Top Banner

of 96

JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

Feb 06, 2018

Download

Documents

salman.ibn
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    1/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 1

    Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan

    Journal of Business and Entrepreneurship

    Volume 1, Nomor 3, Oktober 2013

    KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN FASILITAS

    KESEHATAN: PENGARUHNYA TERHADAP KEPER-

    CAYAAN, LOYALITAS DAN WOM RUMAH SAKITMuhammad Gunawan Alif dan Yuliana Duti Harahap

    SURVEI INDEX KEPUASAN SUPPLIER SEBAGAI

    PENERAPAN PEMASARAN HOLISTIK (STUDI KASUS PT

    TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK)

    Dian Kurnia Rizki

    ANALISIS PENGARUH PERAN STRATEGIS BAGIANSUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PERSEPSI

    INVESTASI PENGEMBANGAN PEGAWAI (STUDI KASUS

    PT X)

    Ricky Lukman dan Tigor Pangaribuan

    CAPITAL STRUCTURE AND INSTITUTIONAL CHARAC-

    TERISTICS: COMPARISON BETWEEN ASIAN COUNTRIES

    Andhyka Prasetya Tangkudung dan Ancella Anitawati Hermawan

    ANALISIS PERSEPSI PENGARUH TEKANAN LING-

    KUNGAN EKSTERNAL TERHADAP KEMAMPUAN

    MANAJEMEN KEUANGAN SEBAGAI POTENSI UNTUK

    MEMBANGUNDYNAMIC CAPABILITY

    Ahmad Marzuqi

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    2/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ii ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    Dari Redaksi

    P

    erkenankan kami dari Journal of

    Business and Entrepreneurship

    mengucapkan terima kasih kepada semua

    pihak atas terbitnya jurnal yang ketiga

    untuk volume yang pertama ini. Akademisi

    dan peneliti yang memiliki minat terhadap

    jurnal ini sudah mulai banyak dengan

    adanya tulisan yang masuk secara

    konsisten sehingga jurnal ini bisa terbit

    dengan pada waktunya. Topik yang

    menjadi pembahasan dalam jurnal ini

    sangat beragam mengingat nama jurnaljuga mengandung semua aspek.

    Pada Jurnal terbitan ini, kami memuat

    lima tulisan yang dimulai oleh Muhammad

    Gunawan Alif dari Sampoerna School of

    Business, Universitas Siswa Bangsa

    Internasional dan Yuliana Duti Harahap

    dari RS ANTAM Medika dengan judul

    yaitu: KOMUNIKASI INTER-

    PERSONAL DAN FASILITASKESEHATAN: PENGARUHNYA

    TERHADAP KEPERCAYAAN,

    LOYALITAS DAN WOM RUMAH

    SAKIT. Penelitian ini menginvestigasi

    pengaruh komunikasi interpersonal dari

    tenaga medis/perawat dan doctor serta

    fasilitas kesehatan terhadap kepercayaan,

    loyalitas, dan word-of-mouth (WOM).

    Tiga pasien rumah sakit di Jakarta bersediaberpartisipasi dalam studi ini. Analisis

    yang digunakan adalah Structural Equation

    Model (SEM) menunjukkan bahwa

    komunikasi interpersonal dari tenaga

    medis/perawat dan doctor serta fasilitas

    kesehatan berpengaruh positif terhadap

    kepercayaan, dan loyalitas serta

    menimbulkan word-of-mouth (WOM)

    yang positif

    Tulisan kedua berjudul SURVEI

    INDEX KEPUASAN SUPPLIER

    SEBAGAI PENERAPAN PEMA-

    SARAN HOLISTIK (STUDI KASUS

    PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA

    TBK) ditulis oleh Sdr. Dian Kurnia Rizki.

    Tulisan ini bertujuan untuk mengukur

    indeks kepuasan supplier dari enam

    supplier Telkom Wholesale Service

    Division(DWS) yang telah bekerja selama

    beberapa tahun sebagai pelaksana

    marketing holistic. Sebagai tambahan,

    tulisan ini menganalisa gap antara

    ekspektasi supplier dan kepuasannya.Akhirnya, nilai kepuasan dengan tingkat

    kepentingan dari setiap variable dipetakan

    pada operasi kuadran IPA atauImportant

    Performance Analysis. Hasil dari studi ini

    menyatakan bahwa supplier cukup puas

    dengan kerjasama meskipun terdapat

    beberapa hal yang perlu diperhatikan.

    Tulisan ketiga ditulis oleh Sdr. Ricky

    Lukman dan Tigor Pangaribuan dengan

    judul ANALISIS PENGARUH PERAN

    STRATEGIS BAGIAN SUMBER

    DAYA MANUSIA TERHADAP

    PERSEPSI INVESTASI PENGEM-

    BANGAN PEGAWAI (STUDI KASUS

    PT X). Fokus dari tulisan ini adalah

    pengaruh strategi bagian sumber daya

    manusia dalam persepsi investasi

    pengembangan pegawai di PT. X. Studi inimeneliti bagaimana setiap sub variabel dari

    bagian sumber daya manusia (strategic

    partner, administrative expert, employee

    champion, and change agent) mem-

    pengaruhi variabel-variable dalam persepsi

    investasi pengembangan pegawai . Data

    dikumpulkan dengan menggunakan

    kuisioner yang diberikan pada pegawai

    tingkat manajer di PT. X. Data dianalisadengan menggunakan SPSS regresi

    berganda. Hasil dari studi ini meng-

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    3/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 iii

    indikasikan bahwa peran sebagai strategic

    partner, administrative expert, employee

    champion and change agentmenjelaskan

    53.4% dari persepesi investasi

    pengembangan pegawai. Dan 46.4%

    lainnya dipengaruhi variable lain di luarmodel.

    Tulisan keempat berjudul CAPITAL

    STRUCTURE AND INSTITUTIONAL

    CHARACTE-RISTIC: COMPARISON

    BETWEEN ASIAN COUNTRIES

    ditulis Sdr. Andhyka Prasetya Tangkudung

    dan Ancella Anitawati Hermawan.

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji

    apakah terdapat perbedaan pengaruhkarakteristik perusahaan: tingkat

    keuntungan, umur dan ukuran perusahaan,

    pertumbuhan GDP dan suku bunga

    terhadap struktur modal perusahaan di

    negara maju dan berkembang di kawasan

    Asia. Penelitian ini mengacu pada

    penelitian Vasiliou et al(2009) dan Huat

    (2008). Struktur modal perusahaan diukur

    dengan mengunakan rasio hutang terhadapmodal perusahaan (ROA). Pengujian

    hipotesis dilakukan dengan menggunakan

    model regresi berganda, dengan sampel

    1.365 observasi perusahaan dari 8 negara

    yang terdaftar di dalam bursa saham

    masing-masing negara, selama periode

    2009-2011 di kawasan Asia. Dari

    penelitian ini, diperoleh hasil variabel

    tingkat keuntungan dan umur perusahaan

    memiliki hubungan negatif dengan struktur

    modal, sedangkan ukuran perusahaan dan

    tingkat suku bunga memiliki hubungan

    yang positif dengan struktur modal.

    Tulisan kelima berjudul

    ANALISIS PERSEPSI PENGARUH

    TEKANAN LINGKUNGAN EKS-

    TERNAL TERHADAP KEMAM-

    PUAN MANAJEMEN KEUANGANSEBAGAI POTENSI UNTUK

    MEMBANGUN DYNAMIC CAPA-

    BILITY yang ditulis oleh Sdr. Ahmad

    Marzuqi. Tujuan paper ini adalah:

    Pertama, mengetahui terdapatnya tekanan

    lingkungan eksternal di industri minyak

    dan gas terhadap PT. Pertamina Hulu

    Energi dan apa saja bentuk tekananeksternal tersebut.Kedua, mengetahui

    apakah PT. Pertamina Hulu Energi

    memiliki kapabilitas manajemen

    keuangan sebagai sumber untuk

    membangun sustainable growth.Ketiga,

    mengetahui apakah terdapat kapabilitas

    lain yang dapat bersinergi dengan

    kapabilitas manajemen keuangan sebagai

    potensi untuk membangun dynamiccapabilities. Hasil studi menunjukkan

    bahwa: Pertama, terdapat tekanan

    lingkungan eksternal di lingkungan

    industri PT. Pertamina Hulu Energi yang

    secara umum berupa tekanan global,

    tekanan ekonomi, tekanan politik dan

    hukum, dan tekanan yang secara khusus

    berupa tiga faktor seperti competitive

    intensity, turbulensi pasar dan volatilitas

    lingkungan. Kedua, terdapat sepuluh

    kapabilitas manajemen keuangan yang

    paling penting bagi PT. Pertamina Hulu

    Energi. Kapabilitas tersebut adalah

    investment decision, managerial decision,

    cost control, portfolio management,risk

    management and control, financing

    decision, treasury management,

    investment, information system dan

    financial reporting. Ketiga, diantarasepuluh kapabilitas manajemen keuangan

    yang dianggap paling penting, tujuh

    kapabilitas manajemen keuangan berada

    pada skala dibawah rata-rata industrinya

    (skala 3) yaitu investment decision,

    managerial decision, cost control,

    portfolio management, risk management

    and control, investment dan information

    system. Skor tertinggi dari sepuluhkapabilitas tersebut yaitu kapabilitas

    financial reportingdengan skor 3,17 yang

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    4/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    iv ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    berarti berada sedikit diatas rata-rata

    industri.

    Akhirnya kami mengucapkan terima

    kasih kepada semua pihak yang bisa

    membantu terbitnya jurnal ini secara on-time. Kami juga meminta dengan sangat

    agar teman-teman peneliti, pengajar, dan

    praktisi dapat mengirimkan tulisan untuk

    dipublikasikan pada jurnal yang akan

    datang.

    Hormat kami,

    Prof. Dr.Adler Haymans Manurung

    Chief Editor

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    5/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 v

    DARI REDAKSI............................................................................................. ii iv

    DAFTAR ISI ................................................................................................... v

    KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN FASILITAS KESEHATAN:

    PENGARUHNYA TERHADAP KEPERCAYAAN, LOYALITAS DAN

    WOM RUMAH SAKIT

    Muhammad Gunawan Alif dan Yuliana Duti Harahap .................................... 1 - 12

    SURVEIINDEXKEPUASAN SUPPLIERSEBAGAI PENERAPAN

    PEMASARAN HOLISTIK (STUDI KASUS PT TELEKOMUNIKASI

    INDONESIA TBK)

    Dian Kurnia Rizki ............................................................................................. 13 - 27

    ANALISIS PENGARUH PERAN STRATEGIS BAGIAN SUMBER

    DAYA MANUSIA TERHADAP PERSEPSI INVESTASI

    PENGEMBANGAN PEGAWAI (STUDI KASUS PT X)

    Ricky Lukman dan Tigor Pangaribuan ............................................................ 28 - 47

    CAPITAL STRUCTURE AND INSTITUTIONAL CHARACTERISTICS:

    COMPARISON BETWEEN ASIAN COUNTRIES

    Andhyka Prasetya Tangkudung dan Ancella Anitawati Hermawan ................ 48 - 67

    ANALISIS PERSEPSI PENGARUH TEKANAN LINGKUNGAN

    EKSTERNAL TERHADAP KEMAMPUAN MANAJEMEN

    KEUANGAN SEBAGAI POTENSI UNTUK MEMBANGUN

    DYNAMIC CAPABILITY

    Ahmad Marzuqi ................................................................................................ 68 - 90

    Daftar Isi

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    6/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    vi ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    7/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 1

    PENDAHULUAN

    Dengan tersedianya semakin banyak

    rumah sakit dengan beragam fasilitas dan

    layanan, maka pelayanan jasa kesehatan

    yang bermutu menjadi penting untuk

    memenangkan persaingan bagi rumah sakit.

