Top Banner
PENGARUH IKLIM SOSIAL KELUARGA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN DALAM BIDANG PEKERJAAN DAN KARIR PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Oleh : IZZAH RUFAIDAH NIM : 205070000496 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
116

IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Jan 13, 2017

Download

Documents

vuxuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

PENGARUH IKLIM SOSIAL KELUARGA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN

DALAM BIDANG PEKERJAAN DAN KARIR PADA REMAJA

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

IZZAH RUFAIDAH

NIM : 205070000496

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

i

Page 2: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

PENGARUH IKLIM SOSIAL KELUARGA TERHADAP

ORIENTASI MASA DEPAN DALAM BIDANG PEKERJAAN

DAN KARIR PADA REMAJA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

IZZAH RUFAIDAH

NIM : 205070000496

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Jahja Umar, Ph.D Ikhwan Lutfi, M.Psi NIP. 130885522 NIP. 197307102005011006

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010

ii

Page 3: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul PENGARUH IKLIM SOSIAL KELUARGA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN DALAM BIDANG PEKERJAAN DAN KARIR PADA REMAJA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 22 Juni 2010

Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130885522 NIP.195612231983032001

Anggota :

Penguji I Penguji II Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si Ikhwan Luthfi, M.Psi NIP.196207241989032001 NIP. 197307102005011006 Pembimbing I Pembimbing II Jahja Umar, Ph.D Ikhwan Luthfi, M.Psi NIP. 130885522 NIP. 197307102005011006

Page 4: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Izzah Rufaidah

NIM : 205070000496

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Iklim Sosial

Keluarga Terhadap Orientasi Masa Depan Dalam Bidang Pekerjaan dan

Karir Pada Remaja” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak

melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-

kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber

pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-

Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan

dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 22 Juni 2010

Izzah Rufaidah NIM : 205070000496

Email : [email protected]

Page 5: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Satu-satunya cara untuk meramalkan masa depan adalah dengan menciptakannya (Alan Kay)

Give thanks for what you are now, and keep fighting for what you want to be tomorrow. (Fernanda

Miramontes-Landeros) Do what you can, with what you have, where you are (Theodore Roosevelt)

Your future depends on many things, but mostly on you (Frank Tyger)

Karya ini adalah sebuah Idealisme

yang kudedikasikan untuk Alm.

Ayahku dan Ibuku tercinta,

Keluargaku serta

Imamku di masa depan

Page 6: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi (B) Juni 2010 (C) Izzah Rufaidah (D) Pengaruh Iklim Sosial Keluarga Terhadap Orientasi Masa Depan Dalam

Bidang Pekerjaan Dan Karir Pada Remaja (E) x + 104 halaman (F) Banyak hal tengah mengancam masa depan generasi muda bangsa

Indonesia. Ancaman tersebut diantaranya adalah pengangguran, drop-out (pelajar putus sekolah), penyalahgunaan obat terlarang dan narkotika, penyimpangan sosial seperti budaya kekerasan, dan lainnya. Dari permasalahan tersebut dapat dilihat bahwa kurangnya orientasi masa depan yang dimiliki oleh remaja. Orientasi masa depan dipengaruhi oleh banyak faktor yang salah satunya adalah faktor keluarga. Selain pola asuh yang diberikan oleh orang tua, hal lain yang menjadi perhatian di dalam keluarga adalah iklim sosial keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari iklim sosial keluarga terhadap orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir pada remaja, dimana independent variable lain seperti jenis kelamin, usia, tingkat sosioekonomi, teman sebaya, jenis sekolah, status sekolah, keterlibatan dalam organisasi, tempat tinggal dan bencana alam dikontrol atau dikonstankan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di 4 sekolah, yaitu SMA Negeri 13 Jakarta, SMA Yappenda, SMK Negeri 12 Jakarta dan SMK Barunawati yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara. Jumlah sampel sebanyak 243 siswa yang diambil dengan Cluster Sampling. Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa statistik menggunakan software SPSS 16 yang meliputi korelasi Pearson’s Product Moment untuk menguji validitas item, Cronbach’s Alpha untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpul data, Independent Sample t test untuk menguji signifikansi perbedaan dan Multiple Regression untuk pengujian hipotesis penelitian. Jumlah item valid dalam skala iklim sosial keluarga sebanyak 54 item, sedangkan jumlah item valid dalam skala orientasi masa depan sebanyak 61 item. Dalam pengujian hipotesis didapat nilai R square (R2) sebesar 0,283. Hal ini berarti bahwa 28,3 % variabel orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir dapat dijelaskan oleh variasi dari ke 10 variabel yaitu, Iklim Sosial Keluarga, Gender, Usia, Teman Sebaya, Status Sosioekonomi, Tempat Tinggal, Keterlibatan Dalam Organisasi, Bencana Alam, Jenis Pendidikan dan Status Pendidikan. Berdasarkan proporsi varian dari masing-masing independent variable, hanya variabel iklim sosial keluarga (24,8%) dan teman sebaya (1,2%) yang

Page 7: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

memiliki pengaruh secara signifikan terhadap orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir, dimana iklim sosial keluargalah yang memiliki kontribusi paling besar dengan arah hubungan positif. Hal ini berarti, semakin harmonis iklim di dalam keluarga, maka semakin tinggi orientasi masa depannya. Variabel teman sebaya memiliki arah hubungan yang negatif, artinya remaja yang tidak dipengaruhi oleh teman sebaya tetapi lebih dipengaruhi oleh orang yang lebih dewasa atau lebih berpengalaman, memiliki orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir yang lebih tinggi. Kesimpulannya adalah hipotesis (H1) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan dari iklim sosial keluarga terhadap orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir diterima, sedangkan hipotesis (H2) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel lain terhadap orientasi masa depan ditolak. Hal ini dikarenakan hanya 1 dari 9 independent variable lain yang memiliki pengaruh secara signifikan. Hasil penelitian ini dapat juga dijadikan bahan masukan yang positif bagi para orang tua agar mengambil peran yang besar dalam upaya mengkondisikan keluarga dalam iklim yang harmonis dan juga diharapkan orang tua bisa memposisikan diri sebagai teman dan rekan diskusi yang baik bagi remaja. Untuk remaja agar lebih menggali dan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai pekerjaan dan karir yang diinginkan di masa depan, terutama kepada orang yang lebih berpengalaman.

(G) Bahan Bacaan : 33 (dari thn 1974 - 2008) + 1 personal communication

Page 8: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

KATA PENGANTAR Assalamu`alaikum Wr. Wb Alhamdulillahirobbil ‘alamin....rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Iklim Sosial Keluarga Terhadap Orientasi Masa Depan Dalam Bidang Pekerjaan dan Karir”. Salawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah sekaligus pembimbing

terbaik penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Bapak Jahja Umar, Ph.D. Berkat bimbingan, arahan, nasihat dan cerita-cerita beliau mengenai hal-hal yang baru bagi penulis, membuat penulis termotivasi untuk terus belajar dan berjuang mengikuti jejak beliau.

2. Pembimbing Akademik Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, atas bimbingannya selama penulis menjalani perkuliahan.

3. Bapak Abdul rachman, M.Si, yang selalu mendampingi dan membimbing penulis sewaktu penulis mengemban tugas sebagai Ketua BEMF Psikologi Non Reguler Peiode 2007-2008.

4. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi selaku pembimbing II, atas segala bimbingan, saran, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Miftahuddin, M.Si selaku dosen pembimbing seminar proposal skripsi atas segala bimbingan, dan sarannya.

6. Para dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan ilmu kepada penulis.

7. Para staf akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kerelaan dan kesabaran mau berbagi informasi akademik.

8. Kepala Sekolah di SMAN 13, SMKN 12, SMA Yappenda dan SMK Barunawati Jakarta Utara yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian. Terlebih khusus kepada Wakil Kepala Sekolah SMAN 13 Jakarta, Bapak Ahmad Saifudin, M.Si yang telah membantu penulis dalam proses penelitian.

9. Seluruh siswa SMAN 13, SMKN 12, SMA Yappenda dan SMK Barunawati yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Yang paling penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasul-Nya, Ayahku (Alm) Bapak H. Abu Chafsin M, Ibuku tercinta Hj. Tuti Nurbaity, Papaku Bapak Asri Siregar, SE. Ak., kakakku Fathurrizal, tetehku Ening Maeniah dan

Page 9: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

adikku tercinta Nahdhiyah Amaliyah, serta seluruh keluarga besarku yang tak pernah putus memberikan dorongan, doa, cinta dan kasih sayang yang tulus kepada penulis.

11. Muhammad Amirudin Al-Furqon, S.Psi dan seluruh keluarga besarnya yang selalu memberikan penulis motivasi selama menyusun skripsi ini. Semoga target 2011 tercapai ya ay.

12. Sahabat kecilku Ida, yang telah menjadi sahabat sejati penulis, walaupun kita jarang ketemu. Sahabat geng asoy tercinta egha, nden, pipit, nina, kaka, Nju dan uwi, atas hari-hari yang luar biasa dan kebersamaan kita yang tidak akan penah penulis lupakan.

13. Seluruh teman-teman di Fakultas Psikologi Non Reguler khususnya angkatan 2005 yang selalu kompak dan solid. Teman seperjuangan skripsi (Ka Hana, Ka Tia, Evi, Anita, Muaz), juga kepada Adiyo pembimbing ketiga penulis.

14. Untuk civitas PMII KOMFAPSI Ciputat yang telah banyak memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengembangkan diri dan teman-teman di PSM khususnya Fermezza, terima kasih atas kebersamaan yang indah.

15. Seluruh pengurus BEMF Psikologi Non Reguler periode 2007-2008, tanpa kalian penulis tidak akan dapat mengemban tugas ini dengan baik hingga selesai. Seluruh panitia de’saiko UIN 2008. Semoga acara ini menjadi kenangan terindah untuk kita.

16. Semua teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu….terima kasih.

Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang di berikan.Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait.

Jakarta, 22 Juni 2010

Penulis

Page 10: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iv

PERSEMBAHAN........................................................................................... v

ABSTRAKSI .................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................ 10

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian ..................... 10

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 11

1.5 Sistematika Penulisan ............................................................. 12

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Orientasi Masa Depan ............................................................. 15

2.1.1 Definisi Orientasi Masa Depan ................................... 15

2.1.2 Pekerjaan dan Karir ..................................................... 17

2.1.3 Remaja dan Orientasi Masa Depan dalam

Bidang Pekerjaan dan Karir ........................................ 17

Page 11: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

2.1.4 Perkembangan Orientasi Masa Depan ........................ 19

2.1.5 Proses Pembentukan Orientasi Masa Depan ............... 21

2.1.6 Orientasi Masa Depan Sebagai Sistem ....................... 25

2.1.7 Dimensi-dimensi Orientasi Masa Depan .................... 26

2.1.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Orientasi Masa

Depan .......................................................................... 27

2.2 Iklim Sosial Keluarga .............................................................. 35

2.2.1 Definisi Iklim Sosial Keluarga .................................... 35

2.2.2 Dimensi-dimensi Iklim Sosial Keluarga ..................... 37

2.3 Hubungan Iklim Sosial Keluarga dengan Orientasi

Masa Depan Dalam Bidang Pekerjaan dan Karir ................... 41

2.4 Kerangka Teori ........................................................................ 43

2.5 Hipotesis .................................................................................. 45

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................. 46

3.1.1 Populasi ....................................................................... 46

3.1.2 Sampel ......................................................................... 48

3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel ....................................... 48

3.2 Variabel Penelitian .................................................................. 49

3.2.1 Orientasi Masa Depan Dalam Bidang Pekerjaan

dan Karir .................................................................... 49

Page 12: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

3.2.2 Iklim Sosial Keluarga .................................................. 50

3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 50

3.3.1 Instrument Penelitian .................................................. 50

3.3.2 Prosedur Pengumpulan Data ....................................... 55

3.3.3 Desain Penelitian ......................................................... 69

3.4 Metode Analisa Data ............................................................... 70

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Deskriptif ................................................................. 72

4.2 Uji Hipotesis ........................................................................... 82

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................. 91

5.2 Diskusi .................................................................................... 91

5.3 Saran ........................................................................................ 101

5.3.1 Saran Metodologis ...................................................... 101

5.3.2 Saran Praktis ............................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Bobot Skor Pernyataan ............................................................ 51

Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur Iklim Sosial Keluarga Sebelum

Diuji Coba.. .............................................................................. 56

Tabel 3.3 Kisi-kisi Alat Ukur Orientasi Masa Depan Sebelum

Diuji Coba ................................................................................ 57

Tabel 3.4 Bobot Skor Pernyataan Kedua ................................................. 59

Tabel 3.5 Tabel Spesifikasi Alat Ukur Iklim Sosial Keluarga Sebelum

Di Uji Coba ............................................................................. 60

Tabel 3.6 Tabel Spesifikasi Alat Ukur Orientasi Masa Depan Sebelum

Di Uji Coba ............................................................................. 65

Tabel 4.1 Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan

Jenis Kelamin........................................................................... 72

Tabel 4.2 Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan Usia ...... 72

Tabel 4.3 Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan

Jenis Sekolah ........................................................................... 73

Tabel 4.4 Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan

Status Sekolah ......................................................................... 74

Tabel 4.5 Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan

Teman Sebaya ......................................................................... 75

Tabel 4.6 Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan

Status Sosioekonomi ............................................................... 76

Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Keterlibatan Dalam Organisasi

.................................................................................................. 86

Tabel 4.8 Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan

Tempat Tinggal ....................................................................... 78

Tabel 4.9 Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan

Bencana Alam ......................................................................... 78

Tabel 4.10 Tabel Kategorisasi Orientasi Masa Depan .............................. 80

Page 14: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Tabel 4.11 Tabel Kategorisasi Iklim Sosial Keluarga ............................... 81

Tabel 4.12 Proporsi Varian Oleh Masing-Masing

Independen Variabel ............................................................... 82

Tabel 4.13 Coefficients ............................................................................. 83

Page 15: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perkembangan Orientasi Masa Depan dan Proses yang Terdapat Di

Dalamnya ................................................................................... 20

Gambar 2.2. Kerangka Teori .......................................................................... 43

Gambar 2.3. Kerangka Teori Penelitian .......................................................... 44

Page 16: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skoring Try Out 1

Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 3 Skoring Try Out 2

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5 Angket Penelitian

Lampiran 6 Skoring Penelitian

Lampiran 7 Data Sekunder atau Data Kontrol

Lampiran 8 Uji Signifikansi T-test

Lampiran 9 Uji Hipotesis Multiple Regression

Lampiran 10 Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Page 17: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia pada umumnya memiliki impian dan harapan. Impian dan harapan

ini dapat terwujud di suatu masa yang tidak dapat diketahui kapan masa itu akan

datang. Oleh karenanya masa depan merupakan sesuatu yang selalu menjadi

penantian setiap orang. Tidak seorangpun dapat mengetahui apa yang akan terjadi

pada masa depannya. Hasil yang didapat di masa depan tergantung dari proses yang

dilakukannya pada saat ini. Proses tersebut dapat berupa perencanaan, usaha dan

keyakinan dari manusia itu sendiri khususnya pada remaja.

Masa remaja merupakan salah satu masa yang cukup penting dan menentukan

dari perjalanan hidup seseorang. Banyak orang yang mengatakan, bahwa remaja itu

merupakan masa dimana seorang anak manusia sedang mengalami suatu transisi

besar dalam rentang hidupnya. Transisi itu merupakan perubahan dari masa kanak-

kanak menuju masa dewasa yang akan mempengaruhinya kelak terhadap

perkembangan psikis dan interaksi sosialnya.

Pada masa remaja mereka menghadapi revolusi fisiologis di dalam diri dan

harus menghadapi tugas-tugas perkembangan dalam menghadapi masa dewasa.

Mereka seringkali diperlakukan tidak konsisten. Peran sebagai orang dewasa

Page 18: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

kadangkala dibebankan kepada mereka, tetapi mereka masih dilindungi seperti anak

kecil. Oleh karena itu mereka mengalami kekacauan peran dan identitas diri. Seperti

halnya yang diungkapkan oleh Erikson, bahwa remaja berada pada tahap

perkembangan psikososial antara perolehan identitas versus kekacauauan peran

(dalam Calvin S. Hall & Lindzey, 1978).

Pendapat yang serupa diungkapkan oleh Monks (2002), bahwa posisi remaja

berada diantara anak dan orang dewasa. Remaja dapat dikatakan masih anak-anak,

tetapi disisi lain ia bertingkah seperti orang dewasa. Salah satu contohnya adalah

perilaku berpacaran, dimana seorang remaja memposisikan diri mereka sebagai

pendamping dari pasangannya yang memberikan perhatian khusus dan terkadang

melayani kebutuhan pasangannya seperti layaknya orang dewasa yang sudah

menikah. Namun disisi lain remaja belum sepenuhnya mampu untuk menguasai

fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Oleh karena itu, mereka masih harus belajar

banyak untuk menyelesaikan masa perkembangannya dan menemukan tempatnya

dalam masyarakat.

Jiwa remaja pada dasarnya merupakan jiwa peralihan yang serba tanggung

mereka berada pada tahap psikososial antara moralitas seorang anak-anak dengan

kesadaran sebagai orang dewasa. Dalam masa peralihan ini, segala sesuatu yang

diinternalisasikan oleh keluarga sebagai lingkungan awal akan diuji oleh remaja

selama berlangsungnya masa remaja tersebut. Hasil pengujian pengetahuan maupun

nilai yang diperoleh dari keluarga tersebut, akan menentukan sikap dan keputusan-

keputusan yang mereka buat pada masa dewasa. Proses penentuan dan pengambilan

Page 19: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

keputusan sebagai awal perjalananan masa depan sebelum masa dewasa terjadi pada

masa remaja ini. Itulah sebabnya masa remaja sangat penting untuk dicermati.

Dengan adanya kekacauan peran dan identitas diri pada remaja, maka Erikson

(1968) menekankan bahwa tugas pokok seorang remaja adalah pembentukan identitas

diri yang mantap. Pembentukan identitas ini melibatkan integrasi total dari ambisi-

ambisi dan aspirasi serta kualitas-kualitas diri yang mereka peroleh sebelumnya. Oleh

karena itu untuk meningkatkan kualitas hidup remaja, masa depan kemudian mulai

masuk dalam perencanaan hidupnya. Mereka sudah mulai mampu membuat

perencanaan-perencanaan bagi masa depannya, untuk mewujudkan impian-impian

ideal mereka.

Salah satu dari sekian banyak perencanaan yang akan dibuat remaja dalam

menyongsong masa depan mereka adalah perencanaan mengenai karier dan pekerjaan

yang akan mereka tekuni nantinya. Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (1999),

bahwa remaja mulai memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh.

Walaupun keputusan yang mereka buat saat ini tidak langsung menentukan jenis

pekerjaan yang akan mereka jalani.

Havighurst (dalam Kimmel, 1995) mengungkapkan bahwa salah satu dari

tugas perkembangan remaja adalah memilih dan mempersiapkan karir ekonomi.

Namun banyak dari remaja yang tidak mempedulikan hal tersebut, dan justru

menghabiskan waktunya untuk kesenangan belaka.

Menurut Sadarjoen (2008), banyak remaja yang menjalani hari-hari dengan

santai, tidak terarah, mengikuti alur seperti halnya air mengalir tanpa arah jelas.

