Top Banner
Pengaruh Dukungan Sosial Sahabat Terhadap Penyesuaian Sosial Mahasiswa Baru di Lingkungan Perguruan Tinggi Uthia Estiane - Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. Due to heavy social adjustment problems and its effects to freshmen students in college, this study is aimed to determine whether there is an effect of best friend social support on freshmen students’ social adjustment to college. Freshmen students batch 2013 in Universitas Airlangga (N=203) completed psychological scale questionnaires Satisfaction of Social Support Questionnaire (SSQ-S) and Social Adjustment Sub Scale from Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ). Results reveal freshmen students’ social adjustment to college effected 4,8% by best friend social support. The other 95,2% effected by other dimensions of best friend social support and the factors could effect social adjustment in college. Good social support sources could lead them to good social adjustment to college, in order to achieve good performance and accomplishment in college. Keywords: Social Adjustment to College; Best Friend Social Support; Freshmen Students Abstrak. Mempertimbangkan besarnya permasalahan penyesuaian sosial yang dialami serta dampaknya bagi mahasiswa baru di perguruan tinggi, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dukungan sosial sahabat terhadap penyesuaian sosial mahasiswa baru di lingkungan perguruan tinggi. Angket Social Support Questionnaire-Satisfaction (SSQ-S) dan Social Adjustment Sub Scale skala Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ) disebarkan pada 203 orang mahasiswa baru Universitas Airlangga tahun angkatan 2013. Hasil yang diperoleh adalah terdapat pengaruh dukungan sosial sahabat terhadap penyesuaian sosial mahasiswa baru di lingkungan perguruan tinggi sebesar 4,8%. 95,2% pengaruh disebabkan oleh dimensi-dimensi lain dari dukungan sosial sahabat dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial terhadap lingkungan perguruan tinggi lain. Pemilihan sumber-sumber dukungan sosial yang baik bagi mahasiswa baru dapat membantu proses penyesuaian diri secara sosial mereka terhadap lingkungan perguruan tinggi, sehingga mahasiswa baru dapat beradaptasi dan berprestasi dengan baik. Kata kunci: Penyesuaian Sosial di Lingkungan Perguruan Tinggi; Dukungan Sosial Sahabat; Mahasiswa Baru Korespondensi: Uthia Esane, e-mail: [email protected] --- Fakultas Psikologi Univeritas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286 29 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 4 No. 1 April 2015
12

Journal Unair

Nov 03, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Journal Unair

Pengaruh Dukungan Sosial Sahabat Terhadap Penyesuaian Sosial Mahasiswa Baru di Lingkungan Perguruan Tinggi

Uthia Estiane- Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Abstract. Due to heavy social adjustment problems and its effects to freshmen students in college, this study is aimed to determine whether there is an effect of best friend social support on freshmen students’ social adjustment to college. Freshmen students batch 2013 in Universitas Airlangga (N=203) completed psychological scale questionnaires Satisfaction of Social Support Questionnaire (SSQ-S) and Social Adjustment Sub Scale from Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ). Results reveal freshmen students’ social adjustment to college effected 4,8% by best friend social support. The other 95,2% effected by other dimensions of best friend social support and the factors could effect social adjustment in college. Good social support sources could lead them to good social adjustment to college, in order to achieve good performance and accomplishment in college.

Keywords: Social Adjustment to College; Best Friend Social Support; Freshmen Students

Abstrak.Mempertimbangkan besarnya permasalahan penyesuaian sosial yang dialami serta dampaknya bagi mahasiswa baru di perguruan tinggi, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dukungan sosial sahabat terhadap penyesuaian sosial mahasiswa baru di lingkungan perguruan tinggi. Angket Social Support Questionnaire-Satisfaction (SSQ-S) dan Social Adjustment Sub Scale skala Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ) disebarkan pada 203 orang mahasiswa baru Universitas Airlangga tahun angkatan 2013. Hasil yang diperoleh adalah terdapat pengaruh dukungan sosial sahabat terhadap penyesuaian sosial mahasiswa baru di lingkungan perguruan tinggi sebesar 4,8%. 95,2% pengaruh disebabkan oleh dimensi-dimensi lain dari dukungan sosial sahabat dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial terhadap lingkungan perguruan tinggi lain. Pemilihan sumber-sumber dukungan sosial yang baik bagi mahasiswa baru dapat membantu proses penyesuaian diri secara sosial mereka terhadap lingkungan perguruan tinggi, sehingga mahasiswa baru dapat beradaptasi dan berprestasi dengan baik.

Kata kunci: Penyesuaian Sosial di Lingkungan Perguruan Tinggi; Dukungan Sosial Sahabat; Mahasiswa Baru

Korespondensi:

Uthia Estiane, e-mail: [email protected] Psikologi Univeritas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286

29Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental

Vol. 4 No. 1 April 2015

Page 2: Journal Unair

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan MentalVol. 4. No. 1 April 2015

30

Uthia Estiane, ---

PENDAHULUAN

Menyesuaikan diri di perguruan tinggi

selepas bangku sekolah menengah dapat menjadi

transisi yang sulit bagi banyak mahasiswa.

