Page 1
Penerbit Universitas Krisnadwipayana
(Dikelola Oleh Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro)
JURNAL ELEKTROKRISNA UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
Rancang Bangun Alat Pengukur Kadar Oksigen Non Invasive
Menggunakan Sensor Max30100, Oleh : Lukman Aditya, Riska Dinda
Wahyuni
Analisa Sistem Pembayaran Non Tunai Di Ruas Tol Cinere Jagorawi,
Oleh : Sri Hartanto, Fahrudin
Optimalisasi Bandwidth Transponder 9v Satelit Merah Putih Dengan
Kalkulasi Link Budget, Oleh : Teten Dian Hakim, Rahmad Mardian
Rancang Bangun Sistem Pengisian Air Menggunakan Sensor Yf-S401
Berbasis HMI, oleh : Nurhabibah Naibaho, Arif Supriyono
Analisa Operasi Genset Gas Engine Mode Load Sharing Pada PT.
Plaza Indonesia Realty Tbk., Oleh : Ujang Wiharja, Bagriatna Allan
Pintadi
Perancangan Instalasi Pada Sistem Automatic Phototherapy Berbasis
Arduino, Oleh : Triongko Priyono, Novrian Idris
Pengaruh Sudut Kemiringan Panel Surya Terhadap Keluaran Daya,
Oleh: Abdul Kodir Albahar , Muhammad Faizal Haqi
Rancang Bangun Antena Mikrostrip Yagi Sebagai Penerima TV
Digital Video Broadcasting Teresterial Second Generation, Oleh :
Slamet Purwo Santosa, Dinda Yandita
Vol. 8 No. 3 Juni 2020 ISSN : 2302-4712
Page 2
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol 8 No 3 Juni 2020 ISSN : 2302-4712
ii
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
Penanggung Jawab
Dr. Ir. Ayub Muktiono, MSiP
(Dekan Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana )
Penasehat
Dr. Ir. Semuel Th Salean. MSi (P2M FT. UNKRIS)
Ir. Triongko Priyono, MT (Wadek III FT. UNKRIS)
Pemimpin Redaksi
Dr. Zefri, MSi
Tim Redaksi
Teten Dian Hakim, ST, MT
Slamet Purwo Santosa, ST. MT
Ujang Wiharja, ST, MT
Abdul Kodir Al Bahar, ST, MT
Penyunting Ahli
Sri Hartanto, ST. MT
Ir. Nurmiati Pasra, MT (Dosen STT-PLN)
Ir. Achmad Rofi,i. MT (Dosen Univ.17 Agustus Jkt)
Syah Alam, Spd, MT (Dosen USAKTI)
Kesekretariatan
Dwi Octaviana, S.Sos, MSi
ALAMAT PENERBIT
Universitas Krisnadwipayana
Jl. Kampus UNKRIS Jatiwaringin, Jakarta 13077
Gedung G (Fakultas Teknik) Lantai 2 Ruang Seketariat Jurusan Teknik Elektro
Telepon :.021-84998529
E-Mail : [email protected]
Page 3
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol 8 No 3 Juni 2020 ISSN : 2302-4712
iii
PENGANTAR REDAKSI
Bismillahir rahmanir rahiim.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena dengan
pertolongan-Nya, Jurnal Ilmiah Elektrokrisna akhirnya dapat terbit. Dengan
hadirnya Jurnal Ilmiah Elektrokrisna, diharapkan semua tulisan ilmiah yang berkaitan
dengan bidang keilmuan Elektro dapat dipublikasikan secara luas, baik di kalangan
ilmuwan Elektro, maupun masyarakat pada umumnya. Selanjutnya, dengan hadirnya
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna dapat menjadi sarana publikasi bagi tulisan-tulisan ilmiah yang
dihasilkan oleh civitas academica Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Krisnadwipayana, baik Dosen maupun Mahasiswa yang telah menyelesaikan penyusunan
skripsinya.
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna menerima tulisan ilmiah berupa hasil-hasil penelitian,
dan atau kajian ilmiah yang menjelaskan konsep keilmuan dan ide-ide baru mengenai
bidang keilmuan teknik elektro dengan subbidangnya seperti teknik energi listrik, teknik
telekomunikasi, teknik kontrol, teknik elektronika dan instrumentasi, teknik komputer dan
teknik informasi multimedia.
Demikianlah prakata dari redaksi, semoga Jurnal Ilmiah Elektrokrisna dapat
bermanfaat dan dapat ikut serta berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya di bidang elektro.
Wassalam,
Redaksi
Page 4
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol 8 No 3 Juni 2020 ISSN : 2302-4712
iv
KETENTUAN PENULISAN
1. Tulisan ilmiah diketik komputer pada kertas A4 (210 x 297 mm) dengan margin atas,
bawah = 3 cm, dan margin kanan, kiri = 3,5 cm, spasi = 1 (single) serta bentuk huruf
Times New Romans dengan ukuran = 12
2. Jumlah halaman dibatasi antara 7 sampai dengan 10 halaman.
3. Jumlah kata dalam judul Bahasa Indonesia maksimal = 12 kata dan bila dalam Bahasa
Inggris, berjumlah maksimal = 10 kata
4. Nama penulis makalah dicantumkan setelah judul, dengan ketentuan
a. Nama penulis dicantumkan tanpa gelar, jabatan atau kepangkatan.
b. Bila terdapat lebih dari satu nama, maka nama penulis utama dicantumkan terlebih
dahulu baru dilanjutkan dengan nama-nama penulis lainnya.
c. Jumlah maksimal penulis = 3 orang.
5. Tulisan diawali dengan abstrak berupa satu paragraf dalam Bahasa Indonesia dan satu
paragraf berikutnya, merupakan terjemahan dalam Bahasa Inggris. Abstrak adalah
esensi isi keseluruhan tulisan secara utuh dan lengkap.
6. Cantumkan kata kunci setelah abstrak untuk membantu keteraksesan tulisan.
7. Sistematika isi tulisan mengkuti kaidah keilmuan, minimal tersusun dari pendahuluan,
teori-teori yang mendukung penelitian atau kajian ilmiah, hasil-hasil penelitian atau
kajian ilmiah, kesimpulan dan daftar pustaka.
8. Tata letak isi penulisan menggunakan format dua lajur (kolom).
9. Ketentuan mengenai daftar pustaka adalah
a. Dicantumkan berurutan, dimana urutan pertama adalah referensi yang dikutip
pertamakali dalam isi tulisan, dan seterusnya.
b. Diawali dengan nomor urut, yaitu [1], [2] dan seterusnya ke bawah
c. Susunannya mengikuti urutan berikut (dipisahkan dengan koma) :
1) Penulis, bila lebih dari tiga penulis, berikutnya ditulis et all (dkk)
2) Judul referensi (judul buku atau judul dalam jurnal ilmiah)
3) Tahun penerbitan buku atau tahun publikasi tulisan ilmiah.
4) Nama penerbit (buku) atau nama jurnal ilmiah referensi (disertai dengan nomor,
volume, bulan terbit, dan halaman referensi).
Page 5
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol 8 No 3 Juni 2020 ISSN : 2302-4712
v
DAFTAR ISI
Sampul Depan………………………………………………...…………........…………i
Susunan Dewan Redaksi…………………………………...………….………........…..ii
Alamat Penerbit……………………….…………….………...…….........………...…...ii
Pengantar Redaksi…………………….…………………………..........………………iii
Ketentuan Penulisan……………………………………………........…………………iv
Daftar Isi………………………………………………………………........…………...v
I. Rancang Bangun Alat Pengukur Kadar Oksigen Non Invasive Menggunakan
Sensor Max30100, Oleh : Lukman Aditya, Riska Dinda Wahyuni ............... 62 - 69
II. Rancang Analisa Sistem Pembayaran Non Tunai Di Ruas Tol Cinere Jagorawi,
Oleh : Sri Hartanto, Fahrudin ....................................................................... 70 -80
III. Optimalisasi Bandwidth Transponder 9v Satelit Merah Putih Dengan Kalkulasi
Link Budget, Oleh : Teten Dian Hakim, Rahmad Mardian ….…….…....… 81 - 88
IV. Rancang Bangun Sistem Pengisian Air Menggunakan Sensor Yf-S401 Berbasis
Hmi, oleh : Nurhabibah Naibaho, Arif Supriyono .…...........................…… 89 - 96
V. Analisa Operasi Genset Gas Engine Mode Load Sharing Pada PT. Plaza Indonesia
Realty Tbk., Oleh : Ujang Wiharja, Bagriatna Allan Pintadi ...................... 97 - 106
VI. Perancangan Instalasi Pada Sistem Automatic Phototherapy Berbasis Arduino,
Oleh : Triongko Priyono, Novrian Idris ...........................................…… 107 - 114
VII. Pengaruh Sudut Kemiringan Panel Surya Terhadap Keluaran Daya,
Oleh: Abdul Kodir Albahar , Muhammad Faizal Haqi ..........................… 115 - 122
VIII. Rancang Bangun Antena Mikrostrip Yagi Sebagai Penerima TV Digital
Video Broadcasting Teresterial Second Generation, Oleh : Slamet Purwo Santosa,
Dinda Yandita ............................................................................................ 123 - 129
Page 6
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR KADAR OKSIGEN NON INVASIVE
MENGGUNAKAN SENSOR MAX30100
Lukman Aditya1, Riska Dinda Wahyuni2
Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana [email protected] , [email protected]
Abstrak - Kekurangan atau kelebihan oksigen dalam darah akan menimbulkan penyakit dan
gangguan kerja tubuh. Pada tingkat tertentu, penyakit tersebut dapat meninbulkan resiko
kematian. Oleh karena itu, dibutuhkan alat pendeteksi saturasi oksigen (SpO2). SpO2 merupakan
metode pemeriksaan non invasive untuk mengukur saturasi oksigen, tanpa memasukan sensor ke
dalam tubuh. SpO2 digunakan sebagai standard pengukuran abnormal (hipoksemia) di unit rawat
intensif untuk pedoman pemberian terapi oksigen, terutama pasien dengan kondisi kritis. Maka
dari itu penulis membuat “Rancang Bangun Alat Pengukur Kadar Oksigen Non Invasive
menggunakan Sensor MAX30100 dilengkapi Alarm Berbasis Arduino Uno”
Nilai kondisi normal SpO2 yaitu antara 95% sampai 100% dan nilai kondisi abnormal yaitu
<95%. Penambahan alarm akan menambah nilai kegunaan Pulse Oximetry yang lebih otomatis
dan cepat respon terhadap keselamatan pasien. Dengan menggunakan rangkaian buzzer yang
dihubungkan ke mikrokontroller, parameter alarm dapat diatur dengan baik. Serta penggunaan
LCD dapat memudahkan pengguna dalam menggunakan SpO2 untuk melihat tampilan hasil
keluaran dari sensor, dengan tampilan yang ideal serta sederhana. Dari hasil data pengukuran
SpO2, hasil yang didapat sangat bervariasi, namun pengukuran dari alat yang dibuat diperoleh
hasil 93% sampai 98% sehingga tidak berbeda jauh dari hasil yang didapat melalui alat yang
sudah terkalibrasi. Dan didapatkan nilai error rata-rata pengukuran, yaitu sebesar 0.0123%.
Kata Kunci – Pulse Oximetry, Kadar Oksigen, SpO2, Non Invasive, Sensor MAX30100
Abstract - Lack or excess oxygen in the blood will cause illness and disruption of the body's
work. At some level, the disease can pose a risk of death. Therefore, an oxygen saturation
detector (SpO2) is needed. SpO2 is a non-invasive examination method to measure oxygen
saturation, without inserting sensors into the body. SpO2 is used as a standard for abnormal
measurement (hypoxemia) in intensive care units for oxygen assistance. Therefore the authors
make "Design and Design of Non-Invasive Oxygen Measuring Devices using the MAX30100
Sensor equipped with Arduino-Based Uno Alarms"
The SpO2 normal condition value is between 95% to 100% and the abnormal condition
value is <95%. The Addition Alarm will add value to the use of Pulse Oximetry which is more
automatic and responds quickly to patient safety. By using a buzzer circuit that is transferred to
the microcontroller, the alarm parameters can be set properly. Use an LCD that users can use to
use SpO2 to see the results of the sensor display, with an ideal and simple display. From the
results of the SpO2 measurement data, the results obtained are very diverse, but the
measurements of the tools obtained are 93% to 98% so that they are not much different from the
results obtained through a calibrated tool. And obtained an average measurement error value,
which is equal to 0.0123%.
Kata Kunci – Pulse Oximetry, Kadar Oksigen, SpO2, Non Invasive, Sensor MAX30100
62
Page 7
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Perkembangan teknologi elektronika
berkembang pesat hingga merambat ke
bidang elektronika medis. Elektronika medis
dibuat untuk berbagai macam tujuan
diantaranya monitoring instrument,
diagnostic instrument, therapeutic
instrument, dan assistive devices. Diagnostic
instrument digunakan untuk memperoleh
informasi rekam medis pasien dan
menampilkan data melalui media display.
Salah satu contoh monitoring instrument
adalah alat saturasi oksigen (SpO2).
Alat saturasi oksigen (SpO2)
merupakan salah satu metode penggunaan
alat untuk memonitor keadaan aturasi
oksigen dalam darah (arteri) pasien, untuk
membantu pengkajian fisik pasien, tanpa
harus melalui analisa tes darah.
Nilai kondisi normal SpO2 yaitu
antara 95 % sampai 100% dan nilai kondisi
abnormal yaitu< 95%.Penambahan alarm
akan menambah nilai kegunaan Pulse
Oximetry yang lebih otomatis dan cepat
respon terhadap keselamatan pasien. Dengan
menggunakan rangkaian buzzer yang
dihubungkan ke mikrokontroller, parameter
alarm dapat diatur dengan baik. Serta
penggunaan LCD dapat memudahkan
pengguna dalam menggunakan SpO2 untuk
melihat tampilan hasil keluaran dari sensor ,
dengan tampilan yang ideal serta sederhana.
II. TEORI DASAR
2.1 SpO2 (Saturasi Kadar Oksigen)
Saturasi oksigen adalah presentasi
hemoglobin yang berikatan dengan oksigen
dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah
antara 95 – 100 %. Dalam bahasa kedokteran
yakni oksigen saturasi (SpO2), sering
disebuts ebagai "SATS", untuk mengukur
persentase oksigen yang diikat oleh
hemoglobin di dalam aliran darah. Pada
tekanan parsial oksigen yang rendah,
sebagian besar hemoglobin terdeoksigenasi,
maksudnya adalah proses pendistribusian
darah beroksigen dari arteri ke jaringan
tubuh. Pada sekitar 90% (nilai bervariasi
sesuai dengan konteks klinis) saturasi
oksigen meningkat menurut kurva disosiasi
hemoglobin-oksigen dan pendekatan 100%
pada tekanan parsial oksigen >10 kPa.
Sebuah oksimeter pulsa bergantung pada
karakteristik penyerapan cahaya
haemoglobin jenuh untuk memberikan
indikasi kejenuhan oksigen saturasi oksigen
atau oksigen terlarut (DO) adalah ukuran
relative dari jumlah oksigen yang terlarut
atau dibawa dalam media tertentu. Hal ini
dapat diukur dengan probe oksigen terlarut
seperti sensor oksigen atau optode dalam
media cair. [3]
2.2 Pulse Oximetry
Pulse Oximetry berfungsi untuk
mengamati saturasi oksigen darah. Hal ini
dilakukan untuk menjamin kadar oksigen
cukup pada pembuluh. Biasanya dipakai
pada pasien yang mengalami under
anesthesia, neonates (bayi baru lahir yang
berusia di bawah 28 hari) pasien yang
mengalami kondisi buruk (critically). Alat
ini menampilkan frekuensi denyut jantung
dan saturasi oksigen, parameter yang
menjadi andalan dan sangat berguna untuk
mengetahui kondisi pasien saat pemeriksaan.
Oksimeter termasuk alat medis non invasive
dan portabel.
Sensor dibangun dengan menggunakan
LED (Light Emitting Diode) berwarna merah
dan LED infrared. Hemoglobin yang
mengandung oksigen akan menyerap
panjang gelombang cahaya 910 nm dan
hemoglobin yang tidak mengikat oksigen
menyerap panjang gelombang cahaya 650
nm sehingga hal inilah yang mengapa LED
merah dan inframerah digunakan sebagai
komponenutama pembangun sensor karena
kedua LED ini memiliki panjang gelombang
yang sesuai kriteria.[4]
63
Page 8
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Gambar 1. Penggunaan Pulse
Oximetry
2.3 Prinsip Dasar Pulse Oximetry
Sensor pulse oximetry menggunakan
cahaya dalam analisis spectral untuk
pengukuran saturasi oksigen, yaitu deteksi
dan kuantifikasi komponen (hemoglobin)
dalam larutan. Saturasi oksigen adalah
persentase total hemoglobin yang membawa
atau mengandung oksigen. Oksimeter pulsa
menggabungkan dua teknologi
spektrofotometri dan plethysmography optik
(mengukur denyut perubahan volume darah
di arteri). Sensor Pulse Oximetry dibangun
dari dua LED, yang masing-masing
memancarkan panjang gelombang cahaya.
Probe umumnya ditempatkan jari atau daun
telinga. Sebuah foto detector pada sisi lain
mengukur intensitas cahaya yang berasal
dari transmisi sumber cahaya yang
menembus jari. Transmisi cahaya melalui
arteri adalah denyutan yang diakibatkan
pemompaan darah oleh jantung. [6]
Gambar 2. Photodetector Oximetry
2.4 Arduino
Menggunakan arduino sangatlah
membantu dalam membuat suatu
prototyping ataupun untuk melakukan
pembuatan proyek. Arduino memberikan I/O
yang sudah fix dan bisa digunakan dengan
mudah. Arduino dapat digabungkan dengan
modul elektro yang lain sehingga proses
perakitan jauh lebih efiesien. Para desainer
hanya tinggal membuat software untuk
mendayagunakan rancangan H/D yang ada.
Software jauh lebih mudah untuk
dimodifikasi tanpa harus memindahkan
kabel.[5]
2.5 (LCD) TFT 2,4 inch
TFT adalah singkatan atau
kepanjangan dari Thin Film Transistor,
merupakan jenis layar LCD handphone atau
smartphone yang umum dari tipe
lainnya.Selain itu TFT juga dapat diartikan
salah satu tipe layar Liquid Crystal Display
(LCD) yang datar, di mana tiap-tiap pixel
dikontrol oleh satu hingga empat transistor.
Teknologi ini menyediakan resolusi terbaik
dari teknik panel data.TFT LCD sering
disebut juga active-matrix LCD. Layar ini
menampilkan gambar yang kaya warna dan
permukaannya sensitif terhadap sentuhan.
Touchscreen jenis TFT LCD dapat dilihat
pada gambar 3. dibawah ini :
Gambar 3. Liquid Crystal Display (LCD)
2.5 Sensor MAX30100
MAX30100 adalah sebuah sensor yang
memadukan antara pembacaaan kadar
oksigen dan detak jantung secara
monitoring, sensor ini menggabungkan dua
64
Page 9
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
LED (Infrared dan Red), Photodetektor
yakni optik yang dioptimalkan, dan analog
dengan noise rendah dalam Pemprosesan
sinyal untuk mendeteksi oksimetri nadi dan
denyut jantung. Sinyal MAX30100
beroperasi dari catu daya 1.8V dan 3.3V Dan
dapat dimatikan melalui perangkat lunak,
dalam pengaplikasiannya alat ini dapat
digunakan sebagai perangkat yang
memantau kondisi tiap hari, perangkat dalam
kebugaran maupun pemantauan medis.
Gambar 4. Sensor MAX30100
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Prosedur Penelitian
Dalam membuat rancang bangun alat
SpO2 dibuatkan beberapa langkah-langkah
penelitian dalam bentuk diagram alur seperti
yang ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut : Gambar 5. Diagram Alur Penelitian
3.2 Perencanaan Blok Diagram
Blok diagram ini dibuat agar dapat
mempermudah untuk mengetahui prinsip
kerja dari alat yang dibuat secara
keseluruhan, sehingga dalam sebuah
perencanaan pembuatannya dapat menjadi
sebuah sistem yang dapat berfungsi. Berikut
gambar blok diagram keseluruhan alat.
65
Page 10
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Gambar 6. Blok Diagram Alat
Fungsi masing-masing blok adalah sebagai
berikut :
a) Power Adaptor 5V
Sebagai konektor charger dari daya PLN
220VAC diubah menjadi 5VDC yang
kemudian akan dihubungkan ke modul
charger.
b) Modul Charger
Sebagai modul pada bagian pengisian
baterai.
c) DC Booster 5V
Berfungsi untuk mengubah tegangan
dari 3,7V DC menjadi 5V DC.
d) Switch ON/OFF
Digunakan untuk menghidupkan atau
mematikan kinerja seluruh rangkaian
alat.
e) Arduino
Sebagai penggerak seluruh rangkaian
dan pengontrol yang dapat menentukan
rangkaian tersebut bekerja atau tidak.
f) Sensor SpO2
Berfungsi untuk membaca saturasi
oksigen dalamdarah, detak jantung , dan
mengirimkan hasil pembacaan dalam
bentuk sinyal yang telah diolah dari
analog ke digital (Analog Digital
Converter) ke Arduino Display.
g) Display
Untuk menampilkan saturasi oksigen
dan detak jantung dari pembacaan
sensor MAX30100.
h) Buzzer/ Alarm
Untuk memberikan peringatan ketika
kadar Oksigen melebihi batas yang telah
ditentukan.
i) Button Reset
Untuk memulai ulang pembacaan
program.
3.3 Perancangan Alat
Pada perencaan modul yang akan
dibuat terdiri atas perencanaan rangkaian
power supply, rangkaian mikrokontroller,
rangkaian sensor, rangkaian display , dan
rangkaian alarm. Kemudian untuk
mengetahui cara kerja alat SpO2 maka
dibuatkan dalam bentuk diagram alur seperti
yang ditunjukkan pada gambar 7. berikut :
Gambar 7. Flow Chart
66
Page 11
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
3.4 Perencanaan Rangkaian
Keseluruhan
Setelah melakukan perancangan setiap
bagian rangkaian pada blok diagram dari alat
ini. Maka, kemudian penulis
menghubungkan semua rangkaian dari setiap
blok sesuai dengan yang telah direncanakan
agar dapat dilakukan uji coba pada alat dan
alat dapat bekerja dengan baik.
Gambar 8. Rangkaian Keseluruhan
3.4 Realisasi Alat
Dalam realisasi alat, LCD
dihubungkan dengan mikrokontroller agar
dapat menampilkan hasil pengukuran.
Gambar 9. Modul Pulse Oximetry
IV. PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini penulis akan menjelaskan
dan menampilkan mengenai Uji fungsi, Uji
Keamanan, Pengukuran dan Analisa Data
yang didapat.
4.1 Uji Fungsi Alat
Setelah membuat alat, langkah
berikutnya adalah melakukan pengujian dan
pengukuran. Kegiatan pengujian terdiri dari
uji fungsi dan uji keamanan. Setelah
melakukan pengujian, kemudian dilakukan
pendataan dan pengukuran alat. Tujuan
pengujian dan pengukuran yaitu untuk
memastikan fungsi masing-masing bagian
(komponen) dan melihat hasil dari kinerja
alat.
4.1.2 Standar Prosedur Operasional
a. Baca dan ikuti prosedur sebelum
pengoperasian alat
b. Hubungkan probe pulse oximetry pada
modul
c. Hidupkan alat dengan menekan tombol
power on/off
d. Tunggu Inisialisasi program pada alat,
sampai tampil menu SpO2 dan HR.
e. Masukan jari ke probe sensor pada sisi
bawah jari, tepat diatas sensor.
f. Tunggu Hasil Pembacaan beberapa
detik. Baca dan catat hasil pembacaan
pengukuran SpO2 secara berkelanjutan.
4.2 Hasil Pengukuran dan Perhitungan
Berdasarkan hasil data yang di dapat
setelah melakukan pengukuran, penulis
mengolah dan menganalisa data untuk
mendapatkan tingkat persentase
perbandingan alat yang dibuat dengan alat
pembanding.
67
Page 12
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
4.3 Analisa Hasil Data Secara
Keseluruhan
Dari hasil data pengukuran SpO2, hasil
yang didapat sangat bervariasi, namun hasil
yang diperoleh alat adalah 93% sampai 98%
sehingga tidak berbeda jauh dari hasil yang
didapat melalui alat yang sudah terkalibrasi.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi perbedaan
/ selisih dengan alat ukur pabrikan,
diantaranya:
1. Pasien tidak dalam kondisi rileks saat
dilakukan pengukuran.
2. Peletakan jari yang kurang tepat pada
sensor.
3. Pasien sedang dalam kondisi
kekurangan kadar oksigen.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan proses pembuatan
dan belajar dari literature perencanaan,
pengujian alat, dan pendataan pengukuran,
maka penulis dapat menyimpulkan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Alat dapat berfungsi mengukur kadar
oksigen pada usia dewasa usia 20 – 53
tahun pada kondisi rileks atau diam dan
menampilkan hasil kadar oksigen antara
93% – 98%.
2. Setelah dilakukan pengukuran dengan
alat pembanding yang sudah terkalibrasi
didapatkan nilai error rata-rata
pengukuran, yaitu sebesar 0.0123%.
3. Alarm mampu berbunyi untuk
memberikan indikator abnormal seperti
dalam rancangan pembuatan alat.
5.2 Saran
Karena ada beberapa faktor kendala,
alat yang penulis buat masih jauh dari
sempurna. Terutama bentuk fisik dan kinerja
alat yang kurang maksimal. Adapun analisa
kekurangan dari alat yang penulis buat ini
adalah:
1. Alat ini hanya menggunakan output
LCD. Jika ingin dikembangkan, output
dapat menggunakan interface PC atau
android.
