BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intracranial hemorrhage dibagi menjadi dua bagian besar intra- axial hemorrhage dan extra-axial hemorrhage. Intra-axial hemorrhage mencakup intracerebral hemorrhage ,intraparenchymal hemorrhage dan intraventricular hemorrhage. Sedangkan extra-axial hemorrhage mencakup epidural hemorrhage ,subdural hemorrhage dan subarachnoid hemorrhage. Intra-axial hemorrhage merupakan kasus yang lebih gawat dan lebih sulit ditangani dibandingkan dengan extra-axial hemorrhage. Intracranial Hemorrhage bisa disebabkan oleh trauma fisik mapun non-trauma. Intracranial Hemorrhage merupakan kasus gawat darurat karena perdarahannya bisa menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial sehingga membatasi suplai oksigen dan darah ke otak. Selain itu peningkatan tekanan intrakranial yang parah juga bisa menyebabkan brain herniation dan kejang. Untuk menunjang diagnosis ,gold standard yang dipakai adalah pemeriksaan CT-Scan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intracranial hemorrhage dibagi menjadi dua bagian besar intra-axial hemorrhage dan extra-
axial hemorrhage. Intra-axial hemorrhage mencakup intracerebral hemorrhage ,intraparenchymal
hemorrhage dan intraventricular hemorrhage. Sedangkan extra-axial hemorrhage mencakup
epidural hemorrhage ,subdural hemorrhage dan subarachnoid hemorrhage. Intra-axial
hemorrhage merupakan kasus yang lebih gawat dan lebih sulit ditangani dibandingkan dengan
extra-axial hemorrhage. Intracranial Hemorrhage bisa disebabkan oleh trauma fisik mapun non-
trauma. Intracranial Hemorrhage merupakan kasus gawat darurat karena perdarahannya bisa
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial sehingga membatasi suplai oksigen dan darah ke
otak. Selain itu peningkatan tekanan intrakranial yang parah juga bisa menyebabkan brain
herniation dan kejang. Untuk menunjang diagnosis ,gold standard yang dipakai adalah
pemeriksaan CT-Scan.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan referat ini diantaranya adalah untuk memberikan gambaran ringkas
mengenai Gambaran CT-Scan Intraventricular Hemorrhage dan Intracerebral Hemorrhage.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Sistem ventrikel otak :
a.Ventrikel lateralis ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua ventrikel
lateralis berhubungan dengan ventrikel III (ventrikel tertius) melalui foramen interventrikularis
(Monro)
b.Ventrikel III (Ventrikel Tertius) terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh
thalamus dengan adhesio interthalamica dan hypothalamus. Recessus opticus dan infundibularis
menonjol ke anterior, dan recessus suprapinealis dan recessus pinealis ke arah kaudal.Ventrikel
III berhubungan dengan ventrikel IV melalui suatu lubang kecil yaitu aquaductus Sylvii
(aquaductus cerebri).
c.Ventrikel IV (Ventrikel Quartus) membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea
antara cerebellum dan medulla serta membentang sepanjang recessus lateralis pada kedua sisi.
Masing-masing recessus berakhir pada foramen luschka, muara lateral ventrikel IV.
2.2.1 Definisi
Primary intraventricular hemorrhage yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem
ventrikuler, tanpa adanya ruptur atau laserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa primary
intraventricular hemorrhage merupakan intracranial hemorrhage yang terbatas pada sistem
ventrikel. Sedangkan secondary intraventricular hemorrhage muncul akibat pecahnya pembuluh
darah yang dalam dan jauh dari daerah periventrikular, yang meluas ke sistem ventrikel. Primary
menandakan tampilan patologik dan bukan menandakan etiologi yang tidak diketahui. Sekitar
70% intraventricular hemorrhage terjadi sekunder, Secondary intraventricular hemorrhage terjadi
akibat perluasan dari intraparenchymal hemorrhage atau subarachnoid hemorrhage yang masuk
ke sistem ventrikel. 35% dari trauma kepala yang sedang sampai berat dapat menyebabkan
intraventricular hemorrhage.
2.2.2 Etiologi
Etiologi intraventricular hemorrhage bervariasi dan pada beberapa pasien tidak diketahui.
Tetapi menurut penelitian didapatkan :
1.Hipertensi, aneurisma perdarahan hipertensi pada arteri parenkim yang sangat kecil dari
jaringan yang sangat dekat dengan sistem ventrikuler
2.Kebiasaan merokok
3.Alkoholisme
4.Anomali pembuluh darah serebral, malformasi pembuluh darah termasuk angioma kavernosa
dan aneurisma serebri
5.Trauma fisik
2.2.3 Patofisiologi
Ada 4 grade pada intraventricular hemorrhage :
1.Perdarahan pada germinal matrix
2.Perdarahan sudah masuk ke system ventrikel tapi ventrikel belum membesar
3.Ventrikel membesar karena perdarahan yang terakumulasi
4.Perdarahan masuk ke jaringan otak lainnya di sekitar ventrikel
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis klinis dari intraventricular hemorrhage sangat sulit dan jarang dicurigai
sebelum CT-scan meskipun gejala klinis menunjukkan diagnosis mengarah ke intraventricular
hemorrhage, namun CT-scan kepala diperlukan untuk konfirmasi.