Masa transisi dari bangku sekolah menuju

bangku perkuliahan adalah sebuah proses yang

kompleks. Di Indonesia, sebagian besar remaja

yang lulus dari sekolah menengah, melanjutkan

pendidikannya hingga ke perguruan tinggi

(Monks, 2002). Keputusan untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi sendiri

memiliki berbagai alasan. Dari keinginan untuk

mengenyam pendidikan tinggi, memperoleh gelar,

menambah pengetahuan, hingga pengembangan

diri (Sharma, 2012).

Perguruan tinggi bukanlah sekadar jalur

pendidikan lanjutan dari sekolah menengah.

Menurut Salam (2004), perguruan tinggi

merupakan suatu yang hakiki dari taraf

pendidikan tinggi sesuai dengan tuntutan dari

pendidikan tinggi. Memasuki perguruan tinggi

berarti melibatkan diri di dalam situasi hidup

dan situasi akademis yang secara fundamental

berbeda dengan apa yang pernah dialami dalam

lingkungan sekolah menengah. Konsekuensinya,

manusia wajib melakukan adaptasi dengan dunia

baru yang penuh dengan liku-liku dan seluk

beluk serta penuh resiko, khususnya adaptasi pola

berpikir, belajar, berkreasi dan bertindak dalam

menjalani kehidupan di kampus.

Menurut White & Watt (dalam Gutama,

2004) penyesuaian diri yang paling nampak

pada mahasiswa baru berkaitan dengan

sistem pembelajaran yang berbeda dengan

sekolah menengah. Proses pembelajarannya

yang berlangsung lebih cepat, tuntutan akan

pemahaman yang lebih mendalam terhadap

materi, materi pembelajaran yang berbeda

dengan sekolah menengah, cara mengajar

dosen, pengurusan perkuliahan yang dilakukan

secara mandiri oleh mahasiswa; hal-hal tersebut

menyebabkan mahasiswa baru membutuhkan

proses dalam menghadapi perubahan-perubahan

yang terjadi di perguruan tinggi.

Selain itu, mahasiswa baru dituntut untuk

dapat mengerti tentang tata etika yang berlaku

dalam lingkungan kampus, khususnya tentang

asas-asas etika kehidupan kampus yang ideal

dan yang dapat dikembangkan dalam lingkungan

masyarakat kampus. Mahasiswa baru diharapkan

untuk tidak memiliki perilaku-perilaku yang

menyimpang dan kejahatan yang bertentangan

dengan etika kehidupan kampus. Etika kehidupan

kampus ini ingin mengantarkan mahasiswa baru

agar memiliki sikap dan perilaku yang tertib,

teratur, dan kondusif bagi mahasiswa untuk

mengikuti pendidikan selama duduk sebagai

mahasiswa (Sujana, 2004).

Hurlock (1980) mengungkapkan bahwa

salah satu tugas perkembangan masa remaja yang

paling sulit berhubungan dengan penyesuaian

Page 3: Journal Unair

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan MentalVol. 4. No. 1 April 2015

31

Pengaruh Dukungan Sosial Sahabat Terhadap Penyesuaian Sosial Mahasiswa Baru di Lingkungan Perguruan Tinggi

sosial. Meskipun tidak semua remaja mengalami

masa badai dan tekanan, namun sebagian

besar remaja mengalami ketidakstabilan dari

waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha

penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan

harapan sosial yang baru. Hal ini tentunya

memicu timbulnya berbagai permasalahan bagi

mahasiswa baru sebagai remaja.

Dari beberapa hasil wawancara terhadap

mahasiswa baru angkatan 2013 di Universitas

Airlangga menunjukkan bahwa terdapat

permasalahan penyesuaian sosial terhadap

lingkungan perguruan tinggi pada mahasiswa

baru di Universitas Airlangga. Perbedaan-

perbedaan yang mereka rasakan, transisi dari

dunia sekolah menuju dunia perkuliahan ini,

menjadi pemicu utama munculnya berbagai

permasalahan mahasiswa baru. Beberapa hal

yang dapat mempengaruhi performa individu di

perguruan tinggi, diantaranya lokasi, kebiasaan

belajar, jarak dari rumah dan faktor personal

lainnya (Morgans, 2002).

White & Watt (dalam Gutama, 2004)

menyebutkan, mahasiswa baru lebih sering

mengalami gangguan perilaku karena mereka

berada pada masa transisi. Mahasiswa baru

dihadapkan pada situasi baru yang asing dan suatu

kehidupan baru yang penuh dengan tantangan,

sedangkan di sisi lain mereka memiliki berbagai

pengalaman dan kebiasaan lama yang belum

tentu sesuai dengan kehidupan baru mereka.

