1 Jemli Tolabada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan pertumbuhan penduduk yang cukup besar, dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa pada sensus penduduk tahun 2010, sudah menjadi suatu keharusan bagi pemerintah Indonesia untuk semakin meningkatkan prasarana dan sarana kesehatan sekaligus pemerataan pelayanan tersebut ke daerah-daerah sehingga dapat dinikmati oleh kalangan luas. Salah satu prasarana yang paling diperlukan adalah Rumah Sakit. Pembangunan sebuah rumah sakit sebagai fasilitas umum dewasa ini tidak hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga dilakukan oleh pihak swasta yang berminat membangun rumah sakit karena melihatnya sebagai suatu lahan usaha yang menjanjikan. Semakin meningkatnya pendirian rumah sakit terutama di kota-kota besar merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebagai salah satu penyelenggara kegiatan pelayanan public, rumah sakit sangat berpotensi untuk menghasilkan limbah. Menurut World Health Organization (WHO, 2007) ; limbah yang dihasilkan layanan kesehatan hampir 80% berupa limbah umum dan 20% berupa limbah bahan berbahaya yang mungkin menular, beracun atau radioaktif. Sebesar 15% dari limbah yang dihasilkan layanan kesehatan merupakan limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan radioaktif sebesar 1%. Negara maju menghasilkan 0,5 kg limbah berbahaya per tempat tidur rumah sakit per hari, sedangkan di negara berkembang menghasilkan 0,2 kg limbah per tempat tidur rumah sakit per hari. Limbah rumah sakit yang tergolong berbahaya salah satunya yaitu Limbah Medis Padat. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit mengemukakan bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat merupakan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat sehingga dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan sebagaimana dimaksud maka perlu penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit. Salah satunya dengan melaksanakan pengelolaan limbah sesuai persyaratan dan tata laksana yang telah ditetapkan untuk melindungi masyarakat akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Hasil kajian dari WHO yang dilakukan terhadap 100 buah rumah sakit di Jawa dan Bali pada tahun 2002 menunjukkkan bahwa rata-rata produksi limbah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari.
50
Embed
Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, …fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/jurnal-Jemli-Tolabada.pdf · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Jemli Tolabada
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara dengan pertumbuhan penduduk
yang cukup besar, dengan jumlah penduduk lebih
dari 237 juta jiwa pada sensus penduduk tahun
2010, sudah menjadi suatu keharusan bagi
pemerintah Indonesia untuk semakin
meningkatkan prasarana dan sarana kesehatan
sekaligus pemerataan pelayanan tersebut ke
daerah-daerah sehingga dapat dinikmati oleh
kalangan luas. Salah satu prasarana yang paling
diperlukan adalah Rumah Sakit. Pembangunan
sebuah rumah sakit sebagai fasilitas umum
dewasa ini tidak hanya dilakukan pemerintah,
tetapi juga dilakukan oleh pihak swasta yang
berminat membangun rumah sakit karena
melihatnya sebagai suatu lahan usaha yang
menjanjikan.
Semakin meningkatnya pendirian rumah
sakit terutama di kota-kota besar merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Sebagai salah satu penyelenggara
kegiatan pelayanan public, rumah sakit sangat
berpotensi untuk menghasilkan limbah. Menurut
World Health Organization (WHO, 2007) ;
limbah yang dihasilkan layanan kesehatan hampir
80% berupa limbah umum dan 20% berupa
limbah bahan berbahaya yang mungkin menular,
beracun atau radioaktif. Sebesar 15% dari limbah
yang dihasilkan layanan kesehatan merupakan
limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh,
limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan
farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan radioaktif
sebesar 1%. Negara maju menghasilkan 0,5 kg
limbah berbahaya per tempat tidur rumah sakit per
hari, sedangkan di negara berkembang
menghasilkan 0,2 kg limbah per tempat tidur
rumah sakit per hari.
Limbah rumah sakit yang tergolong
berbahaya salah satunya yaitu Limbah Medis
Padat. Limbah medis padat adalah limbah padat
yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan
limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi. Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit mengemukakan bahwa rumah sakit
sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat merupakan tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat sehingga dapat
menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan
dan gangguan kesehatan. Untuk menghindari
resiko dan gangguan kesehatan sebagaimana
dimaksud maka perlu penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit. Salah satunya dengan
melaksanakan pengelolaan limbah sesuai
persyaratan dan tata laksana yang telah ditetapkan
untuk melindungi masyarakat akan bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari
limbah rumah sakit.
Hasil kajian dari WHO yang dilakukan
terhadap 100 buah rumah sakit di Jawa dan Bali
pada tahun 2002 menunjukkkan bahwa rata-rata
produksi limbah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari.
