BAB III PROFIL KABUPATEN GARUT 3.1 Aspek Kependudukan 3.1.1Jumlah dan Perkembangan Penduduk Jumlah penduduk suatu wilayah sebagai potensi sumberdaya manusia sangat dibutuhkan untuk kegiatan pembangunan. Namun demikian jumlah penduduk belum cukup untuk kepentingan pembangunan apabila tidak diimbangi dengan kualitas yang memadai. Kuantitas dan kualitas penduduk akan memberikan gambaran profil sumber daya manusia suatu daerah. Penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2007 adalah 2.309.172 jiwa yang tersebar di 42 Kecamatan, sedangkan pada tahun 2002 jumlah penduduk Kabupaten Garut berjumlah 2.139.167 jiwa. Dengan demikian selama kurun waktu 5 tahun, penduduk Kabupaten Garut bertambah sekitar 170.005 jiwa atau mempunyai laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,59 % per tahun. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Garut periode tahun 2005-2006 sebesar 1,6% dan turun menjadi 1,5% untuk periode tahun 2006- 2007. Adapun laju pertumbuhan penduduk ditinjau per kecamatan untuk periode tahun 2006-2007, laju pertumbuhan tertinggi terdapat di Kecamatan Cisewu 1,68%, diikuti Kecamatan Pameungpeuk 1,66%, dan Kecamatan Garut Kota 1,63%. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terrendah adalah Kecamatan Bungbulang yaitu 0,54%. Jumlah penduduk per kecamatan dan laju pertumbuhan penduduk per tahun di Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel III.1 dan Tabel III.2. 3.1.2Distribusi dan Kepadatan Penduduk Penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2007 sebanyak 2.309.172 jiwa tersebar tidak merata di wilayah seluas 306.514 Ha, dengan rata- 15
27
Embed
Jumlah dan Perkembangan Pendudukxa.yimg.com/.../1190690477/name/BAB+III+GmbrUmum.docx · Web viewProyeksi penduduk dilakukan untuk mengestimasi perkiraan jumlah penduduk yang akan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IIIPROFIL KABUPATEN GARUT
3.1 Aspek Kependudukan
3.1.1 Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Jumlah penduduk suatu wilayah sebagai potensi sumberdaya manusia sangat dibutuhkan untuk kegiatan pembangunan. Namun demikian jumlah penduduk belum cukup untuk kepentingan pembangunan apabila tidak diimbangi dengan kualitas yang memadai. Kuantitas dan kualitas penduduk akan memberikan gambaran profil sumber daya manusia suatu daerah.
Penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2007 adalah 2.309.172 jiwa yang tersebar di 42 Kecamatan, sedangkan pada tahun 2002 jumlah penduduk Kabupaten Garut berjumlah 2.139.167 jiwa. Dengan demikian selama kurun waktu 5 tahun, penduduk Kabupaten Garut bertambah sekitar 170.005 jiwa atau mempunyai laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,59 % per tahun.
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Garut periode tahun 2005-2006 sebesar 1,6% dan turun menjadi 1,5% untuk periode tahun 2006-2007. Adapun laju pertumbuhan penduduk ditinjau per kecamatan untuk periode tahun 2006-2007, laju pertumbuhan tertinggi terdapat di Kecamatan Cisewu 1,68%, diikuti Kecamatan Pameungpeuk 1,66%, dan Kecamatan Garut Kota 1,63%. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terrendah adalah Kecamatan Bungbulang yaitu 0,54%. Jumlah penduduk per kecamatan dan laju pertumbuhan penduduk per tahun di Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel III.1 dan Tabel III.2.
3.1.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2007 sebanyak 2.309.172 jiwa tersebar tidak merata di wilayah seluas 306.514 Ha, dengan rata-rata kepadatan penduduk 8 jiwa/Ha mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 7 jiwa/Ha. Berdasarkan data tahun 2007, Kecamatan Tarogong Kidul dan Garut Kota merupakan daerah terpadat penduduknya yaitu masing-masing sebesar 50 jiwa/Ha dan 45 jiwa/Ha kemudian Kecamatan Leuwigoong sebesar 22 jiwa/Ha sedangkan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Pamulihan yaitu 1 jiwa/Ha. Dilihat dari persebaran penduduk di Kabupaten Garut pada tahun 2007, sebagian besar penduduk terdistribusi di beberapa kecamatan antara lain Kecamatan Garut Kota, Malangbong dan Kecamatan Karangpawitan masing-masing proporsi distribusinya sebesar 5,41 %, 4,87 % dan 4,70 %. Untuk lebih jelasnya distribusi dan kepadatan penduduk di Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel III.3, Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 (Peta Kepadatan Penduduk).
