JOURNAL READING
Induction Chemotherapy in Technically Unresectable Locally
Advanced Carcinoma of Maxillary Sinus
Disusun oleh :Fathinah Anis BalweelUniversitas Pelita
Harapan071201000089
Pembimbing : dr. KhairanIrmansyah, SpTHT-KL, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU THTFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPANRUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT
SOEBROTOPeriode 20 April 2015 23 Mei 2015
LEMBAR PENGESAHAN
JOURNAL READING
INDUCTION CHEMOTHERAPY IN TECHNICALLY UNRESECTABLE LOCALLY
ADVANCED CARCINOMA OF MAXILLARY SINUS
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di
bagianIlmu THT Rumah Sakit Pusat Angkatan DaratGatot
SoebrotoJakarta
Disusun oleh :Fathinah Anis BalweelUniversitas Pelita
Harapan
Jakarta, Mei 2015Moderator,
dr. Khairan Irmansyah, Sp THT-KL, M.Kes
KEMOTERAPI INDUKSI PADA KARSINOMA SINUS MAKSILA LANJUT LOKAL
YANG SECARA TEKNIS TIDAK DAPAT DI RESEKSI
Latar Belakang: Karsinoma sinus maksila lanjut lokal sudah
dilaporkan memiliki prognosis yang buruk sejak dulu. Kami
mengevaluasi peran dari NACT (Neoajdjuvant Chemotherapy/ Adjuvan
Kemoterapi) dalam meningkatkan hasil akhir pada pasien ini.
Metode: 41 pasien penderita karsinoma sinus maksila lanjut lokal
yang secara teknis tidak dapat di reseksi (stadium IVa) atau
karsinoma sinus maksila yang tidak dapat di reseksi (stadium IVb)
diberikan pengobatan induksi kemoterapi pada tahun 2008 hingga
2011. Profil demografi, respon dan toksisitas kemoterapi,
pengobatan definitive yang diterima, angka harapan hidup tanpa
mengurangi penyebaran/perkembangan penyakit (progression free
survivals / PFS) dan angka harapan hidup keseluruhan (Overall
survivals / OS) dianalisa. Analisa variasi tunggal dan
multi-variasi dilakukan untuk menentukan faktor yang berhubungan
dengan PFS dan OS. Hasil: Kemoterapi ini meliputi dua jenis obat
yaitu platinum dan taxane pada 32 pasien (82,9%) dan menggunakan
tiga jenis obat yaitu platinum, taxane dan 5 fluorouracil pada 7
pasien (17,1%). Setelah induksi, pengobatan dilanjutkan dengan
operasi pada 12 pasien (29,3%), kemoterapi-radioterapi pada 24
pasien (58,5%), radioterapi radikal pada 1 pasien (2,4%),
radioterapi paliatif pada 1 pasien (2,4%). Secara keseluruhan,
perhitungan rata-rata PFS adalah 10 bulan. Perhitungan OS pada 24
bulan dan 36 bulan yaitu masing-masing 41% dan 35%.
Kesimpulan: Pada karsinoma sinus maksila yang tidak dapat
reskesi, induksi kemoterapi secara klinis memberikan keuntungan
yang signifikan dengan tingkat toksisitas yang masih dapat
diterima.
1. Pendahuluan
Karsinoma sinus maksila adalah suatu kejadian yang langka.
Penyakit ini mewakili kurang dari 1 % tumor pada leher dan kepala.
Sebagai konsekuensinya, terdapat bukti tingkat tinggi yang terbatas
untuk menentukan terapi yang ideal pada pasien dengan tumor maksila
[16]. Secara epidemiologinya, sebagian besar kanker yang muncul di
lokasi ini adalah karsinoma sel skuamosa dan umumnya tampak pada
stadium lanjut [1]. Tumor ini biasanya memerlukan operasi yang luas
dan morbid diikuti dengan radiasi adjuvan. Meskipun prosedur ini
telah terbukti meningkatkan hasil akhir, efek jangka panjangnya
masih belum cukup memuaskan [5-11].Hampir 25-35% dari pasien
menderita penyakit local yang sudah lanjut dan tidak dapat
direseksi [5,11]. Pasien-pasien ini secara tradisional diobati
dengan radioterapi radikal dengan atau tanpa kemoterapi yang
bersamaan. Kelangsungan hidup secara keseluruhan selama 5 tahun
dalam subkelompok pasien ini suram, sekitar 9-25% [7, 9, 12].
