Top Banner
1 FEBRUARI 2015 LPM Aspirasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Jl. RS. Fatmawati, Pangkalan Jati, Pondok Labu - Jakarta Selatan (12450) THE ISSUES : Info Utama: Minim Sosialisasi, Survey Online Kermawa Kurang Maksimal 1 Jakarta Kebanjiran, Girigahana Dirikan Posko 1 FISIP Siap Awasi Mahasiswa dengan CCTV 3 Banyaknya Kendaraan Menginap Di Kampus, 5 BUU Revisi PROTAP Koleksi Buku Jadi Peluang Usaha 8 UKM rasakan minimnya sosialisasi survey online yang di- adakan kermawa terkait pelayanan di Biro Kermawa. Dalam beberapa kegiatan, kuesioner digunakan untuk alat pengumpulan data. Prosedur yang selama ini dilakukan secara manual kini dapat disederhanakan den- gan seiring meningkatnya teknologi informasi prosedur tersebut bisa disederhanakan. Mengenai hal tersebut Biro Kermawa UPNVJ turut membuat soſtware kuesioner on- line untuk kegiatan yang dicanangkannya. “Pokoknya keg- iatan apa saja yang berkaitan dengan kermawa kita buat survey online,” tutur Sargi selaku Kepala Biro Kermawa. Survey online yang belum lama dibuat ini kurang disosialisasikan dengan baik oleh pihak Kermawa. “Belum tau tuh, mungkin perlu sosial- isasi lebih karena evaluasi kinerja memang bu- tuh,” ungkap Rafly sebagai anggota UKM Uswah. (bersambung ke halaman 3) Minim Sosialisasi, Survei Online Kermawa Kurang Maksimal Jakarta Kebanjiran, Girigahana Dirikan Posko UKM pecinta alam UPNVJ yang lebih dikenal den- gan Girigahana, Senin (9/1) membangun sebuah posko bencana banjir. Posko ini didirikan karena sedang marakn- ya bencana banjir yang menghampiri warga Jakarta. Se- lain itu dalam Tri Darma Perguruan Tinggi juga disebut- kan bahwa, penngnya mengangkat tentang nilai sosial. Kegiatan sosial ini bukan merupakan kali pertama dilaku- kan, namun sudah berlangsung sejak tahun-tahun sebel- umnya. “Memang sudah dari tahun ke tahun, pas kalo ada bencana kita langsung selalu bikin posko,” Ujar Mu- hammad Syamsuddin selaku penanggung jawab posko. “Mulai Senin siang kita membuat m untuk membangun posko dan sudah mengurus perizinan dari pihak kampus juga,” tutur pria yang akrab di sapa May- or. Posko yang dibuka 24 jam ini berpusat dikampus UP- NVJ. Kegiatan ini dilakukan bersama seluruh UKM di UP- NVJ. Khusus untuk bantuan secara fisik atau kesehatan, pihak Girigahana juga bekerja sama dengan Avicenna dari Fakultas Kedokteran. “Untuk anggota yang turun ke lapangan, kita mengirimkan 2-3 orang per daerahnya,” tegas laki-laki yang mempunyai hobi jalan-jalan tersebut. Didirikannya posko banjir oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam UPN ‘Veteran’ Jakarta, bertujuan untuk membantu warga Jakarta. q Della mg. SELINTAS FOTO/KARIKATUR EDISI FEBRUARI 2015/GRATIS Ilustrasi : Mevi
8

Jurnal Aspirasi (Edisi Februari 2015)

Apr 08, 2016

Download

Documents

LPM Aspirasi

Jurnal Aspirasi adalah salah dua produk dari LPM Aspirasi (Lembaga Pers Mahasiswa UPN "Veteran" Jakarta) yang terbit perbulan.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jurnal Aspirasi (Edisi Februari 2015)

1FEBRUARI 2015

LPM Aspirasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JakartaJl. RS. Fatmawati, Pangkalan Jati, Pondok Labu - Jakarta Selatan (12450)

