16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Budidaya Lokasi budidaya kentang (Solanum tuberosum L.) varietas granola yang dijadikan sebagai tempat pengerjaan tugas akhir ini adalah di Dusun Kragon, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, JawaTengah. Lokasi tersebut berada di ketinggian 1378 m dpl. Lahan yang digunakan adalah jenis tanah andosol cokelat yang memiliki struktur tanah yang gembur. Lokasi tersebut memiliki suhu udara pada waktu siang berkisar 24 – 30 °C dan pada waktu malam berkisar 16 - 22 °C. Tingkat kelembapan udara di lokasi tersebut cukup tinggi yaitu mencapai 85% dengan intensitas curah hujan mencapai 2589 mm/th. Jenis tanah di tempat lokasi budidaya kentang varietas granola adalah tanah andosol. Menurut Rukmana (1995), karakteristik tanah andosol adalah tanah yang memiliki ketebalan solum tanah yaitu 100-225 cm. Tanah andosol memiliki warna cokelat tua hingga berwarna hitam gelap. Tekstur yang dimiliki tanah andosol mulai dari berdebu, lempung berdebu sampai lempung. Struktur tanah andosol adalah remah dengan pH tanah yaitu 5-7. Menurut Yulia (2015), kandungan bahan organik tanah andosol berkisar 3-22 %. Tanah andosol mengandung unsur Al, Fe dan Si. Kandungan unsur Al lebih dominan dibandingkan dengan unsur Fe dan Si aktif. Penyebab tingginya kadar almunium tersebut karena berasal dari batuan induk yang bersifat masam (liparit), sedangkan jika berasal dari batuan induk basa maka kadar Al akan rendah. Berdasarkan hal tersebut, tanah andosol sangat resisten dengan unsur fosfor, terutama tanah andosol dengan kadar Al tinggi.
35
Embed
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.uns.ac.id · sedangkan dosis terbaik yang digunakan adalah 56,4 kg pada lahan 500 m2. Pemberian pupuk phonska dibawah dosis yang dianjurkan ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi Budidaya
Lokasi budidaya kentang (Solanum tuberosum L.) varietas granola yang
dijadikan sebagai tempat pengerjaan tugas akhir ini adalah di Dusun Kragon,
Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, JawaTengah.
Lokasi tersebut berada di ketinggian 1378 m dpl. Lahan yang digunakan
adalah jenis tanah andosol cokelat yang memiliki struktur tanah yang gembur.
Lokasi tersebut memiliki suhu udara pada waktu siang berkisar 24 – 30 °C
dan pada waktu malam berkisar 16 - 22 °C. Tingkat kelembapan udara di
lokasi tersebut cukup tinggi yaitu mencapai 85% dengan intensitas curah
hujan mencapai 2589 mm/th.
Jenis tanah di tempat lokasi budidaya kentang varietas granola adalah
tanah andosol. Menurut Rukmana (1995), karakteristik tanah andosol adalah
tanah yang memiliki ketebalan solum tanah yaitu 100-225 cm. Tanah andosol
memiliki warna cokelat tua hingga berwarna hitam gelap. Tekstur yang
dimiliki tanah andosol mulai dari berdebu, lempung berdebu sampai lempung.
Struktur tanah andosol adalah remah dengan pH tanah yaitu 5-7.
Menurut Yulia (2015), kandungan bahan organik tanah andosol berkisar
3-22 %. Tanah andosol mengandung unsur Al, Fe dan Si. Kandungan unsur
Al lebih dominan dibandingkan dengan unsur Fe dan Si aktif. Penyebab
tingginya kadar almunium tersebut karena berasal dari batuan induk yang
bersifat masam (liparit), sedangkan jika berasal dari batuan induk basa maka
kadar Al akan rendah. Berdasarkan hal tersebut, tanah andosol sangat resisten
dengan unsur fosfor, terutama tanah andosol dengan kadar Al tinggi.