15
Tabel III.1Jumlah Penduduk Kabupaten Garut Per Kecamatan Tahun 1998-2007
Jumlah 306.514 2.274.976 2.309.172 8 1,50 100Sumber : Garut dalam Angka 2006-2007 & Hasil perhitungan 2009
19
Gambar 3.2Kepadatan Penduduk Kabupaten Garut Tahun 2007
20
3.1.3 Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk dilakukan untuk mengestimasi perkiraan jumlah penduduk yang akan ditampung di wilayah Kabupaten Garut. Berdasarkan proyeksi dengan menggunakan rumus model pertumbuhan linier, ditetapkan asumsi laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,56%. Sehingga diperoleh perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2015 sebanyak 2.614.312 jiwa, dan pada tahun 2018 adalah 2.738.880 jiwa.
Tabel III.4Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Garut Per Kecamatan Tahun 2015 dan 2018
Jumlah 2.204.175 2.239.091 2.274.976 2.309.172 1,56 2.574.063 2.781.710 Sumber : Hasil perhitungan, 2009
3.2 Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Garut (berdasarkan data Garut Dalam Angka 2008) sebagian besar berupa Hutan (23%), lahan bagi kegaiatan Perkebunan (18%), Persawahan Irigasi (16%), Permukiman (13%) dan sisanya berupa bangunan industri, pertambangan, jalan, sungai, dan saluran serta bangunan-bangunan yang tidak terdata.
Pemanfaatan lahan untuk permukiman (eksisting, tahun 2007) mengalami perluasan yang cukup besar jika dibandingkan pada tahun 2005. Sebagian besar terkonsentrasi di wilayah perkotaan “Kota Garut” dan Kabupaten Garut bagian Utara, seperti di Kecamtan Malangbong. Selain itu, kegian industri juga meningkat dari 19 Ha menjadi 41 Ha untuk tahun 2007. Hal ini merupakan pencerminan dari pertumbuhan penduduk dan berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Garut yang menjadi demand bagi sektor infrastruktur air bersih. Untuk lebih jelasnya mengenai pergesaran guna lahan dari tahun 2005 ke tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel III.5.
Tabel III.5Perubahan Guna Lahan di Kabupaten Garut (Tahun 2005-2007)
Sumber : Bappeda Kabupaten Garut dan Garut Dalam Angka, 2008
3.3 Infrastruktur Air Bersih
3.3.1 Sumber Air
Sumber air yang dijumpai di wilayah Kabupaten Garut berdasarkan cara terdapatnya dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sesumber air, yaitu:
A. Sumber air permukaan (run off resources)
Sumber air permukaan yang terdapat di wilayah Kabupaten Garut adalah berupa sungai diantaranya Sungai Cimanuk yang merupakan sungai utama yang mengalir dari arah selatan menuju bagian utara dan bermuara di daerah Indramayu yaitu di Laut Jawa. Sedangkan sungai lainnya mengalir ke bagian selatan yang bermuara di Samudra Indonesia. Beberapa sungai yang mengalir di bagian selatan Kabupaten Garut diantaranya Sungai Ciwulan dan Sungai Cipalebuh.
B. Sumber air tanah (groundwater resources)
Sumber air tanah di wilayah Kabupaten Garut berdasarkan cara terdapatnya dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Sumber air tanah bebas/air tanah tak tertekan
Kedudukan muka air tanah bebas di wilayah Kabupaten Garut sangat beragam berkisar dari 5 meter sampai lebih dari 25 meter di bawah muka setempat. Sumber air tanah ini pada umumnya sangat dipengaruhi oleh musim. Potensi sumber air tanah bebas yang cukup produktif dapat dijumpai di wilayah dataran meliputi wilayah Garut Kota, Tarogong, dan sebagian wilayah Kecamatan Karangpawitan, terutama di wilayah Cekungan Artois Garut.
Sedangkan di luar wilayah Cekungan Arotis Garut, potensi air tanah bebas sangat kecil hingga langka air tanah, terutama di wilayah bagian selatan Kota Garut, terutama pada dataran yang disusun oleh batuan endapan sedimen tersier yang sudah mengalami pelipatan.
