Edisi ketiga - Juli 2010 - September 2010 www.jurnalenergi.com
Edisi ketiga - Juli 2010 - September 2010
ww
w.jurnalenergi.com
3JULI 2010
4 JURNAL ENERGI
JULI 2010 - SEPTEMBER 2010
CONTENTS
EPICENTRUM
ENERGY FOSSIL ENERGY NUCLEAR
ENERGY LISTRIK
8 Kita tak bisa selamanya berharap pada sumber energi fosil, yakni minyak bumi, untuk memenuhi kebutuhan. Seperti su-
dah dibahas berulangkali, energi fosil tak bisa diperbarui, dan jumlahnya akan terus menyusut dari waktu ke waktu
79 100SEMBURAN MINYAK DITELUK MEKSIKO
MENGELOLA ENERGI LISTRIK DENGAN TETAP PEDULI LINGKUNGAN
98
NUKLIR MENDORONGENERGI TERBARUKAN
RATNA ARIYANTI
Edisi Ketiga
5JULI 2010
CONTENTS
RENEWABLE ENERGY
TEKNO ENERGY
FREE FORUM
DATA DAN REFERENCEENERGYPEDIA
53150158
162 134
DARI KAKI ANGSA BISAMENJADI PEMBANGKITLISTRIK
QUOVADIS PRODUKSIDALAM NEGRIMENGUKUR KINERJAPENGADAAN
INDONESIA DRILLINGFARM IN/OUT WELL THIS MONTH
PENGGUNAANLIQUIEFIED PETROLOUM GAS(LPG)
112ENERGY TALK
Minyak bumi, gas alam, batubara, panas bumi, tenaga air, tenaga
angin, radiasi matahari, ombak laut, dan bahan radioaktif adalah contoh-
contoh sumber energi primer. Listrik, BBM, elpiji untuk memasak,
dan jenis-jenis energi lain yang siap pakai termasuk energi sekunder.
GAMILABDULAH
98THOMAS “TOMMY”JAMAIL Jr
154SMART MICROGRID,SOLUSI INTERGRASI ENERGY TEBARUKAN
142IWAN KAMARUDDIN
6 JURNAL ENERGI
Pemanasan global menjadi isu yang kian ”memanas” dari waktu ke waktu. Eksplorasi,
proses pembakaran, dan penggunaan energi fosil dituding merupakan salah satu fak-
tor pemicu pemanasan global ini. Padahal seluruh umat manusia di muka bumi ini
memerlukan energi. Kian bertambahnya populasi manusia, kian berlipatganda pula
energi kita butuhkan. Peralatan serba elektronik kini kian merajalela, menandakan
bahwa ketergantungan manusia akan energi listrik kian besar saja. Bahkan sebuah sumber menyatakan
bahwa kemajuan peradaban suatu bangsa bisa dilihat dari seberapa besar mereka mampu mengakses
energi listrik.
Di sisi lain, persediaan energi fosil kita kian menipis. Sementara di sisi lain sesungguhnya kita punya
sumber energi terbarukan yang sanggup menekan penghematan konsumsi energi di kisaran 15-30%.
Lebih dari itu, sumber energi terbarukan juga sangat ramah lingkungan, sebab tidak memerlukan proses
pembakaran yang memicu penumpukan gas rumah kaca seperti yang terjadi pada energi fosil.
Sejumlah negara maju sudah banyak yang memanfaatkan energi terbarukan seperti hidrogen, ener-
gi panas bumi, energi surya, energi angin, energi kelombang laut, dan banyak lagi. Indonesia mau tak
mau juga harus mengejar ketertinggalannya dari sisi studi, riset, serta teknologi di bidang energi terba-
rukan tersebut. Apalagi sebagai negara tropis yang kaya akan sumber alam, kita layak berbangga. Hanya
saja bagaimana mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, tentu tak semudah membalik
telapak tangan. Di Jurnal Energi edisi 3 ini kami mengupas masalah ini. Tidak ketinggalan juga isu Pem-
bangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia yang kian menjadi kontroversi sehingga tak kunjung
terlaksana, sementara negara lain sudah jauh di depan.
Energi terbarukan dan nuklir, mau tak mau, kelak harus kita manfaatkan juga.
Salam editor.
