ISSN : 1978·726X I - I 1l1l'i 1 -·1·- - JURNAL ADMINISTRASI DAN BISNIS VOL. 7 NO.2. DESEMBER 2013
ISSN : 1978·726X
I -I
1l1l'i 1-·1·-
JURNAL ADMINISTRASI DAN BISNIS
VOL. 7 NO.2. DESEMBER 2013
adhis Jurnal Administrasi dan Bisnis, Volume: 7, Nomor: 2, Desember2013, ISSN:1978-726X
adbis JURNAL ADMINISTRASI DAN BISNIS
Penanggung Jawab : Direktur Politeknik Negeri Malang Pembina : Pembantu Direktur. I Penasehat : Ketua Jurusan Administrasi Niaga Ketua Penyunting : Joko Samboro Mitra Bestari : Hamidah Nayati Utami (Unibraw)
Alifiulatin Utaminingsih (Unmer) Bagiyo (UM) Agus Sucipto (UIN) Nunung Nurastuti U (STIE Malangkucecwara)
Penyunting Pelaksana : Ita Refiani Permatasari Bambang Suryanto Asminah Rachmi Pudji Herijanto
Kesekretariatan : Dessy Cetak dan Distribusi : Otto ill
Perancang Sampul : Joko Samboro
Penerbit: Politeknik Negeri Malang
Alamat Redaksi : Jurusan Administrasi Niaga
Jl.Sukarno Hatta PO.No.9 Malang (65141) Telp.(0341) 404424-404425 Pes. 1051 Fax.(0341) 404420
Email: [email protected] Home page: //www.poltek-malang.ac.id
Adbis Jumal Administrasi dan Bisnis terbit pertama kali bulan Desember 2007 dan diterbitkan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Juni dan Desember.
Redaktur mengundang para penulis dan peneliti untuk menyumbangkan artikel hasil penelitian atau artikel konseptual dalam bidang Administrasi dan Bisnis. Redaksi berhak mengubah atau
memperbaiki tulisan yang dimuat sejauh tidak mengganggu maksud dan isinya. Pendapat yang dimuat dalamjurnal ini sepenuhnya merupakan pendapat penulis artikel
atau tidak mencerminkan pendapat penerbit dan penyunting.
. ISSN: 1978-726X
~ adbis Jurnal Adminisuasi dan Bisnis, Volume: 7, Nomor: 2, Desember 2013, ISSN:1978-72'6X ~
DAFTAR lSI PENGARUH PUBLISITAS DAN EVENTSPONSORSHIPTERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TEH SOSRO . ................................... Joko Samboro, Masrevi Astuti,Helmy Adi Saksana 1-12
13-22.................................................................BUSINESS RISK MANAGEMENT AND ENVIRONMENTAL COMPLIANCE: A REVIEW OF SHELL OIL SPILLS IN SYDNEY HARBOUR AUSTRALIA Ika Putri Larasati 23-33
PENGARUH IMAGE DAN KOMITMEN TERHADAP KEPUASAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS MAHASISWA . ........................................................................................................... RSugeng Basuki 34-45
KOMPARASI BIAYA PENDIDIKAN TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI BISNIS DI INDONESIA DAN SINGAPURA . .................. Nunung Nurastuti Utami
46-56
INDUSTRIAL RELATrONS IN INDONESIAN Asminah Rachmi 57-69
KAJIAN TENTANG SISTEM INFORMASI BISNIS.....Umi Khabibah 70-81
PEMBELIAN Yansen PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN
82-92
93-104KAJIAN TENTANG DAMPAK PROMOSI ON LINE........Achmad Fauzi
Andayani, Model Pengukuran Kinerja, Hal 13-22
. . - --- - - - -.. ' -. -.. ...-' -"
_ - , ".. • _ -. • - __ - r __ _ ~ -, ~ -4
... - ... _ _<A.J" __\,o ~.~
Oleh: )- ",". '".:~::!l
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran keberhasilan yang digunakan oleh pengusaha UKM. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan fenomenologi dengan 3 (tiga) informan pengusaha makanan di Kota Malang. HasH analisis data menemukan bahwa UKM menggunakan ukuran kinerja keuangan jangka pendek dan jangka panjang. Kinerja jangka pendek diukur dan labs yang diperoleh sem keculcupan dana kas untuk operasional usaha, sedangkan keberhasilan jangka panjang diukur dari perkembangan jumlah kekayaan, perkembangan pasar, kapasitas produksi, dan jumlah pegawai. Ukuran keberhasilan lainnya lebih bersifat subyektif, yakni tergantung pada motivasi pengusaha mendirikan UKM. Ukuran non keuangan yang banyak digunakan adaIah perkembangan status sosial ekonomi pengusaha di lingkungan sekitarnya dan kesejahteraan tenaga kerjanya.