Mengingat hasil tersebut, terdapat kebutuhan mendesak untuk
paradigma pengobatan baru bagi pasien dengan karsinoma maksila,
terutama pasien dengan penyakit yang tidak dapat direseksi atau
mereka yang akan membutuhkan reseksi morbid.Induksi atau kemoterapi
neoadjuvan (NACT) yang dilakukan sebelum pengobatan lokal definitif
telah digunakan pada karsinoma sinus maksila dan dilaporkan jumlah
data yang kembali (response rate) sekitar 60-70%. Angka harapan
hidup melalui pendekatan ini adalah 77% pada 2 tahun, seperti yang
dilaporkan oleh Hanna dan kawan-kawan (dkk) [3]. Karena kami
memiliki beberapa pasien dengan karsinoma lanjut lokal dan yang
tidak dapat direseksi, kami mulai menggunakan kemoterapi induksi
sebelum pengobatan definitif lokal. Tujuan utama dari NACT ini
adalah untuk mengurangi ukuran tumor seminimal mungkin agar dapat
direseksi. Kami menyajikan hasil percobaan kami dalam mengobati
tumor sinus lokal lanjut yang secara teknis tidak dapat direseksi
ini dengan NACT diikuti dengan penilaian ulang untuk pengobatan
lokal.
Total pasien = 41
Kebutuhan kemoterapi*1) Tidak dapat reseksi (T4b) = 2 pasien
(4,9%)2) Secara teknis tidak dapat direseksi (39 pasien (95,1%)).a)
Keterlibatan piringan pterigoid (6 pasien)b) Keterlibatan fosa
infratemporal (20 pasien)c) Keterlibatan orbita mencapai fosa
anterior kranii (13 pasien).
Pilihan kemoterapi (keuangan dan keinginan untuk masuk ke
ruangan)1) Regimen 3 obat = 7 pasien (17,1%)2) Regimen 2 obat = 34
pasien (82,9%)
GAMBAR 1 : Bagan kebutuhan kemoterapi dan pilihan kemoterapi.
Keputusan ini mengenai alasan pemberian NACT ini diambil oleh badan
multispesialis .
2. Bahan dan Metode
Seluruh pasien dengan karsinoma sel skuamosa pada sinus maksila
yang pernah ada di Departemen Rawat Jalan Onkologi Medis Kepala dan
Leher diantara bulan Januari tahun 2008 dan bulan Desember tahun
2011 sudah dievaluasi. Pasien-pasien yang diobati dengan NACT masuk
dalam analisa ini. Data dikumpulkan pada demografi, investigasi
awal, tahapan penyakit, indikasi NACT, rincian kemoterapi, respon
kemotoksisitas, rincian pengobatan paska-NACT, pola kegagalan dan
angka harapan hidup keseluruhan. Pengobatan untuk seluruh pasien
yang disajikan ini didiskusikan dalam klinik multidisiplin. Setelah
pemeriksaan klinis dan investigasi radiologi, tumor dipertimbangkan
sebagai tumor yang tidak dapat direseksi karena stadium lanjut
(T4b) atau secara teknis tidak dapat direseksi dimeja operasi
terkait dengan batas/margin positif pada tumor atau reseksi ekstrim
yang berakhir morbid (gambar 1). Kemudian, pasien-pasien ini
menerima 2 siklus kemoterapi yaitu kombinasi 2 obat, platinum dan
taxane dan juga kombinasi 3 obat, docetaxel, cisplatin dan 5
fluorouracil. Pilihan dari kemoterapi ini tergantung pada status
kinerja, masalah logistik dan status keuangan. Pengalaman pribadi
kami telah menunjukan bahwa regimen 3 obat ini memerlukan waktu
yang lebih panjang untuk rawat inap, pencegahan/profilaksis faktor
pertumbuhan (growth factor) dan secara umum lebih mahal
dibandingkan regimen 2 obat. Penggunaan platinum tergantung dengan
kalkulasi serum pembersihan kreatinin sesuai dengan rumus Cockroft