2. Pada alat ini, sensor yang digunakan
dapat mendeteksi heart rate tetapi tidak
68
Page 13
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
3. stabil. Jika ingin menghasilkan
pengukuran heart rate yang lebih stabil
dan akurat, maka untuk pengembangan
selanjutnya bisa menggunakan sensor
BH-1790GLC.
DAFTAR PUSTAKA
1. Evelyn C.Pearce, 2002. Anatomi dan
Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
2. J.Gabriel, 1991. Fisika Kedokteran.
Jakarta : EGC Cetakan ke 3.
3. Dian Bagus Setyo Budi, Rizal Maulana,
Hurriyatul Fitriyah, 2019. Sistem Deteksi
Gejala Hipoksia Berdasarkan Saturasi
Oksigen dan Detak Jantung
Menggunakan Metode Fuzzy Berbasis
Arduino . Program Studi Teknik
Informatika, Fakultas Ilmu Komputer,
Universitas Brawijaya. Vol. 3, No. 2,
4. G. Hariyanto, 2012. “Rancang Bangun
Oksimeter Digital Berbasis
Mikrokontroler AT Mega16.” Universitas
Airlangga, Surabaya.
5. Yuwono Marta Dinata , 2016. Arduino Itu
Pintar. Anggota IKAPI Jakarta.
6. Guruh Hariyanto, Welina Ratnayanti K,
Franky Chandra S.A, 2013. Rancang
Bangun Oksimeter Digital Berbasis
Mikrokontroler ATMega16. Jurnal Fisika
dan Terapannya | Vol.1, No.1, Januari
2013., 1,3 Program Studi S1
Teknobiomedik Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga.
69
Page 14
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
ANALISA SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI DI RUAS TOL CINERE JAGORAWI
Sri Hartanto1, Fahrudin2
Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana
[email protected] , [email protected]
ABSTRAK- Bulan Oktober 2017 merupakan titik awal diberlakukannya pembayaran non tunai
melalui Kartu Tol Elektronik secara serentak di Indonesia. Tidak tangung-tanggung penggunaan
pembayaran di jalan tol dengan sistem ini dipercaya mencapai target 100% terimplementasi. Hal
ini sebenarnya bukan hal baru mengingat program Gerakan Nasional Non Tunai sudah dicetuskan
sejak tahun 2014. Namun demikian, sebagai negara yang sedang menikmati perkembangan
teknologi informasi ke arah digital, peranan metode pembayaran di ruas tol dengan kartu ini masih
perlu dikaji tidak hanya dari segi manfaat yang dapat diberikan kepada masyarakat, namun juga pada dampak kemudahan penggunannya pada tiap ruas tol. analisa ini bertujuan untuk menjelaskan
alur transaksi Uang Elektronik dari mulai transaksi pengguna jasa jalan tol (front end) sampai
dengan dana di terima BUJT dari hasil transaksi Uang Elektronik tersebut.
Kata kunci : Uang Elektronik, Tol, Manfaat, Kemudahan
ABSTRACT- October 2017 is the starting point for the implementation of non-cash payments via
the Electronic Toll Card simultaneously in Indonesia. No half-hearted for the use of payment on
toll road with this system is believed to reach the target 100% implemented. This is actually not
new considering that the National Non-Cash Movement Program has been initiated since 2014.
However, as a country that is enjoying the development of information technology in the digital
direction, the role of payment methods in toll roads with this card still needs to be assessed not
only in terms of benefits which can be given to the community, but also to the impact of the ease of
use on each toll road section. This analysis aims to explain the flow of Electronic Money
transactions from the start of toll road service user transactions (front end) to the funds received
by BUJT from the results of the Electronic Money transactions.
Keyword : Electronic Money, Tolls, Benefits, Convenience
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wacana mengenai penggunaan
pembayaran dengan sistem non tunai sudah di
gaungkan pemerintah sejak bulan Oktober 2017
dimana di sebut dengan gerakan non tunai,
berjalan dengan waktu gerkan yang dikenal
dengan GNNT tersebut telah memberikan
dampak yang signifikan dalam menggeser pola
pembayaran pada gardu tol di Indonesia.
Jasamarga mencatat bahwa penggunaan
kartu tol elektronik (KTE) sebesar 15,32% dari
seluruh pembayaran transaksi di gardu tol pada
tahun 2016, angka tersebut menjelaskan masih
tingginya sistem pembayaran tunai yang
dilakukan pengguna jalan tol. Namun demikian
berbagai upaya dilakukan pemerintah yang
menggandeng Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).
Dalam bulan Juli 2017 capaian penggunaan
Kartu Tol Elektronik di Indonesia mencapai
30%.
Bulan Oktober 2017 menjadi titik awal dari
diberlakukannya transaksi di jalan tol
menggunakan transaksi non tunai. Persepsi
masyarakat mengenai apakah manfaat yang
akan di peroleh berbanding lurus dengan
kemudahan penggunaannya. Hal ini didasarkan
pada kompleksitas pihak yang terlibat dari
implementasi pihak yang terlibat dari sistem
70
Page 15
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
pembayaran non tunai ini yaitu Badan Usaha
Jalan Tol (BUJT), pihak pencetak Kartu
Elektronik dimana pihak Bank sebagai otorisasi
pembayaran dari Uang Elektronik (UE), oleh
karena itu analisa ini bertujuan untuk
menjelaskan faktor-faktor yang terjadi dari
transaksi Uang Elektronik mulai dari front end
sampai ke back end.
1.2 Maksud dan Tujuan Mempelajari dari sistem pembayaran
transaksi non tunai di ruas tol bermaksud untuk
mengetahui alur dari awal transaksi non runai
dimulai dari pemakai jalan taping kartu e_toll di
gardu masuk gerbang tol sampai data tersebut di
terima sistem Bank dan dana transaksi tersebut
masuk ke rekening pengelola jalan tol tersebut
tanpa adanya selisih data , antara data yang
ditagihkan dengan uang yang di terima oleh
pengelola tol di rekening penampungan.
II. TEORI DASAR
2.1 Transaksi Awal
Transaksi awal adalah dimana pengguna
jasa jalan tol melakukan transaksi taping e_tol
di gardu tol di peralatan reader e_tol, dimana
untuk open sistem saldo pengguna jalan tol akan
terpotong sesuai tarif yang diberlakukan di ruas
tol tersebut berdasarkan golongan kendaraan.
Sedangkan di sistem tertutup pengguna jasa
jalan tol akan melakukan taping awal di gardu
masuk sebagai bukti tanda masuk di ruas tol
tersebut dan akan taping kartu elektronik di
gardu keluar dimana digardu keluar tersebut
saldo dari uang elektronik pengguna jasa jalan
tol tesebut akan terpotong berdasarkan jarak
tempuh yg sudah di tetapkan di sistem ruas tol
tersebut berdasarkan golongan kendarannya.
Bentuk fisik transaksi e-toll sistem
tertutup dan terbuka dapat dilihat pada gambar
1 di bawah ini :
Gambar 1 Bentuk Fisik Gardu Tol Exit Untuk
Taping Transaksi E-toll Sistem Tertutup
Gambar 2 Bentuk Fisik Gardu Tol Exit Untuk
Taping Transaksi E-toll Sistem Terbuka
2.1.1 Transaksi Back End
Transaksi yang terjadi setelah pengguna
jasa jalan tol berhasil melakukan transaksi
digardutol, transaksi tersebut secara real time akan masuk kedalam sistem atau server yang
ada di level Gerbang tol maupun di level kantor
Cabang atau kantor operasi dari ruas tol tersebut
. Dimana data tersebut di olah untuk dijadikan
laporan dan dikirimkan keserver Bank.
Data transaksi e-tol sistem terbuka tanggal
10/05/2019 dapat dilihat pada gambar 3 di
bawah ini :
71
Page 16
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Gambar 3 Data Transaksi E-toll Sistem
Terbuka Salam Satu Hari
2.3 Sistem Pengiriman Data Ke Bank
Dalam hal ini yang dimaksud adalah
mengirim data hasil dari transaksi di gardu tol
setelah selesai proses transaksi dalam satu
periode, dimana data tersebut dikemas sesuai
format Bank, agar data tersebut dapat di proses
oleh Bank.
Tampilan proses pengiriman data ke
server bank pada gambar 4 dan 5 di bawah ini :
Gambar 4 Tampilan Status Pengiriman Data
Ke Server Bank Mandiri
Gambar 5 Tampilan Status Pengiriman Data
Ke Server Bank BRI
III. KETENTUAN
PELAKSANAAN
TRANSAKSI PEMBAYARAN
3.1 Ketentuan Pelaksanaan Transaksi
Pembayaran Tol
Ketentuan Pelaksanaan Transaksi Pembayaran tol untuk transaksi normal sesui
dengan prosedur pada masing-masing BUJT.
3.1.1 Sistem Transaki Terbuka
Sistem terbuka adalah sistem
pengumpulan tol yang pada penggunanya
diwajibkan membayar tol pada saat melewati
gerbang masuk atau gerbang keluar dengan
menggunakan Uang Elektronik.
3.1.2 Sistem Transaksi Tertutup
Sistem transaksi tertutup adalah sistem
pengumpulan tol yang pada penggunanya
diwajibkan menempelkan Uang Elektronik
yang berfungsi sebagai kartu tanda masuk
elektronik pada SC Reader atau menyerahkan
pada petugas pengumpul tol digerbang masuk
dan membayar tol pada gerbang keluar
menggunakan Uang Elektronik.
Informasi yang wajib disedikan oleh BUJT
adalah:
1. Digerbang masuk adalah waktu
transaksi, gerbang masuk, saldo Uang
Elektronik, bank issuer, dan golongan
kendaraan.
72
Page 17
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
2. Digerbang keluar adalah waktu transaksi,
menunjukan saldo Uang Elektronik, Bank
issuer, besaran tarif, golongan kendaraan,
gerbang masuk dan gerbang keluar.
3.2 Ketentuan pelaksanaan penanganan
transaksi yang bermasalah di gardu
Permasalahan yang dapat terjadi terkait
transaksi di gardu tol antara lain :
3.2.1 Pengguna jalan tol yang tidak membawa
dan memiliki uang elektronik
1. Pengguna jalan tol yang tidak membawa
dan memiliki Uang Elektronik Wajib membeli
Uang Elektronik sesuai dengan permen PUPR
nomor 16/PRT/M/2017 Tentang Transaksi
Non tunai di jalan tol.
2. Bank penerbit Uang Elektronik wajib
menyediakan persiapan uang elektronik pada
setiap gerbang tol sesuai kebutuhan selama
waktu yang disepakati badan Usaha jalan Tol
(BUJT) dengan Bank.
3.2.2 Saldo tidak mencukupi
1. Untuk Sistem Transaksi Terbuka
a. Pengguna jalan tol melakukan pengisian
ulang Uang Elektronik dikantor gerbang atau
di lokasi pengisian Uang Elektronik disekitar
gerbang.
b. Pada ruas tol yang tidak menyediakan
fasilitas Top Up, pengguna jalan tol wajib
membeli Uang Elektronik sesuai permen
PUPR nomor 16/PRT/M/2017 tentang
Transaksi Tol Non Tunai di jalan tol.
2. Unuk Sistem Transaksi Tertutup
Melakukan pengisian ulang Uang
Elektronik di kantor gerbang atau lokasi
pengisian Uang Elktronik disekitar gerbang atau mitra bank di rest area .
3.2.3 Transaksi yang tidak sesuai (antara lain
Multi deduct)
1. Apabila terjadi transaksi yang tidak
sesuai, petugas gerbang tol yang ditunjuk oleh
BUJT dapat menggunakan mesin EDC untuk
melakukan evaluasi transaksi dari historikal
data transaksi.
2. Dalam hal terjadi transaksi multi deduct
maka pengguna jalan tol dapat menyampaikan
keluhan kepada :
a. Kantor cabang bank terdekat, selanjutnya
bank akan menyelesaikan pengembalian dana akibat multi deduct setelah transaksi multi
deduct di buktikan dengan historical
transaksi.
b. BUJT digerbang tol, atau melalui call
center BUJT, selanjutnya BUJT akan meminta
penggunajalan tol untuk menyampaikan
histori transaksi untuk diveriFikasi oleh BUJT.
Dalam hal terbukti terjadi multi deduck maka
BUJT akan meneruskan informasi mengenai
identitas pengguna jalan, nomor rekening atau
nomor kartu dan histori transaksi kepada
penerbit uang elektronik untuk memperoses
pengem balian dana pada rekening atau uang
elektronik atau uang elektronik pengguna jalan
tol.
3. Bank penerbit uang elektronik akan
menyampaikan konfirmasi hasil penyelesaian
hasil transaksi multideduct kepada BUJT.
3.2.4 Petugas pengumpulan tol salah
memasukan golongan kendaraan atau
Automatic clasifikasion (AVC) salah
menentukan golongan kendaraan Di lajur gardu
multi golongan, sehingga akan di selesaikan bila
di perlukan dengan kondisi :
1. Tarif yg dikenakan lebih kecil dari
golongan kendaraan yg sebenarnya/
pembayaran kurang pada sistem transaksi tol
tertutup dan terbuka (gardu keluar hybrid, gardu
keluar gto uang elektronik dan gto uang
elektronik) Pembayaran tol sesuai dengan
golongan kendaraan. Penyelesaian
Permasalahan tersebut sudah sesuai dengan
prosedur BUJT, Namun harus di catan dalam
monitoring data transaksi.
73
Page 18
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
2. Tarif yang dikenakan lebih besar dari
golongan kendaraan yang sebenarnya
Pembayaran lebih pada sistem transalsi tol
tertutup dan tertutup (Gardu keluar GTO orang
elektronik dan gto uang elektronik dan gto
uang electronik;pas) Pembayaran tol sesuai
dengan golongan kendaraan. Penyelesaian
permasalahan tersbut termasuk pengembalian
seslisih sesuai dengan prosedur pada masing-
masing BUJT : Namun harus dicatat dalam monitoring data transaksi.
3.2.5 Uang elektronik tidak dapat di
transaksikan
1. Pada ruas jalan yang di transaksikan
dengan sistem transaksi tertutup.
a. Kegagalan pembacaan uang elektronik di
gardu masuk. Apabila terjadi kegagalan
pembacaan uang elektronik di gardu masuk
maka terdapat 2 opsi penyelesaian :
Opsi 1 melakukan identifikasi
permasalahan uang elektronik pada reader
dengan cara menggunakan kartu uji (yang
disediakan oleh penerbit uang elektronik
minimal satu kartu per gerbang) untuk
mengidentifikasikan kerusakan pada uang
elektronik atau pada hal lain (misal pada
reader)
Opsi 2 diberikan kartu tanda masuk khusus kepada pengguna tol untuk
mengetahui asalgerbang dan pengguna jalan
tol tidak dikenakan tarif tol pada gardu keluar
dengan menunjukkan Kartu Tanda Masuk
Khusus tersebut. Apabila antrian
dimungkinkan, maka kendaraan akan
dipindahkan kejalur sebelahnya. Jumlah
kendaraan yang diberikan Kartu Tanda
Masuk Khusus dibatasi sebanyak kendaraan
yang antri hingga batas antri di island gaardu
untuk kendaraan yang antri setelah island
gardu tol dan memung kinkan untuk
dipindahkan ke lajur gardu lain maka
transaksi akan dialihkan ke gardu lain,
jumlah kendaraan yang dilewatkan dengan
Kartu Tanda masuk Khusus dimaksud yang
kemudian didata oleh BUJT sebagai data
lalulintas tanpa transaksi (no trans) untuk
ditagihkan BUJT kepada Acquirer dibidang
teknis dengan besaran tarif tol sesuai asal
gerbang dengan dilengkapi laporan
kerusakan peralatan atau sesuai kebijakan
sistem transaksi di masing-masing BUJT
tanpa mengganggu lalulintas di gerbang.
b. Kegagalan Pembacaan Uang Elektronik di
Gardu Keluar. Apabila terjadi kegagalan
pembacaan uang elektronik di gardu masuk maka terdapat 3 opsi :
Melakukan identifikasi permasalahan
Uang Elektronik pada reader dengan cara
menggunakan kartu khusus/kartu uji untuk
membuktikan bahwa reader tetap berfungsi
dengan baik serta mengidentifikasikan
kerusakan terdapat pada Kartu Uang
Elektronik, atau Apabila masalah terjadi
pada kartu uang elektronik, maka dilakukan
identifikasi di gerbang asal:
Apabila masalah terjadi selain pada Uang Elektronik yang tidak terbaca dalam hal ini
reader rusak, maka status transaksi
dikategorikan sebagai notran, untuk
kemudian ditagihkan oleh BUJT kepada
Acquirer dibidang teknis dengan besaran
tarif tol sesuai asal gerbang dengan
dilengkapi laporan kerusakan peralatan atau
sesuai kebijak an sistem transaksi di masing-
masing BUJT tanpa mengganggu lalu lintas
di gerbang.
Transaksi tol untuk kendaraan yang sudah mengantri hingga batas antri di island gardu
dilakukan di gardu lain tanpa memindahkan
kendaraan yang sudah mengantri tersebut.
Antrian kendaraan selanjutnya akan
dialihkan ke gardu lain.
2. Pada ruas jalan yang di operasikan dengan
sistem transaksi terbuka, terjadi kegagalan
membaca uang elektronik maka terdapat 2 opsi
penyelesaian :
a. Opsi 1 melakukan identifikasi
permasalahan Uang Elektronik pada reader
dengan cara menggunakan kartu uji (yang
74
Page 19
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
disediakan oleh penerbit Uang Elektronik
minimal satu kartu pergerbang) untuk
mengidentifikasikan kerusakan pada Uang
Elektronik atau pada hal lain(misal pada
reader)
b. Opsi 2, apabila masalah terjadi selain pada
Uang Elektronik ysng tidak terbaca ,
maka kendaraan yang antri di sepanjang island
gardu akan dibebaskan dari pengenaan tarif tol
(notran) dan kendaraan yang antri setelah
island gardu tol akan dipindahkan ke lajur/
gardu lain.
3. Kondisi Force Majeure Transaksi/
Ketentuan Khusus
a. Kondisi Force Majeure antara lain huru
hara, epidemi, kebakaran, gempa bumi,
pemogokan , perang dan hal-hal lain yang
dianggap force majeure oleh BUJT dan
penerbit Uang Elektronik.
b. Dalam hal ditetapkan terjadi kondisi force
majeure oleh otoritas setempat maka BUJT
dan atau penerbit Uang Elektronik dapat
menginformasikan diberlakukannya kondisi
force majeure.
c. Pelaksanaan transaksi pembayaran dalam
kondisi force majeure dilaksanakan
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh
BUJT dan penerbit Uang Elektronik dan
penyelesaian transaksi diserahkan kepada
kebijakan masing-masing BUJT dengan tetap
berkodinasi dengan Bank Penerbit Uang
Elektronik.
d. Jangka waktu penetapan kondisi force
majeure disepakati oleh BUJT dan penerbit
Uang Elektronik dengan mengacu kepada
kebijakan otoritas setempat.
e. Dalam hal salah satu pihak menyatakan
bahwa kondisi porce majeure telah berakhir,
pihak yang terkena force majeure wajib
menginformasikan kepada pihak lain yang
terkait.
f. Dalam hal kondisi force majeure
meyebabkan kerugian, maka semua pihak
dapat dibebaskan dari tanggung jawab atas
kerugian atau biayatambahan yang terjadi atas
kondisi force majeure.
3.3 Flow Chart Diagram
Alur transaksi non tunai dari front end s/d
back end pada gambar 6 di bawah ini :
Gambar 6 Flow Chart Diagram
Alur transaksi non tunai dari front end s/d back
end
3.4 Sismtem Monitoring
Untruk sistem monitoring bank BCA
BRI MANDIRI dan BNI dengan cara sebagai
berikut
1. Masukan link misal http //192.1.2.3
2. Masuk login
Tampilan monitoring Bank BCA BRI
MANDIRI dan BNI pada gambar 7 di bawah ini
:
Gambar 6 Monitoring Bank
Masukan Email dan Password yang sudah di buat.
Contoh: untuk bank BCA BRI MANDIRI dan BNI
Email = [email protected]
Password = bca
Email = [email protected]
Password = bri
75
Page 20
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Email = [email protected]
Password = mandiri
Email = [email protected]
Password = bni
Setelah memasukan email dan password lalu klik login.
3. Tampilan File Settlement
Tampilan file settlement Bank BCA BRI
MANDIRI dan BNI pada gambar 8 di
bawah ini :
Gambar 6 Tampilan File Settlement Bank
Setelah login berhasil maka tampilan akan masuk kehalaman file settelment
Pada halaman file settelment ini bisa
mencari file settelment pada tanggal
settelment terbuat dan terkirim lalu
gerbang beserta bank yang disettelment
dengan cara :
a. Memilih tanggal
b. Memilih bank
c. Memilih gerbang yang di cari
bila tanggal, bank dan gerbang lalu klik
search. Dan bila ingin mengetahui detail
dari file settelment dapat mengklik tombol
pada action.
IV KETENTUAN SETTLEMENT DAN
REKONSILIASI
4.1 Ketentuan settlement dan Rekonsiliasi
4.1.1 Proses Settlement dan Rekonsiliasi
1. Acquirer bidang teknis dan BUJT (Badan
Usaha Jalan Tol) melaku kan validasi dan
memastikan data Settlement dengan data
transaksi uang elektronik BUJT sesuai
kriteria Bank penerbit.
2. Acquirer bidang teknis wajib memastikan
data settlement telah terkirim dan diterima
secara lengkap oleh server Bank.
3. Bank memperoleh secara otomatis data
settlement yang telah divalidasi dengan
data transaksi elektronik BUJT dari
Acquirer bidang teknis.
4. Data settlement yang telah divalidasi dan
terkirim ke Bank dapat dilihat di dalam
settlement monitoring tools.
5. Apabila data idak terkirim dikarenakan
gangguan jaringan atau gangguan lain
maka BUJT atau acquirer bidang teknis
atau Bank wajib menginformasikan
kepada masing-masing pihak pada hari
yang sama dan data settlement harus
dikirim dengan metode lain secara manual
sesuai dengan SLA paling lambat H+3
(hari kerja).
6. Data yang belum sinkron antara data
reader dengan mesin gardu akan
dilakukan investigasi oleh BUJT dan/atau
acquirer bidang teknis dan/atau Bank
serta wajib di selesaikan dan akan dikirim
ke Bank apabila sudah sinkron,wajib
diselesaikan selambat-lambatnya 3 (tiga)
hari kerja sejak tanggal transaksi kecuali
untuk hal-hal khusss yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak.
7. Konfirmasi pengiriman file settlement
oleh acquirer bidang teknis ke Bank dan
BUJT melalui notipikasi pada settlement
monitoring tools dan/ atau surat
elektronik.
8. Pelimpahan nominal hasil transaksi
(volume lalulintas x tarif) Uang
Elektronik ke rekening masing-masing
BUJT dilakukan oleh acquirer bidang
finansial (Bank) secara otomatis
selambat-lambatnya setelah data diterima
oleh server Bank di pusat.
9. Dalam hal pengiriman file settlement
masuk dalam jangka waktu periode end of
day Bank, maka pelimpahan nominal hasil
transaksi Uang Elektronik kerekening
76
Page 21
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
masing-masing BUJT dilakukan oleh
Bank secara otomatis selambat-lambatnya
3 (tiga) jam sejak periode end of day Bank
berakhir.
10. Setelah menerima file settlement dari
BUJT dan/atau pihak ketiga, Bank wajib
memvalidasi dan mengirimkan hasil dari
validasi settlement tersebut dalam bentuk
data respon file settlement (RFS) paling
lambat h+1 hari kerja untuk dilakukan evaluasi.
11. BUJT dan acquirer bidang teknis
melakukan evaluasi terhadap file
settlement dengan data respon file yang
dikirimkan oleh Bank menggunakan
aplikasi monitoring yang disepakati antara
BUJT dan Bank, jika terdapat perbedaan
antara data transaksi dengan data respon
file.
Berikut adalah contoh data file settlement dan
Respon file settlement :
a. Bank BCA
File settlement BCA yg dikirimkan
dapat dilihat pada gambar 7 di bawah ini
:
Gambar 7 File Settlement Bank BCA
Respon file settlement yang diterima
JM_CIJAGO_SETTLEMENT_RPT_19051015
2556Dimana antara watu data fs yang dikirim
dengan data rfs yang diterima masih dalam
siklus 1 (satu) hari.
b. Bank BRI
File settlement BRI yg di kirimkan dapat
dilihat pada gambar 8 di bawah ini :
Gambar 8 File Settlement Bank BRI
File settlement BRI yg di terima dapat
dilihat pada gambar 9 di bawah ini :
Gambar 9 Respon File Settlement Bank BRI
c. Bank MANDIRI
File settlement MANDIRI yg di
kirimkan dapat dilihat pada gambar 10 di
bawah ini :
Gambar 10 File Settlement Bank MANDIRI
Dengan respon file settlement yang
diterima
TLKJ_100519_ok.txt
TLKJ_100619_ok.ok
Dimana antara watu data fs yang dikirim
dengan data rfs yang diterima melewati
siklus 1 (satu) hari
d. Bank BNI
File settlement BCA yg dikirimkan
dapat dilihat pada gambar 11 di bawah
ini :
77
Page 22
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Gambar 11 File Settlement Bank BNI
Respon file settlement yang diterima
Untuk respon file settlement bank Bni blm ada,
dikarenakan aga sulit pembacaannya.
4.2 Aplikasi Monitoring Transaksi
Setiap BUJT wajib memiliki monitoring
data transaksi yang sekurang-kur angnya berisi
informasi mengenai Data transaksi gardu tol
yang di simpan diserver BUJT .