Keberhasilan di perguruan tinggi tidak hanya

dikaitkan dengan kurikulum dan jumlah waktu

belajar saja, faktor lingkungan dari perguruan

tinggi pun ikut mempengaruhi keberhasilan,

seperti pola interaksi dosen pengajar dengan

mahasiswa, mahasiswa dengan teman sebaya,

dan lain-lain. Dengan kata lain, aspek perguruan

tinggi sebagai suatu sistem sosial turut berperan

terhadap pencapaian prestasi mahasiswa.

Sebuah studi oleh Brier dan Paul

(2001) merujuk pada aspek “friendsickness”

sebagai sebuah determinan dari penyesuaian

diri seseorang di perguruan tinggi. Mereka

menggagas hal ini dari studi sebelumnya yang

menyatakan bahwa ketika seseorang kehilangan

kelompok teman akrab mereka, dan mereka

berada pada lingkungan yang tidak akrab, akan

muncul perasaan sedih secara emosional dan

rasa kehilangan yang mendalam. Para peneliti

menyimpulkan bahwa semakin erat sebuah

kelompok pertemanan, maka semakin sulit pula

bagi para anggotanya untuk berubah tanpa teman-

teman lama mereka. Hal ini menunjukkan bahwa

diantara bagian yang tersulit dari penyesuaian

sosial mahasiswa baru adalah meningkatnya

pengaruh dari kelompok sebaya dalam perubahan

perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru,

nilai-nilai baru, serta penolakan dari lingkungan

sosial yang baru (Nurdin, 2009).

Penyesuaian ke perguruan tinggi terdiri dari

berbagai tuntutan yang berbeda dalam bentuk dan

Page 4: Journal Unair

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan MentalVol. 4. No. 1 April 2015

32

Uthia Estiane, ---

tingkatan, serta membutuhkan banyak respon

coping atau penyesuaian (Sharma, 2012). Dalam

menghadapi permasalahan-permasalahan ini,

terdapat mahasiswa yang mampu menyesuaikan

diri dengan mudah namun ada pula mahasiswa

yang mengalami kesulitan. Kemampuan dalam

mengembangkan hubungan yang baru dan

efektif dengan lingkungan, dapat menjadi elemen

penting dari penyesuaian sosial.

Menurut Schneiders (1964), kondisi

kemampuan penyesuaian diri dan sosial

individu yang berbeda-beda dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, yakni kondisi fisik,

perkembangan dan kematangan, faktor

psikologis, kondisi lingkungan, dan faktor

budaya. Kondisi lingkungan di sini meliputi

kondisi rumah, keluarga, dan sekolah, baik itu

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Ketika

berhadapan dengan lingkungan baru, mahasiswa

membutuhkan dukungan sosial yang tinggi agar

dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan

perguruan tinggi, baik secara akademik maupun

sosial.

Penyesuaian yang baik adalah penyesuaian

yang ditandai dengan adanya pengetahuan dan

pandangan terhadap diri sendiri dan orang

lain; adanya obyektivitas dan penerimaan

sosial; pengendalian diri dan perkembangan

diri yang baik; memiliki tujuan dan arah yang

jelas; memiliki sudut pandang, penilaian dan

pandangan hidup yang memadai; memiliki rasa

humor; memiliki rasa tanggung jawab

sosial; memiliki kemampuan untuk bekerja sama

dan menaruh minat terhadap orang lain; memiliki

minat yang besar dalam melakukan pekerjaan dan

bermain; memiliki perkembangan kebiasaan yang

baik; adaptabilitas, memiliki kepuasan dalam

bekerja dan bermain; serta memiliki orientasi

yang menandai adanya realitas sosial (Schneiders,

1964).

Arkoff (1968) meyakini bahwa penyesuaian

diri di perguruan tinggi mencerminkan tentang

bagaimana seorang individu mencapai tuntutan-

tuntutan yang ada dan memberi dampak

terhadap pertumbuhan pribadinya. Lapsley,

Rice, & FitzGerald (1990) mengungkapkan

bahwa untuk dapat melewati masa transisi ini

dengan baik, dibutuhkan tingkat adaptasi yang

tinggi dari remaja. Selaras dengan pernyataan di

atas Tinto (1993) mengungkapkan, kemampuan

dalam mengatur dan menyeimbangkan antara

kehidupan sosial dan akademik dapat membantu

proses penyesuaian diri pada mahasiswa di

lingkungan perguruan tinggi.