Gault yang sudah dimodifikasi. Apabila pembersihan kreatinin diatas
60 mL/min, maka digunakan cisplatin. Carboplatin merupakan agen
pilihan yang digunakan apabila pembersihan kreatinin dibawah 60
mL/min. Dosis standar dari kemoterapi ini sesuai dengan yang
sebelumnya digunakan. Seluruh pasien menyelesaikan 2 siklus
kemoterapi dan menjalani pemeriksan pencitraan aksial (baik CT
dengan kontras maupun MRI paranasal sinus dan region servikal)
selama 2 - 4 minggu. Respon terhadap terapi diukur berdasarkan
kriteria RECIST (response evaluation criteria in solid tumours/
kriteria evaluasi respon pada tumor solid). Perawatan lebih lanjur
ditetapkan dalam klinik multidisiplin. Pada pasien-pasien dengan
penyakit yang stabil atau menunjukan respon apa saja, dapat
menjalani antara operasi definitif diikuti kemoradiasi atau
radioterapi definitif. Pasien dengan penyakit progresif dirawat
dngan tujuan paliatif. Setelah menyelesaikan pengobatan, pasien
ditindaklanjuti dengan pemeriksaan klinis secara reguler dan
pemeriksaan pencitraan agar dapat mendokumentasikan pola
kekambuhan. Seluruh pasien ditindaklanjuti dan diikuti
perkembangannya sampai pasien meninggal. Analisis statistik
menggunakan program SPSS versi 16. Data rincian demografi, respon
untuk kemoterapi induksi, toksisitas dari induksi, PFS dan OS
dilaporkan. Analisa Kaplan Meier digunakan untuk estimasi waktu
pada data.PFS dihitung dari tanggal siklus kemoterapi pertama,
dilanjutan sampai perkembangannya hingga tanggal kematiannya
apabila terjadi lebih cepat. Sedangkan OS dihitung dari tanggal
pertama kali menjalani kemoterapi hingga tanggal kematian. Uji
log-rank digunakan untuk analisa awal variasi tunggal terhadap
faktor yang mempengaruhi PFS dan OS. Variabel yang diuji meliputi
usia, jenis kelamin, serum albumin, serum hemoglobin, indeks massa
tubuh, stadium tumor, respon terhadap NACT, regimen obat,
intensitas dosis, dan pengobatan lokal. Karena beberapa tes
digunakan, akhirnya metode koreksi Bonferroni diterapkan [14].
Nilai dianggap penting jika di bawah 0.005.
TABEL 1: Tumor awal terkait dengan parameterNomer (%)
Tahap T2 (5 %)
T3
T4a37 (90%)
T4b2 (5 %)
Tahap N23 (56%)
N0
N16 (14 %)
N212 (30%)
N30
Tahap Pengelompokan39 (95%)
Tahap IVA
Tahap IVB2 (5 %)
Tingkatan tumor23 (56%)
Tingkat 1
Tingkat 210 (24.5%)
Tingkat 38 (19,5 %)
3. Hasil
Empat puluh satu pasien dimasukan kedalam analisa. Dua pasien
tumor stadium T4b. Pasien lainnya memiliki tumor stadium T4a yang
dianggap tidak dapat direseksi secara teknis akibat keterlibatan
piringan pterygoid apda 6 pasien, keterlibatan fosa intfratemporal
pada 20 pasien dan keterlibatan orbita hingga fosa anterior kranii
pada 13 pasien. Rincian penyakit terkait disajikan dalam tabel 1.
Semua pasien memiliki karsinoma sel skuamosa. Stadium tumor yang
dapat didiferensiasikan dengan baik yaitu pada 23 pasien (56%),
dengan diferensiasi sedang 10 pasien (24,5%) dan dengan
diferensiasi buruk 8 pasien (19,5%). Usia rata-rata yaitu 48 tahun
(21-71 tahun). Rasio seks yaitu 33 : 8. Secara respektif, nilai
hemoglobin rata-rata yaitu 12,2 g/dL, 4 mg/dL, dan 21,3 Kg/m3.