THE ISSUES :Info Utama: Minim Sosialisasi, Survey Online Kermawa Kurang Maksimal 1

Jakarta Kebanjiran, Girigahana Dirikan Posko 1

FISIP Siap Awasi Mahasiswa dengan CCTV 3

Banyaknya Kendaraan Menginap Di Kampus, 5BUU Revisi PROTAP

Koleksi Buku Jadi Peluang Usaha 8

UKM rasakan minimnya sosialisasi survey online yang di-adakan kermawa terkait pelayanan di Biro Kermawa.

Dalam beberapa kegiatan, kuesioner digunakan untuk alat pengumpulan data. Prosedur yang selama ini dilakukan secara manual kini dapat disederhanakan den-gan seiring meningkatnya teknologi informasi prosedur tersebut bisa disederhanakan. Mengenai hal tersebut Biro Kermawa UPNVJ turut membuat software kuesioner on-line untuk kegiatan yang dicanangkannya. “Pokoknya keg-iatan apa saja yang berkaitan dengan kermawa kita buat survey online,” tutur Sargi selaku Kepala Biro Kermawa.

Survey online yang belum lama dibuat ini kurang disosialisasikan dengan baik oleh pihak Kermawa. “Belum tau tuh, mungkin perlu sosial-isasi lebih karena evaluasi kinerja memang bu-tuh,” ungkap Rafly sebagai anggota UKM Uswah.

(bersambung ke halaman 3)

Minim Sosialisasi, Survei Online Kermawa Kurang Maksimal

Jakarta Kebanjiran, Girigahana Dirikan Posko

UKM pecinta alam UPNVJ yang lebih dikenal den-gan Girigahana, Senin (9/1) membangun sebuah posko bencana banjir. Posko ini didirikan karena sedang marakn-ya bencana banjir yang menghampiri warga Jakarta. Se-lain itu dalam Tri Darma Perguruan Tinggi juga disebut-kan bahwa, pentingnya mengangkat tentang nilai sosial. Kegiatan sosial ini bukan merupakan kali pertama dilaku-kan, namun sudah berlangsung sejak tahun-tahun sebel-umnya. “Memang sudah dari tahun ke tahun, pasti kalo ada bencana kita langsung selalu bikin posko,” Ujar Mu-

hammad Syamsuddin selaku penanggung jawab posko. “Mulai Senin siang kita membuat tim untuk membangun posko dan sudah mengurus perizinan dari pihak kampus juga,” tutur pria yang akrab di sapa May-or. Posko yang dibuka 24 jam ini berpusat dikampus UP-NVJ. Kegiatan ini dilakukan bersama seluruh UKM di UP-NVJ. Khusus untuk bantuan secara fisik atau kesehatan, pihak Girigahana juga bekerja sama dengan Avicenna dari Fakultas Kedokteran. “Untuk anggota yang turun ke lapangan, kita mengirimkan 2-3 orang per daerahnya,” tegas laki-laki yang mempunyai hobi jalan-jalan tersebut.

Didirikannya posko banjir oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam UPN ‘Veteran’

Jakarta, bertujuan untuk membantu warga Jakarta.

q Della mg.

SELINTAS

FOTO/KARIKATUR

EDISI FEBRUARI 2015/GRATIS

Ilustrasi : Mevi

Page 2: Jurnal Aspirasi (Edisi Februari 2015)

2 FEBRUARI 2015

JURNAL

PELINDUNG : Prof.Dr. Eddy S. Siradj, Msc. Eng | PENASEHAT : Drs. Haryanto | PEMIMPIN REDAKSI : Alfian Putra Abdi | REDA-KTUR PELAKSANA : Faizal Rapsanjani | SEKRETARIS REDAKSI : Amalia Sholehah | BENDAHARA REDAKSI : Nadia Sepria Bada | UTUSAN DEWAN REDAKSI : Fitri Permata Sari | DEWAN REDAKSI : Arina, Sony, Puji, Fika, Bunga, Dini, Bagus, Haris, Faiz, Winda, Mevi, Maryam, Helena, Brigita. | KOORD. PRODUKSI : Faiz Irsyad Kamil | KOORD. FOTOGRAFI : Mevi Renanda |

