Top Banner
18 | Ekonomi Nasional JUMAT, 5 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA PAMERAN TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS: Seorang pengunjung mencari informasi mengenai produk sistem pemipaan (piping system) di salah satu stan arena Indo Oil and Gas Expo (IGEX) 2010 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Rabu (3/11). Pameran khusus teknologi minyak dan gas yang diselenggarakan hingga 5 November ini diikuti sejumlah negara dan menampilkan produk-produk terbaru di industri minyak dan gas. Pelayanan Satu Pintu Sebatas Perantara M ASIH banyak kantor penye- lenggara Pela- yanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang belum bekerja optimal. Dari total 130 PTSP yang dikualikasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan PT Surveyor In- donesia pada 2010, sebanyak 80 kantor atau 60% hanya ber- fungsi layaknya kantor pos. “Saya katakan kantor pos karena hanya berperan sebagai perantara dalam pelayanan perizinan penanaman modal,” kata Kepala BKPM Gita Wir- jawan, seusai penganugerahan penghargaan PTSP di bidang penanaman modal terbaik ting- kat provinsi, kabupaten, dan kota 2010, kemarin, di Jakarta. Acara tersebut juga dihadiri Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Raja- sa, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refor- masi Birokrasi EE Mangindaan, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, dan Menteri Perindus- trian MS Hidayat. PTSP merupakan penopang kebijakan National Single Win- dow (NSW) yang dicanangkan BKPM. Melalui PTSP, diharap- kan tidak ada lagi keluhan dari pengusaha, seperti ketidakpas- tian hukum dan pemborosan rantai perizinan. Gita memperkirakan, PTSP hanya berfungsi layaknya kan- tor pos, karena belum adanya pendelegasian wewenang oleh pemerintah daerah (pemda) setempat. Padahal, pemda sudah ber- hak mendelegasikan wewenang kepada kantor atau badan pe- nanaman modal dan pelayanan perizinan sebagai pelaksana PTSP di setiap daerah, seba- gaimana diatur dalam Instruksi Presiden No 1/2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Priori- tas Pembangunan Nasional dan Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Penda- yagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, serta Kepala BKPM. “Kenyataannya, mereka (PTSP) hanya mengurusi ad- ministrasi, sedang keputu s- annya masih dibawa ke kepala daerah dan kementerian ter- kait,” katanya tanpa menje- laskan daerah asal kantor PTSP berkinerja buruk tersebut. Sinkronisasi kebijakan Belum optimalnya PTSP juga terjadi karena belum ter- ciptanya sinkronisasi antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Akibatnya, banyak pimpinan daerah yang belum mendorong kinerja PTSP. Ke depan, BKPM akan mem- perbaiki kinerja PTSP dengan melakukan sosialisasi ke para pimpinan daerah setempat. Hal itu agar para pimpinan daerah memberikan kewenangan per- izinan ke PTSP. Selain itu, BKPM juga akan mendorong kantor-kantor PTSP yang belum memenuhi kualikasi. Adapun, saat ini, ada 440 PTSP yang tersebar di seluruh daerah. Dari jumlah itu, baru 130 yang memenuhi kualikasi. ‘‘Di 2011, kami targetkan 260 PTSP bisa memenuhi kuali- kasi,” kata Gita. Sementara itu, Menko Per- ekonomian Hatta Rajasa me- ngatakan pelayanan investasi prima sangat dibutuhkan In- donesia yang memerlukan in- vestasi mencapai Rp200 triliun setiap tahunnya. “Perbaikan pelayanan akan meningkatkan daya saing kita di dunia internasional. Ada korelasi yang tinggi antara ting- kat pelayanan dengan jumlah investasi. Kita ingin ada peme- rataan pembangunan di luar Pulau Jawa,” ujar Hatta.(E-1) anindityo @mediaindonesia.com INDUSTRI oleokimia ( oleo- chemical) di dalam negeri ber- peluang untuk memperluas pangsa pasar. Peluang itu mun- cul karena salah satu konsumen oleokimia terbesar, Eropa, te- ngah menghadapi masalah ketersediaan bahan baku. Oleokimia adalah bahan baku pembuatan sabun, krayon, pensil, dan kosmetik. Menu- rut peneliti agroindustri BPPT Bayu Rusmandana, negara- negara Eropa menghadapi per- masalahan itu pascapenerapan kebijakan penggunaan energi terbarukan, yakni biodiesel. “Oleokimia di Eropa itu bahan bakunya lemak hewani atau nabati. Harganya mahal sekali. Karena itu, Eropa pun mengincar oleokimia dari ke- lapa