    Hal ini semakin perlu diperhatikan oleh

    rumah sakit yang kini dapat dituntut oleh

    masyarakat sesuai dengan Undang-UndangNo. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

    Konsumen (Hafizurrachman, 2009a).

    Komunikasi Interpersonal dan Fasilitas Kesehatan:

    Pengaruhnya Terhadap Kepercayaan, Loyalitas

    dan WOM Rumah Sakit

    M. Gunawan AlifSampoerna School of Business

    Universitas Siswa Bangsa Internasional

    Yuliana Duti Harahap

    RS ANTAM Medika / MMCom - Trisakti

    This study investigates the influence of interpersonal communication of

    paramedics/nurses and doctors as well as health facilities in affecting the hospitaltrust, loyalty and intention to generate positive word-of-mouth (WOM). Three

    hospital patients in Jakarta were voluntarily participating in this study. An analysis

    using Structural Equation Model (SEM) showed that interpersonal communication

    of paramedics/nurses, doctors and hospital healthcare facilities positively affecting

    the trust and loyalty of patients to the hospital, and at the end generating positive

    WOM.

    Keywords: komunikasi interpersonal, dokter, paramedis/perawat, fasilitas

    kesehatan, trust, loyalty, dan word-of-mouth (WOM)

    Komunikasi Interpersonal dan Fasilitas Kesehatan:

    Pengaruhnya Terhadap Kepercayaan, Loyalitas

    dan WOM Rumah Sakit

    Rumah sakit mengemban tugas dan

    fungsi pelayanan yang mengharuskan

    setiap personal yang terlibat pada

    penyelenggaraan rumah sakit untuk

    memenuhi standar dan kriteria minimum.

    Untuk meningkatkan mutu pelayanan

    rumah sakit Depertemen Kesehatan

    berkerjasama dengan Departemen

    Pendidikan Nasional berusaha

    meningkatkan jumlah tenaga kesehatanterdidik (dokter, bidan, spesialis, laboran,

    dan teknisi). Selain itu pemerintah juga

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    8/96

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    9/96

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    10/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    4 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    layanan kesehatan bagi pasien di bangsal

    rawat atau di klinik rawat jalan.

    Penyampaian pesan yang dilakukan oleh

    perawat terhadap pasien, akan lebih

    berhasil jika pasien dengan senang hati

    bersedia mengikuti beberapa informasiyang disampaikan oleh perawat sebagai

    komunikator (Wloszczak-Szubzda et al

    2013; Nordby 2004).

    Untuk itu pesan yang disampaikan

    perawat harus dapat diterima dengan baik

    dan dapat dimengerti dengan mudah oleh

    pasien. Karena itu diperlukan suatu bentuk

    komunikasi yang bukan sekadar sebagai

    kegiatan memberikan informasi belaka,namun harus berupa pemberian informasi

    yang mengandung nilai motivasi bagi

    pasien untuk dapat mengubah sikap, opini

    atau perilaku pasien melalui pendekatan

    komunikasi interpersonal (Wloszczak-

    Szubzda et al 2013). Sedang Long & Green

    (1994) berpendapat bahwa perawat

    memiliki konstribusi yang unik terhadap

    kepuasan pasien dan keluarganya.

    Selain masalah komunikasi pasien

    dengan dokter dan paramedis suatu

    masalah yang sering muncul dan

    mengganggu kepuasan pasien terhadap

    rumah sakit adalah karena keterbatasan

    fasilitas kesehatan yang tersedia yang dapat

    mempengaruhi keamanan maupun

    kenyamanan pasien (Sharma & Chahal

    1999). Fasilitas kesehatan ini menjadi hal

    yang sangat penting karena merupakansumber pemasukan yang sangat penting

    bagi rumah sakit (Pavarini, Sanders dan

    Lindsay 2012).

    Garbarino & Johnson (1999)

    menjelaskan karena sifat jasa yang

    intangible maka konsumen akan

    menggunakan petunjuk lingkungan fisik

    untuk membantu mereka menentukan

    impresi secara umum. BerikutnyaShamdasani dan Balakrisnan (2000) juga

    menyatakan bahwa lingkungan fisik dan

    kontak dengan karyawan berpengaruh

    terhadap kepercayaan pelanggan dan

    loyalitas pelanggan.

    Kepercayaan

    Kepercayaan (trust) dianggap sebagai

    hal yang sangat penting dalam terciptanya

    suatu hubungan yang baik. Kepercayaan

    didefinisikan sebagai a willingness to rely

    on an exchange partner in whom one has

    confidence (Moorman et al 1993: 82).

    Moorman et al (1992) sebelumnya

    menyebutkan kepercayaan sebagai suatu

    keinginan dan keyakinan untuk bergantungpada mitra pertukaran. Rosseau et al.

    (1998) mendefinisikan kepercayaan

    sebagai keadaan psikologis yang terdiri

    dari maksud untuk menerima suatu

    ketidakpastian yang didasarkan pada

    perilaku harapan positif pada niat atau

    perilaku lain.

    Rousseau et al (1998) menyatakan

    kepercayaan (trust) adalah keadaan

    psikologis berisi keinginan untuk

    menerima kekurangan/kelemahan,

    berdasarkan perilaku yang positif terhadap

    intensi atau perilaku dalam keadaan

    berisiko dan saling tergantung. Bologlu

    (2002) menyebutkan dimensi kepercayaan

    didefinisikan sebagai dimensi hubungan

    bisnis yang menentukan tingkat dimana

    orang merasa dapat bergantung pada

    integritas janji yang ditawarkan oleh oranglain.

    Chaudhuri dan Holbrook (2002)

    mendefinisikan kepercayaan terhadap

    merek (brand trust) sebagai kemauan

    pelanggan untuk meyakini kemampuan

    merek dalam melakukan fungsi-fungsi

    yang dijanjikannya. Kepercayaan akan

    membangkitkan loyalitas karena

    mengurangi biaya untuk memper-timbangkan manfaat dari suatu merek

    (Berry 2007) dan dapat mengurangi

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    11/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 5

    ketakutan pelanggan terhadap perilaku

    oportunistik yang dilakukan oleh penyedia

    layanan (Bendapudi & Berry, 1997).

    Dalam literatur pemasaran Morgan dan

    Hunt (1994) telah memperlihatkan bahwa

    kepercayaan terhadap merek menyebabkanloyalitas merek dan komitmen karena

    kepercayaan menciptakan hubungan

    pertukaran yang sangat dihargai.

    Kepercayaan memiliki kaitan erat

    dengan loyalitas pelanggan. Hal ini

    disebabkan karena dalam kegiatan

    pertukaran (exchange) harapan yang

    muncul didasari pada perilaku yang jujur,

    berdasarkan norma-norma umum yangberlaku. Kepercayaan merupakan suatu

    kesediaan untuk bergantung pada mitra

    pertukaran karena suatu keyakinan,

    sehingga kepercayaan merupakan

    anteseden dari komitmen (Taylor, 2004).

    Bahkan dalam sejumlah studi mengenai

    pertukaran daring, kepercayaan

    merupakan suatu hal yang sangat penting

    dalam menciptakan loyalitas (Kim et al.

    2009).

    Loyalitas

    Secara umum loyalitas diartikan

    sebagai suatu perilaku konsumen untuk

    membeli suatu produk atau merek yang

    sama secara berulang-ulang. Oliver (1997)

    mendefinisikan loyalitas pelanggan

    sebagai komitmen yang dipegang teguhuntuk membeli kembali atau menyarankan

    menggunakan produk atau layanan yang

    dipilih untuk digunakan secara konsisten

    di masa mendatang, sehingga merek atau

    suatu set merek yang sama digunakan

    berulang kali, tanpa terpengaruh oleh

    situasi tertentu atau upaya-upaya

    pemasaran yang mendorong konsumen

    untuk beralih.Pelanggan yang loyal tidak hanya

    menyerap informasi dari merek, tetapi

    mereka juga berfungsi sebagai sumber

    informasi bagi pelanggan lain. Karena itu

    membangun dan menciptakan loyalitas

    pelanggan merupakan salah satu tantangan

    terbesar bagi merek. Seperti yang

    dinyatakan oleh Pavlou (2003) dalamstudinya mengenai transaksi di internet

    bahwa kepuasan pelanggan dan

    kepercayaan merupakan prasyarat yang

    penting untuk perilaku loyalitas, serta

    berperan penting dalam pengembangan

    hubungan pelanggan jangka panjang.

    Karena itu loyalitas pelanggan

    menjadi penting dalam membangkitkan

    keunggulan kompetitif bagi perusahaan.Loyalitas pelanggan menjamin

    kelangsungan hidup perusahaan ketika

    terjadi persaingan yang semakin keras

    (hyper-competition). Loyalitas membantu

    perusahaan untuk memperkuat posisi

    mereka di masa depan dan bersaing secara

    efisien dengan perusahaan internasional

    raksasa yang telah menyebar di seluruh

    dunia.

    Dalam konteks kesehatan di

    Indonesia membangun loyalitas semakin

    penting karena pasien Indonesia yang

    berobat ke luar negeri terus meningkat,

    baik ke Singapura, maupun Malaysia.

    Menurut Menteri Kesehatan Dr. Nafsiah

    Mboi, rata-rata 600 ribu orang pasien

    Indonesia yang berobat di luar negeri setiap

    tahun (Liputan6.com).

    Word of Mouth

    Bloemer et al (2002) menyatakan

    kepercayaan akan mempengaruhi

    komitmen pelanggan yang mempunyai

    pengaruh yang kuat terhadap intensi

    pembelian, intensitas harga dan word of

    mouth (WOM). Dalam praktik kita sering

    mendengar sejumlah negatif WOM yangmenceritakan kegagalan layanan di

    sejumlah rumah sakit.

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    12/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    6 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    Hal ini masih terjadi bahkan untuk

    sejumlah rumah sakit yang telah berupaya

    menciptakan kesan yang unik dalam sistem

    penyampaian jasa. Baik melalui berbagai

    fasilitas fisik yang mendukung (physical

    support), maupun kemampuan dari padakaryawan dan manajemen dalam

    menciptakan hubungan secara internal

    maupun eksternal.

    Gladwell (2000) menyebutkan ada

    tiga jenis kepribadian orang dalam

    menyebarkan pesan-pesan merek, yaitu

    mavens (merasa ahli tentang suatu

    produk), konektor (orang yang

    menghubungkan) dan salesmen (yangmemang berperan untuk menjual). Allsop,

    Bassett dan Hoskins (2007) mendukung

    kenyataan ini dengan menyatakan tidak

    seluruh jaringan sosial sama, dan tidak

    setiap individu memiliki pengaruh yang

    sama.

    Sedang Balter dan Butman (2005)

    beranggapan bahwa setiap orang dapat

    menceritakan tentang produk dan layanan

    setiap saat karena WOM bukanlah semata

    menjadi identifikasi dari suatu kelompok

    kecil orang yang memberi pengaruh seperti

    mavensatau selebritis.

    Sebelumnya sejumlah studi juga telah

    memperlihatkan bahwa konsumen juga

    merasa terlibat untuk berpartisipasi dalam

    WOM dengan tujuan memenuhi kebutuhan

    informasi pribadi mereka (Bloch et al.,

    1986; Burnkrant and Cousineau, 1975;Cohen and Golden, 1972; Pincus and

    Waters, 1977).