Kata-kata Kunci: ukuran kinerja UKM, ukuran obyektif, ukuran subyektif
Abstract
This study aims to observe the success of measurement applied in SME and uses phenomenology approach that was supported by 3 (three) informants offood entrepreneurs in Malang. The result of data analysis revealed that SME uses short-term and long-term financial peiformance. The short-term performance is measured by profit gained and the adequacy of cash for operational activities. Meanwhile, the determinant factor of long-term peiformance consists of the improvement of total assets, market development, production capacity and the number ofemployees. Other measurement is far more subjective. including the entrepreneurs' motivations to establish SM£. The non-jinancial peiformance commonly used is the development ofeconomic social status obtained by entrepreneurs in their environment and the wealth oftheir employees.
Keyword: peiformance measurement ofSME. objective measurement, subjective measurement
1. Pendabuluan Craig & Lindsay, 2002 menyatakan bahwa esensi
Topik kewirausahaan telah menjadi obyek kewirausahaan terletak pada pemahaman tentang
pembahasan di berbagai negara, walaupun belum interaksi pengusaha dengan konteks, struktur,
ada yang mampu membuat rumusan yang dapat perilaku, dan sumber ekonomi. Hal ini
diterima secara umum tentang definisi atau model merepresentasikan sebuah pendekatan multi
pengembangan atau aktivitas kewirausahaan dimensional, di mana faktor yang menentukan
(Beaver & Jennings, 2005). Beberapa hasil kewirausahaan adalah faktor ekonomi dan non
penelitian hanya berlaku di wilayahnya, karena di ekonomi tennasuk di dalamnya faktor ideology,
tempat lain diperoleh .lasiI yang berbeda. Hal ini legetimasi, mobilitas sosiaI, dan faktor psikologis
dikarenakan UKM mempunyai karakteristik unik (McKay, 2001)
yang berbeda-beda di tiap wilayah atau negara.
*) Endang Sri Andayani adalah dosen Universitas Neg~ri Malang 13
lurnalAdministrasi d4n Bisnis, Volume 7, Nomor 2, Desember 2013, ISSN 1978-726X
Berdasar basil kajian menunjukkan bahwa
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan bentuk
badan usaha yang tahan terhadap berbagai
guncangan perekonomian lokal, nasional, maupun
intemasional. Beberapa alasan yang dikemukakan e'l
oleh Kuncoro (20()8) tentang ketangguhan UKM
ini adalah karena mayoritas UKM menggarap
pasar domestik dengan menggunakan input lokal.
Selain itu, bentuk ini juga sangat fleksibel dan
mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arab
permintaan pasar, serta mampu menciptakan
lapangan pekerjaan yang lebih cepat dibandingkan
-usaha besar.Oleh karena itu tidaklah heran jika
banyak lembaga internasional s~taraf World Bank
untuk menyalurkan dananya untuk
penguatan UKM guna menciptakan lingkungan
makro yang kondosif (Boohene, dkk,
Bukti ketahanan UKM terhadap
guncangan perekonomian tersebut nampak di
sekitar kita. UKM dengan kinerja keuangan bagus
dapat berkembang dengan sangat baik, dan tidak
sedikit UKM yang kinerja keuangannya buruk
masih tetap hidup dan bertahan melaksanakan
aktivitas usahanya. UKM jenis terakhir inilah yang
banyak berkembang di masyarakat kita dan perlu
rnendapatkan perhatian. Pertanyaannya adalah
mengapa UK.M yang kinerja keuangannya buruk
masih bisa hidup dan dipertahankan untuk
beroperasi oleh pemiliknya? Apakah pemilik
UKM memiliki ukuran k.eberhasilan yang berbeda,
sehingga mereka mernpertahankan keberlanjutan
-nsahanya?
Pertanyaan di atas menjadi pemicu para
untuk merekonstruksi kembali ukuran
keberhasilan usaha kecil menengah. Pemahaman
tentang makna keberhasilan UKM ini menjadi
sangat penting mengingat sebagian besar ukuran
lebih ditekankan pada ukuran obyektif yakni
ukuran kinerja berbasis keuangan. Model Sink &
Tuttle, 1989 (dalam Roistadas, 1998) menyatakan
bahwa kinerja suatu sistem organisasi adalah
hubungan yang kompleks antara 6 (enam) kriteria
kinerja: efektifitas, efisiensi, kualitas,
produktivitas, inovasi; dan profitabilitas. Ukuran
ukuran inilah yang banyak digunakan untuk
mengevaluasi peran UKM dalam menyumbang
perekonomian suatu daerah atau negara. Sementara
itu, perspektif keberhasilan seharusnya juga
mempertimbangkan aspek subyektif pemilik
UKM, yakni ukuran keberhasilan dari sudut
pandang pernilik UKM. Hasil penelitian Simpson,
dkk (2004) mengindikasikan bahwa tiap
pemilik/manajer entrepreneur mempunyai persepsi
sendiri tentang keberhasilan usahanya. Pemilik
UKM yang berperan sekaligus sebagai manajer
perusahaan memiliki tujuan yang tidak semata
mata mencari kemakmuran ekonomi, namun juga
memperoleh kepuasan pribadi.