3.1Rincian KemoterapiJumlah rata-rata siklus terapi yang
diterima adalah 2 (kisaran 2-3). 34 pasien (82.9%) diberikan
pengobatan dengan protokol 2 obat. Kemoterapi yang diberikan yaitu
docetaxel dan cisplatin pada 10 pasien, docetaxel dan carboplatin
pada 5 pasien, paclitaxel dan cisplatin pada 15 pasien, dan
paclitaxel dan carboplatin pada 4 pasien. 7 pasien (17,1%) diobati
dengan protocol regimen 3 obat yaitu docetaxel, cisplatin dan
5-fluorouracil. Seluruh pasien menyelesaikan setidaknya 2 siklus
kemoterapi. Intensitas dosis kuartil ke 20 adalah 85,4%. Profil
toksisitas setelah kemoterapi tersedia untuk 38 pasien dan
digambarkan dalam tabel 2. Tidak ada kematian yang berhubungan
dengan NACT. Efek samping serius yaitu neutropenia fibril pada 8
pasien (21,05%) dan hiponatremia. Semua tingkatan hiponatremi dapat
terlihat pada 24 pasien (63,16%) sedangkan tingkat 3-4 hiponatremi
terlihat pada 11 pasien (28,95%).
3.2Evaluasi Respon Pasca-kemoterapiSesuai dengan kriteria
RECIST, tidak terlihat satupun respon yang lengkap, tampak respon
parsial pada 16 pasien (39%), penyakit stabil pada 18 pasien
(43,9%) dan penyakit progresif pada 7 pasien (17,1%). Pengurangan
rata-rata dari ukuran lesi adalah 20%. Plot waterfall dari
pengurangan ukuran lesi diberikan pada gambar 2.
GAMBAR 2 : Plot waterfall dari pengurangan ukuran target yang
terlihat setelah 2 siklus NACT diantara semua pasien. Aksis-Y
menunjukan perubahan ukuran target. Simbol positif menunjukan
peningkatan ukuran sedangkan simbol negatif menunjukan pengurangan
dar ukuran target. Gambar batangan pada aksis X mewakili
masing-masing pasien.
3.3Pengobatan Definitif Pasca-NACTSetelah penilaian kembali di
klinik multidisiplin, pengobatan definitif yang sudah direncanakan
yaitu operasi pada 12 pasien (29,3%), CT-RT pada 24 pasien (58,5%),
radikal RT pada 1 pasien (2,4%), paliatif RT pada 3 pasien (7,3%).
Namun, 9 pasien gagal untuk melanjutkan pengobatan dan 4 pasien
tidak dapat menjalani pengobatan karena masalah logistik. Oleh
karena itu, terapi terakhir adalah operasi yang diikuti dengan
kemoradiasi pasca-operasi pada 8 pasien, kemoradiasi pada 21
pasien, radiasi radikal pada 1 pasien, radiasi paliatif pada 1
pasien, kemoterapi paliatif pada 4 pasien, dan tanpa pengobatan
lokal pada 6 pasien. Diantara seluruh pasien yang menjalani operasi
definitif, 7 pasien menjalani maksilektomi total dan 1 pasien
menjalani maksilektomi suprastruktur. Reseksi yang dicapai yaitu R0
pada seluruh pasien. Status batasnya sudah dekat (2 mm atau kurang
dari batas jaringan lunak). CR patologis dicapai 1 pasien. Di
antara pasien yang menerima radiasi, juga diberikan kemoradiasi
radikal pada 21 pasien, radiasi radikal untuk 1 pasien, kemoradiasi
adjuvant untuk 8 pasien dan radiasi paliatif untuk satu pasien.
Dosis ekuivalen rata-rata yang diterima tumor pada pasien ini
adalah 66 Gy (20-70 Gy). Waktu fraksi rata-rata yaitu 33 (10-33).
Teknik-teknik radiasi yang digunakan adalah 3-D CRT (3-dimensional
conformal radiation technique) pada 8 pasien. IMRT (intensity
modulated radiotherapy) pada 8 pasien, dan perencanaan konvensional
pada pasien yang tersisa. Program radiasi yang direncanakan
sebelumnya sudah diselesaikan oleh 27 pasien.