17
Lahan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah lahan yang seluas
500 m2. Lahan 500 m
2 tersebut memiliki gambaran sebagai berikut:
10 meter
50 meter
Gambar 1. Kondisi umum lahan
Keterangan:
: Lahan Budidaya Kentang Granola (500 m2)
: Jalan pada Lahan (40 cm)
: Bedengan (9,6 meter × 1 meter)
Jumlah bedengan pada lahan 500 m2 adalah 33 bedengan
18
B. Budidaya Kentang Varietas Granola
Budidaya kentang (Solanum tuberosum L.) varietas granola adalah
sebagai berikut :
1. Pengadaan Benih Kentang
Benih kentang yang digunakan dalam budidaya ini adalah benih
kentang granola yang dibeli pada petani kentang sekitar yaitu daerah
Ngablak, Magelang. Benih tersebut merupakan benih kentang varietas
granola G-1 dengan harga benih per kilogram adalah Rp 2.500,00. Benih
kentang granola G-1 yang digunakan pada lahan 500 m2
sebanyak 1056
buah atau sekitar 250 kg. Benih kentang yang dipilih adalah benih
kentang yang sehat, tidak berpenyakit, tidak berjamur dan memiliki
tubuh yang tidak berongga serta memiliki 4 tunas atau lebih yang
memungkinkan berkembang baik saat nanti dibudidayakan.
Gambar 2. Benih kentang varietas granola
2. Pengolahan Lahan
Kegiatan pengolahan lahan merupakan kegiatan mempersiapkan
lahan yang akan digunakan budidaya agar sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Kegiatan pengolahan lahan yang dilakukan meliputi:
a. Penggemburan Tanah
Penggemburan tanah yang dilakukan adalah dengan
menggunakan traktor. Penggemburan tanah memiliki tujuan yaitu
membalikkan tanah dan mampu membuat tanah lahan semakin
gembur sehingga siap untuk ditanami kentang granola. Kegiatan
penggemburan tanah dengan traktor diawali dengan mempersiapkan
traktor yang akan digunakan. Persiapan traktor meliputi pengecekan
19
mesin traktor serta pengisian bahan bakar bensin. Selanjutnya
dilakukan pengamatan lahan guna menentukan pola pembajakan. Pola
pembajakan yang digunakan adalah pola tengah. Pembajakan pola
tengah dilakukan dengan membajak lahan dari bagian tengah lahan
dan selanjutnya memutar membentuk lingkaran. Pembajakan lahan
dengan pola tengah merupakan salah satu yang dipilih guna
mengefisienkan waktu, tenaga dan bahan bakar yang digunakan.
Gambar 3. Pengolahan tanah dengan traktor
Penggemburan tanah dengan menggunakan traktor dipilih
karena lebih efisien baik secara waktu dan biaya dibandingkan dengan
penggemburan tanah dengan manual yaitu dengan mencangkul.
Penggemburan tanah dengan traktor lebih efisien waktu karena hanya
memerlukan waktu 2 jam, berbeda dengan penggemburan tanah
dengan mencangkul manual dapat memakan waktu 1-2 hari,
disamping itu penggunaan traktor lebih efisien biaya karena tenaga
kerja yang digunakan sedikit, sehingga biaya upah yang dikeluarkan
juga sedikit.
Traktor yang digunakan merupakan traktor yang disewa dari
petani sekitar dengan harga sewa Rp 350.000,00. Harga tersebut
sudah termasuk dengan operator traktor serta perlengkapan penunjang
lainnya untuk menggunakan traktor. Tenaga kerja lainnya yang
digunakan adalah 2 tenaga kerja pria yang bertugas untuk meratakan
tanah yang telah digemburkan dengan traktor.
b. Pembuatan Bedengan
Tanah lahan yang telah dibajak selanjutnya diratakan dengan
bantuan cangkul dan selanjutnya dilakukan pembuatan bedengan.
20
Bedengan yang dibuat memiliki ukuran panjang 9,6 meter, lebar 1
meter dan tinggi bedengan 30 cm. Pembuatan bedengan dilakukan
dengan bantuan tali rafia agar bedengan yang dihasilkan menjadi rapi
dan lurus. Jarak antara bedengan satu dengan yang lainnya yaitu
50 cm. Jarak antar bedengan yang terlampau dekat akan mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang, disamping itu
jarak antar bedengan yang lebih luas berguna untuk membantu
jalannya tenaga kerja dalam melakukan pemeliharaan tanaman
kentang.
Gambar 4. Pembuatan bedengan
c. Pemupukan Dasar
Proses selanjutnya adalah pemupukan dasar yang dilakukan oleh
2 tenaga kerja pria dan 2 tenaga kerja wanita. Pupuk dasar yang
digunakan dalam budidaya ini adalah 400 kg pupuk kotoran ayam dan
50 kg pupuk phonska. Pemupukan dasar dengan pupuk kotoran ayam
dilakukan dengan menaburkan pupuk secara merata pada setiap
bedengan dengan masing- masing bedengan sebanyak 12,12 kg.