Ketika sebuah UKM dinilai berhasil dari
perspektif keuangan sementara dari perspektif
pemilik, UKM tersebut tidak berhasil, maka yang
akan terjadi adalah kinerja UKM akan buruk dan
berakibat pada kegagalan bisnis. Artinya,
pemaknaan kagagalan usaha dari perspektif
pemilik UKM akan mempengaruhi kineIja UKM
secara keseluruhan, karena motor penggerak UKM
berada pada pemiliknya. Hal ini sesuai dengan
penelitian Reijonen & Komppula (2007) yang
menemukan bukti bahwa ukuran keberhasilan non
14
keuangan yang dipengaruhi oleh motivasi dan
tujuan pengusaha sangat berpengaruh pada kinerja
keuangan bisnis keeil. Walker & Brown (2004)
juga menyatakan bahwa kemampuan dan motivasi
pribadi pengusaha mempunyai pengaruh besar
pada apakah pemilik bisnis ingin memperbesar
perosahaannya atau mempertahankan tetap kecil,
yakni ukuran yang pemilik merasa nyarnan atau
mampu mengelolanya. Konsekuensinya adalah
keuntungan keuangan bukan selalu menjadi
motivasi utama pengusaha kecil memiIiki bisnis.
HasiI beberapa penelitian lain juga
membuktikan bahwa pemilik UKM memiIiki
motivasi yang bennaearn-macam dan bukan
semata-mata meneari keuntungan. Menurut
Carland et al (1984) seorang entrepreneur adalah
seorang individu yang membentuk dan mengelola
bisnis untuk tujuan profit dan pertumbuhan, dan
ditunjukkan dengan perilaku inovatif dan
menggunakan praktik manajemen strategik.
Namun Carland juga menjelaskan bahwa pada
usaha bisnis keeiI, pemiIik adaIah orang individu
yang membangun dan mengelola bisnis untuk
tujuan utama meneapai tujuan pribadi. Pengusaha
yang berorientasi komersiil bekerja untuk
mendapatkan uang, kekuasaan, prestise, dan atau
status, sementara yang lain memiliki motivasi
sosial, kemanusian, dan lainnya (Carsrud, dkk..
2009).
Pada prinsipnya di tiap wilayah, orientasi
motivasi pengusaha berbeda-beda. Di Afrika
(seperti Kenya, Ghana dan Nigeria) entrepreneur
lebih dimotivasi oleh keinginan untuk
meningkatkan penda~atan dan meningkatkan
standart hidup, sehingga mereka menjalankan
Andayani, Model Pengukuran Kinerja, Hal 13-11
bisnis sebagai eara untuk memperoleh
pertumbuhan dan kepuasan pribadi (Benzing &
Chu, 2009). Di Amerika tepatnya di wilayah
metropolitan New York, hanya 19% entrepreneur
yang menyatakan bahwa reward berupa uang
merupakan kepuasan terbesar mereka (Alstete,
2008), bahkan hasil penelitian terakhir menyatakan
bahwa pada abad 21 entrepreneur banyak
diinspirasi oleh "the softer rewards" seperti
keinginan menjadi "boss" nya (Pitts, 2008). Oleh
karena itulah ukuran keberhasilan UKM dari
perspektif pengusaha menjadi berbeda-beda sesuai
motivasi mereka.
Tujuan pemilik bisnis keeH nampak
Pada~erhatian dan perilaku pemiliknya, di mana
pem4lik yang menekankan pada tujuan non
ekonomi akan puas pada tingkat kinerja keuangan
yang rendah, demikian juga sebaliknya (Reijonen,
2008). Oleh karena itu kriteria keuangan saja
menjadi tidak tepat untuk menggambarkan
berbagai tujuan yang di eapai oleh pemiIik-manajer
usaha keeil, karena motivasi dan tujuan pemilik
bukan berorientasi pada pertumbuhan, tetapi lebih
pada kualitas hidup, kepuasan kerja, kepuasan
pelanggan, dan sebagainya. Alasadi & AbdeIrahim
(2008) menegaskan bahwa satu ukuran kinerja
yang seeara luas banyak digunakan oleh bisnis
kecil sebagai indikator subyektiftentang kinerja
keseluruhan adalah tingkat kepuasan
pemilik/manajer dengan kinelja bisnisnya. Dengan
demikian ukuran kinerja adalah kepuasan
responden terhadap pencapaian tujuannya
(Boohene, dkk. 2008). HasH penelitian Reijonen &
Komppula (2007) juga menunjukkan bahwa
ukuran keberhasilan non keuangan yang
15
adbis JurnaI Administrasi dan Bisnis, Volume 7, Nonwr 2, Desember 2013, ISSN 1978-726X
dipengaruhi oleh motivasi dan tujuan pengusaha,
berpengaruh pada kineIja keuangan aktual
perusahaan keeil.
