Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Sumber daya alam merupakan komponen penting dari sebuah Negara, baik sumber daya berupa mineral maupun hayati. Sumber daya alam yang dimiliki suatu Negara dapat meningkatkan kesejahteraan Negara tersebut, baik dari segi ekonomi maupun pembangunan. Dan Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam meskipun pemanfaatannya kurang maksimal. Sumber daya mineral Indonesia sebenarnya cukup menjanjikan. Namun pada saat ini baik Indonesia maupun masyarakat dunia menghadapi permasalahan yang sama yaitu semakin menipisnya persedian mineral guna memenuhi kebutuhan akan energi, terutama minyak bumi. Energi dan mineral merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, apalagi ada hubungan peningkatan taraf hidup dan pertumbuhan ekonomi suatu Negara dengan jumlah penggunaan 1
40

Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

Dec 04, 2015

Download

Documents

bernikoe

jj
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Sumber daya alam merupakan komponen penting dari sebuah Negara, baik

sumber daya berupa mineral maupun hayati. Sumber daya alam yang dimiliki suatu

Negara dapat meningkatkan kesejahteraan Negara tersebut, baik dari segi ekonomi

maupun pembangunan. Dan Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan

sumber daya alam meskipun pemanfaatannya kurang maksimal. Sumber daya

mineral Indonesia sebenarnya cukup menjanjikan. Namun pada saat ini baik

Indonesia maupun masyarakat dunia menghadapi permasalahan yang sama yaitu

semakin menipisnya persedian mineral guna memenuhi kebutuhan akan energi,

terutama minyak bumi.

Energi dan mineral merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat, apalagi ada hubungan peningkatan taraf hidup

dan pertumbuhan ekonomi suatu Negara dengan jumlah penggunaan energi. Hal

yang perlu mendapat perhatian adalah apakah cara yang telah ditempuh oleh

masyarakat modern saat ini, yang telah mengkonsumsi energi dan mineral dalam

jumlah yang jauh lebih besar beberapa dasawarsa terakhir ini akan terus ditempuh.

Beberapa ahli telah menasehatkan akan adanya keterbatasan tersedianya energi dan

mineral dunia. Bahkan untuk beberapa energi diramalkan, dengan peningkatan

pertumbuhan tiap tahun sekarang ini, ketidak-sediannya masih akan kita rasakan

semasa hidup kita. Bahwa tersedianya energi dan mineral itu terbatas, dengan begitu

telah menggugah pemerintah untuk mulai memikirkan tentang cara-cara penggunaan

1

Page 2: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

mineral yang hemat untuk kepentingan peradaban dan bagaimana mengamankan

suplai dan tersedianya energi dan mineral untuk kepentingan industri dalam jangka

pendek, menengah dan panjang. 1

Indonesia merupakan salah satu Negara yang berada disabuk mineral (rim of

fire) dengan potensi mineral yang tinggi jika dibandingkan dengan Negara lain di

Asia, ini terbukti bahwa Indonesia memimpin dalam produksi batubara, tembaga,

emas, perak, nikel, dan timah. Batubara adalah kasus yang sangat optimis dalam

pengembangan ke depan. Tingkat produksi batubara Indonesia baru mencapai 567

juta ton, atau relative sangat kecil dibandingkan dengan cadangan sumber daya

batubara yang ada di Indonesia.2

Produksi batubara Indonesia sangat dipengaruhi oleh penggunaan atau

pemanfaatan di dalam negeri akan tetapi sekarang kinerja ekspor batubara terus

meningkat. Secara geologi, Indonesia mempunyai potensial yang besar terhadap

bahan galian mineral yang tersebar diberbagai daerah. Pemanfaatan dari kekayaan

tambang itu sendiri masih sangat mungkin untuk ditingkatkan mengingat masih

tingginya tingkat sumber daya dibandingkan dengan produksi yang telah dilakukan

maupun studi kelayakan yang menghasilkan sumber “cadangan baru”. Jika

dibandingkan dengan tingkat produksi dunia, batubara Indonesia memperlihatkan

proporsi (share) yang cukup signifikan.

Tetapi alangkah baiknya jika pengolahan sumber-sumber daya energi ini

secara tepat dapat memberikan dorongan yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi, hal

mana pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

1“Sumber Daya Mineral Untuk Pembangunan”, dalam http://www.infosia.ut.ac.od/jurnal/4loekito.htm.

2 http://[email protected]

2

Page 3: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

Disisi lain keterbatasan yang dimiliki setiap Negara baik sumber daya alam

maupun sumber daya manusia menjadi penyebab munculnya kerjasama

internasional. Salah satu bentuk kerjasama internasional yang dipilih Indonesia

adalah kerjasama ekonomi yang diharapkan dapat memajukan perindustrian dalam

negeri, salah satu mitra kerjasama ekonomi Indonesia adalah Jepang.