2
Produksi limbah berupa limbah domestik sebesar
76,8% dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2%.
Diperkirakan secara nasional produksi limbah
(limbah padat rumah sakit) sebesar 376,089 ton/
hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan
betapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari
lingkungan. Selain itu akibat kegiatan rumah sakit
dapat menganggu masyarakat di sekitarnya, serta
pekerja lainnya di luar rumah sakit seperti para
petugas kebersihan (dinas kebersihan dan
pemulung) sehingga perlu dilakukan pengelolaan
terhadap limbah rumah sakit (Jusuf, 2002).
Dalam Profil Data Kesehatan Indonesia
Tahun 2011 tercatat jumlah rumah sakit di
Indonesia sebanyak 1721 unit. Selanjutnya
menurut keterangan Kepala Divisi Humas dan
Informasi Persatuan Rumah Sakit Indonesia
(PERSI) ketika dihubungi Kompas.com pada 20
Juli 2012 diinformasikan bahwa pada pertengahan
Mei 2012 jumlah rumah sakit di Indonesia
meningkat mencapai 1.959 unit. Semakin
meningkatnya pendirian rumah sakit dan semakin
kompleks kegiatan pada setiap unit pelayanan/
ruangan di rumah sakit akan diikuti dengan
peningkatan jumlah limbah sehingga
memperbesar potensi bahaya yang ditimbulkan
akibat limbah.
Badan Layanan Umum (BLU) RSU Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado termasuk rumah sakit
kelas B dan rujukan yang dikelola oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pihak
rumah sakit telah melaksanakan pengelolaan
limbah, akan tetapi pengelolaan limbah yang
dilakukan dirasakan belum optimal. Dari data
awal yang diambil pada bulan Oktober 2012
melalui wawancara dengan Kepala Instalasi
Sanitasi diinformasikan bahwa BLU RSU Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado masih kekurangan
tenaga pengelola limbah dan rusaknya 1 mesin
insinerator.
Dalam berita Sulut Online pada 22 Maret
2012, diinformasikan adanya pembuangan sampah
medis secara sembarangan karena ditemukan di
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Sumompo yang terletak di kota Manado. Bahkan
terungkap beberapa pemulung di TPST Sumompo
sudah terkena jarum suntik bekas yang termasuk
kategori limbah medis padat . Selain itu, menurut
Laporan Wartawan Tribun Manado pada 14
September 2012, disinyalir adanya dugaan
pelanggaran penanganan sampah oleh pihak RSU
Kandou yang sedang disoroti dan akan
ditindaklanjuti oleh komisi IV DPRD Sulut.
Melihat latar belakang permasalahan serta
mengetahui besarnya bahaya dari limbah rumah
sakit khususnya limbah medis padat apabila tidak
dikelola sesuai standar prosedur yang ditetapkan,
maka penulis tertarik untuk mendapatkan
Gambaran mengenai Sistem Pengelolaan Limbah
Medis Padat di BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Gambaran Sistem Pengelolaan
LimbahMedis Padat di BLU RSU Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
3
Untuk mendapatkan gambaran mengenai
Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat
di BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado mencakup aspek Masukan (input),
Proses (process), dan Keluaran (output).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendapatkan gambaran mengenai
aspek masukan (input), meliputi :
a) Sumber Daya Manusia ; yaitu
kuantitas dan kualifikasi tenaga
pengelola limbah medis padat
b) Keuangan/ Rencana Anggaran ;
yaitu perencanaan jumlah anggaran
untuk pengelolaan limbah yang
meliputi sumber dana, biaya
pegawai, biaya operasional, dan
biaya pengadaan peralatan
c) Metode ; yaitu perencanaan
prosedur dalam pengelolaan limbah
medis padat
d) Sarana dan Prasarana ; yaitu
perencanaan jumlah peralatan
untuk pengelolaan limbah, antara
lain kantong plastik limbah, wadah
penampung limbah, alat
pengangkut limbah, dan insinerator
e) Timbulan Limbah Medis Padat ;
yaitu jenis, sumber dan jumlah
rata-rata per hari limbah medis
padat
2. Mendapatkan gambaran mengenai
aspek proses (process), meliputi :
a) Teknik Operasional ; yaitu tahap
pemilahan, penampungan,
pengangkutan dan pembuangan
akhir limbah medis padat
b) Unit Pengelola Limbah ; yaitu
bagian rumah sakit yang
bertanggung jawab menangani
pengelolaan limbah
c) Pengaturan/ Regulasi ; yaitu
peraturan yang dibuat atau
kebijakan yang dilakukan dalam
pengelolaan limbah
d) Keuangan/ Alokasi Dana ; yaitu
jumlah alokasi dana yang terpakai
untuk pengelolaan limbah
e) Peran Serta Masyarakat ; yaitu
perilaku pasien, pengunjung, dan
masyarakat di lingkungan rumah
sakit dalam membuang limbah
3. Mendapatkan gambaran mengenai
aspek keluaran (output), meliputi :
a) Jumlah rata-rata per hari limbah
medis padat yang dimusnahkan
dengan insinerator (terkelola)
b) Jumlah rata-rata per hari limbah
medis padat yang tidak
dimusnahkan dengan insinerator
(tidak terkelola)
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi BLU
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
dalam menyusun perencanaan dan
mengambil kebijakan dalam
pelaksanaan pengelolaan limbah,
khususnya kategori Limbah Medis
Padat
2. Sebagai sumber informasi dan bahan
referensi bagi penelitian-penelitian
4
selanjutnya, khususnya di bidang
peminatan Kesehatan Lingkungan
3. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini
memperluas wawasan dan menambah
pengetahuan tentang Sistem
Pengelolaan Limbah Medis Padat di
rumah sakit
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Badan Layanan
Umum ; Rumah Sakit Umum Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado pada bulan Februari 2013 sampai
Mei 2013.