2. Sumber air tanah tertekan (confined groundwater resources)
Sumber air ini dapat dijumpai pada beberapa sumur bor yang tersedia, seperti halnya di wilayah Kota Garut, Karangpawitan, dan Kecamatan Wanaraja dapat dijumpai beberapa sumur bor dengan kedudukan muka air setempat berada di atas muka tanah setempat. Di wilayah Cekungan Artois Garut, kedalaman sumur bor berkisar dari 60-120 meter di bawah muka tanah setempat serta debit yang dihasilkan antara 5-10 l/det.
23
C. Sumber mata air (spring resources)
Sumber mata air di wilayah Kabupaten Garut banyak dijumpai di bagian lereng/tubuh dan kaki gunungapi. Pemunculan sumber air ini disebabkan oleh karena pemotongan aliran air tanah oleh bentuk topografi setempat atau perubahan kemiringan medan atau karena perubahan jenis batuan. Pada umumnya sumber mata air keluar dari batuan endapan hasil gunung api seperti tufa pasiran, lahar, dan breksi atau pun dari ujung lidah lava.
Potensi sumber mata air di Kabupaten Garut muncul dengan debit yang beragam dan persebaran yang tidak merata, sebagaimana tersaji pada Tabel III.6.
Tabel III.6Potensi Mata Air di Kabupaten Garut
No Kecamatan Jumlah Mata Air Kapasitas Mata Air (l/dt)
Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Garut akan air bersih pada saat sekarang dan masa yang akan datang, maka sistem penyediaan air bersih dilakukan dalam 2 cara yaitu:
A. Sistem Penyediaan Perpipaan
Sistem perpipaan ini meliputi daerah perkotaan yang langsung dilayani oleh PDAM sebagai BUMD Kabupaten Garut, dengan memanfaatkan sumber air permukaan, air tanah serta mata air.
Tabel III.7Sistem Penyediaan Perpipaan yang dikelola oleh PDAM
No Cabang/Unit Pelayanan
Sumber Air Baku Jenis PengolahanJenis Sumber Potensi
(l/det)Pemanfaatan
(l/det)1 Garut Kota MA. Jamban Kulon 300 30 Clorinasi
a. Mata Air Jamban Kulon b. Reservoir Gandasari c. Instalasi Pengolahan AirKecamatan Bayongbong PDAM Garut Kota PDAM Pameungpeuk
25
B. Sistem Penyediaan non Perpipaan
Sistem penyediaan non perpipaan terdiri dari tiga pengelola yaitu Dispertacip, Dinas Kesehatan melalui puskesmas yang ada di setiap desa atau kelurahan, serta PMD.
Sarana air bersih non perpipaan yang tersedia di Kabupaten Garut meliputi sarana sumur gali (SGL), sumur pompa tangan (SPT/SDL), penangkap air hujan (PAH), penangkap mata air (PMA) serta SA. Keseluruhan sarana tersebut dikelola secara individu, adapula yang swadaya masyarakat. Berikut ini sarana air bersih non perpipaan yang berada di Kabupaten Garut.
Tabel III.8Sarana Air Bersih/Air Minum Non Perpipaan
NO KECAMATAN
Jumlah Sarana Air Bersih/Air Minum Non PerpipaanSGL SPT/SDL PMA PAH SA Total
Gambaran Sistem Penyediaan Air Bersih di Kabupaten Garut
Keterangan Gambar 3.3:
1. Pada mulanya setiap penginapan/hotel mendapatkan air panas dari reservoar yang disediakan oleh Pemda Garut, bersumber dari mata air dengan kandungan yodium 0,05% & suhu 27-33oC. Sumber mata air cipanas menyediakan air panas alami untuk Cipanas Indah, Lembur Kuring, Taruma Negara, Hanjuang. Ciptabela, Lugina, Putra Lugina, Ciptarasa, Adi Tirta, Banyu Arta, Tirta Merta, Surya Alam, dan Nugraha. Saat ini mata air cipanas telah mengalami pengurangan debit air, kemungkinan disebabkan oleh penggalian pasir di lereng Gunung Guntur (sebagai catchment area) yang telah berlangsung selama 7 tahun. Namun kegiatan penggalian pasir telah dihentikan oleh pemerintah, untuk menghindari longsor dan pengurangan cadangan air tanah yang semakin parah.
Saat liburan internasional beberapa penginapan/hotel mengalami kekurangan air panas alami, sehingga pemda menyediakan sumur bor dengan kedalaman 30 meter & diperoleh
28
air dengan suhu >50oC. Namun persediaan air tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan masing-masing penginapan/hotel, sehingga banyak sumur bor disetiap obyek wisata yang ilegal (tanpa izin).
