

terhadap kepuasan Pasien pada

Rumah Sakit Bersalin Malang.

3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan

merupakan jenis penelitian

Korelasional, jenis penelitian ini

sangat tepat karena jenis penelitian ini

menjelaskan hubungan antara peubah-

peubah melalui pengujian hipotesis

dan sesuai dengan tujuan penelitian ini

yaitu untuk mengetahui pengaruh dari

Kualitas Pelayanan Perawat terhadap

Kepuasan Pasien Pelayanan Medis

pada Rumah Sakit Bersalin Malang.

Jenis penelitian ini dipilih karena

data yang dikumpulkan berasal dari

responden dengan menggunakan

kuisoner yaitu dari sampel atas

populasi untuk mewakili populasi

tersebut. Dalam usaha mengumpulkan

data, penulis menggunakan metode-

metode penelitian antara lain:

a. Angket atau Kuesioner

Adalah susunan pertanyaan-

pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang

Page 76: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

pribadinya atau hal-hal yang ia

ketahui. Adapun kelebihan kuesioner

adalah dapat disebarluaskan sesuai

keperluan pada setiap responden

dalam waktu relatif singkat dengan

mengerahkan seluruh jajaran peneliti

untuk membagikannya secara

langsung atau dikirim lewat pos ke

alamat responden

(Subagyo,1991:56).

b. Wawancara

Teknik wawancara ini dilakukan

dengan maksud untuk mendapatkan

data tambahan yang tidak dapat

diperoleh dari kuesioner, hal ini

dikarenakan data kuesioner hanya

mencakup fenomena-fenomena yang

diteliti. Wawancara ini dilakukan

kepada para karyawan.

c. Dokumenter

Adalah cara pengumpulan data yang

berasal dari laporan-laporan yang

ada hubungannya dengan data

sekunder yang mendukung

penelitian tersebut dari pihak

Manajemen Rumah Sakit.

d. Observasi

Adalah penelitian yang dilakukan

dengan pengamatan langsung

terhadap fenomena-fenomena sosial

dan gejala psikis untuk membahas

permasalahan yang ada.

Setelah data terkumpul, maka

langkah selanjutnya adalah melakukan

analisa terhadap data agar di

interpretasikan. Sesuai dengan

penelitian yaitu untuk mengetahui

pengaruh peubah bebas terhadap

peubah terikat yang dilakukan

bertujuan untuk mengkaji kebenaran

hipotesis-hipotesis adalah metode

statistik yang diharapkan dapat

menentukan menerima atau menolak

hipotesis adalah:

4. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan

statistik diperoleh hasil bahwa Nilai

Kritis dalam distribusi Fhitung dengan

tingkat signifikasi 0.05 dan degre of

freedom (Df) F sebesar 2528.360 .

Hasil perhitungan diatas dapat

dibuktikan bahwa Variabel Bukti

Langsung (X1), Kehandalan ( X2 ),

Daya Tanggap (X3), Jaminan (X4) dan

Empati (X5) secara bersama sama

(Simultan) mempengaruhi signifikan

terhadap Kepuasan (Y)

Jika ditinjau nilai F hitung

2528.360 (Sig F = 0.000ª ) nilai ini

berarti Sig F < 5% sehingga Ho yang

berbunyi “Diduga Variabel Bukti

Langsung (X1), Kehandalan (X2),

Daya Tanggap (X3), Jaminan (X4)

dan Empati (X5) secara bersama-

sama berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kepuasan Pasien

pada Rumah Sakit Bersalin Malang.”

, Secara statistik dapat diterima.

Sedangkan diketahui R (Koefisien

Korelasi) akan mempunyai nilai 0.998ª

atau 99 % berarti menujukkan adanya

pengaruh yang kuat antara variabel

Kualitas pelayanan terhadap Kepuasan

pasien. Sedangkan hasil dari R Square

(R²) sebesar 0.997 berarti koefisien

determinasi antara variabel Kualitas

pelayanan yakni Bukti Langsung ( X1

Page 77: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

), Kehandalan (X2), Daya Tanggap

(X3), Jaminan (X4) dan Empati (X5)

terhadap Kepuasan (Y) sebesar 99%

dan sisanya sebesar 1 % dipengaruhi

faktor lain. Sedangkan standard error

the estimate (SEE) adalah 0.139.

berarti tingkat kesalahan yang standar

hanya 0.139 hal ini menunjukkan

bahwa tingkat akurasinya dari hasil

penelitian cukup reseprentatif.

Hubungan Bukti Langsung ( X1 )

dengan Kepuasan Pasien (Y)

Dari pembahasan diatas dapat

diketahui Variabel Bukti Langsung

(X1) berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap Kepuasan (Y).

maksud daripada berpengaruh secara

positif dan signifikan adalah

peningkatan atau sebaliknya akan

berpengaruh terhadap Kepuasan

Pasien, oleh karena itu Bukti

Langsung perlu peningkatan yang

besar untuk menunjukkan efek

kepuasan pasien yang besar pula.

Sedangkan dilihat dari nilai

signifikan t sebesar 0.000 berarti lebih

besar dari pada 0.05. Artinya variabel

Kualitas Pelayanan secara parsial

berpengaruh secara Positif dan

signifikan terhadap Kepuasan (Y).

Dari hasil Persamaan Regresi linier

Berganda memiliki nilai Regresi

sebesar 0.216, artinya Variabel Bukti

Langsung (X1) mempengaruhi

Kepuasan Pasien sebesar 21 %.

Bangunan Gedung Rumah Sakit

Bersalin di Malang yakni bahwa perlu

dikembangkan pengadaan gedung

medis dan peningkatan kebersihan

supaya tidak terjadi pandangan pasien

yang negatif dimulai dengan

memperhatikan kondisi Cat Tembok,

Atap , Kaca Jendela dan lain

sebagainya. Bila dilihat dari rata rata

skor (Mean) item sebesar 2.86 berarti

mendekati 3, hal ini menunjukkan

bahwa penilaian secara umum

terhadap Bangungan Gedung Rumah

Sakit Bersalin di Malang cukup

Bersih.

Ruang rawat inap yang bersih

akan membantu proses rehabilitasi

daripada pasienBila dilihat dari rata

rata skor (Mean) item sebesar 3.12

berarti mendekati 4, hal ini

menunjukkan bahwa penilaian

Responden secara umum memberikan

jawaban positif terhadap Ruang Rawat

Inap yang bersih. Dengan didukungan

Alat Diagnosis yang canggih bahwa

dapat membuktikan secara psikologis

bahwa kepuasan daripada pasien akan

digenapi karena pendetkesian dini

untuk mengetahui penyakit yang

diderita oleh pasien Bila dilihat dari

rata rata skor (Mean) item sebesar 3.04

berarti mendekati 3, hal ini

menunjukkan penilaian yang positif

terhadap Alat diagnosa yang canggih.

Untuk item Alat Operasi yang

canggih perlu pengembangan lebih

lanjut sesuai kebutuhan daripada

bidang paramedis, bila dimungkin

dilakukannya suatu operasi terhadap

suatu penyakit atau yang lainnya maka

pihak rumah sakit dapat memberikan

pelayanan yang intensif. Bila dilihat

dari rata rata skor (Mean) item sebesar

3.22 berarti mendekati skala 3, hal ini

Page 78: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

menunjukkan bahwa yakni bahwa Alat

operasi yang difungsikan oleh Rumah

Sakit Bersalin di Cukup canggih

Sterilisasi peralatan medis

merupakan hal yang utama dalam

keperawatan karena. alat yang

digunakan secara terus menerus untuk

kegiatan perawatan rentan dengan

virus penyakit maka perlu adanya

sterilisasi yang higienis terhadap

peralatan medis. Bila dilihat dari

rata rata skor (Mean) item sebesar 3.52

berarti mendekati 4, hal ini

menunjukkan bahwa penilaian

Responden secara umum memberikan

jawaban positif artinya Sterilisasi

Peralatan Medis yang digunakan di

Rumah Sakit Bersalin di adalah baik

dan perlu dikembangkan lebih lanjut.