Berdasar kajian beberapa literatur tersebut
di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum
untuk mengukur kinezja perusahaan dapat diuji
baik secara obyektif maupun subyektif. Pengujian
secara obyektif dilakukan melalui pembandingan
kineIja perusahaan dengan ukuran-ukuran
sementara pengujian subyektif
. dihubungkan deogan masalah-masalah yang lebih
personal, yakni keberhasilan usaha dari perspektif
pemilik bisnis keeil (Reijonen, 2008). Ukuran
subyektif yang 1ebih menekankan pada capaian
bisnis dari pandangan pemilik
mengarahkan kita pada ulruran kineIja dengan
ukuran k~. Penelitian iai dilakukan untuk
mengetahui uIruran· keberhasilan yang digunakan
oleh pengusaha UKM di Kota Malang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode fenomenologi. Metode
fenomenologi digunakan untuk memahami
pandangan, pemikiran, dan keyakinan pribadi
pengusaha UKM di Kota Malang tentang makna
dan ukuran.kebedlasiJan bisnisnya.
ngan menggunakan teknik purposive sampling
ngan rnenerapkan prinsip maximum variation
tplin~iperoleh sampel penelitian sebanyak 3
, g pengusaha industri makanan dengan rincian
rang pengusaha laki-Iaki dan 1 orang pengusaha
'ta dengan variasi tingkat pendidikan tinggi,
engah, dan rendah.
Pengurnpulan data menggunakan teknik
observasi dan wawancara mendalam dan data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan thematic
analysis. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan skema open coding untuk
mengorganisir data dan diirnplementasikan
terhadap tema penelitian, yakni model pengukuran
kineIja UKM. Narasi transkrip wawancara
digolongkan ke dalam kategori-kategori untuk
mengungkap tema-tema yang signiflkandan
penjelasan-penjelasan yang berulang sehingga
diperoleh kategori-kategori utarna. Cross case
analysisjuga digunakan untuk membandingkan dan
mengkonfirmasi konstruk yang disampaikan oleh 3
(tiga) infonnan. Pemilihan analisis ini merupakan
replikasi dari apa yang dilakukan oleh Gilmore dkk (.... )
(2004) ketika menganalisis transkrip wawancara.
Analisis data kualitatif ini secara umum
dilakukan melalui tahapan: (a) pemeriksaan
keabsahan data; (b) menelaah semua data yang
tersedia dari berbagai sumber untuk dilakukan
reduksi data melalui coding data, yakni proses
pengelompokkan kejadian dan pemberian label
atas ide, gagasan, cita-cita, maksud, pemikiran,
gambaran, atau angan-angan partisipan, dan
selanjutnya dikelompokkan ke dalam tema-tema;
dan (c) interpretasi dan memaknai data
3.Hasil dan Pembahasan
UKM yang menjadi sampel penelitian ini
merupakan usaha yang dirintis oleh pemiliknya
mulai dari nol dan telah mengalami kenaikan
maupun penurunan usaha. Hampir semua
pengusaha mendirikan usahanya berdasarkkan
16
Ant!ayani, Model Pengukuran Kinerja, HaL 13-22
pengalamannya sebagai tenaga kerja di bidang
yang sarna di perusahaan lain. Dalam teori
empirical yang dipresentasikan oleh Veeiana, 1980
(dalam Raposo: 2008) dijelaskan bahwa pengusaha
adalah fihak yang paling menonjol terkait dengan
pembentukan atau manajemen usaha keeil yang
barn. Menurut teori ini pengusaha adalah orang
yang secara fisik menciptakan bisnis, bekerja, dan
membuat usahanya swvice.
HasH wawancara dengan infonnan
menunjukkan bahwa semua pengusaha menilai
usahanya telah berhasil. Dengan bangga pengusaha
telah menunjukkan kepuasannya tentang
perkembangan jumlah pelanggan, tingkat
keuntungan, jumlah variasi produk yang
dihasilkan, jumlah pegawai, dan daerah
pemasaran.Namun jika beberapa ukuran tersebut
dicari dokumen obyektifnya hampir dipastikan
tidak ada. Hal ini disebabkan karena dalam
realitanya sebagian besar UKM tidak melakukan
kegiatan pembukuan, seperti pemyataan infonnan
berikutini.
"Saya ini ndak pemah pembukuan. Begitu ada orang beli masuk kantong... ndak ada pembukuan s_~a sekali. Maka kalau saya kredit di bank, ditanya pembukuannya mana? ndak ada".
infonnasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Amoako
(2013) bahwa dalam banyak kasus, rendahnya
kualitas pembukuan disebabkan karena kurangnya
kemampuan dan ketrampilan dasar manajemen
bisnis, sementara rendahnya kualitas catatan
keuangan juga sebagai penyebab kegagalan
dimulainya bisnis.
Jika tidak ada catatan akuntansi yang dapat
menghasilkan infonnasi keuangan, pertanyaannya
adalah ukuran apakah yang digunakan pemilik
UKM untuk mengukur keberhasilan usahanya?