Grade 0Grade 1Grade 2Grade 3Grade 4
Anemia7211010
Neutropeni199136
Trombocitopeni275513
Muntah1781120
Gerakan Lambat1741142
Mukositis244910
Lelah209810
Hiponatermi1613NA74
Hipokalemi287NA30
Neutropenia fibrilNANANA35
TABEL 2: Rincian toksisitas kemoterapi induksi (n = 38).
Angka-angka menggambarkan jumlah pasien.
GAMBAR 3: Grafik kelangsungan hidup yang menunjukkan efek
albumin dasar pada angka kelangsungan hidup keseluruhan. Ini adalah
satu-satunya variable yang mempengaruhi kelangsungan hidup.3.4Pola
Kegagalan Hasil rata-rata tindak lanjut selama 36 bulan, 27 pasien
mengalami kegagalan. Kegagalan lokal adalah tipe yang lebih
mendominasi terlihat pada 26 pasien (96,3%). Satu pasien memiliki
kegagalan lokal dan luas. Tingkat kontrol lokal adalah 34,1% pada 3
tahun. Rata-rata PFS adalah 10 bulan. Kemudian, OS pada 24 bulan
dan 36 bulan masing-masing adalah 41% dan 35%. Variabel yang
dievaluasi meliputi usia, jenis kelamin, serum albumin, hemoglobin,
indeks massa tubuh, tingkatan tumor, respon terhadap NACT, regimen
obat, intensitas dosis, dan pengobatan lokal. Tidak ada satu faktor
pun yang mempengaruhi PFS sedangkan hanya ada satu faktor yang
mempengaruhi OS yaitu nilai serum albumin dasar (Gambar 1 dan
2).
4. Diskusi
Karsinoma sinus maksila adalah tumor yang sulit untuk diobati.
Kedekatan anatominya dengan struktur vital, sifatnya yang lokal dan
lanjut pada presentasinya dan keagresivitasan biologi-nya telah
menghasilkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan tumor
kepala dan leher lainnya. Terdapat kekurangan dari studi random
yang besar dan sudah diatur sebaik mungkin untuk secara spesifik
menangani kanker maksila. Seperti yang terlihat pada tabel 3,
kebanyakan dari studi ini adalah kasus retrospektif serial yang
memiliki jumlah pasien yang sedikit, pasien yang dirawat selama
puluhan tahun, dan keduanya memiliki kanker maksila stadium awal
dan akhir, termasuk dengan pasien yang memiliki keganasanan sinus
paranasal lainnya [4-7,9,12,15-22]. Data yang ada menunjukan bahwa
pada tumor lokal lanjut, operasi yang diikuti dengan radiasi
mengarah ke hasil yang lebih baik daripada radiasi radikal saja
[5-8,12]. Ada beberapa studi mengenai kemoradiasi yang juga
menunjukan keuntungan [4]. Secara keseluruhan, angka harapan hidup
yang dilaporkan pada studi ini yaitu antara 34 - 40% dalam 5 tahun
[2, 4, 23]. Studi yang sebelumnya pernah diterbitkan oleh Qureshi
dkk dari tempat kami melaporkan sebanyak 38% angka harapan hidup
selama 3 tahun [9]. Dalam penelitian ini, kami mengevaluasi peran
kemoterapi induksi yang diikuti dengan terapi lokal. Kami secara
spesifik ingin menilai kelayakan dan keefektivitasan operasi pada
pasien setekah menjalani terapi induksi setiap kali memungkinkan.
