e-ISSN : 2715-9000 p-ISSN : 2721-5423 Jurnal Al-Tsaman 117 KONSEP KESEJAHTERAAN PADA MASA ISLAM KLASIK DAN MASA MODERN Ifa Afida IAI Al-Falah As-sunniyyah Kencong [email protected]ABSTRACT The problem faced by developing countries is the welfare of their citizens. Welfare has become an important part of a country. Even the establishment or formation of a country is in order to realize the welfare of its people. Various ways, methods, rules, tools, approaches or policies have been chosen and carried out by a country in order to achieve these goals. Islam has a much better welfare concept than western economic concepts. The concept has also been implemented well from the time of the Prophet to the successor caliphs. Welfare in the view of Islam is not only assessed by material measures, but also by non-material measures such as the fulfillment of spiritual needs, maintenance of moral values and the realization of social harmony. In this article, the author tries to describe the concept of well-being in the classical Islamic era and well-being in the modern period, whether in practice it has suffered a setback or progress, or both are running the same and balanced based on their particular characteristics. Keywords: welfare, classical Islam, modern Islam ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang adalah kesejahteraan warga negaranya. Kesejahteraan telah menjadi bagian penting dari sebuah negara. Bahkan didirikannya atau dibentuknya sebuah negara adalah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Berbagai cara, metode, aturan, alat, pendekatan ataupun kebijakan telah dipilih dan dilakukan oleh sebuah negara dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut. Islam mempunyai konsep kesejahteraan yang jauh lebih baik dibanding konsep-konsep ekonomi barat. Konsepnya pun telah diterapkan dengan baik mulai dari zaman Rasulullah sampai para khalifah penggantinya. Kesejahteraan dalam pandangan Islam bukan hanya dinilai dengan ukuran material saja, melainkan juga dengan ukuran non material seperti terpenuhinya kebutuhan spiritual, terpeliharanya nilai moral dan terwujudnya keharmonisan sosial. Dalam artikel ini, penulis mencoba mendeskripsikan konsep kesejahteraan pada masa Islam klasik dan kesejahteraan pada masa modern, apakah
18
Embed
Jurnal Al-Tsaman KONSEP KESEJAHTERAAN PADA MASA ISLAM ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
e-ISSN : 2715-9000 p-ISSN : 2721-5423
Jurnal Al-Tsaman
117
KONSEP KESEJAHTERAAN PADA MASA ISLAM KLASIK DAN MASA
The problem faced by developing countries is the welfare of their citizens. Welfare has become an important part of a country. Even the establishment or formation of a country is in order to realize the welfare of its people. Various ways, methods, rules, tools, approaches or policies have been chosen and carried out by a country in order to achieve these goals. Islam has a much better welfare concept than western economic concepts. The concept has also been implemented well from the time of the Prophet to the successor caliphs. Welfare in the view of Islam is not only assessed by material measures, but also by non-material measures such as the fulfillment of spiritual needs, maintenance of moral values and the realization of social harmony. In this article, the author tries to describe the concept of well-being in the classical Islamic era and well-being in the modern period, whether in practice it has suffered a setback or progress, or both are running the same and balanced based on their particular characteristics.
Keywords: welfare, classical Islam, modern Islam
ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang adalah kesejahteraan
warga negaranya. Kesejahteraan telah menjadi bagian penting dari sebuah negara. Bahkan
didirikannya atau dibentuknya sebuah negara adalah dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakatnya. Berbagai cara, metode, aturan, alat, pendekatan ataupun
kebijakan telah dipilih dan dilakukan oleh sebuah negara dalam rangka untuk mencapai
tujuan tersebut. Islam mempunyai konsep kesejahteraan yang jauh lebih baik dibanding
konsep-konsep ekonomi barat. Konsepnya pun telah diterapkan dengan baik mulai dari
zaman Rasulullah sampai para khalifah penggantinya. Kesejahteraan dalam pandangan
Islam bukan hanya dinilai dengan ukuran material saja, melainkan juga dengan ukuran non
material seperti terpenuhinya kebutuhan spiritual, terpeliharanya nilai moral dan
terwujudnya keharmonisan sosial. Dalam artikel ini, penulis mencoba mendeskripsikan
konsep kesejahteraan pada masa Islam klasik dan kesejahteraan pada masa modern, apakah
Ifa Afida
118
dalam pelaksanaannya mengalami kemunduran ataukah kemajuan, atau kedua-keduanya
berjalan sama dan seimbang berdasarkan dengan kekhasannya masing-masing.