Pakaian dinas daripada

paramedis yang seragam memberikan

penilaian yang positif untuk

memberikan penampilan dan

pelayanan yang baik karena hal ini

yang membedakan antara paramedis

dan pasien untuk menjalankan fungsi

keperawatan. Bila dilihat dari rata rata

skor (Mean) item sebesar 3.28 berarti

mendekati 3, hal ini menunjukkan

bahwa Keseragaman pakaian dinas

perawat pada Rumah Sakit Bersalin di

memiliki nilai cukup baik dan perlu

diperhatikan secara dinamis.

Kerapian dokter merupakan

performa utama yang dipelukan oleh

jajaran paramedis. Hal ini

berhubungan langsung dengan

kepuasan pasien secara langsung

dikarenakan kepribadian dan

kemampuan seorang dokter

dipengaruhi oleh penampilannya untuk

membuktikan keseriusannya dalam

menangani pasien. Bila dilihat dari

rata rata skor (Mean) item sebesar 3.48

berarti mendekati skala 3 , hal ini

menunjukkan Kerapian pakain dokter

pada Rumah Sakit Bersalin di cukup

baik dan perlu diperhatikan secara

dinamis

Diatas telah disinggung bahwa

kebersihan daripada rawat inap yang

bersih dapat membantu Rehabilitasi

medis demikian pula dengan kerapian

daripada rawat inap karena kondisi

rawat inap yang rapi memberikan

Bukti Langsung untuk proses

kesembuahn. Bila dilihat dari rata

rata skor (Mean) item sebesar 3.24

berarti mendekati skala 3, hal ini

menunjukkan Kerapian ruang rawat

inap (X1.8) pada Rumah Sakit

Bersalin di di Malang adalah cukup

baik.

Alat Panggil Perawat

memberikan fungsi sarana panggilan

darurat dari pasien bila ada sesuatu

yang dibutuhkan. Alat panggil tersebut

selalu ada pada setiap instalasi rawat

inap (IRNA) dengan kompisisi 1

tempat tidur terdapat 1 Alat Panggil

Perawat. Bila dilihat dari rata rata skor

(Mean) item sebesar 3.08 berarti

mendekati 3, hal ini Alat panggil

perawat pada Rumah Sakit Bersalin di

Malang adalah cukup baik, dan perlu

perbaikan lebih lanjut bila ada

peralatan yang tidak berfungsi sebagai

mestinya

Telpon umum pada setiap

bangsal diperlukan untuk sarana

Page 79: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

komunikasi kepada pihak luar yang

terutama kepada pihak pasien dan

keluarganya. Bila dilihat dari rata rata

skor (Mean) item sebesar 1.88 berarti

mendekati skala 2, hal ini

menunjukkan bahwa penilaian

Responden secara umum memberikan

jawaban negatif terhadap Telpon

umum pada setiap bangsal yakni

bahwa pengadaan Telpon umum pada

setiap bangsal Rumah Sakit Bersalin

di Malang kurang baik karena

dilapangan memang tidak tersedianya

telpon umum pada setiap bangsal atau

Instalasi rawat inap.

Hubungan Kehandalan ( X2 )

dengan dengan Kepuasan Pasien

(Y).

Variabel Kehandalan (X2)

dengan Kepuasan (Y), dimana dari

hasil Persamaan Regresi linier

Berganda menyatakan Variabel

Kehandalan (X2) memiliki nilai

Regresi sebesar 0.598, artinya

Variabel Kehandalan (X2)

mempengaruhi Kepuasan (Y) sebesar

59 %. Sedangkan dilihat dari Nilai

signifikan t sebesar 0.002 berarti lebih

kecil dari pada 0.05. Artinya variabel

Kualitas Pelayanan secara Parsial

signifikan berpengaruh terhadap

Kepuasan (Y).

Penanganan tindakan medis

dalam keperawatan Rumah Sakit

Bersalin di Malang melibatkan

langsung dokter spesialis. Penanganan

dilakukan dokter spesialis memberikan

kontribusi yang baik kepada para

pasien dengan harapan jika dokter

spesialis yang menangani maka akan

lebih intensif pelayanan medis dan

efekfif. Bila dilihat dari rata rata skor

(Mean) item sebesar 3.96 berarti

mendekati 4, hal ini menunjukkan

bahwa Penanganan Dokter spesialis

pada Rumah Sakit tersebut adalah baik

Kemampuan perawat sesuai

bidangnya sangat diperlukan dalam

proses keperawatan karena

mendasarkan kepada kemampuan dan

dasar pendidikan individu perawat

untuk melakukan tindakan medis.

Supaya tidak terjadi kesalahan dalam

menjalankan fungsinya. Bila dilihat

dari rata rata skor (Mean) item sebesar

4.12 berarti mendekati skala 4, hal ini

menunjukkan bahwa Kemampuan

perawat sesuai bidangnya adalah baik

dan perlu ditingkatkan kualitas

personalia keperawatan untuk lebih

progresif dalam pelayanannya.

Nilai jual ekonomis artinya

adalah tarif yang dikenakan pada

setiap pengguna jasa rumah sakit,

ukuran ekonomis merupakan sudut

pandang yang beragam dari semua

pihak, ekonomis dipandang dari segi

materi dengan nilai rupiah yang

rendah atau sebaliknya ekonomis dari

segi perawatan medis yang cepat tetapi

mahal. Keseimbangan pandangan

tersebut perlu diperhatiakan mengingat

faktor yang lain secara ekonomi terus

meningkat. Bila dilihat dari rata rata

skor (Mean) item sebesar 2.96 berarti

mendekati 3, hal ini menunjukkan

adanya Nilai jual yang ekonomis yang

baik pada Rumah Sakit Bersalin di .

Pernyataan tersebut dinilai dari sudut

Page 80: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

keseimbangan pelayanannya dan

rehabilitasi medis yang dilakukan.

Adanya Teknologi Rehabilitasi

yang canggih seperti halnya Rontgen,

Ultrasonik system dan elektromedik

lainnya adalah sangat membantu

dalam pelaksanaan rehabilitasi medis.

Bila dilihat dari rata rata skor ( Mean )

item sebesar 4.36 berarti mendekati 4,

hal ini menunjukkan penggunaan

Tekonologi dalam membantu

rehabilitasi medis dalam Rumah Sakit

tersebut adalah baik. Hal ini

merupakan suatu kehandalan bagi

rumah sakit untuk ditingkatkan

pengadaanya dan sumberdaya

manusianya ketingkat spesialisasi.

Kecepatan proses rehabilitas

yakni dalam penanganan pasien

khususnya di instalasi rawat darurat

oleh paramedis perlu diperhatikan. Hal

ini diperlukan melihat kondisi pasien

yang perlu penanganan yang intesif

dan seksama. Bila dilihat dari rata rata

skor (Mean) item sebesar 4.38 berarti

mendekati skala 4, hal ini

menunjukkan Kecapatan proses

Rehabilitasi medis dalam Rumah Sakit

Bersalin di tersebut adalah Baik

Rentang waktu setelah

penanganan rehabiltiasi diupayakan

dengan waktu yang cepat sesuai

ukuran medis. Hal ini untuk

menghindari masa kritis dan hal hal

yang tidak diinginkan dalam hasil

daripada rehabilitasi. Bila dilihat dari

rata rata skor (Mean) item sebesar 4.14

berarti mendekati skala 4, hal ini

menunjukkan bahwa penilaian

Responden secara umum memberikan

jawaban positif terhadap penanganan

rehabilitasi medis

Penanganan penyakit yang

kritis dalam arti lain yakni penyakit

yang menular merupakan hal khusus

ditangani oleh rumah Sakit tersebut.

