IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1. Letak Administrasi Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dibatasi oleh empat Kabupaten di sekitarnya, yaitu Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, dan Sragen. Secara administratif, Kota Surakarta yang memiliki luas 4400 Ha ini, terdiri dari lima kecamatan, yaitu Jebres, Banjarsari, Laweyan, Serengan, dan Pasarkliwon. Secara geografis, Kota Surakarta terletak di koordinat 110 45’ 15” – 110 45’ 35” BT dan 70’ 36” -70’ 56 ” LS (Gambar 6). Gambar 6. Peta Administrasi Kota Surakarta 4.2. Demografi Kota Surakarta Wilayah administrasi Kota Surakarta terbagi ke dalam 5 Kecamatan, 51 Kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 595 dan jumlah RT sebanyak 2.669. Dengan jumlah KK sebesar 130.440 KK, maka rata-rata jumlah KK setiap RT berkisar sebesar 49 KK setiap RT (BPS Surakarta 2007). Data mengenai informasi pertambahan penduduk dapat dilihat pada Tabel 6.
9
Embed
IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1. Letak ... · Secara geografis, Kota Surakarta terletak di koordinat 110 45’ 15” – 110 45’ 35” BT dan 70’ 36” -70’ 56 ”
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN
4.1. Letak Administrasi Kota Surakarta
Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dibatasi oleh empat
Kabupaten di sekitarnya, yaitu Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, dan Sragen.
Secara administratif, Kota Surakarta yang memiliki luas 4400 Ha ini, terdiri dari
lima kecamatan, yaitu Jebres, Banjarsari, Laweyan, Serengan, dan Pasarkliwon.
Secara geografis, Kota Surakarta terletak di koordinat 110 45’ 15” – 110 45’ 35”
BT dan 70’ 36” -70’ 56 ” LS (Gambar 6).
Gambar 6. Peta Administrasi Kota Surakarta
4.2. Demografi Kota Surakarta
Wilayah administrasi Kota Surakarta terbagi ke dalam 5 Kecamatan, 51
Kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 595 dan jumlah RT sebanyak 2.669.
Dengan jumlah KK sebesar 130.440 KK, maka rata-rata jumlah KK setiap RT
berkisar sebesar 49 KK setiap RT (BPS Surakarta 2007). Data mengenai
informasi pertambahan penduduk dapat dilihat pada Tabel 6.
28
Tabel 6. Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1990 - 2007
Tabel 6 menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk Kota Solo tidak terlalu
signifikan. Selama kurun waktu 7 tahun penduduk hanya berkisar di angka
500.000 jiwa.
4.3. Program Wisata Pemerintah Kota Surakarta
Kesadaran akan kapasitasnya terhadap budaya yang sangat kaya, Kota
Surakarta telah memplokamirkan diri sebagai Kota Budaya. Hal ini dapat dilihat
dari visi Kota Surakarta : ”Terwujudnya Kota Sala sebagai Kota Budaya yang
bertumpu pada potensi Perdagangan, Jasa, Pendidikan, Pariwisata, dan Olahraga”.
Beranjak dari visi tersebut, pemerintah kota telah melakukan berbagai program
dalam rangka meningkatkan aspek wisata di Kota Solo. Tabel 7 berikut berisi
kebijakan pemerintah Kota Surakarta Dinas Tata Kota kurun waktu 2009 untuk
meningkatkan aspek wisata di Kota Surakarta.
Tabel 7. Kebijakan Tata Kota Pemerintah Kota Surakarta 2009 di Lokasi Studi
No. Kebijakan/Program Keterangan
1. Solo City Walk Penataan jalur pedestrian selebar lima meter di sepanjang Jalan Slamet Riyadi
2. Penataan Pasar Tri Windu dan Kawasan Ngarsopuro
Penataan Kawasan Ngarsopuro dan pasar barang antik Tri Windu untuk merubah wajah Pura Mangkunegaran yang semula tertutup dengan keberadaan toko-toko semi permanenen dan pedagang kaki lima.
3. Gladag Langen Boga (GALABO)
Lokalisasi kuliner khas Solo pada setiap malam hari. Bertempat di Jalan Moyor Sunaryo yang ditutup sementara.
4. Penataan Kampung Batik Kauman
Pemanfaatan potensi Kampung Kauman yang mempunyai nilai historis sejarah budaya dan nilai ekonomi sebagai salah satu penghasil batik di Kota Solo
5. Pembuatan Pagar Taman Sriwedari
Pembuatan pagar ini dimaksudkan untuk meningkatkan citra karakter Taman Sriwedari.
Sumber : Hasil Wawancara Dinas Tata Kota Surakarta (2009)
29
Pembangunan proyek Solo City Walk, juga cukup merubah wajah Kota
Solo, khususnya Jalan Slamet Riyadi. Sepanjang jalur lambat di sebelah selatan
Jalan Slamet Riyadi dibangun jalur pedestrian selebar lima meter (Gambar 7a).
Selain itu, PT KAI bekerja sama dengan pemerintah kota Solo mengoperasikan
kereta tua sebagai atraksi wisata sekaligus fasilitas wisata di sepanjang rel di sisi
selatan Jalan Slamet Riyadi. Hal ini cukup disambut baik oleh masyarakat.