    Menurut Silverman (2001), word of

    mouth (WOM) menjadi penting karena

    dapat membangkitkan kepercayaan yang

    bersifat mandiri karena memperolehnya

    dari pihak ketiga. Selain itu WOM dapat

    menyampaikan suatu pengalaman dan

    informasi ini dapat membantu mengurangisuatu risiko dalam mengkonsumsi suatu

    produk.

    Dalam konteks WOM bagi rumah

    sakit mungkin apa yang dinyatakan

    Ammar, Moore, dan Wright (2008)

    merupakan suatu keniscayaan. Most

    people would not buy a new car without

    checking consumer ratings, but patients

    still rely largely on word-of-mouth to select

    a physician

    Model Penelitian dan Hipotesis

    Berdasarkan tinjauan literatur

    sebelumnya maka disusunlah model

    penelitian sebagai berikut:

    Gambar 1. Model Penelitian

    Berdasarkan studi literatur dan dan model

    penelitian di atas maka disusunlah

    hipotesis sebagai berikut:

    Hipotesis 1a: Semakin baik

    kemampuan komunikasi interpersonal

    paramedis (perawat) akan berpengaruh

    positif terhadap kepercayaan kepada rumah

    sakit.

    Hipotesis 1b: Semakin baikkemampuan komunikasi interpersonal

    dokter akan berpengaruh positif terhadap

    kepercayaan kepada rumah sakit.

    Hipotesis 1c: Semakin baik fasilitas

    kesehatan yang dimiliki rumah sakit akan

    berpengaruh positif terhadap kepercayaan

    kepada rumah sakit.

    Hipotesis 2: Semakin baik

    kepercayaan terhadap rumah sakit akanberpengaruh positif terhadap loyalitas

    kepada rumah sakit.

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    13/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 7

    Hipotesis 3: Semakin baik loyalitas

    terhadap rumah sakit akan berpengaruh

    positif terhadap keinginan menciptakan

    word-of-mouth positif.

    METODOLOGI

    Penelitian ini dilakukan dengan

    menggunakan metode survei di tiga rumah

    sakit masing-masing di Kebun Jeruk,

    Kuningan dan Kemayoran, dengan

    pendekatan cross sectional.

    Sampel dilakukan secara purposif

    terhadap pasien di ketiga rumah sakittersebut. Untuk mengecek validitas dan

    reliabilitas alat ukur digunakan SPSS 19

    serta menggunakan perangkat lunak Amos

    untuk menganalisis hasil penelitian yang

    berdasarkan Structural Equation Model

    (SEM).

    Variabel dan Pengukuran

    Variabel yang digunakan dalam

    penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas

    (independent variabel) yaitu komunikasi

    interpersonal paramedis/perawat,

    komunikasi interpersonal dokter dan

    fasilitas kesehatan; dua variabel perantara

    (intervening variable) yaitu variabel trust

    dan loyalitas, dengan word of mouth

    sebagai variabel dependen.

    Variabel komunikasi interpersonalparamedis/perawat dikembangkan dengan

    mengacu kepada Beaulieu et.al. (2011) dan

    Woszczak-Szubzda et al 2013, diukur

    dengan menggunakan empat pertanyaan

    menggunakan skala Likert (1-5). Pengujian

    validitas dan reliabilitas yang dilakukan

    mengharuskan satu pertanyaan dihilangkan

    agar diperoleh pengukuran yang valid

    (KMO=0,608; Anti-Image MatricesCorrelation > 0,5 ) dan reliabel (Cronbach

    Alpha = 0,761).

    Pengukuran variabel komunikasi

    interpersonal dokter dikembangkan

    berdasarkan pada Beaulieu et.al. (2011)

    dan Buller, & Buller (1987), diukur

    dengan lima pertanyaan menggunakan

    skala Likert (1-5). Pengujian validitas danreliabilitas yang dilakukan mengharuskan

    satu pertanyaan dihilangkan agar

    diperoleh measurement yang valid (KMO

    = 0,660; Anti-Image Matrices Correlation

    > 0,5) serta reliabel (Cronbach Alpha=

    0,607).

    Sedang pengukuran variabel fasilitas

    alat-alat kesehatan mengacu pada Sharma

    & Chahal (1999) dengan menggunakanlima pernyataan dalam skala Likert (1-5),

    dan setelah dilakukan pengujian hanya tiga

    yang valid (KMO=0,637; Anti-Image

    Matrices Correlation > 0,5) dan reliabel

    (Cronbach Alfa= 0,627).

    Variabel trust diukur dikembangkan

    berdasarkan kajian Colquitt, Scott, &

    LePine (2007) menggunakan empat

    pernyataan dalam skala Likert (1-5).

    Setelah dilakukan pengujian satu

    pernyataan harus dihilangkan agar valid

    untuk digunakan (KMO=0,688, Anti-

    Image Matrices Correlation > 0,5) dan

    reliabel (Cronbach Alfa=0,749). Sedang

    variabel loyalitas diukur mengacu pada

    Oliver (1997) dan Moorman et al (1993),

    dengan menggunakan lima pernyataan

    yang setelah diuji ternyata kelimanya valid

    (KMO=0,719; Anti-Image MatricesCorrelation > 0,5) dan reliabel (Cronbach

    Alfa=0,824).

    Terakhir variabel word-of-mouth

    dikembangkan berdasarkan studi Mangold,

    Miller & Brockway (1999) dan Allsop,

    Bassett & Hoskins (2007) menggunakan

    empat pernyataan yang setelah diuji

    keempatnya memenuhi syarat validitas

    (KMO=0,621, Anti-Image MatricesCorrelation > 0,5) dan reliabilitas

    (Cronbach Alfa=0,667).

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    14/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    8 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    Karakteristik Subyek Penelitian

    Dari 150 kuesioner yang disebarkan

    dalam survei diperoleh 136 kuesioner yang

    dijawab lengkap sehingga dapat dianalisis.

    Subyek penelitian terdiri 80 orang pria dan56 wanita, dengan kelompok terbesar

    berusia antara 30-39 tahun (41,9%), diikuti

    dengan subyek di kelompok usia 40-49

    tahun (37,5%), kelompok usia lebih dari

    50 tahun (14,7%), dan yang paling sedikit

    subyek dengan usia 20-29 (5,9%).

    Dilihat dari tingkat pendidikan,

    mayoritas subyek penelitian adalah Sarjana

    (S1) sebanyak 47,1%, diikuti subyek yangmemiliki pendidikan SLTA sebanyak

    23,5%. Subyek yang memiliki pendidikan

    Akademi sebanyak 22,8% dan yang paling

    sedikit adalah subyek dengan pendidikan

    S2 dan SLTP yaitu masing-masing 5,9%

    dan 0,7%.

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Analisis data dalam penelitian ini

    menggunakan Structural Equation

    Modelling (SEM) dengan menggunakan

    program AMOS untuk menguji pengaruh

    dari setiap variabel bedasarkan hipotesis.

    Hasil pengujian kesesuaian model

    (Goodness of Fit) dalam SEM

    memperlihatkan Goodness of Fit yang

    baik. RMSEA=0,042 < 0,05 (Goodness of

    Fit); GFI=0,860 (Marginal Fit); IFI =0,934 (Goodness of Fit); TLI=0,920

    (Goodness of Fit); CFI=0,931 (Goodness

    of Fit).

    Berdasarkan beberapa kriteria

    pengujian goodness of fit tersebut maka

    dapat disimpulkan bahwa model yang

    dihasilkan memenuhi syarat goodness of

    fit sehingga dapat dilanjutkan dengan

    pengujian hipotesis teori.Dari hasil estimasi regresi model

    SEM terlihat bahwa komunikasi

    interpersonal staf/paramedis rumah sakit

    tidak terbukti mempengaruhi trust

    (Estimate=0,028; SE=0,028; p=0,392).

    Dengan demikian Hipotesis 1a tidak

    terbukti. Sedang Hipotesis 1b, komunikasi

    interpersonal dokter terbuktimempengaruhi trust (Estimate=0,563;

    SE=0,171; p

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    15/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 9

    karena mereka memiliki kepercayaan

    terhadap dokter dan fasilitas kesehatan

    yang tersedia di rumah sakit. Dengan

    demikian menjadi sangat penting bagi

    dokter-dokter di rumah sakit untuk terus

    meningkatkan kemampuan komunikasiinterpersonal mereka. Selain itu penelitian

    ini memperlihatkan bahwa fasilitas

    kesehatan rumah sakit merupakan hal yang

    sangat penting untuk diperhatikan.

    Kelengkapan fasilitas kesehatan akan ikut

    memperbaiki kepercayaan pasien terhadap

    kualitas layanan kesehatan yang diberikan

    oleh rumah sakit.

    Penelitian ini juga menegaskankembali, untuk ranah kesehatan trustjuga

    terbukti dapat membangkitkan loyalitas,

    dan selanjutnya membangkitkan word-of-

    mouth positif. Hal ini menjelaskan bahwa

    trustmerupakan hal yang sangat penting

    dalam suatu aktivitas bisnis dan

    pemasaran, dan karena itu harus dikelola

    dengan sebaik-baiknya.

    Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini hanya menggunakan

    variabel komunikasi interpersonal perawat

    dan dokter serta ketersediaan fasilisitas

    kesehatan di rumah sakit tanpa

    memperhatikan faktor-faktor lain yang

    dapat ikut mempengaruhi kepercayaan,

    loyalitas dan kemauan untuk

    membangkitkan WOM positif bagi rumahsakit. Tentu masih ada sejumlah faktor-

    faktor lain yang dapat ikut mempengaruhi

    kepercayaan dan loyalitas yang dapat

    diteliti sehingga dapat lebih memperkuat

    pemahaman dan pengetahuan pengelola

    rumah sakit untuk menciptakan

    kepercayaan dan loyalitas terhadap suatu

    rumah sakit.

    --====--

    DAFTAR PUSTAKA

    Alif (2012); Advertising Growth in

    Indonesia: An Effort to Build a

    Reputation. Media Scene, Vol. 23:

    30-39.

    Allsop, Dee T., B.R. Bassett & J.A.

    Hoskins (2007); Word-of-Mouth

    Research: Principles and

    Applications; Journal of

    Advertising Research, December,

    398-411.

    Ammar, S. More & R. Wright (2008);

    Analysing customer satisfactionsurveys using a fuzzy rule-based

    decision support system:

    Enhancing customer management;

    Database Marketing & Customer

    Strategy Management, 15(2), 91-

    105.

    Balter, D. & J. Butman (2005); Grapevine:

    The NewArt of Word-of-Mouth

    Marketing; New York:Portfolio,

    Beaulieu, M.D., J. Haggerty, D. Santor, J.F.

    Lvesque, R. Pineault, F. Burge,

    D.Gass, F. Bouharaoui, C.

    Beaulieu (2011); Interpersonal

    Communication from the Patient

    Perspective: Comparison of

    Primary Healthcare Evaluation

    Instruments; Healthcare Policy

    Vol 7 (Special Issue): 108-123

    Bendapudi, Neeli & Leonard L. Berry

    (1997); Customers Motivation

    for Maintaining Relationships

    with Service Providers; Journal of

    Retailing, 73(1), 15-37

    Berry, D. (2007); Healthcare

    Communication: Theory and

    Practice. London: Open

    University Press.

