IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah dan Status Kawasan Pemeritah Hindia Belanda pada tahun 1889 menetapkan Kebun Raya Cibodas dan areal hutan diatasnya seluas 240 ha sebagai contoh flora pegunungan pulau jawa sekaligus sebagai cagar alam. Kemudian dengan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 33 tanggal 11 Juni 1919 kawasan tersebut diperluas hingga areal hutan di sekitar air terjun Cibeureum. Kemudian berdasarkan SK Gubernur Jenderal 11 Juli 1919 kawasan ini bertambah luas dengan penambahan hutan lindung di lereng Gunung Gede Pangrango di sekitar desa Cimungkat seluas 56 ha. Berikutnya melalui SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda No.7 tanggal 5 Januari 1925 kawasan puncak Gunung Gede Pangrango, Gunung Gemuruh, Gunung Pangrango, daerah sungai Cibodas, dan sungai Ciwalen yang keseluruhannya meliputi 1040 ha ditetapkan sebagai cagar alam. Pada akhirnya pada tanggal 6 Maret 1980 Menteri Pertanian melaui SK Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 menetapkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan luas 15.196 ha meliputi cagar alam Cibodas, cagar alam Cimungkat, cagar alam Gunung Gede Pangrango dan areal hutan alam dilerengnya serta Taman Hutan Wisata Situ Gunung. Untuk meningkatkan luas kawasan konservasi, pada tahun 2003 melalui SK Menteri Kehutanan No. 174/KPTS-II/2003 dilakukan perluasan dari 15.196 ha menjadi 21.975 ha. Perluasan dilakukan mengingat kawasan disekitar TNGGP merupakan habitat dan daerah jelajah beberapa jenis satwa langka dan dilindungi seperti Surili, Owa jawa, Macan Tutul dan beberapa jenis burung yang perlu dilindungi dan dilestarikan. 4.2. Kondisi Fisik Kawasan 4.2.1. Lokasi, Batas Kawasan dan Aksesibilitas Secara geografis Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) terletak antara 106 0 51’ - 107 0 02’ BT dan 6 0 41’ – 6 0 51’ LS. Secara administratif taman nasional ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Sukabumi,
13
Embed
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah dan … · dilindungi yang ada di sekitar PPKA Bodogol antara lain : Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Surili (Presbytis comata), Owa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah dan Status Kawasan
Pemeritah Hindia Belanda pada tahun 1889 menetapkan Kebun Raya Cibodas
dan areal hutan diatasnya seluas 240 ha sebagai contoh flora pegunungan pulau jawa
sekaligus sebagai cagar alam. Kemudian dengan SK Gubernur Jenderal Hindia
Belanda Nomor 33 tanggal 11 Juni 1919 kawasan tersebut diperluas hingga areal
hutan di sekitar air terjun Cibeureum. Kemudian berdasarkan SK Gubernur Jenderal
11 Juli 1919 kawasan ini bertambah luas dengan penambahan hutan lindung di lereng
Gunung Gede Pangrango di sekitar desa Cimungkat seluas 56 ha. Berikutnya melalui
SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda No.7 tanggal 5 Januari 1925 kawasan puncak
Gunung Gede Pangrango, Gunung Gemuruh, Gunung Pangrango, daerah sungai
Cibodas, dan sungai Ciwalen yang keseluruhannya meliputi 1040 ha ditetapkan
sebagai cagar alam.
Pada akhirnya pada tanggal 6 Maret 1980 Menteri Pertanian melaui SK Menteri
Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 menetapkan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango dengan luas 15.196 ha meliputi cagar alam Cibodas, cagar alam
Cimungkat, cagar alam Gunung Gede Pangrango dan areal hutan alam dilerengnya
serta Taman Hutan Wisata Situ Gunung. Untuk meningkatkan luas kawasan
konservasi, pada tahun 2003 melalui SK Menteri Kehutanan No. 174/KPTS-II/2003
dilakukan perluasan dari 15.196 ha menjadi 21.975 ha. Perluasan dilakukan
mengingat kawasan disekitar TNGGP merupakan habitat dan daerah jelajah beberapa
jenis satwa langka dan dilindungi seperti Surili, Owa jawa, Macan Tutul dan
beberapa jenis burung yang perlu dilindungi dan dilestarikan.
4.2. Kondisi Fisik Kawasan
4.2.1. Lokasi, Batas Kawasan dan Aksesibilitas
Secara geografis Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) terletak
antara 106051’ - 107
002’ BT dan 6
041’ – 6
051’ LS. Secara administratif taman
nasional ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Sukabumi,
33
Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. TNGGP mempunyai luas 21.975 Ha
dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Cianjur dan Bogor;
Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor;
Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Sukabumi;
Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten Cianjur.
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, tahun 2004
Gambar 8 Peta lokasi penelitian.
Aksesibilitas TNGGP relatif lebih bagus dibandingkan taman nasional lain,
dikelilingi jalan raya propinsi yang menghubungkan beberapa kota besar di Jawa
Barat seperti Bogor, Jakarta, Bandung dan sekitarnya. Dengan kondisi seperti ini,
TNGGP mudah untuk dikunjungi dari daerah manapun di sekitar Jakarta, Bogor dan
Bandung. TNGGP sebagai kawasan wisata memiliki beberapa pintu masuk. Berikut
keterangan beberapa pintu masuk dapat dilihat pada Tabel 7.
34
Tabel 7 Informasi pintu masuk wisata ke kawasan TNGGP
Sumber : Balai TNGGP
4.2.2. Topografi dan Geologi
Kawasan TNGGP merupakan rangkaian gunung berapi, terutama Gunung Gede
(2958 m dpl) dan Gunung Pangrango (3019 m dpl). Topografi bervariasi mulai dari
landai hingga bergunung dengan kisaran ketinggian antara 700 m dan 3000 m dpl.
Jurang dengan kedalaman sekitar 70 m banyak dijumpai didalam kedua kawasan
tersebut. Sebagian besar kawasan TNGGP merupakan dataran tinggi tanah kering
dan sebagian kecil merupakan daerah rawa, terutama di daerah sekitar Cibeureum
yaitu Rawa Gayonggong.
Pada bagian selatan kawasan yaitu daerah Situgunung, memiliki kondisi
lapangan yang berat karena terdapatnya bukit-bukit (seperti bukit masigit) yang
memiliki kemiringan lereng sekitar 20-80 %. Kawasan Gunung Gede yang terletak di
bagian timur dihubungkan Gunung Pangrango oleh punggung bukit yang berbentuk