Tabel 1 transaksi tanggal 10 mei 2019
Tabel 2 Data file settlement yang dikirim ke
Bank secara real time 10 mei 2019
Tabel 3 Data respone file settlement yang
dikirim oleh Bank ke BUJT secara real time
78
Page 23
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
4.3 Ketentuan Pelaksanaan Penanganan
Komplain atau Keluhan
4.3.1 Media komplain
Komplain dapat dilakukan melalui :
a. Petugas gerbang tol dan petugas
oprasional lain
b. Telephone / call center
c. Sosial media anatara lain twiter,
faceboook dan instagram
d. Surat pembaca
e. Surat menyurat
f. Website
g. Radio
4.3.2 Penanggulangan komplain dari pengguna
jalan
a. BUJT menerima keluhan dari pengguna
jalan untuk diteruskan kepada bank (untuk
keluhan yang terkaitdengan bidang yang
dikelola oleh bank)
b. Bank menerima keluhan dari pengguna
jalan untuk diteruskan kepada BUJT
(terkait dengan bidang yang dikelola oleh
BUJT)
c. Keluhan dari pelanggan yang dilaporkan
oleh BUJT harus diserahkan secara
tertulis melalui surat elektronik kepada
bank penerbit uang elektronik (dengan
form yang disepakati BUJT dan bank
yang bersangkutan)
4.3.3 Evaluasi komplain atau keluhan
Evaluasi yang dilakukan adalah sebagai
berikut a. Melaporkan komplain atau keluhan
masuk berdasarkan penyebabnya antara
lain
1. Kerusakan pralatan digardu tol
2. Kerusakan uang elektronik
3. Saldo yang tidak sesuai
4. Keterlambatan atau lama waktu
transaksiuang elektronik
5. Ketidak trampilan petugas
6. Pemotongan uang elektronik yang
tidak sesuai dengan tarif
7. Gagal isi ulang (top up)
8. Penukaran uang elektronik oleh
petugas
9. Penyebab lain yang belum
trindetifikasi
b. Membuat rekapitulsi jumlah komplain
atau keluhan yang masuk secara berkala
baik yang diterima BUJT maupun bank,
yang sudah selesai ditangani dan belum
selesai ditangani
c. BUJT atau Bank wajib
menginformasikan kepada pengguna
jalan bahwa komplain/keluhan yang
disampaikan sudah ditangani selambat-
lambatnya 2 x 24 jam;
d. BUJT dan/atau Bank wajib
mendiskusikan penanganan
komplain/keluhan antara BUJT dan
Bank (mencari solusi) serta
menyelesaikan kompalin/keluhan
sebagaimana yang telah diatur dalam
ketentuan perbankan terkait
perlindungan konsumen (POJK nomor
1/POJK.07/2013);
79
Page 24
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
e. Melakukan analisa terhadap jenis
komplain yang diterima, sehingga dapat
diidentifikasi penyebab utama komplain
untuk kemudian disusun solusi
perbaikannya sebagai langkah preventif.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Transaksi nontunai yang di terapkan di ruas jalan tol harus lah mempermudah bagi
pengguna jasa jalan tol dan bagi pengeloal jalan
tol sendiri, dimana tidak ada kendala dari awal
transaksi sampai peroses penagihan dana dari
transaksi non tunai tersebut, walaupun ada
kendala haruslah dapat di minimalisir kendala
tersebut dan dapat di cari solusinya, baik dari
sisi pengelola jalan tol (BUJT), Bank Issuer
(Bank yang menerbitkan Uang Elektronik) dan
acquirer dibidang teknis.
5.2 Saran
Agar penerapan non tunai 100% di ruas
tol dapat berjalan dengan baik harus ada saling
koordinasi dan saling kerjasama yang baik
antara BUJT, Bank Issuer dan dan acquirer
dibidang teknis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bank Indonesia, 2014. Bank Indonesia
Mencanangkan Gerakan Nasional Non
Tunai
2. Tunai : Siaran Pers,
http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-
pers/Pages/sp_165814.aspx diakses pada
tanggal 20 Juli 2019.
3. Bank Indonesia, 2014. Booklet Keuangan
Inklusif , Departemen Pengembangan
AksesKeuangan dan UMKM,
http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanga
ninklusif/edukasi/Pages/Booklet-
Keuangan-Inklusif.aspx diakses pada
tanggal 22 Juli 2019.
4. Beer, M, et al. Managing Human Assets.
New York: The Free Press, 1984.
5. Ghiyazuddin Mohammad, Elwyn
Panggabean, Maha Khan, Grace Retnowati.
2015.
6. Agent Network Accelerator Research:
Indonesia Country Report Hermana,
2007. E-Banking and Less-Cash Society,
Orasi Ilmiah disampaikan pada Wisuda
STMIK Pradya Paramitra Malang, pada 27
Oktober 2007
7. Hill, George M. 1993. Managing Partner ,
Utilities Industry Practice. Phoenix
Arizona: Anderson Consulting
http://jurnal.teknikunkris.ac.id/index.php/e
lektro/issue/view/13 diakses pada tanggal 1
Agustus 2019.
8. http://sp.beritasatu.com/ekonomidanbisnis/
perkembangan-sangat-pesat-regulasi-e-
commerce-belum-siap/81675) diakses
pada tanggal 18 Juli 2019.
9. http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuan
ganinklusif/Indonesia/peran/Contents/D
ef ault.aspx diakses pada tanggal 10
Juli 2019.
80
Page 25
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
OPTIMALISASI BANDWIDTH TRANSPONDER 9V SATELIT MERAH PUTIH
DENGAN KALKULASI LINK BUDGET
Teten Dian Hakim1, Rahmad Mardian2
Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana [email protected] , [email protected]
ABSTRAK. Dalam perkembangan teknologi komunikasi satelit (VSAT) yang menuntut
kehandalan suatu sistem komunikasi maka harus diimbangi dengan jumlah data yang
ditransmisikan dan kecepatan datanya maka perlu untuk mengoptimalkan kapasitas data yang dapat
ditransmisikan melalui satelit. Bandwidth transponder sebagai bagian yang vital dan terbatas serta
mahal menuntut untuk dilakukannya inovasi agar penggunaannya lebih optimal. Salah satu cara
untuk lebih mengoptimalkan penggunaan bandwidth transponder yaitu dengan cara
memaksimalkan modulasi dan coding yang tersedia berdasarkan perhitungan link budget, yaitu:
sudut pandang antena, jarak stasiun bumi ke satelit, antena gain, redaman ruang bebas, pointing
error antena, G/T penerima, pemakaian lebar pita, EIRP stasiun bumi, power flux density, input
back off, output back off, EIRP satelit, kualitas lintasan dan management transponder. Optimalisasi
bandwidth komunikasi satelit VSAT SCPC Stasiun Bumi Bogor dan Stasiun Bumi CSTS LNG
Tangguh memperoleh hasil optimalisasi bandwidth transponder 9V Satelit Merah Putih dengan
menaikan FEC dari 3/4 ke FEC 5/6 pada modulasi 16APSK ini didapatkan pengurangan atau
penghematan bandwidth transponder sebesar 2.81 MHz (dari 27.81 MHz menjadi 25.00 MHz) dan
prosentase bandwidth transponder berkurang sebesar 8.85 % (dari 79.02 % menjadi 70.17 %)
meskipun terjadi peningkatan prosentase power transponder untuk kedua stasiun bumi (dari 47.65
% menjadi 61.94 %) link transmisi Bogor dan CSTS dikatakan bandwidth limited serta
mendapatkan link margin Es/No sebesar 1.93 dB untuk Stasiun Bumi Bogor dan link margin Es/No
sebesar 2.12 dB untuk Stasiun Bumi CSTS.
Kata kunci : Transponder, VSAT, Bandwidth, Modulasi 16APSK, FEC 5/6
ABSTRACT. In the development of satellite communication technology (VSAT) which
demands the reliability of a communication system it must be balanced with the amount of data
transmitted and the speed of the data it is necessary to optimize the capacity of data that can be
transmitted via satellite. Transponders bandwidth as a vital and limited and expensive part
requires innovation so that its use is more optimal. One way to further optimize the use of
transponder bandwidth is by maximizing available modulation and coding based on link budget
calculations, namely: antenna point of view, earth station distance to satellite, antenna gain, free
space attenuation, antenna pointing error, G / T receiver , bandwidth usage, earth station EIRP,
power flux density, input back off, output back off, satellite EIRP, track quality and transponder
management. Optimizing the VSAT SCPC satellite communication bandwidth of Bogor Earth
Station and the Tangguh LNG CSTS Earth Station obtained the results of optimizing the 9V Red
and White Satellite transponder bandwidth by increasing the FEC from 3/4 to FEC 5/6 in this
16APSK modulation, resulting in a reduction or saving of the transponder bandwidth of 2.81 MHz
( from 27.81 MHz to 25.00 MHz) and the percentage of transponder bandwidth decreased by 8.85%
(from 79.02% to 70.17%) despite an increase in the percentage of power transponder for both
earth stations (from 47.65% to 61.94%) Bogor and CSTS transmission links are said to be
bandwidth limited and get an Es / No margin margin of 1.93 dB for Bogor Earth Station and an Es
/ No margin margin of 2.12 dB for CSTS Earth Station.
Keywords: Transponder, VSAT, Bandwidth, 16APSK Modulation, FEC 5/6
81
Page 26
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
I. PENDAHULUAN
Peranan komunikasi satelit sangat
strategis untuk Indonesia yang terbentang
luas dan terdiri dari ribuan pulau, dengan
satelit seluruh wilayah Indonesia bisa
tercakup dalam layanan komunikasi. Seiring
dengan pesatnya perkembangan teknologi
telekomunikasi, meskipun saat ini pemerintah
Indonesia telah membangun jaringan optik
dibeberapa titik kota - kota besar yang disebut
palapa ring. Namun, besarnya permintaan dan
penyediaan sarana telekomunikasi yang dapat
mencakup daerah - daerah terpencil dengan
kecepatan data yang tinggi yang belum
terpenuhi dari jaringan lokal yang ada,
mendorong PT. TELKOMSAT sebagai
penyedia jasa layanan VSAT untuk dapat
memenuhi kebutuhan dan menjangkau
pelanggan yang terletak di luar jangkauan
jaringan yang sudah ada seperti jaringan
teresterial kabel tembaga, radio maupun
optik.
Dengan perkembangan teknologi
yang menuntut kehandalan suatu sistem
komunikasi maka harus diimbangi dengan
jumlah data yang ditransmisikan dan
kecepatan datanya sehingga perlu untuk
mengoptimalkan kapasitas data yang dapat
ditransmisikan melalui satelit. Bandwidth
transponder sebagai bagian yang vital dan
terbatas serta mahal menuntut untuk dilakukannya inovasi agar penggunaannya
lebih optimal.
Pada penulisan tugas akhir ini dibahas
perihal optimalisasi bandwidth transponder
9V Satelit Merah Putih pada suatu jaringan
komunikasi VSAT SCPC (Single Channel
per Carrier) atau point to point dengan sistem
CnC (Carrier In Carrier) berdasarkan
perhitungan Link Budget Analisis Satelit.
Dari hasil penelitian optimalisasi VSAT
SCPC atau point to point ini diharapkan
nantinya link dapat memenuhi harapan
kebutuhan availability akan layanan
telekomunikasi yang diinginkan user dan
bandwidth transponder satelit dapat
digunakan untuk kebutuhan yang lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Sistem Komunikasi
Satelit
Satelit komunikasi adalah sebuah
pesawat ruang angkasa yang ditempatkan
pada orbit disekililing bumi yang didalamnya
membawa peralatan-peralatan penerima dan
pemancar gelombang mikro yang mampu
me-relay sinyal-sinyal dari satu lokasi ke
lokasi lain di bumi dengan menggunakan
frekuensi gelombang mikro. Frekuensi
gelombang mikro juga diperlukan untuk
menangani sinyalsinyal berjalur lebar yang
banyak dijumpai dalam jaringan komunikasi
masa kini, serta untuk penggunaan antena-
antena dengan perolehan tinggi yng
diperlukan di atas pesawat ruang angkasa
tersebut.
Secara umum sistem komunikasi
satelit dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
komponen, yaitu ruas angkasa (space
segment) yang terdiri dari satelit dan ruas
bumi (ground segment) yang terdiri dari
terminal pengguna, stasiun bumi dan
jaringan.
Pada bagian space segment terdiri dari
satelit yang merupakan sebuah benda ruang
angkasa yang mengelilingi benda angkasa
lainnya yang berfungsi memancarkan
kembali (relaying) sinyal-sinyal yang
diterima dari bumi. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik suatu
satelit harus didukung oleh perangkat-
perangkat yang handal.
Sedangkan pada ground segment pada
hakikatnya stasiun bumi merupakan sebuah
jaringan lanjutan untuk menuju teminal
pengguna, seperti pusat komputer, televisi
maupun sentral telepon. Untuk tercapainya
suatu komunikasi maka pada bagian stasiun
bumi diperlukan perangkat-perangkat
pendukung yang handal pula.
82
Page 27
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Gambar 1. Arsitektur SISKOMSAT
2.2 Pengenalan Ruas Angkasa
Ruas Angkasa yaitu meliputi segala
hal yang terkait dengan satelit. Sistem satelit
dapat bersifat domestik, regional (daerah)
atau global (untuk seluruh dunia). Jangkauan
pelayanan dari suatu sistem satelit domestik
adalah terbatas pada negara yang memiliki
sistem tersebut, sistem regional melibatkan
dua negara atau lebih sedangkan sistem
global mempunyai sifat antar benua.
Koordinasi dari pelayanan satelit
dilakukan oleh International
Telecommunication Union (ITU), yang
berpusat di Geneva konferensi-konferensi
yang dikenal sebagai World Administrative
Radio Conferences (WARC) dan Regional
Administrative Radio Conference (RARC)
diadakan secara teratur untuk menghasilkan
rekomendasi mengenai daya radiasi,
frekuensi dan posisi orbit dari berbagai satelit
Tabel 2.1 menunjukkan frekuensi-frekuensi
satelit yang terpakai saat ini dan yang
mungkin akan terus dipakai dimasa
mendatang.
Tabel 1. Frekuensi - Frekuensi Satelit
2.3 Orbit Satelit
Sebuah satelit yang diluncurkan
dengan kendaraan peluncur, satelit tersebut
akan di tempatkan pada ketinggian tertentu
dan satelit tersebut akan mengitari bumi.
Posisi satelit yang mengitari bumi disebut
orbit. Satelit akan tetap porosnya karena gaya
sentripetal pada satelit dan gaya gravitasi
bumi.
Orbit Geostationer mengitari bumi 24
jam dan relative diam terhadap bumi
(berputar searah rotasi bumi) karena periode
orbit objek tersebut mengelilingi Bumi sama
dengan perioda rotasi Bumi. Umumnya
ditempatkan sejajar dengan equator bumi.
Karena relative diam terhadap bumi maka
daerah lingkup bumi juga tidak berubah.
Jarak ketinggian dari permukaan bumi sekitar
35.786 km.
2.4 Parameter Komunikasi Satelit
Dalam sistem komunikasi satelit,
untuk mendapatkan unjuk kerja transmisi
yang baik dilakukan dengan menentukan
tipikal BER (Bit Error Rate) di penerima
sebesar E-10-9 atau PER (Packet Error Rate)
di penerima sebesar E-10-7 agar tidak sering
terjadi transmisi ulang antara pemancar dan
penerima. Parameter-parameter komunikasi
satelit dilihat dimulai dari stasiun bumi
pemancar yang memancarkan sinyal ke satelit
sampai sinyal tersebut diterima oleh stasiun
bumi.
2.4.1 Parameter Komunikasi Satelit
Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)
EIRP = PT + GT - Lf
Gain to noise Temperature Ratio (G/T)
Penerima 𝐺
𝑇 = G - 10 log (
𝑇𝑎𝑛𝑡
𝐿𝑓𝑟𝑥 + TF (1 -
1
𝐿𝑓𝑟𝑥 ) + TLNA)
Rasio sinyal Pembawa terhadap
Daya Derau (C/N) C/Nup = EIRPES - FSLup - PE - LRAIN - G/TSAT - k - B
C/NDN = EIRPSAT - FSLDN - PE - LRAIN - G/TES - k - B
C/NTotal=10 𝑙𝑜𝑔 (
1
10(−
𝐶/𝑁𝑈𝑃10
)+10
(−𝐶/𝑁𝐷𝑁
10)+10
(−𝐶/𝐼𝐽𝑀
10)+10
(−𝐶/𝐼𝐽𝑀
10)+10
(−𝐶/𝑋𝑝𝑜𝑙𝑙
10)
)
Densitas Fluks Jenuh (Saturation Flux
Density = SFD) PFD = EIRPSB - 162.12 - PEUP - LRAIN
Rasio Energi Bit terhadap Densitas Daya
Derau (Eb/No)
83
Page 28
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Eb/No = Es/No - SE
Redaman Alur Transmisi FSL = 92.4dB + 20 log d + 20 log f [dB]
Penguatan Antena
G = 20,4 + 20 log f + 20 log D + 10 log
Sudut Pandang Antena
Sudut Azimut :
A’ = tan-1 (𝑡𝑎𝑛|𝜃𝑆−𝜃𝐿
𝑠𝑖𝑛𝜃𝑖 )
Sudut Elevasi :
E = tan – cos y
Pointing Error Antena
PE = 12 x (
3
)² [dB] dengan 3 = 20
𝐹 𝑥 𝐷
Jarak Stasiun Bumi ke Satelit d2 = [(Re + H)2 + Re2 – 2 x Re x (Re + H) x sin{E +
sin-1 (𝑅𝑒
𝑅𝑒+𝐻 cos E)}]
Parameter Transponder Satelit OBOCXR =IBOCXR-(IBOAGG-OBOAGG)
(EIRP)operasi = (EIRP)saturasi - OBOCXR
2.5 Modulasi 16APSK
Dalam sebuah satelit, teknik transmisi
modulasi tingkat tinggi yang memiliki
efisiensi transfer tinggi sangat penting untuk
layanan komunikasi dan penyiaran termasuk
HDTV dan komunikasi multimedia, dan lain-
lain. Skema modulasi APSK diadopsi oleh
ketahanan intrinsik atas saluran satelit
nonlinear khas dalam DVB-S2.
APSK diadopsi sebagai modulasi
orde tinggi untuk menjamin efisiensi transfer
yang tinggi di DVBS2 karena kekokohan
intrinsik dalam distorsi data transmisi karena
karakteristik nonlinear HPA. Dalam 16-
APSK memiliki peningkatan kinerja karena
pemetaan bit yang diusulkan. Kinerja
kesalahan dalam skema modulasi APSK
berubah sesuai dengan rasio cincin karena
konstelasi sinyal didistribusikan pada bentuk
cincin.
Gambar 2. 4+12 APSK Konstelasi
2.6 Forward Error Code (FEC)
Forward Error Control (FEC),
penerima akan mendeteksi adanya kesalahan
yang terjadi pada kanal transmisi yang
diterimanya dan melakukan koreksi
kesalahan tersebut. FEC merupakan salah
satu teknik pengkodean konvolusional
dimana fungsinya adalah untuk mendeteksi
dan mengkoreksi error dengan cara
mengirimkan bit tambahan. Pada FEC ada
berbagai macam tingkatan yaitu 1/2, 3/4, 5/6
ataupun 7/8. Nilai-nilai ini berarti misalnya
pada FEC 3/4 setiap 3 data bit biner yang
dikirim disisipkan 1 bit tambahan untuk
mendeteksi dan mengoreksi error. Pemilihan
ini berdasarkan kebutuhan karena semakin
besar nilai FEC yang dipilih maka bandwidth
yang digunakan lebih efisien tetapi jumlah bit
tambahan semakin sedikit.
2.9 Optimasi Transponder
Untuk mendapatkan optimasi dalam
transponder terlebih dahulu kita harus
mengetahui besarnya prosentase bandwidth
dan prosentase power dari satelit yang
digunakan untuk link komunikasi antara
stasiun bumi Bogor dengan stasiun bumi
CSTS, sehingga akan diperoleh apakah link
yang dipakai power limited atau bandwidth
limited. Link dikatakan optimum bilamana
prosentase bandwidth sama dengan
prosentase power.
Jika prosentase power lebih besar dari
prosentase bandwidth maka sistem dikatakan
power limited dan sebaliknya bila prosentase
bandwidth lebih besar dari prosentase power
maka sistem dikatakan bandwidth limited.
84
Page 29
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Untuk menghitung persentase power dan
bandwidth dapat dihitung sebagai berikut:
Prosentase Pemakaian Bandwidth =
(𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ 𝑆𝑎𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
Bandwidth Satelit Tersedia) x 100% (2.27)
Prosentase Pemakaian Power =
(𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑆𝑎𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
Power Satelit Tersedia) x 100% (2.28)
Dimana : Power Satelit tersedia = PowerEIRP
Satelit Saturasi - OBOCXR (2.29)
III. PERHITUNGAN DAN
PENGUKURAN
Pengujian dilakukan pada link VSAT
SCPC atau Point to Point Stasiun Bumi Bogor
dan Stasiun Bumi CSTS LNG Tangguh 75
Mbps yang beroperasi di Satelit Merah Putih
Transponder 9V dengan menggunakan PAD
15dB. Ground Segment pada sisi Bogor
menggunakan antena berdiameter 9 meter
sedangkan pada sisi CSTS LNG Tangguh
menggunakan antena berdiameter 4.5 meter
yang sebelumnya menggunakan modulasi
16APSK, FEC 3/4 dan datarate 75 Mbps.
Setelah dilakukan optimalisasi menggunakan
modulasi 16APSK, FEC 5/6 dan datarate 75
Mbps.
3.4 Blok Diagram Konfigurasi
Jaringan VSAT SCPC
SCPC merupakan salah satu
konfigurasi VSAT dengan menggunakan
metode akses point to point. Layanan
komunikasi data atau voice menggunakan
media akses satelit dengan teknologi SCPC
untuk hubungan point to point dapat
dikembangkan menjadi hubungan point to
multipoint. Metode SCPC menempatkan
masing-masing satu buah sinyal pembawa
untuk setiap titik link komunikasinya. Link
VSAT dengan menggunakan sistem SCPC ini
juga memberikan bandwidth pribadi yang
memerlukan komunikasi dalam jumlah besar
dan terus menerus dengan lokasi yang tidak
tercakup oleh layanan kabel. Layanan ini
dapat digunakan untuk komunikasi data,
suara, gambar, dan video.
Gambar 3. Konfigurasi Jaringan
VSAT SCPC Bogor dan CSTS
Pada konfigurasi sisi stasiun bumi
terbagi 2 alur proses yaitu proses
memancarkan sinyal ke satelit dan proses
menerima sinyal dari satelit.
Adapun alur proses memancarkan sinyal
sebagai berikut:
1. Data yang akan ditransmisikan dari
perangkat remote/user, terlebih dahulu
memasuki modem. Dalam modem ini
data dimodulasi. Proses modulasi ini
menggunakan teknik PSK atau QAM.
Modulasi ini bertujuan untuk
mentranslasikan gelombang frekuensi
informasi kedalam gelombang lain pada
frekuensi yang lebih tinggi untuk dibawa
ke media transmisi.
2. Setelah data tersebut dimodulasi,
selanjutnya akan memasuki perangkat
yang disebut RFT ( RF Transceiver) atau
driver. Dalam RFT ini terdapat Up dan
Down Converter. Untuk proses transmit
yang digunakan adalah Up Converter.
3. Proses selanjutnya adalah memasuki
SSPA (Solid State Power Amplifier) yang
berfungsi sama dengan HPA yaitu untuk
memperkuat sinyal RF agar dapat
diterima oleh satelit.
4. Sinyal masuk ke dalam feedhorn, sinyal
dari feedhorn dipantulkan ke satelit
dengan antena.
Adapun alur proses menerima sinyal sebagai
berikut:
1. Antena menerima sinyal dari satelit,
85
Page 30
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
sinyal yang diterima antena kemudian
dipantulkan ke feedhorn.
2. Dari Feedhorn, sinyal diteruskan
memasuki LNA (Low Noise Amplifier).
Dimana LNA ini berfungsi untuk
menekan noise dan memperkuat sinyal
yang diterima.
3. Dari LNA sinyal diteruskan memasuki
Down Converter yang berfungsi untuk
mentranslasikan sinyal RF menjadi sinyal
IF.
4. Setelah memasuki Down Converter,
maka sinyal IF memasuki perangkat
modem untuk melakukan proses
demodulasi, dimana proses demodulasi
itu dimaksudkan untuk memisahkan
antara sinyal carrier dengan sinyal
informasi yang ada didalamnya.
5. Informasi yang sudah terpisah dari sinyal
carrier kemudian diteruskan ke perangkat
user seperti router, multiplexer, dan
sebagainya.
3.5 Link Budget Analysis
Tujuan dari Link Budget Analysis
adalah untuk memperoleh unjuk kerja
transmisi yang baik dan efisien terhadap
perangkat yang digunakan terutama daya
SSPA dan diameter antena. Pada lintasan
komunikasi VSAT, unjuk kerja dipengaruhi
oleh kemampuan transmisi daya satelit (lintasan bawah), propagasi atmosfir,
temperatur derau dan parameter-parameter
stasiun bumi.
Link Budget Analysis terdiri dari 3
bagian, yaitu : stasiun bumi pengirim dan
media lintasan ke atas, satelit, stasiun bumi
penerima dan media lintasan ke bawah. Link
Budget Analysis dilakukan pada salah satu
pelanggan PT. TELKOMSAT, yaitu: Stasiun
Bumi Bogor dan Stasiun Bumi CSTS LNG
Tangguh.
