Top Banner
JOURNAL READING Induction Chemotherapy in Technically Unresectable Locally Advanced Carcinoma of Maxillary Sinus Disusun oleh : Fathinah Anis Balweel Universitas Pelita Harapan 071201000089 Pembimbing : dr. Khairan Irmansyah, Sp THT -KL, M.Kes KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU THT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO Periode 20 April 2015 – 23 Mei 2015
30

journal THT = NACT \ induction chemotherapy.

Sep 26, 2015

Download

Documents

fathinbalweel

Induction Chemotherapy in Technically Unresectable Locally Advanced Carcinoma of Maxillary Sinus

KEMOTERAPI INDUKSI PADA KARSINOMA SINUS MAKSILA LANJUT LOKAL YANG SECARA TEKNIS TIDAK DAPAT DI RESEKSI

JURNAL THT
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

JOURNAL READING

Induction Chemotherapy in Technically Unresectable Locally Advanced Carcinoma of Maxillary Sinus

Disusun oleh :Fathinah Anis BalweelUniversitas Pelita Harapan071201000089

Pembimbing : dr. KhairanIrmansyah, SpTHT-KL, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU THTFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPANRUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTOPeriode 20 April 2015 23 Mei 2015

LEMBAR PENGESAHAN

JOURNAL READING

INDUCTION CHEMOTHERAPY IN TECHNICALLY UNRESECTABLE LOCALLY ADVANCED CARCINOMA OF MAXILLARY SINUS

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di bagianIlmu THT Rumah Sakit Pusat Angkatan DaratGatot SoebrotoJakarta

Disusun oleh :Fathinah Anis BalweelUniversitas Pelita Harapan

Jakarta, Mei 2015Moderator,

dr. Khairan Irmansyah, Sp THT-KL, M.Kes

KEMOTERAPI INDUKSI PADA KARSINOMA SINUS MAKSILA LANJUT LOKAL YANG SECARA TEKNIS TIDAK DAPAT DI RESEKSI

Latar Belakang: Karsinoma sinus maksila lanjut lokal sudah dilaporkan memiliki prognosis yang buruk sejak dulu. Kami mengevaluasi peran dari NACT (Neoajdjuvant Chemotherapy/ Adjuvan Kemoterapi) dalam meningkatkan hasil akhir pada pasien ini.

Metode: 41 pasien penderita karsinoma sinus maksila lanjut lokal yang secara teknis tidak dapat di reseksi (stadium IVa) atau karsinoma sinus maksila yang tidak dapat di reseksi (stadium IVb) diberikan pengobatan induksi kemoterapi pada tahun 2008 hingga 2011. Profil demografi, respon dan toksisitas kemoterapi, pengobatan definitive yang diterima, angka harapan hidup tanpa mengurangi penyebaran/perkembangan penyakit (progression free survivals / PFS) dan angka harapan hidup keseluruhan (Overall survivals / OS) dianalisa. Analisa variasi tunggal dan multi-variasi dilakukan untuk menentukan faktor yang berhubungan dengan PFS dan OS. Hasil: Kemoterapi ini meliputi dua jenis obat yaitu platinum dan taxane pada 32 pasien (82,9%) dan menggunakan tiga jenis obat yaitu platinum, taxane dan 5 fluorouracil pada 7 pasien (17,1%). Setelah induksi, pengobatan dilanjutkan dengan operasi pada 12 pasien (29,3%), kemoterapi-radioterapi pada 24 pasien (58,5%), radioterapi radikal pada 1 pasien (2,4%), radioterapi paliatif pada 1 pasien (2,4%). Secara keseluruhan, perhitungan rata-rata PFS adalah 10 bulan. Perhitungan OS pada 24 bulan dan 36 bulan yaitu masing-masing 41% dan 35%.

Kesimpulan: Pada karsinoma sinus maksila yang tidak dapat reskesi, induksi kemoterapi secara klinis memberikan keuntungan yang signifikan dengan tingkat toksisitas yang masih dapat diterima.