Alasan utama untuk menggunakan NACT yaitu karena hasil yang
mengecewakan dengan menggunakan radiasi radikal saja. Dalam studi
kami, semua pasien memiliki karsinoma sel skuamosa, penyakit T4,
dan sekitar 2/3 pasien yaitu 28 pasien memiliki tumor yang
menginvasi dari dasar tengkorak. Semua ini sudah didokumentasikan
sebagai faktor resiko yang buruk pada literatur kami. Meskipun
demikian, 35% dari OS 3 tahun kami masih dapat dibandingkan dengan
literature yang sebelumnya kami terbitkan [9]. Secara signifikan,
dalam penelitian kami sebelumnya, 37,5 % pasien memiliki margin
positif setelah operasi sementara pada analisis ini, tidak ada
margin positif meskipun semua pasien memiliki tumor yang tidak bisa
direseksi secara teknis (Tabel 4). Kemoterapi induksi menghasilkan
operasi yang sukses pada 12 dari 43 pasien yang secara teknis tidak
dapat direseksi (27,9%). Faktor lain yang mungkin dapat
meningkatkan hasil akhir dalam serial kami adalah dengan
menggunakan teknik radioterapi konformal yang canggih. Dirix dkk
sebelumnya telah melaporkan penggunaan 3D-CRT (3-dimensional
conformal radiotherapy) dan IMRT (Intensity modulated radiotherapy)
dalam hal ini [18]. Dalam laporan mereka, kontrol lokal selama 2
tahun dari 76 % dan OS dari 89% sudah dicapai. IMRT meningkatkan
angka harapan hidup-bebas penyakit dari 60% hingga 72% dibandingkan
dengan 3D-CRT (P = 0,002).
TABLE 3: Hasil terpilih pada karsinoma sinus
maksilaStudiAngkaProporsi dari T4Kontrol LokalOS
Paulina dkk. [5]4850% (24)Sx + RT (3 tahun)-65.2%RT (3
tahun)-22,7%NR
Jansen dkk. [6]67359% (43)Sx + RT (5 tahun)-65%RT (5
tahun)-47%Sx + RT (5 tahun)-60% RT (5 tahun) - 9%
Waldron dkk. [15]11071% (78)5 tahun - 42%angka harapan hidup
karena penyebab tetentu (5 tahun)- 43%
Hayashi dkk. [7]6248% (30)CT-RT + Sx(5 tahun)-84%RT (5
tahun)-18,2%CT-RT + Sx (5 tahun)-68,5% RT (5 tahun)-9,1%
Myers* dkk. [16]14188% (124)51% (rata-rata 336 hari)angka
harapan hidup penyakit tertentu selama 5 tahun -52%
Duthoy* dkk. [17]3944%2 tahun - 73%invasi piringankribiform : 7
bulan2 tahun - 68%
Dirix dkk. [18]1275 tahun: 53%5 tahun: 54%
Hoppe dkk. [20]8552%5 tahun bebasprogresi lokal : 62%OS 5 tahun
67%
Gabriele* dkk. [12]31Sx + RT (5 tahun)-74%RT (5 tahun)-20%Sx +
RT (5 tahun)-72% RT (5 tahun)-25%
Hoppe dkk. [20]3939 (100%)5 tahun: 21%5 tahun: 15%
Ramalingan dkk. [22]2412 (50%)5 tahun: 25%5 tahun: 25%
Qureshi dkk. [9]7336 (58,1%)3 tahun: 54,8%3 tahun: 38%
Jang dkk . [4]3022 (74%)5 tahun: 29%5 tahun: 34%
*Studi ini telah memasukan pasien dengan sinus paranasal,
sisanya terbatas pada karsinoma sinus maksila.
TABLE 4: Perbandingan dari serial saat ini dengan serial
sebelumnya yang diterbitkan dari institusi yang samaSerial Saat
IniSerial Sebelumnya
Jumlah Pasien4162
Jangka waktu2008 - 20111994 - 1999
Stadium IV100,00 %58,50 %
Kemoterapi Induksi100,00 %0,00 %
Diobati secara Radikal100,00 %100,00 %
Nilai margin positif0,00 %37,50 %
OS 3 tahun 35,00 %38,00 %
Kami menggunakan kemoterapi induksi terutama terdiri dari 2 obat
dengan taxane dan platinum. Hasilnya mirip dengan regimen yang
sebelumnya dilaporkan dari Texas oleh Hanna dkk [3]. Nilai respon
dari penelitian kami lebih rendah 67% dari yang dilaporkan di
penelitian di Texas. Perubahan ini mungkin dapat daikibatkan oleh
stadium tumor yang sudah lanjut dalam penelitian kami dan karena
adanya penyertaan dari keganasan sinus paranasal lainnya pada
penelitian di Texas. Regimen ini dapat di toleransi dengan baik
dengan intensitas dosis relatif rata-rata lebih dari 0,85 diatur
oleh 80% dari subjek dan tidak ada pengobatan yang terkait dengan
kematian. Protokol 2 obat ini lebih mudah untuk dikelola dan
membutuhkan lebih sedikit waktu perawatan di rumah sakit, yang
merupakan pertimbangan penting di negara-negara dengan sumber daya
yang terbatas. Meskipun jumlahnya kecil, penggunaan 3 obat tidak
meningkatkan hasil akhir dalam hal response rate (jumlah data yang
kembali), OS dan PFS.