Hal ini menentukan sistematika

tindakan medis untuk proses

rehabilitasnya. Bila dilihat dari rata

rata skor (Mean) item sebesar 4.24

berarti terdapat pada skala 4 , hal ini

menunjukkan bahwa Penanganan

penyakit kritis pada Rumah Sakit

Bersalin di Malang adalah baik dan

terus ditingkatkan secara dinamis.

Askes adalah salah satu bentuk

bantuan bagi para pengguna jasa

kesehatan dalam proses keperawatan.

Tetapi Penggunaan Askes pada rumah

sakit tersebut kurang begitu memiliki

peran yang positif dikarenakan rumah

Sakit tersebut adalah miliki swasta.

Hal ini Bila dilihat dari rata rata skor

(Mean) item sebesar 2.84 berarti

mendekati skala 3, hal ini

menunjukkan penggunaan daripada

Askes pada Rumah Sakit Bersalin di

Malang adalah Cukup Baik.

Diharapkan kemudian hari pelayanan

tersebut perlu diadakan guna

penjangkauan masyarakat ekonomi

lemah

Administrasi yang mudah

merupakan suatu alternatif bagi

mereka yang memiliki mereka yang

kurang mampu dalam sudut

administrasi keuangan. Bila

dilihat dari rata rata skor (Mean) item

(X2.9) sebesar 4.36 berarti mendekati

skala 4, hal ini menunjukkan bahwa

Page 81: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

kemudahan proses administrasi pada

Rumah Sakit Bersalin di Malang

adalah baik . Hal ini didukung sistem

informasi manajemen yang baik dalam

operasional pada Rumah Sakit tersebut

Bantuan kesehatan diberikan

kepada mereka yang dibawah garis

kemiskinan untuk diberikan fasilitas

kesehatan yang khusus dalam

rehabiltasi medis.Bila dilihat dari rata

rata skor (Mean) item sebesar 3.02

berarti mendekati skala 3, hal ini

menunjukkan bahwa bantuan

kesehatan pada Rumah Sakit Bersalin

di Malang adalah cukup baik dalam

pelaksanaanya.

Hubungan Daya Tanggap (X3)

dengan Kepuasan Pasien (Y)

Adanya Pengaruh antara Variabel

Daya Tanggap (X3) dengan Kepuasan

(Y), dimana dari hasil Persamaan

Regresi linier Berganda menyatakan

Variabel Daya Tanggap (X3) memiliki

nilai Regresi sebesar 0.251, artinya

Variabel Daya Tanggap (X3)

mempengaruhi Kepuasan (Y) sebesar

25 %. Sedangkan dilihat dari Nilai

signifikan t, berarti lebih besar dari

pada 0.05.. Artinya variabel Kualitas

Pelayanan secara parsial signifikan

berpengaruh terhadap Kepuasan (Y).

Orientasi pelayanan merupakan

fokus pelayanan keperawatan kepada

pasien. Bila dilihat dari rata rata skor

(Mean) item sebesar 3.82 berarti

mendekati skala 4, hal ini

menunjukkan bahwa nilai Orientasi

pelayanan pada Rumah Sakit Bersalin

di Malang adalaha baik dan perlu

ditindaklanjuti secara progresif

Meskipun demikian orientasi

pelayanan tetap memperhatikan

keadilan dalam pelayanan tanpa

membedakan strata sosial dalam

tindakan keperawatan. Bila dilihat

dari rata rata skor (Mean) item sebesar

3.74 berarti mendekati skala 4, hal ini

menunjukkan bahwa Keadilan

Pelayanan pada Rumah Sakit

Bersalin di Malang adalah baik.

Sebelum melaksanakan tugas

perlu adanya kedisiplinan perencanaan

tindakan medis. Hal ini diterapkan

kepada paramedis yang mendapati jam

kerja (Shif) baru untuk

menindaklanjuti proses keperawatan

selanjutnya. Bila dilihat dari rata rata

skor (Mean) item sebesar 3.48 berarti

mendekati skala 3, hal ini

menunjukkan bahwa Kedisiplinan

terhadap rencana tugas perawat pada

Rumah Sakit Bersalin di Malang

memimiliki nilai cukup baik.

Kecepatan diagnosa dari para

medis merupakan upaya pertama

untuk tindakan medis berikutnya.Bila

dilihat dari rata rata skor (Mean) item

sebesar 3.54 berarti mendekati skala 4,

hal ini menunjukkan bahwa Kecepatan

Diagnosa pada Rumah Sakit Bersalin

di Malang memiliki nilai baik

Tidak hanya kecepatan tetapi

kepatan dalam diagnosa untuk

menentukan jenis penyakit atau kasus

medis yang dilakukan paramedis untuk

memberikan tindakan keperawatan.

Bila dilihat dari rata rata skor (Mean)

item sebesar 3.48 berarti mendekati

Page 82: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

skala 3, hal ini menunjukkan bahwa

Ketepatan Diagnosa pada Rumah Sakit

Bersalin di Malang memiliki nilai

cukup baik

Kecepatan Penanganan Pasien

perlu ditingkatkan dengan baik, hal ini

tolok ukur dari pada daya tanggap

daripada paramedis. Bila dilihat dari

rata rata skor (Mean) item sebesar 3.82

berarti mendekati skala 4, hal ini

menunjukkan bahwa Kecepatan dalam

menangani pasien pada Rumah Sakit

Bersalin di Malang memiliki nilai

yang Baik

Kesiagaan dalam bekerja

merupakan kesiapan paramedis dalam

proses keperawatan, jika dalam waktu

yang tak terduga perlu diadakan

tindakan medis yang mendadak tidak

perlu diragukan lagi, tetapi hal ini

perlu tingkatkan secara struktural. Bila

dilihat dari rata rata skor (Mean) item

sebesar 3.60 berarti mendekati skala 4,

hal ini menunjukkan bahwa Kesiagaan

paramedis dalam bekerja pada Rumah

Sakit Bersalin di Malang memiliki

nilai baik. Khusus yang shif malam

pada IRNA anak perlu adanya

pengawasan yang progresif .

Pengawasan medis yang

reguler diperlukan baik secara instalasi

rawat inap maupun rawat jalan. Hal ini

menunjukan kinerja paramedis dalam

rangka mengawasi perkembangan

daripada pasien. Bila dilihat dari rata

rata skor (Mean) item sebesar 3.80

berarti mendekati skala 4 , hal ini

menunjukkan bahwa Pengawasan

Medis secara reguler pada Rumah

Sakit Bersalin di Malang memiliki

nilai baik.

Pengawasan Gizi berfungsi

untuk mendukung proses rehabilitasi.

hal ini diperlukan dan diawasi secara

serius baik secara medis dan

penggunaan bahan baku yang bersih.