Setelah mengalami kemunduran akibat PD II Jepang mulai bangkit lagi

dengan memajukan bidang industri, semua peralatan dan teknologi industri yang

hancur akibat perang digantikan dengan peralatan dan teknologi modern , yang pada

akhirnya membuat Jepang dikenal sebagai Negara industri terbesar dan termodern

pertama di Asia dan kedua didunia setelah AS. Kemampuan Jepang dalam

meningkatkan kemajuan dibidang ekonomi didukung oleh sumber daya manusia

yang berkualitas tetapi tidak didukung oleh sumber daya alam yang memadai.

Kerjasama Jepang dan Negara-negara dikawasan Asia Tenggara termasuk

Indonesia dimulai dengan The Yen Loan Programme pada 1957. selain menekankan

kerjasama ekonomi dan perbaikan hubungan dengan Negara bekas jajahan, bantuan

Yen tersebut merupakan salah satu upaya untuk memperluas cakupan industri

Jepang. Industri sebagai sector penting dari perekonomian Jepang sangat tergantung

pada bahan-bahan mentaah yang sayangnya tidak dapat dihasilkan sendiri oleh

Jepang. Keterbatasan lahan dan sumber daya alam menjadi alasan ketergantungan

Jepang pada impor bahan baku, bahan mentah serta bahan baker yang diperlukan

untuk menunjang industrinya.3

Indonesia merupakan Negara yang menjadikan Jepang sebagai mitra bisnis

terbesar nya selain China dan Korea Selatan, sebagai Negara yang mengandalkan

3 Lim Hua Sing, Peranan Jepang di Asia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 222.

3

Page 4: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

ekspor sumber daya alam guna meningkatkan pendapatan devisa, Indonesia menjadi

mitra dagang yang sesuai dngan kebutuhan Jepang akan bahan baker industri.

Hubungan antara Indonesia dan Jepang dinyatakan Jepang sebagai hubungan

interdependensi, saling ketergantungan tersebut bagi Jepang disebabkan oleh

ketergantungan Jepang pada sumber daya alam yang dimiliki serta lokasi yang

strategis bagi kepentingan Jepang. Sementara Indonesia dilain pihak juga

membutuhkan investasi dan bantuan dari Jepang.

Jepang yang terlebih dahulu menggunakan batubara sebagai energi

alternative berusaha mencari Negara yang memiliki pasokan batubara yang banyak

sehubungan dengan kekhawatiran Jepnag terhadap suplai batubara kenegerinya

akibat adanya pengurangan pasokan dari China.

Pembatasan ekspor batubara yang dilakukan China membuat Jepang sebagai

importer utama batubara dari Negara itu khawatir kekurangan pasokan dan menjajaki

kemungkinan inpor dari Indonesia. Kapasitas produksi batubara kitayang cukup

besar memungkinkan Indonesia bias memenuhi permintaan pasar Jepang.

Indonesia memiliki ketersediaan sumber daya batubara peringkat rendah

sangat banyak hampir mencapai 36 miliar ton. Pemanfaatan batubara sebagai energi

alternative telah lama menjadi pembicaraan di pemerintah yaitu sejak tahun 1993,

tetapi berbagai kendala yang dihadapi mulai dari sumber daya manusia, teknologi

hingga masalah financial, membuat rencana tersebut tertunda.

Berdasarkan kepentingan timbale balik tersebut, hubungan bilateral Indonesia

– Jepnag semakin ditingkatkan dengan ditandatanganinya MoU (Memorandum of

Understending) atau nota kesepahaman pada tanggal 19 Juli 2001 dan akan berakhir

pada 31 maret 2005 namun pada 26 november 2006 kerjasama tersebut dilanjutkan

4

Page 5: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

kembali hingga 2010, kerjasama tersebut difokuskan pada bidang penelitian

peningkatan kualitas batubara peringkat rendah.4

Pembangunan pilot plan UBC ( Upgrade Brown Coal) dimaksudkan untuk

memperoleh data engeenering dalam rangka mendisain pabrik komersial UBC.

Proses UBC dapat menyiapkan batubara sesuai dengan spesifikasi pasar, sehingga

industri batubara di Indonesia dapat terus tumbuh memberikan kontribusi sebagai

pemasok energi dalam negeri dan menstabilkan ekspor dimasa mendatang sehingga

dapat meningkatkan posisi tawar industri Indonesia dalam menghadapi pasar bebas.5

Sesuai dengan kesepakatan Indonesia dan Jepang telah mengambil langkah-

langkah yang tepat guna kepentingan bersama meliputi pengembangan perdagangan

dan kebijakan-kebijakan dalam bidang energi dan sumber-sumber mineral, sesuai

dengan perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang berlaku dimasing-masing

Negara. Dan Indonesia berusaha meningkatkan devisa Negara melalui kerjasama

tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik mengadakan penelitian dengan

judul sebagai berikut:

“KERJASAMA INDONESIA – JEPANG DALAM PENGEMBANGAN

TEKNOLOGI UPGRADE BROWN COAL DAN PENGARUHNYA

TERHADAP PENINGKATAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA.”