Pemupukan dasar dengan pupuk phonska dilakukan dengan
menaburkan pupuk pada bagian tengah bedengan secara merata
dengan masing- masing bedengan sebanyak 1,51 kg. Selanjutnya
dilakukan pengadukan sedikit pada tanah setiap bedengan tersebut.
Kegiatan tersebut berguna agar hara yang ada dapat tercampur merata
dengan tanah bedengan tersebut.
21
Gambar 5. Penaburan pupuk
kotoran ayam
Gambar 6. Penaburan pupuk
phonska
Pupuk kotoran ayam dipilih karena mampu menambah sejumlah
unsur hara pada tanah lahan yang akan digunakan. Menurut Tufaila et
al (2014), pupuk kotoran ayam mengandung unsur nitrogen dan fosfor
yang tinggi. Unsur kalium yang tinggi pada pupuk kotoran ayam
berfungsi sebagai aktifator enzim dalam metabolisme karbohidrat dan
nitrogen yang meliputi pembentukan, pemecahan dan translokasi pati,
serta berpengaruh terhadap pengangkutan fosfor. Kalium pada proses
fotosintesis akan secara langsung memacu pertumbuhan dan indeks
luas daun, sehingga meningkatkan asimilasi CO2 serta meningkatkan
translokasi produk fotosintesis. Dosis terbaik dalam pengaplikasian
pupuk kotoran ayam menurut Tufaila et al (2014) adalah 15 ton per
hektar. Penggunaan pupuk kotoran ayam pada proses budidaya
kentang varietas granola ini tidak sesuai dengan anjuran dosis yang
digunakan karena hanya menggunakan 400 kg pada lahan 500 m2,
sedangkan dosis terbaik yang digunakan adalah 750 kg pada lahan
500 m2. Pemberian pupuk kotoran ayam dibawah dosis yang
dianjurkan karena lahan yang digunakan merupakan lahan yang masih
produktif karena sebelumnya sudah pernah ditanami dan tergolong
tanah yang subur.
22
Gambar 7. Pupuk kotoran ayam
Pupuk phonska merupakan pupuk yang memiliki kandungan
Nitrogen 15%, P2O5 16% dan K2O 15%. Menurut Hikmawati (2015),
setiap unsur hara yang terkandung dalam pupuk phonska memiliki
fungsi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah tertentu. Nitrogen (N)
yang berfungsi untuk membuat tanaman lebih hijau segar,
mempercepat dan meningatkan pertumbuhan tanaman (tinggitanaman,
jumlah cabang, dan jumlah anakan) dan meningkatkan kandungan
protein hasil panen. Fosfat (P2O5) yang berfungsi untuk memacu
pertumbuhan akar dan pembentukan perakaran yang baik,
mempercepat pembetukan bunga serta masaknya buah dan biji, serta
meningkatkan mutu benih dan bibit. Kalium (K2O) yang berfungsi
untuk membantu tanaman lebih tegak dan kokoh, meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap serangan hama atau penyakit dan
meningkatkan pembentukan gula dan pati. Dosis terbaik dalam
pengaplikasian pupuk phonska menurut Amin (2014) adalah
1128 kg/ton. Penggunaan pupuk phonska pada proses budidaya
kentang varietas granola ini tidak sesuai dengan anjuran dosis yang
digunakan karena hanya menggunakan 50 kg pada lahan 500 m2,
sedangkan dosis terbaik yang digunakan adalah 56,4 kg pada lahan
500 m2. Pemberian pupuk phonska dibawah dosis yang dianjurkan
karena lahan yang digunakan merupakan lahan yang masih produktif
karena sebelumnya sudah pernah ditanami.
23
Gambar 8. Pupuk phonska
d. Pemasangan Mulsa
Proses selanjutnya adalah pemasangan mulsa plastik yang
dilakukan oleh 2 tenaga kerja pria dan 2 tenaga kerja wanita.