1. Pendahuluan

Karsinoma sinus maksila adalah suatu kejadian yang langka. Penyakit ini mewakili kurang dari 1 % tumor pada leher dan kepala. Sebagai konsekuensinya, terdapat bukti tingkat tinggi yang terbatas untuk menentukan terapi yang ideal pada pasien dengan tumor maksila [16]. Secara epidemiologinya, sebagian besar kanker yang muncul di lokasi ini adalah karsinoma sel skuamosa dan umumnya tampak pada stadium lanjut [1]. Tumor ini biasanya memerlukan operasi yang luas dan morbid diikuti dengan radiasi adjuvan. Meskipun prosedur ini telah terbukti meningkatkan hasil akhir, efek jangka panjangnya masih belum cukup memuaskan [5-11].Hampir 25-35% dari pasien menderita penyakit local yang sudah lanjut dan tidak dapat direseksi [5,11]. Pasien-pasien ini secara tradisional diobati dengan radioterapi radikal dengan atau tanpa kemoterapi yang bersamaan. Kelangsungan hidup secara keseluruhan selama 5 tahun dalam subkelompok pasien ini suram, sekitar 9-25% [7, 9, 12]. Mengingat hasil tersebut, terdapat kebutuhan mendesak untuk paradigma pengobatan baru bagi pasien dengan karsinoma maksila, terutama pasien dengan penyakit yang tidak dapat direseksi atau mereka yang akan membutuhkan reseksi morbid.Induksi atau kemoterapi neoadjuvan (NACT) yang dilakukan sebelum pengobatan lokal definitif telah digunakan pada karsinoma sinus maksila dan dilaporkan jumlah data yang kembali (response rate) sekitar 60-70%. Angka harapan hidup melalui pendekatan ini adalah 77% pada 2 tahun, seperti yang dilaporkan oleh Hanna dan kawan-kawan (dkk) [3]. Karena kami memiliki beberapa pasien dengan karsinoma lanjut lokal dan yang tidak dapat direseksi, kami mulai menggunakan kemoterapi induksi sebelum pengobatan definitif lokal. Tujuan utama dari NACT ini adalah untuk mengurangi ukuran tumor seminimal mungkin agar dapat direseksi. Kami menyajikan hasil percobaan kami dalam mengobati tumor sinus lokal lanjut yang secara teknis tidak dapat direseksi ini dengan NACT diikuti dengan penilaian ulang untuk pengobatan lokal.

Total pasien = 41

Kebutuhan kemoterapi*1) Tidak dapat reseksi (T4b) = 2 pasien (4,9%)2) Secara teknis tidak dapat direseksi (39 pasien (95,1%)).a) Keterlibatan piringan pterigoid (6 pasien)b) Keterlibatan fosa infratemporal (20 pasien)c) Keterlibatan orbita mencapai fosa anterior kranii (13 pasien).

Pilihan kemoterapi (keuangan dan keinginan untuk masuk ke ruangan)1) Regimen 3 obat = 7 pasien (17,1%)2) Regimen 2 obat = 34 pasien (82,9%)

GAMBAR 1 : Bagan kebutuhan kemoterapi dan pilihan kemoterapi. Keputusan ini mengenai alasan pemberian NACT ini diambil oleh badan multispesialis .