Page 20: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Sosok remaja tersebut terkesan bagaikan perahu limbung tanpa arah, yang akhirnya

menjadikan kesenangan sebagai pengarah utama dalam kehidupan sehari-hari

mereka. Akibat pengaruh dari kesenangan tersebut, remaja cenderung malas belajar,

malas membaca, bahkan malas berpikir, bersikap tidak serius dalam membahas

masalah dan cenderung lari dari masalah.

Selain itu, Hayadin (2005) dalam bukunya Peta Masa Depanku menjelaskan

bahwa banyak hal tengah mengancam masa depan generasi muda bangsa Indonesia.

Dan hal tersebut merupakan ancaman terhadap kemajuan dan survivalitas bangsa dan

negara. Ancaman tersebut diantaranya adalah pengangguran terbuka, pengangguran

terpelajar, drop-out (pelajar putus sekolah), penyalahgunaan obat terlarang dan

narkotika, penyimpangan sosial seperti budaya kekerasan, dan lainnya.

Ancaman yang paling utama dalam hal ini adalah pengangguran. Berdasarkan

data statistik BPS tahun 2002 jumlah pengangguran terbuka (open unemployment) di

Indonesia sebanyak 9.132.104 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 41,2 %

(3.763.971 jiwa) adalah tamatan SMA , Diploma, Akademi dan Universitas atau

“pengangguran terpelajar”. Diantara jumlah pengangguran terbuka tersebut,

2.651.809 jiwa tergolong hopeless of job (merasa tidak yakin mendapatkan

pekerjaan), 436.164 diantaranya adalah tamatan SMA, Diploma, Akademi dan

Universitas (Hayadin, 2005).

Data faktual di atas menggambarkan tingginya tingkat pengangguran di

Indonesia yang diantaranya berasal dari kaum terpelajar. Oleh karena itu, untuk

menanggulangi masalah tersebut perlu adanya perencanaan dan orientasi masa depan

Page 21: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

yang jelas dalam hal pekerjaan dan karir khususnya bagi remaja. Karena pada

dasarnya manusia bisa meramalkan masa depannya kelak dari apa yang dilakukannya

saat ini.

Setiap individu termasuk remaja, untuk masa depannya tentu menginginkan

tingkat kehidupan yang lebih baik dari yang dijalani saat ini. Mereka memiliki

keinginan ataupun gambaran ideal akan suatu kehidupan dimasa yang akan datang.

Terkadang apa yang mereka inginkan itu dapat tercapai, terkadang tidak. Dalam

membuat perencanaan bagi kehidupannya kelak, remaja harus mengetahui apa yang

sebenarnya menjadi keinginan atau harapannya.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, masa remaja merupakan masa

mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Proses mempersiapkan diri memasuki

dunia kerja bukanlah suatu hal yang terjadi dengan sendirinya. Selain dituntut untuk

berprestasi, ternyata banyak faktor yang turut mempengaruhi kejelasan orientasi masa

depan remaja khususnya dalam bidang pekerjaan dan karier.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hendriati Agustriani, dkk. (2001)

tentang model pembinaan remaja dalam rangka mempersiapkan diri memasuki dunia

kerja, disebutkan bahwa dalam penelitian tersebut dihasilkan 7 dimensi orientasi

masa depan remaja bidang pekerjaan dan karier, yaitu : evaluasi diri, pencarian

informasi, perencanaan, kondisi emosi, kondisi keluarga, optimisme / pesimisme

serta kejelasan / ketidakjelasan pekerjaan dan karier di masa yang akan datang.

Kondisi keluarga merupakan salah satu dari 7 dimensi orientasi masa depan

remaja bidang pekerjaan dan karier . Keluarga merupakan sarana sosialisasi yang

Page 22: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

utama. Walaupun keluarga merupakan organisasi terkecil dari masyarakat, tetapi di

dalam keluarga ditanamkan nilai-nilai moral dan agama yang menjadi landasan utama

terbentuknya sikap dan kepribadian remaja. Keluarga adalah tempat dimana

melimpahnya kasih sayang dan perhatian. Sikap dan kepribadian remaja sangat

dipengaruhi sikap dan kepribadian dari orang tua.

Keinginan dan harapan remaja untuk masa depannya pasti berbeda satu sama

lain. Hal ini tergantung dari sejauhmana remaja itu melakukan interaksi dengan

lingkungannya. Yang dimaksud dengan lingkungan di sini tidak hanya berupa

lingkungan fisik, tetapi lebih kepada lingkungan sosial atau disebut pula iklim sosial.

Dengan semakin seringnya remaja melakukan interaksi dengan lingkungan

sekitarnya, atau dengan kata lain orang-orang disekitarnya, maka akan banyak input

atau informasi-informasi yang diserap oleh remaja dan nantinya informasi tersebut

menjadi sebuah pengetahuan yang dalam hal ini dapat digunakan untuk

merencanakan masa depan yang baik bagi remaja.

Apabila lingkungan disekitar remaja harmonis dan kondusif, maka remaja

akan lebih mudah dalam menyerap informasi-informasi yang nantinya memudahkan

remaja untuk merencanakan masa depannya. Sebaliknya apabila lingkungan sekitar

remaja tidak harmonis dan tidak kondusif, maka remaja akan kesulitan untuk

menyerap informasi-informasi dari lingkungan sekitarnya, sehingga menyebabkan

remaja kesulitan untuk merencanakan masa depannya atau bahkan menjadi tidak

memiliki orientasi masa depan.

Page 23: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Bagi seorang individu termasuk remaja, lingkungan yang paling utama adalah

keluarga. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, dimana antara

anggotanya terdapat interaksi yang mendalam. Sebagai lingkungan primer, hubungan

antar manusia yang paling intensif dan awal terjadi dalam keluarga. Sebelum seorang

anak mengenal lingkungan yang lebih luas, terlebih dahulu mengenal lingkungan

keluarganya. Oleh karena itu, sebelum mengenal norma-norma dan nilai-nilai dari

masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang

berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya (Sarwono,

1991).

Hal-hal yang terkait dalam lingkungan keluarga ini tidak semata-mata pola

asuh yang diberlakukan oleh orang tua. Tetapi lebih dari itu, bagaimana interaksi

antar anggota keluarga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam keluarga dan

sebagainya. Semua ini mencerminkan bagaimana iklim dalam keluarga tersebut.

Menurut James & Jones (dalam Kozlowski & Doherty, 1989), iklim sosial adalah

deskripsi yang didasarkan pada persepsi atas karakteristik, peristiwa dan proses dalam

organisasi. Dalam hal ini untuk pengertian iklim keluarga, organisasi dalam definisi

tadi adalah keluarga.

Banyak orang tua yang menjadi acuh dan kurang mempedulikan

perkembangan anaknya ketika sudah memasuki usia remaja. Mereka menganggap

sudah cukup dengan memasukkan anak mereka ke sekolah formal. Padahal

pendidikan di sekolah hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan pendidikan yang

seharusnya didapat oleh remaja, dan tetap saja sarana pendidikan yang utama adalah

Page 24: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

keluarga (Sadarjoen, 2005). Selain itu, banyak juga orang tua yang menganggap anak

usia remaja sudah dewasa sehingga dianggap mampu untuk mengurus diri sendiri

serta mengambil keputusan untuk dirinya sendiri tanpa adanya bimbingan dan arahan

dari orang tua. Sehingga tidak terjadinya interaksi yang baik antara remaja dengan

orang tua mereka.

Selain hubungan antara remaja dengan orang tuanya, kondisi lain yang

menyebabkan iklim dalam sebuah keluarga menjadi tidak kondusif adalah adanya

persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry), antara remaja dengan adik atau

kakaknya. Hal ini menyebabkan hubungan keduanya menjadi tidak harmonis dan

tidak terjadinya interaksi yang baik antara keduanya. Dan masih banyak lagi faktor-

faktor yang menyebabkan tidak kondusifnya iklim dalam suatu keluarga.

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap keluarga pasti pernah mengalami

konflik, namun pada kondisi keluarga yang demikian, konflik akan dengan mudah

dapat terselesaikan tanpa membuat ketidaknyamanan di dalam keluarga. Kondisi

keluarga tersebut mengindikasikan adanya iklim yang kondusif di dalam sebuah

keluarga.

Dengan demikian, mampukah sebuah keluarga menghasilkan interaksi yang

baik dan kodusif supaya menghasilkan iklim yang baik bagi perkembangan pola pikir

anggotanya yang dalam hal ini adalah remaja mengenai orientasi masa depannya

dalam bidang pekerjaan dan karier.

Iklim dalam keluarga memiliki peran yang cukup penting dalam menunjang

orientasi masa depan anggotanya. Hal ini diperjelas dengan penelitian yang dilakukan

Page 25: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

oleh Nurmi (1987, dalam McCabe & Barnett, 2000), bahwa iklim dalam keluarga

merupakan salah satu faktor dan prediktor yang penting dalam orientasi masa depan

pada anak.

Penelitian Trommsdorf (1983, dalam Desmita, 2005) telah menunjukkan

betapa dukungan dan interaksi sosial yang terbina di dalam keluarga akan

memberikan pengaruh yang sangat penting bagi pembentukan orientasi masa depan

remaja, terutama dalam menumbuhkan sikap optimis dalam memandang masa

depannya. Remaja yang mendapat kasih sayang dan dukungan dari orang tuanya,

akan mengembangkan rasa percaya dan sikap positif terhadap masa depan, percaya

akan keberhasilan yang akan dicapainya, serta lebih termotivasi untuk mencapai

tujuan yang telah dirumuskan di masa depan (Desmita, 2005).

Maka dari itu, seorang anak khususnya remaja akan memiliki orientasi masa

depan yang positif apabila didukung oleh iklim sosial keluarga yang kondusif, begitu

juga sebaliknya. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan

diatas, maka penulis merasa perlu adanya penelitian mengenai hal tersebut agar

nantinya hasil dari penelitian tersebut dapat menjadi acuan bagi semua orang

khususnya orang tua dalam mendampingi remaja dalam menjalani tugas-tugas

perkembangannya. Maka dari itu, untuk merealisasikan hal tersebut peneliti

melakukan penelitian dengan judul pengaruh iklim sosial keluarga terhadap orientasi

masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir pada remaja.

Page 26: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

1.2. Identifikasi Masalah

1. Sejauhmanakah remaja memahami orientasi masa depannya dalam bidang

pekerjaan dan karir?

2. Apakah terdapat perbedaan orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan

dan karir pada remaja berdasarkan jenis kelamin ?

3. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan

remaja dalam bidang pekerjaan dan karir?

4. Apakah ada pengaruh dari iklim sosial keluarga terhadap orientasi masa

depan dalam bidang pekerjaan dan karir pada remaja?

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan masalah

Banyaknya definisi yang dikemukakan oleh para tokoh mengenai iklim sosial

keluarga dan orientasi masa depan maka peneliti membatasinya sebagai berikut :

1. Iklim sosial keluarga adalah suatu deskripsi yang dibuat berdasarkan persepsi

anggota keluarga mengenai ciri-ciri, kejadian-kejadian dan proses-proses yang

terjadi dalam keluarga. Dalam hal ini iklim sosial keluarga meliputi 3 dimensi,

yaitu dimensi hubungan, dimensi pengembangan pribadi dan dimensi

pemeliharaan & perubahan sistem.

2. Orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir adalah gambaran tentang

masa depan yang terbentuk dari sekumpulan skemata, sikap atau asumsi dari

Page 27: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

pengalaman masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi dari lingkungan untuk

membentuk harapan mengenai pekerjaan dan karir masa depan, membentuk

tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada pekerjaan dan karir di

masa depan. Dalam hal ini orientasi masa depan tersebut meliputi 3 proses, yaitu

motivasi, perencanaan dan evaluasi.

3. Sample pada penelitian adalah remaja SMA dan SMK usia 15-18 tahun yang akan

memasuki dunia kerja. Selain itu juga remaja yang akan digunakan sebagai subjek

penelitian adalah remaja yang tinggal di dalam keluarga atau yang memiliki

keluarga yang terdiri dari orang tua lengkap (ayah dan ibu) atau orang tua tidak

lengkap (ayah saja atau ibu saja) dan memiliki saudara kandung (kakak dan adik

atau salah satu).

1.3.2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang serta pembatasan masalah, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh iklim sosial

keluarga terhadap orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir

pada remaja?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan penelitian

Page 28: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Berlatar belakang pada masalah dasar tersebut di atas, penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh iklim sosial keluarga terhadap

orientasi masa depan pada remaja dan bagaimana arah hubungan kedua

variabel tersebut.

2. Berapa besarnya pengaruh iklim sosial keluarga terhadap orientasi masa

depan pada remaja.

1.4.2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wacana

keilmuan psikologi, khususnya mengenai iklim sosial keluarga dalam kaitannya

dengan orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir pada remaja.

2. Manfaat praktis, berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan :

a. Remaja lebih memahami dan memfokuskan diri pada orientasi dan

perencanaan karir dan pekerjaan yang tepat di masa depan.

b. Keluarga khususnya orang tua akan lebih mengkondisikan iklim sosial

keluarga yang harmonis dan memberikan perhatian yang lebih pada anak

remaja di dalamnya.

Page 29: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

1. 5. Sistematika Penulisan

Berikut ini adalah sistematika penulisan dari laporan penelitian yang akan

dilakukan. Pada BAB I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari, pertama ialah

latar belakang masalah yang berisikan tentang penjelasan mengenai hal-hal apa saja

yang melatarbelakangi masalah yang diangkat pada penelitian ini dan penjelasan

mengenai pentingnya masalah tersebut untuk diteliti. Kedua ialah identifikasi

masalah, pada point ini dijelaskan hal-hal apa saja yang ingin diketahui dari

penelitian ini. Ketiga yaitu pembatasan dan perumusan masalah, pada point ini

dijelaskan mengenai pembatasan teori dari variable-variabel yang diteliti serta

menjelaskan batasan dan kriteria dari subjek penelitian. Berikutnya yang keempat

adalah tujuan dan manfaat penelitian, pada point ini dijelaskan mengenai hal-hal apa

saja yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini serta manfaat apa saja yang bisa

diambil dari hasil dari penelitian ini. Terakhir adalah sistematika penulisan, yang

berisi tentang penjelasan mengenai konten atau isi dari setiap bab pada laporan

penelitian ini.

Selanjutnya, pada BAB II ialah mengenai kajian teori yang berisi tentang

pembahasan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang akan

diteliti. Adapun teori-teori yang dimaksud meliputi definisi orientasi masa depan,

definisi pekerjaan dan karier, remaja dan orientasi masa depan dalam bidang

pekerjaan dan karir, perkembangan orientasi masa depan, proses pembentukan

orientasi masa depan, orientasi masa depan sebagai system, dimensi-dimensi orientasi

Page 30: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

masa depan, faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan, definisi iklim

sosial keluarga, dimensi-dimensi iklim sosial keluarga, hubungan iklim sosial

keluarga dengan orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir, hubungan

ilim sosial keluarga dengan orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir,

kerangka teori dan hipotesis.

Pada BAB III yaitu berisi tentang metode penelitian. Adapun konten atau isi

dari bab ini adalah deskripsi mengenai populasi dan sampel, variabel penelitian,

metode pengumpulan data, serta metode analisis data. Berikutnya ialah BAB IV yaitu

hasil penelitian. Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang meliputi analisis

deskriptif dan uji hipotesis. Terakhir adalah BAB V atau Penutup. Bab ini meliputi

kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi tentang hasil penelitian dengan penelitian

terkait, serta saran berupa saran metodologis dan saran praktis.

Page 31: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Orientasi Masa Depan

2.1.1. Definisi Orientasi Masa Depan

Orientasi masa depan menurut Sadarjoen (2008), adalah upaya antisipasi

terhadap harapan masa depan yang menjanjikan. Sedangkan menurut Ary Ginanjar

(2001), orientasi masa depan adalah bagaimana seseorang merumuskan dan

menyusun visi kedepan dengan membagi orientas jangka pendek, menengah dan

jangka panjang.

Sejalan dengan hal tersebut Trommsdorf (1983) dalam Desmita (2005)

mengemukakan pengertian orientasi masa depan merupakan fenomena kognitif

motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan evaluasi tentang diri di masa depan

dalam interaksinya dengan lingkungan.

Nurmi (dalam McCabe & Bernett, 2000) mengemukakan bahwa orientasi

masa depan merupakan gambaran mengenai masa depan yang terbentuk dari

sekumpulan skemata, atau sikap dan asumsi dari pengalaman masa lalu, yang

berinteraksi dengan informasi dari lingkungan untuk membentuk harapan mengenai

masa depan, membentuk tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada

kejadian di masa depan. Orientasi masa depan berkaitan erat dengan harapan, tujuan,

Page 32: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

standar, rencana dan strategi pencapaian tujuan di masa yang akan datang (Nurmi,

1991).

Sebagai suatu fenomena kognitif motivasional yang kompleks, orientasi masa

depan berkaitan erat dengan skemata kognitif, yaitu suatu organisasi perceptual dari

pengalaman masa lalu beserta kaitannya dengan pengalaman masa kini dan di masa

yang akan datang (Chaplin, 2002 dalam Desmita, 2005). Skemata kognitif

memberikan suatu gambaran bagi individu tentang hal-hal yang dapat diantisipasi di

masa yang akan datang, baik tentang dirinya sendiri maupun tentang lingkungannya,

atau bagaimana individu mampu menghadapi perubahan konteks dari berbagai

aktivitas di masa depan (Desmita, 2005).

Selanjutnya Desmita (2005) menjelaskan bahwa skemata kognitif berisikan

perkembangan sepanjang rentang hidup yang diantisipasi, pengetahuan kontekstual,

ketrampilan, konsep diri dan gaya atribusi. Dari skemata yang dihasilkan, individu

berusaha mengantisipasi peristiwa-peristiwa di masa depan dan memberikan makna

pribadi terhadap semua peristiwa tersebut, serta membentuk harapan-harapan baru

yang hendak diwujudkan dalam kehidupan di masa yang akan datang.

Dapat dikatakan bahwa orientasi masa depan merupakan gambaran yang

dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan. Gambaran ini

memungkinkan individu untuk menentukan tujuan-tujuannya, dan mengevaluasi

sejauhmana tujuan-tujuan tersebut dapat direalisasikan. Namun, karena penelitian ini

menkhususkan pada domain pekerjaan dan karir, maka definisi orientasi masa depan

adalah gambaran tentang masa depan yang terbentuk dari sekumpulan skemata, sikap

Page 33: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

atau asumsi dari pengalaman masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi dari

lingkungan untuk membentuk harapan mengenai pekerjaan dan karir masa depan,

membentuk tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada pekerjaan dan

karir di masa depan.

Dikarenakan domain orientasi masa depan yang akan diteliti pada penelitian

ini adalah domain pekerjaan dan karir, maka akan dijelaskan secara singkat mengenai

definisi dari pekerjaan dan karir.

2.1.2. Pekerjaan dan Karir

Pekerjaan adalah segala bentuk aktivitas manusia yang dilakukan dalam

rangka menopang kehidupannya. Pengertian ini menyiratkan makna bahwa pekerjaan

merupakan dasar dan jaminan bagi kelangsungan eksistensi seseorang di muka bumi.

Secara operasional pekerjaan dapat dipandang sebagai segala hal yang dilakukan

manusia untuk mendapatkan upah, gaji, imbalan, pesangon dan sebagainya (Hayadin,

2005).