4 “Indonesia – Japan Join Seminar On Upgrade Brown Coal (UBC) Technology”, dalam http”//www.republika.co.id/online_detail.asp?id=2777044&kat_id=23.

5 Ibid.

5

Page 6: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan di atas, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah,

sebagai berikut:

1. Mengapa Indonesia – Jepang melakukan kerjasama dibidang pengembangan

teknologi Upgrade Brown Coal?

2. Bagaimana usaha pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ekspor batubara

Indonesia?

3. Apasaja hambatan yang dihadapi dalam pengembangan teknologi Upgrade

Brown Coal?

4. Apakah ekspor batubara mengalami peninkatan melalui pengembangan

teknologi Upgrade Brown Coal?

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luas permasalahan yang dikemukakan, maka penulis merasa

perlu untuk membatasi masalah, yaitu penelitian mengenai ”Kerjasama Indonesia –

Jepang Dalam Pengembangan Teknologi Upgrade Brown Coal dan Pengaruhnya

Terhadap Peningkatan Ekspor batubara Indonesia”, penulis hanya membatasi

penelitian pada periode 2003 – 2007.

2. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan dalam menganalisa permasalahan di atas, berdasarkan

identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dirumuskan suatu masalah

yang diteliti, yaitu: sejauhmana kerjasama Indonesia – Jepang melalui peningkatak

teknoloi Upgrade Brown Coal berdampak pada peningkatan ekspor batubara

Indonesia.

6

Page 7: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.Tujuan Penelitian

Suatu Penelitian pasti mempunyai tujuan tertentu berdasarkan pada

kepentingan serta motif-motif individual maupun kolektif. Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja yang melatarbelakangi kerjasama Indonesia

– Jepang dalam pengembangan teknologi Upgrade Brown Coal.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan pemerintah

Indonesia dalam meningkatkan kualitas batubara Indonesia.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam

pengembangan teknologi Upgrade Brown Coal.

4. Untuk mengetahui prospek pengembangan teknologi Upgrade Brown

Coal dalam peningkatan ekspor batubara indonesia.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi penulis

sendiri maupun bagi pembaca, yang antara lain:

1. Sebagai hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai

sumber referensi untuk menembangkan stdi Hubungan Internasional

yaitu sebagai sumbangan untuk menambah perbendaharaan wawasan

mengenai hubungan kerjasama antar negara

2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperkaya khazanah

pemikiran bagi studi Hubungan Internasional khususnya mengenai

7

Page 8: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

hubungan bilateral antara Indonesia dengan Jepnag dalam

meningkatkan perkembangan teknologi dibidang industri.

3. Sebagai sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan

tentang model baru penerapan teknologi yang dapat meningkatkan

perekonomian negara.

4. Untuk Penyusunan tugas akhir sebagai salah satu syarat dalam

menempuh gelar Sarjana Strata Satu pada Jurusan Hubungan

Internasional.

D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis di sini mengemukakan dasar pemikiran serta penggunaan

anggapan dasar dan teori-teori yang mendukung dalam permasalahan penelitian ini.

Hal ini berfungsi untuk menentukan teori-teori dan konsep mana saja yang

memberikan kontribusi, menjabarkan, menggambarkan, dan mendeskripsikan

penelitian tersebut.

Banyak kita temui pendapat-pendapat dari ahli ilmu Hubungan

Internasional yang berfungsi sebagai penjelas juga pendorong kemajuan studi ilmu

Hubungan Internasional. Untuk itu, penulis akan mengutip teori dan pendapat para

ahli yang ada hubungannya dengan aspek yang diteliti, untuk dijadikan pedoman

dan acuan dalam penulisan skripsi serta dapat memberikan pondasi yang

membantu mengaplikasikan metode-metode yang digunakan untuk memahami

Hubungan Internasional khususnya bagi permasalahan yang diteliti.

Studi Hubungan Internasional merupakan suatu studi yang bersifat

interdisipliner, artinya bahwa Hubungan Internasional memiliki hubungan dengan

8

Page 9: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

ilmu lainnya dalam usahanya mengkaji suatu masalah yang timbul walaupun

perhatian utamanya tetap pada hubungan antar negara dan antar pemerintah (inter

state dan inter government). Ilmu Hubungan Internasional juga merupakan bagian

dari ilmu sosial yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia dari

masyarakat Internasional. Menurut K.J.Holsti dalam bukunya Politik

Internasioanal: Suatu Kerangka Analisis, yang diterjemahkan oleh M.Tahir

Azhary tentang konsep hubungan:

Istilah Hubungan Internasaional dapat mengacu pada semua bentuk interaksi antar masyarakat yang berbeda apakah disponsori oleh pemerintah atau tidak. Hubungan Internasional mencakup analisis kebijakan luar negeri atau proses politik antar bangsa-bangsa, tetapi karena niatnya yang berbeda-beda, ia mencakup juga mengenai serikat perdagangan Internasional, transportasi, komunikasi dan perdagangan Internasional.6

