Top Banner

of 23

Jar Test

Jan 08, 2016

Download

Documents

danyrado

analisa jartes
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN1.1. Tujuan Praktikum1. Memahami tentang Jar Test.2. Mengetahui pengaruh agitasi pada Jar Test terhadap pH serta karakteristik air lainnya.3. Memahami penggunaan koagulan dan jenis-jenis koagulan.

1.2. Landasan Teori1.2.1. Uji Efektifitas Dan Efisiensi Filter Biomassa Menggunakan Sabut Kelapa (Cocos Nucifera) Sebagai Bioremoval Untuk Menurunkan Kadar Logam (Cd, Fe, Cu), Total Padatan Tersuspensi (Tss) Dan Meningkatkan Ph Pada Limbah Air Asam Tambang Batubara

Air asam tambang (AAT) merupakan residu yang berasal dari sisa pengolahan bijih setelah target mineral utama dipisahkan. Secara mineralogi air asam tambang terdiri atas mineral seperti silika, silikat besi, magnesium, natrium, kalium, dan sulfida. Selanjutnya mineral-mineral tersebut dapat mengalami oksidasi (terutama oksidasi pirit) sehingga membentuk garam-garam yang bersifat asam dengan pH 2,8-3,4 (Munawar, 2007; Herma dan Zulkifli, 2006; Wulan et al, 2008). Air asam tambang akan menghasilkan endapan batubara yang masih memiliki sifat-sifat fisika yang tidak jauh berbeda dengan batubara asalnya, antara lain kandungan kalorinya. Endapan ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif melalui pembuatan briket batubara. Namun polutan yang terdapat dalam air asam tambang, yakni logam kadmium (Cd) dapat meracuni perairan dan berdampak buruk bagi kesehatan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu juga dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan (Herma dan Zulkifli, 2006; Wulan et al, 2008; Kresnawaty, 2007; Amin, 2002; Westra, 2001). Pengolahan air asam tambang yang memenuhi standar baku mutu diperlukan agar aman dibuang ke lingkungan. Berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 036 Tahun 2008 yang mengatur bahwa standar baku mutu air limbah kegiatan penambangan, pengolahan atau pencucian batubara untuk kandungan logam besi (Fe) total, Mangan (Mn) total, Kadmium (Cd) total, pH dan residu tersuspensi (TSS) berturut-turut tidak boleh melebihi kadar maksimum 7 mg/L; 4 mg/L; 0,05 mg/L; 6-9 mg/L; 200 mg/L sehingga aman untuk di buang ke lingkungan (Wulan et al, 2008; Rahman, 2006; Anonim, 2008). Berbagai macam perlakuan secara fisika dan kimia atau gabungan keduanya telah lama digunakan untuk menghilangkan Cd dari limbah industri pertambangan. Misalnya dengan proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), penyerapan dengan menggunakan karbon aktif, electrodialysis, reverse osmosis, penambahan koagulan dan kapur. Namun metode ini sangat sulit, mahal, tidak efisien, membutuhkan banyak energi dan menghasilkan endapan yang beracun (Munawar, 2007; Wulan et al, 2008; Kresnawaty, 2007; Wulandari et al, 2005; Suhendrayatna, 2007; Gopalakrishnan et al, 2009; Carolina, 2009). Mengatasi hal tersebut, perlu dicari penyelesaian alternatif dengan karakteristik mudah dan murah. Salah satu alternatif tersebut adalah pemanfaatan filter biomassa dengan menggunakan tanaman seperti sabut kelapa. Hal ini didasarkan atas sabut kelapa merupakan bahan yang murah dan mudah didapat (Gopalakrishnan et al, 2009; Hidayati et al, 2006). Kalimantan Selatan menghasilkan jumlah sabut kelapa yang diperkirakan sebesar 130 ribu ton per tahun. Jumlah ini didapat dari luas area perkebunan kelapa yang mencapai 0,277 juta ha atau 7,50% dari luas area perkebunan kelapa di Indonesia. Sampai saat ini pengolahan hasil perkebunan masih terfokus pada hasil utama yaitu daging buah, sedangkan industri yang mengolah hasil sampingan masih tradisional dan terbatas. Sabut kelapa hanya dimanfaatkan sebagai keset, sapu, dan peralatan rumah tangga lainnya (Hidayati et al, 2010; Ulman, 2003; Surya, 2008).Sabut kelapa (Cocos nucifera) pernah diteliti berkaitan dengan potensinya sebagai