6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi Pada Lanjut Usia 1. Pengertian Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008). Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang, 2008). Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas: a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi Pada Lanjut Usia
1. Pengertian
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik
dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah
serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50
tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring
bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan
peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan
hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat
usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik
meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang,
2008).
Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering
ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih
dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung
dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.
7
b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008).
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hipertensi lanjut usia dipengaruhi
oleh faktor usia.
2. Pembagian Hipertensi
Hipertensi diklasifikasikan 2 tipe penyebab :
a. Hipertensi esensial (primer atau idiopatik)
Penyebab pasti masih belum diketahui. Riwayat keluarga obesitas diit
tinggi natrium lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung.
b. Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang
terindentifikasi lainya ( Stockslager , 2008).
Tabel 1
Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan Pedoman
Joint National Committee 7
S
t
r
e
s
Sumber : Kowalski E Robert, 2010
Katagori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang
Normal Kurang dari 120 Kurang dari 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi Tahap I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Tahap II Lebih dari 160 Lebih dari 100
8
3. Patofisiologi Hipertensi Lanjut Usia
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan
peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang
pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan
penambahan volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan
pembuluh darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik
ditandai penurunan kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang
tinggi pengisian diastolik abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri.
Penurunan volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar
menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi
sistolik dan diastolik output jantung, volume intravaskuler, aliran darah
keginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah dan resistensi perifer.
Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya
norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor
beta adrenergik pada sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot
pembuluh darah (Temu Ilmiah Geriatri , 2008).
Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada
arteri besar yang membawa darah dari jantung menyebabkan semakin
parahnya pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan darah.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia
Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi
pada lanjut usia adalah :
9
a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat
proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi
glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.
b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan
bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau
penurunan kadar natrium.
c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan
meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan
hipertensi sistolik.
d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi
endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi
kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus
ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan
keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko
hipertensi lain meliputi diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor
gaya hidup seperti obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang
berlebihan (Stockslager, 2008).
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi
yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
10
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen
tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara
alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini , 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia
dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur
55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini
sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause
(Marliani, 2007).
11
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan
darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan
darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi
pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan
pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis
obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang
berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat
dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya
penyesuaian diri.
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.
Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
12
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
1) Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya
aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat
memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu
timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh
darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan
darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.
2) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit
tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah
(untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi
13
terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat
karena adanya kondisi tertentu
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi
karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang
yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan
otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuaan yang mendesak arteri (Rohaendi, 2008).
3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi
maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas
S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi,
51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5%
subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang
merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan
dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini
yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
14
4) Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization
(WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat
mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4
gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang
berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Hans Petter, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan
minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko
hipertensi (Marliani, 2007).
6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir
tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
15
7) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan
darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal
ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat
perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut
Anggraini (2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal
5. Penatalaksanaan
a. Pengobatan.
Menurut : Darmojo (2008), Pemakain obat pada lanjut usia perlu
dipikirkan kemungkinan adanya :
1) Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan
2) Interaksi obat
3) Efek samping obat.
16
4) Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya
melalui ginjal.
Pengobatan hipertensi menurut : Kowalski (2010) tiga hal
evaluasi menyeluruh terhadap kondisi penderita adalah :
1) Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko
kardiovaskuler
2) Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer
3) Organ yang rusak karena hipertensi.
Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin
harian minum obat, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
stroke dan serangan jantung. Mencatat obat-obatan yang diminum dan
keefektifan mendiskusikan informasi ini untuk tindak lanjut
(Stoskslager, 2008).
Pengendalian tekanan darah dan efek samping minimal
diperlukan terapi obat-obatan sesuai, disertai perubahan pola hidup.
b. Non Farmakologi
Upaya non farmakologi menurut: Darmojo (2006) terdiri atas:
1) Berhenti merokok
2) Penurunan berat badan yang berlebihan
3) Berhenti/mengurangi asupan alkohol
4) Mengurangi asupan garam.