Dukungan sosial yang baik dari

lingkungan dapat membantu mahasiswa baru

dalam mengatasi permasalahan-permasalahan

dan menghadapi masa transisinya dengan baik

(Cutrona, 1996). Individu dengan lingkungan

sosial yang penuh dukungan emosional,

instrumental maupun informasi yang baik ketika

mereka membutuhkan, menunjukkan tingkatan

Page 5: Journal Unair

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan MentalVol. 4. No. 1 April 2015

33

Pengaruh Dukungan Sosial Sahabat Terhadap Penyesuaian Sosial Mahasiswa Baru di Lingkungan Perguruan Tinggi

stres dan gejala depresi yang lebih rendah dalam

menghadapi peristiwa hidup dibandingkan

dengan mereka yang tidak (Cohen & Wills, 1985;

Thoits, 1995).

Sarason (1990) menyatakan bahwa

dukungan sosial yang diperoleh individu berasal

dari lingkungan keluarga dan teman sebaya.

Mahasiswa baru yang meninggalkan lingkungan

keluarganya untuk belajar di perguruan tinggi,

praktis lebih sering berinteraksi dengan

lingkungan teman sebayanya. Martin, Swartz-

Kulstad, dan Madson (1999) menemukan,

dukungan yang dirasakan oleh mahasiswa

dari hubungan pertemanan mereka dapat

memberikan kontribusi terhadap proses

penyesuaian mahasiswa di perguruan tinggi.

Dukungan sosial dari teman sebaya merupakan

faktor pembentuk penyesuaian sosial terhadap

lingkungan perguruan tinggi yang penting,

karena teman sebaya dapat bertindak sebagai

panutan, menjadi acuan grup, seorang pendengar,

seseorang yang dapat mengerti, seorang kritikus,

seorang penasihat, dan seorang pendamping

(Richey & Richey, 1980; Tokuno, 1986).

Brissette, Scheier, & Carver (2002)

mengutarakan, ada kemungkinan bahwa

perbedaan kualitas lingkungan sosial berdampak

secara kritis terhadap tingkat penyesuaian diri

yang lebih baik. Hal ini dapat berarti, kualitas

lingkungan sosial yang tinggi mampu memberikan

tingkat kepuasan terhadap dukungan sosial yang

lebih tinggi daripada kualitas lingkungan sosial

yang rendah. Semakin tinggi kualitas lingkungan

sosial yang dimiliki, maka semakin tinggi pula

tingkat kepuasan terhadap dukungan sosial yang

dimiliki. Semakin rendah kualitas lingkungan

sosial yang dimiliki, maka semakin rendah pula

tingkat kepuasan terhadap dukungan sosial yang

dimiliki. Tinggi rendahnya tingkat kepuasan

terhadap lingkungan sosial dapat mempengaruhi

pola perilaku yang ditunjukkan oleh individu

terhadap lingkungan sosialnya, maka dalam

hal ini kualitas dari lingkungan sosial dapat

memberikan dampak terhadap kemampuan

penyesuaian sosial dari individu, dalam penelitian

ini khususnya pada lingkungan perguruan tinggi

dari mahasiswa baru.

Penyesuaian Sosial di Lingkungan Perguruan

Tinggi

Baker & Siryk (1984) mengungkapkan

bahwa bagaimana mahasiswa menyesuaikan

diri selama tahun pertama di universitas, dapat

menjadi landasan bagi kemampuan adaptasi

mereka terhadap peristiwa-peristiwa berikutnya

selama kehidupan mereka di perguruan tinggi.

Studi menyebutkan bahwa 20% hingga 25%

mahasiswa tahun pertama tidak menyelesaikan

pendidikan tahun keduanya (Hamilton &

Hamilton, 2006), dan lebih jauh lagi 20%

hingga 30% mahasiswa memilih meninggalkan

universitas di tahun berikutnya (Grayson &

Page 6: Journal Unair

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan MentalVol. 4. No. 1 April 2015

34

Uthia Estiane, ---

Grayson, 2003). Morgans (2002) menyatakan, hal

ini disebabkan oleh kegagalan mahasiswa baru

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan

barunya, pada tahun pertamanya di perguruan

tinggi.

Penelitan terdahulu menyebutkan bahwa

apabila mahasiswa mampu menyesuaikan diri

secara akademik dengan baik, maka baiklah

seluruh kemampuan penyesuaian dirinya terhadap

lingkungan perguruan tinggi (dalam Morgans,

2002). Sebuah tinjauan artikel oleh Creedon dan

Pantages (1978) menyebutkan, apabila berbicara

tentang penyesuaian diri terhadap lingkungan

perguruan tinggi, sangatlah penting untuk tidak

hanya melihatnya dari satu aspek saja, namun ke

lebih banyak aspek. Berdasarkan hasil tinjauan

tersebut, penyesuaian sosial di perguruan tinggi

memiliki porsi yang sama pentingnya dengan

penyesuaian di perguruan tinggi secara akademik.

Sayangnya, topik ini jarang menjadi fokus kajian

utama. Padahal kemampuan mahasiswa baru

dalam menyesuaikan sosial di lingkungan

perguruan tinggi dapat menjadi landasan bagi

perkembangan kemampuan penyesuaian diri

lainnya pada mahasiswa baru.