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    16/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    10 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    Bloch, P.H., D.H. Sherrell & N.M.

    Ridgeway (1986); Consumer

    search: an extended framework;

    Journal of Consumer Research,

    13, 119-126

    Bologlu, Seyhmus (2002); Dimensions of

    Customer Loyalty: Separating

    Friends from Well Wishers;

    Cornell Hotel and Restaurant

    Administration Quarterly, pp 47-

    59.

    Buller, M.K. & D.B. Buller (1987);

    Physicians Communication Style

    and Patient Satisfaction; Journalof Health and Social Behavior,

    Vol. 28: December, 375-388.

    Burnkrant, R.E. & A. Cousineau (1975);

    Informational and Normative

    Social Influence in Buyer

    Behavior; Journal of Consumer

    Research, 2, 206-215.

    Chaudhuri, Arjun & M.B. Hoolbrook

    (2002); Product-class effects onbrand commitment and brand

    outcomes: the role of brand trust

    and brand affect; Brand

    Management, 10 (1), 33-58.

    Cleary, P.D. & B.J. McNeil (1988); Patient

    satisfaction as an indicator of

    quality care; Inquiry, 25 (1), 25-

    36.

    Colquitt, J.A., B.A. Scott, & J.A. LePine(2007); Trust, Trustworthiness,

    and Trust Propensity: A Meta-

    Analytic Test of Their Unique

    Relationships With Risk Taking

    and Job Performance; Journal of

    Applied Psychology, Vol. 92, No.

    4, 909927

    Cooper, C. (1994); The costs of healthy

    work organizations, in C. Cooper& S. Williams (Eds.); Creating

    Healthy Work Organizations.

    Chichester: Wiley.

    Franciosi, M., F. Pellegrini, G. De Berardis,

    M. Belfiglio (2004); Correlates of

    satisfaction for the relationshipwith their physician in type 2

    diabetic patients; Diabetes

    Research and Clinical Practice

    66(3):277-286.

    Garbarino, E. & M.S. Johnson (1999); The

    Different Role of Satisfaction,

    Trust and Commitment in

    Customer Relationship; Journal of

    Marketing, April, 63, 70-87Gladwell, Malcom (2000); Tipping Point;

    Little Brown.

    Glickman, SW, K.A. Baggett KA, C.G.

    Krubert (2007); Promoting quality;

    the health-care organization from

    a management perspec-

    tive; International Journal of

    Quality Health Care. 19:341-8.

    Greene, MG, R.D. Adelman & E.Friedmann (1994); Older patient

    satisfaction with communication

    during an initial medical

    encounter; Social Science Med.

    38(9):127988

    Hafizurrachman (2009a); Sumberdaya

    Manusia Rumah Sakit di Q-

    Hospital; Majalah Kedokteran

    Indonesia, Volum: 59, Nomor: 8,Agustus 2009

    Hafizurrachman (2009b); Health status,

    ability, and motivation influenced

    district hospital nurse

    performance; Medical Journal

    Indonesia 18: 283-9.

    Kim, D.J., D.L. Ferrin & H.R. Rao (2009);

    Trust and Satisfaction, two

    steeping stone for successful e-

    commerce relationship: a

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    17/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 11

    longitudinal exploration;

    Information Systems Research,

    Vol. 20, No. 2, June, pp 237-257.

    Mangold, W.G., F. Miller & G.R.

    Brockway (1999); Word-of-mouth communication in the

    service marketplace; Journal of

    Services Marketing, Vol. 13. No

    1, pp 73-89

    Moorman, C., R. Deshpande & G. Zaltman

    (1993); Factors Affecting Trust in

    Market Relationship; Journal of

    Marketing 57, (January), 81-101.

    Moorman, C., G. Zaltman & R. Deshpande(1992); Relationship Between

    providers and user of market

    research: the dynamic of trust

    within and between organizations;

    Journal of Marketing Research

    (24), August, 314-328.

    Morgan R.M. & S.D. Hunt (1994); The

    commitment-trust theory of

    relationship marketing; Journalof Marketing, 58 (July),

    Nordby, Halvor (2004); Communicative

    challenges for paramedics:

    language and interpretation;

    Scand J Trauma Resusc Emerg

    Med 12; 178-181

    Oliver, Richard L (1997); Satisfaction: A

    Behavioral Perspective on the

    Consumer; New York: TheMcGraw-Hill Companies, Inc.

    Pavarini, Peter, S. Sanders & M. Lindsay

    (2012); Health Care Reform

    Going Forward: Whats the Impact

    on Providers? Beckers Hospital

    Review, December.

    Pavlou, P.A. (2003); Consumer Acceptance

    of Electronic Commerce:

    Integrating Trust and Risk with the

    Technology Acceptance Model;

    International Journal of Electronic

    Commerce 69-103.

    Pincus, S. & L.K. Waters (1977);

    Informational social influence and

    product quality judgments;Journal of Applied Psychology,

    Vol 62(5), Oct, 615-619.

    Rabin, R (2008); You can find Dr, right,

    with some effort, New York

    Times, 29 September, 1-9.

    Rousseau, D. M., S.B. Sitkin, R.S. Burt &

    C. Camerer (1998); Not so different

    after all: A cross-discipline view of

    trust; Academy of ManagementReview, 23, 393404.

    Shamdasani, P.N. & A.A. Balakrisnan

    (2000); Determinants of

    Relationship Quality and Loyalty

    in Personalized Services; Asia

    Pacific Journal of Management,

    17 (3), 399-422.

    Sharma, R.D. & Hardeep Chahal (1999);

    A Study of Patient Satisfaction inOutdoor Services of Private

    Health Care Facilities; Vikalpa,

    Vol. 24, No. 4, October-

    December 59-76Singer et al

    (2009), xxxxxxx

    Silverman, G. (2001); The Secrets of Word-

    of-Mouth Marketing; New York:

    American Management

    Association.

    Simpson, M., R. Buckman, M. Stewart, P.

    Maguire, M. Lipkin, D. Novack &

    J. Till (1991); Doctor-patient

    commun ication: the Toronto

    Consensus Statement; BMJ.

    November; 303(6814): 1385

    1387.

    Stewart, AL, A. Npoles-Springer, E.J.

    Prez-Stable, S. Posner S, A.B.

    Bindman, H.L. Pinderhughes, AE

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    18/96

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    19/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 13

    SurveiIndexKepuasan Supplier

    Sebagai Penerapan Pemasaran Holistik

    (Studi Kasus PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk)

    Dian Kurnia Rizki

    PT Telkom Indonesia (DWS)

    The purpose of this journal is to measure supplier satisfaction index from six

    suppliers of Telkom Wholesale Service Division (DWS) who have been cooperating

    for couple years as implementation of holistic marketing. In addition, the journal

    also analyzes the gap between the suppliers expectation and satisfaction. Finally,

    the number of satisfaction with the level of importance of each variable is mapped

    on the quadrant operation IPA or Important Performance Analysis. The results of

    this study stated that the suppliers are quite satisfied with the cooperation although

    there are several variables that need to be concerned further. Through these results,

    it is expected to be a basic consideration for improvement of cooperation in the

    future, so that the supplier satisfaction will be better.

    Keywords: Supplier Satisfaction Index; marketing holistic; GAP Analysis;Important Performance Analysis

    SurveiIndexKepuasan Supplier

    Sebagai Penerapan Pemasaran Holistik

    (Studi Kasus PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk)

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Telkom Divisi Wholesale Service

    (DWS) merupakan salah satu divisi di PT

    Telekomunikasi Indonesia Tbk yang

    menjalankan salah satu dari portofolio

    bisnis Telekomunikasi yaitu penyewaanjaringan infrastruktur telekomunikasi dan

    interkoneksi. Pelanggan dari Telkom

    DWS adalah operator lain atau OLO

    (Other License Operator), contohnya XL

    Axiata, Indosat, Axis, dan Bakrie

    Telecom. Dalam menjalankan bisnisnya

    di tahun 2012, Telkom DWS

    berkewajiban untuk menerapkan

    corporate value Telkom (5C) sebagai

    bentuk komitmen. Salah satu corporate

    value dari 5C itu adalah co-creation ofwin-win partnership yang merupakan

    komitmen perusahaan untuk memper-

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    20/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    14 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    lakukan mitra bisnis sebagai rekanan yang

    setara. Salah satu key behaviour dari

    corporate value tersebut adalah secara

    aktif mencari feedback dari mitra kerja.

    Co-creation of win-win partnership

    sebagai coporate value tersebutmerupakan contoh implementasi dari

    penerapan konsep holistik marketing

    (Kotler dan Keller, 2009) yang salah satu

    komponennya adalah relationship

    marketingtermasuk dengan para supplier.

    Perhatian khusus yang diberikan pada

    kesetaraan hubungan dengan para mitra

    bisnis, termasuk para supplier, disebabkan

    oleh eratnya hal tersebut dengan prosespenyelenggaraan layanan kepada para

    pelanggan oleh Telkom DWS agar tidak

    terkendala. Seperti yang dikatakan oleh

    (Snyder, 2003), bahwa mitra yang tidak

    puas, tidak akan berkontribusi secara

    maksimal dan akan memberikan layanan

    yang kurang berkualitas.

    Selain dapat memperlancar proses

    pelayanan kepada OLO, komitmen ini

    dirasa penting dalam menangkap peluang

    bisnis dan memenangkan persaingan pasar.

    Berdasarkan hasil olahan data, dari TriTech

    dan beberapa laporan tahunan Operator

    Telekomunikasi, menunjukan bahwa

    pertumbuhan jumlah subscriber bertambah

    sangat signifikan dari tahun ke tahun baik

    untuk pengguna seluler, FWA (Fixed

    Wireless Access), dan FWL (Fixed Wire

    Line). Naiknya kebutuhan jaringaninfrastruktur juga disebabkan oleh

    perkembangan dari trend layanan paket

    data retail seperti paket Blackberry, paket

    internet, atau mobile banking. Paket

    layanan retail tersebut membutuhkan

    jaringan infrastruktur dengan kapasitas

    yang besar untuk menjaga kualitas nya.

    Memperhatikan besarnya peluang bisnis

    yang besar di pasar, maka keberadaan mitrayang puas karena kerjasama yang saling

    menguntungkan sangat diperlukan.

    Meskipun peluang bisnis cukup

    signifikan di pasar, namun tingkat

    kompetisi di industri ini juga cukup tinggi.

    Berdasarkan data olahan dari dokumen

    internal perusahaan, berikut ini adalah peta

    persaingan di pasar jaringan infrastrukturtelekomunikasi di Indonesia :

    Gambar 1. Data Competition Matrix

    Pasar Infrastruktur Jaringan

    Telekomunikasi di Indonesia 2011

    Sumber: Telah diolah kembali dari dokumen

    internal perusahaan.

    Berdasarkan data di atas, terlihat

    bahwa posisi Telkom, yang diwakili oleh

    DWS, saat ini merupakan market leader

    dilihat dari faktor kekuatan pasar serta jenis

    layanan yang ditawarkan. Pesaing terberat

    Telkom saat ini adalah Indosat yang berada

    di posisi kedua karena ketersediaan

    jaringan yang juga cukup besar. Sedangkan

    perusahaan lainnya merupakan parapemain yang relatif baru sehingga masih

    jauh dari posisi Telkom saat ini. Untuk

    mempertahankan posisinya, Telkom DWS

    perlu melakukan efisiensi dan efektifitas

    dalam proses penyelenggaraan layanannya

    ke OLO sehingga kualitas layanan terjamin

    dan mampu menawarkan harga yang lebih

    kompetitif. Oleh sebab itu, diperlukan

    adanya kerjasama yang baik dengan parasupplier sesuai yang dikatakan oleh

    (Trend, 2005) bahwa satu-satunya jalan

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    21/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 15

    untuk bertahan di persaingan pasar yang

    ketat, adalah dengan menjadikan supplier

    sebagai mitra yang setara. Hal ini karena

    para supplier memiliki peran yang sangat

    penting dalam meningkatkan posisi saing

    dan tingkat efisiensi supply chain (Park,Shin, & Tai-Woo, 2010).