sawit,” ujar Bayu Rusman- dana pada lokakarya bertajuk Pengembangan Produk Hilir Sawit untuk Meningkatkan Daya Saing dan Kesinambung- an Industri Sawit Indonesia, di Jakarta, kemarin. Produsen kelapa sawit yang diincar negara-negara Eropa tersebut adalah Indonesia dan Malaysia. “Namun, permasalahannya, Indonesia sebagai produsen crude palm oil (CPO) dunia, tidak mampu mengatur pasar dan memperoleh manfaat ini. Penguasaan teknologi riset dan pengembangan produk hilir turunan CPO juga belum berkembang dan terintegrasi,” ungkapnya. Dalam kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Produ- sen Oleochemical Indonesia Stefanus Goei King An me- nyatakan optimistis indus- tri oleokimia dalam negeri akan berkembang. “Tahun ini, produksinya memang hanya 0,8 juta ton. Tapi pada 2025 nanti, saya yakin oleokimia produksinya akan mencapai 4,6 juta ton per tahun,” kata Stefanus. Menurutnya, kemajuan in- dustri oleokimia harus didu- kung oleh proses bisnis berba- sis terintegrasi. “Pohon kelapa sawit itu, semua bagiannya da- pat digunakan untuk industri. Oleh karena itu, proses bisnis- nya harus saling terintegrasi. Ini dapat mengembangkan in- dustri oleokimia,” terangnya. Dalam hal ini, integrasi yang dimaksud adalah kesinam- bungan dari proses penana- man, penggilingan, penyuling- an, hingga berbentuk produk seperti CPO dan oleokimia. Menurut Guru Besar IPB Tien R Muchtadi, agar produk- produk kelapa sawit dapat berkembang, harus ada kemi- traan antara pelaku industri sawit, suatu badan penelitian dan pengembangan, dan pe- merintah. (*/E-5) Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu hanya mengurus administrasi, sedangkan keputusan dibawa ke kepala daerah dan kementerian terkait. Anindityo Wicaksono PERKEMBANGAN usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang pesat beberapa tahun belakangan membuat sektor tersebut mampu me- nyumbang 56% produk domes- tik bruto nasional. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Syarief Hasan mengemuka- kan hal tersebut seusai mem- buka Semarak Pemberdayaan Usaha Kecil Rambah Nusan- tara (Sempurna) Expo 2010, di Balai Kartini Jakarta, ke- marin. Sempurna Expo yang baru pertama kali diadakan ini akan menyasar industri dan pem- berdayaan UMKM wanita nusantara. Meski demikian, menurut Syarief, jumlah usaha mikro masih terlalu banyak. Untuk itu, dirinya berharap melalui pameran semacam Sempurna Expo, akselerasi peningkatan kelas dari usaha mikro menjadi kecil akan makin cepat. Berdasarkan data Kemente- rian Koperasi dan UKM, dari 52,76 juta unit UMKM, seba- nyak 52,1 juta unit tergolong sebagai usaha mikro. “Saat ini angka perpinda- han dari usaha mikro naik ke kecil per tahunnya sekitar 12%, sementara dari kecil ke menengah 4%. Kita harapkan ke depannya bisa lebih tinggi dari itu,” kata dia. Pada kesempatan yang sama, Ikatan Pemberdayaan Peda- gang Kecil Indonesia (Ipp- kindo) selaku penyelenggara Sempurna Expo mengangkat tema Perempuan Pengusaha da- lam pameran kali ini. “Kami mengangkat tema perempuan karena sebagian be- sar usaha mikro kecil dan mene- ngah digerakkan perempuan,” kata Ketua Umum DPP Ipp- kindo Titi Cacuk Sudarijanto. Menurut Cacuk, sektor UMKM telah berperan strate- gis dalam upaya memperta- hankan pertumbuhan sektor riil pada masa krisis global. Namun, kata dia, sektor ini belum dikembangkan secara maksimal karena kurangnya akses pengusaha UMKM akan informasi, pasar, modal, dan promosi. Karena itu, kata Cacuk, Sempurna Expo diharapkan mampu menjadi ajang promosi dan temu usaha antara indus- tri penunjang dan UMKM, di samping menciptakan peluang bisnis bagi UMKM pusat dan daerah. Selain itu, juga menjembatani informasi akses permodalan, akses pasar, dan program pem- berdayaan UMKM oleh pe- merintah maupun perusahaan swasta nasional. Sempurna Expo 2010 ditar- getkan dapat menarik 20 ribu pengunjung yang berasal dari anggota Ippkindo se- luruh Indonesia, wirausaha dan calon wirausaha, aso- siasi terkait, dan masyarakat umum. (Atp/E-2) UMKM Sumbang Separuh Produk Domestik Bruto Oleokimia Berpeluang Ekspor ke Eropa BAHAN OLEOKIMIA: Pekerja memanen tandan buah segar sawit di Kaltim, beberapa waktu lalu. Eropa mengincar kelapa sawit sebagai bahan oleokimia. ANTARA/SAPTONO MI/PANCA SYURKANI
1