METODE PENELITIAN

Subyek penelitian ini adalah mahasiswa

baru angkatan 2013 Universitas Airlangga, salah

satu universitas negeri terbaik di Indonesia.

Diperoleh 203 subyek dengan rentang usia 18-21

tahun. Komposisi subyek laki-laki dan perempuan

adalah 115 dan 244 orang. Dari seluruh subyek, 77

orang berasal dari Program Studi S1 Psikologi, 79

orang berasal dari Program Studi S1 Akuntansi, 45

orang berasal dari Program Studi S1 Manajemen,

20 orang berasal dari Program Studi S1 Sosiologi,

43 orang berasal dari Program Studi S1 Farmasi,

dan 95 orang berasal dari Program Studi S1 Biologi.

Instrumen penelitian yang digunakan

adalah pengembangan dari dua skala psikologis:

(1) Social Support Questionnaire (SSQ), yang

disusun oleh Sarason, Levine, Basham dan

Sarason (1983). Skala pengembangan tersebut

terdiri dari dua dimensi yakni Perceived Availabity

of Social Support/Perasaan akan Tersedianya

Dukungan Sosial dan Satisfaction with Social

Support/Kepuasan terhadap Dukungan Sosial,

dengan total aitem sebanyak 27 butir dan enam

rentang pilihan jawaban. Nilai koefisien korelasi

aitem total bergerak dari angka 0,326 hingga

0,777. Koefisien reliabilitas alpha cronbach yang

diperoleh sebesar 0,916, menunjukkan bahwa

instrument tersebut reliabel. Penelitian ini

berfokus pada dimensi Satisfaction with Social

Support/Kepuasan terhadap Dukungan Sosial

atau Social Support Questionnaire–Satisfaction

(SSQ-S). (2) Social Adjustment Sub Scale dari

Student Adaptation to College Questionnaire

(SACQ), yang disusun oleh Baker & Siryk (1986).

Skala tersebut terdiri dari empat indikator yakni

Page 7: Journal Unair

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan MentalVol. 4. No. 1 April 2015

35

Pengaruh Dukungan Sosial Sahabat Terhadap Penyesuaian Sosial Mahasiswa Baru di Lingkungan Perguruan Tinggi

General/Umum, Other People/Orang Lain,

Nostalgia/Rasa Rindu, dan Social Environment/

Lingkungan Sosial, dengan total aitem sebanyak

20 butir dan empat rentang pilihan jawaban.

Nilai koefisien korelasi aitem total bergerak dari

angka 0,309 hingga 0,535. Koefisien reliabilitas

alpha cronbach yang diperoleh sebesar 0,856,

menunjukkan bahwa instrumen tersebut reliabel.

Data yang dikumpulkan tersebut

kemudian dilakukan uji asumsi klasik: (1)

Uji normalitas dengan menggunakan teknik

Kolmogorov-Smirnov Test dengan hasil signifikansi

skala dukungan sosial sahabat sebesar 0,067 dan

skala penyesuaian sosial di lingkungan perguruan

tinggi sebesar 0,127, menunjukkan bahwa kedua

distribusi data instrumen tersebut adalah normal.

(2) Uji linieritas dengan menggunakan Test for

Linearity dengan hasil nilai signifikansi linieritas

kedua variabel sebesar 0,000, menunjukkan

bahwa asumsi linieritas pada penelitian ini dapat

terpenuhi. (3) Uji heterokedastisitas dengan

melakukan identifikasi model scatter plot. Hasil

uji menunjukkan bahwa pada gambar terlihat

titik-titik yang menyebar secara acak, tidak

membentuk sebuah pola tertentu yang jelas

(melebar atau menyempit), serta tersebar baik di

atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal

ini berarti tidak terjadi heteroskedasdisitas pada

model regresi.

Setelah dilakukan uji asumsi klasik,

analisis data pada penelitian ini dilanjutkan

dengan pengujian hipotesis menggunakan teknik

analisis regresi linier sederhana. Wawancara pada

beberapa subyek dilakukan untuk memperkaya

pemahaman mengenai latar belakang masalah

penelitian.

Page 8: Journal Unair

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan MentalVol. 4. No. 1 April 2015

36

Uthia Estiane, ---

HASIL DAN BAHASAN

Hasil penelitian disajikan dalam tabel-tabel berikut:Tabel 1

Model Summary Analisis Regresi Linier Sederhana

Model Summaryb

R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the Estimate

1 .219a .048 .043 .18824a. Predictors: (Constant), Var_Yb. Dependent Variable: Var_X

Tabel 2Anova Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.1 Regression .357 1 .357 10.083 .002a

Residual 7.122 201 .035Total 7.479 202

a. Predictors: (Constant), Var_Yb. Dependent Variable: Var_X

Tabel 3Coefficients Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana

Coefficientsa

ModelUnstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) 4.152 .356 11.647 .000

Var_Y .015 .005 .219 3.175 .002a. Dependent Variable: Var_X

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa model

summary pada penelitian ini menunjukkan nilai

R = 0,219 dan R Square = 0,048 di mana memiliki

arti bahwa 4,8% variabel X mempengaruhi

variabel Y (95,2% dipengaruhi oleh variabel lain).