Pemasangan mulsa plastik dilakukan dengan cara mulsa di hamparkan
di atas bedengan. Bahan yang dibutuhkan pada kegiatan pemasangan
mulsa adalah mulsa plastik sebanyak 15 kg dan sujen atau pengikat
mulsa sebanyak 1 kg atau sekitar 500 buah. Pemasangan mulsa plastik
dilakukan dari satu ujung bedengan kemudian ke ujung bedengan
lainnya. Selanjutnya dilakukan pengencangan mulsa dengan pengikat
mulsa atau sujen yang terbuat dari bilah bambu. Pemasangan mulsa
plastik hitam perak bertujuan untuk mengurangi populasi gulma,
warna perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga
proses fotosintesis menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak
terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, sedangkan warna
hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran
tanaman menjadi hangat, akibatnya perkembangan akar akan optimal.
Mulsa plastik juga merupakan salah satu pelindung bagi umbi kentang
karena umbi kentang muda masih tidak dapat terkena sinar matahari
secara langsung. Setelah bedengan tertutup mulsa plastik selanjutnya
didiamkan selama 5 hari.
24
Gambar 9. Sujen
Gambar 10. Pengikatan mulsa pada
pojok mulsa
Gambar 11. Pengikatan mulsa bagian samping
e. Pembuatan Lubang Mulsa
Pembuatan lubang mulsa dilakukan setelah bedengan didiamkan
selama 5 hari. Pembuatan lubang mulsa dilakukan dengan
menggunakan alat pelubang mulsa yang terbuat dari baja. Pembuatan
lubang mulsa diawali dengan pengukuran jarak lubang mulsa. Lubang
mulsa yang dibuat yaitu pada satu bedengan terdapat satu lubang
mulsa yang berada di bagian tengah bedengan. Jarak antara lubang
mulsa satu dengan yang lain adalah 30 cm. Pembuatan lubang mulsa
dilakukan oleh 1 tenaga kerja wanita.
Gambar 12. Alat
pelubang mulsa
Gambar 13. Pengukuran
jarak lubang mulsa
25
Gambar 14. mulsa yang telah dilubangi
3. Penanaman
Kegiatan penanaman dilakukan pada pagi hari setelah seluruh lubang
tanam dibuat. Kegiatan penanaman dilakukan oleh 2 tenaga kerja pria
dan 1 tenaga kerja wanita. Kegiatan penanaman diawali dengan
pemilihan benih kentang yang baik yaitu benih yang sehat, tidak terdapat
bagian yang cacat atau berlubang, tidak berjamur serta memiliki 4 tunas
atau lebih. Pemilihan benih kentang dengan 4 tunas atau lebih sangat
berpengaruh pada banyaknya umbi kentang yang dihasilkan nantinya.
Benih kentang yang baik selanjutnya siap untuk dilakukan penanaman,
sedangkan benih kentang yang kurang baik disendirikan di suatu wadah
yang terpisah.
Gambar 15. Penyiapan benih
kentang
Gambar 16. Benih kentang baik
Gambar 17. benih kentang buruk
26
Proses selanjutnya adalah penanaman benih kentang varietas granola
dengan cara memasukkan benih kentang dalam lubang tanam yang telah
disediakan. Benih kentang dimasukkan dengan posisi bagian yang telah
bertunas diletakkan di bagian atas, agar tanaman kentang dapat lebih
cepat tumbuh. Kemudian dilakukan penutupan lubang tanam tersebut
hingga benih kentang tidak terlihat. Penutupan tersebut menjadi sangat
penting karena benih kentang tidak tahan apabila terkena sinar matahari
langsung.
Gambar 18. Lubang tanam Gambar 19. Benih kentang granola
siap tanam
Gambar 20. Penutupan lubang tanam
4. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman kentang di lahan sangat penting dilakukan
agar tanaman dapat berproduksi dengan baik. Pemeliharaan tanaman
kentang granola yang dilakukan cukup intensif karena budidaya tanaman
kentang granola yang dilakukan di musim penghujan yang merupakan
musim yang cukup rawan mengalami kegagalan. Pemeliharaan pada
tanaman kentang granola yang dilakukan adalah sebagai berikut:
27
a. Penyiangan Gulma dan Pemangkasan Bunga Kentang
Penyiangan merupakan salah satu kegiatan dalam mencegah
datangnya hama dan penyakit yang mana gulma menjadi sarang dan
tempat berkembangnya hama dan penyakit. Penyiangan merupakan
membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman, agar
unsur hara dapat diserap oleh tanaman budidaya secara optimal.