Pada kenyataannya actor yang paling efektif adalah Negara, namun harus

diperhatikan juga perilaku actor-aktor non Negara. Sehubungan dengan interaksi

antara actor-aktor dalam Hubungan Internasional, Anak Agung Banyu Perwita

dan Yanyan Mochamad Yani dalam bukunya Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional, menjelaskan Hubungan Internasional, sebagai berikut:

Kerjasama antar negara membutuhkan adanya suatu interaksi Internasional

meliputi segala bentuk interaksi negara dengan berbagai aspek kehidupan sosial

manusia, disebut juga dengan pergaulan Internasional. Dengan kata lain disinilah

tercipta Hubungan Internasional. Namun pemikiran tentang Hubungan

Internasional berkembang sejak Hubungan Internasional menjadi subyek akademik

sekitar Perang Dunia Pertama hingga berakhirnya Perang Dingin. Hubungan

Internasional kontemporer memiliki kajian yang lebih luas dan kompleks.

6 K.J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis (Terjemahan M. Tahir Azhary) (Bandung: Bina Cipta, 1998), hlm. 21.

9

Page 10: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

Disamping itu juga, Aktor-aktor Hubungan Internasional pasca Perang Dingin,

tidak hanya State tetapi melibatkan aktor non- state. Robert Jackson dan Georg

Sorensen dalam bukunya Pengantar Studi Hubungan Internasional, yang

diterjemahkan oleh Dadan Surydipura, menjelaskan tentang perkembangan

Hubungan Internasional, sebagai berikut:

Inti tradisional HI berkaitan dengan isu-isu yang berkenaan dengan perkembangan dan perubahan negara-negara berdaulat dalam konteks sistem negara atau masyarakat negara yang lebih besar. Fokus pada negara dan hubungan negara tersebut membantu menjelaskan mengapa perang dan perdamaian merupakan masalah sentral teori tradisional HI. Meskipun demikian, HI kontemporer hirau bukan hanya dengan hubungan politik antara negara-negara tetapi juga dengan sekelompok subjek lainnya: interdependensi ekonomi, hak asasi manusia, perusahaan transnasional, organisasi internasional, lingkungan hidup, perbedaan gender, keterbelakangan, dan seterusnya.7

Pola-pola aksi dan reaksi dalam Hubungan Internasional,

diimplementasikan melalui Politik Luar Negeri suatu negara yang melahirkan suatu

input yang dinamakan Kebijakan. James Rosenau et.al., mengemukakan bahwa

“Kebijakan Luar Negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh

para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik

Internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik

yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional”.8

Dalam upaya memenuhi kepentingan nasionalnya, tiap-tiap negara akan

melakukan kerjasama sebagai akibat dari adanya interdependensi dan bertambah

kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat Internasional, seperti yang

dijelaskan K.J Holsti bahwa” Kerjasama yang berlangsung dalam berbagai

konteks yang berbeda. Kebanyakan hubungan dan interaksi yang berbentuk

7 Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional (Terjemahan Dadan Suryadipura) ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), hlm.44.

8 Anak Agung Banyu Prawita dan Yayasan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hlm.49.

10

Page 11: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

kerjasama terjadi langsung antara dua pemerintah yang memiliki kepentingan atau

menghadapi masalah serupa secara bersamaan”.9

Mengenai kerjasama Internasional secara lebih luas dijelaskan oleh

Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya Organisasi dan Administrasi

Internasional, yaitu” Kerjasama Internasional terjadi karena International

Understanding yang mempunyai arah dan tujuan yang sama, yang didukung oleh

kondisi Internasional yang saling membutuhkan. Kerjasama itu didasari oleh

kepentingan bersama antar negara-negara”.10

Namun dibalik adanya kerjasama Internasional, tentunya terdapat faktor-

faktor pendukung. Adapun salah satu faktor pendukung terwujudnya kerjasama

menurut T.May Rudi dalam bukunya Administrasi dan Organisasi Internasional,

adalah ”Kemajuan serta perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan

bangsa dan negara, serta kemajuan di bidang teknologi yang memudahkan

terjalinnya hubungan yang dapat dilakukan negara-negara sehingga meningkatkan

ketergantungan satu sama lain”.11

Untuk terus mengembangkan ekonomi nasional yang mampu

mempengaruhi kesejahteraan negara. Suatu negara harus merumuskan kebijakan-

kebijakan-kebijakan ekonominya demi mencapai target-target pembangunan

ekonomi. Kebijakan ekonomi merupakan sisi terpenting yang turut mengatur

hubungan ekonomi antara suatu negara dengan negara lain. Atau dengan kata lain

ketika suatu negara meleburkan kepentingannya dalam Ekonomi Internasional.

9 K.J.Holsti, Op. Cit., hlm.651.10 Koesnadi Kartasasmita, Organisasi dan Administrasi Internasional ( Bandung: Angkasa,

1998), hlm.3.