2. Sumber air untuk keperluan makan, minum, mandi, cuci dan kakus, yang digunakan oleh masyarakat Desa Limbangan Tengah, Kecamatan Balubur Limbangan, antara lain :
Sumur gali penduduk dengan kedalaman 12 meter, kualitas air bagus & jernih.
Saluran irigasi dari Sungai Cibedug yang dialirkan ke jamban umum, hanya untuk keperluan MCK saja. Warna air jernih ketika tidak ada hujan, namun setelah hujan turun warnanya menjadi keruh kecoklatan.
Sumur bor dengan kedalaman 40 – 60 meter.
Pada musim kemarau, sumur gali mengering dan air di saluran irigasi menyusut. Sehingga kebutuhan akan air bersih diperoleh dengan cara:
Pengaturan jadwal pembukaan pintu irigasi dari Sungai Cibedug untuk dialirkan ke saluran irigasi yang melintasi Desa Limbangan Tengah pada pukul 15.00 – 03.00.
Mengambil air dari Sungai Cimanuk, dengan kualitas air bebas polusi, warnanya keruh kecoklatan. Masyarakat setempat harus menempuh jarak 2 km menuju sumber air ini.
3. Meskipun termasuk dalam wilayah Kecamatan Garut Kota namun Desa Margawati belum terjangkau oleh pelayanan pipa PDAM karena lokasinya terlalu jauh, selain itu dispertacip tidak dapat melayani desa ini karena tidak ada potensi Mata Air dan Air Tanah yang debitnya mencukupi.
Masyarakat Desa Margawati menggunakan air dari saluran irigasi Cimaragas dan menampung air hujan untuk kebutuhan makan, minum, dan MCK. Jika musim kemarau tiba, air saluran irigasi akan menyusut, untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat menggunakan air yang telah diolah dari sumur pengolah air. Sumur ini merupakan peninggalan PSDA Cirebon berkaitan dengan kegiatan penelitian. Sumur ini terdiri dari bak
29
penampung, bak pengendap, dan sumur penyaring (terdiri dari kerikil, pasir kuarsa dan ijuk).
4. Sumber Mata Air Jamban Kulon di Kecamatan Bayongbong merupakan salah satu sumber yang paling potensial untuk melayani masyarakat Garut Kota, selain mata air jamban wetan dan mata air citeureup. PDAM memberikan kontribusi kepada masyarakat setempat dengan menyediakan saluran air bersih perpipaan cuma-cuma, sedangkan pengelolaannya diserahkan pada desa. Desa menarik retribusi sebesar Rp.5.OOO,- per kk, dana ini digunakan untuk pemeliharaan dan perbaikan saluran perpipaan.
Untuk wilayah pelayanan PDAM Cabang Garut Kota, air dari sumber mata air ditampung terlebih dahulu di Reservoir Gandasari dengan kapasitas 1.500 m3 dan dilakukan pemberian kaporit saja untuk membunuh bakteri karena kualitas air dari sumbernya sudah layak dikonsumsi. Selanjutnya air siap untuk dialirkan ke pelanggan.
5. Masyarakat di Pasar Cikajang, Desa Cobidas, Kecamatan Cikajang, mendapatkan air bersih dari sumur gali dengan kedalaman 15 meter pada keadaan normal (tidak ada hujan) dan musim kemarau. Sedangkan pada musim hujan air dapat meluap melebihi sumur. Kualitas air bagus dan jernih, tidak ada kesulitan bagi masyarakat setempat dalam mengakses dan memenuhi kebutuhan akan air bersih. Sumur gali yang digunakan sudah dilengkapi dengan mesin pompa, sehingga air dapat langsung dimanfaatkan.
6. Masyarakat Garut Selatan baru dilayani oleh UPTD Pameungpeuk dengan jangkauan pelayanan terbatas di Desa Pameungpeuk, Desa Sirnabakti, Desa Paas, Desa Mandalakasih, Desa Mancagahar dan Desa Jatimulya Kecamatan Pameungpeuk. Air baku yang digunakan untuk pelayanan air bersih di wilayah pelayanan UPTD Pameungpeuk diperoleh dari Sungai Cipalebuh, sehingga harus melalui pengolahan khusus di Instalasi Pengolahan Air Cipalebuh yang terdapat di dekat aliran Sungai Cipalebuh. Tahapan proses pengolahan air tersebut, yaitu:
Penjernihan, pemberian plokulator dan PAC.
Penetralisiran dan ogulasi.