2. Bahan dan Metode

Seluruh pasien dengan karsinoma sel skuamosa pada sinus maksila yang pernah ada di Departemen Rawat Jalan Onkologi Medis Kepala dan Leher diantara bulan Januari tahun 2008 dan bulan Desember tahun 2011 sudah dievaluasi. Pasien-pasien yang diobati dengan NACT masuk dalam analisa ini. Data dikumpulkan pada demografi, investigasi awal, tahapan penyakit, indikasi NACT, rincian kemoterapi, respon kemotoksisitas, rincian pengobatan paska-NACT, pola kegagalan dan angka harapan hidup keseluruhan. Pengobatan untuk seluruh pasien yang disajikan ini didiskusikan dalam klinik multidisiplin. Setelah pemeriksaan klinis dan investigasi radiologi, tumor dipertimbangkan sebagai tumor yang tidak dapat direseksi karena stadium lanjut (T4b) atau secara teknis tidak dapat direseksi dimeja operasi terkait dengan batas/margin positif pada tumor atau reseksi ekstrim yang berakhir morbid (gambar 1). Kemudian, pasien-pasien ini menerima 2 siklus kemoterapi yaitu kombinasi 2 obat, platinum dan taxane dan juga kombinasi 3 obat, docetaxel, cisplatin dan 5 fluorouracil. Pilihan dari kemoterapi ini tergantung pada status kinerja, masalah logistik dan status keuangan. Pengalaman pribadi kami telah menunjukan bahwa regimen 3 obat ini memerlukan waktu yang lebih panjang untuk rawat inap, pencegahan/profilaksis faktor pertumbuhan (growth factor) dan secara umum lebih mahal dibandingkan regimen 2 obat. Penggunaan platinum tergantung dengan kalkulasi serum pembersihan kreatinin sesuai dengan rumus Cockroft Gault yang sudah dimodifikasi. Apabila pembersihan kreatinin diatas 60 mL/min, maka digunakan cisplatin. Carboplatin merupakan agen pilihan yang digunakan apabila pembersihan kreatinin dibawah 60 mL/min. Dosis standar dari kemoterapi ini sesuai dengan yang sebelumnya digunakan. Seluruh pasien menyelesaikan 2 siklus kemoterapi dan menjalani pemeriksan pencitraan aksial (baik CT dengan kontras maupun MRI paranasal sinus dan region servikal) selama 2 - 4 minggu. Respon terhadap terapi diukur berdasarkan kriteria RECIST (response evaluation criteria in solid tumours/ kriteria evaluasi respon pada tumor solid). Perawatan lebih lanjur ditetapkan dalam klinik multidisiplin. Pada pasien-pasien dengan penyakit yang stabil atau menunjukan respon apa saja, dapat menjalani antara operasi definitif diikuti kemoradiasi atau radioterapi definitif. Pasien dengan penyakit progresif dirawat dngan tujuan paliatif. Setelah menyelesaikan pengobatan, pasien ditindaklanjuti dengan pemeriksaan klinis secara reguler dan pemeriksaan pencitraan agar dapat mendokumentasikan pola kekambuhan. Seluruh pasien ditindaklanjuti dan diikuti perkembangannya sampai pasien meninggal. Analisis statistik menggunakan program SPSS versi 16. Data rincian demografi, respon untuk kemoterapi induksi, toksisitas dari induksi, PFS dan OS dilaporkan. Analisa Kaplan Meier digunakan untuk estimasi waktu pada data.PFS dihitung dari tanggal siklus kemoterapi pertama, dilanjutan sampai perkembangannya hingga tanggal kematiannya apabila terjadi lebih cepat. Sedangkan OS dihitung dari tanggal pertama kali menjalani kemoterapi hingga tanggal kematian. Uji log-rank digunakan untuk analisa awal variasi tunggal terhadap faktor yang mempengaruhi PFS dan OS. Variabel yang diuji meliputi usia, jenis kelamin, serum albumin, serum hemoglobin, indeks massa tubuh, stadium tumor, respon terhadap NACT, regimen obat, intensitas dosis, dan pengobatan lokal. Karena beberapa tes digunakan, akhirnya metode koreksi Bonferroni diterapkan [14]. Nilai dianggap penting jika di bawah 0.005.

TABEL 1: Tumor awal terkait dengan parameterNomer (%)

Tahap T2 (5 %)

T3

T4a37 (90%)

T4b2 (5 %)

Tahap N23 (56%)

N0

N16 (14 %)

N212 (30%)

N30

Tahap Pengelompokan39 (95%)

Tahap IVA

Tahap IVB2 (5 %)

Tingkatan tumor23 (56%)

Tingkat 1

Tingkat 210 (24.5%)

Tingkat 38 (19,5 %)

3. Hasil

Empat puluh satu pasien dimasukan kedalam analisa. Dua pasien tumor stadium T4b. Pasien lainnya memiliki tumor stadium T4a yang dianggap tidak dapat direseksi secara teknis akibat keterlibatan piringan pterygoid apda 6 pasien, keterlibatan fosa intfratemporal pada 20 pasien dan keterlibatan orbita hingga fosa anterior kranii pada 13 pasien. Rincian penyakit terkait disajikan dalam tabel 1. Semua pasien memiliki karsinoma sel skuamosa. Stadium tumor yang dapat didiferensiasikan dengan baik yaitu pada 23 pasien (56%), dengan diferensiasi sedang 10 pasien (24,5%) dan dengan diferensiasi buruk 8 pasien (19,5%). Usia rata-rata yaitu 48 tahun (21-71 tahun). Rasio seks yaitu 33 : 8. Secara respektif, nilai hemoglobin rata-rata yaitu 12,2 g/dL, 4 mg/dL, dan 21,3 Kg/m3.