KOORD. LIPUTAN : Haris Prabowo | KOORD. SIRKULASI : Siti Puji Astuti | KOORD. ONLINE : Brigita Ferlina | REDAKTUR BA-HASA : Dini Reski A. | DIV. USAHA : Yudha Puspa | LITBANG : Ari Firmansyah | USK : Triyogo Handoyo | REPORTER : Maryam,

Della mg., Haura mg. | MAGANG : Fahri, Yosua, Rio, Kiki, Reza, Hersa, Haura, Putri, Ratih, Lintang, Della, Ajeng. | KOORD. JURNAL FEBRUARI : Maryam | KOORD. PRODUKSI JURNAL FEBRUARI : Haris

EDITORIAL

SAPA REDAKSI Jurnal bulanan pertama di periode baru ini akan membicarakan beberapa topik yang sedang hangat untuk dibahas. Isu yang kami angkat kali ini tentu saja sesuai den-gan fakta yang ada dan tanpa intervensi dari pihak mana-pun. Pada rubrik Info Utama, kami akan mengangkat masalah Kermawa yang mengadakan survey online guna menunjang kinerja. Di Selintas, kami menyajikan berita ten-tang penambahan fasilitas di FISIP dan bagaimana kegiatan Girigahana selama musim penghujan di Jakarta. Tidak lupa juga di Hot News, kami menyisipkan berita Badan Usaha Universitas (BUU) yang melakukan be-berapa kebijakan di kampus. Dan juga beberapa opini dari redaksi yang dapat menambah wawasan pembaca setia AS-PIRASI.

Akhir kalimat, selamat membaca dan semoga bermanfaat.

ASPIRASI menerima segala macam ben-tuk kontribusi: artikel dan opini.

Serta saran juga kritik.

Kirim ke email redaksi kami di [email protected]

Setiap reporter Aspirasi diberikan tanda pengenal berupa kartu pers.Tidak dianjurkan untuk memberikan insentif atau gratifikasi dalam bentuk apapun ketika reporter kami bertugas.

Page 3: Jurnal Aspirasi (Edisi Februari 2015)

3FEBRUARI 2015

CCTV AwasiMahasiswa FISIP

q CCTV yang dipasang di salah satu sudut ruangan di FISIP

Fakultas yang identik dengan warna unggu, diawal tahun 2015 ini akan mengalami penamba-han fasilitas. Yakni dengan memasang CCTV pada 16 titik di lingkuangan fakultas yang berslogan “One Faculty, One Goal” tersebut. Tak hanya me-lekat di lantai dasar hingga lantai empat, namun juga melekat disetiap ruangan organisasi FISIP. “CCTV aktif dari pagi sampai kegiatan mahasiswa selesai,” ujar Iswahyuni selaku Wakil Dekan II. Setelah dua tahun mengajukan CCTV, pen-antian pun akhirnya terealisasi. Terlihat dari pema-sangan yang dilakukan sejak akhir Januari di gedung Moh Yamin. “Kalau khusus CCTV memang baru men-gajukan kurang lebih dua tahun, ya mungkin baru direstui sekarang,” tukas wanita kelahiran Jogja.

Selain untuk menunjang akreditas dari FISIP sendiri, CCTV tersebut juga untuk men-gawasi gerak-gerik mahasiswa. ”Tujuan dengan q Haura mg.