4.1 Hasil Perhitungan dan Pengukuran
Power
Link Bogor - CSTS
Prosentase Pemakaian Bandwidth =
(25261123
36000 𝑥 103) x 100% = 70.17 %
Power Satelit tersedia = 43 - 3.5 = 39.5 dBW =
8912.51 Watt Power Satelit terpakai = EIRPOP SAT = 36.14 dBW
= 4111.49 Watt
Prosentase Pemakaian Power = (4111.49
8912.51) x 100%
= 46.13 %
Link CSTS - Bogor
Prosentase Pemakaian Bandwidth =
(25261123
36000 𝑥 103) x 100% = 70.17 %
Power Satelit tersedia = 43 - 3.5 = 39.5 dBW =
8912.51 Watt Power Satelit terpakai = EIRPOP SAT = 31.49 dBW
= 1409.28 Watt
Prosentase Pemakaian Power = (1409.28
8912.51) x
100% = 15.81 %
Tabel 2. Hasil Perhitungan Power dan
Bandwidth dengan FEC 3/4
Pada Tabel 2. dengan modulasi
16APSK FEC 3/4 prosentase power
transponder yang dibutuhkan untuk kedua
stasiun bumi sebesar 47.65 % dan prosentase
bandwidth transponder yang dibutuhkan
untuk kedua stasiun bumi sebesar 79.02 %.
Dikarenakan link transmisi Bogor dan CSTS
menggunakan Carrier In Carrier (CnC)
prosentase power transponder harus kurang
dari prosentase bandwidth transponder.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Power dan
Bandwidth dengan FEC 5/6 Stasiun
Bumi
Prosentase
Power (%)
Prosentase
Bandwidth
(%)
Bogor 46.13 % 70.17 %
CSTS 15.81 %
Pada Tabel 3. dengan modulasi
16APSK FEC 5/6 power transponder yang
dibutuhkan untuk kedua stasiun bumi adalah
61.94 % dan bandwidth transponder yang
dibutuhkan untuk kedua stasiun bumi adalah
70.17 %. Dari perubahan FEC 3/4 ke FEC
5/6 tersebut prosentase bandwidth
Stasiun
Bumi
Prosentase
Power (%)
Prosentase
Bandwidth
(%)
Bogor 35.40 % 79.02 %
CSTS 12.25 %
86
Page 31
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
transponder berkurang sebesar 8.85 %.
Dikarenakan link transmisi Bogor dan CSTS
menggunakan Carrier In Carrier (CnC)
prosentase power transponder harus kurang
dari prosentase bandwidth transponder.
Sehingga link transmisi Bogor dan CSTS
dengan modulasi 16APSK FEC 5/6 ini dapat
dinyatakan bandwidth limited.
4.2 Hasil Perhitungan dan Pengukuran
Bandwidth
Bandwidth Capacity =
(𝐷𝑎𝑡𝑎𝑟𝑎𝑡𝑒
𝑆𝑝𝑒𝑐𝑡𝑟𝑎𝑙 𝐸𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦) 𝑥 𝐶𝑎𝑟𝑟𝑖𝑒𝑟 𝑆𝑝𝑎𝑐𝑖𝑛𝑔 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟
16APSK FEC 3/4 = (75000
2.966728) x 1.1 = 27.81 MHz
16APSK FEC 5/6 = (75000
3.300184) x 1.1 = 25.00 MHz
Dari hasil perhitungan link budget,
pada Tabel 4. perubahan FEC dari 3/4 ke FEC
5/6 pada link transmisi Bogor dan CSTS
maupun sebaliknya dengan menggunakan
modulasi 16APSK, terjadi pengurangan atau
dapat melakukan penghematan bandwidth
transponder sebesar 2.81 MHz dari total
bandwidth transponder 9V sebesar 36 MHz.
Dalam pengukuran bandwidth carrier
dilakukan dengan menggunakan spektrum
analyzer pada modulasi 16APSK FEC 3/4
(hijau) dan perubahan carrier pada modulasi
16APSK 5/6 (kuning), sehingga bandwidth
transponder pada link transmisi Bogor dan
CSTS di Satelit Merah Putih transponder 9V
berkurang 2.81 MHz dari yang sebelumnya
27.81 MHz menjadi 25.00 MHz, yang
ditunjukan pada Gambar 4.
Gambar 4. Perubahan Carrier dengan
menggunakan Spektrum Analyzer
IV. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan dan pengukuran,
optimalisasi bandwidth transponder di Satelit
Merah Putih Transponder 9V pada link
transmisi Bogor dan CSTS, didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. Dengan melakukan perubahan atau
menaikan FEC 3/4 menjadi FEC 5/6 pada
modulasi 16APSK, dapat mengurangi
atau menghemat bandwidth transponder
sebesar 2.81 MHz (dari 27.81 MHz
menjadi 25.00 MHz) dari total bandwidth
transponder 9V sebesar 36 MHz sehingga
bandwidth tersebut dapat digunakan
untuk kebutuhan sewa bandwidth lainnya.
2. Dari hasil perhitungan dan pengukuran
pada link transmisi Bogor dan CSTS,
prosentase bandwidth transponder
berkurang sebesar 8.85 % (dari 79.02 %
menjadi 70.17 %) meskipun terjadi
peningkatan pada prosentase power
transponder (dari 47.65 % menjadi 61.94
%), namun terjadi efisiensi pada
prosentase bandwidth transponder.
Dengan prosentase bandwidth lebih besar
daripada prosentase power sehingga link
dapat dikatakan bandwidth limited. Serta
didapatkan link margin Es/No 1.93 dB
untuk Stasiun Bumi Bogor dan link
margin Es/No 2.12 dB untuk Stasiun
Bumi CSTS.
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Fadillah, Achmad. 2011. Analisa Link
Budget Pada Jaringan Komunikasi
satelit Internet Gateway Telkom
Kandatel Timika Ke Hub Metra
Bogor. Jakarta : Universitas Mercu
Buana Jakarta.
[2] Ulya, Karimatul. 2014. Analisis
Implementasi Dscpc Pada Link
Komunikasi Satelit Untuk Optimasi
Bandwidth. Jakarta : Institut Sains dan
Teknologi Nasional.
[3] Susilo, Rahmad S. 2016. Analisis
Pengaruh Implementasi Pengaruh
LDPC Pada Link VSAT SCPC
Terhadap Eb/No. Jakarta : Institut
Sains dan Teknologi Nasional.
87
Page 32
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
[4] Rofi’i, Mohammad. 2010. Analisis
Implementasi Teknologi Carrier In
Carrier (CnC) Pada Link Komunikasi
Satelit Makassar - Jayapura. Jakarta :
Universitas Indonesia.
[5] Comtech, 2018. Advanced High Speed
Trunking Modem Installation And
Operation Manual CDM 760. Ebook :
Manual Book. Comtech.
[6] Metrasat, 2016. Sharing Knowledge
Link Budget Analysis. Ebook : Manual
Book. Metrasat.
[7] Jae-Hyun Kim, Cheon Sig Sin, Sang Uk
Lee, Jae Hoon Kim, “Improved
Performance of APSK Modulation
Scheme for Sattellite System”, IEEE
ICICS 2007, Korea, Dec. 2007.
[8] Teten Dian Hakim, Ahmad Dimyati,
2018 “Analisa Peformansi Jaringan
Vsat BRIsat Berdasarkan Delay, Packet
Loss & Service Level”, Jurnal
Elektrokrina Vol.6 No.3, ISSN : 2302-
4712, FT UNKRIS,
https://jurnal.teknikunkris.ac.id/index.
php/elektro/article/view/228/239
88
Page 33
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
RANCANG BANGUN SISTEM PENGISIAN AIR MENGGUNAKAN SENSOR YF-
S401 BERBASIS HMI
Nurhabibah Naibaho1, Arif Supriyono2
Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana [email protected] , [email protected]
ABSTRAKS. Sistem pengisian air berbasis Human Machine Interface (HMI) merupakan
sebuah alat yang memudahkan pengguna dalam mengontrol dan memonitoring debit air, yang
bertujuan untuk mengoptimalkan dan meningkatkan kesadaran akan penggunaan air di tengah
masyarakat, memahami cara kerja sistem kendali proses pengisian air. Sistem kontrol ini
ditampilkan pada Human Machine Interface (HMI), untuk mendeteksi posisi wadah pengisian
menggunakan sensor photoelektrik, mendeteksi berat wadah pengisian menggunakan sensor
load cell dan sensor water flow (YF-S401) sebagai pengatur debit air selama pengisian. Sensor
water flow akan mengirim sinyal ke Programmable Logic Control (PLC) untuk dapat di atur
sesuai dengan volume yang diharapkan. Hasil penelitian yang dilakukan penulis di sini ada 4
data parameter dengan hasil, pembacaan dengan set value 200mL nilai presentase kesalahan
sebesar 10% dan akurasi 90%. Denagn set value 500mL nilai presentase kesalahan sebesar
4,5% dan akurasi 95,5%. Dengan set value 700mL nilai presentase kesalahan sebesar 2,5% dan
akurasi 97,5%. Dengan set value 1000mL nilai presentase kesalahan sebesar 0,5% dan akurasi
99,5%. Dengan hasil data pengukuran di atas, yang sesuai nilai akurasi sensor yaitu sebesar
5% (sesuai datasheet) yaitu dengan set value 500mL, 700mL dan 1000mL.
Kata Kunci : Sistem Pengisian Air, HMI, Sensor Water Flow (YF-S401)
Abstrak Water replenishment system based on Human Machine Interface (HMI) is a tool that
allows users to control and monitor water flow, which aims to optimize and increase
awareness of water use in the community, understand how the water filling process control
system works. This control system is displayed on the Human Machine Interface (HMI), to
detect the position of the filling container using a photoelectric sensor, detecting the weight
of the filling container using a load cell sensor and a water flow sensor (YF-S401) as a
regulator of water discharge during charging. Water flow sensor will send a signal to the
programmable logic control (PLC) to be set according to the expected valume. The results of
the study conducted by the author here are 4 parameter data with results, reading with a set
value of 200mL , the percentage of error is 10% and 90% accuracy. With a set value of 500mL
the percentage of error is 4,5% and accuracy is 95,5%. With a set value of 700mL the
percentage of error is 2,5% and the accuracy is 97,5%. With a set value of 1000mL the
percentage error is 0,5% and 99.5% accuracy. With the results of the measurement data
above, the sensor accuracy value 5% (according to the datasheet), which is with a set value
of 500mL, 700mL, and 1000mL.
Kata Kunci : Sistem Pengisian Air, HMI, Sensor Water Flow (YF-S401)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era moderenisasi ikut berimbas terhadap
alat baik industri kecil maupun industri
besar. Sistem otomasi telah banyak
diterapkan dalam segala hal, salah satunya
di sistem pengisian air. Untuk mendapatkan
nilai keakuratan yang tinggi maka
diperlukan controller yaitu Programmable
Logic Control (PLC) dan Water flow sensor
(YF-S401). Dengan adanya sensor dan
controller maka nilai valume dapat
89
Page 34
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
ditentukan secara otomatis yang
menjadikan nilai keakuratan volume dapat
ditingkatkan. Untuk dapat dioperasikan dan
di monitor secara real time dan
termanajemen maka dipergunakan Human
Machine Interface (HMI).
1.2 Perumusan Masalah
Pokok masalah yang dituangkan adalah:
1. Sistem kerja kendali proses pengisian air
pada wadah penampungan.
2. Akurasian nilai volume pada sensor
water flow YF-S401.
3. Dapat DI monitoring debit atau volume
air.
4. Alur dan ladder diagram proses
pengisian air dengan PLC OMRON
CP1E.
5. Mendesai HMI (Human Machine
Interface)
1.3 Tujuan Penelitian
1. Memahami cara kerja sistem kendali
proses pengisian air otomatis pada
wadah yang berbasis HMI (Human
Machine Interface).
2. Bisa menerapkan algoritma dan
pemrograman menggunakan Ladder
diagram berbasis PLC OMRON untuk
mengendalikan proses pengisian air
otomatis pada wadah.
3. Dapat mendesain HMI (Human Machine
Interface) yang sesuai dengan kondisi
dan perangkat yang ada dilapangan.
II. LANDASAN TEORI
Berdasarkan dukungan landasan teori yang
diperoleh dari eksplorasi teori yang
dijadikan rujukan konsepsional variabel
penelitian meliputi:
2.1 Water Flow Sensor YF-S401
Water flow sensor merupakan sebuah
perangkat sensor yang digunakan untuk
mengukur debit air. Biasanya water flow
sensor adalah elemen (bagian) yang
digunakan pada flow meter. Sebagaimana
pada sebuah sensor, keakuratan mutlak
pada pengukuran memerlukan fungsi untuk
pengkalibrasian sensor
Tipe sensor yang digunakan merupakan
mechanical flow sensor. Sensor tipe ini
memiliki rotor dan transducer hall-effect
didalamnya, untuk mendeteksi putaran
rotor ketika ada aliran air yang
melewatinya. Putaran tersebut akan
menghasilkan pulsa digital yang banyaknya
sebanding dengan banyaknya air yang
mengalir melewatinya. [1]
Gambar 1 Water Flow Sensor YF-S401
Tabel 1 Spesifikasi Sensor YF-S401
Spesifikasi Keterangan
Tegangan kerja
sistem 5 VDC
Maximum operating
current 15mA
Ukuran pipa/selang Inner 4mm, Outer
7mm
Water flow range 0.3-6 L/min
Accuracy 5% (0.3-3L/min
Retang kelembapan 35% -90% RH
Dimensi 58*35*26 mm
Berat 30 g
2.2 Load Cell
Load Cell adalah alat elektromekanik yang
biasa disebut transducer, yaitu gaya yang
bekerja berdasarkan prinsip deformasi
sebuah material akibat adanya tegangan
mekanis yang berkerja, kemudian merubah
gaya mekanik menjadi signal listrik. Untuk
menentukan tegangan mekanis didasarkan
pada hasil penemuan Robert Hooke, bahwa
hubungan antara tegangan mekanis dan
deformasi yang disebut regangan.
Regangan ini terjadi pada lapisan kulit dari
material, sehingga memungkinkan untuk
dapat diukur menggunakan sensor
regangan atau strain geauge.
90
Page 35
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Gambar 2 Load Cell [2]
2.3 HMI
Human Machine Interface (HMI) adalah
sistem yang menghubungkan antara
manusia dan teknologi mesin. HMI dapat
berupa kendali atau visualisasi status baik
dengan manual maupun visualisasi
komputer yang bersifat realtime. Sistem
HMI biasanya bekerja secara online dan
realtime dengan membaca data yang
dikirimkan melalui I/O port yang akan
dibaca oleh HMI antara lain adalah port
USB, RS232 dan ada juga yang
menggunakan port serial.
Gambar 3 Human Machine Interface [3]
Human Machine Interface (HMI) adalah
alat yang menvisualisasikan fungsi mesin
menjadi lebih tampak nyata. Dengan
membuat desain HMI yang sesuai, akan
membuat pekerjaan fisik lebih mudah pada
semua segi teknik, efektifitas. HMI dapat
memprediksi penerimaan user terhadap
seluruh solusi yang ada. Konsep HMI yang
modern pada industri adalah sebagai media
komunikasi antara operator dengan
perancangan yang secara ideal mampu
memberikan informasi yang diperlukan,
agar perencanaan yang dilakukan dengan
tingkat efisiensi maksimum. HMI
merupakan sarana bagi operator untuk
mengakses sistem otomasi dilapangan yang
mencakup oprasional, pengembangan,
perawatan troubleshooting.
2.4 Pompa
Pompa adalah suatu alat yang digunakan
untuk memindahkan suatu cairan dari suatu
tempat ke tempat lain dengan cara
menaikkan tekanan cairan tersebut.
Kenaikan tekanan cairan tersebut
digunakan untuk mengatasi hambatan-
hampatan yang berapa di pengaliran.
Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat
berupa perbedaan tekanan, perbedaan
ketinggian atau hambatan gesek yang
berada pada saluran pengaliran [5].
Pada prinsipnya, pompa mengubah energi
mekanik motor menjadi energi aliran air.
Energi yang diterima oleh air akan
digunakan untuk menaikkan tekanan dan
mengatasi tahanan-tahanan yang terdapat
pada saluran yang dilalui oleh air tersebut.
2.5 Photoelektrik Sensor
Photoelektrik sensor adalah sensor yang
digunakan untuk mendeteksi benda yang
melewati radiasi sinar yang dipancarkan
oleh sensor, yang kemudian dipantulkan
kembali ke receiver sensor. Photoelektrik
sensor dibagi dalam dua sub sistem yaitu:
1. Optical transmitter
2. Optical receiver
Dalam mendeteksi objek sensor atau sensor
photoelektrik dibagi dalam 3 formasi yaitu:
1. Oppsed sensing yaitu, transmitter dan
receiver dirangkai sejajar tanpa harus
adanya reflektor dan benda kerja
yang bergerak melewati transmitter
dan receiver.
2. Retroreflecting sensing yaitu, cahaya
dari transmitter dipantulkan, dengan
menggunakan reflektor, kemudian
diterima oleh receiver yang letaknya
disusun membentuk sudut, dengan
reflektor dan objek yang bergerak
melewati cahaya antara reflektor
dengan transmitter dan receiver.
3. Diffuce sensing yaitu, prinsip
kerjanya hapir sama dengan
retroflecting sensing, tetapi yang
bekerja sebagai reflektor adalah objek
itu sendiri dari viskometer yang
dibuat.
91
Page 36
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
2.6 PLC CP1E-N30DT-D
PLC merupakan peralatan berbasis
microprosessor yang dirancang khusus
untuk menggantikan kerja rangkaian logika
dan aplikasi lain, juga didesain untuk
berbagai aplikasi yang berhubungan
dengan sensor-sensor industri.
PLC memiliki keunggulan yang signifikan,
karena sebuah perangkat kontrol yang sama
dapat dipergunakan didalam beraneka
ragam sistem kontrol. Untuk modifikasi
sebuah sistem kontrol atau aturan-aturan
pengontrolan yang dijalankan, yang harus
dilakukan oleh seorang operator hanyalah
memasukkan seperangkat intruksi yang
berbeda dari yang digunakan sebelumnya,
Penggantian jalur rangkaian kontrol tidak
perlu dilakukan. Hasilnya adalah sebuah
perangkat yang fleksibel dan hemat biaya
yang dapat digunakan didalam sistem-
sistem kontrol yang sifat dan
kompleksitasnya sangat beragam.
Gambar 4 PLC [4]
2.7 Relay
Relay adalah saklar (switch) yang
dioperasikan dengan kendali listrik dan
merupakan komponen elektromekanik
yang terdiri dari dua bagian utama yaitu,
elektromagnetik sebagai coil dan mekanik
seperangkat kontak saklar (switch).
Bentuk fisik relay dikemas dengan wadah
plastik transparan, memiliki dua kontak
SPDT (Single Pole Double Throgh) yaitu
satu kontak utama dan dua kontak cabang.
Relay menggunakan beberapa jenis
tegangan seperti DC 6V, 12V, 24V & 48V
dan juga tersedia tegangan AC 12V, 24 V,
110V & 220V. Kemampuan kontak dalam
mengalirkan arus listrik sangat terbatas
yaitu kurang dari 5Ampere, untuk dapat
mengalirkan daya yang lebih besar untuk
pengendali motor induksi, relay dapat
dihubungkan dengan kontaktor yang
memiliki daya hantar arus jauh lebih besar.
Gambar 5 Relay [5]
III. METODE PENELITIAN
3.1 Analisa Kebutuhan
Analisa kebutuhan diperlukan dalam
penelitian ini untuk dapat memperoleh
informasi awal dalam melakukan
penelitian. Hal ini perlu dilakukan agar
penelitian yang dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan. Dalam penelitian ini
akan dilakukan analisa terhadap
keakurasian sensor di alat sistem pengisian
air dengan menggunakan gelas ukur dan
alat timbang digital. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap analisa kebutuhan
antara lain:
1. Melakukan studi literatur/studi
pustaka untuk lebih menguasai dan
memahami dasar-dasar teori dan
konsep-konsep yang mendukung
penelitian.
2. Melakukan observasi permasalahan
yang terjadi pada objek penelitian dan
dilanjutkan dengan
mengidentifikasinya.
3.2 Perancangan Penelitian
Untuk membantu dalam penyusunan
penelitian ini, maka perlu adanya susunan
kerangka kerja (frame work) yang jelas
tahapan-tahapannya. Kerangka kerja ini
merupakan langkah langkah yang akan
dilakukan dalam penyelesaian masalah
yang akan dibahas. Adapun kerangka kerja
penelitian yang digunakan seperti terlihat
pada gambar dibawah ini.
92
Page 37
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Gambar 6 Perancangan Penelitian
3.3 Diagram Alir/Flowchart
Dalam proses pembuatan suatu alat atau
produk memerlukan peralatan yang dapat
dipergunakan dengan tepat dan ekonomis.
Pemiliha alat dan pengetahuan tentang
proses sangat menentukan hasil dari sistem
alat tersebut. Dan untuk pembuatan alat
sebisa mungkin dibuat sesuai dengan
perencanaan dan desain. Untuk itu
dibutuhkan diagram alir yang bertujuan
untuk memperjelas tahapan-tahapan dalam
proses pembuatan alat. Berikut diagram alir
pembuatan alat sistem pengisian air:
Gambar 7 Flowchart Proses Pembuatan
IV. HASIL PENELITIAN
4.1 Pengujian Sensor Water Flow
Pengujian sensor water flow dilakukan
bertujuan untuk menghitung akurasi sensor
saat mendeteksi jumlah aliran air yang
dikeluarkan pompa dengan set value yang
sudah di setting. Selain itu, untuk
mengetahui berapa persen error sensor
water flow yang telah diterapkan pada
sistem pengisian air. Alat yang digunakan
untuk melakukan proses pengujian yaitu
menggunakan gelas ukur dengan skala 1-
1000 mL.
4.2 Pengujian Sensor Load Cell
Sensor load cell di sini bertujan untuk
pembanding data air yang sudah
dikeluarkan pompa dan di baca oleh sensor
water flow. Berdasarkan rumus massa jenis,
maka rumus untuk mengkonversi besaran
volume ke massa adalah sebagai berikut.
𝜌 =𝑚
𝑉
Dengan:
= massa jenis (kg/m3)
m = massa (kg)
V = Volume (m3)
Dimana air didefinisikan memiliki massa
jenis (demsitas) 1Kg/Liter, maka masa 1
liter air dapat dihitung dengan cara berikut.
Dari perhitungan dibawah maka dapat
disimpulkan bahwa 1 Litter air memiliki
berat 1 Kg.
𝑚 = 𝜌 × 𝑉 = 1𝑘𝑔
𝐿× 1𝐿 = 1𝑘𝑔
4.3 Data Pengukuran Sensor Water
Flow Dan Sensor Load Cell
Tabel 2 Data Pengukuran 200mL
SET VALUE 200 mL
Perco
baan
Media Percobaan Air Sumur
Nilai
volume
pada
Gelas
ukur(ml)
Nilai
Berat
pada
Loadcell
(g)
Prese
ntase
error
%
Akurasi
%
1 210 582 10,0% 90,0%
2 210 582 10,0% 90,0%
3 210 543 10,0% 90,0%
93
Page 38
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
4 210 586 10,0% 90,0%
5 210 583 10,0% 90,0%
6 210 583 10,0% 90,0%
7 210 586 10,0% 90,0%
8 210 586 10,0% 90,0%
9 210 584 10,0% 90,0%
10 210 586 10,0% 90,0%
Rata-rata 580,1 10,0
% 90,0%
Gambar 8 Grafik Pengukuran 200mL
Tabel 3 Data Pengukuran 500mL
SET VALUE 500 mL
Perco
baan
Media Percobaan Air Sumur
Nilai
volume
pada
Gelas
ukur (ml)
Nilai
Berat
pada
Loadcell
(g)
Prese
ntase
error
%
Akurasi
%
1 502 870 2,0% 98,0%
2 504 876 4,0% 96,0%
3 510 881 10,0% 90,0%
4 504 877 4,0% 96,0%
5 502 870 2,0% 98,0%
6 502 870 2,0% 98,0%
7 503 873 3,0% 97,0%
8 510 880 10,0% 90,0%
9 504 877 4,0% 96,0%
10 504 876 4,0% 96,0%
Rata-rata 875 4,5% 95,5%
Gambar 9 Grafik Pengukuran 500mL Tabel 4 Data Pengukuran 700mL
SET VALUE 700 mL
Perco
baan
Media Percobaan Air Sumur
Nilai
volume
pada
Gelas
ukur (ml)
Nilai
Berat
pada
Loadcel
(g)
Prese
ntase
error
%
Akurasi
%
1 702 1066 2,0% 98,0%
2 705 1074 5,0% 95,0%
3 710 1080 10,0% 90,0%
4 702 1070 2,0% 98,0%
5 701 1067 1,0% 99,0%
6 701 1067 1,0% 99,0%
7 701 1067 1,0% 99,0%
8 700 1066 0,0% 100,0%
9 701 1067 1,0% 99,0%
10 702 1070 2,0% 98,0%
Rata-rata 1069,4 2,5% 97,5%
Gambar 10 Grafik Pengukuran 700mL
94
Page 39
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Tabel 5 Data Pengukuran 1000mL
SET VALUE 1000 mL
Perco
baan
Media Percobaan Air Sumur
Nilai
volume
pada
Gelas
ukur (ml)
Nilai
Berat
pada
Loadcel
(g)
Prese
ntase
error
%
Akurasi
%
1 1000 1358 0,0% 100,0%
2 1000 1358 0,0% 100,0%
3 1000 1360 0,0% 100,0%
4 998 1355 2,0% 98,0%
5 999 1356 1,0% 99,0%
6 1000 1357 0,0% 100,0%
7 1000 1360 0,0% 100,0%
8 999 1358 1,0% 99,0%
9 999 1358 1,0% 99,0%
10 1000 1362 0,0% 100,0%
Rata-rata 1358,2 0,5% 99,5%
Gambar 11 Grafik Pengukuran 1000mL
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulam
Setelah dilakukan beberapa tahap
pengujian pada alat sistem pengisian air
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa:
● Didapatkan nilai presentase kesalahan
dari 4 ukuran yang berbeda, pembacaan
sensor flow meter dengan set value 200
mL nilai presentase kesalahannya
sebesar 10% dan akurasi sensor 90%.