3.1Rincian KemoterapiJumlah rata-rata siklus terapi yang diterima adalah 2 (kisaran 2-3). 34 pasien (82.9%) diberikan pengobatan dengan protokol 2 obat. Kemoterapi yang diberikan yaitu docetaxel dan cisplatin pada 10 pasien, docetaxel dan carboplatin pada 5 pasien, paclitaxel dan cisplatin pada 15 pasien, dan paclitaxel dan carboplatin pada 4 pasien. 7 pasien (17,1%) diobati dengan protocol regimen 3 obat yaitu docetaxel, cisplatin dan 5-fluorouracil. Seluruh pasien menyelesaikan setidaknya 2 siklus kemoterapi. Intensitas dosis kuartil ke 20 adalah 85,4%. Profil toksisitas setelah kemoterapi tersedia untuk 38 pasien dan digambarkan dalam tabel 2. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan NACT. Efek samping serius yaitu neutropenia fibril pada 8 pasien (21,05%) dan hiponatremia. Semua tingkatan hiponatremi dapat terlihat pada 24 pasien (63,16%) sedangkan tingkat 3-4 hiponatremi terlihat pada 11 pasien (28,95%).

3.2Evaluasi Respon Pasca-kemoterapiSesuai dengan kriteria RECIST, tidak terlihat satupun respon yang lengkap, tampak respon parsial pada 16 pasien (39%), penyakit stabil pada 18 pasien (43,9%) dan penyakit progresif pada 7 pasien (17,1%). Pengurangan rata-rata dari ukuran lesi adalah 20%. Plot waterfall dari pengurangan ukuran lesi diberikan pada gambar 2.

GAMBAR 2 : Plot waterfall dari pengurangan ukuran target yang terlihat setelah 2 siklus NACT diantara semua pasien. Aksis-Y menunjukan perubahan ukuran target. Simbol positif menunjukan peningkatan ukuran sedangkan simbol negatif menunjukan pengurangan dar ukuran target. Gambar batangan pada aksis X mewakili masing-masing pasien.

3.3Pengobatan Definitif Pasca-NACTSetelah penilaian kembali di klinik multidisiplin, pengobatan definitif yang sudah direncanakan yaitu operasi pada 12 pasien (29,3%), CT-RT pada 24 pasien (58,5%), radikal RT pada 1 pasien (2,4%), paliatif RT pada 3 pasien (7,3%). Namun, 9 pasien gagal untuk melanjutkan pengobatan dan 4 pasien tidak dapat menjalani pengobatan karena masalah logistik. Oleh karena itu, terapi terakhir adalah operasi yang diikuti dengan kemoradiasi pasca-operasi pada 8 pasien, kemoradiasi pada 21 pasien, radiasi radikal pada 1 pasien, radiasi paliatif pada 1 pasien, kemoterapi paliatif pada 4 pasien, dan tanpa pengobatan lokal pada 6 pasien. Diantara seluruh pasien yang menjalani operasi definitif, 7 pasien menjalani maksilektomi total dan 1 pasien menjalani maksilektomi suprastruktur. Reseksi yang dicapai yaitu R0 pada seluruh pasien. Status batasnya sudah dekat (2 mm atau kurang dari batas jaringan lunak). CR patologis dicapai 1 pasien. Di antara pasien yang menerima radiasi, juga diberikan kemoradiasi radikal pada 21 pasien, radiasi radikal untuk 1 pasien, kemoradiasi adjuvant untuk 8 pasien dan radiasi paliatif untuk satu pasien. Dosis ekuivalen rata-rata yang diterima tumor pada pasien ini adalah 66 Gy (20-70 Gy). Waktu fraksi rata-rata yaitu 33 (10-33). Teknik-teknik radiasi yang digunakan adalah 3-D CRT (3-dimensional conformal radiation technique) pada 8 pasien. IMRT (intensity modulated radiotherapy) pada 8 pasien, dan perencanaan konvensional pada pasien yang tersisa. Program radiasi yang direncanakan sebelumnya sudah diselesaikan oleh 27 pasien.