Upaya non farmakologi menurut: stanley (2007) pencegahan primer
dari hipertensi esensial terdiri atas:
17
1) Mempertahankan berat badan ideal
2) Diet rendah garam
3) Pengurangan stres
4) Latihan aerobik secara teratur
B. Managemen stres
1. Definisi
Stres didefinisikan sebagai respon adaptif dipengaruhi oleh
karakteristik individual dan/atau proses psikologis akibat dari tindakan
situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan/atau
psikologis terhadap seseorang ( Hidayat, 2006 ). Stres adalah respon tubuh
yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (
Hawari, 2011 ). Stres merupakan reaksi yang tidak diharapkan muncul
disebabkan oleh tingginya tuntutan seseorang ( Wongso, 2009 ).
Managemen stres adalah koping atau upaya seseorang mampu
menanggulangi stresor psikososial dengan cara hidup yang teratur, serasi,
selaras, dan seimbang antara diri dengan Tuhan. Secara horisontal antara
dirinya sesama orang lain dan alam sekitarnya. Perubahan terkait usia
dalam peran sosial dan status kesehatan mempengaruhi jumlah dan jenis
stresor yang dialami lanjut usia. Perubahan ini secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi cara mengatasi stres.
18
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi stres.
Faktor yang menimbulkan stres disebut stesor menurut: Hidayat
(2006) yaitu:
a. Internal
Faktor internal stres bersumber dari diri sendiri.
b. Eksternal
Faktor eksternal bersumber dari keluarga masyarakat dan lingkungan.
Faktor yang menimbulkan stres yang dihadapi lanjut usia menurut :
Stocklager ( 2008) Adalah :
1) Kehilangan dukungan sosial.
Individu mencapai lanjut usia jaringan pendukung soasial mulai
terpecah ketika teman meninggal atau pindah. Kekuatan dan
kenyamanan yang diberikan membantu individu menahan mengatasi
kehilangan tidak ada.
2) Pensiun
3) Kehilangan pasangan
Salah satu yang terberat dialami individu adalah kematian pasangan.
4) Kematian anak usia dewasa
Anak Usia dewasa merupakan bagian penting dari jaringan dukungan
sosial lanjut usia.
5) Pengasingan keluarga
6) Perubahan citra tubuh
19
Perubahan fisik yang mempengaruhi gaya hidup dapat memperburuk
harga diri dan seksualitas.
7) Kehilangan keuangan
Lanjut usia sangat rentan terhadap penipuan keuangan.
3. Cara Managemen Stres
Definisi managemen stres adalah suatu pendekatan dengan metode
yang bersifat holistik, psikologik/psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.(
Hawari, 2011). Managemen stres merupakan upaya mengelola stres
dengan baik bertujuan mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai di
tahap yang paling berat (Hidayat, 2006). Berbagai cara dapat digunakan
membantu kebutuhan pasien lanjut usia berkaitan dengan kesehatan jiwa
dan rasa emosi. Managemen stres diantaranya adalah terapi dilingkungan
pasien dan dukungan kelompok (Mc. Cann, 2002).
4. Pelaksanaan Managemen Stres
Menurut Hidayat (2006) Manajemen stres yang dapat dilakukan
adalah :
a. Mengatur diet dan nutrisi
Diet adalah jumlah makanan yang dibutuhkan oleh tubuh sedangkan
nutrisi adalah subtansi organik yang dibutuhkan untuk fungsi normal
dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemulihan kesehatan didapatkan
dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Jadi
mengatur diet dan nutrisi upaya yang dilakukan untuk mengatur
asupan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh.
20
Pedoman pemberian deit dan nutrisi pada lanjut usia
1) Makanlah aneka ragam makanan
Mengonsumsi berbagai bahan makanan secara bergantian akan
menurunkan kekurangan zat gizi.
2) Makanlah sumber karbohidrat komplek (serealia, umbi) dalam
jumlah sesuai. Tujuannya adalah menjamin cukup serat.