Viltrasi, bahan yang digunakan adalah Pasir (90 cm) dan Kuarsa.
Dialirkan ke Reservoir melalui pipa penyaring.
Clorinasi, pemberian kaporit untuk membunuh bakteri.
Distribusi.
7. Desa Purbayani Kecamatan Caringin telah dibantu pemerintah daerah dalam penyediaan air bersih/air minum. Dalam hal ini Dispertacip hanya menyediakan sarana sebagai pembawa air dari sumber mata air cisero ke reservoir lalu ke hidran umum, supaya masyarakat mudah mengakses air bersih. Program pemeliharaan ketersediaan air baku dan pengelolaannya diserahkan pada masyarakat desa/kampung yang terlayani, karena sumber air yang digunakan adalah milik desa/kampung yang bersangkutan.
Di desa ini telah berdiri Kelompok Swadaya Masyarakat Tirta Sangga Buana yang mengelola penyaluran air bersih dari hidran umum ke rumah penduduk, besarnya retribusi
30
disesuaikan dengan pemakaian karena sudah menggunakan kubikasi/watermeter yaitu sebesar Rp.400 – Rp.1.000,- per m3.
8. Dispertacip telah menyediakan hidran umum untuk melayani masyarakat di Desa Wangunjaya Kecamatan Bungbulang, besarnya retribusi ditetapkan sesuai kemampuan masyarakat yaitu Rp.5.000 – Rp.10.000,- yang dikelola oleh desa.
9. Masyarakat Kampung Saga, Kecamatan Bungbulang, menggunakan air bersih dari sumur gali dengan kedalaman 8 meter dan kualitas air baik. Sebagian mengalirkan air dari mata air dengan menggunakan selang hingga ke rumah masing-masing. Namun pada saat musim kemarau, masyarakat sangat kesulitan mendapatkan air bersih.
3.3.3 Tingkat Pelayanan Air Bersih
Pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan (PDAM) di Kabupaten Garut belum dapat melayani seluruh penduduk yang tersebar di 42 kecamatan. Teridentifikasi ada 3 (tiga) desa yang belum terjangkau pelayanan PDAM dan penyediaan sarana air bersih non perpipaan oleh Dispertacip. 71 desa termasuk dalam daerah pelayanan PDAM, sedangkan 346 desa lainnya sudah disediakan sarana air bersih non perpipaan oleh Dispertacip.
Adapun gambaran tingkat pelayanan air bersih di Kabupaten Garut, sebagai berikut:
Kondisi Wilayah
Jumlah Kecamatan : 42 Kecamatan
Jumlah Desa Kelurahan : 424 Desa
Jumlah Penduduk Tahun 2007 : 2.309.172 jiwa
Pelayanan Sistem Penyediaan Air Bersih Perpipaan PDAM Tahun 2007
Desa Pelayanan : 71 Desa (17%)
Penduduk Daerah Pelayanan : 494.764 Jiwa
Penduduk Terlayani : 164.718 Jiwa (33%)
31
Penduduk Tidak Terlayani : 330.046 Jiwa (67%)
Sebagian besar penduduk yang tidak terlayani pelayanan PDAM menggunakan sarana penyediaan air bersih seperti sumur gali (air dangkal) atau sumur air dalam. Sebagian lainnya masih memanfaatkan air dari saluran irigasi dan air permukaan (air sungai).
Tabel III.9Jumlah Pelanggan Air Menurut Klasifikasi Konsumen dan Cakupan Pelayanan PDAM Kabupaten Garut
No
Unit Pelayanan Cabang/IKK
Jumlah Pelanggan (Unit) Penduduk Area PelayananNon
Niaga Niaga Industri Sosial Kran Umum Jumlah Jumlah
Pelayanan Sistem Penyediaan Air Bersih Non Perpipaan Tahun 2007
Desa Pelayanan : 346 Desa (82%)
Penduduk Daerah Pelayanan : 1.785.953 Jiwa
Penduduk Terlayani : 544.592 Jiwa (30%)
32
Penduduk Tidak Terlayani : 1.241.361 Jiwa (70%)
Penduduk yang tidak terlayani pelayanan PDAM maupun pelayanan air bersih non perpipaan yang disediakan oleh Dispertacip masih memanfaatkan air dari saluran irigasi, rembesan mata air pada dinding-dinding bukit, dan air permukaan (air sungai). Permasalahan yang dihadapi adalah kekeringan pada musim kemarau, atau warna air sungai yang keruh kecoklatan pada saat setelah hujan.