biosorben dan bioakumulator logam berat, di antaranya karena memiliki persentase material dinding sel sebagai sumber pengikatan logam yang tinggi dan juga biomassa. Mawar D. Silalahi (2007) telah meneliti pemanfaatan sabut kelapa untuk menurunkan kadar Mn (II) dalam air sumur di wilayah Jakarta. Hasil penelitian sebelumnya dengan metode pengguncangan mekanik (shaker) didapatkan bahwa penyisihan Mn (II) dari air sumur untuk sabut kelapa tanpa perlakuan jauh lebih besar daripada sabut kelapa perlakuan yaitu 99.56% terhadap 30%. K. Gopalakrishnan (2009) meneliti kemampuan sabut kelapa yang diaktifkan dalam menurunkan Zn (II), Cu (II) dan Cr (VI) pada limbah industry tekstil. Penelitian lain juga menyebutkan serbuk sabut kelapa (coco peat) dapat menyerap air, oli, Fe (II) dan Mn (II) (Gopalakrishnan et al, 2009; Silalahi et al, 2007; Subiyanto et al, 2003; Awang et al, 2009). Penelitian terdahulu membuktikan bahwa pemanfaatan biomassa tumbuhan yang digunakan dalam filter biomassa berhasil menurunkan kadar logam air gambut dengan debit rendah yaitu 100ml/24 jam. Penelitian pengolah air asam tambang menggunakan kombinasi biomassa sabut kelapa (Cocos nucifera) untuk menurunkan kadar logam (Cd, Fe, Cu), Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan meningkatkan pH. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan agar ditemukan alternatif pengolahan air asam tambang yang efektif, murah dan mudah dilakukan (Priyanto, 2009). Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perubahan kadar logam (Cd, Fe, Cu), Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan pH dalam air asam tambang batubara setelah penyaringan dengan alat filter biomassa sabut kelapa (Cocos nucifera)? Tujuan Program Tujuan umum penelitian ini untuk membandingkan kadar Cd, Fe, Cu, dan TSS dan pH dalam air asam tambang batubara sebelum dan setelah penyaringan dengan alat filter biomassa sabut kelapa (Cocos nucifera). Tujuan khusus penelitian ini untuk mengukur kadar Cd, Fe, Cu, TSS, dan pH dalam air asam tambang batubara sebelum dan setelah penyaringan dengan alat filter biomassa sabut kelapa (Cocos nucifera) serta mengetahui efisiensi alat. Kegunaan Program Jika penelitian ini terbukti maka hasil penelitian dapat digunakan sebagai upaya alternatif pengolahan air asam tambang batubara secara biologis untuk mengurangi ion logam berat dari air tercemar. Selain itu juga dapat sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya dan menjadi pengetahuan tambahan bagi peneliti. Metode Penelitian Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah bersifat eksperimental semu dengan one group pre testpost test design terhadap penurunan kadar Cd dalam limbah air asam tambang batubara setelah penyaringan dengan alat filter biomassa sabut kelapa (Cocos nucifera). Penelitian menggunakan metode eksperimental semu dengan one group pre testpost test design karena didalam penelitian ini salah satu syarat penelitian eksperimental tidak terpenuhi yaitu tidak adanya randomisasi (pengelompokan anggota sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan dengan random) dan ada perlakuan sebelum dan sesudah penyaringan. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah air limbah batubara yang diambil dari pit (lubang galian) industri pertambangan batubara PT Pamapersada Nusantara di Desa Rantau Nangka Kecamatan Sungai Pinang Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik junction pada lima titik pengambilan, kemudian sampel dihomogenkan sebelum diberi perlakuan di laboratorium. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air limbah batubara yang diambil dari pit industri pertambangan batubara PT Pamapersada Nusantara di Desa Rantau Nangka Kecamatan Sungai Pinang Kalimantan Selatan, HCl, karbon aktif (2 kg), sabut kelapa (15 kg), genteng yang dihaluskan (10 kg), pasir sungai (10 kg), dan HNO3.

2. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bak penampung awal dan bak penampung hasil, pipa PVC, sock drat dalam, tutup atau CO (cap out), sock drat luar, noksel, dop drat atas, dop bawah dan dudukan, elbow, lem PVC, tester (letter T), stop keran, wadah plastik, pompa air dan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

Prosedur Penelitian a. Filter biomassa Desain alat filter biomassa seperti tertera pada Gambar 1.

b. Pengisian media filter Sebelum bahan-bahan media filter (karbon aktif, sabut kelapa, pasir sungai, genteng yang dihaluskan) dimasukkan ke dalam tabung filter, bahan tersebut dicuci terlebih dahulu, baru dikeringkan. Bahan-bahan tersebut kemudian ditumbuk atau dihaluskan (80-100 mesh) dan dicuci lagi sampai bersih. Sabut kelapa dikumpulkan, dikeringkan dan dihaluskan dengan cara ditumbuk. Sampel kemudian disaring dengan ukuran 80-100 mesh. Setelah dihaluskan kemudian dicuci dengan HCl encer (untuk menghilangkan kotoran dan logam) sebanyak 2 kali, dikeringkan, ditumbuk dan dihaluskan dan disaring kembali dengan ukuran 80-100 mesh. c. Pengambilan sampel Sampel penelitian diambil dari pit pertambangan batubara PT. Pamapersada Nusantara di Desa Rantau Nangka Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Sampel diambil menggunakan wadah yang terbuat dari plastik yang dilakukan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 7 hari pada tiap pengambilan. Pengambilan sampel menggunakan metode junction yang dilakukan pada 3 titik. Setiap titik diambil sampel sebanyak 5 liter, kemudian sampel dari tiap titik dihomogenkan. Sampel yang telah dihomogenkan ini kemudian dibagi menjadi 3 untuk diberikan perlakuan di laboratorium. Uji efisiensi setelah alat digunakan berulang dilakukan pada 3 sampel pengambilan pertama dengan penyaringan sebanyak 5 kali untuk memperkaya data. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 sampel. Pengawetan sampel ditambahkan HNO3 0,01 M untuk mempertahankan kondisi sampel selama dalam perjalanan dari lapangan menuju laboratorium.

d. Mekanisme kerja Air limbah dimasukkan ke bak penampung awal kemudian dialirkan dengan pompa menuju alat pengolah air filter biomassa agar menghasilkan tekanan. Kemudian air dialirkan ke dalam filter biomassa dengan membuka keran nomor 2, sementara keran nomor 1 dan 3 ditutup, sehingga air mengalir dari saluran masuk menuju bagian atas tabung, difilter oleh media filter, dan selanjutnya menuju saluran keluar. Kandungan Cd pada bak penampung awal diukur sebagai air limbah sebelum pengolahan. Kemudian saluran CO bagian atas dibuka agar air limbah mengalir dari bak penampung awal masuk ke dalam tabung filter. Air limbah yang keluar dari saluran keluar filter ditampung di bak penampung hasil. Kandungan Cd diukur sebagai air limbah setelah pengolahan.

e. Pemeriksaan kadar Cd, Fe, Cu, TSS serta pH Uji kadar Cd, Fe, Cu dilakukan dengan cara, pertama mengukur 100 ml benda uji dan masukkan kedalam corong pemisah kemudian menambahkan 1 ml larutan APDK dan mengocoknya. Langkah selanjutnya adalah menambahkan lagi 10 ml MIBK dan mengocoknya kira-kira 30 detik, membiarkan beberapa saat sampai terjadi pemisahan fase antara lapisan organik dan lapisan air. Tahapan selanjutnya yaitu membuang lapisan airnya melalui cerat dan memindahkan lapisan organiknya kedalam tabung gelas yang tertutup asah. Apabila busanya telah banyak, menyaring pelarut organik tersebut melalui kertas saring yang diberi serbuk Na2SO4 bebas air dan terakhir mengisapkan larutan organik satu persatu kedalam alat SSA melalui pipa kapiler dan mencatat serapan masuknya. Pemeriksaan TSS dilakukan secara gravimetri di mana contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 1030C sampai dengan 1050C. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total. Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat pH-meter dikalibrasi dengan larutan penyangga sesuai instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran, kemudian dikeringkan dengan kertas tisu. Selanjutnya elektroda dibilas dengan air suling dan setelah itu dibilas dengan contoh uji. Elektroda dicelupkan ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan yang tetap. Teknik Pengumpulan DataData didapatkan dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan pengukuran kadar Cd, Cu, Fe, TSS serta pH sebelum dan sesudah pengolahan dengan filter biomassa, dari sampel air yang berasal dari air limbah industri pertambangan batubara PT Pamapersada Nusantara di Desa Rantau Nangka Kecamatan Sungai Pinang Kalimantan Selatan. Cara Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan uji dependet t test dan uji efisiensi. Dependent t test adalah uji yang mampu menunjukkan perbedaan rata-rata dari dua kelompok yang saling bergantung, dengan derajat kepercayaan 95%, sesuai rumus:

Keterangan : d = rata-rata deviasi SD = Standar deviasi n = Jumlah sampel Untuk mengetahui kemampuan alat digunakan rumus efisiensi sebagai berikut:

Keterangan : E = Efisiensi alat So= Kadar sebelum S = Kadar sesudah Pengujian dependent t test dilakukan dengan komputerisasi di mana data hasil perhitungan disajikan secara deskriptif terhadap penurunan kadar Cd dalam sampel air asam tambang, persentase penurunan dan kecenderungan efisiensi alat.Hasil Dan Pembahasan Hasil pengujian alat filter biomassa sabut kelapa untuk menurunkan kadar logam (Cd, Fe, Cu) pada air asam tambang batu bara menunjukkan perbedaan jumlah kandungan logam pada air sampel sebelum dan sesudah perlakuan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Rata-rata perbedaan kadar logam sebelum dan sesudah penyaringan dengan sabut kelapa.Peningkatan kadar Cd setelah diberikan perlakuan bisa disebabkan oleh berbagai hal. Keterbatasan penyerapan Cd oleh biomassa dapat dikarenakan proses biosorpsi merupakan proses yang terjadi sampai dicapai kesetimbangan antara jumlah yang terserap dalam padatan dengan jumlah logam yang masih tersisa dalam larutan. Disamping itu adanya logam lain pada sampel juga turut mempengaruhi kapasitas penyerapan logam oleh filter (Kresnawaty, 2007; Gopalakrishnan et al, 2009; Hidayati et al, 2006). Kuantitas biosorben tidak begitu mempengaruhi kemampuan penyerapan karena mekanisme pengikatan ion logam oleh adsorbents mungkin tergantung pada kimia sifat ion logam (ukuran dan jenis muatan ionik), jenis biomassa, kondisi lingkungan (pH, suhu, kekuatan ionik) dan keberadaan bersaing organik atau anorganik logam chelators (Wilde dan Benemann, 1993). Ini didukung juga oleh rumus kesetimbangan serapan isoterm Langmuir yang hanya dipengaruhi oleh tekanan dan suhu, tapi tidak dipengaruhi oleh jumlah adsorben (Kresnawaty, 2007). Faktor internal yang mungkin mempengaruhi kemampuan filter dalam menyerap logam adalah kepadatan dan kerapatan partikel. Karena semakin halus ukuran adsorben, maka daya adsorpsi akan semakin besar. Selain itu, waktu kontak ion logam dengan biomassa adalah parameter penting dalam proses absorpsi. Biomassa dapat mengikat logam dalam rentang waktu yang spesifik, dimana penjerapan meningkat seiring dengan bertambah lamanya waktu kontak yaitu 5-60 menit dan laju alir 1,7 ml/menit (Kresnawaty, 2007; Gopalakrishnan et al, 2009). Perubahan nilai rata-rata Fe dan Cu pada sebelum dan sesudah penyaringan diduga disebabkan oleh komposisi bahan-bahan kimia yang terdapat pada sabut kelapa seperti selulosa, lignin, pyroligeneous acid, arang, ter, tannin dan potassium yang mengandung gugus fungsi seperti karbonil, amino, tiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi karbonil yang terdapat pada dinding sel berfungsi mengikat logam berat. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Silalahi (Silalahi et al, 2007) bahwa sabut kelapa berfungsi sebagai biosorben logam berat terkait kemampuan material dinding sel sebagai sumber pengikatan logam. Dengan demikian, penambahan sabut kelapa pada berat tertentu dapat menurunkan kadar Fe dan Cu pada Air Asam Tambang Batubara (Subiyanto et al, 2003). Rata-rata kadar TSS air asam tambang batubara sebelum dan sesudah penyaringan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rata-rata kadar total padatan tersuspensi air asam tambang batubara sebelum dan sesudah penyaringan pada pengambilan sampel I, II dan III. Konsentrasi TSS mengalami penurunan setelah dilakukan penyaringan, namun hasil pengukuran mengalami fluktuasi. Hal ini mungkin dikarenakan distribusi molekul adsorbat yang masuk ke dalam partikel media filtrasi sebagai adsorben tidak diserap secara maksimal dan waktu kontak yang terlalu singkat dengan media filtrasi. pH normal untuk kehidupan air adalah 6-8. Hasil pengukuran pH sebelum penyaringan yang dilakukan di lapangan menunjukkan nilai yang konstan, yaitu 6. Nilai ini telah memenuhi standar Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Limbah Cair. Rata-rata nilai pH air asam tambang batubara sebelum dan sesudah penyaringan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Rata-rata nilai pH air asam tambang batubara sebelum dan sesudah penyaringan pada pengambilan sampel I, II dan III.Selain mengukur perbedaan kadar logam sebelum dan sesudah penyaringan, penelitian ini juga menguji efisiensi alat filter biomassa setelah dilakukan pengulangan sebanyak lima kali, uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat filter biomassa mengikat logam setelah dilakukan penyaringan berulang. Hasil pengujian terhadap efisiensi alat didapatkan data seperti yang tertera pada Tabel 1. Tabel 1.Data Hasil Pengulangan Penelitian Pemanfaatan Filter Biomassa