3.3 Sumber Data
Sumber data (informan) dalam penelitian ini
terdiri dari 6 informan yang jabatan dan tugasnya
berkaitan dengan pengelolaan limbah medis padat
di BLU RSU Prof. Dr. Kandou Manado, yaitu :
1. Kepala Instalasi Sanitasi
2. Operator Insinerator
3. Pengawas pengelolaan limbah dari
Perusahaan Outsourching CV Putra
Banyumas
4. Petugas pengangkut Limbah Medis Padat
5. Perawat dari IGD (Instalasi Gawat
Darurat)
6. Pengawas pengelolaan limbah medis dari
Instalasi Sanitasi
3.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah “Sistem
Pengelolaan Limbah Medis Padat” di BLU RSU
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, yang terdiri dari
elemen-elemen (komponen) penyusun sistem,
meliputi :
1. Masukan (Input) ; yaitu sumber daya manusia,
keuangan/ rencana anggaran, metode, sarana
dan prasarana, dan timbulan limbah medis
padat
2. Proses (Process) ; yaitu teknik operasional,
unit pengelola limbah pengaturan/ regulasi,
keuangan/ alokasi dana dan peran serta
masyarakat
3. Keluaran (Output) ; yaitu jumlah limbah
medis padat yang dimusnahkan dengan
insinerator (terkelola) dan jumlah limbah
medis padat yang tidak dimusnahkan dengan
insinerator (tidak terkelola)
3.5 Definisi Operasional
1.5.1 Limbah Medis Padat
Limbah medis padat adalah limbah padat yang
terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi. (Depkes RI,
2004)
5
3.5.2 Pengelolaan Limbah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
tahun 2008 mengemukakan bahwa ; “Pengelolaan
sampah merupakan kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah”.
3.5.3 Sistem
Sistem dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan
atau tatanan yang terdiri dari kumpulan elemen-
elemen yang saling berinteraksi dan saling
bergantung dengan yang lain, dimana secara
bersama-sama bergerak untuk mencapai tujuan.
(Maidin, 2004).
3.5.4 Masukan (Input)
Masukan (input) yaitu elemen-elemen yang
dibutuhkan agar sistem pengelolaan limbah dapat
berfungsi, meliputi :
1. Sumber Daya Manusia (Man)
a) Kuantitas, yaitu jumlah tenaga yang
mengelola limbah medis padat di RSU
Prof. Dr. R. D. Kandou
b) Kualifikasi, yaitu pengelompokan tenaga
menurut pendidikan terakhir, pelatihan,
atau pengalaman kerja
2. Keuangan/ rencana anggaran (Money)
Keuangan yaitu perencanaan jumlah alokasi dana
untuk pengelolaan limbah di RSU Prof. Dr. R. D.
Kandou meliputi sumber dana, biaya pegawai,
operasional (pemilahan, penampungan,
pengangkutan, pembuangan akhir), pemeliharaan,
dan biaya pengadaan peralatan.
3. Metode (Method)
Metode yaitu perencanaan prosedur dalam hal
pemilahan, penampungan, pengangkutan, dan
pembuangan akhir dalam pengelolaan limbah
medis padat di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou.
