TUGAS JEMBATAN BENTANG PANJANG JEMBATAN TWIN SUSPENSION BARITO SEBAGAI PENDUKUNG PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN Tugas Nama : Debby Rahmawati, ST. NPM : 93211006 Kelas : Teknik Sipil 2008 Trimester : 12 Dosen : Ir. Relly Handayani, MT. PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2012
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS JEMBATAN BENTANG PANJANG
JEMBATAN TWIN SUSPENSION BARITO
SEBAGAI PENDUKUNG PEREKONOMIAN
KALIMANTAN SELATAN
Tugas
Nama : Debby Rahmawati, ST.
NPM : 93211006
Kelas : Teknik Sipil 2008
Trimester : 12
Dosen : Ir. Relly Handayani, MT.
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk biasanya selalu diikuti dengan laju pertumbuhan lalu
lintas, yang pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan
transportasi terutama kendaraan. Infrastruktur jalan merupakan sistem transportasi utama di
Indonesia yang harus melayani lebih dari 84% total angkutan penumpang dan 91,25% untuk
pengangkutan barang. Untuk itu, jaringan infrastuktur jalan harus ditingkatkan menjadi lebih
handal, berkemampuan tinggi, efektif dan efisien, dalam mendukung pembangunan
perekonomian nasional, pengembangan wilayah, serta mobilitas manusia, barang dan jasa,
yang muaranya meningkatkan daya saing nasional.
Kalimantan yang merupakan pulau kedua terbesar di Indonesia memiliki wilayah
seluas 28% dari luas daratan Indonesia dan sangat memiliki peranan penting dalam
perkembangan pembangunan di Indonesia. Ketersediaan jaringan jalan yang memadai,
termasuk di dalamnya jembatan, merupakan hal yang mutlak diperlukan bagi upaya
peningkatan perekonomian wilayah di Kalimantan. Salah satu upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan perekonomian adalah dengan membangun jembatan Barito sebagai bagian
jaringan jalan Trans Kalimantan Lintas Selatan, guna menghidupkan klaster industri yang
dikembangkan di Kalimantan.
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemajuan pembangunan infrastruktur,
semakin lengkap infrastruktur di suatu daerah, maka akan semakin cepat pula daerah itu
berkembang (Awang Faroek Ishak, 2011). China yang kini menjadi salah satu negara kuat di
bidang ekonomi, ternyata bermula dari upaya pemerintah setempat untuk melengkapi sarana
infrastruktur. Kondisi China inilah yang perlu menjadi pelajaran, dan ini yang sedang
dicontoh di Kalimantan dengan harapan pada saatnya nanti akan menjadi salah satu kawasan
pertumbuhan ekonomi terkemuka di Indonesia.
Selain itu, pembangunan jalan dan jembatan merupakan cara untuk menghidupkan
klaster industri yang dikembangkan di Kalimantan seperti klaster industri berbasis pertanian,
oleochemical (olahan kelapa sawit) dan lainnya. Seiring dengan perkembangan pembangunan
infrastruktur yang ada, Indonesia menempati urutan ke-86 dalam bidang pembangunan
infrastruktur pada 2008-2009 dari 143 negara sesuai hasil survei World Economic Forum dan
meningkat menjadi urutan ke-82 pada tahun 2010-2011 dan 2011-2012. Karenanya, ingin
2
diketahui bagaimana peranan infrastruktur Indonesia, dalam hal ini Jembatan Barito, terhadap
perekonomian Kalimantan Selatan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari disusunnya makalah Jembatan Twin Suspension Barito sebagai
Pendukung Perekonomian Kalimantan Selatan yaitu:
1. Mengetahui lebih jauh salah satu contoh keberagaman jembatan bentang panjang di
Indonesia
2. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai peran jembatan Barito terhadap
perekonomian Kalimantan Selatan
3. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Jembatan Bentang Panjang.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam pembahasan makalah ini terdiri dari beberapa hal, yaitu:
1. Jembatan yang dibahas dalam makalah adalah jembatan bentang panjang Barito di
Kalimantan Selatan
2. Pembahasan memfokuskan pada peran jembatan Barito terhadap perekonomian
Kalimantan Selatan dengan sedikit meninjau hal-hal umum pada jembatan tersebut.
1.4 Identifikasi Masalah
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan penopang perekonomian
daerah Kalimantan terutama Kalimantan Selatan adalah sektor migas dan pertambangan.
Namun terdapat beberapa kendala terkait dengan pengembangan perekonomian yang
dihadapi oleh koridor ekonomi Kalimantan yaitu:
1. Adanya tren menurun pada total nilai sektor migas dari tahun ke tahun
2. Terdapat disparitas pembangunan antar wilayah dalam koridor, baik antara wilayah
penghasil migas dan non-penghasil migas, maupun antara kawasan perkotaan dan
pedesaan
3. Terdapat kesenjangan antara infrastruktur pelayanan dasar (jalan dan jembatan, listrik, air
bersih, pendidikan, layanan kesehatan, dll) yang tersedia dengan yang dibutuhkan.