Kata Kunci : kesejahteraan, islam klasik, islam modern
PENDAHULUAN
Al-Qur’an dan Hadist merupakan dua sumber utama yang menjadi pedoman
bagaimana sejarah peradaban ekonomi dimulai. Di dalam Al-Qur’an dan Hadist terdapat
banyak firman-firman Allah dan juga penjelasan tentang hukum-hukum yang mana telah
menjadi prinsip-prinsip dalam ilmu ekonomi Islam. Al-Qur’an dan Hadist merupakan dua
sumber utama yang menuntun dan membimbing pemikiran manusia dalam
mengaplikasikan pemikiran manusia termasuk dalam hal ekonomi. Para tokoh cendekiawan
muslim menggunakan dua sumber utama yaitu Al-Qur’an dan Hadist untuk memecahakan
beberapa masalah perekonomian yang mulai muncul setelah wafat Rasul.1
Kontribusi kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan
perkembangan pemikiran ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya,
telah diabaikan oleh para ilmuwan Barat. Buku-buku teks ekonomi Barat hampir tidak
pernah tidak menyebutkan peranan kaum muslimin ini. Menurut Chapra, meskipun
sebagian kesalahan terletak di tangan umat Islam karena tidak mengartikulasikan secara
memadai kontribusi kaum muslimin namun barat memiliki andil dalam hal ini, karena tidak
memberikan penghargaan yang layak atas kontribusi peradaban lain bagi kemajuan
pengetahuan manusia.2
Dalam pandangan Islam masyarakat dikatakan sejahtera apabila terpenuhi
kebutuhan pokok setiap individu rakyat, baik pangan, sandang, papan, pendidikan maupun
kesehatan. Serta terjaga dan terlindungi agama, harta, jiwa, akal dan kehormatan manusia.
Salah satu bentuk keagungan khilafah yang tidak dimiliki peradaban lainnya adalah
kesempurnaan dan jaminan kehidupan terbaik bagi rakyatnya. Sejarah membuktikan secara
1 M.Akmansyah, Al-Qur’an dan Al-Sunnah Sebagai Dasar Ideal Pendidikan Islam, Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hlm. 128 2 M. Umer Chapra, The Future of Economics : An Islamic Perspective, (Jakarta: Shariah Economics and
Banking Institute, 2001), hlm. 261
e-ISSN : 2715-9000 p-ISSN : 2721-5423
Jurnal Al-Tsaman
119
jelas akan hal ini yang bertahan hingga seribu empat ratus tahun lebih dan pada akhirnya
diruntuhkan pada 03 Mei 1924 M.3
Allah sendiri telah menjamin kesejahteraan bagi hambanya dan makhluk yang
bernyawa sebagaimana yang tersebut dalam Surat Hud ayat 6 “Dan tidak ada suatu binatang
melata-pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” namun jaminan itu tidak
diberikan dengan tanpa usaha, sebagaimana yang telah dijelaskan Allah dalam Surat Ar Ra’d
ayat 11 “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri”.