Dari Editor
7JULI 2010
Board of Directors
President & CEO Rahadi Imam Prakoso
Publisher/Managing Director Budhi Maryanto
Finance Manager Iwanto Modokompit
Dewan RedaksiMuliana Sukardi
Sonny Sumarsono Willem Siahaya
Ir. Harsodo
Executive Director Yudistira Novianto MM
EditorialManaging Editor Merry Magdalena
Senior ReporterGhaustsal Alam
ReporterLaura Ariestiyanti
OperasionalDedi Purwandi
Marketing & PromotionMarketing & Business Development
Yudistira Novianto SE MM Advertising
Shinta Lydia Sanusi SE MM Sonny Yulisman, SE.
Public Relation Officer Bunga Harumdany SPR
Art, Design and LayoutGraphic Design Supervisor
John Cruif LSGraphic Design & layout
SathyaYosye Hamid
Senior PhotographerImam
Special Visual Consultants Danoe Irawan
Chief Advisor Muliana Sukardi
Advisors Ir. Harsodo
Ir. Dharma Irawan JenieSonny Sumarsono MBA
Managing ContributorIr.Dharma Irawan Jennie
Contributor Ir Rovicky Dwi PutrohariIr Chairul Dani – KuwaitEffita Pohan - Houston
Gamil Abdullah Kamaluddin Hasyim MBA
Ir Indan Handono – HoustonIr Pungki AriyantoIr Rudi Rubiandini
Publishing PT NUANSA TEGUH INSANI
Puri Imperium Office Plaza No. LG 11ALantai LG, Jl Kuningan Madya kav 5-6
Jakarta Selatan 12980Telp (021) 83790826, 83790886Fax (021) 83790312, 7810467
E-mail : [email protected] Visit our website
www.jurnalenergi.com
Jurnal Energi 3rd EditionCover Photo by : Agus Prasetiawan
Susunan Redaktur
RENEWABLE ENERGY
98 JURNAL ENERGI
MENGGALI POTENSI COAL BED METHANE (CBM) SEBAGAI ENERGY TERBARUKAN
99Juli 2010 99Juli 2010 99
Di tengah berita santer seputar makin menipisnya persediaan energi minyak dan gas dunia, Thomas Jamail Jr, Country Manager Drilling Fluid Equipment (DFE) Asia untuk Indonesia,
merasa optimis akan bisnis manufaktur di industri ini. Berikut obrolan ringan Jurnal Energi dengan lelaki yang juga hobi bidang otomotif ini.
OPTIMIS PADA BISNIS MANUFAKTUR
MIGAS INDONESIA
Isu lingkungan hidup dan limbah, tak bisa lepas dari dunia pengelolaan minyak dan gas (Migas) di seantero dunia. Maka tak heran jika teknologi drilling atau pengeboran yang disertai kontrol terhadap lingkungan sekitar sangat dibutuh-kan. Di bidang inilah Drilling Fluid Equipment (DFE), sebuah perusahaan yang
berpusat di Selandia Baru, fokus memproduksi alat-alat yang berkaitan dengan drill-ing serta pengolahan limbah di tambang Migas. Untuk kawasan Asia, yang berpusat di Singapura, DFE juga merambah ke Indonesia, sebagai negara yang dianggap punya potensi besar bagi dunia manifaktur Migas.
“Kami tak hanya bergerak di bisnis drilling, melainkan juga manufaktur alat-alat pengolahan lingkungan hidup di lokasi tambang Migas. Selama ini semua alatnya di-datangkan dari luar negeri, maka kini kami membuka usaha agar semua alat itu bisa dibuat di dalam negeri,” ujar Thomas Jamail Jr, Country Manager Drilling Fluid Equip-ment (DFE) Asia untuk Indonesia. Lelaki yang juga memegang jabatan sebagai Vice President Business Development di PT. Tridiantara Alvindo ini mengatakan bahwa sayang sekali kalau perusahaan Migas di Indonesia terus menerus memakai alat-alat yang di impor dari luar negeri. Bukan hanya harga dan biayanya mahal, melainkan juga layanannya sangat teratas.
OPTIMIS PADA BISNIS MANUFAKTUR MIGAS INDONESIA
Thomas Jamail Jr.