Data pada grafik diatas dapat diformulasikan dengan rumus efisiensi untuk mengetahui persentase penurunan masing-masing variabel setelah penyaringan. Di mana rumus yang diterapkan adalah:

Ket : E = Efisiensi alat So= Kadar sebelum S = Kadar sesudah Hasil perhitungan persentase efisiensi menggunakan rumus diatas dapat dilihat pada Gambar 5.

Filter biomassa sabut kelapa memiliki komponen penjerat yang aktif menyerap logam yaitu lignin dan tannin sehingga mampu menurunkan kadar logam berat dan TSS. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Silalahi yang menyatakan bahwa kandungan lignin dan selulosa pada tanaman mampu menjerat loga

1.2.2. Jar TestJar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menen tukan dosis optimal dari koagulan (biasanya tawas/alum) yang digunakan pada proses pengolahan air bersih.Jar Test merupakan proses penjernihan air dengan menggunakan koagulan, dimana koagulan akan membentuk flok flok dengan adanya ion ion yang terkandung dalam larutan sampel.Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh dan akhirnya bersama-sama mengendap.Flok terbentuk dengan bantuan agitasi dari alat agitator. Dengan konsentrasi dan volume koagulan yang berbeda akan membentuk koagulan yang berbeda dan tentunya akan menghasilkan tingkat kejernihan yang berbeda. Umumnya koagulan tersebut berupa Al2(SO4)3, namun dapat pula berupa garam FeCl3 atau sesuatu poly-elektrolit organis.

1.2.3. Koagulasi dan Koagulan

Koagulasi adalah proses penambahan bahan-bahan kimia untuk memebentuk gumpalan (flok) yang selanjutnya dipisahkan pada proses flokulasi. Sedangkan flokulasi adalah proses untuk mempercepat penggumpalan partikel dengan pengadukan sangat lambat. Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya grafitasi.Secara garis besar mekanisme pembentukan flok terdiri dari empat tahap, yaitu :1. Tahap destabilasi partikel koloid2. Tahap pembentukan partikel koloid3. Tahap penggabungan mikroflok4. Tahap pembentukan mikroflok.

Mekanisme Koagulasi Secara Fisika1. Pemanasan Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak.Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid.Akibatnya partikel tidak bermuatan. Contoh: darah.2. Pengadukan, contoh : tepung kanji3. Pendinginan, contoh : agar agar.

Mekanisme Koagulasi Secara KimiaSecara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan, dan penambahan zat kimia koagulan.Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:1. Menggunakan prinsip elektroforesis Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.

2. Penambahan koloid Dapat terjadi sebagai berikut: Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.

3. Penambahan elektrolit Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi. Dalam proses koagulasi,stabilitas koloid sangat berpengaruh. Faktor Faktor yang mempengaruhi proses koagulasi dan flokulasi: kualitas air, suhu air, jenis koagulan, koagulan aid, ph air, jumlah garamgaram terlarut dalam air, tingkat kekeruhan air baku, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan dan dosis koagulan.

KoagulanKoagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positif yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan negatif partikel. Koagulan yang umum dan sudah dikenal yang digunakan pada pengolahan air adalah seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel Jenis-jenis Koagulan Yang sering digunakanNamaFormulaBentukReaksi Dengan AirpH Optimum

Aluminium sulfat, Alum sulfat, Alum, SalumAl2(SO4)3.xH2O, x = 14,16,18Bongkah, bubukAsam6,0 7,8

Sodium aluminatNaAlO2 atau Na2Al2O4BubukBasa6,0 7,8

Polyaluminium Chloride, PACAln(OH)mCl3n-mCairan, bubukAsam6,0 7,8

Ferri sulfatFe2(SO4)3.9H2OKristal halusAsam4 9

Ferri kloridaFeCl3.6H2OBongkah, cairanAsam4 9

Ferro sulfatFeSO4.7H2OKristal halusAsam> 8,5

BAB IIALAT DAN BAHAN2.1.ALAT Beaker glass 500 ml6 buah Kertas saring 6 buah Gelas ukur 250 ml1 buah Cawan porselin4 buah Cawan petry2 buah Gelas ukur 10 ml1 buah Corong1 buah Pipet tetes1 buah Agitator1 buah Pompa vakum1 buah Labu Buchner 2 buah Saringan Buchner 1 buah

2.2.Bahan Air sungai Larutan PAC 10 ppm Indikator MO H2SO4 0,02 N

BAB IIIPROPSEDUR KERJA

3.1. Prosedur Kerja AgitasiSampel air sungai dimasukkan kedalam beaker glass sebanyak 5 buah masing- masing 250 ml.Kemudian larutan PAC 10 ppm ditambahkan kedalam beaker glass yaitu 10 ml,20 ml,30 ml,40 ml, dan 50 ml.Agitator di ON kan lalu beaker glass yang berisi sampel diagitasi dengan selama 15 menit dengan putaran 60 rpm.3.2. Prosedur Kerja AlkalinitySampel air sungai yang sudah di agitasi dipipet sebanyak 100 ml.Kemudian ditambahkan Indikator MO sebanyak 1 tetes,diaduk.Jika warnanya berubah menjadi kuning dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02N sampai warnanya menjadi orange.Volume H2SO4 yang terpakai dicatat.

BAB IVGAMBAR RANGKAIAN1. Gambar percobaan pada saat agitasi

2. Gambar setelah titrasi dengan H2SO4

BAB VDATA PENGAMATAN

NOVolume sampel (ml)Volume PAC 10 ppm (ml)Indikator MO

Volume sampel titrasi (ml)Volume H2SO4 (ml)

1.250101 tetes1000

2.250201 tetes1000

3.250301 tetes1000

4.250401 tetes1005,20

5.250501 tetes1005,40

6.Sampel 250101 tetes1000

BAB VIPENGOLAHAN DATA DAN REAKSI

Perhitungan M alkalinity1.

2.

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

7.1.Kesimpulan1.M Alkalinity yang diperoleh sampel air sungai dengan penambahan PAC 10 ppm untuk 40 ml dan 50 ml adalah 52 dan 54 sedangkan penambahan yang lain M Alkalinitynya adalah 0.2.Koagulan yang digunakan dalam percobaan Jar test adalah PAC (Poly Aluminium Chlorida) karena PAC mempunyai keunggulan yaitu bekerja ditingkat pH yang lebih besar,tidak menjadi keruhbila pemakaiannya berlebihan,dan lebih cepat membentuk flok daripada koagulan yang biasa.3. Jar test merupakan proses penjernihan air dengan menggunakan koagulan,dan koagulan akan membentuk flok-flok.

7.2.Saran Pengetahuan tentang Jar test harus terus digali oleh praktikan agar ilmu ini bisa terus berkembang dan mengalami modifikasi-modifikasi yang baik. Sebaiknya para praktikan lebih menambah pengetahuannya dengan membaca banyak buku-buku referensi tentang Jar test dan perkembangannya saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://bardowenang.blogspot.com/2010/04/tds-meter-dan-cara-kerjanya.htmlhttp://environmentalchemistry.wordpress.com/2012/01/11/total-suspended-solid-tss-2/http://risnotes.com/2011/08/teknologi-pengolahan-limbah-dengan-jartest/ http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/karakteristik-kimia-limbah-cair/