JUMAT, 5 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Pelayanan … · merintah maupun perusahaan swasta nasional. Sempurna Expo 2010 ditar-getkan dapat menarik 20 ribu pengunjung yang berasal

Aug 10, 2019

Download

Documents

trantram
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: JUMAT, 5 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Pelayanan … · merintah maupun perusahaan swasta nasional. Sempurna Expo 2010 ditar-getkan dapat menarik 20 ribu pengunjung yang berasal

18 | Ekonomi Nasional JUMAT, 5 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

PAMERAN TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS: Seorang pengunjung mencari informasi mengenai produk sistem pemipaan (piping system) di salah satu stan arena Indo Oil and Gas Expo (IGEX) 2010 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Rabu (3/11). Pameran khusus teknologi minyak dan gas yang diselenggarakan hingga 5 November ini diikuti sejumlah negara dan menampilkan produk-produk terbaru di industri minyak dan gas.

Pelayanan Satu PintuSebatas Perantara

MA S I H b a n y a k kantor penye-lenggara Pela-yanan Terpadu

Sa tu Pintu (PTSP) yang belum bekerja optimal. Dari total 130 PTSP yang dikualifi kasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan PT Surveyor In-donesia pada 2010, sebanyak 80 kantor atau 60% hanya ber-fungsi layaknya kantor pos.

“Saya katakan kantor pos karena hanya berperan sebagai perantara dalam pelayanan perizinan penanaman modal,” kata Kepala BKPM Gi ta Wir-jawan, seusai peng anugerahan penghargaan PTSP di bidang penanaman modal terbaik ting-kat provinsi, kabupaten, dan kota 2010, kemarin, di Jakarta.

Acara tersebut juga dihadiri Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Raja-sa, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refor-masi Birokrasi EE Mangindaan, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, dan Menteri Perindus-trian MS Hidayat.

PTSP merupakan penopang kebijakan National Single Win-dow (NSW) yang dicanangkan BKPM. Melalui PTSP, diharap-

kan tidak ada la gi keluhan dari pengusaha, se perti ketidakpas-tian hukum dan pemborosan rantai perizinan.

Gita memperkirakan, PTSP hanya berfungsi layaknya kan-tor pos, karena belum adanya pende legasian wewenang oleh pemerintah daerah (pemda) setempat.