    Kepuasan supplier adalah perasaan

    kesetaraan dalam hubungan supply chain

    antara penjual dan pembeli meskipun

    terdapat ketidakseimbangan posisi tawar

    (Benton & Maloni, 2005). Seperti yang

    dikatakan Leenders, Johnson, Flynn, &

    Fearon (2006), tanpa kepuasan, supplier

    akan menghasilkan out put berkualitasrendah, yang ikut menurunkan kualitas

    layanan perusahaan sehingga volume

    penjualan akan terganggu dan sebagai

    konsekuensinya keuntungan perusahaan

    akan berkurang. Selain itu, hubungan

    Telkom DWS dengan OLO akan terganggu

    karena tidak mampu memenuhi permintaan

    sesuai target waktu yang disepakati di

    awal.

    TUJUAN PENELITIAN

    Sesuai pemaparan di atas, maka

    diperlukan pengukuran kepuasan supplier

    yang telah mengikatkan diri dengan

    Telkom DWS melalui Perjanjian Kerja

    Sama (PKS). Seperti yang dikatakan olehEssig dan Amann (2009), tanpa

    pengukuran kepuasan supplier,maka akan

    sulit menjaga hubungan baik antara

    supplierdan buyer.Padahal, hubungan ini

    sangat penting bagi Telkom DWS baik

    dalam proses delivery layanan ke OLO

    maupun sebagai salah satu bentuk

    komitmen terhadap corporate value yaitu

    co-creation of win-win partnership yangmerupakan penerapan dari konsep holistic

    marketing.

    Berdasarkan hal tersebut, maka

    secara spesifik, tujuan yang ingin dicapai

    dari penelitian ini adalah:

    a. Mengetahui variabelvariabel yang

    menjadi penentu kepuasan supplier

    terhadap Telkom DWS dalam

    menjalankan kewajibannya sebagai-

    mana yang tercantum pada Perjanjian

    Kerja Sama (PKS).

    b. Mengetahui t ingkat kepentingan

    variabel-variabel yang mempengaruhi

    kepuasan supplier.

    c. Mengetahui performansi pada variabel

    tersebut pada kepuasan secarakeseluruhan, per supplier, dan per

    tahapan kerjasama.

    d. Mengetahui variabel yang terdapatgap

    antara ekspektasi dengan harapan

    supplier sehingga perlu diperhatikan

    lebih untuk perbaikan kerjasama ke

    depan.

    TINJAUAN TEORI

    Kepuasan Supplier

    Menurut Benton dan Maloni (2005),

    kepuasan supplier adalah perasaan

    kesetaraan dalam hubungan supply chain

    antara penjual dan pembeli meskipun

    terdapat ketidakseimbangan posisi tawar.

    Sedangkan menurut Essig & Amann

    (2009), kepuasan supplier adalah perasaanadil yang dirasakan oleh supplierdalam

    pemenuhan kebutuhannya, berdasarkan

    pada insentif buyerdan kontribusi supplier

    dalam hubungan jual beli di pasar B2B.

    Berdasarkan hasil penelitian Meena dan

    Sarmah (2012), terdapat empat faktor yang

    mempengaruhi kepuasan supplier. Tiga

    dari empat faktor tersebut yaitu kebijakan

    pembelian, kebijakan pembayaran dankebijakan koordinasi. Berikut ini adalah

    penjelasan detail terkait faktor tersebut:

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    22/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    16 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    a. Kebijakan Pembelian

    Pada umumnya, kebijakan pembelian

    di sebuah perusahaan itu adalah

    kebijakan yang terkait proses order dan

    penyelenggaraan layanan atau produk

    yang berpengaruh langsung terhadapkepuasan supplier (Essig dan Amann,

    2009; Maunu, 2003). Selain itu, masih

    terkait pembelian, kepuasan supplier

    juga dipengaruhi langsung dengan

    jadwal pembelian yang tepat (Lascelles

    dan Dales, 1989; Essig dan Amann,

    2009; Maunu, 2003). Menurut

    Soetanto dan Proverbs (2002),

    kejelasan dalam parameter teknis jugamempengaruhi kepuasaan.

    b. Kebijakan Pembayaran

    Menurut Soetanto dan Proverbs (2002),

    Essig dan Amann (2009), Maunu (2003)

    dan Wong (2000), pembayaran yang

    tepat waktu, proses pembayaran dan

    penerimaan barang atau layanan

    memiliki pengaruh langsung terhadap

    kepuasan supplier.Verhoef et al. (2001)menjelaskan bahwa kebijakan

    pembayaran yang buruk dapat

    mengakibatkan supplier melakukan

    penjualan ke pihak lainnya. Selain itu,

    tingkat kemampuan finansial

    perusahaan juga berpengaruh pada

    kepuasan karena erat kaitannya dengan

    kemampuan pembayaran dan skema

    harga yang ditawarkan oleh supplier

    (Soetanto dan Proverbs 2002; Burt et

    al.,2008; Essig dan Amann, 2009). Oleh

    sebab itu, kebijakan pembayaran di sini

    dapat diartikan sebagai kebijakan

    perusahaan terkait proses pembayaran.

    c. Kebijakan Koordinasi

    Komunikasi antara perusahaan dengan

    supplier merupakan faktor yang

    penting untuk setiap hubungan yang

    baik dan menurut Essig dan Amann

    (2009) serta Maunu (2003),

    komunikasi dan kemudahan dalam

    penyelenggaraan layanan memiliki

    pengaruh langsung terhadap kepuasan

    supplier.Tidak hanya itu saja, Eissig

    dan Amann (2009) juga menjelaskan

    bahwaEarnest Money Deposit (EMD),

    ketepatan waktu dalam pengembalianbarang yang ditolak, garansi bank serta

    ketepatan waktu pemesanan kepada

    supplier juga mempengaruhi tingkat

    kepuasan para supplier.Perilaku para

    pegawai di perusahaan terhadap

    supplierjuga dianggap mempengaruhi

    tingkat kepuasan mereka (Moorman et

    al., 1992). Sehingga, kebijakan

    koordinasi di sini dapat diartikankebijakan perusahaan terkait

    koordinasi dalam penyelenggaraan

    layanan.

    Meskipun kepuasan supplier erat

    kaitannya dengan supply chain

    management, namun hal ini juga bukan

    bagian terpisah dari marketing. Menurut

    AMA (American Marketing Association)

    tahun 2007, ditetapkan pengertian barutentang pemasaran yaitu sebagai fungsi

    organisasi dan serangkaian proses untuk

    menciptakan, mengkomunikasikan dan

    memberikan nilai kepada pelanggan untuk

    mengelola hubungan pelanggan dengan

    cara yang menguntungkan organisasi dan

    pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

    organisasi. Dari pengertian tersebut, maka

    konsep marketing tidak lagi terbatas pada

    penjualan saja, namun juga meliputi

    beberapa konsep marketing.

    Pemasaran holistik

    Menurut Kotler et all (2009), konsep

    marketing merupakan upaya perusahaan

    untuk melakukan kegiatan marketing.

    Salah satunya adalah konsep pemasaran

    holistik. Konsep ini didasarkan pada

    pengembangan, desain, dan implementasi

    program marketing, proses, dan aktivitas

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    23/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 17

    yang menunjukan kekuatan serta

    keterikatan mereka. Pada konsep tersebut,

    seluruh hal memiliki pengaruh ke

    marketing, seperti pelanggan, pegawai,

    perusahaan lain, kompetitor, bahkan

    keseluruhan masyarakt. Sehinggadiperlukan adanya suatu perspektif yang

    terintegrasi. Pemasaran holistik terdiri dari

    4 komponen yaitu relationship marketing,

    integrated marketing, internal marketing

    dan social responsibility marketing.

    Relationship marketing yang bertujuan

    untuk menciptakan hubungan jangka

    panjang dengan para stakeholder seperti

    pelanggan, supplier, distributor dan mitraperusahaan lainnya. Oleh karena itu,

    penelitian ini dapat dikatakan merupakan

    penerapan dari pemasaran holistik.

    METODOLOGI

    Objek Penelitian

    Yang menjadi objek pada penelitian

    ini adalah PT Telkom Indonesia khususnya

    Divisi Wholesale Service atau disebut

    Telkom DWS yang menyewakan

    infrastruktur telekomunikasi kepada

    operator lain yang disebut juga OLO

    (Other Licensed Operator).

    Operasional Variabel

    Untuk menjaga relevansi penelitian,

    hasil penelitian Meena dan Sarmah (2012)

    mengenai faktor-faktor yang dapat

    mempengaruhi kepuasan supplier

    disesuaikan dengan dokumen Perjanjian

    Kerjasama (PKS) antara Telkom DWS dan

    para supplier. Mengacu pada beberapadokumen PKS yang berlaku, kegiatan

    kerjasama dibagi menjadi beberapa tahap

    yaitu sebelum pemesanan (pre-order),

    pemesanan (order), instalasi (installation),

    pembayaran (collection & payment), dan

    setelah instalasi (after installation).

    Berikut ini merupakan operasional variabel

    yang digunakan pada kuisioner dalam

    penelitian ini:

    Tabel 1. Operasional Variabel

    a. Kejelasan ketentuan hak dan

    kewajiban kedua belah pihak.

    b. Ketepatan waktu proses sirkulir PKS/

    amandemen di sisi Telkom

    a. Kejelasan pengajuan order (target

    RFS, perangkat, kapasitas, dan

    informasi lain yang relevant di luar

    data lokasi)

    b. Kejelasan koordinat dan alamat

    lengkap yang akan dilakukan

    instalasic. K e l e n g k a p a n

    administrasi dalam proses order.

    a. Kemudahan proses pemberian izin

    untuk survei/peninjauan lokasi/

    pemasangan perangkat.

    KebijakanPembelian

    KebijakanPembelian

    KebijakanPembelian

    KebijakanPembelian

    KebijakanPembelian

    KebijakanKoordinasi

    C1a3

    C1b3

    D1a3

    D1b3

    D1c3

    E1a3

    E1b3

    E1c3

    Pre-Order

    Order

    Installation

    No Tahap Coding Variabel Kategori Faktor

    1

    2

    3

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    24/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    18 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    b. Koordinasi internal Telkom dalam

    pelaksanaan instalasi.

    c. Dukungan internal Telkom dalam

    pelaksanaan proses integrasi.d. Proses tanda tangan Berita Acara

    Layak Operasi

    a. Ketepatan waktu pembayaran biaya

    sewa.

    b. Ketepatan jumlah pembayaran sesuai

    dengan Berita Acara Kemitraan.

    c. Kemudahan proses pengajuan klaim

    ganti rugi atas kerusakan.

    d. Ketepatan waktu pembayaran gantirugi jika terjadi kerusakan.

    e. Ketepatan jumlah pembayaran ganti

    rugi jika terjadi kerusakan.

    a. Pemeliharaan kualitas perangkat

    milik mitra.

    b. Kecepatan menginformasikan apabila

    ada gangguan dari pelanggan.

    c. Kecepatan memberitahukan

    informasi pemutusan perangkat

    sesuai permintaan pelanggan.

    d. Kecepatan memberitahukan

    informasi relokasi perangkat sesuai

    permintaan pelanggan.