Sedangkan karir adalah serangkaian pekerjaan dan posisi yang dijalankan oleh

seseorang dalam kehidupannya. Dalam pengertian tersebut secara implisit terkandung

makna pekerjaan, profesi, posisi dan jabatan. Selain itu, hal tersebut juga

mengisyaratkan adanya rotasi dan mutasi pekerjan, profesi dan jabatan oleh seseorang

selama hidupnya (Hayadin, 2005).

Page 34: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

2.1.3. Remaja dan Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pekerjaan dan Karir

Orientasi masa depan atau gagasan seseorang mengenai perencanaan, motivasi

dan perasaan tentang masa depannya merupakan persoalan yang terjadi pada masa

remaja (McCabe & Bernett, 2000). Greene (1986, dalam McCabe & Bernett, 2000)

mengatakan bahwa masa remaja awal merupakan waktu dimana orientasi masa depan

dapat tumbuh dengan cepat serta dapat membedakan dan mengembangkannya.

Dengan kata lain orientasi masa depan sangat erat kaitannya dengan masa remaja.

Dalam penelitian ini domain orientasi masa depan yang akan diteliti adalah

domain pekerjaan dan karir. Domain ini juga merupakan bagian dari proses

perkembangan remaja. Havighurst (Monks & Knoers, 2002) menyebutkan bahwa

salah satu tugas perkembangan remaja adalah persiapan diri secara ekonomis atau

persiapan memasuki dunia pekerjaan serta pemilihan dan latihan jabatan. Sejalan

dengan hal tersebut Nurmi (1991) menjelaskan bahwa tugas perkembangan yang khas

pada remaja akhir adalah membuat gambaran mengenai rencana karir di masa depan

(membuat pilihan karir).

Super (1957, dalam Monks & Knoers, 2002) mengungkapkan suatu proses

pemilihan pekerjaan dalam arti proses yang menentukan karir yang mengikuti

kelima masa penghidupan, dalam hal ini remaja berada pada masa peninjauan (14-24

tahun). Menurut Monks & Knoers (2002) remaja yang berada pada rentang usia 16-

20 tahun berada dalam periode eksploratif atau seperti yang dikemukakan oleh

Ginzberg (dalam Monks & Knoers, 2002) remaja berada dalam peralihan dari periode

tentatif ke periode realistis.

Page 35: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Pemilihan pekerjaan yang sungguh-sungguh bukanlah suatu tindakan yang

sesaat, tetapi merupakan hasil dari suatu proses pemikiran dan pengalaman tertentu,

walaupun hanya bersifat sementara. Apabila ditinjau dari perkembangan kognitif

Piaget (Santrock, 2002), masa remaja sudah mencapai tahap pemikiran operasional

formal sehingga remaja sudah dapat berpikir secara abstrak. Kemampuan ini sangat

diperlukan dalam membuat orientasi masa depan. Inilah sebabnya mengapa masa

remaja memiliki kaitan yang cukup erat dengan orientasi masa depan dalam bidang

pekerjaan dan karir.

2.1.4. Perkembangan Orientasi Masa Depan

Orientasi masa depan merupakan salah satu fenomena perkembangan kognitif

yang terjadi pada masa remaja. Sebagai individu yang sedang mengalami proses

peralihan dari masa anak-anak mncapai kedewasaan, remaja memiliki tugas

perkembangan yang mengarah pada persiapannya memenuhi tuntutan dan harapan

peran sebagai orang dewasa (Desmita, 2005). Oleh sebab itu sebagaimana

dikemukakan oleh Hurlock (1981, dalam Desmita, 2005), remaja mulai memikirkan

tentang masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Remaja mulai memberikan

perhatian perhatian yang besar terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan

dijalaninya sebagai manusia di masa mendatang.

Orientasi masa depan merupakan proses yang kompleks dan bersifat terus

menerus. Ada tiga aspek penting yang perlu diperhatikan (Nurmi, 1991) :

Page 36: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Orientasi masa depan berkembang dalam konteks kultural dan institusional.

Ekspektansi normatif dan pengetahuan mengenai masa depan menjadi dasar

untuk membentuk minat dan rencana masa depan, dan hubungan antara

atribusi kausal dan afek.

Minat, rencana dan keyakinan yang berkaitan dengan masa depan dipelajari

melalui interaksi sosial dengan orang lain.

Orientasi masa depan juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu

seperti kognitif dan perkembangan sosial.

Normative Life-events

Action

Opportunities

Standards and deadlines for

evaluation

Anticipated life span

development

Contextual Knowledge

Self-concept

Goals

Plans

Attributions emotional

Motivational

Planning

Evaluation

Gambar 2.1: Perkembangan Orientasi Masa Depan dan Proses yang Terdapat Di Dalamnya

(Nurmi,1991)

Menurut Nurmi (1991), orientasi masa depan berkembang akibat interaksi

dengan lingkungan (lihat gambar 2.1).

Peristiwa atau kejadian dalam hidup yang bersifat normatif, tugas

perkembangan dan jadwal pencpaian tugas perkembangan menjadi dasar

pembentukan tujuan dan minat yang berorientasi masa depan.

Page 37: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Perubahan dalam kesempatan bertindak (action opportunity) dan model

penyelesaian tugas perkembangan berdasarkan usia menjadi dasar

pembentukan rencana dan strategi berdasar pada masa depan.

Standar dan tenggang waktu dan solusi evaluasi dari tugas perkembangan

dinilai sukses menjadi dasar pembentukan tahap evaluasi dalam orientasi

masa depan.

Lingkungan atau konteks sosial (keluarga, sekolah dan lainnya) ini berinteraksi

dengan skemata yang ada dalam diri individu (internal) sebagai wujud antisipasi

terhadap perkembangan rentang kehidupan, perkembangan kontekstual dan konsep

diri. Skemata yang terbentuk akan berinteraksi dengan ketiga tahapan orientasi masa

depan yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi yang kemudian membentuk

gambaran mengenai masa depan.

Salah satu fungsi umum skemata adalah mengarahkan individu untuk berubah

dalam konteks aktivitas masa depan (Nurmi, 1989). Skemata dari pengetahuan sosial

(social knowledge) dan pengetahuan diri (self-knowledge) memperantarai pengaruh

konteks sosial pada orientasi masa depan yang dimiliki individu (Nurmi, 1993, 1994

dalam Trempala & Malmberg, 1998). Harapan berdasarkan skemata diperantarai oleh

afek masa lalu mengenai masa depan (Neisser, 1976 dalam Nurmi, 1989).

2.1.5. Proses Pembentukan Orientasi Masa Depan

Menurut Nurmi (1991) proses pembentukan orientasi masa depan yaitu,

motivation (motivasi), planning (perencanaan) dan evaluation (evaluasi). Untuk

Page 38: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

membentuk suatu orientasi masa depan, ketiga tahap tersebut akan berinteraksi

dengan skemata kognitif yang sebelumnya telah dijelaskan. Secara skematis,

keterkaitan antara skema kognitif dengan ketiga tahap pembentukan orientasi masa

depan tersebut, dapat di lihat pada gambar 2.1.

a. Motivational (Motivasi)

Tahap motivasional merupakan tahap awal pembentukan orientasi masa depan

remaja. Tahap ini mencakup motif, minat dan tujuan yang berkaitan dengan orientasi

masa depan. Pada mulanya remaja menetapkan tujuan berdasarkan perbandingan

antara motif umum dan penilaian, serta pengetahuan yang telah mereka miliki tentang

perkembangan sepanjang rentang hidup yang dapat mereka antisipasi. Ketika keadaan

masa depan beserta faktor pendukungnya telah menjadi sesuatu yang diharapkan

dapat terwujud, maka pengetahuan yang menunjang terwujudnya harapan tersebut

menjadi dasar penting bagi perkembangan motivasi dalam orientasi masa depan

(Desmita, 2005).

Minat, motif, pencapaian dan tujuan individu merupakan sistem motivasional

yang memiliki hierarki yang kompleks. Hierarki motivasi ini dibedakan berdasarkan

derajat generality dan abstractness dari tujuan yang dibuat (Emmons; Lazarus dan

Folkman; Leontiev; von Wright dalam Nurmi, 1989). Dengan kata lain semakin

tinggi tingkatan tujuan maka semakin umum dan abstrak, begitu juga sebaliknya.

Prinsip utama dari tingkatan kerja ini adalah tingkatan motif, nilai atau pencapaian

yang semakin tinggi membutuhkan tingkatan tujuan yang lebih rendah, yang bekerja

Page 39: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

melalui beberapa tujuan kecil. Dengan kata lain, untuk mencapai satu tujuan besar

diperlukan tujuan-tujuan kecil (tujuan perantara). Sebelum mencapai tujuan besar

individu terlebih dahulu harus mencapai tujuan perantara dan ini merupakan strategi

merealisasikan tujuan yang lebih besar.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Nurmi (1991, dalam Desmita

2005), bahwa perkembangan motivasi dari orientasi masa depan merupakan suatu

proses yang kompleks, yang melibatkan beberapa subtahap, yaitu:

Pertama, munculnya pengetahuan baru yang relevan dengan motif umum atau

penilaian individu yang menimbulkan minat yang lebih spesifik

Kedua, individu mulai mengeksplorasi pengetahuannya yang berkaitan

dengan minat baru tersebut

Ketiga, menentukan tujuan spesifik, kemudian memutuskan kesiapannya

untuk membuat komitmen yang berisikan tujuan tersebut.

b. Planning (Perencanaan)

Perencanaan merupakan tahap kedua proses pembentukan orientasi masa depan

individu. yaitu bagaimana remaja membuat prencanaan tentang perwujudan minat

dan tujuan mereka (Desmita, 2005). Tahap perencanaan menekankan bagaimana

individu merencanakan realisasi dari tujuan dan minat mereka dalam konteks masa

depan (Nuttin dalam Nurmi, 1989).

Nurmi (1989) menjelaskan bahwa perencanaan dicirikan sebagai suatu proses

yang terdiri dari tiga subtahap, yaitu :

Page 40: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Penentuan subtujuan. Individu akan membentuk suatu representasi dari

tujuan-tujuannya dan konteks masa depan di mana tujuan tersebut dapat

terwujud. Kedua hal ini didasari oleh pengetahuan individu tentang konteks

dari aktifitas di masa depan, dan sekaligus menjadi dasar dari subtahap

berikutnya.

Penyusunan rencana. Individu membuat rencana dan menetapkan strategi

untuk mencapai tujuan dalam konteks yang dipilih. Dalam menyusun suatu

rencana, individu dituntut menemukan cara-cara yang dapat mengarahkannya

pada pencapaian tujuan dan menentukan cara mana yang paling efisien.

Pengetahuan tentang konteks yang diharapkan dari suatu aktivitas di masa

depan menjadi dasar bagi perencanaan ini.

Melaksanakan rencana dan strategi yang telah disusun. Individu dituntut

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Pengawasan

dapat dilakukan dengan membandingkan tujuan yang telah ditetapkan dengan

konteks yang sesungguhnya di masa depan.

Untuk menilai sebuah perencanaan yang dibuat oleh individu, dapat dilihat dari

tiga komponen yang tercakup di dalamnya, yaitu pengetahuan (knowledge),

perencanaan (Plans), dan realisasi (realization) (Nurmi, 1989). Pengetahuan disini

berkaitan dengan proses pembentukan subtujuan dalam proses perencanaan.

Perencanaan ini berkaitan dengan hal-hal yang telah ada dan akan dilakukan individu

dalam usaha untuk merealisasikan tujuan.

Page 41: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

c. Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses pembentukan orientasi masa depan.

Tahap evaluasi ini adalah derajat dimana minat dan tujuan diharapkan dapat terealisir.

Nurmi (1989) memandang evaluasi sebagai proses yang melibatkan pengamatan dan

melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta memberikan

penguat bagi diri sendiri. Jadi, meskipun tujuan dan perencanaan orientasi masa

depan belum diwujudkan, tetapi pada tahap ini individu telah harus melakukan

evaluasi terhadap kemungkinan-kemungkinan terwujudnya tujuan dan rencana

tersebut (Desmita, 2005).

Dalam mewujudkan tujuan dan rencana dari orientasi masa depan, proses

evaluasi melibatkan causal attributions; yang didasari oleh evaluasi kognitif individu

mengenai kesempatan yang dimiliki dalam mengendalikan masa depannya, dan

affects; berkaitan dengan kondisi-kondisi yang muncul sewaktu-waktu dan tanpa

disadari (Nurmi, 1989). Menurut Weiner (1985, dalam Nurmi, 1989) atribusi

terhadap kegagalan dan kesuksesan dengan penyebab tertentu akan diikuti oleh emosi

tertentu.

Model Weiner ini pada dasarnya digunakan untuk mengevaluasi hasil dari

kejadian dimasa lalu. Namun pada kenyataannya model ini juga dapat dimanfatkan

untuk mengevaluasi tujuan dan rencana yang dibuat individu akan masa depannya

(Nurmi, 1989).

Page 42: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

2.1.6. Orientasi Masa Depan Sebagai Sistem

Orientasi masa depan merupakan sebuah kesatuan yang terkait dalam satu

sistem dimana tahapan-tahapan orientasi masa depan saling berkaitan. Bandura

(1986, dalam Nurmi, 1991) menekankan kemampuan untuk berpikir merencanakan

masa depan sebagai bentuk dasar pemikiran manusia. Bandura (dalam Nurmi, 1989)

selanjutnya menjelaskan dengan teorinya bahwa tujuan dan standar pribadi menjadi

dasar bagi individu dalam mengevaluasi kinerja mereka dalam pencapaian tujuan

membangun konsep diri yang positif dan atribusi internal. Selain itu, efektivitas dari

rencana yang dibuat mempengaruhi hasil pencapaian rencana dan pada akhirnya akan

mempengaruhi evaluasi diri. Hubungan lainnya yang dikemukakan oleh Bandura

(dalam Nurmi, 1991) menyatakan bahwa bagaimana individu mengevaluasi penyebab

dari kesuksesan dan kegagalannya akan dapat mempengaruhi tujuan dan aspirasi

yang akan mereka buat selanjutnya.

2.1.7. Dimensi-dimensi Orientasi Masa Depan

Dalam orientasi masa depan terdapat lima dimensi utama yang potensial dan

penting untuk remaja yang sedang mengalami transisi, yaitu :

Salience (ciri khas), atau perhatian, dan hal penting yang diberikan untuk

masa depan perencanaan (Seginer, 1992 dalam McCabe & Barnett, 2000)

Detail (perincian), juga disebut sebagai kekhususan atau kepadatan, atau

jumlah baik peristiwa positif atau negatif tentang masa depan, yang

Page 43: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

diharapkan seorang individu di masa yang akan datang (Lamm, Schmidt &

Trommsdorf, 1976 dalam McCabe & Barnett, 2000)

Optimism (optimisme), juga disebut sebagai pola emosi, perasaan, valensi,

atau waktu bersikap. Sejauhmana individu mengharapkan hal-hal positif

terjadi di masa yang akan datang (Van Calster, Lens & Nuttin, 1987 dalam

McCabe & Barnett, 2000)

Realism (realisme), atau seleksi dari tujuan masa depan yang berpotensi

dicapai dan pemahaman tentang persiapan yang diperlukan untuk mencapai

tujuan (Clausen, 1991 dalam McCabe & Barnett, 2000)

Control beliefs (kontrol kepercayaan), juga disebut sebagai control internal

dan eksternal. Keyakinan remaja bahwa dia dibandingkan dengan orang lain,

akan menentukan hasil masa depannya (Lamm et al., 1976 dalam McCabe &

Barnett, 2000).

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hendriati Agustriani, dkk.

(2001) tentang model pembinaan remaja dalam rangka mempersiapkan diri memasuki

dunia kerja, disebutkan bahwa dalam penelitian tersebut dihasilkan 7 dimensi

orientasi masa depan remaja bidang pekerjaan dan karir, yaitu : evaluasi diri,

pencarian informasi, perencanaan, kondisi emosi, kondisi keluarga, optimisme /

pesimisme serta kejelasan/ ketidakjelasan pekerjaan dan karir di masa yang akan

datang (www.ceria.bkkbn.go.id).

Page 44: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

2.1.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan. Menurut

Nurmi (1989) terdapat dua faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan. Faktor-

faktor tersebut adalah :

a. Faktor Internal Individu

Beberapa faktor ini adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu

(internal). Faktor-faktor tersebut adalah :

Konsep diri

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1989) menemukan bahwa konsep

diri memberikan pengaruh terhadap orientasi masa depan. Individu dengan konsep

diri yang positif dan percaya dengan kemampuan mereka cenderung untuk lebih

internal dalam pemikiran mereka mengenai masa depan dibandingkan individu

dengan konsep diri yang rendah.

Konsep diri juga dapat mempengruhi penetapan tujuan. Salah satu bentuk dari

konsep diri yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan adalah diri ideal. Diri

ideal –terdiri atas konsep individu mengenai diri ideal mereka yang berhubungan

dengan lingkungannya dapat berfungsi sebagai motivator untuk dapat mencapai

tujuan jangka panjang (Rauste-von Wright dalam Nurmi, 1989).

Bagian dari konsep diri yang cukup sering diteliti adalah self esteem. Hasil penelitian

yang telah dilakukan menunjukkan bahwa remaja dengan self esteem yang tinggi

Page 45: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

memiliki belief mengenai masa depannya yang lebih internal dan memiliki

perencanaan yang lebih panjang dibandingkan individu dengan self esteem yang

rendah (Nurmi, 1989).

Sense of Coherence

Sense of coherence adalah derajat dimana individu melihat dunianya sebagai

sesuatu yang bisa dipahami, dapat diatur dan bermakna (Antonovsky; Lanz &

Rosnati, 2002 dalam Amenike, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sense of

coherence terbukti secara signifikan berkorelasi secara linear dan positif dengan

orientasi masa depan.

Strategi Bertahan

Hasil penelitian Seginer (2000) adalah individu dengan strategi bertahan

optimis memiliki orientasi masa depan dibidang sosial dan akdemis yang lebih tinggi

dibandingkan individu dengan strategi bertahan pesimis. Individu yang memiliki

strategi bertahan optimis, memiliki ekspektansi keberhasilan yang tinggi dan

menghindari skenario yang membahas tentang kemungkinan kegagalan. Sementara

individu dengan strategi bertahan pesimis memiliki ekspektansi keberhasilan yang

rendah dan mempersiapkan diri dengan cara memikirkan dan merencanakan kejadian-

kejadian yang mungkin muncul di masa mendatang.

Page 46: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Trait Kecemasan

Penelitian yang dilakukan oleh Zelenski dan Larsen (2002, dalam Palupi, 2007)

menunjukkan hubungan antara nilai skor trait neuroticism dengan skor judgement

terhadap kejadian yang akan terjadi di masa depan. Berdasarkan penelitian, individu

yang memiliki trait neuroticism (berkorelasi tinggi dengan trait kecemasan)

cenderung untuk mempersepsikan bahwa akan terjadi kejadian yang buruk di masa

yang akan datang. Penelitian ini diperkuat oleh Palupi (2007), yaitu ada hubungan

yang signifikan antara trait kecemasan dengan orientasi masa depan bidang karir.