2.2.5 Diagnosis Banding
Brain contusio dan subarachnoid hemorrhage seringkali dikaitkan dengan intraventricular
hemoorhage. Pada neonatus, apnea of prematurity ,hypermagnesemia ,hypoglycemia ,neonatal
sepsis ,periventricular leukomalacia.
2.2.6 Terapi
Terapi intraventricular hemorrhage :
1.CT-scan kepala sangat sensitif dalam mengidentifikasi perdarahan akut dan dipertimbangkan
sebagai gold standard.
2.Terapi konvensional intraventricular hemorrhage berpusat pada tatalaksana hipertensi dan
peningkatan tekanan intrakranial bersamaan dengan koreksi koagulopati dan mencegah
komplikasi seperti perdarahan ulang dan hidrosefalus. Tatalaksana peningkatan tekanan
intrakranial adalah dengan :
-Resusitasi cairan intravena
-Elevasi kepala pada posisi 30 derajat
-Mengoreksi demam dengan antipiretik.
-Usaha awal untuk fokus menangani peningkatan tekanan intrakranial sangat beralasan,
karena peningkatan tekanan intrakranial yang berat berhubungan dengan herniasi dan
iskemi. Usaha untuk menghilangkan bekuan darah dengan menyuntikkan trombolitik
dosis rendah.
Rekomendasi AHA Guideline 2009 :
1.Pasien dengan nilai GCS < 8, dan dengan bukti klinis herniasi transtentorial, atau dengan
intraventricular hemorrhage yang nyata atau hidrosefalus dipertimbangkan untuk monitor dan
tatalaksana. Cerebral perfusion pressure 50-70 mmHg beralasan untuk dipertahankan tergantung
dari autoregulasi serebri.
2.Drainase ventrikuler sebagai terapi untuk hidrosefalus beralasan pada pasien dengan penurunan
tingkat kesadaran.
3.Terapi hidrosefalus pada pasien dilanjutkan dengan konsul ke bagian bedah saraf dengan
rencana tindakan ventriculoperitoneal shunt cito. Ventriculoperitoneal shunt merupakan tehnik
operasi yang paling popular untuk tatalaksana hidrosefalus,yaitu cairan serebrospinal dialirkan
dari ventrikel otak ke rongga peritoneum.
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi intraventricular hemorrhage antara lain :
1.Hidrosefalus. Hal ini merupakan komplikasi yang sering dan kemungkinan disebabkan karena
obstruksi cairan sirkulasi serebrospinal atau berkurangnya absorpsi meningeal.
2.Perdarahan ulang (rebleeding), dapat terjadi setelah serangan hipertensi.
3.Vasospasme serebri :
- Disfungsi arteriovena hipotalamik berperan dalam perkembangan vasospasme
intrakranial.
- Penumpukkan atau jeratan dari bahan spasmogenik akibat gangguan dari sirkulasi
cairan serebrospinal.
2.2.8 Prognosis
Pada intraventricular hemorrhage yang disertai peningkatan tekanan darah dan
hidrosefalus dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan berpotensi
mengakibatkan brain herniation yang fatal.
2.3.1 Definisi
Intracerebral Hemorrhage yang paling sering terjadi didaerah arteri kecil yang melewati
ganglia basal, thalamus, dan batang otak dan oleh arteriopathy karena hipertensi kronik. Penyakit
ini, sering berhubungan dengan arteriosklerosis, karena terjadi penyumbatan pada infark lakunar
atau kebocoran yang menyebabkan perdarahan otak. Perdarahan kecil dapat mendahului
perdarahan besar dari arteri kecil.
2.3.2 Patofisiologi
Kebanyakan kasus intracerebral hemorrhage terjadi pada pasien dengan hipertensi kronik.
Faktor resiko lain penyebab perdarahan intraserebral antara lain bertambahnya usia, merokok,
konsumsi alkohol, dan kolesterol tinggi. Keadaan ini menyebabkan perubahan arteriosklerotik
pembuluh darah kecil, terutama pada cabang-cabang arteri serebri media, yang mensuplai ke
dalam basal ganglia dan kapsula interna. Pembuluh-pembuluh darah ini menjadi lemah, sehingga
terjadi robekan dan reduplikasi pada lamina interna, hialinisasi lapisan media dan akhirnya
terbentuk aneurisma kecil yang dikenal dengan aneurisma Charcot-Bouchard. Hal yang sama
dapat terjadi pembuluh darah yang mensuplai pons dan serebelum. Rupturnya satu dari
pembuluh darah yang lemah menyebabkan perdarahan ke dalam substansi otak.
2.3.3 Gejala Klinis
Terjadinya perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan
dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala,
mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarahan retina, dan epistaksis. Penurunan
kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia / hemiparese dan dapat disertai kejang