(sambungan halaman 1)

....Ketua UKM Girigahana yaitu Rinoto Harto ikut angkat bicara. “Wah gak tau kalau ada survei online, sosialisasinya lebih di perbaiki aja kalau perlu pakai surat karena kita kan organisasi, jadi Kermawa harusnya bisa kasih contoh yang baik juga”. Hal ini terjadi karena Kermawa hanya mel-akukan sosialisasi lisan untuk survei online ini.

SELINTAS

q Maryam

Guna menunjang pengawasan, FISIP manfaat-kan CCTV untuk memantau mahasiswa.

“Kita sosialisasi melalui pembina dan kalau ada mahasiswa kesini kita sampaikan, karena survei ini kan tidak mesti semua,” terang Sar-gi, wanita berkacamata ini. Ia pun mengung-kapkan kuota yang dibutuhkan, “Sesuai SOP minimal sepuluh persen dari jumlah keselu-ruhan, misalkan untuk pengurus UKM itu 150 atau 300 orang keseluruhan pengurus UKM berarti 30 atau 50 orang juga sudah cukup”.

adanya CCTV di lingkungan FISIP untuk memantau kegiatan mahasiswa. Jadi, apapun yang dilaku-kan mahasiswa terekam di kamera CCTV terse-but,” tutur wanita berkacamata. “Harapan saya dengan adanya CCTV, mereka dalam melakukan sesuatu lebih hati-hati sesuai dengan aturan yang ada dalam kampus, kalau memang mahasiswa ya berprilaku sepantasnya sebagai mahasiswa, mu-dah-mudahan kearah yang lebih baik,” tutupnya.

Page 4: Jurnal Aspirasi (Edisi Februari 2015)

4 FEBRUARI 2015

JURNAL

KONTEMPLASI

Tayangan acara di televisi indonesia sangat beragam. Diantaranya talk show, acara pencarian bakat, serta review tempat-tempat wisata alam indonesia, acara masak, dan lainnya. Acara-acara tersebut masih dinilai dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi penontonnya. Namun yang disayangkan, kini acara untuk anak-anak masih ter-bilang sedikit. Memang kini Indonesia sudah mu-lai berani menampilkan animasi buatan lokalnya, tetapi sayangnya masih sangat sedikit jam tayang untuk produk lokal tersebut. Sinetron atau film yang ditayangkan diteliv-isi belakangan ini lebih banyak berisikan kisah cinta anak remaja, maupun kehidupan rumah tangga. Hal ini tentunya kurang edukatif, apalagi dengan penayangan pada prime time. Akibatnya banyak anak kecil yang suka meniru tingkah orang dewasa, selain itu juga dapat merusak moral anak. Apala-gi ketika rating sinetron meningkat dan akhirnya produksinya diperpanjang. Sangat berbeda dengan tahun 90-an di-mana tayangan kartun dan animasi masih banyak di tayangkan. Selain itu acara untuk anak-anak berupa t juga masih sangat banyak. Tidak ketingga-lan lagu-lagu untuk anak sering diputar di televisi maupun radio. Jaman sekarang artis-artis cilik pun kurang diminati dikalangannya. Artis cilik pada za-man sekarang juga menyanyikan lagu yang tidak

berisikan layaknya lagu untuk anak kecil, keban-yakan lagu mereka sudah mengenai percintaan, sungguh miris. Kalau dilihat-lihat anak usia 5-12 tahun ja-man sekarang lebih suka menonton film anak SMU ketimbang menonton film animasi. Hal ini me-mang sudah pasti menjadi tanggung jawab orang tua yang berperan dalam pengawasan, tetapi dari pihak media juga harus turut serta memikirkan na-sib anak bangsa. Kalau semakin berlanjut otomatis ini akan merusak pola pikir anak, sehingga dewasa lebih dini dan bukan pada waktunya. Dari sudut pandang remaja, cerita sin-etron yang ditayangkan juga kurang berbobot. Terlalu banyak romansa, jalan ceritanya juga mu-dah ditebak dan episode yang terlalu banyak se-harusnya membuat bosan penonton. Namun en-tah mengapa semakin banyak episodenya malah membuat rating sinetron tersebut semakin tinggi. Dibandingkan dengan dunia nyata pakaian yang dipakai para pemeran tokoh juga berlebihan. In-donesia ini negara timur dengan khas sopan dan santun, tetapi sering kali pakaian anak sekolah di film mengikuti gaya barat. Secara psikologis anak remaja suka meniru apa yang dia sukai, tentunya dengan adanya film-film seperti itu dapat merusak generasi penerus di negara kita ini.