Hubungan antara dua variabel ini bersifat linear dan memiliki arah negatif. Artinya,

semakin tinggi skor trait kecemasan individu maka semakin rendah nilai orientasi

masa depan dibidang karir dan demikian sebaliknya.

b. Faktor Kontekstual

Berikut ini adalah faktor-faktor kontekstual yang dapat mempengaruhi orientasi

masa depan :

Gender

Nurmi (1991, dalam McCabe & Barnett, 2000) berdasarkan tinjauan literatur

ditemukan adanya perbedaan gender yang signifikan antara domain-domain pada

orientasi masa depan, tetapi pola perbedaan yang muncul akan berubah seiring

berjalannya waktu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1991) ditemukan

bahwa perempuan lebih berorientasi ke arah masa depan keluarga sedangkan laki-laki

lebih berorientasi ke arah masa depan karir (McCabe & Barnet, 2000). Hal ini

Page 47: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

sependapat dengan yang diungkapkan oleh Hurlock (1991), bahwa anak laki-laki

biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan anak

perempuan yang kebanyakan memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum

menikah. Anak laki-laki lebih menginginkan pekerjaan yang bermartabat tinggi dan

bergengsi, sedangkan anak perempuan akan memilih pekerjaan yang memberikan

rasa aman dan yang tidak banyak menuntut waktu (Hurlock, 1991).

Status Sosioekonomi

Kemiskinan dan status sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan

perkembangan orientasi masa depan yang menyebabkannya menjadi terbatas (Friere,

Gorman, & Wessman, 1980 ; Nurmi, 1991 dalam McCabe & Barnet, 2000) dan

pesimistis (Voydenoff & Donnelly, 1990 dalam McCabe & Barnet, 2000). Sejalan

dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1987, dalam Nurmi,

1991) menunjukkan bahwa individu yang memiliki latar belakang status sosial

ekonomi yang tinggi cenderung untuk memiliki pemikiran mengenai masa depan

karir yang lebih jauh dibandingkan individu dengan latar belakang sosial ekonomi

rendah. Remaja dengan status ekonomi menengah lebih tertarik pada pendidikan,

karir dan aktivitas waktu luang (Poole dan Cooney; Trommsdorff, dkk dalam Nurmi,

1991).

Page 48: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Teman Sebaya

Dalam konteks ini, teman sebaya dapat mempengaruhi orientasi masa depan

dengan cara yang bervariasi. Teman sebaya berarti teman sepermainan dengan

jenjang usia yang sama dan berada pada tingkat perkembangan yang sama, dimana

teman sebaya dapat saling bertukar informasi pada pemikiran mengenai tugas

perkembangannya. Kelompok teman sebaya (peer group) juga memberikan individu

kesempatan untuk membandingkan tingkah lakunya dengan temannya yang lain

(Nurmi, 1991). Jadi, baik secara langsung maupun tidak langsung, teman sebaya

memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap terbentuknya orientasi masa depan

pada remaja.

Sejalan dengan hal tersebut, salah satu hasil dari penelitian yang dilakukan oleh

Malmberg (2001) mengenai Future Orientation in Educational and Interpersonal

Context menunjukkan bahwa teman sebaya memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap orientasi masa depan pada bidang pendidikan.

Konteks Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal

Hasil dari beberapa penelitian menyatakan konteks atau keadaan lingkungan

tempat tinggal individu mempengaruhi orientasi masa depan individu. Salah satunya

adalah penelitian yang dilakukan selama 12 tahun oleh Liberska (2002, dalam Palupi,

2007) menyatakan bahwa perubahan keadaan sosial ekonomi di Polandia terbukti

mengubah isi dan hierarki tujuan dan ketakutan remaja dari 3 generasi pada

Page 49: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

tahun1987, 1991 dan 1999. Penelitian ini didukung oleh Artar (2002, dalam Palupi,

2007) yang menemukan perbedaan antara remaja Turki yang mengalami musibah

gempa bumi dengan remaja yang tidak mengalami musibah.

Selain itu Moeliono dkk. (2002) dalam hasil penelitiannya mengenai gambaran

mengenai orientasi masa depan pada remaja kota dan desa menyatakan bahwa ada

perbedaan orientasi masa depan yang signifikan antara remaja kota dengan remaja

desa.

Usia

Penelitian yang dilakukan oleh Seginer (2000) pada remaja wanita yang duduk

di bangku sekolah menengah pertama, menengah atas dan kuliah menemukan

terdapat perbedaan orientasi masa depan partisipan berdasarkan kelompok usia pada

semua domain kehidupan prospektif (karir, keluarga dan pendidikan).

Jalur Pendidikan

Trommsdorff, 1979; Hurrelmann, 1987; Klaezinsky & Reese, 1991 (dalam

Malmberg & Trempala, 1997) mengatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi orientasi masa depan adalah jalur pendidikan. Pendidikan ini dapat

diterima individu melalui pengalaman di sekolah. Penelitian terakhir mengenai hal

tersebut dilakukan oleh Amenike (2008) bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara iklim sekolah dengan orientasi masa depan dalam bidang karir pada siswa

boarding school.

Page 50: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Budaya

Budaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi orientasi

masa depan (Sundberg, 1983; Nurmi, in press dalam Malmberg & Trempala, 1997).

Perbedaan budaya dari masing-masing individu membuat orientasi masa depan

menjadi berbeda satu sama lainnya. Namun dikarenakan budaya terlalu luasnya

cakupan dari budaya dan sulit untuk didefinisikan, maka dalam penelitian ini budaya

yang dimaksud adalah suku bangsa.

Keterlibatan dalam Organisasi

Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Palupi (2007) menunjukkan hubungan

antara variabel keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan dengan orientasi masa

depan dalam bidang karir. Hubungan antara keterlibatan organisasi kemahasiswaan

dengan orientasi masa depan bidang karir dapat terjadi karena kesempatan yang

dimiliki oleh individu yang terlibat aktif dalam organisasi kemahasiswaan memiliki

kemungkinan yang lebih besar untuk bertemu dengan orang lain dibandingkan

dengan individu yang tidak terlibat dalam organisasi kemahasiswaan (Magolda dalam

Montelongo, 2002 dalam Palupi, 2007).

Konteks Keluarga

Nurmi (1991) menjelaskan bahwa interaksi antara orang tua dan anak

memegang peranan penting dalam orientasi masa depan anak. Interaksi ini

memberikan pengaruh dengan cara: (1) Penetapan standar normatif, orang tua

Page 51: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

mempengaruhi perkembangan minat, nilai dan tujuan hidup anak, (2) orang tua

berperan sebagai contoh bagi anak dalam menyelesaikan masalah-masalah yang

timbul dalam tugas perkembangan anak, (3) dukungan orang tua membantu anak

mengembangkan sikap optimis terhadap masa depan anak. Selain itu, penelitian yang

dilakukan oleh Nurmi (1987, dalam McCabe & Barnett, 2000) menunjukkan bahwa

iklim dalam keluarga merupakan salah satu faktor dan prediktor yang penting dalam

orientasi masa depan pada anak. Berikut ini adalah beberapa hal di dalam keluarga

yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan pada remaja (Mc Cabe & Barnet,

2000) :

Hubungan Antara Remaja dengan Orang Tua

Hubungan antara remaja dengan orang tua memiliki pengaruh yang besar

terhadap orientasi masa depan remaja, hal ini dikarenakan adanya pengaruh yang

signifikan terhadap penyesuaian diri remaja (Phares & Compas, 1992 dalam McCabe

& Barnet, 2000). Trommsdorff (1983, dalam McCabe & Barnet, 2000) melihat

adanya keterlibatan orang tua dan menemukan bahwa remaja yang memandang

adanya dukungan dan keterbukaan dari orang tua mereka akan mendapatkan orientasi

masa depan yang lebih positif dari pada remaja yang kurang mendapatkan dukungan

dari orang tua.

Intensitas Penyelesaian Konflik yang Buruk

Page 52: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Seringnya penyelesaian konflik yang buruk antara figur dewasa berhubungan

dengan peningkatan gejala internalisasi dan eksternalisasi (Grych, Seid & Fincham,

1992 dalam McCabe & Barnet, 2000), dan mungkin juga menyebabkan pandangan

yang pesimis terhadap masa depan.

Gaya Pengasuhan.

Gaya pengasuhan mungkin juga memberikan pengaruh atas orientasi masa

depan remaja. Baumrind & Black (1976, dalam McCabe & Barnet, 2000)

menjelaskan tentang dua dimensi utama dari gaya pengasuhan, yang pertama adalah

warmth (kehangatan) yaitu sejauhmana orang tua dapat menerima dan merespon

segala sesuatu yang berhubungan dengan anak dan memusatkan segala sesuatunya

pada anak, yang kedua adalah demandingness, yaitu sejauhmana orang tua mengatur

anak-anak mereka dengan keras, penuh batasan dan berusaha mengontrol perilaku

anak-anak mereka. Sedangkan kombinasi antara warmth dan demandingness adalah

gaya pengasuhan authoritative (Maccoby & Martin, 1983 dalam McCabe & Barnet,

2000).

Aspek yang terdapat dalam konteks keluarga cukup banyak. Oleh karena itu,

pada penelitian ini peneliti menggabungkannya kedalam suatu konteks yaitu iklim

sosial keluarga dimana beberapa aspek di dalam keluarga masuk kedalamnya.

Adapun definisi dan teori mengenai iklim sosial keluarga tersebut adalah sebagai

berikut.

Page 53: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

2.2. Iklim Sosial Keluarga

2.2.1. Definisi Iklim Sosial Keluarga

Lingkungan merupakan tempat dimana seseorang menjalani kehidupannya.

Pengertian lingkungan disini tidak semata-mata lingkungan fisik, tetapi ada juga yang

disebut dengan lingkungan sosial/ iklim sosial. Tiap lingkungan memiliki iklim sosial

yang berbeda-beda, hal ini dapat dilihat dari karakteristik tiap lingkungan yang tidak

sama antara satu dengan yang lainnya. Dalam definisi mengenai iklim yang

diungkapkan oleh Renato Tagiuri dalam Gillmer (1984), yaitu sebagai karakteristik

dari keseluruhan lingkungan.

Menurut kamus psikologi iklim sosial adalah sejumlah ciri-ciri aktivitas

kelompok, misalnya moral dan perasaan kebersamaan (Sitanggang, 1994). Pengertian

lain mengenai iklim sosial yang terdapat dalam kamus istilah psikologi ialah iklim

sosial merupakan pandangan, keyakinan ataupun kepercayaan yang sedemikian rupa

yang dimiliki suatu kelompok atau yang hidup dalam masyarakat sehingga

mencerminkan suasana kehidupan masyarakat tersebut. Secara umum iklim sosial

dapat berbentuk otoriter, demokratis dan leissez-faire (Hasan, 2003).

Iklim sosial menurut Moos & Holahan (2004) adalah: …. the personality of a

setting or environment such as a workplace, a class room or school, a social group

or a neighborhood”.

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa iklim sosial merupakan

kepribadian dari suatu lingkungan. Konsep tentang iklim itu sendiri berawal dari

Page 54: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

studi-studi yang dilakukan oleh Lewin dan rekan-rekannya dalam membuat suatu

teori lapangan tentang motivasi. Lewin (1951, dalam Kozlowski dan Doherty, 1989)

dalam jurnal mereka, menganggap bahwa : The climate or atmosphere of the

psychological field as characterization of salient environmental stimuli and an

important determinant of motivation and behavior .

Sedangkan menurut James dan Jones iklim adalah : ….as sets of perceptually

based descriptions of relevant organizational features, event adan process

(Kozlowski dan Doherty, 1989).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklim adalah deskripsi,

berdasarkan persepsi seseorang mengenai karakter dari stimulus yang menonjol dari

lingkungan, yaitu ciri-ciri, kejadian-kejadian dan proses yang berlangsung dalam

suatu lingkungan. Iklim ini menurut Lewin (dalam Kozlowski dan Doherty, 1989)

merupakan mata rantai yang sifatnya fungsional antara individu dan lingkungannya.

Istilah iklim ini kemudian berkembang, Moos sendiri kemudian menggunakan istilah

iklim sosial. Ia sendiri menggunakan istilah ini karena yang terlibat dalam

pembentukan iklim adalah manusia sebagai makhluk sosial.

Lingkungan juga merupakan tempat dimana seseorang tumbuh dan

berkembang. Begitu juga dengan remaja, bagi remaja lingkungan yang terdekat

dengannya selama proses perkembangannya adalah lingkungan keluarga.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, peneliti mencoba membuat

suatu definisi mengenai iklim sosial keluarga. Yang dimaksud dengan iklim sosial

Page 55: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

keluarga adalah suatu deskripsi yang dibuat berdasarkan persepsi anggota keluarga

mengenai ciri-ciri, kejadian-kejadian dan proses-proses yang terjadi dalam keluarga.

2.2.2. Dimensi-Dimensi Iklim Sosial Keluarga

Iklim sosial secara keseluruhan terdiri dari beberapa domain yang meliputi

sistem lingkungan yang dijelaskan ke dalam tiga perangkat dimensi, yaitu dimensi

hubungan (relationship dimensions), dimensi pengembangan pribadi (personal

growth dimensions) serta dimensi pemeliharaan dan perubahan sistem (system

maintenance and change dimensions). Ketiga perangkat dimensi ini sering ditemui

pada konteks umum dan kehidupan sehari-hari, seperti keluarga, tempat kerja,

lingkungan belajar, segala sesuatu yang berorientasi dengan tugas, kelompok rekreasi

dan komunitas sosial (Moos, 1994b dalam Moos, 2002).

Berikut ini, Moos (2002) menjelaskan mengenai dimensi-dimensi iklim sosial

yang terdapat dalam keluarga, yaitu :

a. Dimensi-dimensi hubungan (Relationship Dimensions)

Dimensi ini menunjuk pada sifat dan intensitas dari hubungan personal di dalam

lingkungan. Dimensi ini mengukur tingkat keterlibatan individu dalam lingkungan.

Sejauhmana individu saling menmberi dorongan dan pertolongan, serta tingkat

kebebasan dan keterbukaan mengekspresikan diri. Untuk lingkungan keluarga,

dimensi ini mencakup :

Page 56: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

• Kekompakan (Cohesion), yaitu sejauhmana anggota keluarga secara aktif

berpartisipasi dalam kegiatan keluarga dan secara emosional

memperhatikan keluarga.

• Keterbukaan (Expressiveness), yaitu sejauhmana anggota keluarga memiliki

kebebasan untuk secara terbuka mengemukakan pendapat, masalah maupun

perasaannya.

• Konflik (Conflict), yaitu sejauhmana terdapat pertentangan-pertentangan

pendapat maupun kepentingan antar anggota keluarga.

b. Dimensi-dimensi Pengembangan Pribadi (Personal Growth Dimensions)

Dimensi ini mengukur tujuan dari lingkungan. Maksudnya adalah pada area apa

atau dalam hal apa pengembangan pribadi dan peningkatan kualitas diri mendapat

tekanan yang lebih dalam. Pada lingkungan keluarga, dimensi ini mencakup :

• Kemandirian (Independence), yaitu sejauhmana anggota keluarga didorong

untuk dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan mengambil keputusan sendiri.

• Orientasi Berprestasi (Achievement Orientation), yaitu sejauhmana anggota

keluarga mendapat tekanan/ dorongan untuk dapat menunjukkan prestasi

dalam suatu hal.

• Orientasi Rekreasional (Recreational Orientation), yaitu sejauhmana

melakukan kegiatan keluarga, bepergian bersama-sama, melakukan

permainan dianggap penting bagi keluarga.

Page 57: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

• Orientasi Intelektual-Budaya (Intelectual-Cultural Orientation), yaitu seberapa

jauh diskusi-diskusi antar anggota keluarga tentang masalah-masalah politik,

sosial dan budaya dianggap penting.

• Penekanan pada nilai-nilai Moral dan Keagamaan (Moral and Religious

Emphasis), yaitu seberapa jauh masalah-masalah dan nilai-nilai etika serta

religi dianggap berarti bagi keluarga.

c. Dimensi-dimensi Pemeliharaan dan Perubahan Sistem (System Maintanance

and Change Dimensions)

Dimensi ini mengukur tingkat keteraturan dan kejelasan dari apa yang

diharapkan oleh lingkungan, tingkat pengawasan yang berlaku dan respon terhadap

perubahan dalam lingkungan. Untuk lingkungan keluarga, dimensi ini mencakup :

• Peraturan (Organization), yaitu jumlah dari struktur formal (seperti aturan-

aturan, jadwal-jadwal dan sebagainya) yang berlaku dalam keluarga.

• Pengawasan (Control), yaitu sejauhmana suatu hal boleh dilakukan dan tidak

boleh dilakukan oleh anggota keluarga.

Iklim sosial suatu lingkungan mempunyai pengaruh yang berarti terhadap

individu yang tinggal di dalamnya. Demikian pula halnya dengan keluarga. Keluarga

merupakan lingkungan terpenting bagi pembentukan kepribadian anak dan

mempengaruhi pandangan anak terhadap diri sendiri dan lingkungannya (Ruud &

Hall, 1974).

Page 58: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Setiap keluarga memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik dari tiap

keluarga yang berbeda, memiliki pengaruh yang berbeda pula pada anggota keluarga

tersebut. Di samping itu, setiap interaksi antar anggota keluarga akan mempengaruhi

iklim yang ada dalam keluarga tersebut. Individu mempengaruhi iklim melalui

kepribadian mereka, terutama kebutuhan-kebutuhan mereka serta tindakan yang

mereka ambil untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Higgins, 1982). Tidak semua

keluarga mampu menciptakan suatu iklim yang dapat mendukung perkembangan

kepribadian seseorang.

Lindzey & Hall (1981) mengemukakan pendapat Horney bahwa anak yang

tinggal dalam lingkungan keluarga yang tidak hangat, dimana orang tua bersikap

menolak, akan tumbuh menjadi orang yang memiliki kecemasan tinggi dan

menganggap dunia luar itu berbahaya dan menakutkan. Oleh karena itu, menurut

Datuk (1976) yang menjadi sebab dari segala perilaku negatif yang timbul pada

remaja, ialah kelengahan dan kekurangtelitian dari para orang tua dalam

membentengi rumah tangganya masing-masing, sehingga rumah tangganya menjadi

loos control.

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar

dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga, umumnya anak ada

dalam hubungan interaksi yang intim. Segala sesuatu yang dilakukan oleh anak

mempengaruhi keluarganya, begitu juga sebaliknya (Kartono, 2003).

Page 59: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

2.3. Hubungan Iklim Sosial Keluarga dengan Orientasi Masa Depan

Dalam Bidang Pekerjaan dan Karir

Setiap individu memiliki keinginan untuk dapat hidup lebih baik daripada

kehidupannya saat ini. Hal ini memang merupakan manifestasi dari sifat manusia

yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah dimilikinya. Keinginan-keinginan

inilah yang nantinya berubah menjadi minat, harapan, cita-cita dan tujuan hidup.

Untuk dapat mencapai hal tersebut, dibutuhkan suatu perencanaan untuk masa

yang akan datang. Bagi remaja, perencanaan masa depan ini tidak hanya suatu cara

untuk bisa mencapai hal-hal yang lebih baik, tetapi juga merupakan suatu hasil dari

adanya harapan-harapan ataupun tugas-tugas yang mereka terima dari lingkungan.

Perencanaan merupakan salah satu tahapan dari proses pembentukan orientasi masa

depan.

Selain adanya faktor internal dari dalam individu, lingkungan juga merupakan

faktor terbesar dalam mempengaruhi proses terbentuknya orientasi masa depan pada

remaja. Dalam membentuk suatu orientasi masa depan yang baik, diperlukan adanya

suatu lingkungan yang mendukung proses tersebut.