Bila dilihat dari rata rata skor (Mean)

item sebesar 3.72 berarti mendekati

skala 4, hal ini menunjukkan bahwa

Pengawasan Gizi pada Rumah Sakit

Bersalin di Malang memiliki nilai baik

Paramedis dalam rumah sakit

apapun harus memiliki ketelitian

dalam pelayanan. Hal ini diperlukan

untuk proses rehabilitas waktu demi

waktu selama masa keperawatan di

rumah sakit melihat perkembangan

secara reguler daripada pasien. Bila

dilihat dari rata rata skor (Mean) item

sebesar 3.70 berarti mendekati skala 4,

hal ini menunjukkan bahwa Ketelitian

dalam pelayan pada Rumah Sakit

Bersalin di Malang memiliki nilai baik

Kehadiran paramedis dalam

menjalankan tugas adalah sangat vital

sekali karena pelayanan yang prima

merupakan eksistensi dan kesiapan

daripada paramedis. Keterlambatan

kehadiran paramedis berarti tidakm

memiliki daya tanggap terhadap

pelayanan. Bila dilihat dari rata rata

skor (Mean) item sebesar 3.56 berarti

mendekati 4, hal ini menunjukkan

bahwa penilaian Responden secara

umum memberikan jawaban positif

terhadap Kehadiran paramedis yakni

bahwa kehadiran paramedis pada

Rumah Sakit Bersalin di Malang

memiliki nilai baik. Hal ini perlu

Page 83: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

diperhatikan bila terjadi keterlambatan

dalam memenuhi jam kerja artinya

belum memenuhi daya tanggap

pelayan yang diharapkan, maka

presentasi dan kehadiran paramedis

perlu diperketat dan ditingkatkan

secara progresif.

Hubungan Jaminan ( X4 ) dengan

Kepuasan Pasien (Y)

Adanya Pengaruh antara Variabel

Jaminan (X4) dengan Kepuasan (Y),

dimana dari hasil Persamaan Regresi

linier Berganda menyatakan Variabel

Jaminan ( X4 ) memiliki nilai Regresi

sebesar 0.243, artinya Variabel

Jaminan (X4) mempengaruh

Kepuasan (Y) sebesar 24 %.

Sedangkan dilihat dari Nilai signifikan

t sebesar 0.085 berarti lebih kecil dari

pada 0.05. Artinya variabel Kualitas

Pelayanan secara parsial signifikan

berpengaruh terhadap Kepuasan (Y).

Keamanan terhadap

pengobatan para pasien baik yang

rawat inap dan rawat jalan merupakan

kepercayaan yang diberikan oleh

pengguna jasa rumah sakit atas

keamanan obat dalam proses

rehabilitasi. Hal ini memberikan

kontribusi yang kuat sekali terhadap

jaminan untuk sembuh . Bila dilihat

dari rata rata skor (Mean) item sebesar

4.06 berarti mendekati skala 4, hal ini

menunjukkan jaminan keamanan

terhadap pengobatan pada Rumah

Sakit Bersalin di Malang memiliki

nilai baik dan perlu ditingkatkan

Keamanan pelayanan sangat

diutamakan dalam proses

keperawatan, kemungkinan terjadinya

mal praktek dan keselahan tindakan

medis tidak terjadi dalam proses

keperawatan. Jaminan ini dilakukan

untuk memberikan pelayanan yang

maksimal kepada pasien, Bila dilihat

dari rata rata skor (Mean) item sebesar

4.12 berarti mendekati skala 4, hal ini

menunjukkan Jaminan keamanan

terhadap Pelayanan pada Rumah Sakit

Bersalin di Malang memiliki nilai

baik.

Untuk item Keamanan

Lingkungan memberikan rasa

ketenanagan dan kenyamanan kepada

pasien dalam paska rehabilitasi medis.

Oleh karena itu untuk menciptakan

ketenangan adanya sistem keamanan

lingkungan yang representatif yakni

penjagaan satpam 24 jam, rumah sakit

yang dikelilingi oleh tembok dengan

kawat berduri dan anggota keluarga

pasien yang membantu untuk menjaga

,Bila dilihat dari rata rata skor (Mean)

item sebesar 3.78 berarti mendekati

nilai 4, hal ini menunjukkan bahwa

Jaminan Keamanan Lingkungan pada

Rumah Sakit Bersalin di Malang

memiliki nilai baik.

Keamanan administrasi

merupakan suatu proses non medis

yang membantu kelancaran dalam

proses keperawatan dengan cara

administrasi medis, administrasi

keuangan dan administrasi

pengobatan. Dengan keamanan

adminitrasi para pasien tidak perlu

ragu untuk melakukan proses tersebut

dan tidak perlu kuatir jika terjadi

tindakan kriminalitas terhadap proses

Page 84: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

administrasi. Bila dilihat dari rata rata

skor (Mean) item sebesar 4.06 berarti

mendekati nilai 4, hal ini menunjukkan

bahwa keamanan administrasi pada

Rumah Sakit Bersalin di Malang

memiliki nilai baik disamping

profesionalisme para karyawan juga

dilengkapi dengan sistem informasi

manajemen yang representatif.

Ketepatan waktu sembuh

adalah suatu prediksi dari akhir

perawatan medis, hal ini adalah suatu

proses yang intensif atau reguler agar

pasien segera sembuh yang

mendasarkan daripada diagnosa

paramedis dan item item yang lainnya.

Sehingga dapat dipredisksikan kapan

suatu kondisi pasien dapat sembuh.

Bila dilihat dari rata rata skor (Mean)

item sebesar 3.52 berarti mendekati

nilai 4, hal ini menunjukkan bahwa

Ketepatan sembuh pasien pada Rumah

Sakit Bersalin di Malang memiliki

nilai baik.

Perawatan yang efektif dari

paramedis akan segera memberikan

jaminan kesembuhan yang diharapkan

oleh para pasien. Hal ini biasanya

dilakukan mendasarkan kepada

diagnosa dokter dan klasifikasi

tindakan medis secara profesional.

Efektifitas perawatan berhubungan

yang positif dengan item sebelumnya

yakni ketepatan waktu sembuh. Bila

dilihat dari rata rata skor (Mean) item

sebesar 3.56 berarti mendekati skala 4,

hal ini menunjukkan bahwa perawatan

terhadap pasien yang efektif pada

Rumah Sakit Bersalin di Malang

memiliki nilai baik.

Penangan tindakan medis

dalam keperawatan Rumah Sakit

Bersalin di Malang melibatkan

langsung dokter. Penanganan

dilakukan dokter memberikan

kontribusi yang baik kepada para

pasien dengan harapan jika dokter

yang menangani maka akan lebih

intensif pelayanan medis dan efekfi.

Bila dilihat dari rata rata skor (Mean)

item sebesar 4.04 berarti mendekati

skala 4, hal ini menunjukkan bahwa

penanganan dokter pada Rumah Sakit

Bersalin di Malang memiliki nilai

baik.

Penangan para pasien dengan

cepat mengalami kesembuhan bila

ditangai dengan intensif oleh

paramedis terlebih kepada pasien yang

memiliki penyakit menular dengan

penyediaan kamar isolasi. Dengan

penanganan yang intensif berarti fokus

pelayanan paramedis kepada pasien

untuk sembuh dapat disesuaikan

dengan harapan mereka. Bila dilihat

dari rata rata skor (Mean) item sebesar

3.58 berarti mendekati skala 4, hal ini

menunjukkan bahwa pada Rumah

Sakit Bersalin di Malang semua

pasien ditangani secara intesif dengan

nilai baik.

Hubungan Empati ( X5 ) dengan

Kepuasan Pasien (Y)

Adanya Pengaruh antara Variabel

Empati (X5) dengan Kepuasan (Y),

dimana dari hasil Persamaan Regresi

linier Berganda menyatakan Variabel

Empati (X5) memiliki nilai Regresi

sebesar 0.143, artinya Variabel Empati

Page 85: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

(X5) mempengaruhi Kepuasan (Y)

sebesar 14 %.

Sedangkan dilihat dari Nilai

signifikan t, maka Variabel Empati

(X5), dengan Nilai signifikan t sebesar

0.935 berarti lebih besar dari pada

0.05. Artinya variabel Kualitas

Pelayanan secara parsial signifikan

berpengaruh terhadap Kepuasan (Y).

Perhatian dokter kepada pasien

yang tinggi mendorong pasien

memiliki kepercayaan untuk sembuh

Bila dilihat dari rata rata skor

(Mean) item sebesar 3.86 berarti

Perhatian dari para dokter pada Rumah

Sakit Bersalin di Malang dapat dinilai

baik.Hal yang tidak jauh berbeda

perhatian dan keramahan dari pada

perawat sehingga kepuasan empati

daripada psikis pasien dapat terpenuhi.