Tingkat kegagalan ini cukup signifikan dan mayoritas terjadi
pada tahun pertama. Pola dari kegaagalan lokoregional ini konsisten
dengan literature sebelumnya [9, 12, 22]. Dengan mengurangi besar
tumor, kemoterapi induksi memfasilitasi operasi dan juga mengurangi
area resiko tinggi CTV (critical tumor volume/ volume tumor kritis)
pada perencanaan radiasi.
5. Kesimpulan
Kemoterapi induksi mungkin efektif pada kanker maksila lokal
lanjut yang secara teknis tidak dapat direskesi dan mengarah ke
kesuksesan operasi dalam proporsi yang signifikan dari pasien.
Protokol 2-regimen obat kami yaitu taxane dan platinum ini efektif
dan dapat ditoleransi dengan baik. Temuan-temuan ini masih awal dan
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat dikonfirmasi.
Konflik KepentinganPara penulis menyangkal adanya konflik
kepentingan mengenai publikasi tulisan ini. Referensi
[1] B. Ansa, M. Goodman, K. Ward et al., Paranasal sinus
squamous cell carcinoma incidence and survival based on
Surveillance, Epidemiology, and End Results data, 1973 to 2009,
Cancer, vol. 119, no. 14 , pp. 2602 2610 , 2013 .[2] J. H. Kang, S.
H. Cho, J. Pyeong-Kim et al., Treatment outcomes between concurrent
chemoradiotherapy and combination of surgery, radiotherapy, and/or
chemotherapy in stage III and IV maxillary sinus cancer:
multi-institutional retrospective analysis, Journal of Oral and
Maxillofacial Surgery, vol. 70, no. 7, pp. 17171723, 2012. [3] E.
Y. Hanna, A. D. Cardenas, F. De Monte et al., Induction
chemotherapy for advanced squamous cell carcinoma of the paranasal
sinuses, Archives of Otolaryngology: Head and Neck Surgery, vol.
137, no. 1 pp. 78 81, 2011 .[4] N. Y. Jang, H.-G. Wu, C. Park II et
al., Defnitive radiotherapy with or without chemotherapy for
T3-4N0squamous cell carcinoma of the maxillary sinus and nasal
cavity, Japanese Journal of Clinical Oncology, vol. 40 , no. 6 ,
pp. 542 548 , 2010 .[5] A. C. Paulino, J. E. Marks, P. Bricker, E.
Melian, S. P. Reddy, and B. Emami, Results of treatment of patients
with maxillary sinus carcinoma, Cancer, vol. 83 no. 3, pp. 457 465
, 1998 .[6] E. P. M. Jansen, R. B. Keus, F. J. M. Hilgers, R. L. M.
Haas, I. B. Tan, and H. Bartelink, Does the combination of
radiotherapy and debulking surgery favor survival in paranasal
sinus carcinoma? International Journal of Radiation Oncology
Biology Physics, vol. 48 , no. 1, pp. 27 35 , 2000.[7] T. Hayashi,
S. Nonaka, N. Bandoh, Y. Kobayashi, M. Imada, and Y. Harabuchi,
Treatment outcome of maxillary sinus squamous cell carcinoma,
Cancer, vol. 92, no. 6, pp. 1495 1503, 2001 .[8] S. Porceddu, J.
Martin, G. Shanker et al., Paranasal sinus tumors: Peter MacCallum
Cancer Institute experience, Head and Neck, vol. 26, no. 4, pp. 322
330, 2004.[9] S. S. Qureshi, D. A. Chaukar, S. D. Talole, and A. K.