Dalam hal ini, selain teman sebaya lingkungan keluarga merupakan faktor

utama dalam membentuk orientasi masa depan remaja. Hal ini dikarenakan keluarga

merupakan lingkungan terdekat dengan remaja sejak mereka lahir. Walaupun tidak

dipungkiri bahwa faktor-faktor lingkungan lain di luar keluarga juga berperan, tetapi

Page 60: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

keluarga adalah tempat dimana seorang remaja melewati sebagian besar hidupnya.

Iklim adalah esensi dari suatu lingkungan, sehingga iklim dari keluarga memiliki

peran yang besar dalam membentuk orientasi masa depan remaja, yang dalam

konteks ini adalah orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir.

Bila suatu iklim semakin positif dan kuat, individu akan semakin berharap

untuk melakukan perilaku positif. Semakin negatif dan kuat suatu iklim, individu di

dalamnya pun akan semakin melakukan perilaku negatif (Schneider. dkk, 2002).

Berdasarkan pemahaman di atas, dapat dilihat bahwa ada kecendrungan

hubungan antara iklim sosial keluarga dengan orientasi masa depan dalam bidang

pekerjaan pada remaja. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lembaga pertama

dalam kehidupan anak dan dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan

interaksi yang intim. Segala sesuatu yang dilakukan oleh anak mempengaruhi

keluarganya, begitu juga sebaliknya.

2.3. Kerangka Teori

Berikut adalah kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan seperti yang elah

dijelaskan sebelumnya :

Page 61: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Tempat Tinggal

Usia

Jalur Pendidikan

Suku Bangsa

Terlibat dalam Organisasi

Iklim Sosial Keluarga

Konsep Diri

Sense of Coherence

Strategi Bertahan

Kecemasan

Gender

Status Sosioekonomi

Teman Sebaya

O M D*

*OMD : Orientasi Masa Depan

Gambar 2.2 : Kerangka Teori

Orientasi masa depan merupakan variabel yang menjadi fokus dalam penelitian

ini. Berdasarkan kerangka teori di atas terdapat 13 faktor baik internal maupun

eksternal yang dapat mempengaruhi terbentuknya orientasi masa depan. Dalam hal

ini peneliti memfokuskan kajiannya pada salah satu faktor yaitu iklim sosial keluarga.

Tetapi untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal, faktor-faktor lain yang

dapat mempengaruhi orientasi masa depan tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja.

Oleh karena itu penelitian ini akan mengikutsertakan faktor-faktor tersebut untuk

diukur dan kemudian dinetralkan.

Tetapi dikarenakan waktu penelitian yang singkat serta media yang terbatas,

maka tidak semua faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan dapat diteliti.

Oleh karena itu peneliti membatasi faktor-faktor tersebut kedalam kerangka teori

yang akan digunakan dalam penelitian. Untuk faktor jalur pendidikan, peneliti

Page 62: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

mendskripsikannya ke dalam dua bentuk yaitu jenis sekolah dan status sekolah.

Selain itu, untuk faktor lingkungan tempat tinggal peneliti juga membaginya ke

dalam 2 bentuk yaitu berdasarkan tempat tinggal (perumahan dan bukan perumahan)

dan bencana alam. Berikut ini adalah skemanya:

Gambar 2.3 : Kerangka Teori Penelitian

Iklim Sosial Keluarga

Gender

Status Sosioekonomi

Teman Sebaya

Tempat Tinggal

Usia

Jenis Sekolah

Status Sekolah

Keterlibatan dalam Organisasi

Bencana Alam

O M D

(Orientasi Masa Depan)

Berdasarkan kerangka teori penelitian di atas, maka penelitian ini dimaksudkan

untuk:

1. Mengetahui pengaruh iklim sosial keluarga terhadap orientasi masa depan dimana

iklim sosial keluarga dalam keadaan bebas atau dengan kata lain variabel-variabel

lain yang mempengaruhinya dikontrol.

2. Membuktikan apakah variabel-variabel lain tersebut benar-benar mempengaruhi

orientasi masa depan.

Page 63: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

2.5. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari iklim sosial keluarga terhadap

orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel lain terhadap

orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir

Page 64: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai metode yang digunakan

dalam penelitian ini. Adapun penjelasan mengenai metode dimulai dengan deskripsi

mengeai populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, serta

metode analisis data.

Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh dari

iklim sosial keluarga terhadap orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir

pada remaja. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan untuk menjawab

pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan kuantitatif, dimana temuan

penelitian merupakan hasil kesimpulan statistik beserta analisisnya.

3.1. Populasi dan Sampel Penelitian

3.1.1. Populasi

Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah remaja. Remaja adalah

masa diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun merupakan masa remaja

awal, 15-18 tahun merupakan masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun merupakan

masa remaja akhir. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini dan akan dijadikan

sebagai populasi adalah remaja pertengahan dengan rentang usia 15-18 tahun. Hal ini

Page 65: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

dikarenakan remaja yang berada pada kategori usia tersebut adalah remaja yang

sedang bersekolah di SMA (sekolah menengah atas), dengan asumsi bahwa remaja

tersebut berada pada masa untuk mempersiapkan diri untuk memasuki masa depan

khususnya dalam bidang pekerjaan dan karir.

Populasi ini dipilih karena penelitian ini melihat adanya hubungan antara

iklim sosial keluarga dengan orientasi masa depan, dimana orientasi tentang

pekerjaan dan karir di masa depan merupakan salah satu tugas perkembangan remaja.

Seperti teori yang dikemukakan oleh Havighurst (1976, dalam Monks & Knoers,

2002) bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah persiapan diri secara

ekonomis atau persiapan memasuki dunia pekerjaan serta pemilihan dan latihan

jabatan. Selain itu, orientasi masa depan atau gagasan seseorang mengenai

perencanaan, motivasi dan perasaan tentang masa depannya merupakan persoalan

yang terjadi pada masa remaja (McCabe & Bernett, 2000). Greene (1986, dalam

McCabe & Bernett, 2000) mengatakan bahwa masa remaja merupakan waktu dimana

orientasi masa depan dapat tumbuh dengan cepat serta dapat membedakan dan

mengembangkannya. Dengan kata lain orientasi masa depan sangat erat kaitannya

dengan masa remaja.

Selain itu remaja yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah remaja

yang tinggal di wilayah Jakarta Utara. Pemilihan wilayah ini dikarenakan masyarakat

yang tinggal di wilayah tersebut heterogen. Kategori heterogen di sini terlihat dari

kondisi sosioeconomi masyarakatnya yang terdiri dari masyarakat berstatus sosial

Page 66: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

ekonomi rendah, menengah dan tinggi dan juga kultur atau etos budayanya yang

berbeda-beda.

Kondisi seperti inilah yang secara otomatis membuat karakter yang cenderung

berbeda-beda pada setiap warganya khususnya pada masing-masing keluarga.

Dimana karakter yang berbeda-beda ini nantinya akan membentuk suatu iklim di

dalam keluarga yang nantinya akan mempengaruhi orientasi masa depan pada remaja

yang tinggal di dalamnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurmi (1987, dalam McCabe & Barnett, 2000), bahwa iklim dalam keluarga

merupakan salah satu faktor dan prediktor yang penting dalam orientasi masa depan

pada anak. Oleh karena itu, kecenderungan-kecenderungan inilah yang membuat

peneliti mengambil remaja yang tinggal di wilayah tersebut sebagai populasi.

3.1.2. Sampel

Penelitian dilakukan di Kotamadya Jakarta Utara dengan sampel penelitian

adalah remaja SMA dan SMK berusia 15 – 18 tahun. Selain itu, remaja yang menjadi

sampel pada penelitian ini adalah remaja yang tinggal di dalam sebuah keluarga atau

memiliki keluarga yang terdiri dari orang tua lengkap atau orang tua tidak lengkap

(ayah saja atau ibu saja) dan memiliki saudara kandung (kakak dan adik atau salah

satu). Hal ini dikarenakan penelitian ini terfokus pada salah satu konteks keluarga

yaitu iklim sosial keluarga.

3.1.3. Teknik Pengambilan Sampel

Page 67: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Pengambilan sampel akan dilakukan dengan menggunakan cluster random

sampling, dimana cluster sampling digunakan untuk pemilihan wilayah dan random

sampling digunakan dalam dua tahap, yaitu tahap memilih sekolah dan tahap memilih

kelas.

3.2. Variabel Penelitian

Definisi variabel menurut Jahja Umar, Ph.D (2009) adalah sesuatu yang

bervariasi dari satu kasus ke kasus yang lain. Dalam penelitian ini variabel yang

menjadi fokus pertanyaan adalah orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan

karir, yang selanjutnya disebut sebagai variabel terikat (dependent variabel / DV).

Sedangkan variabel yang diasumsikan dapat mempengaruhinya dan tidak menjadi

fokus pertanyaan dalam penelitian ini adalah iklim sosial keluarga, yang selanjutnya

disebut sebagai variabel bebas (independent variabel). Berikut ini adalah penjelasan

singkat mengenai variabel-variabel tersebut :

3.2.1. Orientasi Masa Depan Dalam Bidang Pekerjaan dan Karir

Definisi konseptual dari variabel orientasi masa depan dalam bidang

pekerjaan dan karir adalah sekumpulan skemata, atau sikap dan asumsi dari

pengalaman masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi dari lingkungan untuk

membentuk ekspektansi mengenai masa depan, membentuk tujuan dan aspirasi serta

memberikan makna pribadi pada kejadian di masa depan (Nurmi, 1991 dalam

McCabe & Bernett, 2000).

Page 68: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Sedangkan definisi operasional dari variabel ini adalah skor yang diperoleh

dari responden melalui instrumen dalam bentuk skala yang mengukur sikap dan

asumsi mengenai pekerjaan dan karir yang terbentuk dari pengalaman masa lalu,

yang berinteraksi dengan informasi dari lingkungan untuk membentuk ekspektansi

mengenai masa depan, membentuk tujuan dan aspirasi serta memberikan makna

pribadi pada kejadian di masa depan.

3.2.2. Iklim Sosial Keluarga

Definisi konseptual dari variabel iklim sosial keluarga adalah suatu deskripsi

yang dibuat berdasarkan persepsi anggota keluarga mengenai ciri-ciri, kejadian-

kejadian dan proses-proses yang terjadi dalam suatu organisasi atau lingkungan

(Kozlowski dan Doherty, 1989). Dalam hal ini yang dimaksud dengan organisasi

adalah keluarga.

Sedangkan definisi operasional iklim sosial keluarga merupakan skor yang

diperoleh dari responden melalui instrumen dalam bentuk skala yang mengukur

deskripsi berdasarkan persepsi responden mengenai ciri-ciri, kejadian-kejadian dan

proses-proses yang terjadi di dalam keluarga.

3.3. Metode Pengumpulan Data

3.3.1. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan 3 macam kuisioner yang dapat

membantu menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Kuisioner dipilih karena

Page 69: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

sifatnya yang efisien, dimana kuisioner dapat diberikan pada banyak responden dalam

waktu singkat. Kuisioner yang pertama adalah kuisioner mengenai data pribadi yang

di dalamnya terdiri dari biodata responden serta beberapa pertanyaan pendukung

penelitian. Kedua adalah kuisioner orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan

karir berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Nurmi (1989). Ketiga adalah

kuisioner iklim sosial keluarga berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Moos

(2002).

Kuisioner mengenai data pribadi berbentuk pertanyaan terbuka-tertutup.

Sedangkan kuisioner orientasi masa depan dan iklim sosial keluarga berbentuk skala,

dan skala yang digunakan adalah skala model Likert. Item-item pada skala model

Likert disusun berdasarkan keharusan bahwa semua item di dalamnya mengukur hal

yang sama. Dalam skala ini subyek diharuskan memilih jawaban yang paling

menggambarkan dirinya sendiri, bukan pendapat orang lain. Skala ini mengukur

derajat persetujuan dan ketidaksetujuan (strongly agree-strongly disagree) yang

menggambarkan kadar sikap positif dan negatif subyek terhadap objek sikap.

Tabel 3.1

Bobot Skor Pernyataan Skala 1 Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 6 1

Sesuai (S) 5 2

Agak Sesuai (AS) 4 3

Agak Tidak Sesuai (ATS) 3 4

Tidak Sesuai (TS) 2 5

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 6

Page 70: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Selanjutnya skor subjek pada setiap pernyataan dijumlahkan dan nilai totalnya

menjadi skor untuk setiap subjek.

3.3.1.1. Kuisioner Mengenai Data Pribadi

Dalam penelitian diperlukan data mengenai identitas pribadi agar tidak

tertukar antara sampel responden yang satu dengan yang lain. Selain itu, diperlukan

juga data serta pertanyaan-pertanyaan pendukung yang diperlukan untuk

mendapatkan informasi mengenai variabel-variabel lain yang akan dikontrol.

Adapun data-data yang diperlukan adalah nama (inisial), kelas, jenis kelamin,

usia, sekolah (untuk mengetahui jalur pendidikannya), agama, suku bangsa dan

pengeluaran tiap bulan (untuk mengetahui status sosioekonominya). Selain data-data

tersebut juga terdapat pertanyaan-pertanyaan singkat mengenai teman sebaya,

lingkungan tempat tinggal serta keterlibatannya dalam organisasi.

3.3.1.2. Kuisioner Orientasi Masa Depan

Alat ukur orientasi masa depan dibuat berdasarkan teori orientasi masa depan

yang dikemukakan oleh Jari-Erik Nurmi (1989). Penelitian ini akan difokuskan pada

prospective life domain dari orientasi masa depan, yaitu domain pekerjaan dan karier.

Dalam penelitian ini alat ukur orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan

dan karir yang digunakan merupakan adaptasi dari Nurmi (1989). Dikarenakan alat

ukur yang digunakan tersebut adalah berbentuk teks wawancara, maka pada

Page 71: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

penelitian ini peneliti mengadaptasinya ke dalam bentuk skala model Likert. Berikut

ini adalah gambaran domain dan subdomain orientasi masa depan (Nurmi, 1991) :

a. Motivasi (Motivational) yaitu suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu

untuk mencapai tujuannya.

• Tujuan karir yang ingin dicapai

• Waktu pencapaian tujuan karir

• Dorongan atau motif pencapaian tujuan

b. Perencanaan (Planning) yaitu strategi yang disusun untuk merealisasikan

tujuan. Perencanaan dapat tercapai melalui :

• Pengetahuan mengenai bidang yang dicita-citakan

• Kompleksitas perencanaan tujuan

• Tingkat realisasi atau pelaksanaan rencana

c. Evaluasi (Evaluation) yaitu penilaian individu tentang sejauh mana tujuan yang

ditetapkan dapat direalisasikan. Evaluasi dapat tergambarkan melalui kontrol

yang dimiliki oleh individu (control), evaluasi emosi (Nurmi, 1989) dan

kemungkinan pencapaian tujuan pekerjaan dan karir (optimisme).

• Keyakinan diri untuk dapat mengontrol realisasi dari harapan dan tujuan

• Perkiraan terhadap kemungkinan pencapaian tujuan

• Kondisi emosi yang mengikuti individu ketika mengevaluasi apa yang

dilakukannya untuk masa depan.

Page 72: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

3.3.1.3. Kuisioner Iklim Sosial Keluarga

Alat ukur iklim sosial keluarga dibuat berdasarkan dimensi-dimensi iklim

sosial keluarga dari teori yang dikemukakan oleh Moos (2002). Berikut ini adalah

domain dan subdomain dari iklim sosial keluarga (Moos, 2002) :

a. Dimensi Hubungan (Relationship Dimension)

• Kekompakan (cohesion) : sejauhmana anggota keluarga secara aktif

berpartisipasi dalam kegiatan keluarga dan secara emosional memperhatikan

keluarga.

• Keterbukaan (Expressiveness) : sejauhmana anggota keluarga memiliki

kebebasan untuk secara terbuka mengemukakan pendapat, masalah maupun

perasaannya.

• Konflik (Conflict) : sejauhmana terdapat pertentangan-pertentangan pendapat

maupun kepentingan antar anggota keluarga.

b. Dimensi Pengembangan Pribadi (Personal Growth Dimension)

• Kemandirian (Independence), yaitu sejauhmana anggota keluarga didorong

untuk dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan mengambil keputusan sendiri

• Orientasi Berprestasi (Achievement Orientation), yaitu sejauhmana anggota

keluarga mendapat tekanan/dorongan untuk dapat menunjukkan prestasi

dalam suatu hal

Page 73: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

• Orientasi Rekreasional (Recreational Orientation), yaitu sejauhmana

melakukan kegiatan keluarga, bepergian bersama-sama, melakukan

permainan dianggap penting bagi keluarga

• Orientasi Intelektual-Budaya (Intelectual-Cultural Orientation), yaitu

seberapa jauh diskusi-diskusi antar anggota keluarga tentang masalah-masalah

politik, sosial dan budaya dianggap penting

• Penekanan pada nilai-nilai Moral dan Keagamaan (Moral and Religious

Emphasis), yaitu seberapa jauh masalah-masalah dan nilai-nilai etika serta

religi dianggap berarti bagi keluarga

c. Dimensi Pemeliharaan dan Perubahan Sistem (System Maintanance and

Change Dimensions)

• Peraturan (Organization), yaitu jumlah dari struktur formal (seperti aturan-

aturan, jadwal-jadwal dan sebagainya) yang berlaku dalam keluarga

• Pengawasan (Control), yaitu sejauh mana suatu hal boleh dilakukan dan tidak

boleh dilakukan oleh anggota keluarga

3.3.2. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, karena data

tersebut belum tersedia dan harus dicari terlebih dahulu. Untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data tersebut maka dilakukan penelitian lapangan dengan instrumen

Page 74: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

penelitian berupa kuisioner. Adapun tahapan pengumpulan datanya adalah sebagai

berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, peneliti mulai mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan

dalam penelitian. Dalam proses mempersiapkan alat ukur ini, peneliti sambil

mengkaji kembali teori-teori yang akan digunakan. Selanjutnya peneliti melakukan

konstruksi alat ukur dengan cara mengadaptasi alat ukur yang telah ada.

Setelah itu, peneliti membuat penyesuaian-penyesuaian yang perlu pada

kalimat-kalimat aitem agar mudah dipahami responden. Berikut ini adalah kisi-kisi

alat ukur iklim sosial keluarga sebelum diuji coba.

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Alat Ukur Iklim Sosial Keluarga Sebelum Diuji Coba

No. Item No Domain Indikator

Favourable Unfavourable

Page 75: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

1. 2. 3.

Dimensi Hubungan Dimensi Pengembangan Pribadi Dimensi Pemeliharaan

a. Kekompakan b. Keterbukaan

c. Konflik

a. Kemandirian

b. Orientasi

berprestasi c. Orientasi

Rekreasional d. Orientasi

Intelektual-budaya e. Penekanan pada

nilai-nilai moral dan keagamaan

a. Peraturan

b. Pengawasan

1, 13, 25, 38, 52, 61, 90 2, 14, 39, 44, 62, 71, 87 3, 16, 27, 78 4, 17, 34, 45, 53, 73, 85 12, 18, 29, 49, 56, 59, 80 6, 21, 35, 42, 74, 84 7, 24, 37, 43, 69, 76 8, 23, 32, 48, 54, 65, 68, 82 9, 19, 30, 50, 58, 67 11, 22, 31, 47, 57

15, 46, 77, 86 26, 70, 91 33, 41, 55, 60, 72, 88 28, 79 5, 64, 89 36, 81 51, 83 40 10, 75 20, 66

Selanjutnya adalah kisi-kisi alat ukur orientasi masa depan sebelum diuji coba.