11 T.May Rudi, Administrasi dan Organisasi Internasional ( Bandung: Refika Aditama, 1998), hlm.22.

11

Page 12: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld dalam bukunya Ekonomi

Internasional: Teori dan Kebijakan, menjelaskan mengenai Ekonomi

Internasional:

Ekonomi Internasional berisikan persoalan-persoalan yang muncul karena masalah-masalah khusus yang terjadi dalam interaksi ekonomi antar bangsa yang berdaulat yang didalamnya terdapat pedagangan, proteksionoisme, penentuan nilai tukar, kebijakan, dan Pasar Perdagangan.12

Ekonomi Internasional dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat

kemakmuran suatu negara serta untuk menutupi kebutuhan dalam negari yang dapat

dipenuhi sendiri. Namun, sejak terjadinya krisis moneter tahun 1997 hingga saat ini

kondisi perekonomian Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang

berarti. Krisis ekonomi dan moneter di Indonesia menjadi begitu parah, jauh lebih

parah dibandingkan negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara dan Asia

Timur. Hal ini terjadi karena sistem politik di Indonesia sudah beku dan tidak dapat

berfungsi secara wajar karena telah dimanipulasi oleh mereka yang berkuasa di

zaman Orde Baru. Krisis moneter yang melanda Asia Tenggara termasuk Indonesia

memiliki implikasi terhadap situasi perekonomian Indonesia.

Definisi Krisis moneter menurut Ratu Aprilla Senja dalam Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia, yaitu” Keadaan nilai tukar uang yang terus menerus

merosot dan mempengaruhi harga barang”.13

Krisis moneter Indonesia ditandai dengan merosotnya nilai tukar rupiah

terhadap Dolar AS, meningkatnya pengangguran karena banyak perusahaan yang

bangkrut, berhentinya investasi karena para investor menarik modalnya dari

Indonesia. Merosotnya nilai tukar rupiah tersebut semakin mengakibatkan

12 Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan (Terjemahan Faisal H. Basri) ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.4.

13 Ratu Aprillia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ( Jakarta: Difa Publisher, 1996), hlm.65.

12

Page 13: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

pembengkakan Utang Luar Negeri Indonesia. Dan Utang Luar negeri Indonesia sejak

zaman Orde Baru terakumulasi yang akhirnya Indonesia terjerat beban Utang Luar

Negeri dan bunganya ( Debt Trap). Didalam bukunya Keuangan Negara dan

Analisis Kebijakan Luar Negeri, Yuswar Zainul Basri Dan Mulyadi Subri

berpendapat:

Utang Luar Negeri bukan hanya dibutuhkan dalam proses perdagangan, tetapi juga dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara untuk menunjang proses produksi dalam negeri, aritnya Utang Luar Negeri merupakan mata rantai yang menghubungkan kegiatan internal dan eksternal perekonomian suatu negara…Tetapi Jelas sekali bahwa jumlah dan pemanfaatan utang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga justru tidak menjadi beban yang berkepanjangan.14

Memang dari pendapat tersebut, terlihat bahwa suatu kewajaran bagi suatu

negara untuk mendapatkan bantuan luar negeri. Namun harus dikelola secara baik

dan optimal, bukan hanya menjadi beban generasi selanjutnya, seperti yang terjadi di

Indonesia warisan Orde Baru. Menurut Paul R. Viotti dan Mark V.Kauppi, dalam

bukunya International Relations and World Politics: security, economy, identity.

Bantuan Luar Negeri merupakan” …aid grants for development investment and loans

( Particulary at concersionary rates of interest for development purpose) from

government, the World Bank and other Internasional Organizations, and

Multinational Banks”.15

Bantuan Luar Negeri resmi dapat bantuan dari institusi seperti IMF, Bank

Dunia, Organisasi Internasional lainnya tentu sangat efektif jika bantuan tersebut

merupakan bantuan pinjaman maka syarat-syarat peminjaman tersebut lebih fleksibel

dan pemanfaatannya akan sangat membantu pertumbuhan ekonomi negara penerima

bantuan.14 ? Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan

Utang Luar Negeri ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.105.

15 Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppi, International Relations and World Politics: security, economy, identity ( United State of America: Prentice Hall, 1997), hlm.242.

13

Page 14: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

Sebenarnya bantuan atau pinjaman luar negeri Indonesia memang sudah

memperlihatkan tanda-tanda yang sangat mengkhawatirkan. Hal tersebut tercermin

dari posisi pinjaman yang besar dan cenderung meningkat sampai tahun 1998 serta

besarnya indikator beban pinjaman yang bahkan telah melampaui batas warning

indicator international. Pergeseran peranan pinjaman luar negeri pun terjadi, dari

semula yang bersifat pelengkap dan sementara menjadi peranan sebagai sumber

utama dalam pembiayaan pembangunan. Fenomena pergeseran struktur dan peranan

pinjaman luar negeri tersebut berakibat pada tingginya tingkat akumulasi stok utang

saat ini dan semakin beratnya beban cicilan pokok dan bunga yang dipikul

masyarakat Indonesia. Sehingga tidak heran pada akhirnya Indonesia menghadapi

kemacetan pembayaran Utang Luar Negeri. Macetnya pembayaran cicilan utang

beserta bunganya, sehingga pihak kreditur membuat penjadwalan ulang

(rescheduling) pembayaran Utang Luar Negeri Indonesia atas permintaan Indonesia

sebagai negara debitur.