Grade 0Grade 1Grade 2Grade 3Grade 4

Anemia7211010

Neutropeni199136

Trombocitopeni275513

Muntah1781120

Gerakan Lambat1741142

Mukositis244910

Lelah209810

Hiponatermi1613NA74

Hipokalemi287NA30

Neutropenia fibrilNANANA35

TABEL 2: Rincian toksisitas kemoterapi induksi (n = 38). Angka-angka menggambarkan jumlah pasien.

GAMBAR 3: Grafik kelangsungan hidup yang menunjukkan efek albumin dasar pada angka kelangsungan hidup keseluruhan. Ini adalah satu-satunya variable yang mempengaruhi kelangsungan hidup.3.4Pola Kegagalan Hasil rata-rata tindak lanjut selama 36 bulan, 27 pasien mengalami kegagalan. Kegagalan lokal adalah tipe yang lebih mendominasi terlihat pada 26 pasien (96,3%). Satu pasien memiliki kegagalan lokal dan luas. Tingkat kontrol lokal adalah 34,1% pada 3 tahun. Rata-rata PFS adalah 10 bulan. Kemudian, OS pada 24 bulan dan 36 bulan masing-masing adalah 41% dan 35%. Variabel yang dievaluasi meliputi usia, jenis kelamin, serum albumin, hemoglobin, indeks massa tubuh, tingkatan tumor, respon terhadap NACT, regimen obat, intensitas dosis, dan pengobatan lokal. Tidak ada satu faktor pun yang mempengaruhi PFS sedangkan hanya ada satu faktor yang mempengaruhi OS yaitu nilai serum albumin dasar (Gambar 1 dan 2).

4. Diskusi

Karsinoma sinus maksila adalah tumor yang sulit untuk diobati. Kedekatan anatominya dengan struktur vital, sifatnya yang lokal dan lanjut pada presentasinya dan keagresivitasan biologi-nya telah menghasilkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan tumor kepala dan leher lainnya. Terdapat kekurangan dari studi random yang besar dan sudah diatur sebaik mungkin untuk secara spesifik menangani kanker maksila. Seperti yang terlihat pada tabel 3, kebanyakan dari studi ini adalah kasus retrospektif serial yang memiliki jumlah pasien yang sedikit, pasien yang dirawat selama puluhan tahun, dan keduanya memiliki kanker maksila stadium awal dan akhir, termasuk dengan pasien yang memiliki keganasanan sinus paranasal lainnya [4-7,9,12,15-22]. Data yang ada menunjukan bahwa pada tumor lokal lanjut, operasi yang diikuti dengan radiasi mengarah ke hasil yang lebih baik daripada radiasi radikal saja [5-8,12]. Ada beberapa studi mengenai kemoradiasi yang juga menunjukan keuntungan [4]. Secara keseluruhan, angka harapan hidup yang dilaporkan pada studi ini yaitu antara 34 - 40% dalam 5 tahun [2, 4, 23]. Studi yang sebelumnya pernah diterbitkan oleh Qureshi dkk dari tempat kami melaporkan sebanyak 38% angka harapan hidup selama 3 tahun [9]. Dalam penelitian ini, kami mengevaluasi peran kemoterapi induksi yang diikuti dengan terapi lokal. Kami secara spesifik ingin menilai kelayakan dan keefektivitasan operasi pada pasien setekah menjalani terapi induksi setiap kali memungkinkan. Alasan utama untuk menggunakan NACT yaitu karena hasil yang mengecewakan dengan menggunakan radiasi radikal saja. Dalam studi kami, semua pasien memiliki karsinoma sel skuamosa, penyakit T4, dan sekitar 2/3 pasien yaitu 28 pasien memiliki tumor yang menginvasi dari dasar tengkorak. Semua ini sudah didokumentasikan sebagai faktor resiko yang buruk pada literatur kami. Meskipun demikian, 35% dari OS 3 tahun kami masih dapat dibandingkan dengan literature yang sebelumnya kami terbitkan [9]. Secara signifikan, dalam penelitian kami sebelumnya, 37,5 % pasien memiliki margin positif setelah operasi sementara pada analisis ini, tidak ada margin positif meskipun semua pasien memiliki tumor yang tidak bisa direseksi secara teknis (Tabel 4). Kemoterapi induksi menghasilkan operasi yang sukses pada 12 dari 43 pasien yang secara teknis tidak dapat direseksi (27,9%). Faktor lain yang mungkin dapat meningkatkan hasil akhir dalam serial kami adalah dengan menggunakan teknik radioterapi konformal yang canggih. Dirix dkk sebelumnya telah melaporkan penggunaan 3D-CRT (3-dimensional conformal radiotherapy) dan IMRT (Intensity modulated radiotherapy) dalam hal ini [18]. Dalam laporan mereka, kontrol lokal selama 2 tahun dari 76 % dan OS dari 89% sudah dicapai. IMRT meningkatkan angka harapan hidup-bebas penyakit dari 60% hingga 72% dibandingkan dengan 3D-CRT (P = 0,002).