Dengan set value 500 mL nilai
presentase kesalahannya sebesar 4,5%
dan akurasi sensor 95,5%. Dengan set
value 700 mL nilai presentase
kesalahannya sebesar 2,5% dan akurasi
sensor 97,5%. Dengan set value 1000
mL nilai presentase kesalahannya
sebesar 0,5% dan akurasi sensor 99,5%.
Jika dilihat dari tabel data pengukuran
nilai akurasi sensor tergantung dari
setingan kalibrasi awal. Settingan untuk
pengukuran diatas menggunakan
settingngan 1000ml. Dengan hasil data
pengukuran di atas, yang sesuai nilai
akurasi sensor 5% (sesuai datasheet)
yaitu dengan data pengukuran 500 mL,
700mL dan 1000 mL.
● Tingkat kesalahan dalam segi
pengukuran pada alat ini dengan skala
500 mL-100 mL relatif kecil, karena
tingkat hasil akurasi sebesar 95,5%
sampai 99,5%.
● Akurasi sensor water flow akan menurun
ketika berbeda dari nilai set value
settingan, terlihat pada di tabel 4. 1 Data
Pengukuran Set Value 200 mL dengan
nilai error 10% dan akurasi 90%.
B. Saran
Diharapkan untuk penelitian lebih lanjut
pada alat ini ditambahkan selenoid valve
water untuk meningkatkan tingkat akurasi
sensor dan mencegah sisa air waktu alat
selesai bekerja dan berhenti.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Manual Datasheet, Water Flow Sensor
YF-S401.Sea
[2] Manual Datasheet, 3134- Micro Load
Cell (0-5kg)-CZL635
[3] Manual Datasheet, HMI (Humam
Machine Interface) MT6070Ih -
Weintek
[4] PT. Omronelectronics. 2016. PLC
BASIC – CP1 Series Training
Manual, Edisi Januari 2016
[5] Anwar, Choirul. 2015. Cara Membuat
Program PLC Dengan Software CX-
Programmer + CX-Simulator Dan CX-
DESIGNER, Edisi 2010-2015
[6] Sri Hartanto, Risky Eko Fitriyanto,
2019, ‘Rancang Bangun Sistem
Saluran Kran Air Otomatis Berbasis
95
Page 40
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Arduino Atmega328p’, Elektrokrisna
Vol. 7 No. 3 Juni, ISSN : 2302-4712,
https://jurnal.teknikunkris.ac.id/index.
php/elektro/article/view/220/230
96
Page 41
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
ANALISA OPERASI GENSET GAS ENGINE MODE LOAD SHARING PADA PT.
PLAZA INDONESIA REALTY TBK.
Ujang Wiharja1, BagriatnaAllan Pintadi2
Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana Jakarta [email protected] , [email protected]
Abstrak - PT. Plaza Indonesia Realty Tbk merupakan perusahaan real estate di pusat kota Jakarta.
PLN sebagai suplai utama listrik gedung Plaza Indonesia, dengan kontrak daya listrik 13 MVA
tegangan 20kV. Pengaturan load sharing setiap pengoperasian genset gas engine awal start diatur
memikul beban 800-1000 kW setiap genset disesuaikan pada kebutuhan beban kelistrikan gedung.
Pada saat kondisi peak load empat unit genset gas engine diseting memikul beban beban maksimal
1800 kW untuk setiap genset dengan suplai atau impor PLN dibatasi 100 kW. Untuk nilai drop
tegangan pada saluran digunakan batas atas 5 % dan batas bawahnya -5 %, pada saat pengukuran
lapangan berlangsung presentase drop tegangan didapati sebesar 0.001 %.
Hasil analisa total daya yang hilang sebesar 117,8 kW dan 526,8 kVar pada saat peak load
atau WBP pengoperasian genset gas engine sebagai suplai energi listrik. Sedangkan apabila
menggunakan sumber PLN sebagai pasokannya total daya yang hilang sebesar 76,3 kW dan 271,1
kvar. Hal ini dikarenakan kualitas suplai PLN sudah baik sedangkan dari suplai genset gas engine
banyak mengalami drop tegangan pada saat penyaluran energi listrik yang disebabkan oleh
spesifikasi komponen listrik baik penghantar, settingan transformator maupun jenis beban yang
terpasang
Keyword- Gas Engine Generator Set, Load Sharing, beban puncak
Abstract - PT. Abstract - PT. Plaza Indonesia Realty Tbk is a real estate company in downtown
Jakarta. PLN as the main supply of electricity for the Plaza Indonesia building, with a power
contract of 13 MVA with a voltage of 20kV. Load sharing settings for every operation of the initial
engine gas generator set is set to carry a load of 800-1000 kW each generator is adjusted to the
electrical load requirements of the building. When peak load conditions, four gas engine generator
sets are set up to a maximum load of 1800 kW for each generator with PLN supply or import limited
to 100 kW. For the value of the voltage drop in the channel used the upper limit of 5% and the
lower limit of -5%, when the field measurement took place the percentage of voltage drop was
found to be 0.001%.
The results of the analysis of total power loss of 117.8 kW and 526.8 kVar during peak load
or WBP operation of the gas engine generator as an electrical energy supply. Whereas when using
PLN sources as its supply the total lost power is 76.3 kW and 271.1 kvar. This is because the quality
of the PLN supply is good while the supply of gas engine generators experiences a lot of voltage
drop during the distribution of electrical energy caused by electrical component specifications both
conductor, transformer settings and the type of load attached
Keyword- Gas Engine Generator Set, Load Sharing, Peak load
97
Page 42
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gedung perusahaan milik PT. Plaza
Indonesia Realty Tbk telah beroperasi selama
kurun waktu 29 tahun dan sejak tahun 2004
telah mengoperasikan catu daya cadangan
berupa pembangkit mandiri (Ge-nerator Gas),
sehingga suplai energi listrik tidak tergantung
pada sumber PLN. Gedung ini merupakan
pusat perbelanjaan, pusat perkantoran,
apartemen dan hotel yang telah menerapkan
green building. Oleh sebab itu sangat
diperhatikan me-ngenai penyuplaian energi
listrik, agar terjaga dari terjadinya bla-
ckout/padam.
Kebutuhan energi listrik pada gedung
ini sebagai sumber pene-rangan ruangan,
pendinginan ruang-an, serta utilitas lainya
yang berkaitan dengan operasional gedung.
Pem-bangkit listrik Gas Engine tergolong
unit yang masa startnya singkat yaitu sekitar
1-2 menit yang mana umumnya distart tanpa
pasokan daya dari luar karena memiliki
prinisp kerja yang hampir sama dengan mesin
diesel. Gas Engine didesain untuk memikul
beban puncak atau peak load pada rentang
waktu beban pun-cak/WBP antara jam 18:00
sampai dengan 22:00 setiap harinya. Dengan
desain dapat dibebani lebih tinggi 10% dari
ratingnya selama kurang lebih dua jam. Gas
Engine yang digunakan yakni merek
Jenbacher tipe J 620 GS sebanyak 4 unit,
dengan masing-masing berkapasitas 3508.75
kVA yang beroperasi sejak tahun 2004 untuk
menggantikan Genset Diesel kon-vensional.
Gas engine dikopel dengan generator sinkron
bertegangan 11/6,6 kV output daya maksimal
3391.3 kVA, selanjutnya transmisikan me-
lalui trafo step-up 11kV/20kV lalu
dikirimkan ke switchboard 20 kV panel
distribusi Gas Engine. Setelah berada pada
panel distribus Gas Engine akan dikirmkan
lagi ke Panel Switchgear MSA. Dari panel
switchgear MSA akan didistribusikan ke
masing-masing panel MVDP (Medium
Voltage Distribution Panel: MA, MB dan
MC) dan dibagi lagi ke masing-masing LVDP
(Low Voltage Distribution Panel: LV123,
LV4, dan LV Chiller) guna melayani
keperluan operasional gedung digunakan,
trafo step-down dengan daya 1.600 kVA
tegangan kerja 20kV/380V sebanyak 11 unit
terletak pada masing masing panel low
voltage disrtribusi, sebagai trafo pemakian.
Sisi tegangan tinggi trafo pemakaian sendiri
dihubungkan ke switchgear 20 kV melalui
kabel berisolasi. Titik bintang sisi tegangan
rendah dari tiap unit trafo pemakaian sendiri
ditanahkan langsung. Main grid atau power
utama yang di-gunakan pada gedung ini
bersumber dari PLN berkapasitas 13
MVA/20 kV untuk dua buah gardu utama.
1.2 Pembahasan Masalah
Pokok masalah yang akan dikemukakan
adalah :
1. Referensi alternatif dalam mening-katkan
kehandalan sistem kelis-trikan untuk
operasional ge-dung Plaza Indonesia
Shopping Center di PT Plaza Indonesia
Realty Tbk.
2. Mengetahui karakteristik beban yang ada
pada Gedung Plaza Indonesia.
3. Simulasi aliran beban kelistrikan pada saat
operasional gedung Plaza Indonesia
Shopping Center.
4. Memperdalam pengetahuan me-ngenai
operasi pembangkit listrik mode operasi
load sharing pada saat Waktu Beban
Puncak (WBP).
II. TEORI DASAR
2.1 Synchrone Generator
2.1.1 Operasi 2 atau lebih Generator secara
Parallel berspesi-fikasi sama dengan
generator lain-nya
Dua mode pengoperasian Generator set yaitu:
1. Peak Load Lopping, pada saat suplai energi
listrik menggunakan PLN serta Genset
yang bekerja secara paralel maka genset
akan mengambil beban tetap besarnya
sesuai dengan settingan yang diinginkan
sedangkan untuk sisa beban secara
fluktuaktif masih dibebankan kepada
sumber PLN.
2. Peak Load Saving, yakni kondisi dimana
sumber PLN akan mengambil beban yang
tetap besarnya sedangkan suplai genset
akan melayani sisa beban yang ditanggung
secara fluktaktif.
98
Page 43
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
2.1.2 Load Sharing
Load Sharing adalah suatu sistem
operasi pembagian beban secara bersama
oleh beberapa generator, dengan tujuan untuk
menjaga suplai tenaga listrik dan sebagai
proteksi untuk pengamanan dari generator itu
sendiri apabila terjadi penurunan atau
kenaikan beban maupun performanya. Fungsi
dari Load Sharing bertujuan pada saat
generator beroperasi parallel dapat
mensupplai beban dengan seimbang antara
unit generator satu dengan unit generator lain.
Gambar 1. Modul load sharing [4]
Alat pembagi beban (Load Sharing)
merupakan peralatan otomatis yang
menyeragamkan operasi governor dalam
menaikkan atau menurunkan power mesin
atau daya generator pembangkit listrik sesuai
dengan perubahan bebannya. Governor yang
beroperasi pada mesin penggerak sehingga
generator menghasilkan keluaran arus yang
dapat diatur dari 0 persen sampai dengan 100
persen kemampuannya. Jadi masukan ke
mesin penggerak sebanding dengan keluaran
arus generatornya atau dengan kata lain
pengaturan governor 0 persen sampai dengan
100 persen sebanding dengan arus generator
0 persen sampai dengan 100 persen pada
tegangan dan frekuensi yang konstan.
2.2 Pembangkit Listrik Generator Gas Engine
Gedung Plaza Indonesia
Main Power Plant gedung Plaza
Indonesia Shopping Center menggunakan
4unit Gas Engine Jenbacher tipe J 620 GS
yang beroperasi sinkron.
Gambar 2. Generator Gas Engine J 620 GS
MK
Kapasitas power standar ISO 3046 maks.
2807 kW; kVA maks. 3508.75 kVA;
Generator Sinkron 3 fase (U, V, W) Merk
AVK tipe DIG140 l/6
Adapun daya yang tebangkitkan oleh
generator didistribusikan melalui masing-
masing panel MV yang ada di gedung Plaza
Indonesia yakni: MA, MB dan MC dimana
dari tegangan keluaran generator 11/6.6 kV
dinaikan menjadi tegangan 20kV melalui
transformator Step-Up (11kV/20k)
Setelah energi listrik yang dibangkitkan oleh
GE guna melayani kebutuhan sesuai beban
yang ada. Keluaran tegangan generator yang
memiliki nilai sebesar 11/6,6 kV dinaikan
nilai tegangannya dengan transformator step-
up sesuai spesi-fikasi diatas menjasi tegangan
20/11 kV. Dan selanjutnya di salurkan
melalui panel transmisi medium voltage yang
dapat sinkron dengan sumber daya listrik
utama, dengan dibagi sesuai desain
pemebebanan yang ada. Pada panel medium
voltage yang ada pada gedung Plaza Indo-
nesia difungsikan sebagai switchgear atau
pembagi sumber listrik. Untuk
pendistribusian tenaga listrik diguna-kan
transformator penurun tegangan atau step-
down guna melayani beban yang pada
umumnya memiliki tega-ngan kerja 380volt
pada sumber tiga fasa dan 220volt pada
tegangan satu fasanya.
Pada jaringan tegangan listrik rendah
dilengkapi dengan kapasitor bank.
Penggunaan kapasitor bank pada jaringan
listrik difungsikan untuk memperbaiki nilai
faktor daya atau Cos Phi (𝜑) guna
menurunkan nilai daya reaktif (Q /VAr) yang
berasal dari beban-beban kapasitif dan
induktif yang digunakan pada jaringan. Cos
Phi (𝜑) atau faktor daya PLN memiliki
standar minimal yakni 0.85. Adapun
capasitor bank gedung Plaza Indonesia
dioperasikan pada saluran distribusi jaringan
listrik setelah trafo step down dekat panel
main distribusi dengan faktor daya (Cos
Phi/ 𝜑) diatur pada 0.90.
2.3 Operasi Load Sharing Generator Gas
Engine (GE)
99
Page 44
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Pengoperasian Genset gas engine
pada gedung Plaza Indonesia ditujukan untuk
memback-up kebutuhan energi listrik pada
saat terjadi kegagalan/trip suplai sumber
listrik atau main failure dari sumber PLN
dengan mode operasi GE DROOP. Dimana
sistem proteksi jaringan listrik mengambil
alih kerja dengan cara menggantikan suplai
tegangan pada peralatan yang mengalami
gangguan dengan tujuan untuk mengisolasi
system lainnya yang tidak mengalami
gangguan.
Dan juga sebagai operasi normal untuk
memback-up suplai listrik pada waktu beban
puncak (WBP) yakni pada pukul 18:00
hingga 22:00. Hal ini ditujukan untuk
menekan pengeluaran biaya listrik PLN, di-
karenakan tarif listrik pada saat WBP lebih
mahal dibandingkan tarif listrik luar waktu
beban puncak (LWBP) yakni pukul 22:01
sampai dengan 17:59.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Alur Penelitian
Sebagai langkah lanjutan penelitian akan
digambarkan diagram alur penelitian operasi
genset gas engine saat peak load/WBP.
Dengan tahapan sebagai berikut:
IV. ANALISA OPERASI
4.1. Langkah Operasi Gas Engine Secara
manual melalui modul display Diane
Adapun cara pengoperasian secara manual
sebagai berikut:
1. Pastikan semua area genset aman, tidak
kendala ataupun pekerjaan.
2. Perhatikan parameter temperatur atau suhu
genset meliputi kondisi mekanis (radiator,
oli, dan kondisi ruangan) dan elektik
(generator dan transformator).
Untuk memonitor temperature genset
dapat dilihat melalui display kontrol diane
genset.
Gambar 4.Display Diane Genset Gas Engine
[6]
3. Perhatikan selektor switch genset pada
posisi Manual (Service selection pada
posisi Manual; Demand pada posisi ON
dan switch syncron pada posisi 0)
Gambar 5. Selektor switch operasi gas engine
pada kondisi standby [6]
4. Tekan tombol Start pada display Diane
kontrol hingga muncul perintah Push
Button – Start. Tekan dan tahan hingga
muncul indikator putaran Genset
mencapai 350 rpm dan lepas tombol push
button start.
100
Page 45
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Gambar 6. Start manual melalui display diane
dan indicator putaran mesin [6]
5. Saat Genset telah menyala pastikan ulang
semua parameter yang ditampilkan pada
display diane Genset sesuaikan dengan
data parameter standar. Patrikan tidak ada
parameter yang abnormal maupun trouble.
6. Setelah genset running selanjutnya
dilakukan langkah penyinkronan dengan
memindahkan selektor switch sinkron
pada posisi auto. Genset akan memikul
beban secara otomatis pada titik beban
yang telah ditentukan melalui modul
synchronizer yang terpasang. Pada Master
kontrol modul synchro-nizer terhubung
dengan scada sehingga dapat diatur
pembagian beban masing-masing
generator secara otomatis dan dapat di-
monitor secara sentral pada ruang kontrol.
7. Saat Genset beroperasi memikul beban
dilakukan pengambilan data operasi
sebagai report atau la-poran.
8. Pengaturan batas operasi genset akan
diturukan atau dinaikkan mengikuti besar
kecilnya ke-butuhan beban setiap jamnya
pada rentang waktu peak load. rentang
maksimal pembebanan masing-masing
genset adalah 2000 kW. Untuk kondisi
normal diatur pada 1800 kW untuk
masing-masing genset.
9. Setelah beban yang dilayani semakin kecil
maka akan di-lakukan pengurangan unit
Genset Gas Engine mengikuti kebutuhan
beban. Operator scada akan ber-koordinasi
dengan operator genset gas engine untuk
mengurangi gen-set.
4.1.2 Langkah Operasi Gas Engine secara
otomatis dengan perintah scada.
Untuk pengoperasian genset gas
engine secara otomatis yakni:
1. Pastikan semua area pengoperasi-an
genset sudah aman.
2. Perhatikan parameter temperatur atau suhu
genset meliputi kondisi mekanis (radiator,
oli, dan kondisi ruangan) dan elektik
(generator dan transformator). Untuk me-
monitor temperature genset dapat dilihat
melalui display kontrol diane genset.
3. Perhatikan selektor switch genset pada
posisi Auto (Service selection pada posisi
Auto; Demand pada posisi ON dan switch
syncron pada posisi 0)
4. Setelah genset running periksa parameter
pada display diane Genset, bila sudah
aman lakukan langkah penyinkronan
generator dengan memindahkan selektor
sinkron pada posisi Auto hingga mencapai
titik beban standar operasi genset gas
engine.
5. Monitoring operasi genset dapat dilakukan
melalui display diane genset dan operator
scada akan diberikan informasi mengenai
ope-rasi genset guna melakukan
perubahan batas pembebanan genset.
6. Langkah selanjutnya sama dengan langkah
operasi pada saat manual.
4.2 Data Beban kelistrikan Gedung Plaza
Indonesia
4.2.1 Data beban listrik operasional peak load
gedung Plaza Indonesia
Berikut adalah beban kelistrikan pada
gedung Plaza Indonesia
Tabel 1. Report beban listrik gedung Plaza
Indonesia peak load per-jam
sumber: Report Sheet Operational Engineering Plaza
Indonesia Per Bulan April-Juni 2019
4.2.2 Data Operasional Gaenset Gas Engine
Dibawah ini adalah data rata-rata
operasi genset gas engine untuk memback-up
ACB - 24 865,5 569,6 512,7 248,3
Priority 2-24 233,6 153,7 138,3 67,0
ACB - 25 216,5 142,5 128,2 62,1
Priority 2-25 513,4 337,9 304,1 147,3
ACB - 26 530,8 349,3 314,4 152,3
Priority 2-26 578,4 380,7 342,6 165,9
ACB - 51 808,9 532,4 479,2 232,1
Priority 2-51 544,6 358,4 322,6 156,2
ACB - 21 571,0 375,8 338,2 163,8
Priority 2-21 328,2 216,0 194,4 94,1
ACB - 103 942 619,7 557,7 270,1
Priority 2-103 411 270,2 243,2 117,8
ACB - MSB-5 (from TX-6) 215,2 141,6 127,5 61,7
Chiller 5 36,7 24,2 21,8 10,5
ACB - MSB-4 (from TX-7) 368,6 242,6 218,3 105,7
Chiller 4 660,7 434,9 391,4 189,6
ACB - MSB-3 (from TX-8) 621,9 409,3 368,4 178,4
Chiller 3 792,5 521,6 469,4 227,4
ACB - MSB-2 (from TX-9) 380,1 250,2 225,1 109,0
Chiller 2 782,8 515,2 463,7 224,6
ACB - MSB-1 (from TX-10) 411,9 271,1 244,0 118,2
Chiller 1 736,1 484,5 436,0 211,2
Beban Daya Aktif : S (kVA) Daya Nyata : P (kW) Daya Reaktif (kVAR) I (kA)
101
Page 46
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
rentang waktu beban puncak dalam satu hari.
Adapun sumber data didapatkan dari report
operasional Power Plant.
Tabel 2. Data Operasional Genset Gas Engine
Waktu Beban Puncak atau peak load
Dari data tersebut dapat digambarkan grafik
pengoperasian generator selama
pengoperasian WBP atau peak load setiap
harinya.
4.3 Load Flow atau Aliran Beban Listrik pada
operasi Genset Gas Engine
menggunakan pro-gram ETAP 12.6
Berikut single line diagram ke-listrikan Plaza
Indonesia dengan sekema pasokan listrik
bersumber dari genset Gas Engine sinkron
dengan sumbe PLN.
Gambar 7. Single Line Diagram Ke-listrikan
Plaza Indonesia.
4.3.1 Hasil analisa menggunakan program
ETAP
Setelah dilakukan pengamatan pada
pengoperasian gas engine dan dilakukan
pengambilan data dan parameter yang
dibutuhkan sebagai input atau masukan
program ETAP maka didapatkan hasil single
line diagram aliran daya pada saat genset gas
engine sabagai suplai utama kelistikan
gedung Plaza Indonesia.
Gambar. 8. Single Line Diagram Aliran Daya
Operasional Genset Gas Engine
Hasil simulasi gas engine menopang
beban 1728.5 kW untuk setiap unitnya. Daya
yang dibangkitkan oleh gas engine akan
transmisikan melalui transformator step-up
11/20 kV untuk dikirimkan ke beban melalui
panel distribusi tegangan menengah dan
tegangan suplai akan diturunkan nilainya
menjadi 380/220 V. Dimana untuk panel
distribusi tegangan menengah mendapatkan
pasokan daya listrik sebeasr: MA = 2981 kW;
MB = 2146 kW; dan MC = 1748 kW, sesuai
dengan kebutuhan beban yang ada. Berikut
ini adalah ringkasan hasil analisanya. Adapun
beban yang ada terkelompokan menjadi
beban static dan beban motor. Beban listrik
Plaza Indonesia merupakan perusahaan real
estate yang banyak menggunakan jenis beban
static sebagai kebutuhan operasional Hotel
dan Pusat Perbelanjaan dengan nilai total
5081 kW. Sedangkan beban motor yang
digunkan yakni sebagai suplai operasional
utilitas/equipment gedung dengan nilai
sebesar 1759 kW.
Tabel 3 Ringkasan hasil analisa ETAP
operasi gas engine
Jam
Genset GE
1 GE 1 1798 1985 1942 1700 1240 1733,0
2 GE 2 1799 1986 1941 1702 1237 1733,0
3 GE 3 1800 1987 1940 1700 1238 1733,0
4 GE 4 1778 1972 1928 1684 1213 1715,0
IMPORT PLN 53,68 6,83 2,92 2,1 1,76 13,5
TOTAL /CUSTOMER 1847,43 1989,33 1940,67 1698,6 1233,76 1728,5
No 18:00
Rata-Rata
Produksi
(kW)
22:0021:0020:0019:00
102
Page 47
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Saat suplai energi listrik
menggunakan sumber PLN di-simulasikan
melalui program ETAP, dengan single line
diagram aliran dayanya sebagai berikut:
Gambar 9. Sigle Line Diagram Aliran Daya
suplai PLN [7]
Hasil simulasi gas engine menopang
beban 1728.5 kW untuk setiap unitnya. Daya
yang di-bangkitkan oleh gas engine akan
transmisikan melalui transformator step-up
11/20 kV untuk dikirimkan ke beban melalui
panel distribusi tegangan menengah dan
tegangan suplai akan diturunkan nilainya
menjadi 380/220 V. Dimana untuk panel
distribusi tegangan menengah mendapatkan
pasokan daya listrik sebeasr: MA = 2981 kW;
MB = 2146 kW; dan MC = 1748 kW, sesuai
dengan kebutuhan beban yang ada. Berikut
ini adalah ringkasan hasil analisanya. Adapun
beban yang ada terkelompokan menjadi
beban static dan beban motor. Beban listrik
Plaza Indonesia merupakan perusahaan real
estate yang banyak menggunakan jenis beban
static sebagai kebutuhan operasional Hotel
dan Pusat Perbelanjaan dengan nilai total
5081 kW. Sedangkan beban motor yang
digunkan yakni sebagai suplai operasional
utilitas/equipment ge-dung dengan nilai
sebesar 1759 kW.
Pada saat beban dilayani oleh suplai
genset total energi yang harus dipenuhi yakni
6958 MW dengan beban reaktif 3.214 Mvar
power faktornya 90,79%. Sedang dari suplai
PLN total energi yang harus dipenuhi yakni
6854 MW dengan beban reaktif 2.935 Mvar
dan power faktornya 91.93 %. Pada saat
pengoperasian suplai beban dengan genset
memiliki selisih pasokan sebesar 104 MW
dikarenakan karakteristik beban pada Plaza
Indonesia memiliki dominasi beban statik
yang cukup besar. Sehingga pada operasi
suplai beban melalui genset memiliki kecen-
derungan untuk lebih tinggi dari pada
menggunakan suplai PLN dikarena-kan
karakteristik pelayanan operasi beban genset.
Pada pengoperasian genset Plaza Indonesia
sebagai pemenuh kebutuhan listrik saat
WBP/peak load memiliki keunggulan lebih
murah dibandingkan PLN dikarenakan
regulasi tarif PLN pada konsumen golongan
B3-TM di-bedakan menjadi 2 operasi yakni
Luar Waktu Beban Puncak/LWBP dan
Waktu Beban Puncak. Terlebih apabila
penggunaan daya reaktif pada sisi konsumen
tidak memenuhi standar PLN akan dikenakan
tarif lebih diluar tarif LWBP dan WBP yang
harus dibayarkan konsumen tersebut.