Dengan hal ini dapat menciptakan

harmonisasi antara pasien dengan

paramedis. Bila dilihat dari rata rata

skor (Mean) item sebesar 4.06 berarti

mendekati skala 4, hal ini berarti

Perhatian dan keramahan daripada

perawat pada Rumah Sakit Bersalin di

Malang dapat dinilai baik

Dalam pemberian informasi

yang jelas dapal proses keperawatan

tentang waktu minum obat, visitasi

paramedis dan jam berkunjung

diperlukan informasi yang jelas dari

perawat supaya pasien mengerti

tindakan tindakan medis yang

diperlukan. Hal ini juga disertai

dengan tutur kata yang sopan supaya

menciptakan buah pikiran yang positif

dan saling membangun antara

paramedis dan pasien. Bila dilihat dari

rata rata skor (Mean) item skala 4, hal

ini menunjukkan bahwa Pemberian

informasi dan tutur kata paramedis

yang sopan para dokter pada Rumah

Sakit Bersalin di Malang dapat dinilai

baik.

Penilaian terhadap senyuman

adalah berbeda beda, tetapi dalam

proses keperawatan senyuman

merupakan faktor yang memiliki

dampak yang besar terhadap pasien.

Pelayanan paramedis seberat apapun

akan memberikan kontribusi sendiri

dengan senyuman dari hati yang tulus

untuk melayani. Bila dilihat dari rata

rata skor (Mean) item sebesar 3.88

berarti mendekati skala 4, hal ini

menunjukkan bahwa yakni bahwa

senyum paramedis pada Rumah Sakit

Bersalin di Malang dinilai baik

Keindahan lingkungan pasti

memberikan kesan yang positif pagi

para pengguna jasa dirumah sakit.

Keindakah lingkungan dapat

menciptakan panorama yang segar

dalam kejiwaan pasien baik. Bila

dilihat dari rata rata skor (Mean) item

sebesar 4.04 berarti mendekati skala 4,

hal ini menunjukkan bahwa keindahan

lingungan pada Rumah Sakit Bersalin

di Malang dapat dinilai baik. Dan

perlu ditingkatkan secara inovatif dan

kreatif bukanlah suatu tindakan yang

statis.

Pelayanan Pastoral merupakan

program rohani untuk memberikan

pelayanan kerohanian terhadap pasien

untuk memberikan doa dan dukungan

moral agar kesembuhan dapat terjadi.

Page 86: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

5. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis

deskriptif dan inferensial yang telah

dilakukan. Maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai jawaban atas

permasalahan dan tujuan yang telah

ditetapkan adalah

1. Terbukti Kualitas Pelayanan

dengan Variabel Bukti Langsung

(X1), Kehandalan (X2), Daya

Tanggap (X3), Jaminan (X4) dan

Empati (X5) secara bersama sama

(Simultan) mempengaruhi

signifikan terhadap Kepuasan (Y).

2. Terbukti Kualitas Pelayanan

dengan Variabel Bukti Langsung

(X1), Kehandalan (X2), Daya

Tanggap (X3), Jaminan (X4) dan

Empati (X5) secara parsial

mempengaruhi signifikan terhadap

Kepuasan (Y).

3. Variabel Kehandalan (X2) adalah

variabel yang dominan terhadap

Kepuasan Medis Rumah Sakit

Bersalin di Malang

Daftar Pustaka

Achsin M, 1999. Analisa Dimensi Kualitas Layanan yang mempengaruhi

Kepuasan berdasarkan Persepsi Pasien pada Rumah sakit

Muhammadiya Jawa Timur. Universitas Airlangga, Surabaya.

Adi Koesoemo,S. 1995 ; Manajemen Rumah Sakit, Cetakan Pertama, Pustaka

Sinar Harapan, Jakarta

Aditama Tjandra Yoga,2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Universitas

Brawijaya, Malang

Alma Buchari, 1998. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Kedua,

Alfabeta. Bandung

Anonymous, 1996. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Edisi Kedua, Cetakan

Kelima, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan

Anonymou,1999. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Edisi Kedua, Cetakan Kelima,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan

Anonymou,1999. “Mass Hospital Survay may be Kept on Shelf ”, Journal Modern

Helat Care, Vol 30,155; 30 September, P17, Massachsetts

Arikunto, Suharsimi, 1991. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktis ,

Rineka Cipta. Jakarta

Page 87: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Anonymous, 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta,

Jakarta.

Anonymous,1998. Pemasaran Strategi, Alih Bahasa Lima Salim, Jilid Satu

Erlangga. Surabaya.

Anonymous,1999. Pemasaran Strategi, Alih Bahasa Lima Salim, Jilid Satu

Erlangga. Surabaya.

Anonymous,1997. Manajemen Pemasaran, Alih Bahasa Wihelmus, Jilid I, CV

Intermedia, Jakarta.

Anonymous,2001. Manajemen Pemasaran, Alih Bahasa Suranto, Buku Dua,

Salemba. Jakarta.

Anonymous,1997. Strategi Pemasaran, edisi Kedua. Cetakan Kedua. Andi Offset,

Yogyakarta

Assael H, 1987. Consumer Behavior and Marketing Action. Third Edition, Kent

Publishing, Company Boston.

Atha Sopoulos, Antreas, 2000. Cunstomer Satification cues to Support Market

Segmentation and Explain Behavior.

Azwar Azrul, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Cetakan Pertama, Edisi

Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta.

Azwar, Saifuding. 1986. Reliablitas dan Validitas suatu intepratasi dan

Komputasi, Liberty Yogyakarta.

Barry, Leonard anda Parrassuraman, 1997. Listening to The Constumer the

Consept of Seervice Quality Information system, Sloan Management

Review Spring, pp 65-76.

Bower Courtland et-al,1995; Marketing. Edisi kedua, Mac Graw hil inc. New

York. USA.

Cronin J. Josep Taylor Stefen. 1993. Measuring Service Quality, Reexamination

and Exetion ,Journal – juli, pp 55 – 68.

Cravens, David W, 1996. Pemasaran Strategi, Alih Bahasa Lima Salim, Jilid Satu

Erlangga. Surabaya.

Dharma Agus 1991. Manajemen Prestasi Kerja. CV Rajawali. Jakarta.

Page 88: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Dharmesta, S. Banu dan Handoko. T, 1997; Manajemen Pemasaran. Analisa

Perilaku Konsumen, Edisi Pertama ,BPFE. Yogyakarta.

Djawarto dan Subagyo 1996. Statistik Induktif, Cetakan Ketiga, BPFE.

Yogyakarta.

Engel, James F, Blauwell, Roger D Minard,1994. Perilaku Konsumen

diterjemahkan oleh Budiyanto, edisi keenam. Jilid I, Binarupa Aksara,

Jakarta.

Engel, James F, Blauwell, Roger D Minard,1995. Perilaku Konsumen

diterjemahkan oleh Budiyanto, edisi keenam. Jilid II, Binarupa Aksara,

Jakarta.

Eny Endah Pudjiastuti, 2000. Faktor Faktor yang mempengaruhi Kualitas

Pelayaan dan Kepuasan Pelanggan. Universitas Brawijaya, Malang.

Ferdinand , 2000. Struktural Equation, Modeling dalam penelitian Manajemen.

BP UNDIP, Semarang.

Gasper,Vincent, 1997. Kualitas Dalam Industri jasa. PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Gatot Suprapto, 2003. Pengaruh Kualitas jasa terhadap Kepuasan Pelanggan

Universitas Brawijaya, Malang.