Siaran Televisi untuk Anak Bangsa

Semakin berkurangnya tayangan yang edukatif untuk anak-anak, dapat merusak moral bangsa.Oleh: Hersa Khoirunissa*

*penulis adalah mahasiswa aktif FIKES Ilmu Gizi 2014.

Page 5: Jurnal Aspirasi (Edisi Februari 2015)

5FEBRUARI 2015

HOT NEWS

Minimalisir Pencurian, BUU Revisi Protap

BUU revisi Protap (Prosedur Tetap) un-tuk menegaskan peraturan mahasiswa

yang menginapkan kendaraannya

Banyaknya kendaraan bermotor yang menginap di kampus, membuat BUU merancang kem-bali konsep Protap perihal pelaksanaan kerja parkiran di UPNVJ. Jika Protab baru sudah selesai dire-visi dan ditandatangani, maka akan dilakukan sosialisasi kepada mahasiswa. Pembuatan Protap baru dilakukan karena Protap lama dianggap belum memadai. “Protap yang lama dibuat pada tahun 2012 tapi belum menampung secara keseluruhan peraturan yang semestinya,” ujar Suroso.

Awal 2015 ini beberapa kasus pencurian helm masih terjadi. Meski tingkat pencurian helm menurun dari tahun sebelumnya, tetap akan ada sanksi tegas jika memang terjadi kasus pencurian. “Dalam Protab yang baru sudah ditetapkan aturan-aturan,sanksi-sanksi dan hukuman moral yang mempunyai tujuan membuat jera para pelaku jika ada yang melakukan pencurian,” tambah ketua BUU tersebut.

Untuk kendaraan yang menginap di dalam kampus, pihak BUU tidak akan bertanggung jawab jika terjadi kehilangan. Hal ini berlaku untuk jam parkir pukul 06.00-22.00 WIB. Sosialisasi untuk jam parkir juga sudah dilakukan sejak tahun 2012. “BUU sendiri memang tidak mengizinkan adanya kend-araan bermotor yang menginap di dalam kampus,” tegas laki-laki berbadan tinggi itu.

Parkiran Fisip Tutup, BUU Optimalkan Lahan Yang Ada

Ada pemandangan yang berbeda dari parkiran FISIP awal Februari ini. Lahan parkir yang menjadi persinggahan kendaraaan roda dua bagi civitas kampus tersebut, kini sudah tak berfungsi lagi.

Pemicunya adalah kontrak lahan yang tak lagi diperpanjang. Suroso selaku pihak dari BUU membenarkan hal ini, “secara fisik saya belum lihat tetapi secara lisan saya sudah sampaikan untuk tidak digunakan.”

Tentu hal ini menimbulkan masalah baru bagi civitas kampus, pasalnya pembangunan parkir berlantai dua masih dalam tahap pengerjaan.

Untuk mengatasi membludaknya jumlah kend-araan, pihak BUU sudah menyiapkan solusinya. Diantara lain dengan mengoptimalkan beberapa lahan seperti disamping Masjid, FK, dan FE.

Penyewaan lahan parkir di FISIP sudah berlangsung sejak 5 tahun lalu sekitar 2009-2010. Kapasitas di area tersebut memang dapat menampung banyak motor dibandingkan area parkiran yang sedang dibangun. “Untuk kapasitas parkiran di FISIP jika dipadatkan mencapai 700 motor, tetapi kalau ditempat yang lagi dibangun saya engga yakin muat 700,” tukas pria yang me-miliki dua orang anak.