Keadaan ini tentunya kurang menguntungkan bagi kreditur. Mereka

menentukan perputaran modal yang nyata. Seperti salah satu negara kreditur bagi

Indonesia yaitu Italia. Jika dilihat dari dari segi ekonomi statis memang Italia untung,

bisa memberi pinjaman atau utang baru dengan menetapkan syarat dan bunga yang

lebih tinggi, tetapi kondisi menumpuknya tunggakan (setoran macet) membuat bank-

bank itu tidak merasakan manfaat yang langsung dan nyata. Dengan kata lain,

perputaran modal bagi negara kreditur Italia mengalami stagnasi.

Akhirnya Italia menawarkan mekanisme Debt Swap ( konversi utang)

kepada Indonesia.T.May Rudi dalam bukunya Masalah Negara Berkembang: Suatu

Kajian Ekonomi Politik Internasional, menjelaskan:

14

Page 15: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

Debt Swap adalah cara baru yang ditempuh dalam menanggulangi ketidakmampuan negara-negara berkembang untuk melunasi cicilan utangnya. Negara berkembang sebagai debitur dan bank-bank atau lembaga keuangan dari negara industri maju sebagai kreditur. Kedua pihak bekerjasama untuk menjual kewajiban membayar sebagian utang itu.16

Gagasan ini pada awalnya diajukan oleh bank-bank internasional yang

menjadi kreditur bagi negara-negara berkembang. Saat ini Indonesia telah

menyepakati Debt Swap dengan beberapa negara kreditur selain Italia, yaitu Inggris

dan Jerman. Janice Duddy dalam tulisannya What is a Debt for-AIDS Swap?,

menjelaskan:

A debt swap can be defined as the cancellation of debt in exchange for something else. Or according to UNDP,’ A debt swap( or debt conversion)is defined as the cancellation of external debt in exchange for the debtor government’s commitment to mobilize domestic resources (Local Currency or another asset) for on agreed purpose’.17

Pemerintah Indonesia gencar melakukan program Debt Swap atau

penukaran Utang Luar Negeri Indonesia. Dari pihak Indonesia pada awalnya

membentuk Tim Koordinasi Program Debt Swap kemudian dibentuk Management

Committee. Management Committee terdiri dari wakil-wakil Indonesia sebagai

negara debitur dan juga wakil-wakil Italia yang dibentuk untuk mengawasi

pelaksanaan Debt Swap. Pertemuan Management Committee pada tanggal 15-16

Februari 2006 di Jakarta menentukan proyek yang disepakati adalah Debt for

Development Swap. Seperti yang ditulis dalam Harian Umum Sore Sinar Harapan

online bahwa” Debt for Development Swap sebagai pertukaran utang dengan proyek

pembangunan di negara debitur, berupa program-program rehabilitasi dan

pengentasan kemiskinan.”18

16 T. May Rudi, Op. Cit., hlm. 75.

17 Janice Duddy, “ What is a Debt –for- AIDS- Swap?” dalam http://www.Awid.org, diakses 2 Februari 2007.

18 “Peresetujuan Proyek-Proyek Penanggulangan Bencana Tsunmi Aceh-Nias” dalam http://www.sinarharapan.com, diakses 20 Januari 2007.

15

Page 16: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

Management Committee juga menyepakati potensi pertukaran utang

mencapai 24.2 Dolar AS dan 5.7 juta Euro. Debt for Development Swap dari Italia

kali ini dialokasikan untuk Rahabilitasi dan Rekonstruksi Aceh pasca tsunami 2004

lalu. Dalam hal ini proyek ini dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

(BRR) Aceh-Nias sebagai Executing Agency. Menurut Sutan Rajasa dalam Kamus

Populer, Rehabilitasi adalah” Pemulihan atau Perbaikan atau pembetulan seperti

sedia kala”19, Sedangkan Rekonstruksi adalah” Penyusunan kembali menurut prilaku

dan tindakan seperti semula”.20

Didalam Debt for Development Swap ini ditentukan ada 4 proyek utama

dalam Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh. Pembangunan kembali Aceh ini sendiri

walaupun dengan banyaknya pihak asing yang turut dalam proses pemulihan Aceh

tidak boleh kehilangan identitasnya. Pembangunan kembali Aceh identik dengan

modernisasi yang menyiratkan kembali pertumbuhan ekonomi, industrialisasi,

meningkatnya mobilitas sosial dan kegiatan politik.