Padahal, pemda sudah ber-hak mendelegasikan wewenang kepada kantor atau badan pe-nanaman modal dan pelayanan perizinan sebagai pelaksana PTSP di setiap daerah, seba-gaimana diatur dalam Instruksi Presiden No 1/2010 tentang Per cepatan Pelaksanaan Priori-tas Pembangunan Nasional dan Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Penda-yagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, serta Kepala BKPM.

“Kenyataannya, mereka (PTSP) hanya mengurusi ad-ministrasi, sedang keputu s-annya masih dibawa ke ke pala daerah dan kementerian ter-kait,” katanya tanpa men je-laskan daerah asal kantor PTSP berkinerja buruk tersebut.

Sinkronisasi kebijakanBelum optimalnya PTSP

juga terjadi karena belum ter-ciptanya sinkronisasi antara

kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Akibatnya, banyak pimpinan daerah yang belum mendorong kinerja PTSP.

Ke depan, BKPM akan mem-perbaiki kinerja PTSP dengan melakukan sosialisasi ke para pimpinan dae rah setempat. Hal itu agar para pimpinan daerah memberikan kewenangan per-izinan ke PTSP.

Selain itu, BKPM juga akan mendorong kantor-kantor PTSP yang belum memenuhi kua lifi kasi. Adapun, saat ini, ada 440 PTSP yang tersebar di seluruh daerah. Dari jumlah itu, baru 130 yang memenuhi kualifi kasi.

‘‘Di 2011, kami targetkan 260

PTSP bisa memenuhi kuali-fi kasi,” kata Gita.

Sementara itu, Menko Per-ekonomian Hatta Rajasa me-ngatakan pelayanan investasi prima sangat dibutuhkan In-donesia yang memerlukan in-vestasi mencapai Rp200 triliun setiap tahunnya.

“Perbaikan pelayanan akan meningkatkan daya saing kita

di dunia internasional. Ada korelasi yang tinggi antara ting-kat pelayanan dengan jumlah investasi. Kita ingin ada peme-rataan pembangunan di luar Pulau Jawa,” ujar Hatta.(E-1)

[email protected]

INDUSTRI oleokimia (oleo-chemical) di dalam negeri ber-peluang untuk memperluas pangsa pasar. Peluang itu mun-cul karena salah satu konsumen oleokimia terbesar, Eropa, te-ngah menghadapi masalah ketersediaan bahan baku.

Oleokimia adalah bahan baku pembuatan sabun, krayon, pensil, dan kosmetik. Menu-rut peneliti agroindustri BPPT Bayu Rusmandana, negara-negara Eropa menghadapi per-masalahan itu pascapenerapan kebijakan penggunaan energi terbarukan, yakni biodiesel.

“Oleokimia di Eropa itu bahan bakunya lemak hewani atau nabati. Harganya mahal sekali. Karena itu, Eropa pun mengincar oleokimia dari ke-lapa sawit,” ujar Bayu Rusman-dana pada lokakarya bertajuk Pengembangan Produk Hilir Sawit untuk Meningkatkan Daya Saing dan Kesinambung-an Industri Sawit Indonesia, di Jakarta, kemarin.

Produsen kelapa sawit yang diincar negara-negara Eropa

tersebut adalah Indonesia dan Malaysia.

“Namun, permasalahannya, Indonesia sebagai produsen crude palm oil (CPO) dunia, tidak mampu mengatur pasar dan memperoleh manfaat ini. Penguasaan teknologi riset dan pengembangan produk

hilir turunan CPO juga belum berkembang dan terintegrasi,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Produ-sen Oleochemical Indonesia Stefanus Goei King An me-nyatakan optimistis indus-tri oleokimia dalam negeri

akan berkembang. “Tahun ini, produksinya memang hanya 0,8 juta ton. Tapi pada 2025 nan ti, saya yakin oleokimia pro duksinya akan mencapai 4,6 juta ton per tahun,” kata Stefanus.