Pada tabel 2 hasil tabel anova diperoleh

nilai F hitung sebesar 10,083 dengan taraf

signifikansi 0,002. Oleh karena kriteria

pengujian taraf signifikansi < 0,05 Ho ditolak dan

signifikansi > 0,05 Ho diterima, maka hasil dari

penelitian ini adalah Ho ditolak (signifikansi

< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh dukungan sosial sahabat terhadap

penyesuaian sosial mahasiswa baru di

Page 9: Journal Unair

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan MentalVol. 4. No. 1 April 2015

37

Pengaruh Dukungan Sosial Sahabat Terhadap Penyesuaian Sosial Mahasiswa Baru di Lingkungan Perguruan Tinggi

lingkungan perguruan tinggi.

Sedangkan pada tabel 3, tabel Coefficients

menunjukkan bahwa nilai dari konstanta

regresi dukungan sosial sahabat = 4,125 dan

nilai konstanta regresi penyesuaian sosial di

lingkungan perguruan tinggi = 0,015. Sehingga

dapat dibentuk persamaan garis regresi linier

sederhana sebagai berikut:

Y = 4,125 + 0,015X

Persamaan garis regresi linier sederhana

di atas memiliki arti, tingginya nilai penyesuaian

sosial mahasiswa baru di lingkungan perguruan

tinggi dapat diprediksi dengan menjumlahkan

nilai dari konstanta regresi penyesuaian sosial

di lingkungan perguruan tinggi sebesar 4,125,

dengan nilai dari konstanta regresi dukungan

sosial sahabat sebesar 0,015 dikalikan besar nilai

dari dukungan sosial sahabat.

Pada tabel 2 hasil tabel anova diperoleh

nilai F hitung sebesar 10,083 dengan taraf

signifikansi 0,002. Oleh karena kriteria

pengujian taraf signifikansi < 0,05 Ho ditolak dan

signifikansi > 0,05 Ho diterima, maka hasil dari

penelitian ini adalah Ho ditolak (signifikansi

< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh dukungan sosial sahabat terhadap

penyesuaian sosial mahasiswa baru di

lingkungan perguruan tinggi.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa model

summary pada penelitian ini menunjukkan nilai

R = 0,219 dan R Square = 0,048 di mana memiliki

arti bahwa 4,8% variabel X mempengaruhi

variabel Y (95,2% dipengaruhi oleh variabel lain).

Hasil ini dapat disebabkan karena adanya dimensi

dari dukungan sosial sahabat dan faktor-faktor

yang mempengaruhi penyesuaian sosial terhadap

lingkungan perguruan tinggi lain yang tidak

diteliti oleh penulis. Selain dukungan sosial dari

sahabat, sumber dukungan sosial juga berasal

dari keluarga. Dukungan sosial dari keluarga

juga diprediksi memiliki kontribusi terhadap

kemampuan penyesuaian sosial mahasiswa baru

di lingkungan perguruan tinggi. Sedangkan

menurut Schneiders (1964), faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi penyesuaian sosial di

lingkungan perguruan tinggi pada mahasiswa baru

selain faktor lingkungan adalah faktor kondisi

fisik, faktor perkembangan dan kematangan,

faktor psikologis, dan faktor budaya. Faktor-

faktor tersebut perlu diteliti lebih jauh terkait

besar kontribusi yang dapat diberikan terhadap

kemampuan penyesuaian sosial mahasiswa baru

di lingkungan perguruan tinggi.

Hasil temuan dalam penelitian ini

mendukung asumsi dari Brissette, Scheier, &

Carver (2002) yang menyatakan bahwa perbedaan

kualitas lingkungan sosial berdampak secara

kritis terhadap tingkat penyesuaian diri yang

lebih baik. Kualitas lingkungan sosial yang tinggi

dapat memberikan tingkat kepuasan terhadap

dukungan sosial yang lebih tinggi daripada

kualitas lingkungan sosial yang rendah. Kepuasan

Page 10: Journal Unair

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan MentalVol. 4. No. 1 April 2015

38

Uthia Estiane, ---

terhadap lingkungan sosial yang tinggi dapat

mempengaruhi pola perilaku individu dengan

lingkungan sosialnya, dalam penelitian ini

dapat berdampak pula terhadap kemampuan

penyesuaian sosial dari individu. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa dukungan sosial

dari sahabat yang diperoleh mahasiswa baru,

dapat berdampak positif terhadap kemampuan

penyesuaian sosial mereka di lingkungan

perguruan tinggi.