TABLE 3: Hasil terpilih pada karsinoma sinus maksilaStudiAngkaProporsi dari T4Kontrol LokalOS

Paulina dkk. [5]4850% (24)Sx + RT (3 tahun)-65.2%RT (3 tahun)-22,7%NR

Jansen dkk. [6]67359% (43)Sx + RT (5 tahun)-65%RT (5 tahun)-47%Sx + RT (5 tahun)-60% RT (5 tahun) - 9%

Waldron dkk. [15]11071% (78)5 tahun - 42%angka harapan hidup karena penyebab tetentu (5 tahun)- 43%

Hayashi dkk. [7]6248% (30)CT-RT + Sx(5 tahun)-84%RT (5 tahun)-18,2%CT-RT + Sx (5 tahun)-68,5% RT (5 tahun)-9,1%

Myers* dkk. [16]14188% (124)51% (rata-rata 336 hari)angka harapan hidup penyakit tertentu selama 5 tahun -52%

Duthoy* dkk. [17]3944%2 tahun - 73%invasi piringankribiform : 7 bulan2 tahun - 68%

Dirix dkk. [18]1275 tahun: 53%5 tahun: 54%

Hoppe dkk. [20]8552%5 tahun bebasprogresi lokal : 62%OS 5 tahun 67%

Gabriele* dkk. [12]31Sx + RT (5 tahun)-74%RT (5 tahun)-20%Sx + RT (5 tahun)-72% RT (5 tahun)-25%

Hoppe dkk. [20]3939 (100%)5 tahun: 21%5 tahun: 15%

Ramalingan dkk. [22]2412 (50%)5 tahun: 25%5 tahun: 25%

Qureshi dkk. [9]7336 (58,1%)3 tahun: 54,8%3 tahun: 38%

Jang dkk . [4]3022 (74%)5 tahun: 29%5 tahun: 34%

*Studi ini telah memasukan pasien dengan sinus paranasal, sisanya terbatas pada karsinoma sinus maksila.

TABLE 4: Perbandingan dari serial saat ini dengan serial sebelumnya yang diterbitkan dari institusi yang samaSerial Saat IniSerial Sebelumnya