Menurutnya, kemajuan in-dustri oleokimia harus didu-kung oleh proses bisnis berba-sis terintegrasi. “Pohon kelapa sawit itu, semua bagiannya da-pat digunakan untuk industri. Oleh karena itu, proses bisnis-nya harus saling terintegrasi. Ini dapat mengembangkan in-dustri oleokimia,” terangnya.

Dalam hal ini, integrasi yang dimaksud adalah kesinam-bung an dari proses penana-man, penggilingan, penyuling-an, hingga berbentuk produk seperti CPO dan oleokimia.

Menurut Guru Besar IPB Tien R Muchtadi, agar produk-produk kelapa sawit dapat berkembang, harus ada kemi-traan antara pelaku industri sawit, suatu badan penelitian dan pengembangan, dan pe-merintah. (*/E-5)

Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu hanya mengurus administrasi, sedangkan keputusan dibawa ke kepala daerah dan kementerian terkait.

Anindityo Wicaksono

PERKEMBANGAN usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang pesat beberapa tahun belakangan membuat sektor tersebut mampu me-nyumbang 56% produk domes-tik bruto nasional.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Syarief Hasan mengemuka - kan hal tersebut seusai mem-buka Semarak Pemberdayaan Usaha Kecil Rambah Nusan-tara (Sempurna) Expo 2010, di Balai Kartini Jakarta, ke-marin.

Sempurna Expo yang baru pertama kali diadakan ini akan menyasar industri dan pem-berdayaan UMKM wanita nusantara.

Meski demikian, menurut Syarief, jumlah usaha mikro masih terlalu banyak. Untuk itu, dirinya berharap melalui pameran semacam Sempurna Expo, akselerasi peningkatan kelas dari usaha mikro menjadi kecil akan makin cepat.

Berdasarkan data Kemente-rian Koperasi dan UKM, dari 52,76 juta unit UMKM, seba-nyak 52,1 juta unit tergolong sebagai usaha mikro.

“Saat ini angka perpinda-han dari usaha mikro naik ke kecil per tahunnya sekitar 12%, sementara dari kecil ke menengah 4%. Kita harapkan ke depannya bisa lebih tinggi dari itu,” kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Ikatan Pemberdayaan Peda-gang Kecil Indonesia (Ipp-kindo) selaku penyelenggara Sempurna Expo mengangkat tema Perempuan Pengusaha da-lam pameran kali ini.

“Kami mengangkat tema perempuan karena sebagian be-sar usaha mikro kecil dan mene-ngah digerakkan perempuan,” kata Ketua Umum DPP Ipp-kindo Titi Cacuk Sudarijanto.

Menurut Cacuk, sektor UMKM telah berperan strate-gis dalam upaya memperta-hankan pertumbuhan sektor

riil pada masa krisis global. Namun, kata dia, sektor ini belum dikembangkan secara maksimal karena kurangnya akses pengusaha UMKM akan informasi, pasar, modal, dan promosi.

Karena itu, kata Cacuk, Sempurna Expo diharapkan mampu menjadi ajang promosi dan temu usaha antara indus-tri penunjang dan UMKM, di sam ping menciptakan peluang bisnis bagi UMKM pusat dan daerah.

Selain itu, juga menjembatani informasi akses permodalan, akses pasar, dan program pem-berdayaan UMKM oleh pe-merintah maupun perusahaan swasta nasional.

Sempurna Expo 2010 ditar-getkan dapat menarik 20 ribu pengunjung yang berasal dari anggota Ippkindo se-luruh Indonesia, wirausaha dan calon wirausaha, aso-siasi terkait, dan masyarakat umum. (Atp/E-2)

UMKM Sumbang Separuh Produk Domestik Bruto

Oleokimia Berpeluang Ekspor ke Eropa

BAHAN OLEOKIMIA: Pekerja memanen tandan buah segar sawit di Kaltim, beberapa waktu lalu. Eropa mengincar kelapa sawit sebagai bahan oleokimia.

ANTARA/SAPTONO

MI/PANCA SYURKANI