Habisnya kontrak penyewaan lahan berimbas pada ketidakteraturan kendaraan roda dua.

q Della mg.

q Kendaraan bermotor pada malam hari di depan gedung FIK

q Parkir motor sembarangan di wilayah FISIP.

q Della mg.

Page 6: Jurnal Aspirasi (Edisi Februari 2015)

6 FEBRUARI 2015

JURNAL

KONTEMPLASI

ASEAN Economic Community:

PELUANG ATAU PERANG ?

Dua bulan pertama pada 2015 akan segera habis. Di tengah drama Polri dan KPK saat ini, pro-kontra hari Valentine, dan sederet konflik agraria yang kembali luput dari pemberitaan media na-sional. Ada hal yang luput lagi dari masyarakat Indo-nesia kini, yakni ASEAN Community dan bagaimana progresivitas Indonesia dalam menghadapinya ? ASEAN Community adalah komuni-tas yang terdiri dari 10 negara yang terga-bung dalam ASEAN antara lain Indonesia, My-anmar, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Philipina, Laos, Kamboja, dan Vietnam. Pembentukan ASEAN Community didasari komitmen para pemimpin ASEAN yang mencita-citakan ASEAN sebagai suatu komunitas yang ber-pandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, serta dipersatukan oleh hubungan kemitraan. Selain itu, adanya ASEAN Community diharapkan mampu mempererat in-tegrasi antara negara ASEAN dalam menghada-pi perkembangan konstelasi politik internasional. Ada tiga pilar khusus yang menjadi pondasi utama dalam ASEAN Community ini, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community/ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Com-munity/AEC), dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC). Dari ketiga pilar tersebut, Indonesia saat ini mengedepankan pembangunan ASEAN Economy Community (AEC). Tujuan AEC tercermin dari empat poin: (1) ASEAN sebagai aliran bebas barang, bebas jasa, be-bas investasi, bebas tenaga kerja terdidik, dan be-bas modal (single market and production base); (2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing tinggi (a highly competitive economic region); (3) ASEAN se-bagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil menengah (a region of equitable economic develop-ment); dan (4) ASEAN sebagai kawasan terintegrasi (a region fully integrated in to the global economy).

Dengan harapan mampuh menciptakan pasar tung-gal dan basis produksi yang stabil, makmur, berdaya saing tinggi, dan secara ekonomi terintegrasi den-gan regulasi efektif untuk perdagangan dan investasi. Itu artinya 9 negara anggota ASEAN akan dengan mudah serta bebas tanpa tarif (cukai) dan non-tarif menyerbu Indonesia dengan barang, jasa, investasi, modal, dan juga para pekerja terampil. Be-gitu pula sebaliknya dengan Indonesia. Para ang-gota ASEAN akan menjunjung tinggi prinsip pasar terbuka dan ekonomi yang digerakkan oleh pasar. Jika menelaah kembali, hal ini bukanlah per-tama kali terjadi pada Indonesia. Pada 2002 silam, Indonesia bersama ASEAN telah sepakat mengada-kan kerjasama dengan Cina yang kemudian dike-nal sebagai ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Sehingga saat ini rakyat Indonesia da-pat merasakan gempuran produk-produk Cina. Adapun dampak dari perjanjian ACFTA, In-donesia cukup kewalahan bersaing dengan produk-produk Cina. Seperti pada tahun 2012 lalu, Aria Bima yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi VI DPR RI kala itu mengatakan kinerja sektor indus-tri, pertanian dan Usaha Mikro, Kecil dan Menen-gah (UMKM) perlahan justru mengkhawatirkan. Hal tersebut diikuti oleh fenomena deindustrialisasi yang berujung tak sedikitnya industri dalam negeri yang akhirnya gulung tikar karna tak mampu bersaing.Bila melihat fakta ironis tersebut. Tentu dapat di-jadikan cerminan kembali untuk Indonesia. Seh-ingga, dapat mempertanyakan sejauh mana kes-iapan Indonesia dalam menghadapi AEC di tahun depan nanti. Karna akan menjadi mungkin, per-saingan dalam segala sektor akan semakin sengit. Terlebih lagi, menurut Dyah Winarni Poedjiwati selaku Staff Ahli Menteri Bidang Sumber Daya Industri Dan Terknologi, Indonesia menempati posisi ke-9 dalam urutan susunan daya saing. Berada di bawah Thailand, Malaysia, dan Singapura. Sementara itu dalam hal kuali-tas infrastruktur Indonesia menempati posisi ke-82