Sementara untuk biaya penggunaan Gas tidak
memiliki ketentuan lain, hanya kewajiban
untuk membayarkan penggunaan Gas sesuai
kuota yag telah disepakati oleh perusahaan
dan PGN.
4.3.2 Load Flow Report Operasi Gas
Engine dan PLN saat WBP
Setelah parameter input dan output
kelistrikan gedung Plaza Indonesia
dimasukan pada single line diagram program
ETAP 12.6. Didapatkan hasil aliran beban
atau Load Flow Report pada setiap busbar
yang terpasang pada saluran distribusi listrik
tersebut. Dengan esimpulan semen-tara untuk
suplai operasional listrik gedung Plaza
Indonesia pada jam operasi WBP/peak load
masih bekerja dengan baik sesuai dengan
laporan hasil analisa menggunakan software
ETAP 12.6. Dari hasil analisa didapatkan
juga nilai beban pada setiap titik busbar pada
saat gas engine beroperasi memasok listrik
pada waktu peak load.
Data analisa perhitugan program
ETAP dijabarkan pada tabel adalah rating
103
Page 48
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
tegangan maupun arus busbar, pembacaan
beban listrik sesuai tipenya yang bekeja pada
busbar, serta total beban busbar yang meliputi
daya dalam MVA, power faktor %PF, arus
listrik dalam Ampere dan persentase beban.
4.3.3 Drop Voltage pada analisa operasi
genset gas engine saat WBP
Pada rangkaian distribusi tenaga listrik
berkaitan erat dengan pengaruh tegangan
jatuh pada ujung saluran. Tegangan jatuh ini
merupakan penurunan nilai tegangan pada
saluran tenaga listrik. Sesuai standar PLN
drop voltage atau tegangan jatuh yang
disarankan pada saluran distribusi tenaga
listrik memiliki toleransi +5% dan -10% dari
tegangan yang dikirimkan oleh sumber listrik
baik PLN maupun pembangkit genset.
Tegangan jatuh ini disebabkan oleh beberapa
faktor rugi tegangan akibat hambatan listrik
(R) dan reaktansi (X), faktor tersebut terkait
dengan panjang maupun ukuran penghantar
pada saluran distribusi tenaga listrik baik dan
jenis beban yang terpasang. Tegangan jatuh
disimbolkan dengan Vd=I×Z. Berikut ini
adalah hasil analisa drop voltage yang ada
pada saluran distribusi tenaga listrik Plaza
Indonesia.
Hasil analisa total daya yang hilang
sebesar 117,8 kW dan 526,8 kvar pada saat
peak load atau WBP pengoperasian genset
gas engine sebagai suplai energi listrik.
Sedangkan apabila menggunakan sumber
PLN sebagai pasokannya total daya yang
hilang sebesar 76,3 kW dan 271,1 kvar. Hal
ini dikarenakan kualitas suplai PLN sudah
baik sedangkan dari suplai genset gas engine
banyak mengalami drop tegangan pada saat
penyaluran energi listrik yang disebabkan
oleh spesifikasi komponen listrik baik
penghantar, settingan transformator maupun
jenis beban yang terpasang.
4.4 Alarm critical pada sistem ke-listrikan
Plaza Indonesia saat analisa menggunkan
ETAP
Pada saat analisa aliran daya
menggunakan suplai genset gas engine
maupun sumber PLN didapatkan peringatan
atau masalah mengenai penggunaan
penghantar pada beban chiller. sebagai solusi
mengenai peringatan tersebut dapat
dilakukan dengan mengganti ukuran
penghantar semakin besar atau dengan
menambahkan jumlah peng-hantar dengan
ukuran yang sama. Hal ini dapat dilakukan
untuk mem-perbaiki kualitas penyaluran
tanaga listrik bersumber dari PLN maupun
genset gas engine untuk sisi beban chiller.
Kedua langkah perbaikan ini dapat dipilih
sesuai dengan kebijakan manajemen
perusahaan.
4.4.1 Analisa Setelah perbaikan alarm
critical pada diagram distribusi listrik Plaza
Indonesia
Tabel 4. Critical Report Operasi Gas Engine
saat WBP
Dan berikut tabel data kabel setelah
dilakukan penambahan jumlah penghantar
Tabel 5. Report beban setelah perbaikan
rangkaian
Dari hasil analisa diatas menyatakan
bahwa penggunaan kabel penghantar harus
disesuaikan dengan spesifikasi kuat hantar
arus dari penghantar tersebut. Agar tidak ter-
jadi rugi beban pembangkitan energi listrik
yang berakibat pada penurunan
tegangan/drop voltage pada sisi beban
dengan imbasnya terjadi losses daya. Adapun
perbaikan ini meng-hasilkan penurunan
kehilangan daya sebesar 1,6 kW dan 3,3 kvar.
104
Page 49
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
4.4.2 Perbandingan biaya peng-gunaan
pasokan listrik mengguna-kan PLN dengan
Genset Gas Engine pada saat peak load.
Pengoperasian genset dituju-kan
untuk penghematan pada biaya operasional
gedung. Gedung Plaza Indonesia
menjalankan bisnisnya pada sektor Real
Estate dengan Pusat perbelanjaan atau Mall
dan Hotel beropersai di sini. Sehingga
pasokan listrik yang harus disediakan cukup
besar, apabila hanya mengandalkan suplai
listrik hanya dari PLN maka biaya
operasional setiap bulan yang harus
dibayarkan sangat besar nilainnya. Maka dari
itu kebijakan manajeman Plaza Indonesia
untuk mengoperasikan pembangkit mandiri
berupa genset gas engine menjadi pilihan
tepat untuk menekan biaya operasional yang
harus dikeluarkan setiap bulannya.
a. Biaya listrik menggunkan PLN
Tarif daya aktif setiap bulan
= (K × Rp. 1.035,78 /kWh) × Total Daya
listrik per-bulan
= (1.6 × Rp. 1.035,78 /kWh) × 1026167,6
kWh/bulan
= Rp. 1.700.614.143,55 /bulan
b. Biaya operasional genset gas engine
perbulan
Biaya penggunaan gas Plaza Indonesia adalah
Total Pemakaian Gas Per-Bulan × Tarif gas
PGN gol. PK-2
= 446014,35 mbtu/bulan × Rp. 3.010,00
/mbtu
= Rp. 1.342.503.194,00
c. Selisih Biaya yang harus dikeluarkan
operasional WBP/peak load pada Plaza
Indonesia saat menggunakan sumber PLN
dengan sumber Genset
Biaya WBP dengan sumber PLN - Biaya
WBP dengan Genset Gas Engine
= Rp. 1.700.614.143,55 - Rp.
1.342.503.194,00
= Rp. 358.110.949,6
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa operasi genset gas
engine mode load sharing saat melayani
kebutuhan operasional WBP (waktu beban
puncak) atau peak load pada gedung Plaza
Indonesia. Dengan menggunkan program
ETAP 12.6 didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Beban operasional gedung Plaza Indonesia
pada waktu jam operasi WBP yakni sebesar
6841,1 kW sesuai dengan report atau laporan
operasional engineering maupun operasional
genset gas engine.
2. Pengaturan load sharing setiap
pengoperasian genset gas engine awal start
diatur memikul beban 800-1000 kW setiap
genset disesuaikan pada kebutuhan beban
kelistrikan gedung. Pada saat kondisi peak
load empat unit genset gas engine diseting
memikul beban beban maksimal 1800 kW
untuk setiap genset dengan suplai atau impor
PLN dibatasi 100 kW. Untuk nilai drop
tegangan pada saluran digunakan batas atas 5
% dan batas bawahnya -5 %, pada saat
pengukuran lapangan berlangsung presentase
drop tegangan didapati sebesar 0.001 %.
3. Pada ada saat analisa menggunakan ETAP
masing-masing genset gas engine menyuplai
daya sebesar 1728.5 kW atau 1920.56 kVA,
dengan total daya yang terbangkitkan genset
sebesar 6914 kW untuk drop tegangannya
sebesar 0,005 % dari suplai power.
5.2 Saran
Pada saat dilakukan pengujian
didapatkan juga alarm cirical pada progam
ETAP mengenai overload kabel penghantar
beban chiller dengan ukuran awal 300 mm
memiliki rating limit 469,74 ampere akan
tetapi pada saat beban 4unit chiller beroperasi
memiliki arus rata-rata 730,83 Ampere.
Sehingga me-merlukan tindakan perbaikan
dengan melakukan penggantian ukuran kabel
penghantar atau dengan menambah-kan kabel
penghantar setiap phase. Pada pengujian
selanjutnya dilakukan penambahan jumlah
penghantar men-jadi 2 buah setiap phase nya
sehingga menjadi 2×300 mm, dengan rating
limit 939,48 Ampere.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Setiadi, Ardi. (2015). Peranca-ngan
Modifikasi Mode Operasi Load Sharing
Pada Pembangkit Gas Engine Di PT.
Plaza Indonesia Realty. Tbk. Skripsi
105
Page 50
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Universitas Mercu Buana Teknik
Elektro. Jakarta
[2] Chapman, Stephen J. 2012. Electric
Machinary Fundamen-tals Fifth Edition.
Australia
[3] Supari Muslim, dkk. 2008. Teknik
Pembangkit Tenaga Listrik. Jakarta:
DIrektorat Pendidikan SMK;
Departemen Pendidikan Nasional
[4] Allan Pintadi, Bagriatna (2019)
Pemeliharaan Pane Distribusi jaringan
Tegangan Menengah Gedung Plaza
Indonesia Shoppig Center. Laporan
Kerja Praktek Universitas
Krisnadwipayana Teknik Elektro.
Jakarta
[5] PT. Plaza Indonesia Realty. Tbk. (2019)
Electrical Report Operasional dan Report
Power Plant Gas Engine Divisi
Engineering. 2019. Jakarta
[6] PT. Trafoindo (2016) Catalogue of
Transformer. Jakarta.
[7] Multa, Lesnanto P dan Aridani, Restu
Prima. (2013). Modul Pelatihan ETAP
12.6. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada
[8] PT. PLN (Persero). 2005. Penetapan
Tarif Dasar Listrik Januari s.d Maret
Tahun 2019 [di akses pada: 23:34, 24
Juni 2019]
[9] Muhammad Ikhsan, Nurhabibah Naibaho
2016‘ Aplikasi Program ETAP Untuk
Perbandingan Perhitungan Kapasitas
Generator Diesel Darurat (EDG)’,
Elektrokrisna Vol. 5 No. 1 Juni, ISSN :
2302-4712,
https://jurnal.teknikunkris.ac.id/index.ph
p/elektro/article/view/453/465
[10] Abdul Kodir Al Bahar, 2017 ‘Analisa
Pengaruh Kapasitor Bank Terhadap
Faktor Daya Gedung TI BRI Ragunan’,
Elektrokrisna, Vol. 6 No. 1 Oktober,
ISSN : 2302-4712,
https://jurnal.teknikunkris.ac.id/index.ph
p/elektro/article/view/206/214
[11] Abdul Kodir Al Bahar, Gusti
Febriyanto, 2019‘Analisis Aliran Daya
Pada Gedung Bertingkat Dengan Sumber
Tegangan 20 KV Menggunakan Etap
12.6, Elektrokrisna, Vol. 7 No. 2
Februari, ISSN : 2302-4712,
https://jurnal.teknikunkris.ac.id/index.ph
p/elektro/article/view/238/249
[12] Ujang Wiharja, Doddi Supri Hartono,
2020, ‘Analisis Koordinasi Sistem
Proteksi Trafo Distribusi Penyulang 20
KV Di GI Pulogadung’, Elektrokrisna,
Vol. 8 No. 2 Februari, ISSN : 2302-4712,
https://jurnal.teknikunkris.ac.id/index.ph
p/elektro/article/view/431/432
106
Page 51
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
PERANCANGAN INSTALASI PADA SISTEM AUTOMATIC PHOTOTHERAPY
BERBASIS ARDUINO
Triongko Priyono1, Novrian Idris2
Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana [email protected] , [email protected]
Abstrak - Perkembangan ilmu pengetahuan dibidang teknologi elektro pada saat ini begitu pesat
yang berdampak terhadap peralatan kesehatan. Pergantian dari sistem analog ke digital dan dari
digital ke system mikrokontroller ataupun sistem komputerisasi telah terciptanya peralatan-
peralatan kesehatan yang jauh lebih efektif, efisien, dan akurat dalam membantu tenaga medis
melakukan pekerjaannya, sehingga mutu pelayanan kesehatan dapat meningkat. Phototherapy
merupakan salah satu peralatan kesehatan yang digunakan sebagai alat terapi. Pesawat
phototherapy diperuntukan bagi Bayi Baru Lahir (BBL) atau Neonatus, yang mengalami
hiperbillirubinemia dan terapi tersebut menggunakan lampu blue light yang merupakan salah satu
cara untuk menetralisir penyakit kuning tersebut menjadi normal.
Adapun tahap pertama yaitu perencanaan sistem automatic pada alat ini dirancang dengan
menggunakan motor stepper yang telah mengatur jarak penyinaran phototherapy berdasarkan
tingkat kadar billurubin pada bayi. Lalu tahap kedua adalah melakukan pengujian kelistirkan
pada power supply unit telah didapati nilai drop tegangannya 0,32 Vdc, kelistrikan pada motor
memiliki pesentase kesalahan 0,14% dan sensor sensitivitas jarak ketinggian serta lama waktu
penyinaran alat phototherapy ini memiliki nilai kesalahan 0,13%. Dengan demikian alat yang
dibuat berjalan dengan baik.
Kata Kunci : Phototherapy, bayi kuning, billirubin, mikrokontroler, motor stepper, power
supply.
Abstract - The development of science in the field of electrical technology is currently increasing
which has an impact on health equipment. Substitution from analog to digital systems and from
digital to microcontroller systems or computerized systems has created health equipment that is
far more effective, efficient, and accurate in helping medical personnel do their work, thereby
increasing health services that can be improved. Phototherapy is one of the health equipment
used as a therapeutic tool. The phototherapy plane is accelerated for newborns (neonates) or
neonates, which restore hyperbillirubinemia and the therapy uses a blue light which is one way
to neutralize jaundice that becomes normal.
So, first, the automatic system planning for this tool is designed using a stepper motor
that has been equipped with phototherapy irradiation distances based on the level of billurubin
levels in infants. Then click the second to test the electricity on the power supply unit which has
found a voltage drop value of 0.32 Vdc, the electricity on the motor has a percentage error of
0.14% and the distance sensitivity sensor and the exposure time of this phototherapy device have
an error value of 0.13%. Thus the tools made go well.
Keywords: Phototherapy, yellow baby, billirubin, microcontroller, stepper motor, power supply.
107
Page 52
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat tidak terlepas dari keberadaan
peralatan kesehatan.Perkembangan ilmu
pengetahuan pada saat sekarang ini sangat cepat
sekali terutama dibidang teknologi elektro yang
berdampak juga terhadap perkembangan
peralatan kesehatan. Pergantian dari sistem
analog ke digital dan dari digital ke system
mikrokontroller ataupun sistem komputerisasi
telah memungkinkan terciptanya peralatan-
peralatan kesehatan yang jauh lebih efektif,
efisien, cepat dan akurat dalam membantu tenaga
medis melakukan pekerjaannya, sehingga mutu
pelayanan kesehatan dapat meningkat. pelayanan
kesehatan yang dilakukan secara tepat dan cepat,
pada akhirnya dapat menyembuhkan dan bahkan
menyelamatkan jiwa pasien.Phototherapy
merupakan salah satu peralatan kesehatan yang
digunakan sebagai alat terapi.
Pesawat phototherapy diperuntukan bagi
Bayi Baru Lahir (BBL) atau Neonatus, yang
mengalamihiperbillirubinemia.Hiperbillirubinem
ia atau disebut juga dengan ikterus dapat
ditemukan pada minggu pertama kelahiran
neonatus, Billirubin merupakan produk yang
bersifat toksin (racun) yang harus dikeluarkan
oleh tubuh. Kelebihan kadar billirubin dalam
tubuh dapat menimbulkan gangguan menetap
bahkan dapat megakibatkan kematian.
Untuk pengembangan dan peningkatan
fungsi alat phototherapy di dunia medis penulis
merancang tentang penempatan lampu peralatan
phototherapy pada titik jarak yang sesuai dari
bayi neonates dan menerapkan prototype
newborn yang bisa mengontrol paparan suhu dan
mengontrol penempatan lampu pada bayi secara
otomatis.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Kuning
(Hiperbillirubinemia)
Kuning merupakan suatu keadaan
yang sering terjadi pada neonatus.Salah satu
penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah
ensefalopati bilirubin yang merupakan
komplikasi ikterus neonatorum yang paling
berat.Ikterus merupakan gambaran klinis berupa
pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena
unconjugated bilirubin yang tinggi.
Tata laksana hiperbilirubinemia
bertujuan untuk mencegah agar kadar bilirubin
indirek dalam darah tidak mencapai kadar yang
neurotoksik. Tata laksana terkini, meliputi
dengan salah satu cara yaitu,
fototerapi.Penggunaan fototerapi sebagai salah
satu terapi hiperbilirubinemia telah dimulai sejak
tahun 1950 dan efektif dalam menurunkan
insiden kerusakan otak (kern ikterus) akibat
hiperbilirubinemia.Fototerapi mengurangi
hiperbilirubinemia melalui proses
fotoisomerisasi dan isomerisasi
structural.Efektivitas fototerapi tergantung pada
kualitas cahaya yang dipancarkan lampu
(panjang gelombang), intensitas cahaya
(iradiasi), luas permukaan tubuh, jarak lampu
fototerapi.
Gambar 1. Bayi dengan Hiperbilirubinemia
2.2 Phototherapy
Fototerapi merupakan terapi sinar untuk
menurunkan kadar bilirubin darah dengan cara
memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi
sehingga mudah dipecah dan larut dalam air.
Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin total >
13 mg/dl dalam 24 jam kelahiran. Lama
fototerapi ditentukan berdasarkan kadar bilirubin
neonatus dan periode waktu fototerapi dilakukan
selama 24 jam terhadap perubahan kadar
bilirubin dan dilakukan berulang hingga kadar
bilirubin kembali normal.
Gambar 2. Phototherapy
108
Page 53
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
2.3 Arduino Mega 2560
Arduino Mega 2560 adalah tipe jenis
Arduino yang cukup popular digunakan. Selain
memiliki pin masukan dan keluaran yang
banyak, Arduino jenis ini memiliki kapasitas
memori yang lebih besar dibandingkan dengan
beberapa jenis Arduino lainnya. Untuk ukuran
dimensi perangkatnya Arduino Mega 2560
termasuk jenis Arduino dengan ukuran board
yang besar.gambar 2.3 menunjukan bentuk fisik
Arduino Mega 2560.
2.3 Motor Stepper
Motor stepper dapat berputar atau
berotasi dengan sudut step yang bisa bervariasi
tergantung motor yang digunakan. Ukuran step
(step size) dapat berada pada range 0,90 sampai
900. Misalnya sudut step 7,50; 150; 300 dan
seterusnya tergantung aplikasi atau kebutuhan
yang diinginkan.Posisi putarannya pun relatif
eksak dan stabil. Dengan adanya variasi sudut
step tersebut akan lebih memudahkan untuk
melakukan pengontrolan serta pengontrolannya
dapat langsung menggunakan sinyal digital tanpa
perlu menggunakan rangkaian closed-loop
feedback untuk memonitor posisinya. Dengan
alasan inilah maka motor stepper banyak
digunakan sebagai actuator yang menerapkan
rangkaian digital sebagai pengontrol/driver,
ataupun untuk interfacing ke piranti yang
berbasis mikroprosesor/mikrokontroler.
Gambar 3. Motor Stepper
III. PERANCANGAN SISTEM
3.1 Gambaran Umum Sistem
Intensitas Blue Light Dan Kadar
Hipperbillirubinemia Pada Rancang Bangun
Alat Automatic Phototherapy Bayi yang
menggunakan arduino adalah perangkat alat
kesehatan masyarakat sebagai alat terapi pada
Bayi Baru Lahir (BBL) atau Neonatus yang
menderita hiperbillirubinemia dan alat ini
berfungsi untuk membantu tim medis mengatasi
hal tersebut. Perangkat ini akan memaparkan
cahaya biru terhadap bayi pada titik dan jarak
yang sesuai dengan analisa dokter, berdasar hasil
konsultasi.
Perangkat ini terdiri dari 2 bagian
yaitu perangkat utama (Main Device) dan
perangkat monitoring (Monitoring
Device).Perangkat utama adalah perangkat
yang terdiri dari : Mikrokontroller, Tampilan
LCD 20 x 4, keypad, buzzer, Motor
Stepper+Driver, Mekanik, dan lampu Blue
Light. Adapun perangkat monitor berfungsi
untuk memantau dan memonitor kondisi
aktual sistem yang terjadi secara realtime.
Perangkat utama dan perangkat monitoring
bisa terhubung secara wireless ataupun
menggunakan kabel tergantung kondisi dan
keinginan perancangan, tetapi pada
perancangan sistem ini akan digunakan
komunikasi menggunakan wireless.
Perangkat ini dirancang untuk memiliki
kemampuan sebagai berikut :
A. Perangkat Utama (Main Device) :
1. Memiliki sensor intensitas
cahaya yang mengukur intensitas
cahaya dan sensor suhu yang
mengukur temperatur suhu bayi.
2. Menampilkan intensitas cahaya,
suhu udara, dan waktu aktual
pada LCD 20x4.
3. Mengatur ketinggian sumber
cahaya (posisi Z) yang akan
mempengaruhi intensitas cahaya
blue light yang mengenai objek
bayi.
4. Mengirimkan data-data terukur
ke komputer secara wireless
(tanpa kabel).
B. Perangkat Monitor (Monitoring
device) :
1. Memiliki perangkat penerima
data wireless dari perangkat
utama.
109
Page 54
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Software pada komputer yang menampilkan
kondisi dan data-data tertentu dari perangkat
utama (Main Device.
3.2 Blok Diagram Sistem Keseluruhan
Sistem automatic phototherapy pada
bayi berbasis mikrokontroller, ditinjau dari
perangkat keras (hardware) terdiri dari :
1. Perangkat Utama (Main Device) :
Power Supply, Mikrokontroller
ATmega2560, Display LCD 20 x 4, keypad
matrix 4x4, Sensor cahaya photodiode, sensor
suhu DS18B20, IC RTC DS3231, modul wireless
Transmitter, Buzzer, Motor Stepper, Driver
motor stepper, dan part mekanik.
2. Perangkat Monitor (Monitoring Device) :
Modul Wireless Reciever dan Software
Komputer.
Secara umum perancangan perangkat keras
dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar 4. Blok diagram perancangan Perangkat
utama
Tiap-tiap bagian dari diagram blok sistem di atas
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Perangkat Utama / Main Device
1. Main Device berada dalam kotak hitam
yang terdiri dari mikrokontroller
ATmega2560,display LCD 20x4,
Keypad Matrix 4x4, Buzzer, Modul
Wireless, Sensor cahaya, sensor suhu,
Driver motor stepper, dan motor
stepper.
2. Mikrokontroller ATmega2560
berfungsi sebagai kontroller utama
pada sistem yang membaca sensor,
input-output, mengatur sistem, dan
mengirim data.
3. Display LCD karakter 20x4 berfungsi
untuk menampilkan informasi-
informasi tertentu, nilai intensitas
cahaya, waktu, sensor suhu, dan
informasi lainnya.
4. Keypad sebagai input untuk fungsi,
konfigurasi, dan pengaturan lain oleh
user atau operator pengguna perangkat.
5. Buzzer sebagai indikator bunyi dan
informasi ke user.
6. Sensor BH1750 untuk mengukur
intensitas cahaya yang mencapai objek
bayi.
7. Sensor suhu DS18B20 untuk mengukur
suhu tubuh bayi.
8. Modul RTC DS3231 sebagai sumber
informasi kalender dan waktu.
9. Motor Stepper dan Driver Stepper
sebagai penggerak mekanikal sumber
cahaya.
10. Wireless transmitter berfungsi untuk
mengirimkan data ke Monitoring
Device.
Perangkat Monitor / Monitoring Device
1. Wireless Reciever berfungsi untuk
menerima data yang dikirimkan oleh
wireless transmitter dari Main Device.
2. Aplikasi pada monitoring device di
rancang untuk menampilkan data
secara real time sesuai keperluan
sistem ini.
3. Komputer dan monitor adalah
perangkat tambahan untuk
memfasilitasi tampilan software
komputer.
3.3 Perancangan Perangkat Keras
(Hardware)
Perancangan perangkat keras
menggunakan beberapa modul yang telah
tersedia dan dapat diimplementasikan dengan
mudah. Beberapa perangkat tersebut antara lain :
Board Mikrokontroller ATmega2560, LCD 20 x
4, Keypad Matriks 4x4, Modul RTC DS3231,
Driver Motor Stepper, Board Wireless CH 11,
dan Board USB Wireless.
Gambar perancangan Main Device dan
Monitoring Device terlihat seperti gambar 3.3.
110
Page 55
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Gambar 5. Rancangan hardware
Gambar 6. Perangkat yang digunakan pada
Monitoring Device
3.4 Sensor Intensitas Cahaya BH1750
Gambar 7. Rangkaian skematik sensor intensitas
cahaya BH1750
Untuk mengukur intensitas cahaya,
sensor yang digunakan adalah sensor
BH1750.Sensor ini digunakan karena memiliki
sensitifitas yang cukup baik dan cocok
diimplementasikan pada sistem ini.Output dari
sensor BH1750 merupakan data digital yang
dapat langsung di konversi menjadi data Lux
cahaya sehingga sangat mudah dalam
menentukan intensitas cahaya. Range data digital
dari sensor ini mencapai 0 ~ 655.535 Lux data
dapat diambil dan langsung di tampilkan pada
display LCD.