Hasil penelitian ini juga mendukung

temuan yang menyatakan bahwa dukungan

sosial teman sebaya memberikan dampak positif

bagi penyesuaian sosial terhadap lingkungan

perguruan tinggi pada mahasiswa baru,

diantaranya penemuan oleh Martin, Swartz-

Kulstad, dan Madson (1999) yang menemukan

bahwa dukungan yang dirasakan oleh mahasiswa

dari hubungan pertemanan mereka dapat

memberikan kontribusi terhadap proses

penyesuaian mahasiswa di perguruan tinggi.

Hasil yang sama ditemukan dari penelitian

oleh Swenson, Nordstrom, & Hiester (2008),

yang menyatakan bahwa hubungan dengan

teman sebaya memberikan fungsi yang positif

terhadap kehidupan pada masa kanak-kanak,

remaja, dan dewasa. Dari sini dapat diasumsikan

bahwa hubungan dengan teman/sahabat dapat

pula memberikan manfaat bagi remaja pada

masa transisi ke perguruan tinggi. Hubungan

yang dekat dengan sahabat pada masa sekolah

menengah akan bermanfaat selama minggu-

minggu pertama memasuki perguruan tinggi,

akan tetapi pada minggu-minggu berikutnya

selama semester pertama akan lebih bermanfaat

apabila memiliki hubungan yang dekat dengan

teman-teman yang baru di kampus.

Kemampuan untuk menyesuaikan diri

secara sosial di lingkungan perguruan tinggi

merupakan hal yang penting. Karena kegagalan

dalam menyesuaikan diri secara sosial terhadap

lingkungan perguruan tinggi dapat berakhir

dengan keputusan untuk meninggalkan

universitas (Morgans, 2002). Sesuai dengan hasil

studi yang menunjukkan bahwa 20% hingga 25%

mahasiswa tahun pertama tidak menyelesaikan

pendidikannya tahun keduanya (Hamilton

& Hamilton, 2006), dan lebih jauh lagi 20%

hingga 30% mahasiswa memilih meninggalkan

universitas di tahun yang berurutan (Grayson

& Grayson, 2003). Alasan akan tingginya angka

keluarnya mahasiswa dari universitas adalah

karena banyaknya kesulitan yang dihadapi dan

stressor pada awal kehidupan di universitas.

Pascarella dan Terenzini (1991)

menjelaskan proses transisi ke perguruan tinggi

sebagai sebuah keterkejutan budaya yang

melibatkan proses pembelajaran kembali dari

aspek sosial dan psikologis secara signifikan,

dalam menghadapi pergulatan dengan ide-ide

baru, dosen-dosen baru, teman-teman baru

dengan nilai yang berbeda-beda, kebebasan baru,

Page 11: Journal Unair

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan MentalVol. 4. No. 1 April 2015

39

Pengaruh Dukungan Sosial Sahabat Terhadap Penyesuaian Sosial Mahasiswa Baru di Lingkungan Perguruan Tinggi

kesempatan baru, serta tuntutan-tuntutan baru

secara sosial. Untuk itu diperlukan suatu upaya

baik dari perguruan tinggi maupun instansi

terkait guna mengembangkan program-program

pembimbingan terhadap mahasiswa baru

yang lebih intensif, agar mahasiswa baru tidak

mengalami keterkejutan budaya lingkungan

perguruan tinggi secara berlarut-larut.

Selaras dengan itu studi oleh Mattanah

et. al. (2010) mengungkapkan bahwa program

intervensi yang dibimbing oleh teman sebaya

dapat memberikan dampak yang positif terhadap

kemampuan penyesuaian sosial terhadap

lingkungan perguruan tinggi pada mahasiswa

setara jenjang S1. Hal ini senada dengan pendapat

dari Cutrona (1996) yang menyatakan bahwa

dukungan sosial yang baik dapat membantu

individu dalam `mengatasi permasalahan dan

menghadapi masa transisinya dengan baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh dukungan sosial sahabat terhadap

penyesuaian sosial mahasiswa baru di lingkungan

perguruan tinggi sebesar 4,8%. 95,2% pengaruh

disebabkan oleh dimensi-dimensi lain dari

dukungan sosial sahabat dan faktor-faktor yang

mempengaruhi penyesuaian sosial terhadap

lingkungan perguruan tinggi lain yang tidak

diteliti oleh penulis.