Tabel 3.3.

Kisi-kisi Alat Ukur Orientasi Masa Depan Sebelum Diuji Coba

Page 76: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

No. Item No Domain Indikator Favorable Unfavorable 1. 2. 3.

Motivasi Perencanaan Evaluasi

a. Tujuan dari pekerjaan dan karir yang ingin dicapai

b. Waktu pencapaian tujuan

dari pekerjaan dan karir c. Dorongan atau motif

pencapaian tujuan a. Pengetahuan mengenai

pekerjaan dan karir yang dicita-citakan

b. Kompleksitas perencanaan

tujuan c. Tingkat realisasi tujuan atau

pelaksanaan rencana a. Keyakinan diri untuk

mengontrol realisasi dari harapan dan tujuan

b. Perkiraan terhadap

kemungkinan pencapaian tujuan

c. Kondisi emosi yang

mengikuti individu ketika mengevaluasi apa yang dilakukannya untuk masa depan

1, 8, 28, 46, 56, 76 9, 19, 35, 50, 85 11, 20, 41, 45, 53, 68, 78, 83, 89 3, 24, 34, 42, 54, 66, 72, 79 12, 21, 37, 47, 55, 61, 71, 87 17, 25, 38, 48, 74 5, 26, 33, 49, 58 6, 23, 31, 52, 59, 65, 82 14, 32, 39, 43, 29, 63

27, 36, 77 2, 90 10, 51, 84 7, 30, 67, 80 4, 57, 62, 69, 73 13, 44, 88 15, 60, 86 40, 18, 75 16, 22, 64, 70, 81

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa alat ukur ini memiliki

rentang jawaban sangat tidak sesuai hingga sangat sesuai dalam rentang 1-6. Setelah

Page 77: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

alat ukur selesai dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan uji coba

alat ukur tersebut atau dilakukannya pilot test.

2. Tahap Uji Coba Alat Ukur

Setelah alat ukur telah siap untuk digunakan, tahapan selanjutnya adalah

melakukan uji coba alat ukur (pilot test). Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui

validitas dan reliabilitas dari item-item pada kuisioner tersebut. Hasil dari uji coba

tersebut, nantinya akan diketahui aitem-aitem mana saja yang valid dan tidak valid,

yang nantinya aitem-aitem yang valid tersebut dianalisa untuk diperbaiki atau tidak

digunakan kembali pada penelitian yang sesungguhnya (field test).

Pada uji coba alat tes ini, peneliti dengan dibantu oleh 1 orang peneliti lain

mulai menyebarkan kuisioner kepada 40 responden yang dianggap representatif dan

sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Adapun jumlah item pada

kuisioner ini adalah 179 item. Kemudian setelah data uji coba didapatkan barulah

diukur validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan software SPSS 16.

Dari hasil uji coba tersebut didapat 87 item valid dan 92 item tidak valid.

Dikarenakan banyaknya item yang tidak valid, maka dilakukan perbaikan terhadap

item-item yang digunakan pada alat ukur ketika uji coba. Adapun perbaikan yang

dilakukan adalah membagi kategori pernyataan ke dalam dua bentuk yaitu sangat

sesuai – tidak sesuai dan sangat setuju – tidak setuju.

Tabel 3.4

Page 78: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Bobot Skor Pernyataan Kedua

Skala 1 Skala II Favorable

Sangat Sesuai (SS) Sangat Setuju (SS) 6

Sesuai (S) Setuju (S) 5

Agak Sesuai (AS) Agak Setuju (AS) 4

Agak Tidak Sesuai (ATS) Agak Tidak Setuju (ATS) 3

Tidak Sesuai (TS) Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Selain itu juga dilakukan perbaikan pada item-item yang digunakan dalam

penelitian, yaitu dengan cara memperbaiki kalimat-kalimat yang tidak mudah

dimengerti dan membuang item-item yang memiliki maksud dan tujuan yang sama.

Kemudian merubah item-item yang sebelumnya unfavorable menjadi favorable,

sehingga seluruh item pernyataan bersifat favorable, hal ini dilakukan agar item

pernyataan memiliki banyak variasi dan juga memudahkan peneliti dalam proses

skoring. Setelah alat ukur selesai diperbaiki maka dilakukan uji coba kembali. Berikut

ini adalah tabel spesifikasinya.

Uji coba kedua dilakukan di SMA Taman Harapan, Bekasi dengan jumlah responden

sebanyak 80 orang. Setelah data uji coba diolah, maka didapat jumlah item valid

sebanyak 117 item dari 123 item untuk selanjutnya dilakukan penelitian sebenarnya.

Page 79: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 4 sekolah, yaitu SMA Negeri 13 Jakarta, SMA

Yappenda, SMK Negeri 12 Jakarta dan SMK Barunawati. Dari masing-masing

sekolah, peneliti hanya mengambil 2 kelas sebagai sampel, dimana kelas – kelas

tersebut telah ditentukan sebelumnya secara acak. Penelitian akan dilaksanakan pada

tanggal yang ditentukan oleh pihak sekolah.

Penyebaran kuisioner dilakukan dengan dibantu oleh 1 orang peneliti lain.

Pada tahap ini akan disebarkan kembali kuisioner yang telah diperbaharui. Maksud

dari diperbaharui disini adalah, item-item yang digunakan pada kuesioner ini hanya

item-item yang dianggap valid dari hasil uji coba alat tes, sedangkan item-item yang

tidak valid atau validitasnya rendah tidak dipergunakan kembali pada tahapan ini

(field test).

3.3.3. Desain Penelitian

Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain ex post

facto field studies, dimana variabel bebas tidak dapat secara langsung dikontrol

karena merupakan sesuatu yang sudah terjadi. Hal ini dikarenakan kondisi keluarga

responden tidak memungkinkan untuk dimanipulasi karena kehidupan di dalam

keluarga merupakan kejadian di masa lalu.

Namun dikarenakan banyak variabel bebas lain yang akan mempengaruhi

orientasi masa depan, maka diperlukan pula pengukuran terhadap variabel-variabel

tersebut, yang nantinya akan didapat hasil penelitian yang lebih banyak dan beragam.

Page 80: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Selain itu, pengukuran ini juga dimaksudkan untuk mengontrol variabel-variabel

bebas tersebut, agar nantinya mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian yang

akurat dan signifikan. Adapun variabel-variabel bebas lain yang akan diukur adalah

jenis kelamin, usia, jenis sekolah, status sekolah, status sosioekonomi, lingkungan

tempat tinggal, teman sebaya dan keterlibatan dalam organisasi.

3.4. Metode Analisis Data

Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat

pengaruh dari iklim sosial keluarga terhadap orientasi masa depan dalam bidang

pekerjaan dan karir, penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa

angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Dalam hal ini

berdasarkan hipotesis yang akan diukur peneliti menggunakan teknik analisis

multiple regression atau analisis regresi berganda. Adapun persamaan umum analisis

regresi berganda ini adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bpXp + e

dimana :

Y : Dependent variable (DV) yang dalam hal ini adalah orientasi

masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir

X1, X2, ......, Xp : Independent variable (IV) yang jumlahnya p

Page 81: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

p : Jumlah independent variable (IV)

a : Intercept / konstan

b1, b2, ......, bp : Koefisien regresi untuk masing-masing IV

e : Residu / sisa (IV yang tidak termasuk dalam persamaan)

Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi,

yaitu :

1. R2 yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dari dependent variable

(DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV).

2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi.

Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari independent

variable (IV) yang bersangkutan.

3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi

tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV) diketahui.

Khusus dalam penelitian ini melalui analisis multiple regression dapat

diketahui dampak murni dari iklim sosial keluarga (X1) terhadap orientasi masa depan

dalam bidang pekerjaan dan karir dalam kondisi dimana pengaruh dari semua

independent variable (IV) lainnya dibuat konstan secara statistika.

Page 82: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian baik secara

deskriptif sampel maupun dari uji hipotesis.

4.1. ANALISIS DESKRIPTIF

Pada sesi ini, peneliti akan mendeskripsikan distribusi skor orientasi masa

depan dalam bidang pekerjaan dan karir berdasarkan kriteria sampel.

Untuk yang pertama akan dideskripsikan distribusi skor orientasi masa

depan berdasarkan jenis kelamin. Responden dalam penelitian ini berjumlah 243

orang yang terdiri dari 197 (81%) orang perempuan dan 46 (19%) orang laki-

laki. Untuk nilai rata-rata orientasi masa depan pada laki-laki (286,33) lebih

besar daripada perempuan (277,83) dengan perbedaan nilai sebesar 8,5.

Sedangkan bila dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t dengan

nilai t sebesar 1,696 dan nilai probabilitas (0,091) lebih besar dari alpha (0,05).

Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perempuan

dan laki-laki dalam orientasi masa depan. Berikut adalah ringkasannya :

Page 83: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Tabel 4.1

Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan Jenis Kelamin

OMD Jenis Kelamin N

Presentase

% Mean SD

Perempuan 197 81% 277,83 30,190

Laki-laki 46 19% 286,33 32,246

Jumlah 243 100%

Berikutnya adalah distribusi skor orientasi masa depan berdasarkan usia dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. 2

Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan Usia

OMD Usia N

Presentase

% Mean SD

18 7 3% 264,29 39,949

17 48 20% 275,96 32,579

16 129 53% 281,93 28,144

15 59 24% 278,58 33,364

Jumlah 243 100%

Responden dalam penelitian ini berasal dari usia yang berbeda, mulai dari usia

15 tahun sampai dengan 18 tahun. Responden yang berusia 15 tahun sebanyak 59

orang (24%), usia 16 tahun sebanyak 129 orang (53%), usia 17 tahun sebanyak 48

(20%) dan usia 18 tahun sebanyak 7 orang (3%).

Dilihat dari skor rata-rata orientasi masa depan remaja pada usia 16 tahun

(281,93) adalah yang paling besar, yang kedua adalah remaja usia 15 tahun (278,58),

Page 84: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

kemudian remaja usia 17 tahun (275,96) dan yang terkecil adalah remaja usia 18

tahun (264,29). Pada kriteria usia tidak dapat dilakukan perbandingan karena tidak

seimbangnya jumlah sampel untuk masing-masing usia.

Selanjutnya adalah distribusi skor orientasi masa depan berdasarkan jenis

sekolah. Responden penelitian ini terdiri dari siswa SMA sebanyak 123 orang (51%)

dan siswa SMK sebanyak 120 orang (49%). Untuk nilai rata-rata orientasi masa

depan pada siswa SMA lebih besar (283,89) daripada siswa SMK (274,88). Bila

dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t didapat nilai t sebesar 2,306

dan nilai probabilitas (0,022) lebih kecil dari alpha (0,05). Hal ini berarti bahwa

antara siswa SMA dengan SMK terdapat perbedaan yang signifikan terhadap

orientasi masa depan, dimana siswa SMA memiliki orientasi masa depan yang secara

signifikan lebih tinggi daripada siswa SMK. Berikut adalah ringkasannya :

Tabel 4.3

Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan Jenis Sekolah

OMD Jenis Sekolah N

Presentase % Mean SD

SMA 123 51% 283,89 28,226

SMK 120 49% 274,88 32,540

Jumlah 243 100%

Untuk distribusi skor orientasi masa depan berdasarkan status sekolah dapat

dilihat pada table berikut ini :

Page 85: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Tabel 4.4

Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan Status Sekolah

OMD Status Sekolah N

Presentase

% Mean SD

Negeri 137 56% 277,53 29,083

Swasta 106 44% 281,91 32,652

Jumlah 243 100%

Dari tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa, remaja yang menjadi sample penelitian

ini berasal dari jenis pendidikan yang berbeda yaitu, remaja yang bersekolah di

Sekolah Negeri berjumlah 73 orang (30%), sedangkan remaja yang bersekolah di

sekolah swasta berjumlah 64 orang (26%). Berdasarkan nilai rata-rata orientasi masa

depan didapat bahwa, remaja yang bersekolah di sekolah swasta memiliki nilai rata-

rata orientasi masa depan yang lebih tinggi (281,91) daripada remaja yang bersekolah

di sekolah negeri (281,91). Bila dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan

uji t didapat nilai t sebesar 1,101 dan nilai probabilitas (0,272) lebih besar dari alpha

(0,05). Hal ini berarti bahwa antara remaja yang bersekolah di sekolah negeri dengan

remaja yang bersekolah di sekolah swasta tidak terdapat perbedaan orientasi masa

depan yang signifikan.

Berikutnya adalah distribusi skor orientasi masa depan berdasarkan teman

sebaya. Berikut adalah deskripsinya :

Page 86: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Tabel 4.5

Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan Teman Sebaya

OMD Teman Sebaya N

Presentase

% Mean SD

Ada Pengaruh 152 63% 275,81 30,799

Tidak Ada Pengaruh 91 37% 285,51 29,764

Jumlah 243 100%

Adapun hasil yang didapat adalah 152 orang (63%) remaja dipengaruhi oleh

teman sebaya, sedangkan 91 orang (37%) remaja tidak dipengaruhi oleh teman

sebaya. Bila dilihat berdasarkan nilai rata-rata orientasi masa depan, remaja yang

tidak dipengaruhi teman sebaya memiliki nilai rata-rata lebih besar yaitu 285,51,

sedangkan remaja yang dipengaruhi teman sebaya memiliki nilai rata-rata 275,81.

Kemudian untuk hasil perhitungan uji t didapatkan nilai t sebesar 2,406 dan nilai

probabilitas (0,017) lebih kecil dari alpha (0,05). Hal ini berarti bahwa antara remaja

yang dipengaruhi oleh teman sebaya dengan yang tidak dipengaruhi terdapat

perbedaan orientasi masa depan yang signifikan.

Responden dalam penelitian ini berada pada status sosioekonomi yang

beragam, berikut adalah distribusi skor orientasi masa depan berdasarkan status

sosioekonomi. Untuk remaja dengan status ekonomi tinggi sebanyak 11 orang (5%),

remaja dengan status ekonomi cukup tinggi sebanyak 28 orang (12%), sedangkan

remaja dengan status ekonomi sedang sebanyak 118 orang (49%), demikian halnya

dengan remaja yang berstatus ekonomi rendah sebanyak 86 orang (35%).

Page 87: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Bila dilihat berdasarkan nilai rata-rata orientasi masa depan, remaja dengan

status ekonomi kategori tinggi memiliki nilai rata-rata paling besar yaitu 285,27,

kemudian disusul oleh remaja dengan status ekonomi kategori sedang yaitu sebasar

281,45. Sedangkan untuk remaja dengan status ekonomi kategori cukup tinggi

memiliki nilai rata-rata 277,61 dan yang paling kecil adalah remaja dengan status

ekonomi kategori rendah yaitu 276,53. Sebagaimana telah ditunjukkan dari tabel

berikut ini :

Tabel 4.6

Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan Status Sosioekonomi

OMD Status

Sosioekonomi N

Presentase

% Mean SD

Rendah 86 35% 276,53 32,365

Sedang 118 49% 281,45 27,512

Cukup Tinggi 28 11% 277,61 38,231

Tinggi 11 5% 285,27 30,647

Jumlah 243 100%

Berikut ini adalah tabel distribusi skor orientasi masa depan berdasarkan

keterlibatan dalam organisasi :

Tabel 4.7

Distribusi Sampel Berdasarkan Keterlibatan Dalam Organisasi

OMD Organisasi N

Presentase

% Mean SD

Mengikuti 198 81% 281,37 29,939

Tidak Mengikuti 45 19% 270,96 32,882

Jumlah 243 100%

Page 88: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diuraikan bahwa remaja yang mengikuti

organisasi sebanyak 198 orang (81%), sedangkan remaja yang tidak mengikuti

organisasi sebanyak 45 orang (19%). Bila dilihat dari nilai rata-rata orientasi masa

depan, remaja yang mengikuti organisasi memiliki rata-rata yang lebih besar yaitu

281,37. Sedangkan remaja yang tidak mengikuti organisasi memiliki nilai rata-rata

lebih kecil yaitu 270,96. Berdasarkan hasil perhitungan uji t, didapat nilai t 2,068 dan

nilai probabilitas (0,04) lebih kecil dari alpha (0,05). Hal ini berarti bahwa antara

remaja yang mengikuti organisasi dengan yang tidak mengikuti organisasi terdapat

perbedaan orientasi masa depan yang signifikan.

Berikutnya adalah distribusi skor orientasi masa depan berdasarkan tempat

tinggal. Untuk remaja yang tinggal di perumahan sebanyak 52 orang (21%),

sedangkan remaja yang tidak tinggal di perumahan sebanyak 191 orang (79%).

Berdasarkan nilai rata-rata orientasi masa depan, remaja yang tinggal di perumahan

lebih tinggi (280) daripada remaja yang tidak tinggal di perumahan (279,29). Untuk

melihat seberapa besar perbedaannya maka dilakukan perhitungan uji t. Adapun nilai

yang didapat t sebesar 0,148 dan nilai probabilitas (0,882) lebih besar dari alpha

(0,05). Hal ini berarti bahwa antara remaja yang tinggal di perumahan dengan yang

bukan perumahan tidak terdapat perbedaan orientasi masa depan yang signifikan.

Berikut ini adalah ringkasannya :

Page 89: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Tabel 4.8

Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan Tempat Tinggal

OMD Tempat Tinggal N

Presentase

% Mean SD

Perumahan 52 21% 280,00 31,874

Bukan Perumahan 191 79% 279,29 30,461

Jumlah 243 100%

Berikutnya adalah distribusi skor orientasi masa depan berdasarkan pernah

atau tidaknya mengalami bencana alam. Berikut adalah deskripsinya :

Tabel 4.9

Distribusi Skor Orientasi Masa Depan Berdasarkan Bencana Alam

OMD Bencana Alam N

Presentase

% Mean SD

Tidak Pernah Mengalami 165 68% 281,84 29,931

Pernah Mengalami 78 32% 274,37 31,878

Jumlah 243 100%

Dari tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa, remaja yang tidak pernah

mengalami bencana alam berjumlah 165 orang (68%), sedangkan remaja yang pernah

mengalami bencana alam berjumlah 78 orang (32%).

Apabila dilihat berdasarkan nilai rata-rata orientasi masa depan, remaja yang

tidak pernah mengalami bencana alam memiliki nilai rata-rata lebih besar (282,70)

daripada remaja yang pernah mengalami bencana alam (274,37). Berdasarkan hasil

Page 90: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

uji t didapat nilai t sebesar 1,777 dan nilai probabilitas (0,077) lebih besar dari alpha

(0,05). Hal ini berarti bahwa antara remaja yang pernah mengalami bencana alam

dengan yang tidak pernah mengalami bencana alam tidak terdapat perbedaan

orientasi masa depan yang signifikan.

Selanjutnya peneliti bermaksud membuat kategorisasi dari variable

orientasi masa depan dan iklim sosial keluarga berdasarkan tingkatannya. Untuk

itu terlebih dahulu peneliti mengetahui skor terendah dan skor tertinggi untuk

masing-masing variabel.