4. Sarana dan prasarana (Machines)
Sarana dan prasarana yaitu perencanaan jumlah
komponen yang menunjang kegiatan pengelolaan
limbah yang digunakan sebagai sarana untuk
mengolah limbah di RSU Prof. Dr. R. D Kandou
5. Timbulan Limbah Medis Padat (Materials)
Timbulan limbah medis padat yaitu jenis, sumber
dan jumlah rata-rata per hari limbah medis padat
di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou.
3.5.5 Proses (Process)
Proses adalah elemen-elemen yang dibutuhkan
untuk mengubah masukan (input) menjadi
keluaran (output) yang direncanakan, meliputi :
1. Teknik Operasional
Teknik operasional yaitu teknik yang digunakan
dalam proses pengelolaan limbah medis padat di
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou. Depkes RI (1997)
mengemukakan bahwa ; “Pengelolaan sampah
rumah sakit terdiri dari Pemilahan, Penampungan,
Pengangkutan dan Pembuangan Akhir”.
2. Unit Pengelola Limbah
Unit pengelola limbah yaitu bagian yang
bertanggung jawab menangani pengelolaan
limbah di RSU Prof. Dr. R. D Kandou
3. Pengaturan/ regulasi
6
Pengaturan/ regulasi yaitu peraturan yang dibuat
atau kebijakan yang dilakukan dalam pengelolaan
limbah oleh RSU Prof. Dr. R. D Kandou
4. Keuangan/ alokasi dana
Jumlah alokasi dana untuk pengelolaan limbah di
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou meliputi sumber dana,
biaya pegawai, operasional, pemeliharaan, dan biaya
pengadaan peralatan.
5. Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat yaitu perilaku pasien,
pengunjung, dan masyarakat di lingkungan RSU
Prof. Dr. R. D. Kandou dalam membuang limbah.
3.5.6 Keluaran (Output)
Keluaran (output) adalah elemen-elemen yang
merupakan hasil dari proses
pengelolaan limbah medis padat di RSU Prof.
Dr. R. D. Kandou, meliputi :
1. Jumlah rata-rata per hari limbah medis padat
yang dimusnahkan dengan insinerator
(terkelola)
2. Jumlah rata-rata per hari limbah medis padat
yang tidak dimusnahkan dengan insinerator
(tidak terkelola)
3.7 Instrumen, Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Instrumen
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah
peneliti. Instrumen lainnya adalah pedoman
wawancara mendalam dilengkapi daftar
pertanyaan sesuai dengan tujuan penelitian yang
dibantu dengan alat perekam suara, kamera, dan
buku catatan.
3.7.2 Alat dan bahan
Alat dan bahan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Alat tulis-menulis
b. Alat perekam suara
c. Kamera
3.8 Pengumpulan Data
3.8.1 Data Primer
Pengumpulan data primer mencakup elemen-
elemen (komponen) penyusun Sistem Pengelolaan
Limbah Medis Padat di BLU RSU Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado, meliputi Masukan (input),
Proses (process) dan Keluaran (output) yang
dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap
sumber data (informan) menggunakan pedoman
wawancara dengan daftar pertanyaan yang sama
dan berkaitan terhadap informan yang berbeda,
dilakukan pada waktu yang berbeda-beda disertai
dengan metode observasi dan dokumentasi yang
selanjutnya disebut sebagai triangulasi untuk
menguji kredibilitas data (Sugiyono, 2009)
3.8.2 Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data
profil BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
data dari Instalasi Sanitasi dan data yang diperoleh
dari penelusuran Kepustakaan, berupa literatur
yang berhubungan dengan objek penelitian.
7
3.9 Pengolahan, Analisa, dan Penyajian Data
Bogdan & Taylor dalam Moleong (2000)
mendefinisikan metode kualitatif adalah sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Tahapan-tahapan pengolahan data dan analisis
data yang dilakukan antara lain :
1. Melakukan pengumpulan data yang
diperoleh dari wawancara mendalam.
2. Membuat transkrip hasil wawancara
mendalam, kemudian dilakukan penulisan
transkrip hasil wawancara mendalam.
3. Menyajikan ringkasan data dari hasil
transkrip dalam bentuk matriks atau tabel.
4. Analisis terhadap data dari hasil
wawancara mendalam menggunakan
metode analisis isi (content analysis)
dengan menggunakan matriks yang
berisikan data ringkasan hasil wawancara
mendalam.