Namun yang menjadi kendala adalah pengoperasiannya yang sangat mahal karena
menggunakan kayu jati sebagai bahan bakarnya. Hal ini memerlukan alernatif lain
agar lebih hemat pengoperasiannya serta ramah lingkungan.
Proyek yang terbilang baru adalah pemugaran bangunan Pasar Antik
Triwindu (Gambar 7b). Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik lokal
maupun mancanegara sekaligus mempercantik obyek wisata Pasar Barang Antik
Triwindu Solo, maka pasar ini mengalami pemugaran pada tanggal 5 Juli 2008.
Bangunan Pasar Triwindu ini menggunakan arsitektur sesuai budaya Solo, yaitu
limasan. Kegiatan yang mulai digalakkan setelah pembanguanan Pasar Triwindu
ini adalah acara Solo Night Market yang bertempat di sepanjang jalan menuju
Mangkunegaran dari Jalan Slamet Riyadi atau di depan lokasi Pasar Antik
Triwindu.
Program lain yaitu proyek lokalisasi kuliner Solo, yaitu Gladag Langen
Boga (Galabo). Waktu buka hanya malam hari. Lokasinya berada di jalan antara
Benteng Vastenberg dan Gedung Juang 45. Galabo merupakan satu ikon baru
Kota Solo sebagai salah satu kota tujuan wisata. Pusat jajanan malam hari ini
menawarkan aneka macam makanan dan minuman khas dan tradisional yang
sudah legendaris di Kota Solo (Gambar 7c).
Potensi Kota Solo lainnya yang dikembangkan adalah peningkatan potensi
Kampung Kauman sebagai Kampung Batik (Gambar 7d). Kampung Batik
Kauman terbilang cukup unik karena notabene memiliki bangunan-bangunan
rumah yang masih bergaya kolonial. Penataan kampung ini sebagai kampung
batik juga turut meningkatkan potensi ekonomi Kota Solo.
Satu proyek lagi adalah pembuatan pagar Taman Sriwedari (Gambar 7e).
Taman Sriwedari adalah taman yang dimilki oleh Keraton Kasunanan Surakarta.
Saat ini kendala yang dihadapi adalah penggunaan taman ini untuk tujuan
30
komersial yang menyisihkan aspek budaya. Perlu dipikirkan upaya yang lebih
kuat agar Sriwedari kembali menjadi pusat budaya dan kesenian di Kota Solo.
Dari segi fisik Pemerintah Kota Solo mencoba membangun pagar yang
dimaksudkan untuk meguatkan citra Taman Sriwedari sebagai pusat budaya.
Gambar 7. Program Pemerintah Kota Surakarta Tahun 2009
Lima tahun terakhir ini pemerintah Kota Surakarta cukup gencar dalam
penataan kota sebagai ikon kepariwisataan berbasis budaya. Salah satu yang dapat
dirasakan oleh wisatawan adalah ikon kepariwisataan berupa ‘Slogan Solo The
Spirit of Java’. Logo ini terbentuk dari garis-garis lengkung yang terkesan
berputar dinamis dengan pusat putaran berbentuk “Lung” yang merupakan stilasi
dari delapan unsur filosofi hidup masyarakat Jawa. Tujuh goresan lengkung
menggambarkan 7 distrik yang terdiri dari 6 Kabupaten dan 1 Kotamadya. Satu
Lung yang menjadi pusat lingkaran menggambarkan visi bersama untuk maju
sekaligus icon yang mewakili kekhasan lokal. Bentuk dan gerak lingkaran
menggambarkan dinamisme dan semangat untuk maju bersama. Slogan ini cukup
mengangkat eksistensi Solo sebagai Kota Budaya. Selain itu Dinas Pariwisata
Kota Surakarta juga mengeluarkan leaflet dan kalender event untuk menarik para
wisatawan datang berkunjung ke Kota Solo (Gambar 8).
a. Solo city walk b. Pasar Triwindu c. Galabo
d. Kampung Kauman e. Taman Sriwedari
31
a. Logo Ikon Wisata Kota Solo b. Contoh leaflet c. Calender event
Gambar 8. Bentuk Promosi Wisata Kota Surakarta
4.4. Minat Wisatawan terhadap Wisata Kota Surakarta
Kota Surakarta memiliki banyak obyek-obyek yang berhubungan dengan
sejarah dan budaya. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk
datang ke Kota Solo dan berkunjung ke obyek-obyek tersebut. Minat wisatawan
terhadap obyek-obyek wisata di Kota Solo didapat dari jawaban 40 responden dan
data kunjungan wisatawan dari Dinas Pariwisata. Adapun dua obyek wisata yang
paling menarik menurut para responden adalah Keraton Surakarta (27,5 %) dan
Taman Sriwedari (20 %). Berikut ini adalah jawaban 40 responden tentang obyek
wisata yang paling diminati (Gambar 9).
Gambar 9. Minat Responden terhadap Keberadaan Obyek Wisata di Jalan Slamet Riyadi.
32
Selanjutnya di bawah ini adalah data tentang kunjungan ke berbagai obyek
wisata di Kota (Tabel 8).
Tabel 8. Kunjungan Wisatawan Ke Berbagai Obyek Wisata