Penyiangan gulma yang berada disekitar tanaman kentang seperti
rumput teki, bandotan dan alang-alang dilakukan dengan cara manual
yaitu mencabutnya langsung dengan tangan. Gulma-gulma tersebut
selanjutnya dikumpulkan pada satu titik untuk selanjutnya dibuang di
tempat yang jauh dari lahan budidaya. Penyiangan gulma pada
budidaya kentang varietas granola ini dilakukan mulai tanaman
kentang berumur 22 HST dan dilakukan secara kondisional yang
artinya penyiangan gulma dapat dilakukan kapanpun apabila ada
gulma yang mulai tumbuh. Penyiangan gulma dilakukan bersamaan
dengan proses pemeliharaan lainnya seperti pembumbunan dan
penyemprotan untuk pengendalian hama dan penyakit
Gambar 21. Penyiangan
Pemangkasan bunga kentang dilakukan secara manual dengan
tangan pada tanaman kentang sudah mulai berbunga yaitu sekitar
umur 50 HST. Bunga kentang varietas granola berwarna putih sedikit
ungu dengan bagian tengah yaitu putik dan benang sari berwarna
kuning cerah. Pemangkasan ini bertujuan agar hasil fotosintesis dapat
di distribusikan untuk tumbuh kembang umbi kentang, sehingga
kentang yang dihasilkan memiliki kualitas baik dan tumbuh kembang
28
umbi tidak terganggu. Pemangkasan bunga juga bertujuan agar bunga
satu dengan yang lain tidak melakukan persilangan. Pemangkasan
dilakukan secara setiap saat apabila ada bunga kentang yang mulai
tumbuh. Pemangkasan bunga kentang ini dilakukan bersamaan dengan
proses pemeliharaan lainnya seperti penyiangan gulma,
pembumbunan dan penyemprotan untuk pengendalian hama dan
penyakit.
Gambar 22. Pemangkasan bunga kentang
b. Pembumbunan
Pembumbunan merupakan kegiatan menimbun tanah yang berada
disekitar batang tanaman yang seringkali terkikis oleh erosi air
terutama air hujan. Pembumbunan dalam budidaya kentang sangat
penting karena umbi kentang muda yang baru tumbuh tidak bisa
langsung terkena paparan sinar matahari secara langsung.
Pembumbunan dilakukan dengan cara memberikan sejumlah tanah
pada bagian-bagian yang telah terkikis. Pembumbunan tidak hanya
dilakukan pada sekitar batang tanaman saja, namun juga pada bagian
bawah yang tertutup bedengan tempat umbi kentang muda tumbuh
dan berkembang. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan karena pekerjaan pembumbunan dan penyiangan
merupakan kegiatan yang dapat dilakukan bersama-sama.
Pembumbunan mulai dilakukan setelah tanaman kentang granola
berumur 22 HST.
29
Gambar 23. Pembumbunan
c. Pengajiran
Pengajiran merupakan kegiatan memberikan bilah bambu yang
biasa disebut dengan ajir di dekat tanaman dengan maksud agar dapat
membantu tanaman tumbuh tegak. Pengajiran dilakukan saat tanaman
berumur 30 HST. Pemilihan waktu pengajiran tersebut karena
tanaman kentang sudah mulai tumbuh tinggi yaitu sekitar 20-30 cm
namun masih mudah dilakukan pengajiran. Pengajiran dilakukan
dengan memasang bilah bambu atau ajir di bagian tengah bedengan.
Ajir dipasang dengan cara dibenamkan ke dalam tanah dengan jarak
ajir satu dengan lainnya yaitu 4 tanaman. Ajir yang telah terpasang
selanjutnya dipasang tali rafia yang kemudian diikatkan pada masing-
masing ajir dari satu bagian bedengan ke bagian lainnya. Pengikatan
rafia dilakukan pada bagian ujung atas ajir dan bagian tengah ajir.
Fungsi pemberian tali rafia ini adalah untuk membantu setiap tanaman
kentang tumbuh tegak. Pemberian tali rafia yang dipilih juga mampu
menghemat kebutuhan ajir. Ajir yang digunakan pada lahan kentang
granola seluas 500m2 ini sebanyak 264 buah. Pengajiran dilakukan
oleh 2 tenaga kerja laki-laki dan 1 tenaga kerja perempuan.
Gambar 24. Pemasangan ajir
Gambar 25. Pemasangan tali rafia
30
d. Penyemprotan Zat Pembesar Umbi
Umbi tersebut menjadi bagian yang paling diperhatikan karena
semakin berat umbi yang dihasilkan, maka akan menghasilkan
keuntungan yang semakin besar pula. Zat pembesar umbi sangat
diperlukan agar kentang yang dihasilkan memiliki umbi yang besar.