IV. PENGUJIAN DAN ANALISIS
4.1 Analisa Data Phototherapy Aktual
Sejauh ini alat phototherapy yang
ditemukan di lapangan, penggunaannya masih
manual.Tidak adanya systemπ monitoring pada
suhu, tanggal, waktu dan untuk penentuan jarak
penyinaran ke objek (bayi) masih manual.
Melakukan phototherapy kepada bayi perlu
ditentukan jarak penyinarannya dikarekanan
kadarbillurubin pada bayi variatif. Semakin
tinggi kadarbillurubin pada bayi maka, jarak
penyinarannya lebih dekat, begitupun
sebaliknya.
4.2 Analisa Hasil Pengujian
Pengujian dimaksudkan untuk
mengetahui hasil perancangan yang telah dibuat,
sedangkan analisis dimaksudkan untuk menguji
kelayakan sistem yang dibuat dengan teori yang
ada. Pengujian pertama yang dilakukan meliputi
pengujian terhadap perangkat keras yang
digunakan, meliputi pengujian terhadapPower
Supply Unit, driver motor stepper, dan
sensitivitas jarak ketinggian serta lamanya waktu
penyinaran.
4.2.1 Persiapan Alat dan Bahan Pengujian dilakukan dengan kepada
perangkat, komponen, maupun board yang
digunakan pada sistem yang dirancang. Oleh
sebab itu dilakukan persiapan alat dan bahan
yang akan di uji untuk mengetahui karakteristik
komponen tersebut. Alat dan bahan yang
digunakan pada pengujian seperti terlampir pada
tabel berikut :
Tabel 1. Daftar komponen dan board
pada sistem
4.2.2 Pengujian Power Supply
111
Page 56
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Pengujian power supply dilakukan
dengan cara mengukur tegangan output
powersupply PSU Switching yang mengkonversi
tegangan 220 VAC menjadi tegangan 12 Vdc
dan mengukur output tegangan hasil converter
dari board DC to DC Converter Step Down
LM2596 yang mengubah tegangan Input 12 Vdc
menjadi output 5 Vdc. Hasil pengukuran
menggunakan voltmeter digital seperti
ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Hasil pengujian PSU Switching
Hasil pada tabel pengujian yaitu terdapat
selisih tegangan saat power supply terpasang
beban dengan tanpa beban dimana saat ada
beban maka akan terjadi penurunan tegangan
dari seharusnya. Sehingga apabila ingin
mendapatkan power supply yang tepat saat
power supply terbebani maka tegangan saat
tanpa beban harus lebih besar sedikit dari nilai
tegangan yang diinginkan.Besarnya nilai
tegangan yang ditambahkan berdasarkan nilai
Drop Teganganyang didapatkan dari tabel.
Tabel 3. Hasil pengujian DC to DC Converter
Untuk hasil pengukuran tegangan diatas,
jarak antara tegangan tanpa beban sebanyak 3
kali pengukuran, rata-rata drop tegangan nya
yaitu 0,266 Vdc.
4.2.3 Pengujian Sistem Penggerak
Sistem penggerak terdiri dari 2 bagian
yaitu motor Stepper+Driver dan sensor Limit
Switch (Top dan Bottom).Pengujian pertama
dilakukan dengan cara memprogram
mikrokontroller untuk menggerakkan motor
stepper ke atas hingga menyentuh sensor Limit
Switch atas kemudian menggerakkan motor
stepper ke bawah hingga menyentuh Sensor
Limit Switch bawah dan mengukur nilai
tegangan dan arus listriknya.
Table 4. pengukuran kelistrikan pada motor
Dari table 4. diatas, arus dan tegangan
memiliki nilai relative presisi dari spefikasi
motor tersebut yaitu nilai rata-rata arusnya 2,74
A dan nilai rata-rata tegangannya 1,55 Vdc
dengan persentase kesalahan 0,14%. Tipe motor
yang digunakan yaitu motor stepper nema 17
yang memiliki arus 2,8 A dan tegangan 1,68
Vdc.
Pengujian kedua yaitu melakukan
pengujian sensitivitas sensor ketinggian dari
masing-masing titik ketinggian yang telah
ditentukan dan menghitung waktu lamanya
penyinaran.
Tabel 5. Pengujian sensitivitas sensor ketinggian
(mm) motor
Dari table diatas, pengujian sensitivitas
sensor ketinggian diatas, persentase
kesalahannya 0,33% pada titik pengukuran 500,
475, 450, 425, 400, 375 dan 350mm.
Tabel 6. Pengujian Waktu (d)
112
Page 57
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Tabel pengujian timer (waktu) diatas,
didapatkan persentase kesalahannya 0,33% pada
titik pengukuran 60, 120, 180, 240, 300, 360,
420, 480, 540, dan 600 detik. Data juga disajikan
dalam bentuk grafik 4.3 timer.
4.3 Perbandingan Phototheraphy dengan
Aktual.
Dari hasil pengujian sistem baik
perbagian maupun secara keseluruhan maka
dapat dibandingkan antara sistem phototherapy
yang dirancang automatic dengan phototherapy
aktual yang sedang diaplikasikan dirumah
sakit.Sebagai pembanding digunakan
phototherapy standar yang biasa digunakan
dirumah sakit.
Kelebihan dan fitur-fitur pada
proses phototherapy automaticantara lain :
1. System pengoperasian menggunakan
mikrokontroller.
2. Menggunakan motor stepper untuk
mengatur jarak sumber cahaya blue light
terhadap bayi dengan lebih baik dan sesuai
standar.
3. Proses berjalan secara otomatis setelah
mendapatkan parameter input dari dokter
ataupun perawat yang bertugas.
4. Pada alat ini juga terdapat sensor untuk
mendeteksi lampu blue light, jika lifetime
lampu sudah tercapai, maka buzzer akan
berbunyi dan lampu akan mati dengan
sendirinya.
Fitur – fitur phototherapy standar
dirumah sakit :
1. Proses pengaturan jarak lampu dengan bayi
masih manual.
2. Hours meter belum ada indikator buzzer.
3. Menggunakan lampu TL.
4. Life time pada blue light tidak terindikasi
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dengan adanya alat ini, kita memberikan
solusi pada dunia medis untuk
mempermudah dokter dan suster mengatur
jarak penyinaranphototherapy ke objek
yang akan disinari (bayi) dengan waktu
yang diatur sesuai kondisi bayi.
2. Hasil pengujian kelistrikan pada Power
Supply Unitmenghasilkan nilai drop
tegangan rata-rata sebesar 0,32Vdc dan
kelistrikan pada motor memiliki persentase
kesalahan 0,14%.
3. Sensitivitas sensor ketinggian dan timer
(pewaktu) memiliki persentase nilai
kesalahan 0,33%.
5.2 Saran
Sebagai pertimbangan guna
pengembangan lebih lanjut dari skripsi ini, maka
penulis memberikan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Alat ini bisa dikembangkan dengan
menggunakan sensor yang bisa langsung
membaca kadar bilirubin pada bayi tanpa
harus mengambil darah lagi untuk diuji
dilaboratorium untuk mengetahui kadar
bilirubin pada bayi, dan bisa di monitoring
secara realtime melalui HP android.
2. Sistemautomaticphototherapy alat tersebut
kedepannya dapat terus dikembangkan lagi
melalui rancanganan robotic.
DAFTAR PUSTAKA
[1[ Dewi,Ayu Ketut Surya et. all. 2016
“Efektivitas Fototerapi Terhadap
Penurunan Kadar Bilirubin Total pada
Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUP
Sanglah” dalam Sari Pediatri. Vol. 18. No. 2.
(hlm 81-86)
[2] Widya Wikanthiningtyas, Nur. dan Sri
Mulyanti. 2016. “Pengaruh Alih Baring
Selama FOTOTERAPI Terhadap Perubahan
Kadar Bilirubin pada IKTERUS
NEONATORUM di Ruang HCU
NEONATUS RSUD Dr. MOEWARDI”
dalam Jurnal Keperawatan Global. Volume 1.
No1. (hlm 01-54)
113
Page 58
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
[3] Ayu Sri Santiari, Dewa. dan Putu Agus
Mahadi Putra. 2018. “Kajian Area
Penyinaran Dan Nilai Intensitas Pada
Peralatan Blue Light Therapy.” dalam
Majalah Ilmiah Teknologi Elektro,
ISSN:1693 – 2951 Vol. 17, No. 2.(hlm
279-286
[4] Pamungkas, Muhamad et. all. 2015.
“Perancangan dan Realisasi Alat
Pengukur Intensitas Cahaya”, dalam
ELKOMIKA Itenas. ISSN: 2338-8323. Vol.
3, No.2 (hlm 120-132)
[5] Arifin, Jauhari et. all. 2016. “Perancangan
Murottal Otomatis Menggunakan
MIKROKONTROLLER ARDUINO MEGA
2560”, dalam Media Infotama. ISSN: 1858 –
2680. Vol. 12 No. 1, (hlm 89-98)
[6] Khaira Perdana, Amanda et. all. 2017.
“Analisis Kalibrasi Sensor BH1750 Untuk
Mengukur Radiasi Matahari di
PEKANBARU”, dalam Seminar Nasional
Aplikasi Sains dan Teknologi.
[7] Ewaldus Wara. 2017. “Pemodelan alat
blue light therapy berbasis mikrokontroler.”
Jakarta : Poltekes Kemenkes Jakarta II
[8] Ayu Sri Santiari, Dewa dan Putu Agus
Mahadi Putra. 2018. “ Kajian area penyinaran
dan nilai intensitas pada peralatan blue light
therapy.” dalam Majalah Ilmiah Teknologi
Elektro. ISSN : 2503-2372. Vol.17, No.2,
(hlm 279-286)
[9] American Academy of Pediatrics (AAP),
Subcommitte on Hyperbilirubinemia.
2004. “Management of Hyperbilirubinemia in
the Newborn Infant 35 or More Weeks of
Gestation.” Pediatrics. 114 : 297- 316.
[10] Maisels, M.J., Donagh, F.A. 2008.
Phototherapy for Neonatal Jaundice. N
Engl J M. 358:920-8.
[11] Kepmenkes RI, 2014. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
118/ Menkes/ SK/ IV/ 2014 Tentang
Kompendium Alat Kesehatan. Menteri
Kesehatan RI. Jakarta.
[12] Ujang Wiharja, Ganes Herlambang, 2019,
‘Sistem Pengendali Kecepatan Putar Motor
Dc Dengan Arduino Berbasis Labview’,
Elektrokrisna, Vol. 7 No. 3 Juni, ISSN :
2302-4712,
https://jurnal.teknikunkris.ac.id/index.php/ele
ktro/article/view/222/232
114
Page 59
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA (PV)
TERHADAP KELUARAN DAYA
Abdul Kodir Albahar1, Muhammad Faizal Haqi2
Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana Jakarta [email protected] , [email protected]
ABSTRAK- Sumber energi terbarukan mempunyai sifat terbarukan serta berkesinambungan dan
pemanfaatan sumber energi terbarukan merupakan alternatif yang perlu terus dikembangkan.
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menggunakan energi matahari sebagai sumber terbarukan
dan mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik. Untuk memaksimalkan intensitas
matahari yang diterima oleh panel surya maka pada perancangan sistem dibutuhkan sudut
kemiringan panel surya yang paling tepat untuk menerima radiasi matahari yang paling tinggi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan arus keluaran terhadap perubahan sudut
kemiringan pada photovoltaic, hasil yang diperoleh pengukuran sudut kemiringan PV yang
optimum peletakan panel surya dalam menerima paparan radiasi sinar matahari pada sudut 150,
dengan tegangan sebesar 18 Volt, nilai arus keluaran sebesar 6,8 Ampere sehingga menghasilkan
daya sebesar 122,4 Watt. Panel surya yang digunakan adalah sebesar 100 WP sebanyak 4 modul
dipasang dengan diparallel dilengkapi sistem penyimpanan Baterai berkapasitas 12 V, 100 AH
sebanyak 1 buah. Kapasitas Solar Charge Control sebesar 30 Ampere.
Kata Kunci – PLTS, Panel Surya, Wp, Batterai, Solar Charge Control
ABSTRACT- Sources energy renewable have the properties of renewable and sustainable and
use of renewable energy sources is an alternative that need to be developed. Solar power plant
(PLTS) using solar energy as a renewable source and convert the solar energy into electrical
energy. To maximize the intensity of the sunlight received by the solar panel then on system
design required a slope angle of solar panel is most appropriate to receive the radiation of the
sun most high. This study was conducted to determine the increase in output current to change
the slope angle on the photovoltaic, the results obtained by the measurement of the tilt angle of
the PV is optimum laying the solar panel receiving radiation exposure to sunlight at an angle of
150, with a voltage of 18 Volts, the value of the output current of 6.8 Amperes so as to produce a
power of 122,4 Watts. The solar Panel used is of 100 WP as much as 4 modules installed with
diparallel equipped storage system Battery capacity 12 V, 100 AH as much as 1 fruit. The
capacity of the Solar Charge Control by 30 Ampere.
Keywords – SOLAR power, Solar Panels, Wp, Battery, Solar Charge Control
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan energi matahari sebagai
sumber daya bebas polusi dan berlimpah,
terbarukan,yang dapat digunakan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Energi
matahari dapat digunakan sebagai pemanas
langsung, memanaskan air dan udara dengan
solar kolektor serta penyediaan listrik
dengan sel fotovoltaik. Beberapa kelebihan
energi terbarukan antara lain: sumbernya
relatif mudah didapat, dapat diperoleh
dengan gratis, minim limbah, tidak
mempengaruhi suhu bumi secara global, dan
tidak dipengaruhi oleh kenaikan bahan
bakar. [1]
115
Page 60
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Prinsip kerja sel surya (fotovoltaik)
Pengkonversian sinar matahari
menjadi listrik dengan panel photovoltaik,
kebanyakan menggunakan Poly Cristallyne
Sillicon sebagai material semikonduktor
photocell mereka. Prinsipnya sama dengan
prinsip diode p-n Gambar dibawah ini
mengilustrasikan prinsip kerja photovoltaik
panel.
Gambar 1. prinsip kerja sel surya fotovoltaik
Secara sederhana, proses pembentukan gaya
gerak listrik pada sebuah sel surya adalah
sebagai berikut:
1. Cahaya matahari menumbuk panel surya
kemudian diserap oleh material
semikonduktor seperti silikon.
2. Elektron (muatan negatif) terlempar
keluar dari atomya, sehingga mengalir
melalui material semikonduktor untuk
menghasilkan listrik. Mengalir dengan
arah yang berlawanan dengan elektron
pada panel surya silikon.
3. Gabungan / susunan beberapa panel
surya mengubah energi surya menjadi
sumber daya listrik dc, yang nantinya
akan disimpan dalam suatu wadah yang
dinamakan baterai.
Daya listrik dc tidak dapat langsung
digunakan pada rangkaian listrik rumah atau
bangunan sehingga harus mengubah daya
listriknya menjadi daya listrik ac. Dengan
menggunakan konverter maka daya listrik dc
dapat berubah menjadi daya listrik ac
sehingga dapat digunakan.
2.2 Radiasi Matahari
Radiasi matahari adalah sinar yang
dipancarkan dari matahari kepermukaan
bumi, yang disebabkan oleh adanya emisi
bumi dan gas pijar panas matahari. Radiasi
dan sinar matahari dipengaruhi oleh berbagai
hal sehingga pancarannya yang sampai
dipermukaan bumi sangat bervariasi. Radiasi
matahari yang sampai di bumi lebih kecil
daripada luar angkasa atau atmosfer bumi.
Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa
faktor yang dapat mengurangi radiasi
matahari antara lain ada beberapa energi
yang dipantulkan kembali ke luar angkasa
oleh atmosfer terluar bumi. Banyak cahaya
matahari yang dipantulkan kembali akibat
penggunaan kaca pada perumahan. Sebagian
cahaya ada yang dipantulkan oleh awan dan
sebanyak 30% radiasi yang sampai ke
permukaan bumi dipantulkan dengan
berbagai cara.
2.2.1 Geometri Radiasi Matahari
Untuk mengetahui energi radiasi
yang jatuh pada permukaan bumi dibutuhkan
beberapa parameter letak kedudukan dan
posisi matahari, hal ini perlu untuk
mengkonversikan harga fluks berkas yang
diterima dari arah matahari menjadi
hubungan harga ekivalen ke arah normal
permukaan. Berikut ini adalah beberapa
definisi yang digunakan, antara lain :
1. Sudut datang θ
2. Sudut latitude ɸ
3. Sudut Zenit θZ
4. Sudut Azimuth δZ
5. Sudut latitude α
6. Sudut kemiringan (slope) β
2.2.2 Efek Kemiringan Permukaan
Dalam melakukan desain sistem
PLTS, faktor kemiringan permukaan atau
kemiringan modul sangat berpengaruh
terhadap energi listrik yang dihasilkan.
Desain yang dilakukan sebisa mungkin
selalu tegak lurus dengan arah datangnya
matahari. Sehingga perlu dilakukan
perhitungan sudut kemiringan yang efektif
116
Page 61
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
dalam melakukan desain sistem PLTS.
Usaha yang selama ini dilakukan adalah
mengupayakan modul PV agar selalu
mengikuti cahaya matahari yang datang, hal
ini biasa disebut dengan tracking. Tracking
dapat dilakukan namun dalam prakteknya
tidak memungkinkan digunakan pada sistem
skala besar. [3]
Gambar 2. Efek kemiringan modul
Karena alasan inilah, upaya yang bisa
dilakukan untuk memaksimalkan cahaya
matahari yang diterima adalah dengan
mengatur sudut penerimaan modul terhadap
matahari berdasarkan data intensitas radiasi
matahari setiap bulan. Untuk bulan Oktober
hingga Maret, sudut datang matahari
bervariasi antara 5o hingga 23o dibawah garis
putus-putus pada sudut tegak lurus terhadap
lokasi lintang. Untuk memaksimalkan
selama musim panas kemiringan sudut
modul PV diatur lebih besar 15o. [3]
Gambar 3. Variasi Sudut Datang Radiasi dan
Kemiringan Modul PV
2.3 Komponen
Pada sistem pembangkit listrik
tenaga surya ini memerlukan beberapa
komponen yang berfungsi untuk mengubah
cahaya matahari menjadi energi listrik,
disimpan dan dihubungkan pada beban,
Berikut adalah komponen yang digunakan
sampai ke beban :
2.3.1 Panel Surya (solar cell)
Pembangkit listrik Tenaga Surya
merupakan sebuah alternatif yang murah dan
hemat karena menggunakan sumber energi
gratis dan tak terbatas dari alam yaitu energi
matahari. Panel Surya dengan lifetime
hingga 25 tahun yang berfungsi menerima
cahaya matahari yang kemudian diubah
menjadi listrik melalui proses photovoltaic.
Tahan lama
a) Hemat energi
b) Ramah lingkungan dan Bebas polusi
c) Cepat dan mudah dalam pemasangan
d) Hemat biaya perawatan
e) Life time yang lama (solar panel hingga
25 tahun)
f) Cocok dipasang di segala lokasi
Untuk menentukan PV yang dibutuhkan,
maka rumusannya adalah sebagai berikut:
Wp=total daya x efisiensi charge PV
PGF (2.1)
Keterangan :
Wp = satuan besaran PV (Watt Peak).
Efisiensi charge PV = 1,3
PGF = untuk menentukan rating total watt
peak dari PV yang dibutuhkan. Untuk daerah
Asean estimasi PGF = 3,43
Tabel 1. Spesifikasi Panel Surya
117
Page 62
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
2.4.2 SCC (Solar Charge Control)
Solar Charge Controller adalah
peralatan elektronik yang digunakan untuk
mengatur arus searah yang diisi ke baterai
dan diambil dari baterai ke beban. SCC
mengatur overcharging (kelebihan pengisian
- karena baterai sudah 'penuh') dan kelebihan
tegangan dari panel surya (solar cell). SCC
menerapkan teknologi Pulse width
modulation (PWM) untuk mengatur fungsi
pengisian baterai dan pembebasan arus dari
baterai ke beban. Panel surya / solar cell 12
Volt umumnya memiliki tegangan keluaran
16 - 21 Volt. Jadi tanpa solar charge
controller, baterai akan rusak oleh over-
charging dan ketidakstabilan tegangan.
Baterai umumnya di-charge pada tegangan
14 - 14.7 Volt.
Beberapa fungsi dari solar charge controller
adalah sebagai berikut:
a) Mengatur arus untuk pengisian
ke baterai, menghindari
overcharging, dan overvoltage.
b) Mengatur arus yang dibebaskan/
diambil dari baterai agar baterai tidak
full discharge dan overloading.
c) Monitoring temperatur baterai
Untuk membeli solar charge controller yang
harus diperhatikan adalah:
a) Voltage 12 Volt DC / 24 Volt DC
b) Kemampuan (dalam arus searah) dari
controller. Misalnya 5 Ampere, 10
Ampere, dsb.
Untuk menentukan keperluan rating SCC,
maka digunakan rumus sebagai berikut:
(jumlah PV x Imp dari PV) x efisiensi
charge PV................................................2.2
2.4.3 Baterai
Baterai merupakan alat menyimpan
energi listrik melalui proses elektrokimia.
Proses elektrokimia adalah di dalam baterai
terjadi perubahan kimia menjadi listrik
(proses pengosongan) dan listrik menjadi
kimia dengan cara regenerasi dari elektroda-
elektroda pada baterai yaitu dengan
melewatkan arus listrik dalam arah polaritas
yang berlawanan pada sel. Pada penelitian
kali ini baterai yang digunakan adalah
baterai sotho VRLA 12 V 100 Ah.
Dalam menentukan besaran kapasitas
penyimpanan baterai, selain total beban yang
harus diketahui. Faktor efisiensi kapasitas
(DoD), Faktor Efisiensi konversi (DC ke
AC) dan sistem tegangan baterai juga harus
diperhatikan.
Depth of Discharge (DoD) adalah
suatu definisi yang menentukan batas
kedalaman pengeluaran daya (discharge)
yang terdapat pada baterai tersebut. Pabrik
baterai selalu memberi rating DoD baterai
80%, yang berarti bahwa hanya 80% dari
energi yang tersedia yang terkeluarkan dan
20% tetap di cadangan. Baterai yang tidak
dikuras habis-habisan sampai 100% kosong
akan mencegah pengerusakan dan
memperpanjang usia baterai. Dalam
penelitian ini tidak memakai inverter sebagai
pengubah tegangan DC ke AC. Jadi untuk
faktor efisiensi konversinya tidak perlu
dimasukan kedalam perhitungan.
Pada penelitian ini sistem yang digunakan
adalah 12 v, maka rumus perhitungannya
sebagai berikut:
AH = total beban
sistem tegangan baterai x efisiensi kapasitas (DoD)(2.3)
Untuk menghitung berapa lama panel surya
dapat mengisi baterai, maka digunakan
rumus berikut:
T1= C
I(1+20%)
(2.4)
Keterangan:
T1 = Waktu lama pengecasan baterai (Hours)
C = Kapasitas baterai (Ampere Hours)
I = Arus pengisian (Ampere)
20% = % De-efesiensi
III. METODE PENELITIAN
Perancangan alat ini mengacu pada
sistem yang sudah ada kemudian ditujukan
untuk memanfaatkan energi alam yang tidak
ada habisnya secara maksimal. Yaitu
118
Page 63
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
perancangan panel surya sebagai sumber
energinya.
3.1 Langkah-langkah penelitian
Sebelum melakukan penelitian ini harus
memperhatikan langkah – langkahnya agar
bisa mendapatkan hasil yang optimal.
Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
3.2 Pengujian
Penelitian ini dilakukan pada siang hari
dengan kondisi cahaya matahari cerah dan
pada kondisi cuaca berawan (mendung)
menggunakan SCC sebagai alat ukur.
Pengujian ini dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran kinerja output PV
dalam matahari cerah dan berawan berkisar
pukul 10.00 siang sampai pukul 15.00 sore.
Hasil keluaran PV dengan posisi 0°, 15o dan
30° akan di catat pada tabel.
IV. PENGUJIAN DAN ANALISA
4.1 Pengujian efisiensi modul sel surya
Incident radiation flux adalah jumlah
sinar matahari yang diterima permukaan
bumi dengan satuan W/m2. Sedangkan STC
adalah kondisi pengujian kinerja panel surya
utama yang digunakan oleh kebanyakan
produsen dan badan pengujian, STC
merupakan standar industri untuk
menunjukkan kinerja panel surya dengan
ketentuan suhu sel 250 – 350 C dan radiasi
1000 W/m2.
Setelah mengetahui incident
radiation flux sebesar 1000 W/m2, maka
masukkan semua komponen perhitungan
kedalam rumus :
Ƞ max = Maximum efficiency
P max = Maximum power output
E (sw.sy) = Incident radiation flux
Ac = Area of collector
Ƞmax=𝑃𝑚𝑎𝑥
𝐸 (𝑠𝑤.𝑠𝑦)𝑥 𝐴𝑐𝑥 100%
(4.1)
Ƞmax =100
1𝑜𝑜𝑜𝑊
𝑚2𝑥 732
𝑥 100%
= 0,1366 x 100% = 13,66 %
Maka diperoleh nilai efisiensi modul
sel surya berukuran 100 WP yang digunakan
adalah 13,66%.
4.2 Pengujian keluaran PV
Pengujian ini dilakukan di lab
rooftop gedung fakultas teknik kampus
Universitas Krisnadwipayana pada mulai
tanggal 10 Desember 2019 pada pukul
10.00 pagi sampai pukul 15.00 sore.
Pengujian ini di maksudkan untuk
mengetahui keluaran panel surya yang
optimal. Pengujian di lakukan pada kondisi
cuaca yang cerah dan berawan. Selain itu
juga dilakukan percobaan kemiringan panel
surya pada posisi 0°, 15o dan 30° menghadap
ke utara untuk mengetahui keluaran
maksimal dari panel surya.