Untuk variabel dependen yaitu orientasi masa depan dalam bidang

pekerjaan dan karir, nilai kategorisasi ditentukan dengan menggunakan skala

orientasi masa depan dengan 61 item pernyataan dengan 6 kategori jawaban

(skor 1 sampai dengan 6). Untuk mengetahui tingkatannya penulis

menggunakan kategorisasi rentang untuk setiap responden. Rentang dibagi

menjadi tiga interval dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun skor

minimumnya adalah 61 dan maksimumnya 366, sehingga luas sebarannya

adalah 305. Dikarenakan dalam penelitian ini variabel orientasi masa depan

dibagi ke dalam 3 kategori, maka luas sebaran dibagi 3 dan didapat rentangan

sebesar 101,7. Berikut adalah penjelasannya :

• Rendah : Skor minimum (61) + rentangan (101,7) = 163 (dibulatkan)

• Sedang : Skor terendah (163) + rentangan (101,7) = 265 (dibulatkan)

Page 91: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

• Tinggi : Skor sedang (265) + 1 = 266

Penggunaan cara ini dimaksudkan agar masing-masing kategori memiliki

proporsi yang sama, sehingga didapatkan hasil yang adil dan tidak memihak.

Adapun tingkat kategorisasi orientasi masa depan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.10

Tabel Kategorisasi Orientasi Masa Depan

Kategori Nilai N %

Tinggi > - 266 174 71,6%

Sedang 164 - 265 69 28,4%

Rendah < - 163 0 0%

Jumlah 243 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat orientasi masa depan

remaja dalam bidang pekerjaan dan karir berada pada kisaran tinggi sebanyak

174 orang (71,6%), untuk kategori sedang sebanyak 69 orang (28,4%),

sedangkan untuk kategori rendah tidak ada (0%). Dengan demikian dapat

diambil kesimpulan bahwa, sampel pada penelitian ini sebagian besar berada

pada rentang orientasi masa depan kategori tinggi.

Untuk mengetahui tingkatan iklim sosial keluarga penulis menggunakan

kategorisasi rentang yang dibagi ke dalam tiga interval dengan kategori sangat

harmonis, harmonis, dan tidak harmonis. Adapun jumlah item pada skala iklim

sosial keluarga adalah sebanyak 54 item pernyataan, dengan 6 kategori jawaban

(skor 1 sampai dengan 6). Adapun skor minimumnya adalah 54 dan

Page 92: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

maksimumnya 324, sehingga luas sebarannya adalah 270. Dikarenakan dalam

penelitian ini variabel iklim sosial keluarga dibagi ke dalam 3 kategori, maka

luas sebaran dibagi 3 dan didapat rentangan sebesar 90. Berikut adalah

penjelasannya :

• Tidak Harmonis : Skor minimum (54) + rentangan (90) = 144

• Harmonis : Skor tidak harmonis (144) + rentangan (90) = 234

• Sangat Harmonis : Skor harmonis (234) + 1 = 235

Adapun tingkat kategorisasi iklim sosial keluarga dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4. 11

Tabel Kategorisasi Iklim Sosial Keluarga

Kategori Nilai N %

Sangat Harmonis > - 235 115 47,3 %

Harmonis 145 - 234 126 51,9 %

Tidak Harmonis < - 144 2 0,8 %

Jumlah 243 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat iklim sosial

keluarga berada pada kisaran sangat harmonis sebanyak 115 orang (47,3%),

harmonis sebanyak 126 orang (51,9%) dan tidak harmonis sebanyak 2 orang

(0,8%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel pada penelitian ini

sebagian besar berada pada rentang iklim sosial keluarga harmonis sampai

dengan sangat harmonis.

Page 93: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

4.2. UJI HIPOTESIS

Hasil perhitungan analisis regresi dengan menggunakan SPSS 16

menunjukkan bahwa didapat nilai R square (R2) 0,283. Hal ini berarti 28,3 % variabel

orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir dapat dijelaskan oleh variasi

dari ke 10 variabel yaitu, Iklim Sosial Keluarga, Gender, Usia, Teman Sebaya, Status

Sosioekonomi, Tempat Tinggal, Keterlibatan Dalam Organisasi, Bencana Alam, Jenis

Pendidikan dan Status Pendidikan. Sedangkan sisanya atau 71,7 % dijelaskan oleh

sebab-sebab atau aspek-aspek lain. Dengan kata lain terdapat kemungkinan adanya

aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap orientasi masa depan

remaja dalam bidang pekerjaan dan karir.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh dari independent

variabel terhadap dependen variabel. Untuk mengetahui tingkat signifikansinya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.12

Proporsi Varian Oleh Masing-Masing Independen Variabel

IV R2 R2 change Fhitung F table Signifikansi

X1 0,248 0,248 80,259 3,86 Signifikan

X12 0,257 0,009 2,913 3,86 Tidak Signifikan

X123 0,259 0,002 0,647 3,86 Tidak Signifikan

X1234 0,271 0,012 3,883 3,86 Signifikan

X12345 0,272 0,001 0,324 3,86 Tidak Signifikan

X123456 0,273 0,001 0,324 3,86 Tidak Signifikan

X1234567 0,274 0,001 0,324 3,86 Tidak Signifikan

X12345678 0,276 0,002 0,647 3,86 Tidak Signifikan

Page 94: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

X123456789 0,277 0,001 0,324 3,86 Tidak Signifikan

X12345678910 0,283 0,006 1,942 3,86 Tidak Signifikan

Total 0,283

Tabel 4.13 Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 200.159 39.425 5.077 .000

Iklim Sosial Keluarga .499 .062 .494 8.020 .000

Jenis Kelamin -5.700 4.929 -.073 -1.156 .249

Usia -1.866 2.293 -.046 -.814 .417

Teman Sebaya -9.210 3.751 -.145 -2.455 .015

Status Sosioekonomi -1.722 2.335 -.045 -.737 .462

Tempat Tinggal .188 4.446 .003 .042 .966

Keterlibatan Dalam Organisasi 1.083 4.761 .014 .228 .820

Bancana Alam 2.430 3.719 .037 .653 .514

Jenis Sekolah 2.933 4.282 .048 .685 .494

1

Status Sekolah 5.266 3.847 .085 1.369 .172

Selanjutnya berdasarkan hasil output SPSS 16 ingin diketahui dari

kesepuluh independen variabel, variabel manakah yang memiliki kontribusi

paling tinggi terhadap dependen variabel orientasi masa depan dalam bidang

pekerjaan dan karir. Berikut ini adalah deskripsi untuk masing-masing

independen variabel :

• Iklim sosial keluarga dengan orientasi masa depan diperoleh nilai R2 (R

Square) sebesar 0,248, yang berarti bahwa variabel iklim sosial keluarga

memiiki kontribusi sebesar 24,8 % dalam mempengaruhi orientasi masa

Page 95: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

depan dalam bidang pekerjaan dan karir. Selain itu untuk koefisien regresi

diperoleh nilai sebesar 0,499, yang berarti bahwa variabel iklim sosial

keluarga secara positif mempengaruhi orientasi masa depan, dengan kriteria

signifikan. Hal ini berarti semakin harmonis iklim sosial keluarga, maka

semakin tinggi tingkat orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir.

• Jenis kelamin (Gender) dengan orientasi masa depan diperoleh nilai R2 (R

Square) sebesar 0,009, yang berarti bahwa variabel gender memiliki

kontribusi sebesar 0,9 % dalam mempengaruhi orientasi masa depan dalam

bidang pekerjaan dan karir. Sedangkan koefisien regresinya sebesar -5,7,

maka variabel jenis kelamin secara negatif mempengaruhi orientasi masa

depan, dengan kriteria tidak signifikan. Dalam penelitian ini coding yang

digunakan untuk perempuan adalah 1, sedangkan untuk laki-laki adalah 0.

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa remaja laki-laki memiliki tingkat

orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir yang lebih tinggi dari

remaja perempuan, namun perbedaannya tidak signifikan.

• Usia dengan orientasi masa depan diperoleh nilai R2 (R Square) sebesar

0,002, dengan kata lain variabel usia memiliki kontribusi sebesar 0,2 % dalam

mempengaruhi orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir.

Adapun koefisien regresinya sebesar -1,866, yang berarti bahwa variabel usia

Page 96: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

memiliki pengaruh yang negatif terhadap orientasi masa depan dalam bidang

pekerjaan dan karir, dengan kriteria tidak signifikan. Artinya adalah semakin

kecil usia maka semakin tinggi tingkat orientasi masa depannya, namun hal

tersebut tidak signifikan.

• Teman sebaya dengan orientasi masa depan diperoleh nilai R2 (R Square)

sebesar 0,012, yang berarti bahwa variabel teman sebaya memiliki kontribusi

sebesar 1,2 % dalam mempengaruhi orientasi masa depan dalam bidang

pekerjaan dan karir. Sedangkan untuk koefisien regresi didapat nilai sebesar -

9,210, maka variabel teman sebaya secara negatif mempengaruhi orientasi

masa depan, dengan kriteria signifikan. Hal ini berarti bahwa remaja yang

tidak terpengaruh oleh teman sebaya memiliki orientasi masa depan yang

lebih tinggi dari remaja yang terpengaruh oleh teman sebaya.

• Status sosioekonomi dengan orientasi masa depan diperoleh nilai R2 (R

Square) sebesar 0,001, dengan kata lain variabel status ekonomi memiliki

kontribusi sebesar 0,1 % dalam mempengaruhi orientasi masa depan dalam

bidang pekerjaan dan karir. Sedangkan koefisien regresinya sebesar -1,722,

yang berarti bahwa variabel status ekonomi secara negatif mempengaruhi

orientasi masa depan, dengan kriteria tidak signifikan. Dalam hal ini coding

yang digunakan untuk status sosioekonomi rendah adalah 1, tingkat ekonomi

Page 97: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

sedang adalah 2, status sosioekonomi cukup tinggi adalah 3 dan status

sosioekonomi tinggi adalah 4. Maka hasil perhitungan ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi status sosioekonomi maka semakin tinggi pula tingkat

orientasi masa depannya.

• Tempat tinggal dengan orientasi masa depan diperoleh nilai R2 (R Square)

sebesar 0,001 atau variabel lingkungan tempat tinggal berkontribusi sebesar

0,1 % dalam mempengaruhi orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan

karir. Adapun koefisien regresinya sebesar 0,188, yang berarti bahwa variabel

lingkungan tempat tinggal secara positif mempengaruhi orientasi masa depan

dengan kriteria tidak signifikan. Berarti bahwa remaja yang tinggal di

perumahan memiliki orientasi masa depan yang lebih tinggi dari remaja yang

tidak tinggal di prumahan, namun tidak signifikan. Hal ini dilihat dari coding

yang digunakan yaitu 1 untuk remaja yang tinggal di perumahan dan 0 untuk

remaja yang tidak tinggal diperumahan.

• Keterlibatan dalam organisasi dengan orientasi masa depan diperoleh nilai R2

(R Square) sebesar 0,001, dengan kata lain variabel keterlibatan dalam

organisasi memiliki kontribusi sebesar 0,1 % dalam mempengaruhi orientasi

masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir. Untuk koefisien regresi didapat

nilai sebesar 1,083, yang berarti bahwa variabel keterlibatan dalam organisasi

Page 98: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

mempengaruhi orientasi masa depan secara positif, dengan kriteria tidak

signifikan. Maksudnya adalah remaja yang mengikuti organisasi memiliki

tingkat orientasi masa depan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang

tidak mengikuti organisasi, namun tidak signifikan. Hal ini dilihat dari coding

yang digunakan yaitu 1 untuk remaja yang mengikuti organisasi dan 0 untuk

remaja yang tidak mengikuti organisasi.

• Bencana alam dengan orientasi masa depan diperoleh nilai R2 (R Square)

sebesar 0,002, yang berarti bahwa variabel bencana alam memberikan

kontribusi sebesar 0,2 % dalam mempengaruhi orientasi masa depan dalam

bidang pekerjaan dan karir. Untuk koefisien regresi didapat nilai sebesar

2,430, yang berarti bahwa variabel bencana alam mempengaruhi orientasi

masa depan secara positif, dengan kriteria tidak signifikan. Maksudnya adalah

remaja yang tidak pernah mengalami bencana alam memiliki orientasi masa

depan yang lebih tinggi dari remaja yang pernah mengalami bencana alam,

namun tidak signifikan. Hal ini dilihat dari coding yang digunakan yaitu 1

untuk remaja yang tidak pernah mengalami bencana alam dan 0 untuk remaja

yang pernah mengalami bencana alam.

• Jenis sekolah dengan orientasi masa depan diperoleh nilai R2 (R Square)

sebesar 0,001, yang berarti bahwa variabel jenis pendidikan memiliki

Page 99: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

kontirbusi pengaruh terhadap orientasi masa depan sebesar 0,1 %. Adapun

koefisien regresinya sebesar 2,933, dengan kata lain variabel jenis sekolah

mempengaruhi orientasi masa depan secara positif, dengan kriteria tidak

signifikan. Adapun coding yang digunakan untuk variabel ini adalah 1 untuk

remaja SMA dan 0 untuk remaja SMK. Maka hasil perhitungan ini berarti

bahwa remaja SMA memiliki orientasi masa depan yang lebih tinggi dari

remaja SMK.

• Status sekolah dengan orientasi masa depan diperoleh nilai R2 (R Square)

sebesar 0,006, yang berarti bahwa variabel jenis pendidikan memiliki

kontirbusi pengaruh terhadap orientasi masa depan sebesar 0,6 %. Adapun

koefisien regresinya sebesar 5,266, dengan kata lain variabel status sekolah

mempengaruhi orientasi masa depan secara positif, dengan kriteria tidak

signifikan. Maksudnya adalah remaja sekolah menengah negeri memiliki

orientasi masa depan yang lebih tinggi daripada remaja sekolah menengah

swasta. Hal ini dilihat dari coding yang digunakan yaitu 1 untuk remaja

sekolah menengah negeri dan 0 untuk remaja sekolah menengah swasta.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa variabel yang memiliki kontribusi

paling besar dan paling signifikan dalam mempengaruhi orientasi masa depan adalah

variabel iklim sosial keluarga dan yang kedua adalah variabel teman sebaya.

Page 100: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Dari hasil analisis regresi tersebut diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Y’ = 200,159 + 0,499X1* – 1,866X2 - 1,722X3 - 5,700X4 – 9,210X5* + 0,188X6 +

1,083X7 + 2,430X8 + 2,933X9 + 5,266X10

Keterangan :

X1 : Iklim sosial keluarga

X2 : Usia

X3 : Status ekonomi

X4 : Jenis kelamin

X5 : Teman sebaya

X6 : Tempat tinggal

X7 : Keterlibatan dalam organisasi

X8 : Bencana Alam

X9 : Jenis pendidikan

X10 : Status pendidikan

* Signifikan pada level 5%

Page 101: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari

penelitian ini adalah : “Terdapat pengaruh yang signifikan dari Iklim Sosial Keluarga,

Gender, Usia, Teman Sebaya, Status Sosioekonomi, Tempat Tinggal, Keterlibatan

Dalam Organisasi, Bencana Alam, Jenis Pendidikan dan Status Pendidikan terhadap

orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir pada remaja”. Berarti bahwa

hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan dari iklim sosial

keluarga terhadap orientasi masa depan (H1) diterima. Sedangkan hipotesis yang

menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel lain terhadap orientasi

masa depan (H2) ditolak. Hal ini dikarenakan hanya satu dari kesembilan independen

variabel lain yang mendampingi iklim sosial keluarga secara signifikan

mempengaruhi orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir, yaitu variabel

teman sebaya.

Page 102: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

5.2. DISKUSI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim sosial keluarga memiliki pengaruh

yang signifikan secara positif terhadap orientasi masa depan remaja dalam bidang

pekerjaan dan karir. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin harmonis

iklim yang terjadi di dalam keluarga, maka akan semakin tinggi tingkat orientasi

masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir pada remaja. Selain itu, variabel iklim

sosial keluarga adalah variabel yang memiliki kontribusi terbesar dalam

mempengaruhi orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir pada remaja.

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurmi (1987,

dalam McCabe & Barnett, 2000) yang menunjukkan bahwa iklim dalam keluarga

merupakan salah satu faktor dan prediktor yang penting dalam orientasi masa depan

pada anak.

Selain itu Nurmi (1991) juga menjelaskan bahwa interaksi antara orang tua

dan anak memegang peranan penting dalam orientasi masa depan anak. Interaksi ini

memberikan pengaruh dengan cara: (1) Penetapan standar normatif, orang tua

mempengaruhi perkembangan minat, nilai dan tujuan hidup anak, (2) orang tua

berperan sebagai contoh bagi anak dalam menyelesaikan masalah-masalah yang

timbul dalam tugas perkembangan anak, (3) dukungan orang tua membantu anak

mengembangkan sikap optimis terhadap masa depan anak.

Penetapan remaja sebagai sampel pada penelitian ini juga mempengaruhi hasil

penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari iklim

Page 103: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

sosial keluarga terhadap orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir. Hal

ini dikarenakan adanya hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa,

hubungan antara remaja dengan orang tua memiliki pengaruh yang besar terhadap

orientasi masa depan remaja, hal ini dikarenakan adanya pengaruh yang signifikan

terhadap penyesuaian diri remaja (Phares & Compas, 1992 dalam McCabe & Barnet,

2000). Trommsdorff (1983, dalam McCabe & Barnet, 2000) melihat adanya

keterlibatan orang tua dan menemukan bahwa remaja yang memandang adanya

dukungan dan keterbukaan dari orang tua mereka akan mendapatkan orientasi masa

depan yang lebih positif daripada remaja yang kurang mendapatkan dukungan dari

orang tua.

Pendapat lain diungkapkan oleh Schneider dkk. (2002) yaitu, bila suatu iklim

semakin positif dan kuat, individu akan semakin berharap untuk melakukan perilaku

positif. Semakin negatif dan kuat suatu iklim, individu di dalamnya pun akan semakin

melakukan perilaku negatif. Dengan demikian hasil penelitian ini juga dapat

dikatakan mendukung pernyataan tersebut bahwa, semakin harmonis suatu iklim di

dalam keluarga maka akan semakin tinggi pula tingkat orientasi masa depan remaja

khususnya dalam bidang pekerjaan dan karir.

Selanjutnya, variabel lain yang secara signifikan mempengaruhi orientasi

masa depan remaja dalam bidang pekerjaan dan karir adalah teman sebaya, dengan

arah hubungan negatif. Berarti dalam hal ini remaja yang tidak dipengaruhi teman

sebaya atau lebih cenderung dipengaruhi oleh orang yang lebih dewasa memiliki

orientasi masa depan yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang dipengaruhi

Page 104: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

oleh teman sebaya. Dengan kata lain, tidak terdapat kesesuaian antara hasil penelitian

ini dengan teori dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Malmberg (2001)

mengenai Future Orientation in Educational and Interpersonal Context. Penelitian

tersebut menunjukkan bahwa teman sebaya memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap orientasi masa depan pada bidang pendidikan. Selain itu, Nurmi (1991)

dalam teorinya menyatakan bahwa teman sebaya dapat mempengaruhi orientasi masa

depan dengan cara yang bervariasi.

Teman sebaya berarti teman sepermainan dengan jenjang usia yang sama dan

berada pada tingkat perkembangan yang sama, dimana teman sebaya dapat saling

bertukar informasi pada pemikiran mengenai tugas perkembangannya. Kelompok

teman sebaya (peer group) juga memberikan individu kesempatan untuk

membandingkan tingkah lakunya dengan temannya yang lain. Ketidaksesuaian hasil

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat dikarenakan bidang orientasi masa

depan yang diteliti pada penelitian sebelumnya adalah bidang pendidikan, sedangkan

pada penelitian ini bidang yang diteliti adalah pekerjaan dan karir. Berarti bidang

orientasi masa depan remaja yang dipengaruhi oleh teman sebaya adalah bidang

pendidikan, sedangkan untuk bidang pekerjaan dan karir lebih dipengaruhi oleh orang

yang lebih dewasa, misalnya orang tua, kakak atau orang lain yang dianggap lebih

pengalaman.