Gibson, Ivancevich, Donelly.1995. Organization. Terjemahan Agus Dharma dan

Savitri ; Organisasi Perilaku, Struktur dan Proses. Erlangga. Surabaya.

Gujarati, Damodar, 1997. ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zein.

Erlangga. Surabaya.

Garry Amstrong, 1997. dasar dasar Pemasaran, Alih Bahasa Alexander sindoro.

Jilid I, Prehallindo, Jakarta.

Kotler Philip, 1995. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi

dan pengendalian. Alih bahasa Hermawan. Salemba , Jakarta.

Kerlinger, Fred N dan Elazar J. Padahzur, 1987. Korelasi dan Analisis Regresi

berganda, Nurcahyo, Semarang.

Nazir Moh,1999. Metode Penelitian. Cetakan Ketiga, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Parrasuraman, Zetihal, Valence, Berry, 1985. Servequal. Aconseptual Model of

Service Qulity and its Implication for Future Research Journal of

marketing. Vol 49. P 41-50.

Page 89: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Payne Andrian, 2000. The Essence Of Service Marketing. Pemasaran Jasa, Alih

Bahasa Fandi Tjiptono, Edisi Petama. Cetakan Pertama, Andi, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik dan Keputusan Rektorat Jenderal

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan

Pemukiman. 1996. Prasyarat Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Cetakan pertama. Jakarta.

Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono, 2001. Riset Pemasaran, Elex Media

Komputindo. Jakarta.

Salehuddin,1999. Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan dan Loyalitas

Pelanggan, Universitas Brawijaya, Malang.

Tjiptono Fandi, 1996. Manajemen Jasa Edisi Pertama. Cetakan Pertama, Andi

Offset, Yogyakarta.

Page 90: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

PENGARUH PELATIHAN GURU TERHADAP PENINGKATAN

PRESTASI BELAJAR SISWA

(Studi Pada SMP Negeri 10 Kota Blitar)

Oleh:

Nurul Farida

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan

guru terhadap prestasi siswa di SMP N 10 Kota Blitar.

Untuk mengetahui apakah pelatihan pendidikan guru memberikan efek atau

pengaruh terhadap prestasi siswa, maka digunakan Uji Peringkat Bertanda

Wilcoxon (Wilcoxon’s Sign Rank Tes), prestasi siswa ini dinyatakan dalam bentuk

hasil nilai siswa sebelum guru mengikuti program pelatihan dinyatakan dengan

Xsb dan hasil nilai siswa sesudah guru mengikuti program pelatihan dinyatakan

dengan Xss.

Berdasarkan hasil Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Sign Rank

Tes), bahwa antara sebelum guru mengikuti pelatihan dan sesudah guru mengikuti

pelatihan, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup positif yaitu 37.4.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan

pendidikan terhadap guru memberikan pengaruh yang sangat positi terhadap

prestasi belajar siswa di SMP N 10 Kota Blitar.

Kata Kunci: Pelatihan guru dan prestasi belajar siswa.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar

Page 91: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

1. Latar Belakang

Kepedulian orang terhadap

pendidikan dewasa ini sudah

meningkat. Sekarang kita dapat

menemui ratusan artikel yang berbicara

tentang peningkatan kualitas

pendidikan melalui surat kabar,

majalah, seminar dan lewat cyber atau

internet

Menerapkan dan mengarahkan

corong konsep pentingnya pendidikan

kepada anak didik di sekolah dapat

dianggap sebagai langkah yang tepat.

Namun kebijakan ini tidak berimbang

kalau guru-gurunya sendiri belum

memiliki kesadaran akan pentingnya

pendidikan. Bagaimana guru bisa

menerapkan perannya yang cukup

banyak seperti sebagai educator,

motivator, counselor, dan lain- lain-

kalau mereka tidak memiliki

kepintaran.

Dalam peningkatan mutu

pendidikan, proses pembelajaran perlu

kita tekuni dengan sungguh-sungguh

untuk meningkatkan kwalitas

sumberdaya manusia, hal ini dapat

dilaksanakan apabila suatu masalah

yang dihadapi oleh tenaga pengajar

benar-benar mau mencari solusi

sehingga mutu proses belajar mengajar

secara terus menerus tetap

dipertahankan sekaligur

mengaplikasikan dalam sebuah

pratikum pada setiap mata pelajaran.

Untuk itu perlu mencari ide-ide

pembaharua serta kerelaan setiap

pendidik, dengan demikian guru

tumbuh dan berkembang sesuai dengan

kemampuan berdasarkan profesi dan

kompetensinya. Usaha yang dapat

mendorong para siswa dan

mahasiswa menciptakan iklim

pembelajaran dengan menyelesaikan

tugas-tugasnya sampai tuntas

(mastery learning), guru merupakan

sumber belajar dan dapat belajar

dimana saja baik itu di sekolah,

kampus maupun di dunia

Usaha/Industri, dan secara aktif

siswa atau mahasiswa dapat

menyelesaikan tugas-tugasnya tanpa

harus menunggu instruksi dari guru

atau dosennya. Untuk mencapai

pembelajaran yang optimal

diperlukan bahan ajar yang di desain

dan dikemas sesuai pendekatan

pembelajaran individual yang

memungkinkan para siswa dan

mahasiswa dapat gelajar sesuai

dengan potensinya. Garis-garis Besar

Program Pendidikan dan Pelatihan

yang menggambarkan pokok-pokok

materi pembelajaran (Pendidikan dan

Pelatihan) dan sebaiknya materi itu

dapat diorganisasikan seperti

membentuk Team Teching oleh para

guru atau dosen yang mempunyai

bidang keahliannya masing-masing.

Bahan ajar berupa paket-paket atau

modul yang berisi informasi yang

harus dikuasai dan dilaksanakan para

siswa untuk mencapai penguasaan

setiap materi yang diajarkan kepada

peserta didik dalam kebutuhan

kiranya alat mencukupi sesuai

praktek kompetensinya.

Dalam upaya meningkatkan

kualitas pendidikan, maka diperlukan

berbagai terobosan, baik dalam

Page 92: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

pengembangan kurikulum, inovasi

pembelajaran, dan pemenuhan sarana

dan prasarana pendidikan. Untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa

maka guru dituntut untuk membuat

pembelajaran menjadi lebih inovatif

yang mendorong siswa dapat belajar

secara optimal baik di dalam belajar

mandiri maupun didalam pempelajaran

di kelas. Inovasi model-model

pembelajaran sangat diperlukan dan

sangat mendesak terutama dalam

menghasilkan model pembelajaran baru

yang dapat memberikan hasil belajar

lebih baik, peningkatan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran menuju

pembaharuan. Agar pembelajaran lebih

optimal maka media pembelajaran

harus efektif dan selektif sesuai dengan

pokok bahasan yang diajarkan di dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dalam hal peningkatan mutu

pendidikan, guru juga ikut memegang

peranan penting dalam peningkatan

kualitas siswa dalam belajar, untuk itu

salah satu yang diupayakan untuk

meningkatkan mutu pendidikan dan

pengetahuan terhadap guru maka

dengan jalan mengikuti pelatihan-

pelatihan. Dimana guru yang

mempunyai pengetahuan dan

kemampuan akan diharapkan dapat

meningkatkan gairah belajar siswa yang

akan mempengaruhi kenaikan prestasi

siswa.

Berdasarkan kondisi tersebut maka

penulis tergerak untuk mengadakan

penelitian dengan judul ” PENGARUH

PELATIHAN GURU TERHADAP

PENINGKATAN PRESTASI

BELAJAR SISWA (Studi Pada

SMP Negeri 10 Kota Blitar)”.

2.Rumusan Masalah

Dari latarbelakang masalah

tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan “Guru yang yang kurang

berpengetahuan, berpengalaman dan

kurang bisa menyampaikan maksud

dan tujuan materi pelajaran akan

berpengaruh terhadap menurunya

prestasi nilai siswa”.