Oleh : Merry Magdalena
RENEWABLE ENERGY
100 JURNAL ENERGI
SERVICE IN ENERGY
100 JURNAL ENERGI
Produksi Dalam Negeri
Tommy, demikian dia akrab disapa, me-negaskan bahwa alat yang didatangkan dari luar cenderung hanya konsen pada pengadaan barang saja, alias “jualan saja”, tanpa disertai dengan layanan me-muaskan. Misalnya jika ada kerusakan atau kecelakaan di lokasi tambang, ven-dor penjual sama sekali tak mau ambil pusing. “Beda dengan kami. Kami tidak hanya menyediakan peralatan, tapi juga disertai dengan layanan bagi pelanggan. Jika ada kerusakan bahkan kecelakaan, kami bisa memberi konsultasi. Dan jika kelak semua alat-alat ini dibuat di dalam negeri, maka pengadaannya akan lebih mudah, dan pengiriman berjalan cepat,” jelas Tommy yang juga pernah menjabat sebagai S.E. Asia International Sales Manager Der-rick Equipment Company. Ada banyak nilai plus jika alat-alat drilling dan pendukung-nya dibuat di dalam negeri. Dengan memperbanyak komponen local hingga 80%, otomatis biaya menjadi lebih mudah. Pengirimannya pun lebih mudah, sehingga ka-lau terjadi kekurangan stok pada perusahaan mitra akan bisa cepat diatasi, disertai pula dengan layanan khusus. Tommy memilih Indonesia sebagai lokasi bisnis sebab ia
memang sudah sangat cinta pada budaya Indonesia. Se-lama 26 tahun, lelaki asal Amerika Serikat ini sudah menetap di Indonesia, dan sibuk pulang pergi Jakarta-Houston selama menjalank-an bisnisnya di bidang Migas. Ia tertarik pada bisnis bidang ini sebab sejak kecil sering dibawa ayahnya, Thomas Ja-mail Sr, ke lapangan pengeb-oran dimana sang ayah juga
DFE 600x960 High Volume Centrifuge
Drilling Fluid Equipment Limited (DFE) ada-lah penyedia peralatan bagi semua aktivi-tas pengeboran tambang minyak, gas, dan geothermal, di wilayah Asia Pasifik. Selain memproduksi, DFE juga menyedakan layanan khusus daripara ahli, menciptakan teknologi terkini untuk memenuhikebutu-han klien, dengan layanan yang efisien dan bersaing. Selain di pengeboran Migas, DFE juga men-golah limbahnya. Sejauh ini DFE sudah beroperasi di Selandia Baru, Australia, Sin-gapura, Filipina, Thailand, China, Amerika Utara, Rusia, dan Indonesia sendiri.
Sekilas DFE
MENGGALI POTENSI COAL BED METHANE (CBM) SEBAGAI ENERGY TERBARUKAN
101Juli 2010
OPTIMIS PADA BISNIS MANUFAKTUR MIGAS INDONESIA
101Juli 2010
berkecimpung di bisnis yang sama. Pa-dahal latar belakang pendidikan Tommy adalah komputer. Ia belajar mengenai drilling secara otodidak, karena memang menyukai bidang kutak-katik mesin.“Ayah saya pernah berpesan agar saya tidak ikut di bisnis Migas, sebab bisnis bidang ini sangat tidak menentu. Harga minyak bisa naik dan turun begitu drastis, sehingga hanya mereka yang kuat saja yang bisa bertahan di bisnis ini,” ungkap pengoleksi mobil Mercy dan Vespa antik ini. Namun terbukti Tommy cukup lama bertahan di bisnis Migas, yaitu hampir 14 tahun lamanya.
Sangat Optimis
Bagaimana dengan isu mengenai makin menipisnya persediaan Migas dunia? Saat ditanya demikian, Tommy hanya tertawa saja. Menurutnya, saat ini terbukti setiap hari ada penemuan ladang sumur baru dengan stok Migas berlimpah. Ia yakin, untuk gen-erasi kini stok Migas masih akan lama bertahan. Tommy bisa mengatakan demikian, sebab BP Migas merencanakan produksi minyak Indonesia pada tahun 2015 bisa mencapai 1,2 juta barrel per hari. Saat ini produksi minyak di Indonesia 860.000 barrel per hari. Indonesia adalah penghasil Migas terbesar di Asia Tenggara. Selain Migas, perusahaannya juga tengah berencana melirik sumber energi lain, yakni Coal Bed Methan (CBM) di Samarinda, yang dianggap sebuah sumber energi baru yang memiliki prospek sangat baik di masa depan. “CBM ini tergolong baru dikenal di Indonesia, padahal di Amerika sudah cukup populer. Kami yakin ini akan menjadi bahan bakar masa depan,” ungkap Tommy.