Untuk variabel jenis kelamin atau gender, hasil penelitian menunjukkan

bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap orientasi

masa depan remaja dalam bidang pekerjaan dan karir. Dengan kata lain, perbedaan

Page 105: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

jenis kelamin tidak secara signifikan mempengaruhi orientasi masa depan remaja

dalam bidang pekerjaan dan karir.

Berdasarkan tinjauan literatur ditemukan adanya perbedaan gender yang

signifikan antara domain-domain pada orientasi masa depan, tetapi pola perbedaan

yang muncul akan berubah seiring berjalannya waktu Nurmi (1991, dalam McCabe &

Barnett, 2000). Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1991) ditemukan bahwa

perempuan lebih berorientasi ke arah masa depan keluarga sedangkan laki-laki lebih

berorientasi ke arah masa depan karir (McCabe & Barnet, 2000). Berarti tidak ada

kesesuaian antara hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Hal ini

kemungkinan dapat dikarenakan oleh jumlah sampel dalam penelitian ini yang tidak

seimbang antara laki-laki dan perempuan, dimana perempuan memiliki proporsi yang

lebih besar.

Menilik dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1991) yang salah

satunya menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung berorientasi ke arah masa

depan karir, maka bila dilihat dari analisis skor orientasi masa depan berdasarkan

jenis kelamin (bab 4 tabel 4.1) yang menunjukkan bahwa, remaja laki-laki memiliki

nilai rata-rata orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir yang lebih

tinggi dibandingkan dengan remaja perempuan, dapat dikatakan sesuai, namun dalam

penelitian ini perbedaannya tidak signifikan. Berikutnya adalah variabel usia, hasil

penelitian menunjukkan bahwa usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap orientasi masa depan remaja dalam bidang pekerjaan dan karir. Sampel

penelitian ini dibatasi oleh usia yaitu 15 – 18 tahun, maka dalam penelitian ini

Page 106: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

kategori usia dibagi menjadi 4 kelompok yaitu, kelompok usia 15 tahun, 16 tahun, 17

tahun dan 18 tahun. Adapun hasil analisis skor orientasi masa depan berdasarkan usia

(Bab 4 tabel 4.2) menunjukkan bahwa kelompok remaja usia 16 tahun memiliki nilai

rata-rata orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir paling tinggi,

kemudian disusul oleh kelompok remaja dengan usia 15 tahun, selanjutnya kelompok

remaja dengan usia 17 tahun dan terendah adalah kelompok remaja dengan usia 18

tahun. Dengan kata lain, remaja dengan usia yang lebih dewasa belum tentu secara

signifikan memiliki orientasi masa depan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

remaja dengan usia yang lebih muda.

Penelitian yang dilakukan oleh Seginer (1991, dalam Amenike, 2008) pada

remaja wanita yang duduk di bangku sekolah menengah pertama, menengah atas dan

kuliah, menemukan bahwa terdapat perbedaan orientasi masa depan partisipan

berdasarkan kelompok usia pada semua domain kehidupan prospektif (karir, keluarga

dan pendidikan). Bila dibadingkan dengan hasil penelitian ini, dapat dikatakan tidak

sejalan, karena sampel penelitian ini hanya remaja yang berada pada usia sekolah

menengah tingkat atas dengan rentang usia yang tidak jauh, atau hanya berselang 1

tahun. Sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Seginer (1991, dalam

Amenike, 2008) sampel berasal dari jenjang atau tingkat pendidikan yang berbeda,

dan memiliki rentang usia yang berbeda secara signifikan. Oleh karena itu didapat

hasil yang berbeda.

Untuk variabel jenis sekolah dan status sekolah juga didapatkan hasil yang

tidak signifikan dalam mempengaruhi orientasi masa depan remaja khususnya dalam

Page 107: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

bidang pekerjaan dan karir. Hal ini berarti bahwa antara siswa SMA dengan siswa

SMK tidak terdapat perbedaan tingkat orientasi masa depan, dan juga antara sekolah

menengah negeri dengan sekolah menengah swasta tidak terdapat perbedaan yang

tingkat orientasi masa depan yang signifikan. Trommsdorff, 1979; Hurrelmann, 1987;

Klaezinsky & Reese, 1991 (dalam Malmberg & Trempala, 1997) mengatakan bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan adalah jalur pendidikan.

Pendidikan ini dapat diterima individu melalui pengalaman di sekolah. Penelitian

terakhir mengenai hal tersebut dilakukan oleh Amenike (2008) bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dengan orientasi masa depan dalam

bidang karir pada siswa boarding school.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian tersebut di atas tergambar jelas bahwa

pendidikan sangat penting dalam perkembangan orientasi masa depan remaja. Hal ini

juga terlihat dari analisis sampel berdasarkan ketegorisasi orientasi masa depan pada

Bab 4 tabel. 4.10 yang menunjukkan bahwa, tidak ada responden yang berada pada

tingkat orientasi masa depan kategori rendah. Hal ini dapat dikarenakan bahwa

sampel yang dipilih oleh peneliti adalah remaja yang bersekolah di sekolah menengah

tingkat atas, atau dengan kata lain remaja yang sedang menempuh pendidikan.

Variabel lainnya adalah status sosioekonomi, hasil penelitian menunjukkan

bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari status sosioekonomi terhadap

orientasi masa depan remaja dalam bidang pekerjaan dan karir. Artinya tidak terdapat

perbedaan tingkat orientasi masa depan antara remaja dengan status sosioekonomi

tinggi, sedang maupun rendah. Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang

Page 108: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

dilakukan oleh Nurmi (1987, dalam Nurmi, 1991) yang menunjukkan bahwa individu

yang memiliki latar belakang status sosioekonomi yang tinggi cenderung untuk

memiliki pemikiran mengenai masa depan karir yang lebih tinggi dibandingkan

individu dengan latar belakang sosioekonomi rendah. Kemudian Poole dan Cooney;

Trommsdorff, dkk (Nurmi, 1991) mengungkapkan bahwa remaja dengan status

sosioekonomi menengah lebih tertarik pada pendidikan, karir dan aktivitas waktu

luang. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan bahwa kemiskinan dan status

sosioekonomi yang rendah berkaitan dengan perkembangan orientasi masa depan

yang menyebabkannya menjadi terbatas (Friere, Gorman, & Wessman, 1980 ; Nurmi,

1991 dalam McCabe & Barnet, 2000) dan pesimistis (Voydenoff & Donnelly, 1990

dalam McCabe & Barnet, 2000).

Perbedaan hasil penelitian di atas dapat dikarenakan oleh proporsi sampel

yang tidak seimbang antara remaja yang memiliki status sosioekonomi tinggi, sedang,

cukup tinggi dan rendah. Tetapi bila dilihat dari analisis skor orientasi masa depan

berdasarkan status sosioekonomi, remaja yang status sosioekonominya tinggi

memiliki rata-rata skor orientasi masa depan paling tinggi. Sedangkan remaja yang

status sosioekonominya rendah memiliki rata-rata skor orientasi masa depan paling

rendah, namun perbedaan tersebut tidak signifikan.

Kemudian variabel keterlibatan dalam organisasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

keterlibatan dalam organisasi dengan orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan

dan karir. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yang

Page 109: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

dilakukan oleh Palupi (2007) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

variabel keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan dengan orientasi masa depan

dalam bidang pekerjaan dan karir.

Hal ini dapat dikarenakan oleh sampel yang berbeda, dimana penelitian ini

menggunakan sampel remaja yang sedang bersekolah di sekolah menengah tingkat

atas, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2007) sampelnya adalah

mahasiswa. Bagi siswa, mengikuti organisasi, club atau ekstrakulikuler hanya

dikarenakan hobi, sedangkan pada mahasiswa keterlibatannya dalam organisasi tidak

hanya dikarenakan hobi, tetapi juga dikarenakan hal lain seperti pengembangan diri,

aktualisasi diri dan juga menyesuaikan dengan arah dan tujuan hidupnya. Selain itu

mahasiswa memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi, sehingga kemampuan dalam

menyerap dan memperoleh informasi lebih tinggi dari remaja usia SMA.

Untuk variabel tempat tinggal, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak

terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel tempat tinggal terhadap orientasi

masa depan. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan orientasi masa depan

antara remaja yang tinggal di kompleks perumahan dengan yang bukan perumahan.

Moeliono dkk. (2002) dalam hasil penelitiannya tentang gambaran mengenai

orientasi masa depan pada remaja kota dan desa menyatakan bahwa ada perbedaan

orientasi masa depan yang signifikan antara remaja kota dengan remaja desa.

Memang tidak ada kesesuaian antara hasil penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya. Tetapi karena seluruh sampel penelitian ini berada di kota, jadi peneliti

mencoba untuk mengklasifikasikannya berdasarkan tempat tinggalnya apakah di

Page 110: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

komplek perumahan atau yang bukan perumahan, dengan anggapan bahwa remaja

yang tinggal di perumahan sama dengan remaja yang tinggal di kota, hal ini dilihat

dari struktur rumah yang beraturan dan lingkungan yang lebih tertata serta kondisi

masyarakatnya yang cenderung individualistis. Sedangkan untuk remaja yang tidak

tinggal di perumahan sama dengan remaja yang tinggal di desa, dengan anggapan

bahwa adanya kesamaan berdasarkan struktur rumah yang tidak beraturan serta

kondisi masyarakatnya yang elbih menekankan kebersamaan dan tidak individualis.

Terakhir adalah variabel bencana alam, hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bencana alam terhadap

orientasi masa depan remaja. Artinya adalah antara remaja yang pernah mengalami

bencana alam dengan yang tidak pernah mengalami bencana alam tidak terdapat

perbedaan orientasi masa depan yang signifikan. Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Artar (2002, dalam Palupi, 2007) yang

menemukan perbedaan antara remaja Turki yang mengalami musibah gempa bumi

dengan remaja yang tidak mengalami musibah dalam orientasi masa depannya.

Perbedaan hasil penelitian ini dapat dikarenakan lokasi penelitian yang

cenderung jauh berbeda. Selain itu seberapa besar bencana yang ditimbulkan juga

menjadi alasan berbedanya hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Pada

penelitian ini tidak terdapat kualifikasi yang jelas tentang bencana alam yang

dimaksud, apakah menyebabkan kerusakan yang besar sehingga menimbulkan trauma

bagi masyarakatnya atau hanya bencana alam yang kecil dan tidak menimbulkan

dampak traumatik. Sedangkan pada penelitian sebelumnya, lokasi penelitian yang

Page 111: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

digunakan adalah lokasi terjadinya bencana gempa bumi besar yang menyebabkan

perubahan yang signifikan dari segi struktur masyarakatnya dan menimbulkan

dampak traumatik yang berkepanjangan.

5.3. SARAN

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini jauh dari kesempurnaan, masih

banyak kekurangan dan kelemahannya. Namun hal tersebut merupakan pembelajaran

berharga yang dapat diperoleh. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini,

maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

5.3.1. Saran Metodologis

1. Dikarenakan variasi dari kedelapan independen variabel hanya menyumbang

pengaruh sebesar 28,3 % dan sisanya disebabkan oleh faktor lain, maka

disarankan untuk penelitian selanjutnya agar mencari dan menghubungkan faktor-

faktor lain yang mempengaruhi orientasi masa depan, khususnya yang ada pada

teori di Bab 2 yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut

diantaranya faktor internal individu yaitu konsep diri, sense of coherence, strategi

bertahan dan trait kecemasan. Selain itu faktor eksternal atau kontekstual lainnya

yaitu budaya, agama dan sebagainya.

2. Konstruk orientasi masa depan dapat diaplikasikan pada berbagai domain

kehidupan. Penelitian ini hanya meneliti orientasi masa depan dalam domain

pekerjaan dan karir. Oleh karena itu, penting kiranya untuk mengadakan

Page 112: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

penelitian orientasi masa depan pada domain kehidupan lainnya (misalnya dalam

bidang pendidikan, keluarga, pernikahan dan lainnya).

3. Salah satu kekurangan dari penelitian ini adalah kurang seimbangnya persebaran

responden penelitian. Maka dalam penelitian selanjutnya diharapkan untuk

menyeimbangkan persebaran responden berdasarkan data kontrol penelitian

(misalnya jenis kelamin dan tingkat sosioekonomi).

4. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal di wilayah Jakarta Utara.

Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas cakupan populasi dan

memperbanyak jumlah sampel, agar diperoleh data yang lebih variatif.

5. Selanjutnya, diharapkan mengadakan penelitian orientasi masa depan dalam

bidang pekerjaan dan karir pada responden dengan karakteristik yang berbeda

(misalnya anak jalanan).

5.3.2. Saran Praktis

Mengingat pentingnya orientasi masa depan dalam proses perkembangan remaja,

maka penulis menyarankan :

1. Hasil penelitian ini dapat juga dijadikan bahan masukan yang positif bagi para

orang tua agar mengambil peran yang besar dalam upaya mengkondisikan

keluarga dalam iklim yang harmonis dan kondusif, misalnya dengan menghindari

terjadinya konflik antar anggota keluarga, mengintensifkan komunikasi antar

Page 113: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

anggota keluarga dan sebagainya, sehingga remaja dapat menyelesaikan tugas

perkembangannya dengan baik khususnya dalam memperoleh orientasi yang baik

tentang masa depannya.

2. Selain itu diharapkan agar orang tua dapat mendampingi dan memberikan

motivasi penuh kepada remaja dalam mencapai masa depan yang dicita-

citakannya. Orang tua juga diharapkan dapat memantau lingkungan sekitar remaja

serta teman-teman sebayanya agar tidak terpengaruh hal-hal negatif dan juga

diharapkan orang tua bisa memposisikan diri sebagai teman dan rekan diskusi

bagi remaja. Hal ini dikarenakan hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja

memiliki pengaruh lebih besar dari orang yang lebih dewasa dan lebih

berpengalaman dalam hal orientasi masa depan khususnya dalam bidang

pekerjaan dan karir.

3. Untuk remaja agar lebih menggali dan mencari informasi sebanyak-banyaknya

mengenai pekerjaan dan karir yang diinginkan di masa depan, karena dengan

informasi yang banyak akan memudahkan tercapainya pekerjaan dan karir yang

diinginkan. Selain itu diharapkan remaja dapat lebih selektif dalam memilih

teman bermain yang tepat, hal ini dipandang perlu karena salah satu hasil

penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari teman sebaya

terhadap orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir.

Page 114: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ary Ginanjar. 2001. ESQ : Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6

Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta : Arga Wijaya Persada.

Agustriani, Hendriati, dkk. 2001. www.ceria.bkkbn.go.id.

Al-Rahman, Dian Fatwa Nafs. 2004. Hubungan Antara Iklim Sosial Keluarga dengan Prestasi Belajar. Skripsi. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Amenike, Diny. 2008. Hubungan Iklim Sekolah dengan Orientasi Masa Depan Bidang Karir. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Azwar, Saifuddin., (2003). Penysunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Datuk, H . Zainal Arifin. 1976. Remaja Sebab dan Penanggulangannya.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Gilmer, B Von Haller. 1984. Applied Psychology : Adjusment in Living and Work.

New Delhi : India Offset Press. Hasan, Fuad. 2003. Kamus Istilah Psikologi. Jakarta : Progres. Higgins, James M. 1982. Human Relations : Concept and Skills. New York : Random

House. Inc. Hurlock, E. 1999. Psikologi perkembangan Anak, jilid ke satu, (terjemahan :

Istiwidayati). Surabaya: Erlangga. Jahja Umar, Ph.D. 2009. Personal Communication. Jakarta : Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Kimmel. 1995. www.geocities.com.

Page 115: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Kozlowski, Steve W. J & Mary L. Doherty. 1989. Integration of Climate and Leadership : Examination of a Neglected Issue. Journal of Applied Psychology Vol. 74. No. 4. Hal. 546.

Lindzey, Gardner & Calvin S. Hall. 1978. Theories of Personality. New York : John

Wiley & Sons. Malmberg, Lars Erik & Janusz Trempala. 1997. Anticipated Transition to Adulthood

: The Effect of Educational Track, Gender, and Self Evaluation on Finnish and Polish Adolescents’ Future Orientation. Journal of Youth and Adolescence Vol. 26 No. 5.

McCabe, Kristen M & Douglas Barnett. 2000. The Relation Between Familial

Factors and Future Orieantation of Urban, African American Sixth Graders. Journal of Child and Family Studies Vol. 9, No.4.

McCabe, Kristen M & Douglas Barnett. 2000a. First Comes Work, Then Comes

Marriage : Future Orientation Among African American Young Adolescents. Journal of Interdisiplinary Journal of Applied Vol. 49, No.1.

Monks, F J & Knoers. 2002. Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Moeliono, Marisa F, dkk. 2002. Gambaran Orientasi Masa Depan Remaja dalam

Bidang Karier dan Pekerjaan pada Remaja Kota dan Remaja Desa. Laporan Penelitian : Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

Moos, Rudolf H. 2002. The Mystery of Human Context and Coping : An Unraveling of Clues. American Journal of Community Psychology Vol. 30 No. 1 Hal. 67.

Moos, Rudolf H & Charles J Holahan. 2004. Environmental Assessment.

Encyclopedia of Applied Psychology Vol. 1 Hal. 787. Nurmi, Jari-Eric. 1989. Adolescents’ Orientation to The Future : Development of

Interest and Plans, and Related Attributions and Affect, in the Life-Span Context. Helsinski : Societas Scientiarum Fennica.

Nurmi, Jari-Eric. 1991. How Do Adolescents See Their Future? A Review of the

Development of Future Orientation and Planning. Helsinski : Academic Press, Inc.

Page 116: IZZAH RUFAIDAH-FPSI.pdf

Palupi, N.P. 2007. Hubungan antara Trait Kecemasan dan Keterlibatan dalan Organisasi Kemahasiswaan dengan Orientasi Masa Depan Bidang Karir. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Rahayu, Setyorini. 1993. Hubungan Antara Iklim Sosial Keluarga dengan Aspirasi

pada Remaja Akhir. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Ruud, Josephine Bartow & Olive A Hall. 1974. Adult Education for Home and

Family Life. New York : John Wiley & Sons, Inc. Sadarjoen, Sawitri Supardi. 2005. Pernak-pernik Hubungan Orang Tua-Remaja

(Anak Bertingkah Orang Tua Mengekang). Jakarta : Kompas. Sadarjoen, Sawitri Supardi. 2008. http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/03/16/

01283497/melulu.orientasi.masa. depan.cukupkah

Santrock, John.W. 2002. Life-Span development. Perkembangan Masa Hidup. Edisi

5, Jilid 2 (terjemah : Achmad Chusairi & Juda Damanik). Jakarta : Erlangga. Sarwono, Sarlito. Wirawan. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers. Scheneider, Benjamin, dkk. 2002. Climate Strenght : a New Direction for Climate

Research. Journal of Applied Psychology Vol. 87 No. 2. Sevilla, Consuelo G. 1993. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta : UI Press. Sitanggang, AR. Henry. 1994. Kamus Psikologi. Bandung : Armico.