Batasan Masalah

Agar diperoleh suatu arahan

dalam membahas permasalahan yang

ada di sekolahan, maka perlu adanya

batasan-batasan yang jelas

berdasarkan tujuan penelitian yang

penulis lakukan, yaitu pada :

1. Pengaruh pelatihan guru terhadap

prestasi nilai siswa

2. Prestasi disini adalah dalam

bentuk nilai ujian siswa sebelum

guru mengikuti pelatihan dan

sesudah guru ikut pelatihan.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa

pengaruh pelatihan terhadap

prestasi siswa

2. Untuk mengetahui seberapa

penting pelatihan itu bagi guru

itu sendiri

3. Perkembangan teknologi selalu

menuntut kemampuan dan

ketrampilan baru yang secara

Page 93: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

kualitatif cenderung makin

meningkat.

3.Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah

Menengah Pertama Negeri (SMPN) 10

yang beralamat di Jl. Widuri No. 213

Kota Blitar.

Penelitian yang dilakukan penulis

adalah deskriptif, yaitu penelitian

dengan sebuah obyek tertentu, suatu set

kondisi suatu sistem pemikiran ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang.

Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan untuk

mendukung penelitian ini diperoleh

dari sumber di lapangan, yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang

diperoleh secara langsung dari

lokasi dengan cara wawancara

atau interview dan pengamatan

langsung di lokasi penelitian.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari pengumpulan

dokumen atau mencari informasi

yang dibutuhkan melalui data-

data yang telah tersusun dan

berkaitan erat dengan masalah

yang akan diteliti dari literatur.

Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Yaitu pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara tanya jawab

secara langsung dengan pihak-

pihak yang bersangkutan.

2. Studi pustaka

Yaitu dengan membaca dan

mempelajari buku-buku dan

tulisan-tulisan yang berhubungan

dengan masalah yang ada di

obyek yang diteliti.

3. Pengamatan/observasi

Yaitu dengan cara pengumpulan

data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung

terhadap guru-guru yang pernah

mengikuti pelatihan dan hasil

yang diperoleh terhadap prestasi

belajar siswa di Sekolah

Menengah Pertama (SMP)

Negeri 10 Kota Blitar.

4. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara pencatatan

data yang tersedia atau yang

diperoleh sendiri dari dokumen-

dokumen sekolahan atau kantor

yang dianggap perlu dan

menunjang kegiatan penelitian.

Teknik Analisa Data

Untuk mengetahui valid tidaknya

data yang kita teliti maka digunakan

metode Uji Peringkat Bertanda

Wilcoxon (wilcoxon’s sigm rank

test) dengan level siginifikan α = 5

% . Uji Peringkat Bertanda

Wilcoson ini berfungsi mengevaluasi

efek dari suatu perlakuan dan data

yang digunakan harus ordinal dan

keduanya harus berpasangan.

Langkah-langkah kerjanya sebagai

berikut :

Page 94: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

1. Menentukan peringkat untuk tiap-

tiap beda dari pasangan data

sebelum pelatihan (Xsb) dan

sesudah pelatihan (Xss)sesuai

dengan besarnya dari yang terkecil

sampai yang terbesar tanpa

memperhatikan tanda dari beda itu.

2. Apabila ada dua atau lebih tanda

yang sama, maka peringkat untuk

tiap-tiap beda tersebut adalah

peringkat rata-rata.’Berikan tanda

positif (+) atau negatif (-) untuk

tiap-tiap beda sesuai dengan tanda

dari beda itu. bila nol abaikan saja.

3. Jumlahkan semua peringkat

bertanda positif dan semua

peringkat bertanda negatif.

4. Kemudian tanpa memperhatikan

tanda perhatikan nilai yang lebih

kecil diantara keduanya. Nilai

yang terkecil itulah sebagai T

hitung.

5. Data akan dinyatakan valid apabila

nilai Thitung lebih kecil dari Ttabel.

Untuk mengetahui signifikan tidaknya

variabel yang kita teliti yaitu sebelum

pelatihan dan sesudah adanya pelatihan

terhadap peningkatan presatsi belajar

siswa. untuk itu digunakan uji “t”.

dengan rumus :

1. Dengan melihat nilai terkecil dari

uji peringkat bertanda wilcoxon

diatas sebagi nilai t hitung.

2. Bandingkan thitung tadi dengan

nilai t dalam tabel untuk α = 5 %.

3. Saat melihat ttabel perhatikan

jumlah n

4. Kriteria uji t

Apabila thitung < ttabel maka Ho ditolak

dan H1 diterima ini berarti secara

parsial signifikan.

Apabila thitung > ttabel, maka Ho

diterima dan H1 ditolak ini berarti

secara parsial tidak signifikan.

Keputusan :

Ho : tidak ada perbedaan sebelum

pelatihan

dan sesudah pelatihan

H1 : ada perbedaan antara sebelum

pelatihan

dan sesudah pelatihan.

4.Hasil Dan Evaluasi Kegiatan

Hasil Kegiatan

Gambaran Umum

SMP Negeri 10 Kota Blitar yang

berlokasi di Jl. Widuri Nomor 213

Kelurahan Tlumpu Kecamatan

Sukorejo Kota Blitar ini berdiri pada

tahun 1989 dan beroperasi pada tahun

1990. Dan mempunyai luas tanah

7.619 m2 Status tanah Hak Pakai dan

status bangunan milik pemerintah.

SMP Negeri 10 sudah terakreditasi

dengan nilai B dan mempunyai

NSSN. 20.1.05.65.02.010. SMP

Negeri 10 Kota Blitar berada dalam

lingkungan pemukiman penduduk

yang asri, indah aman dan nyaman

untuk belajar.

Dalam melaksanakan tujuan dan

kegiatan dari SMP Negeri 10, tidak

lepas dari bantuan dan kerjasama dari

semua karyawan dan guru yang

dimiliki. Sedangkan guru yang

dimiliki oleh SMP Negeri 10 kota

Blitar adalah sebagai berikut:

Page 95: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Tabel 1.

Data Guru Mata Pelajaran

SMP Negeri 10 Kota Blitar

No Mata Pelajaran Jumlah

1 BP 2

2 Matematika 5

3 Olah Raga 2

4 Kesenian 2

5 Bahasa Inggris 4

6 PAI 4

7 Ketrampilan 2

8 BAD 1

9 Sains 2

10 PKn 4

11 Bahasa Indonesia 5

12 IPS 4

Sumber data : Bag. Tata Usaha SMP Negeri 10 Blitar

Kualifikasi Pendidikan Guru

Sedangkan kualifikasi

pendidikan guru yang dimiliki oleh

SMP Negeri 10 Kota Blitar adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.

Kualifikasi Pendidikan Guru

SMP Negeri 10 Kota Blitar

No Status Guru Tingkat Pendidikan

SLTA D1 D2 D3 S1 S2

1 Guru Tetap 1 1 36 1

2 Guru Tidak Tetap

3 Guru Bantu Sementara

Jumlah 1 1 36 1

Sumber data : Bag. Tata Usaha SMP Negeri 10 Blitar

Pelatiahan

Dalam upaya meningkatkan

pendidikan di SMP Negeri 10 Kota

Blitar ini yaitu dengan jalan menambah

kemampuan dan pengetahuan tenaga

pendidik yang dimilikinya. Salah satu

jalan yang pernah diikuti dan

Page 96: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

dilaksanakan yaitu dengan mengirim

tenaga pengajarnya mengikuti program

pelatihan Karena dengan pelatihan

dimaksudkan dapat mengetahui

perkembangan pendidikan sesuai

dengan tuntutan teknologi yang semakin

berkembang. Tenaga pendidik yang

pernah mengkuti program pelatihan

yaitu salah satu diantaranya adalah

guru Matematika. Berikut ini adalah

data daftar nilai siswa sebelum guru

bidang studinya mengikuti pelatihan

dan setelah mengikuti pelatihan,

dengan mengambil sample 10 siswa

secara acak.