Untuk manufaktur peralatan drilling dan pendukung proses drilling, DFE kini tengah dalam proses pengurusan Standar Nasional Indonesia (SNI). Kelak saat proses produk-si, akan didatangkan trainer dari luar negeri agar hasilnya sesuai dengan standar in-ternasional juga, sebab kelak sebagian dari produksinya akan diimpor dari luar negeri. Tommy mengatakan, harga produknya akan cukup kompetitif dengan produk com-petitor. Saat ini ada tiga kompetitor besar DFE, yaitu NOV Brandt, Derrick Equipment,
DFE Linear Motion Double Deck Skale Shaker
RENEWABLE ENERGY
102 JURNAL ENERGI
SERVICE IN ENERGY
102 JURNAL ENERGI
dan Mi-SWACO, yang semuanya berasal dari Amerika Serikat. Hanya DFE satu-satunya yang berbasis di Asia Pasifik. “Bisa dikatakan harga produk kami cukup bersaing den-gan mereka, namun di atas produk China,” ungkap lelaki yang masih suka turun ke lapangan ini. Targetnya, dalam 3-4 bulan ke depan alat-alat tersebut dapat diproduksi di dalam negeri.
Selain di Indonesia , DFE saat ini juga bekerjasama dengan Oman Oxy petroleum. Mereka juga beroperasi di Australi, Selandia Baru, Thailand, dan Malaysia.DFE sendiri sesungguhnya bukan pendatang baru di industri ini, mengingat sudah berdiri sejak tahun 1988.
Terinspirasi dan Berbagi Ilmu
Dalam menjalankan bisnisnya, Tommy mengaku banyak terinspirasi oleh salah satu tokoh senior di industri Migas Indonesia, yakni Hetriono Kartowisastro, President Di-rector of PT Apexindo Pratama Duta. “Beliau sering memberi dukungan dan arahan pada saya. Cara kerjanya sangat luar biasa. Walaupun dia adalah presiden direktur, tapi masih mau ke lapangan dan akrab dengan bawahannya, sehingga perusahaannya bisa sukses seperti sekarang,” ungkap Tommy yang ingin sekali mengajar mengenai teknik drilling dan berbagi pengalaman kepada mahasiswa teknik di Indonesia. Bah-kan sekarang pun ia dengan senang hati dan sukarela kerap memberi training kepada para teknisi drilling di lapangan. “Banyak pekerja yang masih bingung apa sesungguh-
MENGGALI POTENSI COAL BED METHANE (CBM) SEBAGAI ENERGY TERBARUKAN
nya fungsi dari bagian alat tertentu. Mereka hanya tahu bahwa alat itu harus dipasang, tapi tidak tahu apa kegunaan dan bagaimana cara memakainya dengan benar. Maka saya sering mengadakan training buat mereka. Saya senang berbagi pengetahuan,” ungkap ayah satu putri ini.
Bagaimana komentar Tommy mengenai iklim berbisnis di Indonesia? “Sangat ba-gus dan punya potensi, hanya memang ada banyak kendala. Seperti urusan birokrasi yang terlalu lama, juga peraturan yang sering beruba-ubah. Ya kita coba mengikuti saja,” jawabnya.
Target Tommy, dalam tahun pertama produksi sudah bisa memenuhi 35% market di Indonesia. Ia juga sangat optimis bisa bekerjasama dengan pemerintah, seperti Per-tamina yang sejauh ini menyambut baik bisnisnya. Mengenai kondisi limbah yang disebabkan oleh aktivitas tambang di Indonesia, Tommy menyatakan ada begitu ban-yak limbah yang harus ditangani dengan teknologi tinggi, sebab secara manual saja tidak mungkin bisa. Semua lokasi tambang di Indonesia sudah pasti butuh pengelo-laan limbah, dan itulah yang bisa dilakukan dengan alat-alat yang diproduksi DFE.
Thomas “Tommy” Jamail, Jr.’s Experience
Country Manager Indonesia DFE (Asia) Pte Ltd (Oil & Energy industry) November 2009 — Present (7 months)
Technical Sales Manager FES PT. Baker Hughes Indonesia (Oil & Energy industry) 2007 — 2009 (2 years )
S.E. Asia International Sales Manager Derrick Equipment Company (Oil & Energy industry) 2006 — 2008 (2 years ) Sumber foto: Website DFE
International Sales Manager Oil Drilling Products, Inc (oil& Energy Inudstry) 1997-2006 (9 years)
Juli 2010 103
Country Manager - IndonesiaDFE (Asia) Pte Ltd2009 - Present
Techncial Sales Manager - FESBaker Hughes Indonesia2008 - 2009
International Area Manager - S.E. Asia, Australia, NZ/PNGDerrick Equipment Company 2006 - 2008
International Sales ManagerOilfield Supply Services, LLC2002 - 2006