    Kebijakan

    Koordinasi

    Kebijakan

    Koordinasi

    KebijakanKoordinasi

    KebijakanPembayaran

    KebijakanPembayaran

    KebijakanKoordinasi

    KebijakanPembayaran

    KebijakanPembayaran

    Kebijakan

    Koordinasi

    KebijakanKoordinasi

    KebijakanKoordinasi

    KebijakanKoordinasi

    Collection &

    Payment

    After

    Installation

    No Tahap Coding Variabel Kategori Faktor

    E1d3

    F1a3

    F1b3

    F1c3

    F1d3

    F1e3

    G1a3

    G1b3

    G1c3

    G1d3

    4

    5

    Desain Kuesioner

    Pengambilan data primer dilakukan

    dengan menggunakan kuisioner yang

    terstruktur yang disebar oleh pihak ketiga

    secara langsung dan dilakukan denganface

    to face interview kepada masing-masing

    perwakilan supplier. Selain itu, untuk

    menjaga agar hasil dari kuisioner tidak bias

    karena terdapat konflik kepentingan di

    supplier, maka penyebaran kuisioner

    dilakukan oleh pihak ketiga atau bukan

    oleh Telkom DWS sendiri. Tipe pertanyaanpada kuesioner ini adalah pertanyaan

    tertutup dan terbuka. Sedangkan skala yang

    digunakan pada penelitian mengenai

    kepuasan supplier adalah Likert dengan

    skala 1 5 (Meena dan Sarmah, 2012;

    Essig dan Amann, 2009).

    Sampel

    Pada penelitian, digunakan teknik

    judgmental sampling para senior leader

    Telkom DWS untuk menentukan sampel

    dari total 13 supplier yang telah

    bekerjasama dengan Telkom DWS sampai

    2012. Selanjutnya, para supplier dipilihberdasarkan dua kriteria. Pertama, para

    supplier paling tidak telah bekerjasama

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    25/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 19

    dengan Telkom DWS selama 1 tahun. Hal

    ini memperhatikan bahwa minimal jangka

    waktu sewa dengan supplier adalah 6

    bulan, sehingga dalam waktu setahun

    diharapkan semua tahapan kegiatan dalam

    perjanjian dengan supplier sudahdilakukan, maka responden dari masing-

    masing supplier dapat menjawab

    pertanyaan pada kuisioner. Adapun kriteria

    yang kedua adalah nilai transaksi dengan

    suppliertersebut minimal mencapai seratus

    juta rupiah per tahunnya. Nilai minimal

    transaksi ini ditentukan karena jika

    transaksi dengan suppliermencapai nilai

    tersebut, maka menurut kebijakanperusahaan, supplier tersebut dapat

    dikategorikan supplierutama yang penting

    mengingat nilai transaksi yang cukup besar.

    Dari total 13 supplier yang saat ini

    telah bekerja sama dengan Telkom DWS,

    maka terdapat enam perusahaan yang

    memenuhi kriteria supplier untuk dijadikan

    sampel. Demi menjaga kerahasiaan

    perusahaan, maka penulisan nama supplier

    yang menjadi sampel menggunakan inisial.

    Berikut ini adalah nama-nama supplier dari

    Telkom DWS:

    Tabel 2.

    Daftar Sampel SupplierTelkom DWS

    No Nama Supplier Jenis Layanan

    1 PT Pg Sewa link

    (sirkit langganan)

    2 PT T Sewa link

    (sirkit langganan)

    3 PT P Sewa radio IP

    4 PT C Sewa radio IP

    5 PT V Sewa radio IP

    6 PT M Sewa radio IP

    Masing-masing supplierdipilih 5 key

    informansebagai responden dari kuisioner

    penelitian ini sehingga total responden

    berjumlah 30 orang dari 6 perusahaan

    supplier Telkom DWS. Mengacu pada

    Phillips (1981), pemilihan key informantersebut berdasarkan kualifikasi khusus

    yaitu memiliki status tertentu misalnya

    seperti CEO atau COO perusahaan,

    memiliki pengetahuan yang khusus

    misalnya orang keuangan, legal, atau teknis

    lapangan, atau key informan tersebut

    merupakan account manager/sales team

    yang banyak berhubungan dengan Telkom

    DWS.

    Metode Analisa Data

    IndexKepuasan Supplier (IKS)

    Mengacu pada rumus yang digunakan

    oleh Meena dan Sarmah (2012) yang

    mengacu rumus dari Anderson dan Fornell

    (2000) dan Fornel et all (2001), maka

    rumus menghitung IKS adalah:

    IKS =

    Keterangan:

    Wi = Bobot variabel

    = Nilai rata-rata variabel

    n = Jumlah variabel9 = Skala yang digunakan

    Masih menurut Meena dan Sarmah (2012),

    berikut ini adalah arti dari nilai IKS:

    < 60 = tidak memuaskan

    60 80 = cukup memuaskan

    > 80 = sangat memuaskan

    Metode perhitungan IKS adalah untuk

    mencapai tujuan penelitian yaitumengetahui kepuasan supplier secara

    keseluruhan, kepuasan masing-masing

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    26/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    20 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    supplier, dan kepuasan mereka per tahapan

    kerjasama.

    Importance Attribute Performance (IPA)

    IPA pertama kali diperkenalkan olehJohn A. Martilla dan John C. James (1977).

    Metode ini digunakan untuk mengaitkan

    performansi sebuah variabel penelitian

    dengan tingkat kepentingannya

    berdasarkan informasi dari responden.

    Dengan mengetahui tingkat kepentingan

    dan performansi masing-masing variabel,

    selanjutnya dapat dipetakan variabel

    tersebut dalam 4 kuadran, di bawah ini,untuk analisa lebih lanjut.

    Gambar 2. Pemetaan variabel IPA

    Keterangan:

    Concentrate here(Konsentrasi di sini)

    Menurut para responden, tingkat

    kepentingan variabel yang terletak pada

    kuadran ini adalah tinggi, namun

    menurut mereka, performansi

    perusahaan pada variabel ini masih

    rendah. Sehingga, diharapkan

    perusahaan akan berkonsentrasi untuk

    memperbaiki semua variabel yang

    terletak pada kuadran tersebut.

    Keep up the good work (Pertahankan

    prestasi)Responden menganggap penting

    variabel yang ada pada kuadran dua ini,

    selain itu mereka juga telah merasa puas

    terhadap performansi perusahaan untuk

    variabel tersebut. Sehingga, untuk

    menjaga kepuasan responden,

    perusahaan sebaiknya mempertahankan

    prestasi nya.

    Low priority (Prioritas rendah)

    Meskipun responden menilai rendah

    performansi perusahaan pada variabel

    yang terletak pada kuadran ini, namun

    mereka juga tidak menganggap hal

    tersebut adalah sesuatu yang penting.

    Sehingga, variabel-variabel tersebut

    merupakan prioritas rendah bagiperusahaan untuk menjaga kepuasan

    mereka.

    Possible overkill (Terlalu berlebih)

    Responden merasa performansi yang

    baik dari perusahaan pada tiap-tiap

    variabel di kuadran ini, hanya saja,

    mereka menganggap variabel tersebut

    memiliki kepentingan yang rendah.

    Sehingga, meskipun hal tersebut baikuntuk diteruskan, namun sebaiknya

    sumber daya yang alokasikan

    dipindahkan untuk variabel pada

    kuadran 1 misalnya.

    Analisa gap

    Metode analisa ini digunakan pada

    penelitian untuk mengetahui apakah

    terdapat perbedaan (gap) antara harapan

    responden dan tingkat kepuasan mereka

    pada variabel yang diukur. Untuk menguji

    ada tidaknya gaptersebut dan berapa besar

    nilai gapnya, digunakanpair sample t test

    atau Wilcoxon test dengan menggunakan

    confidence level 95%. Pair sample t test

    digunakan untuk menguji nilai gapsecara

    keseluruhan responden yang berjumlah 30

    orang atau menurut Central Limit Theorm,data nya dapat diasumsikan berdistribusi

    normal. Pada test ini, berdasarkan Levine

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    27/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 21

    et.all (2011), jika nilai hasil t-hitung berada

    di antara nilai upper taildan lower tailnya,

    maka tidak terdapat perbedaan yang

    signifikan secara statistik antara nilai

    harapan dengan nilai kepuasan yang

    diberikan oleh supplier dan sebaliknya.Sedangkan Wilcoxon testdigunakan untuk

    menguji nilai gapper perusahaan supplier

    di mana jumlah responden hanya ada 5

    sehingga data tidak terdistribusi normal

    atau dapat dikategorikan sebagai non

    parametrik. Pada test ini, jika nilai sig 0.5 meng-

    identifikasikan bahwa data tersebut

    memiliki reliabilitas internal yang

    konsisten. Semakin tinggi nilai koefisien

    tersebut, maka semakin reliabel data yang

    digunakan dalam penelitian.

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    46/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    40 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    Tabel 6. Hasil Cronbachs Alfa

    Variabel Cronbachs Alfa

    PIED 0.887

    Strategic Partner 0.940

    Administrative Expert 0.896

    Employee Champion 0.904

    Change Agent 0.890

    Sumber : Data Primer

    Dalam menjawab rumusan masalah

    penelitian tentang pengaruh variabel-

    variabel bebas (strategic partner,administrative expert, employee champion,

    change agent) terhadap variabel terikat

    (employee development), digunakan teknik

    analisis regresi berganda. Model

    peramalan regresi yang baik harus minim

    dari kesalalahan peramalan. Maka dari itu

    untuk meminimkan kesalahan dalam

    peramalan sebelum melakukan regresi

    harus dilakukan beberapa uji asumsi klasikyaitu uji normalitas, autokorelasi,

    homokedastisitas dan multikolineritas.

    Kemudian baru dilakukan teknik regresi

    berganda dengan persamaan (Levine,

    Stephan, Krehbiel, dan Berenson, 2011):

    Keterangan:

    Y : PIED

    a : Konstanta

    X1

    : Strategic Partner

    X2

    : Administrative Expert

    X3

    : Employee Champion

    X4

    : Change Agent

    1,2,3 4

    : Koefisien regresi

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Dilihat dari distribusi responden

    berdasarkan jenis kelamin, pria men-

    dominasi dengan persentase sebanyak

    67.9% yaitu sejumlah 36 orang dari total

    53 orang responden. Sedangkan wanita

    sebesar 32.1% yaitu sejumlah 17 orang dari

    total 53 orang responden. Berdasarkan

    pada distribusi responden menurut usiaterlihat bahwa responden yang berusia

    antara 26 30 tahun sebanyak 10 orang

    atau 18.9%. Sedangkan untuk responden

    berusia antara 31 35 tahun sebanyak 15

    orang atau 28.3%. Responden pada usia 31

    35 adalah respoden yang mendominasi

    sebanyak 15 orang dari total keseluruhan

    sebanyak 53 responden.

    Untuk responden yang berusia antara36 40 tahun terdapat sebanyak 11 orang

    atau 20.8%. Kemudian untuk responden

    berusia 41 45 tahun sebanyak 10 orang

    atau sebesar 18.9%. Untuk responden

    berumur 46 50 sebanyak 4 orang atau

    7.5%. Dan untuk responden berumur diatas

    50 tahun sebanyak 3 orang atau 5.7%.