PUSTAKA ACUAN

Arkoff, A. (1968). Adjustment and Mental Health. New York: McGraw-Hill.Baker, R. W., & Siryk, B. (1984). Measuring adjustment to college. Journal of Counseling Psychology, 31,

179-189.______________________(1986). Exploratory Intervention With a Scale Measuring Adjustment to

College. Journal of Counseling Psychology, Vol. 33, No. 1, 31-38.______________________ (1989). Student Adaptation to College Questionnaire: Manual. Los Angeles:

Western Psychological Services.Brier, S. & Paul, E. L. (2001). Friendsickness in the transition to college: Precollege predictors and college

adjustment correlates. Journal of Counseling and Development, 79, 77-88.Brissette, I., Scheier, M.F., Carver., C.S. (2002). The Role of Optimism in Social Network Development,

Coping, and Psychological Adjustment During a Life Transition. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 82, No. 1, 102-111.

Cohen, S., & Wills, T. A. (1985). Stress, social support and the buffering hypothesis. Psychological Bulletin, 98, 310–357.

Creedon, C. F., & Pantages, T. J. (1978). Studies of college attrition: 1950-1975. Review of Education Research, 48, 49-101.

Cutrona E.C. (1996). Social Support in Couples. New Delhi: SAGE Publications,. Inc.Direktur Pendidikan Universitas Airlangga. (2013). Data Mahasiswa Baru Universitas Airlangga Tahun

Ajaran 2013/2014. Surabaya: Sub Unit Pendidikan Universitas Airlangga.Fokus. (2013, Oktober). 11 Prodi UA Masuk Jajaran Prodi Terbaik di Indonesia. PIH Unair 2013 [on-line].

Page 12: Journal Unair

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan MentalVol. 4. No. 1 April 2015

40

Uthia Estiane, ---

Diakses pada tanggal 22 Januari 2014 dari http://warta.unair.ac.id/warta.1508.html.Grayson, J.P., & Grayson, K. (2003). Research on retention and attrition. Does money matter: Millennium

Research Series, No. 6. Montreal: The Canada Millennium Scholarship Foundation.Gutama, P. S. (2004). Hubungan Antara Locus Of Control Eksternal Dengan Kecemasan Terhadap

Kegagalan Pada Mahasiswa Tahun Pertama. Skripsi (tidak di terbitkan). Jogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

____________(2008). Perkembangan Anak, Jilid 1 (6th ed). Jakarta: Erlangga.Lapsley, D. K., Rice, K. G., & FitzGerald, D. P. (1990). Adolescent attachment, identity, and adjustment

to college: Implications for the continuity of adaptation hypothesis. Journal of Counseling & Development, 68, 561–565.

Martin, W. E., Swartz-Kulstad, J. L., & Madson, M. (1999). Psychological factors that predict the college adjustment of first-year undergraduate students: Implications for college counselors. Journal of College Counseling, 2 (2), 121-133.

Mattanah, J.F., et. al. (2010). Journal of College Student Development, Vol. 51, No. 1, 93-108.Monks, J.F. Knoers, P.M.A., & Haditono, RS. (2002). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Morgans, K. A. (2002). The Social and Academic Adjustments of Students to College Life . National

Undergraduate Research Clearinghouse, 5. Available online at http://www.webclearinghouse.net/volume/ diakses 21 Juni 2013.

Nurdin. (2009). Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa Disekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol. IX, No.1, April 2009.

Pascarella, E.T., & Terenzini, P.T. (1991). How College Affects Students. San Francisco: Jossey-Bass.Richey, M.H. & Richey, H.W. (1980). The significance of best-friend relationship in adolescence.

Psychology in the Schools, 17, 536-540.Salam, B. (2004). Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Rineka Cipta.Sarason, I.G., Levine, H.M., Basham, R.B, Sarason B.R. (1983). Assessing Social Support: The Social

Support Questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology. 44:127-39. Sarason, B.R., Pierce, G.R., Sarason I.G. (1990). Social Support an Interactional View. New York: John

Willey.Sarason, S.B. (1990). The Predictable Failure of Educational Reform: Can We Change Course Before It’s

Too Late? San Fransisco: Jossey-Bass.Schneiders, A.A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt, Rinehart and Winston.Sharma, B. (2012). Adjustment and Emotional Maturity Among First Year College Student. Pakistan

Journal of Social and Clinical Psychology, Vol. 10, No. 2, 32-37.Sujana, N. (2004). Pengetahuan Dasar Bagi Mahasiswa Baru Memasuki Perguruan Tinggi. Surabaya:

UPT-MKU Universitas Airlangga.Swenson, L.M., Nordstrom, A., Hiester, M. (2008). Journal of College Student Development, Vol. 49, No.

6, 551-567.Thoits, P. A. (1995). Stress, coping and social support processes: Where are we? What next? Journal of

Health and Social Behavior, 36 (Suppl. 1), 53–79.Tinto, V. (1993). Leaving College: Rethinking the Causes and Cures of Student Attrition. Second Edition.

Chicago: University of Chicago Press.Tokuno, K. A. (1986). The early adult transition and friendships: Mechanism of support. Adolescence,

21, 293-606.