Berikut ini dianalisis model pengukuran kineIja
yang digunakan oleh pengusaha UKM di Kota
Malang
a) Ukuran Kinerja dari Perspektif Keuangan
Walaupun terdapat pengusaha UKM yang
melakukan pembukuan atas operasi usahanya,
namun pembukuan dilakukan dengan sangat
sederhana. Catatan keuangan dibuat bukan untuk
mengukur keberhasilan dan posisi keuangan usaha
secara periodik, namun lebih ditujukan untuk
melindungi harta kekayaan usahanya. Minimnya
pembukuan keuangan UKM menyebabkan
perbedaan pandangan tentang ukuran keberhasilan
dan kegagalan usaha dari perspektif keuangan.
Temuan ini mendukung pernyataan Osuala (l993X-'iHasil wawancara dengan infonnan
yang menyatakan bahwa banyak usaha keeil
mencatat transaksinya tanpa taat pada sistem
akuntansi dan karena itu sulit bagi pengusaha
untuk menelusuri aliran kas perosahaan. Ketiadaan
atau rendahnya kualitas pembukuan (akuntansi) di
UKM lebih banyak disebabkan karena
keterbatasan kemampuan pengusaha di bidang
pembukuan serta minimnya kebutuhan akan
. dik ikan bah 1 .. tatanmengm as wa wa aupun mIDlID ca ,
namun ukuran keuntungan (laba) merupakan salah
satu ukuran keberhasilan usaha. Temuan ini seperti
hasil penelitian Murphy dkk (1996) bahwa
kebanyakan ukuran kinerja keuangan yang banyak
digunakan adalah ROJ, pertumbuhan (kenaikan
penjualan), dan laba. Sementara peneliti lain
menggunakan ukuran profit, pendapatan, ROI
17
adbis Jurnal Administrasi don Bisnis, Volume 7, Nomor 2, Desemher 2013, ISSN 1978-726X
C"" (Duchesneau and Gartner, 1990), returns on sales
(Kean et al. 1998), dan returns on equity (Richard . ~l
2000; Barney 1997) serta ukuran non keuangan. '
Pemyataan seorang infonnan yang
mengatakan ''usahasaya bisa memperoleh laba
menunjukkan pengusaha memahami
dengan baik bagaimana menentukan laba. Namun
hasil observasi dan wawancara menunjukkan
bahwa eara perhitungan laba atau rugi dilakukan
dengan cara bermacam-macam. Ada yang
menghitungnya dengan menggunakan konsep
penandingan antara pendapatan dan beban, namun
juga ada yang menentukan labanya berdasar
insting atau perkiraan, seperti pemyataan informan
berikut:
Saya tabu dapat untungnya dari beli rumah, beli mobil itu. Ndak pemah saya ngetung berapa. Untung dan rugi itu kurangjelas, tahunya biasanya
beli tempe se gini kok kurang?
Selain menggunakan ukuran laba,
eberhasilan UKM dari perspektif keuangan juga
iukur daripeningkatan nilai kekayaan, walaupun
kuran peningkatannilai kekayaan tersebut tidak
enggunakan standar waktu dan ukuran yang
Pemyataan seorang informan yang
enyatakan "Awainya modal satu juta setengah.
karang ya kalau dihitung ya milyaran lebih,
lau dijual semua" merupakan bukti bahwa
alaupun ukuran peningkatan nilai kekayaan
untuk mengukur keberhasilan usaha,
alaupun tidak dijadikan sebagai ukuran yang
s selalu dicennati oleh pengusaha untuk
engetahui tingkat keberhasilan usahanya. Hal ini
'sebabkan karena hampir semua UKM tidak
melakukan pemisahan secara tegas antara
kekayaan usaha dengan kekayaan pribadi
pemiliknya.
Beberapa ukuran lainnya untuk
keberhasilan usaha dari perspektif keuangan adalah
ukuran perkembangan wilayah pemasaran,
kapasitas produksi, dan jumlah pegawai. Hampir
semua infonnan menyatakan bahwa peluang pasar
produk sangat terbuka luas. Untuk memenangkan
pasar, beberapa pengusaha UKM sektor industri
mak.anan melakukan strategi pemasaran yang
bervariasi, yakni:
(1) Penggunaan merk sendiri untuk penjualan di
rumah atau barter dengan pengusaha lain;
(2) Pengenalan produk melalui pameran dan kartu
nama
(3) Penjualan produk "polosan" (tanpa merk)
disediakan untuk pedagang eceran baik di kota
atau luar kota Malang, dan luar negeri
(4) Menjaga hubungan baik dengan para pelanggan
perusahaan/perorangan.