5. Penyajian data dalam bentuk narasi dari
hasil wawancara mendalam
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Informan
Informan atau sumber data yang diambil adalah
yang pekerjaannya berhubungan dengan
pelaksanaan pengelolaan limbah khususnya yang
betugas dalam penanganan limbah medis padat di
BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, yaitu
Kepala Intalasi Sanitasi sebagai penanggung
jawab seluruh pengelolaan sanitasi, didukung oleh
informan lainnya yaitu seorang tenaga Pengawas
pengelolaan limbah dari Perusahaan outsourching
CV Putra Banyumas, seorang Tenaga pengangkut
limbah medis padat (cleaning service), seorang
Operator insinerator (cleaning service), seorang
tenaga Perawat dari IGD (Instalasi Gawat
Darurat) yang bertugas memilah limbah medis
padat dan non-medis dimulai dari dalam ruangan/
unit pelayanan, dan seorang Pengawas
pengelolaan limbah medis dari Instalasi Sanitasi.
Umur informan paling banyak antara 30-
45 tahun berjumlah 4 orang, informan yang
berumur lebih dari 45 tahun berjumlah 1 orang
dan informan yang berumur 24 tahun berjumlah 1
orang. Hal ini berarti cenderung memiliki
produktivitas kerja yang tinggi. Greenberg dan
Baron dalam Ninggrum (2008) mengemukakan
pendapat bahwa “produktivitas kerja meningkat
pada usia 30-an dan faktor usia merupakan faktor
yang tidak dapat diabaikan, mengingat hal
tersebut mempengaruhi kekuatan fisik dan psikis
seseorang serta pada usia tertentu seorang
karyawan akan mengalami perubahan potensi
kerja”.
Tingkat pendidikan dan masa kerja
informan bervariasi, Kepala Instalasi Sanitasi
adalah lulusan D IV Kesehatan Lingkungan
dengan masa kerja 17 tahun, Operator insinerator
adalah lulusan SMP dengan masa kerja 5 tahun,
Pengawas pengelolaan limbah dari Perusahaan
Outsourching adalah lulusan STM dengan masa
kerja 1 tahun, Tenaga pengangkut limbah medis
padat adalah lulusan SD dengan masa kerja 2
tahun, tenaga Perawat dari IGD yang bertugas
melakukan pemilahan limbah adalah lulusan DIII
Keperawatan dengan masa kerja 12 tahun dan
Pengawas pengelolaan limbah medis dari Instalasi
Sanitasi adalah D III Kesehatan Lingkungan
dengan masa kerja 3 tahun. Jawaban dari masing-
8
masing informan diberi kode I1 untuk Kepala
Instalasi Sanitasi sampai I6 untuk Pengawas
pengelolaan limbah medis dari Instalasi Sanitasi.
Jika dilihat dari tingkat pendidikan, yang
belum memenuhi standar pendidikan ada 2
informan, yaitu seorang Pengawas pengelolaan
limbah dari Perusahaan outsourching yang
berpendidikan terakhir STM dan seorang petugas
pengangkut limbah medis padat (cleaning
service) berpendidikan terakhir SD. Hal ini
belum memenuhi syarat sebab menurut Depkes RI
(2002) ; “Pengawas pengelolaan sampah rumah
sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan
kualifikasi D1 ditambah latihan khusus sedangkan
proses pengangkutan sampah dilakukan oleh
tenaga sanitasi dengan kualifikasi SMP ditambah
latihan khusus”. Gilmer dalam Fraser dalam
Ningrum (2008) mengatakan ; “makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah seseorang
berpikir secara luas, makin tinggi daya
inisiatifnya dan makin mudah pula untuk
menemukan cara-cara yang efisien guna
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Bila
pekerjaan tidak sesuai dengan kehendak hatinya,
mereka lebih sulit merasa puas, lebih mudah
bosan, lebih mudah sombong dan makin tinggi
tuntutannya kepada perusahaan”.
Sedangkan dalam hal pengalaman kerja
atau senioritas , Muchlas dalam Ninggrum (2008)
mengemukakan ; “sampai saat ini belum dapat
diambil kesimpulan yang meyakinkan, bahwa
pengalaman kerja yang lama akan dapat
menjamin bahwa mereka lebih produktif daripada
karyawan yang belum lama bekerja”.
5.2 Hasil Wawancara Mendalam, Observasi
dan Dokumentasi
Sistem dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan
atau tatanan yang terdiri dari kumpulan elemen-
elemen yang saling berinteraksi dan saling
bergantung dengan yang lain, dimana secara
bersama-sama bergerak untuk mencapai tujuan.