Menurut David Apter yang dikutip dalam buku Perbandingan politik

Penelusuran Paradigma oleh Ronald H. Chilcote, menjelaskan pembangunan,

yaitu” Pembangunan secara umum merupakan hasil-hasil pertumbuhan dan integrasi

peran-peran fungsional dalam sebuah komunitas”.21

Proyek pembangunan di Aceh yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi

dan Rekonstruksi (BRR)Aceh-Nias dibiayai oleh pemerintah Indonesia. Setelah

pemerintah Indonesia mengeluarkan dana untuk membiayai proyek-proyek tersebut,

maka pihak Italia akan menghapus piutang mereka kepada Indonesia dalam jumlah

19 Sutan Rajasa, Kamus Populer ( Surabaya: Karya Utama, 2002), hlm.529.

20 Ibid., hlm.530.

21 Ronald H. Chilcote, Perbandingan Politik Penelusuran Paradigma ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 382.

16

Page 17: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

yang sama. Dengan demikian di satu pihak Indonesia dapat Melaksanakan

programnya sesuai dengan prioritas nasional, dan di lain pihak pemerintah juga dapat

mengurangi jumlah Utang Luar Negerinya secara nyata.

Dari uraian di atas, penulis menarik beberapa asumsi yang akan

dimunculkan dalam penulisan, yaitu:

Kerjasama antara Indonesia dan Jepang ditujukan untuk pengembangan teknologi

yang dapat meningkatkan kualitas batubara Indonesia dan juga merupakan

transfer teknologi dibidang industri.

Melalui sector pertambangan khususnya batubara Indonesia mencoba menarik

pihak asing untuk berinvestasi di Indonesia, dengan tujuan dapat meningkatkan

ekspor batubara.

Pengelolaan batubara di Indonesia sejauh ini kurang dimanfaatkan dengan baik

untuk kepentingan pembangunan.

Teknologi upgrade brown coal yang dikembangkan Indonesia dan Jepang

mempunyai peluang yang bagus di pasar Internasional.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam sebuah penelitian diperlukan karena hal ini bisa

memberikan batasan-batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan sebagai

alat yang sederhana untuk memfokuskan data yang bercerai-berai tanpa arahan

yang jelas. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka teoritis sebelumnya

yang penulis kemukakan, maka penulis menarik satu hipotesis yaitu sebuah

kesimpulan sementara tentang hubungan antara beberapa variabel mengenai

17

Page 18: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

permasalahan yang perlu diuji kebenarannya. Adapun hipotesis yang penulis ambil

dari permasalahan ini adalah sebagai berikut:

“kerjasama Indonesia – Jepangmelalui pengembangan teknologi Upgrade

Brown Coal yang dilakukan secara berkesinambungan akan meningkatkan

kualitas batubara Indonesia dan dengan demikian permintaan terhadap

batubara Indonesia akan meningkat yang berarti pemasukan dvisa dari

ekspor batubara pun akan meningkat pula..”

3. Operasional Variabel dan Indikator

Untuk membantu di dalam menganalisa penelitian lebih lanjut, maka

penulis membuat suatu definisi operasional tentang konsep hipotesis seperti dalam

Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1

Operasional Variabel dan Indikator

18

Page 19: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

Indikator(Empirik)

Verifikasi(Analisa)

Variabel Bebas:Jika kerjasama Indonesia – Jepang melalui pengembangan teknologi Upgrade Brown Coal dilakukan secara berkesinambungan

1. Adanya kebijakan dari pemerintah Jepang untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

2. Adanya Penandatanganan kesepakatan Indonesia – Jepang untuk melaksanakan program Upgrade Brown Coal.

3. Adanya kesepakatan pembagian anggaran proyek antara pemerintah Jepang, perusahaan dari Jepang dan Perusahaan di Indonesia.

1. Data ( Fakta) terkait kebijakan ekonomi Jepang mengenai investasi

2. Data (Fakta dan Angka) mengenai komitmen Indonesia – Jepang dalam program Upgrade Brown Coal.

3. Data (Fakta dan Angka) mengenai pembagian anggaran dari proyek Upgrade Brown Coal.

Variabel Terikat:Maka Upaya peningkatan kualitas batubara Indonesia dan peningkatan ekspor batubara Indonesia dapat tercapai.

4.Adanya persentase peningkatan kualitas batubara dan peningkatan ekspor batubara Indonesia.

.

4. Data(Fakta dan Angka) mengenai peningkatan kualitas batubara dan ekspor batubara Indonesia.

4. Skema Kerangka Teoritis

Gambar 1.1

Alur Kerjasama Indonesia - Jepang

19

Indonesia Jepang

Kaya Akan Sumber Daya Alam

Kebijakan Ekonomi Pemerintah Jepang

Keterbatasan SDM dan Teknologi

Kebijakan Industri dan Investasi

Page 20: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1. Tingkat Analisis

Tingkat analisis yang digunakan adalah induksionis dimana hubungan

antara variabel independen (unit eksplanasi) dengan variabel dependen (unit

analisa), tingkat analisa pada penelitian ini dapat dikatakan pada tingkat

20

Pemindahan Modal Kenegara Berkembang

Kesepakatan Kerjasama Pengembangan Teknologi

Upgrade Brown Coal

Peningkatan Kualitas Batubara Indonesia

Peningkatan Ekspor Batubara Indonesia

Page 21: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

Korelasionis,yaitu unit eksplanasi dan unit analisanya berada pada tingkatan yang

sejajar.

2. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan kajian terhadap

masalah yang bertujuan mencari jawaban dan cara pemecahan, berdasarkan data

yang terhimpun. Metode yang digunakan penulis, yaitu Metode Deskriptif Analitis,

yang bertujuan menggunakan analisa dan mengaplikasi gejala-gejala atau

fenomena-fenomena yang didasarkan pada hasil pengamatan dari beberapa

kejadian dan masalah yang aktual ditengah-tengah realita yang ada. Yang dalam

hal ini penulis melihat gejala-gejala dan fenomena yang dihadapi oleh Indonesia

untuk memanfatkan batubara, dimana dengan adanya kerjasama antara Indonesia

dan Jepang melalui pengembangan teknologi upgrade brown coal masalah tersebut

dapat diatasi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam Proses Pengumpulan data dalam penelitian digunakan beberapa

teknik, yaitu:

a. Studi Pustaka

Yaitu untuk mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan baik

bersumber dari buku-buku, majalah maupun catatan penting tentang hal-hal yang

berhubungan dengan apa yang menjadi objek penelitian yang penulis teliti.

b. Wawancara

21

Page 22: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

Yaitu dengan mewawancarai beberapa narasumber, yang mana

narasumber tersebut merupakan orang-orang yang memang pakar dibidangnya.

H. Lokasi dan Lama Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil data-data yang diperlukan

kebeberapa lokasi penelitian, diantaranya:

a. Departemen Luar Negeri RI

Jl. Taman Pejambon No.6

Jakarta Pusat 10110

Website: www.deplu.go.id

b. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara

Jl. Jend. Sudirman 623 Bandung 40211

Telp: 022-6030483-5

Website: www.tekmira.esdm.go.id

c Perpustakaan Universitas Parahyangan Bandung

Jl. Cimbeleut

Jakarta

d. Perpustakaan FISIP UNPAS

22

Page 23: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

Jl. Lengkong Besar no.68

Bandung

2. Lama Penelitian

Adapun lama penelitian yang penulis lakukan yaitu selama 6 ( enam) bulan

terhitung dari bulan Februari sampai dengan Juli 2007.

Dengan Time Schedule sebagai berikut:

23

Page 24: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

Tabel 1.2

Lama Penelitian

KEGIATANBulan Februari Maret April Mei Juni Oktober November

Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Tahap Persiapan

a. Konsultasi Judul

b. Pengajuan Judul

2.Tahap Proposal

a. Penyusunan Proposal

b. Seminar Proposal

c. Pengurusan Izin Riset

3. Pengumpulan Data

4. Pengolahan Data

5. Kegiatan Akhir

a. Penyusunan Skripsi

b. Seminar Draft

c. Perbaikan Hasil Draft

d. Sidang Skripsi

24

Page 25: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

D. Sistematika Penulisan

BAB I: Pendahuluan

Bab I adalah Pendahuluan dimana dalam bab ini berisikan Latar Belakang

Penelitian, Identifikasi Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teoritis

dan Hipotesis, Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data, Lokasi dan

Lamanya Penelitian, serta Sistematika Penulisan. Dimana penelitian ini mengambil

tema tentang ekspor batubara Indonesia ke Jepang.

BAB II: Objek Penelitian Variabel Bebas

Bab II ini menjelaskan tentang variabel bebas, yaitu kerjasama Indonesia-

Jepang dalam pengembangan teknologi upgrade brown coal. Dalam bab ini

dijelaskan mengenai latar belakang kerjasama bilateral tersebut dan pola kerjasama

yang dilaksanakan dalam pengembangan teknologi upgrade brown coal serta

penjelasan mengenai ekspor batubara itu sendiri.

BAB III: Objek Penelitian Variabel Terikat

Bab ini menjelaskan mengenai variabel terikat dalam judul ini yaitu

peningkatan ekspor batubara Indonesia. Dimana dijelaskan tentang kondisi batubara

Indonesia dan upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan ekspor

batubara.

25

Page 26: Jbptunpaspp Gdl Ossynatawi 2478-1-14.Babi

BAB IV: Verifikasi Data

Bab IV Verifikasi Data ini menjelaskan hubungan atau keterkaitan antara

kerjasama Indonesia – Jepang melalui pengembangan teknologi upgrade brown coal

dengan peningkatan ekspor batubara Indonesia

BAB V: Penutup

Kesimpulan adalah kondisi hasil laporan penelitian yang merupakan jawaban

terhadap tujuan penelitian serta rangkuman komprehensif dari analisis pembahasan

sebelumnya, juga merupakan hasil verifikasi data.

Jadi dalam bab ini dipaparkan hasil akhir dari permasalahan, yaitu tentang

pengembangan teknologi upgrade brown coal yang mampu meningkatkan ekspor

batubara Indonesia dan upaya peralihan teknologi dari Jepang ke Indonesia.

26