Oleh: Alfian Putra Abdi*

Page 7: Jurnal Aspirasi (Edisi Februari 2015)

7FEBRUARI 2015

KONTEMPLASI

Satu-satunya modal Indonesia dalam mengha-dapi AEC ialah jumlah penduduk terbesar di kawasan Asia Tenggara. Menurut hasil sensus penduduk pada tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jum-lah penduduk Indonesia mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta dari sensus penduduk tahun 2000. Kenapa dikatakan modal ? Hal ini merujuk pada poin pertama yang tercatat dalam situs resmi Kemen-terian Sekretariat Negara: Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah pen-duduk yang terbesar di kawasan (40% dari total pen-duduk ASEAN). Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi.Hal tersebut ditaksir dapat membawa Indonesia ke-dalam persaingan. Dengan perspektif, Indonesia tidak akan kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM). Tentu, penakaran berlandaskan kuantiitas belum mampuh dijadikan acuan Indonesia untuk mam-puh bersaing, bagaimana jika dilihat secara kuali-tas ? Apakah Indonesia sudah cukup mumpuni ? Rendahnya angka pendidikan di Indone-sia membuat daya saing melemah. Merujuk data yang diperoleh dari ASEAN Productivity Organiza-tion (APO) tercatat dari 1000 tenaga kerja Indonesia hanya ada kurang dari 5% yang terampil. Hal terse-but didukung dengan fakta bahwa lapangan peker-jaan saat ini didominasi oleh pekerja lulusan SD (80%) sementara lulusan Perguruan Tinggi hanya 7%. Jumlah penduduk yang besar dan ditambah tingkat pendidikan yang rendah mampuh memicu para korporasi multi-nasional mendirikan usahanya di Indo-nesia, karna bagi mereka hal tersebut sama dengan upah yang rendah. Belum lagi faktor melimpahnya Sumber Daya Alam di Indonesia, sehingga pasokan bahan baku bagi para korporasi terjamin tingkat ketersediaannya. Merujuk kembali kepada apa yang Kemente-rian Sekretariat Negara tulis dalam situs resminya, In-

donesia memang benar-benar pasar yang potensial. Jumlah penduduk yang besar berbanding lurus dengan tingkat konsumerisme yang tinggi. Membuat Indonesia adalah rumah ternyaman bagi korporasi multinasional. Maka tak salah apabila, jauh sebelum AEC berlaku perusahaan asing seperti Chevron, Freeport, Nestle, Bayer, Mosanto, Petronas, Unilever, dan masih banyak lagi perusahaan asing yang sudah belasan bahkan puluhan tahun mendiami tanah garuda ini. Dampaknya yang disebabkan-pun cukup se-rius mulai dari kesejahteraan masyarakat yang jauh dari kata layak hingga eksploitasi kekayaan alam In-donesia. Jika jauh sebelum AEC berlaku, kehidupan penduduk Indonesia sudah sedemikian memper-hatikannya. Bagaimana kelak AEC resmi bergulir ? Perlu adanya perubahan signifikan dalam sektor pendidikan di Indonesia, agar semua lapisan masyarakat khususnya golongan kurang mampu dapat terfasilitasi oleh pendidikan yang murah dan merata. Sehingga ke de-pannya, masyarakat lokal memiliki “daya jual” tinggi di-hadapan korporasi multinasional dan mampuh bersaing dengan para pekerja trampil dari negara ASEAN lainnya. Tidak hanya itu, pemerintah pun perlu menin-jau ulang sistem pengupahan di Indonesia dan harus sesuai dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang ra-sional serta sesuai dengan daerah masing-masing. Yang mana hal tersebut masih menjadi masalah in-ternal yang belum terselesaikan oleh bangsa ini. Karna jika tidak segera dibenahi, besar ke-mungkinan Indonesia tidak akan mampu men-jadi main player. Justru sebaliknya, menjadi ‘ku-dapan’ lezat bagi negara ASEAN lainnya. Tentu hal tersebut bukan sesuatu yang kita sama-sama harapkan dari terselenggaranya AEC ini, bukan ?