Sistem terdiri dari berbagai macam elemen yang
dikenal dengan nama sub sistem. Sub sistem itu
sendiri dapat pula membentuk suatu sistem baru
dan dipandang sebagai suatu sistem lagi. Sub
sistem itu sendiri banyak macamnya yang secara
sederhana dapat terbagi atas masukan (input),
proses, keluaran (output), umpan balik, dampak
dan lingkungan. (Maidin, 2004)
Sedangkan menurut G. R. Tery dalam
Hasibuan (2009) ; “sistem dapat dianggap sebagai
suatu keseluruhan yang terorganisasi yang terdiri
dari bagian-bagian yang berhubungan dengan cara
tertentu dan yang ditujukan ke arah tujuan
tertentu”. Jadi, setiap sistem mengandung
masukan, proses, output dan merupakan suatu
kesatuan yang bekerja sendiri. Akan tetapi setiap
sistem berkaitan pula dengan suatu sistem yang
lebih luas dan lebih tinggi tingkatnya maupun
dengan subsistem-subsistemnya sendiri yang
mewakili integrasi berbagai sistem dari tingkat
yang lebih rendah.
Pengelolaan sampah melalui pendekatan
sistem meliputi input, proses, dan output. Ketiga
komponen tersebut saling berhubungan satu sama
lain. Pendekatan sistem dalam pengelolaan
sampah rumah sakit ini menganalisis
permasalahan-permasalahan dalam sistem sebagai
metode untuk memecahkan masalah pengelolaan
sampah rumah sakit, karena akan terlihat faktor
9
mana yang menjadi penyebab masalah
pengelolaan sampah rumah sakit dan kemudian
dapat menentukan solusi untuk mengatasinya.
(Hapsari, 2010)
5.2.1 Masukan (Input)
Masukan (input) yaitu elemen-elemen yang
dibutuhkan agar sistem dapat berfungsi (Maidin,
2004). Input dari sistem untuk pengelolaan
sampah di rumah sakit adalah masukan dari
sebuah program perencanaan dalam pengelolaan
sampah rumah sakit, meliputi sumber daya
manusia yang menangani pengelolaan sampah
rumah sakit, keuangan yang dialokasikan untuk
pengelolaan sampah rumah sakit, metode yang
diterapkan untuk pengelolaan sampah rumah
sakit, sarana dan prasarana yang digunakan dalam
pengelolaan sampah rumah sakit, serta jumlah
sampah yang dihasilkan oleh rumah sakit.
(Hapsari, 2010)
5.2.1.1 Sumber Daya Manusia (Man)
Harold Koontz dan Cryil O’Donnel dalam Maidin
(2004) mengemukakan ; “Perencanaan adalah
fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan
memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan-
kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-
program dari alternatif-alternatif yang ada”.
Menurut Terry (2010) ; “unsur-unsur manajemen
terdiri dari 6 M, singkatan dari Man (manusia),
Money (dana), Materials (sarana/ bahan baku),
Machines (peralatan/ prasarana), Method
(metode), dan Market (pasar/ masyarakat)”.
Mengingat sifat “keterbatasan dan
ketidakpastian” yang melekat, maka unsur-unsur
ini harus dapat dimanfaatkan secara efektif dan
efisien, melalui penyelenggaraan fungsi-fungsi
manajemen, terutama sekali unsur manusia
sebagai sumber daya yang utama. Man yaitu
tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan
maupun tenaga kerja operasional/ pelaksana
(Hasibuan, 2009). Manusia tidak dapat disamakan
dengan benda, ia mempunyai peranan, pikiran,
harapan serta gagasan. Reaksi psikisnya terhadap
keadaan sekeliling dapat menimbulkan pengaruh
yang lebih jauh dan mendalam serta sukar untuk
diperhitungkan secara seksama. Oleh karena itu
manusia perlu senantiasa diperhatikan untuk
dikembangkan ke arah yang positif sesuai dengan
martabat dan kepribadiannya sebagai manusia.
Dilihat dari sisi kuantitas, secara garis
besar tenaga yang mengelola limbah medis padat
di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou saat ini berjumlah
6 orang. Seorang Kepala Instalasi Sanitasi sebagai
penanggung jawab seluruh pengelolaan sanitasi
dibantu seorang Pengawas pengelolaan limbah
medis dari Instalasi sanitasi dan seorang lagi
Pengawas pengelolaan limbah dari Perusahaan
outsourcing CV Putra Banyumas yang bertugas
mengawasi pengelolaan limbah medis padat yang
dilaksanakan oleh 3 orang tenaga cleanning
service ; terdiri dari 2 orang petugas pengangkut
limbah medis padat dan seorang operator
insinerator. Sedangkan pemilahan limbah medis
padat dan non-medis dilakukan oleh perawat dan
dokter dari setiap ruangan/ unit pelayanan
penghasil limbah.