Pemberian zat pembesar umbi ini dilakukan 2 kali dalam satu musim
tanam yaitu pada umur 55 HST dan 77 HST. Jenis zat pembesar buah
yang digunakan adalah Higroot. Pengaplikasian zat pembesar umbi
Higroot dengan cara melarutkan 10 gram Higroot dalam 20 liter air
yang selanjutnya dicampur merata dalam tangki penyemprotan atau
sprayer. Dosis yang digunakan sesuai dengan yang tertera dalam
kemasan yaitu 0,5 gram Higroot dilarutkan dalam 1 liter air.
Gambar 26. Higroot zat pembesar
buah
Gambar 27. Penyemprotan
zat pembesar buah
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
1) Kutu Daun Persik ( Myzus persicae)
Kutu daun persik merupakan jenis hama yang berukuran
kecil berwarna putih kekuning cokelatan dengan bentuk seperti
butiran beras. Kutu daun persik banyak dijumpai menggerombol
di bawah permukaan daun kentang. Kutu daun persik merupakan
hama yang menyerang dengan cara menghisap cairan daun,
sehingga daun kentang berubah warna menjadi kuning, keriting
dan akhirnya layu. Kutu daun persik mulai ditemukan pada saat
kentang berumur 25 HST. Keberadaannya perlu segera dilakukan
pemberantasan karena hama tersebut cepat menyebar luas dan
berbahaya bagi tanaman kentang karena dapat menjadi vektor
31
penyakit virus. Menurut Rukmana (2002), hama kutu daun persik
berperan sebagai vektor penyakit virus yaitu Potato Leaf Roll
Virus (PLRV) dan Potato Virus Y (PVY). Kedua penyakit
tersebut merupakan penyakit yang berbahaya untuk tanaman
kentang.
Pengendalian hama kutu daun persik dilakukan dengan
penyemprotan insektisida berbahan aktif Imidakloprid yaitu
Confidor 200 SL yang merupakan jenis insektisida sistemik yang
bekerja secara racun kontak dan lambung, berbentuk pekatan
cokelat jernih yang dapat larut dalam air. Pengaplikasian Confidor
200 SL adalah dengan melarutkan 20 ml Confidor 200 SL dalam
20 liter air yang selanjutnya dicampur merata dalam tangki
penyemprotan atau sprayer. Dosis yang digunakan sesuai dengan
aturan yang tertera dalam kemasan Confidor 200 SL yaitu setiap 1
ml Confidor 200 SL dilarutkan dalam 1 liter air. Penyemprotan
dilakukan selama 7 kali bersamaan dengan penyemprotan untuk
membasmi Thrips palmi mulai tanaman kentang berumur 25 HST
sampai dengan 83 HST yaitu pada saat tanaman berumur 25, 37,
47, 57, 65, 73 dan 83 HST. Penyemprotan yang dilakukan ini
terbukti mampu mematikan hama kutu daun persik yang
mengganggu tanaman kentang granola.
Gambar 28. Kutu daun persik
Gambar 29. Confidor 200 SL
32
Gambar 30. Penyemprotan Confidor 200 SL
2) Thrips palmi
Hama Thrips palmi merupakan hama yang memiliki tubuh
menyerupai anai-anai berwarna cokelat sampai hitam yang
mampu bergerak secara lincah. Hama Thrips palmi tumbuh dan
berkembang di bawah daun kentang. Hama ini merupakan hama
penghisap daun. Gejala kerusakan akibat serangannya adalah
adanya goresan-goresan putih atau kecokelatan pada daun bekas
hisapan serangga tersebut. Daun yang telah dihisap aka berubah
menjadi keriput dan memiliki bercak-bercak pucat seperti mosaik.
Serangan Thrips palmi yang cukup berat akan berakibat bagian
bawah daun berwarna merah tembaga mengkilat dengan pucuk
tanaman kentang mengering.
Pengendalian hama Thrips palmi dilakukan bersamaan
dengan pengendalian hama kutu daun persik yaitu dengan
penyemprotan insektisida berbahan aktif Imidakloprid yaitu
Confidor 200 SL. Insektisida ini merupakan jenis insektisida
sistemik yang bekerja secara racun kontak dan lambung,
berbentuk pekatan cokelat jernih yang dapat larut dalam air.