3
Salah satu permasalahan utama daya saing Indonesia adalah ketersediaan dan
kehandalan infrastruktur yang masih sangat rendah, khususnya energi dan infrastruktur
transportasi, terlebih lagi untuk kawasan Timur Indonesia. Keadaan ini bertambah buruk
dengan terjadinya gap atau perbedaan pembangunan infrastruktur transportasi antara wilayah
Barat dan Timur Indonesia yang cukup besar. Sehingga secara geo-politik, maka perbedaan
pemerataan pembangunan ini harus segera dipersempit atau diperkecil.
Daya saing infrastruktur ini berdasarkan World Competitiveness Report yang dirilis
setiap tahun menyebutkan peringkat daya saing infrastruktur Indonesia pada 2010-2011
berada pada posisi 82 dari negara-negara lain. Dengan melihat bahwa pembangunan
infratruktur Jembatan Barito dan jalan raya sangat dibutuhkan untuk wilayah Kalimantan
Selatan dengan tujuan agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ini
diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan di wilayah Kalimantan Selatan.
Pembangunan Jembatan Barito sebagai bagian dari jalan Trans Kalimantan Lintas
Selatan yang melalui beberapa kota di Kalimantan salah satu ruasnya Banjarmasin-
Palangkaraya diharapkan dapat menjadi jalan penghubung (aksesibilitas dan konektivitas)
sebagai sebuah kawasan ekonomi baru.
4
BAB II
TINJAUAN UMUM JEMBATAN BARITO
2.1 Informasi Struktur Jembatan Barito
Gambar 2.1 Jembatan Barito
Jembatan Barito adalah jembatan yang membelah Sungai Barito dan menghubungkan
tepi barat sungai Barito (Kecamatan Anjir Muara) dan tepi timur Sungai Barito di Kecamatan
Alalak dekat Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia. Jembatan ini memiliki
panjang 1.082 m dengan lebar 10,37 m yang melintasi Sungai Barito selebar 800 meter dan
pulau kecil (Pulau Bakut) selebar 200 meter.
Jembatan Barito terdiri dari jembatan utama sepanjang 902 meter dengan jembatan
pendekat 180 meter. Ketinggian ruang bebas jembatan utama (clearance) yaitu 15 -18 meter,
sehingga bisa digunakan untuk lalu lintas perairan. Jembatan Barito sering disebut pula
jembatan Pulau Bakut, sesuai nama delta (pulau kecil) yang ada di bawahnya, atau jembatan
pulau Bakumpai, sesuai nama daerah tepi barat sungai Barito (sungai Banjar).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum,
dapat diketahui informasi umum mengenai Jembatan Barito sebagai berikut:
Propinsi : Kalimantan Selatan
Sektor : Direktorat Jenderal Bina Marga
Masa Konstruksi : 1993-1997
Panjang Total : 1082 m
Bentang Terpanjang : 240 m
5
Lebar : 10,37 m
Tipe Bangunan Atas : Jembatan Gantung Sistem Kabel Ganda (Twin Suspension dengan
Kabel Ganda)
Tipe Bangunan Bawah : Tiang Pancang Baja
Metode Pelaksanaan : Heavy Lifting
Biaya : Rp. 98.000.000.000,00
Konsultan : Direktorat Jenderal Bina Marga
Kontraktor : PT. Adhi Karya (Persero)
Lokasi : Km 18 dari Banjarmasin ke arah Palangkaraya
2.2 Sejarah dan Konstruksi Jembatan Barito
Di Kalimantan tepatnya di provinsi Kalimantan Selatan terdapat jembatan yang
mengadopsi Golden Gate Bridge San Fransisco, yaitu jembatan Barito. Banyak orang
mengetahui bahwa jembatan ini berada di kota Banjarmasin, namun kenyataannya jembatan
ini berada di luar kota Banjarmasin, tepatnya di Kabupaten Barito Kuala, ± 15 km jauhnya
dari Banjarmasin, salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan yang berbatasan
langsung dengan kota Banjarmasin.
Jembatan ini dibangun semasa orde baru ketika presiden Soeharto berkuasa dan
pertama kali diresmikan pada tanggal 23 April 1997 oleh presiden Soeharto pula. Saat
pertama kali diresmikan pemakaiannya, Jembatan Barito menjadi jembatan paling panjang di
Asia Tenggara yang konstruksinya dikerjakan oleh PT. Adhi Karya (BUMN binaan
Departemen Pekerjaan Umum) dengan biaya Rp 98 miliar seperti yang disebutkan di atas.
Gambar 2.2 Konstruksi (Kiri) dan Desain Melintang (Kanan) Jembatan Barito