Jumlah Pasien4162

Jangka waktu2008 - 20111994 - 1999

Stadium IV100,00 %58,50 %

Kemoterapi Induksi100,00 %0,00 %

Diobati secara Radikal100,00 %100,00 %

Nilai margin positif0,00 %37,50 %

OS 3 tahun 35,00 %38,00 %

Kami menggunakan kemoterapi induksi terutama terdiri dari 2 obat dengan taxane dan platinum. Hasilnya mirip dengan regimen yang sebelumnya dilaporkan dari Texas oleh Hanna dkk [3]. Nilai respon dari penelitian kami lebih rendah 67% dari yang dilaporkan di penelitian di Texas. Perubahan ini mungkin dapat daikibatkan oleh stadium tumor yang sudah lanjut dalam penelitian kami dan karena adanya penyertaan dari keganasan sinus paranasal lainnya pada penelitian di Texas. Regimen ini dapat di toleransi dengan baik dengan intensitas dosis relatif rata-rata lebih dari 0,85 diatur oleh 80% dari subjek dan tidak ada pengobatan yang terkait dengan kematian. Protokol 2 obat ini lebih mudah untuk dikelola dan membutuhkan lebih sedikit waktu perawatan di rumah sakit, yang merupakan pertimbangan penting di negara-negara dengan sumber daya yang terbatas. Meskipun jumlahnya kecil, penggunaan 3 obat tidak meningkatkan hasil akhir dalam hal response rate (jumlah data yang kembali), OS dan PFS.

Tingkat kegagalan ini cukup signifikan dan mayoritas terjadi pada tahun pertama. Pola dari kegaagalan lokoregional ini konsisten dengan literature sebelumnya [9, 12, 22]. Dengan mengurangi besar tumor, kemoterapi induksi memfasilitasi operasi dan juga mengurangi area resiko tinggi CTV (critical tumor volume/ volume tumor kritis) pada perencanaan radiasi.

5. Kesimpulan

Kemoterapi induksi mungkin efektif pada kanker maksila lokal lanjut yang secara teknis tidak dapat direskesi dan mengarah ke kesuksesan operasi dalam proporsi yang signifikan dari pasien. Protokol 2-regimen obat kami yaitu taxane dan platinum ini efektif dan dapat ditoleransi dengan baik. Temuan-temuan ini masih awal dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat dikonfirmasi.

Konflik KepentinganPara penulis menyangkal adanya konflik kepentingan mengenai publikasi tulisan ini. Referensi