Pengaplikasian Confidor 200 SL adalah dengan melarutkan 20 ml
Confidor 200 SL dalam 20 liter air yang selanjutnya dicampur
merata dalam tangki penyemprotan atau sprayer. Dosis yang
digunakan sesuai dengan aturan yang tertera dalam kemasan
Confidor 200 SL yaitu setiap 1 ml Confidor 200 SL dilarutkan
dalam 1 liter air. Penyemprotan dilakukan selama 7 kali
bersamaan dengan penyemprotan hama kutu daun persik yaitu
33
mulai tanaman kentang berumur 25 HST sampai dengan 83 HST
yaitu pada saat tanaman berumur 25, 37, 47, 57, 65, 73 dan 83
HST. Pengendalian yang dilakukan ini terbukti mampu
mematikan hama Thrips palmi yang masih dalam fase telur dan
nimfa, sehingga hama tersebut tidak meluas dan tidak
mengganggu tanaman kentang granola yang dibudidayakan.
Gambar 31. Thrips palmi
Gambar 32. Confidor 200 SL
Gambar 33. Penyemprotan Confidor 200 SL
3) Penyakit Busuk Daun Fitofora
Penyakit busuk daun fitofora merupakan penyakit yang
disebabkan oleh cendawan Phytophthora infentans. Penyakit ini
mudah berkembang pesat pada saat budidaya kentang granola
berlangsung karena kondisi lingkungan yang memiliki
kelembaban tinggi mencapai 80% akibat lokasi lahan yang berada
di pegunungan serta musim penghujan yang masih terjadi saat
budidaya kentang granola ini dilakukan. Gejala awal penyakit
busuk daun fitofora yaitu timbul bercak kecokelatan hingga hitam
pada bagian tepi dan ujung daun. Gejala yang muncul pada
tingkat lanjut adalah bercak-bercak cokelat hingga hitam tersebut
selanjutnya berkembang ke seluruh daun tanaman dan
menyebabkan tanaman mati seperti tanaman yang kering terbakar.
34
Pengendalian penyakit busuk daun fitofora dilakukan
dengan penyemprotan fungisida. Pengaplikasian penyemprotan
fungsida dilakukan secara bergantian yaitu antara fungisida
kontak dan sistemik. Penyemprotan dilakukan sangat intensif
yaitu saat tanaman berumur 22 HST sampai 43 HST dengan
jenjang waktu 3 hari sekali, dan selanjutnya saat tanaman
berumur 44 HST sampai 87 HST dilakukan penyemprotan lebih
intensif yaitu 2 hari sekali. Penyemprotan yang dilakukan sangat
intensif karena kondisi lingkungan yang sangat lembab sehingga
sangat menguntungkan untuk cendawan Phytophthora infentans
tumbuh dan berkembang. Fungisida yang digunakan dalam
membasmi penyakit busuk daun fitofora dalam budidaya kentang
granola ini adalah Daconil 75 WP (fungisida kontak), Bion M
1/48 WP (fungisida kontak) dan Siodan 20 WP (fungisida
sistemik).
Pengaplikasian fungisida ini dilakukan dengan cara
penyemprotan menggunakan sprayer dan dilakukan bergiliran
yaitu antara penyemprotan insektisida Confidor 200 SL
(pengendalian hama kutu daun persik dan Thrips palmi),
fungisida sistemik dan fungisida kontak. Pengaplikasian Daconil
75 WP yaitu pada saat tanaman berumur 22, 34, 45, 53, 63, 71,
dan 81 HST. Pengaplikasian Bion M 1/48 WP yaitu pada saat
tanaman berumur 28, 40, 49, 59, 75, dan 85 HST. Pengaplikasian
Siodan 20 WP yaitu pada saat tanaman berumur 31, 43, 51, 61,
69, 79 dan 87 HST.
Pengaplikasian Daconil 75 WP adalah dengan melarutkan
40 gr Daconil 75 WP dalam 20 liter air yang selanjutnya
dicampur merata dalam tangki penyemprotan atau sprayer. Dosis
yang digunakan sesuai dengan aturan yang tertera dalam kemasan
Daconil 75 WP yaitu setiap 2 gr Daconil 75 WP dilarutkan dalam
1 liter air.
35
Pengaplikasian Bion M 1/48 WP adalah dengan melarutkan
40 gr Bion M 1/48 WP dalam 20 liter air yang selanjutnya
dicampur merata dalam tangki penyemprotan atau sprayer. Dosis
yang digunakan sesuai dengan aturan yang tertera dalam kemasan
Bion M 1/48 WP yaitu setiap 2 gr Bion M 1/48 WP dilarutkan
dalam 1 liter air.