DCruz, Squamous cell carcinoma of the maxillary sinus: a Tata Memo-
rial Hospital experience, Indian Journal of Cancer, vol. 43 , no.1,
pp.2629, 2006.[10] H. S. Won, S. H. Chun, B. S. Kim et al.,
Treatment outcome of maxillary sinus cancer, Rare Tumors, vol.1,
no.2, article e36, 2009. Chemotherapy Research and Practice[11] M.
Ashraf, J. Biswas, A. Dam et al., Results of treatment of squamous
cell carcinoma of maxillary sinus: a26-year experience, World
Journal of Oncology, vol. 1, no. 1 , pp. 28 34 , 2010.[12] A. M.
Gabriele, M. Airoldi, M. Garzaro et al., Stage III- IV sinonasal
and nasal cavity carcinoma treated with three-dimensional conformal
radiotherapy, Tumori, vol. 94, no. 3, pp. 320326, 2008.[13] V. M.
Patil, V. Noronha, V. K. Muddu et al., Induction chemotherapy in
technically unresectable locally advanced oral cavity cancers: does
it make a diference? Indian Journal of Cancer, vol.50, no.1, pp.18,
2013.[14] Q. Shi, E. S. Pavey, and R. E. Carter, Bonferroni-based
correction factor for multiple, correlated endpoints,
Pharmaceutical Statistics, vol. 11, no. 4, pp. 300 309, 2012 .[15]
J. N. Waldron, O. Sullivan B, P. Gullane et al., Carcinoma of the
maxillary antrum: a retrospective analysis of 110 cases,
Radiotherapy and Oncology, vol. 57, no. 2 , pp. 167 173, 2000.[16]
L. L. Myers, B. Nussenbaum, C. R. Bradford, T. N. Teknos, R. M.
Esclamado, and G. T. Wolf, Paranasal sinus malignancies: an 18-year
single institution experience, Te Laryngoscope, vol.112, no.11,
pp.19641969, 2002.[17] W. Duthoy, T. Boterberg, F. Claus et al.,
Postoperative intensity-modulated radiotherapy in sinonasal
carcinoma: clinical results in 39 patients, Cancer, vol. 104, no.
1, pp. 71 82, 2005.[18] P. Dirix, B. Vanstraelen, M. Jorissen, V.
Vander Poorten, and S. Nuyts, Intensity-modulated radiotherapy for
sinonasal cancer: improved outcome compared to conventional
radiotherapy, International Journal of Radiation Oncology Biology
Physics, vol. 78, no.4, pp.9981004, 2010.[19] P. Dirix, S. Nuyts,
Y. Geussens et al., Malignancies of the nasal cavity and paranasal
sinuses: long-term outcome with conventional or three-dimensional
conformal radiotherapy, International Journal of Radiation Oncology
Biology Physics, vol. 69, no.4, pp. 10421050, 2007.[20] B. S.
Hoppe, C. J. Nelson, D. R. Gomez et al., Unresectable car- cinoma
of the paranasal sinuses: outcomes and toxicities, In- ternational
Journal of Radiation Oncology Biology Physics, vol. 72, no.3,
pp.763769, 2008.[21] B. S. Hoppe, L. D. Stegman, M. J. Zelefsky et
al., Treatment of nasal cavity and paranasal sinus cancer with
modern radiotherapy techniques in the postoperative setting the
MSKCC experience, International Journal of Radiation Oncology
Biology Physics, vol. 67, no. 3 , pp. 691 702, 2007 .[22] B.
Ramalingam and V. Ebenezer, Retrospective analysis of survival of
patients with squamous cell carcinoma of the maxilla after primary
resection and elective bilateral neck dissection: an institutional
experience, Annals of Maxillofacial Surgery, vol. 1, no.1, pp.
4247, 2011.[23] K. Freier, M. Engel, K. Lindel et al., Neoadjuvant
concurrent ra- diochemotherapy followed by surgery in advanced Oral
Squamous Cell Carcinoma (OSCC): a retrospective analysis of 207
patients, Oral Oncology, vol. 44 , no. 2, pp. 116 123, 2008.
12