Tabel 3.

Daftar Nilai Siswa Mata Pelajaran Matematika

Sebelum Mengikuti Pelatihan

SMP Negeri 10 Kota Blitar

Siswa (n) Sebelum Pelatihan (Xsb)

1 6,20

2 6,00

3 5,00

4 7,00

5 7,00

6 6,50

7 6,80

8 6,50

9 6,00

10 5,00

Sumber data : Bag. Tata Usaha SMP Negeri 10 Kota Blitar

Page 97: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Tabel 4.

Daftar Nilai Siswa Mata Pelajaran Matematika

Sesudah Mengikuti Pelatihan

SMP Negeri 10 Kota Blitar

Siswa (n) Sesudah Pelatihan (Xss)

1 7.20

2 7,50

3 6,50

4 8.00

5 6,50

6 8,50

7 7,80

8 6,00

9 8,00

10 6,00

Perkembangan Sekolah

Perkembangan SMP Negeri 10

Kota Blitar selama empat (4) tahun

terakhir dapat kita lihat dalam tabel

dibawah ini :

Tabel 5.

Data Siswa

SMP Negeri 10 Kota Blitar Mata

Pelajaran

Tahun Pelajaran

2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009

Laki-laki 250 250 262 269

Perempuan 182 180 210 225

Jumlah 432 430 475 449

Sumber data : Bag. Tata Usaha SMP Negeri 10 Blitar

Pembahasan Hasil Penelitian

Untuk mengetahui seberapa

pengaruh pelatihan tehadapa

produktifitas kerja karyawan, maka

diadakan Uji Peringkat Bertanda

Wilcoxon yaitu dengan cara

mengevaluasi efek dari suatu perlakuan.

Uji Validitas

Penelitian ini yang akan

membuktikan bahwa data yang kita

teliti ini valid atau tidak. Rumus

yang digunakan adalah Uji

Peringkat Bertanda Wilcoxon

Page 98: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

(wilcoxon’s sigm rank test) dengan level siginifikan α = 5 %.

Tabel 6.

Daftar Nilai Siswa Mata Pelajaran Matematika

SMP Negeri 10 Kota Blitar

Siswa

(n)

Sebelum

Pelatihan

(Xsb)

Sesudah

Pelatihan

(Xss)

Beda

Xss - Xsb

Peringkat Tanda Peringkat

(+) (-)

1 6,20 7.20 1 4,5 4,5

2 6,00 7,50 1,5 5 5

3 5,00 6,50 1,5 5 5

4 7,00 8.00 1 4,5 4,5

5 7,00 6,50 (-) 0,50 3 3

6 6,50 8,50 2 4,7 4,7

7 6,80 7,80 1 4,5 4,5

8 6,50 6,00 (-) 0,50 3 3

9 6,00 8,00 2 4,7 4,7

10 5,00 6,00 1 4,5 4,5

Jumlah 37,4 6

Sumber data : Data diolah

Urut Beda : 0,5 0,5 1 1 1 1 1,5 1,5 2 2

Peringkat : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rata-rata : 3 4,5 5 4,7

Thitung = 6

Berdasarkan hasil perhitungan,

Thitung = 6 dan nilai Ttabel= 8 untuk n =

10 pada α = 5% uji dua arah untuk n =

10 nilai Ttabel= 8. Jadi sejalan dengan

kaidah penerimaan dan penolakan Ho,

oleh karena Thitung = 6 lebih kecil dari

Ttabel = 8 (6 < 8), maka keputusan

menolak Ho. Kesimpulanya adalah

pelatihan guru memberikan efek yang

siginifikan terhadap peningkatan

prestasi siswa.

5.Simpulan

Dengan mengikuti program

pelatihan, para guru menjadi lebih

memahami maksud, tujuan serta tugas

pokoknya. dengan demikian mereka

akan lebih menaruh minat dan

perhatian pada bidang pekerjanya

masing-masing.

Dalam hal peningkatan mutu

pendidikan, guru juga ikut

memegang peranan penting dalam

peningkatan kualitas siswa dalam

belajar, untuk itu salah satu yang

diupayakan untuk meningkatkan

mutu pendidikan dan pengetahuan

terhadap guru maka dengan jalan

mengikuti pelatihan-pelatihan.

Dimana guru yang mempunyai

pengetahuan dan kemampuan akan

diharapkan dapat meningkatkan

Page 99: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

gairah belajar siswa yang akan

mempengaruhi kenaikan prestasi siswa.

Khususnya mata pelajaran yang

sulit seperti matematika dan bahasa

inggris ini sangat penting sekali, karena

dengan mengikuti pelatihan diharapkan

dapat menemukan pengetahuan-

pengetahuan baru terobosan-trobosan

baru yang diharapkan siswa mempunyai

semangat dan rasa suka dan memahami

terhadap pelajaran yang disampaikan

oleh pengajarnya.

Berdasarkan hasil Uji Peringkat

Bertanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Sign

Rank Tes), bahwa antara sebelum

guru mengikuti pelatihan dan sesudah

guru mengikuti pelatihan,

menunjukkan bahwa ada perbedaan

yang cukup positif yaitu 37.4

Berdasarkan hasil penelitian

diatas dapat disimpulkan bahwa

pelatihan pendidikan terhadap guru

sangat mempengaruhi terhadap

peningkatkan prestasi belajar siswa

di SMP N 10 Kota Blitar.

Daftar Pustaka

Arikunto S. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta, Bhineka Cipta.

Aroef, Mathias. Motivasi dan Produktifitas, Suatu Pembahasan, Naskah Tidak diterbitkan,

Dewan Produktifitas Nasional Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.

Amstrong, Michael, 1990, Manajemen Sumber Daya Manusia, Terjemehan PT Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Anwar Sanusi, SE.,M.Si, 2003, Metode Penelitian Praktis Untuk Ilmu Sosial dan Ekonomi,

Buntara Media, Malang.

Dharma Agus 1991. Manajemen Prestasi Kerja. CV Rajawali. Jakarta.

Djawarto dan Subagyo 1996. Statistik Induktif, Cetakan Ketiga, BPFE. Yogyakarta.

Dharma Agus 1991. Manajemen Prestasi Kerja. CV Rajawali. Jakarta.

Gibson, Ivancevich, Donelly.1995. Organization. Terjemahan Agus Dharma dan Savitri ;

Organisasi Perilaku, Struktur dan Proses. Erlangga. Surabaya.

Handoko T Hani, 1992, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua,

Yogyakarta , BPFE – Yogyakarta.

Hersey, Paul and Ken Blanchard, 1999, Manajemen Perilaku Organiasi : Pendayagunaan

Sumber Daya Manusia, edisi keempat Erlangga Jakarta.

Page 100: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/AKUNTABILITAS 2009.pdfJurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari

Koontz, Harold, Cryll O’Donnell, and Heiz Weihrich, 1989, Manajemen, Terjemahan

Erlangga Jakarta.

M. Manullang dan Marihot Manullang, SE.,MM. 2001, Manajemen Sumber Daya

Manuasia, edisi perrtama , BPFE Yogyakarta.

Nazir Moh,1999. Metode Penelitian. Cetakan Ketiga, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Stepen P. Robbins, 2001, Perilaku Organisasi Edisi Kedelapan. (Versi Bahasa Indonesia)

PT Prenhallindo, Jakarta.

Tjiptono Fandi, 1996. Manajemen Jasa Edisi Pertama. Cetakan Pertama, Andi Offset,

Yogyakarta.