Pengaplikasian Siodan 20 WP adalah dengan melarutkan
50 gr Siodan 20 WP dalam 20 liter air yang selanjutnya dicampur
merata dalam tangki penyemprotan atau sprayer. Dosis yang
digunakan sesuai dengan aturan yang tertera dalam kemasan
Siodan 20 WP yaitu setiap 2,5 gr Siodan 20 WP dilarutkan dalam
1 liter air.
Gambar 34. Busuk daun fitofora
Gambar 35. Daconil 75 WP
Gambar 36. Siodan 20 WP
Gambar 37. Bion M 1/48 WP
Gambar 38. Penyemprotan
36
5. Panen
Panen kentang varietas granola dilakukan setelah tanaman kentang
berumur 90 HST. Tanaman kentang yang sudah siap panen memiliki ciri-
ciri yaitu bagian daun yang mulai layu. Pemanenan dilakukan pada pagi
hari agar umbi kentang tidak mengalami penguapan yang berlebih.
Pemanenan juga dilakukan saat cuaca cerah dan tidak hujan agar kondisi
umbi kentang yang dipanen tetap dalam kondisi kering sehingga tidak
mudah ditumbuhi oleh jamur.
Pemanenan dilakukan dengan melakukan pemangkasan tanaman
kentang yang tumbuh di atas permukaan tanah dengan menggunakan
pisau. Lahan yang telah bersih selanjutnya dapat dilakukan pemanenan
umbi kentang dengan cara menggali bedengan tempat umbi tersebut
hidup. Umbi kentang yang telah didapat selanjutnya ditempatkan pada
keranjang-keranjang yang telah disediakan. Kegiatan selanjutnya adalah
mengangkut hasil panen kentang tersebut dan selanjutnya ditempatkan di
gudang penyimpanan. Sebelum dilakukan penyimpanan dilakukan
penimbangan seluruh hasil kentang dengan timbangan. Hasil yang
didapatkan pada panen kentang granola pada lahan seluas 500 m2 ini
adalah 1,5 ton. Proses pemanenan dilakukan oleh tenaga kerja borongan
yang dibayar sesuai dengan hasil panennya. Upah tenaga kerja borongan
yaitu sebesar Rp 200.000,00 per 1 ton hasil panen kentang, sehingga total
biaya upah tenaga kerja yang dikeluarkan untuk panen kentang dalam
lahan 500 m2 ini adalah Rp 300.000,00.
Gambar 39. Menggali bedengan Gambar 40. kentang hasil panen
37
Gambar 41. Penempatan kentang Gambar 42. Pengangkutan hasil
panen
6. Pemasaran
Pemasaran hasil panen kentang varietas granola melalui tengkulak
kentang yang datang langsung pada petani. Pemasaran dilakukan pada
satu hari setelah panen dilakukan. Tengkulak yang datang melakukan
penimbangan dan dilakukannya tawar menawar harga. Hasil panen
kentang granola tersebut dibeli tengkulak dengan harga Rp 10.500,00 per
kilogramnya, sehingga hasil yang didapatkan untuk 1,5 ton kentang
granola adalah Rp 15.750.000,00.
Pemasaran melalui tengkulak dilakukan karena mempercepat
proses pemasaran sehingga lebih efisien dibandingkan dengan dipasarkan
secara langsung di pasar atau langsung pada konsumen. Tengkulak
tersebut selanjutnya memasarkan pada pedagang pengepul maupun
pedagang besar. Pedagang pengepul dan pedagang besar selanjutnya
memasarkan lewat pedagang pengecer yang selanjutnya produk kentang
dapat sampai pada tangan konsumen.
38
Gambar 43. Alur pemasaran
Petani Kentang
Tengkulak
Pedagang Eceran
Pedagang Pengepul maupun Pedagang Besar
Konsumen
39
C. Analisis Usahatani Kentang Varietas Granola
Analisa usahatani yang digunakan untuk budidaya kentang varietas
granola dengan perhitungan setiap 500 m2 dalam 1 musim tanam adalah
sebagai berikut:
1. Biaya Tetap
Biaya penyusutan peralatan dalam budidaya kentang varietas granola
pada lahan 500 m2 dalam 1 musim tanam adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Biaya Penyusutan Peralatan dalam 1 Musim Tanam