Perkembangan wilayah pemasaran
merupakan kunei keberhasilan karena akan
mempunyai dampak pada peningkatan ukuran
lainnya, yakni peningkatan omzet penjualan, dan
selanjutnya peningkatan kapasitas produksi dan
jumlah pegawai. Pemyataan infonnan bahwa
"ladi awalnya saya sendiri cuma disuruh ternan,
bahkan satu hari satu lewintal saya kerjakan
sendiri, tidale pakai tenaga /cerja. Sekarang jumlah
pegawai soya 8 orang", secara implisit
menunjukkan bahwa peningkatan jumlah pegawai
merupakan akibat dari peningkatan kapasitas
produksi yang merupakan dampak dari
18
peningkatanjumlah p~nnintaan pasar.
Dari paparan kualitatif di atas dapat
diinterpretasikan bahwa pengusaha UKM sangat
minim catatan keuangannya. Hal ini dikarenakan
seJain kurang difahaminya manfaat pembukuan
bagi pengambHan keputusanbisnisnya juga brena
tidak adanya tuntutan dari fihak kreditor untuk
melakukan aktivitas tersebut. Walaupun sebagian
besar UKM tidak. melakukan pembukuan
keuangan, namun sebagian besar pengusaha
menguktJr keberhasHan usahanya dari perspektif
objektif (keuangan). Dari sisi keuangan, ukuran
kinelja UKM dapat dibedak.an menjadi 2 (dua),
yaitu kinelja jangka pendek dan jangka panjang.
Kinelja jangka pendek diukur dari laba yang
diperoleh dan kecukupan dana kas yang diterima
setiap hari untuk kebutuhan operasional usahanya,
sedangkan keberhasHan keuangan jangka panjang
diukur dari perkembangan jumlah kekayaan.
Ukuran jangka pendek umumnya didasarkan pada
laba keuntungan dan profitabilitas yang
merefleksikan kineIja organisasi saat ini yang tidak.
dapal digunakan untuk prediksi keberlanjutan
organisasijangka panjang (Chong, 2008).
Selain itu, keberhasilan keuangan juga
diukur dari perkembangan pasar, kapasitas
produksi, dan jumlah pegawai. HasH penelitian
Wood (2006) juga menunjukkan bahwa kinerja
bisnis diukur dari keberhasilan atau kegagalan
organisasi dalam mencapai tujuannya dan
karenanya ukuran kineljanya didasarkan pada ROI,
profit, dan perputaran jumlah pelanggan.
b) Ukuran KineJja dari Perspektif Non Keuangan
Walaupun beberapa ukuran keuangan
dijadikan sebagai ukuran keberhasilan usaha
Andayani, Model Pengukuran Kinerja, Hal 13-22
UKM, namun para pengusaha tidak menjadikan
ukuran tersebut sebagai ukuran yang setiap saat
harns dicermati dan ketidakberhasilan pencapaian
ukuran tersebut menjadi masalah besar bagi
pengusaha UKM. HasH wawancara menunjukkan
bahwa motivasi utama pengusaha UKM hukan
semata memperoleh keuntungan fisik, namun lebih
pada upaya mencari kesejahteraan bagi keluarga,
karyawan, bahkan masyarakat di sekitar usahanya
seperti pemyataan seorang informan berikut:
Kalau kita tidak produksi terus, lha ini anak buah mau dikemanakan? Kan kita ini kan sarna-sarna. Anaknya ya perlu uang, tiap hari. Yang punya istri punya anak kan menghidupi anaknya. Jadi saya usaha terus, biarpun saya rugi-rugi terns tapi ya ndak. pa-pa. Alhamdulillah, sampek sekarang ya berkembang.
Pemyataan informan di atas menunjukkan
bahwa tujuan melakukan usaha adalah
kesejahteraan pribadi dan terutama kesejahteraan
orang lain, yakni pegawai dan keluarganya.
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Carsrud
dkk (2009) di mana ukuran keberhasHan
pengusaha tidak hanya karena motif ekonomi,
namun juga motif kekuasaan, prestise, status, dan
motif sosial, kemanusian, dan lainnya. Dari sudut
pandang ekonomi, tanggungjawab sosial yang
tinggi seringkali bertentangan dengan beberapa
prinsip ekonomLHal ini berakibat ukuran-ukuran
kineIja keuangan tidak bermanfaat sebagai bahan
pertirnbangan usaha UKM. Informan lain
menyatakan hal serupa sebagai berikut:
Saya misalkan ada dana dari pemerintah, dibelikan mesin, saya kawatir akan mengurangi karyawan. Itu kendalanya. Bukannya saya tidak mau dikasih mesin, tapi ya itu nanti mengurangi tenaga kerja. Tidak, saya harns memperta hankan tenaga kerja ini.
19
adbis Jurnal Administrasi dan Bisnis, Volume 7, Nomor 2, Desember 2013, ISSN 1978-726X
Pemyataan serupa juga disarnpaikan oleh informan
yang lain, sebagai berikut:
Saya sendiri mempertahankan pekerja jangan sarnpai menganggur karena dia punya keluarga, tetap jalan walaupun saya tidak untung sarna sekali tidak masalah. Kalau dipikir rugi ya rugi tapi tidak usaha dipikir.