119
Page 64
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
4.2.1 Pengujian PV 0°
Tabel 2. Output keluaran PV sudut 0° tanpa
beban (10 Desember 2019)
Tabel 3. Sudut 0° dengan beban lampu LED
DC 72 watt (14 Desember 2019)
Tabel 4. Output PV sudut 0° tanpa beban
(Berawan) (21 Desember 2019)
Tabel 5. Sudut 0° dengan beban lampu LED
DC 72 watt (Berawan) (24 Desember 2019)
4.2.2 Pengujian kemiringan PV 15°
Tabel 6. Output PV sudut 15° tanpa beban
(28 Desember 2019)
Tabel 7. Sudut 15° dengan beban lampu
LED DC 72 watt (Minggu 29 Desember
2019)
120
Page 65
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Tabel 8. Output PV Sudut 15° tanpa beban
(Berawan) (Sabtu 04 Januari 2020)
Tabel 9. Sudut 15° dengan beban lampu
LED DC 72 watt (Berawan) (Sabtu 11
Januari 2019)
4.3.3 Pengujian kemiringan PV 30°
Tabel 9. output PV sudut 30° tanpa beban
(Minggu 12 Januari 2020)
Tabel 10. Sudut 30° beban lampu LED DC
72 watt (Sabtu 18 Januari 2020)
Tabel 11. output PV sudut 30° tanpa beban
(Berawan) (Sabtu 25 Januari 2020)
Tabel 12. Sudut 30° beban lampu LED DC
72 watt (Berawan) (Minggu 26 Januari
2020)
121
Page 66
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa didapatkan dari
hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengaturan sudut kemiringan pv
dapat mempengaruhi maksimum
intensitas cahaya yang diserap
oleh sel surya.
2. Untuk menentukan arah, karena
posisi pemasangan panel surya
berada dipulau jawa dan dibawah
garis khatulistiwa maka arah
yang tepat dilakukan pada
penelitian ini adalah menghadap
ke utara.
3. Sudut kemiringan panel surya
yang menghasilkan tegangan dan
arus lebih besar adalah pada
sudut 150. Pada sudut kemiringan
tersebut menghasilkan daya yang
paling maksimal sehingga pada
sudut tersebut panel surya dapat
bekerja optimal, pukul 12.00
mempunyai daya terbesar yaitu
122,4 watt.
5.2 Saran
Beberapa hal yang belum dilakukan
dalam penelitian ini yang kemudian
direkomendasikan untuk penelitian
selanjutnya antara lain :
1. Kemiringan sel fotovoltaik diatur
secara otomatis mengikuti arah
datang sinar matahari
2. Melakukan pengambilan data di
beberapa lokasi/tempat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasbi, A, S. (2017). Pengaruh Sudut
Kemiringan Terhadap Efisiensi Sel
Fotovoltaik, Vol. 10, No. 2, Oktober
2017, Polteknik KotaBaru.
2. Sugiman Rizal. (2017). Rancang
bangun pemanfaatan solar cell pada
sistem otomatisasi lampu penerangan
taman berbasis arduino uno. Thesis.
Politeknik Negeri Sriwijaya.
3. Eko Rosadi. (2019). Pembuatan modul
elektro pembangkit listrik tenaga surya.
Skripsi. Universitas Krisnadwipayana
4. Tamimi, S. Indrasari, W. Iswanto, B, H.
(2016). Optimasi Sudut Kemiringan
Panel Surya Pada Prototipe Sistem
Penjejak Matahari Aktif, Vol. 5,
Oktober 2016,Universitas Negeri
Jakarta.
5. Hendry, S, T. Abdul, A. Muhammad, R,
I. (2018). Pengaruh sudut surya terhadap
daya keluaran sel surya 10 WP tipe
polycrystalline, Vol. 7, No. 2, Juni 2018.
6. Abdul Kodir Al Bahar, Lobes Syam
Paiso, 2020, ‘Analisa Perubahan Cuaca
Terhadap Tegangan Input Panel Surya
100 Wp’, Elektrokrisna, Vol. 8 No. 2
Februari, ISSN : 2302-4712,
https://jurnal.teknikunkris.ac.id/index.ph
p/elektro/article/view/435/436
7. Ayub Haryanto, Achmad Dahlan, 2015,
‘Pemanfaatan Inverter Sistem Off Grid
Pada Pembangkit Listrik Tenaga
Matahari’, Elektrokrisna, Vol. 4 No. 1
Oktober, ISSN : 2302-4712,
https://jurnal.teknikunkris.ac.id/index.ph
p/elektro/article/view/436/437
122
Page 67
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP YAGI SEBAGAI PENERIMA TV
DIGITAL VIDEO BROADCASTING TERESTERIAL SECOND GENERATION
Slamet Purwo Santosa1, Dinda Yandita2
Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana Jakarta [email protected] , [email protected]
Abstrak- Antena mikrostrip untuk antena penerima TV masih jarang dilakukan karena sifatnya
yang mempunyai bandwith sempit dan gain yang rendah. Dengan gain yang rendah pada antena
mikrostrip diharapkan dapat berfungsi sebagai antena penerima siaran televisi. Maka dari itu,
dirancang antena Mikrostrip Yagi yang bertujuan untuk menerima siaran televisi DVB-T2. Range
frekuensi yang digunakan adalah dari 478 MHz sampai dengan 806 MHz, dan frekuensi tengahnya
adalah 642 MHz. Frekuensi kerja pada antena Mikrostrip Yagi menggunakan frekuensi tengah
UHF yaitu 642 Mhz perancangan antena menggunakan simulasi CST Studio Suite 2018. Hasil
simulasi diperoleh nilai return loss sebesar -28,33 dB, VSWR sebesar 1,079 dan gain sebesar
0,7788 dB. Dalam realisasi pembuatan antena menggunakan PCB dengan jenis FR4 epoxy double
layer dengan ketebalan 1,6 mm dan nilai konstanta dielektrika sebesar 4,4. Hasil pengukuran
realisasi antena ini memiliki nilai return loss sebesar -32,176 dB, VSWR sebesar 1,058 dan gain
antena sebesar 4,76 dB. Dan diperoleh pola radiasinya adalah unidirectional, dan bandwidth
sebesar 25 MHz. Antena Mikrostrip Yagi yang difungsikan untuk menerima siaran televisi digital
diperoleh sebanyak 27 Channel dengan kualitas audio dan video yang sangat baik dengan ditandai
tanpa flickr dan freeze pada tampilan siaran televisi digital dan bisa digunakan dalam
pengaplikasian sehari-hari.
Kata Kunci – Mikrostrip Yagi, return loss, VSWR, gain, siaran televisi digital.
Abstract - Microstrip antenna for TV receiver antennas is still rarely done because of its nature
which has a narrow bandwidth and low gain. With a low gain on the microstrip antenna it is
expected to function as a television broadcast receiver antenna. Therefore, a Yagi Mikrostrip
antenna is designed which aims to receive DVB-T2 television broadcasts. The frequency range
used is from 478 MHz to 806 MHz, and the middle frequency is 642 MHz. The working frequency
of the Yagi Microstrip antenna uses a UHF center frequency of 642 Mhz antenna design using the
2018 CST Studio Suite simulation. The simulation results obtained a return loss value of -28.33
dB, VSWR of 1.079 and a gain of 0.7788 dB. In the realization of making antennas using PCB with
FR4 type epoxy double layer with a thickness of 1.6 mm and a dielectric constant value of 4.4. The
measurement results of this antenna realization have a return loss value of -32,176 dB, VSWR of
1,058 and antenna gain of 4.76 dB. And the radiation pattern is unidirectional, and the bandwidth
is 25 MHz. Yagi Microstrip Antennas that are used to receive digital television broadcasts are
obtained by 27 channels with excellent audio and video quality, marked without flickr and freeze
on digital television broadcast displays and can be used in everyday applications.
Keywords - Yagi microstrip, return loss, VSWR, gain, digital television broadcasts
123
Page 68
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
I. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini teknologi dan
informasi berkembang secara pesat. Sarana
penyampaian informasi kepada masyarakat
semakin canggih. Televisi merupakan salah
satu media massa yang sangat efektif dan
dapat dinikmati secara luas oleh seluruh
lapisan masyarakat. Semakin hari televisi
berkembang dari segi teknologi maupun
bisnis. Seiring berkembangnya zaman,
berkembang pula teknologi televisi. Pada
beberapa tahun kebelakang televisi akan
berganti dari televisi analog menjadi televisi
digital. Dalam rangka digitalisasi televisi di
Indonesia, pemerintah mencangkan untuk
mematikan siaran televisi analog atau Analog
Switch Off (ASO) pada 2018. Dikarenakan
keputusan ini menuai banyak protes,
pemerintah memutuskan untuk mematikan
siaran analog secara beratahap (switch off by
natural). Proses perpindahan ini terjadi karena
teknologi analog dianggap boros frekuensi.
Sejak tahun 2012, infrastruktur pendukung
siaran televisi digital sudah mulai dibangun.
Proses pembangunan itu dimulai dari pulau
Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Saat ini
proses pembangunan masih terus dilakukan
hingga menjangkau ke 11 provinsi di
Indonesia guna mendapatkan siaran televisi
digital yang merata.
Siaran televisi sudah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia. Televisi
terdapat siaran untuk hiburan (entertainment)
ataupun liputan berita penting yang harus
disiarkan secara langsung agar dapat
dinikmati dan diketahui dengan cepat oleh
para pemirsa. Oleh karena itu, skripsi ini
bertujuan untuk merancang antena mikrostrip
yagi dengan implementasi infrastuktur dan
teknologi DVB-T2 pada pemancar digital
maupun pemancar analog. Pada saat ini telah
diciptakan antena mikrostrip dengan bentuk
yang seperti lempengan sehingga antena
menjadi lebih praktis dan ekonomis. Salah
satu jenis antena mikrostrip adalah antena
mikrostrip yagi. Antena yagi yang bersifat
unidirectional sangat cocok digunakan
sebagai antena penerima televisi. Dari alasan
itu maka dibuatlah Mikrostrip Yagi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DVB-T2
Pemancar Televisi Siaran Digital
Terestrial Standar Digital Video
Broadcasting Terrestrial–Second Generation
(DVB-T2) adalah alat dan perangkat
pemancar televisi siaran secara terestrial yang
menggunakan modulasi digital untuk
memancarkan sinyal video, audio dan data
digital dengan menggunakan standar DVB-
T2. Sebelum adanya DVB-T2 standar yang
digunakan adalah Digital Video Broadcasting
– Terrestrial (DVB-T) yang digunakan oleh
pemancar analog, jika pemancar tv analog,
satu kanal frekuensi hanya bisa dipakai untuk
siaran satu pemancar TV, sedangkan jika
memakai teknologi pemancar digital DVB-
T2, maka satu kanal frekuensi yang tadinya
hanya bisa dipakai oleh satu TV, maka
dengan DVB-T2 akan bisa dipakai satu atau
lebih TV siaran bersama. Ini mencakup
banyak teknik baru tidak seperti sebelumnya
yang digunakan dalam standar DVB. Alasan
utama menggunakan DVB-T2 dibandingkan
DVB-T adalah kapasitas transmisi nya yang
lebih tinggi dan juga memungkinkan untuk
membangun jaringan frekuensi tunggal yang
sangat besar (Single Frequency Network)
karena Guard interval (GI) nya lebih panjang
di bandingkan DVB-T [7]. Pada dasarnya
teknologi DVB-T2 dapat memberikan 12
channel dalam satu slot frekuensi UHF.
2.2 Konsep Dasar Antena
Antena adalah perangkat yang
berfungsi untuk memindahkan energi
gelombang elektromagnetik dari kabel ke
udara atau sebaliknya. Antena merupakan
suatu komponen yang sangat fundamental
dalam sistem komunikasi. Antena pengirim
berfungsi sebagai pengubah energi radio
frequency (RF) yang diproduksi pemancar
radio menjadi medan elektromagnetik yang
kemudian dipancarkan ke udara.
124
Page 69
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
2.3 Antena Mikrostrip Yagi
Antena yagi merupakan sebuah array
parasitic linear dari antena dipole paralel
digunakan untuk menghasilkan formasi garis
pancar beam. Prinsip kerja dari mikrostrip
yagi adalah dengan menggabungkan bagian
tengah permukaan gelombang di antara
elemen driven dan elemen parasitic.
Gambar 1 Antena Mikrostrip Original Yagi
Array (Gerald R. DeJean,dkk. Student Member, IEEE)
2.4 Desain Patch Antena Mikrostrip Yagi
Dalam menentukan analisa terhadap
saluran transmisi mikrostrip, sering kali
digunakan besaran permitivitas relatif efektif
εreff. Besaran permitivitas relatif efektif
digunakan untuk menggantikan ruang yang
tersusun dari kombinasi udara dan dielektrika
dengan nilai εr [4].
𝜀𝑒𝑓 =𝜀𝑟 + 1
2+
𝜀𝑟 − 1
2(1 + 12 (
ℎ
𝑊))
−0,54
(2.1)
Dimana:
ℰ𝑒𝑓𝑓 = konstanta dielektrik efektif
(F/m)
ℰ𝑟 = Permitivitas dielektrik
relatif substrate
h = Ketebalan bahan (mm)
W = Lebar elemen radiasi (mm)
Untuk menentukan lebar patch antena
mikrostrip Alaydrus (2011) memberikan
persamaan sebagai berikut:
𝑊 =𝑐
2𝑓𝑟√
2
𝜀𝑟 + 1 (2.2)
Dimana :
W = Lebar elemen radiasi (mm)
𝑓𝑟 = Frekuensi kerja pada antena
(Hz)
ℰ𝑟 = Permitivitas dielektrik relatif
substrate
c = Kecepatan cahaya di ruang
bebas ( 3 . 108 𝑚/𝑠)
Pada patch antena mikrostrip, medan
listrik akan melebar dan keluar dari patch
yang secara elektromagnetis dapat
menghasilkan kapasitansi. Pengaruh
kapasitansi tersebut dianggap sebagai
perpanjangan patch secara fiktif menyatakan
untuk menentukan perpanjangan patch secara
fiktif sebesar L [3] dapat menggunakan
rumus (2.3).
∆𝐿= 0,412 × ℎ ((𝜀𝑒𝑓 + 0,3) (
𝑤ℎ
+ 0,264)
(𝜀𝑒𝑓 − 0,258) (𝑤ℎ
− 0,8)) (2.3)
Di mana:
L = Panjang elemen
peradiasi (mm)
ℰ𝑒𝑓𝑓 = konstanta dielektrik
efektif (F/m)
H = Ketebalan bahan (mm)
W = Lebar elmen peradiasi
(mm)
𝑓𝑟 = Frekuensi kerja pada
antena (Hz)
C = Kecepatan cahaya di
ruang bebas ( 3 . 108 𝑚/𝑠)
Sehingga total panjang efektif patch
menjadi:
𝐿𝑒𝑓𝑓 =𝑐
2 × 𝑓𝑟√𝜀𝑒𝑓
(2.4)
Maka akan didapat panjang patch adalah 𝐿𝑝 = 𝐿𝑒𝑓𝑓 − 2∆𝐿 (2.5)
𝐿𝑝 =𝑐
2 × 𝑓𝑟√𝜀𝑒𝑓
− 2∆𝐿 (2.6)
Di mana:
Leff = total panjang efektif patch
(mm)
Lp = panjang patch (mm)
∆𝐿 = perpanjangan patch secara
fiktif (mm)
125
Page 70
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
III. PENGUKURAN DAN ANALISA
Antena Yagi adalah antena yang
memiliki konstruksi sederhana namun
mampu menghasilkan kinerja dengan
efektifitas yang baik. Salah satu modifikasi
dari antena yagi tersebut ialah antena
Mikrostrip Yagi. Antena Mikrostrip Yagi
merupakan antena yang tersusun dari 3
elemen yaitu elemen-elemen reflektor,
driven dan direktor, dalam hal ini semua
elemen saling terhubung ke permitivity
dielectric relative substrate dan ground plane.
Oleh karena itu dinamakan Yagi. Dalam
perancangan antena Mikrostrip Yagi yang
perlu diperhatikan beberapa parameter,
seperti frekuensi kerja, jenis substrat yang
digunakan, ukuran patch antena. Pembuatan
antena Mikrostrip Yagi menggunakan
substrat FR4, dengan ketebalan 1,6 mm,
konstanta dielektrik sebesar 4,4 , dan
ketebalan bahan konduktor sebesar 1 mm.
Berikut Gambar dibawah menunjukan
perancangan dari antena Mikrostrip Yagi.
Gambar 2. Bentuk antena Mikrostrip Yagi
Berdasarkan hasil pengukuran port dan
field dengan menggunakan network analyzer.
Berikut hasil pengukuran Antena Mikrostrip
Yagi dan data simulasi perancangan.
a. Return loss
Gambar 3. Grafik return loss hasil
pengukuran realisasi dan simulasi
Dari Gambar 3.2 diatas dapat dilihat
bahwa terjadi pergeseran nilai return loss
pada hasil pengukuran dan simulasi. Dari
hasil pengukuran return loss terlihat bahwa
pada frekuensi 642 MHz return lossnya
sebesar –32,176 dB. Sedangkan pada
simulasi sebesar -28,33 dB.
b. Bandwitdh
Bandwidth bertujuan untuk mengetahui
suatu range frekuensi dimana antena dapat
beroperasi dengan kinerja yang baik. Berikut
bandwidth antena Mikrostrip Yagi dapat
dilihat dari grafik return loss pada 𝑓𝑢𝑝𝑝𝑒𝑟 dan
𝑓𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟 pada Gambar dibawah.
Gambar 4. Hasil Pengukuran Bandwidth
Dari grafik yang ditunjukkan Gambar
3.3, frekuensi terendah (flower) yang berada di
bawah -10 dB adalah 630 MHz. Sedangkan
frekuensi tertinggi (fupper) yang berada di
bawah -10 dB adalah 655 MHz. Menghitung
besar bandwidth. Bandwidth antena dapat
dihitung sebagai berikut: 𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ = 𝑓𝑢𝑝𝑝𝑒𝑟 − 𝑓𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟
= 655 𝑀𝐻𝑧 − 630 𝑀 = 25 𝑀𝐻𝑧𝐻𝑧
Besar bandwidth untuk penerima TV
adalah 8 MHz. Bandwidth antena Mikrostrip
Yagi dari hasil pengukuran adalah 25 MHz,
lebih besar dari teori tersebut. Dengan
126
Page 71
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
frekuensi kerja di 642 MHz sesuai dengan
perhitungan sebelumnya.
c. VSWR
Gambar 5 Grafik VSWR hasil pengukuran
realisasi dan simulasi
Pada Gambar 3.4 diatas dapat dilihat
bahwa terjadi sedikit pergeseran nilai VSWR
pada hasil pengukuran dan simulasi. Dari
hasil pengukuran VSWR terlihat bahwa pada
frekuensi 642 MHz sebesar 1,058. Sedangkan
pada simulasi sebesar 1,079.
Maka dari hasil pengukuran parameter-
parameter antena yang dilakukan terhadap
antena Mikrostrip Yagi dapat diketahui
bahwa terjadi peningkatan nilai dari seluruh
parameter bila dibandingkan dengan nilai
parameter pada data simulasi perancangan.
Hal-hal tersebut dapat dilihat dari hasil
pengukuran realisasi pada gambar diatas.
d. Pola radiasi
Dari hasil pengukuran realisasi level
sinyal, maka didapat bahwa antena
Mikrostrip Yagi memiliki pola radiasi
unidirectional. Setelah diperoleh bentuk pola
radiasi antena, maka dapat dicari lebar sudut
pada setengah daya maksimum yang
dipancarkan atau diterima antena yang
disebut Half Power Beam (HPBW). Berikut
Gambar dibawah menunjukan nilai HPBW
yang diperoleh dari hasil simulasi dan hasil
pengujian.
Gambar 6. Pola radiasi Antena Mikrostrip
Yagi
Dari bentuk pola radiasi yang terlihat
pada Gambar 3.5 bisa didapatkan Half Power
Beamwidth (HPBW) dari antena Mikrostrip
Yagi. Daya pancar maksimum yang sudah
diturunkan 3 dB diperkirakan berada pada
sudut 60° dan 290°. Maka, besar dari sudut
HPBW pengujian adalah sebesar 130°. Hasil
pola radiasi dan besar sudut HPBW
perancangan dan pengujian memiliki
perbedaan. Sudut HPBW pada perancangan
sebesar 70°, sedangkan pada pengujian
sebesar 130°.
e. Pengujian fungsi antena
Pengujian fungsi antena menggunakan
antena mikrostrip yagi dengan keadaan
indoor. Antena akan di hubungkan dengan set
top box DVB-T2. Berikut adalah set up
rangkaiannya pada Gambar dibawah ini.
Gambar 7. Pengujian antena ke televisi
127
Page 72
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
Hasil pengujian gambar Siaran Televisi
Digital
Siaran TV Digital menggunakan
antena mikrostrip yagi
Dari hasil pengujian fungsi
penerimaan siaran digital diatas, antena
Mikrostrip Yagi yang difungsikan dapat
menerima siaran digital sebanyak 27 Channel
digital dengan kualitas audio dan video yang
sangat baik dengan ditandai tanpa flickr dan
freeze pada tampilan siaran televisi digital
dan antena ini dapat digunakan dalam
pengaplikasian sehari-hari.
IV. KESIMPULAN Dari Tugas Akhir mengenai rancang
bangun antena Mikrostrip Yagi yang
diaplikasikan untuk penerima siaran televisi
digital yang telah dibuat, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Berdasarkan hasil pengukuran, antena
Mikrostrip Yagi memiliki frekuensi kerja di
642 MHz dengan nilai return loss sebesar –
32,176 dB, VSWR sebesar 1.058, gain
antena sebesar 4.76 dB dan memiliki nilai
bandwidth sebesar 25 MHz.
2. Pola radiasi Mikrostrip Yagi yang
dihasilkan berbentuk unidirectional
dengan Half Power Beamwidth (HPBW)
sebesar 1300.
3. Berdasarkan dari hasil pengujian fungsi
penerimaan siaran TV digital, Antena
Mikrostrip Yagi yang difungsikan dapat
menerima siaran digital sebanyak 27
Channel digital dengan kualitas audio dan
video yang sangat baik dengan ditandai
tanpa flickr dan freeze pada tampilan
siaran televisi digital dan antena ini dapat
digunakan dalam pengaplikasian sehari-
hari.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Triono Putro, Dedes. (2011). Dasar
Pemancar Televisi. Jakarta: Graha Ilmu.
[2] Alaydrus, M. (2009). Saluran Transmisi
Telekomunikasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
[3] Alaydrus, M. (2011). Antena Prinsip &
Aplikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
[4] Balanis, Constantine A. (1997). Antena
Theory Analysis and Design. 3rd ed.
New York :John Wiley and Sons.
[5] Tamarun, M.A.H.B. (2008). A Design and
Develop Of Microstrip Yagi Antenna
At Frequency 2 GHz. Melaka:
Universiti Teknikal Malaysia Melaka.
[6] Kusmaryanto, Sigit. (2013). Teknik
Modulasi Quadrature Amplitude
Modulation.
[7] Hanjaya internasional. (2014). DVB-T2
Transmitter Workshop. Jakarta.
128
Page 73
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna Vol. 8 No.3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
[8] Santosa, Slamet Purwo. (2008). Antena
Mikrostrip Segitiga dengan Saluran
Pencatu Berbentuk Garpu yang Dikopel
Secara Elektromagnetik, Laporan Tugas
Akhir Teknik Telekomunikasi
Universitas Indonesia, 2008.
[9] Kraus, J.D. (1988). Antennas 2nd Ed. New
York: McGraw-Hill. [10] DeJean, Gerald R., (2007). A New
High-Gain Microstrip Yagi Array An
With a High Front-to-Back (F/B) Ratio
for W and Millimeter-Wave
Applications IEEE Transactions on
antennas and propagation, Vol.55, No.2
[11] Widianto, Rendra.,Safrianti, Ery.
(2017). Perancangan Antena Mikrostrip
Yagi pada Frekuensi Kerja 1,9-2,1
GHz. Seminar Nasional dan Expo
Teknik Elektro.
[12] Ramadhan, Arsyad., dkk. (2013).
Perancangan dan implementasi Antena
Yagi 2.4 GHz pada aplikasi WIFI(
Wireless Fidelity). Teknik Elektro
Itenas. Vol 1, No.1.
[13] Rokhman Nur, Deden., dkk. (2016).
Implementasi antena Yagi 5 elemen
sebagai penerima siaran televisi di
Bandung Kota. Bandung.
[14] Alam, Syah., Fajar Nugroho, Robbi.
(2018). Perancangan antena
Mikrostrip Array 2x1 untuk
meningkatkan gain untuk aplikasi
LTE pada frekuensi 2.300 MHz.
Akademi Telkom.
[15] Khan, M., Ray, I., Mandal D., and
Bhattacharjee A. K. (2008).
Comparative Study Of The Resonant
Frequency Of E-Plane and H-Plane
Coupled Microstrip Patch Antennas
Progress In Electromagnetics
Research C Vol. 1. 241-249.
[16] Keputusan Menteri Perhubungan No.76.
(2003). Rencana induk (master plan)
frekuensi radio penyelenggaraan
telekomunikasi khusus untuk
keperluan televisi siaran analog pada
pita ultra high frequency (UHF).
Jakarta.
[17] Kementrian Komunikasi dan Informasi.
(2012). Standar penyiaran televisi
digital terestrial penerimaan tetap
tidak berbayar (free to air). Jakarta
129
Page 74
Vol. 8 No. 3 Juni 2020
ISSN : 2302-4712
JURNAL ILMIAH
ELEKTROKRISNA
Penerbit
Universitas Krisnadwipayana
(Dikelola Oleh Fakultas Teknik
Prodi Teknik Elektro)