Kepala Instalasi mengatakan sebelum
dilakukan perjanjian kerja, Instalasi Sanitasi telah
mengusulkan kepada perusahaan outsourching
untuk pengadaan tenaga cleaning service
sebanyak 120 orang, namun pada pelaksanaan dan
pembagian kerjanya di lapangan untuk petugas
cleaning service yang menangani limbah medis
10
padat secara langsung ternyata hanya berjumlah 3
orang ; terdiri dari 2 tenaga pengangkut dan 1
operator insinerator. Berikut kutipan jawaban dari
Kepala Instalasi Sanitasi : ( I1 : “… Seperti tender
yang baru-baru ini kan kita minta 120 orang
tenaga cleaning service (kebersihan), sebab untuk
pengelolaan limbah dilakukan oleh pihak ke-3
(perusahaan). Tenaga pemilah limbah biasa
dilakukan oleh perawat dan dokter, tenaga
pengangkut limbah dilakukan oleh 2 orang
cleaning service khusus limbah medis padat , dan
petugas insinerator 1 orang” ).
Jumlah tenaga ini tidak sebanding dengan
jumlah ruangan/ unit pelayanan penghasil limbah
medis padat yang ada di RSU Prof. Dr. R. D.
Kandou. Dari data sekunder yang diperoleh di
Instalasi Sanitasi terdapat 17 unit pelayanan/
ruangan yang menghasilkan limbah medis padat.
Kesenjangan ini dapat menjadi masalah sebab
apabila salah satu atau kedua tenaga pengangkut
ini berhalangan hadir dalam sehari saja maka
dapat menyebabkan keterlambatan dalam
pengangkutan yang mengakibatkan terjadinya
tumpukan limbah medis padat karena tidak ada
petugas yang mengangkutnya dari wadah
penampungan limbah yang tersedia di setiap
ruangan/ unit pelayanan. Padahal aktivitas medis
di rumah sakit tetap berlangsung setiap hari. Hasil
wawancara mendalam dengan Operator
insinerator dan Pengawas dari Perusahaan
outsourching juga menilai perlunya untuk
melakukan penambahan SDM khususnya tenaga
cleaning service yang bertugas menangani limbah
medis padat ini. Berikut kutipan jawaban dari
informan : ( I2 : “…Ya kalau menurut saya
sebenarnya masih kurang. Tidak tahu menurut
mereka karena saya kan selalu bisa lihat dalam
lapangan”. I3 : ....“Kalau sekarang yang saya
pelajari mau tidak mau harus ada penambahan
tenaga.” ). Candra (2007) mengemukakan bahwa
; “Di dalam kegiatan pengangkutan limbah klinis,
perlu juga dipertimbangkan distribusi lokasi
wadah penampungan sampah, jalur jalan dalam
rumah sakit, jenis dan volume serta jumlah tenaga
dan sarana yang tersedia”.
Hasil temuan penelitian dilihat dari segi
kualifikasi pendidikan SDM, yang belum
memenuhi standar pendidikan ada 3 petugas, yaitu
seorang Pengawas pengelolaan limbah dari
Perusahaan outsourching yang berpendidikan
terakhir STM dan 2 orang petugas pengangkut
limbah medis padat hanya berpendidikan SD. Hal
ini belum memenuhi syarat sebab menurut Depkes
RI (2002) ; “Pengawas pengelolaan sampah
rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan
kualifikasi D1 ditambah latihan khusus sedangkan
proses pengangkutan sampah dilakukan oleh
tenaga sanitasi dengan kualifikasi SMP ditambah
latihan khusus”. Pendidikan adalah segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan
oleh pelaku pendidikan (Adnani, 2011).
Sedangkan dari segi kualifikasi pelatihan SDM,
ternyata 2 petugas pengangkut limbah medis padat
belum pernah mendapat pelatihan khusus tentang
pengelolaan limbah medis padat dari rumah sakit.
Pengawas pengelolaan limbah medis dari Instalasi
Sanitasi juga mengatakan belum pernah mengikuti
pelatihan khusus tentang pengelolaan limbah
medis padat. Sedangkan Pengawas pengelolaan
11
limbah dari Perusahaan outsorching mengatakan
pernah mendengar adanya pelatihan namun
mengaku belum begitu paham dan kurang jelas
perinciannya. Berikut kutipan jawaban dari
informan : ( I4 : “…Belum pernah”. I3 : “….
perinciannya saya kurang tau, kurang paham,
kurang jelas perinciannya”. I6 : “…. Kalau
pelatihan khusus tentang limbah medis padat
tidak juga. Tapi setiap ada pelatihan mau dia K3,
pasien septik, nosokomial tetap limbah juga yang
dibicarakan.” ).