Pernyataan informan di atas menunjukkan
bahwa keberhasilan usaha adalah ketika pengusaha
dapat membantu orang lain. Sementara, secara
keuangan pembelian aset mesin akan mampu
meningkatkan produktivitas perusahaan yang
maknanya adalah efisiensi beban dan pada
akhirnya akan diperoleh laba yang tinggi.
Demikian juga pada infonnan ke dua, walaupun
pengusaha mengetahui akan diperoleh kerugian
namun aktivitas yang secara ekonomis seharusnya
dihindari, tetap dilakukan. Hal ini disebabkan
karena dati perspektif pemilik keberhasilan tidak
diukur dan besarnya skala bisnis. Motivasi pribadi
pengusaha untuk memperbesar perusahaannya atau
mempertahankan tetap kecil disesuaikan dengan
tingkat kenyamanandan kemar.lpuan pengelolanya
(Walker & Brown, 2004). Oleh karena itu,
pengusaha seperti ini akan mempunyai kinerja
keuangan rendah, namun secara subyektif mereka
akan menilai kinerjanya tinggi.
Ukuran non keuangan lain juga digunakan
pengusaha untuk mengukur keberhasilan
usahanya, yakni ukuran-ukuran status sosial dan
konomi yang ada di masyarakat. Masyarakat yang
engatakan "walaupun seperli itu, dia ilu
"kaya"namun /idak nampak kalau dia iru boss"
emberikan tempat pengusaha pada tingkatan
osial yang lebih tinggi dibanding masyarakat pada
Status sosial tersebut bergerak ke atas
sejalan dengan peningkatan tingkat ekonomi
seseorang. Hal ini seperti pemyataarl seorang
informan yang disarnpaikan dengan rasa bangga,
"Saya dulu sepeda pancal tidak bisa, sekarang
pakai mobil bisa".
Berdasarkan paparan data kuaIitatif di atas
dapat disimpulkan bahwa pengusaha di Malang
menggunakan ukuran kinerja bisnisnya dengan
perspektif yang berbeda-beda. Secara subyektif
tiap pengusaha mempunyai ukuran dan target
keberhasiJan sesual dengan motivasinya
mendirikan UKM. Tiap entrepreneur mempunyai
persepsi sendiri tentang keberhasilan usahanya
(Simpson, dkk: 2004).Pemilik UKM yang berperan
sekaligus sebagai manajer perusahaan memiliki
tujuan yang tidak semata-mata mencari
kemakmuran ekonomi, namun juga mengingkatkan
status sosial dan tanggungjawab sosial pads
lingkungannya.Perspektif keberhasilan non
keuangan ini secara tidak langsung berpengaruh
pada keberhasilan keuangan. Tanggungjawab
sosial yang tinggi pengusaha UKM terhadap
pegawainya akan berpengaruh pada peningkatan
kinetja pegawai dan selanjutnya meningkatkan
produktivitas usaha. Demikian Juga,
tanggungjawab sosial yang tinggi terhadap
lingkungan akan berpengaruh pada penguatan
relasi sosial dan akhirnya berdampak pada
penguatan relasi-relasi ekonomi. Temuan ini sesuai
dengan hasil penelitian Reijonen & Komppula
(2007) di mana ukuran keberhasilan non keuangan
yang dipengaruhi oleh motivasi dan tujuan
pengusaha sangat berpengaruh pada kinetja
keuangan bisnis keeil.
20
Andayani, Model Pengukuran Kinerja, Hal. 13-22
3.simpuIan·dan Saran
3~1.Simpulan
Berdasarkan basil analisis data dapat
dis~pulkan bahwa pengusaha UKM bidang
industri makanan di Kota Malang menggunakan
ukuran obyektif dan subyektif untuk mengukur
keberhasilan usahanya. Walaupun catatan
akuntansi UKM sangat minim, namun beberapa
ukuran keuangan digunakan untuk mengukur
keberhasilan usaha jangka pendek dan jangka
panjang.. Ket5erbasilan jangka pendek diukur dari
Iaba operasi harlan serta kecukupan dana kas untuk
operasional harlan. Keberhasilan jangka panjang
diukur dari peningkatan jumlah aset, peningkatan
jumlah pelanggan danjumIah pegawai.
Selain ukuran keuangan, pengusaha UKM
juga menggunakan ukuran-ukuran non keuangan
unfuk mengukur keberhasilan usahanya. Dua
ukuran yang banyak digunakan oleh pengusaha
UKM adalah peningkatan tanggungjawab sosial
khUsusnya kepada tenaga kerjanya serta
peaingkatan status sosial dan ekonomi di
masyarakat. Perspektif keberhasilan non keuangan
ini seca:ra tidak langsung akan berpengaroh pada
kinerja keuangan UKM.
3.2.Sanm
Temuan penelitian ml memberikan
pemahaman bahwa pengukuran keberhasilan pada
usaba keeil menengah tidak dapat disamakan
dengan pengukuran kineIja bisnis besar.