SESIAP APA KITA MENYAMBUT ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) ?

dari 148 negara atau berada pada peringkat kelima diantara negara-negara ASEAN lainnya. Merujuk pula pada data World Economy Forum (WEF), daya saing Indonesia berada di urutan 55 dunia pada 2008 dan kemudian berada di peringkat 50 pada 2012. Indone-sia tertinggal jauh dari Singapura di peringkat 3 du-nia, Malaysia ke-25, dan Thailand pada urutan ke-38. Meski begitu mau tidak mau, AEC sudah didepan mata. Tidak ada celah untuk melarikan diri. Entah bagaimana juga, semua lapisan masyarakat harus ber-sedia menghadapi kenyataan bahwa pasar bebas ASE-

*penulis adalah mahasiswa aktif FISIP Ilmu Komunikasi 2012.

Page 8: Jurnal Aspirasi (Edisi Februari 2015)

8 FEBRUARI 2015

JURNAL

JENDELA

Penyewaan buku yang bernama Teras Buku (TEBU) bertempat di daerah Jl. Raya Pondok Be-tung, Bintaro. TEBU berdiri sejak 2010 hingga seka-rang. Di dalamnya terdapat komik dan novel yang lengkap. Buku-buku tersebut selalu diperbaharui setiap minggunya. “Awal mulanya, pemilik saya memang hobi mengoleksi buku sehingga menjadi berkembang untuk mendirikan usaha ini,“ ujar Veronica salah satu karyawan TEBU. Penyewaan buku ini buka pukul 11.00 WIB hingga 20.00 WIB. Tak hanya un-tuk dijual dan disewa, semua buku disini pun da-pat dibaca ditempat dengan membayar seharga Rp 5000. Keuntungannya, dengan membeli buku sebesar Rp 300.000, pembeli akan mendapatkan potongan harga sebesar 30% yang berlaku setiap

hari. Harga sewa komik dan novel pun beragam. Untuk komik berkisar Rp 1.500 hingga Rp 4.500 sedangkan novel Rp 3.500 sampai Rp 19.000. Adapun persyaratan untuk menyewa buku-buku tersebut dengan fotocopy KTP, isi formulir dan membayar administrasi sebesar Rp 15.000. ”Ketika menjadi member pun bisa men-itip barang dagangan seperti Alat Tulis Kantor (ATK), aksesoris dan yang berhubungan dengan buku. Kecuali makanan, karena bisa mengotori buku-buku yang berada disini,” tutur wanita kela-hiran Ujung Pandang. “Target kedepannya mungkin lebih ban-yak orang yang menyukai buku karena buku itu bagus dan membaca komik itu tidak selalu diang-gap seperti anak-anak. Bagi saya yang pasti kede-pannya agar lebih maju saja,” harapnya.

Koleksi Buku Jadi Peluang Usaha

q Haura mg.

Teras Buku, menyediakan berbagai jenis bacaan didirikan oleh kolektor buku menjadi

peluang yang menguntungkan.

q TEBU, tampak dari depan.