Program pelatihan membatasi
kesenjangan pengetahuan , sikap, dan perilaku
pegawai rumah sakit terhadap pelaksanaan
prosedur operasional standar program lingkungan.
Dengan demikian, rumah sakit harus mempunyai
perangkat prosedur untuk identifikasi,
pelaksanaan, dan evaluasi kebutuhan program
pelatihan di bidang lingkungan (Adisasmito,
2012). Program pelatihan hendaknya mencakup
latihan dasar tentang prosedur penanganan limbah
untuk semua personil, dan inservice training
untuk merevisi dan memperbaharui pengetahuan
yang diperlukan bagi pekerja yang menangani
limbah. Program latihan hendaknya ditinjau
secara periodik dan diperbaharui bilamana perlu.
Informasi pokok dalam pelatihan antara lain
bahaya limbah klinis dan yang sejenis, prosedur
yang aman untuk menangani limbah tersebut, dan
tindakan yang diperlukan dalam hal terjadinya
kecelakaan termasuk cara pelaporan kepada
supervisor. (Depkes RI, 2002)
Dalam perjanjian kerja antara BLU RSU
Prof. Dr. R. D. Kandou dengan Perusahaan
outsourching CV Putra Banyumas, perencanaan
mengenai perekrutan tenaga kerja merupakan
tanggung jawab dari pihak ke-3 sebagai penyedia
jasa pekerja/ buruh. Perusahaan Outsourcing
adalah perusahaan yang menyediakan jasa tenaga
kerja yang meliputi pekerjaan yang akan
ditempatkan pada perusahaan yang
menginginkannya. Dalam UU No.13 Tahun 2003
pasal 64 tentang Ketenenagakerjaan ditetapkan
bahwa “ Perusahaan dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya
melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau
penyediaan jasa pekerja/ buruh yang dibuat secara
tertulis”. Istilah outsourching juga dapat
didefiniskan pendelegasian operasi atau pekerjaan
yang bukan inti (non-core) yang semula dilakukan
secara internal kepada pihak eksternal yang
memilki spesialisasi untuk melakukan operasi
tersebut (Sharing Vision, 2006).
Hasil temuan penelitian dari perencanaan
SDM masih perlu diadakan peninjauan kembali
dengan lebih memperhatikan segi kuantitas
maupun kualifikasi SDM, terutama untuk tenaga
yang menangani limbah medis padat agar sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
5.2.1.2 Keuangan/ Rencana Anggaran (Money)
Money atau uang merupakan salah satu unsur
yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat
tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil
kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang
beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk
mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan
berhubungan dengan berapa uang yang harus
disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja,
alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta
12
berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi. Keuangan dalam pengelolaan sampah
rumah sakit dengan penedekatan sistem yaitu
perencanaan jumlah alokasi dana untuk pengelolaan
sampah yang meliputi sumber dana, biaya pegawai,
operasional, pemeliharaan, dan biaya pengadaan
peralatan (Hapsari, 2010).
Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. Dr. R.
D. Kandou ditetapkan sebagai instansi yang
menerapkan PPK-BLU Pada 26 Juni 2007
berdasarkan Kep.Menkes
No.756/Menkes/SK/VI/2007 dan Kep. Menteri
Keuangan No. 272/Keu.05.2007. Badan Layanan
Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah
instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan
dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,
yang selanjutnya disebut PPK-BLU, adalah pola
pengelolaan keuangan yang memberikan
fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan
praktek-praktek bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan
keuangan negara pada umumnya. Yang dimaksud
dengan praktik bisnis yang sehat adalah proses
penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan
kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam
rangka pemberian layanan yang bermutu dan
berkesinambungan. Instansi pemerintah yang
melakukan pembinaan terhadap pola pengelolaan
keuangan BLU adalah Direktorat Pembinaan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Ditjen Perbendaharaan. Perencanaan dan
penganggaran BLU pada prinsipnya tidak berbeda
dengan perencanaan dan penganggaran pada
Kementerian/ lembaga. Penyusunan Rencana
Bisnis dan Anggaran (RBA) BLU memuat antara
lain ; kondisi kinerja BLU tahun berjalan, asumsi
makro dan mikro, target kinerja (output yang
terukur), analisis dan perkiraan biaya per output
dan agregat, perkiraan harga dan anggaran, dan
prognosa laporan keuangan.
Pengelolalaan limbah di BLU RSU Prof.
Dr. R. D Kandou berada dalam pengawasan dari
Instalasi Sanitasi yang bekerja sama dengan pihak
ke-3 yaitu perusahaan outsourcing CV Putra
Banyumas dalam satu perjanjian pemborongan
pekerjaan yang dibuat secara tertulis dengan pihak