Selain itu manusia juga membutuhkan lembaga atau institusi yang memfasilitasi,
melindungi dan mengatur berbagai norma-norma dan aturan-aturan yang memudahkan
bagi mereka untuk memenuhi kebutuhannya, dalam istilah modern lembaga tersebut
dikenal dengan “Pemerintah”, Para pencetus kemerdekaan bangsa Indonesia telah
merumuskan kesejahteraan sebagai tujuan bangsa dalam batang tubuh UUD 1945 dan telah
menjabarkannya dalam Bab perekonomian nasional dan kesejahteraan social dalam pasal 33
UUD 1945 dengan menegaskan bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara, sayangnya harapan dan cita-cita tersebut masih jauh dari kenyataan.
Bagi pemerintah kesejahteraan seringkali diukur dengan nilai GNP perkapita, yang
merupakan rasio perbandingan antara nilai GNP dengan jumlah penduduk, namun
demikian jika melihat realita di tengah masyarakat, maka kita akan menyimpulkan bahwa
pengukuran kesejahteraan dengan menggunakan GNP perkapita belum tepat, karena di
kalangan masyarakat pedesaan masih sangat banyak orang-orang yang hidup di bawah
standar kelayakan hidup.4
Tampaknya kemiskinan yang akan menjadi ukuran kesejahteraan masyarakat, pada
Maret 2015 BPS menyatakan bahwa angka kemiskinan di Indonesia telah mencapai 28,59
juta penduduk atau 10-11% dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan,
dibandingkan dengan September 2014 dimana angka kemiskinan mencapai 27,7 juta
penduduk, ternyata tahun 2015 jumlah kemiskinan di Indonesia semakin bertambah,
3 https://www.google.com/amp/s/umroh.com/blog/kesejahteraan-umat-islam diakses tanggal 05 januari
2020 4 Amirus Sodiq, Konsep Kesejahteraan Dalam Islam dalam Jurnal Equilibrium Vol.3 No 2 Desember
layanan pendidikan, layanan kesehatan, jaminan sosial dan perumahan. Demikianlah konsep
kesejahteraan masa Islam klasik dan modern.
DAFTAR PUSTAKA
Akmansyah, M., Al-Qur’an dan Al-Sunnah Sebagai Dasar Ideal Pendidikan Islam, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015
an-Nabhani , Taqyudin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Prespektif Islam. Judul
asli An-Nidhan al-Iqtisadi fil Islam, penerjemah Moh. Maghfur Wachid cet ke 5, (Surabaya: Risalah Gusti, 2000)
Chapra, Umer, The Future of Ekonomics an Islamic Perspective, diterjemahkan oleh:
Amdiar Amir, dkk (Jakarta: Shari ah Economics and Banking Institute, 2001) Fahrudin, Adi, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Bandung: Refika Aditama, 2012) Hidayat, Mohammad, The Sharia Economic Pengantar Ekonomi Syariah, (Jakart: Zikrul
Hakim, 2010) Khalid, Amru, Jejak Para Khalifah, terjemahan Farur Mu’is judul asli “Khulafaur
Rasul”, (Solo:Aqwam, 2007) Poerwadarminto, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999) Purwana, Agung Eko, Kesejahteraan dalam Perspektif Islam dalam Jurnal Justitia
Media, 2007) Sholahuddin, Muhammad, World Revolution With Muhammad (Sidoarjo: Mahsun,
2009) Sodiq, Amirus, Konsep Kesejahteraan Dalam Islam dalam Jurnal Equilibrium Vol.3
No 2 Desember 2015
Supardi, Metodologi Penelitian Ekonomi Bisnis (Yogyakarta:UII Pres, 2005)
Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1 (Jakarta: PT Al-Husna Zikra, 1997). Taufiqurohman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam, (Surabaya: Pustaka Islamika
Press, 2003) Tim Peneliti PSIK, Negara Kesejahteraan dan Globalisasi; Pengembangan Kebijakan dan
Perbandingan Pengalaman (Jakarta: PSIK Universitas Paramadina, 2008)
Ifa Afida
134
https://www.google.com/amp/s/umroh.com/blog/kesejahteraan-umat-islam diakses tanggal 05 januari 2020