    Distribusi responden menurut latar

    belakang pendidikan, responden dengan

    pendidikan SMA atau sederajat berjumlah

    4 orang atau sejumlah 7.5%. Sedangkan

    untuk responden dengan pendidikan D1

    D3 sebanyak 3 orang atau 5.7%.

    Responden dengan latar belakang

    pendidikan S1 sebanyak 37 orang atau

    69.8%. Dan untuk responden dengan latar

    belakang pendidikan S2 sebanyak 8 orang

    atau 15.1%. Sedangkan untuk responden

    dengan latar belakang S3 sebanyak 1 orangatau 1.9%. berdasarkan waktu kerja

    responden dapat diketahui bahwa sebagian

    besar manajer PT.X telah bekerja selama

    rentang 2 11 tahun. Atau sebanyak 37

    orang yaitu sekitar 69.8 %. Didasarkan

    pada hasil penelitian dalam hal ini

    responden, didominasi oleh karyawan pria

    dan pada divisiMarketing.

    Dalam melihat analisis deskriptifmengenai peran strategis bagian SDM

    terhadap Persepsi Investasi Pengembangan

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    47/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 41

    Pegawai dapat diketahui melalui kuesioner

    yang ada. Kuesioner yang digunakan

    memiliki 5 skala yaitu jawaban pada skala

    1 untuk rendah, 2 untuk cukup rendah, 3

    untuk sedang, 4 untuk cukup tinggi dan 5

    untuk tinggi.

    Tabel 7. Hasil Kuesioner

    Variabel Nilai Kategori

    Rata-Rata

    Strategic Partner 3.49 Sedang/Moderate

    Administrative 3.55 Sedang/Moderate

    Expert

    Employee 3.34 Sedang/Moderate

    Champion

    Change Agent 3.46 Sedang/Moderate

    Employee 3.28 Sedang/Moderate

    Development

    (PIED)

    Regresi adalah sebuah model

    permalan, dan untuk mengurangi

    kesalahan seminimal mungkin dalam

    peramalan perlu dilakukan uji asumsi

    klasik antara lain uji normalitas,

    heteroskedatisitas, multi-kolinieritas danautokorelasi (Santoso, 2011).

    Berdasarkan pada tabel hasil uji

    koefisiensi determinasi yang muncul

    dapat dilihat nilai R (R square). Pada

    tabel terlihat bahwa nilai koefisien

    determinasi adalah 0.534. Hal ini berarti

    53.4% dari variabel persepsi investasi

    pengembangan pegawai dapat dijelaskan

    oleh keempat variabel independen yaitupartner strategis, ahli administratif,

    employee championdan agen perubahan.

    Sedangkan sisanya sebesar (100%-53.4%

    = 46.6%) dijelaskan oleh variabel-

    variabel lain selain model penelitian yang

    ada.

    Tabel 8. Hasil Regresi

    Model Summary

    Merujuk pada nilai signifikansi maka untuk menentukan hipotesis diterima atau ditolakadalah:

    Tabel 9. Hasil Hipotesis

    Independent Dependen Hipotesis Keterangan

    Variabel Variabel

    Strategic Partner PIED H1 Memiliki pengaruh yang signifikan

    Administrative Expert PIED H2 Tidak memiliki pengaruh yang signifikan

    Employee Champion PIED H3 Tidak memiliki pengaruh yang signifikan

    Change Agent PIED H4 Tidak memiliki pengaruh yang signifikan

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    48/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    42 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    Pembahasan

    Berdasarkan hasil yang dikumpulkan

    dari para manajer dapat dijelaskan bahwa

    sampai saat ini kualitas dari bagian

    sumberdaya manusia PT.X cukup baik. Initerlihat dari penilaian gabungan antara

    peran-peran dari bagian SDM yang bernilai

    3.46 atau jika dilihat rata-rata total 138.4

    poin. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas

    bagian SDM PT.X sebagai bisnis partner

    cukup baik (Moderate) di mana dengan

    indikasi bahwa total dibawah 90

    mengindikasikan kualitas rendah dan total

    diatas 160 mengindikasikan kualitas tinggi(Ulrich, 1997). Berdasarkan peran dari

    bagian sumberdaya manusia yang ada

    meliputi strategic partner, administrative

    expert, employee champion dan change

    agentterdapat 2 peran yang memiliki nilai

    mean paling tinggi. Peran sebagai ahli

    administratif dan partner strategis paling

    tinggi dengan nilai rata-rata 3.55 dan 3.49.

    Mengacu kepada arti dari administrative

    expert di mana sebagai ahli administratif

    bagian sumberdaya manusia harus mampu

    menciptakan efisiensi infrastruktur baik

    bagi proses SDM maupun bisnis

    keseluruhan (Ulrich, 1997). Disini bagian

    SDM mengurusi kepada administrasi day

    to day operations.

    Hasil dari penilaian ini menunjukkan

    bahwa PT.X berhasil melakukan

    perubahan sesuai dengan langkah yangdiambil bagian SDM di mana lebih

    memfokuskan ke level strategis tanpa

    meninggalkan operasional (day to day) ini

    terlihat dari selisih mean yang sedikit

    antara kedua peran. Sebelumnya bagian

    SDM PT.X lebih mengarah kepada

    operasional (day to day). Perubahan kearah

    strategis dapat dilihat melalui upaya dari

    PT.X dalam hal ini bagian SDM yangmelakukan perubahan struktur departemen

    SDM. Di mana sejak awal tahun 2012

    didasarkan pada kebutuhan akan

    perkembangan ke depannya. Bagian SDM

    PT.X melakukan perubahan dalam unit-

    unit dan peran didalam departemen.

    Sebelum 2012 gambaran besar dari

    departemen SDM PT.X dibagi menjadi 3besar yaitu training, organization

    development dan operations. Namun

    ketiga bagian besar ini masih mengurusi

    tugas dari bagian perencanaan hingga

    pelaksanaan di lapangannya. Dan dapat

    dikatakan lebih condong kearah

    pelaksanaan dilapangan sehingga

    perencanaan agak kurang.

    Untuk itu maka sejak awal tahun 2012struktur departemen SDM PT.X

    mengalami perubahan untuk lebih

    meningkatkan fungsi strategis namun tanpa

    melupakan fungsi operasional. Disini

    perubahan dilakukan di mana bagian

    Organization Development ditarik lebih

    keatas ke leher organisasi dibawah manajer

    SDM. Di mana diharapkan bagian ini

    berperan seperti konsultan dan menjadi

    strategic thinking dari bagian SDM.

    Sedangkan bagian trainingdiubah menjadi

    People Developmentdi mana fokus bagian

    ini lebih kepada pemenuhan needs for

    training dari pegawai sesuai bidang dan

    posisi. Berfokus pada implementasi

    pelatihan yang berguna bgi peningkatan

    kompetensi pegawai. Dan bagian

    Operationsmengalami perubahan menjadi

    Human Resource Management yangberfungsi menjadi assessment centre,

    resource centre dan mengurusi pegawai

    dari mulai awal masuk hingga keluar

    perusahaan. Disini dapat dilihat bahwa

    transisi bagian SDM PT.X mengarahkan

    agar tidak terlalu fokus kepada operational

    thinknamun juga harus mengembangkan

    bagian perencanaan. Dengan dibaginya

    menjadi unit yang menangani tentangperencanaan dan unit yang menangani

    implementasi sehingga tidak lagi terjadi

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    49/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 43

    percampuran antara perencanaan dan

    implementasi yang akhirnya malah

    menyebabkan inefisiensi.

    Persepsi pegawai mengenai investasi

    pengembangan pegawai di PT.X

    mengindikasikan bahwa pegawai cukuppuas dengan pengembangan yang

    diberikan hal ini terlihat dari nilai rata-rata

    3.28. Mengacu pada arti operasional bahwa

    investasi pengembangan pegawai berarti

    melengkapi pegawai dengan pengetahuan

    dan kemampuan baru, yang dapat

    digunakan karyawan untuk mengantisipasi

    serta siap sedia dalam memenuhi tuntutan

    pekerjaan baru (Chay dan Norman, 2003).Berdasarkan hasil analisis regresi

    berganda untuk mengetahui pengaruh dari

    variabel independen terhadap variabel

    dependen. Didapatkan hasil bahwa

    terdapat satu variabel yang berdampak

    signifikan dan tiga variabel yang

    berdampak tidak signifikan terhadap

    persepsi investasi pengembangan pegawai.

    Variabel peran SDM sebagai partner

    strategis berpengaruh signifikan terhadap

    persepsi investasi pengembangan pegawai.

    Sedangkan tiga variabel lainnya yaitu ahli

    administratif, employee champion dan

    agen perubahan tidak berpengaruh

    signifikan terhadap persepsi investasi

    pengembangan pegawai.

    Peran dari bagian sumberdaya

    manusia sebagai partner strategis memiliki

    pengaruh yang signifikan dan satu-satunyaterhadap persepsi investasi pengembangan

    pegawai. Hal ini terlihat dari nilai Sig. yang

    berada < 0.05 yaitu sebesar 0.035. Persepsi

    pengembangan pegawai yang tinggi dapat

    dijelaskan oleh peran bagian SDM PT.X

    sebagai partner strategis yang meningkat

    sehingga mampu membuat program-

    program pengembangan yang sesuai

    dengan strategi bisnis perusahaan. Selainitu peran bagian SDM sebagai partner

    strategis disini berarti bahwa bagian SDM

    mengerti bahasa bisnis perusahaan tidak

    hanya berada di sekitar isu-isu bagian SDM

    saja. Bagian SDM PT.X dianggap sudah

    cukup baik dalam memberikan value

    terhadap apa yang diharapkan oleh bagian-

    bagian lain diluar bagian SDM danperusahaan secara umum. Bagian SDM

    PT.X dianggap mampu menjadi partner

    yang memberikan solusi ke depan tidak

    hanya menjadi partner yang bersifat reaktif

    saja. Sebagai partner strategis bagian

    sumberdaya manusia memiliki tugas utama

    untuk meningkatkan kapabilitas dari

    perusahaan. Peningkatan kapabilitas

    perusahaan hanya dapat dimungkinkanmelalui peningkatan kapabilitas individu

    terlebih dahulu. Sebagai partner strategis

    bagian SDM disini harus mampu

    meningkatkan kapabilitas individu

    dikaitkan dengan program-program

    pengembangan yang dirancang sesuai

    kebutuhan. Berdasarkan hasil yang ada

    bahwa peran sebagai partner strategis

    bagian SDM PT.X telah dijalankan dan

    terlihat dari pengaruhnya terhadap

    kepuasan dari para manajer terhadap

    pengembangan yang diberikan.

    Kemampuan bagian SDM PT.X

    dalam menterjemahkan strategi bisnis dan

    diselaraskan dengan strategi bagian SDM

    hingga menjadi program-program yang riil

    akan sangat berdampak signifikan terhadap

    persepsi manajer terkait investasi

    pengembangan yang diberikan. Persepsimanajer mengenai pengembangan yang

    diberikan akan terbangun dengan baik

    karena peran sebagai partner strategis

    menjadikan bagian SDM PT.X sebagai

    value added partnersbagi para manajer.

    Hal ini terlihat pada saat pernyataan

    tentang bagian SDM PT.X sebagai partner

    strategis ditanyakan, manajer melihatnya

    pertama melalui program-programpengembangan yang diberikan. Bagian

    SDM menjadi bagian integral dari

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    50/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    44 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    pembuatan sampai pengimplementasian

    strategi. Keikutsertaan bagian SDM dalam

    perancangan strategi akan membantu

    dalam mendiagnosa organisasi.