Penggunaan ukuran kineJja keuangan sebagai satu
perspektif ukuran yakni ukuran keuangan dan non
keuangan sebagai alat pengukuran keberhasilan
UKM.
4.Daftar Rujukan
y' Alasadi, R & Ahmed, A. 2008. Analysis of Small Business Perfonnance in Syria. Education, Business and Society: Contemporary Middle Eastern Issues. Vol. 1 No. I. pp. 50-62
JAIstete, J.W. 2008. Aspects of Entrepreneurial Success. Journal of Small Business and Enterprise Development. Vol. 15 No. 3.pp.584-594.
J Amoako, Gilbert Kwabena. 2013. Accounting Practices of SMEs: A Case Study of Kumasi Metropolis in Ghana. International Journal of Business and Management Vol. 8, No. 24
Analoui, F & Azhdar, K. 2002. How Chief Executive's Perception of the Environment Impact on Company Performance. Journal of Management Development. Vol 21. No.4. pp 290-305
.IBeaver, G & Jennings, P. 2005. Competitive Advantage and Entrepreneurial Power: The Dark Side of Entrepreneurship. Journal ofSmall Business and Enterprise Development. Vol. 12 No.1, pp.9-23
vBenzing, C &Chu, Hung M. 2009. A Comparison of the Motivations of Small Business Owners in Africa. Journal of Small Business and Enterprise Development Vol. 16 No.1, pp.60-77
v Boohene, R; Alison, S & Bernice, K. 2008. Gender, Personal Values, Strategies and Small Business Performance, A Ghanaian case study. Equal Opportunities
International. Vol. 27 No.3, pp. 237-257. vCarland, J. W., F. Hoy, W. R Boulton & J. C.
Carland (1984), "Differentiating
Entrepreneurs from Small Business Owners; A Conceptualization", Academy ofManagement Review, 9(3), pp3S4-359.
satunya ukuran dapat menimbulkan bias data dan vCarsrud, A; Malin, B; Jennie, E; & Kristie, B. 2009. Understanding the Entrepreneurial
berakibat pada kesalahan pengambilao keputusao. Mind. Springer Science+Business Media. -Olehkarena itu pada penelitian-penelitian UKM ""chong, H Gin. 2008. Measuring Performance of
Small-and-Medium Sized Enterprises: berikutnya seharusnya menggunakan dua
21
adbis JU17UlIAd1Iti1tistrasi dan Bisnis, Volume 7, Nomor 2, Desemher 2013, ISSN 1978-726X
The GroUnded Theory Approach.Business vReijonen H. 2008. Understanding The Small and Public Affair. 1Volume 2, Issue 1 Business Owner: What They Really Aim
Kuncoro, M. 2000. "Usaha Kecil Di Indonesia: II at and How this Relates to Firm Profil, Masalah dan Strategi Perfonnance: A Case Study in North Pemberdayaan" Makalah. Disajikan Karelia, Eastern Finland. Management dalam Studium Generale dengan topik Research News, Vol. 31 No.8. pp. 616"Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil di 629 Indonesia", di STIE KeIja Sama, JReijonen, H &Komppula, R. 2007. Perception of Yogyakarta, 18 Nopember2000. Success and its Effect on Small Firm
McKay, R. (2001), "Women Entrepreneurs: Perfonnance. Journal oj Small Business Moving Beyond Family and Flexibility", and Enterprise Development Vol. 14 No. IntemationaUournal of Entrepreneurial 4 pp. 689-701 Behaviour & Research, Vol. 7 No.4, pp. .; Rolstadas, A. (1998), "Enterprise Perfonnance 148-65. Measurement", International Journal oj
Murphy, G.B., Trailer, J.W. and Hill, R.C. (1996), Operations and Production Management, "Measuring perfonnance in Vol. 18 Nos 9/10, pp. 989-99. entrepreneurship research", Journal oj ",Simpson, M; Nicki, T;& Sarah, B. 2004. Small Business Research, Vol. 36 No.1, pp. 15- Business Success Factors: The Role of 23. Education and Training. Education &
Pitts,G. 2008. Life as An Entrepreneur: Leadership Training, Volume 46 Number 8/9. and Learning. Development and Pp.481-491 Leaming in Organizations. Vol. 22 No. ,1Walker, E. and Brown, A. (2004), "What success 3, pp. 16-17 factors are important to small business
Raposo, M; Anninda, do P; Joao, F. 2008. owners?", International Small Business Entrepreneur's Profile: Taxonomy of Journal, Vol. 22 No.6, pp. 577-94. Attributes and Motivations of University "Wood, E. H. 2006. The Internal Predictors of Students. Journal oj Small Business and Business perfonnance in Small Finns A Entreprise Development. Vol 15. No 2, Logistic Regression Analysis. Joumaloj pp 405-418. Small Business and Enterprise
Development Vol. 13 No.3, pp. 441-453.
22