[1] B. Ansa, M. Goodman, K. Ward et al., Paranasal sinus squamous cell carcinoma incidence and survival based on Surveillance, Epidemiology, and End Results data, 1973 to 2009, Cancer, vol. 119, no. 14 , pp. 2602 2610 , 2013 .[2] J. H. Kang, S. H. Cho, J. Pyeong-Kim et al., Treatment outcomes between concurrent chemoradiotherapy and combination of surgery, radiotherapy, and/or chemotherapy in stage III and IV maxillary sinus cancer: multi-institutional retrospective analysis, Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, vol. 70, no. 7, pp. 17171723, 2012. [3] E. Y. Hanna, A. D. Cardenas, F. De Monte et al., Induction chemotherapy for advanced squamous cell carcinoma of the paranasal sinuses, Archives of Otolaryngology: Head and Neck Surgery, vol. 137, no. 1 pp. 78 81, 2011 .[4] N. Y. Jang, H.-G. Wu, C. Park II et al., Defnitive radiotherapy with or without chemotherapy for T3-4N0squamous cell carcinoma of the maxillary sinus and nasal cavity, Japanese Journal of Clinical Oncology, vol. 40 , no. 6 , pp. 542 548 , 2010 .[5] A. C. Paulino, J. E. Marks, P. Bricker, E. Melian, S. P. Reddy, and B. Emami, Results of treatment of patients with maxillary sinus carcinoma, Cancer, vol. 83 no. 3, pp. 457 465 , 1998 .[6] E. P. M. Jansen, R. B. Keus, F. J. M. Hilgers, R. L. M. Haas, I. B. Tan, and H. Bartelink, Does the combination of radiotherapy and debulking surgery favor survival in paranasal sinus carcinoma? International Journal of Radiation Oncology Biology Physics, vol. 48 , no. 1, pp. 27 35 , 2000.[7] T. Hayashi, S. Nonaka, N. Bandoh, Y. Kobayashi, M. Imada, and Y. Harabuchi, Treatment outcome of maxillary sinus squamous cell carcinoma, Cancer, vol. 92, no. 6, pp. 1495 1503, 2001 .[8] S. Porceddu, J. Martin, G. Shanker et al., Paranasal sinus tumors: Peter MacCallum Cancer Institute experience, Head and Neck, vol. 26, no. 4, pp. 322 330, 2004.[9] S. S. Qureshi, D. A. Chaukar, S. D. Talole, and A. K. DCruz, Squamous cell carcinoma of the maxillary sinus: a Tata Memo- rial Hospital experience, Indian Journal of Cancer, vol. 43 , no.1, pp.2629, 2006.[10] H. S. Won, S. H. Chun, B. S. Kim et al., Treatment outcome of maxillary sinus cancer, Rare Tumors, vol.1, no.2, article e36, 2009. Chemotherapy Research and Practice[11] M. Ashraf, J. Biswas, A. Dam et al., Results of treatment of squamous cell carcinoma of maxillary sinus: a26-year experience, World Journal of Oncology, vol. 1, no. 1 , pp. 28 34 , 2010.[12] A. M. Gabriele, M. Airoldi, M. Garzaro et al., Stage III- IV sinonasal and nasal cavity carcinoma treated with three-dimensional conformal radiotherapy, Tumori, vol. 94, no. 3, pp. 320326, 2008.[13] V. M. Patil, V. Noronha, V. K. Muddu et al., Induction chemotherapy in technically unresectable locally advanced oral cavity cancers: does it make a diference? Indian Journal of Cancer, vol.50, no.1, pp.18, 2013.[14] Q. Shi, E. S. Pavey, and R. E. Carter, Bonferroni-based correction factor for multiple, correlated endpoints, Pharmaceutical Statistics, vol. 11, no. 4, pp. 300 309, 2012 .[15] J. N. Waldron, O. Sullivan B, P. Gullane et al., Carcinoma of the maxillary antrum: a retrospective analysis of 110 cases, Radiotherapy and Oncology, vol. 57, no. 2 , pp. 167 173, 2000.[16] L. L. Myers, B. Nussenbaum, C. R. Bradford, T. N. Teknos, R. M. Esclamado, and G. T. Wolf, Paranasal sinus malignancies: an 18-year single institution experience, Te Laryngoscope, vol.112, no.11, pp.19641969, 2002.[17] W. Duthoy, T. Boterberg, F. Claus et al., Postoperative intensity-modulated radiotherapy in sinonasal carcinoma: clinical results in 39 patients, Cancer, vol. 104, no. 1, pp. 71 82, 2005.[18] P. Dirix, B. Vanstraelen, M. Jorissen, V. Vander Poorten, and S. Nuyts, Intensity-modulated radiotherapy for sinonasal cancer: improved outcome compared to conventional radiotherapy, International Journal of Radiation Oncology Biology Physics, vol. 78, no.4, pp.9981004, 2010.[19] P. Dirix, S. Nuyts, Y. Geussens et al., Malignancies of the nasal cavity and paranasal sinuses: long-term outcome with conventional or three-dimensional conformal radiotherapy, International Journal of Radiation Oncology Biology Physics, vol. 69, no.4, pp. 10421050, 2007.[20] B. S. Hoppe, C. J. Nelson, D. R. Gomez et al., Unresectable car- cinoma of the paranasal sinuses: outcomes and toxicities, In- ternational Journal of Radiation Oncology Biology Physics, vol. 72, no.3, pp.763769, 2008.[21] B. S. Hoppe, L. D. Stegman, M. J. Zelefsky et al., Treatment of nasal cavity and paranasal sinus cancer with modern radiotherapy techniques in the postoperative setting the MSKCC experience, International Journal of Radiation Oncology Biology Physics, vol. 67, no. 3 , pp. 691 702, 2007 .[22] B. Ramalingam and V. Ebenezer, Retrospective analysis of survival of patients with squamous cell carcinoma of the maxilla after primary resection and elective bilateral neck dissection: an institutional experience, Annals of Maxillofacial Surgery, vol. 1, no.1, pp. 4247, 2011.[23] K. Freier, M. Engel, K. Lindel et al., Neoadjuvant concurrent ra- diochemotherapy followed by surgery in advanced Oral Squamous Cell Carcinoma (OSCC): a retrospective analysis of 207 patients, Oral Oncology, vol. 44 , no. 2, pp. 116 123, 2008.

12