    Semakin tinggi penilaian yang

    diberikan kepada bagian SDM sebagaipartner strategis berpengaruh juga kepada

    semakin tingginya persepsi pegawai

    tentang pengembangan yang diberikan.

    Dan tingginya persepsi pegawai dalam hal

    ini manajer PT.X terhadap pengembangan

    yang diberikan berdampak salah satunya

    pada rendahnya turnover manajer PT.X.

    Berdasarkan pada data yang ada diketahui

    bahwa pada tahun 2011 sampai awalAgustus 2012 jumlah turnover manajer

    PT.X sebanyak total 17 orang. Berdasarkan

    data diatas jumlah turnover manajer di

    PT.X kurang dari 10% dari total manajer.

    Kemudian tiga variabel lain yaitu ahli

    administratif, employee champion, dan

    agen perubahan tidak berdampak

    signifikan terhadap persepsi investasi

    pengembangan pegawai. Untuk nilai peran

    SDM PT.X sebagai employee champion

    dengan rata-rata berkategori sedang

    (moderate) yaitu 3.34. Walaupun peran ini

    tidak memiliki pengaruh terhadap persepsi

    investasi pengembangan pegawai.

    Sedangkan untuk peran bagian sumberdaya

    manusia sebagai agen perubahan tidak

    memiliki pengaruh signifikan dengan

    persepsi investasi pengembangan pegawai.

    Namun untuk besarannya sendiri, peran initermasuk dalam kategori sedang dengan

    nilai rata-rata3.46.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Pada penelitian ini diperolehkesimpulan bahwa pada PT.X peran bagian

    sumberdaya manusia yang paling menonjol

    adalah peran sebagai ahli administratif.

    Persepsi manajer mengenai pengembangan

    yang diberikan oleh PT.X dapat dikatakan

    cukup memuaskan. Sedangkan secara

    keseluruhan bagian sumberdaya manusia

    PT.X dinilai sebagai business partner

    memiliki kualitas yang cukup baik.

    Menjadi business partner disini

    maksudnya bagian SDM PT.X memiliki

    kompetensi untuk mendiagnosa organisasi,

    melakukan proses reenginering ,

    mendengar serta merespon pegawai dan

    melakukan transformasi budaya. Dan dari

    penelitian yang ada didapatkan bahwa

    peran bagian SDM sebagai partnerstrategis berpengaruh signifikan terhadap

    persepsi investasi pengembangan pegawai.

    Saran

    Sesuai hasil uraian sebelumnya

    maka dapat disusun saran-saran sebagai

    berikut:

    1. Untuk menjadi modern human

    resource role,maka bagian SDM PT.X

    harus memfokuskan peningkatan

    peran sebagai partner strategis terlebih

    dahulu untuk menjadi peran yang

    paling menonjol dan berkategori

    tinggi. Di mana peran inilah yang

    berdampak terhadap signifikan

    terhadap pengembangan pegawai.

    Untuk meningkatkan peran tersebut

    dapat dilakukan beberapa hal sepertimenghindari perencanaan strategi

    terhenti hanya di level atas, balance

    scorecard, menyesuaikan HR plans

    dan Business Plan serta memetakan

    kompetensi dan kapabilitas

    perusahaan (Ulrich, 1997).

    2. Salah satu faktor utama untuk menjadi

    partner strategis adalahpengikutsertaan bagian SDM dalam

    proses perencanaan strategi di top

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    51/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 45

    level. Sehingga hal ini akan membantu

    bagaimana isu-isu mengenai

    organisasi yang bisa dibawa ke dalam

    perumusan strategi perusahaan.

    Bagian SDM tidak hanya menerima

    program business plansyang sudahjadi, dan menyesuaikan dengan

    program SDM. Namun bagian SDM

    ikut serta dalam perumusan business

    plans di bagian top levelhaltersebut

    dari awal perencanaan sampai

    pengaplikasiannya. Dapat menjadi

    masukan kepada perusahaan untuk

    mengadakan posisiHR Director yang

    sejajar dengan jabatan direktur. Hal initerkait dengan kewenangan yang akan

    membantu bagian SDM dalam

    interaksi dan komunikasi dengan

    bagian-bagian lain.

    3. Peningkatan peran sebagai partner

    strategis juga bisa dilakukan di mana

    bagian SDM pada awal tahun dapat

    memaparkan kepada pegawai kira-kira

    program-program apa saja yang

    direncanakan akan dibuat oleh bagian

    SDM disesuaikan strategi bisnis.

    Melalui tahap awal ini juga membantu

    pekerja untuk mengetahui dan jika

    mungkin memilih kira-kira program

    apa yang berguna bagi mereka ke

    depannya. Lalu diakhir tahun bagian

    SDM bisa merangkum dan

    menjelaskan program apa saja yangtelah dilakukan selama 1 tahun

    sehingga pegawai bisa

    membandingkan dari awal yang

    direncanakan dan pada implementasi

    program apakah sesuai dengan strategi

    bisnis.

    4. Pertimbangan untuk menggunakan

    tenaga ahli konsultan SDM darieksternal perusahaan. Hal ini untuk

    membantu melakukan intervensi dan

    masukan terutama terkait budaya.

    Melalui pandangan dari pihak luar

    akan memberi masukan baru kepada

    bagian SDM hal apa saja yang dapat

    menjadi perhatian dan pembaharuan

    terhadap budaya organisasi danchange.

    5. Peningkatan pelatihan terutama untuk

    bagian menengah keatas ,level

    manajer. Dan dari individual

    development plan dapat menjadi

    masukan bagi bagian SDM PT.X

    dalam mengadakan program

    pengembangan dan pelatihan. Selainitu juga terutama pengembangan

    untuk level manajer keatas harus

    disertai dengan komitmen dari

    manajemen salah satunya terkait

    biaya. Hal ini dikarenakan semakin

    tinggi jabatan maka pelatihan atau

    pengembangan yang diberikan lebih

    spesifik per individu. Salah satunya

    yang mungkin menjadi pertimbangan

    adalah pengembangan terkait

    melanjutkan pendidikan di mana ini

    memerlukan biaya dan komitmen dari

    manajemen untuk menjalankan

    program tersebut.

    6. Pengembangan jaringan, di mana

    pengaksesan data terutama untuk level

    manajer keatas bersifat open. Tidak

    harus selalu melalui komputer kantor,namun juga dapat melalui komputer

    pribadi. Untuk data yang bersifat

    rahasia bisa dibatasi atau harus

    meminta ijin terlebih dahulu dalam

    pengaksesannya. Sehingga

    memudahkan pegawai dilapangan

    dalam operasionalnya tidak harus

    selalu ke kantor untuk mengakses data.

    7. Pelayanan dalam hal informasi tentang

    program SDM. Diharapkan adanya

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    52/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    46 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

    sosialisasi terlebih dahulu secara

    umum tentang program baru yang

    akan dilaksanakan terhadap semua

    bagian SDM. Sehingga bila ada

    pegawai yang bertanya tentang

    program tersebut ke pegawai bagianSDM ,semuanya dapat menjelaskan

    secara garis besar. Dan baru

    menghubungkan kepada pegawai yang

    terkait jika ingin mengetahui lebih

    dalam. Jadi tidak membingungkan

    pegawai harus menghubungi siapa di

    bagian SDM yang terkait untuk

    mendapatkan informasi. Dan juga

    lebih menekankan fungsi dari humanresource business partnerdi cabang

    untuk membantu sosialisasi program

    dan memberi informasi bagi pegawai.

    Jika dari hrbp dirasa kurang barulah

    kemudian dihubungkan kepada bagian

    SDM kantor pusat.

    8. Program konseling yang didukung

    dengan penyediaan sumberdaya

    manusia khusus yang menangani

    bagian konseling pegawai. Hal ini

    untuk menjadi penyaluran voice

    pegawai dan untuk menurunkan

    tingkat stress dari pegawai dalam

    menghadapi masalah terkait pekerjaan

    ataupun pribadi. Atau dapat dilakukan

    melalui pemberian pelatihan untuk

    teknik konseling bagi bagian human

    resource business partner dicabang.Hal ini dapat membantu bagaimana

    pegawai dapat melakukan konseling

    terutama bagi hal yang berhubungan

    dengan karir mereka.

    9. Peningkatan profesionalitas dalam

    pekerjaan tanpa mengesampingkan

    nilai kekeluargaan. Peningkatan

    performa dengan penilaian yang lebihobjektif. Karena untuk beberapa hal

    dilihat dari data lama bekerja

    responden antara 2 11 tahun

    sehingga kadang profesionalitas

    menjadi kabur. Untuk itu penilaian

    lebih objektif bisa mencoba

    menerapkan assesmentdengan sistem

    360p . Sistem penilaian ini yangdidasarkan dari atasan, bawahan dan

    peers akan lebih membantu

    mengurangi subjekifitas ,lebih

    profesional dan menghindari faktor

    like or dislike.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bhatnagar, J.,& Sharma, S. (2005); The

    Indian Perspective of Strategic HR

    Roles and Organizational

    Learning Capabilitiy;

    International Joirnal of Human

    Resource Management, 16, 1711

    1739.

    Dessler, G. (2010); Human Resource

    Management; PearsonFlowers, W.M.S., Jones, E., Hogan, R.L.

    (2009); Employee Development

    Approach for Generation Yers: A

    conceptual Frameworks; Paper.

    Ghozali, I. (2005); Aplikasi Analisis

    Multivariate dengan Program

    SPSS; Semarang: Badan Penerbit

    Universitas Diponegoro.

    Harness, T. (2009); Research Methods forthe Empirical Study of strategic

    Human Resource Management;

    Qualitative Market Research: An

    International Journal, 12, 321

    336.

    Lee, C.H., & Bruvold, N.T. (2003);

    Creating Values for Employees:

    Investment in Employee

    development; Int. J. HumanResource Management, 14, 981

    1000.

  • 7/21/2019 JOURNAL bisnis dan kewirausahaan

    53/96

    Journal of Business and Entrepreneurship

    ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013 47

    Liebowitz, J., (2010); The Role of HR in

    Achieving a Sustainability

    Culture; Journal of Sustainable

    Development Vol.3 No.4.

    Canadian Centre of Science and

    Education

    Maholtra, N.K. (2007); Marketing

    Research, An Applied Orientation;

    (5th ed.); New Jersey: Pearson

    Education, Inc.

    Noe, R.A., Hollenback, J.A., Gerhart, B.,&

    Wright, P.M. (2008); Human

    Resource Management Gaining

    A Competitive Advantage (6thed.); New York : McGraw Hill.

    Rusdy, V. (2010); Pemasaran Internal

    Sebagai Pendorong Pencapaian

    Keunggulan Bersaing

    Berkesinambungan Perusahaan;

    Jakarta: MM-FEUI.

    Saksono, H. (2012); Pangsa Pasar

    Produsen Farmasi Lokal

    Diproyeksikan 77%; http://www.indonesiafinancetoday.com/

    r e a d / 2 6 3 8 7 / P a n g s a - P a s a r -

    P r o d u s e n - F a r m a s i - L o k a l -

    Diproyeksikan-77 . Diakses pada

    28 Agustus 2012.

    Santoso, S. (2000); Buku Latihan SPSS

    Statistik Parametrik; Jakarta : PT

    . Elex Media Komputindo.

    Santoso, S. (2011); Mastering SPSS Versi